KATEKESE EKOLOGI SEBAGAI BENTUK KETERLIBATAN
PENGGERAK LINGKUNGAN HIDUP DALAM UPAYA MENJAGA
DAN MERAWAT KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DI
PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO WONOGIRI
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Dwi Listyanto
NIM: 141124033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santo Yusup
Yang terkasih:
Kedua orang tuaku, saudaraku dan moodboster atas dukungan, motivasi dan doa
Serta para sahabat dan pembaca setia skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Sinner yet love
(Pendosa yang dicintai)
Cura, ut valeas
(Berusahalah agar kau berhasil)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul KATEKESE EKOLOGI SEBAGAI BENTUK
KETERLIBATAN PENGGERAK LINGKUNGAN HIDUP DALAM UPAYA
MENJAGA DAN MERAWAT KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DI
PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO WONOGIRI. Judul ini dipilih
berdasarkan keingintahuan penulis tentang kegiatan katekese ekologi yang
dilakukan di Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri. Penulis mengangkat judul
tersebut karena melihat ada keprihatinan dan harapan sekaligus ungkapan syukur
atas lingkungan hidup ini. Melestarikan alam ciptaan adalah hal yang sangat
penting meskipun sebagian masyarakat menganggap itu tidak lebih penting
dibanding dengan urusan ekonomi. Melihat keadaan lingkungan hidup yang
begitu memprihatinkan saat ini, umat mulai menyadari pentingnya menjaga dan
merawat kelestarian lingkungan hidup.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga dan merawat lingkungan
hidup yakni dengan mulai melaksanakan gerakan menanam dan merawat air serta
udara segar. Berawal dari hadirnya katekese ekologi sebagai model dan cara baru
dalam berkatekese. Skripsi ini dimaksudkan untuk membantu umat sebagai pelaku
katekese ekologi dapat semakin menghayati dan mendalami katekese model ini.
Hal lain juga dimaksudkan agar pembaca skripsi ini mampu menyadari
pentingnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup, yang pada
akhirnya dapat merubah perilaku dari perusak menjadi pelestari lingkungan hidup.
Penulis mengumpulkan data berdasarkan pendekatan deskriptif analitis
dengan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui studi dokumen, dokumentasi,
observasi dan wawancara kepada para responden. Hasil akhir menunjukkan
bahwa katekese ekologi merupakan suatu kegiatan pembinaan iman atau
pengajaran yang dilakukan oleh seluruh umat Paroki Santo Yusup Baturetno
untuk menyadari dan menanggapi kehadiran Kristus yang berkarya di dalam alam
ciptaan dan di dalam lingkungan hidup manusia yang diaplikasikan ke dalam aksi
nyata sebagai perwujudan iman.
Guna meningkatkan kesadaran dan keterlibatan umat akan lingkungan
hidup maka penulis mengusulkan program katekese dengan bentuk pendalaman
iman dalam bulan ekologis paroki. Kegiatan ini dilakukan agar umat mampu
merefleksikan imannya dan dapat berbagi pengalaman kepada umat yang lain.
Pada akhirnya umat semakin menghayati panggilannya sebagai pelestari
lingkungan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis is titled ECOLOGICAL CATECHESIS AS A FORM OF
ENVIRONMENTAL MOVEMENT IN MAINTAINING ENVIRONMENTAL
SUSTAINABILITY IN SANTO YUSUP PARISH, BATURETNO, WONOGIRI.
This thesis was chosen based on the writer's curiosity about ecological catechesis
activities that carried out at Santo Yusup Parish, Baturetno, Wonogiri. The author
chose this title because he saw there were concerns and hopes as well as
expressions of gratitude for this environment. Preserving environment is very
important, although some people consider economic is more important matter.
Seeing our environment recently, people begin to realize the importance in
maintaining and caring the environment.
One of the efforts made in maintaining and caring for the environment is
by starting to plant and to care for fresh water and air. Ecological catechesis is a
new catechetical model. This thesis intended to help ecological catechists to use
and to explore this new model of catechesis. Another thing, the readers also be
able to realize the importance in maintaining and caring the environmental
sustainability.
The author collected the data based on descriptive analytical approach
with qualitative research. The data is obtained through documentation study,
observation and interviews with respondents. The final result shows that
ecological catechesis at Santo Yusup Parish, Baturetno, Wonogiri is one of the
faith formation, to respond the presence of Jesus Christ who works in creation
and in human environment that applied as a manifestation of faith.
In order to increase people's awareness and involvement in the
environment, the author proposed a catechetical program in a form of Ecological
month at Santo Yusup Parish, Baturetno, Wonogiri. The aim of this activity is to
grow awareness, to reflect on the faith and to share experiences with other
people. In the end the community will increasingly live up to grow awareness and
involvement as environmentalists.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Terpujilah Allah Pencipta alam semesta karena kasih-Nya yang begitu
besar, penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul KATEKESE EKOLOGI
SEBAGAI BENTUK KETERLIBATAN PENGGERAK LINGKUNGAN
HIDUP DALAM UPAYA MENJAGA DAN MERAWAT KELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP DI PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO
WONOGIRI.
Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis akan persoalan
lingkungan hidup yang memprihatinkan pada akhir-akhir ini. Lalu bagaimana
peran serta Gereja untuk menanggapi persoalan tersebut. Paroki Santo Yusup
Baturetno Wonogiri berupaya untuk mengajak umat terlibat dalam kegiatan
katekese ekologi. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan salah satu perwujudan
iman umat akan pentingnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup,
agar tetap lestari untuk bisa dinikmati sampai generasi mendatang.
Selama proses penulisan dan penyusunan karya ini, penulis mendapatkan
banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan
tulus mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku Kaprodi PAK Universitas Sanata
Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
2. Ibu Cecilia Paulina Sianipar, S.Pd., M.Si., M.Ed, selaku dosen utama yang
dengan sabar dan penuh perhatian mendampingi penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum, selaku dosen penguji kedua
dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang dengan penuh kesabaran
dan ketelatenan membimbing dan menyediakan waktunya bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
4. Rm. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed, selaku dosen penguji
ketiga yang telah membantu penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. iv
MOTTO................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi
A. Singkatan Teks Kitab Suci ........................................................................ xvi
B. Singkatan Lain .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 6
E. Metode Penulisan ......................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II PANDANGAN TENTANG KATEKESE EKOLOGI DAN
HUBUNGANNYA TERHADAP PERSOALAN KRISIS LINGKUNGAN
HIDUP..................................................................................................................... 9
A. Konsep Katekese ........................................................................................ 10
1. Pengertian Katekese Ekologi .................................................................. 10
2. Tujuan Katekese Ekologi ....................................................................... 12
3. Peserta Katekese ..................................................................................... 13
4. Sifat Katekese ......................................................................................... 13
5. Model-Model Katekese .......................................................................... 14
B. Konsep Ekologi dan Lingkungan Hidup .................................................... 17
1. Pengertian Ekologi ................................................................................. 18
2. Ruang Lingkup Ekologi ......................................................................... 19
3. Ekoteologi............................................................................................... 20
4. Arti Lingkungan Hidup .......................................................................... 22
5. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup ........................................................ 24
C. Hubungan Katekese Ekologi terhadap Persoalan Krisis Lingkungan Hidup
.................................................................................................................... 25
1. Macam-macam Persoalan Krisis Lingkungan Hidup ............................. 25
2. Cahaya Kitab Suci Atas Ekologi ............................................................ 33
3. Kesadaran Manusia ................................................................................ 35
4. Tanggung Jawab Gereja Terhadap Lingkungan Hidup .......................... 37
5. Merumuskan Tanggung Jawab Iman dan Keberpihakan pada Lingkungan
Hidup ...................... ...................................................................................... 40
D. Pentingnya Pendidikan Iman dan Dialog dengan Alam dalam Membangun
Semangat Ekologis ............................................................................................ 42
1. Pendidikan untuk Perjanjian antara Manusia dan Lingkungan .............. 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Dialog dengan Alam ............................................................................... 43
BAB III KEGIATAN PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO DALAM
UPAYA MENJAGA DAN MERAWAT KELESTARIAN LINGKUNGAN
HIDUP................................................................................................................... 45
A. Gambaran Umum Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri ..................... 45
1. Keadaan Geografis ................................................................................. 45
2. Keadaan Umat ........................................................................................ 48
3. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi .................................................... 49
4. Visi dan Misi Paroki ............................................................................... 52
5. Katekese Ekologi sebagai Bentuk Keterlibatan Penggerak Lingkungan
Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno........................................................ 53
B. Penelitian tentang Partisipasi Penggerak Lingkungan Hidup Paroki Santo
Yusup Baturetno dalam Upaya Menjaga dan Merawat Kelestarian Lingkungan
Hidup ................................................................................................................. 58
1. Permasalahan Penelitan .......................................................................... 59
2. Tujuan Penelitian .................................................................................... 59
3. Jenis Penelitian ....................................................................................... 59
4. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 60
5. Subjek Penelitian .................................................................................... 60
6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 61
7. Variabel Penelitian ................................................................................. 62
8. Teknik Analisis Data .............................................................................. 65
C. Laporan Hasil Penelitian Katekese Ekologi sebagai Bentuk Keterlibatan
Penggerak Lingkungan Hidup dalam Upaya Menjaga dan Merawat Kelestarian
Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno ....................................... 66
1. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................................ 121
BAB IV USULAN PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN PARTISIPASI
UMAT PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO DALAM MENJAGA DAN
MERAWAT KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP MELALUI KATEKESE
EKOLOGI ........................................................................................................... 125
A. Latar Belakang Program .......................................................................... 125
B. Tujuan Program ........................................................................................ 127
C. Usulan dan Bentuk Program .................................................................... 127
D. Matriks Program....................................................................................... 129
E. Satuan Persiapan Program........................................................................ 133
1. Satuan Persiapan (SP) 1........................................................................ 133
2. Satuan Persiapan (SP) 2........................................................................ 141
3. Satuan Persiapan (SP) 3........................................................................ 148
4. Satuan Persiapan (SP) 4........................................................................ 154
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 161
A. Kesimpulan .............................................................................................. 161
B. Saran ......................................................................................................... 163
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 165
LAMPIRAN ........................................................................................................ 167
1. Lampiran Surat Permohonan Ijin Penelitian ........................................ - 1 -
2. Lampiran Surat Pernyataan Selesai Penelitian ..................................... - 2 -
3. Lampiran Foto Hasil Penelitian ............................................................ - 3 -
4. Lampiran Daftar Identitas Responden .................................................. - 4 -
5. Lampiran Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................. - 5 -
6. Lampiran Transkrip Hasil Wawancara ................................................. - 7 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab
Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh
Lembaga Alkitab Indonesia.
B. Singkatan Lain
APP : Aksi Puasa Pembangunan
BMKG : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
CFC : Klorofluorokarbon ( Karbon, Fluorin, dan Klorin)
CT : Cathecesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese)
DKU : Direktorium Kateketik Umum
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
IQ : Intelligence quotient (Tingkat Kecerdasan)
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KLMTD : Kecil Lemah Miskin Tersingkir Difabel
KK : Kepala Keluarga
KU : Katekese Umat
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MB : Madah Bakti
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
OMK : Orang Muda Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
PKG : Pusat Kegiatan Gugus
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PNS : Pegawai Negeri Sipil
RT : Rukun Tangga
RW : Rukun Warga
SDA : Sumber Daya Alam
SP : Satuan Persiapan
SJ : Serikat Jesus
TK : Taman Kanak-kanak
WALHI : Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
WWF : World Wildlife Fund
(Organisasi non-Pemerintah Internasional yang menangani
tentang konservasi, penelitian, dan restorasi lingkungan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang diketahui bersama, Indonesia saat ini mengalami banyak
masalah lingkungan. Setiap tahunnya saat musim kemarau terdapat bencana
kabut asap yang melanda daerah Kalimantan dan Sumatera. Banyak
masyarakat yang dirugikan dan negara tetangga mengajukan protes kepada
pemerintah Indonesia karena peristiwa itu. Di pulau Jawa sendiri juga tidak
lepas dengan adanya perusakan hutan secara liar yang dilakukan oleh
berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab hanya demi mencari
keuntungan dirinya sendiri. Dampak dari penebangan hutan ini
mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup dan menimbulkan bencana alam
diberbagai daerah. Seperti dimusim hujan terjadinya banjir dan tanah longsor,
namun sebaliknya bila dimusim kemarau terjadi kekeringan yang
berkepanjangan. Di beberapa daerah khususnya di Kabupaten Wonogiri
sering terjadi kekeringan, krisis air bersih dan bahkan gagal panen karena
hujan tak kunjung datang. Di sisi lain, saat musim penghujan mulai datang,
dan curah hujan sangat tinggi banyak terdapat kasus banjir bandang serta
tanah longsor. Tanah longsor mendominasi peristiwa bencana alam yang
terjadi di Wonogiri sejak Januari hingga pertengahan Februari tahun 2018.
Informasi yang dihimpun Solopos.com dari Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Senin (12/2/2018), sejak awal
tahun ini Wonogiri dinyatakan sebagai daerah dengan pergerakan
tanah tergolong tinggi. Berdasar perkiraan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Wonogiri diperkirakan akan
terus hujan selama Februari ini dengan curah hujan 401 mm-500 mm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kepala Pelaksana Harian BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, saat
ditemui Solopos.com di kantornya, Senin, mengatakan potensi
bencana di Wonogiri sekarang ini masih tinggi. Terlebih, ada
sejumlah wilayah permukiman di perbukitan terdeteksi sangat rawan
longsor menyusul diketahuinya adanya gerakan tanah. Bahkan, tanah
bergerak itu sudah merusak sejumlah rumah warga dan mengancam
puluhan rumah lainnya. Wilayah tersebut seperti di Purwantoro,
Kismantoro, dan Karangtengah. Jika terjadi hujan potensi longsor
menjadi lebih besar. Data BPBD menyebutkan bencana di Wonogiri
sejak Januari hingga 11 Februari lalu didominasi tanah longsor,
termasuk gejala tanah longsor. Bencana tersebut tercatat terjadi di 15
tempat di Bulukerto, Kismantoro, Purwantoro, Tirtomoyo,
Karangtengah, Slogohimo, dan Jatiroto. Kejadian terbanyak kedua
angin topan atau puting beliung. Peristiwa tersebut terjadi di 13
tempat di Kismantoro, Giriwoyo, Pracimantoro, Jatiroto, Eromoko,
Selogiri, Wonogiri, dan Wuryantoro. Bencana lain yang terjadi adalah
banjir. Pracimantoro dan Giriwoyo merupakan wilayah yang dilanda
banjir.
Bila berbicara mengenai lingkungan hidup, seringkali hanya terpikir
tentang hal-hal yang dekat atau berhubungan langsung dengan kehidupan
manusia sehari-hari. Masalah pembuangan sampah yang sembarangan
memberi dampak kepada kesehatan, polusi bau busuk, pencemaran
lingkungan dan banjir akibat tersumbatnya saluran air. Manusia berkeluh
kesah karena banjir ini merusak kenyamanan hidup.
Verrijt Elly mengutip Thomas Berry (2014: 4) bahwa bumi menjadi
tidak ramah terhadap kehadiran manusia, ini terutama manusia telah
kehilangan rasa santun terhadap bumi dan penghuninya, rasa terima kasih,
kehilangan kesediaan untuk mengakui sifat kekudusan habitat ciptaan, dan
kemampuannya untuk mengagumi serta mengenali kualitas keilahian dalam
setiap realitas di bumi. Bencana-bencana yang terjadi menandakan bahwa
bumi ini sedang mengalami perubahan secara besar-besaran. Manusia
menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diberikan Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dengan semena-mena. Ensiklik Laudato Si yang dikeluarkan oleh Paus
Fransiskus mengajak manusia untuk mengingat akan ajakan Santo Fransiskus
Asisi bahwa manusia harus menjaga alam ciptaan karena alam ciptaan
bagaikan rumah bersama dan bagaikan saudara dan ibu yang senantiasa
mengasuh dan memberi berbagai kebutuhan di dalam hidup. Sebagai manusia
hendaknya berterimakasih kepada alam dan lingkungan hidup di sekitar, tidak
malah merusaknya demi memenuhi hasrat semata, karena alam telah
menumbuhkan buah-buahan, beserta bunga dan rerumputan.
Saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita
timpakan kepadanya, karena tanpa tanggungjawab kita menggunakan
dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di
dalamnya. Kita bahkan berpikir bahwa kitalah pemilik dan
penguasanya yang berhak menjarahnya. Kekerasan yang ada dalam
hati kita yang terluka oleh dosa, tercermin dalam gejala-gejala
penyakit yang kita lihat pada tanah, air, udara dan pada semua bentuk
kehidupan. Oleh karena itu bumi terbebani dan hancur termasuk kaum
miskin yang paling ditinggalkan dan dilecehkan oleh kita. Ia
”mengeluh dalam rasa sakit bersalin” (Roma 8:22). Kita lupa bahwa
kita sendiri dibentuk dari debu tanah (Kejadian 2:7); tubuh kita
tersusun dari partikel-partikel bumi, kita menghirup udaranya dan
dihidupkan serta disegarkan oleh airnya (Ensiklik Laudato Si, 2015:
1).
Dengan dikeluarkannya Ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus
mengajak manusia untuk peduli dan menjaga bumi sebagai rumah bersama.
Jauh sebelum dikeluarkannya Ensiklik Laudato Si, sudah ada beberapa paroki
yang telah melakukan upaya gerakan bagi lingkungan hidup, namun hal
tersebut baru dilakukan oleh beberapa paroki saja. Salah satu paroki yang
mengupayakan gerakan untuk lingkungan hidup ialah paroki Santo Yusup
Baturetno, Wonogiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Paroki Santo Yusup Baturetno merupakan salah satu dari beberapa
Paroki yang berada di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang yang
menyadari pentingnya memperhatikan kelestarian lingkungan hidup demi
masa yang akan datang. Berdasarkan pengamatan penulis dan wawancara
langsung dengan rama paroki, gerakan ekologis yang telah dilaksanakan di
Paroki Santo Yusup Baturetno kurang lebih sudah berjalan selama tujuh
tahun yang dipelopori oleh Rm. J. Muji Santara, SJ yang menganggap
pentingnya memperhatikan tempat tinggal saat ini dan memikirkan masa yang
akan datang. Gereja menanggapi baik gerakan ini dan dijadikan sebagai salah
satu program dewan paroki dalam naungan bidang pewartaan. Oleh karena
itu, gerakan ekologis dilakukan untuk membantu umat menyadari pentingnya
menjaga dan melestarikan alam ciptaan dengan penuh tanggungjawab.
Menyadari kehadiran Kristus di dalam lingkungan hidup manusia merupakan
salah satu bentuk perwujudan iman. Maka, katekese ekologi diartikan sebagai
kegiatan pembinaan iman yang dilakukan oleh seluruh umat untuk menyadari
dan menanggapi kehadiran Kristus melalui alam ciptaan yang pada akhirnya
menjadikan manusia berperilaku baik dan peduli terhadap bumi beserta isinya
sebagai tempat tinggalnya.
Sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Katolik, penulis merasa
prihatin terhadap kerusakan alam ciptaan dan banyaknya bencana yang
melanda lingkungan sekitar, oleh karenanya hal ini tidak bisa dibiarkan begitu
saja. Laju kerusakan alam ciptaan harus dihentikan dengan cara membangun
sikap cinta dan tanggungjawab terhadap lingkungan yang dimulai dari dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
diri setiap manusia. Maka melalui tulisan yang berjudul “Katekese Ekologi
sebagai Bentuk Keterlibatan Penggerak Lingkungan Hidup dalam
Upaya Menjaga dan Merawat Kelestarian Lingkungan Hidup di Paroki
Santo Yusup Baturetno,Wonogiri”, penulis mengajak semua pembaca
tulisan ini untuk memberikan waktu memperhatikan alam ciptaan dengan
gerakan cinta dan peduli lingkungan untuk mendapatkan kebahagiaan dan
kesejahteraan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan katekese ekologi dalam hubungannya dengan
pelestarian lingkungan hidup?
2. Sejauh mana umat Paroki Santo Yusup Baturetno terlibat aktif dalam
upaya menjaga dan merawat serta melestarikan lingkungan hidup?
3. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh umat Paroki Santo Yusup Baturetno
untuk meningkatkan kelestarian lingkungan hidup?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapat gambaran katekese ekologi dalam hubungannya dengan
pelestarian lingkungan hidup.
2. Mengetahui sejauh mana umat Paroki Santo Yusup Baturetno terlibat aktif
dalam upaya menjaga dan merawat serta melestarikan lingkungan hidup.
3. Merumuskan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh umat dalam
melestarikan lingkungan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini bagi pihak-pihak yang terkait
ialah:
1. Bagi Penulis.
Melalui karya tulis ini saya belajar untuk mencari bentuk-bentuk
kegiatan katekese lingkungan hidup yang sesuai dengan keadaan yang ada di
lapangan, selain itu saya juga semakin memahami mengenai pelestarian
lingkungan hidup dan bagaimana cara menjaga dan merawat keutuhan alam
ciptaan.
2. Bagi Umat di Paroki
Diharapkan dengan adanya karya tulis ini, umat semakin sadar akan
lingkungannya dan mau terlibat aktif dalam kegiatan katekese ekologi melalui
gerakan hijau, sehingga mereka semakin menyadari pentingnya menjaga dan
merawat keutuhan alam ciptaan.
3. Bagi Para Pembaca
Tulisan ini mengajak semua pembaca agar tergerak hatinya untuk
peduli terhadap lingkungan hidup di sekitarnya dalam bentuk penanaman
pohon.
E. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode penelitian deskripsi analisis
berdasarkan penelitian empirik dan kajian pustaka yang didukung dengan
data penelitian kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara
kepada pastur paroki, katekis/prodiakon, dan tokoh penggerak lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
hidup yang terlibat dalam gerakan pelestarian lingkungan hidup. Melalui data
yang diperoleh penulis akan menganalisis dan merumuskan sumbangan
pemikiran kegiatan yang bertujuan untuk memotivasi umat dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup.
F. Sistematika Penulisan
Demi memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan
pokok-pokok sebagai berikut:
Pada bab I penulis akan menguraikan mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II akan membahas mengenai tiga pokok besar yaitu mengenai
konsep katekese, konsep ekologi dan lingkungan hidup, hubungan katekese
ekologi terhadap persoalan krisis lingkungan hidup serta pentingnya
pendidikan iman dan dialog dengan alam dalam membangun semangat
ekologis.
Bab III membahas dua bagian yaitu gambaran umum mengenai Paroki
Santo Yusup Baturetno. Bagian kedua membahas mengenai penelitian yang
dilakukan, laporan hasil penelitian, serta pembahasan dan kesimpulan.
Bab IV membahas mengenai usulan program yang mampu
mendukung kegiatan katekese ekologi di Paroki Santo Yusup Baturetno dan
diharapkan agar program yang diusulkan semakin mampu mengajak umat
untuk peduli akan upaya menjaga dan merawat pelestarian lingkungan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian yaitu mengenai
kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah dengan didukung data hasil
penelitian dan bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada petugas
katekese di Paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PANDANGAN TENTANG KATEKESE EKOLOGI
DAN HUBUNGANNYA TERHADAP PERSOALAN KRISIS
LINGKUNGAN HIDUP
Pada bab II ini, penulis akan membahas secara mendalam katekese
ekologi dan lingkungan hidup dalam tiga bagian, yakni: konsep katekese,
konsep ekologi dan lingkungan hidup, hubungan katekese ekologi terhadap
persoalan krisis lingkungan hidup serta pentingnya pendidikan iman dan
dialog dengan alam dalam membangun semangat ekologis. Secara
keseluruhan bab ini berisikan kajian pustaka dari berbagai sumber yang
berhubungan dengan katekese ekologi, lingkungan hidup, dan hubungan
katekese ekologi terhadap persoalan krisis lingkungan hidup saat ini.
Uraian mengenai konsep katekese terdiri dari pengertian katekese
ekologi, tujuan katekese ekologi, peserta katekese, sifat katekese, dan model-
model katekese. Uraian yang kedua tentang konsep ekologi dan lingkungan
hidup yang berisi mengenai pengertian ekologi, ruang lingkup ekologi,
ekoteologi, arti lingkungan hidup dan ruang lingkup lingkungan hidup. Pada
bagian yang ketiga akan dibahas secara singkat mengenai hubungan katekese
ekologi terhadap persoalan krisis lingkungan hidup yang berisi beberapa
contoh persoalan krisis lingkungan hidup, cahaya Kitab Suci atas ekologi,
kesadaran manusia, tanggung jawab Gereja terhadap lingkungan hidup, serta
merumuskan tanggung jawab iman dan keberpihakan pada lingkungan hidup.
Sedangkan pada bagian keempat berisi dua hal pokok yaitu pentingnya
pendidikan iman dan dialog dengan alam dalam membangun semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ekologis. Secara lengkap penulis akan menguraikan pokok-pokok bahasan di
atas sebagai berikut.
A. Konsep Katekese
Adapun yang akan didalami dalam pokok-pokok bahasan ini ialah:
pengertian katekese ekologi, tujuan katekese ekologi, peserta katekese, sifat
katekese, dan model-model katekese.
1. Pengertian Katekese Ekologi
Katekese merupakan salah satu bentuk pelaksanaan tugas mewartakan
Injil yang diamanatkan Yesus Kristus (Mat 28:19-20; Mrk 16:15). Katekese
adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman,
khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya
diberikan secara sistemastis, dengan maksud mengantar para pendengar
memasuki kepenuhan hidup Kristen (Cathechesi Tradendae 18). Diambil
dalam arti "tindakan pengajaran" dan "pengetahuan yang diberikan oleh
pengajar", istilah ini identik dengan Katekismus. Kata Katekese (catechesis)
berarti instruksi dari mulut ke mulut, terutama berupa tanya jawab. Meskipun
mungkin berlaku untuk masalah-subjek apa saja, biasanya digunakan untuk
instruksi dalam unsur-unsur agama, terutama persiapan untuk inisiasi ke
dalam agama Kristen.
Katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui
kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman
masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
katekese umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun
pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan ada perencanaan
(Huber, 1981:15).
Daniel Stefanus mengemukakan pendapat Groome (Groome, 2010:39)
tentang arti katekese yakni “kegiatan menggemakan kembali atau
menceritakan kembali cerita iman Kristen yang telah diberi tahu”. Kegiatan
menggemakan cerita iman Kristen membentuk sebuah komunitas yang
memungkinkan terjadi komunikasi iman. Lalu (2007: 12) mendeskripsikan
katekese ialah “komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan
iman antara anggota jemaat atau kelompok)”. Di satu sisi Lalu juga
mengemukakan pandangan Hardawiryana, yakni katekese merupakan kegiatan
seluruh umat “Katekese oleh umat, dari umat dan untuk umat” (Lalu 2007:10).
Rama Muji Santara, SJ selaku pastur Paroki Santo Yusup Baturetno
dan juga sebagai salah satu penggerak lingkungan hidup menambahkan bahwa
arti katekese adalah pengajaran tentang hal-hal Yesus Kristus sebagai
penyelamat, sebagai penebus, sebagai penyembuh, sebagai pendatang rasa
lega, kepada orang yang sudah percaya tentang hal itu tetapi masih perlu
dimatangkan dan perlu didewasakan. Bertolak dari itu, katekese ekologi
berarti pengajaran untuk mengenal Yesus Kristus lebih lanjut yang berkarya di
dalam alam ciptaan dan di dalam lingkungan hidup manusia.
Berdasarkan uraian tersebut di atas salah satu kegiatan katekese
sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan hidup yaitu katekese ekologi.
Penulis menyimpulkan bahwa arti katekese ekologi adalah kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pembinaan iman atau pengajaran yang dilakukan oleh seluruh umat untuk
menyadari dan menanggapi kehadiran Kristus yang berkarya di dalam alam
ciptaan dan di dalam lingkungan hidup manusia. Hal tersebut untuk
menanggapi keprihatinan dunia akan rusaknya rumah kita bersama yaitu bumi
kita, seperti yang diserukan oleh Bapa Paus. Melalui katekese, umat bisa
mengahadirkan Allah secara nyata dengan membantu sesama lewat gerakan-
gerakan kepedulian lingkungan hidup seperti yang sudah dilakukan oleh
beberapa paroki untuk melestarikan keutuhan ciptaan dengan menanam pohon
atau melakukan gerakan hijau serta mengolah sampah.
2. Tujuan Katekese Ekologi
Sejatinya kita harus paham dahulu apa tujuan dari katekese tersebut,
tujuan pokok katekese adalah di samping membantu jemaat mendewasakan
iman mereka secara pribadi juga mendorong jemaat agar terlibat aktif dalam
kehidupan menggereja, dengan berdasarkan imannya akan Yesus Kristus,
memberikan kesaksian hidup yang nyata di tengah kehidupan sosial
masyarakat (PKKI II).
Bertolak dari pemahaman katekese dan konteks lingkungan serta
melihat dan merasakan langsung dampak dari kerusakan alam ciptaan saat ini
maka tujuan katekese ekologi adalah memperdalam, memperluas pengenalan
Kristus sebagai penebus, sebagai penyembuh, sebagai pengampun dosa dan
sebagai pendatangkan rasa lega dalam konteks alam yang rusak. Kalau mau
lebih halus dalam konteks alam yang perlu ditebus serta perlu diperbaiki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3. Peserta Katekese
Dalam setiap proses katekese, yang menjadi peserta sebagai subyek
katekese adalah Umat, artinya semua orang beriman, yang secara pribadi
memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus.
Tekanan terletak pada seluruh umat, merupakan salah satu unsur yang
memberi arah pada katekese saat ini. Katekese sebagai proses komunikasi
iman, mempunyai arahan yang jelas, yang hendak dicapai. Dalam proses
katekese, peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, saling bersaksi
tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai
dengan sikap saling menghargai, dan saling mendengarkan (Huber, 1992:70).
Kristuslah yang menjadi pola baik mengenai siapa-siapa yang menjadi
peserta katekese maupun mengenai cara mereka berkumpul dan
berkomunikasi. Sebagaimana halnya gereja, katekese disadari tidak ditujukan
kepada sebagian umat saja melainkan bagi semua umat beriman Kristiani yang
terpanggil untuk mengkuti Kristus, segenap warga gereja, umat beriman
Kristiani, dipanggil untuk mendalami imannya terus-menerus. Kegiatan
katekese yang dilaksanakan di tengah umat tidak menuntut pengelompokan
umat yang khusus. Dalam setiap kesempatan umat berkumpul di dalam
lingkup apa pun, juga disebut katekese. (Huber, 1992:70).
4. Sifat Katekese
Katekese memiliki dua sifat mendasar yaitu Kristosentris dan
Umatsentris, kedua sifat tersebut saling berhubungan erat. Katekese bersifat
Kristosentris artinya ialah katekese yang berpusat pada Kristus, jantung hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dan pelaku katekese ialah pribadi Yesus Kristus sendiri. Isi dan tujuannya
ialah Yesus Kristus, dalam katekese Kristus adalah poros iman (CT,art 5-6).
Sedangkan katekese yang umatsentris ialah katekese yang berasal dari umat,
katekese yang bertolak dari pengalaman konkret umat itu sendiri yaitu
pengalaman iman yang terjadi dalam hidup sehari-hari. Umat bersaksi tentang
iman akan Yesus Kristus, yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang
beriman yang secara pribadi memilih Kristus. Kristus menjadi pola hidup
pribadi dan pola hidup bersama. Melalui katekese, iman umat semakin
diteguhkan dan makin menghayati imannya secara makin sempurna. Katekese
haruslah berpusat pada kedua sifatnya yang Kristosentris dan umatsentris
(Lalu, 2007:10-12).
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa
hubungan antara sifat kristosentris dan umatsentris yakni umat yang beriman
kepada Kristus dan Kristus sebagai jantung dari katekese. Dalam katekese
yang dikomunikasikan adalah pengalaman iman akan Yesus Kristus. Katekese
dilaksanakan di tengah-tengah hidup umat, dan oleh karena itu paham tujuan,
bahan, dan metodenya digali dan dirumuskan berdasar pada gambaran serta
cita-cita umat.
5. Model-Model Katekese
Dalam tingkat keuskupan atau paroki di Indonesia Komisi Kateketik
(KomKat) menerbitkan buku-buku panduan Adven untuk pertemuan pada
masa Adven dan buku panduan Aksi Puasa Pembangunan (APP) untuk
pertemuan pada masa Prapaskah. Terdapat bermacam-macam contoh model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pendalaman iman (katekese) yang ditawarkan. Walaupun pada awalnya masih
lebih bersifat liturgis, namun seiring berjalannya waktu sesuai dengan situasi
dan kebutuhan umat di setiap daerah masing-masing, pendalaman iman
(katekese) tidak lagi menekankan sifat liturgisnya tetapi lebih bersifat
“kateketis” (Sumarno Ds, 2017:11).
Senada dengan pendapat tersebut Marinus Telaumbanua (1999:5)
mengungkapakan bahwa katekese dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk yaitu
bentuk praktis, historis, dan sistematis. Bentuk praktis mengarahkan peserta
katekese untuk giat dan rajin mempraktekkan kehidupan agamanya. Bentuk
historis memperdalam pengenalan umat akan sejarah penyelamatan dari Allah
melalui Kitab Suci. Sedangkan bentuk sistematis menyajikan kepada umat
ajaran teologis dan dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat dan
padat. Sumbernya adalah buku katekismus.
Selanjutnya, dalam buku-buku panduan pertemuan pendalaman iman
(katekese) yang selama ini digunakan umat disetiap lingkungan, wilayah
maupun paroki khususnya di Keuskupan Agung Semarang terdapat langkah-
langkah yang memuat tiga unsur dasar, yakni: pengalaman hidup konkret, teks
Kitab Suci atau Tradisi, dan penerapan konkret pada hidup peserta katekese.
Oleh karenanya bertolak dari mana awal atau dasarnya pendalaman iman,
dalam langkah-langkah pendalaman iman atau katekese pada umumnya
terdapat tiga tendensi model, yakni: “katekese model pengalaman hidup” yang
lebih bertolak pada pengalaman hidup konkret sehari-hari, “katekese model
biblis” yang lebih bertolak pada pengalaman Kitab Suci atau Tradisi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
“katekese model campuran biblis dan pengalaman hidup” yang lebih bertolak
pada hubungan antara Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup
konkret sehari-hari peserta (Sumarno Ds, 2017:11).
a. Katekese Model Pengalaman Hidup
Model pengalaman hidup ini merupakan model katekese yang dimulai
dari pengalaman hidup peserta. Dalam proses pelaksanaan katekese, peserta
mengungkapkan pengalamannya baik pengalaman pribadi maupun
pengalaman berdasarkan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di tengah
masyarakat. Pengalaman ini juga bisa diambil dari surat kabar atau cerita
yang relevan.
Pengalaman-pengalaman ini diolah dan didalami bersama-sama dalam
kelompok kemudian peserta berusaha mencari makna dari pengalaman
tersebut berdasarkan Kitab Suci. Kitab Suci dibacakan dan direnungkan
secara pribadi. Pendamping memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk
membantu peserta merefleksikan teks Kitab Suci.
b. Model Biblis/Tradisi
Model biblis merupakan suatu model katekese yang bertitik tolak dari
Kitab Suci. Dalam proses katekese, Kitab Suci dibacakan kemudian
direnungkan dan didalami secara pribadi maupun bersama untuk menemukan
inti teks. Inti teks Kitab Suci tersebut dihubungkan dengan pengalaman hidup
peserta agar mereka merasakan rahmat dan kehadiran Allah dalam hidupnya
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c. Model Campuran Biblis dan Pengalaman Hidup
Model campuran ini merupakan model katekese yang mengajak umat
untuk saling mengkomunikasikan pengalaman imannya, baik pengalaman
pribadi maupun pengalaman bersama. Dalam proses katekese, Kitab Suci
dibacakan dan direnungkan secara pribadi kemudian disajikan pengalaman
hidup. Pengalaman hidup dan bacaan dari Kitab Suci didalami bersama dalam
kelompok. Pesan-pesan pokok yang diperoleh dari pengalaman hidup peserta
direfleksikan, dianalisis kemudian dihubungkan dengan bacaan Kitab Suci
yang sudah dibacakan.
Berdasarkan uraian tentang model-model katekese di atas, maka
model katekese yang cocok dan relevan dalam katekese ekologi ialah dengan
menggunakan model yang ketiga yaitu model campuran biblis dan
pengalaman hidup. Karena model ini mempunyai kekuatan terhadap peserta
katekese bahwa pesan Kitab Suci dipahami dan dimengerti sebagai suatu
yang hidup sesuai dengan zamannya. Khususnya dalam menanggapi
persoalan dan kerusakan lingkungan hidup di zaman sekarang ini.
B. Konsep Ekologi dan Lingkungan Hidup
Dalam pokok bahasan ini akan dipaparkan uraian yang berkaitan
dengan pemahaman dasar tentang konsep ekologi dan lingkungan hidup, yang
meliputi pengertian ekologi, ruang lingkup ekologi, ekoteologi, arti
lingkungan hidup dan ruang lingkup lingkungan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1. Pengertian Ekologi
Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup,
khususnya manusia, dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan
timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi.
Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah
permasalahan ekologi. Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel,
seorang ahli ilmu hayat, dalam pertengahan dasawarsa 1860-an. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos yang
berarti ilmu. Karena itu secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang makhluk
hidup dalam rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah
tangga makhluk hidup (Soemarwoto, 1983:14).
Komisi Teologi KWI (2008: 137) mengemukakan pandangan Mali
bahwa pengertian ekologi ialah pengetahuan tentang rumah. Maksudnya
orang harus mengetahui tentang keberadaan rumahnya. Pengertian ini
kemudian berkembang menjadi ekologi yang meneliti hubungan antara
pelbagai makhluk yang berbeda dan hubungan mereka dengan tempat di
mana mereka hidup, dengan iklim ataupun jenis tanah. Istilah ini pertama kali
muncul pada tahun 1866 oleh seorang biolog Jerman, Ernst Haeckel, yang
merasa perlu untuk adanya sebuah studi tentang rumah (habitat) dari seluruh
makhluk hidup dan benda-benda yang tidak hidup supaya terjadi interaksi
yang harmonis.
Secara harafiah, ekologi berarti penyelidikan tentang organisme-
organisme dalam jagat raya. Umumnya ekologi dilukiskan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
penyelidikan mengenai hubungan-hubungan antara planet, hewan, manusia,
dan lingkungan hidup serta keseimbangan diantaranya. Dengan kata lain,
ekologi adalah ilmu tentang hubungan antar organisme yang hidup dan
lingkungannya. Selain itu, ekologi dipahami sebagai ilmu tentang
keseluruhan organisme di kawasan beradanya. Ilmu tentang tatanan dan
fungsi alam atau kelompok organisme yang ditemukan dalam alam dan
interaksi di antara mereka (Chang, 2001:13-14).
2. Ruang Lingkup Ekologi
Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hubungan makluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali
jenis-jenis mahkluk hidup, mulai dari tumbuhan dan binatang yang sangat
kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur, amuba dan
bakteri. Meskipun demikian semua mahkluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa
hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada mahkluk hidup yang lain
ataupun benda mati di sekelilinganya. Misalnya seekor kijang membutuhkan
tumbuh-tumbuhan tertentu untuk makanan, jika tumbuhan di lingkungan
sekitarnya dirusak maka kijang tersebut harus berpindah atau mati kelaparan.
Sebaliknya tumbuhan agar bisa hidup juga tergantung pada binatang untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kotoran binatang, bangkai binatang maupun
tumbuhan, menyediakan berbagai nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman.
(Wenny Silviaariska, 2013).
Cakupan wilayah kerja ekologi, Miller memberi gambaran batas
wilayah kerja ekologi sebagai suatu model yang berdasarkan atas anggapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bahwa seluruh alam semesta merupakan suatu ekosistem tersusun dari
kelompok-kelompok komponan yang berkaitan satu sama lain. Masing-
masing kelompok merupakan suatu kesatuan dengan kelompok lainnya.
Dalam cakupan wilayah kerja ekologi perlu diketahui beberapa pengertian
antara lain; Individu : suatu satuan struktur yang membangun suatu
kehidupan dalam bentuk makhluk hidup, misal dalam sebuah kebun terdapat
jambu, pisang, rumput, dsb. setiap pohon disebut individu. Populasi :
kumpulan individu suatu spesies makhluk hidup sama, misal kambing di
padang rumput. Komunitas : beberapa kelompok makhluk hidup yang hidup
bersama-sama dalam suatu tempat secara bersamaan. Ekosistem : tidak hanya
mencakup serangkaian spesies tumbuhan saja, tetapi juga segala bentuk
materi yang melakukan siklus dalam sistem itu, dan energi yang menjadi
kekuatan bagi ekosistem. Biosfer : tingkatan organisasi biologi terbesar yang
mencakup semua kehidupan di bumi dan adanya interaksi antara lingkungan
fisik secara keseluruhan (Wenny Silviaariska, 2013).
3. Ekoteologi
Tesis Lynn White dalam Celia Deane-Drummond (1999: 20)
mengungkapkan akar dari krisis ekologis adalah pemahaman orang Kristen
mengenai tugas menguasai yang ditafsirkan menjadi
penguasaan/pengeksploitasian. Menanggapi pendapat tersebut Ensiklopedia
Science Religion dalam Pasang (2011:84) terminologi mulai populer di akhir
abad ke-20 dalam lingkungan kekristenan sejalan dengan munculnya bidang
ekologi. Ekoteologi menjelaskan wacana teologis yang menyoroti “rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tangga” dari seluruh ciptaan Allah terutama alam sebagai suatu sistem yang
saling terikat. Ekoteologi muncul sebagai jawaban atas adanya krisis
lingkungan yang serius dan mengancam kehidupan manusia di bumi.
Ekoteologi juga muncul sebagai tanggapan terhadap keluhan ekologis (the
ecological complaint). Keluhan yang menyoroti interpretasi yang keliru
terhadap hubungan alam dan manusia sebagai pengelolanya.
Menerapkan ekologi berarti menemukan bagaimana struktur dan
fungsi alam sejalan dengan maksud penciptaan. Hal ini sejalan dengan makna
Kejadian 1:2, di mana dalam penciptaan Allah menata alam yang kacau
menjadi keteraturan sesuai urutan yang teratur. Setiap hari selama enam hari
penciptaan merupakan langkah-langkah Allah menata struktur alam, di mana
setiap jenis ciptaan memiliki fungsi tersendiri. Itu sebabnya ciri dan karakter
ciptaan Allah memiliki urutan yang jelas adanya keserasian di setiap ruang
dan waktu.
Istilah dan konsep ekoteologi bukan merupakan suatu istilah yang
baru. Tim Cooper menggunakan istilah Green Theology, sedangkan Matthey
Fox dan Thomas Berry menggunakan istilah Creation centered spirituallity.
Banyak orang yang menyebut ekoteologi dengan bermacam-macam istilah
atau nama lain yang beredar, namun tetap mempunyai makna yang sama.
Ekoteologi merupakan suatu upaya untuk menjelaskan bagaimana teologi
digunakan untuk menata dan mewarnai tugas dan tanggung jawab manusia
terhadap ciptaan Allah di bumi (Pasang, 2011:87). Pada dasarnya ekoteologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
memiliki beberapa unsur yang menjadi benang merah untuk menilai
penerapan konsep ekoteologi, yaitu: (Pasang, 2011:87).
a) Konsep tersebut berpusat pada Allah di dalam Yesus Kristus, dan
menekankan pada struktur dan fungsi seluruh ciptaan, tanpa
menekankan unsur-unsur tertentu.
b) Dengan adanya fakta-fakta bahwa gambar Allah memudar dari diri
manusia karena dosa mengakibatkan putusnya hubungan dengan
Allah dan kenyataan bahwa ciptaan Allah lainnya rusak, maka
konsep ekoteologi bertujuan untuk mengembalikan struktur dan
fungsi ciptaan sesuai maksud semula Allah mencipta setiap
ciptaan.
c) Bertujuan untuk membebaskan seluruh ciptaan dari kerusakan,
penderitaan dan kemerosotan akibat ulah manusia, tidak hanya
yang miskin dan tertindas.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa mengembangkan ekoteologi
tidak berarti menghadirkan cabang ilmu baru yang bersumber dari ekologi
atau teologi. Akan tetapi mengembangkan ekoteologi akan lebih bermakna
melalui upaya-upaya menerapkan kebenaran firman Tuhan dalam tindakan
nyata untuk mengembalikan sepotong Taman Eden dalam konteks pribadi
masing-masing dan kembali ke Alkitab manakala seseorang mengahadapi
masalah dan pergumulan di dunia nyata.
4. Arti Lingkungan Hidup
Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk
lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu
bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif
terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka.
Tanpa mereka manusia tidaklah dapat hidup. Manusia bersama tumbuhan,
hewan dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup seperti misalnya, air,
gas, udara, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup
bersama dengan benda takhidup di dalamnya disebut lingkungan hidup
(Soemarwoto, 1983:42).
Lingkungan hidup ialah keseluruhan persyaratan kehidupan,
khususnya bagi manusia, tetapi dilihat dari keterjalinannya serta
ketergantungan timbal balik dengan makhluk-makhluk lain beserta ruang
hidupnya. Untuk mengungkapkan lingkungan hidup yang dipahami sebagai
pemukiman itu dipakailah istilah Yunani “oikos” yang berarti rumah atau
rumah tangga, dan untuk ilmu yang berkisar padanya dipakailah istilah
“ekologi”, ilmu hubungan-hubungan makhluk-makhluk terhadap
lingkungannya (Piet Go, 1989: 1).
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Merujuk
pada definisi tersebut, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain
merupakan wawasan nusantara, yang menempati posisi silang antara dua
benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang
memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang
tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan
bernegara dalam segala aspeknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
5. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup memiliki ruang lingkup tersendiri yang terdiri
dalam ekosistem yaitu unsur-unsur lingkungan hidup, baik yang hidup
(biotik) seperti manusia, tumbuhan, hewan, maupun yang tidak hidup
(abiotik) seperti tanah, air dan udara yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 1997, ruang
lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berwawasan nusantara dalam melaksanakan
kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup
terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Senada dengan pengertian tersebut Piet Go berpendapat bahwa satuan
lingkungan hidup disebut “ekosisem”. Ekosistem manusia bukanlah melulu
“alam murni”, melainkan sudah diolah menjadi kebudayaan dan peradaban.
Ekosistem manusia dibagi dalam dua lingkup yaitu lingkungan primer
(biosper) yang terdiri dari udara, air, gas, mineral, flora dan fauna.
Sedangakan lingkungan sekunder (technosphere) terdiri dari bangunan,
mesin, industri, sistem informasi, lalu lintas dan sebagainya (Piet Go, 1989:
1). Sejalan dengan pendapat tersebut Soemarwoto juga menegaskan suatu
konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak
hidup di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang
teratur (Soemarwoto, 1983:15).
C. Hubungan Katekese Ekologi terhadap Persoalan Krisis Lingkungan
Hidup
Krisis lingkungan hidup telah mengancam kenyamanan tempat tinggal
manusia. Ini termasuk salah satu dampak ulah manusia. Ternyata, pengelolaan
lingkungan hidup secara bertanggung jawab belum membudaya. Tanpa
penghargaan dan penghormatan terhadap hak hidup makhluk ciptaan lain,
manusia berlomba-lomba menguras isi perut bumi demi kepentingan
hidupnya.
Krisis ini menuntut keseriusan berpikir dan bertindak demi masa
depan yang lebih baik dan luput dari bencana-bencana yang memprihatinkan.
Maka, manusia perlu memahami hakikat alam ciptaan itu sendiri. Dalam hal
ini, penulis memperdalam tentang beberapa contoh persoalan krisis
lingkungan hidup, cahaya Kitab Suci atas ekologi, kesadaran manusia,
tanggung jawab Gereja terhadap lingkungan hidup, serta merumuskan
tanggung jawab iman dan keberpihakan pada lingkungan hidup.
1. Macam-macam Persoalan Krisis Lingkungan Hidup
Dalam kurun waktu tertentu kerusakan alam selalu saja datang silih
berganti. Sebagian dari kerusakan alam bisa dikategorikan sebagai bencana
alam karena memang peristiwa tersebut terjadi karena peristiwa alam, seperti
gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Tetapi selebihnya adalah bencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
lingkungan hidup karena penyebab utamanya adalah krisis lingkungan hidup
(krisis ekologi) yaitu kehancuran, kerusakan, dan pencemaran lingkungan
hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia khususnya manusia
modern dengan segala kemajuan teknologi, industri, dan ekonominya yang
tidak mempedulikan lingkungan hidup (Sonny Keraf, 2010:26).
Sonny Keraf berpendapat bahwa krisis dan bencana lingkungan hidup
global dapat dikategorikan menjadi empat macam krisis dan bencana yaitu:
kerusakan lingkungan hidup, pencemaran lingkungan hidup, kepunahan
Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan hidup, serta kekacauan iklim
global. Maka untuk memperdalamnya penulis akan membahas satu per satu.
a. Kerusakan Lingkungan Hidup
Kerusakan lingkungan hidup dikategorikan menjadi bermacam-
macam yaitu kerusakan hutan, kerusakan lapisan tanah, kerusakan terumbu
karang, dan kerusakan lapisan ozon (Sonny Keraf, 2010: 27-37). Mengenai
kerusakan hutan, hal ini sudah menjadi keprihatinan yang mendalam dari
berbagai pihak atas krisis dan bencana lingkungan hidup yang terjadi karena
kerusakan hutan. Di Negeri Indonesia laju kerusakan hutan dari tahun per
tahun semakin tinggi, bahkan sudah mencapai 3 juta Ha per tahun. Hal ini
disebabkan adanya pembukaan hutan untuk kepentingan pertanian dan
perkebunan khususnya perkebunan sawit di Sumatera, Kalimantan, dan Papua
yang dilakukan baik secara legal maupun ilegal. Kerusakan hutan ini
menyebabkan rusaknya lapisan tanah yang subur, hilang dan punahnya flora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dan fauna, terjadinya bencana banjir, tanah longsor, hilangnya sumber mata
air, serta kerusakan dan gangguan ekosistem.
Kerusakan terumbu karang dari tahun ke tahun juga semakin
meningkat. Hal ini terjadi karena praktek pengeboman ikan karang oleh
penduduk pesisir pantai, sedimentasi, pencemaran limbah, penambangan
karang, dan pencemaran laut oleh tumpahan minyak dari kapal tanki minyak.
Di beberapa wilayah Indonesia, kerusakan terumbu karang juga diakibatkan
karena kegiatan pertambangan., khususnya pertambangan liar termasuk
pengerukan pasir timah. Dampak utama dari kerusakan terumbu karang
adalah menurunnya populasi biota laut, khususnya ikan karang karena
terganggu dan hilangnya habitat berupa terumbu karang. Tentu saja di
beberapa wilayah Indonesia, rusaknya terumbu karang akan berdampak pula
pada daya tarik wilayah pesisir tersebut sebagai objek wisata alam dan bahari.
Secara ekologis, terumbu karang yang indah dan unik juga berperan sebagai
penahan gelombang dan pelindung pantai dari hantaman ombak dan gerusan
air laut.
Kerusakan lahan juga terjadi dalam kaitan dengan meningkatnya lahan
kritis akibat rusaknya permukaan tanah. Hal ini diakibatkan karena pola
pertanian dengan menggunakan berbagai pupuk kimia yang merusak lapisan
tanah. Salah satu sektor yang mempunyai daya rusak lahan yang tinggi adalah
industri pertambangan. Rusaknya lahan juga akibat pembukaan lahan untuk
aktivitas-aktivitas penunjang kegiatan pertambangan dan sebagian
diantaranya tidak bisa dikembalikan kepada kondisi asli alamiah. Baik karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
memang telah terjadi perubahan ekosistem maupun karena sengaja dibiarkan
terbengkelai.oleh penambang.
Kerusakan lapisan ozon pada umumnya disebabkan oleh perusak zat-
zat lapisan ozon berupa bahan kimia klorofluorokarbon (CFC), bromine
halocarbon dan juga nitrogen oksida dari pupuk. Rusaknya lapisan ozon akan
menimbulkan berbagai macam jenis penyakit seperti katarak, kanker kulit,
dan gangguan saluran pernapasan. Selain itu juga mengakibatkan rusaknya
flora dan fauna khususnya tanaman pangan tertentu sehingga menyebabkan
kegagalan panen.
b. Pencemaran Lingkungan Hidup
Pencemaran lingkungan hidup atau seringkali dikenal dengan polusi
dibedakan menjadi lima macam yaitu pencemaran udara, pencemaran air,
pencemaran tanah, pencemaran laut, dan sampah (Sony Keraf, 2010:38-46).
Pencemaran udara berasal dari sumber tidak bergerak maupun sumber
bergerak. Sumber tidak bergerak yaitu berasal dari aktivitas industri,
kebakaran hutan, dan sampah. Sedangkan sumber bergerak yaitu berasal dari
noda transportasi, sisa gas buang kendaraan bermotor (khususnya yang
menggunakan sumber energi fosil). Pencemaran udara ini akan
mengakibatkan gangguan kesehatan yang kronis seperti infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA), asma, penurunan IQ dan gangguan saraf serta
impotensi. Lebih dari itu, dampak pencemaran udara yang hangat-hangatnya
dibicarakan di zaman modern ini sekaligus mendapat perhatian secara serius
yaitu pemanasan global dan perubahan iklim.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Selain pencemaran udara, pencemaran air merupakan krisis
lingkungan hidup global yang sangat membahayakan lingkungan hidup.
Pencemaran air disebabkan karena pembuangan limbah, termasuk limbah
yang beracun dan berbahaya (B3), maupun karena erosi dan pendangkalan
sungai serta danau yang terjadi akibat kerusakan hutan. Fenomena modern
yang menarik dalam kaitannya dengan pencemaran air ialah bahwa hampir
seluruh umat manusia di dunia sekarang ini tidak berani lagi mengonsumsi air
alamiah dari sumber-sumber alamiahnya. Salah satu alasan utama adalah
karena sumber mata air untuk kebutuhan air minum tidak lagi bebas dari
pencemaran terlebih dari segi kesehatan tidak layak untuk dikonsumsi.
Pencemaran laut merupakan aspek lain yang perlu mendapatkan
perhatian serius. Pencemaran laut terjadi karena pembuangan limbah cair
berupa minyak dari pertambangan di lepas pantai. Daerah yang paling
tercemar biasanya di kawasan sekitar pelabuhan-pelabuhan bongkar muat dan
penumpang. Selain itu pencemaran laut juga terjadi akibat pembuangan
limbah cair dari proses produksi dan limbah padat berupa sampah dari
wilayah perkotaan. Dampak yang terjadi dari pencemaran laut adalah
punahnya biota laut serta rusaknya terumbu karang sebagai habitat
berkembang biaknya berbagai biota laut.
Pencemaran lingkungan hidup yang paling serius yaitu sampah rumah
tangga khususnya di kota-kota besar. Akibat kemajuan industri dan
perubahan gaya hidup manusia modern, manusia memproduksi banyak sekali
sampah. Plastik adalah salah satu fenomena konsumsi masyarakat modern
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang serba instan dan praktis. Sekaligus plastik merupakan sampah yang
mengganggu kehidupan. Sampah menjadi persoalan besar bagi setiap
penduduk khususnya di kota-kota besar karena menimbulkan berbagai
macam pencemaran udara, air, dan membutuhkan teknologi yang mahal
dalam pengelolaan dan pengolahannya. Sementara itu, budaya masyarakat
yang membuang sampah sembarangan menjadi faktor utama yang semakin
memperparah pencemaran sampah ini. Sebagaimana halnya dalam kaitan
dengan kerusakan lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan hidup
berbagai pihak baik negara dan seluruh elemen masyarakat telah bekerjasama
untuk mengatasi pencemaran lingkungan hidup tersebut.
c. Kepunahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Beberapa fenomena terkait dengan kepunahan sumber daya alam dan
lingkungan hidup ialah punahnya keanekaragaman hayati, punahnya sumber
daya alam, dan sumber mata air (Sonny Keraf, 2010:47-52). Kepunahan
keanekaragaman hayati baik di darat, di laut, dan di udara telah menjadi
keprihatinan dan perhatian bagi dunia. Kepunahan keanekaragaman hayati
disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah proses alam dan
bencana alam. Selain itu juga diakibatkan karena perilaku manusia modern
yang menimbulkan terjadinya kerusakan dan kebakaran hutan yang
merupakan sebagai habitat flora dan fauna di darat. Pembabatan hutan dan
alih fungsi lahan atau hutan juga menjadi faktor yang menyebabkan punahnya
keanekaragaman hayati. Kerusakan ekosistem akibat pola pertanian dan
perkebunan modern yang ekstensif dan intensif dengan teknologi yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ramah lingkungan merupakan faktor lain yang mempengaruhi rusaknya
keanekaragaman hayati.
Kepunahan sumber mata air adalah sebuah krisis lingkungan hidup
global yang cukup serius. Air merupakan sumber kehidupan yang sangat
penting dan bermanfaat, antaralain untuk minum maupun untuk aktivitas
produktif pertanian dan industri juga untuk kepentingan sanitasi dan
kesehatan. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Bank Dunia memprediksi
pada tahun 2025 dua pertiga penduduk dunia akan kesulitan memperoleh air
bersih dan air minum. Hilangnya sumber mata air ini diakibatkan karena
kerusakan hutan sebagai tempat penyimpanan air. Selain itu juga disebabkan
karena berbagai gunung kapur atau kars yang menjadi tempat penampungan
air telah dieksploitasi habis untuk kepentingan industri semen dan industri
terkait lainnya. Perubahan iklim karena meningkatnya suhu bumi juga
menjadi faktor penyebab berkurangnya pasokan sumber mata air.
Krisis air baik karena kekurangan sumber mata air, pencemaran,
kekeringan, dan banjir diprediksi akan menjadi salah satu sumber pertikaian
dan konflik sosial di masa yang akan datang. Krisis air pada gilirannya juga
akan bermuara pada krisis pangan. Hal ini terjadi karena semakin banyak
lahan pertanian yang kekurangan pasokan air yang memadai. Oleh karenanya
hal ini akan memicu terjadinya konflik anatara berbagai pihak yang sama-
sama membutuhkan air untuk kegiatan produktifnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
d. Kekacauan Iklim Global
Krisis lingkungan global yang menjadi pembicaraan umum di seluruh
dunia dan sudah dikenal oleh masyarakat luas di zaman now yang disebut
dengan istilah perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan suatu fenomena
yang muncul dalam bentuk anomali atau kekacauan iklim. Kekacauan cuaca
dengan segala gejalanya berupa hujan deras, badai, kekeringan parah, suhu
yang meningkat sangat tinggi, suhu dingin yang parah, dan iregularitas
musim baik di negara dengan empat musim maupun di negara dua musim
seperti Indonesia (Sonny Keraf, 2010: 53).
Beberapa contoh nyata dampak kekacauan atau perubahan iklim
akibat pemanasan global dapat dirasakan dan dialami dari tahun ke tahun
seperti yang terjadi di Indonesia. Pertama, telah terjadi anomali cuaca atau
kekacauan musim yang memperlihatkan bahwa negara dengan pola empat
musim kini sudah tidak lagi reguler terjadi empat musim secara normal.
Demikian pula, di negara dengan pola dua musim seperti Indonesia,
seringkali terjadi hujan dengan disertai banjir besar justru pada musim
kemarau sekitar bulan Juli atau Agustus.
Kedua, selain kekacauan cuaca dengan pola ekstrem, terjadi pula
badai tropis yang terjadi di belahan dunia. Badai dengan berbagai sebutan
yang menarik seperti Katrina, Hannah, Mitch, Andrew, Alicia, Harvey,
Maria, Emily, Dennis, Jose, Rita, Irene, dan Cindy ini telah merenggut korban
jiwa.selain harta benda. Salah satu yang paling parah adalah badai Katrina
yang menerjang Gulf Coast dekat New Orleans di Amerika Serikat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tahun 2005. Ketiga, juga perlu diwaspadai menyebarnya berbagai penyakit
menular baru karena terjadi anomali cuaca, yaitu kelembaban dan kekeringan
yang tidak normal. Munculnya penyakit baru seperti flu burung, flu babi,
penyakit kuku dan mulut, serta berbagai penyakit baru lainnya yang
mengancam dunia.
Keempat, banyak spesies tanaman dan binatang juga terancam punah
sebagai akibat dari pemanasan global dan perubahan iklim global. Kepunahan
ini terjadi sebagai dampak lebih lanjut dari kekacauan cuaca dengan tingkat
kelembaban dan kekeringan yang tidak normal atau ekstrem, yang
mengakibatkan terganggunya ekosistem dan habitat dari berbagai spesies
tanaman dan binatang. Kelima, selain punahnya berbagai spesies tumbuhan
dan binatang, juga terjadi kerusakan terumbu karang yang sangat bermanfaat
bagi perkembangbiakan biota laut. Menurut catatan Al Gore, pada tahun
2005, tercatat sebagai salah satu tahun dengan suhu terpanas, banyak sekali
terumbu karang rusak dan punah. Sementara pada tahun 1998, juga
merupakan tahun terpanas sebelumnya, dunia kehilangan 16% terumbu
karang. Hal ini akan mempengaruhi kehidupan ekonomi penduduk pesisir
yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut (Sonny Keraf, 2010:63).
2. Cahaya Kitab Suci Atas Ekologi
Komisi PSE-KAJ (2010: 9) mengungkapkan pandangan Aswin
bahwa beberapa cerita dalam Alkitab juga memberikan referensi mengenai
lingkungan hidup ini dan bagaimana umat manusia memperlakukannya, serta
bagaimana akibat yang ditimbulkannya. Allah adalah pencipta lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
hidup. Pengertian dan sikap manusia terhadap bumi tergantung dari pengertian
dan sikap manusia terhadap Allah pencipta. Iman dan kepercayaan yang
dimiliki oleh setiap orang sama halnya seperti iman dan kepercayaan yang
dimiliki oleh bangsa Israel yang sadar akan keberadaannya di bumi sebagai
lingkungan atau tempat (oikos) hidupnya. Hal ini terungkap dalam Kitab Suci
yakni bahwa dunia tempat tinggal manusia diciptakan oleh Allah yang
mencintainya (Kej 1:1).
Manusia ditugaskan untuk memelihara bumi. Kepada manusia yang
diciptakan Allah sebagai laki-laki dan perempuan menurut citra-Nya sendiri
diserahkan-Nya tugas ini: “Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-
burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:28).
Dalam penyerahan tugas itu terungkaplah hubungan erat antara manusia dan
bumi. Seperti digambarkan dalam Kej 2:8-25 bumi sungguh dimaksudkan
oleh Allah sebagai lingkungan hidup bagi manusia, yang harus
“mengusahakan dan memeliharanya” (ay.15). Allah sendiri sangat berkenan
“berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk” (Kej 3:8).
Komisi Teologi KWI memuat pandangan Hadisumarta (2008: 57)
yakni penyerahan pengurusan, pemeliharaan, dan pengelolaan oleh Allah
kepada manusia mengandung rasa tanggung jawab atasnya. Termasuk di
dalamnya juga terdapat larangan untuk menggunakan kewenangannya melulu
menurut kehendak atau kesukaannya sendiri. Di dalam kitab Kejadian itu
terdapat pengaturan yang menggambarkan bagaimana manusia menyatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
secara harmonis dengan bumi. Namun di hadapan Allah, ia bertanggung jawab
kepada Dia dalam mengatur hal-hal yang menyangkut manusia maupun bumi
ciptaan-Nya.
Pesan yang diungkapkan dalam Kitab Kejadian bab 9 dalam
mewujudkan hidup ciptaan yang harmonis yakni perjanjian Allah dengan
seluruh ciptaan-Nya termasuk dalam hakiki tugas pemeliharaan dan
pengelolaan bumi. Perjanjian ini menuntut adanya suatu harmoni antara
manusia dan bumi. Hal ini akan mungkin terjadi apabila ada kesadaran akan
ketergantungan antar satu sama lain. Rasa tanggung jawab tidak bisa dianggap
sebagai suatu hal yang sepele saja, sebab pada dasarnya pengurusan dan
pemeliharaan atas bumi adalah suatu anugerah khusus atau hak istimewa yang
diberikan Allah kepada umat manusia. Maka dari setiap manusia akan
dituntut Tuhan tanggung jawabnya atas pemeliharaan dan penggunaan bumi
sebagai lingkungan hidupnya sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hidup
berharmoni dengan lingkungan hidup yang dipeliharanya penuh dengan
kesadaran, baik dalam relasi dengan sesama maupun dengan alam sekitarnya.
3. Kesadaran Manusia
Ekologi dan moral lingkungan hidup saling memiliki ketergantungan,
masalah ekologi mulai menembus dunia moral. Masalah ekologi umumnya
terkait dengan krisis moral dalam usaha memahami ciri saling ketergantungan
antara manusia dengan lingkungan hidup. Manusia mulai menyadari dan
merenungkan keadaan lingkungannya. Bagaimana seharusnya manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bersikap terhadap lingkungannya dan apa pengaruh lingkungan terhadap hidup
manusia di sekitarnya.
Moral lingkungan hidup pada dasarnya bermula dari kesadaran hakiki
manusia dalam menghadapi keadaan hidup dan lingkungannya. Manusia
menyadari dampak dan bahaya penggarapan alam semesta. Penguasa ekonomi
dan politik memanfaatkan manusia-manusia yang dianggap lemah dan tidak
berdaya untuk menggarap dan memorak-porandakan kekayaan alam.
Keuntungan mereka dipergunakan untuk memenuhi keperluan dan
kepentingan pribadi (Chang, 2001:31). Dari uraian tersebut, Chang
menyatakan bahwa moral lingkungan hidup menyadari adanya kesalahan
sikap dasar manusia terhadap lingkungan hidup. Kesadaran ini mendorong
manusia untuk membentuk sistem pemikiran ekologis dalam bersikap dan
bertindak secara bertanggung jawab. Kesadaran ini terkait dengan penemuan
kembali nilai alam semesta. Pola pikir ini menyoroti sikap manusia, penerapan
teknologi dan nilai-nilai yang seharusnya menuntun sikap dan tindakan
manusia.
Moral baik yang dikaitkan dengan agama maupun yang tidak, dapat
memberi sumbangan bagi tanggung jawab atas pelestarian lingkungan hidup,
tidak hanya sebagai motivasi melainkan juga sebagai pedoman dengan
menunjukkan norma-norma yang perlu ditaati. Sistem moral apa pun yang
dianut, kiranya dalam hal pelestarian lingkungan hidup terdapat titik temu
yang cukup kuat (Piet Go, 1989:7). Hal senada juga ditegaskan oleh Martinah,
upaya rekonsiliasi menjadi suatu sumbangan positif yang perlu disadari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tanpa sikap rekonsiliasi, maka kejadian-kejadian alam akibat kerusakan
lingkungan hidup akan menjadi langganan yang terus menerus dituai. Sikap
rekonsiliasi dari pihak manusia dapat memungkinkannya melakukan
perubahan demi kenyamanan lingkungan hidup (Martinah, 2015: 54).
4. Tanggung Jawab Gereja Terhadap Lingkungan Hidup
Keadaan bumi dan lingkungan tempat tinggal sudah tidak lagi nyaman
untuk dijadikan tempat tinggal bagi manusia. Oleh karena itu, ada beberapa
upaya yang dilakukan gereja untuk mencari jalan keluar dari masalah yang
berdampak untuk semua makhluk hidup di bumi ini. Beberapa tindakan nyata
yang dapat dikembangkan dan dipraktikkan oleh gereja sebagai wujud
tanggung jawabnya terhadap bumi ciptaan Allah dapat dilihat pada uraian
berikut : ( Pasang, 2011:248-249).
a. Mendukung program-program pemerintah dalam bidang lingkungan
hidup
Penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26% hingga tahun 2020.
Program ini dapat didukung antara lain dengan pentahapan penggunaan energi
terbarukan, misalnya tenaga matahari atau angin. Dapat pula dilakukan
melalui program efisiensi energi, misalnya dengan menata ulang sistem
pencahayaan di ruang gereja, menggunakan bohlam hemat energi, dan
mengaudit ulang semua peralatan yang menggunakan listrik. Penanaman
pohon untuk meng-offset emisi kegiatan gereja dan anggota jemaat adalah
program lain yang dapat diperkenalkan. Selain itu gereja juga mendukung
penanaman sejuta pohon di seluruh pelosok tanah air. Gereja juga mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
anggota jemaat untuk mendukung program pemerintah pusat, misalnya
konversi energi dan penggunaan kendaraan hemat energi (Pasang, 2011:248).
b. Mendukung program-program pemerintah daerah dalam bidang
lingkungan hidup
Mendukung dan terlibat dalam program lingkungan pemerintah
setempat. Misalnya di Jawa Barat ada program Balad Kuring yang merupakan
upaya pemerintah untuk mengembalikan nilai-nilai tradisional berupa gotong-
royong untuk menyelesaikan masalah lingkungan. Terlibat dalam program
energi pemerintah setempat, misalnya mengumpulkan minyak jelantah untuk
digunakan oleh bus Trans Pakuan di Kota Bogor.
Bekerjasama dengan masyarakat sekitar gereja melakukan program
kali bersih, penghijauan, dan pembuatan kompos. Melalui tindakan nyata
dalam konteks lokal, gereja sebenarnya sudah menerapkan prinsip Berpikir
Global, Bertindak Lokal. Tidak itu saja, gereja dapat melakukan pendekatan,
Berpikir Global, Bersaksi Lokal dan Bertindak Lokal, Bersaksi Global
(Pasang, 2011:249).
c. Kerja sama dengan pemeluk agama lain
Dalam merumuskan hal-hal yang dapat dipahami bersama, gereja juga
membangun kerja sama dengan pemeluk agama lain dalam aktivitas
penyelamatan lingkungan, misalnya, keprihatinan terhadap kemiskinan,
masalah sampah, penebangan liar, eksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan, pencemaran tanah, air dan udara serta ketidakadilan sosial. Tema-
tema tersebut dapat menjadi platform untuk menggalang kerja sama dan
melakukan proyek bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Melalui jaringan kerja sama dibuat program atau proyek kebersamaan,
dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing pihak.
Program-program tersebut dapat berupa proyek penghijauan hutan mangrove,
lahan kritis atau penanganan lingkungan kota, pengabdian masyarakat di
desa-desa tertinggal, program panti asuhan atau panti jompo, program
pertukaran remaja dan pemuda dari suatu komunitas yang didominasi oleh
agama tertentu dengan komunitas lain, program kemanusiaan di daerah
bencana, dan program pengamanan tempat ibadah di daerah tertentu (Pasang,
2011:249).
d. Kerja sama dengan lembaga atau LSM lingkungan
Pengembangan kapasitas warga gereja dalam hal kepedulian terhadap
lingkungan dapat dilakukan bersama dengan lembaga swadaya masyarakat
yang ada, misalnya bersama World Wildlife Fund (WWF) atau Yayasan
Orang Utan melakukan sosialisasi perubahan iklim dan dampaknya bagi
masyarakat dan satwa liar.
Gereja juga menjalin kerja sama dalam melakukan penanaman pohon
bersama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) atau
Yayasan lain yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup.
Mengembangkan produk daur ulang, seperti tas dari bahan daur ulang dan
memasarkannya di dalam negeri maupun ekspor bersama dengan yayasan
yang mengkhususkan diri dalam pengembangan ekonomi rakyat. Untuk
mendukung tercapainya kerja sama dalam pelestarian lingkungan hidup
gereja juga merumuskan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
masyarakat atau kearifan lokal dan implementasi dalam kaitannya dengan
pelestarian lingkungan dan sumber daya alam (Pasang, 2011: 250).
5. Merumuskan Tanggung Jawab Iman dan Keberpihakan pada
Lingkungan Hidup
Manusia hanyalah bagian dari seluruh ciptaan dan hidupnya disangga
oleh alam semesta. Maka dari itu perlulah “gambar Allah” tidak dimengerti
secara personal, melainkan juga sosial dan ekologis, dalam hubungan dan
tanggung jawab terhadap kehidupan bersama dan kehidupan alam semesta.
Dengan demikian manusia menjadi pelayan dalam keterarahan dunia kepada
Allah (Iman Katolik, 1996: 151). Gereja sebagai kekuatan moral religius
dalam kapasitasnya sebagai kekuatan moral dan religius masyarakat berperan
membantu implementasi kebijakan-kebijakan lewat upaya-upaya penyadaran
dan aksi-aksi konkret perawatan lingkungan. Pertama, melalui refleksi-refleksi
ekoteologisnya. Gereja menggarisbawahi bahwa kehancuran lingkungan hidup
ini utamanya disebabkan oleh profanasi dan eksploitasi alam secara besar.
Keserakahan dan keangkuhan manusia ini perlu dikoreksi dengan pola pikir
baru, misalnya, dengan mengangkat kembali kearifan-kearifan lokal yang
menghormati alam. Sehingga taman Eden atau „rumah bersama‟ sungguh
dipelihara dan dirawat. Kearifan lokal di berbagai tempat dan suku bangsa
seringkali menyebut alam sebagai saudara bagi manusia. atau sering disebut
„sister earth‟ (saudari bumi) dan „mother earth‟ (ibu pertiwi).
Kedua, Komisi Teologi KWI memuat pandangan Raymundus (2008:
189-190) yakni aksi-aksi konkrit pemeliharaan dan perawatan lingkungan.
Teologi kristiani dewasa ini dipanggil untuk lebih mempromosikan gagasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
bahwa manusia diciptakan tidak hanya untuk mengolah dan merawat
lingkungan melainkan yang utama adalah menyelamatkan dari ancaman
kehancuran dan kemusnahan dini. Teologi kristiani menjadikan ekologi
sebagai objek untuk mengajak orang beriman mengkaji ulang antropologi
kristiani dan posisi manusia di antara segala ciptaan. Teologi juga mengajak
orang untuk bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungannya. Melalui
aksi-aksi penghijauan, upaya-upaya daur ulang sampah, pembuatan kompos,
pembatasan pemakaian sampah rumah tangga yang tidak bisa didaur ulang
dan pengurangan produksi gas beracun. Hal itu merupakan sejumlah upaya
yang dapat dimulai dari lingkungan kecil seperti keluarga, sekolah, dan
komunitas RT/RW.
Hidup sebagai orang beriman yang selaras dengan kehendak Allah
berarti juga menjadi manusia yang bertanggung jawab. Dalam hal ini dapat
dipahami bahwa manusia harus mengembangkan sikap penghargaan dan
tanggung jawab penuh atas tindakannya sehubungan dengan keadaan alam
(Chang, 2001:110). Dari uraian tersebut, Chang menyatakan bahwa pada
hakikatnya manusia secara terus-menerus mampu memperbaharui diri sebagai
makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah makhluk ciptaan lain dan
manusialah makhluk yang paling bertanggung jawab atas keutuhan ciptaan.
Manusia yang dilahirkan kembali dalam semangat ekologis mampu
menyadari, mengontrol dan membatasi diri dalam tindakan menjaga dan
merawat lingkungan alam sekitar. Sebagai orang beriman, iman akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penciptaan oleh Tuhan akan mewarnai pandangan dan sikap seseorang
terhadap seluruh ciptaan Tuhan.
D. Pentingnya Pendidikan Iman dan Dialog dengan Alam dalam
Membangun Semangat Ekologis
1. Pendidikan untuk Perjanjian antara Manusia dan Lingkungan
Di dalam Ensikliknya Paus Fransiskus menegaskan bahwa pendidikan
ekologis dapat terjadi dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media
komunikasi, katekese, dan lain-lain. Pendidikan yang baik di sekolah sejak usia
dini menaburkan benih yang dapat menghasilkan buah sepanjang hidup.
Sejatinya yang lebih ditekankan ialah peran sentral keluarga, karena di situlah
kehidupan sebagai kurnia Allah menuju perkembangan manusiawi yang sejati.
Dalam keluarga, dikembangkan kebiasaan awal untuk mencintai dan
melestarikan hidup, seperti penggunaan barang secara tepat, ketertiban dan
kebersihan, menghormati ekosistem lokal, dan merawat semua makhluk
ciptaan (Ensiklik Laudato Si, 2015: 158).
Pendidikan ekologis amat penting untuk menekan kerusakan
lingkungan. Dari pernyataan tersebut di atas Paus Fransiskus juga sudah
menegaskan bahwa pendidikan dapat dilakukan dalam berbagai konteks.
Pendidikan ekologis juga ditanamkan dalam bidang katekese, salah satunya
yaitu melalui katekese ekologi. Katekese ekologi merupakan suatu pendidikan
iman sebagai upaya penyadaran akan keberadaan lingkungan agar lingkungan
hidup tetap terpelihara dan lestari dan kelangsungan hidup terus berjalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dari uraian tersebut penulis menyimpulkan bahwa katekese ekologi
sebaiknya terus ditanamkan sejak kecil di dalam lingkungan keluarga. Memulai
dari lingkungan keluarga berarti setiap keluarga menanamkan dalam setiap
anggotanya untuk bertanggung jawab terhadap kelestarian alam.
2. Dialog dengan Alam
Dialog memungkinkan penghargaan terhadap pihak lain. Ia
mengandaikan adanya relasi timbal balik, saling mengakui keberadaan pihak
lain dan saling menerima apa adanya. Dialog dengan alam merupakan sebuah
keniscayaan bagi manusia masa kini. Terlebih lagi ketika alam seolah tidak
bersahabat dengan kita. Dalam Ensiklik Laudato Si art 201, Paus Fransiskus
menyampaikan sebuah gagasan,sbb:
Sebuah dialog di antara pelbagai ilmu sendiri juga diperlukan karena
masing-masing cenderung menutup diri dalam batas-batas bahasanya
sendiri, dan spesialisasi mengarah ke isolasi dan pemutlakan bidang
pengetahuannya sendiri. Hal ini menjadi halangan untuk secara efisien
mengahadapi masalah lingkungan. Dialog yang terbuka dan saling
menghormati juga diperlukan di antara pelbagai gerakan ekologis, di
mana konflik ideologis tidak absen. Parahnya krisis ekologi
mengharuskan kita semua untuk memikirkan kesejahteraan umum dan
bergerak maju di jalan dialog yang meminta kesabaran, disiplin diri,
dan kemurahan hati, sementara selalu teringat bahwa “kenyataan lebih
penting daripada gagasan (Ensiklik Laudato Si 2015: 150).
Gagasan Paus Fransiskus tersebut mengajak semua orang untuk
menciptakan dialog yang terbuka dan saling menghormati khususnya dalam
menanggapi berbagai macam krisis lingkungan hidup. Dalam konteks katekese
ekologi tujuan dialog itu ialah untuk saling menghargai dan menjaga. Sebab
dialog tidak mungkin terjadi jika salah satu pihak menutup diri. Hal ini penting
karena tujuan pertama sebuah dialog ialah untuk saling menghargai, menerima,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dan memberi. Selain itu, dialog bukan sekedar pertemuan biasa dalam ruangan,
tetapi bagaimana tindakan konkrit kita terhadap alam. Dialog dengan alam di
sini dimengerti sebagai usaha setiap orang untuk menjaga relasi dengan alam.
Hal ini mengandaikan adanya keinginan untuk menjaga keutuhan setiap
ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
KEGIATAN PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO DALAM
UPAYA MENJAGA DAN MERAWAT KELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP
Dalam bab ini, penulis memaparkan gambaran paroki Santo Yusup
Baturetno berdasarkan buku profil tahun 2018 yang dibuat berdasarkan
pendataan umat pada tahun 2016. Selanjutnya akan dipaparkan juga
mengenai penelitian tentang partisipasi umat dalam upaya menjaga keutuhan
alam ciptaan mengenai metode penelitian katekese ekologi di paroki dan
keterlibatan umat di dalamnya. Penelitian dan metode penelitian dalam bab
ini terdiri atas: permasalahan penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, pembahasan hasil penelitian, rangkuman hasil
penelitian dan permasalahan yang ditemukan dalam penelitian.
A. Gambaran Umum Paroki Santo Yusup Baturetno Wonogiri
1. Keadaan Geografis
a. Wilayah Teritorial
Wilayah Paroki Baturetno berada di kawasan kaki Pegunungan Seribu
di bagian selatan Kabupaten Wonogiri. Paroki Baturetno mencakup lima
kecamatan, yaitu Kecamatan Baturetno, Batuwarno, Karangtengah,
Tirtomoyo dan Nguntoronadi. Wilayah selatan, berbatasan dengan Paroki
Danan, sebelah utara dan barat berbatasan dengan Paroki Wonogiri,
sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Paroki Ponorogo Jawa Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Paroki Baturetno memiliki 9 wilayah yang dibagi dalam 38
lingkungan. Wilayah Batu Selatan yang berjarak kurang lebih 3 Km di selatan
pusat paroki, terdiri atas 5 lingkungan. Sedangkan Wilayah Batu Utara
merupakan wilayah di pusat paroki yang terdiri atas 4 lingkungan. Wilayah
Patuk, berjarak kurang lebih 1 Km di sebelah barat pusat paroki, terdiri dari 4
lingkungan. Wilayah Jamprit, kurang lebih 3 Km dari pusat paroki, terdiri
dari 5 lingkungan. Wilayah Selopuro, kurang lebih 10 Km sebelah timur
pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan. Wilayah Boto, berjarak kurang lebih 5
Km sebelah utara pusat paroki, terdiri dari 4 lingkungan. Wilayah
Kedungrejo, kurang lebih 8 Km dari pusat paroki, terdiri atas 3 lingkungan.
Wilayah Ngadiroyo, kurang lebih 13 Km sebelah utara dari pusat paroki
terdiri atas 2 lingkungan. Sedangkan Wilayah Tirtomoyo, berjarak kurang
lebih 12 Km sebelah utara pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan. Data lebih
lengkap mengenai daftar lingkungan yang ada di setiap wilayah dapat dilihat
di dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Daftar Wilayah dan Lingkungan Paroki Baturetno
No Wilayah Lingkungan Keterangan
1. Batu Selatan Watuagung, Balepanjang,
Sambeng, Batu Tengah, Batu Kidul
5 Lingkungan
2. Batu Utara Batu Rosari, Batu Asisi, Talun,
Duren
4 Lingkungan
3. Patuk Patuk Yakobus, Patuk Paulus,
Gambiranom Maria, Gambiranom
Carolus
4 lingkungan
4. Jamprit Jamprit Daniel, Jamprit Samuel, 5 lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Jamprit Elias, Klerong, Saradan
5. Selopuro Melikan, Diaspora, Wates, Selopuro 4 lingkungan
6. Boto Boto, Kedungombo, Sendangrejo,
Ngawu
4 lingkungan
7. Kedungrejo Kedungrejo Gregorius, Kedungrejo
Stephanus, Kwangen Mateus,
Gebang
4 lingkungan
8. Ngadiroyo Ngadiroyo, Ngadipiro 2 lingkungan
9. Tirtomoyo Banyakprodo, Tirtomoyo
Stephanus, Ngampel,
Sendangmulyo, Tirtomoyo
Agustinus, Ngrejo
6 lingkungan
Jumlah 38 lingkungan
b. Kondisi Alam
Baturetno memiliki suhu harian antara 26°-30°C, terletak di 7°59‟ LS
dan 110°56‟0”BT, dengan 2 musim yaitu penghujan dan kemarau. Kontur
wilayahnya relatif datar dibandingkan wilayah kecamatan lain dalam
Kabupaten Wonogiri. Sebagian besar daerahnya tandus, kering, dan berbatu
seperti desa-desa lainnya di wilayah selatan Kabupaten Wonogiri, meskipun
juga ada lahan yang bisa ditanami tanaman pangan, tetapi tidak luas dan
hasilnya juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Topografi
desa adalah perbukitan dengan struktur tanah yang didominasi batuan
gamping sebagai ciri khasnya. Kondisi geografis dan struktur geologis
dengan batuan kapur berlapis-lapis memberikan kesan bahwa daerah ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
tampak sebagai kawasan batu bertanah. Tanah hanya sedikit terlihat di celah-
celah batu.
Dengan kondisi demikian tidak mengherankan kalau daerah ini
dikategorikan daerah tandus dan banyak masyarakat khususnya generasi
muda bermigrasi dan bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
Semarang, Surakarta dan sebagainya.
Daerah Wonogiri memiliki sumber air yang cukup dalam karena rata-
rata daerahnya merupakan perbukitan kapur. Sebagian besar pertanian yang
ada di daerah Baturetno mengandalkan air hujan untuk bertani atau yang
sering disebut sawah tadah hujan.
2. Keadaan Umat
Berdasarkan data pendataan tahun 2011 diketahui jumlah KK
mengalami pertambahan dari 1.080 (pendataan 2011) menjadi 1.147 (update
data 2016), bertambah 67 KK (6,2%). Pertambahan KK terbanyak terjadi di
wilayah Batu Selatan, dari 105 menjadi 131 (bertambah 26 KK atau 24,8%).
Wilayah yang juga mengalami pertambahan yaitu Patuk, Jamprit, Selopuro,
Boto, Ngadiroyo dan Tirtomoyo, namun relatif sedikit. Sedangkan yang
mengalami penurunan jumlah KK adalah wilayah Batu Utara (1 KK) dan
Kedungrejo (2 KK).
Angka total pada jumlah umat adalah jumlah keseluruhan yang
terdata, yakni 3.333 jiwa (pendataan tahun 2011) dan 3.310 (update tahun
2016). Angka ini mencakup baik yang beragama Katolik, katekumen,
maupun non-Katolik, baik yang tinggal di paroki, di luar paroki, maupun di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
luar keuskupan. Sedangkan 1.147 KK yang terdata, seluruhnya adalah
Katolik dan berdomisili di Paroki Baturetno.
Subjek pelayanan pastoral paroki adalah mereka yang beragama
Katolik dan tinggal di dalam paroki. Bila hasil pendataan tahun 2011 subjek
pelayanan pastoral tercatat sebanyak 2.975 jiwa, maka tahun 2016 sebanyak
2.902 jiwa. Terjadi penurunan 73 jiwa.
3. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi
a. Kondisi Sosial
Secara sosial kemasyarakatan penduduk di sekitar Paroki Baturetno
adalah masyarakat yang heterogen, baik secara etnis maupun agama. Etnis
Jawa merupakan etnis mayoritas di sekitar Paroki Santo Yusup Baturetno,
sedangkan agama Islam merupakan agama yang lebih dominan dalam hal
jumlah. Keberagaman ini dipandang sebagai suatu kekayaan yang
memperindah kehidupan sosial. Situasi kehidupan masyarakatnya masih
kental dengan pola hidup orang desa yang belum banyak terkontaminasi oleh
gaya hidup orang kota/metropolitan. Semangat hidup gotong-royong,
kebersamaan, kerukunan, dan lain-lain masih sangat lekat dalam kehidupan
sehari-harinya. Jadi meskipun masyarakat di sekitar Paroki Baturetno
beragam, akan tetapi keberagaman itu tidak dianggap sebagai perbedaan yang
mengancam. Toleransi terhadap umat Katolik sebagai kelompok minoritas
cukup baik, tidak pernah terjadi gangguan terhadap peribadatan umat Katolik.
Secara politis, peran umat Katolik dalam tata pemerintahan sangat
minim terkecuali mereka yang bekerja sebagai PNS bila dibandingkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
adanya keterwakilan orang Katolik baik pada lembaga legislatif maupun di
lembaga yudikatif. Faktor mendasar yang melatarbelakangi hal tersebut
adalah faktor minoritas umat Katolik.
Jumlah umat yang terlibat dalam kehidupan sosial masyarakat
(menjadi ketua RT/RW/kelurahan, pengurus LSM maupun pengurus Ormas)
di tahun 2016 menurun jika dibandingkan dengan 2011. Persentase
keterlibatan sosial ini memang relatif kecil, namun pengembangan
keterlibatan sosial umat lebih-lebih dapat dilakukan pengejawantahan nilai-
nilai Injil dan Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari di tengah
masyarakat, bersama masyarakat dan untuk masyarakat.
b. Kondisi Budaya
Tabel 3.2 Jumlah Umat menurut Suku Bangsa
No Wilayah Suku Bangsa
1. Batu
Selatan
Jawa Tiong-
hoa
Sunda
&
Bali
Suma-
tera
Nusa
Teng-
gara
Kali-
mantan
Sula-
wesi
Pa-
pua
Lain
-lain
2. Batu
Utara
315 6 1 5 0 0 0 0 1
3. Patuk 241 8 0 0 0 0 3 0 4
4. Jamprit 338 1 1 1 0 0 0 0 0
5. Selopuro 308 0 0 0 0 0 0 0 4
6. Boto 360 0 1 0 4 0 0 0 0
7. Kedung-
rejo
276 0 0 0 0 0 0 0 0
8. Ngadi-
royo
204 0 0 0 0 0 0 0 1
9. Tirto-
moyo
423 0 0 1 0 0 0 0 0
Total per
paroki
2.855 15 3 7 7 0 3 0 16
Jml umat 2011 2.920 15 3 6 3 0 8 0 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tampilan di atas menampakkan data umat menurut suku bangsa.
Tercermin di situ keanekaragaman umat paroki. Tampak bahwa mayoritas
adalah suku Jawa. Dari sudut sosial budaya, data itu dapat memberi masukan
dalam merancang pelayanan Gereja supaya lebih efektif, baik di bidang
liturgi, cara hidup jemaat, maupun kepemimpinan. Tentu dengan tetap
memperhatikan hal-hal sensitif yang dapat muncul dalam hidup
bermasyarakat. Maka dari itu, tidak mengherankan bila kegiatan-kegiatan
paroki tampak menonjol dalam adat dan kebiasaan Jawa. Tradisi dan budaya
Jawa masih kental dan ikut mewarnai perkembangan Gereja Baturetno. Hal
ini tampak jelas dalam Perayaan Ekaristi berbahasa Jawa, baik di gereja
paroki, di kapel wilayah, maupun di lingkungan-lingkungan, yang masih tetap
diminati oleh umat.
c. Kondisi Ekonomi
Mayoritas penduduk adalah petani tradisional sawah tadah hujan,
buruh tani, buruh bangunan. Jenis mata pencaharian itu menggambarkan
bahwa tingkat ekonomi masyarakat tergolong rendah. Ada pula pedagang,
wiraswasta, dan sebagainya. Sebagian besar tanah di Wonogiri tidak cukup
subur untuk usaha tani. Kebutuhan rumah tangga tidak dapat tercukupi bila
hanya mengandalkan hasil pertanian. Tanah bebatuan dan kering mendorong
penduduk pergi ke kota untuk mencari tambahan penghasilan.
Baturetno memiliki beberapa produk makanan khas: tempe keripik,
sate kambing, dan gudeg terik. Produk ini dapat dijumpai di sekitar pasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
terminal bus. Untuk menambah pendapatan keluarga, mereka ada yang
memelihara sapi, kambing, dan ayam.
Berdasarkan pendataan tahun 2016 sebesar 74,9% umat
berkemampuan ekonomi cukup. Sedangkan 13,8% keluarga tergolong kurang
mampu, yang sangat memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Jalan yang bisa ditempuh ialah memberdayakan 11,3% keluarga
yang tergolong dapat membantu agar dengan ikhlas membantu keluarga yang
perlu dibantu. Bantuan bisa berupa materi atau nonmateri. Bantuan materi
bisa berupa uang atau kebutuhan dasar sehari-hari yang diberikan secara
langsung, Bantuan nonmateri berupa pelatihan-pelatihan keterampilan dan
kewirausahaan.
4. Visi dan Misi Paroki
Paroki Baturetno merupakan bagian dari KAS dan bagian dari
spiritualitas Yesuit, maka dirumuskan Visi dan Misi Paroki sebagai berikut.
a. Visi
Terwujudnya peradaban kasih dalam masyarakat Indonesia yang
sejahtera, bermartabat, dan beriman.
b. Misi
1) Membangun pribadi dan hidup kristiani yang tangguh dengan
meneladan Santo Yusup yang rendah hati demi terwujudnya hidup
bersama yang sejahtera, bermartabat, dan beriman.
2) Membangun keluarga beriman berdasarkan semangat Injil supaya
terbuka dan setia pada sabda Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3) Menumbuhkembangkan Gereja yang dewasa dan tangguh dalam
melayani sesama terutama kaum KLMTD demi mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
4) Menumbuhkembangkan Gereja berdasarkan semangat Kristus yang
mengakar pada budaya setempat.
5) Mengupayakan agar ciptaan yang rusak dapat utuh kembali.
Keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan hidup telah diangkat
Gereja menjadi keprihatinan iman. Dalam misi paroki yang kelima ditegaskan
dan dicita-citakan bahwa Gereja mengajak semua umat untuk menjaga dan
melestarikan keutuhan alam ciptaan. Maka, paroki ini memulai cita-cita itu
dengan melaksanakan beberapa gerakan ekologis yang relevan dengan
keberadaan paroki saat ini.
5. Katekese Ekologi sebagai Bentuk Keterlibatan Penggerak
Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang katekese
ekologi, pelaku katekese ekologi, proses katekese ekologi, model-model
katekese ekologi, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat katekese
ekologi, dan aksi nyata dari katekese ekologi. Data-data mengenai katekese
ekologi sebagai bentuk keterlibatan umat di Paroki St.Yusup Baturetno
diperoleh dari wawancara singkat dengan Pastur Paroki Baturetno yaitu Rama
J. Muji Santara, SJ. Wawancara ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus
2018 di Pasturan Gereja St.Yusup Baturetno.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
a. Latar Belakang Katekese Ekologi
Katekese ekologi yang dilaksanakan di Paroki St.Yusup Baturetno
bermula dari keprihatinan Rama J. Muji Santara, SJ selaku Pastur Paroki.
Lingkungan alam sendiri di daerah ini lingkungan bergunung-gunung dan dari
penglihatan kalau musim penghujan memang kelihatan ijo tetapi pada musim
kemarau itu kelihatan coklat seperti sekarang ini. Lalu dengan memandang
kenyataan seperti itu terteropong bahaya untuk lingkungan hidup. Bahwa akan
terjadi kekurangan udara bersih kemudian menyebabkan aneka macam
penyakit. Tetapi kemungkinan besar juga adanya krisis air, di banyak tempat
sudah terjadi dan air menjadi salah satu kebutuhan dasar pokok manusia,
udara segar juga menjadi kebutuhan vital manusia. Makan kenyang tapi tidak
punya udara segar mau apa? Oleh karena itu kemudian yang menjadi tatapan
jauh ke depan adalah supaya udara segar, oksigen-oksigen yang dibutuhkan
oleh manusia, air yang juga amat menghidupi nanti juga semakin terjaga,
muncul kembali untuk kebutuhan kehidupan alam itu sendiri. Alam itu kan
ada alam yang mati dan alam yang hidup, yang hidup itu ada hewan, manusia
serta tumbuh-tumbuhan. Kembali ke pelestarian alam demi kepentingan
manusia sebagai ciptaan yang paling bernalar.
Kristus menebus dunia manusia, dunia yang bukan manusia kita
melihat bahwa karya penebusan itu membutuhkan kerjasama atau tangan kiri
tangan kanan manusia. Sehubungan Kristus sebagai penebus dunia maka umat
diajak untuk melihat alam yang begitu sengsara karena ulah manusia. Itu juga
perlu untuk ditebus dan siapa yang menebus? Dengan bantuan Kristus yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
selalu bekerja dan menyertai sampai akhir zaman maka umat diajak untuk
bertindak, berbuat ikut serta penebusan dunia melalui katekese ekologi.
b. Proses dan Model-Model Katekese Ekologi
Pokoknya dengan arti katekese seperti itu lalu ada warga umat tertentu
yang pertama-tama memiliki kepedulian tentang keutuhan ciptaan itu bergerak
kemudian ditular-tularkan. Sampai pada pemilihan bulan, yaitu pada bulan
November diangkat sebagai bulan ekologis paroki. Sampai saat ini katekese
ekologi sudah berjalan selama dua tahun.
Diawali oleh tim katekese yang mempersiapkan bahannya untuk
pertemuan-pertemuan di lingkungan-lingkungan dan dipandu oleh tokoh-
tokoh yang ada, bisa katekis-katekis setempat, prodiakon dan misalkan itu
tidak ada digantikan umat yang sudah ditunjuk untuk menyampaikan
pendalaman iman tersebut. Sejatinya proses pelaksanaan katekese ekologi
dilaksanakan melalui bahan berkatekese yang telah disiapkan oleh tim
katekese paroki dan berkatekese dengan dipadukan berliturgi dalam perayaan-
perayaan di gereja maupun di dalam kepanitiaan gerejani.
Untuk model-model katekese ekologi yang dilaksanakan di Paroki
St.Yusup Baturetno dilaksanakan dengan berbagai cara yakni lewat gambar-
gambar sebagai promosi-promosi awal, lewat liturgi gereja dan lewat
pertemuan-pertemuan lingkungan (misa lingkungan atau katekese berwujud
panduan yang perlu dibawakan di lingkungan-lingkungan). Tetapi juga terjun
langsung untuk melihat suasana dan melakukan hal-hal yang konkrit seperti
menanam dan merawat pohon beringin di lahan yang tandus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
c. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Katekese Ekologi
Dalam melaksanakan katekese ekologi banyak terdapat faktor
pendukung dan penghambat kegiatan. Adapun faktor pendukung kegiatan ini
yang pertama, umat diajak untuk ikut serta melaksanakan penebusan Kristus
yang menyelamatkan dunia. Kedua, memperhatikan bumi sebagai tempat
tinggal bersama tapi juga sebagai ibu yang memberikan apa saja yang
dibutuhkan oleh manusia. Ketiga, memandang anak cucu supaya kemudian
hari anak cucu itu memperoleh warisan yang baik tentang bumi ini.
Selain faktor pendukung muncul pula faktor yang menghambat
kegiatan ini diantaranya: pertama, adanya paham-paham tentang makhluk-
makhluk halus jika nanti menanam pohon beringin keluar kekuatan-kekuatan
gaib. Hal ini yang membuat masyarakat tidak diuntungkan. Kedua, ada yang
mulai menangkap ini politisasi beringin dengan partai. Ketiga, konsep tentang
panen. Selanjutnya pembabatan untuk makanan ternak tapi juga perusakan
karena diperkirakan nanti akan mengganggu tanaman yang menghasilkan
produk-produk hasil pertanian.
d. Aksi Nyata dari Katekese Ekologi
Sebagai bentuk dari perwujudan iman dan juga sebagai langkah dalam
menjalankan misi paroki yang kelima yaitu mengupayakan agar ciptaan yang
rusak dapat utuh kembali. Umat Paroki St.Yusup Baturetno telah
melaksanakan beberapa kegiatan yang sudah dimulai oleh Gereja dan
kemudian berpengaruh terhadap masyarakat antaralain sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1) Jumat, 28 Oktober 2016, PKG (Pusat Kegiatan Gugus) yang terdiri atas
guru PAUD dan TK, melaksanakan kegiatan menanam pohon di
Jonambang, Mbartawang, dan Desa Watuagung, yang diorganisasikan
oleh ibu Martinah selaku penilik TK Kecamatan Baturetno.
2) Senin, 26 Desember 2016, perayaan Natal bersama di wilayah
Kedungrejo, dengan tema: “Menanam dan Merawat Air dan Udara Segar
sebagai Wujud Panggilan Kita Menjadi Garam dan Terang Dunia”.
Perayaan dihadiri oleh tokoh masyarakat dan agama di sekitar wilayah
Kedungrejo.
3) Rabu, 4 Januari 2017, renungan Natal pada Natal bersama karyawan dan
purna tugas Kecamatan Batuwarno dan Kecamatan Karangtengah. Sabda
menjadi daging dan tinggal diantara kita dengan “fokus kata menjadi
fakta” dikaitkan dengan “Menanam dan Merawat Air serta Udara Segar”.
4) Selasa, 28 Maret 2017, kegiatan “Menanam dan Merawat Air serta Udara
Segar” di bukit Mbartawang merupakan salah satu kegiatan panitia pekan
suci, yang diorganisasikan oleh pak Budi Darmanto bersama utusan dari
lingkungan-lingkungan.
5) Sabtu, 28 Juli 2018, OMK rayon selatan (Wonogiri, Batu, Danan)
mengadakan kegiatan menanam 12 bibit beringin di Desa Tirtosworo.
Penanaman dilaksanakan oleh panitia kegiatan dan salah seorang pemudi
dusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
B. Penelitian tentang Partisipasi Penggerak Lingkungan Hidup Paroki
Santo Yusup Baturetno dalam Upaya Menjaga dan Merawat
Kelestarian Lingkungan Hidup
Telah diketahui bersama bahwa kerusakan alam ciptaan sebagian
besar dikarenakan ulah manusia sendiri, baik karena masalah ekonomi sampai
masalah moral. Pandangan manusia terhadap alam ciptaan dan kerusakan-
kerusakannya yang terjadi menjadi fokus penulis dalam melakukan penelitian
ini. Dari yang penulis amati lebih banyak kerusakan alam yang terjadi
daripada merawat atau melestarikan kembali atas kerusakan alam. Katekese
ekologi yang sudah dilaksanakan di Paroki Santo Yusup Baturetno
merupakan salah satu wujud kepedulian seluruh umat untuk mencintai dan
melestarikan lingkungannya sebagai rumahnya sendiri.
Berdasarkan pengamatan dan persepsi penulis serta semangat ekologis
yang ada di dalam diri umat Paroki Santo Yusup Baturetno tersebut, penulis
merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai katekese ekologi
sebagai bentuk keterlibatan penggerak lingkungan hidup dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki Santo Yusup
Baturetno, Wonogiri. Ketertarikan ini dikarenakan katekese ekologi
merupakan katekese yang sangat relevan untuk zaman sekarang. Selain itu,
penulis juga ingin lebih mengenal katekese ekologi sehingga model katekese
ekologi dapat dilaksanakan dan dikembangkan di wilayah lainnya. Adapun
metodologi penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
1. Permasalahan Penelitan
a. Bagaimana tingkat persepsi umat Paroki Santo Yusup Baturetno
mengenai katekese ekologi.
b. Bagaimana gambaran pelaksanaan katekese ekologi umat Paroki
Santo Yusup Baturetno.
c. Apa dampak pelaksanaan katekese ekologi dalam upaya menjaga dan
merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki Santo Yusup
Baturetno.
2. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui seberapa dalam tingkat persepsi umat Paroki Santo Yusup
Baturetno mengenai katekese ekologi.
b. Mengetahui gambaran pelaksanaan katekese ekologi umat Paroki
Santo Yusup Baturetno.
c. Mengetahui dampak pelaksanaan katekese ekologi dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki Santo
Yusup Baturetno.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian
kualitatif, karena permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
masalah sosial yang dinamis serta mengangkat fenomena. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena yang
dialami subjek penelitian secara holistik dengan cara mendeskripsikannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
melalui kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alami dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2012:6).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
analisis deskriptif, berdasarkan penelitian yang dilakukan, dengan didukung
data berupa kata-kata yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan (Moleong, 2012:11). Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang digunakan untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
berdasarkan data-data.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam rangka mendapatkan data, peneliti memilih Paroki Santo
Yusup Baturetno sebagai tempat penelitian. Adapun penelitian ini
dilaksanakan pada pertengahan bulan September 2018.
5. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat
sentral karena pada subjek penelitian, data tentang variabel yang diteliti
diamati oleh peneliti (Suharsimi Arikunto, 2013:90). Subjek penelitian adalah
sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti
jika peneliti mempunyai berbagai macam pertimbangan di dalam
pengambilan sampel (Suharsimi Arikunto, 2013:97). Karena peneliti ingin
mencari responden yang cocok yang dianggap mampu, mengenal, dan
mengerti betul mengenai katekese ekologi. Kriteria memilih subjek penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
karena narasumber atau subjek penelitian dianggap mengetahui apa yang
diharapkan peneliti sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi
sosial yang diteliti (Sugiyono, 2014:54).
Dalam penelitian ini subjek penelitian yang akan diteliti yaitu orang-
orang yang terlibat dalam katekese ekologi di Paroki Santo Yusup Baturetno.
Secara khusus responden/subjek penelitian yang akan diwawancarai ialah:
Pastur paroki, katekis, prodiakon di wilayah/lingkungan, dan penggerak
lingkungan hidup yang terlibat dalam kegiatan katekese ekologi. Adapun
jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 13 orang.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
gabungan ketiganya (Sugiyono, 2010:193). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan pendapat (Sugiyono, 2010:203)
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Hal yang terpenting
dalam observasi ialah proses pengamatan dan ingatan. Dengan menggunakan
metode observasi maka penulis dapat mengamati secara visual gejala yang
ada dan dapat mengimplementasikannya ke dalam catatan. Maka sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
melakukan wawancara, peneliti akan melakukan observasi terlebih dahulu,
selain itu peneliti akan melakukan observasi lanjutan selama wawancara dan
setelah wawancara dilakukan.
Wawancara ialah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak yakni pewawancara dan yang diwawancarai (Moeleong,
2012:186). Selanjutnya wawancara juga dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to
face) maupun dengan menggunakan telepon (Sugiyono, 2010:194). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi
pendapat, sikap dan pengalaman pribadi.
Dalam penelitian ini juga akan digunakan pengumpulan data dengan
dokumentasi dimana peneliti akan merekam wawancara yang akan dilakukan
dan akan memotret keadaan yang ada di tempat penelitian. Hal tersebut
dilakukan agar peneliti tidak kehilangan informasi yang dibutuhkan.
7. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ialah tingkat persepsi umat Paroki Santo
Yusup Baturetno mengenai katekese ekologi, gambaran pelaksanaan katekese
ekologi di Paroki Santo Yusup Baturetno, dan dampak katekese ekologi
dalam upaya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup. Variabel
tersebut akan diperinci sebagai berikut:
No Variabel Indikator No Item
1. Tingkat persepsi - Mampu menjelaskan arti 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
umat Paroki Santo
Yusup Baturetno
mengenai katekese
ekologi.
katekese ekologi.
- Mampu menjelaskan tujuan
katekese ekologi.
- Mampu menjelaskan isi katekese
ekologi.
- Mampu menjelaskan pelaku
katekese ekologi.
- Mampu menunjukkan
keterlibatan setiap pelaku
katekese.
2
3
4
5
2. Gambaran
pelaksanaan katekese
ekologi di Paroki
Santo Yusup
Baturetno.
- Mampu menjelaskan proses
pelaksanaan katekese ekologi.
- Mampu menunjukkan tingkat
kepuasan umat terhadap
pelaksanaan katekese ekologi.
- Mampu menunjukkan tema-tema
yang relevan yang didalami
dalam katekese ekologi.
- Mampu menjelaskan peranan
katekese ekologi terhadap
kesadaran umat dalam tugasnya
menjaga dan merawat kelestarian
lingkungan hidup.
6
7
8
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
- Mampu menunjukkan peranan
katekis dalam pelaksanaan
katekese ekologi.
- Mampu menunjukkan sosok
katekis yang diharapkan umat
dalam katekese ekologi.
- Mampu menunjukkan ajaran
Gereja tentang menjaga dan
merawat kelestarian lingkungan
hidup.
10
11
12
3. Dampak pelaksanaan
katekese ekologi
terhadap kelestarian
lingkungan hidup.
- Mampu menunjukkan bahwa
dengan katekese ekologi niat dan
tindakan umat terhadap
lingkungannya mengalami
perubahan dari yang tidak peduli
menjadi peduli terhadap
lingkungannya.
- Mampu menjelaskan faktor
pendukung dan pengahambat
pelaksanaan katekese ekologi.
13
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
8. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2012:248)
adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang dapat
dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah awal
dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara
sistematis kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain.
Pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti ialah dengan
melakukan observasi, wawancara secara mendalam, dan dokumentasi.
Setelah melakukan wawancara maka akan dibuat transkrip hasil wawancara
dengan cara memutar hasil rekaman wawancara. Setelah ditulis dalam bentuk
transkrip selanjutnya peneliti akan membacanya dengan cermat dan menarik
kesimpulan yang kemudian kesimpulan tersebut dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing serta melakukan verivikasi di lapangan.
Analisis data yang digunakan ialah dengan melakukan identifikasi
data yang sesuai dengan fokus masalah yang diteliti. Setelah melakukan
identifikasi maka akan dilakukan kategorisasi dimana peneliti akan memilah-
milah data yang memiliki kesamaan dengan variabel yang sudah dibuat di
dalam penelitian. Setelah itu peneliti akan melakukan sintesis data atau
mencari kaitan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
C. Laporan Hasil Penelitian Katekese Ekologi sebagai Bentuk
Keterlibatan Penggerak Lingkungan Hidup dalam Upaya Menjaga
dan Merawat Kelestarian Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup
Baturetno
Penulis melakukan penelitian dengan wawancara, studi dokumen,
dokumentasi dan observasi dari awal bulan September hingga peretengahan
bulan Oktober 2018. Keragaman latar belakang dan tugas dari setiap
responden membuat penulis mendapatkan keragaman informasi dan data
sesuai yang diharapkan terkait dengan variabel yang diteliti.
Wawancara dilaksanakan di Paroki Santo Yusup Baturetno. Waktu
pelaksanaan wawancara sangat bervariasi, tergantung kesediaan dari setiap
responden. Dalam bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian
berdasarkan variabel yang diteliti, yang terdiri dari tingkat persepsi penggerak
lingkungan hidup Paroki Santo Yusup Baturetno mengenai katekese ekologi,
gambaran pelaksanaan katekese ekologi di Paroki Santo Yusup Baturetno,
dan dampak pelaksanaan katekese ekologi terhadap kelestarian lingkungan
hidup.
1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Tingkat Persepsi Penggerak Lingkungan Hidup Paroki Santo Yusup
Baturetno Mengenai Katekese Ekologi
1) Hasil Penelitian
Dalam menggali informasi mengenai tingkat persepsi umat Paroki
Santo Yusup Baturetno, peneliti menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
No Pertanyaan Jawaban Responden
1. Menurut responden apa
arti katekese ekologi?
R1 : Katekese ekologi adalah suatu
pewartaan, pembinaan, atau pengajaran
bagi semua orang dalam iman sebagai
bentuk perwujudan keterlibatan kita dalam
mewartakan kabar suka cita Injil untuk
peduli kepada pelestarian keutuhan
ciptaan.
R2 : Katekese ekologi adalah menjaga dan
melestarikan keutuhan ciptaan Tuhan lewat
keagaamaan (liturgi dan praktek nyata
dalam kehidupan sehari-hari).
R3 : Katekese ekologi yang pertama
pembelajaran atau bimbingan iman tentang
kelestarian lingkungan hidup.
R4 : Katekese adalah kegiatan manusia
mulai dari kegiatan aktifitas melestarikan
lingkungan yang dilaksanakan dengan
nyata artinya menjaga kelestarian
lingkungan hidup, penanaman,
pemeliharaan tanaman, sehingga dapat
bermanfaat secara lestari di mana akhirnya
lingkungan hidup ini lestari dan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bermanfaat.
R5 : Katekese ekologi tindakan iman akan
pentingnya menjaga alam ciptaan,
melestarikan alam ciptaan agar tetap
bermanfaat dan berdaya guna bagi
kehidupan manusia.
R6 : Katekese ekologi berarti pendidikan
agama kristiani yang mengaitkan
penerapannya dalam lingkungan hidup
umat, baik lingkungan sosialnya maupun
lingkungan alamnya yang mereka tempati.
R7 : Katekese ekologi yaitu mewartakan
kelestarian keutuhan ciptaan lingkungan
hidup.
R8 : Katekese ekologi adalah sebuah
langkah pendampingan dan pendalaman ke
arah persaudaraan sejati dengan sesama
manusia dan ciptaan lainnya
R9 : Pembelajaran sebagai upaya untuk
merawat dan melestarikan lingkungan
hidup agar dapat memenuhi kebutuhan
hidup.
R10: Pendidikan tentang kesadaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mengelola lingkungan hidup ciptaan
Tuhan.
R11: Instruksi yang berupa ajakan dari
mulut ke mulut utamanya melalui tanya
jawab, melakukan kegiatan nyata yang
dilaksanakan di tengah-tengah umat
mengenai saling ketergantungan dan
hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya.
R12: Pembelajaran atau pengajaran tentang
hal-hal yang berkaitan dengan usaha
merawat atau memelihara lingkungan
hidup.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai arti katekese ekologi dari
keduabelas responden mampu menjawab dengan baik dan sangat variatif.
Adapun arti katekese ekologi menurut responden adalah sebagai berikut. Arti
katekese ekologi menurut R1 dan R7 adalah suatu pewartaan, pembinaan,
atau pengajaran bagi semua orang dalam iman sebagai bentuk perwujudan
keterlibatan kita dalam mewartakan kabar suka cita Injil untuk peduli kepada
pelestarian keutuhan ciptaan. R2 menambahkan katekese ekologi adalah
menjaga dan melestarikan keutuhan ciptaan Tuhan lewat keagamaan (liturgi
dan praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari). Sedangkan menurut R3, R9
dan R12 katekese ekologi berarti pembelajaran atau bimbingan iman tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
kelestarian lingkungan hidup. Senada dengan R3, R9 dan R12, R4
menambahkan katekese ekologi merupakan tindakan iman akan pentingnya
menjaga alam ciptaan, melestarikan alam ciptaan agar tetap bermanfaat dan
berdaya guna bagi kehidupan manusia. Pendapat lain juga disampaikan oleh
R6 katekese ekologi berarti pendidikan agama Kristiani yang mengaitkan
penerapannya dalam lingkungan hidup umat, baik lingkungan sosialnya
maupun lingkungan alamnya yang mereka tempati.
Untuk semakin memperkaya pemahaman mengenai arti katekese
ekologi yang disampaikan R6 dan R10, maka R8 menambahkan bawa
katekese ekologi adalah sebuah langkah pendampingan dan pendalaman ke
arah persaudaraan sejati dengan sesama manusia dan ciptaan lainnya.
Maksudnya begini, jadi seperti yang ditulis dalam kisah penciptaan di sana
ada sinergi, ada keharmonisan diantara makhluk yaitu manusia, binatang dan
tumbuh-tumbuhan. R11 menyampaikan pandangan yang berbeda dengan
responden lainnya, yakni katekese ekologi diartikan sebagai instruksi yang
berupa ajakan dari mulut ke mulut utamanya melalui tanya jawab, melakukan
kegiatan nyata yang dilaksanakan di tengah-tengah umat mengenai saling
ketergantungan dan hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya.
No Pertanyaan Jawaban Responden
2. Menurut responden
apa tujuan katekese
ekologi?
R1: Tujuan-tujuannya adalah yang pertama,
menyadarkan umat akan bahaya dan
akibatnya akan kerusakan alam. Kedua, umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
peduli kepada alam dan keluhuran Tuhan dan
bebas dari kerusakan.
R2: Tujuannya adalah untuk kelestarian alam
ciptaan Tuhan, untuk kelangsungan hidup
generasi berikutnya.
R3: Tujuannya agar umat sadar dan tergerak
hatinya untuk peka serta peduli akan kondisi
lingkungan hidup sekitar dan mau berbuat
sesuatu.
R4: Tujuan katekese ekologi yaitu merubah
perilaku masyarakat dari perusak lingkungan
menjadi pelestari lingkungan artinya ciptaan
Allah berupa alam ini dapat bermanfaat.
Mereka yang tadinya kurang sadar menjadi
sadar dan melestarikan lingkungan, intinya
dari manusia perusak menjadi pelestari.
R5: Tujuannya menanamkan iman yang
berkaitan dengan lingkungan dan alam
ciptaan.
R6: Tujuan katekese ekologi adalah umat
Allah khususnya umat Kristiani, hendaknya
bisa menerapkan ilmu yang diperoleh dalam
kegiatan katekese, dalam kegiatan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sehari-hari, baik di lingkungan keluarga
sendiri, masyarakat, maupun di lingkungan
gereja.
R7: Tujuannya mewartakan dan menyadarkan
ke semua orang atau umat pentingnya
melestarikan lingkungan hidup.
R8: Agar manusia itu menyadari dari
konsekuensi buruk akibat pelaku yang selama
ini merusak lingkungan alam, karena manusia
harus mengupayakan pertobatan untuk
memulihkan lingkungan alam melalui tata
kelola alam yang ramah dan bersahabat.
R9: Tujuannya itu merawat dan melestarikan
lingkungan hidup secara berkelanjutan.
R10: Tujuan katekese ekologi adalah
mengajak umat manusia untuk aktif di dalam
merawat dan melestarikan lingkungan hidup
agar alam yang indah ini dapat dinikmati
sampai ke anak cucu kita nanti.
R11: Agar semua orang atau semua umat
yang mendapat instruksi atau pembinaan tadi
dapat semakin mendalami dan menyadari
akan pentingnya hidup bersaudara dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
segenap ciptaan sehingga dapat memandang
bahwa ciptaan lainnya itu juga sebagai
makhluk hidup yang sama-sama adalah
ciptaan Allah juga.
R12: Agar lingkungan hidup terjaga oleh
manusia. Agar manusia sadar bahwa mereka
mempunyai kepentingan atas terjaganya
lingkungan hidup yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan dengan tujuan katekese
ekologi, R1,R3,R7 dan R12 menyampaikan bahwa katekese ekologi bertujuan
menyadarkan umat akan bahaya dan akibatnya akan kerusakan alam serta
umat peduli kepada alam dan keluhuran Tuhan sehingga bebas dari kerusakan
alam. Secara lebih tegas R2 dan R5 menyampaikan bahwa menanamkan iman
yang berkaitan dengan lingkungan dan alam ciptaan untuk kelangsungan
hidup generasi berikutnya merupakan tujuan dari katekese ekologi. R6
menambahkan tujuan katekese ekologi adalah umat Allah khususnya umat
Kristiani hendaknya bisa menerapkan ilmu yang diperoleh dari kegiatan
katekese dalam kegiatan hidup sehari-hari baik di lingkungan keluarga
sendiri, masyarakat, maupun di lingkungan gereja.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh R4 bahwa katekese ekologi
bertujuan mengubah perilaku masyarakat dari perusak lingkungan menjadi
pelestari lingkungan. Mereka yang tadinya kurang sadar menjadi sadar dan
melestarikan lingkungan, intinya dari manusia perusak menjadi pelestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
lingkungan. Senada dengan pendapat R4, R8 menuturkan agar manusia itu
menyadari dari konsekuensi buruk akibat pelaku selama ini merusak
lingkungan alam, karena manusia harus mengupayakan pertobatan untuk
memulihkan lingkungan alam melalui tata kelola alam yang ramah dan
bersahabat.
R10 menyampaikan pendapat tujuan katekese ekologi adalah
mengajak umat manusia untuk aktif di dalam merawat dan melestarikan
lingkungan hidup agar alam yang indah ini dapat dinikmati sampai ke anak
cucu kita nanti. R11 melengkapi pendapat sebelumnya yakni ketekese ekologi
bertujuan agar semua orang atau semua umat yang mendapat instruksi atau
pembinaan tadi dapat semakin mendalami dan menyadari akan pentingnya
hidup bersaudara dengan segenap ciptaan sehingga dapat memandang bahwa
ciptaan lainnya juga sebagai makhluk hidup yang sama-sama adalah ciptaan
Allah juga.
No Pertanyaan Jawaban Responden
3. Apa saja isi katekese
ekologi yang
responden ketahui?
R1: Isinya ada tiga, yang pertama kondisi alam,
yang kedua kerusakan alam, yang ketiga usaha-
usaha pelestarian keutuhan ciptaan.
R2: Menjalin relasi yang tepat dengan Allah,
sesama dan lingkungan. Melaluinya kita
mengungkapkan keyakinan kita akan Allah dan
karya-Nya. Karena itu keyakinan pada Allah
kita semua mengetahui bahwa katekese adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pusat dari kehidupan komunitas Kristiani.
Kasih kita kepada ciptaan Allah dan komitmen
kita untuk menjaga ciptaan Allah sudah
seharusnya menjadi bagian integral dari
pengalaman iman dan pengalaman hidup.
Dalam bait pertama Credo, kita sering
mengungkapkan iman kepada Allah ini : “Aku
percaya akan Allah, Pencipta Langit dan Bumi”
R3: Isinya yang pertama, yang semula karya
Allah baik adanya. Kedua, kondisi ciptaan telah
rusak. Ketiga, langkah-langkah upaya
mengembalikan dan melestarikan kondisi alam
ciptaan.
R4: Memberikan penyuluhan tentang
pentingnya melaksanakan kegiatan pelestarian
alam supaya bermanfaat.
R5: Pengalaman iman umat ambil bagian
dalam pelestarian alam ciptaan dan
mengupayakan hidup harmonis sebagai
kesatuan ekosistem sesuai ajaran gereja.
R6: Isi katekese ekologi adalah a) pengajaran
tentang iman kristiani yang ditindaklanjuti
dalam kehidupan sehari-hari, b) pengajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
tentang lingkungan hidup, baik lingkungan
sosial budaya maupun lingkungan alam, c)
iman diaplikasikan dalam perbuatan.
R7: Melestarikan keutuhan ciptaan dan tidak
melakukan dosa ekologis.
R8: Melihat kondisi nyata yang
memprihatinkan, lalu mengajak peran serta
dalam bentuk penyadaran, pemulihan dan
perawatan alam.
R9: Merawat dan melestarikan lingkungan
hidup untuk: yang pertama itu mendapatkan
hawa yang segar, yang kedua menumbuhkan
sumber air bersih, yang ketiga untuk mencegah
terjadinya erosi, yang keempat mencegah
terjadinya banjir, dan yang kelima adalah
melestarikan keindahan bumi.
R10: Agar kita peduli terhadap lingkungan
tentang kebersihan, tentang penanaman lahan
kritis dengan menanam pohon yang bisa
memancing air atau menyimpan air,
R11: Isinya suatu bentuk kegiatan nyata yang
ada hubungannya dengan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
notabene adalah sama-sama ciptaan Tuhan
yang sama-sama juga kita hormati kita cintai
agar ciptaan itu sama-sama tetap lestari.
R12: Katekese ekologi berisi tentang ajakan
kepada semua pihak untuk berpartisipasi
merawat dan memelihara lingkungan hidup.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai isi katekese ekologi R5
menyampaikan pendapat bahwa katekese ekologi berisi tentang pengalaman
iman umat ambil bagian dalam pelestarian alam ciptaan dan mengupayakan
hidup harmonis sebagai kesatuan ekosistem sesuai ajaran gereja. Selanjutnya
R6 menambahkan katekese ekologi juga berisi pengajaran tentang iman
Kristiani yang ditindaklanjuti dalam kehidupan sehari-hari, pengajaran
tentang lingkungan hidup baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan
alam dan iman diaplikasikan dalam perbuatan.
R10 mempunyai pendapat lain yakni agar umat peduli terhadap
lingkungan tentang kebersihan, tentang penanaman lahan kritis dengan
menanam pohon yang bisa memancing air atau menyimpan air, contohnya
pohon beringin, pohon bulu, dan pohon gayam. Selanjutnya menurut R7
katekese ekologi berisi mengenai berbagai hal yakni melestarikan keutuhan
ciptaan, tidak melakukan dosa ekologis, sadar dan mau mengurangi sampah
non organik, contohnya: mengurangi penggunaan bungkus atau tempat yang
berasal dari plastik. Senada dengan pendapat tersebut R12 menyampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pendapat bahwa katekese ekologi berisi tentang ajakan kepada semua pihak
untuk partisipasi dan memelihara lingkungan hidup.
No Pertanyaan Jawaban Responden
4. Menurut responden
siapa saja pelaku atau
orang yang terlibat
dalam kegiatan
katekese ekologi?
R1: Pelaku-pelakunya adalah semua umat
beriman mulai dari anak-anak, orang muda,
dan orang tua dan juga semua orang yang
berkehendak baik. (yang dimaksud semua
orang yang berkehendak baik adalah
masyarakat umum.
R2: Semua umat yang sadar akan kelestarian
lingkungannya.
R3: Semua saja yang tinggal di bumi ini
sebagai kediaman bersama bagi umat
manusia.
R4: Pelaku utama katekese adalah tokoh-
tokoh umat kalau di dalam gereja seperti
prodiakon, katekis dan ketua lingkungan.
R5: Pelaku utama dalam kegiatan katekese
yaitu semua umat atau semua manusia warga
masyarakat yang tinggal di lingkungan
tersebut.
R6: Pelaku atau orang yang terlibat dalam
katekese ekologi seharusnya semua umat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
namun harus ada penggerak yang memotivasi,
meneladani, dan mengevaluasi kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan, serta
memprogramkan tindak lanjutnya.
R7: Semua orang yang mau dan berkehendak
baik untuk melestarikan dan merawat
lingkungan hidup.
R8: Intinya itu semua orang tetapi umat
Kristen harus berada di barisan paling depan.
R9: Sebenarnya adalah semua orang terutama
yang berkehendak melestarikan lingkungan
alam semesta.
R10: Yang terlibat dalam katekese ekologi ini
adalah tokoh umat dan tokoh masyarakat agar
dapat menggerakkan umat dan masyarakat
sehingga katekese ekologi dapat berhasil.
R11: Pelaku utama yang paling ideal adalah
semua umat tidak hanya segelintir umat,
sebaiknya semua itu terlibat aktif sehingga
dalam kegiatan itu betul-betul aktif dan
mendapatkan hasil yang optimal.
R12: Pelaku utamanya adalah pastur paroki,
dewan paroki dan umat se-paroki Baturetno.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan dengan pelaku utama
atau orang yang terlibat dalam katekese ekologi hampir semua responden
memberikan jawaban yang sama. R1,R2,R3,R5,R8,R9 dan R11
mengungkapkan pelaku atau orang yang terlibat dalam katekese ekologi
adalah semua umat beriman mulai dari anak-anak, orang muda, orang tua dan
juga semua orang yang berkehendak baik. Tetapi untuk pelaku utamanya, R4
dan R12 menjelaskan yaitu tokoh-tokoh masyarakat atau pejabat masyarakat
dan tokoh-tokoh umat kalau di dalam gereja seperti pastor paroki, dewan
paroki, prodiakon, katekis, ketua lingkungan, ketua wilayah, dan kader-kader
pelestari lingkungan.
Selanjutnya R6 dan R10 menegaskan pelaku atau orang yang terlibat
dalam katekese ekologi seharusnya semua umat, namun harus ada penggerak
yang memotivasi, meneladani, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan serta memprogramkan tindak lanjutnya agar katekese
ekologi dapat berhasil. R7 menyatakan pelaku katekese ekologi yaitu semua
orang yang mau dan berkehendak baik untuk melestarikan dan merawat
lingkungan hidup. Jikalau umat mau tapi tidak berkehendak baik orang itu
tidak termasuk.
No Pertanyaan Jawaban Responden
5. Menurut responden
apakah setiap pelaku
katekese ekologi
sudah terlibat dengan
R1: Belum maksimal karena memang
pengetahuan dan juga pemahaman umat
tentang ekologi masih kurang, jadi perlu
ditingkatkan lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
baik?
R2: Belum semua terlibat dengan baik,
mungkin ada sekitar 75% yang sudah
melaksanakannya.
R3: Belum semuanya terlibat.
R4: Belum semuanya terlibat karena kesadaran
orang itu lain-lain. Dalam arti masih ada
kekurangan-kekurangan yang perlu
ditingkatkan.
R5: Semuanya belum terlibat namun sudah ada
niat atau sudah ada kemauan.
R6: Belum, baru mereka yang telah sadar
tentang pentingnya katekese ekologi, maka
harus ada penggerak.
R7: Karena yang diajak orang yang mau dan
berkehendak baik tentu pelakunya sudah
terlibat dengan baik.
R8: Belum, bahkan ada yang acuh tak acuh,
ada yang berhenti pada teori saja.
R9: Yaa boleh dikatakan cukup ataupun
lumayan karena ada yang sudah melaksanakan
tugasnya dengan baik, ada yang mungkin
kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
R10: Baru sebagian kecil umat yang terlibat,
mungkin baru 25%.
R11: Belum terlibat secara maksimal, ini bisa
ditingkatkan kembali dan ini semua butuh
waktu guna membangun kesadaran umat.
R12: Belum semua terlibat dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai sejauh mana keterlibatan
pelaku katekese ekologi dari sebelas responden menjawab belum terlibat
dengan baik dan satu responden menjawab cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa responden dan umat secara umum dalam mengikuti katekese ekologi
belum sepenuhnya aktif terlibat. R11 mengemukakan bahwa pelaku katekese
ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno belum terlibat secara maksimal, hal ini
bisa ditingkatkan kembali dan ini semua butuh waktu guna membangun
kesadaran umat.
Kesadaran inilah yang betul-betul dioptimalkan maka kita tidak
bosan-bosan untuk mengajak dan menjadi teladan bagi orang lain. Oleh
karena itu termasuk katekis atau prodiakon merupakan garda terdepan di
tengah-tengah umat untuk membangun kegiatan ini agar lebih sinergis.
Selanjutnya R1 menambahkan memang pengetahuan dan juga pemahaman
umat tentang ekologi masih kurang jadi masih perlu ditingkatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
2) Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat persepsi umat Paroki
St.Yusup Baturetno mengenai katekese ekologi yang diutarakan oleh
responden menunjukkan pemahaman yang sama dari teori sebelumnya.
Pemahaman mengenai arti katekese ekologi, yakni katekese ekologi diartikan
sebagai kegiatan pembinaan iman atau pengajaran yang dilakukan oleh
seluruh umat untuk menyadari dan menanggapi kehadiran Kristus yang
berkarya di dalam alam ciptaan dan di dalam lingkungan hidup manusia.
Pemahaman mengenai tujuan katekese ekologi yang dilaksanakan
dengan wawancara terhadap duabelas responden, sebelas responden
menunjukkan pemahaman yang sama yakni tujuan katekese ekologi adalah
umat Allah khususnya umat Kristiani hendaknya bisa menerapkan ilmu yang
diperoleh dari kegiatan katekese dalam kegiatan hidup sehari-hari baik di
lingkungan keluarga sendiri, masyarakat, maupun di lingkungan gereja.
Menanamkan iman yang berkaitan dengan lingkungan dan alam ciptaan untuk
kelangsungan hidup generasi berikutnya. Hal ini senada dengan Pertemuan
Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI II) merumuskan bahwa
tujuan katekese di samping membantu jemaat mendewasakan iman mereka
secara pribadi juga mendorong jemaat agar terlibat aktif dalam kehidupan
menggereja, dengan berdasarkan imannya akan Yesus Kristus, memberikan
kesaksian hidup yang nyata di tengah kehidupan sosial masyarakat.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengikuti kegiatan katekese
hijau bahwa isi katekese meliputi pengalaman iman dan aksi nyata dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mengupayakan hidup yang harmonis sebagai kesatuan ekosistem. Dari hasil
wawancara juga diketahui bahwa isi katekese ekologi lebih menekankan
pengalaman iman yang diaplikasikan pada perbuatan nyata responden. Dalam
penuturannya responden menyatakan ingin melestarikan lingkungan hidup,
penanaman lahan kritis dan tidak melakukan dosa ekologis.
Dalam setiap proses katekese, yang menjadi peserta sebagai subyek
katekese adalah Umat, artinya semua orang beriman, yang secara pribadi
memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami
Kristus...” (Huber, 1992:70). Dari konsep ini diketahui hasil wawancara
sangat jelas bahwa responden merupakan pelaku atau orang yang terlibat
dalam katekese ekologi, karena mereka adalah orang-orang yang berkehendak
baik dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sekaligus sebagai
pelopor pelestari lingkungan hidup.
Hidup sebagai orang beriman yang selaras dengan kehendak Allah
berarti juga menjadi manusia yang bertanggung jawab. Dalam hal ini dapat
dipahami bahwa manusia harus mengembangkan sikap penghargaan dan
tanggung jawab penuh atas tindakannya sehubungan dengan keadaan alam
(Chang, 2001:110). Pada kenyataannya ungkapan Chang belum sejalan
dengan keadaan responden atau umat secara umum. Hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara hampir semua responden menunjukkan umat belum
sepenuhnya terlibat dan bertanggung jawab terhadap kegiatan katekese
ekologi. Khususnya dalam menjaga dan merawat kelestarian lingkungan
hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
b. Gambaran Pelaksanaan Katekese Ekologi di Paroki Santo Yusup
Baturetno
1) Hasil Penelitian
Dalam menggali informasi mengenai gambaran pelaksanaan katekese
ekologi di Paroki Santo Yusup Baturetno, peneliti menyampaikan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
No Pertanyaan Jawaban Responden
6. Menurut responden
bagaimana proses
pelaksanaan
katekese ekologi
yang terjadi di
Paroki St.Yusup
Baturetno?
R1: Untuk prosesnya, Dewan Paroki membuat
program. Program visioner jangka panjang
tentang ekologi yang berjalan saat ini adalah
“Menanam dan merawat air serta udara segar”.
Lalu disosialisasikan kepada umat dan
masyarakat umum melalui berbagai media,
antaralain yang pertama, Perayaan Ekaristi di
gereja, di lingkungan, dan di wilayah. Yang
kedua, pendekatan budaya dengan tembang
macapat .
R2: Awalnya anjuran dari rama J. Muji
Santara, SJ, sebagai pastur kepala Paroki
St.Yusup Baturetno, bahwa ada gerakan
“Menanam air dan merawat udara segar”. Lalu
umat digerakkan untuk menanam pepohonan di
gunung-gunung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
R3: Dengan mengkampanyekan menanam air
bersih serta menjaga udara segar, sharing atau
pendalaman iman tiap malam jumat.
R4: Rama paroki sangat peduli dengan kegiatan
pelestarian alam melihat di sana-sini ada
kekeringan, ada bencana kekurangan air, banjir,
tanah longsor. Kemudian rama paroki
memberikan penyuluhan dan mengadakan
ajakan kepada umat untuk melestarikan alam
dengan melalui berbagai cara.
R5: Prosesnya dari sabda-sabda Tuhan yang
dikembangkan melalui kehidupan sehari-hari
dalam niat dan perbuatan.
R6: Proses katekese ekologi di Paroki St.Yusup
Baturetno sudah berjalan sejak lama, namun
lebih digiatkan secara nyata semenjak rama
Paroki J. Muji Santara, SJ, yang selalu
mendengung-dengungkan di setiap ada
kesempatan baik di lingkungan umat Kristiani
maupun di jajaran pemerintah, lembaga-
lembaga sosial, kelompok-kelompok
kategorial, tentang pentingnya melestarikan
menanam air serta udara segar, khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dengan menanam pohon beringin, gayam, prih,
dll, yang menghasilkan air dan udara segar
sehingga kita tidak kekurangan air dan udara
segar dalam kehidupan mendatang.
R7: Proses yang pertama, yaitu menyadarkan
umat mengenai keadaan lingkungan hidup saat
ini. Lalu proses yang kedua, pentingnya
pelestarian keutuhan ciptaan di masa yang akan
datang. Proses yang ketiga, menumbuhkan niat
kesadaran umat merawat lingkungan hidup dan
proses yang keempat yaitu aksi atau tindakan
nyata melaksanakan, menjaga dan merawat
lingkungan hidup.
R8: Untuk proses katekese di Paroki Baturetno
itu tertata dan terprogram dengan baik.
R9: Suatu langkah yang nyata untuk
melestarikan lingkungan hidup.
R10: Proses pelaksanaan katekese ekologi ini
yang dimulai dari inspirasi datangnya oleh
rama paroki, Rm. Muji Santara, SJ dan
dilaksanakan oleh tim kerja lingkungan hidup
yang di Baturetno itu Bapak Budi Darmanto
dan dikembangkan ke umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
R11: Prosesnya yaitu kita sendiri yang
mengawali kemudian di susul pemuka umat
antara lain prodiakon, ketua wilayah, ketua
lingkungan, ketua blok dan para-para pegiat
lingkungan sehingga di situlah akan tersentuh
semua umat yang akhirnya umat dibentuk suatu
paguyuban, yaitu nandur banyu lan hawa
seger.
R12: Proses pelaksanaannya bertahap,
berjenjang, dan kontinyu.
Berdasarkan hasil wawancara R11 mengungkapkan bahwa proses
pelaksanaan katekese ekologi yang terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno
awalnya dimulai dari pastur kepala yaitu Rm. J. Muji Santara, SJ, yang juga
beliau adalah praktisi lingkungan hidup yang selalu memikirkan bagaimana
cara menggerakkan umat untuk “nandur banyu lan hawa seger” di alam ini.
Sehingga umat membentuk suatu paguyuban, yaitu “Paguyuban Nandur
Banyu lan Hawa Seger”. R7 mengatakan semuanya harus melalui proses,
proses yang pertama, yaitu menyadarkan umat mengenai keadaan lingkungan
hidup saat ini. Proses yang kedua, pentingnya pelestarian keutuhan ciptaan di
masa yang akan datang. Proses yang ketiga, menumbuhkan niat kesadaran
umat merawat lingkungan hidup dan proses yang keempat yaitu aksi atau
tindakan nyata, melaksanakan, menjaga dan merawat lingkungan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Sejalan dengan pendapat R7, R2 menambahkan bahwa umat
digerakkan untuk menanam pepohonan di gunung-gunung. Selanjutnya R1
mengungkapkan pendapatnya bahwa Dewan Paroki membuat program
visioner jangka panjang tentang ekologi yang berjalan saat ini adalah
“Menanam dan Merawat Air serta Udara Segar” dan disosialisasikan kepada
umat dan masyarakat umum melalui media, antaralain yang pertama,
perayaan ekaristi di gereja, di lingkungan dan wilayah. Kedua, pendekatan
dengan budaya melalui tembang macapat. Ketiga, bekerjasama dengan
pejabat pemerintah dan masyarakat umum, misalnya dengan karangtaruna.
R3 dan R5 melengkapi pendapat sebelumnya yakni proses katekese ekologi
dilaksanakan dengan sharing atau pendalaman iman setiap malam Jumat.
Prosesnya dari sabda-sabda Tuhan yang dikembangkan dalam kehidupan
sehari-hari melalui niat dan perbuatan.
No Pertanyaan Jawaban Responden
7. Apakah responden
sudah merasa puas
dengan pelaksanaan
katekese ekologi di
paroki ini?
R1: Ya sebetulnya kalau memang saya
dalami belum puas walaupun sudah berjalan,
karena gerakan-gerakan yang dilakukan umat
masih menunggu komando dan menunggu
program-program paroki.
R2: Belum, karena masih banyak umat yang
belum sadar akan anjuran dan gerakan dari
rama yang sudah menjadi program paroki
yaitu: “Menanam air dan merawat udara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
segar”.
R3: Belum sepenuhnya, satu sisi kami
bangga dengan gerakan ini disisi lain begitu
sulitnya untuk menyadarkan dan mengajak
akan pentingnya menanam air bersih serta
menjaga udara segar.
R4: Belum puas, karena masih ada yang
kurang sadar, acuh atau sibuk karena
kepentingan lain.
R5: Ya tentu saja belum, karena umat katolik
sendiri lebih-lebih yang berada di sekitar
Paroki St.Yusup Baturetno itu belum mau
berbuat sesuai dengan suara hati nurani.
R6: Belum, karena belum semua sadar dan
terlibat dalam pelaksanaan katekese ekologi
di lingkungan yang lebih luas.
R7: Belum, karena perasaan puas biasanya
menyurutkan semangat dan niat kita dalam
berkarya.
R8: Belum, karena ada orang yang begitu
semangat, begitu getol, tapi di sisi lain yaitu
acuh tak acuh sehingga menganggap remeh
karena merasa sebuah keidealan yang sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
untuk dicapai
R9: Belum, karena itu sebagai langkah awal
itu yang pertama, yang kedua hasilnya
memang belum sesuai dengan kehendak,
yang ketiga masih banyak tantangan, dan
yang keempat belum semua orang itu
menyadari.
R10: Tentang pelaksanaan katekese ekologi
di Paroki ini belum puas.
R11: Kalau dikatakan puas saya belum puas,
karena kalau menurut saya masih ada hal-hal
yang belum tersentuh oleh umat paroki.
R12: Belum, sebab upaya yang dilakukan
belum semua membuahkan hasil.
Mengenai tingkat kepuasan umat terhadap pelaksanaan katekese
ekologi yang dilaksankan di Paroki St.Yusup Baturetno. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap duabelas narasumber,
semuanya menjawab belum puas dengan berbagai macam alasan. R6
mengungkapkan alasannya karena belum semua umat sadar dan terlibat
dalam pelaksanaan katekese ekologi di lingkungan yang lebih luas,
contohnya: membuang sampah belum pada tempatnya, membakar sampah
sembarangan sehingga membakar hutan dan tanah gundul belum semua
direboisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
R3 menyampaikan alasannya yaitu satu sisi bangga dengan gerakan
ekologis ini di sisi lain begitu sulitnya untuk menyadarkan dan mengajak
umat akan pentingnya menanam air bersih serta merawat udara segar. Alasan
lain juga diungkapkan oleh R5 bahwa umat katolik sendiri, lebih-lebih yang
berada di sekitar Paroki St.Yusup Baturetno belum mau berbuat sesuai
dengan suara hati nurani. Selanjutnya R2 juga belum merasakan puas, karena
masih banyak umat yang belum sadar akan anjuran dan gerakan dari rama
paroki yang sudah menjadi program paroki yaitu menanam air dan merawat
udara segar.
No Pertanyaan Jawaban Responden
8. Tema-tema apa saja
yang relevan yang
didalami dalam
katekese ekologi di
Paroki St.Yusup
Baturetno?
R1: Untuk tema yang relevan dan sekarang
masih berjalan adalah “Menanam dan
merawat air serta udara segar” dan subnya air
adalah sumber kehidupan.
R2: Menanam air dan merawat udara segar
itu temanya yang utama.
R3: Menanam air bersih dan menjaga udara
segar.
R4: Tema-tema yang relevan, yaa mungkin
mudah disampaikan pada pertemuan-
pertemuan yaitu lestarikan lingkungan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dan selamatkan hutan, tanah, dan air.
R5: Tema-temanya yang dikembangkan yaitu
menanam dan merawat air serta udara segar
serta melestarikan alam ciptaan.
R6: Tema besarnya adalah menanam air dan
udara segar, serta melestarikannya.
R7: Khususnya untuk Paroki di Baturetno
yaitu seperti yang digaungkan oleh rama
paroki dengan tema yaitu menanam dan
merawat air serta udara segar.
R8: Ini dulu saya bersama tim, saya buat
dalam bahasa Jawa, tema yang pertama
begini “Gunane Banyu lan Hawa Seger
Tumrap Titah” lalu ada tema “Mitra-mitrane
Banyu lan Hawa Seger” kemudian ada lagi
tema “Eling Marang Tedhak Turun” itu yang
pernah kami buat di Paroki Baturetno.
R9: Terutama menanam tumbuhan hijau di
lahan tertentu, menjaga dan melestarikan
tanaman hijau agar bumi menjadi indah, tidak
melakukan suatu kegiatan yang dapat
merusak keindahan alam.
R10: Tema yang relevan mungkin menanam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dan merawat air serta udara segar.
R11: Tema nandur banyu dan hawa seger
yang dapat semakin dirasakan oleh seluruh
umat.
R12: Yang saya pahami setiap tema kegiatan
atau perayaan selalu dijabarkan dalam sub
tema yang mengarah kepada aksi nyata
penanaman atau perawatan pohon air.
Berdasarkan hasil wawancara, semua responden sudah paham
mengenai tema-tema yang dilaksanakan dalam katekese ekologi. Rata-rata
responden sudah mampu menunjukkan tema-tema yang sering didalami
dalam kegiatan berkatekese. R7,R10,R11,R2,R1,R5,R3 dan R6 menyebutkan
tema-tema yang didalami dalam katekese ekologi yaitu tema besarnya adalah
“Menanam Air dan Merawat Udara Segar”. Adapun sub temanya adalah air
sumber kehidupan. Tema ini juga diangkat oleh Paroki St.Yusup Baturetno
setiap masa Adven, masa Prapaskah, Natal dan Paskah. Senada dengan
pendapat tersebut R8 selaku tim bidang pewartaan paroki dan juga penyusun
buku panduan untuk katekese ekologi pernah memilih tema dalam bahasa
Jawa yaitu “Gunane Banyu lan Hawa Seger Tumrap Titah” lalu ada tema
“Mitra-mitrane Banyu lan Hawa Seger” kemudian ada lagi tema “Eling
Marang Tedhak Turun”.
No Pertanyaan Jawaban Responden
9. Apakah katekese R1: Menurut saya sudah cukup membantu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
ekologi sudah
membantu responden
dalam menyadari
tugasnya menjaga dan
merawat kelestarian
lingkungan hidup di
Paroki St.Yusup
Baturetno?
R2: Sudah, karena selain teori juga praktek
langsung menanam pepohonan di gunung dan
setelah itu merawatnya.
R3: Sedikit banyak membantu, sehingga
tidak seenaknya tanaman-tanaman tersebut
untuk keperluan sesaat.
R4: Menurut saya sudah membantu meskipun
belum 100%, karena semakin banyak yang
terlibat semakin banyak orang yang
menyampaikan ajakan-ajakan mereka. Umat
akan lebih tergugah, umat akan semakin
sadar karena semakin diberi informasi,
semakin diberi arahan, pembinaan dan
penyuluhan.
R5: Ya tentu saja sudah, karena yang jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
umat di lingkungan itu selalu ada niat-niat
baik, mungkin hanya waktu saja yang belum
dan belum punya kesempatan terutama
mengembangkan tentang kelestarian alam.
R6: Sebagian sudah membantu, contohnya:
hiasan-hiasan altar, lingkungan tempat
tinggal, sudah menggunakan tanaman hidup,
bukan imitasi.
R7: Sudah sangat membantu.
R8: Ya selama ini sudah, karena saya melihat
di Paroki Baturetno itu tidak henti-hentinya
menggaungkan tema-tema ekologi dalam
setiap event, jadi event apapun dimanfaatkan
untuk itu.
R9: Sudah.
R10: Untuk katekese ekologi ini sudah
banyak membantu menyadari akan tugas
menjaga, merawat, dan melestarikan
lingkungan hidup.
R11: Iya betul, kalau menurut saya
khususnya di Wilayah Ngadiroyo juga sudah
membentuk paguyuban-paguyuban yaitu
paguyuban “Wukir Lestari”. Nah dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
katekese yang sudah kami sampaikan
bersama-sama tokoh umat khususnya, dan
dari katekese yang dilontarkan, disampaikan,
oleh rama paroki utamanya, betul-betul
sangat menggalakkan kegiatan ini.
R12: Mungkin tidak disadari secara penuh
bahwa pengertian tentang katekese ekologi
telah membantu.
Semua responden menyatakan bahwa katekese ekologi sudah sangat
membantu umat dalam menyadari akan tugasnya menjaga, merawat, dan
melestarikan lingkungan hidup. R2 menyatakan karena selain teori juga
praktek langsung menanam pepohonan di gunung-gunung dan setelah itu
merawatnya. R4 menambahkan karena semakin banyak yang terlibat semakin
banyak orang yang menyampaikan ajakan-ajakan mereka sehingga umat akan
lebih tergugah hatinya dan semakin sadar apabila diberi informasi, arahan,
pembinaan dan penyuluhan. Barangkali ada yang belum sadar akan menjadi
sadar terhadap pelestarian alam.
No Pertanyaan Jawaban Responden
10. Bagaimana peranan
katekis dalam
pelaksanaan kegiatan
katekese ekologi?
R1: Untuk peran katekis belum terlihat
memang ini sedang diusahakan untuk
keterlibatan para katekis.
R2: Katekis selain menyampaikan program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
“menanam air dan merawat udara segar”.
Kami juga mengajak para umat untuk praktek
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
melestarikan alam ciptaan Tuhan.
R3: Peranan yang katekis lakukan cukup
banyak, ikut membimbing, mendampingi,
mengajak umat, untuk melestarikan alam
ciptaan.
R4: Perannya ialah sebagai motivator,
sebagai ujung tombak, penyemangat dan
yang bergerak di depan. Sehingga para
katekis, para tokoh pemuka agama ini
diharapkan memberi teladan tidak hanya
dengan omongan saja tetapi memberikan
tindakan nyata bukti kegiatan di lapangan.
R5: Perannya mengenai katekis itu adalah
satu, ikut mendukung tentang kegiatan-
kegiatan mengenai katekese ekologis. Yang
kedua, ikut ambil bagian dalam penanaman
pohon-pohon air itu antaralain yang
dilaksanakan para katekis di Gereja St.Yusup
Baturetno.
R6: Peran katekis dalam kegiatan katekese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ekologi sangat besar, karena pengajaran iman
yang mereka ajarkan harus diterapkan dalam
kehidupan umat sehari-hari. Bukan hanya
memahami, melainkan harus menghayati dan
mengamalkan.
R7: Peranan katekis selain mewartakan dan
penyadaran tentang kesalehan dan teologi
hidup menggereja juga menyadarkan tentang
pentingnya melestarikan keutuhan ciptaan
khususnya lingkungan hidup.
R8: Sesuai dengan fungsinya pertama,
katekis memberikan spirit dalam bentuk
renungan-renungan kepada umat di sisi lain
juga bersama dengan umat terjun langsung
mengadakan penanaman-penanaman dan
perawatan.
R9: Pertama harus berperan positif aktif,
kemudian sebagai motivator, yang ketiga
memberi suatu contoh yang nyata.
R10: Untuk peran katekis ikut memberi
pengarahan dan menyadarkan umat untuk
mencintai lingkungan dengan cara mau,
menanam, dan merawat juga melestarikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
alam ciptaan.
R11: Di lingkungan dan di Wilayah
Ngadiroyo ini tidak melalui katekis tetapi
kami terjaring dalam nama paguyuban dan
mungkin ada katekis satu dua, tetapi
bergabung atas nama paguyuban itu.
R12: Untuk peran katekis belum ada job
deskripsi khusus yang dibuat untuk mereka.
Menurut R6 peran katekis dalam katekese ekologi sangat besar,
karena pengajaran iman yang mereka ajarkan harus diterapkan dalam
kehidupan umat sehari-hari. Bukan hanya memahami, melainkan harus
menghayati dan mengamalkan. R10 menambahkan peran katekis dalam
katekese ekologi ialah ikut memberi pengarahan dan menyadarkan umat
untuk mencintai lingkungan hidup dengan cara mau menanam dan merawat
juga melestarikan alam ciptaan. R3 mengungkapkan peran katekis yaitu
membimbing, mendampingi dan mengajak umat untuk melestarikan alam
ciptaan.
Pendapat lain juga disampaikan oleh R7 peran katekis selain
mewartakan, penyadaran tentang kesalehan dan teologi hidup menggereja
juga menyadarkan tentang pentingnya melestarikan keutuhan ciptaan
khususnya lingkungan hidup. Pendapat R7 juga senada dengan pendapat R8
yakni sesuai fungsinya katekis berperan memberikan spirit dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
renungan-renungan kepada umat di sisi lain juga bersama dengan umat terjun
langsung mengadakan penanaman-penanaman dan perawatan pohon.
No Pertanyaan Jawaban Responden
11. Sosok katekis yang
seperti apa yang
diharapkan responden
dalam kegiatan
katekese ekologi?
R1: Sehubungan dengan program memang
kita membutuhkan para katekis yang
memahami tentang katekese ekologi dan
peduli terhadap pelestarian keutuhan alam
ciptaan serta dapat menjadi motor di dalam
kegiatan-kegiatan di lapangan. Itu yang
diharapkan katekis-katekis di Paroki
St.Yusup Baturetno.
R2: Yang kami harapkan, katekis itu bisa
menjadi teladan bagi umat atau masyarakat.
R3: Gemar menanam, cakap, pandai merawat
dan tidak segan-segan mengingatkan.
R4: Sosok katekis yang diperlukan yaitu
sosok katekis yang rela berkorban, menjadi
teladan, mau bergerak di depan, tangguh
imannya, dan mau memberi motivasi.
R5: Tentu saja sosok seorang katekis yang
betul-betul mau terlibat secara penuh dalam
katekese ekologis baik itu dalam keluarga,
kemudian lingkungan, masyarakat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
paroki.
R6: Yang saya tahu sosok katekis yang
diharapkan antaralain : a) katekis yang
rendah hati, b) katekis yang melayani, c)
katekis yang meneladani, d) katekis yang
berpengetahuan luas, e) katekis yang
terampil.
R7: Sosok yang pemberi suri teladan atau
contoh pelestarian lingkungan hidup dan
beliau tidak melakukan dosa ekologis.
R8: Katekis itu punya peran strategis, jadi
selain dia itu juga menjalankan persiapan-
persiapan misalnya untuk komuni pertama,
baptisan, dll. Juga harus bisa membantu apa
yang menjadi program yang dicanangkan
oleh paroki, jadi dia itu harus menempatkan
posisi kestrategisan itu setepat mungkin.
R9: Sosok katekis yang diharapkan itu yang
aktif dan mempunyai sifat positif kemudian
yang kedua memotivasi serta memfasilitasi
umat untuk melestarikan alam, kemudian
yang ketiga berperilaku mencerminkan apa
itu kelestarian dan keindahan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
R10: Sosok katekis yang diharapkan sosok
yang bisa memberi contoh atau teladan dalam
praktek sehari-hari terutama dalam perawatan
lingkungan.
R11: Sosok katekis yang secara pribadi saya
harapkan itu seorang katekis yang menjadi
teladan umat.
R12: Tentu harapan kepada mereka adalah
ada tugas khusus yang dideskripsikan yang
terkait dengan katekese ekologi ini. Sehingga
berperan secara lebih banyak.
Berdasarkan hasil wawancara responden mempunyai harapan yang
berbeda-beda terhadap sosok katekis yang ia rindukan di dalam katekese
ekologi. R2,R4,R7,R10 dan R11, mengungkapkan sosok katekis yang
diharapkan adalah sosok katekis yang mempunyai iman yang tangguh, rela
berkorban, mau bergerak di depan, mau memberi motivasi dan menjadi suri
teladan dalam praktek hidup sehari-hari terutama dalam pelestarian
lingkungan hidup dan tidak melakukan dosa ekologis.
R1 menyatakan sehubungan dengan program paroki, gereja
membutuhkan para katekis yang memahami tentang katekese ekologi dan
peduli terhadap pelestarian keutuhan alam ciptaan serta dapat menjadi motor
di dalam kegiatan-kegiatan di lapangan. R5 menyampaikan sosok katekis
yang diharapkan tentu saja seorang katekis yang betul-betul mau terlibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
secara penuh dalam katekese ekologis baik dalam keluarga, lingkungan,
masyarakat dan paroki. Sedangkan R9 mengharapkan sosok katekis yang
aktif, mempunyai sifat positif, memotivasi serta memfasilitasi umat untuk
melestarikan alam serta berperilaku mencerminkan apa itu kelestarian dan
keindahan alam.
No Pertanyaan Jawaban Responden
12. Apa yang responden
ketahui tentang ajaran
gereja mengenai
kelestarian lingkungan
hidup?
R1: Yang saya ketahui, karena alam yang
diciptakan untuk manusia supaya manusia itu
memuji dan meluhurkan Tuhan sejauh itu
menolongnya mencapai tujuan dan
melepaskan bila itu menjadi penghalang
dalam meluhurkan Tuhan. Seperti yang
tercantum dalam Spiritualitas Ignasian atau
yang terkenal dengan sikap lepas bebas.
R2: Ajaran gereja yang bagus itu, karena kita
diciptakan untuk saling ketergantungan
antara manusia dengan alam. Oleh karenanya
manusia makhluk yang paling tinggi
derajatnya, maka harus bisa menjaga
lingkungan dengan baik. Itulah tanda bahwa
kita sebagai umat sangat menghormati dan
memuliakan Tuhan lewat pelestarian alam
ciptaan Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
R3: Karena ajakan Bapa gereja, atau Bapa
Paus Fransiskus sendiri “Laudato Si”.
R4: Yang saya ketahui ajaran gereja tentang
lingkungan hidup adalah kita ini ciptaan
Allah maka semua diharapkan untuk
melestarikan ciptaan salah satunya ialah
berupa bumi, tanah, dan air agar bisa lebih
bermanfaat jadi tidak merusak bumi, tanah,
air dan alam ini dapat bermanfaat bagi
kesinambungan makhluk hidup.
R5: Kalau menurut pengetahuan saya ajaran
gereja tentang kelestarian lingkungan hidup
itu sebenarnya banyak, ya salah satunya
adalah menanam dan merawat air serta udara
segar dan juga tentang pengendalian sampah.
R6: Sejak awal mula, Gereja selalu
mengajarkan tentang kelestarian lingkungan
hidup. Bahkan oleh Paus Fransiskus dalam
Ensiklik Laudato Si, menegaskan pentingnya
merawat lingkungan hidup sebagai rumah
kita bersama yang harus kita perhatikan. Dari
Bab 1 hingga Bab 6, mengupas tentang
pentingnya merawat dan melestarikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
lingkungan hidup kita secara harmoni.
R7: Sabda Tuhan, Orang atau umat manusia
disuruh menguasai bumi dan isinya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya namun tidak
serta merta menggunakannya dengan
keserakahannya. Jadi manusia harus bisa
melihat lingkungan hidup sebagai keagungan
ciptaan Tuhan dan mensyukurinya.
R8: Saya mencoba mendalami dari
Familiaris Consortio art. 42 ada yang
Apostolicam Actuositatem art. 11 yang
menyatakan begini sekecil apapun kerusakan
ekologis yang kita timbulkan itu merupakan
tanggung jawab bagi kita bersama, nah kita
bersama di sini adalah tidak dipandang itu
orang Kristen atau siapapun yang penting
orang itu bisa mempertanggung jawabkan
tentang kerusakan alam itu.
R9: Menurut saya itu sebagai gebrakan awal
untuk mengembalikan lingkungan supaya
menjadi indah dan kedua sebagai langkah
konkret untuk melestarikan keindahan alam.
R10: Yang saya ketahui tentang ajaran gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
mengenai kelestarian lingkungan hidup
karena alam ciptaan Tuhan ini diserahkan
kepada manusia untuk dipergunakan sebagai
kebutuhan hidup. Namun manusia wajib
merawat dan melestarikan agar tetap terawat
dan dapat dinikmati untuk generasi
berikutnya.
R11: Kalau saya tangkap bahwa lingkungan
hidup ini adalah sebuah ciptaan, manusia pun
juga salah satu ciptaan. Maka dari semua
ciptaan ini kalau kita saling menghormati,
menghargai, saling menghidupi maka akan
terjadilah suatu bentuk saling
ketergantungan, saling menghidupi sehingga
akan hidup saling berdampingan
R12: Saya hanya punya keyakinan bahwa
gereja harus mempunyai peran lebih dalam
upaya merawat atau melestarikan alam.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa responden masih banyak yang
belum paham tentang ajaran gereja mengenai lingkungan hidup. Dari
keduabelas responden hanya dua orang yang menyebut Ensiklik Laudato Si
sebagai ajakan Paus Fransiskus kepada umat untuk peduli terhadap
lingkungan hidup. Mengenai pengetahuan responden tentang ajaran Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup R1 mengutarakan
mengetahui spiritualitas Ignasian yang terkenal dengan sikap lepas bebas
yakni karena alam yang diciptakan untuk manusia supaya manusia itu memuji
dan meluhurkan Tuhan sejauh itu menolongnya mencapai tujuan dan
melepaskan bila itu menjadi penghalang dalam meluhurkan Tuhan.
Sedangkan R7 melalui Sabda Tuhan, orang atau umat manusia
diperintah menguasai bumi dan seisinya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun tidak serta merta menggunakannya dengan
keserakahannya. Jadi manusia harus bisa melihat lingkungan hidup sebagai
keagungan ciptaan Tuhan dan mensyukurinya. Dari keduabelas responden
hanya terdapat dua responden (R3 dan R6) yang telah mendengar Ensiklik
Paus Fransiskus, yakni Laudato Si. Menegaskan pentingnya merawat
lingkungan hidup sebagai rumah kita bersama yang harus kita perhatikan.
Dari Bab 1 hingga Bab 6 mengupas tentang pentingnya merawat dan
melestarikan lingkungan hidup secara harmoni.
2) Pembahasan
Proses pelaksanaan katekese ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno
awalnya dipelopori oleh Rm.J.Muji Santara, SJ. Beliau adalah praktisi
lingkungan hidup yang selalu memikirkan bagaimana cara menggerakkan
umat untuk menanam air dan merawat udara segar di alam ini. Menanggapi
hal tersebut Dewan Paroki membuat program visioner jangka panjang tentang
ekologi yaitu “Menanam dan Merawat Air serta Udara Segar”. Untuk
mencapai visi tersebut khususnya dalam kegiatan katekese ekologi maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
dilakukan berbagai macam proses. Salah satunya yaitu melalui kegiatan
pendalaman iman yang dilaksanakan di setiap lingkungan atau wilayah.
Sebagai buah-buah dari pendalaman iman maka umat melaksanakan aksi atau
tindakan nyata menjaga dan merawat lingkungan hidup yaitu dengan
menanam pepohonan yang mengikat air di daerah tandus.
Umat Paroki St.Yusup Baturetno merasa belum puas terhadap
katekese ekologi yang sudah berjalan sampai saat ini. Hal ini disebabkan
bahwa umat masih banyak yang belum sadar akan pentingnya menjaga dan
merawat kelestarian lingkungan hidup. Selain itu sebagian umat belum
menyadari akan anjuran dan gerakan dari rama paroki yang sudah menjadi
program paroki yaitu menanam air dan merawat udara segar.
“Menanam Air dan Merawat Udara Segar” merupakan salah satu tema
besar yang diangkat oleh Paroki St.Yusup Baturetno di dalam kegiatan
katekese ekologi. Selain kegiatan berkatekese, tema ini juga diangkat dalam
perayaan-perayaan Ekaristi hari raya, misalnya: Natal dan Paskah. Umat
Paroki St.Yusup Baturetno mayoritas penduduknya asli Jawa maka tim
pewartaan paroki juga membuat tema ekologi versi Bahasa Jawa. Tema itu
antaralain: “Gunane Banyu lan Hawa Seger Tumrap Titah” lalu ada tema
“Mitra-mitrane Banyu lan Hawa Seger” kemudian ada lagi tema “Eling
Marang Tedhak Turun”.
Katekese ekologi ini sudah sangat membantu umat dalam tugasnya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup. Hal ini ditunjukkan
melalui berbagai hal yakni pembinaan iman di lingkungan-lingkungan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
ajakan-ajakan dari katekis/prodiakon dan arahan dari rama paroki. Sehingga
umat yang belum sadar akan pentingnya menjaga keutuhan ciptaan menjadi
semakin sadar dan tergerak hatinya untuk peduli terhadap lingkungan sekitar.
Peran katekis juga memberikan sumbangan yang besar sekaligus
sebagai motor terhadap katekese ekologi. Melalui tugasnya yaitu memberi
pengarahan lewat Sabda Tuhan mampu menyadarkan umat untuk mencintai
lingkungan hidup dengan cara mau menanam dan merawat juga melestarikan
alam ciptaan. Katekis juga berperan memberikan spirit dalam bentuk
renungan-renungan kepada umat. Di sisi lain juga bersama dengan umat
terjun langsung mengadakan gerakan hijau.
Gereja juga mengharapkan sosok katekis yang mampu memahami
tentang katekese ekologi dan peduli terhadap pelestarian keutuhan alam
ciptaan serta dapat menjadi motor di dalam kegiatan-kegiatan di lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara, umat sangat merindukan kehadiran sosok
katekis yang beriman tangguh, rela berkorban, mau bergerak di depan, mau
memberi motivasi dan menjadi suri teladan dalam praktek hidup sehari-hari
terutama dalam pelestarian lingkungan hidup.
Dalam upaya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup,
responden sebagai pelaku katekese ekologi juga menyatakan ada dukungan
dari Gereja yang terus mendorongnya untuk tetap peduli terhadap kelestarian
lingkungan hidup. Melalui hasil wawancara diketahui bahwa seruan atau
ajakan Gereja telah banyak membantu responden menyadari lingkungannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
seperti Spiritualitas Ignasian yaitu sikap lepas bebas dan Ensiklik Paus
Fransiskus Laudato Si.
c. Dampak Pelaksanaan Katekese Ekologi terhadap Kelestarian
Lingkungan Hidup
1) Hasil Penelitian
Dalam menggali informasi mengenai dampak pelaksanaan katekese
ekologi terhadap kelestarian lingkungan hidup, peneliti menyampaikan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
No Pertanyaan Jawaban Responden
13. Menurut responden
niat atau tindakan apa
yang dibangun dalam
upaya menjaga dan
merawat kelestarian
lingkungan hidup di
Paroki St.Yusup
Baturetno?
R1: Yang perlu dibangun dari saya yaitu
tetap mempertahankan program-program
visioner paroki yaitu menanam dan merawat
air serta udara segar yang diprogramkan
jangka panjang dan yang kedua, melakukan
hal-hal kecil sehubungan akan tercapainya
keutuhan alam ciptaan itu terjaga.
R2: Kita harus selalu komitmen dalam
menjaga alam lingkungan dengan baik itulah
tanda bahwa kita sebagai umat sangat
menghormati dan memuliakan Tuhan lewat
pelestarian alam ciptaan Tuhan di sekitar kita
agar tetap lestari, untuk diwariskan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
anak cucu kita kelak.
R3: Pertama-pertama menyadarkan diri
sendiri akan kondisi alam ciptaan saat ini,
yang kedua, mau berusaha menanam dan
ramah lingkungan.
R4: Menjadi manusia pelestari tidak perusak
alam.
R5: Menurut saya itu satu, menjaga
kebersihan lingkungan. Kedua, menyediakan
bibit-bibit air. Ketiga, menanam pohon air.
Keempat, yang jelas mencari lokasi-lokasi
yang gersang supaya bisa ditanami tanaman-
tanaman yang menghasilkan air (penanaman
pohon).
R6: Niat dan tindakan yang dibangun untuk
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan
hidup : a) mengajak seluruh umat untuk
menanam tanaman air agar tersedia air dan
udara segar di lingkungan kita masing-
masing, b) membuang sampah pada tempat
yang disediakan , c) memisahkan sampah
organik dan unorganik , d) mencegah
kerusakan hutan, e) reboisasi, f) mengurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
pemupukan kimia diganti dengan pupuk
organik.
R7: Tindakan menanam seribu pohon di
wilayah Paroki St.Yusup Baturetno sebagai
lumbung air dan udara segar, lalu niatnya
tidak melakukan dosa ekologis yaitu tidak
merusak alam dan mengurangi penggunaan
bungkus plastik.
R8: Paroki Baturetno berniat untuk menanam
beribu-ribu pohon di berbagai tempat
terutama yang tanahnya kritis.
R9: Pertama adalah kesadaran yang cukup
tinggi bahwa kita wajib menjaga, merawat,
dan melestarikan keindahan alam secara terus
menerus untuk bisa memanfaatkan dengan
baik.
R10: Untuk niat, tetap bersemangat menanam
dan merawat tumbuhan yang bermanfaat
sebagai penyimpan air dan penghasil oksigen.
R11: Untuk niat atau tindakan yang kami
bangun dalam upaya menjaga alam
khususnya di Wilayah Ngadiroyo, kami
sudah mengadakan aksi menanam pohon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
beringin sekitar hampir 1.500 batang.
R12: Dimulai dari sekarang dari pribadi atau
keluarga tidak menggunakan air secara
berlebihan, tidak membakar sampah plastik
dan ikut melaksanakan program penanaman
pohon.
Berdasarkan hasil wawancara adapun niat yang akan dibangun oleh
responden adalah sebagai berikut. R2 ingin selalu berkomitmen dalam
menjaga alam lingkungan dengan baik. Itulah tanda bahwa kita sebagai umat
sangat menghormati dan memuliakan Tuhan lewat pelestarian alam ciptaan di
sekitar agar tetap lestari, untuk diwariskan kepada anak cucu kelak. R8 dan
R11 mempunyai niat untuk menanam beribu-ribu pohon di berbagai tempat
terutama yang tanahnya kritis. Selain itu R1 juga ingin mempertahankan
program-program visioner paroki yaitu menanam dan merawat air serta udara
segar yang diprogramkan jangka panjang serta melakukan hal-hal kecil
sehubungan akan tercapainya keutuhan alam ciptaan itu terjaga.
R7 mengupayakan tindakan konkrit menanam seribu pohon di
Wilayah Paroki St.Yusup Baturetno sebagai lumbung air dan udara segar dan
tidak melakukan dosa ekologis yaitu tidak merusak alam dan mengurangi
penggunaan bungkus plastik. Menjaga kebersihan lingkungan, menyediakan
bibit-bibit pohon air, menanam pohon air dan mencari lokasi-lokasi yang
gersang supaya bisa ditanami tanaman-tanaman yang menghasilkan air
(penanaman pohon) disampaikan oleh R5 dan R10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Sedangkan R6 mau mengajak seluruh umat untuk menanam tanaman
air agar tersedia air dan udara segar di lingkungan kita masing-masing,
membuang sampah pada tempatnya, memisahkan sampah organik dan
unorganik serta mengurangi pupuk kimia diganti dengan pupuk organik. Hal
ini dilengkapi oleh R9 yang menyimpulkan bahwa semua dimulai dari
keasadaran yang tinggi bahwa semua umat wajib menjaga dan merawat
kelestarian lingkungan hidup secara terus-menerus untuk bisa memanfaatkan
dengan baik.
No Pertanyaan Jawaban Responden
14. Menurut responden
apa saja faktor
pendukung dan
penghambat dalam
pelaksanaan katekese
ekologi?
R1: Untuk faktor pendukung itu ada beberapa
yaitu yang pertama, ada komunikasi dan
koordinasi dengan pemerintah dan juga
masyarakat umum. Kedua, kesadaran umat
secara sukarela dalam pelaksanaan program
itu juga sudah terjadi dan juga adanya
perhatian yang besar dari gereja, ada
dukungan dana dari umat, dan juga bibit-bibit
itu melimpah. Untuk penghambatnya,
memang kurang atau ketidaktahuan akan
pentingnya kelestarian lingkungan dari umat,
dan kurang atau ketidaktahuan akan bahaya
dan akibat kerusakan alam.
R2: Faktor-faktornya yaitu faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
pendukungnya, program paroki dan anjuran
dari rama J. Muji Santara, SJ dan juga para
pengurus Dewan Paroki yang terlibat dalam
kegiatan menanam air dan merawat udara
segar. Kalau faktor penghambatnya yaitu
orang-orang yang belum sadar akan merawat
dan melestarikan lingkungan sekitar
R3: Rama paroki begitu semangatnya
menyadarkan dan mengajak khalayak ramai
akan sadar lingkungan hidup.
Penghambatanya, tidak semua warga atau
umat dapat secara positif menerima akan
gerakan ini dan musim kemarau yang kurang
mendukung.
R4: Faktor pendukungnya antara lain, tokoh-
tokoh yang rela berkorban, waktu, kemudian
tenaga. Lalu yang menjadi faktor penghambat
khususnya dalam pendalaman iman yaitu
kurangnya kesadaran dari umat untuk
berkumpul.
R5: Faktor pendukungnya antaralain umat
paroki sendiri yang bekerjasama dengan
masyarakat setempat, juga pejabat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
pemerintah setempat dan organisasi
kemasyarakatan. Sebenarnya faktor
penghambatnya menurut saya tidak ada.
R6: Faktor pendukung yang saya ketahui
pertama, adanya tenaga-tenaga relawan yang
menyediakan bibit dan menanam di tempat
lokasi, b) mendapat dukungan seluruh umat,
masyarakat, dan pejabat pemerintah.
Sedangkan faktor penghambat: a) musim
kemarau yang panjang menyebabkan
tanaman yang sudah ditanam mati, b) adanya
tangan jahil yang membabat tanaman untuk
pakan ternak mereka, c) pembakaran hutan.
R7: Sebagai faktor pendukungnya yaitu niat
yang kuat dan tidak ada putus asa dari rama
paroki, para suster, dan seluruh umat
bekerjasama dan saling berbagi. Untuk faktor
penghambatnya yaitu faktor lingkungan dan
letak geografis Paroki St.Yusup Baturetno
yang banyak pegunungan batunya.
R8: Yang mendukung itu paroki sangat getol
sehingga bisa menyatukan visi ini dengan
pemerintah setempat bahkan sampai di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
kabupaten. Lalu yang menjadi kendala yaitu
ada yang masih berpegang pada mitos,
misalnya menanam beringin itu sama saja
menanam setan.
R9: Faktor pendukungnya itu adanya
kerjasama yang pro aktif untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah adanya orang yang
masih mengutamakan kepentingan sendiri
yang dapat merusak lingkungan, yang kedua
belum adanya kesadaran bahwa kita
mempunyai tugas menjaga, merawat, dan
melestarikan alam semesta agar dapat
memanfaatkan dengan baik.
R10: Faktor pendukung katekese ekologoi ini
masih banyaknya lahan kosong yang dapat
ditanami. Lalu Faktor Penghambatnya adalah
masyarakat yang belum sadar, sering
membakar sampah dan membuang sampah
sembarangan dan yang kedua, kadang
tanaman tadi daunnya dirusak dan
dipergunakan sebagai makanan ternak.
R11: faktor pendukungnya yang kami alami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
dari umat, sebetulnya umat itu dengan ikhlas
mendukung adanya kegiatan ini, namun
dalam hambatan-hambatan di sini yang
dialami oleh umat, misalkan menanam
beringin itu bukan hal yang wajar, itu
tanaman yang aneh maka tanaman yang
sudah baik banyak yang dipotongi untuk
pakan kambing.
R12: faktor pendukungnya adanya tokoh
penggerak, ide atau gagasan untuk
melakukan kegiatan terkait hal ini selalu ada
dan pihak pemerintah mendukung adanya
gerakan hijau ini. Sedangkan faktor
penghambatnya masih sedikit yang mau
terlibat, masa kemarau banyak tanaman yang
mati dan perawatan belum kontinyu.
Berdasarkan hasil wawancara masih banyak faktor pendukung
maupun penghambat yang dialami oleh responden maupun umat secara
umum dalam melaksanakan kegiatan katekese ekologi. Adapun yang menjadi
faktor pendukung menurut R2 dan R3 adalah rama paroki yang begitu
semangatnya menyadarkan dan mengajak umat akan pentingnya melestarikan
lingkungan hidup. Pernyataan R2 dan R3 juga senada dengan pernyataan R1
yakni kesadaran umat secara sukarela dalam pelaksanaan program dan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
perhatian yang besar dari Gereja. Adanya sinergi yang baik antara paroki
dengan pemerintah setempat (Bapak Bupati, camat, Karangtaruna, Kapolres
dan Dandim) dalam melaksanakan gerakan hijau guna membangun
Kabupaten Wonogiri dari sisi ekologis. Hal ini diungkapkan oleh R5 dan R8.
Niat yang kuat dan tidak putus asa dari rama paroki dan para suster serta
seluruh umat mampu bekerjasama dan saling berbagi, juga diutarakan oleh
R7.
Sedangkan yang menjadi penghambat kegiatan katekese ekologi
adalah adanya orang yang masih mengutamakan kepentingan diri sendiri
yang dapat merusak lingkungan hidup serta belum adanya kesadaran bahwa
manusia itu mempunyai tugas menjaga, merawat dan melestarikan alam
semesta agar dapat memanfaatkan dengan baik. Hal ini disampaikan oleh R9.
Hampir semua responden menjawab kurangnya kesadaran atau ketidaktahuan
akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup dan ketidaktahuan akan bahaya
serta akibat kerusakan alam. Faktor lain juga disampaikan oleh R6 yakni
musim kemarau yang panjang menyebabkan tanaman yang sudah ditanam
akan mati. Sehingga hal ini menjadi kendala dalam melaksanakan gerakan
hijau yang merupakan sebagai bentuk aksi nyata dari katekese ekologi.
2) Pembahasan
Berikut juga dijabarkan mengenai dampak pelaksanaan katekese
ekologi terhadap kelestarian lingkungan hidup serta faktor pendukung dan
penghambatnya. Untuk melihat apakah katekese ekologi sudah benar-benar
berdampak positif terhadap pribadi responden dan terlebih pada lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Berdasarkan pada hasil wawancara menunjukkan hasil yang positif, yang
pertama adanya perubahan cara pandang pelaku katekese dan perubahan
sikap maupun perilaku pelaku katekese ekologi terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya.
Tumbuhnya niat dan tindakan konkret serta munculnya rasa cinta
terhadap lingkungan hidup maupun alam ciptaan telah menunjukkan bahwa
katekese ekologi sudah merubah diri pelaku katekese ekologi. Hal ini juga
ditunjukkan oleh pelaku katekese ekologi bahwa ingin selalu berkomitmen
dalam menjaga alam ciptaan dengan baik melalui gerakan hijau yaitu
menanam dan merawat air serta udara segar. Itulah tanda sebagai pelaku
katekese ekologi sangat menghormati dan memuliakan Tuhan lewat
pelestarian alam ciptaan di lingkungan sekitar.
2. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian katekese ekologi dipahami sebagai
bentuk keterlibatan umat dalam upaya menjaga dan merawat kelestarian
lingkungan hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno, Wonogiri. Dari hasil
wawancara yang dilakukan dengan duabelas narasumber penulis
menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
Melalui penelitian yang dilakukan, tingkat persepsi umat Paroki
St.Yusup Baturetno mengenai katekese ekologi, responden sudah mampu
memberikan jawaban yang baik. Hampir semua responden yang
diwawancarai telah memahami arti katekese ekologi. Walaupun responden
mengartikan katekese ekologi secara bervariasi sesuai pemahamannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
masing-masing, tetapi peneliti dapat memahami arti katekese ekologi yang
responden utarakan. Katekese ekologi diartikan sebagai pembinaan atau
pengajaran iman bagi semua orang kristiani sebagai bentuk perwujudan
keterlibatan umat dalam mewartakan kabar suka cita Injil untuk peduli
kepada pelestarian keutuhan ciptaan.
Dalam hal pemahaman mengenai tujuan katekese ekologi semua
responden mengungkapkan bahwa katekese ekologi membantu responden
untuk semakin sadar dan peduli terhadap keutuhan ciptaan, dari perusak
lingkungan hidup menjadi pelestari lingkungan hidup. Mengenai isi katekese
ekologi responden mengungkapkan yakni pengalaman iman umat ikut ambil
bagian dalam pelestarian alam ciptaan yang diaplikasikan dalam tindakan
nyata yaitu melalui gerakan hijau.
Berkaitan dengan gambaran pelaksanaan katekese ekologi, responden
telah melaksanakan proses kegiatan dengan cukup baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden telah menyadari proses katekese ekologi
sudah banyak membantu responden untuk peduli pada lingkungan hidup.
Responden juga merespon dengan baik melalui berbagai kegiatan yang
diprogramkan Dewan Paroki maupun ajakan dari Rama Paroki tentang
melestarikan alam ciptaan. Dari proses katekese ekologi tema-tema yang
dibahas juga sangat relevan dengan kehidupan responden dan umat secara
umum. Katekese ekologi juga menjadikan responden lebih tergerak untuk
melakukan gerakan menanam air dan merawat udara segar, hal ini juga
didukung dengan kehadiran katekis yang mampu membantu responden dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
menyadari tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
sesuai ajaran Gereja dan Kitab Suci.
Katekese ekologi yang dilaksanakan responden dan umat secara
umum telah berdampak pada perubahan sikap terhadap alam ciptaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan sikap, tindakan maupun
perilaku mengenai keutuhan alam ciptaan yang mana pada sebelumnya
responden belum peduli pada lingkungan hidup tetapi dengan hadirnya
katekese ekologi telah merubah responden untuk peduli dengan kelestarian
lingkungan hidup. Tindakan nyata mulai muncul dalam diri responden untuk
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup. Sejatinya responden juga
mempunyai niat-niat untuk selalu berkomitmen dalam menjaga alam ciptaan
dengan baik melalui gerakan hijau yaitu menanam dan merawat air serta
udara segar.
Berkembangnya katekese ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno
dikarenakan ajakan dari rama paroki yang begitu semangatnya menyadarkan
dan mengajak umat akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup. Selain
itu umat juga merespon dengan baik apa yang telah menjadi program paroki
yaitu menggalakkan gerakan hijau atau di Paroki St.Yusup Baturetno akrab
menyebutnya sebagai gerakan “menanam air dan merawat udara segar”.
Katekese ekologi yang dilaksanakan telah berdampak langsung pada
pribadi-pribadi responden dan umat secara umum. Sehingga katekese ekologi
bisa terus berkembang dan tentunya memberikan manfaat. Selain dukungan,
dalam prosesnya katekese ekologi juga mengalami berbagai hambatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
ada dalam pribadi-pribadi umat. Kurangnya kesadaran umat akan pentingnya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup mengakibatkan orang
berperilaku semaunya sendiri dalam memanfaatkan alam ciptaan. Membuang
sampah sembarangan, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan yang
tentu akan menimbulkan bencana. Dari hambatan-hambatan tersebut
diketahui bahwa responden sangat membutuhkan bimbingan untuk semakin
memahami katekese ekologi yang berupaya menjaga dan merawat kelestarian
lingkungan hidup sehingga umat dapat mempertimbangkan segala
tindakannya agar tidak menimbulkan kerugian maupun kerusakan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
USULAN PROGRAM KEGIATAN PENINGKATAN PARTISIPASI
UMAT PAROKI SANTO YUSUP BATURETNO DALAM MENJAGA
DAN MERAWAT KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP MELALUI
KATEKESE EKOLOGI
Pada bab IV ini penulis akan menjabarkan sumbangan pemikiran berupa
usulan program peningkatan partisipasi umat dalam upaya menjaga dan merawat
kelestarian lingkungan hidup. Usulan program tersebut merupakan tindak lanjut
dari hasil penelitian pada bab III. Usulan pemikiran program tersebut akan
dijabarkan dengan rincian meliputi latar belakang program, tujuan program,
usulan program, bentuk program, matriks program dan satuan persiapan program.
A. Latar Belakang Program
Katekese ekologi yang dihidupi di Paroki Santo Yusup Baturetno telah
membantu umat untuk menyadari pentingnya menjaga dan melestarikan
lingkungan hidup sebagai perwujudan iman mereka. Dengan kepedulian akan
pentingnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup serta harapan
semakin tumbuh subur kepedulian itu, penulis akan menyampaikan usulan
pemikiran kegiatan dengan tujuan agar semakin banyak umat yang sadar dan
tergerak hatinya untuk terlibat secara aktif dalam berkatekese ekologi.
Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, diketahui berbagai macam cara
telah ditempuh oleh Gereja untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian dan
menggerakkan umat untuk melakukan tindakan nyata sebagai buah iman.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Gereja untuk semakin mendalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
panggilannya dalam melestarikan lingkungan hidup antara lain: berkatekese
dengan mengangkat tema-tema mengenai ekologi setiap bulan ekologis paroki
melalui pendalaman iman di lingkungan-lingkungan, perayaan-perayaan Gereja
yang mengangkat tema-tema mengenai lingkungan hidup, serta melakukan
gerakan hijau sebagai aksi nyata dengan menanam air dan merawat udara segar.
Namun sejauh ini umat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut masih
kurang banyak, belum semua umat di lingkungan maupun wilayah terlibat dengan
baik. Hal tersebut dikarenakan pemahaman umat mengenai ajaran Gereja
khususnya tentang lingkungan hidup masih kurang atau belum mendalam. Iman
akan melestarikan lingkungan hidup yang mereka hayati masih dangkal. Sehingga
masih banyak umat yang belum sadar dan berbuat sesuai dengan hati nurani.
Melihat keprihatinan tersebut maka penulis ingin memberikan usulan
program yang dapat dilaksanakan di Paroki Santo Yusup Baturetno. Penulis
mengusulkan untuk membuat pendalaman iman yang rutin selama bulan ekologis
paroki yaitu pada bulan November. Dilihat dari latar belakang dan situasi
responden yang hidup berkaitan langsung dengan alam ciptaan, memahami dan
memaknai ajaran Gereja akan semakin membantu usaha Gereja dalam upaya
mencegah kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan ini dilakukan agar umat
memiliki wawasan yang luas dan semakin tergerak hatinya untuk mensyukuri atas
segala pemberian Tuhan melalui alam ciptaan. Adapun usulan pemikiran kegiatan
ini akan ditujukan kepada semua umat Paroki Santo Yusup Baturetno dengan
harapan semua umat mampu menghayati panggilannya dalam upaya menjaga dan
merawat kelestarian lingkungan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
B. Tujuan Program
Untuk lebih memahami isi dan maksud program, penulis akan menjabarkan
tujuan program. Adapun tujuan program tersebut adalah sebagai berikut.
1. Umat Paroki Santo Yusup Baturetno memahami ajaran Gereja mengenai
ajakan melestarikan lingkungan hidup sehingga semakin tergerak hatinya
menjaga dan merawat alam ciptaan.
2. Umat semakin menyadari pentingnya menjaga dan merawat kelestarian
lingkungan hidup agar anak cucu bisa merasakan manfaatnya di masa yang
akan datang.
3. Umat semakin peduli dalam mengaktualisasikan kegiatan berkaitan dengan
upaya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup.
4. Katekese ekologi menjadi langkah baru yang menginspirasi sehingga umat
semakin mencintai lingkungan hidup.
C. Usulan dan Bentuk Program
Pada bagian ini penulis akan memberikan usulan program sebagai tindak
lanjut dari kebutuhan umat berdasarkan hasil penelitian. Adapun tema yang
menjadi pendalaman bersama adalah “Menjaga dan Merawat Lingkungan Hidup
sebagai Bentuk Tanggung Jawab Atas Cinta Tuhan”. Berdasarkan pada hasil
penelitian pada bab sebelumnya, kiranya tema ini akan membantu meningkatkan
tanggungjawab umat atas kelestarian alam sebagai pemberian Tuhan. Kesadaran
manusia untuk menjaga alam adalah hal yang utama. Kesadaran tak hanya
berkutat pada kemauan untuk mencintai alam tetapi juga pada tanggung jawab
manusia atas pemberian Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Pada bab sebelumnya telah diketahui bahwa responden membutuhkan
pemahaman, kesadaran dan kepekaan yang tinggi terhadap keterlibatannya
sebagai pelestari lingkungan hidup. Pernyataan yang diberikan oleh responden
sangat baik bila ditanggapi dengan melaksanakan pendalaman ajaran Gereja yang
ditujukan kepada seluruh umat Paroki Santo Yusup Baturetno. Dalam upaya
menanamkan nilai kesadaran pada pribadi umat, maka akan diusulkan juga
katekese ekologi yang akan mendalami keberadaan manusia saat ini yang terlibat
langsung dalam kerusakan lingkungan hidup. Oleh karenanya, dalam upaya
semakin menyadarkan umat mengenai tugasnya sebagai pelestari lingkungan
hidup maka akan diusulkan kegiatan yang akan memotivasi umat untuk terus
melaksanakan kegiatan katekese ekologi.
Berdasarkan pada pemikiran sebelumnya, usulan program yang ditujukan
kepada responden dan umat secara umum akan dikemas dalam bentuk
pendalaman iman yang rutin selama bulan ekologis paroki. Yakni pembinaan
iman bagi semua umat yang akan dilaksanakan di lingkungan-lingkungan
teritorial paroki. Bentuk program yang diusulkan ini diharapkan semakin
menambah wawasan umat mengenai ajaran Gereja khususnya tentang lingkungan
hidup dan juga semakin menginspirasi untuk terus mencintai alam ciptaan sebagai
ungkapan iman. Gambaran secara umum mengenai program yang akan terlaksana
bisa dilihat di dalam matriks kegiatan yang telah disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
D. Matriks Program
Tema Umum : Menjaga dan merawat lingkungan hidup sebagai bentuk tanggung jawab atas cinta Tuhan.
Tujuan Umum : Melalui katekese ekologi umat Paroki Santo Yusup Baturetno semakin bertanggung jawab atas kelestarian
alam sebagai bentuk tanggung jawab kepada Tuhan.
Tujuan Khusus : Umat Paroki Santo Yusup Baturetno semakin menyadari panggilannya untuk menjaga dan merawat
kelestarian lingkungan hidup.
No Judul
Pertemuan
Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana dan
Media
Sumber Bahan Waktu
1. Alam ciptaan
anugerah Allah
- Agar peserta
menyadari alam
ciptaan sebagai
anugerah Allah.
- Agar peserta
bertanggung jawab
dalam pemeliharaan
anugerah Allah
tersebut.
a. Pengalaman
sehari-hari
peserta yang
berinteraksi
dengan alam
ciptaan.
b. Pesan Yohanes
Paulus II,
Ensiklik
“Centesimus
Annus art. 37”.
Sharing,
tanya
jawab,
informasi
dan
refleksi
Viewer,
Laptop, hand
out, Teks
Kitab Suci,
Foto/gambar
alam.
a. Pengalaman
hidup peserta
b. Seri dokumen
Gereja no. 92
Lingkungan
Hidup
c. Kitab Suci
(Mazmur 8:1-8)
60
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
c. Mendalami
alam ciptaan
sebagai anugerah
Allah
berdasarkan
Kitab Mzm 8:1-8.
2. Hidup harmoni
bersama alam
- Agar peserta
menyadari diri
sebagai bagian utuh
dari seluruh ciptaan.
- Agar peserta
menyadari kehadiran
ciptaan lain sebagai
saudaranya,
membangun sikap
saling menghormati
dan menghargai satu
sama lain.
- Agar peserta
menjaga keutuhan
dan keharmonisan
semua unsur dalam
ekosistem kehidupan
a. Mendalami
pengalaman
hidup sehari-hari.
b. Harmoni
antara pencipta,
manusia dan
semua ciptaan
berdasarkan
Ensiklik Laudato
Si art.66.
c. Mendalami
keharmonisan
kehidupan
bersama dengan
alam ciptaan
berdasarkan teks
Kej 13:1-18.
Sharing,
informasi,
tanya
jawab, dan
refleksi
Teks Kitab
Suci, viewer,
laptop, klip
video:
“Lestari
Alamku,
Lestari
Negeriku”,
by: Gombloh.
a. Pengalaman
hidup peserta
b. Ensiklik
Laudato Si
art.66
c. Kitab Suci
(Kej 13:1-18)
60
menit
3. Bumi sebagai - Agar peserta a. Mendalami Sharing, Viewer, a. Pengalaman 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
rumah keluarga kita memahami bahwa
bumi sesungguhnya
adalah rumah hunian
bersama seluruh
ciptaan.
- Agar peserta
mengupayakan
pemeliharaan bumi
melalui karya-karya
ekologis konkret.
pengalaman
hidup sehari-hari.
b. Menghayati
sebuah ringkasan:
Laudato Si “Hal-
hal yang sedang
terjadi pada
rumah kita
bersama”.
c. Mendalami
teks Kej 2:15-25
bahwa bumi
sebagai rumah
bersama
diciptakan dan
disediakan Tuhan
bagi manusia dan
ciptaan lain.
tanya
jawab,
informasi
dan
refleksi
Laptop, hand
out, Teks
Kitab Suci
hidup peserta.
b. Laudato Si:
Sebuah
„Ringkasan‟
c. Kitab Suci
(Kej 2:15-25)
menit
4. Keluarga dan tobat
ekologis
- Agar peserta
menyadari
konsekuensi buruk
akibat perilaku
merusak lingkungan
alam.
a. Mendalami
pengalaman
hidup sehari-hari
peserta.
b. Pertobatan
ekologis
Sharing,
meditasi
tanya
jawab,
informasi
dan
Viewer,
Laptop, Teks
Kitab Suci,
musik
instrumental.
a. Pengalaman
hidup peserta.
b. Ensiklik
Laudato Si bab
III pertobatan
ekologis
60
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
- Agar peserta
mengupayakan tobat
ekologis untuk
memulihkan
lingkungan alam
melalui tatakelola
alam yang ramah dan
bersahabat.
diperlukan untuk
meredam nafsu
serakah manusia.
c. Menghayati
teks Kitab Wahyu
3:14-22 menuju
pada pertobatan
ekologis.
refleksi c. Kitab Suci
(Why 3:14-22)
d. Panggilan
melestarikan
alam ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
E. Satuan Persiapan Program
Berikut ini akan dijabarkan mengenai persiapan program yang diusulkan
sebagai tanggapan atas kebutuhan umat.
1. Satuan Persiapan (SP) 1
1) Judul Pertemuan : Alam ciptaan anugerah Allah.
2) Tujuan : - Agar peserta menyadari alam ciptaan sebagai
anugerah Allah.
- Agar peserta bertanggung jawab dalam pemeliharaan
anugerah Allah tersebut.
3) Peserta : Seluruh umat Paroki Santo Yusup Baturetno.
4) Model : Renungan bulan ekologis paroki.
5) Metode : Sharing, tanya jawab, informasi, dan refleksi.
6) Sarana : Viewer, Laptop, hand out, dan gambaran alam yang
terawat dan alam yang tidak terawat (slide
show/gambar print out) .
7) Tempat : Rumah umat di wilayah/lingkungan.
8) Waktu : 60 menit.
9) Pemikiran Dasar.
Permenungan pada pertemuan pertama ini mengajak setiap pribadi beriman
untuk menyadari bahwa seluruh ciptaan di muka bumi ini adalah anugerah Allah.
Anugerah berarti sesuatu yang berharga. Sesuatu yang berharga dalam hidup
manusia harus dijaga dengan penuh cinta dan ketulusan. Anugerah itu
ditempatkan dalam kuasa manusia untuk diperkembangan dan dipakai secara adil
bagi kelangsungan dan keberlanjutan hidup manusia, bukan penuh keserakahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
yang menimbulkan perpecahan dan keterpisahan antara ciptaan. Inti hakiki
ciptaan adalah menjadi anugerah Allah, anugerah bagi semua ciptaan, dan Allah
menghendakinya demikian. Maka berlakulah perintah Allah, yaitu melestarikan
bumi sebagai anugerah dan berkat dan tidak mengubahnya menjadi sarana
kekuasaan atau motif perpecahan.
Ciptaan adalah anugerah pertama yang diberikan oleh Allah kepada
manusia “untuk mengusahakan dan memeliharanya” (Kejadian 2:15). Ciptaan
diberikan kepada manusia sebagai sumber penghidupannya dan sarana
pengembangan hidup yang bermartabat, di mana semua anggota keluarga umat
manusia harus berbagi dalam semangat persaudaraan atas dasar kasih dan
keadilan. “Bukan hanya bumi dianugerahkan Allah kepada manusia, melainkan
manusia dari dirinya sendiri adalah anugerah dari Allah dan, oleh karenanya,
harus menghormati struktur kodrati dan moral yang telah dianugerahkannya”
(Centesimus Annus, art. 38). Senada dengan pesan Konsili Vatikan II, “Dalam
ciptaan, Ia (Allah) memberikan kesaksian abadi tentang diri-Nya kepada manusia.
(Dei Verbum art. 3. Bdk. Rom. 1:19-20). Karena melalui alam Allah menyatakan
diri-Nya kepada manusia, maka Alam ciptaan adalah sebuah anugerah yang luar
biasa.
Pada saat ini gaya hidup manusia mulai menuju kekacauan yang telah
berpengaruh pada kesadaran manusia dalam menyadari keberadaan
lingkungannya. Harapannya setelah melaksanakan pendalaman iman ini umat di
Paroki St.Yusup Baturetno dapat menyadari dan mensyukuri bahwa seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
ciptaan yang ada di bumi ini merupakan anugerah Allah. Sehingga dalam praktik
hidupnya umat mau bertanggung jawab terhadap pemeliharaan alam ciptaan.
Pelaksanaan Pertemuan
I. Pembuka.
1. Lagu Pembukaan: Madah Bakti No 488 “Syukur BagiMu Tuhan”.
2. Tanda Salib dan kata pengantar.
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, Amin.
Bapak, ibu yang terkasih dalam Kristus pada pertemuan ini kita berkumpul
bersama untuk menyadari alam ciptaan sebagai anugerah Allah. Anugerah
merupakan suatu yang berharaga. Sesuatu yang berharga dalam hidup manusia
harus dijaga dengan penuh cinta dan ketulusan. Ciptaan adalah anugerah pertama
yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk mengusahakan dan
memeliharanya.
3. Doa pembukaan.
Marilah kita berdoa, Allah Bapa kami dalam surga, Allah Pencipta dan
Penyelenggara kehidupan kami. Kami bersyukur atas karunia penciptaan ini. Pada
saat ini kami berhimpun di hadirat-Mu untuk merenungkan sabda-Mu tentang
penciptaan itu dalam pertemuan katekese ini. Bantulah kami dengan terang Roh
Kudus-Mu agar di dalamnya kami dapat menyadari kehadiran diri kami sebagai
bagian utuh dari seluruh ciptaan-Mu dan mampu menbangun keharmonisan di
antara kami demi menjamin kelangsungan hidup seluruh ciptaan demi Kristus
Tuhan kami. Amin.
II. Melihat dan Memaknai Pengalaman Hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Pendamping mengajak peserta untuk melihat kenyataan hidup yang
berkaitan dengan alam ciptaan sebagai anugerah Allah yang masih bisa kita
nikmati setiap hari. Pemandu menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai
panduan sharing pengalaman.
a) Apa saja yang anda ketahui mengenai ciptaan Allah yang bisa kita nikmati
setiap hari?
b) Bagaimana perasaan anda atas ciptaan Allah yang dapat kita nikmati secara
cuma-cuma?
c) Hal-hal apa saja yang membuat kita terkadang tidak bertanggung jawab
terhadap alam ciptaan?
III. Pengembangan Langkah-langkah.
1. Pengembangan.
Pemandu menampilkan dua jenis gambaran alam yang terawat sebagai
anugerah Allah dan alam yang tidak terawat dengan menggunakan slide show
pada proyektor.
2. Mendalami makna gambar.
Untuk semakin memahami makna gambar yang ditampilkan, pemandu
mengajak peserta untuk menyampaikan gagasannya dengan pertanyaan sebagai
berikut:
- Apa yang bapak/ibu pikirkan jika melihat alam ciptaan Tuhan ini masih
tetap asri atau terawat?
- Sebaliknya apa yang bapak/ibu pikirkan jika alam ciptaan Tuhan sudah
rusak akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
3. Pemandu memberikan rangkuman atas sharing peserta untuk memberikan
peneguhan dan penegasan:
Bapak/ibu yang terkasih, bila kita melihat alam ciptaan yang masih asri
dan terawat seperti yang kita lihat pada tampilan gambar awal, kita akan
merasakan kesejukan, kenyamanan, dan kenikmatan. Keberadaan alam ciptaan
sebagai anugerah Allah yang masih terjaga menjadikan kehidupan manusia
dengan ciptaan lainnya hidup damai saling ketergantungan. Hal sebaliknya akan
terjadi bila ulah manusia kurang bertanggung jawab dalam merawat alam ciptaan
maka alam akan rusak dan hancur seperti pada tampilan gambar akhir tadi.
Musibah akan terjadi karena alam sudah tidak lagi bersahabat dengan kita.
Penyalahgunaan ciptaan dimulai ketika manusia tidak lagi mengakui yang lebih
tinggi daripada dirinya sendiri, ketika manusia tidak melihat apapun kecuali
dirinya sendiri.
4. Mendalami teks pesan Yohanes Paulus II, Ensiklik “Centesimus Annus art.
37”.
Pemandu membagikan dan meminta peserta untuk membacakan pesan
Yohanes Paulus II, Ensiklik: “Centesimus Annus art. 37”(terlampir)
5. Merefleksikan teks.
Setelah salah seorang peserta membacakan teks yang akan di dalami
bersama secara terbuka, selanjutnya pemandu mengajak peserta untuk membaca
teks yang sudah dibagikan secara pribadi. Untuk lebih mendalami maksud teks
tersebut, pemandu akan memberikan pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
- Menurut bapak/ibu masalah-masalah apa yang menyebabkan manusia gagal
memelihara keutuhan ciptaan?
- Apa dampak yang ditimbulkan jika manusia bersifat konsumerisme
terhadap alam?
6. Rangkuman dan peneguhan atas sharing.
Bapak/ibu yang terkasih, tadi kita sudah bersama-sama mendalami Ensiklik
“Centesimus Annus art. 37”. Dari situ kita tahu bahwa permasalahan yang sering
kita alami dan kurang kita sadari saat ini adalah persoalan ekologi, di samping
masalah konsumerisme dan yang terkait erat dengannya. Dalam hasratnya untuk
memiliki dan menikmati daripada ada dan berkembang, manusia mengonsumsi
tanpa batas dan tanpa disiplin sumber daya bumi dan bahkan hidupnya sendiri.
Penghancuran sembarangan terhadap lingkungan alam bersumber pada kesalahan
antropologis yang sudah tersebar luas. Manusia dengan mudah menghabiskan isi
alam tanpa memikirkan kelestariannya.
Dampak yang ditimbulkan ketika alam diperlakukan demikian maka alam
akan menderita dan tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk hidupnya.
Manusia tidak dapat lagi hidup damai dengan alam. Ketika habitat binatang liar
diganggu, binatang liar pun akan menjadi gangguan bagi manusia. Ketika hutan
dibabat habis, orang harus bersiap menghadapi kekurangan air atau sebaliknya
menghadapi datangnya banjir. Dalam kenyataannya pekerjaan manusia dalam
mengolah alam telah menjadi eksploitasi sumber daya alam yang telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan, mengancam kelestarian alam ciptaan, dan
bahkan membahayakan kehidupan manusia sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
7. Menghadirkan pengalaman Kitab Suci (Sapaan Sabda Tuhan).
a. Fasilitator mengajak peserta untuk membuka Kitab Suci dan membaca
Kitab Mz 8:1-8.
b. Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Kitab Suci dengan beberapa
pertanyaan penuntun.
c. Kemudian fasilitator memberikan ulasan teks sebagai berikut:
- Sinopsis teks: Mazmur ini lahir dari kekaguman manusia akan karya agung
Allah dalam menciptakan manusia dan alam semesta. Manusia adalah
ciptaan terluhur. Dalam kekecilannya, ia dipilih Allah untuk menguasai
ciptaan lainnya. Tugas ini adalah kepercayaan yang diberikan Pencipta.
Manusia bertanggung jawab untuk memelihara alam ciptaan.
- Unsur-unsur penting dari teks: Allah sebagai pencipta alam semesta, alam
ciptaan merupakan anugerah Allah, dan manusia sebagai penguasa ciptaan
lain. Kata penguasa bermakna penanggung jawab yang mengelola,
mengolah dan memelihara dengan bijaksana untuk kesejahteraan hidupnya,
dan terutama untuk kemuliaan nama Tuhan.
- Kesimpulan teks: Gabe adalah Aufgabe: setiap anugerah adalah tanggung
jawab. Maka manusia memaknai anugerah Allah ini dengan tanggung jawab
mengelola, mengolah dan memelihara dengan bijaksana.
IV. Tanggapan dan Tindak Lanjut.
1. Rencana Aksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Bapak/ibu yang terkasih, untuk semakin memantapkan panggilan kita mari
secara bersama-sama kita merenung sejenak untuk membangun sebuah niat.
Bapak/ibu apa saja yang dapat kita usahakan berkaitan dengan menjaga keutuhan
alam ciptaan. Kapan kita akan melaksanakan kegiatan ini dan di mana tempatnya?
V. Penutup.
Bapak/ibu tibalah saatnya untuk kita merenungkan apa yang sudah kita
dalami bersama pada hari ini, kita juga sudah membuat niat baik sebagai upaya
kita ikut ambil bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan Allah. Untuk itu,
marilah kita sejenak memberikan waktu pada diri kita sendiri untuk
mengendapkan apa yang sudah kita dapatkan pada pertemuan kali ini. Marilah
bapak/ibu kita merenungkannya.
1. Doa penutup ( spontan).
2. Lagu Penutup : MB.455”Jadilah Saksi Kristus”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
2. Satuan Persiapan (SP) 2
1) Judul Pertemuan : Hidup harmoni bersama alam.
2) Tujuan : - Agar peserta menyadari diri sebagai bagian utuh dari
seluruh ciptaan.
- Agar peserta menyadari kehadiran ciptaan lain
sebagai saudaranya, membangun sikap saling
menghormati dan menghargai satu sama lain.
- Agar peserta menjaga keutuhan dan keharmonisan
semua unsur dalam ekosistem kehidupan.
3) Peserta : Seluruh umat Paroki Santo Yusup Baturetno.
4) Model : Renungan bulan ekologis paroki.
5) Metode : Sharing, informasi, tanya jawab dan refleksi.
6) Sarana : Teks Kitab Suci, viewer, laptop.
7) Tempat : Rumah umat di wilayah/lingkungan.
8) Waktu : 60 menit.
9) Pemikiran Dasar.
Permenungan bersama pada pertemuan kedua ini membantu setiap pribadi
untuk melihat seluruh ciptaan sebagai saudara satu sama lain. Sebagai saudara
berarti harus ada sikap saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.
Mengapa? Karena seluruh alam semesta (termasuk manusia) diciptakan oleh
Allah. Kesadaran tentang makhluk tercipta harus terus dihidupkan di dalam hati
setiap manusia, agar harmoni seluruh ciptaan terjaga. Seluruh ciptaan; manusia,
tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, tanah, air dan udara adalah satu kesatuan utuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
yang tidak bisa saling meniadakan. Ada satu pengakuan akan esensi dan eksistensi
masing-masing sebagai ciptaan Tuhan. Sebagai saudara satu sama lain maka perlu
dibangun hubungan yang sehat dan benar dengan seluruh alam ciptaan. Akar
krisis ekologis terletak pada rusaknya hubungan manusia dengan Allah dan
dengan alam semesta.
Di mana manusia berusaha menggantikan posisi Allah dan
mensubordinasikan ciptaan lainnya. “Harmoni antara Pencipta, manusia dan
semua ciptaan dihancurkan karena kita mengira dapat mengambil tempat Allah,
dan menolak untuk mengakui diri sebagai makhluk yang terbatas” (Laudato Si‟
art.66). Pada posisi ini, manusia berusaha menunjukkan diri sebagai penguasa
yang serakah dan sewenang-wenang atas ciptaan lainnya. Ciptaan lain tidak
dilihat sebagai subyek (saudara) tapi sebagai obyek (barang) pemuas nafsu
kepemilikan yang egois. Rusaknya relasi bermartabat ini yang membuat manusia
mengeksploitasi saudara-saudari tuanya sesuka hati.
Hidup harmoni bersama alam ciptaan di lingkungan umat paroki Baturetno
terkadang masih kurang harmonis. Setiap pribadi umat beriman seringkali masih
melakukan dosa ekogis. Hal ini mengakibatkan rusaknya hubungan antara alam
dengan manusia di dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Sehingga
setelah mengikuti pendalaman iman ini diharapkan peserta menyadari kehadiran
ciptaan lain sebagai saudaranya, membangun sikap saling menghormati dan
menghargai satu sama lain.
Pelaksanaan Pertemuan
I. Pembuka.
1. Lagu Pembukaan : Madah Bakti No 488.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
2. Tanda Salib dan Kata Pengantar.
Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Amin.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih dalam Kristus, pada pendalaman iman
pertemuan kedua ini kita akan mendalami bersama dengan tema: hidup harmoni
bersama alam. Kita diajak untuk melihat seluruh ciptaan sebagai saudara satu
sama lain. Namun terkadang kita sebagai saudara belum bisa mewujudkan
keharmonisan itu sebagai satu keutuhan ciptaan Allah. Seringkali kita mendengar
begitu banyak masalah tentang kerusakan alam. Seolah-olah alam sudah menangis
dan menjerit akibat ulah manusia yang kurang bertanggung jawab. Sebagai
saudara berarti harus ada sikap saling menghormati dan saling menghargai satu
sama lain. Kesadaran tentang makhluk tercipta harus terus dihidupkan di dalam
hati setiap manusia, agar harmoni seluruh ciptaan terjaga.
3. Doa Pembuka.
Marilah berdoa, Allah Bapa yang Mahapengasih dan pencipta kami, dunia
telah Kauciptakan dengan Sabda-Mu dan Engkau melihat bahwa dunia yang
Kauciptakan itu sungguh baik adanya. Tetapi dewasa ini kami sedang
menyebarkan kematian dan menghancurkan lingkungan. Bantulah kami agar
dapat menyesali ketamakan kami, bantulah kami merawat semua yang telah
Kauciptakan. Bersama-sama, kami ingin menjaga ciptaan-Mu. Demi Kristus,
pengantara kami, Amin.
II. Mendalami dan Memaknai Pengalaman Hidup.
Peserta diajak untuk mendalami realitas yang terjadi dalam pengalaman
hidup sehari-hari. Peserta diajak untuk menyaksikan video singkat “Lestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Alamku, Lestari Negeriku” by: Gombloh. Beberapa pertanyaan untuk menemukan
pengalaman antara lain:
- Apakah yang anda rasakan setelah melihat video tadi?
- Bagaimana dengan kondisi alam di daerah kita saat ini? Apakah masih tetap
lestari?
- Apa yang kita lakukan untuk mewujudkan hidup harmoni bersama alam
ciptaan?
III. Mendalami Kitab Suci.
1. Fasilitator meminta salah seorang umat untuk membacakan teks Kitab Suci
Kejadian 13:1-18 dan peserta yang lain mendengarkannya dengan penuh
iman dan perhatian.
2. Mendalami Teks.
Peserta diminta untuk membaca ulang teks tersebut secara pribadi, sembari
merenungkan diri untuk meresapi Sabda Tuhan. Agar peserta tidak kesulitan
memahami isi teks, fasilitator memberikan tiga pertanyaan panduan yang sesuai
dengan isi perikop Kitab Suci.
- Apa yang diperebutkan antara pekerja Abraham dan Lot? (memperebutkan
sumber daya alam).
- Bagaimana sikap Abraham dalam menyikapi hal tersebut? (Abraham
dengan bijaksana menawarkan solusi demi keutuhan sumber daya sosial
(persaudaraan) maupun sumber daya alam (ketersediaan pakan ternak).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
- Apa yang menyebabkan rusaknya harmoni bersama alam ciptaan? (ego dan
keserakahan dapat menghancurkan tatanan harmoni kehidupan bersama
alam ciptaan).
3. Ulasan Teks
- Sinopsis teks: Abraham dan Lot meninggalkan tanah leluhur dan sampai di
tanah Kanaan. Dalam tradisi bangsa semi-nomaden pada waktu itu,
penguasaan sumber daya alam yang sangat terbatas berarti menjaga
kelangsungan keluarga. Para pekerja Abraham dan Lot bertengkar
memperebutkan sumber daya alam. Maka Abraham dengan bijaksana
menawarkan solusi demi keutuhan sumber daya sosial (persaudaraan)
maupun sumber daya alam (ketersediaan pakan ternak).
- Unsur-unsur penting dalam teks: Sumber daya alam yang terbatas dapat
menimbulkan pertikaian dalam memperebutkannya demi kelangsungan
hidup. Sumber daya sosial dapat hancur akibat perebutan sumber daya alam.
Problem solving yang bijaksana dalam menyelamatkan keharmonisan hidup
dengan sesama maupun alam.
- Kesimpulan: ego dan keserakahan dapat menghancurkan tatanan harmoni
kehidupan bersama dengan alam ciptaan. Wawasan ekologi yang luas
memperkuat jejaring harmoni hidup bersama alam.
IV. Tanggapan-Tindak Lanjut.
a. Doa Umat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
- Ya Tuhan, tanamkanlah sikap kepedulian di dalam diri umatMu untuk
terlibat bersama dengan sesama, dalam usaha-usaha pelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup. Marilah kita mohon, Kabulkanlah doa kami Ya Tuhan.
- Ya Tuhan, ketuklah hati umatMu, agar mau mencontoh pada mereka yang
selama ini telah berperilaku peduli terhadap sumber daya alam dan lingkungan
hidupnya. Marilah kita mohon, Kabulkanlah doa kami Ya Tuhan.
- Ya Tuhan, berilah pencerahan kepada para pemuka agama, katekis,
prodiakon agar mereka mempunyai komitmen yang kuat dalam menjaga
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup ini bersama umatMu. Marilah
kita mohon, Kabulkanlah doa kami Ya Tuhan.
- Ya Tuhan, ajarilah kami untuk mencintai lingkungan hidup kami ini,
sehingga dengan senang hati kami memelihara agar lingkungan hidup ini tetap
harmoni. Marilah kita mohon, Kabulkanlah doa kami Ya Tuhan.
b. Rencana Aksi.
Peserta diajak untuk mengutarakan rencana aksi untuk menjaga lingkungan
hidup yang sesuai dengan tujuan pertemuan ini. Rencana aksi untuk menciptakan
alam ciptaan yang harmoni misalnya tidak merusak hutan, menggunakan sumber
daya alam seperlunya, melaksanakan gerakan hijau dan lain-lain.
Fasilitator mengajak umat untuk menyatukan seluruh doa dan niat dalam
doa Bapa Kami.
V. Penutup
1. Doa Penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Marilah berdoa, Kami bersyukur kepadaMu, Ya Allah Sang Pencipta Alam
Semesta atas anugerah ciptaan yang sungguh indah ini. Segalanya Kau ciptakan
baik adanya. Semuanya Kau ciptakan agar semua makhluk di muka bumi ini
hidup tumbuh dan berkembang dengan saling mendukung dan menghormati.
Engkau menghendaki agar semua ciptaanMu tetap dalam kesatuan yang utuh dan
harmoni. KemuliaanMu terungkap nyata dalam kemegahan dan keagungan alam
ciptaanMu. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
2. Lagu Penutup: Madah Bakti no.486 “Lagu Pujian”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
3. Satuan Persiapan (SP) 3
1) Judul Pertemuan : Bumi sebagai rumah keluarga kita.
2) Tujuan : - Agar peserta memahami bahwa bumi sesungguhnya
adalah rumah hunian bersama seluruh ciptaan.
- Agar peserta mengupayakan pemeliharaan bumi
melalui karya-karya ekologis konkret.
3) Peserta : Seluruh umat Paroki Santo Yusup Baturetno.
4) Model : Renungan bulan ekologis paroki.
5) Metode : Sharing, informasi, tanya jawab dan refleksi.
6) Sarana : Teks Kitab Suci, viewer, laptop.
7) Tempat : Rumah umat di wilayah/lingkungan.
8) Waktu : 60 menit.
9) Pemikiran Dasar
Pendalaman iman pada pertemuan ketiga ini membantu setiap orang
beriman untuk menyadari sungguh bahwa bumi adalah rumah bersama seluruh
ciptaan. Keluarga-keluarga sering kali membutuhkan sebuah rumah yang nyaman,
sehat, menyejukkan, dan mendamaikan. Di sini, bumi mestinya dilihat sebagai
sebuah rumah yang nyaman, sehat, menyejukkan dan mendamaikan bagi seluruh
ciptaan. Bumi sebagai rumah berarti harus dijaga dan dipelihara, dibersihkan dan
dibaharui. Bumi yang rusak akibat ulah manusia juga tidak akan menjadi tempat
berlindung yang aman bagi manusia dan segenap ciptaan. Kekeringan di musim
kemarau dan banjir di musim penghujan masih sering dirasakan oleh umat dan
masyarakat di sekitar Baturetno, Wonogiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Keluarga membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, lingkungan yang
layak, di mana mereka dapat menjalin hubungan-hubungan yang layak. Untuk
keluarga umat manusia rumah itu adalah bumi, lingkungan, yang diberikan oleh
Allah Pencipta kepada manusia supaya dihuni dengan kreatifitas dan tanggung
jawab. Kesadaran tentang bumi sebagai rumah bersama juga membantu manusia
untuk berpikir tentang rumah bagi anak cucunya.
Bumi adalah “satu-satunya” rumah yang terus diwariskan dari generasi ke
generasi. Oleh karena itu, pengrusakan lingkungan hidup (alam) bisa dikatakan
sebagai pengrusakan rumah bersama tersebut. Dengan merusak rumah bersama,
manusia meninggalkan “puing-puing” kepada generasi berikutnya. Pertanyaan
mendasar bagi kita: “Bumi macam apa yang hendak kita wariskan bagi anak cucu
kita?”. Lingkungan dipercayakan kepada manusia, agar manusia melindungi dan
mengolahnya dalam kebebasan yang bertanggung jawab, dengan kesejahteraan
semua orang sebagai tolok ukur dalam pemanfaatan atas seluruh realitas dunia
yang ada. Harapannya setelah mengikuti pendalaman iman ini umat beriman
mampu mengupayakan pemeliharaan bumi melalui karya-karya ekologis konkrit.
Proses Pelaksanaan Pertemuan
I. Pembuka
1. Lagu Pembukaan: Madah Bakti No.471”Alangkah Megah”
2. Tanda Salib dan Kata Pengantar
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, Amin.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus pada pertemuan ini kita
berkumpul bersama untuk melihat dan merenungkan kembali tentang bumi kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
sebagai tempat tinggal atau rumah kita bersama. Bumi kita yang semakin hari
semakin tidak bersahabat, bahkan tidak layak untuk kita tempati. Oleh karena itu,
pengrusakan lingkungan hidup (alam) bisa dikatakan sebagai pengrusakan rumah
bersama tersebut. Merebah perilaku terhadap alam ciptaan merupakan hal yang
penting dan mendesak untuk segera kita laksanakan. Saudara-saudari yang
terkasih, pada pertemuan ini kita akan bersama-sama menyadari keberadaan bumi
di sekitar kita sebagai rumah bersama. Oleh karenanya kita diharapkan mampu
mengupayakan pemeliharaan bumi melalui karya-karya ekologis konkret.
3. Doa pembukaan
Marilah kita berdoa, Allah yang mahakuasa, yang hadir dalam seluruh alam
raya dan dalam makhluk-Mu yang kecil. Engkau merangkul dengan kelembutan-
Mu semua yang ada di bumi ini. Curahkanlah kekuatan kasih-Mu atas kami agar
kami dapat melindungi kehidupan dan keindahan di bumi ini sebagai rumah kita
bersama. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
II. Mendalami dan Memaknai Pengalaman Hidup
Peserta diajak untuk mendalami realitas yang terjadi, baik pengalaman
hidup sehari-hari, atau dari sumber lain. Peserta terlebih dahulu diajak untuk
menonton klip video singkat “Bumiku Indah”.
Beberapa pertanyaan untuk menemukan pengalaman:
- Apakah yang anda lihat dan rasakan terhadap bumi kita saat ini?
- Sampai saat ini apakah anda sudah ikut terlibat dalam menjaga dan merawat
keutuhan alam ciptaan?
- Bumi macam apa yang hendak kita wariskan kepada anak cucu kita?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
III. Mendalami Kitab Suci
1. Pemandu meminta salah seorang umat diminta untuk membacakan teks
Kitab Suci Kejadian 2:15-25 dan peserta yang lain mendengarkannya
dengan penuh iman dan perhatian.
2. Mendalami teks.
Peserta diminta untuk membaca ulang teks bacaan tersebut secara pribadi,
sambil membiarkan diri disapa oleh Sabda Tuhan. Untuk memudahkan peserta
memahami isi teks Kitab Suci, pemandu memberikan dua pertanyaan penuntun
sesuai dengan isi perikop Kitab Suci.
- Apa maksud Tuhan menempatkan manusia itu ke dalam Taman Eden?
(Tuhan Allah mengambil manusia untuk mengusahakan dan memelihara
taman itu).
- Apa perintah Tuhan kepada manusia terhadap ciptaan lain? (Ciptaan lain
diserahkan Tuhan di bawah kekuasaan manusia melalui pemberian nama).
3. Ulasan Teks.
- Sinopsis teks: Bumi dan segala isinya diciptakan oleh Tuhan. Manusia
(Adam) sebagai ciptaan terluhur ditempatkan di taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu. Manusia pun diberi mandat oleh
Tuhan untuk memberi nama kepada makhluk ciptaan lain. Ia juga mendapat
penolong yang sepadan, yaitu Hawa (perempuan) yang diciptakan dari
tulang rusuknya.
- Unsur-unsur penting dalam teks: Taman Eden sebagai simbol bumi yang
layak huni bagi manusia adalah rumah bagi manusia dan ciptaan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Tugas manusia adalah mengusahakan dan memelihara bumi. Ciptaan lain
diserahkan Tuhan di bawah kekuasaan manusia melalui pemberian nama,
tujuannya adalah untuk dimanfaatkan dengan bijaksana demi kesejahteraan
dan kelangsungan hidup manusia.
- Kesimpulan: Bumi sebagai rumah bersama diciptakan dan disediakan Tuhan
bagi manusia dan ciptaan lain. Tugas mengusahakan dan memelihara
diserahkan kepada manusia. Tujuannya agar rumah bersama ini tetap awet
dan menjamin kesejahteraan serta keberlanjutan hidup manusia. Terutama
bagi anak cucu kita di masa mendatang.
IV. Tanggapan-Tindak Lanjut
1. Doa Umat
- Bagi umatMu: Ya Tuhan, selamatkanlah kami umatMu dari akibat
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup, yang pada saat ini semakin
memprihatinkan. Marilah kita mohon, Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
- Bagi para pegiat, pemerhati dan aktivis lingkungan hidup: Ya Tuhan,
ketuklah hati mereka yang mempunyai keahlian tertentu, khususnya yang
berkaitan dengan sumber daya alam dan lingkungan hidup, agar mereka mau
bergabung dengan para pegiat lingkungan, untuk bersama-sama menggerakkan
umatMu dalam melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Marilah
kita mohon, Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
- Bagi para pemuka agama, biarawan dan biarawati: Ya Tuhan, bimbinglah
para biarawan dan biarawati, agar dapat menjadi teladan bagi umatMu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
kepedulian mereka terhadap alam semesta ciptaanMu. Marilah kita mohon,
Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
- Bagi para pemimpin masyarakat dan negara: Ya Tuhan, tuntunlah para
pemimpin negara kami, agar mereka dengan sadar meninggalkan habitus lama
yang telah melakukan perusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Marilah kita mohon, Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
2. Rencana Aksi
Peserta diajak untuk mengutarakan rencana aksi untuk menjaga dan
merawat lingkungan hidup sesuai dengan tujuan pertemuan ini. Rencana aksi
nyata untuk melestarikan lingkungan hidup misalnya: menanam pohon beringin di
lahan yang tandus, mencari bibit pohon yang mengikat air (gayam, beringin,dll).
Fasilitator mengajak umat untuk menyatukan seluruh doa dan niat dalam
doa Bapa Kami.
V. Penutup
1. Doa Penutup
Marilah berdoa, Allah Bapa penuh kasih, puji syukur kami haturkan kepada-
Mu karena Engkau telah hadir bersama kami dalam pertemuan ini. Ada banyak
hal yang telah kami bicarakan untuk memperdalam iman kami khususnya dalam
merawat dan menjaga bumi ini sebagai rumah kita bersama. Semoga kami dapat
menyadari betapa besar kasih-Mu yang Engkau tanamkan di dalam hati kami
sehingga kami mampu memelihara bumi yang telah Engkau wariskan kepada
kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
2. Lagu Penutup: Madah Bakti No 489.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
4. Satuan Persiapan (SP) 4
1) Judul Pertemuan : Keluarga dan tobat ekologis
2) Tujuan : - Agar peserta menyadari konsekuensi buruk akibat
perilaku merusak lingkungan alam.
- Agar peserta mengupayakan tobat ekologis untuk
memulihkan lingkungan alam melalui tatakelola alam
yang ramah dan bersahabat.
3) Peserta : Seluruh umat Paroki Santo Yusup Baturetno.
4) Model : Renungan bulan ekologis paroki.
5) Metode : Sharing, meditasi, informasi, tanya jawab dan refleksi.
6) Sarana : Teks Kitab Suci, viewer, laptop.
7) Tempat : Rumah umat di wilayah/lingkungan.
8) Waktu : 60 menit.
9) Pemikiran Dasar
Refleksi bersama pada pertemuan keempat ini menyadarkan semua orang
bahwa baik buruknya lingkungan hidup manusia tergantung sepenuhnya pada
sikap dan perilaku setiap individu dalam keluarga. Paus Fransiskus menegaskan
bahwa, “Sekecil apa pun kerusakan ekologis yang kita timbulkan”, kita dipanggil
untuk mengakui “kontribusi kita, kecil atau besar, terhadap luka-luka dan
kerusakan alam ciptaan” (Laudato Si‟ art. 8). Karena itu, peran keluarga sangat
penting untuk membangun kesadaran bersama dan teristimewa membangun
gerakan tobat ekologis. Keluarga adalah “sel pertama dan sangat penting bagi
masyarakat” (Familiaris Consortio, art. 42 bdk. Apostolicam Actuositatem, art.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
11). Dengan demikian, kesadaran bersama di dunia manusia, harus dibangun di
dalam keluarga termasuk kesadaran tentang ekologi.
Gerakan tobat ekologis menjadi sebuah gerak bersama untuk kembali
membangun relasi-relasi bermartabat antara manusia dengan Allah Pencipta,
manusia dengan aneka ciptaan lainnya dan manusia dengan manusia. Dengan
membangun relasi-relasi yang baik, secara perlahan orang menyadari kembali
andil-andilnya bagi kebaikan dan kesejahteraan semua orang. “Kita semua dapat
bekerja sama sebagai instrumen Allah untuk melindungi keutuhan ciptaan,
masing-masing sesuai dengan budaya, pengalaman, prakarsa, dan bakatnya
sendiri” (Laudato Si‟ art. 14).
Pelaksanaan Pertemuan
I. Pembuka
1. Lagu Pembukaan: Madah Bakti No 471 “Alangkah Megah”.
2. Tanda Salib dan Kata Pengantar
Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, Amin.
Bapak, Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus pada pertemuan yang
keempat ini kita berkumpul bersama untuk menyadari konsekuensi buruk akibat
perilaku merusak lingkungan alam. Merusak alam merupakan dosa. Tindakan ini
sebenarnya merusak sistem yang berkaitan dengan makhluk ciptaan lainnya.
Bapak ibu yang terkasih peran keluarga sangat penting untuk membangun
kesadaran bersama dan teristimewa membangun gerakan tobat ekologis. Gerakan
tobat ekologis menjadi sebuah gerak bersama untuk kembali membangun relasi-
relasi bermartabat antara manusia dengan Allah Pencipta dan aneka ciptaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
lainnya. Dalam permenungan “Keluarga berwawasan ekologis” alur permenungan
mengantar kita untuk menyadari anugerah ekologis yang luar biasa, namun kita
menyalahgunakannya sehingga kita dituntut untuk memperbaiki hubungan kita
dengan Tuhan pencipta kita, dengan sesama manusia dan dengan alam ciptaan.
Tema yang akan kita renungkan pada pertemuan katekese yang terakhir ini adalah
“Keluarga dan tobat ekologis”.
3. Doa Pembukaan
Marilah kita berdoa, Tuhan yang Mahakasih kami mengucap syukur dan
terimakasih kepada-Mu atas segala berkat yang telah kami terima sampai saat ini.
Tuhan pada hari ini kami berkumpul di tempat ini ingin menimba pengalaman
iman kami tentang keluarga dan pertobatan ekologis. Bantulah kami dengan
terang Roh Kudus-Mu agar kami mampu memperbaiki hubungan dengan Tuhan
dan sesama alam ciptaan. Demi Kristus Tuhan kami, Amin.
II. Pengembangan Langkah-Langkah
1. Pengembangan
Pemandu mengajak peserta kembali ke suasana hening (bermeditasi) untuk
memperdalam koneksi kita dengan bumi. Kemudian pemandu mengajarkan
peserta untuk berlatih cara-cara hidup baru dan menemukan kebajikan baru Eco-
Virtues (kebajikan lingkungan) dengan langkah-langkah sebagai berikut: (dengan
diiringi irama musik).
a. Cari ruang suci anda, tempat favorit. Di sini anda bisa bermeditasi dan
berdoa dan ini akan mengubah hati anda, mata anda, dan tindakan anda,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
ketahuilah bahwa tangan anda dapat menyembuhkan atau menghancurkan
bumi.
b. Ucapkan terimakasih untuk setiap hari baru, setiap hari adalah hari pertama
penciptaan dan menari bersukacita dan berdoa dengan matahari terbit.
c. Lihatlah bagaimana ibu pertiwi selalu berfungsi dan peduli untuk semua
kehidupan dan belajar darinya. Anda akan melihat apa yang bisa anda
lakukan untuk kesembuhannya.
d. Hormatilah hak untuk setiap makhluk hidup, setiap ciptaan. Hiduplah dan
bekerjalah dalam irama bumi.
e. Berdoalah dengan bumi, berdoa untuk ciptaan. Pulihkan kehidupan anda,
hidup dalam harmoni. Jika jiwa anda sembuh, bumi sembuh. Kita adalah
satu dengan bumi.
2. Setelah melakukan meditasi peserta dimohon untuk hening sejenak sambil
mengingat apa yang peserta rasakan selama bermeditasi. Lalu peserta diajak
untuk mensharingkan pengalamannya selama bermeditasi.
III. Mendalami Kitab Suci
1. Pemandu meminta salah seorang umat diminta untuk membacakan teks
Kitab Suci Why 3:14-22 dan peserta yang lain mendengarkannya dengan
penuh iman dan perhatian.
2. Peserta diminta untuk membaca ulang teks bacaan tersebut secara pribadi,
sambil membiarkan diri disapa oleh Sabda Tuhan. Untuk memudahkan
peserta memahami isi teks Kitab Suci, pemandu memberikan dua
pertanyaan penuntun sesuai dengan isi perikop Kitab Suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
- Latar tempat apa yang disebutkan dalam kitab Wahyu 3:14-22? (Loadikia).
- Bagaimana peri-hidup orang-orang Loadikia? (Orang-orang Loadikia adalah
orang-orang yang makmur hidupnya dengan kekayaan yang mereka miliki).
- Apa pesan dan penegasan yang disampaikan Tuhan kepada orang-orang
Loadikia? (Tuhan memperingankan mereka agar tidak berbangga dengan
kekayaan material lalu melupakan Tuhan).
3. Ulasan Teks
- Sinopsis teks: Surat kepada Jemaat di Laodikia merupakan surat ketujuh
untuk tujuh jemaat. Kota Laodikia memiliki kekayaan alam yang menjamin
kesejahteraan penduduk. Ia terkenal sebagai penghasil pakaian sutra dan
pengekspor minyak parfum. Secara ekonomi makmur, tetapi secara rohani
miskin. Umat kristiani Laodikia terjebak dalam perilaku apatis terhadap
kerohanian, karena merasa terjamin oleh alam yang terus menerus dikuras
untuk kesejahteraan ekonomi. Tuhan memperingatkan mereka untuk
bertobat dari apatisme iman dan keserakahan ekonomis.
- Unsur-unsur penting dalam teks: Kesejahteraan material dapat menimbulkan
apatisme iman dan relasi sosial. Keserakahan ekonomi menumbuhkan
semangat eksploitasi yang dapat merusak alam dan maupun relasi sosial,
bahkan relasi dengan Tuhan pencipta. Perlu ada pertobatan ekologis untuk
menyadari ketergantungan manusia pada Tuhan pencipta dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
mengeksploitasi alam demi kesejahteraan material belaka, tetapi melupakan
Tuhan dan sesama.
- Kesimpulan: Pertobatan ekologis diperlukan untuk meredam nafsu serakah
manusia dalam menguasai dan mengeksploitasi alam demi kesejahteraan
material belaka, tetapi melupakan Tuhan dan sesama.
IV. Tanggapan Tindak Lanjut
1. Doa Umat (spontan)
2. Rencana Aksi
Peserta diajak untuk mengutarakan rencana aksi untuk menjaga dan
merawat lingkungan hidup sesuai dengan tujuan pertemuan ini. Rencana
aksi nyata untuk melestarikan lingkungan hidup misalnya: tidak melakukan
dosa ekologis.
V. Penutup
1. Doa Penutup
Marilah berdoa, Ya Tuhan, Allah kami. Atas perkenanan-Mu kami telah
menyelesaikan permenungan tentang keluarga berwawasan ekologis maka kami
bersyukur kepada-Mu atas segala kelimpahan berkat-Mu bagi kami bersama atas
waktu dan kebersamaan iman kami ini. Bantulah kami untuk mampu
melaksanakan semua yang telah kami dalami ini dalam kehidupan kami.
Tanamkanlah dalam diri kami rasa syukur atas rejeki yang kami peroleh agar
kami juga dapat menggunakannya dengan sebaik-baiknya demi kemuliaan Nama-
Mu. Terpujilah Dikau, Bapa yang mahakuasa, terpujilah Yesus Putra-Mu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Penebus kami, terpujilah Roh Kudus Pembimbing hidup kami sekarang dan
sepanjang segala masa. Amin.
2. Lagu Penutup: Madah Bakti No 486 “Lagu Pujian”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup, penulis akan menyampaikan kesimpulan tulisan ini
beserta saran berkaitan dengan “Katekese Ekologi sebagai Bentuk Keterlibatan
Penggerak Lingkungan Hidup dalam Upaya Menjaga dan Merawat Kelestarian
Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno, Wonogiri”. Bagian
kesimpulan berisi mengenai gagasan pokok dari keseluruhan tulisan skripsi ini
dan pada bagian saran akan berisikan gagasan yang bermaksud untuk
meningkatkan gairah umat Paroki Santo Yusup Baturetno dan menjaga dan
merawat kelestarian lingkungan hidup.
A. Kesimpulan
Katekese ekologi adalah pengajaran untuk mengenal Yesus Kristus lebih
lanjut yang berkarya di dalam alam ciptaan, di dalam lingkungan hidup manusia.
Katekese ekologi juga diartikan sebagai kegiatan pembinaan iman atau pengajaran
yang dilakukan oleh seluruh umat untuk menyadari dan menanggapi kehadiran
Kristus yang berkarya di dalam alam ciptaan dan di dalam lingkungan hidup
manusia. Bertolak dari pemahaman katekese dan konteks lingkungan maka tujuan
katekese ekologi adalah memperdalam, memperluas pengenalan Kristus sebagai
penebus, sebagai penyembuh, sebagai pengampun dosa dan sebagai pendatangkan
rasa lega dalam konteks alam yang rusak. Kalau mau lebih halus dalam konteks
alam yang perlu ditebus serta perlu diperbaiki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Hasil penelitian menunjukkan hasil yang positif, hal ini ditandai dengan
adanya perubahan cara pandang pelaku katekese dan perubahan sikap maupun
perilaku pelaku katekese ekologi terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Tumbuhnya niat dan tindakan konkret serta munculnya rasa cinta terhadap
lingkungan hidup maupun alam ciptaan telah menunjukkan bahwa katekese
ekologi sudah merubah diri pelaku katekese ekologi. Hal ini juga ditunjukkan oleh
pelaku katekese ekologi bahwa ingin selalu berkomitmen dalam menjaga alam
ciptaan dengan baik melalui gerakan hijau yaitu menanam dan merawat air serta
udara segar. Itulah tanda sebagai pelaku katekese ekologi sangat menghormati dan
memuliakan Tuhan lewat pelestarian alam ciptaan di lingkungan sekitar. Umat
juga merespon dengan baik melalui berbagai kegiatan yang diprogramkan Dewan
Paroki maupun ajakan dari rama Paroki tentang melestarikan alam ciptaan. Dari
proses katekese ekologi tema-tema yang dibahas juga sangat relevan dengan
kehidupan umat secara umum. Sampai saat ini katekese ekologi sudah berjalan
selama dua tahun. Hingga akhirnya pada bulan Oktober atau November diangkat
sebagai bulan ekologis paroki.
Melihat hasil penelitian yang didapatkan, penulis merasa bahwa umat masih
perlu memiliki iman yang mendalam dan tangguh. Sejauh ini umat yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut masih kurang aktif, belum semua umat di
lingkungan maupun wilayah terlibat dengan baik. Hal tersebut dikarenakan
pemahaman umat mengenai ajaran Gereja khususnya tentang lingkungan hidup
masih kurang atau belum mendalam. Iman akan melestarikan lingkungan hidup
yang mereka hayati masih dangkal. Sehingga masih banyak umat yang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
sadar dan berbuat sesuai dengan hati nurani. Melihat keprihatinan tersebut penulis
membuat usulan program pendalaman iman yang rutin selama bulan ekologis
paroki. Kegiatan ini dilakukan agar umat memiliki wawasan yang luas dan
semakin tergerak hatinya untuk mensyukuri atas segala pemberian Tuhan melalui
alam ciptaan. Adapun usulan pemikiran kegiatan ini akan ditujukan kepada semua
umat Paroki Santo Yusup Baturetno dengan harapan semua umat mampu
menghayati panggilannya dalam upaya menjaga dan merawat kelestarian
lingkungan hidup.
B. Saran
Saran berikut ditujukan kepada Pastur dan umat di Paroki Santo Yusup
Baturetno. Secara umum umat telah memulai kegiatan katekese ekologi dalam
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup. Maka untuk semakin
meningkatkan kegiatan menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
disarankan beberapa hal berikut:
1. Pastur, dewan paroki dan katekis selaku penggerak lingkungan hidup
diharapkan terus melaksanakan katekese ekologi sebagai bentuk
keterlibatannya dalam upaya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan
hidup.
2. Umat diharapkan melaksanakan usulan pemikiran program yang sudah
dijabarkan oleh penulis. Usulan program ini merupakan kebutuhan umat
yang ingin memiliki wawasan yang luas dan semakin tergerak hatinya untuk
mensyukuri atas segala pemberian Tuhan melalui alam ciptaan. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
karenanya penting bagi umat paroki Santo Yusup Baturetno untuk
melaksanakannya.
3. Diharapkan semua umat paroki Santo Yusup Baturetno semakin menyadari
mengenai lingkungan hidup dan permasalahan yang dialami, agar tercipta
kesadaran yang tinggi untuk peduli dengan keutuhan alam ciptaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chang, William. (2000). Moral Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisius.
Dewan Paroki Santo Yusup Baturetno. (2018). Profil Paroki Santo Yusup
Baturetno Berdasarkan Pendataan Umat Tahun 2016. Wonogiri: Litbang
Santo Yusup Baturetno.
Drummond, Celia Deane. (1999). Teologi dan Ekologi (Robert P.Borrong,
Penerjemah). Jakarta: Gunung Mulia.
Ds, Sumarno. (2017). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik. Yogyakarta.
Fransiskus. (2015). Ensiklik Laudato Si. Jakarta: Obor.
Go, Piet. (1989). Etika Lingkungan Hidup. Malang: Dioma.
Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education-Pendidikan Agama
Kristen (Daniel Stefanus, Penyadur). Jakarta: Gunung Mulia.
Huber, Th. (Ed). (1979). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
________ (1981). Katekese Umat Hasil Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan
se-Indonesia, Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Keraf, Sonny. (2010). Krisis dan Bancana Lingkungan Hidup Global.
Yogyakarta: Kanisius.
Komisi PSE-KWI. (2010). Kajian Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Komisi
PSE/APP- KAJ.
Komisi Teologi KWI. (2008). Menyapa Bumi Menyembah yang Ilahi.
Yogyakarta: Kanisius.
Kongregasi Suci para Klerus. (1991). Direktorium Kateketik Umum.Ende: Nusa
Indah.
KWI.(1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
KWI (2011). Catechesi Tradendae. Bogor: Grafika Mardi Yuana.
KWI.(2017). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat.Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Martinah.(2015). Menanam air dan Udara.Wonogiri: The Eramedia Indopustaka.
Moelong, Lexy. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pasang, Haskarlianus.(2011). Mengasihi Lingkungan. Jakarta: Literatur Perkantas.
Pusat Musik Liturgi. (2013). Madah Bakti. Yogyakarta: PD Selamat.
Seri Dokumen Gerejawi No. 92 (2014). Lingkungan Hidup. Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Soemarwoto, Otto. (1989). Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan.Percetakan Sapdodadi.
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.
Tristanto, Awi Lukas. (2015). Panggilan Melestarikan Alam Ciptaan (Sketsa-
sketsa Ekoinspirasi). Yogyakarta: Kansisius.
Verrijt, Elly. (2014). Kumpulan Kutipan Tulisan Thomas Berry.Yayasan Sahabat
Lingkungan Hidup: PT. Mizan Grafika Sarana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Yosafat Barona Valentino dan Yohanes Maria Restu Dian Raharjo (penerjemah).
(2015). Laudato Si: Sebuah Ringkasan. Yogyakarta: Pusat Studi Ignasian
dan Campus Ministry.
Dari Internet
http://www.jatengpos.com/2018/02/terjadi-di-15-tempat-longsor-mendominasi-
bencana-wonogiri-awal-2018-893989 Diakses Rabu, 21 Februari 2018 Pukul
19:30 WIB.
https://wennysilviaariska.wordpress.com/2013/10/27/ruang-lingkup-ekologi/
Diakses Kamis, 22 Februari 2018 Pukul 10:30 WIB.
https://www.google.com/search?client=firefox-b&q=panduan-app-katekese-
ekologi. Diakses Rabu, 19 Desember 2018 Pukul 19:19 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 1 -
1. Lampiran Surat Permohonan Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 2 -
2. Lampiran Surat Pernyataan Selesai Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 3 -
3. Lampiran Foto Hasil Penelitian
Foto Kegiatan Penanaman Pohon di Jonambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 4 -
4. Lampiran Daftar Identitas Responden
No Nama Status Kode
1. Rm. Muji Santara, SJ Pastur kepala Paroki St. Yusup
Baturetno
R0
2. Bp. FX. Murdiharso Anggota Dewan Paroki Harian R1
3. Ibu. Martinah Ketua lingkungan / katekis R2
4. Bp. Fransiscus Riyanto Bantel Katekis R3
5. Bp. Budi Darmanto Tim Kerja lingkungan hidup R4
6. Bp. Yohanes Kasdi Prodiakon R5
7. Bp. Petrus Claper. Sagimin Prodiakon R6
8. Bp. Radius Sumino Ketua lingkungan R7
9. Bp. Istanto Katekis / Guru Agama R8
10. Bp. AT. Sukino Prodiakon R9
11. Bp. Joko Santoso Ketua Wilayah R10
12. Bp. Maryono Prodiakon R11
13. Bp. Wondo Prodiakon R12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 5 -
5. Lampiran Daftar Pertanyaan Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara Judul Penelitian : Katekese Ekologi Sebagai Bentuk Keterlibatan Penggerak
Lingkungan Hidup dalam Upaya Menjaga dan Merawat Kelestarian Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno, Wonogiri.
1. Menurut bapak/ibu apa arti katekese ekologi?
2. Menurut bapak/ibu apa tujuan katekese ekologi?
3. Apa saja isi katekese ekologi yang bapak/ibu ketahui?
4. Siapa sajakah pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
5. Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
6. Menurut bapak/ibu bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki Santo Yusup Baturetno?
7. Apakah bapak/ibu sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi
yang terjadi di Paroki Santo Yusup Baturetno? Berikan alasannya!
8. Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi di
Paroki St. Yusup Baturetno?
9. Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak/ibu dalam menyadari
tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.
Yusup Baturetno?
10. Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese ekologi?
11. Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak/ibu dalam kegiatan
katekese ekologi?
12. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang ajaran Gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
13. Menurut bapak/ibu niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
14. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
katekese ekologi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 6 -
Daftar Pertanyaan Observasi Judul Penelitian : Katekese Ekologi Sebagai Bentuk Keterlibatan Penggerak
Lingkungan Hidup dalam Upaya Menjaga dan Merawat Kelestarian Lingkungan Hidup di Paroki Santo Yusup Baturetno, Wonogiri
1. Menurut rama apa arti katekese ekologi?
2. Menurut rama apa tujuan katekese ekologi yang dilaksanakan di Paroki
St.Yusup Baturetno?
3. Hal-hal apa saja yang menginspirasi rama untuk
menggerakkan/menggalakkan katekese ekologi di Paroki St.Yusup
Baturetno ini?
4. Menurut rama bagaimana latar belakang munculnya kegiatan katekese
ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno?
5. Sejak kapan katekese ekologi ini mulai dilaksanakan di Paroki St.Yusup
Baturetno?
6. Siapa saja pelaku katekese ekologi di paroki St.Yusup Baturetno?
7. Apakah di setiap lingkungan/wilayah sudah menjalankan katekese
ekologi?
8. Bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang terjadi di paroki
St.Yusup Baturetno?
9. Menurut rama bagaimana respons umat terhadap kegiatan katekese
ekologi yang dilaksanakan di Paroki St.Yusup Baturetno?
10. Bagaimana model-model katekese ekologi yang dilaksanakan di Paroki
St.Yusup Baturetno?
11. Menurut rama apa saja faktor yang mendukung dan menghambat dalam
melaksanakan katekese ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 7 -
6. Lampiran Transkrip Hasil Wawancara
Wawancara Observasi
Nama : Rm. J. Muji Santara, SJ
Tanggal : 31 Agustus 2018
Status : Pastur Kepala Paroki St. Yusup Baturetno
Q : Menurut rama apa arti katekese ekologi?
R : Pertama mengartikan katekese dulu, katekese adalah tadi saya sebut
sebagai pengajaran tentang hal-hal Yesus Kristus sebagai penyelamat,
sebagai penebus, sebagai penyembuh, sebagai pendatang rasa lega, kepada
orang yang sudah percaya tentang hal itu tetapi masih perlu dimatangkan,
perlu didewasakan. Bertolak dari itu, katekese ekologi berarti pengajaran
untuk mengenal Yesus Kristus lebih lanjut yang berkarya di dalam alam
ciptaan, di dalam lingkungan hidup manusia.
Q : Menurut rama apa tujuan katekese ekologi yang dilaksanakan di Paroki
St.Yusup Baturetno?
R : Tujuan katekese ekologi bertolak dari pemahaman katekese dan konteks
lingkungan maka tujuan katekese ekologi adalah memperdalam,
memperluas pengenalan Kristus sebagai penebus sebagai penyembuh,
sebagai pengampun dosa, sebagai pendatangkan rasa lega dalam konteks
alam yang rusak. Kalau mau lebih halus dalam konteks alam yang perlu
ditebus, perlu diperbaiki.
Q:Hal-hal apa saja yang menginspirasi rama untuk
menggerakkan/menggalakkan katekese ekologi di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Kristus menebus dunia manusia, dunia yang bukan manusia, kita melihat
bahwa karya penebusan itu membutuhkan kerjasama atau tangan kiri
tangan kanan manusia dan sehubungan Kristus sebagai penebus dunia
maka umat diajak untuk melihat alam yang begitu sengsara karena ulah
manusia itu juga perlu untuk ditebus dan siapa yang menebus? Dengan
bantuan Kristus yang selalu bekerja dan menyertai sampai akhir zaman
maka umat diajak untuk bertindak, berbuat ikut serta penebusan dunia.
Q : Menurut rama bagaiman latar belakang munculnya kegiatan katekese
ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Pertama, lingkungan sendiri di daerah ini lingkungan bergunung-gunung
dan dari penglihatan kalau musim penghujan memang kelihatan ijo tetapi
pada musim kemarau itu kelihatan coklat seperti sekarang ini. Lalu
dengan memandang kenyataan seperti itu terteropong bahaya untuk
lingkungan kita bahwa akan terjadi kekurangan udara bersih kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 8 -
meyebabkan aneka macam penyakit tetapi juga kemungkinan besar adanya
krisis air dibanyak tempat sudah terjadi dan air menjadi salah satu
kebutuhan dasar pokok manusia, udara segar juga menjadi kebutuhan vital
manusia. Makan kenyang tapi tidak punya udara segar mau apa? Oleh
karena itu kemudian yang menjadi tatapan jauh ke depan adalah supaya
udara segar, oksigen-oksigen yang dibutuhkan oleh manusia, air yang juga
amat menghidupi nanti juga semakin terjaga, muncul kembali untuk
kebutuhan kehidupan alam itu sendiri. Alam itu kan ada alam yang mati
alam yang hidup, yang hidup itu ada hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan.
Kembali ke pelestarian alam demi kepentingan manusia sebagai ciptaan
paling bernalar.
Q : Sejak kapan katekese ekologi ini mulai dilaksanakan di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Nah, kalau menyebut tentang kronologinya itu sudah mulai tahun 2010.
Mulainya adalah dengan menyadari tumbuh-tumbuhan di sekitar kita itu
amat indahnya jika dipandang dengan mata dan dirasakan dengan hati.
Mengapa hiasan di gereja pakai bunga-bunga potong yang sekarang
dipasang besok dibuang kan sayang sekali, Oleh karena itu sedikit-sedikit
bunga plastik disingkirkan, kemudian bunga-bunga potong itu ya
dikurangi jumlah potnya. Lalu belum sampai setengah tahun hal itu sudah
tidak terjadi apa namanya hiasan gereja dengan bunga potong diganti
dengan pot yang sungguh-sungguh segar dipandang sekarang, dipandang
nanti, dipandang besok, orang bisa mencecap keindahan itu kalau
mengembangkan kepekaan rasa lalu setelah itu berjalan gereja bebas dari
bunga potong maupun bunga plastik. Maka mulai berkembang bagaimana
kalau ini kita perkembangkan ke luar gereja. Maka keindahan yang
dirasakan di dalam gereja itu mau ditampilkan secara lebih umum hidup
sehari-hari dan kemudian mulai ditawarkan begini, menanam dengan
pohon yang tahan tetapi tidak mudah dirusak oleh masyarakat, pohon apa
itu? Lalu dipilihlah pohon-pohon yang kayunya tidak bisa dimanfaatkan,
tetapi daunnya tetap masih bisa diambil/dirusak untuk pakanan ternak, lha
itu mulai perkenalan itu Mas Theo dan saya tidak menyebut lagi tahun-
tahunnya pokoknya berikut perkembangannya saja. Waktu-waktu
berikutnya Mas Theo saya minta untuk membuatkan video singkat atau
foto mati tidak apa-apa singkat yang isinya pertama, daerah kering atau
daerah yang tandus. Yang kedua, daerah yang ada tanaman tapi tidak
dirawat dan yang ketiga, lokasi-lokasi tempat ada pohon-pohon besar dan
ada sumber airnya. Ini sebagai peraga untuk mensosialisasikan itu dari
lingkungan-lingkungan tetapi mulai di gereja dulu.
Q : Siapa saja pelaku katekese ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 9 -
R : Ya pokoknya dengan arti katekese seperti itu tadi lalu ada warga umat
tertentu yang pertama-tama memiliki kepedulian tentang keutuhan ciptaan
itu bergerak lalu itu ditular-tularkan. Kemudian sampai kepada pemilihan
bulan, Bulan Oktober atau November itu sebagai bulan ekologi
paroki.Sudah berjalan, itu tim katekese menyiapkan bahannya untuk
pertemuan-pertemuan di lingkungan-lingkungan dipandu oleh tokoh-tokoh
yang ada, bisa katekis-katekis setempat, prodiakon, kalau misalkan itu
tidak ada ya umat yang dipersiapkan untuk menyampaikan itu.
Q : Apakah di setiap lingkungan/wilayah sudah menjalankan katekese
ekologi?
R : Eee..karena ini menjadi program paroki dan bahannya hanya disiapkan
dari paroki kemudian bahan-bahan itu disebar ke lingkungan-lingkungan
maka dalam sisi katekese artinya pengajaran tentang Yesus Kristus
berkenaan dengan karya keselamatan menyangkut alam ini ya sudah, tapi
kalau yang dimaksud adalah apakah itu juga disertai dengan tindakan-
tindakan yang konkret ya sekurang-kurangnya itu perhatian pada
keterserakan sampah terhadap air yang menggenang atau pada perilaku
menanam hijau-hijau di sekitar rumahnya asal tidak menanam pohon
beringin dekat rumah karena itu akan merobohkan rumah nantinya.
Q : Bagaiman proses pelaksanaan katekese ekologi yang terjadi di Paroki
St.Yusup Baturetno?
R : Ya, jadi prosesnya itu seturut dengan kronologi yang tadi saya sampaikan,
yang kedua itu melalui bahan berkatekese yang telah disiapkan oleh tim
katekese paroki dan yang ketiga berkatekese dengan dipadukan berliturgi
dalam perayaan-perayaan di gereja maupun di dalam kegiatan kepanitiaan
gerejani.
Q : Menurut rama bagaimana respons umat terhadap kegiatan katekese
ekologi yang dilaksanakan di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Semula mulai dengan kegiatan pembebasan bunga potong di paroki itu ya
berjalan dengan cepat dan kemudian tidak ada penata bunga atau perias
altar yang mengeluh justru diuntungkan dari sisi finansial dan sisi tenaga.
Di sisi finansial itu, harus membeli bunga ke Wonogiri bahkan sampai ke
Bandungan, kan uang bisa diselamatkan. Dari sisi tenaga, pergi ke sana
kemari kan butuh tenaga di sini tenaga tetap ada tetapi diharapkan sambil
mencecap bagaimana tenagaku ini saya salurkan untuk kehidupan makhluk
yang ada dalam pot-pot itu tidak ada keluhan sampai sekarang ini. Bahkan
merasa sampai diuntungkan kecuali kalau ada perayaan pengantin itu
masih belum, sudah ada yang menangkap itu tetapi ada juga “yaa ini
peristiwa sekali seumur hidup” yaa tidak apa-apa tapi pelan-pelan
diharapkan bisa menular itu. Lalu di lingkungan-lingkungan sekurang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 10 -
kurangnya pada saat ada prosesi tujuhbelasan Agustus itu ada kelompok
lingkungan yang ikut karnaval dengan tema “Menanam dan Merawat Air
Bersih serta Udara Segar” menjadikan banyak orang bertanya itu apa
artinya? Dan itu sekaligus untuk menyebarkan virus-virus keprihatinan itu
bahkan anak-anak SD juga sempat membuat itu. Tempo hari lingkungan
karangtaruna di Patuk juga membuat gunungan kemudian ada pohon-
pohon beringin dan kemudian ada gambaran sumber air diberi alat
penyedot (membuat mancur begitu) sambil disampaikan promosi-promosi
seperti itu. Nah melihat hal-hal seperti itu dan kesetiaan memasang tema-
tema yang ditulis dalam spanduk itu juga dipasang di wilayah-wilayah.
Lalu saya dapat mengambil kesimpulan salah atau betul kesimpulan itu
adalah kiranya secara batiniah itu umat sudah mulai merasa terikat di
dalam tema ini. Tempat-tempat yang secara praktis diterjuni untuk
kegiatan ini ada beberapa tempat, Wilayah Watuagung, Wilayah Jamprit,
Wilayah Boto, Wilayah Ngawu, Wilayah Kedungrejo, Wilayah
Ngadiroyo, Wilayah Tirtomoyo, khususnya di bagian gunung khusus lagi
di daerah Ngrejo. Cuma daerah Ngrejo itu kena musibah maksudnya
menanam itu untuk menahan erosi dan menahan air untuk bisa dihemat
dan dikeluarkan ternyata sebelum jadi rontok semua.
Q : Bagaimana model-model katekese ekologi yang dilaksanakan di Paroki
St.Yusup Baturetno?
R : Pertama itu lewat gambar-gambar, promosi-promosi awal, yang kedua
lewat liturgi gereja, yang ketiga lewat pertemuan-pertemuan lingkungan
(misa lingkungan atau katekese berwujud panduan yang perlu dibawakan
di lingkungan-lingkungan) tetapi juga terjun langsung untuk melihat
suasana, melakukan hal-hal yang konkret seperti menanam, merawat,
tempat-tempat itu tadi.
Q : Menurut rama apa saja faktor yang mendukung dan menghambat dalam
melaksanakan katekese ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Yang mendukung bahwa dengan kegiatan ini umat diajak untuk ikut serta
melaksanakan penebusan Kristus yang menyelamatkan dunia. Yang kedua,
memperhatikan bumi sebagai tempat tinggal bersama tapi juga sebagai ibu
yang memberikan apa saja yang dibutuhkan oleh manusia. Yang ketiga,
memandang anak cucu supaya kemudian hari anak cucu itu memperoleh
warisan yang baik tentang bumi ini. Itu yang tadi soal metode pasang
spanduk-spanduk di jalan-jalan, tokoh ini tokoh itu, supaya orang yang
melihat itu mulai terpapar katekese spanduk. Lalu hambatanya pertama,
mau mengatakan teologi lokal juga tidak tetapi paham-paham tentang
makhluk-makhluk halus nanti menanam pohon beringin keluar kekuatan-
kekuatan gaib, ini yang membuat masyarakat tidak diuntungkan. Yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 11 -
kedua, ada yang mulai menangkap ini politisasi beringin dengan partai
itukan termasuk hambatan. Lalu konsep tentang panen, mengapa konsep
tentang panen? Kan daerah pertanian seperti ini kalau menanam jagung
panen jagung, menanam lombok panen lombok, menanam kedelai panen
kedelai, menanam padi panen padi, lalu menanam beringin panen apa? jadi
memperluas cakrawala pemahaman panen. Warga setempat sudah
mengenal apa itu ah kok isis, ah kok sejuk.Inikan sebenarnya panen, itu
yang mau dimaksudkan ini lho panen. Tetapi kemudian juga dalam
jangkauan jauh kesejukan itu semakin merata dirasakan dan air-air juga
semakin banyak dimunculkan dari bumi itu tapi ini masih menjadi
hambatan karena konsep-konsep yang berkaitan dengan panen.
Selanjutnya itu pembabatan untuk makanan ternak tapi juga pembunuhan
karena diperkirakan nanti akan mengganggu tanaman yang menghasilkan
produk-produk hasil pertanian itukan termasuk hambatan.
Q : Kalau untuk hambatan waktu pendalaman iman atau tentang liturgi itu
mengalami hambatan tidak rama?
R : Kalau itu liturgi, paling timbul pertanyaan dari umat, air kok ditanam,
udara kok ditanam. Itu sebenarnya bukan hambatan tapi mau tahu apa alur
yang terkandung di situ. Tetapi sekarangkan sudah semakin memahami
bahkan sudah ikut memulai menyebarluaskan apa kandungan perasa
menanam dan merawat air bersih serta udara segar. Nanti pengolahannya
tentu sumber-sumber tadi kecuali saya menyebutkan soal karya
keselamatan tetapi sumber-sumber ajaran gereja itu misalnya bumi sebagai
arena Allah mencipta, latihan rohani Santo Ignasius: bahwa Allah
memandang dunia ini bermacam-macam kerusakan, pertikaian, termasuk
alam rusak, tetapi juga diajak untuk mari mencecap udara, sinar matahari,
tumbuhan, hewan-hewan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 12 -
Wawancara I
Nama : FX. Murdiharso (R1)
Tanggal :17 September 2018
Status : Anggota Dewan Paroki Harian
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Katekese ekologi adalah suatu pewartaan, pembinaan, atau pengajaran
bagi semua orang dalam iman sebagai bentuk perwujudan keterlibatan
kita dalam mewartakan kabar suka cita Injil untuk peduli kepada
pelestarian keutuhan ciptaan.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Tujuan-tujuannya adalah yang pertama, menyadarkan umat akan bahaya
dan akibatnya akan kerusakan alam. Kedua, umat peduli kepada alam
dan keluhuran Tuhan dan bebas dari kerusakan.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Isinya ada tiga, yang pertama kondisi alam, yang kedua kerusakan alam,
yang ketiga usaha-usaha pelestarian keutuhan ciptaan.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Pelaku-pelakunya adalah semua umat beriman mulai dari anak-anak,
orang muda, dan orang tua dan juga semua orang yang berkehendak baik.
(yang dimaksud semua orang yang berkehendak baik adalah masyarakat
umum. Dan yang kedua bekerjasama dengan pemerintah misalnya,
tingkat RT, RW, Kades, Camat, Bupati, dan DPRD, dan juga masyarakat
umum.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Saya kira belum maksimal karena memang pengetahuan dan juga
pemahaman umat itu tentang ekologi masih kurang jadi masih perlu
ditingkatkan.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Untuk prosesnya yang pengalaman kami dari Dewan Paroki, itu membuat
program. Program visioner jangka panjang tentang ekologi yang berjalan
saat ini adalah “Menanam dan Merawat air serta udara segar”. Dan
disosialisasikan kepada umat dan masyarakat umum melalui berbagai
media, antaralain yang pertama, Perayaan Ekaristi di gereja, di
lingkungan, dan di wilayah. Yang kedua, pendekatan budaya dengan
tembang macapat, dalam hal ini sudah dilaksanakan di Paroki St.Yusup
Baturetno dengan mengadakan lomba di intern gereja dan juga di tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 13 -
kelurahan. Yang ketiga, bekerjasama dengan pejabat pemerintah yang
juga sudah saya sebut di atas dan bekerjasama dengan masyarakat umum
misal dengan karang taruna.
Q : Apa bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Ya sebetulnya kalau memang saya dalami belum puas walaupun sudah
berjalan karena apa, karena gerakan-gerakan yang dilakukan umat masih
menunggu komando dan menunggu program-program paroki kecuali ada
beberapa hal misalnya pengadaan bibit dan juga penggalian dana itu
memang sudah berjalan dengan baik tanpa dikomando.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Untuk tema yang relevan dan sekarang masih berjalan adalah “Menanam
dan Merawat air serta udara segar” dan subnya air adalah kehidupan.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak dalam menyadari
tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki
St.Yusup Baturetno?
R : Enggih sudah, menurut saya sudah cukup membantu.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Kalau memang peran katekis belum terlihat atau terlibat karena kegiatan-
kegiatan yang selama ini berjalan di Paroki itu masih terfokus pada
Dewan Paroki dari Timja-Timja Paroki juga dari rama paroki. Jadi untuk
peran katekis memang belum terlihat memang ini sedang diusahakan
untuk keterlibatan para katekis.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan Bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Sehubungan dengan program memang kita membutuhkan para-para
katekis yang memahami tentang katekese ekologi dan peduli terhadap
pelestarian keutuhan alam ciptaan serta dapat menjadi motor di dalam
kegiatan-kegiatan di lapangan. Itu yang diharapkan katekis-katekis di
Baturetno.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran Gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Yang saya ketahui karena alam yang diciptakan untuk manusia supaya
manusia itu memuji dan meluhurkan Tuhan sejauh itu menolongnya
mencapai tujuan dan melepaskan bila itu menjadi penghalang dalam
meluhurkan Tuhan. Seperti yang tercantum dalam Spiritualitas Ignasian
atau yang terkenal dengan sikap lepas bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 14 -
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : yang perlu dibangun dari saya yaitu tetap mempertahankan program-
program visioner paroki yaitu menanam dan merawat air serta udara
segar yang diprogramkan jangka panjang dan yang kedua, melakukan
hal-hal yang kecil-kecil sehubungan akan tercapainya keutuhan alam
ciptaan itu terjaga.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Untuk faktor pendukung itu ada beberapa yaitu yang pertama, ada
komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah dan juga masyarakat
umum. Yang kedua, kesadaran umat secara sukarela dalam pelaksanaan
program itu juga sudah terjadi dan juga adanya perhatian yang besar dari
gereja, ada dukungan dana dari umat, dan juga bibit-bibit itu melimpah.
Untuk penghambatnya itu memang kurang atau ketidaktahuan akan
pentingnya kelestarian lingkungan dari umat, dan kurang atau
ketidaktahuan akan bahaya dan akibat kerusakan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 15 -
Wawancara II
Nama : Bu Martinah (R2)
Tanggal : 12 September 2018
Status : Ketua Lingkungan / Katekis
Q : Menurut ibu apa arti katekese ekologi?
R : Katekese ekologi adalah menjaga dan melestarikan keutuhan ciptaan
Tuhan lewat keagaamaan (liturgi dan praktek nyata dalam kehidupan
sehari-hari).
Q : Menurut ibu apa tujuan katekese ekologi?
R : Tujuannya adalah untuk kelestarian alam ciptaan Tuhan, untuk
kelangsungan hidup generasi berikutnya.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang ibu ketahui?
R : yaitu menjalin relasi yang tepat dengan Allah, sesama dan lingkungan.
Melaluinya kita mengungkapkan keyakinan kita akan Allah dan karya-
Nya. Karena itu keyakinan pada Allah kita semua mengetahui bahwa
katekese adalah pusat dari kehidupan komunitas Kristiani. Kasih kita
kepada ciptaan Allah dan komitmen kita untuk menjaga ciptaan Allah
sudah seharusnya menjadi bagian integral dari pengalaman iman dan
pengalaman hidup. Dalam bait pertama Credo, kita sering
mengungkapkan iman kepada Allah ini : “Aku percaya akan Allah,
Pencipta Langit dan Bumi”.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Semua umat mas, yang sadar akan kelestarian lingkungannya.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Belum semua terlibat dengan baik, mungkin ada sekitar 75% yang sudah
melaksanakannya.
Q : Menurut ibu bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang terjadi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Yang pertama, anjuran dari rama J. Muji Santara, SJ, sebagai pastur
kepala Paroki St.Yusup Baturetno, bahwa ada gerakan “Menanam air dan
merawat udara segar”. Lalu umat digerakkan untuk menanam pepohonan
di gunung-gunung. Sebelumnya diusahakan bibitnya terlebih dahulu dan
sampai sekarang Bp.Kasdi dan Bp.Budi Darmanto beliau berdua selalu
gigih dalam mengusahakan bibit ringin dengan modal pribadi. Sudah
banyak wilayah di distrik Baturetno dan sekitarnya yang ditanami
beringin oleh umat Katolik paroki St.Yusup Baturetno.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 16 -
Q : Apa ibu sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Belum, karena masih banyak umat yang belum sadar akan anjuran dan
gerakan dari rama yang sudah menjadi program paroki yaitu: “Menanam
air dan merawat udara segar”.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Ya..itu tadi mas, menanam air dan merawat udara segar itu temanya yang
utama.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu ibu dan umat sini dalam
menyadari tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Sudah, karena selain teori juga praktek langsung menanam pepohonan di
gunung dan setelah itu merawatnya yaitu (ndhangir dan memupuk).
Q: Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Katekis selain menyampaikan program “menanam air dan merawat udara
segar”. Kami juga mengajak para umat untuk praktek dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu melestarikan alam ciptaan Tuhan, begitu.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan ibu atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Yang kami harapkan katekis itu bisa menjadi teladan bagi umat atau
masyarakat, misalnya: selalu menjaga kebersihan lingkungan,
menggunakan air dan listrik tidak boros, menanam pepohonan di sekitar
rumah (memanfaatkan tanah pekarangan), tidak membuang sampah
sembarangan, dan tidak membuat polusi udara. Ibu-ibu selalu membawa
tas kain untuk berbelanja agar tidak memperbanyak tas kresek berarti
mengurangi jumlah sampah dan misalnya kalau kita di rumah itu jangan
banyak-banyak menggunakan tisu tetapi kita lebih baik menggunakan
serbet saja kalau tisu itu kan bahannya dari kayu, itu akan memboros-
boroskan kayu.
Q : Apa yang ibu ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Begini, ajaran gereja yang bagus itu, karena kita diciptakan untuk saling
ketergantungan antara manusia dengan alam. Dan manusia makhluk yang
paling tinggi derajatnya, maka harus bisa menjaga lingkungan dengan
baik. Itulah tanda bahwa kita sebagai umat sangat menghormati dan
memuliakan Tuhan lewat pelestarian alam ciptaan Tuhan begitu.
Q : Menurut ibu niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya menjaga
dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup Baturetno?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 17 -
R : Gini kita harus selalu komitmen dalam menjaga alam lingkungan dengan
baik itulah tanda bahwa kita sebagai umat sangat menghormati dan
memuliakan Tuhan lewat pelestarian alam ciptaan Tuhan di sekitar kita
agar tetap lestari, untuk diwariskan kepada anak cucu kita kelak.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Faktor-faktornya yaitu faktor pendukungnya, program paroki dan anjuran
dari rama J. Muji Santara, SJ dan juga para pengurus Dewan Paroki yang
terlibat dalam kegiatan menanam air dan merawat udara segar. Itu
sebagai faktor pendukung. Kalau faktor penghambatnya yaitu orang-
orang yang belum sadar akan merawat dan melestarikan lingkungan
sekitar, begitu mas maturnuwun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 18 -
Wawancara III
Nama : Fransiscus Riyanto Bantel (R3)
Tanggal : 30 September 2018
Status : Katekis
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Katekese ekologi yang pertama pembelajaran atau bimbingan iman
tentang kelestarian lingkungan hidup.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Tujuannya agar umat sadar dan tergerak hatinya untuk peka serta peduli
akan kondisi lingkungan hidup sekitar dan mau berbuat sesuatu.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Isinya yang pertama, yang semula karya Allah baik adanya. Kedua,
kondisi ciptaan telah rusak. Ketiga, langkah-langkah upaya
mengembalikan dan melestarikan kondisi alam ciptaan.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Semua saja yang tinggal di bumi ini sebagai kediaman bersama bagi umat
manusia.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Belum semuanya terlibat.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Dengan mengkampanyekan menanam air bersih serta menjaga udara
segar, sharing atau pendalaman iman tiap malam jumat.
Q : Apa bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Belum sepenuhnya, satu sisi kami bangga dengan gerakan ini disisi lain
begitu suilitnya untuk menyadarkan dan mengajak akan pentingnya
menanam air bersih serta menjaga udara segar.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Menanam air bersih dan menjaga udara segar, tanaman yang
memunculkan sumber mata air khususnya (pohon beringin) sekaligus
akan menjadi rindang di sekitar tanaman tersebut.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak dalam menyadari
tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki
St.Yusup Baturetno?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 19 -
R : Sedikit banyak membantu, sehingga tidak seenaknya tanaman-tanaman
tersebut untuk keperluan sesaat.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Peranan yang katekis lakukan cukup banyak, ikut membimbing,
mendampingi, mengajak umat, untuk melestarikan alam ciptaan.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Gemar menanam, cakap, pandai merawat dan tidak segan-segan
mengingatkan.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Karena ajakan bapa gereja, atau Bapa Paus Fransiscus sendiri “Laudato
Si”.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Pertama-pertama menyadarkan diri sendiri akan kondisi alam ciptaan saat
ini, yang kedua, mau berusaha, menanam, memanfaatkan, ramah
lingkungan.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Rama paroki begitu semangatnya menyadarkan dan mengajak khalayak
ramai akan sadar lingkungan hidup. Penghambatanya, tidak semua warga
atau umat dapat secara positif menerima akan gerakan ini dan musim
kemarau yang kurang mendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 20 -
Wawancara IV
Nama : Budi Darmanto (R4)
Tanggal : 01 Oktober 2018
Status : Tim Kerja Lingkungan Hidup
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Kegiatan katekese ekologi yang pertama menurut pangertosan/pengertian
saya dan pada waktu di sekolah, ekologi itu ilmu yang mempelajari
lingkungan hidup manusia entah tanah dan air. Kemudian katekese
menika kegiatan manusia mulai dari kegiatan aktifitas melestarikan
lingkungan dilaksanakan dengan nyata artinya dari pembuatan lubang,
menjaga kelestarian lingkungan hidup, penanaman, pemeliharaan
tanaman, sehingga dapat bermanfaat secara lestari di mana akhirnya
lingkungan hidup menika lestari dan dapat bermanfaat, menika kirang
langkung nipun.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Tujuan katekese ekologi inggih menika merubah perilaku masyarakat dari
perusak lingkungan menjadi pelestari lingkungan artinya ciptaan Allah
berupa alam menika dapat bermanfaat. Mereka yang tadinya kurang
sadar menjadi sadar dan melestarikan lingkungan, intinya dari manusia
perusak menjadi pelestari.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Ingkang kula mangertosi antaralain kegiatan di dalamnya menika ingkang
kula mangertosi wiwit penyadaran melaksanakan kegiatan dalam arti
penyuluhan menika ke kelompok-kelompok, entah itu kelompok PKK,
Karangtaruna, pertemuan dusun, wonten sembahyangan, menika kita
memberikan penyuluhan tentang pentingnya melaksanakan kegiatan
pelestarian alam supaya bermanfaat.
Q : Siapa saja pelaku utama atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Pelaku utama menika tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh umat kalau di
dalam gereja seperti prodiakon, katekis, ketua lingkungan, mulai dari atas
menika instruksi dari rama pastur kemudian dalam pertemuan-pertemuan
menika pelakunya kan ada ketua lingkungan, ada ketua wilayah ada
kelompok wanita katolik, kelompok ketua lingkungan, kelompok
prodiakon menika yang menjadi pelaksananya antara lain kader-kader
pelestari nggadahi peduli dateng lingkungan hidup.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 21 -
R : Kula saget mestani menika belum semuanya terlibat karena mengapa
kesadaran orang itu lain-lain ada yang sadar menerima instruksi,
menerima penyuluhan, kemudian mungkin sibuk, mungkin ada kegiatan
yang lain lebih penting mungkin kurang sadar kurang partisipasi
sehingga mungkin ada yang dikatakan belum sepenuhnya semua
terlaksana, belum semuanya terlibat, belum puas dalam arti masih ada
kekurangan-kekurangan yang perlu ditingkatkan.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Proses terjadinya menika dulu-dulunya rama Muji Santara, SJ sangat
peduli dengan kegiatan pelestarian alam, melihat di sana-sini ada
kekeringan, ada bencana kekurangan air, banjir, tanah longsor. Kemudian
rama paroki ngomong-ngomong memberikan mereka antusias,
memberikan penyuluhan, mengadakan ajakan kepada umat kemudian
umat menika terutama tokoh-tokoh pelestari utawi ingkang kasebut
menika bapak asuh taneman. Karena di dalam lingkungan-lingkungan
menika wonten bapak asuh yang tangan-tangan panjang dari rama. Jadi
tangan pertama rama mempunyai gagasan, ini rusak, ini banjir, ini
kekeringan, kurang air udara segar. Rama mempunyai gagasan demikian
dan disampaikan pada pertemuan. Lewat pertemuan-pertemuan itu
mereka sama-sama menanggapi antusias karena melihat kenyataan di
lapangan banyak kekurangan air lebih-lebih kalau kemarau dan di mana
ada pohon di situ rindang di situ ada sumber air sehingga dengan adanya
bukti yang telah ada menika didorong, diberi arahan bimbingan oleh
pastur kemudian ada bapak asuh tanaman kemudian kumpul omong-
omong sehingga mereka dapat tersebar luas kemana-kemana. Sehingga
dapat terjadi gerakan penanaman air dan udara segar ini.
Q : Untuk pendalaman imannya itu bagaimana prosesnya pak?
R : Pendalaman iman yang jelas di lingkungan-lingkungan itu setiap ada
event, lewat katekis, lewat ketua lingkungan, lewat prodiakon, tidak
henti-hentinya untuk menyampaikan betapa pentingnya lingkungan hidup
dan pelestarian alam yang tidak rusak sehingga memberi manfaat, lebih-
lebih sekarang menika kekurangan air kalau musim kemarau di sana-sini
masih perlu bantuan air dari pemerintah. Kemudian kebakaran hutan,
kemudian penebangan. Rama menika nggadahi peduli untuk
melestarikan alam menika.
Q : Apa bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Belum puas, karena kadang-kadang yang namanya orang itu sudah
banyak penyuluhan, sudah diajak, sudah diberi motivasi ada yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 22 -
sadar ada yang mungkin acuh atau mungkin yaa sibuk ada yang mungkin
karena kepentingan lain. Mereka kurang mementingkan gerakan. Karena
ini di Baturetno ada fokus di Gunung Jonambang, di Melikan, di Soka, di
Selopuro, di Ngadiroyo, kemudian di Ngrejo, itu kan banyak lokasi-
lokasi sehingga saya mengatakan belum puas, itu belum semuanya
terlibat masih ada yang perlu didorong diberi motivasi. Namanya orang
banyak menika lain-lain cara memahami dan cara menyadarkan.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Tema-tema yang relevan, yaa mungkin mudah disampaikan pada
pertemuan-pertemuan mungkin bentuk slogan, spanduk ataupun banner,
lewat mmt, dimana tempat strategis menika dipasang mudah dilihat oleh
umum misalnya “lestarikan lingkungan hidup”, selamatkan hutan, tanah,
dan air, misalnya geh tanah subur rakyat makmur, Bencana banjir bahaya
di akhir, menika misalipun. Pokokipun intine ajakan-ajakan bagaimana
mereka dengan kata-kata yang singkat mereka mudah menerimanya.
Selamatkan hutan dan air, Selamatkan bumi dan air, macam-macam
ajakan slogan. Karena mungkin terkendala dana, dll. Karena pelaksanaan
itu tanpa dana tanpa bantuan dari umat tidak akan terlaksana sehingga
kendalanya yaa itu.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak dalam menyadari
tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki
St.Yusup Baturetno?
R : Menurut saya sudah membantu meskipun belum 100% karena semakin
banyak yang terlibat semakin banyak orang yang menyampaikan ajakan-
ajakan mereka umat akan lebih tergugah umat akan semakin sadar karena
semakin diberi informasi karena semakin diberi arahan, pembinaan,
penyuluhan mereka akan lebih tergugah sehingga mungkin barangkali
yang belum sadar akan sadar sehingga katekis itu perannya sangat
banyak di dalam menyampaikan menika pelestarian alam dan lingkungan
hidup.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Peranipun menika sebagai motivator, sebagai ujung tombak, sebagai
penyemangat, sebagai yang bergerak di depan karena tanpa ada yang
memberi contoh di depan. Bertindak tidak hanya dengan omong-omong
saja mereka akan kurang sadar sehingga para katekis, para tokoh para
yang pemuka agama ini diharapkan memberi teladan tidak hanya dengan
omongan saja tetapi memberikan tindakan nyata bukti kegiatan di
lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 23 -
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di
lingkungan ini dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Sosok katekis yang diperlukan menika sosok katekis yang rela berkorban,
menjadi teladan, mau bergerak di depan, tangguh imannya, dan mau
memberi motivasi karena apa, tanpa motivasi tanpa gerakan yang ikhlas
sadar menika umat mungkin “haalachh lha wong yang di depan aja
kayak gitu” kurang memberi teladan sehingga katekis-katekis yang
dibutuhkan itu ya yang memberi keteladanan, memberi gerakan dulu,
memberi bukti nyata, ikhlas, tangguh.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Yang saya ketahui ajaran gereja tentang lingkungan hidup adalah kita ini
ciptaan Allah maka semua diharapkan untuk melestarikan ciptaan salah
satunya ialah berupa bumi, tanah, dan air agar bisa lebih bermanfaat jadi
tidak merusak bumi, tanah, air dan alam ini dapat bermanfaat bagi
kesinambungan makhluk hidup.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Geh menika melalui penyuluhan-penyuluhan, memberi ajakan lewat
pertemuan dimana ada event berkumpul misalnya ada pertemuan
prodiakon, pertemuan katekis, pertemuan paingan, ketua lingkungan dan
ketua stasi berkumpul kita kasih contoh bagaimana mereka diberi
motivasi agar mereka mau tahu dan melaksanakan. Ini yang sulit, jadi
didengung-dengungkan agar mereka merubah perilaku agar menjadi
manusia pelestari tidak perusak namun untuk memberikan tindakan nyata
sadar, tahu, mau, mampu untuk melaksanakannya sok-sok yang sulit
menika pak. Sudah dihimbau sudah diberi ajakan menika sok-sok
namanya umat misalnya satu lingkungan umatnya 30 yang datang hanya
beberapa sehingga perlu motivasi, penyuluhan, sehingga mereka lebih
sadar,tahu, mau, mampu melaksanakan menika.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Pendukungipun antara lain satu, tokoh-tokoh yang rela berkorban, waktu
kemudian tenaga itu yang pertama menjadi pendukung karena tanpa
orang yang mau berkorban mungkin pelestarian ini agak sulit pak.
Contohnya, di paroki Baturetno itu ada salah seorang yang sangat gigih
mencari bibit kemana-kemari, mondar-mandir mencari bibit sehingga
dapat terkumpul kemudian mencari polyback mengisi tanah menyirami
sehingga perlu yang sangat berperan, orang-orang yang mau berkorban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 24 -
secara ikhlas menika mendukung sekali. Rela berkorban tenaga untuk
gerakan, rela membantu entah itu bantuan snack dan bantuan minum.
Kalau ada surat dari paroki biasanya kita mengedarkan surat ada
kegiatan kemudian kita datang kepada tokoh-tokoh yang partisipasinya
tinggi kemudian kita mintai bantuan sehingga orang-orang yang suka
berkorban, rela, ikhlas itu merupakan pendukung. Kemudian pendukung
yang lain bibit tersedia, kemudian pendukung yang lain rama tidak henti-
hentinya untuk menyampaikan event apa saja tidak henti-hentinya rama
itu memberi ajakan gerakan menanam air dan udara segar itu terus
digaungkan sehingga umat dimana-mana akan lebih tahu akan
manfaatnya pelestarian alam. Jadi Rama,tokoh umat, katekis, prodiakon,
ini yang mendukung. Kemudian siapa saja orang-orang yang mempunyai
partisipasi tinggi dalam penyelamatan hutan, tanah, dan air. Perangkat
desa, karangtaruna, RT, setempat di sana bila ada kegiatan mereka
membantu. Kemudian lagi warga masyarakat yang enthengan menika
dimana-mana ada. Pendukung yang enthengan misalkan satu lingkungan
ada berapa, itu menjadi pendukung.
Q : Lalu faktor penghambatipun pak?
R : Penghambatipun banyak, pertama faktor cuaca, kemarau panjang, lapisan
tanah tipis, kemudian orang-orang yang belum sadar, kemudian lagi
mungkin lokasi-lokasi yang ditanam menika tanahnya tipis, berbatu, tipis,
kemarau panjang kemudian di sana-sana masih banyak tanah gundul
merupakan faktor penghambat sedangkan dana kita terbatas..
Q : Sedangkan untuk faktor penghambat dalam pendalaman iman itu apa pak?
R : Pendalaman iman yang menjadi penghambat untuk berkumpul semacam
katekisnya kesadaran untuk berkumpul dari 100% yaa kadang-kadang
40%. Untuk menyadarkan orang itu sulit, merubah perilaku sulit apalagi
satu orang di lingkungan itu menjabat beberapa kegiatan ada yang ketua
lingkungan, prodiakon, katekis pemandu itu dijabat oleh satu orang
sehingga kadang-kadang pas pertemuan menjadikan penghambat padahal
kan penting penyambung lidah dari paroki ke lingkungan perlu orang-
orang yang dapat memberi arahan dan ikhlas berkorban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 25 -
Wawancara V
Nama : Yohanes Kasdi (R5)
Tanggal : 01 Oktober 2018
Status : Prodiakon
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Katekese ekologi tindakan iman akan pentingnya menjaga alam ciptaan,
melestarikan alam ciptaan agar tetap bermanfaat dan berdaya guna bagi
kehidupan manusia.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Tujuannya menanamkan iman yang berkaitan dengan lingkungan dan
alam ciptaan.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Yang kami ketahui tentang pengalaman iman umat ambil bagian dalam
pelestarian alam ciptaan dan mengupayakan hidup harmonis sebagai
kesatuan ekosistem sesuai ajaran gereja.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Yang terlibat dalam kegiatan katekese semua umat atau semua manusia
warga masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Semuanya belum terlibat namun sudah ada niat atau sudah ada kemauan.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Menurut saya prosesnya dari sabda-sabda Tuhan yang dikembangkan
dalam kehidupan sehari-hari dalam niat dan perbuatan.
Q : Apa bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Yaa tentu saja belum, karena umat katolik sendiri lebih-lebih yang berada
di sekitar Paroki St.Yusup Baturetno itu belum mau berbuat sesuai
dengan suara hati nurani.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Tema-temanya yang dikembangkan yaitu menanam dan merawat air serta
udara segar tadi serta melestarikan alam ciptaan.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak dalam menyadari
tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki
St.Yusup Baturetno?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 26 -
R : Yaa..tentu saja sudah karena yaa, yang jelas umat di lingkungan itu selalu
ada niat-niat baik, mungkin hanya waktu saja yang belum, mungkin
belum punya kesempatan,ya terutama mengembangkan tentang
kelestarian alam.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Perannya mengenai katekis itu adalah satu, ikut mendukung tentang
kegiatan-kegiatan mengenai katekese ekologis. Yang kedua, ikut ambil
bagian dalam penanaman pohon-pohon air itu antaralain yang
dilaksanakan para katekis di Gereja St.Yusup Baturetno.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Tentu saja sosok seorang katekis yang betul-betul mau terlibat secara
penuh dalam katekese ekologis baik itu dalam keluarga, kemudian
lingkungan, masyarakat dan paroki.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Kalau menurut pengetahuan saya ajaran gereja tentang kelestarian
lingkungan hidup itu sebenarnya banyak,, yaa..salah satunya adalah tadi
menanam dan merawat air serta udara segar dan juga tentang
pengendalian sampah.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R: Menurut saya itu satu, menjaga kebersihan lingkungan. Yang kedua,
menyediakan bibit-bibit air. Yang ketiga, menanam pohon air. Yang
keempat, yang jelas mencari lokasi-lokasi yang gersang supaya bisa
ditanami tanaman-tanaman yang menghasilkan air, penanaman pohon.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Faktor pendukungnya banyak antaralain umat paroki sendiri yang
bekerjasama dengan masyarakat setempat dan juga pejabat pemerintah
setempat, organisasi kemasyarakatan contohnya seperti karang taruna,
kemudian PKK,dll. Itu sebagai pendukung kegiatan-kegiatan untuk
menunjang tema di Paroki Baturetno. Kemudian faktor penghambatnya
sebenarnya hanya tentang tidak adanya waktu, kurangnya waktu untuk
mendukung kegiatan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 27 -
Wawancara VI
Nama : Petrus Claper Sagimin (R6)
Tanggal : 02 Oktoberber 2018
Status : Prodiakon
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Arti katekese ekologi ada dua kata katekese dan ekologi, katekese dari
bahasa Yunani katekein, artinya mengajar. Katekese adalah karya
pendidikan agama, terutama bagi calon-calon baptis yang menjelaskan
tentang pokok-pokok iman kristiani. Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang lingkungan hidup. Jadi katekese ekologi berarti
pendidikan agama kristiani yang mengaitkan penerapannya dalam
lingkungan hidup umat, baik lingkungan sosialnya maupun lingkungan
alamnya yang mereka tempati.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Tujuan katekese ekologi adalah umat Allah khususnya umat Kristiani,
hendaknya bisa menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kegiatan katekese,
dalam kegiatan hidup sehari-hari, baik di lingkungan keluarga sendiri,
masyarakat, maupun di lingkungan gereja.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Yang saya ketahui isi katekese ekologi adalah a) pengajaran tentang iman
kristiani yang ditindaklanjuti dalam kehidupan sehari-hari, b) pengajaran
tentang lingkungan hidup, baik lingkungan sosial budaya maupun
lingkungan alam, c) iman diaplikasikan dalam perbuatan.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Pelaku atau orang yang terlibat dalam katekese ekologi seharusnya semua
umat, namun harus ada penggerak yang memotivasi, meneladani, dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, serta
memprogramkan tindak lanjutnya.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Belum, baru mereka yang telah sadar tentang pentingnya katekese
ekologi, maka harus ada penggerak.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Proses katekese ekologi di Paroki St.Yusup Baturetno sudah berjalan
sejak lama, namun lebih digiatkan secara nyata semenjak rama Paroki J.
Muji Santara, SJ, yang selalu mendengung-dengungkan di setiap ada
kesempatan baik di lingkungan umat Kristiani maupun di jajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 28 -
pemerintah, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok kategorial,
tentang pentingnya melestarikan menanam air serta udara segar,
khususnya dengan menanam pohon beringin, gayam, prih, dll, yang
menghasilkan air dan udara segar sehingga kita tidak kekurangan air dan
udara segar dalam kehidupan mendatang.
Q : Apa bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Belum, karena belum semua sadar dan terlibat dalam pelaksanaan
katekese ekologi di lingkungan yang lebih luas. Contoh: membuang
sampah belum pada tempatnya, membakar sampah sembarangan, sehingga
membakar hutan, tanah gundul belum semua direboisasi.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Tema besarnya adalah menanam air dan udara segar, serta
melestarikannya, sedangkan tema-tema yang kecil saya kurang hafal tapi
di gereja Santa Maria Tak Bernoda Ngadiroyo di sana ada dua tema kecil
silahkan anda nanti mencatat yang terpampang di depan gereja dan di
pinggir jalan masuk ke gereja yang di spanduk, saya belum mencatat itu
tema kecil dan tema-tema di tempat-tempat lain di kedungrejo, di
baturetno di tempat-tempat lain ada itu saya tidak tahu tapi yang tema
besarnya ini menanam air dan udara segar serta melestarikannya.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak atau umat di sini dalam
menyadari tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Sebagian sudah membantu, contohnya: hiasan-hiasan altar, lingkungan
tempat tinggal, sudah menggunakan tanaman hidup, bukan imitasi.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Peran katekis dalam kegiatan katekese ekologi sangat besar, karena
pengajaran iman yang mereka ajarkan harus diterapkan dalam kehidupan
umat sehari-hari. Bukan hanya memahami, melainkan harus menghayati
dan mengamalkan.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Yang saya tahu sosok katekis yang diharapkan antaralain : a) katekis yang
rendah hati, b) katekis yang melayani, c) katekis yang meneladani, d)
katekis yang berpengetahuan luas, e) katekis yang terampil.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 29 -
R : Sejak awal mula, Gereja selalu mengajarkan tentang kelestarian
lingkungan hidup. Bahkan oleh Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato
Si, menegaskan pentingnya merawat lingkungan hidup sebagai rumah kita
bersama yang harus kita perhatikan. Dari Bab 1 hingga Bab 6, mengupas
tentang pentingnya merawat dan melestarikan lingkungan hidup kita
secara harmoni.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Niat dan tindakan yang dibangun untuk menjaga dan merawat kelestarian
lingkungan hidup : a) mengajak seluruh umat untuk menanam tanaman air
agar tersedia air dan udara segar di lingkungan kita masing-masing, b)
membuang sampah pada tempat yang disediakan , c) memisahkan sampah
organik dan unorganik , d) mencegah kerusakan hutan, e) reboisasi, f)
mengurangi pemupukan kimia diganti dengan pupuk organik.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Faktor pendukung yang saya ketahui pertama, adanya tenaga-tenaga
relawan yang menyediakan bibit dan menanam di tempat lokasi, b)
mendapat dukungan seluruh umat, masyarakat, dan pejabat pemerintah.
Sedangkan faktor penghambat: a) musim kemarau yang panjang
menyebabkan tanaman yang sudah ditanam mati, b) adanya tangan jahil
yang membabat tanaman untuk pakan ternak mereka, c) pembakaran
hutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 30 -
Wawancara VII
Nama : Radius Sumino (R7)
Tanggal : 04 Oktoberber 2018
Status : Ketua Lingkungan
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Katekese ekologi yaitu mewartakan kelestarian keutuhan ciptaan
lingkungan hidup.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Tujuannya mewartakan dan menyadarkan ke semua orang atau umat
pentingnya melestarikan lingkungan hidup.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Melestarikan keutuhan ciptaan, tidak melakukan dosa ekologis, sadar dan
mau mengurangi sampah non organik, contohnya: mengurangi
penggunaan bungkus atau tempat yang berasal dari plastik.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Semua orang yang mau dan berkehendak baik untuk melestarikan dan
merawat lingkungan hidup. Yaitu semua orang yang mau tapi
berkehendak baik, jikalau dia mau tapi nggak berkehendak baik,
eee...orang itu nggak termasuk.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Karena yang diajak orang yang mau dan berkehendak baik tentunya
pelakunya ya sudah terlibat dengan baik.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Semua itu tidak terjadi secepat kilat makanya semuanya harus melalui
proses, proses yang pertama, yaitu menyadarkan umat keadaan
lingkungan hidup saat ini. Lalu proses yang kedua, pentingnya
pelestarian keutuhan ciptaan di masa yang akan datang. Proses yang
ketiga, menumbuhkan niat kesadaran umat merawat lingkungan hidup
dan proses yang keempat yaitu aksi atau tindakan nyata melaksanakan,
menjaga dan merawat lingkungan hidup.
Q : Apa bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Belum, karena perasaan puas biasanya menyurutkan semangat dan niat
kita dalam berkarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 31 -
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Khususnya untuk Paroki di Baturetno yaitu seperti yang digaungkan oleh
rama paroki dengan tema yaitu menanam dan merawat air serta udara
segar.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak atau umat di sini dalam
menyadari tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Sudah sangat membantu.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Peranan katekis selain mewartakan dan penyadaran tentang kesalehan dan
teologi hidup menggereja juga menyadarkan tentang pentingnya
melestarikan keutuhan ciptaan khususnya lingkungan hidup.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Sosok yang pemberi suri teladan atau contoh pelestarian lingkungan hidup
dan beliau tidak melakukan dosa ekologis.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Sabda Tuhan, Orang atau umat manusia disuruh menguasai bumi dan
isinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya namun tidak serta merta
menggunakannya dengan keserakahannya. Jadi manusia harus bisa
melihat lingkungan hidup sebagai keagungan ciptaan Tuhan dan
mensyukurinya.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Tindakan menanam seribu pohon di wilayah Paroki St.Yusup Baturetno
sebagai lumbung air dan udara segar, lalu niatnya tidak melakukan dosa
ekologis yaitu tidak merusak alam dan mengurangi penggunaan bungkus
plastik.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Sebagai faktor pendukungnya yaitu niat yang kuat dan tidak ada putus asa
dari rama paroki, para suster, dan seluruh umat bekerjasama dan saling
berbagi. Dan yang menjadi faktor penghambatnya yaitu faktor
lingkungan dan letak geografis Paroki St.Yusup Baturetno yang banyak
pegunungan batunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 32 -
Wawancara VIII
Nama : Bapak Istanto (R8)
Tanggal : 06 Oktober 2018
Status : Katekis/Guru Agama
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Sejauh saya menangkap begini, jadi katekese ekologi adalah sebuah
langkah pendampingan dan pendalaman ke arah persaudaraan sejati
dengan sesama manusia dan ciptaan lainnya, maksudnya begini jadi
seperti yang ditulis dalam kisah penciptaan itu di sanakan ada sinergi ada
keharmonisan diantara makhluk yaitu manusia, binatang dan tumbuh-
tumbuhan.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : ya agar manusia itu menyadari dari konsekuensi buruk akibat pelaku
selama ini merusak lingkungan alam karena manusia harus
mengupayakan pertobatan untuk memulihkan lingkungan alam melalui
tata kelola alam yang ramah dan bersahabat.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : ya ini, tentang melihat kondisi nyata yang memprihatinkan, lalu mengajak
peran serta dalam langkah dalam bentuk penyadaran, pemulihan dan
perawatan alam.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Intinya itu semua orang tetapi umat Kristen harus berada di barisan paling
depan.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Belum, bahkan ada yang acuh tak acuh, ada yang berhenti pada teori saja.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Eee..untuk Paroki Baturetno itu tertata dan terprogram dengan baik.
Q : Apakah bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi
yang terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Belum, karena begini mas, ada orang yang begitu semangat, begitu getol,
tapi di sisi lain yaitu acuh tak acuh sehingga menganggap remeh karena
merasa sebuah keidealan yang sulit untuk dicapai katanya.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Ini dulu saya bersama team itu saya buat dalam bahasa Jawa tema yang
pertama begini “Gunane Banyu lan Hawa Seger Tumrap Titah” lalu ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 33 -
tema “Mitra-mitrane Banyu lan Hawa Seger” kemudian ada lagi tema
“Eling Marang Tedhak Turun” itu yang pernah kami buat di Paroki
Baturetno.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak atau umat di sini dalam
menyadari tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Ya selama ini sudah mas, karena saya melihat itu di Paroki Baturetno itu
tidak henti-hentinya menggaungkan tema-tema ekologi itu dalam setiap
event, jadi event apapun dimanfaatkan untuk itu.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Sesuai dengan fungsinya pertama, katekis memberikan spirit dalam
bentuk renungan-renungan kepada umat di sisi lain juga bersama dengan
umat terjun langsung mengadakan penanaman-penanaman dan
perawatan.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : ya gini jadi saya melihat katekis itu punya peran strategis, jadi selain dia
itu juga menjalankan persiapan-persiapan misalnya untuk komuni
pertama, baptisan, dll. Juga harus bisa membantu apa yang menjadi
program yang dicanangkan oleh paroki, jadi dia itu harus menempatkan
posisi kestrategisan itu setepat mungkin.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Ee..saya mencoba mendalami dari ini ada yang dari Familiaris Consortio
art. 42 ada yang Apostolicam Actuositatem art. 11 yang menyatakan
begini sekecil apapun kerusakan ekologis yang kita timbulkan itu
merupakan tanggung jawab bagi kita bersama, nah kita bersama di sini
adalah tidak dipandang itu orang Kristen atau siapapun yang penting
orang itu bisa harus mempertanggung jawabkan tentang kerusakan alam
itu.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Ini, Paroki Baturetno berniat untuk menanam beribu-ribu pohon di
berbagai tempat terutama yang tanahnya kritis.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Yang mendukung itu paroki sangat getol sehingga bisa menyatukan visi
ini dengan pemerintah setempat bahkan sampai di kabupaten sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 34 -
suaranya di Baturetno itu di dengar oleh bapak Bupati, di dengar oleh
DANDIM, didengar oleh Kapolres, sehingga bisa bersama-sama
bersinergi, mereka-mereka pada jajaran pemerintahan untuk bersama-
sama membangun Wonogiri dari sisi ekologi ini. Lalu yang menjadi
kendala yaitu tidak semua orang itu memahami kadang begini, ada yang
masih berpegang pada mitos, wah menanam ringin itu sama saja
menanam setan misalnya, itu kalau yang berbicara itu adalah orang yang
punya pengaruh kan menjadi sebuah penghambat walaupun mereka itu
tidak begitu setuju dengan program-program ini, .sebaiknya dia itu cukup
diam saja tidak menjadi penghambat program ekologi di Paroki
Baturetno ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 35 -
Wawancara IX
Nama : Bapak AT. Sukino (R9)
Tanggal : 09 Oktober 2018
Status : Prodiakon
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Eee..itu pembelajaran sebagai upaya untuk merawat dan melestarikan
lingkungan hidup agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Tujuannya itu merawat dan melestarikan lingkungan hidup secara
berkelanjutan.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Yang pernah saya ketahui merawat dan melestarikan lingkungan hidup
untuk: yang pertama itu mendapatkan hawa yang segar, yang kedua
menumbuhkan sumber air bersih, yang ketiga untuk mencegah terjadinya
erosi, yang keempat mencegah terjadinya banjir, dan yang kelima adalah
melestarikan keindahan bumi.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Sebenarnya adalah semua orang terutama yang berkehendak melestarikan
lingkungan alam semesta.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Yaa.. bolehlah dikatakan cukup ataupun lumayan karena ada yang sudah
melaksanakan tugasnya dengan baik ada yang mungkin kurang mungkin
katakan cukup gitu aja.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Menurut saya itu suatu langkah yang nyata untuk melestarikan lingkungan
hidup.
Q : Apakah bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi
yang terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Belum, karena itu sebagai langkah awal itu yang pertama, yang kedua
hasilnya memang belum sesuai dengan kehendak, yang ketiga masih
banyak tantangan, dan yang keempat belum semua orang itu menyadari.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Terutama menanam tumbuhan hijau di lahan tertentu, menjaga dan
melestarikan tanaman hijau agar bumi menjadi indah, tidak melakukan
suatu kegiatan yang dapat merusak keindahan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 36 -
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak atau umat di sini dalam
menyadari tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Eeee..sudah....sudah.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Yang pertama yaa harus berperan positif aktif, kemudian sebagai
motivator, yang ketiga memberi suatu contoh yang nyata, keempat
kemudian harus yaa..contoh nyata itu terutama.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Yang diharapkan itu yang aktif dan mempunyai sifat positif kemudian
yang kedua memotivasi serta memfasilitasi umat untuk melestarikan
alam, kemudian yang ketiga berperilaku mencerminkan apa itu
kelestarian dan keindahan alam.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Menurut saya itu sebagai gebrakan awal untuk mengembalikan
lingkungan supaya menjadi indah dan kedua sebagai langkah konkret
untuk melestarikan keindahan alam.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Pertama adalah kesadaran yang cukup tinggi bahwa kita itu wajib
menjaga, merawat, dan melestarikan keindahan alam secara terus
menerus untuk bisa memanfaatkan dengan baik.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Faktor pendukungnya itu adanya kerjasama yang pro aktif untuk
mencapai suatu tujuan itu yang sangat mendukung sedangkan faktor
penghambatnya adalah adanya orang yang masih mengutamakan
kepentingan sendiri yang dapat merusak lingkungan, yang kedua belum
adanya kesadaran bahwa kita itu mempunyai tugas menjaga, merawat,
dan melestarikan alam semesta agar dapat memanfaatkan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 37 -
Wawancara X
Nama : Bapak Joko Santosa (R10)
Tanggal : 10 Oktober 2018
Status : Ketua Wilayah
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Arti katekese ekologi yang saya ketahui pendidikan tentang kesadaran
mengelola lingkungan hidup ciptaan Tuhan.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R: Tujuan katekese ekologi adalah mengajak umat manusia untuk aktif di
dalam merawat dan melestarikan lingkungan hidup agar alam yang
indah ini dapat dinikmati sampai ke anak cucu kita nanti.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Isi katekese ekologi yang saya ketahui agar kita peduli terhadap
lingkungan tentang kebersihan, tentang penanaman lahan kritis dengan
menanam pohon yang bisa memancing air atau menyimpan air,
contohnya pohon beringin, pohon bulu, dan pohon gayam.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Yang terlibat dalam katekese ekologi ini adalah tokoh umat dan tokoh
masyarakat agar dapat menggerakkan umat dan masyarakat agar katekese
ekologi dapat berhasil.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Untuk pelaku katekese ekologi baru sebagian kecil umat yang terlibat
mungkin baru 25%.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Ee...proses pelaksanaan katekese ekologi ini yang dimulai dari inspirasi
datangnya dari rama paroki, Rm. Muji Santara, SJ dan dilaksanakan oleh
tim kerja lingkungan hidup yang di Baturetno itu Bapak Budi Darmanto
dan dikembangkan ke umat.
Q : Apakah bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi
yang terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R: Tentang pelaksanaan katekese ekologi di Paroki ini belum puas.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Tema yang relevan mungkin menanam dan merawat air dan udara segar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 38 -
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak atau umat di sini dalam
menyadari tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Untuk katekese ekologi ini sudah banyak membantu menyadari akan
tugas menjaga, merawat, dan melestarikan lingkungan hidup.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Untuk peran katekis ikut memberi pengarahan dan menyadarkan umat
untuk mencintai lingkungan dengan cara mau, menanam, dan merawat
juga melestarikan alam ciptaan.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Sosok katekis yang diharapkan sosok yang bisa memberi contoh atau
teladan dalam praktek sehari-hari terutama dalam perawatan lingkungan.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Yang saya ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian lingkungan
hidup karena alam ciptaan Tuhan ini diserahkan kepada manusia untuk
dipergunakan sebagai kebutuhan hidup. Namun manusia wajib merawat
dan melestarikan agar tetap terawat dan dapat dinikmati untuk generasi
berikutnya.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Untuk niat tetap bersemangat untuk menanam dan merawat tumbuhan
yang bermanfaat sebagai penyimpan air dan penghasil oksigen.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Faktor pendukung katekese ekologi ini masih banyaknya lahan kosong
yang dapat ditanami. Lalu Faktor Penghambatnya adalah masyarakat
yang belum sadar, sering membakar sampah dan membuang sampah
sembarangan dan yang kedua, kadang tanaman tadi daunnya dirusak dan
dipergunakan sebagai makanan ternak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 39 -
Wawancara XI
Nama : Bapak Maryono (R11)
Tanggal : 10 Oktober 2018
Status : Prodiakon
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Katekese ekologi menurut saya itu berupa instruksi yang berupa ajakan
dari mulut ke mulut utamanya melalui tanya jawab, melakukan kegiatan
nyata itu dilaksanakan di tengah-tengah umat mengenai saling
ketergantungan dan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Kalau tujuannya yang saya tangkap adalah agar semua orang atau semua
umat yang mendapat instruksi atau pembinaan tadi dapat semakin
mendalami dan menyadari akan pentingnya hidup bersaudara dengan
segenap ciptaan sehingga dapat memandang bahwa ciptaan lainnya itu
juga sebagai makhluk hidup yang sama-sama adalah ciptaan Allah juga.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Kalau isi dari katekese ekologi itu yang bisa saya tangkap adalah isinya
suatu bentuk kegiatan nyata yang ada hubungannya dengan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang notabene adalah
sama-sama ciptaan Tuhan yang sama-sama juga kita hormati kita cintai
agar ciptaan itu sama-sama tetap lestari.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Pelakunya adalah yang paling ideal adalah semua umat tidak hanya
segelintir umat sebaiknya semua itu terlibat aktif sehingga dalam
kegiatan itu betul-betul aktif sehingga dapat mendapatkan hasil yang
optimal.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Kalau yang saya rasakan selama ini di Paroki St.Yusup Baturetno itu
belum terlibat secara maksimal ini bisa tingkatkan kembali dan ini semua
butuh waktu guna membangun kesadaran umat, nah kesadaran inilah
yang betul-betul kita optimalkan maka kita tidak bosan-bosan untuk
mengajak dan menjadi teladan buat orang lain. Kita ini adalah garda
terdepan di tengah-tengah umat maka termasuk katekis, prodiakon, dan
sebagainya itu termasuk garda terdepan untuk membangun kegiatan ini
agar lebih sinergis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 40 -
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Owh yaa..begini itu saya menangkap awalnya dimulai dari Pastur kepala
yaitu Rm. Muji Santara, SJ, yang juga beliau adalah praktisi lingkungan.
Lingkungan dalam arti yang kita tempati ini lingkungan dalam arti bukan
lingkungan wilayah tetapi lingkungan alam ini yang selalu memikirkan
bagaimana cara menggerakkan umat untuk “nandur banyu lan hawa
seger” di alam ini agar banyu yang rama katakan dan air dan udara segar
yang semakin prihatin ini adalah kita sendiri yang mengawali kemudian
di susul pemuka umat antara lain ya prodiakon, ketua wilayah, ketua
lingkungan, ketua blok dan para-para pegiat lingkungan sehingga di
situlah akan tersentuh semua umat yang akhirnya umat dibentuk suatu
paguyuban, paguyuban apa? paguyuban yaitu nandur banyu lan hawa
seger tadi kemudian yang ketiga, disusul semua umat seluruh paroki
yang betul-betul banyak pegiat-pegiat yang dipimpin oleh teman-teman
yaitu prodiakon dan pegiat-pegiat yang lain itu kami sangat bangga dan
bersyukur atas semangatnya yang sekaligus dipimpin langsung oleh rama
paroki yaitu Rm. Muji Santara, SJ, demikian mas.
Q : Apakah bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi
yang terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Nah,,kalau saya katakan puas, ya saya sungguh bangga. Kalau dikatakan
puas saya belum puas, karena apa kalau menurut saya masih ada hal-hal
yang belum tersentuh oleh umat paroki, masih banyak lahan-lahan yang
perlu ditanami dan pegiat-pegiat itu masih bisa dihitung melalui jari, jari
umat artinya. Maka harapan kami ke depan semua umat separoki
St.Yusup Baturetno itu merupakan pegiat-pegiat semua dan bisa
ditambah oleh semua umat, semua orang baik orang katolik maupun non
katolik jadi semua dapat memikirkan bahwa ekologi yang hubungannya
dengan nandur banyu dan udara segar ini betul-betul menjadi PR bagi
kita semua.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Kalau tema yang didalami atau diangkat oleh Paroki St.Yusup Baturetno
itu setiap Adven untuk mempersiapkan hari Natal, untuk mempersiapkan
hari Paskah itu di Paroki St.Yusup Baturetno itu selalu mengangkat tema
namun yang dapat saya haturkan di sini bahwasannya dengan semangat
membangun gereja yang semakin mandiri. Paroki St.Yusup Baturetno
adalah dengan tema nandur banyu dan hawa seger yang dapat semakin
dirasakan oleh seluruh umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 41 -
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak atau umat di sini dalam
menyadari tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Iyaa betul, kalau menurut kami khususnya di Wilayah Ngadiroyo juga
sudah membentuk paguyuban-paguyuban yaitu antaralain paguyuban
“Wukir Lestari”. Nah dari katekese yang sudah kami sampaikan
bersama-bersama tokoh umat khususnya dan dari katekese yang
dilontarkan, disampaikan, oleh rama paroki utamanya yang betul-betul
sangat menggalakkan kegiatan ini adalah Rama Muji Santara, SJ, itu
adalah hampir setiap homili itu beberapa kalimat hampir disampaikan
sehingga itu betul-betul bisa tertancap pada hati umat. Sehingga apa?
lama-kelamaan menjadi pembiasaan-pembiasaan ini nanti akan menjadi
karakter untuk membangun, membiasakan untuk “nandur banyu lan
hawa seger” di lingkungannya.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
R : Begini untuk katekis mohon maaf kalau di lingkungan, wilayah, maupun
yang saya tahu saja yaa, di lingkungan dan di Wilayah Ngadiroyo ini
tidak melalui katekis tetapi kami terjaring dalam nama paguyuban dan
mungkin ada katekis satu dua, tapi bergabung atas nama paguyuban itu.
Itu khususnya di Wilayah atau lingkungan di Ngadiroyo.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Yaa, sosok katekis yang secara pribadi saya harapkan itu seorang katekis
yang menjadi teladan, teladan umat. Jadi tidak berupa ajakan atau berupa
pembicaraan tetapi berupa teladan ini juga saya tidak meninggikan
seorang pastur kepala di Baturetno itu Rm. Muji Santara, SJ.
Bahwasannya Rama Muji itu diberbagai tempat itu ikut serta partisipasi
di dalam kegiatan itu. Satu contoh hal yang paling saya ingat Rama Muji
itu yaa kalau disuguh, nuwun sewu dhahar apa-apa itu ada lap tangan
yang berupa tisu dia tidak mau memakai tidak mau menggunakan.
Karena tisu itu bahan bakunya dari kayu. Maka dari kayu itulah rama
Muji tidak merestui. Itu adalah keteladanan yang selama ini betul-betul
saya akui.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Nah, kalau saya tangkap bahwa lingkungan hidup ini adalah sebuah
ciptaan, manusia pun juga salah satu ciptaan. Maka dari semua ciptaan
ini kalau kita saling menghormati, menghargai, saling menghidupi maka
akan terjadilah suatu bentuk saling ketergantungan, saling menghidupi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 42 -
sehingga akan hidup saling berdampingan secara damai dan betul-betul
bisa memuliakan Tuhan.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Oke, untuk niat atau tindakan yang kami bangun dalam upaya menjaga di
sini khususnya di Wilayah Ngadiroyo kami sudah mengadakan aksi
menanam pohon beringin sekitar hampir 1.500 batang dan ini sudah pada
penanaman pertama itu sebanyak 900 dan sisanya penanaman yang
kedua itu sudah disiangi diwatun sekali ini umurnya sudah sekitar 3-4
tahun itu yang pertama. Kemudian untuk tata letaknya di daerah Desa
Ngadipiro itu arahnya ke timur, yang itu kebetulan gunungnya gundul.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : Yaa, untuk faktor pendukungnya yang kami alami dari umat itu
sebetulnya umat itu dengan ikhlas mendukung adanya kegiatan ini sangat
mendukung, namun dalam hambatan-hambatan di sini itu oleh
masyarakat misalkan menanam beringin itu bukan hal yang wajar, itu
tanaman yang aneh maka tanaman yang sudah baik banyak yang
dipotongi untuk pakan kambing sehingga kalau bagi kita sangat
merugikan tetapi bagi dia itu menguntungkan, inilah hambatan yang luar
biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 43 -
Wawancara XII
Nama : Bp. Wondo (R12)
Tanggal :17 Oktober 2018
Status : Prodiakon
Q : Menurut bapak apa arti katekese ekologi?
R : Pembelajaran atau pengajaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan
usaha merawatatau memelihara lingkungan hidup.
Q : Menurut bapak apa tujuan katekese ekologi?
R : Agar lingkungan hidup terjaga oleh manusia. Agar manusia sadar bahwa
mereka mempunyai kepentingan atas terjaganya lingkungan hidup yang
baik.
Q : Apa saja isi katekese ekologi yang bapak ketahui?
R : Katekese ekologi berisi tentang ajakan kepada semua pihak untuk
berpartisipasi merawat dan memelihara lingkungan hidup.
Q : Siapa saja pelaku atau orang yang terlibat dalam kegiatan katekese
ekologi?
R : Pelaku utamanya adalah pastur paroki, dewan paroki dan umat gereja
St.Yusup Baturetno.
Q : Apakah setiap pelaku katekese ekologi sudah terlibat dengan baik?
R : Belum semua terlibat dengan baik.
Q : Menurut bapak bagaimana proses pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Proses pelaksanaannya bertahap, berjenjang, dan kontinyu.
Q : Apa bapak sudah merasa puas dengan pelaksanaan katekese ekologi yang
terjadi di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Belum, sebab upaya yang dilakukan belum semua membuahkan hasil.
Q : Tema-tema apa saja yang relevan yang didalami dalam katekese ekologi
di Paroki St.Yusup Baturetno?
R : Yang saya pahami setiap tema kegiatan atau perayaan selalu dijabarkan
dalam sub tema yang mengarah kepada aksi nyata penanaman atau
perawatan pohon air.
Q : Apakah katekese ekologi sudah membantu bapak dalam menyadari
tugasnya menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki
St.Yusup Baturetno?
R : Mungkin tidak disadari secara penuh bahwa pengertian tentang katekese
ekologi telah membantu.
Q : Bagaimana peranan katekis dalam pelaksanaan kegiatan katekese
ekologi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 44 -
R : Untuk peran katekis belum ada job deskripsi khusus yang dibuat untuk
mereka.
Q : Sosok katekis yang seperti apa yang diharapkan Bapak atau umat di sini
dalam kegiatan katekese ekologi?
R : Tentu harapan kepada mereka adalah ada tugas khusus yang
dideskripsikan yang terkait dengan katekese ekologi ini. Sehingga
berperan secara lebih banyak.
Q : Apa yang bapak ketahui tentang ajaran Gereja mengenai kelestarian
lingkungan hidup?
R : Saya hanya punya keyakinan bahwa gereja harus mempunyai peran lebih
dalam upaya merawat atau melestarikan alam.
Q : Menurut bapak niat atau tindakan apa yang dibangun dalam upaya
menjaga dan merawat kelestarian lingkungan hidup di Paroki St.Yusup
Baturetno?
R : Dimulai dari sekarang dari pribadi atau keluarga tidak menggunakan air
secara berlebihan, tidak membakar sampah plastik dan ikut
melaksanakan program penanaman pohon.
Q : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan katekese
ekologi?
R : faktor pendukungnya adanya tokoh penggerak, ide atau gagasan untuk
melakukan kegiatan terkait hal ini selalu ada dan pihak pemerintah
mendukung adanya gerakan hijau ini. Sedangkan faktor penghambatnya
masih sedikit yang mau terlibat, masa kemarau banyak tanaman yang
mati dan perawatan belum kontinyu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI