KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS 5 SDN 1 MARGAMULYAKECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
(Skripsi)
Oleh
DWI KURNIAWAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAJURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SD NEGERI 1MARGAMULYA KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
DWI KURNIAWAN
Masalah yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah kemampuan berbicara
siswa kelas V SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan tahun pelajaran 2017/2018. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan kemampuan siswa kelas V SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan
Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2017/2018 dalam hal
berbicara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik tes. Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 32 orang.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki
kemampuan berbicara tergolong baik sekali sebanyak 23 orang dengan nilai rata-
rata sebesar 71,875%. Siswa yang memiliki kemampuan berbicara tergolong baik
sebanyak 6 orang dengan nilai rata-rata sebesar 18,75%. Siswa yang memiliki
kemampuan berbicara tergolong cukup sebanyak 3 orang dengan nilai rata-rata
sebesar 9,375%. Siswa yang memiliki kemampuan berbicara tergolong kurang
tidak ada. Siswa yang memiliki kemampuan berbicara tergolong kurang sekali
juga tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa kelas V
SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
tahun pelajaran 2017/2018 tergolong baik. Adapun nilai rata-rata kemampuan
berbicara siswa secara keseluruhan adalah 82,9%.
Kata kunci: kemampuan, berbicara, siswa
KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS 5 SDN 1 MARGAMULYAKECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
Dwi Kurniawan
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Bahasa dan SeniProgram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonrsia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAJURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Margamulya, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten
Lampung Selatan pada 17 Desember 1994, anak kedua dari tiga bersaudara buah
kasih Bapak Dulakhir dan Ibu Katinem.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Margamulya,
Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007; sekolah
menengah pertama di SMP Negeri 2 Jati Agung, Kecamatan Jati Agung,
Kabupaten Lampung Selatan lulus tahun 2010; dan pendidikan menegah atas di
SMA Negeri 1 Jati Agung, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan
lulus pada tahun 2013.
Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, melalui
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Pada tahun pelajaran 2016/2017 penulis melakukan praktik pengalaman lapangan
(PPL) dan kuliah kerja nyata (KKN) di SMP Negeri 1 Lumbok Seminung,
Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat.
Motto
لاة وانها لكبیرة إلا على الخاشعین بر والص واستعینوا بالصالذین یظنون أنهم ملاقو ربهم وأنهم إلیه راجعون
ـــــرة( )46-45:البق
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dansesungguhnya yang demikian itu sungguh orang-orang yangakan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya”.
(Al-Baqarah [2]: 45-46)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan
Allah Subhanahu Wataala, kupersembahkan karya kecilku ini kepada
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa dan restunya untuk
keberhasilanku;
2. Kakakku (Fitri Aprianti) dan adikku (Septiyadi Ferdiansyah) yang selalu
mendukung dan memberikan semangat;
3. keluarga besar dan orang-orang terbaik di sekelilingku, yang selalu
memberikan motivasi dan doa yang terus mengalir tiada henti untuk
keberhasilanku;
4. seseorang yang selalu sabar menunggu, mendoakan, dan menyemangatiku;
5. almamater yang telah mendewasakanku dalam berpikir dan bertindak.
SANWACANA
Segala puji bagi Allah Swt. yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. suri teladan terbaik dalam kehidupan.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan, masukan, dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih kepada
1. Eka Sofia Agustina, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I
dalam menyelesaikan skripsi ini yang telah menyediakan waktunya dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik sebagaimana yang diharapkan;
2. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M. Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik;
3. Dr. Iing Sunarti, M. Pd., selaku penguji utama yang telah memberikan saran
dan masukan demi perbaikan skripsi ini;
4. Dr. Munaris, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung;
5. Dr. Mulyanto Widodo, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni, FKIP Universitas Lampung;
6. Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung;
7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu
dan pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan;
8. Siti Juairiah, S. Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Margamulya,
Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan;
9. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa dan restunya untuk
keberhasilanku;
10. Kakakku (Fitri Aprianti) dan adikku (Septiyadi Ferdiansyah) yang selalu
mendukung dan memberikan semangat;
11. keluarga besar Bapak Agus Murtono, Bapak Sugiyono, dan Mas Nur yang
telah memberikan arahan dan ilmu untuk terus berjuang dalam menghadapi
hidup yang sesungguhnya;
12. keluarga besar Bapak Edi Pujianto yang telah memberikan pengertian dan
kesabarannya dalam menunggu kelulusan penulis;
13. seseorang yang selalu sabar menunggu kelulusan penulis;
14. teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat untuk terus maju
dan berjuang kepada penulis: Ardion Pandu Winata, M. Muhfid Choiruddin,
M. Ghufroni An’Ars, M. Suhendra, Romanda Pratama Putra, Firman Septihadi,
dan Kharisma Ega Julianza;
15. teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia seluruh
angkatan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk
kebersamaan, bantuan, dan wawasannya yang sangat bermanfaat bagi penulis;
16. teman-teman KKN dan PPL Kecamatan Lumbok Seminung yang telah
berbesar hati berbagi ilmu dan pengalamannya kepada penulis: Agus Suryono,
Elok Suci Wahyuni, Enti Yulita, Erni Mentari, Fery Desrian Octama, Restu
Hartini, Riska Luvita yanti, Tri Yuliza, dan Yeni Oktaviani;
17. semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penyusunan
skripsi ini.
Semoga ketulusan dan kebaikan Bapak, Ibu, dan rekan-rekan mendapat pahala
dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk
kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandar Lampung, November 2018
Penulis
Dwi Kurniawan
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL .................................................................................... iABSTRAK .................................................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iiiRIWAYAT HIDUP ...................................................................................... ivMOTTO ........................................................................................................ vHALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viSANWACANA ............................................................................................. viiDAFTAR ISI................................................................................................. viiiDAFTAR TABEL ......................................................................................... ixDAFTAR GRAFIK ....................................................................................... x
I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 61.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 61.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 61.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7
II LANDASAN TEORI2.1 Pengertian Bahasa .............................................................................. 82.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa .......................................................... 92.3 Hakikat Keterampilan Bahasa............................................................ 102.4 Keterampilan Berbicara ..................................................................... 10
2.4.1. Hakikat Berbicara ..................................................................... 112.4.2 Tujuan Berbicara ....................................................................... 122.4.3 Jenis-Jenis Berbicara ................................................................. 132.4.4 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ..................... 152.4.5 Pembelajaran Kemampuan Berbicara ....................................... 17
2.5 Definisi Operasional .......................................................................... 20
III DESAIN PENELITIAN3.1 Metode Penelitian ............................................................................. 213.2 Populasi............................................................................................. 213.3 Sampel............................................................................................... 223.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 223.5 Teknik Analisis Data......................................................................... 23
IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 27
4.1.1 Data Kemampuan Berbicara Siswa secara Keseluruhan ..... 274.1.2 Data Kemampuan Berbicara Siswa per Aspek ....................... 29
4.1.2.1 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari AspekKelancaran................................................................ 30
4.1.2.2 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari Aspek Lafal.................................................................................. 32
4.1.2.3 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari AspekIntonasi .................................................................... 33
4.1.2.4 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari AspekKosakata .................................................................. 35
4.1.2.5 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari AspekPemahaman ............................................................. 37
4.1.2.6 Nilai Rata-Rata Kemampuan Berbicara Siswa secaraKeseluruhan ............................................................ 39
4.2. Bahasan Penelitian .......................................................................... 41
V SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan .......................................................................................... 735.2 Saran ................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Berbicara .................................................. 24
3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Berbicara .............................................. 26
4.1 Hasil Tes Kemampuan Berbicara Berdasarkan Film the Joy Story pada SiswaKelas V SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan Jati Agung KabupatenLampung Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018.............................................. 28
4.2 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari Aspek Kelancaran .................... 30
4.3 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari Aspek Lafal .............................. 32
4.4 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari Aspek Intonasi ......................... 34
4.5 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari Aspek Kosakata ....................... 36
4.6 Kemampuan Berbicara Siswa Ditinjau dari Aspek Pemahaman ................... 38
4.7 Nilai Rata-Rata Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri 1Margamulya secara Keseluruhan .................................................................. 40
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman4.1 Persentase Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelas V SD Negeri
1 Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten LampungSelatan Tahun Pelajaran 2017/2018 ........................................... 29
4.2 Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V Ditinjau dari AspekKelancaran .................................................................................. 31
4.3 Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V Ditinjau dari Aspek Lafal..................................................................................................... 33
4.4 Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V Ditinjau dari Aspekintonasi ....................................................................................... 35
4.5 Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V Ditinjau dari AspekKosakata .................................................................................... .37
4.6 Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V Ditinjau dari AspekPemahaman ................................................................................ 39
4.7 Nilai Rata-Rata Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri1 Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten LampungSelatan Tahun Pelajaran 2017/2018 ........................................... 41
1
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan
manusia dalam bermasyarakat. Atas dasar fungsi tersebut, maka pengguna bahasa
dituntut untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar agar pesan yang akan
disampaikan dapat dipahami oleh mitra tutur. Penguasaan terhadap bahasa ini
melebihi atribut apapun, sehingga bahasa membedakan manusia dengan makhluk
hidup lainnya (Achmad dan Alek, 2012: 3).
Dalam menguasai bahasa, terdapat empat keterampilan dasar, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis (Saddhono dan Slamet, 2014: 5). Menyimak
dan membaca merupakan kegiatan yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan
menulis merupakan kegiatan yang bersifat produktif. Empat keterampilan tersebut
sangat berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Misalnya, menyimak
berkaitan dengan menulis, berbicara berkaitan dengan membaca, dan seterusnya.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang mendalam untuk menguasai
keempat keterampilan tersebut.
Pembahasan mengenai keterampilan berbahasa, terdapat salah satu keterampilan
yang harus dikuasai oleh seseorang, yaitu keterampilan berbicara. Berbicara
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dalam prosesnya melibatkan
2
banyak kompetensi, baik kompetensi berpikir maupun kompetensi memilih kata
atau kalimat yang harus diucapkan sesuai dengan konteksnya.
Dalam hal ini, diperlukan bahan pembelajaran yang memadai agar siswa mampu
menguasai keterampilan berbicaranya dengan baik. Dengan bahan pembelajaran
yang mendukung maka siswa akan sangat terbantu dalam menguasai keterampilan
tersebut. Akan tetapi, penguasaan kemampuan berbicara dari setiap siswa akan
berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan oleh latar belakang kehidupan siswa yang
berbeda-beda pula. Latar belakang yang dimaksud di antaranya yaitu sosial
budaya, ekonomi, wilayah tempat tinggal, dan juga kegiatan sehari-hari siswa.
Dari permasalahan yang muncul tersebut peneliti mencoba mengadakan penelitian
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai salah satu keterampilan
berbahasa yaitu berbicara.
Alasan mengapa peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan
keterampilan berbicara yaitu bahwa secara teoritis, keterampilan berbicara
melibatkan banyak kompetensi, baik kompetensi berpikir maupun kompetensi
memilih kata atau kalimat yang harus diucapkan sesuai dengan konteksnya.
Seseorang yang mempunyai keterampilan berbicara akan lebih mudah dalam
menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Sebaliknya, seseorang yang
kurang memiliki kemampuan berbicara akan mengalami kesulitan dalam
menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain (Saddhono dan Slamet,
2014: 52-53).
3
Selain itu, pembelajaran keterampilan berbicara juga tertuang dalam silabus, KI,
dan KD kelas 5 Sekolah Dasar. Materi tersebut terletak pada KI4 yang berbunyi:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia; dan pada KD 4.3 mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang berbunyi: menyajikan ringkasan teks penjelasan (eksplanasi) dari media
cetak atau elektronik yang menggunakan kosakata baku atau kalimat efektif
secara lisan, tulis, dan visual (gambar, film).
Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas V karena menurut penulis siswa kelas
V merupakan masa peralihan dari masa bermain menuju masa belajar secara
murni. Pada kelas V juga mulai diperkenalkannya berbagai macam ilmu pelajaran,
salah satunya yaitu pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pada masa inilah
kita harus mengetahui kemampuan awal siswa dalam menguasai bahasa Indonesia
yang dalam hal ini difokuskan pada keterampilan berbicara, sehingga belum
terlambat untuk menambah dan memperbaiki pengetahuannya tentang materi
tersebut yang akan dijadikan bekal untuk tingkat selanjutnya.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan dengan alasan karena (1) sekolah tersebut terletak di
sebuah pedesaan dengan jarak kurang lebih 40 KM dari perkotaan, sehingga
bahasa yang digunakan di desa tersebut yaitu bahasa daerah. Bahkan, di sekolah
pun siswa masih menggunakan bahasa daerah dalam bercakap-cakap dengan
teman sebayanya, atau bahkan masih ada siswa yang menggunakan bahasa daerah
saat berbicara dengan guru, (2) SD Negeri 1 Margamulya merupakan salah satu
4
Sekolah Standar Nasional (SNN), (3) siswa SD Negeri 1 Margamulya memiliki
banyak prestasi baik dalam bidang akademik maupun nonakademik sehingga
seluruh perangkat sekolah khususnya siswa harus memiliki keterampilan
berbicara yang memadai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilihat
kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan berbicara dan hal inilah yang
melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian tentang kemampuan
berbicara berdasarkan teknik tes yang yang dilakukan kepada siswa SD Negeri 1
Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran
2017/2018.
Penelitian ini menggunakan teknik tes yaitu dengan menyajikan film tanpa suara
dengan judul ―the Joy Story‖. Adapun alasan mengapa menggunakan film tersebut
yaitu pertama, bahwa film the Joy Story merupakan film bergenrekan linguistik,
yang di dalamnya berisi suatu kejadian atau adegan namun tanpa adanya suara
sehingga sangat tepat dijadikan sebagai perangkat tes penelitian berbicara awal
siswa secara murni. Apabila film yang dipilih di dalamnya terdapat percakapan,
maka yang dikhawatirkan siswa akan meniru kata-kata dalam percakapan tersebut
sehingga hasil yang diperoleh bukan lagi kemampuan berbicara siswa secara
murni melainkan hasil dari meniru. Kedua, film the Joy Story merupakan film
yang di dalamnya mengajarkan sikap untuk saling peduli terhadap makhluk lain,
sehingga film tersebut sangat cocok dipertontonkan kepada siswa SD sebagai
bahan pembelajaran moral dan sikap. Ketiga, film the Joy Story merupakan film
pendek dengan durasi 03:05 menit sehingga dengan durasi tersebut sangat tepat
digunakan sebagai perangkat tes penelitian. Keempat, fim the Joy Story
merupakan film animasi. Oleh karena itu, film tersebut sangat tepat dijadikan
5
sebagai perangkat tes penelitian karena menginat subjek yang diteliti adalah anak-
anak sehingga anak-anak cenderung lebih menyukai film animasi. Dengan
dipilihnya film animasi bertujuan untuk menarik fokus atau perhatian anak-anak
sehingga anak-anak mengetahui alur kejadian dalam film tersebut yang nantinya
hasil berbicara yang diungkapkan akan disesuaikan dengan kejadian di dalam film
apakah anak-anak memahami atau tidak isi dari film yang ditontonnya. Kelima,
film the Joy Story merupakan film yang memperoleh penghargaan piala Oscar,
sehingga film tersebut sangat tepat disajikan kepada anak-anak di desa
Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan supaya anak-
anak di desa tersebut tidak mengalami ketertinggalan akan informasi di jaman
modern.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh mahasiswa bernama Sorta Frida
Silaen dengan judul “Peningkatan kemampuan menceritakan kembali cerita anak
yang dibaca melalui metode diskusi pada siswa kelas VII semester ganjil SMP
Negeri 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013‖. Penelitian tersebut
bertujuan untuk menganalisis kemampuan siswa dalam menceritakan kembali
cerita anak yang dibaca melalui metode diskusi. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yang bernama Sorta Frida Silaen yaitu
bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa,
sedangkan penelitian terdahulu dilakukan dengan memfokuskan pada kemampuan
bercerita. Selain itu, penelitian terdahulu diberlakukan kepada siswa kelas VII
sehingga dalam kemampuan berbicaranya sudah memperoleh masukan atau ilmu
tentang berbicara baik dari sekolah maupun lingkungan tempat tinggal, sedangkan
dalam penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas V Sekolah Dasar sehingga hasil
6
yang diperoleh yaitu kemampuan awal siswa dalam menguasai keterampilan
berbicara. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti dalam melakukan penelitian
berkaitan dengan kemampuan berbicara siswa.
1.2 Rumasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu ―Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1
Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun
Pelajaran 2017/2018?‖
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berbicara siswa kelas
V SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 2017/2018.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi guru yaitu untuk mengetahui dan menginformasikan
kemampuan berbicara siswa sehingga guru dapat menindaklanjuti langkah
selanjutnya yang harus dilakukan kepada siswa berkaitan dengan kemampuan
berbicara khususnya pada siswa kelas V sekolah dasar. Manfaat bagi siswa yaitu
untuk memberikan wawasan dan pengalaman belajar kemampuan berbicara
menggunakan media film. Adapun manfaat bagi peneliti yaitu untuk memperoleh
wawasan mengenai kemampuan berbicara anak-anak di sekolah dasar.
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan
Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Objek penelitian adalah kemampuan berbicara siswa meliputi aspek kefasihan,
lafal, intonasi, kosakata, dan pemahaman.
3. Tempat penelitian di SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan, 35365.
4. Waktu penelitian April 2018.
8
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri (Achmad dan Alek, 2012: 3). Tokoh lain berpendapat bahasa
adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahasa itu (Putrayasa, 2009: 1). Bahasa berisi gagasan,
ide, pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara. Agar apa
yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakannya dapat diterima oleh pendengar
atau orang yang diajak bicara, hendaklah bahasa yang digunakan dapat
mendukung maksud atau pikiran dan perasaan pembicara secara jelas.
Untuk menyampaikan maksud atau pesan dari seseorang kepada orang lain, maka
terjadilah sebuah peristiwa komunikasi. Komunikasi ini dapat berupa komunikasi
satu arah, dua arah, dan multiarah (Saddhono dan Slamet, 2014: 5). Komunikasi
satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan
penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Komunikasi dua arah terjadi
ketika pemberi pesan dan penerima pesan saling menanggapi isi pesan.
Komunikasi multiarah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan yang
jumlahnya lebih dari dua orang saling menanggapi isi pesan (Abd. Gofur dalam
Saddhono dan Slamet, 2014: 5).
9
Dalam kegiatan komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim pesan yang
diformulasikan dalam lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan, yang
kemudian proses ini disebut dengan encoding. Selanjutnya, si penerima pesan
aktif menerjemahkan lambang-lambang tersebut menjadi bermakna sehingga
pesan tersebut dapat diterima secara utuh dan proses ini disebut dengan decoding
(Saddhono dan Slamet, 2014: 5).
2.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa nasional dan juga sebagai
bahasa negara (Arifin dan Amran, 2008: 3). Dalam kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai lambang
kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu, dan alat
komunikasi antardaerah dan antarkebudayaan. Sebagai lambang kebangsaan
bahasa Indonesia mampu mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari
rasa kebanggan kita (Arsjad dan Mukti, 1988: 10). Dalam kedudukan sebagai
bahasa negara, bahasa Indonesai memiliki fungsi di antaranya yaitu bahasa resmi
kenegaraan, bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, alat perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi (Arifin dan
Amran, 2009: 13-14).
Sebagai pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi modern, bahasa Indonesia
harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam berbagai
bidang ilmu, teknologi, dan hubungan antarmanusia. Ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kehidupan modern harus dapat dicapai melalui bahasa. Memiliki kemampuan
10
berbahasa telah memungkinkan manusia memikirkan suatu masalah secara terus
menerus. Dengan bahasa, manusia dapat mengkomunikasikan apa yang sedang
dipikirkannya dan dapat pula mengekspresikan sikap dan perasaannya (Arsjad dan
Mukti, 1988: 11).
2.3 Hakikat Keterampilan Berbahasa
Sehubungan dengan kemampuan berbahasa, terdapat empat keterampilan dasar
berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang. Empat keterampilan tersebut yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Saddhono dan Slamet, 2014: 5).
Keterampilan-keterampilan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain.
Menyimak dan membaca bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis
bersifat produktif. Akan tetapi, pada penelitian ini akan difokuskan pada satu
keterampilan yaitu keterampilan berbicara. Dengan alasan bahwa berbicara
merupakan keterampilan yang paling kompleks yang berhubungan erat dengan
perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak (Tarigan, 2008: 3).
2.4 Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari keempat keterampilan
berbahasa. Untuk bisa menguasai keterampilan berbicara dengan baik, ada
beberapa hal yang perlu untuk diketahui, baik itu hakikat berbicara, tujuan
berbicara, jenis-jenis berbicara, dan juga bagaimana pembelajaran keterampilan
berbicara yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya, hal-hal tersebut akan
dipaparkan satu per satu berikut ini.
11
2.4.1 Hakikat Berbicara
Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dalam kelompok. Anggota dalam
kelompok tersebut selalu terjadi interaksi. Untuk berinteraksi tersebut manusia
memerlukan alat yaitu bahasa yang dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Untuk dapat berkomunikasi secara lisan dengan efektif diperlukan kemampuan
berbicara (Saddhono dan Slamet, 2014: 53).
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa berupa
gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain (Saddhono dan Slamet,
2014: 53). Adapun Henry Guntur Tarigan juga menjelaskan pengertian dari
berbicara, yaitu suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari (Tarigan, 2008: 3).
Berbicara lebih dari sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara
adalah sarana untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak (Saddhono dan
Slamet, 2014: 54). Pada saat berkomunikasi, berbicara merupakan salah satu alat
yang terpenting untuk dapat menyampaikan maksud atau pesan dari pembicara.
Selain itu berbicara juga digunakan anggota masyarakat untuk menyatakan diri
dalam lingkungan. Dengan kata lain untuk menghubungkan sesama anggota
masyarakat diperlukan komunikasi sehingga berbicara digunakan sebagai alat
komunikasi yang tepat di dalam bermasyarakat (Saddhono dan Slamet, 2014: 55).
12
Dalam hal ini, Logan (dalam Saddhono dan Slamet, 2014: 54) mengemukakan
konsep berbicara mencakup sembilan hal. Kesembilan hal tersebut di antaranya
sebagai berikut.
(1) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal.
(2) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
(3) Berbicara adalah ekspresi kreatif.
(4) Berbicara adalah tingkah laku.
(5) Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari.
(6) Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman.
(7) Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala.
(8) Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat.
(9) Berbicara adalah pancaran pribadi.
Berbicara paling sedikit dapat dimanfaatkan untuk dua hal. Pertama, untuk
mengomunikasikan ide, perasaan, dan kemauan. Kedua, berbicara dapat juga
dimanfaatkan untuk lebih menambah pengetahuan dan cakrawala pengalaman
(Saddhono dan Slamet, 2014: 57). Selain itu, seseorang yang memiliki
kemampuan berbicara akan lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan
kepada orang lain. Sebaliknya, seseorang yang kurang memiliki kemampuan
berbicara akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide atau gagasannya
kepada orang lain (Saddhono dan Slamet, 2014: 52-53).
13
2.4.2 Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Untuk dapat meyampaikan
pikiran, gagasan, perasaan, dan kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan (Saddhono dan
Slamet, 2014: 58).
Gorys Keraf menyatakan bahwa tujuan berbicara sebagai berikut;
(1) Mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan,
serta menunjukan rasa hormat dan pengabdian.
(2) Meyakinkan.
(3) Berbuat atau bertindak.
(4) Memberitahukan.
(5) Menyenangkan. (Keraf dalam Saddhono dan Slamet, 2014: 58-59).
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan menyatakan bahwa tujuan
berbicara meliputi (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulus, (4)
meyakinkan, dan (5) menggerakan (Tarigan, 1987).
2.4.3 Jenis-Jenis Berbicara
Berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni
menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang
menjadi perhatiannya antara lain (1) berbicara di muka umum, (2) semantik:
pemahaman makna kata, (3) diskusi kelompok, (4) argumentasi, (5) debat, (6)
prosedur parlementer, (7) penafsiran lisan, (8) seni drama, (9) berbicara melalui
udara. Jika dilihat dari sudut pandang berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal
yang berkaitan dengan (1) mekanisme berbicara dan mendengar, (2) latihan dasar
14
tentang ujaran dan suara, (3) bunyi-bunyi bahasa, dan (4) bunyi-bunyi dalam
rangkaian ujaran, (5) vowel-vowel, (6) diftong-diftong, (7) konsonan-konsonan,
(8) dan patologi ujaran (Tarigan, 2008: 22-23).
Akan tetapi, secara garis besar, jenis-jenis berbicara dibagi atas dua jenis, yaitu (1)
berbicara di muka umum, yang mencakup berbicara yang bersifat pemberitahuan,
kekeluargaan, bujukan, dan perundingan, dan (2) berbicara pada konferensi, yang
meliputi diskusi kelompok, prosedur parlementer, dan debat (Haryadi dan
Zamzami dalam Saddhono dan Slamet, 2014: 60).
Membahas tentang jenis-jenis berbicara, banyak tokoh yang membedakan
berbicara menjadi beberapa jenis, di antaranya yaitu Gorys Keraf yang
membedakan jenis berbicara ke dalam tiga macam, yaitu persuasif, instruktif, dan
rekreatif (Keraf 1980). Menurutnya, berbicara yang termasuk jenis persuasif
adalah mendorong, meyakinkan, dan bertindak. Berbicara jenis intruktif yaitu
berbicara yang bertujuan untuk memberitahukan. Berbicara rekreatif bertujuan
untuk menyenangkan. Jenis-jenis berbicara tersebut menghendaki reaksi dari para
pendengar yang beraneka.
Tokoh lain yang juga mengemukakan jenis-jenis berbicara yaitu Djago Tarigan
(1987) yang membedakan jenis-jenis berbicara berdasarkan pada (1) situasi, (2)
tujuan, (3) metode penyampaian, (4) jumlah penyimak, dan (5) peristiwa khusus
(Tarigan, 1987).
15
2.4.4 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan
gagasan, pikiran, dan perasaan (Arsjad dan Mukti, 1988: 17). Adapun dalam
penyampaiannya, ada beberapa faktor berbicara yang harus diperhatikan
pembicara agar apa yang ingin disampaikannya dapat dipahami oleh pendengar
atau orang lain. Faktor-faktor tersebut di antaranya yaitu faktor kebahasaan dan
nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi (1) ketepatan ucapan; (2) penempatan
tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; (4) pilihan kata (diksi); dan (4)
ketepatan sasaran pembicaraan. Adapun faktor nonkebahasaan meliputi (1) sikap
yang wajar, tenang, dan tidak kaku; (2) pandangan harus diarahkan kepada rekan
bicara; (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain; (4) gerak-gerik dan mimik
yang tepat; (5) kenyaringan suara juga sangat menentukan; (6) kelancaran (Arsjad
dan Mukti, 1988: 17-21)
Adapun tokoh lain yang mengemukakan faktor-faktor yang berkaitan dengan
keterampilan berbicara yaitu A. Efendi Sanusi. Menurutnya, ruang lingkup
berbicara ada lima indikator yang dapat dilihat, yaitu kefasihan dan kelancaran,
lafal, intonasi, kosakata, dan pemahaman. Kefasihan adalah kemampuan
seseorang untuk mempergunakan struktur bahasa secara tepat dengan
memusatkan diri pada isi dan bukan pada bentuk, dan mempergunakan satuan dan
pola secara otomatis dalam percakapan biasa (Kridalaksana, 2009: 115). Dalam
kelancaran, yang perlu diperhatikan apakah pembicaraannya lancar tidak
tersendat-sendat, jelas, dan menggunakan kecepatan yang wajar? Pembicaraan
16
yang terlampau cepat akan membingungkan pendengar. Sebaliknya, pembicaraan
yang terlampau lambat akan menimbulkan kejenuhan (Sanusi, 2013: 109).
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat
bahasa mengucapkan bunyi bahasa (Kridaklaksana, 2009: 139). Dalam lafal, yang
perlu dilihat apakah lafalnya baik? Baik dalam pengertian tidak terdengar lafal
kedaerahan atau lafal asing (Sanusi, 2013: 109).
Intonasi adalah pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu
mengucapkan ujaran atau bagian-bagiannya (Kridalaksana, 2009: 95). Intonasi
dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud kalimat.
Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intronasi ini, kalimat bahasa Indonesia
dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan
kalimat perintah (imperatif) (Muslich, 2010: 115-116). Dalam intonasi yang perlu
diperhatikan apakah naik turun suaranya tepat? Tepat dalam pengertian sesuai
dengan maksud kalimat dan tidak monoton sehingga menjenuhkan (Sanusi, 2013:
109).
Kosakata merupakan kumpulan kata, khazanah kata, atau leksikon (Kridalaksana,
2009: 137). Dalam hal kosakata, yang perlu diperhatikan apakah kosakata yang
digunkanan tepat dan baku? Penggunaan kosakata yang tidak baku perlu dihindari
jika berbicara dalam suasan yang formal (Sanusi, 2013: 110).
Pemahaman adalah kemahiran dasar berbahasa berupa kemampuan untuk
mendengarkan dan memahami bahasa lisan atau kemampuan untuk membaca dan
memahami bahasa tulisan (Kridalaksana, 2009: 177). Dalam hal pemahaman yang
perlu diperhatikan apakah isi pembicaraannya dapat dipahami? Pemahaman
17
bahasa ragam lisan, selain dipengaruhi oleh komunikatif atau tidaknya kosakata
yang digunakan, dipengaruhi pula oleh tinggi-rendah dan panjang-pendeknya
suara (Sanusi, 2013: 110).
2.4.5 Pembelajaran Kemampuan Berbicara
Menurut Tarigan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan dalam Saddhono dan
Slamet, 2014: 89). Mengingat bahwa berbicara merupakan salah satu dari
keterampilan berbahasa, Arsjad dan Mukti menjelaskan pengertian dari
keterampilan berbicara, yaitu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau mengucapkan kata-kata untuk mengapresiasi, menyatakan, menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan (Arsjad dan Mukti dalam Saddhono dan Slamet,
2014: 90).
Adapun dalam mengemukakan gagasan diperlukan pengetahuan mengenai ilmu
atau teori berbicara yang sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta
keberhasilan seni atau praktik berbicara. Itulah sebabnya maka diperlukan
pendidikan berbicara (Tarigan, 2008: 23).
Konsep-konsep dasar yang mendasari pendidikan berbicara dapat dikelompokan
ke dalam tiga kategori, yaitu:
1) hal-hal yang berkenaan dengan hakekat atau sifat dasar ujaran;
2) hal-hal yang menyatakan proses-proses intelektual yang diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dengan baik;
18
3) hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan-
keterampilan berbicara (Tarigan, 2008: 23).
Agar dapat memahami sifat dasar ujaran, maka perlu mengingatnya serta
memberlakukannya sebagai suatu tipe perilaku manusia yang mengandung
implikasi-implikasi sosial, ekonomi, dan kultural dalam kehidupan setiap pribadi.
Selain itu menyadari bahwa bahasa atau ujaran merupakan suatu kegiatan yang
rumit di mana hubungan-hubungan antara pembicara dan pendengar mungkin
sangat dipengaruhi oleh gagasan-gagasan sang pembicara dan nada emosional
berikut caranya mengekspresikan ide-ide tersebut. (Tarigan, 2008: 23).
Berbicara mengenai pembelajaran berbicara, terdapat istilah kompetensi
komunikatif. Kompetensi komunkatif adalah kemampuan untuk menerapkan
kaidah-kaidah gramatikal suatu bahasa untuk membentuk suatu kalimat-kalimat
yang benar secara gramatikal dan untuk mengetahui apabila dan di mana
menggunakan kalimat-kalimat tersebut dan kepada siapa. Kompetensi
komunikatif meliputi:
(1) pengetahuan mengenai tata bahasa dan kosakata bahasa yang bersangkutan;
(2) pengetahuan mengenai kaidah-kaidah berbicara;
(3) mengehatui bagaimana cara menggunakan dan memberi responsi terhadap
berbagai tipe tindak tutur;
(4) mengetahui bagaimana cara menggunakan bahasa secara tepat dan memuaskan
(Tarigan, 2009: 31-32).
19
Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka kemampuan berbicara ini dapat
dilatih atau pun dibelajarkan, yang tentunya didukung juga dengan materi-materi
yang berkaitan dengan pembelajaran berbicara. Adapun cakupan materi berbicara
dalam kurikulum meliputi kegiatan seagai berikut: (1) berceramah, (2) berdebat,
(3) bercakap-cakap, (4) berkhotbah, (5) bertelepon, (6) bercerita, (7) berpidato, (8)
bertukar pikiran, (9) bertanya, (10) bermain peran, (11) berwawancara, (12)
berdiskusi, (13) berkampanye, (14) menyampaikan sambutan, selamat, pesan, (15)
melaporkan, (16) menanggapi, (17) menyanggah pendapat, (18) menolak
permintaan, tawaran, ajakan, (19) menjawab pertanyaan, (20) menyatakan sikap,
(21) menginformasikan, (22) membahas, (23) melisankan (isi drama, cerpen,
puisi, bacaan), (24) menguraikan cara membuat sesuatu, (25) menawarkan
sesuatu, (26) meminta maaf, (27) memberi petunjuk, (28) memperkenalkan diri,
(29) menyapa, (30) mengajak, (31) mengundang, (32) memperingatkan, (33)
mengoreksi, dan (34) tanya-jawab (Saddhono dan Slamet, 2014: 92).
Keberhasilan sebuah pembelajaran berbicara dapat diketahui hasilnya melalui
penilaian pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah
dilaksanakan proses pembelajaran tersebut. Lee mengungkapkan bahwa alat
penilaian (tes) itu harus dapat menilai kemampuan mengomunikasikan gagasan
yang tentu saja mencakup kemampuan menggunakan kata, kalimat, dan wacana,
yang sekaligus mencakup kemampuan kognitif dan psikomotorik (Lee dalam
Saddhono dan Slamet, 2014: 92). Lee juga mengemukakan beberapa teknik
penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara, di
antaranya yaitu (1) tes bercerita, dan (2) tes berdiskusi. Tes bercerita dilakukan
dengan cara meminta siswa untuk mengungkapkan sesuatu (pengalaman atau
20
topik tertentu). Bahan cerita akan disesuaikan dengan perkembangan atau keadaan
pembicara (siswa). Sasaran utamanya berupa unsur linguistik (penggunaan bahasa
dan cara bercerita), serta hal yang diceritakan, ketepatan, kelancaran, dan
kejelasannya. Tes diskusi dilakukan dengan cara disajikan suatu topik dan
pembicara diminta untuk mendiskusikannya. Tes ini dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan berbicara dalam menyampaikan pendapat,
mempertahankan pendapat, serta menanggapi ide dan pikiran yang disampaikan
oleh peserta lain (Lee dalam Saddhono dan Slamet, 2014: 93).
2.5 Definisi Operasional
Departemen Pendidikan Nasional (2008: 869) menyebutkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan yang dimiliki oleh setiap orang.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah
kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan yang dimiliki seseorang untuk
menyampaikan maksud berupa gagasan, pikiran, atau isi hati seseorang kepada
orang lain. Penerapan pada penelitian ini dapat dilakukan dengan memberikan
suatu objek untuk diamati yaitu film tanpa suara, maka dari objek tersebut siswa
diminta untuk mengungkapkan atau menceritakan secara lisan alur dari film yang
telah ditontonnya. Dari tes tersebut, maka peneliti akan melihat kemampuan
berbicara siswa melalui aspek berbicara (kelancaran, lafal, intonasi, kosakata, dan
pemahaman) yang dijadikan sebagai indikator penilaian dalam penelitian.
21
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best dalam Sukardi, 2003:
157). Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat. Penelitian kualitatif itu sendiri adalah penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah (Sugiyono, 2012: 15). Dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif ini, tingkat kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1
Margamulya Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan tahun ajaran
2017/2018 dapat disajikan secara empirik.
3.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Margamulya
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan tahun ajaran 2017/2018 yang
hanya terdiri atas satu kelas. Alasan mengapa peneliti hanya menggunakan satu
kelas dalam penelitiannya yaitu karena SD Negeri 1 Margamulya terletak di
pedesaan sehingga terbatasnya jumlah anak-anak yang ada di desa tersebut. Oleh
karena itu, siswa kelas V hanya berjumlah 32 siswa dan menjadi satu populasi.
22
3.3 Sampel
Pengambilan sampel berpedoman pada pendapat Sukardi (2003: 55) yang
menyebutkan bahwa apabila jumlah populasi terlalu besar, maka peneliti dapat
mengambil sebagian dari jumlah total populasi. Apabila populasi dalam jumlah
kecil sebaiknya seluruh populasi digunakan sebagai sumber pengambilan data.
Sebagian dari populasi yang terpilih untuk penelitian ini jumlahnya harus
memenuhi syarat mewakili populasi yang ada.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka penelitian ini merupakan penelitian populasi
karena objek yang akan diteliti terdiri atas populasi kecil.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik tes, obsevasi atau
pengamatan, dan catatan lapangan. Tes yang diberikan yaitu berupa penyajian
film tanpa suara (visual) yang nantinya siswa diminta untuk menceritakan secara
lisan alur cerita dari film yang telah ditontonnya.
Berikut langkah-langkah dalam pengumpulan data penelitian.
1. Penyajian atau pemutaran film tanpa suara yang berjudulthe Joy Story dengan
durasi 03:05 menit.
2. Siswa diminta untuk mengamati film tersebut dan mencatat hal-hal yang
penting.
3. Film diputar sebanyak 2 kali putaran.
23
4. Siswa diminta untuk maju satu per satu dan menceritakan alur cerita film the
joy Story tersebut.
5. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti merekam suara siswa yang maju
yang nantinya hasil rekaman tersebut akan dijadikan sumber data untuk diolah.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berbicara
berdasarkan film the Joy Story pada siswa kelas V SD Negeri 1 Margamulya
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari data rekaman tes
berbicara siswa.
Berikut langkah-langkah dalam analisis data penelitian.
1. Mengumpulkan semua data.
2. Mendengarkan dengan saksama hasil berbicara siswa melalui media rekam
kemudian ditranskripsikan ke dalam teks yang nantinya dijadikan sebagai
lampiran.
4. Memberikan skor hasil tes siswa berdasarkan indikator yang telah ditentukan.
5. Menghitung skor akhir yang diperoleh setiap siswa dengan menggunakan
rumus:
x100%.
6. Menghitung jumlah skor rata-rata yang diperoleh seluruh siswa menggunakan
rumus
;
24
Skala penilaian menggunakan model penilaian dengan skala 0-100. Untuk lebih
jelasnya, indikator dan skor penilaian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Berbicara
ASPEK INDIKATOR SKOR SKOR
MAKSIMAL
Berbicara Beberapa tolok ukur
dalam penilaian
berbicara:
A. Kelancaran:
a. semua kata lancar
dan jelas
b. terdengar 1—5
kata yang tidak
lancar/tidak jelas
c. terdengar 6—10
kata yang tidak
lancar/tidak jelas
d. terdengar 11—15
kata yang tidak
lancar/tidak jelas
e. terdengar ≥ 16 kata
yang tidak
lancar/tidak jelas
B. Lafal:
a. tidak terdengar lafal
daerah atau lafal
asing
b. terdengar 1—5 lafal
daerah atau lafal
asing
c. terdengar 6—10
lafal daerah atau
lafal asing
d. terdengar 11—15
lafal daerah atau
lafal asing
e. terdengar ≥ 16 lafal
daerah atau lafal
asing
20
15
10
5
1
20
15
10
5
1
100
25
C. Intonasi
a. naik-turun suara
sesuai dengan
maksud kalimat
b. terdengar 1—5 naik-
turun suara yang
tidak sesuai dengan
maksud kalimat
c. terdengar 6—10
naik-turun suara yang
tidak sesuai dengan
maksud kalimat
d. terdengar 11—15
naik-turun suara yang
tidak sesuai dengan
maksud kalimat
e. terdengar > 16 naik
turun suara yang
tidak sesuai dengan
maksud kalimat
D. Kosakata
a. semua kata yang
digunakan tepat dan
baku
b. terdengar 1-5
penggunaan kata
yang tidak tepat/tidak
baku
c. terdengar 6-10
penggunaan kata
yang tidak tepat/tidak
baku
d. terdengar 11-15
penggunaan kata
yang tidak tepat/tidak
baku
e. terdengar > 16
penggunaan kata
yang tidak tepat/tidak
baku
E. Pemahaman
a. semua kata dapat
dipahami
b. terdengar 1-5 kata
yang tidak dapat
dipahami
20
15
10
5
1
20
15
10
5
1
20
15
26
c. terdengar 6-10 kata
yang tidak dapat
dipahami
d. terdengar 11-15 kata
yang tidak dapat
dipahami
e. terdengar > 16 kata
yang tidak dapat
dipahami
10
5
1
(Sanusi, 2013: 111-112)
Hasil yang diperoleh setiap siswa kemudian dikelola berdasarkan indikator
penilaian di atas. Selanjutnya, tingkat kemampuan siswa dikelompokan
berdasarkan tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Berbicara
Interval Presentasi Tingkat
Kemampuan Keterangan
85 – 100% Baik Sekali
75 – 84% Baik
60 – 74% Cukup
40 – 59% Kurang
0 – 39% Kurang Sekali
(Nurgiyantoro, 2001: 399)
Adapun alasan mengapa menggunakan teori Sanusi yaitu di dalam teori Sanusi
dijelaskan cara penilaian dan penskoran dan juga teknik penilaian dan penskoran
yang tidak rumit sehingga sangat tepat dijadikan sebagai indikator penilaian
berbicara siswa SD yang kemampuan berbicaranya masih sangat dasar.
73
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri 1 Margamulya Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berbicara berdasarkan film the Joy Story pada siswa kelas V
tergolong baik dengan nilai rata-rata 82,9. Adapun rincian persentase kemampuan
berbicara siswa dapat dilihat berikut ini:
1) siswa yang memiliki kemampuan berbicara yang tergolong baik sekali
sebanyak 23 orang dengan persentase sebesar 71,875%;
2) siswa yang memiliki kemampuan berbicara yang tergolong baik sebanyak 6
orang dengan persentase sebesar 18,75%;
3) siswa yang memiliki kemampuan berbicara yang tergolong cukup sebanyak 3
orang dengan persentase sebesar 9,375%;
4) siswa yang memiliki kemampuan berbicara yang tergolong kurang tidak ada
dengan persentase sebesar 0%;
5) siswa yang memiliki kemampuan berbicara yang tergolong kurang sekali juga
tidak ada dengan persentase 0%.
74
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, dan simpulan yang dikemukakan
sebelumnya, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan siswa terhadap
kemampuan berbicaranya. Oleh karena itu penulis menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut.
1) Guru bahasa Indonesia SD Negeri 1 Margamulya diharapkan lebih
meningkatkan kemampuan berbicara siswa terutama dalam hal kelancaran dan
intonasi. Selain itu, lafal dan kosakata juga perlu diperdalam lagi agar tidak
terdengar kata atau kosakata yang tidak tepat terutama ketika siswa berbicara
di dalam suasana yang resmi.
2) Siswa harus lebih giat lagi dalam mempelajari keterampilan berbicara terutama
aspek kelancaran dan intonasi, karena kedua aspek tersebut sangat berpengaruh
terhadap keefektifan berbicara agar makna yang terkandung dalam kegiatan
berbicara dapat dipahami oleh orang lain terutama saat berbicara di dalam
forum resmi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Arifin E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta: Akademika Pressindo
Arsjad Maidar G. dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan BerbicaraBahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Efendi, A. Sanusi. 2013. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. BandarLampung: Universitas Lampung
Frida, Sorta Silaen. 2013. Peningkatan Kemampuan Menceritakan KembaliCerita Anak yang Dibaca melalui Metode Diskusi pada Siswa KelasVII Semester Ganjil SMP Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran2012/2013. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Ghazali, A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa: DenganPendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Silabus Mata Pelajaran SekolahDasar / Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI). Jakarta: Menteri Pendidikandan Kebudayaan
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. EndeFlores: Nusa Indah
Kridalaksana, Harimukti. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia PustakaUtama
Muslich, Masnur. 2010. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Saddhono, Kundharu dan Y. Slamet. 2014. Pembelajaran KeterampilanBerbahasa Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tarigan, Djago. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung:Aksara
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 2009: Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung:Angkasa