perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS
NEGERI DI KOTA SURAKARTA
TAHUN 2012
SKRIPSI
Disusun Oleh :
YUSNIA ASRIATUL CHUSNA
K6408063
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Yusnia Asriatul Chusna
NIM : K6408063
Jurusan/Progam Studi : P. IPS/PPKn
HUBUNGAN DAYA BELAJAR
DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA
ini benar benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan
Yusnia Asriatul Chusna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS
NEGERI DI KOTA SURAKARTA
TAHUN 2012
Oleh :
YUSNIA ASRIATUL CHUSNA
K 6408063
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Hari : Senin
Tanggal : 15 Oktober 2012
Persetujuan pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Machmud Al Rasyid, SH, M.Si. NIP. 19610215 198903 1 001
Drs.Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd. NIP. 19560515 198503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda tangan Ketua Dr. Sri Haryati, M.Pd. _____________________
Sekretaris Moh Muchtarom, S.Ag., M.S.I _____________________
Anggota I Drs. Machmud Al Rasyid, SH, M.Si _____________________
Anggota II Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd. _____________________
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
MOTTO
Guru cerminan pribadi yang mulia
Anak didik cerminan pribadi yang dinamis
Keduanya berada dalam proses interaksi edukatif
dalam pembinaan pribadi yang paripurna
(Syaiful Bachri Djamarah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu beserta keluarga tercinta
yang tak henti hentinya mendoakan dan
bermujahadah.
2. Mas Andi Asmoro dan adik Yusril Ichza
Mahendra
3. Teman teman PPKn angkatan 2008
4. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
ABSTRAK
Yusnia Asriatul Chusna. HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. 2) Tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta. 3) Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian survey. Populasi penelitian adalah SLTA Negeri Surakarta sebanyak 18 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 62 orang sebagai responden. Sampel penelitian sebanyak 52 guru. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Validitas data dilakukan dengan menggunakan validitas internal. Uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas, uji linieritas, dan uji homogenitas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data variabel daya belajar dan kinerja guru berdistribusi normal. Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru bersifat linear. Sampel penelitian diperoleh dari populasi yang homogen. Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 84,46%. Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 79,02%. Hasil analisis korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,488 lebih besar dari r tabel sebesar 0,279. Persamaan regresi yang diperoleh yaitu Y = 44,7591 + 0,541X. Koefisien determinasi sebesar 23,8%.
Simpulan penelitian ini adalah: 1) Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 84,46%. 2) Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar 79,02%. 3) Ada hubungan yang positif dan signifikan daya belajar dengan kinerja guru SLTA Negeri di Kota Surakarta, dengan kontribusi variabel daya belajat terhadap kinerja guru sebesar 23,8%.
Kata kunci: daya belajar, kinerja guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
ABSTRACT
Yusnia Asriatul Chusna. THE CORRELATION BETWEEN LEARNING CAPABILITY AND PERFORMANCE OF CIVIC THEACHERS IN PUBLIC HIGH SCHOOLS IN SURAKARTA IN YEAR 2012. Script. Faculty of Teacher Training and Education of Sebelas Maret University Surakarta. October 2012.
This research in aiming at investigating: 1) the level of learning capability of civic teachers in public high school in Surakarta, 2) the level of civic teacher performance ini public high school in Surakarta, and 3) the correlation between learning capability and performance of civic teachers in public high sshools in Surakarta.
This surevey research has taken eighteen public high schools in Surakrta as the population and sixty two teachers from those public high schools as the resondents. Fifty two civic teachers are used as the samples. Questionaires are used as a means of data collection. Data validity is conducted by using internal validity. Normally, linearity, and homogenity test are applied to get the prerequesite analysis test. Correlational analysis is applied to conduct the data analysis.
The research finding shows that the distribution of variable data of civic
research are taken from homogenous population. The level of learning capability of civic teachers in public high schools in Surakarta is 84,46%. The level of performance of civic teachers in public high school in Surakarta is 72,09%. The result of correlational analysis is attained from r observation is 0,488; that is higher than r table 0,279. The regression equity is Y = 44,7591 + 0,541X. The coefficient determination is 23,8%.
The conclussion of this research are: 1) the level of learning capabilty of civic teahers in public high schools in Surakarta is 84,46%. 2) the level of performance of civic teachers in public high school in Surakarta is 72,09%. 3) there is a positive and significant correlations between learning capability and performance of civic teachers in public high schools in Surakarta. The variable contribution of learning capabilty towards teachers performance is 23,8%.
Keywords: learning capability, teachers performance.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul
HUBUNGAN DAYA BELAJAR DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS NEGERI
.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendpatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin penelitian.
2. Drs. Saiful Bachri, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Dr. Sri Haryati, M. Pd, Ketua Program Pendidikan Pancasila dan Kewarga-
negaraan, yang telah memberikan izin penelitian.
4. Drs. Machmud Al Rasyid, SH, M.Si, Pembimbing I yang memberikan
pengarahan dan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd, Pembimbing II yang memberikan
pengarahan dan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kepala sekolah SMA N 1, SMA N 4, SMA N 5, SMA N 6, SMA N 7, SMA N
8, SMK N 1, SMK N 2, SMK N 3, SMK N 4, SMK N 5, SMK N 6, SMK N 7,
SMK N 8, SMK N 9, MA N 1, MA N 2, dan SMA LB N Surakarta, yang telah
memberikan ijin dan membantu peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data
yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.
7. Guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan se Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Negeri Surakarta yang bersedia menjadi responden penelitian yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
membantu dalam pengumpulan data penelitian, sehingga diperoleh data yang
digunakan dalam analisis pada penelitian ini.
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan bekal ilmu kepada peneliti sehingga dapat membantu penyusunan
skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Menyadari keterbatasan kemampuan peneliti, maka kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Semoga hasil dari skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti khususnya, maupun bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Oktober 2012
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
1. Secara Teoritis .............................................................................. 8
2. Secara Praktis ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .............................. 10
1. Kajian tentang Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan 10
2. Kajian tentang Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan ......... 20
B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 29
D. Hipotesis ............................................................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 31
1. Tempat penelitian .......................................................................... 31
2. Waktu penelitian ........................................................................... 31
B. Rancangan / Desain Penelitian .......................................................... 32
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 33
1. Populasi ........................................................................................ 33
2. Sampel ........................................................................................... 35
D. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 36
E. Pengumpulan Data ............................................................................ 38
1. Pengertian Angket ......................................................................... 39
2. Jenis-Jenis Angket ......................................................................... 39
3. Langkah-Langkah Menyusun Angket ........................................... 39
F. Validasi Instrumen Penelitian ........................................................... 40
1. Validitas ......................................................................................... 41
2. Reliabilitas ..................................................................................... 43
G. Analisis Data ..................................................................................... 44
1. Menyusun tabulasi data ................................................................. 44
2. Memenuhi persyaratan .................................................................. 44
3. Uji Hipotesis ................................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 47 A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 47
B. Deskripsi Data ................................................................................... 48
1. Daya Belajar .................................................................................. 48
2. Kinerja guru ................................................................................... 50
C. Uji Persyaratan Analisis .................................................................... 51
1. ............................................................................................. Meng
uji Normalitas ............................................................................... 52
2. Menghitung Linearitas................................................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Uji Independensi ........................................................................... 53
D. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 53
1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X dan Y ......... 54
2. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear .............................. 54
3. Koefisien Determinasi .................................................................. 54
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................... 55
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ................................................. 58
A. Simpulan ............................................................................................ 58
B. Implikasi ............................................................................................ 58
C. Saran .................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................... 32
Tabel 3.2. Daftar Populasi Penelitian Tahun 2012 .............................................. 34
Tabel 3.3. Pengambilan Sampel Penelitian Tahun 2012 ..................................... 36
Tabel 4.1. Daftar SLTA Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012 ......................... 47
Tabel 4.2. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari
Jenis Kelamin Tahun 2012 ................................................................. 48
Tabel 4.3. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Segi
Usia Tahun 2012 ............................................................................... 48
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarga-
negaraan Tahun 2012 ......................................................................... 49
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganega-
raan Tahun 2012 ................................................................................. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
AFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 29
Gambar 4.1. Histogram Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan
Tahun 2012 ...................................................................................... 49
Gambar 4.2. Histogram Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan
Tahun 2012 ...................................................................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel Krejie dan Morgan .................................................................. 64
Lampiran 2. Kisi-kisi angket penelitian ................................................................ 65
Lampiran 3. Angket penelitian .............................................................................. 66
Lampiran 4. Tabulasi Hasil Uji Coba Angket ....................................................... 72
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Angket Daya Belajar Guru PKn ........................ 76
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Angket Kinerja Guru Guru PKn ........................ 79
Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Angket Daya Belajar Guru PKn .................... 82
Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Angket Kinerja Guru Guru PKn .................... 83
Lampiran 9. Tabulasi data Hasil Penelitian Variabel Daya Belajar Guru PKn .... 85
Lampiran 10. Tabulasi data Hasil Penelitian Variabel Kinerja Guru PKn .......... 86
Lampiran 11. Data Induk Penelitian ..................................................................... 88
Lampiran 12. Tabel Kerja Analisis Data............................................................... 90
Lampiran 13. Deskripsi Data Variabel Daya Belajar Guru PKn .......................... 92
Lampiran 14. Deskripsi Data Variabel Kinerja Guru PKn ................................... 94
Lampiran 15. Uji Normalitas variabel Daya Belajar Guru PKn ........................... 96
Lampiran 16. Uji Normalitas variabel Kinerja Guru PKn .................................... 97
Lampiran 17. Tabel Kerja Uji Linearitas X terhadap Y........................................ 98
Lampiran 18. Perhitungan Uji Linearitas X terhadap Y ....................................... 100
Lampiran 19. Perhitungan Uji Independensi ....................................................... 102
Lampiran 20. Menghitung Koefisien Korelasi .................................................... 103
Lampiran 21. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi ................................................ 104
Lampiran 22. Menghitung Persamaan Regresi ..................................................... 105
Lampiran 23. Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi kepada Dekan FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta ............................................. 106
Lampiran 24. Surat Ijin Penyusunan Skripsi dari Dekan FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta ................................................................ 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Lampiran 25. Surat Permohonan Ijin Penelitian/Tryout Kepada Rektor
Universitas Sebelas Maret Surakarta ............................................. 108
Lampiran 26. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah
Raga ............................................................................................... 109
Lampiran 27. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian di SLTA Negeri
Kota Surakarta ............................................................................... 110
Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kekuatan nasional sebagai sebuah negara. Kekuatan nasional
ditentukan oleh berbagai macam faktor yaitu: 1) keadaan wilayah nasional (luas serta
potensi kekayaannya) dan jumlah penduduknya, 2) sistem nasional, 3) kemampuan
ekonomi, 4) kemampuan militer, 5) tekad nasional, 6) tingkat kecerdasan penduduk,
dan 7) strategi nasional. Dari berbagai macam kekuatan tersebut, salah satunya
adalah tingkat kecerdasan penduduk (Daoed Joesoef, 2011: 21). UUD 1945 dalam
pembukaannya dinyatakan bahwa tujuan nasional negara Indonesia salah satunya
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Ujang Rahman, 2003: 67), yang dapat
diperoleh melalui kecerdasan penduduknya. Kecerdasan penduduk akan dapat
dicapai melalui pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan.
Pendidikan di Indonesia dirasakan selama bertahun-tahun semakin merosot.
Kemerosotan tersebut disebabkan oleh banyak faktor seperti, menurunnya kinerja
guru, rendahnya motivasi belajar siswa, kurangnya dukungan orang tua, dan lain-
lain. Sebagaimana dikemukakan oleh Raihan Iskandar (2012), Anggota Komisi X
DPR RI, bahwa:
Kualitas pendidikan Indonesia tahun ini mengalami kemerosotan. Hal ini berdasarkan laporan The United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2011 yang mengumumkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat ke-108 pada 2010 menjadi peringkat ke-124 pada tahun ini. http://beritapks.com, 2012. Diunduh tanggal 21 Juni 2012 Usaha perbaikan sudah dilakukan oleh pemerintah, namun yang menjadi
sorotan utamanya adalah pada kurikulum. Hal ini tercermin dengan adanya upaya
mengubah kurikulum mulai kurikulum 1947, disempurnakan dalam kurikulum 1968,
disempurnakan menjadi kurikulum 1975, disempurnakan dengan kurikulum 1984,
kemudian disempurnakan lagi dengan kurikulum 1994, selanjutnya kurikulum 2004
atau disebut kurikulum KBK, dan sampai saat ini disempurnakan dengan kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tahun 2008 yang disebut dengan KTSP. Sementara itu kemerosotan pendidikan tidak
hanya diakibatkan oleh kurikulum tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnnya
dan salah satunya adalah kurangnya kemampuan profesionalisme guru maupun
keengganan belajar siswa.
Dari segi guru, kemampuan profesionalisme guru masih rendah karena
banyak faktor yang menjadi penyebabnya seperti rekruitmen guru yang tidak
berdasar pada kemampuan guru dan cenderung ke arah praktek kolusi, manajemen
pendidikan yang tidak profesional, birokrasi yang rumit, dan banyak faktor lain. Hal
ternyata kemerosotan pendidikan bukan dikarenakan oleh lemahnya kurikulum dan
sarana-prasarana, melainkan oleh kurangnya kompetensi gur
pernyataan tersebut jelas bahwa kurikulum yang selama ini selalu diperbaiki ternyata
bukanlah penyebab utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, akan tetapi
ternyata adalah rendahnya kompetensi guru.
Kualitas kinerja guru menjadi bagian yang perlu diperhatikan dalam
peningkatan mutu pendidikan. Salah satu hal yang terkait dengan kualitas guru
adalah kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran. Dinyatakan oleh John Schacter
(2003: 3) bahwa Why teacher performance-based accountability? Because, it can
focus efforts on actual teaching performance and provide a constructive knowledge
base to develop teacher quality. Effective teaching is out there. It needs to be
defined, measured, and related to student achievement. Dari pernyataan tersebut
penilaian kinerja guru didasarkan pada akuntabilitasnya. Kinerja guru dapat
difokuskan pada kinerja guru secara nyata dan membangun pengetahuan dasar untuk
meningkatkan kualitas guru.
Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai
utamanya yang berkaitan dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan
teknologi informasi. Kedua hal tersebut berada dalam kehidupan manusia yang terus
menerus berkembang dengan pesatnya, dan secara langsung berdampak terhadap
dunia pendidikan. Berkembang cepatnya IPTEK dan informasi dimaksud tidak
jarang para ilmuan mengalami kesulitan menghadapi dampak dan tantangan nyata
yang timbul sebagai akibat dari berbagai macam teori dan praktek serta persepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang dikembangkannya. Kendati perbedaan itu timbul, sudah banyak pula dirasakan
manfaatnya bagi dunia pendidikan. Fungsi dan makna pendidikan pada umumnya
bertujuan untuk membantu individu mengembangkan ilmu pengetahuan dan atau
teknologi serta informasi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada peringatan Hari Anak Nasional
tanggal 23 Juli 2006 memerintahkan kepada Menteri Pendidikan Nasional, Bambang
Sudibyo, agar melakukan reformasi dan revitalisasi pendidikan nasional menjelang
peringantan hari kemerdekaan RI ke 61 (Winarno Surakhmad, 2009). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan sudah dianggap menurun kualitasnya oleh Presiden.
Demikian pula dikemukakan oleh Elly Nurcahyanti (2011) dari hasil penelitiannya
bahwa guru menurut kelayakan mengajar di berbagai satuan pendidikan adalah
sebagai berikut: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94%
(Swasta), untuk SMP yang layak mengajar hanya 54,12% (negeri) dan 60,99%
(Swasta), untuk SMA yang layak mengajar 65,29% (negeri) dan 58,26% (Swasta),
serta SMK yang layak mengajar hanya 55,49% (negeri) dan 58,26% (Swasta).
(http://blog.elearning.unesa.ac.id/elly-nurcahyanti)
Menurunnya kualitas pendidikan boleh dikata sangat memprihatinkan. Selain
sumber daya yang tidak profesional, juga sarana fisik yang tidak memadai. Banyak
guru yang melakukan tindakan asusila terhadap muridnya, guru yang melakukan
kegiatan lain yang bersifat pidana. Sementara banyak diberitakan di mass media
bahwa sarana fisik sekolah, terutama gedung sekolah sudah tidak layak pakai bahkan
sudah tidak dapat digunakan sama sekali. Hal tersebut tentu juga mendukung
semakin rendahnya mutu pendidikan. Sumber daya yang tidak profesional yang
ditunjang oleh sarana fisik yang sangat tidak memadai sangat mendukung penurunan
kualitas hasil pendidikan.
Berbagai fenomena sebagaimana dijelaskan di atas juga telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Salah satunya adalah hasil penelitian dari Yuliani Indrawati (2006:
56) menyimpulkan bahwa Faktor faktor pengetahuan, ketrampilan, motivasi secara
simultan berpengaruh sebesar 20,5% terhadap kinerja guru matematika, sisanya
79,5% dipengaruhi oleh faktor faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian .
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mempengaruhi kinerja guru. Dari beberapa faktor tersebut dapat dilihat bahwa
pengetahuan dan keterampilan, merupakan variabel-variabel yang dapat terbentuk
dengan adanya kegiatan belajar. Jadi seorang guru harus tetap belajar untuk dapat
memiliki banyak pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya untuk dapat
menjadi guru yang profesional.
Pada umumnya banyak guru yang enggan untuk belajar. Meskipun banyak
yang kuliah lagi di pascasarjana, namun lebih banyak karena tuntutan formal dari
kebijakan pemerintah. Jadi yang mendorongnya untuk belajar secara formal masih
berasal dari luar (eksternal), yaitu untuk memenuhi ketentuan dari pemerintah yang
berkaitan dengan kenaikan pangkat dan golongan dan tentunya juga kenaikan gaji.
Sedangkan daya dorong yang berasal dari dalam masih belum begitu kuat.
Hal ini tentunya karena motivasi belajar guru yang rendah. Motivasi belajar secara
formal jelas karena adanya tuntutan dari pemerintah. Sedangkan motivasi belajar dari
faktor internal masih belum muncul. Jika guru memiliki motivasi untuk
meningkatkan kemampuannya, atau adanya keinginan untuk menyampaikan ilmu
(faktor agamis), atau ingin menjadikan anak didik yang berhasil, maka hal ini tentu
akan dapat memunculkan dan atau meningkatkan motivasi internal guru untuk
belajar. Hal inilah yang tentunya dapat mempengaruhi daya dorong guru untuk
melakukan kegiatan belajar secara mandiri.
Daya dorong para guru untuk belajar yang bersifat internal masih perlu
ditingkatkan. Daya dorong ini berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru.
Seorang guru yang memahami profesinya, maka akan muncul daya dorong yang
bersifat internal. Beberapa di antaranya adalah keinginan menularkan ilmu,
meningkatkan kecerdasan siswa, memajukan pendidikan, dan banyak keinginan
lainnya yang masing-masing individu berbeda-beda. Daya dorong ini sangat penting
bagi guru dalam menunjang profesinya. Adanya daya dorong yang bersifat internal
ini akan menjadikan guru belajar dan terus belajar baik secara formal maupun
informal. Belajar secara informal berarti guru akan selalu tertarik dengan berbagai
hal yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran. Guru akan senang
membaca buku, melakukan penelitian, berkreasi, berdiskusi dengan rekan guru,
bertanya, dan banyak hal lainnya. Dengan melakukan belajar secara informal tentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
akan meningkatkan pengetahuan dan juga keterampilannya sebagai seorang guru.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut tentu akan meningkatkan
kinerjanya. Dengan demikian daya dorong belajar guru berkaitan dengan kinerja
guru.
Daya dorong belajar yang dimiliki guru tentunya akan dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar. Kemampuan guru dalam mengajar akan terlihat
dari tingkat kelulusan siswa yang mengikuti ujian akhir. Salah satunya adalah ujian
nasional. Di kota Surakarta, hasil ujian nasional tahun 2011 menunjukkan adanya
ketidak lulusan siswa. Atau dengan kata lain bahwa ada sebagian sekolah yang tidak
dapat meluluskan 100% siswanya. Sebagaimana dinyatakan Nurul Hudayati (2011)
sebagai berikut:
Mengacu data kelulusan UN 2011, bisa kami sampaikan 21 sekolah dari 37 SMA negeri dan swasta tidak berhasil lulus 100%. Kemudian kelompok SMK, dari 45 sekolah, 33 sekolah lulus 100% dan di kategori MA, dua
2011 Kota Solo, Budi Setiono. http://hudayati-nurul. blogspot.com/2011/05/ pengumuman-kelulusan-smamasmk-tertib-51.html Dari informasi tersebut menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang
tidak dapat meluluskan 100% siswanya. Atau dapat dikatakan bahwa pembelajaran
yang diberikan kepada siswa selama ini belum dapat mencapai hasil yang maksimal.
Hal ini tentunya terkait dengan kinerja guru dalam menyelenggarakan pembelajaran.
Usaha meningkatkan kualitas guru juga dilakukan oleh pemerintah melalui
pemberian rangsangan yang berupa sertifikasi guru. Kegiatan sertifikasi sebagai
upaya meningkatkan kualitas guru dilakukan melalui kegiatan portofolio dan
Pendidikan dan Latihan Profesionalisasi Guru (PLPG). Kegiatan tersebut merupakan
kegiatan yang menunjukkan bahwa guru benar-benar sudah memiliki kriteria
profesional yang ditetapkan oleh pemerintah. Sementara itu kegiatan PLPG
merupakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru agar dapat memenuhi
syarat sebagai guru yang profesional. Guru yang sudah memiliki sertifikat
profesional juga diberi kehormatan dengan memperoleh gaji yang lebih dari guru lain
yang belum bersertifikat. Hal ini untuk menunjukkan bahwa guru yang sudah lulus
sertifikasi merupakan guru yang berbeda dari guru pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Namun demikian, kegiatan sertifikasi guru juga tidak menjamin bahwa guru
yang sudah bersertifikat akan menjalankan tugasnya secara profesional meskipun
gajinya telah dinaikkan secara berlipat. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ngadirin Setiawan dan Tutuk Ningsih (2010: 289) yang dilakukan di MAN
Purwokerto menunjukkan bahwa pemberian sertifikat pendidik memiliki pengaruh
positif terhadap kinerja guru, namun besarnya pengaruh menunjukkan sangat lemah
dan tidak begitu signifikan . Kinerja guru bersertifikat yang masih lemah tersebut
tentunya juga disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Salah satu hal yang terkait
dengan permasalahan tersebut adalah pada masalah pengawasan, baik pengawasan
dalam proses sertifikasi guru hingga pengawasan dalam pelaksanaan tugas.
Secara internal, guru sebagai individu juga menjadi penyebab kinerja guru
tidak maksimal. Banyaknya kesibukan guru baik dari sisi pekerjaan, sebagai
keluarga, dan sebagai bagian dari hubungan sosial menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja guru. Banyak urusan yang harus diselesaikan menjadikan
guru sudah kehilangan banyak daya dalam kehidupannya. Karena itu, daya belajar
yang mestinya dimiliki guru juga semakin berkurang. Rendahnya daya belajar guru
menjadikan guru tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga guru tidak dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri.
Rendahnya daya belajar ini merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya kinerja
guru.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji tentang hubungan daya
belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, tentunya setiap organisasi
memiliki permasalahan tersendiri. Permasalahan muncul karena adanya ketidak
seimbangan antara harapan dengan kenyataan. Karena itu, terdapat berbagai macam
permasalahan yang muncul dalam organisasi. Beberapa permasalahan yang muncul
tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Kurangnya kemampuan profesionalisme guru menjadi salah satu penyebab
merosotnya mutu pendidikan di Indonesia.
2. Keengganan belajar siswa juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
3. Rendahnya motivasi guru dapat menjadi penyebab kinerja guru tidak maksimal.
4. Sertifikasi guru yang kurang terkontrol tidak sepenuhnya dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam mengajar.
5. Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai dan bahkan tidak dapat
digunakan merupakan salah satu faktor yang menjadikan kinerja guru tidak
maksimal.
6. Rendahnya daya belajar guru menjadikan guru tidak dapat mencapai kinerjanya
secara maksimal.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk peneliti dapat mengarahkan
pembahasannya dengan lebih seksama dan dapat merumuskan masalah penelitian
dengan jelas, serta mengetahui variabel-variabel yang akan diteliti sehingga dapat
menentukan cara atau metode pemecahannya dan alat yang dipergunakan.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah
hubungan daya belajar dengan kinerja guru.
Untuk memperjelas batasan masalah di atas, maka dikemukakan batasan
istilah sebagai berikut:
1. Daya belajar (learning capability) adalah daya yang mendorong seorang individu
dalam melakukan kegiatan belajar.
2. Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana
seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan menilai hasil belajar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Berapakah tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta?
2. Berapakan tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta?
3. Apakah ada hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan dalam usaha
menjawab permasalahan penelitian. Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka
penelitian ini memiliki tujuan, yaitu mengetahui:
1. Tingkat daya belajar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta.
2. Tingkat kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas Negeri Kota Surakarta.
3. Hubungan daya belajar guru dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan
di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Suatu kegiatan tentunya memiliki manfaat-manfaat, terutama kepada pihak-
pihak yang terkait dengan jenis kegiatan tersebut. Begitu pula dengan kegiatan
penelitian, juga memiliki manfaat yang terkait dengan kegiatan penelitian. Sesuai
dengan permasalahan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat-
manfaat yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Manfaat-manfaat
tersebut yaitu:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia di bidang
pendidikan, menjadi bahan kajian bagi peningkatan kinerja guru Pendidikan
Kewarganegaraan sehingga dapat mencapai keberhasilan pendidikan moral kepada
siswa, dan dapat menjadi pengalaman bagi peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Secara Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar bagi
pimpinan lembaga pendidikan dalam usaha meningkatkan kinerja guru dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan secara nasional, meningkatkan kinerja guru
Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dapat menciptakan generasi muda yang
memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian tentang Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian
Belajar adalah suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, baik
dilakukan secara individual, kelompok, maupun dengan bimbingan sehingga
perilakunya berubah (Thoifuri, 2007: 99).
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa untuk memperoleh pengetahuan
diperlukan suatu aktivitas yang dapat memberikan pengaruh pada perubahan
perilaku. Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif (Muhibbin Syah, 2009: 68).
Tilaar menyatakan bahwa ga (jasmani) itu mempunyai
tenaga atau daya, maka jiwa juga dianggap memiliki daya-daya, misalnya daya
untuk mengenal, daya mengingat, daya berkhayal, daya berfikir, daya merasakan,
daya (Tilaar, 2003: 265).
Demikian juga Sumadi Suryabrata (1984: 265)
raga (jasmani) itu mempunyai tenaga atau daya, maka jiwa juga dianggap
memiliki daya-daya, misalnya daya untuk mengenal, daya mengingat, daya
Dari pendapat ini dapat dijelaskan bahwa sebagaimana jasmani, daya jasmani
dapat diperkuat dengan melakukan latihan berulang-ulang. Demikian juga dengan
kondisi jiwa seseorang, akan semakin kuat jika dilakukan secara berulang.
Kemampuan berpikir seseorang akan semakin kuat jika pikiran itu melakukan
aktivitas secara berulang-ulang, misalnya sering mengerjakan soal, sering
mengingat sesuatu ataupun aktivitas lainnya yang sifatnya mengulang.
Sehubungan dengan masalah belajar, ada beberapa teori yang melandasi
kajian tentang belajar. Salah satunya adalah teori psikologi daya. Menurut teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
ini, seseorang belajar didasari oleh kesiapan mental yang terdiri dari sejumlah
daya (kekuatan) yang bernilai dimana satu sama lain terpisah, seperti: daya
mengamati, mengingat, menanggapi, menghayal, dan berpikir yang kesemuanya
membutuhkan latihan (Thoifuri, 2007: 99).
Lebih lanjut dikemukakan berdasarkan teori kognitivisme bahwa terjadinya
tingkah laku manusia karena kemampuan manusia untuk mengetahui dan
membuat hubungan antar komponen yang diketahuinya (Thoifuri, 2007: 99).
Kemampuan mengetahui inilah menjadikan respons seseorang terhadap stimulan
semakin kuat.
Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas, maka aktivitas psikologis
atau jiwa juga memerlukan daya-daya yang mendorongnya sehingga aktivitas
yang dilakukan dapat memperoleh tujuan. Berdasarkan pengertian di atas, maka
dapat diambil pengertian bahwa daya belajar adalah daya yang mendorong
seorang individu dalam melakukan kegiatan belajar. Daya belajar dapat
dinyatakan juga sebagai motivasi untuk belajar, yaitu dorongan yang menjadikan
seseorang melakukan kegiatan belajar.
Daya belajar pada diri seseorang mengarahkan individu untuk terus selalu
belajar. Kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk terus menerus belajar
merupakan daya belajar atau dapat juga disebut dengan learning capability,
sebagaimana dikemukakan oleh Muchtar Buchori (2009: 187) menyatakan bahwa
n untuk belajar sendiri secara terus menerus ini, tanpa bantuan orang
lain, disebut
Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa daya belajar atau learning capability
merupakan kemampuan untuk belajar secara terus menerus tanpa adanya paksaan
dari siapapun. Jika seseorang memiliki daya belajar, maka individu tersebut akan
mengatur dirinya sendiri untuk selalu belajar.
Sehubungan dengan masalah daya belajar atau leaning capability, ada
pendekatan dalam sistem pembelajaran, yaitu pendekatan independent learning.
Pendekatan independent learning adalah belajar mandiri dalam arti mempelajari
topik/materi tertentu yang tidak diajarkan oleh guru, tetapi harus dikuasai oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
y, 2004:
342).
Pendekatan lain yang berkaitan dengan daya belajar adalah pendekatan self-
directed learning. Pendekatan self-directed learning merupakan pendekatan
humanistik dalam arti memberi kemerdekaan manusiawi sepenuhnya kepada
pembelajar sehingga guru benar-
(Muhibbin Syah, 2009: 140).
Dengan adanya pendekatan tersebut, maka daya belajar dapat mengarahkan
seseorang untuk melakukan kegiatan belajar tanpa memerlukan bantuan orang
lain secara penuh. Daya belajar guru terlihat dalam aktivitas belajar seperti
membaca, mengikuti pelatihan, melakukan penelitian, dan lain-lain.
Berdasarkan berbagai pengertian dan pendapat di atas, maka dapat
dikemukakan pengertian daya belajar guru. Dalam penelitian ini didefinisikan
daya belajar guru adalah dorongan yang menjadikan seorang guru melakukan
kegiatan belajar secara terus menerus secara mandiri. Dengan pengertian tersebut,
maka daya belajar guru merupakan aktivitas psikis yang menjadikan guru
memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas belajar.
b. Daya dorong dan Motivasi
Daya dorong belajar sebagaimana dalam simpulan dari berbagai pendapat
di atas merupakan daya yang mendorong seseorang atau individu melakukan
kegiatan belajar. Daya belajar juga tidak terlepas dari motivasi belajar. Hal ini
dapat dilihat dari pengertian tentang motivasi belajar. Salah satunya dikemukakan
oleh Mc Donald yang motivation is
an energy change within the person characterized by affective arrousal and
(Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 114).
Motivasi adalah suatu perubahan di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Pengertian tersebut menunjukkan adanya perubahan energi dalam motivasi
seseorang yang mengarah pada suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Jadi,
motivasi menggerakkan seseorang untuk diimplementasikan dalam kegiatan fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dengan adanya kegiatan fisik, maka seseorang dapat mencapai sesuatu yang
mendorong dirinya untuk melakukan kegiatan tersebut.
c. Motivasi
1) Pengertian
Muh. Uzer Usman mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan
dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
Sukadi, 2006: 37).
Pengertian tersebut senada dengan pengertian sebelumnya bahwa motivasi
merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk berbuat yang dilandasi
dengan keadaan dan kesiapan dalam dirinya.
upakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
(Hamzah B Uno, 2008: 3).
Pengertian tersebut lebih mengarah pada perubahan tingkah laku, bahwa
dorongan yang berasal dari dalam diri merupakan dorongan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, tidak hanya berbuat sesuatu.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui ada empat
elemen dalam motivasi yaitu:
a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi.
b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang.
c) Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan.
d) Tujuan yang dikehendaki adalah perubahan tingkah laku.
Adanya keempat unsur tersebut, maka dapat diketahui ada tidaknya
motivasi dalam diri seseorang, yaitu dengan melihat apakah unsur-unsur
tersebut nampak dalam diri seseorang atau tidak. Kalau keempat unsur
tersebut nampak, maka seseorang dapat dikatakan memiliki motivasi. Tinggi
rendahnya motivasi seseorang dapat dilihat sejauh mana ketiga unsur tersebut
nampak dalam tingkah laku atau tindakan tertentu.
Terkait dengan pengertian motivasi di atas, dinyatakan bahwa
motivasi belajar merupakan komponen kedua konsep belajar mandiri, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(Haris Mudjiman
2008: 37).
Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan dorongan
mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Bagi seorang, motivasi
belajar akan dapat mengarahkan perilakukan untuk melakukan kegiatan
belajar, termasuk perilaku kemandirian belajar. Belajar mandiri juga
merupakan perilaku yang berkaitan dengan filsafat konstruktivisme dalam
belajar.
2) Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa
motivasi memiliki fungsi-fungsi. Fungsi utama motivasi berdasarkan
pengertian di atas yaitu mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.
Fungsi motivasi ada tiga yaitu:
a) Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini berarti motivasi sebagai penggerak atau motir yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b) Menentukan arah perbuatan. Motivasi mengarhkan perbuatan seseorang kepada tujuan yang hendak dicapai. Motivasi menggerakkan seseorang untuk mengikuti aturan-aturan dalam mencapai tujuan yang menjadi motivasi.
c) Menyeleksi perbuatan. Motivasi menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Sebaliknya, motivasi menjadikan seseorang menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. (Sardiman AM, 2006: 85)
Sehubungan dengan fungsi motivasi di atas, maka seseorang yang
memiliki motivasi tertentu, akan melakukan perbuatan yang mendukung
tercapainya tujuan sebagaimana diharapkan. Demikian pula dengan adanya
motivasi, akan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat dan
bahkan mengganggu tercapainya tujuan.
Mengenai fungsi motivasi, Winkel mengemukakan bahwa motivasi
ibarat kekuatan mesin di kendaraan. Mesin yang berkekuatan tinggi menjamin
lajunya kendaraan biar jalan itu mendaki dan kendaraan membawa muatan
(Martinis Yamin, 2007: 223).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi memang satu hal yang sangat
vital bagi seseorang dalam menjalani kegiatan belajar. Tanpa motivasi,
sebagaimana kendaraan, maka kegiatan belajar tidak dapat berjalan. Lebih
dari pada itu, motivasi memiliki hal yang lebih sekedar sebagai mesin, namun
juga sebagai penentu arah.
Mengenai fungsi motivasi, dinyatakan bahwa fungsi motivasi adalah
motivasi berfungsi sebagai pengarah, dan c. motivasi berfungsi sebagai
(Martinis Yamin 2007: 224).
Dari pendapat tersebut, senada dengan pendapat Sardiman AM di atas, hanya
saja pada point ketiga, bahwa fungsi motivasi adalah sebagai penggerak,
sedangkan Sardiman menyatakan sebagai penyeleksi perbuatan. Dari kedua
pendapat tersebut jelas menunjukkan bahwa motivasi merupakan hal yang
penting bagi penentu tindakan seseorang. Motivasi akan mendorong,
mengarahkan, dan menyeleksi ataupun menggerakkan dalam melakukan
kegiatan belajar.
3) Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi memiliki berbagai jenis. Menurut Syaiful Bachri Djamarah
(2002: 115) motivasi dibagi menjadi dua, yaitu
(2002: 198)
mengemukakan bahwa motif dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1) motif
biogenetis, 2) motif sosiogenetis, dan 3) motif teologis .
Dari kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembagian jenis motivasi
dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pendapat yang pertama memandang
asalnya motivasi, sedangkan pendapat kedua dilihat dari tujuan. Untuk lebih
memahami tentang macam-macam motivasi tersebut, di bawah ini diuraikan
setiap jenis motivasi.
a) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadikan aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar
dirinya. Dalam melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, motivasi
intrinsik ini memegang peranan penting. Seseorang yang tidak memiliki
motivasi intrinsik akan sulit untuk melakukan suatu perbuatan. Kalaupun
ia melakukan biasanya dalam keadaan terpaksa dan tentunya kegiatan
yang dilakukan tidak dilakukan dengan baik. Sehingga akan menghasilkan
sesuatu yang tidak maksimal.
Dorongan untuk melakukan sesuatu yang bersumber pada
kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik
dan berpengetahuan. Jadi motivasi intrinsik muncul berdasarkan
kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial
(Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 116).
Dengan demikian bila seseorang tidak memiliki motivasi intrinsik, maka
perbuatan yang dilakukan cenderung sekedar memenuhi tuntutan dan
bersifat seremonial saja. Tidak ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan atas
kesadaran diri, melainkan hanya memenuhi syarat yang ditentukan.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar
(Syaiful Bachri Djamarah, 2002: 117).
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak
baik dalam mengarahkan perbuatan seseorang. Motivasi ekstrinsik
diperlukan agar seseorang melakukan suatu perbuatan. Seseorang yang
mengharapkan orang lain melakukan sesuatu, maka seseorang akan
memberi motivasi kepada orang yang dimaksud. Motivasi tersebut dapat
berupa berbagai hal. Misalnya, seorang ibu menginginkan anaknya
belajar. Ibu tersebut menyatakan akan membelikan tas jika ia mau belajar
dan mencapai ranking satu. Bentuk janji membelikan tas merupakan salah
satu bentuk pemberian motivasi dari luar (ekstrinsik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Motivasi ekstrinsik dapat dipergunakan untuk hal-hal kebaikan,
namun juga dapat digunakan untuk hal-hal keburukan. Misalnya,
seseorang menyuruh orang lain untuk mengambil milik seseorang dengan
imbalan tertentu atau lainnya. Pemberian imbalan tersebut merupakan
bentuk motivasi ekstrinsik yang ditujukan untuk hal-hal keburukan. Jadi,
motivasi ekstrinsik dapat memberikan pengaruh negatif tetapi juga dapat
berpengaruh terhadap hal-hal yang positif. Misalnya seorang guru
memberikan hadiah bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan
benar.
c) Motif biogenetis
Motif biogenetis adalah motif yang berasal dari kebutuhan-
kebutuhan organisme demi kelanjutnya hidupnya. Motif ini lebih banyak
bersifat fisik, karena kebutuhan biogenetis merupakan kebutuhan fisik,
seperti makan, minum, istirahat, seks, dan lain-lain. Jadi motif biogenetis
merupakan dorongan yang mengarakan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan fisiknya.
d) Motif sosiogenetis
Motif sosiogenetis merupakan motif yang berkembang karena
pengaruh lingkungan kebudayaan dimana individu berada. Motif
sosiogenetis merupakan faktor yang berkembang karena lingkungan
setempat. Adanya motif tersebut menjadikan individu yang berasal dari
budaya yang berbeda, motif sosiogenetisnya juga berbeda. Misal motif
sosiogenetis yaitu keinginan mendengarkan musik, makan makanan
tertentu seperti makan sagu, atau lainnya.
e) Motif teologis
Motif teologis adalah motif yang bersifat ketuhanan. Manusia
adalah makhluk yang berketuhanan. Karena itu manusia memiliki
hubungan atau interaksi dengan tuhannya. Motif ini akan terlihat dari
kegiatan ibadah, atau keinginan untuk mengabdi kepada tuhan (sufi).
Berdasarkan berbagai motif di atas, maka dalam kehidupan sehari-hari
manusia memiliki motif-motif tertentu. Antara individu yang satu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
lainnya ada yang berbeda motif hidupnya dan ada yang sama. Selain itu,
motif-motif tersebut dapat saja berinteraksi sehingga akan memunculkan
perilaku-perilaku tertentu berdasarkan motif-motif pada diri seseorang
tersebut.
4) Elemen Motivasi
Elemen motivasi terdiri dari elemen dalam (inner component),
element luar (outer element), tujuan dan motivated states, pemenuhan
kebutuhan dan reinforcement tingkah laku (Wasty Sumanto, 1998: 98).
a) Elemen dari dalam berupa perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang,
berupa keadaan tidak puas, atau ketegangan psikologis. Rasa tidak puas
psikologis ini bisa timbul oleh karena keinginan-keinginan untuk
memperoleh penghargaan pengakuan serta berbagai macam kebutuhan
lainnya.
b) Elemen dari luar adalah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan
itu sendiri berada di luar diri seseorang itu, namun mengarhkan tingkah
laku orang itu untuk mencapainya.
c) Seseorang dapat membuat reaksi-reaksi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, guna mengurangi ketegangan psikologisnya. Dalam banyak
hal,orang dapat menggunakan berbagai cara untuk memenuhi
kebutuhannya, dengan memilih tujuan-tujuan yang sulit dicapai.
d) Tingkah laku yang memenuhi kebutuhan, cenderung untuk diulangi
apabila kebutuhan itu ditimbulkan. Tingkah laku yang membawa ke arah
tercapainya tujuan, diperkuat (reinforced), yaitu bilamana seseorang
dimotivasi lagi dengan cara yang sama, maka tingkah laku itu terjadi lagi.
Selain pendapat di atas, pendapat lain
tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan
( (Sobry Sutikno, 2007: 138).
Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi akan terbentuk jika
individu memiliki kebutuhan. Kebutuhan akan muncul bila ada kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan. Jika seseorang memiliki harapan-harapan
tertentu, sedangkan ia tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit untuk dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
memenuhi harapan tersebut, maka muncullah kebutuhan. Dalam kaitannya
dengan belajar, seseorang harus mengetahui harapan-harapannya dan
mengetahui pula apa yang ia miliki untuk dapat mencapai atau meraih
harapan tersebut. Dengan mengetahui apa yang ia miliki dibandingkan
dengan harapan-harapannya, maka seseorang merasa memiliki kebutuhan,
yaitu kebutuhan untuk belajar agar apa yang diharapkannya dapat dicapai.
Adanya harapan yang belum dapat dipenuhi dengan apa yang
dimilikinya, maka akan muncul dorongan-dorongan. Dorongan-dorongan
tersebut akan muncul sehingga seseorang mau melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian, adanya kebutuhan akan mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu atau berusaha memiliki sesuatu yang akan dapat
digunakan untuk memenuhi harapannya. Dalam kaitannya dengan tujuan,
harapan-harapan dalam dirinya merupakan sesuatu yang hendak dituju. Jadi,
tujuan yang akan dicapai merupakan harapan yang muncul dalam dirinya.
Dengan demikian, jika seseorang merasa memiliki kebutuhan,
kemudian kebutuhan tersebut akan memunculkan dorongan-dorongan
tertentu, dan dorongan tersebut adalah untuk mencapai tujuan, maka
seseorang dapat dikatakan memiliki motivasi. Dalam kaitannya dengan
belajar, maka motivasi yang dimaksudkan tentunya adalah motivasi belajar.
d. Pentingnya motivasi belajar
Motivasi belajar bagi seseorang yang sedang belajar merupakan hal yang
penting dalam menjalani kegiatannya sehari-hari. Pentingnya motivasi belajar
bagi seseorang yaitu:
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir; 2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya; 3) Mengarahkan kegiatan belajar; 4) Membesarkan semangat belajar; 5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan besar dan kemudian bekerja
yang bersinambungan (Sobry Sutikno, 2007: 139).
Dengan memperhatikan pentingnya motivasi belajar, maka seseorang
dapat mengarahkan tingkah lakunya agar dapat meningkatkan motivasinya dalam
belajar. Memahami pentingnya motivasi juga perlu dilakukan guru agar guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dapat memberikan motivasi kepada anak didiknya secara cepat dan tepat. Hal ini
terkait dengan salah satu tugas guru yaitu memberikan motivasi kepada siswa
agar dapat belajar secara maksimal dalam mencapai tujuan belajar.
e. Tolok ukur daya belajar
Daya atau energi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu. Kegiatan belajar akan dapat berlangsung jika ada daya yang
mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Daya belajar belajar dipengaruhi
oleh berbagai hal sebagaimana motivasi belajar. Untuk itu, tolok ukur daya
belajar dapat diseimbangkan dengan motivasi belajar. Jadi, daya belajar guru
dapat diketahui dari motivasi belajar guru. Adapun unsur-unsur motivasi belajar
guru sebagaimana pendapat Hamzah B. Uno dapat dilihat dari beberapa hal,
yaitu:
(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2008: 31). Berdasarkan pendapat tersebut, maka daya belajar dalam penelitian ini
dapat diukur dari berbagai hal di atas, yaitu dengan mengetahui hasrat dan
keinginan untuk berhasil, memiliki dorongan dan merasa butuh belajar, adanya
harapan dan cita-cita masa depan, memiliki penghargaan dalam belajar,
merasakan ada hal yang menarik dalam belajar, dan adanya dukungan lingkungan
yang kondusif untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, secara
operasional, daya belajar guru dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang
bersifat fisik maupun psikhis yang dilakukan oleh guru dalam usaha memperoleh
peningkatan pengetahuan.
2. Kajian tentang Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian
Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu
bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan menilai hasil belajar (Rusman, 2011: 50).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
prestasi kerja atau prestasi sesunggunya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu yang
dimulai dengan serangkaian tolak ukur yang berkaitan langsung dengan tugas
seseorang serta kriteria yang ditetapkan. Kinerja adalah penampilan hasil karya
personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja adalah
performance atau unjuk kerja. Menurut LAN, kinerja diartikan prestasi
kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja (Rusman, 2011, 50).
Hasibuan (1995:36) menyatakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu .
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai.
Dari pendapat di atas bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat
diukur
Menurut Mulyana (2007: 116) kinerja guru merupakan keberhasilan guru
dalam pembelajaran di kelas yang dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses
Segi proses yaitu guru dikatakan berhasil jika mampu melibatkan sebagian besar
anak didik secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat guru pada
waktu mengajar di kelas serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan segi hasil
yaitu guru dikatakan berhasil apabila mampu mengubah perilaku sebagian besar
anak didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang baik.
Berdasarkan uraian tentang kompetensi dan peranan guru, tentu dapat
diidentifikasi kinerja ideal seorang guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya.
Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Menurut August W. Smith, Kinerja
adalah performance is output derives from processes, human otherwise, artinya
kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia man, 2011:
50).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu wujud
perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ability, capacity, held, incentive,
environment dan validity (Rusman, 2011: 50).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka kinerja guru dapat diartikan
sebagai keberhasilan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi
keberhasilan anak didik berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
adanya perubahan perilaku sebagian besar siswa pada kompetensi dasar.
b. Pengertian guru
Hakekat guru adalah orang yang senantiasa merasakan keberhasilan dan
kegagalan anak didiknya sebagaimana keberhasilan dan kegagalan yang ia miliki
dan rasakan sendiri (Thoifuri, 2007: 7).
Dinyatakan pula bahwa Guru adalah pemimpin utama yang menjadi tulang
punggung atau kekuatan yang menjadi andalan dalam mengemban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya Zainal Aqib, 2009: 2).
Dari dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki tanggung jawab
terhadap anak didiknya di sekolah. Tanggung jawab yang dimaksud adalah
tanggung jawab dalam mencapai keberhasilan siswa sebagai individu yang
sedang belajar.
Sehubungan dengan pengertian di atas, bahwa guru memiliki kompetensi
tertentu sebagai syarat menjadi seorang guru. Dinyatakan dalam permendiknas no
Setiap guru wajib memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional
Pasal tersebut menunjukkan bahwa seorang guru memiliki syarat wajib, yaitu
memiliki standar kualifikasi secara akademis dan juga memiliki kompetensi
sebagai seorang guru sesuai dengan peraturan yang berlaku secara nasional.
Dengan demikian, seorang guru bukanlah orang sembarangan yang
menyampaikan ilmu tanpa dilandasi oleh kualifikasi akademis dan kompetensi
tertentu.
c. Guru profesional
Istilah guru profesional berasal dari dua kata, guru dan profesional. istilah
guru telah dijelaskan, sedangkan istilah profesional dijelaskan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Istilah profesional berasal dari kata profesi. Dalam bahasa Inggris, disebut dengan profession yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Secara etimologis, istilah profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagi instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Rusman, 2011: 16).
Dari pengertian tersebut bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan dengan
syarat-syarat tertentu berupa pengetahuan.
Dari istilah profesi, muncul istilah profesional. Disebutkan dalam UU No
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau
norma t
menunjukkan bahwa profesional menunjuk suatu pekerjaan atau kegiatan sebagai
sumber penghasilan yang memerlukan keahlian sesuai kualitas atau norma
tertentu yang memerlukan pendidikan tertentu.
Istilah guru profesional dapat diberi pengertian sebagaimana
program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah
negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas- Oemar
Hamalik, 2006: 27).
Pengertian lain dikemukakan oleh Rusman (2011: 18)
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
Dari kedua pengertian tersebut bahwa guru profesional merupakan tenaga
pengajar yang memiliki kemampuan di bidang pendidikan dan pembelajaran
sehingga dapat menjalankan tugasnya secara maksimal.
Menunjuk pada pengertian guru profesional di atas, maka ada guru
profesional madani sebagaimana dikemukakan oleh Sudarwan Danim.
Menurutnya, Guru Profesional Madani (GPM) adalah guru yang memiliki:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1. Pemahaman terhadap karakteristik siswa; 2) penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun kependidikan; 3) kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik; dan 4) kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan (Sudarwan Danim, 2011: 113).
Guru profesional madani adalah guru profesional yang menguasai masalah
pendidikan dan pembelajaran serta didukung kemauan dan kemampuan dalam
mengembangkan profesionalitas serta kepribadiannya secara berkelanjutan.
d. Ciri-ciri guru profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki ciri-ciri profesionalisasi
jabatan guru. Guru sebagai tenaga profesional, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan dari pada usaha untuk kepentingan pribadi.
2) Guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyartan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru.
3) Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik, dan landasan kependidikan.
4) Guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.
5) Guru, selalu diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar, konvensi, serta terlibat secara luas dalam berbagai
in service 6) Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career). 7) Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun
secara lokal (Rusman, 2011: 26).
Ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa seorang guru merupakan jabatan
yang tidak mudah untuk dilakukan. Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap
murid-muridnya saja, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan juga tanggung jawab sosial. Terhadap diri sendiri, guru profeisonal
memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan dirinya agar kemampuannya
terus meningkat. Sedangkan tanggung jawab sosial, guru profesional harus
mengedepankan kepentingan sosial daripada kepentingan diri sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e. Tolok ukur kualitas kinerja guru
Kinerja guru merupakan harapan bagi semua orang, baik orang tua siswa,
siswa sendiri, masyarakat, dan tentu negara juga mengharapkan hasil pendidikan
dapat mencetak kader bangsa yang mampu memajukan negara. Harapan tersebut
tentunya juga tergantung dari kualitas kinerja guru itu sendiri. Untuk mengetahui
kualitas kinerja guru, dikemukakan: ada tolok ukur kualitas kinerja guru yang
meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional (Rusman, 2011: 54).
Dengan demikian, secara operasional, kinerja guru dapat didefinisikan sebagai
kemampuan guru dari segi kegiatan pendidikan dan pembelajaran, kegiatan yang
berkaitan dengan kemampuan pribadi, kemampuan melakukan kegiatan sosial
dan kemampuan yang berkaitan dengan profesionalitas sebagai guru.
Untuk dapat mencapai kualitas kinerja guru, guru memiliki peranan yang
berkaitan dengan kompetensi guru, yaitu: guru melakukan diagnosis terhadap
perilaku awal siswa, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, guru
melaksanakna proses pembelajaran, guru sebagai pelaksana administrasi sekolah,
guru sebagai komunikator, guru mampu mengembangkan keterampilan diri, guru
dapat mengembangkan potensi anak, guru sebagai pengembang kurikulum di
sekolah.
Kinerja guru yang berkaitan secara langsung dengan kegiatan
pembelajaran, memiliki indikator yang lebih spesifik. Dikemukakan oleh Rusman
(2011: 97), bahwa penilaian kinerja guru meliputi: penilaian kinerja dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan
membuka dan menutup pembelajaran, pelaksanaan variasi stimulus
pembelajaran, pelaksanaan keterampilan bertanya, dan memberi penguatan
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dinilai meliputi tujuan
pembelajaran yang berkaitan dengan standar kompetensi, indikator, ranah tujuan,
kesesuaian dengan kurikulum, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan
evaluasi.
Pelaksanaan pembelajaran yang dapat dinilai meluputi kemampuan
membuka pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
belajar, kegiatan blajra mengajar, kemampuan menggunakan media
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, kemampuan menutup kegiatan
pemblajaran, dan tindak lanjut.
Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran meliputi kegiatan
membuka pelajaran dari segi sikap,, memulai pelajaran, melakukan apersepsi,
keterkaitan pendahuluan dengan inti pelajaran. Kegiatan menutup pelajaran
meliputi kemampuan menyimpulkan, menggunakan kata-kata yang membesarkan
hati siswa, memberikan evaluasi lisan dan tulisan, serta memberikan tugas.
Pelaksanaan stimulus pembelajaran meliptui gerak guru, iyarat guru,
suarau guru, pemusatan perhaian, pola interaksi, diam sejenak, dan penggantian
indera penglihatan/pendengaran.
Keterampilan bertanya meliputi kejelasan pertanyaan, kejelasan hubungan
pertanyaan dengan materi, pemberian waktu berpikir, pendistribusian pertanyaan,
dan pemberian tuntunan.
Kemampuan memberi penguatan meliputi kemampuan mengucapkan kata
sanjungan, kalimat sanjungan, pujian, penguatan dengan gerak non verval seperti
senyuman, pendekatan, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan memberi
hadiah yang relevan.
f. Hubungan Daya Belajar dengan Kinerja Guru
Daya belajar merupakan daya atau energi yang mendorong seseorang
untuk melakukan kegiatan belajar. Bagi guru, daya belajar berkaitan dengan
pengembangan kompetensi guru. Pengembangan kompetensi tidak harus
dilakukan atau diadakan oleh pimpinan. Akan tetapi pengembangan kompetensi
dapat dilakukan sendiri oleh masing-masing individu. Guru yang memiliki energi
atau daya untuk mengembangkan dirinya sendiri merupakan guru yang
profesional madani (GPM). Dinyatakan oleh Sudarwan Danim (2011: 125)
intelektual, mental, emosional, da
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa guru yang profesional merupakan guru yang
energik baik fisik maupun mental, intelektual, emosional, dan spritualnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Dengan adanya energi atau daya yang kuat tersebut, maka guru dapat
mengembangkan profesionalitas di dalam dirinya.
Guru profesional merupakan guru yang menjalankan tugas sesuai dengan
etika profesional. Guru yang demikian melakukan tugas sesuai dengan aturan
yang ada dan lebih tertuju pada pencapaian tujuan dari pada untuk kepentingan
-mata karena
rasa terpanggil untuk berbuat, tanpa mengingkari ada maksud yang ingin dicapai
dirinya secara individual, seperti gaji, aktualisasi diri, mengisi waktu luang, atau
rekreas (Sudarwan Danim, 2011: 125).
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa guru profesional menjalankan tugas sesuai
dengan tanggung jawabnya dan tentunya juga masih mengakui adanya kebutuhan
individualnya sebagai manusia yang memerlukan banyak hal. Namun dalam hal
ini tentunya masing-masing dijalankan sesuai dengan porsi yang berimbang.
Guru profesional menjalankan tugas sesuai hak dan kewajibannya secara
berimbang. Sebagaimana uraian di atas bahwa guru profesional merupakan guru
yang energik, menjalankan tugas dan kehidupan pribadinya secara seimbang.
Lebih lanjut lagi bahwa guru profesional selalu berusaha untuk meningkatkan
kinerjanya. Sebagaimana dinyatakan oleh Sudarwan Danim (2011: 132) bahwa
Pernyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa guru profesional akan selalu
berusaha mencapai hasil yang lebih baik. Dengan demikian, maka kinerja guru
profesional akan semakin menuju kesempurnaan atau kinerja yang maksimal
sesuai dengan tujuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa adanya energi atau
daya yang ada dalam diri guru profesional, maka salah satu daya yang ada
merupakan daya belajar yang akan digunakan untuk selalu mengembangkan
dirinya secara profesional. Dengan tidak meninggalkan kehidupannya, guru
profesional menjalankan hak dan kewajibannya secara berimbang. Energi atau
daya yang dimiliki oleh guru profesional akan selalu mengarahkan dirinya kepada
prestasi yang lebih baik lagi. Jadi, daya belajar yang ada dalam diri guru akan
mengarah pada kinerja yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Moch Bruri Triyono dan Badrun Kartowagiran (2009) yang
menyimpulkan bahwa:
Model evaluasi kinerja guru professional ini terdiri dari tiga komponen, yakni: (1) mekanisme penilaian kinerja guru professional, (2) kriteria atau indikator guru professional, dan (3) instrumen kinerja guru profesional yang terdiri dari IPKG I, IPKG II, dan instrumen penilaian atasan dan pengawas yang ketiga-tiganya adalah instrumen sertifikasi guru. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu sama-sama
mengkaji masalah kinerja guru. Sedangkan perbedaannya yaitu variabel yang terkait
dengan penelitian, dalam penelitian ini dikaitkan dengan variabel daya belajar,
sedangkan penelitian yang lalu hanya membahas satu variabel saja. Perbedaan juga
terletak pada metode penelitian, dimana penelitian yang lalu merupakan penelitian
kualitatif, sedangkan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif korelasional. Analisis data juga berbeda, penelitian yang lalu
menggunakan analisis interaktif, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis
korelasi.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran tentang hubungan antar
variabel. Dalam penelitian ini, variabel yang menjadi bahan kajian adalah daya
belajar (learning capability) dan kinerja guru. Alur pemikiran dari hubungan
variabel-variabel tersebut dapat diuraikan secara singkat di bawah ini.
Daya belajar guru adalah kekuatan yang digunakan oleh seseorang guru
untuk melakukan suatu kegiatan. Daya belajar guru dapat dilihat dari adanya hasrat
dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan belajar, harapan dan cita-cita,
penghargaan, kegiatan yang menarik, dan lingkungan yang kondusif. Dengan adanya
hal-hal tersebut maka akan memunculkan daya belajar yang kuat. Tinggi rendahnya
daya yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan tingkat aktivitas seseorang
dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Jadi daya belajar akan berkaitan juga
dengan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan dari aktivitas yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Guru sebagai seorang pengajar, melakukan suatu aktivitas, yaitu kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan pengetahuan
kepada siswa. Dalam menyampaikan pengetahuan tersebut diperlukan kemampuan
yang harus selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan jaman. Untuk itu, guru perlu
melakukan kegiatan belajar agar dapat memiliki kemampuan yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran. Tujuannya agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran
secara maksimal. Tujuan pembelajaran merupakan keberhasilan guru dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Keberhasilan guru dapat dilihat dari
kemampuan guru dalam melakukan diagnosis, pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pelaksanaan administrasi sekolah,
kemampuan komunikasi, pengmbangan keterampilan, pengembangan potensi anak,
dan pengembangan kurikulum. Dengan terlaksananya berbagai hal tersebut, maka
tentu akan menghasilkan kinerja yang maksimal.
Untuk dapat melakukan kegiatan belajar, guru memerlukan daya tertentu
sehingga ia mau dan mampu melakukan kegiatan belajar. Daya tersebut dapat berasal
dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Banyak faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya daya belajar seorang guru sebagaimana telah disebutkan di atas.
Dengan adanya daya belajar yang baik, maka guru dapat memiliki pengetahuan yang
cukup untuk menyelenggarakan pembelajaran secara maksimal.
Secara grafis, hubungan variabel tersebut dapat digambarkan di bawah ini:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Daya Belajar
(learning capability)
Guru
Kinerja Guru
Kegiatan Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Terdapat hubungan yang signifikan antara daya belajar dengan kinerja guru
Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian merupakan objek dari kegiatan penelitian, sedangkan
waktu penelitian menunjukkan berlangsungnya kegiatan penelitian tersebut. Menurut
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar dinyatakan (2011: 41)
dan waktu penelitian bermanfaat untuk membatasi daerah dan waktu dari variabel-
variabel yang dite
Karena itulah maka penelitian ini juga menetapkan tempat dan waktu penelitian.
1. Tempat Penelitian
Penelitian sosial dilakukan di suatu tempat tertentu. Tempat tersebut
merupakan tempat keberadaan objek penelitian. Penentuan waktu terkait dengan
fenomena permasalahan yang perlu dikaji. Tempat penelitian yang dijadikan objek
memperoleh data yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian ini
adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Kota Surakarta. Peneliti mengambil lokasi
di Kota Surakarta, dengan alasan sebagai berikut :
a. Terdapat fenomena tentang kekurangberhasilan pendidikan di Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas yang ditunjukkan masih adanya beberapa sekolah yang tidak dapat
meluluskan siswanya.
b. Tersedia data penelitian yang diperlukan sehubungan dengan permasalahan
penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Hal ini terkait dengan
salah satu tujuan dari suatu penelitian yang dilakukan dan kemampuan peneliti
sehubungan dengan waktu yang tersedia untuk melakukan penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan setelah usulan penelitian disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, dan
setelah mendapat ijin dari pihak yang berwenang. Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2012. Adapun jadwal kegiatan penelitian
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Keterangan 2012
Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov 1. Persiapan a. Mengurus perizinan X b. Koordinasi dengan
kepala sekolah dan guru
X
c. Menyusun angket X X d. Melakukan ujicoba
angket X
e. Menganalisis hasil ujicoba dan merevisi angket
X
2. Pelaksanaan Penelitian X a. Penyebaran
angket/kuesioner
b. Skoring angket X c. Tabulasi data hasil
angket X
d. Analisis data hasil penelitian
X
3. Penyusunan laporan/skripsi
a. Penyusunan draf X b. Pengetikan skripsi X 4. Pelaksanaan ujian
skripsi X X
B. Rancangan / Desain Penelitian
Ada beberapa macam jenis penelitian yang digunakan dalam sebuah
kegiatan penelitian, tergantung dari metode penelitiannya. Riduwan (2008 : 49)
mengemukakan bahwa metode penelitian dapat berbentuk: metode penelitian
survey, expost facto, eksperimen, naturalistik, policy research, action research,
evaluasi, dan
Dari berbagai macam jenis penelitian tersebut, sesuai dengan masalah dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian survey. Disebutkan oleh
Kerlinger (1996) bahwa Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis Riduwan,
2008: 49).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini dilakukan pada populasi
tertentu dengan mengambil sampel sebagai sumber data. Selanjutnya, penelitian
dimaksudkan untuk menganalisis kejadian-kejadian yang sifatnya relatif sesuai
dengan keadaan objek penelitian, mendistribusi data yang diperoleh, dan mencari
hubungan antara variabel dalam penelitian.
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu daya belajar sebagai variabel
bebas dan kinerja guru sebagai variabel terikat. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Karena itu, maka
penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan
antara daya belajar dengan kinerja guru.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penelitian dilakukan pada suatu objek atau tempat tertentu. Objek atau tempat
penelitian bidang sosial yaitu berupa sebuah lembaga atau organisasi yang berisi
orang-orang yang menjadi anggota dari lembaga atau organisasi. Jadi yang menjadi
objek dalam penelitian sosial adalah orang-orang yang kemudian disebut sebagai
populasi. Objek yang dimaksud adalah perilaku dari orang-orang yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Sehubungan dengan populasi, Suharsimi
Arikunto (2010 : 173) subyek
Berbeda halnya dengan Saifuddin Azwar (2004: 77) yang menge-
ok subjek yang hendak
dikenai
Sementara itu, Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2011: 42) menyatakan
kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok
objek yang lengkap dan jelas .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan
subyek yang akan diteliti tetapi menyangkut keseluruhan karakteristik atau ciri-ciri
yang dimiliki subyek tersebut. Adapun populasi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah semua guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Lanjutan Atas Negeri di
Kota Surakarta, dengan jumlah sekolah sebanyak 20 sekolah yang terdiri dari 8
SMAN, 9 SMKN, 2 MAN, dan 1 SMALB. Namun dari 20 sekolah, ada 2 sekolah
yang tidak bersedia digunakan sebagai tempat penelitian, sehingga hanya ada 18
sekolah yang menjadi tempat penelitian. Adapun daftar sekolah yang menjadi lokasi
penelitian sebagai populasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2. Daftar Populasi Penelitian Tahun 2012
No Lokasi Penelitian Jumlah Guru 1 SMA N 1 Surakarta 5 2 SMA N 4 Surakarta 4 3 SMA N 5 Surakarta 5 4 SMA N 6 Surakarta 4 5 SMA N 7 Surakarta 3 6 SMA N 8 Surakarta 4 7 SMK N 1 Surakarta 2 8 SMK N 2 Surakarta 4 9 SMK N 3 Surakarta 3
10 SMK N 4 Surakarta 3 11 SMK N 5 Surakarta 4 12 SMK N 6 Surakarta 3 13 SMK N 7 Surakarta 3 14 SMK N 8 Surakarta 3 15 SMK N 9 Surakarta 4 16 MA N 1 Surakarta 3 17 MA N 2 Surakarta 4 18 SMA LB N Surakarta 1
Jumlah 62
Dari sejumlah sekolah tersebut, terdapat guru Pendidikan Kewarganegaraan
sebanyak 62 orang guru. Dengan demikian, jumlah populasi dalam penelitian ini
sebanyak 62 orang guru Pendidikan Kewarganegaraan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Sampel
Suatu penelitian dilakukan terhadap sebagian dari anggota populasi yang
ada. Sebagian dari anggota populasi yang menjadi responden penelitian biasa disebut
sampel. Penelitian dilakukan terhadap sampel karena adanya beberapa alasan.
sampel dalam penelitian didasari oleh pertimbangan efisiensi sumber daya. Sumber
daya tersebut
Dari pendapat tersebut bahwa pengambilan sampel dalam penelitian terkait dengan
kemampuan peneliti yang terkait dengan ketersediaan waktu, tenaga, dan biaya yang
dimiliki oleh peneliti.
Sehubungan dengan sampel, Suharsimi Arikunto (2010: 174)
Sampel yang diambil harus representatif, yakni mewakili populasi dalam arti semua
ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada populasi tercermin pada sampel. Oleh
karena itu dalam menentukan sampel harus mengikuti teknik-teknik yang ditentukan.
Dalam menentukan jumlah sampel, harus dilakukan dengan teknik tertentu
agar dapat mewakili populasinya. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 177)
menentukan besarnya sampel, peneliti harus melakukannya dengan berbagai
pertimbangan, antara lain keberagaman karakteristik, misalnya jenis kelamin, tingkat
pendidikan, asal daerah, suku, agama atau kepercayaan, usia, dan lain-lain yang
sekiranya terkait dengan variabel yang diteliti
Sementara itu dik -
teknik tertentu agar kesimpulan yang berlaku untuk populasi dapat dipertanggung
jawabka (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2011: 46).
Karena itulah, maka dalam penelitian ini juga dilakukan pengambilan sampel. Dalam
menetapkan besarnya anggota sampel, maka beberapa pertimbangan yaitu: (1)
(Husaini Usman dan
Purnomo Setiady Akbar, 2011: 47).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam suatu penelitian juga menetapkan sampel
dengan teknik tertentu. Penggunaan teknik tertentu penetapan jumlah sampel terkait
dengan masalah keterbatasan peneliti, yang terkait dengan ketersediaan waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
penelitian, kemampuan dari segi tenaga untuk pengumpulan data, dan tentunya
besarnya biaya penelitian.
Sesuai dengan uraian tentang pengambilan sampel di atas, maka penetapan
sampel dapat dilakukan berdasarkan tabel yang disusun oleh Krejie dan Morgan
(Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2011: 51).
Tabel Krejie dan Morgan dapat dilihat pada lampiran 1. Berdasarkan tabel Krejie dan
Morgan, dengan jumlah populasi sebanyak 62 orang, maka jumlah sampel sebesar
52. Pengambilan sampel dilakukan secara random. Hasil pengambilan sampel dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3. Pengambilan Sampel Penelitian Tahun 2012
No Lokasi Penelitian Proportional Sampel Jumlah Sampel 1 SMA N 1 Surakarta (5/62) x 52 4 2 SMA N 4 Surakarta (4/62) x 52 3 3 SMA N 5 Surakarta (5/62) x 52 4 4 SMA N 6 Surakarta (4/62) x 52 3 5 SMA N 7 Surakarta (3/62) x 52 2 6 SMA N 8 Surakarta (4/62) x 52 3 7 SMK N 1 Surakarta (2/62) x 52 2 8 SMK N 2 Surakarta (4/62) x 52 3 9 SMK N 3 Surakarta (3/62) x 52 3
10 SMK N 4 Surakarta (3/62) x 52 3 11 SMK N 5 Surakarta (4/62) x 52 3 12 SMK N 6 Surakarta (3/62) x 52 3 13 SMK N 7 Surakarta (3/62) x 52 3 14 SMK N 8 Surakarta (3/62) x 52 3 15 SMK N 9 Surakarta (4/62) x 52 3 16 MA N 1 Surakarta (3/62) x 52 3 17 MA N 2 Surakarta (4/62) x 52 3 18 SMA LB N Surakarta (1/62) x 52 1
62 52
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel atau disebut juga sampling adalah roses
pengambilan atau memilih n buah elemen/objek/unsur dari populasi yang berukuran
N (Nugraha Setiawan, 2005: 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pendapat lain dikemukakan bahwa:
sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber
data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representatif atau benar- (Hadari
Nawawi, 1995: 152).
Pengambilan sampel merupakan bagian dari kegiatan dalam penelitian, terutama
penelitian yang melibatkan populasi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam
menentukan sampel, diupayakan untuk dapat mewakili populasi penelitian. Untuk
itu, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik-teknik tertentu sesuai dengan
situasi dan konsisi populasi penelitian.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Berbagai macam cara pengambilan sampel dikemukakan oleh beberapa ahli. Salah
satunya dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1995 : 152)menyebutkan ada dua teknik
sampling sebagian berikut :
1. Probability Sampling Teknik sampling ini termasuk teknik random sebagai cara penentuan sampel yang objektif, karena memperhitungkan besarnya variasi populasi yang dapat menjadi sumber kekeliruan dalam penarikan sampel.
2. Non Probability Sampling Teknik sampling ini termasuk non random sampling, karena tidak memperhitungkan variasi antara setiap unit sampling dan kemungkinan kekeliruan sampel.
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa ada beberapa cara pengambilan sampel
dalam penelitian baik teknik random sampling maupun teknik non random sampling
sebagai berikut :
1. Secara Random Sampling dapat ditempuh dengan ; a. Cara Undian b. Cara Ordinal. c. Cara Random dari bilangan random
2. Secara Non Random Sampling dapat dilakukan dengan : a. Proporsional sampling. b. Stratified sampling. c. Purposive sampling. d. Quota sampling e. Double sampling. f. Area probability sampling g. Cluster sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
h. Accidental sampling i. Combioned sampling (Sutrisno Hadi, 2005: 76).
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
proportional random sampling. Teknik tersebut bertujuan agar sampel pada
penelitian ini dapat digeneralisasi pada populasi penelitian, sehingga sampel yang
diambil benar-benar representatif dan dapat memenuhi syarat sebagaimana
populasinya. Proportional random sampling adalah penarikan sampel yang
dilakukan secara proportional, yaitu mengambil sampel dari beberapa kelompok
populasi sesuai dengan jumlah proporsi yang ada. Sedangkan pengambilan sampel
secara random adalah pengambilan sampel secara acak. Dengan demikian,
proportional random sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil
sampel secara proporsional di setiap kelompok populasi, dan pengambilan pada tiap
kelompok populasi dilakukan secara acak.
E. Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan
berdasarkan kajian teori. Untuk dapat membuktikan hipotesis tersebut, diperlukan
data dari objek penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh Husaini Usman dan
Purnomo Setiady Akbar (2011: 52)
Data yang diperlukan dalam pengujian hipotesis tentunya dikumpulkan dengan cara-
cara tertentu. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Husaini Usman dan Purnomo
Setiady Akbar (2011: 52)
Karena itulah maka dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan teknik
tertentu sesuai dengan jenis-jenis pengumpulan data.
Ada beberapa teknik pengumpulan data. Husaini Usman dan Purnomo
Setiady Akbar (2011: 52) mengemukak
atas (1) observasi, (2) w
Pendapat lain dikemukakan oleh Muhammad Idrus (2007: 126) bahwa teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dari berbagai macam teknik pengumpulan data tersebut, sesuai dengan keperluan
penelitian maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu
angket/kuesioner.
1. Pengertian Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 194) Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atas hal-
Jadi jelas bahwa teknik pengumpulan data dengan angket adalah pengumpulan data
untuk menyelidiki suatu masalah dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan
kepada responden untuk mendapatkan informasi keterangan, tanggapan atau hal yang
diketahui secara tertulis.
2. Jenis-jenis Angket
Suharsimi Arikunto (2010 :195) mengemukakan bahwa kuesioner dapat
dibeda-bedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang.
a. Dipandang dari cara menjawabnya, ada: a) Kuesioner terbuka b) Kueioner tertutup
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, ada: a) Kuesioner langsung b) Kuesioner tidak langsung
c. Dipandang dari bentuknya, ada: a) Kuesioner pilihan ganda b) Kuesioner irisan c) Check list d) Rating scale
Dalam penelitian ini angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket
langsung tertutup dengan bentuk rating scale yaitu angket yang berupa daftar
pertanyaan yang disediakan untuk responden agar mereka menjawab tentang dirinya
sendiri, yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih satu
jawaban pada kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, dari sangat setuju sampai
dengan sangat tidak setuju.
3. Langkah-Langkah Menyusun Angket
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan pembuatan angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Menentukan aspek-aspek yang akan diukur (Lampiran 2).
c. Menyusun petunjuk pengisian angket.
d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan indikator-indikator yang
akan diteliti (Lampiran 3).
e. Mengadakan uji coba (try out)
f. Revisi angket
Setelah angket diuji cobakan, maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi.
Revisi dilakukan dengan cara menghilangkan atau mendrop item-item pertanyaan
yanng tidak valid atau tidak reliabel.
g. Memperbanyak angket
Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel,
diperbanyak sesuai dengan jumlah responden yang dijadikan sampel. Angket siap
untuk disebarkan kepada responden.
h. Langkah terakhir adalah menggunakan angket yang telah diperbanyak dan sudah
mendapatkan umpan balik dari responden sebagai alat pengumpul data yang
kemudian dianalisis.
F. Validasi Instrumen Penelitian
Setelah angket disusun, angket tersebut perlu diuji cobakan untuk mengetahui
letak kelemahan atau hal-hal yang akan menyulitkan responden dalam menjawab
pertanyaan. Selain itu uji coba (try out) ini bertujan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas angket tersebut. Sutrisno Hadi (1999 : 166) mengemukakan sebagai
berikut:
Tujuan mengadakan try out :
a. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya b. Untuk menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu
akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan. c. Untuk memperbaiki pertanyaan-partanyaan yang biasanya dilewati,
menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal. d. Untuk menambahkan item yang sangat perlu atau meniadakan item-item
yang dinyatakan tidak relevan dengan tujuan riset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Uji coba atau try out dari angket dilakukan pada anggota populasi di luar
sampel penelitian. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket digunakan alat
ukur sebagai berikut :
1. Validitas
Suharsimi Arikunto (2010 : 211) mengemukakan bahwa yang dimaksud
kan tingkat-tingkat kevalidan dan
Dengan demikian suatu instrumen dikatakan sahih atau valid jika mempunyai
validitas yang tinggi atau sebaliknya mampu mengukur atau mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat.
Validitas dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Ada dua jenis
validitas untuk instrument p
(Suharsimi Arikunto, 2010: 212).
Sebuah instrument dikatakan memiliki validitas logis apabila instrument tersebut
secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrument
yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi sedangkan
instrument yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki
validitas konstruksi.
Menurut Sugiyono (2009:174), instrument yang valid harus mempunyai
Instrument yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada
dalam instrument secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur,
validitas internal ini terdri dari dua macam validitas yakni: (1) validitas konstrak
(Construct Validity) dan (2) Validitas isi (content validity). Validitas konstrak
disusun berdasarkan teori yang relevan. Sedangkan validitas isi (Content Validity),
disusun berdasarkan rancangan atau program yang telah ada. Instrument yang
dinyatakan mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrument disusun
berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada.
Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas konstrak dan
validitas butir. Berdasarkan validitas konstrak dan validitas butir, untuk validitas
konstrak angket diturunkan dari teori yang dituangkan dalam indikator-indikator dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
selanjutnya menjadi kisi-kisi instrument. Untuk validitas butir, angket diujicobakan,
kemudian hasil uji coba dianalisis.
Adapun untuk validitas butir, dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment yaitu :
2222 )()(
))((
YYNXXN
YXXYNrxy (Suharsimi Arikunto, 2010:213)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
X = Skor masing-masing item
Y = Skor total
XY = Jumlah perkalian 2X = Jumlah kuadrat X
2Y = Jumlah kuadrat Y
N = Jumlah subjek
Hasil uji validitas yang telah dilakukan terhadap 10 responden diperoleh data seperti
terlihat pada lampiran 4. Hasil uji validitas sebagai berikut:
a. Angket Daya Belajar
Angket uji coba tentang daya belajar dalam penelitian ini sejumlah 20
butir pernyataan. Dari 20 butir tersebut, terdapat 4 butir yang dinyatakan tidak
valid, karena hasil analisis korelasi menunjukkan nilai kurang dari r tabel. Butir
yang tidak valid tersebut adalah butir nomor 5, 8, 13, dan 19 (Lampiran 5).
Keempat butir tersebut kemudian didrop atau dihilangkan dan tidak digunakan
dalam penelitian, karena ada butir lain yang dapat mewakili indikator yang sama.
Sehingga angket yang digunakan untuk penelitian sebanyak 16 butir pernyataan.
b. Angket Kinerja Guru
Angket uji coba tentang kinerja guru dalam penelitian ini sejumlah 24
butir pernyataan. Dari 24 butir tersebut, terdapat 4 butir yang dinyatakan tidak
valid, karena hasil analisis korelasi menunjukkan nilai kurang dari r tabel. Butir
yang tidak valid tersebut adalah butir nomor 6, 13, 16, dan 23 (Lampiran 6).
Keempat butir tersebut kemudian didrop atau dihilangkan dan tidak digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dalam penelitian, karena ada butir lain yang dapat mewakili indikator yang sama.
Sehingga angket yang digunakan untuk penelitian sebanyak 20 butir pernyataan.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu instrumen. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto b
pengertian sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
(2010 :221).
Menurut Sugiyono (2009: 183) reliabilitas instrumen dapat
.
Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan tes-retest (stability), equivalent,
dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas
instrument.
Untuk reliabilitas angket dalam penelitian ini digunakan uji konsistensi
internal (Internal Consistency). Suatu instrumen yang memiliki reliabilitas yang
tinggi dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat dipercaya. Uji
reliabilitas angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus alpha, yaitu:
2
2
11 11 t
b
kk
r ( Suharsimi Arikunto, 2010 : 239 )
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen yang dicari
k = Banyaknya butir pertanyaan
2b = Jumlah varian butir soal / banyak soal
2t = Varians total
Hasil uji reliabilitas angket daya belajar diperoleh r11 sebesar 0,971
(Lampiran 7). Kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan N = 10 dan taraf
signifikansi 0,05 sebesar 0,632. Karena harga r11 > r tabel, maka angket daya belajar
dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas angket kinerja guru diperoleh r11 sebesar
0,978 (Lampiran 8). Kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan N = 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,632. Karena harga r11 > r tabel, maka angket
kinerja guru dinyatakan reliabel.
G. Analisis Data
Dari data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dalam rangka pengujian
hipotesis dan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Adapun teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi.
Adapun langkah-langkah analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Tabulasi Data
Data yang telah diperoleh kemudian disusun ke dalam tabel-tabel untuk
memudahkan dalam perhitungan.
2. Memenuhi Persyaratan
Uji persyaratan untuk teknik analisis statistik dengan korelasi, yaitu :
a. Sampel diambil secara random
b. Uji normalitas
Untuk menguji normalitas data digunakan uji Chi Kuadrat dengan rumus
sebagai berikut :
2
2
fh
fhfo (Suharsimi Arikunto, 2010: 333 )
Dimana : 2
= Chi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diperoleh dari hasil observasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
c. Uji linieritas
Uji linearitas ini digunakan untuk menguji apakah model linear yang
diambil benar-benar cocok atau tidak dengan keadaannya. Bila letak titik variabel
bebas dan terikat berada sekitar garis lurus, maka dapat menggunakan metode
linear. Tetapi metode linear kurang cocok, maka dapat menggunakan metode
non-linear.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Adapun perhitungan uji linieritas dilakukan dengan rumus-rumus sebagai
berikut:
JK (G) =
JK (TC) = JK (S) JK (E), dimana:
JK (S) = JK (T) JK (a) JK (b/a)
JK (T) =
JK (a) =
JK (a/b) = b
b =
dkTC
dk(G)
RJK (TC) =
RJK (G) =
Fhit = (Sudjana, 2002: 332)
d. Uji Independensi
Uji independensi dilakukan untuk mengetahui ketidakterikatan
(independen) variabel bebas dengan variabel terikat. Uji independensi dilakukan
dengan menggunakan uji F. Adapun rumus uji F adalah sebagai berikut:
res
reg
res
reg
RK
RK
1)-k-/(nJK
/kJK F (Syafaruddin Siregar, 2004: 207)
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hipotesis yang diterima atau
ditolak. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menghitung korelasi sederhana antara X dan Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
(Suharsimi Arikunto, 2010 : 213 )
b. Uji signifikansi koefisien korelasi
Uji signifikansi koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah
harga koefisien korelasi dari hasil perhitungan signifikan atau tidak. Uji
signifikansi koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan
rumus sebagai berikut:
2r-1
2-Nr t
(Syafaruddin Siregar, 2004: 211)
c. Menghitung persamaan garis regresi linear dengan rumus :
110 XaaY
(Sudjana, 2002 : 198)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Surakarta
yang terdiri dari SMU Negeri dan SMK Negeri. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
tersebut di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta. Setiap
sekolah terdapat guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 2
sampai 3 orang guru. Secara lebih jelas, SLTA Negeri di kota Surakarta dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Daftar SLTA Negeri di Kota Surakarta Tahun 2012
Nama Sekolah Alamat Sekolah
MAN 1 Surakarta Jl. Sumpah Pemuda 25 MAN 2 Surakarta Jl. Slamet Riyadi 308 SMALB/B Negeri Jl. Mr. Sartono, Cengklik Surakarta SMAN 1 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta SMAN 2 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta SMAN 3 Surakarta Jl. Prof. Wz. Johanes 58 Surakarta SMAN 4 Surakarta Jl. Adisucipto No. 1 SMAN 5 Surakarta Jl. Letjen. Sutoyo 18 Surakarta 57135 SMAN 6 Surakarta Jl. Mr. Sartono No. 30 SMAN 7 Surakarta Jl. Mr. Muhammad Yamin No. 79 SMKN 1 Surakarta Jl. Sungai Kapuas No. 28 Surakarta SMKN 2 Surakarta Jl. Lu Adisucipto No. 33 SMKN 3 Surakarta Jl. Brigjen Sudiarto No. 34 SMKN 4 Surakarta Jl. Lu. Adisucipto No. 40 SMKN 5 Surakarta Jl. Lu. Adisucipto No. 42 SMKN 6 Surakarta Jl. Lu. Adisucipto No. 38 SMKN 7 Surakarta Jl. Jend. Akhmad Yani No. 374 SMKN 8 Surakarta Jl.Sangihe,Kepatihan Wetan Surakarta SMKN 9 Surakarta Banyuanyar
Dari sejumlah sekolah tersebut, terdapat 2 sekolah yang tidak bersedia
digunakan sebagai tempat penelitian, yaitu SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Surakarta. Dari jumlah sekolah yang bersedia ditempati sebagai objek penelitian,
terdapat guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sejumlah 62 orang guru.
Keadaan karakteristik guru Pendidikan Kewarganegaran yang menjadi
populasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Jenis Kelamin Tahun 2012
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-laki 30 48,4 2. Perempuan 32 51,6 Jumlah 62 100,0
Tabel 4.3. Karakteristik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Segi Usia Tahun 2012
No. Usia Responden Jumlah Persentase
1. 30 - 35 3 4,84 2. 36 - 40 4 6,45 3. 41 - 45 18 29,03 4. 46 - 50 20 32,26 5. 51 - 55 12 19,35 6. 56 - 60 5 8,06 Jumlah 62 100,0
B. Deskripsi Data
Penelitian ini membahas tentang hubungan variabel bebas yaitu daya
belajar (X) dengan variabel terikat yaitu kinerja guru (Y). Data kedua variabel
tersebut diperoleh melalui angket. Peneliti menggunakan angket sebagai teknik
utama untuk pengumpulan data mengenai daya belajar dan kinerja guru.
Melalui proses tabulasi data daya belajar (Lampiran 9) dan kinerja guru
(Lampiran 10), kemudian diperoleh data induk penelitian (lampiran 11). Selanjutnya,
dibuat tabel kerja analisis data sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 12).
Berdasarkan tabel kerja analisis data, maka peneliti mengemukakan deskripsi data
sebagai berikut :
1. Daya Belajar
Data daya belajar yang diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada
52 responden sebagai subjek penelitian, dapat diketahui :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Nilai tertinggi : 73
b. Nilai terendah : 53
c. Nilai Rata-rata : 63,35
d. Standar deviasi : 4,19
e. Median : 63,26
f. Modus : 63,0 (lampiran 13)
Berdasarkan banyaknya data, maka dapat dibuat 7 kelas interval dengan interval
kelas sebesar 3. Distribusi data variabel daya belajar sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Daya Belajar Guru Pendidikan KewarganegaraanTahun 2012
No Kelas Interval Frekuensi Persentase
1 71-73 2 3,85% 2 68-70 7 13,46% 3 65-67 10 19,23% 4 62-64 17 32,69% 5 59-61 10 19,23% 6 56-58 4 7,69% 7 53-55 2 3,85% Jumlah 52 100,00%
Distribusi data daya belajar pada tabel di atas dapat digambarkan dalam
histogram di bawah ini:
Gambar 4.1. Histogram Data Daya Belajar Guru Pendidikan Kewarganegaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tahun 2012
Berdasarkan data daya belajar, dapat dihitung tingkat pencapaian skor
sebagai berikut:
Jumlah butir pertanyaan : 16
Jumlah altenatif jawaban : 5
Banyaknya responden : 52
Jumlah tertinggi skor yang dapat diperoleh : 16 x 5 x 52 = 4160
Jumlah skor hasil penelitian : 3294
Persentase skor yang diperoleh : (3294 / 4160) x 100% = 79,18%
Dari perhitungan tersebut, maka tingkat daya belajar guru sebesar 79,18%.
2. Kinerja Guru
Data kinerja guru yang diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada
52 responden sebagai subjek penelitian, dapat diketahui :
a. Nilai tertinggi : 89
b. Nilai terendah : 70
c. Nilai Rata-rata : 79,02
d. Standar deviasi : 4,92
e. Median : 70
f. Modus : 89 (lampiran 14)
Berdasarkan banyaknya data, maka dapat dibuat 7 kelas interval dengan
interval kelas sebesar 3. Distribusi data variabel kinerja guru dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012
No Kelas Interval Frekuensi Persentase 1 87-89 3 5,77% 2 85-86 4 7,69% 3 82-84 9 17,31% 4 79-81 12 23,08% 5 76-78 10 19,23% 6 73-75 9 17,31% 7 70-72 5 9,62% Jumlah 52 100,00%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Distribusi data daya belajar pada tabel di atas dapat digambarkan dalam
histogram di bawah ini:
Gambar 4.2. Histogram Data Kinerja Guru Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2012
Berdasarkan data kinerja guru, dapat dihitung tingkat pencapaian skor
sebagai berikut:
Jumlah butir pertanyaan : 20
Jumlah altenatif jawaban : 5
Banyaknya responden : 52
Jumlah tertinggi skor yang dapat diperoleh : 20 x 5 x 52 = 5200
Jumlah skor hasil penelitian : 4109
Persentase skor yang diperoleh : (4109 / 5200) x 100% = 79,02%
Dari perhitungan tersebut, maka tingkat daya belajar guru sebesar 79,02%.
C. Uji Persyaratan Analisis
Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah dengan melaksanakan
pengujian persyaratan analisis yang merupakan langkah dalam melakukan pengujian
hipotesis yaitu membuktikan hipotesis yang dirumuskan diterima atau ditolak.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan analisis data dengan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
korelasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Uji Normalitas, Uji Linearitas,
dan Uji Homogenitas.
Untuk memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan pengujian hipotesis
maka dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Menguji Normalitas
Uji normalitas ini untuk menguji apakah data yang telah diperoleh
mempunyai sebaran data yang normal, maksudnya penyebaran nilai dari sampel yang
mewakili telah mencerminkan populasinya.
a. Uji Normalitas X
Dari hasil perhitungan uji normalitas data variabel daya belajar dengan
menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga 2hitung = 1,797 (lihat lampiran
15). Dari sampel sebanyak 52 diketahui banyak kelas interval (k) adalah 6,
sehingga derajat kebebasan (db) adalah k 3 sama dengan 4, dengan taraf
signifikansi 5 % didapatkan harga 2tabel = 9,408. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa 2hitung < 2
tabel atau 1,797 < 9,408 sehingga dapat
dinyatakan bahwa data daya belajar berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Y
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh
harga 2hitung = 2,588 (lihat lampiran 16). Dari sampel sebanyak 52 diketahui
banyak kelas interval (k) adalah 7, sehingga derajat kebebasan (db) adalah k 1
sama dengan 4, dengan taraf signifikansi 5 % didapatkan harga 2tabel = 9,408.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa 2hitung < 2
tabel atau 2,588 <
9,408 sehingga dapat dinyatakan bahwa data kinerja guru berdistribusi normal.
2. Menghitung Linearitas
Uji linearitas X terhadap Y dilakukan dengan membuat tabel kerja seperti
terlihat pada lampiran 17, kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumusnya.
Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
JK (G) = 653,79167
JK (T) = 325885
JK reg (a) = 324690
b = 0,5408
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
JK reg (b / a) = 284,8144
JK (S) = 910,1664
JK (TC) = 358256,1664
df (TC) = k 2 = 17
df (G) = N k = 33
RJK (TC) = 15,081
RJK (G) = 19,812
Fhitung = 0,76 (lampiran 18)
Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa pada TS = 5 % dengan
pembilang 17 dan db penyebut = 33 diperoleh Ftabel = 4,03. Sehingga Fhitung < Ftabel
atau 0,76 < 4,03 maka dapat dinyatakan bahwa bentuk regresi linear atau X linear
terhadap Y
3. Uji Independensi
Uji independensi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel
bebas memiliki ketidakterikatan (independen) dengan variabel terikat. Uji
independensi dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil pengujian dengan rumus
tersebut diperoleh harga F hitung sebesar 15,65 (lampiran 19). Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 50
dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 4,11. Dari harga-harga tersebut diketahui
bahwa F hitung > F tabel (15,65 > 4,11). Karena itu Ho diterima dan menolak Ha.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel Y (kinerja guru)
dependen terhadap variabel X (daya belajar).
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah yang telah diajukan
diterima atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila data yang telah terkumpul
dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis sebaliknya hipotesis akan ditolak
apabila data yang terkumpul tidak dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengemukakan hasil
analisis statistik, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X dan Y
Hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana antara X dengan Y, diperoleh
hasil r hitung sebesar 0,488 (lampiran 20). Hasil tersebut dikonsultasikan dengan
nilai rtabel pada N = 52 dan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,279. Karena rxy > rtabel
atau 0,488 > 0,279 maka disimpulkan bahwa variabel daya belajar dengan kinerja
guru ada hubungan yang positif dan signifikan.
Uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji t diperoleh harga
t hitung sebesar 3,95 (lampiran 21). Kemudian dikonsultasikan dengan harga t tabel
pada dk = 50 dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,02. Dari harga-harga tersebut
diketahui bahwa harga t hitung > t tabel atau 3,95 > 2,02. Karena t hitung > t tabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga
koefisien korelasi sudah signifikan, yang menunjukkan hipotesis alternatif (Ha)
dapat diterima.
2. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear
Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi linear
sebagai berikut :
Y 44,7591+ 0,541X (lampiran 22)
Persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika variabel daya
belajar bernilai nol (0) atau tidak ada, maka besarnya kinerja yaitu sebesar nilai
konstantanya yaitu 44,76. Koeifisien variabel X sebesar 0,541 menunjukkan bahwa
jika variabel X bertambah 1 satuan, maka Y akan bertambah sebesar 0,541.
Sebaliknya jika X berkurang sebesar 1 satuan, maka Y akan berkurang sebesar
0,541.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menunjukkan besarnya
kontribusi variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Hasil perhitungan
dalam penelitian ini diperoleh harga koefisien determinasi sebesar r2 yaitu sebesar
0,4882 = 0,238. Besarnya kontribusi dapat dihitung sebagai berikut:
R2 x 100% = 0,238 x 100% = 23,8%.
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut, maka besarnya kontribusi variabel
bebas dalam penelitian ini, yaitu daya belajar, terhadap variabel terikat kinerja guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
sebesar 23,8%. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang memberikan kontribusi
terhadap kinerja guru, yaitu sebesar 76,2%.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
Hubungan daya belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Surakarta dalam penelitian ini terbukti
berdasarkan hasil analisis statistik. Hasil analisis statistik dengan uji koefisien
korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,488 < r tabel dengan signifikansi 0,05 sebesar
0,279. Karena itu disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara daya
belajar guru dengan kinerja guru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis dalam penelitian ini yang menyataka
signifikan antara daya belajar dengan kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan
kebenarannya.
Hasil penelitian sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja
guru merupakan variabel yang dipengaruhi oleh adanya daya belajar guru. Besarnya
pengaruh daya belajar terhadap kinerja guru yaitu sebesar 23,8%. Dengan adanya
pengaruh sebesar 23,8% berarti masih ada faktor atau variabel lain yang juga
berpengaruh terhadap kinerja guru. Berbagai faktor tersebut merupakan faktor di luar
konteks penelitian atau faktor-faktor selain daya belajar. Besarnya pengaruh dari
faktor atau variabel lain selain faktor daya belajar yaitu sebesar 76,2%.
Daya belajar merupakan daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
kegiatan belajar. Daya belajar dapat dimiliki oleh siapa saja, termasuk juga oleh
seorang guru. Daya belajar antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda.
Karena itu, kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain juga
berbeda, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Daya belajar guru adalah daya atau kekuatan yang mendorong seorang guru
untuk melakukan kegiatan belajar. Daya belajar dalam diri seseorang menentukan
tinggi rendahnya aktivitas dalam melakukan kegiatan belajar. Dari aktivitas belajar
yang dilakukan seorang guru, maka dapat mempengaruhi banyak sedikitnya ilmu
pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh dan dimiliki seorang guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui belajar inilah yang menjadi
bekal bagi seorang guru untuk menjalankan tugasnya. Semakin banyak pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki seorang guru maka semakin baik pula dalam
menjalankan tugasnya.
Kinerja guru adalah hasil kerja yang dilakukan oleh guru. Hasil kerja guru
dapat dilihat dari berbagai sudut atau bagian yang merupakan tugas seorang guru.
Perlu diketahui bahwa tugas guru tidak hanya mengajar atau menyampaikan ilmu
pengetahuan di kelas. Akan tetapi juga berkaitan dengan hal-hal kegiatan
pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa kinerja guru dilihat dari empat hal dari
perencanaan sampai pelaksanaan.
Pertama adalah segi perencanaan, dalam hal ini adalah penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Terkait dengan materi,
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran memerlukan pengetahuan yang
banyak sehingga guru dapat mengembangkan materi yang hendak disampaikan
kepada anak didiknya. Selain masalah materi, pengetahuan tentang metode
pembelajaran juga dapat menjadi bagian dari bahan penyusunan RPP, sehingga
dengan banyaknya pengetahuan tentang metode pembelajaran, guru dapat memilih
metode yang dianggap paling sesuai dengan situasi dan kondisi.
Kedua, kinerja guru dilihat dari pelaksanaan pembelajaran. Proses
pelaksanaan pembelajaran tentu didasarkan pada rencana yang telah dibuat dan
dituangkan dalam RPP. Namun demikian, perencanaan belum tentu sesuai dengan
kondisi kelas karena ada faktor situasional yang berubah. Untuk menghadapi situasi
yang mendadak, diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Hal ini dapat
diperoleh melalui belajar baik secara individual maupun secara kelompok, belajar
secara informal maupun formal. Karena itu, kegiatan belajar yang dilakukan oleh
guru akan sangat menunjang kinerjanya.
Ketiga, pemberian stimulus secara variatif. Kegiatan pembelajaran di kelas
sangat memerlukan stimulus atau rangsangan untuk belajar. Siswa sangat
membutuhkan stimulus atau perangsang agar dapat belajar dengan baik. Dalam
memberikan rangsangan atau stimulus guru harus memiliki pengetahuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pengalaman yang cukup. Guru harus banyak membaca, terutama pengetahuan yang
berkaitan dengan kondisi psikologis anak didik. Untuk itulah diperlukan kegiatan
belajar bagi seorang guru, dimana kegiatan belajar ini akan terlaksana jika guru
memiliki daya belajar.
Keempat, yaitu keterampilan bertanya dan memberi penguatan. Masalah
ini, terkait dengan kegiatan evaluasi. Seorang guru juga harus melakukan evaluasi
dari hasil kegiatan pembelajaran yang diselenggarakannya. Kegiatan evaluasi
dilakukan salah satunya dengan bertanya. Namun demikian, bertanya merupakan hal
yang tidak mudah untuk dilakukan. Kegiatan bertanya memerlukan teknik tersendiri,
apalagi bertanya tentang kegiatan yang telah dilakukannya. Untuk itulah, kegiatan
bertanya perlu dipelajari sedemikian rupa sehingga pertanyaan yang dilontarkan
merupakan pertanyaan yang benar-benar dapat mengevaluasi sebuah proses
pembelajaran. Untuk itulah, guru harus selalu belajar agar semakin dapat menguasai
kemampuan bertanya dan hal ini tentunya memerlukan daya belajar.
Selain keterampilan bertanya, guru juga harus dapat memberi penguatan.
Penguatan atau istilah lainnya adalah reinforcement, merupakan kegiatan untuk
meningkatkan motivasi siswa. Penguatan harus diberikan sesuai dengan porsinya dan
tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ketepatan dalam memberi
penguatan akan memberikan efek yang positif atau dapat meningkatkan motivasi
siswa. Sebaliknya jika penguatan diberikan secara salah, maka dapat menurunkan
motivasi siswa. Untuk itulah, guru harus terus belajar agar dapat menguasai cara
memberikan penguatan ini.
Berbagai hal yang telah dikemukakan di atas sangat mendukung terciptanya
kinerja guru yang maksimal. Di sinilah daya belajar sangat diperlukan guru untuk
terus belajar agar semua keterampilan guru sebagaimana disebutkan di atas dapat
dikuasai dengan baik. Selain pengetahuan sebagai bahan pengembangan materi,
keterampilan juga sangat diperlukan agar kegiatan belajar dapat dilakukan secara
lebih baik dan mendekati kesempurnaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
D. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari
penelitian ini adalah
1. Tingkat daya belajar guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta
sebesar 79,18%.
2. Tingkat kinerja guru Bidang Studi PKN di SLTA Negeri Kota Surakarta sebesar
79,02%.
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan daya belajar dengan kinerja guru
SLTA Negeri di Kota Surakarta, dengan kontribusi variabel daya belajar terhadap
kinerja guru sebesar 23,8%.
Berdasarkan data yang terkumpul dan hasil analisis data diperoleh temuan lain
yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu daya belajar dan kinerja guru.
Temuan lain tersebut antara lain adalah
1. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi
Y 44,759 + 0,541 X
Artinya bahwa rata-rata kinerja (Y) diperkirakan meningkat atau menurun sebesar
0,541 untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit daya belajar.
2. Besarnya kontribusi berdasarkan hasil pengujian hipotesis adalah sebesar 23,8%.
Besarnya kontribusi menunjukkan bahwa masih ada variabel lain yang turut
berpengaruh terhadap kinerja guru. Besarnya kontribusi dari variabel lain yaitu
sebesar 76,2%.
E. Implikasi
Daya belajar sebagai daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
kegiatan belajar. Seorang guru yang memiliki daya dorong belajar yang rendah maka
guru tersebut kurang bersemangat dalam belajar. Kegiatan belajar seharusnya
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.
Kemampuan dan keterampilan sangat penting untuk menunjang pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kegiatan pembelajaran. Tanpa kemampuan dan keterampilan yang berarti, maka
pelaksanaan pembelajaran hanya dapat berlangsung secara statis, tidak ada variasi
yang berarti dan tentunya hal ini menjadikan siswa mudah bosan dengan situasi
pembelajaran. Kebosanan yang terjadi pada siswa tentu berakibat pada kegiatan
belajar siswa yang tidak maksimal. Sehingga hal ini dapat menjadikan hasil belajar
siswa menjadi rendah.
Keberadaan daya belajar guru sangat penting dalam menunjang kinerjanya.
Kegiatan pembelajaran yang merupakan tugas guru harus dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan diharapkan dapat dilakukan secara maksimal. Jika daya belajar
guru rendah, maka kemampuan dan keterampilan guru juga rendah. Hal ini dapat
menjadikan kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan baik. Kegiatan
pembelajaran yang demikian merupakan indikator kinerja guru yang rendah. Dengan
demikian bahwa kegiatan pembelajaran yang tidak dapat berlangsung secara aktif
kreatif inovatif dan menyenangkan merupakan kegiatan pembelajaran yang kurnag
berhasil. Hal ini merupakan wujud dari kinerja guru yang tidak maksimal atau
rendah. Sebaliknya jika kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara aktif kreatif,
inovatif dan menyenangkan, maka kegiatan pembelajaran ini merupakan wujud dari
kinerja guru yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya belajar berhubungan secara
positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini berarti bahwa jika daya belajar
guru rendah, maka kinerja guru juga rendah. Sebaliknya jika daya belajar guru tinggi
maka kinerja guru juga tinggi. Semakin tinggi daya belajar guru maka semakin tinggi
pula kinerja guru dan demikian pula sebaliknya. Jadi jelas bahwa daya belajar
berhubungan erat dengan kinerja guru dan kinerja guru merupakan kunci
keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
F. Saran
Berdasarkan pembahasan hasil analisis data dan simpulan yang telah
peneliti sajikan di atas, peneliti dapat memberikan saran-saran yang diharapkan dapat
memberikan manfaat. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
1. Kepada Guru
Guru diharapkan dapat memiliki daya belajar secara terus menerus. Daya
belajar sangat penting untuk meningkatkan kinerjanya sehingga kegiatan
pembelajaran akan dapat dicapai secara maksimal. Daya belajar guru termasuk cukup
baik dan perlu ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan daya belajar guru, maka guru
harus meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap siswa. Guru harus menyadari
bahwa tugasnya sebagai guru yang diberi gaji bulanan adalah untuk meningkatkan
kecerdasan siswa. Selain itu, guru juga harus memiliki sikap nasionalisme yang
tinggi. Gaji yang diterimanya merupakan imbalan yang diberikan sebagai bentuk
usaha meningkatkan kecerdasan bangsa dan merupakan amanah dari Undang-
Undang Dasar 1945.
Guru juga perlu merealisasikan daya belajar yang ada dalam dirinya dengan
mengikuti studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, membaca jurnal-jurnal
pendidikan, berkunjung ke toko buku, mencari buku yang terkait dengan pendidikan,
dan banyak hal lainnya. Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka wawasan guru
akan bertambah sehingga dapat menyelenggarakan pendidikan dengan lebih baik,
atau kinerjanya meningkat.
2. Kepada Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan pendidikan harus
dapat menumbuhkan dan meningkatkan daya belajar guru. Untuk itu, kepala sekolah
harus menjalankan fungsinya sebagai manajer sekolah. Kepala sekolah harus selalu
melakukan memberikan koreksi atas pelaksanaan tugas guru yang menjadi tanggung
jawabnya. Kepala sekolah harus selalu memberikan pembetulan jika ada guru yang
tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Kepala sekolah juga harus
menyeimbangkan antara hak dan kewajiban guru. Jika kewajiban guru belum
dilaksanakan dengan baik, maka hak guru jangan diberikan secara mudah.
Sebaliknya jika guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, maka hak guru harus
segera diberikan. Dengan demikian maka guru akan bersemangat dalam belajar.