PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
STUDI KASUS PEMERIKSAAN: PENGEMBALIAN KAS
NEGARA
KARYA TULIS
Disusun untuk Tugas Pasca Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Administrasi Keuangan Negara
Oleh
Gilar Jodi
NPM 113060005526
Program Diploma III Khusus Akuntansi
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
1
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatNya-lah maka penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah tepat
waktu.
Berikut ini penulis persembahkan sebuah makalah dengan judul "Studi Kasus
Pemeriksaan: Pengembalian Kas Negara", yang mmenurut penulis dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita untuk mempelajari secara spesifik mengenai Pemeriksaan.
Melalui kata pengantar ini, penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon maklum
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang mana penulis buat kurang tepat
atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini, penulis persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Bandung, 08-08-2012.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................1
Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................................3
BAB I: Pendahuluan..........................................................................................................4
BAB I: I.1 Latar Belakang Permasalahan..........................................................................4
BAB I: I.2 Maksud dan Tujuan...........................................................................................4
BAB I: I.3 Batasan Masalah...............................................................................................5
BAB II: Isi...........................................................................................................................6
BAB II: II.1 Sumber Pembahasan Masalah.......................................................................6
BAB II: II.2 Tinjauan Teori..................................................................................................8
BAB II: II.3 Dialektika Teorema..........................................................................................9
BAB II: II.4 Hipotesa..........................................................................................................12
BAB III: Penutup................................................................................................................15
BAB III: III.1 Kesimpulan....................................................................................................15
Daftar Pustaka...................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Permasalahan
Pemeriksaan Keuangan Negara merupakan bagian dari pengawasan dan
pengendalian pada siklus Penganggaran Keuangan Negara dimana hal ini telah menjadi
tanggung jawab pengelola Keuangan Negara yang wajib dilaksanakan secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Di zaman serba keterbukaan seperti ini, masyarakat yang semakin cerdas dan kritis
menuntut transparansi serta akses terhadap informasi sebagai bagian dari stakeholder
(pembayar pajak) sekaligus memposisikan diri sebagai instrument pengawas independen
bebas diluar sistem internal. Informasi diatas termasuk diantaranya adalah hasil pemeriksaan,
yang umum disampaikan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dimana Laporan
Hasil Pemeriksaan ini dinyatakan terbuka untuk umum setelah disampaikan kepada lembaga
perwakilan, dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat.
Mengingat beberapa hasil pemeriksaan BPK yang dikritisi oleh public, maka penulis
merasa perlu untuk mengangkat fenomena ini dalam suatu karya tulis untuk ditelaah lebih
lanjut.
I.2 Maksud dan Tujuan
Adapun penulisan dari karya tulis ini adalah ditujukan sebagai bahan pelengkap studi
perkuliahan pasca Ujian Akhir Semester mata kuliah Administrasi Keuangan Negara dengan
maksud sebagai bahan dialektik dan literasi sesuai dengan topik pembahasan, yaitu
Pemeriksaan Keuangan Negara.
4
I.3 Batasan Masalah
Mengacu pada maksud dan tujuan penulisan serta latar belakang permasalahan, maka
yang menjadi batasan dalam pembahasan permasalahan dalam penulisan ini adalah:
1. Seperti apakah bentuk pemeriksaan yang telah dilakukan oleh BPK selama ini?
2. Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam proses pemeriksaan?
3. Apakah standar pemeriksaan yang ditetapkan telah sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan penyelenggaraan good governance?
5
BAB II
ISI
II.1 Sumber Pembahasan Masalah
Alamat artike l : http://www.tempo.co/read/news/2012/07/11/087416308/Anggota-
BPK-Gerah-Opini-WTP-Dipertanyakan
Isi artikel : ….
Anggota BPK Gerah Opini WTP Dipertanyakan
Rabu, 11 Juli 2012 | 14:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Agung Firman Sampurna
mengaku gerah dengan sikap orang-orang yang mempertanyakan opini BPK atas laporan
keuangan kementerian dan lembaga.
Pertanyaan makin kencang setelah mencuat kasus dugaan suap pengadaan Al-Quran di
Kementerian Agama. Padahal, tahun 2011, BPK memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian
Dengan Paragraf Penjelasan (WTP-DPP) atas laporan keuangan Kementerian Agama.
"Opini WTP kok dianggap lemah, itu tidak ada urusan lemah-melemah," ujar Agung saat
ditemui Tempo di kantornya, Selasa, 10 Juli 2012.
Agung menjelaskan, pemeriksaan atas laporan keuangan memang belum secara khusus
mengungkapkan kecurangan, ketidakpatuhan, dan penyimpangan lain. Namun, jika BPK
menemukan penyimpangan, maka temuan itu akan diungkapkan di dalam hasil pemeriksaan.
Kalau dipandang ada masalah, BPK melakukan pemeriksaan lanjutan.
"Jadi kalau kami memeriksa dan dipandang ada masalah, fitur pemeriksaannya itu ada, disebut
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)," ujar Agung.
6
Ia menjelaskan, opini WTP didapat dari pemeriksaan awal yakni laporan keuangan. Syarat
untuk memperoleh opini tersebut tidak mudah, khususnya berkaitan dengan Sistem
Pengendalian Internal (SPI).
Tak semua entitas mampu merapikan laporan keuangan dengan cepat. Ada beberapa entitas
di pemerintah daerah, kementerian, dan lembaga yang butuh waktu setahun hingga tiga tahun
sebelum mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian baru kemudian WTP.
Agung menjelaskan, alur pemeriksaan oleh BPK runut. Pertama adalah pemeriksaan
keuangan. Di tahap ini auditor melihat kesesuaian standar yang digunakan untuk penyajiannya.
“Apakah ada salah saji material, ketidakpatuhan, apakah semua transaksi sudah diungkap,
apakah efektivitas SPI diperbaiki," ucapnya. Jika hasil pemeriksaan itu sudah terungkap baru,
dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendalami hal-hal khusus.
Ia membuat analogi pemeriksaan laporan keuangan seperti orang yang pergi bertamu. Di
tahap awal yang penting adalah tamu melihat apakah hidangan yang disajikan sudah bagus
atau belum, dan cara menyajikannya sopan atau tidak.
Setelah masuk ke pemeriksaan kinerja, barulah auditor datang ke “dapur”, memeriksa
bagaimana cara tuan rumah memasak masak atau bahan yang digunakan. “Begitu kami
melihat ada bahan yang bermasalah, kami periksa lagi, itu disebut Pemeriksaan Dengan
Tujuan Tertentu. Kalau masih bermasalah lagi, kami lakukan pemeriksaan investigatif," ujar
Agung.
Ia menegaskan, opini WTP harus didorong. Alasannya, untuk mencegah korupsi yang terjadi di
“hilir”, di bagian “hulu” harus didorong dengan akuntabilitas. Kalau akuntabilitas menjadi
budaya, dipastikan korupsi bisa mengecil.
“Nah, kami mengurus di hulu supaya orang menyajikan laporan dengan baik, mengelola
dengan baik, WTP salah satu indikatornya," ujar dia.
Untuk mendapat opini WTP, dikatakan Agung tak mudah, apalagi bagi pemerintah daerah.
Penyebabnya, pemerintah daerah kebanyakan tidak memiliki sumber daya manusia yang
kompeten dalam menyusun laporan keuangan.
7
Agung mengklaim sejak 2007 hingga 2011, BPK telah mengembalikan uang negara senilai Rp
55 triliun. Uang ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi BPK. "Total yang kami temukan
Rp 100 triliun, Rp 55 triliun disetor ke kas negara, Rp 30 triliun kasusnya sedang diproses, Rp
15 triliun dalam proses pengembalian," dia menjabarkan.
EFRI RITONGA | SUNDARI | MARTHA THERTINA
II. 2 Tinjauan Teori
Landasan dan referensi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah:
a. Landasan Peraturan Perundang-undangan:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
b. Referensi
1) Standar Audit Pemerintahan – Badan Pemeriksa Keuangan RI Tahun 1995.
2) Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS) 2003 Revision, United
States General Accounting Office (US-GAO).
3) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2001, Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI).
4) Auditing Standards, International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI),
Latest Ammendment 1995.
5) Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, 2002.
6) Internal Control Standards, INTOSAI, 2001.
7) Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, SPPIA-IIA, Latest Revision
December 2003.
8
II.3 Dialektika Teorema
1. Umum
Pemeriksaaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola
keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
2. Standar Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum,
standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh
BPK dan/atau pemeriksa.
Standar pemeriksaan keuangan negara sebagaimana dimaksud sekurang-
kurangnya memuat (persyaratan) hal-hal sebagai berikut:
1. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau
semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran pimpinan objek
pemeriksaan;
2. Pemeriksa tidak mempunyai kepentingan keuangan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan objek pemeriksaan;
3. Pemeriksa tidak pernah bekerja atau memberikan jasa kepada objek
pemeriksaan dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
4. Pemeriksa tidak mempunyai hubungan kerja sama dengan objek pemeriksaan;
dan
5. Pemeriksa tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultansi,
9
pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereview laporan keuangan objek
pemeriksaan.(Ps.31 ay.4 UU 15 Th.2006 ttg BPK)
3. Jenis Pemeriksaan
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis
pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh
pemeriksa. Jenis pemeriksaan sebagaimana diuraikan dalam Standar Pemeriksaan
ini, adalah: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu. Dalam beberapa pemeriksaan, standar yang digunakan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan sudah sangat jelas. Misalnya, jika tujuan
pemeriksaan adalah untuk memberikan opini terhadap suatu laporan keuangan,
maka standar yang berlaku adalah Standar Pemeriksaan Keuangan.
Namun demikian, untuk beberapa pemeriksaan lainnya, mungkin terjadi
tumpang-tindih tujuan pemeriksaan. Misalnya, jika tujuan pemeriksaan adalah
untuk menentukan keandalan ukuran-ukuran kinerja, maka pemeriksaan tersebut
bisa dilakukan melalui pemeriksaan kinerja maupun pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Apabila terdapat pilihan diantara standar-standar yang berlaku, pemeriksa
harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan pengetahuan pemeriksa,
keahlian, dan pengalaman dalam menentukan standar yang akan diikuti.
Pemeriksa harus mengikuti standar yang berlaku bagi suatu jenis pemeriksaan
(Standar Pemeriksaan Keuangan, Standar Pemeriksaan Kinerja, atau Standar
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu).
Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip standar
akuntansi keuangan di Indonesia.
10
Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
efektivitas. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan serta pengendalian
intern. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik terhadap
berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas
kinerja entitas atau program/kegiatan yang diperiksa. Pemeriksaan kinerja
menghasilkan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja suatu program
dan memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab
untuk mengawasi dan mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan
pertanggungjawaban publik. Pemeriksaan kinerja dapat memiliki lingkup yang luas
atau sempit dan menggunakan berbagai metodologi; berbagai tingkat analisis,
penelitian atau evaluasi. Pemeriksaan kinerja menghasilkan temuan, simpulan, dan
rekomendasi.
Tujuan pemeriksaan yang menilai hasil dan efektivitas suatu program adalah
mengukur sejauh mana suatu program mencapai tujuannya. Tujuan pemeriksaan
yang menilai ekonomi dan efisiensi berkaitan dengan apakah suatu entitas telah
menggunakan sumber dayanya dengan cara yang paling produktif di dalam
mencapai tujuan program. Kedua tujuan pemeriksaan ini dapat berhubungan satu
sama lain dan dapat dilaksanakan secara bersamaan dalam suatu pemeriksaan
kinerja. Contoh tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta
pemeriksaan atas ekonomi dan efisiensi adalah penilaian atas:
a. Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat
dicapai.
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program atau
menghilangkan faktor-faktor yang menghambat efektivitas program.
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu
program.
d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan.
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan
dengan program lain yang sejenis.
11
f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan
yang sehat.
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau
ekonomi dan efisiensi.
h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan
dengan kinerja suatu program.
Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas
suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat:
eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-
upon procedures). Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain
pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Apabila pemeriksa melakukan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu berdasarkan permintaan, maka BPK harus
memastikan melalui komunikasi tertulis yang memadai bahwa sifat pemeriksaan
dengan tujuan tertentu adalah telah sesuai dengan permintaan.Pemeriksaan
keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan keuangan
tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip standar akuntansi keuangan di
Indonesia.
II.4 Hipotesa
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan bahwa pemeriksaan keuangan negara
dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan. Standar Pemeriksaan ini merupakan standar
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 memuat 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yaitu:
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Dalam Standar Pemeriksaan ini, standar untuk melakukan pemeriksaan keuangan diatur dalam
Standar Pemeriksaan Keuangan, standar untuk melakukan pemeriksaan kinerja diatur dalam
12
Standar Pemeriksaan Kinerja, dan standar untuk melakukan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu diatur dalam Standar Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.
Standar Pemeriksaan Keuangan diatur dalam Standar Umum (PSP 01), Standar Pelaksanaan
Pemeriksaan Keuangan (PSP 02) dan Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan (PSP 03).
Standar Pemeriksaan Kinerja diatur dalam Standar Umum (PSP 01), Standar Pelaksanaan
Pemeriksaan Kinerja (PSP 04) dan Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja (PSP 05). Standar
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu diatur dalam Standar Umum (PSP 01), Standar
Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PSP 06), dan Standar Pelaporan
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PSP 07).
Dalam penerapan standar ini, pemeriksa BPK memiliki weenang untuk melakukan
pemeriksaan entitas pemerintah dan entitas yang mengelola keuangan pemerintah. Ada
sebuah pendapat menarik dari Arifin P. Soeriaatmadja, Guru Besar Hukum Anggaran Negara
dan Keuangan Publik Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tentang lingkup pemeriksaan
keuangan Negara. Beliau nenyatakan bahwa dengan adanya legitimasi dari UUD 1945 yang
merubah fungsi pemeriksaan BPK yang tidak hanya ditujukan pada tanggung jawab keuangan
tetapi juga pengelolaan keuangan Negara akan menciptakan disorientasi fungsi BPK yang
melebar ke segala arah dalam melakukan pelaksanaan pemeriksaan keuangan Negara. Ia
berpendapat bahwa disorientasi fungsi tersebut akan mengakibatkan melemahnya rentang
kendali (spent of control), inmodernisasi, penyalahgunaan wewenang, dan menjadi tidak
tanggap terhadap munculnya penyimpangan keuangan Negara secara efektif. Lebih lanjut
menurut beliau, hal ini hanya akan mendorong ketidakberdayaan BPK dalam menjangkau segi
strategis tanggung jawab keuangan Negara dibandingkan berkutat menjelajah segi teknis
pengelolaan keuangan Negara. Namun, bila melihat dengan adanya objektivitas dalam opini
yang dihasilkan atas pemeriksaan laporan keuangan, serta temuan-temuan yang dihasilkan
belakangan ini, kinerja BPK mengalami kemajuan. Apalagi banyak pula auditor-auditor BPK
yang menjadi anggota KPK. Sinergisme pengendalian pengelolaan keuangan Negara dan
pengawasan jalannya pemerintahan dapat dilaksanakan dengan harmonis.
Pertanggungjawaban pemerintah dalam hal keuangan termuat dalam Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat, yang akan diperiksa oleh BPK dimana hasil pemeriksaannya
akan dilaporkan kepada DPR, DPRD maupun DPD sesuai kewenangannya serta dipublikasikan
kepaada khalayak. Masyarakat seharusnya dapat menyikapi hal ini secara lebih terbuka dan
tidak menyimpan syak wasangka. Transparansi bukan hanya terdapat pada laporan hasil
pemeriksaan saja, namun pada tubuh BPK sendiri dimana masyarakat dapat dengan mudah
13
mengakses situs BPK dan mendapatkan informasi mengenai lembaga Negara yang
independen ini sebelum melontarkan kritik kacamata kuda.
Pendapat Arifin P. Soeriaatmadja juga tidak dapat penulis salahkan namun belum
tentu hal itu benar adanya. Karena kita dapat melihat bahwa BPK hanya memiliki 3 (tiga) jenis
pemeriksaan saja, jadi hal ini tidak akan membuat BPK menjelajah segi teknis pengelolaan
keuangan Negara terlalu jauh karena dalam hal pengelolaan keuangan Negara pun sudah ada
standarisasinya dengan berpedoman kepada UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
14
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Mari menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada awal karya tulis ini satu
persatu.
1. Seperti apakah bentuk pemeriksaan yang telah dilakukan oleh BPK selama ini?
Bentuk pemeriksaan keuangan Negara yang dilakukan oleh BPK ada 3:
Pemeriksaan keuangan: Pemeriksaan atas Laporan Keuangan;
Pemeriksaan kinerja: Pemeriksaan atas aspek efektivitas, efisiensi dan ekonomis
dlm pengelolaan Keuangan Negara;
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu: Pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan, investigasi, system pengendalian intern pemerintah
2. Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam proses pemeriksaan?
Adanya beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ruang lingkup dan wewenang
BPK yang terlalu luas, namun bila menilik pada praktiknya serta pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, BPK memiliki batasan-batasan yang terukur dan
jelas dalam lingkup pemeriksaan, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan dan
pertanggungjawaban Keuangan Negara saja.
3. Apakah standar pemeriksaan yang ditetapkan telah sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan penyelenggaraan good governance?
Standar pemeriksaan BPK yang dilaksanakan sejalan dengan SPAP yang ditetapkan
oleh IAPI dan berlaku untuk audit keuangan serta perikatan atestasi yang dilaksanakan
oleh akuntan publik. Standar Pemeriksaan BPK juga memberlakukan standar pekerjaan
lapangan, standar pelaporan dan Pernyataan Standar Audit (PSA) yang terkait dengan
audit keuangan dan perikatan atestasi dalam SPAP, kecuali ditentukan lain dimana
penerapan SPAP perlu memperhatikan standar umum serta standar tambahan pada
standar pelaksanaan dan standar pelaporan dalam Standar Pemeriksaan BPK sehingga
sejatinya standar pemeriksaan BPK telah sesuai dengan kebutuhan good governance
dan dinamikanya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
Undang-undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar Audit Pemerintahan – Badan Pemeriksan Keuangan RI tahun 1995.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2001, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Peraturan BPK No. 1 tahun 2007
16