MENDESKRIPSIKAN KESULITAN DAN PEMBERIAN STRATEGI SCAFFOLDING
DALAM MEMAHAMI KONSEP BENTUK PANGKAT DAN AKAR
SISWA KELAS X SMA N 1 GETASAN
JURNAL
Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi S1 Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Sri Widiyatun
202013070
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2017
MENDESKRIPSIKAN KESULITAN DAN PEMBERIAN STRATEGI SCAFFOLDING
DALAM MEMAHAMI KONSEP BENTUK PANGKAT DAN AKAR
SISWA KELAS X SMA N 1 GETASAN
Sri Widiyatun1)
Sutriyono2) 1), 2)Program Studi S1Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesulitan belajar dan pemberian strategi scaffolding
dalam memahami konsep bentuk pangkat dan akar pada siswa kelas X SMA N 1 Getasan.
Dalam penelitian ini kesulitan yang sering dialami peserta didik pada materi bentuk pangkat
dan akar yaitu peserta didik masih mengalami kesalahan pemahaman konsep dari sifat-sifat
pada bentuk pangkat dan akar. Startegi dalam mengatasi kesulitan dalam konsep bentuk
pangkat dan akar dilakukan pemberian strategi scaffolding. Proses scaffolding menurut
Anghileri yaitu menggunakan 3 tahapan : tahapan pertama yaitu environmental provisions,
tahapan kedua yaitu explaining, reviewing dan restructuring, serta tahapan ketiga yaitu
developing conseptual. Untuk mengatasi kesalahan pemahaman konsep untuk
menyederhanakan bentuk pangkat pecahan dan menyamakan bentuk akar dilakukan proses
scaffolding yang berupa explaining, reviewing dan restructuring. Untuk mengatasi kesalahan
pemahaman konsep tentang mengubah bilangan pangkat positif, merasionalkan penyebut,
serta menyederhanakan bentuk akar dilakukan proses scaffolding berupa explaining,
reviewing dan restructuring, serta developing conseptual pemberian pengarahan secara
terbimbing.
Kata kunci: kesulitan belajar, bentuk pangkat dan akar, scaffolding
PENDAHULUAN
Matematika mempunyai peran yang
sangat penting karena sangat bermanfaat
sebagai alat dalam perkembangan
pendidikan dan kecerdasan akal. Sebagai
usaha untuk menguasai dan menciptakan
teknologi sesuai dengan perkembangan
zaman yang semakin maju sangat
diperlukan pengusaan matematika.
Penguasaan terhadap ilmu matematika
akan memberikan berdampak baik dalam
mencapai tujuan pendidikan yang secara
umum, yaitu membentuk suatu
kepribadian yang mampu berpikir logis,
sistematis dan cermat serta bersifat
objektif dan terbuka dalam menghadapi
berbagai permasalahan yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, ilmu matematika sangat
penting disampaikan pada setiap jenjang di
sekolah. Akan tetapi, penyampaian materi
pembelajaran di kelas tidaklah mudah
karena terdapat beberapa perbedaan
karakteristik peserta didik dalam
menangkap informasi pembelajaran yang
beraneka ragam. Sebagian peserta didik
merasa mudah menangkap informasi yang
diberikan oleh pengajar dengan mudah
tanpa ada kesulitan, dan ada sebagaian lagi
ada peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam menangkap informasi
yang diberikan oleh pengajar. Kesulitan
belajar peserta didik terlihat dari hasil
pencapaian hasil belajar pada materi
pembelajaran yang belum mencapai
standar kompetensi yang ditetapkan oleh
sekolah.
Materi bentuk pangkat dan akar
merupakan salah satu materi pokok yang
diajarkan di SMA kelas X semester gasal.
Menurut hasil dari nilai UTS semester
gasal, nilai ketuntasan untuk materi bentuk
pangkat dan akar sebesar 5%. Salah satu
kesulitan yang sering dialami peserta didik
pada materi bentuk pangkat dan akar yaitu
peserta didik belum memahami konsep
dari sifat-sifat pada bentuk pangkat,
sehingga peserta didik banyak mengalami
kendala. Oleh karena itu, diperlukan suatu
strategi bantuan dalam mengatasi kesulitan
di atas.
Salah satu ide penting dari Vygotsky
(dalam Trianto 2013: 39) adalah
scaffolding, yakni pemberian bantuan
kepada anak selama tahap-tahap awal
perkembangannya dan mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil
alih tanggung jawab yang semakin besar
setelah anak dapat melakukannya.
Penafsiran terhadap ide-ide Vygotsky
adalah siswa seharusnya diberikan tugas-
tugas kompleks, sulit, dan realistik dan
kemudian diberikan bantuan secukupnya
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini strategi scaffolding
dilakukan untuk mengatasi kesulitan
peserta didik dalam memahami konsep
dari bentuk pangkat dan akar. Pemberian
strategi scaffolding difokuskan pada
peserta didik kelas X2 SMA N 1 Getasan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu
mendeskripsikan kesulitan belajar dan
pemberian strategi scaffolding dalam
memahami konsep bentuk pangkat dan
akar pada siswa kelas X SMA N 1
Getasan. Proses scaffolding yang diberikan
dalam kegiatan pembelajaran matematika
dalam materi bentuk pangkat dan akar
sudah menerapkan tahap-tahap dari proses
scaffolding menurut Anghileri yaitu
menggunakan 3 tahapan dalam melakukan
proses scaffolding. Tahapan pertama
environmental provisions, yaitu ketentuan
lingkungan di mana ini tidak secara
langsung berhubungan dengan matematika
harus dipelajari. Tahapan kedua yaitu
menjelaskan (explaining), meninjau
(reviewing) dan restrukturisasi
(restructuring) melibatkan interaksi
langsung antara guru dan siswa yang
khusus berkaitan dengan matematika.
Tahapan ketiga, yaitu mengembangkan
pemikiran konseptual (developing
conseptual) dengan menciptakan
kesempatan untuk mengungkapkan
pemahaman peserta didik dan guru
bersama-sama.
Penelitian ini mengacu pada
penelitian terdahulu yang relevan terhadap
penelitian yang dilaksanakan. Penelitian
yang terkait tentang strategi scaffolding
dilakukan oleh Dyah Ayu Sulistyarini
(2016), Naeli Muslimatul Khanifah, Nisaa
Fauziah, dan Wahyu Nofiansyah (2015).
Penelitian di atas menunjukkan bahwa
secara umum strategi scaffolding dapat
mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan
memberi tugas tentang materi bentuk
pangkat dan akar untuk mengetahui
kesulitan peserta didik di kelas X SMA N
1 Getasan. Hasil pekerjaan subjek
berdasarkan tugas akan menjadi bahan
dasar untuk wawancara penelitian. Setelah
melakukan wawancara akan dilakukan
suatu kegiatan yang dapat membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan
yang berupa scaffolding. Berdasarkan hal
tersebut maka penelitian ini bersifat
deskriptif. Subjek dalam penelitian ini
adalah peserta didik kelas X SMA N 1
Getasan. Subjek dipilih atau ditentukan
berdasarkan siswa yang sudah belajar
tentang materi bentuk pangkat dan akar.
Pengambilan subjek dilakukan setelah
pemberian tes kepada seluruh peserta didik
kelas X SMA N 1 Getasan pada tanggal 18
November 2016 di kelas X2. Hasil dari tes
tersebut dikoreksi dan dinilai, kemudian
nilai diurutkan dari nilai yang tertinggi dan
terendah. Berdasarkan hasil nilai yang
tertinggi diambil tiga subjek penelitian dan
hasil yang terendah diambil tiga subjek
penelitian.
Dalam penelitian ini data yang
dikumpulkan berupa tulisan-tulisan,
gambar-gambar, bahasa tubuh, video
ataupun rangkaian kata-kata. Dalam
mengumpulkan data menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Metode analisis data yang digunakan
adalah metode analisis data deskriptif
karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pemahaman siswa kelas
X SMA tentang bentuk pangkat dan akar.
Prosedur analisis data yang digunakan
yaitu menurut Miles & Huberman (dalam
Sugiyono 2012: 337) yang terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan/verifikasi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil latihan dan
pemberian strategi scaffolding diketahui
subjek mengalami kesalahan konsep dalam
mengerjakan soal latihan. Kesalahan
pemahaman konsep diantaranya yaitu
kesalahan pemahaman konsep dalam
mengubah bilangan pangkat positif,
merasionalkan penyebut, serta
menyederhanakan bentuk akar.
Level 1
Test pada tahap level 1 dilakukan di
kelas X2 untuk pertama kalinya pada
tanggal 24 November 2016 setelah
pemilihan subjek. Waktu pelaksanaan
setelah peserta didik pulang sekolah. Test
level pertama dilaksanakan dengan soal
yang sama dengan soal untuk melakukan
pemilihan subjek. Pada tahap level 1,
penelitian mengkondisikan ketentuan
lingkungan (environmental provisions)
yang suasana tenang berbeda dengan
kondisi disaat dilakukan pretest.
Diharapkan dengan kondisi lingkungan
yang tenang subjek dapat konsentrasi
dalam mengerjakan soal dengan benar dan
tepat.
Subjek berkemampuan tinggi
Hasil dari pekerjaan subjek AA
menunjukan sudah memahami konsep
dalam menyederhanakan bentuk pangkat
pecahan serta menyamakan bentuk akar.
Hasil subjek AA dari pengerjaan pretest
mendapatkan hasil 3,5 sedangkan
pengerjaan pada level pertama
mendapatkan hasil 2,5. Subjek AA
mengalami penurunan hasil yang
ditujunjukan pada gambar 1, hal ini
disebabkan karena pada latihan
merasionalkan penyebut dalam
menghitung perkalian bentuk akar subjek
AA kurang teliti. Oleh karena itu, pada
tahap selanjutnya perlu diingatkan kembali
tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan
akar.
Gambar 1
Hasil dari pekerjaan subjek SR
menunjukan sudah memahami konsep
dalam menyederhanakan bentuk pangkat
pecahan serta menyamakan bentuk akar.
Hasil subjek SR dari pengerjaan belum
mengalami perubahan hasil. Oleh karena
itu, pada tahap selanjutnya perlu
diingatkan kembali tentang sifat-sifat dari
bentuk pangkat dan akar.
Hasil dari pekerjaan subjek WL
menunjukan sudah memahami konsep
dalam menyederhanakan bentuk pangkat
pecahan serta menyamakan bentuk akar.
Hasil subjek WL dari pengerjaan pretest
mendapatkan hasil 3 sedangkan pengerjaan
pada level pertama mendapatkan hasil 2.
Subjek WL mengalami penurunan, hal ini
disebabkan karena dalam mengerjakan
latihan level pertama tentang mengubah
bentuk pangkat positif subjek WL masih
mengalami kasulitan, hal ini ditunjukan
pada gambar 2. Oleh karena itu, pada
tahap selanjutnya perlu diingatkan kembali
tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan
akar.
Gambar 2
Subjek berkemampuan rendah
Hasil dari pekerjaan subjek DK
menunjukan belum memahami dari setiap
indikator. Hasil subjek DK dari pengerjaan
pretest dan pengerjaan pada level pertama
mendapatkan hasil 0. Oleh karena itu, pada
tahap selanjutnya perlu diingatkan kembali
tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan
akar.
Hasil dari pekerjaan subjek DK
menunjukan belum memahami dari setiap
indikator. Hasil subjek DK dari pengerjaan
pretest dan pengerjaan pada level pertama
mendapatkan hasil 0. Oleh karena itu, pada
tahap selanjutnya perlu diingatkan kembali
tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan
akar.
Hasil dari pekerjaan subjek HD
sudah memahami konsep dalam
menyederhanakan bentuk pangkat pecahan
serta menyamakan bentuk akar. Hasil
subjek HD dari pengerjaan pretest
mendapatkan hasil 0 sedangkan pengerjaan
pada level pertama mendapatkan hasil 3.
Subjek HD mengalami peningkatan dapat
dilihat pada gambar 3 dan 4, hal ini
disebabkan karena pada latihan pada tahap
ini subjek HD mengalami kondisi yang
berbeda sehingga dalam mengerjakan
latihan dapat konsen. Tahap selanjutnya
perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat
dari bentuk pangkat dan akar.
Gambar 3 Gambar 4
Hasil dari pekerjaan subjek PA
menunjukan sudah memahami konsep
dalam menyamakan bentuk akar serta
merasionalkan bentuk akar. Hasil subjek
PA dari pengerjaan pretest mendapatkan
hasil 0 sedangkan pengerjaan pada level
pertama mendapatkan hasil 2. Subjek PA
mengalami peningkatan yang hasilnya
dapat dilihat pada gambar 5 dan 6, hal ini
disebabkan karena pada latihan pada tahap
ini subjek PA mengalami kondisi yang
berbeda sehingga dalam mengerjakan
latihan dapat konsen. Tahap selanjutnya
perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat
dari bentuk pangkat dan akar
Gambar 5 Gambar 6
Level 2
Test pada tahap level 2 dilakukan di
kelas X2 untuk kedua kalinya pada tanggal
25 November 2016. Waktu pelaksanaan
setelah peserta didik pulang sekolah. Test
level kedua dilaksanakan dengan soal yang
berbeda tetapi tipe soalnya sama.
Teknik yang digunakan pada level
kedua yaitu dengan menjelaskan
(explaining), meninjau (reviewing) dan
restrukturisasi (restructuring) melibatkan
interaksi langsung antara guru dan peserta
didik yang khusus berkaitan tentang sifat-
sifat bentuk akar, dalam hal ini peserta
didik diberikan penjelasan dengan contoh-
contoh secara lisan tanpa suatu alat peraga.
Peserta didik diingatkan kembali suatu
sifat-sifat dalam operasi bilangan
berpangkat secara lisan. Peserta didik
diharapkan dapat mengingat kembali
materi-materi yang pernah didapatkan
sebelumnya dan dapat mengerjakan soal
dengan baik
Subjek berkemampuan tinggi
Hasil dari pekerjaan subjek AA
menunjukan sudah memahami konsep
dalam menyederhanakan bentuk pangkat
pecahan, menyamakan bentuk akar serta
merasionalkan bentuk akar. Subjek AA
mengalami peningkatan pada indikator
merasionalkan bentuk akar, hal ini
disebabkan karena subjek AA melalui
tahap ini mulai mengingat kembali sifat-
sifat dari perkalian dari bentuk akar yang
sekawan. Sedangkan untuk mengubah
bilangan pangkat positif subjek AA masih
kurang teliti dalam menghitung serta
menyederhanakan bentuk akar subjek AA
masih mengalami kesalahan konsep yang
ditrunjukan pada gambar 7 dan 8. Oleh
karena itu, pada tahap selanjutnya perlu
diingatkan kembali tentang sifat-sifat dari
bentuk pangkat dan akar.
Gambar 7
Gambar 8
Hasil dari pekerjaan subjek SR
menunjukan sudah memahami konsep
dalam mengubah bentuk pangkat positif
pada no 1, menyederhanakan bilangan
pecahan berpangkat negatif serta
menyamakan bentuk akar. Subjek SR
mengalami peningkatan pada mengubah
bentuk pangkat positif serta
menyederhanakan bilangan pecahan
berpangkat negatif, hal ini disebabkan
karena subjek SR melalui tahap ini mulai
mengingat kembali sifat-sifat bentuk
pangkat. Sedangkan untuk mengubah
bentuk pangkat positif pada no 4 dan 5,
merasionalkan bentuk akar serta
menyederhanakan bentuk akar subjek
masih mengalami kesalahan konsep yang
ditunjukan pada gambar 9 dan 10. Oleh
karena itu, pada tahap selanjutnya perlu
diingatkan kembali tentang sifat-sifat dari
bentuk pangkat dan akar.
Gambar 9
Gambar 10
Hasil dari pekerjaan subjek WL
menunjukan sudah memahami konsep
dalam menyederhanakan bentuk pangkat
pecahan serta menyamakan bentuk akar.
Sedangkan untuk mengubah bilangan
pangkat positif, merasionalkan bentuk akar
serta menyederhanakan bentuk akar subjek
WL masih mengalami kesalahan konsep
yang ditunjukan pada gambar 11 dan 12.
Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya
perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat
dari bentuk pangkat dan akar.
Gambar 11 Gambar 12
Subjek berkemampuan rendah
Hasil dari pekerjaan subjek DK
menunjukan sudah memahami konsep
dalam menyederhanakan bentuk pangkat
pecahan serta menyamakan bentuk akar.
Sedangkan untuk mengubah bilangan
pangkat positif, merasionalkan bentuk akar
serta menyederhanakan bentuk akar subjek
DK masih mengalami kesalahan konsep
yang ditunjukan pada gambar 13 dan 14.
Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya
perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat
dari bentuk pangkat dan akar.
Gambar 13
Gambar 14
Hasil dari pekerjaan subjek HD
menunjukan sudah memahami konsep
dalam mengubah bilangan pangkat positif
pada no 1, menyederhanakan bilangan
pecahan berpangkat negatif,
menyederhanakan bentuk pangkat pecahan
serta menyamakan bentuk akar. Subjek
HD mengalami peningkatan pada
mengubah bentuk pangkat positif pada no
1 serta menyederhanakan bilangan
pecahan berpangkat negatif, hal ini
disebabkan karena subjek HD melalui
tahap ini mulai mengingat kembali sifat-
sifat bentuk pangkat. Sedangkan untuk
mengubah bilangan pangkat positif pada
no 4 dan 5, merasionalkan bentuk akar
serta menyederhanakan bentuk akar subjek
HD masih mengalami kesalahan konsep
yang ditunjukan pada gambar 15 dan 16.
Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya
perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat
dari bentuk pangkat dan akar.
Gambar 15
Gambar 16
Hasil dari pekerjaan subjek PA
menunjukan sudah memahami konsep
dalam menyamakan bentuk akar.
Sedangkan untuk mengubah bilangan
pangkat positif, menyederhanakan bentuk
pangkat pecahan, merasionalkan bentuk
akar serta menyederhanakan bentuk akar
subjek PA masih mengalami kesalahan
konsep yang ditunjukan pada gambar 17,
18, 19 dan 20. Oleh karena itu, pada tahap
selanjutnya perlu diingatkan kembali
tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan
akar.
Gambar 17 Gambar 18
Gambar 19 Gambar 20
Level 3
Test pada tahap level 3 dilakukan di
kelas X2 untuk ketiga kalinya pada tanggal
28 November 2016. Waktu pelaksanaan
setelah peserta didik pulang sekolah. Test
level ketiga dilaksanakan dengan soal yang
berbeda tetapi tipe soalnya sama. Setiap
subjek tes tahap ketiga mendapatkan no
soal yang berbeda hal ini tergantung dari
hasil pekerjaan dari tes level kedua.
Teknik yang digunakan pada level
ketiga yaitu dengan memberikan gambaran
cara pengerjaannya dengan suatu bantuan
dan dibimbing dalam mengerjakan, dalam
hal ini peserta didik diberikan penjelasan
dengan contoh-contoh secara terbimbing
dengan suatu bantuan. Peserta didik
diingatkan kembali suatu sifat-sifat dalam
operasi bilangan berpangkat secara
terbimbing dengan mengembangkan
pemikiran konseptual (developing
conseptual) dengan menciptakan
kesempatan untuk mengungkapkan
pemahaman peserta didik dan guru
bersama-sama. Peserta didik diharapkan
dapat mengingat kembali materi-materi
yang pernah didapatkan sebelumnya dan
dapat mengerjakan soal dengan baik
Subjek berkemampuan tinggi
Hasil pekerjaan setelah pemberian
tindakan menggunakan bantuan dan
mengarahkan secara terbimbing subjek AA
sudah memahami memahami mengubah
bilangan berpangkat positif,
menyederhanakan bilangan pecahan
berpangkat negatif serta menyederhanakan
bentuk akar. Akan tetapi, pada
menyederhanakan bilangan pecahan
berpangkat negatif serta menyederhanakan
bentuk akar subjek AA masih kurang teliti
dalam menghitung yang ditunjukan pada
gambar 21. Oleh karena itu, pada
menyederhanakan bentuk akar subjek AA
jawabannya masih kurang tepat.
Gambar 21
Hasil pekerjaan setelah pemberian
tindakan menggunakan bantuan dan
mengarahkan secara terbimbing subjek SR
sudah memahami konsep mengubah
bilangan berpangkat positif pada no 4 dan
5, serta merasionalkan bentuk akar serta
menyederhanakan bentuk akar.
Gambar 22
Hasil pekerjaan setelah pemberian
tindakan menggunakan bantuan secara
terbimbing subjek WL belum dapat
menyelesaikan tentang mengubah bilangan
berpangkat positif, menyederhanakan
bilangan pecahan berpangkat negatif,
merasionalkan bentuk akar serta
menyederhanakan bentuk akar yang
ditunjukan pada gambar 23. Setelah
diberikan tindakan dengan cara
mengarahkan secara terbimbing subjek
WL sudah memahami konsep mengubah
bilangan berpangkat positif,
menyederhanakan bilangan pecahan
berpangkat negatif, merasionalkan bentuk
akar serta menyederhanakan bentuk akar
yang ditunjukan pada
gambar 24.
Gambar 23 Gambar 24
Subjek berkemampuan rendah
Hasil pekerjaan setelah pemberian
tindakan menggunakan bantuan secara
terbimbing subjek DK masih belum dapat
menyelesaikan mengubah bilangan
berpangkat positif, menyederhanakan
bilangan pecahan berpangkat negatif,
merasionalkan bentuk akar serta
menyederhanakan bentuk akar yang
ditunjukan pada gambar 25. Setelah
diberikan tindakan dengan cara
mengarahkan secara terbimbing subjek DK
sudah memahami konsep mengubah
bilangan berpangkat positif,
menyederhanakan bilangan pecahan
berpangkat negatif, merasionalkan bentuk
akar serta menyederhanakan bentuk akar
yang ditunjukan pada gambar 26.
Gambar 25 Gambar 26
Hasil pekerjaan setelah pemberian
tindakan menggunakan bantuan secara
terbimbing subjek HD masih belum dapat
menyelesaikan mengubah bilangan
berpangkat positif pada no 4 dan 5,
merasionalkan bentuk akar serta
menyederhanakan bentuk akar yang
ditunjukan pada gambar 27 dan 28. Setelah
diberikan tindakan dengan cara
mengarahkan secara terbimbing subjek HD
sudah memahami konsep mengubah
bilangan berpangkat positif pada no 4 dan
5, merasionalkan bentuk akar serta
menyederhanakan bentuk akar yang
ditunjukan pada gambar 29.
Gambar 27
Gambar 28
Gambar 29
Hasil pekerjaan setelah pemberian
tindakan menggunakan bantuan secara
terbimbing subjek PA belum dapat
menyelesaikan mengubah bilangan
berpangkat positif pada no 4 dan 5,
menyederhanakan bilangan pecahan
berpangkat negatif, merasionalkan bentuk
akar serta menyederhanakan bentuk akar
yang ditunjukan pada gambar 30 dan 31.
Setelah diberikan tindakan dengan cara
mengarahkan secara terbimbing subjek PA
sudah memahami konsep mengubah
bilangan berpangkat positif pada no 4 dan
5, menyederhanakan bilangan pecahan
berpangkat negatif, merasionalkan bentuk
akar serta menyederhanakan bentuk akar
yang ditunjukan pada gambar 32 dan 33.
Gambar 30 Gambar 31
Gambar 32 Gambar 33
Proses scaffolding diberikan pada
saat situasi dan kondisi yang tenang serta
pada saat peserta didik menemukan
kesulitan dalam materi bentuk pangkat dan
akar yang diketahui dari kesalahan
pemahaman konsep peserta didik dalam
mengerjakan soal latihan. Proses
scaffolding yang diberikan pada peserta
didik dimaksudkan untuk memberikan
situasi yang berbeda yaitu situasi yang
tenang, memberikan informasi dan
mengingatkan kembali konsep untuk
menyelesaikan masalah yang terkait
dengan bentuk pangkat dan akar serta
memberikan bantuan kepada peserta didik.
Dalam hal ini proses scaffolding
selanjutnya setelah peserta didik dalam
mengejakan telah melewati beberapa tahap
serta menggunakan bantuan tetapi masih
mengalami kesalahan pemahaman konsep
yaitu dengan mengarahkan peserta didk
untuk membuat keputusan dalam
menyelesaikan masalah tentang materi
bentuk pangkat dan akar dengan arahan
dan bimbingan yang diberikan dapat
mengurangi kesulitan peserta didik.
Proses scaffolding yang diberikan
dalam kegiatan pembelajaran matematika
dalam materi bentuk pangkat dan akar
sudah menerapkan tahap-tahap dari proses
scaffolding menurut Anghileri yaitu
menggunakan 3 tahapan dalam melakukan
proses scaffolding. Tahapan pertama
environmental provisions, yaitu ketentuan
lingkungan di mana ini tidak secara
langsung berhubungan dengan matematika
harus dipelajari. Tahapan kedua yaitu
menjelaskan (explaining), meninjau
(reviewing) dan restrukturisasi
(restructuring) melibatkan interaksi
langsung antara guru dan siswa yang
khusus berkaitan dengan matematika.
Tahapan ketiga, yaitu mengembangkan
pemikiran konseptual (developing
conseptual) dengan menciptakan
kesempatan untuk mengungkapkan
pemahaman peserta didik dan guru
bersama-sama.
Kemudian memeriksa dan
mengklarifikasi pemahaman konsep
bentuk pangkat dan akar dari peserta didik
yang sesuai dengan standar konsep bentuk
pangkat dan akar, sebaliknya jika belum
sesuai dengan standar konsep bentuk
pangkat dan akar akan diberikan klarifikasi
kebenaran sesuai dengan konsep bentuk
pangkat dan akar. Kesulitan peserta didik
dalam mengerjakan tentang materi bentuk
pangkat dan akar disebabkan kesalahan
pemahaman konsep pada materi bentuk
pangkat dan akar. Pada indikator
menyederhakan bentuk pangkat pecahan
dan menyamakan bentuk akar, proses
scaffolding dilakukan sampai dengan tahap
kedua yaitu explaining, reviewing, dan
restructuring. Proses scaffolding yang
telah dilakukan sampai dengan tahap
ketiga, tetapi masih banyak peserta didik
yang masih melakukan kesalahan konsep
yaitu tentang mengubah bilangan pangkat
positif, merasionalkan penyebut, serta
menyederhanakan bentuk akar. Proses
scaffolding selanjutnya untuk mengatasi
kesalahan pemahaman konsep peserta
didik yaitu pemberian pengarahan dan
pemberian bantuan dengan lembar kerja
secara terbimbing dalam menanamkan
konsep bentuk pangkat dan akar.
Temuan lain dalam penelitian ini
yaitu adanya proses scaffolding yang tidak
termasuk dalam tahap-tahap dalam proses
scaffolding menurut Anghileri, tetapi
terdapat pada hasil riset lain yaitu pada
proses scaffolding berupa mengarahkan
dan mengurangi kesulitan peserta didik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Lange
(dalam Yamin 2011: 167) menyatakan
bahwa ada dua langkah utama yang terlibat
dalam scaffolding pembelajaran: (1)
pengembangan rancana pembelajaran
untuk membimbing peserta didik dalam
memahami materi baru, dan (2)
pelaksanaan rencana, pembelajar
memberikan bantuan kepada peserta didik
disetiap langkah dari proses pembelajaran.
Proses scaffolding yang terakhir yaitu
mengarahkan dengan pertanyaan peserta
didik pada langkah-langkah yang
dilakukan dalam menyelesaikan latihan
mengenai materi bentuk pangkat dan akar,
dimana proses ini menjadi temuan dalam
penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
dalam proses scaffolding pada kegiatan
pembelajaran materi bentuk pangkat dan
akar yang dilakukan adalah sesuai dengan
kesulitan dari setiap subjek. Hal ini
dilakukan dengan membuat situasi yang
tenang belajar peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran, mengingatkan
kembali sifat-sifat tentang konsep bentuk
pangkat dan akar, serta memberikan
bantuan dengan cara mengarahkan dan
membimbing peserta didik dalam
menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan kesimpulan diatas, hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran
matematika pada proses pembelajaran
materi bentuk pangkat dan akar hendaknya
mengajukan pertanyaan pada setiap
langkah-langkah pengerjaan untuk
memunculkan scaffolding. Kemudian
untuk proses pembelajaran hendaknya
menyajikan contoh serta latihan ataupun
tugas rumah hingga peserta didik
memahami konsep bentuk pangkat dan
akar. Penelitian selanjutnya dapat
mengembangkan penelitian selanjutnya
dengan lebih mencermati pada proses
scaffolding untuk menanamkan konsep
peserta didik di kelas yang sama pada
materi yang berbeda dengan
memanfaatkan proses scaffolding.
DAFTAR PUSTAKA
Anghileri, J. 2006. Scaffolding Practices That
Enhance Mathematics Learning. Journal of
Mathematics Teacher Education, 33-52.
Ayu, D. S. 2016. Analisis Kesulitan Siswa
SMK Citra Medika Sukoharjo Dalam
Menyelesaikan Soal Bentuk Akar Dan
Alternatif Pemecahan. Konferensi Nasional
Penelitian Matematika dan Pembelajarannya
(KNPMP I) Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 605 – 614.
Fauziah, Nisaa. Pemberian Teknik Scaffolding
Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa.
Ekuivalen: Pemberian Teknik Scaffolding
Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa, 155
– 160.
Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar:
Prespektif, Asesmen, dan Penanggulangannya.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Miyanto, dkk. 2015. Matematika Kelas X
Semester 1. Klaten. Intan Pariwara
Khanifah, Muslimatul Naeli. Analisis
Kesalahan Soal Prosedural Bentuk
Pangkat Bulat Dan Scaffoldingnya.
Diakses dari: http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikelA4650C08
AACA818138F08D3FD673B783.pdf pada
tanggal 01 Juli 2016
Nofiansyah, Wahyu. 2015. Analisis Proses
Scaffolding Pada Pembelajaran Matematika
Di Kelas VIII SMP Negeri 4 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis. Surakarta.
UNS
Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Diakses
dari
http://www.rumusmatematikadasar.com
/2014/09/pengertian-matematika-
menurut-pendapat-ahli-dan-
kurikulum.html pada tanggal 01 Juli
2016.
Ruseffendi. 1976. Dasar-Dasar Matematika
Modern. Bandung
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada