Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 1
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
1.1 Tinjauan Mata Diklat Penelitian Tindakan Kelas
Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya
membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka
pembangunan pendidikan di Indonesia. Kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai
akhir zaman nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh teknologi secanggih
apapun. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan tugas-tugas guru yang cukup komplek
dan unik, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara kontinyu guru dapat
meningkatkan kompetensinya. Untuk menguji kompetensi tersebut, pemerintah
menerapkan sertifikasi bagi guru melalui portofolio dan diklat.
Dengan adanya sertifikasi tersebut diharapkan guru mampu merubah
kinerjanya ke arah yang lebih profesional. Apakah Anda sebagai guru tidak profesional
atau belum profesional?. Menurut Dedi Supriyadi (1999) bahwa profesionalisme guru
di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging proffession) yang tingkat
kematangannya belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi lain
(misalnya dokter), sehingga guru sering dikatakan sebagai profesi yang setengah-
setengah atau semi-profesional. Usman (2002) menyatakan bahwa guru yang
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan, sehingga Ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan yang maksimal.
Berdasarkan pernyataan di atas, coba Anda lakukan refleksi diri masing-
masing. Apakah Anda sudah melaksanakan tugas secara maksimal? Apakah Anda
memiliki kompetensi yang cukup untuk disebut profesional?. Sebagai guru, Anda perlu
memahami bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah
mendidik, mengajar, dan melatih siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang
bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
guru seyogyanya tidak hanya mampu mengajarkan pengetahuan dan mendidik siswa
agar menjadi manusia yang berbudi luhur, tetapi juga guru harus mampu mengajarkan
keterampilan hidup dan melatih siswa agar dapat memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam kehidupannya di masyarakat. Hal ini berarti bahwa guru
dituntut mampu menguasai bidang studi yang diampunya dan membelajarkannya pada
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 2
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
I. PENDAHULUAN
siswa secara profesional. Oleh sebab itu, guru seyogyanya selalu melakukan
penilaian terhadap kinerjanya sendiri, terutama dalam pembelajaran di kelas, sehingga
guru akan dapat mengetahui bahwa pembelajarannya perlu diperbaiki kualitasnya.
Dengan demikian, guru akan dapat secara terus-menerus berusaha melakukan
perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Guru yang inovatif, kreatif, dan
produktif adalah guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru dan mutakhir
untuk kepentingan kualitas pembelajaran di kelas (Sunyono, 2007). Kemampuan
tersebut dapat dilihat dari upaya guru dalam melakukan perbaikan kualitas proses
pembelajaran melalui penelitian yang dilaksanakan dalam lingkup kelasnya sendiri
atau lebih dikenal dengan sebutan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Mengapa PTK harus dilakukan oleh guru...? Menurut Hopkins (1993) berkaitan
dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik di kelas, kontrol sosial terhadap guru,
serta kemanfaatan penelitian pendidikan. Dari segi profesionalisme, penelitian kelas
yang dilakukan oleh guru dipandang sebagai suatu unjuk kerja seorang guru yang
profesional karena studi sistematik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap
sebagai tanda (hallmark) dari pekerjaan guru yang profesional. Dalam hal ini ada dua
argumen yang dikemukakan oleh Hopkins, yaitu: Pertama: Guru yang baik perlu
mempunyai otonomi dalam melakukan penilaian profesional, sehingga ia tidak perlu
diberitahu apa yang harus dia kerjakan. Namun, tidak berarti ia tidak dapat menerima
masukan atau saran dari luar. Saran atau masukan tersebut tetap penting, tetapi
gurulah yang menentukan atau yang paling tahu apakah masukan atau saran tersebut
sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapinya. Kedua: Ketidaktepatan paradigma
penelitian biasa (formal) dalam membantu guru memperbaiki kinerjanya dalam
mengajar. Salah satu aspek yang tidak menguntungkan dari penelitian biasa (formal)
adalah temuan-temuan yang sangat sulit diterapkan dalam praktik pembelajaran di
kelas. Athur Bolster (dalam Hopkins) menyatakan bahwa pengaruh penelitian tentang
mengajar terhadap praktik pembelajaran sangat kecil karena asumsi atau titik tolak
tentang mengajar yang digunakan para peneliti berbeda dengan asumsi atau titik tolak
yang digunakan oleh para guru. Akibatnya, kesimpulan resmi yang dihasilkan dari
berbagai penelitian tersebut kurang relevan dengan kebutuhan para guru yang
mengajar di kelas.
Berkaitan dengan hal di atas, Modul Diklat PTK ini dususun guna mambantu
guru peserta diklat dalam meningkatkan kompetensinya dalam upaya peningkatan
kualitas hasil dan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, modul PTK ini menyajikan
serangkaian materi diklat yang akan membantu Anda (peserta diklat) dengan
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 3
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
pengetahuan, wawasan, sikap, dan keterampilan dalam melaksanakan PTK. Anda
akan diajak membahas pengertian PTK, karakteristik PTK, dan manfaat PTK. Anda
juga akan dibekali pengetahuan dan berlatih bagaimana merancang PTK,
melaksanakan PTK, dan menyusun laporan PTK. Materi bahasan tersebut bersifat
deskriptif yang menguraikan secara konseptual dan aplikatif dengan harapan Anda
dapat memahami hakekat PTK dan mampu melaksanakannya. Materi diklat PTK ini
dibagi ke dalam 2 (dua) penyajian, yaitu teori dan praktik / tugas. Penyajian secara
teori disampaikan dalam 2 (dua) pertemuan, yaitu Kegiatan Belajar 1 dan Kegiatan
Belajar 2, sedangkan praktik perancangan PTK disajikan untuk 3 (tiga) pertemuan
yang disampaikan di setiap akhir Kegiatan Belajar. Dengan demikian, materi diklat
PTK dalam modul ini meliputi:
A. Kegiatan Belajar 1. Hakekat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengantar
2. Kompetensi Khusus
3. Uraian Materi:
a. Pengertain, Karakteristik, dan Manfaat PTK.
b. Perbedaan PTK dengan Penelitian Non-PTK
c. Langkah-Langkah PTK.
d. Menyusun Proposal PTK
4. Rangkuman
5. Tugas / Praktik (satu kali pertemuan = 2 Jam Praktik).
B. Kegiatan Belajar 2. Melaksanakan dan Melaporkan Hasil PTK
1. Pengantar
2. Kompetensi Khusus
3. Uraian Materi:
a. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melaksanakan PTK
b. Kegiatan Pelaksanaan PTK
c. Menyusun Laporan PTK
4. Rangkuman
5. Tugas / Praktik (dua kali pertemuan = 4 Jam Praktik)
1.2 Kompetensi umum
Setelah Anda (peserta diklat profesi guru) mempelajari modul ini, Anda diharapkan
memiliki kemampuan:
a. Memahami hakekat PTK secara komprehensif.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 4
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
b. Mendiskripsikan langkah-langkah PTK
c. Memahami teknik pelaksanaan PTK
d. Menerapkan PTK dalam upaya memeperbaiki kualitas proses pembelajaran
e. Menyusun laporan hasil PTK.
1.3 Petunjuk Belajar
Untuk membantu Anda dalam memahami isi modul ini, perhatikan petunjuk belajar
berikut:
a. Modul ini disusun dalam bentuk deskriptif dengan 2 (dua) Kegiatan Belajar
yang diakhiri dengan tugas/parkatik.
b. Setiap kegiatan belajar dideskripsikan dengan format: judul, pengantar,
kompetensi khusus, uraian materi, rangkuman, dan tugas/praktik.
c. Rencanakanlah waktu belajar Anda untuk mempelajari modul ini secara
bertahap, karena setiap tahap memerlukan waktu yang berbeda bergantung
pada kecepatan belajar Anda.
d. Setelah Anda selesai mempelajari satu kegiatan belajar, buatlah peta pikiran
(kerangka pikir) secara verbal dan visual, sehingga Anda dapat menyajikannya
kembali.
e. Agar kompetensi umum dan khusus dapat Anda capai secara optimal, bacalah
referensi lain yang relevan. Disarakan juga agar Anda membaca modul model-
model pembelajaran, modul pendalaman materi, buku-buku yang membahas
evaluasi pendidikan, pembelajaran remedial, dan buku-buku lain yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran di kelas.
f. Kerjakan tugas / praktik dengan sebaik-baiknya. Jika masih mengalami
kesulitan dalam memahami isi modul ini, diskusikanlah dengan teman sesama
peserta diklat dan mintalah bimbingan dari tutor / instruktur Anda.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 5
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
II. KEGIATAN BELAJAR 1.
HAKEKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
2.1 Pengantar
Pada Kegiatan Belajar 1 ini, anda akan diajak untuk mengkaji pengertian, karakteristik,
dan manfaat penelitian tindakan kelas (PTK). Anda juga akan diajak membahas
mengapa PTK penting untuk dilakukan oleh guru sebagai salah satu kegiatan
pengembangan profesi guru terkait dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Oleh sebab itu, agar Anda dapat memahami hakekat PTK dan mampu melaksanakan
PTK di kelas, Anda harus sungguh-sungguh dalam mempelajari materi diklat pada
Kegiatan Belajar 1 ini, bacalah uraian materi berikut secara cermat, dan kerjakan tugas
/ praktik setelah anda membaca rambu-rambu pengerjaan tugas.
2.2 Kompetensi KhususSetelah Anda mempelajari materi pada Kegiatan Belajar 1 ini, diharapkan Anda
memiliki kemmpuan:
a. Menjelaskan pengertian PTK.
b. Mendiskripsikan karakteristik PTK.
c. Menjelaskan manfaat PTK dalam proses pembelajaran.
d. Melakukan identifikasi masalah di kelas
e. Memilih dan merumuskan masalah di kelas yang dapat dipecahkan dengan
PTK dan merumuskan tujuan.
f. Merinci langkah-langkah dalam melakukan perencanaan PTK.
g. Membuat rancangan tindakan yang akan dilaksanakan.
h. Menyusun proposal PTK.
2.3 Uraian Materi
A. Pengertian, Karakteristik, dan Manfaat PTK
A1. Pengertian PTKPenelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk dilakukan
oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru
untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi (2002)
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 6
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata ”penelitian, tindakan,
dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi
peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas
diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode /
siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang
sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom Action
Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.
Menurut John Elliot (1982) bahwa PTK adalah tentang situasi sosial dengan maksud
untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup;
telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh yang
menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan profesional.
Pendapat lain, Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK adalah suatu
bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial
untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. Sedangkan Carr dan Kemmis
menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para
partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari: (a) praktik-parktik
sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik
tersebut, (c) situasi-situasi (lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut
dilaksanakan (Hardjodiputro, 1997).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PTK
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga
hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Dengan demikian, PTK berfokus pada kelas
atau pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus,
materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengkaji
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Agar Anda dapat lebih memahami
makna PTK secara utuh dan benar, sebaiknya kita kaji juga makna kelas dalam PTK.
Makna kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik (siswa) yang sedang belajar
yang tidak hanya terbatas di dalam ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 7
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
siswa sedang melakukan karyawisata, praktik di laboratorium, bengkel, di rumah, atau
di tempat lain, atau ketika siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Dengan demikian, komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji melalui PTK adalah
a. Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik
mengikuti proses pembelajaran di kelas / lapangan / laboratorium atau bengkel,
maupun ketika siswa sedang asyik mengerjakan tugas rumah di malam hari, atau
ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
b. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas,
sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang
mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
c. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai
bahan yang ditugaskan kepada siswa.
d. Peralatan atau sarana pembelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang
mengajar dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dicermati
dapat guru, siswa, atau keduanya.
e. Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan dan terkait
dengan proses pembelajaran, sarana pembelajaran, guru, atau siswa itu sendiri.
f. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur /
direkayasa dalam bentuk tindakan. Misalnya yang dapat digolongkan kegiatan
pengelolaan adalah cara mengelompokkan siswa, pengaturan tempat duduk, cara
guru memberikan tugas, penataan peralatan pembelajaran, dan sebagainya.
Bagaimana pendapat Anda tentang pengertian PTK? Apakah dengan membaca uraian
di atas, Anda sudah dapat membayangkan dan mengenal sosok yang namanya PTK?
Apakah Anda sudah dapat memahami siapa yang dapat melakukan PTK, dimana
dilakukan, dan bagaimana caranya, serta apa yang ingin dicapai dengan PTK?
Silahkan Anda renungkan, jika pertanyaan-pertanyaan tersebut telah Anda jawab
dengan baik, berarti anda sudah dapat memahami pengertian PTK.
A2. Karakteristik PTKBerdasarkan pengertian di atas, kita dapat memperoleh ciri atau karakteristik dari PTK
dibandingkan dengan penelitian lain, yaitu:
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 8
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
1. Masalah pada PTK muncul dari kesadaran pada diri guru, yang harus diperbaiki
dengan prakarsa perbaikan dari gru itu sendiri, bukan oleh orang dari luar.
Dengan demikian, masalah dalam PTK berasal dari permasalahan nyata dan
aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, PTK
berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis.
2. PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self reflective
inquiry). Untuk melakukan refleksi, guru sebaiknya bertanya pada diri sendiri,
misalnya:
– Apakah penjelasan saya terlalu cepat?
– Apakah saya sudah memberi contoh konkrit dan memadai?
– Apakah hasil latihan di kelas / pekerjaan siswa sudah saya komentari?
– Apakah bahasa yang saya gunakan dapat mudah dipahami siswa?
3. PTK dilakukan di dalam kelas. Fokus penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran di kelas yang berupa prilaku guru dan siswa dalam beriteraksi.
4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara
bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan. Oleh sebab itu, dalam PTK
dikenal adanya siklus tindakan yang meliputi: perencanaan – pelaksanaan –
observasi – refleksi – revisi (perencanaan ulang).
5. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesinalisme
guru, karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan
sistematis, mampu membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan.
Berdasarkan pengertian dan karakteristik PTK di atas, dalam PTK harus ada tindakan
yang dirancang sebelumnya dan objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan
dapat dikenai aktivitas. Di samping itu, karena PTK menggunakan kegiatan nyata di
kelas, maka PTK menuntut etika antara lain: (a) tidak boleh mengganggu proses
pembelajaran dan mengganggu tugas guru, (b) jangan terlalu menyita banyak waktu
terutama dalam pengambilan data, (c) masalah yang dikaji harus merupakan masalah
yang benar-benar terjadi dan dihadapi oleh guru, (d) dilaksanakan dengan selalu
memegang etika kerja (ada izin, ada rencana / usulan, melaporkan hasil, dll).
Dengan memperhatikan karakteristik PTK, diharapkan Anda dapat membedakan
antara penelitian biasa dengan PTK dan sekaligus dapat menentukan untuk apa dan
dimana PTK dilakukan. Meskipun ada beberapa ciri (karakteristik) PTK, Anda perlu
memperhatikan ciri khusus dari PTK, yaitu adanya tindakan (action) yang nyata.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 9
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Tindakan itu dilakukan pada situasi alami dan ditujukan untuk memcahkan
permasalahan praktis dan dilakukan dalam rangkaian siklus tindakan.
A3. Manfaat PTKMenyimak pengertian dan karakteristik PTK di atas, Anda tentu telah mengenal bahwa
dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa /
pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat
dari PTK.
a. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran
akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang
sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya
pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik
strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan
didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut.
Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan
mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan
hasil belajar siswa. Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan
dan kemauan untuk melakukan PTK.
Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru
dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya. Guru yang
selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan
reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan
dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan
oleh gurunya.
Contoh.
Bapak Yamin, guru Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah ketika
mengajarkan mata pelajaran IPA merasakan bahwa materi yang diajarkan sukar
ditangkap oleh siswa. Setiap kali tes, nilai rata-rata siswa selalu rendah (< 5,5).
Jika ia memberikan latihan dan tugas yang terkait dengan rumus-rumus fisika,
siswa yang mampu mengerjakan dengan benar selalu saja tidak pernah lebih dari
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 10
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
tiga anak. Pak Yamin kemudian mencoba menganalisis hasil latihan anak-anak
dan hasilnya bahwa sumber kesalahan siswa terletak pada kekeliruan
menggunakan rumus dan kesulitan dalam memahami makna dari masing-masing
rumus yang diberikan. Selanjutnya Pak Yamin, merefleksi diri dengan merenung
dan bertanya pada diri sendiri; apa yang telah dilakukannya ketika mengajar?,
apakah pembelajaran yang dilakukannya selama ini kurang menarik, sulit diterima
siswa, atau kurang memberikan contoh-contoh yang mudah dipahami siswa?.
Akhirnya, Pak Yamin menemukan bahwa selama proses pemeblajaran, Pak Yamin
sangat kurang memberikan contoh yang mudah dipahami, dan tidak pernah
menghubungkan materi yang sedang dibahas dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, Pak Yamin merancang perbaikan
pembelajaran di kelasnya dengan menyusun berbagai contoh dimulai dari yang
sederhana ke yang lebih sulit dan contoh ini akan disajikan setelah menjelaskan
satu rumus. Dalam pembelajaran, Pak Yamin akan langsung melibatkan siswa
pada setiap menyelesaikan contoh soal. Usaha yang dilakukan Pak Yamin
ternyata berhasil. Kegairahan siswa dalam belajar nampak dengan jelas, siswa
yang tadinya suka mengganggu teman dan bermain-main, berubah menjadi aktif
belajar, sehingga pada saat dilakukan tes hasil belajar siswa meningkat cukup
tajam (menjadi rata-rata 6,4). Pak Yamin, menjadi yakin bahwa siswa kelas IV
yang diajarnya bukanlah siswa yang rendah daya tangkapnya.
Dari contoh di atas, Anda dapat menyimpulkan sendiri manfaat dari PTK yang
dilakukan oleh Pak Yamin, khususnya pada mata pelajaran IPA di SD kelas IV.
b. Manfaat bagi guru.
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses
pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi
dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas
bagi guru, karena Ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya
melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
2. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan
meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai,
merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah
merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 11
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
3. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan
aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak
hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri
berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga
diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran.
4. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru
yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis
kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan,
kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah / kelemahan yang ada pada
dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki
kepercayaan diri yang kuat.
c. Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan
atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan
berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu
sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan
berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.
Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan
dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat
yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas
pendidikan di sekolah tersebut.
B. Perbedaan PTK dengan Penelitian Non-PTK dan Formal
Berdasarkan definisi PTK di atas, jelas bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)
merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) dan penelitian kelas
(classroom research). Oleh sebab itu, PTK bukanlah penelitian kelas. Salah satu
contoh penelitian kelas yg terkenal adalah penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan cara Flenders, yang mengamati ”proporsi berbicara antara guru dan
siswa”. Dalam penelitian kelas ini; kelas dijadikan sebagai objek penelitian, dan
penelitian dilakukan oleh orang luar (bukan guru) yang mengumpulkan data dengan
cara mengamati guru mengajar. Contoh lain misalnya penelitian tentang keefektifan
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 12
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
salah satu metoda mengajar, dimana guru diminta menggunakan metode mengajar
tertentu dengan cara mengikuti desain atau rancangan yang telah ditetapkan oleh
peneliti (bukan guru sendiri yang menetapkan). Dengan kata lain, dalam penelitian
kelas, guru hanya mengajar berdasarkan apa yang diminta oleh peneliti, dan peneliti
hanya merekam pengamatan selama proses pembelejaran berlangsung, lalu dianalisis
dan disimpulkan. Hasil penelitiannya dapat disampaikan ke sekolah, namun tindak
lanjutnya mungkin masih perlu dipertanyakan (apakah guru masih mau
mempertahankan atau merubah pembelajaran sebagaimana hasil penelitian orang luar
tersebut?).
Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
penelitian kelas, perhatikan dan pelajari tabel berikut:
Tabel 1. Perbedaan PTK dengan Penelitian Kelas Non-PTKNo. Aspek PTK Penelitian Kelas Non-PTK1 Peneliti Guru Orang luar2 Rencana Penelitian Oleh guru (bisa dibantu orang
luar) Oleh peneliti (orang luar)
3Munculnya masalah
Dirasakan oleh guru (bisa muncul karena ada dorongan orang luar)
Dirasakan oleh orang luar
4 Ciri Utama Ada tindakan untuk perbaikan yang berulang
Belum tentu ada tindakan perbaikan
5 Peran guru Sebagai guru sekaligus peneliti Guru sebagai subjek penelitian6 Tempat penelitian Kelas tempat guru mengajar Kelas7 Proses
pengumpulan dataOleh guru sendiri dengan dibantu orang luar (observer) Oleh peneliti (orang luar)
8 Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan oleh guru, dan dirasakan oleh kelas
Menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh guru
Agar posisi PTK dalam kerangka penelitian dapat lebih jelas, sebaiknya perlu disimak
juga perbedaan antara PTK dengan penelitian formal untuk menghilangkan salah
persepsi yang selama ini sering terjadi. Salah persepsi tersebut terutama berkisar
peran orang luar (peneliti luar) terutama dari LPTK yang berniat melakukan PTK tetapi
tergelincir menjadi pembina guru, yang kemudian bermuara praktik yang meminta para
guru menerapkan satu cara (metode) mengajar yang ditekuni dan diamati oleh para
dosen LPTK, sebagaimana diungkapkan oleh Raka Joni, Kardiawarman, dan
Hadisubrata (1998). Perhatikan tabel 2 berikut:
Tabel 2. Perbedaan Karakteristik PTK dengan Penelitian Formal
No. Dimensi PTK Penelitian Formal1 Motivasi Tindakan Kebenaran2 Sumber masalah Diagnosis status (kelas) Induktif – deduktif
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 13
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
3 Tujuan Memperbaiki praktik sekarang dan di sini
Verifikasi & menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasikan
4 Peneliti yang terlibat Pelaku dari dalam kelas (guru) Orang luar yang berminat5 Sampel Kasus khusus Sampel yang representatif
6 MetodologiLonggar, tetapi berusaha objektif, jujur, tidak memihak (impartiality)
Buku dengan objektivitas dan ketidakmemihakan yang terintegrasi (build in Objectivity & impartiality)
7 Penafsiran hasil penelitian
Untuk memahami praktik melalui refleksi oleh praktisi yang membangun
Mendiskripsikan, mengabstraksi, penyimpulan, dan pembentukan teori oleh ilmuwan
8 Hasil akhir Siswa belajar lebih baik (proses dan produk)
Pengetahuan, prosedur, atau materi yang teruji.
Dengan mempelajari dan membandingkan perbedaan PTK dengan penelitian non-PTK
atau penelitian formal sebagaimana Tabel 1. dan Tabel 2. di atas, anda akan
mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang PTK dan karakteristiknya.
C. Langkah-Langkah PTK
Anda telah mempelajari bahwa PTK dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang
dikenal dengan istilah siklus (daur). Siklus / daur dalam PTK meliputi 4 tahap, yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting).
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 1. Tahap-Tahap dalam PTK
Keempat tahap tersebut merupakan suatu siklus atau daur, sehingga setiap tahap
akan selalu berulang kembali. Hasil refleksi dari siklus sebelumnya yang telah
dilakukan akan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun perencanaan
berikutnya, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki proses
pembelajaran atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan
guru. Namun, tahapan tersebut selalu didahului oleh suatu tahapan pra PTK yaitu
identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan hipotesis
tindakan.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 14
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
a. Identifikasi masalahSalah satu ciri PTK adalah munculnya masalah memang dirasakan oleh guru sebagai
sesuatu yang masih sulit dipecahkan, namun guru menyadari bahwa ada sesuatu yang
perlu diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut. Agar Anda dapat merasakan
adanya masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut, maka Anda sebagai
seorang guru dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran
yang dikelola merupakan bagian penting dari dunia Anda. Dengan adanya kejujuran
dan kesadaran guru tersebut, maka untuk dapat melakukan identifikasi masalah, guru
perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri, misalnya:
1. Apa yang sedang terjadi di kelas tempat saya mengajar?
2. Apakah kejadian itu menjadi masalah yang perlu dipecahkan?
3. Apa pengaruh masalah tersebut terhadap kelas saya dan kinerja saya?
4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan saja?
5. Apa yang dapat saya lakukan terhadap masalah tersebut dan bagaimana saya
melakukannya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dapat Anda jawab, jika Anda merenung atau
melakukan refleksi diri terhadap apa yang terjadi di dalam kelas Anda. Refleksi akan
efektif dalam menemukan masalah, jika Anda (guru) memiliki kesadaran yang tinggi
akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika pertanyaan di atas telah
dapat dijawab, maka guru sudah melakukan proses identifikasi masalah. Oleh sebab
itu, identifikasi masalah dilakukan dengan mencari masalah-masalah yang muncul di
kelas. Jika telah ditemukan, maka sebaiknya dituliskan semua.
Contohnya: Rata-rata hasil tes siswa pada tahun sebelumnya selalu rendah < 5,0
Kemampuan berfikir rasional siswa sangat lemah.
Tingkat kehadiran siswa rendah (setiap kali pertemuan lebih dari 3 orang bolos
tanpa izin).
Siswa kurang aktif dan cenderung pasif, setiap diberi pertanyaan tidak satupun
siswa berani menjawabnya. Demikian juga, setiap diberi kesempatan bertanya,
tidak satupun siswa yang berani untuk bertanya.
Siswa tidak dapat melihat hubungan antara topik yang satu dengan lainnya.
Perhatian siswa cenderung tidak fokus.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 15
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan alat dan
bahan.
Sebagian besar (40 %) siswa berasal dari keluarga tidak mampu (ekonomi
lemah).
Siswa kurang dapat mengaitkan isi pelajaran dengan keadaan alam sekitarnya.
Kurangnya dukungan orang tua terhadap belajar anak.
Siswa kurang terampil, jika diberi tugas mengerjakan sebuah keterampilan.
b. Analisis masalah dan perumusan masalahSetelah masalah di kelas berhasil Anda identifikasi, selanjutnya lakukanlah analisis
dengan instrospeksi diri melalui pertanyaan-pertanyaan:
1. Mengapa hasil belajar dan peran serta siswa dalam pembelajaran selalu
rendah ?
2. Apakah cara mengajar saya yang kurang menarik ?
3. Apakah contoh-contoh yang selalu saya berikan kurang konkrit dan sulit diterima
siswa?
4. Apakah saya dalam mengajar menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami
siswa?
5. Apakah nada suara saya tidak bisa didengar oleh siswa ? Dan sebagainya.
Dari pertanyaan tersebut, lalu pikirkanlah apa yang harus anda lakukan untuk
mengatasi masalah-masalah di atas, lalu seleksi masalah mana yang paling mungkin
dilakukan dan dipecahkan melalui PTK?. Perhatikan rambu-rambu dalam merancang
PTK dengan melihat bidang yang layak dijadikan fokus PTK. Bidang tersebut adalah
yang:
1. melibatkan proses belajar dan mengajar.
2. ditangani oleh guru
3. sangat menarik minat guru
4. ingin diubah / diperbaiki dan mudah dilakukan oleh guru melalui PTK.
Selain mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri, analisis masalah dapat
pula dilakukan dengan mengkaji ulang berbagai dokumen, seperti pekerjaan rumah
siswa, hasil latihan siswa, daftar hadir siswa, atau daftar nilai, dan mungkin juga dapat
dianalisis bahan pelajaran yang telah disiapkan guru. Apa yang dikaji dalam analisis
masalah bergantung pada masalah yang diidentifikasi. Misalnya saja, jika masalah
yang diidentifikasi adalah rendahnya aktivitas dan motivasi belajar siswa, maka yang
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 16
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
perlu dianalisis setidak-tidaknya adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan
harian guru tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang paling penting adalah
melakukan refleksi, sehingga dapat diperoleh informasi yang jelas tentang prilaku
mengajar guru (strategi dan metode mengajar guru).
Masalah yang berhasil dianalisis mungkin lebih dari satu dan masih cukup luas untuk
dikaji. Oleh sebab itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang
mungkin dapat dipecahkan dengan PTK. Selanjutnya, masalah tersebut perlu
dirumuskan yang pada umumnya dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya dari contoh
masalah yang berhasil diidentifikasi di atas, masalah ekonomi orang tua, dukungan
orang tua, keterbatasan alat dan bahan, dan tidak layaknya prasarana adalah
masalah-masalah yang tidak mudah dipecahkan dengan PTK. Diantara masalah-
masalah tersebut yang mudah dipecahkan dan dapat dilakukan oleh guru adalah
masalah hasil belajar dan aktivitas / motivasi belajar siswa atau partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, masalah hasil beljar dan motivasi belajar siswa
adalah masalah prioritas untuk segera dipecahkan melalui PTK.
Contoh rumusan masalah: Apakah pembelajaran metakognisi dapat mempengaruhi sikap siswa Kelas X
SMKN 1 Natar?
Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam belajar kimia?
Tugas dan bahan ajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris?
Bagaimana pengembangan pembelajaran berbasis PBL (Problem Based
Learning) pada mata pelajaran IPS untuk kelas V SDN 04 Bandar Lampung?
Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi
siswa kelas IV SDN 02 Sundul Langit dalam belajar matematika?
c. Perumusan hipotesis tindakanSetelah masalah dirumuskan, guru perlu menyusun rencana tindakan dengan terlebih
dahulu merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru
tentang cara yang dianggap terbaik dalam mengatasi masalah. Hipotesis ini disusun
berdasarkan kajian berbagai teori, hasil penelitian yang pernah dilakukan dan relevan,
diskusi dengan teman sejawat, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 17
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Contoh:1. Pembelajaran metakognisi dapat mempengarhi sikap siswa kelas X SMKN 1
Natar dari sikap yang kurang baik menjadi baik.
2. Penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan pada pembelajaran kimia
kelas X SMA Swadhipa Natar dapat meningkatkan aktivitas siswa baik dalam
pembelajaran maupun dalam eksperimen kimia.
3. Tugas akan lebih menantang dan berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris, jika
materi tugasnya diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa atau dari
lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.
4. Pembelajaran berbasis PBL pada mata pelajaran IPS akan lebih menarik dan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 04 Bandar Lampung,
jika disajikan melalui diskusi dan masalah yang di bahas adalah masalah yang
masih hangat dan terkait dengan kehidupan sehari-hari atau dari lingkungan
siswa.
5. Tugas akan lebih menarik dan berhasil dalam meningkatkan motivasi siswa
kelas IV SDN 02 Sundul Langit dalam belajar matematika, jika diberikan setiap
minggu atau dua minggu sekali.
Berangkat dari hasil pelaksanaan pra-PTK, maka perancangan PTK dapat kita buat,
melalui tahapan-tahapan dalam PTK
C1. Perencanaan tindakanBerdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang telah berhasil dirumuskan,
selanjutnya susunlah perencanaan tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis
tindakan yang telah ditentukan di atas. Rencana tindakan ini mencakup seluruh
langkah tindakan secara rinci. Tuliskanlah rencana tindakan yang diperlukan untuk
melaksanakan PTK, mulai dari materi / bahan ajar, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang mencakup metode / teknik mengajar, sampai pada instrumen
pengamatan (observasi) dan evaluasi. Semua komponen yang diperlukan untuk
melaksanakan PTK tersebut dipersiapkan secara matang dalam tahap perencanaan
ini. Dalam tahapan ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin saja
muncul pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Dengan melakukan antisipasi
ini diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tujuan
dan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 18
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Contoh ilustrasiBapak Yamin, seorang guru Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah telah
berhasil mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelasnya dan
berhasil merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah pembelajaran dengan metode
eksperimen pola SEQIP pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan
penguasaan materi siswa kelas IV SD 01 Endangrejo?”. Kemudian Pak Yamin,
merumuskan alternatif tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan
merumuskan hipotesis tindakan (jawaban sementara terhadap masalah tersebut) yaitu
”Pembelajaran IPA Kelas IV SD dengan menggunakan metode eksperimen pola
SEQIP dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi IPA siswa”. Selanjutnya,
Pak Yamin melakukan persiapan dan perencanaan untuk melaksanakan PTK di
kelasnya. Perncanaan yang disusun Pak Yamin adalah:
menetapkan materi pokok pada mata pelajaran IPA yang menjadi sumber
masalah rendahnya hasil belajar siswa.
menetapkan rencana siklus tindakan, yaitu PTK akan dilakukan dalam tiga
siklus tindakan.
menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
menyusun bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi
eksperimen pola SEQIP.
menyusun alat (instrumen) observasi baik untuk siswa maupun untuk guru
peneliti.
menyusun rencana evaluasi (tes hasil belajar) untuk melihat tingkat
penguasaan materi siswa pada tiap siklusnya.
Dengan ilustrasi contoh di atas, Anda dapat menyimak bagaimana teknik menyusun
perencanaan tindakan.
C2. Pelaksanaan tindakanPada tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana
tindakan yang telah dibuat. Strategi dan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan
pada perencanaan harus benar-benar diterapkan dan mengacu pada kurikulum yang
berlaku. Tentu saja rencana tindakan di atas harus sudah ”dilatihkan” kepada
pelaksana tindakan (guru peneliti) untuk dapat dilaksanakan di kelas agar sesuai
dengan skenario pembelajaran yang dibuat. Pada PTK yang dilakukan oleh guru,
pelaksanaan tindakan ini umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan,
dengan jumlah siklus tertentu. Waktu dan jumlah siklus yang dilakukan tersebut
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 19
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa materi pokok dari mata
pelajaran tertentu. Contoh berikut menyajikan ringkasan skenario pembelajaran yang
akan dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan.
Contoh: Ibu Rini, guru SMP Sriwijaya Natar telah merancang sebuah skenario
pembelajaran dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajrannya. Secara
ringkas, Ibu Rini telah merancang penerapan metode diskusi dan pemberian tugas
dalam pembelajaran mata pelajaran IPS untuk semester 2 kelas VII selama 3 siklus.
Format tugas dari ibu Rini dalam pembelajarannya: pembagian kelompok kecil sesuai
jumlah materi pokok, pilih ketua, sekretaris, dll, oleh dan dari anggota kelompok,
membagi topik bahasan kepada kelompok dengan cara random (acak) dan
menyenangkan.
Kegiatan kelompok: mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja
/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi pada OHT (disediakan guru,
setiap kelompok 3 lembar plastik OHT) untuk persiapan presentasi.
Presentasi dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya /
diskusinya dalam pleno kelas, Ibu Rini (guru) bertindak sebagai moderator, siswa
melakukan diskusi, mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
Jenis data yang dikumpulkan Ibu Rini: makalah kelompok, lembar OHT hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif berdiskusi, peran guru dalam pembelajaran yang dinilai
oleh observer (teman sejawat yang juga guru IPS), dan catatan lapangan selama
proses pembelajaran berlangsung.
Dengan ilustrasi contoh ringkasan skenario pembelajaran tersebut, Anda diharapkan
dapat mengambil kesimpulan sendiri bagaimana rencana tindakan dilaksanakan pada
tahap pelaksanaan tindakan.
C3. Tahap pengamatan / observasi
Tahap pengamatan / observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan tindakan. Dengan demikian, tahap pelaksanaan dan observasi
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
menggunakan lembar / instrumen observasi / evaluasi yang telah disusun. Termasuk
juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario pembelajaran dari waktu ke
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 20
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, nilai
tugas, dll), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktivan siswa, partisipasi
siswa dalam pembelajaran, kualitas diskusi, dan lain-lain. Lembar pengamatan yang
disusun bergantung dari data apa yang akan dikumpulkan, misalnya guru peneliti akan
mengkaji aktivitas siswa dalam pembelajaran, guru dapat mengamati aktivitas Off Task
(yaitu aktivitas yang tidak dikehendaki) atau aktivitas On Task (yaitu aktivitas siswa
yang diinginkan). Contoh instrumen aktivitas Off Task:
No Komponen Off Task Jumlah Siswa tiap waktu15’ 30’ 45’ 60’ 75’ Total %
1 Ngobrol2 Mengganggu Teman3 Keluar Masuk Kelas4 Melamun / Mengantuk5 Mainan HP, dsb.
Contoh instrumen aktivitas On Task:
No Aspek Aktivitas Skor1 2 3 4 5
1 Bertanya pada guru2. Menjawab pertanyaan guru3 Menjawab pertanyaan dari teman4 Memberikan pendapat dalam diskusi5 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru6 Ketepatan mengumpulkan tugas, dsb
Petunjuk: Berilah tanda () di bawah skor 5 apabila anda anggap bahwa cara melakukan aspek aktivitas sangat tepat, skor 4 bila tepat, skor 3 bila agak tepat, skor 2 bila tidak tepat, dan skor 1 bila sangat tidak tepat atau tidak dilakukan untuk setiap pernyataan di bawah ini!
Pengamatan hendaknya dilakukan bukan saja terhadap siswa tetapi juga terhadap
guru. Contoh instrumen pengamatan terhadap guru yang mengajar disajikan berikut:No Aspek yang Diamati TA K AA. Pendahuluan1. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran2. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu3. Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk memotivasi siswaB. Kegiatan Inti1. Menguasai materi pelajaran dengan baik2. Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator3. Berperan sebagai fasilitator4. Mengajukan pertanyaan pada siswa5. Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan6. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya7. Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik8. Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum9. Kejelasan menyajikan konsep
10. Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 21
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
terkait dengan teknologi11. Memberi motivasi dan penguatanC. Penutup1. Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan2. Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang3. Memberi tugas pada siswa4. Mengadakan evaluasi
Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan).
Anda masih dapat mengembangkan lagi instrumen-instrumen observasi lain,
bergantung pada data yang ingin Anda dapatkan untuk menguji hipotesis dan
menjawab permasalahan. Contoh instrumen observasi di atas bukan satu-satunya dan
aspek aktivitas dalam instrumen tersebut dapat Anda kembangkan lagi. Selain
instrumen-instrumen observasi yang bersifat terstruktur tersebut, observasi juga dapat
dilakukan dengan instrumen terbuka, misalnya dengan menggunakan catatan
lapangan atau dengan cara wawancara. Dalam melaksanakan observasi dan
evaluasi, guru peneliti tidak harus selalu bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini,
guru bisa dibantu oleh pengamat (observer) dari luar yaitu teman sejawat atau pakar,
disarankan agar teman sejawat yang menjadi observer adalah yang bidang studinya
sama atau serumpun. Dengan kehadiran observer dari luar ini, PTK yang dilaksanakan
menjadi bersifat kolaboratif. Observer ini hanya bertindak membantu melakukan
pengamatan dan tidak boleh terlibat terlalu jauh dalam pengambilan keputusan
tindakan yang dilakukan oleh guru peneliti.
Data yang telah dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsyahannya
dengan teknik tertentu, misalnya teknik triangulasi, membandingkan data yang
diperoleh dengan data sebelumnya, atau membandingkan data yang diperoleh dengan
kriteria tertentu (indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti sendiri) atau
kriteria yang telah baku (misalnya nilai standar UN), dan sebagainya. Data yang telah
terkumpul perlu dianalisis untuk dapat mempermudah penggunaannya dalam
penarikan kesimpulan.
Contoh indikator yang ditetapkan oleh peneliti:Pada PTK di kelas X SMA Swadhipa Natar dengan penerapan metode eksperimen
kimia berbasis lingkungan telah ditetapkan indikator keberhasilan oleh peneliti
bersama-sama guru mitra sebagai berikut: ”Penelitian tindakan kelas ini berhasil,
apabila terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya dan
lebih dari 80 % siswa memperoleh nilai ≥ 70, baik nilai kognitif maupun psikomotor”.
C4. Tahap refleksi
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 22
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Melakukan refleksi ibarat bercermin didepan kaca untuk melihat diri sendiri. Dengan
dibantu oleh hasil analisis data, guru merenungkan diri: mengapa satu kejadian
berlangsung? dan mengapa seperti itu kejadiannya?. Guru juga merenung: mengapa
satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa usaha yang lain gagal?. Dengan
melakukan refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dari PTK
yang dilakukannya, apa yang belum dapat dicapai, dan apa yang masih perlu
diperbaiki lagi pada pembelajaran berikutnya. Dengan demikian, tahapan ini
dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan
berdasarkan data yang telah terkumpul dan kemudian melakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup kegiatan
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah
dilakukan. Informasi dalam bentuk data yang terkumpul diuraikan, dicari kaitan antara
yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan sebelumnya, dikaitkan dengan
teori tertentu dan/atau hasil penelitian terdahulu yang relevan. Hasil refleksi berupa
kesimpulan yang mantap dan tajam. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan
langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Bila masalah PTK
belum tuntas atau indikator belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya melalui tahap-tahap yang sama dengan siklus sebelumnya
D. Menyusun Proposal (Usulan) PTK
Pernahkah Anda membuat proposal? Proposal atau usulan merupakan dokumen yang
berisi rencana suatu kegiatan yang dirancang oleh pengusulnya. Dalam konteks PTK,
proposal atau usulan PTK diajukan oleh seorang guru sebagai peneliti atau oleh satu
tim peneliti (yang beranggotakan 2 sampai 3 orang) dalam bentuk kolaborasi dan
disusun sedemikian rupa sesuai dengan format dan persyaratan yang dikeluarkan oleh
sponsor. Peneliti PTK dalam bentuk kolaborasi dapat terdiri dari dosen LPTK dan guru
(TK, SD, SMP, SMA/SMK). Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari
kegiatan PTK, sedangkan langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi.
Proposal PTK tentu mempunyai ciri khsus yang membedakannya dengan penelitian
biasa. Namun, substansi proposal PTK tidak jauh berbeda dengan substansi penelitian
non-PTK, hanya pengemasannya saja yang berbeda.
Sistematika Usulan PTK
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 23
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
A. Judul Penelitian
B. Bidang Kajian
C. Pendahuluan
D. Perumusan dan Pemecahan Masalah
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
F. Kajian Pustaka / Tinjauan Pustaka
G. Metode Penelitian (Prosedur Penelitian)
H. Jadwal Penelitian
I. Personalia Penelitian
J. Biaya Penelitian
K. Daftar Pustaka
L. Lampiran-Lampiran:
1. Judul.Judul PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, namun mampu
menggambarkan masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, hasil yang diharapkan,
dan tempat penelitian. Judul penelitian hendaknya disusun tidak lebih dari 18 kata,
bahkan ada pihak sponsor yang mensyaratkan jumlah kata pada judul PTK tidak
boleh lebih dari 15 kata.
Contoh judul PTK:a. Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP “SS”
Gunungmadu melalui Pemberian Tugas Terstruktur.
b. Penerapan Metode Eksperimen Kimia Berbasis Lingkungan untuk
Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar.
c. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN 04 Bandar Lampung melalui
Penerapan Pendekatan PBL pada mata pelajaran IPS.
d. Pelaksanaan Metode Diskusi dan Pemberian Tugas dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP Sriwijaya Natar.
e. Penerapan Metode Eksperimen Pola SEQIP untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah.
2. PendahuluanBagian ini merupakan bagian yang menjelaskan tentang masalah pembelajaran di
kelas, proses identifikasi masalah, penyebab timbulnya masalah, dan alasan
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 24
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
mengapa masalah itu penting untuk diteliti, atau dengan kata lain bagian ini
menguraikan / menjelaskan Latar Belakang Masalah.
3. Perumusan dan Pemecahan Masalaha. Perumusan masalah. Pada bagian ini umumnya terdiri dari jabaran tentang
perumusan masalah. Sebaiknya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat
tanya. Perhatikan kembali bagian B (b) di atas. Dalam rumusan masalah dapat
dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
Selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalahnya.
b. Pemecahan masalah. Pada bagian ini berisi uraian tentang alternatif tindakan
yang diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang
digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah
penelitian tindakan kelas (PTK). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan
pada akar penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang jelas
dan terarah.
4. Tujuan dan manfaat penelitiana. Tujuan: Kemukakan secara singkat tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin
dicapai dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan.
Tujuan penelitian ini berkaitan dengan usaha mencari jawaban apakah tindakan
perbaikan yang kita lakukan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sebagai
ilustrasi dapat dilihat contoh berikut:
Contoh Ilustrasi 1.Ibu Rini telah melakukan PTK di kelas VII semester 2 SMP Sriwijaya Natar melalui
penerapan metode diskusi dan pemberian tugas untuk mata pelajaran IPS.
Masalah yang dirumuskan: ”Bagaimana penerapan metode diskusi dan pemberian
tugas pada mata pelajaran IPS di kelas VII Semester 2 dalam meningkatkan hasil
belajar siswa?.
Tujuan penelitiannya: 1) Mendiskripsikan cara menerapkan metode diskusi pada
mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Mendiskripsikan bagaimana teknik pemberian tugas yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Contoh ilustrasi 2.Penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi antara dosen FKIP Unila dengan guru
SMA Swadhipa Natar (Ibu Siti Maryatun) dilakukan terhadap kelas X semester 2 SMA
Swadhipa Natar dengan menerapkan metode eksperimen kimia berbasis lingkungan.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 25
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Masalah yang dirumuskan: Apakah penerapan metode eksperimen berbasis
lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam
belajar kimia?
Tujuan penelitiannya: 1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran
kimia di semester 2 kelas X dari siklus ke siklus.
2) Meningkatkan aktivitas psikomotorik (keterampilan) siswa
pada saat eksperimen di laboratorium dari siklus ke siklus.
Dengan menyimak 2 (dua) contoh ilustrasi di atas, diharapkan dapat lebih memahami
keterkaitan antara masalah dengan tujuan penelitian.
b. Manfaat Penelitian: Uraikan manfaat PTK ini terhadap kualitas pembelajaran
dan/atau pendidikan, sehingga nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah,
dan mungkin juga komponen sekolah lainnya. Kemukakan juga inovasi yang
akan dihasilkan dari penelitian ini.
5. Kajian pustakaPada bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan,
dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi masalah
yang terjadi pada pembelajaran di kelas. Pada bagian akhir dapat dikemukakan
hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang
diharapkan.
Sebagai contoh, seorang guru melakukan PTK dengan menerapkan model
pembelajaran berkelompok (learning together), maka pada kajian pustaka harus jelas
dapat dikemukakan:
a) bagaimana teori learning together itu, siapa saja tokoh-tokoh yang mendukung /
mengemukakan teori tersebut, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya,
dan lain-lain.
b) bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut
pada pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pembeljarannya, dan
sebagainya.
c) bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut
dengan perubahan yang diharapkan atau terhadap masalah yang akan
dipecahkan, hal ini hendaknya dapat dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang
sesuai.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 26
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
d) bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya
penerapan model tersebut pada pembelajaran terhadap masalah yang akan
dipecahkan.
6. Metode penelitian / Prosedur penelitianPada bagian ini menguraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Kemukakan subjek penelitian, tempat, waktu, dan lama tindakan. Prosedur penelitian
hendaknya dirinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
evaluasi, hingga analisis dan refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus tindakan.
Tunjukkan juga siklus-siklus tindakan yang hendak dilakukan dengan menguraikan
indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam setiap siklusnya. Jumlah siklus yang
dilakukan bergantung pada kepuasan peneliti, tetapi hendaknya lebih dari satu siklus
dan minimal 2 (dua) siklus tindakan.
Jika PTK dilakukan kelompok, maka dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap
tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing
anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam
penelitian tersebut.
Untuk lebih memahami langkah-langkah dalam melaksanakan PTK, perhatikan daur
(siklus) PTK berikut:
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 27
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
7. Jadwal kegiatan penelitianJadwal pelaksanaan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan
persiapan siklus berikutnya, penyusunan laporan, dan penyerahan laporan. Jadwal
penelitian sebaiknya dibuat dalam bentuk bar chart dan disusun sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.
8. Personalia penelitianSeluruh tim peneliti yang terlibat harus tercantum dengan jelas, nama, nip, pangkat /
golongan, jabatan, bidang keahlian, alamat sekolah, alamat rumah, telpon, dan tugas
pada pelaksanaan PTK.
9. Biaya penelitian
Rencana Tindakan
Pelaksanaan TindakanObservasi
Siklus 1
Analisis & Refleksi
Perbaikan Rencana Tindakan
Pelaksanaan TindakanObservasi
Analisis & Refleksi
Siklus 2
DST
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 28
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Berisi rincian pengeluaran biaya penelitian, mulai dari honor/upah peneliti, persiapan,
pelaksanaan (pra observasi, pelaksanaan observasi, analisis data, dll), sampai pada
penyusunan laporan.
10. Daftar PustakaSemua pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus
dituliskan pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan
abjad dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association
(APA).
• Untuk buku teks : Nama penulis, Tahun., Judul buku., Penerbit, Kota penerbit.
• Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama
penulis diganti dengan sebutan ”Anonim”.
• Untuk Jurnal/Majalah : Nama Penulis, Tahun., Judul Tulisan., Nama
jurnal/majalah (huruf miring), No., Volume.
• Untuk Hasil Penelitian/Laporan Penelitian : Nama Peneliti, Tahun., Judul
penelitian, Jenis penelitian., Sponsor/Sumber dana, Kota.
• Untuk tulisan ilmiah/jurnal/makalah/hasil penelitian yang dirujuk dari internet :
Nama penulis. Tahun tulisan., Judul. Alamat website (lengkap). Tanggal Akses.
Contoh:Anonim., 2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan
Kelas Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.
Duffy, D.G., Show, S.A., Bare, W.D., and Goldsby, K.A., 1995. More Chemistry in a
Soda Bottle, A Conversation of Mass Activity., Journal of Chemical Education, 72 (8), 734 – 736.
Heri Purwanto., 2001. Pembinaan Tutor Sebaya sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Fisika Dasar I di Jurusan Fisika FMIPA UNS., Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sunyono, 2005., Optimalisasi Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Menggunakan Bahan yang Ada di Lingkungan., Laporan Hasil Penelitian (PTK), Dit.PPTK & KPT Ditjen Dikti, 2005.
Vossen, H., 1986. Kompendium Didaktik Kimia., Penerbit: CV. Remaja Karya. Bandung.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 29
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Mohammad, T., 2004. Mengapa Mengantuk Saat Belajar?. http//www.myschoolnet.ppk.kpm.my/laman_map/belajar/belajar02/htm., Diakses tanggal 23 Juli 2007.
Perhatikan dengan cermat cara penulisan nama dan judul buku / judul tulisan ilmiah.
Cara penulisan tersebut harus diikuti secara konsisten, artinya semua sumber yang
digunakan dicantumkan dengan gaya yang sama.
11. LampiranPada bagian beisi lampiran-lampiran yang diperlukan untuk mendukung usulan PTK,
umunya meliputi:
1. Instrumen Observasi dan Evaluasi
2. Rancangan Pembelajaran (Silabus dan RPP)
3. Curriculum Vitae Semua Tim Peneliti (jika kelompok)
4. Lain-lain yang dianggap perlu.
2.4 Rangkuman
Seorang guru yang profesional adalah guru yang selalu mencari hal-hal bariu yang
penuh dengan tantangan dalam pembelajaran dan selalu menyadari bahwa guru
dituntut untuk terus melakukan inovasi-inovasi pendidikan dan pembelajaran. Inovasi
tersebut dapat dicapai melalui penelitian yang tidak mengganggu tugasnya seharoi-
hari, yaitu penelitian yang dilakukan dalam kontek kelas atau dikenal dengan istilah
penelitian tindakan kelas (PTK). PTK berbeda dengan penelitian biasa, masalah
dalam PTK adalah masalah riel yang terjadi di kelas dan muncul karena kesadaran
guru untuk memperbaiki proses pembelajarannya. Ada lima ciri PTK yaitu (1) masalah
nyata di kelas dan muncul dari kesadaran guru, (2) adanya refleksi diri, (3) dilakukan di
kelas, (4) dilakukan melalui daur ulang (siklus) tindakan), (5) menciptakan sifat kritis
dan sistematis dari guru.
Pada dasarnya dalam melaksanakan PTK, harus diawali dengan kegiatan pra-PTK
yang meliputi: Identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah, dan rumusan
hipotesis tindakan. Tahapan pra-PTK ini sangat essensial untuk dilaksanakan
sebelum perencanaan PTK disusun. Selanjutnya dalam merancang PTK perlu
diperhatikan 4 langkah yang selalu berdaur ulang, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan (observasi), dan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 30
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Dalam merancang PTK sebaiknya buat dulu usulan PTK. Usulan / proposal PTK
merupakan langkah awal dari kegiatan PTK, sedangkan langkah akhirnya adalah
pelaporan PTK dan desiminasi. Proposal PTK tentu mempunyai ciri khsus yang
membedakannya dengan penelitian biasa. Namun, substansi proposal PTK tidak jauh
berbeda dengan substansi penelitian non-PTK, hanya pengemasannya saja yang
berbeda.Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari kegiatan PTK,
sedangkan langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi. Proposal PTK
tentu mempunyai ciri khsus yang membedakannya dengan penelitian biasa. Namun,
substansi proposal PTK tidak jauh berbeda dengan substansi penelitian non-PTK,
hanya pengemasannya saja yang berbeda.
2.5 TUGAS / PRAKTIK (2 Jam Pertemuan)
Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 1, diharapkan kompetensi yang
diharapkan dapat dicapai. Jika ada bagian-bagian yang belum anda pahami,
diskusikanlah dengan teman Anda atau tanyakanlah kepada tutor Anda.
Untuk membantu memperdalam pemahaman Anda mengenai materi yang diuraikan di
atas, kerjakanlah tugas-tugas berikut ini secara mandiri.
A. Pilih satu mata pelajaran tertentu yang Anda ampu, kemudian lakukanlah: 1. Sebagai seorang guru, Anda tentu pernah mempunyai
masalah dalam pembelajaran. Cobalah identifikasi masalah yang pernah Anda
hadapi, kemudian pilih salah satu masalah untuk dianalisis. Setelah melakukan
analisis, jabarkan atau uraikan masalah tersebut...!
2. Diskusikanlah dengan teman sejawat Anda, atau
Instruktur, bagaimana cara memecahkan masalah yang sudah Anda jabarkan
sebagaimana No. 1.
3. Setelah Anda melakukan diskusi dan mendapatkan
alternatif pemecahan masalah dari masalah yang Anda hadapi, coba uraikan /
jabarkan alternatif pemecahan masalah tersebut. Selanjutnya, susunlah judul
penelitian tindakan kelas (PTK), rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan hipotesis tindakan.
4. Sebelum Anda melakukan PTK, cobalah rinci hal-hal apa
sajakah yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan tindakan, dan beri alasan
mengapa hal tersebut perlu dipersiapkan?
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 31
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
B. Perhatikan kasus berikut, baca dan simak dengan baik.
Pak Aryo, guru kelas X SMA Gedong Ombo merasa gundah ketika Pengawas Sekolah dan kepala sekolah melihat nilai kimia siswa yang diajar Pak Aryo dalam tiga kali ulangan, rata-rata nilai kelasnya hanya mencapai 5,42 (dalam skala 10). Dalam hal ini, kepala sekolah dan pengawas meminta Pak Aryo memperbaiki cara mengajarnya. Lalu, Pak Aryo mencoba mengingat kembali berapa kali pertemuan dalam pembelajaran kimia kelas X dalam satu semester. Dalam setiap pembelajaran, Ia (Pak Aryo) selalu menjelaskan materi Kimia kelas X sesuai dengan perencanaan dan buku pegangan guru/siswa. Dalam menjelaskan materi terkesan terburu-buru (terlalu cepat), tidak jelas dan sulit diterima oleh siswa karena tidak disertai contoh-contoh konkrit atau dengan contoh benda tiruan (media) bahkan kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan. Pak Aryo juga tidak pernah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan selalu menggunakan istilah asing yang tidak diberi penjelasan. Pada setiap akhir penjelasan, Ia memberi kesempatan bertanya kepada siswa, namun tak seorang siswapun yang mau bertanya. Meskipun siswa kelihatan bingung, Pak Aryo biasanya langsung memberikan pekerjaan rumah yang diambil dari soal-soal dalam buku pegangan siswa atau buku soal-soal kimia. Pekerjaan rumah dikumpulkan, lalu oleh Pak Aryo dikoreksi, dinilai, dan dikembalikan pada siswa. Sebenarnya anak-anak sangat bosan dan jenuh dengan pembelajaran kimia yang dilakukan oleh Pak Aryo, karena setiap pembelajaran mereka selalu bingung dan sulit memahami materi pelajaran kimia. Selain itu, ternyata siswa juga tidak bahan ajar yang berisi materi yang dijelaskan pak Aryo, padahal siswa banyak yang tidak memiliki buku sumber. Mereka hanya terpaksa saja dalam belajar dan hanya menghafal materi dalam catatan kecil dari yang dijelaskan Pak Aryo ketika akan ada ulangan. Oleh sebab itu, pada saat menghadapi ujian, siswa selalu tidak siap karena tidak dapat belajar dengan baik, sehingga nilainya rendah.
Pertanyaan:a. Analisislah masalah tersebut, temukan sekurang-kurangnya 5 masalah
pembelajaran yang terdapat di dalamnya.b. Berikan alasan atas hasil analisis anda tersebut.c. Kemukakan alternatif pemecahan masalah dengan cara: menyusun rumusan
masalah, dan menetapkan judul PTK untuk perbaikan pembelajaran pak Aryo.
Kumpulkan hasil pekerjaan di atas 10 menit sebelum pertemuan berakhir, mintalah
review dari tutor Anda, agar Anda dapat lebih memahami hakekat PTK dan mampu
menyusun proposal PTK secara mandiri dalam konteks pembelajaran di kelas Anda.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 32
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
MELAKSANAKAN DAN MELAPORKAN PTK
3.1 Pengantar
Pada Kegiatan Belajar 3 ini, anda akan diajak untuk mengkaji hal-hal apa saja yang
perlu diperhatikan dalam melaksanakan PTK, teknik melaksanakan PTK, dan teknik
menyusun laporan PTK. Anda juga akan di ajak berlatih menyusun instrumen
observasi dan analsis data, serta menyusun laporan PTK. Oleh sebab itu, agar Anda
mampu melaksanakan PTK di kelas dan mampu menyusun laporan PTK, Anda harus
sungguh-sungguh dalam mempelajari materi diklat pada Kegiatan Belajar 2 ini,
bacalah uraian materi berikut secara cermat, dan kerjakan tugas / praktik setelah anda
membaca rambu-rambu pengerjaan tugas.
3.2 Kompetensi Khusus
Setelah Anda mempelajari materi pada Kegiatan Belajar 1 ini, diharapkan Anda
memiliki kemmpuan:
1. menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PTK.
2. melaksanakan PTK dalam rangka perbaikan pembelajaran di kelas.
3. menyusun instrumen pengumpul data dan analsis data hasil PTK.
4. melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
5. menyusun laporan PTK.
3.3 Uraian Materi
A. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melaksanakan PTK
Berdasarkan uraian materi pada Kegiatan Belajar 1, setidaknya ada tiga hal penting
yang perlu diingat, yaitu:
1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan
siswa dalam berbagai tindakan.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 33
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
III. KEGIATAN BELAJAR 2.
2. Kegiatan refleksi (perenungan/pemikiran) dilakukan berdasarkan pertimbangan
rasional (menggunakan konsep ilmiah dan ada dasar teorinya) yang mantap
dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan
masalah yang muncul.
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan di kelas).
Oleh sebab itu, dalam melaksanakan PTK hendaknya selalu memperhatikan hal-hal
berikut ini:
a. PTK tidak boleh mengganggu proses pembelajaran dan tugas-tugas guru di
sekolah.
b. PTK tidak boleh selalu menghabiskan banyak waktu, karena itu PTK harus
dirancang dan dipersiapkan secara rinci dan matang.
c. Pelaksanaan PTK harus konsisten dengan rancangan yang telah dibuat.
d. Pelaksanaan PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku (ada ijin dari kepala
sekolah, ada usulan, menyusun laporan, mempublikasikan, dsb).
e. Dalam melaksanakan PTK, harus disadari bahwa guru harus mampu dan mau
melakukan perbaikan pembelajaran, sehingga rancangan yang dibuat benar-
benar dapat dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.
f. PTK harus dilaksanakan secara berdaur (bersiklus), setiap siklus harus
dilakukan evaluasi melalui refleksi guna perbaikan pembelajaran pada siklus
berikutnya.
B. Melaksanakan PTKPelaksanaan PTK secara rinci sebenarnya telah diuraikan pada Kegiatan Belajar 1,
pada kegiatan belajar 2 ini Anda akan diajak membahas pelaksanaan PTK yang
dikhsuskan dalam melakukan observasi guna pengumpulan data PTK. Anda masih
ingat bahwa data yang perlu dikumpulkan dalam pelaksanaan PTK dapat dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan
data yang diperoleh melalui tes penguasaan materi siswa yang berupa nilai siswa
dalam setiap daur (siklus). Data kualitatif merupakan data yang diperoleh melalui
observasi (pengamatan) langsung terhadap jalannya proses pembelajaran. Data
kualitatif diperoleh melalui instrumen pengamatan yang dapat berbentuk angket,
lembar isian, pedoman wawancara, alat rekaman (audio/video), catatan lapangan, dan
sebagainya. Contoh-contoh lembar observasi telah diuraikan pada Kegiatan Belajar 1
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 34
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
(bagian B3), dan untuk melakukan observasi pada kegiatan pembelajaran Anda perlu
mengenal prinsip dasar observasi, dan jenis-jenis observasi.
B1. Prinsip observasiAda lima prinsip dasar observasi yang akan dijelaskan secara singkat di bawah ini,
yaitu:
1. Perencanaan bersama; Observasi yang baik diawali dengan melakukan
perencanaan bersama antara peneliti, pengamat, dan yang diamati. Caranya:
Lakukan pertemuan dengan semua anggota tim (jika kolaborasi) untuk
menyamakan persepsi.
Lakukan penjelasan kepada murid tentang kegiatan dan pengamatan yang
akan dilakukan.
Jika PTK dilakukan secara mendiri, penyamaan persepsi dilakukan bersama
murid untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan pembelajaran, mata
pelajaran, waktu, buku sumber, dan kelengkapan lainnya.
2. Fokus; Ada dua jenis fokus dalam pelaksanaan observasi, yaitu fokus umum
dan fokus khusus.
Fokus umum adalah seluruh kegiatan yang berkaitan dengan PTK, terutama
keseluruhan proses pembelajaran.
Fokus khusus adalah tindakan-tindakan yang telah dirumuskan dalam hipotesis
tindakan (biasanya ditunjukkan pada skenario pembelajaran).
Dalam melakukan observasi fokus, perlu diperhatikan manfaat dan faktor subjektif
yang mungkin saja dapat terjadi. Fokus yang luas (umum) akan menyebabkan
pengamat banyak mengambil pertimbangan sehingga sifat subjektifitasnya tinggi.
Fokus khusus lebih spesifik, sehingga pengamat lebih mudah dalam melakukan
pengamatan dan tidak banyak memberikan pertimbangan, berarti sifat
subjektifitasnya rendah. Fokus observasi yang spesifik seperti ini akan
menghasilkan data yang bermanfaat bagi guru dalam melaksanakan perbaikan
pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru menuju profesional.
3. Membangun Kriteria; Observasi akan mudah dilakukan dan membantu guru
dalam pelaksanaan PTK, jika kriteria keberhasilan PTK telah disepakati dan
ditetapkan sebelumnya.
Contoh dalam skenario: “Guru meminta murid aktif dalam belajar”, Indikatornya
dapat berupa:
a. Guru meminta mengeluarkan buku catatan pada siswa
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 35
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
b. Guru menyuruh mencatat
c. Guru meminta murid untuk membaca catatan.
d. Guru mengajukan pertanyaan tentang konsep yang dicatat siswa.
Apabila guru melakukan tindakan tersebut di atas, dapat diindikasikan bahwa guru
melakukan tindakan meminta murid mempelajari materi melalui catatan, dan murid
harus aktif memenuhinya.
4. Keterampilan Observasi; Dalam melakukan observasi yang harus dikuasai
oleh pengamat adalah
Penggunaan segala jenis instrumen, sebelumnya perlu dilakukan uji coba
instrumen.
Setiap indikator yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk direkam dalam
pembelajaran.
Menahan diri untuk tidak cepat mengambil keputusan dalam
menginterpretasikan suatu peristiwa, artinya mencatat data apa adanya,
jangan membuat penafsiran atau pendapat pada saat mengumpulkan data.
Menciptakan suasana kondusif dan menghindari terjadinya sesuatu yang dapat
menakuti guru atau siswa.
5. Balikan / Feedback; Hasil observasi harus dievaluasi guna memperoleh
balikan, untuk memperoleh balikan ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
a. Balikan harus segra dilakukan setelah pengamatan dalam bentuk
diskusi.
b. Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam secara cermat
dan sistematis.
c. Data hasil pengamatan diinterpretasikan dengan melihat kriteria
keberhasilan yang telah disepakati sebelumnya.
d. Guru peneliti yang diobservasi harus diberi kesempatan pertama untuk
memberikan penafsiran data.
e. Diskusi yang dilakukan harus mengarah kepada perkembangan strategi
pembelajaran untuk membangun konsep pembelajaran yang disepakati
bersama.
B2. Jenis-Jenis ObservasiBila dilihat dari cara melakukan, observasi dapat dibedakan menjadi 4 jenis observasi,
yaitu:
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 36
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
1. Observasi Terbuka; Dalam observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan
lembar observasi, tetapi hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam
kejadian dalam pembelajaran yang diamati. Pengamat dapat menggunakan teknik-
teknik tertentu dalam merekam jalannya pembelajaran. Teknik tersebut dapat
berupa penggunaan catatan lapangan, alat perekam audio/video, dan lain-lain.
2. Observasi terfokus; Observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk
mengamati aspek-aspek tertentu dalam proses pembelajaran, misalnya: partisipasi
siswa dalam pembelajaran, dampak penguatan pada siswa, jenis pertanyaan yang
diajukan guru, keterampilan siswa dalam merangkai alat, dan sebagainya. Contoh
catatan lapangan dan pedoman wawancara diajikan di bawah.
3. Observasi terstruktur; Dalam observasi terstruktur ini, pengamat
menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, pengamat
hanya tinggal membubuhkan tanda check list (V) pada tempat yang disediakan.
Contoh-Contoh instrumen observasi pada Kegiatan Belajar 1 (bagian B3) adalah
contoh instrumen observasi terstruktur.
4. Observasi sistematik; Dilihat dari aspek yang akan diamati, observasi
sistematis ini lebih rinci dibanding observasi terstruktur. Dalam pelaksanaannya,
pengamat mengandalkan penggunaan koding atau skala interaksi yang melihat
interaksi guru dan murid. Sama dengan observasi terstruktur, pengamat hanya
membubuhkan tanda (V). Misalnya, aspek yang diamati adalah pemberian
penguatan guru, maka data yang diamati dikategorikan menjadi penguatan verbal
dan nonverbal.
Contoh 1, Catatan lapangan
Catatan lapangan ini dapat berupa catatan harian guru, yaitu catatan guru atau
pengamat yang berisi rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas
pembelajaran. Misalnya; Pak Yamin (Guru SDN 01 Endangrejo) melaksanakan
PTK untuk siklus 1. Pada pertemuan pertama catatan yang ditulis oleh pengamat
adalah
Nama Guru yg Diamati: YaminKelas tempat Mengajar: IVTanggal Pengamatan : 12 September 2006Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan AlamNama Pengamat : SuharyantoKejadian yang diamati : Ketika Guru mengajukan pertanyaan: ” Mengapa
permukaan bulan yang terlihat dari bumi hampir
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 37
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
selalu sama?Respon siswa : - Tidak ada yang menjawab pada kesempatan
pertama- Setelah diberi arahan dan dituntun, ada 2 anak
yang menjawabLain-Lain : - Anak-anak kurang bersemangat dalam mengikuti
pelajaran- Guru kurang memotivasi siswa, perhatian belum
mengarah pada semua siswa, dan contoh yang diberikan tidak menyentuh kebutuhan siswa.
Contoh 2. Pedoman wawancara (bersifat terbuka) untuk siswa
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 38
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA
Responden yang diwawancarai : ……………………………….Waktu wawancara a. Hari/tanggal : ………………………………. b. Pukul : …….. s.d. ……………………Pewawancara : ……………………………….
1. Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru saat ini dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya?
……………………………………………………………………………………2. Dengan adanya perubahan cara/teknik pembelajaran guru, apakah kamu
menjadi lebih tertarik dan lebih berminat dalam belajar kimia? (berikan alasannya).……………………………………………………………………………………..
3. Apakah dengan pembelajaran yang sekarang menjadikan anda lebih termotivasi dibandingkan pembelajaran sebelumnya? (berikan alasannya)……………………………………………………………………………………..
4. Apakah kamu yakin anda bahwa pembelajaran dengan eksperimen menggunakan bahan sehari-hari dapat menggantikan bahan kimia sintetik dan dapat meningkatkan kompetensi anda?
………………………………………………………………………………………
5. Apakah saudara mengulangi eksperimen atas inisiatif anda sendiri ? …………………………………………………………………………………….
6. Apakah saudara setuju jika pembelajaran seperti sekarang ini diterapkan juga pada mata pelajaran lain, terutama dalam pembelajaran dengan pembimbingan 2 sampai 3 orang guru secara kolaborasi? Berikan penilaian saudara tentang pembelajaran yang telah berlangsung !
..................................................................................................................................
7. Berikan pendapat dan saran anda untuk perbaikan pembelajaran berikutnya ! a. ...........................................................................................................................
b. ........................................................................................................................... c. ......................................................................................................................., dst
. Natar, ......................................... 2007Pewawancara,
------------------------------------
Masih banyak instrumen observasi lain yang dapat Anda ikuti, misalnya angket dengan
skala Likert dan sebagainya. Oleh sebab itu, Anda diharapkan mampu melaksanakan
observasi atau anda dapat menyusun alat observasi sesuai dengan data yang akan
anda ambil dalam PTK.
B3. Analisis dan Refleksi
1. Analisis dataData hasil pengamatan perlu dianalisis guna penarikan kesimpulan apakah tujuan
telah tercapai atau hipotesis tindakan yang telah dirumuskan dapat dibuktikan?
Analisis merupakan langkah pemberian makna terhadap data hasil penelitian yang
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Kemampuan melakukan analisis
merupakan salah satu ciri guru yang profesional. Kesimpulan atau keputusan yang
diambil oleh seorang guru baik selama maupun setelah pembelajaran harus
didasarkan pada pertimbangan yang berasal dari berbagai sumber termasuk pakar.
Analisis data setelah observasi tidak sama dengan interpretasi yang dilakukan pada
saat observasi. Interpretasi dilakukan pada saat observasi atau pada saat diskusi
balikan, sedangkan analisis data dilakukan setelah satu paket (siklus) pembelajaran
dilaksanakan secara keseluruhan. Misalnya, jika pembelajaran siklus 1 direcanakan 3
kali pertemuan, maka analisis data dilakukan setelah ketiga pembelajaran tuntas
dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pertemuan pembelajaran akan muncul
interpretasi pengamat atau guru yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian
rencana perbaikan pembelajaran, dan pada setap akhir daur (siklus) pembelajaran
diadakan analsis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat
menjawab masalah dan menguji hipotesis tindakan yang telah dirancang guru. Analisis
data ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap, misalnya:
a. Tahap seleksi dan pengelompokan data; Pada tahap ini, data diseleksi
dan jika memungkinkan data direduksi atau ada yang dibuang. Kemudian data
diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan masalah penelitian yang
ingin dicari jawabannya.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 39
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
b. Tahap pemaparan dan deskripsi data; Data yang telah diorganisasikan
selanjutnya dideskripsikan sehingga memiliki makna. Mendiskripsikan data dapat
dilakukan dalam bentuk narasi, grafik, tabel, diagram, dan lain-lain.
c. Tahap penyimpulan atau pemberian makna; Setelah dideskripsikan
dibuatlah kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau uraian singkat.
Contoh ilustrasi 1:Ibu Rini (guru SMP Sriwijaya) melakukan PTK untuk mata pelajaran IPS di kelas VII, siklus 1 dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Setelah keempat pembelajaran tersebut berakhir, Ibu Rini mengolah semua data yang telah dikumpulkan melalui pengamatan oleh teman sejawat sebagai observer. Langkah bu Rini dalam melakukan analisis adalah pertama: Bu Rini mengumpulkan data yang berkaitan dengan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, baik dari hasil observasi maupun hasil catatan lapangan dari pengamat. Selain data tersebut, Ia juga mengumpulkan data yang berkaitan dengan aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Data-data yang telah dikumpulkan tersebut dipasangkan/ dicocokkan / dihubungkan satu sama lain, kemudian data tersebut diperkaya atau dilengkapi dengan hasil diskusi balikan dengan teman sejawat yang menjadi observer dan pengawas (ketika datang ke sekolah) sebagai pakar. Selanjutnya bu Rini mengelompokkan data-data tersebut untuk memudahkan dalam menampilkan data atau mendeskripkan data. Tahap kedua, bu Rini menampilkan data tersebut dalam bentuk grafik yang menghubungkan aktivitas dan partisipasi siswa dengan kualitas pembelajaran dari guru. Hasil tes penguasaan materi siswa ditampilkan dalam bentuk tabel, selanjutnya tabel dan grafik tersebut dlengkapi dengan narasi sebagai pembahasan. Tahap terakhir, Ibu Rini melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan tabel, grafik, dan narasi yang dia buat. Hasil kesimpulannya ditemukan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu Rini dengan metode diskusi dan tugas mengundang respon yang positif dari siswa, kebanyakan siswa (75% siswa), dan parsipasi siswa dalam pembelajaran cukup baik (30%) siswa dikategorikan sangat aktif dalam pembelajaran. Kesimpulan lain yang dibuat bu Rini adalah dengan adanya respon positif dan partisipasi aktif siswa, hasil tes penguasaan materi siswa rata-rata sudah di atas kriteria ketuntasan belajar (> 65).
Contoh 2.Berikut contoh tampilan data pada kegiatan analsis data yang dilakukan oleh Bp. Sunyono (dosen FKIP Unila) yang berkolaborasi dengan guru SMA Swadhipa Natar (Ibu Siti Maryatun) tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil tes penguasaan materi siswa pada mata pelajaran kimia di kelas XI semester 1 dengan penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan
Tabel 1. Hasil Pengamatan/Observasi Aktivitas siswa dalam Pembelajaran (Diskusi)
No Komponen yang Diamati SiklusI II III
Jumlah % Jumlah % Jumlah %1. Bertanya pd guru 14 36,84 10 26,32 19 50,002. Menjawab pertanyaan guru 13 34,21 12 31,58 14 36,843. Memberikan pendapat 13 34,21 19 50,00 15 39,474. Aktif dlm diskusi 26 68,42 30 78,95 32 84,215. Ketepatan mengumpulkan
tugas33 86,84 35 92,11 35 92,11
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 40
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2. Prosentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar dan Kriteria Keberhasilan Tindakan (Hasil Belajar/Hasil Tes Tiap Siklus)
Nilai
SiklusI II III
Jumlah (org)
% Jumlah (org)
% Jumlah (org)
%
< 60,00 13 34,21 7 18,42 0 060 – 69,90 10 26,32 14 36,84 18 47,37 70,00 15 39,47 17 44,74 20 52,63
Selanjutnya data di tampilan dalam bentuk diagram
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 Siklus
Pros
enta
se S
isw
a
Sangat BaikBaikKurang
Data hasil belajar (tes tiap akhir siklus) dapat dilihat pada gamber berikut.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 41
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 1. Prosentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran
62
64
66
68
70
72
74
1 2 3 Siklus
Nila
i Has
il Te
s
Dengan mengkaji uraian dan contoh-contoh analsis data di atas, Anda diharapkan
dapat memahami bahwa tahap analisis data merupakan tahap yang sangat penting
dalam PTK. Analisis data akan dapat membantu guru peneliti dalam melakukan
refleksi, yaitu proses mengingat kembali segala yang dilakukannya pada saat
pembelajaran berlangsung dan berusaha merenung/memikirkan mengapa Ia
melakukan kegiatan seperti itu dan mengapa siswa merespon seperti itu, dan
sebagainya.
2. RefleksiSebagaimana telah diuraikan pada Kegiatan Belajar 1, bahwa refleksi dimaksudkan
untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data
yang telah terkumpul dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutnya. Untuk lebih memahami bagaimana refleksi dilakukan, berikut
diberikan satu contoh:
Contoh refleksiBerdasarkan data hasil observasi dan tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir siklus 1, Pak Yamin dan Pak Suharyanto (observer) duduk bersama dan dihadiri pengawas (sebagai pakar) membahas hasil-hasil pengamatannya selama pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatannya menunjukkan:
Hanya 2 orang siswa yang mendapat kesempatan menjawab pertanyaan guru, dan hanya satu yang benar pada pertemuan pertama. Sedangkan pada peretemuan-pertemuan berikutnya meningkat tetapi masih sangat sedikit, yaitu secara keseluruhan hanya 8 orang saja (dari 3 kali pertemuan).Ketika percobaan (eksperimen) dilakukan terjadi keributan kecil, karena semua anak ingin mencoba.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 42
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2. Rerata Nilai Hasil Belajar Siswa (Hasil Tes)
Gambar tata surya yang dibawa oleh guru tidak sempat digunakan.Partisipasi siswa dalam pembelajaran juga tidak memuaskan, hanya 30% siswa yang selalu aktif bertanya, terampil melaksanakan percobaan, dan berdiskusi.
Berdasarkan data yang terkumpul tersebut, Pak Yamin berusaha menelaah untuk mencari masalah yang muncul pada pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Hasilnya bahwa hasil tes penguasaan materi siswa sudah cukup baik (rata-rata di atas ketuntasan belajar minimal sekolah) meskipun pembelajaran belum optimal dimana sedikit sekali siswa yang aktif dan guru tidak fokus dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil telaah ini, Pak Yamin melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
a. Mengapa saya tidak dapat menyebarkan pertanyaan kepada minimal 10 siswa untuk setiap kali pertemuan?
b. Mengapa perhatian saya saat pembelajaran hanya terpusat pada beberapa siswa saja?
c. Apakah saya terpaku kepada siswa tertentu yang duduk di depan atau di belakang? Apakah siswa yang duduk di tengah tidak pernah mendapat perhatian saya dan tidak pernah saya beri kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan bertanya?
d. Mengapa pembentukan kelompok dan eksperimen mebuat siswa menjadi ribut? Apakah saya tidak menentukan aturan pembentukan kelompok dan tidak membacakan aturan dalam bereksperimen?
Selanjutnya dengan dibantu teman sejawat dan pengawas, Pak Yamin membuat rencana perbaikan pada pembelajaran siklus 2, yaitu:
a. Sebaran pertanyaan akan diusahakan lebih merata (minimal 10 anak).
b. Perhatian guru harus menyeluruh, tidak terfokus dan terpaku pada siswa tertentu saja.
c. Memperbanyak jumlah pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa.
d. Pada pembentukan kelompok, guru akan menetukan aturan dan syarat pengelompokan.
e. Sebelum melaksanakan percobaan, guru lebih dahulu membacakan aturan melaksanakan percobaan.
f. Pembelajaran akan lebih dioptimalkan dengan memaksimalkan sarana yang ada (misdalnya alat bantu/media).
g. Setelah percobaan, setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Berdasarkan contoh di atas, Anda diharapkan memahami bagaimana dan untuk apa
refleksi dilakukan. Bila Anda sudah dapat memahami, coba perkirakan tujuan
perbaikan siklus 2 dari Pak Yamin tersebut.
C. Menyusun Laporan PTK
Apabila guru telah merasa puas terhadap siklus tindakan yang dilakukan untuk
menjawab masalah pembelajaran, maka langkah berikutnya adalah menyusun laporan
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 43
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
PTK. Proses penyusunan laporan tidak akan sulit dirasakan, apabila sejak awal guru
sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah dilakukan dan apa saja yang terjadi pada
saat tindakan dilaksanakan. Untuk siapa sebenarnya laporan PTK ini? Coba anda
simak ilustrasi dalam bentuk bagan di bawah ini:
C1. Sistematika laporan PTKSistematika laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah di keluarkan oleh
Dirjen PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) adalah
1. Bagian awal; Bagian ini meliputi:
a. Halaman Judul (Kulit
Muka)
b. Halaman Pengesahan
c. Abstrak
Abstrak merupakan uraian singkat tetapi lengkap yang memuat hal-hal pokok
yang diawali dengan judul penelitian, permasalahan dan tujuan, prosedur
SELF EVALUATION SELF REFLECTION
SELF IMPROVEMENT
HASIL PTK
PERSONALPROFESIONAL
KEPADA PUBLIK (SPONSOR, SISWA, GURU LAIN, LEMBAGA PENDIDIKAN)
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
KEBANGGAAN ILMIAH (ILMUWAN)
Kepuasan Jasmaniah dan Rohaniah
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 44
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
pelaksanaan, hasil temuan/penelitian, dan kesimpulan. Abstrak sebaiknya
ditulis dalam Bahasa Inggris atau dapat juga dalam Bahasa Indonesia.
d. Kata Pengantar
Kata pengantar sebaik tidak terlalu panjang, cukup pendek saja sekitar satu
halaman, di dalamnya dikemukakan tujuan penelitian, masalah yang muncul,
siapa penyandang dananya (sponsor) dan ucapan terima kasih kepada yang
memberikan bantuan. Kata pengantar ini sebaiknya ditulis oleh peneliti itu
sendiri.
e. Daftar isi
Daftar ini menunjukkan bagian-bagian dari laporan dan dari sini dapat dilihat
hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya. Untuk tabel, grafik,
diagram, gambar, maupun peta sebaiknya dibuat daftar isi sendiri dengan
nama daftar tabel, daftar grafik, daftar diagram, atau daftar gambar.
Contoh Abstrak 1:Hasil observasi awal bersama guru mitra menunjukkan bahwa pembelajaran kimia di kelas X semester 1 SMA Swadhipa Natar selama ini kurang efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Keterbatasan bahan-bahan kimia di sekolah menyebabkan metode demonstrasi yang dilakukan hanya sesekali saja. Penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan merupakan suatu metode eksperimen alternatif untuk mengatasi kekurangan / keterbatasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan, yaitu suatu metode eksperimen dengan bahan-bahan diperoleh dari lingkungan tempat tinggal siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-4 semester 1 SMA Swadhipa Natar yang berjumlah 37 orang. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus tindakan, dan setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan observasi, dan refleksi. Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan eksperimen, diskusi, dan presentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dalam belajar dari siklus ke siklus dengan peningkatan masing-masing komponen aktivitas lebih dari 30%.
2. Bagian isi; meliputi:
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemukakan hal-hal yang memicu terjadinya permasalahan mulai dari yang
kaitannya kurang erat sampai kepada yang kaitannya sangat erat (khusus)
terhadap masalah. Ungkapkan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di
kelas selama ini sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan.
Ada baiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang bakal muncul
apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan-keuntungan
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 45
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
apa yang bakal diperoleh apabila masalah tersebut dipecahkan melalui
penelitian.
B. Rumusan Masalah
Rumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yang singkat dan jelas. Dalam
rumusan masalah tersebut harus nampak variabel-variabel yang diteliti. Bila
memungkinkan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya
ditonjolkan. Definisi operasional untuk setiap variabel yang diteliti harus
nampak indikator-indikatornya yang kemudian akan dijabarkan dalam
instrumen penelitian. Lihat kembali Kegiatan Belajar 1.
C. Tujuan Penelitian
Rumusan tujuan penelitian mengarah kepada hasil yang ingin dicapai setelah
penelitian selesai dilakukan. Oleh sebab itu, rumusan tujuan ini harus konsisten
dengan rumusan masalah dan mencerminkan pula proses penelitiannya. Lihat
kembali Kegiatan Belajar 1.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian harus lebih difokuskan kepada peluang terhadap perbaikan
proses pembelajaran di kelas.
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Meskipun pada Kegiatan Belajar 1, sudah diuraikan tentang kajian pustaka dalam
pembuatan proposal, maka kajian pustaka pada Laporan PTK sama dengan kajian
pustaka di proposal atau jika pada pelaksanaan terjadi perubahan atau
penambahan pustaka, maka pustaka yang ada di proposal perlu di sempurnakan
untuk diuraikan pada Laporan PTK. Kajian pustaka ini sangat penting dalam suatu
karya ilmiah, karena dengan kajian pustaka dapat ditunjukkan kedudukan suatu
penelitian di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang yang diteliti. Dalam kajian pustaka harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) teori utama dan teori turunannya dalam bidang yang diteliti.
2) yang pernah dilakukan oleh orang lain dalam bidang yang diteliti
3) pengetahuan/sesuatu yang telah diketahui berdasarkan hasil penelitian
terdahulu.
4) kajian komprehensif, sehingga dapat diketahui bahwa masalah yan dirumuskan
memang harus diteliti.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 46
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
Dalam kajian pustaka, kemukakan teori dan pustaka yang relevan dan memberikan
arah serta petunjuk pada pelaksanaan PTK. Dalam hal ini, diperlukan adanya
usaha untuk membangun argumentasi teoritis yang menunjukkan bahwa tindakan
yang diberikan dimungkinkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran di
kelas.
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang telah dilakukan, tentu saja harus
sesuai dengan proposal yang telah disusun sebelumnya. Ketidaksesuaian antara
proposal dengan Laporan PTK bila memang terjadi, maka itu hanya dibolehkan
pada teknis lapangan, misalnya direncanakan pada proposal cara melakukan
observasi adalah dengan observasi terbuka. Namun, karena berbagai kendala,
observasi tersebut tidak dapat dilakukan dan yang dilakukan adalah observasi
terstruktur. Oleh sebab itu, kendala-kendala tersebut perlu diuraikan secara
singkat. Dengan demikian, pada Laporan perlu diuraikan cara melakukan observasi
terstruktur tersebut dan siapa observernya. Kemukakan alat pengumpul data,
teknik penjaringan data, serta proses triangulasi yang dilakukan untuk
menunjukkan keakuratan data yang diperoleh. Pada prosedur penelitian juga perlu
diuraikan secara rinci cara refleksi yang dilakukan. Apa saja yang dilakukan pada
setiap siklus dan target yang ingin dicapai pada setiap siklusnya jjuga perlu
diuraikan secara jelas.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap,
menyangkut berbagai aspek yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan.
Tunjukkkan adanya perbedaan antara tindakan pembelajaran yang telah dilakukan
secara inovatif dengan pembelajaran biasa tanpa inovasi atau pembelajaran yang
sering dilakukan selama ini. Hasil penelitian ditulis lengkap sesuai dengan data
pengamatan. Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan
data. Karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang proyek yang
dilakukan siswa sebaiknya dicantumkan sebagai hasil penelitian.
Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan
(dapat melalui grafik atau diagram atau lainnya) dan kelemahan-kelamahan yang
terjadi selama tindakan pembelajaran berlangsung. Kemukakan adanya
perubahan / kemajuan / perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas,
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 47
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
guru, motivasi belajar / aktivitas belajar, dan hasil belajar. Kemukakan hasil dari
keseluruhan siklus ke dalam ringkasan untuk bahan dasar analisis dan
pembahasan. Bahan atau data tersebut ditulis dalam bentuk tabel, grafik, diagram,
atau bagan, sehingga akan memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai
pembahasan secara sistematis dan jelas. Pembahasan dalam bab ini disajikan
dalam bentuk siklus-siklus, sesuai dengan jumlah siklus yang telah dijalankan.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
1) Simpulan
Sajikan simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan analisis, tujuan penelitian,
dan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan sebelumnya. Simpulan memuat
jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam rumusan
masalah. Jawaban tidak saja berupa hasil, tetapi berisi juga produk dan proses.
Contoh:
Jika pertanyaan penelitian yang dikemukakan pada rumusan masalah adalah ”Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa melalui cooperative learning? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat diperoleh melalui tes penguasaan materi dan atau observasi langsung untuk melihat motivasi siswa selama proses pembelajaran. Dalam kesimpulan, guru perlu mendeskripsikan proses pembelajaran yang telah berlangsung. Strategi dan metode penting yang membuat cooperative learning berhasil meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya dituliskan secara sistematis.
2) Saran
Saran diperlukan apabila hasil penelitian menyangkut pendukung bagian lain
sekolah, atau menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas (misalnya,
menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal di sekolah, peningkatan
keterampilan guru mengajar, dsn sebagainya). PTK bersifat kontekstual,
sehingga pemberian saran sebenarnya kurang bermanfaat. Jangan
memberikan saran tentang perlunya PTK ini diteruskan atau diperluas, karena
hal itu kurang relevan.
Contoh Saran:Salah : “Untuk meningkatkan interaksi pembelajaran, sebaiknya guru
mengefektifkan metode bertanya”.
Benar : 1. “Untuk meningkatkan interaksi pembelajaran guru harus
mengefektifkan metode bertanya dengan cara merumuskan
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 48
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
struktur pertanyaan yang benar, dan memberi kesempatan
kepada murid untuk berfikir sebelum menjawab”.
Benar : 2. “Dinas Pendidikan / Kepala sekolah perlu menyelenggarakan
pelatihan untuk meningkatkan keterampilan bertanya guru”.
3. Bagian penunjang; dapat meliputi:
Daftar pustaka (lihat Kegiatan Belajar 1)
Lampiran-lampiran; Berisi lampiran tentang instrumen yang digunakan dalam
penelitian, data penelitian, contoh lembar jawaban dari siswa / guru, Foto-foto
kegiatan, ijin penelitian, biodata peneliti, dan dokumen-dokumen lain yang
dipandang perlu.
C2. Etika dalam menulis Laporan PTKAda beberapa etika yang harus diikuti oleh guru yang melaksanakan PTK dalam
menuliskan laporan hasil PTK-nya, antara lain:
• Ingat prinsip PTK, bahwa PTK bukan untuk pembenaran diri (self justification)
akan tetapi untuk mengungkap kebenaran, walaupun dalam jangkauan
keterterapannya (range of generalizability) terbatas.
• Guru peneliti PTK harus terikat dengan PTK, yaitu untuk memperbaiki diri,
sikap, tindakan, sistem, dan cara kerja.
• Dengan PTK, guru dilatih untuk disiplin dan jujur. Kejujuran dan kedisiplinan
merupakan modal awal dalam mengerjakan atau mencapai sesuatu, termasuk
dalam menulis karya ilmiah atau laporan penelitian. Hal yang perlu dipahami
bahwa penulis laporan (dalam hal ini guru) harus jujur pada diri sendiri dan
kepada masyarakat yang akan membaca laporan PTK ini.
• Objektivitas; Objektivitas sangat berkaitan dengan kejujuran. Data yang telah
dikumpulkan harus ditafsirkan secara objektif, tanpa mempertimbangkan tingkat
keberhasilan PTK, karena objektoivitas yang tinggi mencerminkan hasil
penelitian yang benar-benar sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Perlu diperhatikan bahwa ada dua peran PTK, yaitu peran involvement
(melibatkan guru secara langsung sebagai subjek) dan peran Improvement
(menempatkan guru untuk melakukan perbaikan, termasuk pola berfikir, dan
cara kerja). Oleh sebab itu, guru peneliti PTK harus memiliki objektivitas yang
tinggi.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 49
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
• Dalam melaporkan hasil PTK harus apa adanya. Apakah hipotesis terbukti atau
tidak, apakah tujuan tercapai atau tidak, itu adalah hasil penelitian. Oleh sebab
itu, hindarkan usaha-usaha untuk memanipulasi data agar hasil penelitian
cocok dengan hipotesis atau tujuan.
• Dalam hal mengutip pendapat/teori atau menggunakan sumber dari buku atau
laporan penelitian orang lain, harus dicantumkan sumbernya dan penulisnya.
Mengutip disini termasuk menggunakan data, informasi, konsep, gambar, atau
hasil penelitian orang lain.
Contoh cara mengutip:1. Kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses merupakan
kegiatan pembelajaran yang direncanakan, sehingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses dan
sikap ilmiah siswa sendiri (Soetarjo dan Soejitno, 1998)
2. Sunyono, dkk (2006). telah melakukan penelitian dengan menerapkan metode
eksperimen berbasis lingkungan pada pembelajaran kimia Kelas X Semester I
SMA Swadhipa Natar, yang hasilnya menunjukkan bahwa penerapan metode
eksperimen dengan bahan-bahan yang digunakan berbasis lingkungan
ternayata dapat lebih mengefektifkan proses pembelajaran di kelas, siswa lebih
aktif, kreatif, dan terampil dalam setiap pelaksanaan praktikum.
3.4 RangkumanDalam melaksanakan PTK, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. PTK tidak boleh mengganggu proses pembelajaran dan tugas.guru.
b. PTK tidak boleh selalu menghabiskan banyak waktu.
c. Pelaksanaan PTK harus konsisten dengan rancangan yang telah dibuat.
d. Pelaksanaan PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku.
e. Dalam melaksanakan PTK, harus disadari bahwa guru harus mampu
dan mau melakukan perbaikan pembelajaran.
f. Setiap siklus dalam PTK harus dilakukan evaluasi melalui refleksi guna
perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan observasi dalam PTK harus dibantu observer, dengan mengacu pada
lima prinsip dasar obsevasi, yaitu: perencanaan bersama, fokus, membangun kriteria,
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 50
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
keterampilan observasi, dan balikan/feedback. Sedangkan jenis observasi dibedakan
menjadi: (1) observasi terbuka, terfokus, terstruktur, dan sistematis.
Analisis merupakan langkah pemberian makna terhadap data hasil penelitian yang
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Analisis data dapat dilakukan melaui
tiga tahap, yaitu tahap seleksi dan pengelompokan data, tahap pemaparan dan
deskripsi data; dan tahap penyimpulan atau pemberian makna..
Sistematika penulisan Laporan PTK meliputi:
1. Bagian Awal:
a. Halaman Judul (Kulit Muka)
b. Halaman Pengesahan
c. Abstrak
d. Kata Pengantar
e. Daftar isi
2. Bagian isi:
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
d. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
BAB III. PPROSEDUR PENELITIAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
3. Bagian Penunjang
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Dalam menuliskan Laporan PTK sebagai suatu karya ilmiah, harus memperhatikan
etika penulisan laporan, yaitu:
• PTK bukan untuk pembenaran diri (self justification) akan tetapi untuk
mengungkap kebenaran.
• Guru peneliti PTK harus terikat dengan PTK, yaitu untuk memperbaiki diri,
sikap, tindakan, sistem, dan cara kerja.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 51
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
• Kejujuran dan yang penting jujur pada diri sendiri.
• Objektivitas guru yang yang tinggi.
• Dalam melaporkan hasil PTK harus apa adanya, dan hindarkan usaha-usaha
untuk memanipulasi data, agar hasil penelitian cocok dengan hipotesis atau
tujuan.
• Dalam hal mengutip pendapat/teori atau menggunakan sumber dari buku atau
laporan penelitian orang lain, harus dicantumkan sumbernya dan penulisnya.
2.5 TUGAS / Praktik (2 kali pertemuan = 4 jam Praktik)Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 2, diharapkan kompetensi yang telah
ditetapkan dapat Anda capai. Jika ada bagian-bagian yang belum anda pahami,
diskusikanlah dengan teman Anda atau tanyakanlah kepada tutor Anda.
Untuk membantu memperdalam pemahaman Anda mengenai materi yang diuraikan di
atas, kerjakanlah tugas-tugas berikut ini secara mandiri.
A. Pilih satu mata pelajaran tertentu yang Anda ampu, kemudian lakukanlah:
1. Rincilah indikator masalah (sesuai tugas pada Kegiatan belajar 1), sehingga
Anda dapat memutuskan data apa yang perlu dikumpulkan pada pelaksanaan
PTK, lalu buatlah instrumen observasinya (meliputi lembar observasi, pedoman
wawancara, dan angket).
2. Berdasarkan tugas pada Kegiatan Belajar 1 (judul, masalah, tujuan, dan
hipotesis, serta manfaat telah Anda rumuskan), susunlah kerangka Kajian Teori
/ Pustaka, cukup organisasi teori saja. Kajian teori / pustaka apa saja yang
akan Anda gunakan untuk mendukung PTK Anda (tidak perlu uraian materinya,
cukup urutan materi / teori saja).
3. Buatlah prosedur peneltian secara lengkap mulai dari setting penelitian, sampai
pada pelaksanaan tindakan persiklusnya hingga tahap refleksi.
4. Rangkailah tugas-tugas di atas, sehingga menjadi draft proposal PTK,
kemudian lengkapi dengan daftar pustaka yang sudah Anda ketahui dan jadwal
rencana pelaksanaan PTK.
Kumpulkan hasil pekerjaan di atas 10 menit sebelum pertemuan berakhir, mintalah
review dari tutor Anda, agar Anda dapat lebih memahami teknik penyusunan proposal
PTK, penyusunan instrumen observasi, dan merencanakan analisis data dan refleksi.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 52
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2007. Topik 1. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik. Jakarta.
Anonim., 2007. Topik 2. Menyusun Usulan Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik. Jakarta.
Anonim., 2007. Topik 3. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik. Jakarta.
Anonim., 2007. Topik 4. Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas dalam Bentuk Makalah dan Artikel Jurnal. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik. Jakarta.
Anonim., 2001. Pedoman Teknis Pelaksanaan Classroom Action Research. Depdiknas, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta.
Elliot, John. 1982. Developing Hypothesis about Classroom from Teachers Practical Constructs; an Account of the Work or the Ford Teaching Project. The Action Research Reader. Deakin University. Geelong Victoria.
Hardjodiputro., 1997. Action Research, Sintesis Teoretik. IKIP Jakarta.
Kemmis, Stephen and Robbin Mc Taggart, 1988. The Action Research Planner, 3nd ed. Deakin University . Victoria.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penerbit: Bina Aksara, Jakarta.
Sunyono, 2006., Efektivitas Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas X Semester 1 SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan., Laporan Hasil Penelitian (PTK), Dit.PPTK & KPT Ditjen Dikti, Jakarta.
Sunyono, 2007. Srtifikasi dan Profesionalisme Guru. Lampung Post (Rubrik Opini). Tanggal 21 September 2007, halaman 12.
Modul Diklat Profesi Guru – Lampung – 53
Drs. Sunyono, M.Si. Penelitian Tindakan Kelas