PENGARUH PEMBERIAN KLORAMFENIKOL TERHADAP JUMLAH TROMBOSIT
PADA MENCIT (Mus musculus)
Dian Saputra Usman, Dila Pramitha Sukmana Putri, Madaniah, Novatriana,
Putri Sakinah, dan Rita Sari
Asisten : Zulfikar Syamsi
Laboratorium Biofarmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan tentang perhtiungan trombosit pada mencit (Mus musculus)
setelah pemberian kloramfenikol dalam dosis berbeda. Percobaan ini bertujuan untuk
menghitung jumlah trombosit setelah pemberian kloramfenikol. Perhitungan jumlah trombosit
pada mencit dilakukan untuk mengetahui jumlah sel trombosit sehingga dapat diketahui
apakah mencit mengalami trombositopenia atau trombositosis. Mencit yang digunakan
sebanyak 24 ekor, dibagi dalam delapan kelompok. Dua kelompok diberi NaCMC sebagai
kontrol dan enam kelompok diberi kloramfenikol, masing-masing dari dua kelompok
diberikan kloramfenikol dengan dosis 1000 mg/Kg BB, 750 mg/Kg BB, dan 500 mg/kg BB.
Pengamatan efek farmakologik dilakukan dengan menghtiung jumlah trombosit. Pengujian
menunjukkan jumlah trombosit yang berbeda akibat pemberian kloramfenikol dengan dosis
berbeda.
Kata Kunci : Trombosit, Kloramfenikol, Trombositopenia, Trombositosis, Mencit.
PENDAHULUAN
Trombosit merupakan komponen darah yang
mempunyai fungsi homeostasis. Trombosit
merupakan sel kecil yang beredar dalam
darah, yang mempunyai peranan penting untuk
menghentikan perdarahan dan memulai
perbaikan pembuluh darah yang cedera (1).
Di dalam tubuh manusia terdapat keping
darah berbentuk cakram, tidak berinti dan tidak
berwarna, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan
lekosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda
kasar, diameter rata-rata 1-2 µm dan volume sel
rata-rata 5,8 fl. Jumlah trombosit adalah 200.000-
300.000 keping/mm3 darah, masa hidupnya
sekitar 8-10 hari, setelah itu keping darah akan di
bawa ke limpa untuk di hancurkan. Hitung
trombosit normal sekitar 150-400 x 103/µL (1).
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan
sumbatan mekanis selama respon haemostatik
normal terhadap luka vaskuler. Inti fungsi ini
adalah reaksi trombosit diantaranya yaitu (2) :
1. Adhesi trombosit.
Setelah luka pembuluh darah, trombosit
melekat diri pada jaringan ikat subendotelial yang
terbuka. Fungsi vital ini tergantung sebagian pada
faktor VIII (AHF : Anti Haemophilic Factor / Faktor
Von Willebrand) yang merupakan bagian fraksi
utama molekul faktor VIII, setelah melekat pada
jaringan ikat sub endotel, trombosit akan
melepaskan isi granulanya yang mencakup ADP
(nukleotida), serotonin, fibrinogen, enzim lisosin
dan faktor penetralisasi heparin.
2. Agregasi trombosit
ADP yang dilepaskan menyebabkan makin
banyak trombosit beragregasi (berkelompok)
pada luka vaskuler. ADP menyebabkan trombosit
membengkak dan mempermudah membran
trombosit yang berdekatan untuk melekat satu
sama lain. Proses yang dihidupkan terus dari
agregasi trombosit ini mengakibatkan
pembentukan massa trombosit yang cukup besar
untuk menyumbat daerah luka.
3. Fusi trombosit.
Konsentrasi tinggi ADP, enzim-enzim yang
dibebaskan selama reaksi pelepasan
menyebabkan fusi irreversibel trombosit yang
beragregasi pada tempat luka vaskuler. Faktor
pertumbuhan yang ada dalam granula trombosit
merangsang sel-sel otot polos pembuluh darah
untuk memperbanyak diri dan ini dapat
mempercepat kesembuhan luka.
Trombositopenia merupakan kelainan
hematologis yang di tandai oleh adanya
penurunan jumlah trombosit dalam darah perifer.
Hal ini bisa di sebabkan oleh (2):
1. Kegagalan produksi trombosit
Penyebab tersering pada trombositopenia.
Depresi selektif megakariosit dapat di akibatkan
oleh toksisitas obat (misalnya Fenibutazon, garam
emas, diuretika tiazid, tolbutamid) atau oleh
infeksi virus. Jumlah megakariosit yang berkurang
juga dapat merupakan bagian kegagalan sumsum
tulang umum pada anemia aplastik, leukemia,
mielosklerosis atau infiltrasi sumsum tulang.
2. Peningkatan penggunaan dan dekstruksi
trombosit dalam limfa.
Umur lempingan darah dalam keadaan
normal adalah sembilan sampai sebelas hari,
peningkatan penggunaan atau pemendekan umur
diimbangi dengan jumlah produksi trombosit yang
dapat mencapai sebanyak lima kali produksi
normal. Apabila kapasitas produksi sudah
dilampaui, maka pecahlah plasma-megakariosit
dan terlepasnya trombosit-trombosit tersebut.
3. Disfungsi trombosit
Pada beberapa penyakit jumlah
trombosittetap normal, tetapi trombosit tidak
berfungsi secara normal, yaitu tidak mampu
mencegah perdarahan contohnya penyakit Von
Willebrand, gagal ginjal, leukimia, mieloma
multifel, sirosis hepatis. Obat-obatan yang bisa
menyebabkan disfungsi trombosit contohnya
aspirin, penisilin dosis tinggi (2).
Mekanisme terjadinya trombositopenia ini
secara klasik diduga akibat adanya percepatan
penghancuran trombosit akibat pembesaran dan
kongesti limfa yang patologis yang disebut
hipersplenisme. Namun dari pengalaman klinis,
banyak pasien sirosis hati dengan splenomegali
memiliki jumlah trombosit normal (2).
Sebaliknya banyak diantara mereka
mengalami trombositopenia tanpa adanya
pembesaran limfa. Sehingga muncul dugaan
bahwa ada mekanisme lain dalam pathogenesis
terjadinya trombositopenia pada sirosis hati.
Berikut dijelaskan mengenai penatalaksanaan
pada penderita trombositopenia (2) :
Penderita trombositopenia akut:
1. Pada yang ringan hanya dilakukan observasi
tanpa pengobatan, karena dapat sembuh
secara spontan.
2. Bila setelah dua minggu tanpa pengobatan
jumlah trombosit belum naik, berikan
kortikosteroid.
3. Pada trombositopenia akibat koagulasi
intravaskular diseminata (KID) dapat
diberikan heparin intravena. Pada pambarian
heparin sebaiknya selalu disiapkan anti
dotumnya yaitu protein sulfat.
4. Bila keadaan saat gawat (terjadi perdarahan
otak atau saluran cerna), berikan tranfusi
suspensi trombosit.
Penderita trombositopenia menahun:
1. Imunoglobulin intravena (dosis inisial 0,8
g/kg, 1 kali pemberian)
2. Kortikosteroid (4 mg prednison/kg/hari per
oral selama 7 hari, kemudian tapering-off
dalam 7 hari).
3. Antibodi anti-R.
Trombositemi atau trombositosis adalah
peningkatan jumlah trombosit di atas
350.000/mm3 atau 400.000/mm3. Terdapat 3
kelainan utama penyebab trombositemi yaitu:
kelainan klonal (trombositemi esensial/primer),
familial (mutasi trombopoietin), dan
trombositosis reaktif terhadap berbagai
penyebab akut dan kronis (3).
Trombositemi esensial adalah kelainan klonal
sel induk hematopoietik multipotensial, termasuk
kelainan mieloproliferatif dengan ekspresi
fenotipe predominan pada jalur megakariosit
dan trombosit (4).
Pada trombositemi esensial, kadar
trombopoietin normal atau bahkan meningkat
meskipun terjadi peningkatan massa trombosit
dan megakariosit. Terjadinya disregulasi kadar
trombopoietin plasma pada trombositemi esensial
diduga disebabkan karena (4) :
a. Produksi trombopoieitin yang berlebihan
b. Abnormalitas pengikatan dan pemakainan
trombopoietin oleh trombosit dan
megakariosit.
Pada trombositemi esensial, mekanisme
mengapa terjadinya ekspresi fenotipe dominan
pada jalur megakariosit dan trombosit sebagai
akibat kelainan sel induk hematopoietik
multipotensial tidak diketahui dengan pasti. Hal
tersebut diduga disebabkan karena :
a. Perbedaan respon klon hematopoietik
abnormal terhadap faktor-faktor regulator
yang cenderung berdiferensiasi menjadi jalur
megakariosit-trombosit.
b. Terjadinya mutasi pada sel multipotensial
tertentu yang hanya dapat berdiferensiasi
terbatas terutama menjadi trombosit.
Mekanisme lain yang berperan dalam
terjadinya trombositosis pada trombositemi primer
adalah (4):
a. Peningkatan jumlah colony-forming unit
megakaryocyte (CFU-MEG).
b. Peningkatan pertumbuhan megakariosit
tanpa adanya stimulasi faktor pertumbuhan
yang diduga disebabkan adanya
megakariopoiesis otonom, atau peningkatan
sensitivitas klon trombosit abnormal
terhadap aktivitas megakaryocyte colony-
stimulating activity.
c. Penurunan efek inhibisi platelet inhibiting
factor (TGF-β1).
d. Defek micro environment.
Cara menghitung trombosit didalam kamar
hitung improved Neubaur dapat dilihat pada
gambar 2. Mulai menghitung dari sudut kiri atas,
terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan
dari kanan ke kiri, lalu turun lagi ke bawah dan
mulai lagi dari kiri ke kanan (5).
Semua sel yang menyentuh garis batas
sebelah atas dan kiri, dianggap masuk ke
dalam ruangan dan dihitung. Sedangkan sel
yang menyentuh garis batas sebalah kanan
dan bawah dianggap tidak masuk dan tidak
dihitung (5).
Gambar 1. Trombosit
Gambar 2. Kamar Hitung Sel Darah
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah cawan
porselin, gunting, handscoon, kamar hitung dan
deglass, kanula, lap kasar, mikropipet, mikroskop,
tip, pipet thoma, rak tabung, spoit, tabung kecil.
Bahan-bahan yang yang digunakan adalah
NaCMC, Ress Ecker, dan tablet kloramfenikol.
Penyiapan Hewan Uji
Dalam percobaan ini digunakan 15 ekor
mencit yang berbadan sehat dengan bobot 20-30
gram. Mencit dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok uji, masing-
masing kelompok terdiri dari 3 mencit. Setiap
kelompok memberikan obat yang berbeda-beda.
Perlakuan dan Pengamatan
Diberikan pemberian obat kloramfenikol
secara oral selama lima hari, masing-masing
kepada mencit (Mus musculus). Kelompok 1 dan
2 mencit diberikan kloramfenikol dengan dosis
1000 mg/kg BB. Pada kelompok 3 dan 4, mencit
diberikan kloramfenikol dengan dosis 750 mg/kg
BB. Pada kelompok 5 dan 6, mencit diberikan
kloramfenikol dengan dosis 500 mg/kg BB.
Sedangkan, kelompok 7 dan 8 diberi NaCMC
sebagai kontrol.
Perhitungan Sel Darah
Disiapkan mencit yang telah diberi perlakuan
selama lima hari berturut-turut. Diambil darah
mencit yang telah diberi perlakuan dengan cara
memotong ekor mencit. Diambil larutan Rees
ecker menggunakan pipet thoma hingga garis
tanda “1” dan buang kembali larutan tersebut,
kemudian diambil darah mencit menggunakan
pipet thoma hingga garis tanda “0,5” dan larutan
Rees ecker hingga garis tanda “101” dan dikocok
hingga homogen. Campuran Ress ecker dan
darah tersebut ditampung dalam tabung reaksi
kecil dan diambil menggunakan mikropipet lalu
dimasukkan ke dalam kamar hitung yang telah
ditutupi deck glass. Kemudian diamati
menggunakan mikroskop dan dihitung jumlah
trombositnya.
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Jumlah Trombosit Setiap Mencit
Klp. SampelMenci
t
Jumlah
trombosit
1.Kloramfenikol
1000 mg/kg (1)
1 1.062.000/µL
2 1.078.000/µL
3 1.934.000/µL
2.Kloramfenikol
1000 mg/kg (2)1 608.000/µL
3.Kloramfenikol
750 mg/kg (1)
1 3.540.000/µL
2 2.044.000/µL
4.Kloramfenikol
750 mg/kg (2)1 632.000/µL
5.Kloramfenikol
500 mg/kg (1)
1 284.000/µL
2 666.000/µL
3 1.164.000/µL
6.Kloramfenikol
500 mg/kg (2)1 320.000/µL
7. NaCMC (1)1 688.000/µL
2 634.000/µL
8. NaCMC (2) 1 1.492.000/µL
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Trombosit
Klp. Sampel Jumlah trombosit
1.Kloramfenikol
1000 mg/kg (1)1.358.000/µL
2.Kloramfenikol
1000 mg/kg (2)608.000/µL
3.Kloramfenikol
750 mg/kg (1)2.792.000/µL
4.Kloramfenikol
750 mg/kg (2)632.000/µL
5.Kloramfenikol
500 mg/kg (1)704.666/µL
6.Kloramfenikol
500 mg/kg (2)320.000/µL
7. NaCMC (1) 661.000/µL
8. NaCMC (2) 1.492.000/µL
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
PEMBAHASANBerdasarkan teori, kloramfenikol merupakan
salah satu obat yang dapat menyebabkan
trombositopenia atau penurunan jumlah trombosit
dalam darah. Pada percobaan didapatkan hasil
bahwa jumlah trombosit pada dosis kloramfenikol
1000 mg, 750 mg, dan 500 mg oleh kelompok 2,
4, 5, dan 6 lebih rendah dari jumlah trombosit
pada NaCMC (kontrol). Hasil ini sesuai dengan
pustaka. Jumlah trobosit pada dosis kloramfenikol
1000 mg dan 750 mg oleh kelompok 1 dan 3 lebih
tinggi dari jumlah trombosit pada NaCMC
(kontrol). Hasil ini kurang sesuai dengan pustaka,
sebab pemerian kloramfenikol akan memberikan
hasil berupa jumlah trombosit yang lebih sedikit
jika dibandingkan dengan NaCMC (kontrol).
Pemerian kloramfenikol dengan dosis yang lebih
besar juga akan memberikan hasil berupa jumlah
trombosit yang lebih sedikit dibandingkan dengan
pemerian kloramfenikol dengan dosis yang lebih
rendah.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa jumlah trombosit pada
pemerian kloramfenikol lebih rendah jika
dibandingkan dengan NaCMC.
DAFTAR PUSTAKA
1. A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss.
2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Cambridge Communication Limited. 2002.
Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan dan
Kardiovaskular Modul 4 Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Amaylia Oehadian. 2003. Trombositemi
Esensial. Sub Bagian Hematologi-Onkologi
Medik SMF Penyakit Dalam. Bandung :
Universitas Padjajaran
4. Schwartz, S., I. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip
Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Jumlah Trombosit (/µL)
5. Departemen Kesehatan. 1989. Hitung Sel
Darah. Jakarta : Depkes RI.