Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Tahun 2017
Dwina Anisha
Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU terhadap Penularan HIV melalui Luka Jarum Suntik pada Tahun 2017.
xi + 39
Penyakit infeksi HIV/AIDS hingga kini masih merupakan masalah kesehatan
global, termasuk Indonesia. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, kasus HIV AIDS di Indonesia menurut jenis pekerjaan, terdapat 67
penderita yang berasal dari tenaga profesional medis. Infeksi HIV dapat
ditransmisikan dalam praktek dokter gigi ketika cedera perkutan terjadi, karena
cedera perkutan adalah salah satu faktor risiko utama dalam transmisi virus HIV
khususnya luka jarum suntik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU
terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017. Jenis penelitian
ini adalah penelitian survei deskriptif dengan populasi seluruh mahasiswa
kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG
USU dari tanggal 1 April sampai 31 Mei 2017. Penentuan sampel penelitian
menggunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel
sebanyak 67 orang. Penelitian dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang
diberikan secara langsung kepada responden dan diisi secara langsung oleh
responden. Hasil penelitian terhadap pengetahuan tentang penularan HIV melalui
luka jarum suntik didapatkan persentase tertinggi pada kategori cukup sebanyak
67,16%, sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak 31,34% dan berpengetahuan
kurang baik sebanyak 1,50% serta berpengetahuan tidak baik sebanyak 0%.
Daftar Rujukan : 46 (1998-2017)
Universitas Sumatera Utara
PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN
KLINIK BEDAH MULUT RSGMP FKG USU
TERHADAP PENULARAN HIV MELALUI
LUKA JARUM SUNTIK PADA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH:
DWINA ANISHA
NIM : 130600033
Pembimbing :
Ahyar Riza, drg., Sp.BM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankandi hadapan tim penguji skripsi
Medan, 04 Agustus 2017
Pembimbing Tanda Tangan
Ahyar Riza, drg., Sp. BM .........................................
NIP. 19791217 200604 1 001
Universitas Sumatera Utara
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan penguji Pada tanggal 31 Juli 2017
TIM PENGUJI
KETUA : Hendry Rusdy, drg., Sp.BM., M.Kes
ANGGOTA : 1. Abdullah Oes, drg
2. Ahyar Riza, drg., Sp.BM
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU
Terhadap Penularan HIV Melalui Luka Jarum Suntik Pada Tahun 2017” yang
merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan serta do’a dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih setulusnya
kepada Ayahanda tercinta Ir. H. Rawuh Kuswito dan Ibunda tercinta Juni Ernawati,
yang telah memberikan didikan, kasih sayang dan dukungan secara moral dan materil
kepada penulis dan kepada kakak dan adik penulis Winnie Andhini Kuswito, SP,
Iqbal Fadhilah Kuswito dan Amirah Hafizah Kuswito serta seluruh keluarga besar
yang telah memberikan semangat, do’a dan dukungan yang tak terhingga selama
penulis mendapatkan pendidikan akademik dan menyelesaikan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM selaku ketua Departemen Bedah Mulut
dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.
2. Ahyar Riza, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dukungan dan motivasi selama
proses penyusunan skripsi ini selesai.
3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjalani
program akademik.
4. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial serta seluruh stambuk 2013 atas dukungan, saran dan bantuan kepada
penulis.
Universitas Sumatera Utara
v
5. Sahabat-sahabat terbaik Rina, Fadilah, Jannah, Dhita, Zia dan Azizatul
yang telah banyak memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangan pikiran yang berguna
bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen
Bedah Mulut dan Maksilofasial.
Medan, 04 Agustus 2017
Penulis,
Dwina Anisha
130600033
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI.........................................................
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang....................................................................... 11.2 Rumusan masalah................................................................... 31.3 Tujuan penelitian.................................................................... 31.4 Manfaat penelitian.................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian HIV....................................................................... 42.2 Etiologi dan Patogenesis......................................................... 52.3 Cara Penularan........................................................................ 82.3.1 Transmisi melalui kontak seksual........................................... 92.3.2 Transmisi melalui darah atau produk darah........................... 92.3.3 Transmisi secara vertikal........................................................ 92.3.4 Potensi transmisi melalui cairan tubuh lain............................ 10 2.3.5 Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium 102.4 Gejala Klinis........................................................................... 112.5 Manifestasi HIV/AIDS dalam Rongga Mulut........................ 122.6 Luka Jarum Suntik................................................................. 162.7 Kerangka Teori....................................................................... 202.8 Kerangka Konsep................................................................... 21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian....................................................................... 223.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 22
Universitas Sumatera Utara
vii
3.2.1 Tempat Penelitian................................................................... 223.2.2 Waktu Penelitian.................................................................... 223.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................. 223.3.1 Populasi Penelitian................................................................. 223.3.2 Sampel Penelitian................................................................... 223.3.2.1 Kriteria Inklusi....................................................................... 223.3.2.2 Kriteria Eksklusi..................................................................... 233.4 Variabel dan Definisi Operasional...................................... 233.5 Metode Pengumpulan Data.................................................... 233.6 Pengolahan dan Analisis Data................................................ 243.7 Aspek Pengukuran.................................................................. 24
BAB 4 HASIL PENELITIAN4.1 Karakteristik responden......................................................... 254.2 Pengetahuan Responden terhadap penularan HIV melalui
luka jarum suntik.................................................................... 25
BAB 5 PEMBAHASAN................................................................................ 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan............................................................................ 336.2 Saran...................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 35
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Virus HIV......................................................................................... 42. Patogenesis HIV............................................................................... 63. Aktivasi infeksi HIV seluler............................................................ . 74. Patogenesis HIV/AIDS.................................................................... . 75. Transfusi darah................................................................................ . 96. Luka akibat jarum suntik............................................................... . 117. Pseudomembranosus Candidiasis pada penderita AIDS................ . 138. Oral hairy leukoplakia pada penderita AIDS.................................. . 149. Necrotizing Ulseratif Gingivitis...................................................... 1510. Kehilangan tulang pada NUP.......................................................... 1511. Instrumen tajam yang dapat menyebabkan dental injury................ 1612. (A) Self-aspirating syringe..................................................................... 17
(B) Jarum suntik bertekanan untuk injeksi PDL atau injeksi ILI.......... 1713. (A) Tempat pembuangan wadah anestesi lokal sekali pakai................. 18
(B) Tempat pembuangan jarum yang terkontaminasi............................ 1814. (A) Teknik “scoop” untuk recapping jarum yang terkontaminasi......... 19
(B) Pemegang tutup jarum dari plastik.................................................. 19
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Variabel dan Definisi Operasional.......................................................... 232. Karakteristik responden mahasiswa kepaniteraan klinik........................ 253. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penularan HIV
melalui luka jarum suntik....................................................................... 264. Kategori pengetahuan responden terhadap penularan HIV melalui
luka jarum suntik.................................................................................... 28
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
1. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penularanHIV melalui luka jarum suntik............................................................... 28
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)3. Kuesioner4. Daftar Riwayat Hidup5. Jadwal Kegiatan6. Anggaran Biaya Penelitian7. Hasil perhitungan kuesioner Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah
Mulut RSGMP FKG USU Terhadap Penularan HIV Melalui Luka Jarum Suntik Pada Tahun 2017
8. Ethical Clearance
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Human Immunodeficieny Virus (HIV) adalah virus yang termasuk dalam
golongan retrovirus yang bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh manusia.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit
yang timbul akibat penurunan daya tahan tubuh seseorang karena adanya infeksi
HIV.1-3 Penyakit infeksi HIV/AIDS hingga kini masih merupakan masalah kesehatan
global, termasuk Indonesia. Saat ini HIV memiliki jumlah kematian yang tinggi,
dimana yang dapat mengancam hidup penderita HIV tidak hanya dari virus sendiri,
namun infeksi oportunistik dan komplikasi-komplikasinya juga dapat menyebabkan
kematian.1-4
Negara-negara di Asia Tenggara mempunyai prevalensi HIV yang sangat
tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di Benua Asia dan secara
epidemiologi menunjukkan perbedaan yang besar. Indonesia merupakan salah satu
negara di Asia Tenggara yang mempunyai angka penularan HIV yang paling cepat.5
Kasus HIV dan AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di provinsi Bali
pada tahun 1987. Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota
di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif penderita HIV di Indonesia dari
tahun 1987 sampai September 2014 sebanyak 150.296 orang, sedangkan total
kumulatif kasus AIDS sebanyak 55.799 orang.6
Berdasarkan laporan provinsi di Indonesia, jumlah kumulatif kasus infeksi
HIV yang dilaporkan sejak tahun 1987 hingga September 2014 yang terbanyak
adalah provinsi DKI Jakarta dengan 32.782 kasus. Sumatera Utara sendiri,
berdasarkan laporan provinsi termasuk sepuluh besar kasus HIV terbanyak di
Indonesia dengan jumlah kumulatif kasus penderita HIV sebanyak 9.219 kasus.6
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, kasus HIV
AIDS di Indonesia menurut jenis pekerjaan, terdapat 67 penderita yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
2
tenaga profesional medis.5 Kejadian HIV tidak terlalu banyak pada tenaga profesional
medis, namun dokter gigi dan pegawai yang bekerja di dental klinik perlu menyadari
bahwa dari sekian banyak orang hidup dengan HIV dan tidak menyadari bahwa
mereka memiliki infeksi. Penderita tersebut suatu waktu jika mereka membutuhkan
perawatan rongga mulut, berpotensi dapat menyebarkan penyakit infeksi di dalam
dental klinik.7
Infeksi HIV dapat ditransmisikan melalui darah, cairan tubuh, instrumen yang
terkontaminasi, saliva yang terkontaminasi dengan darah, sekresi dan ekskresi kecuali
keringat, yang mungkin mengandung agen infeksi menular. Darah berperan besar
dalam penularan virus infeksi dibanding cairan tubuh yang lain.8,9 Salah satu ancaman
paling serius mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi, staf di dental klinik dan
petugas kesehatan lainnya adalah kemungkinan paparan patogen melalui darah,
cairan rongga mulut dan jaringan yang memiliki resiko HIV.10-12
Infeksi HIV dapat ditransmisikan dalam praktek dokter gigi ketika cedera
perkutan terjadi, karena cedera perkutan adalah salah satu faktor risiko utama dalam
transmisi virus HIV.14-16 Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa setengah dari
semua dokter gigi melaporkan pernah terjadi cedera perkutan, khususnya jarum
suntik dan luka instrumen tajam, baik di UK dan di Thailand.
Sebanyak 13,8% dokter gigi di Afrika Selatan melaporkan luka melalui jarum
suntik dan luka akibat instrumen yang tajam, bahkan luka jarum suntik dan instrumen
tajam sudah menjadi hal yang umum terjadi pada mahasiswa kedokteran gigi di
Australia. Berdasarkan salah satu penelitian yang dilakukan di Sydney, sebanyak
72% mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi pernah mengalami luka akibat
instrumen tajam.17
Penyebaran penyakit infeksi yang paling umum dan sudah diakui sebagai
penyakit berbahaya dalam praktek dokter gigi dan tenaga profesional kesehatan
lainnya adalah virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV. Persentase transmisi untuk
HBV, HCV dan HIV setelah cedera jarum suntik dari jarum gigi masing-masing
adalah 30%, 3% dan 0,3%.18-20 Penyebaran HIV di dalam praktek dokter gigi
memiliki persentase paling sedikit, namun setiap dokter gigi harus mengevaluasi
Universitas Sumatera Utara
3
setiap paparan saliva maupun cairan tubuh lainnya dalam prosedur perawatan di
dalam dental klinik.7,8
Berdasarkan keterangan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian
mengenai pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG
USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017. Alasan
peneliti memilih mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU
karena di klinik bedah mulut, mahasiswa kepaniteraan klinik melakukan anestesi dan
pembedahan minor seperti pencabutan gigi sehingga sering terpapar dengan darah
dan alasan memilih lokasi tersebut karena mudah dijangkau oleh peneliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan selama ini belum adanya data
mengenai pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG
USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017, maka
perumusan masalah yang timbul adalah sebagai berikut:
Bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP
FKG USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa
kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU terhadap penularan HIV melalui
luka jarum suntik pada tahun 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
1 Untuk mahasiswa: meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah wawasan
tentang penularan HIV melalui luka jarum suntik.
2 Untuk penelitian selanjutnya: menyediakan data untuk penelitian lanjutan yang
berhubungan dengan penularan HIV melalui luka jarum suntik.
3 Untuk Departemen Bedah Mulut FKG USU: sebagai tambahan referensi.
4 Untuk peneliti: sebagai tambahan pengetahuan dan sebagai pengalaman dalam
melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS).21 HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah
putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit
yang memiliki CD4 sebagai sebuah penanda yang berada di permukaan sel limfosit,
karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya
sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi
yang masuk ke tubuh manusia22 (Gambar 1).23
Gambar 1. Virus HIV23
Orang dengan sistem kekebalan yang baik, memiliki jumlah CD4 berkisar
antara 410 – 1.590 sel/mL darah. Kondisi jumlah CD4 berada di bawah 350 sel/mL
darah sudah dianggap sebagai AIDS,24 sedangkan pada orang dengan sistem
kekebalan yang terganggu misal pada orang yang terinfeksi HIV nilai CD4 semakin
lama akan semakin menurun menjadi kurang dari 200 sel/mm3 atau jika satu dari 30
infeksi oportunistik atau bentuk kanker tertentu sudah berkembang.25
Universitas Sumatera Utara
5
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.45
Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim
reverse transkriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia dan
menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup terbagi lagi dalam berbagai subtipe dan
masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Grup HIV-1
merupakan grup yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di
seluruh dunia jika dibandingkan dengan grup HIV-2.26
2.2 Etiologi dan Patogenesis
Penyakit HIV dimulai dengan infeksi akut yang tidak dapat diatasi sempurna
oleh respon imun adaptif dan berlanjut menjadi infeksi jaringan limfoid perifer yang
kronik dan progresif. Perjalanan penyakit HIV dapat diikuti dengan memeriksa
jumlah virus di plasma dan jumlah sel T CD4+ dalam darah. Infeksi primer HIV pada
fetus dan neonatus terjadi pada situasi sistem imun imatur, sehingga penjelasan
berikut merupakan ilustrasi patogenesis yang khas dapat diikuti pada orang
dewasa.29,30
Infeksi primer terjadi bila virion HIV dalam darah, semen atau cairan tubuh
lainnya dari seseorang masuk ke dalam sel orang lain melalui fusi yang diperantarai
oleh reseptor gp120 atau gp41. Tergantung dari tempat masuknya virus, sel T CD4+
dan monosit di darah atau sel T CD4+ dan makrofag di jaringan mukosa merupakan
sel yang pertama terkena. Sel dendrit di epitel tempat masuknya virus akan
menangkap virus kemudian bermigrasi ke kelenjar getah bening. Sel dendrit
mengekspresikan protein yang berperan dalam pengikatan envelope HIV, sehingga
sel dendrit berperan besar dalam penyebaran HIV ke jaringan limfoid. Sel dendrit
pada jaringan limfoid, dapat menularkan HIV ke sel T CD4+ melalui kontak
langsung antar sel.29,30
Universitas Sumatera Utara
6
Gambar 2. Patogenesis HIV31
Beberapa hari setelah paparan pertama dengan HIV, replikasi virus dalam
jumlah banyak dapat dideteksi di kelenjar getah bening. Replikasi ini menyebabkan
viremia disertai dengan sindrom HIV akut (gejala dan tanda nonspesifik seperti
infeksi virus lainnya). Virus menyebar ke seluruh tubuh dan menginfeksi sel T subset
CD4 atau T helper, makrofag dan sel dendrit di jaringan limfoid perifer. Setelah
penyebaran infeksi HIV, terjadi respon imun adaptif baik humoral maupun seluler
terhadap antigen virus. Respon imun dapat mengontrol sebagian dari infeksi dan
produksi virus, yang menyebabkan berkurangnya viremia dalam 12 minggu setelah
paparan pertama. 30
Setelah infeksi akut, terjadilah fase kedua dimana kelenjar getah bening dan
limpa menjadi tempat replikasi HIV dan destruksi sel. Sistem imun pada fase ini,
masih kompeten mengatasi infeksi mikroba oportunistik dan belum muncul
manifestasi klinis infeksi HIV, sehingga fase ini disebut juga masa laten klinis
(clinical latency period). Jumlah virus pada fase ini rendah dan sebagian besar sel T
perifer tidak mengandung HIV.29,30,32
Universitas Sumatera Utara
7
Gambar 3. Aktivasi infeksi HIV seluler32
Kendati demikian, penghancuran sel T CD4+ dalam jaringan limfoid terus
berlangsung dan jumlah sel T CD4+ yang bersirkulasi semakin berkurang. Lebih dari
90% sel T yang berjumlah 1012 terdapat dalam jaringan limfoid dan HIV
diperkirakan menghancurkan 1-2 x 109 sel T CD4+ per hari. Tubuh masih dapat
menggantikan sel T CD4+ yang hancur dengan yang baru pada awal terjadinya
penyakit. Setelah beberapa tahun, siklus infeksi virus, kematian sel T dan infeksi baru
berjalan terus sehingga akhirnya menyebabkan semakin menurunnya jumlah sel T
CD4+ di jaringan limfoid dan sirkulasi.30,32
Gambar 4. Patogenesis HIV/AIDS32
Universitas Sumatera Utara
8
Selanjutnya pada fase kronik progresif, pasien lebih rentan terhadap infeksi
lain dan respon imun terhadap infeksi tersebut akan menstimulasi produksi HIV dan
destruksi jaringan limfoid. Transkripsi gen HIV dapat ditingkatkan oleh stimulus
yang mengaktivasi sel T, seperti antigen dan sitokin. Sitokin (misalnya TNF) yang
diproduksi sistem imun alamiah sebagai respon terhadap infeksi mikroba, sangat
efektif untuk memacu produksi HIV. Saat sistem imun menghancurkan mikroba lain,
maka terjadi kerusakan sistem imun oleh HIV.30,32
Penyakit HIV berjalan terus ke fase akhir dan letal yang disebut AIDS dimana
terjadi destruksi seluruh jaringan limfoid perifer, jumlah sel T CD4+ dalam darah
kurang dari 200 sel/mm3 dan viremia HIV meningkat drastis. Pasien AIDS menderita
infeksi oportunistik, neoplasma, kaheksia (HIV wasting syndrome), gagal ginjal
(nefropati HIV) dan degenerasi susunan saraf pusat (ensefalopati HIV).30
2.3 Cara Penularan
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi,46 selain itu juga dapat ditularkan oleh berbagai benda yang terkontaminasi
seperti jarum suntik, jarum atau instrumen tajam lainnya. HIV juga dapat
ditransmisikan secara vertikal dari ibu ke anak selama kehamilan dan setelah
melahirkan melalui pemberian ASI.44 Cara penularan virus HIV yang lain adalah
melalui transfusi darah dan penggunaan narkoba suntikan yang bergantian.33-35
Beberapa penelitian mengatakan bahwa penularan HIV dapat melalui saliva.
Saliva dapat ditularkan dari individu yang terinfeksi HIV kepada individu yang tidak
terinfeksi melalui kegiatan seksual atau non-seksual. Risiko penularan HIV melalui
saliva adalah hal yang harus diperhatikan oleh pegawai klinik gigi. Individu yang
terinfeksi HIV sering memiliki lesi oral yang dapat menyebabkan perdarahan
sehingga terjadi pelepasan virus HIV ke dalam rongga mulut. HIV dapat diisolasi di
titer rendah dari saliva, namun hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil dari
individuyang terinfeksi. Saliva juga mengandung faktor antivirus seperti
imunoglobulin dan trombospondin sehingga potensi penularan infeksi virus HIV
Universitas Sumatera Utara
9
melalui saliva rendah dan sejauh ini belum ada bukti yang meyakinkan bahwa saliva
dapat menularkan infeksi HIV.34
2.3.1 Transmisi melalui kontak seksual
Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV di berbagai
belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen, cairan vagina dan
cairan serviks. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih
mudah karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek,
anus sering terjadi lesi.33-35
2.3.2 Transmisi melalui darah
Transmisi dapat melalui hubungan seksual dan dari suntikan darah yang
terinfeksi atau produk darah. Diperkirakan bahwa 90% sampai 100% orang yang
mendapat transfusi darah yang tercemar HIV akan mengalami infeksi. Suatu
penelitian di Amerika Serikat melaporkan risiko infeksi HIV-1 melalui transfusi
darah dari donor yang terinfeksi HIV berkisar antara 1 per 750.000 hingga 1 per
835.000. Pemeriksaan antibodi HIV pada donor darah sangat mengurangi transmisi
melalui transfusi darah dan produk darah34,35 (Gambar 5).
Gambar 5. Transfusi darah36
2.3.3 Transmisi secara vertikal
Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada
janinnya sewaktu hamil, persalinan dan setelah melahirkan melalui pemberian air
Universitas Sumatera Utara
10
susu ibu (ASI). Angka penularan selama kehamilan sekitar 5% -10%, sewaktu
persalinan 10% - 20% dan saat pemberian ASI 10% -20%. Alternatif yang dapat
dilakukan untuk mengurangi penularan perinatal ibu-ibu positif HIV tidak boleh
menyusui bayinya. Selama beberapa tahun terakhir, ditemukan bahwa penularan HIV
perinatal dapat dikaitkan lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA-virus di dalam
plasma. Penularan vertikal lebih sering terjadi pada kelahiran prematur, terutama
yang berkaitan dengan ketuban pecah dini.34,35
2.3.4 Potensi transmisi melalui cairan tubuh lain
HIV pernah ditemukan dalam saliva pada sebagian kecil orang yang
terinfeksi, namun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa saliva dapat menularkan
infeksi HIV baik melalui ciuman biasa maupun paparan lain misalnya sewaktu
bekerja bagi petugas kesehatan. Saliva dibuktikan mengandung inhibitor terhadap
aktivitas HIV, demikian juga belum ada bukti bahwa cairan tubuh lain misalnya air
mata, keringat dan urin merupakan media transmisi HIV.34
2.3.5 Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium
Berbagai penelitian multi institusi menyatakan bahwa risiko penularan HIV
setelah kulit tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tercemar oleh darah
seseorang yang terinfeksi HIV adalah sekitar 0,3% sedangkan risiko penularan HIV
ke membran mukosa atau kulit yang mengalami erosi adalah sekitar 0,09%33-35
(Gambar 6).
Gambar 6. Luka akibat jarum suntik37
Universitas Sumatera Utara
11
2.4 Gejala Klinis
Pada sebagian besar kasus, gejala seperti flu akan berkembang dalam waktu
dua sampai enam minggu setelah infeksi. Selanjutnya akan terjadi limfadenopati
menyeluruh yang persisten, diikuti dengan fase laten. Tanda dan gejala klinis yang
ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala
klinis umum yang didapati pada penderita penyakit lainnya.25 Secara umum dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Rasa lelah dan lesu
2. Berat badan menurun secara drastis
3. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
4. Mencret dan kurang nafsu makan
5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6. Pembengkakan leher dan lipatan paha
7. Radang paru
8. Penyakit kulit.25
Penderita yang mengidap HIV dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Individu dengan antibodi HIV positif, namun asimtomatik dan tidak
menunjukkan kelainan dalam pemeriksaan disebut sebagai “periode jendela” (window
period) yaitu 0 – 6 bulan sejak individu tersebut terinfeksi HIV.
2. Individu dengan antibodi HIV positif, ditambah perubahan laboratorium
minor dan bisa juga menunjukkan kelainan-kelainan seperti pembengkakan nodus
limfatikus, berkeringat malam hari, kehilangan berat badan dan lain-lain.
3. Individu dengan ARC. Antibodi HIV positif dan menunjukkan limfadenopati,
berkeringat malam hari, kehilangan berat badan, demam, malaise dan diare.
4. Individu dengan AIDS termasuk Sarkoma Kaposi, sindrom SSP disertai
infeksi oportunistik yang mengancam hidup. Dapat menunjukkan limfadenopati
general dengan penurunan berat badan drastis, kelelahan, diare kronis, demam kronis
dan berkeringat di malam hari.38
Universitas Sumatera Utara
12
2.5 Manifestasi HIV/AIDS dalam Rongga Mulut
1. Kandidiasis Oral
Kandidiasis oral sering kali merupakan gejala awal dari infeksi HIV. Faktor
utama etiologi kandidiasis oral adalah jamur Candida albicans, meskipun spesies lain
dari Candida dapat terlibat. Prevalensi yang dilaporkan bervariasi secara luas, sampai
setinggi 72% pada anak-anak dan 94% pada orang dewasa. Kandidiasis oral yang
dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu: pseudomembranosis, eritematus
(atropik), hiperplastik dan keilitis angularis. Jumlah Candida albicans dalam saliva
pada penderita HIV positif dan tampaknya meningkat bersamaan dengan menurunnya
rasio limfosit CD4 : CD8.29,38
Jenis pseudomembranosus tampak sebagai membran putih atau kuning yang
melekat dan dapat dikelupas dengan mengeroknya, meninggalkan mukosa eritematus
di bawahnya. Keadaan ini dapat mengenai mukosa dimana saja, tetapi lidah dan
palatum lunak adalah daerah yang paling sering terkena. Kondisi ini biasanya akut,
tetapi pada penderita HIV bisa bertahan beberapa bulan.29,38
Gambar 7. Pseudomembranosus Candidiasispada penderita AIDS38
Bentuk eritematus ditandai oleh daerah merah dan gundul pada bagian dorsum
lidah. Kandidosis hiperplastik kronis pada HIV merupakan sub tipe yang paling
langka, tetapi dapat menimbulkan bercak putih pada mukosa bukal. Tipe ini harus
dibedakan dengan hairy leukoplakia, yang seringkali mengandung kandida pada
permukaannya. Semua jenis kandidosis dapat diikuti dengan terjadinya keilitis
Universitas Sumatera Utara
13
angularis yang tampak sebagai fisur merah dan sakit pada sudut mulut, terutama pada
penderita HIV positif.38
2. Oral Hairy Leukoplakia
Oral hairy leukoplakia (OHL) lebih umum terjadi pada orang dewasa yang
terinfeksi HIV daripada anak yang terinfeksi HIV. Prevalensi OHL pada orang
dewasa adalah sekitar 20% - 25%, meningkat dengan CD4+ menurun jumlah
limfosit, sedangkan pada anak prevalensinya sekitar 2% - 3%. Kehadiran OHL adalah
tanda imunosupresi berat. OHL merupakan lesi putih, tidak berbatas jelas, berkerut,
menonjol pada tepi lateral lidah dan berkaitan dengan virus Epstein Barr dan infeksi
HIV (Gambar 8).
Gambar 8. Oral hairy leukoplakia padapenderita AIDS38
Lesi awal tampak sebagai plak vertikal, putih, besar, pada tepi lateral lidah
dan umumnya bilateral. Lesi-lesi tersebut dapat menutupi permukaan lateral dan
dorsal lidah, meluas ke mukosa pipi dan palatum. Lesi tersebut tanpa gejala dan tidak
dapat dihapus serta mengganggu estetika. Bukti histologi tampak tonjolan mirip
rambut hiperkeratotik, kolisitosis, sedikit radang dan infeksi kandida. Hal ini sangat
penting karena dapat digunakan unutk meramalkan perkembangan AIDS.38
Universitas Sumatera Utara
14
3. HIV-Associated Periodontal Disease
Penyakit periodontal merupakan penyakit umum di antara pasien yang
terinfeksi HIV. Hal ini ditandai dengan gusi berdarah, bau mulut,
nyeri/ketidaknyamanan, gigi goyang dan kadang-kadang luka. Prevalensi luas
berkisar antara 0% dan 50%. Jika tidak diobati, HIV-Associated Periodontal Disease
dapat berkembang menjadi infeksi yang mengancam jiwa, seperti angina ludwig dan
noma (cancrum oris). Gambaran klinis dari HIV-Associated Periodontal Disease
terdiri dari empat bentuk yaitu:
1. Linear gingival erythema ditandai dengan terdapatnya garis merah
sebesar 2-3 mm sepanjang marginal gingiva, berhubungan dengan eritema difus pada
attached gingiva dan mukosa mulut. Perawatannya dapat dilakukan dengan scaling
dan root planning serta penggunaan chlorhexidin gluconat 0,5 oz dikumur selama 30
detik dan dibuang setiap 12 jam.38
2. NUG lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak. Hal ini
ditandai dengan adanya ulserasi, pengelupasan dan nekrosis satu atau lebih papila
interdental, disertai rasa sakit, perdarahan dan halitosis berbau busuk. Terapi dengan
debridement saja atau dikombinasi dengan metronidazol jika terdapat demam,
malaise dan anoreksia (Gambar 9).38
3. NUP ditandai hilangnya jaringan lunak dan gigi secara luas dan cepat29,38
(Gambar 10).
4. Necrotizing Stomatitis merupakan kelanjutan yang parah dari NUP yang
tidak diobati. Hal ini ditandai dengan lesi ulceronecrotic akut dan sakit pada mukosa
oral yang menyebabkan terbukanya tulang alveolar.29,38
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 9. Necrotizing Ulseratif Gingivitis38
Gambar 10. Kehilangan tulang alveolar pada Necrotizing Ulseratif
Periodontitis38
2.6 Luka Jarum Suntik
Cedera dari benda tajam tetap menjadi kekhawatiran dalam praktek dokter
gigi karena didasari oleh kemungkinan penularan infeksi melalui darah. Tingkat
estimasi transmisi untuk hepatitis B (HBV) ke penerima yang tidak divaksinasi,
hepatitis C (HCV) dan human immunodeficiency virus (HIV) setelah luka dari jarum
masing-masing adalah 6% - 30%, 2,7% - 10% dan 0,1% - 0,3%.39 Berdasarkan
sejumlah laporan yang telah melakukan pengamatan kecelakaan kerja dalam praktek
dokter gigi dari berbagai populasi yang berbeda bahwasanya petugas kesehatan gigi
berada pada risiko tinggi cedera oleh benda tajam40 (Gambar 11).
Universitas Sumatera Utara
16
Gambar 11. Instrumen tajam yang dapat menyebabkan dental injury39
Mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi dari berbagai departemen
akan di latih selama tahun ke tiga, keempat dan kelima. Selama lima tahun
mahasiswa tersebut akan diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikan sejumlah
besar kasus klinis sebagai persyaratan yang wajib. Dengan demikian mahasiswa
kepaniteraan klinik kedokteran gigi pada umumnya dianggap memiliki risiko yang
lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan medis lainnya yang jarang melakukan tindakan
klinis sebagai mahasiswa.40
Di sisi lain, mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi sudah menerima
pelatihan dasar mengenai perlindungan diri, perlindungan lingkungan, instrumen dan
peralatan yang digunakan dalam berbagai aspek perawatan gigi.40
Risiko cedera oleh benda tajam biasanya dihadapi diberbagai bidang seperti
saat melakukan anestesi lokal, pembuangan jaringan, pada saat pembedahan,
penjahitan luka dan kegiatan lainnya. Petugas kesehatan gigi termasuk risiko tinggi
cedera oleh benda tajam. Cedera oleh benda tajam yang paling umum terjadi di
bidang kedokteran gigi adalah karena jarum suntik.40
Universitas Sumatera Utara
17
A BGambar 12. Self-aspirating syringe(A); Jarum suntik bertekanan untuk
injeksi ligamen periodontal (PDL) atau injeksi intraligamen (ILI)(B)42
Cedera akibat jarum suntik selalu menjadi salah satu faktor risiko terpenting
untuk petugas kesehatan untuk transmisi berbagai penyakit infeksi seperti HBV,HVC
dan HIV. Berbagai prosedur seperti luka yang terjadi di ruang operasi, pemeriksaan
gula darah, penjahitan luka, anestesi lokal, pembuangan jaringan dapat menyebabkan
cedera akibat jarum suntik.41
Jarum yang tersedia bagi para profesi dental saat ini adalah yang sudah
disterilkan terlebih dahulu dan sekali pakai. Dengan perawatan dan penanganan yang
tepat, hal itu tidak akan menjadi penyebab kesulitan yang berarti.42 Berikut
merupakan tata cara penanganan jarum suntik:
1. Jarum tidak boleh digunakan pada lebih dari satu pasien
2. Jarum harus diganti setelah beberapa kali (tiga sampai empat) penetrasi
jaringan pada pasien yang sama.
a. Setelah tiga sampai empat kali insersi, stainless steel jarum sekali pakai
menjadi tumpul. Penetrasi menjadi kian trauma disetiap insersi, menyebabkan nyeri
dan rasa pegal bila sensasi balik setelah prosedur.
3. Jarum harus ditutup dengan penutup jarum bila tidak digunakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan jarum suntik terhadap jarum yang terkontaminasi
Universitas Sumatera Utara
18
4. Sebaiknya selalu perhatikan posisi ujung jarum tanpa tutup baik diluar
maupun didalam mulut pasien. Hal ini dapat meminimalkan risiko cedera yang
mungkin terjadi pada pasien dan operator.
Gambar 13. Tempat pembuangan wadah anestesi lokal sekali pakai (A),Tempat pembuangan jarum yang terkontaminasi (B)42
5. Jarum harus dibuang dengan benar setelah digunakan untuk menghindari
terjadinya cedera atau pemakaian ulang oleh individu yang tidak berwenang.
Pembuangan jarum dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Jarum terkontaminasi (serta semua barang yang terkontaminasi dengan
darah atau air liur, seperti cartridge) akan dibuang pada wadah khusus
“terkontaminasi” atau “benda tajam” (Gambar 13).
b. Penggunaan yang tepat dari penutup (“pengaman” jarum) unit jarum
suntik akan meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan jarum suntik (Gambar 14.
B).
c. Ketika jarum digunakan kembali untuk suntikan berikutnya (praktik khas
untuk profesi dental vs profesi ilmu kedokteran atau profesi kesehatan lainnya, di
mana suntikan kedua jarang diberikan), penutupan kembali digunakan dengan
menggunakan teknik “scoop” atau pemegang jarum (Gambar 14. A).
d. Jarum yang terkontaminasi tidak boleh dibuang ke wadah sampah yang
terbuka.
Universitas Sumatera Utara
19
Gambar 14. Teknik “scoop” untuk recapping jarum yang terkontaminasi (A); Pemegang tutup jarum dari plastik (B)42
Kedokteran gigi modern dikatakan sebagai pekerjaan yang memiliki risiko
bahaya yang paling sedikit, namun risiko seperti cedera akibat jarum suntik
merupakan sebuah tantangan bagi bidang pekerjaan ini. Dibandingkan dengan bidang
kesehatan lainnya, dokter gigi berada pada risiko yang lebih tinggi dalam
memperoleh infeksi, karena berdasarkan fakta bahwa dokter gigi bekerja dalam akses
terbatas dan dibatasi visibilitas lapangan dan sering menggunakan perangkat atau
peralatan-peralatan yang tajam.41
Sebagai bidang pekerjaan yang memiliki resiko tinggi dalam memperoleh
infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik, maka dari itu perlu ditekankan
untuk melakukan pencegahan dengan dua cara, pertama, desain tempat kerja dan
praktek kerja yang tepat untuk mengurangi kemungkinan paparan benda tajam.
Kedua, perlu adanya antisipasi, perencanaan dan pelatihan untuk mengurangi
kejadian cedera dan meminimalkan dampaknya, baik dari segi biaya dan sumber daya
manusia.39
Universitas Sumatera Utara
20
2.7 Kerangka Teori
HIV
Pengertian HIV
Etiologi dan Patogenesis
Cara Penularan
Gejala Klinis
Manifestasi HIV/AIDS dalam
rongga mulut
Melalui Kontak Seksual
Darah dan Produk Darah
Secara Vertikal
Cairan Tubuh Lain
Transmisi kepada Petugas Kesehatan
Luka Jarum Suntik
Penularan HIV
Universitas Sumatera Utara
21
2.8 Kerangka Konsep
Mahasiswa kepaniteraan klinik bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU
Pengetahuan terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik:
Baik Cukup Kurang baik Tidak baik
Universitas Sumatera Utara
22
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan pengetahuan
mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU terhadap penularan
HIV melalui jarum suntik pada tahun 2017.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP
FKG USU Jl. Alumni No. 2 USU, Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada 1 April sampai 31 Mei 2017.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen
Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU.
3.3.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik total sampling dimana sampel merupakan seluruh mahasiswa kepaniteraan
klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU yang berada di Klinik Bedah
Mulut yang memenuhi kriteria inklusi.
3.3.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dari penelitian ini terdiri dari:
1. Telah selesai pendidikan Sarjana Kedokteran Gigi
2. Masih menjalani kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut
3. Bersedia menjadi responden penelitian
Universitas Sumatera Utara
23
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dari penelitian ini terdiri dari:
1. Belum selesai pendidikan Sarjana Kedokteran Gigi
2. Tidak menjalani kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut
3. Tidak bersedia menjadi responden penelitian
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional
1. Pengetahuan
Merupakan pengetahuan mahasiswa tentang
penularan HIV melalui luka jarum suntik yang
diukur melalui 15 pertanyaan. Jawaban benar
diberi nilai 1, jawaban salah diberi nilai 0.
Total nilai dijumlahkan dan dikategorikan.
2.Penularan HIV melalui
luka jarum suntik
Cedera akibat jarum suntik selalu menjadi salah
satu faktor risiko terpenting bagi petugas
kesehatan untuk penularan berbagai penyakit
seperti HIV. Berbagai prosedur seperti luka
yang terjadi di ruang operasi, pemeriksaan gula
darah, penjahitan luka, anestesi lokal,
pembuangan jaringan dapat menyebabkan
cedera akibat jarum suntik.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang
diberikan secara langsung kepada responden dan diisi secara langsung oleh
responden. Kuesioner yang diberikan yaitu pertanyaan berhubungan dengan
pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap penularan HIV melalui luka
jarum suntik.
Universitas Sumatera Utara
24
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah secara komputerisasi menggunakan Ms. Excel dan
Ms. Word dan selanjutnya dianalisis dengan menghubungkan antara hasil penelitian
dengan teori yang ada.
3.7 Aspek Pengukuran
Pertanyaan berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik diukur
melalui 15 pertanyaan. Pertanyaan dengan jawaban benar; diberikan nilai 1, jika
salah; nilainya 0. Sehingga nilai tertinggi dari 15 pertanyaan adalah 15. Selanjutnya
nilai tersebut dikategorikan atas pengetahuan baik, cukup, kurang baik dan tidak baik.
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, kategori baik apabila nilai jawaban responden
76% - 100% dari nilai tertinggi, kategori cukup apabila nilai jawaban responden 56%
– 75% dari nilai tertinggi, kategori kurang baik jika nilai jawaban responden 40% -
55% dari nilai tertinggi dan kategori tidak baik jika nilai jawaban responden kurang
dari 40%.43
Universitas Sumatera Utara
25
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik yang
bersedia dilakukan penelitian pada Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU selama
bulan April sampai Mei 2017. Didapati jumlah sampel sebanyak 67 orang. Persentase
responden berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 22,39% dan berjenis kelamin
perempuan sebanyak 77,61%.
Tabel 2. Karakteristik responden mahasiswa kepaniteraan klinik
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 15 22,39%
Perempuan 52 77,61%
Total 67 100%
4.2 Pengetahuan Responden terhadap penularan HIV melalui luka jarum
suntik
Pengetahuan responden terhadap penularan infeksi HIV melalui luka jarum
suntik termasuk dalam kategori baik (76% - 100%) dalam kepanjangan dari HIV,
pengertian HIV, cara penularan HIV, gejala awal HIV di rongga mulut, cara
mengurangi penularan HIV, manajemen risiko penularan HIV yang berlaku untuk
kedokteran gigi, hal yang perlu diperhatikan untuk pengendalian infeksi HIV ketika
merawat gigi pasien, penanganan yang tepat pada jarum suntik serta paparan darah
dan saliva selama prosedur dental berpotensi menularkan HIV ke dokter gigi.
Pengetahuan responden termasuk dalam kategori cukup (56% - 75%) dalam
tindakan pencegahan sebagai bidang pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dalam
memperoleh infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik dan tindakan yang
harus dilakukan setelah luka jarum suntik.
Universitas Sumatera Utara
26
Pengetahuan responden termasuk kategori kurang baik (40% - 55%) dalam
pernyataan yang paling akurat mengenai infeksi HIV, sedangkan pengetahuan
responden termasuk kategori tidak baik (<40%) dalam gejala dari infeksi akut HIV,
cara pembuangan jarum suntik dan persentase risiko tertular HIV dari luka jarum
suntik yang terkontaminasi HIV.
Tabel 3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penularan HIV melalui
luka jarum suntik
Tahu Tidak tahuNo. Pengetahuan responden
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1. Kepanjangan dari HIV 62 92,54% 5 7,46%
2. Pengertian dari HIV 66 98,50% 1 1,50%
3. Cara penularan HIV 67 100% 0 0%
4. Gejala dari infeksi akut HIV 22 32,84% 45 67,16%
5. Gejala awal HIV di rongga
mulut66 98,50% 1 1,50%
6. Cara mengurangi penularan
HIV58 86,57% 9 13,43%
7. Pernyataan yang paling akurat
mengenai infeksi HIV36 53,73% 31 46,27%
8. Manajemen risiko penularan
HIV yang berlaku untuk
kedokteran gigi
51 76,12% 16 23,88%
9. Hal yang perlu dilakukan untuk
pengendalian infeksi HIV
ketika merawat gigi pasien
54 80,60% 13 19,40%
10. Penanganan yang tepat pada
jarum suntik58 86,57% 9 13,43%
Universitas Sumatera Utara
27
11. Cara pembuangan jarum suntik
dengan benar untuk
menghindari terjadinya cedera
atau pemakaian ulang oleh
individu yang tidak berwenang
18 26,87% 49 73,13%
12. Tindakan pencegahan sebagai
bidang pekerjaan yang memiliki
risiko tinggi dalam memperoleh
infeksi melalui luka benda
tajam seperti jarum suntik
50 74,63% 17 25,37%
13. Paparan darah dan saliva
berpotensial menularkan HIV
ke dokter gigi selama prosedur
dental
66 98,50% 1 1,50%
14. Tindakan yang harus dilakukan
setelah luka jarum suntik47 70,15% 20 29,85%
15. Persentase risiko tertular HIV
dari luka jarum suntik yang
terkontaminasi HIV
2 2,99% 65 97,01%
Hasil penelitian terhadap pengetahuan tentang penularan HIV melalui luka
jarum suntik didapatkan persentase tertinggi pada kategori cukup yaitu 67,16%,
sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak 31,34% dan berpengetahuan kurang
baik sebanyak 1,50% serta berpengetahuan tidak baik sebanyak 0%.
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 4. Kategori pengetahuan responden terhadap penularan HIV melalui luka jarum
suntik
Kategori Jumlah Persentase
Baik 21 31,34%
Cukup 45 67,16%
Kurang baik 1 1,50%
Tidak baik 0 0%
Total 67 100%
BaikCukupKurang BaikTidak Baik
Diagram 1. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan penularan HIV melalui luka
jarum suntik yang dilakukan pada 67 orang responden di Departemen Bedah Mulut
dan Maksilofasial didapatkan hasil 92,54% responden mengetahui kepanjangan dari
HIV yaitu Human Immunodeficiency Virus. Sebanyak 98,50% responden mengetahui
pengertian dari HIV yaitu sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia dan dapat menimbulkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).21
Sebanyak 100% responden mengetahui cara penularan HIV yaitu melalui
saliva dan darah. HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi, selain itu juga dapat ditularkan oleh berbagai benda yang terkontaminasi
seperti jarum suntik, jarum atau instrumen tajam lainnya. HIV juga dapat
ditransmisikan secara vertikal dari ibu ke anak selama kehamilan dan setelah
melahirkan melalui pemberian ASI. Cara penularan virus HIV yang lain adalah
melalui transfusi darah dan penggunaan narkoba suntikan yang bergantian.33-35
Beberapa penelitian mengatakan bahwa penularan HIV dapat melalui saliva. Saliva
dapat ditularkan dari individu yang terinfeksi HIV kepada individu yang tidak
terinfeksi melalui kegiatan seksual atau non-seksual. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai kepanjangan HIV, pengertian
dari HIV dan cara penularan HIV tergolong baik.
Sebanyak 32,84% responden mengetahui gejala dari infeksi akut HIV yaitu
gejala mirip flu, demam dan pembengkakan kelenjar. Sebagian besar kasus, gejala
seperti flu akan berkembang dalam waktu dua sampai enam minggu setelah infeksi,
selanjutnya akan terjadi pembengkakan kelenjar serta diikuti dengan gejala klinis
umum seperti demam, rasa lelah dan lesu serta ruam.25 Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai gejala dari infeksi akut HIV
adalah tergolong tidak baik.
Universitas Sumatera Utara
30
Sebanyak 98,50% responden mengetahui gejala awal HIV di rongga mulut
yaitu kandidiasis oral. Gejala awal dari manifestasi infeksi HIV dalam rongga mulut
adalah kandidiasis oral dengan faktor utama penyebab kandidiasis oral adalah jamur
Candida albicans. Jumlah Candida albicans dalam saliva penderita HIV positif
tampaknya meningkat bersamaan dengan menurunnya rasio limfosit CD4 : CD8.29,38
Sebanyak 86,57% responden mengetahui penularan HIV dapat dikurangi
dengan cara penggunaan alat perlindungan diri dan pencegahan terjadinya cedera
jarum suntik. Mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi pada umumnya
dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan medis lainnya
yang jarang melakukan tindakan klinis sebagai mahasiswa, sehingga mahasiswa
kepaniteraan klinik sudah menerima pelatihan dasar mengenai perlindungan diri,
perlindungan lingkungan, instrumen dan peralatan yang digunakan dalam berbagai
aspek perawatan gigi.40 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden
mengenai gejala awal HIV dalam rongga mulut dan tindakan yang perlu dilakukan
untuk mengurangi terjadinya penularan HIV adalah tergolong baik.
Sebanyak 53,73% responden mengetahui pernyataan yang paling akurat
mengenai infeksi HIV adalah membersihkan permukaan peralatan kemungkinan akan
mengurangi transmisi infeksi silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan responden mengenai pernyataan yang paling akurat mengenai infeksi
HIV adalah tergolong kurang baik. Sebanyak 76,12% responden mengetahui
manajemen risiko yang berlaku untuk kedokteran gigi dengan cara penggunaan
perlindungan untuk mencegah infeksi silang, pengembangan dan pelaksanaan
prosedur untuk mengidentifikasi kemungkinan individual yang terinfeksi HIV di
klinik dan merujuk orang yang diduga terinfeksi HIV untuk evaluasi medis dan
perawatan.7 Sebanyak 80,60% responden mengetahui hal yang perlu dilakukan untuk
pengendalian infeksi HIV ketika merawat gigi pasien yaitu setiap pasien seharusnya
dipertimbangkan sebagai pembawa penyakit infeksi dan mendapat perlakuan yang
sama.7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai
manajemen risiko yang berlaku untuk kedokteran gigi dan hal yang perlu dilakukan
untuk pengendalian infeksi HIV ketika merawat gigi pasien adalah tergolong baik.
Universitas Sumatera Utara
31
Sebanyak 86,57% responden mengetahui penanganan yang tepat pada jarum
suntik adalah jarum harus diganti setelah tiga sampai empat kali penetrasi jaringan
pada pasien yang sama. Cedera oleh benda tajam yang paling umum terjadi di bidang
kedokteran gigi adalah karena jarum suntik. Perawatan dan penanganan yang tepat
pada jarum suntik adalah jarum tidak boleh digunakan pada lebih dari satu pasien,
jarum harus diganti setelah tiga sampai empat kali penetrasi jaringan pada pasien
yang sama, jarum harus ditutup dengan penutup jarum apabila tidak sedang
digunakan dan memperhatikan posisi ujung jarum jarum baik saat digunakan di luar
maupun di dalam rongga mulut pasien.42 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan responden mengenai penanganan yang tepat pada jarum suntik adalah
tergolong baik.
Sebanyak 26,87% responden mengetahui teknik pembuangan jarum yang
tepat untuk menghindari terjadinya cedera atau pemakaian ulang oleh individu yang
tidak berwenang adalah penggunaan yang tepat penutup (pengaman) unit jarum
suntik akan meminimalkan risiko terjadinya cedera jarum suntik dan jarum yang
sudah terkontaminasi oleh darah atau saliva dibuang pada wadah khusus.42 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai pembuangan jarum
yang tepat untuk menghindari terjadinya cedera atau pemakaian ulang jarum suntik
oleh individu yang tidak berwenang adalah tergolong tidak baik.
Sebanyak 74,63% responden mengetahui pencegahan terjadinya infeksi
melalui luka benda tajam seperti jarum suntik yaitu mendesain tempat kerja yang
tepat untuk mengurangi kemungkinan paparan benda tajam serta adanya antisipasi,
perencananan dan pelatihan untuk mengurangi kejadian cedera dan meminimalkan
dampaknya.39 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai
pencegahan terjadinya infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik adalah
tergolong cukup baik.
Sebanyak 98,50% responden mengetahui paparan darah dan saliva selama
prosedur dental berpotensial menularkan HIV ke dokter gigi. Cedera dari benda tajam
tetap menjadi kekhawatiran dalam praktek dokter gigi karena didasari oleh
kemungkinan penularan infeksi melalui darah. Berdasarkan sejumlah laporan yang
Universitas Sumatera Utara
32
telah melakukan pengamatan kecelakaan kerja dalam praktek dokter gigi dari
berbagai populasi yang berbeda bawasanya petugas kesehatan gigi berada pada risiko
tinggi cedera oleh benda tajam.40 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
responden mengenai paparan darah dan saliva selama prosedur dental berpotensial
menularkan HIV ke dokter gigi adalah tergolong baik.
Sebanyak 70,15% responden mengetahui tindakan yang harus dilakukan
setelah luka jarum suntik adalah mengambil profilaksis pasca paparan. Hasil
penelitan menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai tindakan yang harus
dilakukan setelah luka jarum suntik adalah tergolong cukup baik. Sebanyak 2,99%
responden mengetahui persentase risiko tertular HIV dari luka jarum suntik yang
terkontaminasi HIV adalah < 1%. Tingkat estimasi transmisi untuk hepatitis B ke
penerima yang tidak divaksinasi adalah 6% - 30%, hepatitis C 2,7% - 10% dan HIV
adalah 0,1% - 0,3%.39 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden
mengenai persentase risiko tertular HIV dari luka jarum suntik yang terkontaminasi
HIV adalah tegolong tidak baik.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak ditemuinya penelitian
pembanding tentang pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap penularan
HIV melalui luka jarum suntik, sehingga peneliti tidak dapat melakukan
perbandingan hasil penelitian yang dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan
Maksilofasial FKG USU dengan peneliti yang lain.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut FKG
USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik adalah sebanyak 31,34%
berpengetahuan baik, 67,16% berpengetahuan cukup dan sebesar 1,50% dengan
kategori pengetahuan kurang serta 0% berpengetahuan tidak baik.
2. Tingkat pengetahuan responden yang termasuk kategori baik (76% -
100%) meliputi kepanjangan dari HIV, pengertian HIV, cara penularan HIV, gejala
awal HIV di rongga mulut, cara mengurangi penularan HIV, manajemen risiko
penularan HIV yang berlaku untuk kedokteran gigi, hal yang perlu diperhatikan untuk
pengendalian infeksi HIV ketika merawat gigi pasien, penanganan yang tepat pada
jarum suntik serta paparan darah dan saliva selama prosedur dental berpotensi
menularkan HIV ke dokter gigi.
3. Tingkat pengetahuan responden yang termasuk kategori cukup (56% -
75%) meliputi tindakan pencegahan sebagai bidang pekerjaan yang memiliki risiko
tinggi dalam memperoleh infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik dan
tindakan yang harus dilakukan setelah luka jarum suntik.
4. Tingkat pengetahuan responden yang termasuk kategori kurang baik
(40% - 55%) meliputi pernyataan yang paling akurat mengenai infeksi HIV.
5. Tingkat pengetahuan responden termasuk kategori tidak baik (<40%)
meliputi gejala dari infeksi akut HIV, cara pembuangan jarum suntik dan persentase
risiko tertular HIV dari luka jarum suntik yang terkontaminasi HIV.
Universitas Sumatera Utara
34
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik untuk lebih
memahami dan meningkatkan pengetahuan tentang penularan HIV melalui luka
jarum suntik dengan lebih banyak membaca berbagai literatur.
2. Diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik untuk dapat
mengaktualisasikan pengetahuan tentang penularan HIV melalui luka jarum suntik
dalam hal penanganan pasien.
3. Diharapkan kepada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
untuk dapat mengevaluasi pembelajaran tentang penularan HIV melalui luka jarum
suntik.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan data untuk penelitian
lanjutan yang berhubungan dengan penularan HIV melalui luka jarum suntik.
Universitas Sumatera Utara
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Hans LA. Cara penularan HIV & AIDS di unit perawatan intermediate penyakit
infeksi (UPIPI) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. BIKKK – Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and Venereology 2014; 26(1): 27.
2. Scully C, Greenspan JS. Human immunodeficiency virus (HIV) transmission in
dentistry. J Dent Res 2006; 9(85): 794.
3. Wilburn, Eijkemans. Preventing needlestik injuries among healthcare workers. Int
J Occup Environ Health 2004; 10(4): 451.
4. Jamil KF. Profil kadar CD4 terhadap infeksi oportunistik pada penderita human
immunodeficiency virus / acquired immunodeficieny syndrome (HIV/AIDS) di
RSUD DR. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 2014;
14(2): 76.
5. Priscilla V. Faktor-faktor penentu penyebaran HIV(+)/AIDS di Indonesia tahun
2008. Majalah Kedokteran Andalas 2008; 32(2): 109.
6. Kemenkes RI. Situasi dan analisis HIV AIDS. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI 2014: 1-6.
7. Nagelberg RH. Dental professionals and HIV – part 2. The Academy of Dental
Therapeutics and Stomatology 2015: 2.
8. Gupta N, Tak J. Needlestick injuries in dentistry. Kathmandu Univ Med J 2011;
3(35): 208.
9. Joyce MP, Kuhar D, Brooks JT. Notes from the field: Occupationally acquired
HIV infection among health care workers-United States, 1985-2013. Am J
Transplant 2015; 15: 841.
10. Guruprasad Y, Chauhan DS. Knowledge, attitude, and practice regarding risk of
HIV infection through accidental needlestick injuries among dental students of
Raichur, India. Natl Journal Max Surg 2011; 2(2): 153.
11. Smith AJ, Cameron SO, Bagg J, Kennedy D. Management of needlestick injuries
in general dental practice. Br Dent J 2001; 12(190): 645.
Universitas Sumatera Utara
36
12. Gurubacharya DL, Mathura KC, Karki DB. Knowledge, attitude and practices
among health care workers on needle-stick injuries. Kathmandu Univ Med J
2003; 1(2): 91.
13. Nasir EF, Åstrøm AN, David J, Ali RW. HIV and AIDS related knowledge,
sources of information ands reported need for further education among dental
students in Sudan- a cross sectional study. BMC Public Health 2008; 8:286.
14. Khader Y, Burgan S, Amarin Z. Self-reported needle-stick injuries among dental
students in north Jordan. Eastern Mediteranean Health Journal 2009; 15(1):186.
15. Shah MS, Merchant AT, Dosman JA. Percutaneous injuries among dental
professionals in Washington State. BMC Public Health 2006; 6:269.
16. Kotze MJ, Labuschagne W. A method of determining the presece of blood in and
on a dental needle after the administration of local anesthetic. JADA 2014;
6(145): 557.
17. Leggat PA, Smith DR. Prevalence of percutaneous exposure incidents amongst
dentists in Queensland. Aust Dent J 2006; 2(51): 158.
18. Ali FM, Patil A, Prasant MC, Tahasildar S, Patil K. Needle stick injuries in dental
clinics: a review. J Evol Med Dent Sci 2014; 3(2): 374.
19. Siddiqi A, Morkel JA, Stephen L, Moola M. Occupational blood exposures at a
dental faculty: a three year review. International Dentistry SA 2008; 9(5): 28.
20. Tao X, Peng H, Qian L, Li Y, Wu Q, Ruan J, dkk. Occupational exposure to
positive blood and body fluids among health care workers in a Chinese University
Hospital: A three years retrospective study. Global Journal of Health Science
2017; 9(4): 156.
21. Wyżgowski P, Rosiek A, Grzela T, Leksowski K. Occupational HIV risk for
health care workers: risk factor and the risk of infection in the course of
professional activities. Therapeutics and Clinical Risk Management 2016; 12:
989.
22. Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontolgy for the dental hygienist. 3rd Ed.
China. Elsevier Inc, 2007: 376.
Universitas Sumatera Utara
37
23. Yohanes Gitoyo. Bagaimana HIV dapat menyebabkan AIDS. 28 Desember 2013.
http://pustakadigitalindonesia.blogspot.co.id/2013/12/membongkar-misteri-
bagaimana-hiv-dapat.html. (17 Januari 2017).
24. Widiyanti M, Sandy S. Gambaran subtipe HIV-1 dengan kadar CD4 stadium
klinis, infeksi oportunistik penderita HIV/AIDS di kota dan kabupaten Jayapura,
Papua. MKB 2016; 48(1): 2.
25. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehric JS. Atlas berwawrna lesi mulut yang sering
ditemukan. Alih bahasa. Titi Suta. Jakarta: EGC, 2014: 182.
26. Samuel N, Hegedus A, Jaye A, Rowland-Jones S, Flanagan KL, Macallan DC.
Comparing HIV-1 and HIV-2 infection: Lessons for viral immunopathogenesis.
ResearchGate 2017. Jan 17: 1.
27. Hasanah I, Putri D, Wulandari RA. Titik sebar hotspot area HIV/AIDS di
Amerika 2013 dengan analisis cluster bernoulli menggunakan geographic
informations system (GIS) dan statscan. STMIK AMIKOM Yogyakarta 2016:
1.2-7.
28. Wirahayu AY, Satyabakti P. Pencegahan HIV/AIDS pada anggota TNI-AL
dilihat dari pengetahuan sikap dan tindakan. Jurnal Berkala Epidemiologi 2014;
2(2): 161-2.
29. Elley BM, Soory M, Manson JD. Periodontics. 6th Ed. China. Elsevier Limited,
2010: 126-7.
30. Lestari PE. Infeksi jamur candida pada penderita HIV/AIDS. Stomatognatic (J. K.
G Unej) 2013; 10(1): 35-6.
31. Elona U. Proporsi infeksi opportunistik pada penderita HIV/AIDS di RSUP Haji
Adam Malik tahun 2010. 16 Mei 2016.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/58971/4/Chapter%20II.pdf. (18
Januari 2017).
32. Maartesn G, Celum C, Lewin SR. HIV infection: Epidemiology, pathogenesis,
treatment, and prevention. Lancet 2014; 384: 259-60.
33. ElKalmi RM, Al-Shami AK, Alkoudmani RM, Al-Syed T, Al-Lela OQB, Patel I.
Knowledge, attitudes and risk perceptions towards human immunodeficiency
Universitas Sumatera Utara
38
virus and acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) among health
sciences students in a public university, Malaysia. Journal of Pharmacy Practice
and Community Medicine 2015; 1(1): 24.
34. Fontes TV, Marques FV, Gonçalves LS. Endodontic infection in HIV-infected
individuals: An overview. ENDO (Lond Eng) 2015; 9(1): 16.
35. Patel P, Borkowf CB, Brooks JT, Lasry A, Lansky A, Mermin J. Estimating per-
act HIV transmission risk: A systematic review. AIDS 2014; 28(10): 1512-14.
36. Saúde Divulgação VE. Hospital vida & Saúde de Santa Rosa realizou mais de 10
mil procedimentos de hemodiálise em 2014. 27 Maret 2015.
http://www.jsemanal.com.br/3156-fique-atento-aos-sintomas-para-manter--os-
rins-saudaveis. (16 Juni 2017).
37. Charlotte NC. Needlestick prevention. 2015.
http://www.premiersafetyinstitute.org/safety-topics-az/needlestick-
prevention/sharps-injury-prevention-needlesticks-scalpels-and-glass/. (18 Januari
2017).
38. Ramayanti S. Manifestasi oral pada pasien terinfeksi virus HIV/AIDS. Andalas
Dental Journal 2013: 81-7.
39. Walsh LJ. Sharps injuries in dental practice: Getting the point. The Cutting Edge
2006 January/February: 66.
40. Gaballah K, Warbuton D, Sihmbly K, Renton T. Needle stick inuries among
dental students: risk factors and recommendations for prevention. Libyan J Med
2012, 7: 175-7.
41. Gambhir RS, Kapoor V. Knowledge, awareness and practice regarding needle
stick injuries in dental profession in India. Int J of Prev Med 2015; 6: 55.
42. Malamed SF. Handbook of local anesthesia. 6th Ed. Los Angeles: Elsevier Inc,
2011: 5-7.
43. Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi IV.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998: 246.
44. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Penyakit infeksi.
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008: 199.
Universitas Sumatera Utara
39
45. Gillespie SH, Bamford KB. At a glance mikrobiologi medis dan infeksi. Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009: 94.
46. Southwick F. Infectious diseases a clinical short course. 2th Ed. Florida: McGraw-
Hill, 2004: 396.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Selamat Pagi/Siang,
Saya Dwina Anisha, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter
gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan
penelitian yang berjudul “Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah
Mulut RSGMP FKG USU Terhadap Infeksi HIV Melalui Luka Jarum Suntik
Pada Tahun 2017”.
Saya mengikutsertakan saudara/saudari dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut mengenai
infeksi HIV melalui luka jarum suntik. Manfaat penelitian ini adalah memberikan
informasi dalam meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah wawasan
mengenai infeksi HIV melalui luka jarum suntik.
Saudara/saudari sekalian, penelitian yang akan saya lakukan menggunakan
kuesioner. Dalam penelitian ini saya akan meminta saudara/saudari untuk mengisi
kuesioner. Pada penelitian ini, identitas saudara/saudari akan disamarkan. Hanya
peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya.
Kerahasiaan data saudara/saudari dapat dijamin sepenuhnya. Apabila selama
menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada saudara/saudari dapat menghubungi
saya Dwina Anisha di nomor telepon 082280289638. Demikianlah infomasi ini saya
sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan saudara/saudari sekalian, saya
ucapkan terima kasih.
Peneliti,
(Dwina Anisha)
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : P/L
Alamat :
No. Hp :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap pada penelitian yang
berjudul PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
MULUT RSGMP FKG USU TERHADAP INFEKSI HIV MELALUI LUKA
JARUM SUNTIK PADA TAHUN 2017, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian
ini.
Medan, ................................2017
Yang menyetujui,
Subyek penelitian
................................................
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
Nomor :
Tanggal :
PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
MULUT RSGMP FKG USU TERHADAP PENULARAN HIV MELALUI
LUKA JARUM SUNTIK PADA TAHUN 2017
Nama :
NIM :
No. HP :
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik yang sedang
berada di Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang
dianggap benar
3. Semua pertanyaan harus dijawab
4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban
5. Bila ada pertanyaan yang kurang mengerti silahkan ditanyakan kepada peneliti
Universitas Sumatera Utara
A. Pertanyaan berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan
klinik
1. HIV singkatan dari:
a. Human immunedeficiency virus
b. Human immobilization virus
c. Human immunodeficiency virus
d. Tidak tahu
2. Pengertian HIV adalah:
a. Suatu virus yang menyerang sistem kekebalan manusia
b. Suatu virus yang menyerang organ manusia
c. Suatu racun yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan manusia
d. Tidak tahu
3. Bagaimana cara penularan HIV?
a. Melalui saliva dan darah
b. Melalui perkongsian pinggan dan gelas
c. Melalui keringat
d. Tidak tahu
4. Berikut merupakan gejala dari infeksi akut HIV:
a. Pembengkakan kelenjar, demam, muntah
b. Gejala mirip flu, demam, pembengkakan kelenjar
c. Luka pada kulit, diare, pneumonia
d. Tidak tahu
5. Yang merupakan gejala awal HIV di rongga mulut adalah:
a. Kandidiasis oral
b. Stomatitis nikotina
c. Fissure tongue
d. Tidak tahu
Universitas Sumatera Utara
6. Penularan HIV dapat dikurangi dengan cara berikut:
a. Penggunaan alat perlindungan diri
b. Pencegahan tertusuk jarum suntik
c. a dan b benar
d. BSSD
7. Berikut adalah pernyataan yang paling akurat mengenai infeksi HIV:
a. Kontaminasi silang dari satu pasien terinfeksi HIV yang tidak diobati ke
orang lain dapat terjadi melalui sentuhan kulit
b. Terdapat sedikit kemungkinan kontaminasi silang dari satu pasien
terinfeksi HIV yang tidak diobati ke orang lain melalui udara
c. Membersihkan permukaan peralatan memungkinkan akan mengurangi
transmisi infeksi silang
d. BSSD
8. Manajemen risiko yang berlaku untuk kedokteran gigi mencakup:
a. Penggunaan perlindungan untuk mencegah infeksi silang
b. Pengembangan dan pelaksanaan prosedur untuk mengidentifikasi
kemungkinan individual yang terinfeksi HIV di klinik
c. Merujuk orang yang diduga terinfeksi HIV untuk evaluasi medis dan
perawatan
d. Semua benar
9. Ketika merawat gigi pasien, hal yang perlu dilakukan untuk pengendalian
infeksi HIV adalah:
a. Pasien terinfeksi HIV harus diisolasi dari pasien lain
b. Setiap pasien seharusnya dipertimbangkan sebagai pembawa penyakit
infeksi dan mendapat perlakuan yang sama
c. Prosedur kontrol infeksi hanya diterapkan untuk pasien terinfeksi HIV
d. Tidak perlu menggunakan prosedur kontrol infeksi karena pasien yang
terinfeksi virus hanya minoritas kecil dari populasi
Universitas Sumatera Utara
10. Cedera oleh benda tajam yang paling umum terjadi di bidang kedokteran gigi
adalah karena jarum suntik. Berikut merupakan penanganan yang tepat pada
jarum suntik adalah:
a. Jarum harus diganti setelah tiga sampai empat kali penetrasi jaringan pada
pasien yang sama
b. Jarum boleh digunakan pada lebih dari satu pasien
c. Tidak menutup jarum saat tidak digunakan
d. Jarum dibuang ke wadah sampah yang terbuka
11. Jarum yang telah digunakan harus dibuang dengan benar untuk menghindari
terjadinya cedera atau pemakaian ulang oleh indivdu yang tidak berwenang.
Pembuangan jarum dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Jarum terkontaminasi dengan darah atau saliva akan dibuang pada wadah
terbuka
b. Penggunaan yang tepat (pengaman) unit jarum suntik akan meminimalkan
risiko terjadinya kecelakaan jarum suntik
c. Jarum yang digunakan kembali untuk suntikan berikutnya tidak
menggunakan teknik scoop untuk menutup jarum suntik
d. Tidak tahu
12. Sebagai bidang pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dalam memperoleh
infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik maka perlu ditekankan
untuk melakukan pencegahan dengan cara:
a. Pelatihan untuk mengurangi kejadian cedera tidak perlu dilakukan karena
luka jarum suntik adalah hal yang biasa
b. Cedera jarum suntik tidak menyebabkan luka robek sehingga sedikit
kemungkinan terjadinya infeksi dan tidak perlu dilakukan pencegahan
c. Desain tempat kerja yang tepat untuk mengurangi kemungkinan paparan
benda tajam serta perlu adanya antisipasi, perencanaan dan pelatihan untuk
mengurangi kejadian cedera dan meminimalkan dampaknya
d. a dan b benar
Universitas Sumatera Utara
13. Paparan darah dan saliva selama prosedur dental berpotensial menularkan HIV
ke dokter gigi?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
14. Tindakan yang harus dilakukan setelah luka jarum suntik adalah:
a. Cuci dengan sabun dan air
b. Mengambil profilaksis pasca paparan
c. Tidak tahu
15. Berapa persen risiko tertular HIV dari luka jarum suntik yang terkontaminasi
HIV?
a. < 1%
b. 1-10%
c. > 50%
d. Tidak tahu
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Dwina Anisha
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/19 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pancing III No. 76 Martubung, Medan Labuhan
Orang Tua
Ayah : Ir. H. Rawuh Kuswito
Ibu : Juni Ernawati
Riwayat Pendidikan
1. 2001-2007 : SD Dr. Wahidin Sudirohusodo
2. 2007-2010 : SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo
3. 2010-2013 : SMA Swasta Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
JADWAL KEGIATAN
Bulan
September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni JuliKegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Persiapan dan Pembuatan ProposalSeminar Proposal
Perbaikan Proposal
Penelitian
Pengolahan DataPembuatan Laporan dan Hasil Penelitian
Seminar Hasil
Perbaikan Laporan Hasil dan PenelitianSidang Skripsi
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 6
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
RINCIAN JUMLAH HARGA SATUAN TOTALBiaya pembuatan
proposal
40 halaman Rp. 2,000 Rp. 80,000
Biaya print dan
fotokopi
8 st x 40 halaman Rp. 5,000 Rp. 350,000
Biaya transportasi Rp. 600,000
Rp. 600,000
Biaya bahan habis
pakai
Rp. 175,000 Rp. 175,000
Biaya penjilidan dan
penggandaan
8 st x 40 halaman Rp. 12,500 Rp. 12,500
Biaya seminar
proposal
Rp. 250,000 Rp. 250,000
Biaya lain-lain Rp. 250,000 Rp. 250,000
TOTAL Rp. 1,805,000
CATATAN :
Semua biaya ditanggung oleh Peneliti.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 7
HASIL PERHITUNGAN KUESIONER PENGETAHUAN MAHASISWA
KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT RSGMP FKG USU TERHADAP
PENULARAN HIV MELALUI LUKA JARUM SUNTIK PADA TAHUN 2017
Nomor Kuesione
r
Jenis Kelami
n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 L C A A B A A C D B A C C A B B2 P C A A C A C D D B A C A A B B3 L C A A C A C D D B A C A A B B4 L C A A A A C B C B A C C A B C5 P C A A B A C C A B A C D A A C6 P C A A C A D C D B A C C A B B7 P C A A A A B C A A A C C A C D8 P C A A B A A C A B B C C A A C9 P C A A A A C D D B A C C A B C10 P A A A A A C D D B A C C A A C11 P C A A B A C A A B A C B B B C12 P C A A C A C C D B A C A A B C13 P C A A A A C C B B A C C A B D14 L C A A C A C C D B A B D A A C15 P A A A B A A B D C A B C A B C16 L C A A B A C B B B A B B A A D17 P C A A A A C C D B B C C A B C18 P C A A A A C C D B B C C A B C19 P C A A A A C C D B B C C A B C20 P C A A B A A C D C A C C A B C21 P C A A B A C D D B A B C A A C22 P C A A A A C C A B A A C A A C23 P C A A A A C C D C A B C A B C24 P C A A A A C D D A A C C A A C25 P C A A C A C C D B A B C A A B26 P C A A B A C D D A A C C A B C27 P C A A B A C D D A A C C A B C28 P C A A D A C D D A A C C A C C29 P C A A B A C D D A A C C A C D30 P C A A B A A B D B A B C A B C31 P C A A A A C D D B B C A A C C32 P C A A A A C D D B A B C A C C33 L C A A A A A B D B A C C A B C34 L C A A A A C C D B A B C A B A
Universitas Sumatera Utara
35 L C A A A A C C A B A C B A B B36 L C A A A A C D D B A C A A B B37 P C A A A A C C A B A C C A B C38 P C C A A A C C D B A C C A B C39 P A A A A A C D D B A C C A A C40 P C A A A A C D D B A B A A A D41 P C A A A A B A B B A B B A B B42 P A A A A A C C D B A C C A B C43 P C A A A A C C A C A C A A B C44 P C A A A A C C D B A B C A B C45 L C A A A A C A B B A C C A B C46 P C A A A A C D D B A B C A B B47 L C A A A A C A D B A C C A B B48 L C A A C A C C A B A C A A A C49 P C A A B A C D D B A C B A B C50 P C A A A A C C D C A B C A B C51 P A A A B A C B D B A C D A B C52 P C A A B A C C D B A A C A A C53 P C A A B A C C D B A B C A A B54 P C A A A C C B C B B C C A B A55 L C C A A A C C D B A C C A B B56 P C A A B A D C D B A C C A B C57 P C A A A A C C D A A B C A B C58 L C A A B A C A D B A C C A B C59 L C A A C A C C D B B C A A B C60 P A A A B A C C D B B C C A B C61 P C A A C A C C D A A C C A B D62 P C A A B A C C D B A C D A B B63 P C A A B A C B D B A B A A B D64 P C A A A A C D D B B B C A A C65 P C C A B A C C D B A B C A B B66 P C A A A A C C D C A C C A B B67 P C A A A A C C D B A C C A B C
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 8
ETHICAL CLEARANCE
Universitas Sumatera Utara