FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SELERAMAKAN DI RUMAH PADA SISWA/SISWI KELAS IV
MADRASAH IBTIDAIYAH PEMBANGUNANUIN JAKARTA TAHUN 2015
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
UMI KHOLIFAH
NIM: 1111101000130
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H /2016 M
i
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN GIZI
Skripsi, Juni 2016
Umi Kholifah, NIM: 1111101000130
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah padaSiswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN JakartaTahun 2015
(xvi + 113 Halaman, 14 Tabel, 3 Bagan, 3 Gambar, 3 Lampiran)
ABSTRAK
Selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkanseseorang mempunyai keinginan makan selain rasa lapar. Beberapa penelitian diIndonesia menunjukkan bahwa selera makan pada anak sekolah tidak teratur. Jikakeadaan ini terus berlanjut maka kebutuhan gizi tidak tercukupi dengan baik dan dapatmenghambat pertumbuhan sedangkan usia 7-13 tahun merupakan masa-masapertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan denganselera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah PembangunanUIN Jakarta tahun 2015. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2015 dengandesain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 siswa/siswi kelas IVMadrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampel.Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini terdiri darianalisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,1% siswa/siswi kelas IVMadrasah Ibtidaiyah Pembangunan yang selera makanya rendah. Hasil analisis bivariatdiketahui bahwa makan bersama keluarga (p value 0,021) dan konsumsi suplemenpenambah selera makan (p value 0,016) memiliki hubungan signifikan dengan seleramakan di rumah. Sedangkan frekuensi mengonsumsi jajanan (p value 0,320) tidakmemiliki hubungan yang signifikan dengan selera makan di rumah. Berdasarkan hasilpenelitian, masih banyak siswa/siswi yang makan jajanan, maka sebaiknya diberikanedukasi tentang makanan jajanan yang aman dan edukasi kepada orang tua tentangpentingnya makan bersama keluarga dan penggunaan suplemen penambah selera makan.Edukasi dilakukan dengan melibatkan pihak sekolah dan tenaga kesehatan setempat. Haltersebut dilakukan untuk mengurangi keinginan siswa/siswi untuk jajan danmeminimalisir pemakaian suplemen penambah selera makan.
Kata kunci; Selera Makan, Makan Bersama Keluarga, Siswa Sekolah Dasar
Daftar Bacaan : 84 (1948-2015)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM NUTRITION DEPARTMENT
Undergraduated Thesis, June 2016
UmiKholifah, NIM: 1111101000130
The Factor’s related with Appetite at Home of Student’s Fourth Grade atMadrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta in 2015.
(xvi + 113 pages, 14 tables, 3 charts, 3 figure, 3 appendix)
ABSTRACT
Appetite is a process of the body that can cause a person to have the desire to eatthan hunger. Some research in Indonesia’s show that the appetite in children ofelementary school age are irregular. If this situation continues, the nutritional needs ofchildren are not fulfilled properly and can inhibit the growth while those aged 7-13 yearsin a period of the most rapid growth in the second after infancy.
The aims of this research to determine the related factors with appetite at home ofstudent’s fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta in 2015. Thisresearch was to do on March until August 2015 by using a cross sectional researchdesign. In this research, using the sample amounted to 102 people that’s all student’sfourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Sampling was carried out with thetotal sample. Instruments that used are questionnaire. The data analysis role in thisresearch consisted of the analysis of univariate and bivariate analysis by using chi-squarestatistic test.
The result of this research point out of 46,1% students fourth grade at MadrasahIbtidaiyah Pembangunan taste so low appetite at home. Based on bivariate analysis, it isknown that the frequency eat with family (p value 0,021) and consumption appetitesupplements (p value 0,016) has a significant relationship with the appetite to eat athome .whereas of eating snacks (p value 0,320) has not significant relationship with theappetite to eat at home. Based on the result of the research, there are still many student’sconsump snacks than should be provided with education about safe street food andeducation to her parents about the importance of family meals and the use of appetitesupplements. The education doing with schools and local health worker. That is done toreduce the need for students to consumption snacks and minimize using of supplements.
Key Words : appetite, eat with family , Students
Reading List : 84 (1948-2015)
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama :Umi Kholifah
Jenis Kelamin :Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir :Sri Mulyo, 11 Desember 1991
Status :Belum Menikah
Agama :Islam
Alamat :Rt 16 Rw 04 Dusun II Desa Sri Mulyo. Kec.Tungkal Jaya, Kab. Musi Banyuasin. Prov.Sumatera Selatan Kode Pos 30756
Nomer Hp :0852 0895 7435 / 085273265585
Email :[email protected]/
B. PENDIIDKAN FORMAL
NAMA SEKOLAH TAHUN
1. SDN SP D1 BT II D Sri Mulyo2. MTs Pondok Pesantren Qodratullah3. MA Pondok Pesantren Qodratullah4. Program Studi Kesehatan Masyavakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
1. 1999 - 20052. 2005 - 20083. 2008 - 20114. 2011-Sekarang
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbil alamin,. Segala puji bagi Allah SWT yang telahmemberikan rahmat begitu banyak serta nikmat kepada penulis, sehingga penulisdapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV MadrasahIbtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015”. Shalawat serta salamselalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kitadari zaman jahilliyah sampai saat ini.
Dalam proses pembuatan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usahapenulis sendiri, melainkan penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,motivasi dan semangat serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, padakesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tidakterhingga kepada:
1. Bapak Kaniyo, Ibu Kasbini sebagai orang tua saya tercinta yang mendidiksaya dari buaian hingga saat ini, semoga Allah SWT selalu menjaga danmeridhai Bapak Ibu. Serta kakaku Heru Trimanto dan adikku Nurul IlmiMiftahul Jannah, Mas Andik Setiawan, S.Pd dan seluruh keluarga besar atassegala kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu dipanjatkan untukkeberhasilan penulis.
2. Kepada seluruh pembina SJD MUBA, selaku pengurus Santri Jadi DokterMusi Banyuasin yang senantiasa memberikan dana dan motivasi selamamasa perkuliahan sampai penyusunan skripsi.
3. Bapak Dr.Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.
4. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Kepala Program StudiKesehatan Masyarakat.
5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, selaku dosen pembimbing I skripsi yangsenantiasa memberikan waktu dan bimbinganya kepada penulis selamapenyusunan skripsi.
6. Ibu Fase Badriah. SKM, M.Kes. Ph. D, selaku dosen pembimbing II skripsiyang senantiasa memberikan waktu dan bimbinganya kepada penulis selamapenyusunan skripsi.
7. Ibu Minsarnawati, M.Kes, selaku dosen penguji I skripsi yang memberikanmasukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.
viii
8. Ibu Febrianti, SP.M. Si , selaku dosen penguji II skripsi yang memberikanmasukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.
9. Ibu Tria Astika Endah. P.SKM, MKM selaku dosen penguji III skripsi yangmemberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunanskripsi.
10. Ibu dan Bapak Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat, yang telahmemberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna khususnya bagi penulis.
11. Kepada para Staf Akademik dan Laboran FKIK UIN atas bantuan sertainformasinya selama penyusunan skripsi.
12. Kepada Bapak Kepala Sekolah, Wali Kelas IV, para dewan guru, para muridkelas IV serta seluruh pihak sekolah Madrasah Ibtidaiyah PembangunanUIN Jakarta yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian dilapangan.
13. Kepada Gina Kholisoh, Puspita Nur Afifah, Aprilita Noor Amalia, EkaYulianti yang selalu memberikan dukungan dan semangat, sahabat dan adikyang terbaik.
14. Kepada teman-teman Prodi Kesehatan Masyarakat, khususnya teman-temanPeminatan Gizi 2011 dan semua teman-teman Santri Jadi Dokter MusiBanyuasin yang telah memberikan bantuan, informasi dan motivasinyakepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi.
Penulis sadar atas segala kekurangan dan keterbatasan dalam penulisanskripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuandi masa yang akan datang. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahanhati, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat memberikanmanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya, terutamabagi perkembangan ilmu kesehatan masyarakat.
Tangerang Selatan, Mei 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i
ABSTRAK . ........................................................................................................... ii
ABSTRACT.......................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................5
C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................6
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................7
1. Tujuan Umum..........................................................................................7
2. Tujuan Khusus.........................................................................................7
E. Manfaat Penelitian .......................................................................................8
1. Bagi Pembuat Program Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ................8
2. Bagi Siswa/Siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ..........................8
x
3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ......................................9
4. Bagi Peneliti ...........................................................................................9
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................9
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI........................10
A. Selera Makan ............................................................................................10
1. Defenisi Selera Makan...........................................................................10
2. Gambaran Selera Makan pada Anak di Rumah ....................................11
3. Fisiologi Selera Makan..........................................................................13
4. Dampak Anak Tidak Selera Makan.......................................................14
5. Penilaian Selera Makan ........................................................................18
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan ...................................22
1. Faktor Metabolik :Hormon....................................................................22
2. Faktor Farmakologik : Obat-obatan ......................................................34
3. Variasi Makan di Rumah.......................................................................36
4. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan...........................................................40
5. Makan Bersama Keluarga .....................................................................44
6. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan .....................................46
C. Kerangka Teori...........................................................................................51
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...........52
A. Kerangka Konsep ......................................................................................52
B. Definisi Operasional...................................................................................55
C. Hipotesis Penelitian....................................................................................56
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................57
A. Desain Penelitian........................................................................................57
xi
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................57
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................57
1. Populasi ..................................................................................................57
2. Sampel ....................................................................................................58
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................59
1. Data Primer.............................................................................................60
2. Data Sekunder ........................................................................................60
E. Instrumen Penelitian...................................................................................60
F. Manajemen Data ........................................................................................63
1. Editing Data ..........................................................................................64
2. Coding Data ..........................................................................................64
3. Data Struktur dan Data File...................................................................66
4. Entry Data .............................................................................................66
5. Cleaning Data .......................................................................................66
G. Analisis Data ..............................................................................................67
1. Analisis Data Univariat .........................................................................67
2. Analisis Data Bivariat ............................................................................67
BAB V. HASIL PENELITIAN ...........................................................................69
A. Analisis Univariat.......................................................................................69
1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ....69
2. Gambaran Selera Makan di Rumah.......................................................70
3. Gambaran Frekuensi Mengonsumsi Jajanan .........................................71
4. Gambaran Makan Bersama Keluarga....................................................72
5. Gambaran Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan ...................74
xii
B. Analisis Bivariat .........................................................................................76
1. Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera
Makan di Rumah ...................................................................................76
2. Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan
di Rumah ...............................................................................................77
3. Hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan
dengan selera makan di Rumah ............................................................78
BAB VI. PEMBAHASAN....................................................................................80
A. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................80
B. Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015....................................80
C. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan,
Makan Bersama Keluarga, Konsumsi Suplemen Penambah Selera
Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015...................82
1. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
dengan Selera Makan di Rumah............................................................82
2. Gambaran dan Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan
Selera Makan di Rumah ........................................................................87
3. Gambaran dan Hubungan antara Konsumsi Suplemen Penambah
Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah ....................................91
BAB VII. PENUTUP............................................................................................97
A. Simpulan.....................................................................................................97
B. Saran...........................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................100
LAMPIRAN .......................................................................................................111
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .........................................................................55
Tabel 5.1 Distribusi Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…..70
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Mengonsumsi Jajanan pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun 2015 .............................................................................…….71.
Tabel 5.3 Distribusi Jenis Makanan Jajanan yang dibeli pada
Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2015.................................................………………..71
Tabel 5.4 Distribusi Jenis Minuman Jajanan yang dibeli pada
Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2015.....................................................……………..72
Tabel 5.5 Distribusi Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi Kelas
IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
2015 .........................................................................................…….73
Tabel 5.6 Distribusi Waktu Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun 2015 ..............................................................................…….73
Tabel 5.7 Distribusi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada
Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2015...............................................................………74
Tabel 5.8 Distribusi Jenis Suplemen Penambah Selera Makan pada
Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun 2015.....................................................……………..75
xiv
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Penambah Selera
Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...........................................75
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan
Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015....……………..76
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Makan Bersama Keluarga dengan Selera
Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015..........................77
Tabel 5.13 Analisis Hubungan Konsumsi Suplemen Penambah Selera
Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun 2015 .................................................................................…..78
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Mekanisme Umpan Balik antara Leptin dan NPY ..........................25
Bagan 2.2 Kerangka Teori ................................................................................51
Bagan 3.3 Kerangka Konsep........................................................……………..52
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Kontrol Umpan Balik Selera Makan .............................23
Gambar 2.2 Sekresi Kolesistokinin (CCK)............................................................27
Gambar 3.1 Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ........................................................37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ........................................................................112
Lampiran 2 Hasil Analisis Univariat dan Analisis Bivariat...........……………..119
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Sekolah ...................................................127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dorongan makan umumnya didasarkan pada rasa lapar dan selera
makan. Dua hal tersebut berhubungan tetapi memiliki arti berbeda. Lapar
adalah menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan merupakan
konsep fisiologis. Sedangkan selera makan merupakan suatu proses dalam
tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk
makan selain rasa lapar (Guyton dan Hall, 2007). Anak yang mengalami
selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya,
yang berdampak pada gangguan kesehatan (Judarwanto, 2010). Gejala yang
timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila kurang
makan sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, jika kekurangan zat
besi maka rentan menderita anemia yang menyebabkan pucat, lemah, cepat
mengantuk, menurunya daya tahan tubuh, jika kekurangan protein akan
terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan
(Sunarjo, 2013).
Anak sekolah mengalami perubahan perilaku dan dapat menentukan
sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Kebiasaan makan tidak
teratur dan selera makan yang tidak tentu dalam waktu yang lama dapat
2
menyebabkan anak kurang asupan gizi yang seimbang. Jika keadaan ini terus
berlanjut maka kebutuhan gizi pada anak tidak tercukupi dengan baik. Jika
dibiarkan semakin lama, maka berdampak pada berat badan yang tidak
normal yaitu kurus dan sangat kurus (Handayani, 2014). Data Riskesdas
(2010), bahwa sebanyak 41,2% anak sekolah dasar mengonsumsi makanan
dibawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 yang dianjurkan.
Penelitian the Gateshead Millenium Baby Study (2006) di Inggris
menyebutkan bahwa sebanyak 20% orang tua melaporkan anaknya
mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi adalah usia anak 5-10
tahun yang hanya mau makan makanan tertentu. Studi di Italia melaporkan
bahwa sebanyak 6% bayi mengalami masalah makan dan meningkat 25-40%
pada fase akhir pertumbuhan. Survei di Amerika Serikat melaporkan bahwa
sebanyak 19-50% orang tua mengeluhkan anaknya sangat memilih makan
sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu (Arali, 2011). Penelitian pada
enam TK di Tokyo bahwa sebanyak 43,4% anak tidak selera makan
(Akamatsu dan Tomomi, 2011).
Penelitian Pintautami (2011) yang dilakukan di Sekolah Dasar Tileng
1 Gunung Kidul Jawa Tengah bahwa sebanyak 49,8% anak kelas IV-VI
dengan selera makan rendah dan hasil penelitian Handayani (2014) yang
dilakukan di Sekolah Dasar Impres Laikeng Sudiang Makassar sebanyak
47,2% anak tidak selera makan pada usia 11-12 tahun.
3
Selera makan yang tidak pasti dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
menurut Sherwood (2001) diantaranya adalah faktor metabolik (Hormon).
Sudjatmoko (2011) faktor farmakologik (obat-obatan). Pengaturan selera
makan dipengaruhi aktivitas berbagai hormon, adapun hormon yang berperan
dalam mempengaruhi selera makan adalah Leptin, Ghrelin, Kolesistokinin
(CCK), glukosa dan insulin. Mengonsumsi obat-obatan juga bisa
mempengaruhi selera makan dengan menghambat penyerapan lemak dan
meningkatkan pengeluaran energi dan bertindak pada pusat kenyang di
hipotalamus untuk menekan selera makan.
Graha (2008) mengungkapkan bahwa variasi makan, dan makan
bersama keluarga juga mempengaruhi selera makan pada anak. Menu makan
yang sama akan membuat anak cenderung merasa bosan dan malas untuk
makan di rumah. Irianto (2007) frekuensi mengonsumsi jajanan juga
mempengaruhi selera makan anak. Kebiasaan mengonsumsi jajanan sangat
populer dikalangan anak sekolah. Hasil penelitian Yanti (2013) bahwa
sebanyak 66,0% siswa sekolah dasar jajan dengan frekuensi >5 kali/minggu.
Selain itu, kebiasaan makan bersama keluarga yang jarang dilakukan karena
orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga
waktu makan bersama keluarga tidak rutin dilaksanakan. Penelitian yang
dilakukan di Makasar bahwa ada pengaruh antara kebiasaan jajan dengan
selera makan pada anak usia 11-12 tahun (Handayani, 2014).
4
Yu, et al (1997) mengatakan bahwa konsumsi suplemen juga
mempengaruhi selera makan. Masalah makan yang sering terjadi pada anak
membuat orang tua terutama ibu merasa sedih, ibu sulit untuk menebak
keadaan selera makan anak. Sehingga, konsumsi suplemen penambah selera
makan sering menjadi pilihan para orang tua untuk mengatasi anak yang
kurang selera makan di rumah. Umumnya suplemen penambah selera makan
memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin (Handayani,
2002). Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari tanaman
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng (Curcuma
aerogenoceae Roxb). Rimpang temulawak dan temu ireng terdapat minyak
atsiri yang diduga meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri
memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga
mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak
diusus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi
peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988).
Penelitian Ni’amah (2010) yang melakukan eksperimen ekstrak temu
ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb) sedangkan penelitian Awalin (1996)
menggunakan temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang keduanya
menggunakan tikus putis sebagai hewan uji. Hasil penelitianya adalah adanya
peningkatan selera makan dan bertambahnya berat badan pada tikus setelah
diberi ekstrak temu ireng maupun temulawak. Kemudian hasil penelitian di
5
Sekolah Dasar Tileng I bahwa adanya peningkatan selera makan pada anak
yang mengonsumsi suplemen zink selama 14 hari (Pintautami, 2011).
Peneliti memilih siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
Universitas Islam Negeri Jakarta sebagai subjek penelitian karena ada hal
yang menarik dari penelitian yang dilakukan sebelumnya diantaranya adalah;
hasil penelitian Septika (2013) di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
Universitas Islam Negeri Jakarta bahwa sebanyak 64,8% anak jajan dengan
frekuensi >5 kali dalam seminggu. .
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret
2015 terhadap 30 siswa-siswi kelas V, diketahui bahwa terdapat 60,0% anak
dengan selera makan di rumah rendah. Berdasarkan penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian lanjut
dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah
pada siswa/siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas
Islam Negeri Jakarta tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian Septika (2013) di Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta bahwa sebanyak 64,8% anak
jajan dengan frekuensi >5 kali dalam seminggu. Kemudian hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret 2015 terhadap 30
siswa-siswi kelas V, diketahui bahwa terdapat 60,0% anak dengan selera
6
makan di rumah rendah. Sedangkan usia sekolah adalah masa pertumbuhan
yang optimal dan membutuhkan nutrisi yang dapat diperoleh dari makanan
yang disediakan di rumah. Jika asupan gizi pada masa ini tidak tercukupi
maka mengakibatkan gangguan pertumbuhan badan, mental, kecerdasan dan
mudah terserang penyakit. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2015.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
2. Bagaimana gambaran frekuensi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
3. Bagaimana gambaran makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
4. Bagaimana gambaran konsumsi suplemen penambah selera makan pada
siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun 2015?
5. Apakah ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan
selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
7
6. Apakah ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera
makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
7. Apakah ada hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera
makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di
rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
b. Diketahui gambaran frekuensi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
c. Diketahui gambaran makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas
IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
d. Diketahui gambaran konsumsi suplemen penambah selera makan pada
siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun 2015?
8
e. Diketahui hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan
selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
f. Diketahui hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera
makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
g. Diketahui hubungan antara konsumsi suplemeni penambah selera
makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Pembuat Program MI Pembangunan UIN Jakarta
Memberikan informasi kepada Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
tentang selera makan siswa/siswi di rumah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan sebagai masukan bagi pembuat program sekolah,
agar melakukan pengawasan terhadap makanan jajanan yang dijual di
kantin dan pedagang sekitar sekolah.
2. Manfaat Bagi Siswa/Siswi MI Pembangunan UIN Jakarta
Diperolehnya informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan selera makan di rumah pada anak sekolah dasar, sehingga hasil
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa/siswi untuk
lebih berhati-hati dan menjaga pola makan yang sehat dengan
9
mengonsumsi makanan yang disediakan oleh keluarga di rumah sehingga
kebutuhan zat gizi terpenuhi secara optimal.
3. Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan serta sebagai bahan referensi bagi penelitian lain
yang terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan
di rumah pada siswa/siswi.
4. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yeng
telah didapat selama pembelajaran diperkuliahan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Penelitian ini
dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi program studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kelompok
studi pada penelitian ini adalah siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta yang dilakukan pada bulan Maret-Agustus tahun
2015. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan
pendekatan kuantitatif dan menggunakan uji chi square. Data sekunder dari
absensi kelas dan data primer dikumpulkan dengan cara menyebarkan
kuesioner.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Selera Makan
1. Definisi Selera Makan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) selera adalah
keinginan, kesukaan atau kegemaran. Selera bisa menyangkut berbagai
hal, misalnya musik, makanan, olahraga dan lain. Sedangkan makan
adalah proses untuk memasukkan makanan kedalam tubuh. Proses makan
terjadi mulai dari memasukkan makanan ke dalam mulut, mengunyah
dan menelan. Keterampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan
motorik kasar disekitar mulut sangat berperan dalam proses makan.
Pergerakan motorik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit,
mengunyah dan menelan yang dilakukan oleh otot rahang atas, rahang
bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut (Meutia,
2005).
Guyton dan Hall (2007) mendefisinikan selera makan merupakan
suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang
mempunyai keinginan makan selain rasa lapar. Kemudian Lubis (2005)
mendefisinikan selera makan biasanya diartikan sebagai rasa senang atau
ingin yang ditimbulkan oleh rangsangan makan (aroma, penampilan) dan
keputusan memilih jenis makanan tertentu. Sedangkan Oenzi (2012)
11
selera makan adalah sebagai prefrensi seseorang terhadap jenis makanan
atau keadaan ingan makan. Arali (2011) mendefinisikan selera makan
adalah ketertarikan untuk mencoba makanan kesukaan karena memliki
warna, aroma dan bentuk makanan yang menarik.
Dalam tinjauan gizi seimbang, selera makan dapat dikatakan baik
dan dapat juga dikatakan tidak baik, bila dikatakan baik maka proses
makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan
energi dapat berjalan maksimal. Namun jika dikatakan tidak baik, ada
dua hal kemungkinan akan terjadi, pertama selera makan yang berlebihan
(rakus) dan yang kedua selera makan berkurang atau hilang. Selera
makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinya intake makanan melebihi
kebutuhan tubuh, akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak
diinginkan dan beberapa akibat penyakit lain. Sebaliknya, selera makan
berkurang atau hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang
tidak dikehendaki (Arali, 2011).
2. Gambaran Selera Makan pada Anak di Rumah
Menurut WHO (World Health Organization) anak sekolah dasar
yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di
Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Karakteristik anak
sekolah dasar biasanya banyak menghabiskan waktunya di luar rumah
untuk bermain dan belajar bersama teman-teman seusia, sehingga
aktivitas fisik anak semakin meningkat, dengan demikian anak
12
membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak dari usia sebelumnya.
Makanan untuk usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi
artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah
sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, serta agama dari
keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein,
dan lemak (Yanti, 2013).
Sering dijumpai bahwa konsumsi makan sehari-hari pada anak
sangatlah kurang kandungan zat gizi yang seimbang, karena masa
sekolah dasar selera makan anak berubah-rubah dan tidak tentu.
Terkadang selera makan baik namun terkadang selera makanya
berkurang atau bahkan tidak ada selera makan. Hal ini membuat orang
tua (terutarna ibu) sering mengalami kesulitan dalam memberi makanan
pada anak-anak sesuai dengan seleranya. Tidak sedikit orang tua yang
memilih memberikan uang jajan kepada anaknya untuk membeli
makanan yang disukai anaknya tampa berpikir tentang kecukupan gizi
yang dibutuhkan (Yanti, 2013).
Hasil wawancara pada anak Sekolah Dasar Batesda Kabanjahe
bahwa rata-rata anak mengungkapkan sering makan tidak teratur karena
tidak suka makan-makanan yang disajikan di rumah, tidak selera makan
pagi dan tidak mau membawa bekal kesekolah. Anak-anak sering
tergesa-gesa berangkat kesekolah sehingga anak meminta uang jajan
kepada orang tua untuk membeli makanan jajanan di sekolah. Sedangkan
13
saat di sekolah anak melakukan aktivitas lebih aktif dan membutuhkan
energi yang lebih besar dibanding dengan usia dewasa. Saat anak tiba di
rumah setelah melakukan aktivitas di sekolah atau di luar sekolah anak
merasa letih sehingga menolak untuk makan di rumah dan memilih untuk
istirahat (Yanti, 2013).
Analisis data Riskesdas (2010) pada 35.000 orang anak sekolah
dasar, diketahui bahwa sebanyak 26,1% anak hanya sarapan dengan
minum (air putih, teh atau susu) dan sebesar 44.6% anak sarapan hanya
memperoleh asupan energi ˂15% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)
(Hardinsyah, 2012). Hasil analisis data Riskesdas (2013) pada 17.756
anak sekolah dasar, sebesar 48.4% anak yang sarapan hanya memperoleh
asupan energi ˂15,4% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Sinaga,
2012).
3. Fisiologi Selera Makan
Kontrol pemasukan makanan terutama dilakukan oleh hipotalamus.
Secara klasik, hipotalamus dianggap memiliki sepasang pusat selera
makan atau lapar yang terletak di bagian lateral (luar) hipotalamus, dan
sepasang pusat kenyang yang terletak di ventromedial. Perangsangan
terhadap kelompok sel saraf yang dianggap pusat selera makan
menyebabkan seseorang menjadi lapar dan makan secara lahap,
sementara destruksi selektif daerah tersebut menekan perilaku makan.
Sebaliknya, stimulasi pusat rasa kenyang menimbulkan rasa kenyang,
14
atau perasaan cukup makan. Destruksi daerah ini menimbulkan makan
berlebihan (Meutia, 2005).
Terdapat dua jenis pengaturan jumlah asupan makanan, yaitu
pengaturan jangka panjang dan jangka pendek. Pengaturan jangka
panjang melibatkan informasi dari tempat cadangan energi yaitu jaringan
adipose. Hormon leptin dilepas oleh sel-sel lemak dan mempengaruhi
neuron-neuron di hipotalamus untuk mengatur perilaku makan.
Pengaturan jangka pendek merupakan pengaturan yang dapat
menyebabkan seseorang ketika makan merasa kenyang dan
menghentikan aktivitas tersebut (Meutia, 2005).
Proses terstimulusnya selera makan dimulai dari hipotalamus yang
menerima stimulus atau input dari dalam dan luar tubuh. Informasi
tersebut diterima secara langsung (melalui saraf eferen) maupun tidak
langsung dengan melalui reseptor hormon dan sensor substrat yang
sangat banyak dijumpai di neuron-neuron hipotalamus, kemudian
diproses menghasilkan output (respon) perubahan perilaku yaitu
perubahan selera makan (Meutia, 2005).
4. Dampak Anak tidak Selera Makan di Rumah
Usia sekolah adalah masa yang penting untuk pertumbuhan, mereka
banyak membutuhkan zat gizi yang dapat mendukung pertumbuhan dan
kesehatan. Anak akan memperoleh makanan bergizi dan seimbang yang
tepat bila kebutuhan zat gizi yang diperoleh tubuh terpenuhi oleh
15
makanan yang dikonsumsi sehari-hari di rumah. Anak usia sekolah
mengalami perubahan perilaku, pada usia ini anak dapat menentukan
sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Keengganan makan
makanan yang disiapkan di rumah dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak, sebab melalui makanan energi yang dibutuhkan
tersedia untuk semua aktivitas fisik dan daya pikir anak. Selain itu, selera
makan yang rendah pada anak juga dapat mengakibatkan tidak idealnya
berat badan yaitu anak terlihat kurus atau sangat kurus (Chairinniza,
2008).
Selera makan yang tidak pasti pada usia sekolah sudah sejak lama
menjadi masalah yang harus dicari solusi untuk mengatasinya. Anak
yang mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya, dengan demikian dapat berdampak pada gangguan
kesehatan (Judarwanto, 2010). Adapun gejala yang timbul tergantung
dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak tidak mau makan
sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, bila hanya mau minum
susu saja akan terjadi anemia, jika kerurangan kalori dan protein akan
terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan
(Sunarjo, 2013).
a. Kurang Energi Protein
Kurang Energi Protein (KEP) adalah manifestasi dari
kurangnya asupan protein dan energi dalam makanan sehari-hari
yang tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), dan biasanya
16
juga disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya.
Perilaku anak usia sekolah dasar yang tidak mau makan secara
teratur dalam jumlah yang seimbang sesuai kebutuhan gizinya yang
berkepanjangan bisa mengakibatkan kekurangan protein, karbohidrat
dan beberapa vitamin dan mineral, sehingga pada saat remaja dan
dewasa dapat mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).
b. Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan (Manampiring, 2008).
Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin
dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel
darah merah akibat kurang kadar besi dalam darah. Semakin berat
kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia
yang diderita. Batasan normal kadar hemoglobin berdasarkan umur
dan jenis kelamin dengan kriteria WHO (2001) adalah; anak sekolah
usia 5–11 tahun dengan Hb 11,5 gr/dl sedangkan untuk laki-laki dan
perempuan usia 12–14 tahun dengan Hb 12,0 gr/dl (Manampiring,
2008).
17
Anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan
menderita anemia, karena anak usia sekolah berada pada masa
pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang tinggi termasuk zat
besi. Selain itu, anak usia sekolah sangat aktif bermain dan banyak
kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah yang
menyebabkan menurunnya selera makan sehingga konsumsi
makanan tidak seimbang. Kekurangan zat besi pada anak usia
sekolah akan menyebabkan anak pucat, lemah, cepat mengantuk,
kurang selera makan, menurunya daya tahan tubuh, pertumbuhan
kurang optimal, kemampuan belajar menurun dan dihubungkan
dengan Intelligence Quotient (IQ) yang rendah karena berhubungan
erat dengan tingkat konsentrasi sehingga dapat berpengaruh terhadap
kecerdasan anak sekolah dan pencapaian prestasi (Devi, 2012).
c. Gangguan Pertumbuhan
Anak usia sekolah yang berusia sekitar 7-13 tahun merupakan
masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita.
Dimana kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan
yang optimal pula. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah
diperlukan, pendidikan juga digunakan untuk perkembangan mental
yang mengacu pada skill anak (Sunarjo, 2013).
Asupan gizi diperlukan untuk memenuhi keduanya yaitu:
kebutuhan fisik dan mental anak. Fisik dan mental merupakan
sesuatu yang berbeda namun saling berkaitan. Makanan yang kaya
18
akan nutrisi sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ-
organ lain yang dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan
yang optimal, untuk itu keluarga adalah pihak pertama yang harus
memperhatikan asupan gizi anaknya (Sunarjo, 2013).
5. Penilaian Selera Makan
a. Appetite Dietary Assessment Tool (ADAT)
Metode ini dikembangkan oleh Burrowes et al (1996). Instrument
ini terdiri dari 44 pertanyaan, namun hanya pertanyaan pertama yang
sudah divalidasi. Bossola et al (2005) menggunakan instrument ini
dengan pertanyaan “Bagaimana anda menilai selera makan anda?
(how would you rate your appetite?)” dengan menyediakan pilihan
jawaban “sangat baik/ baik/ sedang/ buruk/ sangat buruk (very good/
good/ fair/ poor/ very poor)”. Namun instrument ini digunakan untuk
menilai selera makan pada orang yang sedang sakit/ pasien. Selain itu
instrument ini tidak menggambarkan tingkatan sensasi yang
membentuk selera makan, seperti dorongan untuk makan, rasa
kenyang dan rasa lapar (Zabel, 2009).
b. Visual Analog Scale (VAS)
Metode ini dikembangkan oleh Silverstone dan Stunkard (1968).
VAS umumnya digunakan pada penelitian tentang obesitas untuk
mengukur sensasi selera makan. Pertanyaan yang diajukan adalah
19
“seberapa besar anda merasa lapar? (How hungry do you feel?)”.
pengukuran ini dilakukan menggunakan pulpen dan kertas dengan
skala berupa garis lurus sepanjang 10 cm (10 mm), angka 0
menggambarkan “tidak ada rasa lapar” dan angka 10 bermakna
“sangat lapar”. Selanjutnya responden membentuk garis di atas yang
sudah disediakan dengan panjang yang mengidikasikan tingkat lapar
yang dirasakan saat itu (Zabel, 2009). Ada beberapa peneliti
mengadaptasi metode ini dengan membuat variasi dalam panjang garis
dan bentuk pertanyaan. Penilaian berlangsung setiap jam dalam atau
lebih dari satu hari. Pengukuran yang dilakukan setiap jam
menggunakan instrument ini cukup menyulitkan responden.
Pemasukan data dan pengolahan data sangat membutuhkan waktu
yang lama dan memungkinkan untuk terjadi kesalahan karena garis
diukur menggunakan penggaris dan pemasukan data dilakukan
manual ke dalam komputer (Zabel, 2009).
c. Motivation to Eat Quessionnaire (MEQ)
Anderson et al (2002) mengembangkan instrument selera makan
dengan Motivation to Eat Questionnaire (MEQ). Skor selera makan
diukur dengan cara meminta subyek mengekspresikan perasaan lapar/
kenyangnya. Caranya adalah meminta subyek memberi tanda pada
suatu garis rentang skala selera makan. Adapun pertanyaan pada
kuesioner tersebut terdiri atas tiga macam, pilihan yaitu;
20
1) Keinginan makan: Seberapa kuat keinginan anda untuk makan saat
ini?
Sangat lemah ----------------------- sangat kuat
2) Lapar: Seberapa laparkah perasaan anda saat ini?
Sama sekali tidak lapar --------------sangat lapar
3) Konsumsi prospektif: Seberapa banyak pangan dapat anda
habiskan?
Tidak ada sama sekali ----------------- banyak sekali
Rentang nilai pada kuesioner adalah dari 0 (sangat lemah, sama
sekali tidak lapar, atau tidak ada sama sekali) sampai dengan 100%
(sangat kuat, sangat lapar, atau banyak sekali). Adapun rumus
mendapatkan skor selera makan sebagai berikut:
Motivation to Eat Quessionaire (MEQ) terlebih dulu diuji
validitas dan realibilitasnya, sebelum pengukuran skor selera makan
(Siagian dkk, 2010).
d. Children’s Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ)
Wardle J (2001) membuat parameter perilaku makan pada anak
dengan Children’s Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) yang
terdapat 35 pertanyaan terbagi menjadi 8 kategori diantaranya adalah:
Skor selera makan =
Keinginan makan + lapar + konsumsi prospektif
3
21
1) Respon terhadap makanan
2) Kenikmatan saat makan
3) Emosi yang meningkatkan selera makan
4) Emosi yang menurunkan selera makan
5) Rewel saat makan
6) Makan dengan waktu yang lama
7) Sifat pilih-pilih terhadap makanan
8) Keinginan untuk minum
Setiap area penilaian terdiri dari beberapa item yang lebih
memperinci penilaian. Menurut Wardle J (2001) memperbolehkan
menilai selera makan pada anak dengan kuesioner Chlid Eating
Behavior Questionnaire (CEBQ) terdapat 17 pertanyaan yang terbagi
menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap makanan terdiri dari 5
pertanyaan, Emosi yang meningkatkan selera makan terdiri dari 4
pertanyaan, Kenikmatan saat makan terdiri dari 4 pertanyaan, dan
Emosi yang menurunkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan.
Setiap pernyataan sudah disediakan jawaban yang mencakup;
“tidak pernah”, “jarang”, “kadang-kadang”, “sering”, dan “selalu”.
Masing-masing pertanyaan akan diberi skor 0-4 sebagai berikut; skor
0 untuk jawaban ‘Tidak Pernah’, skor 1 untuk jawaban ‘Jarang’, skor
2 untuk jawaban ‘Kadang-Kadang’, skor 3 untuk jawaban ‘Sering’,
dan skor 4 untuk jawaban ‘Selalu’. Instrument ini lebih mudah untuk
22
digunakan sehingga peneliti menggunakan instrument ini untuk
mengukur selera makan pada anak.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan di Rumah
Selera makan dipengaruhi beberapa faktor, teori Sherwood (2001)
menjelaskan bahwa faktor metabolik (hormon). Sudjatmoko (2011)
menjelaskan bahwa faktor farmakologik (obat-obatan) dapat mempengaruhi
selera makan. Graha (2008) mengatakan bahwa variasi makan, makan
bersama keluarga dan Irianto (2007) mengatakan bahwa mengonsumsi
jajanan dapat mempengaruhi selera makan. Yu, et al (1997) mengatakan
bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan juga salah satu faktornya.
Adapun penjelasan dari beberapa faktor tersebut sebagai berikut;
1. Faktor Metabolik: Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani: “horman” yang
menggerakkan atau pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar
kelompok sel. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar
endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain
dalam tubuh. Pengaturan selera makan dipengaruhi aktivitas berbagai
hormon.
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam
pengaturan perilaku makan dan selera makan. Kerusakan daerah
ventrolateral hipotalamus akan mengakibatkan selera makan yang
meningkat, sedangkan lesi pada daerah lateral hipotalamus akan
23
menyebabkan selera makan yang rendah. Mekanisme kontrol umpan
balik selera makan (Guyton dan Hall, 2006) dijelaskan pada gambar
berikut;
Gambar 2.1Mekanisme Kontrol Umpan Balik Selera Makan
Sumber; Guyton dan Hall (2006)
Keterangan:
(-) Menekan selera makan
(+) Merangsang selera makan
24
Adapun sinyal yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah
sebagai berikut ini;
a. Kadar Leptin
Friendman (1994) seorang professor di Universitas New York
menemukan bahwa hormon leptin yang disintesis oleh sel-sel lipid
merupakan penghantar signal pada otak untuk kontrol makan. Pada
bagian medial hipotalamus, leptin mengaktifkan sel saraf anorectic
yang akan melepaskan neuropeptide menekan selera makan. Pada
saat yang sama, leptin akan menghambat kelompok sel saraf lainya
yang sensitif terhadap leptin yaitu orexigenic yang akan melepaskan
neuropeptide kemudian mengatur selera makan (Sari, 2007).
Reseptor leptin dijumpai dalam jumlah yang banyak di
hipotalamus ventromedial yang merupakan pusat kenyang.
Keberadaan leptin menyebabkan penekanan keinginan untuk makan
melalui jalur inhibisi terhadap Neuropeptida Y (NPY) dan stimulasi
terhadap proopiomelanocortin (POMC) dan Cocaine-and
amphetamine-regulated transcript (CART) di nucleus arkuatus
hipotalamus (Meiutia, 2005).
Adapun mekanisme umpan balik antara leptin dan NPY,
menurunkan simpanan lemak akan menyebabkan penurunan kadar
leptin dalam seirkulasi dapat dilihat pada bagan sebagai berikut ini;
25
Bagan 2.1 Mekanisme Umpan Balik antara Leptin dan NPYSumber; Kokot at al (1999) dalam Meutia (2005)
b. Kadar Ghrelin
Ghrelin adalah peptida dengan 28 asam amino yang
merupakan peptida alami dengan memiliki satu ester n-octanoyl
pada residu serine-3. Ghrelin merupakan peptida neuroenterik
pertama yang bekerja sebagai molekul pembawa sinyal lapar dari
perifer. Ghrilin merangsang selera makan melalui pusat makan di
hipotalamus. Cowley dkk (2003) menemukan bahwa terdapat
sumber ghrelin di hipotalamus memberikan kontribusi dalam
pengaturan selera makan. Sedangkan Hewson dan Dickson (2000)
mengatakan bahwa pengaruh ghrelin dalam meningkatkan selera
makan berkaitan dengan Neuropeptida Y (NPY) dan Agouti related
peptide (AgRP), yang diketahui sebagai peptide oreksigenik yang
bekerja di hipotalamus. Ghrelin akan menyebabkan peningkatan
26
ekspresi mRNA untuk NPY dan AgRP. Dalam kerjanya, ghrelin
mengimbangi pengaruh leptin terhadap Neuropeptida Y (NPY)/
Agouti related peptide (AgRP). Kemudian Date (2002)
memperlihatkan bahwa untuk menyampaikan sinyal ke otak, ghrelin
memerlukan peran dari saraf eferen n. vagus yang berasal dari
lambung (Meuitia, 2005).
c. Sekresi Kolesistokinin (CCK)
Bear dkk (2001) mengungkapkan bahwa kolesistokinin (CCK)
merupakan salah satu hormon gastrointestinal yang disekresikan dari
mukosa duodenum pada saat pencernaan makanan, terutama karena
adanya lemak. Kolesistokinin sebagai sinyal kenyang disampaikan
ke nucleus traktus solitaries melalui saraf eferen n.vagus.
perangsangan oleh CCK terhadap n.vagus menyebabkan peningkatan
discharge n.vagus, yang kemudian ditrasduksikan sebagai sinyal
kenyang di nukleus traktus solitarius (NTS). CCK juga diketahui
menyebabkan meningkatnya pelepasan serotonin (5-HT) di
hipotalamus yang memiliki efek menginhibisi asupan makan
(Meuitia, 2005).
Nucleus arkuatus hipotalamus menerima sinyal leptin dan
insulin yang mempengaruhi neuro NPY/AgRP dan neuron
POMC/CART. a-MSH dari POMC mengaktifkan reseptor MC4R di
neuron orde kedua, yang dapat menimbulkan efek peningkatan selera
27
makan melalui pengaturan oleh pusat yang lebih tinggi yang
dijelaskan pada gambar sebagai berikut ini;
Gambar 2.2Sekresi Kolesistokinin (CCK)
Sumber; Spiegelman et al (2001) dalam Meutia (2005)
d. Sekresi Hormon Insulin dan Pemakaian Glukosa
Insulin adalah suatu hormon yang dilepaskan dari pancreas
yang mengatur homeostasis glukosa melalui kemampuan untuk
menstimulasi asupan glukosa, sintesis glukosa dan jalur lain untuk
penyimpanan energi di jaringan perifer. Insulin juga menjadi
28
indikator perifer untuk status energi dan berikatan dengan reseptor
pada nuleus arkuata di hipotalamus (Schwartz, 2006).
Teori glukostatik yang dijelaskan oleh Bear dkk (2001)
menyatakan bahwa rasa kenyang timbul oleh peningkatan
penggunaan glukosa yang terjadi selama makan. Pada saat lebih
banyak glukosa yang tersedia ketika zat tersebut sedang diserap dari
saluran pencernaan, maka timbul rasa kenyang. Sebalinya, setelah
penyerapan makan selesai, terjadi penurunan penggunaan glukosa
oleh sel yang membangkitkan rasa lapar. Kemudian kadar insulin
menyebabkan inhibisi terhadap neuron Neuropeptida Y (NPY)/
Agouti related peptide (AgRP) dan menstimulasi neuron
proopiomelanocortin (POMC). Kemudian adanya insulin akan
menyebabkan penyimpanan glukosa dan menurunkan kadar glukosa
darah. Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan aktivasi neuron
Neuropeptida Y (NPY) di nucleus arkuatus dan menyebabkan
keinginan untuk makan (Meutia, 2005).
e. Sekresi NeuropeptidaY (NPY)
Nuropeptida Y adalah peptide yang mengandung 36 asam
amino, dan kaya akan residu tirosin. Termasuk keluarga polipeptida
pankreas, yang homolog dengan pancreatic polypeptide (PP) dan
peptide YY. Neuropeptida Y berperan dalam pengaturan perilaku
makan dengan meningkatkan selera makan. Pengaturan ini melalui
29
mekanisme pengaturan jangka panjang yang melibatkan hormon
leptin. Dan pengaturan jangka pendek melibatkan hormon insulin.
Neuropeptida (NPY) menyebabkan peningkatan selera makan
dengan cara mengaktifkan neuron melanin-concentrating hormone
(MCH) dan orexin yang berada dipusat makan (area hipotalamus
lateral). Akson dari melanin-concentrating hormone (MCH) dan
orexin berproyeksi ke korteks mempengaruhi motivasi dan perilaku
yaitu peningkatan selera makan (Meutia, 2005).
f. Hormon Pertumbuhan/ Human Growth Hormone (HGH)
Hormon pertumbuhan atau Human Growth Hormone (HGH)
adalah hormon protein yang terdiri dari 191 Asam amino yang
disintesa oleh sel-sel biasa disebut somatotrof di dalam anterior,
yaitu kelenjar pituitary. HGH terus dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary sejak kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup
memerlukan untuk pertumbuhan tubuh khususnya ketika masih
anak-anak, membantu dalam pertumbuhan tulang sampai usia 25
tahun, memelihara kesehatan serta jaringan dan organ vital tubuh
(jantung, hati, pankreas, limpa dan ginjal), mengaktifkan fungsi
detoksifikasi (pembuangan racun dalam tubuh) dan lain sebagainya.
Fungsi hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap
pertumbuhan. Kekurangan hormon ini menyebabkan kekerdilan
(dwarfisme), sedang kelebihan hormon ini menyebabkan
30
gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa. Beberapa
hormon lain juga dalam berperan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan normal yaitu hormon tiroid, insulin, androgen, dan
estrogen. Sedangkan mekanisme kerja hormon pertumbuhan yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitary dengan mengalir melalui pembuluh
darah menuju ke organ hati. Di dalam hati, HGH dirubah menjadi
IGF 1 (insulinlike Growth Factor 1). Melalui peredaran darah pula
IGF 1 dialirkan keseluruh organ-organ. IGF 1 inilah yang
bertanggung jawab untuk memelihara seluruh organ-organ di dalam
tubuh manusia.
Sekresi hormon pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh
hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan faktor pengelepas hormon
pertumbuhan yang disebut Growth Hormon Releasing Factor
(GHRF) yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu
dalam hipotalamus juga dijumpai somatostatin Growth Hormon
Releasing Inhibitory Hormone (GH-RIH) yang menghambat sekresi.
Demikian hipotalamus memegang peran dua fungsi dalam
pengaturan hormon ini. Pada waktu istirahat sebelum makan pagi
kadar hormon pertumbuhan 1-2 ng/mL, sedangkan pada keadaan
puasa sampai 60 jam, meningkat perlahan mencapai 8 ng/mL. Kadar
ini selalu meningkat setelah seseorang tertidur lelap. Pada orang
dewasa kadar hormon pertumbuhan meningkat terutama pada waktu
tidur. Sedangkan saat puasa akan terjadi peningkatan sekresi HGH,
31
kondisi puasa akan merangsang pembentukan HGH untuk
meningkatkan pemecahan cadangan lemak (proses ini disebut
lipolisis). Lipolisis akan menghasilkan asam lemak bebas dan
gliserol, yang kemudian akan dimetabolisme untuk menghasilkan
energi.
Sebagian besar energi yang disimpan dalam tubuh terdiri atas
lemak dan jumlahnya dapat bervariasi pada berbagai individu.
Hipotalamus merasakan adanya proses penyimpanan energi melalui
kerja leptin (hormon peptide yang dilepaskan dari sel-sel lemak
(adiposit). Bila jumlah jaringan lemak meningkat, adiposit akan
melepaskan leptin lebih banyak lagi ke dalam darah yang kemudian
bersirkulasi ke otak dan menempati reseptor leptin di hipotalamus
(nucleus arkuata dan paraventrikuler), sedangkan ghrelin dilepaskan
terutama oleh sel oksintik lambung dan usus. Kadar dalam darah
meningkat selama puasa, sesaat sebelum makan dan menurun drastis
setelah makan, yang mengisyaratkan hormon ini berperan untuk
merangsang perilaku makan (Guyton dan Hall, 2007). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartman, et al (2013)
menegaskan bahwa adanya peningkatan hormon pertumbuhan
(HGH) sebesar 500% setelah 24 jam puasa.
32
g. Hormon Estrogen dan Progesteron
Hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium, estrogen berguna
untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita
yaitu; pembentukan payudara, bentuk tubuh, rambut kemaluan dan
berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan
vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma. Sedangkan hormon
progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat
menerima implantasi zygot.
Kedua hormon tersebut dimiliki oleh wanita, hormon estrogen
dalam kadar tinggi terdapat dalam darah perempuan, dan dapat
membantu penguraian timbunan lemak. Selain itu, estrogen juga
meningkatkan metabolisme, menjaga mood dan juga mendongkrak
libido. Kadar estrogen akan menurun ketika perempuan mulai
mendekati masa menopause (Judarwanto, 2014).
Anak perempuan cenderung mengalami kenaikan berat badan
setelah masa pubertas, hal tersebut terjadi akibat hormon seks.
Selama pubertas tingkat hormon estrogen dan progesteron
berfluktuasi secara ekstensif. Melalui mekanisme sentral, serta efek
perifer pada jaringan adiposa, hormon seks (progesterone dan
estrogen) juga memainkan peran penting dalam mengatur selera
makan dan metabolisme energi dengan memproduksi kolesistokinin
(CCK), GLP-1, glucagon-like peptide-1; PYY, peptida YY dan
33
ghrilin. Kemudian hormon progesteron merangsang pusat
pengendali selera makan di hipotalamus dan menekan hormon leptin
sehingga menimbulkan selera makan (Lindén, 2011).
h. Hormon Testosteron
Testosteron merupakan senyawa maskulinisasi yang dihasilkan
oleh testis. Fungsi testosteron antara lain adalah mengatur
perkembangan ciri seks sekunder pria seperti; pertumbuhan kumis,
tumbuh rambut didaerah vital dan terjadi perubahan suara,
mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan
proses spermiogenesis, merangsang kelenjar prostat untuk
mensekresi asam sitrat, merangsang vesika seminalis untuk
mensekresi cairan vesika seminalis, meningkatkan rangsangan seks
pria. Hormon testoteron merupakan salah satu hormone yang dapat
mempengaruhi selera makan (Jurdawanto, 2014).
Fungsinya adalah menjaga kekuatan otot dengan meningkatkan
metabolisme dalam membakar lemak. Menurut Luukkaa et al
(1998) bahwa hormon testoteron mempengaruhi dua hormon selera
makan yaitu hormon gherlin dan leptin. Kerja hormon leptin
sebanding dengan lemak tubuh, ketika berat badan berlebih atau
obesitas maka hormon leptin tinggi dan menyebabkan selera makan
rendah. Sedangkan hormon ghrelin berbanding terbalik dengan
34
lemak tubuh, ketika hormon testoteron tinggi maka kadar ghrelin
juga tinggi sehingga meningkatkan selera makan (Myer, 2009).
2. Faktor Farmakologik: Obat-Obatan
Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam terapi
penyembuhan, menurunkan gejala atau mencegah penyakit (Perry dan
Potter, 2005). Selera makan juga dapat berkurang karena efek dari obat-
obatan medis yang sedang dikonsumsi seseorang. Efek samping obat
atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi selera makan.
Obat-obatan penekan selera makan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan tidak seimbang
nutrisinya (Mahan, 2002).
Megesrol, glukokortikoid, dan siproheptadin adalah obat-obat yang
dapat meningkatkan selera makan anak. Sedangkan amfetamin memiliki
efek sebaliknya (Sudjatmoko, 2011).Kegemukan dan obesitas menjadi
masalah yang dapat mengganggu kesehatan karena menyebabkan
beberapa penyakit yang akan tejadi. Selain itu, seseorang akan merasa
terganggu karena keadaan tubuhnya yang tidak ideal. Dengan demikian
ada beberapa orang mengkonsumsi obat-obat anti obesitas untuk
menurunkan berat badan. Adapun yang tergolong obat anti obesitas
diantaranya adalah; Amphetamine, fenfluramin, deksfenfluramin,
sibutramin, rimonabant, hoodia, hidroksisitrat, efedrin, kafein, tiroksin
dan dietilpropion. Obat-obat tersebut memiliki mekanisme yang berbeda-
35
beda dalam menekan selera makan, menghambat penyerapan lemak dan
meningkatkan pengeluaran energi dengan bertindak pada pusat kenyang
di hipotalamus untuk menekan selera makan. Kemudian memiliki efek
metabolik yang melibatkan metabolisme lemak dan karbohidrat yang
berakibat menurunkan berat badan (Guyton dan Hall, 2007).
Obat amfetamin mempengaruhi pusat makan di hipotalamus
lateral. Selain itu, obat ini bekerja menghambat absorbsi lemak melalui
penghambatan enzim lipase pankreas, sehingga meningkatkan ekskresi
lemak lewat feses. Kemudian obat dietilpropion bekerja dengan
merangsang pelepasan nerepinefrin dari saraf prasinaptik sehingga terjadi
peningkatan kosentrasi neurotransmitter andrergik yang mengaktifkan
hipotalamus. Pengaktifan hipotalamus mengakibatkan penurunan selera
makan dan asupan makanan (Guyton dan Hall, 2007).
Dietilpropion merangsang pelepasan norepinefrin dan dopamin
dari situs penyimpanan diterminal saraf dipusat makan hipotalamus
lateral, sehingga menghasilkan efek penurunan selera makan.
Diethilpropion bekerja dipusat berpikir yang bertindak terutama melalui
jalur katekolamin di otak (Khairuddin et al, 2012).
Dietilpropion HCl yang merupakan derivat amfetamin yang
menstimulasi neuron untuk melepaskan sejumlah kelompok partikel
neurotransmiter yang tinggi, dikenal sebagai katekolamin (termasuk
dopamine dan norefenefrin), kadar yang tinggi dari katekolamin ini akan
memberikan sinyal untuk menekan lapar dan selera makan. Selain itu,
36
bisa secara tidak langsung memberikan pengaruh pada kadar leptin di
otak. Secara teori, dietilpropion HCl bisa meningkatkan kadar leptin
yang memberikan sinyal kenyang, serta meningkatkan kadar
katekolamin yang ikut bertanggung jawab untuk menghentikan aksi
neurotransmiter lain yaitu NPY yang memiliki efek untuk memulai
makan, mengurangi pengeluaran energi, dan meningkatan penimbunan
lemak (Khairuddin et al, 2012).
3. Variasi Makan di Rumah
Variasi makanan adalah susunan golongan bahan makanan yang
terdapat dalam satu hidangan yang berbeda pada tiap kali penyajian
(Graha, 2008). Kemudian Moehyi (2007) mendefinisikan variasi makan
yaitu variasi dalam menggunakan bahan makanan, resep makanan, dan
variasi makanan dalam suatu hidangan. Variasi makan akan merangsang
selera makan, sehingga makanan yang disajikan akan dapat dihabiskan.
Satu jenis makanan yang dihidangkan berkali-kali dalam waktu yang
singkat akan membosankan. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang diantaranya adalah:
Membiasakan makan-makanan yang beranekaragam atau bervariasi,
kebersihan, aktivitas fisik, dan memantau berat badan ideal.
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) terdiri atas beberapa potongan
tumpeng; satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil,
dan dipuncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan Tumpeng
37
Gizi Seimbang (TGS) menunjukkan porsi makanan yang harus
dikonsumsi setiap orang per hari. Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang
terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih
merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk
hidup sehat dan aktif. Adapun gambar Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
dapat dilihat sebagai berikut;
Gambar 2.3Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
Sumber; Kurniasih et al (2010)
Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8
gelas). Setelah itu, yang merupakan golongan makanan pokok (sumber
karbohidrat) dianjurkan dikonsumsi 3-8 porsi. Kemudian diatasnya lagi
terdapat golongan sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral.
Ukuran potongan sayur dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) sengaja
dibuat lebih besar dari buah yang terletak disebelahnya. Dengan begitu,
38
jumlah sayur yang harus dikonsumsi setiap hari sedikit lebih besar (3-5
porsi) dari pada buah (2-3 porsi). Selanjutnya, dilapisan ketiga dari
bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan, susu dan produk
susu (yogurt, mentega, keju, dan lain-lain) dipotongan kanan, sedangkan
dipotongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu,
tempe, dan oncom. Terakhir dan menempati puncak Tumpeng Gizi
Seimbang (TGS) makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah
minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada
bagian bawah tumpeng terdapat prinsip gizi seimbang lain, yaitu pola
hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat
badan.
Membiasakan makan-makanan yang bervariasi adalah prinsip
pertama dari gizi seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia
membutuhkan makanan yang beranekaragam atau bervariasi, karena
tidak ada satu makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, kecuali Asi Susu Ibu (ASI). Semaking bervariasi
makanan yang dihidangkan maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan
akan berbagai zat gizi (Kurniasih et al, 2010).
Variasi makanan dalam hidangan sehari-hari untuk dikonsumsi,
yang idealnya adalah jika setiap kali makan hidangan tersebut terdiri dari
4 kelompok makanan yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah
(Depkes, 2003). Kemudian, menurut Moehyi (2007) susunan menu
yang di anggap lazim disemua daerah di Indonesia yang terdiri dari;
39
a. Hidangan makanan pokok yang umumnya di Indonesia terdiri dari
nasi, roti, dan jagung. Disebut makanan pokok karena dari makanan
inilah tubuh memperoleh sebagian zat gizi yang diperlukan tubuh.
b. Hidangan lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan
hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani
yang digunakan dapat berupa daging sapi, ayam, ikan atau berbagai
jenis hasil laut lainnya. Lauk pauk biasanya berupa lauk pauk yang
berasal dari kacang-kacangan atau hasil olahannya seperti tempe dan
tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan cara, seperti masakan
berkuah, masakan tanpa kuah, dibakar, dipanggang, digoreng atau
jenis makanan lainnya.
c. Hidangan berupa sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan
yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah
ditelan. Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam masakan
yang biasanya terdiri dari gabungan masakan berkuah dan tidak
berkuah.
d. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, baik dalam bentuk buah-
buahan segar atau buah-buahan yang diolah seperti setup atau sari
buah.
Untuk meningkatkan selera dan semangat makan pada anak-anak,
sebaiknya juga setiap hari di rumah terdapat variasi makananan yang
dihidangkan, agar anak tidak bosan dalam mengkonsumsi makanan
kesukaannya. Dengan adanya variasi makanan yang disiapkan oleh orang
40
tua di rumah, maka akan menggugah selera makan anak. Hal ini sejalan
dengan penelitian Wansink, bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan
anak lebih memiliki variasi makan, warna dan pilihan bentuknya
(Judarwanto, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Laikang
Sudiang Makassar bahwa variasi makan anak mempunyai pengaruh yang
bermakna dengan selera makan anak umur 11-12 tahun (Handayani,
2014). Kemudian menurut Kumalasari (2012) penyajian jenis makanan
yang salah dapat mempengaruhi selera makan anak, bisa terjadi
kebosanan karena makanan yang monoton dari bahan makanan atau cara
mengelola bahan makanan. Dengan mengkonsumsi makan yang
bervariasi diharapkan anak akan mendapatkan asupan zat gizi yang
cukup dan sesuai dengan kebutuhannya.
4. Frekuensi Mengomsumsi Jajanan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jajanan berarti
kudapan atau pangan yang disajikan. Menurut Food and Agriculture
Organization (FAO) makanan jajanan adalah makanan dan minuman
yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan, dan di
tempat-tempat ramai umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi
tampa adanya persiapan atau pengolahan lebih lanjut (Hidayati, 2006).
Frekuensi konsumsi makanan jajanan adalah banaknya tindakan atau
41
perbuatan mengenai sering tidaknya mengonsumsi makanan jajanan yang
dihitung per minggu (Yuliastuti, 2011).
a. Jenis Jajanan
Beberapa teori menggolongkan makanan jajan sebagai berikut;
Widia Karya Nasional dan Gizi menggolongkan jenis makanan
jajann menjadi tiga jenis yaitu;1) Makanan jajanan yang berbentuk
pangan seperti; kue kecil-kecil, pisang goreng, cilok, bakwan, dan
lain-lainya. 2) Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama)
seperti; pecel, mie, bakso, mie ayam, nasi goreng, soto dan
sebagainya. 3) Makanan jajanan yang berbentuk minuman seperti; es
krim, es campur, jus buah, cendol dan sebagainya (Nuraini, 2006).
Sedangkan Winarno (2006) mengelompokkan makanan jajanan
menjadi 4 jenis, yaitu; 1) Makanan berat (meals) misalnya; bakso,
bakmi, bubur ayam, lontong, pecel, dan sejenisnya. 2) Cemilan
(snacks) misalnya; kacang asin, kacang atom, kerupuk, biscuit,
wafer, dan sejenisnya. 3) Makanan semi basah (intermediate
moisture food) misalnya; pisang goreng, bakwan, lemper, lontong,
dan sejenisnya. 4) Minuman (drink) misalnya; cendol dan es sirup
(Nuraini, 2006).
b. Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan
Kelebihan makanan jajanan yaitu;1) Memenuhi kebutuhan
energi karena aktivitas fisik anak sekolah meningkat. 2) Pengenalan
42
berbagai jenis makanan jajanan dari beberapa daerah akan
memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman makanan setiap
daerah berbeda-beda. 3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada
teman-temanya di sekolah. Sedangkan kekurangan dari makanan
jajanan adalah bahaya bagi kesehatan. Makanan jajanan masih
berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak
higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh
mikroba beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan
(BTP) yang tidak diizinkan. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas
Obat dan Makanan (B-POM) (Sumarlin, 2010).
Menurut Irianto, DP (2007) terlalu sering dan menjadikan
mengonsumsi makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat
negatif, antara lain adalah;
1) Selera makan menurun
2) Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai
penyakit
3) Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak
4) Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jariangan belum tentu
terjamin
5) Pemborosan
6) Menyebabkan gangguan pada kesehatan
Pada dasarnya anak belum bisa memilih makanan jajanan yang
baik dan sehat, karena mereka hanya mengutamakan rasa enak dan
43
tertarik pada kemasannya. Berdasarkan hasil uji Badan POM
terhadap berbagai makanan jajanan anak di sekolah dasar
menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan, sebanyak 344 jenis
makanan jajan (39,95%) tidak memenuhi syarat keamanan pangan.
Kemudian es sirup atau es buah (48,19%) dan minuman ringan
(62,50%) mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri
pathogen. Saus dan sambal (61,54%) dan kerupuk (56,25%) juga
tidak memenuhi syarat. Sedangkan yang mengandung pewarna yang
dilarang seperti; rhodamin B, methanol yellow dan amaranth sebesar
10,45% (Nuraini, 2006).
Pada bulan November tahun 2005 Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (B-POM) menguji jajanan pada 195 sekolah dasar di 18
provinsi salah satunya adalah Jakarta. Hasil sampel yang diuji
ditemukan pada es sirup, es cendol, minuman ringan, kue, makanan
gorengan, kerupuk dan saos mengandung zat yang berbahaya yaitu
rhodamin B (Habibi, dkk. 2012). Sementara tahun 2007 Badan POM
beserta 26 Balai POM seluruh propinsi melakukan survey lagi. Hasil
yang diperoleh bahwa dari 2000 makanan yang disurvey di
lingkungan sekolah 45% mengandung formalin, boraks dan pewarna
testil pada jenis makanan jeli, sirup, kerupuk dan makanan ringan
(Sumarlin, 2010).
Selain jajanan berbahaya karena mengandung beberapa zat
makanan tambahan, kebiasaan jajan juga dapat menurunkan selera
44
makan karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan jajanan.
Anak akan menjadi sulit makan-makanan yang sehat yang
disediakan di rumah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan pada anak Sekolah Dasar Inpres Laikang Sudiang
Makassar bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
makan jajan dengan selera makan anak pada usia 11-12 tahun. Anak-
anak lebih memilih makan jajan yang siap saji serta disajikan dan
dijual oleh pedagang-pedagang di pinggir jalan, dengan alasan
karena tertarik dengan rasa, warna, dan bentuk serta kemasan
bungkusanya yang unik dan harga yang dapat dijangkau oleh anak
usia sekolah (Handayani, 2014).
Hasil penelitian Lestari (2011) dalam Handayani, (2014)
menyatakan bahwa kebiasaan jajan yang dilakukan pada anak
ternyata mempengaruhi selera makan anak, karena anak lebih
memilih-milih makanan yang disukainya, untuk itu tidak sedikit
anak yang sering jajan memiliki selera makan yang rendah.
5. Makan Bersama Keluarga
Keluarga adalah kumpulan beberapa orang karena terikat oleh satu
turunan, tingkah laku, mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan
yang hakiki, esensial dan berkehendak bersama-sama memperteguh
gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian keluarga adalah
45
kelompok sosial terkecil yang terdiri dari beberapa orang yang
mempunyai ikatan darah, perkawinan, dan adopsi secara bersama-sama
memperteguh gabungan untuk memuliakan anggota-anggotanya
(Khomsan, 2010).
Makan bersama keluarga memang diketahui dapat membangun pola
makan yang baik. Namun, tradisi makan bersama anggota keluarga saat
ini sudah semakin jarang dilakukan karena berbagai alasan, salah satunya
karena terbatasnya waktu berkumpul. Padahal, banyak hal positif yang
bisa didapat dengan meluangkan waktu makan bersama keluarga.
Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola
kebiasaan makan anak. Hal ini dapat meningkatkan selera makan dan
membuat anak menyukai makanan yang disajikan di rumah (Khomsan,
2010).
Makan bersama keluarga berhubungan dengan asupan makanan yang
bergizi dan sehat bagi keluarga. Pada penelitian Gillman menemukan
bahwa makan malam bersama keluarga membuat banyak mengonsumsi
buah dan sayur, sedikit makanan yang berminyak dan soda, sedikit
makan yang berlemak, rendah gula, dan banyak serat. Penelitian
Neumark-Sztainer (2004) juga menemukan hubungan positif antara
frekuensi makan keluarga dengan asupan buah, sayuran, makanan tinggi
kalsium, dan hubungan negatif dengan konsumsi soft drink. Pada era
kemajuan seperti saat ini, orang tua memang telah menjadi orang yang
sibuk karena urusan pekerjaan di luar rumah. Oleh karena itu kebiasaan
46
makan bersama dalam suatu keluarga akhirnya jarang dilakukan karena
tidak ada waktu luang untuk berkumpul, apalagi makan bersama dalam
satu meja makan (Khomsan, 2010).
Menurut Graha (2008) peran keluarga sangat penting bagi anak
sekolah, bahkan pada pemilihan bahan makanan. Makan bersama
keluarga dengan suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan
yang akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di
rumah, makanan sehat, bergizi, bermanfaat bagi pertumbuhannya dan
bebas dari kandungan makanan yang berbahaya. Pada dasarnya anak-
anak mempunyai rasa bosan yang sangat cepat. Hal ini juga dapat terjadi
pada selera makan. Apabila rasa bosan ini telah muncul, maka orang tua
harus lebih pintar dalam mencari cara menjaga selera makan pada anak
agar anak-anak tetap tumbuh dengan baik dan asupan gizi yang terpenuhi
(Judarwanto, 2010).
6. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Menurut Mason (1994) suplemen merupakan suatu produk yang
berisi zat gizi dan lainnya yang diyakini konsumen bahwa produk
tersebut mempunyai efek yang menguntungkan bagi kesehatan mereka.
Firna (2009) mengungkapkan bahwa suplemen makanan adalah makanan
yang mengandung zat-zat gizi dan non gizi, bisa dalam bentuk kapsul,
kapsul lunak, tablet bubuk atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap
47
kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh
tetap prima.
Sedangkan, suplemen penambah selera makan adalah suplernen
yang berfungsi untuk meningkatkan metabolisme, menekan atau
menghambat asam lambung dan merangsang sekresi makanan sehingga
meningkatkan selera makan. Pada umumnya suplemen penambah selera
makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin
(Handayani, 2002).
Zink umumnya ada di dalam otak, dimana mengikat protein. Zink
membantu mengaktivasi area otak yang menerima dan memproses
informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk
menstimulasi selera makan. Selain karena aktivasi area otak dari reseptor
bau dan perasa, kadar zink dalam plasma juga diketahui mempengaruhi
selera makan dan sensasi rasa makanan. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian Xuan, N.X. et al (1996) di Vietnam yang menyatakan bahwa
efek pemberian suplementasi zink kemungkinan meningkatkan selera
makan pada anak. Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Pintautami
(2011) bahwa dengan memberikan sumplemen zink selama 14 hari dapat
meningkat selera makan pada anak sekolah dasar.
Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari
tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng
(Curcuma aerogenoceae Roxb). Ada beberapa penelitian yang
membuktikan bahwa curcumin dapat menambah selera makan. Rimpang
48
temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga
meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri memiliki sifat
koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat
pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang
kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi
peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988).
Rimpang dengan rasanya yang pahit, tajam, dan sifatnya dingin ini
berkhasiat sebagai penambah selera makan, karena banyak mengandung
curcumin yang bekerja dengan cara merangsang enzimatis menyebabkan
relaksasi usus pada saluran pencernaan serta absorbsi bahan makanan
dengan cara meningkatkan kerja lambung sehingga perut terasa kosong
dan selanjutnya akan mengirim sinyal ke otak dan pada akhirnya akan
menimbulkan keinginan untuk makan atau selera makan. Kemudian zat
pahit (carpaine atau alkaloida pahit) yang dapat merangsang lambung
anak agar berfungsi dengan baik sehingga akan timbul selera makannya
(Handayani, 2002).
Hal ini dibuktikan dengan penelitian Ni’amah (2010) yang
melakukan ekperimen ekstrak temu ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb)
sedangkan penelitian Awalin (1996) menggunakan temu lawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang keduanya menggunakan tikus putis
sebagai hewan uji. Hasil penelitianya adalah adanya peningkatan selera
makan dan bertambahnya berat badan pada tikus setelah diberi ekstrak
temu ireng maupun temulawak.
49
Pada dasarnya suplemen tidak dianjurkan untuk anak-anak dalam
masa pertumbuhan. Karena mereka cukup memperoleh zat-zat gizi
melalui makanan sehari-hari. Bila harus mengkonsumsi suplemen, maka
dosis harus diperhatikan. Hal ini yang sering diabaikan oleh orang tua
semata-mata karena ingin meningkatkan selera makan anak. Padahal
suplemen berguna untuk melengkapi kekurangan zat gizi untuk menjaga
vitalitas bagi anak, yang dianjurkan bagi anak untuk menghindari risiko
gangguan pertumbuhan, anak dalam kondisi sakit atau sedang dalam
masa pemulihan. Ketika anak sedang sakit maka anak cenderung tidak
selera makan yang mengakibatkan asupan gizinya berkurang sedangkan
tubuhnya memerlukan lebih banyak zat gizi dari biasanya. Selain itu,
anak yang baru sembuh dari sakit juga perlu diberi suplemen. Namun
bila kondisi kesehatan anak semakin membaik, pemberian suplemen
sebaiknya dikurangi dan dihentikan (Ali, 2008).
Pada kenyataan, banyak orang tua (terutarna ibu) sering mengalami
kesulitan dalam memberi makan pada anak-anak sesuai dengan
seleranya. Hal ini membuat para ibu gelisah, apalagi biasanya anak yang
tidak selera makan terlihat lemah dan kurus. Hal ini mendorong para ibu
untuk memberikan suplemen penambah selera makan kepada anak tampa
berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi dan petugas
kesehatan (Firna, 2009).
Hasil penelitian Leiliana (2008) mengungkapkan bahwa sebanyak
10,3% ibu memberikan suplemen makanan pada anak dengan alasan
50
menambah selera makan anaknya dan penelitian Firna (2009) yang
dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro sebanyak 70,4%
ibu memberikan suplemen kepada anaknya dan 32,6% dengan alasan
untuk menambah selera makan.
Yu, et al (1997) hasil penelitianya menunjukkan hasil bahwa selera
makan yang buruk mempunyai hubungan yang bermakna dengan
konsumsi suplemen. Dan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Tileng I
yang terletak di Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunung Kidul bahwa
anak yang diberi suplementasi zink selama 14 hari meningkat selera
makannya dari sebelum diberi suplemen zink (Pintautami, 2011).
51
C. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor-faktor
yang mempengaruhi selera makan di rumah diantaranya adalah; Sherwood
(2001) mengatakan faktor metabolik (hormon) dan Sudjatmoko (2011)
mengatakan faktor farmakologik (obat-obatan). Graha (2008) mengatakan
variasi makan, dan makan bersama keluarga. Irianto (2007) mengatakan
frekuensi mengonsumsi jajanan dan Yu, et al (1997) mengatakan bahwa
konsumsi suplemen penambah selera makan. Sehingga penggabungan
teori tersebut dibuat kerangka teori sebagai berikut:
Bagan 2.2 Kerangka TeoriSumber; Adaptasi Sherwood (2001), Sudjatmoko (2011),
Graha (2008), Irianto (2007), dan Yu, et al (1997)
Faktor Metabolik:Hormon
Frekuensi MengonsumsiJajanan
Makan BersamaKeluarga
Variasi Makan
Konsumsi SuplemenPenambah Selera Makan
Selera Makan
Faktor Farmakologik:Obat-obtan
52
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini yang diteliti adalah; selera makan di rumah
sebagai faktor dependen, sedangkan faktor independen adalah;
frekuensi mengonsumsi jajanan, makan bersama keluarga, dan
konsumsi suplemen penambah selera makan, karena beberapa faktor
tersebut dapat mempengaruhi selera makan. Adapun kerangka konsep
penelitian dapat di lihat pada bagan 3.1 dibawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Selera Makan
di Rumah
Konsumsi Suplemen PenambahSelera Makan
Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
Makan Bersama Keluarga
53
Beberapa variabel tersebut diteliti karena:
1. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
Semakin sering mengonsumsi jajanan juga dapat
menurunkan selera makan karena perut anak selalu kenyang
dengan cemilan jajanan. Sehingga pada waktu makan anak sudah
merasa kenyang yang dapat menyebabkan anak tidak selera makan
makanan yang disajikan di rumah.
2. Makan bersama Keluarga
Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh
pada pola kebiasaan makan anak. Makan bersama keluarga dengan
suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan yang
akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di
rumah.
3. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Suplemen penambah selera makan pada umumnya memilki
kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin. Zink
membantu mengaktivasi area otak (hipotalamus) yang menerima
dan memproses informasi yang berasal dari reseptor bau dan
perasa, hal ini penting untuk menstimulasi selera makan.
Sedangkan curcumin terdapat minyak atsiri memiliki sifat
koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga
mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi
54
lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon
yang meregulasi peningkatan selera makan.
Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah sebagai berikut:
1. Faktor Metabolik (Hormon)
Faktor metabolik (hormon) tidak dilakukan pengukuran
karena tidak mendapatkan izin dari kepala sekolah melakukan uji
pengaruh hormon dengan pengambilan darah untuk melihat
perubahan selera makan pada anak.
2. Faktor Farmakologik (Obat-obatan)
Faktor farmakologik (obat-obatan) tidak diteliti karena pada
anak usia sekolah dasar belum memiliki kebiasaan mengkonsumsi
obat-obatan anti obesitas. Sehingga tidak ditemukan masalah pada
faktor tersebut dan jawaban responden pada faktor ini dianggap
homogen.
4. Variasi Makan
Faktor variasi makan tidak diteliti karena kuesioner yang
digunakan tidak valid dan banyak yang bias sehingga
mengakibatkan data yang tidak valid.
55
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1Definisi Operasional
No NamaVariabel
DefinisiOperasional
CaraUkur
AlatUkur
HasilUkur
Skala
Variabel Dependen
1 Seleramakan dirumah
Ketertarikan anakuntuk makanberdasarkanmakanan yangdisediakan dirumah setiap hari
Mengisikuesioner
Kuesioner
Children’sEatingBehaviourQuestionnaire(CEBQ)
0. Selera makan rendah (jikascore respon terhadapmakanan dan emosi yangmeningkatkan seleramakan < dari scorekenikmatan saat makandan emosi yangmenurunkan seleramakan)
1. Selera makan tinggi (jikascore respon terhadapmakanan dan emosi yangmeningkatkan seleramakan ≥ dari scorekenikmatan saat makandan emosi yangmenurunkan seleramakan)(Pintautami, 2011)
Ordinal
Variabel Independen
2 FrekuensiMengonsumsi Jajanan
Frekuensimengonsumsipangan jajanan(mie, gorengan,chiky, makanankemasan, es, sirup,minuman kaleng,dan sebagainya)yang dijualdisekitar rumah,sekolah dan tempatlainya dalamseminggu
Mengisikuesioner
Kuesioner 0. Sering (jika≥5x/minggu)
1. Jarang (jika<5x/minggu)(Yuliastuti (2011)
Ordinal
56
NoNama
VariabelDefinisi
OperasionalCaraUkur
AlatUkur
HasilUkur Skala
3 MakanbersamaKeluarga
Makan bersamakeluarga (ayah/ibu/ /kakak /adikatau anggotakeluarga lain)dengan waktu dantempat yang samaselama seminggu
Mengisikuesioner
Kuesioner 0. Tidak rutin (jika <14xmakan bersama dalamseminggu)
1. Rutin (jika ≥14x makanbersama dalamseminggu)(Sofyani, 2011)
Ordinal
4 KonsumsiSuplemenPenambahSeleraMakan
Menggunakan danmengonsumsisuplemenpenambah seleramakan dalamseminggu terakhir
Mengisikuesioner
Kuesioner 0. Ya (jika dalamseminggu terakhirmengonsumsi suplemenpenambah seleramakan)
1. Tidak (jika dalamseminggu terakhir.tidak mengonsumsisuplemen penambahselera makan)(Firna, 2009)
Ordinal
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera
makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
2. Ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di
rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta tahun 2015.
3. Ada hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan
dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
57
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian ini merupakan jenis penelitian epidemiologi analitik
kuantitatif dengan desain cross sectional study, dimana pengumpulan data
dan pengukuran variabel independen dengan variabel dependen dilakukan
pada waktu yang bersama untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta dan waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Maret-Agustus
tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang berjumlah 102
orang. Alasan dipilihnya siswa/siswi kelas IV sebagai sampel penelitian
58
adalah karena siswa usia kelas IV termasuk dalam tingkatan kelas tinggi,
dimana mereka dapat memahami, menjawab pertanyaan pada kuesioner
dengan baik dan dapat diajak kerjasama dalam pengumpulan data.
Namun saat pengisian kuesioner tetap didampingi oleh peneliti.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah siswa/siswi yang terdaftar
sebagai siswa/siswi kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2015. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus
Lemeshow et al (1990) sebagai berikut;
Keterangan:
n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan
N = Besar populasi (102 siswa/siswi kelas IV)
Z 2 1- α/2 = Tingkat kepercayaan 95% = 1,96
P = Perkiraan proporsi 50% = 0,50
d = Limit dari error 5% = 0,05
Z21-a/2 P (1-p) N
d2 (N-1) + Z21-a/2 P(1-P)
n =
59
Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut;
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat jumlah sampel minimal
yang diambil sebanyak 88 responden. Namun untuk mengantisipasi
adanya faktor-faktor yang tidak diinginkan yang dapat menghilangkan
sampel, maka teknik pengambilan sampel menggunakan total sampeling
(seluruh populasi menjadi sampel) yakni sebanyak 102 siswa/siswi yang
merupakan kelas IV yang tercatat sebagai peserta didik di Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada tahun ajaran 2014/2015.
D. Metode Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh dengan pengukuran langsung. Data
primer dalam penelitian ini dengan memberikan kuesioner kepada
siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
mengenai selera makan di rumah, frekuensi mengonsumsi makanan jajanan,
makan bersama keluarga, dan konsumsi suplemen penambah selera makan.
1,9621-a/2 0,50 (1-0,50)102
0,052 (102-1) + 1,962 0,50(1-0,50)
n =
n = 88 responden
60
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah;
a. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden. Data yang
diperoleh dari responden berupa identitas responden, data orang tua
responden, data selera makan di rumah, data mengonsumsi jajanan,
data makan bersama keluarga dan data konsumsi suplemen penambah
selera makan. Pengambilan data primer dilakukan dengan
menggunakan kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari database
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta terkait jumlah
siswa/siswi dan absen kelas IV tahun ajaran 2014-2015. Database
yang didapatkan merupakan arsip dari Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta yang up to date sehingga dapat
dipertanggung jawabkan keakuratannya.
E. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari pertanyaan tentang;
1) Selera Makan di Rumah
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
kuesioner CEBQ (Children’s Eating Behaviour Questionnaire).
61
Terdapat 17 pertanyaan yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu; Respon
terhadap makanan terdiri dari 5 pertanyaan, Emosi yang meningkatkan
selera makan terdiri dari 4 pertanyaan, Kenikmatan saat makan terdiri
dari 4 pertanyaan, dan Emosi yang menurunkan selera makan terdiri
dari 4 pertanyaan. Pada penelitian ini pertanyaan mengenai variabel
selera makan di rumah terdapat pada kolom ‘E’ nomor (E1-E17).
Variabel selera makan diukur menggunakan skala ukur “Likert”.Dari
setiap jawaban pertanyaan selera makan di rumah, pada instrument
penelitian ini menggunakan standar yang diberikan skor untuk analisis
kuantitatif, yakni sebagai berikut;
a. Tidak Pernah diberi skor 0
b. Jarang deberi skor 1
c. Kadang-Kadang diberi skor 2
d. Sering diberi skor 3
e. Selalu diberi sekor 4
Dari seluruh jawaban responden dilihat jumlah masing-masing
skornya. Variabel dikatan selera makan ‘rendah’ jika score respon
terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan < dari
score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera
makan) dan dikatakan selera makan ‘tinggi’ jika score respon terhadap
makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan ≥ dari score
kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan.
Kuesioner ini telah dibuat oleh Wardle lalu diadaptasi dan digunakan
62
oleh Pintautami (2011) untuk menilai selera makan pada anak Sekolah
Dasar Tileng I di Gunung Kidul Jawa Tengah dengan nilai uji validitas
dan reabilita r Alpha 0,80.
2) Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner. Pertanyaan
mengenai variabel mengonsumsi jajanan terdapat pada kolom “B”
nomor (B1-B5), sedangkan untuk variabel frekuensi mengomsumsi
jajanan pada nomor (B2). Untuk variabel frekuensi mengomsumsi
jajanan dikatakan ‘Sering’ jika menjawab ≥5x/seminggu, dikatakan
‘Jarang’ jika menjawab <5x/minggu, dan dikatakan ‘Tidak Pernah’ jika
menjawab tidak jajan dalam seminggu. Kuesioner ini sebelumnya telah
digunakan oleh Yuliastuti (2011) untuk menilai konsumsi jajan pada
anak Sekolah Dasar Negeri Rambutan 04 Pagi Jakarta Timur dengan
nilai uji validitas dan reabilita r Alpha 0,906.
3) Makan Bersama Keluarga
Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Pada
penelitian ini yang dikatakan makan bersama keluarga adalah jika
responden tidak makan sendiri dan minimal dalam sehari 2x makan
bersama keluarga. Pertanyaan mengenai variabel makan bersama
keluarga (ayah/ ibu/kakak/adik, atau anggota keluarga yang lain)
terdapat pada kolom “C” nomor C1 dan tambahan C2-C4) untuk
mengetahui kebiasaan makan bersama keluarga yang dilakukan setiap
harinya. Untuk variabel makan bersama keluarga dikatakan ‘Tidak
63
Rutin’ jika <14x makan bersama keluarga dalam seminggu dan dikatan
‘Rutin’ jika ≥14x makan bersama keluarga dalam seminggu. Kuesioner
ini sebelumnya pernah digunakan oleh Sofyani (2011) pada anak
Sekolah Dasar Negeri 20 Manna Bengkulu Selatan untuk menilai
kebiasaan makan bersama keluarga.
4) Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Istrumen yang digunakan adalah lebar kuesioner. Pertanyaan
mengenai variabel konsumsi suplemen penambah selera makan terdapat
pada kolom “D” nomor (D1) dan ditambah (D2-D3) untuk mengetahui
jenis dan frekuensi suplemen penambah selera makan yang sering
dikonsumsi responden. Untuk variabel konsumsi suplemen penambah
selera makan dikatakan ‘Tidak Mengonsumsi’ jika dalam 1 minggu
terakhir tidak mengonsumsi suplemen penambah selera makan dan
dikatakan ‘Ya Mengonsumsi’ jika dalam 1 minggu terakhir
mengonsumsi suplemen penambah selera makan. Kuesioner ini
sebelumnya pernah digunakan Firna (2009) untuk menilai konsumsi
suplemen pada siswa/siswi Sekolah Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro
Tangerang.
F. Manajemen Data
Manajemen atau pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
manual maupun dengan menggunakan bantuan komputer guna
memudahkan prosesnya. Tahapan pengolahan data terdiri dari;
64
1. Editing Data
Editing dalam penelitian ini berupa menjumlahkan dan melakukan
koreksi. Penjumlahan dilakukan agar kuesioner yang didapatkan sesuai
jumlah yang telah ditentukan, sedangkan koreksian berupa tindakan
membenarkan atau menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas.
2. Coding Data
Tahap ini merupakan kegiatan mengklafikasikan data dan
memberikan kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan
dikumpulkanya data. Peneliti membuat kode untuk setiap jawaban dari
pertanyaan pada kuesioner. Pada penelitian ini coding dilakukan saat
seluruh responden telah mengisi kuesioner. Koding dilakukan terhadap
pertanyaan sebagai berikut ini;
Koding pertanyaan selera makan di rumah menggunakan
kuesioner Chlid Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) terdapat 17
pertanyaan yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap
makanan terdiri dari 5 pertanyaan (E1-E5), Emosi yang meningkatkan
selera makan terdiri dari 4 pertanyaan (E6-E9), Kenikmatan saat makan
terdiri dari 4 pertanyaan (E10-E13), dan Emosi yang menurunkan
selera makan terdiri dari 4 pertanyaan (E14-E17). Pada kuesioner
menyediakan 5 pilihan jawaban dengan masing-masing pertanyaan
akan diberikan skor sebagai berikut ini; ‘Tidak Pernah’ diberi skor nilai
0, ‘Jarang’ diberi skor nilai 1, ‘Kadang-Kadang’ diberi skor nilai 2,
‘Sering’ diberi skor nilai 3, dan ‘Selalu’ diberi skor nilai 4. Kemudian
65
peneliti memberikan coding dengan kategori; 0 yaitu selera makan
rendah (jika score respon terhadap makanan dan emosi yang
meningkatkan selera makan < dari score kenikmatan saat makan dan
emosi yang menurunkan selera makan) dan 1 yaitu selera makan tinggi
(jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan
selera makan ≥ dari score kenikmatan saat makan dan emosi yang
menurunkan selera makan).
Koding untuk mengonsumsi jajanan dengan memberikan 4
pertanyaan (B1-B4) yang terdiri dari; Frekuensi jajan, Tempat membeli
jajan, Jenis makanan jajanan yang sering dibeli, dan Jenis minuman
jajanan yang sering dibeli. Sedangkan untuk frekuensi mengonsumsi
jajanan (B2) dikategorikan sebagai berikut; kode 0 yaitu Sering (jika
≥5x/minggu) dan kode 1 yaitu Jarang (jika <5x/minggu).
Koding untuk makan bersama keluarga dengan memberikan 4
pertanyaan (C1-C4) yang terdiri dari; Rutin makan bersama keluarga,
Kebiasaan makan pagi bersama keluarga, Kebiasaan makan siang
bersama keluarga, dan Kebiasaan makan sore/malam besama keluarga.
Pada penelitian ini dikatakan rutin jika makan bersama keluarga
minimal 2x dalam sehari (makan pagi dan makan siang/ makan pagi
dan makan sore/ makan siang dan makan sore), sehingga dalam
seminggu minimal 14 kali makan bersama keluarga. Sedangkan untuk
variabel kebiasaan makan bersama keluarga dengan kategori; kode 0
66
yaitu Tidak rutin (jika <14x dalam seminggu) dan kode 1 yaitu Rutin
(jika ≥14x dalam seminggu).
Koding untuk pertanyaan konsumsi suplemen penambah selera
makan (D1-D3) yang terdiri dari; Apakah mengonsumsi suplemen
penambah selera makan dalam seminggu terakhir, Jenis suplemen yang
sering dikonsumsi, dan frekuensi mengomsumsi suplemen penambah
selera makan. Variabel konsumsi suplemen penambah selera makan
dengan kategori; kode 0 yaitu “Tidak” (jika dalam seminggu terakhir
tidak mengonsumsi suplemen penambah selera makan) dan kode 1
yaitu Ya (jika dalam seminggu terakhir mengonsumsi suplemen
penambah selera makan).
3. Data struktur dan data File
Data file berupa membuat template sesuai dengan format yang
digunakan.
4. Entry Data
Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam
template yang telah disediakan. Agar mudah dijumlahkan, disusun
untuk disajikan dan dianalisis.
5. Cleaning Data
Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data yang
telah dientry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak ada
kesalahan baik dalam pengkodingan maupun membaca kode.
67
Sehingga jika ditemukan kesalahan dapat langsung dilakukan
perbaikan dan penyesuaian dengan data yang telah dikumpulkan.
G. Analisis Data
1. Analisis Data Univariat
Analisis univariat yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel yang telah diteliti.
Data disampaikan dalam bentuk distribusi frekuensi menurut masing-
masing variabel yang diteliti. Variabel penelitian ini yaitu selera makan di
rumah, frekuensi mengonsumsi jajanan, makan bersama keluarga, dan
konsumsi suplemen penambah selera makan.
2. Analisis Data Bivariat
Analisi data bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis
penelitian dengan melakukan pengujian statistik. Hasil perhitungan
statistik dapat dilihat dari nilai P value, sehingga dapat memutuskan
apakah Ho ditolak atau Ho gagal ditolak, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Bila nilai P value lebih besar dari nilai alfa (α) maka Ho ditolak, yang
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara data variabel
dependen dengan data variabel independen.
68
b. Bila nilai P value lebih kecil dari nilai alfa (α) maka Ho gagal ditolak,
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara data variabel
dependen dengan data variabel independen.
Analisi bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Kai
Kuadrat (Chi Square) dengan batas kemaknaan nilai alfa (α) = 0,05. Uji
Chi Squar dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen yang keduanya berjenis kategorik.
69
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI yaitu
Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Seiring
dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak tahun 2002
Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama
menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Tahun 1974 pertama kali
Madrasah Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah dan permulaan
kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal
inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari kelahiran Madrasah
Pembangunan.
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta terletak di Jalan
Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kecamatan
Ciputat, Kabupaten Tangerang Selatan. Jumlah siswa/siswi kelas IV
Ibtidaiyah Pembangunan tahun pelajaran 2014-2015 sebanyak 102 yang
70
dibagi menjadi 3 kelas dengan jumlah siswa masing-masing kelas ada
yang berjumlah 34 orang.
2. Gambaran Selera Makan di Rumah
Distribusi selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diukur
menggunakan kuesioner Children’s Eating Behaviour Questionnaire
(CEBQ). Variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu selera
makan rendah dan selera makan tinggi. Hasil ukur dapat dilihat pada
tabel dibawah ini;
Tabel 5.1Distribusi Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IVMadrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015
Selera Makan di Rumah Jumlah Pesentase
Rendah 47 46,1%
Tinggi 55 53,9%
Total 102 100%
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa responden yang selera
makannya rendah lebih sedikit (46,1 %) dibandingkan dengan responden
yang selera makanya tinggi (53,9 %).
71
3. Gambaran Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
Distribusi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Variabel dikategorikan
menjadi 2 kategori yaitu, sering (jika ≥5x/minggu) dan jarang (jika
<5x/minggu). Hasil ukur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini;
Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Mengonsumsi Jajanan pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN JakartaTahun 2015
Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Jumlah Pesentase
Sering (jika ≥5x/minggu) 57 55,9%
Jarang (jika <5x/minggu) 45 44,1%
Total 102 100%
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa responden yang frekuensi
mengonsumsi jajanan sering lebih banyak (55,9%) dibandingkan
responden yang jarang mengonsumsi jajanan (44,1%). Distribusi jenis
makanan jajanan yang sering dibeli oleh responden dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut ini;
Tabel 5.3Distribusi Jenis Makanan Jajanan yang dibeli pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN JakartaTahun 2015
Jenis Mengonsumsi Jajanan Jumlah PersentaseNasi uduk / nasi goreng /lontong 27 26,5%Mie goreng/ mie rebus/ mie ayam/ bakso/sosis 13 12,7%Batagor/ somay/ gorengan/ cimol/ cilok 42 41,2%Chiki/ biscuit/ waper/ permen/ coklat 20 19,6%Total 102 100%
72
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa makanan jajanan yang paling
banyak dikonsumsi oleh responden dengan jenis batagor/ somay/gorengan/
cimol/ cilok yaitu sebanyak 41,2%. Distribusi jenis minuman jajanan yang
sering dibeli oleh responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:
Tabel 5.4Distribusi Jenis Minuman Jajanan yang dibeli pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN JakartaTahun 2015
Jenis Minuman Jajanan Jumlah PersentaseSusu kotak/ es susu 23 22,5%Es buah/ jus buah/ es jeruk 18 17,6%
Es sirup/ es teh/ es krim/ pop ice 32 31,4%
Aqua/ air mineral 29 28,4%Total 102 100%
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa minuman jajanan
dengan jenis es sirup/ es teh/ es krim/ pop ice paling banyak dikonsumsi
oleh responden yaitu sebanyak 31,4%.
4. Gambaran Makan Bersama Keluarga
Distribusi makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diukur
dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini dikatan makan
bersama keluarga rutin jika dalam sehari minimal 2x makan bersama
keluarga. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tidak rutin
(jika <14x makan bersama dalam seminggu) dan rutin (jika ≥14x makan
73
bersama dalam seminggu). Hasil ukur dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut ini;
Tabel 5.5Distribusi Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah PembangunanUIN Jakarta Tahun 2015
Makan Bersama Keluarga Jumlah Persentase
Tidak Rutin 68 66,7%
Rutin 34 33,3%
Total 102 100%
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa responden yang tidak rutin
makan bersama keluarga lebih banyak (66,7%) dibandingkan dengan
yang rutin makan bersama keluarga (33,3 %). Distribusi waktu makan
bersama kelurga dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:
Tabel 5.6Distribusi Waktu Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah PembangunanUIN Jakarta Tahun 2015
Variabel Kategori Jumlah Persentase
Makan PagiSelalu 46 45,1%
Kadang-kadang 48 47,1%Tidak Pernah 8 7,8%
Makan SiangSelalu 9 8,8%
Kadang-Kadang 31 30,4%Tidak Pernah 62 60,8%
MakanSore/Malam
Selalu 57 55,9%Kadang-Kadang 40 39,2%
Tidak Pernah 5 4,9%
74
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa responden yang waktu makan
sore/malam selalu bersama keluarga lebih banyak (55,9%) dibandingkan
dengan waktu makan pagi yang selalu bersama keluarga (45,1%) ataupun
yang makan siang selalu bersama keluarga (8,8%).
5. Gambaran Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Distribusi konsumsi suplemen penambah selera makan pada
siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun 2015 diukur dengan menggunakan kuesioner. Variabel ini
dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu, tidak mengonsumsi (jika dalam
seminggu tidak mengonsumsi suplemen) dan mengonsumsi (jika dalam
seminggu mengonsumsi suplemen). Hasil ukur dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut ini;
Tabel 5.7Distribusi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah IbtidaiyahPembangunan UIN Jakarta Tahun 2015
Konsumsi SuplemenPenambah Selera Makan Jumlah Persentase
Ya Mengonsumsi 39 38,2%
Tidak Mengonsumsi 63 61,8%
Total 102 100%
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa responden yang tidak
mengonsumsi suplemen penambah selera makan lebih banyak (61,8 %)
dibandingkan dengan yang mengonsumsi suplemen penambah selera
75
makan (38,2 %). Distribusi jenis suplemen penambah selera makan yang
banyak dikonsumsi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:
Tabel 5.8Distribusi Jenis Suplemen Penambah Selera Makan
pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah IbtidaiyahPembangunan UIN Jakarta Tahun 2015
Jenis Suplemen PenambahSelera Makan Jumlah Persentase
Kapsul 10 9,8%
Sirup /cair 23 22,5%
Kapsul lunak 6 5,9%
Tidak Mengonsumsi 63 61,8%
Total 102 100%
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa jenis suplemen yang paling
banyak dikonsumsi responden adalah sirup/ cair yaitu sebanyak 22,5 %.
Distribusi frekuensi konsumsi suplemen penambah selera makan
responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:
Tabel 5.9Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Penambah Selera
Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah IbtidaiyahPembangunan UIN Jakarta Tahun 2015
Frekuensi Konsumsi SuplemenPenambah Selera Makan Jumlah Persentase
Setiap hari 6 5,9%
> 3 kali/seminggu 22 21,6%
< 3 kali / seminggu 11 10,8%
Tidak mengonsumsi 63 61,8%
Total 102 100%
76
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa responden yang
mengonsumsi suplemen penambah selera makan paling banyak dengan
frekuensi >3 kali/seminggu yaitu sebanyak 21,6%.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini untuk melihat adanya hubungan antara faktor-
faktor yang diduga berhubungan dengan selera makan di rumah pada
siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun
2015.
1. Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan SeleraMakan di Rumah
Tabel 5.10Analisis Hubungan Frekuensi Mengonsumsi Jajanan
dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/SiswiKelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2015
MengonsumsiJajanan
Selera Makan di RumahTotal
P ValueRendah Tinggin % n % n %
Sering 29 50,9 28 49,1 57 100 0,320Jarang 18 40,0 27 60,0 45 100
Total 47 46,1 55 53,9 102 100
Berdasarkan tabel 5.10 hasil analisis hubungan antara frekuensi
mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi
77
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015
diperoleh hasil bahwa diantara 57 responden yang frekuensi
mengonsumsi makanan sering terdapat 29 responden (50,9%) yang selera
makanya rendah. Diantara 45 responden yang frekuensi mengonsumsi
makanan jajanan jarang, terdapat 18 responden (40,0%) yang selera
makanya rendah.
Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,320 (>α
0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara selera makan dengan frekuensi mengkonsumsi jajanan.
Populasi responden yang memiliki selera makan rendah tidak jauh
berbeda antara mereka yang konsumsi makanan jajanannya sering, jarang
dengan responden yang tidak mengonsumsi jajanan.
2. Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan diRumah
Tabel 5.11Analisis Hubungan Makan Bersama Keluarga dengan Selera
Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV MadrasahIbtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015
MakanBersamaKeluarga
Selera Makan di RumahTotal
P ValueRendah Tinggin % n % n %
Tidak Rutin 37 54,4 31 45,6 68 100
0,021Rutin 10 29,4 24 70,6 34 100
Total 47 46,1 55 53,9 102 100
78
Berdasarkan tabel 5.11 hasil analisis hubungan antara makan
bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas
IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh
bahwa diantara 68 responden yang tidak rutin makan bersama keluarga,
terdapat 37 responden (54,4%) yang selera makanya rendah. Diantara 34
responden yang rutin makan bersama keluarga, terdapat 10 responden
(29,4%) yang selera makanya rendah.
Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,021 (≤α
0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara selera makan di rumah dengan makan bersama
keluarga. Populasi responden yang memiliki selera makan rendah tidak
jauh berbeda antara mereka yang rutin makan bersama keluarga dengan
responden yang tidak rutin makan bersama keluarga.
3. Hubungan antara Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makandengan Selera Makan di Rumah
Tabel 5.12Analisis Hubungan Konsumsi Suplemen Penambah SeleraMakan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah PembangunanUIN Jakarta Tahun 2015
KonsumsiSuplemenPenambahSelera Makan
Selera Makan di RumahTotal P
ValueRendah Tinggi
n % n % n %
Ya 24 61,5 15 38,5 39 100
0,016Tidak 23 36,5 40 63,5 63 100
Total 47 46,1 55 53,9 102 100
79
Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara konsumsi
suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada
siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun 2015 diperoleh bahwa diantara 39 responden yang mengonsumsi
suplemen penambah selera makan, terdapat 24 responden (61,5%) yang
selera makanya rendah. Diantara 63 responden yang tidak mengonsumsi
suplemen penambah selera makan, terdapat 23 responden (36,5%) yang
selera makanya rendah.
Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,016 (≤α
0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara selera makan di rumah dengan konsumsi suplemen
penambah selera makan. Populasi responden yang memiliki selera makan
rendah tidak jauh berbeda antara mereka yang tidak mengonsumsi
suplemen penanbah selera makan dengan responden yang mengonsumsi
suplemen penambah selera makan.
80
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat keterbatasan penelitian yaitu:
1. Tidak membahas asupan energi dari makanan jajanan yang dikonsumsi.
2. Penelitian ini tidak menvalidasi ulang instrument pengukuran yang
digunakan dari kuesioner penelitian sebelumnya, sehingga tidak
mengetahui nilai reliabilitas.
3. Penelitian ini tidak memasukkan data tentang jenis suplemen penambah
selera makan yang alamiah.
B. Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015
Selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat
menyebabkan seseorang mempunyai keinginan makan selain rasa lapar.
Lubis (2005) mendefinisikan selera makan biasa diartikan sebagai rasa
senang atau ingin yang ditimbulkan oleh rangsangan makan (aroma,
penampilan) dan keputusan memilih jenis makanan tertentu. Sedangkan
Oenzi (2012) selera makan adalah sebagai prefrensi seseorang terhadap jenis
makanan atau keadaan ingan makan. Arali (2011) mendefinisikan selera
81
makan adalah ketertarikan untuk mencoba makanan kesukaan karena
memliki warna, aroma dan bentuk makanan yang menarik.
Tinjauan gizi seimbang selera makan dapat dikatakan baik dan dapat
juga dikatakan tidak baik, bila dikatakan baik maka proses makan guna
memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi dapat
berjalan maksimal. Namun jika dikatakan tidak baik, ada dua hal
kemungkinan akan terjadi, pertama selera makan yang berlebihan (rakus) dan
yang kedua selera makan berkurang atau hilang. Selera makan yang
berlebihan (terlihat rakus) artinya intake makanan akan melebihi kebutuhan
tubuh, akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak di inginkan dan
beberapa akibat penyakit lainnya. Sebaliknya, selera makan berkurang atau
hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dikehendaki
dan beberapa akibat lainnya (Arali, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa/siswi kelas IV Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 menunjukan
bahwa responden yang selera makannya rendah lebih sedikit (46,1 %)
dibandingkan dengan responden yang selera makanya tinggi (53,9%).
Sedangkan hasil penelitian Pintautami (2011) yang dilakukan pada 60 anak di
Sekolah Dasar Tileng 1 Gunung Kidul Jawa Tengah bahwa sebanyak 49,8%
siswa/siswi kelas IV-VI dengan selera makan rendah. Penelitian Handayani
(2014) yang dilakukan pada 36 anak di Sekolah Dasar Impres Laikeng
Sudiang Makassar sebanyak 47,2% anak tidak selera makan pada usia 11-12
tahun.
82
Dengan demikian hasil penelitian ini lebih rendah persentase
siswa/siswi yang selera makanya rendah jika dibanding dengan persentase
penelitian Pintautami (2011) dan Handayani (2014), namun jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak dengan sampel laki-laki
dan perempuan, sehingga hasil yang didapatkan lebih generalisasi. Selain itu
penelitian ini lebih spesifik yakni selera makan di rumah.
C. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan,Makan Bersama Keluarga, Konsumsi Suplemen Penambah SeleraMakan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa /Siswi Kelas IVMadrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015
1. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanandengan Selera Makan di Rumah
Hasil analisis univariat dalam penelitian ini diketahui bahwa
responden yang frekuensi mengonsumsi jajanan sering lebih banyak
(55,9%) dibandingkan responden yang jarang mengonsumsi jajanan
(44,1%). Jenis jajanan yang banyak dikonsumsi oleh responden adalah
batagor/ somay/ gorengan/ cimol/ cilok yaitu sebanyak 41,2%, dan jenis
minuman yang banyak dikonsumsi adalah es sirup / es teh / es krim / pop
ice yaitu sebanyak 31,4%.
Penelitian ini yang dimaksut makanan jajanan adalah makanan
seperti (nasi lontong, bakso, gorengan, chiky, makanan kemasan dan
sebagainya) dan minuman seperti (es, sirup, minuman kaleng, dan
sebagainya) yang dipersiapkan dan dijual oleh kantin sekolah, pedagang
kakilima di jalanan, dan di tempat-tempat ramai umum lain. Penelitian
83
Handayani (2014) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kebiasaan jajan dengan selera makan. Semakin sering siswa/siswi
jajan maka, semakin rendah selera makannya. Jika sering mengonsumsi
makanan jajanan maka siswa/siswi akan merasa kenyang dan tidak selera
untuk makan yang disajikan di rumah.
Hasil analisis hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan
dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh hasil bahwa
diantara 57 responden yang frekuensi mengonsumsi makanan sering
terdapat 29 responden (50,9%) yang selera makanya rendah. Diantara 45
responden yang frekuensi mengonsumsi makanan jajanan jarang, terdapat
18 responden (40,0%) yang selera makanya rendah. Berdasarkan uji chi-
square diperoleh P-Value sebesar 0,320 (>α 0,05), sehingga dapat
dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara selera
makan dengan frekuensi mengonsumsi jajanan. Dengan demikian hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesa penelitian yang menyebutkan
bahwa ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera
makan di rumah.
Tidak adanya hubungan selera makan dengan frekuensi
mengonsumsi jajanan dalam penelitian ini dikarenakan populasi
responden yang memiliki selera makan rendah tidak jauh berbeda antara
mereka yang mengonsumsi makanan jajanannya sering dengan
responden yang mengonsumsi jajanan jarang.
84
Siswa/siswi usia sekolah pada umumnya lebih sering mengonsumsi
makanan jajanan karena rasanya yang gurih, manis, asin dengan kemasan
yang unik dan harga yang terjangkau. Tetapi, makanan jajanan cenderung
mengandung lemak, garam, dan energi yang tinggi, namun vitamin,
mineral, dan serat yang rendah. Misalnya; sosis, bakso, somay dan
makanan siap santap lainya seperti; ayam goreng, kentang goreng,
hamburger, mie dan gorengan. Kontribusi energi, lemak dan garam yang
tinggi dari makanan jajanan dapat menyebabkan penumpukan kalori jika
tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang memadai. Hal itu memacu
peningkatan simpanan lemak tubuh dalam bentuk trigliserida di dalam
jaringan adipose (Pramono dan Sulchan, 2014).
Menurut teori lipostatik, peningkatan simpanan lemak di jaringan
adiposa memberikan sinyal kenyang. Gliserol berfungsi sebagai sinyal
yang mengalir melalui darah antara simpanan lemak dan daerah-daerah di
otak yang mengontrol selera makan. Jumlah gliserol dalam darah menjadi
indikator yang menunjukkan jumlah total lemak trigliserida yang
tersimpan di jaringan lemak. Pada teori ini, yang penting dalam penentuan
lapar dan kenyang adalah presentase pengisian setiap sel lemak. Orang
dengan jumlah sel lemak banyak akan tetap merasakan lapar, namun pada
orang normal akan merasa kenyang karena sel-sel adiposa mereka belum
kenyang (Sherwood, 2007).
Quennell at al (2009) menjelaskan bahwa semakin banyak
penumpukan pada jaringan lemak, maka semakin tinggi kadar leptin.
85
Keberadaan leptin dijumpai dalam jumlah yang banyak di hipotalamus
ventromedial yang merupakan pusat kenyang. Leptin menyebabkan
penekanan keinginan untuk makan melalui jalur inhibisi terhadap
Neuropeptida Y (NPY) dan stimulasi terhadap proopiomelanocortin
(POMC) dan Cocaine- and amphetamine-regulated transcript (CART) di
nucleus arkuatus hipotalamus. Oleh sebab itu, jika siswa/siswi semakin
sering mengkonsumsi makanan jajanan yang tinggi lemak dan energi maka
semakin rendah selera makannya.
Pada dasarnya makanan jajanan juga mempunyai manfaat untuk
anak-anak diantaranya adalah untuk mengisi perut saat lapar ketika belum
tiba waktu makan, mengenal beragam makanan yang dijual di sekolah,
menambah keakrapan dengan teman-teman. Makanan jajanan juga
menyumbang asupan gizi bagi anak sekolah; sebanyak 36,0% energi,
kemudian sebanyak 29,0% protein dan sebanyak 52,0% zat besi
(Judarwanto. 2010). Dengan demikian makanan jajanan juga penting
untuk pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah.
Makan jajanan yang terlalu sering juga tidak baik, karena
keamanan pangan makanan jajanan yang diduga masih beresiko terhadap
kesehatan. Proses pengolahan yang tidak higienis, masih adanya mikroba
patogen yang mencemarinya, atau penggunaan zat pewarna sintetik, baik
dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dilarang menurut
Permenkes No 239/Menkes/Per/IX/85, diantaranya adalah Rhodamin B,
Amaranth, Tartrazine, Sunset Yellow (Anonim, 2006).
86
Hasil analisi univariat pada penelitian ini, ditemukan bahwa masih
banyak siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta yang mengonsumsi makanan jajanan jenis batagor/ somay/
gorengan/ cimol/ cilok/ sosis dan minuman jenis es sirup / es teh / es krim
/pop ice perlu diperhatikan. Makanan jajanan jenis tersebut biasanya
mengandung bahan tambahan makanan berbahaya yang berupa zat
pewarna tekstil, penyedap rasa, pemanis buatan, penambah aroma bahkan
formalin.
Hasil uji sampel makanan jajanan yang diambil dari kantin, pedang
sekolah dan pasar dari beberapa daerah di wilayah DKI Jakarta dan
Ciputat bahwa ditemukan pada otak-otak, sosis, nugget, makroni, basreng
(baso goreng), batagor, siomay, kerupuk gendar, makanan gorengan, gulali
dan arumanis menggunakan rhodamin B, saus yang mengandung methanil
yellow, bakso mengandung boraks, dan mie mengandung formalin.
Sedangkan pada minuman es sirup, es cendol, minuman ringan, juga
ditemukan mengandung zat yang berbahaya yaitu rhodamin B (Habibi
dkk. 2012). Pewarna sintetik bersifat toksik dan memberikan dampak yang
membahayakan bagi kesehatan diantaranya adalah bahwa Rhodamin B dan
Methanil Yellow tidak dapat dicerna oleh tubuh dan akan mengendap
secara utuh dalam hati sehingga dapat menyebabkan keracunan hati
(Sumarlin, 2010).
Untuk menghindari makanan jajanan yang dijual di sekolah atau
tempat lainya yang belum tentu aman, maka sebaiknya orang tua
87
memberikan bekal makanan jajanan yang dibuat sendiri dan terjamin
kebersihan, tidak mengandung bahan tambahan pangan yang berbahaya
dan mengandung gizi yang baik untuk siswa/siswi. Di rumah ibu juga
dapat menyajikan makanan jajanan yang dibuat sendiri untuk cemilan
anggota keluarga. Membuat makanan jajanan yang menarik, enak dan
disukai, maka ibu dapat memanfaatkan buku masak, katalok, atau internet
yang banyak sekali memberikan informasi tentang cara membuat jajanan
yang beranekaragam jenisnya.
Jika bagi ibu yang bekerja dan tidak sempat membuatkan makanan
jajanan di rumah, maka ibu dapat meminta pengasuh atau pembantu rumah
tangga untuk membuatkan makanan di rumah atau memesan dengan
tetangga atau teman yang biasa membuat dan menjual makanan jajanan.
namun ibu yakin bahwa makanan yang dibuatnya aman bagi kesehatan
anggota keluarganya. Dengan demikian maka semakin kecil keinginannya
siswa/siswi untuk membeli makanan jajanan yang dijual di luar rumah
yang belum tentu baik untuk kesehatanya.
2. Gambaran dan Hubungan antara Makan Bersama Keluarga denganSelera Makan di Rumah
Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang tidak rutin
makan bersama keluarga lebih banyak (66,7%) dibandingkan dengan yang
rutin makan bersama keluarga (33,3 %). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa persentase siswa/siswi yang rutin makan bersama keluarga hanya
88
sebagian kecil saja. Hasil analisi diketahui bahwa makan bersama keluarga
yang sering dilakukan adalah pada saat makan sore/malam yaitu sebanyak
(55,9%) dan waktu makan pagi sebanyak (45,1%). Sedangkan waktu
makan siang sering tidak bersama keluarga.
Makan bersama keluarga berhubungan dengan asupan makanan
yang bergizi dan sehat. Penelitian Neumark-Sztainer et al (2004)
menemukan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi makan bersama
keluarga dengan asupan mengkonsumsi buah, sayuran, makanan tinggi
kalsium, dan mengurangi konsumsi soft drink. Kemudian studi yang
dilakukan oleh National Center on Addiction and Substance Abuse
(CASA) Columbia University, Amarika Serikat menunjukkan bahwa
makan bersama keluarga dapat membantu anak mendapatkan nilai yang
lebih baik (Wardyaningrum, 2010).
Pada era kemajuan seperti saat ini, orang tua memang telah
menjadi orang yang sibuk karena urusan pekerjaan di luar rumah. Oleh
karena itu kebiasaan makan bersama dalam suatu keluarga akhirnya jarang
dilakukan karena tidak ada waktu luang untuk berkumpul, apalagi makan
bersama dalam satu meja makan (Khomsan, 2010).
Hasil analisis hubungan antara makan bersama keluarga dengan
selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh bahwa diantara 68
responden yang tidak rutin makan bersama keluarga, terdapat 37
responden (54,4%) yang selera makanya rendah. Diantara 34 responden
89
yang rutin makan bersama keluarga, terdapat 10 responden (29,4%) yang
selera makanya rendah. Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value
sebesar 0,021 (≤ α 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara selera makan di rumah dengan makan
bersama keluarga.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyebutkan bahwa adanya hubungan antara makan bersama keluarga
dengan selera makan anak di rumah. Pada penelitian sebelumnya belum
ada yang meneliti tentang makan bersama keluarga dengan selera makan
di rumah, sehingga hasil penelitian ini lebih bervariasi.
Teori Neumark-Sztainer et al (2004) mengatakan bahwa kebiasaan
makan bersama keluarga yang lebih rutin dengan suasana yang
menyenangkan memiliki kemungkinan lebih rendah untuk memiliki
kebiasaan dan pola makan yang salah. Kemudian menurut Hammons dan
Fiese (2011) yang mengatakan bahwa makan bersama keluarga dua kali
atau lebih dalam sehari mengurangi konsumsi makanan yang tidak sehat
20% dan peningkatan konsumsi makanan sehat sebesar 24%.
Menurut berbagai kajian, kebiasaan makan yang baik adalah tiga
kali dalam sehari. Namun, masih banyak anak sekolah yang frekuensi
makanya kurang dari tiga kali sehari dan waktu makan yang sering
ditinggalkan adalah sarapan. Secara kuantitas dan kualitas bila hanya satu
atau dua kali makan setiap hari, mungkin sekali akan terjadi kekurangan
(Suhardjo, 2003).
90
Beberapa keluarga, makan pagi (sarapan) kadang ditinggalkan
karena tidak selera makan atau terlambat bangun sehingga tidak dapat
menyiapkan makan pagi untuk aggota keluarga, Orang tua tergesa-gesa
untuk pergi bekerja. Siswa/siswi akan meniru perilaku orang tuanya,
sehingga ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu. Makan pagi
memberikan asupan energi untuk kegiatannya selama di sekolah sebelum
waktu makan siang, disamping itu mencegah terjadinya tekanan darah
rendah yang menyebabkan siswa/siswi lemas, lesu, pusing atau tidak dapat
berkonsntrasi saat belajar di kelas.
Waktu makan siang tidak semua anggota keluarga berada di
rumah. Orang tua masih bekerja dan makan di luar rumah, siswa/siswi
terkadang terlambat pulang sekolah atau ada kegiatan lainya seperti ekstra
kulikuler, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di rumah teman, les, dan
lain-lain. Dengan demikian makan siang bersama keluarga juga jarang
sekali bisa dilakukan.
Makan malam adalah waktu yang biasanya dapat diharapkan
seluruh anggota keluarga berkumpul di rumah. Sehingga pada waktu ini
keluarga dapat makan bersama. Beberapa keluarga, jenis menu pada waktu
ini sangat istimewa dibandingkan waktu-waktu makan lainnya. Kebiasaan
makan bersama ini sangat baik dilakukan karena dapat menambah
keakrapan dan selera makan di rumah pada siswa/siswi. Didukung oleh
teori Joseph A. Califano, Jr, pendiri dan pimpinan The National Center of
Addiction and Substance Abuse at Columbia University, dalam buku
91
karyanya yang berjudul How to Raise a Drug-Free Kidhe dalam
Hammons dan Fiese (2011) yang memaparkan bahwa siswa/siswi yang
rutin makan malam bersama orang tuanya, cenderung terhindar dari
bahaya narkoba, rokok dan minuman keras.
Hasil penelitian University of Minneapolis, Amerika Serikat
menemukan bahwa banyaknya frekuensi makan malam bersama keluarga
berhubungan dengan semakin banyaknya perilaku positif anak. Dari
makan malam bersama setiap anggota akan menikmati makanan yang
lebih sehat dibandingkan jajan di luar rumah (Wardyaningrum, 2010).
Oleh sebab itu, sebaiknya orang tua meluangkan waktu untuk dapat
berkumpul bersama pada waktu makan di rumah, dan kembali
membiasakan diri untuk makan bersama paling tidak ketika sarapan dan
makan malam. selain menambah selera makan di rumah pada siswa/siswi
maka keharmonisan dan keakuran anggota keluarga tetap terjaga.
3. Gambaran dan Hubungan antara Konsumsi Suplemen PenambahSelera Makan dengan Selera Makan di Rumah
Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang tidak
mengkonsumsi suplemen penambah selera makan lebih banyak (61,8 %)
dibandingkan dengan yang mengkonsumsi suplemen penambah selera
makan (38,2 %). Sedangkan jenis suplemen penambah selera makan
yang banyak dikonsumsi diantaranya adalah sirup/ cair sebanyak 22,5%.
Kemudian berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen penambah selera
92
makan diantaranya yang mengkonsumsi setiap hari sebanyak 5,9%,
sebanyak 21,6% yang mengkonsumsi >3 kali/seminggu, dan sebanyak
10,8% yang mengkonsumsi <3 kali/ seminggu, sedangkan yang tidak
mengkonsumsi suplemen sebanyak 61,8%.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Firna (2009) di Sekolah
Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro dan hasil penelitian Pintautami (2011)
di Sekolah Dasar Negeri Tileng I yang terletak di Kecamatan Girisubo
Kabupaten Gunung Kidul yang menyatakan bahwa siswa/siswi yang
diberi suplementasi selama 14 hari akan meningkat selera makannya dari
sebelum diberi suplemen. Sehingga ada hubungan antara konsumsi
suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah.
Sejalan dengan penelitian ini, berdasarkan hasil analisis hubungan
antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan
di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh bahwa diantara 39 responden yang
mengkonsumsi suplemen penambah selera makan, terdapat 24 responden
(61,5%) yang selera makanya rendah. Diantara 63 responden yang tidak
mengkonsumsi suplemen penambah selera makan, terdapat 23 responden
(36,5%) yang selera makanya rendah.
Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,016 (≤α
0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara selera makan di rumah dengan konsumsi suplemen
penambah selera makan. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai
93
dengan hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa adanya hubungan
antara mengkonsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera
makan di rumah pada siswa/siswi.
Suplemen penambah selera makan berfungsi untuk meningkatkan
metabolisme, menekan atau menghambat asam lambung dan merangsang
sekresi makanan sehingga meningkatkan selera makan. Pada umumnya
suplemen penambah selera makan memilki kandungan utama diantaranya
adalah zink dan curcumin (Handayani, 2002).
Zink umumnya ada di dalam otak, dimana mengikat protein. Zink
membantu mengaktivasi area otak yang menerima dan memproses
informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk
menstimulasi selera makan. Selain karena aktivasi area otak dari reseptor
bau dan perasa, kadar zink dalam plasma juga diketahui mempengaruhi
selera makan dan sensasi rasa makanan. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian Xuan, N.X. et al., (1996) di Vietnam yang menyatakan bahwa
efek pemberian suplementasi zink kemungkinan meningkatkan selera
makan. Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Pintautami (2011)
bahwa dengan memberikan sumplemen zink selama 14 hari dapat
meningkat selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV-VI sekolah
dasar.
Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari
tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng
(Curcuma aerogenoceae Roxb). Ada beberapa penelitian yang
94
membuktikan bahwa curcumin dapat menambah selera makan. Rimpang
temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga
meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri memiliki sifat
koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat
pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang
kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi
peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988).
Rimpang dengan rasanya yang pahit, tajam, dan sifatnya dingin ini
berkhasiat sebagai penambah selera makan, karena banyak mengandung
curcumin yang bekerja dengan cara merangsang enzimatis menyebabkan
relaksasi usus pada saluran pencernaan serta absorbsi bahan makanan
dengan cara meningkatkan kerja lambung sehingga perut terasa kosong
dan selanjutnya akan mengirim sinyal ke otak dan pada akhirnya akan
menimbulkan keinginan untuk makan atau selera makan. Kemudian zat
pahit (carpaine atau alkaloida pahit) yang dapat merangsang lambung
anak agar berfungsi dengan baik sehingga timbul selera makannya
(Handayani, 2002).
Penelitian Ni’amah (2010) yang melakukan ekperimen ekstrak
temu ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb) sedangkan penelitian Awalin
(1996) menggunakan ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
yang keduanya menggunakan tikus putih sebagai hewan uji. Hasil
penelitianya bahwa adanya peningkatan selera makan dan bertambahnya
95
berat badan pada tikus setelah diberi ekstrak temu ireng maupun
temulawak.
Pada penelitian ini, diketahui bahwa siswa/siswi yang mengonsumsi
suplemen penambah selera makan dengan frekuensi setiap hari dan yang
mengkonsumsi >3 kali/seminggu tidak baik untuk kesehatan, ada
beberapa dampak jika mengkonsumsi suplemen penambah selera makan
dalam jumblah banyak atau sering. Dampak yang dapat terjadi
diantaranya adalah mulai dari muntah, keracunan, masalah pembekuan
darah, membebani kerja ginjal sehingga fungsinya terganggu atau dapat
menyebabkan penumpukan dan mengakibatkan batu ginjal. Kemudian
dapat membebani hati yang bisa memicu gangguan fungsi hati (Wati,
2008).
Sebaiknya orang tua tidak selalu memberikan suplemen penambah
selera makan untuk mengatasi masalah makan pada siswa/siswi. Namun
dapat diatasi dengan memanfaatkan buah-buahan yang segar dan aman,
selain itu mudah didapat seperti papaya. Kandungan vitamin dan mineral
dalam buah pepaya akan memulihkan selera makan anak dan
memperkuat daya tahan tubuh pada anak (Wijayakusuma, 2005). Hal ini
di buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh The Center for
Science in the Public Interest (CSPI) di Washington AS tahun 1992 yang
dikutip dari Suryani (2010) meneliti manfaat kesehatan dari 40 jenis
buah. Dari penilaian tersebut, pepaya telah ditetapkan sebagai buah yang
96
paling menyehatkan dan salah satunya adalah untuk meningkatkan selera
makan.
Menurut Villegas, ahli pepaya dari Institute of Plant Breeding,
University of the Philippines at Los Banos pada tahun 1992 yang dikutip
dalam Suryani (2010), mengatakan bahwa buah pepaya mengandung
enzim papain. Enzim ini sangat aktif dan memiliki kemampuan
mempercepat proses pencernaan protein. Papain dapat membantu
mewujudkan proses pencenaan makanan yang lebih baik. Dengan cara
ini sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan. Lalu, Penelitian Fox et al
pada tahun 1982 dalam Sasangko (1992) mengatakan bahwa enzim
papain yang merupakan enzim proteolitik juga dapat meningkatkan
efisiensi proses pencernaan sehingga dapat meningkatkan selera makan.
Penelitian Rika (2012) yang dilakukan pada balita di Posyandu
Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji, bahwa dengan
mengkonsumsi 1 potong buah pepaya (100gr) perhari selama 1 bulan
dapat meningkatkan selera makan dan ada perbedaan berat badan
sebelum mengkonsumsi papaya yaitu rata-rata berat badan adalah 12,285
kg dan sesudah diberikan 1 potong buah pepaya perhari selama 1 bulan
rata-rata berat badan adalah 12,990 kg.
Dari beberapa penelitian yang menjelaskan tentang dampak
pemakaian suplemen penambah selera makan jika terlalu sering, maka
orang tua dapat memanfaatkan buah papaya untuk menambah selera
makan di rumah pada siswa/siswi. Karana buah papaya jauh lebih aman
untuk kesehatan dan tidak mengandung bahan kimia.
97
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 102 siswa/siswi
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada tahun 2015,
dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Persentase siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta tahun 2015 yang selera makanya rendah sebesar 46,1% dan yang
selera makan tinggi yaitu sebesar 53,9 %.
2. Sebagian besar siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta tahun 2015 yang frekuensi yang mengonsumsi jajanan
sering sebanyak (55,9%).
3. Sebagian besar siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
UIN Jakarta tidak rutin makan bersama keluarga yaitu sebesar 66,7 %.
4. Persentase konsumsi suplemen penambah selera makan pada siswa/siswi
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta sebanyak
38,2%. Frekuensi konsumsi suplemen penambah selera makan yang
paling banyak adalah >3 kali/seminggu yaitu sebanyak 21,6%.
5. Terdapat hubungan antara makan bersama keluarga dan konsumsi
suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada
98
siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun 2015.
6. Tidak terdapat hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan
selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
B. Saran
Berikut ini saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian yang
diperoleh;
1. Bagi Pembuat Program Sekolah Madrasah Ibtidaiyah PembangunanUIN Jakarta
a. Dengan didapat hasil bahwa sebagian besar siswa/siswi sering
membeli dan mengonsumsi jajanan, maka diharapkan agar pihak
sekolah memberikan peraturan kepada penjual jajanan di kantin
maupun penjual yang berada di luar pagar sekolah agar menjual
makanan yang sehat, bersih dan tidak mengandung bahan
tambahan makanan yang berbahaya bagi kesehatan. Pihak sekolah
dapat bekerjasama dengan pihak puskesmas atau Dinas Kesehatan
untuk melakukan uji makanan jajanan yang dijual di sekolah, agar
para pedagang selalu berhati-hati setiap saat dan tidak melakukan
kecurangan terhadap makanan jajanan yang dijual.
99
b. Edukasi kepada siswa/siswi tentang makanan jajanan yang aman.
Pihak sekolah dapat bekerjasama dengan para tenaga ahli gizi
(bermitra dengan kampus FKIK UIN Jakarta) dalam hal pemberian
materi penyuluhan.
c. Edukasi kepada orang tua tentang penggunaan suplemen penambah
selera makan, hal ini diperlukan karena hasil studi menunjukkan
persentase konsumsi suplemen penambah selera makan yang
frekuensinya setiap hari sebanyak 5,9% dan yang mengonsumsi
suplemen penambah selera makan dengan frekuensi >3
kali/seminggu yaitu sebanyak 21,6%. Oleh sebab itu perlunya
pengetahuan orang tua tentang dampak bagi kesehatan jika berlebih
mengonsumsi suplemen.
2. Bagi Peneliti Lain
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur variabel metabolik
(hormone) dan variabel farmakologik (obat-obatan) yang diduga
secara langsung mempengaruhi selera makan.
b. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih
besar, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih bervariasi.
100
DAFTAR PUSTAKA
Akamatsu dan Tomomi. 2011. Association Between Children’s Appetite Patterns
and Maternal Feeding Practices. Juornal Food and Nutrition Sciences. 2;
228-234.
Amran, Yuli. 2012. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.
Jakarta: UIN.
Anzarkusuma, Suci Indah dkk. 2014. Nutritional Status Based on Primary School
Student’s Dietary Intake in Rajeg District Tangerang City. Indonesian
Journal of Human Nutrition, Vol. 1 No.2 : 135–148.
Arali. 2011. Nafsu Makan dan Faktor yang Mempengaruhinya. Artikel Penelitian.
Awalin, N. 1996. Minyak Atsiri Rimpang Temulawak, Pengaruhnya Terhadap
Kenaikan Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Analisis Kandungan
Kimianya. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Badan POM. 2011. Pentingnya Promosi Keamanan Pangan Disekolah untuk
Menyelamatkan Generasi Penerus. Info Badan Pom Vol.12.No.6.
Barnett, M. 2009. Improving nursing management of nutrition in COPD patient.
Journal of Community Nursing. (23): pp 32-37.
101
Briawan, et al. 2007. Efikasi Suplemen Besi Multivitamin untuk Perbaikan Status
Besi Remaja. Gizi Indonesia. Vol 30.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan untuk
Petugas). Jakarta; Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dwi, Adhy. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa Kelas
Sekolah Dasar. Unnes Journal Of Public Healt.
Dwi, Wahyu. 2012. Tingkat Kepatuhan Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Terhadap
Larangan Membeli Jajanan Tertentu oleh Orang Tua di SDN Ciputat 6
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Skripsi Universitas
Indonesia.
Firna, Evi. 2009. Hubungan Faktor Anak dan Faktor Ibu dengan Konsumsi
Suplemen pada Siswa SD Islam Al Azhar 17 Bintaro Tangerang. Skripsi
Universitas Indonesia.
102
Graha, Chairinniza. 2008. Keberhasilan Anak di Tangan Orang Tua. PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia-Jakarta.
Gropper SS, Smith JL, Groff JL. 2005. Advanced Nutrition And Human
Metabolism. Fourth Edition. USA : Wadsworth. p161.
Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Habibi dkk. 2012. Pengetahuan Pedagang, Orang Tua dan Pihak Sekolah
Terhadap Penambahan Zat Berbahaya pada Jajanan Anak di Sekolah
Dasar Negri 05 Indralaya. Artikel Universitas Sriwijaya.
Handayani L, Maryani H. 2002. Mengatasi Penyakit Anak dengan Ramuan
Tradisional. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Handayani. 2014. Selera Makan Anak Usia 11-12 Tahun. Journal of Pediatric
Nursing Vol. 1(2), pp. 109-114.
Hardiansyah dan Tambunan. 2004. WNPG; Angka Kecukupan Energi, Protein,
Lemak dan Serat Makanan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Hartman, et al. 2013. Augmented Growth Hormone (GH) Secretory Burst
Frequency and Amplitude Mediate Enhanced GH Secretion During a Two-
Day Fast in Normal Men. Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolism. Vol 74. No 4:1945-7197.
Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius
103
Irianto, DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap : Keluarga dan Olahragawan. CV.
Andi offset. Yogyakarta.
Judarwanto, Widodo. 2005. Gangguan Proses Makan pada Anak. Artikel Klinik
Khusus Kesulitan Makan pada Anak
Jurdawanto, Widodo. 2010. Perilaku Makan Anak Sekolah. Artikel Klinik Khusus
Kesulitan Makan Pada Anak
Judarwanto, Widodo. 2014. 10 Hormon Penyebab Nafsu Makan Meningkat dan
Kondisi yang Menyertai. Artikel Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada
Anak. Informasi dan Konsultasi Masalah Gizi, Nutrisi dan Diet.
Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Khomsan, Ali. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Kompas. Rajawali Sport.
Jakarta :117.
Kumalasari, Ernia. 2012. Diet untuk Anak. Yogyakarta : Araska
Kurniasih. dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta PT
Gramedia Pustaka Utama.
Leiliana, Ito. 2008. Factor-Faktor Yang Berhubungan dengan Konsumsi
Suplemen Makan pada Anak Sekolah Kelas IV dan V di SD Islam Al-
Husna Bekasi Selatan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia Depok.
104
Lindén, Angelica Hirschberg. 2011. Sex Hormones, Appetite and Eating
Behaviour in Women. Journal Home Page Maturitas. 71; 248–256.
Liswarti, dkk. 2008. Teknik Perencanaan Gizi Makanan. Jakarta: Dipartemen
Pendidikan Nasional.
Lubis, Gustina. 2005. Masalah Makan pada Anak. Majalah Kedokteran Andalas
No.1 Vol. 29
Luukkaa et al. 1998. Inverse Correlation Between Serum Testosterone and Leptin
in Men. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, Vol. 83, No
9:3243-3246.
Mahan, L.K., dan Stump, S.E. 2000. Krause’s Food, Nutrition, Diet Therapy, 10th
ed. Philadhelphia: W.B Saunders Company.
Manampiring, Aaltje. 2008. Prevalensi Anemia dan Tingkat Kecukupan Zat Besi
pada Anak Sekolah Dasar di Desa Minaesa Kecamatan Wori Kabupaten
Minahasa Utara. Karya Ilmiah. Manado.
Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Meutia, Nuraiza. 2005. Peran Hormone Gherin dalam Meningkatkan Nafsu
Makan. Bagian Fisiologi FK USU. Sumatra Utara
Myer, Lee. 2009. Testosterone and Appetite. Peak Erectile Strength
105
Neumark-Sztainer, D., Wall, M., Story, M., dan Fulkerson, J. A. 2004. Are family
meal patterns associated with disordered eating behaviors among
adolescents?. Journal of Adolescent Health, 35 (5) November, pp. 350–
359.
Ni’amah. 2010. Efektifitas Ekstrak Temu Ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb)
Sebagai Penambah Nafsu Makan Tikus Putih. Skripsi; Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang.
Ninh, N.X. et al. 1996. Zinc Supplementation Increases Growth and Circulating
Insulin-like Growth Factor (IGF-1) in Growth Retarded Vietnamese
Children. Am J Clin Nutr. 63:514-9.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nuraini, Heni. 2006. Memilih dan membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal.
Gramedia.
Nurjanah. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Picky
Eater (Sulit Makan) pada Anak di TK Negeri Pembina Kecamatan
Simpang Tiga Kabupaten Pidie. Jurnal Karya Ilmiah Kesehatan Politeknik
Kesehatan Majapahit. Vol 5. No 2. Hal 91-118.
106
Nuryati, Wahyu. 2005. Hubungan antara Frekuensi Jajan di Sekolah dan Status
Gizi Siswa Kelas IV Dan V SD Negeri Wonotingal 01-02 Candisari
Semarang. Sripsi Universitas Negri Semarang.
Ozaki,Y dan Liang,O.B.1988.Cholagogic Action of the Essential Oil Obtained
from Curcuma Xanthorrhiza Roxb. Shoyakugaku Zasshi. 42(4): 257-263.
Perry, P dan Potter, P.A. 2005. Fundamental Of Nursing: Study guide and skills
performance checklists, 6th ed, Australia: Elseiver-Mosby.
Pintautami, Jatuwarih. 2011. Pengaruh Suplementasi Zink Terhadap Nafsu Makan
pada Anak. Jurnal Mutiara Medika. Vol 11 No 3. Hal 144-149.
Pramono dan Sulchan. 2014. Kontribusi Makanan Jajan dan Aktivitas Fisik
terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja di Kota Semarang. Jurnal Gizi
Indonesia. Vol. 2, No. 2, Hal 59-65.
Profil Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. 2015.
Tangerang Selatan.
Raditrani. 2013. Variasi Menu Sehari-Hari. Demedia Pustaka; Jakarta.
Rika, Zm Mitriya. 2012. Pengaruh Buah Pepaya (Carica Papaya) terhadap Nafsu
Makan Balita di Posyandu Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Kuranji. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang.
107
Saidah, Maziyatus. 2014. Pengembangan Buku Panduan Memilih Makanan Jajan
Sehat untuk Anak Usia 10-11 Tahun. E-journal Boga. Volume 03 nomor
02. Hal 9-15.
Sari, Mutiara Indah. 2007. Regulasi System Syaraf pada Nafsu Makan. Artikel
Kedokteran.Universitas Sumatra Utara.
Sasongko,H.1993. Manfaat Biologis Papain dalam Ransum Petelur pada
Berbagai Aras Protein.Tesis S2 program pasca sarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Schwartz MW. 2006. Central Nervous System Regulation of Food Intake. Artikel
Obesity. Hal;14:1-7.
Septika, Ika. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas
pada Anak di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta,
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Skripsi
Universitas Indonesia.
Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human
Physiology: from Cells to System). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Sherwood, Lauralee. 2007. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson
Corporation.
108
Sherwood, Lauralee. 2010. Human Physiology: from Cells to Systems, 7th Edition.
Belmont; Brooks Cole, Cengage Learning.
Siagian dkk. 2010. Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian
Pangan Terhadap Nafsu Makan pada Subyek Obes dan Normal. Hasil
penelitian. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Medan
,FEMA IPB Bogor dan FK USU Medan. Hal 101 – 112.
Sofyani. 2011. Hubungan antara Rutinitas Makan Bersama Keluarga dengan
Status Gizi pada Anak Usia 7-12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri 20
Manna Bengkulu Selatan. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara Medan.
Sri, Eunike Tyas Suci. 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di
Jakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol.1 No.1Hal 29-38.
Sudjatmoko. 2011. Masalah Makan pada Anak. Damianus Journal of Medicine;
Vol.10 No.1 Februari 2011: hlm. 36–41.
Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif. Kuantitatif dan R dan D. Bandung:
Alfabeta.
Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.
Sumarlin. 2010. Identifikasi Pewarna Sintetis pada Produk Pangan yang Beredar
di Jakarta dan Ciputat. Jurnal Valensi. Vol 1, No 6, Hal 274-283.
Supariasa,. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
109
Tri, Martono. 2012. Determina Picky Eater (Pilih-Pilih Makan) pada Anak Usia
1-3 Tahun Studi di Wilayah Jombang Sidoarjo. Skripsi Universitas
Indonesia.
Ulya N. 2005. Analisis Deskriptif Pola Jajan dan Kontribusi Zat Gizi Makanan
Jajanan terhadap Konsumsi Sehari dan Status Gizi Anak Kelas IV, V, dan
VI SD Negeri Cawang 05 Pagi Jakarta Timur. Skripsi Sarjana KESMAS
UI, Depok.
Wardyaningrum, Damayanti. 2010. Pola Komunikasi Keluarga dalam
Menentukan Konsumsi Nutrisi bagi Anggota Keluarga. Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol 8, No 3, Hal 289-298.
Wardle, J. 2001. Development of the Children’s Eating Behaviour Questionnaire.
J Child Psychol Psychiatry. 42:963–70.
Widia Karya Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Widita, Putri Muharyani. 2012. Hubungan Praktik Pemberian Makan dalam
Keluarga dengan Kejadian Sulit Makan pada Anak di Kelurahan Kuto
Bata Kota Palembang. Tesis Universitas Indonesia.
Wm. Alex McIntosh and Karen S. Kubena the Relationship Between Family
Meals and Adolescent Diets” A Resource Document, Texas A&M
University.
110
Yanti dan Ayu. 2013. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan
dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurung Kota
Semarang. Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomer 1, Halaman
208.
Yudha, Doni. 2012. Hubungan Pengetahuan Pengolahan Makanan dengan Selera
Makan Anak di Sekolah Dasar Air Batu I/II Kabupaten Asahan. Skripsi
Universitas Negeri Medan.
Yu, et al. 1997. Vitamin-Mineral Supplement Use Among Presehool Children in
The United State. Pediatrics Vol. 100, No.5, P-e4. Nov.
Yuliastuti, Rina. 2011. Analisis Karakteristik Siswa, Karakteristik Orang Tua dan
Prilaku Konsumsi Jajan pada Siswa-Siswi SDN Rambutan 04 Pagi
Jakarta Timur. Skripsi Universitas Indonesia.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
111
LAMPIRAN
112
No Responden :……………….
Tanggal Pengisian :……………….
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SELERA
MAKAN DI RUMAH PADA SISWA/SISWI KELAS IV MADRASAH
IBTIDAIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2015
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/ 2016 M
LAMPIRAN : 1 KUESIONER
113
Assalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuhu
Nama saya Umi Kholifah mahasiswi semester VIII Peminatan GiziKesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta, ingin melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktoryang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IVMadrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015”.
Terima kasih atas ketersediaan adik-adik telah menyediakan waktu luangatau waktu istirahatnya untuk mengeisi kuesioner ini. Kejujuran adik-adik dalammemberikan informasi yang dibutuhkan akan sangat membantu dalampelaksanaan penelitian ini. Jawaban yang adik berikan akan saya rahasiakan danhasil dari jawaban ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak adahubunganya dengan nilai pelajaran di sekolah. Dengan demikian adik-adik tidakusah merasa takut.
Jakarta, Juli 2015
Umi Kholifah
NIM: 1111101000130
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Baca pertanyaan dengan baik dan isilah dengan memberi tanda silang “X”pada poin jawaban yang dipilih !
2. Kolom pada “Koding” tidak usah diisi apapun (dikosongkan).
3. Jika tidak paham dengan maksut pertanyaan, harap memanggil danmenanyakan pada peneliti.
A. IDENTITAS RESPONDEN
A1 Nama
A2 Jenis Kelamin
A3 Berat Badan (BB) / Tinggi Badan (TB)
A4 No. Telp Rumah / No Hp Ibu
114
PERTANYAAN KODING
B. MENGKONSUMSI JAJANAN
B.1 Berapa kali adik jajan dalam seminggu?
2. Sering (jika ≥ 5x/minggu)
3. Jarang (jika < 5x/minggu)[ ]
B. 2 Dimana biasa adik membeli jajan ?
0. Kantin sekolah
1. Warung di luar pagar sekolah
2. Pedagang kaki lima yang menggunakan gerobak
[ ]
B. 3 Jenis makanan jajan apa yang sering adik beli?
0. Nasi uduk / nasi goreng /lontong
1. Mie goreng/ mie rebus/ mie ayam/ bakso/ sosis
2. Batagor/ somay/ gorengan/ cimol/ cilok
3. Chiki/ biskuit/ waper/ permen/ coklat
[ ]
B. 4 Jenis minuman jajan apa yang sering adik beli?
0. Susu kotak / es susu
1. Es buah / jus buah / es jeruk
2. Es sirup / es the / es krim / pop ice
3. Aqua / air mineral
[ ]
115
PERTANYAAN KODING
C. MAKAN BERSAMA KELUARGA
C. 1 Apakah adik-adik rutin makan bersama keluarga (ayah,
ibu, kakak, adik, atau anggota keluarga yang lain)?
0. Tidak rutin (jika <14x makan bersama dalam
seminggu)
1. Rutin (jika ≥14x makan bersama dalam 1 minggu)
[ ]
C.2 Apakah adik makan pagi (sarapan) selalu bersama
keluarga (ayah/ ibu/ kakak/ adik/ atau anggota keluarga
yang lain)?
0. Selalu makan bersama
1. Kadang-kadang
2. Tidak pernah
[ ]
C.3 Apakah adik makan siang selalu bersama keluarga (ayah/
ibu/ kakak/ adik/ atau anggota keluarga yang lain)?
0. Selalu makan bersama
1. Kadang-kadang
2. Tidak pernah
[ ]
C.4 Apakah adik makan sore/malam selalu bersama keluarga
(ayah/ ibu/ kakak/ adik/ atau anggota keluarga yang lain)?
0. Selalu makan bersama
1. Kadang-kadang
2. Tidak pernah
[ ]
116
D. KONSUMSI SUPLEMEN PENAMBAH SELERA MAKAN
D.1 Apakah adik mengonsumsi suplemen penambah selera
makan?
2. Ya (jika dalam 1 minggu terakhir mengkonsumsi
suplemen penambah selera makan)
3. Tidak (jika dalam 1 minggu terakhir tidak
mengkonsumsi suplemen penambah selera
makan)
[ ]
D.2 Jenis suplemen apa yang adik-adik sering konsumsi?
Dan sebutkan merek suplemen yang adik konsumsi!
0. Kapsul
1. Sirup /cair
2. Kapsul lunak
3. Tidak mengonsumsi
Sebutkan merek suplemen!…………………………
[ ]
D.3 Seberapa sering frekuensi adik mengonsumsi suplemen
penambah selera makan?
0. Setiap hari
1. > 3 kali /seminggu
2. ≤ 3 kali /seminggu
3. Tidak mengonsumsi
[ ]
117
E. SELERA MAKAN MENU YANG DISEDIKAN DI RUMAH
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Baca pertanyaan dengan baik dan isilah dengan memberi tanda check
mart (√ ) pada poin jawaban yang dipilih!
2. Jika tidak paham dengan maksut pertanyaan, harap memanggil dan
menanyakan pada peneliti.
NO PERNYATAANTIDAK
PERNAHJARANG
KADANG-KADANG
SERING SELALU
RESPON TERHADAP MAKANAN DAN EMOSI YANG MENINGKATKAN SELERA MAKAN
E.1 Saya menikmatimakanan saat sedangmakan menu yangdisiapkan di rumah.
E.2 Saya menyukai makananyang ada di rumah.
E.3 Saya tertarik terhadapmakanan yang selaludihidangkan olehibu/pengasuh di rumah.
E.4 Saya bersemangat makansaat tiba waktu makan dirumah.
E.5 Saya merasa senang saatmakan menu yangdisiapkan di rumah.
E.6 Saya makan-makanandirumah lebih banyakketika dalam keadaankhawatir.
E.7 Saya makan menudirumah lebih banyakketika sedang kesal.
118
NO PERNYATAANTIDAK
PERNAHJARANG
KADANG-KADANG
SERING SELALU
E.8 Saya makan menudirumah lebih banyakketika sedang cemas.
E.9 Saya makan menu dirumah lebih banyakketika tidak ada lagi yangharus dikerjakan.
KENIKMATAN SAAT MAKAN DAN EMOSI YANG MENURUNKAN SELERA MAKAN
E.10 Saya tidak selera makanmenu di rumah.
E.11 Saya menyisakanmakanan dipiring saatselesai makan di rumah.
E.12 Saya merasa sudahkenyang ketikamakanannya masihbanyak.
E.13 Saya tidak makan menuyang disiapkan di rumahjika sebelumnya makancemilan/ jajanan.
E.14 Saya kurang seleramakan menu di rumahketika sedang marah.
E.15 Saya kurang seleramakan menu di rumahketika sedang kecapekan.
E.16 Saya kurang seleramakan menu di rumahketika sedih.
E.17 Saya kurang selera makanmenu di rumah ketika sayasedang bahagia.
Trimakasih ……………
119
LAMPIRAN : 2 HASIL ANALISIS DATA
A. Uji Univariat
1. Selera Makan
Selera makan responden di rumah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selera makan rendah 47 46.1 46.1 46.1
Selera makan tinggi 55 53.9 53.9 100.0
Total 102 100.0 100.0
2. Mengonsumsi Jajanan
frekuensi membeli jajanan dalam seminggu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sering (jika> 5x/minggu) 57 55.9 55.9 55.9
Jarang (jika< 5x/minggu) 45 44.1 44.1 100.0
Total 102 100.0 100.0
Jenis makanan jajanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Nasi uduk/ nasi goreng/lontong 27 26.5 26.5 26.5
Mie goreng/ mie rebus/ mieayam/ bakso/ sosis 13 12.7 12.7 39.2
Batagor/ somay/ gorengan/cimol/ cilok 42 41.2 41.2 80.4
Chiki/ biscuit/ waper/ permen/coklat 20 19.6 19.6 100.0
Total 102 100.0 100.0
120
Jenis minuman jajanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Susu kotak/ es susu 23 22.5 22.5 22.5
Eh buah/ jus buah/ es jeruk 18 17.6 17.6 40.2
Es sirup/ es teh/ es krim/ pop ice 32 31.4 31.4 71.6
Aqua/ air mineral 29 28.4 28.4 100.0
Total 102 100.0 100.0
3. Makan Bersama Keluarga
Makan pagi bersama keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu makan bersama keluarga 46 45.1 45.1 45.1
Kadang-kadang 48 47.1 47.1 92.2
Tidak pernah 8 7.8 7.8 100.0
Total 102 100.0 100.0
Makan siang bersama keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu makan bersama 9 8.8 8.8 8.8
Kadang-kadang 31 30.4 30.4 39.2
Tidak pernah 62 60.8 60.8 100.0
Total 102 100.0 100.0
Makan sore/malam bersama keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu makan bersama 57 55.9 55.9 55.9
Kadang-kadang 40 39.2 39.2 95.1
Tidak pernah 5 4.9 4.9 100.0
Total 102 100.0 100.0
Makan bersama keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak rutin (<14x dalamseminggu) 68 66.7 66.7 66.7
Rutin (>14x dalam seminggu) 34 33.3 33.3 100.0
Total 102 100.0 100.0
121
4. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Konsumsi suplemen penambah selera makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya (jika dalam 1 minggu terakhirmengonsumsi suplemen) 39 38.2 38.2 38.2
Tidak (dalam 1 minggu terakhirtidak mengonsumsi suplemen) 63 61.8 61.8 100.0
Total 102 100.0 100.0
Jenis suplemen penambah selera makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kapsul 10 9.8 9.8 9.8
Sirup /cair 23 22.5 22.5 32.4
Kapsul lunak 6 5.9 5.9 38.2
Tidak mengonsumsi 63 61.8 61.8 100.0
Total 102 100.0 100.0
frekuensi mengonsumsi suplemen penambah selera makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Setiap hari 6 5.9 5.9 5.9
>3x/ minggu 22 21.6 21.6 27.5
<3x/ minggu 11 10.8 10.8 38.2
Tidak mengonsumsi 63 61.8 61.8 100.0
Total 102 100.0 100.0
1
B. Hasil Uji Bivariat
1. Mengkonsumsi Jajanan dengan Selera Makan
frekuensi membeli jajanan dalam seminggu * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation
Selera makan responden di rumah.
TotalSelera makan rendah Selera makan tinggi
frekuensi membelijajanan dalamseminggu
Sering (jika>5x/minggu)
Count 29 28 57
% within frekuensi membeli jajanan dalamseminggu 50.9% 49.1% 100.0%
Jarang (jika<5x/minggu)
Count 18 27 45
% within frekuensi membeli jajanan dalamseminggu 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 47 55 102
% within frekuensi membeli jajanan dalamseminggu 46.1% 53.9% 100.0%
2
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.197a 1 .274
Continuity Correctionb.800 1 .371
Likelihood Ratio 1.202 1 .273
Fisher's Exact Test .320 .186
Linear-by-Linear Association 1.186 1 .276
N of Valid Casesb102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.74.b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for frekuensi membeli jajanan dalam seminggu (Sering (jika>5x/minggu) / Jarang (jika< 5x/minggu)) 1.554 .705 3.426
For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah 1.272 .820 1.974For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi .819 .574 1.169N of Valid Cases 102
3
2. Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan
Makan bersama keluarga * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation
Selera makan responden di rumah.
TotalSelera makan rendah Selera makan tinggi
Makan bersamakeluarga
Tidak rutin (<14x makanbersama dalamseminggu)
Count 37 31 68
% within Makan bersama keluarga 54.4% 45.6% 100.0%
Rutin (>14x makanbersama dalamseminggu)
Count 10 24 34
% within Makan bersama keluarga 29.4% 70.6% 100.0%
Total Count 47 55 102% within Makan bersama keluarga 46.1% 53.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.702a 1 .017
Continuity Correctionb4.740 1 .029
Likelihood Ratio 5.842 1 .016
Fisher's Exact Test .021 .014
Linear-by-Linear Association 5.646 1 .017
N of Valid Casesb102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.67.b. Computed only for a 2x2 table
4
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Makan bersama keluarga (Tidak rutin (<14x makan bersamadalam seminggu) / Rutin (>14x makan bersama dalam seminggu)) 2.865 1.190 6.896
For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah 1.850 1.052 3.253For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi .646 .460 .906N of Valid Cases 102
3. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan
Konsumsi suplemen penambah selera makan * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation
Selera makan responden di rumah.
TotalSelera makan rendah Selera makan tinggi
Konsumsi suplemenpenambah seleramakan
Ya (jika dalam 1 mingguterakhir mengkonsumsisuplemen)
Count 24 15 39
% within Konsumsi suplemenpenambah selera makan 61.5% 38.5% 100.0%
Tidak (dalam 1 mingguterakhir tidak mengkonsumsisuplemen)
Count 23 40 63
% within Konsumsi suplemenpenambah selera makan 36.5% 63.5% 100.0%
Total Count 47 55 102% within Konsumsi suplemenpenambah selera makan 46.1% 53.9% 100.0%
5
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.074a 1 .014
Continuity Correctionb5.108 1 .024
Likelihood Ratio 6.112 1 .013
Fisher's Exact Test .016 .012
Linear-by-Linear Association 6.015 1 .014
N of Valid Casesb102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.97.b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi suplemen penambah selera makan (Ya (jika dalam1 minggu terakhir mengkonsumsi suplemen) / Tidak (dalam 1 minggu terakhirtidak mengkonsumsi suplemen))
2.783 1.220 6.344
For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah 1.686 1.119 2.538For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi .606 .391 .940N of Valid Cases 102
i
LAMPIRAN : 3 SURAT IZI DARI SEKOLAH MI
Recommended