Setelah mengkaji bagian ini diharapkan kita memiliki kompetensi :
1. Menjelaskan maksud prinsip-prinsip belajar
2. Menjelaskan beberapa prinsip belajar yang esensial.
3. Mengemukakan beberapa contoh penerapan prinsip-prinsip belajar.
4. Menjelaskan implikasi prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran.
A. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada
upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus
dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan
internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat
menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran, yaitu :
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru
agar terjadi proses belajar terhadap siswa sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan
4
arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat
berperan aktif di dalam proses pembelajaran, sehingga terbentuk kepribadian yang
katif, mandiri dan cerdas.
B. PRINSIP - PRINSIP BELAJAR DAN IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN
1. Prinsip perhatian dalam motivasi
a.Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanda adanya perhatian tak mungkin
terjadi belajar (Gage dan Berline,1984 : 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul
pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi mempunyai
kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang
studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang tersebut.Motivasi dapat bersifat internal artinya dating dari dirinya
sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni dating dari orang lain, dari guru, orang tua,
teman dan sebagainya.
Motivasi ada dua jenis yaitu motif intrinsic dan ekstrinsik. Motif inteinsik adalah tenaga
pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Motif ekstrinsik adalah
tenaga pendoring yang ada diluat perbuatan yang dilakukknya tetapi menjadi
penyertanya
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat
erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil
penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar.
5
Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian
membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan
sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya.
Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya
dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya
untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006:148).
Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain
seperti pada paparan di atas menyebutnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
internal atau motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk
melakukan suatu aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar
diri individu. Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu dengan
lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan dari
motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik pada seseorang disebut “transformasi
motif” (Dimyati dan Mudjiono, 1994:41).
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat
berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan
dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut :
a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial dan
emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu
yang lebih dari yang ia miliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c. Motivasi dipengaruhi oleh unsr-unsur kepribadian.
6
d. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar.
e. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat
motivasi dan perilaku.
g. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan
bukan karena memang ingin belajar.
h. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam
suasana belajar yang memuaskan.
j. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha :
Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang menarik.
Mengkondisikan proses belajar aktif.
Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menyenangkan.
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar (misalnya
kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb)
Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi.
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
pula memberitahukan hasilnya kepada siswa.
Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa dan
menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
7
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa
Perhatian
1. Siswa harus membangkitkan perhatian nya kepada segala pesan yang di
pelajari, baik dalam bentuk rangsangan suara, warna, gerak.dll.
2. Siswa dapat melatih indra nya untuk memperhatikan rangsangan yang
muncul dalam proses pembelajaran.
Motivasi
1. Di sadari nya oleh siswa bahwa motivasi belajar haruz di kembangkan terus
menerus.
2. Dapat menentukan target/ sasaran penyelesaian tugas belajar dan perilaku
sejenis nya
b. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner, kalau pada teori conditioning yang
diberi kondisi adalah stimulus, maka pada opetant conditioning yang diperkuat adalah
terponsnya.
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori
belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah
satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum belajar ini,
siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang
baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya. Namun dorongan
belajar, menurut Skinner tidak hanya muncul karena penguatan yang menyenangkan,
akan tetapi juga terdorong oleh penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain
penguatan positif dan negatif dapat memperkuat belajar.
8
Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu
bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku
pada waktu yang lain.
Sumantri dan Permana (1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari
pemberian penguatan, yaitu:
a. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b. Merangsang peserta didik berpikir lebih baik.
c. Menimbulkan perhatian peserta didik.
d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi.
e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah
perilaku yang mendukung belajar.
Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru:
1) Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-
kata/kalimat yang diucapkan, seperti: “bagus”, “baik”, “smart”, “tepat” dan
sebagainya.
2) Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang
memberi arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa;
tepuk tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan sebagainya.
3) Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru terhadap perilaku
peserta didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini
dapat dilakukan ketika peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya,
berdiskusi atau sedang melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.
9
4) Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan
cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak, menjabat tangan,
mengusap kepala peserta didik, atau bentuk-bentuk lainnya.
5) Penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan.
Memberikan penghargaan kepada kepada kemampuan peserta didik dalam
suatu bidang tertentu, seperti peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan
kesempatan untuk melatih vokal pada temannya.
6) Penguatan berupa tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan kepada
peserta didik berupa simbol-simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat
berupa komentar tetulis atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana, dan
sebagainya.
Ketepatan pemberian dan penggunaan penguatan harus mendapat perhatian
guru. Bilamana penguatan dipergunakan pada situasi dan waktu yang tidak tepat, maka
hal itu dapat kehilangan keefektifannya. Sebaliknya bilamana penguatan itu
dipergunakan secara tepat, maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
aktivitas belajar peserta didik.
Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain;
memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik tenik, waktu maupun
bentuknya.
memberikan kepada siswa jawaban yang benar.
mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa.
memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka maupun
komentar-komentar tertentu.
memberikan lembar jawaban atau kerja siswa.
mengumumkan atau menginformasikan peringkat secara terbuka,
memberikan penghargaan.
10
Implikasi prinsip- prinsip balikan dan penguatan bagi siswa
1. siswa akan lebih semangat dalam belajar bilamana setiap langkah selalu diberi
penguatan, hal ini karena adanya kesadaran akan kebutuhan untuk memperoleh
balikan.
c. Prinsip Keaktifan
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,
emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi
kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk
yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya
keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang
positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya
keaktifan itu.
Menurut teori belajar Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran
orang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai
pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan
pegertian kepada seorang murid, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan
dikonstruksikan oleh si murid lewat pengalamannya (Glasersferld dalam Battencourt,
1989).
Dalam proses konstruksi itu menurut Glasersferld, diperlukan beberapa kemampuan;
kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai
persamaan dan perbedaan, dan
11
kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada pengalaman
yang lain.
Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran
adalah:
a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam prose pembelajarannya.
b. Memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen.
c. Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
e. Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
Implikasi prinsip keaktifan bagi guru
1. terwujud nya sikap yang aktif dalam segala hal, terutama keiginan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
d. Prinsip Tantangan
Deporter (2000:23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa
lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan
mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa
tertantang dalam suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat
mengganggu kegiatan belajarnya. Mihaly Csikszentmihalyi, psikolog dari Universitas
Chicago dikenal karena penelitiannya dalam mendokumentasikan suatu “keadaan
dimana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain seakan tak
berarti lagi”. Goleman menjelaskan tentang keadaan flow ini. Jika tuntunan terlalu
sedikit, orang akan menjadi bosan. Jika tuntutan terlalu besar untuk diatasi, mereka
akan menjadi cemas. Flow terjadi di daerah genting antara kebosanan dan kecemasan.
12
Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya “Teori Medan” (Field Theory),
mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu medan
atau lapangan psikologis.
Beberapa bentuk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk
menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu :
1) Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
2) Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
3) Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
4) Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
5) Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
6) Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa
1. siswa mampu lebih mandiri dan termotivasi dalam menyelesaikan segala
tantangan pembelajaran diantaranya melakukan eksperimen, melaksanakan
tugas bimbingan maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
e. Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar
pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat,
mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka
daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian
latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.
13
Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga didasari oleh teori
Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh teori Thorndike dengan
salah satu hukum belajarnya “Low of exercise” yang mengemukakan bahwa belajar
adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Pandangan psikologi
condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan.
Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respons, tidak saja disebabkan oleh
adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya stimulus yang
dikondisikan.
Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of Effective People, mengemukakan
bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan dan
keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan
mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan keinginan adalah
motivasi, keinginan untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam
hidup kita, kita harus mempunyai ketiga hal tersebut. Pandangannya ini digambarkan
sebagai berikut:
Pengetahuan(apa yang harus dilakukan, mengapa)
Keterampilan
(bagaimana melakukan)
Pola Terbentuknya KebiasaanKEBIASAAN
Keinginan
(mau melakukan)
Implikasi prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
a. Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
14
b. Merancang kegiatan pengulangan.
c. Mengembangkan soal-soal latihan.
d. Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.
Sedangkan implikasi prinsip belajar pengulangan pada siswa
1. sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam agar bersedia melakukan
pengulangan latihan-latihan baik yang ditugaskan oleh guru maupun atas inisiatif
dan dorongan diri sendiri demi kemajuan hasil dari proses pembelajaran yang
ada..
f. Prinsip Perbedaan Individual
Hasil sejumlah riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti sikap siswa,
kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta memberikan dan konteks
pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak sangat penting
terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1998:5).
Dalam pandangan DePorter & Hernacki (2001:117) terdapat tiga karakteristik atau
modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses
pembelajaran, yaitu:
a. Orang-orang yang visual, yang sering kali ditandai suka mencoret-coret ketika
berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada
mendengar penjelasan.
b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih
suka mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku, lebih suka
berbicara daripada menulis.
15
c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika
bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit
untuk duduk dan diam.
Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan
tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar. Setiap
individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan
individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami.
Pembelajaran yang bersifat klasikan yang mengabaikan perbedaan-perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cra yang dapat ditempuh oleh
guru antara lain penggunaan metode atau pendekatan secara bervariasi sehingga
semakin besar memberikan peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar
belakang perbedaan individual. Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan
menambah waktu belajar bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau
memberikan pengayaan bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih dari yang
lain.
Implikasi atau penerapan prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses
pembelajaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
1) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya
dan untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang
mereka butuhklan.
2) Para siswa harus terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya
mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
3) Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras
dengan minat, tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para
pesrta didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman
masa lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
16
4) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya
serta pemenuhan kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-
siswa yang lain.
5) Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana
para siswa tidak merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya
sehingga mereka memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam
kegiatan belajar.
Implikasi nya bagi siswa
1. Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya dibandingkan teman-teman
yang lain akan lebih cenderung memiliki dorongan dan minat untuk belajar secara
lebih sungguh-sungguh.
g. Prinsip Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh dari
kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam
penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman
belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui
penglaman langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat yang
langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah:
a. Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
c. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
d. Memberikan tugas-tugas praktek.
17
Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini adalah:
siswa harus terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam melakukan aktivitas
pembelajaran.
siswa dituntut untuk aktif mengerjakan tugas-tugas sendiri tanpa bantuan orang
lain, sehingga dalam hal praktek atau belajar di luar kelas siswa dapat terjun
langsung menyaksikan bagaimana proses sehingga mndapatkan pengalaman yang
tentu nya bermanfaan untuk siswa tersebut..
18
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Rieneka Cipta: Jakarta.
Wikipedia Indonesia.(2011). Pembelajaran Elektronok. (online).
Tersedia:http://Wikipedia.org/witi/pembelajaran_elektronok
19