BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang masuk dalam golongan Negara
yang berkembang. Negara yang sedang berkembang juga tak asing dengan
fenomena kemiskinan yang melanda seluruh negara di berbagai belahan
dunia. Kemiskinan bukanlah persoalan baru di negeri ini. Walaupun pada
setiap tahunnya kemisikinan mengalami penurunan namun angka
kemiskinan tersebut merupakan tanda-tanda bahw model yang dibangun
belum mampu membentuk sosial ekonomi masyarakat yang tangguh.
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat
sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km
sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia
setelah Jakarta dan Surabaya. Jumlah penduduk di kota bandung pada
tahun 2008 mencapai 2.390.120 jiwa. Kota Bandung merupakan kota
terpadat di Jawa Barat. Hal ini menyebabkan terjadinya masalah-masalah
sosial di Kota Bandung. Diantaranya pengangguran, kejahatan, kemacetan
dsb. Kebanyakan pengangguran di Kota Bandung memilih untuk mencari
nafkah dengan cara meminta-minta atau dengan cara mengemis. Hal ini
menyebabkan meningkatnya pengemis di Kota Bandung.
Mengemis adalah hal yang di lakukan oleh seseorang yang
membutuhkan uang, makanan atau hal lainnya untuk dapat bertaham hidup
dengan cara meminta kepada masyarakat atau orang yang mereka temui
tanpa bekerja dan berusaha. Beberapa cara yang pengemis lakukan untuk
meminta uang kepada masyarakat atau orang yang dia temui baik dengan
menggunkan gelas, kotak kecil, topi, atau benda-benda lain yang dapat
menampung uang dari hasil mengemis mereka.
Semakin meningkatnya masyarakat miskin di Kota ini maka sering
terlihat juga banyaknya pengamen, pengemis, gelandangan atau mereka
yang meminta-minta di pinggir jalan
seperti di perempatan Jl.BuahBatu, sepanjang Jl.Pateur, pinggiran
Jl.Taman Sari atau di tempat-tempat lainnya. Adanya pengemis atau
pengamen menimbulkan masalah lain terutama masalah sosial baik
terganggunya masyarakat atau terkadang menimbulkan kemacetan.
Untuk melawan kemiskinan, ada beberapa hal yang harus
dilakukan yaitu mengartikan kemiskinan tersebut secara mendalam dan
mengukurnya. Sehingga dari pengukuran tersebut pastinya akan diperoleh
data kemiskinan yang dapat menjelaskan tentang berbagai hal, seperti
seberapa banyak jumlahnya. Informasi seperti ini sangat penting bagi
pemerintah untuk menentukan program yang harus dijalankan untuk
mengatasi kemiskinan di kota tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka judul yang akan di ambil ialah
“MARAKNYA PENGEMIS DI KOTA BANDUNG”. Alasan mememakai
judul MARAKNYA PENGEMIS DI KOTA BANDUNG karena judul ini
sangat tepat dan menggambarkan kota bandung pada saat ini. dan juga
seperti yang dilihat kota bandung pada setiap tahunnya selalu ada
pengemis yang berkeliaran dijalan. Dan juga sangat diharapkan semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua di kemudian harinya.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, permasalahan yang akan diangkat dan dibahas
meliputi :
1. Kenapa para pengemis rela melakukan pekerjaan seperti itu padahal
masih ada pekerjaan yang masih layak
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini ialah agar kita mengetahui masalah
mengenai banyaknya pengemis di kota bandung dan dapat mengetahui
kehidupan pengemis dan juga gelandangan bagaimana sesungguhnya. Dan
bagaimana peran serta masyarakat dalam permasalahan ini.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini ialah agar kita dapat mengetahui solusi
untuk mengurangi pengemis dan gelandangan di kota bandung dan
mengetahui fakto-faktor apa saja yang menjadikan para pengemis ataupun
gelandangan yang menjadikan mereka bekerja menjadi pengemis.
Sehingga kita dapat mengetahui solusi terbaik untuk mengurangi pengemis
di kota bandung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendidikan Di Kota Bandung
Menurut Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan
Menengah Anies Baswedan mengatakan bahwa pendidikan tidak
seharusnya berorientasi pada pasar untuk memenuhi kebutuhan kerja.
Idealnya, menurut Anies, pendidikan bermanfaat untuk menjadikan anak
sebagai pembelajar sepanjang hayat. Karena menurut Anies Baswedan apa
yang di berikan saat ini belum tentu dengan apa yang dihadapinya pada
masa depan. Menurut Anies baswedan pula dalam dunia pendidikan
terdapat tiga komponen penting yang perlu disiapkan untuk generasi
muda. Pertama adalah integritas, yang kedua anak-anak harus dididik agar
memiliki jiwa kewirausahaan,dan yang Ketiga, anak-anak harus diberi
bekal agar mempunyai kemampuan komunikasi yang tinggi.
Kota Bandung merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Barat. Di
Kota Bandung pula berdiri sebuah perguruan tinggi yang sangat ternama
di Indonesia yaitu Insitut Teknologi Bandung (ITB).di kampus ini juga
dahulunya pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika
Pada tahun 1995. Kota bandung juga merupakan salah satu kota
pendidikan, dan soekarno, presiden pertama Indonesia, pernah menempuh
pendidikan di universitas tersebut yang didirikan oleh oleh pemerintah
kolonial hindia belanda pada pergantian abad ke 20. Pemerintah telah
mengatur dalam programnya bahwa setiap anak di Indonesia wajib belajar
sealama 9 tahun, maka dari itu sudah seharusnya setiap anak di indonesia
terutaman di kota bandug harus melalui jenjang pembelajaran paling tidak
sampai menempuh jenjang SMA. Menurut data yang diperoleh dari
website dinas pendidikan kota bandung terdapat 30 sekolah negeri dan
terdapat 151 sekolah swasta di kota bandung. Dari data yang diperoleh
dengan melihat jumlah sekolah menengah atas (SMA) yang memiliki
jumlah yang sangat banyak sudah seharusmya tidak ada lagi anak-anak
atau para remaja yang terlihat dijalanan dengan mengamen atau meminta-
minta.
2.2 Definisi Ketenagakerajaan
Ketenagakerjaan adalah segala hal yangberhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Pekerja atau buruh adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pemberi kerja adalahorang perseorangan, pengusaha, badan hokum, atau
badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah
memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang
mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat
mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17
tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk
tenaga kerja.
2.3 Peningkatan Kualitas SDM
Penduduk sebagai sumber daya manusia, diharapkan dapat
merupakan modal dasar bagi pembangunan. Pada kenyataannya ternyata
masih menghadapi berbagai masalah, baik ditinjau dari sudut pola
penyebaran, mobilitas, laju pertambahan jumlah clan kualitasnya.
Ditinjau dari kualitasnya, baik fisik maupun nonfisik, keduanya
relatif rendah. Kualitas fisik yang dilihat dari sudut tinggi badan dan besar
tubuh serta derajat kesehatan yang diukur dari panjang harapan hidup saat
ini rata-rata 62 tahun relatif masih rendah, sedangkan ditinjau dari sudut
nonfisik, seperti tingkat pendidikan masih sekitar 781 (Anonim, 1992) dari
angkatan kerja hanya mempunyai pendidikan dasar atau kurang. .
Peningkatan kualitas SDM indonesia menjadi SDM yang unggul
setidaknya membutuhkan sebuah strategi. Kedua strategi tersebut saling
interaktif satu sama lain, sehingga tidak dapat dipisahkan.
Strataegi tersebut ialah menciptakan pendidikan yang terjangkau
dan berkualitas. Hal itu dimanifestasikan dengan pemerataan pendidikan,
perluasan akses ke perguruan tinggi, dan penyediaan infrastruktur
pendidikan yang layak. Selanjutnya, peningkatan kompetensi pendidik dan
pemberian besiswa tetap bagi anak-anak yang kurang mampu juga harus
selalu diperhatikan. Kualitas SDM yang secara merata telah dimiliki baik,
dalam ilmu pengetahuan maupun keterampilan, akan mendukung
transformasi Indonesia sebagai Negara maju. Namun perlu ditekankan
semua itu harus dilaksanakan secara berkelanjutan dan konsisten. Karena
perencanaan yang matang tanpa pelaksanaan yang berkelanjutan dan
konsisten akan percuma.
2.4 Tingkat Lowongan Kerja
Lowongan Kerja adalah sebuah kata yang sangat umum didengar
dalam percapakan orang dewasa. Dua kata tersebut seakan telah menjadi
bahan pembicaraan yang wajib diutarakan dalam setiap kesempatan. Tak
hanya orang dewasa, para remaja pun sering membicarakan mengenai
Lowongan Pekerjaan dalam percakapannya bersama teman-temannya.
Kata "Lowongan Kerja" tidaklah terlalu rumit untuk dipahami. Dua suku
kata tersebut memiliki arti yang sangat sederhana yaitu: "Kesempatan
Kerja". Namun dalam praktek dan teori, dua kata tersebut juga memiliki
arti "kesempatan kerja yang disediakan untuk individu atau kelompok
yang memenuhi syarat tertentu". Jadi pada dasarnya Lowongan
Kerja adalah Sebuah kesempatan kerja pada posisi tertentu di instansi atau
tempat usaha yang tersedia untuk individu maupun kelompok yang telah
memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.
2.5 Definisi Kemiskinan
Kemiskinan sudah bukan kondisi yang asing lagi bagi Negara
berkembang seperti Indonesia. Masih banyak rakyat Indonesia yang hidup
dibawah garis kemiskinan dan hidup dalam keadaan yang tidak
selayaknya. Kondisi yang memprihatikan seperti inilah yang banyak
membuat para ahli mengkaji banyak hal yang berhubungan dengan
masalah kemiskinan. Para pakar di bidang ekonomi banyak yang mengkaji
dan membahas masalah kemiskinan dengan menggunakan istilah standar
hidup, pendapatan, dan distribusi pendapatan yang dilakukan masyarakat.
Pengertian kemiskinan secara umum adalah keadaan tidak
berharta, berpenghasilan rendah, dan serba kekurangan dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Kemiskinan juga bisa sebagai suatu situasi, baik
berupa proses maupun akibat, dimana seseorang tidak mampu untuk
berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam suatu Negara, keadaan miskin biasa diikuti oleh kondisi
yang terbelakang. Keterbelakangan ini bias berupa keterbelakangan
ekonomi, keterbelakangan pendidikan, keterbelakangan teknologi, dan lain
sebagainya. Oleh karna itu kemiskinan dan keterbelakangan bias dikatakan
saling berkaitan dan keadaanya pula bersamaan.
Menurut ellis, kemisikinan adalah sebuah gejala multidimensional
yang bisa dikaji dari dimensi ekonomi dan sosialpolitik. Menurut
friedman, kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk
memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan,
organisasi sosial politik, jaringan social, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan, serta informasi, menurut suparlan, kemiskinan adalah
standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi pada
sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar
kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya. Maka dari itu
kemiskinan jika dipandang dari berbagai segi dapat berupa kemiskinan
dari segi subsistem, yaitu penghasilan atau pendapatan yang tidak
mencukupi. Kedua, kemiskinan dari segi ketidakmerataan, yakni posisi
seseorang dalam sebuah kelompok yang tidak sama dengan orang lain.
Dan ketiga, kemiskinan dari segi eksternal,yakni konsekuensi sosial
terhadap masyarakat sekitarnya.
2.6 Faktor Pendorong Kemiskinan
Kemiskinan memang suatu masalah yang kompleks. Ia tidak
berdiri sendiri, banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkannya
terjadi. Ada faktor internal yang disebabkan oleh dirinya sendiri, ada juga
yang datang dari luar, seperti lingkungan, pemerintahan, keadaan
perekonomian secara umum, kebijakan pemerintah yang tidak berpihak
dan banyak hal lainnya. Namun setidaknya kemiskinan muncul karena
perbedaan kemampuan, perbedaan sumberdaya dan perbedaan kesempatan
(Maipita, 2013). Dalam konteks negara kesatuan Republik Indonesia, telah
diatur dengan tegas dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 bahwa fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Meskipun dalam
prakteknya masih dapat diperdebatkan apakah Indonesia selama ini telah
melaksanakan amanat Undang-Udang Dasarnya sendiri atau justru
melanggarnya (dalam arti belum mampu melaksanakan sepenuhnya).
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskina
menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1). Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam
kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang
dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan
seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2). Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada
nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak
bergairah untuk bekerja.
3). Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber
alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan
mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena
sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi
kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu
menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal
tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin
karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5). Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal
untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan
keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk
memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak
apabila tidak diimbangi de ngan usaha peningakatan pendapatan
akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota
keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup
yang harus dipenuhi.
Disamping itu pula Dalam suatu negara, peran pemerintah sangat
menentukan, baik dalam membuat masyarakat menjadi miskin, maupun
keluar dari kemiskinan. Kebijakan yang kurang tepat dan
ketidakpberpihakan terhadap masyarakat miskin akan menciptakan
kemiskinan yang lebih banyak dan lebih dalam. Kebijakan pemerintah
membolehkan super market dan pasar modren masuk hingga ke tingkat
kecamatan juga akan berdampak terhadap pasar tradisional yang
sebahagian besar dikelola oleh masyarakat kelas bawah. Kebijakan yang
berpihak pada pasar bebas dan kurang peduli dengan kesiapan para
petaninya sendiri tentu akan berdampak pada penurunan kesejahteraan
masyarakat dan akhirnya berujung pada kemiskinan.
Harga barang kebutuhan pokok yang tidak tetap bahkan cenderung
naik, besarnya biaya pendidikan dan kesehatan, distribusi pendapatan yang
tidak merata, pembangunan yang timpang dan hanya berpusat di pulau
jawan dan kota serta banyak kebijakan lainnya yang kurang berpihak, akan
dapat menambah rentannya kondisi masyarakat.
2.7 Tingkat Kemiskinan Di Kota Bandung
Menurut data yang diperoleh melalui website inilah.com pada
tahun 2012 menyebutkan bahwa pemerintah kota Bandung mengklaim
angka kemiskinan terus mengalami penurunan dari 83.432 jiwa pada
tahun 2008 menjadi 79.573 pada tahun 2012. Wakil Wali Kota Bandung
Ayi Vivananda mengatakan angka tersebut adalah resmi pada Data
Kemiskinan Nasional yang dihimpun oleh Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). "Ini data resmi yang kami terima
dari data nasional atau TNP2K. Terlihat ada penurunan dari 2008 hingga
2011 kemarin. Perhitungan sensus kemiskinan dihitung setiap 3 tahun
sekali”. Pada tahun 2014 menurut aan Aan Andi yang dikutip pada website
mqfmnetwork.com menyebutkan bahwa saat ini masyarakat miskin dan
sangat miskin di Kota Bandung masih berada di kisaran 10 persen dari
total penduduk yang mencapai 2,6 juta jiwa.
“Kategori hampir miskin 11 sampai 20 persen dan yang terakhir
kategori rentan miskin 21 sampai 30 persen. Kalau Wali Kota tidak punya
program untuk mengatasi kemiskinan bukan tidak mustahil masyarakat
miskin akan naik signifikan.”
Sedangkan menurut Wakil Bupati Bandung H. Deden R. Rumaji,
M.Ap yang dikutip dari bandungkab.go.id mengatakan bahwa wakil bupati
kota bandung tersebut mentargetkan penurunan tingkat kemiskinan di
Kabupaten Bandung tahun 2015 menjadi 7,42 % dari 9,42 % pada posisi
tahun 2010. Target ini harus dikawal dengan penanganan yang sistematik,
terpadu dan menyeluruh. Penanggulangan kemiskinan yang kini tengah
berjalan di Kabupaten Bandung menurut H. Deden R. Rumaji,
menyangkut lima prioritas. Diantaranya bidang pendidikan, kesehatan,
infrastruktur dasar, ketenagakerjaan dan bidang sosial. Khusus yang
menyangkut penanggulangan masyarakat miskin yang kronis, kata H.
Deden R. Rumaji dilakukan secara terpadu, baik dari sisi penghidupan
maupun sisi produksi. Langkah yang ditempuh Pemkab Bandung dalam
penanggulangan kemiskinan, mulai menampakan hasil yang cukup
signifikan. Hal ini terlihat dari data yang ada, pada tahun 2010 jumlah
penduduk miskin di Kab. Bandung tercatat 296.199 jiwa, turun menjadi
292.150 jiwa pada tahun 2011. Sedangkan tahun 2012 tercatat 277.806
jiwa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pendekatan yang saya lakukan dalam menyelesaikan karya tulis ini
adalah pendekatan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu
metode meneliti sekelompok manusia (pengemis, gelandangan) dengan
melihat suatu kondisi ataupun peristiwa yang terjadi saat ini. Sedangkan
subyek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para pengemis yang
penulis temukan dijalanan. Dimana pengemis ini sendiri yang telah dipilih
untuk menjadi objek pengamatan oleh saya yang nantinya hasil penelitian
akan di dokumentasikan baik dalam berupa tulisan maupun gambar
3.2 Teknik Penelitian
Teknik pengumpulan : data yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah wawancara, observasi langsung terhadap objek terkait yaitu
pengemis dan pengamatan dimana lokasi terjadinya dan dokumentasi
terhadap objek yang diteliti.
Wawancara penulisan mengemukakan secara lisan dalam
hubungan tatap muka dengan pengemis yang menjadi
objek penelitian yang berada pada lokasi tersebut
Observasi pengamatanproses dengan maksud merasakan
dan kemudian memahami pengetahuan dan gagasan
tersebut dan untuk mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan.
Dokumentasi hasil dari beberapa kejadian-kejadian yang
terjadi di jalanan yang di dokumentasikan melalui tulisan
ataupun foto.
3.3 Jenis Data Dan Sumber
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang saya gunakan dalam melakukan penelitian
kali ini ialah merupakan jenis data sekunder, berupa data
kuantitatif yaitu sumber data yang diperoleh dari bahan bacaan atau
referensi yang menunjang dalam penelitian ini. data sekunder ini
baik berupa buku-buku, foto, dokumentasi, serta jurnal-jurnal yang
berhubungan dengan penelitian saya kali ini. penelitian ini
dilaksanakan untuk mengungkap data dari sumber yang sudah
berkenaan dengan kemiskinan yang sangat marak setiap tahunnya
di kota bandung.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini diperoleh langsung dari
narasumber yang siap menjadi objek pada penelitian kali ini
dengan cara memberi observasi maupun wawancara yang
kemudian di dokumentasikan.
3.4 Ruang Lingkup
Waktu : 01 - April – 2015
Sampel : Anak-Anak Kecil, Lansia, beberapa pengemis di daerah
kota bandung
Tempat : Jln. Cihampelas, Cibaduyut, Kebon Kalapa
Populasi : Pengemis di kota bandung
3.5 Untuk Mendapatkan Data
Alasan Mengapa mereka menganggur tidak dapat
pekerjaan?
Untuk mendapatkan data dari tahun ke tahun semakin
meningkatnya kemiskinan
Untuk mendapatkan data tingkat pendidikan dikalangan
masyarakat kemiskin
3.6 Analisis Data
Data yang telah terkumpul dan diolah kemudian dianalisis. Analisa
data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Analisa data kualitatif, yaitu teknik telaah untuk menyimpulkan
data yang bersifat kualitatif, dipergunakan untuk data-data yang sulit
diukur dengan angka, yaiti apabila data yang dikumpulkan sedikit, hanya
beruoa kasus-kasus sehingga dengan analisis tersebut dapat memberikan
penafsiran yang baik
Analisa data deskriptif, yaitu teknik pengolahan data dengan cara
mengkaitkan pendidikan di kota bandung, definisi ketenaga kerjaan,
kemudian definisi kemiskinan sehingga menghasilkan kesimpulan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Masalah Kemiskinan bisa terjadi di Negara maju
maupun Negara sedang berkembang. Selain itu kemiskinan juga manjadi
masalah dunia sejak berabad-abad lalu. hingga kini kemiskinan masih
menjadi bagian dari persoalan terberat dan paling krusial di dunia ini.
Seiring berkembangnya pemikiran bahwa kemiskinan adalah masalah
struktural, maka upaya untuk mengatasi kemiskinan pun kini dikaitkan
dengan perbaikan sistem dan struktur, tidak semata-mata bertumpu pada
aksi sesaat berupa crash program.
Namun kini pemerintahan Indonesia sedikit demi sedikit telah
memperbaiki keadaan ekonomi rakyat dengan mengatasi kemiskinan yang
terjadi di Indonesia. Sekarang ini pemerintahan Indonesia telah melakukan
program Bantuan Langsung Tunai bagi masyarakat menengah kebawah.
4.2 Saran
Dalam memberantas kemiskinan harus sampai kepada akar
masalah. Agar kemiskinan di Indonesia tidak bertambah banyak. Angka
kemiskinan bisa di kurangi dengan cara, membuat beberapa kebijakan
yang harus ditempuh oleh pemerintah demi memberantas kemiskinan
adalah dengan cara memperluas dan memeratakan pendidikan,
meningkatkan layanan kesehatan, membangun perumahan, penciptaan
lapangan pekerjaan, membangun infrastruktur untuk memperlancar
transaksi ekonomi dan perdagangan.