PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
136
KAJIAN YURIDIS INDEPENDENSI PE.RBANKAN BUMN DAN PENERAPAN PRINSIP
KEHATI-HATIAN BANK DALAM PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT.
Eka Rizdky Handayani*
Magister Hukum Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat Jl. Arjuna Tol Tomang, Kebon Jeruk
E-Mail: [email protected] Naskah diterima : 24/06/2020, revisi : 30/06/2020, disetujui 30/06/2020
Abstract
This study aims to examine the independence of BUMN banks and the application of
the Prudential Banking Principle in the distribution of Kredit Usaha Rakyat (KUR). This
research belongs to the type of qualitative research by following the typology of normative
legal research, research data are collected by means of literature, and analyzed
qualitatively. The results of this study indicate that the growth of KUR distribution in
Indonesia by State Owned Banks (BUMN Banks) has increased significantly every year.
Program of KUR implemented by BUMN banking based on the independency, considering
that BUMN banks that have two important roles as the financial intermediary institution
and the Agent of Development, and based on the Prudential Banking Principle, because the
distributions of credit are included in full risk business activities and mostly relying on
public funds (customers). In reality, to operate as a banking institution in KUR distribution
activities, BUMN banks have not been able to apply the independence principle optimally.
This is indicated by the number of parties involved in making policies related to KUR
distribution activities. In order to avoid negative impacts in the future, the government
needs to make a regulation (legal rules) as outlined in the legislation regarding the
independency of BUMN banking, and issue the technical regulations regarding BUMN
banking as a limited liability company.
Keywords: Independency, Prudential Banking Principle, BUMN Banking.
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mengkaji independensi Perbankan BUMN serta penerapan
Prinsip Kehati-hatian Bank dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan mengikuti tipologi penelitian hukum
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
137
normatif, data penelitian dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan dianalisa secara
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penyaluran KUR di
Indonesia oleh bank BUMN mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap
tahunnya. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilaksanakan oleh perbankan BUMN
harus didasarkan pada prinsip kemandirian (independensi) mengingat perbankan BUMN
menjalankan 2 peran penting sekaligus, yakni sebagai lembaga Perantara Keuangan dan
sebagai Agen Pembangunan, serta didasarkan pada prinsip kehati-hatian Bank, karena
kegiatan penyaluran kredit termasuk dalam kegiatan bisnis penuh resiko dan
aktivitasnya sebagian besar mengandalkan dana masyarakat (nasabah). Pada
kenyataannya, dalam menjalankan perannya sebagai lembaga perbankan pada kegiatan
penyaluran KUR, perbankan BUMN belum dapat menerapkan prinsip kemandirian
(independensi) secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pihak yang terlibat
didalam pengambilan kebijakan terkait kegiatan penyaluran KUR. Guna menghindari
dampak negatif di kemudian hari, maka pemerintah perlu membuat suatu Regulasi
(aturan hukum) yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai
independensi (kemandirian) perbankan BUMN, serta menerbitkan aturan teknis tentang
usaha perbankan BUMN sebagai badan hukum berbentuk perseroan terbatas.
Kata kunci : Independensi, Prinsip kehati-hatian bank, Perbankan BUMN
A. Pendahuluan
Perekonomian merupakan salah satu concern utama seluruh negara di dunia, yang
salah satu tujuannya ialah mencapai kemakmuran dan kesejahteraan seluruh warga
negaranya.
Pertumbuhan perekonomian di Indonesia tidak hanya didukung usaha-usaha pada
taraf makro, melainkan juga usaha-usaha di sektor mikro yang turut berperan dalam
menggerakan roda perekonomian nasional. Pertumbuhan jumlah pelaku usaha ekonomi
mikro di Indonesia juga berkembang dengan cukup baik, hal ini didukung pula dengan
keberadaan Kementerian Koperasi, dan Usaha Kecil, dan Menengah, yang fokus dalam
membangun dan mengembangkan UMKM di dalam negeri.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
138
Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berdasarkan kekayaan dan
pendapatan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Ukuran Usaha
Kriteria
Aset
(Tidak termasuk tanah &
bangunan tempat usaha)
Omzet
(Dalam 1 tahun)
Usaha Mikro Maksimal
Rp50.000.000
Maksimal
Rp300.000.000
Usaha Kecil ≥Rp50.000.000 – Rp500.000.000 ≥Rp300.000.000 –
Rp2.500.000.000
Usaha Menengah ≥Rp500.000.000 –
Rp10.000.000.000
≥Rp2.500.000.000 –
Rp50.000.000.000
Pentingnya usaha sektor kecil dan menengah di Indonesia mulai dibahas pada tahun
1970-an, terutama sejak dicanangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA)
Tahap kedua, namun baru sejak ketetapan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun
1983 untuk pertama kalinya sebuah dokumen kebijakan pemerintah menyebutkan secara
jelas status dari UKM bersama-sama dengan usaha besar dianggap sebagai penentu penting
bagi keberhasilan kebijaksanaan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.1
Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia telah berkontribusi ± 90 persen dari
jumlah total perusahaan yang aktif di Indonesia, tidak kalah pentingnya dari perusahaan-
perusahaan besar lainnya. UMKM menyumbang sekitar 60 % dari Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk hampir 108 juta orang
1 Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, Edisi 2, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010),
Hlm 151-152.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
139
Indonesia. Ini berarti bahwa usaha mikro, kecil dan menengah merupakan tulang punggung
perekonomian Indonesia.2
Masalah yang dihadapi UMKM terkait kesulitan mendapatkan akses pembiayaan kredit
dari bank seringkali terjadi, misalnya tidak memiliki / tidak cukup agunan, hingga
keterbatasan akses informasi ke lembaga perbankan. Para pelaku UMKM juga masih
memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di
sisi lain, lembaga perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang
potensial atau diprioritaskan untuk dibiayai.
Arah kebijakan pemerintah di bidang UMKM dan koperasi dalam periode 2015-2019
adalah meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi
usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar dalam rangka mendukung
kemandirian perekonomian nasional. Strategi pembangunan UMKM yang akan dilaksanakan
salah satunya adalah peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan.3
Pemerintah telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015. Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi UMKM diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan beranggotakan
para menteri/kepala lembaga terkait dengan tugas untuk merumuskan dan menetapkan
kebijakan pembiayaan bagi UMKM termasuk penetapan prioritas bidang usaha, melakukan
monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UMKM, dan
mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan
kebijakan pembiayaan bagi UMKM.
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) diberlakukan oleh pemerintah secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan kemudahan kepada UMKM dalam hal
mendapatkan pinjaman Bank dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dalam rangka
peningkatan usahanya. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) diatur secara rinci didalam
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pelaksanaan KUR sebagaimana telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian No. 8 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pelaksanaan KUR.
2 Tersedia di, http://www.indonesia-investments.com, Diakses pada tanggal 22 Januari 2020. 3Tersedia di, http://www.kur.ekon.go.id/peraturan-dan-ketentuan, Diakses pada tanggal 22 Januari 2020.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
140
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dicanangkan pemerintah guna
meningkatkan pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia tidak
hanya memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan perekonomian di sektor mikro
khususnya bagi para pelaku usaha, namun juga bagi kegiatan perbankan sebagai salah satu
lembaga penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR), mengingat jumlah UMKM yang
memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat ini jumlahnya tidak sedikit, dan terus
meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut secara tidak langsung turut pula meningkatkan
pertumbuhan dan profit Bank penyalur KUR.
Kegiatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan oleh Lembaga
Keuangan Perbankan, dalam hal ini Bank BUMN harus dilaksanakan dengan independen
(mandiri) serta didasarkan pada prinsip kehati-hatian Bank (Prudential Banking Principle),
hal ini dikarenakan kegiatan penyaluran kredit termasuk dalam kegiatan bisnis penuh resiko
(full risk business) karena aktivitasnya sebagian besar mengandalkan dana yang bersumber
dari masyarakat, baik dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito.
Bank BUMN sebagai perseroan tunduk pada ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Segala pengurusan perseroan menjadi
tanggung jawab direksi, serta dijalankan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab,
selanjutnya diatur dalam Pasal 97 ayat 1 dan 2 UU Perseroan Terbatas.
Fungsi direksi Bank salah satunya adalah bertanggung jawab terhadap segala kegiatan
perbankan termasuk kegiatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta melaporkannya
kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu Forum Koordinasi Pengawasan KUR,
sebagaimana tercantum didalam Pasal 38 Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan mengikuti tipologi penelitian
hukum normatif. Data penelitian dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan dokumen.
Data yang telah dikumpulkan akan diidentifikasi dan disusun secara sistematis, baik data
yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum
tersier. Kemudian seluruh data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan studi dokumen
tersebut direlevansikan dengan teori yang berkaitan serta dituliskan secara deskriptif dan
dianalisa secara kualitatif.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
141
C. Hasil & Pembahasan
Pemberdayaan UMKM merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh pemerintah
dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional. Bank Indonesia sebagai lembaga Bank
sentral diamanatkan Undang-undang untuk menjaga kestabilan moneter, perbankan, dan
sistem pembayaran, memberikan perhatian bagi perkembangan sektor UMKM.
Bank Indonesia sebagai bank sentral juga berupaya untuk memberikan kontribusi
yang terbaik melalui kebijakan pengembangan UMKM dalam meningkatkan akses keuangan
UMKM. Pengembangan UMKM yang dilakukan Bank Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan kemampuan manajerial SDM serta inovasi dari UMKM.
Kebijakan Pengembangan UMKM Bank Indonesia dilakukan untuk mendukung pencapaian
tugas utama Bank Indonesia, yaitu guna menjaga stabilitas moneter.4
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, peranan Bank
Indonesia dalam pengembangan UMKM bersifat tidak langsung melalui peningkatan
intensitas dan efektivitas pemberian bantuan teknis (pelatihan, penyediaan informasi,
pengembangan riset, promosi, informasi, survei dan inovasi). Pendekatan yang digunakan
lebih menitikberatkan pada pelatihan petugas Bank, pendampingan UMKM, penelitian, dan
penyediaan informasi.
Dukungan Bank Indonesia terhadap peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM
tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 14/22/PBI/2012 Tentang Pemberian
Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka
Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, yang bertujuan antara lain : 5
a. PBI No. 14/22/PBI/2012 diterbitkan dalam rangka mendorong peningkatan
penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum kepada UMKM dan mendorong
peningkatan akses UMKM kepada lembaga keuangan melalui penguatan
kapabilitasnya.
b. PBI No. 14/22/PBI/2012 dimaksudkan untuk menyatukan ketentuan-ketentuan
terkait pengaturan UMKM yang saat ini tersebar dalam berbagai ketentuan Bank
Indonesia, yaitu dikodifikasi dalam satu ketentuan.
4Tersedia di, http:// www.bi.go.id, Diakses pada tanggal 14 April 2020. 5 Trisandini P. Usanti dan Abd. Shomad, Hukum Perbankan, (Jakarta : Kencana, 2017), Hlm 88.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
142
Pembiayaan UMKM dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Langsung kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan/atau
2) Tidak langsung, yaitu melalui kerjasama pola executing, pola channeling, dan/atau
pembiayaan bersama.
Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan melalui
pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai diberlakukan pemerintah pada
November 2007. KUR adalah kredit / pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada
debitur individu / perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan
layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
UMKM yang dapat menerima fasilitas penjaminan KUR adalah UMKM yang usahanya
feasible (memiliki usaha yang layak / layak usaha) tetapi dianggap belum bankable
(memenuhi persyaratan kredit dari bank / layak kredit).
UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di
sektor usaha produktif antara lain pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian,
kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan secara
langsung, yakni UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau
Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Dalam rangka upaya pendekatan terhadap
pelayanan bagi usaha mikro, maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak
langsung melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP (Koperasi Simpan Pinjam) / USP
Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank
Pelaksana.6
Manfaat Program KUR adalah untuk meningkatkan dan memperluas akses wirausaha
seluruh sektor usaha produktif kepada pembiayaan perbankan, mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan daya saing UMKM.
Sejak awal diberlakukan oleh pemerintah pada tahun 2007 hingga 2014, penyaluran
KUR mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sehingga diputuskan program kembali
dilanjutkan pada tahun 2015 dengan beberapa penyempurnaan. Penyempurnaan program
KUR diwujudkan dengan menyusun regulasi terkait Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada
6 Tersedia di, http://kur.ekon.go.id, Op.Cit.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
143
tanggal 7 Mei 2015 diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite
Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Keppres ini menjadi
landasan hukum terbentuknya Komite Kebijakan untuk program Kredit Usaha Rakyat
(KUR), selanjutnya disempurnakan ke dalam Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015.
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM mempunyai tugas membantu Presiden
dalam hal sebagai berikut:7
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, dan
menengah, termasuk penetapan prioritas bidang usaha.
b. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi
usaha mikro, kecil, dan menengah.
c. Mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam
melaksanakan kebijakan pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah.
Penyempurnaan program KUR juga mencakup perluasan sektor usaha yang berhak
mendapatkan fasilitas pembiayaan KUR, yang semula hanya meliputi sektor pertanian,
perikanan, industri pengolahan, dan sektor perdagangan yang terkait ketiga sektor tersebut.
Pada Peraturan Menteri Perekonomian Nomor 8 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah
pada Peraturan Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat
(KUR), sektor perdagangan tidak lagi dibatasi hanya yang terkait bidang pertanian,
perikanan, dan industri pengolahan saja, melainkan meliputi seluruh usaha di sektor
perdagangan serta sebagian sektor jasa-jasa.
Penyaluran KUR oleh perbankan BUMN mengalami peningkatan yang cukup
signifikan pada tahun 2017-2019, dapat dilihat pada Chart berikut:
Chart 1
Rekapitulasi Penyaluran KUR
Pada Perbankan BUMN Tahun 2017-2019
(Dalam Juta Rupiah)
7 Ibid.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
144
Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI.
Pada tahun 2020 pemerintah menetapkan target penyaluran KUR menjadi Rp.
190.000.000.000.000,- dengan suku bunga KUR yang lebih rendah yakni sebesar 6% efektif
per tahun.
Penetapan plafon penyaluran KUR yang besar dengan bunga yang relatif rendah
dimaksudkan untuk meningkatkan akses kredit bagi usaha mikro, kecil dan menengah.
1. Independensi (Kemandirian) Perbankan BUMN Dalam Kegiatan Penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR)
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memberikan kontribusi yang cukup
signifikan bagi perekonomian nasional, namun masih banyak UMKM yang tidak memiliki
akses yang memadai terhadap sumber dana formal terlebih lembaga perbankan.
Persyaratan Bank dianggap cukup berat, dan UMKM seringkali dianggap tidak bankable
(memenuhi persyaratan kredit dari bank). Banyaknya UMKM yang belum tersentuh
penyaluran kredit, menunjukan pemberdayaan UMKM belum berjalan dengan optimal.
Permasalahan yang selama ini dihadapi para pelaku UMKM dapat dituntaskan
dengan dukungan kebijakan pemerintah yang memihak pada sektor UMKM. Perumusan
regulasi dan kebijakan dengan pendekatan objektifitas kondisi yang memperhatikan peran
dan potensi sektor UMKM, hal ini cukup efektif sebagai strategi memacu optimalisasi sumber
daya produktif dan menumbuhkan semangat inovatif dan kreatif dalam berusaha.8
Kehadiran perbankan BUMN dalam kegiatan penyaluran KUR merupakan salah satu
bentuk keseriusan pemerintah dalam upaya pengembangan sektor UMKM, sebagaimana
salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN menurut Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN,
8 Rencana Strategis 2015-2019 Dewan UKM Indonesia, Pemberdayaan UMKM, 2015, Hlm 15.
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
Plafon Realisasi Plafon Realisasi Plafon Realisasi
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
145
yaitu turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, korporasi, dan masyarakat.
Perbankan BUMN dalam menjalankan usahanya sebagai perseroan juga tunduk pada
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Maka
guna menjaga independensi (kemandirian), maka direksi perbankan BUMN dilarang
memangku jabatan rangkap. Sebagaimana disebutkan pada Pasal 25 UU BUMN bahwa
“anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
a. anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta, dan
jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan;
b. Jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga pemerintah pusat dan
daerah; dan/atau
c. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Perbankan BUMN sebagai badan usaha negara, dalam pelaksanaan kegiatannya tidak
terlepas dari peran dan keterlibatan pemerintah, terkait kebijakan dalam menjalankan
fungsi dan perannya sebagai BUMN dibawah pengawasan Kementerian BUMN, sekaligus
dalam menjalankan perannya sebagai lembaga perbankan yang diawasi oleh Bank Indonesia
(BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Keterlibatan pemerintah juga dapat dilihat dalam berbagai aspek, salah satunya
aspek politik hukum (pemerintah dapat mengendalikan perbankan melalui pembentukan
aturan hukum di bidang perbankan), aspek perizinan (pemerintah dapat mengendalikan
bank melalui regulasi mengenai perizinan) dan aspek usaha langsung (pemerintah terjun
langsung kedalam dunia perbankan dengan mendirikan bank pemerintah).
Perbankan BUMN menjalankan dua fungsi yaitu sebagai financial intermediary (Bank
sebagai perantara keuangan, antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang
membutuhkan dana) dan sebagai Agent of Development.9
2. Penerapan Prinsip Kehati-hatian Bank (Prudential Banking Principle) Dalam
Kegiatan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Pelaksanaan program KUR oleh pemerintah melalui perbankan BUMN, diharapkan
dapat memberikan pembinaan kepada lembaga perbankan maupun pemberdayaan
9 Toto Octaviano Dendhana, Penerapan Prudential Banking Principle Dalam Upaya Perlindungan Hukum
Bagi Nasabah Penyimpan Dana, Universitas Samratulangi Manado. Lex et Societatis, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013, hlm 43.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
146
ekonomi mikro kecil dan menengah bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, dalam
hal pemberdayaan sektor UMKM. Target yang ingin dicapai melalui program pemberdayaan
UMKM dengan program KUR yakni semua kegiatan bisnis semua skala bisa mengakses
permodalan, agar produksi barang dan jasa semakin lancar dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
yang diselenggarakan oleh perbankan BUMN, didasarkan atas prinsip kehati-hatian bank
(Prudential Banking Principle) dan diatur di dalam ketentuan UU Perbankan.
Menurut Munir Fuady, bisnis bank adalah bisnis konservatif. Kecenderungan kepada
sifat konservatif tersebut kemudian dikenal dengan nama prudent banking, terutama
disebabkan karena :10
a. Peran bank yang cukup menentukan dalam perkembangan moneter dan ekonomi
secara makro.
b. Berhubungan dengan uang rakyat (deposito, giro, tabungan, dan lain-lain)
dipertaruhkan dalam suatu bank.
c. Karena karakteristik dari bisnis bank yang harus selalu melakukan match antara dana
yang diterima dan dana yang disalurkan.
Penerapan prinsip kehati-hatian dan kesehatan bank didasarkan pada peraturan di
dalam UU Perbankan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 UU Perbankan yakni
“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian” serta pada Pasal 29 ayat (2) UU Perbankan yang
disebutkan sebagai berikut “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”.
Ruang lingkup prinsip kehati-hatian pada saat ini juga diatur dalam Pasal 2 ayat 1
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 tentang perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) Bank
Umum, yakni “Bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian manajemen resiko dalam
memberikan penyediaan dana, khususnya penyediaan dana kepada pihak terkait, penyediaan
dana besar (large exposures), dan atau penyediaan dana yang memiliki kepentingan terhadap
bank”.
10 Munir Fuady, Hukum Perbankan Kontemporer, Cet. 1, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996), Hlm 2.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
147
Bank BUMN wajib memelihara kesehatan Bank sesuai dengan aturan yang berlaku
dan wajib menyampaikan semua informasi yang dibutuhkan Bank Indonesia serta wajib
pula menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan
dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Penerapan prinsip kehati-hatian
bank (Prudential Banking Principle) dalam kegiatan penyaluran kredit, salah satunya
dilakukan dengan melaksanakan prinsip 5C. Bank harus melakukan penilaian yang seksama
sebelum memberikan kredit kepada nasabah, antara lain sebagai berikut:11
1. Character
Bank harus memiliki keyakinan bahwa, sifat atau watak dari calon nasabah yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang
pekerjaan maupun kepribadian, seperti gaya hidup, keadaan keluarga, hobi, dan
kehidupan sosialnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.
2. Capacity
Melihat calon nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan
dengan pendidikannya, kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini pada
akhirnya akan menunjukkan “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang
disalurkan.
3. Capital
Melihat efektivitas penggunaan modal, dilihat dari laporan keuangan (neraca dan
laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya, termasuk darimana modal tersebut
berasal.
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah. Bank wajib menilai secara
seksama terhadap jaminan yang diberikan, termasuk keabsahan atau legalitas jaminan
tersebut.
5. Condition
Menilai suatu kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik saat ini dan di
masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor
yang dijalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar
11 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi 2014, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2019),
Hlm 95.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
148
memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut akan bermasalah
relatif kecil.
Sebagaimana juga diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor :
13/ 1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang disebutkan bahwa
“Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan tingkat kesehatan bank dengan
menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan
usaha”.
Prinsip kehati-hatian bank (Prudential Banking Principle) wajib diterapkan di
setiap kegiatan perbankan termasuk dalam kegiatan penyaluran kredit, hal ini dikarenakan
kegiatan penyaluran kredit termasuk dalam kegiatan bisnis penuh resiko (full risk business)
mengingat aktivitasnya sebagian besar mengandalkan dana yang bersumber dari
masyarakat (deposito, giro, tabungan, dan lain-lain), demikian pula dana yang digunakan
untuk kegiatan penyaluran KUR adalah bersumber dari bank penyalur yang merupakan
dana yang berasal dari masyarakat. Prinsip kehati-hatian bank (Prudential Banking
Principle) wajib diterapkan di setiap kegiatan perbankan karena karakteristik dari bisnis
bank yang harus selalu melakukan kesesuaian antara dana yang diperoleh dan dana yang
disalurkan.
Berdasarkan penerapan prinsip kehati-hatian bank (Prudential Banking Principle)
dengan menggunakan standar penilaian RGEC (Risk, Good Corporate Governance, Earnings,
dan Capital), dalam pelaksanaan penyaluran KUR oleh lembaga perbankan termasuk
perbankan BUMN, dilakukan terlebih dahulu analisis secara menyeluruh terhadap
kelayakan usaha, legalitas usaha, kecukupan modal dan jaminan, keberlangsungan
usahanya, serta kemungkinan risiko yang timbul.
Pelaksanaan kegiatan penyaluran KUR oleh lembaga perbankan juga didasarkan atas
prinsip Good Corporate Governance (GCG). Pada perbankan BUMN, penerapan prinsip Good
Corporate Governance (GCG) didasarkan pada Pasal 3 Peraturan Menteri BUMN Nomor :
PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
149
b. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif.
c. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
d. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.
e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan.
Pada pelaksanaan penyaluran kredit juga harus memperhatikan kualitas kredit
tersebut, semakin berkualitas kredit yang diberikan atau memang layak untuk disalurkan,
akan memperkecil risiko terhadap kemungkinan kredit tersebut bermasalah. Dalam
menyalurkan kredit yang berkualitas, pihak perbankan perlu memperhatikan dua unsur,
sebagai berikut :12
a. Tingkat perolehan laba (return)
Artinya jumlah laba yang akan diperoleh atas penyaluran kredit. Jumlah
perolehan laba tersebut harus memenuhi ketentuan yang berlaku apabila ingin dinilai
baik tingkat kesehatannya. Dalam memenuhi tingkat perolehan laba bank agar dapat
dikatakan memenuhi kriteria dan/atau ketentuan yang berlaku, perbankan harus
memperhatikan empat faktor seperti dibawah ini agar kesehatan bank dapat diukur
sesuai ketentuan tersebut :
1) Tingkat Return On Assets (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba dan efisiensi
secara keseluruhan, karena rasio ini mengidentifikasikan berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya.
2) Return On Equity (ROE)
12 Ibid, Hlm 104.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
150
Rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut.
Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dapat
dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para
pemegang saham.
3) Timing of Return (Waktu perolehan laba)
4) Future Prospect (Prospek kedepan/di masa yang akan datang)
tingkat perolehan laba bank juga harus mengetahui risiko-risiko yang akan
dihadapinya. Risiko ini merupakan kondisi dan situasi yang akan dihadapi di
masa yang akan datang yang sangat besar pengaruhnya terhadap perolehan laba
bank.
b. Tingkat risiko (risk)
Artinya tingkat risiko yang akan dihadapi terhadap kemungkinan melesetnya
perolehan laba bank dari kredit yang disalurkan. Tingkat perolehan laba bank juga
harus mengetahui risiko-risiko yang akan dihadapinya. Risiko ini merupakan kondisi
dan situasi yang akan dihadapi di masa yang akan datang yang sangat besar
pengaruhnya terhadap perolehan laba bank.
Analisa dan penilaian juga perlu dilakukan terhadap kemampuan membayar
nasabah, yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut :13
a) Ketepatan pembayaran pokok dan bunga.
b) Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur.
c) Kelengkapan dokumentasi kredit.
d) Kepatuhan terhadap perjanjian kredit.
e) Kesesuaian penggunaan dana.
f) Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
Berdasarkan ketentuan tentang analisa dan penilaian tersebut, salah satu yang
menjadi poin utama dalam melaksanakan kegiatan pemberian kredit adalah menerapkan
13Samsul Arifin, Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Bank,
https://www.academia.edu/26080365/PENERAPAN_PRINSIP_KEHATIHATIAN_DALAM_PEMBERIAN_KREDIT_BANK, Fakultas Hukum Muhammadiyah Metro, 2012, Hlm 20.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
151
prinsip kehati-kehatian, agar dalam setiap pemberian kredit suatu bank kepada nasabahnya,
tidak akan menimbulkan kredit macet.
Guna menjaga kualitas kredit sebagai upaya menerapkan prinsip kehati-hatian bank
(Prudential Banking Principle), pelaksanaan kegiatan penyaluran KUR oleh perbankan
BUMN juga dilaksanakan dengan prinsip penjaminan yaitu kegiatan pemberian jaminan atas
pemenuhan kewajiban finansial debitur KUR oleh Penjamin KUR baik berdasarkan prinsip
konvensional maupun syariah. Penjamin KUR adalah perusahan penjaminan dan
perusahaan lain yang ditunjuk untuk memberikan penjaminan KUR, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
No. 8 Tahun 2019 Tentang Pedoman KUR. Perusahaan penjamin KUR yang telah
mendapatkan izin diantaranya sebagai berikut:
1) Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo)
2) PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero)
3) PT. Penjaminan Kredit Daerah Riau
4) PT. Penjaminan Kredit Daerah Sumatera Barat
5) PT. Penjaminan Kredit Daerah Sumatera Selatan
6) PT. Penjaminan Kredit Daerah Bangka Belitung
7) PT. Penjaminan Kredit Daerah Jawa Tengah
8) PT. Penjaminan Kredit Daerah DKI Jakarta
9) PT. Penjaminan Jamkrindo Syariah
10) PT. UAF Jaminan Kredit
11) PT. Penjaminan Pembiayaan Askrindo Syariah
Sesuai ketentuan Pasal 13 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
No. 8 Tahun 2019 Tentang Pedoman KUR, penjamin KUR melakukan penjaminan KUR
berdasarkan kerjasama dengan lembaga penyalur KUR, dalam hal ini Perbankan BUMN.
Penjaminan kredit tersebut diperlukan dalam rangka meminimalisir risiko kredit
macet yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat kesehatan perbankan, sebagaimana
mengacu pada penilaian dengan metode RGEC yang disebutkan dalam Pasal 6 Peraturan
Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
yang salah satunya adalah pengaturan tentang Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu rasio
kecukupan modal yang menunjukan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
152
modal sendiri, selain memperoleh dana dari sumber-sumber di luar perusahaan, seperti
dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lainnya.14
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban
penyediaan modal minimum yang harus dimiliki oleh setiap bank adalah sebesar 8%. Secara
umum semakin besar nilai CAR yang dimiliki oleh suatu perbankan, maka semakin baik pula
kemampuan perbankan dalam tingkat keamanan dan pemenuhan kewajibannya, yang pada
akhir akan meningkatkan profitabilitas perusahaan perbankan.15 (www.forexindonesia.org,
Diakses pada 1 Juni 2020).
Bank harus dapat meningkatkan profitabilitasnya agar fungsi intermediary dapat
berjalan dengan lancar. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu dengan total aktiva atau modal yang dimilikinya.
D. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada Bab Pembahasan, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
Independensi (kemandirian) perbankan BUMN pada pelaksanaan kegiatan
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) belum berjalan optimal sesuai dengan UU Perseroan
Terbatas dan UU Badan Usaha Milik Negara, hal ini ditunjukkan misalnya pada keterlibatan
pemerintah dalam penerapan suku bunga kredit KUR, serta dalam pengambilan keputusan
dan/atau kebijakan terkait kegiatan perbankan BUMN.
Prinsip kehati-hatian bank (Prudential Banking Principle) pada kegiatan penyaluran
Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh perbankan BUMN, dilaksanakan berdasarkan ketentuan
pada Pasal 2 UU Perbankan, mengacu pada standar penilaian RGEC (Risk, Good Corporate
Governance, Earnings, dan Capital) sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Peraturan Bank
Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
E. Ucapan Terimakasih
14 Dwi Indah Putrianingsih, Arief Yulianto, Pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy
Ratio (CAR) Terhadap Profitabilitas, Universitas Negeri Semarang, 2016, Hlm 111. 15 http://www.forexindonesia.org, Diakses pada 1 Juni 2020.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
153
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas RahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Jurnal yang berjudul “Kajian Yuridis Independensi
Perbankan BUMN Dan Penerapan Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Penyaluran Kredit
Usaha Rakyat”. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama kepada Bapak/Ibu Pengelola PALAR (Pakuan Law Review) Journal
Fakultas Hukum Universitas Pakuan, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
dapat membagikan tulisan (penelitian) ini.
Semoga tulisan (penelitian) penulis dapat memberikan manfaat bagi para akademisi dan
rekan-rekan mahasiswa. Terima kasih.
F. Biodata Singkat Penulis
Eka Rizdky Handayani, Lahir di Jakarta 29 Desember 1988, Lulus S1 dari Fakultas Hukum
Universitas Esa Unggul pada tahun 2010, dan saat ini tengah mengambil program Magister
Hukum pada Universitas Esa Unggul.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
154
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU : Abdul Azis, A. Herani Rusland, Peranan Bank Indonesia di Dalam Mendukung Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, 2009.
Achmad, Anwari, Praktek Perbankan di Indonesia (kredit investasi), Jakarta: Balai Aksara,
1980. Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (legal teori) dan Teori Keadilan (Judicial Prudence) termasuk
Interpretasi Undang-Undang (Legis Prudence) Vol-1, Cet-1, Jakarta: Kencana, 2009. Amiruddin & Zainuddin, Pengantar Metode penelitian hukum, Jakarta : Raja grafindo persada,
2004. Friedrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa dan Nusamedia,
2004. Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: PT.Citra
Aditya Bakti, 2002.
, Hukum Perbankan Kontemporer, Cet. 1. 1996. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Gandapradja, Permadi, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Gandhi Herlandi. Buku 2 Perbankan. 2016. Hasibuan S.P, Malayu, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : PT. Grafindo, 2007.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
155
Herijanto, Hendy, Prinsip Keputusan Bisnis, Pemberian Kredit Perbankan Dalam Hubungan Perlindungan Hukum, Bandung: PT. Alumni, 2014.
Hermansyah, Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
, Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, Cetakan kesembilan, Jakarta : Rajawali Press, 2010.
Kerjasama LPPI dan Bank Indonesia, Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Jakarta, 2015. Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, Edisi 2, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2010. Partomo M.S, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soejono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988. Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000. Rawls, John, A Theory of Justice, Cambridge, Massa Chusetts, The Belknap Press of Harvard
University press, 1971. Terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, Dasar-dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara. cet-1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Rencana Strategis 2015-2019 Dewan UKM Indonesia, Pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah). Sembiring, Sentosa, Hukum Perbankan, edisi revisi, Bandung : Mandar Maju, 2012. Soekanto, Soerjono dan sri mahmudji, Peranan dan penggunaan kepustakaan di Dalam
Penelitian Hukum, Jakarta : Pusat Dokumentasi universitas Indonesia, 1979. Sugianto, Fajar, Economic Analysis Of Law, Jakarta: Kencana, 2013. Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung : Alfabeta, 2004. Suyatno, Thomas, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003. Tambunan, Tulus, UMKM di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. Tanjung, M. Azrul, Koperasi dan UMKM Sebagai Fondasi Perekonomian Indonesia, Jakarta :
Erlangga, 2017.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
156
The Asia Foundation dan AKATIGA, The Impact of Economics Crisis on Indonesian Small Medium Enterprises, Jakarta, 1999.
Trisandini P. Usanti dan Abd. Shomad, Hukum Perbankan, Jakarta : Kencana, 2017. Wahyuni, Eti, dkk, Lilitan Masalah Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) & Kontroversi
Kebijakan, Medan : BITRA Indonesia, 2005. B. JURNAL : Aditya Pranata, Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle) Dalam Kerangka UU
Perbankan Indonesia, https://upn-jatim.academia.edu/adityapranata, UPN Veteran Jawa Timur.
Andrew Shandy Utama, Independensi Pengawasan Terhadap Bank Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Dalam Sistem Hukum Nasional Indonesia Volume 1, http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/ soumlaw, 2018.
Asmarani Sri Hartati, Pengangkatan Direksi Dan Dewan Komisaris Bank Badan Usaha Milik
Negara (Bumn) Sebagai Implementasi Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perbankan (Studi Kasus Pada PT. Bank Tabungan Negara (Btn) Tbk.), https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/40350/Pengangkatan-Direksi -Dan-Dewan-Komisaris-Bank-Badan-Usaha-Milik-Negara-Bumn-Sebagai-Implementasi-Prinsip-Kehati-Hatian-Dalam-Perbankan-Studi-Kasus-Pada-Pt-Bank-Tabungan-Negara-Btn-Tbk, Universitas Negeri Surakarta, 2014.
Bayu Aji Permana, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode CAMELS dan Metode
RGEC, Universitas Negeri Surabaya. Budiarti, Isniar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada Dunia
Perbankan. Majalah Ilmiah UNIKOM, Volume. ISSN 1411-9374, 2011. Dewi Anggraini, Syahrir Hakim Nasution, Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi
Pengembangan UMKM Di Kota Medan (Studi Kasus Bank BRI), Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, 2013.
Dwi Indah Putrianingsih, Arief Yulianto, Pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Profitabilitas, Universitas Negeri Semarang, 2016. Firmansyah Deckiyanto, Jurnal Efektivitas Kebijakan Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Mikro Berdasarkan Surat Edaran Direksi No. SE : S.09c – DIR/ADK/03/2010 ATAS Ketentuan Kredit Usaha Rakyat (KUR), (Studi di Bank Rakyat Indonesia Unit Sleko Cabang Madiun), Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2013.
Idris Yanto Niode, Sektor UMKM Di Indonesia: Profil , Masalah, Dan Strategi Pemberdayaan,
Universitas Negeri Gorontalo, 2009.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
157
Komang Mahendra Pramana dan Luh Gede Sri Artini, Analisis Tingkat Kesehatan Bank (Pendekatan RGEC) Pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, Vol. 5, No. 6, 2016.
Maulina Yuliati, Penerapan Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Resi Gudang Di Bank Jateng Kantor Cabang Jepara, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2018.
Nurhotia Harahap, Aspek Hukum Dalam Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), Yurisprudentia
Volume 4 Nomor 1, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan, 2018. Ridhwan Maulana, Penerapan Prudential Banking Sebagai Upaya Meminimalisir Risiko Kredit
Bermasalah Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Bank PD Jatim. Universitas Trilogi, https://www.academia.edu/36542958/PENERAPAN_PRUDENTIAL_BANKING_SEBAGAI_UPAYA_MEMINIMALISIR_RISIKO_PADA_KREDIT_USAHA_RAKYAT_PADA_BANK_PD_JATIM
Riski Agustiningrum, Analisis Pengaruh CAR, NPL, Dan LDR Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan, Universitas Udayana Bali, 2013.
Samsul Arifin, Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit
Bank,https://www.academia.edu/26080365/PENERAPAN_PRINSIP_KEHATI-HATIAN_DALAM_PEMBERTAN_KREDIT_BANK, Fakultas Hukum Muhammadiyah Metro, 2012.
Toto Octaviano Dendhana, Penerapan Prudential Banking Principle Dalam Upaya Perlindungan
Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Dana, Universitas Samratulangi Manado. Tri Susilowati, Nur Fitriyah, Rita Kalalinggi, Pelaksanaan Kebijakan Pemberian Kredit Usaha
Mikro Pada Bank BUMN Unit Mikro Banking Lhoktuan Kota Bontang, Universitas Mulawarman Samarinda, 2017.
Warda Rahmayanti, Penerapan Prudential Banking Sebagai Upaya Meminimalisir Risiko Kredit
Bermasalah Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR), Universitas Brawijaya. C. PERUNDANG-UNDANGAN : Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan, Lembar Negara No. 182 Tahun 1998, Tambahan Lembar Negara No. 3790. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Lembar Negara No. 70
Tahun 2003. Tambahan Lembar Negara No. 4297. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Lembar Negara No. 106
Tahun 2007. Tambahan Lembar Negara No. 4756. Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Lembar Negara No. 111
Tahun 2011. Tambahan Lembar Negara No. 5253.
PALAR (Pakuan Law Review) Volume 06, Nomor 01, Januari 2020, Halaman 136-158 https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar e-ISSN:2614-1485 p-ISSN:2716-0440
158
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.
Keputusan Presiden No. 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Bagi Pembiayaan UMKM. Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Keppres No. 14 Tahun 2015. Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia Nomor 8 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat. Peraturan Menteri Keuangan No. 135.PMK.05.2008 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha
Rakyat. Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum. Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum. Lampiran Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No/27/162/KEP/DIR Tanggal 31 tahun
1995 tentang Kewajiban Penyusunan dan pelaksanaan Kebijkasanaan Perkereditan Bank Bagi Bank Umum.
D. INTERNET : Http://kur.ekon.go.id/peraturan-dan-ketentuan, Diakses pada tanggal 26 November 2019. Http://www.pn-lhoksukon.go.id, Diakses pada tanggal 21 Januari 2020. Http://www.indonesia-investments.com, Diakses pada tanggal 22 Januari 2020. Http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1580223129, Diakses pada tanggal 5 Maret 2020. Http://www.bi.go.id, Diakses pada tanggal 14 April 2020. Http://www.forexindonesia.org, Diakses pada tanggal 1 Juni 2020.