1
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PERILAKU BERAGAMA
REMAJA (STUDI KASUS DI DESA SURANADI KECAMATAN
NARMADA LOMBOK BARAT)
SKRIPSI
Oleh
Bq. Dewi Ulaningrat NIM.15.1.10.1.200
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2015
2
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PERILAKU BERAGAMA
REMAJA (STUDI KASUS DI DESA SURANADI KECAMATAN
NARMADA LOMBOK BARAT)
SKRIPSI
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
Bq. Dewi Ulaningrat NIM.15.1.10.1.200
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2015
ii
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAMFAKULTAS
Jl. Pendidikan No. 35
Skripsi Bq. Dewi Ulaningrat NIM:
PARIWISATA TERHADAP PERILAKU BERAGAMA
KASUS DI DESA SURANADI
BARAT)” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di
Disetujui pada tanggal
Pembimbing I
Abdul Fattah, S.Ag., M.Fil.INIP.19780805 200312 1 002
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANJl. Pendidikan No. 35 Mataram-NTB, Telp. (0370) 621298
Jl. Gajah Mada Jempong - Mataram
HALAMAN PERSETUJUAN
Bq. Dewi Ulaningrat NIM: 15.1.10.1.200, yang berjudul
PARIWISATA TERHADAP PERILAKU BERAGAMA REMAJA
KASUS DI DESA SURANADI KECAMATAN NARMADA LOMBOK
telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di munaqasyah
Disetujui pada tanggal 10 April 2015.
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Abdul Fattah, S.Ag., M.Fil.I 200312 1 002
Pembimbing II
Nazaruddin, M.HumNIP.197611202009121001
iii
3
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM DAN KEGURUAN
Telp. (0370) 621298- 625337 Mataram
, yang berjudul “DAMPAK
REMAJA (STUDI
ATAN NARMADA LOMBOK
munaqasyah-kan.
Pembimbing II
Nazaruddin, M.Hum
197611202009121001
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAMFAKULTAS
Jl. Pendidikan No. 35
NOTA DINAS
Hal : Munaqasyah
Assalamu’alaykum Wr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing
dan pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa
Ulaningrat NIM: 15.
TERHADAP PERILAKU BERAGAMA
SURANADI KECAM
syarat untuk diajukan dalam sidang
dan Keguruan IAIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaykum, Wr. Wb.
Pembimbing I
Abdul Fattah, S.Ag., M.Fil.INIP.19780805 200312 1 002
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANJl. Pendidikan No. 35 Mataram-NTB, Telp. (0370) 621298
Jl. Gajah Mada Jempong - Mataram
Mataram, 10 April
Kepada
Yth. Rektor IAIN Mataram
di-
Mataram
Assalamu’alaykum Wr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing
dan pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Bq. Dewi
15. 1.10.1.200, yang berjudul “DAMPAK PARIWISATA
TERHADAP PERILAKU BERAGAMA REMAJA (STUDI KASUS DI
MATAN NARMADA LOMBOK BARAT )”
syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan IAIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaykum, Wr. Wb.
Pembimbing I
Abdul Fattah, S.Ag., M.Fil.I 19780805 200312 1 002
Pembimbing II
Nazaruddin, M.HumNIP.197611202009121001
iv
4
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM DAN KEGURUAN
Telp. (0370) 621298- 625337 Mataram
10 April 2015
Kepada
Yth. Rektor IAIN Mataram
Mataram
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing
skripsi Bq. Dewi
DAMPAK PARIWISATA
STUDI KASUS DI DESA
)” telah memenuhi
skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.
Pembimbing II
Nazaruddin, M.Hum
197611202009121001
5
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Pendidikan No. 35 Mataram-NTB, Telp. (0370) 621298- 625337
Jl. Gajah Mada Jempong - Mataram
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bq. Dewi Ulaningrat
NIM : 15.1.10.1.200
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institusi : IAIN Mataram
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi dengan judul
“DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PERILAKU BERAGAMA REMAJA
(STUDI KASUS DI DESA SURANADI KECAMATAN NARMADA LOMBOK
BARAT)” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri,
kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Apabila dibelakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap
dianulir gelar keserjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IAIN
Mataram.
Mataram, 2015
Saya yang menyatakan
Bq. Dewi Ulaningrat NIM. 15.1 10.1.200
v
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAMFAKULTAS
Jl. Pendidikan No. 35
Skripsi dengan judul
PERILAKU BERAGAMA
KECAMATAN NARMADA LOMBOK BARAT
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram telah
dimunaqasyahkan pada hari sabtu tanggal 18 april
memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan.
1. Ketua Sidang/Pemb
2. Sekretaris Sidang/Pemb. II
3. Penguji I
4. Penguji II
PLT.
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANJl. Pendidikan No. 35 Mataram-NTB, Telp. (0370) 621298
Jl. Gajah Mada Jempong - Mataram
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “DAMPAK PARIWISATA TERHADAP
PERILAKU BERAGAMA REMAJA (STUDI KASUS DI DESA SURANADI
ATAN NARMADA LOMBOK BARAT )” Jurusan Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram telah
dimunaqasyahkan pada hari sabtu tanggal 18 april 2015 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan.
Dewan Munaqasyah
Ketua Sidang/Pemb. I : Abdul Fattah, S.Ag., M.Fil.I (____________ NIP.19780805 200312 1 002
Sekretaris Sidang/Pemb. II : Nazaruddin, M.Hum (____________ NIP.197611202009121001
: Drs. H. Baehaqi, M.Pd (____________ NIP : 196812311993031028
: Abdulloh Fuadi, M.A (____________ NIP : 197610292011011003
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Mataram
Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd NIP.196412311991032006
vi
6
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM DAN KEGURUAN
Telp. (0370) 621298- 625337 Mataram
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP
STUDI KASUS DI DESA SURANADI
” Jurusan Pendidikan Agama
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram telah
dan dinyatakan telah
____________)
____________)
____________)
____________)
dan Keguruan
7
MOTTO :
Ÿωuρ ß#ø)s? $ tΒ }§øŠs9 y7 s9 ϵÎ/ íΟ ù=Ïæ 4 ¨βÎ) yìôϑ¡¡9$# u�|Çt7 ø9$#uρ yŠ#xσà�ø9$#uρ ‘≅ ä. y7 Í×̄≈ s9'ρé& tβ%x. çµ÷Ψtã
Zωθ ä↔ó¡tΒ ∩⊂∉∪
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra: 36).1
1 Departemen Agama RI. Qur’an Surat Al-Isra dan Terjemahannya : 36, (Jakarta:Al-
Jumanatul Ali J-ART). vii
8
PERSEMBAHAN :
Kupersembahkan skripsiku ini teruntuk
� Ayahandaku (Lalu Zohdi) dan ibundaku (Baiq Ayu Ratih) yang
kuhormati dan kucintai. Tiada kasih setulus kasihmu terimalah
setitik bukti kesuksesan dan pengambdianku tetesan keringatmu
telah memberiku gelar sarjana.
� Untuk kakakku (Lalu Hartawan dan Lalu Jaya) dan adik-adikku
(Lalu Satria dan Baiq Chandra) terimakasih atas dukungan dan
do’amu. Aku mencintai kalian semua.
� Untuk sahabat-sahabatku 5_Cm (Baiq Maula Sholeha, Dewi
Yulianingsih, Rohana Dimiyanti, Siti Khadijah) juga buat sahabt-
sahabat The Arthur (Ewin, Lonk, Mbem, Ayunk, Eqi, Kcebur) kalian
selalu hadir saat senang maupun susah
� Dan untuk almamaterku tercinta terima kasih telah mendidikku.
viii
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Sebagai insan yang beriman kami panjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai suatu karya ilmiah.
Shalawat berserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW. yang telah menuntun umat manusia menuju kehidupan
yang damai dan sejahtera.
Skripsi ini berjudul: “Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Beragama
Remaja (Studi Kasus di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat)”,
peneliti susun sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi strata satu (S1)
pada program studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri
Mataram.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa setiap kerja dan karya manusia
tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan sesuai dengan kodratnya sebagai
makhluk yang tidak sempurna. Peneliti yakin bahwa karya ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna, hal ini semata-mata disebabkan karena keterbatasan
kemampuan peneliti, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran konstruktif
sebagai bahan perbaikan bagi karya ini. Di samping itu, peneliti menyadari pula
bahwa karya ilmiah ini itidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu melalui kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Abdul Fattah, S.Ag., M.Fil.I selaku pembimbing I, Nazaruddin,
M.Hum selaku pembimbing II yang banyak meluangkan waktunya dalam
mengoreksi, membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. M. Taufik, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan beserta staf dan jajaran civitas akademik Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan izin kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
ix
10
3. Bapak Dr. H. Nashudin, M.A. selaku Rektor IAIN Mataram beserta staf dan
jajaran civitas akademik IAIN Mataram yang telah memberikan kemudahan-
kemudahan kepada peneliti dari awal penyusunan skripsi ini. Demikian juga
kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan arahan dengan berbagai
disiplin ilmu yang merupakan modal berharga bagi peneliti dalam menyusun
skripsi ini.
4. Bapak I Nyoman Adwisana selaku kepala desa suranadi, beserta staf, pegawai,
tokoh masyarakat, tokoh agama, para remaja, umumnya masyarakat yang
telah menjadi responden dalam penelitian ini.
5. Ayahanda dan Ibunda, serta keluarga tercinta yang telah banyak memberikan
dukungan moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi
dengan baik.
6. Sahabat-sahabatku dari 5_Cm juga dari The Arthur yang telah memberikan
dorongan dan telah membantu penyusunan skripsi ini.
Dengan seraya menengadahkan tangan kehadirat Allah SWT. Peneliti
ucapkan semoga budi baik dan amal ikhlas yang diberikan kepada peneliti
tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah SWT. Amiiin.
Akhirnya hanya kepada Allah peneliti berserah diri terhadap semua
urusan, peneliti berharap semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi peneliti dan para pembacadalam rangka menambah khazanah ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang ilmu pendidikan.
Mataram, April 2015
x
11
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
NOTA DINAS ................................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Konteks Penelitian ..................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ....................................... 6
E. Telaah Pustaka ............................................................................ 7
F. Kerangka Teoritik ....................................................................... 10
1. Konsep Pariwisata ............................................................... 10
2. Perilaku Keagamaan Remaja .............................................. 31
3. Pemecahan Masalah Remaja .............................................. 44
G. Metode Penelitian ....................................................................... 47
1. Pendekatan Penelitian .......................................................... 47
2. Kehadiran Peneliti ............................................................... 48
3. Sumber Data ........................................................................ 49
4. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 50
5. Teknis Analisis Data ............................................................ 53
6. Validitas Data ...................................................................... 54
xi
12
7. Sistematika ........................................................................... 56
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 58
A. Gambaran Umum Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Lombok Barat ............................................................................. 58
1. Keadaan geografis ............................................................... 58
2. Klimatologi .......................................................................... 59
3. Keadaan Demografis ........................................................... 61
4. Keadaan Ekonomi ................................................................ 62
5. Agama dan Kepercayaan ..................................................... 64
6. Struktur organisasi pemerintahan Desa Suranadi
Kecamatan Narmada ............................................................ 66
B. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja
Desa Suranadi ............................................................................. 68
C. Upaya-upaya Mengatasi Dampak Pariwisata Terhadap
Perilaku Keagamaan Remaja di Desa Suranadi .......................... 78
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 82
A. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja
Desa Suranadi Kecamatan Narrmada Lombok Barat ................. 82
B. Upaya pembinaan kegamaan Remaja di daerah pariwisata
Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat ................. 89
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 96
A. Simpulan ..................................................................................... 96
B. Saran-saran .................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPAIRAN-LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Keadaan iklim di Kabupaten Lombok Barat ................................. 61
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Perdusun .......................................................... 62
Tabel 2.3 Data Potensi masyarakat Desa Suranadi ....................................... 64
Tabel 2.4 Keadaan agama dan penganutnya masing-masing ........................ 65
xiii
14
DAFTAR BAGAN Bagan 1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Suranadi ........................ 67
xv
15
ABSTRAK
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PERILAKU BERAGAMA REMAJA (STUDI KASUS DI DESA SURANADI KECAMATAN
NARMADA LOMBOK BARAT)
Pariwisata sebagai industri makin berkembang hal ini dapat dibuktikan dengan makin banyaknya fasilitas-fasilitas yang disediakan, di samping itu pariwisata sebagai ilmu akan menjadi produk dan faktor pendorong bagi kemajuan bangsa Indonesia yang memiliki potensi sangat besar. Dengan demikian kondisi pariwisata di Indonesia khususnya Desa Suranadi Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat telah menampilkan fungsinya dalam mengembangkan dan menyumbangkan kontribusinya terhadap kehidupan ekonomi sosial dan budaya bangsa.
Tujuan penelitian ini adalah Ingin mengetahui dampak pariwisata terhadap perilaku beragama remaja Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat, dan ingin mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam menangani perilaku remaja di daerah pariwisata di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan bentuk deskriftif. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dampak positif yang disebabkan oleh adanya pariwisata dapat berupa: (a) para remaja tetap melakukan ibadahnya meskipun sedang bersama dengan para wisatawan, (b) tetap aktif dalam kegiatan remaja masjid, (c) para remaja Desa Suranadi memiliki kesibukkan selain dengan pariwisata seperti mengadakan perlombaan di setiap perayaan Maulid Nabi, membentuk panitia, Hari Raya Kurban, Idul Fitri dan kegiatan agama lainnya. Sementara dampak negatif yang diakibatkan oleh adanya pariwisata di Desa Suranadi dapat berupa: (a) Banyak para remaja yang mengenal minuman keras, (b) Berkurangnya ibadah ghairu mahdhah, (c) Banyaknya remaja yang mengadakan balap liar, (d) Banyak remaja yang berpakaian tidak sesuai dengan ajaran agama.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa diantaranya: (a) memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan bahayanya minum minuman keras, (b) mengadakan yasinan barsama yang dilakukan secara bergilir di rumah warga sesuai dengn jadwal yang ada setiap malam jum’at dan malam rabu, (c) setiap tahun mengadakan pelatihan-pelatihan mengenai sadar wisata di lingkungan pariwisata yang biasanya disebut Darwis hal ini dilakukan agar para remaja yang gemar melakukan balap liar akan merubah kebiasaannya untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pemerintah setempat, (d) mendatangkan tuan guru dari luar diharapkan mampu memberikan pengarahan terhadap masyarakat khususnya remaja agar merubah gaya hidup mereka seperti yang telah ditetapkan dalam agama.
Kata Kunci: Dampak Pariwisata, Perilaku Beragama Remaja
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Sumber daya dan potensi pariwisata NTB memiliki daya pikat dari
pesona alam dan budayanya. Keadaan alamnya yang masih relatif alami,
bersih dan menawan serta memiliki kekhasan tersendiri. Pada tahun 2007
NTB di tetapkan sebagai salah satu dari lima provinsi yang menjadi destinasi
pariwisata unggulan Indonesia, di samping Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
NTB, NTT, dan Sumatera Barat. Berdasarkan Perda Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi NTB dan Perda Nomor 9 Tahun 1989 tentang
pembangunan kepariwisataan di daerah NTB.2
Pariwisata sebagai industri makin berkembang hal ini dapat
dibuktikan dengan makin banyaknya fasilitas-fasilitas yang disediakan, di
samping itu pariwisata sebagai ilmu akan menjadi produk dan faktor
pendorong bagi kemajuan bangsa Indonesia yang memiliki potensi sangat
besar. Dengan demikian kondisi pariwisata di Indonesia khususnya Desa
Suranadi Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat telah menampilkan
fungsinya dalam mengembangkan dan menyumbangkan kontribusinya
terhadap kehidupan ekonomi sosial dan budaya bangsa. Di samping
pariwisata sebagai wadah kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan
memupuk cinta tanah air daerah.
2 Nanik I. Taufan, Langkah Pariwisata NTB Menerobos Pasar Dunia, (Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata NTB, 20009), h. 56.
2
Suranadi memiliki keindahan alam sebagai objek wisata. Di samping
sebagai objek wisata juga bisa sebagai zona pertanian, daerah ini memiliki
potensi sumber daya alam dan kebudayaan yang memiliki nilai sejarah. Objek
wisata yang ada di Suranadi juga penuh dengan keindahan hutan lindung di
sekelilingnya, di samping itu juga ada kolam pemandian air dingin yang
sumber airnya berasal dari mata air yang berada di hutan wisata Suranadi.
Yang paling mempesona bagi wisatawan di Suranadi adalah adanya
kolam pemandian air dingin yang mengalir dari batu-batuan, selain mandi
bisa juga untuk tempat peristirahatan sambil menikmati sajian kuliner yang
ada dan rekreasi bagi wisatawan, melihat aktivitas ini para wisatawan sangat
menaruh perhatian atas daya tarik mereka untuk berwisata di Kecamatan
Narmada Desa Suranadi.
Kahadiran wisatawan baik domestik maupun mancanegara dapat
membawa dampak positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakat
Suranadi, juga terhadap para wisatawan seperti “perampokan yang terjadi
terhadap wisatawan di daerah pariwisata Pantai Nambung Lombok Barat”.3
Ini salah satu bentuk dampak negatif yang ditimbulkan oleh pariwisata.
Apabila hal ini bisa terjadi di daerah pariwisata lain, maka besar
kemungkinan hal serupa bisa terjadi di daerah pariwisata di Desa Suranadi.
Kedua alternatif ini merupakan dinamika dalam kehidupan manusia sekarang
melalui tulisan ini pengaruh yang timbul akibat arus sikap wisatawan itu akan
3 Surat kabar Lombok Post tanggal 20 September 2014, h. 6.
3
disoroti dari kacamata Islam. Kehadiran wisatawan ke suatu daerah pasti
mempunyai tujuan dan latar belakang, kultur, agama yang berbeda-beda.
Dengan melihat hal-hal tersebut di atas mendorong pemerintah daerah
NTB melakukan pembangunan baik sarana maupun prasarana yang
mendukung pariwisata. Namun sudah tentu wisatawan yang datang memiliki
latar belakang budaya yang beraneka ragam dan berbeda dengan penduduk
setemapat. Cepat atau lambat baik secara sengaja atau tidak, ragam budaya
tersebut dapat membawa dampak dalam kehidupaan sosial politik, keamanan,
pendidikan, dan akhlak masyarakat termasuk diantaranya para remaja,
dampak tersebut dapat berupa positif maupun negatif. Karena bagaimanapun
yang rentan terkena dampak pariwisata khususnya dampak negatif pariwisata
adalah para remaja.
Maka untuk mengantisipasi dampak negatif ini dibutuhkan
pengawasan dan penyaringan, yang apabila tidak diadakan sangat
memungkinkan akan membawa pengaruh terhadap pola hidup masyarakat,
yang pada gilirannya peleburan nilai agama, budaya, adat istiadat setempat
makin hilang dari motivasi aslinya yaitu motivasi yang dimulai dari saktal,
lama kelamaan akan berubah kepada motivasi baru yang bersifat komersial
bahkan dorongan beragama semakin hilang dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang juga sebagai salah satu
penduduk yang tinggal di daerah pariwisata tempat penelitian ini dilakukan,
peneliti dapat melihat bahwa dari 40 orang remaja hanya 10% yang bisa
memanfaatkan lokasi pariwisata ini sebagai salah satu ladang pencarian
4
nafkah bagi keluarga mereka, dan tidak jarang juga ditemukan remaja yang
berperilaku menyimpang dari ajaran-ajaran agama seperti mabuk-mabukan
(khomr), berpakaian yang tidak sesuai dengan ajaran agama, dan mengadakan
balap liar. Hal ini terjadi karena banyaknya remaja yang beranggapan bahwa
orang lain tidak akan mengetahui yang mereka lakukan itu menyimpang dari
ajaran Islam, karena mereka tidak memperlihatkan indentitasnya sebagai
umat muslim.4
Allah mengharamkan khomr dalam firmannya:
$ pκš‰r' ¯≈ tƒ tÏ%©!$# (#þθ ãΨtΒ#u $ yϑ̄ΡÎ) ã�ôϑsƒø: $# ç�Å£øŠyϑø9$#uρ Ü>$ |ÁΡF{$#uρ ãΝ≈ s9ø—F{ $#uρ Ó§ô_Í‘ ô ÏiΒ È≅ yϑtã
Ç≈sÜ ø‹¤±9 $# çνθ ç7Ï⊥ tGô_$$ sù öΝä3ª=yès9 tβθ ßsÎ=ø�è? ∩⊃∪
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al-Maidah: 90)5
Khomr mengakibatkan banyak kerusakan yang dapat
menimbulkan pertikaian, ketidakharmonisan, permusuhan, serta menghalangi orang dari beribadah, dzikir, shalat, dan lainnya. Khamar mendatangkan segala mala petaka, serta memicu kemaksiatan dan kedurhakaan. Orang yang meminumnya pasti akan kehilangan akal sehat, sehingga terdorong untuk melakukan segala tindak kejahatan, menodai kehormatan, dan berani berbuat dosa.6
Di samping itu dampak negatif yang ditimbulkan adalah terjadinya
persaingan ekonomi sehingga masyarakat lebih suka memikirkan ekonomi
4 Hasil Pengamatan Panjang Peneliti Sebagai Penduduk Desa Suranadi dari Tahun 2010
s/d 2014 5 Departemen Agama RI. Al-Jumanatul Ali, Qur’an Surat Al-Maidah dan Terjemahannya
:90, (Bandung: CV. J-ART,2004), h. 123. 6 Salman Nashif Ad-Dahdu. 100 yang Terlaknat Beragam Golongan dan Tindakan yang
Dilaknat oleh Allah dan Rosul-Nya. (Solo: Darul Basyir, 2008), h. 36.
5
dari pada agama efektif merosotnya akhlak, manipulasi, dan lain-lain. Dengan
demikian kondisi di atas apabila di hubungkan dengan keadaan masyarakat di
sekitar lokasi wisata sangat memprihatinkan karena masih banyak remajanya
yang belum menjalankan agamanya secara baik, hal ini disebabkan
kurangnya ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran agama, adat dan
budaya, baik menyangkut budi pekerti, ibadah, sosial kemasyarakatan
maupun akhlak. Sementara masih banyak lagi masyarakat yang tergolong
religius, ketaatannya dan kepatuhannya melaksanakan agama dan adat masih
kuat.7
Untuk menemukan permasalahan di atas penulis terdorong melakukan
penelitian di lapangan dengan judul: “Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku
Beragama Remaja (Studi Kasus di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Tahun)” Permasalahan ini dirasa penting untuk diteliti mengingat isu
rendahnya nilai-nilai akhlak Islami yang berkembang dewasa ini.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang
akan diteliti dalam sekripsi ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimanakah dampak pariwisata terhadap perilaku keberagamaan
remaja di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat?
2. Bagaimanakah upaya pembinaan keagamaan remaja di daerah pariwisata
di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat?
7 Observasi Awal, Wisata Kuliner Desa Suranadi, 22 September 2014
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai, demikian
dengan proposal yang akan diangkat, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui dampak pariwisata terhadap perilaku beragama remaja
Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat.
2. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menangani perilaku remaja di daerah
pariwisata di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu
pengetahuan dan menambah informasi yang berhubungan dengan
pariwisata serta dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
mengenai hal-hal yang terjadi khususnya yang terkait dengan
timbulnya dekadensi moral yang banyak melanda masyarakat
khususnya yang terjadi dikalangan para remaja.
b. Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi
penelitian selanjutnya.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian
a. Dampak pariwisata terhadap perilaku beragama remaja Desa Suranadi
Kecamatan Narmada Lombok Barat.
7
b. Upaya pembinaan keagamaan remaja di daerah pariwisata di Desa
Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat.
2. Setting penelitian
Penelitian ini berlokasi di daerah Suranadi, alasan peneliti
mengambil lokasi ini karena daerah ini merupakan daerah pariwisata yang
kerap dikunjungi oleh wisatawan lokal dan tidak jarang juga dikunjungi
oleh wisatawan mancanegara, karena memiliki potensi sebagai obyek
kunjungan wisata dan alamnya yang indah, banyaknya bangunan home
stay, juga terkenal dengan pemandian air dingin. Selain itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian di daerah pariwisata tersebut karena
banyak masyarakat yang memanfaatkan lokasi tersebut sebagai ladang
pencarian nafkah keluarga mereka dan banyak juga masyarakat yang
berperilaku menyimpang dari ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana
yang telah disebutkan dalam konteks penelitian.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi atau karya terdahulu
sebagai pedoman penelitian lebih lanjut dan untuk mendapatkan data yang
valid serta menghindari terjadinya duplikasi, plagiasi, dan revitisi sehingga
menjamin orisinalitas dan legalitas penelitian ini.
Adapun judul penelitian yang terdaulu yang peneliti jadikan sebagai
perbandingan adalah:
8
1. Penulis oleh Uswatun Hasanah (2005), yang berjudul “Dampak
pariwisata terhadap perilaku keagamaan masyarakat”. Penelitian ini
dilakukan di Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat.
Penelitian tersebut lebih banyak membahas tentang perilaku
keagamaan masyarakat Desa Senggigi sedikit terkikis dan terkesan
mengikuti budaya yang diadopsi dari budaya bawaan wisatawan
mancanegara. Kehidupan masyarakat Desa Senggigi sedikit
terkontaminasi oleh budaya asing yang dikonsumsi oleh sebagian
masyarakat khususnya para pemuda dan pelaku pariwisata yang berasal
dari Desa Senggigi. Sementara para tokoh agama dan tokoh masyarakat
menganggap perkembangan pariwisata tesebut dapat merusak perilaku
remaja khususnya dan masyarakat secara umum.8
Penelitian diatas memiliki relevansi dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, yaitu sama-sama meneliti tentang dampak
pariwisata, akan tetapi yang membedakannya disini adalah subyek
penelitian yang digunakan yaitu masyarakat, sedangkan pada penelitian
ini subyek penelitian yang digunakan adalah remaja. Disamping itu
setting atau tempat penelitian juga berbeda, penelitian di atas dilakukan
di Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, sedangkan
penelitian ini dilakukan di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Kabupaten Lombok Barat.
8Uswatun Hasanah. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Keagamaan Masyarakat Desa
Senggigi Kecamaatan Batu Layar Lombok Barat, (Sebagai Tugas Akhir di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram) 2005.
9
2. Penulis oleh Emawati (2012) dengan judul “Dampak pariwisata terhadap
perilaku siswa sekolah dasar di SDN 2 Gili Indah Kecamatan Pemenang
Kabupaten Lombok Utara.
Peneliti memberikan kesimpulan dalam bidang ibadah, sebagian
siswa enggan untuk melaksanakan ibadah karena tidak adanya teguran
dari orang tua sehingga membuat anak merasa apa yang mereka kerjakan
benar, walaupun sebenarnya itu tidak benar. Sedangkan bidang akhlak,
kurangnya kesadaran siswa untuk berperilaku baik, kepada orang tua
maupun teman mereka sendiri.9
Penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, yaitu sama-sama meneliti tentang dampak
pariwisata, akan tetapi yang membedakannya di sini adalah subyek
penelitian yang digunakan yaitu siswa sekolah dasar, sedangkan pada
penelitian ini subyek penelitian yang digunakan adalah remaja. Di
samping itu setting atau tempat penelitian juga berbeda, penelitian di atas
dilakukan di SDN 2 Gili Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten
Lombok Utara. sedangkan penelitian ini dilakukan di Desa Suranadi
Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat
3. Penulis oleh Nuraini (2013) dengan judul “Dampak pariwisata terhadap
tingkat pendidikan masyarakat Dusun Sade Rembitan Kecamatan Pujut
Kabupaten Lombok Tengah”.
9 Emawati. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Siswa Sekolah Dasar di SDN 2 Gili
Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. (Sabagai Tugas Akhir di Jurusan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram), 2012.
10
Peneliti memberikan kesimpulan bahwa perkembangan pariwisata
di Dusun Sade Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah
dikategorikan sangat baik, hal ini terbukti dari beberapa perubahan yang
menunjukkan kemajuan yang dicapai, baik dari segi infrastruktur,
budaya, dan pendapatan. Namun tingkat pendidikan masyarakat Dusun
Sade Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah
masih tergolong menengah dengan kategori yang tidak tamat SD 112
orang dan yang tamat SD-SMP 35 orang, tamat SLTA 15 orang dan
perguruan tinggi 12 orang. Hal ini disebabkan karena maraknya
pernikahan diusia muda yang menyebabkan terjadinya putus sekolah,
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.10
Penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, yaitu sama-sama meneliti tentang dampak
pariwisata, akan tetapi yang membedakannya di sini adalah subyek
penelitian yang digunakan yaitu masyarakat, sedangkan pada penelitian
ini subyek penelitian yang digunakan adalah remaja. Di samping itu
setting atau tempat penelitian juga berbeda, penelitian di atas dilakukan
di Dusun Sade Rembitan Kecamatan Pujut Lombok Tengah, sedangkan
penelitian ini dilakukan di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Kabupaten Lombok Barat.
10 Nuraini. Dampak Pariwisata Terhadap Tingkat Pendidikan Masyarakat Dusun Sade Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. (Sebagai Tugas Akhir di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanIAIN Mataram), 2013.
11
F. Kerangka Teoritik
4. Konsep Pariwisata
Secara jelas dapat dilihat bahwa pariwisata itu bukanlah
merupakan industri biasa seperti halnya industri mesin, meubel yang
mempunyai pabrik dan menghasilkan barang-barang yang secara
langsung dapat dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk barang-barang
sebagai hasil produksinya.
Penelitian kepariwisataan mencoba mengamati dampak
kepariwisataan terhadap remaja yang penting, karena remajalah yang
menerima secara lansung dampak dari pariwisata tersebut. Dimasa usia
remaja cendrung mengikuti perubahan era globalisasi yang membawa
kehidupan baru yang bersifat modern khususnya pariwisata yang
melibatkan wisatawan asing seperti tourist dan excurtionist.
a. Pegertian dan Tujuan Pariwisata
Dalam bahasa inggris wisata disebut dengan ‘tour’ yang berarti berdarmawisata atau berjalan-jalan melihat pemandangan, sedangkan secara etimologi, pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata “pari” halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata” yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu.11
Konsep pariwisata juga mengandung kata kunci ‘perjalanan’
(tour) yang dilakukan seseorang, yang melancong demi kesenangan
untuk sementara waktu, bukan untuk menetap atau bekerja.12
11 Inu Kencana Syafiie. Pengantar Ilmu Pariwisata, (Mandar Maju: Bandung, 2009), h. 14. 12I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta. Pengantar Ilmu Pariwisata, (Andi: Yogyakarta,
2009), h. 12.
12
Dengan demikian dapat disimpulkan pariwisata yaitu suatu
perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu
tempat ke tempat lain. Dengan demikian, pariwisata tidak hanya
dilakukan disatu tempat saja tetapi juga di tempat-tempat yang
lainnya yang dapat dijadikan suatu daerah tujuan wisata yang
mempunyai daya tarik wisata.
Setelah mengetahui definisi dari pada pariwisata, maka dapat
diketahui bahwa pembangunan pariwisata ditujukan untuk
memberikan manfaat pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan ini
sangat luhur dan positif, namun pada kenyataannya seringkali
muncul permasalahan teknis meskipun perencanaan yang dibuat
telah dianggap sempurna.
Pada dasarnya tujuan umum pembangunan pariwisata adalah
untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan meratakan
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja, mendorong
pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat, memperkaya kebudayaan dan tetap mempertahankan
kepribadian bangsa dan tetap terpeliharanya niai-nilai agama.
Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan Kepariwisataan Indonesia adalah:
1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat 3) Menghapus kemiskinan 4) Mengatasi pengangguran
13
5) Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya 6) Memajukan kebuudayaan 7) Mengangkat citra bangsa 8) Memupuk rasa cinta tanah air 9) Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa 10) Mempererat persahabatan antar bangsa.13
b. Jenis-jenis Wisata
Terdapat banyak jenis daya tarik wisata yang dibagi dalam
berbagai macam sistem klasifikasi daya tarik, secara garis besar daya
tarik wisata diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi.
1) Daya tarik alam
2) Daya tarik budaya
3) Daya tarik buatan manusia
Yang tersebut di atas dibagi dalam dua kategori yaitu:
1) Obyek dan daya tarik wisata alam
2) Obyek dan daya tarik wisata sosial budaya
Perencanaan dan pengelolaan obyek dan daya tarik wisata
alam maupun sosial budaya harus berdasarkan pada kebijakan
wacana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua
kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencanaan
pengembangan obyek daya tarik wisata harus mampu
mengasumsikan kebijakan yang areal yang bersangkutan.
13 A.J.Muljadi dan Andri Warman. Kepariwisataaan dan Perjalanan Edisi Revisi. (PT.
Rajagrafindo Persada: Jakarta 2014), h. 41-42.
14
Para wisatawan sebagian besar tertarik pada daya tarik alam
dan budaya pada daerah pariwisata yang mereka kunjungi karena
masih bersifat alami dan bukan semata-mata buatan manusia.
Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut. 1) Wisata Budaya
Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
2) Wisata Maritim atau Bahari Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan
olah raga di air, lebih-lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah-daerah atau negara-negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya. Di Indonesia banyak tempat dan daerah yang memiliki potensi wisata maritim ini, seperti misalnya Pulau-pulau Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan pulau-pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta.
3) Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi Untuk jenis wisata ini biasanya banyak
diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat
15
perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain. Di Bali wisata Cagar Alam yang telah berkembang seperti Taman Nasional Bali Barat dan Kebun Raya Eka Karya
4) Wisata Konvensi Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa
yang dinamakan wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Jerman Barat misalnya memiliki Pusat Kongres Internasional (International Convention Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC (Philippine International Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang-sidang pertemuan besar dengan perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila, atau Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan-badan nasional maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat konvensi ini dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan program-program atraksi yang menggiurkan.
5) Wisata Pertanian (Agrowisata) Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini
adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.
6) Wisata Buru Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang
memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah,
16
singa, ziraf, dan sebagainya. Di India, ada daerah-daerah yang memang disediakan untuk berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia, pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana wisatawan boleh menembak banteng atau babi hutan.
7) Wisata Ziarah Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan
agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang-orang Khatolik misalnya melakukan wisata ziarah ini ke Istana Vatikan di Roma, orang-orang Islam ke tanah suci, orang-orang Budha ke tempat-tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya. Di Indonesia banyak tempat-tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat-umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura Basakih di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung Kawi, makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen atau biro perjalanan menawarkan wisata ziarah ini pada waktu-waktu tertentu dengan fasilitas akomodasi dan sarana angkuatan yang diberi reduksi menarik ke tempat-tempat tersebut di atas.14
c. Dampak Pariwisata
1) Dampak Ekonomi Pariwisata
Dampak ekonmomi pariwisata dapat dibedakan menjadi
dua yaitu dampak positif dan dampak negatif.
14 http://limamarga.blogspot.com/2012/04/jenis-jenis-pariwisata.html, dikutip 10 November 2014.
17
a) Dampak Positif Pariwisata Bagi Ekonomi
Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian,
diantaranya adalah sebaagai berikut (Leiper, 1990):
(1) Pendapatan dari penukaran valuta asing
Hal ini terjadi pada wisatawan asing. Walau
dibeberapa negara pendapatan dari penukaran valuta asing
tidak begitu besar, namun beberapa negara misalnya New
Zealand dan Australia, pendapatan dari penukaran valuta
asing ini sangat besar nilainya dan berperan secara sangat
signifikan.
(2) Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri
Surplus dari pendapatan penukaran valuta asing akan
menyebabkan neraca perdagangan menjadi semakin sehat.
Hal ini akan mendorong suatu negara mampu mengimpor
beragam barang, pelayanan dan modal untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.
(3) Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata
Pengeluaran dari wisatawan secara langsung maupun
tidak langsung merupakan sumber pendapatan dari
beberapa perusahaan, organisasi atau masyarakat
perorangan yang melakukan usaha di sektor pariwisata.
18
(4) Pendapatan pemerintah
Pemerintah memperoleh pendapatan dari sektor
pariwisata dari beberapa cara.
(5) Penyerapan tenaga kerja
Banyak individu menggantungkan hidupnya dari
pariwisata. Pariwisata merupakan sektor yang tidak bisa
berdiri sendiri tetapi memerlukan dukungan dari sektor lain.
(6) Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal
Wisatawan dan masyarakat lokal sering berbagi
fasilitas untuk berbagai kepentingan.
Di samping dampak positif bagi perekonomian di atas,
WTO (1980: 9-12) mengidentifikasi dampak positifnya sebagai
berikut:
(1) Meningkatnya permintaan akan produk pertanian lokal
(2) Memacu pengembangan lokasi atau lahan yang kurang
produktif
(3) Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik
dan tipikal bagi suatu daerah atau negara
(4) Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk
perikanan dan laut
(5) Mendorong pengembangan wilayah dan penciptaan
kawasan ekonomi baru.
19
(6) Menghindari konsentrasi penduduk dan penyebaran
aktivitas ekonomi
(7) Penyebaran infrastruktur ke pelosok wilayah
(8) Manajemen pengelolaan sumber daya sebagai sumber
revenue bagi otoritas lokal.
b) Dampak Negatif Pariwisata Bagi Ekonomi
Dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yang telah
diuraikan di atas, juga tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa
dampak negatif dari keberadaan pariwisata bagi ekonomi suatu
daerah atau negara. Namun umumnya dampak negatif ini
memiliki magnitude yang lebih kecil dari pada dampak
positifnya. Dampak negatif tersebut adalah sebagai berikut
(Mathieson dan Wall, 1982 dalam Leiper, 1990: 233):
(1) Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
Beberapa daerah tujuan wisata sangat
menggantungkan pendapatan atau kegiatan ekonominya
pada sektor pariwisata. Sebagaimana diketahui, pariwisata
sangat rentan terhadap fluktuasi karena berbagai isu.
Adakalanya isu yang tidak mengguntungkan (teror,
penyakit, konflik, dan lain sebagainya) akan mempengaruhi
minat wisatawan untuk pergi berwisata ke daerah tersebut.
Akibatnya, kegiatan ekonomi juga mengalami penurunan
tajam akibat proporsi terbesar disumbangkan dari aktifitas
20
pariwisawa. Begitu pariwisata mengalami penurunan,
langsung atau tidak hal itu akan menyebabkan penurunan
kegiatan ekonomi secara berantai.
(2) Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah
Perputaran uang dalam aktifitas ekonomi didaerah
tujuan pariwisata sangat besar. Permintaan barang konsumsi
juga meningkat yang pada akhirnya akan memicu laju
inflasi. Di sisi lain dibangunnya pasilitas pariwisata akan
memicu harga tanah di sekitar lokasi tersebut sampai harga
yang tidak masuk akal.
(3) Meningkatnya kecenderungan untuk menginpor bahan-
bahan yang diperlukan dalam pariwisata sehingga produk
lokal tidak diserap.
Hal ini disebabkan karena wisatawan sebagai
konsumen datang dari belahan geografis dengan pola makan
dan menu yang jauh berbeda dengan masyarakat lokal.
Mereka juga memiliki gaya hidup dan kebiasaan yang
sangat berbeda sehingga kebutuhannya pun sangat berbeda.
Daerah tujuan wisata, walaupun mampu memproduksi
produk-produk tertentu dengan kualitas yang cukup baik
namun bila tidak sesuai dengan selera dan kebutuhan
wisatawan maka tidak akan mendapatkan manfaat dari
keberadaan pariwisata. Hotel, restoran, toko, dan
21
sebagainya terpaksa menginpor produk luar negeri dan
kemudian memajang produk tersebut untuk memenuhi
perrmintaan wisatawan.
(4) Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi
dengan tepat, menyebabkan pengembalian modal investasi
juga tidak pasti waktunya.
Tidak sepanjang tahun wisatawan datang
mengunjungi daerah tujuan wisata. Selain karena mereka
juga bekerja di negaranya, pertimbangan geografis, cuaca,
waktu, biaya dan sebagainya mempengaruhi keputusan
seseorang untuk berwisata. Pariwisata kelihatan hidup pada
bulan-bulan tertentu (musiman) sehingga pendapatan dari
kegiatan ekonomi pariwisata juga mengalami fluktuasi.
Konsekuensinya, pengembalian modal investasi juga tidak
dapat dipastikan waktunya.
(5) Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian
setempat.
Hal ini berhubungan dengan degradasi alam,
munculnya limbah yang besar, polusi, transportasi, dan
sebagainya yang memerlukan biaya untuk memperbaikinya.
Menurut WTO (1980: 9-12), dampak negatif pariwisata
selain yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
22
(1) Kelangkaan akan sumber bahan makanan
Meningkatnya perrmintaan akan produk pertanian dan
makanan mungkin akan menyebabkan kelangkaan sumber
daya bagi penduduk lokal. Apalagi dengan adanya
kecenderungan untuk ‘menginternasionalisasi’ jenis produk,
menu dan diet di daerah tujuan wisata.
(2) Ketidak cocokan produk lokal dengan permintaan pasar
pariwisata
Hal ini mungkin terjadi jika suatu produk yang secara
tradisoanl dihasilkan di daerah tujuan wisata tidak dapat
diserap oleh pariwisata karena kurang diminati wisatawan,
atau tidak memenuhi spesifikasi yang diinginkan sektor
pariwisata.
(3) Kelangkaan sumber energi dan bertambahnya biaya
pengolahan limbah.
Kegiatan pariwisata memerlukan sumber energi yang
sangat besar, baik listrik, gas, air dan sebagainya. Hal ini
akan memicu terjadinya kelangkaan sumber energi bagi
wilayah tersebut. Di sisi lain, pemanfaatan yang ektensif
akan menimbulkan limbah yang membutuhkan biaya
pengolahan.
23
2) Dampak Sosial Budaya Pariwisata
Tidak seperti beberapa penelitian dampak pariwisata pada
sektor ekonomi tuan rumah yang cenderung berakibat positif,
penelitian terhadap dampak pariwisata pada sisi sosial budaya
cenderung memberikan hasil yang kontradiktif. Beberapa
peneitian juga menunjukkan bahwa dalam kondisi dan tempat
tertentu pariwisata menimbulkan dampak positif bagi kondisi
sosial budaya (Dinarta, 2006 dan Pitana, 2002). Secara teorotis,
Cohen (1984) mengelompokkan dampak sosial budaya
pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu :
a) Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara
masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas,
termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya;
b) Dampak terhadap hubungan interpersonal anatara anggota
masyarakat;
c) Dampak terhadap dasar-dasar organisasi kelembagaan
sosial;
d) Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e) Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f) Dampak terhadap pola pembagian kerja;
g) Dampak terhadap stratifiksi dan mobilitas sosial;
h) Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
24
i) Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-
penyimpangan sosial; dan
j) Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
Sedangkan Pizam dan Milman (1984) mengklasifikasikan
dampak sosial budaya pariwisata atas enam yaitu:
a) Dampak terhadap aspek demografis (jumlah penduduk,
umur, perubahan piramida kependudukan)
b) Dampak terhadap maata pencaharian (peruubahan
pekerjaan, distribusi pekerjaan)
c) Dampak terhadap aspek budaya (tradisi, keagamaan,
bahasa)
d) Dampak terhadap transpormasi norma (nilai, moral, peranan
seks)
e) Dampak terhadap modifikasi pola konsumsi (infrastruktur,
momuditas)
f) Dampak terhadap lingkungan (populasi, kemacetan lalu
lintas).15
Di samping dampak terhadap pariwisata terhadap tata nilai
dan bagaimana masyarakat berpikir, pariwisata juga
menyebabkan masalah untuk masyarakat tuan rumah yang
memengaruhi bagaimana masyarakat bertindak dalam
kehidupan sehari-harinya diantaranya sebagai berikut:
15 Pitana dan Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisats, h. 184-194
25
a) Terlalu Sesaknya Orang
Sebuah komunitas kecil bisa seketika menjadi sesak
dengan kedatangan wisatawan dalam jumlah besar.
b) Kemacetan Lalu Lintas
Dampak yang lebih mudah diamati adalah terjadinya
kemacetan dan kesemerawutan lalu lintas. Hal ini akan
menyebabkan beberapa macam konflik yaitu konflik antara
pejalan kaki dengan pemakai kendaraan bermotor.
c) Penggunaan Infrastruktur Berlebihan
Kekurangan sistem pengolahan limbah biasanya
merupakan suatu masalah umum yang muncul didaerah
tujuan wisata akibat keterlambatan otoritas pemerintah
dalam mengantisipasi perkembangan pariwisata di
wilayahnya.
d) Kehilangan Kegunaan dan Manfaat Sosial Tanah
Masuknya pariwisata di suatu kawasan akan
memerlukan lahan untuk membangun akomodasi dan
fasilitas pariwisata. Pengambil alihan lahan ini akan
mengurangi manfaat sosial yang sebelumnya digunakan
oleh masyarakat setempat.
e) Kehilangan Manfaat dan usaha Lain
Pembangunan pasilitas pariwisata menyebabkan
usaha lain menjadi terancam dan bahkan hilang.
26
f) Populasi Desain Arsitektur
Ketidaksingkronan desain arsitektur fasilitas dan
komodasi pariwisataa di suatu kawasan dapat mengganggu
integrasi sosial dan budaya setempat. Tidak jarang
arsitektur fasilitas pariwisata tidak mempertimbangkan
estetika dan karakteristik lingkungan setempat.
g) Kejahatan Terhadap Wisatawan
Kesuksesan suatu daerah dalam mengmbangkan
pariwisata berarti juga berhasilnya dalam menyerap uang
dari kegiatan wisatawan. Hal yang tidak disadari adalah
kejahatan akan juga mengikuti di mana uang banyak
dihasilkan.
h) Kejahatan oleh Wisatawan
Dalam kegiatan ini kejahatan sebagai masalah sosial
justru diakibatkan oleh datangnya wisatawan dengan
perilaku menyimpang. Penggunaan obat terlarang, ganja,
opium, mariyuana, penggunaan alkohol berlebihan, dan
sejenisnya menjadi racun bagi masyarakat setempat.16
3) Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan
Pentingnya lingkungaan alam untuk mendukung suatu
kawasan menjadi daerah tujuan atau objek wisata tidak
terbantahkan lagi. Meskipun bukan faktor utama atau satu-
16 Ibid, h. 197-200
27
satunya yang utama menarik wisatawan untuk berkunjung,
tetapi faktor lingkungan dan alam mempunyai pengaruh
signifikan bagi calon wisatawan mengapa memilih daerah
tersebut sebagai daerah tujuaan wisata. Di sisi lain tidak bisa
dipungkiri aktivitas priwisata disuatu kawasan dapat
menimbulakan dampak terhadap alam dalam derajat tertentu.
Menurut Richardson dan Fluker (2004: 155-159) dampak
pariwisata terhadap lingkungan di antaranya adalah sebagai
berikut:
a) Dampak dari penggunaan transportasi
Alat transportasi juga menjadi sumber utama polusi
suara (kebisingan) terutama dari mobil dan pesawat udara.
Secara global trasportasi darat mengonsumsi jampir 75
persen total bahan bakar fosil.
b) Dampak dari pembangunan fasilitas pariwisata
Pembangunan pariwisata dapat menimbulkan
kerusakan besar pada ekosistem. Kerusakan dan masalah
ekosistem yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi dan
emisi gas buang. Untuk pembangunan di daerah perbukitan
dan pegunungan, selain perusakan hutan, juga menjadi
penyebab erosi dan longsor.
28
c) Dampak dari pengoprasian industri pariwisata
Pengoprasian industri pariwisata dapat memberi tekanan
pada lingkungan melalui berbagai cara yaitu:
(1) Tekanan terhadap sumber daya alam
Misalnya, wisatawan dan alat transportasinya dapat
merusak dan menghancurkan vegetasi tumbuhan dan
perusakan garis pantai.
(2) Perusakan habitat kehidupan liar
Masalah yang timbul dapat berupa penghancuran
habitat akibat hilangnya habitat untuk keperluan
pembangunan pariwisata, penyediaan tempat camping,
pencarian kayu bakar, dan sebagainya. Perusakan
keseimbangan habitat dapat muncul saat wisatawan jalan-
jalan sambil memberi makan burung dan hewan yang
ditemui.
(3) Polusi dan pencemaran limbah lainnya
Limbah merupakan bahaya utama bagi sumber air
bagi keperluan sehari-hari dan juga menjadi ancaman bagi
perairan laut dan wilayah pantai. Ancaman lainnya dapat
berupa pengendapan bahan limbah, polusi limbah hotel,
dan restoran, bahan bakar kapal laut, dan boat erosi
29
sepanjang aliran sungai yang membawa sampah, limbah
rumah tangga, limbah sisa pencucian, dan sebagainya.17
4) Bidang agama dan kebudayaan
Agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi
karena keduanya terdapan nilai dan simbol. Agama adalah
simbol yang melambangkan ketaatan kepada Tuhan,
kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia
bisa hidup di dalamnya.18
Dampak positif dari kepariwisataan adalah terjadinya
proses akulturasi terhadap kebudayaan itu, serta interaksi yang
terjadi antar kebudayaan-kebudayaan tersebut. Kebudayaan
merupakan seatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari
unsur-unsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan segala
kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.19
5. Perilaku Keagamaan Remaja
Mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa, maka perlu
kiranya untuk senantiasa mendapatkan pembinaan terutama yang terkait
dengan masalah akhlak (perilaku) mereka agar dapat menghasilkan
17 Ibid, h. 203-205. 18 Komunitas Al-katib Mahasiswa PAI, Tafsir Islam Warna Warni. (Karunia Kalam
Semesta Yogyakarta, Alam Tara Institute Mataram, dan Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram. 2012), h. 157.
19 Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. (PT Remaja Rosda Karya: Bandung 2009), h. 28
30
generasi-generasi muda yang beriman dan bertaqwa serta berbudi pekerti
luhur sesuai dengan ajaran Islam.
Untuk mencapai dan mewujudkan hal tersebut sangat diperlukan
sekali langkah-langkah yang harus ditempuh dan dilakukan oleh pihak-
pihak yang terkait dalam hal ini yang paling berperan adalah orang tua
yaitu ayah dan ibu.
a. Pengertian dan Ciri-ciri Remaja
Pada 1974 WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosoial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi;
Remaja adalah suatu masa di mana; 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual skunder hingga saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembanmgan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari pergantungan sosial-ekonomi yang penuh pada keadaan relatif yang lebih mandiri.20
Namun beberapa penulis Indonesia berpendapat bahwa
remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa, yang
ditandai dengan perkembangan biologis, psikologi, moral, dan
agama, kognitif dan sosial.21
Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan
20 Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar Agama (Perspektif Agama Islam), Edisi Revisi.
(Bandung; Pustaka Bani Quraisy), h. 11. 21 Ibid, hal. 17.
31
usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.22
Ditinjau dari segi hukum, maka rentang usia remaja itu
berkisar antara 12 tahun sampai 15 tahun. Menurut Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) batas minimal dari usia dewasa
adalah 16 tahun. Maksudnya adalah siapa saja yang berumur 16
tahun ke atas melakukan kejahatan, maka harus dihukum, tetapi bagi
remaja yang masih berumur 15 tahun ke bawah, melakukan
kejahaatan, maka anak remaja tersebut tidak dijatuhi hukman seperti
orang dewasa. Namun rentang usia remaja yang hampir disepakati
adalah umur 13 tahun sampai 21 tahun, sebagaimana dijelaskan oleh
Zakiah Darajat bahwa: Usia remaja yang hampir disepakati oleh
banyak ahli ialah antara 13 tahun hingga 21 tahun.23
b. Pengertian perilaku keagamaan
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang bioligis semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari pemaparan tersebut yang dimaksud dengan perilaku manusia yaitu semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.24
22 Mohammad Ali, Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 9. 23 Sahilun, Peranan Pendidikan Agama TerhadapPemecahan Problema Remaja (Kalam
Mulia: Jakaarta 2002), h. 69-71. 24 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehhatan dan Ilmu Prilaku (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2007), h. 133
32
Perilaku dapat diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku
baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian, suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu.25
Menurut Skiner yaitu seorang ahli psikologi, sebagaimana
yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo menyatakan bahwa perilaku
adalah merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh krena itu perilaku ini terjadi karena
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespon. Oleh karena itu Skiner membedakan respon ke
dalam dua jenis respon yaitu (a) Responden respons yaitu respon
yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut
eliciting stimulation karena menimbulkan respon yang relatif tetap.
Seperti timbulnya rasa sedih karena mendengar berita musibah dan
lain sebagainya. (2) Oprant Respont yaitu respon yang berkembang
dan timbul seperti adanya pujian karena melaksanakan pekerjaan
dengan baik secara otomatis petugas tersebut akan giat dalam
bekerja.26
Dari uraian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah sebuah aksi organisme yang ditimbulkan oleh
25 Asmar Yetti dan Eko Suryani, Psikologi Ibudan Anak, (Jogjakarta: Fitramaya, 2005), h. 23
26 Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan, h. 133-134.
33
rangsangan dari lingkungannya yang bersifat bisa diamati atau tidak
bisa diamati oleh pihak luar.
Keagamaan yaitu kata agama yang diberikan awalan “ke”
dan akhiran “an”. Kata agama sebenarnya dipakai untuk agama
Hindu, Budha. Tetapi setelah islam masuk ke Nusantara, masyarakat
yang menggunakan bahasa Melayu juga menggunakan kata agama
juga dipakai untuk sistem ajaran yang dibawa oleh Islam. Sistem dan
ruang lingkup agama Hindu, dan Budha berbeda dengan Islam.
Ajaran Islam tidak berasal dari tradisi, tetapi dari Allah melalui
wahyu-Nya, mengatur tata hubungan mansia dengan Tuhan, dengan
dirinya sendiri dan dengan manusia lain dalam masyarakat dan
dengan lingkungan hidupnya. Dalam bahasa aslinya agama islam
disebut din. Mulailah timbul kerancuan atau percampur adukan
pengertian karena ambang yang digunakan dalam agama Hindu dan
Budha digunakan untuk Din Al Islam (agama Islam) yang lain sekali
sistem ajaran dan ruang lingkupnya kalau dibandingkan dengan
sistem agama yang mendahuluinya.27
Perilaku keagamaan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu “perilku yang berhubungan dengan agama”.28 Sedangkan
perilaku keagamaan menurut Mursal dan H.M. Taher, yaitu tingkah
laku yang didasarkan atas kesadaran tentang adanya Tuhan Yang
27 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 35-37. 28 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 15.
34
Maha Esa, semisal aktifitas keagamaan seperti shalat, zakat, puasa,
dan sebgainya. Jadi perilaku keagamaan bukan hanya terjadi ketika
seseorang melakukan ritual saja, tetapi juga ketika melakukan
aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural, bukan hanya
yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat mata,
tetapi juga aktifitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati
seseorang.29
Dalam agama islam perilaku sering disamakan dengan
akhlak, dalam bukunya Zanuddin dan Muhammad Jamhari yang
berjudul Al-Islam 2 Muamalah dan Akhlak, yang menjelaskan
bagaimana akhlak rasulullah adalah Al-qur’an, yang dimaksud
akhlak di sini adalah perilaku dan tindakan beliau baik yang zahir
maupun bathin senantiasa mengikuti petunjuk dan ajaran Islam.30
Dengan demikian dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku keagamaan
yaitu segala tingkah laku yang berlandaskan kepada kayakinan atas
adanya Tuhan Yang Maha Esa, baik yang nampak maupun tidak.
c. Perilaku Keagamaan Remaja
Masa remaja sebagai segmen dari siklus kehidupan mannusia, menurut agama merupakan masa starting point pemberlakuan hukum syar’i (wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah) bagi seorang insan yang sudah baligh (mukallaf). Oleh karenaa itu remaja sudah seharusnya melaksanakan nilai-nilai atau ajaran agama dalam
29 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suruso, Psikologi Islami, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), h. 76. 30 A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2 Muamalah dan Akhlak,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 74.
35
kehidupannya. Pemikiran ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw., “Rufi’al qalam’an tsalaatsin, ‘anishshabiyyi hatta yahtalima, wa’aninna’imi hatta yaiqidla, wa’anil majnuuni hatta ya’qila,” (pena pencatat amal itu diangkat untuk tiga katagori manusia yaitu: jabang bayi sampai remaja, orang tidur sampai bangun, dan orang gila sampai sembuh kembali.”
Berdasarkan hadits di atas, masa remaja sudah termasuk kelompok mukallaf yaitu orang yang sudah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Adapun orang diberi kebebasan dari hukum, atau diberi garansi (jaminan) bahwa amalnya tidak dipandang dosa apabila mlanggar larangan Allah adalah mereka yang masih berusia bayi sampai menjelang remaja (usia anak SD), orang yang tidur, dan orang gila.
Bagi mukallaf, remaja (laki-laki atau perempuan) dituntut untuk memiliki keyakinan dan kemampuan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai agama (aqidah, ibadah dan akhlak) dalam kehidupannya sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Nilai-nilai agama yang seharusnya diaktualisasikan itu dapat disimak dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Nilai-Nilai Agama Terhadap Profil Sikap dan Perilaku
Remaja
Nilai-Nilai Agama
Profil Sikap dan Perilaku Remaja
Aqidah (keyakinan)
1. Meyakini Allah Sebagai Pencipta (Khalik), Yang Kepada-Nya Manusia Harus Beribadah.
2. Meyakini Bahwa Allah Maha Melihat Terhadap Semua Perbuatan Manusia.
3. Meyakini Bahwa Allah Melalui Malaikat Jibril Telah Menurunkan Agama Kepada Nabi Muhammad Saw., Sebagai Pedoman Hidup Bagi Manusia Di Dunia.
4. Mengasihi bahwa Allah mengasihi orang-orang yang taat dan patuh kepada-Nya dan membenci orang-orang mendurhakai-Nya.
5. Meyakini alam akhirat sebagai tempat pembalasan atau pengadilan agung bagi setiap orang dalam mempertanggung jawabkan amalnya di dunia.
Ibadah 1. Mengamalkan ibadah ritual (mahdlah),
seperti: shalat, shaum, dan berdo’a.
36
2. Membaca Al-qur’an dan belajar memahami isinya.
3. Mengendalikan diri (hawa nafsu) dari perbuatan yang diharamkan Allah, seperti berzina, minum minuman keras, berjudi, membunuh, atau tawuran.
4. Bersyukur pada saat mendapatkan nikmat atau anugrah,
5. Bersabar saat mendapat musibah Akhlak 1. Bersikap hormat kepada orang tua
2. Menjalin silaturahmi dengan saudara dan orang lain.
3. Berperilaku jujur dan amanah
Kemampuan remaja untuk mengaktualisasikan nilai-nilai agama diatas sangatlah beragam. Keragaman tersebu dapat diklasifikasikan kedalam bebrapa kelompok yaitu: 1) Remaja yang mampu mengamalkan secara konsisten, 2) Remaja yang mengamalkannya secara isidental (kadang-
kadang) 3) Remaja yang tidak mengamalkan ibadah mahdlah, tetapi
dapat berinteraksi sosial dengan orang lain secara baik, 4) Remaja yang melecehkan nilai-nilai agama secara
keseluruhan, dalam artian tidak mengamalkan perintah Allah, dan justru melakukan apa yang diharamkan-Nya.31
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keagamaan
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kontradiksi.
Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa energik,
heroik, dinamis, kritis, dan masa yang paling indah, tetapi ada pula
yang mengatakan masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa
rawan dan masa nyentrik. Karena masa tersebut berada diambang the
best of time and the worst of time (dapat berada dalam waktu yang
baik dan waktu yang buruk).
Sebagaimana masa transisi lainnya, maka masa remaja ditandai pula oleh ketidak mantapan si remaja yang berpindah-
31 Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar, h. 53-56
37
pindah dari perilaku atau norma-norma baru atau sebaliknya. Ketidak mantapan ini memang indikasi dari belum matangnya kepribadian. Masa ini sering disebut masa Sturm und drang.
Disebut “Sturm und drang” oleh karena anak itu emosinya cepat timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap norma-norma atau tradisi-tradisi yang berlaku yang kiranyatak dikehendakinya.32 Pembentukan perilaku seseorang tidak bisa terjadi dengan
sendiriya melainkan adanya faktor-faktor yang menyebabkan
perilaku tersebut mulai terbentuk, misalkan adanya interaksi
langsung seseorang yang bekenaan dengan obyek tertentu. Kaitannya
dengan penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi perilaku keagamaan yaitu adanya interaksi para
remaja dengan wisatawan yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda.
Orientasi sikap, dan perilaku keagamaan seseorang atau sebuah
kelompok tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah tingkat intelektualitas yang mencakup tingkat
pemahaman dan pengaruh lingkungan sosial. Fenomena
penyimpangan di atas pada umumnya berhubungan dengan kedua
faktor tersebut di atas biasanya berhubungan dengan keduafaktor
tersebut, biasanya secara bersama-sama. Jika dikatakan pemahaman
keagamaan yang menjadi faktornya, maka pemahaman tersebut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya. Begitu juga
32 Sahilun, Peran Pendidikan, h. 64.
38
lingkungan dan budaya dapat berubah seiring dengan tingkat
intelektualitas para individunya dalam memahami segala sesuatu
atau kehidupan.
Perilaku keagamaan merupakan salah satu faktor yang yang
dipenngaruhi oleh faktor sosial keagamaan. Suatu tindakan hanya
dapat dikatakan sebagai tindakan sosial apabila tindakan terrsebut
dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan
berorientasi pada perilaku orang lain. Proses interaksi dalam
kehidupan keidupan sosial baik secara vertikal dengan Tuhan
maupun horizontal dalam hubungannya dengan individu dalam
masyarakat, tentu diwarnai dengan berbagai macam tindakan.
Faktor lingkungan yang berpengaruh bagi perkembangan nilai seperti yang dijelaskan Muhammad Ali dan Muhammad Asrori dalam bukunyabahwa yang mempengaruhi perkembangan nilai, sikap, dan moral adalah lingkungan, moral dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, dan budaya yang termasuk di dalamnya pola interraksi, pola kehidupan beragama, dan berbagai sarana yang tesedia dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat akan mempengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah yang penuh rasa aman secara psikologis, pola interaksi yang demokratis, pola asuh bina kasih, dan religius dapat diharapkan menjadi remaja yang memiliki moralitas tinggi, berbudi luhur, serta sikap dan perilaku terpuji. Begitu juga seebaliknya remaja yang tumbuh dan berkembang denngan kondisi psikologis yang penuh denngan konflik, pola interaksi yang tidak jelas, pola asuh yang tidak berimbang, dan kurang religius, maka harapan-harapan itu menjadi diragukan.33
Keluarga dalam pengembangan kepribadian hidup seorang anak atau remaja adalah peran utama. Hal ini
33 Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja, h. 146-147.
39
didorong oleh keinginan keras dari keluarga yang menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang menjunjung nilai luhur mampu membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta memiliki sikap dan perilaku yang terpuji sesuai dengan harapaan orang tua, masyarakat ssekitar dan agama. Melalui proses pendidikan, pengasuhan, dampingan, perintah, larangan, hadiah, serta hukuman, dan lainnya. Peran orang tua menanamkan nilai-nilai luhur, moral, dan sikap yang baik bagi anak-anaknya agar menjadi generasi penerus yang diharapkan.34 Di lingkungan sekolah, para remaja bergaul dengan semua
warga sekolah, bukan dengan gurunya saja. Lingkungan bergaul
dengan teman sebaya biasanya terdiri dari sekumpulan remaja yang
berusia rata-rata hampir sama. Kelompok remaja seperti ini
mempunyai sisi positif dan negatif , tergantung bagaimana seorang
remaja beradaptasi saat bergaul dengan sesame temannya.
Terjadinya profil remaja dalam mengaktualisasikan nilai-nilai
agama disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya
yaitu:
a. Keragamanpendidikan agama yang diterima remaja dari orang tuanya, ada yang baik, kurang taat, dan yang tidak sama sekali.
b. Keragaman keluarga remaja dalam pengalaman nilai-nilai agama, yang taat, kurang taat, bahkan yang sama sekali tidak mempedulikan (melecehkan) nilai-nilai agama.
c. Keragaman kelompok teman bergaul, ada yang berakhlak baik, ada yang berakhlak buruk (perilaku bertentangan dengan norma-norma agama).35
Dalam hal ini, karena penelitian ini berkaitan dengan dampak
pariwisata, bisa juga dikaitkan dengan interaksi wisatawan yang
34 Ibid, h. 147-148 35 Syamsu Yusuf dan Nani M Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik,
(Bandung: PT Raja Grafindo Persada,2011), h. 105.
40
berkunjung atau adanya interaksi langsung dengan pengunjung yang
memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
6. Pemecahan Masalah Remaja
Untuk menghindari pembengkakan problema remaja yang
dihadapi oleh remaja, maka perlu sekali diadaakan pencegahan yang
terarah. Demikian juga dalam menghadapi kenakalan remajaa perlu
adanya tindakaan-tindakan yaitu:
a. Tindakan Preventif
Usaha-usaha yang sifatnya preventif dapat dilakukan melalui
pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal (sekolah), atau
juga melalui pendidikan non formal (masyarakat).
Pembinaan pendidikan keluarga bisa berupa menghindari
keretakan rumah tangga, menanamkan pendidikan agama sesuai
dengan tiingkat perkembangannya, pemeliharaan hubungan kasih
sayang yang adil dan merata antara sesama anggota keluarga,
pengawasan yang insentif terhaadap gejala aktivitas yang dilakukan
oleh anak-anak untuk menekan kemungkinan berperilaku yang
negatif, pemberian kesibukan yang bermanfaat dan tanggung jawab,
dan pembagian peranan dan tanggung jawab diantara para anggota
keluarga.
Sedangkan pembinaan pendidikan formal (sekolah). Sekolah
sebagaai lingkungan kedua setelah keluarga memegang peranan
yang sangat penting, terutama dalam pembinaan sikap mental,
41
pengetahuan dan keterampilan anak. Sasaran pembinaan ini adalah
tumbuhnya remaja-remaja yang dinamis, kritis dalam berpikir, dan
bertindak. Keadaan ini akan memperkecil frekuensi terjadinya
penyimpangan.
Sedangkan dalam pembinaan non formal (masyarakat).
Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah tangga
dan sekolah. Pembinaan-pembinaan kemasyarakatan dimaksudkan
untuk mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang bermanfaat.
Hal itu dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan pendidikan
kepramukaan, penyuluhan mental agama, pendidikan ketrampilan,
pembinaan olah raga, usaha-usaha perluasan perpustakaan, Palang
Merah Remaja, Karaang Taruna, Remaja Masjid dan usaha-usaha
lainnya.
b. Tindakan Represif
Tindakan ini diartikan, semua tindakan secara hukum yang
ditunjukkan kepada remaja yang melakukan kenakalan yang
melanggar hukum, atau orang yang secara langsung membantunya,
atau menjadi penyebab sehingga remaja itu melanggar hukum.
Ruang lingkup tindakan represif meliputi:
1) Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat
dijadikan tempat atau alat berbuat nakal oleh para remaja.
2) Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaaan terhadap remaja
yang berbuat nakal.
42
3) Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dan
perlindungan bagi remaja.
4) Penuntutan dan peradilan terhadap remaja yang berbuat nakal.
c. Tindakan Kuratif
Usaha atau tindakan secara kuratif dan rehabilitasi, yaitu
setelah usaha dan tindakan yang lain dilaksanakan. Tindakan ini
merupakan tindakan khusus untuk memecahkan dan
menanggulangi problema kenakalan remaja. Pembinaan khusus
memberikan kesan yang baik, bahwa seorang remaja itu diperbaiki
dan diberikan dorongan, kesempatan dan fasilitas untuk menjadi
baik kembali sesudah melakukan sesuatu yang dianggap tidak
wajar atau tercela.36
Memberikan dorongan yang dimaksud di atas bisa berupa: 1) Sikap tidak cepat puas, sikap ini diartikan sebagai sikap
hidup yang selalu diliputi oleh rangsangan dan tantangan untuk maju.
2) Sikap kompetitif, atinya hidup penuh tantangan yang harus dihadapi dan diatasi.
3) Sikap kreatif inovatif, ditandai oleh produktifitas berfikir dan kekayaan imajinasi.
4) Sikap terbuka, sikap yang ditandai oleh kematangan berpikir dan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
5) Sikap yang mendahulukan kepentingan umum.37 Pemecahan problema remaja dari sudut pendidikan agama
telah dimaklumi bahwa agama itu berfungsi sebagai penyelamat,
pembimbing, pendidik (edukatif), pengawas, pemersatu dan
36 Sahilun, Peranan Pendidikan, h. 90-97. 37Singgih D.Gunarsa dan Ny. Y. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga,
(PT BPK Gunung Mulia, Jakarta: 1999), h. 149-153.
43
pengubah (transformatif). Sehingga agama itu dapat mengatasi
segala macam problema remaja dan kenakalan remaja. Demikian
juga pendidikan agama akan dapat memecahkan problema remaja.38
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian dan melihat
permsalahan yang dijadikan bahan pembicaraan dan tujuan penelitian
serta manfaat penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan metode
deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah deskriptif.39 Data yang dikumpulkan
lebih mengambil bentuk kata-kata atau gmbaran dari pada angka-angka.
Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk
mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut
mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, video tape,
dokumen pribadi, memo dan rekaman-rekaman resmi lainnya.
Penulis menggunakan metode kualitatif deskriftif disebabkan
karena data yang dicari dalam penelitian ini adalah data-data hasil
observasi, yaitu hal-hal yang telah diamati di lokasi penelitian, terutama
permasalahan-permasalahan yang ingin diketahui sebenarnya, baik yang
sedang berlangsung yang terkait dengan masa sekarang yang hanya bisa
dilihat dan diperoleh di lapangan.
38 Sahilun, Peranan Pendidikan, h. 99. 39 Emzir. Metode Peneitian Kualitatif Analisis Data.(Rajawali Pers. Jakarta. 2010), h. 3.
44
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti terjun ke lapangan dengan cukup lama di
lokasi penelitian dan dalam hal ini peneliti terlibat secara langsung dan
cermat terhadap obyek penelitian sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan.
Setelah peneliti terjun kelapangan dan melakukan observasi
dengan memperhatikan situasi yang terjadi serta data yang diperlukan.
Maka kehadiran peneliti sebagai partisipan bersifat pasif dan bersifat
aktif. Peran ini penulis lakukan antara lain pada saat penulis mengadakan
observasi terhadap berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar, kehadiran
peneliti di lokasi adalah untuk mengumpulkan data, menganalisis dan
menguji kredibilitas data yang didapat sehingga diperoleh data yang
sebanyak-banyaknya.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data
diperoleh. Sehubungan dengan hal ini wilayah sumber data yang
dijadikan sebagai subyek penelitian data ada dua yaitu penelitian
populasi dan penelitian sampel.
Dalam hubungan populasi dan sampel, Sutrisno Hadi, menjelaskan bahwa sampel atau contoh (menster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Supaya lebih obyektif istilah individu diganti dengan istilah subyek dan atau obyek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang represntatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi.40
40 Narbuko dan Achmadi, Metodologi Penelitian, (PT Bumi Aksara: Jakarta 2001), h.107.
45
Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan teknik
sampel, yaitu meneliti sebagian populasi. Adapun yang menjadi sumber
data dalam penelitian ini adalah;
a. Kepala Desa Suranadi
b. Tokoh Masyarakat Desa Suranadi
c. Tokoh agama yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai
orang yang ahli agama
d. Ketua remaja masjid
e. Remaja yang terlibat langsung dengan para wisatawan yaitu remaja
menjadi guide, waiter, dan pekerja hotel
f. Pihak-pihak lain yang dianggap mampu memberikan keterangan
dalam penelitian ini seperti pemilik penginapan, pedagang, warga
setempat dan lain-lain.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupaka bagian
yang amat penting dalam penelitian yang bersifat ilmiah, bahkan
merupakan keharusan bagi seorang peneliti. Dalam hal ini untuk
memperoleh data yang diperlukan peneliti, peneliti menggunakan
beberapa metode yang kiranya dapat mendukung terlaksananya
penelitian dan pengumpulan data. Dalam pengumpulan data ada beberapa
metode yang penulis gunakan agar data yang diperoleh benar-benar
valid, sebagai berikut:
46
a. Metode Obsevasi
Metode observasi adalah alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik
gejala-gejala yang diselidiki.41 “Obsvasi ilmiah adalah perhatian
terfokus terhadap gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud
menafsirkannya, mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya, dan
menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya”.42
Dari kedua pendapat diatas dapat dipahami bahwa metode
observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
secara langsung terhadap obyek sehingga diperoleh informasi atau
data yang diinginkan.
Dalam penerapannya, dikenal beberapa macam observasi
yaitu:
1) Observasi Partisipan
Observasi ini sering digunakan dalam eksploratif. Yaitu
apabila observasi (orang yang melakukan observasi) berada
dalam keadaan obyek yang diobservasi.
2) Observasi Eksperimental
Yaitu observasi yang dilakukan dimana observer
mengadakan pengendalian unsur-unsur penting dalamsituasi
sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan
tujuan penelitian.
41 Ibid, h. 70. 42 Emzir. Metode Peneitian, h. 38.
47
3) Observasi sistematik
Ciri pokok observasi ini adalah adanya kerangka yang
memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorinya, observasi
ini juga sering disebut observasi berkerangka atau terstruktur.43
4) Observasi non partisipan
Yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai
penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang
menjadi topik penelitian.44
Sehubungan dengan penelitian ini, penulis menggunakan
observasi partisipan karena penulis mengambil secara mendalam
tentang situasi atau orang-orang yang diobservasikan, yaitu para
remaja yang terlibat langsung dengan wisatawan dan menjadi
korban daripada perilaku wisatawan, baik perilaku positif
maupun negatif.
b. Metode Interview (Wawancara)
Wawncara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang
langsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah
seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau
ungkapan kepda orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat
dan keyakinannya.45
Wawancaran adalah proses tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan anatara dua orang atau lebih bertatap
43 Narbuko dan Achmadi, Metodologi Penelitian, h. 72. 44 Emzir. Metode Peneitian, h. 40. 45 Ibid, h. 50.
48
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.46
Secara garis besar ada dua pedoman wawancara yaitu:
1) Pedoman wawancara tak terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang memuat garis besar yang akan ditanyakan.
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang dilakukan secara terperinci sehingga menyerupai checklist.
Dalam penelitian ini metode interview digunakan sebagai
teknik pengumpulan data dalam rangka mendapatkan data yang
diperlukan. Dalam hal ini penulis menggunakan wawancara tak
berstruktur, artinya menetapkan sendiri pertanyaan-pertanyaan serta
masalah-masalah yang diajukan pewawancara.
Dapun wawancara yang diajukan dalam penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh dan menyimpulkan keterangan-
keterangan yang ada kaitannya dengan penulisan sekripsi ini.
c. Metode Dokumetasi
Metode dokumentasi tidak kalah penting dengan metode-
metode lain. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan transkrip, buku-
buku dan lain-lain. Metode dokumentasi digunakan penulis untuk
mengumpulkan data yang sebanyak-banyaknya yang diambil dari
sumber dokumen.
46 Narbuko dan Achmadi, Metodologi Penelitian, h. 83.
49
5. Teknis Analisis Data
Setelah data diperoleh secara lengkap, maka selanjutnya
dilakukan pengorganisasian dan menganalisa data tersebut. Selanjutnya
mengenai teknis analisa data dan pengambilan kesimpuan dari data-data
yang diperlukan dari hasil penelitian adalah sesuai dengan bentuk
penelitian ini yaitu bersifat kualitatif deskriptif.
Dalam penelitian ini menggunakan alnaisis induktif, yaitu suatu
analisis yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, dari peristiwa yang
konkrit itu ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Jadi dalam penelitian ini, kehadiran peneliti di lapangan adalah
dalam rangka mengumpulkan, menganalisa, dan menguji analisa melalui
berbagai cara sehingga meningkatkan kredibilitas hasil penelitian.
Untuk mengambil kesimpulan dari data yang terkumpul
digunakan pola pikir yang dimulai dari kaidah-kaidah yang bersifat
khusus, selanjutnya hasil analisa dikonfirmasikan lagi sampai diperoleh
atau ditemukan esensi persoalan yang dicari.
6. Validitas Data
Untuk memperhtikan kesesuaia data yang diperoleh dengan
kenyataan, maka diperlukan keabsahan data agar menjadi valid dan
benar. Salah satu keabsahan data dalam penelitian kualitatif adalah
adanya kredibilitas datanya yaitu kriteria keabsahan data atau derajat
kepercyaan, keteralihan, kebergantungan dan kepastsian. Semua untuk
memenuhi nilai kebenaran dari data yang dikumpulkan.
50
Ada beberapa cara dalam melakukan uji validitas data yaitu: a. Perpanjangan pengamatan b. Meningkatkan ketekunan c. Triangulasi d. Analisis kasus negatif e. Menggunakan bahan referensi f. Mengdakan memberi check47 Adapun peneleti lakukan atau gunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Perpanjangan Pengamatan
Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan
sangat tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian data.
Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali data sampai
tingkat makna. Keluasan berarti banyak sedikitnya informasi yang
diperoleh. Kepastian data adalah data yang valid yang sesuai dengan
apa yang terjadi.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji validitas
data ini akan difokuskan pada pengujian data yang telah diperoleh,
apakah data yang diperoleh tersebut setelah dicek kembali
kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
pasti dan sistematis.
47Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 270.
51
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari brbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.48
Dari tiga jenis triangulasi di atas, peneliti menggunakan
triangulasi teknik pengumpulan data, karena triangulasi teknik
pengumpulan data untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
Alasan peneliti menggunakan tiga cara diatas karena
dianggap cara tersebut dapat mempermudah dan memperlancar
kegiatan penelitian, sehingga akan memperoleh hasil penelitian yang
sesuai dengan keadaan sebenarnya, tanpa perlu mendengarkan dari
orang lain atau sekedar melihat data yang ada. Dengan demikian
peneliti akan mendapatkan data-data yang benar-benar diperlukan.
7. Sistematika
Sebagaiman diketahui bahwa penelitin ini menggunakan metode
kualitatif yang terdiri dari empat bab yaitu: pada bab I berisi tentang
beberapa hal yaitu konteks penelitian yang mengemukakan tentang latar
belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya adalah fokus penelitian
yang menjelaskan rumusan-rumusan masalah yang akan diteliti
48 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 125-127.
52
kemudian tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan
setting penelitian yang menjelaskan tentang lokasi penelitian serta alasan
dipilihnya lokasi penelitian tersebut. Kemudian telaah pustaka yang
membahas tentang hasil penelitian terdahulu yang releven dengan
penelitian yang sedang dilakukan, kemudian kerangka teoritik yang
berisikan teori-teori yang akan memperkuat hasil analisa peneliti dalam
penelitian ini, dan yang terakhir adalah metodologi penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
Bab selanjutnya adalah bab II, dalam bab ini akan memaparkan
tentang paparan data dan temuan yang peneliti temukan selama peneliti
berada di lapangan yang terkait dengan latar belakang berdirinya
pariwisata, letak geografis, keadaan masyarakat, dan struktur organisasi
desa serta dampak pariwisata terhadap remaja di Desa Suranadi dan
upaya-upaya mengatasi dampak tersebut.
Bab selanjutnya adalah bab III yang membahas tentang analisa
peneliti terhadap data-data yang ditemukan di lapangan dan diperkuat
dengan teori-teori yang terdapat pada bab I dalam kerangka teoritik yang
terkait dengan dampak pariwisata terhadap remaja di Desa Suranadi dan
upaya-upaya mengatasi dampak tersebut.
Bab terakhir adalah bab IV bab ini berisi tentang kesimpulan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai masukan pada pihak-pihak
tertentu yang berkepentingan terhadap penelitian ini.
53
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat
1. Keadaan geografis
Desa Suranadi adalah salah satu Desa dari 21 Desa yang ada di
Kecamatan Narmada yang berdiri sejak Tahun 1998, awalnya merupakan
bagian dari Desa Selat. Kronologis terbentuknya Desa Suranadi adalah
sebagai berikut :
a. SK Bupati Lombok Barat No. 140/01/PEMDES/1998, tanggal 28 Oktober 1998 tentang usulan pemekaran Desa;
b. SK Bupati Lombok Barat No. 158 tahun 1998, tanggal 16 Nopember 1998 tentang Pengesahan Keputusan Desa Kecamatan Narmada;
c. Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat No. 9 tahun 1999, tanggal 27 Februari 1999 tentang pengesahan pembentukan Desa Suranadi sebagai Desa Persiapan;
d. Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat No. 408 tahun 2000, tanggal 3 Maret 2000 tentang Pengesahan Desa Persiapan Suranadi menjadi Desa Definitif Suranadi.49
Pada awal terbentuknya Desa Suranadi terdiri dari 5 Dusun, yaitu
Dusun Suranadi Utara, Dusun Suranadi Selatan, Dusun Kalimanting,
Dusun Eyat Kandel dan Dusun Pemunut. Pada tahun 2007 Desa Suranadi
memekarkan dusun-dusunnya, sehingga sejak tahun tersebut Desa ini
terdiri dari 8 Dusun, yaitu Dusun Suranadi Utara, Dusun Suranadi Selatan,
Dusun Kalimanting, Dusun Eyat Kandel, Dusun Pemunut, Dusun Suranadi
Barat, Dusun Orong Sedalem dan Dusun Kuang Mayung. Sampai saat ini
Desa Suranadi telah memasuki 4 Periode jabatan Kepala Desa, yaitu :
49 Dokumen Monografi Desa Suranadi, Dikutip 12 Desember 2014.
53
54
a. Periode I (tahun 1998 – 2000; Desa Persiapan) dijabat oleh Bapak Arep,
b. Periode II (tahun 2000 – 2006; Desa Definitif) dijabat oleh Bapak Arep,
c. Periode III (tahun 2006 – 2013) dijabat oleh Bapak Arep,
d. Periode IV (tahun 2013 sampai sekarang) dijabat oleh Bapak I Nyoman
Adwisana.
Secara geografis wilayah Desa Suranadi Kecamatan Narmada
terletak dibagian Timur wilayah Kecamatan Narmada dengan batas-batas
wilayah:
Sebelah Barat : Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Sebelah Utara : Desa Sesaot Kecamatan Narmada
Sebelah Timur : Desa Lebah Sempage dan Desa Sesaot Kecamatan
Narmada
Sebelah Selatan : Desa Sedau dan Desa Golong Kecamatan Narmada
Kantor Kepala Desa berada di wilayah Dusun Suranadi Selatan
sekaligus sebagai pusat Pemerintahan, mempunyai luas wilayah +
1.590,275 Ha yang terdiri dari Areal pertanian seluas + 127 Ha, areal
perkebunan seluas + 665 Ha, areal pemukiman seluas + 420,05 Ha, areal
Hutan Lindung seluas 57,7 Ha dan lain-lain seluas + 320,525 Ha.50
2. Klimatologi
Kondisi iklim di sebagian besar Desa Suranadi tidak jauh beda
dengan kondisi iklim wilayah kecamatan Narmada dan bahkan Desa
Suranadi secara umum dengan dua musim, yaitu musim kemarau yang
50 Dokumen Demografi Desa Suranadi, Dikutip 12 Desember 2014
55
berlangsung antara bulan Juni hingga Agustus dan musim hujan antara
bulan September hingga Mei, dengan temperatur atau suhu udara pada
tahun 2013 rata-rata berkisar antara 22,22 ºc sampai 30,46 ºc dan suhu
maksimum terjadi pada bulan Oktober dengan suhu 32,10 ºc serta suhu
minimum 20,70 ºc terjadi pada bulan Juni. Kelembaban udara berkisar
antara 81,58 %, kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Maret
dan Nopember sebesar 86,00%, sedangkan kelembaban minimum terjadi
pada bulan Agustus sampai Oktober sebesar 77,00 %.
Lamanya penyinaran matahari yang terjadi selama tahun 2013 rata -
rata 68,67 %, lamanya penyinaran matahari maksimum terjadi pada bulan
Juli sebesar 86,00 % dan lamanya penyinaran matahari minimum terjadi
pada bulan Pebruari, Nopember dan Desember sebesar 49,00 %.
Kecepatan angin rata-rata yang terjadi selama tahun 2012 sebesar 207/8
knot, kecepatan maksimun terjadi pada bulan Pebruari yaitu 270/10 knot,
sedangkan kecepatan minimum terjadi pada bulan Mei sebesar 135/8 knot.
Tekanan udara yang ditandai dengan dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Tekanan udara berkisar antara 1.001,60 mbs –
1.006,60 mbs. Sedangkan keadaan curah hujan pada tahun 2013 sebesar
144,29 mm dengan curah hujan terendah bulan Juli sebesar 0,00 mm dan
curah hujan tertinggi pada bulan Nopember sebesar 448,90 mm.
56
Agar lebih jelasnya daapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Keadaan iklim di Kabupaten Lombok Barat51
No Bulan
Temperatur (0C) Kelembaban Udara Nisbi
(%)
Tekanan udara (mb)
Kecepatan Angin
Rata-Rata (Knot)
Curah Hujan (mm)
Penyinaran Matahari
(%) Rata-Rata
Min Max
1 Jan 27,1 23,6 32,4 85 1.009,5 5 424 55
2 Febr 26,8 22,4 32,2 86 1.009,2 5 216 55
3 Maret 27,1 21,2 33,4 84 1.011,0 4 162 66
4 April 27,1 21,0 33,6 82 1.010,5 3 212 61
5 Mei 26,9 22,2 33,2 83 1.010,8 3 180 66
6 Juni 26,7 21,6 32,8 85 1.010,1 2 87 60
7 Juli 25,3 18,8 31,4 81 1.012,0 5 29 80
8 Agst 25,3 17,0 32,0 77 1.013,6 6 7 83
9 Sept 26,0 19,6 32,2 77 1.007,8 6 0 89
10 Okt 27,2 21,2 33,8 82 1.013,4 1 105 79
11 Nop 27,3 21,2 33,8 84 1.010,4 1 205 55
12 Des 26,6 22,6 32,6 87 1.009,7 2 472 40
Rata-rata 26,62 21,3 32,7 82,75 1.010,67 3,58 174,92 65,75
3. Keadaan Demografis
a. Keadaan dan jumlah penduduk
Jumlah penduduk Desa Suranadi Kecamatan Narmada dari tahun ke
tahun mengalami perubahan, baik yang disebabkan karena kelahiran,
kematian, pendatang atau perpindahan. Pada akhir bulan Oktober tahun
2014, Desa Suranadi memiliki Jumlah penduduk keseluruhan 6.126 jiwa
dengan jumlah penduduk laki–laki 2.972 jiwa, jumlah penduduk
perempuan sebanyak 3.154 jiwa serta jumlah Kepala Keluarga sebanyak
1.922 Kepala Keluarga. Jumlah tersebut tersebar di 8 Dusun, dengan
rincian jumlah penduduk di setiap dusun tertera pada tabel berikut :
51 Profil Desa Suranadi Kecamatan Narmada, Didokumentasikan Tanggal 5 Desember 2014
57
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Perdusun52
No. Nama Dusun Jumlah Penduduk
Laki Perempuan Total
1 Suranadi Barat 387 391 778 2 Suranadi Utara 560 567 1.127 3 Suranadi Selatan 417 435 852 4 Orong Sedalem 173 201 374 5 Kalimanting 429 521 950 6 Eyat Kandel 433 492 925 7 Kuang Mayung 268 269 537 8 Pemunut 305 278 582
Jumlah total penduduk 2.972 3.154 6.126
4. Keadaan Ekonomi
Kehidupan ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat
penting, karena berbicara masalah ekonomi, tidak lain dari pada
penjelmaan dari ingin mempertahankan hidup manusia, dengan jalan
bekerja dan berusaha dalam bentuk bahan material untuk mewujudkan
segala kebutuhan hidup manusia. Demikian pula halnya dengan
masyarakat Desa Suranadi yang perkembangan ekonominya adalah
sedang.
Potensi unggulan utama Desa Suranadi dari segi kewilayahan
adalah potensi wilayah Desa yang masih merupakan lahan perkebunan,
sehingga mata pencaharian utama sebagai sumber pendapatan penduduk
adalah dibidang Perkebunan.
Selain itu, potensi lainnya adalah berkembangnya beberapa
kerajinan masyarakat berupa pengolahan hasil kebun dan pertanian, berupa
52 Dokumen Monografi Desa Suranadi Kecamatan Narmada Tahun 2014, Dikutip Tanggal
5 Desember 2014
58
pengolahan atau pembuatan Dodol Nangka, Kripik Nangka, dan banyak
lagi lainnya yang cukup besar andilnya dalam perkembangan ekonomi
masyarakat, karena cukup banyak menyerap tenaga kerja.
Selain itu, Desa Suranadi juga merupakan Desa Pariwisata yang
cukup besar andilnya di tingkat pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
Terkait dengan kepariwisataan, Desa Suranadi juga menyediakan jasa
terkait kepariwisataan itu, berupa hotel-hotel, Lesehan, dan juga jasa parkir
dan kuliner di sekitar kawasan atau areal Pariwisata atau Hutan Wisata
Alam Suranadi.
Selanjutnya yang menjadi potensi unggulan Desa Suranadi
adalah keheterogenan atau keragaman masyarakatnya, yaitu masyarakat
Desa Suranadi terdiri dari lebih dari satu Suku, Agama, Budaya dan yang
paling mendasar adalah keragaman perekonomian. Keragaman tersebut
menyebabkan seringnya terjadi kerawanan sosial yang membutuhkan
penanganan yang serius. Oleh sebab itu, Pemerintah Desa terus berupaya
menampung dan menyerap aspirasi, melakukan upaya penangan dan
penyelesaian masalah, serta berupaya mencarikan solusi yang terbaik,
dengan jalan mengupayakan sarana pemersatu di masyarakat.
Untuk lebih jelasnya data potensi dan jenis pekerjaan masyarakat
Desa Suranadi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
59
Tabel 2.3 Data Potensi masyarakat Desa Suranadi53
No Jenis pekerjaan Jumlah Keterangan 1. 2. 3. 4 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Petani Buruh tani Buruh swasta PNS/TNI/POLRI Pengrajin Pedagang Peternak Montir Pelajar Tidak kerja
1061 1161 875 105 223 327 571 12 1552 239
Mewakili jumlah potensi yang ada
Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebagian penduduk Desa
Suranadi bekerja sebagai petani, pengrajin, pedagang, dan lain sebagainya.
Potensi ini mulai ada setelah adanya perkembangan pariwisata di desa
tersebut. Dengan adanya potensi-potensi tersebut, penduduk Desa
Suranadi memiliki mata pencaharian yang dapat menjamin kelangsungan
hidup mereka.
5. Agama dan Kepercayaan
Penduduk Desa Suranadi yang berjumlah 6.126 jiwa ada 2.742
jiwa yang beragama Islam, agama Islam mereka terima secaraturun
temurun dari nenek moyang mereka. Dari jumlah tersebut, terdapat
tingkatan-tingkatan dalam melaksanakan ibadahnya, ada yang setengah-
setengah, ada yang secara sempurna, bahkan ada yang tidak sama sekali
terutama shalat lima waktu dan perubahan-perubahan itu mulai nampak
setelah adanya pariwisata di Desa Suranadi.
53 Dokumen Monografi Desa Suranadi Kecamatan Narmada Tahun 2014, Dikutip Tanggal
9 Desember 2014
60
Untuk lebih jelasnya tentang agama dan pemeluknya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Keadaan Agama dan Penganutnya Masing-Masing54
No. Nama Agama Jumlah 1. Islam 2742 2. Hindu 3374 3. Budha 6 4. Kristen - 5. Katolik -
Dari data di atas dapat dilihat, penduduk Desa Suranadi yang
beragama Islam menududuki urutan ke dua. Berbicara masalah agama
tentu tidak terlepas dari sarana peribadatan yang terdapat di Desa
Suranadi, sarana peribadatan yang ada cukup memadai, baik dari agama
Islam maupun agama Hindu. Hal ini dikarenakan oleh penduduk Desa
Suranadi mayoritas penganut agama Hindu kemudian Islam sebagaimana
tertera pada tabel di atas.
Meskipun agama Islam yang dapat dikatakan relatif banyak,
bukan beranti bahwa mereka mengintimidasikan pemeluk agama lain,
mereka tetap hidup rukun, aman, dan saling menghormati dalam
kehidupan sehari-hari. Satu contoh bila ada perayaan keagamaan seperti
Mulid Nabi, Hari Raya Kurban, para wisatawan sering memberikan
sumbangan yang jumlahnya tidak sedikit, terutama untuk pembangunan
sarana ibadah, hal ini terbukti sebagaimana yang telah diamati oleh
peneliti yang juga sebagai salah satu penduduk Desa Suranadi.
54 Dokumen Monografi Desa Suranadi Kecamatan Narmada Tahun 2014, Dikutip Tanggal
15 Desember 2014
61
6. Struktur organisasi pemerintahan Desa Suranadi Kecamatan
Narmada
Desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah kecamatan dan
berhak mengatur rumah tangga sendiri dalam ikatan negara Republik
Indonesia. Maka pemerintah desa dalam pelayanan pada masyarakat telah
mengisi informasi pada lembaga-lembaga sebagaimana yang terlihat pada
struktur organisasi Desa Suranadi adalah sebagaai berikut:
Bagan 1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Suranadi55
9
55 Papan Data Sruktur Organisasi, Di Kutip Tanggal 27 Desember 2014
Kaur Kesos
Kaur Trantib
Kepala Desa
Tenaga Teknis
Penghulu desa
Pekasih sb.
Pekasih sb.
Kadus Suranadi Barat
Kadus Suranadi Utara
Kadus Kalimanting
Kadus Kuang Mayung
Kadus Suranadi Selatan
Kadus Orong Sedalem
Kadus Eyat Kandel
Kadus Pemunut
Sekdes
Kaur pemer
Kaur Pemb
Kaur Keua
Kaur Umum
BPD
62
Dengan demikian, dapat diketahui Desa Suranadi juga memiiki
struktur organisasi pemerintahan desa yang pada umumnya dimiliki oleh
setiap desa, dengan kegiatan-kegiatan yang berbeda bahkan ada yang sama
seperti cara penyusunan dan pembentukan bagian-bagian dalam
pembentukan struktur organisasinya.
Dengan adanya struktur organisasi ini, pemerintahan dalam suatu
desa akan tertata dengan rapi dan akan dapat membentuk suatu
perkumpulan penduduk yang memiliki aturan-aturan dan kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi baik sebagai pemimpin maupun sebagai
rakyat biasa yang dipimpin, hal ini juga terlihat dari sistem pemerintahan
yang ada di Desa Suranadi yang terbentuk dengan persetujuan masyarakat
setempat.
B. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Desa
Suranadi
Dalam suatu desa yang menjadi daerah tujuan wisata tidak akan
merasakan dampak apapun jika jumlah pengunjung yang berwisata lebih
sedikit dari jumlah penduduk yang ada. Masyarakat akan merasakan dampak
bila wisatawan yang berkunjung dalam jumlah yang besar dan para
wisatawan memiliki kepentingan dan membawa karakter yang berbeda-beda.
Menurut salah seorang karyawan hotel yang sudah bekerja cukup
lama di daerah pariwisata Desa Suranadi mengatakan bahwa:
“Desa Suranadi sebagai daerah pariwisata sangat menguntungkan diantaranya bagi kemajuan ekonomi, terbukanya lapangan pekerjaan, dan untuk pengunjung yang datang ke penginapan kami, berasal dari berbagai kalangan diantaranya siswa
63
siswi SMP SMA kadang juga mereka menggadai Hp untuk membayar penginapan, mereka ke sini pada saat jam sekolah mereka juga memakai seragam sekolah dan para PNS meluangkan jam kantornya untuk datang ke sini, tetapi terkadang saya tidak menerima pengunjung yang menggunakan seragam sekolah, karena itu adalah peraturan pemerintah setempat tidak memperbolehkan kami menerima pengunjung yang menggunakan seragam sekolah, sedangkan untuk jumlah pengunjung yang datang ke penginapan kami jika dirata-ratakan terkadang 5 orang pengujung tetapi jika tidak dirata-ratakan bisa mencapai 12 orang pengunjung perharinya, dalam sebulan kami menerima pengunjung 150 orang dan setiap pengunjung membawa pasangan masing-masing”.56
Sedangkan menurut seorang penjaga loket mengungkapkan hal yang
berbeda dengan karyawati penginapan tersebut di atas:
“Di sini adalah daerah tujuan wisata, dan hotel ini sudah dilepas oleh kontraktornya sehingga dikelola oleh pemerintah daerah Kabupeten Lombok Barat kemudian sejak tahun 2012 hotel Suranadi sudah tidak beroprasi secara normal, sehingga setiap hari di sini hanya kolam renangnya saja yang dioprasikan, sedangkan kamar-kamar penginapannya ditutup karena sudah rusak atau tidak pernah di renopasi, sehingga pengunjung yang datang disini hanya sekedar untuk mandi saja. Sedangkan asal pengunjung yang datang, saya tidak bisa prediksikan yang jelas Sepulau Lombok pasti datang ke tempat ini dan untuk wisatawan asing pasti ada tapi jarang, karena mereka tahu bahwa kamar penginapannya sudah tidak dibuka lagi. Kemudian untuk pengunjung yang datang perhari sekitar 100 orang, tapi saya rata-ratakan perharinya 50 orang, berbeda dengan hari libur bisa kita lihat dari jumlah tiket yang terjual dan jumlah uang yang terkumpul bisa mencapai Rp. 3.000.000 karena harga tiket masuk Rp. 10.000 berarti jumlah pengunjung yang datang mencapai 300 orang.57
Sedangkan menurut salah seorang kariyawan lesehan menerangkan
bahwa pengujung yang datang ke tempatnya mengalami peningkatan setiap
harinya.
“Untuk jumlah pengunjung yang datang, saya kurang tahu karena saya di sini hanya karyawan baru dan saya bekerja di sini
56 Sarah, Karyawati Penginapan, Wawancara 20 Maret 2015. 57 Abdul Hakim, Penjual Tiket, Wawancara 20 Maret 2015.
64
sekitar satu bulan, untuk pengunjung yang datang ke sini setiap harinya sekitar seratus lebih itu untuk hari-hari biasa. Sedangkan untuk hari libur, bisa mencapai lima kali lipat dari hari-hari biasa”. 58
Sedangkan menurut hasil pengamatan yang peneliti lakukan, dari
beberapa penjelasan narasumber terebut diatas memang bernar bahwa jumlah
pengunjung yang datang ke daerah wisata tersebut tidak tetap karena para
wisatawan akan datang pada hari-hari libur. Jika pada saat hari libur, maka
jumlah pengunjung yang datang akan lebih banyak dari hari biasanya, dan
mereka juga akan datang ke tempat yang menyediakan fasilitas yang lebih
lengkap terlebih di lokasi yang tidak memungut biaya atau membayar tiket
masuk.59
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Desa
Suranadi sebagai salah satu daerah pariwisata yang sering di kunjungi oleh
para wisatawan, karena desa seranadi meyediakan berbagai fasilitas
diantaranya wisata alam, wisata kuliner, penginapan dan lain sebagainya
meskipun yang sering berkunjung hanya wisatawan lokal namun tidak
menutup kemungkinanan akan mmemberikan pengaruh terhadap penduduk
setempat khususnya bagi para remaja, karena masing-masing wisatawan
membawa karakter yang berbeda-beda.
Pariwisata yang terjadi di Desa Suranadi melibatkan para remajanya
karena itulah yang paling rentan terkena pengaruh para wisatawan adalah
para remaja. Namun demikian, pariwisata juga memberikan pengaruh dalam
58 Ratna, Karyawati Lesehan, Wawancara 20 Maret 2015. 59 Observasi, Daerah Pariwisata, 20 Maret 2015
65
bidang keagamaan yang bersifat membangun dan memberikan keuntungan
bagi masyarakat setempat.
Sedangkan dampak yang dirasakan oleh para remaja dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. “Berbicara masalah dampak, pasti ada dua hal yang ada pada pikiran kita yaitu dampak positif dan dampak negatif, namun hal itu terjadi saya rasa semata-mata bukan karena adanya pariwisata ini, melainkan karena kepribadian mereka sebagai remaja yang tidak menyadari bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa, intinya disini kita memerlukan kesadaran masing-masing”.60 Dampak positif yang disebabkan oleh adanya pariwisata dapat berupa: 1. Bertambahnya wawasan 2. Semakin giat untuk belajar berbahasa asing 3. Mengenal kebudayaan luar 4. Mengurangi pengangguran para remaja 5. Mempercepat kemajuan desa.
Sementara dampak negatif yang diakibatkan oleh adanya pariwisata
di Desa Suranadi dapat berupa:
1. Banyak para remaja yang mengenal minuman keras
2. Berkurangnya ibadah
3. Banyak remaja yang melakukan balap liar
4. Banyak remaja yang berpakaian tidak sesuai dengan ajaran agama
Meskipun demikian, para remaja di Desa Suranadi tidak lupa akan
kewajibannya terhadap agama meskipun tidak serajin dan setaat sebelum
adanya pariwisata. Meskipun mereka sering minum minuman keras, para
remaja tersebut tidak melupakan kewajibanya terhadap ibadah. Hal demikian
diakui oleh beberapa tokoh masyarakat yang ada desa setempat, sebagaimana
yang diungkapkan oleh:
60 Sapturi, Sekdes, Wawancara 20 Desember 2014.
66
“Meskipun para remaja disini sering terlibat dengan para wisatawan yang datang berkunjung, namun mereka hanya berperan sebagai tuan rumah saja dan tidak terlalu terpengaruh dengan perilaku para wisatawan tersebut, mengenai ibadah itu tergantung pada kepribadian mereka bukan semata-mata dipengaruhi oleh para wisatawan yang datang, jadi berubahnya perilaku remaja di sini itu disebabkan karena kelalaian mereka sendiri dan kurangnya pengawasan dari orang tua mereka”.61 Para remaja yang terlibat dalam lingkungamm pariwisata menurut
pengamatan peneliti bahwa mereka memang tidak mengikuti gaya atau
perilaku para wisatawan yang berkunjung, namun mereka menunjukkan
lokasi-lokasi atau tempat-tempat orang biasa berpesta menggunakan
minuman keras.62 Hal ini menunjukkan bahwa remaja setempat memberikan
peluang kepada wisatawan untuk melakukan perbuatan yang menyimpang
dari ajaran agama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berubahnya perilaku
remaja yang menyimpang di Desa Suranadi bukan semata-mata karena daerah
tersebut daerah pariwisata yang sering melibatkan para wisatawan, jadi
mereka tetap melaksanakan kewajiban mereka namun tidak serajin dan setaat
sebelum adanya pariwisata, karena mereka mulai disibukkan dengan kegiatan
kepariwisataan.
“Berbicara masalah dampak pasti ada dua hal yang di bicarakan yaitu dampak positif maupun negatif, dilihat dari segi positif tentu akan memberikan lapangan pekerjaan pada remaja yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan, dengan adanya pariwisata ini juga akan berpengaruh terhadap perkembangan desa atau kemajuan bagi pembangunan desa. Sedangkan dari segi negatif, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap perilaku hidup masyarakat terutama terhadap remaja itu sendiri baik itu umat Hindu maupun umat Muslim,
61 Sapturi, Sekdes, Wawancara 5 Januari 2015 62 Observasi, Pergaulan Remaja, 5 Januari 2015
67
seperti banyaknya masyarakat yang minum minuman keras juga dikalangan remaja banyak yang mengadakan balap liar, hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bahkan keselamatan individu masing-masing. Disini adalah peran penting dari orang tua yang akan mendidik anak-anak mereka agar terjadi generasi muda yang berguna bagi bangsa”.63 Berbeda halnya dengan apa yang diungkapkan oleh seorang tokoh
masyarakat Desa Suranadi yaitu:
“Pada dasarnya remaja senang mengikuti gaya orang-orang yang ada di sekitarnya, namun selama ini tidak terlihat perubahan yang signifikan terhadap perilaku remaja, meskipun ada dari sebagian remaja akhlaknya mulai menurun yang disebabkan oleh adanya pariwisata. Karena para wisatawan yang datang tujuannya tidak hanya untuk berwisata saja melainkan ada tujuan-tujuan lain yang bersifat negatif sehingga sebagian remaja mengambil kesempatan dari hal ini misalnya menjadi calo atau bandar, tidak hanya bandar narkoba saja tetapi juga bandar perempuan yang bekerja sebagai PSK, inilah yang banyak terjadi di Suranadi tetapi para pelakunya bukan berasal dari dalam desa melainkan dari luar desa. Desa Suranadi hanya menyediakan tempat atau menjual jasa saja. Meskipun hal ini terjadi di Desa Suranadi namun para remaja tidak melupakan kewajibannya sebagai remaja, mereka masih tetap aktif dalam kegiatan-kegiatan karang taruna maupun sebagai remajaa masjid”.64
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang warga Desa
Suranadi:
“Pada umumnya para remaja yang sudah mengecap pendidikan di luar desa, menganggap perubahan seperti itu sudah biasa, tetapi para remaja putus sekolah menganggap perubahan seperti itu sebagai hal baru yang perlu di ikuti, namun kebanyakan para pelaku pergaulan bebas yang sering kali terjaring Razia SATPOL PP itu bukan berasal dari sini tetapi mereka dari luar desa”.65
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan di Desa
Suranadi, terdapat dampak positif dan negatif terhadap perkembangan akhlak
masyarakat khususnya para remaja antara lain karena banyaknya pendatang
63 I Nyoman Adwisana, Kepala Desa Suranadi, Wawancara 15 Desember 2014 64 Gunawan Hadi, Ketua RT, Wawancara 12 Desember 2014 65 Lalu Ratmawa, Warga, Wawancara 15 Desember 2014
68
yang berkunjung sebagai wisatawan dengan berbagai macam tujuan juga
kebudayaan yang memberikan ketertarikan bagi para remaja untuk
mengikutinya meskipun itu bertentangan dengan agama dan adat istiadat
setempat. 66
“Meskipun disini daerah pariwisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan dan juga melibatkan remaja di sini, namun selama ini masih nampak keaktifan mereka dalam kegiatan-kegiatan desa seperti acara keagamaan, perkawinan dan kegiatan remaja masjid, meskipun remaja di sini ada yang minum minuman keras, bukan berarti mereka lupa dengan kegiatan desa. Untuk mengantisifasi pengaruh pariwisata yang negatif, kami memiliki kegiatan rutin yaitu Yasinan bersama setiap malam rabu”.67
Senada dengan penjelasan di atas, seorang tamu wisatawan asal
Belanda mengatakan:
“Selain saya memiliki keluarga di sini, saya juga tertarik dengan adat istiadat di tempat ini, saya juga pernah ikut nyongkolan dengan warga dan pada saat itu saya menggunakan kebaya dan saya merasa bangga bisa mengikuti upacara adat seperti itu”.68 Jadi, para wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata tidak
bisa menerapkan kebudayaan mereka dengan bebas tetapi tetap terikat dengan
aturan-aturan yang ada, dan para wisatawan menyukai peraturan-peraturan
tersebut. Terkadang mereka juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan
oleh masyarakat setempat.69
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dan perkembangan
pariwisata terhadap kehidupan masyarakat Desa Suranadi khususnya para
remaja, maka diperlukan data-data yang valid dan konkrit. Hal ini dapat di
66 Observasi, 12 Desember 2014 67 Nurman, Selaku Ketua Remaja, Wawancara 9 Desember 2014 68 Rafael, Wisatawan Belanda, Wawancara 10 Desember 2014 69 Observasi, lingkungan pariwisata, 10 Desember 2014
69
peroleh melalui wawancara dengan para tokoh-tokoh masyarakat sebagai
pembina maupun pihak masyarakat selaku yang dibina.
Menurut Sekdes Desa Suranadi, beliau menjelaskan bahwa “dari segi perilaku terutama dalam hal berpakaian dan pergaulan, masyarakat Desa Suranadi tidak menunjukkan perubahan yang terlalu menyimpang, bahkan setelah masuknya wisatawan masyarakat semakin menyadari bahwa perilaku wisatawan adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, indikatornya adalah jarang sekali masyarakat Desa Suranadi yang mengikuti pola-pola perilaku wisatawan karena disadari itu tidak baik”.70
Sedangngkan menurut seorang pedagang menjelaskan bahwa
pariwisata memberikan banyak manfaat:
“Selain memberikan wawasan yang luas, pariwisata juga dapat mengurangi pengangguran bagi masyarakat sini, bahkan juga bagi mereka yang bukan berasal dari dalam desa. Meskipun wisatawan membawa kebudayaan yang beragam dan bertentangan dengan adat, mereka tidak pernah memaksakan kehendak mereka dan tetap mengikuti peraturan yang ada, saya pribadi merasa setelah adanya pariwisata ini ibadah saya tetap seperti biasa meskipun saya sering bergaul dengan mereka dan saya rasa kelalaian itu terjadi karena kelalaian kita sendiri bukan karena di pengaruhi oleh para wisatawan tersebut”.71 Sedangkan menurut seorang pemilik penginapan, bahwa:
“Dengan adanya pariwisata ini, kehidupan ekonomi lebih membaik, bisa berbahasa asing dan mengenal kebudayaan luar, mengenai perilalu para wisatawan yaitu cara berpakaian, mereka hanya menggunakan ketika akan pergi renang di kolam dan di dalam penginamapan, tetapi ketika memasuki permukiman warga mereka memakai pakaian yang lebih sopan”.72
“Selama adanya pariwisata, hidup sebagai pedagang memperoleh banyak keuntungan, berbeda dengan sebelum adanya pariwisata meskipun wisatawan itu sering menuntut harga murah, dan
70 Sapturi, Sekdes, Wawancara 18 Desember 2014 71 Maya, Sebagai Pedagang, Wawancara 9 Desember 2014 72 Ibu Agung, Wawancara 21 Desember 2014
70
mengenai pengaruhnya saya tetap menjalankan ibadah seperti biasanya bahkan lebih dari sebelumnya”.73 Dari hasil wawancara di atas, peneliti meyimpulkan bahwa di antara
mereka memberikan penilaian yang beragam ada yang mengatakan adanya
perubahan dan ada juga yang mengatakan tidak adanya perubahan, bahkan
dengan adanya pariwisata tersebut mereka semakin selektif dalam
menempatkan diri mereka baik dalam mengtur pergaulan dan cara-cara
mengatasinya, yang lebih menarik lagi dari pengakuan mereka bahwa dengan
masuknya wisatawan justru semakin terbuka matanya untuk mencari
alternatif-alterntif dalam mencegah membaurnya perilaku wisatawan
terhadap akhlak masyarakat Desa Suranadi.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, hal tersebut diatas
memang benar adanya. Bahwa bagi remaja yang mendapatkan pendidikan
agama yang bisa dikatkan lebih mantap, maka remaja tersebut akan selektif
dalam bergaul sehingga tidak terjadi perubahan dalam perilaku beragama.
Nemun sebaliknya bagi remaja yang kurang memahami agama maka
perubahan-perubahan atau penyimpangan-penyimpangan sangat terlihat pada
diri mereka.74
Untuk lebih jelasnya peneliti mengadakan wawancara dengan para
remaja yang terlibat langsung dengan para wisatawan.
“Saya senang jika ada tamu atau wisatawan yang datang ke tempat kami, karena mereka juga sebagai salah satu sumber penghasilan saya, mengenai mereka yang keluar masuk penginapan dengan pasangan mereka itu urusan mereka dengan Tuhan, kita tidak
73 Sholeha, Pedagang, Wawancara 21 Desember 2014 74 Observasi, Lingkungan Pariwisata, 14 Desember 2014
71
bisa berpikir negatif tentang mereka, apapun yang mereka lakukan di sini bukan berarti saya juga harus mengikuti gaya mereka, dan sebagai manusia yang percaya kepada Tuhan, saya tetap beribadah dan saya tidak merasa terganggu”.75 Berbeda dengan yang diungkapkan seorang kariawati penginapan
yang lain bahwa:
“Terkadang saya merasa jengkel dengan pengunjung di sini, mereka berpakaian yang tertutup sesuai dengan tuntutan agama tetapi bukannya dijadikan sebagai bentuk ketaatannya terhadap Tuhan melainkan dijadikan sebagai topeng untuk menutup diri, hal itu sangat merusak citra agama bagi saya dan menurut pandangan saya wisatawan asing lebih sopan dari pada wisatawaan lokal, dan terkadang masyarakat di sini berpikir negatif tentang orang yang keluar masuk penginapan”.76
“Saya bisa menambah wawasan dan pengalaman setelah saya bergaul dengan para wisatawan, meskipun dari segi negatifnya cara dan gaya hidup saya meniru mereka namun itu bukan tuntutan dari mereka namun itu atas keinginan saya, bahkan pada hari-hari biasa ketika wisatawan asing tidak berwisata di tempat ini, sayapun seperti ini saya tidak bergantung pada mereka sebagai wisatawan”.77 Berbeda dengan hasil pengamatan peneliti bahwa apa yang
diungkapkan oleh salah satu narasumber bahwa wisatawan yang berkunjung
ke desa suranadi tidak memberikan dampak apapun. Namun berdasarkan
hasil pengamatan peneliti, damapak tersebut ada tapi tidak begitu nampak
karena para remaja selalu berusaha untuk menutupi diri, seperti salah seorang
remaja ketika berangkat dari rumah menggunakan seragam ssekolah, tapi
setelah berada di luar rumah dia mengganti seragamnya dengan pakaian
bebas dan nongkrong di daerah pariwisata suranadi.78
75 Rizal, Kariawan Penginapan, Wawancara 21 Desmber 2014 76 Sarah, Kariawati Penginapan, Wawancara 22 Desember 2014 77 Fahri, Guide,Wawancara 22 Desember 2014
78 Observasi, Lingkungan Pariwisata 10 Desember 2014
72
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa pengaruh perilaku
wisatawan terhadap akhlak masyarakat khususnya para remaja Desa
Suranadii belum menunjukkan pengaruh yang berarti dalam perubahan yang
terjadi masih bisa dikendalikan, adapun yang dilihat dari para remajanya
dengan masuknya para wisatawan berupa cara berpakaian, pergaulan yang
agak bebas, menggemari minuman keras juga memakai anting-anting, keluar
masuk penginapan, namun kesemuanya itu bukan remaja Desa Suranadi.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan menyangkut tingkah laku
wisatawan asing yang sering terjadi di Desa Suranadi seperti halnya cara
perpakaian. Pada umumnya para wisataawaan menggunakan pakaian mini,
hal ini terjadi jika para wisatawan berada di areal pemandian, sekitaran hotel,
tetapi ketika para tamu tersebut berada di luar kawasan tersebut yaitu di
tengah-tengah masyarakat mereka dapat menyesuaikan diri dengan cara
berpakaian yang lebih sopan.
Jadi, para wisatawan yang datang ke Desa Suranadi tidak memberikan
dampak yang berlebihan terhadap akhlak remaja namun karena hal itu
disebabkan oleh keinginan mereka sendiri dan kurangnya pengawasan dari
orang tua, untuk itulah Islam dalam ajaran yang universal dan external
mengatur pembinaan akhlak, karena dengan akhlak yang baik dapat dilihat
corak dan hakikat kehidupan yang sebenarnya. Sehingga dalam hal ini peran
serta orang tua sangat penting dalam pembinaan akhlak anak-anaknya untuk
menjadi remaja-remaja yang memiliki moral dan etika yang baik dalam
kehidupan.
73
C. Upaya-upaya Mengatasi Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku
Keagamaan Remaja di Desa Suranadi
Untuk mengantisipasi akan menyebarnya pengaruh negatif dari
pengembangan pariwisata terutama pengaruh perilaku wisatawan terhadap
remaja rsangat diperlukan adanya upaya-upaya dalam rangka membina
akhlak masyarakat khusunya para remaja Desa Suranadi. Upaya yang
dimaksud bertujuan membentuk dan membina akhlak agar tetap berdasarkan
nilai yang Islami dan releven dengan adat istiadat dan budaya yang ada.
“Untuk mengatasi pengaruh-pengaruh wisatawan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama kami mengadakan pengajian umum sekali sebulan di masjid, memberikan penyuluhan-penyuluhan, mengadakan pelatihan terhadap remaja untuk daerah pariwisata tentang Sadar Wisata yang biasa kami sebut dengan Darwis, mendatangkan tuan guru dari luar setiap Perayaan Hari Besar Islam”.79
Hal senada juga diungkapkan oleh pak Nurimah selaku Penghulu
Desa Suranadi:
“Dari pemerintah desa sudah mengupayakan kegiatan-kegiata yang dianggap mampu meminimalisir dampak negatif dari pariwisata seperti adanya karang taruna, kemudian dari LPM ada seksi agama, mengadakan pengajian tiap bulan, kemudian mengadakan Yasinan bersama tiap malam jum’at khusus untuk orang tua, sedangkan untuk remaja sendiri memiliki kelompok zikiran yang dilakukan setiap malam rabu”.80 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, para remaja memamng
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh tokoh masyarakat, namun kebiasaan
79 Sapturi, Sekdes, Wawancara 5 Januari 2015 80 Nurimah, Penghulu Desa, Wawancara 12 Desember 2014
74
untuk melakukan hal-hal yang buruk juga dirasa sulit untuk dihidari. Seperti
minum minuman keras, balap liar dan lain sebagainya.81
Dari hasil wawancara tersebut tokoh-tokoh agama dan masyarakat
mempunyai upaya-upaya dalam membina dan membentuk akhlak
masyarakat, upaya tersebut seperti yang telah diungkapkan Sekertaris dan
Penghulu Desa Suranadi, selain upaya tersebut juga dengan jalan kegiatan
fisik dan non fisik. Namun semuanya tersebut belum menghasilkan seperti
yang diharapkan.
“Kegiatan fisik misalnya mendirikan musholla yang secara langsung mengingatkan masyarakat akan kewajiban masyarakat terhdap Khaliknya, sedangkan kegiatan non fisik seperti pengaktifan remaja masjid, memberikan pengajian-pengajian, serta para orang tua memperketat perhatian kepada anak-anak mereka dari pergaulan bebas”.82 Sedangkan menurut kepala desa suranadi menerangkan bahwa ada
upaya-upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dalam meminimalisir
dampak negatif pengembangan pariwisata.
“Tentu upaya itu ada seperti yang anda tanyakan baik itu dalam lingkup organisasi masyarakat, seperti banjar di pura untuk umat Hindu, remaja masjid untuk umat Muslim, umumnya karang taruna, hal-hal tersebut diharapkan sebagai benteng pertahanan terhadap perkembangan hal-hal negatif yang diakibatkan oleh pariwisata. Namun semua ini tidak terlepas dari remaja itu sendiri apakah mereka bergaul dengan orang-orang yang dikatakan berperilaku baik, maka dia akan menghindari hal-hal yang bersifat negatif. Karena melakukan segala sesuatu itu tidak semudah apa yang kita katakan, pasti ada kendala-kendala yang terjadi pada setiap kegiatan. Seperti kadang-kadang masyarakat atau remaja khususnya lebih mengedepankan emosinya ketika diberikan arahan. Tetapi yang sangat kita harapkan adalah peran penting orang tua karena mereka yang sangat dekat
81 Observasi, Tongkrongan Remaja, 12 Desember 2014 82 Nurimah, Penghulu Desa, Wawancara 12 Desember 2014
75
hubungannya terhadap anak untuk mendidik anak-anak mereka agar menjadi lebih baik”.83 Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa kegiatan yang
dilaksanakan dalam bidang fisik dapat dilihat dengan di dirikannya musholla
yang terdapat di sekitar permukiman warga dan jauh dari masjid, walaupun
kapasitasnya dapat dikatakan masih kecil, namun jika dari upaya-upaya non
fisik mempunyai arti yang besar bagi kelangsungan kehidupan keagamaan
masyarakat, namun tidak semua kegiatan masyarakat tersebut tidak dapat
dilaksanakan karena adanya hambatan-hambatan yang disebabkan oleh
masyarakat itu sendiri khususnya para remaja yang sibuk dengan kebiasaan
masing-masing.
Hambatan dalam pembinaan para remaja karena disibukkan dalam
kegiatan mencari nafkah sendiri dan masih ada remaja yang suka hura-hura
juga di samping sifat malas dari para remaja itu sendiri untuk mengikuti
pengajian-pengajian yang diadakan”84
Adanya hambatan-hambatan tersebut tidak terlepas dari keadaan
lingkungan yang berada di daerah pariwisata yang menuntut kesibukan
masing-masing masyarakat dalam mencari pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Namun jika disadari dengan adanya upaya-upaya tersebut akan dapat
membentuk masyarakat yang berakhlak Islami, maka tidak akan terjadi hal-
hal yang dapat merusak moral masyarakat setempat khususnya para remaja
83 I Nyoman Adiswana, Kepala Desa, Wawancara 15 Desember 2014 84 Observasi Lingkungan Pariwisata 9 Desember 2014
76
yang sering terlibat langsung dengan para wisatawan dan dengan upaya-
upaya tersebut segala hal-hal yang tidak diinginkan dan bertentangan dengan
budaya dan adat setempat dapat di atasi walaupun memerlukan waktu yang
lama dalam membuat perubahan-perubahan itu seperti halnya dulu.
Dalam hal ini orang tua sebagai pendidik pertama dan utama
bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan perkembangan anak
kandungnya dalam mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri,
memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT. Pelaksanaan dan penerapan
perilaku yang baik di dalam keluarga di Desa Suranadi dapat dilihat dari
bentuk pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya dengan di perketat
dengan tidak diizinkannya bergaul bebas di luar lingkuungan rumah, dan
menyekolahkan anak-anak mereka ke pondok pesantren guna mengantisipasi
perilaku buruk yang mungkin dapat mempengaruhi pergaulan anak-anak
mereka.85
Pada dasarnya pergaulan yang dikehendaki oleh umat Islam adalah
pergaulaan yang dapat memberikan kemaslahatan bagi kehidupan masyarakat
bukan pergaulan yang mendatangkan kemudaratan atau yang selalu
mempertontonkan aurat dan sebagainya. Sejalan dengan membentuk akhlak
yang mulia merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan
bagi sesamanya, dan lebih jauh lagi ahlak lebih terbatas kepada penyusunan
hubungan manusia lainnya, tetapi lebih dari itu juga mengatur hubungan
85 Observasi, Perilaku Remaja Di Lingkungan Rumah, 15 Desember 2014
77
antara hamba dengan Tuhannya. Menurut penghulu Desa Suranadi Beliau
mengungkapkan:
“Akhlak masyarakat Desa Suranadi rata-rata masih bernuasa Islami, mereka saling hormat menghormati dan ramah tamah terhadap antar sesama dan tidak pernah ada kejadian yang meresahkan penduduk desa ini. Kami mengadakan penyuluhan-penyuluhan, pelatihan-pelatihan, pengajian umum, mendatangkan Tuan Guru dari luar guna menyadarkan masyarakat akan perubahan perilaku terhadap anak-anak mereka agar memberikan bimbingan-bimbingan khusus terhadap anak-anak mereka di rumah, dan menyekolahkan anak-anak mereka ke pesantren”.86 Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa upaya-upaya
yang dilakukan para okoh masyarakat Desa Suranadi dalam merubah dan
mengatasi perilaku-perilaku yang menyimpang, para tokoh masyarakat
tersebut membentuk:
1. Kegiatan remaja masjid,
2. Mengikutsertakan para remaja dalam setiap pengajian
3. Melibatkan para remaja pada setiap perayaan-perayaan agama
4. Mengadakan pelatihan bagi remaja yang berada di daerah pariwisata
5. Yasinan bersama tiap malam jum’at untuk para orang tua, sedangkan
untuk para remaja hal tersebut dilakukan tiap malam rabu.
Sedangkan upaya yang dilakukan dalam lingkup organisasi
masyarakat ialah bagi umat Hindu membentuk sebuah banjar di pura,
sedangkan bagi umat Muslim dikenal dengan remaja masjid, umumnya
karang taruna, yang bisa memungkinkan terjadinya perubahan perilaku yang
menyimpang menjadi lebih baik dan masih bernuansa Islami. Sehingga akan
86 Nurimah, Penghulu Desa, Wawancara 12 Desember 2014
78
tercipta generasi muda sebagai penerus dalam mengembangkan pembangunan
daerah tanpa melalikan kewajibannya kepada Khaliknya.
Dengan demikian, hal-hal yang masih bersifat negatif dapat diatasi
jika upaya-upaya tersebut di atas dapat diterapkan sehingga sedikit demi
sedikit perilaku remaja yang menyimpang dapat terarah ke jalan yang Islami
tanpa harus mengorbankan dunia kepariwisataan, jadi dapat disimpulkan
pariwisata dapat terus dikembangkan tanpa memberi pengaruh terhadap adat
istiadat, kebudayaan, dan kepercayaan yang ada di daerah tujuan wisata, hal
ini juga terlihat di Desa Suranadi bahwa daerah pariwisatanya terus
berkembang namun tidak menampakkan perubahan akhlak yang menyimpang
terhadap masyarakat maupun para remajanya, meskipun ada namun masih
bisa diatasi dengan upaya-upaya yang diterapkan oleh para tokoh
masyarakatnya, dan sedikit demi sedikit perubahan itu mulai nampak dengan
aktifnya para remaja dalam kegiatan remaja masjid dan menghadiri
pengajian-pengajian yang diadakan.
79
BAB III
PEMBAHASAN
Pembangunan dan pengembangan pariwisata yang sedang digalakkan di
daerah NTB, khususnya di daerah tingkat II Lombok Barat, merupakan salah satu
aset penerimaan devisa yang paling besar, apa lagi di tunjang dengan banyaknya
daerah pariwisata di daerah ini, dan Desa Suranadi dalah salah satu obyek
andalan Lombok Barat tidak terlepas dari merebaknya pembangunan dan
pengembangan pariwisata di daerah tersebut, begitupula jika dilihat dari jumlah
wisatawan yang berkunjung selalu mengalami peningkatan.
A. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Desa
Suranadi Kecamatan Narrmada Lombok Barat
Melihat fenomena tersebut di atas, masyarakat Desa Suranadi sebagai
subyek pengembangan pariwisata tentu merasakan dampak yang tidak sedikit
bagi kehidupannya, baik itu dari segi sosial, ekonomi, budaya dan agama. Di
sinilah letak pentingnya kesiapan masyarakat khususnya ummat Islam untuk
membekali diri terhadap dampak negatif dari industri kepariwisataan dengan
peran orang tua, tokoh agama dan masyarakat diharapkan dapat mengisi iman
dan taqwa dalam diri masing-masing individu untuk dapat menangkal
pengaruh-pengaruh negatif yang tidak diinginkan.
Dengan adanya industri kepariwisataan di Desa Suranadi, para remaja
dituntut untuk pandai menentukan sikap dan menjaga dirinya dari pengaruh
negatif para wisatawan yang datang, karena selain memberikan keuntungan,
79
80
pariwisata juga memberikan pengaruh yang menyimpang terutama dalam hal
pergaulan, cara berpakaian maupun gaya hidup.
“Dalam kegiatan ini kejahatan sebagai masalah sosial justru
diakibatkan oleh datangnya wisatawan dengan perilaku menyimpang.
Penggunaan obat terlarang, ganja, opium, mariyuana, penggunaan alkohol
berlebihan, dan sejenisnya menjadi racun bagi masyarakat setempat.”87
Dalam hal ini yang paling mudah terpengaruh adalah para remaja,
karena masa remaja adalah masa transisi yang selalu tertarik akan hal baru dan
selalu ingin mencoba hal-hal tersebut tanpa bisa berpikir apakah berakibat
baik atau buruk bagi perkembangan jiwa mereka selanjutnya. Selain itu masa
remaja adalah masa yang penuh di hadapkan dengan tantangan-tantangan
mulai dari masa pubertas, masa remaja awal, dan berlanjut pada masa remaja
akhir.
Melihat fenomena tersebut bahwa masa remaja adalah masa yang
penuh dengan keingintahuan akan hal-hal baru, maka semua itu tidak terlepas
dari masalah pariwisata karena dalam dunia kepariwisataan selalu membawa
hal baru dan asing pada setiap daerah tujuan wisata yang berasal dari berbagai
macam negara dengan budaya, kepercayaan, dan adat istiadat yang berbeda.
Hal inilah yang paling efektif dalam memberikan hal baru dalam kehidupan
masyarakat yang berada di daerah tujuan wisata dan menjadi kegiatan
kepariwisataan tidak terlepas dari hal-hal yang bersifat negatif seperti mabuk-
mabukan, perjudian, perzinahan dan kejahatan-kejahatan lain yang sering
87 Pitana dan Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisats, h. 200.
81
merusak moral dan perilaku masyarakat khususnya para remaja sering
menganggap perilaku-perilaku tersebut sebagai suatu yang baru dan modern
dan merasa tidak ketinggalan zaman. Namun semua perubahan perilaku
tersebut bukan semata-mata karena dipengaruhi oleh para wisatawan, tetapi
perubahan itu terjadi karena kelalaian dan ketertarikan para remaja itu sendiri
akan hal-hal tersebut.
Namun secara umum dampak negatifnya terhadap akhlak masyarakat
Desa Suranadi khususnya para remaja masih dapat dikontrol dan dikendalikan,
karena meskipun sering berperilaku menyimpang seperti minum minuman
keras, berpakaian yang tidak sesuai dengan tuntutan agama para remaja
tersebut tidak pernah melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajibannya
mereka seperti dalam kegiatan-kegiatan remaja masjid, mengikuti pengajian,
ataupun meninggalkan ibadah shalat. Jika itu terjadi maka itu disebabkan
karena kelalaian sendiri dan bukan karena pengaruh para wisatawan.
Remaja yang hidup dalam lingkungan yang agamis sebagai factor eksteren, dan dia memiliki kesadaran yang tinggi dalam hidup beragama sebagai faktor intern, akan menghasilkan perilaku keagamaan yang mantap. Dia mampu mengkombinasikan antara faktor-faktor rasional dan emosional secara terpadu. Norma-norma agama ditelusuri dengan analisa-analisa rasional sesuai dengan tingkat umur remaja yang ingin bebas dan tidak terikat, tetapi dia juga memperhatikan emosinya agar memperoleh tempat yang layak dalam kehidupannya.88 Perkembangan pariwisata di Desa Suranadi sama halnya dengan
pariwisata di daerah lainnya yang kerap dikunjungi oleh para wisatawan,
meskipun demikian masyarakat Desa Suranadi tetap dengan adat istiadat dan
88 Sahilun, Peranan Pendidikan, h. 157
82
budaya mereka sendiri bahkan lebih berkembang setelah adanya pariwisata,
namun perkembangan tersebut masih bersifat positif dan membangun. Dan
pengaruh buruk dari wisatawan masih dapat mereka atasi karena para
wisatawan tersebut mengerti dan memahami adat istiadat dan budaya
setempat.
Selain memberikan dampak yang negatif, pariwisata juga memberikan
dampak yang positif khususnya dalam perkembangan dan pembangunan suatu
daerah bahkan suatu negara. Dalam kehidupan masyarakat dunia
kepariwisataan sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi guna
memenuhi kebutuhan hidup seperti terbukanya lapangan kerja, berkurangnya
pengangguran, bahkan dapat memberikan wawasan yang luas, hal ini
dikarenakan perkembangan kepariwisataan merupakan wahana yang baik
dalam mencapai kemajuan sosial masyarakat serta hubungan perdamaian antar
bangsa-bangsa di dunia. Dengan demikian pariwisata sebenarnya memberikan
pengaruh pada tiap peningkatan atau kemajuan cara berpikir masyarakat serta
ikut mendorong dalam peningkatan pendapatan penduduk setempat melalui
pemerataan pendapata di samping berperan sebagai fasilitator atas kemajuan
sosial masyarakat.
1. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata Pengeluaran dari wisatawan secara langsung maupun tidak
langsung merupakan sumber pendapatan dari beberappa perusahaan, organisasi atau masyarakat perorangan yang melakukan usaha di sektor pariwisata.
2. Pendapataan pemerintah Pemerintah memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata
dari beberapa cara.
83
3. Penyerapan tenaga kerja Banyak individu menggantungkan hidupnya dari pariwisata.
Pariwisata merupakan sektor yang tidak bisa berdiri sendiri tetapi memerlukan dukungan dari sektor lain.
4. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal Wisatawan dan masyarakat lokal sering berbagi fasilitas untuk berbagai kepentingan.89
Dengan demikian, Desa Suranadi sebagai salah satu tujuan wisata juga
memberikan dampak yang sama terhadap perubahan hidup masyarakatnya
khususnya para remaja yang putus sekolah, meskipun mengecap pendidikan
yang lebih rendah namun mereka dapat menambah wawasan mengenai
kebudayaan adat istiadat, kepercayaan maupun dalam bidang yang lainnya
yang diperoleh dari dunia pariwisata.
Jika dilihat pada suatu desa yang bukan menjadi daerah tujuan wisata,
banyak sekali terjadi pengagguran ataupun remaja putus sekolah baik karena
masalah biaya ataupun hal lainnya, namun dengan adanya pariwisata mereka
pergi meninggalkan rumah untuk mencari pekerjaan di daerah pariwisata, hal
inilah yang menjadi salah satu penyebab perubahan perilaku remaja seperti
halnya di Desa Suranadi, para remaja yang sering meminum minuman keras,
berpenampilan yang tidak sesuai dengan tuntutan agama, berjudi, itu
kebanyakan berasal dari luar desa, mereka mengalami perubahan yang sangat
pesat disebabkan karena hal seperti itu tidak mereka lihat di daerah mereka
dan menganggap hal tersebut sebagai hal yang baru yang sesuai dengan
kehidupan di daerah pariwisata dan disukai oleh para wisatawan. Hal inilah
yang memberi anggapan bahwa dunia pariwisata itu selalu memberikan
89 Pitana dan Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisat, h. 186-188
84
dampak yang negatif terhadap perkembangan akhlak manusia namun jika
disadari perubahan tersebut disebabkan karena kelalaian dan kurangnya
keimanan manusia itu sendiri jadi bukan semata-mata karena disebabkan oleh
perkembangan pariwisata.
Dari fenomena-fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa dunia
kepariwisataan selalu berkaitan dengan hal yang baru dan berkembang, baik
itu segi positif, maupun negatif. Terpengaruhnya seseorang akan perilaku yang
buruk disebabkan karena kelalaian sendiri dan kurangnya pengetahuan
seseorang tentang agama sehingga perilaku beragama. Bagi para individu
yang mendapat pendidikan agama yang mantap maka nilai-nilai agama tetap
tertanam pada jiwa masyarakat khususnya para remaja sesuai dengan
tingkatannya. Kebudayaan dan adat istiadat tetap berkembang namun
pariwisata tetap dikembangkan sehingga dapat dijadikan sebagai suatu
wawasan dalam menambah ilmu pengetahuan bagi para remaja, karena
dengan wawasan tersebut dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan.
B. Upaya Pembinaan Kegamaan Remaja di Daerah Pariwisata Desa
Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat
Untuk mengantisipasi akan menyebarnya pengaruh negatif dari
pengembangan pariwisata terutama pengaruh perilaku wisatawan terhadap
remaja sangat diperlukan adanya upaya-upaya dalam rangka membina akhlak
masyarakat khusunya para remaja Desa Suranadi. Upaya yang dimaksud
bertujuan membentuk dan membina akhlak agar tetap berdasarkan nilai yang
Islami dan releven dengan adat istiadat dan budaya yang ada.
85
Pembinaan non formal (masyarakat). Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah tangga dan sekolah Pembinaan-pembinaan kemasyarakatan dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang bermanfaat. Hal itu dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan pendidikan kepramukaan, penyuluhan mental agama, pendidikan ketrampilan, pembinaan olah raga, usaha-usaha perluasan perpustakaan, Palang Merah Remaja, Karaang Taruna, Remaja Masjid dan usaha-usaha lainnya. 90
Melihat fenomena tersebut di atas, masyarakat Desa Suranadi sebagai
subyek pengembangan pariwisata tentu merasakan dampak yang tidak sedikit
bagi kehidupannya, baik itu dari segi sosial, ekonomi, budaya dan agama. Di
sinalah letak kesiapan masyarakat khususnya umat Islam untuk membekali
diri terhadap dampak negatif dari industri kepariwisataan dengan peran orang
tua, tokoh agama dan masyarakat diharapkan dapat mengisi iman dan taqwa
dalam diri masing-masing individu untuk dapat menangkal pengaruh-
pengaruh negatif yang tidak dinginkan. Bagaimanapun berhasilnnya upaya
pembinaan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh
masyarakat dan agama tidak akan memperoleh hasil yang maksimal jika tidak
adanya dukungan dari anggota masyarakat dan peran serta orang tua untuk
terus membangun dan menciptakan kondisi bagi akhlak masyarakat dan rumah
tangga sakinah.
Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang berhasil di masyarakat. Keluarga sebagai dasar bagi anak memerikan berbagai bentuk dasar: 1. Di dalam keluarga yang teratur dengan baik dan sejahtera, seorang
anak akn memperoleh latihan-latihan dasar dalam mengembangkan sikap sosial yang baik dan kebiasaan berperilaku.
90 Sahilun, Peranan Pendidikan, h. 90-97.
86
2. Di dalam keluarga dan hubungan-hubungan antar anggota keluarga terbentuklah pola penyesuaian sebagai dasar bagi hubungan sosial dan interaksisosial yang lebih luas.
3. Dalam ikatan keluarga yang akrab dan hangat, seorang anak akan memperoleh pengertian tentang hak, kewajiban, tanggung jawab yang diharapkan.
4. Bilamana menghadapi seseorang dalam pergaulan yang santai dan menganggap hidup itu selalu membahagiakan, akan diketahui latar belakang kehidupan keluarganya, menyebabkan ia selalu melihat sisi positif dalam kehidupannya.91
Oleh karenanya tuntutan bantuan fisik dan material juga akan
menciptakan kondisi-kondisi yang sepadan dengan keadaan pembangunan-
pembangunan pariwisata di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok
Barat.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh para tokoh masyarakat
diantaranya adalah:
1. Dengan mengaktifkan kegiatan remaja masjid,
2. Mengikutsertakan para remaja dalam setiap pengajian,
3. Memberi peran remaja dalam setiap perayaan-perayaan yang dilakukan
desa baik itu hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, maupun
kegiatan-kegiatan khusus yang diadakan oleh desa.
Dalam hal ini remaja diaktifkan sebagai panitia dan pelaksanaan
dalam kegiatan tersebut, sehingga secara tidak langsung para remaja tersebut
akan semakin jauh dengan perilaku yang buruk karena telah memahami arti
penting perilaku yang baik dalam pandangan agama dan semakin giat dengan
kegiatan amal ma’ruf nahi mungkar. Meskipun ada beberapa diantara para
remaja Desa Suranadi yang terkena arus perkembangan zaman yang dibawa
91 Singgih dan Ny. Y. Singgih, Psikologi Praktis, h. 27-29.
87
oleh para wisatawan namun demikian mereka masih dapat melakukan
kewajibannya kepada sang Khalik meskipun tidak serajin dan setaat dahulu.
Para remaja yang menjadi karyawan, guide ataupun yang lainnya yang masih
berhubungan dengan para wisatawan mengakui bahwa mereka masih tetap
melakukan ibadah meskipun sedang bersama dengan para wisatawan dan jika
terjadi kelalaian maka itu karena kesalahan diri pribadi seseorang. Melihat hal
tersebut para tokoh masyarakat membentuk suatu perkumpulan remaja yang
terbentuk dalam ikatan remaja masjid, perkumpulan olah raga, perkumpulan
Darwis (Sadar Wisata), mengadakan pengajian-pengajian, dan kegiatan-
kegiatan lainnya.
Dengan diadakannya ikatan remaja masjid diharapkan para remaja
Desa Suranadi memiliki kesibukkan selain dengan pariwisata seperti
mengadakan perlombaan di setiap perayaan Maulid Nabi, membentuk panitia,
Hari Raya Kurban, Idul Fitri dan kegiatan agama lainnya.
Sedangkan dengan diadakannya pengaajian-pengajian dan kegiatan
agama lainnya diharapkan kepada orang tua dan para remaja setempat untuk
menyadari arti penting daripada perilaku yang baik, yang tidak menyimpang
dengan nilai-nilai Islami, dan menyadari bahwa perilaku yang dibawa oleh
para wisatawan tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama ataupun budaya dan
adat istiadat setempat, dan dengan adanya penyuluhan-penyuluhan tersebut
juga diharapkan kesadaran para orang tua agar menyekolahkan anak-anak
mereka ke pondok pesantren yang dapat membantu memberikan kesadaran
tentang pentingnya perilaku yang bernilai Islami.
88
“Sekolah sebagai lingkungan kedua setelah keluarga memegang
peranan yang sangat penting, terutama dalam pembinaan sikap mental,
pengetahuan dan keterampilan anak. Sasaran pembinaan ini adalah tumbuhnya
remaja-remaja yang dinamis, kritis dalam berpikir, dan bertindak. Keadaan ini
akan memperkecil frekuensi terjadinya penyimpangan”. 92
Dengan adanya kesadaran yang dimiliki oleh para orang tua akan arti
penting ahlak bagi perkembangan jiwa anak-anak mereka. Maka para orang
tua akan berperan sebagai pendidik kedua setelah guru di sekolah dengan
demikian akhlak yang buruk akan dapat dihindari sejak dini sebelum
menginjak usia remaja kerena masa remaja penuh dengan berbagai macam
cobaan dan masalah yang mudah mempengaruhi remaja yang baru menginjak
usia dewasa.
Menginjak usia remaja berarti siap menjalani dan menghadapi
kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam perkembangan zaman namun
jika para remaja tersebut telah dididik dengan nilai-nilai Islami maka secara
tidak langsung mereka mampu melawan arus era globalisasi yang dapat
merusak perkembangan jiwa mereka karena telah memiliki landasan perilaku
yang baik.
Pada usia 13 sampai 21 tahun adalah masa berkembanya para remaja
yang dihadapkan pada berbagai macam permasalahan seperti rasa tanggung
jawab akan terbebaninya orang tua mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup
mereka sehari-hari, namun dengan adanya dunia pariwisata sedikit tidak dapat
92 Sahilun, Peranan Pendidikan, h. 92.
89
memberi peluang bagi para remaja untuk bekerja dan berusaha dalam
memenuhi kebutuhan dan membantu orang tua, hal inilah yang membuat para
tokoh-tokoh masyarakat Desa Suranadi mengadakan upaya-upaya tersebut
guna mengantisipasi perilaku negatif para wisatawan untuk masuk dalam
kehidupan para remaja, namun di sisi lain mereka dituntut untuk bergaul
dengan para wisatawan tersebut guna memenuhi rasa tanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup mereka, karena pariwisata adalah salah satu jalan untuk
memperoleh pekerjaan, meskipun demikian segala ketakutan dan kerisauan
akan terpengaruhnya perilaku para remaja akan dapat diatasi dan tidak
dirisaukan lagi karena telah diterapkannya upaya-upaya tersebut di atas dan
keberhasilan itu telah terlihat dengan tidak terpengaruhnya remaja Desa
Suranadi terhadap perilaku wisatawan yang menyimpang. Dengan demikian
para remaja akan terus dapat berusaha dan bekerja tanpa harus mengikuti pola
hidup wisatawan.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut diharapkan perilaku para remaja
yang menyimpang akan dapat diatasi sedikit demi sedikit dan jika dilihat dari
pengakuan-pengakuan mereka bahwa mereka tidak terpengaruh dengan
perilaku para wisatawan tersebut, dapat disimpulkan bahwa para remaja Desa
Suranadi sebagian besar tidak terpengaruh dari segi ibadah maupun cara
berpakaian para wisatawan. Mereka tetap aktif dalam kegiatan remaja masjid,
mengikuti pengajian-pengajian dan aktif dalam kegiatan desa.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa segala
upaya-upaya yang dilakukan dalam mengantisipasi perilaku wisatawan
90
terhadap perilaku para remaja yang menyimpang telah dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari para remaja tersebut. Keberhasilan tersebut tidak
terlepas dari kesadaran dan keinginan dari para remaja itu sendiri bahwa selain
memiliki kewajiban terhadap kelangsungan hidup, mereka juga menyadari
bahwa mereka juga memiliki kewajiban terhadap lingkungan masyarakat
tempat mereka tinggal. Di samping itu juga para remaja menyadari bahwa
mereka hidup bukan untuk kesenangan semata tetapi untuk menjadi manusia
yang memiliki perilaku atau akhlak yang sempurna di mata sang Khaliknya.
Jadi upaya-upaya apapun yang dilakukan dan diusahakan oleh para
tokoh masyarakat dalam membentuk para remaja yang berakhlak Islami tidak
akan dapat terlaksana tanpa adanya kesadaran dan kemauan dari para remaja
itu sendiri. Karena tanpa adanya kemauan dan kesadaran para remaja tersebut,
maka upaya-upaya apapun tidak akan dapat terlaksanakan. Jadi yang paling
penting adalah adanya niat dan kesadaran sendiri untuk mau menyadari bahwa
perilaku mereka tidak sesuai dengan akhlak yang sebenarnya.
91
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian bab-bab sebelumnya, peneliti dapat menarik kesimpulan,
bahwa:
1. Dampak dari pengembangan pariwisata terhadap perilaku keagamaan
remaja di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat yaitu dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian (1) Dampak positif, (2) dampak
negatif.
Dampak positif yang disebabkan oleh adanya pariwisata dapat
berupa: (a) para remaja tetap melakukan ibadahnya meskipun sedang
bersama dengan para wisatawan, (b) tetap aktif dalam kegiatan remaja
masjid, (c) para remaja Desa Suranadi memiliki kesibukkan selain dengan
pariwisata seperti mengadakan perlombaan di setiap perayaan Maulid
Nabi, membentuk panitia, Hari Raya Kurban, Idul Fitri dan kegiatan
agama lainnya.
Sementara dampak negatif yang diakibatkan oleh adanya pariwisata
di Desa Suranadi dapat berupa: (a) Banyak para remaja yang mengenal
minuman keras, (b) Berkurangnya ibadah ghairu mahdhah, (c) Banyaknya
remaja yang mengadakan balap liar, (d) Banyak remaja yang berpakaian
tidak sesuai dengan ajaran agama.
2. Upaya pembinaan kegamaan Remaja di daerah pariwisata Desa Suranadi
Kecamatan Narmada Lombok Barat
91
92
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa diantaranya: (a)
memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan bahayanya minum
minuman keras, (b) mengadakan yasinan barsama yang dilakukan secara
bergilir di rumah warga sesuai dengn jadwal yang ada setiap malam jum’at
dan malam rabu, (c) setiap tahun mengadakan pelatihan-pelatihan
mengenai sadar wisata di lingkungan pariwisata yang biasanya disebut
Darwis hal ini dilakukan agar para remaja yang gemar melakukan balap
liar akan merubah kebiasaannya untuk mengikuti kegiatan yang diadakan
oleh pemerintah setempat, (d) mendatangkan tuan guru dari luar
diharapkan mampu memberikan pengarahan terhadap masyarakat
khususnya remaja agar merubah gaya hidup mereka seperti yang telah
ditetapkan dalam agama.
Walaupun demikian, upaya tersebut tidak terlepas dari kendala-
kendala seperti sulitnya melaksanakan kegiatan tersebut disebabkan
sibuknya para remaja dan masyarakat dalam mencari nafkah kebutuhan
sehari-hari.
B. Saran-saran
Untuk mengantisipasi meluasnya pengaruh buruk perilaku wisatawan
terhadap perilaku remaja Desa Suranadi diperlukan upaya-upaya, oleh karena
itu penulis merasa perlu untuk menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk mengantisipasi perilaku buruk para wisatawan terhadap remaja
Desa Suranadi diharapkan kepada seluruh tokoh masyarakat untuk
melakukaan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
93
a. Mengikutsertakan para remaja pada setiap kegiatan pengajian yang
dilakukan tiap bulan ataupun lebih dari jadwal yang telah ditentuukan.
b. Mengaktifkan sarjana-sarjana agama dari remaja Desa Suranadi untuk
menghidupkan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti kegiatan TPA,
diniyah dan kegiatan-kegitan lainnya untuk menjadi guru atau
pembimbing dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
c. Memberikan penyuluhan kepada remaja Desa Suranadi bahwa mereka
sebagai generasi penerus dituntut untuk mempertahankan kebudayaan
leluhur mereka dan terpengaruh oleh kebudayaan yang datang dari
luar apa lagi menyimpang dari aturan-aturan dan nilai-nilai agama.
2. Sedangkan untuk para remaja diharapkan melakukan dan menyadari hal-
hal sebagai berikut:
a. Kepada para remaja diharapkan dapat aktif dalam kegiatan-kegiatan
remaja masjid, dan perayaan-perayaan agama lainnya untuk
menghindari pengaruh dari para wisatawan.
b. Kepada seluruh remaja Desa Suranadi hendaklah menyadari sebagai
generasi penerus dalam mempertahankan kebudayaan leluhur mereka
hendaknya tidak terpengaruh dengan yang datang dari luar apabila
menyimpang dari aturan dan nilai-nilai agama dalam mengembangkan
pariwisata di daerah tersebut.
c. Kepada para remaja perlu mengadakan kegiatan-kegiatan seperti
sepak bola, voli dan olah raga lainnya untuk membentuk remaja sehat
dan terhindar dari narkoba dan hal buruk lainnya.
94
DAFTAR PUSTAKA A.J. Muljadi, Andri Warman. Kepariwisataaan dan Perjalanan Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014. A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2 Muamalah dan Akhlak,
Bandung: CV Pustaka Setia, 1999 Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian. PT Bumi Aksara, Jakarta 2004. Ali Mohammad, Asrori Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012. Asmar Yetti dan Eko Suryani, Psikologi Ibudan Anak, Jogjakarta: Fitramaya,
2005. Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2009. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2001. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008
Dinas Kebudayaan Pariwisata NTB dan Media Lombok Mandiri, Visit Lombok
Sumbawa, Ampenan: Kaleidoskop 2010
Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suruso, Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005
Emawati. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Siswa Sekolah Dasar di SDN 2 Gili Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Sabagai Tugas Akhir di Jurusan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram, 2012.
Emzir. Metode Peneitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Gunarsa D. Singgih dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja
dan Keluarga.I Jakarta : PT BPK Gunung Mulia. 1999. http://limamarga.blogspot.com/2012/04/jenis-jenis-pariwisata.html, dikutip 10 November 2014.
95
I Gde Pitana, I Ketut Surya Diarta. Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta :
Andi, 2009. Inu Kencana Syafiie. Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung : Mandar Maju, 2009. Jalaluddin, Psikologi Agama, Edisi Revisi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010. Komunitas Al-katib Mahasiswa PAI, Tafsir Islam Warna Warni. Karunia Kalam
Semesta Yogyakarta, Alam Tara Institute Mataram, dan Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram. 2012
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2006 Monografi Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat. 2014 Nanik I. Taufan, Langkah Pariwisata NTB Menerobos Pasar Dunia, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata NTB, 20009. Nuraini. Dampak Pariwisata Terhadap Tingkat Pendidikan Masyarakat Dusun
Sade Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Sebagai Tugas Akhir di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanIAIN Mataram, 2013.
Nashif Ad-Dahdu Salman. 100 yang Terlaknat Beragam Golongan dan Tindakan
yang Dilaknat oleh Allah dan Rosul-Nya. Solo: Darul Basyir, 2008. Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehhatan dan Ilmu Prilaku Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2007 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012. _______, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2012. Surat kabar Lombok Post tanggal 20 september 2014. Syamsul Yusuf, Psikologi Belajar Agama (Perspektif Agama Islam), Edisi Revisi.
Bandung; Pustaka Bani Quraisy, 2005. Syamsul Yusuf dan Nani M Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, Bandung:
PT Raja Grafindo Persada,2011
96
Uswatun Hasanah. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Keagamaan
Masyarakat Desa Senggigi Kecamaatan Batu Layar Lombok Barat, Sebagai Tugas Akhir di Jurusan Pendidikan Agama Silam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram, 2005
.
97
98
PEDOMAN OBSERVASI
1. Mengamati pergaulan remaja di Desa Suranadi Kecamatan Narmada
Lombok Barat
2. Mengamati perilaku para wisatawan
3. Mengamati bagaimana interaksi para remaja dengan para wisatawan
4. Mengamati lingkungan sekitar pariwisata Desa Suranadi Kecamatan
Narmada Lombok Barat
5. Mengamati upaya tokoh masyarakat dalam membina keagamaan remaja
99
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Keadaan geografi Desa Suranadi
2. Keadaan iklim Desa Suranadi
3. Keadaann demografi Desa Suranadi
4. Keadaan ekonomi Desa Suranadi
5. Keadaan agama dan kepercayaan Desa Suranadi
6. Struktur organisasi Desa Suranadi
100
Pedoman Wawancara
Responden : Remaja
Waktu wawancara :
Tempat wawancara :
No Pertanyaan
1. Bagaimana dampak pariwisata terhadap perilaku keberagamaan remaja di
Desa Suranadi kecamatan narmada Lombok Barat tahun 2014?
a. Apakah anda senang dengan kedatangan pariwisata di desa anda?
b. Apakah anda berpuasa ketika bulan ramadhan?
c. Apa yang anda lakukan ketika anda puasa dan melihat wisatawan
makan dan minum seperti biasa?
d. Apa yang anda lakukan ketika anda bertemu dengan wisatawan yang
berkunjung di daerah tempat tinggal anda?
2. Apa dampak pariwisata yang dirasakan remaja Desa Suranadi Kecamatan
Narmada Lombok Barat tahun 2014?
a. Apakah anda senang dengan banyaknya wisatawan yang datang di
daerah anda?
b. Apakah anda melakukan interaksi lansung dengan para wisatawan?
c. Apakah anda tertarik dengan hal baru yang mereka lakukan di daerah
anda?
d. Apakah anda ingin mengikuti gaya mereka, baik dari cara
berpakaian, tingkah laku dan lain sebagainya?
101
Pedoman Wawancara
Responden : Tokoh Masyarakat
Waktu wawancara :
Tempat wawancara :
No Pertanyaan
1. Bagaimana dampak pariwisata terhadap ahlak remaja Desa Suranadi
Kecamatan Narmada Lombok Barat tahun 2014?
a. Bagaimanakah dampak pariwisata terhadap perilaku remaja?
b. Apakah remaja suranadi melakukan shalat lima waktu dan berpuasa
di bulan ramadhan?
c. Apakah remaja memilki ahlak yang baik dalam kehidupan sehari-
hari?
d. Apakah mereka kurang memperhatikan kewajibannya karena
dampak dari lingkungan pariwisata yang bebas?
2. Bagaimanakah upaya pihak lingkungan atau tokoh masyarakat dalam
meminimalisir dampak negatif dari pariwisata di Desa Suranadi Kecamatan
Narmada Lombok Barat tahun 2014?
a. Apakah pihak masyarakat mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan
yang dapat meminimalisir dampak negatif pariwisata di Desa
Suranadi?
b. Kegiatan apa saja yang di lakukan untuk meminimalisir dampak
negatif pariwisata di Desa Suranadi?
c. Apakah kegiatan tersebut di lakukan dengan tertib oleh remaja?
d. Kapan kegiatan tersebut dilakukan?
102
Pedoman Wawancara
Responden : Orang Tua
Waktu wawancara :
Tempat wawancara :
No. Pertanyaan
1. Bagaimankah bentuk dampak pariwisata terhadap perilaku keberagamaan
remaja di Desa Suranadi?
a. Apakah anda mengawasi perilaku anak anda dirumah?
b. Apakah anak anda melakukan ibadah shalat dirumah?
c. Apakah anak anda sering berperilaku meniru gaya hidup orang
kebanyakan yang terkadang tidak sesuai dengan ajaran agama?
d. Bagaimana situasi dan kondisi ahlak remaja di Desa Suranadi?
2. Apa saja yang dilakukan orang tua untuk mengantisipasi dampak negatif
pariwisata di Desa Suranadi?
a. Apa yang anda lakukan ketika anak anda tidak mau beribadah
seperti shalat dan puasa?
b. Apa yang anda lakukan ketika perilaku anak anda menyimpang dari
ajaran agama?
c. Apa yang anda lakukan ketika nasehat anda tidak di hiraukan oleh
anak anda?
d. Apa tindakan anda jika anda mengetahui ternyata anak anda
berperilaku tidak baik di luar rumah?
3. Bagaimana dampak pariwisata terhadap ekonomi orang tua didaerah
103
pariwisata Suuranadi?
a. Apakah dengan adanya pariwisata di Desa Suranadi dapat
memberikan keuntungan bagii anda?
b. Apa dampak pariwisata bagi penghasilan anda sehari-hari?
c. Bagaimana mata pencaharian anda sebelum adanya pariwisata di
Desa Suranadi?
d. Aapa saja dampak positif dan negatif dari pariwisata di Desa
Suranadi?
104
Pedoman Wawancara
Responden : Ketua Remaja
Waktu wawancara :
Tempat wawancara :
No. Pertanyaan
1. Bagaimanakah dampak pariwisata terhaadaap perilaku keberagamaan
remaja di Desa Suranadi Kecamatan Narmada Lombok Barat Tahun 2014?
a. Apakah dengan adanya Pariwisata di Desa Suranadi memiliki
manfaat bagi anda ?
b. Apakah pariwisata di Desa Suranadi memiliki pengaruh bagi anda ?
c. Apa yang anda rasakan setelah Desa Suranadi dijadikan sebagai
salah satu obyek wisata?
2. Bagaimana upaya pembinaan remaja di daerah pariwisata di Desa Suranadi
Kecamatan Narmada Lombok Barat tahun 2014?
a. Kegiatan apa saja yang di lakukan untuk meminimalisir dampak
negatif yang diakibatkan oleh adanya pariwisata?
b. Apakah kegiatan tersebut di lakukan dengan tertib?
c. Kapan kegiatan tersebut di lakukan?
105
106
107
108
109
110
111
112