i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan bagi
penulis sehingga skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan
salam kepada nabi Muhammad Saw sebagai revolusioner umat Islam yang telah
membawa umat manusia kepada pencerahan ilmu Pengetahuan.
Tidak sedikit sepertinya pengorbanan yang harus dibayar dalam perampungan skripsi
ini, waktu, tenaga, fikiran dan entah banyak lagi. Namun dengan dorongan yang kuat
dan I’tikad yang mantap bahwa tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan dan hidup
adalah sebuah perjuangan. Dengan tetap tersenyum dan semuanya dihadapi dengan
lapang dada, usaha dan tawakal dan terus belajar untuk ikhlas akhirnya skripsi ini
dapat dibuat dengan judul “Kajian Hadis-Hadis Tentang Keutamaan Hari
Jum’at”.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini juga berkat bimbingan,
bantuan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak. Tanpa partisipasi mereka upaya
maksimal penulis mungkin tiada artinya tanpa dukungan mereka semua terutama
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada:
• Bapak Prof. Dr. Amsal Bachtiar selaku dekan Fakultas Ushuludin dan
Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Drs. Bustamin MBA selaku
ii
ketua jurusan Tafsir Hadis dan Bapak Edwin Syarif selaku sekretaris jurusan
Tafsir Hadis.
• Dewan pengajar FUF yang senantisa membimbing dan mengayomi penulis
mempelajari beragam matakuliah.
• Dosen pembimbing penulis Drs. Harun Rasyid MA., dan Dra. Syarifah
Rusdah MA.
• Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya.
• Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat beserta staf-stafnya.
• Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’beserta staf-stafnya.
• Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Utara beserta staf-stafnya.
• Teman-teman kelas TH.B FUF, Asep Bete, Redo, Hadi, Saufi, Neneng, Mas
Badrus, Inun, Kholil Bueet, Siti, Indah, Irma, dan teman-teman lainnya yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu.
• Teman-teman seperjuangan dalam penggarapan skripsi ini; Kikin, Sen-sen,
Ade, Muzle, Faton, Ela, de el-el
• Teman-temanku yang sangat setia terhadap penulis, bersedia membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, Lu2, Elmi, Doget, dan Wandi.
• H. Ismail dan Hh. Masnah selaku Orang tua penulis. Terimakasih untuk ayah
dan ibu atas segala pengorbanannya. Sejak dari masa TK hingga selesai ke
perguruan Tinggi, engkau tidak pernah lelah berjuang dan berkorban demi
iii
pendidikan anak-anakmu. Atas jasa, materi dan pengorbanan yang telah
engkau berikan, penulis mengucapkan jutaan terimakasih.
• Keponakan-keponakan penulis yang cakep-cakep dan imut-imut; Najwa,
Puput, Ali, Adin, Kamila, Wiwi, Riski, dan Akim yang selalu saja
mengganggu, tapi itu semua membuat penulis termotifasi dalam
menyelesaikan tugas akhir penulis selama menjadi mahasiswa. Dan juga
Saudara-saudaraku tercinta; k Atih, k Anah, po’Ndun, k Nu’a, k Ipeh, H.
Amad dan Evi. I love u All.
• Tidak lupa untuk Ibah dan Mia, kakak beradik ini telah bersedia menerima
penulis untuk tinggal beberapa hari di istananya
Jakarta, 10 Nopember 2006
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
PEDOMAN TANSLITERASI.............................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah …………… 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... . 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................ . 7
E. Sistematika Penulisan ............................................................. . 8
BAB II HARI JUM'AT DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Makna Hari Jum'at ............................................................... . 10
B. Sejarah Hari Jum'at ................................................................ . 12
C. Keutamaan Hari Jum'at ........................................................ . 17
BAB III AMALAN-AMALAN DAN HIKMAH HARI JUM'AT
A. Amalan Yang Diwajibkan Pada Hari Juma’t ........................ 23
B. Amalan-Amalan yang Disunahkan Pada Hari dan
Malam Jum’at ........................................................................ 32
1. Membaca Ayat Suci al-Qur’an; Surah Al-Kahfi dan al-
Dukhan ...................................................................... 32
v
2. Membaca Shalawat Nabi. ................................................ 36
3. Memperbanyak Berdo’a ................................................... 42
C. Amalan-amalan Yang Dilarang Pada Hari Jum’at ................. 48
1. Khusus Puasa Sunnah ..................................................... 49
2. Khusus Shalat Malam ..................................................... 51
3. Melakukan Transaksi Jual Beli Pada Saat Berlangsungnya
Shalat Jum’at .................................................................... 52
BAB IV HADIS-HADIS KEUTAMAAAN HARI JUM’AT
A. Hadis Tentang Keutamaan Hari Jum’at Sebagai
Hari Penciptaan Manusia Pertama (Adam) ............................... 54
B. Hadis Tentang Keutamaan Hari Jum’at dengan
Mewajibkan Shalat Pada Hari Jum’at ……………………… 63
C. Hadis Tentang Keutamaan Hari Jum’at Sebagai Hari
Raya Yang Lebih Utama Diantara Idul Fitri Dan Idul Adha .....65
D. Analisa Kandungan Hadis Tentang Keutamaan Hari Jum’at ….68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 73
B. Saran-Saran ………………………………………………….. 74
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 75
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seringkali kita mendengar kata utama dan keutamaan pada hal-hal yang dianggap sangat mulia, sangat berharga dan
sangat diagungkan oleh banyak orang. Namun memahami makna keutamaan ini tentu jelas memiliki makna yang sangat bernilai tinggi dibandingkan dengan padanaan-padanan kata yang bermakna lain. Selanjutnya juga padanan kata yang sangat sederhana ini banyak sekali dijumpai pada sesuatu yang diyakini memiliki keistimewaan di dalamnya. Segala hal dapat dikatakan memiliki keutamaan dan keistimewaan jika memang sudah dianggap memiliki nilai lebih dibanding dengan yang lain. Nilai lebih yang terkandung bisa dilihat dari sejarahnya atau terdapat pula peristiwa-peristiwa yang menyertainya.
Karena sudah dianggap memiliki nilai yang sangat berharga, maka bermacam cara dilakukan demi untuk menghormati sesuatu yang sangat diagungkan dan dihormati itu. Adakalanya sesuatu yang sangat diagungkan tersebut memiliki beragam keistimewaan di dalamnya, sehingga tidak sedikitpun orang yang dengan sengaja memanfaatkan sesuatu yang sangat diagungkan itu untuk menjalani ritual-ritual ibadah yang menurut keyakinan mereka akan dapat mendatangkan balasan atau sesuatu yang menguntungkan bagi mereka.
Melihat adanya keutamaan dan keistimewaan yang terkandung di dalamnya, membuat banyak hal1 dapat dikatakan memiliki keistimewaan. Seperti halnya kota Mekkah memiliki keutamaan atas kota-kota yang lainnya. Mekkah merupakan salah satu pusat Islam di dunia, di kota tersebut Nabi Muhammad dilahirkan dan diwafatkan, dan juga untuk pertama kalinya agama Islam disebarkan kepada penduduk setempat. Demikian juga Ramadhan atas sebelas bulan yang lainnya dalm setahun. Ia merupakan bulan suci yang diistimewakan, karena pada bulan inilah pertama kali al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai petunjuk bagi umat manusia dan sebagai pembeda antara yang haq dan yang batil. Pada bulan ini diwajibkan kepada seluruh umat muslim untuk menunaikan ibadah puasa dan disunahkan mengerjakan shalat malam (tarawih) serta memperbanyak amalan shaleh, karena ia merupakan bulan penuh ampunan dan barakah. Lailatul Qadr atas malam-malam lainnya. Ia terdapat pada malam-malam di bulan ramadhan yakni sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan pada saat itulah al-Qur'an diturunkan sehingga disebut dengan nama malam Lailatul Qadr yakni malam seribu bulan. Tentang keutamaan malam ini digambarkan Allah dalam firman-Nya QS. al-Qadr; 1-5. Selanjutnya bilangan hari dalam sepekan yang mendapatkan tempat istimewa diantara hari-hari yang lainnya adalah hari jum'at
Berangkat dari semua itu pula, sesungguhnya terdapat salah satu
keistimewaan waktu dalam bilangan hari yang sangat diagungkan oleh sebagian
besar umat Islam, yakni waktu dimana sebagaian besar umat Islam tidak menyadari
bahwa pada waktu tersebut terdapat banyak sekali keutamaan, yang konon pada
waktu tersebut burung dan seranggapun ketika bertemu saling mengucapkan:
1 Meliputi segala aspek, seperti benda-benda yang dianggap keramat, tempat atau lokasi yang
memiliki nilai sejarah yang tinggi, makhluk ciptaan tuhan yang mempunyai kedudukan dan peranan yang penting dalam kehidupan, sejarah yang mengantarkan manusia melongok ke masa lalu dan semua hal yang dianggap memiliki keistimewaan tersendiri.
vii
”selamat, selamat hari yang baik”. Waktu yang dimaksud tersebut adalah salah satu
nama bilangan hari yang menempati hari keenam dalam sepekan yaitu hari jum’at.
Hari jum’at yang terbenak dalam pikiran manusia hanyalah salah satu nama
hari dalam sepekan. Akan tetapi, pada hari yang menempati urutan hari keenam,
memiliki makna tersendiri dan terdapat pula keutamaan-keutamaan didalamnya,
sehingga pada hari tersebut sangat dimuliakan dan diagungkan oleh umat Islam. Jika
melihat makna dan nilai historisnya akan ditemukan peristiwa-peristiwa yang sangat
berharga bagi umat manusia. Pada hari itu Allah telah menciptakan Nabi Adam,
menurunkannya ke bumi dan kemudian mewafatkannya. Hari tersebut adalah hari
yang lebih besar disisi Allah diantara Idul Fitri dan Idul Adha. Dan hari kiamatpun
tidak akan terjadi kecuali pada hari itu yakni hari jum'at.
Bilangan hari yang mempunyai keutamaan yang sangat tinggi ini, ternyata
tidak disia-siakan oleh sebagian besar umat Islam. Oleh sebab itu, terdapat
segolongan umat Islam memanfaatkannya dengan melakukan kegiatan-kegiatan atau
praktek-praktek ibadah pada hari yang dimuliakan tersebut. Beragam kegiatan atau
amalan dilakukan oleh sebagian besar umat Islam, karena hal tersebut telah dijelaskan
dalam dua pokok pedomaan ajaran Islam yaitu al-Qur’an2 dan hadis3 yang
2 Dalam al-Qur’an mendapat tempat yang sangat istemewa yaitu sebagai nama salah satu
surah yaitu suraا al-Jumu’ah 3 Dalam hadis Nabi banyak ditemukan hadis-hadis yang menerangkan tentang hari jum’at,
mungkin jumlahnya ratusan hadis dengan disertai menerangkan amalan yang terkandung didalamnya. Hal ini dapat dilihat dari keutamaan hari jum’at, yang menurut Imam al-Suyuthi berjumalah seratus satu keutamaan. Lihat Nashr bin ‘Abdurrahman bin Muhammad al-Judâ’I, Amalan dan Waktu yang Diberkahi. Penerjemah Tim Dar al-Turats, (Bogor ; pustaka Ibnu Katsir, 224) h.185
viii
menyebutkan dan menjelaskan makna kandungan dari hari jum’at dan menguraikan
keutamaannya.
Dari penjelasaan yang diuraikan dalam dua pokok pedoman ajaran Islam
tersebut, terutama dalam beberapa hadis Nabi banyak menyebutkan perihal tersebut.
Dalam beberapa hadis dikatakan bahwa pada hari tersebut memuat beragam nilai
historis yang sangat tinggi.
Berikut salah satu hadis yang menyebutkan hari jum’at mengandung nilai
historis yang tinggi hingga disebut sebagai hari yang paling utama. :
آدم وفيه أدخل الجنة وفيه أخرج خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة فيه خلقألنسائى و , ابو داود, رواه مسلم(منها ولا تقوم الساعة إلا في يوم الجمعة
)الترمذيArtinya :
“Sebaik-baik hari manakala matahari terbit adalah hari jum’at, pada hari itu Nabi Adam as. Diciptakan, hari itu pula dimasukan kedalam surga dan kemudian dikeluarkan daripadanya, dan kiamatpun tidak akan terjadi kecuali pada hari jum’at” (H.R. Muslim). 4
Masih banyak lagi hal-hal yang telah atau akan terjadi pada hari jum’at, baik
itu hal yang nyata ataupun hal ghaib. Dengan demikian terdapat banyak amalan-
amalan yang diwajibkan, disunnahkan dan dilarang untuk dilaksanakan, mengingat
pada hari tersebut terdapat banyak hal yang dapat menolong dan membantu umat
Islam jika melaksanakan hal-hal yang diwajibkan, disunnahkan dan menjauhkan
segala yang dilarang pada hari jum’at tersebut.
4 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim.
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, ( Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993), Cet. Ke-1, jilid 1, h. 9
ix
Meskipun kajian yang penulis angkat merupakan kajian klasik yang sudah
sering kali dibahas. Akan tetapi, penulis merasa perlu mengangkatnya ke permukaan
mengingat kajian ini cukup menarik untuk penulis sajikan ke dalam pembahasan ini.
Sebagian besar sudut pandang manusia khususnya umat pengikut Nabi Muhammad
yakni umat Islam mungkin melihatnya hanyalah sebagai titik kecil yang hanya
memiliki kandungan makna yang sangat sederhana atas pemabahasan ini, akan tetapi
yang membuat penulis harus mengkaji kembali adalah bahwa penulis ingin menguak
berbagai rahasia mengenai keistimewaan pada hari jum’at yang seringkali masyarakat
tidak peduli pada hari jum'at ini.
Jika sesuatu yang dianggap kecil merupakan hal yang disepelekan dan tidak
memilki arti penting, hal tersebut dikarenakan makna yang terkandung didalamnya
sederhana saja. Namun tidak dengan hari jum'at, hari yang berhiaskan cahaya
kemulian ini memiliki makna yang sangat istimewa. Oleh karenanya, penulis sengaja
mengambil dan mengangkatnya ke dalam pembahasan ini sebagai pembuktian
bahwasanya tiada hari yang lebih mulia dibanding hari yang lain selain hari jum'at.
Sesungguhnya segala kelebihan dan keistimewaan serta kesempurnaan
hanyalah milik Sang Pencipta alam semesta Allah Swt. dan pemilik segala
kekurangan hanyalah para makhluk-makhluk ciptaann-Nya.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
x
Refleksi permasalahan diatas memunculkan beberapa permasalahan, seperti:
a. Seberapa banyakkah keutamaan yang terdapat di dunia ini?
b. Kenapa suatu hal bisa dianggap utama dan mulia?
c. Bagaimanakah hari jum’at bisa dikatakan hari yang sangat istimewa
diantara hari lainnya?
d. Amalan apakah yang senantiasa dilakukan sebagai perwujudan rasa
hormat terhadap hari jum’at?
e. Terdapat dalam riwayat siapa saja khususnya dalam Kutub al-Tis’ah
hadis-hadis yang menerangkan masalah keutamaan hari jum’at tersebut?
f. Bagaimanakah kualitas sanad dan matan hadis Nabi tentang keutamaan
hari jum’at?
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan mengenai judul diatas, maka dengan
demikian penulis membatasi permasalahan diatas seputar study analisis hadis
Nabi tentang keutamaan hari juma’t yang tertuju hanya pada poin c, d, dan e.
Akan tetapi pada poin e, penulis membatasi hanya pada kitab-kitab yang sembilan
(Kutub al-Tis’ah) dengan mengkaji hadis-hadisnya secara tematik.
3. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan pemabahasan dalam skripsi ini, perlu adanya perumusan
maslah yang menjadi tema pokok dalam skripsi ini yaitu bagaimanakah peranan
xi
hadis Nabi untuk mengungkap makna-makna mengenai keutamaan hari jum'at
yang kurang mendapat perhatian masyarakat muslim khususnya di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, serta menganalisa hadis-
hadis Nabi seputar permasalahan ini. Dari penelitian ini, penulis mencoba untuk
memperoleh makna yang terkandung pada hari jum’at serta menguak berbagai
rahasia didalamnya berdasarkan dari hadis Nabi Saw. Dan juga sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I) program Strata satu (S.1) pada
jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.
D. Metodologi Penelitian
1. Metodologi Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitan kepustakaan
(Library Research), yaitu mengumpulkan berbagai literature yang relevan (data
primer) seperti kitab-kitab hadis yang sembilan (Kutub al-Tis’ah); Sahih al-
Bukhârî, Sahih Muslim, Sunan Abû Dâud, Sunan Tirmidzî, Sunan Nasâ’I, Sunan
Ibnu Mâjah, Sunan al-Dârimî, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, dan Muwata Imâm
Mâlik, serta pokok permasalahan dan literature yang mendukung (data sekunder)
dalam skripsi ini sebagai bahan pelengkap.
xii
2. Metode Pembahasan
Metode pembahasan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif
analitis yaitu mencoba mengkaji kemudian menggambarkan keadaan objek yang
akan diteliti dengan merujuk pada data-data yang ada (baik primer maupun
sekunder), kemudian menganalisanya secara proporsional dan komprehensif
sehingga akan tampak jelas perincian jawaban atas persoalan yang berhubungan
dengan pokok permasalahan dan akan menghasilkan pengetahuan yang valid.
3. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi yang disusun oleh tim penyusun UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press bekerjasama dengan Logos Wacana Ilmu,
cetakan kedua, tahun 2002.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri atas lima bab penulisan, pembahasan dibagi ke dalam
beberapa subbab dengan perincian sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan
Bab II menguraikan tentang hari jum'at dan ruang lingkupnya
xiii
Bab III menguraikan tentang amalan-amalan pada hari dan malam jum'at serta
hikmahnya.
Bab IV menguraikan hadis-hadis keutamaan hari jum’at. Seperti hadis tentang
keutamaan hari jum'at sebagai penciptaan manusia pertama (Adam), hadis tentang
keutamaan hari jum'at dengan mewajibkan shalat pada hari jum’at dan hadis tentang
keutamaan hari jum’at sebagai hari raya yang lebih utama bagi diantara Idul Fitri dan
Idul Adha, kemudian menganalisa kandungan hadis tentang keutamaan hari jum'at.
Bab V menguraikan hasil kesimpulan dari pembahasan masalah yang
diangkat kepermukaan, serta menampilkan saran-saran dari penulis atas masalah yang
dibahas
xiv
BAB II
HARI JUM’AT DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Makna Hari Jum’at
Kata jum’at5 berasal dari kata جمع -يجمع yang mengandung beberapa arti, diantaranya adalah6: pertemuan, perkumpulan, perhimpunan : ألإجتمع sepekan : األسبوع persatuan, persahabatan, kerukunan : األلفة
هن مةضب ق رم تن مةعمج : segenggam kurma Demikian juga dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, ketika memaknai jum’at
sama dengan yang terdapat dalam kamus al-Munawwîr. Dalam bahasa Indonesia
terkadang disebut Jumahat, makna asalnya adalah; perkumpulan, perhimpunan,
persahabatan, kerukunan dan persatuan disamping juga berarti pekan dan
segenggam.7 Menurut Ibn Kasir dalam tafsirnya, dinamai hari jum’at, diambil dari
kata “al-jum’u” yang berarti berkumpul. Karena pemeluk agama Islam berkumpul
pada hari itu dalam sepekan di tempat-tempat peribadatan yang besar.8
5 Perkataan Jum’at, boleh dibaca dengan bunyi Jumu’at, Jumu’ah, Juma’at dan Jumi’at.
Lihat Hasby al-Shiddiqi, Koleksi hadis-Hadis Hukum (Bandung: PT. al-Ma’arif. 1974), jilid 4. 6 Ahmad Warson, al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif,1997 .h.226 7 Ensiklopedi Islam Indonesia, Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Djambatan,
1992 8 Muhammad Nâsib al-Rifâ’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir jilid 4, Penerjemah Shihabuddin
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 701. Lihat. Prof., DR., Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta : Pustaka Panji Mas, 2002) Jilid 28
xv
Jum’at yang dalam sepekan menempati hari diantara kamis dan sabtu tersebut
merupakan hari yang terbaik, oleh karena itu ia disebut juga sebagai hari raya
mingguan bagi kaum muslimin.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Salmân al-Farîsi menerangkan, bahwa
Nabi Saw, telah bersabda: “Bahwasanya hari itu dinamakan hari jumu’at, karena
Allah Swt., mengumpulkan (merampungkan) penciptaan Adam pada hari itu.“ Allah
telah menciptakan manusia pertama secara sempurna yang bernama Adam, kemudian
diturunkan kedunia serta diwafatkan pada hari jum’at. Dan disebutkan pula hari itu
dengan nama Yaum al-Mâdzî karena selalu bertambahnya nilai kebajikan pada hari
itu.9
B. Sejarah Hari Jum’at
Pada masa pra Islam yakni sebelum Islam datang tepatnya pada zaman
jahiliyah, hari jumu’at disebut sebagai hari ’Arubah. Menurut suatu riwayat yang
dikutip oleh A. Chodry Ramli dengan menukil perkataan al-Sya’buni dalam kitabnya
Rawa’I al-Bayan, pada saat itu penduduk Madinah sedang berkumpul, kemudian
sahabat anshar tersebut berkata: “kaum Yahudi mempunyai suatu hari dimana dalam
seminggu mereka berkumpul yakni hari sabtu, demikian pula umat Nashrani pada
hari berikutnya (minggu). Maka marilah kita mencari satu hari yang akan kita jadikan
sebagai tempat berkumpul untuk berzikir kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya”.
Lalu mereka seraya mengatakan : hari sabtu milik kaum Yahudi dan ahad milik
9 A. Chodry Romli, Permasalahan Shalat Jum’at, (Surabaya; Pustaka Progresif, 1996) h.41-
42
xvi
Nashrani, maka marilah kita jadikan hari ‘Arubah sebagai milik kita. Maka
berkumpullah mereka, kemudian (mereka) menemui As’âd bin Dzurârah, lalu dia
mengerjakan shalat dua rakaat bersama-sama mereka pada hari itu. Dinamakanlah
hari tersebut hari jum’at, karena ketika itu mereka berkumpul. 10
Allah telah memilih umat Nabi Muhammad dengan memberikannya hari
istimewa, yakni hari jum’at. Sebagaimana umat Yahudi dan Nashrani telah memiliki
hari berkumpul, demikian pula umat Islam. Kemudian hari nanti, pada hari kiamat,
kelak orang Yahudi dan Nashrani akan mengikuti jejak pengikut Nabi Muhammad
Saw. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dibawah ini.
Diriwayatkan dari Abû Hurairâh ra. Bahwasanya Nabi Saw. bersabda:
: سمعت رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال : عن أبى هريرة رضي اهللا عنه قال بيد أنهم أوتوا الكتاب من قبلنا ثم أن هذا , نحن الأخرون السابقون يوم القيامة
رض اهللا عليهم فختلفوا فيه فهداناهللا له فالناس لنا فيه تبع اليهود يومهم الذي ف ) رواه البخارى. (غدا والنصارى بعد غد
Artinya:
"Kita adalah umat terakhir, tetapi terkemuka. Mereka (Yahudi, dan Nashrani) terlebih dahulu menerima kitab (melalui Nabi-nabi mereka). Dan hari ini (jum'at) adalah hari diwajibkan kepada mereka shalat, tetapi mereka berselisih pendapat tentang itu. Oleh karena itu Allah Swt., memberi petunjuk kepada kita tentang hari itu, sedang orang-orang lain mengikuti dibelakang kita, yaitu Yahudi besoknya (sabtu) dan Nashrani besoknya lagi (ahad)." (HR. Bukhâri)11
10 A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at, h. 39. Lihat al-Sya’buni dalam karyanya
Rawa’I al-Bayan jilid 2, h. 577 11 Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ismâil al-Bukhârî, Tarjamah Sahîh al-Bukhârî. Penerjemah
Ahmad Sunarto, (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993), cet. 1, jilid 2, h. 1
xvii
Diriwayatkan dari Rib’iy bin Hirâsy, Hudzaifah dan Abû Hurairah ra. bahwa
Rasulullah Saw. bersabda :
هللا صلى اهللا قال رسول:وعن ربعى بن حراش عن حذيفة قالا . عن أبى هريرةوآان . آان قبلنا فكان لليهود يوم السبت اهللا عن الجمعة من أضل: عليه وسلم
فجعل الجمعة والسبت . فجاء اهللا بنا فهدانا اهللا ليوم الجمعة. دللنصارى يوم الأحولأولون يوم . نحن الأخرون من أهل الدنيا. وآذالك هم تبع لنا يوم القيامة. واألحد
رواه . (المقضي بينهم"وفى رواية واصل " هم قبل الخلائق القيامة المقضي ل )مسلم
Artinya :
“ Allah Swt., menyesatkan orang-orang sebelum kita tentang hari berkumpul. Bagi orang Yahudi jatuh pada hari sabtu, dan bagi orang Nashrani jatuh pada hari ahad. Kemudian Allah menunjukan kepada kita, yaitu hari jum’at (dan karenanya terjadilah berturut-turut tiga hari berkumpul, yaitu jum’at, sabtu dan ahad). Hari kiamat kelak mereka akan mengikuti kita juga. Kita yang terakhir dari penghuni dunia ini, tetapi yang lebih dahulu diadili sebelum umat-umat yang lain.”(HR. Muslim)12
Dari Abû Hurairah ra. Berkata, Rasulullah Saw. bersabda :
اهللا أضل: هللا صلى اهللا عليه وسلم قال رسول: عن أبى هريرة رضي اهللا عنه قالآان قبلنا، آان لليهود يوم السبت، والأحد للنصارى، فهم لنا تبع عن الجمعة من
( قيامة، نحن الأخرون من أهل الدنيا، ولأولون المقضي لهم قبل الخلائق إلى يوم ال13)رواه إبن ماجه
Artinya: “Allah Swt., menyesatkan orang-orang sebelum kita tentang hari berkumpul. Bagi orang Yahudi jatuh pada hari sabtu, dan hari minggu untuk orang Nashrani, Pada hari kiamat kelak mereka akan mengikuti kita. Kita yang terakhir dari penghuni
12 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim,
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, ( Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993), cet.1, h. 11 13 Abî ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd al-Qazwainî, Sahih Ibnu Mâjah, (Riyad: Maktabah al-
Ma’arif, 1997), jilid 1, h. 321
xviii
dunia ini, tetapi yang lebih dahulu diadili sebelum umat-umat yang lain.” (HR. Ibnu Mâjah)14
Bahwasanya hadis-hadis di atas, yang diriwayatkan oleh beberapa ahli hadis
memiliki makna yang sama (riwayat bil ma’na),15 hanyasanya redaksi matannya
yang berbeda. Hadis di atas menerangkan kepada kita, bahwa selain hari jum’at milik
umat Muhammad Saw., tetapi juga kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw.
merupakan umat yang istimewa diantara umat lainnya (Yahudi dan Nashrani), yaitu
sebagai umat yang terakhir datang ke dunia, tetapi yang terdahulu di adili pada hari
kiamat dan yang paling pertama kali masuk surga.
Keistimewaan yang terkandung di dalam hadis diatas tidak hanya terhadap
hari jum'at saja, melainkan juga sungguh sangat istimewa umat Nabi Muhammad
Saw. dengan berbagai keutamaan dan keunggulannya. Artinya tidak ada satupun yang
bisa membandingkannya diantara umat-umat sebelumnya hingga tiba hari kiamat.
Kendatipun ada hal-hal yang bisa ditiru dan bahkan dapat menandingi dari umat Nabi
Muhammad, namun pada akhirnya pada saat hari kiamat tiba, mereka (umat-umat
sebelumnya Yahudi dan Nashrani) akan mengekor dibelakang umat pengikut Nabi
Muhammmad yakni umat Islam.
Sebagaimana telah disepakati oleh kalangan sahabat Anshâr dengan
menetapkan hari jum’at di masa jahiliyah dengan nama ‘Arubah yakni saat mereka
14 Abî ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd al-Qazwainî, Tarjamah Sunan Ibnu Majah,
Penerjemah. Abdullah Sonhaji Dipl, dkk, ( Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992). Jilid 1, h. 795 15 Periwayatan ma’nawi adalah periwayatan hadis yang redaksi matannya tidak persis sama
dengan yang didengarnya dari Rasulullah Saw. , namun isi atau maknanya sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw. tanpa ada perubahan sedikitpun. Lihat Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), cet. 1, h. 106
xix
berkumpul dalam melakukan aktifitas ibadah seperti shalat, mengaji, belajar dan
lainnya, ternyata terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama pada masa itu
mengenai asal penamaan hari ‘Arubah tersebut.
Hasby al-Shiddiqi dalam koleksi hadis hukumnya menjelaskan bahwa al-
Hâfiz16 berkata; “Para ulama berselisih paham dalam masalah menamakan hari
jum’at dengan jumu’at. Mereka semua sepakat menetapkan bahwa hari jum’at di
masa jahiliyah, dinamakan hari ‘Arubah. Pada suatu ketika kaum jahiliyah mengganti
nama hari ‘Arubah dengan jum’at. Menurut pendapat sebagian ulama, dinamakan
hari jum’at adalah karena manusia berkumpul untuk bersembahyang. Namun menurut
pendapat Ibnu Hâzm, nama jum’at tidak terdapat di masa jahiliyah, tetapi ini
diberikan oleh Islam. Kemudian al-Hâfiz membantah pendapat Ibnu Hâzm ini dan
menegaskan, bahwa perkataan jum’at telah terdapat di masa jahiliyah. Kemudian ada
yang mengatakan bahwa: yang mula-mula menamakan hari ‘Arubah dengan jum’at
adalah Kâ’ab Ibn Lû-âiy."17
Dalam kitab Fath al-Mû’in, Syaikh Zainuddin bin ‘Abdul ‘Azîz al-Malibarî
mengatakan dinamakan hari jum’at karena pada hari itu Nabi Adam as. berkumpul
kembali dengan istrinya Siti Hawa di Muzdalifah, dan oleh karenanya Muzdalifah
16 Al-Hâfiz adalah nama gelar yang diberikan kepada Ibnu Hâjar al-‘Asqalâni, karena ia
adalah seorang ahli bahasa yang berbakat, Muhaddits yang jawara, faqih yang terpercaya dan bertanggung jawab, sangat mengetahui persoalan rijal, ‘Ilal al-Hadis, menjadi panutan umat (hujjah al-Islam), Muhyi al-Sunnah, dan Amir al-Mukminin dalam bidang hadis. Lihat Elmi Hardayanti, Metodologis Pen-Syarah-an Hadis-hadis Sahih al-Bukhari Studi Komparatif Antara Ibn Hajar al’Asqalani dan al-Badru al-‘Aini, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Jakarta, 2006), h. 15
17 Hasbi al-Shiddiqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum. h. 213
xx
disebut juga Jam’an.18 Begitu juga dalam kitab al-Bajurî I:210, menerangkan hal
yang sama yakni berkumpulnya kembali Nabi Adam dengan Hawa di bumi setelah
terpisah selama 40 hari dan padanya juga berkumpul nilai kebajikan.19
Dalam tafsir al-Qurtubi, menyebutkan bahwa; pada zaman jahiliyyah dulu sahabat
yang pertama kali menemukan hari jum’at adalah Kâ’ab bin Lû-âiy dan
dinamakanlah hari ‘Arubah. Akan tetapi riwayat yang lebih populer dalam islam
yang menamakan jumu’at adalah kaum Anshar, yakni sebelum Rasulullah pindah
ke kota Madinah. Kemudian pernyataan ini didukung oleh Ibnu Sîrîn, bahwa kaum
Anshar-lah yang menamakan hari jum’at. 20
Setelah mereka (kaum Anshar) menemukan hari istimewa tersebut pada hari
jum’at, kemudian berkumpullah mereka pada hari itu di rumah As’âd bin Dzurârah
yang terkenal dengan sebutan Abû Umâmah ra., lalu mereka shalat dua raka’at
diwaktu zuhur, setelah itu mereka mengaji.
Dalam suatu riwayat Abu Daud, dikatakan: “Bahwasanya yang pertama-tama menghimpun orang-orang untuk shalat jum’at
adalah As’ad bin Zarârah ra., ketika itu mereka ada empat puluh orang.” Kemudian As’âd memotong seekor kambing sebagai lauk makan siang mereka hingga makan malam secara bersama-sama dalam jumlah jama’ah yang masih sedikit.21
18 Syaikh Zainudin bin ‘Abdul ‘Azîz al-Malibâri, Fath al-Mu’in . h. 40 19 Ibrâhim al-Bajûri, Ilmu ‘Aqaid (Tijan al-Daruri) Berikut Penjelasannya, Penerjemah
Ibrahim al-Bajuri (Bandung: Sinar Baru, 1992), jilid 1, h. 210 20 Abû ‘Umar Yûsuf bin ‘Abd. al-Bar al-Qurtubî, Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlih, (Beirut:
Muasasah al-Kutub al-Tsaqafiyah, 1997) 21 A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at, h. 40
xxi
Selanjutnya untuk pertama kalinya Rasulullah melakukan shalat jum’at di
sebuah desa yang bernama Juwatsa. Sebagaimana dalam hadis dibawah ini
diterangkan:
بعد جمعة جمعت مع رسول اهللا صلى -إن أول جمعة جمت: عن أبى هريرة، قال )رواه النسائى(-قرية لعبد القيس–اهللا عليه وسلم بمكة، جمعة بجواثا بالبحرين
Artinya:
“Jum’at pertama kali yang dilaksanakan setelah shalat jum’at bersama Rasulullah Saw. di kota Mekkah adalah shalat jum’at di Juwatsa (daerah) di Bahrain-perkamungan ‘Abdul Qais.” (HR. Al-Nasa’I) 22
Seperti itulah jum’at pertama dalam Islam. Hari jum’at yang mulia, istimewa,
utama dan menyimpan banyak rahasia, memberikan nilai istimewa diantara hari-hari
lain.
C. Keutamaan Hari Jum’at
Telah menjadi kewajaran terhadap segala sesuatu mendapatkan porsi lebih
dibanding yang lainnya. Sementara itu juga, nilai lebih tersebut terdapat dalam
segala hal, sehingga bisa disebut sebagai hal yang istimewa. Allah telah menciptakan
manusia dengan memberikan kelebihan dibanding makhluk ciptaan lainnya.
Kelebihan yang Allah berikan tersebut dalam bentuk akal. Akal merupakan salah
satu keistimewaan manusia yang harus senantiasa disyukuri, karena Allah telah
menciptakan mahkluk yang kedudukannya lebih tinggi sekalipun, seperti jin dan
22 Muhammad Nashiruddin al-Albani, Tarjamah Sahih Sunan al-Nasâ’I, Penerjemah Ahmad Yoswaji, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), cet. 1, h. 631
xxii
malaikat, keduanya itu tidak memilikinya. Demikian pula tidak hanya kepada
manusia memilki nilai istimewa, seperti halnya bulan ramadhan memiliki kelebihan
dan keistimewaan diantara bulan yang lain, malam Lailatul Qadr merupakan malam
seribu bulan, yakni malam saat Nabi Muhammmad diberikan wahyu oleh Allah
berupa al-Qur'an, dan malam ini tidak dimiliki oleh malam manapun. Demikian juga
hari jum’at, hari yang begitu banyak dihiasi limpahan kemuliaan, melahirkan banyak
keutamaan didalamnya, sehingga membuat benteng tinggi diantara hari yang lainnya
dalam sepekan dan tidak ada yang mampu mengalahkan ketinggian derajat hari
tersebut, dan masih banyak yang lainnya Allah telah melimpahkan keistimewaan
didalamnya.
Dengan demikian patutlah jika hari jum’at mendapatkan tempat istimewa
diantara hari yang lainnya. Sebab ia merupakan Sayyid al-Ayyam (penghulu hari),
kecuali hari Arâfah.23
Selain itu pada hari yang berlimpahkan emas permata kemuliaan ini
mengandung unsur nilai historis yang sangat tinggi. Pada hari itulah untuk pertama
kalinya Allah menciptakan manusia yang bernama Adam dalam bentuk yang
23 Diantara setahun, terdapat sepuluh hari yang diutamakan Allah, yakni sepuluh hari pada
bulan Dzulhijjah. Dari sepuluh hari tersebut terdapat yang lebih utama lagi, yakni hari Arafah. Dengan demikian hari Arafah ini merupakan hari yang paling utama dari seluruh hari dalam setahun.
Menurut Ibrahim al-Bajuri, bahwa sesungguhnya seutama-utamanya hari menurut kami (maksudnya dalam pandangan Syafi’I) adalah hari Arafah, kemudian hari jum’at, berikutnya adalah hari raya ’Idul Adha dan menyusul hari raya ’Idul Fitri. Sedngkan malam yang paling afdhal adalah malam kelahiran Nabi Muhammad Saw., lalu Lailatul Qadr, kemudian malam jum’at, menyusul malam Isra’. Adapun jika dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw. maka malam Isra’ merupakan malam yang paling afdhal karena pada peristiwa itu beliau dapat melihat Tuhannya dengan kedua matanya. Lihat A. Chodri Ramli, Permasalahan Shalat Jum’at, h. 42
xxiii
sempurna, kemudian Allah menurunkannya ke bumi dan mewafatkannya, hingga
sampai saatnya nanti akan Allah akan memerintahkan malaikat Israfil untuk
meniupkan terompet sangkakala sebagai tanda datangnya hari kiamat. Sebagaimana
diterangkan dalam hadis dibawah ini
Dari Abî Lubânah bin Abd. al-Munzîr ra.berkata, Nabi Saw. bersabda :
إن يوم الجمعة ( قال النبي صلى اهللا عليه وسلم : عن أبي لبابة بن عبد المنذر قالوهو أعظم عند اهللا من يوم الأضحى ويوم الفطر، . سيد الأيام، وأعظمها عند اهللا
وفيه توفى اهللا . وأهبط اهللا فيه آدم إلى الأرض. خلق اهللا فيه آدم: خمس خلالفيهوفيه . ما لم يسأل حراما. وفيه ساعة ال يسأل اهللا فيها العبد شيئا إلا أعطاه. آدم
ما من ملك مقرب ولا سماء ولا أرض ولا رياح ولا جبال ولا بحر إلا . ةتقوم الساع 24)ابن ماجه رواه). ( وهن يشفقن من يوم الجمعة
Artinya:
"Sesungguhnya penghulu hari adalah hari jum'at, dan ia merupakan hari terbesar disisi Allah. Bahkan bagi-Nya ia lebih agung daripada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Padanya terdapat lima peristiwa penting yakni; Allah menciptakan Nabi Adam as., menurunkannya ke bumi (dunia) dan kemudian pada hari itu Allah mewafatkannya. Dalam hari itu terdapat suatu saat dimana tidak seorang hambapun memohonkan sesuatu, melainkan Allah akan mengabulkan nya sepanjang yang dipintanya itu bukanlah sesuatu yang haram. Dan pada hari jum'at itu kelak akan terjadi hari kiamat. Tidak ada satupun Malaikat muqarabin (Israfil), langit, bumi, angin, gunung-gunung dan lautan melainkan semuanya itu merasa segan pada hari jum'at." (HR. Ibnu Mâjah)25
Sementara itu juga, keutamaan yang dimiliki pada hari jum’at ini, ada suatu
saat seseorang akan diijabah permohonannya dengan senantiasa berdo’a kepadanya.
24 Abî ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd al-Qazwainî, Sahih Ibnu Mâjah, (Riyad: Maktabah al-
Ma’arif, 1997), jilid 1, h. 321 25 ‘Abdul Qadîr al-Rahbawî, al-Salah ‘ala Mazâhibil ‘Arba’ah. Penerjemah Zeid Husein al-
Hamid dan M.Hasanuddin, (Beirut: Dar al-Salam,1983), h. 346-347
xxiv
Allah juga akan memerdekakan para penghuni neraka sebanyak 600.000 orang. Dan
apabila seseorang yang wafat pada hari itu, maka Allah menetapkan pahalanya
dengan seorang mati syahid. Kemudian dalam Ihya al-‘Ulum al-Din, al-Ghazali
menambahkan bahwa yang meninggal pada hari itu adalah orang yang beriman. 26
Jika ditelusuri lebih dalam lagi, maka akan banyak terungkap berbagai rahasia
pada hari itu. Sungguh sangat menakjubkan keistimewaan yang mengelilingi hari itu.
Sehingga sangat tepat sekali Allah Swt. memberikan keistimewaan akal kepada
manusia, agar senantiasa berfikir dan mencari makna apa saja yang sudah terjadi dan
yang akan terjadi pada hari yang mendapat tempat utama dalam bilangan hari
sepekan.
Sebagaimana dalam beberapa hadis Nabi banyak yang menyebutkan
mengenai keutamaan dan keistimewaan hari jum’at yakni sebagai penghulu hari.
Hari yang selalu dihiasi cahaya kemuliaaan. Sehingga kemuliaan yang terpancar
didalamnya memberikan motivasi kepada manusia untuk senantiasa berlomba-lomba
melaksanakan amalan-amalan atau ritual-ritual ibadah yang diperintahkan, baik itu
hal yang wajib, sunah maupun sampai hal yang dilarang. Umat Islam dengan sengaja
melakukan aktifitas rutin mingguan ini bermaksud mengharapkan imbalan pahala dan
keberkahan dari Allah Swt.
Sungguh sangat mulia hari jum’at, sehingga Allah memberikan keutamaan
didalamnya dengan mengabadikannya secara khusus dalam kitab suci al-Qur’an,
26 Al-Ghazali, Ihya ’Ulum al-Dîn, (Beirut; Dâr al-Fikr, t.th), jilid 1, h. 179
xxv
yakni sebagai salah satu nama surah, yakni surah al-Jumu’ah. Dan Rasulullah-pun
menjulukinya sebagai Sayyid al-Ayyâm (penghulu hari-hari diantara hari lainnya).
Dari Anas, bahwa Nabi Saw. bersabda: “Malaikat Jibril as. datang kepadaku sedang ditangannya terdapat sebuah cermin putih, kemudian ia berkata : “Hari jumu’at ini diwajibkan oleh Tuhanmu agar menjadi hari raya bagimu dan umatmu sesudahmu. “aku bertanya: “kami akan mendapat apakah dari daripadanya? “ia menjawab: “Bagi-mu sebaik-baik saat, siapapun yang berdo’a padanya dengan kebaikan maka Allah Swt. akan mengabulkannya. Siapa saja yang meminta, niscaya Allah akan diberi. Siapapun yang belum terkabulkan permohonannya, Allah akan tangguhkan. Siapa saja yang memohon perlindungan dari keburukan yang menimpanya, niscaya Allah akan melindunginya. ‘Jum’at adalah pemuka hari bagi kami. Dan kami berdo’a di akhirat pada hari yang penuh berkah ini.” (HR. Muslim)27
Seorang ulama asal kota Mekkah al-Mâliki menulis dengan untaian kata yang
sangat indah mengenai keistimewaan dan kutamaan hari jum’at. Berikut potongan katanya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya al-jum’at itu adalah hari rayanya orang-orang beriman, dimana Allah Swt. mengkhususkannya bagi umat Islam ini. Di hari itu terjadi pembebasan dari neraka. Barang siapa yang mati pada hari jum’at baginya pahala (seperti) syahid dan Allah membebaskannya dari fitnah kubur. Orang yang melaksanakan shalat pada hari jum’at pahalanya dilipatgandakan. Hari yang pada zaman jahiliyah dinamakan hari ‘Arubah itu adalah hari yang paling utama dibanding dengan hari-hari lainnya, bahkan lebih utama daripada hari 'Arafah………..”.28
Dari keterangan diatas, sungguh banyak keistimewaan, keutamaan, serta
kelebihan pada hari yang dihiasi cahaya kemuliaan. Bahkan menurut Ibnu Qayyîm al-
Jauziyah, hari jumat itu memiliki keistimewaan sebanyak tiga puluh tiga, dan
menurut Imam al-Suyuti dalam risalahnya Nûr al-lum’ah fî Khasâ-ishil Jumu’ah, ia
menambahkan bahwa keistimewaan hari jum’at itu menjadi seratus satu
27 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim.
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, ( Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993), cet.1, h. 8 28 Muhammad Ibn Qâsim al-Gâzî, Fath al-Qarîb al-Mujîb ’Alâ Tahdzib al-Targîb wâ al-
Tarhîh. Penerjemah . A. Hufat Ibriy, (Surabaya: Tiga Dua, 1993), h.84
xxvi
keistimewaan. Akan tetapi sebagian keistimewaan itu bersandar pada hadis-hadis
yang lemah (dhaif).29 Adapun rahasia monumental yang tersimpan didalamnya,
membuktikan sungguh sangat agung dan mulia hari jum’at.
29 Nashr bin ‘Abdurrahman bin Muhammad al-Judâ’I, Amalan dan Waktu yang Diberkahi.
Penerjemah Tim Dar al-Turats, (Bogor ; pustaka Ibnu Katsir, 224) h.185
xxvii
BAB III
AMALAN-AMALAN PADA HARI JUM’AT
Dalam literatur sumber hukum Islam setelah al-Qur’an yang disebut dengan
al-Hadis, banyak menyebutkan mengenai amalan amalan pada hari jum’at, baik itu
amalan yang diwajibkan, disunahkan, maupun amalan-amalan atau hal-hal yang
dilarang untuk dilaksanakan. Pada amalan yang sudah ditetapkan wajib hukumnya,
maka apabila dengan sengaja ditinggalkan, maka akan mendapatkan ganjaran berupa
dosa. Demikian pula pada amalan yang sudah ditetapkan hukumnya yakni sunnah,
maka apabila sesorang yang melaksanakan atau meninggalkan amalan tersebut tidak
mengapa, tetapi bagi yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala. Selanjutnya
pada amalan yang dilarang atau tidak diperbolehkan melaksanakannya, maka wajib
senantiasa meninggalkan amalan tersebut.
Dalam rangka untuk memuliakan hari jum’at tersebut, tidak sedikit sebagian
besar umat Islam melaksanakan amalan-amalan tersebut. Sebagaimana amalan yang
diwajibkan adalah seperti shalat jum’at, lalu amalan yang disunahkan itu, yakni
seperti memperbanyak berdo’a, membaca ayat-ayat al-Qur’an, dan membaca
shalawat untuk Nabi Muhammad Saw. Selain itu pula, pada hari yang mulia tersebut
terdapat amalan-amalan yang dilarang untuk dikerjakan, seperti; khusus puasa
xxviii
sunnah, khusus shalat malam dan melakukan perniagaan pada saat berlangsungnya
shalat jum’at.30
Beragam kegiatan praktek ibadah tersebut sering atau bahkan sudah menjadi
suatu tradisi yang harus dilakukan oleh sebagian besar masyarakat muslim dalam
mengagungkan dan memuliakan hari tersebut, baik dilaksanakan pada waktu hari
jum’at itu ataupun pada waktu malamnya. Dalam melaksanakan amalan-amalan pada
hari yang mendapat posisi istimewa dibanding dengan hari yang lain, sebagian besar
mayoritas masyarakat muslim mungkin memiliki cara yang berbeda dalam
pelaksanaannya.
A. Amalan-Amalan Yang Diwajibkan Pada Hari Jum’at (Shalat Jum’at)
Hari jum’at merupakan hari yang dikelilingi dengan cahaya kemuliaan.
Banyak amalan ibadah dilakukan oleh umat Islam dalam mengagungkan hari
tersebut. Demikian pula terdapat amalan–amalan yang diperintahkan untuk
senantiasa wajib dilaksanakan pada hari itu. Allah telah sangat jelas memberikan
perintah tersebut dalam al-Qur’an kepada umat Islam untuk senantiasa wajib
melaksanakan amalan tersebut pada hari jum’at yakni shalat jum’at.
Shalat jum’at adalah shalat dua raka’at sesudah khutbah pada waktu zhuhur di
hari jum’at. Sebagaimana sudah menjadi amalan yang wajib pada hari jum’at, maka
hukum melaksanakannya adalah wajib (fardhu ‘Ain).
30 A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at, ( Surabaya : Pustaka Progresif, 1996)
lihat pula dalam karya M. Isa Selamat, Kelebihan Malam dan Hari Jum’at Serta Amalannya, (Kuala Lumpur: Darul Nu’man, 1995)
xxix
Hal ini Allah Swt. menerangkan dalam firman-Nya surah al-Jumu’ah ayat 9,
yang berbunyi :
أيها الذين أمنوا إذا نودي للصالة من يوم الجمعة فاسعوا إلى ذآراهللا وذروا البيع يا 31 ذالكم خير لكم إن آنتم تعلمون
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk melakukan shalat pada hari jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Demikian itu adalah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. al-Jumu’ah : 9)
Ayat di atas merupakan dalil yang qat’i atas wajibnya shalat jum’at. Allah
Swt. menyeru kepada umat Islam untuk segera mengerjakan ibadah shalat jum’at,
dan bersegeralah meninggalkan segala aktifitas apapun termasuk transaksi dalam
perdagangan (jual beli) untuk mengingat Allah.
Dalam al-Qur’an, secara khusus Allah Swt. menyeru kepada umat Islam untuk
mengerjakannya. Sehingga menambah agungnya shalat tersebut, disamping
membangkitkan perhatian kepada-Nya, membantu untuk mengambil manfa’at di
dalam ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, dan di dalam mengumpulkan
kekuatan kaum muslimin di dalam upaya tolong menolong dalam kebaikan dan
takwa.32
Demikian juga, terdapat banyak hadis Nabi yang menerangkan mengenai
kewajiban shalat jum’at, diantaranya adalah ;
Dari Tarîq bin Sihâb ra., dari Nabi saw. Beliau bersabda :
31 QS. Al-Jumu’ah : 9 32 Abu al-Hassan ‘Ali Abdul Hayyi al-Hasani al-Nadwi, Empat Sendi Agama Islam; Sholat,
Zakat, Puasa, Haji. Penerjemah Zaenudin, (Jakarta : PT. Melton putra,1992), cet, I, h. 64
xxx
عبد مملوك اومراة : الجمعة حق واجب على آل مسلم في جماعة إال أربعة )و لحاآم رواه ابو داود(اوصبي اومريض
Artinya:
“Shalat jum’at itu hak (atau tuntunan) yang wajib bagi setiap muslim dengan berjam’ah, kecuali empat orang, yakni; hamba sahaya, para wanita, anak-anak dan orang sakit.” (HR. Abû Dâud dan Hâkim)33
Dari Abû ‘Abdullâh bin ‘Umar ra., dari Nabi saw, beliau bersabda :
)رواه ابو داود( من سمع الندا ألجمعة على آل
“Shalat jum’at itu wajib bagi orang yang mendengar panggilan azan” (HR.
Abû Dâud)34
Dari Hafsah ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda :
الجمعة واجب على : قاللمس صلى اهللا عليه و النبيأن,فصة رضي اهللا عنهاح عن
)سائى رواه الن(آل محتليم
“Pergi ke jum’at itu wajib bagi setiap orang yang telah bermimpi (baligh)” (HR. al-Nasa’I)35
Hadis-hadis diatas mungkin sudah menjadi perwakilan atas hadis-hadis lain
yang menyebutkan tentang wajibnya shalat jum’at. Hanya saja diantara para ulama
ada perbedaan argumentasi mengenai siapa saja yang orang yang terkena kewajiban
tersebut. Hal itu disebabkan karena interpretasi yang berbeda dalam memahami
hadis-hadis tersebut.
33 Mustafa al-Khin, Mustafa al-Bûga dan ‘Ali al-Syirbâji, al-Fiqh al-Manhaji ‘alâ Madzhab al-Imam al-Syafi’I. Penerjemah Anshori Umar Sitanggang (Semarang: CV. al-Syifa’ 1992), h.261
34 Mustafa al-Khin, Mustafa al-Bûga dan ‘Ali al-Syirbâji, al-Fiqh al-Manhaji ‘alâ Madzhab al-Imam al-Syafi’I. Penerjemah Anshori Umar Sitanggang, h. 262
35 Muhammad Nashiruddin al-Albani, Sahîh Sunan al-Nasa’I. Penerjemah Ahmad Yoswaji, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), cet,1, h.632
xxxi
A. Chodry Romli dalam bukunya, ia mengutip perkataan Syaikh Abû Bakar
Jâbir al-Jajîri dalam kitabnya Minhaj al-Muslimin hal.221, ia mengatakan: “Tidak
wajib shalat jum’at bagi orang yang tinggal jauh dari kota tempat dilaksanakannya
shalat jum’at, dalam jarak lebih dari tiga mil. Hal ini disebabkan karena sabda Nabi
Saw. diatas, yakni “shalat jum’at wajib atas orang yang mendengar adzan. Sedang
menurut kebiasannnya suara muadzin itu tidak mungkin terdengar sejauh lebih dari
tiga mil atau empat setengah kilometer”.36
Akan tetapi apabila pelaksanaan hadis di atas masih dipergunakan pada zaman
sekarang ini, sebenarnya masih menjadi pertanyaan terhadap masalah di atas sampai
sekarang ini. Masalah ini kemudian menjadi suatu hal yang masih diperbincangkan,
bahwa hadis di atas masih relevankah jika diberlakukan pada saat sekarang ini? Hal
ini mengingat suara adzan itu bisa kita dengar dari jarak yang begitu jauh dengan
adanya alat pengeras suara (speaker) dimana hamper semua masjid menggunakannya.
Namun, menurut riwayat al-‘Irâqi dalam syarah Tirmîdzî dari Syafî’I, Mâlik, dan
Ahmad, bahwa mereka mewajibkan shalat jum’at atas penduduk kota, meskipun
mereka tidak mendengar suara adzan.
Sedangkan menurut sebagian ulama ada yang berpendirian bahwa shalat
jum’at itu hukumnya fardhu kifayah. Sementara itu, Hasbi al-Shiddiqi menentang
pendapat tersebut, karena menurutnya bahwa yang dipandang fardhu kifayah itu
adalah menghadiri jama’ah jum’at. Dengan demikian menurut Hasbi al-Shiddiqi
36 A. Chodry Ramli, Permasalahan Shalat Jum’at, h. 72, dikutip dari karya Abû Bakar Jâbir
al-Jâjirî, Minhâj al-Muslimîn, h.221
xxxii
hukum shalat jum’at itu wajib (fardhu ‘ain), sedangkan menghadirinya adalah fardhu
kifayah.
Demikan pula, menurut jumhur ulama, bahwa melaksanakan shalat jum’at
bagi kaum muslimin hukumnya fardhu ‘ain (wajib bagi setiap muslim mukallaf jika
telah memenuhi syarat yang telah ditentukan) dan yang meninggalkannya akan
mendapat ganjaran dosa tanpa perbedan pendapat.37
Melihat hukum yang telah disepakati diatas bahwa shalat jum’at adalah wajib
(fardhu 'ain) hukumnya. Maka apabila ada seseorang yang dengan sengaja tidak
melaksanakan kewajiban shalat jum’at tersebut akan dikenakan ganjaran. Adapun
ganjaran bagi orang tersebut adalah terdapat dan dijelaskan dalam hadis-hadis Nabi
Saw. berikut ini:
Dari Ibnu Mas’ûd ra. bahwa Nabi saw. bersabda :
لقد هممت أن أمر : عن ابن مسعود رضي اهللا عنه ان النبي صلى اهللا عليه وسلم قال لقوم يتخلفون عن الجمعة
) رواه أحمد و مسلم(ة بيوتهم رجال يصلي بالناس، ثم أحرق على رجال يتخلفون عن الجمع
Artinya : “Sungguh saya berniat hendak menyuruh seseorang menjadi imam bagi
orang-orang yang berjama’ah, lalu saya akan pergi membakar rumah-rumah mereka yang meninggalkan shalat jum’at.”(HR. Ahmad dan Muslim)38
37 A. Chodri Romli , Permasalahan Shalat Jum’at, .Lihat juga di Ensilkopedi Ijma’ : 641, dan
dirangkum dari al-Mugnî (2/243), al-Majmu’ (4/351) (dari Ibnu al-Mundzîr). Nailul autâr (3/223) (dari Ibnu al-Mundzîr, Ibnu ‘Arabi dan Ibnu Qudâmah)
38 ‘Abdul Qadîr al-Rahbawî, al-Salâtu ‘alâ Mazâhibil ‘Arba’ah (Shalat Empat Madzhab).
Penerjemah: Zeid Husein al-Hamid dan M.Hasanuddin, h. 351
xxxiii
Dari Abû Hurairâh dan Ibnu ‘Umar, keduanya mendengar Rasulullah Saw.
bersabda sambil memegang tiang mimbarnya:
عن ابي هريرة وابن عمر رضي اهللا عنهم انهما سمعا رسول اهللا صلى اهللا عليه لينتهين أقوام عن ودعهم الجمعات أو ليختمن اهللا : عواد منبرهوسلم يقول على أ
) رواه مسلم وابن ماجه والنسائى وأحمد. (ثم ليكونن من الغافلين, على قلوبهم
Artinya : “Hendaknya kaum-kaum itu berhenti dari meninggalkan shalat jum’at atau kalau tidak, maka Allah akan menutup mata hati mereka, kemudian mereka termasuk kedalam golongan orang-orang yang lalai.” (HR. Muslim, Ahmad dan Nasâ’I)39
Dari Abû Ja’ad al-Damrî, Rasulullah Saw. telah bersabda:
)رواه الخمسة(ث جمع تهاونا طبع اهللا على قلبه من ترك ثالArtinya:
“Siapa saja yang meninggalkan tiga kali shalat jum’at karena menganggap enteng, maka Allah akan menutup mata hatinya.” (Hadis Khamsah)40
Dengan demikian, sungguh telah terjadi kesepakatan oleh kalangan jumhur
ulama dengan menetapkan shalat jum’at itu hukumnya fardhu ‘ain yakni bagi setiap
mukallaf, yang berkemampuan mendatanginya dengan menyempurnakan syarat-
syaratnya (Islam, laki-laki, merdeka, balig/ dewasa, berakal, berbadan sehat dan
penduduk asli)41 Kendatipun ada beberapa ulama yang mengatakan fardhu kifayah,
itu hanya untuk menghadirinya.
Jika masih bertahan pendapat mana yang paling dianggap benar, maka itu
akan membuat perdebatan pendapat semakin meruncing. Akan tetapi yang terpenting
39 Mustafa al-Karîm, Musatafa al-Bûga, ‘Alî al-Syirbâji, al-Fiqh al-Manhaj ‘ala Madzhab al-
Imam al-Syafi’I., Penerjemah: Ansori ‘Umar Sitanggal, (Semarang : CV. al-Syifa, 1992), h.259 40 ‘Abdul Qadîr al-Rahbawî, al-Salat ‘ala Mazâhibil ‘Arba’ah (Shalat Empat Madzhab).
Penerjemah: Zeid Husein al-Hamid dan M.Hasanuddin, h.351 41 A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at, h. 82
xxxiv
adalah umat Islam menunaikan ibadah shalat jum’at sesuai dengan yang
diperintahkan Allah Swt. dalam al-Qur'an seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Berlanjut kepada masalah jama’ah jum’at, ulama sepakat bahwa berjama’ah
merupakan syarat sahnya shalat jum’at. Dengan demikian, shalat jum’at tidak sah
dijalankan oleh satu orang saja. Sebab dinamakan jum’at, adalah karena
berkumpulnya (berjama’ah) umat Islam pada hari itu. Akan tetapi, mengenai jumlah
bilangan jama’ah pada shalat jum’at, menurut al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalâni dalam
kitabnya Fath al-Bâri, terdapat lima belas pendapat, namun disini akan disebutkan
pendapat Imam mazhab yang empat (Syafî’I, Mâliki, Hanbâli, dan Hânafî).
Sebagaimana dikatakan dalam hadis berikut ini:
Dari Tariq bin Shihab, bahwa Nabi Saw. Bersabda:
الجمعة : قال النبى صلى اهللا عليه وسلم: عن طريق بن شهاب رضي اهللا عنه قال )رواه أبو داود. (حق واجب على آل مسلم فى جماعة
Artinya:
“Jum’at adalah suatu hak dan kewajiban atas setiap muslim dengan berjama’ah” (HR. Abû Dâud)42
Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqalani dalam kitab nya Fath al-Barî yang dikutip
ulang oleh Hasbi al-Shiddiqi dalam karyanya Koleksi Hadis-Hadis Hukum, ia
mengatakan bahwa ada lima belas pendapat mengenai jumlah bilangan jama’ah
dalam shalat jum’at, namun disini akan diterangkan sebagiannya saja yakni menurut
pendapat empat mazhab, diantaranya adalah43:
1. Menurut Abu Hanifah, shalat jum’at sah dengan dilaksanakan hanya tiga
orang saja.
42 Muhammad Nashiruddin al-Albani, Tarjamah Sunan Abû Dâud. Penerjemah Ahmad
Yoswaji, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), cet. 1, h. 634 43 Hasbi al-Shiddiqi, Koleksi Hadis-hadis Hukum, jilid 4, h. 231-233, lihat A. Chodri Romli,
Permasalahn Shalat Jum’at, h. 92
xxxv
2. Menurut imam Malik, shalat jum’at sah apabila dilaksanakan dengan
duapuluh orang ataupun tiga puluh orang.
3. Dan menurut Imam Syafi’I dan Hanbali, shalat jum’at itu sah dengan dihadiri
jama’ah berjumlah empat puluh orang.
Hasbi al-Shiddiqi menerangkan dalam bukunya Koleksi Hads-hadis Hukum,
ia mengatakan adapun orang-orang yang mensyahkan jama’ah jum’at dengan jumlah
bilangan seperti yang dikemukakan diatas, bahwa bilangan itu wajib, mengingat
beberapa hadis mengatakan seperti itu. Akan tetapi tidak ada dalil yang menetapkan
batas bilangan itu. Tak ada perbedaan antara jama’ah jum’at dengan jama’ah yang
lain dan tak ada nash yang menetapkan bahwa jum’at itu, tidak sah kalau jama’ahnya
tidak sebanyak bilangan ini, atau sebanyak bilangan itu. Pendapat itulah yang paling
kuat di sisiku. Selanjutnya, Hasbi sendiri juga tidak menemukan hadis shahih yang
mensyaratkan bilangan yang tertentu.44 Setelah Hasbi melakukan penyelidikan
terhadap pendapat para ulama fiqih dan riwayat-riwayat yang lain, ia mengatakan
bahwa shalat jum’at itu sah dilakukan oleh masing-masing individu, dan masing-
masing individu tersebut apabila tidak berhalangan diperintahkan untuk pergi
menghadiri sembahyang jama’ah jum’at.45 Adapun jika memang seseorang tidak
melaksanakan shalat jum’at karena alasan tertentu, maka baginya harus
melaksanakan shalat Zhuhur seperti biasa.
44 Terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Imam Daruquthni yang menerangkan bahwa
sunnah Rasul menetapkan shalat jum’at berjumlah empat puluh orang. Seperti hadis berikut ini:
)رواه الدارقطني( مضت السنة أن في آل أربعين فصاعدا جمعة Artinya :
“Sunnah Rasul menetapkan, setiap empat puluh orang atau lebih harus melaksanakan shalat jum’at.” (HR. Daruqutni) Lihat ‘Abd. Qadir al-Rahbâwi, Shalat Empat Madzhab. Penerjemah Zeid Husein al-Hamid dan M. Hasanuddin ( Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 1995), cet ke-2, h. 355
45 Hasbi al-Shiddiqi, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Jilid 4. h. 234
xxxvi
B. Amalan-amalan Yang Disunahkan Pada Hari dan Malam Jum’at
1. Membaca Ayat Suci al-Qur’an (QS. al-Kahfi, dan al-Dukhan)
Membaca ayat suci al-Qur'an merupakan suatu amalan ibadah yang senantiasa
harus dilaksanakan bagi umat islam, karena al-Qur'an merupakan kitab suci dari
umat muslim. Dalam al-Qur'an terdiri dari 30 juz, 114 surah dan memiliki jumlah
ayat enam ribu dua ratus tiga puluh enam ayat (6236). Surah maupun ayat dalam al-
Qur'an memiliki keistimewaan dan keutamaan, sehingga banyak sekali hal-hal yang
terkandung di dalamnya.
Membaca ayat al-Qur’an merupakan suatu keharusan bagi umat islam untuk
senantiasa dikerjakan pada waktu kapanpun, akantetapi terdapat waktu-waktu
istimewa untuk membaca firman Allah tersebut, yakni membacanya pada hari dan
malam jum’at. Hal itu merupakan amalan yang disunahkan, bahkan dianjurkan bagi
siapa saja yang mampu untuk menghatamkan al-Qur’an pada hari jum’at. Dan
hendaknya penghataman al-Qur’an itu dilakukan pada pada dua rakaat shalat subuh
jika mulai membacanya pada waktu malam hari, atau pada dua rakaat shalat Maghrib,
atau waktu antara azan dan iqâmat shalat jum’at. Hal tersebut mengandung
keutamaan yang besar.46
46 Al-Ghazâli, Menjala Pahala Dengan Shalat. Penerjemah Adib Asri, (Jakarta; Pustaka
Amani), h. 138
xxxvii
Ketika membaca firman Allah pada hari dan malam jum’at, ada surah-surah
tertentu yang biasa diamalkan untuk dibaca pada saat tersebut. Di dalam Kutub al-
Tis’ah terdapat dua surah yang dianjurkan untuk diamalkan pada malam dan hari
jum’at. Diantaranya adalah surah al-Kahfi dan al-Dukhan. kedua surah tersebut
memuat kandungan keutamaan dan keistimewaan, jika diamalkan untuk membacanya
pada malam dan hari jum'at.
Surah al-Kahfi merupakan salah satu surah Makkiyah47 yang terdiri atas 110 ayat. Surah ini merupakan salah satu
surah yang disunahkan untuk diamalkan membacanya pada malam dan hari jum’at, karena didalam surat tersebut terdapat
banyak sekali keistimewaan. Berikut adalah hadis yang menerangkan keutamaan dari surah al-Kahfi jika diamalkan pada malam
jum’at, yakni :
Dari Abî Said al-Khudry ra., bahwasanya Nabi Saw. bersabda:
عن أبي سعيد الخدري رضي اهللا عنه أن النبي صلى اهللا عليه وسلم أنه قال من قراء سورة الكهف في يوم 48)حاقي والحاآم عن أبو سعيد الخدريرواه ألنسائى والبي(الجمعة أضاء له من النور ما بينه وبين الجمعتين
Artinya:
“Barangsiapa membaca surah al-Kahfi pada hari jum’at, maka ia akan diberi cahaya yang dapat menerangi diantara dua jum’at.” (HR. al-Nasâ’I, al-Baihâqî dan Hâkim dari Abû Sâid al-Khudrî)
Dari Abî Sâ’id al-Khudrî ra. bahwasanya Rasulullah pernah bersabda :
من قرأ سورة الكهف ليلة الجمعة أضاء : عن أبي سعيد الحدري رضي اهللا عنه أن النبي صلىاهللا عليه وسلم قال
49)رواه الدارمي(بين البيت العتيق له من النور فيما بينه و
47 Surah Makkiyah pada umumnya tidak menerangkan persoalan hukum dan syari’at yang
berupa ibadat dan muamalat, akan tetapi ia lebih menekankan persoalan akidah dan akhlak yang merupakan batu asas pembinaan umat karena jika akidah goncang dan akhlak umat musnah, maka sudah pasti umat itu akan hancur. Lihat Mohammad Kamil Abd. Mujid, (Kuala Lumpur: Melindo Publications, 1994), Cet, 1, h. 3
48 Abd. ‘Azîm bin ‘Abd. Qawî al-Mundzirî, al-Targîb wa Tarhîb, (Beirut: Dâr al-Maktabah, t.th), jilid,1, h. 318
xxxviii
Artinya: “Barang siapa yang membaca surat al-kahfi pada malam jum’at, maka Allah akan memberikan cahaya kepadanya sejauh dirinya dengan Bait al-‘atîq (ka’bah).” (HR. al-Dârimî)50
Terdapat suatu riwayat yang menerangkan perihal keutamaan surah al-Kahfi, bahwa apabila seseorang membaca
awal dari surah ini akan mendapatkan perlindungan dan keselamatan dari fitnah dajjal, seperti dalam hadis berikut ini:
Dari Abû Dardâ ra., dari Nabi Saw. , beliau bersabda:
من قراء ثالث : عن أبى الدرداء رضي اهللا عنه أن النبي صلىاهللا عليه وسلم قال )رواه مسلم والنسائى والترمذى(أيات من أول سورة الكهف عصم من فتنة الدجال
Artinya:
"Barang siapa yang membaca tiga ayat dari awal surah al-Kahfi, maka akan dilindungi dari fitnah Dajjal." (HR. Muslim, Nasâ'I, dan Tirmîdzî)
Dengan demikian, seseorang yang membaca surah ini bahkan hanya pada bagian awalnya saja, niscaya akan
mendapatkan balasan yang sangat besar. Sementara itu juga apabila ditambah dengan membacanya pada malam dan hari jum’at,
maka akan mendapatkan balasan yang berlipat disamping diselamatkan dari fitnah Dajjal.
Sementara itu juga, surah al-Dukhan merupakan surat Makkiyah ini terdiri atas 59 ayat, merupakan surah yang
senantiasa disunahkan untuk membacanya pada hari dan malam jum'at.
Adapun hadis-hadis yang menerangkan hal diatas adalah sebagai berikut:
Dari Abû Hurairâh ra., telah bersabda Rasulullah Saw. :
من قرأ حم الدخان فى : ول اهللا صلى اهللا عليه وسلمقال رس: عن أبي هريرة قال 51)رواه الترمذى(ليلة الجمعة غفر له
Artinya :
49 Abd. ‘Azîm bin ‘Abd. Qawî al-Mundzirî, al-Targîb wa Tarhîb, jilid,1, h. 317 50 Muhammad ‘Abdullâh bin Bahroam al-Dârimî, Sunan al-Darimi, (Beirut: Dâr al-Fikr,
t.th), Jilid 2, h. 454 51 ‘Abd. ‘Azîm bin ‘Abd. Qawî al-Mundzirî, al-Targîb wa Tarhîb, jilid,1, h. 318
xxxix
“ Siapa saja yang membaca surah Hâ Mim al-Dukhan pada malam jum’at, maka niscaya akan diampuni dosanya” (HR. Tirmîdzî)52
Dari ‘Abdullah bin ‘Isa mengkhabarkan:
أنه من قرأ حم الدخان فى ليلة الجمعة ايمان : عن عبد اهللا بن عيسى قال أخبرت
53)رواه الدارمي(وتصديقا بها أصبح مغفورا له Artinya : “ Sesungguhnya siapa saja yang membaca surat Hâ Mim al-Dukhan pada malam jum’at, maka pada waktu subuhnya akan diampuni dosa-dosanya.” (HR. al-Dârimî)
Selain itu terdapat pula riwayat yang mengatakan surah Yaasin dan Ali-Imran merupakan surah yang senantiasa
diamalkan pada hari dan malam jum’at. Akan tetapi sumber tersebut berasal dari riwayat al-Asbahânî dan al-Tabrânî. Kemudian
juga surah yang sering dibaca oleh Nabi pada hari dan malam jum’at, seperti; surah al-Ikhlâs, al-Kâfirun, al-jumu’ah, al-
Munafiqûn, al-Sajadâh, Luqmân dan surah al-Dahr. Pada semua surah tersebut selain Yaasin dan Ali Imran, Nabi baca ketika
sedang melaksanakan shalat, seperti shalat Magrib, Isya dan pada shalat jum’at. 54
2. Membaca Shalawat Nabi
Salawat adalah jamak dari kata shalat. Shalawat menurut bahasa artinya adalah do’a dan istighfar.55 Dan juga
bermakna memberi berkah dan ibadat.56 Bersalawat kepada Nabi adalah suatu amalan yang dianjurkan, bahkan ada segolongan
ulama seperti Tahâwi dan Hâlimî yang memandang wajib mengucapakan shalawat dan salam setiap nama Nabi disebutkan.57
Kemudian juga, Ibnu Qasar mengemukakan pendapat yang sama dengan Tahawî dan Hâlimî.58 Berbeda dengan Imam Syafî’I, ia
mengatakan bahwa shalawat wajib dibaca ketika duduk tasyahud akhir.59 Shalawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad
52 Abî ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzî, Tarjamah Sunan Tirmidzi, Penerjemah.
Muhammad Zuhri Dipl, dkk, (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992), Cet ke-1, jilid 4, h. 487 53 Muhammad ‘Abdullâh bin Bahroam al-Dârimî, Sunan al-Darimi, Jilid 2, h. 457 54 Al-Gazâli, Menjala Pahala Dengan Shalat, h.138-139 55 Ibnu Manzûr, Lisân al-‘Arâbi, (Beirut: Dar al-Fikr), jilid 13, h. 464. Lihat Idrus ‘Alkaf,
Keagungan Shalawat Nabi Muhammmad saw. (Surabaya : Penerbit Masyhur ), h. 22, Lihat juga Imam Qadî- al-Iyyad, DR. Muhammad Ustman al-Khusyt, Kumpulan Keistimewaan Shalawat Nabi, (Ditinjau dari Beberapa Segi). Penerjemah Nurul Fauzi, (Bandung: al-Husaini, 1990) h. 13.
56 Hasbi al-Shiddiqi, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 74 57 Sayyid Sâbbîq, Fiqh Sunnah, (Bandung: al-Ma’arif, 1981), jilid 4, h. 309 58 Hânafî Mohammed, 99 Shalawat Nabi Muhammad SAW. Fadhilat dan Khasiatnya, (Kuala
Lumpur; Darul Nu’man,t.th), h. 4. 59 Hanafî Mohammed, 99 Shalawat Nabi Muhammad SAW. Fadhilat dan Khasiatnya, h. 3
xl
Saw., memberikan makna hukum tertentu bagi para ulama. Terdapat beberapa ulama yang mengemukakan pendapat yang
berbeda mengenai hukum dari shalawat Nabi Saw. 60
Terdapat banyak hadis yang menerangkan mengenai waktu-waktu yang dituntut agar umat muslim membaca
shalawat ke atas Nabi Saw. Pada hari dan malam jum’at, merupakan salah satu dari waktu-waktu tersebut.61 Karena bershalawat
kepada Nabi Muhammad Saw. pada waktu hari dan malam jum’at merupakan saat yang sangat tepat dan senantiasa dianjurkan
untuk dilaksanakan sebagai wujud bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw.
Dari ‘Aus bin ‘Aus, bahwasanya Nabi saw. bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم : عن أوس بن أوس، إن النبي صلى اهللا عليه وسلم قالالجمعة فيه خلق أدم عليه السلم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأآثروا علي
وآيف تعرض عليك ,قلوا يا رسول اهللا , الصالة فيه فان صالتكم معروضة عليمنرواه (إن اهللا عز وجل قد حرم على الأرض أن تأآل أجساد الأنبياء : وقد أرمت فقال )ذىالخمسة إال الترم
Artinya :
“Salah satu hari yang paling utama adalah hari jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula dicabut rohnya, dan juga pada hari itu ditiupnya sangkala dan semua makhluk dimatikan. Karena itu, perbanyaklah membaca shalawat untukku karena bacaan shalawatmu itu akan diperlihatkan kepadaku. Para sahabat bertanya: ‘Ya Rasulullah, bagaimana bacaan shalawat itu akan diperlihatkan kepadamu padahal waktu itu jasadmu telah hancur lebur? ‘ Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Hadis Khamsah, kecuali Tirmidzî)62
Dari Abî Darda ra. Bahwa Nabi saw. bersabda :
60 Beberapa ulama yang berpendapat tentang hukum shalawat, diantaranya adalah: 1). Imam
al-Sya’bi dan Abû Jâfar al-Bâqir, Shalawat menurut keduanya wajib dibaca ketika shalat dalam dua tasyahud awal dan akhir. 2). Abû Bakar Ibnu al-Bâqir, Shalawat wajib dibaca tanpa mengira bilangannya. 3). Abû Bakar al-Râzi dan Ibnu Hâzm, keduanya mengatakan bahwa bershalawat wajib dalam seumur hidup walaupun hanya sekali. 4).al-Zamâkhsyarî berpendapat, sahalawat wajib dibaca pada tiap-tiap majlis. 5). Ibnu Jarîr al-Tabâri, ia mengatakan bahwa bershalawat kepada nabi adalah suatu pekerjaan yang disukai saja. Lihat Hânafi Mohammed, 99 Shalawat Nabi Muhammad SAW. Fadhilat dan Khasiatnya. h. 3
61 Ada beberapa waktu yang dianjurkan untuk senantiasa membaca shalawat ke atas Nabi Saw., diantaranya adalah: 1). Ketika hendak masuk dan keluar dari masjid, 2). Sesudah azan, 3). Pada saat tasyahud akhir, 4). Di dalam shalat jenazah, 5). Diantara takbir-takbir shalat sunat hari raya, 6). Di permulaan dan akhir doa, 7). Di akhir qunut dalam shalat, 8). Di malam dan hari jum’at, dan masih terdapat lagi waktu-waktu yang lainnya. Lihat Hânafi Mohammed, 99 Shalawat Nabi Muhammad SAW. Fadhilat dan Khasiatnya, h. 6-14
62 ‘Abdul Qadîr al-Rahbawî, al-Salah ‘ala Mazâhibil ‘Arba’ah. Penerjemah Zeid Husein al-Hamid dan M.Hasanuddin, (Beirut: Dar al-Salam,1983), h.347-348
xli
أآثروا الصالة علي يوم ( عن أبي الدرد، قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم وإن أحدا لن يصلى علي إال عرضت علي . فإنه مشهود تشهده الملائكة.الجمعة
)رواه إبن ماجه ()ى يفرغ منهاصالته حت Artinya :
“Perbanyaklah membaca shalawat untukku pada hari jum’at, karena hari jum’at itu adalah hari penyaksian yang disaksikan oleh para malaikat. Dan sesungguhnya seseorang tidaklah ia membaca shalawat kepadaku melainkan do’a shalawatnya itu pasti ditampakkan kepadaku, sehingga ia selesai bershalawat.” (HR. Ibnu Mâjah)63
Al-Hâfiz al-Sakhowî dengan menukil perkataan Imam Syafî’I berkata: Aku paling suka memperbanyak membaca
shalawat atas Nabi dalam segala waktu. Sebab pada malam dan hari jum’at, maka lebih aku tekankan menjadi wirid sunat.64
Demikian pula Ibnu Hâjar dalam kitabnya al-Dûrîl Maushûd, yang dikutip ulang oleh Yûsuf bin Ismâil al-Nabâni dalam
bukunya, Ibnu Hajar dengan menukil perkataan ulama’ mengatakan bahwa memperbanyak membaca shalawat pada malam dan
hari jum’at pahalanya itu lebih besar daripada memperbanyak membaca al-Qur’an selain surah al-Kahfi. Yang demikian
berdasarkan hadis tentang pembacaan shalawat di hari dan malam jum’at.65
Adapun manfaat atau kegunaan dari memperbanyak membaca shalawat pada hari dan malam jum’at, Ibnu Qoyyîm
mengatakan, bahwa karena Rasulullah itu Sayyîd al-Anâm, sedang hari jum’at itu Sayyîd al-Ayyâm. Dengan begitu membaca
shalawat pada hari dan malam jum’at itu berarti Mâziyah atau berfaedah dan bukan karena yang lain. Selain itu pula untuk
kebaikan umat Nabi Muhammad Saw. di dunia dan di akhirat.66
Allah memerintahkan kepada umat pengikut Nabi Muhammad untuk bershalawat kepadanya, bahkan Malaikat-pun
juga diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakannya, sebagaimana dalam firman-Nya disebutkan, yang berbunyi:
67إن اهللا وملئكته يصلون على النبي يأيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
Artinya :
63 Yûsuf bin Ismâ’il al-Nabâni, Amalan Shalawat Para Wali Allah¸ (Pekalongan; CV.
Bahagia), h. 21 64 Yûsuf bin Ismâ’il al-Nabâni, Amalan Shalawat Para Wali Allah¸ h. 23 65 Yûsuf bin Ismâ’il al-Nabâni, Amalan Shalawat Para Wali Allah, h.23
66 Yûsuf bin Ismâ’il al-Nabâni, Amalan Shalawat Para Wali Allah, h.23, lihat Fiqh Sunnah, I :251 atau lihat Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1985) jilid. 28, h. 242
67 QS. Al-Ahzab : 56
xlii
“Sesungguhnya Allah Swt. dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (Muhammad saw.). Hai Orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi (Muhammmad saw) serta ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab : 56)
Shalawatnya Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah berupa rahmat. Shalawatnya Allah Swt. kepada Rasulullah
Saw. adalah berupa rahmat, keridhaan, pengagungan, pujian dan penghormatan. Sedangkan shalawat Malaikat kepada
Rasulullah saw. adalah berupa do’a agar dicurahkan rahmat. Shalawatnya para pengikut Rasulullah Saw., kepada beliau adalah
do’a dan menjunjung beliau.68
Menurut al- Hulaimî di dalam kitab al-Syirb “ Abd. Muhsin al-Abbad mengutip pendapatnya, yang mengatakan
makna shalawat ke atas Nabi Saw. ialah mengagungkannya. Dengan demikian makna shalawat “Ya Allah agungkanlah Nabi
Muhammad Saw.” maksud yang dikehendaki dengan keagungan bagi Nabi di dunia ialah meninggikan (memuliakan) namanya,
memenangkan agamanya, dan mengekalkan syari’atnya. Manakala maksud yang dikehendaki dengan keagungan bagi Nabi di
akhirat adalah memperbanyak pahala dan syafâ’at-Nya bagi umat-Nya serta mengekalkan kelebihannya di tempat terpuji.69
Sedangkan dalam bukunya Imam Qadli Iyyad Ustman al-Kusyt dengan mengutip pendapat Ibnu Abbas bahwa Allah
Swt., dan para Malaikat-Nya memberkahi Nabi Muhammad Saw. kemudian pendapat yang lain mengatakan bahwa Allah Swt.
memberi rahmat kepada Nabi Muhammad Saw., para Malaikat memintakan ampun kepada Allah Swt. bagi beliau. Abû al-
‘Aliyah mengatakan “shalawat Allah Swt.” merupakan sanjungan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw. dihadapan para Malaikat.
Dan shalawat Malaikat merupakan do’a.70
Bershalawat ke atas Nabi Saw., berarti memperbesar dan mengagungkan serta mendukung perjuangan-Nya yang
mulia, disamping melahirkan rasa syukur atas diutusnya beliau sebagai rahmat bagi seluruh alam raya ini.
Dengan melazimi bershalawat ke atas Nabi Saw., semoga kita sebagai orang muslim tergolong sebagai orang-orang
yang mendapatkan keistimewaan dan memiliki kedudukan yang terdekat dengan Nabi Saw. pada hari kiamat nanti. Hal ini
sudah dijelaskan dalam sabda beliau, yang berbunyi:
) الترمذى رواه( ان أولى الناس بى يوم القيامة أآثرهمء علي صالة
Artinya:
68 Muhammad ‘Ali Asyo’bûni’, Sofwâ al-Tafsir, (Darul Bayan ‘Arabi), Jilid 2, h. 538.
Lihat juga Nâbil Hâmid al-Mu’adz, Bagaimana Mencintai Rasulullah. Penerjemah Abd. al-Hayyi al-Kattâri, Muhammad Mansyûr Hamzâh, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 235.
69 Abd. Muhsîn Ibnu Hâmad al-‘Abbad, Fadhilah Shalawat, Makna, Cara dan Karya-karya mengenainya. Penerjemah Abd. Râzak bin Muhammad (Selangor: Usaha Diene SDN BHD, 1994)
70 Imam Qâdi-Iyyad DR. Muhammad Ustmân al-Kusyt, Kumpulan Keistimewaan Shalawat
Nabi (Ditinjau Dari Beberapa Segi). Penerjemah Nurul Fauzi (Bandung: Husaini, 1990), h. 12-13
xliii
“Sesungguhnya sepaling-paling utama manusia (orang yang terdekat) dengan aku pada hari kiamat adalah mereka yang lebih banyak bershalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzî) 71
Disamping sebagai orang yang terdekat dengan Nabi Muhammad Saw. pada hari kiamat kelak, masih terdapat lagi
kelebihan atau manfaat yang akan kita peroleh dari membaca shalawat ke atas Nabi Saw. diantaranya adalah72:
a. Mendapat syafaat Nabi Saw.73
b. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan dari Nabi Saw.
c. Mendapat pengampunan dosa dari Allah Swt.
d. Mendapat rahmat dari Allah Swt.
e. Mendapatkan hajat dunia dan akhirat
f. Digembirakan dengan surga
1. Memperbanyak Berdo’a
Do’a mengandung arti permohonan atau permintaan, yaitu permohonan atau permintaan seorang hamba kepada Allah
Swt. Orang yang berdo’a memiliki tujuan dan hasrat akan apa yang diinginkan dapat terwujud dan tercapai dengan cara meminta
atau memohon. Do’a adalah permohonan atau permintaan seorang hamba kepada Allah zat Yang Maha Pengasih dan Pemurah,
supaya mendapatkan petunjuk, pertolongan, kekuatan lahir dan batin, kesehatan yang baik serta keselamatan. Do’a dimohonkan
dengan suatu rangkaian kalimat, sebagai suatu percakapan seorang diri sebagai rintihan jiwa insani kepada Sang Ilahi dan ia
adalah fitrah bagi manusia. Do’a sangat penting bagi manuisa, karena ia sangat penting bagi hidup dan kehidupan manusia.
Orang yang tidak suka berdo’a adalah orang yang angkuh dan sombong, yang menganggap dengan kekuatan pribadinya segala
persoalan hidup dapat teratasi. Dengan berdo’a kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan orang yang memohon kepada-
Nya, sebagaimana firman Allah menyebutkan :
جهنم الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون وقال ربكم ادعوني استجب لكم إن 74داخرين
Artinya :
"Dan Tuhan-mu berfirman, "Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan kuperkenankan bagimu.Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. al-Mukmin; 60)
71 Hasbi al-Shiddiqi, Pedoman Dzikir dan Do’a, h. 79 72 Hanafi Mohammed, 99 Shalawat Nabi Muhammad SAW. Fadhilat dan Khasiatnya, h. 20-
27 73 Sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut ini:
من صلى علي حين يصبح عشرا ويمسى عشرا أدرآته شفاعتى يوم القيامةArtinya: “Siapa saja yang bershalawat untukku di pagi hari sepuluh kali dan di sore hari sepuluh kali, ia akan mendapatkan syafa’at ku pada hari kiamat.” (HR. Thabrani) Lihat Hasbi al-Shiddiqi, Pedoman Dzikir dan Do’a, h. 79
74 QS. Al-Mu’min : 60
xliv
Berdo'a adalah suatu permohonan yang diajukan ke hadirat Allah Swt. agar Allah berkenan mengabulkannya. Untuk
itu perlu diperhatikan waktu-waktu yang tepat atau mustajab sebagaimana petunjuk Rasulullah Saw. Walaupun pada dasarnya
setiap waktu bagi Allah adalah baik dan Allah Maha Kuasa memenuhi permohonan hamba-Nya. Sebagaimana menurut
perkataan Rasulullah bahwa ada satu saat dimana Allah akan mengijabah do’a seorang hambanya, yakni pada hari jum'at. Hari
jum’at merupakan saat yang tepat untuk berdo’a, untuk itu umat Islam senantiasa dianjurkan untuk memperbanyak berdo’a pada
hari tersebut, karena pada hari jum’at, ada satu waktu dimana seseorang akan diijabah jika memohonkan sesuatu kepada Allah
zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Allah akan mengabulkan permohonan seorang hamba yang berdo’a pada hari jum’at,
akantetapi saat yang lebih tepatnya lagi tidak diketahui, seperti halnya dengan malam Lailatul Qadr, tidak diketahui kapan akan
turunnya malam tersebut. Berikut adalah hadis yang menyebutkan tentang hal tersebut,:
Dari Abû Hurairâh ra., bahwa Nabi Saw. bersabda :
لى اهللا عليه وسلم ذآر يوم الجمعة فقال فيه ساعة ال يوافقها عبد مسلم وهو قائم يصلي يسأل اهللا تعالى سيئا إال أعطاه أن رسول اهللا ص: عن ابي هريرة رضي اهللا عنه قال ) رواه البخارى(إياه واشار بيده يقللها
Artinya ;
“Sesungguhnya Rasululllah Saw. menuturkan tentang hari jum’at. Beliau bersabda: “Didalamnya ada suatu saat, yang tidak seorang muslim sedang berdiri shalat seraya memohon kepada Allah Ta’ala akan sesuatu bertepatan dengan saat itu, melainkan Allah pasti akan memberinya, dan beliau mengisyaratkan dengan jari-jari beliau karena mensedikitkannya" (HR. Bukhâri)75
Dari sahabat Jâbir ra., bahwa Nabi Saw. bersabda :
يوم الجمعة اثنتا : عن جابر رضي اهللا عنه قال أن النبي صلى اهللا عليه وسلم قالمنها ساعة ال يوجد وعبد مسلم يسأل اهللا تعلى شيئا اال أتاه اياه , عشرة ساعة )رواه النسائى وابو داود( اخر ساعة بعد العصر والتمسوها
Artinya :
“Hari jum’at itu terdiri dari dua belas saat, diantaranya terdapat suatu saat dimana tiada seorang hamba muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala melainkan Allah pasti memberinya. Dan carilah saat itu pada waktu-waktu terakhir setelah ashar”.( HR. Nasâ’I dan Abû Dâud)76
75 Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ismâil al-Bukhâri, Tarjamah Sahîh Bukhârî, Penerjemah
Ahmad Sunarto (Semarang: CV. Asy-Syifa,1993), jilid 2, cet,1, h.32 76 Nashr bin ‘Abd. al-Rahman bin Muhammad al-Juda’I, Amalan dan Waktu Yang Diberkahi,
Penerjemah Tim Dar al-Turats (Bogor: Pustaka Ibnu Kasir, 2004), h. 182
xlv
Dari Amr bin ‘Auf al-Muzannî ra. menerangkan:
سمعت: اهللا ابن عمر ابن عوف المزني عن ابيه عن جده قال عن آشير ابن عبدرسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم يقول في يوم الجمعة ساعة من النهار ال يسأل اهللا
اين تقام الصالة اإلنصراف : أي ساعة، قال: فيها العبد شيئا اال أعطيا سؤله، قيل ) جه والترمذىرواه ابن ما. (منها
Artinya :
“Bahwasanya Nabi saw., bersabda: “Sesungguhnya pada hari jum’at itu ada saat, tiada seorang hamba memohon sesuatu kepada Allah, melainkan diberikannya. Para sahabat bertanya: “Saat manakah itu?” Nabi Saw. menjawab: “Ketika didirikan shalat hingga selesai daripadanya.” (HR. Ibnu Mâjah dan Tirmîdzi)
Dari Abî Burdah bin Abî Mûsa al-Asy’ari berkata:
أسمعت أباك : قال لى عبد اهللا بن عمر: عن أبي بردة بن أبي موسى الأ شعري قال. نعم: سول اهللا صلى اهللا عليه وسلم في شأن ساعة الجمعة؟ قال قلتيحدث عن رهي ما بين أن يجلس : سمعت رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم يقول: سمعته يقول
)رواه مسلم(ة الإمام ألى أن تقضى الصالArtinya:
Bersumber dari Abu Burdah bin Abi Musa al-Asy’ari, beliau berkata: ‘Abdullah bin ‘Umar bertanya kepadaku: “Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menceritakan hadis dari Rasulullah Saw. tentang masalah saat pada hari jum’at?” Abu Burdah menjawab: “Ya, aku mendengar beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Itu adalah saat antara imam duduk hingga shalat dikerjakan.” (HR. Muslim)77
Selain hadis diatas, terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai waktu atau saat yang mustajab tersebut,
yakni78:
a. Turmudzi, Ahmad dan Ishaq berkata: sebagian ahli ilmu dari sahabat Nabi Saw. dan lainnya berpendapat bahwa saat
yang diharapkan itu adalah setelah ashar sampai matahari terbenam.
b. Ahmad berkata: setelah shalat Ashar, setelah zawal (matahari condong)
c. Abu Bakar al-Mundzizri berkata: setelah terbit fajar hingga terbit matahari dan sejak setelah shalat Ashar hingga
terbenam matahari.
d. Hasan Basri dan Abul ‘Aliyah berkata: pada saat zawal (condongnya) matahari.
e. Aisyah berkata: Apabila imam duduk diatas mimbar hingga selesai.
77 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairi al- Naisaburi, Tarjamah Shahîh Muslim¸
Penerjemah Adib Bisri Mustofa, (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993)jilid 2, h. 8 78 Yusuf Qardhawi, Al-Muntaqa min Kitab al-Targhib wat-Tarhib lil Mundziri, Penerjemah
Aunur Rafiq Saleh Tamhid ( Jakarta: Robbani Press, 1996), Cet. 1, h. 38
xlvi
f. Abu Burdah berkata: ia adalah saat yang dipilih Allah untuk shalat.
g. Abu al-Suwari al-‘Adawi berkata: saat tergelincirnya matahari hingga masuk dalam shalat.
h. Abu Hurairah, Thawus dan ‘Abdullah bin Salam, mereka berkata: antara ashar hingga matahari terbenam.
i. Sedangkan menurut imam al-Ghazali dalam bukunya, ia menambahkan waktu yang mustajab tersebut adalah pada
waktu Ashar, yakni waktu ikhtiyar dan sebelum matahari terbenam.79
Fatimah ra.-seorang putri Rasulullah Saw. sangat memperhatikan waktu tersebut dan memerintahkan pelayannya
untuk melihat matahari, lalu memberitahukan kepadanya bila sudah terbenam, lalu kemudian ia mulai menyibukkan diri dalam
berdo’a dan beristighfar sampai matahari terbenam. Dan beliau memberitahukan bahwa saat itulah yang ditunggu-tunggu,
sebagaimana beliau dengar dari ayahnya, Rasulullah Saw.
Sebagian ulama mengatakan bahwa saat itu tersembunyi disepanjang hari jum’at, seperti halnya Lailatul Qadar. Hal
itu dimaksudkan agar para pemohon do’a senantiasa mengawasi saat tersebut, terus berdo’a dan melakukan amal-amal kebaikan
yang lain.80 Sedangkan menurut Ibnu al-Mundzîr, A. Chodri Romli mengutip pendapatnya bahwa “faedah dirahasiakannya saat
tersebut dan juga Lailatul Qadr adalah demi membangkitkan dorongan untuk memperbanyak ibadah dan do’a pada saat-saat
tersebut.”81
Selanjutnya masih menurut al-Gazâli, ada pula ulama yang mengatakan bahwa saat itu tidak tetap dan berpindah-
pindah diantara saat-saat pada setiap hari jum’at, sama seperti berpindah-pindahnya Lailatul Qadr di bulan ramadhan.
Imam al-Gazâli mengatakan, mungkin pendapat tersebutlah yang mendekati kebenaran dan padanya terdapat rahasia
yang tidak layak dituturkan dengan ilmu muamalah. Tetapi, hal ini bersesuaian dengan sabda Nabi Saw. :
دهرآم نفحات اال فتعرضوا لها أيام لر بكم في إن
Artinya: “Sungguh, Tuhan kalian melimpahkan karunia pada hari-hari kalian yang tertentu, maka siapkanlah diri kalian untuk
menerimanya.”
Hari jum’at termasuk diantara hari-hari tersebut. Karena itu seyogyanya seorang hamba siap menerimanya
disepanjang hari, dengan menghadirkan hati, terus menerus berzikir serta melepaskan diri dari gangguan-gangguan duniawi.
Apabila saat yang mustajab tersebut masih menjadi perdebatan pendapat ulama, namun pada akhirnya suatu kebaikan
yang telah dikerjakan pasti akan mendapatkan pahala dari Allah, karena tidak ada usaha atau pekerjaan yang sia-sia.
79 Al-Gazâli, Menjala Pahala Dengan Shalat, h. 132 80 Al-Gazâli, Menjala Pahala Dengan Shalat, h. 133 81 A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at,.
xlvii
Sebagaimana berdo’a, Allah telah memberikan faedah bagi orang yang telah berdo’a kepada-Nya. Adapun menurut Prof., DR.
Hembing, berdo’a mengandung beberapa faedah, diantaranya adalah82 :
a. Do’a adalah sutau perbuatan yang diperintahkan Allah Swt., maka siapa saja saja yang suka berdo’a termasuk kepada
orang yang taat kepada perintah Allah. Dan siapa saja yang terpenuhi/ dikabulkan do’anya, dia akan mendapatkan
dua kebaikan; yakni terkabulnya do’a dan pahala ibadah. Adapun jika sebaliknya, maka dia tetap mendapatkan
kebaikan, yaitu nilai ibadah dari do’anya.
b. Orang yang berdo’a akan mendapatkan kebaikan karena kebiasaan yang dilakukannya. Ia menjadi manusia yang
baik, sopan-santun dan rendah hati. Bila terpenuhi dia bersyukur dan tidak takabur (sombong), apabila tidak
terpenuhi, dia tidak masghul, putus asa dan tidak kufur. Dia akan sadar dan selalu ingat pernyataan Allah :
“Dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu, padahal itu suatu kebaikan bagi kamu dan boleh jadi kamu suka kepada suatu padahal itu berbahaya bagi kamu. Dan Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (al-Baqarah: 216)83
c. Orang yang bedo’a akan selalu yakin atas janji Allah, tetapi juga menyadari
bahwa segala sesuatu tergantung kepada Allah Yang Maha Bijaksana. Oleh
karena itu ia percaya bahwa do’a itu akan terkabul, cepat atau lambat.
C. Amalan-Amalan Yang Dilarang Pada Hari Dan Malam Jum’at
Dalam firman-Nya, surah al-Jumu’ah ayat 9-11 Allah telah memberikan
pernyataan bahwa apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat jum’at maka
bersegeralah, dan tinggalkanlah jual–beli. Pada ayat tersebut Allah telah melarang
umat Islam untuk melakukan transaksi dalam bentuk perniagaan jika azan shalat
jum’at telah dikumandangkan, namun dalam hadis Nabi tidak diketemukan perintah
larangan tersebut, akantetapi adapula hadis Nabi yang mengatakan maksud dan
tujuannya adalah melarang umat Islam beraktifitas pada saat berlangsungnya shalat
82 H.M. Hembing Wijayakusuma, Hikmah Shalat Untuk Pengobatan dan Kesehatan, (Jakarta;
Pustaka Kartini, 1997), h. 225-226 83 QS. Al-Baqarah :216
xlviii
jum’at dan juga melakukan khusus puasa dan shalat malam pada hari jum’at. Kedua
amalan tersebut dilarang atau dimakruhkan untuk dikerjakan.
1. Khusus Puasa Sunnah
Puasa merupakan salah amalan yang diwajibkan pada bulan ramadhan, namun
tidak demikian halanya pada hari jum’at. Nabi Saw., menegaskan dalam sebuah
hadisnya bahwa Nabi melarang bagi siapa saja yang melakukan puasa tanpa diiringi
hari sebelumnya ataupun sesudahnya.
Adapun hadis yang menyebutkan perihal tersebut adalah:
Dari Muhammad bin ‘Abad bin Ja’far ra. Dia berkata:
وهو , سألت جابر بن عبد اهللا : عن محمد بن عباد بن جعفر رضي اهللا عنه قالأنهى رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم عن صيام يوم الجمعة؟ فقال : يطوف بالبيت
84) البخارى ومسلم رواه.(لبيتورب هذا . نعم:
Artinya : ”Dari Muhammad bin ‘Abbad bin Ja’far, dia berkata: “aku pernah bertanya
kepada kepada Jabir bin ‘Abdullah ra. ketika dia tengah melakukan thawaf di sekitar Baitullah Ka’bah: “Apakah Rasulullah Saw. pernah melarang orang berpuasa pada hari jum’at saja?” Dia menjawab: “Ya, demi Tuhan Ka’bah ini.”( HR. Bukharî dan Muslim)85
Pada jalur yang lain Muhammad bin ‘Abbad bin Ja’far meriwayatkan sebuah
hadis yang samadengan hadis diatas.
Dari Abû Hurairâh ra, telah bersabda Rasulullah Saw. :
قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ال يصوم :عن أبي هريرة رضي اهللا عنه قال )رواه مسلم. (أحدآم يوم الجمعة إال أن يصوم مثله أو يصوم بعده
84 ‘Abd. ‘Azîm bin ‘Abd. Qawî al-Mundzirî, al-Targîb wa Tarhîb, jilid,1, h. 38 85 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim, terj.
Adib Bisri Mustafa, ( Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993), cet.1, h. 366
xlix
Artinya: “Janganlah salah seorang diantara kamu berpuasa hanya pada hari jum’at saja,
kecuali kalau dia juga berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR. Muslim)86 Dari Abû Hurairâh ra, telah bersabda Rasulullah Saw. :
ال تختصوا : ه وسلم عن ابي هريرة رضي اهللا عنه قال، قال رسواهللا صلى اهللا عليوال تخصوا يوم الجمعة بصيام من بين األيام اال , ليلة الجمعة بقيام من بين الليال
)رواه مسلم(أن يكون في صوم يصومه أحدآم Artinya :
“Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at daripada malam-malam yang lain, dengan cara menegakkan shalat, dan janganlah kamu mengkhususkan hari jum’at diantar hari-hari lain untuk berpuasa, kecuali jika hari itu bertepatan pada giliran seseorang diantara kamu biasa berpuasa.( HR. Muslim)87
Dari Abû Dardâ ra., bahwasanya Nabi Saw. telah bersabda :
الدرداء، ال تختصوا ليله الجمعة بقيام يا أبا: قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ) أحمد بن حنبل رواه(دون اليالي وال يوم الجمعة بصيام دون األيام
Artinya : “Ya Abû Darda, janganlah engkau mengkhususkan malam jum’at daripada
malam-malam yang lain dengan cara mendirikan shalat, dan janganlah pula engkau khususkan hari jum’at diantara hari-hari yang lain untuk berpuasa.” (HR. Ahmad)
Dari Ummul Mukminin Juwairiyah binti al-Harits ra. Bahwasanya Nabi Saw.
bersabda:
86 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim.
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993), cet.1, h. 366-367 87 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim.
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, cet.1, h. 366
l
عن أم المؤمنين جويرية بنت الحارث رضي اهللا عنها أن النبي صلى اهللا عليه وسلم . ال: أصمت أمس؟ قالت: فقال لها . دخل عليها في يوم الجمعة، وهي صائمة
88)رواه البجارى وأبو داود(فأفطري : قال . ال: مي غدا؟ قالتتريدين أن تصو:قال Artinya :
“Sesungguhnya Nabi Saw. masuk ke rumah Juwairiyah (karena tiba gilirannya) padahal ia sedang berpuasa. Maka Nabi berkata keapadnya : apakah engkau puasa kemarin? Juwairiyah menjawab : “Tidak”! Nabi berkata :” berpuasalah besok.” Diajawab, “Tidak.” Maka bersabdalah Nabi: “berbukalah kamu”! (HR. Ahmad, Bukhâri, dan Abû Dâud)89
2. Khusus Shalat Malam
Shalat malam adalah shalat pada sepertiga di malam hari. Shalat pada saat ini
merupakan saat yang tepat untuk dilaksanakan, karena pada saat seperti itulah Allah
akan mengijabah permohonan seorang hamba-Nya. Namun Nabi melarang jika
seseorang hanya mengkhususkan malam-jum’at dengan melakukan shalat. Nabi Saw.
memerintahkan kepada umatnya untuk melakukan shalat malam pada malam-malam
yang lain, tidak hanya khusus pada malam jum’at saja. Karena malam-malam yang
lainnya juga merupakan malam yang istimewa untuk melakukan shalat malam.
Larangan ini Nabi kemukakan dalam sabdanya yang berbunyi :
Dari Abû Hurairâh ra. berkata, telah bersabda Rasulullah Saw.
ال تختصوا : عن ابي هريرة رضي اهللا عنه قال، قال رسواهللا صلى اهللا عليه وسلم وال تخصوا يوم الجمعة بصيام من بين األيام اال , ليلة الجمعة بقيام من بين الليال
)رواه مسلم(يصومه أحدآم أن يكون في صوم Artinya :
“ Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at daripada malam-malam yang lain, dengan cara menegakkan shalat, dan janganlah kamu mengkhususkan hari
88 ‘Abd. ‘Azîm bin ‘Abd. Qawî al-Mundzirî, al-Targîb wa Tarhîb, jilid,1, h. 38 89 A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at, h. 56
li
jum’at diantar hari-hari lain untuk berpuasa, kecuali jia hari itu bertepatan pada giliran seseorang diantara kamu biasa berpuasa.( HR. Muslim)90
Dari Abû Dardâ ra., bahwasanya Rasulullah Saw. telah bersabda:
قيام يا أبا الدرداء ال تختص ليلة الجمعة ب: قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم )أحمد بن حنبل رواه(دون اليالي وال يوم الجمعة بصيام دون الأيام
Artinya : “Ya Abû Darda, janganlah engkau mengkhususkan malam jum’at daripada
malam-malam yang lain dengan cara mendirikan shalat, dan janganlah pula engkau khususkan hari jum’at diantara hari-hari yang lain untuk berpuasa.” (HR. Ahmad)
3. Melakukan Transaksi Jual Beli Pada Saat Berlangsungnya Shalat
Jum’at
Dalam firman-Nya, dengan sangat tegas Allah telah memerintahkan kepada
umat Islam untuk meninggalkan jual beli pada saat pelaksanaan shalat jum’at. akan
tetapi dalam hadis Nabi tidak diketemukan perihal larangan tersebut. Namun jika
melihat asbabunnuzul dari firman Allah (QS. al-Jumu’ah: 11) tersebut, ada beberapa
hadis Nabi yang menerangkan masalah itu.
Dalam suatu riwayat diterangkan bahwa: Tatkala Nabi Saw. berdiri sedang berkhutbah pada hari jum’at tiba-tiba dating kafilah ke Madinah. Kemudian pa sahabt Rasulullah Saw. bergegas (mendatangi mereka) hingga tidak ada yang tertinggal kecuali dua belas orang dan aku termasuk ke dalamnya, juga Abu Bakar dan Umar. Maka Allah Ta’al menurunkan ayat ini: “ Wa Idzâ ra aw Tijâratan…..”. (HR. Ahamad, Bukhari, Muslim dan Turmudzi)91 Selanjutnya riwayat lain mengatakan, bahwa:
90 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim,
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, h. 366 91. A. Chodri Ramli, Permasalahan Shalat Jum’at, h.19
lii
“Datanglah kafilah, padahal kami sedang shalat jum’at bersama Nabi Saw., kemudian orang-orang bubar kecuali dua belas orang. Lalu turun ayat ini: “ Wa Idzâ ra aw Tijâratan…..”. (HR. Ahmad dan Bukhari)92 Dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dan diterangkan pada dua riwayat
diatas, maka turunlah ayat ini yakni surah al-Jumu’ah ayat 11.
92. A. Chodri Ramli, Permasalahan Shalat Jum’at, h.20
liii
BAB IV
HADIS-HADIS KEUTAMAAN HARI JUM’AT
A. Sebagai Hari Penciptaan Manusia Pertama (Adam)
1. Sahih Muslim
Dari Abû Hurairâh ra., bahwasanya Nabi Saw. bersabda :
طلعت عليه الشمس خير يوم : عن أبى هريرة أن النبي صلى اهللا عليه وسلم قال يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه أدخل الجنة وفيه أخرج منها وال تقوم الساعة إال في
)رواه مسلم(يوم الجمعة Artinya :
“ Sebaik-baik hari dimana matahari terbit padanya adalah hari jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan , pada hari itu ia dimasukan kedalam surga dan pada hari itu juga ia dikeluarkan dari surga. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari jum’at.” (HR. Muslim)93
Dari ‘Abdurrahman al-A’raj ra. Bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda:
قال رسول اهللا صلى اهللا عليه : عن عبد الرحمن الأعرج، أنه سمع أبا هريرة يقول. وفيه أدخل الجنة. فيه خلق آدم. خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة: وسلم )رواه مسلم. (خرج منهاوفيه أ
Artinya : ‘Abdurrahman al-A’raj menceritakan, bahwa beliau mendengar Abû Hurairah berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Hari terbaik dimana matahari tebit pada hari tersebut, adalah hari jum’at. Pada hari jum’at itulah Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga, dan juga pada hari itu dia dikeluarkan dari surga.” (HR. Muslim)94
2. Sunan Tirmidzî
Dari Abû Hurairâh ra., Nabi Saw. bersabda :
93 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim.
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, jilid 2, h. 9 94 Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî al-Naisabûri, Tarjamah Sahih Muslim.
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, jilid 2, h. 8
liv
خير يوم طلعت عليه الشمس : م قالأن النبي صلى اهللا عليه وسل: عن أبي هريرة
يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه أدخل الجنة وفيه أخرج منها وال تقوم الساعة إال في 95)رواه الترمذى( .يوم الجمعة
Artinya :
“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit padanya adalah hari jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan , pada hari itu ia dimasukan kedalam surga dan pada hari itu juga ia dikeluarkan dari surga. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari jum’at.” (HR. Tirmidzî)96
Dari Abû Hurairah ra. bahwasanya Nabi Saw. bersabda:
خير يوم طلعت فيه الشمس : أن النبي صلى اهللا عليه وسلم قال: عن أبي هريرة ال يوم الجمعة، فيه خلق آدم، وفيه أدخل الجنة، وفيه أهبط منها، وفيه ساعة
97)رواه الترمذي( بد مسلم يصلي فيسأل اهللا فيها شيئا إال أعطاه إياه يوفقها عArtinya :
“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit padanya adalah hari jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan , pada hari itu ia dimasukan kedalam surga dan pada hari itu pada hari itu pula ia diturunkan ke bumi. Dan di dalam hari jum’at terdapat suatu saat, tidak sekali-kali seorang hamba muslim menjumpainya, sedangkan ia dalam keadaan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan mengabulkannnya.” (HR. Tirmidzî)98
3. Sunan Abû Dâud
Dari Abû Hurairâh ra., Nabi Saw. bersabda :
خير يوم طلعت عليه الشمس : أن النبي صلى اهللا عليه وسلم قال عن أبي هريرة يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه أهبط وفيه تيب عليه وفيه مات وفيه تقوم الساعة
ن دابة إال وهي مسيخة يوم الجمعة من حين تصبح حتى تطلع الشمس شفقا وما ممن الساعة إال الجن والإنس، وفيه ساعة ال يصادفها عبد مسلم و هو يصلي يسأل
95 Abî ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzî, Sunan Tirmidzî ‘al-Jâmi’ Mukhtasor al-Sunnah
Rasulullah Saw. wa Ma’rifah al-Sahih wa Ma’lul wa mâ ‘Alaihi al-‘Amal, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), jilid 2, h. 30
96 Abî ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzî, Tarjamah Sunan Tirmidzi, Penerjemah. Muhammad Zuhri Dipl, dkk, (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992), Cet ke-1, jilid 1, h. 596
97 Abî ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzî, Sunan Tirmidzî ‘al-Jâmi’ Mukhtasor al-Sunnah Rasulullah Saw. wa Ma’rifah al-Sahih wa Ma’lul wa ma’ ‘Alaihi al-‘Amal, jilid 2, h. 32
98 Abî ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidzî, Tarjamah Sunan Tirmidzi, Penerjemah. Muhammad Zuhri Dipl, dkk, h. 599
lv
. بل في آل جمعة: ذلك في آل سنة يوم؟ فقلت: قال آعب. طاه إياهاهللا حاجة إال أعثم : فقرأ آعب التوراة فقال صدق النبي صلى اهللا عليه و سلم، قال أبو هريرة: قال
قد علمت : الم فحدثته بمجلسي مع آعب، فقال عبد اهللا بن سالملقيت عبد اهللا بن سهي : فأخبرني بها، فقال عبد اهللا بن سالم: فقلت له: أية ساعة هي قال أبو هريرةآيف هي آخر ساعة من يوم الجمعة، وقد قال : فقلتآخر ساعة من يوم الجمعة
رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم اليصادفها عبد مسلم وهو يصلي وتلك الساعة ال من " رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم يقلألم:يصلي فيها، فقال عبد اهللا بن سالم
هو : بلى قال: فقلت: ؟ قال"جلس مجلسا يتظر الصالة فهو في صالة حتى يصلي )رواه ابي داود(ذاك
Artinya : Dari Abû Hurairâh ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:“Sebaik-baik hari
dimana matahari terbit adalah hari jum’at. Pada hari itu Adam as. diciptakan, pada hari tersebut ia diturunkan dari surga, pada hari itu pula taubatnya diterima, dan pada hari itu ia wafat. Pada hari itu pula kiamat akan terjadi dan tidak ada seekor binatang pun yang bersuara (berbunyi) pada hari jum’at, sejak subuh smapai terbit matahari melainkan karena merasa takut akan hari kiamat kecuali manusia dan jin. Dan di dalam hari jum’at terdapat suatu saat; yang tidak bertepatan seorang hamba muslim menjumpainya dengan saat itu dimana ia sedang mengerjakan shalat sambil memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah mengabulkannya.” Ka’ab berkata: apakah yang demikian itu, sehari dalam tiap tahun?” maka aku berkata: “tidak, tetapi setiap hari jum’at. “katanya, Ka’ab membaca Taurat lalu berkata, “sungguh aku tahu saat yang manakah itu?” kata Abu Hurairah, “aku berkata kepadanya, ‘Beritahukanlah saat itu kepadaku.” ‘Abdullah bin Salam berkata, “Saat ijabah itu terletak pada akhir hari jum’at.” Sedangkan Rasulullah Saw. bersabda: ….seorang hamba muslim shalat bertepatan pada saat itu…., sementara saat itu bukan waktunya dilaksanakan shalat?, Maka ‘Abdullah bin Salam berkata: “bukankah Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang duduk di suatu tempat sambil menunggu waktu shalat, maka orang itu (dianggap) dalam keadaan shalat, sampai dia
melaksanakan shalat itu.” Katanya, “Maka aku berkata, “betul.” Kata ‘Abdullah, “Itulah dia.” (HR. Abû Dâud)99
Dari Aus bin Aus, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda:
99 Muhammad Nashirudin al-Albani, Tarjamah Sunan Abû Dâud. Penerjemah Ahmad
Yoswaji, jilid 2, h. 400-401
lvi
إن من أفضل أيامكم : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم: عن أوس بن أوس قالثروا علي يوم الجمعة، فيه خلق آدم، وفيه قبض، وفيه النفخة، وفيه الصعقة، فأآ
وآيف تعرض ! يا رسول اهللا: من الصالة فيه، فإن صالتكم معرضة علي، قالواعز و جل حرم على األرض -إن اهللا: بليت؟ قال:صالتنا عليك و قد أرمت يقولون
)رواه ابي داود. ( األنبياءأجسادArtinya:
“Dari ‘Aus bin ‘Aus, berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya diantara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari jum’at. Pada hari itu Nabi Adam diciptakan, pada hari itu pula dicabut ruhnya, serta pada hari itu ditiupnya sasangkala, dan dimatikan semua manusia. Karena itu, perbanyaklah membaca shalawat atasku pada hari itu, karena bacaanmu itu akan disampaikan kepadaku.” Kata Aus, “Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya bacaan shalawat itu dismapaikan kepada anda, padahal waktu itu jasad anda telah hancur luluh? ‘Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mengaharamkan bumiuntuk memakan jasad para Nabi.” (HR. Abû Dâud)100
4. Sunan Nasa’I
Dari Abû Hurairah ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda:
خير يوم : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عن أبى هريرة رضي اهللا عنه قال. ج منهاوفيه أخر. وفيه أدخل الجنة. فيه خلق آدم. طلعت عليه الشمس يوم الجمعة
)رواه النسائى(Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Hari terbaik dimana matahari tebit pada hari tersebut, adalah hari jum’at. Pada hari jum’at itulah
] Adam diciptakan, pada hari itu pula dimasukkan ke dalam surga, dan juga pada hari itu dia dikeluarkan dari surga.” (HR. al-Nasa’I)101
Dari Aus bin Aus ra., dari Nabi Saw bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم : عن أوس بن أوس، عن النبي صلى اهللا عليه وسلم، قالوفيه قبض، وفيه النفخة، وفيه الصعقة، - عليه السالم-يه خلق آدمالجمعة، ف
100 Muhammad Nashirudin al-Albani, Tarjamah Sunan Abû Dâud. Penerjemah Ahmad
Yoswaji, jilid 2, h. 401 101 Muhammad Nashirudin al-Albani, Tarjamah Sunan al-Nasa’I, Penerjemah. Ahmad
Yoswaji, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), cet ke-1, jilid 2, h. 632-633
lvii
وآيف ! يا رسول اهللا: فأآثروا علي من الصالة، فإن صالتكم معرضة علي، قالواقد -عز و جل-إن اهللا: قال-!قد بليت: مت؟ أي يقولونتعرض صالتنا عليك وقد أر
)رواه النسائى. (-عليهم السالم-حرم على األرض أن تأآل أجساد األنبياءArtinya:
“Dari ‘Aus bin ‘Aus, dari Nabi Saw. beliau bersabda: Hari-hari kalian yang paling utama adalah hari jum’at-karena-pada hari itu Nabi Adam diciptakan, pada hari itu beliau diwafatkan , pada hari itu ditiupnya terompet (menjelang kiamat), dan pada hari itu (mereka) dijadikan pingsan. Maka perbanyaklah salawat kepadaku, karena salawat kalian disampaikan kepadaku. “Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya bacaan shalawat itu dismapaikan kepada anda, padahal waktu itu jasad anda telah hancur luluh? ‘Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mengaharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (HR. al-Nasa’I)102
5. Sunan Ibnu Majah
Dari Abi Lubabah ‘Abd. Mundziri ra. Berkata, Nabi Saw. bersabda:
يوم الجمعة إن( قال النبي صلى اهللا عليه وسلم : عن أبي لبابة بن عبد المنذر قالوهو أعظم عند اهللا من يوم الأضحى ويوم الفطر، . سيد الأيام، وأعظمها عند اهللا
خلق اهللا: فيه خمس خلال
وفيه ساعة ال يسأل اهللا . ى اهللا آدموفيه توف. وأهبط اهللا فيه آدم إلى الأرض. فيه آدمما من ملك مقرب . وفيه تقوم الساعة. ما لم يسأل حراما. فيها العبد شيئا إلا أعطاه
). وهن يشفقن من يوم الجمعة ولا سماء ولا أرض ولا رياح ولا جبال ولا بحر إلا 103)ابن ماجه رواه(
Artinya : “Sesungguhnya hari jum’at adalah penghulu serta hari yang agung disisi Allah Swt., bahkan lebih besar dan lebih agung dari Idul Adha dan Idul Fitri, dan didalamnya terdapat lima kemuliaan. Di hari itulah Allah menciptakan Adam serta mengeluarkannya ke bumi, dan di hari itu Allah mewafatkanya. Di dalamnya terdapat saat yang mustajab, tiada seorang hamba yang memohon sesuatu kepada Allah kecuali Allah mengabulkannya selain hal yang terlarang. Di hari itu kiamat akan
102 Muhammad Nashirudin al-Albani, Tarjamah Sunan al-Nasa’I, Penerjemah Ahmad Yoswaji, h. 633
103 Abî ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd al-Qazwainî, Sahih Ibnu Mâjah, (Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 1997), jilid 1, h. 321
lviii
terjadi, dan tiada malaikat muqarrabin, bumi, langit, angin, gunung dan lautan kecuali mengagungkan hari jum’at.” (HR. Ibnu Mâjah)104
Dari Syaddad bin Aus ra. Berkata, Raslullah Saw. bersabda:
إن من أفضل أيامكم : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم: عن شداد بن أوس قاليوم الجمعة، فيه خلق آدم، وفيه النفخة، وفيه الصعقة، فأآثروا علي من الصالة
آيف تعرض صالتنا !يا رسول اهللا: صالتكم معرضة علي، فقال رجلفيه، فإنقد حرم على األرض أن -عز وجل-إن اهللا: ،فقال-بليت: عليك و قد أرمت؟ يعني
105)ابن ماجه رواه (-تأآل أجساد األنبياءArtinya:
“Dari Syadâd bin ‘Aus berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Hari-hari kalian yang paling utama adalah hari jum’at, karena pada hari itu Nabi Adam diciptakan, pada hari itu ditiupnya terompet (menjelang kiamat), dan pada hari itu (mereka) dijadikan pingsan. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku, karena salawat kalian disampaikan kepadaku. “Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya bacaan shalawat itu dismapaikan kepada anda, padahal waktu itu jasad anda
telah hancur luluh? ‘Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mengaharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (HR. Ibnu Majah)106
6. Musnad Ahmad bin Hanbal Dari Abû Hurairâh ra., bahwasanya Rasulullah Saw. telah bersabda :
خير يوم طلت فيه : رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال, عن أبي هريرة قال
الشمس يوم الجمعة فيه خلق أدم وفيه أدخل الجنة و فيه أهبط منها وفيه تقوم من يصلي و قبض أصبعه يقللها يسأل اهللا عز الساعة وفيه ساعة ال يوافقها مؤ
107)رواه أحمد بن حنبل(وجل خيرا إال أعطاه اياه Artinya :
104 ‘Abdul Qadîr al-Rahbawî, al-Salah ‘ala Mazâhibil ‘Arba’ah. Penerjemah Zeid Husein al-Hamid dan M.Hasanuddin, (Beirut: Dar al-Salam,1983), h. 346-347
105 Abî ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd al-Qazwainî, Sahih Ibnu Mâjah, (Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 1997), jilid 1, h. 322
106 Abî ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd al-Qazwainî, Tarjamah Sunan Ibnu Majah, Penerjemah. Ahmad Sonhaji Dipl, dkk, (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992), Cet ke-1, jilid 1, h. 798
107 Imam Ahmad bin Hanbal, al-Musnad Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1991), jilid 3, h. 465
lix
“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit daripadanya adalah hari jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan,pada hari itu ia dikeluarkan dari surga, pada hari itu pula ia diturunkan ke bumi. Dan di dalam hari jum’at terdapat suatu saat, tidak sekali-kali seorang hamba mukmin menjumpainya, sedangkan ia dalam keadaan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah Azza wa Jalla akan mengabulkannnya.” (HR. Ahmad bin Hanbal)
7. Muwata’ Imam Malik
Dari Abî Salmah bin ‘Abd. Rahman bin ‘Auf dari Abî Hurairah ra.
bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda:
خرجت إلى : عن أبي سلمة بن عبد الرحمن بن عوف، عن أبى هريرة، أنه قالفحدثنى عن التوراة، وحدثته عن رسول . الطور، فلقيت آعب األحبار، فجلست معه
قال رسول اهللا صلى اهللا عليه : فكان فيما حدثته، أن قلت. يه وسلماهللا صلى اهللا عل خير يوم طلعت عليه الشمس : وسلم
وفيه . وفيه مات. وفيه تيب عليه. وفيه أهبط من الجنة. فيه خلق آدم. يوم الجمعةوما من دابة إال وهي مصيخة يوم الجمعة من حين تصبح حتى تطلع .تقوم الساعة
سلم و وفيه ساعة ال يصادفها عبد م. إال الجن والإنس. الشمس، شفقا من الساعةبل : ذلك في آل سنة يوم؟ فقلت: قال آعب. هو يصلي، يسأل اهللا شيئا إال أعطاه إياه
م، صدق رسول اهللا صلى اهللا عليه و سل: فقرأ آعب التوراة فقال: قال. في آل جمعة: من أين أقبلت؟ فقلت: فلقيت بصرة ابن أبى بصرة الغفارى، فقال:قال أبو هريرة
: سمعت رسول اهللا يقول.لو أدرآتك قبل أن تخرج إليه، ما خرجت: فقال. من الطورإلى المسجد الحرام، و إلى مسجدى هذا، و : مل المطي إال إلى ثالثة مساجدال تع"
ثم لقيت عبد اهللا بن : يشكز قال أبو هريرة" إلى مسجد إيلياء، أو بيت المقدسقال : فقلت. جلسي مع آعب الأحبار، وما حدثته به في يوم الجمعةفحدثته بم: سالم
ثم قرأ آعب : فقلت.آذب آعب: قال عبد اهللا بن سالم: قال. آعب ذلك في آل سنة يومثم قال عبد . صدق آعب: فقال عبد اهللا بن سالم. في آل جمعةالتوراة، فقال بل هي
ثم قال عبد . فقلت له آعب: قال أبو هريرة. قد علمت أية ساعة هي: اهللا بن سالمفقلت له أخبرني بها وال : قال أبو هريرة. اعة هيقد علمت أية س: اهللا بن سالمهي آخر ساعة في يوم الجمعة؟ و قد قال رسول : فقال عبد اهللا بن سالم. تضن علي
وتلك الساعة ساعة " مسلم وهو يصليال يصادفها عبد: اهللا صلى اهللا عليه وسلم: " رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ألم يقل:ال يصلي فيها؟ فقال عبد اهللا بن سالم
lx
: فقلت: ؟ قال أبو هريرة"ي من جلس مجلسا يتظر الصالة فهو في صالة حتى يصل 108)رواه مالك(هو ذاك : قال. بلى
Artinya : Dari Salmah bin ‘Abdurrahman dari Abû Hurairâh ra., ia berkata: Aku keluar
ke bukit dan bertemu dengan Ka’ab al-Akhbar. Akupun dududk bersamanya. Dia menceritakan kepadaku dari Taurat dan aku ceritakan kepadanya dari Rasulullah Saw. diantara apa yang kuceritakan kepadanya ialah sabda Rasulullah Saw.: “Sebaik-baik hari dimana matahari terbit diatasnya, adalah hari jum’at. Dihari itu Adam diciptakan, di hari itu Adam diturunkan dari surga. Di hari jum’at taubat beliau diterima. Di hari jum’at, beliau wafat. Di hari jum’at itu pula hri kiamat terjadi, tak ada satu makhluk melatapun , kecuali di hari jum’at pasti mendengar-dengarkan sejak
waktu pagi hingga terbit matahari, karena takut terjadinya hari kiamat. Hanya jin dan manusia yang tidak demikian. Di dalam hari jum’at itu terdapat satu saat yang bila seorang hamba muslim menepatinya dalam keadaan ia shalat (berdo’a), memohon sesuatu kepada Allah Swt., pasti Allah akan memberikannya.” Ka’ab menyela: “itu terjadi dalam setiap tahun sekali.” Abû Hurairâh menjawab: “bahkan dalam setiap jum’at.” Ka’ab lalu membaca Taurat, kemudian berkata: “Benar Rasulullah.” Abû Hurairâh melanjutkan: lalu aku bertemu Basrah bin Abî Basrah al-Ghifârî. Dia bertanya: “Dari mana engkau?”. Abû Hurairâh menjawab: ”Dari bukit”. Basrah berkata: “Seandainya aku menemukanmu sebelum engkau pergi ke sana (bukit), tentu engkau tidak menjadi pergi. Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak seyogyanya kendaraan dijalankan, kecuali menuju ketiga mesjid: ke masjid al-Haram, ke masjidku ini (masjid al-Nabawi) dan ke masjid Iliya’ atau Bait al-Maqdis.” Kemudian Aku (Abû Hurairâh) bertemu ‘Abdullâh bin Salâm. Aku ceritakan pertemuanku dengan Ka’ab al-Akhbar dan apa yang telah kuperbincangkan dengannya tentang hari jum’at. Aku katakan: “kata Ka’ab, itu terjadi dalam setiap tahun sekali.” ‘Abdullâh bin Salâm berkata: “Ka’ab bohong!” aku (Abû Hurairâh) lanjutkan ceritaku: “kemudian Ka’ab membaca Taurat, lalu berkata: “Bahkan itu terjadi dalam setiap jum’at” ‘Abdullâh bin Salâm berkata: “Ka’ab benar”. Kemudian ‘Abdullâh bin Salâm meneruskan: “Aku telah mengetahui saat yang mana itu.” Abû Hurairâh berkata: “Beritahukanlah kepadaku, jangan engkau simpan saja.” ‘Abdullâh bin Salâm berkata: “Saat itu adalah akhir saat pada hari jum’at.” ‘Abdullâh bin Salâm bertanya: “Bagaimana bisa akhir saat di hari jum’at, padahal Rasulullah Saw. telah bersabda: “Seorang hamba muslim yang menepati saat itu dalam keadaan ia shalat…… , padahal saat itu (akhir saat) adalah saat yang tidak digunakan untuk shalat.” ‘Abdullâh bin Salâm berkata: “Bukankah Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa duduk di suatu majlis menunggu shalat, berarti ia berada dalam shalat
108 Mâlik bin Anas, al-Muwata, ( Beirut: Dâr al-Hadis, 1993), jilid. 1, h. 110-111
lxi
sampai ia mengerjakan shalat.” Abû Hurairâh berkata: “Ya memang.” ‘Abdullâh bin Salâm menimpali: “Itulah!” (HR. Imam Malik)109
Penjelasan
Jika melihat kepada hadis Nabi tentu banyak yang menyebutkan perihal ini,
akan tetapi pada hari apakah sebenarnya manusia untuk pertama kali diciptakan?
Mungkin sebagian besar umat manusia belum mengetahuinya. Untuk itu, dalam hadis
Nabi diatas disebutkan dan dijelaskan tentang penciptaan manusia untuk pertama
kalinya yang bernama Adam. Allah menciptakan manusia dengan secara sempurna
pada hari yang sangat mulia yakni hari jum’at. Pada hari tersebut Allah meciptakan
manusia yang bernama Adam yang berasal dari tanah.
Sebagaimana dalam hadis dibawah ini diterangkan :
يع الأرض فجاء بنو ادم على قدر الأرض إن اهللا خلق ادم من قبضة قبضها من جمرواه ( جاء منهم الأحمر والأبيض والأسواد وبين ذلك والخبيث والطيب وبين ذلك
) أحمد Artinya:
“Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari-Nya dari seluruh bumi. Maka manusia pun tampil sesuai dengan kondisi tanah yang hitam, dan (percampuran) antara warna itu, yang buruk, baik dan (percampuran) antara itu.” (HR. Ahmad)
B. Kewajiban Shalat Pada Hari Jum’at Sebelumnya dalam Firman Allah Swt. telah disebutkan dengan sangat jelas
perihal diwajibkannya shalat jum’at. yang berbunyi:
109 Mâlik bin Anas, Al-Muwata, Penerjemah. Adib Bisri (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992),
Cet ke-1, jilid 1, h. 150-151
lxii
أيها الذين أمنوا إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعوا إلى ذآراهللا وذروا البيع ذالكم خير لكم إن آنتم تعلمون يا
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, Apabila diseru untuk melakukan shalat pada
hari jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Demikian itu adalah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. al-
Jumu’ah : 9)
Selain itu pula terdapat beberapa hadis Nabi yang menerangkan kewajiban
shalat jum’at. Berikut ini beberapa hadis yang menerangkan perihal ini, yakni:
1. Sunan Abû Dâud
Dari Tarîq bin Sihâb ra., bahwasanya Nabi Saw. bersabda:
الجمعة حق واجب على : أن ألنبي صلى اهللا عليه وسلم قال, عن طريق بن شحاب
رواه ابو (عبد مملوك أومرأة أو صبي أو مريض : آل مسلم في جماعة إال أربعة )داود
Artinya : “Shalat jum’at itu hak (atau tuntunan) yang wajib bagi setiap muslim dengan
berjama’ah, kecuali empat orang, yakni; hamba sahaya, para wanita, anak-anak dan orang sakit.” (HR. Abû Dâud)110
Dari ‘Abdullâh bin ‘Umar berkata, Nabi Saw. bersabda:
الجمعة على آل : ن عمر رضي اهللا عنه قال، قال النبي صلى اهللا عليه وسلم عن عبد اهللا ب)رواه ابو داود(من سمع النداء
“Shalat jum’at itu wajib atas siapa saja yang mendengar azan.” (HR.Abû Dâud)111
110 Muhammad Nashirudin al-Albani, Tarjamah Sunan Abû Dâud. Penerjemah Ahmad
Yoswaji, h. 635
lxiii
2. Sunan al-Nasa’I
Dari Hafsah ra. Bahwasanya Nabi Saw. bersabda:
الجمعة واجب على آل : أن النبي صلى اهللا عليه وسلم,عن حفصة رضي اهللا عنها ) سائىرواه الن(محتليم
“Pergi ke jum’at itu wajib bagi setiap orang yang telah bermimpi (baligh)” (HR. al-Nasa’I)112
Penjelasan
Allah telah memerintahkan dalam kitab suci al-Qur’an surah al-Jumu’ah ayat
9, kepada umat Nabi Muhammad Saw. untuk melaksanakan shalat jum’at. Demikian
pula Nabi Muhammad sebagai utusan Allah telah menambahkan perintah tersebut
(shalat jum’at) dalam beberapa hadis Nabi seperti yang tertera di atas.
Berdasarkan pada hadis-hadis di atas, kewajiban melaksanakan shalat jum’at tertuju kepada setiap muslim yang telah baligh apabila mendengar seruan azan shalat jum’at, dan shalat tersebut dilakukan secara berjama’ah. Adapun Nabi memberi keringanan atas orang-orang yang tidak wajib atas shalat jum’at, yakni: hamba sahaya, para kaum wanita, anak kecil, dan orang yang sedang sakit. Keempat orang tersebut tidak diwajibkan oleh Nabi untuk melaksanakan shalat jum’at.
C. Sebagai Hari Raya Yang Lebih Utama Diantara Idul Fitri dan Idul Adha 1. Sunan Ibnu Majah
Dari Abî Lubânah al-Badri bin ‘Abd. Munzîr, bahwa Nabi Saw. telah
bersabda :
111 Muhammad Nashirudin al-Albani, Tarjamah Sunan Abû Dâud. Penerjemah Ahmad
Yoswaji, h.636 112 Muhammad Nashiruddin al-Albani, Tarjamah Sahîh Sunan al-Nasa’I. Penerjemah
Ahmad Yoswaji, h.632
lxiv
إن يوم ( عن أبى لبانة ألبدري عبد المنذري، قال النبي صلى اهللا عليه وسلموهو أعظم عند اهللا من يوم األضحى ويوم . شيد الأيام وأعظمها عند اهللا الجمعةوفيه . وأهبط اهللا فيه آدم إلى األرض. خلق اهللا فيه آدم. ه خمس خاللفي. الفطر
. ما لم يسأل حرام. وفيه ساعة اليسأل اهللا فيها العبد شيئا إال أعطاه. توفى اهللا آدمما من ملك مقرب وال سماء وال أرض والرياح والجبال والبحر . ةوفيه تقوم الساع
)رواه ابن ماجه ( .)إال وهن يشفقن من يوم الجمعةArtinya :
“Sesungguhnya hari jum’at adalah penghulu serta hari yang agung disisi Allah
Swt., bahkan lebih besar dan lebih agung dari Idul Adha dan Idul Fitri, dan
didalamnya terdapat lima kemuliaan. Di hari itulah Allah menciptakan Adam serta
mengeluarkannya ke bumi, dan di hari itu Allah mewafatkanya. Di dalamnya terdapat
saat yang mustajab, tiada seorang hamba yang memohoon sesuatu kepada Allah
keculai Allah mengabulkannya selain hal yang terlarang. Di hari itu kiamat akan
terjadi, dan tiada malaikat muqarrabin, bumi, langit, angin, gunung dan lautan
kecuali mengagungkan hari jum’at.” (HR. Ibnu Mâjah)113
2. Musnad Ahmad bin Hanbal
Dari Abî Lubânah al-Badrî bin ‘Abd. Munzîr, Rasulullah Saw. bersabda:
سيد : عن أبى لبانة ألبدري عبد المنذري، أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال
معة وأعظمها عند اهللا وأعظم عند اهللا عز وجل من يوم الفطر ويوم الأيام يوم الجخلق اهللا فيه آدم وأهبط اهللا فيه آدم إلى األرض وفيه : الأضحى، وفيه خمس خاللة ال يسأل العبد فيها شيئا إال آتاه اهللا تبارك وتعالى إياه، ما توفى اهللا آدم، وفيه ساع
113 ‘Abdul Qadîr al-Rahbawî, al-Salah ‘ala Mazâhibil ‘Arba’ah. Penerjemah Zeid Husein
al-Hamid dan M.Hasanuddin, h. 346-347
lxv
لم يسأل حراما، وفيه تقوم الساعة، ما من ملك مقرب وال سماء وال أرض وال 114)رواه أحمد بن حنبل( ن يشفقن من يوم الجمعة رياح وال جبال وال بحر إال وه
Artinya : “Penghulu hari adalah hari jum’at serta hari yang agung disisi Allah Swt.,
bahkan lebih besar dan lebih agung dari Idul Adha dan Idul Fitri, dan didalamnya
terdapat lima kemuliaan. Di hari itulah Allah menciptakan Adam serta
mengeluarkannya ke bumi, dan di hari itu Allah mewafatkanya. Di dalamnya terdapat
saat yang mustajab, tiada seorang hamba yang memohon sesuatu kepada Allah
kecuali Allah mengabulkannya selain hal yang terlarang. Di hari itu kiamat akan
terjadi, dan tiada Malaikat Muqarrabin (Israfil), bumi, langit, angin, gunung dan
lautan kecuali mengagungkan hari jum’at.” (HR. Ahmad bin Hanbal)
Penjelasan
Hari raya umat Islam dalam hitungan tahun adalah Idul Fitri dan Idul Adha. Kedua hari raya tersebut hanya dirayakan dalam setahun sekali, oleh karenanya mungkin sebagian besar umat Islam lebih banyak yang memuliakan kedua hari
tersebut. Namun, pada hadis-hadis di atas diterangkan keistimewaan hari jum’at, sebagai salah satu hari raya umat Islam, bahkan dipandang lebih mulia dibanding dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tidaklah heran, apabila hari jum’at merupakan hari raya yang paling utama bagi umat Islam, dikarenakan pada hari itu umat Islam berkumpul di tempat-tempat ibadah (masjid) dan mendapatkan pengarahan menuju kepada kemaslahatan yang bermanfa’at secara menyeluruh oleh para khatib dalam shalat jum’at.
Hari jum’at sebagai hari yang sangat mulia, karena itu dia merupakan hari raya umat muslim yang paling utama diantara Idul Fitri dan Idul Adha. Dari padanya terdapat beragam peristiwa penting. Selain itu pula, hari raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Syawal, didalamnya juga terdapat peristiwa-peristiwa penting, seperti perang Uhud, dan perang Khandak. Demikian pula hari raya Idul Adha, yang didalamnya juga memuat nilai historis yang tinggi seperti peristiwa penyembelihan Nabi Ibrahim terhadap putranya Nabi Ismail, dimana Allah perintahkan kepada Ibrahim untuk melakukan penyembelihan tersebut sebagai bentuk ujian keimanan Nabi Ibrahim terhadap Allah Swt. Akan tetapi jika melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kedua hari raya tersebut tidak kalah penting dengan yang terjadi pada hari jum’at. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh al-Bajuri yang dikutip ulang oleh A. Chodri Romli bahwasanya kedudukan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
merupakan hari raya setelah hari jum’at, dimana hari jum’at menempati posisi hari utama kedua setelah hari ‘Arafah.115
114 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1991), jilid 5, h. 155 115 A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at, h. 42
lxvi
Jika diantara dua hari raya tersebut (Idul Fitri dan Idul Adha) terdapat peristiwa-peristiwa yang lebih hebat dari hari jum’at, maka sesungguhnya kedua hari raya tersebutlah yang lebih mulia, namun Allah telah menentukan hari jum’at ini dengan beragam peristiwa yang sudah terjadi dan yang akan terjadi kelak, sehingga patutlah bagi hari jum’at ini mendapatkan tempat yang lebih istimewa sebagai hari raya mingguan bagi umat Islam daripada dua hari raya yang lainnya (Idul Fitri dan Idul Adha).
Adapun jika kedua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) tersebut bertepatan pada hari jum’at, maka dalam hal ini terdapat ikhtilaf ulama. Sebagian besar ulama mengatakan bahwa jika kedua hari raya itu jatuh pada hari jum’at, maka seseorang yang telah melaksanakan shalat ‘Id pada pagi harinya, tidak diwajibkan lagi baginya melaksanakan shalat jum’at. Ulama yang dengan sangat tegas mengungkapkan pendapatnya itu adalah Ahmad bin Hanbal.116
Kandungan makna atau nilai sejarah yang terdapat pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), tidaklah menjadi berkurang lantaran pada dasarnya nilai yang terkandung lebih besar dimiliki oleh hari jum’at, sehingga pancaran kemuliaan
keduanya tetap ada dan bermakna. Oleh karena hari raya Idul Ftri dan Idul Adha ini merupakan hari raya tahunan, yang oleh umat Islam sangat dirindukan kedatangannya, dan dalam waktu yang cukup lama sangat dinantikan, yakni setahun, serta harus melewati ibadah puasa sebulan penuh di bulan ramadhan. Maka dengan demikian hari tersebut (Idul Fitri dan Idul Adha) menjadi istimewa dan sangat dinanti kehadirannya.
D. Analisa Kandungan Hadis Pada hadis-hadis diatas menerangkan perihal keutamaan hari jum’at pada
dasarnya makna dan tujuan dari periwayat yang mengemukakan hadis tersebut adalah
bersifat sama, artinya redaksi matan hadis-hadis diatas hampir persis terdapat
persamaan yang mengandung maksud atau tujuan yang sama pula. Dalam ilmu hadis
istilah tersebut dikenal dengan periwayatan maknawi (periwayatan yang hanya
maknanya saja) makudnya adalah periwayatan hadis yang redaksi matannya tidak
persis sama dengan yang didengarnya dari Rasul Saw., namun isi atau maknanya
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw. tanpa ada perubahan
sedikitpun. 117
Dalam beberapa hadis yang terdapat dalam Kutub al-Tis’ah, ditemukan cukup
banyak yang menerangkan perihal ini. Namun pada hadis Bukhari, penulis tidak
menemukan hadis-hadis yang menerangkan keutamaan hari jum’at sebagai penghulu
116 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid XXVIII, h. 192 117 Utang Ranuwijaya¸ Ilmu Hadis, h. 106
lxvii
hari atau Sayyid al-Ayyam, tetapi ada satu hadis yang menerangkan saat yang
mustajab pada hari jum’at, yakni hadis dari Abû Hurairah ra.118 Selain itu, selebihnya
banyak menerangkan tentang keutamaan mandi pada hari jum’at, wudhu, atau hal-hal
yang wajib dilakukan sebelum berangkat melaksanakan shalat jum’at, keutamaan
shalat jum’at, dan masih banyak lagi. Begitu pula dalam hadis-hadis al-Darimi,
penulis juga tidak menemukan hadis yang menerangkan perihal keutamaan hari
jum’at. Namun ada beberapa hadis yang menerangkan tentang fadhilah amalan
membaca surah al-Kahfi dan al-Dukhan pada malam dan hari jum’at.
Menurut Isa Selamat dalam bukunya Kelebihan Malam dan Hari Jum’at yang
dikutip dari Durratun Nasihin, bahwasanya Allah memberikan wahyu kepada Nabi
Musa as. yang berbunyi119:
“Hai Musa, ada satu hari untuk umat Muhammad, yang sholat dua rakaat pada hari itu (jum’at) lebih utama dari ini semua. Tuhan-ku hari apakah itu? Allah SWT. berfirman : sesungguhnya hari itu adalah hari jum’at.”
Mendengar hal itu, Nabi Musa sangat menginginkan sekali hari seperti hari
jum’at. Maka kemudian Allah Swt. berfirman:
“Hai Musa, untukmu hari sabtu, untuk Isa hari ahad, untuk Khalil Ibrahim hari isnin, untuk Zakaria hari selasa, untuk Yahya hari rabu, untuk Adam hari kamis, dan untuk Muhammad Saw. beserta umatnya hari jum’at.”
Hari jum’at sebagai hari utama, agung, istimewa dan sangat mulia merupakan
hari bersejarah dan juga hari yang sangat bernilai tinggi bagi agama Islam. Karena
118 Abû ‘Abdillâh Muhammad bin ‘Ismâil al Bukhâri, Tarjamah Sahîh Bukhâri, Penerjemah.
Ahmad Sunarto, jilid 2, h. 32 119 Mohammad. Isa Selamat, Kelebihan Malam dan Hari Jum’at, h. 20
lxviii
Sesungguhnya pada semua hari dalam sepekan Allah telah menetapkan nama-nama
hari tersebut kepada masing-masing hamba-Nya, dimana setiap hari dimiliki oleh
masing-masing hamba Allah Swt. dan terdapat nilai histories tersendiri.
Sebagai khalifah pertama yang diutus oleh Allah Swt, Nabi Adam, juga
diyakini oleh umat Islam sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah Swt.
Dalam hal ini Nabi Adam diciptakan dalam bentuk yang sempurna. Berbeda dengan
teori yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan terkenal yang bernama Charles
Darwin, bahwa manusia yang pertama kali berada di muka bumi ini adalah berasal
dari seekor kera. Pendapatnya ini sangat bertolak belakang dengan yang
dikemukakan dalam beberapa hadis di atas. Allah Swt. memberikan kemuliaan
kepada umat manusia anak cucu Adam dengan dberikannya akal untuk berfikir.
Apabila manusia yang diciptakan pertama kali sesuai dengan pendapat Darwin
tersebut, maka sangat mustahil bila seekor kera dapat berfikir tanpa disertai akal
dalam dirinya.
Selanjutnya mengenai hari kiamat, dalam hadis diatas dikatakan bahwa hari
kiamat akan terjadi pada hari jum'at, jika melihat kepada penjelasan dalam al-Qur’an,
tidak disebutkan mengenai penentuan hari kiamat, namun hanya menjelaskan tanda-
tanda kedatangannya dan yang akan terjadi pada hari akhir itu. Hal ini dapat dilihat
dalam surah al-Qiyamah ayat 6-9, yang berbunyi:
☺
lxix
☺ ☺
Artinya: ”Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?" Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan"(Q.S. al-Qiyamah:6-9)
Makna dari ayat diatas menurut Prof. DR. Hamka dalam tafsir nya, ia
mengatakan bahwasanya pertanyaan yang demikian diutarakan oleh orang yang tidak
meyakini bahwa kiamat itu akan terjadi dan menyangka bahwa tenaganya akan cukup
terus menerus menghabiskan umur dalam maksiat dan kedurhakaan. Maka datanglah
jawab Tuhan.120 Sedangkan pada dasarnya Allah Swt. Telah memerintahkan dalam
rukun iman yang yang kelima bahwa kita harus mempercayai terjadinya hari kiamat.
Sebagian besar kandungan hadis diatas menerangkan bahwa hari kiamat akan
terjadi pada hari jum’at. Sangat jelas sekali dikatakan dalam surah al-Qiyamah ayat
6-9, sehingga manusia sebagai hamba ciptaan Tuhan yang paling mulia harus bersiap-
siap mempersiapkan diri untuk menghaadapi datangnya hari kiamat. Kadangkala
manusia lupa akan perhitungan hari depan itu, bahwasnya masih terdapat sambungan
hidup yang abadi. Manusia tidak bisa seenaknya menjalani hidup dengan selalu
melakukan maksiat dan keburukan tanpa memikirkan hari depan tersebut tanpa
adanya penyesalan dalam diri sendiri, untuk itu orang yang menjaga rasa sesal dalam
dirinya itu, sehingga dia dapat berfikir terlebih dahulu sebelum terlanjur berbuat dosa,
maka akan selamatlah dia dari bahaya hari kiamat.
120. Hamka, Tafsir Al-Azhar, jlid 29, h. 235
lxx
Menurut penulis perbedaan penjelasan antara ayat al-Qur’an dan hadis diatas
secara emplisit bukan merupakan suatu perbedaan mendasar, karena salah satu fungsi
hadis adalah sebagai penjelas dari Al-Qur’an. oleh karenanya sesuatu yang belum
diungkapkan dalam al-Qur’an, akan dijelaskan dalam hadis Nabi Saw.
BAB V
PENUTUP
lxxi
A. Kesimpulan Dari pemaparan yang telah diuraikan penulis pada bab-bab sebelumnya, maka
dengan demikian penulis mengemukakan kesimpulan mengenai keutamaan yang
dimiliki oleh hari jum’at, yakni :
Pertama, Allah Swt. telah menganugerahi umat pengikut Nabi Muhammad
Saw. dengan hari jum’at sebagai hari yang paling mulia diantara hari yang lainnya,
meskipun dalam beberapa hari yang lainnya dalam sepekan Allah telah tentukan
untuk masing-masing hambanya dengan kelebihan yang meliputinya. Namun
kelebihan hari jum’at menjadi sangat istimewa dengan berbagai peristiwa yang terjadi
didalamnya.
Kedua, Setelah ditelusuri dari kitab yang sembilan, maka dalam Kutub al-
Tis’ah, ditemukan banyak sekali hadis-hadis yang menerangkan perihal keutamaan
hari jum’at serta amalan-amalan yang senantiasa dianjurkan pada hari itu. Pada
dasarnya hadis-hadis tersebut, termasuk ke dalam hadis periwayatan maknawi, yakni
memiliki maksud dan tujuan yang sama.
Ketiga, hari jum’at sebagaimana dalam hadis disebutkan sebagai hari yang
paling utama diantara hari lainnya, menjadikan hari mulia ini mengandung nilai
historis yang tinggi. Hal ini, membuat sebagian besar umat Islam menyadari dan
meyakini isi kandungan maknanya yang sangat istimewa. Sehingga sebagai salah satu
golongan umat muslim, penulis khususnya merasa sangat bersyukur karena memiliki
hari jum’at sebagai hari istimewa bagi umat Islam.
lxxii
B. Saran-Saran
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia, sepatutnyalah kita senantiasa
menghormati segala ciptaan Tuhan yang memiliki kemuliaan, seperti hari jum’at
yang dikelilingi cahaya kemuliaan dengan mendalami makna hakikat jum’at sebagai
hari utama. Sebagai bentuk rasa hormat, selayaknya bagi umat Islam dapat
memanfaatkan waktu tersebut semaksimal mungkin dengan melakukan amal ibadah
yang telah diperintahkan. Selain itu juga, perlu diperhatikan mengenai amalan ibadah
yang dilakukan tersebut, yakni harus berdasarkan pada sumber hadis-hadis yang
shahih.
Harapan penulis, semoga pembahasan ini dapat memberikan sumbangsih
yang bermanfaat kepada penulis khususnya, dan kepada pembaca umumnya. Sebagai
insan yang tidak luput dari salah dan khilaf, penulis memohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat pada skripsi ini.
Keutamaan dan kemuliaan hanyalah patut dimiliki oleh Allah Swt. Zat Yang
Maha Mulia, dan Maha Sempurna, karena Dia-lah Sang Maha Pencipta segala
keutamaan dan keistimewaan yang ada di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
lxxiii
‘Abd. Bâqi Muhammad Fû’ad, Terjemah Lu’lu Wal Marjan, Jilid I, Semarang: al-Ridha, 1993.
Al-Albani Muhammad Nashirudin, Tarjamah Sunan al-Nasa’I, Penerjemah. Ahmad
Yoswaji, Jakarta: Pustaka Azzam, 2004 ……., Tarjamah Sunan Abû Dâud. Penerjemah Ahmad Yoswaji, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2002 Al-Bukhârî Muhammad bin Ismâil bin Ibrâhîm bin Mugîrâh bin Bardâzâbah, Sahîh
Bukhârî, Jilid II, Beirut: Dâr al-Fikr ……., Tarjamah Sahîh al-Bukhârî. Penerjemah Ahmad Sunarto, Semarang: CV.
Asy-Syifa, 1993 Al-Bajûri Ibrâhim, Ilmu ‘Aqaid (Tijan al-Daruri) Berikut Penjelasannya, Penerjemah
Ibrahim al-Bajuri, Bandung: Sinar Baru, 1992 Al-Habsyi Muhammad Bâqir, Fiqih Praktis, Menurut al-Qur’an , al-Sunnah, dan
Pendapat Para Ulama, Bandung: Mizan,1999 Al-Ghazâli, Rahasia Shalat dan Bimbingan Shalat Jum’at Menurut al-Gazâli,
Bandung: 1990. ……., Menjala Pahala Dengan Shalat, Jakarta; Pustaka Amani, 1987
Al-Gâzî, Muhammad Ibn Qâsim, Fath al-Qarîb al-Mujîb ’Alâ Tahdzib al-Targîb wâ al-Tarhîh. Penerjemah . A. Hufat Ibriy, Surabaya: Tiga Dua, 1993
Al-Gâmidî Abû Abd. ‘Azîz ‘Abdullah bin Sâfar al-‘Abdili, Menebus Dosa Dengan
Shalat Jum’at, Yogyakarta: Alam Islami Press, 1997. Al-Judâ’I Nashr bin ‘Abdurrahmân bin Muhammad, Amalan dan Waktu Yang
Diberkahi, Bogor: Pustaka Ibnu Kasir Al-Jâjirî Abû Bakar Jâbir, Minhâj al-Muslimîn, Beirut: Dar al-Fiqr, 1995
Alkâf Idrûs, Keagungan Shalawat Nabi Muhammad Saw., Surabaya: Masyhur, tt Al-Khaubawi Utsman, Tarjamah Durrah al-Nasihin Lengkap, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1991,
lxxiv
Al-Khaubawi Utsman, Tarjamah Durrah al-Nasihin Lengkap, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1991,
Al-Khin Mustafa, Mustafa al-Bûga dan ‘Ali al-Syirbâji, al-Fiqh al-Manhaji ‘alâ
Madzhab al-Imam al-Syafi’I, Terj. Anshori Umar Sitanggang Semarang: CV. al-Syifa’ 1992
Al-Khûsyt Muhammad ‘Ustmân, DR. Imam Qadî -Iyyadl, Kumpulan Keistimewaan
Shalawat Nabi (Ditinjau Dari Beberapa Segi), Bandung: al-Husaini,1990 Al-Dzahâbî Muhammad Ibn Ahmad Ibn ‘Utsmân, al-Mugnî Fi al-Du’afa’, Beirut:
Dâr al-Kutub, 1998 Al-Nabânî Yûsuf bin Ismâil, Amalan Shalawat Para Wali Allah, Pekalongan; CV.
Bahagia, tt Al-Nadwî al- Hasâni A, A, A, H, DR., Empat Sendi Agama Islam (Shalat, Zakat,
Puasa, Haji), Jakarta: Rineka Cipta, 1992 Al-Naisabûri Abû Husain Muslim bin Hijjaj al-Qusyairî, Tarjamah Sahih Muslim.
Penerjemah Adib Bisri Mustafa, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993 Al-Qazwainî Abî ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd, Sahih Ibnu Mâjah, Riyad:
Maktabah al-Ma’arif, 1997 Al-Qurtubî Abû ‘Umar Yûsuf bin ‘Abd. al-Bar, Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlih,
Beirut: Muassah al-Kutub al-Tsaqafiyah, 1997 Al-Rahbawî ‘Abdul Qadîr, al-Salâtu ‘Alâ Mazâhibil ‘Arba’ah, Penerjemah: Zeid
Husein al-Hamid dan M.Hasanuddin Beirut: Dar al-Salam,1983 Al-Rifâ’I Muhammad Nâsîb, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir, Jakarta: Gema Insani
Press, 2000 Al-Shiddiqi Hasbi, Pedoman Shalat, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1974. ……., Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Bandung: PT. al-Ma’arîf, 1974 Al-Tirmidzi Abî ‘Isa Muhammad bin ‘Isa, Sunan Tirmidzî ‘al-Jâmi’ Mukhtasor al-
Sunnah Rasulullah Saw. wa Ma’rifah al-Sahih wa Ma’lul wa ma’ ‘Alaihi al-‘Amal, Beirut: Dar al-Fikr, 1994
lxxv
Anas Ibn Malik, al-Muwata, Beirut: Dar al-Kutub. tt
Halimuddin, S.H, Kehidupan Di Surga Jannatun Na’im, Jakarta: Rineka Cipta, 1992 Hamka, Prof., DR., Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2002 Hanbal Ahmad, al-Musnad, Beirut: Dâr al-Fikr, 1991 Khalwâty AS Tajul, Drs., M.S., Menyibak Kemuliaan Hari Jum’at, Jakarta: Rineka
Cipta, 1995. Lathif A. Rais dan Razak H.A., Terjemah Hadis Shahih Muslim, Jilid 1, Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1978. Mahfûz ‘Ali, Bahaya Bid’ah Dalam Islam, Surabaya; FA Pustaka Progresif,1985. Manzûr Ibnu, Lisân al-‘Arâbi, Beirut: Dâr al-Fikr, tt Mâyan ‘Abd. Qadîr dan Selamat M.Isa, Drs., Amalan Malam dan Hari Jum’at, Kuala
Lumpur: Syarikat Nurul Has, tt Mohammed Hanafi, Drs., 99 Shalawat Nabi Muhammad S.A.W. Fadhilat dan
Khasiatnya, Kuala Lumpur: Darul Nu’man, tt Mustofa H.A. Shalawat Nabi Khasiat dan Macamnya, Surabaya: al-Ikhlas, 1996 Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, Jilid II, Surabaya: Duta Ilmu, 2003.
Ranuwijaya Utang, Ilmu Hadis, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996 Romli A. Chodri, Permasalahan Shalat Jum’at, Surabaya: Pustaka Progresif, 1996. Sâbiq Sayyid, Fiqh Sunnah, Bandung: Al-Ma’rif, 1981 Selamat, M. Isa, Kelebihan Malam dan Hari Jum’at Serta Amalannya, Kuala
Lumpur: Darul Nu’man, 1995. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:
Djambatan, 1992. Warson Ahmad, al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif,1997
lxxvi
Wijayakusuma Hembing, Prof., DR., Hikmah Shalat Untuk Pengobatan dan Kesehatan, Jakarta: Pustaka Kartini, 1997
lxxvii
lxxviii