Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL
Oleh : Sidiq Adhi Darmawan
A. PENGERTIAN
Kavitasi merupakan kondisi abnormal yang sering terjadi pada pompa. “Kavitasi” berasal
dari kata latin “cavus” yang berarti ruang rongga atau rongga. Di dalam Webster’s Dictionary
mendefinisikan kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung dan pecahnya gelembung pada
cairan yang sedang mengalir akibat kondisi tekanan yang sangat rendah.
B. TIPE KAVITASI
Kavitasi pada pompa sentrifugal menyiratkan adanya suatu proses dinamis pembentukan
gelembung – gelembung dalam cairan, pertumbuhan gelembung dan pecahnya gelembung –
gelembung dalam cairan tersebut. Secara umum gelembung yang terbentuk di dalam cairan
terdiri dari dua jenis yaitu gelembung uap dan gelembung gas.
1. Gelembung uap terbentuk karena terjadinya proses penguapan pada cairan yang sedang
dipompa. Kondisi kavitasi yang disebabkan oleh pembentukan dan pecahnya gelembung uap
umumnya disebut kavitasi uap.
Kavitasi uap merupakan kavitasi paling umum yang terjadi pada pompa, biasanya terjadi
karena NPSHR > NPSHA atau adanya fenomena resirkulasi internal
2. Gelembung gas terbentuk karena adanya gas terlarut dalam cairan yang dipompa ( umumnya
udara tetapi mungkin gas apapun di sistem ). Kavitasi gas terjadi apabila ada gas ( paling
sering udara ) memasuki pompa sentrifugal bersamaan dengan cairan. Kavitasi gas ini jarang
menyebabkan kerusakan pada impeler atau volut casing, akan tetapi hanya akan membuat
kapasitas pompa menurun dan akhirnya performa pompa menurun. Hal ini disebabkan pompa
tidak hanya memompa cairan saja tetapi juga memompa udara yang ikut dalam cairan tersebut.
C. PROSES TERJADINYA KAVITASI DAN EROSI KAVITASI
Kavitasi merupakan gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir sehingga
membentuk gelembung – gelembung uap, hal ini disebabkan tekanan di bagian dalam pompa
Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
berkurang sampai di bawah tekanan uap jenuhnya. Misalnya air pada tekanan 1 atm akan
mendidih dan menjadi uap pada temperatur 100oC. Akan tetapi jika tekanan direndahkan maka
air akan mendidih pada temperatur yang lebih rendah. Jika tekanan cukup rendah maka pada
temperatur kamarpun air akan mendidih.
Tekanan di dalam pompa menjadi rendah di bawah tekanan uap jenuh cairan tersebut
dikarenakan NPSHR ( require) > NPSHA ( available ).
Apabila zat cair mendidih maka akan timbul gelembung – gelembung uap zat cair.
Gelembung - gelembung ini akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya berada pada daerah yang
mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada daerah tersebut
gelembung - gelembung akan pecah dan akan menyebabkan shock pada dinding di dekatnya.
Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang terbentuk akibat pecahnya gelembung uap
tadi sehingga mengakibatkan tumbukan pada dinding – dinding pompa di sekitarnya. Jika pompa
dijalankan terus – menerus dalam jangka lama, maka permukaan dinding di sekitar aliran yang
berkavitasi akan mengalami kerusakan akibat tumbukan terus – menerus dari gelembung yang
pecah tadi, permukaaan dinding akan termakan sehingga menjadi berlubang – lubang (bopeng).
Peristiwa ini disebut erosi kavitasi, sebagi akibat dari tumbukan antara gelembung – gelembung
uap yang pecah secara terus menerus.
Gambar 1. Tahap Pecahnya Gelembung
Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
Salah satu cara mengetahui terjadi kavitasi pada pompa adalah dengan mengukur vibrasi
pada volut casing pompa, apabila di dalam pompa terjadi kavitasi maka akan timbul vibrasi (
getaran ) pada pompa, dan selain itu kavitasi akan menimbulkan suara berisik pada pompa.
D. NET POSITIVE SUCTION HEAD ( NPSH )
Kavitasi akan terjadi bila tekanan statis suatu aliran zat cair turun di bawah tekanan uap
jenuhnya, sehingga untuk mencegah kavitasi harus diusahakan agar tidak ada satu bagianpun di
dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap jenuh cairan pada
temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu diperhatikan dua macam tekanan yang
memegang peranan penting dalam terjadinya kavitasi, yaitu tekanan yang ditentukan oleh kondisi
dimana pompa dipasang, dan tekanan yang ditentukan oleh keadaan aliran di dalam pompa.
Berdasarkan hal di atas maka NPSH merupakan parameter untuk menentukan keamanan
pompa terhadap kavitasi. Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi maka harus
dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
NPSHA > NPSHr ( NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan )
D.1 NPSHA ( NPSHavailable / NPSH yang tersedia )
NPSHA adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap pompa ( ekivalen
dengan tekanan mutlak pada sisi isap pompa ) dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat
cair di tempat tersebut. NPSHA merupakan tekanan absolut yang masih tersisa pada sisi
isap pompa setelah dikurangi tekanan uap.
Perhitungan NPSH available dilakukan berdasarkan instalasi dan posisi/letak pompa,
beberapa di antaranya seperti berikut ini:
1. Pompa menghisap cairan dari tempat terbuka, posisi pompa di atas permukaan cairan
yang dihisap :
Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
Gambar 2. Instalasi Pompa dengan Posisi Pompa di Atas Permukaan Cairan Isap
2. Pompa menghisap cairan dari tangki terbuka, posisi pompa di bawah permukaan cairan
yang dihisap :
Gambar 3. Instalasi Pompa dengan Posisi Pompa di Bawah Permukaan Cairan Isap
3. Pompa menghisap cairan dari tangki tertutup, letak pompa di bawah cairan yang
dihisap:
Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
Gambar 4. Instalasi Pompa dengan Posisi Pompa di Bawah Tangki Isap Tertutup
4. Pompa menghisap cairan dari tangki tertutup, pompa terletak di atas permukaan yang
dihisap:
Gambar 5. Instalasi Pompa dengan Posisi Pompa di Atas Tangki Isap Tertutup
Besarnya NPSH yang tersedia untuk empat sistem di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑆𝐻𝐴 = 𝑃𝑎 − 𝑃𝑣𝛾
± ℎ𝑠 − ℎ𝑙𝑠
Dimana :
NPSHA = NPSHA yang tersedia (m)
Pa = Tekanan atmosfer ( kgf/m2 )
Pv = Tekanan uap jenuh (kgf/m2)
Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
𝛄 = Berat zat cair per satuan volume (kgf/m3)
hs = Head isap statis (m)
hs bernilai positif (+) jika pompa terletak di atas permukaan zat cair,
dan bertanda negatif (-) jika di bawah permukaan zat cair.
hls = Kerugian head di dalam pipa isap
D.2 NPSHR ( NPSH required / NPSH yang diperlukan )
Tekanan terendah di dalam pompa biasanya terdapat di suatu titik dekat setelah sisi
masuk impeler. Di tempat tersebut tekanan adalah lebih rendah daripada tekanan pada
lubang isap pompa. Hal ini disebabkan oleh kerugian head di nosel isap, kenaikan
kecepatan aliran karena luas penampang yang menyempit, dan kenaikan kecepatan aliran
karena tebal sudu setempat.
Jadi agar tidak terjadi penguapan zat cair maka tekanan pada lubang sisi masuk
pompa dikurangi penurunan tekanan di dalam pompa harus lebih tinggi dari pada tekanan
uap zat cair. Head tekanan yang besarnya sama dengan penurunan tekanan ini disebut
NPSH yang diperlukan.
Besarnya NPSH yang diperlukan untuk setiap pompa berbeda – beda untuk setiap
pompa. Besarnya NPSH yang diperlukan harus diperoleh dari pabrik pompa yang
bersangkutan. Untuk keperluan perancangan, besarnya NPSHr dihitung dengan
persamaan :
NPSHR = 𝜎 x H
di mana :
H = Head aktual per tingkat pompa
= Bilangan kavitasi Thoma
= 8.8 𝑥 10−4
𝜂ℎ2 .𝑁𝑠𝑞
3/4
𝜂h = Efisiensi hidrolis pompa
Nsq = Kecepatan spesifik kinematis
= 𝑛 . 𝑄
𝐻3/4
H = Head pompa ( m )
Q = Kapasitas pompa ( m3/min )
Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
n = Putaran pompa ( rpm )
Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi maka harus dipenuhi persyaratan
sebagai berikut :
NPSHA > NPSHr ( NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan )
E. DAMPAK PADA POMPA AKIBAT ADANYA KAVITASI
Kondisi abnormal kavitasi ini dapat menyebabkan beberapa kerugian pada pompa, antara
lain :
1. Kapasitas pompa menurun.
Hal ini disebabkan karena yang dialirkan pompa bukan cairan saja, akan tetapi cairan
yang bercampur dengan udara sehingga akan menurunkan kapasitas pompa.
2. Efisiensi pompa menurun.
Hal ini terjadi karena terjadi penurunan kapasitas pada pompa, dengan menurunnya
kapasitas pada pompa dan daya input yang diperlukan sama besar maka otomatis efisiensi
pompa akan menurun.
3. Timbulnya vibrasi pada pompa yang dalam waktu lama bisa menurunkan lifetime pompa.
Vibrasi ini akan menyebabkan pompa dan bantalan pompa bergetar, sehingga bearing
penumpu poros pompa yang berputar akan dikenai gaya yang lebih besar dari segala arah
akibat getaran ini, dan bisa menyebabkan misalignment ( tidak terletak pada satu sumbu
lurus ) antara poros pompa dengan poros motor.
4. Timbul suara berisik pada pompa.
Suara berisik ini akibat adanya gelembung – gelembung yang ikut terbawa dalam aliran
cairan yang dipompa.
5. Terjadi pengikisan pada dinding – dinding volut dan impeler karena adanya erosi kavitasi.
Gelembung – gelembung yang terbentuk akibat penguapan cairan tadi akan pecah ketika
berada di salah satu bagian pompa yang mempunyai tekanan lokal lebih besar daripada
tekanan uap jenuh cairan. Pecahnya gelembung – gelembung tadi akan mengakibatkan
shock pada dinding – dinding sekitar dan dalam waktu yang terus menerus maka bisa
Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
menyebabkan dinding – dinding disekitar pecahnya gelembung tadi menjadi terkikis (
bopeng ).
Gambar 6. Erosi Kavitasi di Bagian dalam Volut Casing Pompa
Gambar 7. Erosi Kavitasi pada Impeler Pompa
F. LANGKAH PENCEGAHAN KAVITASI
Fluida yang dipompa akan menguap ketika tekanan menjadi sangat rendah atau
temperaturnya terlalu tinggi, sehingga akan memicu terjadinya kavitasi. Untuk mencegah
penguapan fluida ini, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
Sidiq Adhi Darmawan – Universitas Sebelas Maret
1. Ketinggian letak pompa terhadap permukaan zat cair yang dihisap harus dibuat serendah
mungkin, dan pada pipa isap salah satunya dengan diameter lebih besar untuk mengurangi
agar head isap statis menjadi rendah pula.
2. Pipa isap harus dibuat sependek mungkin. Apabila terpaksa dipakai pipa isap panjang
sebaiknya salah satu pipa isapnya menggunakan pipa dengan diameter lebih besar untuk
mengurangi kerugian gesek.
3. Head total pompa dibuat sesuai perhitungan dengan kebutuhan operasional sesungguhnya.
Apabila pompa mempunyai head total yang berlebihan, maka pompa akan bekerja dengan
kapasitas aliran yang berlebihan pula, sehingga kemungkinan terjadi kavitasi menjadi lebih
besar pula.
4. Menurunkan temperatur fluida yang dipompa, caranya yaitu :
a. Menginjeksi fluida pendingin pada sisi isap (telah banyak dilakukan)
b. Mengisolasi pipa-pipa dari sinar matahari
5. Menurunkan besarnya NPSH yang diperlukan ( NPSHr ), caranya yaitu :
a. Menggunakan pompa isap ganda (double suction pump). Hal ini dapat menurunkan
NPSHr hingga 27%.
b. Menggunakan pompa dengan kecepatan yang lebih rendah
c. Jika dimungkinkan dapat digunakan inducer, hal ini dapat mengurangi NPSHr
hingga 50%.
e. Menggunakan beberapa pompa yang lebih kecil
6. Menggunakan reducer ECC pada sisi isap pompa