HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM MODEL
MIND MAPPING DENGAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN
MATERI PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1
SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2016/2017
(Skripsi)
Oleh:
Afida Afianingsih
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM MODEl
MIND MAPPING DENGAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN
MATERI PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1
SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh :
Afida Afianingsih
Berdasarkan hasil observasi dengan guru Sejarah di SMA YP Unila Bandar
Lampung pada 1 September 2016, terdapat siswa yang belum mampu
menyimpulkan materi dengan baik dikarenakan kurangnya pemahaman materi.
Memahami materi dengan baik diperlukan kemampuan berpikir kreatif dalam
pembelajaran. Salah satu cara meningkatkan kemampuan menyimpulkan materi
yaitu dengan menerapkan inovasi pembelajaran yang mampu mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif.
Rumusan masalah penelitian ini apakah terdapat hubungan yang positif dan
signifikan kemampuan berpikir kreatif dalam model Mind Mapping dengan
kemampuan menyimpulkan materi Pelajaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS 1 SMA
YP Unila Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya
hubungan positif dan signifikan kemampuan berpikir kreatif dalam model Mind
Mapping dengan kemampuan menyimpulkan materi Pelajaran Sejarah Siswa
Kelas XI IPS 1 SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.
Sampel penelitian siswa XI IPS 1 menggunakan desain One-Shot Case Study.
Data kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh mengunakan tes dan
kemampuan menyimpulkan materi menggunakan rubrik penilaian.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil penelitian dengan analisis data
kuantitatif dengan uji korelasi dan uji signifikansi product moment ditarik
kesimpulan bahwa : “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan kemampuan
berpikir kreatif dalam model Mind Mapping dengan kemampuan menyimpulkan
Pelajaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS 1 di SMA YP Unila Tahun Ajaran
2016/2017”. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,604 termasuk kategori kuat dan
hasil uji signifikan korelasi thitung = 5,51 > dari ttabel = 2,026 sehingga nilai
koefisien korelasi diperoleh adalah positif dan signifikan yang berarti apabila
kemampuan berpikir kreatif siswa tinggi maka kemampuan menyimpulkan akan
semakin tinggi.
HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM MODEL
MIND MAPPING DENGAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN
MATERI PELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1
SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh:
Afida Afianingsih
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Sejarah
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung Kota Bandar Lampung
pada Tanggal 14 Maret 1995, merupakan anak kedua dari dua
bersaudara, pasangan Bapak H. Marsum dan Ibu Hj.
Nurhayati. Penulis mengawali pendidikan formal di TK
Aisyiah Lampung Timur pada tahun 2000.
Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan formal di SDN 1 Lampung
Timur dan selesai pada tahun 2006, SMPN 9 Bandar Lampung hingga lulus tahun
2009, lalu penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA
YP Unila Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2013.
Pada 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) pada tahun 2015 di Jakarta, Yogyakarta, dan
Semarang. Pada bulan Juli-September 2016, penulis melaksanakan program
pengabdian melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Gunung Sari Kecamatan
Ulubelu Kabupaten Tanggamus sekaligus melaksanakan Praktik Profesi
Kependidikan (PPK) di SMPN 2 Ulubelu. Penulis aktif dalam Organisasi yaitu
FOKMA sebagai Kabid BPOK pada periode 2015/2016.
MOTTO
(٦) (٥)
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (5) Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (6) (Q.S. Al Insyirah : 5-6)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamiin.
Dengan rasa syukur yang tidak terkira penulis haturkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan segala Nikmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik .
Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis persembahkan karya kecil ini kepada :
Kedua orang tuaku Bapak H. Marsum dan Ibu Hj. Nurhayati yang senantiasa dengan tulus telah membesarkan, merawat, mendidik, dengan penuh cinta dan kasih sayang serta
yang senantiasa mendo’akan tanpa lelah untuk tercapainya cita-citaku.
Kakak-kakakku dan keponakan-keponakan yang aku sayangi.
Para pendidik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepadaku.
dan mendidik dengan penuh kesabaran
Keluarga Besar Pendidikan Sejarah 2013, dan semua sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan, do’a, dan motivasi, terima kasih atas kasih sayang dan
kebersamaan yang selalu dihadirkan.
Untuk Almamater tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim.....
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat nikmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Hubungan
Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Model Mind Mapping dengan Kemampuan
Menyimpulkan Materi Pelajaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS 1 SMA YP Unila
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017 dengan baik. Sholawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh pengikut serta ummatnya yang senantiasa menjalankan
sunnah-sunnahnya. Tugas akhir ini telah penulis selsesaikan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Sejarah) pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis menyadari
penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan do‟a dari orang-orang
di sekitar penulis. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih atas semua yang telah diberikan yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan II Bidang Keuangan
Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Lampung
6. Bapak Drs. Syaiful M., M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Lampung
7. Drs. Iskandar Syah, M.H, Dosen Pembahas untuk skripsi penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih atas semua saran dan arahan yang telah bapak
berikan demi kebaikan dan kelancaran skripsi penulis.
8. Bapak Drs. Maskun, M.H, sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I dalam penyusunan skripsi penulis. Terima kasih atas saran,
nasihat, masukan, serta motivasi yang sangat bermanfaat telah bapak berikan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, sebagai Pembimbing II yang telah
memberikan saran, masukan, nasihat, dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10. Drs. Wakidi, M.Hum., Drs. Iskandar Syah, M.H., Drs. Ali Imron, M.Hum.,
Drs. Maskun, M.H., Drs. Tontowi, M.Si., Drs. Syaiful M., M.Si., Dr. Risma
Margaretha Sinaga, M.Hum., Hendry Susanto, S.S, M.Hum., Yustina Sri
Ekwandari, S.Pd, M.Hum., Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd., Suparman Arif,
S.Pd, M.Pd., Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd., dan Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd.
beserta para pendidik di Unila yang telah banyak memberikan ilmu serta
wawasan baru kepada penulis.
11. Bapak dan Ibu guru serta Staff Tata Usaha di SMA YP Unila Bandar
Lampung, Bapak Drs. H. Berchah Pitoewas selaku kepala sekolah, Bapak
Zainal Abidin selaku guru Bidang Studi Sejarah, yang telah memberikan
masukan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di SMA YP
Unila Bandar Lampung sampai selesai.
12. Siswa-Siswi kelas XI IPS 1 SMA YP Unila Bandar Lampung terimakasih
atas kerjasama dan semangatnya.
13. Sahabat terdekatku, saudaraku, teman seperjuanganku Kiki Rizky Palmaya
terimakasih atas semua motivasi dan semangatnya.
14. Muhammad Irfan Syahreza terimakasih atas cinta, kesabaran dan semangat
yang diberikan kepada penulis.
15. Sahabatku Karindha, Dyah, Henny, Fenny, Mahdalena terimakasih atas
bantuan dan semangatnya.
16. Sahabat-sahabat ku teman seperjuangan Sejarah Angkatan 2013 ganjil genap
dan teman-teman satu Pembimbing Akademik penulis terimakasih.
Terima kasih atas segala do‟a, bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis, semoga Allah SWT membalas kebaikan pula kepada kalian dan semoga
skripsi ini bermanfaat. Aamiin yaa Robbal „Alamiin.
Bandar Lampung, Maret 2017
Penulis
Afida Afianingsih
1313033004
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Kerangka Teoritis .......................................................................................... 11
1.1.1 Konsep Hubungan ............................................................................ 11
1.1.2 Konsep Berpikir Kreatif dalam Mind Mapping ............................... 11
1.1.3 Konsep Model Pembelajaran Mind Mapping................. ................. 14
1.1.4 Konsep Kemampuan Menyimpulkan ............................................... 17
2.1 Penelitian yang relevan ................................................................................. 21
2.2 Kerangka Pikir .............................................................................................. 22
2.3 Paradigma ...................................................................................................... 24
2.4 Hipotesis ........................................................................................................ 25
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ......................................................................................... 26
3.2 Desain Penelitian .......................................................................................... 27
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 27
3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................................. 27
3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................... 28
3.4 Langkah-langkah Penelitian .......................................................................... 29
3.5 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran ............................................... 30
3.6 Variabel Penelitian dan Defenisi Oprasional Variabel ................................. 32
1. Variabel Penelitian .................................................................................. 32
2. Defenisi Operasional Variabel ................................................................ 32
3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 35
3.8 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 36
3.9 Analisis Instrumen ........................................................................................ 40
1. Uji Validitas .............................................................................................. 40
2. Uji Realibilitas .......................................................................................... 40
3.10 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .......................................... 41
1. Uji Korelasi Product Moment ................................................................ 41
2. Uji Signifikansi Product Moment .......................................................... 42
Uji Prasyarat Analisis Data .................................................................... 42
a. Uji Normalitas .................................................................................... 42
b. Uji Homogenitas ................................................................................ 43
c. Uji Linieritas ..................................................................................... 44
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .............................................................................................................. 46
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 46
4.1.1.1 Sejarah SMA YP Unila Bandar Lampung .............................. 46
4.1.1.2 Letak Sekolah ......................................................................... 48
4.1.1.3 Visi, Misi dan Tujuan SMA YP Unila.................................... 48
a) Visi Sekolah ....................................................................... 48
b) Misi Sekolah ...................................................................... 48
4.1.1.4 Tenaga Pengajar...................................................................... 50
4.1.1.5 Sarana dan Prasarana .............................................................. 52
4.1.1.6 Kegiatan Ekstrakurikuler ........................................................ 53
4.1.1.7 Jam Belajar ............................................................................. 53
4.1.2 Gambaran Umum Penelitian .............................................................. 54
4.1.3 Uji Instrumen Penelitian ..................................................................... 55
1. Uji Validitas ..................................................................................... 55
2. Uji Reliabilitas ................................................................................. 57
4.1.4 Hasil penelitian ................................................................................... 58
1. Hasil Penelitian pada Pertemuan Pertama........................................ 58
2. Hasil Penelitian pada Pertemuan Kedua .......................................... 61
3. Hasil Penelitian pada Pertemuan Ketiga .......................................... 63
4.1.5 Hasil Uji Analisis Data ....................................................................... 68
1. Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 68
2. Hasil Uji Homogenitas ..................................................................... 69
3. Hasil Uji Linearitas .......................................................................... 71
4. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 74
4.1.6 Pembahasan ........................................................................................ 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 85
5.2 Saran .............................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kategori penilaian menyimpulkan XI IPS SMA YP Unila ...................... 7
Tabel 3.1. Jumlah anggota sampel kelas XI IPS 1 SMA YP Unila ........................... 28
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Kemampuan Menyimpulkan ................................... 36
Tabel 3.3. Kriteria Penafsiran Presentase ................................................................. 36
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa ............................................. 37
Tabel 3.5. Soal Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................. 39
Tabel 3.6. Kriteria Penafsiran Persentase .................................................................. 39
Tabel 3.7. Nilai Koefisien Alpha ............................................................................... 41
Tabel 3.8. Interpretasi Korelasi dan Kekuatan Hubungan ......................................... 42
Tabel 4.1. Nama Kepala Sekolah yang Pernah Menjabat di SMA YP Unila ............ 47
Tabel 4.2. Daftar Ketua Yayasan SMA YP Unila Bandar Lampung......................... 47
Tabel 4.3. Daftar Nama Guru SMA YP Unila Bandar Lampung .............................. 50
Tabel 4.4. Keadaan Fisik Sarana dan Prasarana SMA YP Unila Bandar Lampung .. 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Validasi Posttest 1 ..................................................................... 56
Tabel 4.6 Hasil Uji Validasi Posttest 2 ..................................................................... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Validasi Posttest 3 ..................................................................... 57
Tabel 4.8. Skor Nilai Kemampuan Menyimpulkan pertemuan ke-1 ........................ 60
Tabel 4.9. Skor Nilai Kemampuan Menyimpulkan pertemuan ke-2 ........................ 62
Tabel 4.10. Skor Nilai Kemampuan Menyimpulkan pertemuan ke-3 ....................... 64
Tabel 4.11. Rekapitulasi nilai posttest 1,2,3 Kelas XI IPS 1 ..................................... 65
Tabel 4.12. Perbandingan Nilai Kemampuan Menyimpulkan Materi Siswa............. 66
Tabel 4.13. Sebaran Jumlah Siswa Setiap Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif ... 67
Tabel 4.14. Sebaran Jumlah Siswa Setiap Kategori Kemampuan Menyimpulkan .... 67
Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ............................................. 68
Tabel 4.16. Distribusi Hasil Nilai Posttest ................................................................. 69
Tabel 4.17. Distribusi Hasil Nilai Kemampuan Menyimpulkan Siswa ..................... 69
Tabel 4.18. Tabel Penolong untuk Mencari Konstanta a dan b ................................ 71
Tabel 4.19. Tabel Perhitungan untuk Mencari Nilai Korelasi ................................... 75
DAFTAR KURVA
Kurva 4.1. Daerah penerimaan dan penolakan uji hipotesis ...................................... 79
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Pengajuan Judul Skripsi .................................................................... 90
2. Surat Penelitian Pendahuluan ......................................................................... 91
3. Surat Izin Penelitian ....................................................................................... 92
4. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................................... 93
5. Silabus dan RPP ............................................................................................. 94
6. Nilai Kemampuan Menyimpulkan Siswa ...................................................... 112
7. Perhitungan Uji Validitas ............................................................................... 117
8. Perhitungan Uji Reliabilitas ........................................................................... 127
9. Perhitungan Uji Normalitas ............................................................................ 131
10. Perhitungan Uji Homogenitas ........................................................................ 132
11. Foto-foto Hasil Penelitian .............................................................................. 136
12. Distribusi tabel t ............................................................................................. 141
13. Tabel Nilai-nilai r Product Moment ............................................................... 142
14. Kegiatan Menyimpulkan Siswa ..................................................................... 143
15. Soal-soal Posttest Penelitian Siswa ................................................................ 144
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan
seluruh potensi di dalam diri individu agar dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan orang banyak. Menurut Rousseau, pendidikan adalah memberi
kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa (Zahara Idris,1981:9). Pendidikan
memegang peranan penting di dalam masyarakat terutama mengajarkan
fungsi dari masing-masing individu dalam kehidupan sosial. Definisi
pendidikan menurut GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada
hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
(Fuad Ihsan, 2008:5).
Pendidikan merupakan sebuah perjalanan kreatif yang mengantarkan individu
menuju pengenalan dan pembentukan jati diri. Ditinjau lebih mendalam,
pendidikan adalah usaha terencana guna mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan seluruh potensi di
dalam dirinya untuk mengembangkan pola pikir ilmiah dan menciptakan
penerus bangsa yang cerdas, meningkatkan kreativitas, memiliki
pengendalian diri, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian
2
baik, kecerdasan, keterampilan serta kemampuan yang diperlukan bagi
dirinya, masyarakat maupun negara. Penyelenggaraan pendidikan harus
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta untuk menjadikan siswa
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran merupakan jantung dari suatu proses pendidikan, maka harus
dilaksanakan secara terencana dan tepat sasaran.
Kegiatan belajar harus dilaksanakan secara menyenangkan agar setiap materi
dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Keberhasilan dari kegiatan
belajar dapat terjadi karena adanya peran dari seorang guru yang mampu
mengolah dan melakukan tindakan tepat bagi siswa. Guru dituntut untuk
dapat menjadi professional dibidangnya agar setiap pelaksanaan pembelajaran
yang berlangsung dapat memberikan pemahaman dan makna yang mendalam
bagi siswanya.
Guru professional adalah semua orang yang mempunyai kewenangan
serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya baik secara
individual atau klasikal, di sekolah atau di luar sekolah.Seorang guru
harus mampu memahami karakteristik siswa nya masing-masing agar
dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai (Imas Kurniasih,
2015:8).
Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks. Kecakapan dan ketangkasan
dalam belajar ditunjukan scara berbeda-beda oleh setiap individu. Kegiatan
pembelajaran yang berlangsung dengan baik akan memiliki dampak positif
bagi siswa khususnya di dalam tiga aspek belajar yaitu aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (tindakan). Ranah kognitif
3
menurut Sudijono adalah ranah yang mencakup kegiatan mental atau otak
(Sudijono, 1996:49). Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan
seluruh badan dan pemikiran manusia. Otak berpikir terdapat pada bagian
kanan (berpikir kreatif) dan kiri (berpikir kritis) manusia yang keduanya
memiliki kemampuan yang berbeda namun tetap menjadi kesatuan fungsi
yang saling melengkapi. Menurut Ruggiero dalam Johnson (2009:187)
kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat
keputusan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis.
Pada kegiatan berpikir siswa diarahkan agar dapat memahami keenam aspek
tingkatan dalam ranah kognitif yang terdapat dalam buku Taxonomy of
Educational Objectives karya Benyamin Bloom yaitu aspek kognitif
dilambangkan dengan C (Cognitve) meliputi C1 (Pengetahuan), C2
(Pemahaman), C3 (Penerapan), C4 (Analisis), C5 (Sintesis) dan C6
(Evaluasi). Terdapat klasifikasi di dalam keenam tingkatan pengetahuan
siswa seperti mampu mendefinisikan, menginterpretasi, mendemonstrasikan,
mengnalisis serta menyimpulkan materi dalam pembelajaran. Sejarah sebagai
mata pelajaran disekolah memiliki misi mendidik bagi setiap siswanya. Pada
dasarnya pembelajaran Sejarah merupakan mata pelajaran yang diharapkan
dapat mengajarkan siswa untuk mempelajari segala kejadian yang telah
terjadi agar dikemudian hari tidak terjadi kesalahan yang sama. Pembelajaran
Sejarah sangat penting dalam kehidupan karena menentukan sikap hidup
setiap individu.
Sejarah menurut Rodney F. Allen diperlukan untuk bisa memahami konteks
dari makna peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi sehingga Sejarah menjadi
4
penting, hidup dan berguna tidak hanya sebatas fakta tetapi untuk membantu
membuat keputusan (Rodney F. Allen, 1998:8). Banyak siswa melihat
Sejarah sebagai pembelajaran hafalan, terlebih saat membaca materi Sejarah
di dalam teks pelajaran sekolah umumnya terdiri dari susunan huruf-huruf
hitam putih dan terkesan monoton dengan sedikit ilustrasi atau gambar
didalamnya sehingga membuat siswa malas untuk membacanya (Femi
Olivia:2014:81). Umumnya siswa tidak suka membaca, menulis catatan atau
mengulang materi yang diberikan. Kurangnya membaca akan membuat siswa
tidak ingat materi yang sudah dipelajarinya, akibatnya dasar pemikiran siswa
tidak kuat sebagai fondasi ketika belajar di kelas yang lebih tinggi. Pada
umumnya para siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linear dan
panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari poin-poin materi
yang telah dipelajari.
Salah satu tujuan dari mencatat adalah untuk meningkatkan memori (daya
ingat). Mencatat adalah usaha memperdalam pemahaman yang lebih banyak
daripada hanya mendengar dan membaca. Dengan catatan tersebut menjadi
lebih mudah untuk mengingat dan mengulangi kembali bila diperlukan
dengan segera. Dibutuhkan sebuah penerapan teknik mencatat kreatif agar
siswa dapat meringkas materi dengan memberikan gambar, simbol, warna
serta ilustrasi yang terkait dengan pembelajaran. Merubah cara belajar siswa
khususnya dalam penulisan caatan yang lebih menarik akan membantu siswa
dalam mengelola informasi yang diterima serta menjadikan informasi lebih
lama dalam ingatan.
5
Pemetaan pikiran dikatakan sebagai salah satu teknik mencatat tingkat
tinggi, karena membuat siswa bisa langsung melihat keterkaitan dan
gambaran keseluruhan materi dengan mudah jadi informasi dapat
diterima dan diingat siswa dengan baik. Peta pikiran merupakan bentuk
catatan yang tidak monoton dengan memadukan fungsi kerja otak secara
bersamaan dan saling berkaitan satu sama lainnya, dengan begitu akan
terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak yang dapat
menerima informasi berupa gambar, simbol dan warna adalah fungsi
kerja dari otak sebelah kanan atau berkaitan dengan berpikir kreatif
(Femi Olivia:2014:13).
Berpikir kreatif dalam Pembelajaran Sejarah sangat penting karena dalam
pelaksanaanya siswa dihadapkan dengan materi yang banyak dan menuntut
siswa agar mampu memahami serta memiliki daya ingat yang baik.
Kamampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran Sejarah mengarahkan siswa
agar mampu berpikir lancar dan luwes dengan mengemukakan banyak
alternatif jawaban, memberikan berbagai penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah, mampu mengungkapkan gagasan-gagasannya serta
mengambil sebuah kesimpulan atau keputusan untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan terkait materi yang ada. Menurut Guilford (1959), indikator
berpikir keratif meliputi aspek kepekaan, kelancaraan, keluwesan, keaslian,
dan elaborasi (Conny R Semiawan, 1988:63). Dapat dikatakan bahwa berpikir
kreatif adalah cara berpikir imajinatif yang mengembangkan proses berpikir
kesegala arah yang membuat siswa mampu memunculkan ide-ide baru dalam
setiap pembelajaran sehingga membuat siswa mampu memecahkan setiap
masalah dalam pembelajaran.
Pelaksanan Kurikulum 2013 khususnya dalam tingkat Sekolah Menengah
Atas, banyak aspek yang dinilai dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut
sesuai dengan ketentuan penilaian yang diterapkan oleh Departemen
6
Pendidikan Nasional. Salah satu aspek yang dinilai adalah kemampuan
menyimpulkan materi. Di dalam aspek penilaiannya terdapat pedoman
penskoran untuk kemampuan menyimpulkan materi. Terdapat 4 aspek
pedoman penskoran dalam kemampuan menyimpulkan materi yaitu
kesesuaian antara isi kesimpulan dengan isi wacana, ketepatan penulisan
sesuai dengan kaidah EYD, urutan kronologi peristiwa, kepaduan antar
kalimat dengan jumlah skor maksimal keempat aspek tersebut adalah 10.
Setelah melakukan penilaian skor kemampuan menyimpulkan kemudian hasil
skor tersebut dimasukan kedalam rumus penentuan nilai siswa agar dapat
diketahui nilai dari masing-masing siswa dalam kemampuan menyimpulkan
materi. Dengan adanya penilaian tersebut membuktikan bahwa kemampuan
menyimpulkan materi merupakan salah satu aspek penting yang terdapat di
dalam proses pembelajaran khususnya dalam penerapan Kurikulum 2013
serta menuntut siswa agar dapat melakukan kegiatan menyimpulkan materi
pada Mata Pelajaran Sejarah dengan tepat sesuai dengan komponen-
komponen materi yang telah dipelajarinya.
Menyimpulkan merupakan kemampuan untuk membuat konklusi
berdasarkan bukti.Siswa harus belajar “membaca baris demi baris” untuk
dapat membuat kesimpulan. Tabel tiga kolom mungkin bisa digunakan
sebagai gambaran grafis untuk kesimpulan, dengan kolom pertama
“fakta” atau “hal yang saya tahu dengan pasti”, kolom tengah untuk
“pertanyaan” atau “hal yang saya pertanyakan”, dan kolom ketiga untuk
“kesimpulan” (Marilee Sprenger, 2011:67).
Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru Mata Pelajaran
Sejarah di SMA YP UNILA Bandar Lampung yaitu Bapak Zainal Abidin,
S.Pd, baliau mengatakan bahwa kebanyakan dari siswa belum mampu
menyimpulkan materi dengan baik dikarenakan berbagai faktor yang timbul
7
dari dalam maupun dari luar diri siswa. Narasumber membenarkan bahwa
penerapan model yang kurang tepat menjadi salah satu alasan yang dapat
mempengaruhi kurangnya kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi
pembelajaran, karena itu pemilihan model yang sesuai sangat diperlukan guna
meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan menyimpulkan materi.
Untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan menyimpulkan siswa
kelas XI IPS SMA YP UNILA dapat dilihat dari hasil pengambilan data nilai
kemampuan menyimpulkan materi seluruh siswa kelas XI IPS oleh guru
pamong Sejarah saat penelitian pendahuluan yang dilakukan pada hari Kamis,
tanggal 1 September 2016 dengan hasil sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Kategori Penilaian Kemampuan Menyimpulkan Siswa Kelas
XI IPS SMA YP Unila Bandar Lampung
No Kelas Jumlah
Siswa
Kategori penilaian
Rendah Sedang Tinggi
1. XI IPS 1 36 13 18 5
2. XI IPS 2 40 2 21 17
3. XI IPS 3 39 5 19 15
4. XI IPS 4 37 4 18 15
Sumber : Guru Mata Pelajaran Sejarah
Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa di Kelas XI IPS 1 terdapat 13 orang
dalam kategori rendah, 18 orang dalam kategori sedang dan 5 orang kategori
tinggi. Kelas XI IPS 2 terdapat 2 orang dalam kategori rendah, 21 orang
dalam kategori sedang dan 17 orang kategori tinggi. Di Kelas XI IPS 3
terdapat 5 orang dalam kategori rendah, 19 orang dalam kategori sedang dan
15 orang kategori tinggi. Kelas XI IPS 4 terdapat 4 orang dalam kategori
rendah, 18 orang dalam kategori sedang dan 15 orang kategori tinggi. Data
tersebut menunjukan bahwa kemampuan menyimpulkan siswa yang masuk
dalam kategori rendah, terbanyak terdapat dikelas XI IPS 1 dibandingkan
8
dengan kelas yang lainnya. Kegiatan menyimpulkan materi tentunya
diperlukan cara kerja otak untuk dapat berpikir dengan baik serta memiliki
daya ingat yang kuat di dalam proses pembelajaran. Agar daya ingat siswa
dapat berjalan dengan maksimal tentu perlu mengoptimalkan kinerja otak
siswa khususnya bagian kanan atau yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir kreatif. “Otak kanan merupakan tempat penyimpanan ingatan jangka
panjang (long term memory) sehingga kegiatan mengingat sebaiknya
dilakukan dengan lebih banyak memanfaatkan kemampuan otak” (Badrul
Munier Buchori, 2016:193). Daya ingat yang baik akan memberikan dampak
yang positif dalam pembelajaran Sejarah. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif serta menambah daya ingat siswa adalah dengan
penggunaan Model Mind Mapping yang berbentuk peta pemikiran dan
diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif serta
meningkatkan kemampuan menyimpulkan materi dalam pembelajaran
sejarah.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin mengetahui adanya hubungan
positif dan signifikan dari kemampuan berpikir kreatif dalam model
pembelajaran Mind Mapping dengan menyimpulkan materi Pembelajaran
Sejarah. Maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Model Mind Mapping Dengan
Kemampuan Menyimpulkan Materi Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS 1 SMA
YP UNILA Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016-2017”.
9
1.2 Rumusan Masalah
Dari permasalahan diatas dapat dirumuskan menjadi “Apakah ada hubungan
yang positif dan signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dalam model
pembelajaran mind mapping dengan kemampuan menyimpulkan materi
Pelajaran Sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA YP UNILA Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2016/2017”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan yang positif dan
signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dalam model pembelajaran mind
mapping dengan kemampuan menyimpulkan materi Pelajaran Sejarah siswa
kelas XI IPS 1 SMA YP UNILA Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017”.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi guru, memberi gambaran mengenai model Pembelajaran Mind
Mapping agar mata pelajaran sejarah menjadi lebih bermakna serta
membangun pemahaman baru dan memberi kreativitas kepada guru dalam
hal mengajar agar setiap proses pembelajaran di dalam kelas tidak monoton
dan didominasi oleh guru dalam penyampaian isi materi pembelajaran.
2. Bagi siswa, model ini diterapkan agar siswa lebih kreatif terhadap setiap
materi yang di ajarkan dan setiap permasalahan yang ada terkait dengan
materi yang disampaikan. Serta siswa dapat belajar bagaimana
mennyelesaikan permasalahan untuk kemudian menemukan jalan keluarnya
serta dapat menyimpulkan materi dengan baik.
10
3. Bagi peneliti, sebagai calon guru penelitian ini dapat berguna untuk
menambah pengetahuan serta wawasan tentang model pembelajaran yang
efektif untuk dapat digunakan dalam proses pembeajaran dan menambah
pengalaman dalam mendidik siswa.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi :
a. Ruang Lingkup Ilmu :
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
khususnya Pendidikan Sejarah.
b. Ruang Lingkup Subjek :
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA YP UNILA
Bandar Lampung.
c. Ruang Lingkup Objek :
Objek penelitian ini kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan
menyimpulkan Materi Pelajaran Sejarah siswa Kelas XI IPS 1 SMA YP
Unila Bandar Lampung.
d. Ruang Lingkup Wilayah
Tempat penelitian ini dilakukan di SMA YP Unila Bandar Lampung.
e. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017.
10
REFERENSI
Zahara Idris. 1981. Dasar Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya. Hal : 9
Fuad Ihsan. 2008. Dasar Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 5
Imas Kurniasih, Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Jakarta: Kata Pena. Hal: 8
Anas Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal: 49
Elaine B. Jhonson. 2009. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna (terjemahan).
Bandung: MIC. Hal: 149
Allen Rodney F. (1998;Juni), Social Science Teacher Education in An Era
Globalization, Makalah Seminar, 1-14. Hal: 14
Femi Olivia. 2014. Asyik Mind Mapping Pelajaran Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal: 81
Femi Olivia.,Ibid.,Hal:13
Conny R Semiawan, dkk. 1988.Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung:
Remadja Karya CV. Hal: 63
Marilee Sprenger. 2011. Cara Mengajar Agar Siswa Tetap Ingat. Jakarta:
Erlangga. Hal: 67
Badrul Munier Buchori. 2016. Otak Superior Tip Meningkatkan Kecerdasan
Otak. Yogyakarta: Psikopedia. Hal: 193
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Konsep Hubungan
Hubungan menurut pendapat Sukardi (2008:33) merupakan sesuatu yang
mengukur derajat keeratan (korelasi) antara dua variabel baik yang sudah
jelas secara literatur berhubungan atau sesuatu masalah yang akan diteliti.
Hubungan dalam penelitian adalah untuk mengetahui ukuran keeratan
yang terdapat diantara dua variabel permasalahan yang akan diteliti.
Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan
kemampuan berpikir kreatif dalam model pembelajaran Mind Mapping
dengan kemampuan menyimpulkan materi pada Mata Pelajaran Sejarah,
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas XI IPS 1 yang akan dilihat
adalah hubungan yang positif dan signifikan kemampuan berpikir kreatif
dengan kemampuan menyimpulkan materi pembelajaran pada siswa.
2.1.2 Konsep Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Model Mind Mapping
Menurut Imas Kurniasih dalam bukunya Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran, Model Mind Mapping disebut juga sebagai peta pikiran
yang dikategorikan sebagai teknik mencatat secara kreatif dan mampu
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengingat materi serta berpikir
kreatif dalam pembelajaran. Berpikir kreatif dapat diasah dalam kegiatan
12
pembelajaran dengan menerapkan model-model yang mampu
mengembangkan cara berpikir kreatif siswa (Imas Kurniasih, 2015:8).
Berfikir kreatif yang dimaksudkan dalam model mind mapping merupakan
cara berpikir siswa secara lancar dan luwes, dimana siswa akan menjadi
lancar dalam berpikir dan mengemukakan gagasan-gagasannya serta
menemukan alternatif jawaban dengan beragam (Zainal Aqib, 2013:23).
Jadi dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dalam mind
mapping adalah cara berpikir secara lancer (kreatif) yang menjadikan
siswa mampu mengemukakan gagasan-gagasannya, menemukan alternatif
jawaban yang beragam serta mampu mengingat materi pelajaran dengan
baik berkat penggunaan catatan peta pemikiran.
Pola berpikir kreatif disebut pola berpikir divergen atau mampu berpikir
kesegala arah. Bagi individu yang kreatif maka akan menganalisis suatu
permasalahan dan menemukan berbagai alternatif jawaban dilihat dari
sudut pandang secara cepat dan benar. Berpikir kreatif akan muncul pada
individu yang memiliki motivasi tinggi, rasa ingin tahu, dan imajinasi.
Seseorang yang kreatif akan selalu mencari dan menemukan jawaban
untuk memecahkan suatu permasalahan sehingga mampu mengambil
sebuah kesimpulan atau keputusan dengan baik. Berpikir adalah sebuah
kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berpikir terletak di
bagian otak kanan dan otak kiri, dimana otak kiri berfungsi untuk
menjawab pertanyaan dengan jelas dan logis atau berkaitan dengan ranah
berpikir kritis sedangkan zona otak berpikir yang terletak dibagian kanan
berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan warna, gambar serta lebih
13
menekankan pada aspek kreativitas atau dengan kata lain berkaitan dengan
ranah berpikir kreatif.
Lipman (2003) dalam McGregor (2007), mengemukakan bahwa berpikir
kreatif berhubungan dengan imajinasi, eksperimental, holism, ekspresi,
transendensi-diri, kejutan, pembangkitan, dan daya temu (Liliasari,
2013:60). Kemampuan berpikir kreatif dapat dikatakan merupakan sebuah
pemikiran yang berhubungan dengan imajinasi siswa dalam tujuan untuk
dapat memperbaiki sistem dalam pembelajaran sehingga akan muncul ide-
ide baru guna memecahkan setiap permasalahan yang muncul, hal tersebut
sesuai dengan berpikir kreatif dalam model mind mapping yang membuat
siswa menjadi lancar dalam berpikir dan mampu menemukan beragam
alternatif jawaban.
Berfikir kreatif bisa dikembangkan dengan cara menerapkan sebuah teknik
mencatat berupa peta pemikiran yang terdapat didalam model mind
mapping. Dengan membuat peta pemikiran kinerja otak kanan siswa yang
berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif akan berfungsi dengan baik
dan hal itu menjadikan siswa bisa menyimpulkan materi didalam
pembelajaran secara lebih baik (Femi Olivia, 2014:13).
Berpikir kreatif merupakan sebuah cara berpikir yang divergen
atau kesegala arah dengan memaksimalkan penggunaan otak kanan
yang berkaitan dengan imajinasi serta warna-warna sehingga siswa
dapat menjalankan setiap pembelajaran dengan baik. Adapun
proses kreatif hanya akn terjadi jika dibangkitkan melalui masalah
yang memacu pada lima macam prilaku kreatif, sebagaimana yang
dipaparkan oleh Parnes (dalam Nursito: 2000) sebagai berikut:
a. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan menemukan ide yang
serupa untuk memecahkan suatu masalah.
b. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah diluar
kategori yang biasa.
14
c. Originality (keaslian) yaitu kemampuan memberikan respons
yang unik atau luar biasa.
d. Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan
pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide
menjadi kenyataan.
e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan mengangkap dan
menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu
situasi.
(Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati,2011:14)
Berdasarkan penjelasan di atas maka yang dimaksud dengan kemampuan
berpikir kreatif dalam mind mapping adalah kemampuan berpikir secara
lancer atau luwes yang akan terjadi melalui prilaku kreatif yang
didalamnya mencerminkan lima aspek yaitu kelancaran, keluwesan,
keaslian, keterperincian dan kepekaan serta menjadikan siswa mampu
mengemukakan gagasan-gagasannya untuk memecahkan permasalahan.
2.1.3 Konsep Model Pembelajaran Mind Mapping
Otak memiliki cara tersendiri dalam memahami setiap hal yang terdapat
lingkungan sekeliling kita, otak akan lebih mudah mengingat jika kita
memvisualisaikan dan memberikan warna didalamnya. Dalam kegiatan
mengingat peran otak kanan lebih dominan dibandingkan dengan otak kiri.
Otak kanan merupakan bagian otak yang digunakan untuk mengolah
imajinasi, kreativitas, warna, bentuk, gambar dan emosi. Otak kanan
merupakan tempat penyimpanan ingatan jangka panjang (long term
memory) sehingga kegiatan mengingat sebaiknya dilakukan dengan lebih
banyak memanfaatkan kemampuan otak kanan. Agar otak kanan dapat
berkerja dengan maksimal maka diperlukan cara untuk dapat
memvisualisasikanya dengan baik yaitu melalui gambar, warna serta
imajinasi. Salah satu metode visualisasi yang paling banyak digunakan dan
15
dikenal sangat ampuh dalam menguatkan ingatan adalah metode mind-
mapping atau peta pemikiran (Badrul Munier Buchori, 2016:192)
Menurut Imas Kuriniasih, Mind Mapping merupakan cara untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali keluar
otak. Mind Mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat
kreatif.Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional atau kritis
serta otak kanan yang kreatif dan juga imajinatif membuat kinerja otak
dapat berjalan dengan baik jika kita menggunakan model pembelajaran
Mind Mapping ini, seperti yang terdapat di dalam tahapan pembelajaran
dengan model Mind Mapping (Imas Kuriniasih, 2015:53). Kegiatan akhir
pembelajaran siswa diminta untuk dapat menyimpulkan materi yang telah
dipelajari olehnya. Belajar menggunakan model Mind Mapping otak akan
berkerja dengan baik sehingga proses berpikir akan menjadi lancar
(kreatif) yang membuat siswa mampu memahami materi dengan baik serta
dapat membuat kesimpulan dengan akurat. Mind Mapping adalah model
yang baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan alternatif jawaban (Zainal Aqib, 2013:23). Model ini akan
membantu siswa menemukan ide-ide baru yang nantinya akan digunakan
untuk memecahkan masalah disetiap persoalan. Jadi dapat disimpulkan
dari pendapat diatas bahwa Mind Mapping adalah sebuah teknik mencatat
kreatif yang dapat mengaktifkan kinerja otak bagian kanan atau yang
berhubungan dengan kreatifitas dengan optimal sehingga siswa dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan lancar serta menemukan
16
banyak ide untuk dapat memecahkan suatu persoalan. Model pembelajaran
Mind Mapping baik digunakan untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah model pembelajaran Mind Mapping menurut
Zainal Aqib (2013:23) adalah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai.
b. Guru menemukan konsep atau permasalahan yang akan
ditanggapi oleh siswa atau sebaliknya permasalahan mempunyai
alternatif jawaban.
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternative
jawaban hasil diskusi.
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya, guru mencatat di papan dan mengelompokan sesuai
kebutuhan guru.
f. Dari data-data dipapan, siswa diminta membuat kesimpulan atau
guru member bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
Secara teknis membuat mind mapping tidak terlalu sulit yaitu dapat
menggunakan sebuah kertas dalam posisi landscape kemudian tempatkan
topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi
horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind
mapping. Dengan visualisasi otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan
verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi,
kreativitas dan seni membuat siswa lebih mudah dalam menangkap dan
menguasai materi pelajaran. Selain menggunakan selembar kertas terdapat
cara lain untuk membuat mind mapping yaitu dengan menggunakan kata-
kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang
pemikiran berupa sebuah kata tunggal dan pada intinya model
pembelajaran ini berbicara tentang merencana, berkomunikasi, menjadi
kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan
perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikirian, mengingat dengan
lebih baik, belajar lebih cepat dan efesien dengan melihat gambar
17
keseluruhan. Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran mind mapping.
Adapun kelebihan dari model mind mapping sebagai berikut:
1) Model ini terbilang cukup cepat dimengerti dan cepat juga
dalam menyelesaikan persoalan
2) Mind mapping terbukti dapat digunakan untuk
mengorganiasasikan ide-ide yang muncul dikepala
3) Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang
lain
4) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk
menulis
Sedangkan kekurangan model pembelajaran mind mapping adalah
sebagai berikut :
1) Hanya siswa yang aktif yang terlibat
2) Tidak sepenuhnya murid yang belajar
3) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukan
(Imas Kurniasih dan Berlin Sani, 2015:64)
Berdasarkan penjelasan diatas model mind mapping adalah suatu model
yang berbentuk peta pemikiran dimana lebih dominan menggunakan otak
bagian kanan berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif. Mind
Mapping mampu secara langsung mengorganisasikan ide-ide yang muncul
di dalam pikiran siswa dan dituangkan dalam selembar kertas yang
berbentuk catatan kreatif yang penuh makna. Penggunaan model mind
mapping ini disamping mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
berpikir kreatif juga dapat menghemat waktu, menjelaskan pikiran-pikiran
yang muncul serta mengingat dengan lebih baik dalam kegiatan
pembelajaran.
2.1.4 Konsep Kemampuan Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan ditujukan untuk meninjau kembali penguasaan
siswa terkait dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan. Hal itu
sesuai dengan pendapat Ruhimat (2007:25) bahwa kegiatan akhir
18
pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan menutup pelajaran
semata tetapi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi
yang telah disampaikan salah satunya dengan kegiatan menyimpulkan
materi. Kegiatan menyimpulkan dapat dilakukan dengan mengambil
pokok-pokok pikiran atau ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas
dengan menggunakan kalimat sendiri. Ide pokok adalah rancangan yang
tersusun di dalam pikiran, gagasan atau merupakan suatu pikiran utama
yang mendasari suatu paragraf. Kesimpulan merupakan bagian terakhir
atau penutup dari suatu isi bacaan. Kesimpulan harus dirumuskan dengan
tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah
yang telah diuraikan.
Menyimpulkan menurut Marilee Sprenger (2011:67) merupakan
kemampuan untuk membuat konklusi berdasarkan bukti. Menarik sebuah
kesimpulan kita harus dapat membedakan mana yang disebut fakta dan
mana kesimpulan. Keduanya memiliki arti yang berbeda, fakta adalah
sesuatu yang diamati sedangkan kesimpulan adalah sebuah interpretasi.
Kegiatan menyimpulkan pelajaran dirumuskan oleh siswa di bawah
bimbingan guru. Langkah ini dilaksanakan dalam kegiatan akhir
pembelajaran secara optimal dan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Menurut Ennis menyimpulkan (Inference) yang benar harus didasarkan
pada langkah-langkah dari alasan-alasan kesimpulan yang masuk akal atau
logis serta membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan.
Bagian terpenting dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi
asumsi dan mencari pemecahan, pertimbangan dari interpretasi akan
19
situasi dan bukti (Robert H. Ennis, 1995:365). Kesimpulan dapat
melahirkan sesuatu yang baru dapat sebagai fokus untuk dipikirkan,
sedangkan alasan merupakan dasar bagi suatu proses penarikan
kesimpulan. Dapat dikatakan dari pendapat di atas bahwa kemampuan
menyimpulkan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk
dapat membuat konklusi (pendapat) dari hasil berpikir berdasarkan bukti
secara logis berdasarkan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Kesimpulan dapat dituliskan dengan menggunakan metode berpikir
deduktif dan induktif. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid
menurut Suriasumantri apabila proses penarikan kesimpulan tersebut
dilakukan menurut cara tertentu.
Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas
dapat didefenisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara tepat.
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk
sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah
terdapat dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu dengan cara induktif
dan deduktif (Suriasumantri, 2009:46).
Menurut Robert H. Ennis (1996) dalam buku Critical Thinking,
Kemampuan menyimpulkan memiliki 3 indikator antara lain :
1) Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
2) Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
3) Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
(Liliasari, 2013:9)
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan penalaran deduktif maupun
induktif. Maksud pendapat Ennis tentang mendeduksi dan
mepertimbangkan hasil deduksi adalah menarik sebuah kesimpulan dari
pernyataan yang bersifat umum ke khusus kemudian mempertimbangkan
20
hasilnya menjadi sebuah kesimpulan yang valid. Hal itu sependapat
dengan pernyataan Suriasumantri yang menyebutkan penalaran deduktif
adalah kegiatan berpikir dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus (Suriasumantri, 2001:49). Ausubel
berpendapat bahwa pengembangan konsep berlangsung paling baik
apablia unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dahulu baru
kemudian diberikan hal-hal yang lebih mendetail atau khusus (Dahar,
1996:119). Penalaran induktif merupakan cara berpikir dengan menarik
suatu kesimpulan dari yang bersifat khusus menuju kesimpulan umum
(Suriasumantri, 2001:48). Menginduksi dan mempertimbangkan hasil
induksi maksudnya adalah membuat sebuah kesimpulan dari khusus ke
umum kemudian mempertimbangkan hasilnya menjadi sebuah kesimpulan
yang bersifat induktif secara valid. Membuat serta menentukan sebuah
hasil pertimbangan dilakukan pada akhir penarikan kesimpulan yang
memiliki maksud setelah kita buat kesimpulan terhadap suatu materi baik
itu dengan cara mendeduksi maupun menginduksi kita pertimbangkan
kedua hasil tersebut secara matang untuk kemudian dijadikan sebuah
kesimpulan yang valid berdasarkan bukti dan fakta.
Penarikan kesimpulan deduktif maupun induktif dapat dilakukan pada satu
waktu secara bersamaan karena keduanya saling mengisi. Meskipun kedua
penalaran tersebut merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah
tetapi dalam prakteknya berangkat dari fakta empiris kedua penalaran
tersebut merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Upaya menemukan
kebenaran dengan menggunakan penalaran deduktif dan induktif tersebut
21
melahirkan penalaran yang disebut dengan berpikir reflektif yang
diperkenalkan oleh John Dewey (Burhan Bungin:2005:19). Membuat
kesimpulan sebuah materi pelajaran dibutuhkan pemahaman dan daya
ingat yang baik khususnya dalam mempelajari materi yang berkaitan
dengan deretan huruf-huruf berwarna hitam yang monoton. Dibutuhkan
cara belajar yang tepat khususnya dalam teknik pencatatan. Penulisan
catatan yang menarik akan membantu siswa mengelola informasi yang
diterima serta memperdalam daya ingat siswa terkait dengan materi yang
telah dipelajari. Peta pemikirian adalah sebuah teknik mencatat kreatif
berbeda dengan catatan linear yang membantu siswa dalam proses
pemahaman materi menjadi lebih baik. Pemetaan pikiran membuat siswa
bisa menyimpulkan materi dengan baik dibandingkan menggunakan
catatan biasa atau linier (Femi Olivia:2014:13). Peta pikiran dikatakan
sebagai salah satu teknik mencatat tingkat tinggi dengan menggunakan
warna, simbol, dan lebih dominan kepada fungsi otak kerja bagian kanan.
2.2 Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain :
1. Judul Skripsi “Pengaruh Media Mind Mapping Terhadap Kreativitaas Dan
Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Pada Pembelajaran Menggunakan
Advance Organizer”. Peneliti adalah Masita Anggraini Napitupulu dari
Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Tahun penelitian adalah
2012. Permasalahan yang diambil adalah Pengaruh media mind mapping
22
terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Kimia
dalam materi advance organizer.
2. Judul Skripsi “Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Dan
Kreativitas Siswa Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping Bagi Siswa
Kelas VIII B SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali Tahun 2013/2014”.
Peneliti adalah Fitri Romuna Sari dari Program Studi Pendidikan Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tahun penelitian adalah 2014. Permasalahan yang diambil adalah
Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Dan Kreativitas Siswa
Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping Bagi Siswa Kelas VIII B
SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali.
2.3 Kerangka Pikir
Proses pembelajaran yang berlangsung tentunya akan bermuara pada satu
tujuan, Salah satu tujuan dari pembelajaran adalah mengembangkan pola
berpikir siswa agar dapat aktif dalam pembelajaran. Di dalam otak manusia
terdapat zona otak berpikir yang memiliki pengaruh paling besar dibandingkan
bagian lainnya.
Otak manusia yang berfungsi untuk berpikir terletak dibelahan otak kiri dimana
berkaitan dengan sesuatu yang logis serta kritis dan otak kanan yang lebih
dominan terhadap gambar, warna lebih cenderung kearah berpikir kreatif.
Adanya kemampuan berpikir kreatif tersebut diharapkan siswa mampu
mengembangkan pemikirannya serta dapat melihat berbagai macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah yang muncul. Berpikir
kreatif penting dan dibutuhkan dalam melakukan analisis dan pemecahan
23
masalah. Berpikir kreatif dapat disebut sebagai berpikir divergen atau berpikir
secara luwes artinya siswa yang memiliki pola berpikir semacam ini akan dapat
lancar dalam kegiatan berpikir dan menemukan alternatif jawaban yang tidak
sama dengan kebanyakan orang. Untuk membuat siswa agar dapat aktif bukan
hanya harus mengembangkan cara berpikirnya saja tetapi seorang guru juga
harus mampu menerapkan sebuah model pembelajaran agar siswa dapat
tertarik di dalam kegiatan pembelajaran sehingga menuntut siswa agar dapat
berpikir kreatif di dalam memahami materi.
Memasuki Kurikulum 2013 aspek penilaian untuk siswa semakin beragam di
mulai dari aspek kognitif, afektif serta psikomotorik siswa hal tersebut sedikit
berbeda pada saat menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Salah satu aspek yang dinilai dalam segi kognitif siswa adalah
kemampuan menyimpulkan materi. Di dalam proses pembelajaran setelah
siswa tersebut berhasil memahami materi maka dengan mudah dia akan dapat
menyimpulkan isi dari materi yang sudah dipelajarinya. Menyimpulkan materi
adalah proses dalam ranah kognitif yang digunakan untuk dapat mengukur
sejauh mana pemahaman siswa tentang mata pelajaran yang telah dipelajari.
Menanggulangi permasalahan pembelajaran khususnya pada penggunaan
model pembelajaran yang kurang tepat, dapat digunakan model-model
pembelajaran yang telah banyak dikembangkan untuk kemudian dapat
membuat proses pembelajaran menjadikan siswa mampu berpikir kreatif dan
dapat meningkatkan kemampuan meyimpulkan materi pembelajaran. Untuk
dapat menciptakan proses pembelajaran yang aktif serta mampu menggali
kemampuan berpikir kreatif dan meningkatkan kemampuan menyimpulkan
24
siswa, salah satu model yang relevan untuk dapat diterapkan adalah Model
Pembelajaran Mind Mapping atau peta pemikiran dengan fungsinya yaitu dapat
mengembangkan cara berpikir siswa, menambah daya ingat terkait dengan
materi yang telah disampaikan, memunculkan ide-ide baru yang nantinya akan
digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan serta memudahkan siswa
dalam kegiatan menyimpulkan materi pembelajaran.
Atas dasar itulah peneliti mengadakan penelitian mengenai hubungan
kemampuan berpikir kreatif dalam model pembelajaran mind mapping dengan
kemampuan menyimpulkan materipada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 1
SMA YP UNILA Bandar Lampung dengan metode eksperimen. Adapun yang
bertindak sebagai variabel bebas adalah kemampuan berpikir kreatif, sebagai
variabel terikat adalah kemampuan menyimpulkan materi siswa dan variabel
moderat yaitu model pembelajaran mind mapping.
2.4 Paradigma
Keterangan :
: Garis hubungan
Kemampuan
Menyimpulkan
( Y )
Kemampuan Berpikir
Kreatif dalam Model Mind
Mapping
( X )
Model Pembelajaran
Mind Mapping
( Z )
25
2.5 Hipotesis Penelitian
H0= Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan berpikir
kreatif dalam model pembelajaran mind mapping dengan kemampuan
menyimpulkan materi pada Mata Pelajaran Sejarah siswa kelas XI IPS 1
SMA YP UNILA Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.
H1 = Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan berpikir kreatif
dalam model pembelajaran mind mapping dengan kemampuan
menyimpulkan materi pada Mata Pelajaran Sejarah siswa kelas XI IPS 1
SMA YP UNILA Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.
10
REFERENSI
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 33
Imas Kurniasih, Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Jakarta: Kata Pena. Hal: 8
Zainal Aqib. 2013. Model-model, Media, dan Stategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya. Hal: 23
Muh. Tawil., Liliasari, 2013. Berfikir Kompleks dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Hal: 60
Femi Olivia. 2014. Asyik Mind Mapping Pelajaran Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal: 81
Yeni Rachmawati,Euis Kurniati. 2011. Stategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana. Hal: 14
Badrul Munier Buchori. 2016. Otak Superior Tip Meningkatkan Kecerdasan
Otak. Yogyakarta: Psikopedia. Hal: 192
Imas Kurniasih.,Op.Cit.,Hal:53
Zainal Aqib.,Op.Cit.,Hal:23
Imas Kurniasih.,Op.Cit.,Hal:64
Toto Ruhimat. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen
FIP UPI. Hal: 25
Marilee Sprenger. 2011. Cara Mengajar Agar Siswa Tetap Ingat. Jakarta:
Erlangga. Hal: 67
Ennis, R.H. 1996. Critical Thingking. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Hal: 365
Jujun Suparjan Suriasumantri. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal: 46
11
Jujun Suparjan Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal: 49
R.W. Dahar. 1996. Teori teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Hal:119
Jujun Suparjan Suriasumantri.,Op.Cit.,Hal:48
Femi Olivia.,Op.Cit.,Hal:13
Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. Hal: 19
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Nana Syaodih Sumadinata (2007:52) adalah cara
atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang
dihadapi. Menurut Sugiyono (2012:3) metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen dengan tipe Pre-
Eksperimental Designs.
Dikatakan Pre-Eksperimental Designs, karena desain ini belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi
hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-
mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini terjadi karena, tidak
adanya variabel kontrol dan sampel tidak terpilih secara random
(Sugiyono, 2012:109).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menjelaskan serta memaparkan
hubungan kemampuan berpikir kreatif dalam model pembelajaran mind
mapping dengan kemampuan menyimpulkan materi Pelajaran Sejarah siswa
kelas XI IPS 1 SMA YP UNILA Bandar Lampung.
27
3.2 Desain Penelitian
Metode penelitian desain eksperimen memiliki berbagai macam-macam
bentuk, namun peneliti memilih Pre-Experimental Designs yang di dalamnya
juga terdapat beberapa jenis desain penelitian. Pada penelitian ini peneliti
hanya menggunakan satu jenis desain penelitian yaitu One-Shot Case Study.
Paradigma dalam penelitian eksperien model ini dapat digambarkan
seperti berikut:
X = treatment yang diberikan
(variabel independent)
0 = Observasi (variabel dependen)
Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok
diberi treatment atau perlakukan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
(treatment adalah sebagai variabel independent, dan hasil adalah sebagai
variabel dependen)
(Sugiyono, 2012:110).
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh kumpulan elemen yang menunjukan ciri-ciri
tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Anwar Sanusi,
2012:87). Menurut Sugiyono (2012:117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dari penjelasan di atas maka populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMA YP UNILA,
yang berjumlah 36 siswa dengan rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
X 0
28
Tabel 3.1 Daftar Anggota Sampel
No Kelas Siswa
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 XI IPS 1 19 17 36
Jumlah 19 17 36
Sumber : Hasil pengolahan sampel oleh peneliti
Populasi dalam penelitian ini langsng tertuju pada satu kelas dikarenakan
dalam menentukan sampel peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel
jenuh dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel dalam kegiatan
penelitian. Kelas yang terpilih menjadi populasi ini sesuai dengan
permasalahan yang peneliti ambil dimana berdasarkan penelitian pendahuluan
oleh peneliti dan didapatkan data bahwa siswa kelas XI IPS 1 adalah siswa
yang memiliki nilai kemampuan rendah dibandingkan dengan kelas lainnya.
3.3.2 Sampel
Menurut Margono (2007:121) sampel adalah sebagai bagian dari populasi,
sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Berdasarkan populasi yang ada, dalam penelitian ini sampel ditentukan
dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh merupakan
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel (Sugiyono, 2012:85). Pengambilan sampel dengan teknik ini memiliki
tujuan untuk membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Jadi
sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 SMA Yp Unila Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017 yang memiliki nilai kemampuan
menyimpulkan rendah dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal tersebut
sesuai dengan permasalahan yang peneliti amati.
29
3.4 Langkah – Langkah Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa langkah yang harus dilaksanakan, sebagai
berikut:
1. Pendahuluan :
a. Penelitian pendahuluan, penelitian pendahuluan ini dilakukan peneliti
sebagai observasi awal dengan tujuan mencari data sementara
mengenai subjek yang diteliti berupa banyak kelas, jumlah siswa dan
cara guru mengajar.
b. Menentukan populasi dan sampel dalam penelitian.
c. Menyusun dan menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan
dalam penelitian.
d. Menyusun perangkat pembelajaran berupa Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Media Pembelajaran.
e. Membuat instrumen penelitian.
f. Menerapkan instrument.
2. Pelaksanaan Penelitian :
a. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan Model
Pembelajaran Mind Mapping
b. Melakukan evaluasi dari penerapan
3. Penutup :
a. Melakukan uji validitas instrumen.
b. Melakukan kesimpulan dari hasil penelitian
c. Membuktikan hipotesis.
30
3.5 Langkah – Langkah Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan adalah kegiatan dalam awal pembelajaran harus
dilakukan karena menjadi bagian dari penelitian. Pada kegiatan pendahuluan
ini guru melakukan absensi atau mengecek kehadiran siswa, memberi
motivasi dan apresiasi serta menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam
kegiatan pembelajaran. Guru kemudian melakukan apersepsi terhadap
materi yang akan disampaikan.
2. Kegiatan Inti
Setelah guru melaksanakan kegiatan apersepsi, kemudian guru
mengkondisikan siswa sesuai dengan tata cara pelaksanaan model
pembelajaran mind mapping. Adapun langkah-langkah pembelajaran mind
mapping adalah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai.
b. Guru mencari konsep oprasional atau permasalahan yang akan di
diskusikan siswa yaitu konsep tentang perang melawan kolonialisme dan
imperialisme dan masalah tentang perlawanan-perlawanan rakyat
Indonesia melawan pihak kolonial.
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban hasil
diskusi.
31
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya, guru mencatat di papan dan mengelompokan sesuai
kebutuhan guru.
f. Dari data-data dipapan, siswa diminta membuat kesimpulan (inference)
dan guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam proses pembelajaran dimana
peneliti memberikan perlakuan terhadap sampel penelitian. Perlakuan yang
diberikan kepada siswa yang bertindak sebagai sampel adalah dengan
menerapkan model pembelajaran mind mapping. Dalam kegiatan ini peneliti
menerapkan model pembelajaran mind mapping dalam kelas sesuai dengan
langkah-langkah penerapan model pembelajaran mind mapping. Pertama
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk diskusi, kemudian setelah
terbentuk kelompok, siswa diinstruksikan untuk melakukan kegiatan diskusi
dengan tiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban
yang disampaikan oleh kelompok lainnya. Pelaksanaan kegiatan diskusi
siswa diminta melakukan pencatatan dengan mind mapping atau peta
pemikiran, disaat proses mind mapping atau pencatatan kreatif berlangsung
peneliti yang bertindak sebagai guru mencatat poin-poin penting dalam
proses tersebut untuk kemudian diakhir proses pembelajaran guru meminta
siswa untuk dapat menyimpulkan materi diskusi tersebut, meskipun diskusi
dilakukan secara berkelompok namun setiap siswa diharapkan mempunyai
satu lembar kesimpulan yang dibuat secara individu dan guru melakukan
penilaian terhadap kegiatan siswa.
32
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dalam kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini adalah
pemberian post-test.
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:61) variabel penelitian adalah suatu kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.Variabel menurut Suharsimi Arikunto
(2006:116) merupakan objek penelitian atau apasaja yang menjadi titik
perhatian dalam suatu penelitian.Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
tiga, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel moderat.
Variabel Bebas : Kemampuan berpikir kreatif.
Variabel Moderat : Model pembelajaran mind mapping.
Variabel Terikat : Kemampuan menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi oprasional variabel adalah suatu cara untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan variabel dengan sedemikian rupa sehingga variabel
bersifat spesifik dan terukur. Adapun tujuannya adalah agar peneliti dapat
menjadi alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di
definisikan konsepnya, maka peneliti memasukan proses atau oprasional
alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang
ditelitinya. Defenisi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
33
1. Kemampuan berpikir kreatif dalam Model Mind Mapping
Menurut Edward de Bono (2007), menggambarkan bagaimana kita harus
berpikir kreatif untuk memperbaiki kehidupan, melakukan inovasi
desain, memciptakan perubahan dan memperbaiki sistem (Liliasari,
2013:60). Dari pendapat diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif adalah sebuah pemikiran yang berhubungan
dengan imajinasi siswa dalam tujuan untuk dapat memperbaiki sistem
dalam pembelajaran sehingga akan muncul ide-ide baru guna
memecahkan setiap permasalahan yang muncul. Berfikir kreatif yang
dimaksudkan dalam model mind mapping merupakan cara berpikir siswa
secara lancar dan luwes, dimana siswa akan menjadi lancar dalam
berpikir dan mengemukakan gagasan-gagasannya serta menemukan
alternatif jawaban dengan beragam (Zainal Aqib, 2013:23). Kemampuan
berpikir kreatif dalam mind mapping akan menjadikan siswa mudah
untuk memikirkan berbagai pemecahan terhadap suatu masalah dalam
pembelajaran.
2. Kemampuan menyimpulkan
Menyimpulkan menurut Marilee Sprenger merupakan kemampuan untuk
membuat konklusi berdasarkan bukti. Di dalam menarik kesimpulan kita
harus dapat membedakan mana yang disebut fakta dan mana kesimpulan.
Keduanya memiliki arti yang berbeda, fakta adalah sesuatu yang diamati
sedangkan kesimpulan adalah sebuah interpretasi (Marilee Sprenger,
2011:67). Menurut Ennis menyimpulkan (Inference) yang benar harus
didasarkan pada langkah-langkah dari alasan-alasan kesimpulan yang
34
masuk akal atau logis serta membuat kesimpulan yang beralasan atau
menyungguhkan. Bagian terpenting dari langkah penyimpulan ini adalah
mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan, pertimbangan dari
interpretasi akan situasi dan bukti (Robert H. Ennis, 1995:365). Dapat
dikatakan dari pendapat di atas bahwa kemampuan menyimpulkan adalah
suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk dapat membuat
konklusi (pendapat) dari hasil berpikir berdasarkan bukti secara logis
berdasarkan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
3. Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambilnya kembali keluar otak. Mind Mapping bisa juga
dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dengan visualisasi kerja
otak kiri yang bersifat rasional atau kritis serta otak kanan yang kreatif dan
juga imajinatif membuat kinerja otak dapat berjalan dengan baik jika kita
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping ini. Menurut Zainal
Aqib (2013:23) Mind Mapping adalah model yang baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Model
ini akan membantu siswa menemukan ide-ide baru yang nantinya akan
digunakan untuk memecahkan masalah disetiap persoalan. Jadi dapat
disimpulkan dari pendapat diatas bahwa Mind Mapping adalah sebuah
teknik mencatat kreatif yang dapat mengaktifkan kinerja otak bagian
kanan atau yang berhubungan dengan kreatifitas dengan optimal sehingga
siswa dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan lancar serta
menemukan banyak ide untuk dapat memecahkan suatu persoalan.
35
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan (Sugiyono,2012:203). Teknik observasi dalam
penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkatan
kemampuan menyimpulkan materi yang dimiliki siswa. Peneliti melakukan
kegiatan observasi untuk pengumpulan data kemampuan menyimpulkan
materi siswa dengan menggunakan instrument berupa rubrik penilaian yang
dilengkapi dengan aspek-aspek menyimpulkan yang menjadi dasar
penskoran dari kemampuan menyimpulkan siswa. Keempat aspek penilaian
tersebut mencangkup kesesuaian isi kesimpulan dengan isi wacana,
ketepatan penulisan sesuai dengan kaidah EYD, urutan kronologi peristiwa
serta kepaduan antar kalimat yang harus ada dalam kegiatan menyimpulkan.
2. Tes (Lembar Pertanyaan)
Kemampuan yang akan diukur menggunakan lembar pertanyaan dalam hal
ini yaitu kemampuan berpikir kreatif. Desain penelitian yang ditentukan
oleh peneliti yaitu One-Shot Case Study. Melalui desain tersebut nantinya
dalam penelitian yang dilakukan siswa akan diberikan perlakukan berupa
penerapan model pembelajaran Mind Mapping guna meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif kemudian diobservasi hasilnya berupa Posttest.
36
3.8 Instrumen Penelitian
3.8.1 Lembar Observasi
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Menyimpulkan
No Aspek yang dinilai Skor
1. Kesesuaian antara isi kseimpulan dengan isi wacana
Kesimpulan sesuai isi wacana secara keseluruhan 3
Kesimpulan sesuai isi wacana tetapi tidak keseluruhan 2
Kesimpulan mendekati sesuai isi wacana 1
2. Ketepatan penulisan sesuai dengan kaidah EYD
Semua penulisan sesuai dengan kaidah EYD 2
Tidak semua penulisan sesuai dengan kaidah EYD 1
3. Urutan kronologi peristiwa
Kronologi peristiwa semuanya sistematis 3
Kronologi peristiwa hanya setengah yang sistematis 2
Kronologi peristiwa tidak semua sistematis 1
4. Kepaduan antar kalimat
Semua kalimat padu 2
Tidak semua kalimat padu 1
SKOR MAKSIMAL 10
Sumber : (Depdiknas, 2003:51)
Penentuan nilai peserta didik dirumuskan sebagai berikut :
Dari nilai kemudian dimasukan ke dalam rumus presentase selanjutnya
dikonsultasikan kedalam tabel kriteria penafsiran persentase seperti dibawah ini :
P =
100%
Keterangan :
P : Angka persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Jumlah skor Maksimum
(Anas Sudijono, 2011:43)
Tabel 3.3 Kriteria Penfsiran Persentase
No. Persentase Kriteria Penafsiran
1 0% - 20% Sangat Rendah
2 21% - 40 % Rendah
3 41% - 60% Sedang
4 61% - 80% Tinggi
5 81%- 100% Sangat Tinggi
Sumber : (Suharsimi Arikunto dalam Yuliani, 2013:51)
NA =
X 100
37
3.8.2 Soal Test
Tabel 3.4 Soal Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif
No
Indikator
Kemampuan
Berpikir Kreatif
Soal
1 Fluency
(Kelancaran)
Kedatangan Bangsa Spanyol di tanah Minahasa
(Tondano) Selain berdagang juga memiliki
tujuan lain, kecuali ….
a. Bangsa Spanyol Ingin menaklukan wilayah
Tondano
b. Melakukan hubungan dagang
c. Menyebarkan ajaran agama Kristen
d. Melakukan jual beli antara orang-orang
kebangsaan Spanyol dengan pribumi
e. Melakukan transaksi rempah-rempah
dengan penduduk Tondano
2 Flexibility
(Keluwesan)
Apakah yang menjadi latarbelakang terjadinya
Perang Tondano II ….
a. Rakyat Tondano tidak setuju dengan
kebijakan VOC untuk menguasai wilayah
perairan mereka
b. Banyak orang Belanda yang datang ke
Minahasa untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya
c. Rakyat merasa tidak senang dengan
kepemimpinan pihak kolonial Belanda
d. Rakyat Tondano tidak setuju dengan
kebijakan Gubernur Jendral Hindia Belanda
untuk merekrut pemuda Tondano sebagai
pasukan kolonial
e. Belanda ingin membentuk sebuah Pusat
Perdagangan untuk menyaingi perdagangan
orang Tondano di Sulawesi Utara
3 Originality
(Keaslian)
Penolakan orang-orang Minahasa terhadap
kebijakan monopoli perdagangan VOC
memaksa pihak kolonial memerangi mereka,
upaya apa yang dilakukan VOC untuk
melemahkan rakyat Minahasa adalah ….
a. Menghentikan kegiatan perdagangan
rempah-rempah di Sulawesi Utara
b. Melakukan pembakaran missal kepada
rumah rakyat Minahasa
c. VOC membendung sungai Temberan
sehingga aliran sungainya meluap dan
menggenangi rumah rakyat
d. VOC membeli beras dengan harga yang
38
murah
e. VOC membentuk sebuah pelabuhan dagang
utama di Minahasa
4 Elaboration
(Keterperincian)
Di bawah ini merupakan usaha dalam
peperangan yang dilakukan Belanda di wilayah
Minawanua ….
a. Melumpuhkan rakyat Tondano dari jalur
udara
b. Pihak Belanda membombardir wilayah
Minawanua sehingga berhasil merusak
pagar bambu berduri yang membatasi
danau Tondano
c. Membatasi pasokan logistik untuk
keperluan rakyat Tondano dalam berperang
d. Menghancurkan benteng-benteng besar
pertahanan dari rakyat di Minawanua
e. Meracuni persediaan minum untuk para
pejuang peperangan dari tanah Minahasa
agar mereka tewas sebelum dapat
melakukan peperangan dengan pihak
Belanda
5 Sensitivity
(Kepekaan)
Perang Tondano II semakin berkobar setelah
pihak Belanda berhasil menerobos masuk
benteng pertahanan di Minawanua namun berkat
strategi yang diterapkan orang Tondano pihak
Belanda berhasil dihentikan, strategi yang
diterapkan adalah ….
a. Mengirim pasukan ke medan perang yang
terhebat dari suku Tondano untuk
menghalau serangan dari Pihak Belanda
b. Meminta bantuan kepada kerajaan lainnya
yang ada di pulau Jawa untuk bersama-
sama memerangi Belanda
c. Merancang senjata yang super canggih
untuk menghancurkan pihak lawan
d. Tidak melakukan kegiatan apapun sehingga
menimbulkan kesan orang Tondano sudah
kalah dan dengan tiba-tiba menyerang
pihak Belanda dengan cepat
e. Melemparkan granat kearah kapal Belanda
agar mereka dapat dipukul mundur dari
wilayah Minawanua
39
Tabel 3.5 Pendoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Kemampuan
Berpikir Kreatif
Jumlah
soal Skor Total Skor
Fluency (Kelancaran) 2 1 2
Flexibility (Keluwesan) 4 2 8
Originality (Keaslian) 4 3 12
Elaboration (Keterperincian) 4 4 16
Sensitivity (Kepekaan) 2 6 12
50 [
Berdasarkan table di atas terlihat bahwa sor yang diberikan untuk setiap
jenjang kemampuan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang maka skor yang
diberikan akan semakin tinggi. Terkait perbedaan skor yang diberikan untuk
setiap jenjangnya, tidak ada pedoman yang digunakan.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan Sudijono “orang yang paling
tahu berapa bobot yang seharusnya diberikan terhadap jawaban yang
betul itu adalah si pembuat soal itu sendiri, yaitu tester, karena dialah
orang yang paling tahu mengenai derajat kesukaran yang dimiliki oleh
masing-masing butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar”
(Sudijono:2008:306)
Penentuan nilai peserta didik dirumuskan sebagai berikut :
(Sudijono, 2011:43)
Dari nilai kemudian dimasukan ke dalam rumus persentase seperti dibawah ini:
P =
100%
Keterangan :
P : Angka persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Jumlah skor Maksimum
(Anas Sudijono, 2011:43)
Tabel 3.6 Kriteria Penfsiran Persentase
No. Persentase Kriteria Penafsiran
1 0% - 20% Sangat Rendah
2 21% - 40 % Rendah
3 41% - 60% Sedang
4 61% - 80% Tinggi
5 81%- 100% Sangat Tinggi
Sumber : (Suharsimi Arikunto dalam Yuliani, 2013:51)
N =
X 100
40
3.9 Analisis Instrumen
1. Uji Validitas
Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting
yaitu, valid dan reliable. Menurut Sudarwan Danim (2000:195) sebuah
instrumen dapat dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur menurut situasi dan tujuan tertentu. Pengujian
validitas instrumen dalam penelitian ini akan menggunakan rumus korelasi
product moment pearson sebagai berikut (Riduwan,2004:128):
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy= koefisien korelasi
∑ X2 = jumlah skor item
∑ Y2
= jumlah skor total (seluruh item)
n = jumlah responden
Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n). Kriteria
pengujian : jika rhitung > rtabel berarti valid. Sebaliknya jika hasil rhitung <
rtabel berarti tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Reabilitas instrumen menurut Sujarweni (dalam Sujarweni dkk,
2012:186) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
suatu bentuk lembar tes. Instrumen yang reliabel berarti instrument yang
cukup baik untuk mampu mengungkap data yang bisa dipercaya,
41
Pengukuran reabilitas intrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach
sebagai berikut :
(
)(
∑
)
Keterangan :
r11 = Nilai reliabilitas
n = banyaknya butir soal
k = banyaknya butir soal
(Arikunto, 2013 :122)
Instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai koefisien Alpha, dan untuk
menginterprestasikan besarnya nilai korelasi, adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7 Nilai Koefisien Alpha:
Besarnya Nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah
Sumber: (Sutrisno Hadi dalam Arikunto, 2013:319)
3.10 Teknik Analisis Data/ Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitugan data kuantitatif dengan menggunakan rumus korelasi Product
Moment sebagai berikut:
1. Uji Korelasi Product Moment untuk mengetahui hubungan bersifat
positif atau negatif
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
n : jumlah responden
x : variabel bebas
y : variabel terikat
(Sofyan Siregar, 2013: 252
42
Tabel 3.8 Interpretasi Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan
1 0,00 – 0,199 Sangat Lemah
2 0,20 – 0,399 Lemah
3 0,40 – 0,599 Cukup
4 0,60 – 0,799 Kuat
5 0,80 – 0,100 Sangat Kuat
Sumber : Syofian Siregar, 2013: 252
2. Rumus untuk mencari taraf signifikan hubungan dalam
penelitian
√
√
Keterangan :
t : Nilai t yang dihitung
r : Nilai Korelasi
n : Jumlah responden
Untuk memberikan tafsiran taraf signifikansi yang diperoleh dari
perhitungan menggunakan rumus di atas menggunakan kriteria uji yaitu
apabila thitung >ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, sebaliknya jika
thitung <ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Sebelum dilakukan analisis data atau pengujian hipotesis terlebih dahulu
dilakukan tahapan-tahapan pengujian sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji statistik non parametik kolmogrov smirnov. Dasar dari
pengambilam keutusan uji normalitas dihitung menggunakan program
SPSS 17.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran
probabilitas atau signifikansi. Langkah-langkah uji normalitasnya adalah
sebagai berikut.
43
a) Hipotesis
Ho : data terdistribusi secara normal
H1 : data tidak terdistribusi secara normal
b) Taraf Signifikan
Taraf Signifikan yang digunakan α=5%
c) Pedoman pengambilan keputusan
1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka
distribusinya adalah tidak normal.
2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka
distribusinya adalah normal.
Uji normalitas dalam penelitian kuantitatif ini digunakan untuk
menormalkan data sebelum masuk kedalam tahapan pengujian hipotesis.
Jika data dalam penelitian ini tidak normal maka peneliti tidak bisa
melanjutkan kepengujian selanjutnya dengan mengunakan uji statistik
parametrik karena salah satu syaratnya adalah data yang digunakan dalam
pengujian hipotesis merupakan data yang normal.
b. Uji Homogenitas
Suharsimi Arikunto mengemukakan pengujian homogenitas sampel
menjadi sangat penting apabila peneliti bermaksud melakukan generalisasi
untuk hasil penelitiannya serta penelitian yang data penelitiannya diambil
dari kelompok-kelompok terpisah yang berasal dari satu populasi
(Arikunto, 2013:364). Terdapat macam-macam cara yang dapat digunakan
untuk menguji homogenitas, dalam penelitian ini akan melakukan uji
44
homogenitas dengan cara uji perbandingan varians. Berikut ini adalah
rumus uji perbandingan varians:
F =
Keterangan:
: Varians tersebar.
: Varians terkecil (Sudjana, 2002:364)
SX2
= √ ∑ ∑
Sy2
= √ ∑ ∑
Keterangan:
X : Variabel bebas.
Y : Variabel terikat.
n : Jumlah responden.
Berdasarkan penjelasan diatas uji homegenitas berguna untuk melihat
apakah dua data tersebut bersifat homogen atau sama. Uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat
homogeny. Uji homogenitas ini wajib dilakukan sebagai salah satu uji
prasyarat sebelum dilakukannya pengujian hipotesis.
c. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
RJKReg(b│a) : rata-rata jumlah kuadrat regresi b terhadap a
RJKRes : rata-rata jumlah kuadrat residu
(Syofian Siregar, 2013: 285)
45
Keputusan uji:
Jika Fhitung> Ftabel dengan dk pembilang = 1, dan dk penyebut = n – 2,
maka data tersebut berpola linier.
Berdasarkan penjelasan di atas linieritas bertujuan untuk mengetahui dua
variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan.
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji linieritas
yang digunakan sebagai uji prasyarat untuk analisis korelasi atau regresi
linier dalam perhitungan statistik parametrik.
46
REFERENSI
Nana Syaodih Sumadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Hal: 52 [
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal: 3
Sugiyono.,Ibid., Hal: 109
Sugiyono.,Ibid., Hal: 110
Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal: 73
Sugiyono.,Op.Cit., Halaman 117
Anwar Sanusi. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Hal: 87
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal: 121
Sugiyono.,Op.Cit., Hal: 85
Sugiyono.,Op.Cit., Hal: 61
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 116
Muh. Tawil., Liliasari, 2013. Berfikir Kompleks dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Hal: 60
Marilee Sprenger. 2011. Cara Mengajar Agar Siswa Tetap Ingat. Jakarta:
Erlangga. Hal: 67 [
Zainal Aqib. 2013. Model-model, Media, dan Stategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Cv Yrama Widya. Hal: 23
Ennis, R.H. 1996. Critical Thingking. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Hal: 365
Zainal Aqib.,Op.Cit., Hal: 23
Sugiyono.,Op.Cit., Hal: 203
47
Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hal: 43
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Hal: 195
Riduwan, Sunarto. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal: 128
Sujarweni, V Wiranata dan Poly Endrayanto. 2012. Statistik untuk Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 186
Suharsimi Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Hal:122
Suharsimi Arikunto.,Ibid., Hal:319
Sofyan Siregar. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hal: 252
Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta Hal: 364
Suharsimi Arikunto.,Ibid
Suharsimi Arikunto.,Op.Cit.,Hal:285
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari penghitungan mengenai Hubungan
Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Model Pembelajaran Mind Mapping dengan
Kemampuan Menyimpulkan Materi pada Mata Pelajaran Sejarah Siswa Kelas XI
IPS 1 di SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017, dapat
disimpulkan bahwa :
Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan Kemampuan Berpikir Kreatif
dalam Model Pembelajaran Mind Mapping dengan Kemampuan Menyimpulkan
Materi pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas Siswa XI IPS 1 di SMA YP Unila
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penghitungan koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,604 yang termasuk dalam
kategori tingkat korelasi kuat, dan juga dari hasil penghitungan uji signifikan
korelasi product moment (thitung ) sebesar 5,51 lebih besar dari nilai ttabel = 2,026
(thitung > ttabel ). Hubungan yang positif artinya terdapat hubungan yang searah
antara vaiabel X dan variabel Y yaitu apabila kemampuan berpikir kreatif siswa
tinggi maka kemampuan menyimpulkan akan semakin tinggi. Hal tersebut dapat
dipercaya dengan taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan sebesar 95%.
86
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut :
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi guru dalam
menerapkan pembelajaran di SMA YP Unila Bandar Lampung dan juga
bagi peneliti, karena pembelajaran yang diterapkan dengan melihat
kemampuan berpikir kreatif pada model pembelajaran Mind Mapping
dapat meningkatkan kemampuan menyimpulkan materi siswa.
2. Agar memperoleh hasil yang maksimal, maka hendaknya penerapan model
yang dilakukan di kelas dilakukan secara berulang dan berkesinambungan,
agar kemampuan setiap siswa dapat berkembang dengan baik, dan dapat
membuat siswa berpikir kreatif (divergen) dan mampu menyimpulkan
materi pembelajaran dengan baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Idris, Zahara. 1981. Dasar Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kurniasih, Imas, Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Jakarta: Kata Pena.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Jhonson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna (terjemahan).
Bandung: MIC.
Rodney F, Allen. (1998;Juni), Social Science Teacher Education in An Era
Globalization, Makalah Seminar, 1-14.
Olivia, Femi. 2014. Asyik Mind Mapping Pelajaran Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Semiawan, Conny R, dkk. 1988.Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung:
Remadja Karya CV.
Sprenger, Marilee. 2011. Cara Mengajar Agar Siswa Tetap Ingat. Jakarta:
Erlangga.
Munier Buchori, Badrul. 2016. Otak Superior Tip Meningkatkan Kecerdasan
Otak. Yogyakarta: Psikopedia.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kurniasih, Imas, Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Jakarta: Kata Pena.
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Stategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.
Tawil, Muh., Liliasari, 2013. Berfikir Kompleks dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
11
Rachmawati, Yeni, Euis Kurniati. 2011. Stategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana.
Ruhimat, Toto. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen
FIP UPI.
R.H, Ennis. 1996. Critical Thingking. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Suparjan Suriasumantri, Jujun. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
R.W. Dahar. 1996. Teori teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Syaodih, Sumadinata Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. [
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sunarto, Riduwan. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal: 128
Sujarweni, V Wiranata dan Poly Endrayanto. 2012. Statistik untuk Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 186
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sofyan Siregar. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.