i
6
ii
KATA PENGANTAR
uji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
memberikan Rakhmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2018 dapat
diselesaikan. Dokumen LKIP ini merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan secara kinerja dan anggaran, yang meliputi Urusan Pertanian.
LKIP Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2018 ini merupakan
tindak lanjut dari amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi
Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah secara substansi menyatakan bahwa agar setiap pimpinan
instansi pemerintah melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP di lingkungannya setiap
tahun. Penyusunan laporan ini dilaksanakan melalui rekapitulasi dan pengumpulan data serta
informasi dari berbagai sumber, yaitu dokumen Lakip dan data penunjang Tahun 2018 pada
Dinas Pertanian Kabupaten Bandung.
Laporan ini berisikan tentang perbandingan target kinerja dan anggaran yang sudah
ditetapkan pada dokumen perencanaan dinas dengan realisasi kinerja dan anggaran pada
tahun 2018. Selain itu, LKIP ini juga membandingkan data realisasi kinerja pada kurun tahun
tertentu. Laporan ini juga bisa dijadikan sebagai evaluasi dan bahan dasar pengambilan
kebijakan pembangunan pertanian pada waktu yang akan datang.
Demikian penyusunan Laporan ini, semoga bermanfaat bagi yang berkepentingan.
Soreang, Maret 2019
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Bandung
Ir. H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda
NIP 196409231992031005
P
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Terdapat 6 Indikator utama yang ditetapkan pada tahun 2018, 5 indikator diantaranya
dapat memenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan, sedangkan 1 indikator lainnya
belum dapat memenuhi target yang ditetapkan. Indikator utama yang mencapai target bahkan
melebihi ialah Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan, Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian,
Persentase kelompok yang naik kelas, Nilai Akuntabilitas Kinerja dan Jumlah Populasi
Ternak. Indikator lain yang belum mencapai target yaitu Persentase aset dalam kondisi
baik.
Realisasi Capaian tertinggi terdapat pada indikator Jumlah Produksi Komoditi
Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan sebesar 122,29%, sedangkan
terendah pada indikator Persentase aset dalam kondisi baik sebesar 93,93%. Berdasarkan
kondisi tersebut maka khusus untuk beberapa indikator yang belum mencapai target yang
ditetapkan haruslah mendapatkan prioritas agar pada akhir rencana strategis target yang tidak
tercapai dapat terkompensasi
Anggaran Belanja langsung yang dialokasikan pada urusan pertanian untuk
mendukung pencapapaian indikator tersebut pada tahun 2018 ialah sebesar Rp.
58.906.327.844,-, dengan realisasi sebesar Rp. 55.874.893.359,- atau 94,9%. Jumlah
anggaran tersebut dipergunakan untuk mencapai beberapa target indikator yang telah
ditetapkan di dalam renstra, dimana turunannya dibuat Renja dan Dokumen Anggaran
sebagai target tahunan dari dinas masing-masing
Permasalahan utama yang dihadapi ialah sebagai berikut:
- Semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani
- Perubahan iklim secara global mempengaruhi ketersediaan air pada lahan
pertanian
- Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
- Terbatasnya adopsi teknologi yang menunjang peningkatan kualitas
produksi usaha yang berdayasaing dan mempunyai nilai tambah
- Masih rendahnya pengolahan dan pemanfaatan limbah peternakan
iv
Adapun penanggulangan permasalahan yang dihadapi pada tahun 2016 ialah sebagai
berikut :
- Membina masyarakat dan meningkatkan sosialisasi pentingnya usaha pertanian
bagi masyarakat terutama dalam menumbuhkan gairah generasi muda untuk
terjun secara langsung dalam usaha pertanian. Selain itu dalam meningkatkan
efisiensi dan efektivitas proses produksi perlu ditingkatkan kegiatan mekanisasi
pertanian
- Pembinaan kepada masyarakat tentang pola tanam, teknologi budidaya pertanian
serta ditunjang dengan peningkatan infrastruktur yang memadai dalam manajemen
air di lahan pertanian.
- Penerapan Perda LP2B diharapkan dapat menjaga ketersediaan lahan pertanian
secara berkelanjutan. Di sisi lain perlu dilakukan peningkatan upaya teknis guna
menjaga ketersediaan padi palawija seperti peningkatan infrastruktur irigasi agar
lahan yang kurang produktif menjadi produktif dan program Upaya Khusus
(UPSUS).
- Peningkatan peran serta penyuluh pertanian dalam peningkatan keahlian dan
penerapan teknologi pertanian masyarakat.
- Program Bandung 1000 Kampung lingkup Pertanian mendorong kemajuan
ekonomi wilayah berbasis komoditi pertanian potensial
- Sosialisasi dan pembinaan masyarakat akan pentingnya pemanfaatan limbah
ternak menjadi pupuk organic dalam mengurangi polutan air sungai dan sekaligus
mensubstitusi kebutuhan pupuk kimia pada pertanian (non ternak)
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. - 1 -
BAB II PERENCANAAN KINERJA .............................................................................................. 10
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................................. 15
A. Capaian Kinerja Organisasi ....................................................................................... 15
3.1. Rekapitulasi Capaian Indikator Sasaran PK ................................................... 15
3.2. Analisis Capaian Indikator Kinerja .................................................................... 16
B. Realisasi Anggaran ..................................................................................................... 61
BAB IV P E N U T U P .................................................................................................................... 73
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 73
B. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut ............................................................ 73
LAMPIRAN .......................................................................................................................................... 74
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor
94 Tahun 2016 .................................................................................................................. 2
Gambar 2 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian menurut Peraturan
Bupati Bandung Nomor 108 Tahun 2016 ..................................................................... 3
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Perkembangan produksi komoditi tanaman pangan .................................. 28
Grafik 2 Perkembangan produksi komoditi hortikultura ........................................... 29
Grafik 3 Perkembangan produksi komoditi perkebunan .......................................... 30
Grafik 4 Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia ................ 44
Grafik 5 Populasi ternak unggas di Kabupaten Bandung Tahun 2012-2017 ........... 45
Grafik 6. Data Lokasi Kasus Ai Di Kabupaten Bandung ( 2009 - 2017) ................... 49
Grafik 7. Vaksinasi Unggas ( AI ND ) Di Kabupaten Bandung 2008 – 2017 ............ 50
Grafik 8. Vaksinasi Brucellosis ................................................................................ 50
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1. Sumberdaya Manusia ASN Dinas Pertanian Tahun 2018 ......................................... 4
Tabel II-2 Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian Tahun 2016-2021 ..................................... 12
Tabel II-3 Sasaran Strategis dan Target Indikator Sasaran Dinas Pertanian Tahun 2018 .... 13
Tabel II-4 Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian yang dilaksanakan oleh Dinas
Pertanian Tahun 2018 ....................................................................................................................... 13
Tabel III- 5 Realisasi Indikator Sasaran Tahun 2018 ................................................................... 15
Tabel III- 6 Perbandingan realisasi Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan
pertanian Tahun 2018 terhadap target renstra .............................................................................. 16
Tabel III- 7 Perbandingan realisasi Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan
pertanian terhadap target Tahun 2018 ........................................................................................... 17
Tabel III- 8 Program dan kegiatan penunjang indikator sasaran Persentase peningkatan nilai
ekonomi produk unggulan pertanian Tahun 2018 ........................................................................ 18
Tabel III- 9 Realisasi kinerja persentase kenaikan kelas kelompok tani Tahun 2018 ............ 20
Tabel III- 10 Perbandingan realisasi kinerja persentase kelompok tani terbina Tahun 2018
terhadap target Perubahan Renstra ................................................................................................ 20
Tabel III- 11 Sebaran kelompok tani dan penyuluh pertanian per kecamatan Tahun 2018.. 22
Tabel III- 12 Program Kegiatan penunjang capaian indikator kinerja Persentase kelompok
tani terbina Tahun 2017 .................................................................................................................... 23
Tabel III- 13. Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun
2018 ...................................................................................................................................................... 25
Tabel III- 14 Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun
2018 ...................................................................................................................................................... 26
Tabel III- 15 Perbandingan realisasi kinerja Produksi komoditi Pangan Tahun 2018 terhadap
target Renstra ..................................................................................................................................... 30
Tabel III- 16 Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung
Tahun 2017 dengan target provinsi dan nasional ......................................................................... 31
Tabel III-17 Pertumbuhan produksi tanaman pangan Tahun 2017 terhadap Tahun 2016 .... 32
Tabel III- 18 Tingkat kehilangan hasil komoditas padi ................................................................. 34
Tabel III- 19 Pertumbuhan capaian komoditas hortikultura (sayuran) Tahun 2016 -2018 ..... 37
Tabel III- 20 Capaian komoditas hortikultura buah-buahan Tahun 2018 .................................. 38
Tabel III- 21 Pertumbuhan capaian komoditas perkebunan Tahun 2016 -2018 ...................... 39
Tabel III- 22 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Populasi Ternak Tahun
2018 ...................................................................................................................................................... 43
Tabel III- 23 Capaian indikator populasi ternak terhadap targe Renstra Tahun 2016-2020 .. 46
Tabel III- 24 Perbandingan Populasi Ternak Kab. Bandung terhadap Populasi Ternak Jawa
Barat dan Nasional............................................................................................................................. 46
Tabel III- 25 Perbandingan realisasi kinerja Nilai AKIP Tahun 2018 terhadap target Renstra
.............................................................................................................................................................. 55
Tabel III- 26 Perbandingan realisasi kinerja Nilai AKIP Tahun 2018 terhadap standar per
komponen penilaian. .......................................................................................................................... 56
Tabel III- 27 Perbandingan realisasi kinerja persentase asset dalam kondisi baik Tahun 2018
terhadap target Renstra .................................................................................................................... 58
Tabel III- 28 Program kegiatan penunjang capaian indicator Persentase asset dalam kondisi
baik Tahun 2018 ................................................................................................................................. 60
ix
Tabel III- 29 Realisasi Anggaran yang mendukung Pencapaian Target Kinerja pada Tahun
2018 ...................................................................................................................................................... 62
PENDAHULUAN
- 1 -
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
Pada tahun 2018 pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan
berat antara lain: (1) dampak perubahan iklim pada sektor pertanian berupa:
meningkatnya serangan OPT dan penyakit hewan, menurunnya produktivitas dan
menurunnya kualitas hasil panen; (2) meningkatnya harga pangan yang berkorelasi
pada tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan; (3) ketersediaan produksi kedelai, gula dan
daging dalam negeri serta internasional terbatas, disisi lain kebutuhan konsumsi
domestik untuk ketiga komoditas tersebut meningkat; (4) kenaikan impor bahan
pangan dan pakan akan mengurangi devisa negara; (5) terbatasnya pembiayaan
pertanian yang mudah diakses petani/peternak; (6) terbatasnya infrastruktur lahan dan
air; (7) sistem penyuluhan pertanian yang belum efektif, dan (8) belum optimalnya
peran dan dukungan pemerintah daerah (RKT Kementerian Pertanian, 2014), maka
dilakukan penyelarasan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung
dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementerian Pertanian Tahun 2017.
Sehubungan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Bandung Tahun 2016 Nomor 12), dibentuk Dinas Pertanian sebagai dinas
yang melaksanakan Urusan Pertanian. Tugas Pokok Dinas Pertanian berdasarkan
Peraturan Bupati Bandung Nomor 94 Tahun 2016 adalah merumuskan kebijakan
teknis operasional dibidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, prasarana dan penyuluhan, peternakan, serta kesehatan hewan dan
masyarakat veteriner serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.
Guna melaksanakan tugas pokok tersebut, dalam Peraturan Bupati Bandung
Nomor 75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah,
meliputi fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, serta prasarana dan
penyuluhan juga kesekretariatan yang tergambar dalam Struktur Organisasi Dinas
(Gambar 1). Untuk membantu melaksanakan pelayanan lingkup pertanian di daerah
dibentuk 7 (tujuh) Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian melalui Peraturan Bupati
Bandung Nomor 47 Tahun 2018 seperti diuraikan dalam struktur organisasi dalam
Gambar 2.
PENDAHULUAN
2
Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor 94 Tahun 2016
PENDAHULUAN
3
.
Gambar 2 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor 47 Tahun 2018
PERENCANAAN KINERJA
4
Sumberdaya manusia ASN pada Dinas Pertanian Tahun 2018 berjumlah 172
orang, seperti diurai dalam Tabel I-1.
Tabel 1-1. Sumberdaya Manusia ASN Dinas Pertanian Tahun 2018
NO URAIAN JUMLAH PEGAWAI
(orang)
1 STRUKTURAL 94
- Pejabat Struktural 42
- Jabatan Fungsional Umum (JFU) 52
2 Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) 78
- Penyuluh Pertanian 75
- Medik dan Paramedik 3
J U M L A H 172
B. Permasalahan Umum/ Isu Strategis Perangkat Daerah
Ketersediaan luas areal pertanian merupakan absolute advantage bagi
Kabupaten Bandung yang berpotensi sebagai sektor unggulan. Sebagai upaya
pengembangan sektor pertanian Kabupaten Bandung kedepan, dilakukan identifikasi
terhadap persoalan sektor pertanian beserta faktor penyebab permasalahannya.
Berdasarkan hasil kajian, persoalan utama dalam sektor pertanian di Kabupaten
Bandung yaitu belum adanya jaminan mengenai kuantitas, kualitas produk pertanian
serta belum adanya jaminan mengenai kontinuitas ketersediaan produk pertanian di
pasar. Jika dikaji lebih rinci, persoalan tersebut timbul akibat beberapa faktor, baik
dalam proses produksi maupun dalam proses distribusi produk pertanian.
Dalam proses produksi, rendahnya produktivitas pertanian kemungkinan besar
diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan petani mengenai penguasaan teknologi
pertanian serta pengetahuan terhadap pola dan waktu tanam. Selain daripada itu,
belum meratanya penggunaan bibit unggul dan pupuk berkualitas dapat pula menjadi
faktor penyebab. Pada intinya, hal ini perlu diantisipasi dengan intensifikasi
penyuluhan dan pelatihan oleh pemerintah daerah terhadap petani.
Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu
strategis dan mendasar yang harus tertangani dan esensial untuk menunjang
terciptanya pembangunan pertanian yang berkelanjutan, memiliki competititveness
dan comparativeness adalah (1) identifikasi dan penguatan potensi sumberdaya lokal;
(2) menciptakan kemitraan dan konsolidasi yang solid di antara para pelaku usaha,
stakeholders, dan pemerintahan; (3) peningkatan kualitas dan kuantitas yang
konsisten, berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan SOP; serta (4) membangun
infrastruktur dasar pembangunan pertanian. Selain itu, penguatan kelembagaan
dinas, aparatur dan institusi, menjadi isu strategis yang harus secara konsisten
ditingkatkan, sehingga cepat tanggap, informatif, regulatori, dan fasilitatori.
PERENCANAAN KINERJA
5
Secara garis besar, tinjauan masa depan merupakan arah yang harus dituju pada
proses pembangunan dan pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bandung.
Pencapaian kondisi tersebut memerlukan beragam kebijakan dan strategi pembangunan dan
pengembangan sektor pertanian yang tepat. Dalam konteksnya, kebijakan dan strategi yang
akan dirumuskan sudah seharusnya dibangun berdasarkan kebutuhan untuk mengatasi
kesenjangan antara kondisi sektor pertanian pada saat ini dan kondisi ideal pada masa depan.
Selain itu, fleksibilitas juga sangat dibutuhkan mengingat kondisi di masa depan selalu akan
berubah. Kesenjangan yang terdapat di antara kondisi pada saat ini dan masa depan dapat
dipahami dengan melihat keterkaitan pergeseran lingkungan di sekitar sektor pertanian.
Dinamika perubahan lingkungan di sektor pertanian tersebut, terutama di Kabupaten
Bandung, merupakan hasil interaksi perubahan yang terjadi di seluruh sektor perekonomian;
baik regional maupun internasional.
Pada saat ini, terminologi pembangunan pertanian memiliki dimensi yang sangat luas.
Pembangunan pertanian dapat diterjemahkan sebagai; (1) peningkatan produksi pertanian;
(2) pengembangan ekonomi wilayah perdesaan; dan juga (3) pengelolaan dan konservasi
sumberdaya. Dengan adanya perspektif yang beragam tersebut maka permasalahan yang
dihadapi oleh pembangunan sektor pertanian Indonesia juga sangat beragam, namun
merupakan sebuah mata rantai yang tidak terputus antara satu dan lainnya. Untuk
mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang permasalahan yang dihadapi oleh sektor
pertanian Kabupaten Bandung, keterkaitan antara komponen-komponen permasalahan
disajikan pada Gambar 9.
Lahan, merupakan isu sentral yang mengemuka di dalam pembangunan sektor
pertanian pada saat ini. Pada satu sisi, ketersediaan lahan sebagai input terpenting di dalam
produksi pertanian merupakan jaminan atas keberlangsungan produksi dalam jangka
panjang. Namun di sisi lain, lahan (dan pemanfaatannya) merupakan sumber utama
munculnya beragam permasalahan dalam perekonomian Indonesia. Laju pertumbuhan
populasi penduduk yang hampir mencapai 3 % per tahun telah menciptakan tekanan dan
kompetisi yang sangat ketat dalam hal pemanfaatan dan penggunaan lahan. Kondisi ini
berimplikasi kepada rendahnya rata-rata kepemilikan lahan pertanian Kabupaten Bandung.
Diperkirakan, skala kepemilikan akan terus menurun seiring dengan semakin tingginya laju
konversi lahan pertanian (rata-rata di Indonesia) yang mencapai 2.7 % per tahun (Pribadi,
2005).
Gambar 3-15. Hubungan antar komponen permasalahan.
Pada satu sisi, terbatasnya lahan yang dimiliki menyebabkan kecilnya peluang bagi
pelaku usahatani untuk melakukan ekspansi produksi karena memang pada teknologi yang
PERENCANAAN KINERJA
6
sedang berlaku terdapat perbandingan lurus antara luas lahan dengan tingkat produksi.
Implikasinya adalah petani cenderung untuk mengeksploitasi lahan yang terbatas tersebut
untuk memaksimumkan produksi pertanian per satuan luas. Elestianto (2004) menunjukkan
bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk memaksimumkan produksi dilakukan dengan
mengintensifkan penggunaan pupuk kimia yang tanpa disadari justru menimbulkan deplesi
unsur hara tanah yang mengakibatkan turunnya produktivitas lahan dalam jangka panjang.
Secara empiris dapat diamati bahwa tingkat produksi pertanian (terutama padi dan palawija)
memiliki kecenderungan yang menurun secara gradual (levelling-off).
Pada sisi yang lain, pasar komoditas pertanian ditengarai sangat distorsif. Terdapat
banyak faktor yang menyebabkan distorsi pada pasar ini, namun salah satu karakteristik
penting dari pasar pertanian adalah struktur pasar yang monopsonistik. Seperti yang telah
diketahui, selalu terdapat banyak pelaku tataniaga dalam pemasaran produk-produk
pertanian. Kondisi ini menyebabkan tidak sempurnanya transmisi harga dari konsumen ke
produsen. Yang biasanya terjadi, adanya kenaikan harga di tingkat konsumen tidak akan
menjamin kenaikan harga di tingkat produsen, namun sebaliknya jika terjadi penurunan harga
maka proporsi penurunan harga di tingkat produsen akan jauh lebih besar.
Kombinasi antara kuantitas produksi yang memiliki kecenderungan semakin rendah
dan rentannya harga produk-produk pertanian menyebabkan usahatani menjadi sebuah
sektor usaha yang tidak dapat memberikan insentif ekonomi terhadap pelakunya. Pendapatan
petani mengalami stagnasi, sementara angkatan kerja baru di pedesaan tidak memiliki cukup
alternatif, dimana peluang untuk memperluas lahan pertanian sangat kecil sementara nilai
produksi pertanian relatif rendah jika dibandingkan dengan nilai produksi di sektor non-
pertanian. Dengan keterbatasan alternatif ekonomi tersebut, sektor formal dan informal di
perkotaan relatif memberikan insentif yang lebih menarik bagi angkatan kerja pedesaan.
Siklus tersebut memberikan gambaran bahwa pada dasarnya diperlukan sebuah
solusi untuk mengatasi hilangnya insentif ekonomi usahatani dan permasalahan pemanfaatan
sumberdaya lahan. Hilangnya insentif usahatani lebih banyak disebabkan karena selama ini
nilai tukar (terms of trade) produk pertanian relatif sangat rendah bila dibandingkan dengan
industri, sementara nilai lahan (land-rent) selalu mengalami eskalasi. Maka dengan itu,
derasnya alih fungsi lahan pertanian dan tingginya tingkat urbanisasi merupakan sebuah
konsekuensi ekonomi yang sangat logis.
Pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Bandung yang bersifat regional tidak
dapat dilepaskan dari dinamika industri pertanian pada lingkup nasional dan internasional.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa isu-isu strategis yang harus diakomodasi
mensyaratkan strategi pembangunan pertanian yang bersifat dinamis; yaitu pemilihan strategi
yang dapat mengkonvergensikan kendala-kendala yang dihadapi pada saat ini dengan isu-
isu strategis pada masa depan.
Seperti yang telah disebutkan pada bagian awal, salah satu aspek yang paling
substansial dalam perencanaan strategis dalam jangka panjang adalah menetapkan kondisi
ideal sektor pertanian yang akan dicapai sehingga dalam suatu proses penyusunan rencana
strategis diperlukan tinjauan mengenai kondisi yang akan tercipta di masa depan; yang
selanjutnya ditetapkan menjadi acuan dan tujuan dalam proses transformasi sektor pertanian.
Mengingat bahwa pasar komoditas dan produk pertanian bersifat demand driven. Struktur
industri seperti ini menunjukan bahwa pertumbuhan sektor atau industri pertanian sangat
ditentukan oleh sisi konsumsi. Dinamika perubahan sisi konsumsi akan secara signifikan
menuntut pergeseran pola dan perilaku pada sisi produksi agar dapat memanfaatkan potensi
dan peluang ekonomi yang timbul dari dinamika tersebut.
PERENCANAAN KINERJA
7
C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
1950) sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968
tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan
mengbah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);
3. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor
PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja
Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 12
Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah;
8. Peraturan Bupati Bandung Nomor 75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan
Susunan Organisasi Dinas Daerah;
9. Peraturan Bupati Bandung Nomor 47 Tahun 2018 tentang Tugas Pokok, Fungsi
dan Sub Tugas Unit Pelayanan Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bandung.
PERENCANAAN KINERJA
8
D. Sistem Penyajian
Bab I - Pendahuluan
Menjelaskan latar belakang, gambaran umum perangkat daerah permasalahan utama
dan isu strategis perangkat daerah, sumber daya aparatur, dasar hokum penyusun
LKIP dan sistem penyajian LKIP.
Bab II – Perencanaan Kinerja
Menjelaskan muatan Renstra 2016-2021 (Renstra hasil reviu) tujuan, sasaran,
indikator dan target renstra selama lima tahun, lalu penjelasan target IKU lima tahun
yang dituangkan dalam Perjanjian Kinerja 2018.
Bab III – Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disampaikan capaian kinerja organisasi untuk setiap penyataan
kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja.
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
2. Membadingkan antara realisasi kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa
tahun terakhir;
3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada);
5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja
serta alternative solusi yang telah dilakukan
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian
kinerja.
Bab IV – Penutup
Menjelaskan kesimpulan dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)
Tahun 2018, permasalahan dan kendala secara umum yang dihadapi, upaya
penyelesaiannya serta langkah, solusi dalam perbaikan kinerja
PERENCANAAN KINERJA
9
PERENCANAAN KINERJA
10
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Proses pembangunan pertanian tidak terlepas dari program pembangunan
pemerintah Kabupaten Bandung. Tahun 2018 merupakan tahun krtiga pembangunan pada
rencana jangka menengah Kabupaten Bandung yaitu tahun 2016-2021. Sebagai panduan
dalam pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu menengah maka disusun Perubahan
Renstra Tahun 2016-2021 sesuai dengan yang diamanatkan dalam peraturan maupun
perundang-undangan. Berdasarkan peraturan perundangan yang baru maka Visi dan Misi
hanya dibuat pada level kepala daerah (Kabupaten/Kota), sehingga Dinas Pertanian juga
menggunakan Visi Misi Kepala daerah terpilih yaitu:
Visi : ‘Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing,
melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan
Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan’.
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
b. Menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya saing
c. Mewujudkan pembangunan infrastruktur dasar terpadu dengan tata ruang wilayah
d. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup
e. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
Sejalan dengan menjabarkan Misi tersebut, pelaksanaan pelayanan (Tupoksi) Dinas
Pertanian menunjang Misi ke-2 yaitu Menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya
saing. Dalam perwujudan pembangunan ekonomi yang berdaya saing, peningkatan
perekonomian penduduk menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan
ekonomi yang dilakukan di Kabupaten Bandung, tidak hanya berfokus pada kegiatan
perekonomian itu sendiri, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi
penduduknya. Dalam hal ini diukur dengan mengunakan ketahanan pangan dari Kabupaten
Bandung sendiri. Kegiatan ekonomi yang dilakukan juga akan melibatkan peran aktif dari
pelaku usaha lokal dengan pemanfaatan sumber daya dan produk-produk lokal. Misi
menciptakan pembangunan ekonomi ini sejalan dengan pokok visi pembangunan Kabupaten
Bandung untuk menciptakan “Perekonomian yang Berdaya Saing”.
Untuk menjamin tercapainya pembangunan “Ekonomi (pertanian) yang Berdaya
Saing”, maka perlu ditunjang oleh kapasitas aparatur. Dalam hal ini unsur pemerintahan akan
berperan sebagai agen yang menjaga keseimbangan pembangunan. Aparatur yang
berkualitas akan menjadi katalisator bagi pembangunan Kabupaten Bandung.
Birokrasi dan aparatur dengan tugas utama pelayanan publik menjadi kunci bagi
efektivitas dan efisiensi pembangunan. Berdasarkan hal tersebut maka reformasi birokrasi
diharapkan mampu menciptakan optimalisasi bagi penyediaan pelayanan publik. Upaya-
upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pelayanan publik melalui reformasi birokrasi
antara lain melalui meningkatkan kualitas kinerja aparatur, mempersiangkat waktu pelayanan
administrasi dan mengembangkan sistem pelayanan berbasis teknologi.
Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi ke-2 yang telah ditetapkan
tersebut di atas sebagai acuan pembangunan pertanian yaitu “Menciptakan Pembangunan
PERENCANAAN KINERJA
11
Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif”, diperlukan adanya kerangka yang jelas,
menyangkut tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Demikian pula dalam penyelenggaraan
pemerintahan Dinas Pertanian juga berupaya dalam melaksanakan Misi ke-5 yaitu
“Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih”.
Tujuan dan sasaran yang akan dijalankan, akan memberikan arah bagi pelaksanaan
setiap kegiatan baik urusan peningkatan SDM aparatur dan SDM pelaku usaha pertanian
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pertanian yang ditetapkan dalam sasaran
indikator utama dalam dokumen Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian. Indikator
Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian berdasarkan hasil Perubahan Renstra Tahun 2016-
2021 diuraikan pada Tabel 2.1.
PERENCANAAN KINERJA
12
Tabel II-2 Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian Tahun 2016-2021
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN KONDISI
AWAL
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KONDISI
AKHIR 2017 2018 2019 2020 2021
1 Meningkatnya
Produktivitas Produk
Unggulan Pertanian
Meningkatnya
Produksi Komoditi
Unggulan Pertanian
1. Persentase peningkatan
produk unggulan pertanian
(%)
n.a n.a n.a 2 3 3 3
Meningkatnya daya
saing hasil produksi
pertanian
2. Persentase peningkatan
nilai ekonomi produk
unggulan pertanian (%)
n.a 9,02 11,62 16,84 23,75 23.75 23.75
Meningkatnya
Penyuluhan
Pertanian
3. Persentase kelompok
yang naik kelas (%)
n.a 13.00 26.00 35.67 45.33 55.00 55.00
2 Meningkatnya
ketersediaan
pangan
Tercapainya Produksi
Pangan
4. Produksi Komoditi
Pertanian (Ton)
1.145.172 1,050,624 1,104,928 1,115,022 1,126,564 1,237,248 1,237,248
Tercapainya Populasi
Ternak
5. Jumlah Populasi Ternak
(ekor)
6.931.160 7,422,955 7,688,698 7,968,601 8,263,374 8,346,652 8,346,652
3 Meningkatnya
Kapasitas dan
Kapabilitas
Internal
Meningkatkan
efektifitas tata kelola
Perangkat Daerah
Dinas Pertanian
6. Nilai Akuntabilitas Kinerja
(angka)
n.a 60.1 65.1 70.1 75.1 80.10 80.10
7. Persentase aset dalam
kondisi baik (%)
n.a n.a 87.59 95.14 95.74 97.78 97.78
AKUNTABIITAS KINERJA
13
Dari 7 (tujuh) indikator sasaran tersebut, 6 (enam) indikator ditunjang melalui
pelaksanaan program kegiatan pada Tahun 2018. Target-target sasaran yang ditetapkan
merupakan hasil formulasi yang ditetapkan dalam IKU Dinas Pertanian. Indikator Persentase
peningkatan produk unggulan pertanian; Persentase peningkatan nilai ekonomi produk
unggulan pertanian; dan Persentase kelompok yang naik kelas merupakan target yang
bersifat kumulatif, sedangkan target indikator lainnya merupakan target indikator yang hendak
dicapai pada tahun-n.
Tahun 2018 merupakan tahun ke-3 pelaksanaan pencapaian sasaran dan indikator
sasaran IKU Dinas Pertanian. Berdasarkan hasil rekapitulasi Perjanjian Kinerja Dinas
Pertanian terdapat 5 sasaran kinerja yang diurai ke dalam 6 indikator kinerja yang diuraikan
dalam tabel berikut:
Tabel II-3 Sasaran Strategis dan Target Indikator Sasaran Dinas Pertanian Tahun 2018
NO SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET
KINERJA
1 Meningkatnya Produksi
Komoditi Unggulan Pertanian
Persentase peningkatan produk
unggulan pertanian
n.a
2 Meningkatnya daya saing hasil
produksi pertanian
Persentase peningkatan nilai ekonomi
produk unggulan pertanian
11,62 %
3 Meningkatnya Penyuluhan
Pertanian
Persentase kelompok yang naik kelas 26.00 %
4 Tercapainya Produksi Pangan Jumlah Produksi Komoditi Pertanian
tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan
1.104.791 ton
5 Tercapainya Populasi Ternak Jumlah Populasi Ternak 7,688,698 ekor
6 Meningkatkan efektifitas tata
kelola Perangkat Daerah Dinas
Pertanian
Nilai Akuntabilitas Kinerja (angka) 65.1
Persentase aset dalam kondisi baik 87.59 %
Guna menunjang pencapaian tersebut di atas, didukung dengan pelaksanaan
program dan penganggarannya yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian. Uraian program
tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel II-4 Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Tahun 2018
No Program Anggaan (Rp) Sumber Dana
1 Program Peningkatan Ketahan Pangan
(pertanian/perkebunan)
4.525.685.576 APBD
2 Program peningkatan penerapan teknologi
pertanian/perkebunan
8.764.100.000 APBD, APBN-DAK
AKUNTABIITAS KINERJA
14
No Program Anggaan (Rp) Sumber Dana
3 Program peningkatan produksi
pertanian/perkebunan
10.999.065.032 APBD, DBHCHT
4 Program pencegahan dan penanggulangan
penyakit ternak
2.471.967.000 APBD, APBN-DAK
5 Program peningkatan produksi hasil peternakan 11.853.828.850 APBD, APBN-
DAK, DBHCHT
6 Program peningkatan pemasaran hasil produksi
peternakan
867.008.220 APBD
7 Program peningkatan penerapan teknologi
peternakan
1.629.500.000 APBD
8 Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak 1.911.181.411 APBD, APBN-DAK
9 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 2.231.895.800 APBD
10 Program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan
4.824.985.000 APBD
11 Program pemberdayaan penyuluh
pertanian/perkebunan lapangan
2.108.586.000 APBD, APBN-DAK
12 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 2.663.443.050 APBD
13 Program peningkatan sarana dan prasarana
aparatur
3.842.499.905 APBD
14 Program peningkatan kapasitas sumber daya
aparatur
20.000.000 APBD
15 Program peningkatan pengembangan sistem
pelaporan capaian kinerja dan keuangan
242.582.000 APBD
AKUNTABIITAS KINERJA
15
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
3.1. Rekapitulasi Capaian Indikator Sasaran PK
Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup
penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja, yang digunakan
sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program/
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh Kabupaten
Bandung sebagaimana tertuang dalam RPJMD yang teknis pelaksanaan sasaran
tersebut diturunkan pada Renstra SKPD serta setiap tahunnya ditetapkan dalam
perjanjian kinerja pimpinan SKPD. Pada tahun 2018 Terdapat 5 sasaran kinerja yang
diurai ke dalam 6 indikator kinerja. Adapun uraian realisasi tiap indikator dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel III- 5 Realisasi Indikator Sasaran Tahun 2018
NO SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET KINERJA
REALISASI KINERJA
%
1 Meningkatnya daya saing hasil produksi pertanian
Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian (%)
11.62 14,03 120,70
2 Meningkatnya Penyuluhan Pertanian
Persentase kelompok yang naik kelas (%)
26 30,84 118,62
3 Tercapainya Produksi Pangan
Jumlah Produksi Komoditi
Pertanian tanaman
pangan, hortikultura dan
perkebunan (ton)
1.104.791 1.352.141 122,39
4 Tercapainya Populasi Ternak
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
7,688,698 7,702,441 100.18
5 Meningkatkan efektifitas tata kelola Perangkat Daerah Dinas Pertanian
Nilai Akuntabilitas Kinerja (angka)
65.1 73.89 113.50
Persentase aset dalam kondisi baik (%)
87.59 82,27 93,93
Tabel III-7 menunjukkan bahwa dari 6 indikator utama yang ditetapkan,
terdapat 4 indikator yang melampaui target, dan sisanya 2 indikator utama yang tidak
memenuhi target. Capaian tertinggi terdapat pada indikator utama Produksi Pertanian,
yang dibangun dari produksi komoditi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
sebesar 122,62%, sedangkan terendah pada indikator Jumlah Populasi Ternak
sebesar 96,66%.
AKUNTABIITAS KINERJA
16
3.2. Analisis Capaian Indikator Kinerja
3.2.1. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya daya saing hasil produksi pertanian
3.2.1.1. Indikator: Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian
Indikator ini diperoleh dari menghitung Rata-rata persentase peningkatan nilai
ekonomi (jumlah produksi dikali rata-rata harga produk) produk unggulan pertanian.
Hasil perhitungan Indikator merupakan kumulatif dari pertumbuhan tahun
bersangkutan yang diakumulasikan dengan capaian tahun sebelumnya.
1) Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target
Sebagaimana formulasi indikator ini diperoleh dari penghitungan beberapa
komoditi unggulan pertanian sebagai upaya peningkatan nilai dan daya saing
produk local di tingkat regional, nasional bahkan internasional. Sebagaimana
Tabel III-5 di atas, capaian indicator persentase peningkatan nilai ekonomi produk
unggulan pertanian yaitu 120,70%, yaitu dari 11,63% pada Tahun 2017 tercapai
sebesar 14,03%. Peningkatan nilai ekonomi pada Tahun 2018 ditargetkan
meningkat sebesar 2,6% dapat terealisasi 5,01%.
2) Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya
Indikator Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian
merupakan indikator baru sebagai hasil reviu dan perubahan IKU Dinas Pertanian.
Pada Tahun 2017 peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian sebesar
9,02% Tahun 2018 meningkat 5,01% sehingga kumulatif selama periode
Perubahan Renstra 2016-2021 menjadi 14,03%.
3) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target Renstra
Tahun 2018 merupakan tahun kedua dari periode Rencana Strategis Dinas
Pertanian. Gambaran variabel yang menunjang terhadap capaian indikator kinerja
Tahun 2018 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut:
Tabel III- 6 Perbandingan realisasi Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian Tahun 2018 terhadap target renstra
INDIKATOR SASARAN realisasi
2017 realisasi
2018 target 2019
target 2020
target 2021
Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian (%)
9,02 14,03 16,84 23,75 23.75
Tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi indikator kinerja secara kumulatif
sampai dengan Tahun 2018 sebesar 14,03% apabila dibandingkan dengan kondisi
akhir tahun renstra sebesar 23,75%, tingkat capaian sebesar 59,07%. Sisa target
sebesar 40,93% diharapkan tercapai pada 2 (dua) tahun pelaksanaan tersisa.
AKUNTABIITAS KINERJA
17
4) Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator
Capaian Indikator Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan
pertanian Tahun 2018 melebihi target, dengan tingkat capaian sebesar 120,70%.
Keberhasilan melebih target tersebut berasal dari tingginya ketercapaian produksi
komoditi pertanian yang diukur, signifikan pada komoditi bawang merah, cabe,
stroberi dan padi, sedangkan komoditi yang tidak tercapai komoditi kopi, kentang,
dan kubis. Namun demikian dari rata-rata harga masing-masing komoditi terdapat
komoditi yang lebih tinggi dari proyeksi seperti kopi dan padi, sedangkan yang
berada di bawah proyeksi harga pada komoditi bawang merah, kentang dan cabe.
Tingkat capaian tertinggi nilai ekonomi komoditi pertanian unggulan, pada komoditi
strawberry sebesar 2.827% yang semula direncanakan mencapai 4,6 milyar
diperkirakan dapat mencapai 132 milyar rupiah. Tingginya capaian ini
menandakan bahwa budidaya strawberry dan wisata agronya di wilayah Rancabali
dan sekitarnya sudah mulai bangkit lagi dari keterpurukan pasca serangan bakteri
dan jamur. Demikian pula harga kopi greenbeam di tingkat petani dapat melampaui
proyeksi dari semula Rp.70.000,- menjadi Rp.72.867,-. Tingginya apresiasi pasar
terhadap harga jual kopi Kabupaten Bandung terutama kopi arabica java preanger
tidak terlepas dari peningkatan permintaan pasar, diversifikasi usaha petani yang
sudah mulai menjual dalam bentuk greenbeam serta peran serta pemerintah dan
penggiat kopi nasional dalam mempopulerkan kopi arabika khas Kabupaten
Bandiung.
Berikut disajikan capaian nilai ekonomi pada komoditi pertanian unggulan serta
harga berdasarkan rata-rata harga komoditi bulanan di tingkat petani pada
Kementerian Pertanian untuk wilayah Kabupaten Bandung.
Tabel III- 7 Perbandingan realisasi Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian terhadap target Tahun 2018
Komoditas
TARGET 2018 REALISASI 2018 Capaian nilai ekonomi per komoditi (%)
Target Produksi
(ton)
Rata-rata Harga (Rp)
Total Nilai Ekonomi (ribu
Rp)
Realisasi Produksi
(ton)
Rata-rata Harga (Rp)
Total Nilai Ekonomi (Rp)
Kopi 7.338 70.000 513.660.000 6.606 72.867 481.356.759 93,71
Bawang Merah 37.407 17.250 645.270.750 64.626 12.555 811.406.357 125,75
Kentang 112.271 8.625 968.337.375 104.802 7.127 746.932.587 77,14
Kubis 116.680 2.750 320.870.000 91.765 2.750 252.353.750 78,65
Cabe 34.338 23.560 809.003.280 50.265 22.466 1.129.257.678 139,59
strawberry 199 23.500 4.676.500 5.627,0 23.500 132.234.500 2.827,64
Padi 539.399 5.900 3.182.454.100 715.283 6.020 4.306.274.845 135,31
Susu 82.005 5.700 467.428.500 86.106 5.700 490.804.200 105,00
Jumlah
6.911.700.505 8.350.620.679 120,82
AKUNTABIITAS KINERJA
18
5) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Tingkat Capaian Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian
Tahun 2018 sebesar 120,70%. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada
dalam hal ini pelaksanaan program (penggunaan anggaran belanja) yang secara
langsung atau tidak langsung menunjang capaian kinerja yaitu Program kegiatan
yang menunjang capaian indikator ini pada tahun 2018 sebesar
Rp.4.824.985.000,- dapat direalisasikan sebesar Rp. 4.552.158.859,- atau tingkat
capaian sebesar 94,35%. Dengan kata lain tingkat efisiensi capaian indikator ini
sebesar 1,23 (120,70% / 84,35%) (efisien). Dengan capaian efisiensi tersebut,
dapat menggambarkan efektivitas pelaksanaan program kegiatan, yaitu setiap
Rp.1,- dapat dipergunakan untuk menghasilkan 1,23 satuan hasil kinerja.
6) Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian indikator kinerja
Upaya yang dilakukan dalam pencapaian indikator sasaran ini tidak hanya
ditunjang oleh kegiatan yang secara langsung meningkatkan kualitas produk
pasca panen dan olahan pertanian. Kegiatan lainnya bersifat promosi atas produk
pertanian yang dihasilkan oleh kelompok, baik pada berbagai even yang
diselenggarakan di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional sehingga terjalin
kemitraan pemasaran yang sinergis.
Tabel III- 8 Program dan kegiatan penunjang indikator sasaran Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian Tahun 2018
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
1 2 3
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Persentase kelompok dalam penerapan teknologi pasca panen
1,39
Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah
Jumlah event pameran/eksebisi pertanian unggulan Tingkat Nasional/ Provinsi/Kabupaten yang diikuti
5 Kegiatan
Promosi Komoditas Unggulan Jumlah promosi perkebunan unggulan 9 kali
Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan
Jumlah Kelompok Yang Menerapkan Budidaya Pertanian Berorientasi Mutu
5 Kelompok
Jumlah Kelompok Tani Yang Menerapkan Pengolahan Pertanian Berorientasi Mutu
1 Kelompok
Pasca Panen Produk Perkebunan Jumlah penilaian mutu produk pasca panen perkebunan
2 kegiatan
AKUNTABIITAS KINERJA
19
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
1 2 3
Jumlah peningkatan SDM dalam pengembangan pasca panen produk perkebunan
100 Orang
Jumlah fasilitasi sarana pasca panen 33 kelompok
Jumlah fasilitasi peningkatan pasca panen tembakau (Uji multi lokasi tembakau)
0 komoditi
Kontes Ternak dan Apresiasi Pembudidaya Peternakan
Jumlah Kegiatan Kontes Ternak 4 kali
Jumlah pekerjaan Sarana Kontes Ternak terbangun
2 jenis
Promosi Atas Hasil Produksi Peternakan Unggulan Daerah
Jumlah Partisipasi dalam Even Promosi Peternakan
4 kali
Pengolahan Hasil Perkebunan Jumlah Unit-unit Pengolahan Hasil Perkebunan
1 Unit
Jumlah bimbingan teknis pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
1 kali
Jumlah Bimbingan Teknis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
10 kali
3.2.2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Penyuluhan Pertanian
3.2.2.1. Indikator: Persentase kelompok yang naik kelas
1) Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target 2018 dan Peningkatan dari
Tahun 2017
Sebagaimana IKU, indikator ini diperoleh dari menghitung persentase gabungan
antara peningkatan jumlah kelompok tani yang naik kelas dengan jumlah kelompok
tani di Kabupaten Bandung. Tahun 2018 indikator sasaran ini ditargetkan sebesar
26% kelompok terbina dan dapat terealisasi sebesar 30,84% dengan kata lain
tingkat capaian target sebesar 118,62%. Perhitungan kelompok ini berdasarkan
pada jumlah kelompok tani yang naik kelas dari jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016
tentang Pembinaan Kelembagaan petani, bahwa Klasifikasi Kemampuan
kelompok tani adalah pemeringkatan kemampuan Poktan ke dalam 4 (empat)
kategori yang terdiri dari: Kelas Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya dan Kelas
Utama yang penilaiannya berdasarkan kemampuan Poktan.
Gambaran umum realisasi klasifikasi kelompok tani Kabupaten Bandung Tahun
2018 disajikan dalam tabel berikut.
AKUNTABIITAS KINERJA
20
Tabel III- 9 Realisasi kinerja persentase kenaikan kelas kelompok tani Tahun 2018
KELAS KELOMPOK
Tahun 2017
Tahun 2018 Jumlah poktan naik
kelas Persentase kenaikan
Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
PEMULA 1.552 1.701 1904 149 352 10 22,68
LANJUT 803 880 881 77 78 10 9,71
MADYA 71 85 86 14 15 20 21,13
UTAMA 8 8 8
Jumlah 2.434 2.674 2.879 240 445
Rata-rata naik kelas 13 17,84
Persentase kenaikan kelas kelompok Tahun 2017 13 26 30,84
Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase kelas kelompok tertinggi dicapai
pada kelompok kelas pemula, diikuti oleh kelas madya dan lanjut. Terjadi
peningkatan kelas kelompok pemula sebesar 22,68% menunjukkan bahwa masih
terjadi pembentukan kelompok tani baru, pemecahan kelompok menjadi beberapa
kelompok baru ataupun kelompok yang belum terdata dalam Simluhtan (Sistem
penyuluhan pertanian).
Peningkatan kelas kelompok dari kelas lanjut ke kelas madya menunjukkan
peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 21,13%. Ciri-ciri kelompok tani madya
yaitu kelompok tani menyelenggarakan kerjasama usaha tani sehamparan,
pemimpin formal kurang menonjol, kontaktani dan kelompok inti bertindak sebagai
pemimpin kerjasama usahatani sehamparan dan berlatih mengembangkan
program sendiri.
Persentase peningkatan kelas kelompok tani Tahun 2018 meningkat sebesar
37,23% dari tahun sebelumnya. Peningkatan kelas kelompok Tahun 2017 rata-
rata sebesar 13% meningkat menjadi 17,84% pada Tahun 2018.
2) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target Renstra
Tahun 2018 merupakan tahun ketiga dari periode Rencana Strategis Dinas
Pertanian. Gambaran variabel yang menunjang terhadap capaian indikator kinerja
Tahun 2018 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut:
Tabel III- 10 Perbandingan realisasi kinerja persentase kelompok tani terbina Tahun 2018 terhadap target Perubahan Renstra
INDIKATOR KINERJA
Tahun
Realisasi
2017
Realisasi
2018
Target
2019
Target
2020
Target
2021
Kondisi
Akhir
Persentase kelompok
yang naik kelas (%)
13.00 30,84 35.67 45.33 55.00 55.00
AKUNTABIITAS KINERJA
21
Tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi indikator kinerja secara kumulatif
sampai dengan Tahun 2018 sebesar 17,84%. Apabila dibandingkan dengan
kondisi akhir tahun renstra sebesar 55% atau target peningkatan sebesar 42%,
maka masih terdapat selisih target yang harus dicapai dalam sisa periode tahun
renstra sebesar 24,16%.
3) Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator
Tabel III-21 menunjukkan bahwa peningkatan kelas kelompok pemula dominan
dari kelas kelompok lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyaknya
masyarakat petani dan peternak yang belum terakomodir dalam suatu kelompok
tani. Peningkatan pada kelas ini juga dapat diakibatkan dari dinamika kelompok
tani yang berkembang dari satu kelompok menjadi beberapa kelompok baru
dengan hamparan sama dan anggota kelompok yang berkembang.
Peningkatan kelas kelompok Lanjut sebesar 9,71% yang naik kelas dari kelas
pemula menunjukkan bahwa terdapat 78 kelompok tani yang meningkat
kemampuannya dan dinamika kelompoknya. Kelompok pada kelas Lanjut ini
walaupun terdapat tingkatan di dalamnya, kelompok inti mampu
menyelenggarakan denfarm dan gerakan-gerakan terbatas walau masih terbatas,
mampu merencanakan kegaitan yang akan dilaksanakan serta sasaran yang akan
dicapai (walau terbatas), terdapat tokoh di kelompok yang aktif menggerakkan
anggotanya, serta mampu bekerjasama dengan kelompok lain.
Peningkatan kelas kelompok Madya sebesar 21,13% yang naik kelas dari kelas
Lanjut menunjukkan bahwa terdapat 15 kelompok yang meningkat kemampuan
dan dinamika kelompoknya ke jenjang yang lebih baik lagi. Pada kelas Kelompok
Madya ini, kelompok tani mampu melakukan kerjasama Usaha Tani dengan
kelompok lain yang sehamparan, mampu merencanakan program tahunan untuk
meningkatkan produktivitas dan pendapatan anggotanya, berlatih
mengembangkan program sendiri, serta kontak tani dan anggota kelompok
mampu bekerjasama dengan baik.
4) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Tingkat Capaian Persentase kelompok tani yang naik kelas sebesar 118,62%. Di
sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam hal ini pelaksanaan program
(penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung atau tidak langsung
menunjang capaian kinerja yaitu Program yang menunjang capaian indikator ini
pada tahun 2018 tersebar di 2 Program dan 18 kegiatan. Dari Pagu kegiatan terkait
sebesar Rp.4.340.481.800,- dapat direalisasikan sebesar Rp. 4.120.597.876,- atau
tingkat capaian sebesar 97,93%. Dengan kata lain tingkat efisiensi capaian
indikator ini sebesar 1,26 (118,82% / 93,93%) (efisien). Dengan capaian efisiensi
AKUNTABIITAS KINERJA
22
tersebut, dapat menggambarkan efektivitas pelaksanaan program kegiatan, yaitu
setiap Rp.1,- dapat dipergunakan untuk menghasilkan 1,26 satuan hasil kinerja.
5) Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian indikator kinerja
Upaya yang dilakukan dalam pencapaian indikator sasaran ini tidak hanya
ditunjang oleh kegiatan yang secara langsung meningkatkan kualitas produk
pasca panen dan olahan pertanian, baik peningkatan SDM maupun sarana bagi
kelompok/gapoktan. Kegiatan lainnya bersifat promosi atas produk pertanian yang
dihasilkan oleh kelompok, baik pada berbagai even yang diselenggarakan di
tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.
Kegiatan lainnya berupa peningkatan peran serta UPT Pelaksana Program
Penyuluhan di 8 wilayah yang mengkoordinasikan pelaksanaan program dinas
agar tepat sasaran dan focus dalam pengembangan kelompok tani/gapoktan serta
pengembangan aktivitas penyuluh pertanian.
Capaian-capaian peningkatan kelas kelompok pada berbagai tingkatan tersebut
tidak terlepas dari peran serta penyuluh pertanian yang membina di seluruh
wilayah Kabupaten Bandung.
Tabel III- 11 Sebaran kelompok tani dan penyuluh pertanian per kecamatan Tahun 2018
NO KECAMATAN PPL ASN PENYULUH PUSAT PENYULUH PROVINSI TOTAL
1 ARJASARI 3 2 3 8
2 BALEENDAH 5 1 2 8
3 BANJARAN 3 2 3 8
4 BOJONGSOANG 3 2 2 7
5 CANGKUANG 2 3 1 6
6 CICALENGKA 3 2 2 7
7 CIKANCUNG 3 2 1 6
8 CILENGKRANG 3 0 3 6
9 CILEUNYI 2 2 2 6
10 CIMAUNG 3 1 2 6
11 CIMENYAN 3 1 4 8
12 CIPARAY 3 3 4 10
13 CIWIDEY 2 1 2 5
14 DAYEUHKOLOT 1 1 0 2
15 IBUN 1 4 1 6
16 KATAPANG 4 2 0 6
17 KERTASARI 2 1 1 4
18 KUTAWARINGIN 2 3 2 7
19 MAJALAYA 1 3 3 7
20 MARGAASIH 2 0 2 4
21 MARGAHAYU 1 1 0 2
22 NAGREG 3 2 0 5
23 PACET 4 1 3 8
24 PAMEUNGPEUK 2 2 1 5
25 PANGALENGAN 4 1 3 8
26 PASEH 3 1 2 6
27 PASIRJAMBU 3 2 0 5
28 RANCABALI 2 0 1 3
29 RANCAEKEK 2 4 2 8
30 SOLOKANJERUK 3 2 2 7
31 SOREANG 4 1 1 6
AKUNTABIITAS KINERJA
23
NO KECAMATAN PPL ASN PENYULUH PUSAT PENYULUH PROVINSI TOTAL
JUMLAH 82 53 55 190
Tabel III- 12 Program Kegiatan penunjang capaian indikator kinerja Persentase kelompok tani terbina Tahun 2017
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Persentase Revitalisasi Kelompok Tani 19,20%
Pelatihan petani dan pelaku agribisnis Jumlah Peningkatan SDM Agribisnis Pertanian/Perkebunan
120 Orang
Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis
Jumlah Updating Data Kelompok yang Terintegrasi
2.445 Kelompok
Peningkatan kemampuan lembaga petani
Jumlah peningkatan kapasitas kelembagaan (kelas kelompok) pertanian
1 paket
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Soreang
Jumlah Pelaksanaan Bintek Tematik Pertanian (kedelai, bawang merah)
2 kegiatan
Jumlah demplot uji coba potensi komoditas unggulan daerah
1 Komoditas
Jumlah laporan programa dan kegiatan tersedia (programa desa, programa kecamatan, laporan uji coba demplot, dan laporan bintek)
5 Dokumen
Jumlah keikutsertaan dalam pameran pertanian (HKP)
1 event
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Ciwidey
Jumlah Pelaksanaan Bimbingan Teknis Tematik Pertanian
4 kegiatan
Jumlah petugas pembantu pelaksana kegiatan
480 HOK
Jumlah petugas pembantu pelaksana kegiatan
2 orang
Jumlah laporan programa dan kegiatan tersedia (programa desa dan kecamatan, lap. uji coba demplot, lap. FGD, dan lap bintek)
7 Dokumen
Jumlah partisipasi dalam pameran pertanian 1 event
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Banjaran
Jumlah pelaksanaan bimbingan teknis tematik pertanian
3 kegiatan
Jumlah demplot uji coba potensi komoditas unggulan daerah
3 komoditas
Jumlah media informasi potensi pertanian UPT
1 buah
Jumlah laporan programa dan kegiatan tersedia (programa desa dan kecamatan, laporan uji coba demplot, laporan bintek)
8 Dokumen
Jumlah partisipasi dalam pameran pertanian (HKP)
1 event
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Bojongsoang
Jumlah petani yang mengikuti Bimbingan Teknis Pertanian lingkup UPT PPP Bojongsoang
4 kegiatan
AKUNTABIITAS KINERJA
24
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
Jumlah laporan programa dan kegiatan tersedia (programa desa dan kecamatan, laporan uji coba demplot, dan laporan Bimtek)
1 Dokumen
Jumlah promosi unggulan wilayah UPT yang diikuti pada even tingkat Kabupaten
1 kali
Jumlah demplot pertanian unggulan daerah yang dilaksanakan
1 demplot
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Pacet
Jumlah petani yang mengikuti Bimbingan Teknis Pertanian lingkup UPT PPP Wilayah Pacet
210 Orang
Jumlah laporan programa tersedia 1 Dokumen
Jumlah demplot uji coba potensi komoditas unggulan daerah
1 Komoditas
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Solokanjeruk
Jumlah pelaksanaan bimbingan teknis tematik pertanian
3 kegiatan
Jumlah demplot uji coba potensi komoditas unggulan daerah
3 Komoditas
Jumlah keikutsertaan dalam pameran pertanian
2 event
Jumlah laporan programa dan kegiatan tersedia (programa desa dan kecamatan, lap. uji coba demplot, lap. bimtek)
6 Dokumen
Jumlah petugas pembantu pelaksana kegiatan
240 HOK
Jumlah petugas pembantu pelaksana kegiatan
1 orang
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Cikancung
Jumlah Pelaksanaan Bimbingan Teknis Tematik Pertanian
2 kegiatan
Jumlah demplot uji coba potensi komoditas unggulan daerah
2 Komoditas
Jumlah laporan programa dan kegiatan tersedia
6 Dokumen
Jumlah jenis media informasi UPT tersedia 2 jenis
Jumlahj petugas pembantu pelaksana kegiatan
240 HOK
Jumlah petugas pembantu pelaksana kegiatan
1 orang
Jumlah partisipasi dalam pameran pertanian 1 event
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Cilengkrang
Jumlah petani yang mengikuti Bimbingan Teknis Pertanian lingkup UPT PPP Wilayah Cilengkrang
120 orang
Jumlah demplot uji coba potensi komoditas unggulan daerah
1 Komoditas
Jumlah laporan programa tersedia 1 Dokumen
Pengembangan POS Penyuluhan Pedesaan (Posluhdes) ( Bantuan Gubernur )
Jumlah kelompok yang meningkat sarana Posluhdes
10 kelompok
Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan
Persentase Penyuluh Pertanian yang Naik Jabatan Fungsional
21,09%
Peningkatan kapasitas tenaga penyuluh pertanian/perkebunan
Jumlah partisipasi dalam kegiatan Hari Krida Pertaniaan
2 kegiatan
Jumlah Pelaksanaan Temu Teknis Penyuluh
1 kegiatan
Jumlah demplot bagi penyuluh pertanian 259 unit
Jumlah pelaksanaan mimbar sarasehan 1 kegiatan
AKUNTABIITAS KINERJA
25
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
Jumlah partisipasi dalam kegiatan Hari Pangan Sedunia
1 kegiatan
Peningkatan kesejahteraan tenaga penyuluh pertanian/perkebunan
Jumlah kegiatan penghargaan penyuluh pertanian berprestasi
1 Kegiatan
Penyuluhan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
Terlaksananya workshop tematik penyuluhan
45 Orang
Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat guna
Terlaksananya workshop penyuluhan peternakan
35 Orang
Pembangunan/Perbaikan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) (DAK)
Jumlah pembangunan rehab/perbaikan Balai Penyuluh Pertanian
1 paket
Jumlah pembangunan ruangan pelayanan BPP
2 paket
Bantuan Operasional Penyuluh (Bantuan Gubernur)
Jumlah penyuluh pertanian yang mendapat bantuan operasional
544 orang bulan
3.2.3. Sasaran Strategis 3: Tercapainya produksi pangan
3.2.3.1. Indikator: Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan
Indikator ini dibangun dari 3 (tiga) indikator turunan, yaitu Produksi komoditi
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang merupakan cerminan
keberhasilan pembangunan pertanian dalam rangka pemenuhan ketersediaan bahan
pangan nabati masyarakat. Komoditi-komoditi tersebut merupakan komoditi pertanian
penting dan unggulan yang secara langsung berdampak pada peningkatan kondisi
ekonomi petani yang masih merupakan mayoritas penduduk Kabupaten Bandung.
1) Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target
Sebagaimana Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian
bahwa indikator ini diperoleh dari menjumlahkan komoditi utama/unggulan lingkup
Tanaman Pangan (padi, Jagung dan Ubikayu), Hortikultura (bawang merah, cabe,
Kubis, Kentang, Tomat, Jeruk, Alpukat, Strawberry, jambu air dan jambu biji) dan
Perkebunan (kopi, teh, cengkeh dan tembakau). Tahun 2018, capaian produksi
pangan sebesar 1.352.141 Ton atau mencapai 122,39% dari yang ditargetkan
sebesar 1.104.791 ton. Secara rinci capaian indikator disajikan dalam Tabel III.7.
Tabel III- 13. Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun 2018
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI %
1. Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan (Ton)
1.104.791 1.352.141 122.39
a. Jumlah produksi komoditi Tanaman Pangan (Ton)
695.412 893.707 128,51
AKUNTABIITAS KINERJA
26
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI %
b. Jumlah Produksi Hortikultura Unggulan (Ton)
396.966 446.876 112,57
c. Jumlah Produksi komoditi perkebunan (Ton)
12.413 11.558 93,11
Tabel tersebut menunjukkan bahwa capaian indikator kinerja sasaran
sebesar 122,39% berasal dari beberapa capaian komoditi penting sub sektor,
dimana produksi komoditi Tanaman Pangan menyumbang persentase tertinggi
capaian kinerja dengan tingkat capaian sebesar 128,51%, diikuti produksi
Hortikultura sebesar 112,57% dan Komoditi Perkebunan sebesar 93,1%.
Secara rinci komoditi-komoditi utama yang menjadi bagian dari indikator
sasaran diuraikan dalam Tabel III-8. berikut.
Tabel III- 14 Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun 2018
INDIKATOR SASARAN Target Realisasi % thd target
% thd total
1. Produksi komoditas Tanaman Pangan - Padi 539.399 715.283 132,61 52,90
- Jagung (Ton) 45.856 83.591 182,29 6,18
- Ubi Kayu (Ton) 109.035 83.027 76,15 6,14
- Kedelai (Ton) 1.122 11.805 1.052,14 0,87
Jumlah 1 695.412 893.707 128,51 66,10
2. Produksi komoditas Hortikultura
- Bawang Merah (Ton) 37.407 64.626 172,76 4,78
- Cabe (Ton) 34.338 50.265 146,38 3,72
- Kentang (Ton) 116.680 104.802 89,82 7,75
- Tomat (Ton) 112.271 102.576 91,36 7,59
- Kubis (Ton) 54.807 91.765 167,43 6,79
- Jeruk 752 4.419 587,63 0,33
- Alpukat 8.858 15.667 176,87 1,16
- Strawberry 27.285 5.627 20,62 0,42
- Jambu Air 1.541 1.590 103,18 0,12
- Jambu Biji 3.027 5.539 182,99 0,41
Jumlah 2 396.966 446.876 112,57 33,05
3. Produksi Hasil Perkebunan
- Kopi (Ton) 7.338 6.606 90,02 0,49
- Teh (Ton) 3.657 3.576 97,79 0,26
- Tembakau (Ton) 1.418 1.376 97,04 0,10
- Cengkeh 137
0,00 0,00
Jumlah 3 12.413 11.558 93,11 0,85
JUMLAH TOTAL 1.104.791 1.352.141 122,39 100,00
AKUNTABIITAS KINERJA
27
Komposisi capaian produksi pangan berdasarkan sub sector disajikan
dalam table berikut:
Tabel III-8 menunjukkan bahwa produksi tanaman pangan merupakan
penyumbang terbesar target kinerja indikator sasaran sebesar 66% dan
memegang peranan penting dalam pencapaian target kinerja. Pada produksi
tanaman pangan, produksi padi sangat dominan menyumbang 52,9% dari
produksi pangan total, diikuti jagung, ubikayu dan kedelai yang hanya
menyumbang 0,87% terhadap produksi total. Secara kultural geografis, wilayah
Kabupaten Bandung memiliki kesuburan tanah yang menunjang pertumbuhan
produksi padi, terutama jenis padi premium yang merupakan memasok pasar-
pasar di luar kabupaten dan Jakarta.
Pada komoditi hortikultura kontribusi sayuran tertinggi dicapai oleh
komoditi kentang sebesar 7,75% diikuti tomat (7,59%), kubis (6,59%), cabe
(3,72%) dan bawang merah (4,78%). Sedangkan kontribusi buah-buahan komoditi
alpukat (1,16%), jambu biji (0,41%), strawberry (0,42%), Jeruk (0,33%), dan jambu
air (0,12%). Komoditi sayuran potensial di wilayah dataran tinggi seperti kertasari,
pangalengan, ciwidey, cimaung, pasirjambu dan rancabali.
Adapun komoditi perkebunan utama yang berkontribusi terhadap capaian
produksi pangan, yaitu produksi kopi (0,49%), t e h (0,26%), dan tembakau (0,1%).
Walaupun kontribusinya kecil, namun berperan sebagai komoditi penting lingkup
regional bahkan nasional, seperti kopi dan teh yang menjadi komoditi penting
perkebunan Jawa Barat.
Tanaman Pangan66%
Hortikultura33%
Perkebunan1%
Komposisi Produksi Pertanian berdasarkan sub sektor
Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan
AKUNTABIITAS KINERJA
28
2) Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya
Perbandingan realisasi komoditi pangan secara keseluruhan cukup signifikan dari
tahun-tahun sebelumnya.
Grafik di atas menunjukkan bahwa produksi padi dari tahun 2016 mengalami
peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 109.121 ton. Peningkatan juga dapat
terlihat pada komoditi jagung dan ubikayu walaupun produksi Tahun 2018
mengalami penurunan dari Tahun 2017. Hal tersebut memungkinkan bahwa lahan
pengembangan budidaya jagung dan ubikayu seringkali bersinggungan, juga
sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya program pemerintah.
2016 2017 2018
PADI 606.162 700.710 715.283
Jagung 77.935 120.630 83.591
Ubi Kayu 82.286 105.772 83.027
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
GRAFIK 1. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI TANAMAN PANGAN
AKUNTABIITAS KINERJA
29
Grafik 2 menunjukkan bahwa produksi komoditi hortikultura dari Tahun 2015-2018
berfluktuasi pada setiap komoditi. Performa produksi dari Tahun 2017 pada
komoditi bawang Merah, Cabe, Kentang dan Tomat menunjukkan trend yang
positif, kecuali pada komoditi kubis yang mengalami penurunan.
Peningkatan produksi yang signifikan diperoleh pada produksi komoditi cabe
(13,2%), bawang merah (43,03%) dan tomat (43,36%) serta pada komoditi
kentang yang merupakan penyumbang terbesar produksi hortikultura meningkat
sebesar 13,81%. Sedangkan pada produksi komoditi kubis mengalami penurunan
sebesar 5,45%.
Produksi bawang merah, walaupun bukan komoditi penyumbang terbesar
indikator kinerja sasaran dari sub sector Hortikultura, namun perkembangnya
menunjukkan trend peningkatan walaupun tidak significant (grafik cenderung naik
melandai) kecuali dari Tahun 2017 ke 2018 yang meningkat sebesar 43,03%.
Fluktuasi produksi cabe, kentang dan kubis terlihat tinggi. Komoditi Cabe pada
tahun 2016 sempat menurun, namun kembali meningkat pada Tahun 2017 dan
terus meningkat sampai Tahun 2018. Karakter fluktuasi berbeda ditunjukkan oleh
komoditi kubis dan kentang, dimana pada Tahun 2016 meningkat tajam, namun
mengalami penurunan sampai Tahun 2018.
Fluktuasi produksi komoditi hortikultura sangat mungkin terjadi dari tahun ke tahun,
mengingat sifatnya yang sangat dipengaruhi harga pasar. Lebih stabil harga pasar
komoditi hortikultura pada tahun berjalan, produksinya akan semakin stabil pula.
Namun demikian faktor eksternal lainnya memungkinkan mempengaruhi produksi
2015 2016 2017 2018
Bawang Merah 39.565,00 44.359,00 45.184,40 64.626
Cabe 26.238,00 18.494,00 44.389,50 50.265
Kubis 78.112,00 107.422,00 97.051,80 91.765
Kentang 84.414,00 102.500,00 92.086,00 104.802
Tomat 64.474,00 59.485,00 71.552,00 102.576
0,00
20.000,00
40.000,00
60.000,00
80.000,00
100.000,00
120.000,00
PR
OD
UK
SI (
TO
N)
T A H U N
GRAFIK 1. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI HORTIKULTURA
AKUNTABIITAS KINERJA
30
komoditi ini, mengingat lokasi tanam umumnya di lahan kering (bukan sawah),
maka faktor iklim dan curah hujan (ketersediaan air) sangat menentukan.
Grafik 3 menunjukkan bahwa dari ke tiga komoditas perkebunan di atas, produksi
teh dan tembakau yang mengalami sedikit peningkatan, sementara kopi
mengalami fluktias yang signifikan. Dibandingkan dengan Tahun 2017,
pertumbuhan produksi t e h meningkat 0,43% dan tembakau 0,36%, sedangkan
produksi kopi mengalami peningkatan yang significant sebesar 25,17%.
Pertumbuhan komoditi-komoditi tersebut mempengaruhi peningkatan produk
perkebunan secara keseluruhan sebesar 13,21%.
Komoditas perkebunan umumnya sangat dipengaruhi oleh periode basah-kering
cuaca sepanjang tahun. Tahun 2018 umumnya terdapat kemarau yang cukup
walaupun cenderung basah. Tahun 2018 ini mempengaruhi produksi yang terjadi
juga pada produksi komoditi kopi lingkup regional Provinsi Jawa Barat.
3) Perbandingan realisasi kinerja terhadap target Renstra
Secara keseluruhan realisasi Produksi Pangan yang bersumber dari komoditi padi,
jagung dan ubi kayu pada Tahun 2018 sangat tinggi. Selain ditunjang dengan
cuaca yang memadai, pasokan pupuk, penyebaran benih dan mekanisasi sangat
mendukung melalui bantuan pemerintah\ kepada kelompok tani. Capaian produksi
pangan dibandingkan dengan target renstra terlihat pada tabel berikut:
Tabel III- 15 Perbandingan realisasi kinerja Produksi komoditi Pangan Tahun 2018 terhadap target Renstra
2015 2016 2017 2018
Kopi 6.872 7.036 5.277,43 6.606
T e h 3.460 3.551 3.560,72 3.576
Tembakau 1.358 1.362 1.371,01 1.376
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
PR
OD
UK
SI (
TON
)
T A H U N
GRAFIK 3. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI PERKEBUNAN
AKUNTABIITAS KINERJA
31
INDIKATOR SASARAN
2016 2017 2018 Target 2019
Target 2020
Target 2021
1. Produksi komoditas Tanaman Pangan 766.383 927.112 893.70 701.346 737.048 839.473 2. Produksi komoditas Hortikultura 326.637 346.937 446.876 400.936 376.479 384.793 3. Produksi Hasil Perkebunan 59.772 10.209 11.558 12.602 12.728 12.983
JUMLAH TOTAL 1.152.792 1.285.495 1.352.141 1.114.884 1.126.255 1.237.248
Tabel III-9 menunjukkan bahwa dari 3 komoditi sub sektor pertanian, produksi
komoditi tanaman pangan dan hortikultura Tahun 2018 sudah melebihi target akhir
tahun renstra. Masih tersisa dua tahun anggaran untuk mencapai target, namun
perlu menjadi catatan bahwa komoditi hortikultura rentan terhadap pengaruh
eksternal seperti kondisi pasar dan cuaca, hanya komoditi tertentu saja (kubis)
yang relatif stabil, Adapun sub sektor perkebunan tahun 2018 berada pada posisi
28,02%, yang ditandai dengan meningkatnya produksi kopi di perkebunan rakyat.
4) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target standar nasional
Perbandingan indikator kinerja yang Kabupaten Bandung dibandingkan dengan
target nasional Tahun 2017, diwakili oleh data produksi padi, jagung, ubikayu,
kedelai, bawang merah, cabe merah, kentang, kopi, t e h, cengkeh dan tembakau.
Tabel III- 16 Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2017 dengan target provinsi dan nasional
Komoditi Realisasi
2018 Target
Nasional %
1. Produksi komoditas Tanaman Pangan
- Padi 715.283 80.085.000 0,893
- Jagung (Ton) 83.591 23.484.708 0,356
- Ubi Kayu (Ton) 83.027 28.187.400 0,295
- Kedelai (Ton) 11.805 2.941.000 0,40
Jumlah 1 893.707 134.698.108 0,656
2. Produksi komoditas Hortikultura
- Bawang Merah (Ton) 64.626 1.293.846 4,995
- Cabe (Ton) 50.265 1.956.422 2,569
- Kentang (Ton) 104.802 1.403.314 7,468
- Tomat (Ton) 102.576 962.849 10,65
- Kubis (Ton) 91.765 1.442.624 6,361
- Jeruk 4.419 1.845.159 0,239
- Alpukat 15.667 363.157 4,314
- Strawberry 5.627 12.225 46,03
- Jambu Air 1.590 20.690 7,685
- Jambu Biji 5.539 56.365 9,827
Jumlah 2 446.876 9.356.651 4,776
AKUNTABIITAS KINERJA
32
Komoditi Realisasi
2018 Target
Nasional %
3. Produksi Hasil Perkebunan
- Kopi (Ton) 6.606 764.930 0,864
- Teh (Ton) 3.576 161.960 2,208
- Tembakau (Ton) 1.376 341.470 0,403
Jumlah 3 11.558 1.268.360 0,911
JUMLAH TOTAL 1.352.141 145.323.119 0,936 Sumber: Renstra kementan Tahun 2015-2019, diolah.
Tabel 3-11 menunjukkan bahwa posisi produksi padi Kabupaten Bandung dapat
menyumbang 0,89% terhadap target produksi nasional terbesar dari sub sector
tanaman pangan. Sedangkan pada sub sector hortikultura (sayuran) sumbangan
terbesar diperoleh dari produksi tomat yang menyumbang 10,65% terhadap target
nasional, buah-buahan strawberry menyumbang 46,03%. Adapun pada sub sector
Perkebunan, produksi teh Kabupaten Bandung dapat mensuplai 2,21% terhadap
target nasional.
5) Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator
Tanaman Pangan
Keberhasilan capaian indikator tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan
program kegiatan dan iklim yang mendukung budidaya. Tahun 2018 terjadi
peningkatan luas tanam dan luas panen beberapa komoditi penting, seperti padi
sawah, yang berkontribusi positif terhadap produksinya. Dari sisi produktivitas
komoditi padi mengalami peningkatan sekitar 0,06% yaitu dari 63,33 kuintal/ha/tahun
menjadi 63,39 kuintal/ha/tahun. Pertumbuhan luas tanam, luas panen, produksi dan
produktivitas komoditi tanaman pangan disajikan dalam tabel III-12.
Tabel III-17 Pertumbuhan produksi tanaman pangan Tahun 2017 terhadap Tahun 2016
No Uraian Komoditi 2017 2018 pertumbuhan
%
A PADI
1 Padi Sawah
Luas Tanam (ha) 104.238 96.125 -7,78
Luas panen (ha) 109.096 106.191 -2,66
Produksi (ton) 694.869 696.908 0,29
Produktivitas (kwt/ha) 63,69 65,63 3,05
2 Padi Gogo
Luas Tanam (ha) 1.485 15.154 920,47
Luas panen (ha) 1.550 3.985 157,10
Produksi (ton) 5.841 18.375 214,59
AKUNTABIITAS KINERJA
33
No Uraian Komoditi 2017 2018 pertumbuhan
%
Produktivitas (kwt/ha) 39,33 46,11 17,24
JUMLAH PADI
Luas Tanam (ha) 106.717 111.619 4,59
Luas panen (ha) 110.646 112.884 2,02
Produksi (ton) 700.710 715.283 2,08
Produktivitas (kwt/ha) 63,33 63,39 0,09
B Jagung
Luas Tanam (ha) 20.196 14.399 -28,70
Luas panen (ha) 18.160 13.468 -25,84
Produksi (ton) 120.630 83.591 -30,70
Produktivitas (ku/ha) 66,43 62,07 -6,56
C Kedelai
Luas Tanam (ha) 1060 5.644 50,75
Luas panen (ha) 801 8.577 909,06
Produksi (ton) 1122 11.805 854,32
Produktivitas (ku/ha) 14.01 14.56 -5,42
D Ubi Kayu
Luas Tanam (ha) 4.243 3.434 -19,07
Luas panen (ha) 5.013 4.776 -4,73
Produksi (ton) 105.772 83.027 -21,50
Produktivitas (ku/ha) 211,00 173,84 -17,61
Peningkatan produksi padi meningkat 2,08% dari tahun 2017, hal ini
dipengaruhi oleh peningkatan luas tanam sebesar 4,59% dan luas panen sebesar
4,59%. Peningkatan produksi, luas tanam dan panen tersebut berdampak pada
peningkatan produktivitas sebesar 0,09 kwintal/hektar. Berbanding terbalik dengan
komoditi jagung dan ubi kayu yang mengalami penurunan.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi komoditi padi yaitu
peningkatan luas tanam yang berkorelasi terhadap peningkatan Indeks Pertanaman
(IP) padi. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui peningkatan luas tanam,
sarana pertanian dan infrastruktur dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif
dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan,
khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan produktivitas
komoditas, disamping pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi
Tanaman).
Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di
tahun 2009; 1,98 di tahun 2011; 2,01 pada tahun 2012; 2,27 pada Tahun 2013; 2,51
AKUNTABIITAS KINERJA
34
pada tahun 2014; 2,43 pada Tahun 2015, 2,65 tahun 2016, 2,67 pada Tahun 2017
menjadi 2,69 pada Tahun 2018.
Upaya peningkatan produksi padi di Kabupaten Bandung melalui efisiensi
produksi saat ini menjadi alternatif yang penting, dimana alternatif secara
ekstensifikasi perluasan areal semakin sulit ditempuh. Efisiensi produksi yang dapat
ditempuh melalui upaya intensifikasi atau perbaikan teknologi pada penggunaan
sarana produksi maupun peningkatan kualitas infrastruktur.
Selain itu efisiensi produksi juga dapat dilakukan dalam rangka mengurangi
tingkat kehilangan hasil, diantaranya melalui perbaikan pada proses pasca panen,
pengendalian OPT dan penggunaan benih unggul. Tingkat kehilangan hasil produksi
padi dari tahun ke tahun dapat dikurangi. Pada Tahun 2016 tingkat kehilangan
mencapai 10,07% dan pada Tahun 2017 dapat ditekan menjadi 10,01% (Tabel 3-11).
Tabel III- 18 Tingkat kehilangan hasil komoditas padi
No Komponen 2016 2017 2018
1 Panen 0,48 0,48 0,47
2 Perontokan 3,11 3,11 3,07
3 Pengeringan 3,75 3,81 3,77
4 Pengilingan 2,65 2,62 2,62
JUMLAH 10,07 10,01 9,93
Tabel III-11 memperlihatkan bahwa tingkat kehilangan hasil dari tahun-ketahun
terus mengalami penurunan. Hal ini memperlihatkan bahwa kualitas panen padi tiap
tahun terus meningkat, beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil padi
adalah : (1) Varietas padi, varietas unggul padi yang telah dilepas dan diadopsi oleh
petani sebagaian besar termasuk yang mudah rontok, sehingga padi tidak banyak
lagi yang tertinggal malainya, serta petani dalam pemanenan (ngarit padi) telah
melakukan penumpukan sementara dengan memakai alas; (2) Umur panen padi,
sangat berpengaruh terhadap besarnya kehilangan hasil. Bila panen muda atau
belum masuk optimum maka mutu gabah yang dihasilkan akan rendah, banyak bulir
hijau. Sebaliknya padi yang dipanen terlalu tua atau terlewat masak, hasil akan turun
karena gabah banyak yang rontok; (3) Alat panen, dengan diintroduksinya varietas-
varietas unggul baru padi yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek,
maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke sabit. Sabit harus
AKUNTABIITAS KINERJA
35
tajam agar saat pemotongan padi tidak terjadi goyangan yang kuat, sehingga tidak
menyebabkan gabah rontok, ataupun sekarang sudah banyak kelompok tani yang
menggunakan powerthraser; (4) Sistem panen, pemanenan padi sistem individual
(keroyokan) dengan jumlah pemanen yang tidak terbatas, mendorong pemanen
untuk berebut memotong padi sebanyak-banyaknya. Akan lebih baik jika pemanenan
padi menggunakan alat perontok pedal Thresher atau power thresher; (5) perontok
padi dapat dilakukan dengan cara diinjak-ijak, dipukul, dibanting, pedal thresher, dan
mesin perontok, proses perontokan padi memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap kehilang hasil padi secara keseluruhan. sebagian besar petani melakukan
perontokan dengan cara dibanting terlalu keras maka banyak gabah yang terlempar
keluar dari alas. Sebaliknya jika dibanting terlalu lemah dan hanya beberapa kali
membanting, maka banyak gabah yang tidak rontok menempel pada malainya dan
ikut terbuang bersama jeraminya. Masalah terakhirr inilah yang menyebabkan
kehilangan hasil cukup besar.
Sebagaimana tabel di atas kehilangan pada saat perontokan mengalami
peningkatan sebesar 0,04% demikian pula pada saat pengeringan yang mencapai
0,04%. Hal ini terkait dengan proses mekanisasi pasca panen padi, dimana pada saat
perontokkan kelompok tani melaui penggunaan Power threaser, sedangkan pada
tahapan pengeringan sudah ada perbaikan sarana pengeringan di UPJA maupun
waktu pengeringan yang lebih singkat sebagai dampak dari panas matahari yang
lebih banyak pada Tahun 2018. Selain itu peningkatan harga GKP dan GKG,
menjadikan petani lebih berhati-hati dalam penggilingan padi.
Penanganan pasca panen tidak akan terlepas dari interaksi faktor-faktor yang
membentuk sistem pascapanen. Dengan demikian untuk memperbaiki sistem
pascapanen diperlukan pendekatan yang menyeluruh terhadap komponen-
komponen sistem untuk memperbaiki struktur dan manajemen sistem sehingga
diperoleh berbagai alternatif perbaikan keluaran sistem yang diperbaiki. Strategi
penanganan pasca panen harus ditempatkan sebagai bagian integral dari program
pengembangan sistem usahatani padi. Berdasarkan keragaan lingkungan, strategi
perbaikan penanganan panen dan pascapenen harus dilaksanakan dengan prinsip
location spesifik dengan tetap mengacu pada asas selektif. Dengan mengacu pada
aspek selektif, perbaikan penanganan pascapenen padi tidak terbatas pada
penanganan perbaikan teknologi saja tetapi juga perbaikan dari aspek sosial ekonomi
dan kelembagaan.
Realisasi produksi jagung mencapai 83.591 ton (Jagung pipilan kering) atau
sebesar 182,89 % dari target Tahun 2018 serta turun sebesar dan turun 30,71% dari
AKUNTABIITAS KINERJA
36
Tahun 2017. Penurunan produksi ini dikarenakan pada Tahun 2018 terjadi penurunan
luas tanam dari 20.196 Ha menjadi 14.399 Ha yang diiringi dengan penurunan
produktivitas sebesar 4,36 Kwt/ha, dalam hal provitas ini menurun 5,6% dari Tahun
2017. Produksi jagung pipilan kering lebih diperoleh pada sentra produksi jagung
yang potensial di beberapa kecamatan seperti Nagreg, Pacet, Cicalengka, Cimenyan,
Paseh, Cikancung, Kutawaringin dan Cikancung. Penurunan ini pula sebagai akibat
dari menurunnya program pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan
produksi jagung. Selain itu banyaknya petani yang beralih ke tanaman komoditas lain
serta mempercepat panen untuk pemenuhan permintaan jagung muda (baby corn).
Produksi kedelai pada tahun 2018 dapat melampaui target yaitu sebesar
11.805 ton atau 1052% dari target renja. Tercapainya target produksi kedelai tersebut
ditunjang dengan peningkatan luas panen dari 850 Ha pada Tahun 2017 menjadi
8.577 Ha pada Tahun 2018 dengan produktivitas sebesar 13,76 kwt/ha atau menurun
5,42% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini ditunjang dengan berbagai program
pemerintah pusat, terutama dengan program Fasilitasi peningkatan budidaya Kedelai
pada Tahun 2018.
Hortikultura
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas
hortikultura unggulan di Kabupaten Bandung Tahun 2018 ini terjadi peningkatan yang
cukup signifikan walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti
keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain
iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan
pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu
menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga dan
terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan internal diantaranya adalah peralihan
komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena
digunakan untuk keperluan lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas
hortikultura berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi.
Sebagaimana Tabel III-8, dapat dilihat bahwa dari 5 komoditi utama hortikultura
sayuran yang menunjang IKU dinas, Komoditi Bawang merah, cabe dan kubis dapat
melebihi target, sedangkan komoditi tomat dan kentang tidak tercapai. Namun
demikian komoditi sayuran kubis mengalami penurunan sebesar 5,447% dari Tahun
sebelumnya, sedangkan yang lainnya meningkat dengan rata-rata sebesar 28,36%.
AKUNTABIITAS KINERJA
37
Capaian realisasi indicator tersebut ditunjang dengan kegiatan budidaya
sayuran selama Tahun 2018. Lebih lengkap pertumbuhan produksi dan budidaya
komoditi hortikultura disajikan dalam tabel berikut.
Tabel III- 19 Pertumbuhan capaian komoditas hortikultura (sayuran) Tahun 2016 -2018
Uraian Komoditi Realisasi
2016 Realisasi
2017 Realisasi
2018
% 2018 thd
2017
Bawang Merah
Luas Tanam (Ha) 3.597 3.788 5.927 56,47
Luas Panen (Ha) 3.321 3.842 5.279 37,40
Produksi (Ton) 38.738 45.184 64.626 43,03
Produktivitas (kwt/ha) 116,64 116,64 122,42 4,96
Cabe Merah
Luas Tanam (Ha) 892 892 2.076 132,74
Luas Panen (Ha) 548 548 2.187 299,09
Produksi (Ton) 18.494 18.494 50.265 171,79
Produktivitas (kwt/ha) 337,48 337,48 229,8 -31,91
Kentang
Luas Tanam (Ha) 5.428 5.428 4.643 -14,46
Luas Panen (Ha) 5.074 4.382 4.107 -6,28
Produksi (Ton) 102.500 102.500 104.802 2,25
Produktivitas (kwt/ha) 202,01 202,01 255,19 26,33
Tomat
Luas Tanam (Ha) 1.016 1.016 1.125 10,73
Luas Panen (Ha) 865 865 2.932 238,96
Produksi (Ton) 21.709 21.709 102.576 372,50
Produktivitas (kwt/ha) 250,97 250,97 349,85 39,40
Kubis
Luas Tanam (Ha) 5.256 5.256 4.269 -18,78
Luas Panen (Ha) 4.766 4.218 3.969 -5,90
Produksi (Ton) 107.422 107.422 91.765 -14,58
Produktivitas (kwt/ha) 225,39 225,39 231,2 2,58
Produksi bawang merah meningkat sebesar 43,03% dari Tahun 2017
berbanding lurus dengan peningkatan luas tanam, panen serta produktivitas. Luas
tanam dan panen masing masing meningkat sebesar 56,47% dan 37,40% dapat
dilakukan mengingat pada Tahun 2018 selain pelaksanaan program kegiatan
AKUNTABIITAS KINERJA
38
pemerintah dalam perluasan areal budidaya, kegiatan budidaya dilakukan secara
intensif baik dalam penyediaan saprodi ditunjang pula dengan pengendalian OPT dan
pendampingan/pembinaan penyuluh pertanian disamping kondisi agroklimat yang
mendukung. Kondisi yang sama juga pada budidaya cabe merah dimana
peningkatan produksi berasal dari peningkatan luas tanam sebesar 132,74% dan
Luas tanam sebesar 299,09%. Namun peningkatan luas tanam dan panen ini tidak
diimbangi dengan produktivitas yang menurun sebanyak 31,91%. Hal ini terkendala
dengan terbatasnya penanganan serangan OPT.
Pada komoditi kentang peningkatan produksi disebabkan oleh peningkatan
produktivitas sebesar 26,33%, walaupun dari sisi Luas tanam menurun sebesar
14,46% sebagai akibat dari program Citarum Harum dan alih komoditi menjadi
tanaman kopi, serta penurunan luas panen sebesar 6,28%. Demikian pula dengan
komoditi kubis, walau produktivitasnya naik sebesar 2,58%, tetapi luas tanam dan
luas panen menurun masing-masing 18,78% dan 5,9%.
Selain komoditi sayuran yang menunjang capaian produksi komoditi
hortikultura, juga terdapat komoditi buah-buahan unggulan yang menyumbang
produksi cukup besar di antaranya Jeruk, Alpukat, Strawberry, Jambu Air dan Jambu
biji. Secara keseluruhan produksi buah-buahan unggulan sebesar 32.842 ton yang
menunjang 7,35% terhadap produksi hortikultura.
Tabel III- 20 Capaian komoditas hortikultura buah-buahan Tahun 2018
Komoditi
Tanaman dibongkar
dan tua (pohon)
Tanam baru
(pohon)
Tanaman belum
menghasilkan (pohon)
Tanaman produktif (pohon)
Jumlah Akhir tanaman (pohon)
Jumlah Produksi
(Ton)
Jeruk 119.769 47.437 393.452 580.106 975.314 4.419
Alpukat 33.581 28.976 383.412 872.395 1.259.435 15.667
Jambu Air 13.669 16.863 39.727 207.168 248.481 1.590
Jambu Biji 28.093 18.046 103.151 428.026 537.122 5.539
Buah-buahan selain berfungsi penghasil buah dalam peningkatan ketersediaan
gizi masyarakat dan ekonomi petani, juga berperan sebagai penguat dan
pencegahan erosi tanah. Dari sisi jumlah, tanaman alpukat terbesar dalam
menyumbang produksi buah-buahan yaitu berjumlah 1.259.435 pohon, diikuti oleh
tanaman jeruk baik jeruk siam maupun jeruk besar sebanyak 975.314 pohon, jambu
biji sebanyak 537.122 pohon dan jambu air sebanyak 248.481 pohon. Jumlah
tanaman buah-buahan tersebut tidak seluruhnya dapat menghasilkan, sebagian saja
yang produktif menghasilkan buah. Tanaman jeruk yang produktif sebesar 59,48%,
alpukat sebesar 69,27%, Jambu air sebesar 83,37% dan jambu biji sebesar 79,69%.
AKUNTABIITAS KINERJA
39
Untuk menjaga keberlanjutan, Tahun 2018 penanaman baru sebanyak 111.322
pohon, masing-masing tanaman jeruk sebanyak 47.437 pohon, alpukat sebanyak
28.976 pohon, jambu air sebanyak 16.863 pohon dan jambu biji sebanyak 18.046
pohon.
Perkebunan
Capaian komoditi perkebunan tidak memenuhi target, baik kopi, t e h, maupun
tembakau, namun ketidak tercapaian komoti kopi, teh dan tembakau masih dalam
tahap kewajaran yaitu masing-masing 90,02%, 97,79% dan 97,04%. Namun
demikian produksi kopi dan tembakau mengalami peningkatan masing masing
sebesar 25,18% dan 0,36%, sedangkan tea turun sebesar 1% dari Tahun 2017.
Peningkatan produksi komoditi perkebunan merupakan hasil dari peningkatan
performa budidaya yang dilakukan pada Tahun 2018, baik panen dari penanaman
tahun sebelumnya maupun peningkatan produktivitas. Produksi kopi dipengaruhi
oleh luas tanam dan pohon produktif, serta penerapan manajemen budidaya yang
baik. Tahun 2018 luas tanam bertambah 4,3% dari Tahun 2017 menjadi 11.029 Ha,
dengan produksi rata-rata perhektar sebesar 0,89 ton/Ha atau meningkat 13,91%.
Peningkatan luas tanam selain ditunjang dengan program pemerintah Citarum
Harum, yang umumnya terjadi peralihan budidaya dari sayuran ke tanaman keras
perkebunan khususnya kopi pada lahan dengan kontur >15%. Selain itu dewasa ini
pamor kualitas kopi Kabupaten Bandung khususnya Java Preanger mendapat
sambutan positif dari pasar, dan juga mendapat penghargaan pada berbagai even
baik tingkat regional maupun nasional sehingga secara tidak langsung mendongkrak
harga berasan. Sehingga komoditi kopi Kabupaten Bandung merupakan salah satu
produk yang memiliki nilai ekonomis penting dan dapat meningkatkan minat para
petani untuk membudidayakannya.
Tabel III- 21 Pertumbuhan capaian komoditas perkebunan Tahun 2016 -2018
Uraian Komoditi Realisasi
2016 Realisasi
2017 Realisasi
2018 %
2018 thd 2017
Kopi
Luas Tanam (Ha) 10.572 10.574 11.029 4,30
Produksi Mentah (Ton) 28.143 21.109 26.427 25,19
Hasil Olahan (Ton) 7.035 5.277 6.606 25,18
Produksi Rata2 (Ton/Ha) 1,05 0,78 0,89 13,91
T e h
AKUNTABIITAS KINERJA
40
Uraian Komoditi Realisasi
2016 Realisasi
2017 Realisasi
2018 %
2018 thd 2017
Luas Tanam (Ha) 1.701 1.701 1.701 0,00
Produksi Mentah (Ton) 17.756 17.010 17.882 5,13
Hasil Olahan (Ton) 3.551 3.612 3.576 -1,00
Produksi Rata2 (Ton/Ha) 2,15 2,15 2,17 0,70
Tembakau
Luas Tanam (Ha) 1.524 1.524 1.524 0,00
Produksi Mentah (Ton) 6.810 6.855 6.881 0,38
Hasil Olahan (Ton) 1.362 1.371 1.376 0,36
Produksi Rata2 (Ton/Ha) 0,89 0,89 0,90 1,12 .
6) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Sebagaimana Tabel III-8, dari tiga sub sektor yang menunjang indikator
sasaran tercapainya produksi pangan, capaian produksi komoditi tanaman pangan
sebesar 128,51% dari target yang ditetapkan, berikutnya capaian produksi komoditi
hortikultura sebesar 112,57% dan terendah capaian produksi komoditi perkebunan
sebesar 93,11%. Dengan kata lain secara keseluruhan jumlah capaian indikator
produksi pangan sebesar 122,39%. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada
dalam hal ini pelaksanaan kegiatan (penggunaan anggaran belanja) yang secara
langsung atau tidak langsung menunjang capaian indikator kinerja.
Upaya pencapaian indikator ini ditunjang dengan 3 program dan 24 kegiatan
dengan penggunaan anggaran sebesar Rp24.288.850.608,- dari yang ditargetkan
sebesar Rp.23.529.771.431, atau 96,87 Sehingga dengan demikian tingkat efisiensi
pencapaian indikator-indikator populasi ternak mencapai 1,26 (efisien).
7) Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian indikator kinerja
Upaya peningkatan dan pencapaian target produksi pangan dilakukan melalui
pelaksanaan 3 program dan 24 kegiatan. Secara umum program-program yang
dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya dan potensi
petani/kelompok tani dalam meningkatkan produktivitas dan luas tanam.
Dalam Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)
dilakukan kegiatan-kegiatan berupa upaya intensifikasi lahan pertanian melalui
pemberian benih dan pupuk, pembinaan dan bimbingan penerapan teknologi
budidaya yang baik, Gerakan masyarakat/kelompok tani dalam giat tanam dan
pengendalian OPT serta kegiatan lain yang menunjang kelancaran program
AKUNTABIITAS KINERJA
41
pemerintah pusat. Program kegiatan yang menunjang capaian indicator kinerja ini
disajikan dalam table berikut.
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
1 2 3
Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)
Produksi tanaman pangan (padi, Jagung, ubi kayu)
893.707 ton
Penyusunan data base potensi produksi pangan
Jumlah Buku Data Pokok Pertanian Tersedia
5 Buku
Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija
Jumlah Luas Lahan yang Tertanami 1.060 Ha
Jumlah sosialisasi, Bimbingan Teknis, rakor, temu lapang, temu usaha yang dilaksanakan
27 kali
Jumlah kelompok pajale terfasilitasi sarana 23 kelompok
Pengembangan diversifikasi tanaman Jumlah Pengembangan Diversifikasi Aneka Kacang dan Umbi
5 Ha
Mengikuti HPS, rapat-rapat koordinasi, konsultasi pembinaan dan operasional kegiatan
12 bulan
Pengembangan perbenihan/perbibitan Jumlah pelaksanaan sertifikasi benih padi lokal
2 kali
Jumlah benih padi lokal yang dilepas 42.286 kg/GKG
Jumlah jenis sarana dan prasarana UPT terpelihara
4 jenis
Jumlah petugas pembantu pelaksana teknis kegiatan
3 orang
Peningkatan produksi, produktivitas dab mutu produk perkebunan, produk pertanian
Jumlah Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu
700 Orang
Jumlah kelompok yang mendapatkan sarana pertanian
15 Kelompok
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Persentase Peningkatan Indeks Pertanaman (IP)
1.11%
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Jumlah pemeliharaan peralatan dan mesin 5 Jenis
Jumlah fasilitasi sarana Teknologi Pertanian Tepat Guna
23 Kelompok
Jumlah pemantauan sarana prasarana pertanian
5 Jenis
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
Jumlah Infrastruktur Pertanian yang Terpelihara/terbangun
10 Lokasi
Jumlah Raperda Tersusun (Raperda LP2B) 1 Raperda
Peningkatan Infrastruktur Pertanian (DAK)
Jumlah Prasarana Pertanian 35 Unit
Peningkatan Infrastruktur Pertanian (DBHCHT)
Jumlah Jalan produksi terbangun 1 paket
Jumlah Embung-embung terbangun 1 paket
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Produksi Non-Pangan Utama (Perkebunan dan Hortikultura)
458,434 Ton
AKUNTABIITAS KINERJA
42
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan
Jumlah fasilitasi Sarana Produksi pengembangan perkebunan
134 unit
Sertifikasi benih perkebunan 1 paket
Kajian pengembagan Kopi Java Preanger 1 kegiatan
Jumlah Laporan Update Data Perkebunan (kopi) dan Identifikasi Kopi Lokal
1 dokumen
Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan
Jumlah Peningkatan Mutu Bibit Sayuran 1.400 Kg
Jumlah Pemberian Bantuan Alat dan Perlengkapan Instalasi Hidroponik
22 unit
Jumlah Kelompok Yang Terlatih dalam Budidaya Jamur
3 kelompok
Penanganan Panen dan Pasca Panen Bahan Baku Tembakau ( DBHCHT )
Jumlah Uji Multi Lokasi Tembakau 5 varietas
Jumlah peralatan pasca panen dan pengendalian hama penyakit
5 jenis
Jumlah SDM yang faham tentang perbenihan tembakau
60 orang
Jumlah fasilitasi sarana penerapan teknologi pertanian
5 jenis
Penyediaan Sarana Produksi Hortikultura
Jumlah fasilitasi Sarana Teknologi Budidaya Pertanian
3 kelompok
Pengembangan Hortikultura pada Lahan Kering
Jumlah Kelompok Tani Yang Menerapkan Budidaya Sesuai GAP
2 kelompok
Jumlah Kelompok Yang Mengoptimalisasikan Pemanfaatan Lahan Kering Untuk Budidaya Buah-buahan
2 kelompok
Jumlah Kelompok Tani Yang Menerapkan Teknologi Pertanian Sederhana Untuk Mendukung Produktivitas Tanaman
1 kelompok
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hortikultura
Jumlah varietas lokal hortikultura Kabupaten Bandung yang termurnikan
1 varietas
Jumlah Peningkatan SDM penerapan Teknologi Pertanian Berbasis Ramah Lingkungan
22 orang
Pengendalian Komoditas Perkebunan Jumlah Peningkatan SDM Pengembangan Perkebunan Ramah Lingkungan
50 orang
Jumlah kajian pengendalian OPT 1 dokumen
Jumlah Peningkatan Petugas Penilai Usaha Perkebunan
1 orang
Pengembangan Budi Daya Sayuran Jumlah Luas Lahan dalam Pengembangan Sayuran (Kentang, Bawang Merah, Bawang, Sayuran Dataran Rendah, dan Sayuran Eksklusif)
80 Ha
Pengembangan Budi Daya Buah- buahan
Jumlah Penanaman Komoditi Buah-buahan 36 Ha
Pengembangan Budi Daya Tanaman Obat
Jumlah Luas Lahan dalam Pengembangan Tanaman Obat
1 Ha
Pengembangan Budi daya Florikultura Jumlah Luas Pengembangan Tanaman Hias 500 m
Pengembangan Tanaman Perkebunan Tahunan dan Penyegar
Jumlah gerakan tanam kopi 1 kegiatan
AKUNTABIITAS KINERJA
43
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
Jumlah Pengembangan Budidaya Lebah Madu
1 kegiatan
Jumlah kegiatan perbanyakan dan pengembangan kopi arabica Java Preanger
1 kegiatan
Jumlah Peningkatan SDM Aparatur Perkebunan
4 orang
Jumlah peningkatan SDM dalam hal perbanyakan tanaman (grafting)
30 orang
Jumlah Fasilitasi Sarana Budidaya Tanaman Perkebunan (obat dan pupuk)
2 jenis
Jumlah perluasan tanaman kopi 26.680 pohon
Jumlah pengembangan tanaman kopi 40.000 pohon
Pengembangan Tanaman Perkebunan Semusim dan Rempah
Jumlah luas lahan dalam pengembangan tanaman semusim dan rempah
2 ha
Jumlah Luas Lahan dalam Pengembangan Tanaman Perkebunan Semusim dan Rempah
4 Ha
Pengembangan Perbibitan Tanaman Hortikultura dan Perkebunan
Jumlah jenis bibit tanaman tersedia di UPT perbibitan pertanian
4 jenis
Jumlah petugas pembantu pelaksana teknis kegiatan
1.920 HOK
Jumlah jenis bibit tanaman tersedia di UPT Perbibitan Pertanian
4 jenis
Jumlah petugas pembantu pelaksana teknis kegiatan
8 orang
Pengembangan Budidaya Sayuran (DID)
Jumlah kelompok penerima bantuan 5 kelompok
3.2.4. Sasaran Strategis 3: Tercapainya Populasi Ternak
3.2.4.1. Indikator: Jumlah Populasi Ternak
1. Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target
Indikator ini merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan
pada tahun 2018. Jumlah populasi ternak diperoleh dari hasil Akumulasi populasi
ternak ruminansia besar (sapi perah dan sapi potong), ruminansia kecil (domba dan
kambing) serta ungags (ayam ras pedaging, Ayam buras, Ayam ras petelur dan itik).
Data diperoleh dari pengumpulan, pengolahan dan rekonsiliasi statistic dengan BPS
dan database Provinsi Jawa Barat. Adapun indikator untuk sasaran ini terurai seperti
pada tabel dibawah ini:
Tabel III- 22 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Populasi Ternak
Tahun 2018
Jenis Ternak Target Realisasi
% (Ekor) (Ekor)
Ruminansia Besar 63.330 62.989 99,46
AKUNTABIITAS KINERJA
44
Jenis Ternak Target Realisasi
% (Ekor) (Ekor)
Ruminansia Kecil 298.554 306.877 102,79
Unggas 7.326.814 7.336.443 100,13
JUMLAH 7.688.698 7.706.309 100,23 Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2018
Tabel III-16 menunjukkan bahwa secara keseluruhan target populasi ternak
dapat tercapai sebesar 100,23%, yaitu dari 7.688.698 ekor yang ditargetkan
terealisasi sebesar 7.706.309 ekor. Populasi ternak ruminansia besar (sapi perah dan
sapi potong) tidak dapat memenuhi target yang ditetapkan dengan capaian sebesar
99,46%, capaian tertinggi diperoleh dari jumlah populasi ternak ruminansia kecil
(domba dan kambing) sebesar 102,79%.
2. Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya
Gambaran pertumbuhan tiap komoditi untuk ternak ruminansia dapat dilihat
pada Grafik dibawah ini:
Grafik 4. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia
Sumber: Laporan Tahunan 2016-2018 dan Data Bidang Peternakan 2018 diolah.
Berdasarkan grafik 4 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan untuk ternak
ruminansia tertinggi dalam kurun waktu tiga tahun yaitu tahun dari 2016-2018 adalah
ternak domba dan Kambing yang merupakan ternak ruminansia kecil, peningkatan
populasi dari tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 1%. Sementara
untuk ternak ruminansia besar sapi potong dan sapi perah mengalami penurunan
populasi sebesar (-1,1%).
SAPI POTONG SAPI PERAH KAMBING DOMBA
Realisasi 2016 28.366 33.764 26.061 264.586
Realisasi 2017 28.528 33.705 25.813 273.218
Realisasi 2018 27.102 32.019 26.674 280.203
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
AX
IS T
ITLE
Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia
AKUNTABIITAS KINERJA
45
Populasi ternak unggas, secara umum mengalami peningkatan dimana rata-
rata peningkatan populasi sebesar 1,5% pada rentang tahun 2017-2018.
Pertumbuhan populasi terjadi pada jenis ternak unggas ayam buras 1% dan ayam
pedaging mengalami peningkatan sebesar 1% dibandingkan tahun 2017.
Peningkatan tertinggi pada populasi ternak itik yaitu sebesar 1,75% dan ternak ayam
petelur sebesar 1,4%. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak unggas
dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 5. Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2016-2018
Sumber: Data Bidang Peternakan 2016-2018 diolah.
3. Perbandingan realisasi kinerja terhadap target Renstra
Tahun 2018 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas
Pertanian Tahun 2016-2021. Gambaran capaian indikator kinerja Tahun 2018
terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut.
AYAM BURASAYAM RASPETELUR
AYAM RASPEDAGING
ITIK
Realisasi 2016 2.003.859 515.695 3.847.576 438.634
Realisasi 2017 2.011.726 365.563 4.109.271 327.045
Realisasi 2018 2.069.610 516.837 4.180.339 569.657
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
AX
IS T
ITLE
Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2016-2018
AKUNTABIITAS KINERJA
46
Tabel III- 23 Capaian indikator populasi ternak terhadap targe Renstra Tahun 2016-2020
Indikator Realisasi
2017
Realisasi
2018 2019 2020
Persen
(2018 /
2020)
Populasi ternak
ruminansia besar
(ekor)
62.233 62.989 63.805 64.283 97,99%
Populasi ternak
ruminansia kecil
(ekor)
299.031 306.877 304.114 309.787 99,06%
Populasi unggas
(ekor)
6.813.605 7.336.443 7.600.682 7.889.304 92,99%
Tabel di atas dapat dilihat bahwa capain populasi ternak sampai dengan tahun
2018 masih berada dibawah target yang telah ditetapkan pada tahun 2020. Dimana
capaian terendah sebesar 92,99% dicatatkan oleh populasi ternak unggas
sedangkan capain tertinggi dicapai oleh ternak ruminansia kecil sebesar 99,06%.
Berdasarkan kondisi tersebut maka prioritas pembangunan yang perlu mendapat
prioritas ialah untuk pengembangan ternak ungga agar pada akhir renstra target yang
sudah ditetapkan dapat tercapai.
4. Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target standar nasional
Perbandingan capaian populasi ternak ruminansia besar, ruminansia kecil dan
unggas Kabupaten Bandung dengan Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 disajikan
dalam Tabel Berikut:
Tabel III- 24 Perbandingan Populasi Ternak Kab. Bandung terhadap Populasi
Ternak Jawa Barat dan Nasional
Komoditi Realisasi
Populasi Kab. Bandung (ekor)
Target Populasi
% Populasi Nasional
% Jawa Barat (ekor)
SAPI POTONG 27.102 508.730 5,33 17.050.000 0,16
SAPI PERAH 32.019 152.709 20,97 550.000 5,82
KAMBING 26.674 2.596.099 1,03 18.721.000 0,14
DOMBA 280.203 15.487.426 1,81 17.398.000 1,61
AYAM BURAS 2.069.610 30.867.468 6,70 310.960.000 0,67
AYAM RAS PET 516.837 14.727.929 3,51 181.752.000 0,28
AYAM RAS PED 4.180.339 145.638.730 2,87 1.891.435.000 0,22
ITIK 569.657 10.932.486 5,21 51.239.000 1,11
Sumber Renstra Disnak Prov 2013-2018, Statistik Peternakan dan Keswan 2018 diolah
AKUNTABIITAS KINERJA
47
Tabel III-19 menunjukkan bahwa sumbangan ternak ruminansia besar yaitu
populasi ternak Sapi Perah terhadap target Jawa Barat merupakan tertinggi
dibandingkan dengan jenis ternak lainnya, yaitu sebesar 20,97%. Hal ini dikarenakan
iklim Kabupaten Bandung di beberapa wilayah sangat cocok untuk budidaya sapi
perah. Persentase terkecil pada populasi ternak ruminansia kecil yaitu kambing
sebesar 1,03%, mengingat ternak kambing yang dibudidayakan di Kabupaten
Bandung masih sangat terbatas. Begitupun jika dibandingkan dengan target nasional
maka sumbangsih tertinggi pada populasi nasional ialah ternak sapi perah yang
mencapai 5,82% dari populasi sapi perah nasional berada di Kabupaten Bandung
sedangkan kontribusi populasi terkecil ialah ternak kambing yang hanya 0,14%
terhadap populasi ternak kambing level nasional.
Sedangkan untuk komoditi unggas, penyumbang tertinggi pada populasi
unggas Jawa Barat adalah ayam buras sebesar 6,7%. Untuk komoditi unggas tidak
tampak peningkatan populasi yang signifikan, dikarenakan Kabupaten Bandung
bukan merupakan sentra unggas Jawa Barat.
5. Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator
Realisasi populasi ternak ruminansia besar sebagaimana Tabel III-14 di atas
masih berada dibawah angka target yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya:
- Banyaknya ternak ruminansia besar terutama sapi perah yang umurnya sudah
memasuki masa afkir namun tidak diimbangi dengan penyediaan ternak
penggantinya (replacement stock).
- Tingginya harga bakalan ternak yang berpengaruh pada jumlah ternak yang
dipelihara oleh peternak pada budidaya sapi perah, tingginya harga bakalan juga
dapat mendorong peternak untuk menjual pedet keluar wilayah Kabupaten
Bandung.
- Budidaya Sapi potong yang di Kabupaten Bandung masih mengarah pada
pemeliharaan untuk penggemukan, sementara untuk pembibitan masih sangat
terbatas dikarenakan masa pemeliharaan yang panjang, sehingga populasi sapi
potong akan sangat fluktuatif setiap tahunnya.
- Tingginya harga pakan konsentrat untuk sapi potong maupun sapi perah serta
rendahnya harga jual susu sapi perah menurunkan minat peternak untuk
memelihara ternak.
- Berkurangnya minat masyarakat, terutama generasi milenial sebagai penerus untuk
beternak sapi perah maupun sapi potong dan lebih memilih profesi lain yang
dianggap lebih menjanjikan.
AKUNTABIITAS KINERJA
48
Sementara capaian populasi ruminansia kecil sebagaimana Tabel III-15
melebihi target. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
- Meningkatnya minat masyarakat/peternak untuk beternak domba karena
dianggap lebih menuntungkan, selain tatalaksana pemeliharaan yang lebih
sederhana apabila dibandingkan dengan beternak sapi, juga karena sifat
domba yang dapat beranak lebih dari satu ekor per kelahiran.
- Masih tingginya permintaan daging domba terutama untuk keperluan akikah
dan keperluan rumah makan mendukung pertumbuhan ternak ruminansia
kecil.
- Kambing perah merupakan salah satu primadona baru di Kabupaten
Bandung, banyak peternak yang mulai memelihara kambing perah,
dikarenakan harga susu kambing yang cukup tinggi.
- Beralihnya beberapa peternak ternak ruminansia besar khususnya ternak sapi
perah ke usaha tani dan memelihara domba sebagai pekerjaan sampingan.
Pada Grafik pertumbuhan ternak unggas, terdapat peningkatan populasi
walaupun tidak signifikan yaitu sekitar 1% untuk ayam pedaging dan ayam buras,
sementara untuk ayam petelur meningkat sebesar 1,4% dan itik sebesar 1,7% hal ini
dapat disebabkan oleh :
- Masih tingginya harga DOC/DOD dan harga pakan ternak terutama untuk
pakan konsentrat membuat minat akan peningkatan usaha peternak
terhambat.
- Pemeliharaan unggas yang mempunyai titik kritis terutama pada saat musim
pancaroba. Dengan persentase angka serangan penyakit dan kematian yang
tinggi.
- Sementara faktor pendukung peningkatan populasi unggas diantaranya adalah
permintaan pasar yang cukup tinggi untuk komoditas unggas, pemeliharaan
terutama pada ayam buras dan itik tidak terlalu tergantung pada pakan konsentrat
pabrikan, sehingga dapat mempertahakan peningkatan populasi setiap tahunnya.
Beberapa program kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian staus
kesehatan hewan di antaranya pengendalian dan pencegahan melalui vaksinasi
PHMS: AI/ND, Rabies, Brucellosis dan pengawasan lalulintas ternak.
Selain itu capaian ini juga didukung oleh beberapa faktor diantaranya:
- Adanya bantuan berupa vaksin dan sarana penanggulangan penyakit dari
pemerintah provinsi Jawa Barat .
AKUNTABIITAS KINERJA
49
- Fasilitasi pelayanan, peralatan, sarana dan prasarana kesehatan hewan dari
pemerintah Kabupaten Bandung melalui
- Adanya petugas bantuan dari Kementrian Pertanian untuk penanganan
penyakit dilapangan
Diantara PHMS yang harus ditangani, adalah Penyakit AI dan ND yang
menyerang ternak ungags, serta Brucellosis pada ternak ruminansia besar. AI dan
ND merupakan penyakit yang menyerang pada unggas yang dapat menyebabkan
kematian yang cukup tinggi. Khusus untuk penyakit AI (Avian Influenza) penyakit
ini dapat menular pada manusia dan dapat menyebabkan kematian. Sehingga
berdasarkan hal tersebut maka penting sekali dilakukan pencegahan dan
penanggulangan penyakit ini. Masyarakat pada umumnya memiliki pengetahuan
dan pengalaman terhadap penyakit ND sehingga kematian yang disebabkan oleh
penyakit AI masih dianggap disebabkan oleh penyakit ND. Fakta di lapangan pun
memperlihatkan bahwa kejadian AI disertai dengan penyakit ND sehingga
pengendalian yang dilakukan tidak hanya untuk AI tetapi juga untuk ND.
Grafik 6. Data Lokasi Kasus Ai Di Kabupaten Bandung ( 2009 - 2017)
Grafik di atas menunjukkan kasus positif flu burung tahun 2018 terdapat 1 kasus
Flu Burung, yaitu di desa Jelegong Kecamatan Rancaekek. Kasus tersebut positif
flu burung terdapat pada ternak itik, sehingga tahun 2018 vaksinasi flu burung untuk
itik ditingkatkan, dari 42% tahun 2017 menjadi 97% pada tahun 2018 seperti diurai
dalam grafik berikut.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
DATA LOKASI KASUS AI DI KABUPATEN BANDUNG ( 2009 - 2017)
Jumlah Desa Jumlah Kec.
AKUNTABIITAS KINERJA
50
Vaksinasi brucellosis pada tahun 2018 sebanyak 1971 ekor, upaya yang dilakukan
merupakan preventif terhadap penyebaran penyakit Brucella, dimana pada Tahun
2018 tidak ditemukan kasus positif CFT. Sementara test dan slaughter tidak
dilaksanakan sehingga pengendalian Brucelosis dilakukan tidak hanya dengan
pengawasan lalu lintas namun juga dengan vaksinasi tertarget.
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Sebagaimana Tabel III-15, capaian populasi ruminansia besar sebesar 99,46%
dari target yang ditetapkan, sedangkan capaian populasi ternak ruminansia kecil
mencapai 102,79% dan populasi unggas sebesar 100,13%. Dengan kata lain
persentase rata-rata capaian indikator populasi ternak rata-rata sebesar 100,23%. Di
sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam hal ini pelaksanaan kegiatan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Ayam 500570 321040 18956 66032 36278 30312 24188 19762 21609 21680 48
Itik 20912 91805 48427 16128 9193 13281 36518 19822 13455 16723 19849
Entog 68711 37861 24947 16522 622 622 3171 1882 1294 557 510
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
Axi
s Ti
tle
Vaksinasi Unggas ( AI ND )
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1074
2917
1696
1129
3268
946
20562475
1971
VAKSINASI BRUCELOSIS
Jumlah ( ekor )
AKUNTABIITAS KINERJA
51
(penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung atau tidak langsung
menunjang capaian indikator kinerja.
Upaya pencapaian indikator ini ditunjang dengan 3 program dan 9 kegiatan
dengan penggunaan anggaran sebesar Rp7.834.579.400 dari yang ditargetkan
sebesar 8.615.068.000, atau 90,94 Sehingga dengan demikian tingkat efisiensi
pencapaian indikator-indikator populasi ternak mencapai 1,09 (efisien).
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian indikator kinerja
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung untuk mendukung
peningkatan populasi ternak dilaksanakan melalui 5 program dan 23 kegiatan.
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, dibangun sebagai upaya
pemerintah dalam pelayanan peningkatan status kesehatan hewan terutama
pengendalian terhadap Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS).
Program peningkatan produksi hasil peternakan, dibangun sebagai upaya
Dinas Pertanian dalam menumbuh kembangkan agribisnis peternakan Kabupaten
Bandung dimulai dari proses pembibitan ternak melalui optimalisasi UPTD,
penjaringan bibit dan peningkatan inseminasi buatan; pengembangan usaha melalui
pembinaan dan peningkatan kapasitas kelompok tani ternak.
Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan, dibangun sebagai
upaya pelayanan Dinas Pertanian khususnya UPTD Pasar Hewan dalam pemasaran
ternak ruminansia besar dan kecil baik pemasaran hasil budidaya peternak maupun
penyediaan bibit maupun indukan dari luar bagi para peternak Kabupaten Bandung
serta penyediaan ternak potong.
Program peningkatan penerapan teknologi peternakan, dibangun sebagai
upaya Dinas Pertanian dalam peningkatan penerapan teknologi tepat guna yang
mendorong produksi serta mengurangi dampak yang diakibatkan oleh proses
produksi peternakan.
Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak, dibangun sebagai upaya
Dinas Pertanian dalam pelayanan menyediaan produk hasil peternakan yang Aman
Sehat Utuh dan Halal (ASUH) melalui pembinaan dan pengawasan ketersediaan
produk di masyarakat, juga melalui pelayanan UPTD Rumah Potong Hewan
Ruminansia dan Unggas dalam pemotongan ternak.
Rincian program dan kegiatan yang menunjang capaian indikator sasaran
diurai dalam tabel berikut.
AKUNTABIITAS KINERJA
52
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
1 2 3
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
Persentase status kesehatan hewan 72%
Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak
Jumlah Hewan yang Difasilitasi Peningkatan Kekebalannya
27.991 ekor
Jumlah Penyelenggaraan promosi kesehatan hewan
3 Kegiatan
Pemusnahan ternak yang terjangkit penyakit endemik
Jumlah fasilitasi bahan untuk kontrol populasi
21 jenis
Jumlah Fasilitasi Sarana Biosecurity Unggas
4 jenis
Jumlah peningkatan SDM dalam hal pengawasan Hewan Penular Rabies (HPR)
50 orang
Pengawasan perdagangan ternak antar daerah
Jumlah monitoring lalu lintas ternak 31 Kecamatan
Jumlah pengembangan SDM dalam pengawasan lalu lintas hewan
50 Orang
Pelayanan Kesehatan Hewan dan Laboratorium
Peningkatan Kapasitas Pelayanan UPT Puskeswan dan Lab
1 Paket
Jumlah pelayanan kesehatan hewan, pengawasan serta pengendalian penyakit oleh UPT PUSKESWAN dan Lab
19.978 ekor
Peningkatan Sarana Prasarana Pusat Kesehatan Hewan dan Laboratoirum (DAK )
Jumlah gedung puskeswan terbangun 1 paket
Jumlah benteng gedung puskeswan terbangun
1 paket
Jumlah fasilitas alat kesehatan tersedia 5 jenis
Peningkatan prasarana dan prasarana pelayanan Kesehatan Hewan
Jumlah Ternak yang Tertangani Gangguan Reproduksi dan parasiter dan pemeriksaan kesehatan hewan
6.896 ekor
Jumlah Petugas yang dibimtek Pelayanan Keswan
14 orang
Program peningkatan produksi hasil peternakan
Tercapainya jumlah populasi ruminansia besar
59.121 ekor
Tercapainya jumlah populasi ruminansia kecil
306.877 ekor
Tercapainya jumlah populasi unggas 7.336.443 ekor
Pembangunan sarana dan prasarana pembibitan ternak
Jumlah lama pemeliharaan ternak di UPT Perbibitan Ternak
12 Bulan
Jumlah Peningkatan Sarana Pemeliharaan Ternak
4 Paket
Pembibitan dan perawatan ternak Jumlah Pelayanan IB Sapi Potong/Perah
28.615 ekor
Jumlah peserta bintek pembibitan ternak
18 Kelompok
AKUNTABIITAS KINERJA
53
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
1 2 3
Penjaringan Ternak Unggul (fasilitasi Kontes Ternak Bibit Tingkat Provinsi)
1 Kali Kegiatan
Pengembangan agribisnis peternakan Jumlah peternak yang mengikuti Bimbingan teknis peternakan
250 orang
Jumlah Fasilitasi Sarana dan Peningkatan Kapasitas Kelompok Budidaya Ternak (kelompok)
172 Kelompok
Jumlah ternak dalam menunjang program vertikal
75 ekor
Jumlah dokumen perencanaan pembangunan peternakan
2 dokumen
Penyusunan Data Statistik dan Informasi Peternakan
Jumlah Data Base (statistik) Peternakan 1 Dokumen
Pemberdayaan Masyarakat melalui Kewirausahaan Peternakan (DBHCHT)
Jumlah Sapi potong betina tersedia 27 ekor
Jumlah domba tersedia 65 ekor
Pengembangan Kawasan Peternakan Jumlah Desa Sentra Komoditi Ternak Unggulan dan Khas yang Terbentuk (lokasi)
1 Lokasi
Pembangunan sarana dan prasarana perbibitan ternak (DAK)
Jumlah fasilitasi sarana dan prasarana perbibitan ternak
1 Paket
Pengembangan Agribisnis Peternakan (DID)
Jumlah kelompok penerima bantuan 6 kelompok
Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan
Persentase sarana prasarana pemasaran pengolahan promosi hasil ternak
77.40
Pembangunan sarana dan prasarana pasar produksi hasil peternakan
Jumlah sarana dan prasarana pasar produksi hasil peternakan terbangun
2 lokasi
Pengembangan Pemasaran dan Pengolahan Hasil Produksi Peternakan
Jumlah pengembangan SDM Pasca Panen Produk Hasil Ternak
100 orang
Jumlah fasilitasi sarana peningkatan/pengolahan hasil peternakan
9 kelompok
Pelayanan Pasar Hewan Jumlah Pelayanan Penjualan Ternak di Pasar Hewan (ekor)
2.073 ekor
Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
Persentase Kelompok Dalam Pemanfaatan Teknologi Peternakan
1,68%
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi peternakan tepat guna
Jumlah Hijauan Makanan Ternak yang Dikembangkan
2 jenis
Jumlah Peningkatan SDM dalam penerapan teknologi
225 orang
Jumlah pemeriksaan Mutu Pakan dan Unsur Hara Kompos
6 Sampel
Jumlah Fasilitasi Sarana Teknologi Peternakan
11 jenis
AKUNTABIITAS KINERJA
54
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
1 2 3
Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak
Persentase produk asal hewan yang HAUS
82.05%
Pengawasan dan Pembinaan Penerapan Kesmavet dan Kesrawan
Jumlah masyarakat paham tentang penerapan Kesmavet
225 orang
Jumlah sampel PAH (Daging, Susu, Telur, olahan Ternak) diperiksa
1.296 sampel
Pelayanan Rumah Potong Hewan Jumlah Pemotongan Hewan di RPH 16.601 ekor
Jumlah Sarana Prasarana Kegiatan di UPT RPH
11 Jenis
Peningkatan Sarana Prasarana Rumah Potong Hewan Unggas
Jumlah sarana rumah potong hewan unggas
9 Jenis
Jumlah prasarana rumah potong hewan unggas
4 Jenis
Jumlah partisipasi dalam kegiatan hari krida pertanian
1 kegiatan
Pengendalian Ruminansia Betina Produktif
Jumlah Pengendalian Pemotongan Ruminansia Betina Produktif di RPH/tahun (ekor)
4 ekor
Jumlah pengembangan SDM dalam pengendalian pemotongan betina produktif
35 orang
Peningkatan Sarana Prasarana Rumah Potong Hewan Unggas (DAK)
Jumlah Perbaikan sarana RPU (IPAL) 1 paket
Jumlah Gedung pemotongan terbangun
1 paket
3.2.5. Sasaran Strategis 4: Meningkatkan efektifitas tata kelola Perangkat Daerah
Dinas Pertanian
Sasaran ini dibangun oleh 2 (dua) indikator utama, yaitu Persentase asset
dalam kondisi baik dan Nilai Akuntabilitas Kinerja.
3.2.5.1. Indikator: Nilai Akuntabilitas Kinerja
1) Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target
Sebagaimana IKU, indikator ini diperoleh dari Nilai yang diperoleh dari LHE
Inspektorat pada Tahun 2018. Tahun 2018 indikator sasaran ini ditargetkan AKIP
Dinas Pertanian dapat mencapai 65,1 (B) dan Nilai yang diperoleh dari LHE
Inspektorat sebesar 73,89 (BB) atau tingkat capaian sebesar 113,5%.
2) Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya
AKUNTABIITAS KINERJA
55
Indikator ini juga merupakan indikator sasaran baru sesuai hasil cascading kinerja
dan reviu Renstra. Capaian kinerja Tahun 2018 hanya bias dibandingkan dengan
Tahun 2017, mengingat Dinas Pertanian merupakan Perangkat Daerah hasil
penggabungan dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan; Dinas
Peternakan dan Perikanan; dan BKPPP sebagaimana Perda Nomor 12 Tahun
2016.
Capaian Nilai Akuntabilitas Kinerja Dinas Pertanian Tahun 2018 mengalami
peningkatan sebesar 3%, yaitu dari 71,74 pada Tahun 2017 menjadi 73,89.
3) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target Renstra
Tahun 2018 merupakan tahun ketiga dari periode Rencana Strategis Dinas
Pertanian. Gambaran variabel-variabel yang menunjang terhadap capaian
indikator kinerja Tahun 2018 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel
Berikut:
Tabel III- 25 Perbandingan realisasi kinerja Nilai AKIP Tahun 2018 terhadap target Renstra
INDIKATOR KINERJA
Tahun
2016 Realisasi
2017
Realisasi
2018
Target
2019
Target
2020
Nilai AKIP - 71,74 73,89 75,1 80,1
Tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi indikator kinerja terhadap target akhir
tahun renstra sebesar 92,25%. Untuk mencapai target akhir tahun Renstra masih
dibutuhkan peningkatan sebesar 6,21 poin, dimana selisih tersebut harus dapat
tercapai pada 2 tahun.
4) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target standar nasional
Nilai AKIP Dinas Pertanian Tahun 2018 sebesar 73,89 berada di atas rata-rata
Nilai AKIP Perangkat Daerah kabupaten. Standar Penilaian AKIP dibagi ke dalam:
Sangat Memuaskan AA 90.01 - 100.00
Memuaskan AA 80.01 - 90.00
Sangat Baik BB 70.01 - 80.00
Baik B 60.01 - 70.00
Cukup CC 50.01 - 60.00
Kurang C 30.01 - 50.00
Sangat Kurang D 0.00 - 30.00
5) Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator
AKUNTABIITAS KINERJA
56
Indikator ini diukur melalui penilaian oleh Inspektorat terhadap beberapa
komponen penilaian. Adapun sebagaimana LHE dapat diketahui hasil penilaian
komponen-komponen penilaian AKIP Dinas Pertanian sebagai berikut:
Tabel III- 26 Perbandingan realisasi kinerja Nilai AKIP Tahun 2018 terhadap standar per komponen penilaian.
Komponen Penilaian
Perencanaan Kinerja
Pengukuran Kinerja
Pelaporan Kinerja
Evaluasi Internal
Pencapaian Sasaran/ Kinerja
Organisasi
Total Nilai Hasil
Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja
Nilai Distan 22.21 19.38 10.15 4.87 17.38 73.89
Standar 30 25 15 10 20 100
Persentase % 74,03 77.52 67,67 48.68 86.88 73.89
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat capaian tertinggi diperoleh dari
komponen penilaian Pencapaian Sasaran/ Kinerja Organisasi sebesar 86,88,
sedangkan tingkat capaian terendah pada komponen Evaluasi Internal sebesar 48,68.
Sebagai upaya perbaikan, maka perlu ditingkatkan komponen penilaian dan pelaporan
kinerja.
a. Perencanaan kinerja
Evaluasi terhadap perencanaan kinerja meliputi penilaian atas 2 (dua) komponen, yaitu
(a) Perencanaan strategis dan (b) perencanaan kinerja tahun 2018.
Evaluasi terhadap perencanaan kinerja memperoleh nilai “22,21” atau 74,04% dari
bobot sebesar “30” karena masih terdapat kelemahan yang meliputi :
- Program /kegiatan yang ditetapkan tidak cukup untuk mencapai tujuan dan
sasaran
- Target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Renstra tidak berdasarkan basis
data yang memadai dan argument yang logis
- Keselarasan sasaran dokumen
- Sasaran dan indicator PK tidak mengacu pada isu strategis atau praktek terbaik
dan tidak menggambarkan kondisi (outcame) yang seharusnya terwujud pada
tahun ybs.
- Implementasi kinerja tahunan tidak seluruhnya dikaitkan dengan kondisi tentang
pemenuhan dan kualitas perencanaan kinerja tahunan.
b. Pengukuran Kinerja
Evaluasi terhadap pengukuran kinerja meliputi penilaian atas 3 (tiga) komponen, yaitu
(a) pemenuhan pengukuran (b) Kualitas pengukuran dan (c) Implementasi
pengukuran.
AKUNTABIITAS KINERJA
57
Evaluasi terhadap pengukuran kinerja memperoleh nilai “19,38” atau 77,50% dari
bobot sebesar “25” karena masih terdapat kelemahan yang meliputi
- IKU telah direviu, ada upaya perbaikan namun belum ada perbaikan yang
siignifikan
- Hasil pengukuran (capaian) kinerja belum dimanfaatkan sebagai dasar pemberian
rewards & punishment.
c. Pelaporan Kinerja
Evaluasi terhadap pelaporan kinerja meliputi penilaian atas 3 (tiga) komponen, yaitu
(a) pemenuhan pelaporan (b) penyajian informasi kinerja dan (c) Pemanfaatan
informasi kinerja.
Evaluasi terhadap pelaporan kinerja memperoleh nilai “10,15” atau 67,68% dari bobot
sebesar “15” karena masih terdapat kelemahan yang meliputi :
- Dokumen Laporan Kinerja belum menggambarkan informasi tentang efisiensi
penggunaan sumber daya, informasi keuangan yang terkait langsung dengan
seluruh pencapaian sasaran (outcame) dan keandalan data realisasi kinerja
d. Evaluasi Internal
Evaluasi terhadap evaluasi internal meliputi penilaian atas 3 (tiga) komponen, yaitu (a)
Pemenuhan evaluasi (b) Kualitas Evaluasi dan (c) Pemanfaatan Evaluasi.
Evaluasi terhadap evaluasi internal memperoleh nilai “4,87” atau 48,68% dari bobot
sebesar “10” karena masih terdapat kelemahan yang meliputi :
- Evaluasi program telah dilakukan namun tindak lanjut rekomendasi terkait dengan
perencanaan belum dilaksanakan seluruhnya
- Pemantauan rencana aksi yang dilaksanakan belum menunjukan hasil perbaikan
e. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi
Evaluasi terhadap pencapaian sasaran kinerja/organisasi meliputi penialaian atas 2
(dua) komponen, yaitu (a) Kinerja yang dilaporkan (output) dan (b) kinerja yang
dilaporkan (outcome)
Evaluasi terhadap pencapaian kinerja program organisasi memperoleh nilai “17,38”
atau 86,88% dari bobot sebesar “20”
6) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Capaian indikator Nilai AKIP sebesar 113,5% dari yang ditargetkan. Di sisi lain
penggunaan sumberdaya yang ada dalam hal ini pelaksanaan program
(penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung atau tidak langsung
menunjang capaian kinerja yaitu Program peningkatan pengembangan sistem
pelaporan capaian kinerja dan keuangan. Dari Pagu sebesar Rp. 192.582.000,-
dapat direalisasikan sebesar Rp. 185.909.000,- atau tingkat capaian sebesar
96,53%. Dengan kata tingkat efisiensi capaian indikator ini sebesar 1,18 (113,5%
/ 96,53%) (efisien). Dengan capaian efisiensi tersebut, dapat menggambarkan
AKUNTABIITAS KINERJA
58
efektivitas pelaksanaan program kegiatan, yaitu setiap Rp.1,- dapat dipergunakan
untuk menghasilkan 1,18 satuan hasil kinerja.
7) Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian indikator kinerja
Upaya dalam pencapaian Nilai AKIP dilakukan oleh secara sinergi antara sub unit
kerja dan dikoordinasikan oleh Sekretariat melalui pelaksanaan program
peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan yang
diuraikan ke dalam 3 kegiatan, yaitu:
a. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD,
kegiatan ini memfasilitasi penyediaan dokumen dan perlengkapan
perencanaan dan pelaporan dinas termasuk di dalamnya penyusunak
dokumen dan kelengkapan SAKIP.
b. Penyusunan laporan keuangan semesteran, kegiatan ini dilaksanakan sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan dokumen laporan keuangan semesteran.
c. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun, kegiatan ini dilaksanakan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dokumen laporan keuangan tahunan.
3.2.5.2. Indikator: Persentase asset dalam kondisi baik
1) Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target
Sebagaimana IKU, indikator ini diperoleh dari menghitung jumlah asset
barang/kendaraan dalam kondisi baik dibagi jumlah total barang/kendaraan.
Tahun 2018 indikator sasaran ini ditargetkan sebesar 87.6% asset dalam kondisi
baik dan dapat terealisasi sebesar 82,27% atau tingkat capaian sebesar 93,93%.
2) Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya
Indikator ini juga merupakan indikator sasaran baru sesuai hasil cascading kinerja
dan reviu Renstra. Selain itu Tahun 2018 merupakan tahun pertama penentuan
indicator sesuai dengan Perubahan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tahun
2016-2021.
3) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target Renstra
Tahun 2018 merupakan tahun ketiga dari periode Rencana Strategis Dinas
Pertanian. Gambaran variabel-variabel yang menunjang terhadap capaian
indikator kinerja Tahun 2018 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel
Berikut:
Tabel III- 27 Perbandingan realisasi kinerja persentase asset dalam kondisi baik Tahun 2018 terhadap target Renstra
INDIKATOR SASARAN
realisasi 2017
realisasi 2018
target 2019
target 2020
target 2021
Persentase aset dalam kondisi baik (%)
n.a 82,27 95.14 95.74 97.78
AKUNTABIITAS KINERJA
59
Tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi indikator kinerja terhadap target akhir
tahun renstra sebesar 82,27%. Secara keseluruhan mekanisme pengengolaan
asset Pemerintah Daerah dari tahun ke tahun mengalami perbaikan, sejalan
dengan penerapan SIMDA Barang, sehingga target capaian indikator kinerja pada
akhir tahun renstra diharapkan dapat tercapai.
4) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target standar nasional
Pengelolaan asset di lingkungan instansi pemerintah harus dapat dikelola dengan
baik, dimulai dengan pencatatan dan pendataan yang baik, maka perencanaan
dan pelaksanaan pengelolaan asset dapat lebih terarah. Pengelolaan asset di
masing-masing instansi pemerintah berbeda-beda dan tidak berkaitan antara
pemerintah pusat-provinsi dan kebupaten.
5) Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator
Indikator ini diukur melalui penjumlahan barang/kendaraan dalam kondisi baik
terhadap jumlah total asset yang dikelola. Tahun 2018 tingkat capaian indikator
persentase asset dalam kondisi baik terhadap target sebesar 93,93%. Operasional
dalam pengelolaan asset agar dalam kondisi baik dilakukan melalui upaya
perbaikan/servis terhadap barang/kendaraan yang rusak agar menjadi baik
kembali atau pemeliharaan kendaraan secara berkala oleh masing-masing
pengguna barang, selain itu barang/kendaraan yang rusak berat dan harus
dihapus diproses dan dikoordinasikan dengan Bagian Aset pada Badan Keuangan
Daerah yang mengelola Aset Pemda.
Realisasi capaian indikator kinerja yang tidak mencapai 100% (93,93) berasal dari
masih terdapat asset dalam proses penghapusan asset yang Rusak Berat di
Badan Keuangan Daerah serta tambahan asset yang Rusak Berat pada Tahun
2018. Tahun 2018 diusulkan penghapusan 20 unit kendaraan dinas.
6) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Capaian indikator Persentase asset dalam kondisi baik sebesar 93,93% dari yang
ditargetkan. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam hal ini
pelaksanaan program (penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung atau
tidak langsung menunjang capaian kinerja yaitu Program peningkatan sarana dan
prasarana aparatur. Dari Pagu sebesar Rp. 1.444.107.600,- dapat direalisasikan
sebesar Rp.1.192.152.837,- atau tingkat capaian sebesar 82,55%. Dengan kata
tingkat efisiensi capaian indikator ini sebesar 1,18 (97,96% / 82,55%) (efisien).
AKUNTABIITAS KINERJA
60
Dengan capaian efisiensi tersebut, dapat menggambarkan efektivitas pelaksanaan
program kegiatan, yaitu setiap Rp.1,- dapat dipergunakan untuk menghasilkan
1,18 satuan hasil kinerja.
7) Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian indikator kinerja
Upaya dalam peningkatan persentase asset dalam kondisi baik dilakukan oleh
Sekretariat melalui pelaksanaan program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur yang diuraikan ke dalam 4 kegiatan, yaitu:
a. Pembangunan gedung kantor, kegiatan ini berisikan pembangunan lanjutan
gudag alat mesin pertanian (lantai 2) sebagai ruang serbaguna Dinas
Pertanian, Pembangunan benteng/pagar dan lahan parkir UPT.
b. Pengadaan perlengkapan gedung kantor, kegiatan ini memfasilitasi
penyediaan perlengkapan gedung (gordyn, sumur/sumber air bersih dan
perlengkapan gudang dan pengarsipan).
c. Pengadaan mebeleur, kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan mebeleur dan mengganti yang sudah rusak di lingkungan dinas dan
UPT.
d. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, kegiatan ini dilaksanakan sebagai
memelihara bangunan kantor dinas dan UPT agar layak dalam pelayanan
kepada masyarakat. Dengan kegiatan ini diharapkan umur pakai gedung
kantor dinas dan UPT dapat bertambah.
e. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional, kegiatan ini
dilaksanakan dalam mengakomodasi kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan
kendaraan dinas, baik struktural maupun fungsional agar dapat digunakan dan
menunjang pelayanan kepada masyarakat.
Tabel III- 28 Program kegiatan penunjang capaian indicator Persentase asset dalam kondisi baik Tahun 2018
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
Persentase kebutuhan sarana dan prasarana perkantoran terpenuhi
100%
Pembangunan gedung kantor Terlaksananya Lanjutan Pembangunan Gudang Alat Mesin Pertanian
1 Paket
Pembangunan Benteng / Pagar UPT 3 lokasi
Jumlah lahan parkir UPT Puskeswan dan Laboratorium yang tertata
1 lokasi
Pengadaan perlengkapan gedung kantor
Jumlah perlengkapan gedung tersedia 3 Jenis
AKUNTABIITAS KINERJA
61
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/
Kegiatan (output) Realisasi
Pengadaan mebeleur Jumlah perlengkapan gedung tersedia 2 Jenis
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
Jumlah gedung kantor Dinas dan UPTD terpelihara (gedung)
9 Gedung
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
Periode Pemeliharaan Kendaraan Dinas Operasional
12 Bulan
B. Realisasi Anggaran
Anggaran Belanja langsung yang dialokasikan pada Urusan Pertanian untuk
mendukung pencapaian indikator strategis tersebut pada tahun 2018 ialah sebesar
Rp 58.906.327.844,- dengan realisasi sebesar Rp 55.874.893.359,- atau 94,9% .
Secara rinci pencapaian kinerja keuangan Tahun Anggaran 2018 berdasarkan
program dan kegiatan adalah sebagai berikut :
AKUNTABIITAS KINERJA
62
Tabel III- 29 Realisasi Anggaran yang mendukung Pencapaian Target Kinerja pada Tahun 2018
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
1 2 3 4 5 6 7 8
9
10
1 Meningkatnya daya saing hasil produksi pertanian
Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian (%)
11,62 14,03 120,74 Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
4.824.985.000 4.552.158.859 94,35
Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan daerah
298.000.000 286.397.000 96,11
Promosi Komoditas Unggulan
1.221.220.000 1.193.662.069 97,74
Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan
170.000.000 164.050.000 96,50
Pasca Panen Produk Perkebunan
1.283.780.000 1.122.078.990 87,40
Kontes Ternak dan Apresiasi Pembudidaya Peternakan
708.760.000 654.259.400 92,31
Promosi Atas Hasil Produksi Peternakan Unggulan Daerah
193.225.000 189.510.000 98,08
Pengolahan Hasil Perkebunan
950.000.000 942.201.400 99,18
2 Meningkatnya Penyuluhan Pertanian
Persentase kelompok yang naik kelas (%)
26 30,84 118,62 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
2.231.895.800 2.135.225.179 95,67
Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
100.000.000 100.000.000 100,00
AKUNTABIITAS KINERJA
63
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis
125.000.000 116.011.000 92,81
Peningkatan kemampuan lembaga petani
206.000.000 204.811.179 99,42
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Soreang
150.000.000 146.895.000 97,93
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Ciwidey
185.000.000 169.000.000 91,35
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Banjaran
185.000.000 168.750.000 91,22
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Bojongsoang
150.000.000 147.950.000 98,63
AKUNTABIITAS KINERJA
64
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Pacet
185.000.000 173.193.000 93,62
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Solokanjeruk
180.000.000 179.106.000 99,50
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Cikancung
185.000.000 183.890.000 99,40
Pembinaan , Pengendalian dan Pengembangan Pertanian Wilayah UPTD Pelaksana Program Penyuluhan Wilayah Cilengkrang
180.000.000 161.790.000 89,88
Pengembangan POS Penyuluhan Pedesaan (Posluhdes) ( Bantuan Gubernur )
400.895.800 383.829.000 95,74
Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan
2.108.586.000 1.985.372.697 94,16
AKUNTABIITAS KINERJA
65
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Peningkatan kapasitas tenaga penyuluh pertanian/perkebunan
685.000.000 675.835.297 98,66
Peningkatan kesejahteraan tenaga penyuluh pertanian/perkebunan
251.826.000 248.850.000 98,82
Penyuluhan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
147.120.000 146.265.000 99,42
Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat guna
150.000.000 148.632.400 99,09
Pembangunan/Perbaikan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) (DAK)
500.000.000 493.650.000 98,73
Bantuan Operasional Penyuluh (Bantuan Gubernur)
374.640.000 272.140.000 72,64
3 Tercapainya Produksi Pangan
Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
1.104.791 1.352.141 122,39 Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)
4.525.685.576 4.456.821.905 98,48
Penyusunan data base potensi produksi pangan
434.565.000 425.496.050 97,91
Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija
1.435.895.000 1.405.009.079 97,85
Pengembangan diversifikasi tanaman
608.640.576 591.634.576 97,21
AKUNTABIITAS KINERJA
66
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Pengembangan perbenihan/perbibitan
800.000.000 795.260.000 99,41
Peningkatan produksi, produktivitas dab mutu produk perkebunan, produk pertanian
1.246.585.000 1.239.422.200 99,43
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
8.764.100.000 8.629.905.797 98,47
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
1.466.500.000 1.424.082.597 97,11
Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna
1.655.000.000 1.580.123.200 95,48
Peningkatan Infrastruktur Pertanian (DAK)
5.210.000.000 5.210.000.000 100,00
Peningkatan Infrastruktur Pertanian (DBHCHT)
432.600.000 415.700.000 96,09
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
10.999.065.032 10.443.043.729
94,94
Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan
563.100.000 500.782.100 88,93
Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan
699.000.000 695.611.030 99,52
AKUNTABIITAS KINERJA
67
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Penanganan Panen dan Pasca Panen Bahan Baku Tembakau ( DBHCHT )
967.400.000 894.640.166 92,48
Penyediaan Sarana Produksi Hortikultura
1.361.780.000 1.330.674.800 97,72
Pengembangan Hortikultura pada Lahan Kering
725.275.000 722.709.900 99,65
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hortikultura
250.000.000 236.359.400 94,54
Pengendalian Komoditas Perkebunan
300.000.000 297.664.000 99,22
Pengembangan Budi Daya Sayuran
1.255.949.032 1.227.868.780 97,76
Pengembangan Budi Daya Buah- buahan
473.235.000 468.056.960 98,91
Pengembangan Budi Daya Tanaman Obat
125.000.000 117.320.000 93,86
Pengembangan Budi daya Florikultura
125.000.000 123.135.000 98,51
Pengembangan Tanaman Perkebunan Tahunan dan Penyegar
1.996.400.000 1.845.519.720 92,44
Pengembangan Tanaman Perkebunan Semusim dan Rempah
130.375.000 116.380.000 89,27
Pengembangan Perbibitan Tanaman Hortikultura dan Perkebunan
1.646.551.000 1.528.100.873 92,81
AKUNTABIITAS KINERJA
68
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Pengembangan Budidaya Sayuran (DID)
380.000.000 338.221.000 89,01
4 Tercapainya Populasi Ternak
Jumlah Populasi Ternak
7.688.698 7.702.441 100,18 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
2.471.967.000 2.408.410.083 97,43
Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak
533.750.000 528.555.030 99,03
Pemusnahan ternak yang terjangkit penyakit endemik
367.150.000 356.396.700 97,07
Pengawasan perdagangan ternak antar daerah
100.000.000 97.548.500 97,55
Pelayanan Kesehatan Hewan dan Laboratorium
518.840.000 510.936.871 98,48
Peningkatan Sarana Prasarana Pusat Kesehatan Hewan dan Laboratoirum ( DAK )
370.977.000 346.368.997 93,37
Peningkatan prasarana dan prasarana pelayanan Kesehatan Hewan
581.250.000 568.603.985 97,82
Program peningkatan produksi hasil peternakan
11.853.828.850 10.973.551.591
92,57
Pembangunan sarana dan prasarana pembibitan ternak
1.819.974.850 1.769.207.850 97,21
Pembibitan dan perawatan ternak
1.177.311.000 1.013.290.511 86,07
Pengembangan agribisnis peternakan
6.736.543.000 6.142.246.160 91,18
AKUNTABIITAS KINERJA
69
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Penyusunan Data Statistik dan Informasi Peternakan
75.000.000 71.400.000 95,20
Pemberdayaan Masyarakat melalui Kewirausahaan Peternakan ( DBHCHT )
600.000.000 552.943.070 92,16
Pengembangan Kawasan Peternakan
125.000.000 113.227.000 90,58
Pembangunan sarana dan prasarana perbibitan ternak (DAK)
200.000.000 198.176.000 99,09
Pengembangan Agribisnis Peternakan (DID)
1.120.000.000 1.113.061.000 99,38
Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan
867.008.220 829.559.442 95,68
Pembangunan sarana dan prasarana pasar produksi hasil peternakan
372.428.220 365.473.425 98,13
Pengembangan Pemasaran dan Pengolahan Hasil Produksi Peternakan
355.000.000 324.506.017 91,41
Pelayanan Pasar Hewan 139.580.000 139.580.000 100,00
Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
1.629.500.000 1.583.135.964 97,15
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi peternakan tepat guna
1.629.500.000 1.583.135.964 97,15
AKUNTABIITAS KINERJA
70
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak
1.911.181.411 1.894.817.499 99,14
Pengawasan dan Pembinaan Penerapan Kesmavet dan Kesrawan
440.000.000 438.226.500 99,60
Pelayanan Rumah Potong Hewan
602.931.411 601.310.000 99,73
Peningkatan Sarana Prasarana Rumah Potong Hewan Unggas
468.250.000 466.671.999 99,66
Pengendalian Ruminansia Betina Produktif
100.000.000 100.000.000 100,00
Peningkatan Sarana Prasarana Rumah Potong Hewan Unggas (DAK)
300.000.000 288.609.000 96,20
5 Meningkatkan efektifitas tata kelola Perangkat Daerah Dinas Pertanian
Nilai Akuntabilitas Kinerja
65.1 73.89 113.50 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2.663.443.050 2.317.056.490 86,99
Penyediaan jasa surat menyurat
3.500.000 2.206.000 63,03
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
246.500.000 196.985.780 79,91
Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor
25.000.000 19.606.250 78,43
Penyediaan jasa administrasi keuangan
83.500.000 70.407.000 84,32
AKUNTABIITAS KINERJA
71
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Penyediaan jasa kebersihan kantor
324.060.000 301.688.125 93,10
Penyediaan alat tulis kantor 178.226.900 167.948.890 94,23
Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
200.976.150 168.994.375 84,09
Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
25.400.000 9.042.000 35,60
Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
457.880.000 447.340.050 97,70
Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
10.700.000 9.444.000 88,26
Penyediaan makanan dan minuman
50.000.000 49.767.500 99,54
Rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke luar daerah
298.000.000 243.056.520 81,56
Penyediaan Tenaga Pendukung teknis dan Administrasi Perkantoran
516.200.000 498.320.000 96,54
Rapat-rapat kordinasi dan konsultasi ke Dalam Daerah
203.500.000 97.750.000 48,03
Penunjang Perayaan Hari-hari Bersejarah *)
40.000.000 34.500.000 86,25
Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
20.000.000 17.000.000 85,00
Pembinaan Kompetensi Pegawai
20.000.000 17.000.000 85,00
AKUNTABIITAS KINERJA
72
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%) Program/Kegiatan Anggaran (Rp.)
Realisasi Anggaran
%
Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
192.582.000 185.909.000 96,53
Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
186.302.000 184.082.000 98,81
Penyusunan laporan keuangan semesteran
1.510.000 0 0,00
Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun
4.770.000 1.827.000 38,30
Persentase aset dalam kondisi baik (%)
87.59 82,27 93,93 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
3.842.499.905 3.462.925.124 90,12
Pembangunan gedung kantor
2.446.150.000 2.158.653.000 88,25
Pengadaan perlengkapan gedung kantor
254.000.000 243.810.000 95,99
Pengadaan mebeleur 276.500.000 272.558.413 98,57
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
398.720.000 396.891.000 99,54
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
467.129.905 391.012.711 83,71
PENUTUP
73
BAB IV
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Secara umum pelaksanaan sasaran dapat berjalan dengan baik yang terdiri atas
5 sasaran dan 6 indikator hampir semua indikator (5 indikator) dapat mencapai target
yang sudah ditetapkan bahkan ada beberapa indikator yang melebihi target yang telah
ditetapkan. Adapun secara efektivitas kinerja secara rata-rata sebesar 113,91%.
Pencapaian kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan bukan hanya hasil
pekerjaan Dinas semata melainkan peran aktif masyarakat pertanian dan kehutanan.
Selain itu, didorong oleh sistem kerjasama yang telah terjalin baik antara Kecamatan,
petugas Lapangan, penyuluh dengan Perangkat Daerah terkait. Dimana pada proses
pelaksanaan kegiatan dinas senantiasa melaksanakan konsolidasi dan koordinasi
dengan mengacu kepada dokumen perencanaan yang telah ditetapkan.
Adapun Tingkat capaian realisasi anggaran rata-rata pelaksanan Program
Kegiatan Tahun 2018 sebesar 94,9%. Dengan kata lain Tingkat Efisiensi capaian
indikator rata-rata mencapai 1,20, dapat menggambarkan efektivitas pelaksanaan
program kegiatan, yaitu setiap Rp.1,- dapat dipergunakan untuk menghasilkan 1,20
satuan hasil kinerja
B. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut
Beberapa masalah yang dihadapi diantaranya terdapatnya regulasi yang belum
jelas, iklim yang berfluktif sepanjang tahun, adanya alih fungsi lahan dan tingginya
ancaman OPT komoditi pertanian diwilayah kabupaten Bandung, masih tingginya biaya
produksi dan nilai jual produk pertanian serta lainnya. Adapun langkah langkah yang
dilakukan untuk menanggulangi permasalahan yang ada ialah dengan melakukan
koordinasi ketingkat pusat mengenai peraturan yang ada, mengoptimalkan
pemanfaatan potensi local serta membuat skala prioritas mengenai pelaksanaan
kegiatan serta peningkatan penerapan teknologi dalam penanggulangan perubahan
iklim pada sektor pertanian serta dengan memberikan stimulan berupa sarana
prasarana usaha dan budidaya sebagai insentif kepada pelaku usaha pertanian.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini bersifat terbuka untuk diperbaiki terus
menerus dimasa akan datang. Laporan ini pula diharapkan dapat dipakai sebagai alat
introspeksi berbagai pihak di lingkungan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung pada
kinerja organisasi dinas secara keseluruhan. Agar perencanaan dan proses
pembangunan pada masa yang akan datang menjadi lebih baik.
LAMPIRAN
74
LAMPIRAN