EVALUASI PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN
/SPP DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN ANYAR, KABUPATEN
SERANG – BANTEN
TAHUN 2008 - 2017
Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Administrasi Publik
Oleh:
Sehan Ayash
NIM : 6661141680
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
ABSTRAK
Sehan Ayash, NIM. 6661141680. Skripsi. Evaluasi Program Simpan Pinjam
Perempuan/SPP Dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar,
Kabupaten Serang – Banten. Pembimbing I: Kandung Sapto N., M.Si dan
Pembimbing II: Abdul Hamid, Ph.D
Program Simpan Pinjam Perempuan Merupakan suatu program turunan yang
dihasilkan oleh PNPM-MPd, saat ini program tersebut telah diperbaharui dan
telah memiliki dasar hukum berupa PerBup Kabupaten Serang, sehingga
pelaksanaannya lebih jelas dan kembali dijalankan dengan tenang oleh beberapa
Ketua UPK beserta lembaga sejajar lainnya. Peneliti akan mencoba melihat
keadaan sebelum dan sesuah adanya program di Kecamatan Anyar dengan
menggunakan teori Pemberdayaan Masyarakat yang dikemukakakn oleh
Gunawan Summodiningrat (1999) yang kemudian di befor-after kan dengan teori
Evaluasi Dampak program dari Finsterbusch dan Motz (1994). Dalam penelitian
kali ini, peneliti mencoba melihat apakah masyarakat merasa diberdayakan atau
tidak oleh program tersebut. Metode yang akan peneliti gunakan ialah metodologi
penelitian kualitatif deskriptif komparasi. Adapun analisis data yang akan peneliti
gunakan ialah dengan prosedur reduksi data, penyajian data, dan menarik
kesimpulan yang dikemukakan oleh Matthew B. Milles dan Michael Huberman.
Hasil penelitian kali ini ialah masyarakat di Kecamatan Anyar merasa
diberdayakan oleh Program SPP ini, sebab yang terjadi dilapangan ialah
masyarakat sangat antusias untuk bergabung sebagai anggota SPP, terlihat pula
dari tahun 2008-2016 kecamatan anyar mengalami penurunan jumlah penduduk
miskin. Masyarakat lebih memilih untuk meminjam di UPK dikarenakan suku
bunga yang Flat (18%perTahun) dan juga jaminan yang sangat mengerti keadaan
masyarakat di Kecamatan Anyar.
Kata Kunci : Evaluasi, Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP),
Memberdayakan, Rumah Tangga Miskin (RTM).
ABSTRACT
Sehan Ayash, NIM. 6661141680. Skripsi. Evaluation of Woman’s Saving and
Loans Program in Empowering Communities at Anyar District, Serang -
Banten. Advicer I: Kandung Sapto N., M.Si and Advicer II: Abdul Hamid, Ph.D
Women's Savings and Loans Program is a seedling program produced by PNPM-
MPd, currently the program has been updated and has a legal basis in the form of
the regent constitution of Serang District, so that the implementation is more
clear and re-run calmly by some Chairman of UPK and other parallel
institutions. Researchers will try to see the communities before and after the
program implemented in the District Anyar by using the theory of Community
Empowerment by Gunawan Summodiningrat (1999) which later reviewed with the
before-after theory of Impact in Program evaluation from Finsterbusch and Motz
(1994). In this study, researchers are trying to see whether communities feel
empowered or not by the program. The method that will be used by researcher is
descriptive qualitative research methodology. The data analysis that researchers
will use is include data reduction procedures, data presentation, and draw
conclusions proposed by Matthew B. Milles and Michael Huberman. The result of
this research is the community in Anyar Sub-district feel empowered by this SPP
Program, because of what happened in the field is the society is very enthusiast to
join as SPP member, also seen from 2008-2016 districts Anyar has decreased the
number of poor people. The community prefers to borrow in UPK due to the flat
interest rate (18% per year) and also the guarantee that is easy to understood by
the communities in Anyar District.
Keyword : Evaluation, Women's Savings and Loan Program(SPP),
Empowering, Reducing Poor Households (RTM).
i
ii
iii
iv
Moto dan Persembahan
Bertemu Allah di Surga
Usaha tanpa do’a sama dengan SOMBONG
Do’a tanpa usaha sama dengan BOHONG
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Peneliti ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala karena
dengan Rahmat, Karunia dan Taufik serta Hidayah-Nya Peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang diajukan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana (S-1) dengan judul “Evaluasi Program Simpan Pinjam
Perempuan/Spp dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar,
Kabupaten Serang – Banten”. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wassalam, kepada keluarga,
sahabat, serta kepada kita yang senantiasa istiqomah dan ikhlas untuk menjadi
umatnya.
Dalam proses pengerjaan Skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan,
dukungan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam
kesempatan ini penulis dengan senang hati mengucapkan terima kasih kepada:
1 Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2 Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3 Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4 Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
vi
5 Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6 Listyaningsih, S.Sos., M.Si Ketua Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7 Drs. Hasuri, M.Si Selaku dosen pembimbing akademik saya
8 Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing I skripsi
yang senantiasa memberikan arahan dan waktunya selama penyusunan
penelitian ini.
9 Abdul Hamid, Ph.D selaku dosen pembimbing II skripsi yang senantiasa
memberikan arahan dan waktunya selama penyusunan penelitian ini.
10 Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas ilmu
selama perkuliahan dan proses keperluan administratif.
11 Camat dan Kassie Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Anyar yang telah
bersedia meluangkan waktu demi proses penelitian.
12 Pihak Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Anyar yang telah
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian.
13 Anggota Simpan Pinjam Perempuan yang telah membantu melengkapi
keperluan data selama proses penelitian berlangsung.
14 Bapak Ade Rahmat dan Ibu Siti Faujah sebagai orang tua yang luar biasa
atas dukungan, doa, dan arahannya sehingga penelitian ini dapat berjalan
dengan baik.
vii
15 Teman-teman angkatan 2014 Administrasi Publik, teman-teman
konsentrasi Kebijakan Publik angkatan 2014 dan teman-teman special
yang telah meluangkan waktu dan memberikan hiburan ditengah proses
penelitian berlangsung.
Semoga Allah Subhanahu Wata‟ala memberikan kebaikan dan keberkahan
bagi semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun
akan senantiasa penulis terima dengan lapang hati. Semoga penulisan ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Serang, 2018
Peneliti,
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN................................. Error! Bookmark not defined.i
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI................ Error! Bookmark not defined.iii
Moto dan Persembahan ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 9
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 10
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................. 10
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 11
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 12
ix
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 12
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ........................................................... 12
2.1.2 Pengertian Evaluasi Kebijakan ....................................................... 20
2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat.............................................................. 30
2.1.4 Pengertian PNPM-MPd ................................................................... 32
2.1.5 Simpan Pinjam Perempuan (SPP) ................................................... 38
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 49
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. 53
2.4 Asumsi Dasar.......................................................................................... 54
BAB 3
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 55
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 55
3.1.1 Metode Penelitian............................................................................ 55
3.2 Fokus Penelitian ..................................................................................... 56
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................... 56
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 56
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 60
3.6 Informan Penelitian ................................................................................ 62
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 63
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 64
3.7.1 Teknik Analisis Data ....................................................................... 78
3.7.2 Uji Keabsahan Data......................................................................... 81
3.8 Jadwal Penelitian .................................................................................... 84
BAB 4
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 85
x
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................... 85
4.1.1 Deskripsi Lokasi.............................................................................. 85
4.1.2 Visi dan Misi Kecamatan Anyar ..................................................... 87
4.1.3 Letak Geografis Lokasi ................................................................... 87
4.2 Deskripsi Data ....................................................................................... 91
4.3.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ...................................................... 94
4.3.2 Deskripsi Informan.......................................................................... 96
4.3.3 Temuan Lapangan ........................................................................... 98
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 195
4.3.1 Kondisi Sebelum Adanya Program Simpan Pinjam Perempuan ...... 196
4.3.2 Kondisi Setelah Adanya Program Simpan Pinjam Perempuan ........ 206
BAB 5
PENUTUP ........................................................................................................... 225
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 225
5.2 Saran ..................................................................................................... 226
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 227
LAMPIRAN - LAMPIRAN ................................................................................ 229
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Metodologi Evaluasi Program . ............................................................ 28
Tabel 2.2 Metodologi Evaluasi Program ..………………………………………58
Tabel 2.3 Informan Penelitian ..………………………………………………….63
Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Anyar 2008 ..…………………………………..89
Tabel 4.3 Informan Penelitian ..………………………………………………….97
Tabel 4.4 Penduduk Perempuan 2016 ………………………………………….199
Tabel 4.5 Jumlah Pra Keluarga Sejahtera ……………………………………...214
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tujuan Evaluasi…………………………………………………….22
Gambar 2.2 Struktur Kelompok SPP ……………………………………………43
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data..……………………………………………....77
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik..………………………………………………...82
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Anyar …...………………………………85
Gambar 4.2 Persyaratan Umum Peminjaman di Bank……….…………………100
Gambar 4.3 Pembaharuan jerigen Menuju Alat Otomatis……….……………..104
Gambar 4.4 Keadaan Bangunan Masyarakat…………………………………...119
Gambar 4.5 Suku Bunga Bank Umum …………………………………………136
Gambar 4.6 Suku Bunga KUR……….………………………………………....138
Gambar 4.7 Sasaran Program SPP……………………………………………...148
Gambar 4.8 Warung Bensin Ibu Tuni ………………………………………….154
Gambar 4.9 Suku Bunga Bank Umum (%)……………………………………..201
Gambar 4.10 Surat Panduan Pengahkiran ...…………………………………...206
Gambar 4.11 Peraturan Bupati Serang ..………………………………………..207
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Surat Ijin Penilitian
2 Lampiran Tabel
3 Lampiran Gambar
4 Lampiran Grafik
5 Membercheck
6 Riwayat Hidup Peneliti
7 Dokumen Lain yang Relevan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah kemiskinan dan pengangguran dewasa ini bukan saja menjadi
persoalan bangsa Indonesia. Kemiskinan telah menjadi isu global dimana setiap
negara merasa berkepentingan untuk membahas kemiskinan, terlepas apakah itu
negara berkembang maupun sedang berkembang. Dan yang jelas pada
kenyataannya bahwasannya masyarakat tidak benar – benar berkembang apabila
diantaranya banyak yang miskin.
Pemerintah telah berupaya menyalurkan berbagai program untuk
memberdayakan masyarakat miskin di Indonesia. Salah satu cara dalam
pengentasan kemiskinan adalah dengan menggunakan pendekatan
pemberdayaan, sehingga pemerintah mengeluarkan beberapa program
pemberdayaan masyarakat antara lain; PPK, P2KP, PEMP dan KUBE. Program
pembangunan ekonomi ternyata tidak begitu efektif, bantuan yang dikucurkan
pemerintah tidak begitu menyentuh hingga pelosok kelompok miskin. Program -
program pemberdayaan masyarakat dalam pengentasan kemiskinan
pelaksanaannya dirasa kurang efektif sehingga pemerintah perlu mengeluarkan
inovasi program – program yang dapat menyentuh hingga pelosok negeri.
2
Di dalam suatu Negara, pemerintah hendaklah melakukan observasi awal
terlebih dahulu guna melihat program seperti apa yang cocok untuk diluncurkan.
Dengan itu, program tersebut juga sifatnya harus dapat berhasil dan mampu
memberdayakan masyarakat (target program), yang mana jelas bahwa tujuan
dari pada pemberdayaan masyarakat ialah terciptanya kemandirian masyarakat
dimana masyarakat dapat mengatasi sendiri permasalahan-permasalahan yang
ada dilingkungannya tanpa bergantung kepada pemerintah.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada tahun 2000 hingga
tahun 2006 (PNPM belum hadir) persentase penduduk miskin Desa di Indonesia
dapat dikatakan tidak stabil, karena mengalami peningkatan dan penurunan
seperti pada tahun 2000 jumlah penduduk miskin sebanyak 22,38% mengalami
peningkatan di tahun 2001 menjadi 24,84% dan kembali mengalami penurunan
di tahun 2002 menjadi 21,10%.1 Tentu saja ketidak stabilan persentase tersebut
akibat dari ketidak cocokannya terhadap suatu program yang dijalankan oleh
pemerintah. hendaknya pemerintah melakukan formulasi dengan turun langsung
ke pelosok negeri agar lebih abash lagi dalam menangani masalah publik.
Pada era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun
2004 - 2014, Indonesia mempunyai Program yang diberi nama Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MPd) yang lahir
pada tahun 2007. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
1 Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 1970-2017. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk
Miskin dan Garis Kemiskinan. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik
3
Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan) merupakan salah
satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM
Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan
kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi
sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan
(PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998. Dalam PNPM-MPd, seluruh anggota
masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif,
mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan
pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desa nya, sampai pada
pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan
berada dibawah binaan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
(PMD), Kementerian Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan
yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana pinjaman/hibah
luar negeri dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank
Dunia, dan dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM).
Dengan hadirnya program PNPM Mandiri ini, persentasi penduduk
miskin di Desa menurut Badan Pusat Statistik mengalami penurunan yang stabil
di tahun 2007 hingga pada tahun 2017. Artinya, program PNPM beserta program
– program lain yang berada dibawah naungannya dan beberapa program lain
dirasa cocok untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia khususnya pada
pasyarakat pedesaan. Namun peneliti belum mengetahui apakah keberhasilan ini
akibat adanya program PNPM ataukah program lainnya.
4
PNPM memberikan dana tidak dengan cuma-cuma, yakni dengan
salahsatu syaratnya adalah mengamanatkan setiap kecamatan untuk membentuk
suatu lembaga Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD). Pemilihan anggota
BKAD berdasarkan hasil Musyawarah Antar Desa yang nantinya masing -
masing desa mencalonkan 6 orang (kepala desa, sekertaris desa, tokoh
masyarakat, dan wakil perempuan). Di bawah BKAD terdapat lebaga sejajar
yang diantaranya adalah BPUPK, UPK, Tim Verifikasi, Tim Pendanaan, dan
Tim Penyehat Pinjaman. Khusus pada studi mengenai program SPP, Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) bersifat asset masyarakat, dan kegiatan daripada
UPK adalah mengelola dana masyarakat dan dana yang diperoleh dari program-
program pemerintah/swasta atau kerjasama dengan swasta untuk digulirkan
sebagai pinjaman kepada Kelompok Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP).
Pada 13 juli 2015, Kementrian Desa menerbitkan surat panduan
pengahkiran dan penataan hasil kegiatan PNPM-MPd nomor
134/DPPMD/VII/2015. Hal tersebut dihapuskan karena Kementerian Desa
Tranmigrasi dan Daerah Tertinggal menilai bahwa tujuan daripada kegiatan
PNPM tidak tercapai dan artinya dapat merugikan Negara. Seperti observasi
awal yang dilakukan oleh peneliti di beberapa kecamatan di Kabupaten Serang
yang menghasilkan keluhan Ketua UPK yang disebabkan oleh
ketidaksadarannya masyarakat dalam mengembalikan pinjaman modal secara
rutin, karena dalam prosedur peminjamannya pemerintah idak membebankan
secara berat kepada penerima modal untuk memberikan jaminan berharga seperti
pihak swasta lakukan. Bahkan pemerintah juga belum memberikan pelatihan
5
kepada calon penerima modal untuk dapat mempergunakan modal sebaik
mungkin. Namun, program dari PNPM-MPd yaitu Simpan Pinjam Perempuan
masih berlanjut diberbagai kecamatan di belahan daerah Indonesia. SPP
bertujuan untuk mengatasi kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat baik
melalui penguatan modal maupun kelembagaan hingga meningkatnya taraf
hidup keluarga dengan adanya bantuan modal usaha. Modal yang digulirkan
tentu saja sesuai judul, yakni hanya diberikan untuk perempuan. Mereka harus
dapat mengoptimalkan dana yang diberikan oleh pemerintah melalui dana hibah.
SPP diputuskan untuk tidak dihapuskan karena para petinggi
pemerintahan menilai bahwa apabila uang negara yang telah bergulir ditengah
masyarakat tidak dimanfaatkan atau tidak dikembalikan dalam bentuk
peningkatan perekonomian kelompok - kelompok masyarakat, maka negara akan
sangat merugi karena dana bergulir/SPP ini jumlahnya terus meningkat, dan
sebaliknya apabila SPP dihapuskan maka kelompok peminjam modal akan
merasa tenang karena tidak lagi membayar angsuran SPP tiap bulan-nya. Dana
SPP berubah sumber yang awalnya mendapatkan suntikan dari pusat dan daerah
, kini dana permodalan usaha, pembayaran upah pekerja, dan lain sebagainya
hanya didapati dari dana yang telah bergulir berdasarkan dana bergulir/SPP tiap
kecamatan.
SPP memiliki beberapa persyaratan. Pertama, berdomisili di kecamatan
program SPP yang kelompok ajukan. Kedua, seluruh anggota kelompok
memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Ketiga, bahwa peminjam modal
haruslah dalam bentuk kelompok, hal ini diharapkan agar sesama anggota saling
6
membiasakan bersilaturahmi antar perempuan. Keempat, dalam satu kelompok
berisikan paling sedikit 5 (lima) orang anggota. Kelima, memiliki rencana usaha
(pemodal awal) dan menycantumkan rincian dana yang dibutuhkan.
Perempuan di Indonesia lebih memilih program SPP untuk dijadikan
modal usaha mereka, hal ini disebabkan karena SPP lebih tidak memberatkan
para peminjam modal. Dengan memberikan bunga minim (18%pertahun) dan
tidak adanya sanksi apabila peminjam tidak tepat waktu dalam mengembalikan
dana pinjaman, perempuan menjadi lebih leluasa menjalani hidup. Berbeda
dengan lembaga lain yang menawarkan pinjaman, SPP hanya membebankan
peminjam modal dengan bunga sebesar 1,5% perbulan (jangka waktu 1 tahun).
Beban bunga yang ringan juga menjadi pertimbangan para peminjam modal
untuk lebih memilih meminjam di program SPP. Saat setelah PNPM-MPd
dihapuskan, UPK mengelola dana yang bergulir secara mandiri. Bunga yang
dibebankan akan bergulir untuk memenuhi beberapa keperluan seperti
pemberian upah pegawai, pembelanjaan alat tulis kantor, dan beberapa
keperluan lainnya.
Pada bulan Agustus 2017, UPK beserta stekholders kembali menggarap
dasar hukum berupa Peraturan Bupati Kabupaten Serang. Namun tidak semua
kabupaten tengah melakukan penggarapan dasar hukum UPK, ada pula
kabupaten yang menghiraukan keberlangsungan asset masyarakat ini. Namun
pemerintah Kabupaten Serang beserta jajaran seluruh ketua UPK menilai bahwa
program Simpan Pinjam tersebut harus terus berlangsung, melihat tingginya
tingkat antusiasme masyarakat di beberapa kecamatan. Adapun hingga sekarang
7
penggarapan tersebut belumlah jelas dan belum dapat mengeluarkan hasil yang
UPK inginkan. Dengan kejadian yang demikian, maka UPK membuat badan
hukum berupa Surat Keputusan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
Nomor : AHU-0003694.AH.01.07.TAHUN 2018 Tentang Pengesahan Pendirian
Badan Hukum Perkumpulan Pengelolaan Dana Pemberdayaan Masyarakat
Kecamatan Anyar.
Salah satu kecamatan yang tetap melanjutkan program SPP ini adalah
Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang-Banten. Menurut data buku catatan UPK
di Kecamatan Anyar, tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Anyar
sangatlah tinggi, masyarakat sangat antusias untuk membuat kelompok yang
selanjutnya akan diajukan sebagai kelompok peminjam modal. Pada tahun 2014
SPP kecamatan anyar memiliki 246 kelompok peminjam, di tahun 2018 jumlah
kelompok peminjam mengalami peningkatan dengan jumlah total kelompok
sebanyak 377 kelompok (2.353 anggota). Tujuan dibentuk nya kelompok tidak
lain sebagai wadah pemersatu masyarakat setempat, karena SPP memiliki salah
satu kegiatan yakni pertemuan mingguan. Pertemuan mingguan tersebut
dibentuk untuk menjaga komunikasi didalam suatu kelompok penerima modal
agar tetap terjalin harmonis.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara, peneliti menemukan
permasalahan yang berkaitan dengan kelompok SPP dilokasi. Adapun
permasalahan yang ditemukan oleh peneliti sebagai berikut :
8
Pertama, berdasarkan hasil wawancara awal dengan Bapak Karwa2
selaku Ketua UPK di Kecamatan Anyar dan Mantan Penasihat PNPM-MPd3
Kecamatan Anyar tidak berjalannya pertemuan rutin mingguan secara optimal
yang harus dilakukan setiap kelompok, pertemuan rutin tersebut diharapkan
untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota kelompok sehingga mereka
tetap berkomunikasi untuk merundingkan pembayaran rutin bulanan yang wajib
mereka angsur. Hasil pra-survey serta dalam hasil penilaian oleh UPK
kecamatan anyar tercatat sebanyak 273 dari 377 kelompok pada tahun 2018
sampai sekarang tidak menjalankan pertemuan rutin mingguan kelompok. Hal
tersebut dikarenakan banyak anggota yang tidak memperdulikan kegiatan
tersebut, mereka memilih untuk melaksanakan kegiatan mereka masing-masing
seperti berjualan sembako, berjualan bensin eceran, berjualan isi ulang pulsa
telepon genggam, dan masih banyak lagi.
Kedua, berdasarkan hasil wawancara awal dengan Bapak Karwa4 selaku
Ketua UPK di Kecamatan Anyar dan Ibu Maslihah selaku Ketua Kelompok
SPP5 tumbuh rasa ketidaksadarannya masyarakat untuk melakukan angsuran
secara tepat waktu, hal ini dikarenakan dalam peminjaman modal melalui
program SPP ini pemerintah tidak menjatuhkan denda tempo waktu
keterlambatan bagi kelompok peminjam modal. Dalam buku laporan hasil kerja
UPK tercatat sebanyak 70% anggota SPP telah menunggak pembayaran rutin
bulanan hingga pada tahun tahun 2018.
2 Wawancara Dengan Bapak Karwa, Kediaman Bapak Karwa, September 2017 3 Wawancara Dengan Mantan Penasihat PNPM-MPd, Kantor UPK, September 2017
4 Wawancara Dengan Bapak Karwa, Kediaman Bapak Karwa, September 2017
5 Wawancara Dengan Ibu Maslihah, Kediaman/Warung Ibu Maslihah, September 2017
9
Ketiga, masalah ini dapat dikatakan masalah yang sangat besar yakni
tidak adanya payung hukum yang melindungi SPP dari tahun 2015-2017.
Berdasarkan hasil wawancara awal dengan Bapak Karwa selaku Ketua UPK di
Kecamatan Anyar, pada 13 juni 2015 pemerintah telah menghapuskan PNPM-
MPd. Dengan kata lain, Badan Pengawas Keuangan (BPK) selama 2 tahun tidak
lagi memeriksa kegiatan SPP. Menurut Bapak Kawra (ketua UPK Anyar),
mereka mau tidak mau pergi ke Notaris untuk membuat badan hukum hingga
saat ini badan hukum UPK berupa Surat Keputusan Mentri Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI Nomor : AHU-0003694.AH.01.07.TAHUN 2018 Tentang
Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Pengelolaan Dana
Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Anyar. Petunjuk Teknik Operasional
(PTO) yang digunakan oleh UPK pun masih menggunakan panduan yang lama.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan mengenai masalah-masalah dalam latar
belakang masalah terkait Evaluasi Program Simpan Pinjam Perempuan/SPP
dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar, Kabupaten, Serang,
Banten. Peneliti dapat mengidentifikasikan masalah yang terjadi dilapangan
berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti.
Berikut adalah identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1 Tidak sedikit kelompok yang melanggar kegiatan pertemuan rutin
mingguan,
10
2 Ketidaksadaran masyarakat untuk melakukan angsuran secara tepat
waktu, dan
3 Tidak adanya payung hukum yang jelas guna melindungi SPP pada tahun
2015-2017.
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah lebih mengarah pada tujuan evaluasi maka
penulis akan membatasi masalah - masalah yang telah dipaparkan dalam latar
belakan masalah diatas. Hal yang hanya akan dibahas dalam penelitian ini ialah
tentang bagaimanakah gambaran keberhasilan suatu program Simpan Pinjam
Perempuan dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar. Dalam
penelitian kali ini, peneliti menepatkan lokasi penelitian di kecamatan Anyar
yang terletak di Kabupaten Serang-Banten, dengan alasan di kecamatan tersebut
merupakan salahsatu kecamatan yang memilih untuk melanjutkan program SPP.
Dengan batasan masalah, tujuan daripada penelitian evaluasi ini ialah untuk
melihat baik atau tidaknya suatu program dan melihat apakah perubahan
kehidupan masyarakat setempat akibat dari adanya program ataukah ada faktor
lain, dengan demikian pemerintah dapat mengambil suatu tindakan dari hasil
penelitian tersebut.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan mengenai permasalahan – permasalahan yang
muncul pada penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya dalam latar belakang
11
masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka rumusan masalah yang
didapati ialah tentang bagaimanakah keberhasilan Program Simpan Pinjam
Perempuan dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah dari suatu penelitian yang disesuaikan
dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Program Simpan Pinjam
Perempuan/SPP dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar.
1.6 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah melihat dan menilai
kesuksesan daripada program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang seharusnya
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama peran perempuan dalam
pemberdayaan usaha didalam ranah rumah tangga.
Sedangkan secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi aktor pelaksana
terutama pada ranah pegawai Kecamatan Anyar yang ingin memperbaiki
masalah - masalah yang dihadapi. Tidak hanya itu, penelitian ini juga di
harapkan dapat membantu pemerintah daerah untuk segera mengambil tindakan
dalam membentuk peraturan bupati/gubernur agar kegiatan Program SPP
mendapatkan perlindungan secara hukum.
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasam teori menjelaskan tentang teori-teori dan konsep yang
dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya utama, tidak tertutup kemungkinan
untuk bertambah seiring dengan pengambilan data di lapangan. Deskripsi teori
menjadi pedoman dalam penelitian ini dan untuk menerjemahkan fenomena-
fenomena sosial yang ada di dalam penelitian. Teori yang relevan peneliti kaji
sesuai dengan uraian pada bab sebelumnya.6
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Satu hal yang harus diingat dalam mendefinisikan kebijakan adalah
bahwa pendefinisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai
apa yang sebenarnya dilakukan, ketimbang dengan apa yang diusulkan dalam
tindakan mengenai suatu persoalan tertentu. Definisi tentang kebijakan
publika akan lebih tepat bila definisi tersebut mencakup pula arah dan
tindakan atau apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan
tindakan.
Literature ilmu politik tradisional dipenuhi oleh definisi-definisi
mengenai kebijakan publik. Ada definisi yang terurai secara panjang dan
„ketat,‟ tetapi ada pula yang pendek dan „cair.‟ Setiap scholars mempunyai
6 Fuad dan Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Jakarta : Graha Ilmu. hal. 56
13
definisi dan pengertiannya masing-masing. Kedati begitu, suatu yang
pasti, cepat atau lambat para scholars tersebut merasa perlu untuk
mendefinisikan kebijakan publik yang lebih mampu menyatukan ide-ide
mereka. pendefinisian ini berguna untuk menyediakan sarana komunikasi
bagi para perumus dan analis kebijakan public di kemudian hari manakala
mereka melakukan diskusi dalam ruang politik. Selain itu pendefinisian ini
diperlukan dalam rangka menentukan definisi operasional ketika para
scholars melakukan penelitian lapangan yang membutuhkan definisi secara
tepat.
Dalam percakapan sehari-hari kata „publik‟ mempunyai dua arti kata
yang berbeda. Pertama, public diartikan sebagai Negara atau pemerintah
seperti dalam terjemahan public administration menjadi administrasi Negara.
Kedua, kata publik sebagai padanan dari kata „umum‟ seperti dalam public
telephone (telepon umum), public transportation (transportasi umum), atau
public interest (kepentingan umum). Secara etimologis arti kata public
merupakan sarapan dari bahasa inggris public, yang memiliki dua makna atau
bentuk. Pertama, sebagai kata benda (the public) yang berarti the community
in general atau part of community having a particular interest in comman
yang berarti :
…… of or concerning people in general atau provided, especially by
central or local government, for the use of people in general atau of
or engaged in affairs, entertainment, service, etc. of the people atau
open or known to people in general.
14
Dari pengertian ini, kata publik daam bahasa inggris sangat erat
kaitannya dengan segala sesuatu yang menyangkut masyarakat atau orang
banyak.
Sementara itu, dilihat dari aspek sejarah perkembangannya, pengertian
kata publik muncul dari dua sumber. Pertama, berasal dari bahasa yunani,
pubes, yang berarti kedewasaan, baik kedewasaan fisik, emosional, maupun
intelektual. Dalam khazanah sosiologi dan pisikologi, pubes-kemudian
diistilahkan menjadi puber-dimengerti sebagai suatu tahapan kehidupan sosial
seorang manusia, yaitu masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan
seorang individu dari yang awalnya memenringkan diri sendiri kea rah usaha
memandang dan memperhitungkan orang-orang diluar dirinya. Dalam masa
ini, individu mulai berminat untuk mengerti kehidupa orang lain atau
memahami akibat-akibat dari pelbagai tindakan yang dilakukannya (terhadap
orang lain atau sebaliknya). Kedua, kata publik yang juga berasal dari bahasa
yunani, koinon, yang diadopsi kedalam bahas ingris menjado common yang
menekankan tentang pentingnya suatu hubungan antarindividu.7
Kebijakan publik menurut Robert Eyestone dalam Agustino dalam
bukunya The Threads of public policy mendefinisikan kebijakan publik
sebagai :”…. The relationship of governmental unit to its environment.”
Namun definisi ini masih terlalu luas untuk dipahami sehingga maknanya
menjadi tidak menentu bagi sebagian besar mahasiswa maupun scholars yang
mempelajarinya. “hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya,”
7 Agustino Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik (edisi revisi). Bandung : Alfabeta. Hal 6
15
menurut Eyestone di atas dapat meliputi hampir semua elemen dalam konteks
negara. Padahal dalam lingkup yang nyata, kebijakan publik tidak selalu
menggambarkan keluasan definisi Eyestone itu.
Definisi lain menjelaskan bahwa kebijakan publik: “….what
governments do, why they do it, and what difference it makes” Dye dalam
Agustino. Merujuk dalam definsi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
kebijakan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah (entah itu
bertujuan menyelesaikan masalah, meningkatkan sumberdaya manusia,
menghentikan tindakan terorisme, atau lainnya) dan dalam kerja tersebut
menghasilkan sesuatu (what difference it makes). Bahkan dalam sudut
pandang lain, Dye dalam Agustino menulis pula kebijakan public sebagai :
“anyrhing a government choose to do or not to do”. Menurut takrif ini,
semua pilihan-pilihan pemerinah untuk melakukan ataupun tidak melakukan
sesuatu adalah kebijakan publik.8
Satu hal yang harus diingat dalam mendefinisikan kebijakan adalah
bahwa pendefinisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai
apa yang sebenarnya dilakukan, ketimbanhg dengan apa yang diusulkan
dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu. Definisi tentang kebijakan
publik akan lebih tepat bila definisi tersebut mencakup pula arah dan tindakan
atau apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan.
8 8 Ibid., Hal 15
16
Dalam sedikit pemaparan mengenai “public” dan “kebijakan” diatas,
maka kebijakan publik meripakan hasil interaksi intensif antara para aktor
pembuat kebijakan berdasarkan fenomena yang harus dicarikan solusinya.
Tidak hanya itu, kebijakan publik kerap pula menyertakan partisipasi
masyarakat guna menghasilkan keputusan yang terbaik. Namun, tidak jarang
suatu kebijakan merupakan hasil „karya‟ yang bersifat tertutup. Ada banyak
cara yang dilakukan oleh para aktor pembuat kebijakan untuk menghasilkan
keputusan-keputusan yang bersifat sempit untuk memperesentasikan
kepentingan golongan, agama, ataupun kepentingan golongan politik itu saja.
Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan tidak bersifat publik lagi, meskipun
terkadang dilaksanakan secara luas. Ini karena keputusan yang dihasilkan
hanya mewadahi kepentingan segelintir orang saja.9
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang kebijakan sebagaimana
dijelaskan diatas penulis dapat simpulkan bahwa kebijakan publik adalah
yang dipilih pemerintah untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan
tindakan berkaitan dengan pencapaian tujuan yang diinginkan ataupun
penyelesaian masalah di suatu negara. Kebijakan publik mempunyai tahap-
tahap yang sebagaimana dikemukakan oleh William Dunn dalam Subarsono
yaitu:10
9 Agustino Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik (edisi revisi). Bandung : Alfabeta. Hal. 1 10
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal 9
17
1) Tahap Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah
memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah
publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah
isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan
mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
Penyusunan Agenda
18
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan
suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah.
Issue kebijakan sering disebut juga sebagai masalah kebijakan. Isu
kebijakan biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di
antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan
ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter
permasalahan tersebut. Isu kebijakan merupakan produk atau fungsi
dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan
maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu
bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
2) Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi
didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.
Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing slternatif bersaing untuk dapat
dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
3) Tahap Adopsi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada
proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu
19
masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan
mengikuti arahan pemerintah. Dukungan untuk rezim cenderung
berdifusi-cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan
pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan
disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol
tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.
4) Tahap Implementasi Kebijakan
Kebijakan yang telah di ambil dilaksanakan oleh unit-unit
administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan
manusia. Pada tahap inilah berbagai kepentingan akan saling bersaing.
Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan dari pelaksana
(implementators), namun beberapa dari yang lain akan ditentang oleh
para pelaksana.
5) Tahap Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai
kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang
mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini ,
evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya,
evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja,
melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-
20
masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk
menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap
dampak kebijakan.
2.1.2 Pengertian Evaluasi Kebijakan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu
penilaian dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau
yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan
strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu
proses penelitian positif dan negatifatau juga gabungan dari keduanya
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978). Pada umumnya evaluasi
adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah
dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan,
dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik.
Evaluasi lebih bersifat melihat kedepan dari pada melihat kesalahan-
kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan
demi keberhasilan program, dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah
perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.
Menurut Jones (1996) dalam Agustino mengungkapkan evaluasi
adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat program
dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis dan bentuk
rekomendasi. Selanjutnya Weiss (Jones, 1994) dalam Agustino
mengemukakan bahwa evaluasi adalah kata riteri yang meliputi segala
21
macam pertimbangan, penggunaan kata tersebut dalam arti umum adalah
suatu istilah untuk menimbang manfaat. Seseorang meneliti atau mengamati
suatu fenomena berdasarkan ukuran yang eksplisit dankriteria. Evaluasi
dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan
dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi yang dapat
dinilai dan dipelajari untuk menjadi acuan perbaikan dimasa mendatang. 11
Sosial utama dari evaluasi adalah diarahkan kepada keluaran (output),
hasil (outcomes), dan dampak ()impacts dari pelaksanaan rencana stategis.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan yang transparan dan akuntabel dan harus
disertai dengan penyusunan sosial kinerja pelaksanaan rencana yang
sekurang-kurangnya meliputi ; sosial masukan, sosial keluaran, dan sosial
hasil. Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan mengenai apa
yang sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.
1 Evaluasi bertujuan untuk:12
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka
dapat diketahui derajad pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
b. Mengukur suatu tingkat efisiensi kebijakan. Dengan evaluasi juga
dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu
tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas
pengeluaran atau output suatu kebijakan.
11
Agustino Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik (edisi revisi). Bandung : Alfabeta. Hal. 165 12
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal 120-121
22
d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi
ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak
positif maupun negatif.
e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga
bertujuan untuk mengetahui apabila adanya penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan
antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
f. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan dating.
Tujuan akhir evaluasi ini adalah untuk memberikan masukan bagi
proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
Gambar 2.1
Tujuan Evaluasi
2 Fungsi Evaluasi
Menurut Dunn ada tiga fungsi dari evaluasi kebijakan. Sebagai
berikut :13
13
Dunn, William N. 1994. Public policy analysis: An introduction, 2nd
EdNew Jersey : Prentice-
Hall. Hal 609-611
Input Proses
kebijakan Dampak Ouput Outcome
Umpan balik
23
a. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan nilai dan
kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal
ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan, tujuan tertentu
dan target tertentu telah dicapai,
b. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai
diperjelas dengan mengidentifikasikan dan mengoprasikan tujuan
dan target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis
kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan masalah yang
dituju. Dalam menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran, analisis
dapat menguji alternatif sumber nilai (kelompok kepentingan,
pegawai negeri, kelompok-kelompok klien), maupun landasan
mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (teknis, ekonomis, legal,
sosial, dan substantif),
c. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat
memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan,
sebagai contoh dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu
didefinisi ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang pada definisi
alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan
24
menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan
sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain.
3 Sifat Evaluasi
William Dunn mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan evaluasi
akan menghasilkan tuntutan-tuntutan yang bersifat evaluatif. Fokus utama
dalam pelaksanaan evaluasi kebijakan tersebut bukan hanya mengenai fakta
atau aksi tetapi lebih kepada nilai terhadap kebijakan publik. Karena itu
evaluasi mempunyai perbedaan karakteristik yang membedakannya dari
metode-metode analisis kebijakan seperti:14
a. Fokus Nilai
Evaluasi merupakan usaha untuk mengetahui manfaat dan
kegunaan sosial dari kebijakan atau program yang dilakukan pemerintah,
dan bukan sekedar untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi
kebijakan yang terantisipasi dan tidak terantisipasi.
b. Interdependensi Fakta-Nilai
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kebijakan tidak hanya
didasarkan pada kepuasan sejumlah individu, kelompok, atau seluruh
masyarakat. Tetapi harus didukung oleh buktibukti yang menunjukkan
hasil-hasil kebijakan secara aktual yang merupakan konsekuensi dari aksi-
aksi yang dilakukan dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini,
14 Ibid Hal 608-609
25
pemantauan atas pelaksanaan kebijakan menjadi prasyarat bagi evaluator
dalam melakukan evaluasi kebijakan.
c. Orientasi Masa Kini Dan Masa Lampau
Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex
post) dan bersifat prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi dilakukan (ex
ante). Berdasarkan sifat-sifat evaluasi itu, maka tuntutan atas evaluasi itu
sendiri diarahkan untuk mengetahui pada hasil sekarang dan masa lalu.
d. Dualitas Nilai
Nilai-nilai yang mendasari tuntutan terhadap adanya evaluasi
mempunyai kualitas ganda karena nilai-nilai itu dipandang sebagai tujuan
sekaligus dipandang sebagai sebuah cara. Dalam hal ini, penataan nilai-
nilai dalam suatu hierarki akan dapat merefleksikan kepentingan relatif
dan saling ketergantungan antar tujuan dan sasaran.
4 Evaluasi Dampak Kebijakan
Evaluasi kebijakan merupakan usaha untuk menentukan dampak dari
kebijakan pada kondisi-kondisi kehidupan nyata pada masyarakat. Hal ini
berarti bahwa evaluasi kebijakan dapat dipahami sebagai usaha untuk
menentukan dampak atau konsekuensi yang terjadi sebenarnya dari suatu
26
kebijakan. Sebagaimana pengertian evaluasi dampak kebijakan yang
diungkapkan Dunn: 15
“Dalam evaluasi dampak kebijakan membedakan konsekuensi
kebijakan menjadi dua jenis, yaitu ouput dan dampak. Output adalah
barang, jasa atau fasilitas lain yang diterima oleh sekelompok
masyarakat tertentu, baik kelompok sasaran maupun kelompok lain
yang tidak dimaksudkan untuk disentuh oleh kebijakan. Sedangkan
dampak adalah kondisi fisik maupun sosial sebagai akibat dari
output kebijakan”.
Evaluasi dampak memberikan perhatian yang lebih besar kepada
output dan dampak kebijakan dibandingkan kepada proses pelaksanaan
kebijakan itu sendiri. Kaitannya dengan dampak kebijakan, perlu dipahami
akan adanya dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan.
Dampak yang diharapkan mengandung pengertian bahwa ketika kebijakan
dibuat, pemerintah telah menentukan atau memetakan dampak apa saja yang
akan terjadi. Diantara dampak-dampak yang diduga akan terjadi dalam
pelaksanaan kebijakan, ada dampak yang diharapkan dan ada yang tidak
diharapkan. Lebih dari itu, pada akhir implementasi kebijakan muncul pula
dampak-dampak yang tak terduga, yang diantaranya ada yang diharapkan
dan tak diharapkan, atau yang diinginkan dan tidak diinginkan.
Untuk melakukan evaluasi program yang telah diimplementasikan
ada beberapa metode evaluasi, yakni: (1)single program after only (2) single
15 Ibid Hal. 5
27
program before after (3) comparative after only (4) comparative before
after.16
Evaluator dapat menggunakan kelompok control di samping
menggunakan kelompok eksperimen. Yang dimaksud dengan kelompok
eksperimen adalah kelompok yang dapat atau yang dikenai program atau
dikenai kebijakan. Sedangkan kelompok control adalah kelompok tidak
mendapat program tetapi memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama
dengan kelopok eksperimen. Evaluator juga dapat membandingkan kondisi
sebelum dan sesudah diimplementasikan suatu program, atau hanya melihat
kondisi setelah suatu program diimplementasikan. Masing-masing jenis
evaluasi tersebut akan menghasilkan jenis infoemasi dan data yang berbeda.
Apabila evaluator menggunakan kelompok control, karakteristik dan
kondisi kelompok control harus sama atau hampir sama dengan kondisi dan
karakteristik kelompok eksperimen sebelum mendapat program. Dengan
demikian dapat diketahui adanya perubahan pada kedua kelompok tersebut
dalam ukuran waktu tertentu. Dalam kenyataannya, tidak mudah untuk
mencari kelompok control tersebut, karena setiap masyarakat memiliki
keunikan sendiri.
Dalam evaluasi dampak program juga harus dicermati bahwa dampak
yang terjadi betul-betul sebagai akibat dari program yang sedang dievaluasi,
bukan dampak dari program lain. Untuk itu, perlu adanya pertanyaan yang
16
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal 128-130
28
bersifat check and recheck. Dalam kenyataannya, dalam waktu yang
bersamaan ada beberapa program yang dilancarkan (di-launching) oleh
pemerintah kepada masyarakat, dan sering beberapa program tersebut
memiliki tujuan yang saling tumpang tindih atau sejenis. Oleh karenanya,
pengalaman membuktikan tidak mudah mengklaim suatu dampak sebagai
akibat dari program tertentu. Bisa jadi dampak tersebut merupakan
akumulasi dari berbagai program yang berdampingan atau bersinergi.
Tabel 2.1
Metodologi Evaluasi Program
Jenis
program
Pengukuran kondisi
kelompok sasaran Kelompok
control
Informasi
yang
diperoleh sebelum Sesudah
Single
program
after only
Tidak Ya Tidak ada
Keadaan
kelompok
sasaran
Single
program
before after
Ya Ya Tidak ada
Perubahan
kelompok
sasaran
comparative
after only
Tidak Ya Tidak ada
Keadaan
sasaran dan
bukan
sasaran
comparative Ya Ya Tidak ada Efek
29
before after program
terhadap
kelompok
sasaran
Dari jenis studi evaluasi yang dikemukakan oleh Finsterbusch dan
Motz maka dapat dilihat bahwa jenis evaluasi single program after only
merupakan jenis studi evaluasi yang paling lemah. Pemilihan terhadap jenis
studi yang dipakai oleh evaluator dalam melakukan analisis seringkali sangat
ditentukan oleh ketersediaan data mengenai kebijakan publik tersebut. Bila
evaluator hanya dapat memperoleh data tentang sasaran program pada waktu
program telah selesai, maka hanya akan melakukan studi single program
after only. Sebaliknya, bila mempunyai data lebih lengkap tentang sasaran
program pada waktu sebelum dan setelah program berlangsung, maka
cenderung untuk melakukan studi single program before after.
Evaluasi Program SPP ini menggunakan jenis evaluasi single
program before-after. Penelitian jenis single program beforeafter ini pada
dasarnya meneliti dampak yang timbul pada kelompok sasaran pada saat
pelaksanaan kebijakan maupun setelah kebijakan dilaksanakan, juga
mengamati keadaan kelompok sasaran sebelum program kebijakan tersebut
dilaksanakan. Hal ini untuk melihat apakah ada perubahan keadaan
kelompok sasaran setelah dilaksanakan program SPP tersebut. Jadi jenis
studi evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan single
30
program before-after dengan melihat keadaan kelompok sasaran sebelum dan
sesudah program dilaksanakan.
2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat
Gunawan Sumodiningrat (1999), menyatakan bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan
upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu
mewujudkan, kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalamsusunan
keadilan sosial yang berkelanjutan. Untuk itu upaya pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat.
Peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui
bantuan dana yang dapat diciptakan dari kegiatan sosial ekonomi dengan
menganut beberapa prinsip, sebagai berikut (Gunawan Sumodiningrat
(1999)):17
1. Mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat kelompok sasaran
(acceptable)
17
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial.
Jakarta: Gramedia.
31
2. Dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat dipertanggung
jawabkan (accountable)
3. Memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk
mengelola kegiatan secara ekonomis (profitable)
4. Hasil dapat dilestarikan oleh masyarakat (sustainable)
5. Pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan
dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebuih luas
(replicable)
Sumodiningrat juga mengemukakan indicator keberhasilan yang
dipakai untuk mengukur pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
yang mencakup:
1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin
2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan penduduk
miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya
4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin
berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya
permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta
semakin luasnya interaksi sosial dengan kelompok lain
5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang
ditandai dengan peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu
memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya
32
Kesimpulan dalam penjelasan prinsip pemberdayaan masyarakat
adalah bahwa dalam mengukur keberhasilan sebuah pemberdayaan
masyarakat diperlukan indicator-indicator yang telah dijelaskan diatas namun
indicator yang terpenting dalam mengukur sebuah keberhasilan dalam
pemberdayaan masyarakat adalah terciptanya kemandirian masyarakat dimana
masyarakat dapat mengatasi sendiri permasalahan-permasalahan yang ada
dilingkungannya tanpa bergantung kepada pemerintah. sehingga dalam hal ini
pemerintah tidak lagi menjadi fasilitator seperti yang saat ini kebanyakan
terjadi.
2.1.4 Pengertian PNPM-MPd
Dalam Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
RI NO: 25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Pedoman Umum
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, dijelaskan pengertian
PNPM Mandiri adalah sebagai berikut :
“PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka
kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan
sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan
pendampingan, dan penataan stimulan untuk mendorong prakarsa dan
inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan
berkelanjutan”18
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPMPerdesaan atau Rural PNPM)
18
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI NO:
25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri
33
merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang
digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM
Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak
1998.
Ditinjau dari aspek historis, PNPM Mandiri diluncurkan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu,
Sulawesi Tengah. Program ini merupakan scaling up (pengembangan yang
lebih luas) dari program-program penanggulangan kemiskinan pada era-era
sebelumnya. PNPM Mandiri digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari
puluhan program penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen yang
ada pada saat itu, khususnya yang menggunakan konsep pemberdayaan
masyarakat (community development) sebagai pendekatan operasionalnya.
Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai
program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam
pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat
Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan. Program ini menyediakan
fasilitasi pemberdayaan masyarakat kelembagaan lokal, pendampingan,
pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada
masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar
Rp750 juta sampai Rp3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk.
34
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak
terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan
dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan
kegiatan dan pelestariannya. Dalam Petunjuk Teknik Operasional (PTO)
PNPM Mandiri Perdesaan (2010: 20-25), dijelaskan bahwa Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dilaksanakan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut :
A. Tahap Perencanaan
Kegiatan pada tahap perencanaan terdiri dari :
1) Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi
Musdes sosialisasi merupakan pertemuan masyarakat desa
sebagai ajang sosialisasi atau penyebarluasan informasi PNPM Mandiri
Perdesaan di desa. Hasil yang diharapkan dalam musdes sosialisasi
adalah tersosialisasinya informasi pokok PNPM Mandiri Perdesaan.
2) Penggalian Gagasan.
Penggalian gagasan adalah proses untuk menemukenali
gagasan-gagasan kegiatan atau kebutuhan masyarakat dalam upaya
mengatasi permasalahan kemiskinan yang dihadapi dan
mengembangkan potensi yang ada di masyarakat.
3) Pengambilan Keputusan
35
Pada tahap pengambilan keputusan ini semua gagasan-gagasan
yang diajukan oleh masyarakat pada saat penggalian gagasan
dimusyawarahkan untuk ditentukan skala prioritasnya. Gagasan-
gagasan tersebut meliputi bidang sarana prasarana, sosial budaya, dan
ekonomi. Tiga gagasan dengan prioritas teratas pada setiap bidang
diputuskan menjadi usulan dari desa untuk dibahas di tingkat
Kecamatan.
B. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah pelaksanaan seluruh rencana kegiatan
yang telah disepakati dalam pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD)
penetapan usulan dan musdes informasi hasil MAD serta rapat-rapat
persiapan pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1) Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan
pelaksanaan dan tanggung jawab ada pada masyarakat,
2) Masyarakat desa mendapat prioritas untuk turut bekerja dalam
pelaksanaan kegiatan, terutama bagi rumah tangga miskin (RTM),
3) Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh
masyarakat sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga trampil
atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam musdes, dan kebutuhan
tersebut di atas harus diperhitungkan dalam RAB kegiatan,
36
4) Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai
hasil yang memuaskan serta selesai tepat waktu.
C. Tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan/Pelestarian
Tahap pemanfaatan dan pemeliharaan/Pelestarian kegiatan
merupakan tahapan pasca pelaksanaan kegiatan yang dikelola dan
merupakan tanggung jawab masyarakat. Namun demikian dalam melakukan
pemanfaatan dan pemeliharaan/pelestarian, masyarakat tetap berdasarkan
atas prinsip PNPM Mandiri Perdesaan. Pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan
pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah
koordinasi Bank Dunia.
Tujuan Umum PNPM-Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesa an
dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan.
Adapun tujuan khususnya meliputi:
1) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat
miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok
37
masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam
proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif dan akuntabel.
3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan,
program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin
(pro-poor).
4) Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat
dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan. Meningkatnya keberadaan dan
kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan
kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di
wilayahnya.
5) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai
dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan
lokal. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna,
informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.19
19
Petunjuk Teknik Operasional (PTO) PNPM Mandiri Perdesaan. 2010. Jakarta:
KEMENDAGRI. Hal. 20-25
38
2.1.5 Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
A. Pengertian
Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) merupakan
kegiatan dari Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam pemberian dana
bergulir kepada kelompok perempuan dalam mengembangkan usaha
mikro yaitu dengan memberikan akses permodalan yang dibutuhkan
oleh pengusaha mikro dan golongan ekonomi lemah secara luas,
mudah dan murah. Simpan pinjam merupakan suatu transaksi yang
memungut dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali
dalam bentuk pinjaman kepada anggota yang membutuhkan, hal ini
dilakukan dalam rangka mengurangi gerakan rentenir yang merugikan
masyarakat. Pinjaman adalah kebolehan mengambil manfaat dari
seseorang yang membebaskannya, apa yang mungkin untuk
dimanfaatkan, serta tetap zat barangnya supaya dapat dikembalikan
kepada pemiliknya. Jadi, simpan pinjam merupakan suatu usaha
yang memberikan kesempatan kepada anggota untuk menyimpan
dan meminjam uang dengan mudah untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan.
Adanya kegiatan simpan pinjam bertujuan untuk membantu
masyarakat agar keluar dari angka kemiskinan. Sumber kemiskinan
merupakan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan masyarakat dalam
memenuhi hak-hak dasar karena terbatasnya sarana dan prasarana
sosial ekonomi serta rendahnya produktivitas dan tingkat
39
pembentukan modal bagi masyarakat. Kurangnya dana untuk
permodalan usaha akan menghambat perkembangan usaha yang telah
dilakukan, sehingga mempengaruhi perkembangan ekonomi
masyarakat. Akibatnya bila tidak segera diatasi akan menjadi
keterpurukan ekonomi yang menimbulkan keresahan di bidang
pangan, kesehatan dan pendidikan, bahkan bisa terjadinya kemiskinan.
B. Tujuan dan Prinsip-Prinsip
1. Tujuan Umum
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan
potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses
pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan
sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum
perempuan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan secara khusus kegiatan SPP ini adalah mempercepat
proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar,
memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi
rumah tangga melalui pendanaan modal usaha, mendorong
penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.20
20 PTO Penjelasan IV: Jenis dan Proses Pelaksanaan Bidang Kegiatan PNPM Mandiri
40
3. Prinsi-prinsip Pengelolaan
a) Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan
cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kbutuhan
b) Terlembagakan, artinya daana kegiatan SPP disalurkan
melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan
prosedur yang sudah baku dalam pengelolaan simpanan dan
pengelolaan pinjaman.
c) Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh
keputusan yang profesional oleh kaum perempuan dengan
mempertimbangkan pelestarian dan pengembangan dana
bergulir guna meningkatkan kesejahteran.
d) Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus
berorientasi pada peningkatan pendapatan sehingga
meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat
pedesaan.
e) Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana
bergulir harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat.
C. Sasaran Program
Sasaran program adalah masyarakat miskin, yang produktif yang
memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar
41
melalui kelompok simpan pinjam kaum perempuan yang sudah ada di
masyarakat.21
D. Persyaratan Anggota Kelompok SPP
Sebelum anggota kelompok mendapatkan pinjaman dana dari
SPP, semua kelompok pemanfaat harus memenuhi
persyaratanpersyaratan pinjaman antara lain:
1) Pendataan calon peminjam dana SPP dengan membawa fotocopy
KTP suami istri,
2) Pengarahan kepada calon peminjam tentang aturan pinjaman dan
cara pembayaran angsuran pinjaman dari pengelola,
3) Pengarahan pada calon peminjam tentang pemanfaatan dana
pinjaman agar digunakan sebaik-baiknya untuk meningkatkan usaha,
agar dapat memperbaiki keadaan ekonomi keluarga sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup keluaga,
4) Mengajak musyawarah kepada anggota, untuk kelangsungan
kegiatan simpan pinjam agar semua anggota yang belum
mendapatkan pinjaman akan mendapatkan pinjaman pada waktu
yang akan dating, dan
5) Mengisi perjanjian tanggung renteng (Surat pernyataan jika ada
anggota kelompok yang tidak membayar angsuran pokok dan bunga
21
Petunjuk Teknik Operasional (PTO) Dana Bergulir PNPM Mandiri Perdesaan. 2012. Jakarta:
KEMENDAGRI. Hal. 1
42
pinjaman, maka secara kelompok dan bersama-sama akan
melunasinya).
E. Ketentuan Kelompok SPP
1) Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu
sama saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan
rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun.
2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan
dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.
3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai
sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.
4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.
5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara
sederhana.
F. Struktur Kelompok SPP
Kelompok-kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang ada
di Kecamatan Anyar dalam menjalankan kegiatan kelompoknya agar
berjalan sesuai dengan aturan kelompok yang telah ditetapkan, setiap
kelompok harus memiliki struktur kelompok, masing-masing kelompok
terdapat pengurus kelompok yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua
kelompok, 1 (satu) orang sekretaris kelompok, 1 (satu) orang bendahara
kelompok dan anggota kelompok minimal 5 (lima) orang maksimal 15
(lima belas) orang. Untuk lebih jelasnya struktur masing-masing
kelompok dapat dilihat pada gambar berikut ini :
43
Gambar 2.2
Struktur Kelompok SPP
Pelaksanaan kegiatan dalam masing-masing kelompok SPP, ketua
bertugas memimpin rapat, memberikan informasi kepada anggota,
mewakili kelompok dalam pengurusan proposal pengajuan pinjaman
dana ke pihak PNPM Mandiri Perdesaan dan bertanggung jawab atas
semua anggota kelompok. Sekretaris kelompok bertugas mencatat
keputusan musyawarah kelompok dan bersama ketua mewakili kelompok
untuk mengurus kepentingan kelompok. Sedangkan bendahara kelompok
bertugas untuk mencatat pembukuan uang iuran kelompok, pengurusan
uang pinjaman dan mengurus keuangan kelompok.22
22 PTO Penjelasan IV: Jenis dan Proses Pelaksanaan Bidang Kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan, Jakarta, hlm. 60
KETUA
…………
……..
ANGGOTA
1. ……….
2. ……….
3. Dst.
BENDAHARA
………………..
SEKERTARIS
………………..
44
G. Tahapan Pengelolaan
Adapun tahapan pengelolaan mengacu pada mekanisme
pendanaan dana bergulir dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pengajuan Usulan Pinjaman Kelompok
Kelompok membuat usulan dan mengajukan usulan kepada UPK
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh MAD (Musyawarah
Antar Desa) atau BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa),
2) Evaluasi Singkat Usulan Pinjaman oleh UPK
UPK melakukan evaluasi singkat tentang latar belakang
kelompok, kondisi saat kelompok ini, riwayat pinjaman kelompok pada
UPK, rencana usaha dan rencana penggunaan dana pinjaman. Evaluasi
singkat ini disampaikan bersama dengan usulan kelompok kepada tim
verifikasi.
3) Verifikasi oleh Tim Verifikasi
Tim verifikasi melakukan verifikasi usulan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh BKAD atau MAD.
4) Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan dilakukan oleh tim yang telah ditetapkan
BKAD atau MAD dan sesuai dengan ketentuan pendanaan yang telah
ditetapkan oleh BKAD atau MAD.
45
H. Pengelolaan Kegiatan
1) Penulisan Usulan (contoh terlampir) Dalam penulisan usulan SPP
paling tidak harus memuat beberapa hal sebagai berikut:
a) Sekilas kondisi kelompok SPP
b) Gambaran Usaha dan Rencana Kelompok yang menjelaskan:
I. Kondisi Anggota
II. Kondisi Permodalan
III. Kualitas Pinjaman
IV. Kondisi Operasional
c) Rencana usaha dalam satu tahun yang akan datang.
d) Perhitungan rencana kebutuhan dana.
e) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi
dengan peta sosial.
2) Verifikasi Usulan (contoh terlampir) Verifikasi kelompok SPP
mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam
b) Persyaratan Kelompok
c) Konndisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian:
I. Permodalan
II. Kualitas Pinjaman
III. Administraasi dan Pengelolaan
IV. Pendapatan
V. Likuiditas (pendanaan jangka pendek)
46
VI. Penilaian khusus rencana kegiatan
d) Penilaian calon pemanfat apakah sesuai dengan peta sosial
golongan masyarakat miskin.
3) Dana Perguliran Perguliran dana SPP dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Pengembalian dana SPP hanya digunakan untuk pendanaan
kegiatan SPP baik kelompok lama (pernah menerima pendanaan
SPP sebelumnya) atau pun baru.
b) Usulan kelompok langsung disampaikan ke UPK.
c) Verifikasi kelompok tetap dilakukan sebelum disetujui
pendanaan
d) Mekanisme pendanaan, tetap mengikuti ketentuan PPK
e) Penyaluran dana langsung dari UPK ke kelompok.
f) Pengembalian langsung dari kelompok ke UPK.
g) Adanya perjanjian pinjaman antara kelompok dan UPK
4) Jangka waktu pengembalian pinjaman dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Dana BLM – PPK : jangka waktu pengembalian pinjaman
maksimal 12 bulan dengan angsuran pokok dan jasa pinjaman
paling tidak 4 kali.
b) Dana perguliran:
I. Usulan kelompok langsung disampaikan ke UPK.
47
II. Verifikasi kelompok tetap dilakukan sebelum disetujui
pendanaan.
III. Mekanisme pendanaan tetap mengikuti ketentuan
Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
IV. Penyaluran dana langsung dari UPK ke kelompok.
V. Pengembalian langsung dari kelompok ke UPK.
VI. Adanya perjanjian pinjaman antara kelompok dan UPK.
VII. Jangka pengembalian maksimal dari kelompok ke UPK
sampai dengan 36 bulan
5) Kelompok SPP yang memenuhi kriteria pengembalian 36 bulan
adalah sebagai berikut:
a) Memenuhi kriteria sebagai lembaga pengelola pinjaman.
b) Mempunyai pengalaman dalam pengelolaan simpanan dan
pengelolaan dana pinjaman minimal 3 tahun.
c) Mempunyai kesepakatan yang tertulis.
d) Tunggakan pinjaman yang dikelola maksimal 20%.
e) Maksimal pendanaan SPP adalah 300% dari jumlah simpanan
dan modal.
f) Realisasi tingkat pengembalian dana PPK minimal 80%.
g) Pengembalian jumlah dana pinjaman PPK sebelumnya minimal
80%.
h) Pengelolaan ditingkat kelompok:
I. Pengelolaan data peminjam.
48
II. Pengelolaan dokumen pendanaan/kuitansi oleh
pemanfaat.
III. Administrasi realisasi pengembalian pinjaman ke UPK.
IV. Administra si penyaluran dan pengembalian kartu
pinjaman pemanfaat.
V. Administrasi pinjaman pemanfaat.
I. Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan
1. Pelestarian Kegiatan:
a) Ketentuan Dasar Pelestarian:
I. Adanya dana Kegiatan SPP yang Produktif dan
bertambah jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan
pendanaan masyarakat miskin.
II. Adanya pelestarian PPK terutama keberpihakan kepada
orang miskin dan transparansi.
III. Penguatan kelembagaan baik dalam aspek permodalan
ataupun kelembagaan kelompok.
IV. Pengembangan usaha terutama layanan kepada
masyarakat dan permodalan.
V. Pelembagaan Perguliran Pelembagaan perguliran yang
menyangkut mekanisme dan prosedur mengikuti
ketentuan MAD yang sesuai dengan prinsip dan
mekanisme PPK.
b) Pengembangan :
49
Pengembangan kelompok SPP diarahkan sebagai lembaga
pengelola simpanan dan pinjaman yang profesionnal, akuntabel
sehingga ma mpu menarik minat kerja sama lembaga lain sebagai
lembaga penyalur dan pengelola pinjaman. Pengembangan
kelembagaan secara badan hukum dapat menjadi Koperasi Simpan
Pinjam. 23
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tidak menemukan
kesamaan yang sangat relevan, sebab dalam penelitian sebelumnya hanya
menggunakan grand teori evaluasi kebijakan saja, namun kali ini peneliti
akan menggunakan teori penunjang yakni teori pemberdayaan masyarakat
Sumodiningrat (1999). Namun peneliti tetap memasukan penelitian
terdahulu yang hanya membahas terkait evaluasi kebijakannya saja, dan
penelitian sebelumnya yang dirasa cukup relevan dengan penelitian ini
yaitu :
1. Pada penelitian terdahulu yang akan peneliti bahas dan bandingkan yakni
dengan penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan pada Simpan Pinjam
Perempuan di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara” yang di teliti oleh
Ita Musfirowati Hanika, Dyah Lituhayu Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro pada tahun 2010.
23 PTO Penjelasan X: Pengelolaan Dana Bergulir, Jakarta, hlm. 3
50
Persamaan dalam penelitian ini ialah peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Dengan menggunakan sumber data primer
dan sekunder yang melalui wawancara secara langsung (interview guide),
pengamatan, dan juga dokumentasi. Persamaan yang lain nya adalah lokus
yang di ambil ialah kecamatan, hanya saja kecamatan yang di jadikan
lokus berbeda. Peneliti juga sama-sama menentukan fokus penelitian pada
Program SPP.
Perbedaan dalam penelitian ini ialah PNPM-MPd jelas masih terlaksana
sebab penelitian tersebut di lakukan pada tahun 2010. Dasar hukum yang
melindungi Simpan Pinjam Perempuan (SPP) masih dalam keputusan
mentri dalam negeri terkait PNPM-MPd. Sedangkan dalam penelitian
peneliti di tahun 2017, dasar hukum yang melindungi masih belum jelas.
Hal tersebut disebabkan pada 13 juli 2015 Kementrian Desa menerbitkan
surat panduan pengahkiran dan penataan hasil kegiatan PNPM-MPd
nomor 134/DPPMD/VII/2015. Pembiayaan program ini berasal dari
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari
sejumlah lembaga pemberi bantuan, serta dana Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM), tetapi semenjak PNPM-MPd dihapuskan maka dana
yang di gunakan ialah dana yang bergulir dari hasil pemutaran Dana
Bergulir/SPP saja. Tidak hanya itu, upah pegawai serta pembiayaan alat
kantor pun menggunakan uang dari hasil dana bergulir.
51
Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin mencari tahu bagaimana evaluasi
program SPP setelah dihapuskannya PNPM-MPd. Sedangkan pada
penelitian sebelumnya PNPM-MPd belum di hapuskan. Berbeda dengan
penelitian sebelum nya yang juga mencari tahu apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi keberlangsungan program dan apa saja hambatan dalam
pelaksanaan program, peneliti hanya memfokuskan tentang bagaimanakah
keberhasilan program SPP dalam memberdayakan masyarakat.
2. Dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Simpan Pinjam Perempuan
(SPP) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Dan Perekonomian
Masyarakat (Studi Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu)” yang
diteliti oleh Apriliana yakni seorang mahasiswi Sosiologi asal Universitas
Lampung tahun 2016.
Persamaan dalam penelitian ini ialah beliau juga menggunakan metode
kualitatif deskriptif dan menggunakan tori evaluasi kebijakan. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan juga
observasi langsung ke lapangan. Selain itu, tahun penelitiannya pada tahun
2016 yang artinya program SPP pada saat itu sudah tidak termasuk dalam
PNPM-MPd. Namun pada dasarnya penelitian terdahulu ini juga sama-
sama ingin melihat hasil dari pada program Simpan Pinjam Perempuan
yang masih terus dilanjutkan meskipun PNPM-MPd terlah diberhentikan.
Perbedaan penelitian dalam penelitian terdahulu ini berada pada
pembahasan yang dibahas tidak mendalam hingga mencari kejelasan dan
52
merekomendasikan kebijakan terkait dasar hukum yang melindungi SPP.
Selain itu, penelitian ini diteliti di Bandar Lampung, dan penelitian yang
akan peneliti bahas bertempatan di Provinsi Banten. Meskipun sama-sama
meneliti dalam lingkup kecamatan, namun penelitian yang dihasilkan tidak
selalu sama.
53
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
“Finsterbusch dan Motz(1994)” dan “Gunawan Sumodiningrat (1999)”
(sumber : Peneliti, 2017)
Program Simpan Pinjam
Perempuan/SPP
Kondisi
SebelumAdanya
Program SPP
Kondisi Setelah
Adanya Program
SPP
Dampak Yang timbul
Gambaran hasil evaluasi Program Simpan Pinjam Perempuan dalam
memberdayakan masyarakat
Prinsip-prinsip
Pemberdayaan
Masyarakat :
Indikator :
Acceptable,
Accountable,
Profitable,
Sustainable,
dan
Replicable
54
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dalam Evaluasi Program
Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Memberdayakan Masyarakat di
Kecamatan Anyar Kabupaten Serang, peneliti memiliki asumsi bahwa dalam
mengevaluasi program tersebut belum optimal dan masih diperlukan perbaikan-
perbaikan yang harus dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dari segi pemberian
kejelasan dasar hukum maupun inovasi baru untuk lebih memberdayakan
masyarakat penerima modal.
Teori evaluasi yang peneliti gunakan ialah teori evaluasi dampak yang
dikemukakan oleh Finsterbusch dan Motz (1994). Teori tersebut dirasa sangat
cocok sebagai pisau analisis karena peneliti ingin melihat dampak sesudah dan
sebelum adanya program, dan apakah masyarakat berubah karena program atau
kebijakan ataukah ada faktor lain. Sedangkan Teori pemberdayaan masyarakat
yang peneliti gunakan ialah teori yang dikemukakakn oleh Gunawan
Sumodiningrat (1999). Peneliti menilai bahwa prinsip-prinsip dalam teori ini
dirasa sangat cocok untuk melihat apakah masyarakat target program dapat
diberdayakan ataukah tidak.
55
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif komparasi dengan pendekatan kualitatif, karena
bermaksud untuk mendalami dan menghayati suatu obyek. Mengidentifikasi
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati, dan pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistic (utuh) (Bogdan & Taylor, Moleong, (2010)).24
Tipe penelitian kualitatif dirasa tepat digunakan dalam penelitian ini
untuk mengetahui dan menjelaskan tentang bagaimanakah Evaluasi Simpan
Pinjam Perempuan/SPP dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan
Anyar. Sehingga dalam penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan secara
deskriptif komparasi fakta-fakta yang ada didalam masyarakat.
24
Fuad Anis dan Nugroho, Kandung Sapto. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Graha Ilmu. hal. 54
56
3.2 Fokus Penelitian
Ditetapkannya fokus penelitian bertujuan untuk memberikan batasan
yang jelas dan hasil analisa yang mendalam. Dengan demikian, maka fokus
penelitian diharapkan dapat memudahkan peneliti untuk mengkaji secara tepat
masalah-masalah yang hendak diteliti, dan mendeskripsikan secara mendalam,
fenomena terkait bagaimana Evaluasi Program Simpan Pinjam Perempuan/SPP
dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar.
3.3 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan hanya pada Kecamatan
Anyar, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penentuan lokus tersebut
dikarenakan peneliti tertarik dengan tetap berlangsungnya program Simpan
Pinjam Perempuan (SPP) di Kecamatan tersebut.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan teori evaluasi
dampak (Finsterbusch dan Motz) dan teori pemberdayaan masyarakat
(Gunawan Sumodininhgrat). Evaluasi dampak merupakan suatu tahap
penilaian peneliti terhadap dampak yang timbul akibat adanya suatu program
atau kebijakan yang bersifat positif ataupun negatif yang kemudian program
atau kebijakan tersebut dinilai memberikan pengaruh kepada masyarakat
ataukah ada faktor lain yang dapat merubah suatu tatanan hidup masyarakat.
57
Evaluasi before-after ialah suatu tahap penilaian yang dilakukan oleh peneliti
sebelum dan sesudah program tersebut diimplementasikan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk
mempersiapkan masyarakat ke jenjang yang lebih baik lagi, sehingga
diharapkan terciptanya kemandirian untuk tidak bergantung kepada
pemerintah. terciptanya kemandirian diatas bertujuan agar masyarakat tidak
selalu bergantung kepada program-program bantuan masyarakat miskin yang
diberikan oleh pemerintah, sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat
kemiskinan di suatu Negara.
3.4.2 Definisi Operasional
Evaluasi dampak memberikan perhatian yang lebih besar kepada output
dan dampak kebijakan dibandingkan kepada proses pelaksanaan kebijakan itu
sendiri. Kaitannya dengan dampak kebijakan, perlu dipahami akan adanya
dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan. Dampak yang
diharapkan mengandung pengertian bahwa ketika kebijakan dibuat, pemerintah
telah menentukan atau memetakan dampak apa saja yang akan terjadi. Diantara
dampak-dampak yang diduga akan terjadi dalam pelaksanaan kebijakan, ada
dampak yang diharapkan dan ada yang tidak diharapkan. Lebih dari itu, pada
akhir implementasi kebijakan muncul pula dampak-dampak yang tak terduga,
yang diantaranya ada yang diharapkan dan tak diharapkan, atau yang
diinginkan dan tidak diinginkan.
58
Finsterbusch dan Motz mengemukakan beberapa jenis evaluasi
diantaranya adalah evaluasi single program after only, evaluasi single program
before after, comparative after only, dan comparative before after. Dari
beberapa jenis evaluasi tersebut, jenis yang paling lemah ialah evaluasi single
after only. Berikut merupakan tabel evaluasi dampak yang dikemukakan oleh
Finsterbusch dan Motz :25
Tabel 2.2
Metodologi Evaluasi Program
Jenis
program
Pengukuran kondisi
kelompok sasaran Kelompok
kontrol
Informasi
yang
diperoleh sebelum Sesudah
Single
program
after only
Tidak Ya Tidak ada
Keadaan
kelompok
sasaran
Single
program
before after
Ya Ya Tidak ada
Perubahan
kelompok
sasaran
comparative
after only
Tidak Ya Tidak ada
Keadaan
sasaran dan
bukan
sasaran
25
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal 128-130
59
comparative
before after
Ya Ya Tidak ada
Efek
program
terhadap
kelompok
sasaran
Dalam melakukan suatu penelitian, seringkali ditentukan oleh
ketersediaan data, dan keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian, maka
dari itu yang dipilih dalam penelitian kali ini ialah evaluasi single program
before after. Penelitian jenis single program beforeafter ini pada dasarnya
meneliti dampak yang timbul pada kelompok sasaran pada saat pelaksanaan
kebijakan maupun setelah kebijakan dilaksanakan, juga mengamati keadaan
kelompok sasaran sebelum program kebijakan tersebut dilaksanakan. Hal ini
untuk melihat apakah ada perubahan keadaan kelompok sasaran setelah
dilaksanakan program SPP tersebut.
Dalam melakukan penelitian evaluasi, peneliti akan mencoba
memasukan teori pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut diharapkan guna
hasil dari evaluasi menjadi lebih jelas dengan menghadirkan temuan penelitian
evaluasi yang sifatnya memberdayakan masyarakat atau tidak sama sekali.
Teori pemberdayaan masyarakat yang dipilih sebagai pisau analisis kali ini
ialah teori pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Gunawan
Sumodiningrat, yang mana tujuan dari pada pemberdayaan masyarakat ialah
terciptanya kemandirian masyarakat dimana masyarakat dapat mengatasi
60
sendiri permasalahan-permasalahan yang ada dilingkungannya tanpa
bergantung kepada pemerintah.
Dalam teori pemberdayaan masyarakat yang dipilih sebagai alat bantu
pisau analisis penelitian ini, maka ada beberapa prinsip pemberdayaan
masyarakat yang akan digunakan, yakni:26
1. Acceptable, mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat
kelompok sasaran.
2. Accountable, dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat
dipertanggung jawabkan.
3. Profitable, memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik
masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis.
4. Sustainable, hasil dapat dilestarikan oleh masyarakat.
5. Replicable, pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah
digulirkan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebuih
luas.
3.5 Instrumen Penelitian
Irawan dalam Nugroho (2006) menjelaskan bahwa satu-satunya
instrument terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data
seperti tape recorder, video kaset, ataupun kamera. Tetapi alat-alat ini benar-
26 Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial.
Jakarta: Gramedia
61
benar tergantung pada peneliti untuk menggunakannya. Peneliti sebagai
instrument ini (disebut “participant-observer”) ddisamping memiliki kelebihan-
kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain,
pertama peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang
terjadi pada objek/subjek yang ditelitinya. Dengan demikian peneliti lambat laun
akan “memahami” makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang
kesat mata. Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian
kualitatif. Kedua, peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data
telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian diberhentikan. Dalam
penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrument yang
sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja. Ketiga,
peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisisnya,
melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara gradual “membangun”
pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Karena dalam penelitian kualitatif,
peneliti memang “mengkontruksi” realitas yang tersembunyi “tacit” di
masyarakat.
Adapun kelemahan dimana peneliti sebagai instrument utama adalah
pertama, sungguh tidak mudah menjaga objektifitas dan neteralitas peneliti
sebagai peneliti. Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif.
Tapi jika tidak hati-hati peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukan
antara data lapangan dengan hasil observasi dengan pikiran-pikiran sendiri.
Kedua, sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis,
menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki
62
sensifitas dan “insight” untuk menangkap symbol-simbol dan makna-makna
yang tersembunyi. Lyotard dalam Nugroho (1989) mengatakan “lantaran
pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami
kesulitan untuk mengungkannya dalam bentuk tertulis”. Ketiga, peneliti harus
memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-perubahan
yang terjadi pada objek/subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kualitatif,
penelitian dianggap telah selesai jika kesimpulan telah diambil dari hipotesis
telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak.27
3.6 Informan Penelitian
Dalam penelitian “Evaluasi Program Simpan Pinjam Perempuan/SPP
dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar Kabupaten Serang-
Banten”, peneliti menggunakan teknik Purposive, yaitu teknik pengambilan
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya
orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan
(Sugiyono dalam Nugroho (2005)).28
Pada teknik ini peneliti sudah mengetahui siapa narasumber yang akan
diwawancara untuk mendapatkan informasi, sesuai dengan fokus penelitian.
maka yang dijadikan informan atau sumber data dalam penelitian ini sebagai
berikut :
27
Fuad Anis dan Nugroho, Kandung Sapto. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Graha Ilmu. hal. 56 28 Ibid., 58
63
Tabel 2.3
Informan Penelitian
No Informan Keterangan
1
Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK)
Kecamatan Anyar
key informan
2
Mantan Konsultan PNPM-MPd Kecamatan
Anyar
Secondary informan
3 Camat Anyar 2017 Secondary informan
4 Mantan Camat Anyar 2009 Secondary informan
5 Kasi Kesejahteraan Masyarakat Secondary informan
6 Ibu Munayati (Ketua Kelompok SPP) Secondary informan
7 Ibu Maslihah (Ketua Kelompok SPP) Secondary informan
8 Ibu Masiti (anggota SPP) Secondary informan
9 Ibu Tuni (anggota SPP) Secondary informan
10 Ibu Jihan (anggota SPP) Secondary informan
11 Ibu Siti Faujah (anggota SPP) Secondary informan
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Denzin dan Lincoln dalam Nugroho (2009) pendapat kaum kontruksionis
memberikan pengertian bahwa peneliti social, melalui pola interaksi tertentu,
dapat mencipta realitas yang mengenapi ruang, tempat data-data empiris
dikumpulkan dan dianalisis. Di tempai inilah, praktik interpretif dari penelitian
64
kualitatif dapat diterapkan. Praktik inilah yang kemudian disebut metode dan
teknik memproduksi data-data empiris dan berbagai interpretasi teoritis.29
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data penelitian
ini adalah sebagai berikut :
A. Wawancara
Merupakan bentuk komunikasi antar 2 (dua) orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
Wawancara dilakukan dengan cara mendapat berbagai informasi terkait
masalah yang diajukan dalam penelitian, dan wawancara dilakukukan pada
informan yang dianggap menguasai penelitian.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang akan dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria
informan, dan pedoman wawancara yang telah disusun dengan baik dan
dapat dipahami oleh peneliti.
B. Observasi
Merupakan bagian dari pengumpulan data. Dalam tradisi kualitatif,
data tidak dapat diperoleh dibelakang meja, tetangga, organisasi, dan
29 Ibid Hal. 59
65
komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang perilaku,
sikap, tindakan, dan keseluruhan interaksi antar manusia.
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi non-participant. Dalam hal ini, peneliti datang ke lokasi
penelitian namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh
subjek penelitian. Artinya, peneliti melakukan pengamatan sebagai
evaluator Program Simpan Pinjam Perempuan/SPP dalam Memberdayakan
masyarakat di Kecamatan Anyar Kabupaten Serang-Banten.
C. Studi Dokumentasi
Merupakan pengumpulan data yang bersumber dari dokumen yang
resmi dan relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dokumen
tersebut dapat berupa tulisan, gambar, rekaman, atau lain sebagainya.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Buku catatan,
2) Alat perekam suara, dan
3) Kamera.
66
3.7.1.1 Pedoman Wawancara Pemberdayaan Masyarakat (before)
a) Informan 1-5
Indikator Sub Indikator Pertanyaan (Q) Informan (I)
A. Acceptable
1. Mudah
diterima
a) Tempat
meminjam
modal
b) Sulit tidaknya
pencairan dana
di lembaga lain
selain SPP
c) Target penerima
modal
(a) dan (b) : Ketua
UPK dan Mantan
Camat Anyar
2009
(c) Mantan
Konsultan PNPM
(c) Mantan
Konsultan PNPM,
Camat Anyar,
Mantan Camat
Anyar 2009, dan
Kasi
Kesejahteraan
Masyarakat
Kecamatan
2. Didayaguna
kan
a) Secara umum
Luas atau tidak
usaha awal
yang dibuka
oleh masyarakat
saat itu
(a) : Ketua UPK,
Mantan Konsultan
PNPM, Camat
Anyar, Mantan
Camat
Anyar 2009, dan
Kasi
67
Kesejahteraan
Masyarakat
Kecamatan
B. Accountable
1. Keterbukaan
a) Pengawasan
terhadap
penerima modal
b) Ada tidaknya
rincian dana
dan denda dari
pihak lain jika
telat
mengembalikan
pinjaman
(a) dan (b) : Ketua
UPK Mantan
Camat
Anyar 2009
2. Dapat
dipertanggung
jawabkan
a) Jaminan yang
diminta
b) Pelaporan hasil
usaha
(a) Mantan Camat
Anyar 2009
(a) dan (b) : Ketua
UPK
C. Profitable
1. Pendapatan
a) Keadaan
perekonomian
masyarakat
(a) : Ketua UPK,
Mantan Konsultan
PNPM, Camat
Anyar, Mantan
Camat
Anyar 2009, dan
Kasi
Kesejahteraan
68
Masyarakat
Kecamatan
D. Sustainable
1. Perkebangan
usaha
a) Berkembang
atau tidak
usahanya pada
saat itu
(a) : Ketua UPK,
Mantan Konsultan
PNPM, Camat
Anyar, Mantan
Camat
Anyar 2009, dan
Kasi
Kesejahteraan
Masyarakat
Kecamatan
2. Keberlangsu
agan
a) Lanjut terus
atau tidak
meminjam di
lembaga lain
selain SPP
(a) : Ketua UPK
dan Mantan
Camat
Anyar 2009
E. Replicable
1. Pengelolaan
dana
a) Besar ataukah
tidak usaha
mereka yang
masih berlanjut
hingga sekarang
b) Besaran bunga
yang dikenakan
oleh pihak lain
(a), (b) dan (c) :
Ketua UPK dan
Mantan Camat
Anyar 2009
69
c) Transparansi
rincian
pinjaman
beserta bunga
2. Duplikasi
a) Kecamatan lain
sanggup atau
tidak meminjam
di lembaga lain
jika besaran
bunga yang
ditawarkan
lebih besar
ataupun lebih
kecil
dibandingkan
SPP
(a) : Ketua UPK
dan Mantan
Camat
Anyar 2009
b) Informan 6-11
Indikator Sub Indikator Pertanyaan (Q)
A. Acceptable
1. Mudah diterima
a) Tempat meminjam modal
b) Sulit tidaknya pencairan
dana
c) Target penerima modal
a) Luas atau tidak usaha
awal yang dibuka saat
70
2. Didayagunakan
meminjam modal di
lembaga lain
b) Dana diberdayakan
secara optimal atau tidak
B. Accountable
1. Keterbukaan
a) Pengawasan terhadap
penerima modal
b) Ada tidaknya rincian
dana dan denda dari
pihak lain jika telat
mengembalikan pinjaman
2. Dapat
dipertanggungjawab
kan
a) Jaminan yang diminta
b) Pelaporan hasil usaha
C. Profitable
1. Pendapatan
a) Pengeluaran dalam
sebulan sebelum adanya
SPP
b) Ukuran bangunan usaha
yang dibuat
D. Sustainable 1. Perkebangan usaha
a) Tingkat antusiasme
untuk meminjam modal
b) Berlanjut atau tidak
usahanya pada saat itu
71
2. Keberlangsungan
a) Lanjut terus atau tidak
meminjam di lembaga
lain selain SPP
E. Replicable
1. Pengelolaan dana
a) Besar ataukah tidak usaha
ibu saat itu
b) Besaran bunga yang
dikenakan oleh pihak lain
c) Transparansi rincian
pinjaman beserta bunga
2. Duplikasi
a) Banyak tidaknya
masyarakat dikecamatan
lain yang meminjam di
lembaga lain selain SPP
b) Kecamatan lain sanggup
atau tidak meminjam di
lembaga lain jika besaran
bunga yang ditawarkan
lebih besar dibandingkan
SPP
72
3.7.1.2 Pedoman Wawancara Pemberdayaan Masyarakat (after)
a) Informan 1-5
Indikator Sub Indikator Pertanyaan (Q) Informan (I)
A. Acceptable
1. Mudah
diterima
a) Sulit tidaknya
pencairan
dana SPP
b) Target
penerima
modal
(a) : Ketua UPK,
(b) : Mantan
Konsultan PNPM,
Camat Anyar,
Mantan Camat
Anyar 2009, dan
Kasi
Kesejahteraan
Masyarakat
Kecamatan
2. Didayaguna
kan
a) Luas atau
tidak usaha
awal yang
dibuka saat
meminjam
modal di UPK
b) Dana
diberdayakan
secara optimal
atau tidak
(a) : Ketua UPK,
Mantan Konsultan
PNPM, Camat
Anyar, Mantan
Camat
Anyar 2009, dan
Kasi
Kesejahteraan
Masyarakat
Kecamatan
(b) : Ketua UPK
B. Accountable 1. Keterbukaan a) Pengawasan (a) dan (b) : Ketua
73
terhadap
penerima
modal oleh
UPK
b) Ada tidaknya
rincian dana
dan denda dari
pihak UPK
jika telat
mengembalika
n pinjaman
UPK, Mantan
Konsultan PNPM
2. Dapat
dipertangg
ungjawabk
an
a) Jaminan yang
diminta oleh
UPK
b) Pelaporan
hasil usaha ke
UPK
(a) dan (b) : Ketua
UPK, Mantan
Konsultan PNPM
C. Profitable
1. Pendapatan
a) Ukuran
bangunan
usaha saat ini
b) Keadaan
perekonomian
Saat ini
(a) dan (b) : Ketua
UPK, Mantan
Konsultan PNPM,
Camat Anyar,
Mantan Camat
Anyar 2009, dan
Kasi
Kesejahteraan
74
Masyarakat
Kecamatan
D. Sustainable
1. Perkebangan
usaha
a) Tingkat
antusiasme
untuk
meminjam
modal di SPP
b) Meluas atau
tidak
usahanya
selama
meminjam di
UPK
(a) dan (b) : Ketua
UPK, Mantan
Konsultan PNPM
2. keberlangsung
an
a) Masihkah
berlanjut
meminjam di
UPK
(a) : Ketua UPK
E. Replicable
1. Pelolaan
dana
a) Burubah kah
pinjaman dari
awal hingga
sekarang
b) Besaran bunga
yang
dikenakan
(a), (b) dan (c) :
Ketua UPK
75
oleh UPK
c) Transparansi
rincian
pinjaman
beserta bunga
2. Duplikasi
a) Banyak
tidaknya
masyarakat
dikecamatan
lain yang
meminjam di
UPK
(a) : Ketua UPK
b) Informan 6-11
Indikator Sub Indikator Pertanyaan (Q)
A. Acceptable
1. Mudah diterima
a) Sulit tidaknya pencairan
dana SPP
b) Target penerima modal
2. Didayagunakan
a) Luas atau tidak usaha
awal yang dibuka saat
meminjam modal di UPK
b) Dana diberdayakan
secara optimal atau tidak
B. Accountable 1. Keterbukaan
a) Pengawasan terhadap
penerima modal oleh
76
UPK
b) Ada tidaknya rincian
dana dan denda dari
pihak UPK jika telat
mengembalikan pinjaman
2. Dapat
dipertanggungjaw
abkan
a) Jaminan yang diminta
oleh UPK
b) Pelaporan hasil usaha ke
UPK
C. Profitable
1. Pendapatan
a) Pengeluaran dalam
sebulan sebelum setelah
adanya SPP
b) Ukuran bangunan usaha
saat ini
D. Sustainable
1. Perkebangan
usaha
a) Tingkat antusiasme
untuk meminjam modal
di SPP
b) Meluas atau tidak
usahanya selama
meminjam di UPK
2. Keberlangsungan
a) Masihkah berl;anjut
meminjam di UPK
77
E. Replicable
1. Pelolaan dana
a) Burubah kah pinjaman
dari awal hingga
sekarang
b) Besaran bunga yang
dikenakan oleh UPK
c) Transparansi rincian
pinjaman beserta bunga
2. Duplikasi
a) Banyak tidaknya
masyarakat dikecamatan
lain yang meminjam di
UPK
78
3.7.1 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan prosedur reduksi data, display (penyajian data), dan menarik
kesimpulan (verifikasi). Proses tersebut dijabarkan menurut Matthew B.
Milles dan A. Michael Huberman dalam Nugroho (1992) yaitu sebagai
berikut:30
Gambar 3.1
Teknik Analisis Data menurut Matthew B. Milles
dan A. Michael Huberman
A. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
30 Ibid. Hal. 64
79
yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam hal ini peneliti
melakukan reduksi data dimulai pada saat pra riset yakni wawancara yang
tidak berstruktur selanjutnya dilakukan pencatatan dan mengolah data-data
yang harus ditampilkan dan membuang data-data yang tidak diperlukan
sehingga peneliti dapat menjelaskan dan memahami latar belakang, rumusan
masalah, dan tujuan penelitian.
Reduksi data kemudian dilakukan pada hasil wawancara dengan
informan yang berkompeten yang memiliki kapasitas dan memahami tentang
program SPP dalam memberdayakan masyarakat di Kecamatan Anyar, data
dari hasil wawancara terstruktur dan tidak terstruktur kemudian dipilah agar
dapat ditampilkan dengan baik selanjutnya peneliti melakukan reduksi data
kembali pada saat pembahasan dan hasil.
B. Penyajian Data (Display)
Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data-data yang ada
kemudian dikelompokkan pada bagian atau sub bagian masing-masing. Data
yang disajikan disesuaikan dengan informasi yang didapat dari catatan tertulis
di lapangan. Misalnya data-data yang mendukung penelitian dari hasil yang
ada di lapangan yang didapat dengan melakukan wawancara dan
dokumentasi.
80
Dalam penelitian kali ini, data-data yang dianggap penting akan
dicantumkan sebagian pada hasil penelitian yang kemudian dianalisis
menggunakan teori yang ditentukan. Sehingga dalam penyajian data
memperoleh kesesuaian yang relevan dan dapat diterima dengan logika.
Kemudian dalam penyajian data, peneliti juga tetap mengacu pada panduan
penulisan karya ilmiah dengan memperhatikan ejaan bahasa yang
disempurnakan dan redaksional, sehingga mempermudah pembaca
memahami penyajian data dan tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda
dari berbagai pihak. Sedangkan, secara lengkap hasil penelitian akan
dilampirkan pada bagian lampiran.
C. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)
Penarikan kesimpulan dalam Evaluasi Program Simpan Pinjam
Perempuan/SPP dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar
Kabupaten Serang-Banten, dilakukan oleh peneliti dengan menjelaskan dan
memaparkan terlebih dahulu hasil penelitian kemudian dianalisis dengan teori
yang telah ditentukan, selanjutnya ditarik kesimpulan berdasarkan fenomena-
fenomena yang terjadi dengan kesesuaian teori yang digunakan. Kemudian
kesimpulan dijelaskan oleh peneliti dengan pemahaman peneliti terhadap
hasil penelitian dan analisis yang ditampilkan.
Menarik kesimpulan yang benar atau verifikasi hanyalah sebagian dari
satu kegiatan dalam konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Sebuah kenyataan ganda yang terdapat di
81
lapangan memungkinkan untuk terjadi. Oleh karena itu, diperlukan
kecermatan untuk dapat menarik kesimpulan yang benar-benar utuh dan dapat
diperkaya dengan melihat pada realita yang terjadi.
3.7.2 Uji Keabsahan Data
Triangulasi adalah usaha mengecek kebenaran data atau informasi
yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan
cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat
pengumpulan dan analisis data.
Patton dan Moleong dalam Nugroho (1999) mengemukakan teknik
triangulasi data dibedakan menjadi empat macam, yaitu:31
1) Triangulasi dengan sumber,
2) Triangulasi dengan metode,
3) Triangulasi dengan penyidik,
4) Triangulasi dengan teori, dan
5) Triangulasi Teknik
Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan semua jenis teknik
triangulasi, karena akan sangat sulit bagi peneliti untuk dapat melaksanakan
semua teknik tersebut. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber disini peneliti
31
Fuad Anis dan Nugroho, Kandung Sapto. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Graha Ilmu. hal. 66
82
akan menanyakan beberapa sumber informan yang bertujuan untuk melihat
keselarasan antara informan satu dengan informan lainnya.
Pemahaman peneliti mendasari pada pendapat Moleong dalam
Nugroho (1999) yang menyatakan bahwa : “triangulasi paling banyak
digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber”. Cara yang ditempuh untuk
pengujian validitas seperti ini menurut Patton dalam Nugroho (1999) adalah
sebagai berikut:32
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara;
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi;
c. Membandingkan apa yang dukatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;
d. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang yang memiliki latar belakang
berlainan;
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berlainan.
Sedangkan jika triangulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan
cek data dari berbagai macam teknik pengumpulan data. Missal dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Data dari ketiga teknik tersebut dibandingkan adakakah konsistensi, jika
32 Ibid. Hal. 67
83
berbeda dijadikan catatan dan dilakukan pengecekan selanjutnya mengapa
data bisa berbeda.33
Gambar 3.2
Triangulasi Teknik
33 Ibid. Hal. 20
Wawancara mendalam
Dokumentasi Observasi
84
3.8 Jadwal Penelitian
No Keterangan
2017
September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Menentukan
fokus dan lokus
2 Pra-survey dan
mencari data
3 Identifikasi
masalah
4 Penyusunan
BAB 1,2dan3
No Keterangan
2018
Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
5 Penyusunan BAB 1,2dan3
6 Pengumpulan proposal
7 Observasi Wawancara dan
dokumentasi
8 Penyusunan BAB 4
9 Penyusunan BAB 5
10 Pengumpulan hasil penelitian
*Keterangan : (Minggu 1: ), (Minggu 2: ), (Minggu 3: ) , (Minggu 4: )
85
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Lokasi
Anyar atau Anyer adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten
Serang, Provinsi Banten, Indonesia. Kecamatan ini memiliki pantai yang
sangat terkenal sebagai daerah pariwisata. Anyer terletak di bibir laut
Sunda Kabupaten Serang Banten, dalam sejarah dulu Anyer bukanlah
bernama Anyer tetapi Sudimampir dan Anyar kalau diartikan kedalam
bahasa Indonesia berarti baru, beralihnya nama Anyer setelah terjadinya
letusan Gunung Merapi Krakatau p ada tahun 1883 yang sangat dahsyat
setelah itu muncul Gunung Anak Krakatau, Gunung Anak Krakatau
sendiri berjarak sekitar 50 km dari pantai Anyer.
Setelah melalui proses perjalanan yang panjang kemudian bergantilah
nama Sudimampir menjadi Anyer. Anyer dikenal dunia karena adanya
pembangunan jalan yang dibangun oleh Gubernur Jendral Herman Daendels
pada tahun 1806 tepatnya pada era-colonial Belanda dengan menjadikan
Mercusuar yang berada di desa Bojong Cikoneng sebagai awal pembuatan
jalan raya tersebut dengan kata lain merupakan nol kilometer awal
pembuatan jalan Anyer Panarukan.
86
Di lepas pantai Anyer adalah pulau Pulau Sangiang, sebuah pulau tak
berpenghuni dengan wilayah luas hutan tersentuh. Daerah ini juga dikenal
karena formasi karang dipenuhi dengan ikan tropis. Di daerah Anyer terdapat
Pantai Anyer Terletak 38 km dari Kota Serang. Pantai ini menghadap ke
Barat, sehingga kita dapat melihat pemandangan Gunung Rakata (anak
Gunung Krakatau yang meledak pada tahun 1833). Dan di Pantai Anyer juga
terdapat Mercusuar yang dibangun Belanda tahun 1855 pada masa
pemerintahan Willem III dari Belanda yang digunakan untuk membantu
pelayaran disekitar Selat Sunda dan Batavia waktu itu.
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kecamatan Anyar
87
4.1.2 Visi dan Misi Kecamatan Anyar
Visi :
Terwujudnya pelaksanaan Otonomi Desa menuju masyarakat
sejahtera berkualitas dan berwawasan global yang berlandaskan moral
dan kultur islami
Misi :
Meletakan landasan untuk mewujudkan masyarakat Kecamatan Anyar
yang aman, maju, berbudaya dan bermoralitas tinggi sebagai pusat
kawasan wisata di Kabupaten Serang dalam segala aspek kehidupan
sosial yang melmiliki sejarah bangsaditunjang oleh aparatur
pemerintah Kecamatan Anyar yang professional, berwibawa dan
berdedikasi tinggi untuk mencapai masyarakat yang sejahtera dan
agamis.
4.1.3 Letak Geografis Lokasi
Kecamatan Anyar terletak kurang lebih 45 Km sebelah barat dari
pusat pemetintahan Kabupaten Serang yang dapat ditempuh dengan pejalanan
darat rata-rata 45-60 menit, wilayah Kecamatan Anyar berada di ketinggian
0-200 m dpl dengan bentuk topologi datar sampai bergelombang. Suhu udara
berada pada kisaran 30-32 derajat dengan curah hujan rata-rata 1.884
mm/Tahun. Secara administratif Kecamatan Anyar memiliki batas wilayah
sebagai berikut :
88
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sunda.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan selat Kecamatan Mancak.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciwandan (Kota
Cilegon).
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cinangka.
Kecamatan Anyar terdiri dari 12 desa dengan luas wilayah sebagai
berikut :
a. Desa Anyer / Anyar (2,07 Km²)
b. Desa Bandulu (5,03 Km²)
c. Desa Banjarsari (4,50 Km²)
d. Desa Bunihara (4,69 Km²)
e. Desa Cikoneng (22,10 Km²)
f. Desa Kosambi Ronyok (3,78 Km²)
g. Desa Mekarsari (1,73 Km²)
h. Desa Sindangkarya (5,55 Km²)
i. Desa Sindangmandi (5,80 Km²)
j. Desa Tanjungmanis (1,80 Km²)
k. Desa Gerogol Indah (3,37 Km²)
l. Desa Tambang Ayam (3,04 Km²)
89
Tabel 4.1
Penduduk Kecamatan Anyar 2008
No
Desa/Kelurahan
Village/Subdistrict
Penduduk
1 Bandulu 7.546
2 Sindang Mandi 3.805
3 Banjarsari 3.200
4 Bunihara 3.157
5 Tanjung Manis 2.771
6 Cikoneng 5.053
7 Anyer 8.150
8 Kosambironyok 6.937
9 Sindang Karya 3.198
10 Mekarsari 4.094
90
Tabel 4.2
Penduduk Kecamatan Anyar 2016
No
Desa/Kelurahan
Village/Subdistrict
Laki-laki
Male
Perempuan
Female
Jumlah
Total
Rasio Jenis
Kelamin
Sex ratio
1 Bandulu 2.395 2.351 4.710 103
2 Sindang Mandi 2.059 1.990 4.049 193
3 Banjarsari 1.620 1.603 3.223 101
4 Bunihara 1.950 1.765 3.715 110
5 Tanjung Manis 1.433 1.411 2.844 102
6 Cikoneng 3.135 2.292 6.064 107
7 Anyer 4.750 4.363 8.933 105
8 Kosambironyok 2.291 2.262 4.553 101
9 Sindang Karya 2.790 2.592 5.382 108
10 Mekarsari 1.753 1.673 3.426 105
11 Tambang Ayam 1.981 1.879 3.860 105
12 Grogol Indah 1.678 1.662 3.340 101
Total 25.843
91
4.2 Deskripsi Data
Dalam deskripsi data, sebelumnya peneliti akan menjelaskan Program
Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Anyar, dalam penjelasan kali ini
sangatlah berbeda dengan penjelasan pada bab 2, sebab dalam bab kali ini
peneliti hanya memfokuskan pengertian Program SPP khususnya di Kecamatan
Anyar.
Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan dari
Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam pemberian dana bergulir kepada kelompok
perempuan dalam mengembangkan usaha mikro yaitu dengan memberikan akses
permodalan yang dibutuhkan oleh pengusaha mikro dan golongan ekonomi
lemah secara luas, mudah dan murah. Simpan pinjam merupakan suatu transaksi
yang memungut dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam
bentuk pinjaman kepada anggota yang membutuhkan, hal ini dilakukan dalam
rangka mengurangi gerakan rentenir yang merugikan masyarakat. Di Kecamatan
Anyar, kegiatan simpan hanya diawal masuknya program SPP saja, sebab ketua
UPK melihat bahwasannya masyarakat merasa kesulitan apabila uang yang
seharusnya dibayarkan akan dilebihbesarkan yang kemudian disimpan ke pihak
bank, saat itu pihak yang bekerjasama dengan UPK adalah Bank BTN. Singkat
percontohan, apabila masyarakat yang meminjam dan membayar angsuran yang
harusnya sebesar Rp.100.000,00- maka masyarakat akan membayar sebesar
Rp.110.000,00-.
Pinjaman adalah kebolehan mengambil manfaat dari seseorang yang
membebaskannya, apa yang mungkin untuk dimanfaatkan, serta tetap zat
92
barangnya supaya dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Jadi, simpan pinjam
merupakan suatu usaha yang memberikan kesempatan kepada anggota untuk
menyimpan dan meminjam uang dengan mudah untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan.
Adanya kegiatan simpan pinjam bertujuan untuk memberdayakan
masyarakat RTM guna membantu masyarakat agar keluar dari angka kemiskinan.
Sumber kemiskinan merupakan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan
masyarakat dalam memenuhi hak-hak dasar karena terbatasnya sarana dan
prasarana sosial ekonomi serta rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan
modal bagi masyarakat. Kurangnya dana untuk permodalan usaha akan
menghambat perkembangan usaha yang telah dilakukan, sehingga mempengaruhi
perkembangan ekonomi masyarakat. Akibatnya bila tidak segera diatasi akan
menjadi keterpurukan ekonomi yang menimbulkan keresahan di bidang pangan,
kesehatan dan pendidikan, bahkan bisa terjadinya kemiskinan.
SPP di Kecamatan Anyar saat ini belum m emiliki dasar hukum yang
jelas, sampai sekarang proses penggarapan Peraturan Bupati masih berlanjut.
Namun UPK sebagai pihak pengelola program sifatnya hanya sebagai aset
masyarakat saja namun untuk dasar hukumnya berupa Surat Keputusan Mentri
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : AHU-0003694.AH.01.07.TAHUN
2018 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Pengelolaan
Dana Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Anyar. Pelaporan hasil
perkembangan kelompok tiap perbulan akan UPK kirim ke Dinas Pemberdayaan
93
Masyarakat Desa (DPMD), pelaporan tersebut dilakukan guna penilaian
pemerintah terhadap tingkat kemiskinan penduduk di Kabupaten Serang.
Adapun struktur Unit Pengelola Kegiatan (UPK) di Kecamatan Anyar
ialah sebagai berikut :
Struktur Perkumpulan Unit Pengelola Kegiatan (UPK)
Kecamatan Anyar
Dalam perkembangan dari tahun – ketahun SPP terus mengalami
peningkatan jumlah kelompok, hingga tahun 2018 UPK mencatat sebanyak 377
kelompok (2.353 anggota). Adapun lebih lengkapnya peneliti akan memasukan
nama-nama kelompok SPP di Kecamatan Anyar pada bagian Lampiran
Penelitian.
KETUA
Karwa, SE
SEKERTARIS
Istikomah, SP.d
BENDAHARA
Atrima Sandi P N
KASIR
Eva Sawamah, SE
94
4.3.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai “data yang
telah didapatkan” selama proses penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini
mengenai Evaluasi Program Simpan Pinjam Merempuan/SPP Dalam
Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar menggunakan jenis dan
analisis data menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif
maka data yang diperoleh berbentuk kata dan kalimat berdasarkan hasil
wawancara dengan informan penelitian, observasi lapangan serta studi
dokumentasi yang relavan dengan fokus penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan
sejumlah informan penelitian yang memiliki informasi terkait permasalahan
yang sedang diteliti. Selain wawancara pengumpulan data juga dilakukan
melalui observasi langsung ke lokasi penelitian serta dokumentasi. Data
tersebut merupakan data – data yang berkaitan dengan hal yang diteliti. Hasil
pengumpulan data – data tersebut kemudian dianalisis menggunakan teknik
analisis data kualitatif sehingga data – data tersebut dapat menghasilkan suatu
pemahaman baru.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi dilakukan pengkodingan data untuk
mendapatkan tema dan pola serta diberi kode-kode pada aspek tertentu
berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan
permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun
95
jawaban penelitian, untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
pengkodingan, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu:
a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan.
b. Kode , , , , dan seterusnya menunjukkan daftar urutan
pertanyaan.
c. Kode I menunjukkan informan.
d. Kode , , ,
, , menunjukkan daftar
informan dari kategori beberapa masyarakat yang terlibat dan pernah
terlibat sebagai aparatur di Kecamatan Anyar.
e. Kode , , menunjukkan daftar urutan informan kategori
pihak lain yang terdaftar sebagai anggota SPP.
f. Kode P menunjukkan Peneliti.
Setelah pembuatan koding pada tahap pengkodingan data, langkah
selanjutnya adalah membaca keseluruhan data, dimaksudkan untuk
menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali
dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling popular adalah
dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis.
Selanjutnya menginterpretasi atau memaknai data, mengajukan pertanyaan
seperti “bagaimana keadaan bangunan usaha anggota saat ini” akan
membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan. Interpretasi juga
bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian
96
dengan informasi yang berasal dari literature atau teori. Dalam hal ini,
peneliti menegaskan apakah hasil penelitiannya membenarkan atau justru
menyengkal informasi sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa
berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya,
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan buka dari hasil
ramalan peneliti.
Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara
sumber data dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data
telah dilakukan peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan
akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah
jenuh.
4.3.2 Deskripsi Informan
Pada bab sebelumnyan mengenai metodologi penelitian, peneliti telah
menjelaskan dalam pemelihan informan penelitian, peneliti menggunakan
teknik Purposive. Adapun pihak – pihak yang peneliti tentukan merupakan
orang – orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, kaena pihak tersebut senatiasa kesehariannya berurusan
dengan permasalahan yang peneliti baik secara langsung maupun tidak
langsung. Informan dalam penelitian ini yang terlibat dan memiliki
ionformasi mengenai Program Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Kecamatan
Anyar, Kabupaten Serang-Banten.
97
Tabel 4.3
Informan Penelitian
No Informan Status
Informan (SI)
Jenis
Kelamin Usia
Kode
Informan
(I)
1 Karwa Panca Pandawa
Ketua UPK
Kecamatan
Anyar
L 30
2 Iwan Rohmawan
Mantan
Konsultan
PNPM-MPd di
Kecamatan
Anyar
L 38
3 Chairil Anwar Camat Anyar
2017 L 45
4 H. Rudiyanto Mantan Camat
Anyar 2009 L 49
5 Ahmad Jazuli
Kasi
Kesejahteraan
Masyarakat
Kecamatan
L 56
6 Ibu Munayati Anggota SPP
Usaha Warung P 42
7 Ibu Maslihah
Anggota SPP
Jualan Bensin
Eceran dan Toko
Listrik
P 40
8 Ibu Masiti Anggota SPP
Usaha Warung P 40
9 Ibu Tuni
Anggota SPP
Jualan Bensin
Eceran
P 64
1 Ibu Jihan Anggota SPP P 27
98
0 Penjual Pulsa
1
1 Ibu Siti Faujah
Anggota SPP
Penjual Jajanan
dan Sembako
P 49
4.3.3 Temuan Lapangan
Temuan lapangan yang peneliti temukan ini merupakan data dan fakta
yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori
yang peneliti gunakan yaitu dengan menggunakan teori Evaluasi Dampak
Program yang dikemukakan oleh Finsterbusch dan Motz dan juga teori
pendukung yakni Pemberdayaan Masyarakat yang dikemukakan oleh
Gunnawan Sumodiningrat. Pada dasarnya, indikator evaluasi dampak
beranjak dari tujuan program yang akan di evaluasi, peneliti menggunakan
teori pendukung Pemberdayaan Masyarakat dikarenakan Program Simpan
Pinjam Perempuan memiliki tujuan utama yakni untuk memberdayakan
masyarakat target program. Berikut merupakan gabungan paparan indikator
yang diungkapkan oleh Gunnawan Sumodiningrat yang akan dikombinasikan
oleh teori Finsterbusch dan Motz (before-after) :
A. Before Program :
1. Acceptable
Dalam penelitian ini, peneliti perlu mengetahui apakah
program tersebut mudah diterima dan didayagunakan oleh
masyarakat kelompok sasaran. Namun dalam indikator yang
99
pertama ini peneliti membagi kembali kedalam 2 sub indikator,
yang pertama adalah mudah di terima dan yang kedua adalah
didayagunakan.
a. Mudah Diterima
Dalam sub indikator yang pertama, telah dilakukan
wawancara oleh Ketua UPK (key informan), sehingga mengenai
pertanyaan yang pertama terkait dimana masyarakat meminjam
modal sebelum adanya Program SPP akan dideskripsikan sebagai
berikut :
“Macem-macem sih, ada yang di Bank, Rentenir,
Koperasi, gitu-gitu” (1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor
UPK)
Adapun jawaban yang sama juga dijelaskan oleh mantan
Camat Anyar tahun 2009 ( ), sebagai berikut :
“Kalo yang bapak tau mah banyak nya minjem di
koperasi atau ga di rentenir, kalo di Bank jarang. Ya Bank
mah kan jaminannya itu tuh” (8 Maret 2018, 09:32 WIB,
Kantor Kecamatan Anyar)
Adapun jawaban yang lain juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Dulu itu sekitar tahun 2008 saya pinjem di bank BRI.
bayarnya setahun.” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung
Ibu Munayati)
100
Adapun jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Maslihah ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Duh teteh ga pernah minjem di mana mana A” (15
Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Ga ada de kalo koprasi desa mah” (16 Maret 2018,
19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Dulu paling de, tahun 2007an lah kayanya. Di rentenir”
(17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Tuni ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Pernah juga sekali nong minjem duit mah. Di koperasi
tuh” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
101
Jawaban lain yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Jihan
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Dulu kan? Pinjem di BRI pernah nya” (17 Maret 2018,
11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Pernah nyoba di BRI, pernah juga di Mandiri. Tapi kalo
buat warung ini mah pinjem nya di Mandiri. BRI mah
dulu buat nyicil motor A” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Dalam sub indikator yang pertama, telah dilakukan
wawancara oleh Ketua UPK (key informan), sehingga mengenai
pertanyaan yang kedua terkait sulit atau tidaknya meminjam
modal di lembaga lain sebelum adanya Program SPP akan
dideskripsikan sebagai berikut :
“Tergantung juga, katanya sih mereka bilangnya susah
nyari buat jaminannya” (1 Maret 2018, 14:07 WIB,
Kantor UPK)
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan Camat
Anyar tahun 2009 ( ) yakni sebagai berikut :
102
“Sulit mah engga, Cuma agak lama aja kalo bukan
langganan mah. Istri saya juga pinjem di Bank, itu kalo
udah langganan mah cepet, tapi pas awal mah ribet nya
minta ampun” (9 Maret 2018, 19:20 WIB, Kediaman H.
Rudiyanto)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Persyaratannya yang bikin susah de, ini itu ribet yah
saya mah orang kampung. Cuma yah gimana geh de butuh
sayanya.” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu
Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Kalo teteh kan ga pernah pinjem di mana mana nih,mau
nanya-nanya soal bank yah? tapi teteh lumayan tau sih,
soalnya si Bapa paling yang pernah minjem di Bank.
Keliatannya sih rada ribet gitu A.” (15 Maret 2018, 13:15
WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gampang, mangkannya dulu mah banayak yang ke
rentenir” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
103
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Engga sih cepet, sama aja kaya di UPK tapi awal mah
iya rada lama” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman
Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Syaratnya doang yang rada ribet, tapi ga ribet-ribet
amat juga sih” (17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu
Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“awal mah iya susah, Bank mah kalo sering minjem terus
kita nya ga sering nunggak, ga susah kalo mau minjem
lagi. ibu mah dulu sekali doang pinjem di mandiri nya.”
(17 Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Dalam sub indikator yang pertama, telah dilakukan
wawancara oleh Ketua UPK (key informan), sehingga mengenai
pertanyaan yang ketiga terkait target penerima pinjaman dari
pihak lain selain SPP akan dideskripsikan sebagai berikut :
104
“Siapa aja kalo lembaga kaya gitu mah A.” (1 Maret
2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan Camat
Anyar tahun 2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Atuh bebas itu mah nong, yang penting mah punya KTP
aja. Sama jaminan” (9 Maret 2018, 19:20 WIB, Kediaman
H. Rudiyanto)
Pernyataan tersebut kemudian diperkuat oleh dokumentasi
berupa persyaratan Bank Umum, sebagai berikut:
Gambar 4.2
Persyaratan Umum Peminjaman di Bank
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Kalo di bank gitu kayanya semua bebas minjem. Kecuali
yang belum punya KTP de” (15 Maret 2018, 09:12 WIB,
Warung Ibu Munayati)
105
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Kalo di Bank gitu mah umum. Siapa aja geh boleh
pinjem.” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu
Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Atuh bebas de rentenir mah.” (16 Maret 2018, 19:25 WIB,
Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Koperasi? Siapa aja bisa nong kayanya mah” (17 Maret
2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Semua geh boleh pinjem di BRI mah, ya kecuali anak-
anak hahaha masa anak-anak minjem duit hahaha” (17
Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
106
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Bebas de itu mah siapa aja.” (17 Maret 2018, 15:10
WIB, Kediaman Ibu Siti)
b. Didayagunakan
Dalam sub indikator yang kedua, telah dilakukan
wawancara oleh Ketua UPK (key informan), sehingga mengenai
pertanyaan yang kedua terkait luas atau tidaknya usaha
masyarakat jika meminjam modal di lembaga lain sebelum
adanya Program SPP akan dideskripsikan sebagai berikut :
“Ini kan SPP muncul di Kecamatan Anyar tahun 2009,
sebelum tahun 2009 mah masih jarang warung atau usaha
lain gitu. Kalo yang saya liat sih gitu.” (1 Maret 2018,
14:07 WIB, Kantor UPK)
Adapun jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Bapak
Irwan selaku Mantan Konsultan PNPM Kecamatan Anyar tahun
2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Setau saya sih dulu mah beda aja sama sekarang,
sekarang mah lebih keliatan banyak usaha” (2 Maret
2018, 13:02 WIB, Kantor UPK)
Berikut merupakan jawanban yang dipaparkan oleh Camat
Anyar tahun 2017 ( ) :
107
“Masyarakat yang gimana nih? Kalo masyarakat yang
pinjem di Bank gitu mah saya kurang tau yah yang mana
yang minjem yang mana yang engga. Tapi kalo soal usaha
jaman sebelum adanya SPP beda, ga kaya sekarang.
Bagusan sekarang lah gitu kalo soal usaha yang di buat
oleh masyarakat mah” (8 Maret 2018, 09:32 WIB, Kantor
Kecamatan Anyar)
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan Camat
Anyar tahun 2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Yang bapak liat sih beda yah sama yang sekarang. Dulu
mah masih banyak kebon, lahan-lahan kosong di pinggir
jalannya. Yah sekarang mah nja udah lumayan padet.
Artinya kan dulu mah biasa aja gitu” (9 Maret 2018,
19:20 WIB, Kediaman H. Rudiyanto)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Kasi
Kesejahteraan Kecamatan Anyar ( ) yakni sebagai berikut:
“Waduh hahahhaha, kalo liat dari sejarah nya mah
kurang sih. Wong sekarang mah ga kaya dulu, lahan itu
banyak yang kosong dulu mah. Banyak kebon di pinggir
jalan geh. Tanah-tanah kosong itu banyak dulu mah.” (8
Maret 2018, 13:58 WIB, Kantor Kecamatan Anyar)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Dulu sih saya cuma warung kecil, soalnya duit nya saya
pake buat bayaran sekolah anak.” (15 Maret 2018, 09:12
WIB, Warung Ibu Munayati)
108
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Dulu mah bapa buat buka warung bensin, ini kan udah
pake alat, dulu pake jerigen” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan dokumentasi
sebagai berikut:
Gambar 4.3
Pembaharuan jerigen Menuju Alat Otomatis
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Minjem di rentenir Cuma buat nyekolahin anak doang.
Dulu tuh pas anak masuk SMP” (16 Maret 2018, 19:25
WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
109
“Wih uwa mah minjem juga Cuma buat bayaran anu
(tidak disebutkan) doang nong” (17 Maret 2018, 09:25
WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Bukan buat usaha teteh mah, Cuma ada keperluan aja
waktu itunya. Tapi buat modalin beli pulsa
keagen,lumayan aja jualan pulsa” (17 Maret 2018, 11:50
WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Ibu minjem itu buat bikin bangunan (memperbaharui
bangunan) yang udah ada A, itu juga ga gede. Cuma
bangunan biasa aja.” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Dalam sub indikator yang kedua, telah dilakukan
wawancara oleh Ibu Munayati ( ), sehingga mengenai
pertanyaan yang kedua terkait penggunaan dana semaksimal dan
seoptimal mungkin jika meminjam modal di lembaga lain
sebelum adanya Program SPP akan dideskripsikan sebagai
berikut :
110
“Yah abis sih, kepake buat buka warung sama bayar
sekolah. Buka warung juga biar ngeringanin cicilan” (15
Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Bapa waktu itu duit nya sebagian buat keperluan rumah
tangga” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu
Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ga di pake buat usaha ibu mah” (16 Maret 2018, 19:25
WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Yah buat kebutuhan anu doang nong” (17 Maret 2018,
09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
111
“ya itu, Cuma buat keperluan sama modal jualan pulsa”
(17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Gapapa tah ini hahahah malu ibu mah. Dipake sebagian
sih buat makan gitu-gitu.” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan
bahwasanya dalam indikator Acceptable, informan cenderung
meminjam modal di pihak pemberi pinjaman seperti Bank,
Koperasi, dan bahkan Rentenir, dan target penerima pun
dibebaskan yang artinya siapa saja dapat meminjam asalkan
memiliki data diri kependudukan. Peminjam dapat dimudahkan
jika peminjam sudah menjadi langganan, hal tersebut tentu saja
berdasarkan atas asas kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman
kepada pihak penerima pinjaman, namun yang ada dilapangan
masyarakat hanya meminjam maksimal dalam jangka 1 tahun
sekali saja. Tidak semua masyarakat yang meminjam untuk
membuka usaha, namun ada juga hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Jadi, untuk kategori masyarakat yang
mayoritas miskin – menengah, pihak peminjam hanya dirasakan
oleh sedikit masyarakat saja, sebab ada beberapa hal seperti yang
112
dipaparkan diatas yang hal tersebut tidak mudah diterima oleh
masyarakat di Kecamatan Anyar.
2. Accountable
Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah dapat dikelola
oleh masyarakat dan dapat dipertanggung jawabkan atau tidak.
Hal ini biasanya sangat sering dijadikan bahan perhitungan oleh
masyarakat, terutama oleh penerima modal. Apabila dirasa tidak
terbuka, maka calon penerima modal akan berpaling, begitu pula
sebaliknya. Dan begitu pula dengan jaminan yang diminta apakah
sesuai atau tidak dengan kriteria perekonomian masyarakat target
penerima pinjaman.
a. Keterbukaan
Dalam indikator yang kedua ini terdapat 2 sub indikator
yang diantaranya adalah keterbukaan dan dapat dipertanggung
jawabkan. Hal yang pertama adalah keterbukaan. Dalam hasil
wawancara pertanyaan yang dilakukan peneliti terkait
pengawasan yang akan dijawab oleh Bapak Karwa (key
informan), sebagai berikut :
“Kalo soal pengawasan lembaga lain mah saya kurang
paham, tapi kalo rentenir intinya lebih parah aja” (1
Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
113
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan Camat
Anyar tahun 2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Pengawasan mah pas awal doang kalo lembaga
pinjaman gitu mah” (9 Maret 2018, 19:20 WIB, Kediaman
H. Rudiyanto)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Gada pengawasan sih dulu mah. Gatau deh kalo
sekarang mah. Pas awal doang..” (15 Maret 2018, 09:12
WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Gaada sih kalo pengawasan mah” (15 Maret 2018,
13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gaada, Cuma sebulan sekali aja gitu nagih ke rumah”
(16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
114
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gaada, gaada yang ngawas-ngawasin kaya gini (SPP)”
(17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gaada sih kayanya, Cuma pas awal tuh dateng ke rumah
gitu Tanya ini itu – ini itu” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Pengawasan kaya SPP tah? Bank mah awal doang A”
(17 Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Masih dalam sub indikator pertama, dalam hasil
wawancara pertanyaan yang dilakukan peneliti terkait ada
tidaknya rincian dana beserta denda oleh pihak lain selain SPP
yang akan dijawab oleh Bapak Karwa (key informan), sebagai
berikut :
115
“Setau saya, kalo lembaga-lembaga resmi gitu pasti ada
lah rincian mah.” (1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor
UPK)
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan Camat
Anyar tahun 2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Namanya juga lembaga resmi nong, pasti ada atuh yang
begitu mah” (9 Maret 2018, 19:20 WIB, Kediaman H.
Rudiyanto)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Ada, dikasih tau nya pas pelunasan terahir de.” (15
Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“(bertanya dengan bapak nya)… ada A, Cuma itu mah
pas terakhiran katanya” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
116
“Ada, di buku catetan kecil gitu” (16 Maret 2018, 19:25
WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Iya uwa bayar denda gitu kalo uwa nya telat bayar
(cicilan) dikasih tau berapa - berapanya mah” (17 Maret
2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“ada sih kalo ga salah mah” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Palingan geh yang kaya data-data bunga gitu A. kalo
telat berapa hari berapa harinya gitu” (17 Maret 2018,
15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Mengenai sub indikator keterbukaan ini, beberapa informan
yang peneliti ajukan pertanyaan, seluruhnya menjawab ada
pengawasan dari lembaga peminjam lain selain SPP, semua
lembaga pemberi pinjaman memang terbuka dalam
117
memperlihatkan rincian dana beserta rincian denda jika peminjam
melakukan keterlambatan dalam mengangsur pinjaman, namun jika
penerima pinjaman melakukan keterlambatan dalam pembayaran
maka akan dikenakan denda sesuai dengan peraturan lembaga
pemberi pinjaman terkait.
b. Dapat Dipertanggung Jawabkan
Selanjutnya ialah sub indikator yang ke 2, yakni dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini, peneliti ingin melihat
apakah program ataupun lembaga tersebut memberikan beban
jaminan ataupun mewajibkan peminjam untuk melaporkan hasil
usaha mereka yang akan mereka buat.
Berikut merupakan pertanyaan pertama terkait jaminan
yang diminta oleh pihak pemberi pinjaman yang akan di jelaskan
oleh bapak Karwa (Key Informan), sebagai berikut :
“Nah, kalau kita bicara soal jaminan, ini yang jadi masalah
masyarakat lebih milih pinjem di UPK. Soalnya kata
mereka yang curhat ke saya sih pada susah kasih jaminan,
namanya juga orang kampong A” (1 Maret 2018, 14:07
WIB, Kantor UPK)
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan Camat
Anyar tahun 2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Pasti macem-macem, ada yang ngasih BPKB, surat
rumah, macem-macem itu mah. Kalo kata bapak sih kalo
untuk orang kampong gini yah palingan surat tanah yang
118
di gadein (jaminan)” (9 Maret 2018, 19:20 WIB,
Kediaman H. Rudiyanto)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Bebas de, yang penting berharga. Ibu dulu itu ngasihin
surat tanah rumah ini” (15 Maret 2018, 09:12 WIB,
Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Ga berpaku terserah mereka gitu sih, kalo dulu bapa
katanya gadein emas.” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Saya sih ngasih surat-surat motor (BPKB)” (16 Maret
2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula jawaban ( ) telah diperkuat oleh Ibu Tuni
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
119
“Uwa mah dulu Cuma kasih kartu keluarga aja, soalnya
susah uwa mah kalo ngasih jaminan berharga gitu.” (17
Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Teteh mah ngasihin BPKB motor” (17 Maret 2018,
11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Minta nya mah barang atau surat berharga, ibu mah
gadein surat tanah ini.” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Berikut merupakan pertanyaan kedua dalam sub indikator
ke 2 terkait laporan usaha yang diminta oleh pihak pemberi
pinjaman yang akan di jelaskan oleh Ibu Munayati (secondary
informan) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Engga de”
120
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Engga katanya”
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gaada de”
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Engga nong”
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Engga”
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
121
“engga”
Dalam beberapa jawaban yang telah dipaparkan terkait
sub bagian dapat dipertanggung jawabkan maka kesimpulannya
adalah masyarakat kebanyakan memberikan jaminan secara utuh
kepada pihak pemberi pinjaman, namun tidak sedikit masyarakat
yang mengeluh atas jaminan yang diminta oleh mereka. hal
tersebut dikarenakan strata ekonomi masyarakat yang pada saat
itu sebagian besar berada pada status miskin – menengah. Jadi,
masyarakat yang tidak mampu dan ingin meminjam uang untuk
kebutuhan ataupun modal usaha sangat tidak mungkin jika
meminjam di lembaga tersebut. Dan bagi yang sedang meminjam
saat itu, pihak peminjam tidak meminta laporan atas usaha yang
peminjam buat.
3. Profitable
Dalam indikator ini, peneliti akan melihat tentang apakah
program ini dapat memberikan pendapatan yang memadai dan
mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis
pemenuhan kebutuhan sosial dasar. Namun peneliti tekankan
bahwasannya wawancara ini terlebih dahulu mendeskripsikan
keadaan masyarakat sebelum adanya program.
122
a. Pendapatan
Hal yang pertama ialah pemaparan oleh Bapak Karwa
selaku Ketua UPK (key informan) terkait pendapatan dalam bentuk
keadaan perekonomian masyarakat pada saat itu, sebagai berikut:
“Kalo yang saya liat sih dulu ga kaya sekarang, sekarang
mah rumah-rumah juga udah pada bagus-bagus. Terutama
sih yang anggota SPP nya yah. Jujur nih bukan saya
bangga-banggain SPP, coba aja kamu Tanya-tanya sama
orang-orang dulu nya. saya juga kan asli orang sini. Jadi
lumayan tau lah soal perubahan yang dulu sama
sekarang.” (1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Gambar 4.4
Keadaan Bangunan Masyarakat semakin Meningkat
Hal serupa yang dilontarkan oleh Bapak Iwan ( ) selaku
mantan konsultan PNPM-MPd di Kecamatan Anyar, sebagai
berikut:
“Kalo sekarang yang saya liat makin bagus, ya pasti dulu
mah gitu” (2 Maret 2018, 13:02 WIB, Kantor UPK)
123
Jawaban serupa juga dijelaskan oleh Camat Anyar tahun
2017 ( ) yakni sebagai berikut :
“Ya gitu, ada perkembangan. Saya juga kan orang sini,
udah lama juga kerja di daerah sini, jadi ya sedikit tau lah
soal keadaan dulu mah.” (8 Maret 2018, 09:32 WIB,
Kantor Kecamatan Anyar)
Jawaban lainnya juga dijelaskan oleh Mantan Camat Anyar
tahun 2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Pokoknya beda sama sekarang yang bapak liat mah.
Adaan sekarang mah” (9 Maret 2018, 19:20 WIB,
Kediaman H. Rudiyanto)
Bapak Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Anyar
( ) juga memberikan tanggapan, sebagai berikut :
“Mendingan sekarang nong dibanding dulu mah. Jumlah
penduduk miskin kecamatan juga berkurang sekarang
mah” (8 Maret 2018, 13:58 WIB, Kantor Kecamatan
Anyar)
Adapun hal tersebut diperkuat oleh data jumlah penduduk
pra sejahtera yang mengalami penurunan dari sebelum hingga
sesudah adanya program SPP, sebagai berikut:
124
Tabel 4.3
Jumlah Pra Keluarga Sejahtera
No
Desa/Kelurahan
Village/Subdistrict
2008 2016
1 Bandulu 381 546
2 Sindang Mandi 452 245
3 Banjarsari 176 183
4 Bunihara 343 279
5 Tanjung Manis 253 233
6 Cikoneng 370 201
7 Anyer 183 144
8 Kosambironyok 480 245
9 Sindang Karya 355 156
10 Mekarsari 189 175
243
153
TOTAL 3.182 2.498
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP terkait pendapatan ataupun pengeluaran
yang mereka rasakan saat itu, sebagai berikut:
125
“Waduh hahaha. Bapak de yang kerja mah, ibu mah di
rumah aja. Kalo yang dari warung itu kan buat bantu
bayar cicilan. Itu juga yaAllah kecil banget dapetnya..”
(15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Dulu saya ga kerja apa apa, Cuma bantu bapa aja
ngelayanin yang beli bensin.” (15 Maret 2018, 13:15
WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Bapak de yang kerja, ibu mah nganggur di rumah ngurus
anak sama bapak hahah” (16 Maret 2018, 19:25 WIB,
Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“ga kerja nong uwa mah, bantu abah nyawah (bertani)
doang” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
126
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Teteh mah gapunya penghasilan, wong ga kerja. Eh iya
itu pulsa doang palingan. Ya berapa sih paling pulsa mah
buat jajan bakso doang” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Wiihh A paling geh 300 sebulannya (pendapatan)” (17
Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Hal berikutnya peneliti menanyakan ukuran bangunan
usaha informan (anggota SPP) saat sebelum program SPP hadir.
Dan jawaban pertama akan dikemukakan oleh Ibu Munayati
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut :
“Warung jajanan kecil doang de” (15 Maret 2018, 09:12
WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
127
“Cuma bensin eceran aja sih dulu mah” (15 Maret 2018,
13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gaada de” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu
Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gaada usaha nong” (17 Maret 2018, 09:25 WIB,
Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Apanya? Bangunannya tah? Atauh gapaketempat teteh
mah, orang modal nya Cuma pake HP doang hahahhah”
(17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
128
“Besarnya mah ga kaya sekarang” (17 Maret 2018, 15:10
WIB, Kediaman Ibu Siti)
Kesimpulan daripada indikator pendapatan ini adalah saat
sebelum SPP masuk dibawah tahun 2009, sebagian besar
masyarakat terutama perempuan tidak memiliki penghasilan yang
artinya hanya bertumpu pada pekerjaan suami ataupun orang tua
mereka saja, namun ada pula yang telah membuka usaha dari
hasil pinjaman dari lembaga lain, namun hasil ataupun
pendapatannya belum sebesar saat ini. Adapun besaran bangunan
yang mereka bangun juga tidak seperti saat ini, mungkin saja hal
tersebut dikarenakan pendapatan dari hasil usaha mereka yang
pas-pasan, itulah yang menyebabkan bangunan usaha mereka
kurang cepat berkembang.
4. Sustainable
Dalam indikator yang keempat ini, peneliti ingin melihat
apakah hasil pinjaman dapat dilestarikan dengan baik atau tidak
serta apakah usaha yang mereka buat saat itu berlangsung hingga
sekarang atau tidak.
a. Perkembangan Usaha
Berikut merupakan deskripsi data hasil wawancara dengan
Bapak Karwa (Key Informan) selaku Ketua UPK di Kecamatan
129
Anyar terkait sub indikator perkembangan usaha masyarakat saat
itu :
“berkembang sih ada aja beberapa, Cuma ga banyak.
Dan keliatannya berkembangnya juga agak lama” (1
Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Pendapat serupa juga dilontarkan oleh Bapak Iwan ( )
selaku mantan penasehat PNPM-MPd di Kecamatan Anyar,
sebagai berikut:
“Kayanya sih engga deh, tapi ada aja kali yang
berkembang mah. Bapak kurang tau pasti kalo itu” (2
Maret 2018, 13:02 WIB, Kantor UPK)
Jawaban serupa juga dijelaskan oleh Camat Anyar tahun
2017 ( ) yakni sebagai berikut :
“Kayanya sih berkembang, Cuma ga pesat aja. Pelan-
pelan” (8 Maret 2018, 09:32 WIB, Kantor Kecamatan
Anyar)
Jawaban lainnya juga dijelaskan oleh Mantan Camat Anyar
tahun 2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Ga terlalu sih kalo dulu mah” (9 Maret 2018, 19:20
WIB, Kediaman H. Rudiyanto)
Bapak Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Anyar
( ) juga memberikan tanggapan, sebagai berikut :
130
“Gatau pasti sih yah bapak mah. Cuma yang pasti gitu-
gitu aja dulu mah” (8 Maret 2018, 13:58 WIB, Kantor
Kecamatan Anyar)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Anget-angetan, ga berkembang juga, gitu-gitu aja.
Namanya juga jajanan kecil-kecilan doang.” (15 Maret
2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Gini gini aja sih kalo bensin mah dari dulu juga.” (15
Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gaada usaha de” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung
Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
131
“Gaada usaha nong” (17 Maret 2018, 09:25 WIB,
Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Gitu-gitu aja jualan pulsa mah hhahahahah” (17 Maret
2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Berkembang mah ga langsung gede gitu, tapi ini
lanjutan warung kemarennya” (17 Maret 2018, 15:10
WIB, Kediaman Ibu Siti)
Hal berikutnya peneliti menanyakan tentang apakah
informan (anggota SPP) saat sebelum program SPP hadir
mengetahui banyak atau tidaknya masyarakat yang meminjam
uang/modal di lembaga lain selain SPP. Dan jawaban pertama
akan dikemukakan oleh Ibu Munayati (secondary informan) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut :
“Kayanya sih banyak, Cuma ibu gatau pinjem dimana-
dimananya” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu
Munayati)
132
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Kurang tau sih A kalo itu” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Kayanya sih banyak yah de, pinjem-pinjem gitu mah ibu
yakin banyak lah. Macem-macem (lembaga
pinjamannya)” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu
Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Seinget uwa tuh kan bayar cicilannya langsung ke
koperasi, disitu juga ada aja tuh yang ikut bayar. (berarti
ada juga yang pinjam)” (17 Maret 2018, 09:25 WIB,
Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
133
“Waduh gatau deh” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Ada aja kali A, Cuma ibu mah gatau” (17 Maret 2018,
15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Jadi kesimpulan dari indikator keempat dalam sub bagian
pertama tentang perkembangan usaha sebelum adanya program
SPP ini adalah sebagian besar masyarakat di Kecamatan Anyar
kesulitan untuk mengembangkan usaha mereka, hal tersebut
dikarenakan rata-rata ukuran usaha yang tidak besar, mereka
kesulitan untuk mengembangkan usaha mereka sendiri, sebab
pendapatan dari usaha yang kecil pun akan kecil juga. Dan dari
beberapa anggota SPP yang telah peneliti wawancarai, sebagian
besar dari mereka tidak banyak mengetahui tentang banyak
tidaknya masyarakat lain yang meminjam seperti mereka.
b. Keberlangsungan
Adapun deskripsi data yang selanjutnya akan dibahas
dalam penelitian kali ini adalah dalam indikator keempat dalam
sub bagian kedua terkait keberlangsungan usaha maupun
134
pinjaman. Berikut merupakan jawaban hasil wawancara oleh
Bapak Karwa selaku Ketua UPK (key informan), sebagai berikut :
“Kalo soal itu sih kurang tau A, Cuma tetangga AA nih
yang anggota SPP yang dulunya pinjem modal di
Koperasi gitu Cuma sekali doang pinjem nya.” (1 Maret
2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Sekali doang, setahun itu doang” (15 Maret 2018, 09:12
WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Bapa mah Cuma sekali doang itu, setahun doang jangka
nya” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Cuma sekali itu doang de” (16 Maret 2018, 19:25 WIB,
Warung Ibu Masiti)
135
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Sekali doang uwa mah, setahun doang” (17 Maret 2018,
09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Sekali daong” (17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman
Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Setahun doang ibu mah minjem nya.” (17 Maret 2018,
15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Kesimpulan dari sub bagian kedua ini adalah masyarakat
meminjam ke lembaga pinjaman lain selain SPP hanya sekali dan
itupun dalam keadaan terpaksa berdasarkan kebutuhan dan
masalah yang timbul saat itu juga.
136
5. Replicable
Indikator yang terakhir ini adalah Pengelolaan dana dan
pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan
dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.
Peneliti disini akan membagi kedalam 2 sub indikator yang
pertama adalah pengelolaan dana, yakni peneliti ingin mengetahui
terkait respon penerima pinjaman tentang diberitahu secara rinci
atau tidak, besaran bunga pinjaman yang dikenakan, dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam sub indikator kedua peneliti akan
mencari tahu apakah pinjaman seperti yang dilakukan di
Kecamatan Anyar dapat di aplikasikan di daerah lain.
a. Pengelolaan Dana
Berikut merupakan paparan hasil wawancara sub indikator
pertama terkait Meningkat atau tidaknya pinjaman yang
masyarakat pinjam saat itu dengan Bapak Karwa selaku Ketua
UPK di Kecamatan Anyar, sebagai berikut :
“Kalo denger cerita tetangga sih engga, karena kan
pinjemnya Cuma sekali doang. Gatau karna kapok atau
karena udah ga butuh modal lagi buat gembangin usaha
warung nya itu” (1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
137
“Engga de, udah males mau minjem lagi nya. bingung
sama jaminannya sayang kalo gabisa bayar..” (15 Maret
2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“teteh kata si bapak mah Cuma sekali pinjem nya. pas
butuh doang geh itu mah” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Wong Cuma sekali itu doang geh kamu mah hahahah”
(16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ga minjem lagi geh uwa mah itu doang. Kalo di SPP
mah iya naek” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu
Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
138
“Setahun doang teteh mah, sekali itu doang pinjem nya”
(17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Minjem nya mah Cuma sekali itu doang geh, jadi
berkembang pelan-pelan juga yah dari hasil gini, kadang
di tambahin sama suami” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Selanjutnya akan dilakukan wawancara oleh Ketua UPK
(key informan) mengenai pertanyaan yang kedua terkait besaran
bunga yang diberikan oleh lembaga lain sebelum adanya Program
SPP akan dideskripsikan sebagai berikut :
“Macem-macem sih itu mah, yang pasti setau AA mah
yang paling gede itu Rentenir. Bank juga dulu mah gede,
mungkin karena dulu mah lagi krisis Bank Dunia nya. kan
bunga Bank mah berubah-berubah tiap bulannya. Tapi
sekarang mah udah kecil katanya, malah gedean SPP
bunga nya. dulu mah tahun 2009-20015an bunga nya
kecilan SPP. Apa lagi pas ada Progam KUR (Kredit
Usaha Rakyat) jadi makin kecil pasti bunga nya. tapi
Alhamdulillah ini masyarakat tetep percaya nya sama
SPP. Gatau karena Mudah atau ga mereka yang gatau
soal Bunga Bank yang udah mengecil” (1 Maret 2018,
14:07 WIB, Kantor UPK)
Adapun jawaban tersebut diperkuart oleh data suku bunga
bank umum sebagai berikut:
139
Gambar 4.5
Suku Bunga Bank Umum
Peneliti pun mendapatkan dokumen suku bunga bank
Kredit Usaha Rakyat (KUR) terbaru, yang mana hal tersebut
belum banyak diketahui oleh masyarakat yang suku bunga saat ini
lebih kecil dibandingkan dengan suku bunga SPP, sebagai
berikut:
Gambar 4.6
Suku Bunga KUR
140
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Kalo ga salah sih yah 15%. Kalo ga salah sih itu juga.
Itu sebulannya (perbulan). Gatau deh sekarang mah.” (15
Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Bank nya jangan saya sebutin gapapa kan yah
hahahaha. Sekitar 15%an perbulannya lah kalo ga
salah.” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu
Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Di rentenir mah mahal de, ibu dulu itu 17%
perbulannya. Ga lagi lagi deh kalo sekarang mah. Kesitu
juga dulu karna paling emang gampang sih syarat-syarat
nya. berasa ga selesai-selesai aja gitu bayarnya.” (16
Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
141
“duh lupa nong lupa. Udah lama geh 2007an kalo ga
salah mah. Udah pikun uwa nya ini hahahaha” (17 Maret
2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“15%an kalo ga salah mah perbulannya. Tapi kan beda-
beda bayar perbulannya. Tapi ya segitu lah seinget teteh
mah” (17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Ibu itu tahun 2007an, 15% kalo seinget ibi mah
perbulannya.” (17 Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu
Siti)
Pertanyaan selanjutnya yang akan dideskripsikan adalah
tentang pengelolaan rincian dana beserta pengelolaan denda yang
diberikan. Adapun hasil wawancara yang pertama oleh bapak
Karwa Selaku Ketua UPK Kecamatan Anyar, sebagai berikut :
“Pasti ada kalo lembaga resmi mah” (1 Maret 2018,
14:07 WIB, Kantor UPK)
142
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Pas terahiran doang di liainnya de. Palingan yah gitu,
denda karna telat beberapa hari ngembaliin pinjeman”
(15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Dikasih tau nya pas akhir pelunasan gitu, disitu diliatin
rincian berapa-berapa nya yang harus di bayar. Tapi
denda mah tetep perbulan dibayarnya” (15 Maret 2018,
13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ada ko, pasti dikasih tau tuh kalo telat bayar” (16 Maret
2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ada nong” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu
Tuni)
143
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ada kayanya mah” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“ada kok A, bank mah rapih.” (17 Maret 2018, 15:10
WIB, Kediaman Ibu Siti)
Jadi, kesimpulan dalam sub indikator pengelolaan dana ini
adalah kebanyakan masyarakat hanya meminjam 1 kali saja,
karena pada dasarnya mereka meminjam dikarenakan terdesak
untuk memenuhi kebutuhan mereka dan menyelesaikan beberapa
masalah hidup mereka, namun ada pula yang sengaja untuk
membuka usaha kecil-kecilan namun peminjamannya tetap tidak
dilanjutkan oleh mereka. bunga yang di tawarkan oleh pihak Bank
umum di bawah tahun 2008 sebesar 15-16% perbulan. Sedangkan
bunga yang ditawarkan oleh pihak rentenir sebersar 17%
perbulan. Dan pada saat itu memang pengelolaan rincian dana
yang diberikan oleh pihak penerima pinjaman sangat rapih dan
144
baik. masyarakat tidak ada pilihan lain untuk meminjam saat itu,
karena memang belum muncul program-program pemerintah
yang dapat meringankan pinjaman masyarakat. Sebab pada tahun
itu pula dunia sedang dalam krisis dan itulah sebabnya suku
bunga Bank sedang tidak stabil.
b. Duplikasi
Dalam sub indikator yang kedua, telah dilakukan
wawancara oleh Ibu Munayati ( ) yakni masyarakat yang
terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP, sehingga
mengenai pertanyaan yang kedua terkait duplikasi pinjaman di
daerah lain akan dideskripsikan sebagai berikut :
“Kayanya sih banyak, namanya juga kampong de, susah
nyari duit nya. palingan minjem ke rentenir-rentenir.” (15
Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Kayanya sih banyak A, wong di kampong mah pasti
butuh aja uang itu buat bikin usaha kecil-kecilan atau ga
buat nalangin (nutupin) bayaran sekolah” (15 Maret
2018, 13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
145
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Banyak engga nya sih ibu gatau pasti, tapi pasti ada aja
yang minjem mah” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung
Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Kurang tau nong kalo itu” (17 Maret 2018, 09:25 WIB,
Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Sodara teteh mah ada tuh yang rumah nya di Gudang
Kopi (beda Kampung) yang pernah beli motor nyicil nya
di Bank” (17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu
Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Banyak sih kayanya, pas awal ke Bank juga banyak yang
ngasih persyaratan gitu. Tapi gatau orang mana-mana
nya.” (17 Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
146
Dalam sub indikator yang kedua, telah dilakukan
wawancara oleh Ketua UPK (key informan), sehingga mengenai
pertanyaan yang kedua terkait duplikasi pinjaman di daerah lain
akan dideskripsikan sebagai berikut :
“Sanggup juga yang punya barang atau surat berharga
doang paling, kan itu yang jadi jaminannya. Kalo gaada
mah mereka ga sanggup buat minjemnya.” (1 Maret 2018,
14:07 WIB, Kantor UPK)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Sanggup paling minjem di rentenir. Kalo di bank sih
paling orang-orang punya kebanyakan nya.” (15 Maret
2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Palingan juga itu de sanggup nya minjem di rentenir, ga
ribet soalnya di amah persyaratannya.” (15 Maret 2018,
13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
147
“Pasti di sanggup-sanggupin de kalo butuh mah. Apa aja
di gadein hahaha” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung
Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Sanggup aja sih, wong gampang jeh minjem nya” (17
Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“beda-beda sih, kalo orang punya mah sanggup-sanggup
aja. Kalo orang ga punya mah sanggup juga tapi pasti
selalu telat bayarnya” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Banyak nya mah dulu tuh pinjem di rentenir. Soalnya
kan dulu mah susah orang kampong mah ga kaya
sekarang. Jadi gadeannya (jaminan) itu yang susah. Kalo
pinjem di rentenir mah gampang, tapi yah gitu.” (17
Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
148
Kesimpulan dari sub indikator yang terakhir ini ialah
bahwasannya masyarakat di Kecamatan lainnya sanggup jika
mereka dapat menyelesaikan persyaratan mereka dengan lancar
seperti pada bagian jaminan yang diminta oleh pihak pemberi
pinjaman, sebab yang terjadi ialah bahwa sebagian besar
masyarakat saat itu belum lah berkembang seperti saat ini.
Dengan kata lain, pasti mereka kesulitan dalam memberika
jaminan. Kebanyakan hanya surat tanah dan rumah yang
kemungkinan mereka gadai, namun hal itu pun dilakukan jika
memang dalam keadaan yang genting.
B. After Program :
1. Acceptable
Dalam penelitian ini, peneliti perlu mengetahui apakah
program tersebut mudah diterima dan didayagunakan oleh
masyarakat kelompok sasaran dan dalam deskripsi data kali ini
peneliti akan melihat keadaan setelah adanya program. Sama
seperti dalam pembahasan sebelum adanya program, dalam
indikator yang pertama ini peneliti membagi kembali kedalam 2
sub indikator, yang pertama adalah mudah di terima dan yang
kedua adalah didayagunakan.
149
a. Mudah Diterima
Dalam sub indikator yang pertama, telah dilakukan
wawancara oleh Ketua UPK (key informan), sehingga mengenai
pertanyaan yang pertama terkait sulit tidaknya pencairan dalam
meminjam modal di UPK dalam Program SPP akan
dideskripsikan sebagai berikut :
“Pas awal tuh tahun 2009 memang rada susah, karena
memang masih awal, mereka harus kasih rincian proposal
gitu ke kita supaya kita tau usaha apa yang mereka buat,
mangkannya prosesnya lumayan makan waktu. Tapi kalo
udah jadi anggota tetap yang sering pinjem ke UPK dan
catatan pembayara mereka bagus sih pasti kita cepetin
pencairan nya A” (1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor
UPK)
Adapun jawaban yang lain juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Engga de, paling lama juga sebulan. Itu juga pas awal
minjem doang. Skrng mah paling lama juga dua minggu”
(15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun jawaban lainnya diperkuat oleh beberapa jawaban
yang dijelaskan oleh beberapa anggota SPP. yang pertama
dijelaskan oleh Ibu Maslihah ( ) yakni masyarakat yang
terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP, sebagai berikut:
150
“Sebulanan kalo ga salah pas 2009 itu teteh, sekarang
mah wong udah langganan jeh, paling lama juga
seminggu dua minggu cair. Karna udah percaya UPK
nya.” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Awal doang tuh iya, ga sabar juga ibu nunggu
sebulanan. Tapi kesini kesini mah cepet sih turun nya” (16
Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Tuni ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Teh Mas (ketua kelompok SPP) itu mah nong yang
ngurus. Uwa mah Cuma ngasih tau doang mau bikin
usaha bensin (eceran)” (17 Maret 2018, 09:25 WIB,
Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Jihan
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Awal mah iya ribet tuh, pas udah keseringan mah enak
ga ribet. Cair nya gitu yang ga ribet” (17 Maret 2018,
11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
151
Hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Sekarang mah seminggu juga udah langsung cair kalo
kita nya ga suka nunggak mah” (17 Maret 2018, 15:10
WIB, Kediaman Ibu Siti)
Selanjutnya, masih dalam sub indikator yang pertama,
telah dilakukan wawancara oleh Ketua UPK (key informan),
sehingga mengenai pertanyaan yang kedua terkait siapa target
penerima modal dalam Program SPP akan dideskripsikan sebagai
berikut :
“Namanya aja udah Perempuan, pasti targetnya hanya
untuk perempuan yang memiliki potensi bagus untuk
mengembangkan usaha. Dan tentunya harus yang berlatar
belakang kurang mampu atau menengah. Tapi ada sih
beberapa yang manfaatin SPP hanya untuk bersosialisasi
dengan masyarakat lain. Jadi pinjem uang karena emang
pengen kumpul-kumpul denga masyarakat setempat.” (1
Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Kemudian hal diatas dipertegas dengan gambar berikut
yang merupakan penjelasan X Pengelolaan Dana Begrulir/SPP:
152
Gambar 4.7
Sasaran Program SPP
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan
Penasihat PNPM ( ) yakni sebagai berikut :
“Perempuan atuh, ibu-ibu kebanyakannya. Wong
namanya aja Simpan Pinjam Perempuan” (2 Maret 2018,
13:02 WIB, Kantor UPK)
Jawaban lainnya juga dijelaskan oleh Camat Anyar tahun
2017 ( ) yakni sebagai berikut :
“UPK tah? Itu mah program khusus buat perempuan.
Perempuan doang yang boleh pinjem” (8 Maret 2018,
09:32 WIB, Kantor Kecamatan Anyar)
Selanjutnya, Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan
( ) pun memberikan tanggapan sebagai berikut :
“Kalo SPP mah khusus Cuma buat perempuan, ibu-ibu
banyak nya itu mah” (8 Maret 2018, 13:58 WIB, Kantor
Kecamatan Anyar)
153
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Ibu-ibu yang “nganggur” doang de. Biar ada kegiatan
aja gitu di rumah nya” (15 Maret 2018, 09:12 WIB,
Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Perempuan A, wong namanya aja Simpan Pinjam
Perempuan hahah. Tapi orang-orang punya mah ga
minjem, modal buat orang miskin geh ini mah” (15 Maret
2018, 13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Cewe-cewe doang, itu geh yang harus udah punya KTP”
(16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Perempuan aja lah pokoknya yang uwa tau mah” (17
Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
154
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“SPP mah buat cewe doang geh” (17 Maret 2018, 11:50
WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Cuma perempuan aja SPP mah, wong singkatannya aja
Simpan Pinjam Perempuan” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Setelah dalam sub indikator pertama, kemudian peneliti
memberikan kesimpilan bahwa pencairan dana yang dilakukan
oleh UPK pada mulanya memang dirasa cukup berbelit oleh
target penerima modal dan Ketua UPK pun mengakuinya, namun
setelah penerima modal melakukan peminjaman untuk kedua
kalinya dan latar belakang kelompok mereka tidak mengalami
catatan yang buruk (telat bayar angsuran), mereka merasa
dimudahkan dan cepat dalam pencairan dananya. Adapun target
penerima modal memanglah hanya perempuan yang sudah
memiliki kartu tanda penduduk yang bersetatus sebagai
perempuan yang ingin membuka usaha dan miskin – menengah.
155
Hal tersebut memanglah target pemerintah untuk membantu
maningkatkan taraf perekonomian keluarga perkampungan demi
kesejahteraan masyarakat perempuan (khususnya).
b. Didayagunakan
Selanjutnya, dalam sub indikator yang kedua, telah
dilakukan wawancara oleh Ketua UPK (key informan), sehingga
mengenai pertanyaan yang pertama terkait luas atau tidaknya
usaha masyarakat jika meminjam modal di UPK dalam Program
SPP akan dideskripsikan sebagai berikut :
“Alhamdulillah sih keliatan dari tahun ke tahun nya” (1
Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Adapun jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Bapak
Irwan selaku Mantan Konsultan PNPM Kecamatan Anyar tahun
2009 ( ) yakni sebagai berikut :
“Kayanya sih ada perkembangan dari sebelum-
sebelumnya, kaya yang makin banyak warung di pinggir
jalan” (2 Maret 2018, 13:02 WIB, Kantor UPK)
Berikut merupakan jawanban yang dipaparkan oleh Camat
Anyar tahun 2017 ( ):
“Kalo yang saya denger dari beberapa pekerja di UPK,
khususnya si Acong (Ketua UPK) mah katanya banyak
yang jadi anggota. Artinya dengan banyak anggota itu
masyarakat banyak yang membuka usaha dan kalo begitu
pasti bagus usahanya. Keliatan sih dulu sama sekarang
156
mah beda ini Anyar.” (8 Maret 2018, 09:32 WIB, Kantor
Kecamatan Anyar)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Kasi
Kesejahteraan Kecamatan Anyar ( ) yakni sebagai berikut:
“Yang saya bilang tadi, bangunan udah banyak di
pinggir-pinggir jalan. Tinggal nong Tanya aja itu ikuan
program SPP atau bukan. Kalo kata bapak mah karna
SPP nih, soalnya ini rame-rame nya tahun 2010an. PNPM
juga masuk nya tahun segituan kan?.” (8 Maret 2018,
13:58 WIB, Kantor Kecamatan Anyar)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Merintis de, dulu kan ibu Cuma buka jajanan kecil
doang, tambah kopi gula sama rokok, sekarang mah yah
lumayan kebeli kulkas.” (15 Maret 2018, 09:12 WIB,
Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Ya ini, Alhamdulillah ngebanyakin. Bensin juga
sekarang mah pake alat. Jual lampu-lampu, saklar, kabel,
Alhamdulillah aja ini lanjutin dagang bensin bekas
bapak” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu
Maslihah)
157
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Alhamdulillah sih ini merintis pelan-pelan mah de” (16
Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Uwa mah udah tua sebenernya, Cuma masih pengen
gerak nong. Cuma ngebensin (buka bensin eceran) doang
itu uwa mah dari dulu. Cuma nih sekarang mah pake
mesin gini (bukan jerigen lagi)” (17 Maret 2018, 09:25
WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Gambar 4.8
Warung Bensin Ibu Tuni
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
158
“Nah, kalo Pas minjem di UPK, Teteh pelan pelan tuh
bikin warung plus jualan kartu (kartu perdana) sama
jualan pulsa. Lumayan aja ini pelan-pelan geh kebeli
etalase” (17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu
Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Alhamdulillah setiap tahun ada aja yang di rubah buat
warung” (17 Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Dalam sub indikator yang kedua, telah dilakukan
wawancara oleh Ibu Munayati ( ), sehingga mengenai
pertanyaan yang kedua terkait penggunaan dana semaksimal dan
seoptimal mungkin jika meminjam modal di UPK dalam Program
SPP akan dideskripsikan sebagai berikut :
“Ya gini, semuanya buat buka warung begini. Pas awal
minjem mah ga semua di pake buat warung, buat jajan ibu
dikit hahahaha” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu
Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Duh saya mah juju raja ini pasti buat warung saya A,
baru aja kemarennya ini minjem 10jt langsung saya pake
159
buat gedein warung” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Jujur yah ini ibu mah hahaha kadang sedikit buat beli
makan sama kasih jajan si aa (anak)” (16 Maret 2018,
19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Buat itu doang, ngedanain bensin doang, kemarenna
juga langsung di beliin alat gitu (mesin bensin eceran)”
(17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Alhamdulillah sih ini bener ko Teteh mah buat ini (buat
buka warung)” (17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman
Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
160
“Hahahaha kadang sisa abis renovasi warung di pake
buat kebutuhan lain sih A.” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Dalam sub indikator didayagunakan yang kedua ini
peneliti menyimpulkan bahwasannya keadaan usaha anggota SPP
selalu megalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Sebab,
anggota SPP selalu memakai pinjaman selanjutnya untuk
membangun usaha mereka lebih luas lagi, hanya saja beberapa
anggota memakai sebagian sisa uang renovasi untuk kebutuhan
premier mereka, namun hal tersebut bukan menjadi masalah
sebab yang terjadi diapangan pun ketua UPK merasakan
perubahan fisik bangunan usaha mereka yang artinya modal yang
diberikan sangat mereka gunakan dengan baik.
2. Accountable
Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam pembahasan
setelah adanya program SPP ini ialah dapat dikelola oleh
masyarakat dan dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Hal ini
biasanya sangat sering dijadikan bahan perhitungan oleh
masyarakat, terutama oleh penerima modal. Apabila
sistemnyadirasa tidak transparan, maka calon penerima modal
akan berpaling, begitu pula sebaliknya. Dan begitu pula dengan
jaminan yang diminta apakah sesuai atau tidak dengan kriteria
perekonomian masyarakat target penerima modal.
161
c. Keterbukaan
Dalam indikator yang kedua ini terdapat 2 sub indikator
yang diantaranya adalah keterbukaan dan dapat dipertanggung
jawabkan. Hal yang pertama adalah keterbukaan. Dalam hasil
wawancara pertanyaan yang dilakukan peneliti terkait
pengawasan yang dilakukan oleh UPK akan dijawab oleh Bapak
Karwa (key informan), sebagai berikut :
“Kalau untuk kelompok lama, kita tidak rutin melakukan
pengawasan, namun jika ada yang sering menunggak
pembayaran maka akan sering pula pengawasannya. Nah
apalagi dengan kelompok peminjam yang baru, pasti kita
rutin muter buat liat usaha mereka” (1 Maret 2018, 14:07
WIB, Kantor UPK)
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan
Penasihat PNPM ( ) yakni sebagai berikut :
“Alhamdulillah lancar, tiap bulan pasti muter. Kadang
juga saya ikut pas dulu mah. Ya wong sekarang mah udah
bubar jeh PNPM nya hahahah” (2 Maret 2018, 13:02
WIB, Kantor UPK)
Jawaban serupa juga dijelaskan oleh Camat Anyar tahun
2017 ( ) yakni sebagai berikut :
“Kalo ga salah itu UPK ngawas yang minjem modal itu
bareng sama tim verivikasi. Supaya tau bener apa engga
nih si ibu ini minjem buat bikin usaha” (8 Maret 2018,
09:32 WIB, Kantor Kecamatan Anyar)
162
Adapun tanggapan lainnya yang diberikan oleh Kasi
Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Anyar ( ), sebagai
berikut :
“Ada sih kalo pengawasan mah pasti.” (8 Maret 2018,
13:58 WIB, Kantor Kecamatan Anyar)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Palingan tiap bulan si Acong (bapak Karwa Ketua UPK)
sama temen nya maen ke warung ibu. Sama pas awal
minjem.” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu
Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Naahhh dulu mah rutin itu tiap minggu main ke warung,
ngecek segala macem. Sekarang-sekarang mah palingan
juga sebulan sekali” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung
Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
163
“Si Acong (Bapak Karwa Ketua UPK) paling geh ke
rumah liat-liat warung” (16 Maret 2018, 19:25 WIB,
Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Itu tuh Pak Karwa bedua kadang-kadang kesini maen
kerumah ngobrol” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman
Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Si Karwa tah? Ngawas geh Cuma pas awal-awal doang.
Se-bulan, dua bulan, tiga bulan. Sekarang mah gaada”
(17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Dulu tuh pas awal-awal minjem mah tiap bulan pasti
maen kesini, kaya liat-liat warung gitu sambil nanya-
nanya, “ini gimana bu, lancer ga?” gitu A” (17 Maret
2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Masih dalam sub indikator pertama, dalam hasil
wawancara pertanyaan yang dilakukan peneliti terkait ada
164
tidaknya rincian dana beserta denda oleh pihak UPK yang akan
dijawab oleh Bapak Karwa (key informan), sebagai berikut :
“Ada kok, kita kasih tau berapa yang harus di bayar oleh
anggota.nanti yang kasih tau orang loket pembayarannya.
Tapi kita ga ada denda sama sekali kalo mereka telat
bayar. Paling saya tegur dan nanti kalo kebiasaan, tahun
selanjutnya di tunda peminjamannya” (1 Maret 2018,
14:07 WIB, Kantor UPK)
Tanggapan selanjutnya akan di deskripsikan oleh Mantan
Penasihat PNPM ( ), sebagai berikut :
“Ada lah, wong lembaga resmi jeh. Kan diawas sama
BPK juga itu UPK nya. pasti ada rinciannya. Kalo untuk
denda mah gaada denda” (2 Maret 2018, 13:02 WIB,
Kantor UPK)
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Camat Anyar
tahun 2017 ( ) yakni sebagai berikut :
“Kalo soal lembaga resmi ya pasti ada A” (8 Maret
2018, 09:32 WIB, Kantor Kecamatan Anyar)
Penjelasan lainnya dijelaskan oleh Kasi Kesejahteraan
Masyarakat Kecamatan Anyar ( ), sebagai berikut :
“Pasti ada geh, wong itu kan lembaga nya udah resmi
nong. Nanti kan yang kaya gitu pasti di periksa sama
BPK” (8 Maret 2018, 13:58 WIB, Kantor Kecamatan
Anyar)
165
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Ada de, tapi denda gitu mah gaada.” (15 Maret 2018,
09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Ada rincian mah, Tapi kalo denda gitu mah gaada, enak
kan? Hahahaha Wong orang sini nya juga geh Acong nya
(Bapak Karwa Ketua UPK)” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ada, tiap nyetor (bayar cicilan) dikasih tau. Tapi
enaknya kal o denda gitu gaada. Beda kaya Bank gitu
katanya mah” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu
Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
166
“Gatau nong, uwa mah rajin jeh bayar nya ga pernah
telat. Uwa bayarnya ke Teh Mas (ketua kelompok)” (17
Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ada kok dikasih rincian mah, Teteh nih kalo telat bayar
gitu pasti di tegor. Terus kalo telat nya lama pasti nanti
susah minjem lagi nya.” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Ada ko, kebuka mereka mah pasti di kasih tau kalo ada
ini itu - ini itu” (17 Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman
Ibu Siti)
Mengenai sub indikator keterbukaan ini, beberapa informan
yang peneliti ajukan pertanyaan, seluruhnya menjawab ada
pengawasan dari SPP, namun tidak sering hanya beberapa kali
saja. UPK memang terbuka dalam memperlihatkan rincian dana
beserta rincian lainnya, namun tidak ada denda sama sekali jika
peminjam melakukan keterlambatan dalam mengangsur pinjaman,
namun jika penerima pinjaman melakukan keterlambatan dalam
167
pembayaran maka akan dikenakan teguran dan akan sulit untuk
meminjam kembali karena rasa kepercayaan UPK akan berkurang.
d. Dapat Dipertanggung Jawabkan
Selanjutnya ialah sub indikator yang ke 2, yakni dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini, peneliti ingin melihat
apakah program ataupun UPK memberikan beban jaminan ataupun
mewajibkan peminjam untuk melaporkan hasil usaha mereka yang
akan mereka buat.
Berikut merupakan pertanyaan pertama terkait jaminan
yang diminta oleh UPK yang akan di jelaskan oleh bapak Karwa
(Key Informan), sebagai berikut :
“Jujur aja nih A, UPK mah sebenernya ga minta yang
macem-macem. Se sanggup nya mereka aja itu mah. Kalo
catatan pembayaran mereka baik, jaminan awal mereka
kita kembalikan dan selanjutnya tidak harus memberikan
jaminan lagi. tapi kalo pas pertama SPP masuk mah di
wajibkan. Ya namanya juga orang kampung A, ga
semuanya orang punya barang sama surat berharga gitu.”
(1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Mantan
Penasihat PNPM Kecamatan Anyar ( ) yakni sebagai berikut :
“Sebenarnya sih harus ada jaminan, Cuma yah kasian ke
orang kampung mah. Kadang ada yang ga di wajibin
ngasih jaminan juga gapapa” (2 Maret 2018, 13:02 WIB,
Kantor UPK)
168
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Kalo ibu ngasih BPKB motor, sebenernya mah bebas.
Nih, sekarang mah udah ga pake jaminan lagi. pas awal-
awal doang pake nya. mangkannya ibu mah lanjut terus
hahahah” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu
Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Saya mah Cuma ngasih TV waktu dulu mah. Sekarang
mah jaminannya udah di balikin, orang buat apa geh dia
nya TV butut doang haha.” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Sama aja saya ngasih surat motor (BPKB)” (16 Maret
2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
169
“Gatau, uwa mah ga diminta jaminan. Udah tua kali
kasian. Tapi yang lain mah ada yang ngasihin TV, Kulkas,
Surat-surat.” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu
Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Karwa mah minta nya apa aja, ibu kasih aja BPKB kaya
pas dulu, wong syarat doang geh. Nnti juga di balikin lagi
itu mah hhahahahah enak” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Dulu mah iya sama kaya Bank, minta gadean (jaminan)
berharga gitu, pas tak kasih selanjutnya mah ga pake
jaminan, katanya mah gapapa gapake jaminan juga..” (17
Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Berikut merupakan pertanyaan kedua dalam sub indikator
ke 2 terkait ada tidaknya laporan usaha yang diminta oleh UPK
yang akan di jelaskan oleh bapak Karwa (key informan), sebagai
berikut:
“sangat wajib, kan itu salah satu persyaratannya. Kalo ga
kasih rincian laporan gitu, gimana kita mau
mempertimbangkan” (1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor
UPK)
170
Berikut merupakan deskripsi data yang dijelaskan oleh
bapak Irwan selaku mantan Penasihat PNPM ( ), sebagai
berikut :
“Wajib geh, buat penilaian UPK nya. biat UPK nya tau.”
(2 Maret 2018, 13:02 WIB, Kantor UPK)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Munayati ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Wajib, pas awal juga udah harus ngasih rincian usaha
yang nanti mau ibu buat. Semacem proposal gitu” (15
Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Awal A, kan kudu ngasihin proposal rincian gitu. Kesini
kesini mah engga” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung
Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
171
“Pas awal mah wajib, eh engga itu pas setiap tahun de.
Kalo mau lanjut minjem itu wajib ngasihin kaya proposal
usaha gitu” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu
Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Setiap mau minjem aja nong, itu geh di buatin sama Teh
Mas (ketua anggota SPP)” (17 Maret 2018, 09:25 WIB,
Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Wajib geh, wong pas awal itu kan harus ngasih rincian
usaha gitu biar di kasih modal nya, biar UPK nya tau.”
(17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Awal pas minjem mah harus A, kan Biar ketauan berapa
pengen minjem nya gitu.” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Dari beberapa deskripsi data hasil wawancara yang telah
dipaparkan diatas terkait sub bagian dapat dipertanggung
172
jawabkan maka kesimpulannya adalah pada awalnya masyarakat
memang dituntut untuk memberikan jaminan kepada UPK,
namun beberapa kali pinjaman kedepannya UPK akan
mengembalikan dan tidak akan meminta jaminan kepada anggota
SPP terutama yang telah menjadi langganan dan tidak pernah
menunggak angsuran. Disisi lainnya, UPK tetap akan meminta
laporan usaha yang akan dibuat oleh calon anggota SPP, namun
peminjaman selanjutnya jika peminjam tidak merubah usaha
mereka maka peminjam tidak diwajibkan untuk membuat laporan
rincian usaha yang mereka buat, tapi mereka hanya perlu
memberikan rincian apa saja yang mereka butuhkan, sehingga
keabsahannya nanti akan ditindak lanjuti dengan cara survey
langsung ke lapangan. Dengan demikian, masyarakat sama sekali
tidak keberatan dengan hal-hal yang dimaksud diatas.
3. Profitable
Dalam indikator ini, peneliti akan melihat tentang apakah
program ini dapat memberikan pendapatan yang memadai dan
mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis
untuk pemenuhan kebutuhan sosial dasar.
b. Pendapatan
Hal yang pertama ialah pemaparan oleh Bapak Karwa
selaku Ketua UPK (key informan) terkait pendapatan dalam bentuk
173
keadaan bangunan rumah dan usaha masyarakat pada saat ini,
sebagai berikut:
“Pokoknya makin kesini makin gede A, keliatan aja gitu
lewat pinggir jalan juga udah berubah, yang tadinya ga
punya motor sekarang mah jadi punya, ya tapi gatau
ngeredit atau engga nya. AA juga kan sering muter gitu
maen ke (warung) tempat usaha anggota, dari situ juga
udah keliatan” (1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Hal serupa yang dilontarkan oleh Bapak Iwan ( ) selaku
mantan konsultan PNPM-MPd di Kecamatan Anyar, sebagai
berikut:
“Saya mah ga tau pasti kalo soal itu, tapi ya keliatannya
sih ada perubahan dari dulu sama sekarang” (2 Maret
2018, 13:02 WIB, Kantor UPK)
Jawaban serupa juga dijelaskan oleh Camat Anyar tahun
2017 ( ) yakni sebagai berikut :
“Kalo diliat dari sejarah dulu , beda sama sekarang mah,
sekarang ada peningkatan. Kaya warung si Ros aja itu
sekarang mah udah lebar sampe ada gudang kan di
belakangnya.” (8 Maret 2018, 09:32 WIB, Kantor
Kecamatan Anyar)
Bapak Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Anyar
( ) juga memberikan tanggapan, sebagai berikut :
“Wih atuh beda sama dulu mah. Bagus-bagus sekarang
mah rumah geh” (8 Maret 2018, 13:58 WIB, Kantor
Kecamatan Anyar)
174
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Alhamdulillah de, kaya misalkan dulu mah ibu jajanan
nya sedikit, sekarang mah ada kulkas juga tuh di depan.”
(15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Ini A yang tadi teteh bilang, baru aja renovasi 2017an
kemaren” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu
Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Bangunan sih engga de, Cuma isi nya aja ini
ngebanyakin” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu
Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
175
“Engga luas mah, Cuma itu ganti sama alat (bukan pakai
jerigen lagi)” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu
Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Eangga makin luas mah, Cuma dulu mah asal warung
aja. Sekarang mah udah di tembok.” (17 Maret 2018,
11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Alhamdulillah makin luas A” (17 Maret 2018, 15:10
WIB, Kediaman Ibu Siti)
Hal berikutnya peneliti menanyakan tentang
perekonomian informan (anggota SPP) setelah maupun sedang
berlangsungnya program SPP. Dan jawaban pertama akan
dikemukakan oleh Bapak Karwa (Ketua UPK), sebagai berikut :
“Alhamdulillah berubah sih yang AA sama temen-temen
liat mah.jadi makin berada. Diliat dari pinjaman mereka
aja makin kesini makin gede. Artinya mereka mau usaha
mereka makin berkembang lagi” (1 Maret 2018, 14:07
WIB, Kantor UPK)
176
Berikut pemaparan jawaban yang di lontarkan oleh Bapak
Irwan ( ) Selaku Mantan Penasihat PNPM di Kecamatan
Anyar :
“Iya, kayanya sih Alhamdululillah makin kesini makin
baik” (2 Maret 2018, 13:02 WIB, Kantor UPK)
Adapun hal lainnya disampaikan oleh Camat Anyar tahun
2017 ( ), sebagai berikut :
“Kalo diliat dari data yang ada sih bagus nih
perkembangannya. Cuma saya gatau nih ini karena
program SPP atau bukan, gitu kan maksudnya? Tapi
keliatannya sih karena SPP. Wong makin banyak warung,
tempat steam (cuci motor), segala macem geh sekarang
mah. Coba aja kamu Tanya, itu anggota SPP apa bukan.”
(8 Maret 2018, 09:32 WIB, Kantor Kecamatan Anyar)
Jawaban lainnya dijelaskan oleh Kasi Kesejahteraan
Masyarakat Kecamatan Anyar ( ), sebagai berikut :
“Ya kalo rumah bagus ya pasti perekonomian juga ikut
bagus, rumah bagus kan karna perekonomian mereka
bagus” (8 Maret 2018, 13:58 WIB, Kantor Kecamatan
Anyar)
Kemudian peneliti akan membandingkan jawaban dari
masyarakat dengan pertanyaan tentang pendapatan ataupun
pengeluaran mereka yang akan dijawab oleh Ibu Munayati ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut :
177
“Duh, lumayan aja sih hahaha. Kisaran Rp.500.000” (15
Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Pengeluaran mah gatau deh hahah. Pendapatan
palingan sekitar sejutaan mah Alhamdulilah” (15 Maret
2018, 13:15 WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Lumayan aja de buat jajan si aa (anak) mah. Kisaran
500-800rb lah sebulannya” (16 Maret 2018, 19:25 WIB,
Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Wih lumayan itu nong ngebensin gitu, dapet 200-300rb
mah” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
178
“Pengeluaran mah gatau hahaha, penghasilan mah yah
lumayan aja ini buat bantu Bapa (suami). Rp.500.000 lah
kalo ga salah mah” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Duh harus tah ini dikasih tau nya hahahahha.
Alhamdulillah aja lah A ada perubahan” (17 Maret 2018,
15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Kesimpulan daripada indikator pendapatan ini adalah saat
setelah meminjam ataupun terdaftar sebagai anggota SPP,
sebagian besar masyarakat terutama perempuan saat ini telah
memiliki penghasilan yang artinya tidak hanya bertumpu pada
pekerjaan suami ataupun orang tua mereka saja. Adapun besaran
bangunan yang mereka bangun juga tidak seperti dulu,saat ini
mereka tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat
dalam bidang usaha rumahan mereka masing-masing.
4. Sustainable
Dalam indikator yang keempat ini, peneliti ingin melihat
apakah hasil pinjaman dapat dilestarikan dengan baik atau tidak
serta apakah usaha yang mereka buat saat itu berkelanjutan
hingga sekarang atau tidak. Adapun dalam indikator ini peneliti
179
akan membagi kedalam 2 sub indikator yakni perkembangan
usaha dan juga keberlangsungan.
c. Perkembangan Usaha
Indikator Berikut merupakan deskripsi data hasil
wawancara dengan Bapak Karwa (Key Informan) selaku Ketua
UPK di Kecamatan Anyar terkait antusiasme masyarakat saat itu :
“Lumayan sih kalo buat kecamatan Anyar mah, tahun
2017 aja udah ada sekitar 450an kelompok” (1 Maret
2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Pendapat serupa juga dilontarkan oleh Bapak Iwan ( )
selaku mantan penasehat PNPM-MPd di Kecamatan Anyar,
sebagai berikut:
“Yang saya liat sih bagus, nanti kamu liat aja coba
jumlah kelompok di UPK. Kalo banyak yah berarti
bagus” (2 Maret 2018, 13:02 WIB, Kantor UPK)
Begitupula jawaban selanjutnya akan dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Ibu awal denger ada semacem koperasi kaya gini juga
mulai penasaran, pas di liat itunya khusus buat
perempuan. Pas di liat juga persyaratan nya ga ribet,
enak.” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu
Munayati)
180
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Wah tinggi A wong saya pengen buka usaha tapi
bingung nyari modal nya. di rentenir yah gitu lah bunga
gede segala macem. Ribet mah engga tapi
persyaratannya” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu
Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Kalo saya sih tau nya dari temen tuh, di ajak satu
kelompok gitu. Jadi minjem bareng-bareng gitu de.
Langsung mau sih pas di ajak itu, orang syarat nya ga
ribet hahaha” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu
Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Kalo uwa masih muda mah semangat, wong ini mah buat
biar ga diem aja uwa nya hahhaha” (17 Maret 2018,
09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
181
“Wong awalnya itu teteh mah tau nya geh dari Teh Mas
(teman), gini gini gini…. Yaudah deh nyobain, eh
langganan hahahahah” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Ibu mah dulu tuh gatau kalo ada kaya gini, di kasih tau
pas tahun 2010an kalo seinget ibu mah, di suruh masuk
kelompok gitu, ngadain arisan juga gitu. Lumayan jadi
sering ketemu sama ibu-ibu” (17 Maret 2018, 15:10 WIB,
Kediaman Ibu Siti)
Hal berikutnya peneliti menanyakan tentang apakah
informan (anggota SPP) saat itu mengembangkan usahanya
dengan baik. Dan jawaban pertama akan dikemukakan oleh
Bapak Karwa selaku Ketua UPK, sebagai berikut :
“Nih, kalo yang AA pantau sih berkembang” (1 Maret
2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Ibu Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar
sebagai anggota penerima modal SPP, sebagai berikut :
“Berkembang de, saya udah jadi langganan ini dari tahun
2009an hahahah. Kalo ga berkembang mah saya ga
mungkin minjem-minjem terus” (15 Maret 2018, 09:12
WIB, Warung Ibu Munayati)
182
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Alhamdulillah berkembang” (15 Maret 2018, 13:15
WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Kalo nambah banyak tuh berkembang kan yah? Hahaha
Alhamdulillah berkembang de” (16 Maret 2018, 19:25
WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Alhamdulillah nong makin bagus sekarang mah. hahaha
Alhamdulillah aja uwa mah” (17 Maret 2018, 09:25 WIB,
Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“ya Alhamdulillah aja teteh mah” (17 Maret 2018, 11:50
WIB, Kediaman Ibu Jihan)
183
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Alhamdulillah berkembang” (17 Maret 2018, 15:10
WIB, Kediaman Ibu Siti)
Jadi kesimpulan dari indikator keempat dalam sub bagian
pertama tentang perkembangan usaha sebelum setelah adanya
program SPP ini adalah sebagian besar masyarakat di Kecamatan
Anyar dapat mengembangkan usahanya dengan baik, hal tersebut
dikarenakan oleh peminjaman modal yang berkelanjutan kepada
UPK, dengan demikian masyarakat peminjam modal lebih leluasa
untuk memodali usaha mereka. Dan adapun anggota SPP yang
telah peneliti wawancarai, mereka sangat berantusias untuk
meminjam modal kepada UPK, beberapa diantaranya berasalasan
seperti dalam indikator sebelumnya yakni masalah jaminan yang
diminta tidak berat untuk dijalani oleh anggota SPP.
d. Keberlangsungan
Adapun deskripsi data yang selanjutnya akan dibahas
dalam penelitian kali ini adalah dalam indikator keempat dalam
sub bagian kedua terkait keberlangsungan usaha maupun
pinjaman dengan UPK. Berikut merupakan jawaban hasil
184
wawancara oleh Bapak Karwa selaku Ketua UPK (key informan),
sebagai berikut :
“Ada yang lanjut ada yang udahan da nada juga yang
kami stop karena kelompoknya mandet (tidak rutin bayar).
Tapi selama ini mah kebanyakan lanjut sih.” (1 Maret
2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Lanjut de” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu
Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Kayanya sih bakalan lanjut terus ini mah. Lumayan juga
geh A, pelan-pelan tapi pasti gitu” (15 Maret 2018, 13:15
WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Lanjut de, tapi ibu mah gimana kelompok aja” (16 Maret
2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
185
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Uwa mah gimana temen-temen yang lain aja (anggota
lain dala kelompok), lanjut yah lanjut, udahan mah ikut
udahan juga.” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu
Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Lanjut terus teteh mah, wong lumayan” (17 Maret 2018,
11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Tiap tahun minjem terus kelompok ibu mah” (17 Maret
2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Kesimpulan dari sub bagian kedua ini adalah anggota SPP
yang peneliti wawancarai akan terus melanjutkan pinjaman ke
UPK, namun hal tersebut juga berdasarkan kesepakatan bersama
dalam kelompok, apabila hanya ada 1 ataupun 2 orang yang
mundur sehingga akan berkurang hingga menjadi dibawah 5
186
orang maka akan dicari anggota baru untuk mengisi kekosongan
kelompok.
5. Replicable
Indikator yang terakhir ini adalah Pengelolaan dana dan
pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan
dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.
Peneliti disini akan membagi kedalam 2 sub indikator yang
pertama adalah pengelolaan dana, yakni peneliti ingin mengetahui
terkait respon penerima pinjaman tentang diberitahu secara rinci
atau tidak, besaran bunga pinjaman yang dikenakan, dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam sub indikator kedua peneliti akan
mencari tahu apakah pinjaman seperti yang dilakukan di
Kecamatan Anyar dapat di aplikasikan di daerah lain.
c. Pengelolaan Dana
Berikut merupakan paparan hasil wawancara sub indikator
pertama terkait Meningkat atau tidaknya pinjaman yang
masyarakat pinjam saat itu hingga sekarang dengan Bapak Karwa
selaku Ketua UPK di Kecamatan Anyar, sebagai berikut :
“Meningkat terus dari tahun ke tahun nya. tapi ada juga
yang misalnya 2 tahun pinjamannya flat, segitu-segitu aja,
tapi kebanyakannya mereka naekin pinjaman itu karena
untuk renovasi dan memperbesar ukuran bangunan, ya
otomatis barang yang mereka jual juga makin nambah.”
(1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
187
Begitupula jawaban yang sama juga diperkuat dan
dijelaskan oleh Ibu Munayati ( ) yakni masyarakat yang
terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Meningkat de, dulu saya pinjem 500, itu awal yah.
Sekarang mah udah 5jt.” (15 Maret 2018, 09:12 WIB,
Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Meningkat, dulu mah Cuma boleh maksimal minjem
500rb. 2017 kemaren saya ngajuin 10jt Alhamdulillah
2minggu langsung di ACC” (15 Maret 2018, 13:15 WIB,
Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Meningkat, dulu mah Cuma pinjem 500rb’an, sekarang
mah udah naek” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu
Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
188
“Engga minjem gede-gede uwa mah nong, Cuma pas mau
ganti itu (alat bensin eceran) uwa pinjemnya gede” (17
Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Naek terus (meningkat)” (17 Maret 2018, 11:50 WIB,
Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Meningkat A” (17 Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman
Ibu Siti)
Selanjutnya akan dilakukan wawancara oleh Ketua UPK
(key informan) mengenai pertanyaan yang kedua terkait besaran
bunga yang diberikan oleh lembaga lain sebelum adanya Program
SPP akan dideskripsikan sebagai berikut :
“Dari tahun 2009 sampe sekarang SPP memberikan
bunga flat sebesar 18% per tahun. Beda kalo Bank mah
ngikutin Bank Dunia. Kalo kita mah flat” (1 Maret 2018,
14:07 WIB, Kantor UPK)
189
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“1,5% perbulan de, ibu pinjem nya setahun” (15 Maret
2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Bank nya jangan saya sebutin gapapa kan yah
hahahaha. Sekitar 15%an perbulannya lah kalo ga
salah.” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu
Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Teteh pake yang setahun, itu 18%. Berapa tuh
sebulannya, 1,5% yah.” (16 Maret 2018, 19:25 WIB,
Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Kalo ga salah itu 1,5%, tapi lupa uwa mah. Sok geh
Tanya Teh Mas nong nya” (17 Maret 2018, 09:25 WIB,
Kediaman Ibu Tuni)
190
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“1,5%an perbulannya kalo setau teteh mah” (17 Maret
2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“18% kalo minjem nya setahun mah” (17 Maret 2018,
15:10 WIB, Kediaman Ibu Siti)
Pertanyaan selanjutnya yang akan dideskripsikan adalah
tentang pengelolaan rincian dana beserta pengelolaan denda yang
diberikan. Adapun hasil wawancara yang pertama oleh bapak
Karwa Selaku Ketua UPK Kecamatan Anyar, sebagai berikut :
“Ada ko pasti itu mah, biar terbuka juga ke
masyarakatnya” (1 Maret 2018, 14:07 WIB, Kantor UPK)
Begitupula jawaban yang sama juga dijelaskan oleh Ibu
Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota
penerima modal SPP, sebagai berikut:
“Ada ko, tapi ga ada denda-denda gitu ko” (15 Maret
2018, 09:12 WIB, Warung Ibu Munayati)
191
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Ada ko, terbuka mereka mah.” (15 Maret 2018, 13:15
WIB, Warung Ibu Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ada de” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu
Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ada nong” (17 Maret 2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu
Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Ada ko” (17 Maret 2018, 11:50 WIB, Kediaman Ibu
Jihan)
192
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Ada ko ada.” (17 Maret 2018, 15:10 WIB, Kediaman Ibu
Siti)
Jadi, kesimpulan dalam sub indikator pengelolaan dana ini
adalah masyarakat terus meningkatkan pinjaman mereka, sebab
mereka ingin usaha mereka terus meningkat lagi. Sedangkan
bunga yang ditawarkan oleh pihak UPK sebesar 1.5% perbulan
(18% pertahun) UPK memberikan bunga flat sejak tahun 2009
saat pertama kali SPP hadir di Kecamatan Anyar. Dan
pengelolaan rincian dana yang diberikan oleh UPK sangat rapih
dan baik, masyarakat tidak dibebani oleh beban denda jika
mereka telat membayar angsuran.
d. Duplikasi
Dalam sub indikator yang kedua, telah dilakukan
wawancara oleh Bapak Karwa selaku Ketua UPK mengenai
pertanyaan yang kedua terkait duplikasi pinjaman di daerah lain,
sebagai berikut :
“Kalo kata ketua UPK kecamatan lain mah banyak A,
rame juga yang minjemnya.” (1 Maret 2018, 14:07 WIB,
Kantor UPK)
193
Ibu Munayati ( ) yakni masyarakat yang terdaftar
sebagai anggota penerima modal SPP, akan dideskripsikan
sebagai berikut :
“Sodara ibu juga pinjem di UPK ko. Banyak sih yang
lainnya juga.” (15 Maret 2018, 09:12 WIB, Warung Ibu
Munayati)
Adapun hal serupa juga dijelaskan oleh Ibu Maslihah
( ) yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima
modal SPP, sebagai berikut:
“Banyak A banyak, soalnya kata bu Nur (kecamatan
Bandulu) juga minjem di SPP emang karna ga ribet.
Namanya juga wong kampong mah yah yang penting ga
ribet A” (15 Maret 2018, 13:15 WIB, Warung Ibu
Maslihah)
Hal lainnya juga dijelaskan oleh Ibu Masiti ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Wah kurang tau pasti sih, tapi kata temen-temen ibu mah
banyak juga yang pinjem. Wong ga ribet kali geh syarat
nya” (16 Maret 2018, 19:25 WIB, Warung Ibu Masiti)
Begitu pula juga dijelaskan oleh Ibu Tuni ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
194
“Gatau nong uwa mah di rumah aja geh” (17 Maret
2018, 09:25 WIB, Kediaman Ibu Tuni)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Jihan ( ) yakni
masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal SPP,
sebagai berikut:
“Denger-denger mah banyak” (17 Maret 2018, 11:50
WIB, Kediaman Ibu Jihan)
Jawaban lain juga dijelaskan oleh Ibu Siti Faujah ( )
yakni masyarakat yang terdaftar sebagai anggota penerima modal
SPP, sebagai berikut:
“Kata ibu-ibu mah banyak juga.” (17 Maret 2018, 15:10
WIB, Kediaman Ibu Siti)
Kesimpulan dari indikator yang terakhir ini ialah
bahwasannya masyarakat di Kecamatan lain banyak ula yang
terdaftar sebagai anggota SPP, sebab mereka melihat bahwa
persyaratan serta beban bunga, jaminan, serta tidakadanya denda
jika telat membayar angsuran rutin bulanan yang ada di SPP
sangat bisa mereka terima (tepat sasaran). Seabab latar belakang
masyarakat kebanyakan dinkabupaten Serang memang
membutuhkan lembaga peminjam seperti UPK yang cocok
dengan keadaan perekonomian saat itu.
195
4.3 Pembahasan
Setiap manusia mau tidak mau harus tetap memenuhi kebutuhan hidup
guna melanjtkan proses reproduksi keturunan. Tetapi yang menjadi masalah ialah
bagaimana cara mempertahankan hidup tersebut, apakah dengan cara hidup
sendri ataukah hidup saling berdampingan. Pada dasarnya manusia dapat
bertahan hidup dengan cara hidup berdampingan, oleh sebab itulah manusia
dituntut untuk bekerja tanpa mengenal tenaga. Apabila manusia tidak bekerja,
maka yang akan terjadi ialah manusia tersebut tidak dapat bertahan hidup.
Evaluasi Program SPP ini menggunakan jenis evaluasi single program
before-after. Penelitian jenis single program before-after ini pada dasarnya
meneliti dampak yang timbul pada kelompok sasaran pada saat pelaksanaan
kebijakan maupun setelah kebijakan dilaksanakan, juga mengamati keadaan
kelompok sasaran sebelum program kebijakan tersebut dilaksanakan. Hal ini
untuk melihat apakah ada perubahan keadaan kelompok sasaran setelah
dilaksanakan program SPP tersebut. Adapun evaluasi dampak ini berangkat dari
sebuah tujuan program yang ingin dievaluasi oleh peneliti, dan tujuan dari pada
program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) ini adalah untuk memberdayakan
masyarakat, sehingga dalam penelitian kali ini peneliti akan menggunakan teori
penunjang lainnya yakni teori pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh
gunawan summodiningrat (1999), peneliti akan menggabungkan kedua teori
tersebut, sehingga hasilnya akan menjadikan indikator-indikator dalam
pemberdayaan masyarakat yang akan peneliti lihat kondisi sebelum dan setelah
adanya program.
196
4.3.1 Kondisi Sebelum Adanya Program Simpan Pinjam Perempuan
Dalam Memberdayakan Masyarakat
Masalah kemiskinan dan pengangguran bukan hanya dirasakan di
Negara Indonesia, hal tersebut sudah menjadi masalah global dan menjadi
perbincangan yang krusial di seluruh dunia. Setiap Negara berlomba-lomba
untuk menjadi Negara yang baik dan terus berkembang. Oleh sebab itu,
kemiskinan dan pengangguran menjadi akar yang perlu diperbaiki ketika
Negara ingin terus berkembang. Dan Negara dikatakan tidak akan
berkembang apabila diantaranya masih terdapat masyarakat miskin dan
pengangguran.
Pemerintah di Indonesia telah berupaya secara maksimal dan
berkesinambungan untuk berinofasi memberantas kemiskinan melalui
berbagai macam program, khususnya program pemberdayaan. Pendekatan
pemberdayaan sudah menjadi tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia,
mulai dari program PPK, P2KP, PEMP, dan KUBE. Beberapa program
pemerintah tersebut banyak yang menyatakan tidak menyeluruh hingga
pelosok negeri. Maka pemerintah Indonesia terus melakukan inovasi-
inovasi terkait program yang direncanakan.
Menrut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada tahun 2000
hingga tahun 2006 (PNPM belum hadir) persentase penduduk miskin Desa
di Indonesia dapat dikatakan tidak stabil, karena mengalami peningkatan
dan penurunan seperti pada tahun 2000 jumlah penduduk miskin sebanyak
197
22,38% mengalami peningkatan di tahun 2001 menjadi 24,84% dan kembali
mengalami penurunan di tahun 2002 menjadi 21,10%.34
Tentu saja ketidak
stabilan persentase tersebut akibat dari ketidak cocokannya terhadap suatu
program yang dijalankan oleh pemerintah. hendaknya pemerintah
melakukan formulasi dengan turun langsung ke pelosok negeri agar lebih
abash lagi dalam menangani masalah publik.
Membangun suatu Negara memanglah tidak mudah, yang terjadi
pada kenyataannya pemerintah terlalu mengedepankan kota/provinsi besar
yang dapat dikatakan jantung Negara. Namun nampaknya pemerintah
kurang sadar bahwa terdapat unsur kecil yang apabila disatukan dan
dikembangkan akan menjadi kaki-kaki mungil penopang Negara. Unsur
kecil tersebut tidak lain adalah desa, beberapa desa yang membentuk sebuah
kecamatan jika diberdayakan dengan baik dan benar maka akan amat
membantu menerangi mimpi sebuah Negara untuk menjadi Negara yang
maju.
Kecamatan Anyar adalah salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Serang - Banten, yang mana sebagian besar masyarakatnya
bermatapencaharian sebagai nelayan dan juga petani. Karena
bermatapencaharian sebagai nelayan dan petani, masyarakat kecamatan
anyar hanya mengandalkan lahan sawah dan atau perkebunan dan lautan
yang menjadi fondasi dalam kehidupannya. Apabila lahan persawahan dan
34
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 1970-2017. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk
Miskin dan Garis Kemiskinan. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik
198
atau perkebunan dan lautan yang diandalkan tersebut tidak mampu
menghasilkan apa yang diinginkan oleh masyarakat, maka kehidupan
perekonomian mereka dalam memenuhi kebutuhan akan tersendak.
Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, persentase
penduduk miskin di Kabupaten Serang dibawah tahun 2010 (sebelum
program SPP) diatas 6.34%, artinya bahwa garis kemiskinan di kecamatan
anyar cukuplah tinggi.35
Jika kita hitung mundur dari tahun 2010, persentase
garis kemiskinan semakin meningkat. tentu saja hal tersebut menjadi
tanggung jawab penting bagi pemerintah Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti sebelum adanya program Simpan Pinjam Perempuan (SPP),
kecamatan anyar memiliki jumlah penduduk perempuan yang sudah
memiliki kartu tanda penduduk yang tidak sedikit, dan banyak dari
perempuan tersebut hanya menganggur ataupun hanya bekerja sebagai ibu
rumah tangga.36
Rata-rata pendapatan mereka hanya dari hasil usaha suami
saja. Alhasil, yang dilakukan mereka hanyalah bersantai ria ketika pekerjaan
rumah mereka telah selesai.
35 Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 1970-2017. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk
Miskin dan Garis Kemiskinan. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik 36
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2016. Kecamatan Anyar Dalam Angka. Jakarta Pusat : Badan Pusat
Statistik. 2 Februari 2018
199
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Perempuan
di Kecamatan Anyar 2016
No
Desa/Kelurahan
Village/Subdistrict
Perempuan
Female
1 Bandulu 2.351
2 Sindang Mandi 1.990
3 Banjarsari 1.603
4 Bunihara 1.765
5 Tanjung Manis 1.411
6 Cikoneng 2.292
7 Anyer 4.363
8 Kosambironyok 2.262
9 Sindang Karya 2.592
10 Mekarsari 1.673
11 Tambang Ayam 1.879
12 Grogol Indah 1.662
Dilihat dari segi kelembagaan, sedikitnya perempuan di Kecamatan
Anyar hanya mampu mengenal suatu tatanan organisasi melalui kelompok
arisan dan kelompok pengajian saja. Dan telah kita ketahui bahwa satu
kelompok terdiri banyak anggota didalamnya. Oleh sebab itu, dapat
200
dikatakan bahwasannya sebagian besar mereka tidak mengerti tentang suatu
tatanan keorganisasian yang luas.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori
pemberdayaan masyarakat yang diantaranya memiliki beberapa indikator
keberhasilan, sebagai beikut :
1 Acceptable
Dari hasil wawancara dalam deskripsi data, maka dapat
disimpulkan bahwasanya dalam indikator Acceptable, informan
cenderung meminjam modal di pihak pemberi pinjaman seperti Bank,
Koperasi, dan bahkan Rentenir, dan target penerima pun dibebaskan
yang artinya siapa saja dapat meminjam asalkan memiliki data diri
kependudukan. Peminjam dapat dimudahkan jika peminjam sudah
menjadi langganan, hal tersebut tentu saja berdasarkan atas asas
kepercayaan dari pihak pemberi pinjaman kepada pihak penerima
pinjaman, namun yang ada dilapangan masyarakat hanya meminjam
maksimal dalam jangka 1 tahun sekali saja.
Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
informan juga menunjukan bahwa tidak semua masyarakat yang
meminjam untuk membuka usaha, namun ada juga hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Jadi, untuk batasan masyarakat
yang mayoritas miskin – menengah, pihak peminjam hanya dirasakan
oleh sedikit masyarakat saja, sebab ada beberapa hal seperti yang
201
dipaparkan diatas yang hal tersebut tidak mudah diterima oleh
masyarakat di Kecamatan Anyar.
2 Accountable
Dalam indikator ini, hasil dari wawancara yang dilakukan oleh
peneliti seluruhnya menjawab bahwa ada pengawasan dari lembaga
peminjam lain selain SPP, semua lembaga pemberi pinjaman memang
terbuka dalam memperlihatkan rincian dana beserta rincian denda jika
peminjam melakukan keterlambatan dalam mengangsur pinjaman,
namun jika penerima pinjaman melakukan keterlambatan dalam
pembayaran maka akan dikenakan denda sesuai dengan peraturan
lembaga pemberi pinjaman tersebut.
Dalam beberapa jawaban yang telah dipaparkan terkait sub
bagian “dapat dipertanggung jawabkan” kebanyakan masyarakat
memberikan jaminan secara utuh kepada pihak pemberi pinjaman,
namun tidak sedikit masyarakat yang mengeluh atas jaminan yang
diminta oleh mereka. hal tersebut dikarenakan strata ekonomi
masyarakat yang pada saat itu sebagian besar berada pada status
miskin – menengah. Jadi, masyarakat yang tidak mampu dan ingin
meminjam uang untuk kebutuhan ataupun modal usaha sangat tidak
mungkin jika meminjam di lembaga tersebut. Dan bagi yang sedang
meminjam saat itu, pihak peminjam tidak meminta laporan atas usaha
yang peminjam buat.
202
3 Profitable
Berdasarkan wawancara lapangan yang dilakukan oleh peneliti
ke beberpa informan, peneliti menilai bahwa sebagian besar
masyarakat terutama perempuan tidak memiliki penghasilan yang
artinya hanya bertumpu pada pekerjaan suami ataupun orang tua
mereka saja (2009), namun ada pula yang telah membuka usaha dari
hasil pinjaman dari lembaga lain, namun hasil ataupun pendapatannya
belum sebesar saat ini. Adapun besaran bangunan yang mereka
bangun juga tidak seperti saat ini, mungkin saja hal tersebut
dikarenakan pendapatan dari hasil usaha mereka yang pas-pasan,
itulah yang menyebabkan bangunan usaha mereka kurang cepat
berkembang.
4 Sustainable
Dalam indikator keempat dalam sub bagian pertama tentang
perkembangan usaha sebelum adanya program SPP ini adalah
sebagian besar masyarakat di Kecamatan Anyar kesulitan untuk
mengembangkan usaha mereka, hal tersebut dikarenakan rata-rata
ukuran usaha yang tidak besar, mereka kesulitan untuk
mengembangkan usaha mereka sendiri, sebab pendapatan dari usaha
yang kecil pun berbanding rata dengan usaha mereka. Dan dari
beberapa anggota SPP yang telah peneliti wawancarai, sebagian besar
dari mereka tidak banyak mengetahui tentang banyak tidaknya
203
masyarakat lain yang meminjam seperti mereka. Adapun hasil dari
sub bagian kedua ini adalah masyarakat meminjam ke lembaga
pinjaman lain selain SPP hanya sekali dan itupun dalam keadaan
terpaksa berdasarkan kebutuhan dan masalah yang timbul saat itu
juga.
5 Replicable
Indikator yang terakhir ini adalah Pengelolaan dana dan
pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan dikembangkan
oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Peneliti disini akan
membagi kedalam 2 sub indikator yang pertama adalah pengelolaan
dana, yakni peneliti ingin mengetahui terkait respon penerima
pinjaman tentang diberitahu secara rinci atau tidak, besaran bunga
pinjaman yang dikenakan, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam sub
indikator kedua peneliti akan mencari tahu apakah pinjaman seperti
yang dilakukan di Kecamatan Anyar dapat di aplikasikan di daerah
lain.
Adapun hasil wawancara yang didapat oleh peneliti dalam sub
indikator pengelolaan dana ini adalah kebanyakan masyarakat hanya
meminjam 1 kali saja, karena pada dasarnya mereka meminjam
dikarenakan terdesak untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
menyelesaikan beberapa masalah hidup mereka, namun ada pula yang
sengaja untuk membuka usaha kecil-kecilan namun peminjamannya
204
tetap tidak dilanjutkan oleh mereka. Bunga yang di tawarkan oleh
pihak Bank umum di bawah tahun 2008 sebesar 15-16% perbulan.37
Sedangkan bunga yang ditawarkan oleh pihak rentenir sebersar 17%
perbulan. Dan pada saat itu memang pengelolaan rincian dana yang
diberikan oleh pihak penerima pinjaman sangat rapih dan baik.
masyarakat tidak ada pilihan lain untuk meminjam saat itu, karena
memang belum muncul program-program pemerintah yang dapat
meringankan pinjaman masyarakat. Sebab pada tahun itu pula dunia
sedang dalam krisis dan itulah sebabnya suku bunga Bank sedang
tidak stabil.
Gambar 4.9
Suku Bunga Bank Umum (%)
37 Bank Indonesia, 2007. Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia
205
Adapun hasil wawancara dari sub indikator yang terakhir ini
ialah bahwasannya masyarakat di Kecamatan lainnya sanggup jika
mereka dapat menyelesaikan persyaratan mereka dengan lancar seperti
pada bagian jaminan yang diminta oleh pihak pemberi pinjaman,
sebab yang terjadi ialah bahwa sebagian besar masyarakat saat itu
belum lah berkembang seperti saat ini. Dengan kata lain, pasti mereka
kesulitan dalam memberika jaminan. Kebanyakan hanya surat tanah
dan rumah yang kemungkinan mereka gadai, namun hal itu pun
dilakukan jika memang dalam keadaan yang genting.
206
4.3.2 Kondisi Setelah Adanya Program Simpan Pinjam Perempuan
Dalam Memberdayakan Masyarakat
Dengan timbulnya berbagai macam masalah kemiskinan di
Indonesia. Maka pemerintah mengeluarkan sebuah program baru yaitu
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).
Program tersebut muncul pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan) merupakan
salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan
PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan
perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri
Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998.
Dalam PNPM-MPd, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat
dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan
dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desa nya, sampai pada pelaksanaan
kegiatan dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada
dibawah binaan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
(PMD), Kementerian Dalam Negeri. Program ini didukung dengan
pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dana pinjaman/hibah luar negeri dari sejumlah lembaga pemberi
207
bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia, dan dana Bantuan Langsung
Mandiri (BLM).
PNPM-MPd melahirkan sebuah program yang dikelola oleh Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) di tingkat Kecamatan yakni Program Simpan
Pinjam Perempuan (SPP). Khusus pada studi mengenai program SPP, Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) hanya bersifat asset masyarakat, dan kegiatan
daripada UPK adalah mengelola dana masyarakat dan dana yang diperoleh
dari program-program pemerintah/swasta atau kerjasama dengan swasta
untuk digulirkan sebagai pinjaman kepada Kelompok Simpan Pinjam bagi
Perempuan (SPP).
Dengan kehadiran SPP di Kecamatan Anyar, kemampuan
masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki diharapkan akan
semakin baik, sehingga berpengaruh pula terhadap peningkatan taraf hidup
masyarakat. Kegiatan ekonomi untuk memupuk modal sangat penting
mengingat bahwa kegiatan simpan pinjam ini merupakan roda utama dalam
kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat diberi modal untuk
dikembangkan secara mandiri dan berkelanjutan yang tujuan utamanya
adalah untuk penanggulangan kemiskinan.
Munculnya SPP sebagai salah satu program dari PNPM Mandiri
Perdesaan yaitu SPP sebagai bentuk partisipasi dari kaum perempuan dan
mengelola simpan pinjam di kelompok. Sebelum adanya SPP, ada Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang beranggotakan kaum laki-laki dan
208
perempuan dengan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Dalam
kegiatan UEP, proses peminjaman bisa dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi
dalam pengelolaannya kaum laki-laki tidak bisa mengelola pinjaman dengan
baik, sehingga dalam proses pengembalian pinjaman mengalami kesulitan.
Sehingga sekarang ini UEP digantikan dengan SPP, karena simpan pinjam
untuk perempuan kebanyakan para perempuan mempunyai dasar untuk
mengelola keuangan dalam rumah tangga dan juga perempuan lebih teliti
dan lebih tertata dalam pengelolaan keuangan.
Pada dasarnya simpan pinjam merupakan suatu transaksi yang
memungut dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam
bentuk pinjaman kepada anggota yang membutuhkan, hal ini dilakukan
dalam rangka mengurangi gerakan rentenir yang merugikan masyarakat.
Pinjaman adalah kebolehan mengambil manfaat dari seseorang yang
membebaskannya, apa yang mungkin untuk dimanfaatkan, serta tetap zat
barangnya supaya dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Namun di
Kecamatan Anyar menjalankan program simpan hanya di tahun 2009 saja,
sebab UPK melihat bahwasannya masyarakat tidak ingin diberatkan
kembali dengan syarat simpan terlebih dahulu. Hal tersebut sama sekali
tidak mengurangi tingkat kerugian UPK dan antusiasme masyarakat.
Adanya kegiatan simpan pinjam bertujuan untuk membantu
masyarakat agar keluar dari angka kemiskinan. Sumber kemiskinan
merupakan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan masyarakat dalam
memenuhi hak-hak dasar karena terbatasnya sarana dan prasarana sosial
209
ekonomi serta rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal bagi
masyarakat. Kurangnya dana untuk permodalan usaha akan menghambat
perkembangan usaha yang telah dilakukan, sehingga mempengaruhi
perkembangan ekonomi masyarakat. Akibatnya bila tidak segera diatasi
akan menjadi keterpurukan ekonomi yang menimbulkan keresahan di
bidang pangan, kesehatan dan pendidikan, bahkan bisa terjadinya
kemiskinan.
Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 13 juli 2015, Kementrian
Desa menerbitkan surat panduan pengahkiran dan penataan hasil kegiatan
PNPM-MPd nomor 134/DPPMD/VII/2015 yang artinya bahwa kegiatan
Simpan Pinjam Perempuan telah diberhentikan. Tetapi pada kenyataannya
hampir seluruh tiap-tiap kecamatan di Indonesia tetap melaksanakan
kegiatan SPP, hal tersebut dikarenakan dana yang bergulir di masyarakat
sangatlah banyak, maka akan dinilai sebagai pembuangan dana jika dana
tersebut tidak lagi dikelola dengan baik.
Gambar 4.10
Surat Panduan Pengahkiran dan Penataan Hasil Kegiatan
210
Seiring dengan berjalannya waktu, pada awal tahun 2016 pihak UPK
dijanjikan oleh pemerintah untuk tetap terus berlanjut dengan hadirnya
penggarapan peraturan bupati yang berisikan tentang membuat UPK menjadi
memiliki dasar hukum, namun yang terjadi pemerintah dinilai sangat lambat
untuk membahasnya. Beberapa kali sudah pertemuan rapat antara ketua UPK se-
Kabupaten Serang dan juga Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan belum
juga disahkan, hingga sekarang masih bersifat asset masyarakat. Namun UPK
membuat badan hukum berupa Surat Keputusan Mentri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor: AHU-0003694.AH.01.07.TAHUN 2018 Tentang
Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Pengelolaan Dana
Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Anyar.
Gambar 4.11
Peraturan Bupati Serang
Dalam pembahasan mengenai setelah adanya program SPP dalam
memberdayakan masyarakat ini, peneliti membagi kedalam beberapa
indikator keberhasilan, diantaranya sebagai berikut :
211
1 Acceptable
Dalam penelitian ini, peneliti perlu mengetahui apakah
program tersebut mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat
kelompok sasaran atau tidak, dan dalam pembahasan ini peneliti akan
melihat keadaan setelah adanya program. Sama seperti dalam
pembahasan sebelum adanya program, dalam indikator yang pertama
ini peneliti membagi kembali kedalam 2 sub indikator, yang pertama
adalah mudah di terima dan yang kedua adalah didayagunakan.
Dalam sub indikator pertama, peneliti melihat bahwa
pencairan dana yang dilakukan oleh UPK pada mulanya memang
dirasa cukup berbelit dan hal tersebut diakui oleh target penerima
modal dan Ketua UPK, namun berdasarkan hasil wawancara dengan
anggota SPP dan Ketua UPK maka setelah penerima modal
melakukan peminjaman untuk kedua kalinya dan latar belakang
kelompok mereka tidak mengalami catatan yang buruk (telat bayar
angsuran), mereka merasa dimudahkan dan cepat dalam pencairan
dananya. Adapun target penerima modal memanglah hanya
perempuan yang sudah memiliki kartu tanda penduduk yang
bersetatus sebagai perempuan yang ingin membuka usaha dan berada
pada strata miskin – menengah. Hal tersebut memanglah target utama
pemerintah untuk membantu maningkatkan taraf perekonomian
keluarga perkampungan demi kesejahteraan masyarakat perempuan
(khususnya).
212
Dalam sub indikator didayagunakan yang kedua ini peneliti
melihat bahwasannya keadaan usaha anggota SPP selalu megalami
peningkatan dari tahun ke tahunnya. Sebab, anggota SPP selalu
memakai pinjaman selanjutnya untuk membangun usaha mereka lebih
luas lagi, hanya saja beberapa anggota memakai sebagian sisa uang
renovasi untuk kebutuhan premier mereka, namun hal tersebut bukan
menjadi masalah sebab yang terjadi dilapangan pun ketua UPK
merasakan perubahan fisik bangunan usaha mereka yang artinya
modal yang diberikan sangat mereka gunakan dengan baik.
2 Accountable
Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam pembahasan
setelah adanya program SPP ini ialah dapat dikelola oleh masyarakat
dan dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Hal ini biasanya sangat
sering dijadikan bahan perhitungan oleh masyarakat, terutama oleh
penerima modal. Apabila dirasa tidak terbuka, maka calon penerima
modal akan berpaling, begitu pula sebaliknya. Dan begitu pula dengan
jaminan yang diminta apakah sesuai atau tidak dengan kriteria
perekonomian masyarakat target penerima modal.
Mengenai sub indikator keterbukaan ini, beberapa informan
yang peneliti ajukan pertanyaan, seluruhnya menjawab ada
pengawasan dari SPP, namun tidak sering hanya beberapa kali saja.
UPK memang terbuka dalam memperlihatkan rincian dana beserta
213
rincian lainnya, namun tidak ada denda sama sekali jika peminjam
melakukan keterlambatan dalam mengangsur pinjaman, namun jika
penerima pinjaman melakukan keterlambatan dalam pembayaran
maka akan dikenakan teguran dan akan sulit untuk meminjam kembali
karena rasa kepercayaan UPK akan berkurang.
Dari beberapa hasil deskripsi data wawancara yang telah
dipaparkan diatas terkait sub bagian dapat dipertanggung jawabkan ini
peneliti menilai pada awalnya masyarakat memang dituntut untuk
memberikan jaminan kepada UPK, namun beberapa kali pinjaman
kedepannya UPK akan mengembalikan dan tidak akan meminta
jaminan kepada anggota SPP terutama yang telah menjadi langganan
dan tidak pernah menunggak angsuran.
Disisi lainnya, UPK tetap akan meminta laporan usaha yang
akan dibuat oleh calon anggota SPP, namun peminjaman selanjutnya
jika peminjam tidak merubah usaha mereka maka peminjam tidak
diwajibkan untuk membuat laporan rincian usaha yang mereka buat,
tapi mereka hanya perlu memberikan rincian apa saja yang mereka
butuhkan, sehingga keabsahannya nanti akan ditindak lanjuti dengan
cara survey langsung ke lapangan. Dengan demikian, masyarakat
sama sekali tidak keberatan dengan hal-hal yang dimaksud diatas.
214
3 Profitable
Dalam indikator ini, peneliti akan melihat tentang apakah
program ini dapat memberikan pendapatan yang memadai dan
mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis
untuk pemenuhan kebutuhan sosial dasar atau tidak.
Adapun hasil penilaian peneliti terhadap indikator pendapatan
dalam lapangan adalah saat setelah meminjam ataupun terdaftar
sebagai anggota SPP, sebagian besar masyarakat terutama perempuan
saat ini telah memiliki penghasilan yang artinya tidak hanya bertumpu
pada pekerjaan suami ataupun orang tua mereka saja. Adapun besaran
bangunan yang mereka bangun juga tidak seperti dulu,saat ini mereka
tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang
usaha rumahan mereka masing-masing.
Tabel 4.5
Jumlah Keluarga Menurut Pra Keluarga Sejahtera
Menurut Pra Keluarga Sejahtera di Kecamatan
Anyar Tahun 2008 dan 2016
No
Desa/Kelurahan
Village/Subdistrict
2008 2016
1 Bandulu 381 7.546
2 Sindang Mandi 452 245
215
3 Banjarsari 176 183
4 Bunihara 343 279
5 Tanjung Manis 253 233
6 Cikoneng 370 201
7 Anyer 183 144
8 Kosambironyok 480 245
9 Sindang Karya 355 156
10 Mekarsari 189 175
243
153
TOTAL 3.182 2.498
Dari data dalam tabel diatas maka jelas terlihat bahwa adanya
pengurangan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Anyar, peneliti
hanya mengambil sampel di tahun 2008 dikarenakan program SPP
masuk di kecamatan Anyar pada tahun 2009 yang artinya pada tahun
2008 masyarakat belum tersentuh oleh program pemerintah. Selang
beberapa tahun kemudian jumlah penduduk miskin teruslah berkurang
hingga pada tahun 2016 yang berjumlah 2.498 masyarakat. Hal
tersebut merupakan perubahan yang sangat dinantikan oleh
pemerintah, sebab tujuan pemerintah menerbitkan program tersebut
216
tidak lain dan tidak bukan ialah guna memberdayakan masyarakat
dan menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.38
4 Sustainable
Dalam indikator yang keempat ini, peneliti ingin melihat
apakah hasil pinjaman dapat dilestarikan dengan baik atau tidak serta
apakah usaha yang mereka buat saat itu berkelanjutan hingga sekarang
atau tidak. Adapun dalam indikator ini peneliti akan membagi
kedalam 2 sub indikator yakni perkembangan usaha dan juga
keberlangsungan.
Dari indikator keempat dalam sub bagian pertama tentang
perkembangan usaha sebelum setelah adanya program SPP ini adalah
sebagian besar masyarakat di Kecamatan Anyar dapat
mengembangkan usahanya dengan baik, hal tersebut dikarenakan oleh
peminjaman modal yang berkelanjutan kepada UPK, dengan demikian
masyarakat peminjam modal lebih leluasa untuk memodali usaha
mereka yang secara tidak langsung penghasilan mereka pun akan
bertambah.
Adapun anggota SPP yang telah peneliti wawancarai mereka
sangat berantusias untuk meminjam modal kepada UPK, beberapa
diantaranya berasalasan seperti dalam indikator sebelumnya yakni
38 Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2008 & 2016. Kecamatan Anyar Dalam Angka. Jakarta Pusat : Badan
Pusat Statistik. 2 Februari 2018
217
masalah jaminan yang diminta tidak berat untuk dijalani oleh anggota
SPP.
Adapun penilaian peneliti terkait sub bagian kedua ini adalah
anggota SPP yang peneliti wawancarai akan terus melanjutkan
pinjaman ke UPK, namun hal tersebut juga berdasarkan kesepakatan
bersama dalam kelompok, apabila hanya ada 1 ataupun 2 orang yang
mundur sehingga akan berkurang hingga menjadi dibawah 5 orang
maka akan dicari anggota baru untuk mengisi kekosongan kelompok.
5 Replicable
Indikator yang terakhir ini adalah Pengelolaan dana dan
pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan dikembangkan
oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Peneliti disini akan
membagi kedalam 2 sub indikator yang pertama adalah pengelolaan
dana, yakni peneliti ingin mengetahui terkait respon penerima
pinjaman tentang diberitahu secara rinci atau tidak, besaran bunga
pinjaman yang dikenakan, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam sub
indikator kedua peneliti akan mencari tahu apakah pinjaman seperti
yang dilakukan di Kecamatan Anyar dapat di aplikasikan di daerah
lain.
Hasil penilaian oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa informan dalam sub indikator pengelolaan dana ini
adalah masyarakat terus meningkatkan pinjaman mereka, sebab
218
mereka ingin usaha mereka terus meningkat lagi. Sedangkan bunga
yang ditawarkan oleh pihak UPK sebesar 1.5% perbulan (18%
pertahun) UPK memberikan bunga flat sejak tahun 2009 saat pertama
kali SPP hadir di Kecamatan Anyar. Dan pengelolaan rincian dana
yang diberikan oleh UPK sangat rapih dan baik, masyarakat tidak
dibebani oleh beban denda jika mereka telat membayar angsuran.
Adapun hasil penilaian dari indikator yang terakhir ini ialah
bahwasannya masyarakat di Kecamatan lain banyak pula yang
terdaftar sebagai anggota SPP, sebab mereka melihat bahwa
persyaratan serta beban bunga, jaminan, serta tidakadanya denda jika
telat membayar angsuran rutin bulanan yang ada di SPP sangat bisa
mereka terima (tepat sasaran). Seabab latar belakang masyarakat
kebanyakan dinkabupaten Serang memang membutuhkan lembaga
peminjam seperti UPK yang cocok dengan keadaan perekonomian
saatitu.
Dari pembahasan terkait setelah adanya program diatas, peneliti juga
akan membahas terkait penunggakan anguran bulanan masyarakat yang
semakin tahun semakin menunggak dalam pembayaran. Berdasarkan hasil
observasi awal peneliti, masalah tersebut tidak terlalu mengganggu alur dana
perguliran, sebab dari awal pun program SPP ini menggunakan asas
kekeluargaan, oleh sebab itu yang terpenting masyarakat merasa terbantu
dengan adanya pengguliran dana pinjaman ini, sebab di tahun 2018 ini dana
yang telah bergulir beserta yang ada di kas UPK sebanyak Rp. 4 Milyar.
219
Untuk mempesingkat pembaca dalam membaca pembahasan, peneliti akan
membuat rincian evaluasi dampak program yang akan dibandingankan sesudah
dan sebelum adanya program tersebut di Kecamatan Anyar, Serang-banten.
Sebagai berikut :
Tabel 4.6
Rincian Perbandingan Sebelum – Sesusah Adanya Program
No Indikator
Keadaan Sebelum (Before)
Program
Keadaan Sesudah (After)
Program
1 Acceptable
Sebagian besar masyarakat
memilih untuk meminjam di
pihak lain seperti Bank dan
rentenir. Target penerima
modal ialah Siapa saja yang
memiliki KTP dan jaminan
dapat meminjam pihak
peminjam modal tersebut.
Masyarakat kebanyakan
hanya meminjam 1x, dan
beberapa peminjam hanya
meminjam dalam keadaan
terdesak saja.
Pencairan dana di UPK pada
awaknya memang terlihat
berbelit, namun setelah
meminjam untuk keduakalinya
masyarakat merasakan
kemudahan. Masyarakat cukup
menunggu 1-2 minggu untuk
pencairan dana (tidak berlaku
untuk kelompok yang
tersendat). Target penerima
modal hanya Perempuan yang
telah memiliki KTP dan
berstatus RTM. Namun jika
ada orang kaya yang ingin
220
meminjam dengan alasan
hanya untuk bessosialisasi
dengan masyarakat, hal
tersebut diperbolehkan oleh
UPK di Kecamatan Anyar.
Dalam sub indikator
didayagunakan, peneliti
melihat peningkatan usaha
anggota SPP.
2 Accountable
Pengawasan yang dilakukan
oleh pihak pemberi
pinjaman hanya dilakukan
awal pinjaman saja. Mereka
pun akan memberikan
denda jika masyarakat
terlambat membayar
angsuran. Masyarakat
penerima pinjaman lebih
banyak mengeluh terkait
jaminan yang mereka
lampirkan, sebab
masyarakat Kecamatan
Anyar pada saat itu banyak
Dari segi pengawasan, SPP
terus melakukan pengawasan
bagi anggota baru, namun
pengawasan hanya sesekali
dilakukan bagi kelompok
lama. UPK sangat terbuka
dalam segi rincian dana yang
harus dibayarkan oleh
peminjam. Tidak ada denda
melainkan hanya teguran yang
dilakukan jika peminjam talat
membayar angsuran.
Masyarakat dibebaskan untuk
menaruh jaminan, namun
221
yang berstatus sebagai
penduduk pra sejahtera, jadi
mereka kesulitan untuk
memberikan jaminan,
jikalau mereka sanggup
itupun karena terpaksa
kebutuhan. Pihak pemberi
pinjaman tidak meminta
rincian usaha yang akan
masyarakat buat.
jaminan tersebut hanyalah
syarat kecil saja, sebab UPK
akan mengembalikan jaminan
dipertengahan jalan jika
peminjam tidak telat
membayar angsuran. UPK
akan tetap meminta rincian
usaha berbentuk proposal yang
telah disetujui oleh Kepala
Desa setempat guna melihat
kebenaran anggota. Dalam
indikator ini, masyarakat sama
sekali tidak keberatan dengan
persyaratan yang UPK
berikan.
3 Profitable
Sebagian masyarakat pada
saat itu tidak memiliki
penghasilan, mereka hanya
bertumpu pada pendapatan
suami maupun orang tua
mereka. Namun hanya
sedikit diantara mereka
yang dahulu membuka
Dalam segi pendapatan,
seluruh anggota SPP yang
telah membuka usaha telah
memiliki penghasilan dan
tidak terlalu bergantung
kepada suami maupun orang
tua mereka. hal tersebut juga
dibuktikan dengan ukuran
222
usaha dan memiliki sedikit
penghasilan.
bangunan hunian maupun
usaha mereka yang semakin
besar dari tahun – ketahun. Hal
lain pula dibuktikan dengan
adanya penurunan jumlah
penduduk pra sejahtera dari
tahun 2008 – 2016.
4 Sustainable
Mengenai perkembangan
usaha, mereka sangat
kesulitan dikarenakan
ukuran bangunan mereka
tidaklah besar, artinya
mereka kesulitan untuk
berkembang dengan
penghasilan yang tidak
besar. Sebagian besar
mereka pun tidak
mengetahui tentang
masyarakat lain yang
meminjam dana di pihak
lain selain SPP.
Dalam indikator
perkembangan usaha, anggota
SPP mengembangkan usaha
mereka dengan baik. sebab
anggota terus meminjam di
UPK guna memperbesar usaha
mereka. tingkat antusiasme
masyarakat sangatlah tinggi,
terdapat 2.498 RTM dan
sebanyak 2.353 perempuan
terdaftar sebagai anggota SPP,
bebrapa diantaranya beralasan
seperti dalam indikator
sebelumnya yaitu jaminan
yang tidak berbelit. Peneliti
juga menilai bahwa anggota
223
SPP akan terus melakukan
pinjaman di UPK, namun hal
tersebut juga atas kesepakatan
bersama dengan kelompok.
5 Replicable
Mereka yang meminjam
hanya dalam keadaan
terdesak saja, namun ada
pula yang meminjam yang
sebagian uang mereka
sisihkan untuk membuka
usaha kecil-kecilan. Namun
usaha mereka berkembang
sangat lambat, dikarenakan
pendapatan mereka yang
tidak besar. Adapun suku
bunga kredit yang
ditawarkan oleh pihak bank
pada tahun 2008 kebawah
rata-rata sebesar 15-16%
perbulan. Sedangkan suku
bunga yang ditawarkan oleh
pihak rentenir sebesar 17%.
Suku bunga saat itu
Dalam indikator ini, anggota
terus melakukan pinjaman dan
terus meningkatkan nominal
pinjaman mereka, sebab
mereka ingin meningkatkan
lagi usaha mereka. adapun
bunga yang ditawarkan oleh
UPK dari dulu hingga
sekarang sebesar 1,5%
perbulan dalam jangka
pinjaman 1 tahun. Pengelolaan
rincian dana yang diberikan
oleh UPK sangat baik dan
jelas. Masyarakat di
Kecamatan lain pun banyak
yang meminjam di UPK nya
masing – masing. Mereka
lebih memilih UPK karena
jaminan dan bunga yang
224
memang besar, dikarenakan
pada saat itu dunia tengah
mengalami krisis, sebab
itulah suku bunga bank
sangatlah besar dan tidak
stabil. Jika di masyarakat
lain, peneliti menilai bahwa
mereka sanggup meminjam
apabila mereka sanggup
memberikan jaminan yang
diminta, namun yang terjadi
pada saat itu banyak
kecamatan di Kabupaten
Serang masih dalam tahap
pra sejahtera.
ringan. Sebab pada saat itu
masyarakat di Kabupaten
Serang masih banyak yang
berstatus sebagai rumah tangga
pra sejahtera.
Adapun makna yang didapat oleh peneliti ialah bahwasanya apapun
tingkatan lembaga yang mengatur suatu program yang khususnya untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat hendaklah jangan terlalu menggunakan asas
kekeluargaan yang sifatnya “tidak enak karena saudara” hal tersebut yang sewaktu
– waktu akan menjadi bom waktu pabila dilakukan terus menerus. Memang
bahwa hal tersebut tidaklah berpengaruh besar terhadap kesuksesan program,
namun lebih baik lagi jika hal tersebut cepat diperbaiki.
225
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian Evaluasi Program Simpan Pinjam
Perempuan/SPP dalam Memberdayakan Masyarakat di Kecamatan Anyar yang
berlandaskan teori evaluasi (single program before-after) dari Finsterbusch dan
Motz yang peneliti kombinasikan dengan beberapa indikator dalam teori
Pemberdayaan Masyarakat yang dikemukakan oleh Gunawan Summodiningrat
berhasil diberdayakan oleh program, adapun penjelasan kesimpulannya akan
dijabarkan sebagai berikut. Pertama, hasil dari indikator pertama menunjukan
bahwa SPP mudah diterima oleh masyarakat. Kedua, sumber dana dikelola baik
oleh masyarakat dan juga UPK walaupun banyak yang menunggak namun hal
tersebut bukan menjadi persoalan yang sangat serius, dana perguliran tetap
memberikan dampak baik dan keuntungan. Ketiga, masyarakat penerima modal
merasakan perubahan pendapatan yang semakin membaik. Keempat, hasil dana
pinjaman terus dapat dilestarikan oleh mayoritas masyarakat penerima modal.
Kelima, SPP dirasa dapat diaplikasikan di Kecamatan lain guna mngurangi
angka kemiskinan.
226
Jadi, dengan demikian peneliti menilai dengan jelas bahwasannya
masyarakat di Kecamatan Anyar diberdayakan oleh program Simpan Pinjam
Perempuan (SPP), sebab yang terjadi dilapangan ialah masyarakat telah
mengalami peningkatan taraf hidup masyarakat dan juga telah terjadinya
penurunan angka kemiskinan ditahun 2008 (before program) dengan tahun 2016
(after program).
5.2 Saran
Saran-saran yang coba peneliti ajukan untuk keberlangsungan Program
Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), pihak UPK beserta tim lainnya
yang menjalankan dana bergulir/SPP seharuslah dapat memperhatikan hal - hal
sebagai berikut :
1. Hanya masyarakat RTM yang diperbolehkan meminjam modal usaha
(tanpa terkecuali) dengan memberikan sanksi tegas,
2. Lebih sering mengontrol pertemuan rutin mingguan yang
dilaksanakan oleh anggota SPP dengan cara menjadwal kembali
kelompok SPP guna pengontrolan rutin,
3. Lebih tegas dalam menanggapi masalah anggota yang menunggak
dengan cara memberikan sanksi, dan
4. Terus mengejar janji pemerintah Kabupaten Serang terkait pembuatan
Peraturan Bupati Tentang keberlangsungan UPK dengan terus
bekerjasama antar ketua UPK untuk terus menegur aparatur
pemerintah
227
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agustino Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik (edisi revisi). Bandung :
Alfabeta
Dunn, William N. 1994. Public policy analysis: An introduction, 2nd EdNew
Jersey : Prentice-Hall
Dunn, William N. 2012. Kebijakan publik . Terjemahan. Jakarta : Rajawali Press
Fuad Anis dan Nugroho, Kandung Sapto. 2014. Panduan Praktis Penelitian
Kualitatif. Jakarta : Graha Ilmu
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI NO:
25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Pedoman Umum Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Petunjuk Teknik Operasional (PTO) PNPM Mandiri Perdesaan. 2010. Jakarta:
KEMENDAGRI
Petunjuk Teknik Operasional (PTO) Penjelasan IV: Jenis dan Proses
Pelaksanaan Bidang Kegiatan PNPM Mandiri
Petunjuk Teknik Operasional (PTO) Dana Bergulir PNPM Mandiri Perdesaan.
2012. Jakarta: KEMENDAGRI
PTO Penjelasan IV: Jenis dan Proses Pelaksanaan Bidang Kegiatan PNPM
Mandiri Perdesaan, Jakarta
PTO Penjelasan X: Pengelolaan Dana Bergulir, Jakarta
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring
Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia
Skripsi
Ishmaturrokhman, Muchamad. 2017, “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Melalui Program Satu Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon”. Skripsi Ilmu
Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang
228
Internet
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 1970-2017. Jumlah Penduduk Miskin,
Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan. Jakarta Pusat : Badan
Pusat Statistik. 26 Oktober 2017
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2008. Kecamatan Anyar Dalam Angka.
Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik. 2 Februari 2018
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2016. Kecamatan Anyar Dalam Angka.
Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik. 2 Februari 2018
Bank Indonesia, 2007. Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta : Bank
Indonesia. 25 Maret 2018.