BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi
asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang semua gigi
geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat
mempengaruhi keadaan psikis. Tujuan pembuatan GTL adalah :
a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan
edentulous.
Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geligi, maka prosessus alveolaris akan mengalami
penyusutan yang disebut residual ridge. Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu,
tetapi ada yang sampai berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan ( atropi
processus )
Alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan
turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Selama
berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga dengan
tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula
menjadi protusif dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari GTL ?
2. Apa fungsi dari GTL ?
3. Jelaskanlah indikasi dan kontraindikasi dari GTL?
4. Apakah yang perlu dipersiapkan sebelum pembuatan Gigi Tiruan Penuh?
5. Bagaimana retensi dan stabilisasi dari GTL ?
6. Bagaimana prosedur mencetak dari GTL ?
1
7. Bagaimana prosedur penentuan gigitan?
8. Bagaimana penentuan dan pemilihan gigi?
9. Jelaskan prosedur pembuatan gigi tiruan penuh?
10. Bagaimana Prosedur Try-In Gigi Tiruan Penuh?
11. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Gigi Tiruan Lengkap?
12. Bagaimana cara Reparasi Gigi Tiruan Penuh jika terdapat masalah?
13. Apa saja instruksi yang diberikan kepada psien GTL?
14. Jelaskan denture stomatis akibat pemakaian GTL?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menerangkan bagaimana pembuatan gigi
tiruan lengkap yang baik serta - masalah yang dihadapai pada pasien yang memakai gigi tiruan
penuh.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi tiruan
penuh pada umumnya.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana membuat gigitiruan
penuh yang baik.
3. Memberikan gambaran masalah-masalah yang sering terjadi pada pemaikaian
gigitiruan penuh dan bagaimana caramengatsi masalah tersebut.
15.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Gigi Tiruan Lengkap
Gigi Tiruan Lengkap adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan seluruh gigi pada
rahang atas dan bawah (edontolus) serta jaringan pendukung atau mukosa serta memperbaiki
system stomatogonatik.
Gigi tiruan lengkap merupakan pengganti gigitiruan asli yang sudah hilang dan hilangnya
jaringan lunak dan tulang, yang dibuat untuk merestorasi fungsi yang tidak seimbang dan hilang
serta untuk penampilan. Pembuatan gigitiruan penuh mencakup prosedur klinis dan labor,
dimana penghitungan cermat merupakan hal sangat penting untuk mencapai keberhasilan pada
pembuangan gigitiruan. Keberhasilan juga sangat dipengaruhi oleh profil psikososial pasien.
2.2 Fungsi Gigi Tiruan lengkap
1. Memperbaiki fungsi bicara
2. Memperbaiki fungsi pengunyahan
3. Memperbaiki estetis
4. Memperbaiki fungsi stomatognatik
5. Mempertahankan jaringan pendukung
2.3 Indikasi dan kontra indikasi GTL
Indikasi pembuatan GTL
1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang
masih ada tidakmungkin diperbaiki.
3
3. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
4. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
5. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan diperoleh.
Kontra indikasi pembuatan GTL
1. Tidak ada perawatan alternatif
2. Pasien belum siap secara fisik dan mental,
3. Pasien alergi terhadap material gigi tiruan penuh
4. Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang
Persiapan Sebelum Pembuatan Gigitiruan Penuh
Sebelum melakukan prosedur pembuatan gigi tiruan maka diperlukan persiapan dalam
mulut (mouth preparation) yang dapat berakibat patologis terhadap jaringan karena
penggunaan gigitiruan. Sehingga diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu dan melakukan
perawatan yang terdiri atas dua hal yang mempengaruhi keadaan rongga mulut yaitu terkait
mukosa oral dan tulang.
Keadaan yang mempengaruhi mukosa oral
a. Denture stomatitis
b. Palatal infl ammatory papillary hyperplasia
c. Angular stomatitis (angular cheilitis)
d. Shallow sulci
e. Denture-induced hyperplasia
f. Prominent frena.
Keadaan yang mempengaruhi tulang
a. Patologis tulang
b. Tulang yang tajam dan tidak teratur
c. Undercut ridge
d. Prominent maxillary tuberosities
4
Retensi dan Stabilitas Gigitiruan Penuh
RETENSI
Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigitiruan terhadap
daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Gaya-gaya fisik yang
berhubungan dengan retensi GTL adalah :
o Tekanan Permukaan
o Gaya-gaya dalam Cairan
o Tekanan Atmosfer
Retensi terutama dipengaruhi oleh tiga factor dalam desain gigi tiruan :
1. Ketepatan kontak antar basis gigi tiruan dan mukosa mulut
2. Perluasan basis gigi tiruan
3. Pengap perifer (peripheral seal)
Stabilisasi pada gigi tiruan lengkap merupakan kekuatan menahan darisuatu gigi tiruan
terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi(adanya tekanan fungsional).
Prosedur Mencetak Anatomis dan Fisiologis
Cetak Anatomis
Prosedur mencetak:
Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
Instruksi pada pasien
Persiapan pasien seperti preparasi dan profilaksis, control saliva, dan control pasien
hipersensitif
Posisi pasien dan operator untuk rahang atas operator berada di belakang kanan pasien,
kepala pasien setinggi dada operator, mulut pasien setinggi siku operator, dan kalau
rahang bawah operator berada sebelah kanan depan pasien, mulut pasien setinggi antara
bahu dan siku operator
Try in sendok cetak ke mulut pasien
Aduk bahan cetak dengan perbandingan 1 : 2 hingga homogen (halus dan mengkilat)
Masukkan bahan ke sendok cetak
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien
Mengisi daerah undercut
5
Sentering
Mengangkat bibir atas atau menurunkan bibir bawah
Menekan sendok cetak, ditekan bagian tengah palatum supaya bahan mengalir secara
merata kemudian baru tekan bagian posterior dan anterior
Melepas sendok cetak dari rahang
Mengeluarkan sendok cetak dari dalam mulut
Pengecoran dengan dental stone (gips tipe III)
Cetak Fisiologis
Membuat sendok cetak buatan/individuil
Border molding/muscle trimming
Membuat lubang pada sendok cetak
Boxing dan Beading
Prosedur Penentuan Gigitan (Record Block)
Pembuatan oklusi jika oklusi tidak ada
Dengan basis dan galangan gigit pada rahang atas dan rahang bawah:
1. Tentukan DV istirahat
2. Dapatkan DV oklusal
3. Tentukan relasi sentris
4. Fixasi galangan gigit rahang atas dan bawah
Pemilihan dan Penyusunan Gigi Artifisial
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan gigi:
Penyusunan gigi anterior : inklinasi,tonjol gigi,dan sebaginya
Penyusunan gigi posterior didasarkan oleh berbagai kurva antara lain:
Kurva spee
Obliq
Kurva manson
6
Pemasangan gigi anterior:
• axisnya bersudut 85° kea rah distal dengan bidang oklusal
• inklinasi terlihat garis lurus dengan garis yang ditarik dqari servik ke
insisall
• bagian 1/3 permukaan labial agak depresi
• axisnya bersudut 80 terhadap mid line
• incisalnya berjarak 1-2 mm dari bite rim RB
• permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim
• axisnya tegak lurus/ hampir sejajar dengan garis median
• incisalnya menyentuh bite RB
• bagian 1/3 labioservikal lebih ke labial
• bagian insisal lebih ke labial dan bagian sevik lebih ke lingual
• axisnya membenyuk sudut 85 derajat dengan bidang oklusal
• perhatikan overjet dan overbite
• axisnya sedikit miring ke mesial dengan permukaan labial tegak lurus
bidang insisal membentuk sudut 85derajat
• bagian servikal dan labial nya lurus terhadap bidang oklusal
Tepi insisal sama jaraknya 1-2mm diatas bisang oklusi
• axisnya miring , tepi distal tegak lurusdengan bidang oklusal
• bagian servikal permukaan labial lebih ke labial
• letak tonjolnya diatas bidang oklusal
Pemasangan gigi posterior, didahului dengan pemasangan gigi rahang atas kemudian
pemasangan rahang bawah:
7
• axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal
• tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal
menggantung 1 mm
• axis tegak lurus bite rim RB
• kedua tonjol menyentuh bite rim RB
• sumbu gigi condong ke distal
• tonjol mesiopalatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya menggantung
• axis lebih miring daripada
• semua tonjol menggantung
Gigi posterior RB yang harus dipasang pertama adalah gigi
• tonjol mesiopalatinal tepat pada fossa sentral
• relasi terhadap neutrooklusi
(Klas I Angle)
• axisnya tegak lurus bite rim
• letaknya di antara dengan tonjol bukal terletak di fossa sentral
antara P1 dan Caninus RA
• axisnya tegak lurus bite rim
• letaknya di antara dengan tonjol bukal terletak di fossa sentral antara
P1 dan P2 RA
• axisnya tegak lurus bite rim
• tonjol mesiobukal berada di antara tonjol mesiodistal dan
tonjol mesio-bukal
8
Prosedur Pembuatan Gigi tiruan Penuh
KUNJUNGAN I
a. Anamnesa dan pemeriksaan obyektif
b. Membuat cetakan studi model
• Sendok cetak : stock tray
• Bahan cetak : elastic impression (alginat)
• Metode mencetak : mucostatic
c. Membuat studi model
KUNJUNGAN II
a. Membuat dan mencoba sendok individual
• Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment
• Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
• Cara membuat :
Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base plate, dengan
batas 2 mm lebih pendek dari batas GTP, agar tersedia ruang yang cukup untuk
memanipulasi bahan pembentuk tepi (border material). Sellac dilunakkan dengan cara
memanaskan di atas lampu spiritus lalu ditekan diatas study model. Sellac dipotong sesuai
batas-batas yang telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan menggunakan
gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan kaninus kanan dan kiri dibuat stop
vertikal dari wax sebagai batas penekanan saat mencetak sedangkan untuk rahang atas
ditambah dengan pembuatan postdam area yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak
agar tidak mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat lubang-lubang pada sendok cetak
untuk mengurangi tekanan pada waktu mencetak. Lubang dibuat dengan mengunakan bur
bulat no 8 dengan jarak masing-masing lebih dari 5 mm.
b. Membuat cetakan model kerja
• Sendok cetak : Sendok cetak individual
• Bahan cetak : Elastomer (Exaflec)
• Metode mencetak : mucodynamic
• Cara mencetak:
9
Rahang Atas
Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operatordisamping kanan belakang.
Pasien mengucapkan “ah” untuk mencetak vibrating line.
Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis,frenulum labialis superior.
Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
Cetakan dilepas dan dicuci
Rahang Bawah
Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operatordisamping kanan depan.
Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulumlingualis.
Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis,frenulum labialis inferior.
Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
Cetakan dilepas, dan dicuci
c. Membuat base plate
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.
Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga dibuatpostdam.
Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dariwax yang kemudian diganti
dengan akrilik. Base plate yang diperolehdihaluskan dan di atasnya dibuat bite rim dari
wax.
Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik,posterior seal dibatasi
oleh 2/3 bagian trigonum retromolar dan media/linguadibatasi oleh linea mylohyoidea.
Sedangkan untuk rahang atas adalah:peripheral seal dibatasi fornik dan posterior seal
dibatasi vibrating line danhamular notch.
KUNJUNGAN III
Tahap Klinis
a. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan.
Retensi adalah dayatahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan stabilisasi
adalahdaya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi pengunyahanberlangsung.
10
Retensi dapat di amati dengan memberikan tekanan padasalah satu sisi gigi tiruan (jika gigi
tiruan terungkit, maka gigi tiruantersebut tidak retentif) atau dengan memberikan usaha
pelepasan (gigitiruan yang retentif adalah gigi tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi
dapatdiamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah dan mengucapkan ‘ah’.Gigi tiruan
yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah tempatketika difungsikan.
Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi / kohesi saliva.Kesesuaian
letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alatterjatuh ketika otot
digerakkan, berarti terdapat over extension plat. Solusikeadaan ini adalah dengan
mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal padaunder extension plat, maka kohesi dan adhesi
saliva berkurang, dan alatmenjadi tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat
platyang baru.
b. Penentuan profil pasien. Profil pasien disesuaikan dengan ras pasientersebut. Dalam kasus
ini, pasien termasuk ras mongoloid yang memilikiciri khas profil cembung. Kecembungan
profil dibuat dengan tonus ototlabial sebagai parameternya. Profil yang ideal, terbentuk jika
otot bibirdalam keadaan isotonus. Apabila bibir tampak hipertonus, maka bagiananterior
bite rim terlalu cembung sehingga harus dikurangi. Sebaliknya,jika bibir tampak hipotonus,
maka bite rim kurang cembung sehinggaperlu ditambah dengan malam merah.
c. Pencatatan Maxillo-mandibular relationship (MMR), caranya:
Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran oklusaldiusahakan sejajar
dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik dibawah ini :
4 mm dari meatus acusticus externus
telinga kanan dan kiri
spina nasalis anterior
Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dandiisolasi. Selanjutnya
record blok dipasang dengan posisi bite rim RA danRB harus tertutup secara sempurna
(tidak boleh ada celah dan merupakansuatu garis lurus).
Kemudian dicari dimensi vertical (inter occlusal distance),didapatkan dengan cara
mengukur jarak pupil dengan sudut mulut samadengan jarak hidung sampai dagu (PM =
HD). Pada keadaan rest posisiPM = HD.
Pengecekkan dimensi vertikal dapat dilakukan denganmengucapkan huruf M. Huruf
M terdengar jelas jika dimensi vertikalcukup. Free way space dicek dengan pengucapan
11
huruf S (huruf Sterdengar mendesis). Jika free way space kurang, maka huruf S
sulitterucap, demikian halnya jika free way space berlebihan (terasa semburansaliva ketika
pengucapan huruf S).
Bite rim rahang atas dibuat sejajar dengan garis chamfer (garisyang berjalan dari ala
nasi sampai titik tertinggi dari porus acusticusexternus) untuk bagian posterior dan sejajar
garis pupil untuk bagiananterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm dibawah garis bibir
atas/lower lip line (pada waktu posisi istirahat). Alat yang digunakan adalahocclusal guide
plane.
d. Centric relation record
Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada suatu relasivertikal yang
ditetapkan pada posisi mandibula paling posterior.HD = PM – 2 mm. Pengurangan 2 mm
diperoleh dengan cara mengurangi bite rim rahang bawah dengan maksud sebagai free way
space.
Caramenentukan relasi sentrik yaitu dengan mengintruksikan pasien
untukmenengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga prosessusCondyloideus
akan tertarik pada fossa bagian belakang karena tarikan dariotot dan mengintruksikan untuk
menelan berulang-ulang. Untukmendapatkan sentrik relasi pasien disuruh melakukan
gerakan mandibulaberulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut.
Setelahmendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dangaris
ketawa.
Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan kemudian dicek
dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka danmenutup mulut kemudian dilihat
apakah garis tersebut sudah tepat dantetap kedudukannya dalam keadaan oklusi sentrik.
Rahang atas dan rahang bawah difiksasi dengan double V-grooveshape, caranya:
dibuat V-groove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1;pada rahang bawah daerah V-groove
dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rimrahang bawah diberi gulungan malam kecil yang telah
dilunakkan dibawahV-groove RA. V-groove pada RA diolesi vaselin. Rahang atas dan
bawahdikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat,kemudian
lakukan membuka dan menutup berulang-ulang.
e. Pemasangan pada artikulator
12
Jenis artikulator yang digunakan adalah anatomical type yang disebut freeplane
articulator.Bagian-bagian articulator ini adalah: upper member, lower member,incisal
guide pin dan mounting table.
Cara kerja :
Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar superiorpertama.
Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan pedoman: garis
tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garistengah mounting table, tepi luar
anterior bite rim RA menyinggunggaris incisal edge mounting table, jarum horizontal
incisal guide pinujungnya menyentuh tepi luar anterior dari bite rim model RA dantepat
pada garis tengah bite rim.
Fiksasi dengan wax pada mounting table.
Buat adonan gips.
Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahanpada bagian atas
model kerja RA lalu upper member digerakkan kebawah sampai menekan gips yang ada
pada model kerja RA.
Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gipsyang memfiksir upper
member dengan model RA kemudian tunggusampai keras.
Mounting table dilepas dari artikulator kemudian artikulator dibalik.
Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan oklusinya.
Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gipsdituang pada model
kerja RB kemudian lower member digerakkan kebawah sampai menekan adonan gips,
setelah itu artikulator dibalik dangips dirapikan.
KUNJUNGAN IV
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.Urutan
pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahangbawah.
Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa:
1. Overbite dan overjet
2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
3. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa)
13
4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m). Selanjutnya dilakukan
sliding ke kanan dan ke kiri.
KUNJUNGAN V
Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior.Urutan
pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB, setelah itu try inpada pasien.Untuk
pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan:
a. Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson
b. Dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva VonSpee
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.Perhatikan inklinasi dan kontur gusi
tiruannya. Perlu juga dilakukanpengamatan tehadap:
1. Oklusi
2. Stabilisasi gaya working dan balancing side
3. Estetis dengan garis kaninus
4. Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A dan T dan
lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.
Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTP sebelum diproses dengan caramelatih
pasien untuk memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruantersebut :
1. Dilatih berfungsi : bicara, menelan, mengunyah
2. Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan berkali-kali
3. Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik, dan oklusi sentrik
KUNJUNGAN VI
Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, laludilakukan
pengamatan pada :
Oklusinya
Stabilisasinya dengan working side dan balancing side
Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lainsampai tidak ada
gangguan
14
KUNJUNGAN VII
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut dandiperhatikan
retensi, oklusi dan stabilitas. Setelah itu berikan instruksi kepada pasien mengeni
pemeliharaan dan penggunaan protesa.
KUNJUNGAN VIII
Setelah pemasangan GTP selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang perlu
diperhatikan pada saat kontrol adalah:
a. Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak,ditanyakan apakah ada
gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah adarasa sakit.
b. Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradanganatau perlukaan dan
diperiksa retensi dan stabilisasi
081271204205
2.10 Prosedur Try-In Gigi Tiruan Penuh
Prosedur try-in meliputi beberapa tahap pada bebrapa kali kunjungan, yaitu dari
kunjungan keempat hingga keenam. Berikut urutannya:
Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa:
Overbite dan overjet
Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa)
Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m). Selanjutnya dilakukan
sliding ke kanan dan ke kiri.
Setelah pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas dilakukan try-in pada pasien
dengan memeriksa:
Dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson
Dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva Von Spee
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in. Perhatikan inklinasi dan kontur gusi
tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan tehadap:
Oklusi
Stabilisasi gaya working dan balancing side
15
Estetis dengan garis kaninus
Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A dan T dan
lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.
Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTP sebelum diproses dengan cara melatih
pasien untuk memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruan tersebut :
Dilatih berfungsi: bicara, menelan, mengunyah
Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan berkali-kali
Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik, dan oklusi sentrik
Try-in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu dilakukan
pengamatan pada :
Oklusinya
Stabilisasinya dengan working side dan balancing side
Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lain sampai tidak ada
gangguan
2.11 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Gigi Tiruan Lengkap
Sebelum Insersi
Yaitu tahap persiapan pemasangan gigitiruan penuh, faktor yang harus diperhatikan adalah
pengamatan terhadap gigiruan berupa:
1. Permukaan polis/permukaan mekanis
Tidak ada bagian yang tajam/kasar
Dipakai untuk menghindari:
Terhindarnya penumpukan plak
Terhindar dari iritasi pada lidah, bibir, pipi
2. Permukaan anatomis/permukaan yang menghadap jaringan
Pada saat insersi
a. Arah pemasangan
b. Hambatan saat pemasangan
Setelah Insersi
Setelah protesa diinsersikan dalam mulut dan diperhatikan:
16
a. Retensi
Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.
b. Oklusi
Di cek ada tidaknya prematur kontak. Apabila oklusinya terganggu, dilakukan grinding.
Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien
disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah. Pengurangan menggunakan hukum BULL
dan MUDL (pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan
pengurangan permukaan lingual dan distal pada rahang bawah). Gangguan diketahui
dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien disuruh
menggerakkan gigi seperti mengunyah.
c. Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi
wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.
2.12 Reparasi Gigi Tiruan Penuh
Reparasi gigi tiruan terdiri atas:
a. Relining/pelapisan kembali
Melapik (relining) suatu gigi tiruan adalah menempatka bahan baru pada permukaan basis
gigi tiruan tanpa mengambil bahan basis gigi tiruan dalam jumlah yang berarti.
b. Rebasing/Penggantian basis
Mengganti basis (rebasing) membutuhkan teknik yang lebih rumit, melibatkan
pengambilan seluruh basis gigi tiruan dan menggantinya dengan bahan yang baru
c. Rekonstruksi/ membuat baru
d. Repair / menyatukan basis yang patah
e. Reconturing / membentuk permukaan
Teknik dan Bahan Reparasi
Cara Langsung
Berbagai daerah ceruk pada permukaan dalam basis gigi tiruan diambil dan dibuat cetakan
pada bagian dalam gigi tiruan. Untuk ini digunakan bahan cetak fungsional, yang
didiamkan di dalam mulut selama satu atau dua hari; atau cetakan dibuat dengan
17
menggunakan compound cetak (tracing stick) dan pasta cetak. Sejumlah bahan pelapik
dapat digunakan langsung di dalam mulut. Bahan-bahan ini tidak membutuhkan pekerjaan
laboratorium selain pemolesan atau pengasahan tepi-tepinya, tetapi sebagian besar dari
bahan ini memburuk atau berubah warna setelah beberapa bulan, dan biasanya kurang
memuaskan dibandingkan dengan bahan-bahan yang diproses di laboratorium.
Teknik Mencetak
Langkah Pertama :
a. Terlepas dari macam bahan cetak yang digunakan , langkah pertama pada setiap pelapikan
adalah mempersiapkan gigi tiruan agar mudah dilepas dari model.
b. Sayap gigi tiruan yang terlalu panjang dikurangi, dan daerah ceruk diambil dari permukaan
basis gigi tiruan tanpa mengurangi kelebihan sayap secara berlebihan.
c. Kemudian bentuk tepid an postdam gigi tiruan disesuaikan dengan menggunakan kompoun
batang hingga retensinya baik.
d. Setelah memperbaiki bentuk perifer, dibuat sebuah lubang dengan diameter 3 mm di
lengkung langit-langit gigi tiruan, dan setelah dikeringkan ditempatkan selapis tipis pasta
cetak pada seluruh permukaan basis. Gigi tiruan dimasukkan ke dalam mulut sambil
ditekan kuat-kuat sampai bahan cetak mengeras.
Langkah Kedua
e.Bila kedua gigi tiruan harus dilapik, cetakan rahang bawah dibuat lebih dahulu. Bahan
cetak akan membuat gigi tiruan bawah stabil sementara cetakan rahang atas dibuat.
f. Waktu mencetak rahang bawah, gigi tiruan bawah ditahan dengan jari kita di region
premolar, dan pasien diminta untuk mengangkat dan menjulurkan lidahnya sehingga ujung
lidah menyentuh bibir atas, dan punggung lidah menyentuh palatum saat mulut dalam
keadaan setengah tertutup. Hendaknya lidah tidak diberi kesempatan untuk melakukan
gerakan-gerakan, karena gerakan-gerakan ini akan menimbulkan lipatan-lipatan pada bahan
cetak di lingualis.
g. Gigi tiruan atas dipasang dengan menekannya kuat-kuat ke atas dan ke belakang.
h. Pasien diminta untuk menekuk lidahnya kebelakang sambil mengatupkan gigi pada
relasi sentrik sampai gigi tiruan menduduki tempatnya. Perhatikan benar-benar agar pasien
18
tidak memajukan rahang bawahnya, karena hal ini dapat mendorong gigi tiruan atas ke
depan dan gigi tiruan bawah ke belakang, dan menghasilkan oklusi yang salah.
i. Bila sudah puas bahwa oklusi sudah benar, sebaiknya gigitiruan atas di tahan di tengah-
tengah palatum dengan jari daripada percaya pada kemampuan pasien untuk
mempertahankan hubungan kedua rahang dalam relasi sentrik. Bila gigitiruan akan diganti
basisnya, sebaiknya digunakan cara yang tidak langsung.
Cara Tidak Langsung
Pada cara tidak langsung, sendok cetak digunakan untuk membuat cetakan, dan gigi
tiruannya dipasang pada model, yang kemudian dipasang pada articulator. Kemungkinan
kesalahan disini sudah tentu lebih besar, tetapi kesalahan-kesalahan ini dapat dikurangi
dengan menggunakan bahan-bahan cetak fungsional pada permukaan dalam gigi tiruan
selama satu atau dua hari sebelum menggunakan cara yang tidak langsung. Gigi tiruan akan
ditempatkan pada model dengan lebih tepat.
Bila basis kedua gigi tiruan akan diganti, kesalahan dapat diperkecil lagi dengan membuat
catatan lilin di antara gigi atas dan bawah setelah pembuatan cetakan. Bila dimensi vertical
perlu dinaikkan, tanda untuk bidang median dan bidang oklusal dapat diberikan pada
catatan lilin. Setelah model dibuat, bagian palatum dan sayap gigi tiruan dikurangi atau
dibuang agar gigi tiruan dapat ditempatkan dengan tepat di atas model. Catatan lilin
diletakkan pada tempatnya dan kedua model dipasang pada articulator.
Akrilik berbentuk tapal kuda dengan gigi-gigi diatasnya ditempelkan dengan lilin pada
model sehingga titik mesio-insisal dan bidang oklusal berimpit dengan cetakan lilin. Lilin
kemudian digunakan untuk membentuk basis gigi tiruan atas yang baru. Kemudian gigi
tiruan bawah yang sudah dikurangi dioklusikan dengan yang atas, dan basisnya
disselesaikan seperti pada rahang atas. Gigi tiruan kemudian dicobakan di dalam mulut
untuk memeriksa oklusinya sebelum diproses.
2.13 Instruksi kepada Pasien GTL
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
Protesa dijaga kebersihannya
19
Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Diberikan instruksi kepada pasien untuk:
Beradaptasi dengan protesa tersebut sampai biasa;
Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot dibawahnya dapat
beristirahat;
Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan;
Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan untuk
segera kembali ke klinik; dan
Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan bila
nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus memakainya.
Menurut Boucher, ada beberapa hal yang harus disampaikan kepada pasien. Instruksi yang
harus diperhatikan tersebut adalah :
Hal-hal yang patut dijelaskan kepada pasien pengguna GTP ialah
o Individualitas masing-masing pasien
Pasien harus diingatkan bahwa keadaan fisik, mental dan oralnya bersifat sangat pribadi,
sehingga mereka tidak dapat memperbandingkan kemajuan yang dicapainya degan gigi
tiruannya yang baru dengan pengalaman orang lain.
Pasien secara berangsur-angsur akan melupakan beratnya maslaah yang dihadapinya.
Banyak pasien yang menunjukkan bahwa gigi tiruannya selalu enak dipakai walaupun
terpaksa menjalani beberapa periode yang sulit.
o Penampilan dengan gigi tiruan baru
Pasien harus mengerti bahwa penampilannya dengan gigi tiruan baru secara berangsur-
angsur akan menjadi lebih alami (wajar). Saat pertama kali gigitiruan dipasang, ia akan
merasa aneh dan terasa seolah-olah mulutnya penuh, dan pipi serta biibirnya terasa
membengkak. Hal ini akan seccara bertahap membaik setelah pasien kehilangan
ketegangan dan lebih percaya diri.
o Pengunyahan dengan Gigi Tiruan Baru
Belajar mengunyah secara memuaskan dengan gigi tiruan baru biasanya memerlukan
paling sedikit 6-8 minggu. Pasien akan menjadi bosan kecuali jika mereka menyadari
20
bahwa periode belajar ini harus dijalani. Pasien dapat diberitahu bahwa “otot-otot ini harus
mempelajari apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan.”
o Bicara dengan Gigi Tiruan Baru
Penyesuaian lidah untuk menerima perubahan begitu besar sehingga sebagian pasien
dapat berbicara lancer dengan gigi tiruanny yang baru dalam beberapa minggu.
o Kebersihan Mulut dengan Gigi Tiruan
Pasien harus diyakinkan akan pentingnya mempertahankan kebersihan mulut guna
pemeliharaan kesehatan rongga mulutnya. Pasien harus dianjurkan untuk mencuci gigi
tiruan dan mulutnya jika mungkin setiap kali sesudah makan. Sekali dalam sehari gigi
tiruan perlu dikeluarkan dari mulut dan direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan
sekurang-kurangnya 30 menit. Merendam gigi tiruan di dalam larutan itu selama satu
malam malah lebih baik. Setelah gigi tiruan dikeluarkan dari larutan pembersih, harus
disikat dulu dengan sikat yang lunak dan dicuci sampai bersih. Sebaiknya penyikatan
dilakukan di atas ember berisi air atau dilandasi dengan basah agar tidak pecah bila
terjatuh.
o Mempertahankan Sisa Alveolar
Tulang alveolar tidak diciptakan untuk menerima beban kunyah yang ditimbulkan oleh gigi
tiruan lengkap. Karena itu pasien, khususnya jika kesehatan umumnya agak terganggu,
mungkin akan mengalami iritasi pada jaringan atau rasa tidak enak pada mukosa mulutnya,
pasien disarankan untuk melepas gigi tiruannya dan mengistirahatkan mulutnya untuk
sementara waktu untuk menghindari semakin memburuknya jaringan yang teriritasi.
Namun, pasien disarankan untuk menggunakan beberapa jam sebelum berangkat ke klinik,
sehingga titik-titik yang menimbulkan sakit dapat terlihat dengan jelas,dan perbaikan dapat
dilakukan secara tepat. Yakinkan pasien bahwa hanya dokter gigilah yang bisa
memperbaiki gigitiruan yang rusak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbaikan sendiri
oleh pasien tersebut.
Pasien juga disarankan untuk melepas gigitiruan pada malam hari agar jaringan pendukung
dapat beristirahat dari tekanan yang jatuh pada tulang alveolar.
21
Bubungan alveolar dapat rusak karena pemakaian lem adhesive gigi tiruan dan bahan
pelapis yang dipasang sendiri.
Sebaiknya dokter juga menyiapkan instruksi tertulis atau bahan penyluhan formal yang lain
untuk pasien
2.14 Denture Stomatitis akibat pemakaian GTL
Definisi
Denture stomatitis adalah perubahan patologik pada mukosa penyangga protesa di dalam
ronga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah protesa
gigi lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah (Martin et Micheal,
2003). Menurut Cahya (2001) C. albicans adalah mikroba yang berperan utama pada
terjadinya denture stomatitis dan adapun faktor predisposisi lain yang berperan pada denture
stomatitisantara lain trauma gigi tiruan, kebersihan gigi tiruan, pemakaian gigi tiruan dalam
jangka waktu yang lama, kesehatan mulut, kondisi sistemik dan nutrisi serta peranan saliva.
Insiden
Umumnya pada beberapa penelitian yang dilakukan di panti jompo pada pasien yang telah lama
memakai gigi tiruan, ditemukan sekitar 70%, jarang ditemukan pada pasien dalam kondisi sehat.
Usia
Penyakit ini sebagian besar terjadi pada usia pertengahan dan lansia.
22
Kelamin
Wanita sedikit lebih umum terjadi daripada laki-laki.
Faktor predisposisi
Penggunaan gigi tiruan (terutama gigi tiruan rahang atas), khususnya pada gigi tiruan yang tetap
dipakai pada malam hari atau dengan dry mouth merupakan faktor predisposisi utama. Diabetes
atau diet karbohidrat tinggi kadang-kadang mempengaruhi. HIV merupakan faktor pokok yang
jarang terjadi.
Faktor-faktor yang biasanya tidak signifikan meliputi :
Alergi terhadap bahan gigi tiruan (jika alergi, denture related stomatitis akan mempengaruhi
mukosa lain tidak hanya pada mukosa di bawah gigi tiruan).
Trauma; trauma lebih sering terjadi di bawah gigi tiruan rahang atas daripada gigi tiruan
rahang bawah. Namun trauma lebih sering terjadi di terakhir.
Agen farmakologi
Merokok
Etiologi dan Patogenesis
Gigi tiruan dapat menyebabkan perubahan jumlah ekologi, misalnya : Perubahan flora mulut.
Akumulasi plak antara permukaan mukosa dari gigi tiruan dan daerah palatal. Munculnya saliva
di antara gigi tiruan rahang atas dan mukosa dengan pH yang rendah dari biasanya. Akumulasi
dari plak mikrobial (bakteri dan/atau jamur) di atas dan di dalam permukaan gigi tiruan dan
mukosa. Pada beberapa orang, penyebab munculnya berhubungan dengan plak non spesifik. Plak
ini mengalami pertumbuhan bertahap dan berkoloni dengan organisme Candida. Meskipun tidak
ada peningkatan hasil aspartyl proteinase dari Candida, pengurangan aliran saliva dan pH rendah
di bawah gigi tiruan mungkin akan menghasilkan aktivitas enzim Candida, yang dapat
menyebabkan terjadinya inflamasi. Jamur seperti Candida, ditemukan hingga 90% pada orang
dengan denture related stomatitis namun tetap ada 66% pada orang yang memakai gigi tiruan.
Organisme yang ada dengan frekuensi paling banyak adalah Candida albicans. Jika spesies
Candida terlibat dalam denture related stomatitis, maka lebih dikenal dengan istilah ‘Candida–
associated denture stomatitis’, ‘denture-induced candidiasis’ atau ‘chronic atrophic candidiasis’.
23
Denture-related stomatitis tidak hanya berhubungan dengan Candida tetapi kadang ada faktor
lain seperti infeksi bakteri atau proliferasi atau respon degeneratif terhadap pengurangan
keratinisasi dan ephitelium lebih tipis. Bagaimanapun, tidak jelas mengapa hanya beberapa
pemakai gigi tiruan yang mengalami denture stomatitis, karena kebanyakan pasien terlihat sehat
dan hanya sedikit penelitian dilakukan tentang itu. Pasien dengan denture-related stomatitis tidak
memiliki serious cell-mediated immune defects, tapi kekurangan pada migration-inhibition factor
(MIF) dan adanya suppressor sel T yang over aktif atau limfosit T atau kerusakan fagosit.
Gambaran Klinis
Karakteristik denture-related stomatitis adalah :
Erythema yang kronik dan oedema pada mukosa yang kontak tepat pada permukaan gigi tiruan,
biasanya pada gigi tiruan penuh rahang atas, mukosa di bawah protesa rahang bawah jarang
muncul. Erythema terbatas pada daerah yang terkena gigi tiruan. Biasanya tanpa gejala.
Komplikasi yang jarang terjadi, seperti: Angular stomatitis Papillary hyperplasia pada palatal.
Klasifikasi
Denture-related stomatitis telah diklasifikasikan dalam 3 tipe (tipe Newton), yaitu :
Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau pinpoint hyperemia.
Tipe 2 : erythematous atau tipe sederhana yang umum erythema lebih tersebar meliputi sebagian
atau seluruh mukosa yang tertutup gigi tiruan.
Tipe 3 : tipe granular (inflamasi papilla hyperplasia) umumnya meliputi bagian tengah palatum
durum dan alveolar ridge.
Penanganan
Memberitahukan pasien aspek yang paling penting dalam penanganan. Beberapa
penyakit sistemik sebaiknya diobati jika memungkinkan. Plak protesa dan permukaan yang cekat
biasanya penuh dengan Candida albicans, sebaiknya dihilangkan.
Uji sensitifitas terhadap bahan anti jamur yang telah memperlihatkan bahwa isolasi dari
strains yang berbeda yaitu sensitive terhadap amphotericin dan nystatin, tapi kurang sensitive
24
terhadap miconazole. Fluconazole sama efektifnya dengan bahan baru yaitu itraconazole.
Larutan cyclodextrin dalam itraconazole dan kapsul dalam itraconazole sama efektifnya bila
ditambahkan dalam perawatan, karena adanya efek samping, kapsul lebih disukai. Oleh karena
itu untuk menyembuhkan dan mencegah munculnya kembali denture-related stomatitis :
Pada malam hari gigi tiruan sebaiknya dilepas, dibersihkan dan disinlytic enzymes,
proteolytic enzymes dan didesinfektan menggunakan hypochlorite. Bahan rendaman gigi tiruan
yang mengandung asam benzoate untuk membasmi C.albicans dari permukaan gigi tiruan seperti
C.albicans sampai ke dalam acrylic resin dan mengurangi organisme dari permukaan dalam gigi
tiruan. Obat kumur mengandung clorhexidine gluconate juga mengurangi munculnya C.albicans
dalam permukaan acrylic resin dari gigi tiruan dan mengurangi inflamasi di palatal. Protease
berisi rendaman gigi tiruan (alcalase protease) juga cara efektif untuk menghilangkan plak pada
gigi tiruan, khususnya bila dikombinasi dengan penyikatan. Hypochlorite efektif, amphotericin
lozenges atau gel miconazole atau fluconazole suspension atau tablet-tablet, diberikan bersamaan
dengan oral antiseptik seperti chlorhexidine, yang bekerja sebagai anti jamur.
Miconazole lacquer atau anti jamur seperti fluconazole dalam jaringan conditioner
dipakai pada permukaan protesa yang cekat, juga efektif.
25
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
3.2 terminologi
3.3 Identifikasi Masalah
3.4 Rumusan Masalah
3.5 Analisa kasus
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi
asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang semua gigi
geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat
mempengaruhi keadaan psikis, dalam hal membuat gigi tiruan dibutuhkan retensi dan stabilisasi
yang baik agar meningkatkan kenyamanan bagi pemakai gigi tiruan, retensi dan stabilisasi yang
baik akan tercapai jika operator melakukan pemeriksaan yang lengkap, diagnosa yang tepat dan
perawatan yang akurat, hingga retensi dan stabilisasi dicapai dengan baik, tak luput pula dalam
hal pencetakan karena dengan mencetak batas-batas anatomis gigi akan didapatkan sebagai
retensi dan stabilisasi. Kesalahan dari desain gigi tiruan penuh tentu saja berakibat pada
pemakaianya mulaidarirasatidaknyamansampai terjadinya komplikasi-laian yang tentu saja
meperparah keadaan pasien.
4.2 Saran
Dalam pembuatan gigi tiruan penuh seorang operator harus bekerja secara hati-hati dan
teliti agar desain yang dibuat tidak menimbulkan masalah setelah digunakan oleh pasein,
sehingga gigi yang dibuat dapat befungsi sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu operator
harus mempunyai pengetahuan dan skil yang baik tentang gigi tiruan penuh.
27
DAFTAR PUSTAKA
Itjingningsih , W. H., 1996, Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Cetakan III, EGC, Jakarta.
Ian E. Barnes dan Agus Walls, 2006, Perawatan Gigi Terpadu Untuk Lansia, terj., EGC,
Jakarta
Zarb GA dkk. Buku Ajar Prosthodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher.alih
Bahasa MardjonoD. EGC Jakarta. 1994.
Watt, david M dan MacGregor, A. Roy. 1992. Membuat Desain gigi Tiruan Lengkap.
Jakarta: Hipokrates.
Fadriyanti O.2010 .Perawatan Pasien Edentulous dengan Gigi Tiruan Lengakap
UNBRAH: Padang
http://dentist-orin.blogspot.com/2012/11/gigi-tiruan-lengkap-gtl.html ( diakses 18 juli
2013)
http://verdyrezy.blogspot.com/2011/04/gigi-tiruan-penuh.html (diakses 18 Juli 2013)
http://pandatitit.blogspot.com/2008/05/denture-related-stomatitis.html (diakses 18 juli 2013)
http://mawarputrijulica.wordpress.com/2010/12/19/denture-stomatitis/ (diakses 18 juli 2013)
http://fera-sun.blogspot.com/2010/12/pendahuluan-gigi-tiruan-penuh-merupakan.html
(diakses 18 juli 2013)
28
Recommended