PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DALAM PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI
SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA
TAHUN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
HANDAYANI
NIM: 11111140
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
i
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DALAM PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI
SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA
TAHUN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
HANDAYANI
NIM: 11111140
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Jadilah seperti karang dilautan yang selalu kuat meskipun
terus terhantam ombak dan lakukanlah hal yang
bermanfaat untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain,
karena hidup tidak abadi.
Bersabar, Berusaha, dan Bersyukur. Bersabar dalam
berusaha, Berusaha dengan tekun dan pantang menyerah,
dan Bersyukur atas apa yang telah diperoleh.
Yakin, Ikhlas, dan Istiqomah. Berangkat dengan penuh
keyakinan, Berjalan dengan penuh keikhlasan, dan
Istiqomah dalam menghadapi cobaan.
vii
PERSEMBAHAN
viii
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada baginda kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun kita
kejalan kebenaran.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi tugas dan
melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Adapun
judul skripsi ini adalah “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pembiasaan
Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa di SMP Negeri 3 Salatiga Tahun
2014/2015”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukukungan baik berupa moril maupun materil. Dengan penuh
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingannya dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku dosen pembimbing akademik
x
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan , sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Suyudi, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Salatiga yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang
dipimpinnya.
8. Ayah dan Ibuku tercinta Alm.Mulyanto dan Kustini yang selalu dengan sabar
mencurahkan kasih sayang, dukungan, serta do‟anya tiada henti.
9. Karyawan dan karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan bantuan
layanan kepada penulis selama menjalani kuliah.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik, semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah
SWT.
Semoga amal mereka semua diterima sebagai amal ibadah oleh Allah
SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda Amiin. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
meminta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini.
xi
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya maupun bagi
pembaca pada umumnya dan dapat memberikan sumbangan bagi pengetahuan di
dunia pendidikan. Amiin Ya Rabbal „Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Salatiga, 30 Agustus 2015
Penulis,
Handayani
xii
ABSTRAK
Handayani. 2015. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti siswa di SMP Negeri 3 Salatiga Tahun
2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri ( IAIN )
Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.
Kata Kunci : Peran, Kepemimpinan, dan Pembiasaan
Penelitian ini membahas tentang Peran kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam mewujudkan kultur pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 3 Salatiga.
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti siswa SMP Negeri 3 Salatiga Tahun 2014/2015.
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan
sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrument
langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta
terlibat aktif dalam penelitian. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai pengamat terhadap
data yang telah diperoleh dari hasil wawancara terhadap peran kepemimpinan
kepala sekolah dalm pembiasaan beragama dan berbudi pekerti di SMP Negeri 3
Salatiga Tahun 201/2015. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang
ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap
akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan
menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai
educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.
Pembiasaan beragama dan berbudi pekerti yang dilakukan kepala sekolah dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat rutin , spontan, terpogram, dan
keteladanan
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PEENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ..........................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
ABSTRAK ......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
E. Penegasan Istilah ................................................................................. 10
F. Metode Penelitian ................................................................................ 11
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 16
xiv
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah ........................................................ 18
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah ................................. 18
2. Peran dan Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah ......................... 20
3. Syarat- Syarat Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................ 21
4. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ........................................... 22
5. Tipe-Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah .................................... 25
6. Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah .............................. 30
B. Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa ............................ 33
1. Dasar Teori Pembiasaan ................................................................. 33
2. Fungsi Agama ................................................................................ 34
3. Nilai-Nilai Budi Pekerti ................................................................. 36
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiasaan Beragama dan
Berbudi Pekerti Siswa ……………………………………........... 38
5. Peran Kepala Sekolah ..................................................................... 40
BAB III. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Salatiga ...................................... 49
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 3 Salatiga ................................. 49
2. Letak Geografis SMP Negeri 3 Salatiga ..................................... 50
xv
3. Profil Sekolah .............................................................................. 51
4. Visi Misi SMP Negeri 3 Salatiga ................................................ 52
B. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................................ 52
C. Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti
di SMP Negeri 3 Salatiga ................................................................ 61
BAB IV. ANALISIS DATA
A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ........................................... 65
B. Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa
di SMP Negeri 3 Salatiga .................................................................. 73
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 77
B. Saran .................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah proses pembelajaran di
sekolah. Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat
berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni proses belajar mengajar,
kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah. Program aksi
untuk peningkatan mutu sekolah secara konvensional senantiasa menekankan
pada aspek pertama, yakni meningkatkan mutu proses belajar mengajar,
sedikit menyentuh aspek kepemimpinan dan manajemen sekolah, dan sama
sekali tidak pernah menyentuh aspek kultur sekolah. Sudah barang tentu
pilihan tersebut tidak terlalu salah, karena aspek itulah yang paling dekat
dengan prestasi siswa.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran yang sangat
besar dalam mengembangkan kualitas pendidikan sekolah. Dikatakan
mempunyai peran yang sangat besar karena beliau lebih dekat dan langsung
berhubungan dengan pelaksanaan progam pendidikan di tiap-tiap
pendidikan. Dapat dilaksanakan atau tidaknya tujuan pendidikan sangat
2
tergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai
pendidik.
Dalam bangunan Islam, pemimpin berada pada posisi yang menentukan
terhadap perjalanann umatnnya. Apabila sebuah jama‟ah memiliki seorang
pemimpin yang prima, produktif dan cakap dalam pengembangan dan
pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat diapastikan
perjalanan ummatnya akan mencapai titik keberhasilan. Sebaliknya manakala
suatu jama‟ah dipimpin oleh orang yang memiliki banyak kelemahan, baik
dalam hal keilmuan manajerial maupun dalam hal pemahaman dan nilai
tanggung jawab, serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam
pengambilan keputusan, dan tindakan maka dapat dipastikan bangunan
jama‟ah akan mengalami kemunduran bahkan menglami kehancuran. Allah
SWT berfirman dalam Q.S An Nisa‟ : 59 sebagai berikut :
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di
antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur‟an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
3
Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik
untuk dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang
menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap
kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merpakan sentrum
dalam pola interaksi antar komponen organisasi. Lebih dari itu,
kepemimpinan dan peran pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan, dan
kedewasaan serta kematian organisasi. Kepemimpinan seorang kepala
sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk
dapat mewujudkan visi,misi,tujuan,dan sasaran sekolahnya melalui progam-
progam yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu,
kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa
untuk meningkatkan mutu sekolah.
Namun pada umumnya peningkatan kualitas sekolah hanya dilihat
dari proses kegiatan belajar mengajar saja, kurang memperhatikan pola
kepemimpinan kepala sekolah dan tidak memperhatikan kultur sekolah.
Secara organisasi, kedudukan seorang kepala sekolah adalah sebagai
pimpinan di sekolahnya.Yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah yang dilakukan
oleh seluruh unsur organisasinya. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah
dituntut untuk mengupayakan pelaksanaan proses pendidikan secara
berdaya guna. Selain itu, kepala sekolah harus memahamai kultur sekolah
dan menyadari bahwa hal itu tidak lepas dari struktur dan pola
4
kepemimpinannya. Sehingga kepala sekolah yang cukup perhatian dan
komitmen dalam pola kepemimpinan dan peduli terhadap bawahannya, maka
akan bisa menciptakan kultur sekolah yang baik. Terwujudnya visi, misi, dan
tujuan sekolah ini perlu didukung dengan program-program sekolah yang
tegas dan rinci yang mengarah pada terwujudnya budi pekerti yang luhur di
sekolah.
Progam-progam ini akan berjalan dengan baik jika mendapatkan
dukungan yang positif dari semua pihak yang terkait. Model ideal yang
sebaiknya dikembangkan dalam pembentukan budi pekerti di sekolah
Indonesia baik di sekolah dasar maupun menengah adalah: sekolah sebaiknya
merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang mengarah pada pembentukan
kultur akhlak mulia di sekolah, ada dukungan berupa persepsi yang sama di
antara civitas sekolah, ada kesadaran yang tinggi bagi seluruh civitas sekolah,
ada kebijakan yang tegas dari kepala sekolah, ada program-program dan tata
tertib sekolah yang jelas dan tegas, ada pembiasaan nilai-nilai akhlak mulia
dalam aktivitas sehari-hari di sekolah baik yang bersifat keagamaan maupun
yang umum, ada dukungan dari semua pihak yang terkait dalam mewujudkan
di sekolah, ada keteladanan dari para guru dan karyawan, ada sinergi antara
tiga pusat pendidikan, ada reward dan punishment, dibutuhkan waktu yang
lama dan dilakukan secara berkelanjutan, serta melibatkan semua mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah. Salah satu faktor rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya paran guru dalam menggali
potensi anak. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan
5
malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam
menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan
kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya
gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Marzuki (2008: 13) menyatakan bahwa:
“Mutu pendidikan di Indonesia, menurut pendapat sebagian pengamat
pendidikan kita, tidak meningkat, bahkan cenderung menurun. Salah satu
indikatornya adalah menurunyya sikap dan perilaku moral para lulusan
pendidikan kita yang semakin hari cenderung semakin jauh dari tatanan nilai-
nilai moral yang dikehendaki”.
Untuk mengantisipasi persoalan semacam itu pendidikan kita perlu
diperhatikan dengan serius, misalnya dengan direkonstruksi ulang agar dapat
menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan siap menghadapi “dunia”
masa depan yang penuh dengan problema dan tantangan serta dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki sikap dan perilaku moral yang mulia.
Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan seperti di atas, para peserta
didik (siswa dan mahasiswa) harus dibekali dengan pendidikan khusus yang
membawa misi pokok dalam pembinaan akhlak mulia. Pendidikan seperti ini
dapat memberi arah kepada para peserta didik setelah menerima berbagai
ilmu maupun pengetahuan dalam bidang studi atau mata pelajaran yang telah
diterima selama proses pembelajaran, sehingga mereka dapat
mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat dengan tetap berpatokan pada
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang ada.
Dengan demikian pembiasaan beragama dan berbudi pekerti menjadi
tanggung jawab sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah.
6
Peranan penting dalam kepemimpinan adalah upaya seseorang yang
memainkan peran sebagai pemimpin guna mempengaruhi orang lain dalam
organisasi/lembaga tertentu untuk mencapai tujuan. Bertolak dari pengertian
kepemimpinan, terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur
manusia, sarana, dan tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur
tersebut secara seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan
kepemimpinannya. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari
pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalamannya dalam praktek
selama menjadi pemimpin. Namun secara tidak disadari seorang pemimpin
dalam memperlakukan kepemimpinannya menurut caranya sendiri, dan cara-
cara yang digunakan itu merupakan pencerminan dari sifat-sifat dasar
kepemimpinannya.
Pengembangan pendidikan Islam melalui pembiasaan keberagamaan dan
berbudi pekerti di lingkungan sekolah ini tidak akan terlepas dari peran
kepemimpinan kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa. Kepemimpinan
kepala sekolah merupakan salah satu factor yang dapat mendorong sekolah
untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuannya melalui progam-progam yang
dilakukan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah memiliki peran
yang kuat dalam mengkoordinasikan sikap, menggerakkan, dan menyerasikan
sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Menurut Wahjosumidjo
(2008: 205) pengembangan meliputi upaya perbbaikan, perluasan,
7
pendalaman dan penyesuaian pendidikan melalui peningktan mutu baik
penyelenggaraan kegiatan pendidikan maupun peralatannya.
Kaitannya dengan pembiasaan beragama dan berbudi pekerti ini dilaksanakan
dengan tidak mengurangi kelangsungan penyelengaraan pendidikan pada
sekolah yang bersangkutan, justru berkaitan erat dan menunjang mata
pelajaran PAI. Pada tataran inilah kepala sekolah dengan wewenang
kebijakannya memberi peluang untuk pembiasaan beragama dan berbudi
pekerti. Pembiasaan beragama dan berbudi pekerti di sekolah bukan hanya
melalui pengajaran ilmu pengetahuan di dalam kelas saja, tetapi pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti juga diperlukan bimbingan penghayatan, dan
diperlukan waktu praktik untuk pembiasaan amalan yang dilakukan di luar
sekolah.
SMP secara umum dipandang memiliki konotasi keagamaan dan budi pekerti
yang dianggap kurang begitu baik menurut pandangan sebagian masyarakat.
Namun kenyataannya tidak semua SMP umum seperti itu, salah satunya di
SMP Negeri 3 Salatiga di sekolah ini memiliki kegiataan keagaman dan budi
pekerti yang selalu ditanamkan dan diajarkan kepada setiap warga sekolah.
Dalam melaksanakan pendidikan Islam sekolah ini tidak hanya menekankan
pada kemampuan kognitif semata, tetapi bagaimana konseptualitas tersebut
mampu atau tidak dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara
mengupayakan praktik langsung di sekolah seperti melakukan pembiasaan
sholat dhuhur berjama‟ah, sholat jum‟at sertas bimbingan mengaji bagi siswa
yang belum bisa.
8
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan penilitian dengan memilih judul “peran
kepemimpinan kepala sekolah dalam pembiasaan beragama dan berbudi
pekerti siswa di SMP Negeri 3 Salatiga tahun 2014/2015.”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan yang telah penulis sampaikan dalam pemaparan di atas
maka peneliti dapat memfokuskan masalah dalam focusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa di SMP
Negeri 3 Salatiga tahun 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan focus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa di
SMP Negeri 3 Salatiga tahun 2014/2015.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
pemahaman terhadap pentingnya pembiasaan beragama dan berbudi
pekerti.
9
b. Sebagai sumbangan kepada IAIN Salatiga, khususnya kepada
perpustakaan sebagai bahan bacaan yang bersifat ilmiah dan sebagai
kontribusi khazanah intelektual pendidikan.
2. Secara Praktis
Manfaat penelitian yang diharapkan sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti:
1) Sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam menambah ilmu
pengetahuan serta wawasan keilmuan, dan pendidikan pada
umumnya, sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis
dengan landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah atau
pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan praktek serta melatih diri
dalam research ilmiah.
2) Untuk memenuhi tugas akhir penulis guna memperoleh gelar sarjana
Strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga.
b. Bagi Sekolah
1) Sebagai sumbangan pemikiran ke dalam dunia pendidikan
khususnya di SMP Negeri 3 Salatiga.
2) Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
sekaligus peningkatan keberagamaan dan berbudi pekerti siswa di
SMP Negeri 3 Salatiga.
10
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok
masalah yang dimaksud, maka sebelumnya penulis menguraikan tentang
batasan pengertian yang dimaksud dalam judul ini adalah :
1. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah
Peran merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
suatau peristiwa (Depdiknas, 2001: 854). Kepemimpinan adalah setiap
tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain
yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya (Danim, 2005: 53). Sedangkan kepala sekolah
adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang member pelajaran dan
murid menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2007: 83).
Jadi peran kepemimpinan kepala sekolah disini penulis
mengartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh
seorang kepala sekolah yang telah diberikan tugas untuk memimpin sesuai
dengan kedudukannya sebagai seorang pemimpin di SMP Negeri 3
Salatiga.
2. Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa
Secara etimologi pembiasan asal katanya adalah “biasa”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia “biasa” adalah (1) lazim atau umum, (2)
11
seperti sedia kala, (3) merupakan hal yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefik “pem” dan sufiks “an”
menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan diartikan dengan proses
membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa (Depdiknas, 2001: 146).
Sedangkan siswa adalah orang atau anak yang sedang berguru, belajar, dan
atau bersekolah (Depdiknas, 2001: 601).
Jadi dalam hal ini penulis mengartikan yang dimaksud dengan
pembiasaan beragama dan berbudi pekerti siswa adalah proses penanaman
nilai – nilai yang dilakukan dengan membiasakan atau melatih norma-
norma atau nilai-nilai agama dan budi pekerti kepada seorang anak.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Oleh sebab itu
pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif deskriptif,
yaitu penelitian yang berusaha mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Menurut Milles dan Michael
(1992: 2) penelitian kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang
sangat menarik, memiliki sumber dari deskripsi yang luas berlandaskan
kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam
lingkup setempat. Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian
yang tidak mengahasilkan angka-angka, tetapi menghasilkan data-data
deskriptif yang berupa ucapan dan perilaku dari subjek yang diteliti.
Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab
12
akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh
penjelasan yang banyak dan bermanfaat, serta dapat memperoleh
penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk
kerangka teoritis baru.
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya (Moleong, 2000: 117). Untuk itu dalam hal ini peneliti
sebagai instrument kunci, partisipasi sekaligus pengumpul data yang
terkait untuk disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya
ditelaah guna memperoleh makna, sedangkan instrument yang lain
sebagai penunjang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 3 Salatiga Jalan Stadion
No 4 Salatiga, Kecamatan Sidomukti. Penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data tentang peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
pembiasaan beragama dan berbudi pekerti di SMP Negeri 3 Salatiga tahun
2014/2015. Adapun waktu penelitian dimulai sejak proposal diajukan dan
selesai pada tanggal 6 Agustus 2015.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data yang
diambil melalui sumber data primer dan sumber data sekunder.
13
a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden atau narasumber.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung dari sumber utama. Sumber data sekunder dari penelitian ini
adalah buku-buku acuan yang sangat menunjang penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu objek
dengan sistematika fenomena yang akam diselidiki (Sukandarrumidi,
2004: 67). Metode ini digunakan untuk membantu dalam pengumpulan
data kondisi secara umum. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan
data yang berkaitan dengan situasi dan kondisi SMP Negeri 3 Salatiga
yang meliputi wawancara dan letak geografis.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu
(Mulyana, 2004: 180). Wawancara yang akan dilakukan dengan
menggunakan dua tahap, pmelakukan deskripsi dan orientasi awal
tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan wawancara
mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih banyak dan
penting sampai menemukan titik jenuh. Wawancara yang digunakan
14
dengan model wawancara terbuka, artinya informan dapat
mengungkapkan beberapa upaya yang dilaksanakan dan gagasan
beserta strategi yang akan dilaksanakan serta hambatan yang
diprediksikan.
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang :
1) Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa di SMP Negeri 3
Salatiga.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menelusuri
berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006: 144). Metode ini digunakan
untuk memperoleh data yang berupa dokumen atau catatan-catatan yang
berada di SMP Negeri 3 Salatiga.
6. Teknik Analisis Data
Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapats dikelola mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dieplajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Taylor, 1992: 33).
Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Display / Penyajian Data
Display atau penyajian data yaitu sekumpulan data informasi yang
penulis sajikan dalam bentuk uraian maupun laporan terperinci.
15
b. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Dalam langkah reduksi data penulis memilih dan
menyederhanakan data dari catatan di lapangan. Catatan dari lapangan
yang banyak di sederhanakan, disingkat, dirangkum dan dipilih sesuai
dengan masalah yang telah ditetapkan. Hanya data yang berkaitan
dengan pokok permasalahan saja yang di ambil, sedangkan yang
lainnya dikeluarkan dari proses analisis.
b. Verifikasi / Penyimpulan Data
Verifikasi atau penyimpulan data merupakan temuan baru yang
sebelumya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambar suatu objek yang sebelumnya masih remang- remang
kemudian setelah dilakukan penelitaian menjadi lebih jelas. Dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis ataupun teori.
7. Tahap – Tahap Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah
dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil
penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah :
a. Tahap Pra Lapangan
Yaitu tahap yang meliputi menyusun rancangan penelitian,
16
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan
menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,
menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika
penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Yaitu tahap yang meliputi memahami latar pendidikan dan
persiapan diri memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengumpulkan data.
c. Tahap analisis data
Yaitu tahap yang meliputi analisis selama dan setelah
pengumpulan data.
b. Tahap penulisan hasil laporan
Yaiu tahap yang terakhir dijalankan untuk menulis laporan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini diuraiakan dalam bentuk bab-bab yang berdiri
sendiri-sendiri namun saling berhubungan antara satu bab dengan bab yang
lainnya karena keseluruhan bab merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Dari masing-masing bab tersebut terbagi menjadi beberapa sub
bab yang saling berhubungan. Dengan demikian diharapkan terbentuk system
penulisan dan pembahasan yang sistematis.
Bab I Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang pokok permasalahan
yang menjadi landasan awal penelitian yaitu membahas tentang latar
17
belakang masalah, focus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegesan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan, bab ini membahas tentang kajian pustaka yang
menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan antara lain tentang kepemimpinan kepala sekolah,serta peran
kepemimpinan kepala sekolah dalam pembiasaan beragama dan berbudi
pekerti.
Bab III Laporan Hasil Penelitian, bab ini berisikan tentang paparan data
dan gambaran umum SMP Negeri 3 Salatiga dan hasil wawancara.
Bab IV Analisis Data, bab ini berisi tentang pembahasan yang
merupakan bagian penjelasan dari data hasil temuan-temuan peneliti. Dari
analisis ini maka akan ditemukan jawaban dari rumusan masalah yang telah
ditentukan dalam penulisan penelitian ini.
Bab V Penutup ini merupakan bab terakhir dari penulisan penelitian ini
yang meliputi kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran.
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, kepemimpinan berasal dari kata
“pimpin” yang berarti tuntunan, bimbingan, hasil memimpin.
Kepemimpinan yaitu tindakan atau perbuatan seseorang yang
menyebabkan seseorang atau kelompok lain menjadi bergerak kea rah
tujuan-tujuan tertentu. Seseorang dikatakan sebagai pemimpin apabila
orang itu dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain,
baik dalam bentuk individu, maupun kelompok untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Makna kata “kepemimpinan” erat kaitannya dengan kata
“memimpin”. Kata memimpin mengandung makna yaitu kemampuan
untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Menurut Wahjosumidjo (2002: 41) dalam praktek
organisasi, kata “memimpin” mengandung konotasi menggerakkan,
membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan
dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya. Istilah kepemimpinan
mempunyai banyak batasan dan para pakar pendidikan memberikan
pengertian kepemimpinan yang berbeda-beda. Guna lebih memahami
makna dari kepemimpinan, berikut dikemukakan menurut beberapa ahli
19
pendidikan mengenai pengertian dan definisi tentang kepemimpinan antara
lain:
a. Menurut Soepardi dalam Mulyasa (2002 : 107) mendefinisikan
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menggerakkan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan
menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia
sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan
administrasi secara efektif dan efisien.
b. Koontz, O‟Donnel dan Weihrich dalam Wahjosumidjo (2005: 103)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum
merupakan pengaruh seni atau proses mempengaruhi orang lain,
sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah tercapainya
tujuan organisasi.
c. Menurut William Chohen yang dikutip oleh Harefa (2000: 150),
kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain untuk melakukan
unjuk kerja maksimum guna menyelesaikan suatu tugas, mencapai
suatu tujuan atau menyelesaikan sebuah proyek.
Dari definisi-definisi kepemimpinan yang berbeda-beda tersebut,
pada dasarnya mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum seperti :
(1) di dalam satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua
orang atau lebih, (2) di dalam melibatkan proses mempengaruhi, dimana
pengaruh yang sengaja (intentional influence) digunakan oleh pemimpin
20
terhadap bawahan. Disamping kesamaan asumsi yang umum, di dalam
definsi tersebut juga memiliki perbedaan yang bersifat umum pula seperti:
(1) siapa yang mempergunakan pengaruh, (2) tujuan daripada usaha untuk
mempengaruhi, dan (3) cara pengaruh itu digunakan.
Berdasarkan uraian tentang definisi diatas jadi penulis
menyimpulkan yang dimaksud kepemimpinan kepala sekolah adalah
tindakan yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah dengan maksud
untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengembangkan lingkungan
kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta pada akhirnya
mampu menciptakan proses pembelajaran peserta didik meningkat.
2. Peran dan Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai penentu kebijakan di sekolah juga harus
memfungsikan perannya secara maksimal dan mampu memimpin sekolah
dengan bijak dan terarah serta mengarah kepada pencapaian tujuan yang
maksimal demi meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan disekolahnya
yang tentu saja akan berimbas pada kualitas lulusan anak didik sehingga
bisa membangkan dan menyimpan masa depan yang cerah. Untuk
mewujudkannya diperlukan seorang kepala sekolah yang profesional,
berpengalaman dan faham tentang kepemimpinan. Selain itu juga perlu
adanya dukungan dari pihak-pihak terkait seperti guru, orang tua murid
dan masyarakat di tunjang juga dengan fasilitas yang memadai.
Adapun tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang
pemimpin antara lain (Daryanto,2013: 100)
21
a. Membangkitkan kepercayaan dan loyalitas.
b. Mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain.
c. Mempengaruhi orang lain.
d. Mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
3. Syarat-Syarat Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi yang sangat
berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki
kemampuan administrasi, memiliki komitmen yang tinggi, dan luwes
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh sebab itu seorang pemimpin harus
memiliki kepribadian yang harmonis, jiwa yang mantap serta kesadaran
yang tinggi terutama untuk memperjuangkan tujuan yang hendak dicapai.
Menjadi pemimpin itu harus memenuhi beberapa criteria atau sifat
pemimpin. Adapun syarat- syarat yang setidaknya dimiliki oleh seorang
pemimpin antara lain (Mulyasa, 2007: 115) :
a. Jujur, adil, dan dapat dipercaya.
b. Percaya diri.
c. Tanggung jawab dan berani mengambil resiko.
d. Berjiwa besar dan sabar.
e. Teladan.
Adapun syarat-syarat menjadi pemimpin yang baik antara lain
sebagai berikut (Indrafachrudi, 2006: 22) :
a. Memiliki kesehatan jasmaniah dan rohaniah yang baik.
b. Berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai.
22
c. Bersemnagat.
d. Jujur.
e. Cakap dalam memberi bimbingan.
f. Cepat serta bijaksana dalam mengambil keputusan.
g. Cerdas.
h. Cakap dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan kepada yang
baik dan berusaha mencapainya.
Disamping itu, kepala sekolah harus mempunyai kelebihan dalam
bidang pemikiran dan kelebihan dalam bidang rohani dan jasmani. Telah
disadari bahwa tidak ada orang yang lengkap memiliki keseluruhan sifat
itu, akan tetapi diharapkan agar setiap pemimpin untuk memiliki sifat-sifat
yang baik dan bijaksana.
4. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan menggambarkan
kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang
mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan
secara langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan seorang
pemimpin terhadap kemampuan bawahannya (Mulyadi, 2010: 41).Untuk
memahami gaya kepemimpinan, setidaknya dapat dikaji dari tiga
pendekatan utama, yaitu pendekatan sifat, perilaku, dan situasional.
23
a. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang
membuat seseorang berhasil. Pendekatan ini bertolak dari asumsi
bahwa individu merupakan pusat kepemimpinan. Kepemimpinan
dipandang sebagai sesuatu yang mengandung lebih banyak unsur
individu, terutama pada sifat-sifat individu. Penganut pendekatan ini
berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh
pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil.
b. Pendekatan Perilaku
Sifat pendekatan ini lebih memfokuskan dan mengidentifikasikan
perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi
orang lain ataupun bawahannya. Perilaku kepemimpinan banyak
membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan.
c. Pendekatan Situasional
Dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi
daripada sebagai kualitas pribadi, dan merupakan suatu kualitas yang
timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu. Pendekatan
ini menitik beratkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling
efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Ada beberapa studi
kepemimpinan yang menggunakan pendekatan ini.
Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapakan dalam tingkat
kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas
dan perilaku hubungan antara lain sebagai berikut :
24
1) Gaya Mendikte (Telling)
Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan
rendah, dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas.
Gaya ini disebut mendikte karena pemimpin dituntut untuk
mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan di mana tugas dilakukan.
Gaya ini menekankan pada tugas, sedangkan hubungan hanya
dilakukan sekedarnya saja.
2) Gaya Menjual (Selling)
Gaya ini diterapkan apabila kondisi anak buah dalam taraf
rendah sampai moderat. Mereka telah memiliki kemauan untuk
melakukan tugas, tetapi belum didukung oleh kemampuan yang
memadai. Gaya ini disebut menjual karena pemimpin selalu
memberikan petunjuk yang banyak. Dalam tingkat kematangan anak
buah seperti ini, diperlukan tugas serta hubungan yang tinggi agar
dapat memelihara dan meningkatkan kemauan yang telah dimiliki.
3) Gaya Melibatkan Diri (Participating)
Gaya ini diterapkan apabila tingkat kematangan anak buah
berada pada taraf kematangan moderat sampai tinggi. Mereka
mempunyai kemampuan, tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan
kepercayaan diri. Gaya ini disebut mengikut sertakan karena
pemimpin dengan anak buah bersama-sama berperan di dalam
proses pengambilan keputusan. Dalam kematangan seperti ini, upaya
25
tugas tidak diperlukan, namun upaya hubungan perlu ditingkatkan
dengan membuka komunikasi dua arah.
4) Gaya Mendelegasikan (Delegating)
Gaya ini diterapkan jika kemampuan dan kemauan anak buah
telah tinggi. Gaya ini disebut mendelegasikan karena anak buah
dibiarkan melaksanakan kegiatan sendiri, melaui pegawasan umum.
Hal biasa dilakukan jika anak buah berada pada tingkat kedewasaan
yang tinggi. Dalam tingkat kematangan seperti ini upaya tugas hanya
diperlukan sekedarnya saja, demikian pula upaya hubungan.
5. Tipe-Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tipe seorang pemimpin satu dengan lainnya berbeda-beda, sesuai
dengan karakter dan kepribadian masing-masing. Masing-masing punya
keistimewaan dan kelebihan yang tidak ada pada orang lain. Manusia
memang makhluk unik, begitu juga dengan seorang pemimpin. Satu
pemimpin dengan pemimpin yang lainnya berbeda, mengingat gaya
kepemimpinannya pun berbeda. Masing-masing orang mempunyai gaya
kepemimpinan yang berbeda dengan orang lain.
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar
ditentukan oleh kepemimpinan lembaga tersebut. Tipe kepemimpinan akan
identik dengan gaya kepemimpinan seseorang melaksanakan suatu
kepemimpinan. Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai
dalam kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin
pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal adalah pemimpin
26
yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan, atau
melalui pemilihan. Adapun tipe –tipe kepemimpinan pada umumnya
sebagai berikut :
a. Kepemimpinan Otokratis
Seorang pemimpin yang tergolong otokratis memiliki
serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik
yang negative. Dengan istilah lain pemimpin tipe otokratis adalah
seorang pemimpin yang memiliki sifat egois. Dengan keegoisannya itu
pemimpin otokratis melihat perananya sebagai sumber segala sesuatu
dalam kehidupan organisasional. Seorang pemimpin yang otokratik
ialah seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
2) Mengindentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
4) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
5) Tergantung pada kekuasaan formilnya
6) Dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan approach
mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum (Mulyadi,
2010: 45)
Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak
dan penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota -
anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh
membatah ataupun mengajukan saran.
27
b. Kepemimpinan Paternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan
yang kebapakan. Kepemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang
sifat kebapakan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan.
Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimenti
dengan sifat-sifat sebagai berikut:
1) Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak /
belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
2) Mereka bersikap terlalu melindungi.
3) Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengmbil keputusan sendiri.
4) Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berinisiatif.
5) Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan
kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan
imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.
6) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar. (Purwanto,2014: 51).
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini
sangat diperlukan. Akan tetapi jika ditinjau dari segi sifat-sifat
negatifnya pemimpin paternalistik kurang menunjukkan elemen
kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
28
c. Kepemimpinan Laissez-Faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimin tidak memberikan
pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat
sekehendaknya. Dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang
berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun
dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab
harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan
koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang
kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan
cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu
organisasi yang dipimpinnya biasanya menjadi kacau balau (Siagian,
2003: 38).
d. Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan tipe ini menmpatkan faktor manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam sebuah organisasi. Dalam
kepemimpinan ini setiap individu, sebagai manusia dihargai atau
dihormati eksistensi dan peranannya dalam memajukan dan
mengembangkn organisasi. Oleh karena itu perilaku dalam gaya
kepemimpinan yang dominan pada tipe kepemimpinan ini adalah
perilaku memberi perlindungan dan penyelamatan, perilaku memajukan
29
dan mengembangkan organisasi serta perilaku eksekutif. Pemimpin
yang demokratis memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu makhluk yang termulia di dunia.
2) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan
pribadi bawahan.
3) Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan.
4) Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
5) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan, dan
membimbingnya
6) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari pada dirinya
7) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
(Purwanto, 2014: 52).
e. Kepemimpinan Pseudo-Demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic,
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pemimpin hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal
sebenarnya dia bersikap otokratis
2) Pemimpin mendesak bawahan agar menerima idea tau pikiran
sebagai keputusan bersama (Indrafachrudi, 2006: 18).
30
f. Kepemimpinan Militeristik
Militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah / komando, keras dan
sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana,
2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
3) Ia sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-
tanda kebesaran yang berlebihan,
4) Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan- kritikan dari
bawahannya,
6) Komunikasi hanya berlangsung searah (Ngalim, 2010: 51).
6. Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi.
Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja
, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu
organisasi. Pemimpin juga memainkanperanan kritis dalam membantu
kelompok organisasi, atau masyarakat untukmencapai tujuan mereka.
Bagaimanapun juga kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam
pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat
mengidentifikasikan kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan
kemampuan mengidentifikasikan perilaku dan tehnik-tehnik
kepemimpinan yang efektif. Dilingkungan dunia pendidikan, ada
31
seperangkat keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan dalam melaksanakan sejumlah tugasnya.
Keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2010 :60-
68)
a. Keterampilan Teknis
Keterampilan teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan
teoritis ke dalam tindakan praktis, kemampuan memecahkan masalah
melalui taktik yang baik, atau kemampuan menyelesaikan tugas secara
sistematis. Keterampilan ini meliputi:
1) Keterampilan menyusun progam tertulis,
2) Keterampilan membuat data statistic sekolah,
3) Keterampilan membuat keputusan dan merealisasikannya,
4) Keterampilan menyusun laporan pertanggungjawaban,
5) Keterampilan mengetik
6) Keterampilan menata ruang dan,
7) Keterampilan membuat surat
b. Keterampilan Hubungan Manusiawi
Keterampilan hubungan manusiawi adalah keterampilan untuk
menempatkan diri di dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin
komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan kepada kedua belah
pihak. Keterampilan manusiawi ini tercermin antara lain dalam hal:
1) Keterampilan menempatkan diri dalam kelompok,
2) Keterampilan menciptakan kepuasan pada diri bawahan,
32
3) Sikap terbuka terhadap kelompok kerja,
4) Kemampuan mengambil hati melalui keramahtamahan,
5) Penghargaan terhadap nilai-nilai etis,
6) Pemerataan tugas dan tanggung jawab, dan
7) Iktikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain
c. Keterampilan Konseptual
Keterampilan konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan
pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat
kecenderungan berdasarkan kemampuan teoritis dan yang dibutuhkan
di dalam dunia kerja. Wahjosumidjo (2008) mengemukakan bahwa
keterampilan konsep yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
pendidikan adalah:
1) Kepampuan analisis
2) Kemampuan berpikir rasional
3) Cakap dalam berbagai macam konsepsi,
4) Mampu menganalisis berbagai kejadian serta mampu memahami
berbagai kecenderungan
5) Mampu mengantisipasikan perintah, dan mampu mengenali macam-
macam kesempatan serta problem-problem social.
Di samping itu, pemimpin pendidikan masih dituntut memiliki
sejumlah kemampuan khusus. Kemampuan tersebut berbeda secara
relative dengan kemampuan yang harus dimilki oleh pemimpin
organisasi social lainnya, apalagi organisasi komersial. Kemampuan
33
yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan antara lain
membangkitkan inspirasi guru, menciptakan kerja sama antarguru,
menciptakan kerja sama antarstaf, mengembangkan progam supervise,
mengelola kegiatan pembelajaran, mengatur progam pengembangan,
dan melaksanakan kegiatan lain yang erat kaitannya dengan pencapaian
tujuan pendidikan. Dengan keterampilan tersebut, diharapkan kepala
sekolah dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
B. Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa
1. Dasar Teori Pembiasaan
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) berkembang
berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-
1936), seorang ilmuan besar Rusia. Pada dasarnya classical conditioning
adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan
stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Eksperimen tersebut berupa
latihan pembiasaan yang pada anjing yang mendengarkan bel (CS)
bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS)
setelah latihan yang berulang-ulang ini selesai , suara bel tadi (CS)
diperdengarkan lagi tanpa disertai makanan (UCS), ternyata anjing tersebut
mengeluarkan air liur juga ( Sriyanti, 2011: 89).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu pembelajaran yang
dilakukan dengan latihan yang terus-menerus akan menghasilkan
perubahan yang baik dengan adanya stimulus dan contoh dari
lingkungannya. J.J Rosseau juga berpendapat bahwa setip anak dilahirkan
34
sudah mempunyai dasar-dasar kepribadian yang baik. Anak mempunyai
potensi yang dibawanya sejak lahir. Jadi pembiasaan yang akan membawa
anak menuju kepribadian yang ada pada dirinya.
Sudah sejak lama para ilmuan dan ahli piker memperhatikan seluk
beluk kehidupan anak, khususnya dari sudut perkembangannya untuk
menuju proses kedewasaannya. Anak harus tumbuh dan berkembang
menjadi manusia yang matang yang sanggup dan mampu mengubah dirinya
sendiri, mandiri, dan tidak tergantung pada orang lain. Bahkan tidak
menimbulkan masalah bagi keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Fungsi Agama
Fungsi agama atau religi tidak lepas dari tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat. Tantangan yang dihadapi meliputi ketidakpastian,
ketidakmampuan, dan kelangkaan. Untuk mengatasinya, manusia bertumpu
kepada agama atau religi karena manusia percaya dengan keyakinan yang
kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam menolong manusia.
Adapun fungsi agama diantaranya sebagai berikut (Dhohiri, 2006: 42) :
a. Fungsi Edukatif
Manusia mempercayai fungsi edukatif kepada agama yang
mecakup tugas mengajar dan tugas bimbingan. Berbeda dengan instansi
agama diangap sanggup memberikan pengajaran yang otoritatif, bahkan
dalam hal-hal yang sakral. Ajaran agama secara yuridis (hukum)
berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar
35
pribadi penganutnya menjadi baik dan benar, serta terbiasa dengan yang
baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
b. Fungsi Penyelamatan
Dapat dipastikan bahwa setiap manusia menginginkan
keselamatannya, baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati.
Usaha mencapai cita-cita tertinggi itu tidak boleh dipandang ringan
begitu saja. Jaminan untuk itu mereka temukan dalam agama.
c. Fungsi Pengawasan Sosial
Agama juga memiliki fungsi memupuk persaudaraan dikalangan
umat manusia. Masing-masing agama dapat mempersatukan umatnya
yang berbeda bangsa, ras, dan kebudayaan dalam ketentraman dan
kedamaian. Nilai-nilai kebaikan dari agama jika benar-benar sditerapkan
dalam kehidupan akan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia.
d. Fungsi Perdamaian
Melalui tuntunan agama seseorang yang bersalah atau berdosa
mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama,
semesta dan Allah. Tentu mereka harus bertaubat dan mengubah cara
hidup.
e. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas
Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka
persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar “Civil Society”
(kehidupan masyarakat) yang memukau.
36
3. Nilai-Nilai Budi Pekerti
Dalam pedoman umum manajemen sekolah disebutkan bahwa nilai
yang terkandung dalam budi pekerti ada 2 yaitu nilai budi pekerti yang baik
dan nilai budi pekerti yang buruk.
a. Nilai Budi Pekerti yang Baik
Nilai budi pekerti yang baik adalah perilaku yang mencerminkan
akhlak dan watak yang baik. Baik dalam sikap, perbuatan maupun
ucapan. Berikut contoh sifat budi pekerti yang patut ditanamkan pada
peserta didik dintaranya:
1) Beriman
Adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan
adanya kekuatan sang Pencipta atau Tuhan . Keyakinan ini disertai
kepatuhan dan ketaatan dalam mengikuti dan menjalani semua
laranganNya.
2) Berdisiplin
Kepribadian akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam
diri sesuai dengan tata tertib yang berlaku.
3) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari
perbuatan atau tindakan yang telah dilakukannya. Sikap ini
diwujudkan dalam perilaku konsekuen dan diharapkan
penyelesaiannya dapat dilakukan dalam hubungan dengan dirinya
sendiri.
37
4) Jujur
Sikap dan perilaku yang tidak suka bohong dan berbuat curang,
berkata apa adanya dan berani mengakui segala kesalahan serta rela
berkorban untuk kebenaran.
b. Nilai Budi Pekerti yang Buruk
Nilai budi pekerti yang buruk adalah perilaku yang mencerminkan
akhlak atau watak yang buruk. Berikut adalah sebagian contoh sikap
negative yang harus dihindari karena sikap ini dapat merugikan diri
sendiri ataupun orang lain. Sikap tersebut antara lain:
1) Bohong
Dalam berbagai hal, sikap dan perilaku bohong perlu dihindari,
bohong adalah berkata-kata dan bersikap yang tidak sesuai dengan apa
adanya serta melawan hati nurani manusia.
2) Egois
Sikap dan perilaku yang ingin menang sendiri, mementingkan
diri sendiri dengan tidak memperhatikan kepentingan orang lain.
3) Sombong
Sikap atau perilaku yang suka menonjolkan dan menomorsatukan
diri sendiri. Hal ini diwujudkan dalam perilaku yang tidak mau
mendengar dan mengakui kebenaran orang lain karena dirinya
menganggap bahwa memiliki kedudukan yang tinggi dibandingkan
dengan orang lain.
38
4) Dengki
Sikap dan perilaku yang menaruh perasaan marah (benci, tidak
suka) karena ia iri pada keuntungan orang lain (Suparno, 2002: 30).
4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiasaan Beragama dan
Berbudi Pekerti Siswa
Pada prinsipnya factor-faktor yang mempengaruhi pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti ditentukan oleh dua factor yaitu:
a. Faktor Internal
Yaitu factor yang berasal dari keadaan peserta didik itu sendiri,
yang meliputi latar belakang kognitif (pemahaman ajaran agama, dan
kecerdasan), latar belakang afektif (motivasi, minat, sikap, bakat,
konsep diri dan kemandirian). Pengetahuan agama seseorang akan
mempengaruhi budi pekerti anak, karena ia dalam pergaulan sehari-hari
tidak dapat terlepas dari ajaran agama. Selain kecerdasan yang dimiliki,
peserta didik juga harus mempunyai konsep diri yang matang.
Konsep diri dapat dapat diartikan gambaran mental seseorang
terhadap dirinya sendiri, pandangan terhadap diri, penilaian terhadap
diri, serta usaha untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri.
Dengan danya konsep diri yang baik anak tidak akan mudah
terpengaruh dengan pergaulan bebas, mampu mebedakan anatara yang
baik dan buruk (Muntholi‟ah, 2002: 8-9).
39
b. Faktor Eksternal
Yaitu factor yang berasal dari luar peserta didik yang meliputi
pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan lingkungan
masyarakat. Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam
terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah factor
lingkungan. Selama ini dikenal ada 3 macam lingkungan pendidikan
yaitu:
1) Lingkungan Keluarga (Orang Tua)
Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan yang
utama terhadap pembiasaan beragama dan berbudi pekerti seorang
anak. Orang tua dapat membina dan membentuk budi pekerti anak
dan kepribadian anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan
orang tua secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi sang
anak. Dalam hal ini perhatian yang cukup dan kasih sayang dari
orang tua tidak dapat dipisahkan dari upaya membentuk pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti anak serta kepribadian seseorang.
2) Lingkungan Sekolah (Pendidik)
Pendidik di sekolah mempunyai andil yang cukup besar dalam
upaya pembiasaan beragama dan berbudi pekerti anak. Yaitu melalui
pembinaaan dan pembelajaran pendidikan agama Islam kepada
semua warga sekolah. Pendidik harus dapat memperbaiki budi
pekerti dan kepribadian siswa yang sudah terlanjur rusak dalam
keluarga, selain juga memberikan pembinaan kepada siswa.
40
3) Lingkungan Masyarakat (Lingkungan Sosial)
Lingkungan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam upaya
membina serta melakukan pembiasaan beragama dan berbudi pekerti
seseorang. Seorang anak yang tinggal dalam lingkungan yang baik,
maka ia akan tumbuh menjadi individu yang baik.
Sebaliknya pula apabila orang tersebut tinggal dalam
lingkungan yang rusak agama dan budi pekertinya, maka ia juga
akan terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik pula (Nata, 2001:
21).
5. Peran Kepala Sekolah
Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan factor penentu
utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses serta produk
pembelajaran. Kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggung jawab
apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah
dan kultur pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan kepala
sekolah dalam berinteraksi dengan komunitasnya. Seorang ahli ilmu jiwa
berpendapat bahwa peranan seorang pemimpin yang baik dapat disimpulkan
menjadi tiga belas macam yaitu :
a. Sebagai pelaksana (executive)
Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak
sendiri terhadap kelompoknya. Ia harus berusaha menjalankan/mematuhi
41
kebutuhan kelompoknya juga progam atau rencana yang telah ditetapkan
bersama.
b. Sebagai perencana (planner)
Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun
perencanaan sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya bukan secara
ngawur saja, tetapi segala tindakan diperhitungkan dan bertujuan.
c. Sebagai seorang ahli (expert)
Ia harus mempunya kemampuan ataupun keahlian terutama
keahlian yang berhubungan dengan tugas dan jabatan kepemimpinan
yang dipegang ataupun yang sedang diembannya.
d. Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group
representative)
Ia harus menyadari bahwa baik buruk tindakannya di luar
kelompoknya mencerminkan baik burunya kelompok yang dipimpinnya.
e. Mengawasi hubungan antar anggota kelompok (controller of Internal
relationship)
Pemimpin harus menjaga jangan sampai terjadi perselisihan, dan
berusaha membangun hubungan yang harmonis dan mmenimbulkan
semangat bekerja kelompok.
f. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman (purveyor or
rewards and punishment)
Seorang pemimpin harus dapat membebaskan hati anggota-
anggotanya yang giat bekerja dan banyak sumbangannya terhadap
42
kelompoknya, dan berani pula menghukum anggota yang berbuat
merugikan kelompoknya.
g. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
Dalam menyelesaikan perselisihan araupun menerima pengaduan-
pengaduan di antara angota-anggotanya, ia harus dapat bertindak tegas,
tidak pilih kasih ataupun mementingkan salah satu golongan.
h. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
Pemimpin bukanlah seorang yang berdiri di luar atau di atas
kelompoknya. Ia merupakan bagian yang terpisahkan dari kelompoknya.
Dengan demikian, segala tindakan dan usahanya hendaklah dilakukan
demi tujuan kelompoknya.
i. Merupakan lambang kelompok (symbol of the group)
Sebagai lambang kelompok, ia hendaknya menyadari bahwa baik
buruknya kelompok yang dipimpinnya tercermin pada dirinya.
j. Pemegang tanggung jawab para anggota kelomponya (surrogate for
individual responsibility)
Ia harus bertanggung jawab terhadap perbuatan para anggotanya
yang dilakukan atas nama kelompok.
k. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologis)
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsep yang baik
dan realistis sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai
garis yang tegas menuju pada arah yang telah dicita-citakannya.
43
l. Bertindak sebagai seorang ayah (teacher figure)
Tindakan pemimpin terhadap anak buah atau kelompoknya
hendaklah mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anak-
anak/anggot keluarganya.
m. Sebagai scape goat
Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin harus menyadari
bahwa dirinya merupakan tempat melemparkan kesalah/keburukan yang
terjadi di dalam kelompoknya. Oleh karena itu dia harus mau dan berani
turut bertanggung jawab tentang kesalahan orang lain/anggota
kelompoknya (Purwanto, 2014: 65-66).
Sehubungan dengan arti kepemimpinan itu sendiri bahwa fungsi
kepemimpinan pada dasarnya dibagi atas dua macam, yaitu :
1. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai
2. Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang
sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya
Berikut ini adalah fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan
yang hendak dicapai antara lain:
a. Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan
kelompok serta menjelaskannya supaya anggota dapat bekerja sama
mencapai tujuan itu.
b. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota
kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan
rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.
44
c. Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam
mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan
pertimbangan yang sehat.
d. Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat khusus
anggota kelompok.
e. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota
kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih
buah pikiran yang baik serta berguna dalam pemecahan masalah yang
dihadapai oleh kelompok.
f. Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan menyerahkan
tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.
Berikut ini fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan
suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan antara lain:
a. Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam
kelompok. Jika ada kegotong-royongan antara anggota kelompok,
pekerjaan akan berjalan lancar dan akan mempermudah pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang
menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat
bekerja dalam pelaksanaan tugas.
45
c. Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaaan para anggota
bahwa bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan
bagian dari kelompok .
d. Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang terdapat pada
pemimpin, bukan untuk berkuasa atau mendominasi, melainkan untuk
memberi sumbangan kepada kelompok menuju pencapaian tujuan
bersama (Indrafachrudi, 2006: 3-5)
Sedangkan peran kepemimpinan kepala sekolah menurut
Mulyasa adalah sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah sebagai Edukator (Pendidik)
Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.
Dalam hal ini factor pengalaman akan sangat mempengaruhi
profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam mendukung
terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksaan
tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala
sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat
mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan
pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah
diikiutinya.
b. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka mealakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
46
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau
kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan
untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang
progam sekolah.
c. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh progam
sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan
untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,
mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan
prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola
administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara
efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekoalh. Untuk
itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas
dalam tugas-tugas operasional.
d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kepala sekolah sebagi supervisor harus diwujudkan dalam
kemampuan menyusun, dan melaksanakan progam supervise
pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun
progam supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan
progam supervise kelas, pengembangan progam supervise untuk
47
kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan progam supervisi
perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan
progam supervise pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan
progam supervise klinis, progam supervise nonklinis, dan progam
supervise kegiatan ekstra kurikuler.
e. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan
tugas (Wahjosumidjo, 1999: 110) mengemukakan bahwa kepala
sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan
profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader
dapat dianalisis dari keoribadian, pengetahuanterhadap tenaga
keendidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
f. Kepala Sekolah sebagai Inovator
Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara
ia melakukan pekerjaannya. Ia harus meimiliki strategi yang tepat
untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekolah,
mecari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan
48
teladan kepada seluruh tenaga kependidikandi sekolah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
g. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana
kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar
(Mulyasa, 2007: 98-120).
49
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Salatiga
1. Sejararah Berdirinya SMP Negeri 3 Salatiga
SMP Negeri 3 Salatiga yang belokasi di Jalan Stadion No.4 Salatiga
dahulunya beraaasal dari SMEP Negeri Salatiga, SMEP Negeri Salatiga
didirikan pada tanggal 1 Agustus 1954 dengan kepala sekolah pertamanya
adalah Bp. Soedjas (Alm). SMEP Negeri Salatiga mulai berdiri sampai
akhir tahun 1972 tempatnya selalu berpindah-pindah, terakhir berada di
SPG Negeri Salatiga Jalan Kartini.
Pada tahun 1972 Bp.D Sucipto, BA Kepala sekolah kedua
mendapatkan surat kawat dari Kanwil Semarang yang isinya SMEP Negeri
Salatiga diminta untuk pindah dari SPG Negeri Salatiga. Karena SMEP
belum mempunyai lokasi sendiri akhirnya Bp. D Soetjipto, BA (Alm)
megahadap Wali Kota Salatiga untuk minta disediakan lahan tanah.
Permintaan tersebut dikabulkan dengan diberikan tanah disebelah barat
kampong Kridanggo dan juga Wali Kota memerintahkan untuk segera
membangun sekolah di lokasi tersebut.
Dana pembangunan diperoleh dari Kabag Ekonomi Kanwil dan dari
dana POM (Persatuan Orang tua Murid) yang sekarang dikenal dengan
istilah Komite Sekolah berujud kayu. Sehingga jumlah local yang tadinya
hanya 6 lokal bertambah menjadi 8 lokal. Masing-masing terdiri dari 1
50
kantor, 1 ruang guru dan 6 ruang kelas. Sesudah bangunan di kridanggo
maka sejak tanggal 1 April 1973 SMEP Negeri Salatiga pindah ke gedung
sendiri yaitu di Jalan Kridanggo (sekarang Jalan Stadion). Karena ruang
yang saat itu belum mencukupi maka siswa masuk pagi dan siang.
Pada pertengahan tahun 1979/1980 SMEP Salatiga berintegrasi
menjadi SMP Negeri 3 Salatiga dengan personil Kepala Sekolah SMEP -
SMP Negeri 3 Salatiga sebagai berikut :
1. Soedjas (1960-1969)
2. D. Soetjipto, BA ( 1969-1974)
3. R. Soehardi, BA (1974-1989)
4. Ani Sri Suratni (1989-1991)
5. Wardoyo (1991-1994)
6. Siswanto, BA (1994-2000)
7. Sri Maryati (2000-2003)
8. Purwadi Antoro, S.Pd (2003- )
9. Arief Haryanto, S.Pd (2009- )
10. Drs. Bambang Subiyakto, M.Pd ( -2015)
11. Suyudi, M.Pd (2015- )
2. Letak Geografis SMP Negri Salatiga
SMP Negeri 3 Salatiga terletak di Jalan Stadion No.4 Salatiga
Kelurahan Mangnsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa
Tengah. SMP Negeri 3 Salatiga memiliki luas tanah 7218 m², tinggi 569 m,
bujur 110.49673000000007ºdan lintang -7.328441º. Lokasinya jika
51
ditempuh dari arah Solo – Semarang berada di sebelah kiri jalan raya daerah
Salatiga teradapat Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD) Salatiga, dari arah
RSUD belok kiri kira-kira 200 meter arah kanan jalan depan Stadion
kridanggo Salatiga. Di situlah letak SMP Negeri 3 Salatiga. Jika dilihat dari
lokasinya / letak gedungnya SMP Negeri 3 Salatiga tidak berada di samping
jalan raya, sehingga hal ini menjadikan proses KBM dapat berjalan dengan
lancar dan efektif kareana tidak ada kebisingan dari kendaraan yang berlalu
lalang.
3. Profil Sekolah
a. Nama Sekolah : SMP NEGERI 3 SALATIGA
b. No. Statistik Sekolah : 201056201003
c. Tipe Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2
d. Alamat Sekolah : JL STADION 4
: (Kecamatan) SIDOMUKTI
: (Kabupaten/Kota) SALATIGA
: (Propinsi) JAWA TENGAH
e. Telepon/Fax : ( 0298 ) 326260
f. Status Sekolah : Negeri/Swasta (coret yang tidak perlu)
g. Nilai Akreditasi Sekolah : A ( 91,90 )
4. Visi Misi SMP Negeri 3 Salatiga
Visi dari SMP Negeri 3 Salatiga adalah Kejar prestasi,pelopor dalam
Iptek yang dilandasi Imtaq,teladan dalam bersikap dan bertindak untuk
52
terwujudnya SMP Negeri 3 Salatiga nan SEGAR (Santun Energik Gembira
Arif Re-evaluasi).
Adapun Misi dari SMP Negeri 3 Salatiga adalah :
1. Menggiatkan minat belajar
2. Mewujudkan kualitas kelulusan
3. Membentuk generasi yan cerdas,terampil dan kreatif berdedikasi dan
cinta tanah air
4. Mewujudkan semangat dan prestasi kerja yang dilandasi dengan
kekeluargaan dan keteladanan
5. Menciptakan keselarasan,keseimbangan emosi, intelektual dalam
mewujudkan situasi yang kondusif menuju terwujudnya tujuan
pendidikan nasional.
B. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimimpinan yang efektif memiliki peran yang sangat menentukan
terhadap kelangsungan hidup sebuah organisasi. Peran kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin harus mampu meningkatkan peran strategis dan teknis
dalam meningkatkan kualitas lembaga yang dipimpinnya.
Adapun peran kepala SMP Negeri 3 Salatiga yang peniliti bahas dalam
penelitian ini ada 7 macam peran yang mana sudah dijalankan sangat baik dan
yang berhubungan dengan proses pembelajaran secara umum maupun
mengenai pembiasaan beragama dan berbudi pekerti di sekolah tersebut. Hal
ini dapat dibuktikan sebagai berikut :
53
1. Kepala Sekolah sebagai Edukator
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan
guru merupakan merupakan salah satu bagian darinya. Selain itu kepala
sekolah dalam hal ini sangat berperan penting dalam proses kegiatan
pedidikan yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan perannya sebagai
educator maka kepala sekolah harus menujukkan komitmen yang tinggi dan
focus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di
sekolahnya dengan memperhatikann tingkat kompetensi yang dimiliki oleh
para gurunya.
Menurut TS dikatakan bahwa kepala sekolah memberikan
pembinaan yang bersifat umum yaitu pada saat upacara bendera setiap hari
Senin (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 09.30 WIB). Pembinaan tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, hal ini dilakukan agar setiap
guru sadar akan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing demi
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Ditegaskan pula oleh IT kepala
sekolah meberikan instruksi agar semua warga sekolah berdisiplin dalam
menaati peraturan sekolah (Wawancara 5 Agustus 2015 Jam 11.00 WIB).
Diantaranya yaitu dengan masuk sekolah pada pukul 07.00 tepat. Selain itu
kepala sekoalah juga meminta kepada para siswa sebelum masuk ke kelas
untuk membiasakan berbaris dan bejabat tangan kepada bapak atau ibu guru
yang akan mengajar, berdo‟a sebelum memulia pelajaran.
Untuk meningkatkan hasil prestasi belajar, Menurut G meyatakan
bahwa kepala sekolah memberikan himbauan kepada guru untuk
54
meningkatkan hasil prestasi belajar siswa melalui penggunaan metode
pembelajaran yang sesuai dan juga melakukan pengayaan serta remidi
kepada siswa (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 11.05 WIB). Hal ini
dilakukan kepala sekolah untuk membantu para siswa menyelesaiakan
masalah dan pemecahannya serta agar pemahaman siswa terhadap pelajaran
dapat diperbaiki guna mencapai hasil yang lebih baik dan memuaskan.
Untuk mengevaluasi hasil belajar siswa kepala sekolah melalui guru
mengadakan penilain harian dan menyusun TIM Evaluasi. Dijelaskan oleh
DP bahwa upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam menjalankan tim
evaluasi tersebut untuk mengontrol hasil belajar para siswa agar hasil belajar
yang dicapai lebih baik dan dapat dilakukan perbaikan dalam sistem
pembelajaran (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 13.30 WIB).
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Peran kepala sekolah sebagai manager adalah mengelola sumber daya untuk
mencapai institusi secara efektif dan efisien. Kepala sekolah juga memiliki
wewenang untuk mengambil setiap keputusan, oleh karena itu sebagai
manajer di sekolah diharapakan mampu :
a. Menyusun progam , baik dalam progam kegiatan harian, bulanan,
maupun tahunan.
b. Menyusun organisasi sekolah.
c. Melakukan pengendalian control terhadap pelaksanaan pendidikan
beserta hasilnya.
d. Mengoptimalkan sarana pendidikan.
55
e. Menciptakan strategi ataupun kebijakan-kebijakan yang mendukung ide-
ide baru.
Dalam melaksanakan semua point yang ada di atas tersebut maka
kepala sekolah bekerjasama dengan para guru mendorong kepada para guru
untuk selalu aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan. DP
mengatakan bahwa kerjasama tersebut harus senantiasa dilakukan dan
diutamakan, prinsip inilah yang selama ini diterapkan oleh kepala sekolah
SMP Negeri 3 Salatiga dalam menjalankan peran kepemimpinannya
(Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 13.30 WIB). Hal tersebut dilakukan
sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme para guru, selain itu
kerja sama yang baik dan peran aktif para guru dalam setiap kegiatan akan
berdampak pula pada kemajuan kualitas mutu dan keberhasilan pendidikan
di sekolah.
Peran lain Kepala Sekolah adalah menyelesaikan persoalan ataupun
permasalahan yang ada di sekolah. G mengatakan bahwa dalam
menghadapi permasalahan yang ada di sekolah kepala sekolah mengadakan
musyawarah dan sharing serta dibantu dengan 1 tim yang terdiri dari 4
wakil dari setiap bagian (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 11.05 WIB).
Menurut M menjelaskan bahwa progam yang dilakukan kepala
sekolah dalam meningkatkan sarana dan prasarana yang ada beliau selalu
melakukan kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan
inventaris dan penghapusan serta penataan kembali (Wawancara 6 Agustus
2015 Jam 09.15 WIB).
56
3. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Setiap organisasi ataupun lembaga kecil pastinya membutuhkan
sebuah perencanaan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan
pengelolaan keuangan. Hal ini terlihat jelas di SMP Negeri 3 Salatiga,
tersedianya Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
selama 1 tahun, RPP dan Silabus, Absensi siswa pada setiap kelas bahkan
kegiatan ekstrakurikuler penunjang bakat dan minat para siswa tersedia
dengan baik. Menurut IT menyatakan bahwa, kepala sekolah pada setiap
tahunnya menyusun Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah yang melibatkan
komite sekolah bessun Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah yang
melibatkan komite sekolah beserta para dewan guru untuk bermusyawarah
(Wawancara 5 Agustus 2015 Jam 11.00). Selain itu seperti yang telah
dijelaskan oleh TS bahwa kepala sekolah SMP Negeri 3 Salatiga juga sering
mengingatkan dan mengontrol absensi siswa, guru dan karyawan, selain itu
juga mengontrol RPP beserta Silabus yang ada pada guru mapel masing-
masing. Jadi artinya setiap guru sudah dibekali cara mengelola administrasi
tersebut (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 09.30 WIB).
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama dalam pendidikan di sekolah dalam rangka
mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh
aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan
efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu salah satu tugas kepala sekolah
adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan
57
oleh tenaga kependidikan. Menurut DP mengatakan bahwa, kepala sekolah
melaksanakan kegiatan supervisi atau pengawasan terhadap proses
pembelajaran dengan melalui kegiatan kunjungan kelas secara langsung
(Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 13.30 WIB). Pengawasan ini merupakan
control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujan yang telah
ditetapkan. Hal ini meliputi absensi guru dan siswa, kesiapan materi yang
akan disampaiakan beserta RPP, serta metode dan media pembelajran yang
digunakan. Ditambahkan pula oleh G bahwa, pengawasan dan
pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para
tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati
dalam melaksanakan pekerjaannya (Wawancara 4 Agustus Jam 11.05 WIB).
Yang kedua adalah kepala sekolah dapat melakukan supervise
dengan cara simulasi pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
TS bahwa, simulasi pembelajaran merupakan teknik supervise yang
berbentuk demonstrasi pembelajaran, sehingga guru dapat menganalisa
penampilan ayang daiamatinya sebagai introspeksi diri, walaupun
sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik. Kegiatan ini
dilakukan oleh Kepala sekolah secara terprogam, misalnya satu bulan sekali
mengajar di kelas teertentu untuk mengadakan simulasi pembelajaran
(Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 09.30).Yang ketiga kepala sekolah
mengadakan diskusi kelompok yang dilakukan bersama-sama dengan guru-
guru dan bisa juga melibatkan tenaga administrasi untuk memecahkan
berbagai macam persoalan yang ada di sekolah guna mencapai suatu
58
keputusan. Ditegaskan oleh IT bahwa, peran kepala sekolah untuk
menghadapi persolan yang ada di sekolah adalah salah satunya membantu
guru yang mengalami kesulitan dalam menangani siswanya yang bandel dan
nakal, maka secara bersama-sama mencari solusi pemecahannya agar tidak
mengganggu prestasi kinerja guru tersebut (Wawancara 5 Agustus 2015 Jam
11.00 WIB).
5. Kepala Sekolah sebagai Leader
Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala
sekolah dapat menerapkan gaya kepemimpinannaya secara tepat dan
fleksibel. Menurut M mengatakanbahwa, kepala sekolah SMP Negeri 3
Salatiga memiliki kepribadian yang sudah baik, yaitu salah satunya adalah
sikap bijaksana. Hal ini ditunjukkan dalam kegiatan sehari-hari beliau
selama berhubungan dengan warga sekolah. Beliau selalu terbuka dan
ramah pada semua warga sekolah (Wawancara 6 Agustus 2015 Jam 09.15).
Ditambahkan pula oleh DP bahwa, peran kepala sekolah sering
memberikan contoh atau suri tauladan yang baik (Wawancara 4 Agustus
2015 Jam 13.30).
Menurut TS bahwa mengatakan bahwa kepala sekolah SMP Negeri 3
Salatiga dalam mengambil setiap keputusan selalu mengadakan
musyawarah bersama guna mencapai tujuan ataupun kepentingan bersama.
Keputusan yang diambil inilah yang akan menentukan kebijakan sekolah
dan mempengaruhi mutu sekolahnya (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam
59
09.30). Kepala sekolah SMP Negeri 3 Salatiga juga selalu terbuka untuk
menerima kritikan dan saran yang ditujukan kepada beliau.
Ditegaskan oleh M bahwa, kepala sekolah sangat mengharapkan
saran dan kritikan dari warga sekolah untuk beliau (Wawancara 6 Agustus
2015 Jam 09.15 WIB). Karena dengan saran dan kritikan itulah kinerja
beliau dapat dievalusi bagian mana dalam menjalankan kepemimpinanya
yang masih kurang. Selain itu saran dan kritikan yang membnagun akan
meningkatkan kegiatan pembelajaran yang dipimpin oleh kepala sekolah.
6. Kepala Sekolah sebagai Innovator
Kepala sekolah harus meimilki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, serta memberikan teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah utuk mengembangkan model-model
pembelajaran yang innovatif. Menurut G mengatakan bahwa, kepala
sekolah mendorong kepada para guru untuk mengembangkan visi dan misi
sekolah dalam sebuah tindakan yang nyata agar dapat mewujudkan tujuan
dari sekolah (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 11.05) . Sedang menurut TS
bahwa, dalam mewujudkan peranya sebagai innovator kepala sekolah
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk
mengembangkan ilmunya maupun bakatnya (Wawancara 4 Agustus 2015
Jam 09.30).
Ditambahkan oleh M bahwa, sebagai contohnya kepala sekolah
memberikan narasumber dalam kepada guru untuk melatih membuat Karya
60
Tulis Ilmiah dan PTK (Wawancara 6 Agustus 2015 Jam 09.15). Diharapkan
dengan pemberian bekal tersebut para pendidik dapat meningkatkan
keprofesionalannya.
7. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para pendidik dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Kepala sekolah juga memberikan penghargaan kepada
guru yang berprestasi. Menurut IT bahwa, penghargaan yang diberikan
kepala sekolah kepada guru yang berprestasi merupakan progam yang
dijalankan oleh kepala sekolah SMP Negeri 3 Salatiga, hal ini dilakukan
untuk memotivasi para guru serta meningkatkan kinerja para guru yang
nantinya juga akan berdampak pada peningkatan mutu sekolah tersebut
(Wawancara 5 Agustus 2015 Jam 11 WIB).
Ditegaskan pula oleh M yang mengatakan bahwa, bahwa bagi guru
yang berprestasi mendapatkan reward yang berupa pujian ataupun dalam
bentuk materi yang diharapakan dengan pemberian itu akan dapat
mendorong pendidik untuk lebih maju dan profesional dalam mengajar
(Wawancara 6 Agustus 2015 Jam 09.15). Ditambahkan oleh G bahwa,
kepala sekolah berusaha memenuhi semua kebutuhan tenaga kependidikan
dengan memperhatikan kondisi fisiknya (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam
11.05).
61
1. C. Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa di SMP Negeri 3
Salatiga
Pembiasaan beragama dan berbudi pekerti yang luhur sangatlah
penting bagi perkembangan peradaban suatu bangsa disamping selain
kecerdasan berfikir. Dalam hal ini pembelajaran tentang pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti adalah tugas dari dunia pendidikan. Di SMP
Negeri Salatiga menurut TS bahwa “ penerapan berbudi pekerti dilakukan
dengan selalu menerapkan budaya 3S , selain itu beliau juga menghimbau
kepada seluruh warga sekolah untuk membudayakan buang sampah sesuai
dengan tempatnya” (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 09.30).
Ditambahkan oleh IT bahwa, “ mengenai masalah pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti yang ada di sekolah ini sudah ditanamkam
kepada siswanya sejak awal dengan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
mereka” (Wawancara 5 Agustus 2015 Jam 11.00). Ditegaskan pula oleh DP
yang mengatakan bahwa, pembiasaan beragama dan berbudi pekerti yang
ada pada sekolah kami kenyataannya sudah baik, namun masih perlu
ditingkatkan agar lebih bagus lagi (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 13.30).
Ditambahkan juga oleh M bahwa “budi pekerti yang diajarkan di SMP
Negeri 3 Salatiga tidak hanya itu tetapi para murid diajarkan untuk
menanamkan sikap adil, jujur, rendah hati, tidak sombong, serta harus
senantiasa sabar” (Wawancara 6 Agustus 2015 Jam 09.15). Tiap-tiap dari
anggota sekolah mmpunyai tugas dan kewajiban masing-masing yang harus
dilakukan guna tercapainya tujuan sekolah.
62
Menurut G mengatakan bahwa budi pekerti perlu diajarkan kepada
anak dengan melibatkan semua komponen-komponen yang ada di sekolah
maupun luar sekolah (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 11.05). Pengawasan
diluar sekolah juga dibutuhkan untuk mengontrol kegiatan yang dilakukan
peserta didik agar tidak melebehi batasan-batasan budi pekerti yang telah
diajarkan. Maka peran orang tua di sini juga sangat dibutuhkan. Pendidikan
budi pekerti merupakan sesuatu yang digunakan masyarakat untuk menilai
kualitas dari pendidikan yang ada. Jika masyarakat memandang akhlak para
siswanya baik maka masyarakat akan tertarik untuk menyekolahkan anaknya
di sekolah tersebut.
Sesuai dengan apa yang telah dituturkan oleh TS bahwa, “pembiasaan
beragama dan berbudi bekerti di sekolah itu bermacam-macam yang terdiri
dari berbagai agama, sehingga apabila dibentuk sebuah pembiasaan beragama
dan berbudi pekerti juga harus memperhatikan toleransinya agar para siswa
dapat saling menjaga solidaritasnya dan mampu memiliki budi pekerti luhur
demi tercapainya pendidikan yang berkarakter (Wawancara 4 Agustus 2015
Jam 09.30 WIB).
Pendidikan tentang pembiasaan beragama dan berbudi pekerti di
sekolah perlu ditanamkan dengan maksud untuk membangun generasi di
masa depan agar selain cerdas mereka memahami tentang ajaran agama dan
juga berbudi pekerti luhur. Kepala sekolah memiliki wewenang yang luas
sesuai dengan ketetuan dan peraturan yang ada. Menurut M bahwa, “upaya
yang dilakukan kepala sekolah dalam mebiasakan beragama dan berbudi
63
pekerti di sekolah ini adalah dengan cara melakukan pembiasaan diri dengan
memberikan keteladanan dan beliau juga melakukan pengecekan kepada para
siswa yang melanggar peraturan” (Wawancara 6 Agustus 2015 Jam 09.15).
Ditegaskan oleh G bahwa, “ para siswa juga dihimbau agar selalu
menghormati bapak ibu guru, menjaga solidaritas antar teman maupun
pendidik” (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 11.05).
Ditambahkan pula oleh DP yang mengatakan “ kepala sekolah juga
membuat jadwal pembiasaan untuk melakukan sholat berjama‟ah di sekolah
dan pada waktu sholat jum‟at juga menetapkan jadwal untuk mu‟adzin, dan
juga pada waktu pelajaran agama diusahakan membaca asma‟ul husna bagi
yang beragama Islam (Wawancara 4 Agustus 2015 Jam 13.30).
IT juga menambahkan bawa, “bagi murid perempuan apabila hari
jum‟at diajakan kajian yang diisi oleh bapak ataupun ibu guru yang ditunjuk
untuk mengisi kajian tersebut, dan membiasakan membaca surat-surat
pendek” (Wawancara 5 Agustus 2015 Jam 11.00). Dari hal ini diharapkan
jiwa keberagamaan dan berbudi pekerti dari anak-anak didik dapat tumbuh
dan tertanamkan dalam dirinya. Jika pembiasaan beragama dan berbudi
pekerti sudah tertanam dalam diri para siswa maka proses pendidikan yang
ada akan berhasil dan mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang
berhasil mencapai kesuksesan dunia maupun akhirat kelak.
Jadi dalam melaksanakan pembiasaan beragama budi pekerti tersebut
seorang kepala sekolah harus menjalin komunikasi yang baik dengan semua
pihak-pihak yang berkaitan. Seperti yang dikatakan oleh TS bahwa , “ kepala
64
sekolah tugasnya tidak hanya memipin tetapi juga harus mendidik dan
memberikan contoh yang baik bagi para bawahannya baik kepada guru
ataupun kepada para siswa dan karyawannya” (Wawancara 4 Agustus 2014
Jam 09.30 WIB). Karena itu kepala sekolah sangat berperan penting dalam
upaya-upaya memajukan kualitas mutu pendidikan yang ada terutama dalam
menciptakan pembiasaan beragama dan berbudi pekerti yang ada di
sekolahnya.
65
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah
Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti siswa, maka dimasukkan kelompok menjadi 7
peran kepemimpinan kepala sekolah sehingga dapat ditarik kesimpulan dari
masalah yang diteliti. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah sebagai Edukator
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan
guru merupakan merupakan salah satu bagian darinya. Selain itu kepala
sekolah dalam hal ini sangat berperan penting dalam proses kegiatan
pedidikan yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan perannya sebagai
educator maka kepala sekolah harus menujukkan komitmen yang tinggi dan
focus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di
sekolahnya dengan memperhatikann tingkat kompetensi yang dimiliki oleh
para gurunya.
Kepala sekolah memberikan pembinaan yang bersifat umum yaitu
pada saat upacara bendera setiap hari Senin. Didalam kegiatan upacara ini
beliau menyampaikan hal-hal yang harus dilakukan oleh pendidik ataupun
tenaga kependidikan lainnya yang tujuannya untuk membina. Pembinaan
tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, hal ini dilakukan agar
setiap guru sadar akan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing demi
66
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Beliau juga memberikan teguran
kepada peserta didik yang melanggar aturan-aturan sekolah. Kepala sekolah
meberikan instruksi agar semua warga sekolah berdisiplin dalam menaati
peraturan sekolah. Diantaranya yaitu dengan masuk sekolah pada pukul
07.00 tepat, dengan datang ke sekolah 15 menit sebelumya. Selain itu
kepala sekolah juga meminta kepada para siswa sebelum masuk ke kelas
untuk membiasakan berbaris dan bejabat tangan kepada bapak atau ibu guru
yang akan mengajar.
Untuk meningkatkan hasil prestasi belajar kepala sekolah
mengharuskan kepada setiap guru untuk menggunakan metode yang
menarik dan berbeda. Hal ini dilakukan kepala sekolah agar pemahaman
siswa terhadap pelajaran dapat diperbaiki guna mencapai hasil yang lebih
baik dan memuaskan. Untuk mengevaluasi hasil belajar siswa kepala
sekolah melalui guru mengadakan penilain harian dan menyusun TIM
Evaluasi. Upaya ini dilakukan kepala sekolah untuk mengontrol hasil
belajar para siswa agar hasil belajar yang dicapai lebih baik dan dapat
dilakukan perbaikan dalam sistem pembelajaran. Jadi peran kepala sekolah
sebagai educator harus mampu mengajar ataupun membimbing para guru
dan siswanya, mampu mengembangkan kemampuan guru, mampu
mengikuti perkembangan dunia pendidikan.
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Peran kepala sekolah sebagai manager adalah mengelola sumber
daya untuk mencapai institusi secara efektif dan efisien. Kepala sekolah
67
juga memiliki wewenang untuk mengambil setiap keputusan, oleh karena
itu sebagai manajer di sekolah diharapakan beliau mampu untuk menyusun
progam yang berkaitan dengan kegiatan sekolah baik kegiatan yang bersifat
harian, bulanan, maupun yang tahunan. Selan itu beliau juga harus mampu
untuk mengatur segala akebijakan-kebijakan yang ada untuk mnunjang
kemajuan pendidikan di sekolah yang ia pimpin.
Dalam melaksanakan semua point yang ada di atas tersebut maka
kepala sekolah bekerjasama dengan para guru dan mendorong kepada para
guru untuk selalu aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Karena setiap kegiatan yang diadakan di sekolah berhasil atau tidaknya
tergantung pula pada peran serta gurunya, dan kepala sekolahpun
menjalankan semua kegiatannya juga menjalin kerjasama dengan para guru.
Dalam menjalankan semua progam yang ada beliau menjalin kerjasama
dengan mengutamakan asas kebersamaan, prinsip inilah yang selama ini
diterapkan oleh kepala sekolah SMP Negeri 3 Salatiga dalam menjalankan
peran kepemimpinannya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan profesionalisme para guru, selain itu kerja sama yang baik
dan peran aktif para guru dalam setiap kegiatan akan berdampak pula pada
kemajuan kualitas mutu dan keberhasilan pendidikan di sekolah.
Peran lain Kepala Sekolah adalah menyelesaikan persoalan ataupun
permasalahan yang ada di sekolah. Didalam menghadapi permasalahan yang
ada di sekolah kepala sekolah selalu mngadakan musyawarah bersama
dengan para guru ataupun tenaga pendidik lainnya guna mencapai hasil
68
mufakat. Beliau juga menambhakan sarana prasarana yang ada di sekolah
untuk menunjang proses belajar. Progam yang dilakukan kepala sekolah
dalam meningkatkan sarana dan prasarana yang ada beliau selalu melakukan
kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventaris dan
penghapusan serta penataan kembali. Misalnya kepala sekolah juga
hmemberikan fasilitas kepada guru ataupun karyawan demi kemajuan
pengetahuan dan perkembangan para siswa dan guru. Setelah ada fasilitas
dari sekolah maka kewajibannya para warga sekolah harus menjaga dan
merawatnya.
3. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Setiap organisasi ataupun lembaga kecil pastinya membutuhkan
sebuah perencanaan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan
pengelolaan keuangan. Hal ini terlihat jelas di SMP Negeri 3 Salatiga,
tersedianya Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
selama 1 tahun, RPP dan Silabus, Absensi siswa pada setiap kelas bahkan
kegiatan ekstrakurikuler penunjang bakat dan minat para siswa tersedia
dengan baik. Kepala sekolah pada setiap tahunnya menyusun Rencana
Kegiatan Anggaran Sekolah yang melibatkan komite sekolah bessun
Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah yang melibatkan komite sekolah
beserta para dewan guru untuk bermusyawarah. Selain itu kepala sekolah
SMP Negeri 3 Salatiga juga sering mengingatkan dan mengontrol absensi
siswa, guru dan karyawan, selain itu juga mengontrol RPP beserta Silabus
yang ada pada guru mapel masing-masing. Jadi artinya setiap guru sudah
69
dibekali cara mengelola administrasi tersebut. Oleh karena itu seyogyanya
kepala sekolah dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya
peningkatan kompetensi gurunya. Kemampuan lain yang harus dijalankan
adalah mengelola administrasi peserta didik yang diwujudkan dalam
penyusunan kelengkapan data administrasi peserta didik, kelengkapan data
administrasi ekstrakurikuler, dan penyusunan kelengkapan data hubungan
sekolah dengan orang tua peserta didik.
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama dalam pendidikan di sekolah dalam rangka
mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh
aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan
efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu salah satu tugas kepala sekolah
adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan
oleh tenaga kependidikan. Kepala sekolah melaksanakan kegiatan supervisi
atau pengawasan terhadap proses pembelajaran dengan melalui kegiatan
kunjungan kelas secara langsung ataupun tidak langsung. Pengawasan ini
merupakan control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujan
yang telah ditetapkan.
Hal ini meliputi absensi guru dan siswa, kesiapan materi yang akan
disampaiakan beserta RPPnya, serta metode dan media pembelajran yang
digunakan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan
preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan
penyimpangan dan lebih berhati dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepala
70
sekolah dalam hal ini harus mampu meyusun progam supervisi dan
melaksanakannya sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai seorang
supervisor.
Yang kedua adalah kepala sekolah dapat melakukan supervisi
dengan cara simulasi pembelajaran. Simulasi pembelajaran merupakan
teknik supervise yang berbentuk demonstrasi pembelajaran, sehingga guru
dapat menganalisa penampilan ayang daiamatinya sebagai introspeksi diri,
walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik. Kegiatan
ini dilakukan oleh Kepala sekolah secara terprogam, misalnya satu bulan
sekali mengajar di kelas tertentu untuk mengadakan simulasi pembelajaran.
Yang ketiga kepala sekolah mengadakan diskusi kelompok yang
dilakukan bersama-sama dengan guru-guru dan bisa juga melibatkan tenaga
administrasi untuk memecahkan berbagai macam persoalan yang ada di
sekolah guna mencapai suatu keputusan. Peran kepala sekolah untuk
menghadapi persolan yang ada di sekolah adalah salah satunya membantu
guru yang mengalami kesulitan dalam menangani siswanya yang bandel dan
nakal, maka secara bersama-sama mencari solusi pemecahannya agar tidak
mengganggu prestasi kinerja guru tersebut. Dalam hal ini peran guru
bimbingan konseling sangat dibutuhkan untuk memberikan solusi
pemecahan yang ada pada siswanya.
5. Kepala Sekolah sebagai Leader
Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala
sekolah dapat menerapkan gaya kepemimpinannaya secara tepat dan
71
fleksibel. Kepala sekolah SMP Negeri 3 Salatiga memiliki kepribadian yang
sudah baik, yaitu salah satunya adalah sikap bijaksana. Hal ini ditunjukkan
dalam kegiatan sehari-hari beliau selama berhubungan dengan warga
sekolah. Beliau selalu terbuka dan ramah pada semua warga sekolah. Peran
kepala sekolah sering memberikan contoh atau suri tauladan yang baik.
Selain itu beliau juga memiliki rasa percaya diri dalam menentukan
keberhasilan sekolah. Dalam rasa percaya dirinya beliau juga memiliki
tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Sikap tanggung jawab
inilah yang akan menunjukkan bahwa kepala sekolah mampu menjadi
seorang pemimpin yang benar-benar profesional.
Kepala sekolah SMP Negeri 3 Salatiga dalam mengambil setiap
keputusan selalu mengadakan musyawarah bersama guna mencapai tujuan
ataupun kepentingan bersama. Keputusan yang diambil inilah yang akan
menentukan kebijakan sekolah dan mempengaruhi mutu sekolahnya. Kepala
sekolah SMP Negeri 3 Salatiga juga selalu terbuka untuk menerima kritikan
dan saran yang ditujukan kepada beliau.
Kepala sekolah sangat mengharapkan saran dan kritikan dari warga
sekolah untuk beliau”. Karena dengan saran dan kritikan itulah kinerja
beliau dapat dievalusi bagian mana dalam menjalankan kepemimpinanya
yang masih kurang. Selain itu saran dan kritikan yang membnagun akan
meningkatkan kegiatan pembelajaran yang dipimpin oleh kepala sekolah.
72
6. Kepala Sekolah sebagai Innovator
Kepala sekolah harus meimilki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, serta memberikan teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah utuk mengembangkan model-model
pembelajaran yang innovatif. Kepala sekolah mendorong kepada para guru
untuk mengembangkan visi dan misi sekolah dalam sebuah tindakan yang
nyata agar dapat mewujudkan tujuan dari sekolah. Dengan cara
menjalankan semua progam kegiatan yang telah di susun secarsa bersama-
bersama. Dalam mewujudkan peranya sebagai innovator kepala sekolah
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk
mengembangkan ilmunya maupun bakatnya.
Sebagai contohnya kepala sekolah memberikan narasumber dalam
kepada guru untuk melatih membuat Karya Tulis Ilmiah dan PTK.
Diharapkan dengan adanya pelatihan tersebut nantinya mereka dapat mahir
dalam hal tersebut. Hal ini dilakukan guna memberikan keahlian pada
pendidik untuk mengembangkan ilmunya. Kemudian kepala sekolah juga
menjalin komunikasi dengan peserta didik, tenaga pendidik, orang tua siswa
dan masyarakat luar demi tercapainya kesuksesan bersama.
7. Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para pendidik dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Kepala sekolah juga memberikan penghargaan kepada
73
guru yang berprestasi. Penghargaan yang diberikan kepala sekolah kepada
guru yang berprestasi merupakan progam yang dijalankan oleh kepala
sekolah SMP Negeri 3 Salatiga, hal ini dilakukan untuk memotivasi para
guru serta meningkatkan kinerja para guru yang nantinya juga akan
berdampak pada peningkatan mutu sekolah tersebut. Namun biasanya dalam
hal penghargaan yang berwujud nyata belum terealisasikan, hanya
penghargaan yang bersifat ucapan yang selalu diberikan oleh kepala sekolah
pemberian reward ataupun penghargaan itu diharapkan akan dapat
mendorong pendidik untuk lebih maju dan profesional dalam mengajar.
Kepala sekolah berusaha memenuhi semua kebutuhan tenaga
kependidikan dengan memperhatikan kondisi fisiknya. Misalnya jika
seorang guru itu mengalami kecacatan maka kepala sekolah harus
memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh guru tersebut. Tidak hanya itu
seorang pemimpin yang berperan sebagai motivator juga harus mampu
mengatur suasana kerja atau belajar seta memberikan keputusan kepada
warga sekolah, misalnya ada siswa atau pendidik yang melanggar aturan
sekolah beliau harus membeikan sanksi yang sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan.
B. Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa di SMP Negeri 3
Salatiga
Pembiasaan beragama dan berbudi pekerti yang luhur sangatlah
penting bagi perkembangan peradaban suatu bangsa disamping selain
kecerdasan berfikir. Maka pembiasaan beragama dan berudi pekerti harus
74
senantiasa diterapkan dengan baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
maupun lingkungan masyarakat. Sekolah merupakan lingkungan yang kedua
setelah lingkungan keluarga yang berperan dalam proses pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti. Dalam hal ini selain daripada guru peran
pemimpin dalam sekolah sangatlah penting untuk menerapkan pembiasaan
beragama dan berbudi pekerti dalam sekolah. Kepala sekolah SMP Negeri 3
Salatiga merupakan salah satu contoh pemimpin yang berhasil menerapkan
hal-hal tersebut.
Dalam hal ini kepala sekolah SMP Negeri 3 Salatiga telah melakukan
kegiatan-kegiatan pembiasaan beragama dan berbudi pekerti dilingkungan
sekolahnya. Kegiatan itu ada pembiasaan yang bersifat rutin, kegiatan
spontan, kegiatan terprogam, dan kegiatan keteladanan. Kegiatan-kegiatan
tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut:
1) Kegiatan yang Bersifat Rutin
Yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus untuk
membiasakan siswanya. Yang termasuk kegiatan rutin ini kepala sekolah
melakukan hal-hal diantaranya adalah berdo‟a sebelum memulai kegiatan
hal ini dilakukan untuk membiasakan peserta didik berdo‟a sebelum
memulai segala aktifitasnya, membaca asma‟ul husna setiap pagi hal ini
bertujuan membiasakan peserta didik untuk berdzikir dan mengingat
nama-nama Allah, Hormat bendera Merah Putih pada waktu upacara
pembinaan hari senin hal ini dilakukan untuk menanamkan jiwa
75
nasionalisme dan bangga sebagai siswa, sholat dhuhur berjama‟ah, sholat
jum‟at di sekolah, dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
2) Kegiatan yang Bersifat Spontan
Yaitu kegiatan yang dilakukan tanpa batasan waktu, tempat, dan ruang.
Hal ini bertujuan memberikan pendidikan secara spontan, terutama dalam
hal berbudi pekerti dan sikap terpuji lainnya. Kegiatan ini meliputi
membiasakan mengucap salam dan berjabat tangan kepada bapak atau ibu,
karyawan dan sesame siswa, membiasakan bersikap toleran dan sopan
kepada warga sekolah, membiasakan membuang sampah pada tempatnya,
membiasakan untuk menghargai pendapat orang lain, selalu menjaga
solidaritas antar teman, meminta izin ketika masuk ataupu keluar kelas,
dan selalu menolong teman yang sedang kesusahan.
3) Kegiatan Terprogam
Ialah kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap disesuaikan
dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditetapkan.
Membiasakan kegiatan ini artinya membiasakan seluruh warga sekolah
aktif dalam melaksanakan kegiatan sekolah sesuai dengan kemampuan dan
bidangnya masing-masing. Hal ini dilakukan dengan mengadakan kegiatan
class meeting, memperingati hari-hari besar Islam maupun nasional,
kegiatan kemah, mengikuti olimpiade dan lomba-lomba yang lainnya
untuk mengembangkan dan meningkatkankan prestasi, serta pelatihan-
pelatihan bagi guru.
76
4) Kegiatan Keteladanan
Kegiatan keteladanan yaitu kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-
hari yang dapat dijadikan contoh. Kepala sekolah SMP Negeri 3 Salatiga
memeberikan contoh dengan cara datang tepat pada watunya, berpakaian
rapi, besikap ramah dan bijaksana kepada semua warga sekolah.
Baik buruknya agama dan budi pekerti seorang anak tergantung
kepada tingkat kepercayaan terhadap agamanya. Sikap keagamaan
mencakup semua aspek yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang
yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan
sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah,
akhlak, dan muamalah.
Adapun komponen dari sikap beragama yaitu :
a. Hal yang berhubungan dengan gejala fikiran, seperti ide, kepercayaan
dan konsep
b. Hal yang berhubungan dengan gejala perasaan (emosional) seperti
senang, tidak senang dan setuju.
c. Merupakan kecenderungan untuk berbuat seperti memberi pertolongan,
menjauhkan diri, mengabdi, dan sebagainya ( Jalaluddin, 1996: 212).
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penlitian dan analisis data , maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Peran Kepala Sekolah dalam pembiasaan beragama dan berbudi pekerti
siswa di SMP Negeri 3 Salatiga yaitu sebagai educator, manager,
administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator yang mampu
membeikan dorongan kepada seluruh warga sekolah sehingga seluruh
komponen pendidikan dapat berkembang secara profesional.
2. Kegiatan-kegiatan pembiasaan beragama dan berbudi pekerti siswa
dilakukan dengan 4 kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat ruti, kegiatan yang
bersifat spontan, kegiatan yang bersifat terprogam dan kegiatan yang
bersifat keteladanan.
B. Saran
1. Kepada Kepala Sekolah
Hendaknya lebih meningkatkan kinerjanya dan lebih
memperhatikan kepribadiannya karena beliau merupakan contoh bagi para
bawahannya dan beliau juga diberi tanggung jawab yang besar untuk
memajukan sekolah yang dipimpinnya.
78
2. Kepada Guru
Agar para guru dapat meningkatkan keprofesionalannya sebagai
tenaga kependidikan, karena sangat berpengaruh terhadap peserta didiknya.
3. Kepada peserta didik
Diharapkan dapat membiasakan beragama dan berbudi pekerti yang
telah diajarkan dalam menjalakan kehidupan sehari-harinya.
4. Kepada Orang Tua Siswa
Agar dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan sekolah
dan dapat mengontrol kegiatan anak-anaknya.
79
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
________________ . 2005 . Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
________________ . 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Danim, Sudarwan. 2005. Menjadi Komunitas Pembelajar ( Kepemimpinan
Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran ). Jakarta: Bumi
Aksara.
______________. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Akademik.
Jakarta : PT Bumi Aksara
Depag RI.1971. Alqur‟an dan Terjemahannya. Yayasan Penyelenggara Penterjemah /
Penafsiran Al Qur‟an : Jakarta
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Indrafachrudi,H. R Soekarto. 2006 . Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif.BBogor:
Ghalia Indonesia
Jumbulati, Ali Al. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta
Milles, Mattew B dan Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku, Sumber
tentang Metode-metode Baru.Penterjemah Tjejep Rohidi. Jakarta: UI Press.
Cetakan Pertama.
Marzuki dkk. 2008. Model Pembentukan Kultur Akhlak Mulia Siswa SMP di Indonesia.
http://marzuki wafi wordpress.com diakses pada tanggal 22 Juni 2015
.
Mulyana, Dedi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya. Cetakan ke
empat.
80
Mulyasa. E . 2011. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Rosdakarya
_________. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi.H. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya
Mutu. Malang: UIN Maliki Press.
Muntholi‟ah. 2002. Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI. Semarang: Gunung Jati
Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nurkholis, M.M. 2003.Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo
Purwanto,M Ngalim. 2001. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sandjaya, B. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: Stain Press
Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktik Untuk Penelitian
Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University.
Suparno, Paul. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius
Suwardi Endraswara. 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa.Yogyakarta: PT
Hanindita Graha Widya
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekoah. Jakarta: PT Raja Grafindo
_____________. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
81
82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Handayani
TTL : Kab. Semarang, 30 November 1993
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Alm. Mulyanto
Nama Ibu : Kustini
Alamat : Karanglo Barukan RT 14 RW 02 Kec.Tengaran, Kab.
Semarang
Pendidikan : - Raudhatul Atfal Karanglo Barukan Lulus Tahun
2001
- SDN Barukan 01 Lulus Tahun 2006
- MTs N Salatiga Lulus Tahun 2008
- MAN Salatiga Lulus Tahun 2011
- IAIN Salatiga
83
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Bu Indri
Wawancara dengan Pak Danny
84
Gerbang Masuk SMP Negeri 3 Salatiga
Halaman sekolah dilihat dari samping
85
Penyerahan piala atas prestasi siswa
Mading sekolah
86
Kegiatan Sabtu Bersih
Kegiatan Pramuka
87
88
DAFTAR NILAI SKK
Nama : HANDAYANI Jurusan : PAI
NIM : 11111140 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
P.A. : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1 Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (OPAK)
oleh Dewan Mahasiswa (DEMA)
STAIN Salatiga
20-22 Agustus
2011
Peserta
3
2. Achievement Motivation Training
(AMT) oleh Ittaqo dan CEC
STAIN Salatiga
23 Agustus 2011
Peserta
2
3. Orientasi Dasar Keislaman
(ODK) oleh STAIN Salatiga
24 Agustus 2011
Peserta
2
4. Seminar Entrepreneurship dan
Koprasi oleh Kopma dan KSEI
STAIN Salatiga
25 Agustus 2011
Peserta
2
5. USER EDUCATION oleh UPT
PERPUSTAKAAN STAIN
20 September
2011
Peserta 2
89
6. Grand Opening Nisa‟
“Hypnotherapy” (Concentrate
Your Mind, Get Your
Achievement) oleh LDK Darul
Amal
22 September
2011
Peserta 2
7. Pelatihan Penggunaan Maktabah
Syamilah & Pengetikan Arab
Cepat (STAIN ARABY)
“Bahasa Arab Sebagai Penunjang
Perkuliahan Mahasiswa” oleh
ITTAQO STAIN Salatiga
17 Maret 2012
Peserta
2
8. Public Hearing
“Meningkatkan Kepekaan dan
Transparansi Kinerja Lembaga
Menuju Kampus yang Amanah”
oleh Senat Mahasiswa (SEMA)
STAIN Salatiga
27 Maret 2012
Peserta
2
9. Comparison Of English and
Arabic oleh CEC dan ITTAQO
STAIN Salatiga
13 April 2012
Peserta
2
90
10. Seminar Nasional
“Berpolitik untuk Kesejahteraan
Indonesia,Reorientasi Gerakan
Mahasiswa Pasca Reformasi”
oleh SEMA STAIN Salatiga
15 Mei 2012
Peserta
8
11. Seminar Regional
“Peran Mahasiswa dalam
Mengawal BLSM (BLT) Tepat
Sasaran” oleh DEMA STAIN
Salatiga
03 Mei 2012
Peserta
4
12. Akhirussanah Ma‟had STAIN
Salatiga 2012
07 Juni 2012 Panitia 3
13. Bimbingan Belajar Menghadapi
UAS SIBA Bahasa Inggris dan
Bahasa Arab oleh CEC &
ITTAQO
29 Juni 2012 Peserta 2
14. Program Ma‟had Mahasiswa
selama 1 tahun.
07 Juli 2012
Peserta
2
15. English Course Program 10 Juli- 09
Agustus 2012
Peserta 2
16. Egypt Course &Camp “Holiday
Program”
08 Agustus 2012
Peserta
2
91
17. Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega ke-22 (PLCPP
XXII) oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
12-15 Oktober
2012
Peserta
2
18. Gladi Wira Brigsus Ke-19 (GWB
XIX) Brigade Khusus Naga
Sandhi STAIN Salatiga
30 November –
03 Desember
2012
Peserta
2
19. Seminar Nasional
“Kepemimpinan dan Masa Depan
Bangsa” oleh HMI Cabang
Salatiga
23 Februari 2013 Peserta
8
20. Seminar Nasional
” HIV/AIDS Bukan Kutukan dari
Tuhan” oleh DEMA STAIN
Salatiga
13 Maret 2013 Peserta
8
21. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
(PKTI) “Karya Ilmiah Sebagai
Wujud Pelaksanaan Tridarma
Perguruan Tinggi” oleh HMJ
Tarbiyah
16 Maret 2013 Peserta
2
92
22. Seminar Nasional
“Ahlussunnah Waljama‟ah dalam
Prespektif Islam Indonesia” oleh
DEMA STAIN Salatiga
26 Maret 2013 Peserta
8
23. Seminar Nasional dan Dialog
Publik “Minimnya Pasokan
Energi dalam Negeri, Pembatasan
Subsidi BBM dan Peran
Masyarakat dalam Penghematan
Energi oleh HMJ Tarbiyah dan
Syari‟ah STAIN Salatiga
20 April 2013 Peserta
8
24. Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP) ke-23
oleh Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
20-23 September
2013
Panitia
3
25. Temu Pramuka Penggalang
Penegak 2 (TPPP) 2 oleh Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
STAIN Salatiga
05-06 Oktober
2013
Panitia
2
26. Pembrivetan dan Pelantikan
Brigade Khusus Racana Kusuma
Dilaga Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
30 November –
01 Desember
2013
Peserta
2
93
27. SK Tentang Penetapan Nomor
Registrasi Brigsus oleh Brigade
Khusus Racana Kusuma Dilaga
Woro Srikandhi
04 Desember
2013
Panter
171194.20.39
4
4
28. SK Pengurus Racana Kususma
Dilaga Woro Srikandhi Masa
Bakti 2014
17 Februari 2014
Ke-RT-an
02.238
4
29. Ijazah Kursus Pembina Pramuka
Mahir Tingkat Dasar (KMD)
03- 08 Maret
2014
Peserta 2
30. Gladian pimpinan pandega (GPP)
Tahun 2014 “GPP Menumbuhkan
Pemimpin Muda yang
Berkarakter Menuju Pandega
Berkualitas” oleh Racana Kusuma
Dilaga Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
29-30 maret 2014 Peserta
2
31. SK Panitia Gladian Pimpinan
Pandega GPP Racana Kusuma
Dilaga Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
05 April 2014
Sie.
Bendahara
4
94
32. Latihan Gabungan (LATGAB)
Perguruan Tinggi 8 Brigsus Nogo
Sosro Sabuk Inten Racana STAIN
Kudus danBrigsus Naga Sandhi
Racana STAIN Salatiga serta
Racana Se-Jawa
4-6 Mei 2013 Peserta
2
33. Praktikum Baca Tulis Al-qur‟an
(BTQ)
22 Juli 2014
Peserta
2
34. Latihan Gabungan LATGAB ke-9
Brigade Khusus Naga Sandhi
STAIN Salatiga dan Brigade
Khusus Nogo Sosro Sabuk Inten
STAIN Kudus bersama Racana
Perguruan Tinggi Se-jawa
26-28 Agustus
2014
Panitia
3
35. Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP) ke-24
oleh Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
26-29 September
2014
Panitia
3
36. Seminar Nasional
“Peran Mahasiswa dalam
Mengawal Masa Depan Indonesia
Pasca Pilpres 2014” oleh DEMA
STAIN Salatiga
29 September
2014
Peserta
8
95
96
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI
SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA
A. Peran Kepala Sekolah sebagai Edukator
1. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan ?
2. Progam apa yang diberikan kepada guru untuk memberikan pemahaman
mendalam kepada siswanya ?
3. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam evaluasi siswa ?
B. Peran Kepala sebagai Manager
1. Apakah kepala sekolah selalu mendorong kepada setiap guru untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan ?
2. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi persoalan di
sekolah ?
3. Apa progam kepala sekolah untuk meningkatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekolah ?
C. Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator
1. Bagaimana kepala sekolah dalam mengelola administrasi sekolahnya?
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
1. Bagaimana kepala sekolah melakukan pengawasan dalam proses
pembelajaran?
97
2. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor dalam
meningkatkan kegiatan pembelajaran ?
E. Kepala Sekolah sebagai Leader
1. Bagaimana kepribadian yang dicerminkan oleh kepala sekolah ?
2. Bagaimana kepala sekolah dalam mengambil setiap keputusan
3. Apakah kepala sekolah menerima masukan dan kritikan yang ditujukan
kepadanya ?
4. Bagaimana kepala sekolah dalam mengembangkan visi dan misi sekolah ?
F. Kepala sekolah sebagai Innovator
1. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan perannya
sebagai innovator ?
98
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI
SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA
Nama Narasumber : Teguh Sugiyarto, S.Pd
Tanggal : 4 Agustus 2015 ( 09.30 )
A. Peran Kepala Sekolah sebagai Edukator
1. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan ?
Jawab : Beliau melakuakan pembinaan setiap hari senin dalam upacara
bendera yang bersifat umum.
2. Progam apa yang diberikan kepada guru untuk memberikan pemahaman
mendalam kepada siswanya ?
Jawab : Progam yang diberikan ialah menyusun RPP beserta silabus
untuk dilakukan pengecekan.
3. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam evaluasi siswa ?
Jawab : Dalam hal evaluasi guru melakukan ulangan untuk mendapatkan
nilai harian dari para siswa.
B. Peran Kepala sebagai Manager
1. Apakah kepala sekolah selalu mendorong kepada setiap guru untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan ?
99
Jawab : Ya, beliau selalu mengajak para guru untuk senantisa
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang telah diadakan.
2. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi persoalan di
sekolah ?
Jawab : Beliau dalam menghadapi masalah yang ada di sekolah selalu
mengajak musyawarah dengan dewan guru ataupun teanaga
pendidik lainnya.
3. Apa progam kepala sekolah untuk meningkatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekolah ?
Jawab : Melakukan bantuan proposal kepada pemerintah untuk
pengadaan alat- alat pembelajaran yang menunjang proses
pembelajaran.
C. Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator
1. Bagaimana kepala sekolah dalam mengelola administrasi sekolahnya?
Jawab : Bekerjasama dengan bagian tata usaha yang setiap tahun ajaran
baru.
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
1. Bagaimana kepala sekolah melakukan pengawasan dalam proses
pembelajaran?
Jawab : Melakukan pemantauan melalui CCTV , melalui pembinaan
baik langsung ataupun tidak.
2. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor dalam
meningkatkan kegiatan pembelajaran ?
100
Jawab : Senantiasa bersosialisasi kepada para guru untuk melakukan
pengawasan.
E. Kepala Sekolah sebagai Leader
1. Bagaimana kepribadian yang dicerminkan oleh kepala sekolah ?
Jawab : Kepribadian yang dimikliki kepala sekolah sudah
mencerminkan sifat seorang pemimpin,
2. Bagaimana kepala sekolah dalam mengambil setiap keputusan?
Jawab : Dalam mengambil keputusan beliau selalu melakukan
musyawarah bersama untuk mencapai kesepakatan bersama
3. Apakah kepala sekolah menerima masukan dan kritikan yang ditujukan
kepadanya ?
Jawab : ya, beliau bahkan menminta agar diberi saran dan kritik yang
berkaitan dengan kepemimpinannya
4. Bagaimana kepala sekolah dalam mengembangkan visi dan misi sekolah ?
Jawab : Senantiasa melakuakan sosialisasi kepada para warga sekolah
dan masyarakat
F. Kepala sekolah sebagai Innovator
1. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan perannya
sebagai innovator ?
Jawab : Selalu menghimbau kepada setiap guru agar mengembangkan
kretifitasnya tanpa batasan.
101
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DALAM PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI
SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA
Nama Narasumber : Drs. Giyono
Tanggal : 4 Agustus 2015 ( 11.15 )
A. Peran Kepala Sekolah sebagai Edukator
1. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan ?
Jawab : Melakukan pemantuan pada saat jam kerja, missal dengan
memantau absensi siswa maupun guru dan tenaga kependidikan
lainnya.
2. Progam apa yang diberikan kepada guru untuk memberikan pemahaman
mendalam kepada siswanya ?
Jawab : Guru diberikan progam IT agar mampu mengoperasikan
tekhnologi sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
3. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam evaluasi siswa ?
Jawab : Mengadakan rapat bersama para dewan guru BK tentang apa
saja yang telah dilanggar oleh para siswa.
B. Peran Kepala sebagai Manager
1. Apakah kepala sekolah selalu mendorong kepada setiap guru untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan ?
102
Jawab : Ya selalu mendorong kepada setiap guru dalam acara yang
diadakan di sekolah.
2. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi persoalan di
sekolah ?
Jawab : Mengajak sharing dengan melibatkan semua warga sekolah
yang ada.
3. Apa progam kepala sekolah untuk meningkatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekolah ?
Jawab : Melakuakan pendekatan dengan instansi terkait guna
memperoleh bantuan alat-alat yang dibutuhkan di sekolah.
C. Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator
1. Bagaimana kepala sekolah dalam mengelola administrasi sekolahnya?
Jawab : Dalam hal administrasi beliau melibatkan bagian tata usaha
yang mana setiap harinya mengurus semua administrasi sekolah.
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
1. Bagaimana kepala sekolah melakukan pengawasan dalam proses
pembelajaran?
Jawab : Melakuakan pengawasan kepada ssetiap guru untuk mengetahui
sekurang dari pada guru saat mengajar guna memperoleh solusi
pemecahannya
2. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor dalam
meningkatkan kegiatan pembelajaran ?
103
Jawab : Melakukan pembinaan baik secara fisik maupun mental agar
guru tidak mudah menyerah dan putus asa
E. Kepala Sekolah sebagai Leader
1. Bagaimana kepribadian yang dicerminkan oleh kepala sekolah ?
Jawab : Kepribadian yang dimiliki kepala sekolah secara ideal sudah
masuk dalam criteria seorang pemimpin.
2. Bagaimana kepala sekolah dalam mengambil setiap keputusan?
Jawab : Dalam mengambil keputusan beliau selalu melakukan
musyawarah
3. Apakah kepala sekolah menerima masukan dan kritikan yang ditujukan
kepadanya ?
Jawab : ya, beliau menerima namun dalam hal prinsip beliau tidak
4. Bagaimana kepala sekolah dalam mengembangkan visi dan misi sekolah ?
Jawab : Berusaha menerapkan apa yang ada dalam visi dan misi
sekolah dalam menjalankan tugasnya
F. Kepala sekolah sebagai Innovator
1. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan perannya
sebagai innovator ?
Jawab : Memberikan kebebasan kepada setiap guru dan mengaruskan
agar para guru memiliki karya tulis ilmiah
104
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI
SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA
Nama Narasumber : Indriyati Triningsih, S.E
Tanggal : 5 Agustus 2015 ( 11.00 )
A. Peran Kepala Sekolah sebagai Edukator
1. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan ?
Jawab : Berangkat ke sekolah tepat pada waktunya agar tercipta
kedisplinan
2. Progam apa yang diberikan kepada guru untuk memberikan pemahaman
mendalam kepada siswanya ?
Jawab : Progam yang diberikan agar para siswa memahami
pembelajaran adalah guru diwajibkan menggunakan metode
yang menarik dan bervariasi
3. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam evaluasi siswa ?
Jawab : Evalusi dilakukan dengan beberapa tahapan melalui ulangan
harian , test tengah semester dan ulangan akhir semester maupun
UKK.
105
B. Peran Kepala sebagai Manager
1. Apakahkepala sekolah selalu mendorong kepada setiap guru untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan ?
Jawab : Ya, selalu mengajak para guru dan tenaga pendidik lainnya
unuk ikut berperan aktif dalam kegiatan yang ada.
2. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi persoalan di
sekolah ?
Jawab : Mengadakan rapat dengan memperhatikan asas- asas dalam
bermusyawarah
3. Apa progam kepala sekolah untuk meningkatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekolah ?
Jawab : Menjalin hubungan yang erat dengan melibatkan pihak-pihak
yang terkait dalam meningkatkan sarana dan prasarana yang ada
C. Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator
1. Bagaimana kepala sekolah dalam mengelola administrasi sekolahnya ?
Jawab : Bekerjasama dengan bagian – bagian yang mengurus
administrasi sekolah
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
1. Bagaimana kepala sekolah melakukan pengawasan dalam proses
pembelajaran?
Jawab : beliau melakukan pengontrolan dengan melakukan supervisi
2. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor dalam
meningkatkan kegiatan pembelajaran ?
106
Jawab : Melakukan metode demonstrasi
E. Kepala Sekolah sebagai Leader
1. Bagaimana kepribadian yang dicerminkan oleh kepala sekolah ?
Jawab : Kepribadian beliau selalu senyum, rendah hati, ramah serta
bijaksana.
2. Bagaimana kepala sekolah dalam mengambil setiap keputusan?
Jawab : Dalam mengambil keputusan beliau selalu melakukan diskusi
dan rapat bersama dewan pendidik maupun karyawan yang lain.
3. Apakah kepala sekolah menerima masukan dan kritikan yang ditujukan
kepadanya ?
Jawab : ya, beliau bahkan menminta agar diberi saran dan kritik yang
berkaitan dengan kepemimpinannya
4. Bagaimana kepala sekolah dalam mengembangkan visi dan misi sekolah ?
Jawab : Senantiasa melakuakan sosialisasi kepada para warga sekolah
dan masyarakat
F. Kepala sekolah sebagai Innovator
1. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan perannya
sebagai innovator ?
Jawab : Selalu menghimbau kepada setiap guru agar mengembangkan
kretifitasnya tanpa batasan.
107
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI
SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA
Nama Narasumber : Dani Pranindyo, S.Pd.
Tanggal : 4 Agustus 2015 ( 13.30 )
A. Peran Kepala Sekolah sebagai Edukator
1. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan ?
Jawab : Mematuhi jam kerja yang telah ditetapkan tidak mengurangi
ataupun menambah.
2. Progam apa yang diberikan kepada guru untuk memberikan pemahaman
mendalam kepada siswanya ?
Jawab : Memberikan fasilitas yang berupa teknik multimedia agar yang
sesuai dunia perkambangannya
3. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam evaluasi siswa ?
Jawab : Dalam hal evaluasi guru mendapatkan supervise
B. Peran Kepala sebagai Manager
1. Apakah kepala sekolah selalu mendorong kepada setiap guru untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan ?
Jawab : Ya, beliau selalu mengajak para guru untuk senantisa
108
berpartisipasi dengan melibatkan penyusunan panitia dari para
siswa maupun guru
2. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi persoalan di
sekolah ?
Jawab : Beliau dalam menghadapi masalah yang ada di sekolah selalu
mengajak musyawarah
3. Apa progam kepala sekolah untuk meningkatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekolah ?
Jawab : Melakukan bantuan proposal kepada pemerintah untuk
pengadaan dan melewati swadaya.
C. Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator
1. Bagaimana kepala sekolah dalam mengelola administrasi sekolahnya ?
Jawab : dalam mengelola administrasinya beliau melakukan sendiri dan
bekerjasama dengan bagian administrasi
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
1. Bagaimana kepala sekolah melakukan pengawasan dalam proses
pembelajaran?
Jawab : beliau melakukan pengawasan dan pengontrolan melalui tim
evaluasi yang tealh dibentuk
2. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor dalam
meningkatkan kegiatan pembelajaran ?
Jawab : turun langsung dengan mengontrol kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru
109
E. Kepala Sekolah sebagai Leader
1. Bagaimana kepribadian yang dicerminkan oleh kepala sekolah?
Jawab : kepala sekolah sudah mencerminkan sifat seorang pemimpin,
yaitu bertanggung jawab, terbuka adil
2. Bagaimana kepala sekolah dalam mengambil setiap keputusan?
Jawab : Dalam mengambil keputusan beliau selalu melakukan
musyawarah
3. Apakah kepala sekolah menerima masukan dan kritikan yang ditujukan
kepadanya ?
Jawab : ya, menerima dengan hati terbuka dan bahkan menegharapkan
4. Bagaimana kepala sekolah dalam mengembangkan visi dan misi sekolah ?
Jawab : Memberikan contoh yang berkaitan dengan visi dan misi
sekolah
F. Kepala sekolah sebagai Innovator
1. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan perannya
sebagai innovator ?
Jawab : Selalu menghimbau kepada setiap guru agar tetap
berkreasi dan maju
110
INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
PEMBIASAAN BERAGAMA DAN BERBUDI PEKERTI
SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA
Nama Narasumber : Munzamil
Tanggal : 6 Agustus 2015 ( 09.15 )
A. Peran Kepala Sekolah sebagai Edukator
1. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan ?
Jawab : Membiasakan dating ke sekolah sesuai yang telah ditetapkan,
berpakaian rapi.
2. Progam apa yang diberikan kepada guru untuk memberikan pemahaman
mendalam kepada siswanya ?
Jawab : Memberikan fasilitas yang menunjang kegiatan pembelajaran
3. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam evaluasi siswa ?
Jawab : Dalam hal evaluasi menggunakan nilai harian yang didapat dari
tugas dan lembar portopolio.
B. Peran Kepala sebagai Manager
1. Apakah kepala sekolah selalu mendorong kepada setiap guru untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan ?
Jawab : Ya, beliau selalu mendorong para guru
111
2. Apa yang dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi persoalan di
sekolah ?
Jawab : mengajak musyawarah dan diskusi bersama
3. Apa progam kepala sekolah untuk meningkatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekolah ?
Jawab : Melakukan mitra dengan orang tua wali murid dan komite
sekolah.
C. Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator
1. Bagaimana kepala sekolah dalam mengelola administrasi sekolahnya ?
Jawab : Membantu administrasi dalam hal kelengkapan absen dan data-
data
D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
1. Bagaimana kepala sekolah melakukan pengawasan dalam proses
pembelajaran?
Jawab : Memantau melaui tindakan langsung melalui teguran dan
pembinaaan
2. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor dalam
meningkatkan kegiatan pembelajaran ?
Jawab : turun langsung dengan mengontrol kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru
E. Kepala Sekolah sebagai Leader
1. Bagaimana kepribadian yang dicerminkan oleh kepala sekolah ?
112
Jawab : Dapat memberikan contoh yang baik bagi warga sekolahnya
beliau sangat tebuka dan menghormati bawahannya
2. Bagaimana kepala sekolah dalam mengambil setiap keputusan?
Jawab : Dalam mengambil keputusan beliau selalu melakukan
musyawarah
3. Apakah kepala sekolah menerima masukan dan kritikan yang ditujukan
kepadanya ?
Jawab : ya, menerima
4. Bagaimana kepala sekolah dalam mengembangkan visi dan misi sekolah ?
Jawab : Menumbuhkan sikap dan karakter yang ada didalam tujuan
sekolah
F. Kepala sekolah sebagai Innovator
1. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan perannya
sebagai innovator ?
Jawab : Tidak menghalangi siapapun yang akan maju meningkatkan
prestasinya demi kemajuan sekolah
113
Nama : Suyudi
Jabatan : Kepala Sekolah
Apa saja kegiatan yang bapak lakukan untuk pembiasaan beragama dan berbudi
pekerti siswa?
Jawab : Dalam hal pembiasaan saya banyak menerapkan kegiatan-kegiatan
yang bersifat rutin maupun bulanan yang harus dijalankan. Diantaranya
adalah memperingati hari-hari nasional maupun membiasakan untuk
bertegur sapa kepada warga sekolah. Selain iu saya juga memberikan
contoh yang baik kepada setiap warga sekolah.
114
.
115
116
117
118