KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Kalimantan Timur
Kantor Bank Indonesia Samarinda
Triwulan II - 2009
i
KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan
buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Kalimantan Timur (Kaltim) periode triwulan I-2009 dapat
dirampungkan. Buku KER ini mengulas perkembangan ekonomi, perbankan, keuangan daerah, sistem
pembayaran dan outlook Kaltim dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para
stakeholders Bank Indonesia. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber
rujukan bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-
pihak lainnya yang membutuhkan serta memiilki perhatian terhadap perkembangan ekonomi Kaltim.
Asesmen singkat kami terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan daerah Kalimantan
Timur (Kaltim) selama triwulan II-2009, adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang
positif sebesar 1,89% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2009 yagn tercatat
sebesar 0,30% (y-o-y). Namun pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 4% (y-o-y).
2. Laju inflasi triwulanan Kaltim pada triwulan II-2009 mencapai 4,9% (y-o-y), menunjukkan
penurunan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 9,39% (y-o-y). Laju inflasi
tahunan Kaltim ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat
sebesar 3,65% (y-o-y). Angka inflasi Kaltim tersebut merupakan gabungan inflasi (IHK) yang
terjadi di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, yang merupakan wilayah baru yang dimasukkan
untuk perhitungan laju inflasi di Kalimantan Timur, masing-masing sebesar sebesar 4,87% (y-o-
y), 3,77% (y-o-y) dan 8,40% (y-o-y).
3. Kinerja usaha perbankan Kaltim masih menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
a) Dari sisi penghimpunan dana, simpanan dana masyarakat pada bank-bank umum se-
Kaltim selama periode laporan mencapai Rp 42,35 triliun, mengalami peningkatan sebesar
42,35% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
b) Sementara dari sisi penyaluran dana, total kredit atas dasar lokasi kantor selama triwulan
II-2009 mencapai sebesar Rp 22,25 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 22,18%
dibandingkan dengan posisi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan lokasi
proyek, kredit yang disalurkan sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat
meningkat sebesar 13,6% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
sehingga posisinya menjadi Rp 30,78 triliun pada triwulan II-2009 (s.d Mei).
c) Berdasarkan perkembangan kegiatan intermediasi perbankan diatas diketahui bahwa rasio
pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek mencapai 72,7%, lebih
tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor di Kaltim yang sebesar 52,5%.
d) Pembiayaan berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) yang berhasil disalurkan bank
umum yang berkantor di Kaltim selama periode laporan mencapai 65,6% atau Rp 14,6
triliun dari total kredit sebesar Rp 22,25 triliun. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan II-
2009 tercatat meningkat sebesar 6,04% dibandingkan dengan triwulan I-2009.
4. Dengan mencermati berbagai faktor, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan III-2009
diperkirakan mencapai 1,4% - 2,4% (y-o-y), dengan laju inflasi triwulanan yang diperkirakan
lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
Dengan memperhatikan perkembangan ekonomi Kaltim yang mulai terimbas krisis ekonomi
global, stimulus fiskal baik yang berasal dari APBN maupun APBD menjadi kunci utama untuk
menyelamatkan sektor riil dari keterpurukan yang lebih dalam. Program pembangunan yang
diarahkan kepada penguatan kemandirian ekonomi domestik dan peningkatan daya saing ekonomi
ii
lokal perlu mendapat prioritas dan langkah nyata dari pemerintah daerah dan segenap unsur
masyarakat. Selain itu, sinergitas antara dunia usaha, perbankan dan pemerintah daerah perlu
dipupuk secara berkala sehingga setiap kendala yang menghambat jalannya perekonomian Kaltim
dapat dicarikan solusinya secara optimal didukung dengan aparat birokrat yang handal dan memilki
tata kelola yang baik (good governance).
Akhirnya, kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu secara terus
menerus memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, masukan dan kritik yang membangun serta umpan
balik sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas publikasi ini di masa mendatang. Dalam
penyusunan kajian ini, kami banyak memperoleh bantuan data/informasi dari berbagai pihak seperti
perbankan dan instansi pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih
informatif. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang
setinggi-tingginya. Harapan kami, hubungan baik yang terjalin selama ini terus berlangsung bahkan
dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Samarinda, Juli 2009
BANK INDONESIA SAMARINDA
Gentur Wibisono Deputi Pemimpin
iii
DDAAFFTTAARR IISSII
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….........................................................
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..........................................................
DAFTAR TABEL .....................………………………………………………................................................….
DAFTAR GRAFIK ...............................................................................................................
i
iii
vi
vii
RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF ………………………………..…………………………………………………………………………………
I. Gambaran Umum ……………………….…………………………………………………………………….……..
II. Asesmen Perekonomian ..............................................................................
III. Asesmen Inflasi ……………………………………………………………………………………………………..
IV. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................
1. Perbankan .........................................................................................
2. Sistem Pembayaran .............................................................................
V. Perkiraan …………………………………………………………………………………………………………………..
VI. Anekdotal Informasi ………………………………………………………………………………………………
BBAABB II PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN EEKKOONNOOMMII MMAAKKRROO REGIONAL …………………………….……………………….
1.1 Gambaran Umum ..........................................................................................
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan ..................................................
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................................
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah ........................................................................
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) ………………………………………
1.2.4 Ekspor dan Impor ...…….........................................................................
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran …………………………………………………………
1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan ……………………………..
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ………………………………………………..…………..
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ……………………………………………………………….……………..
1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih ………………………………………………………………………….….
1.3.5 Sektor Bangunan …………………………………………...........................................….
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …………....................................……
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .....................................................
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ...................................
1.3.9 Sektor Jasa-jasa ...................................................................................
Boks. 1 Seminar Sektor Kelautan dan Perikanan “Siapkah Kaltim Membangun Melalui Sektor Perikanan Kelautan?” ………….....…………………………………….
BBAABB IIII EEVVAALLUUAASSII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII ………………………………………………………………………..…….
2.1 Gambaran Umum ……………………………………………………….……………………………………..…..
2.2. Inflasi Triwulanan (q-t-q)………………………………………………………………..……...…………….
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (q-t-q)…….………………………………………………
2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (q-t-q)……………………………………….…………..
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (q-t-q)…………………………………………………………
1
1
1
2
2
2
3
4
4
5
5
5
6
7
7
8
10
11
12
12
13
13
14
14
15
16
17
19
19
20
20
20
21
iv
2.3. Inflasi Tahunan (y-o-y).......................................………………………………………………
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda ……….......................................…………..
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan ….......................................................
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan ………………………………………………………………………..
21
21
22
22
BBAABB IIIIII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN DDAAEERRAAHH ………. …….…………………………………………………
3.1 Gambaran Umum ……………………………………………………………………………………………..……….
3.2 Perkembangan Usaha Bank Umum ……………………………………………………………….…….……
3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif ………………………………………………………………………..
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat ……………….. …………………………………………….….
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum ……………………………………………………….…….………….
a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim ….….…………………………………….…..
b. Kredit Bank Umum berlokasi proyek di Kaltim …………………………………..…..
3.3 Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)………………………………….………
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ……………………………………………….
a. Perkembangan Aset BPR …………………………………………………………………………....
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR ……………………………………………..………
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR ……..…………………………………………………..
3.5 Asesmen Risiko Perbankan …………………………………………………………. ……………..…………..
3.5.1 Risiko Kredit ……………………………………………………………………………………................
3.5.2 Risiko Likuiditas ...................................................................................
3.5.3 Risiko Pasar ........................................................................................
BAB IV KEUANGAN DAERAH ………………….………….......................………………… ...........................
4.1 Gambaran Umum ...........................................................……………....................
4.2 Pendapatan .....................................................………………………………..................
4.3 Belanja …………………………………….………………………………………………………….……………………….
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ………………………………………………………………………….
5.1 Gambaran Umum ……………………. …………………………………………………………………… ……………
5.2 Perkembangan Transaksi Tunai …………………………………………….…………………………………..
5.2.1 Perkembangan Peredaran Uang Kartal ……………………………………………………………..
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai …………………………………………………………………………..
5.3.1 Perkembangan Transaksi Kliring ……………………………………………………………………….
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS …………………………………………………………………..
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN .................
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur …………………………………. …………
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur berdasarkan Sektor Ekonomi dan Status Pekerjaan Utamanya ……………………………………………………………………………………….
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH .....................................................
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan III-2009 ..............................................
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi .........................................................................
LAMPIRAN
24
24
25
25
25
25
26
27
29
31
31
31
31
32
32
33
34
35
35
35
36
37
37
37
37
38
38
38
40
40
40
42
42
43
v
DDAAFFTTAARR TTAABBEELL Halaman
1.1
1.2 1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
2.1 2.2 2.3 2.4
2.5
2.6
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
3.13 4.1 5.1
6.1
6.2
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur .......................................
Indeks Belanja Modal APBD Kaltim……………………………………………………………………………
Perkembangan Komponen Ekspor Tw II-2009 ……………………………………………………..
Komoditas Utama dan Negara Tujuan Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan II-2009 (HS 2 dijit, dalam juta USD).....................................................................
Perkembangan Komponen Impor Tw II-2009 ……………………………………………………….
Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan II-2009 (HS 2 Dijit, dalam juta USD) ........................................................ ......
Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur .........……...........................…………
Perkembangan Industri Non Migas Kaltim Trw II-2009 (y-o-y) ............................
Perkembangan Sub Sektor Angkutan Kaltim Trw II-2009 (y-o-y) ..........................
Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ………………….
Perkembangan Sub Sektor Jasa-jasa Swasta ………………………………………………………
Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan II-2009 ………………………………………………………...
Inflasi Triwulanan di Kota Samarinda................................................................
Inflasi Triwulanan di Kota Balikpapan.................................................................
Inflasi Triwulanan di Kota Tarakan ………………………………………………………………………………
Inflasi Tahunan Kota Samarinda menurut kelompok barang dan jasa................
Inflasi Tahunan Kota Balikpapan menurut kelompok barang dan jasa.....................
Inflasi Tahunan Kota Tarakan menurut kelompok barang dan jasa.....................
Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim ......
Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim...........................
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim ........................................
Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim ........................................
Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kabupaten/Kota di Kaltim .....
Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit .....................................
Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi .....................................................................
Perkembangan Kredit UMKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Menurut Skala Kredit
Perkembangan Kredit UMKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi ………………………………………….................
Perkembangan Usaha BPR di Kalimantan Timur (dalam juta rupiah) .....................
Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Kolektibilitas .....................................
Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum ......................
Struktur Jangka Waktu, Sebaran Nominal dan Rekening DPK ...............................
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur .................
Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp miliar) .........................
Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur ....................................
Penduduk Umur 15 th keatas yang bekerja menurut Status Pekerjaan Utama....
6
8 8
9 10
10
11
12
14
15
16 19
20 20
21 22
22
23
25 26
27
28 28
29
29
30
30
32
32
33
34
35
39
40
41
vi
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
1.22
2.1
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
4.1
4.2
5.1
5.2
5.3
5.4
6.1
6.2
DDAAFFTTAARR GGRRAAFFIIKK
Pertumbuhan PDB Nasional vs PDRB Kaltim (y-o-y)…………………………………………………..
Perkembangan Kredit Konsumsi …………………………………………………………………………...…...
Perkembangan IKK, Kondisi Ekonomi Saat Ini & Ekspektasi Konsumen .…........…….
Ekspektasi Penghasilan dan Ekspektasi Tabungan .............................................
Perkembangan Dana Pemda di Perbankan Kalimantan Timur.................................
Perkembangan Kredit Investasi ……………..…………....................................…..…………
Perkembangan Ekspor Impor melalui Pelabuhan di Samarinda & Balikpapan ………
Komoditas Penyumbangan Pertumbuhan Ekspor Non Migas Kaltim Tw II-09 …………
Kontribusi Pertumbuhan Ekspor Non Migas Kaltim Q 2-09 per Negara………………………
Kontribusi Pertumbuhan Impor Non Migas Kalimantan Timur Tw 2-2009………………
Kontribusi Pertumbuhan Sektor Pertanian Triwulan II-2009 (y-o-y) …………………………
Perkembangan Kredit Sektor Pertanian di Kaltim ……………………………………………………….
Kontribusi Pertumbuhan Subsektor Pertambang Triwulan II-2009 (y-o-y) ………………
Perkembangan Produksi Batubara di Kaltim........................................................
Perkembangan Kredit Sektor Industri di Kaltim..................................................
Perkembangan Kredit Sektor Listrik di Kaltim.....................................................
Perkembangan Konsumsi Semen di Kalimantan Timur..........................................
Perkembangan Kredit Perdagangan di Kaltim ……………..................................……….
Perkembangan Bongkar & Muat melalui Pelabuhan di Samarinda dan Balikpapan……
Perkembangan Arus Penumpang Melalui Pelabuhan Samarinda dan
Balikpapan……………………………………………………………………………………………………………………
Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan ……………………………………………………….
Perkembangan Laba Operasional Perbankan di Kaltim………………………………………………..
Laju Inflasi Kalimantan Timur dan Nasional (y-o-y) …………..………………………………………
Kinerja Triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (q-t-q) ............
Kinerja Tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (y-o-y) ...............
Perkembangan Suku Bunga Simpanan dan BI-Rate..............................................
Perkembangan Suku Bunga Kredit dan BI-Rate .............................................
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim ........................................
Perkembangan Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim...............................
Perkembangan Aset BPR .................................................................................
Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis ..............................................................
Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ...............................................
Perkembangan Rasio Alat Likuid Perbankan Kaltim .........................................
Struktur Kepemilikan Simpanan .......................................................................
Perkembangan Bunga Kredit dan Rasio NPLs ..................................................
Realisasi Komponen Pendapatan APBD 2009 Provinsi Kalimantan Timur (miliar Rp)..
Realisasi Komponen Belanja APBD 2009 Provinsi Kalimantan Timur (miliar Rp).......
Perkembangan Pengedaran Uang Kartal di Kaltim …………..…………………………………………
Perkembangan PTTB …………………………………………………………………………………………………..
Perkembangan Transaksi Kliring di Kalimantan Timur ……………………………………………….
Perkembangan Transaksi RTGS di Kota Samarinda & Balikpapan......................
Komposisi Bukan Angkatan Kerja di Kalimantan Timur (Sakernas Feb 2009) .......
Komposisi Penyerapan Tenaga Kerja per Sektor Ekonomi di Kaltim .......................
5
6
6
7
7
7
8
8
9
10
11
11
12
12
12
13
13
14
14
14
15
15
19
24
24
25
26
26
27
31
31
31
33
33
34
36
36
37
38
38
39
40
40
vii
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
Survei Kegiatan Dunia Usaha ............................ .........................................
Ketepatan Waktu untuk membeli barang tahan lama............................................
Perkembangan Ekspektasi Konsumen ...........................................................
Ekspektasi Penghasilan dan Ekspektasi Tabungan ...............................................
Indeks Perubahan Harga Umum 3 bulan yang akan datang...................................
42
42
43
43
44
Ringkasan Eksekutif
1
RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL
PPRROOVVIINNSSII KKAALLIIMMAANNTTAANN TTIIMMUURR PPEERRIIOODDEE TTRRIIWWUULLAANN IIII--22000099
I. Gambaran Umum
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur triwulan II-2009 diperkirakan
mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 1,89% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 0,3%. Dari sisi permintaan,
kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 ini berasal komponen
ekspor neto, yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan komponen ekspor yang positif,
sementara komponen impor mengalami kontraksi.
Dari sisi penawaran, laju pertumbuhan PDRB pada triwulan laporan berasal dari
sektor industri pengolahan, yang dipengaruhi oleh meningkatnya produksi LNG karena
permintaan yang bertumbuh. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan juga
mengalami pertumbuhan yang positif, seiring dengan meningkatnya permintaan baik migas
maupun non migas, yaitu batubara. Sektor lain yang diperkirakan juga akan mengalami
pertumbuhan yang positif adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, dan sektor jasa-jasa.
Sementara sektor-sektor lainnya diperkirakan masih akan mengalami kontraksi.
Sementara itu, laju perubahan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur pada
periode berjalan ini cenderung mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan triwulan I-
2009. Penurunan laju inflasi ini dipengaruhi oleh menurunnya harga komoditas dan
permintaan masyarakat.
Perkembangan intermediasi perbankan di Kalimantan Timur pada triwulan II-2009
ditandai dengan pertumbuhan yang positif pada bank umum di Kaltim dalam hal
penghimpunan simpanan masyarakat (2,36%) dan penyaluran pinjaman baik kredit atas
dasar lokasi kantor (5,89%) maupun kredit atas dasar lokasi proyek (2,09%). Asesmen
terhadap risiko yang dihadapi perbankan Kaltim menunjukkan stabilitas yang tetap konusif
dengan sedikit peningkatan pada risiko kredit dan risiko likuiditas.
Pada triwulan III-2009, perekonomian Kalimantan Timur diperkirakan akan tumbuh
posisitf dalam kisaran antara 1,4% sampai dengan 2,4% (y-o-y). Faktor yang diperkirakan
akan menjadi pendorong pergerakan ekonomi triwulan III-2009 dari sisi permintaan adalah
meningkatnya permintaan pasar terhadap komoditas ekspor Kalimantan Timur seiring
dengan pulihnya kondisi perekonomian global. Sedangkan dari sisi penawaran, laju
pertumbuhan ekonomi masih dipengaruhi oleh pertumbuhan posisif yang terjadi pada sektor
industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian, yang merupakan sektor
dominan dalam perekonomian Kalimantan Timur.
Laju perubahan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur pada triwulan III-2009
diperkirakan akan mengalami peningkatan karena pengaruh meningkatnya permintaan
masyarakat karena adanya pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu adanya bulan puasa dan
perayaan Hari Raya Idul Fitri.
II. Asesmen Perekonomian
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada periode triwulan II-2009
diperkirakan mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 1,89% (y-o-y)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya; lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang mencapai 0,3% (y-o-y).
Ringkasan Eksekutif
2
Dari sisi permintaan
Dari
, kontributor terbesar laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-
2009 ini berasal dari komponen ekspor neto yaitu sebesar 2,21%, dengan pertumbuhan
mencapai 3,6% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Komponen ini dipengaruhi oleh meningkatnya laju pertumbuhan ekspor yang tumbuh
sebesar 0,34%, sementara impor mengalami kontraksi sebesar -2,93%. Pertumbuhan ekspor
ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan pasar.
sisi penawaran
, pertumbuhan PDRB pada triwulan laporan terutama berasal dari
pertumbuhan sektor industri pengolahan, yang tumbuh sebesar 4,45% (y-o-y), dengan
kontribusi sebesar 1,42% terhadap pertumbuhan PDRB Kalimantan Timur triwulan II-2009.
Pertumbuhan pada sektor ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya produksi LNG karena
permintaan yang mengalami pertumbuhan. Sektor lainnya yang juga diperkirakan menjadi
pendorong laju pertumbuhan triwulan berjalan adalah sektor pertambangan dan penggalian
yang diperkirakan menyumbang sebesar 0,91% terhadap laju pertumbuhan triwulan
berjalan, dengan pertumbuhan 2,33% (y-o-y).
III. Asesmen Inflasi
Laju perkembangan inflasi tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan II-2009, yang
ditunjukkan oleh pergerakan IHK, tercatat sebesar 4,90% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,39%. Namun laju inflasi tahunan Kalimantan
Timur ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar
3,65%. Melambatnya laju inflasi tahunan pada triwulan II-2009 ini dipengaruhi oleh
menurunnya tingkat konsumsi masyarakat karena kecenderungan masyarakat untuk
menyimpan dananya guna membiayai keperluan sekolah anak-anak mereka.
Laju inflasi tahunan Kota Samarinda
Laju inflasi tahunan
triwulan II-2009 mencapai 4,87% (y-o-y), lebih
rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 10,52%. Laju inflasi tahunan tertinggi di Kota
Samarinda terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu
sebesar 10,87% (y-o-y). Inflasi kelompok komoditas ini meningkatnya permintaan
masyarakat untuk komoditas ini akibat pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu adanya
masa liburan anak sekolah. Kemudian diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi
dan olahraga (8,40%) dan kelompok komoditas perumahan, air, listrik dan bahan bakar
(7,25%).
Kota Balikpapan
Laju inflasi tahunan
pada periode berjalan ini mencapai 3,77% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya sebesar 7,29%. Kelompok
komoditas dengan laju inflasi tertinggi di Kota Balikpapan terjadi pada kelompok komoditas
pendidikan, rekreasi dan olahraga, yaitu sebesar 13,63% (y-o-y), yang dipengaruhi oleh
meningkatnya biaya pendidikan; kemudian diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau (9,33%) dan kelompok komoditas perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar (4,84%).
Kota Tarakan
triwulan II-2009 tercatat sebesar 8,40% (y-o-y), lebih
rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan I-2009 yang mencapai 11,69%.
Kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi
tertinggi, yaitu sebesar 15,42% (y-o-y), diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi
(14,86%) dan kelompok komoditas kesehatan (7,31%).
IV. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran
1. Perbankan
Kegiatan intermediasi perbankan Kaltim selama triwulan II-2009 dari sisi
penghimpunan dana menunjukkan peningkatan sebesar 2,36% (q-t-q) sehingga posisinya
Ringkasan Eksekutif
3
menjadi Rp 42,35 triliun. Menurut jenis simpanan, peningkatan dana pada triwulan laporan
terutama berasal dari giro dan tabungan, yang masing-masing naik sebesar 4,2% dan
2,66%. Sementara itu, simpanan deposito hanya naik sebesar 0,38%.
Jumlah kredit yang dikucurkan bank umum yang berkantor di Kaltim pada triwulan
laporan mencapai Rp 22.249,1 miliar atau hanya tumbuh sebesar 5,89% (q-t-q), atau lebih
tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,63% (q-t-q). Sementara
itu, penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek pada periode laporan (s.d Mei 2009)
tercatat berjumlah Rp 30.777 miliar atau mengalami penurunan sebesar 2,09% dibandingkan
posisi triwulan I-2009. Dengan perkembangan tersebut, LDR atas dasar lokasi proyek
mencapai 72,7% atau lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor yang
sebesar 52,5%.
Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum di
Kaltim pada Triwulan II-2009 mencapai Rp 14.596 miliar atau dengan pangsa 65,6%
terhadap total kredit. Searah dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, kredit MKM
pada triwulan laporan juga tumbuh positif sebesar 6,04% (q-t-q). Dari segi kualitasnya,
persentase NPLs kredit MKM menunjukkan penurunan, yakni dari 3,06% menjadi 2,74%.
Perkembangan BPR di wilayah Kalimantan Timur pada triwulan II-2009
menunjukkan perkembangan yang positif. Perkembangan jumlah aset dan penghimpunan
dana mengalami peningkatan masing-masing sebesar 18,95% dan 24,29% (y-o-y). Jumlah
aset meningkat menjadi Rp 191,84 miliar dan DPK meningkat menjadi Rp 69,41 miliar.
Penyaluran kredit BPR juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 21,87% (y-o-y); menjadi
Rp 142,76 miliar; dengan persentase NPL menjadi 12,74% dari 11,14% pada triwulan I-
2009.
Hasil asesmen terhadap stabilitas perbankan Kaltim selama triwulan I-2009
menggambarkan tingkat risiko yang relatif terkendali meskipun dengan sedikit peningkatan
pada risiko kredit dan risiko likuiditas. Pada sisi risiko kredit, persentase NPL mencatat sedikit
kenaikan, dari 2,20% pada triwulan IV-2008 menjadi 2,50% pada triwulan laporan.
Sementara dari risiko likuiditas, rasio alat likuid terhadap non-core deposits (NCD)
mengalami penurunan, dari 97,30% pada triwulan IV-2008 menjadi 89,63% pada triwulan I-
2009.
2. Sistem Pembayaran
Jumlah transaksi uang kartal antara perbankan di wilayah Kalimantan Timur dengan
Bank Indonesia pada triwulan II-2009 mencapai Rp 1.811 miliar, turun -4,83% (y-o-y)
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah uang kartal yang beredar
tersebut terdiri dari jumlah inflow sebesar Rp 229 miliar dan jumlah outflow sebesar Rp
1.582 miliar; sehingga pada triwulan II-2009 ini, wilayah Kalimantan Timur mengalami net
outflow sebesar Rp 1.352,76 miliar. Menurunnya jumlah peredaran uang kartal di wilayah
Kalimantan Timur pada periode berjalan ini dipengaruhi oleh menurunnya kegiatan
masyarakat dalam bertransaksi secara tunai. Sementara itu jumlah uang kartal yang
dikategorikan dalam Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) pada triwulan berjalan
mencapai Rp 94 miliar atau turun -44,56% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan II-2009.
Sementara jumlah transaksi kliring di Kalimantan Timur tercatat sebesar Rp 4.739 miliar,
mengalami kontraksi sebesar -0,21% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Sedangkan transaksi RTGS mencapai Rp 34.165 miliar, atau mengalami
Ringkasan Eksekutif
4
pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar
14,29% (y-o-y).
V. Perkiraan
1. Perekonomian
Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan IIII-2009 diperkirakan akan tumbuh
positif, yaitu berkisar antara 1,4% s.d. 2,4% (y-o-y). Berdasarkan PDRB sisi penggunaan,
beberapa indikator yang diperkirakan menentukan arah pertumbuhan ekonomi yang positif
pada triwulan III-2009, adalah: ekspektasi pada pelaku usaha masih menunjukkan
kecenderungan yang positif, yang dipengaruhi oleh situasi bisnis yang diperkirakan
berlangsung kondusif seiring dengan telah terpilihnya kembali kepemimpinan nasional untuk
periode 5 tahun mendatang melalui pemilu yang berjalan dengan baik dan aman. Selain itu,
faktor adanya pola konsumsi musiman, yaitu adanya bulan puasa dan perayaan Hari Raya
Idul Fitri, diperkirakan akan meningkatkan permintaan masyarakat. Demikian halnya dengan
permintaan dari luar negeri terhadap komoditas ekspor Kalimantan Timur yang diperkirakan
akan mengalami peningkatan seiring dengan pemulihan perekonomian dunia setelah
mengalami tekanan akibat krisis finansial.
Sedangkan dari PDRB sektoral, perekonomian Kalimantan Timur diperkirakan masih
akan didorong oleh kinerja positif sektor industri pengolahan, terutama migas, yang didorong
oleh meningkatnya produksi LNG karena bertumbuhnya permintaan. Demikian halnya
dengan sektor pertambangan dan penggalian yang juga diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan yang positif karena meningkatnya permintaan.
2. Inflasi
Laju inflasi di Kalimantan Timur pada triwulan III-2009 diperkirakan akan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan II-2009. Hal ini terutama dipengaruhi
oleh meningkatnya permintaan masyarakat karena dipengaruhi oleh pola konsumsi musiman,
yaitu adanya masa puasa dan perayaan Hari Besar Idul Fitri.
VI. Anekdotal Informasi
• Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara di Kawasan Industri Kariangau,
Balikpapan
PT. Gunung Bayan Coal bekerjasama dengan Pemkot Balikpapan untuk membangun
powerplant khusus untuk kepentingan di Kawasan Industri Kariangau. Pembangkit listrik
tersebut direncanakan mampu menyediakan daya sebesar 2 x 25 MW dan akan menelan
biaya sebesar Rp 2,4 triliun.
• PT. Kaltim Prima Coal (KPC) berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
di Kutai Timur.
PT. KPC berencana membangun PLTU di Kabupaten Kutai Timur, berkapasitas 2 x 100
Megawatt (MW), yang pembangunannya akan dilaksanakan oleh Bakrie Power. PLTU ini
untuk memenuhi kebutuhan di sistem Mahakam, yang jaringannya mampu mencapai
Balikpapa, Samarinda, Kutai Kartanegara, Bontang dan Kutai Timur. PLTU ini direncanakan
selesai pada tahun 2013.
5
PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN EEKKOONNOOMMII MMAAKKRROO
RREEGGIIOONNAALL
1.1 Gambaran Umum
Perekonomian Kalimantan Timur pada
triwulan II-2009 diperkirakan mengalami
pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 1,89%
(y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang
sebesar 0,3%. Pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Timur ini diperkirakan lebih rendah
dibandingkan perkiraan pertumbuhan PDB
Nasional sebesar 4% (Grafik 1.1.).
Dari sisi permintaan, meningkatnya
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur
triwulan II-2009 ini dipengaruhi oleh meningkatnya laju pertumbuhan ekspor, yang dipengaruhi
oleh mulai pulihnya permintaan. Sedangkan di sisi lainnya, impor diperkirakan mengalami
kontraksi. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan net ekspor cukup tinggi, sehingga memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada periode
berjalan ini. Sementara komponen lainnya secara umum mengalami kontraksi.
Berdasarkan PDRB sisi penawaran, meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh meningkatnya laju pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan
penggalian; yang dipengaruhi oleh meningkatnya produksi sektor-sektor tersebut karena pengaruh
meningkatnya permintaan dan harga jual di pasar dunia, seperti harga minyak mentah dan
batubara.
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan
Berdasarkan PDRB menurut penggunaan triwulan II-2009, perekonomian Kalimantan
Timur diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 1,89% (y-o-y). Hal ini
terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan pada komponen ekspor yang mampu tumbuh sebesar
0,34% (y-o-y), dengan kontribusi terhadap pertumbuhan mencapai 0,41%. Sementara di sisi
lainnya, impor mengalami kontraksi, sehingga hal ini berpengaruh pada komponen net ekspor yang
mampu tumbuh sebesar 3,60% (y-o-y), dengan kontribusi mencapai 2,21%. Mulai pulihnya
permintaan pasar di luar negeri terhadap komoditas ekspor Kalimantan Timur menjadi pendorong
pertumbuhan ekspor.
Komponen lainnya yang juga mampu tumbuh positif adalah komponen perubahan stok,
sementara komponen lainnya, seperti konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah dan
penanaman modal tetap domestik bruto diperkirakan mengalami kontraksi.
BBBAAABBB
III
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
6
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur
Q IV-08 Q I-09 Q II-09* Q IV-08 Q I-09 Q II-09*Konsumsi Rumah Tangga 1.14 3.43 -0.06 0.18 0.53 -0.01
Makanan 1.38 4.38 4.45 0.11 0.34 0.34Non Makanan 0.91 2.51 -4.34 0.07 0.20 -0.35
Pengeluaran KLSN 2.78 12.99 0.05 0.01 0.05 0.00Pengeluaran Pemerintah 4.28 3.20 -0.91 0.22 0.16 -0.05
Pemb. Modal Tetap Domestik Bruto 4.90 3.22 -1.70 0.80 0.53 -0.28Perubahan Stok 10.89 10.96 1.22 0.10 0.11 0.01
Ekspor Neto (a-b) 0.21 -1.76 3.60 0.13 -1.08 2.21a. Ekspor -6.19 -9.79 0.34 -7.52 -11.93 0.41
Ekspor LN -6.45 -11.24 1.07 -5.49 -9.63 0.92Ekspor Antar Daerah -5.58 -6.36 -1.37 -2.03 -2.31 -0.50
b. Impor -12.71 -17.97 -2.93 -7.65 -10.85 -1.80Impor LN -23.50 -29.62 -3.29 -7.85 -9.99 -1.14
Impor Antar Daerah 0.74 -3.25 -2.46 0.20 -0.87 -0.66PDRB Kaltim 1.44 0.30 1.89 1.44 0.30 1.89Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah (Q II-09 perkiraan Bank Indonesia)
Jenis PenggunaanKontribusiPertumbuhan (y-o-y)
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Rumah Tangga di
Kalimantan Timur pada triwulan II-2009
diperkirakan mengalami kontraksi, yaitu
sebesar -0,06% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
3,43%. Melambatnya pertumbuhan tingkat
konsumsi ini dipengaruhi oleh melambatnya
pertumbuhan konsumsi rumah tangga non
makanan. Kontribusi pertumbuhan komponen
konsumsi non makanan ini terhadap
pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga mencapai -4,34%. Sedangkan
pertumbuhan komponen makanan sebesar 4,45%. Kontraksi yang terjadi pada komponen
konsumsi rumah tangga ini terlihat juga dari melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit
konsumsi perbankan yang pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 20,55%(y-o-y), lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang mencapai 23,84% (y-
o-y) (Grafik 1.2). Penyaluran kredit konsumsi pada periode berjalan ini mencapai Rp 6,98
triliun.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen
(SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Samarinda pada triwulan II-2009, Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada
diatas level optimis 100, yaitu sebesar
116,25. Posisi ini dipengaruhi oleh Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat
sebesar 134,33. Nilai IEK ini menunjukkan
bahwa konsumen memiliki ekspektasi yang
positif terhadap perkembangan ekonomi
dalam 6 bulan ke depan. Sementara Indeks
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
7
Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKES) masih berada di bawah level 100, yaitu sebesar 98,17
(Grafik 1.3). Rendahnya indeks ini menunjukkan bahwa konsumen melihat bahwa
perekonomian saat ini masih berada pada kondisi yang relatif tertekan oleh perkembangan
global.
Perlambatan yang terjadi
pada pertumbuhan komponon
konsumsi non makanan ini
dipengaruhi juga oleh meningkatnya
ekspektasi masyarakat untuk
menabung penghasilan yang mereka
peroleh, dibandingkan dengan
membelanjakannya (Grafik 1.4).
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah
Pengeluran Pemerintah
pada triwulan I-2009 diperkirakan
mengalami kontraksi sebesar -
0,91% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan I-2009 yang tercatat
sebesar 3,20%. Hal ini dipengaruhi
oleh relatif rendahnya realisasi
pengeluaran pemerintah, terutama
untuk pembiayaan proyek. Hal ini
dapat tercermin dari nominal simpanan milik Pemda di perbankan Kaltim yang mengalami
peningkatan sebesar 44,27% (y-o-y) yaitu dari Rp 8.068 miliar menjadi Rp 11.640 (Grafik
1.5).
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)
Pembentukan Modal Tetap Domestik
Bruto (PMDTB) Kalimantan Timur pada triwulan II-
2009 diperkirakan mengalami kontraksi, yaitu
sebesar -1,70% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan PMTDB pada
triwulan I-2009 yang mencapai 3,22%.
Dari sisi pembiayaan perbankan,
kontraksi yang terjadi tersebut terlihat juga dari
melambatnya pertumbuhan kredit investasi
perbankan pada periode berjalan. Penyaluran
kredit investasi pada triwulan II-2009 mencapai Rp 5,5 triliun, atau tumbuh 30,40% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 45,05%. (Grafik
1.6). Penurunan ini diperkirakan masih terkait dengan prilaku pelaku usaha yang membatasi
investasinya mengingat masih adanya potensi perlambatan ekonomi ke depan.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
8
Tabel 1.2 Indeks Belanja Modal APBD Kalimantan Timur
Jan Feb Mar Apr Mei JunIndeks Belanja Modal APBD 101.75 101.89 102.72 103.61 106.80 108.78Sumber: BPS Kaltim
2009Keterangan
Sementara itu, Indeks Belanja Modal APBD Kalimantan Timur pada bulan Juni 2009 berada
pada level 108,78 (Tabel 1.2).
1.2.4 Ekspor dan Impor
Pertumbuhan ekspor
Kalimantan Timur pada triwulan II-
2009, diperkirakan mengalami
pertumbuhan sebesar 0,34% (y-o-
y) dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan triwulan I-
2009 yang mengalami kontraksi sebesar -9,79%. Kontribusi pertumbuhan komponen ekspor
pada triwulan berjalan adalah komponen ekspor luar negeri yang berkontribusi sebesar -
0,75%, sedangkan komponen ekspor antar daerah mengalami kontraksi sebesar -1,37%
dengan kontribusi sebesar -0,41%.
Pertumbuhan ekspor
tersebut juga terlihat dari
pertumbuhan aktivitas ekspor di dua
pelabuhan besar di Kalimantan Timur,
yaitu pelabuhan di Kota Samarinda
dan Kota Balikpapan. Pertumbuhan
volume ekspor di kedua pelabuhan
tersebut pada triwulan II-2009
mencapai 45,79% (y-o-y) (Grafik
1.7). Pertumbuhan ini lebih lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan I-2009 yang mencapai
56%.
Sementara itu berdasarkan data ekspor non migas yang berasal dari Ditjen. Bea
dan Cukai yang diolah oleh Bank Indonesia, ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan II-
2009 mencapai USD 1.796,9 juta, mengalami pertumbuhan sebesar 76,96% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar USD 1.045,4 juta. Berdasarkan
komoditasnya, ekspor bahan bakar mineral masih menjadi komoditas andalan ekspor non
migas Kalimantan Timur dengan pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 81,93% dengan nilai
USD 1.472,1 juta (Tabel 1.3). Nilai
ekspor komoditas ini mengalami
pertumbuhan sebesar 78,66%
dibandingkan dengan triwulan II-
2008, yang mencapai USD 823,96
juta. Hal ini dipengaruhi oleh
meningkatnya permintaan dan
harga batubara di pasar dunia.
Kontribusi ekspor batubara
Komponen Pangsa Pertumb. KontribusiEkspor 1.00 0.34 0.34
Ekspor LN 0.70 1.07 0.75Ekspor Antar Daerah 0.30 -1.37 -0.41
Sumber: Perkiraan BI Samarinda, diolah
Tabel 1.3 Perkembangan Komponen Ekspor Tw II-2009
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
9
terhadap pertumbuhan ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan II-2009 mencapai
63,83%. Sementara komoditas non migas lainnya juga mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi cukup besar terhadap laju pertumbuhan
ekspor non migas Kalimantan Timur periode berjalan. Komoditas tersebut antara lain adalah
komoditas kapal laut dan bangunan terapung dengan kontribusi sebesar 16,70%, komoditas
lemak dan minyak hewan/nabati (1,54%), komoditas kayu, barang dari kayu (0,45%) dan
komoditas perangkat optik (0,34%) (Gafik 1.8).
Tabel 1.4. Komoditas Utama dan Negara Tujuan Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan II-2009 (HS 2 dijit, dalam USD)
Komoditas Jumlah Pangsa Negara Jumlah Pangsa
27 - Bahan Bakar Mineral 1,472,120,542 81.93% Taiwan 308,136,758 17.15%
89 - Kapal Laut dan Bangunan Terapung 175,633,494 9.77% Korea Selatan 298,158,167 16.59%
44 - Kayu, Barang dari Kayu 48,022,762 2.67% India 293,517,403 16.33%
28 - Bahan Kimia Anorganik 39,516,228 2.20% Jepang 191,572,013 10.66%
03 - Ikan dan Udang 20,453,749 1.14% Singapura 175,346,619 9.76%
15 - Lemak & Minyak Hewan / Nabati 17,412,649 0.97% Cina 173,682,164 9.67%
29 - Bahan Kimia Organik 10,687,577 0.59% Malaysia 79,478,759 4.42%
84 - Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 4,137,794 0.23% Hongkong 61,921,648 3.45%
90 - Perangkat Optik 4,068,455 0.23% Filipina 58,411,939 3.25%
73 - Benda-benda dari Besi dan Baja 762,789 0.04% Thailand 41,287,755 2.30%
Lainnya 4,093,782 0.23% Lainnya 115,396,596 6.42%
Total 1,796,909,821 100% Total 1,796,909,821 100%
Sumber: Ditjen Bea & Cukai, diolah
Berdasarkan negara tujuan ekspor, pangsa terbesar triwulan II-2009 ini dimiliki
oleh Taiwan (17,15%), diikuti oleh
Korea Selatan (16,59%), dan negara
dengan pangsa pasar terbesar ketiga
adalah India (16,33%). Berdasarkan
kontribusi terhadap pertumbuhan,
kontribusi terbesar pertumbuhan
berasal dari India (19,88%), diikuti
Korea Selatan (16,24%), Singapura
(16,07%), Taiwan (12,12%) dan Cina
(11,22%) (Grafik 1.9). Pada triwulan I-2009 ini, negara tujuan ekspor non migas Kalimantan
Timur yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan triwulan II-2008 adalah
Negara-negara Eropa lainnya, yang mengalami pertumbuhan sebesar 6385,44%; diikuti oleh
Singapura (1342,06%) dan Belanda (1016,60%). Sementara negara tujuan yang mengalami
penurunan adalah Rusia sebesar 100%, diikuti oleh negara Eropa lainnya (-97,86%) dan
Kanada (-95,64%).
Sementara itu, pertumbuhan impor Kalimantan Timur pada triwulan II-2009
diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -2,93% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Kontraksi ini lebih rendah dibandingkan dengan pada triwulan I-2009
yang tercatat sebesar -17,97%. Penurunan kinerja impor Kalimantan Timur triwulan II-2009
ini diperkirakan masih dipengaruhi oleh penurunan impor luar negeri, yang menyumbang -
1,85% terhadap pertumbuhan impor periode berjalan ini. Sementara impor antar daerah
menyumbang -1,08% (tabel 1.5).
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
10
Berdasarkan data yang tercatat di Bea Cukai, nilai impor non-migas Kaltim selama
triwulan II- 2009 berjumlah USD 300,94
juta atau mengalami peningkatan sebesar
22,98%, dibandingkan dengan triwulan II
tahun 2008. Berdasarkan negaranya,
kontribusi terbesar pertumbuhan impor
non-migas adalah impor dari Korea Selatan yang menyumbang sebesar 12,03% dari
kenaikan impor non migas Kalimantan Timur; kemudian diikuti oleh peningkatan impor yang
berasal dari Kanada (6,96%), Singapura (6,14%), Jepang (3,33%) dan Filipina (2,66%).
Berdasarkan pangsa pasarnya, Singapura merupakan negara asal barang dengan pangsa
pasar terbesar, yaitu mencapai 20,8% diikuti oleh Amerika Serikat (18%), Jepang (11,8%)
dan Korea Selatan (10,4%) (Tabel 1.6).
Tabel 1.6 Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan II-2009 (HS 2 Dijit, dalam USD)
Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa(USD) Pasar (USD) Pasar
84 - Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 93,260,061 31.0% Singapura 62,670,774 20.8%89 - Kapal Laut dan Bangunan Terapung 45,053,230 15.0% Amerika Serikat 54,306,768 18.0%87 - Kendaraan dan Bagiannya 41,414,916 13.8% Jepang 35,611,191 11.8%40 - Karet dan Barang dari Karet 28,379,617 9.4% Korea Selatan 31,218,718 10.4%73 - Benda-benda dari Besi dan Baja 23,272,008 7.7% Kanada 19,713,178 6.6%31 - Pupuk 20,874,792 6.9% Australia 18,202,835 6.0%85 - Mesin / Peralatan Listik 18,482,280 6.1% Perancis 14,847,504 4.9%38 - Berbagai Produk Kimia 7,634,681 2.5% Jerman 10,747,226 3.6%90 - Perangkat Optik 7,002,867 2.3% Filipina 10,687,791 3.6%36 - Bahan Peledak 6,486,026 2.2% Eropa Lainnya 10,534,348 3.5%Lainnya 9,077,163 3.0% Lainnya 32,397,308 10.8%Total 300,937,641 100% Total 300,937,641 100%Sumber: Ditjen Bea & Cukai, diolah
NegaraKomoditas
Sementara berdasarkan
komoditasnya, pertumbuhan impor
non-migas Kaltim pada triwulan I-
2009 disumbang oleh komoditas
kapal laut dan bangunan terapung
(8,44%), mesin/peralatan listrik
(3,92%) dan komoditas benda-
benda dari besi dan baja (2,61%).
Pangsa terbesar impor non migas
Kalimantan Timur didominasi oleh
komoditas mesin-mesin/pesawat mekanik yaitu sebesar 31% (Grafik 1.10).
Perdagangan komoditas non migas Kalimantan Timur pada triwulan II-2009
mengalami net export (jumlah ekspor lebih besar dibandingkan dengan impor) sebesar USD
1.495,97 juta.
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran
Perekonomian Kalimantan Timur secara tahunan, yang dihitung melalui PDRB dengan
migas diperkirakan mengalami pertumbuhan pada triwulan II-2009, yaitu sebesar 1,89% (y-o-y),
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar 0,30%.
Sedangkan PDRB tanpa migasnya diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -1,71% (y-o-y), lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar 0,50%.
Komponen Pangsa Pertumb. KontribusiImpor 1.00 -2.93 -2.93
Impor LN 0.56 -3.29 -1.85Impor Antar Daerah 0.44 -2.46 -1.08
Sumber: Perkiraan BI Samarinda, diolah
Tabel 1.5 Perkembangan Komponen Impor Tw II-2009
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
11
Pertumbuhan PDRB sisi penawaran Kalimantan Timur periode berjalan ini terutama berasal
dari pertumbuhan di sektor industri pengolahan yang diperkirakan mencapai 4,45% (y-o-y) dengan
kontribusi sebesar 1,42%. Penurunan sektor ini terutama berasal dari penurunan produksi pada
sub-sektor pertambangan non migas, terutama batubara. Beberapa sektor lainnya yang
diperkirakan mengalami pertumbuhan adalah sektor listrik, gas dan air bersih (1,95%), dan sekto
jasa-jasa (1,22%). Sementara sektor-sektor lainnya mengalami kontraksi.
Table 1.7. Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur
Q IV-08 Q I-09 Q II-09* Q IV-08 Q I-09 Q II-09*Pertanian -17.58 -14.72 -0.70 -1.27 -1.13 -0.05Pertambangan & penggalian 5.73 0.81 2.33 2.22 0.31 0.91Industri Pengolahan -2.10 -1.58 4.45 -0.68 -0.50 1.42Listrik, gas, & air bersih 3.38 4.00 1.95 0.01 0.01 0.01Bangunan 5.35 7.95 -2.53 0.18 0.27 -0.09Perdagangan, hotel dan restoran 4.11 6.53 -1.53 0.34 0.54 -0.13Pengangkutan 5.80 8.49 -1.38 0.30 0.44 -0.07Keuangan 7.40 7.22 -4.58 0.21 0.21 -0.13Jasa-jasa 6.41 7.75 1.22 0.12 0.15 0.02PDRB 1.44 0.30 1.89 1.44 0.30 1.89PDRB tanpa Migas 0.36 0.50 -1.71Sumber: BPS Kaltim & BI Samarinda, (Q II-09 perkiraan Bank Indonesia)
Kontribusi Sektor Ekonomi
Pertumbuhan (y-o-y)
1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan pada triwulan II-2009 diperkirakan
mengalami kontraksi sebesar -0,70% (y-o-y), lebih
baik dibandingkan kontraksi yang terjadi pada
triwulan I-2009 yang mencapai -14,72%. Kontraksi
ini dipengaruhi oleh pertumbuhan negatif yang
terjadi pada hampir semua sub sektor, kecuali sub
sektor kehutanan dan sub sektor peternakan dan
hasil-hasilnya, yang mampu tumbuh sebesar 9,60%
dan 0,58% (y-o-y), dengan kontribusi sebesar
2,75% dan 0,06% terhadap pertumbuhan sektor
pertanian pada triwulan II-2009 ini. Pertumbuhan yang terjadi di sub sektor kehutanan dipengaruhi
oleh meningkatnya permintaan bahan baku kayu untuk dipergunakan pada industri kertas dan
produk-produk dari kayu lainnya. Sedangkan kontribusi negatif terbesar berasal dari sub sektor
perikanan sebesar -2,83% yang dipengaruhi oleh menurunya produksi akibat berkurangnya
permintaan. Sub sektor lainnya yang berkontribusi negatif adalah sub sektor tanaman perkebunan
(-0,49%) dan sub sektor tanaman bahan makanan (-0,19%).
Dari sisi pembiayaan perbankan, terlihat
bahwa penyaluran kredit untuk sektor
pertanian masih mengalami pertumbuhan
yang melambat, dengan jumlah penyaluran
pada triwulan II-2009 sebesar Rp 1.016,7
miliar, atau tumbuh sebesar 52,68% (y-o-y),
lebih lambat dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang
mencapai 66,35%.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
12
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor ini diperkirakan mengalami
pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 2,33% (y-
o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan I-2009 yang sebesar 0,81%. Kinerja
positif ini dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sub
sektor pertambangan migas, yang tumbuh sebesar
8,64%. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya
produksi migas di Kalimantan Timur karena
pengaruh meningkatnya permintaan dan harga jual.
Sementara sub sektor pertambangan non migas
mengalami kontraksi sebesar -3,68% (y-o-y),
karena pengaruh menurunnya produksi batubara di
Kalimantan Timur. Berdasarkan data produksi batubara yang bersumber dari Departemen ESDM,
produksi batubara Kalimantan Timur triwulan II-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang
melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009. Penurunan tersebut
dipengaruhi oleh permintaan yang belum
mengalami pemulihan (Grafik 1.13).
Kontraksi yang terjadi di sub sektor
ini menyumbang sebesar -1,85% terhadap
pertumbuhan sektor pertambangan dan
penggalian. Demikian halnya yang terjadi
dengan sub sektor penggalian, yang juga
mengalami pertumbuhan yang negatif,
yaitu sebesar -0,63% (y-o-y) dengan
kontribusi sebesar -0,01%.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada
triwulan II-2009 diperkirakan
mengalami pertumbuhan yang positif,
yaitu sebesar 4,45% (y-o-y), lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan I-
2009 yang mengalami kontraksi
sebesar -1,58% (y-o-y). Meningkatnya
pertumbuhan sektor berasal dari
meningkatnya kinerja sub sektor industri pengolahan migas, yang pertumbuhannya didorong oleh
meningkatnya produksi LNG guna memenuhi
permintaan pasar.
Laju pertumbuhan sub sektor industri
pengolahan non migas juga menunjukkan
pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 4,51%
(y-o-y). Kontributor terbesar pertumbuhan yang
positif tersebut berasal dari sub sektor industri
kertas dan barang cetakan, dengan kontribusi
sebesar 1,93% atau tumbuh sebesar 5,55% (y-
o-y). Meningkatnya produktivitas sub sektor ini
Industri Tanpa Migas Pangsa Pertumb. KontribusiMakanan, Minuman & Tembakau 0.15 -1.55 -0.24Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 0.01 2.15 0.01Barang Kayu & Hasil Hutan Lain 0.20 7.64 1.54Kertas & Barang Cetakan 0.35 5.55 1.93Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 0.24 5.42 1.30Semen, Barang Lain Bukan Logam 0.02 -2.37 -0.04Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 0.02 -0.69 -0.02Barang Lainnya 0.01 2.23 0.02
Jumlah 1.00 4.51 4.51Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Tabel 1.8 Perkembangan Industri Non Migas Kaltim Tw II-2009 (y-o-y)
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
13
dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan pasar. Sub sektor lain yang juga berkontribusi cukup
besar pada pertumbuhan sub sektor industri pengolahan non migas adalah sub sektor industri
barang kayu dan hasil hutan lainnya, dengan kontribusi sebesar 1,54% (Tabel 1.9). Sementara itu,
penyaluran kredit perbankan untuk sektor industri di Kalimantan Timur pada triwulan II-2009
mencapai Rp 737,24 miliar atau tumbuh sebesar 3,76% (y-o-y), pertumbuhan ini lebih lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 9,18% (Grafik 1.15).
1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih
Sektor listrik dan air bersih pada
periode laporan diperkirakan tumbuh
sebesar 1,95% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
4%. Meningkatnya produksi sektor ini
dipengaruhi oleh subsektor listrik yang
mengalami pertumbuhan sebesar 1,77% (y-
o-y) dan sub sektor air bersih (3,03%).
Pertumbuhan kedua sub sektor tersebut
dipengaruhi dengan adanya peningkatan
penyediaan fasilitas listrik dan air bersih
untuk masyarakat. Peningkatan kinerja sektor ini terlihat juga dari meningkatnya pertumbuhan
kredit perbankan yang disalurkan pada sektor listrik, air dan gas, yang pada triwulan II-2009
mengalami pertumbuhan sebesar 172,22% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-
2009 yang tumbuh sebesar 144,05% (Grafik 1.15).
1.3.5 Sektor Bangunan
Sektor bangunan diperkirakan
mengalami kontraksi pada periode berjalan
ini, yaitu sebesar -2,53% (y-o-y), lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar
7,95%. Hal ini terlihat dari menurunnya
konsumsi semen di Kalimantan Timur, yang
pada triwulan II-2009 mencapai 231 ribu
ton, atau mengalami penurunan sebesar -
6,04% (y-o-y); lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -4,10%. Penurunan ini dipengaruhi
oleh berkurangnya aktivitas pembangunan fisik, terutama proyek pemerintah yang biasanya pada
triwulan pertama masih dalam proses perencanaan atau persiapan pelelangan.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
14
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan
restoran pada triwulan II-2009
diperkirakan mengalami kontraksi
sebesar -1,53% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan I-2009
yang tumbuh sebesar 6,53%. Kontraksi
ini dipengaruhi oleh menurunnya
permintaan masyarakat karena
kecenderungan masyarakat untuk
menabung guna memenuhi kebutuhan
pendidikan anak-anak mereka. Hal ini
didukung pula oleh melambatnya
pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan pada triwulan laporan, yang mencapai Rp 5,04 triliun,
atau tumbuh sebesar 16,67% (y-o-y); lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan I-2009 yang sebesar 22,31%.
Sementara itu arus bongkar muat di
pelabuhan Samarinda dan Balikpapan pada
triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan
sebesar 43,01% (y-o-y), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan I-2009 yang sebesar -37,23%.
(Grafik 1.18).
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan & komunikasi
pada triwulan II-2009 diprediksi mengalami
kontraksi sebesar -1,38% (y-o-y), setelah pada
triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,49%.
Penurunan sektor ini berasal dari sub sektor
komunikasi yang tumbuh negatif sebesar -5,24% (y-o-y), karena adanya penurunan tarif
komunikasi. Sub sektor angkutan juga mengalami kontraksi, namun tidak sebesar yang terjadi
pada sub sektor komunikasi, yaitu sebesar 0,66% (y-o-y). Hal ini dipengaruhi kontraksi yang
terjadi pada sub sektor angkutan udara dan sub sektor angkutan jalan raya, yang masing masing-
masing mengalami kontraksi sebesar -3,66% dan -1,70% (y-o-y). Kedua sub sektor tersebut juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap kontraksi yang terjadi pada sub sektor angkutan, yaitu
sebesar -0,50% dan -0,46% (Tabel 1.10).
Sementara itu berdasarkan data arus
penumpang yang melalui pelabuhan
Samarinda dan Balikpapan, walaupun
masih menunjukkan perkembangan yang
negatif pada triwulan II-2009, namun
jumlah pertumbuhan arus penumpang di
kedua pelabuhan tersebut menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan
Pengangkutan Pangsa Pertumb. KontribusiAngkutan Jalan Raya 0.27 -1.70 -0.46Angkutan Sungai, Danau dan Penyeb. 0.11 1.21 0.14Angkutan Laut 0.11 2.85 0.31Angkutan Udara 0.14 -3.66 -0.50Jasa Penunjang Angkutan 0.37 -0.42 -0.16
Jumlah 1.00 -0.66 -0.66Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Tabel 1.9 Perkembangan Sub Sektor Angkutan Kaltim Tw II-2009 (y-o-y)
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
15
pertumbuhan pada triwulan I-2009 (Grafik 1.20).
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan pada triwulan II-2009 ini
diperkirakan akan mengalami kontraksi
sebesar -4,58% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan I-2009 sebesar 7,22%. Kontribusi
terbesar kontraksi yang terjadi pada sektor ini
dipengaruhi oleh sub sektor bank yaitu sebesar
-2,65% dari keseluruhan pertumbuhan sektor
keuangan, dengan kontraksi sebesar -10,24%.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan penyaluran
kredit perbankan pada triwulan II-2009 yang
tumbuh sebesar 22,18% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan I-2009 yang sebesar 27,93% (Grafik
1.21). Secara nominal, penyaluran kredit
perbankan pada periode berjalan ini mencapai
Rp 22,25 triliun.
Sub sektor lainnya yang mengalami
kontraksi adalah sub sektor jasa perusahaan, sub
sektor sewa bangunan dan sub sektor lembangan
keuangan bukan bank; sedangkan sub sektor
jasa penunjang keuangan merupakan satu-
satunya yang mampu tumbuh positif. Sementara
itu dari operasional perbankan menunjukkan
bahwa laba operasional perbankan masih tumbuh
positif, yaitu sebesar 25,92% (y-o-y), namun
lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan I-2009 yang sebesar 29,84%
(Grafik 1.22).
Industri Tanpa Migas Pangsa Pertumb. KontribusiBank 0.26 -10.24 -2.65Lembaga Keuangan Tanpa bank 0.04 -0.07 0.00Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.81 0.00Sewa Bangunan 0.43 -1.54 -0.67Jasa Perusahaan 0.26 -4.79 -1.27
Jumlah 1.00 -4.58 -4.58Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Tabel 1.10 Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
16
1.3.9 Sektor Jasa-jasa
Sektor ini pada periode laporan
diperkirakan mengalami pertumbuhan
sebesar 1,22% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
I-2009 sebesar 7,75%. Subsektor
pemerintah umum mengalami peningkatan sebesar 2,21%, sebaliknya subsektor swasta
diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -1,92%.
Pada subsektor swasta, kontribusi kontraksi dipengaruhi oleh sub sektor jasa perorangan
dan rumah tangga yaitu sebesar -1,816%, dengan pertumbuhan sebesar -2,64% (y-o-y). Kontraksi
juga terjadi pada sub sektor lainnya, yaitu sub sektor jasa hiburan dan rekreasi, dan sub sektor
jasa sosial kemasyarakatan, yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar -0,30% dan -
0,46% (y-o-y) (Tabel 1.12).
Swasta Pangsa Pertumb. KontribusiJasa Hiburan dan Rekreasi 0.26 -0.30 -0.08Jasa Sosial Kemasyarakatan 0.05 -0.46 -0.02Jasa Perorangan dan Rumahtangga 0.69 -2.64 -1.81
Jumlah 1.00 -1.92 -1.92Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Tabel 1.12 Perkembangan Sub Sektor Jasa-jasa Swasta
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
17
Boks. 1
1. BANK INDONESIA: “SIAPKAH KALTIM MENGOPTIMALKAN POTENSI PERIKANAN DAN KELAUTAN SEBAGAI PENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI?”;
SEMINAR SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN “SIAPKAH KALTIM MEMBANGUN MELALUI SEKTOR PERIKANAN KELAUTAN?” TOPIK MAKALAH:
2. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROV. KALTIM: “POTENSI SEKTOR PERIKANAN KELAUTAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN REGIONAL KALIMANTAN TIMUR”;
3. DEKAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNMUL: “ RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN KELAUTAN KALIMANTAN TIMUR”.
A. Kondisi Aktual dan Faktual Perikanan Kelautan RUMUSAN HASIL SEMINAR:
Kaltim memiliki potensi sumber daya alam di bidang perikanan yang terkandung dalam wilayah perairan dan laut dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga menjadi modal dalam pembangunan wilayah provinsi Kaltim.
B. Permasalahan dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Kelautan Beberapa kendala yang diidentifikasi menjadi potensi hambatan dalam pengelolaan sumber daya Perikanan Kelautan yaitu:
a. Permasalahan atas kondisi biofisik lingkungan perairan pesisir dan laut yang kurang mendapat perhatian sebagai faktor utama dalam pengembangan sektor Perikanan Kelautan;
b. Permasalahan atas kondisi sosial ekonomi kemasyarakatan di wilayah pesisir dan laut yang masih kurang mendapat perhatian khususnya dari pemerintah daerah setempat;
c. Bidang kelembagaan formal pemerintah yang masih bersifat sektoral serta sumber daya manusia bidang perikanan yang belum optimal melakukan fungsi dan tugasnya sebagai akibat keterbatasan skill dan sarana prasarana lapangan;
d. Sumber daya fisik wilayah (infrastruktur) yang masih sangat kurang; e. Kurangnya dukungan Suprastruktur dalam menunjang peningkatan usaha melalui
penerapan IPTEK produksi Perikanan; f. Belum terbangunnya sistem kemitraan antara pemilik modal dan lembaga keuangan
dengan pihak pengelola sumber daya perikanan kelautan (masyarakat lokal).
C. Faktor Pendukung Rencana Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Kelautan Faktor pendukung yang perlu dipersiapkan dan dibangun dalam implementasi rencana pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan:
A. Dokumen rencana pengelolaan yang tersusun dengan prinsip bottom up dan grass root approach, dengan melibatkan seluruh stakeholder terikait yaitu pemerintah, swasta, lembaga keuangan (Bank), perguruan tinggi dan lembaga masyarakat (masyarakat lokal);
B. Derivasi dokumen dalam bentuk detil program kerja yang menunjukkan tanggung jawab dari masing-masing pihak (stakeholder)
C. Regulasi dan kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan kelautan lintas sektoral dan spasial administratif (kabupaten/kota di Prov. Kaltim);
D. Konsep pembiayaan dan pengembangan usaha yang menganut sistem kemitraan (usaha mikro-kecil dengan usaha menengah-besar) dan proses pengelolaan sumber daya yang efisien dan efektif.
D. Skenario Pendekatan Model Rencana Pengelolaan Beberapa skenario pengelolaan yang dapat diusulkan dengan memperhatikan kondisi, permasalahan dan ketersediaan faktor pendukung agar sektor Perikanan Kelautan siap sebagai penunjang dalam pembangunan wilayah Kaltim yaitu:
a. Pengelolaan yang didasarkan pada keterpaduan antar sektoral ; b. Pengelolaan berdasarkan kemitraan antara produsen (masyarakat local) dengan
usaha menengah/besar dalam hal permodalan/pembiayaan, teknologi, manajemen usaha dan pemasaran yang difasilitasi oleh pemerintah, perbankan dan perguruan tinggi dengan hasil akhir tercapainya industrialisasi perikanan dengan prinsip grass root approach;
c. Pengelolaan berdasarkan potensi spasial yang mengarah pada klasterisasi wilayah berdasarkan produk ekonomi yang dihasilkan;
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
18
d. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan berbasiskan masyarakat local melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dengan penekanan pada aspek kehidupan/mata pencaharian masyarakat.
19
EEVVAALLUUAASSII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII
2.1 Gambaran Umum
Laju inflasi tahunan di Kalimantan
Timur pada triwulan II-2009 mencapai
4,90% (y-o-y), masih lebih rendah
dibandingkan laju inflasi tahunan pada
triwulan I-2009, yang tercatat sebesar
9,39%. Namun laju inflasi di Kalimantan
Timur ini masih lebih tinggi dibandingkan
dengan laju inflasi tahunan nasional yang
sebesar 3,65%. Berdasarkan
komoditasnya, laju inflasi tertinggi terjadi
pada kelompok komoditas makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau, yaitu sebesar 10,79% (y-o-y); diikuti oleh kelompok komoditas
pendidikan, rekreasi dan olahraga (9,98%), dan kelompok komoditas bahan makanan (6,41%).
Sementara kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan satu-
satunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi, yaitu sebesar -6,60%.
Berdasarkan kota pembentuk inflasi Kaltim, inflasi tahunan tertinggi pada triwulan laporan
terjadi di Tarakan yakni sebesar 8,40% (y-o-y), diikuti oleh Samarinda dan Balikpapan masing-
masing sebesar 4,87% (y-o-y) dan 3,77% (y-o-y).
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Inflasi Kaltim pada triwulan II
2009, meliputi:
• Dari sisi permintaan, adanya pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu adanya masa liburan
sekolah.
• Dari sisi penawaran, pasokan barang yang cukup memadai dan tanpa adanya kendala
transportasi.
Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan II-2009
Q-t-Q Y-o-YBahan Makanan -0.48 6.41Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2.04 10.79Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.95 6.13Sandang -1.40 3.71Kesehatan 0.61 5.79Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.87 9.98Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.29 -6.60
UMUM 0.50 4.90Sumber: BPS, diolah
KelompokInflasi (Q 2-09)
BBBAAABBB
IIIIII
Evaluasi Perkembangan Inflasi
20
2.2 Inflasi Triwulanan (q-t-q)
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (q-t-q)
Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa triwulanan di Kota Samarinda pada
triwulan II-2009 mencapai 0,42% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada
triwulan I-2009 yang sebesar 1,49%. Laju inflasi tertinggi tercatat pada kelompok komoditas
pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 1,07% (q-t-q), diikuti oleh kelompok
komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (1,03%). Hal ini dipengaruhi oleh
adanya pola konsumsi musiman, yaitu masa liburan anak sekolah. Sementara deflasi tertinggi
terjadi pada kelompok komoditas sandang, yaitu sebesar -2,03% (q-t-q).
Tabel 2.2
Inflasi Triwulanan di Kota Samarinda
Kelompok Inflasi Q-t-Q (%)
Q 1-09 Q 2-09
Bahan Makanan 2.44 0.43 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2.94 1.03
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.36 0.73 Sandang 2.59 -2.03 Kesehatan 1.86 0.08 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga -0.36 1.07 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -3.82 0.32
UMUM 1.49 0.42
Sumber: BPS, diolah
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (q-t-q)
Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 0,31%
(q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar 0,03%. Kelompok
komoditas yang mengalami peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok komoditas
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yaitu sebesar 1,81%; diikuti oleh kelompok
komoditas perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (1,19%) dan kelompok komoditas
kesehatan (0,56%). Sedangkan laju deflasi terbesar terjadi pada kelompok komoditas bahan
makanan, yaitu sebesar -1,40%. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya harga komoditas bahan
makanan.
Tabel 2.3 Inflasi Tahun Berjalan di Kota Balikpapan
Kelompok Inflasi Q-t-Q (%)
Q 1-09 Q 2-09 Bahan Makanan -0.84 -1.40 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2.82 1.81 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1.13 1.19 Sandang 1.82 -0.71 Kesehatan 0.84 0.56 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga -0.07 0.31 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -4.30 0.02
UMUM 0.03 0.31 Sumber: BPS, diolah
Evaluasi Perkembangan Inflasi
21
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (q-t-q)
Laju inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan II-2009 mencapai 0,53% (q-t-q), merupakan
yang tertinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Kalimantan Timur, lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2009 yang mencapai 0,53%. Laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 6,52% (q-t-q), diikuti oleh kelompok komoditas
kesehatan (2,74%) dan kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga (2,22%). Sementara
deflasi terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan, yaitu sebesar -1,00% (q-t-q). Deflasi ini
terjadi karena adanya penurunan harga komoditas.
Tabel 2.3 Inflasi Triwulanan di Kota Tarakan
Kelompok Q-t-Q (%)
Q 1-09 Q 2-09 Bahan Makanan 1.92 -1.00 Makananan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.33 6.52 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.30 0.97 Sandang 4.89 -0.99 Kesehatan 0.07 2.74 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.00 2.22 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -4.11 0.97
UMUM 0.53 1.34 Sumber: BPS, diolah
2.3 Inflasi Tahunan (y-o-y)
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda
Laju inflasi Kota Samarinda secara tahunan pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 4,87%
(y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 10,52%.
Laju inflasi Kota Samarinda ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan secara
nasional yang tercatat sebesar 3,65%.
Kelompok komoditas dengan laju inflasi terbesar adalah kelompok komoditas makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu sebesar 10,87%, diikuti oleh kelompok komoditas
pendidikan, rekreasi dan olahraga (8,40%) dan kelompok komoditas perumahan, air listrik,
gas dan bahan bakar (7,25%). Hal ini dipengaruhi oleh adanya pola konsumsi musiman, yaitu
adanya masa liburan anak sekolah. (Tabel 2.5). Sementara itu, deflasi terjadi pada kelompok
komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan (-6,19%), yang dipengaruhi oleh
penurunan ongkos angkutan.
Evaluasi Perkembangan Inflasi
22
Tabel 2.4
Inflasi tahunan Samarinda menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Inflasi Y-o-Y (%)
Q 4-08 Q 1-09 Q 2-09 Bahan Makanan 20.38 11.28 6.55 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 12.94 14.88 10.87 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 15.91 18.07 7.25 Sandang 7.85 5.44 2.82 Kesehatan 7.64 8.43 6.80 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 8.50 7.77 8.40 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 3.53 -0.52 -6.19
UMUM 12.69 10.52 4.87 Sumber: BPS, diolah
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan
Laju inflasi tahunan di Kota Balikpapan pada periode berjalan mencapai 3,77% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,29%. Laju
inflasi tahunan Kota Balikpapan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan
nasional yang tercatat sebesar 3,65%. Laju inflasi tertinggi di kota ini tercatat terjadi pada
kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 13,63% (y-o-y), yang
dipengaruhi oleh adanya pola konsumsi musiman, yaitu masa liburan anak sekolah. Kelompok
komoditas lainnya yang juga memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi pada triwulan II-2009
adalah kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (9,33%) dan
kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (4,84%). Sementara satu-
satunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi adalah kelompok komoditas transpor,
komunikasi dan jasa keuangan, yang dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan kota.
Tabel 2.5 Inflasi tahunan Balikpapan menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Inflasi Y-o-Y (%)
Q 4-08 Q 1-09 Q 2-09 Bahan Makanan 21.02 9.21 3.22 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6.92 8.12 9.33 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 12.64 10.57 4.84 Sandang 5.02 3.59 3.75 Kesehatan 4.83 4.68 4.02 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 15.91 13.69 13.63 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2.50 -2.27 -6.37
UMUM 11.30 7.29 3.77 Sumber: BPS, diolah
2.2.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan
Laju inflasi tahunan di Kota Tarakan pada triwulan II-2009 mencapai 8,40% (y-o-y),
merupakan yang tertinggi diantara kota-kota pembentuk inflasi di Kalimantan Timur. Laju inflasi
tahunan Kota Tarakan ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang 3,65%.
Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok
Evaluasi Perkembangan Inflasi
23
komoditas dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 15,42% (y-o-y); diikuti oleh kelompok
komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (14,86%), dan kelompok komoditas
kesehatan (7,31%). Sementara deflasi terjadi pada kelompok komoditas transportasi, komunikasi
dan jasa keuangan, yaitu sebesar -8,63% (y-o-y).
Tabel 2.6 Inflasi tahunan Kota Tarakan menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Y-o-Y (%)
Q 1-09 Q 2-09 Bahan Makanan 21.31 15.42 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 13.46 14.86 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 7.53 5.92 Sandang 8.89 7.16 Kesehatan 7.46 7.31 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.68 3.49 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.56 -8.63
UMUM 11.69 8.40 Sumber: BPS, diolah
24
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.1. Gambaran Umum
Kinerja kegiatan usaha perbankan di Kaltim pada triwulan laporan secara umum
menunjukkan peningkatan baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy). Hal ini tercermin
dari pertumbuhan positif yang dialami indikator utama kegiatan usaha perbankan meliputi aset,
penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit.
Apabila dibandingkan dengan data nasional (s.d Mei 2009) menurut pertumbuhan
triwulanan (qtq), indikator kegiatan usaha perbankan di Kaltim dan nasional menunjukkan
perkembangan yang tidak searah. Jumlah aset dan DPK bank umum secara nasional tercatat
turun masing-masing sebesar 1,8% dan 0,1% serta kredit tidak bertumbuh. Sementara pada
saat yang sama bank umum di Kaltim mengalami peningkatan aset, DPK dan kredit masing-
masing sebesar 2,4%; 2,4% dan 5,9%. Berdasarkan pertumbuhan tahunan (yoy),
penghimpunan DPK dan penyaluran kredit oleh bank umum di Kaltim mengalami peningkatan
masing-masing sebesar 20,6% dan 22,2%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional
masing-masing sebesar 14,8% dan 13,7%. Namun dari sisi aset, jumlah aset bank umum di
Kaltim hanya naik 4,9%, atau lebih rendah dibanding pertumbuhan aset nasional sebesar
13,2%.
Perkembangan kinerja BPR di Kaltim menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini
terlihat dari pertumbuhan jumlah aset BPR yang mencapai 18,95% (y-o-y). Demikian juga
halnya dengan pertumbuhan DPK yang mencapai 24,29% (y-o-y), sementara kredit mampu
tumbuh sebesar 21,87% (y-o-y).
Asesmen terhadap risiko-risiko yang dihadapi perbankan daerah, memperlihatkan
terjadinya peningkatan risiko kredit dan risiko likuiditas namun tetap dalam kondisi yang
terkendali.
BBBAAABBB
IIIIIIIII
-1.8%
-0.1%
0.0%
2.4%
5.9%
2.4%
-4.0% -2.0% 0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0%
Aset
DPK
Kredit
Nasional
Kaltim
Grafik 3.1
Kinerja triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (qtq)
13.2%
14.8%
13.7%
4.9%
20.6%
22.2%
0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0%
Aset
DPK
Kredit
Grafik 3.2
Kinerja tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)
Perkembangan Perbankan Daerah
25
3.2. Perkembangan Usaha Bank Umum
3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif
Total aset bersih (net assets) bank umum di Kaltim pada triwulan II-2009 tercatat Rp
45.756 miliar, mengalami peningkatan 2,42% (qtq) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya
(Tabel 3.1). Menurut kelompok bank, peningkatan jumlah aset bersih dialami oleh bank
pemerintah, yakni sebesar 3,84% sedangkan bank swasta mencata penurunan aset bersih
sebesar 0,87%. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan II-2008, total aset perbankan
mencatat pertumbuhan sebesar 20,74% (yoy).
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim
Tw2-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 Tw1-09 Tw2-09 qtq yoy
Jumlah Aset Bersih 38,724 46,465 45,652 46,756 100.00% 100.00% 2.42% 20.74%
Bank Pemerintah 27,349 32,634 31,850 33,074 69.77% 70.74% 3.84% 20.93%
Bank Swasta 11,375 13,832 13,802 13,682 30.23% 29.26% -0.87% 20.28%
Aktiva Produktif 30,487 30,487 30,572 31,368 100.00% 100.00% 2.60% 2.89%
Penempatan pada Bank Indonesia 7,891 7,891 7,549 7,505 24.69% 23.93% -0.57% -4.89%
Penempatan pada Bank Lain 790 790 702 248 2.30% 0.79% -64.67% -68.61%
Surat berharga yang dimiliki 1,308 1,308 1,296 1,355 4.24% 4.32% 4.61% 3.61%
Kredit yang diberikan 20,474 20,474 21,012 22,249 68.73% 70.93% 5.89% 8.67%
Lainnya 24 24 13 10 0.04% 0.03% -23.98% -59.32%
Pertumb. Tw2-09Keterangan
Posisi (dalam Rp miliar) Komposisi
Dilihat dari komposisinya, aktiva produktif bank umum di Kaltim masih didominasi
oleh pemberian kredit dengan pangsa 70,93% dan penempatan pada BI dengan pangsa
23,93%. Penurunan suku bunga acuan (BI-rate) pada triwulan laporan, diperkirakan ikut
berpengaruh terhadap penurunan penempatan pada BI sebesar 0,57%, dari Rp 7.549 miliar
pada triwulan I-2009 menjadi Rp 7.505 miliar pada triwulan laporan.
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat
Dana masyarakat yang berhasil
dihimpun oleh bank umum di Kaltim pada
triwulan II-2009 mencapai Rp 42.346
miliar, atau meningkat 2,36% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Jika dibandingkan dengan
posisi triwulan II-2008, penghimpunan
dana pihak ketiga (DPK) telah mengalami
pertumbuhan sebesar 20,6% (yoy).
Peningkatan dana pada triwulan
laporan berasal dari semua jenis
simpanan. Berdasarkan pertumbuhan triwulanan (qtq), giro mencatat pertumbuhna tertinggi
sebesar 4,2%, diikuti tabungan dan simpanan berjangka, yang masing-masing tumbuh
sebesar 2,66% dan 0,38%.
Menurut kelompok bank, peningkatan simpanan terjadi pada bank milik pemerintah,
yakni sebesar 3,52% sedangkan bank swasta mengalami penurunan jumlah simpanan
sebesar 0,62%. Penurunan simpanan bank swasta berasal dari penurunan deposito sebesar
5,81% (qtq).
05
1015202530354045
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008 2009
DPK
(triliu
n Rp)
-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%35%40%
DPK (sumbu kiri) g (yoy) g (qtq)
Grafik 3.3. Perkembangan Simpanan Masyarakat
Perkembangan Perbankan Daerah
26
Tabel 3.2. Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim
KomposisiTw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 Tw2-09 q-t-q y-o-y
Total DPK 35,113 39,350 41,518 41,367 42,346 100.0% 2.36% 20.60%Giro 11,013 13,532 12,917 12,597 13,126 31.0% 4.20% 19.19%Tabungan 14,031 14,474 15,525 14,920 15,316 36.2% 2.66% 9.16%Deposito 10,069 11,344 13,075 13,851 13,903 32.8% 0.38% 38.08%
Bank Pemerintah 25,797 29,183 29,940 29,852 30,902 73.0% 3.52% 19.79%Giro 9,099 11,643 10,859 10,586 10,907 25.8% 3.03% 19.87%Tabungan 10,168 10,405 10,962 10,326 10,717 25.3% 3.79% 5.40%Deposito 6,530 7,135 8,119 8,941 9,278 21.9% 3.78% 42.08%
Bank Swasta 9,315 10,166 11,578 11,515 11,443 27.0% -0.62% 22.84%Giro 1,914 1,889 2,059 2,011 2,219 5.2% 10.34% 15.92%Tabungan 3,863 4,069 4,563 4,594 4,599 10.9% 0.12% 19.06%Deposito 3,538 4,208 4,957 4,910 4,625 10.9% -5.81% 30.71%
Pert. Tw2-09Posisi (dalam Rp Miliar)Jenis Simpanan
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum
Penyaluran kredit bank umum di Kaltim
pada triwulan II-2009 menunjukkan perlambatan
namun masih tercatat positif. Perlambatan
pertumbuhan kredit tersebut terjadi ditengah
mulai turunnya tingkat bunga pinjaman. Akan
tetapi, penurunan suku bunga simpanan tersebut
tidak secepat penurunan BI-rate sehingga
tingkat bunga pinjaman yang berlaku dinilai
masih relatif tinggi. Adapun BI-rate selama
triwulan laporan telah turun sebanyak 75 basis
poin, yakni dari 7,75% pada akhir triwulan I-2009 menjadi 7% pada akhir triwulan laporan
(Grafik 3.4).
a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan bank
umum yang berkantor di Kaltim pada
triwulan II-2009 mencapai Rp 22.249,1
miliar (tabel 3.3). Secara triwulanan,
pertumbuhan kredit pada triwulan laporan
tercatat 5,89% (qtq) atau lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan I-2009 sebesar 2,63%. Jika
dibandingkan dengan posisi triwulan II-
2008, penyaluran kredit pada triwulan II-
2009 telah tumbuh sebesar 22,18% (yoy)
atau melambat dibanding pertumbuhan
tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 27,85% (grafik 3.5).
Menurut kelompok bank, kredit yang disalurkan bank umum pemerintah mencapai Rp
14.402,1 miliar (pangsa 64,7%) atau mengalami peningkatan 9,38% dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit oleh bank umum swasta pada
triwulan laporan hanya meningkat sebesar 0,03%, menjadi Rp 7.847 miliar (pangsa
35,3%).
68
1012
14161820
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009
Suku
Bun
ga (%
)
K. Inv K. Kons KMK BI-rate
Grafik 3.4.
Perkembangan Suku Bunga Kredit dan BI-rate
0
5
10
15
20
25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008 2009
Kre
dit
(tr
iliu
n R
p)
0%5%10%15%20%25%30%35%40%
Kredit g (yoy) g (qtq)
Grafik 3.5.
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim
Perkembangan Perbankan Daerah
27
Berdasarkan jenis penggunaannya, semua jenis kredit mengalami pertumbuhan
yang positif secara triwulanan (qtq). kredit modal kerja (pangsa 43,9%) mencatat
pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,26% menjadi Rp 9.769,5 miliar. Selanjutnya kredit
konsumsi (pangsa 31,4%) meningkat sebesar 4,7% menjadi Rp 6.977,2 miliar, diikuti
kredit investasi (pangsa 24,7%) yang meningkat 3,34% menjadi Rp 5.502,3 miliar.
Menurut sektor ekonomi, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan
air (17,18%), diikuti sektor konstruksi (15,75%), sektor pertambangan (12,89%) dan
sektor pertanian (11,01%).
Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim
KomposisiTw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 Tw2-09 q-t-q y-o-y
Kredit 18,209.6 19,846.9 20,473.8 21,012.4 22,249.1 100.0% 5.89% 22.18% Kelompok Bank
Bank Pemerintah 11,144.0 11,938.4 12,028.3 13,167.5 14,402.1 64.7% 9.38% 29.24%Bank Swasta 7,065.6 7,908.5 8,445.5 7,844.9 7,847.0 35.3% 0.03% 11.06%
Jenis PenggunaanModal Kerja 8,202.2 8,713.7 8,958.4 9,024.0 9,769.5 43.9% 8.26% 19.11%Investasi 4,219.6 4,804.4 5,030.6 5,324.5 5,502.3 24.7% 3.34% 30.40%Konsumsi 5,787.9 6,328.8 6,484.7 6,664.0 6,977.2 31.4% 4.70% 20.55%
Sektor EkonomiPertanian 665.9 846.0 887.4 915.9 1,016.7 4.6% 11.01% 52.68%Pertambangan 583.0 478.7 555.5 680.7 768.4 3.5% 12.89% 31.79%Perindustrian 710.5 767.5 864.7 785.9 737.2 3.3% -6.19% 3.76%Listrik, Gas dan Air 14.9 27.4 27.2 34.6 40.5 0.2% 17.18% 172.22%Konstruksi 2,384.7 2,719.9 2,476.4 2,627.5 3,041.2 13.7% 15.75% 27.53%Perdagangan 4,319.5 4,524.9 4,765.4 4,771.3 5,039.5 22.7% 5.62% 16.67%Angkutan 703.8 813.8 889.9 950.3 1,008.5 4.5% 6.12% 43.29%Jasa Dunia Usaha 2,803.6 3,090.1 3,254.6 3,311.0 3,342.0 15.0% 0.94% 19.20%Jasa Sosial 222.4 238.8 254.7 260.7 267.8 1.2% 2.71% 20.39%Lain-Lain 5,801.2 6,339.8 6,498.0 6,674.7 6,987.2 31.4% 4.68% 20.44%
LDR 51.86% 50.44% 49.31% 50.79% 52.54%
Pert. Tw2-09Keterangan
Posisi (dalam Rp Miliar)
Dengan terjadinya pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan simpanan maka nisbah pinjaman terhadap simpanan bruto (Gross-LDR) bank
umum yang berkantor di Kaltim mengalami kenaikan, dari 50,79% pada triwulan I-2009
menjadi 52,54% pada triwulan laporan.
b. Kredit bank umum berlokasi proyek di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan perbankan
secara nasional untuk membiayai proyek yang
berlokasi di wilayah Kaltim pada periode
laporan (s.d Mei 2009) tercatat sebesar Rp
30.777 miliar, mengalami peningkatan sebesar
2,09% (qtq) dibandingkan dengan posisi kredit
pada triwulan sebelumnya (Tabel 3.4). Namun
jika dibandingkan dengan triwulan II tahun
2008, kredit berdasarkan lokasi proyek
mengalami pertumbuhan sebesar 13,6% (yoy)
atau melambat dibanding pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 21,26% (Grafik 3.6).
0
510
1520
2530
35
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008 2009
Kre
dit
(tr
iliu
n R
p)
-20%
-10%0%
10%20%
30%40%
50%Kredit (sb kanan) g (yoy) g (qtq)
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Berlokasi
Proyek di Kaltim
Perkembangan Perbankan Daerah
28
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan triwulanan (qtq) kredit memperlihatkan
baik bank pemerintah maupun bank swasta mengalami peningkatan kredit yakni sebesar
3,77% dan 0,26%. Menurut sektor ekonomi, pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor
pertanian (18,93%) dan sektor pertambangan (9,98%). Sementara itu, empat sektor
ekonomi mengalami penurunan kredit, tertinggi terjadi pada sektor perindustrian (-
15,29%). Dengan pertumbuhan kredit yang hampir sama dengan dibanding pertumbuhan
DPK maka nisbah pinjaman terhadap simpanan (LDR) berdasarkan lokasi proyek di Kaltim
relatif tidak bergerak, yakni dari sebesar 72,9% per triwulan I-2009 menjadi 72,7% per
triwulan II-2009.
Tabel 3.4. Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim
Komposisi
Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 Tw2-09 q-t-q y-o-y
Kredit Lokasi Proyek 27,091.9 29,728.4 30,166.0 30,147.2 30,777.0 100.0% 2.09% 13.60% Kelompok Bank
Bank Pemerintah 13,024.9 14,086.1 15,116.8 15,724.1 16,316.5 53.0% 3.77% 25.27%Bank Swasta 14,067.0 15,642.3 15,049.2 14,423.2 14,460.4 47.0% 0.26% 2.80%
Sektor EkonomiPertanian 1,898.7 2,213.0 2,438.5 2,522.7 3,000.2 9.7% 18.93% 58.01%Pertambangan 4,969.4 5,220.0 4,617.3 3,566.8 3,923.0 12.7% 9.98% -21.06%Perindustrian 1,323.5 1,492.1 1,688.4 1,989.7 1,685.4 5.5% -15.29% 27.34%Listrik, Gas dan Air 344.3 348.2 335.7 347.8 342.0 1.1% -1.65% -0.65%Konstruksi 2,943.2 3,315.2 3,109.7 3,479.2 3,510.0 11.4% 0.89% 19.26%Perdagangan 4,733.5 5,173.5 5,417.6 5,430.5 5,536.6 18.0% 1.95% 16.97%Angkutan 1,086.5 1,164.2 1,277.0 1,338.6 1,363.6 4.4% 1.87% 25.50%Jasa Dunia Usaha 3,839.5 4,292.3 4,547.6 4,568.6 4,484.1 14.6% -1.85% 16.79%Jasa Sosial 168.6 198.5 222.6 226.8 225.9 0.7% -0.38% 33.98%Lain-Lain 5,784.6 6,311.4 6,511.6 6,676.6 6,706.1 21.8% 0.44% 15.93%
LDR - lokasi proyek 77.2% 75.5% 72.7% 72.9% 72.7%
Pert. Tw2-09Keterangan
Posisi (dalam Rp Miliar)
Menurut kabupaten/kota, penyaluran kredit terkonsentrasi untuk membiayai proyek
di kota Samarinda dan kota Balikpapan yang merupakan pusat bisnis di Kalimantan Timur.
Jumlah kredit yang dikucurkan untuk proyek di kota Samarinda mencapai Rp 9.874,3 miliar
(pangsa 32,03%) dan di kota Balikpapan (termasuk Kabupaten Penajam Paser Utara)
sebesar Rp 8.870,2 miliar (pangsa 28,77%). Sementara itu, alokasi kredit terkecil diperoleh
Kabupaten Malinau sebesar Rp 82,9 miliar (pangsa 0,27%).
Tabel 3.5. Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kabupaten/Kota di Kaltim
Kredit DPK Kredit DPKKota Samarinda 9,874.3 14,046.1 32.03% 34.46% 70.30%Kota Balikpapan 8,870.2 9,443.9 28.77% 23.17% 93.92%Kab. Kutai Kartanegara 3,258.3 3,274.3 10.57% 8.03% 99.51%Kota Bontang 3,063.0 1,999.7 9.93% 4.91% 153.17%Kab. Berau 1,715.8 1,877.0 5.56% 4.60% 91.41%Kota Tarakan 1,228.8 3,166.9 3.99% 7.77% 38.80%Kab. Paser 894.7 1,920.5 2.90% 4.71% 46.59%Kab. Kutai Timur 767.3 1,928.7 2.49% 4.73% 39.78%Kab. Bulungan 495.2 1,465.1 1.61% 3.59% 33.80%Kab. Kutai Barat 355.5 288.0 1.15% 0.71% 123.44%Kab. Nunukan 226.9 655.1 0.74% 1.61% 34.63%Kab. Malinau 82.9 699.4 0.27% 1.72% 11.85%
Kabupaten/KotaNominal* (Rp M) Pangsa
LDR
Perkembangan Perbankan Daerah
29
Apabila dilihat dari nisbah pinjaman terhadap simpanan (LDR), nisbah tertinggi
terjadi di kota Bontang sebesar 153,17%, diikuti oleh Kabupaten Kutai Barat sebesar
123,44%, diikuti oleh Kabupaten Kutai Kartanegara (99,51%) dan kota Balikpapan
(93,92%). Sedangkan LDR terendah terjadi pada Kabupaten Malinau dengan nisbah
11,85% (Tabel 3.5).
3.3. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum di Kaltim
pada Triwulan II-2009 mencapai Rp 14.596 miliar atau dengan pangsa 65,6% terhadap total
kredit (Tabel 3.6). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit MKM Kaltim pada triwulan laporan
mencapai 6,04% (qtq) atau sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan total kredit yang sebesar
5,89%. Menurut skalanya, tingkat pertumbuhna tertinggi terjadi pada kredit berskala kecil
(plafon Rp 50 juta hingga Rp 500 juta) sebesar 8,40%, diikuti kredit berskala menengah (plafon
Rp 500 juta s.d Rp 5 miliar) yang tumbuh sebesar 5,99% dan kredit mikro (plafon hingga Rp 50
juta) yang tumbuh sebesar 3,36%. Apabila dibandingkan dengan posisi triwulan II-2008, kredit
MKM per triwulan II-2009 mencatat pertumbuhan sebesar 22,18% (yoy).
Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit
Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 Tw2-09 q-t-q y-o-y
Mikro (s.d Rp 50 jt) 3,245 3,499 3,523 3,694 3,818 17.2% 3.36% 17.64%
Kecil (Rp 50 jt s.d 500 jt) 3,848 4,212 4,248 4,342 4,706 21.2% 8.40% 22.32%
Menengah (Rp 500 jt s.d 5 miliar) 5,368 5,705 5,804 5,728 6,072 27.3% 5.99% 13.12%
Kredit UMKM (s.d Rp 5 miliar) 12,460 13,416 13,575 13,764 14,596 65.6% 6.04% 17.14%
Besar (> Rp 5 miliar) 5,749 6,431 6,899 7,249 7,654 34.4% 5.58% 33.12%
Total 18,210 19,847 20,474 21,012 22,249 100.0% 5.89% 22.18%
Pert. Tw2-09Posisi (miliar Rp)Skala Kredit
Komposisi
Berdasarkan kelompok bank, kredit MKM yang disalurkan bank pemerintah pada triwulan
laporan tercatat Rp 8.742 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 10,4% dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Sebaliknya, jumlah kredit MKM yang dikucurkan bank swasta
tercatat Rp 5.853,6 miliar atau hanya naik sebesar 0,14% dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (Tabel 3.7).
Tabel 3.7. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank,
Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi
Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 Tw1-09 Tw2-09 q-t-q y-o-y
Kredit UMKM 12,460.2 13,415.7 13,574.6 13,763.7 14,595.5 100.0% 100.0% 6.04% 17.14% Kelompok Bank
Bank Pemerintah 6,967.1 7,504.4 7,228.8 7,918.3 8,742.0 57.5% 59.9% 10.40% 25.47%Bank Swasta 5,493.1 5,911.3 6,345.8 5,845.4 5,853.6 42.5% 40.1% 0.14% 6.56%
Jenis PenggunaanModal Kerja 5,127.8 5,426.3 5,459.4 5,381.4 5,845.1 39.1% 40.0% 8.62% 13.99%Investasi 1,622.6 1,749.6 1,793.9 1,889.1 1,926.7 13.7% 13.2% 1.99% 18.74%Konsumsi 5,709.8 6,239.8 6,321.2 6,493.2 6,823.7 47.2% 46.8% 5.09% 19.51%
Sektor EkonomiPertanian 340.7 321.7 351.5 352.9 413.3 2.6% 2.8% 17.12% 21.31%Pertambangan 143.0 138.7 139.5 133.0 143.4 1.0% 1.0% 7.84% 0.24%Perindustrian 177.9 189.6 184.4 177.8 185.3 1.3% 1.3% 4.17% 4.10%Listrik, Gas dan Air 7.9 21.1 20.8 21.4 28.2 0.2% 0.2% 31.96% 258.00%Konstruksi 949.7 1,063.8 969.2 956.9 1,132.2 7.0% 7.8% 18.31% 19.22%Perdagangan 3,192.9 3,356.7 3,462.9 3,497.4 3,717.1 25.4% 25.5% 6.28% 16.42%Angkutan 299.4 333.7 372.3 357.0 340.0 2.6% 2.3% -4.79% 13.54%Jasa Dunia Usaha 1,534.3 1,640.7 1,641.8 1,661.4 1,698.9 12.1% 11.6% 2.26% 10.73%Jasa Sosial 91.3 98.9 97.7 102.0 103.5 0.7% 0.7% 1.43% 13.35%Lain-Lain 5,723.1 6,250.8 6,334.5 6,503.9 6,833.7 47.3% 46.8% 5.07% 19.41%
Pert. Tw2-09Keterangan
KomposisiPosisi (dalam Rp miliar)
Perkembangan Perbankan Daerah
30
Peningkatan penyaluran kredit MKM pada triwulan laporan juga didukung oleh penyaluran
kredit usaha rakyat (KUR) di Kalimantan Timur yang pada triwulan laporan mencapai Rp 309
miliar dengan jumlah debitur sebanyak 29.026.
Menurut jenis penggunaan, lebih dari separoh kredit MKM disalurkan untuk usaha
produktif yang pangsanya mencapai 53,2%, terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi
masing-masing berjumlah Rp 5.845,1 miliar (pangsa 40%) dan Rp 1.926,7 miliar (pangsa
13,2%). Sementara sisanya sebesar Rp 6.823,7 miliar (pangsa 46,8%) merupakan kredit
konsumsi. Dilihat dari pertumbuhannya secara triwulanan (qtq), kredit modal kerja tumbuh
paling tinggi yaitu sebesar 8,62%, diikuti kredit konsumsi yang meningkat 5,09% dan kredit
investasi yang tumbuh sebesar 1,99%.
Secara sektoral, distribusi penyaluran kredit MKM terutama untuk membiayai tiga sektor
utama, yaitu sektor perdagangan (pangsa 25,5%), sektor jasa dunia usaha (pangsa 11,6%) dan
sektor konstruksi (pangsa 7,8%). Dilihat dari pertumbuhan triwulanannya (qtq), hampir semua
sektor mencatat pertumbuhan positif, tertinggi dialami oleh sektor listrik, gas & air (31,96%).
Sedangkan, sektor angkutan merupakan satu-satunya sektor yang mengalami penurunan kredit
(-4,79%).
Tabel 3.8. Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Menurut Skala Kredit
Mikro Kecil Menengah UMKM Mikro Kecil Menengah UMKM
1-Lancar 3,244.1 3,798.6 5,056.1 12,098.7 3,369.8 4,202.9 5,368.6 12,941.3
2-Dalam Perhatian Khusus 362.2 431.3 450.4 1,243.9 353.8 382.4 518.5 1,254.7
3-Kurang Lancar 17.9 15.2 59.5 92.7 18.6 21.1 28.4 68.1
4-Diragukan 22.9 18.7 35.1 76.6 24.6 20.1 27.9 72.6
5-Macet 46.5 77.9 127.4 251.8 50.6 79.7 128.5 258.8
Total Kredit UMKM 3,693.6 4,341.7 5,728.5 13,763.7 3,817.5 4,706.2 6,071.9 14,595.5
Nominal NPLs (3,4,5) 87.3 111.8 222.0 421.1 93.9 120.9 184.7 399.5
% NPLs 2.36 2.57 3.88 3.06 2.46 2.57 3.04 2.74
Trw2-09 (miliar Rp)Trw1-09 (miliar Rp)Koletibilitas
Kualitas kredit MKM yang disalurkan bank umum di Kaltim selama triwulan laporan
menunjukkan perbaikan seperti terlihat dari persentase kredit bermasalah bruto (gross-non
performing loans/NPLs) yang sebesar 2,74% atau lebih kecil dibanding persentase NPLs pada
triwulan sebelumnya yang sebesar 3,04%. Dilihat dari skalanya, persentase NPLs terendah
terjadi pada kredit mikro yaitu 2,46%, sedangkan persentase NPLs tertinggi dialami oleh kredit
berskala menengah sebesar 3,04% (Tabel 3.8).
Tabel 3.9
Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi
Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 +/ - (Rp M) q-t-q Tw1-09 Tw2-09
NPLs Kredit UMKM 379.5 358.2 326.1 421.1 399.5 -21.6 -5.12% 3.06% 2.74% Jenis Penggunaan
Modal Kerja 179.0 162.1 164.6 193.5 195.2 1.7 0.90% 3.60% 3.34%Investasi 71.9 72.6 45.5 76.6 60.0 -16.6 -21.65% 4.06% 3.12%Konsumsi 128.5 123.5 116.0 151.0 144.3 -6.7 -4.45% 2.33% 2.11%
Sektor EkonomiPertanian 24.3 13.7 10.6 15.6 11.7 -3.9 -25.07% 4.41% 2.82%Pertambangan 3.1 5.0 3.3 3.4 6.5 3.1 90.86% 2.55% 4.51%Perindustrian 13.0 12.0 5.0 4.2 4.0 -0.2 -5.45% 2.37% 2.15%Listrik, Gas dan Air 0.0 0.0 0.2 0.2 - -0.2 na 0.84% 0.00%Konstruksi 34.2 38.7 32.5 71.8 59.9 -12.0 -16.68% 7.51% 5.29%Perdagangan 114.6 108.1 92.9 109.9 121.2 11.3 10.29% 3.14% 3.26%Angkutan 6.4 5.9 5.3 3.6 3.9 0.3 7.96% 1.00% 1.13%Jasa Dunia Usaha 48.4 41.9 51.0 51.4 37.7 -13.7 -26.66% 3.09% 2.22%Jasa Sosial 5.0 7.4 7.0 6.8 7.1 0.3 4.36% 6.66% 6.85%Lain-Lain 130.4 125.4 118.4 154.3 147.7 -6.5 -4.24% 2.37% 2.16%
KeteranganNisbah NPLPert. Tw2-09Posisi (Rp miliar)
Perkembangan Perbankan Daerah
31
Dilihat dari jenis penggunaan kredit (tabel 3.9), persentase NPLs UMKM untuk kredit
modal kerja merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 3,34%, namun masih lebih rendah
dibanding persentase NPLs triwulan sebelumnya yang sebesar 3,6%. Selanjutnya, persentase
NPLs UMKM untuk kredit invesatsi dan konsumsi juga mengalami penurunan menjadi masing-
masing sebesar 3,12% dan 2,11%, atau lebih rendah dibanding persentase NPLs triwulan
sebelumnya sebesar 4,06% dan 2,33%. Menurut sektor ekonomi, persentase NPLs tertinggi
terjadi pada sektor jasa sosial (6,85%) dan sektor konstruksi (5,29%). Sedangkan sektor-sektor
lainnya mencatat persentase NPLs di bawah 5%.
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 1
a. Perkembangan Aset BPR
Jumlah aset BPR di wilayah Kalimantan Timur pada
triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan sebesar
18,95% (y-o-y), dengan total nilai mencapai Rp
191,84 miliar. Sementara secara triwulanan aset BPR
tumbuh sebesar 3,82% (q-t-q) dibandingkan dengan
jumlah aset pada triwulan I-2009.
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) BPR di
Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 ini mengalami
peningkatan sebesar 24,29% (y-o-y) dibandingkan
triwulan II-2008. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah deposito sebesar 27,95% (y-o-y) menjadi Rp
69,41 miliar, dan pertumbuhan tabungan yang mencapai
19,23% (y-o-y) menjadi Rp 46,86 miliar. Pertumbuhan
deposito menyumbang sebesar 16,21% terhadap
pertumbuhan DPK BPR triwulan II-2009.
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR
Penyaluran kredit oleh BPR pada triwulan laporan mencapai Rp 142,76 miliar, atau
mengalami peningkatan sebesar 21,87% (y-o-
y) dibandingkan triwulan II-2008. Peningkatan
ini dipengaruhi oleh pertumbuhan pada setiap
komponen kredit, yaitu modal kerja yang
tumbuh 13,07% (y-o-y) menjadi Rp 82,68
miliar; investasi tumbuh 64,48% (y-o-y)
menjadi Rp 14,198 miliar dan kredit konsumsi
yang tumbuh sebesar 29,67% (y-o-y) menjadi
Rp 45,89 miliar. Kontribusi terbesar
pertumbuhan penyaluran kredit BPR berasal
dari penyaluran kredit konsumsi sebesar
8,96%, diikuti oleh kredit modal kerja
(8,16%) dan kredit investasi (4,75%).
Perkembangan Perbankan Daerah
32
Tabel 3.10. Perkembangan usaha BPR di Kalimantan Timur
(dalam juta rupiah)
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q-t-Q Y-o-YJumlah BPR 11 11 11 11 11 11Aset 143,155 161,276 172,714 182,727 184,786 191,841 3.82 18.95Kredit 94,943 117,144 125,516 136,050 137,695 142,763 3.68 21.87
Modal Kerja 59,157 73,120 80,966 86,113 82,183 82,675 0.60 13.07Investasi 6,951 8,632 9,301 12,727 13,116 14,198 8.25 64.48Konsumsi 28,836 35,391 35,248 37,209 42,396 45,890 8.24 29.67
DPK 86,408 93,546 101,344 104,923 114,939 116,265 1.15 24.29Deposito 48,714 54,247 60,423 61,081 67,147 69,410 3.37 27.95Tabungan 37,694 39,299 40,920 43,842 47,791 46,855 -1.96 19.23LDR (%) 109.88 125.23 123.85 129.67 119.80 122.79 NPLs (%) 7.86 7.74 6.59 8.83 11.14 12.74
Sumber : Laporan bulanan BPR Kalimantan Timur, diolah kembali.
Keterangan2008 2009 Q II-2009
3.5. Asesmen Risiko Perbankan
3.5.1 Risiko Kredit
Secara umum, risiko kredit yang dihadapi perbankan daerah Kaltim masih kondusif
meskipun terdapat sedikit peningkatan persentase kredit bermasalah bruto (Gross-NPLs)
pada jenis penggunaan kredit untuk invesatsi dan sebagian sektor ekonomi yang dibiayai.
Kualitas kredit yang disalurkan bank umum di Kaltim pada triwulan laporan
mengalami sedikit penurunan, tercermin dari nisbah NPLs pada triwulan II-2009 sebesar
2,55% atau sedikit lebih tinggi dibanding nisbah NPLs triwulan I-2009 sebesar 2,50% (Tabel
3.11). Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah kredit bermasalah tercatat meningkat sejumlah
Rp 40,9 miliar (7,78%) bila dibandingkan dengan posisi triwulan I-2009.
Tabel 3.11. Perkembangan Kolektibiltas Kredit Bank Umum
Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 Tw II-07 Tw1-09 Tw2-09 +/- (Rp M) q-t-q
1-Lancar 16,594.6 17,986.9 18,868.7 18,470.8 19,816.1 88.91% 87.90% 89.06% 1,345.3 7.28%
2-Dalam Perhatian Khusus 1,089.6 1,337.9 1,155.4 2,016.1 1,866.5 6.96% 9.59% 8.39% -149.5 -7.42%
3-Kurang lancar 61.2 86.5 64.9 121.2 87.6 0.45% 0.58% 0.39% -33.7 -27.78%
4-Diragukan 65.4 71.5 103.4 82.6 113.2 1.25% 0.39% 0.51% 30.5 36.97%
5-Macet 398.8 364.1 281.4 321.7 365.7 2.43% 1.53% 1.64% 44.0 13.68%
NPLs (3+4+5) 525.4 522.1 449.7 525.6 566.5 4.13% 2.50% 2.55% 40.9 7.78%
Total Kredit 18,209.6 19,846.9 20,473.8 21,012.4 22,249.1 100.00% 100.00% 100.00% 1,236.6 5.89%
Pert. Tw2-09Sektor
Kolektibilitas (Rp M) Komposisi
Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah menghadapi risiko kredit yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan bank swasta. Hal tersebut terlihat dari persentase kredit
bermasalah (NPLs) pada bank pemerintah yang tercatat 2,62%, atau lebih tinggi
dibandingkan dengan nisbah NPLs bank swasta sebesar 2,41%. Dilihat dari
perkembangannya, bank pemerintah mengalami penurunan nisbah NPLs sedangkan bank
swasta mengalami peningkatan nisbah NPLs (Tabel 3.12).
Menurut jenis penggunaan, risiko kredit pada semua jenis penggunaan relatif terjaga
dengan baik dengan mencatat rasio NPLs dibawah 5%. Risiko kredit tertinggi terjadi pada
kredit modal kerja, yang persentase NPLs-nya pada triwulan laporan mencapai 3,08%.
Sementara itu, persentase NPLs kredit investasi dan kredit konsumsi tercatat masing-masing
sebesar 2,20% dan 2,07%. Dilihat dari perkembangannya, hanya kredit investasi yang
mengalami peningkatan persenbtase NPLs sedangkan persentase NPLs kredit modal kerja
dan konsumsi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
1 Tidak termasuk BPR/S di kota Balikpapan (2 BPR/S)
Perkembangan Perbankan Daerah
33
Tabel 3.12. Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum
Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 +/- (Rp M) q-t-q Tw1-09 Tw2-09 Kelompok Bank
Bank Pemerintah 319.09 383.07 280.67 359.28 377.64 18.36 5.1% 2.73 2.62 Bank Swasta 206.32 139.08 169.01 166.31 188.82 22.52 13.5% 2.12 2.41
Jenis PenggunaanModal Kerja 212.21 218.78 255.09 280.49 300.92 20.43 7.3% 3.11 3.08 Investasi 184.67 179.88 78.59 94.12 121.28 27.16 28.9% 1.77 2.20 Konsumsi 128.53 123.48 116.00 150.98 144.26 -6.71 -4.4% 2.27 2.07
Sektor EkonomiPertanian 34.88 24.22 21.04 30.07 11.67 -18.40 -61.2% 3.28 1.15 Pertambangan 6.36 5.02 15.92 15.99 37.02 21.03 131.5% 2.35 4.82 Perindustrian 21.59 20.63 4.96 4.22 3.99 -0.23 -5.4% 0.54 0.54 Listrik, Gas & Air 0.02 0.02 0.20 0.18 - -0.18 -100.0% 0.52 - Konstruksi 133.83 144.49 82.30 120.45 145.97 25.52 21.2% 4.58 4.80 Perdagangan 121.65 133.87 114.44 125.64 136.63 10.99 8.7% 2.63 2.71 Angkutan 6.44 5.91 5.32 3.57 8.87 5.30 148.4% 0.38 0.88 Jasa Dunia Usaha 65.25 49.64 74.79 59.13 62.33 3.20 5.4% 1.79 1.87 Jasa Sosial 4.96 12.92 12.30 12.07 12.26 0.19 1.6% 4.63 4.58 Lain-Lain 130.44 125.42 118.41 154.26 147.73 -6.53 -4.2% 2.31 2.11
525.41 522.14 449.68 525.58 566.46 40.88 7.8% 2.50 2.55
Nisbah NPL (%)Keterangan
Total
Pert. Tw2-09Nominal NPL (Rp M)
Berdasarkan sektor ekonomi, semua sektor mencatat nisbah NPLs yang relatif rendah
(dibawah 5%) dengan nisbah tertinggi terjadi pada sektor pertambangan, konstruksi dan
sektor jasa sosial, dengan persentase NPLs masing-masing sebesar 4,82%, 4,8% dan
4,58%.
3.5.2 Risiko Likuiditas
Asesmen risiko likuiditas bertujuan untuk melihat paparan risiko likuiditas yang
dihadapi bank umum di Kaltim ditinjau dari kecukupan likuiditas, struktur kepemilikan
simpanan dan profil jangka waktu dan sebaran nominal serta rekening simpanan.
Kondisi likuiditas perbankan Kaltim selama triwulan laporan cukup terkendali
meskipun sedikit mengetat. Ketahanan likuiditas perbankan Kaltim yang tercermin dari rasio
antara jumlah alat likuid terhadap jumlah non-core deposit (NCD) tercatat sebesar 88,14%
atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 89.63%. Penurunan ini berasal
dari lebih besarnya tingginya peningkatan kewajiban jangka pendek dibanding peningkatan
alat likuid (Grafik 3.10).
Dari segi struktur kepemilikan diketahui bahwa 57,1% simpanan di bank umum pada
triwulan laporan merupakan milik perorangan, yakni mencapai Rp 24.177 miliar. Selanjutnya
88.1489.6397.30
104.55
84.1393.71
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
T1-08 T2-08 T3-08 T4-08 T1-09 T2-09
(Rp
tri
liu
n)
0
20
40
60
80
100
120
(%)
Alat Likuid NCD Alat Likuid/NCD Grafik 3.10.
Perkembangan Rasio Alat Likuid Perbankan Kaltim
11.6
3.9
2.6
11.2
4.1
1.2
24.4
8.8
5.2
2.1
21.6
10.1
4.1
3.6
20.4
8.1
3.8
2.8
24.224.8
0 5 10 15 20 25 30
Perorangan
Pemda
Perus. Swasta
Lainnya
DPK (Rp miliar)
Tw 2-09
Tw 1-09
Tw 4-08
Tw 3-08
Tw 2-08
Grafik 3.11. Struktur Kepemilikan Simpanan
Perkembangan Perbankan Daerah
34
dana milik pemerintah daerah tercatat Rp 11.640 miliar dengan pangsa 27,49% dan dana
milik perusahaan swasta sebesar Rp 3.895 miliar dengan pangsa 9,2% (Grafik 3.11).
Tabel 3.13
Struktur Jangka Waktu, Sebaran Nominal dan Rekening DPK
Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09 Tw4-08 Tw1-09 Tw2-09
Jangka pendek
Giro 12,917 12,597 13,126 31.1% 30.5% 31.0%
Tabungan 15,525 14,920 15,316 37.4% 36.1% 36.2%
Simpanan berjangka s.d 3 bulan 10,908 11,821 11,495 26.3% 28.6% 27.1%
Total DPK s.d 3 bulan 39,350 39,338 39,937 94.8% 95.1% 94.3%
Jangka menengah panjang
Total DPK > 3 bulan 2,168 2,030 2,409 5.2% 4.9% 5.7%
Struktur Sebaran Nominal DPK
Nominal s.d Rp 100 juta 10,769 10,452 10,775 25.9% 25.3% 25.4%
Nominal >Rp 100 juta s.d Rp 2 miliar 15,381 14,750 15,097 37.0% 35.7% 35.7%
Nominal > Rp 2 miliar 15,367 16,166 16,473 37.0% 39.1% 38.9% Struktur Sebaran Rekening DPK
Rekening s.d Rp 100 jt (dlm ribuan) 1,779.7 1,844.1 1,854.1 97.2% 97.4% 97.3%
Rekening > Rp 100 jt s.d Rp 2 miliar 50.4 47.6 49.1 2.8% 2.5% 2.6%
Rekening > Rp 2 miliar 1.6 1.4 1.4 0.1% 0.1% 0.1%
41,518 41,367 42,346 100.0% 100.0% 100.0%
1,831.7 1,893.1 1,904.6 100.0% 100.0% 100.0%
Komposisi
Total DPK
Keterangan
Total Rekening
Posisi (nominal dlm miliar Rp)
Berdasarkan profil jangka waktu, struktur simpanan terkonsentrasi tinggi pada
simpanan jangka pendek dengan pangsa 94,3% (Tabel 3.13). Struktur simpanan yang
didominasi oleh simpanan berjangka pendek tersebut rentan terhadap penarikan dana secara
tiba-tiba (sudden withdrawal), terutama oleh nasabah besar. Namun tingginya kepercayaan
deposan terhadap keamanan sistem perbankan nasional membuat perkembangan struktur
sebaran nominal dan rekening DPK tidak mengalami perubahan yang berarti selama triwulan
laporan. Hampir 40% simpanan merupakan DPK dengan besaran nominal diatas Rp 2 miliar
namun dimiliki hanya oleh 0,1% rekening. Sementara itu 97,3% rekening mempunyai
besaran nominal simpanan di bawah Rp 100 juta.
3.5.3 Risiko Pasar
Berdasarkan analisis grafis yang
menghubungkan antara suku bunga kredit
dengan rasio NPLs dalam periode triwulan I-
2006 s.d triwulan II-2009 (Grafik 3.12),
terlihat pergerakan yang acak antara nisbah
NPLs dengan suku bunga kredit. Hal ini
didukung oleh hasil penghitungan koefisien
korelasi2
kedua variabel tersebut yang hanya
0,44. Oleh karenanya dapat dikatakan
bahwa persentase NPLs tidak sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga kredit.
2 Angka koefisen korelasi berkisar 0 s.d 1, makin mendekati angka 1 berarti derajat hubungan antara kedua variabel makin tinggi, sebaliknya makin mendekati angka 0 menunjukkan hubungan yang makin lemah
10.011.012.013.014.015.016.017.018.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008 2009
(%)
0.01.02.03.04.05.06.07.08.0
(%)
Bunga Kredit (sumbu kiri)
Gross NPLs (sumbu kanan)
Grafik 3.12.
Perkembangan bunga kredit dan rasio NPLs
35
KEUANGAN DAERAH
4.1 Gambaran Umum
Komponen pendapatan pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur Triwulan II 2009 dari
data Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Timur yang masuk sampai dengan tanggal 22 Juni 2009 secara
total mencapai 21,54 milyar atau mencapai kekurangan realisasi sebesar 99,57% dari total pendapatan
yang direncanakan pada APBD 2009. Realisasi komponen pendapatan ini tergolong masih sangat kecil
yang keseluruhannya disumbangkan oleh komponen Pendapatan Aseli Daerah, dengan prosentase
kekurangan realisasi sebesar 98,64% dari total Pendapatan Aseli Daerah yang direncanakan pada APBD
2009. Komponen belanja yang sudah terealisasi pada triwulan II 2009 secara total mencapai 145
milyar, dengan prosentase kekurangan realisasi mencapati 97,30%. Pencapaian realisasi ini
disumbangkan oleh komponen belanja operasi sebesar 46,94 milyar, komponen belanja modal sebesar
8,06 milyar, komponen belanja tidak terduga sebesar 0.014 milyar dan komponen transfer bagi hasil ke
kabupaten/desa/kota sebesar 87,46. Kekurangan realisasi komponen pendapatan dan komponen
belanja sampai dengan Triwulan II 2009 yang tergolong besar ini selain disebabkan oleh belum
masuknya data realisasi dari keseluruhan SKPD yang ada terutama di wilayah utara (Nunukan,
Tarakan) dan wilayah selatan (Pasir, Penajam Paser Utara) provinsi Kalimantan Timur, juga disebabkan
oleh kegiatan pembangunan yang menyerap anggaran dalam jumlah besar seperti kegiatan
pembangunan infrastruktur dasar masih belum banyak dilakukan sampai dengan triwulan II 2009.
Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kalimantan Timur (data sampai dengan 22 Juni 2009)
4.2 Pendapatan
Komponen pendapatan pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur sampai dengan Triwulan
II 2009 tercatat sebesar 21,54 milyar atau mencapai kekurangan realisasi sebesar 99,57% dari total
BBBAAABBB
IIIVVV
Keuangan Daerah
36
pendapatan yang direncanakan pada APBD 2009. Pendapatan tersebut disumbangkan oleh komponen
Pendapatan Aseli Daerah yang berasal dari Pendapatan Retribusi Daerah dengan prosentase realisasi
sebesar 13,92%. Beberapa SKPD yang belum menyampaikan laporan realisasi anggarannya
menyebabkan kecilnya angka realisasi komponen pendapatan.
4.3 Belanja
Komponen belanja pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur tahun 2009 mencapai
145,49 milyar. Komponen terbesar pembentuk belanja tersebut adalah komponen transfer bagi hasil
pajak ke kabupaten/kota sebesar 87,46 milyar, dengan prosentase realisasi yang juga paling besar jika
dibandingkan komponen lainnya yaitu sebesar 12,54%. Secara berturut-turut komponen pembentuk
realisasi belanja lainnya adalah komponen belanja pegawai sebesar 31,07 milyar, komponen belanja
barang sebesar 17,84, dan komponen belanja jalan irigasi dan jaringan sebesar 7,97 milyar.
Kekurangan realisasi komponen belanja secara keseluruhan tergolong besar yaitu 97,30%. Hal ini
disebabkan oleh kegiatan pembangunan yang menyerap anggaran dalam jumlah besar seperti kegiatan
pembangunan infrastruktur dasar masih belum banyak dilakukan sampai dengan triwulan II 2009.
37
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1. Gambaran Umum
Perkembangan peredaran uang kartal di wilayah Kalimantan Timur yang diukur dari
jumlah uang kartal yang masuk dan keluar dari kas Bank Indonesia Samarinda dan Balikpapan
pada triwulan II-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Secara keseluruhan, peredaran uang kartal di wilayah Kalimantan Timur
mengalami net outflow karena jumlah uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia di
Kalimantan Timur lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Sementara jumlah
uang kartal yang masuk dalam kategori PTTB juga mengalami penurunan dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan juga terjadi pada transaksi kliring, sedangkan pada transaksi RTGS
mengalami peningkatan.
5.2. Perkembangan Transaksi Tunai
5.2.1. Perkembangan Pengedaran Uang Kartal
Transaksi tunai antara perbankan
di Kalimantan Timur dengan Kantor
Bank Indonesia Samarinda dan
Balikpapan, pada triwulan II-2009
mencapai Rp 1.811 miliar atau
mengalami penurunan dibandingkan
dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, sebesar -4,83% (grafik
5.1). Angka pertumbuhan tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan transaksi tunai secara year-on-year pada triwulan I-2009 yang sebesar
42,99%. Menurunnya jumlah peredaran uang kartal pada periode berjalan ini dipengaruhi
oleh menurunnya kegiatan transaksi di Kalimantan Timur yang menggunakan uang kartal.
Sementara itu, transaksi tunai secara triwulanan mengalami kontraksi sebesar –15,50%
dibandingkan dengan triwulan I-2009, yang mencapai Rp 2.143 miliar.
Dari nominal transaksi tunai pada periode laporan tersebut, jumlah uang yang keluar
dari kas Bank Indonesia di Kalimantan Timur mencapai Rp 1.582 miliar. Jumlah ini
mengalami peningkatan sebesar 54,95% (q-t-q) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sedangkan jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia dari perbankan mencapai
Rp 229 miliar atau turun sebesar -79,59% dibandingkan triwulan I-2009. Secara
keseluruhan, pada triwulan II-2009 ini, Kalimantan Timur mengalami net outflow (jumlah
uang masuk lebih kecil dibandingkan dengan uang yang keluar) sebesar Rp 1.352,76 miliar.
BBBAAABBB
VVV
Perkembangan Sistem Pembayaran
38
Dari jumlah uang kartal yang
masuk ke kas Bank Indonesia di
wilayah Kalimantan Timur, terdapat
uang kartal yang masuk dalam
kategori Uang Tidak Layak Edar
(UTLE), yaitu uang yang menurut
klasifikasi Bank Indonesia sudah
tidak layak untuk menjadi alat
pembayaran, misalnya mengalami
kelusuhan dalam tingkat yang
parah atau rusak. Jenis uang yang
termasuk dalam UTLE tersebut kemudian masuk dalam klasifikasi untuk dimusnahkan atau
Bank Indonesia melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Jumlah uang yang
termasuk dalam kategori PTTB ini pada triwulan II-2009 mencapai Rp 94 miliar atau
mengalami penurunan sebesar -44,56% (y-o-y) dibandingkan triwulan II-2008 (grafik 5.2).
Sedangkan secara triwulanan, jumlah PTTB ini mengalami peningkatan sebesar 82,51% (y-o-
y).
Menurunnya jumlah uang kartal yang termasuk dalam PTTB pada periode triwulan II-
2009 ini dipengaruhi juga oleh menurunnya volume peredaran uang kartal di wialyah
Kalimantan Timur pada periode berjalan ini.
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai
5.3.1. Perkembangan Transaksi Kliring
Transaksi kliring di wilayah Kalimantan
Timur, yang meliputi Kota Samarinda, Balikpapan,
Bontang dan Tarakan, pada triwulan II-2009
mengalami kontraksi dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya (grafik
5.3). Jumlah transaksi kliring triwulan II-2009
mencapai Rp 4.739 miliar atau berkontraksi
sebesar -0,21% (y-o-y); dengan jumlah volume
transaksi sebesar 229.000 transaksi. Sementara
dibandingkan dengan periode triwulan I-2009,
transaksi kliring mengalami peningkatan sebesar 5,34% (q-t-q). Kontraksi yang terjadi pada
laju pertumbuhan transaksi kliring di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh menurunnya
aktivitas transaksi dengan menggunakan kliring dan beralih ke RTGS baik karena nilai
transaksi yang besar maupun kecepatan transaksinya.
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS
Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) di Kalimantan Timur triwulan II-2009
mencapai Rp 34.165 miliar, atau mengalami petumbuhan sebesar 14,92% (y-o-y)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan
transaksi RTGS pada periode berjalan ini dipengaruhi oleh meningkatnya transaksi dengan
menggunakan RTGS, baik yang berasal dari maupun yang masuk ke Kalimantan Timur, yang
masing-masing menunjukkan pertumbuhan sebesar 11,90% dan 17,73% (y-o-y).
Perkembangan Sistem Pembayaran
39
Sementara secara triwulanan, transaksi RTGS pada triwulan I-2009 juga mengalami
peningkatan sebesar 18,81% (q-t-q) dibandingkan dengan transaksi pada triwulan I-2009
yang sebesar Rp 28.755 miliar. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya
kecenderungan masyarakat untuk bertransaksi dalam nominal yang besar dan penggunaan
akses yang lebih cepat dibandingkan dengan melalui kliring.
Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp miliar)
Transaksi RTGS 2008 2009 Q II-2009
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q-t-Q Y-o-Y
Keluar Kaltim
Jumlah 28,145 14,320 16,340 17,746 14,077 16,024 13.83 11.90
Volume 16,243 17,476 20,648 20,163 17,024 18,579 9.13 6.31
Masuk Ke Kaltim
Jumlah 20,863 15,409 20,123 21,686 14,678 18,141 23.59 17.73
Volume 22,142 23,940 28,501 30,181 26,740 29,762 11.30 24.32
Total
Jumlah 49,008 29,729 36,463 39,431 28,755 34,165 18.81 14.92
Volume 38,385 41,416 49,149 50,344 43,764 48,341 10.46 16.72
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan lokasi Kantor Bank
Indonesia (KBI) di Kalimantan Timur,
transaksi RTGS di wilayah kerja KBI
Samarinda pada periode berjalan ini
mencapai Rp 24.902 miliar dengan volume
transaksi sebesar 29.454 transaksi. Jumlah
transaksi RTGS di KBI Samarinda
mengalami peningkatan sebesar 20,46%
(y-o-y) dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Sementara
transaksi RTGS di Balikpapan tercatat sebesar Rp 9.263 miliar atau meningkat sebesar
2,28% (y-o-y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan
transaksi di Kota Samarinda memberikan sumbangan yang besar terhadap penurunan
transaksi RTGS di Kalimantan Timur, yaitu dengan andil sebesar 14,23%.
40
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur
Jumlah penduduk Kalimantan Timur yang berusia 15 tahun keatas, berdasarkan data Sakernas
Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur bulan Februari 2009, berjumlah 2.242.398 orang, atau
mengalami peningkatan sebesar 3,44% (y-o-y) dibandingkan dengan data Sakernas bulan Februari
2008. Dari jumlah tersebut, yang termasuk dalam angkatan kerja mencapai 1.488.456 orang,
mengalami peningkatan sebesar 19,13% (y-o-y); sehingga tinggkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
di Kalimantan Timur mencapai 66,38%. Sementara yang bukan angkatan kerja adalah sebanyak
753.942 orang, mengalami penurunan sebesar -17,90% (y-o-y).
Dari jumlah angkatan kerja, yang
termasuk dalam kategori bekerja mencapai
1.323.369 orang atau meningkat sebesar
19,55% (y-o-y), sedangkan yang menganggur
mencapai 165.087 orang, mengalami
peningkatan sebesar 15,85% (y-o-y).
Sementara itu dari jumlah bukan angkatan
kerja, didominasi oleh orang yang termasuk
dalam klasifikasi mengurus rumah tangga, yaitu
sebanyak 443.114 orang atau 58,77%. Sedangkan kategori lainnya adalah sekolah dan lainnya (Grafik
6.1).
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur
2009 PertumbuhanFebruari Agustus Februari (y-o-y, %)
Bekerja 1,106,982 1,259,587 1,323,369 19.55 Pengangguran 142,506 157,376 165,087 15.85
Angkatan Kerja 1,249,488 1,416,963 1,488,456 19.13 Sekolah 241,929 199,570 213,623 (11.70) Mengurus Rumah Tangga 501,465 495,114 443,114 (11.64) Lainnya 174,884 91,764 97,205 (44.42)
Bukan Angkatan Kerja 918,278 786,448 753,942 (17.90) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 11.41 11.11 11.09Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 57.64 64.31 66.38
Total Penduduk Berumur 15 tahun ke Atas 2,167,766 2,203,411 2,242,398 3.44 Sumber: BPS Kalimantan Timur
2008Jenis Kegiatan Total Kalimantan Timur
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur berdasarkan Sektor Ekonomi dan
Status Pekerjaan Utamanya
Penyerapan tenaga kerja terbesar di
Kalimantan Timur masih didominasi oleh sektor
pertanian dengan pangsa sebesar 35,07% atau
mencapai 464.076 orang. Penyerapan ini mengalami
peningkatan sebesar 9,08% (y-o-y) dibandingkan
dengan bulan Februari 2008. Sektor lainnya yang juga
mampu menyerap tenaga kerja cukup besar adalah
BBBAAABBB
VVVIII
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
41
sektor perdagangan dan sektor jasa, masing-masing dengan pangsa sebesar 20,45% dan 16,24%
(Grafik 6.2). Sementara berdasarkan laju pertumbuhannya, penyerapan tenaga kerja di sektor listrik,
gas dan air bersih mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 65,19%; diikuti oleh sektor jasa
dan sektor perdagangan, masing masing bertumbuh sebesar 59,48% dan 41,61% (y-o-y).
Berdasarkan status pekerjaan utamanya, pekerja di Kalimantan Timur didominasi oleh orang-
orang yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai, yaitu sebanyak 41,60% dari keseluruhan pekerja
di Kalimantan Timur; kemudian diikuti orang-orang yang berusaha sendiri (19,09%) dan berusaha
dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (16,10%). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pekerja
bebas di pertanian, yang tumbuh sebesar 91,16% (y-o-y), kemudian diikuti pekerja yang bekerja
sebagai pekerja keluarga/tak dibayar (50,48%) dan sebagai buruh/karyawan/pegawai (18,34%) (Tabel
6.2).
Tabel 6.2 Penduduk Umur 15 th keatas yang bekerja menurut Status Pekerjaan Utama
2009 PertumbuhanFebruari Agustus Februari (y-o-y, %)
Berusaha Sendiri 220,490 266,718 252,668 14.59 19.09%Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 202,218 207,073 213,058 5.36 16.10%Berusaha dibantu Buruh Tetap 31,946 33,930 37,600 17.70 2.84%Buruh/Karyawan/Pegawai 465,244 537,441 550,585 18.34 41.60%Pekerja Bebas di Pertanian 19,173 23,829 36,652 91.16 2.77%Pekerja Bebas di Non Pertanian 35,670 28,528 33,807 -5.22 2.55%Pekerja Keluarga/tak Dibayar 132,241 162,068 198,999 50.48 15.04%
Total 1,106,982 1,259,587 1,323,369 19.55 100.00%Sumber: BPS Kalimantan Timur
Pangsa2008
Status Pekerjaan Utama Total Kalimantan Timur
42
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan III-2009
Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan III-
2009 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang
positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar antara
1,4% s.d. 2,4% (y-o-y). Salah satu indikator yang menjadi
arah pertumbuhan positif tersebut dapat terlihat dari hasil
Survei Indikator Ekonomi Regional (SKDU) yang dilakukan
Bank Indonesia Samarinda, yang menunjukkan bahwa
pada triwulan III-2009 para pelaku usaha memiliki
ekspektasi yang cukup optimis terhadap kondisi usaha
mereka. Saldo bersih tertimbang (SBT) Ekspektasi usaha
triwulan III-2009 tercatat sebesar 1,51%, dengan
ekspektasi situasi bisnis sebesar 40,08%. Faktor yang
mendorong meningkatnya ekspektasi para pelaku usaha adalah ekspektasi meningkatnya permintaan
masyarakat karena adanya pengaruh pola konsumsi musiman, yaitu dengan adanya bulan puasa dan
perayaan Idul Fitri.
Dari PDRB sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami pertumbuhan
yang positif, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2009, yang diperkirakan
didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat karena pengaruh pola konsumsi musiman. Dari
indikator Survei Konsumen (SK) bulan Juli 2009,
yaitu ketepatan waktu untuk membeli barang
tahan lama, berada pada level 90; lebih tinggi
dibandingkan posisi akhir triwulan II-2009 (Juni)
yang sebesar 87,5 (Grafik 7.2) Meningkatnya
indikator ini diperkirakan didorong oleh adanya
pola konsumsi musiman dan tambahan
penghasilan yang diterima karena pemberian
tunjangan hari raya (THR). Pertumbuhan
ekonomi triwulan III-2009 juga diperkirakan
akan didorong oleh kembali tumbuhnya
komponen ekspor dengan mulai membaiknya permintaan luar negeri. Pertumbuhan ekspor ini
diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan impor, yang diperkirakan
masih akan mengalami kontraksi, seiring dengan meningkatnya ekspektasi pelaku ekonomi untuk
meningkat skala usahanya.
Sementara itu dari sisi PDRB sektoral, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2009 diperkirakan
didorong oleh pertumbuhan di sektor industri pengolahan, terutama migas, dengan adanya kebijakan
pemerintah untuk meningkatnya produksi LNG; dan sektor pertambangan dan penggalian, yang
didorong oleh meningkatnya permintaan. Sektor lainnya yang diperkirakan untuk tumbuh positif adalah
sektor pertanian yang diperkirakan didorong oleh laju pertumbuhan di sub sektor kehutanan, yang
dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan produk-produk kehutanan seiring dengan membaiknya
BBBAAABBB
VVVIIIIII
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III
2008 2009
Inde
ks S
BT (%
)
Grafik 7.1 Survei Kegiatan Dunia Usaha
Ekspektasi Usaha
Ekspektasi Situasi Bisnis
Prospek perekonomian Daerah
43
perkembangan pada industri pengolahan yang menggunakan bahan baku kayu, seperti industri kertas
dan produk kayu lainnya.
Sementara itu hasil SK yang dilakukan
Bank Indonesia Samarinda pada bulan Juli 2009
menunjukkan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
berada pada level 145,17; berada diatas level
optimis 100,00, dan lebih tinggi dibandingkan
posisi akhir triwulan II-2009 (Juni), yang tercatat
sebesar 134,33 (Grafik 7.3). Meningkatnya
indeks ini menunjukkan bahwa konsumen cukup
optimis terhadap perkembangan kondisi
perekonomian di masa mendatang, yang
diperkirakan dipengaruhi oleh faktor adanya ekspektasi penghasilan yang diterima karena penerimaan
tunjangan hari raya (THR) dan meningkatnya permintaan masyarakat karena pengaruh pola konsumsi
musiman dengan adanya bulan Puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Isu-isu strategis yang diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur di
masa yang akan datang, antara lain:
• Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan
PT. Gunung Bayan Coal bekerjasama dengan Pemkot Balikpapan untuk membangun powerplant
khusus untuk kepentingan di Kawasan Industri Kariangau. Pembangkit listrik tersebut direncanakan
mampu menyediakan daya sebesar 2 x 25 MW dan akan menelan biaya sebesar Rp 2,4 triliun.
• PT. Kaltim Prima Coal (KPC) berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kutai
Timur.
PT. KPC berencana membangun PLTU di Kabupaten Kutai Timur, berkapasitas 2 x 100 Megawatt
(MW), yang pembangunannya akan dilaksanakan oleh Bakrie Power. PLTU ini untuk memenuhi
kebutuhan di sistem Mahakam, yang jaringannya mampu mencapai Balikpapa, Samarinda, Kutai
Kartanegara, Bontang dan Kutai Timur. PLTU ini direncanakan selesai pada tahun 2013.
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi
Tekanan terhadap laju perkembangan
harga barang dan jasa pada triwulan III-2009
diperkirakan akan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode triwulan II-
2009. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan konsumsi masyarakat yang
dipengaruhi oleh adanya pola konsumsi
musiman, yaitu dengan adanya bulan puasa
dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu
juga dipengaruhi meningkatnya ekspektasi
penghasilan karena adanya penerimaan tunjangan hari raya (THR). Hal ini terlihat dari indeks
ekspektasi penghasilan pada bulan Juli 2009 yang sebesar 160, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan
Juni 2009 sebesar 151. Sedangkan indeks ekspektasi tabungan pada periode yang sama sebesar 148,
lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juni 2009 yang sebesar 149,5 (Grafik 7.4). Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kecenderungan untuk menggunakan tambahan penghasilan
yang mereka peroleh untuk konsumsi dibandingkan dengan ditabung. Hal ini didukung pula dengan
meningkatnya indeks ketepatan waktu untuk membeli barang tahan lama (Gafik 7.2).
Prospek perekonomian Daerah
44
Sementara itu juga, indeks yang
mengukur perubahan harga umum 3 bulan
yang akan datang dari hasil SK bulan Juli
2009 berada pada level 148; sedikit lebih
rendah dibandingkan posisi bulan Juni 2009
yang sebesar 150 (Grafik 7.5); namun lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata indeks
perubahan harga di triwulan II-2009. Hal ini
menunjukkan bahwa pada triwulan III-2009,
harga-harga berpotensi untuk mengalami kenaikan.
LAMPIRAN
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II*
MAKRO EKONOMI
Indeks Harga Konsumen (IHK) 166.80 112.61 116.35 116.63 117.54 117.72
Kota Samarinda 165.99 113.57 116.93 116.86 118.60 118.81
Kota Balikpapan 167.76 110.64 113.98 114.43 114.46 114.69
Kota Tarakan 115.17 121.55 122.55 123.20 123.08
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y,%) 11.05 14.9 13.99 13.06 9.39 7.71
Kota Samarinda 11.60 15.83 14.37 12.69 10.52 8.09
Kota Balikpapan 10.40 13.66 11.42 11.30 7.29 6.65
Kota Tarakan 15.33 20.68 19.85 11.69 9.52
PDRB - harga konstan (miliar Rp) 25,592.33 25,814.59 25,949.64 25,811.47 25,668.77 26,301.52
Pertanian 1,957.63 1,860.22 1,728.87 1,511.26 1,669.54 1,847.12
Pertambangan & Penggalian 9,858.43 10,041.29 10,184.14 10,429.62 9,938.13 10,275.10
Industri Pengolahan 8,164.66 8,232.89 8,231.40 8,010.76 8,035.48 8,599.25
Listrik, gas dan air bersih 78.64 79.30 80.24 80.35 81.79 80.84
Bangunan 874.35 892.53 907.53 913.97 943.86 869.91
Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,107.97 2,117.59 2,162.06 2,190.87 2,245.70 2,085.14
Pengangkutan dan Komunikasi 1,328.20 1,347.21 1,375.70 1,382.01 1,440.95 1,328.67 Keuangan, Persewaan dan Jasa 727.37 745.19 764.74 767.97 779.90 711.03 Jasa 495.07 498.37 514.97 524.68 533.42 504.45
Pertumbuhan PDRB (y-o-y,%) 6.62 6.82 4.58 1.44 0.30 1.89 Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) 992.79 1,015.41 1,688.86 1,804.46 1,823.66 1,796.91 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 18,860 18,065 20,799 23,673 25,289 23,743 Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 119.07 108.23 273.65 427.53 1,268.89 300.94 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 117.72 89.70 95.03 86.65 157.03 82.14
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
2009INDIKATOR
2008
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II*PERBANKANBank Umum:Total Aset (Rp triliun) 41.93 44.56 51.44 50.37 53.68 52.54DPK (Rp triliun) 32.97 35.11 39.35 41.52 41.37 42.35
Tabungan (Rp triliun) 12.64 14.03 14.47 15.52 14.92 15.32 Giro (Rp triliun) 9.52 11.01 13.53 12.92 12.60 13.13 Deposito (Rp triliun) 10.81 10.07 11.34 13.08 13.85 13.90
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan lokasi proyek 24.01 25.38 29.75 29.83 29.26 30.14 Modal Kerja 11.55 12.03 14.26 12.85 12.38 13.27 Konsumsi 5.21 5.58 6.31 6.49 6.63 6.82 Investasi 7.25 7.77 9.18 10.49 10.24 10.06 LDR 72.80% 72.29% 75.59% 71.85% 70.72% 71.18%
Kredit (Rp triliun) -berdasarkan lokasi kantor cab 16.44 18.21 19.85 20.47 21.01 22.25 Modal Kerja 7.37 8.20 8.71 8.96 9.02 9.77 Konsumsi 5.39 5.79 6.33 6.48 6.66 6.98 Investasi 3.67 4.22 4.80 5.03 5.32 5.50 LDR 49.84% 51.86% 50.43% 49.31% 50.79% 52.54%
Kredit UMKM (Rp triliun)Kredit Mikro (<Rp 50 juta) (Rp triliun) 3.00 3.25 3.50 3.52 3.69 3.82
Kredit Modal Kerja 0.35 0.41 0.44 0.42 0.44 0.49
Kredit Investasi 0.04 0.10 0.10 0.10 0.11 0.12 Kredit Konsumsi 2.61 2.74 2.95 3.00 3.14 3.21
Kredit Kecil (Rp 50 juta < X ≤ Rp 500 juta) (Rp triliun) 3.41 3.85 4.21 4.25 4.34 4.71 Kredit Modal Kerja 1.20 1.32 1.42 1.39 1.36 1.46 Kredit Investasi 0.25 0.36 0.42 0.46 0.52 0.55 Kredit Konsumsi 1.96 2.17 2.37 2.40 2.45 2.69
Kredit Menengah (Rp 500 juta < X < ≤ Rp 5 miliar) (Rp triliun) 4.78 5.37 5.70 5.80 5.73 6.07 Kredit Modal Kerja 2.98 3.40 3.56 3.65 3.58 3.90 Kredit Investasi 1.09 1.16 1.23 1.24 1.26 1.26 Kredit Konsumsi 0.72 0.81 0.91 0.92 0.90 0.92
Total Kredit MKM (Rp triliun) 11.19 12.46 13.42 13.57 13.76 14.60 NPL MKM gross (%) 3.66 3.05 2.67 2.40 3.06 2.74 NPL MKM nett (%)
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
2009INDIKATOR
2008