ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DALAM FILM ALANGKAH LUCUNYA (NEGERI INI) KARYA DEDDY MIZWAR
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA
(ANALISIS WACANA)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Astri Pertiwi
NIM 1111013000082
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016
ABSTRAK
Astri Pertiwi (NIM:1111013000082). “Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA (Analisis Wacana)”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Dr. Siti Nuri Nurhaidah, MA
Kesantunan berbahasa merupakan aspek yang sangat penting saat berinteraksi dengan mitra tutur. Apalagi pada dunia pendidikan, kesantunan berbahasa memiliki peran penting dalam kemampuan berbahasa siswa. Film sebagai media ajar dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan pengajaran mengenai kesantunan berbahasa. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan bentuk kesantunan berbahasa yang terdapat dalam Alangkah Lucunya (Negeri Ini), (2) Mendeskripsikan implikasi kesantunan berbahasa yang terdapat dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Manfaat dari penelitian ini meliputi dua hal, yaitu manfaat teoritis yang dapat memberikan wawasan tentang kesantunan berbahasa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas dan manfaat praktis yang dapat memberikan sumber referensi baru untuk penelitian selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini berupaya untuk menganalisis kesantunan berbahasa yang terdapat dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). metode ini dilakukan dengan lima tahap, yaitu teknik sadap, kemudian dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat, setelah mendapatkan data selanjutnya peneliti mencatat hasil temuan kesantunan yang terdapat dalam dialog, dan pada tahap terakhir peneliti menyimpulkan hasil dari data keseluruhan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 127 scene yang terdapat dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)35 data yang mematuhi prinsip kesantunan Leech yaitu maksim kearifan 8 data, maksim kedermawanan 3 data, maksim pujian 10 data, maksim kerendahan hati 3 data, maksim kesepakatan 8 data, dan maksim simpati 3 data. Sedangkan yang melanggar prinsip kesantunan sebanyak 45 data, yaitu maksim kearifan 3 data, maksim pujian 17 data, maksim kerendahan hati 2 data, maksim kesepakatan 22 data, dan maksim simpati 1 data. Analisis wacana ini dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA kelas XI pada materi mengulas secara kritis film atau drama. Selain siswa dapat memberikan ulasan secara kritis mengenai film atau drama, siswa pun dapat mempelajari kesantunan berbahasa yang terdapat dalam film dan dapat langsung mempraktikannya pada kehidupan sehari-hari dalam segala situasi sosil, baik dalam lingkungan masyarakat ataupun lingkungan sekolah.
kata kunci: kesantunan berbahasa, prinsip kesantunan, film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
ABSTRACT Astri Pertiwi (NIM: 1111013000082). "Analysis of Politeness Language in Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Work Deddy Mizwar and Its Implication Learning Indonesian Language and Literature in High School (Discourse Analysis)". Education Department of Indonesian Language and Literature, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah. State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor: Dr. Siti Nuri Nurhaidah, MA
Politeness is a very important aspect when interacting with the hearer. Especially in the world of education, politeness has an important role in students' language skills. Film as a medium of teaching can be used for educators to convey the teachings of politeness. The purpose of this study are: (1) Describe the form of politeness contained inAlangkah Lucunya (Negeri Ini), (2) Describe the implications of politeness contained in the film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) towards learning Indonesian language and literature at the high school. The benefits of this research consists of two things, namely the theoretical benefits that can provide insight into linguistic politeness towards learning Indonesian at SMA and practical benefits that can provide a new reference source for further research.
The method used in this study is a qualitative research method. In this study seeks to analyze the politeness contained in movie dialogueAlangkah Lucunya (Negeri Ini). this method is done with five stages, namely the technique of tapping, followed by techniques refer freely involved conversation, followed by technical note, after receiving further data researchers noted the findings of politeness contained in the dialogue, and at the last stage researchers concluded the results of the overall data ,
The results showed that of the 127 scene contained in the film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)35 data to adhere to the principles of politeness Leech is the maxim of wisdom 8 data, maxims generosity 3 data, the maxim of praise 10 data, the maxim of humility 3 data, the maxim deal 8 data and sympathy maxim 3 data. While that violates the principle of politeness as much as 45 data, that maxim of wisdom 3 entries, 17 compliment maxim of data, humility 2 data maxims, maxims 22 deal of data, and maxims sympathy 1 data. This discourse analysis can be implied to study Indonesian language and literature at the high school grade XI on the material critically review a movie or drama. In addition students can provide critical review of the movie or drama, students can learn politeness contained in the film and can be directly practiced in everyday life in all situations sosil, either within the community or school environment. keywords: politeness, politeness principle, the movie Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi yang berupa lambang bunyi. Komunikasi dapat terjadi bila dilakukan
oleh dua orang atau lebih. Setiap kalimat yang dituturkan dalam berkomunikasi pasti
memiliki arti. Suatu tuturan pasti memiliki maksud serta faktor yang melatar
belakangi penutur dalam menyampaikan tujuannya kepada mitra tutur. Agar
komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka penutur dan mitra tutur harus
menggunakan bahasa yang baik pula, bahasa yang dapat dimengerti oleh peserta tutur.
Linguistik merupakan ilmu yang memperlajari tentang seluk-beluk bahasa dan
memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan sebagainya. Berbagai macam
cabang disiplin ilmu tersebut dibagi menjadi dua jenis, yaitu ilmu yang mempelajari
bahasa dari sudut pandang internal yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.
Berbeda dengan cabang ilmu linguistik yang lain, pragmatik adalah cabang ilmu
linguistik yang mengkaji bahasa secara eksternal, yakni bagaimana kesatuan bahasa
tersebut digunakan dalam berkomunikasi1. Selain itu, ada beberapa definisi lain
mengenai pragmatik yang hampir semuanya berpendapat bahwa pragmatik adalah
ilmu yang mengkaji bahasa sebagaimana digunakan dalam konteks tertentu.
Melakukan penelitian dengan menggunakan kajian pragmatik dalam sebuah
karya sastra merupakan suatu hal yang menarik untuk dilakukan, termasuk dalam
meneliti sebuah film. Film menyajikan cerita dengan menggunakan gambar yang
bergerak. Film menjadi media yang sangat berpengaruh dibandingkan dengan media-
media yang lain, karena memiliki aspek audio dan visual sekaligus sehingga membuat
penontonnya tidak mudah bosan dan mudah mengingat. Hal itulah yang menyebabkan
kini film tidak hanya menjadi hiburan semata namun film dapat pula digunakan
sebagai salah satu media dalam proses pembelajaran.
Dalam film tentunya terjadi percakapan atau dialog yang dilakukan oleh tokoh
di film tersebut. Dialog antara tokoh sering mengundang rasa ingin tahu penonton,
1 I Dewa Putu Wijana, Dasar-Dasar Pragmatik, (Yogyakarta: Andi Offset, 1996), h. 1
2
misalnya “apa maksud tokoh X berkata seperti itu?”, mengapa tokoh X marah
mendengar perkataan tokoh Z?”, dan sebagainya. Dengan kajian ilmu pragmatik,
tentu pertanyaan seperti itu dapat terjawab. Dalam memahami cerita sebuah film, kita
harus menggabungkan antara konteks dengan tuturan yang ada di film tersebut. Sama
halnya dengan naskah drama, naskah film pun menggunakan bahasa sebagai perantara
serta memiliki sifat imajinatif. Naskah inilah yang kemudian ditampilkan melalui
sederetan gambar, suara, dialog dan ilustrasi musik. Di dalam film, tidak hanya
terdapat dialog secara langsung saja namun terkadang terjadi dialog yang dilakukan
secara tidak langsung secara konteksnya, namun mitra tutur dapat memahami maksud
dari tuturan tersebut.
Selain harus memperhatikan konteks, peserta tutur pun harus memiliki
kesantunan dalam berbahasa. Kesantunan bukan hal yang asing bagi masyarakat, apa
lagi masyarakat Indonesia yang kental akan budaya dan adat sitiadat. Tidak hanya
dalam film yang kini memiliki fungsi ganda selain untuk hiburan juga sebagai media
dalam pembelajaran namun dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari pun harus
memperhatikan kesantunan dalam berbahasa. Kesantunan tidak hanya terlihat dari
bahasa yang digunakan tetapi dapat berupa tindak tutur, sikap, dan sebagainya yang
menggambarkan identitas diri seseorang.
Dengan mengkaji kesantunan pada peristiwa tutur para tokoh dalam film maka
dapat mengetahui tingkat kesantunan yang digunakan dalam film tersebut. Salah satu
film yang dapat dijadikan media dalam pembelajaran yaitu film Alangkah Lucunya
(Negeri Ini) karya Deddy Mizwar. Film ini mempunyai makna yang baik dan nilai
edukasi yang tinggi. Film ini dikemas dengan menarik, lucu, dan mudah dipahami
oleh penonton. Film ini menceritakan tentang realita di Indonesia namun tetap
memunculkan maksud yang ingin disampaikan oleh sang sutradara. Selain itu, film ini
pun pernah menjadi pemenang diajang Jakarta Internasional Film Festival tahun 2010
kategori Best Feature Film dengan penghargaan Film Indonesia Terbaik.
Kemampuan sang sutradaralah yang mampu membuat film ini menjadi sebuah
film yang layak untuk dijadikan objek penelitian karena dalam film ini mempunyai
nilai edukasi yang tinggi. Dalam dialog-dialog pada film ini diduga terdapat banyak
fenomena tindak tutur, khususnya pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan.
Skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Dialog dalam Film Alangkah
Lucunya (Negeri Ini) dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA” ini mendeskripsikan pematuhan prinsip kesantunan beserta
3
pelanggaran-pelanggarannya di dalam tuturan yang diujarkan para tokoh dalam film
Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
Membahas kesantunan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dan
mengimplikasinya pada kegiatan pembelajaran di kelas XI dengan tema/topik
mengulas secara kritis film/drama.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diuraikan masalah yang
teridentifikasi, yaitu:
1. Konteks wacana yang tedapat dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
2. Dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) terdapat pematuhan dan pelanggaran
prinsip kesantunan.
3. Prinsip kesantunan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.
C. Pembatasan masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka permasalahan dalam
penelitian ini akan dibatasi pada prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech dalam
film Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip kesantunan berbahasa menurut teori Leech dalam film
Alangkah Lucunya (Negeri Ini)?
2. Bagaimana implikasi prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech dalam film
Alangkah Lucunya (Negeri Ini) terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesiia di SMA?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan bentuk prinsip kesantunan yang terdapat dalam film Alangkah
Lucunya (Negeri Ini).
4
2. Mendeskripsikan implikasi prinsip kesantunan berbahasa yang tedapat dalam film
Alangkah Lucunya (Negeri Ini) terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di SMA.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis, maupun pembaca dalam
hal:
1. Kegunaan teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan mengenai studi sastra Indonesia khususnya dalam
pembelajaran sastra di sekolah.
2. Kegunaan praktis
a. Bagi pembaca/mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pembanding dan contoh bagai penelitian selanjutnya.
b. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan
mengenai tindak tutur dan menerapkan kesantunan berbahasa dalam tindak
tutur sehari-hari.
c. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pemahaman tindak tutur dan kesantunan sehingga dapat digunakan dalam
kegiatan belajar.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pragmatik 1. Definisi Pragmatik
Pragmatik merupakan ancangan wacana yang menguraikan tiga konsep,
yakni makna, konteks, dan komunikasi yang sangat luas dan rumit. Pragmatik
sebagai salah satu cabang linguistik mulai berkumandang dalam percaturan
linguistik Amerika sejak tahun 1970-an. Pragmatik merupakan cabang linguistik
yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi
tertentu1. Morris, Crystal, serta Hartmann dan Stork menjelaskan bahwa “...
pragmatik yaitu cabang ilmu semiotika yang mengkaji hubungan tanda dengan
pengguna bahasa2.”
Pada tahun 1938, Morris berkontribusi terhadap penamaan pragmatik.
Morris mendefenisikan pragmatik sebagai suatu cabang semiotik, ilmu tentang
tanda. Menurut Moris semiosis adalah sesuatu yang ditandai penanda definite.
Mediator adalah sarana tanda; penerima yang memperhatikan tanda adalah
interpretan; perantara proses adalah interpreter; apa yang diperhatikan adalah
designata3. Bagaimana bahasa itu berhubungan dengan makna yang ingin
disampaikan oleh penutur, dan makna yang terkadung dalam ucapan sipenutur
tergantung dari situasi yang terjadi pada saat tuturan tersebut terjadi.
Selain Morris telah banyak pula para ahli linguistik yang memberikan
kontribusi dalam penafsiran mengenai studi pragmatik, diantaranya yaitu: George
Yule mengatakan pragmatik itu mengkaji makna kontekstual: bagaimana ada
lebih banyak yang dikomunikasikan daripada yang (sebenarnya) diucapkan4. Yule
mengemukakan “Pragmatics is concerned with the study of meaning as
communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener(or reader)”5.
1 F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.2. 2 Ibid., h.2. 3Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, Approaches to Discourse oleh Unang Dkk, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar ,2007), h. 269
4 Asim Gunarwan, Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara, (Jakarta: Universitas Atma Jaya 2007), h. 51 5 George Yule, Pragmatics, (New York: Oxford University Press 1996), h. 3
6
Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari tentang komunikasi antara pembicara
dan pendengar. Yule setidaknya memberikan empat definisi penting pragmatik,
yaitu6:
(1). Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari maksud dari ujaran penutur (pragmatics
is the study of speaker meaning). Dalam hal ini pragmatik berusaha mengungkap
maksud komunikasi yang disampaikan pembicara (atau penulis) yang selanjutnya
ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).
(2). Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari konteks tuturan (pragmatics is the study
of contextual meaning). Dalam mempelajari ujaran dibutuhkan keterkaitan antara
interpretasi dari apa yang dimaksud seseorangn dalam kontek yang khusus dengan
bagaimana konteks memengaruhi apa yang diujarkan.
(3). Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari cara memeroleh sesuatu yang lebih dari
yang diujarkan dalam berkomunikasi (pragmatics is the study of how more gets
communicated than is said). Di sini pendengar diharuskan untuk mengeksplorasi
ujaran agar sampai kepada maksud yang diinginkan oleh pembicara. Artinya
pragmatik mengeksplorasi apa yang tidak dikatakan dalam komunikasi. Dengan
kata lain, pragmatik berusaha mencari makna yang tidak terlihat dalam suatu
ujaran.
(4). Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari cara mengungkapkan ujaran berdasarkan
kedekatan hubungan (pragmatics is the study of teh expression of relative
distance). Dalam hal ini ujaran menimbulkan sebuah pertanyaan yang
menentukan pilihan antara yang terucap dan yang tidak. Untuk menjawabnya
diperlukan hubungan kedekatan di antara keduanya (pembicara dan pendengar)
baik dari sisi fisik, soisal, konsep dan pengalaman yang dibagi secara tidak
langsung.maka asumsinya adalah seorang pembicara yang menentukan seberapa
perlu ujaran itu diucapkan berdasarkan kedekatannya dengan seorang pendengar.
Dari keempat definisi pragmatik yang dikemukakan oleh Yule, dapat
disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang berkaitan dengan maksud ujaran
penutur yang bergantung pada konteks situasi ujaran tersebut. Maksud ujaran
berarti hal-hal yang berada di luar bentuk ujaran. Dengan kata lian, pragmatik 6 Ibid. h.3
7
berusaha mencari makna yang tersirat di dalam ujaran. Oleh karena itu, untuk
memahami ujaran dibutuhkan pemahaman atau pengetahuan yang sama antara
penutur dan mitra tutur.
Definisi pragmatik selanjutnya dipaparkan oleh Leech merupakan bagian
dari penggunaan tata bahasa. Selanjutnya ia menunjukan bahwa pragmatik dapat
berintegrasi dengan tata bahasa atau gramatika yang meliputi fonologi, morfologi,
dan sintaksis melalui semantik7.
Sedangkan Parker dalam bukunya Linguistics for Non-Linguists
menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
stuktur bahasa secara internal. Adapun yang dimaksud dengan hal itu adalah
bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya8.
Namun levinson mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang
mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud
tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur
bahasanya9.
Mey mendefinisikan pragmatik sebagai ‘the study of conditions of human
languages uses as these are determined by the context of society”10. Dari batasan-
batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurutnya, pragmatik adalah ilmu
bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada
dasarnya sangat ditemtukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi
bahasa itu. Konteks yang dimaksud mencakup dua hal, yakni konteks yang besifat
sosial dan konteks yang bersifat sosietal.
Dari definisi yang telah diberikan oleh beberapa para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa pragmatik adalah kajian yang menekankan pada maksud
ujaran. Mencari hubungan antara bahasa dan maksud yang terkandung di
dalamnya. Hubungan keduanya dimaksudkan untuk menemukan tafsiran yang
sesuai dengan konteksnya. Maksud ujaran tersebut tersirat dan bergantung pada
7 Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga,2005), h.48 8 Ibid. 9 Ibid. 10 F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.4
8
konteks saat tututran itu berlangsung. Maka hal penting dalam memahami maksud
ujaran tersebut adalah kesamaan pengetahuan antara penutur dan mitra tutur.
B. Wacana 1. Definisi Wacana
Istilah wacana sudah banyak dibicarakan dimana-mana baik dalam
perdebatan maupun dalam teks ilmiah, tapi penggunaannya sembarangan saja,
bahkan sering tanpa didefinisikan terlebih dahulu. Akibatnya makna wacana
menjadi tidak jelas. Wacana merupakan kata yang sering kita dengar bahkan kita
ucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya “wacana politik” maka analisis
wacana merupakan analisis atas pola tersebut, mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan politik.
Agar tidak salah dalam penggunaan istilah wacana ini, maka terlebih
dahulu harus mengetahui makna wacana itu sendiri. Secara etimologis kata
‘wacana’ berasal dari bahasa latin discurrere yang berarti mengalir kesana kemari,
dari normalisasi kata discursus yang berarti ‘mengalir secara terpisah’ yang
ditransfer makanyanya menjadi ‘terlibat dalam sesuatu’, atau ‘memberi informasi
tentang sesuatu11.
Selain menurut istilah ada pula beberapa orang ahli yang juga telah
mengungkapkan pandangannya mengenai wacana. Marianne W.J dan louise J.
Phillips berpendapat bahwa wacana yakni sebagai cara tertentu untuk
membicarakan dan memahami dunia (atau aspek dunia) ini12.
Salah satu tokoh yang mengembangkan istilah wacana adalah Harris, ia
mendefinisikan konsep wacana sebagai satu kesatuan yang melihat hubungan
antarkalimat itu sebagai hubungan bentuk-bentuk kebahasaan13. Sedangkan Bell
mendefinisikan wacana sebagai suatu rangkaian kalimat atau tuturan secara lisan
maupun tulisan yang digunakan oleh seseorang untuk mengkomunikasikan suatu
maksud.14
11 Stefan Titscher, dkk (diterjemahkan oleh Gazali, dkk), Metode Analisis Teks dan Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 42. 12 Marianne W.J dan Louise J. Philiips (diterjemahkan oleh Imam Suyitni, dkk), Analisis Wacana: Teori dan Metode, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 2. 13 S. Harris, Discourse Analysis, (Cambridge: Cambridge University Press, 1952), h. 3. 14 Roger T. Bell, Sociolinguistic, (London: B.T Batsford Limited, 1976), h. 104.
9
Pandangan Stubb tentang wacana adalah bahwa wacana dibentuk dari
satuan bahasa di atas kalimat atau klusa, baik lisan maupun tulisan dengan
menggunakan konteks sosial untuk sampai pada pemahaman makna wacana.
Sehingga analisis wacana merupakan upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas
kalimat atau kalusa, dengan kata lain membahas satuan-satuan kebahasaan yang
lebih luas, contohnya seperti pertukaran percakapan atau teks tulisan.15
Dari beberapa definisi wacana yang telah dikemukakan dia atas, maka
dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan kesatuan antarkalimat sebagai
hubungan bentuk kebahasaan baik lisan maupun tulisan yang digunakan oleh
seseorang untuk mengkomunikasikan suatu maksud dengan menggunakan
konteks sosial.
2. Konteks Wacana
a. Konteks dalam Teori Hymes (SPEAKING)
Konteks merupakan rangkaian dari asumsi-asumsi untuk menghasilkan efek
dari sebuah tuturan. Konteks juga dapat digunakan untuk menginterpretasi sebuah
ujaran dan dapat pula ditentukan oleh mitra tutur. Artinya bahwa konteks dapat
membantu memahami makna pesan penutur.
Hymes memberikan kemudahan dalam pola-pola komunikasi dengan
menggunakan klasifikasi kisi-kisi yang dikenal dengan istilah SPEAKING.
Masing-masing huruf merupakan sebuah singkatan untuk sebuah komponen
komunikasi yang diuraikan mengenai delapan klasifikasi dari analisis pola-pola
komunikatif16.
S (= Setting and Scene)
P (= Participant)
E (= End)
A (= Act sequence)
K (= Key)
15 Michael Stubb, Discourse Analysis: The Sociolinguistics Analysis of Natural Language, (Oxford: Basil Balckweel Ltd., 1983), h.3. 16 Nuri Nurhaidah, Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia, ( Yogyakarta: Smart Writing, 2014), h. 55
10
I (= Instrument)
N (= Norm)
G (= Genre)
Setting and Scene, dalam hal ini setting berkenaan dengan waktu dan
tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan
waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan
yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.
Participant adalah pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tuturan, bisa
pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima
(pesan). Dua orang yang melakukan percakapan dapat berganti peran sebagai
pembicara atau pendengar.
Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Misalnya, peristiwa
tutur yang terjdai di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu
kasus perkara, namun para partisipan dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan
yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa sedangkan pengacara
berusaha memberikan pembelaan bahwa terdakwa tidak bersalah, dan hakim
berusaha memberikan keputusan yang adil.
Act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini
berkaitan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
Key mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan
disampaikan, misalnya dengan senang hati, dengan serius, dengan sombong,
dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini juga dapat ditunjukan dengan gerak
tubuh dan isyarat.
Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur
lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu
pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register.
Norm, mengacu pada norma atau aturan dalam interaksi. Misalnya, yang
berhubungan dengan cara interupsi, bertanya, dan sebaginya. Selain itu juga
mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.
11
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
pepatah, do’a, dan sebagainya.
Dalam rumusan lain Fishman juga merumuskan komponen tuturan yang
tidak jauh berbeda dengan komponen tutur Hymes. Fishman menyebut komponen
tutur sebagai pokok pembicaraan sosiolinguistik, yaitu “who speak, what
language, to whom, when, and what end.” 17
b. Peranan Konteks
Istilah konteks pertama kali diperkenalkan oleh Malinowski dengan sebutan
konteks situasi. Ia merumuskan konteks situasi “exactly as in the reality of spoken
or written languages, a word without linguistic context is a mere figment and
stands for nothing by itself, so in the reality spoken living tongue, the utterance
has no meaning except in the context situation18. Yang intinya adalah dalam
bahasa lisan maupun tulisan jika tidak memiliki konteks itu hanya isapan jempol
belaka dan tidak memiliki arti apa-apa.
Mey berpendapat bahwa konteks itu penting dalam pembahasan ketaksaan
bahasa lisan maupun tulis. Mey mendefinisikan konteks sebagai konsep dinamis
dan bukan konsep statis, yang harus dipahami sebagai lingkungan yang senantiasa
berubah, dalam arti luas yang memungkinkan partisipan berinteraksi dalam proses
komunikasi dan ekspresi linguistik dari interaksi mereka yang dapat dimengerti.
Konteks berorientasi pada pengguna sehingga konteks dapat disangka berbeda
dari satu pengguna ke pengguna lain, dari satu bahasa ke bahasa lain. Mey
menambahkan bahwa konteks lebih dari sekedar referen, namun sebuah
perbuatan/tindakan. Konteks adalah perihal pemahaman untuk apakah sesuatu itu.
Konteks juga memberikan arti pragmatik yang sebenarnya dan membolehkan arti
pragmatik sebenarnya menjadi tindak pragmatik sebenarnya. Konteks menjadi
lebih penting tidak hanya untuk menilai referen dan implikatur yang pantas, tetapi
juga dalam hubungan isu pragmatik lainnya seperti tindak pragmatik dan
praanggapan19.
17 Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal,(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 49 18 Sudaryanto, Peneroka Hakikat Bahasa, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2009), h.118 19 Ibid., h.121
12
Selain Malinowski dan May, pendapat lain mengenai konteks dikemukakan
oleh Cutting. Cutting menjelaskan konteks bersamaan dengan teks dan fungsi.
Ketiga aspek tersebut dikaji noleh pragmatik dan analisis wacana. Konteks
menurut Cutting adalah pengetahuan ikhwal dunia fisik dan sosial serta faktor-
faktor sosio-psikologis yang memengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan
waktu dan tempat di dalam kata-kata yang dituturkan atau dituliskan. Konteks
merupakan pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan petutur20.
Teori tindak tutur dan pragmatik memandang konteks sebagai
“pengetahuan”, meskipun kunci pengetahuan tersebut adalah “pengetahuan
situasi”. Analisis percakapan memandang konteks sebagai “situasi” tanpa
menggabungkan secara eksplisit ke dalam “pengetahuan”. Analisis percakapan
berfokus pada bagaiamana teks sebagai makna menunjukan “situasi” dan
bagaimana teks itu menciptakan pengetahuan yang berkaitan, tetapi terbatas pada
pengetahuan situasi21.
3. Wujud Wacana dalam Lisan
a. Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan hal sangat sering dilakukan oleh manusia, hampir
setiap saat orang melakukan hal ini. Tindak tutur merupakan gejala individual
yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa
si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat
pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Teori tindak tutur ‘speech act’
berawal dari cermah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, Jhon L.
Austin, pada tahun 1995. Menurut Austin agar dapat terlaksana ada tiga syarat
yang harus dipenuhi dalam tuturan-tuturan performatif. Syarat-syarat yang
diperlukan dan harus dipenuhi agar suatu tindakan dapat berlaku disebut dengan
felicity conditions, yaitu: a) The Persons and Circumstances Must Be Appropriate
(pelaku dan situasi harus sesuai), b) The Act Must Be Executed Completely by
All Participants (tindakan harus dilaksanakan dengan lengkap dan benar oleh
20 Ibid., h. 122 21 Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.549
13
semua pelaku), c) The Participants Must have the Appropriate Intentions (Pelaku
harus mempunyai maksud yang sesuai)22.
Setelah Austin mengemukakan pemikirannya mengenai tuturan
performatif, Searle mengembangkan lagi pendapat Austin tersebut. Searle
mengembangkan hipotesa bahwa pada hakekatnya semua tuturan mengandung
tindakan, dan bukan hanya tuturan yang mempunyai kata kerja performatif. Searle
berpendapat bahwa unsur yang paling kecil dalam komunikasi adalah tindak tutur
seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan,
menjelaskan, meminta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat, dan lain-lain.
Selain mengambangkan hipotesa bahwa setiap tuturan mengandung tindakan,
Searle juga membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda,
yaitu tindak lokusioner ‘utterance act’atau ‘locutionary act’, tindak ilokusioner
‘ilocusinary act’, dan tindak perlokusioner ‘perlocusionary act’23.
b. Lokusi, Ilokusi, Perlokusi
Tindak tutur lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat
sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak
tutur ini dapat disebut sebagai the act of saying something24. Dalam tindak
lokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan
oleh si penutur. Misalnya, tuturan saya lapar semata-mata hanya dimaksudkan
untuk memberitahu mitra tutur bahwa pada saat dimunculkannya tuturan itu
penutur sedang merasa lapar.
Tindak tutur ilokusioner dalah melakukan sesuatu dengan maksud dan
fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini dapat dikatakan sebagai the act of doing
something25. Tuturan saya lapar yang diucapkan penutur bukan semata-mata
dimaksudkan untuk memberitahu mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya
tuturan itu rasa lapar sedang bersarang pada perut penutur, namun lebih dari itu
bahwa penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu yang
berkaitan dengan rasa lapar yang sedang penutur rasakan itu.
22 F.X Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 11-12 23 Ibid., h 12-14 24 Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga,2005), h. 35 25 Ibid
14
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang menumbuhkan pengaruh
kepada mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan the act of affecting
someone26. Tuturan saya lapar, misalnya dapat digunakan untuk memberikan
isyarat kepada mitra tutur agar mitra tutur memberikan penutur sebuah makanan.
C. Kesantunan
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas dari kegiatan
berkomunikasi dengan sesama. Agar komunikasi berjalan dengan baik, maka
penutur dan mitra tutur harus menggunakan bahasa yang baik pula, bahasa yang
dapat dimengerti oleh peserta tutur. Agar tercapainya tujuan penutur kepada mitra
tutur selain harus menggunakan bahasa yang baik, peserta tutur pun harus
memiliki kesantunan dalam berbahasa. Setiap orang harus memiliki tatacara
berbahasa sesuai dengan norma-norma budaya, jika tidak maka ia mendapat nilai
negatif seperti, disebut sebagai orang yang sombong, egois, angkuh bahkan tidak
berbudaya. Oleh sebab itu dapat ditegaskan bahwa berbicara atau bertutur sapa
yang tidak baik memungkinkan setiap orang untuk dapat terlibat dan mengambil
peran secara aktif dalam penuturan itu adalah aktivitas yang asosial27.
Dalam Kamus Linguistik, kesantunan merupakan hal yang
memperlihatkan kesadaran akan martabat orang lain. Kesantunan ini dibagi
menjadi dua, yaitu kesantunan positif hal yang memperlihatkan solidaritas dengan
orang lain, dan kesantunan negatif hal yang memperlihatkan kesadaran akan hak
orang lain untuk tidak merasa dipaksa bersikap tertentu atau dipaksa melakukan
sesuatu28.
Leech mengatakan bahwa kesantunan merupakan ujaran yang membuat
orang lain dapat menerima dan tidak menyakiti perasaannya. Sedangkan Yule
menyatakan bahwa kesantunan adalah usaha mempertunjukan kesadaran yang
26 Ibid, h. 36 27 Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik, (jakarta: Erlangga, 2009), h. 22 28 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta:PT Gramedia, 2008),h. 119
15
berkenaan dengan muka orang lain. Kesantunan dapat dilakukan dalam situasi
yang bergayut dengan jarak sosial dan keintiman29.
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, kesantunan adalah suatu usaha
menyampaikan maksud dalam situasi tertentu dengan menjaga perasaan mitra
tutur agar tidak menyinggung atau menyakiti perasannya.
D. Prinsip Kesantunan Leech
Pada tahun 1983 Leech berkontribusi memaparkan prinsip kesantunan dan
dianggap paling lengkap hingga kini. Prinsip kesantunan ini dituangkan dalam
enam maksim. Leech menggunakan istilah maksim untuk menekankan yang baik
kepada pendengar, mengurangi yang tidak tepat, dan membalikkan strategi
pembicaraan tentang seseorang30. Berikut ini enam maksim yang merupakan
prinsip kesantunan menurut Leech31:
1) Maksim Kearifan
Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, buatlah keuntungan orang lain
sebesar mungkin.
Contoh: A: “silakan dimakan gulainya! Di dalam masih banyak, ko”
B: “wah, enak sekali. Siapa yang memasak ini tadi, Bu?”
Di dalam tuturan di atas, tampak dengan jelas bahwa apa yang dituturkan A
sangat memaksimalkan keuntungan pada B.
2) Maksim Kedermawanan
Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian sendiri sebesar
mungkin.
Contoh: A : “wah motorku sepertinya rusak.”
B :“pakai motorku juga boleh, saya tidak menggunakannya hari ini.”
29 George Yule dalam buku Hindun, Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, (Depok: Nofa Citra Mandiri, 2012), h. 67.
30 K.M. Jaszczolt, Semantics and Pragmatics: Meaning in Language and Discourse, (London:Longman,2002), h. 176 31 Geoffrey Leech, (diterjemahkan oleh M.D.D Oka), Prinsip-prinsip Pragmatik, (Jakarta: UI press, 1993), h. 206.
16
Dari tuturan tersebut, dapat dilihat dengan jelas bahwa B berusaha
memasksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara meminjamkan motor kepada
A.
3) Maksim Pujian
Kecamlah orang lain sesedikit mungkin, pujilah orag lain sebanyak mungkin.
Contoh: A: “penampilannya bagus sekali!”
B : “ ya, memang!”
Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang yang menonton sebuah pertunjukan
musik. Mereka memuji penampilan dari musikus yang mereka tonton.
4) Maksim Kerendahan Hati
Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin, kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.
Contoh: “terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami”
Tuturan tersebut dianggap sebagai maksim kerendahan hati karena penutur
mengecilkan atau merendahkan sebuah hadiah yang penutur berikan, padahal bisa
saja hadiah yang penutur berikan walaupun kecil tapi berharga tinggi.
5) Maksim Kesepakatan
Usahakan ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin,
usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin.
Contoh: A : “Nanti kita pergi ke toko buku sama-sama ya?”
B : “Boleh, saya tunggu di halte.”
Contoh di atas menunjukan adanya kesepakatan antara A dan B bahwa mereka
sepakat untuk pergi ke toko buku bersama. A mengajak B untuk pergi ke toko
buku bersama kemudian B menyutujui ajakan A.
6) Maksim Simpati
Kurangilah rasa antipati antara diri sendiri dengan orang lain hingga sekecil
mungkin dan tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan orang
lain.
Contoh: A : “B, nenekku meninggal.”
B : “saya turut berduka mendengarnya.”
Pertuturan itu dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada mahasiswa lain yang
sudah berhubungan dekat. B merasa bersedih mendengar kabar duka dari teman
17
dekatnya tersebut dan menunjukan kesimpatiannya dengan mengatakan bahwa dia
ikut berduka atas kejadian itu.
E. Sastra
1. Sastra Ragam Tulis
Cerpen
Istilah cerpen sudah sering kita dengar, bahkan sejak masih di sekolah
dasar. Cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek. Pendek di sini masih
mempersyaratkan adanya keutuhan cerita, bukan asal sedikit halaman32.
Cerpen masih bisa dibagi lagi menjadi cerpen yang panjang (cerpenpan)
dan cerpen yang pendek, biasa disebut cerita mini. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia cerpen diartikan sebagai kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang
memberika kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh
disatu situasi (pada suatu ketika)33.
Novel
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus dibentuk dari
kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan baru
karena novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian dari baentuk sastra
lainnya, yaitu puisi dan drama34.
Beberapa penadapat yang beruapaya mengungkapkan pengertian novel
dapat dicontohkan sebagai berikut:
Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil, kemudian
diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’. Dewasa ini istilah novella
dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet,
yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu
panjang namun tidak juga terlalu pendek35.
32 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h.141 33Ibid., h.142 34 Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 124 35 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h. 9-10
18
Menurut R.J. Ress, novel adalah sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang
cukup panjang, yang tokoh dan perilakunya merupakan cerminan kehidupan
nyata, dan yang digambarkan dalam suatu plot yang cukup kompleks.
Sedangkan menurut Badudu dan Zain, novel adalah karangan dalam
bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang
dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka duka, kasih dan benci,
tentang watak dan jiwanya, dan sebagainya36.
Dari beberapa definsi novel yang telah dikemukakan maka dapat
disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi dalam bentuk prosa yang
cukup panjang dan merupakan cerminan kehidupan sehari-hari.
2. Sastra Ragam Lisan
Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal
dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata panuntun dalam bahasa
Minangkabau berarti “penuntun”. Dalam bahasa jawa, misalnya, dikenal sebagai
parikan, dalam bahasa sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak
dikenal sebagai umpasa.
Selain itu pantun dapat diartikan sebagai puisi lama yang terikat oleh
syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).
Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga
pantun karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian
memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun versi pendek yang
hanya terdiri dari dua baris, sedangkan talibun adalah pantun versi panjang yang
terdiri dari enam baris atau lebih.
Puisi
Sudah banyak definisi tentang puisi diberikan. Akan tetapi, banyak orang
yang tidak puas dengan definisi tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
36 Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi sebuah Pengantar, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2010), h.1-2
19
puisi diartikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra,
serta penyusunan larik dan bait.
Sedangkan Luxsemburg menyebutkan, puisi adalah teks-teks monolog
yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur37.
Dari hasil terhadap definisi-definisi yang dikemukakan para ahli, Waluyo
mengemukakan bahwa, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya38.
Dari beberapa definisi mengenai puisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa puisi adalah ragam karya sastra yang merupakan ungkapan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan bahasan terikat oleh irama, matra, serta
penyusunan larik dan bait.
Drama
Sebagai suatu genre sastra drama mempunyai kekhususan dibanding
dengan genre puisi ataupun genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama
lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi langsung secara konkret.
Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis oleh pengarangnya tidak
hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara
artistik imajinatif oleh para pembacanya, namun mesti diteruskan untuk
kemungkinan dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku
konkret yang dapat disaksikan. Sudjiman menyatakan bahwa drama adalah karya
sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian
dan emosi lewat lakuan dan dialog39.
Pengertian tentang drama yang dikenal selama ini, misalnya dengan
menyebutkan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang
dipentaskan. Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau
tindakan40.
37 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo,2008),h. 107 38 Idid, h.108 39 Ibid, h. 163 40 Hasanudin. W.S, Drama Karya dalam Dua Dimensi, (Bandung: Angkasa,1996), h.2
20
Pengertian lain mengenai drama dikemukakan oleh Ferdinan Brunetiere
dan Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap
manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.
Sedangkan pengertian drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan
dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan
secara langsung41.
Dari beberapa pengertian drama menurut para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa drama merupakan salah satu genre sastra yang berupa cerita
atau tiruan perilaku manusia yang harus melahirkan kehendak manusia dan
dieskpresikan secara langsung.
F. Film
Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi
dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di televisi.
Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual yang
sifatnya sangat kompleks. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai
alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik.
Film juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi. Film bisa disebut sebagai
sinema atau gambar hisup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer
dari hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis42.
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, film diartikan sebagai: (1)
Selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan
dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di
bioskop); (2) lakon (cerita) gambar hidup43.
Film merupakan teknologi hiburan massa yang dimanfaatkan untuk
menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas di samping pers,
radio, dan televisi. Film dimasukan dalam komunikasi massa yang mengandung
aspek hiburan dan juga memuat aspek edukatif. Secara teoritis dan telah terbukti 41 Ibid, h.2 42 Anderson Daniel Sedardo, dkk, Jurnal Acta Diurna volume IV. No.1 tahun 2015, (diunduh pada 09 Agustus 2015 pukul 07.48), h. 1 43 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), Edisi ke-3, h.416
21
pula dalam praktek kebenarannya, film adalah alat komunikasi yang paling
dinamis sekarang ini. Apa yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga,
masih lebih cepat dan lebih mudah dipahami dari pada apa yang hanya dapat
dibaca dan memerlukan lagi pengkhayalan untuk dapat memahaminya.
G. Biografi Deddy Mizwar
Deddy Mizwar lahir di Jakarta pada 5 Maret 195544. Deddy merupakan
Putra ke 4 dari 7 bersaudara dari pasangan H. Adrian Andres dan Sun’ah. Bakat
akting Deddy Mizwar sudah terlihat sejak ia masih kecil, banyak hal-hal unik
yang ditemui sang Bunda terhadap Deddy dan semua terbukti ketika ia telah
dewasa. Kepiawaiannya dalam bermain peran merupakan sifat yang diturunkan
dari sang Bunda45.
Beranjak dewasa, sekitar tahun 1973, ia mulai aktif di teater Jakarta.
Lewat teater inilah bakat aktingnya mulai terasah. Ia pernah terpilih sebagai Aktor
Terbaik Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki.
Kepiawaian Deddy di dunia seni peran terbukti dalam peran perdananya di
film Cinta Abadi pada tahun 1976, pada film itu ia mendapat peran utama.
Perannya dalam film Naga Bonar semakin mendekatkannya pada popularitas.
Kepiawaiannya berakting membuahkan hasil dengan mendapat 4 Piala Citra pada
tahun 1986 dan 1987 diantaranya: Aktor Terbaik FFI dalam Arie Hanggara
(1986), Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Opera Jakarta (1986), Aktor
Terbaik FFI dalam Naga Bonar (1987) dan Pemeran Pembatu Terbaik FFI dalam
film Kuberikan Segalanya. Karirnya mencapai puncak pada tahun 1990-an. Selain
menjadi aktor, ia pun merupakan seorang sutradara, produser, dan pemilik sebuah
rumah produksi.
Meskipun ia semakin populer namun ia merasa hampa. Ia ingin kembali
kepada kehidupan ia dahulu yang dekat dengan Tuhan. Akhirnya ia memutuskan
agar segala yang ia lakukan harus berniali ibadah untuknya. Suami dari Giselawati
ini kemudian memutuskan untuk terjun langsung memproduksi film dan sinetron 44 Ensiklopedi Tokoh Indonesia, http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/283-direktori/1022-deddy-mizwar. diakses pada tanggal 08 Maret 2016 45 http://profil.merdeka.com/indonesia/d/deddy-mizwar/ diakses pada tanggal 08 Maret 2016
22
bertemakan religius sebagai wujud ibadahnya kepada Allah. Pada tahun 1996 ia
mendirikan rumah produksi PT Demi Gisela Citra Sinema.
Salah satu sinetron yang telah ia munculkan adalah Lorong Waktu.
Sinetron itu ternyata mampu menarik perhatian masyarakat bukan hanya warga
muslim tetapi juga warga non-muslim. Sinetron ini pertama kali di tayangkan
pada bulan ramadhan tahun 1999 yang dilanjutkan Lorong Waktu 2 pada tahun
2000, Lorong Waktu 3 tahun 2002, Lorong Waktu 4 tahun 2003, dan Lorong
Waktu 5 pada tahun 2004, dan terakhir Lorong Waktu 6 pada tahun 2006. Sinetron
ini diproduksi oleh rumah produksi miliknya dan disutradarai oleh ia sendiri.
Sinetron lain yang pernah ia buat yaitu Kiamat Sudah Dekat, Para Pencari Tuhan
dan masih banyak lagi sinetron yang telah ia hasilkan.
Selain memproduksi sinetron, ia juga merambah dunia film layar lebar.
Beberapa film yang pernah ia bintangi yaitu Kiamat Sudah Dekat, Naga Bonar
(Jadi) 2,Ketika Cinta Bertasbih, Ketika Cinta Bertasbih 2, Cinta 2 Hati, Bebek
Belur, Alangkah Lucunya (Negeri Ini), dan masih banyak film yang telah ia
bintangi. Selain bermain peran dalam film tersebut, ada beberapa film yang ai
sutradarai sendiri, salah satunya yaitu Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
Selain berkecimpung dalam dunia seni, kini ia pun aktif dalam kegiatan
politik. Pada 13 Juni 2013 ia terpilih sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat hingga
2018 mendatang.
H. Sinopsis
Film yang berjudul Alangkah Lucunya (Negeri Ini) merupakan sebuah
film bergenre komedi yang disutradarai oleh Deddy Mizwar pada tahun 2010.
Film ini dibintangi oleh aktor-aktor ternama Indonesia seperti Reza Rahardian,
Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Miharja, Tio Pakusodewo, Asrul Dahlan,
Rina Hasyim, Ratu Tika Bravani, Sakurta Ginting, Teuku Edwin, dan beberapa
pemain pembantu lainnya.
Alangkah Lucunya (Negeri Ini) mencoba mengangkat potret nyata dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Dengan bertemakan pendidikan, film ini
mengisahkan tentang usaha seorang sarjana untuk memperbaiki kehidupan para
23
pencopet. Pemeran utama yang dibintangi oleh Reza rahardian yang berperan
sebagai Muluk adalah seorang sarjana manajemen yang kesulitan mendapatkan
pekerjaan. Meskipun ia sering gagal untuk mendapatkan pekerjaan namu ia tidak
pernah putus asa.
Suatu hari ketika ia sedang berjalan di pasar, ia bertemu dengan seorang
pencopet yang benama Komet. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu
memperkenalkannya kepada bos copet yang bernama Jarot. Kedatangan Muluk ke
markas pencopet yaitu untuk menawarkan kerjasama. Akal Muluk pun berputar
danmelihat peluang yang ia tawarkan kepada Jarot. Ia meyakinkan Jarot bahwa ia
dapat mengelola keuangan mereka dan meminta imbalan 10% dari hasil
mencopet.
Selain mengelola keuangan para pencopet, Muluk pun memberikan
pelajaran umum kepada para pencopet dengan mengajak dua orang temannya
yaitu Asrul dan Pipit untuk menjadi tenaga pengajar. Asrul seorang sarjana
pendidikan yang mengajarkan pencopet kewarganegaraan dan Pipit mengajarkan
pelajaran agama.
Usaha Muluk pun membuahkan hasil, namun ia masih belum puas. Ia
ingin mengarahkan para pencopet itu untuk mengubah profesi mereka menjadi
pengasong. Keinganan Muluk ini tidak mendapat respon positif dari para
pencopet. Hampir semua pencopet menolak untuk menjadi pengasong. Namun
Muluk tidak menyerah begitu saja, ia masih tetap berusaha. Puncak konflik
meuncul ketika Muluk dan teman-temannya sedang mengadakan kegiatan untuk
memulai mengasong, ketika itu orangtua Muluk dan Pipit datangke markas dan
menyaksikan langsung pekerjaan anak mereka. Para orangtua sangat kecewa
mengetahui pekerjaan yang dilakukan anak-anaknya, karena mereka menganggap
bahwa itu tidak halal. Muluk dan Pipit pun memutuskan untuk berhenti dari
pekerjaan mereka. Dan setelah mereka berhenti beberapa dari pencopet ada yang
beralih profesi menjadi pengasong.
24
I. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti mencontek hasil penelitian orang lain, maka dari itu
penulis akan memaparkan perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah
yang dibahas.
Sejauh pengamatan penulis, ada beberapa penelitian yang menggunakan
tinjauan pragmatik. Aspek pragmatik yang dimaksud termasuk juga prinsip
kesantunan. Beberapa penelitian tersebut antara lain analisis mengenai Prinsip
Kerjasama dan Prinsip Kesopanan dalam Wacana Au Bonheur Des Ogres yang
dilakukan oleh Sarniah Hasmi Lubis pada tahun 2005. Skripsi ini membahas
mengenai pematuhan dan pelanggaran terhadap prinsip kerjasama dan prinsip
kesantunan dalam sebuah buku46. Persamaan dari penelitian ini yaitu mengkaji
objek dengan menggunakan prinsip kesantunan. Perbedaan penelitian Sarniah
dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu, Sarniah mendeskripsikan tentang
pematuhan dan pelanggaran yang terdapat dalam sebuah buku sedangkan
penelitian yang penulis lakukan mendeskripsikan pematuhan dan pelanggaran
prinsip kesantunan dalam film.
Skripsi selanjutnya yang meneliti mengenai analisis wacana yaitu skripsi
karya Bramantya Putra mahasiswa Universitas Gajah Mada yang berjudul
Wacana Dialog dalam Film Dalyeora Jajeongeo: Analisis Prinsip Kerjasama dan
Prinsip Kesopanan. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelangaran
prinsi kerjasama dan prinsip kesopanan yang terjadi pada dialog dalam film47.
Persamaan skripsi ini dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama
menganalisis pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam film dengan
menggunakan teori Geoffrey Leech. Perbedaannya, skripsi Bramantya
menganalsis film korea yang mendeskripsikan pematuhan dan pelanggaran prinsip
kerja sama dan prinsip kesantunan sedangkan film yang penulis teliti film
46 Sarniah Hasmi Lubis, Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopanan dalam Wacana Au Bonheur Des Ogres, Skripsi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2005, tidak dipublikasikan. 47 Bramantya Putra, Wacana Dialog dalam Film Dalyeora Jajeongeo: Analisis Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopanan, Skripsi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2014, tidak dipublikasikan.
25
Indonesia dengan mendeskripsikan pematuhan dan pelanggaran prinsip
kesantunan.
Selanjutnya jurnal yang berjudul Analsis Semiotika Film Alangkah
Lucunya (Negeri Ini) karya Anderson Daniel Sudarto, Jhony Senduk, dan Max
Rembang pada tahun 201548. Persamaan dari penelitian ini yaitu kesamaan objek
yang diteliti, yaitu film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar.
Perbedaannya, dalam jurnal ini penelitian dengan menggunakan kajian semiotik
sedangkan yang penulis lakukan menggunakan kajian pragmatik.
48 Anderson Daniel Sudarto, dkk, Journal “ Acta Diurna” Volume IV. No.1. tahun 2015, diunduh pada 09 Agustus 2015.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
mendefenisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
yang diamati1. Menurut Berg, penelitian kualitatif ditekankan pada deskripsi
objek yang diteliti2. Metode penelitian kualitatif ini dipandang sesuai untuk
mengkaji dan menganalisis data secara objektif sesuai fakta yang ditemukan di
dalam teks. Dalam penelitian ini berupaya untuk menganalisis konteks dan
kesantunan berbahasa yang terdapat dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri
Ini).
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah naskah
film yaitu film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Peneliti menggunakan film ini
karena jumlah data yang terdapat dalam film tersebut dianggap sudah mencukupi
untuk keperluan penelitian dan bervariasi.
Data dalam penelitian ini menggunakan penggalan dialog yang diambil
dari naskah film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) yang diduga memenuhi prinsip
kesantunan. Dialog digunakan sebagai data, tetapi tidak semuanya digunakan
hanya yang mematuhi dan melanggar maksim-maksim kesantunan. Penentuan
tingkat kesantunan dilakukan dengan melihat kecenderungan ujaran yang terdapat
dalam naskah film Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
C. Fokus Penelitian Penelitian ini menganalisis dialog dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
Penelitian ini berfokus pada analisis pematuhan dan pelanggaran prinsip-prinsip
kesantunan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Dalam dialog-dialog pada
1 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), h. 30 2 ibid
26
film ini diduga terdapat banyak fenomena tindak tutur, khususnya prinsip
kesantunan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono menyatakan bahwa “teknik Pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.”3. Pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu
keharusan. Pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu keharusan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak. Pelaksaan
metode simak dalam penelitian ini diwujudkan melalui teknik dasar. Langkah-
langkah pengumpulan datanya dikelompokkan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan sebagai berikut:
1. Teknik sadap, peneliti menyadap pembicaraan penggunaan bahasa
dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
2. Kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan I, yaitu teknik simak
bebas libat cakap, kegiatan ini dilakukan dengan tidak
berpartisipasi ketika menyimak, peneliti tidak terlibat dalam
dialog.
3. Kemudian diikuti dengan teknik lanjutan II, yaitu teknik catat,
kegiatan pencatatan mengenai dialog yang dituturkan oleh pemeran
dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
4. Mencatat hasil temuan jika terdapat konteks dan kesantunan
berbahasa pada dialog antar tokoh dalam naskah film Alangkah
Lucunya (Negeri Ini) ke dalam kartu data.
5. Menyimpulkan hasil analisis yang didasarkan pada analisis data
secara keseluruhan.
Berikut ini bentuk kartu data:
No. Data : Scene:
Konteks
3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 224
27
Ujaran
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
Keterangan :
Kartu data dibagi menjadi enam bagian.
a. Bagian pertama berisi dua kolom yang terdiri dari:
1) Kolom pertama berisi no data
2) Kolom kedua berisi scene dalam film
b. Bagian kedua berisi konteks
c. Bagian ketiga berisi ujaran yang mengandung maksim kesantunan
d. Bagian keempat berisi judul analisis prinsip kesantunan Leech
e. Bagian kelima berisi analisis yang terdiri dari maksim-maksim,
maksim kearifan (MKar), maksim kedermawanan (MKdw),
maksim pujian (MP), Maksim kerendahan hati (MKH), maksim
kesepakatan (MKsp), maksim simpati (MS).
f. Bagian keenam terdiri enam kolom yang merupakan kolom untuk
pemberian tanda analisis jika memenuhi maksim kesantunan diberi
tanda ceklis (√) jika melanggar maksim kesantunan diberi tanda
(×).
E. Pengolahan Data Proses pengolahan data dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data
yang diperoleh mengenai kesantunan berbahasa yang terdapat dalam dialog film.
Pada penelitian ini menentukan data sesuai konteks menurut toeri Hymes serta
kesantunan berbahasa menurut teori Leech. Berikut tahap yang dilakukan penulis
dalam mengolah data.
1. Data yang diperoleh dicatat dalam kartu data
28
2. Setelah data disimpan dalam kartu data, kemudian dianalisis
berdasarkan konteks dan maksim-maksim kesantunan
3. Hasil analisis tersebut diklasifikasikan berdasarkan pematuhan dan
pelanggaran maksim-maksim kesantunan.
4. Pada tahap penyelesaian, penulis mengecek kembali analisisnya
dan memperbaikinya bila ada kesalahan pada penulisan. Setelah itu
penulis meyimpulkan dari semua hasil penelitian yang dilakukan.
F. Penyajian data
Analisis data merupakan upaya untuk mengelompokkan data yang telah
diperoleh. Selanjutnya pemaparan hasil analisis, menurut Sudaryanto yang dikuti
oleh Muhammad ada dua cara untuk menyajikan hasil penelitian yaitu dalam
metode formal dan informal. Metode formal ada penyajian dengan mengunakan
tanda dan lambang.4 Sedangkan penyajian dengan metode informal adalah dengan
kata-kata biasa untuk merumuskan kaidah sesuai dengan domainnya dan
hubungan antar kaidah.5
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode informal, karena
penyajian data berbentuk tuturan yang didalamnya terdapat tuturan pematuhan
dan pelanggaran maksim kesantunan yang tidak menggunakan tanda dan
lambang.
G. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
4 Muhammad, op. cit., h. 266 5 Ibid, h. 288
29
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berkomunikasi merupakan hal yang hampir setiap saat kita lakukan. Agar komunikasi berlangsung dengan baik dan pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu konteks dan bahasa yang digunakan ketika berkomunikasi. Kajian dalam penelitian ini mengenai konteks tutur dan kesantunan berbahasa dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang menggunakan klasifikasi konteks Hymes dan prinsip kesantunan Leech. Deskripsi penemuan ini mencakup klasifikasi konteks menurut teori Hymes yang dikenal dengan teori SPEAKING dan prinsip kesantunan Leech yang terdiri dari maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati.
A. Temuan kesantunan berbahasa menurut Leech dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar
Berdasarkan hasil penelitian di dapat temuan-temuan penelitian. Dari 127 scene dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) terdapat 35 scene yang mematuhi prinsip kesantunan dan 45 scene yang melanggar prinsip kesantunan. Berikut ini akan disajikan tabel temuan hasil penelitian mengenai pematuhan dan pelanggaran kesantunan berbahasa. Tabel 1. Hasil penelitian pematuhan kesantunan berbahasa
No Kesantunan menurut Leech Jumlah/data 1 Maksim Kearifan (MKar) 8 2 Maksim Kedermawanan (MKdw) 3 3 Maksim Pujian (MP) 10 4 Maksim Kerendahan Hati (MKH) 3 5 Maksim Kesepakatan (MKsp) 8 6 Maksim Simpati (MS) 3 Jumlah 35
Pematuhan maksim prinsip kerjasama dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar meliputi: (1) maksim kearifan, (2) maksim kedermawanan, (3) maksim pujian, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim kesepakatan, (6) maksim simpati. Dari keseluruhan data pada dialog diperoleh 38 data yang mematuhi prinsip kesantunan Leech yaitu 10 maksim kearifan, 1 maksim kedermawanan, 14 maksim pujian, 2 maksim kerendahan hati, 5 maksim kesepakatan, dan 6 maksim simpati.
30
Tabel 2. Hasil penelitian pelanggaran kesantunan berbahasa
No Kesantunan menurut Leech Jumlah/data 1 Maksim Kearifan (MKar) 3 2 Maksim Kedermawanan (MKdw) - 3 Maksim Pujian (MP) 17 4 Maksim Kerendahan Hati (MKH) 2 5 Maksim Kesepakatan (MKsp) 22 6 Maksim Simpati (MS) 1 Jumlah 45
Pelanggaran maksim prinsip kesantunan dalam dialog film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar meliputi:(1) maksim kearifan, (2) maksim kedermawanan, (3) maksim pujian, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim kesepakatan, (6) maksim simpati. Dari keseluruhan data pada dialog diperoleh 34 data yang melanggar prinsip kesantunan Leech yaitu 2 maksim kearifan, 0 maksim kedermawanan, 12 maksim pujian, 4 maksim kerendahan hati, 15 maksim kesepakatan, dan 1 maksim simpati.
B. Analisis Deskripsi Kesantunan Berbahasa dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar
Analisis temuan-temuan penggalan dialog yang mematuhi prinsip kesantunan.
1. Maksim kearifan Maksim kearifan terjadi apabila penutur berusaha memaksimalkan
keuntungan bagi pihak lain dan berusaha meminimalkan kerugian bagi pihak lain. Orang yang mematuhi maksim ini merupakan orang yang berjiwa besar karena selalu lebih mementingkan keuntungan bagi orang lain.
Berikut ini adalah dialog yang mematuhi maksim kearifan:
(1)
No. Data : 4
Scene: 5
Konteks Setting and Scene: tempat peristiwa tutur ini terjadi yaitu di sebuah kantor penyalur TKI pada siang hari Scene atau situasi ketika pertuturan ini berlangsung yaitu dengan serius; Participant: penutur yaitu petugas kantor TKI dan petutur yaitu Muluk; Ends: memberitahukan bahwa karyawan ditempat itu sudah penuh; Act Sequences: pertuturan diawali oleh petugas kantor Tki yang memberitahukan bahwa di kantor tersbut tidak ada lowongan pekerjaan dan menawarkan Muluk menjadi TKI
31
kemudian Muluk langsung meninggalkan kantor itu; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) peristiwa tutur ini terjadi dengan santai; Instrumentalities:lisan; norms of Interaction and Interpretation; pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: Wacana argumentasi.
Ujaran
Petugas Kantor TKI: Karyawan disini sudah full, Pak. Bagaimana kalau bapak mendaftar, lalu kita kirim ke Malaysia. Muluk : Jadi TKI?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
Ujaran yang diucapkan oleh petugas kantor TKI dikatakan mematuhi maksim kearifan karena memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Pemaksimalan keuntungan diberikan oleh petugas kantor TKI dengan memberikan tawaran pekerjaan lain untuk Muluk. Ujaran yang menunjukan pemaksimalan keuntungan bagi pihak lain terlihat pada Karyawan disini sudah full, Pak. Bagaimana kalau bapak mendaftar, lalu kita kirim ke Malaysia. Panggilan dengan sebutan Pak terdengar santun, petugas kantor TKI yang usianya lebih tua tetap memanggil Muluk dengan sebutan Pak untuk menghormati Muluk yang memiliki pendidikan yang tinggi. Selain itu petugas kantor TKI pun menawarkan alternatif pekerjaan lain kepada Muluk, yakni dengan menawarkan pekerjaan sebagai TKI. Dengan demikian petugas kantor TKI berusaha memaksimalkan keuntungan terhadap Muluk agar Muluk bisa mendapat pekerjaan.
(2)
No. Data : 10
Scene: 10
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi disebuah kios buku di pinggir jalan pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu penjual buku dan petutur yaitu Muluk; Ends:menjelaskan harga buku yang dia jual: Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh penjual buku yang menjelaskan tentang buku yang ia jual dan diakhiri ketika Muluk membeli buku yang ia mau; Keys: nada suara (tone) agak keras, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan;
32
Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan diakhiri dengan tindakan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran Penjual Buku : Ini nih kalo ditoko buku 100 ribu, kalo disini Cuma 30 ribu. Secara gimana bangsa kita bisa bikin pesawat terbang?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS √
Pada dialog tersebut menunjukan adanya maksim kearifan karena penutur berusaha memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Pemaksimalan tersebut terlihat pada tuturan Ini nih kalo ditoko buku 100 ribu, kalo disini Cuma 30 ribu. Secara gimana bangsa kita bisa bikin pesawat terbang?, ucapan penjual buku yang menawarkan harga murah kepada Muluk tersebut memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan memberikan harga murah maka pembeli tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk buku yang sama.
(3)
No. Data : 11
Scene: 12
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Rahmat dan petutur yaitu Muluk; Ends: menanyakan hukum beternak cacing dalam islam; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang memberikan sebuah buku kepada Pak Makbul untuk meminta pendapat mengenai rencana usaha yang ingin dia buat kemudian Pak Makbul menyuruh Muluk menanyakan hal tersebut kepada H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan disertai candaan; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Rahmat : Kalo gak ada pilihan laen buat cari nafkah, kerjakan! Jangan lupa sering-sering minta ampun kepada Allah. Minta petunjuk supaya kamu dapet jalan yang lebih baik. Tapi ngomong-ngomong kenapa jadi beternak cacing? Muluk : Kalo ternak sapi atau onta bikin
33
kandangnya dimana pak haji? H. Rahmat : hahahaha
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
Ujaran yang diucapkan oleh H. Rahmat dianggap mematuhi maksim kearifan, karena H. Rahmat memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. H. Rahmat memberikan jawaban kepada Muluk dengan memaksimalkan keuntungan bagi Muluk. Pemaksimalan keuntungan bagi pihak lain terdapat pada dialog Kalo gak ada pilihan laen buat cari nafkah, kerjakan!. H. Rahmat berusaha memberikan keuntungan semaksimal mungkin kepada Muluk dengan memperbolehkan Muluk untuk beternak cacing sebagai cara untuk mencari nafkah daripada Muluk menganggur.
(4)
No. Data : 12
Scene: 13
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan ketika Muluk akan pulang dari rumah H. Rahmat pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk; Ends: Pipit memberikan saran kepada Muluk untuk membuka usaha; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pipit yang memberikan saran kepada Muluk kemudian Muluk akan mempertimbangkan saran dari Pipit; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi
Ujaran
Pipit : Bagusan juga beternak jangkrik, bang. Saya liat di TV prospeknya bagus. Selain buat makanan burung, juga bisa buat makanan ikan arwana. Muluk : Entar abang pikirin lagi deh. Pipit : Oke bang yah! Jangan sampe patah semangat ya!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
34
√
Ujaran yang diucapkan oleh Pipit dianggap mematuhi maksim kearifan karena berusaha memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Ketika Muluk sedang kebingungan mencari pekerjaan, Pipit berusaha memberikan saran pekerjaan yang bisa menguntungkan bagi Muluk. Pemaksimalan itu terdapat pada Bagusan juga beternak jangkrik, bang. Saya liat di TV prospeknya bagus. Selain buat makanan burung, juga bisa buat makanan ikan arwana. Pipit memberikan saran yang lebih baik kepada Muluk untuk memperoleh pekerjaan.
(5)
No. Data : 38
Scene: 53
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:menjelaskan rencana yang Muluk miliki; Act Sequences:Muluk menjelaskan rencananya kepada para pencopet namun para pencopet merespon dengan tertawa kemudian Muluk bertanya kepada Komet apakah dia mau mengasong lalu Komet menggelengkan kepalanya dan Muluk terlihat sedih mendapatkan jawaban demikian; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataandan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : Oke! Saya jelaskan, ya. Ngasong adalah langkah awal, walaupun hasilnya sedikit, tapi nanti kalau usaha ini sudah berkembang, dari ngasong terus buka kios, dari buka kios terus buka toko, buka super market. Kalian akan jadi pengusaha besar. konglomerat. (semua pencopet tertawa)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
35
Ujaran yang diujarkan oleh Muluk dianggap mematuhi maksim kearifan karena berusaha memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain (para pencopet). Pemaksimalan keuntungan tersebut terdapat pada penggalan dialog Oke! Saya jelaskan, ya. Ngasong adalah langkah awal, walaupun hasilnya sedikit, tapi nanti kalau usaha ini sudah berkembang, dari ngasong terus buka kios, dari buka kios terus buka toko, buka super market. Kalian akan jadi pengusaha besar. konglomerat. Muluk berusaha memberikan keuntungan yang lebih kepada para pencopet agar kehidupan mereka kedepannya menjadi lebih baik dan memiliki masa depan yang cemerlang dengan mengubah pencopet setahap demi setahap.
(6)
No. Data :
41
Scene: 55
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di jalan pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Muluk dan Komet; Ends:meminta solusi; Act Sequences:pertututan ini diawali oleh Bang Jarot yang marah mendengar cerita dari Muluk kemudian Muluk menenangkan dan melarang Bang Jarot untuk melakukan hal tersebut. Pertuturan ini diakhiri ketika Bang Jarot meminta Komet untuk pergi dan Komet pun pergi; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bang Jarot : Biar saya hajar mereka! Muluk : Jangan, Bang! Jangan, Bang! Bang Jarot : Jadi mesti gimana dong? Muluk : Ini bagian dari proses pendidikan dan
pengajaran, jadi mungkin kita harus lebih sabar.
Bang Jarot : Met, lu duluan, Met! Komet : Iya, Bang.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
36
Ujaran yang diujarkan oleh Muluk dianggap mematuhi maksim kearifan karena berusaha memberikan keuntungan yang maksimal kepada pihak lain dan meminimalkan kerugian terhadap pihak lain. Pemaksimalan keuntungan tersebut, terdapat pada Ini bagian dari proses pendidikan dan pengajaran, jadi mungkin kita harus lebih sabar. Muluk berusaha melindungi para pencopet dari kemarahan Bang Jarot. Selain itu Muluk juga ingin mendidik para pencopet dengan cara yang lebih baik tanpa kekerasan. Dengan demikian maka Muluk dianggap berusaha memberikan keuntungan semaksimal mungkin kepada pihak lain.
(7)
No. Data :
63
Scene: 90
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Samsul dan 16 orang pencopet; Ends:mengajarkan membedakan yang hak dan yang bukan; Act Sequences:pertuturan ini diawali oleh Muluk yang memberikan pidato dan memberikan slogan baru kepada mereka; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato dan slogan.
Ujaran
Muluk : Keberadaan kami bersama kalian selama ini adalah untuk membantu dan membimbing kalian menuju lompatan bersejarah. Mulai hari ini, kita belajar bagaimana membedakan mana yang milik kita dan mana yang milik orang lain. Mulai hari ini kita belajar untuk mendapatkan apa yang ingin kita miliki dengan cara yang halal. Stop mencopet!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diujarkan oleh Muluk dianggap mematuhi maksim kearifan karena berusaha memberikan keuntungan bagi pihak lain dan
37
meminimalkan kerugian bagi pihak lain. Pemaksimalan keuntungan bagi pihak lain terdapat pada penggalan dialog Keberadaan kami bersama kalian selama ini adalah untuk membantu dan membimbing kalian menuju lompatan bersejarah. Mulai hari ini, kita belajar bagaimana membedakan mana yang milik kita dan mana yang milik orang lain. Mulai hari ini kita belajar untuk mendapatkan apa yang ingin kita miliki dengan cara yang halal. Stop mencopet! Dalam penggalan dialog tersebut Muluk berusaha memberikan keuntungan kepada para pencopet dengan mengajarkan para pencopet mencari uang dengan cara yang lebih baik dan halal.
(8)
No. Data :
81
Scene: 124
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di depan sebuah toko servis elektronik pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan tegang; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu komandan SatPol Ppdan 2 orang anggotanya; Ends: melakukan pembelaan untuk Komet dan anak buahnya; Act Sequences:pertuturan ini diawali oleh Muluk yang menyuruh agar mereka menangkapnya saja kemudian Komandan datang dan menanyakan apa yang terjadi. Muluk menajwab bahwa mereka sedang mencari rezeki yang halal lalu anggota SalPol PP 1 mengatakan bahwa pengemis dan pengosong mengganggu lalu lintas. Muluk kembali melakukan pembelaan dengan membahas para koruptor, para anggota SatPol PP yang kebingungan menjawab pernyataan Muluk akhirnya menangkapnya; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan berani; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk : Kalian tangkap saya! Saya yang suru mereka ngasong! Ayo tangkap saya!
Komandan : Eh eh eh, ada apa nih? Ada apa nih? Muluk : Mereka hanya mencari rezeki yang halal. Dan hanya itu yang mereka bisa.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
√
38
Ujaran yang diujarkan oleh Muluk dianggap mematuhi maksim kearifan karena berusaha memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain dan meminimalkan kerugian bagi pihak lain. Pemaksimalan keuntungan bagi pihak lain tersebut terdapat pada Kalian tangkap saya! Saya yang suru mereka ngasong! Ayo tangkap saya! Muluk berusaha memberikan perlindungan dan pembelaan kepada komandan SatPol PP untuk para pengasong. Hal itu Muluk lakukan agar para pengasong tidak ditangkap oleh SatPol PP dan bisa terus berjualan. Pemaksimalan juga terdapat pada ujaran Mereka hanya mencari rezeki yang halal. Dan hanya itu yang mereka bisa. Dari ujaran-ujaran tersebut maka terlihat bahwa Muluk berusaha memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain.
2. Maksim kedermawanan Pematuhan maksim kedermawanan terjadi apabila ujaran
memaksimalkan kerugian diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.
Berikut penggalan dialog yang mematuhi maksim kedermawanan: (9)
No. Data : 16
Scene: 16
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Umi pipit dan H. Rahmat; Ends: Pipit memberikan informasi hadiah yang akan ia dapat dari undian yang ia ikuti; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pipit yang memberi tahukan kemungkinan hadiah yang ia dapat dari undian dan pajak yang harus ditanggung kemudian Umi memberikan solusi untuk membayar pajak hadiahnya; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai namun serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit : Yang ini hadiahnya motor Yamaha, Bah. Kalau yang ini hadiahnya umroh. Kalau Pipit menang biar Abah yang pake. Tapi pajaknya ditanggung pemenang. Umi Pipit : Bayar pajaknya jual aja kalung Umi. Huh, mati lagi. Hah! Pajak diomongin sih, ah.
39
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Pada dialog tersebut terdapat maksim kedermawanan karena hal yang akan dilakukan Pipit dan Umi mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan menambah pengorbanan bagi dirinya sendiri. Pemaksimalan kerugian tersebut terdapat pada tuturan Yang ini hadiahnya motor Yamaha, Bah. Kalau yang ini hadiahnya umroh. Kalau Pipit menang biar Abah yang pake. Tapi pajaknya ditanggung pemenang. Tuturan tersebut menunjukan bahwa Pipit rela memberikan hadiah yang akan ia dapat untuk orangtuanya. Begitu pula pada tuturan Umi Bayar pajaknya jual aja kalung Umi. Huh, mati lagi. Hah! Pajak diomongin sih, ah. Ia rela menjual kalungnya demi membayar pajak hadiah yang akan didapat demi suaminya.
(10)
No. Data : 32
Scene: 46
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah Pak Makbul pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu Muluk; Ends: menunjuk-an bahwa pendidikan itu penting; Act Sequences: Pak Makbul mengawali pertuturan ini dengan menyuruh Muluk untuk memberikan sekotak makanan kepada H. Sarbini agar H. Sarbini mengerti bahwa pendidikan itu penting. Muluk hanya terdiam; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah ; Instrumentali-ties: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan tindakan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
Pak Makbul : Nih, sekotak anter ke Haji Sarbini! Siapa tau dia sadar kalo pendidikan itu penting. (sambil memberikan sekotak sosis pada Muluk) Muluk : (hanya diam)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
40
Penggalan dialog tersebut dianggap memetuhi maksim kedermawanan karena berusaha memaksimalkan kerugian terhadap diri sendiri dan meminimalkan keuntungan terhadap diri sendiri. Pematuhan maksim kedermawanan tersebut terdapat pada ujaran Nih, sekotak anter ke Haji Sarbini! Siapa tau dia sadar kalo pendidikan itu penting. Ujaran yang diujarkan Pak Makbul dianggap mematuhi maksim kedermawanan karena mengurangi keuntungan terhadap dirinya sendiri dan menambah kerugian terhadap dirinya sendiri. Pak Makbul memberikan makanan yang ia miliki kepada Haji Sarbini yang tentu dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri.
(11)
No. Data :
52
Scene: 67
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan belajar; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends: mengajarkan menulis; Act Sequences: pertuturan ini diawali ketika Samsul mengatakan bahwa mereka diperbolehkan menulis dengan cara mereka masing-masing dan para pencopet senang dengan hal tersebut. Kemudian samsul mengajarkan mereka menulis huruf A; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan dijawab dengan tindakan; Genre: wacana eksposisi.
Ujaran
Samsul : Ini sekolah bebas, kelas bebas, cara megang pensilnya pun bebas. Yang penting kalian bisa nulis. Kampret : Nah, gitu dong! Komet : (menggigit pensil dan menyobek kertas) Samsul : Nah, sekarang kita belajar huruf. (menuliskan huruf A di papan tulis). Ini huruf A. Huruf apa?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
41
Ujaran yang diucapkan oleh Samsul dianggap mematuhi maksim kedermawanan karena Samsul lebih mementingkan keuntungan bagi pihak lain (para pencopet) dari pada keuntungan dirinya sendiri. Samsul memberikan kebebasan cara menulis kepada para pencopet agar para pencopet bisa menulis. pematuhan tersebut terdapat pada Ini sekolah bebas, kelas bebas, cara megang pensilnya pun bebas. Yang penting kalian bisa nulis. Tuturan tersebut menunjukan bahwa Samsul menambah pengorbanan bagi dirinya sendiri untuk mementingkan keuntungan pihak lain (para pencopet). 3. Maksim pujian
Ujaran dikatakan mematuhi maksim pujian jika ujaran tersebut memaksimalkan pujian atau rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan cacian atau kecaman kepada orang lain.
Berikut penggalan dialog yang mematuhi maksim pujian: (12)
No. Data : 21
Scene: 23
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Komet dan Bang Jarot dan petutur yaitu Muluk; Ends:mengajak bekerjasama; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Komet yang memperkenalkan Muluk kepada bang Jarot kemudian Bang Jarot menanyakan tujuan Muluk datang lalu Muluk menjelaskan maksud dan tujuannya datang ketempat itu; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Bang Jarot : Siapa dia? Komet : kan tadi udah saya bilang, itu namanya Bang Muluk. Dia orang pinter, Bang. Sarjana apa, Bang? Muluk :Sarjana manajemen. Komet : Tuh kan, orang pinter.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Komet dianggap mematuhi maksim pujian
karena Komet memaksimalkan pujian terhadap pihak lain. Pujian tersebut
42
terlihat pada ujaran kan tadi udah saya bilang, itu namanya Bang Muluk. Dia orang pinter, Bang. Sarjana apa, Bang? Komet memuji Muluk yang merupakan seorang sarjana. Selanjutnya Komet pun berujar Tuh kan, orang pinter untuk menegaskan bahwa Muluk benar-benar orang pintar. Dengan ujaran tersebut berarti Komet memaksimalkan pujian terhadap orang lain dengan mengatakan dan menegaskan bahwa Muluk adalah orang pintar.
(13)
No. Data : 26
Scene: 32
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas copet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan para copet kepada Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang bertanya kepada para copet Mall apakah mereka tidak mandi kemudian Glen marah karena tidak mau diatur oleh Muluk. Muluk menjelaskan mengenai manajemen, Glen punsemakin marah mendengar penjelasan Muluk dengan tenang Muluk membujuk Glen agar mau mandi. Lalu Bang Jarot memberitahukan bahwa mereka mandi kalau ada perlu saja mendengar perkataan Bang Jarot, Komet langsung menyahuti dengan mengejek mereka. lalu Muluk kembali menasehati mereka namun mendegar hal tersebut Ribut (ketua kelompok C) langsung meminta agar Muluk di pecat, Muluk pun langsung meminta maaf dan mengganti pembicaraan mengenai bagi hasil yang akan mereka lakukan. Glen mengungkapan kecurigaannya pada Muluk jika uang mereka akan diambil oleh Muluk, Muluk pun menjelaskan bahwa hal itu bisa saja namun jika mereka tidak percaya padanya makan kerjasama akan dibatalkan dan beberapa pertanyaan dari pencopet lain yang dijawab dengan santai oleh Muluk. Pertuturan ini berkahir ketika Muluk menjelaskan tujuannya ada disana; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
43
Ujaran
Muluk : Ok. Kalian sudah melakukan sebagian dari prinsip manajemen. Sesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, agar bisa diterima dan tidak dicurigai. Bagus (mengangkat kedua jempol tangannya). Ini, copet mall ini masih bau pencopet nih. Gak mandi ya?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Muluk dianggap mematuhi maksim
pujian karena Muluk memaksimalkan pujian terhadap orang lain. Muluk memberikan pujian kepada para pencopet. Pemaksimalan tersebut terdapat pada Ok. Kalian sudah melakukan sebagian dari prinsip manajemen. Sesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, agar bisa diterima dan tidak dicurigai. Bagus (mengangkat kedua jempol tangannya). Ujaran Muluk tersebut memiliki makna pujian. Terlihat bahwa Muluk memuji cara bekerja para copet yang tanpa mereka sadari sudah melakukan sebagian prinsip manajemen.
(14)
No. Data : 33
Scene: 47
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Sarbini pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Muluk dan Rahma; Ends:mengungkapkan rasa bangga; Act Sequences: diawali oleh H. Sarbini yang mengungkapkan rasa bangganya kemudian menanyakan pekerjaan Muluk lalu Muluk menjawab pertanyaan H. Sarbini kemudian Rahma memberikan sebuah sosis yang dibawakan oleh Muluk kepada H. Sarbini; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: ungkapan.
Ujaran
H. Sarbini : Bapak lu pasti bangga sama lu. Eh, ngomong-ngomong lu kerja dibagian ape? Muluk : Saya dibagian pengembangan sumber daya manusia. H. Sarbini : oh, iya iya
44
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diujarkan Haji Sarbini dianggap mematuhi maksim pujian karena berusaha memaksimalkan pujian terhadap pihak lain dan meminimalkan cacian terhadap pihak lain. Pematuhan maksim pujian itu terdapat pada Bapak lu pasti bangga sama lu.... Haji Sarbini memuji Muluk yang telah menjadi sarjana dan telah mendapat pekerjaan. Dengan demikian maka ujaran Haji Sarbini dianggap mematuhi maksim pujian.
(15)
No. Data :
43
Scene: 59
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di dekat pos ronda pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan berkelakar; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk dan Samsul; Ends:meminta tolong untuk mengantarkan undian; Act Sequences:Pipit memanggil Muluk dari kejauhan dan menitipkan undian seperti biasa serta menayakan motor yang Muluk gunakan dan memuji motor Muluk; Keys: nada suara (tone)datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan gembira; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre:pujian.
Ujaran
Pipit : (terkagum-kagum melihat motor Muluk). Wiihiiii mantaaapp. Coba, Bang ye? (menaiki motor dan bercermin di kaca spion motor) Muluk : tsaaah Pipit : tsaaah mantaaap
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Pada dialog tersebut terdapat maksim pujian karena hal yang akan dilakukan Pipit berusaha memaksimalkan pujian terhadap pihak lain dan meminimalkan cacian terhadap pihak lain. Pemaksimalan pujian tersebut
45
terdapat pada tuturan Wiihiiii mantaaapp. Coba, Bang ye? Tuturan tersebut menunjukan bahwa Pipit memuji motor baru yang dimiliki oleh Muluk. Kemudian Pipit kembali memuji motor Muluk terdapat pada tsaaah mantaaap. Ujian yang diujarkan dua kali oleh Pipit kepada Muluk dianggap pematuhan terhadap maksim pujian.
(16)
No. Data :
46
Scene: 61
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan bingung; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk; Ends:memabahas petingnya pedidikan; Act Sequences:pertuturaqn ini diawali oleh Samsul yang menyatakan keraguannya pada pendidikan kemudian Muluk menjelaskan manfaat pendidikan yang selama ini sudah meraka jalani; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Samsul : Waktu gue kuliah, gue pikir pendidikan itu penting. Tapi setelah gue keluar kuliah gue baru ngerti ternyata pendidikan itu tidak penting. Muluk : Nah, itu. Itu hasil pendidikan,Sul. Kalo lu engga berpendidikan, lu engga akan tau bahwa pendidikan itu engga penting. Makanya pendidikan itu penting.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diujarkan oleh Muluk dianggap mematuhi maksim pujian karena berusaha memaksimalkan pujian terhadap pihak lain dan meminimalkan cacian terhadap pihak lain. Pujian tersebut terdapat pada ... Kalo lu engga berpendidikan, lu engga akan tau bahwa pendidikan itu engga penting. Makanya pendidikan itu penting. Makanya pendidikan itu
46
penting. Muluk memberikan pujian kepada Samsul dengan mengatakan bahwa Samsul adalah orang yang berpendidikan.
(17)
No. Data :
53
Scene: 70
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan Pipit kepada para pencopet; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Muluk melihat tingkah para copet lalu meminta mereka untuk tenang dan tertib untuk bersalaman dengan Pipit, kemudian salah satu copet berujar bahwa mereka menyukai Pipit. Muluk memperkenalkan Pipit kepada mereka dan memberitahukan bahwa Pipit akan mengajarkan mereka pelajaran agama. Kemudian Pipit memeperkenalkan diri dan sedikit membahas mengenai agama; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
Muluk :Yang tenang, yang tenang. Yang tertib, yang tertib. Para copet :(bersalaman dengan Pipit). Woy gurunya cakep, woy!! Yang gini dong, Bang gurunya, segeeerrr!! Pipit : Iiiihh, emangnya gue ikan!! Muluk :Ayo tertib, tenang. Semua kebagian salaman. Ari Wibowo : mmmmm, Mbaknya harum (sambil mencium tangan Pipit)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diujarkan oleh para pencopet dianggap mematuhi maksim pujian karena memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain dan
47
meminimalkan cacian terhadap pihak lain. Pemaksimalan pujian tersebut terdapat pada Woy gurunya cakep, woy!! Yang gini dong, Bang gurunya, segeeerrr! Selanjutnya pencopet memberikan pujian lagi terdapat pada ujaran mmmmm, Mbaknya haru. Para pencopet memberikan pujian kepada Pipit dengan mengatakan bahwa Pipit cantik dan harum. Pujian yang dua kali diucapkan oleh pencopet dianggap sebagai pematuhan terhadap maksim pujian.
(18)
No. Data :
58
Scene: 78
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di depan gedung DPR pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memberi tahu kepada para pencopet tempat bekerja para wakil rakyat. Mereka juga bermaksud memotivasi para pencopet agar lebih giat belajar lagi agar menjadi orang sukses dan memberikan pentingnya pendidikan karena orang-orang yang berkerja di gedung DPR adalah orang-orang yang berpendidikan; Act Sequences: Samsul memberitahukan bahwa itulah tempat para wakil rakyat dan Muluk menjelaskan bahwa mereka yang memperjuangkan nasib rakyat kemudian para copet memributkan mencopet dalam gedung DPR, Glen menjawab bahwa dalam gedung itu tidak bisa mencopet namun Komet menjawab bahwa dalam gedung itu bisa korupsi dan Samsul meminta mereka untuk kembali ke mobil; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk :Di dalem itu tempat orang-orang terhormat dan berpendidikan. Ribut :Adalah kita bisa disitu, dong? Kita kan udah sekolah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
48
Ujaran yang diucapkan oleh Muluk dianggap mematuhi maksim pujian karena memaksimalkan pujian terhadap pihak lain dan meminimalkan cacian terhadap pihak lain. Pujian tersebut terdapat pada Di dalem itu tempat orang-orang terhormat dan berpendidikan. Muluk memberikan pujian kepada para anggota DPR bahwa yang bisa berada di dalam gedung (para anggota DPR) hanya orang-orang terhormat dan memiliki pendidikan yang tinggi.
(19)
No. Data :
61
Scene: 86
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Samsul dan 16 orang pencopet; Ends: mengajak pencopet untuk menjadi pengasong; Act Sequences:Muluk mempersilakan para pencopet untuk duduk dan memulai acara peresmian usaha baru yang akan dilakukan oleh pencopet, kemudian Samsul memulai acara tersebut dengan berkelakar bersama para pencopet; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan bersemangat dan gembira; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: lelucon.
Ujaran
Muluk :Ayo silahkan! Adik-adik kami para pencopet yang budiman silahkan duduk!
Para copet : (masuk ruangan) Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Dalam penggalang dialog di atas, ujaran Muluk dianggap mematuhi maksim pujian karena berusaha memaksimalkan pujian terhadap pihak lain dan meminimalkan cacian terhadap pihak lain. Pujian tersebut terdapat pada ujaran ...para pencopet yang budiman silahkan duduk! Muluk menyebut menyebut mereka pencopet budiman sebagai pujian kepada para pencopet agar para pencopet mau merubah hidup mereka menjadi lebih baik.
49
(20)
No. Data :
66
Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran
Samsul : Nah, ade-ade kami calon pengasong ini juga sudah mengalami kemajuan dalam pendidikannya. Glen, coba sebutkan sila ke lima dari pancasila!
Glen : (berdiri) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Samsul : Nah, ade Ribut coba sebutkan butir kesatu penjelasan dari sila pertama pancasila!
Ribut : (berdiri) adalah bangsa Indonesia menyatakan adalah kepercayaannya dan adalah ketakwaan kepada Tuhan Yang adalah Maha Esa.
Samsul :Bagus! (tepuk tangan). Nah itulah penjelasan dari butir kesatu sila pertama dari pancasila. Tapi, harap kata “adalah” itu dibuang karena memang ditambahkan sendiri oleh ade kami ini. Oke, next. Eh ganteng, Ari Wibowo, alinea ketiga pembukaan Undang-undang Dasar 1945!
50
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Samsul dianggap mematuhi maksim pujian, karena Samsul memaksimalkan pujian terhadap pihak lain. Pemaksimalan pujian itu terdapat pada ujaran Nah, ade-ade kami calon pengasong ini juga sudah mengalami kemajuan dalam pendidikannya.... Setelah itu pun Samsul kembali memberikan pujian kepada pencopet, terdapat pada ujaran Bagus! Samsul memberikan pujian kepada para pencopet yang telah mengalami kemajuan dalam hal pendidikan. Kemudian setelah Samsul memberikan pertanyaan kepada pencopet dan pencopet itu menjawab pertanyaannya dengan benar Samsul kembali memberikan pujian kepada pencopet. Dengan demikian makan Samsul dianggap mematuhi maksim pujian.
(21)
No. Data :
68
Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
51
Ujaran
Eros : Usholi fardhu shubhi rak’ataini mustakbilal kiblati adaan lillahita’ala.
Samsul : Baguuuss!! (semua tepuk tangan) Pipit : Dan engga cuma niatnya aja, Bah.
Sholatnya juga bisa. Samsul : Sekarang, sudah ayahanda saksikan, ade-
ade kami yang budiman ini sudah menjadi pencopet yang pancasilais serta religius. Maksudnya manusia yang pancasilais dan religius.
Bedul :(berjalan ke depan dan berdiri di atas kursi) Proklamasi. Kami, Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Samsul : Good! (bertepuk tangan). Sudah bisa proklamasi, sudah merdeka. Eh, Dul, lu udah merdeka kan?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Pipit Samsul dianggap mematuhi maksim pujian, karena Pipit dan Samsul memaksimalkan pujian terhadap pihak lain. Pemaksimalan pujian itu terdapat pada ujaran Dan engga cuma niatnya aja, Bah. Sholatnya juga bisa. Setelah itu Samsul memberikan pujian kepada pencopet, terdapat pada ujaran ... manusia yang pancasilais dan religius. Selanjutnya Samsul kembali memberikan pujian kepada para pencopet Good! Pujian yang diucapkan terus menurus oleh Pipit dan Muluk dianggap sebagai pemaksimalan pujian terhadap pihak lain.
4. Maksim kerendahan hati
Ujaran dikatakan mematuhi maksim kerendahan hati apabila ujaran tersebut meminimalkan pujian terhadap diri sendiri dan memaksimalkan kecaman terhadap diri sendiri.
Berikut dialog yang mematuhi maksim kerendahan hati:
52
(22)
No. Data :
65
Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran
Samsul : Ayahanda, kami bertiga putra putri ayahanda tidak membangun masjid tidak pula membangun madrasah. Tapi kami mengembangkan sumber daya manusia. Kami mencoba memberdayakan ade-ade kami para pencopet yang budiman. Ketiga orang tua : (heran dan bingung)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Samsul dianggap mematuhi maksim
kerendahan hati karena Samsul merendahkan dirinya dihadapan para orangtua dengan mengatakan Ayahanda, kami bertiga putra putri ayahanda tidak membangun masjid tidak pula membangun madrasah. Tapi kami mengembangkan sumber daya manusia. Kami mencoba memberdayakan ade-ade kami para pencopet yang budiman. Ujaran Samsul mengatakan bahwa ia tidak membangun masjid atau madrasah
53
mengandung makna bahwa yang ia lakukan tidak sehebat orang-orang yang telah membangun sarana pendidikan atau tempat ibadah, yang ia lakukan hanya memberikan pendidikan yang ia miliki untuk para pencopet agar kehidupan pencopet lebih baik. Dengan maksud untuk tidak menyombongkan apa yang telah mereka lakukan. Walaupun yang mereka lakukan sama mulianya dengan membangun fasilitas ibadah atau pendidikan.
(23)
No. Data :
72
Scene: 99
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan menuju masjid pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan sedih dan kecewa; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Rahmat; Ends: menceritakan kesedihan; Act Sequences: pertuturan diawali oleh Pak Makbul yang menyapa H. Rahmat kemudian menceritakan car mereka membiayai anak mereka sejak kecil; Keys: nada suara (tone) rendah, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan bersedih dan menangis; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
H. Makbul : Haji kan tau, saya Cuma bisa ngejait tapi Demi Allah, Ji,
Demi Allah sisa-sisa kain jaitan selalu saya kembalikan kepada pemesan.
dengan hasil ngejait yang kaya gitu saya didik si Muluk, saya besarkan si
Muluk, tapi kenapa begini hasilnya, Ji? H. rahmat : Sama, Pak Bul. Saya didik, saya besarkan si Pipit semua itu dari hasil pensiunan saya di Departemen Agama. Tapi kenpa begini?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Dialog yang dilakukan oleh Pak Makbul dan Haji Sarbini dianggap mematuhi maksim kerendahan hati karena mereka sama-sama
54
merendahkan diri sendiri setelah apa yang mereka lakukan untuk membesarkan anak-anak mereka. Pemaksimalan tersebut terdapat pada ujaran Pak Makbul Haji kan tau, saya Cuma bisa ngejait. Dan ujaran Haji Rahmat... Saya didik, saya besarkan si Pipit semua itu dari hasil pensiunan saya di Departemen Agama.... Mereka sama-sama merendahkan diri mereka mengenai cara membesarkan anak mereka.
(24)
No. Data :
75
Scene: 103
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di masjid pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan sedih dan kecewa; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan H.Rahmat dan petutur yaitu Tuhan (Allah SWT); Ends:memohon ampun; Act Sequences: Pak Makbul memohon agar diampuni dosanya kemudian diamini oleh H. Rahmat kemudia mereka berdua beristigfar bersama; Keys: nada suara (tone) pelan, lembut, dan lirih, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan khusyuk; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: memohon; Genre: wacana do’a..
Ujaran
Pak Makbul : Ampuni aku, Ya Allah. H. rahmat : Amiin. Pak Makbul :Mungkin di luar kesadaran, aku telah memberi anakku makanan dari rezeki yang tidak halal. Ampuni aku ya Allah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diujarkan oleh Pak Makbul dan Haji Rahmat dianggap mematuhi maksim kerendahan hati, karena meminimalkan pujian terhadap diri sendiri. Pematuhan tersebut terdapat pada ujaran ... Mungkin di luar kesadaran, aku telah memberi anakku makanan dari rezeki yang tidak halal. Ujaran tersebut dianggap mematuhi maksim kerendahan hati karena Pak Makbul meminimalkan pujian terhadap dirinya sendiri.
55
5. Maksim kesepakatan Ujaran dianggap mematuhi maksim kesepakatan apabila penutur
dan mitra tutur meminimalkan ketaksepakatan dan mengusahakan agar kesepakatan antara diri sendiri dan orang lain terjadi sebanyak mungkin.
Berikut penggalan dialog yang mematuhi maksim kesepakatan:
(25)
No. Data : 6
Scene: 7
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends: Pak Makbul meminta kepada H. Sarbini mendo’akan Muluk agar cepat mendapat pekerjaan kemudian mereka memperdebatkan mengenai pendidikan: Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pak Makbul yang membicarakan hubungan Muluk dengan Rahma anak H. Sarbini dan agar mendo’akan Muluk segera mendapatkan pekerjaan kemudian percakapan berganti topik membicarakan mengenai pendidikan itu penting atau tidak dan pertuturan ini pun diakhiri dengan pernyataan H. Sarbini yang menyatakn pendidikan itu tidak penting; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Makbul : Si Rahma dan Si Muluk saling jatuh cinta, Ji. Jadi sebentar lagi si Muluk bakal jadi mantu Haji Sarbini. Jadi do’akan dong! H. Sarbini : iya saya do’ain biar dapet kerjaan. Makbul : amin.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diujarkan Haji Sarbini dianggap mematuhi maksim
kesepakatan karena berusaha memaksimalkan kesepakatan dengan pihak lain dan meminimalkan ketaksepakatan dengan pihak lain. Pematuhan maksim terdapat pada ujaran iya saya do’ain biar dapet kerjaan. Ujaran
56
Haji Sarbini tersebut menyetujui permintaan Pak Makbul untuk ikut mendo’akan Muluk, Haji Sarbini pun menyetui permintaan dari Pak Makbul. Dengan demikian makan dapat diakatakan bahwa ujaran Haji Sarbini mematuhi maksim kesepakatan.
(26)
No. Data : 24
Scene: 25
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ditempat berkumpul para pencopet pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 pencopet; Ends:menjelaskan program kerjasama; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh tuturan Muluk yang menjelaskan rencana yang ia miliki untuk para pencopet kemudian Bang Jarot meminta agar Muluk lebih memperjelas lagi penjelasannya kemudian Muluk menjelaskan kembali secara lebih jelas, kemudian Glen menanyakan pembagian hasil dan Muluk menjelaskan namun Glen tidak setuju lalu Bnag Jarot meminta agar Glen dan yang lain mendengarkan penjelasan Muluk dan menyetujui bagi hasil yang diusulkan oleh Muluk. Kemudian datang penjual kopi yang membawakan kopi setelah itu datang para preman yang meminta jatah mereka kepada Bang Jarot; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan dan pemaparan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Glen : 10 persen? Berapa tuh? Muluk : Begini, misalkan kalian dapat 1000, bagian saya 100. Fair kan? Glen : Enak di Abang, dong! Bang Jarot : eh, dengerin! Kita harus menghargai niat baik Abang ini, ye. 10% gak masalah, Bang. Terusin, Bang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Bang Jarot dianggap mematuhi
maksim kesepakatan karena mengusahakan kesepakatan antara diri sendiri
57
dan orang lain. Bang Jarot menyetujui usulan Muluk yang meminta bagian sebanyak 10% dari hasil copetan sebagai upah untuk dirinya. Kesepakatan Bang Jarot terdapat pada kalimat eh, dengerin! Kita harus menghargai niat baik Abang ini, ye. 10% gak masalah, Bang. Terusin, Bang!. Dari tuturan itu telihta Bang Jarot sepakat dan tidak merasa keberatan memberikan 10% sebagai upah untuk Muluk.
(27)
No. Data : 31
Scene: 39
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:meminta hasil copetan yang mereka sembunyikan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Bang Jarot yang meminta para pencopet berkumpul lalu Glen menanyakan mengapa mereka harus mengikuti Muluk kemudian Bang Jarot memberikan nasehat bahwa mereka harus mengikuti Muluk agar hidup mereka menjadi lebih baik. Pertuturan ini berakhir ketika Bang Jarot meminta Mata Dewa untuk menghitung uang yang mereka sembunyikan; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bang Jarot : Eh, sini lu! Sini! Sini! (sambil menjambak rambut Glen. (melihat uang yang disembunyikan Glen dalam ikat kepala yang ia gunakan)). Lu baru jadi cicak, mau ngadalin buaya, lu. Sono lu! Glen : Iya, Bang. (sambil mengusap kupingnya) Bang Jarot : Denger, Bang Muluk itu kesini mau ngatur kita. Supaya kita berenti jadi copet. Tapi duitnya tetep banyak. Siapa tau dia bener-bener hebat. Paham lu pade!? Semua copet :(serempak) Paham!!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan para pencopet sebagai jawaban dari
pernyataan Bang Jarot dianggap mematuhi maksim kesepakatan karena
58
memaksimalkan kesepakatan antara diri dan lain. Para pencopet mengatakan paham sebagai tanda bahwa mereka semua mengerti maksud Bang Jarot dan menyepakati usulan dari Bang Jarot.
(28)
No. Data :
42
Scene: 57
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah Bang Jarot pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Muluk; Ends:menyetujui rencana Muluk; Act Sequences:Diawali oleh Bang Jarot yang mempersilakan Muluk untuk duduk lalu meminta istrinya untuk membuatkan kopi kemudian membicarakan mengenai persetujuannya terhadap rencana Muluk; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bang Jarot : Gini, Bang. Saya ngeliat keseriusan abang ini jadi berpikir, engga apa-apalah pendapatan saya berkurang yang penting, masa depan anak-anak itu jadi lebih jelas. Muluk : (mengangguk) Bang Jarot : Itu lebih baik kayanya.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Bang Jarot dianggap mematuhi maksim kesepakatan karena berusaha memaksimalkan kesepakatan dengan pihak lain. Bang Jarot menyetujui usulan Muluk yang berencana akan mengubah profesi pencopet menjadi pengasong. kesepakatan tersebut terdapat pada ujaran Gini, Bang. Saya ngeliat keseriusan abang ini jadi berpikir, engga apa-apalah pendapatan saya berkurang yang penting, masa depan anak-anak itu jadi lebih jelas. Dari ujaran tersebut terlihat bahwa Bang Jarot berusaha memaksimalkan kesepakatan dengan pihak lain.
59
(29)
No. Data :
56
Scene: 70
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan Pipit kepada para pencopet; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Muluk melihat tingkah para copet lalu meminta mereka untuk tenang dan tertib untuk bersalaman dengan Pipit, kemudian salah satu copet berujar bahwa mereka menyukai Pipit. Muluk memperkenalkan Pipit kepada mereka dan memberitahukan bahwa Pipit akan mengajarkan mereka pelajaran agama. Kemudian Pipit memeperkenalkan diri dan sedikit membahas mengenai agama; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
Muluk : kalo lu ngajar orang bener, apa istimewanya? Tapi kalo lu ngajarin mereka jauh lebih mulia. Boy :Betul, Mbak. Mulia sekali. Setuju?! Para copet : Setujuuu!! Pipit : Oke, gua akan ngajarin kalian.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Dalam penggalan dialog di atas dianggap terdapat pematuhan
maksim kesepakatan antara Muluk, pencopet dan pipit, karena berusaha memaksimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain. Kesapakatan tersebut terdapat pada ujaran Betul, Mbak. Mulia sekali. Setuju?!. Ujaran itu diungkapkan sebagai tanda bahwa pencopet membenarkan ungkapan Muluk dan di tegaskan kembali pada ujaran Setujuuu!!. Kemudian Pipit sepakat untuk memberikan pendidikan agama kepada para pencopet. Kesepatan tersebut terdapat pada Oke, gua akan ngajarin kalian. Dengan
60
demikian maka penggalan dialog diatas mematuhi maksim kesepatan karena memaksimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain.
(30)
No. Data :
57
Scene: 71
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan pulang setelah dari markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan lelah; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk; Ends:memberikan penjelasan; Act Sequences: Pipit merasa tidak kuat menghadapi para pencopet dan kemudian menanyakan honor yang akan dia dapat dan Muluk menjawab dengan memberikan pertanyaan kepada Pipit; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: ungkapan.
Ujaran
Pipit : Jadi honor Pipit, dibayar dari hasil mencopet, Bang? Muluk :Iya. Lu mau terima honor atau pahala? Pipit : (sambil tertawa) mau dua-duanya, Bang! Muluk : (tertawa) Pipit : Makasih, yak! Muluk : (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Pipit dianggap mematuhi maksim kesepakatan karena berusaha memaksimalkan kesepakatan antara dirinya dan Muluk. Pemaksimalan kesepakatan tersebut terdapat mau dua-duanya, Bang! Ujaran tersebut merupakan persetujuan Pipit mengenai upah yang akan dia dapat setelah mengajarkan para pencopet pendidikan agama.
(31)
61
No. Data :
69
Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran Samsul : Good! (bertepuk tangan). Sudah bisa proklamasi, sudah merdeka. Eh, Dul, lu udah merdeka kan?
Bedul : Iya, dong, Bang. Samsul : Merdeka! Para copet : Merdeka!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Bedul dianggap mematuhi maksim kesepakatan, karena berusaha memaksimalkan kesepakatan dengan pihak lain dan meminimalkan ketaksepakatan dengan pihak lain. Pematuhan maksim kesepakatan terdapat pada ujaran Iya, dong, Bang. Ujaran tersebut merupakan jawaban Bedul yang membenarkan pernyataan Samsul yang mengatakan bahwa mereka (para pencopet) sudah merdeka.
(32)
62
No. Data :
80
Scene: 119
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pinggir jalan pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan gembira; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu seorang ibu guru SD dan petutur yaitu para siswa; Ends:menyemangati para siswa; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh ibu guru yang meminta agar para siswa mengibarkan bendera yang mereka pegang kemudian para murid mengibarkan bendera yang mereka pegang; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan dibalas dengan tindakan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
Ibu guru : Kalo ada Presiden lewat, kibarkan benderanya. Okeee?!
Murid-murid SD : Okeee. Ibu guru : Ayo semuaa!!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diujarkan oleh murid-murid SD dianggap sebagai
pematuhan maksim kesepatakan, karena murid-murid SD menyetujui permintaan atau perintah dari gurunya. Kesepakatan tersebut terdapat pada ujaran Okeee. Ujaran tersebut merupakan kesepakatan yang dilakukan murid dengan gurunya yang menyetujui untuk mengibarkan bendera yang mereka pegang.
6. Maksim simpati
Ujaran dikatakan mematuhi maksim simpati apabila memak simalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain dan meminimalkan antipati antara diri sendiri dengan orang lain. Seseorang dikatakan santun apabila ia ikut berbelasungkawa jika orang lain mendapat musibah dan mengucapkan selamat atas keberhasilan atau kesenangan orang lain.
Berikut penggalan dialog yang mematuhi maksim simpati: (33)
63
No. Data : 13
Scene: 13
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan ketika Muluk akan pulang dari rumah H. Rahmat pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk; Ends: Pipit memberikan saran kepada Muluk untuk membuka usaha; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pipit yang memberikan saran kepada Muluk kemudian Muluk akan mempertimbangkan saran dari Pipit; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi
Ujaran
Pipit : Bagusan juga beternak jangkrik, bang. Saya liat di tv prospeknya bagus. Selain buat makanan burung, juga bisa buat makanan ikan arwana. Muluk : Entar abang pikirin lagi deh. Pipit : Oke bang yah! Jangan sampe patah semangat ya!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Pipit dianggap mematuhi maksim
simpati karena mengandung makna memaksimalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain. Ujaran tersebut menjelaskan bahwa Pipit memberikan motivasi sebagai tanda simpatinya kepada Muluk yang belum kunjung mendapat pekerjaan. Pemaksimalan simpati tersebut terlihat pada Oke bang yah! Jangan sampe patah semangat ya!. Motivasi tersebut merupakan bentuk rasa simpati Pipit kepada Muluk.
(34)
No. Data : 34
Scene: 49
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H.Rahmat dan Umi Pipit dan petutur yaitu Pipit dan Muluk; Ends: mengucapkan rasa bangga dan bersyukur; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Rahmat yang
64
menyampaikan rasa bangganya kepada Muluk karena telah mendapatkan pekerjaan, lalu Pipit datang dan menyapa Muluk dan membalas sapaan Pipit. Kemudian H. Rahmat menawarkan makanan yang dibawakan oleh Muluk, lalu Pipit memakan makanan tersebut. H. Rahmat pun mengungkapkan rasa syukurnya karena do’anya telah terkabul, lalu tiba-tiba dari dalam rumah Umi Pipit yang sedang mengisi teka-teki silang menanyakan siapa yang menentukan halal dan haram, H. Rahmat menjawab MUI, kemudian Umi berkata lima kotak, pertuturan berakhir ketika Piit menjawab dan Umi merasa jawaban Pipit benar; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataann serta pertanyaan dengan pernyataan; Genre: ungkapan.
Ujaran
H. Rahmat : Sebagai orang yang yakin akan pentingnya pendidikan, aku juga bangga. Pipit : Hei, Bang! Muluk : Hei!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh Haji Rahmat dianggap mematuhi maksim simpati karena berusaha memaksimalkan rasa simpati antara diri sendiri dengan orang lain dan meminimalkan rasa antipati antara diri dengan orang lain. Haji Rahmat ikut merasa bangga karena kini Muluk sudah mendapatkan pekerjaan. Pemaksimalan tersebut terdapat pada ujaran Sebagai orang yang yakin akan pentingnya pendidikan, aku juga bangga.
(35)
No. Data : 35
Scene: 49
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H.Rahmat dan Umi Pipit dan petutur yaitu Pipit dan Muluk; Ends: mengucapkan rasa bangga dan bersyukur; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Rahmat yang
65
menyampaikan rasa bangganya kepada Muluk karena telah mendapatkan pekerjaan dan menyampaikan syukur karena doa yang ia panjatkan selama ini untuk Muluk sudah terkabul, lalu Pipit datang dan menyapa Muluk dan membalas sapaan Pipit. Kemudian H. Rahmat menawarkan makanan yang dibawakan oleh Muluk, lalu Pipit memakan makanan itu. H. Rahmat pun mengungkapkan rasa syukurnya karena do’anya telah terkabul, lalu tiba-tiba dari dalam rumah Umi Pipit yang sedang mengisi teka-teki silang menanyakan siapa yang menentukan halal dan haram, H. Rahmat menjawab MUI, kemudian Umi berkata lima kotak, pertuturan berakhir ketika Piit menjawab dan Umi merasa jawaban Pipit benar; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataann serta pertanyaan dengan pernyataan; Genre: ungkapan.
Ujaran
Pipit : Waaah, asik nih. (sambil mengambil sosis) H. Rahmat : (memakan sosis) mmmm, terkabul juga doaku. Allah memberikanmu jalan, jadi kamu ga perlu berternak cacing.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
Ujaran yang diucapkan oleh H. Rahmat dianggap mematuhi
maksim simpati karena memaksimalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain. Ujaran tersebut menjelaskan bahwa H. Rahmat memberikan rasa simpati kepada Muluk yang belum mendapat pekerjaan dengan mendo’akan Muluk agar segera mendapat pekerjaan. Pemaksimalan simpati itu terdapat pada terkabul juga doaku. Allah memberikanmu jalan, jadi kamu ga perlu berternak cacing. Pada ujaran itu berarti H. Rahmat ikut merasa senang mengetahui bahwa Muluk mendapatkan pekerjaan.
Analisis temuan-temuan penggalan dialog yang melanggar maksim
kesantunan
1. Pelanggaran Maksim Kearifan Pelanggaran maksim kearifan terjadi apabila penutur membuat
kerugian orang lain sebesar mungkin dan meminimalkan keuntungan bagi
66
orang lain. Pelanggaran terjadi karena penutur lebih peduli terhadap dirinya sendiri dibandingkan kepentingan orang lain.
Berikut penggalan dialog yang melanggar maksim kearifan:
(36)
No. Data :
1
Scene: 2
Konteks Setting and Scene: latar tempat terjadinya peristiwa tutur ini yaitu di depan sebuah ruko yang sudah tidak terpakai lagi dan waktu tuturan ini terjadi pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi tuturan ini terjadi yaitu dengan serius; Participant: penutur yaitu Muluk dan mitra tutur yaitu Komet (pencopet); Ends:tujuan Muluk menangkap Komet adalah menasehati agar Komet tidak mencopet dan mengembalikan dompet yang telah ia ambil; Act Sequnces: Adegan ini diawali oleh Muluk yang mengikuti Komet yang telah berhasil mengambil dompet seseorang, ketika Komet berhenti untuk menghitung uang yang ada dalam dompet yang ia curi, Muluk menangkapnya. Kemudian Muluk menasehati Komet agar tidak melakukan hal demikian karena orang yang ia copet mencari uang dengan susah payah; Keys: nada suara (tone) agak berbisik, skap atau cara saat tuturan diujarkan yaitu dengan kesal; Instrumentalities:dengan saluran (channel) lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan pernyataan kemudian dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk :(menangkap copet yang sedang menghitung uang) Diem, diem! Diem, Lu! Atau gua bawa ke kantor polisi, hah? Gua udah dua tahun cari kerja supaya dapet duit. Enak aja nyomot dompet orang. Nyinggung perasaan gua tau. Orang susah payah cari kerja, diem-diem duitnya lo amb il. Lo ga bisa minta baik-baik? Komet : Saya kan copet,Bang, bukan tukang minta-minta.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
X
67
Ujaran yang diucapkan oleh Muluk dianggap melanggar maksim kearifan karena memaksimalkan kerugian terhadap pihak lain dan meminimalkan keuntungan bagi pihak lain. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran Diem, diem! Diem, Lu! Atau gua bawa ke kantor polisi, hah? Ujaran Muluk yang mengatakan akan melaporkan Komet ke polisi dirasa merugikan Komet yang merupakan seorang pencopet.
(37)
No. Data : 14
Scene: 14
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pos ronda pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Syamsul, Penjudi 1, 2, dan 3 dan petutur yaitu Muluk; Ends:mengejek Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Syamsul yang menanyakan apa yang Muluk lakukan kemudian Muluk menjawab pertanyaan Syamsul namun ditanggapi candaan yang menyindir oelh ketiga penjudi; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan bercanda; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pertanyaan dan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Samsul : Mul, lagi ada proyek apa? Muluk : Ternak cacing mau gak lu? Penjudi 1 : Mending lu ternak kucing, peliharaan nabi tuh. Penjudi 2 : Paling gak, kalo lu gak dapet untung lu dapet pahalanya Mul. Penjudi 3 : Kalo mao cepet kaya, lu piara cicak sama buaya sama gurita.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
X
Ujaran yang diucapkan oleh beberapa orang penjudi dianggap
melanggar maksim kearifan, karena meminimalkan keuntungan bagi pihak lain. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran Mending lu ternak kucing, peliharaan nabi tuh. Selanjutnya ujaran yang dianggap melanggar maksim kearifan terdapat pada Kalo mao cepet kaya, lu piara cicak sama buaya
68
sama gurita. Kedua ujaran tersebut melanggar maksim kearifan karena merugikan Muluk. Ujaran para penjudi merugikan Muluk karena bisa menurunkan rasa percaya diri dalam diri Muluk dan Muluk menjadi enggan untuk membuka usaha sendiri.
(38)
No. Data : 28
Scene: 32
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas copet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan para copet kepada Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang bertanya kepada para copet Mall apakah mereka tidak mandi kemudian Glen marah karena tidak mau diatur oleh Muluk. Muluk menjelas kan mengenai manajemen, Glen punsemakin marah mendengar penjelasan Muluk dengan tenang Muluk membujuk Glen agar mau mandi. Lalu Bang Jarot menmeritahukan bahwa mereka mandi kalau ada perlu saja mendengar perkataan Bang Jarot, Komet langsung menyahuti dengan mengejek mereka. lalu Muluk kembali menasehati mereka namun mendegar hal tersebut Ribut (ketua kelompok C) langsung meminta agar Muluk di pecat, Muluk pun langsung meminta maaf dan mengganti pembicaraan mengenai bagi hasil yang akan mereka lakukan. Glen mengungkapan kecurigaannya pada Muluk jika uang mereka akan diambil oleh Muluk, Muluk pun menjelaskan bahwa hal itu bisa saja namun jika mereka tidak percaya padanya makan kerjasama akan dibatalkan dan beberapa pertanyaan dari pencopet lain yang dijawab dengan santai oleh Muluk. Pertuturan ini berkahir ketika Muluk menjelaskan tujuannya ada disana; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Komet : kalo ujan, Bang. Hahaha Muluk : Kalo ujan? Ujan gak turun setiap hari. Ribut : Bos, adalah pecat aja abang ini. Masa kita disuru mandi.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
69
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS X
Ujaran yang dituturkan oleh Ribut dianggap melanggar maksim
kearifan karena meminimalkan keuntungan bagi pihak lain dan memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri. Pelanggaran tersebut terdapat pada Bos, adalah pecat aja abang ini. Masa kita disuru mandi. Ujaran Ribut melanggar maksim kearifan karena memaksimalkan kerugian bagi pihak lain dalam hal ini adalah Muluk yang mengalami kerugian jika ia dipecat dan Ribut memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri sehingga jika Muluk dipecat maka tidak akan ada yang mengaturnya untuk mandi.
2. Pelanggaran Maksim Kedermawanan
Pelanggaran maksim kedermawanan terjadi apabila peserta tutur memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan meminimalkan kerugian bagi dirinya sendiri. Pelanggaran pertuturan terjadi akibat tidak adanya rasa saling menghormati antara peserta tutur sehingga mengakibatkan seseorang lebih mementingkan dirinya sendiri.
Dalam film ini tidak terdapat dialog yang mengandung unsur pelanggaran terhadap maksim kebijaksanaan.
3. Pelanggaran Maksim Pujian
Pelanggaran maksim pujian terjadi apabila ujaran yang dilakukan peserta tutur memaksimalkan kecaman terhadap pihak lain dan meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Peserta tutur yang melakukan kecaman, cacian, atau menghina lawan tutur dianggap tidak sopan dan melanggar maksim pujian.
Berikut penggalan dialog yang dianggap melanggar maksim pujian:
(39)
No. Data : 9
Scene: 8
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat;
70
Ends:keinginan H. Sarbini agar Muluk segera melamar Rahma anaknya; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang membicarakan tentang pernikahan Muluk dan Rahma dan rencananya akan menikahkan Rahma dengan orang lain jika Muluk tidak kunjung melamar Rahma, Pak Makbul tidak setuju dengan ucapan H. Sarbini kemudian H. Rahmat menengahi mereka; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bercanda; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Rahmat : Gini Ji, ji si Jupri itu baru calon, calon anggota DPR. Pak Makbul : Si Jupri? Jupri? Masya Allah ji, hahaha. Jupri? Haahahahahaha.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Pak Makbul dianggap melanggar
maksim pujian karena memaksimalkan kecaman terhadap orang lain dan meminimalkan pujian terhadap orang lain. Pelanggaran tersebut terdapat pada Si Jupri? Jupri? Masya Allah ji, hahaha. Jupri? Haahahahahaha. Dalam tuturan itu terlihat bahwa Pak Makbul menertawakan dan seakan meremehkan Jupri yang mencalonkan diri menjadi anggota DPR. Pak Makbul meragukan kemampuan Jupri yang mencalonkan diri sebagai anggota DPR.
(40)
No. Data : 17
Scene: 17
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pos ronda pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Syamsul; Ends:menyindir; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang menyindir Syamsul yang sedang bermain kartu kemudian Syamsul membalas sindiran Muluk; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan bercanda; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction
71
and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk : Pagi-pagi udah mulai. Sul, lu kan sarjana pendidikan harusnya lu ngajar. Samsul : Nah, lu mestinya jadi direktur, lu kan sarjana menejemen.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Tuturan yang diucapkan oleh Muluk maupun Samsul dianggap
sama-sama melanggar maksim pujian karena masing-masing meminimalkan pujian terhadap orang lain. Pelanggaran yang dilakukan oleh Muluk terdapat pada Pagi-pagi udah mulai. Sul, lu kan sarjana pendidikan harusnya lu ngajar. Muluk berkata demikian untuk merendahkan Samsul yang seorang sarjana pendidikan namun pekerjaan sehari-harinya hanya berjudi bukan menjadi guru. Samsul pun melakukan pelanggaran dengan berkata kepada Muluk Nah, lu mestinya jadi direktur, lu kan sarjana menejemen. Samsul membalas celaan yang diberikan oleh Muluk dengan merendahkan Muluk yang seorang sarjana manajemen namun sampai saat itu belum mendapat pekerjaan.
(41)
No. Data : 22
Scene: 24
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu penyiar TV 1 dan 2 dan petutur yaitu Pipit dan penelepon; Ends:menjawab pertanyaan kuis; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh pembawa acara berita yang melaporkan mengenai ilegaloging kemudian Pipit mengganti channel televisi dan menonton acara kuis kemudian pembaca acar kuis menyebutkan pertanyaan yang harus dijawab kemudian ada telepon masuk dan penelepon menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pembawa acara namun jawaban yang diberikan tidak tepat, Pipit yang mengetahui jawaban pertanyaan tersebut merasa kesal dan kecewa karena ia tidak mendapat kesempatan
72
untuk menjawabnya lalu mengganti channel televisi;Keys: nada suara (tone)datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat dan kesal; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
Penyiar TV2 : Yaaah, salah, Mbak jawabannya. Yang bener adalah B. Kabupaten. dicoba lagi lain kali ya, Mbak, ya! Pipit : (dengan kesal mengambil remot TV dan mengganti acara TV) Begok!! Gak pernah sekolah sih!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Pipit dianggap melanggar maksim
kearifan karena memaksimalkan cacian atau celaan terhadap pihak lain (penelepon acara kuis) dan meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Pipit mencaci penelepon dengan mengatakan bahwa penelepon adalah orang bodoh dan tidak pernah sekolah. Cacian tersebut terdapat pada ujaran Begok!! Gak pernah sekolah sih!. Ujaran tersebut dianggap tidak santun dan melanggar maksim pujian.
(42)
No. Data : 29
Scene: 38
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu para copet dan petutur yaitu Muluk dan Bang Jarot; Ends:memberikan hasil copetan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Subur yang mengeluh karena uang yang ada dalam dompet yang ia copet hanya lima ribu rupiah kemudian Bedul menilai bahwa orang-orang zaman sekarang miskin lalu Kampret yang senang karena isi dalam dompet copetannya berisi 72 ribu, Ribut meminta uang hasil copetan anak buahnya itu. Lalu Boy mengeluh hanya mendapat kartu dalam dompet copetannya mendengar ucapan Boy, Glen memarahi Boy. Kemudian Codot memuji foto wanita yang ada dalam dompet hasil copetannya mendengar ucapan itu Sobrat langsung menganggap bahwa wanita itu adalah Luna Maya, Ongky
73
yang merasa aneh dengan jawaban Sobrat langsung menyangkal. Glen pun mengeluh karena dompet yang ia dapatkan hanya berisi kartu lalu Bang Jarot datang dan meminta agar mereka semua segera memberikan hasil copetan mereka, Bang Jarot meminta Glen yang pertama memberikan setoran lalu Kkomet dan terakhir Ribut. Pertuturan ini berakhir ketika Muluk meminta salah satu pencopet untuk mencatat hasil yang di dapat dan Bang Jarot mengatakan bahwa mereka semua tidak bisa baca tulis. ; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Subur : Payah, Cuma lima rebu. Komet : (memukul kepala Subur). Lumayan. Bedul :orang-orang jaman sekarang kok pada miskin, ya?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Bedul dianggap melanggar maksim
pujian karena memaksimalkan cacian terhadap pihak lain dan meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran orang-orang jaman sekarang kok pada miskin, ya? Ujaran tersebut dianggap melanggar maksim pujian karena mengucapkan kata-kata cacian kepada orang lain. Bedul mengatakan bahwa orang-orang zaman sekarang miskin-miskin.
(43)
No. Data : 30
Scene: 38
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu para copet dan petutur yaitu Muluk dan Bang Jarot; Ends:memberikan hasil copetan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Subur yang mengeluh karena uang yang ada dalam dompet yang ia copet hanya lima ribu rupiah kemudian Bedul menilai bahwa orang-orang zaman
74
sekarang miskin lalu Kampret yang senang karena isi dalam dompet copetannya berisi 72 ribu, Ribut meminta uang hasil copetan anak buahnya itu. Lalu Boy mengeluh hanya mendapat kartu dalam dompet copetannya mendengar ucapan Boy, Glen memarahi Boy. Kemudian Codot memuji foto wanita yang ada dalam dompet hasil copetannya mendengar ucapan itu Sobrat langsung menganggap bahwa wanita itu adalah Luna Maya, Ongky yang merasa aneh dengan jawaban Sobrat langsung menyangkal. Glen pun mengeluh karena dompet yang ia dapatkan hanya berisi kartu lalu Bang Jarot datang dan meminta agar mereka semua segera memberikan hasil copetan mereka, Bang Jarot meminta Glen yang pertama memberikan setoran lalu Kkomet dan terakhir Ribut. Pertuturan ini berakhir ketika Muluk meminta salah satu pencopet untuk mencatat hasil yang di dapat dan Bang Jarot mengatakan bahwa mereka semua tidak bisa baca tulis. ; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Boy : Yah isinya Cuma kartu plastik. (sambil membuka dan mengangkat dompetnya hingga kartu yang ada di dalam dompet berhamburan ke luar) Glen : Bego, lu! (sambil memukul kepala Boy dengan dompet) Codot : Gila nih cewek, cakep juga. (sambil melihat foto yang ada di dalam dompet) Sobrat : Gila, Luna Maya! Lu copet pacarnya? Ongky : (melihat dengan wajah penasaran) masa pacarnya Luna Maya naek angkot! Bego, lu! (semua tertawa) Glen : Ahh, banyakan kartu daripada duit. (sambil melempar kartu kredit ke udara). Bang Jarot : (datang sambil menggendong Mata Dewa) Ayo setor! Setor! (duduk di kursi) Setor! Cepetan Glen! Mana setoran lu? Glen : (mengumpulkan uang dari copet mall) cepetan! 170 rebu. Bang Jarot : Dikit banget sih! Bego lu.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
75
Ujaran yang diucapkan oleh Glen, Ongky, dan Bang Jarot dianggap melanggar maksim pujian, karena memaksimal cacian terhadap pihak lain dan meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Pelanggaran yang diujarkan oleh Glen terdapat pada Bego, lu! Ujaran tersebut melanggar maksim pujian karena Glen secara langsung mencaci Boy yang mendapatkan dompet yang hanya berisi berbagai macam kartu nama. Kemudian Ongky melanggar maksim pujian dengan mencaci Sobrat, cacian itu terdapat pada ujaran masa pacarnya Luna Maya naek angkot! Bego, lu!. Bang Jarot pun melakukan pelanggaran dengan mencaci para pencopet dengan mengatakan Bego lu karena hasil copetannya sedikit. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran Dikit banget sih! Bego lu.
(44)
No. Data : 36
Scene: 50
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Glen dan petutur yaitu Komet dan Bedul; Ends:mencari informasi mengenai motor yang dibawa oleh Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Glen yang menyatakan bahwa motor yang dibeli oleh Muluk menggunakan uang yang mereka dapat dari hasil mencopet lalu Komet menjawab bahwa motor itu digunakan oleh Muluk untuk dinas. Bedul yang tidak tahu dinas itu apa menanyakan hal tersebut namun Glen menjawab pertanyaan itu dengan emosi, Komet tidak terima perlakuan Glen pada anak buahnya kemudian mereka berdua bertengkar. Pertururan itu berakhir ketika Muluk datang dan meminta mereka masu ke markas; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bedul : Dines apa si? Glen : (sambil memukul kepala Bedul) Tugas, begok! Komet : Eh, Glen, Bedul anak buah gue. Cuma gue yang boleh ngemplang die. Glen : Anak buah lu bego si, dines ga ngerti.
76
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan Glen dianggap melanggar maksim pujian karena memaksimalkan cacian terhadap pihak lain (Bedul) dan meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Glen mencaci Bedul dengan mengatakan bahwa dia bodoh. Pemaksimalan cacian tersebut terdapat pada ujaran Anak buah lu bego si, dines ga ngerti.
(45)
No. Data :
45
Scene: 60
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 pencopet dan Samsul; Ends:memperkenalkkan Samsul kepada para pencopet bahwa Samsul akan mengajar mereka menulis dan membaca; Act Sequences:Muluk memperkenalkan Samsul kepada para pencopet kemudian para pencopet kurang setuju dengan rencana Muluk. Setelah itu Muluk meminta Samsul untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan pentingnya pendidikan; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi dan persuasi.
Ujaran Muluk : Yah, lu sarjana pendidikan. Samsul : Brengsek, Lu.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan Samsul dianggap melanggar maksim pujian
karena memaksimalkan cacian terhadap pihak lain dan meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Samsul mengatakan bahwa Muluk brengsek. Pemaksimalam tersebut terdapat pada ujaran Brengsek, Lu.
77
(46)
No. Data :
48
Scene: 62
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Sarbini pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Muluk dan Rahma; Ends:meminta Muluk untuk segera melamar Rahma; Act Sequences: diawali oleh H. Sarbini yang meminta Muluk untuk segera melamar Rahma dan membandingkan harta yang dimiliki Muluk dengan Jupri; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
H. Sarbini :Bulak-balik nyariin si Rahme, sambil bawa itu tuh komputernye. Katanye harganye 15juta. Artinye, lebih mahal dari motor lu dong. Muluk : (hanya diam)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Haji Sarbini dianggap melanggar maksim pujian karena meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Ujaran yang melanggar maksim pujian tersebut terdapat pada ... Artinye, lebih mahal dari motor lu dong. Ujaran tersebut melanggar maksim pujian karena Haji Sarbini meminimalkan pujian terhadap Muluk dengan mengatakan bahwa motor yang dimiliki Muluk harganya lebih murah dari laptop milik Jupri.
(47)
No. Data :
50
Scene: 64
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah
78
jembatan pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Glen dan anak buahnya; Ends:protes; Act Sequences: pertuturan ini diawali ketika Glen datang menghampiri Bang Jarot unutk menyatakan rasa tidak sukanya karena harus mengikuti perintah Muluk yang haru bersekolah kemudian Bang Jarot memarahi Glen dan memukulnya karena membantah apa yang dia perintahkan; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana nasehat.
Ujaran
Glen : Tapi kita engga mau sekolah. Bang Jarot : Eh, Glen lu inget gak kejadian di Kalibata Mall? Waktu lu nyopet disana, lu dikejar-kejar masa. Itu karena lu engga bisa baca. Inget engga lu? Kalo lu bisa baca petunjuk jalan yang kaya begitu tuh, elu engga bakal kabur ketempat yang salah. Elu kabur ke kantor polisi, tolol. (memukul Glen). Pulang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Bang Jarot dianggap melanggar
maksim pujian karena memaksimalkan cacian terhadap pihak lain. Pelanggaran itu terdapat pada ujaran ... Kalo lu bisa baca petunjuk jalan yang kaya begitu tuh, elu engga bakal kabur ketempat yang salah. Elu kabur ke kantor polisi, tolol .... Bang Jarot memaki anak buahnya dengan sebutan tolol. (48)
No. Data :
55
Scene: 70
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan Pipit kepada para pencopet; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Muluk melihat tingkah para copet lalu meminta mereka untuk tenang dan
79
tertib untuk bersalaman dengan Pipit, kemudian salah satu copet berujar bahwa mereka menyukai Pipit. Muluk memperkenalkan Pipit kepada mereka dan memberitahukan bahwa Pipit akan mengajarkan mereka pelajaran agama. Kemudian Pipit memeperkenalkan diri dan sedikit membahas mengenai agama; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
Pipit : Iiiihh, emangnya gue ikan!! Muluk :Ayo tertib, tenang. Semua kebagian salaman. Ari Wibowo :mmmmm, Mbaknya harum (sambil mencium tangan Pipit) Pipit : eeehh, lunya aja yang bau. Lu engga mandi, ya?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan Pipit dianggap melanggar maksim pujian
karena meminimalkan pujian terhadap pihak lain (pencopet) dan memaksimalkan cacian terhadap pihak lain. Pipit mengatakan bahwa para pencopet bau badan. Pemaksimalan tersebut terdapat pada ujaran eeehh, lunya aja yang bau. Lu engga mandi, ya?
(49)
No. Data :
59
Scene: 80
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah masjid pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Glen dan petutur yaitu Pipit, Muluk, dan Samsul; Ends: tidak mau sholat berjamaah; Act Sequences: Pipit memanggil Glen dan bertanya mengapa tidak ikut sholat lalu Glen memberikan penjelasan, Muluk dan Samsul hanya tersenyum melihat tingkah Glen; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan
80
yaitu dengan kesal dan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit :Glen! (meng-hampiri Glen). Engga ikut sholat?? Glen : Engga mau, si Ribut yang jadi imam. Ntar kalo kebanyakan nyebut adalah, adalah Allahu Akbar, adalah bismillah, adalah komat, ssss adalah.... (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diujarkan oleh Glen dianggap melanggar maksim
pujian, karena meminimalkan pujian terhadap pihak lain dan memaksimalkan cacian terhadap pihak lain. Pelanggaran tersebut terdapat pada Engga mau, si Ribut yang jadi imam. Ntar kalo kebanyakan nyebut adalah, adalah Allahu Akbar, adalah bismillah, adalah komat, ssss adalah.... Glen merendahkan Ribut yang menjadi imam karena ia merasa kalau Ribut tidak bisa menjadi imam.
(50)
No. Data :
62
Scene: 88
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah gang pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan mengintai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu rampok 2 dan petutur yaitu rampok 1; Ends:perampok 1 berniat untuk merampok ketiga orang tua itu namun perampok 2 larangnya melakukan hal tersebut kemudian mereka pergi; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal dan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Rampok2 :Ngapain lu rampok dia? Duitnye kecil, dosanya gede, begok. Ayo! (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
81
Ujaran rampok 2 dianggap melanggar maksim pujian karena
memaksimalkan cacian terhadap pihak lain dan meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran Ngapain lu rampok dia? Duitnye kecil, dosanya gede, begok. Ayo! Rampok 2 mengatakan rampok 1 itu dengan sebutan tolol ketika akan merampok Haji Sarbini, Pak Makbul, dan Haji Rahmat.
(51)
No. Data :
64
Scene: 92
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, Pak Makbul, H. Sarbini, H. Rahmat dan 16 orang pencopet; Ends:memperkenalkan Pak Makbul, H. Rahmat, dan H. Sarbini dan meresmikan usaha baru mereka; Act Sequences:pertuturan ini diawali oleh Samsul yang memperkenalkan satu per satu orangtua yang datang dan dilanjutkan dengan pidato dari Samsul untuk meresmikan usaha baru mereka ; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato dan slogan.
Ujaran
Komet : Belajar silat dimana, Pak? Para copet : hahahahaha Samsul :Eh, Komet. Mereka bukan dari perguruan
silat, tapi seperguruan mengaji. Komet : Oooohh. Glen : Begok! Lu liat dong, pecinya putih!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diujarkan oleh Glen dianggap melanggar maksim
pujian karena memaksimalkan cacian terhadap pihak lain dan meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran Begok! Lu liat dong, pecinya putih! Glen menyatakan bahwa
82
Komet bodoh karena Komet salah mengira. Ujaran tersebut melanggar maksim pujian karena secara jelas Glen mencaci Komet dengan perkataan Begok!
(52)
No. Data :
67
Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran
Ari wibowo : (berdiri) Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
(semua bertepuk tangan) Samsul : Bagus! Bagus! Saya yakin, pasti ayahanda bertiga tidak hapal, toh?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Samsul dianggap melanggar maksim
pujian karena meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran Saya yakin, pasti ayahanda bertiga tidak
83
hapal, toh? Ujaran tersebut melanggar maksim pujian karena Samsul merendahkan para orangtua (Pak Makbul, Haji Sarbini, dan Haji Rahmat) dengan mengatakan bahwa mereka tidak hapal UUD 1945.
(53)
No. Data :
74
Scene: 101
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pos ronda pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan cemas; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk dan Pipit; Ends:Samsul ingin membicarakan upah yang akan dia dapatkan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang yang ingin membicarakan mengenai upah yang akan dia dapatkan namun Muluk dan Pipit tidak memberikan jawaban. Kemudian Samsul mengatakan bahwa Allah akan memaklumi perbuatan mereka; Keys: nada suara (tone) Muluk dan Pipit datar sedangkan nada suara Samsul tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal, sedih, dan cemas; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Samsul : Lu kenapa berubah jadi sok suci begitu, Pit? Lu juga, Mul! Lu yang ngajak gue, lu yang bujuk gue, lu yang ngomong. Eh, elu rela liat gue maen gaple lagi, hah? Lu rela? Lu rela liat gue frustasi? Eh, Mul Allah itu Maha Mengetahui apa yang kita lakukan, Mul. Allah juga taulah kita engga bakalan kaya lantaran kita itu ngurus copet. Allah itu Maha mengetahui dan dia itu Maha memaklumi.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Samsul dianggap melanggar maksim
pujian karena meminimalkan pujian terhadap pihak lain. Samsul mengatakan bahwa Pipit Sook suci karena tidak mau menerima dan memberikan gaji untuknya dari hasil mencopet. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran Lu kenapa berubah jadi sok suci begitu, Pit?.
84
(54)
No. Data :
77
Scene: 108
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Samsul; Ends:membicarakan akhlak para pencopet; Act Sequences: tuturan ini diawali oleh Pipit yang menanyakan pendapat Samsul mengenai pelajaran yang telah ia ajarkan kemudian Samsul kembali menanyakan pertanyaan yang sama kepada Pipit, lalu Kampret datang dan mereka berdua mencari pembuktian hasil dari pelajaran yang mereka berikan selama ini; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit : Bang Samsul pikir karena Abang udah ngajarin pancasila dan Undang-undang dasar 45 terus kelakuannya jadi baik?
Samsul : terus lu pikir, karena lu udah ngajarin ngaji, sholat, kelakuan mereka juga jadi baik?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diujarkan oleh Pipit dan Samsul dianggap melanggar
maksim pujian karena meminimalkan pujian terhadap orang lain. Pipit mengatakan perkataan yang terkesan merendahkan apa yang telah muluk lakukan. Pelanggaran itu terdapat pada ujaran Bang Samsul pikir karena Abang udah ngajarin pancasila dan Undang-undang dasar 45 terus kelakuannya jadi baik? Begitu pula dengan Samsul, ia membalas perkataan Pipit dengan merendahkan Pipit pula. Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran terus lu pikir, karena lu udah ngajarin ngaji, sholat, kelakuan mereka juga jadi baik?
(55)
No. Data : Scene: 110
85
78
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan emosi; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:menasehati para pencopet; Act Sequences: tuturan ini diawali oleh Bang Jarot yang memarahi para pencopet dan menjelaskan hasil kerja Muluk selama ini; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Bang Jarot : (memukul papan kayu). Dasar lu copet goblok. Lu tau engga isinya apa? Disini ada uang dua puluh satu juta dua ratus ribu. Sebelum Bang Muluk kesini lu engga pernah punya duit sebanyak itu, kan? Engga pernah, kan, hah? Bang Muluk kesini Cuma mau ngajarin lu jadi pengasong tapi lu semua kepinginnya jadi copet. Copet itu paling top masa depannya di penjara, Tau? Di dor, mampus, tua, dan tetep miskin. Tau engga lu? Kalo koruptor, korupsi duitnya banyak tetep keluar penjara juga masih tetep banyak. Kenapa? Karena mereka sekolah! Lu kan engga sekolah, lu kan Cuma copet. Lu engga punya harepan, tau lu? Lu engga punya harepan. Sekarang Bang Muluk sama temen-temennya udah engga ada di sini lagi. engga ada yang mau ngajarin lu macem-macem lagi. Eh, liat tuh! Itu ada enam kotak asongan, siapa yang mau ngasong boleh ngasong dan kotak ini milik mereka. Eh Glen, ini negara bebas, ya, yang mau ngasong, ngasong yang mau nyopet, nyopet. Tapi inget, kalo ada yang gangguin temennya ngasong bakal gua hajar.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang di ucapkan Bang Jarot dianggap melanggar maksim
pujian karena memaksimalkan cacian terhadap pihak lain (para pencopet). Pelanggaran tersebut terdapat pada ujaran Dasar lu copet goblok. Ujaran tersebut tidak santun dan melanggar maksim pujian karena Bang Jarot mencaci para pencopet dengan mengatakan bahwa mereka goblok.
4. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati
86
Pelanggaran maksim kerendahan hati terjadi apabila seseorang memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri dan meminimalkan kecaman atau cacian terhadap dirinya sendiri. Orang yang senang memuji dirinya sendiri adalah orang yang sombong dan suka pamer, orang seperti itu dianggap orang yang tidak santun.
Berikut penggalan dialog yang dianggap melanggar maksim kerendahan hati:
(56)
No. Data : 15
Scene: 15
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Sarbini pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Rahma dan Muluk; Ends: memberitahukan dengan tujuan menyindir Muluk tentang keberhasilan anak-anaknya walaupun tidak menjadi sarjana; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang membeberkan tentang keberhasilan anak-anaknya dan diakhiri oleh Rahma yang mengingatkan bahwa ucapan itu sudah sering diucapkan; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai tapi serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
H. Sarbini : Alhamdulillah gue gak salah, si Ida sama abangnya si Rahma yang tamatan aliyah sekarang udah punya kios di Cipulir dan udah berangkat haji. Adeknya Alamsyah yang tamatan tsanawiyah sekarang udah punya sablonan dan konveksi kecil-kecilan. Insya Allah tahun ini berangkat haji. Rahma : Ah, Babeh, itu mulu yang diulang-ulang.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang dituturkan oleh H. Sarbini dianggap melanggar
maksim kerendahan hati karena berusaha memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri dan meminimalkan kecaman terhadap diri sendiri.
87
Pelanggaran itu terdapat pada Alhamdulillah gue gak salah, si Ida sama abangnya si Rahma yang tamatan aliyah sekarang udah punya kios di Cipulir dan udah berangkat haji. Adeknya Alamsyah yang tamatan tsanawiyah sekarang udah punya sablonan dan konveksi kecil-kecilan. Insya Allah tahun ini berangkat haji. Maksud dari tuturan H. Sarbini yaitu untuk memamerkan bahwa dia tidak salah dalam mendidik anak, meskipun anaknya tidak ada yang kuliah namun sudah mempunyai pekerjaan yang bisa menopang kehidupan mereka dan sudah bisa berangkat menunaikan ibadah haji.
(57)
No. Data :
47
Scene: 62
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Sarbini pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Muluk dan Rahma; Ends:meminta Muluk untuk segera melamar Rahma; Act Sequences: diawali oleh H. Sarbini yang meminta Muluk untuk segera melamar Rahma dan membandingkan harta yang dimiliki Muluk dengan Jupri; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
H. Sarbini : Kalo lu udah ade penghasilan, nunggu ape lagi? Kalo kelamaan nanti si Rahma keburu diambil orang loh. Eh, asal lu tau aja ya, si Jupri yang lagi nyalonin anggota DPR tuh, ngincer si Rahma terus. Rahma :Ah, Babeh (sambil memberikan sosis)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh H. Sarbini dianggap melanggar
maksim kerendahan hati karena memaksimalkan pujian terhadap dirinya dan meminimalkan kecaman terhadap diri sendiri. Pelanggaran itu terdapat pada Kalo lu udah ade penghasilan, nunggu ape lagi? Kalo kelamaan nanti si Rahma keburu diambil orang loh. Eh, asal lu tau aja ya, si Jupri
88
yang lagi nyalonin anggota DPR tuh, ngincer si Rahma terus. Maskud dari tuturan itu adalah bahwa H. Sarbini bermaksud mengatakan bahwa anak gadisnya yang bernama Rahma disukai oleh seorang calon anggota DPR yang pekerjaannya lebih baik daripada yang dimiliki oleh Muluk.
5. Pelanggaran Maksim Kesepakatan
Pelanggaran maksim kesepakatan terjadi apabila peserta pertuturan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan lain dan memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan lain. Pelanggaran terjadi jika peserta tutur ingin menang sendiri dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Hal yang demikian itu dianggap tidak santun.
Berikut penggalan dialog yang melanggar maksim kesepakatan:
(58)
No. Data : 3
Scene: 4
Konteks Setting and Scene: Tempat peristiwa tutur ini berlangsung yaitu di dalam sebuah masjid ketika siang hari sedangkan situasi pertuturan ini yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur yaitu H. Sarbini, petutur yaitu Pak Makbul dan H. Rahmat; Ends: H. Sarbini bermaksud menyindir anak Pak Makbul yang menjadi sarjana tetapi menjadi pengangguran, Pak Makbul membantah perkataan H. Sarbini bahwa Muluk tidak menganggur tapi masih berusaha. Kemudian H. Rahmat bermaksud untuk menegur mereka agar tidak mengobrol di dalam masjid; Act Sequences: peristiwa tutur ini diawali dengan pernyataan H. Sarbini yang menyatakan bahwa Muluk anak Pak Makbul menjadi pengangguran kemudian Pak Makbul membantah hal tersebut kemudian H. Rahmat yang sedang berdzikir merasa terganggu dengan obrolan mereka dan mengeraskan suaranya untuk menegur mereka; Keys: nada suara (tone) sedikit berbisik, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diujarkan dengan santai; Instrumentalities: dengan saluran lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan yang dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Sarbini : kenyataannya emang begitu, Pak Bul. Makbul : kenyataan yang mana? H. Sarbini : Si Muluk, anak pak Bul dan
89
jutaan lain anak yang setres gara-gara nganggur. Makbul : Eh, Haji Sarbini, si Muluk bukannya nganggur, dia lagi berusaha.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh H. Sarbini dan Pak Makbul dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan lain. Haji Sarbini menganggap Muluk anak Pak Makbul adalah seorang pengangguran, terdapat pada Si Muluk, anak pak Bul dan jutaan lain anak yang setres gara-gara nganggur. Namun, Pak Makbul tidak menyetujui perkataan Haji Sarbini dengan mengatakan Eh, Haji Sarbini, si Muluk bukannya nganggur, dia lagi berusaha. Menurut Pak Makbul menganggur dengan sedang mencari pekerjaan adalah dua hal yang berbeda.
(59)
No. Data : 7
Scene: 7
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends: Pak Makbul meminta kepada H. Sarbini mendo’akan Muluk agar cepat mendapat pekerjaan kemudian mereka memperdebatkan mengenai pendidikan: Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pak Makbul yang membicarakan hubungan Muluk dengan Rahma anak H. Sarbini dan agar mendo’akan Muluk segera mendapatkan pekerjaan kemudian percakapan berganti topik membicarakan mengenai pendidikan itu penting atau tidak dan pertuturan ini pun diakhiri dengan pernyataan H. Sarbini yang menyatakn pendidikan itu tidak penting; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
90
Ujaran
H. Rahmat : Gini,gini, kalau soal pendidikan, Makbul : Pentingkan H. Sarbini : Enggak, gak penting. Makbul : Ya penting dong. H. Sarbini : Enggak.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang dituturkan oleh Haji Sarbini dan Pak Makbul
dianggap melanggar maksim kesepakatan karena meminimalkan kesepakatan antara diri dengan lain dan memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan lain. Ketaksepakatan yang terjadi antara Haji Sarbini dan Pak Makbul mengenai pendidikan, Haji Sarbini berpendapat bahwa pendidikan itu tidak penting sedangkan Pak Makbul menganggap bahwa pendidikan itu penting. Pelanggaran yang dilakukan Haji Sarbini terdapat pada Enggak, gak penting dan enggak. Sedangkan pelanggaran yang dilakukan Pak Makbul terdapat pada Pentingkan dan Ya penting dong.
(60)
No. Data : 5
Scene: 6
Konteks Setting and Scene: tempat terjadinya peristiwa tutur ini yaitu di dalam sebuah masjid pada siang hari, scene atau situasi ketika pertuturan ini dilakukan dengan serius; Participant: penutur yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Pak Makbul dan H. Rahmat; Ends: saling berargumen mengenai Muluk yang belum memiliki pekerjaan; Act Sequences: pertuturan diawali oleh H. Sarbini yang mengatakan bahwa orang yang terlalu lama menganggur bisa setres kemudian Pak Makbul membantah ucapan H. Sarbini lalu H. Rahmat kembali menegur mereka dengan mengeraskan suara ketika berdo’a lalu mereka berdua melanjutkan percakapan mereka di luar masjid. H. Rahmat yang mendengar mereka berdua masih beradu argumen di depan masjid lebih mengeraskan suaranya kemudian mereka berdua pergi; Keys: nada suara (tone) datar dan agak berbisik, sikap atau cara (manner) peristiwa tutur ini berlangsung dengan seiru tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction adn Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi
91
Ujaran
H. Sarbini : Kelamaan nganggur dia bisa setres, kesian. Pak Makbul : Dia gak nganggur, dia lagi berusaha. Beda. Nganggur, berusaha, beda.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diujarkan oleh Pak Makbul dianggap melanggar maksim kesepakatan, karena meminimalkan ketaksepakatan denga pihak lain dan meminimalkan kesepakatan dengan pihak lain. Pak Makbul tidak setuju jika anaknya disebut sebagai pengangguran oleh Haji Sarbini. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada ujaran Dia gak nganggur, dia lagi berusaha. Beda. Nganggur, berusaha, beda. Ujaran tersebut mengandung makna bahwa Pak Makbul tidak mau anaknya disebut sebagai pengangguran.
(61)
No. Data : 7
Scene: 7
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends: Pak Makbul meminta kepada H. Sarbini mendo’akan Muluk agar cepat mendapat pekerjaan kemudian mereka memperdebatkan mengenai pendidikan: Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pak Makbul yang membicarakan hubungan Muluk dengan Rahma anak H. Sarbini dan agar mendo’akan Muluk segera mendapatkan pekerjaan kemudian percakapan berganti topik membicarakan mengenai pendidikan itu penting atau tidak dan pertuturan ini pun diakhiri dengan pernyataan H. Sarbini yang menyatakn pendidikan itu tidak penting; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
92
Ujaran
H. Rahmat : Gini,gini, kalau soal pendidikan, Pak Makbul : Pentingkan H. Sarbini : Enggak, gak penting. Makbul : Ya penting dong. H. Sarbini : Enggak.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Haji sarbini dianggap melanggar maksim kesepakatan, karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Ujaran yang melanggar maksim kesepakatan terdapat pada H. Enggak, gak penting dan Enggak. Pak Makbul bersikeras mengatakan bahwa pendidikan itu penting sedangkan Haji Sarbini menyatakan bahwa pendidikan itu tidak penting. Dengan demikian maka ujaran tersebut melanggar maksim kesepakatan.
(62)
No. Data : 8
Scene: 8
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends:keinginan H. Sarbini agar Muluk segera melamar Rahma anaknya; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang membicarakan tentang pernikahan Muluk dan Rahma dan rencananya akan menikahkan Rahma dengan orang lain jika Muluk tidak kunjung melamar Rahma, Pak Makbul tidak setuju dengan ucapan H. Sarbini kemudian H. Rahmat menengahi mereka; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bercanda; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
93
Ujaran
H. Sarbini : Yang penting kan si Muluk punya penghasilan. Bisa ngelamar si Rahma. Kalo Enggak si Rahma bisa saya kawinin ama anggota DPR tau enggak? Pak Makbul : Waduh Ji gabisa begitu.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang di ucapkan oleh Pak Makbul dianggap melanggar
maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Waduh Ji gabisa begitu. Ujaran Pak Makbul menandakan bahwa ia tidak setuju dengan usul Haji Sarbini jika Muluk hanya asal mendapatkan pekerjaan tapi tidak sesuai dengan pendidikan yang ia miliki.
(63)
No. Data : 18
Scene: 18
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di depan sebuah ruko pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu tukang koran dan petutur yaitu Muluk; Ends:memberikan informasi; Act Sequences: pertuturan ini diawali tukang koran yang membacakan lowongan pekerjaan dan dilanjutkan oleh Muluk yang meminta tukan koran mencari lowongan yang cocok untuknya; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pertanyaan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Tukang Koran : Sebuah kapal ikan Jepang membutuhkan tenaga penangkap ikan Paus. Muluk : Gue sarjana Manajemen.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
94
Ujaran yang di ucapkan oleh Muluk dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Gue sarjana Menejemen. Ujaran tersebut bermakna bahwa Muluk menolak untuk melamar pekerjaan sebagai tenaga ikan paus karena dia adalah seorang sarjan manajemen.
(64)
No. Data : 19
Scene: 19
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi disebuah warung makan dalam pasar pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu penjual nasi dan Komet, petutur dalam peristiwa ini yaitu Muluk; Ends:membeli makan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh penjual nasi yang mempersilahkan kepada Muluk kemudian Komet menawarkan menu makanan tambahan untuk Muluk namun Muluk menolaknya; Keys: nada suara (tone) penjual nasi datar, Komet berteriak, dan Muluk datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
Muluk : Saya pake kangkung sama tempe aja, Bu. Komet : Tambah opor ayam buat abang ini! Muluk : Enggak, gak usah. Penjual Nasi : Loh kenapa? Ndak apa-apa. Komet : Telor asin mau, Bang? Muluk : Enggak, gak.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang di ucapkan oleh Muluk dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Enggak, gak usah dan
95
Enggak, gak. Ujaran Muluk tersebut bermakna bahwa ia menolak tawaran untuk menambah makanan dari Komet.
(65)
No. Data : 20
Scene: 20
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah Pak Makbul pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Pak Makbul; Ends: H. Sarbini menawarkan kepada Pak Makbul agar Muluk membuka usaha bersama anaknya namun Pak Makbul menolak; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang menawarkan pekerjaan untuk Muluk dan dijawab penolakan oleh Pak Makbul; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Sarbini : Ada bukaan kios baru di Cipulir. Abangnya si Rahma, si Idam bisa bantu modal buat si Muluk. Pak Makbul : Dia ga bakat dagang. H. Sarbini : aaahh ga perlu bakat yang penting die mau. Ternak cacing aja dia mau apalagi dagang.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang di ucapkan oleh Pak Makbul dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Dia ga bakat dagang. Ujaran Pak Makbul tersebut bermakna bahwa ia tidak setuju dan menolak tawaran pekerjaan yang ditawarkan Haji Sarbini untuk Muluk.
(66)
No. Data : 23
Scene: 25
96
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ditempat berkumpul para pencopet pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 pencopet; Ends:menjelaskan program kerjasama; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh tuturan Muluk yang menjelaskan rencana yang ia miliki untuk para pencopet kemudian Bang Jarot meminta agar Muluk lebih memperjelas lagi penjelasannya kemudian Muluk menjelaskan kembali secara lebih jelas, kemudian Glen menanyakan pembagian hasil dan Muluk menjelaskan namun Glen tidak setuju lalu Bnag Jarot meminta agar Glen dan yang lain mendengarkan penjelasan Muluk dan menyetujui bagi hasil yang diusulkan oleh Muluk. Kemudian datang penjual kopi yang membawakan kopi setelah itu datang para preman yang meminta jatah mereka kepada Bang Jarot; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan dan pemaparan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : Saya akan menjalankan usaha ini secara modern. Hasil nyopet harus dikembangkan kebidang usaha yang lain. Yang aman dan menguntungkan. Sehingga nantinya kalian engga perlu nyopet lagi. yang perlu kalian relakan adalah 10%, dari hasil yang kalian dapat. Glen : 10 persen? Berapa tuh? Muluk : Begini, misalkan kalian dapat 1000, bagian saya 100. Fair kan? Glen : Enak di Abang, dong!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang di ucapkan oleh Glen dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Enak di Abang, dong! Ujaran Glen tersebut bermakna ia tidak setuju jika harus memberikan 10% penghasilannya kepada Muluk, karena dia menganggap ia yang bersusah payah mendapatkan uang sedangkan Muluk hanya menunggu setoran dari mereka.
97
(67)
No. Data : 25
Scene: 26
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan pulang menuju markas copet pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan emosi; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Glen dan petutur yaitu Komet; Ends: Glen mengutarakan ketidaksukaannya karena kehadiran Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Glen yang mengungkapkan ketidaksukaannya pada Muluk kemudian Komet menjawab bahwa ini kemauan dari Bang Jarot namun Glen menyalahkan Komet, karena ia yang mengajak Muluk bertemu dengan Bang Jarot dan menuduh Komet mendapat bagian lalu Komet membantah namun Glen semakin kesal mendengar jawaban Komet; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Glen : Enak betul Abang itu! Komet : Ini kan, maunya Bang Jarot, Glen. Glen : Yang ngajak dia ke Bang Jarot kan elu. Elu dapet bagian, ye? Komet : Enggak, gua ga dapet apa-apa. Suer!! Glen : Cari muka, Lo! Lama-lama congor lu gua sumpelin sendal.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang di ucapkan oleh Glen dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Enak betul Abang itu! Ujaran Glen tersebut menegaskan bahwa dia tidak setuju dengan usulan Bang Jarot yang mau memberikan 10% dari hasil mencopet kepada Muluk.
(68)
No. Data : 27
Scene: 32
98
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas copet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan para copet kepada Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang bertanya kepada para copet Mall apakah mereka tidak mandi kemudian Glen marah karena tidak mau diatur oleh Muluk. Muluk menjelaskan mengenai manajemen, Glen punsemakin marah mendengar penjelasan Muluk dengan tenang Muluk membujuk Glen agar mau mandi. Lalu Bang Jarot menmeritahukan bahwa mereka mandi kalau ada perlu saja mendengar perkataan Bang Jarot, Komet langsung menyahuti dengan mengejek mereka. lalu Muluk kembali menasehati mereka namun mendegar hal tersebut Ribut (ketua kelompok C) langsung meminta agar Muluk di pecat, Muluk pun langsung meminta maaf dan mengganti pembicaraan mengenai bagi hasil yang akan mereka lakukan. Glen mengungkapan kecurigaannya pada Muluk jika uang mereka akan diambil oleh Muluk, Muluk pun menjelaskan bahwa hal itu bisa saja namun jika mereka tidak percaya padanya makan kerjasama akan dibatalkan dan beberapa pertanyaan dari pencopet lain yang dijawab dengan santai oleh Muluk. Pertuturan ini berkahir ketika Muluk menjelaskan tujuannya ada disana; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : (jongkok) Glen, manajemen itu adalah pengaturan. Pengaturan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Glen : (dengan nada marah) Tapi gua gak mau mandi!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang di ucapkan oleh Glen dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain.
99
Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Tapi gua gak mau mandi! Ujaran Glen tersebut mengandung makna bahwa dia tidak mau menuruti perintah Muluk untuk mandi.
(69)
No. Data : 37
Scene: 52
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 pencopet; Ends: memberitahukan uang yang telah terkumpul dan mengajak mereka untuk mulai usaha baru yaitu mengasong; Act Sequences:Muluk memberitahukan bahwa tabungan mereka sudah sembilan juta kemudian Glen menanyakan perihal motor yang terparkir di depan markas lalu Muluk membicarakan rencananya untuk membuat usaha baru bagi para pencopet, yaitu menjadi pengasong namun para pencopet tidak menyetujui rencana Muluk tersebut. Percakapan terhenti karena Komet dan Glen kembali bertengkar dan pertuturan berakhir ketika Muluk menghentikan Komet dan Glen yang bertengkar; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai ada pula marah ketika Komet dan Glen bertengkar; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana persuasi dan argumentasi.
Ujaran
Muluk : Ini ada uang dua juta. (sambil menunjukan uang tersebut dan menaruhnya di atas meja). Sebagian dari kalian akan memulai hidup baru. Jadi pengasong. Para pencopet : yaaaahhh (dengan nada kecewa) Muluk : Kenapa? Glen : Gak mau!! Bedil : Saya juga, Bang! Saya nyopet aja! Kampret : Ngasong cape, Bang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
100
Ujaran yang di ucapkan oleh Glen dan Bedil dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Gak mau!! dan Saya juga, Bang! Saya nyopet aja! Dari ujaran tersebut terlihat bahwa mereka tidak menyetuji untuk menjadi pengasong, mereka lebih suka menjadi penjadi pencopet.
(70)
No. Data : 39
Scene: 53
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:menjelaskan rencana yang Muluk miliki; Act Sequences:Muluk menjelaskan rencananya kepada para pencopet namun para pencopet merespon dengan tertawa kemudian Muluk bertanya kepada Komet apakah dia mau mengasong lalu Komet menggelengkan kepalanya dan Muluk terlihat sedih mendapatkan jawaban demikian; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataandan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : Komet! Mau ngasong? Komet : (sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya) (semua pencopet kembali tertawa) Muluk : (hanya diam dan terlihat kecewa)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Perilaku yang ditunjukan oleh Komet dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada (sambil tersenyum dan
101
menggelengkan kepalanya). Perilaku Komet tersebut menandakan bahwa dia tidak setuju dan tidak mau jika harus menjadi pengasong.
(71)
No. Data :
40
Scene: 55
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di jalan pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Muluk dan Komet; Ends:meminta solusi; Act Sequences:pertututan ini diawali oleh Bang Jarot yang marah mendengar cerita dari Muluk kemudian Muluk menenangkan dan melarang Bang Jarot untuk melakukan hal tersebut. Pertuturan ini diakhiri ketika Bang Jarot meminta Komet untuk pergi dan Komet pun pergi; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bang Jarot : Biar saya hajar mereka! Muluk : Jangan, Bang! Jangan, Bang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Muluk dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Jangan, Bang! Jangan, Bang! Ujaran Muluk tersebut bermakna bahwa dia tidak setuju jika Bang Jarot melakukan kekerasan kepada para pencopet agar para pencopet mau menuruti perintahnya.
(72)
102
No. Data :
49
Scene: 64
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah jembatan pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Glen dan anak buahnya; Ends:protes; Act Sequences: pertuturan ini diawali ketika Glen datang menghampiri Bang Jarot unutk menyatakan rasa tidak sukanya karena harus mengikuti perintah Muluk yang haru bersekolah kemudian Bang Jarot memarahi Glen dan memukulnya karena membantah apa yang dia perintahkan; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana nasehat.
Ujaran
Glen : Bos, kenapa si mau-maunya nurut sama Bang muluk? Bang Jarot : (memukul Glen dan anak buahnya dengan koran) Siapa lagi yang mau gua gampar, Hah? Glen : Tapi kita engga mau sekolah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
X
Ujaran yang diucapkan oleh Glen dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Bos, kenapa si mau-maunya nurut sama Bang muluk? Tapi kita engga mau sekolah. Ujaran Glen tersebut menjelaskan bahwa dia tidak setuju jika harus menuruti perintah Muluk.
(73)
No. Data :
51
Scene: 65
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan
103
belajar; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:mengajarkan para pencopet menulis; Act Sequences: Samsul mengawali pertuturan ini dengan mengajarkan para pencopet menulis beberapa huruf kemudian memperhatikan cara para pencopet menulis huruf-huruf yang ia ajarkan, lalu ia mengajarkan cara menulis yang benar. Kemudian Samsul mengajarkan Glen cara menulis yang benar, namun ia marah dan menginggalkan pelajaran; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan dijawab dengan tindakan; Genre: wacana eksposisi.
Ujaran
Samsul : Eh, itu bukan begitu nulisnya (menghampiri Glen). Begini cara megang pensilnya. Nih, begini coba, yaa begini. Glen : (tidak bisa mempraktekan yang diajarkan oleh Samsul) Samsul : (meraih tangan dan pensil yang dipegang Glen). Ya Ampun, susah banget. Begini. Glen : (kesal dan menghempaskan buku tulisnya) aaaahhh!! Gua ga mau nulis! (pergi) Samsul : (tercengang melihat reaksi Glen)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Glen dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada aaaahhh!! Gua ga mau nulis! Ujaran Glen tersebut mengandung makna bahwa dia tidak mau mengikuti arahan menulis dari Samsul.
(74)
No. Data :
60
Scene: 80
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah masjid pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan
104
serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Glen dan petutur yaitu Pipit, Muluk, dan Samsul; Ends: tidak mau sholat berjamaah; Act Sequences: Pipit memanggil Glen dan bertanya mengapa tidak ikut sholat lalu Glen memberikan penjelasan, Muluk dan Samsul hanya tersenyum melihat tingkah Glen; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal dan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit :Glen! (meng-hampiri Glen). Engga ikut sholat?? Glen : Engga mau, si Ribut yang jadi imam. Ntar kalo kebanyakan nyebut adalah, adalah Allahu Akbar, adalah bismillah, adalah komat, ssss adalah.... (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Glen dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Engga mau, si Ribut yang jadi imam. Ntar kalo kebanyakan nyebut adalah, adalah Allahu Akbar, adalah bismillah, adalah komat, ssss adalah.... Ujaran Glen melanggar maksim kesepakatan karena dia tidak mau atau tidak setuju jika Ribut yang menjadi imam dalam sholatnya. (75)
No. Data :
71
Scene: 97
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan sedih dan kecewa; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu H. Rahmat; Ends:memberikan penjelasan dan pembelaan diri; Act Sequences: pertuturan diawali oleh Pipit yang menanyakan apa yang harus dia lakukan kemudian H. Rahmat menjawab bahwa itu haram, lalu Pipit membela diri dan menjelaskan mengapa dia menerima gaji itu. Pertuturan ini diakhiri ketika H. Rahmat pergi meninggalkan Pipit; Keys:
105
nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit : Menurut Abah, Pipit engga perlu digaji? H. Rahmat : Itu duit haram. Pipit : Bah, kalo Pipit punya orangtua kaya, punya duit banyak, Pipit sanggup engga digaji buat ngajar para copet itu. Paling tidak, sekarang Abah engga perlu lagi ngasih Pipit uang jajan, iya kan? Paling tidak Pipit mau melakukan sesuatu yang berarti, ya kan? Bah, sekarang pipit udah dewasa, segala perbuatan Pipit menjadi tanggungjawab Pipit sendiri. Kalo Pipit dosa, Abah engga ikut dosa, Bah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Pipit dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Bah, kalo Pipit punya orangtua kaya, punya duit banyak, Pipit sanggup engga digaji buat ngajar para copet itu. Paling tidak, sekarang Abah engga perlu lagi ngasih Pipit uang jajan, iya kan? Paling tidak Pipit mau melakukan sesuatu yang berarti, ya kan? Bah, sekarang pipit udah dewasa, segala perbuatan Pipit menjadi tanggungjawab Pipit sendiri. Kalo Pipit dosa, Abah engga ikut dosa, Bah. Ujaran Pipit tersebut mengandung makna bahwa dia menolak keinginan Bapaknya yang tidak memperbolehkannya menerima upah dari hasil mencopet.
(76)
No. Data :
73
Scene: 101
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pos ronda pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan cemas; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk dan Pipit; Ends:Samsul ingin
106
membicarakan upah yang akan dia dapatkan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang yang ingin membicarakan mengenai upah yang akan dia dapatkan namun Muluk dan Pipit tidak memberikan jawaban. Kemudian Samsul mengatakan bahwa Allah akan memaklumi perbuatan mereka; Keys: nada suara (tone) Muluk dan Pipit datar sedangkan nada suara Samsul tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal, sedih, dan cemas; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Samsul : Mul! Muluk! Gini Mul, soal bagian yang 10% buat kita bertiga itu gua rasa kurang.
Muluk : (diam) Samsul : (melihat ke arah Pipit) Pipit : (menangis) Samsul : Ada apa nih? Muluk : Itu duit hasil nyopet, Sul. Pipit : Bang Samsul tega ngasih duit haram buat ibu Abang?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Muluk dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Itu duit hasil nyopet, Sul. Ujaran Muluk tersebut bermaksud bahwa dia tidak ingin memberikan upah yang diminta oleh Samsul.
(77)
No. Data :
76
Scene: 104
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di jaln pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan cemas; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Samsul dan Pipit; Ends:membicarakan kelanjutan dari pekerjaan mereka; Act Sequences:Muluk menjawab pertanyaan Samsul yang meminta upahnya
107
selama mengajar para pencopet kemudian Samsul mengatakan bahwa pekerjaan itu sangat berarti untuknya namun Muluk tidak menanggapi kemudian dia mengungkapkan argumennya mengenai halal, haram dan dosa; Keys: nada suara (tone) Muluk dan Pipit datar sedangkan Samsul tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan, Muluk dan Pipit dengan serius sedangkan Samsul dengan marah dan kecewa; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan pertanyaa; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk : Kita pikirin lagi. Samsul : Maksudnya? Muluk : Gua bilang kita pikirin lagi! Pipit : Iya, Bang. Sebaiknya malam ini kita berfikir. Samsul : Mul, gua merasa hidup gua sudah berharga, Mul.
Gua merasa gua udah bisa bermanfaat untuk orang lain. Ini suatu hal yang luar biasa buat gue. Oke, lu sekarang engga usah bayar honor gua juga engga apa-apa tapi gua minta uang transport buat ongkos suapa gua engga jalan kaki, ya, Mul ya, Mul? Mul, gua serius, Mul. Gua engga becanda. Gua butuh uang transport, Mul. Itu juga engga terlalu besar ko dosanya, oke? Ya?
Muluk : Kita liat besok. Analisis Prinsip Kesantunan Leech
MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh Samsul dianggap melanggar maksim
kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Mul, gua merasa hidup gua sudah berharga, Mul. Gua merasa gua udah bisa bermanfaat untuk orang lain. Ini suatu hal yang luar biasa buat gue. Oke, lu sekarang engga usah bayar honor gua juga engga apa-apa tapi gua minta uang transport buat ongkos suapa gua engga jalan kaki, ya, Mul ya, Mul? Mul, gua serius, Mul. Gua engga becanda. Gua butuh uang transport, Mul. Itu juga engga terlalu besar ko dosanya, oke? Ya? Ujan Samsul tersebut menandakan bahwa ia tidak sepakat dengan keputusan yang Muluk yang tidak mau memberikan upah dan ingin berhenti mengajar par pencopet.
(78)
108
No. Data :
79
Scene: 115
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perumahan pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan senang; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Jupri dan petutur yaitu warga perumahan; Ends: berkampanye; Act Sequences: tuturan ini diawali oleh Jupri yang meminta agar poster dipasanng dengan rapi, kemudian seorang ibu meminta agar poster itu dicopot. Jupri tetap mengarahkan agar posternya dipasang dengan rapi kemudian seorang bapak menanyakan keseriusan Jupri menjadi anggota DPR lslu Jupri meminta agar bapak tersebut memilihnya namun bapak itu menyatakan ketidakpercayaannya pada Jupri kemudian Jupri langsung menyuruh posternya dicopot dan pergi; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bapak-bapak : Ente serius, Jup? Jupri :Seriuslah, Om. Jangan lupa pilih saya
nomor 212 dari partai Asam Lambung. Bapak bapak :Hahaha Emak Bapak lu aja engga percaya
sama elu, apa lagi gue. Hehehe
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh seorang bapak dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain (Jupri) dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Hahaha Emak Bapak lu aja engga percaya sama elu, apa lagi gue. Hehehe. Ujaran bapak tersebut bermakna bahwa dia tidak menyepakati perimntaan dari Jupri karena dia merasa tidak percaya kepada Jupri.
(79)
No. Data :
82
Scene: 125
109
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah tempat makan pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan panik; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Boy dan petutur yaitu Komet dan anak buahnya; Ends: menyemangati; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Boy mengatakan bahwa ia ingin menjadi pencopet lagi namun Komet menyemangati Boy agar tidak menyerah; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Boy : Kalo kaya gini, gue nyopet lagi aja deh. Komet :Kita jangan nyerah! Liat doang bang
Muluk yang udah ngebela kita!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
Ujaran yang diucapkan oleh dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Kita jangan nyerah! Liat doang bang Muluk yang udah ngebela kita! Ujaran Komet tersebut bermakna bahwa dia tidak sepakat jika temannya harus kembali menjadi pencopet.
6. Pelanggaran Maksim Simpati
Pelanggaran maksim simpati terjadi apabila dalam peristiwa tutur peserta tuturan meminimalkan rasa simpati antara diri dengan lain dan memaksimalkan rasa antipati antara diri dengan lain. Orang yang tidak bersikap antipati terhadap orang lain dianggap orang yang tidak santun.
Berikut penggalan dialog yang dianggap melanggar maksim simpati:
(80)
No. Data : Scene: 95
110
70
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah gang dekat markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan segan; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu jambret 1 dan petutur yaitu jambret 2; Ends:mengajak pergi; Act Sequences: penjambre 1 mengajak rekannya pergi kemudian mereka langsung pergi; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan tindakan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran Jambret 1 : Jangan deket-deket, ntar apes. Ayo cabut, yuk!
Jambret 2 : (pergi) Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS X
Ujaran yang diucapkan oleh jambret 1 dianggap melanggar
maksim simpati karena memaksimalkan antipati antara diri dengan lain dan meminimalkan rasa simpati antara diri dengan lain. Pemaksimalan antipati itu terlihat pada Jangan deket-deket, ntar apes. Ayo cabut, yuk!. Penggalan dialog tersebut menjelaskan bahwa para penjambret tidak bersimpati terhadap kesusahan yang dialami oleh ketiga orang itu dan memutuskan untuk menghindari mereka agar tidak ikut terkena sial.
C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Lembaga pendidikan yang memiliki moto tut wuri handayani bertujuan
untuk mencerdaskan anak bangsa dengan segala komponen di dalamnya yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Peserta didik mendapatkan pelajaran mengenai banyak hal yang mendukung kehidupan di masyarakat dimasa depan, termasuk pelajaran mengenai kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di lembaga pendidikan, kesantunan berbahasa dapat disisipkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
Terdapat materi “mengulas secara kritis film/drama” pada pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas XI. Untuk mengajarkan materi tersebut, guru harus menyediakan sebuah film atau video pementasan drama sebagai bahan ajar.
111
Dalam hal ini guru tidak hanya menampilkan pementasan drama saja, namun bisa pula menayangkan sebuah film sebagai bahan ajar. Dalam film pun terdapat tokoh-tokoh yang memerankan berbagai watak, terdapat dialog, dan konflik seperti pada pementasan drama. Jadi, guru selain menayangkan video pementasan drama dapat pula menayangkan sebuah film sebagai media dalam proses pembelajaran.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada prinsip kesantunan menurut Leech yang terdapat dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar. Peneliti melihat seberapa banyak jumlah tuturan yang mematuhi maksim kesantunan berbahasa dan yang tidak mematuhi. Salah satu film yang menggunakan bahasa sehari-hari baik bahasa kalangan orang-orang yang mendapat pendidikan yang baik maupun orang-orang yang kurang atau bahkan tidak mendapat pendidikan yang baik adalah film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Dengan adanya perbedaan penggunaan kata dalam tuturan antara orang yang berpendidikan dan orang yang kurang berpendidikan maka siswa dapat membedakan bagaimana cara bertutur sesuai dengan konteks ketika peristiwa tutur berlangsung. Selain siswa dapat bertutur sesuai dengan konteksnya, siswa dapat memahami dan memberikan ulasan secara kritis mengenai isi cerita dalam film tersebut dengan menggunakan bahasa yang santun. Pada film ini terdapat tuturan antarteman sebaya, tuturan antara anak dengan orangtua, tuturan dengan orang yang lebih tua. Sehingga siswa dapat memilih penggunaan bahasa yang baik atau santun sesuai dengan mitra tuturnya.
Dari hasil analisis kesantunan berbahasa, lebih banyak tuturan yang melanggar kesantunan. Namun demikian, film ini layak dijadikan sebagai bahan ajar untuk siswa pada saat pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas. Hal itu karena dari film ini siswa dapat belajar memilih bahasa yang santun sesuai dengan mitra tutur atau sesuai dengan konteks peristiwa tutur. Sehingga siswa dapat menggunakan bahasa yang santun untuk berinteraksi pada segala situasi sosial, baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan tempat tinggal.
Berkaitan dengan kesantunan berbahasa dapat digunakan dalam situasi sosial, siswa dapat menerapkan kesantunan berbahasa dalam situasi-situasi berikut, dikutip ari A Study Dictionary of Social English. Siswa dapat memakai kesantunan berbahasa untuk menyatakan kemampuan atau ketidakmampuannya dalam mengerjakan sesuatu (ability / inability), pada saat siswa menasehati teman sebayanya atau orang yang lebih muda darinya (advising), saat siswa menyatakan kesetujuannya atau ketidak setujuannya dalam kegiatan diskusi di kelas atau berdiskusi dengan keluarga (agreeing / disagreeing), saat meminta maaf setelah melakukan kesalahan (apolozing / making excuses), saat siswa memberikan apresiasi (appreciation), saat siswa menanyakan informasi kepada mitra tutur (asking for information), saat siswa menarik perhatian mitra tuturnya (atracting
112
someone’s), saat siswa mengoreksi temanya dalam segala hal (correcting), saat siswa mengambil kesimpulan (deducting, drawing a conclusions), saat siswa menyangkal atau mengakui apa yang mitra tuturnya katakan (denying / admitting), saat siswa menyatakan kekecewaannya (disappointment), saat siswa mengungkapkan rasa takut atau khawatir ataupun gelisah (fearing, expressing worry, anxiety), saat siswa mengidentifikasi mitra tuturnya (identifying), saat siswa menyatakan kesukaannya ataupun ketidaksukaannya kepada mitra tutur (liking / disliking), saat siswa bersimpati atau tidak bersimpati (sympathizing / not sympathizing), saat siswa memuji mitra tuturnya (praising), saat siswa berterimakasih terhadap mitra tuturnya (thanking)1. Jadi, kesantunan berbahasa dapat digunakan dalam berbagai situasi sosial dengan memperhatikan konteksnya agar komunikasi tetap terjaga tanpa menyakiti hati mitra tutur.
1 Willian R. Lee, A Study Dictionary of Social English, (Oxford: Pergamon Prees, 1983), h. vii-viii
113
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah meneliti dialog dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini), ditemukan pematuhan dan pelanggaran terhadap maksim-maksim dalam prinsip kesantunan. Pematuhan maksim-maksim pada prinsip kesantunan yang ditemukan di dalam dialog para tokoh tersebut adalah maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Sedangkan pelanggaran maksim-maksim pada prinsip kesantunan di dalam dialog para tokoh tersebut adalah maksim maksim kearifan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Dalam film ini terdapat 35 data yang mematuhi prinsip kesantunan dan 45 data yang melanggar prinsip kesantunan. Tidak ditemukannya pelanggaran maksim kedermawanan di dalam film ini dikarenakan dalam pertuturan, para tokoh tidak berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan meminimalkan kerugian bagi dirinya sendiri, sehingga tidak ada yang mementingkan dirinya sendiri.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar layak untuk dijadikan bahan ajar Bahasa Indonesia pada materi mengulas secara kritis film/drama, sebab film ini menyajikan kisah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh penonton dan memiliki nilai-nilai kehidupan bagi penontonnya, terutama orangtua dan guru untuk mendidik anak-anak. Siswa tidak hanya dapat menguasai materi pelajaran mengenai mengulas secara kritis film/drama, siswa pun dapat mempelajari kesantunan berbahasa yang terdapat dalam film dan dapat langsung mempraktikannya pada kehidupan sehari-hari dalam segala situasi sosial, baik dalam lingkungan masyarakat ataupun di lingkungan sekolah.
B. Saran Saran yang perlu penulis berikan terkait penelitian yang telah
dilakukan, yaitu: 1. Bagi siswa, penerapan konteks dan prinsip kesantunan
berbahasa perlu ditingkatkan bukan hanya dengan media komunikasi langsung. Melainkan dengan media pembelajaran sepeti film.
114
2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian mengenai kesantunan berbahasa perlu diperbanyak mengingat kesantunan berbahasa sangat berguna bagi kehidupan bermasyarakat.
3. Bagi pembelajaran di sekolah, kesantunan berbahasa dapat disisipkan untuk menambah wawwasan dan ilmu siswa berkaitan dengan muatan pendidikan karakter.
4. Bagi pembaca, memperhatikan konteks tutur dan sopan santun berbahasa dalam bermasyarakat perlu ditingkatkan agar hubungan antara peserta tutur dapat terjalin dengan baik.
124
DAFTAR PUSTAKA
Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim. Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar.Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Bell, Roger. T. Sociolinguistic. London: B.T. Batsford Limited, 1976.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2002.
Ensiklopedi Tokoh Indonesia, http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/283-
direktori/1022-deddy-mizwar. diakses pada tanggal 08 Maret 2016.
Gunarwan, Asim. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta: Erlangga,
2009.
Hasanudin, W.S. Drama Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa, 1996.
Harris, S. Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press, 1952.
Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nofa Citra Mandiri, 2012.
http://profil.merdeka.com/indonesia/d/deddy-mizwar/ diakses pada tanggal
08 Maret 2016
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia, 2008.
Lee, Willian R. A Study Dictionary of Social English, Oxford: Pergamon
Press,1983.
Lubis, Sarniah Hasmi. Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopanan dalam Wacana
Au Bonheur des Ogres. Skripsi pada Sarjana Universitas Gajah Mada
Yogyakarta: 2005. tidak dipublikasikan.
Marianne W.J dan Louise J. Philips. Analisis Wacana: Teori dan Metode.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Nadar, F.X. pragmatik dan penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2010
125
Nurhaidah, Nuri. Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia. Yogyakarta:
Smart Writing, 2014.
Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:
Bumi Aksara, 2010.
Putra, Bramantya. Wacana Dialog dalam Film Dalyeora Jajeongeo: Analisis
Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopanan. Skripsi pada sarjana Universitas
Gajah Mada Yogyakarta: 2014. Tiak dipublikasikan.
Rahardi, Kunjana. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga, 2005.
----- Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga, 2009.
Schiffrin, Deborah. Ancangan Kajian Wacana. Terj. Dari Approaches to
Discourse oleh Unang, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, 2008.
Sudarto, Anderson Daniel, dkk. Jurnal Acta Diurna Volume IV. No.1, 2015.
Sudaryanto. Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma,
2009.
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.
Stubb, Michael. Discourse Analysis: The Sociolinguistics Analysis of Natural
Language. Oxford: Basil Blackweel ltd, 1983.
Titscher, Stefan. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2009
Yule, George. Pragmatics. New York: Oxford University Press, 1996.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA/SMK ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/2
Tema/Topik : Mengulas secara kritis film/drama
Jumlah Pertemuan : 2 x pertemuan
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti KI 1 Menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
bertanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan perbedaan terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa Indikator: Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia
Menunjukan perilaku tanggungjawab, responsif dan imajinatif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk mengepresikan impian, misteri, imajinasi, serta permasalahan remaja dan sosial. Indikator: Menunjukan perilaku tanggungjawab dalam pembelajaran
Memahami struktur dan kaidah teks film / drama baik melalui lisan maupun tulisan Indikator Mengungkapkan kembali struktur teks film / drama Mengungkapkan kembali kaidah teks film / drama
Menginterpretasi makna teks film / drama baik secara lisan maupun tulisan Indokator: Menginterpretasi makna teks film / drama
C. Tujuan Pembelajaran Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok dalam pembelajran mengulas secara kritis film / drama dengan materi pokok teks film / drama ini siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat: Mensyukuri anugerah Tuuhan akan keberadaan bahasa Indonesia Menunjukan perilaku tanggungjawab dalam pembelajaran Mengungkapkan kembali struktur teks film / drama Mengungkapkan kembali kaidah teks film / drama Menginterpretasi makna teks film / drama
D. Materi Pembelajaran 1. Contoh teks film
a. Tulis Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Film ini menceritakan tentang seorang sarjana yang ingin memperbaiki kehidupan para pencopet dengan mendidik mereka, mengajarkan membaca, menulis, berhitung, beribadah, dan beralih profesi menjadi pengasong.
Di pasar
Dukun : Yang kepingin jabatannya sering naik, yang dibacok gak mempan, yang ditembak gak mati. Pake batu ini, yah! Ini Badar Maulana, ampe modar gak bisa buka celana.
Penjual herbal : Sakit tulang, sakit pinggang, mata jereng, air kencing lancar, Pak ya! Wiiiss wiiiss wiiiss. Ini dia Undur-undur, Pak Ya!
Tukang ramal : Jangan khawatir sama ramalan ane, ramalan ane bukan sembarang ngeramal. Ramalan ane komplit. Shahih.
Penjual Ayat : Saudara-saudara ingin terhindar dari marabahaya dan malapetaka, saya punya ayat-ayat untuk melawannya.
Muluk : (memperhatikan situasi pasar)
Para pencopet : (berpura-pura membeli barang. Satu pencopet sengaja menabrak target, dan copet yang lain mengambil dompetnya. Kemudian copet itu mengoper dompet ke teman yang lain)
Muluk : (memperhatikan aksi para pencopet)
Para pencopet : (melempar dompet di tanah pada rekannya. Kemudian memberikan dompet itu pada rekannya yang terakhir).
**1**
Muluk : (mengikuti pencopet yang membawa dompet hasil copetan).
Copet : (terus berjalan)
Muluk : (menangkap copet yang sedang menghitung uang)
Diem, diem! Diem, Lu! Atau gua bawa ke kantor polisi, hah? Gua udah dua tahun cari kerja supaya dapet duit. Enak aja nyomot dompet orang. Nyinggung perasaan gua tau. Orang susah payah cari kerja, diem-diem duitnya lo ambil. Lo ga bisa minta baik-baik?
Komet : Saya kan copet,Bang, bukan tukang minta-minta.
Muluk : (terdiam mendengar jawaban pencopet).
**2**
Direktur : Saudara Muluk, ilmu apa yang kamu punya?
Muluk : Ilmu management, Pak.
Direktur : I terus terang sama you, ya. Segala macam ilmu udah saya terapin buat nyelametin ini perusahaan. Termasuk ilmu you. You liat ini buku tebel-tebel ini?
Liat! Ini buku management barat yang paling mutakhir dari Amerika. Ini buku management ala Mao Tse Tung dari Cina. Ini buku management dari Jepang. Ini buku management gaya Arab. Gak ada yang bisa nyelametin perusahaan I, ga ada! Cuma management jin doang yang belum I terapin, bukunya ga ada.
**3**
Di Masjid
H. Sarbini : kenyataannya emang begitu, Pak Bul.
Makbul : kenyataan yang mana?
H. Sarbini : Si Muluk, anak pak Bul dan jutaan lain anak yang setres gara-gara nganggur.
Makbul : Eh, Haji Sarbini, si Muluk bukannya nganggur, dia lagi berusaha.
H. Rahmat : lailahailallah.
**4**
Direktur 2 : Karyawan disini sudah full, Pak. Bagaimana kalau bapak mendaftar, lalu kita kirim ke Malaysia.
Muluk : Jadi TKI?
Direktur 2 : (mengangguk)
Muluk : (membayangkan dicambuk kemudian langsung pergi)
**5**
H. Sarbini : Kelamaan nganggur dia bisa setres, kesian.
Makbul : Dia gak nganggur, dia lagi berusaha. Beda. Nganggur, berusaha, beda.
H. Rahmat : Ya Allah, ampuni kami yang telah mendzalimi diri kami sendiri, Ya Allah.
H. Sarbini dan H. Rahmat : (Keluar masjid)
Makbul : Orang berpendidikan selalu bisa menyelesaikan masalahnya.
H. Sarbini : kite liat aja nanti!
H. Rahmat : astagfirullahal’adzim, Ya Allah Ya Allah Ya Allah
H. Rahmat dan H. Sarbini : (pergi dari masjid)
**6**
Makbul : Si Rahma dan Si Muluk saling jatuh cinta, Ji. Jadi sebentar lagi si Muluk bakal jadi mantu Haji Sarbini. Jadi do’akan dong!
H. Sarbini : iya saya do’ain biar dapet kerjaan.
Makbul : amin.
H. Sarbini : Tapi buat saya pendidikan itu gak penting. Ga pentinglah! Begini aja sekarang, si Muluk mendingan suru buka sablon tuh. Ini lagi rame orang bikin kaos sama spanduk.
Makbul : Sarjana management masa bikin sablon?
H. Rahmat : Lu belum selesai nih diskusinye?
Makbul : Ye gimane bisa selesai Ji, Haji Sarbini tetep ngotot bilang pendidikan itu gak penting. Dia gak tau Jepang maju karena pendidikan.
H. Sarbini : Bul, bawa-bawa Jepang, kita ini Indonesia, Bul.
Makbul : Ya Amerika, Inggris, Prancis, maju juga karena pendidikan, Ji.
H. Rahmat : Gini,gini, kalau soal pendidikan,
Makbul : Pentingkan
H. Sarbini : Enggak, gak penting.
Makbul : Ya penting dong.
H. Sarbini : Enggak.
Makbul : Ji, ji liat, liat ! Tuh pada berebut kenapa? Kenapa?
H. Rahmat : Itu karena ketidakadilan.
H. Sarbini : Ini karena pendidikan gak penting.
Makbul : Ya penting supaya bisa adil.
H. Sarbini : Enggak enggak.
Makbul : Penting dong.
H. Sarbini : Enggak dong.
**7**
H. Sarbini : Yang penting kan si Muluk punya penghasilan. Bisa ngelamar si Rahma. Kalo Enggak si Rahma bisa saya kawinin ama anggota DPR tau enggak?
Makbul : Waduh Ji gabisa begitu.
H. Rahmat : Sabar, sabar, sabar.
H. Sarbini : Eh bukan salah saya kalo si Jupri mau sama si Rahma.
H. Rahmat : Gini Ji, ji si Jupri itu baru calon, calon anggota DPR.
Makbul : Si Jupri? Jupri? Masya Allah ji, hahaha. Jupri? Haahahahahaha.
**8**
Jupri : (menunjukan video ikan dalam laptopnya)
Rahma : (memperhatikan)
**9**
Penjual Buku : Ini nih kalo ditoko buku 100 ribu, kalo disini Cuma 30 ribu. Secara gimana bangsa kita bisa bikin pesawat terbang?
Muluk : (sibuk membaca buku)
**10**
Muluk : (memberikan buku cara berternak cacing)
Makbul : Tanya Haji Rahmat,cacing halal atau haram?
**11**
H. Rahmat : Kalo gak ada pilihan laen buat cari nafkah, kerjakan!
Jangan lupa sering-sering minta ampun kepada Allah. Minta petunjuk supaya kamu dapet jalan yang lebih baik. Tapi ngomong-ngomong kenapa jadi beternak cacing?
Muluk : Kalo ternak sapi atau onta bikin kandangnya dimana pak haji?
H. Rahmat : hahahaha
**12**
Pipit : Bagusan juga beternak jangkrik, bang. Saya liat di tv prospeknya bagus. Selain buat makanan burung, juga bisa buat makanan ikan arwana.
Muluk : Entar abang pikirin lagi deh.
Pipit : Oke bang yah! Jangan sampe patah semangat ya!
**13**
Samsul : Mul, lagi ada proyek apa?
Muluk : Ternak cacing mau gak lu?
Figuran 1 : Mending lu ternak kucing, peliharaan nabi tuh.
Figuran 2 : Paling gak, kalo lu gak dapet untung lu dapet pahalanya Mul.
Figuran 3 : Kalo mao cepet kaya, lu piara cicak sama buaya sama gurita.
**14**
H. Sarbini : Alhamdulillah gue gak salah, si Ida sama abangnya si Rahma yang tamatan aliyah sekarang udah punya kios di Cipulir dan udah berangkat haji. Adeknya Alamsyah yang tamatan tsanawiyah sekarang udah punya sablonan dan konveksi kecil-kecilan. Insya Allah tahun ini berangkat haji.
Rahma : Ah, Babeh, itu mulu yang diulang-ulang
Muluk : (Hanya terdiam)
**15**
Pipit : Yang ini hadiahnya motor Yamaha, Bah. Kalau yang ini hadiahnya umroh. Kalau Pipit menang biar Abah yang pake. Tapi pajaknya ditanggung pememnang.
Umi Pipit : Bayar pajaknya jual aja kalung Umi. Huh, mati lagi. Hah! Pajak diomongin sih, ah.
h. Rahmat : (hanya terdiam).
....
b. Lisan Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) https://www.youtube.com
Struktur lahir dari sebuah naskah drama merupakan struktur atau susunan yang dapat dilihat secara langsung pada teks naskah drama. Struktur lahir tersebut merupakan salah satu ciri pembeda naskah drama dengan karya sastra jenis lainnya (puisi dan prosa). Meskipun begitu, struktur lahir naskah drama yang dijelaskan di sini bukanlah sebuah pakem atau ketentuan yang mutlak, namun hanya sebuah panduan untuk memahami bentuk dari naskah drama pada umumnya. Selain itu, juga untuk menambah wawasan bagi penulis pemula mengenai bentuk atau struktur lahir dari naskah drama. Adapun bentuk atau struktur lahir dari naskah drama adalah sebagai berikut. 1.Judul
Judul merupakan gambaran lengkap dari permasalahan utama (tematik). Judul juga bisa menjadi sebuah ekpresi yang mewujud dalam metafora. Selain itu, judul juga bisa merupakan pengabadian nama dari tokoh utama ceritanya. Biasanya judul film dibuat semenarik mungkin sehingga mudah diingat dan menimbulkan rasa ingin.
Beberapa contoh dari judul film adalah Laskar Pelangi, Denias, Merah Putih dan lain sebagainya.
2.Anotasi
Anotasi atau catatan atau kramagung adalah keterangan pengadeganan, setting, maupun lakuan dari tokoh dalam naskah drama. Sebaiknya anotasi itu singkat, padat, memandu, dan inspiratif. Hindari pula anotasi yang terlalu bertele-
tele atau bersayap karena ini adalah panduan, bukan sebuah narasi seperti dalam cerpen atau novel. Anotasi yang terlalu lengkap juga bisa membatasi daya kreasi dari kreator pertunjukan. Contoh cuplikan dari anotasi antara lain sebagai berikut.
a. Anotasi pengadeganan dan setting dari naskah
situasi pagi hari di sebuah pasar yang ramai. Para penjual sedang sibuk menawarkan barang dagangannya kepada para pengunjung pasar. Tukang obat tradisional, tukang jimat, peramal, dan pedagang lain sedang sibuk berjualan. Muluk memperhatikan keadaan pasar tersebut, tanpa sengaja ia melihat pencopet yang sedang melakukan aksinya. Muluk lalu mengikuti kemana pencopet itu pergi. ....
b. Anotasi lakuan tokoh dari naskah "Datang dan Pergi" (Samuel Beckett) Muluk : (mengikuti pencopet yang membawa dompet hasil copetan).
Copet : (terus berjalan)
Muluk : (menangkap copet yang sedang menghitung uang)
Diem, diem! Diem, Lu! Atau gua bawa ke kantor polisi, hah? Gua udah dua tahun cari kerja supaya dapet duit. Enak aja nyomot dompet orang. Nyinggung perasaan gua tau. Orang susah payah cari kerja, diem-diem duitnya lo ambil. Lo ga bisa minta baik-baik?
Komet : Saya kan copet,Bang, bukan tukang minta-minta.
Muluk : (terdiam mendengar jawaban pencopet).
(kalimat dalam kurung di antara dialog tersebut merupakan anotasi lakuan tokoh)
3. Dialog
Dialog merupakan kata atau kalimat yang diucapkan oleh tokoh dalam naskah drama. Dialog sendiri berarti percakapan antara dua orang atau lebih. Tapi, pada naskah monolog percakapan tersebut dilakukan antara tokoh dengan dirinya sendiri atau dengan penonton. Dialog dengan dirinya sendiri tersebut disebut solilokui. 4. Pembagian Babak dan Adegan
Babak merupakan permasalah besar yang menjadi pembentuk cerita dari naskah drama. Babak sendiri merupakan kumpulan dari adegan-adegan yang menjadi bagian dari sebuah cerita. Sementara adegan adalah peristiwa-peristiwa kecil yang terkait pada babak.
E. Model/Metode Pembelajaran 1. Metode pembelajaran scientific 2. Metode pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) 3. Metode diskusi dan penugasan
F. Media Pembelajaran
1. Laptop dan LCD 2. Tayangan film / drama
G. Sumber Belajar
Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas XI SMA/SMK/MA/MAK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013
KBBI Internet
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi waktu
Pendahuluan Kegiatan Inti :
Guru mempersilakan seorang peserta didik untuk memimpin doa bersama ( bila pada jam pertama)
Guru memberi salam dan memberi pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya
Guru memberikan informasi kompetensi materi, tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan kepada peserta didik.
Pengetahuan dan kemampuan peserta didik tentang teks film/ drama yang beredar di masyarakat dipancing oleh guru dengan memperlihatkan contohteks film/ drama
Peserta didik diberi stimulation (stimulasi) dengan cara dipersilakan mengamati contoh teks yang ditayangkan guru serta membaca contoh teks film/ drama “Cipoa” dan film/ drama lisan “Alangkah Lusunya (Negeri Ini)”https://www.youtube.com/watch?v=cOYoCy6nGQs
Peserta didik dipersilakan untuk menanyakan hal-hal seputar film/ drama yang dikaitkan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Peserta didik diarahkan untuk membentuk kelompok
20 menit 130 menit
Kegiatan Penutup:
yang beranggotakan 4 orang. Peserta didik diarahkan untuk membuat problem
statement(pernyataan/ identifikasi masalah) dengan cara mengidentifikasi topik yang berkenaan dengan materi struktur dan kaidah teks film/ drama serta interpretasi makna teks film/ drama untuk kemudian membuat rumusan hipotesis
Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan data collection (pengumpulan data) dengan cara mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis melalui mencari dan membaca contoh-contoh film/ drama lain sebagai bahan untuk dieksplorasi.
Peserta didik juga dipersilakan untuk membaca literatur lain untuk mengeksplorasi struktur dan kaidah teks film/ drama serta interpretasi makna teks film/ drama .
Setelah mengamati dan membaca kembali teks film/ drama yang ditayangkan guru, tiap kelompok melakukan data processing(pengolahan data) dengan cara diklasifikasikan, didiskusikan dengan teman satu kelompok untuk dirangkum dan disajikan melalui presentasi.
Masing-masing kelompok secara bergiliran mempresentasikan rangkuman tersebut sedangkan kelompok lain merespon/ menanggapi dan bersama-sama melakukan verification (pembuktian) dengan cara memeriksa secara cermat, mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari
. Dengan tanya jawab guru mengarahkan peserta didik pada generalization (generalisasi/kesimpulan) mengenai struktur dan kaidah teks film/ drama , serta interpretasi makna teks film/ drama
. Peserta didik dipersilakan menuliskan simpulan yang telah ditetapkan mengenai struktur dan kaidah teks film/ drama serta hasil interpretasi makna teks film/ drama .
Guru memberikan kuis berkenaan dengan aspek pengetahuan dan keterampilan.
Guru memberikan arahan kegiatan berikutnya dan
30 menit
tugas pengayaan
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan pesan agar peserta didik selalu belajar.
I. Penilaian
1. Teknik penilaian: pengamatan dan tes tertulis 2. Prosedur penilaian:
Penilaian Proses 1.1 Pengamatan (sikap)
No. Aspek yang Dinilai
Teknik Penilaian
Waktu Penilaian Instrumen Penilaian
Ket.
1. Spiritual (Religius)
Pengamatan Selama pembelajaran dan saat diskusi
Lembar Pengamatan
2. Tanggung jawab
Kisi-kisi penilaian
No. Aspek Indikator pencapaian
Skor (TIDAK PERNAH) 1
Skor (KADANG-KADANG) 2
Skor (SERING) 3
Skor (SELALU) 4
1. Spiritual (Religius)
Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia
Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu.
. Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.
Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
. Memelihara hubungan baik
dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa;
2. Tanggung jawab
Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam melaksanakan diskusi
a. Melaksanakan tugas individu dengan baik
Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat
Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan tindakan kita sendiri
Petunjuk Penskoran tiap aspek sikap : Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
2. Penilaian Hasil
2.1. Tes Tertulis (kuis) (pengetahuan)
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
Mengungkapkan kembali Tes Isian Ungkapkan kembali
struktur isi teks film/ drama tertulis (kuis) struktur isiteks film/ drama!
Mengungkapkan kembali kaidah bahasa teks film/ drama
Tes tertulis (kuis)
Isian Ungkapkan kembali kaidah bahasateks film/ drama!
Pedoman Penskoran Soal nomor 1 dan 2
Aspek Skor Peserta didik menjawab benar 50 Peserta didik menjawab tidak lengkap 30 Peserta didik menjawab salah 20 Peserta didik tidak menjawab 0 Tes praktik-proyek ( keterampilan ) Interpretasilah makna teks film/ drama terlampir! Rubrik Penilaian Keterampilan menginterpretasi makna Teks film/ drama
No. Aspek Deskripsi Ya Tidak 1. Ketepatan
interpretasi makna teksfilm/ drama
Sudah tepatkah interpretasi makna teks film/ drama?
2. Ketepatan penggunaan bahasa dan ejaan
Apakah penggunaan bahasa dalam menginterpretasi makna teks film/ drama sesuai kaidah dan EYD?
Mengetahui, 14 Juli 2014 Kepala sekolah WKS 1 Guru Mapel Bahasa Indonesia
Lampiran 1 Lembar Pengamatan PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran : ............................................................... Kelas/ Semester : ............................................................... Tahun Ajaran : ............................................................... Waktu pengamatan : ............................................................... Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan
No. Nama Siswa Spiritual (Religius) Tanggung jawab TP K SR SL TP K SR SL
1. 2. 3. 4. 5.
LAMPIRAN
No. Data : 1 Scene: 2
Konteks Setting and Scene: latar tempat terjadinya peristiwa tutur ini yaitu di depan sebuah ruko yang sudah tidak terpakai lagi dan waktu tuturan ini terjadi pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi tuturan ini terjadi yaitu dengan serius; Participant: penutur yaitu Muluk dan mitra tutur yaitu Komet (pencopet); Ends:tujuan Muluk menangkap Komet adalah menasehati agar Komet tidak mencopet dan mengembalikan dompet yang telah ia ambil; Act Sequnces: Adegan ini diawali oleh Muluk yang mengikuti Komet yang telah berhasil mengambil dompet seseorang, ketika Komet berhenti untuk menghitung uang yang ada dalam dompet yang ia curi, Muluk menangkapnya. Kemudian Muluk menasehati Komet agar tidak melakukan hal demikian karena orang yang ia copet mencari uang dengan susah payah; Keys: nada suara (tone) agak berbisik, skap atau cara saat tuturan diujarkan yaitu dengan kesal; Instrumentalities:dengan saluran (channel) lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan pernyataan kemudian dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk :(menangkap copet yang sedang menghitung uang) Diem, diem! Diem, Lu! Atau gua bawa ke kantor polisi, hah? Gua udah dua tahun cari kerja supaya dapet duit. Enak aja nyomot dompet orang. Nyinggung perasaan gua tau. Orang susah payah cari kerja, diem-diem duitnya lo ambil. Lo ga bisa minta baik-baik? Komet :Saya kan copet,Bang, bukan tukang minta-minta
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 2 Scene: 3 Konteks Setting and Scene: latar tempat pada peristiwa tutur ini yaitu di dalam ruangan
pemilik perusahaan yang sudah bangkrut pada siang hari sedangkan scene dalam peristiwa tutur ini berlangsung secara serius; Participant: peserta dalam peristiwa tutur ini yaitu seorang direktur dan Muluk; Ends: Direktur menjelaskan berbagai macam ilmu manajemen yang sudah ia gunakan untuk menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan, namun semuanya tidak berhasil; Act Sequences:pembicaraan dimulai oleh pemilik perusahaan yang menanyakan ilmu yang dimiliki oleh Muluk kemudian pemilik perusahaan menceritakan berbagai macam ilmu yang ia terapkan untuk menyelamatkan perusahaannya; Keys: nada suara (tone) tinggi dan serius, sikap atau cara (manner) saat tuturan itu diujarkan yaitu dengan kesal dan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interactions and Interpretations: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk :Ilmu management, Pak. Direktur : I terus terang sama you, ya. Segala macam ilmu udah saya terapin buat nyelametin ini perusahaan. Termasuk ilmu you. You liat ini buku tebel-tebel ini? Liat! Ini buku management barat yang paling mutakhir dari Amerika. Ini buku management ala Mao Tse Tung dari Cina. Ini buku management dari Jepang. Ini buku management gaya Arab. Gak ada yang bisa nyelametin perusahaan I, ga ada! Cuma management jin doang yang belum I terapin, bukunya ga ada.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 3 Scene: 4 Konteks Setting and Scene: Tempat peristiwa tutur ini berlangsung yaitu di dalam
sebuah masjid ketika siang hari sedangkan situasi pertuturan ini yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur yaitu H. Sarbini, petutur yaitu Pak Makbul dan H. Rahmat; Ends: H. Sarbini bermaksud menyindir anak Pak Makbul yang menjadi sarjana tetapi menjadi pengangguran, Pak Makbul membantah perkataan H. Sarbini bahwa Muluk tidak menganggur tapi masih berusaha. Kemudian H. Rahmat bermaksud untuk menegur mereka agar tidak mengobrol di dalam masjid; Act Sequences: peristiwa tutur ini diawali dengan pernyataan H. Sarbini yang menyatakan bahwa Muluk anak Pak Makbul menjadi pengangguran kemudian Pak Makbul membantah hal tersebut kemudian H. Rahmat yang sedang berdzikir merasa terganggu dengan obrolan mereka dan mengeraskan suaranya untuk menegur mereka; Keys: nada suara (tone) sedikit berbisik, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diujarkan dengan santai; Instrumentalities: dengan saluran lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan yang dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Sarbini : kenyataannya emang begitu, Pak Bul. Makbul : kenyataan yang mana? H. Sarbini : Si Muluk, anak pak Bul dan jutaan lain anak yang setres gara-gara nganggur. Makbul : Eh, Haji Sarbini, si Muluk bukannya nganggur, dia lagi berusaha.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 4 Scene: 5 Konteks Setting and Scene: tempat peristiwa tutur ini terjadi yaitu di sebuah kantor
penyalur TKI pada siang hari Scene atau situasi ketika pertuturan ini berlangsung yaitu dengan serius; Participant: penutur yaitu petugas kantor TKI dan petutur yaitu Muluk; Ends: memberitahukan bahwa karyawan ditempat itu sudah penuh; Act Sequences: pertuturan diawali oleh petugas kantor Tki yang memberitahukan bahwa di kantor tersbut tidak ada lowongan pekerjaan dan menawarkan Muluk menjadi TKI kemudian Muluk langsung meninggalkan kantor itu; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) peristiwa tutur ini terjadi dengan santai; Instrumentalities:lisan; norms of Interaction and Interpretation; pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: Wacana argumentasi.
Ujaran
Petugas Kantor TKI: Karyawan disini sudah full, Pak. Bagaimana kalau bapak mendaftar, lalu kita kirim ke Malaysia. Muluk : Jadi TKI?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
No. Data : 5 Scene: 6 Konteks Setting and Scene: tempat terjadinya peristiwa tutur ini yaitu di dalam sebuah
masjid pada siang hari, scene atau situasi ketika pertuturan ini dilakukan dengan serius; Participant: penutur yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Pak Makbul dan H. Rahmat; Ends: saling berargumen mengenai Muluk yang belum memiliki pekerjaan; Act Sequences: pertuturan diawali oleh H. Sarbini yang mengatakan bahwa orang yang terlalu lama menganggur bisa setres kemudian Pak Makbul membantah ucapan H. Sarbini lalu H. Rahmat kembali menegur mereka dengan mengeraskan suara ketika berdo’a lalu mereka berdua melanjutkan percakapan mereka di luar masjid. H. Rahmat yang mendengar mereka berdua masih beradu argumen di depan masjid lebih mengeraskan suaranya kemudian mereka berdua pergi; Keys: nada suara (tone) datar dan agak berbisik, sikap atau cara (manner) peristiwa tutur ini berlangsung dengan seiru tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction adn Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi
Ujaran
H. Sarbini : Kelamaan nganggur dia bisa setres, kesian. Makbul : Dia gak nganggur, dia lagi berusaha. Beda. Nganggur, berusaha, beda.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 6 Scene: 7 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan
pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends: Pak Makbul meminta kepada H. Sarbini mendo’akan Muluk agar cepat mendapat pekerjaan kemudian mereka memperdebatkan mengenai pendidikan: Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pak Makbul yang membicarakan hubungan Muluk dengan Rahma anak H. Sarbini dan agar mendo’akan Muluk segera mendapatkan pekerjaan kemudian percakapan berganti topik membicarakan mengenai pendidikan itu penting atau tidak dan pertuturan ini pun diakhiri dengan pernyataan H. Sarbini yang menyatakn pendidikan itu tidak penting; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Makbul : Si Rahma dan Si Muluk saling jatuh cinta, Ji. Jadi sebentar lagi si Muluk bakal jadi mantu Haji Sarbini. Jadi do’akan dong! H. Sarbini : iya saya do’ain biar dapet kerjaan. Makbul : amin.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
No. Data : 7 Scene: 7 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan
pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends: Pak Makbul meminta kepada H. Sarbini mendo’akan Muluk agar cepat mendapat pekerjaan kemudian mereka memperdebatkan mengenai pendidikan: Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pak Makbul yang membicarakan hubungan Muluk dengan Rahma anak H. Sarbini dan agar mendo’akan Muluk segera mendapatkan pekerjaan kemudian percakapan berganti topik membicarakan mengenai pendidikan itu penting atau tidak dan pertuturan ini pun diakhiri dengan pernyataan H. Sarbini yang menyatakn pendidikan itu tidak penting; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Rahmat : Gini,gini, kalau soal pendidikan, Makbul : Pentingkan H. Sarbini : Enggak, gak penting. Makbul : Ya penting dong. H. Sarbini : Enggak.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 8 Scene: 8 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan
pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends:keinginan H. Sarbini agar Muluk segera melamar Rahma anaknya; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang membicarakan tentang pernikahan Muluk dan Rahma dan rencananya akan menikahkan Rahma dengan orang lain jika Muluk tidak kunjung melamar Rahma, Pak Makbul tidak setuju dengan ucapan H. Sarbini kemudian H. Rahmat menengahi mereka; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bercanda; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Sarbini : Yang penting kan si Muluk punya penghasilan. Bisa ngelamar si Rahma. Kalo Enggak si Rahma bisa saya kawinin ama anggota DPR tau enggak? Makbul : Waduh Ji gabisa begitu.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 9 Scene: 8 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan
pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends:keinginan H. Sarbini agar Muluk segera melamar Rahma anaknya; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang membicarakan tentang pernikahan Muluk dan Rahma dan rencananya akan menikahkan Rahma dengan orang lain jika Muluk tidak kunjung melamar Rahma, Pak Makbul tidak setuju dengan ucapan H. Sarbini kemudian H. Rahmat menengahi mereka; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bercanda; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Rahmat : Gini Ji, ji si Jupri itu baru calon, calon anggota DPR. Makbul : Si Jupri? Jupri? Masya Allah ji, hahaha. Jupri? Haahahahahaha.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 10 Scene: 10 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi disebuah kios buku di pinggir jalan
pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu penjual buku dan petutur yaitu Muluk; Ends:menjelaskan harga buku yang dia jual: Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh penjual buku yang menjelaskan tentang buku yang ia jual dan diakhiri ketika Muluk membeli buku yang ia mau; Keys: nada suara (tone) agak keras, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan diakhiri dengan tindakan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran Penjual Buku : Ini nih kalo ditoko buku 100 ribu, kalo disini Cuma 30 ribu. Secara gimana bangsa kita bisa bikin pesawat terbang?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
No. Data : 11 Scene: 12 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada pagi hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Rahmat dan petutur yaitu Muluk; Ends: menanyakan hukum beternak cacing dalam islam; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang memberikan sebuah buku kepada Pak Makbul untuk meminta pendapat mengenai rencana usaha yang ingin dia buat kemudian Pak Makbul menyuruh Muluk menanyakan hal tersebut kepada H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan disertai candaan; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Rahmat : Kalo gak ada pilihan laen buat cari nafkah, kerjakan! Jangan lupa sering-sering minta ampun kepada Allah. Minta petunjuk supaya kamu dapet jalan yang lebih baik. Tapi ngomong-ngomong kenapa jadi beternak cacing? Muluk : Kalo ternak sapi atau onta bikin kandangnya dimana pak haji? H. Rahmat : hahahaha
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
No. Data : 12 Scene: 13 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan ketika Muluk akan
pulang dari rumah H. Rahmat pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk; Ends: Pipit memberikan saran kepada Muluk untuk membuka usaha; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pipit yang memberikan saran kepada Muluk kemudian Muluk akan mempertimbangkan saran dari Pipit; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi
Ujaran
Pipit : Bagusan juga beternak jangkrik, bang. Saya liat di tv prospeknya bagus. Selain buat makanan burung, juga bisa buat makanan ikan arwana. Muluk : Entar abang pikirin lagi deh. Pipit : Oke bang yah! Jangan sampe patah semangat ya!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
No. Data : 13 Scene: 13 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan ketika Muluk akan
pulang dari rumah H. Rahmat pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk; Ends: Pipit
memberikan saran kepada Muluk untuk membuka usaha; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pipit yang memberikan saran kepada Muluk kemudian Muluk akan mempertimbangkan saran dari Pipit; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi
Ujaran
Pipit : Bagusan juga beternak jangkrik, bang. Saya liat di tv prospeknya bagus. Selain buat makanan burung, juga bisa buat makanan ikan arwana. Muluk : Entar abang pikirin lagi deh. Pipit : Oke bang yah! Jangan sampe patah semangat ya!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 14 Scene: 14 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pos ronda pada pagi hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Syamsul, Penjudi 1, 2, dan 3 dan petutur yaitu Muluk; Ends:mengejek Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Syamsul yang menanyakan apa yang Muluk lakukan kemudian Muluk menjawab pertanyaan Syamsul namun ditanggapi candaan yang menyindir oelh ketiga penjudi; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan bercanda; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pertanyaan dan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Samsul : Mul, lagi ada proyek apa? Muluk : Ternak cacing mau gak lu? Penjudi 1 : Mending lu ternak kucing, peliharaan nabi tuh. Penjudi 2 : Paling gak, kalo lu gak dapet untung lu dapet pahalanya Mul. Penjudi 3 : Kalo mao cepet kaya, lu piara cicak sama buaya sama gurita.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 15 Scene: 15 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Sarbini pada malam
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Rahma dan Muluk; Ends: memberitahukan dengan tujuan menyindir Muluk tentang keberhasilan anak-anaknya walaupun tidak menjadi sarjana; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang membeberkan tentang keberhasilan anak-anaknya dan diakhiri oleh Rahma yang mengingatkan bahwa ucapan itu sudah sering diucapkan; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai tapi serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
H. Sarbini : Alhamdulillah gue gak salah, si Ida sama abangnya si Rahma yang tamatan aliyah sekarang udah punya kios di Cipulir dan udah berangkat haji. Adeknya Alamsyah yang tamatan tsanawiyah sekarang udah punya sablonan dan konveksi kecil-kecilan. Insya Allah tahun ini berangkat haji. Rahma : Ah, Babeh, itu mulu yang diulang-ulang.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 16 Scene: 16 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada siang
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Umi pipit dan H. Rahmat; Ends: Pipit memberikan informasi hadiah yang akan ia dapat dari undian yang ia ikuti; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pipit yang memberi tahukan kemungkinan hadiah yang ia dapat dari undian dan pajak yang harus ditanggung kemudian Umi memberikan solusi untuk membayar pajak hadiahnya; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai namun serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit : Yang ini hadiahnya motor Yamaha, Bah. Kalau yang ini hadiahnya umroh. Kalau Pipit menang biar Abah yang pake. Tapi pajaknya ditanggung pemenang. Umi Pipit : Bayar pajaknya jual aja kalung Umi. Huh, mati lagi. Hah! Pajak diomongin sih, ah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 17 Scene: 17 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pos ronda pada pagi hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Syamsul; Ends:menyindir; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang menyindir Syamsul yang sedang bermain kartu kemudian Syamsul membalas sindiran Muluk; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan bercanda; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk : Pagi-pagi udah mulai. Srul, lu kan sarjana pendidikan harusnya lu ngajar. Asrul : Nah, lu mestinya jadi direktur, lu kan sarjana menejemen.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 18 Scene: 18 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di depan sebuah ruko pada siang
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu tukang koran dan petutur yaitu Muluk; Ends:memberikan informasi; Act Sequences: pertuturan ini diawali tukang koran yang membacakan lowongan pekerjaan dan dilanjutkan oleh Muluk yang meminta tukan koran mencari lowongan yang cocok untuknya; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pertanyaan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Tukang Koran : Sebuah kapal ikan Jepang membutuhkan tenaga penangkap ikan Paus. Muluk : Gue sarjana Menejemen.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 19 Scene: 19 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi disebuah warung makan dalam
pasar pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu penjual nasi dan Komet, petutur dalam peristiwa ini yaitu Muluk; Ends:membeli makan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh penjual nasi yang mempersilahkan kepada Muluk kemudian Komet menawarkan menu makanan tambahan untuk Muluk namun Muluk menolaknya; Keys: nada suara (tone) penjual nasi datar, Komet berteriak, dan Muluk datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
Muluk : Saya pake kangkung sama tempe aja, Bu. Komet : Tambah opor ayam buat abang ini! Muluk : Enggak, gak usah. Penjual Nasi : Loh kenapa? Ndak apa-apa. Komet : Telor asin mau, Bang? Muluk : Enggak, gak.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 20 Scene: 20 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah Pak Makbul pada sore
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Pak Makbul; Ends: H. Sarbini menawarkan kepada Pak Makbul agar Muluk membuka usaha bersama anaknya namun Pak Makbul menolak; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang menawarkan pekerjaan untuk Muluk dan dijawab penolakan oleh Pak Makbul; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
H. Sarbini : Ada bukaan kios baru di Cipulir. Abangnya si Rahma, si Idam bisa bantu modal buat si Muluk. H. Makbul : Dia ga bakat dagang. H. Sarbini : aaahh ga perlu bakat yang penting die mau. Ternak cacing aja dia mau apalagi dagang.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 21 Scene: 23 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Komet dan Bang Jarot dan petutur yaitu Muluk; Ends:mengajak bekerjasama; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Komet yang memperkenalkan Muluk kepada bang Jarot kemudian Bang Jarot menanyakan tujuan Muluk datang lalu Muluk menjelaskan maksud dan tujuannya datang ketempat itu; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Bang Jarot : Siapa dia? Komet : kan tadi udah saya bilang, itu namanya Bang Muluk. Dia orang pinter, Bang. Sarjana apa, Bang? Muluk :Sarjana manajemen. Komet : Tuh kan, orang pinter.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 22 Scene: 24 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada siang
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu penyiar
TV 1 dan 2 dan petutur yaitu Pipit dan penelepon; Ends:menjawab pertanyaan kuis; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh pembawa acara berita yang melaporkan mengenai ilegaloging kemudian Pipit mengganti channel televisi dan menonton acara kuis kemudian pembaca acar kuis menyebutkan pertanyaan yang harus dijawab kemudian ada telepon masuk dan penelepon menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pembawa acara namun jawaban yang diberikan tidak tepat, Pipit yang mengetahui jawaban pertanyaan tersebut merasa kesal dan kecewa karena ia tidak mendapat kesempatan untuk menjawabnya lalu mengganti channel televisi;Keys: nada suara (tone)datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat dan kesal; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
Penyiar TV2 : Yaaah, salah, Mbak jawabannya. Yang bener adalah B. Kabupaten. dicoba lagi lain kali ya, Mbak, ya! Pipit : (dengan kesal mengambil remot TV dan mengganti acara TV) Begok!! Gak pernah sekolah sih!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 23 Scene: 25 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ditempat berkumpul para pencopet
pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 pencopet; Ends:menjelaskan program kerjasama; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh tuturan Muluk yang menjelaskan rencana yang ia miliki untuk para pencopet kemudian Bang Jarot meminta agar Muluk lebih memperjelas lagi penjelasannya kemudian Muluk menjelaskan kembali secara lebih jelas, kemudian Glen menanyakan pembagian hasil dan Muluk menjelaskan namun Glen tidak setuju lalu Bnag Jarot meminta agar Glen dan yang lain mendengarkan penjelasan Muluk dan menyetujui bagi hasil yang diusulkan oleh Muluk. Kemudian datang penjual kopi yang membawakan kopi setelah itu datang para preman yang meminta jatah mereka kepada Bang Jarot; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan dan pemaparan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : Saya akan menjalankan usaha ini secara modern. Hasil nyopet harus dikembangkan kebidang usaha yang lain. Yang aman dan menguntungkan. Sehingga nantinya kalian engga perlu nyopet lagi. yang perlu kalian relakan adalah 10%, dari hasil yang kalian dapat. Glen : 10 persen? Berapa tuh? Muluk : Begini, misalkan kalian dapat 1000, bagian saya 100. Fair kan? Glen : Enak di Abang, dong!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 24 Scene: 25 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ditempat berkumpul para pencopet
pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 pencopet; Ends:menjelaskan program kerjasama; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh tuturan Muluk yang menjelaskan rencana yang ia miliki untuk para pencopet kemudian Bang Jarot meminta agar Muluk lebih memperjelas lagi penjelasannya kemudian Muluk menjelaskan kembali secara lebih jelas, kemudian Glen menanyakan pembagian hasil dan Muluk menjelaskan namun Glen tidak setuju lalu Bnag Jarot meminta agar Glen dan yang lain mendengarkan penjelasan Muluk dan menyetujui bagi hasil yang diusulkan oleh Muluk. Kemudian datang penjual kopi yang membawakan kopi setelah itu datang para preman yang meminta jatah mereka kepada Bang Jarot; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan dan pemaparan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Glen : 10 persen? Berapa tuh? Muluk : Begini, misalkan kalian dapat 1000, bagian saya 100. Fair kan? Glen : Enak di Abang, dong! Bang Jarot : eh, dengerin! Kita harus menghargai niat baik Abang ini, ye. 10% gak masalah, Bang. Terusin, Bang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 25 Scene: 26 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan pulang menuju
markas copet pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan emosi; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Glen dan petutur yaitu Komet; Ends: Glen mengutarakan ketidaksukaannya karena kehadiran Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Glen yang mengungkapkan ketidaksukaannya pada Muluk kemudian Komet menjawab bahwa ini kemauan dari Bang Jarot namun Glen menyalahkan Komet, karena ia yang mengajak Muluk bertemu dengan Bang Jarot dan menuduh Komet mendapat bagian lalu Komet membantah namun Glen semakin kesal mendengar jawaban Komet; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Glen : Enak betul Abang itu! Komet : Ini kan, maunya Bang Jarot, Glen. Glen : Yang ngajak dia ke Bang Jarot kan elu. Elu dapet bagian, ye? Komet : Enggak, gua ga dapet apa-apa. Suer!! Glen : Cari muka, Lo! Lama-lama congor lu gua sumpelin sendal.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 26 Scene: 32 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas copet pada pagi hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan para copet kepada Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang bertanya kepada para copet Mall apakah mereka tidak mandi kemudian Glen marah karena tidak mau diatur oleh Muluk. Muluk menjelaskan mengenai manajemen, Glen punsemakin marah mendengar penjelasan Muluk dengan tenang Muluk membujuk Glen agar mau mandi. Lalu Bang Jarot menmeritahukan bahwa mereka mandi kalau ada perlu saja mendengar perkataan Bang Jarot, Komet langsung menyahuti dengan mengejek mereka. lalu Muluk kembali menasehati mereka namun mendegar hal tersebut Ribut (ketua kelompok C) langsung meminta agar Muluk di pecat, Muluk pun langsung meminta maaf dan mengganti pembicaraan mengenai bagi hasil yang akan mereka lakukan. Glen mengungkapan kecurigaannya pada Muluk jika uang mereka akan diambil oleh Muluk, Muluk pun menjelaskan bahwa hal itu bisa saja namun jika mereka tidak percaya padanya makan kerjasama akan dibatalkan dan beberapa pertanyaan dari pencopet lain yang dijawab dengan santai oleh Muluk. Pertuturan ini berkahir ketika Muluk menjelaskan tujuannya ada disana; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : Ok. Kalian sudah melakukan sebagian dari prinsip manajemen. Sesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, agar bisa diterima dan tidak dicurigai. Bagus (mengangkat kedua jempol tangannya). Ini, copet mall ini masih bau pencopet nih. Gak mandi ya?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 27 Scene: 32 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas copet pada pagi hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan para copet kepada Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang bertanya kepada para copet Mall apakah mereka tidak mandi kemudian Glen marah karena tidak mau diatur oleh Muluk. Muluk menjelaskan mengenai manajemen, Glen punsemakin marah mendengar penjelasan Muluk dengan tenang Muluk membujuk Glen agar mau mandi. Lalu Bang Jarot menmeritahukan bahwa mereka mandi kalau ada perlu saja mendengar perkataan Bang Jarot, Komet langsung menyahuti dengan mengejek mereka. lalu Muluk kembali menasehati mereka namun mendegar hal tersebut Ribut (ketua kelompok C) langsung meminta agar Muluk di pecat, Muluk pun langsung meminta maaf dan mengganti pembicaraan mengenai bagi hasil yang akan mereka lakukan. Glen mengungkapan kecurigaannya pada Muluk jika uang mereka akan diambil oleh Muluk, Muluk pun menjelaskan bahwa hal itu
bisa saja namun jika mereka tidak percaya padanya makan kerjasama akan dibatalkan dan beberapa pertanyaan dari pencopet lain yang dijawab dengan santai oleh Muluk. Pertuturan ini berkahir ketika Muluk menjelaskan tujuannya ada disana; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : (jongkok) Glen, manajemen itu adalah pengaturan. Pengaturan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Glen : (dengan nada marah) Tapi gua gak mau mandi!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 28 Scene: 32 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas copet pada pagi hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Bang Jarot dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan para copet kepada Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Muluk yang bertanya kepada para copet Mall apakah mereka tidak mandi kemudian Glen marah karena tidak mau diatur oleh Muluk. Muluk menjelaskan mengenai manajemen, Glen punsemakin marah mendengar penjelasan Muluk dengan tenang Muluk membujuk Glen agar mau mandi. Lalu Bang Jarot menmeritahukan bahwa mereka mandi kalau ada perlu saja mendengar perkataan Bang Jarot, Komet langsung menyahuti dengan mengejek mereka. lalu Muluk kembali menasehati mereka namun mendegar hal tersebut Ribut (ketua kelompok C) langsung meminta agar Muluk di pecat, Muluk pun langsung meminta maaf dan mengganti pembicaraan mengenai bagi hasil yang akan mereka lakukan. Glen mengungkapan kecurigaannya pada Muluk jika uang mereka akan diambil oleh Muluk, Muluk pun menjelaskan bahwa hal itu bisa saja namun jika mereka tidak percaya padanya makan kerjasama akan dibatalkan dan beberapa pertanyaan dari pencopet lain yang dijawab dengan santai oleh Muluk. Pertuturan ini berkahir ketika Muluk menjelaskan tujuannya ada disana; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Komet : kalo ujan, Bang. Hahaha Muluk : Kalo ujan? Ujan gak turun setiap hari. Ribut : Bos, adalah pecat aja abang ini. Masa kita disuru mandi.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
X
No. Data : 29 Scene: 38 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu para copet dan petutur yaitu Muluk dan Bang Jarot; Ends:memberikan hasil copetan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Subur yang mengeluh karena uang yang ada dalam dompet yang ia copet hanya lima ribu rupiah kemudian Bedul menilai bahwa orang-orang zaman sekarang miskin lalu Kampret yang senang karena isi dalam dompet copetannya berisi 72 ribu, Ribut meminta uang hasil copetan anak buahnya itu. Lalu Boy mengeluh hanya mendapat kartu dalam dompet copetannya mendengar ucapan Boy, Glen memarahi Boy. Kemudian Codot memuji foto wanita yang ada dalam dompet hasil copetannya mendengar ucapan itu Sobrat langsung menganggap bahwa wanita itu adalah Luna Maya, Ongky yang merasa aneh dengan jawaban Sobrat langsung menyangkal. Glen pun mengeluh karena dompet yang ia dapatkan hanya berisi kartu lalu Bang Jarot datang dan meminta agar mereka semua segera memberikan hasil copetan mereka, Bang Jarot meminta Glen yang pertama memberikan setoran lalu Kkomet dan terakhir Ribut. Pertuturan ini berakhir ketika Muluk meminta salah satu pencopet untuk mencatat hasil yang di dapat dan Bang Jarot mengatakan bahwa mereka semua tidak bisa baca tulis. ; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Subur : Payah, Cuma lima rebu. Komet : (memukul kepala Subur). Lumayan. Bedul : orang-orang jaman sekarang kok pada miskin, ya?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS x
No. Data : 30 Scene: 38 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu para copet dan petutur yaitu Muluk dan Bang Jarot; Ends:memberikan hasil copetan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Subur yang mengeluh karena uang yang ada dalam dompet yang ia copet hanya lima ribu rupiah kemudian Bedul menilai bahwa orang-orang zaman sekarang miskin lalu Kampret yang senang karena isi dalam dompet copetannya berisi 72 ribu, Ribut meminta uang hasil copetan anak buahnya itu. Lalu Boy mengeluh hanya mendapat kartu dalam dompet copetannya mendengar ucapan Boy, Glen memarahi Boy. Kemudian Codot memuji foto wanita yang ada dalam dompet hasil copetannya mendengar ucapan itu Sobrat langsung menganggap bahwa wanita itu adalah Luna Maya, Ongky yang merasa aneh dengan jawaban Sobrat langsung menyangkal. Glen pun mengeluh karena dompet yang ia dapatkan hanya berisi kartu lalu Bang Jarot datang dan meminta agar mereka semua segera memberikan hasil copetan mereka, Bang Jarot meminta Glen yang pertama memberikan setoran lalu Kkomet dan terakhir Ribut. Pertuturan ini berakhir ketika Muluk meminta salah satu pencopet untuk mencatat hasil yang di dapat dan Bang Jarot mengatakan bahwa mereka semua tidak bisa baca tulis. ; Keys: nada suara (tone) datar,
sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Boy : Yah isinya Cuma kartu plastik. (sambil membuka dan mengangkat dompetnya hingga kartu yang ada di dalam dompet berhamburan ke luar) Glen : Bego, lu! (sambil memukul kepala Boy dengan dompet) Codot : Gila nih cewek, cakep juga. (sambil melihat foto yang ada di dalam dompet) Sobrat : Gila, Luna Maya! Lu copet pacarnya? Ongky : (melihat dengan wajah penasaran) masa pacarnya Luna Maya naek angkot! Bego, lu! (semua tertawa) Glen : Ahh, banyakan kartu daripada duit. (sambil melempar kartu kredit ke udara). Bang Jarot : (datang sambil menggendong Mata Dewa) Ayo setor! Setor! (duduk di kursi) Setor! Cepetan Glen! Mana setoran lu? Glen : (mengumpulkan uang dari copet mall) cepetan! 170 rebu. Bang Jarot : Dikit banget sih! Bego lu.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 31 Scene: 39 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada malam
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:meminta hasil copetan yang mereka sembunyikan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Bang Jarot yang meminta para pencopet berkumpul lalu Glen menanyakan mengapa mereka harus mengikuti Muluk kemudian Bang Jarot memberikan nasehat bahwa mereka harus mengikuti Muluk agar hidup mereka menjadi lebih baik. Pertuturan ini berakhir ketika Bang Jarot meminta Mata Dewa untuk menghitung uang yang mereka sembunyikan; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bang Jarot : Eh, sini lu! Sini! Sini! (sambil menjambak rambut Glen. (melihat uang yang disembunyikan Glen dalam ikat kepala yang ia gunakan)). Lu baru jadi cicak, mau ngadalin buaya, lu. Sono lu! Glen : Iya, Bang. (sambil mengusap kupingnya) Bang Jarot : Denger, Bang Muluk itu kesini mau ngatur kita. Supaya kita berenti jadi copet. Tapi duitnya tetep banyak. Siapa tau dia bener-bener hebat. Paham lu pade!? Semua copet :(serempak) Paham!!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 32 Scene: 46 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah Pak Makbul pada malam
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu Muluk; Ends: menunjuk-an bahwa pendidikan itu penting; Act Sequences: Pak Makbul mengawali pertuturan ini dengan menyuruh Muluk untuk memberikan sekotak makanan kepada H. Sarbini agar H. Sarbini mengerti bahwa pendidikan itu penting. Muluk hanya terdiam; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah ; Instrumentali-ties: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan tindakan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
Pak Makbul : Nih, sekotak anter ke Haji Sarbini! Siapa tau dia sadar kalo pendidikan itu penting. (sambil memberikan sekotak sosis pada Muluk) Muluk : (hanya diam)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 33 Scene: 47 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Sarbini pada malam
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Muluk dan Rahma; Ends:mengungkapkan rasa bangga; Act Sequences: diawali oleh H. Sarbini yang mengungkapkan rasa bangganya kemudian menanyakan pekerjaan Muluk lalu Muluk menjawab pertanyaan H. Sarbini kemudian Rahma memberikan sebuah sosis yang dibawakan oleh Muluk kepada H. Sarbini; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: ungkapan.
Ujaran
H. Sarbini : Bapak lu pasti bangga sama lu. Eh, ngomong-ngomong lu kerja dibagian ape? Muluk : Saya dibagian pengembangan sumber daya manusia. H. Sarbini : oh, iya iya
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 34 Scene: 49 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada malam
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H.Rahmat dan Umi Pipit dan petutur yaitu Pipit dan Muluk; Ends: mengucapkan rasa bangga dan bersyukur; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Rahmat yang menyampaikan rasa bangganya kepada Muluk karena telah mendapatkan pekerjaan, lalu Pipit datang dan menyapa Muluk dan
membalas sapaan Pipit. Kemudian H. Rahmat menawarkan makanan yang dibawakan oleh Muluk, lalu Pipit memakan makanan tersebut. H. Rahmat pun mengungkapkan rasa syukurnya karena do’anya telah terkabul, lalu tiba-tiba dari dalam rumah Umi Pipit yang sedang mengisi teka0teki silang menanyakan siapa yang menentukan halal dan haram, H. Rahmat menjawab MUI, kemudian Umi berkata lima kotak, pertuturan berakhir ketika Piit menjawab dan Umi merasa jawaban Pipit benar; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataann serta pertanyaan dengan pernyataan; Genre: ungkapan.
Ujaran
H. Rahmat : Sebagai orang yang yakin akan pentingnya pendidikan, aku juga bangga. Pipit : Hei, Bang! Muluk : Hei!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 35 Scene: 49 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada malam
hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H.Rahmat dan Umi Pipit dan petutur yaitu Pipit dan Muluk; Ends: mengucapkan rasa bangga dan bersyukur; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Rahmat yang menyampaikan rasa bangganya kepada Muluk karena telah mendapatkan pekerjaan, lalu Pipit datang dan menyapa Muluk dan membalas sapaan Pipit. Kemudian H. Rahmat menawarkan makanan yang dibawakan oleh Muluk, lalu Pipit memakan makanan tersebut. H. Rahmat pun mengungkapkan rasa syukurnya karena do’anya telah terkabul, lalu tiba-tiba dari dalam rumah Umi Pipit yang sedang mengisi teka0teki silang menanyakan siapa yang menentukan halal dan haram, H. Rahmat menjawab MUI, kemudian Umi berkata lima kotak, pertuturan berakhir ketika Piit menjawab dan Umi merasa jawaban Pipit benar; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataann serta pertanyaan dengan pernyataan; Genre: ungkapan.
Ujaran
Pipit : Waaah, asik nih. (sambil mengambil sosis) H. Rahmat : (memakan sosis) mmmm, terkabul juga doaku. Allah memberikanmu jalan, jadi kamu ga perlu berternak cacing.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 36 Scene: 50 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Glen dan petutur yaitu Komet dan Bedul; Ends:mencari informasi mengenai motor yang
dibawa oleh Muluk; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Glen yang menyatakan bahwa motor yang dibeli oleh Muluk menggunakan uang yang mereka dapat dari hasil mencopet lalu Komet menjawab bahwa motor itu digunakan oleh Muluk untuk dinas. Bedul yang tidak tahu dinas itu apa menanyakan hal tersebut namun Glen menjawab pertanyaan itu dengan emosi, Komet tidak terima perlakuan Glen pada anak buahnya kemudian mereka berdua bertengkar. Pertururan itu berakhir ketika Muluk datang dan meminta mereka masu ke markas; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bedul : Dines apa si? Glen : (sambil memukul kepala Bedul) Tugas, begok! Komet : EH, Glen, Bedul anak buah gue. Cuma gue yang boleh ngemplang die. Glen : Anak buah lu bego si, dines ga ngerti.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 37 Scene: 52 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 pencopet; Ends: memberitahukan uang yang telah terkumpul dan mengajak mereka untuk mulai usaha baru yaitu mengasong; Act Sequences:Muluk memberitahukan bahwa tabungan mereka sudah sembilan juta kemudian Glen menanyakan perihal motor yang terparkir di depan markas lalu Muluk membicarakan rencananya untuk membuat usaha baru bagi para pencopet, yaitu menjadi pengasong namun para pencopet tidak menyetujui rencana Muluk tersebut. Percakapan terhenti karena Komet dan Glen kembali bertengkar dan pertuturan berakhir ketika Muluk menghentikan Komet dan Glen yang bertengkar; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai ada pula marah ketika Komet dan Glen bertengkar; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana persuasi dan argumentasi.
Ujaran
Muluk : Ini ada uang dua juta. (sambil menunjukan uang tersebut dan menaruhnya di atas meja). Sebagian dari kalian akan memulai hidup baru. Jadi pengasong. Para pencopet : yaaaahhh (dengan nada kecewa) Muluk : Kenapa? Glen : Gak mau!! Bedil : Saya juga, Bang! Saya nyopet aja! Kampret : Ngasong cape, Bang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 38 Scene: 53 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:menjelaskan rencana yang Muluk miliki; Act Sequences:Muluk menjelaskan rencananya kepada para pencopet namun para pencopet merespon dengan tertawa kemudian Muluk bertanya kepada Komet apakah dia mau mengasong lalu Komet menggelengkan kepalanya dan Muluk terlihat sedih mendapatkan jawaban demikian; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataandan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : Oke! Saya jelaskan, ya. Ngasong adalah langkah awal, walaupun hasilnya sedikit, tapi nanti kalau usaha ini sudah berkembang, dari ngasong terus buka kios, dari buka kios terus buka toko, buka super market. Kalian akan jadi pengusaha besar. konglomerat. (semua pencopet tertawa)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
No. Data : 39 Scene: 53 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari
sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:menjelaskan rencana yang Muluk miliki; Act Sequences:Muluk menjelaskan rencananya kepada para pencopet namun para pencopet merespon dengan tertawa kemudian Muluk bertanya kepada Komet apakah dia mau mengasong lalu Komet menggelengkan kepalanya dan Muluk terlihat sedih mendapatkan jawaban demikian; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataandan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Muluk : Komet! Mau ngasong? Komet :(sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya) (semua pencopet kembali tertawa) Muluk : (hanya diam dan terlihat kecewa)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 40 Scene: 55
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di jalan pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang
Jarot dan petutur yaitu Muluk dan Komet; Ends:meminta solusi; Act Sequences:pertututan ini diawali oleh Bang Jarot yang marah mendengar cerita dari Muluk kemudian Muluk menenangkan dan melarang Bang Jarot untuk melakukan hal tersebut. Pertuturan ini diakhiri ketika Bang Jarot meminta Komet untuk pergi dan Komet pun pergi; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bang Jarot : Biar saya hajar mereka! Muluk : Jangan, Bang! Jangan, Bang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 41 Scene: 55
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di jalan pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Muluk dan Komet; Ends:meminta solusi; Act Sequences:pertututan ini diawali oleh Bang Jarot yang marah mendengar cerita dari Muluk kemudian Muluk menenangkan dan melarang Bang Jarot untuk melakukan hal tersebut. Pertuturan ini diakhiri ketika Bang Jarot meminta Komet untuk pergi dan Komet pun pergi; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bang Jarot : Biar saya hajar mereka! Muluk : Jangan, Bang! Jangan, Bang! Bang Jarot : Jadi mesti gimana dong? Muluk : Ini bagian dari proses pendidikan dan pengajaran, jadi
mungkin kita harus lebih sabar. Bang Jarot : Met, lu duluan, Met! Komet : Iya, Bang.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 42 Scene: 57
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah Bang Jarot pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Muluk; Ends:menyetujui rencana Muluk; Act Sequences:Diawali oleh Bang Jarot yang mempersilakan Muluk untuk duduk lalu meminta istrinya untuk membuatkan kopi kemudian membicarakan
mengenai persetujuannya terhadap rencana Muluk; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bang Jarot : Gini, Bang. Saya ngeliat keseriusan abang ini jadi berpikir, engga apa-apalah pendapatan saya berkurang yang penting, masa depan anak-anak itu jadi lebih jelas. Muluk : (mengangguk) Bang Jarot : Itu lebih baik kayanya.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 43 Scene: 59
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di dekat pos ronda pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan berkelakar; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk dan Samsul; Ends:meminta tolong untuk mengantarkan undian; Act Sequences:Pipit memanggil Muluk dari kejauhan dan menitipkan undian seperti biasa serta menayakan motor yang Muluk gunakan dan memuji motor Muluk; Keys: nada suara (tone)datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan gembira; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre:pujian.
Ujaran
Pipit : (terkagum-kagum melihat motor Muluk). Wiihiiii mantaaapp. Coba, Bang ye? (menaiki motor dan bercermin di kaca spion motor) Muluk : tsaaah Pipit : tsaaah mantaaap
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 44 Scene: 60
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 pencopet dan Samsul; Ends:memperkenalkkan Samsul kepada para pencopet bahwa Samsul akan mengajar mereka menulis dan membaca; Act Sequences:Muluk memperkenalkan Samsul kepada para pencopet kemudian para pencopet kurang setuju dengan rencana Muluk. Setelah itu Muluk meminta Samsul untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan pentingnya pendidikan; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi dan persuasi.
Ujaran
Muluk : Ini Bang Samsul. Sarjana pendidikan. Kalian sebagai copet akan tetap jadi copet, tanpa pendidikan. Jadi pendidikanlah kuncinya. Samsul : Maksud lu apa si, Mul? Glen : Trus Abang ini minta 10% lagi? Muluk : Engga, itu tanggungjawab saya, Glen. Hak saya yang 10% nanti saya bagi dengan Bang Samsul. Samsul : Mul, 10% apa, Mul? Ongky : Kalo sekolah males, Bang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 45 Scene: 60
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu 16 pencopet dan Samsul; Ends:memperkenalkkan Samsul kepada para pencopet bahwa Samsul akan mengajar mereka menulis dan membaca; Act Sequences:Muluk memperkenalkan Samsul kepada para pencopet kemudian para pencopet kurang setuju dengan rencana Muluk. Setelah itu Muluk meminta Samsul untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan pentingnya pendidikan; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi dan persuasi.
Ujaran Muluk : Yah, lu sarjana pendidikan. Samsul : Brengsek, Lu
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 46 Scene: 61
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan bingung; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk; Ends:memabahas petingnya pedidikan; Act Sequences:pertuturaqn ini diawali oleh Samsul yang menyatakan keraguannya pada pendidikan kemudian Muluk menjelaskan manfaat pendidikan yang selama ini sudah meraka jalani; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Samsul : Waktu gue kuliah, gue pikir pendidikan itu penting. Tapi setelah gue keluar kuliah gue baru ngerti ternyata pendidikan itu tidak penting. Muluk : Nah, itu. Itu hasil pendidikan,Sul. Kalo lu engga berpendidikan, lu engga akan tau bahwa pendidikan itu engga penting. Makanya pendidikan itu penting.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 47 Scene: 62
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Sarbini pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Muluk dan Rahma; Ends:meminta Muluk untuk segera melamar Rahma; Act Sequences: diawali oleh H. Sarbini yang meminta Muluk untuk segera melamar Rahma dan membandingkan harta yang dimiliki Muluk dengan Jupri; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
H. Sarbini : Kalo lu udah ade penghasilan, nunggu ape lagi? Kalo kelamaan nanti si Rahma keburu diambil orang loh. Eh, asal lu tau aja ya, si Jupri yang lagi nyalonin anggota DPR tuh, ngincer si Rahma terus. Rahma :Ah, Babeh (sambil memberikan sosis)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 48 Scene: 62
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Sarbini pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Muluk dan Rahma; Ends:meminta Muluk untuk segera melamar Rahma; Act Sequences: diawali oleh H. Sarbini yang meminta Muluk untuk segera melamar Rahma dan membandingkan harta yang dimiliki Muluk dengan Jupri; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation:pernyataan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
H. Sarbini :Bulak-balik nyariin si Rahme, sambil bawa itu tuh komputernye. Katanye harganye 15juta. Artinye, lebih mahal dari motor lu dong. Muluk : (hanya diam)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 49 Scene: 64
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah jembatan pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Glen dan anak buahnya; Ends:protes; Act Sequences: pertuturan ini diawali ketika Glen datang menghampiri Bang Jarot unutk menyatakan rasa tidak sukanya karena harus mengikuti perintah Muluk yang haru bersekolah kemudian Bang Jarot memarahi Glen dan memukulnya karena membantah apa yang dia perintahkan; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana nasehat.
Ujaran
Glen : Bos, kenapa si mau-maunya nurut sama Bang muluk? Bang Jarot : (memukul Glen dan anak buahnya dengan koran) Siapa lagi yang mau gua gampar, Hah? Glen : Tapi kita engga mau sekolah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 50 Scene: 64
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah jembatan pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu Glen dan anak buahnya; Ends:protes; Act Sequences: pertuturan ini diawali ketika Glen datang menghampiri Bang Jarot unutk menyatakan rasa tidak sukanya karena harus mengikuti perintah Muluk yang haru bersekolah kemudian Bang Jarot memarahi Glen dan memukulnya karena membantah apa yang dia perintahkan; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana nasehat.
Ujaran
Glen : Tapi kita engga mau sekolah. Bang Jarot : Eh, Glen lu inget gak kejadian di Kalibata Mall? Waktu lu nyopet disana, lu dikejar-kejar masa. Itu karena lu engga bisa baca. Inget engga lu? Kalo lu bisa baca petunjuk jalan yang kaya begitu tuh, elu engga bakal kabur ketempat yang salah. Elu kabur ke kantor polisi, tolol. (memukul Glen). Pulang!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 51 Scene: 65
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan belajar; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:mengajarkan para pencopet menulis; Act Sequences: Samsul mengawali pertuturan ini dengan mengajarkan para pencopet menulis beberapa huruf kemudian memperhatikan cara para pencopet menulis huruf-huruf yang ia ajarkan, lalu ia mengajarkan cara menulis yang benar. Kemudian Samsul mengajarkan Glen cara menulis yang benar, namun ia marah dan menginggalkan pelajaran; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan dijawab dengan tindakan; Genre: wacana eksposisi.
Ujaran
Samsul : Eh, itu bukan begitu nulisnya (menghampiri Glen). Begini cara megang pensilnya. Nih, begini coba, yaa begini. Glen : (tidak bisa mempraktekan yang diajarkan oleh Samsul) Samsul : (meraih tangan dan pensil yang dipegang Glen). Ya Ampun, susah banget. Begini. Glen : (kesal dan menghempaskan buku tulisnya) aaaahhh!! Gua ga mau nulis! (pergi) Samsul : (tercengang melihat reaksi Glen)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 52 Scene: 67
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan belajar; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends: mengajarkan menulis; Act Sequences: pertuturan ini diawali ketika Samsul mengatakan bahwa mereka diperbolehkan menulis dengan cara mereka masing-masing dan para pencopet senang dengan hal tersebut. Kemudian samsul mengajarkan mereka menulis huruf A; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan dijawab dengan tindakan; Genre: wacana eksposisi.
Ujaran
Samsul : Ini kelas sekolah bebas, kelas bebas, cara megang pensilnya pun bebas. Yang penting kalian bisa nulis Kampret : Nah, gitu dong! Komet : (menggigit pensil dan menyobek kertas) Samsul : Nah, sekarang kita belajar huruf. (menuliskan huruf A di papan tulis). Ini huruf A. Huruf apa?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 53 Scene: 70
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan Pipit kepada para pencopet; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Muluk melihat tingkah para copet lalu meminta mereka untuk tenang dan tertib untuk bersalaman dengan Pipit, kemudian salah satu copet berujar bahwa mereka menyukai Pipit. Muluk memperkenalkan Pipit kepada mereka dan memberitahukan bahwa Pipit akan mengajarkan mereka pelajaran agama. Kemudian Pipit memeperkenalkan diri dan sedikit membahas mengenai agama; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
Muluk :Yang tenang, yang tenang. Yang tertib, yang tertib. Para copet :(bersalaman dengan Pipit). Woy gurunya cakep, woy!! Yang gini dong, Bang gurunya, segeeerrr!! Pipit : Iiiihh, emangnya gue ikan!! Muluk :Ayo tertib, tenang. Semua kebagian salaman. Ari Wibowo :mmmmm, Mbaknya harum (sambil mencium tangan Pipit)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 54 Scene: 70
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan Pipit kepada para pencopet; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Muluk melihat tingkah para copet lalu meminta mereka untuk tenang dan tertib untuk bersalaman dengan Pipit, kemudian salah satu copet berujar bahwa mereka menyukai Pipit. Muluk memperkenalkan Pipit kepada mereka dan memberitahukan bahwa Pipit akan mengajarkan mereka pelajaran agama. Kemudian Pipit memeperkenalkan diri dan sedikit membahas mengenai agama; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
Pipit : Iiiihh, emangnya gue ikan!! Muluk :Ayo tertib, tenang. Semua kebagian salaman. Ari Wibowo :mmmmm, Mbaknya harum (sambil mencium tangan Pipit) Pipit : eeehh, lunya aja yang bau. Lu engga mandi, ya?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 55 Scene: 70
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan Pipit kepada para pencopet; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Muluk melihat tingkah para copet lalu meminta mereka untuk tenang dan tertib untuk bersalaman dengan Pipit, kemudian salah satu copet berujar bahwa mereka menyukai Pipit. Muluk memperkenalkan Pipit kepada mereka dan memberitahukan bahwa Pipit akan mengajarkan mereka pelajaran agama. Kemudian Pipit memeperkenalkan diri dan sedikit membahas mengenai agama; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
Pipit : Iiiihh, emangnya gue ikan!! Muluk :Ayo tertib, tenang. Semua kebagian salaman. Ari Wibowo :mmmmm, Mbaknya harum (sambil mencium tangan Pipit) Pipit : eeehh, lunya aja yang bau. Lu engga mandi, ya?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 56 Scene: 70
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan Pipit kepada para pencopet; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Muluk melihat tingkah para copet lalu meminta mereka untuk tenang dan tertib untuk bersalaman dengan Pipit, kemudian salah satu copet berujar bahwa mereka menyukai Pipit. Muluk memperkenalkan Pipit kepada mereka dan memberitahukan bahwa Pipit akan mengajarkan mereka pelajaran agama. Kemudian Pipit memeperkenalkan diri dan sedikit membahas mengenai agama; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana narasi.
Ujaran
Muluk : kalo lu ngajar orang bener, apa sitimewanya? Tapi kalo lu ngajarin mereka jauh lebih mulia. Boy :Betul, Mbak. Mulia sekali. Setuju?! Para copet : Setujuuu!!
Pipit : Oke, gua akan ngajarin kalian.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 57 Scene: 71
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan pulang setelah dari markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan lelah; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk; Ends:memberikan penjelasan; Act Sequences: Pipit merasa tidak kuat menghadapi para pencopet dan kemudian menanyakan honor yang akan dia dapat dan Muluk menjawab dengan memberikan pertanyaan kepada Pipit; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: ungkapan.
Ujaran
Pipit : Jadi honor Pipit, dibayar dari hasil mencopet, Bang? Muluk :Iya. Lu mau terima honor atau pahala? Pipit : (sambil tertawa) mau dua-duanya, Bang! Muluk : (tertawa) Pipit : Makasih, yak! Muluk : (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 58 Scene: 78
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di depan gedung DPR pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memberi tahu kepada para pencopet tempat bekerja para wakil rakyat. Mereka juga bermaksud memotivasi para pencopet agar lebih giat belajar lagi agar menjadi orang sukses dan memberikan pentingnya pendidikan karena orang-orang yang berkerja di gedung DPR adalah orang-orang yang berpendidikan; Act Sequences: Samsul memberitahukan bahwa itulah tempat para wakil rakyat dan Muluk menjelaskan bahwa mereka yang memperjuangkan nasib rakyat kemudian para copet memributkan mencopet dalam gedung DPR, Glen menjawab bahwa dalam gedung itu tidak bisa mencopet namun Komet menjawab bahwa dalam gedung itu bisa korupsi dan Samsul meminta mereka untuk kembali ke mobil; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk :Di dalem itu tempat orang-orang terhormat dan berpendidikan. Ribut :Adalah kita bisa disitu, dong? Kita kan udah sekolah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 59 Scene: 80
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah masjid pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Glen dan petutur yaitu Pipit, Muluk, dan Samsul; Ends: tidak mau sholat berjamaah; Act Sequences: Pipit memanggil Glen dan bertanya mengapa tidak ikut sholat lalu Glen memberikan penjelasan, Muluk dan Samsul hanya tersenyum melihat tingkah Glen; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal dan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit :Glen! (meng-hampiri Glen). Engga ikut sholat?? Glen : Engga mau, si Ribut yang jadi imam. Ntar kalo kebanyakan nyebut adalah, adalah Allahu Akbar, adalah bismillah, adalah komat, ssss adalah.... (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 60 Scene: 80
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah masjid pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Glen dan petutur yaitu Pipit, Muluk, dan Samsul; Ends: tidak mau sholat berjamaah; Act Sequences: Pipit memanggil Glen dan bertanya mengapa tidak ikut sholat lalu Glen memberikan penjelasan, Muluk dan Samsul hanya tersenyum melihat tingkah Glen; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal dan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit :Glen! (meng-hampiri Glen). Engga ikut sholat?? Glen : Engga mau, si Ribut yang jadi imam. Ntar kalo kebanyakan nyebut adalah, adalah Allahu Akbar, adalah bismillah, adalah komat, ssss adalah.... (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 61 Scene: 86
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Samsul dan 16 orang pencopet; Ends: mengajak pencopet untuk menjadi pengasong; Act Sequences:Muluk mempersilakan para pencopet untuk duduk dan memulai acara peresmian usaha baru yang akan dilakukan oleh pencopet, kemudian Samsul memulai acara tersebut dengan berkelakar bersama para pencopet; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan bersemangat dan gembira; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: lelucon.
Ujaran
Muluk :Ayo silahkan! Adik-adik kami para pencopet yang budiman silahkan duduk!
Para copet : (masuk ruangan)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 62 Scene: 88
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah gang pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan mengintai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu rampok 2 dan petutur yaitu rampok 1; Ends:perampok 1 berniat untuk merampok ketiga orang tua itu namun perampok 2 larangnya melakukan hal tersebut kemudian mereka pergi; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal dan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Rampok2 :Ngapain lu rampok dia? Duitnye kecil, dosanya gede, begok. Ayo! (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 63 Scene: 90
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Samsul dan 16 orang pencopet; Ends:mengajarkan membedakan yang hak dan yang bukan; Act Sequences:pertuturan ini diawali
oleh Muluk yang memberikan pidato dan memberikan slogan baru kepada mereka; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato dan slogan.
Ujaran
Muluk : Keberadaan kami bersama kalian selama ini adalah untuk membantu dan membimbing kalian menuju lompatan bersejarah. Mulai hari ini, kita belajar bagaimana membedakan mana yang milik kita dan mana yang milik orang lain. Mulai hari ini kita belajar untuk mendapatkan apa yang ingin kita miliki dengan cara yang halal. Stop mencopet!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 64 Scene: 92
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, Pak Makbul, H. Sarbini, H. Rahmat dan 16 orang pencopet; Ends:memperkenalkan Pak Makbul, H. Rahmat, dan H. Sarbini dan meresmikan usaha baru mereka; Act Sequences:pertuturan ini diawali oleh Samsul yang memperkenalkan satu per satu orangtua yang datang dan dilanjutkan dengan pidato dari Samsul untuk meresmikan usaha baru mereka ; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato dan slogan.
Ujaran
Komet : Belajar silat dimana, Pak? Para copet : hahahahaha Samsul :Eh, Komet. Mereka bukan dari perguruan silat, tapi
seperguruan mengaji. Komet : Oooohh. Glen : Begok! Lu liat dong, pecinya putih!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 65 Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini
dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran
Samsul : Ayahanda, kami bertiga putra putri ayahanda tidak membangun masjid tidak pula membangun madrasah. Tapi kami mengembangkan sumber daya manusia. Kami mencoba memberdayakan ade-ade kami para pencopet yang budiman. Ketiga orang tua : (heran dan bingung)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 66 Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran
Samsul : Nah, ade-ade kami calon pengasong ini juga sudah mengalami kemajuan dalam pendidikannya. Glen, coba sebutkan sila ke lima dari pancasila!
Glen : (berdiri) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Samsul : Nah, ade Ribut coba sebutkan butir kesatu penjelasan dari
sila pertama pancasila! Ribut : (berdiri) adalah bangsa Indonesia menyatakan adalah
kepercayaannya dan adalah ketakwaan kepada Tuhan Yang adalah Maha Esa.
Samsul :Bagus! (tepuk tangan). Nah itulah penjelasan dari butir kesatu sila pertama dari pancasila. Tapi, harap kata “adalah” itu dibuang karena memang ditambahkan sendiri oleh ade kami ini. Oke, next. Eh ganteng, Ari Wibowo, alinea ketiga pembukaan Undang-undang Dasar 1945!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
No. Data : 67 Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran
Ari wibowo : (berdiri) Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
(semua bertepuk tangan) Samsul : Bagus! Bagus! Saya yakin, pasti ayahanda bertiga tidak hapal, toh?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 68 Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran
Eros : Usholi fardhu shubhi rak’ataini mustakbilal kiblati adaan lillahita’ala.
Samsul : Baguuuss!! (semua tepuk tangan) Pipit : Dan engga cuma niatnya aja, Bah. Sholatnya juga bisa. Samsul : Sekarang, sudah ayahanda saksikan, ade-ade kami yang
budiman ini sudah menjadi pencopet yang pancasilais serta
religius. Maksudnya manusia yang pancasilais dan religius. Bedul :(berjalan ke depan dan berdiri di atas kursi) Proklamasi.
Kami, Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Samsul : Good! (bertepuk tangan). Sudah bisa proklamasi, sudah merdeka. Eh, Dul, lu udah merdeka kan?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech
Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √
No. Data : 69 Scene: 93
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a.
Ujaran
Samsul : Good! (bertepuk tangan). Sudah bisa proklamasi, sudah merdeka. Eh, Dul, lu udah merdeka kan?
Bedul : Iya, dong, Bang. Samsul : Merdeka! Para copet : Merdeka!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 70 Scene: 95
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah gang dekat markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan segan; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu jambret 1 dan petutur yaitu jambret 2; Ends:mengajak pergi; Act Sequences: penjambre 1 mengajak rekannya pergi kemudian mereka langsung pergi; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan tindakan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran Jambret 1 : Jangan deket-deket, ntar apes. Ayo cabut, yuk! Jambret 2 : (pergi)
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 71 Scene: 97
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan sedih dan kecewa; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu H. Rahmat; Ends:memberikan penjelasan dan pembelaan diri; Act Sequences: pertuturan diawali oleh Pipit yang menanyakan apa yang harus dia lakukan kemudian H. Rahmat menjawab bahwa itu haram, lalu Pipit membela diri dan menjelaskan mengapa dia menerima gaji itu. Pertuturan ini diakhiri ketika H. Rahmat pergi meninggalkan Pipit; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit : Menurut Abah, Pipit engga perlu digaji? H. Rahmat : Itu duit haram. Pipit : Bah, kalo Pipit punya orangtua kaya, punya duit banyak, Pipit sanggup engga digaji buat ngajar para copet itu. Paling tidak, sekarang Abah engga perlu lagi ngasih Pipit uang jajan, iya kan? Paling tidak Pipit mau melakukan sesuatu yang berarti, ya kan? Bah, sekarang pipit udah dewasa, segala perbuatan Pipit menjadi tanggungjawab Pipit sendiri. Kalo Pipit dosa, Abah engga ikut dosa, Bah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 72 Scene: 99
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan menuju masjid pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan sedih dan kecewa; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan petutur yaitu H. Rahmat; Ends: menceritakan kesedihan; Act Sequences: pertuturan diawali oleh Pak Makbul yang menyapa H. Rahmat kemudian menceritakan car mereka membiayai anak mereka sejak kecil; Keys: nada suara (tone) rendah, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan bersedih dan menangis; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
H. Makbul : Haji kan tau, saya Cuma bisa ngejait tapi Demi Allah, Ji, Demi Allah sisa-sisa kain jaitan selalu saya kembalikan kepada pemesan. dengan hasil ngejait yang kaya gitu saya didik si Muluk, saya besarkan si Muluk, tapi kenapa begini hasilnya, Ji? H. rahmat : Sama, Pak Bul. Saya didik, saya besarkan si Pipit semua itu dari hasil pensiunan saya di Departemen Agama. Tapi kenpa begini?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 73 Scene: 101
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pos ronda pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan cemas; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk dan Pipit; Ends:Samsul ingin membicarakan upah yang akan dia dapatkan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang yang ingin membicarakan mengenai upah yang akan dia dapatkan namun Muluk dan Pipit tidak memberikan jawaban. Kemudian Samsul mengatakan bahwa Allah akan memaklumi perbuatan mereka; Keys: nada suara (tone) Muluk dan Pipit datar sedangkan nada suara Samsul tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal, sedih, dan cemas; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Samsul : Mul! Muluk! Gini Mul, soal bagian yang 10% buat kita bertiga itu gua rasa kurang.
Muluk : (diam) Samsul : (melihat ke arah Pipit) Pipit : (menangis) Samsul : Ada apa nih? Muluk : Itu duit hasil nyopet, Sul. Pipit : Bang Samsul tega ngasih duit haram buat ibu Abang?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 74 Scene: 101
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pos ronda pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan cemas; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk dan Pipit; Ends:Samsul ingin membicarakan upah yang akan dia dapatkan; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang yang ingin membicarakan mengenai upah yang akan dia dapatkan namun Muluk dan Pipit tidak memberikan jawaban. Kemudian Samsul mengatakan bahwa Allah akan memaklumi perbuatan mereka; Keys: nada suara (tone) Muluk dan Pipit datar sedangkan nada suara Samsul tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan kesal, sedih, dan cemas;
Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Samsul : Lu kenapa berubah jadi sok suci begitu, Pit? Lu juga, Mul! Lu yang ngajak gue, lu yang bujuk gue, lu yang ngomong. Eh, elu rela liat gue maen gaple lagi, hah? Lu rela? Lu rela liat gue frustasi? Eh, Mul Allah itu Maha Mengetahui apa yang kita lakukan, Mul. Allah juga taulah kita engga bakalan kaya lantaran kita itu ngurus copet. Allah itu Maha mengetahui dan dia itu Maha memaklumi.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 75 Scene: 103
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di masjid pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan sedih dan kecewa; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak Makbul dan H.Rahmat dan petutur yaitu Tuhan (Allah SWT); Ends:memohon ampun; Act Sequences: Pak Makbul memohon agar diampuni dosanya kemudian diamini oleh H. Rahmat kemudia mereka berdua beristigfar bersama; Keys: nada suara (tone) pelan, lembut, dan lirih, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan khusyuk; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: memohon; Genre: wacana do’a..
Ujaran
Pak Makbul : Ampuni aku, Ya Allah. H. rahmat : Amiin. Pak Makbul : Mungkin di luar kesadaran, aku telah memberi anakku makanan dari rezeki yang tidak halal. Ampuni aku ya Allah.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 76 Scene: 104
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di jaln pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan cemas; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Samsul dan Pipit; Ends:membicarakan kelanjutan dari pekerjaan mereka; Act Sequences:Muluk menjawab pertanyaan Samsul yang meminta upahnya selama mengajar para pencopet kemudian Samsul mengatakan bahwa pekerjaan itu sangat berarti untuknya namun Muluk tidak menanggapi kemudian dia mengungkapkan argumennya mengenai halal, haram dan dosa; Keys: nada suara (tone) Muluk dan Pipit datar sedangkan Samsul tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan, Muluk dan Pipit dengan serius sedangkan Samsul dengan marah dan kecewa; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan pertanyaa; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk : Kita pikirin lagi. Samsul : Maksudnya? Muluk : Gua bilang kita pikirin lagi! Pipit : Iya, Bang. Sebaiknya malam ini kita berfikir. Samsul : Mul, gua merasa hidup gua sudah berharga, Mul. Gua
merasa gua udah bisa bermanfaat untuk orang lain. Ini suatu hal yang luar biasa buat gue. Oke, lu sekarang engga usah bayar honor gua juga engga apa-apa tapi gua minta uang transport buat ongkos suapa gua engga jalan kaki, ya, Mul ya, Mul? Mul, gua serius, Mul. Gua engga becanda. Gua butuh uang transport, Mul. Itu juga engga terlalu besar ko dosanya, oke? Ya?
Muluk : Kita liat besok. Analisis Prinsip Kesantunan Leech
MKar MKdw MP MKH Mksp MS x
No. Data : 77 Scene: 108
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Samsul; Ends:membicarakan akhlak para pencopet; Act Sequences: tuturan ini diawali oleh Pipit yang menanyakan pendapat Samsul mengenai pelajaran yang telah ia ajarkan kemudian Samsul kembali menanyakan pertanyaan yang sama kepada Pipit, lalu Kampret datang dan mereka berdua mencari pembuktian hasil dari pelajaran yang mereka berikan selama ini; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Pipit : Bang Samsul pikir karena Abang udah ngajarin pancasila dan Undang-undang dasar 45 terus kelakuannya jadi baik?
Samsul : terus lu pikir, karena lu udah ngajarin ngaji, sholat, kelakuan mereka juga jadi baik?
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 78 Scene: 110
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan emosi; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Bang Jarot dan petutur yaitu 16 orang pencopet; Ends:menasehati para pencopet; Act Sequences: tuturan ini diawali oleh Bang Jarot yang memarahi para pencopet dan menjelaskan hasil kerja Muluk selama ini; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan marah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan;
Genre: wacana deskripsi.
Ujaran
Bang Jarot : (memukul papan kayu). Dasar lu copet goblok. Lu tau engga isinya apa? Disini ada uang dua puluh satu juta dua ratus ribu. Sebelum Bang Muluk kesini lu engga pernah punya duit sebanyak itu, kan? Engga pernah, kan, hah? Bang Muluk kesini Cuma mau ngajarin lu jadi pengasong tapi lu semua kepinginnya jadi copet. Copet itu paling top masa depannya di penjara, Tau? Di dor, mampus, tua, dan tetep miskin. Tau engga lu? Kalo koruptor, korupsi duitnya banayk tetep keluar penjara juga masih tetep banyak. Kenapa? Karena mereka sekolah! Lu kan engga sekolah, lu kan Cuma copet. Lu engga punya harepan, tau lu? Lu engga punya harepan. Sekarang Bang Muluk sama temen-temennya udah engga ada di sini lagi. engga ada yang mau ngajarin lu macem-macem lagi. Eh, liat tuh! Itu ada enam kotak asongan, siapa yang mau ngasong boleh ngasong dan kotak ini milik mereka. Eh Glen, ini negara bebas, ya, yang mau ngasong, ngasong yang mau nyopet, nyopet. Tapi inget, kalo ada yang gangguin temennya ngasong bakal gua hajar.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 79 Scene: 115
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perumahan pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan senang; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Jupri dan petutur yaitu warga perumahan; Ends: berkampanye; Act Sequences: tuturan ini diawali oleh Jupri yang meminta agar poster dipasanng dengan rapi, kemudian seorang ibu meminta agar poster itu dicopot. Jupri tetap mengarahkan agar posternya dipasang dengan rapi kemudian seorang bapak menanyakan keseriusan Jupri menjadi anggota DPR lslu Jupri meminta agar bapak tersebut memilihnya namun bapak itu menyatakan ketidakpercayaannya pada Jupri kemudian Jupri langsung menyuruh posternya dicopot dan pergi; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pertanyaan dan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Bapak-bapak : Ente serius, Jup? Jupri :Seriuslah, Om. Jangan lupa pilih saya nomor 212 dari partai
Asam Lambung. Bapak bapak :Hahaha Emak Bapak lu aja engga percaya sama elu, apa lagi
gue. Hehehe
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
No. Data : 80 Scene: 119
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pinggir jalan pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan gembira; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu seorang ibu guru SD dan petutur yaitu para siswa; Ends:menyemangati para siswa; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh ibu guru yang meminta agar para siswa mengibarkan bendera yang mereka pegang kemudian para murid mengibarkan bendera yang mereka pegang; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan dibalas dengan tindakan; Genre: wacana persuasi.
Ujaran
Ibu guru : Kalo ada Presiden lewat, kibarkan benderanya. Okeee?! Murid-murid SD : Okeee Ibu guru : Ayo semuaa!!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 81 Scene: 124
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di depan sebuah toko servis elektronik pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan tegang; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu komandan SatPol Ppdan 2 orang anggotanya; Ends: melakukan pembelaan untuk Komet dan anak buahnya; Act Sequences:pertuturan ini diawali oleh Muluk yang menyuruh agar mereka menangkapnya saja kemudian Komandan datang dan menanyakan apa yang terjadi. Muluk menajwab bahwa mereka sedang mencari rezeki yang halal lalu anggota SalPol PP 1 mengatakan bahwa pengemis dan pengosong mengganggu lalu lintas. Muluk kembali melakukan pembelaan dengan membahas para koruptor, para anggota SatPol PP yang kebingungan menjawab pernyataan Muluk akhirnya menangkapnya; Keys: nada suara (tone) tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan berani; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Muluk : Kalian tangkap saya! Saya yang suru mereka ngasong! Ayo tangkap saya!
Komandan : Eh eh eh, ada apa nih? Ada apa nih? Muluk : Mereka hanya mencari rezeki yang halal. Dan hanya itu yang mereka bisa.
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
√
No. Data : 82 Scene: 125
Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di sebuah tempat makan pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu
dalam keadaan panik; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Boy dan petutur yaitu Komet dan anak buahnya; Ends: menyemangati; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Boy mengatakan bahwa ia ingin menjadi pencopet lagi namun Komet menyemangati Boy agar tidak menyerah; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi.
Ujaran
Boy : Kalo kaya gini, gue nyopet lagi aja deh. Komet :Kita jangan nyerah! Liat doang bang Muluk yang udah
ngebela kita!
Analisis Prinsip Kesantunan Leech MKar MKdw MP MKH Mksp MS
x
TRANSKRIP FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI
PEMAIN :
Di pasar
Dukun : Yang kepingin jabatannya sering naik, yang dibacok gak mempan, yang ditembak gak mati. Pake batu ini, yah! Ini Badar Maulana, ampe modar gak bisa buka celana.
Penjual herbal : Sakit tulang, sakit pinggang, mata jereng, air kencing lancar, Pak ya! Wiiiss wiiiss wiiiss. Ini dia Undur-undur, Pak Ya!
Tukang ramal : Jangan khawatir sama ramalan ane, ramalan ane bukan sembarang ngeramal. Ramalan ane komplit. Shahih.
Penjual Ayat : Saudara-saudara ingin terhindar dari marabahaya dan malapetaka, saya punya ayat-ayat untuk melawannya.
Muluk : (memperhatikan situasi pasar)
Para pencopet : (berpura-pura membeli barang. Satu pencopet sengaja menabrak target, dan copet yang lain mengambil dompetnya. Kemudian copet itu mengoper dompet ke teman yang lain)
Muluk : (memperhatikan aksi para pencopet)
Para pencopet : (melempar dompet di tanah pada rekannya. Kemudian memberikan dompet itu pada rekannya yang terakhir).
**1**
Muluk : (mengikuti pencopet yang membawa dompet hasil copetan).
Copet : (terus berjalan)
Muluk : (menangkap copet yang sedang menghitung uang)
Diem, diem! Diem, Lu! Atau gua bawa ke kantor polisi, hah? Gua udah dua tahun cari kerja supaya dapet duit. Enak aja nyomot dompet orang. Nyinggung perasaan gua tau. Orang susah payah cari kerja, diem-diem duitnya lo ambil. Lo ga bisa minta baik-baik?
Komet : Saya kan copet,Bang, bukan tukang minta-minta.
Muluk : (terdiam mendengar jawaban pencopet).
**2**
Direktur : Saudara Muluk, ilmu apa yang kamu punya?
Muluk : Ilmu management, Pak.
Direktur : I terus terang sama you, ya. Segala macam ilmu udah saya terapin buat nyelametin ini perusahaan. Termasuk ilmu you. You liat ini buku tebel-tebel ini? Liat! Ini buku management barat yang paling mutakhir dari Amerika. Ini buku management ala Mao Tse Tung dari Cina. Ini buku management dari Jepang. Ini buku management gaya Arab. Gak ada yang bisa nyelametin perusahaan I, ga ada! Cuma management jin doang yang belum I terapin, bukunya ga ada.
**3**
Di Masjid
H. Sarbini : kenyataannya emang begitu, Pak Bul.
Makbul : kenyataan yang mana?
H. Sarbini : Si Muluk, anak pak Bul dan jutaan lain anak yang setres gara-gara nganggur.
Makbul : Eh, Haji Sarbini, si Muluk bukannya nganggur, dia lagi berusaha.
H. Rahmat : lailahailallah.
**4**
Direktur 2 : Karyawan disini sudah full, Pak. Bagaimana kalau bapak mendaftar, lalu kita kirim ke Malaysia.
Muluk : Jadi TKI?
Direktur 2 : (mengangguk)
Muluk : (membayangkan dicambuk kemudian langsung pergi)
**5**
H. Sarbini : Kelamaan nganggur dia bisa setres, kesian.
Makbul : Dia gak nganggur, dia lagi berusaha. Beda. Nganggur, berusaha, beda.
H. Rahmat : Ya Allah, ampuni kami yang telah mendzalimi diri kami sendiri, Ya Allah.
H. Sarbini dan H. Rahmat : (Keluar masjid)
Makbul : Orang berpendidikan selalu bisa menyelesaikan masalahnya.
H. Sarbini : kite liat aja nanti!
H. Rahmat : astagfirullahal’adzim, Ya Allah Ya Allah Ya Allah
H. Rahmat dan H. Sarbini : (pergi dari masjid)
**6**
Makbul : Si Rahma dan Si Muluk saling jatuh cinta, Ji. Jadi sebentar lagi si Muluk bakal jadi mantu Haji Sarbini. Jadi do’akan dong!
H. Sarbini : iya saya do’ain biar dapet kerjaan.
Makbul : amin.
H. Sarbini : Tapi buat saya pendidikan itu gak penting. Ga pentinglah! Begini aja sekarang, si Muluk mendingan suru buka sablon tuh. Ini lagi rame orang bikin kaos sama spanduk.
Makbul : Sarjana management masa bikin sablon?
H. Rahmat : Lu belum selesai nih diskusinye?
Makbul : Ye gimane bisa selesai Ji, Haji Sarbini tetep ngotot bilang pendidikan itu gak penting. Dia gak tau Jepang maju karena pendidikan.
H. Sarbini : Bul, bawa-bawa Jepang, kita ini Indonesia, Bul.
Makbul : Ya Amerika, Inggris, Prancis, maju juga karena pendidikan, Ji.
H. Rahmat : Gini,gini, kalau soal pendidikan,
Makbul : Pentingkan
H. Sarbini : Enggak, gak penting.
Makbul : Ya penting dong.
H. Sarbini : Enggak.
Makbul : Ji, ji liat, liat ! Tuh pada berebut kenapa? Kenapa?
H. Rahmat : Itu karena ketidakadilan.
H. Sarbini : Ini karena pendidikan gak penting.
Makbul : Ya penting supaya bisa adil.
H. Sarbini : Enggak enggak.
Makbul : Penting dong.
H. Sarbini : Enggak dong.
**7**
H. Sarbini : Yang penting kan si Muluk punya penghasilan. Bisa ngelamar si Rahma. Kalo Enggak si Rahma bisa saya kawinin ama anggota DPR tau enggak?
Makbul : Waduh Ji gabisa begitu.
H. Rahmat : Sabar, sabar, sabar.
H. Sarbini : Eh bukan salah saya kalo si Jupri mau sama si Rahma.
H. Rahmat : Gini Ji, ji si Jupri itu baru calon, calon anggota DPR.
Makbul : Si Jupri? Jupri? Masya Allah ji, hahaha. Jupri? Haahahahahaha.
**8**
Jupri : (menunjukan video ikan dalam laptopnya)
Rahma : (memperhatikan)
**9**
Penjual Buku : Ini nih kalo ditoko buku 100 ribu, kalo disini Cuma 30 ribu. Secara gimana bangsa kita bisa bikin pesawat terbang?
**10**
Muluk : (memberikan buku cara berternak cacing)
Makbul : Tanya Haji Rahmat,cacing halal atau haram?
**11**
H. Rahmat : Kalo gak ada pilihan laen buat cari nafkah, kerjakan!
Jangan lupa sering-sering minta ampun kepada Allah. Minta petunjuk supaya kamu dapet jalan yang lebih baik. Tapi ngomong-ngomong kenapa jadi beternak cacing?
Muluk : Kalo ternak sapi atau onta bikin kandangnya dimana pak haji?
H. Rahmat : hahahaha
**12**
Pipit : Bagusan juga beternak jangkrik, bang. Saya liat di tv prospeknya bagus. Selain buat makanan burung, juga bisa buat makanan ikan arwana.
Muluk : Entar abang pikirin lagi deh.
Pipit : Oke bang yah! Jangan sampe patah semangat ya!
**13**
Samsul : Mul, lagi ada proyek apa?
Muluk : Ternak cacing mau gak lu?
Figuran 1 : Mending lu ternak kucing, peliharaan nabi tuh.
Figuran 2 : Paling gak, kalo lu gak dapet untung lu dapet pahalanya Mul.
Figuran 3 : Kalo mao cepet kaya, lu piara cicak sama buaya sama gurita.
**14**
H. Sarbini : Alhamdulillah gue gak salah, si Ida sama abangnya si Rahma yang tamatan aliyah sekarang udah punya kios di Cipulir dan udah berangkat haji. Adeknya Alamsyah yang tamatan tsanawiyah sekarang udah punya sablonan dan konveksi kecil-kecilan. Insya Allah tahun ini berangkat haji.
Rahma : Ah, Babeh, itu mulu yang diulang-ulang
**15**
Pipit : Yang ini hadiahnya motor Yamaha, Bah. Kalau yang ini hadiahnya umroh. Kalau Pipit menang biar Abah yang pake. Tapi pajaknya ditanggung pememnang.
Umi Pipit : Bayar pajaknya jual aja kalung Umi. Huh, mati lagi. Hah! Pajak diomongin sih, ah.
**16**
Muluk : Pagi-pagi udah mulai. Srul, lu kan sarjana pendidikan harusnya lu ngajar.
Asrul : Nah, lu mestinya jadi direktur, lu kan sarjana menejemen.
**17**
Tukang Koran : Sebuah kapal ikan Jepang membutuhkan tenaga penangkap ikan Paus.
Muluk : Gue sarjana Menejemen.
Tukang Koran : Seorang gadis blasteran keturunan Jawa-Jerman membutuhkan pendamping hidup.
Muluk : Terus?
Tukang Koran : Minimal sarjana muda.
Muluk : Terus?
Tukang Koran : Suku, agama apa saja.
Muluk : Terusin!
Tukang Koran : Yang penting punya penghasilan tetap.
Muluk : (batuk-batuk kemudian pergi)
Tukang Koran : Bang, ga jadi beli korannya?
**18**
Muluk : (mendatangi warung makan di pasar)
Penjual Nasi : Silahkan, Mas!
Muluk : (mengangguk kemudian duduk)
Komet : Eh, Bang, pesen aja makanannya, nanti saya yang bayar.
Penjual Nasi : Iya, Mas, mau makan pake apa?
Muluk : Saya pake kangkung sama tempe aja, Bu.
Komet : Tambah opor ayam buat abang ini!
Muluk : Enggak, gak usah.
Penjual Nasi : Loh kenapa? Ndak apa-apa.
Komet : Telor asin mau, Bang?
Muluk : Enggak, gak. (sambil melirik ke arah Komet yang sedang asik makan)
**19**
H. Sarbini : Ada bukaan kios baru di Cipulir. Abangnya si Rahma, si Idam bisa bantu modal buat si Muluk.
H. Makbul : Dia ga bakat dagang.
H. Sarbini : aaahh ga perlu bakat yang penting die mau. Ternak cacing aja dia mau apalagi dagang.
H. Makbul : (memandang H. Sarbini dengan rasa tersinggung)
H. Sarbini : (memandang H. Makbul dengan perasaan bersalah). Yaudah. Bul, pendidikan itu penting kalo ada koneksi. Kalo engga, percuma.
H. Makbul : Jiii..
H. Sarbini : Assalamualaikum! (dengan nada tinggi)
H. Makbul : wa’alaikumussalam warrahmatullah. (melanjutkan menjahit)
**20**
(Di Jalan)
Komet : Empat kali saya ketangkep, Bang. Keluar, terus nyopet lagi.
Muluk : Gila!!
Komet : Pencopet mesti gitu, Bang!
**21**
(Di Markas Pencopet)
Muluk : (melihat-lihat kondisi markas dengan perasaan heran)
Komet : Bang, saya dan temen-temen tinggal disini. Ayo, masuk!
**22**
Komet dan Muluk: (masuk ke dalam markas)
Komet : Bang, Abang itu namanya Muluk.
Bang Jarot : Gua gak tanya.
Komet : Iya, Bang.
Bang Jarot : Siapa dia?
Komet : kan tadi udah saya bilang, itu namanya Bang Muluk. Dia orang pinter, Bang. Sarjana apa, Bang?
Muluk : Sarjana manajemen.
Komet : Tuh kan, orang pinter.
Bang Jarot : Mau ngapain dia kemari?
Komet : Mau ngapain, Bang kesini?
Muluk : (melangkah, ingin mendekati Raja Copet)
Bang Jarot : eh eh eh, diem lu! Diem! Diem disitu lu!
Muluk : (menghentikan langkahnya dan mundur ke tempat semula ia berdiri)
Bang Jarot : (memukul kepala komet dengan koran). Lu tanya ma dia, mau ngapain kemari?
Komet : Bang, mau ngapain kesini?
Muluk : Mau mengadakan presentasi.
Bang Jarot : Presentasi apa!? Multi Level Marketing!? Hah!?
Muluk : Bukan, proposal kerjasama.
Bang Jarot : (diam dan berfikir)
**23**
(Di Rumah H. Rahmat)
Umi Pipit : (mengisi TTS)
H. Rahmat : (membaca buku)
Pipit : (menonton TV)
Penyiar TV 1 : Dengan banyaknya pelaku ilegaloging yang melarikan diri ke luar negeri. Membuktikan bahwa makelar kasus masih marak di institusi para penegak hukum.
Pipit : (mengganti acara TV)
Penyiar TV 2 : Ya! Silahkan hubungi nomor di bawah ini! Pertanyaannya gampang banget.
Pipit : (pipit mengambil telepon yang ada di atas meja)
Penyiar TV 2 : Apakah tingkatan pemerintahan di bawah provinsi. Apakah itu a. Kecamatan. b. Kabupaten. atau c. Kelurahan.
Pipit : kabupaten! kabupaten! (sambil mengambil telepon dan menghubungi nomor telepon acara kuis)
Penyiar TV 2 : Hadiah 500 ribu dipersembahkan oleh Yamaha Semakin di Depan. Tapi jangan lupa, yaa pajaknya ditanggung pemenang.
Pipit : 500 ribuuu. (sambil menelepon)
Penyiar TV 2 : Naah. Ada telepon masuk niiih. Ya. Dengan siapa, dimana?
Pipit : (menaruh telepon dengan kesal)
Penelepon : Sumi di Brebes.
Penyiar TV 2 : Mbak Sumi, apa passwordnya, Mbak?
Penelepon : Yamaha semakin di depan. (dengan logat Brebes)
Penyiar TV 2 : Sip. Naaah, sekarang apa nih jawabannya? Apakah a. Kecamatan, b. Kabupaten...
Penelepon : C. Kelurahan! (dengan semangat)
Penyiar TV2 : Yakin niih, Mbak?
Pipit : (memandang TV dengan heran mendengar jawaban penelepon)
Penelepon : Yakin, Yakin bhanget.
Pipit : Iiiisshh, yakin apah!!?
Penyiar TV2 : coba dipikir! Mungkin b. Kabupaten.
H. Rahmat : (melihat ke arah pipit)
Penelepon : c. Kelurahan
Pipit : Yeeehh, dikasih tau
Umi Pipit : (melihat ke arah pipit)
Penyiar TV2 : Yakin yaaa??
Penelepon : yakiiinn!!
Pipit : Yeeehh, udah salah ngotot lagi!
Penyiar TV2 : Yaaah, salah, Mbak jawabannya. Yang bener adalah B. Kabupaten. dicoba lagi lain kali ya, Mbak, ya!
Pipit : (dengan kesal mengambil remot TV dan mengganti acara TV) Begok!! Gak pernah sekolah sih!
**24**
(di tempat perkumpulan para copet)
Muluk : Intinya begini, copet juga harus punya rencana. Harus punya tujuan hidup. Dan harus punya masa depan.
Bang Jarot : Maksudnya gimana tuh, Bang?
Muluk : Saya akan menjalankan usaha ini secara modern. Hasil nyopet harus dikembangkan kebidang usaha yang lain. Yang aman dan menguntungkan. Sehingga nantinya kalian engga perlu nyopet lagi. yang perlu kalian relakan adalah 10%, dari hasil yang kalian dapat.
Glen : 10 perseen? Berapa tuh?
Muluk : Begini, misalkan kalian dapat 1000, bagian saya 100. Fair kan?
Glen : Enak di Abang, dong!
Bang Jarot : eh, dengerin! Kita harus menghargai niat baik Abang ini, ye. 10% gak masalah, Bang. Terusin, Bang!
Tukang Kopi : Jangan lupa baca bismillah!
Muluk : Oke.
Polisi : Lagi kumpul? Lagi pesta, Ya? Omset lagi tinggi nih?
Bang Jarot : (mengambil sesuatu dari saku kemejanya dan memberikan kepada salah satu polisi yang datang secara tersembunyi dan langsung minum kopi)
**25**
( Glen, Komet, dan gerombolan copet berjalan ke arah markas sambil berbincang)
Glen : Enak betul Abang itu!
Komet : Ini kan, maunya Bang Jarot, Glen.
Glen : Yang ngajak dia ke Bang Jarot kan elu. Elu dapet bagian, ye?
Komet : Enggak, gua ga dapet apa-apa. Suer!!
Glen : Cari muka, Lo! Lama-lama congor lu gua sumpelin sendal.
Gerombolan Copet: (pergi ke Markas)
**24**
(Di rumah Muluk)
H. Makbul : Assalamualaikum
Muluk : Wa’alaikumussalam (sambil menulis)
H. Makbul : Sarbiniii, Haji Sarbini. Calon mertua mu masih tetep aja yakin kalo pendidikan itu gak penting. (sambil membuka baju koko dan peci lalu menggantungkannya ditempat gantungan baju).
Muluk : (diam dan terus menulis)
H. Makbul : (duduk di kursi dan mematikan TV). Bikin apa? (minum teh)
Muluk : Proyek, Pak.
H. Makbul : Proyek apa?
Muluk : (berpikir sejenak). Proyek penentasan kemiskinan.
H. Makbul : eh, kamu udah dapet kerja?
Muluk : (hanya tersenyum)
H. Makbul : (tersenyum). Terus jabatan kamu apa?
Muluk : Saya dipengembangan sumber daya manusia.
H. Makbul : (tersenyum bahagia dan mengenakan baju koko yang tadi dilepaskan kemudian pergi ke luar dengan terburu-buru).
Muluk : (hanya memandangi yang dilakukan oleh Bapaknya dan tersenyum).
**25**
(Di rumah H. Sarbini)
Rahma dan Jupri: (memandangi ikan-ikan yang ada di laptop)
H. Sarbini : (datang menghampiri). Apaan tuh, Pri?
Jupri : Ikan berenang, Beh. Hehehe
H. Sarbini : (duduk di tengah-tengah Rahma dan Jupri. Memandang Rahma).
Rahma : (Masuk ke dalam rumah.)
H. Sarbini : (memperhatikan ikan-ikan di laptop). Eh, emang anggota DPR masih perlu yang beginian?
Jupri : Oh, perlu, Beh. Bisa buat internet, kita bisa liat perkembangan dunia.
H. Sarbini : Eh, gue denger kalo mau jadi anggota DPR mesti punya duit gede, bener?
Jupri : Hehehe. Itu yang mau saya omongin sama Babeh. Perlu duit dikitlah, Beh. Buat nyetak muka saya di spanduk.
H. Sarbini : (terkejut). Hah? Muke lu?
Jupri : (tersenyum lebar)
H. Sarbini : (memandangi Jupri dengan tatapan keheranan). ( Ya Allah, kaya ape nanti jadinye cucu gua?)
H. Makbul : (tiba di depan rumah H. Sarbini dan melihat ke arah H. Sarbini dan Jupri yang sedang melihat ikan dalam laptop, kemudian dengan wajah kecewa H. Makbul kembali pulang.
**26**
(pagi hari di Markas pencopet)
Bang Jarot : Saya membagi mereka sesuai tempat operasinya. Ini yang bajunya paling keren, copet mall (sambil menunjuk kearah para copet mall) ketuanya namanya Gareng alias Glen. Kenalin anggota lu.
Glen : (memberi kode kepada anggotanya untuk memperkenalkan diri).
Boy : Boy!
Eros : Eros!
Ongky : Ongky!
Ari wibowo : Ari Wibowo!
**27**
Bang Jarot : Yang itu, kelompok B copet pasar. Ketuanya namanya Komet. Kenalin anggota lu!
Komet : (sambil menunjuk). Sabar! Subur! Bedil! Bedul (sambil menunjuk dengan kaki)!
**28**
Bang Jarot : Yang ini kelompok C. Copet angkutan umum. Operasinya biasanya di angkot dan bis kota. Ketuanya namanya ribut. Kenalin!
Ribut : Ya. Nama saya adalah Ribut. Pekerjaan saya adalah sebagai adalah pencopet. Pengalaman saya adalah cukup lama adalah 10 tahun adalah 6 kali ketangkep adalah 2 kali masuk TV adalah 3 kali kecebur empang adalah...
Bang Jarot : Adalah cukup! Ribut, kenalin aja anggota lu!
Ribut : (sambil menunjuk ke arah para anggotanya) adalah Kampret.
Kampret : Gua.
Ribut : Adalah Kalong.
Kalong : Yaps.
Ribut : Adalah Codot
Codot : Oy.
Ribut : Adalah Sobrat
Sobrat : (mengangkat topi yang ia kenakan)
Bang Jarot : (sambil menunujuk dan mengelus kepala anak kecil yang ada di sampingnya). Yang ini, Mata Dewa. Penjaga markas sekaligus pengintai. Sekarang Abang boleh kasih pengarahan buat mereka.
**29**
Muluk : Ok. Kalian sudah melakukan sebagian dari prinsip manajemen. Sesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, agar bisa diterima dan tidak dicurigai. Bagus (mengangkat kedua jempol tangannya).
Ini, copet mall ini masih bau pencopet nih. Gak mandi ya?
Glen : Bos, gimana nih? Kita gak mau kalo diatur-atur kaya begini!
Muluk : (jongkok) Glen, manajemen itu adalah pengaturan. Pengaturan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Glen : (dengan nada marah) Tapi gua gak mau mandi!
Muluk : Harusnya sebagai ketua copet mall harus bisa memberi contoh (sambil memegang bahu Glen).
Glen : (menyingkirkan tangan Muluk dari bahunya dan berpaling)
Bang Jarot : Bang!
Muluk : (menghampiri Bang Jarot)
Bang Jarot : Mereka mandi kalo ada perlunya aja.
Komet : kalo ujan, Bang. Hahaha
Muluk : Kalo ujan? Ujan gak turun setiap hari.
Ribut : Bos, adalah pecat aja abang ini. Masa kita disuru mandi.
Muluk : oke oke oke, sorry. Oke. Baik. Selanjutnya setelah penghasilan kalian dipotong 10% , uang tersebut akan saya kelola dan nantinya sebagian dari uang itu akan kita coba untuk membuat usaha yang baru. Kita liat, siapa dianatara kalian yang punya bakat bisnis.
Glen : kalo duitnya Abang tilep gimana!?
Bang Jarot : Glen!
Muluk : Engga apa-apa, Bang. Glen, kemungkinan itu tetap ada Glen, tapi kalo kalian gak ada yang percaya sama saya yaudah kerjasamanya bubar. Karena kerjasama kita ini modalnya adalah kepercayaan. Itulah manajemen.
Boy : Abang duduk-duduk doang dapet bagian, kita nyopet kalo ketangkep digebukin orang.
Muluk : Nama kamu siapa?
Boy : Boy!
Muluk : Boy! Pulang nyopet jam berapa, Boy?
Boy : (melihat ke arah teman-teman meminta bantuan jawaban)
Eros : Kita pulang jam 5, Bang.
Muluk : Jam 5! Setelah itu kalian bisa santai, main, istirahat, sementara saya masih harus kerja, mikirin gimana caranya supaya usaha ini bisa jalan.
Kampret : Eh, Bang, Cuma mikir?
Muluk : Nama kamu siapa?
Kampret : Kampret!
Muluk : Nah, Pret coba sekarang kamu berfikir!
Kampret : ( memeragakan gaya orang berfikir dengan melihat ke atas sambil menggigit sedotan. Mencoba berfikir namun tidak kuat kemudian sempoyongan dan jatuh ke arah temannya)
Muluk : (melihat tingkah Kampret dan tersenyum) Sudah, sudah, cukup! Nah, liatkan berpikir itu gak gampang. Untuk tau cara berpikir yang benar saya menghabiskan waktu 17 tahun, sekolah. Dari SD sampe kuliah. Tujuan saya di sini adalah untuk mendidik kalian, supaya tau cara berpikir yang benar. Tinggal nanti kita liat gimana nanti kita bekerjasama dan saling percaya.
(semua diam dan memandang ke arah Muluk)
**30**
Bang Jarot : Udah, pengarahan kelar. Sekarang semua kembali kerja! Inget! Hati-hati! Semua tetap teliti! Cermat! Ceroboh sedikit, pada benjol semua. Paham!?
Semua copet : Paham!
Bang Jarot : Copet mall!
Glen : Di mall!
Copet mall : Kita usaha! (serentak)
Bang Jarot : Copet pasar!
Komet : Di pasar!
Copet pasar : Kita jaya! (serentak)
Bang Jarot : Copet angkot!
Ribut : Di angkot!
Copet angkot : Kita cahaya!
Bang Jarot : Cabut!
Para pencopet : Cabut!
(Para pencopet bergegas ke tempat mencopetnya masing-masing, begitu juga dengan Bang Jarot yang menggendong Mata Dewa dan juga Muluk meninggalkan tempat pengarahan tadi)
**31**
( Di Gang)
(salah satu copet pasar yang berada paling belakang, tiba-tiba ditoyor oleh salah satu dari tiga preman yang sedang berdiri di gang yang para pencopet lewati. Copet itu pun marah dan hendak berkelahi dengan preman yang memukul kepalanya. Namun dihalangi oleh salah satu teman preman)
**32**
(para copet menuju tempat operasi masing-masing)
(di bis umum)
(dalam bis ada laki-laki yang berdiri di antara tempat duduk. Ribut duduk di bangku bis paling samping, kemudian salah satu temannya masuk dan dengan sengaja mendorong laki-laki yang berdiri agar bergeser, ketika laki-laki itu bergeser teman yang lain mengambil dompet dari saku celana kemudian memberikannya ke Ribut.)
**33**
(di pasar)
(copet pasar menjalankan aksinya ditengah kerumunan orang yang sedang sibuk mendengarkan pengarahan dari tukang jualan) (Komet merobek tas seorang ibu-ibu, kemudian Bedil mengambil dompet dari dalam tas)
**34**
(di mall)
(Ari Wibowo dengan sengaja lewat depan seorang laki-laki yang baru turun dari eskalator agar tertabrak oleh laki-laki itu. Laki-laki itu kemudian menolong Ari wibowo, saat sedang menolong, Glen datang dari arah belakang dan mengambil dompet dari saku celana, kemudian memberikannya pada Eros dan diberikan pada Boy.)
**35**
(Di markas)
(mengumpulkan semua dopet hasil copetan dan menghitungnya)
Subur : Payah, Cuma lima rebu.
Komet : (memukul kepala Subur). Lumayan.
Bedul : orang-orang jaman sekarang kok pada miskin, ya?
Kampret : Bos, lumayan nih. 72 ribu.
Ribut : adalah banyak juga tuh.
Kampret : Yoi!
Ribut : sini, sini!
Boy : Yah isinya Cuma kartu plastik. (sambil membuka dan mengangkat dompetnya hingga kartu yang ada di dalam dompet berhamburan ke luar)
Glen : Bego, lu! (sambil memukul kepala Boy dengan dompet)
Codot : Gila nih cewek, cakep juga. (sambil melihat foto yang ada di dalam dompet)
Sobrat : Gila, Luna Maya! Lu copet pacarnya?
Ongky : (melihat dengan wajah penasaran) masa pacarnya Luna Maya naek angkot! Bego, lu!
(semua tertawa)
Glen : Ahh, banyakan kartu daripada duit. (sambil melempar kartu kredit ke udara)
Bang Jarot : (datang sambil menggendong Mata Dewa) Ayo setor! Setor! (duduk di kursi) Setor! Cepetan Glen! Mana setoran lu?
Glen : (mengumpulkan uang dari copet mall) cepetan! 170 rebu.
Bang Jarot : Dikit banget sih! Bego lu.
Glen : (memukul kepala Eros dan Boy)
Bang Jarot : Copet pasar!
Komet : (menghitung uang)
Bang Jarot : (memberikan uang pada Muluk) 170 ribu.
Komet : 550 ribu.
Muluk : Ni hasil nyopet di pasar lebih tinggi dari pada di mall.
Bang jarot : Ya kalo urusan copet mencopet, Bang, di pasar lebih basah dari pada di mall.
Komet : Yang basah pasar, becek.
Glen : Muka lu tuh becek!
Komet : (memandang Glen dengan tatapan mengejek)
Bang Jarot : Copet angkot!
Ribut : Bentar, Bang. Kita lama ngitungnya. (sambil menghitung uang) mmm adalah. Gak tau deh, itung aja sendiri!
Bang Jarot : Enggak tau, biasanya di atas 100 ribu, Bang. (bang Jarot memberikan uang dari Ribut kepada Muluk)
Muluk : (sambil menghitung uang) 400 ribu, pas.
Ribut : Tuh gua bilang, adalah 400 ribu pas.
Muluk : ada yang bisa nyatet?
(semua pencopet menggeleng)
Bang Jarot : aaahh mereka kan kaga sekolah, Bang. Yang sekolah saya aja, cuman saya kan boossss! Masa bos nyatet, ya gak? (sambil melihat ke Mata Dewa)
Muluk : (hanya terdiam)
**36**
(para copet sedang beristirahat dan bermain)
Bang Jarot : Woy!! Kumpul!! Cepet!!
(semua copet berkumpul dan memberikan uang hasil copetan yang disembunyikan oleh mereka pada Bang Jarot)
Bang Jarot : Kita harus berhati-hati sama si Muluk! Siapa tau dia nipu kita.
Glen : Bos, kenapa si kita mesti ngikutin maunya Bang Muluk?
Bang Jarot : Eh, sini lu! Sini! Sini! (sambil menjambak rambut Glen. (melihat uang yang disembunyikan Glen dalam ikat kepala yang ia gunakan)). Lu baru jadi cicak, mau ngadalin buaya, lu. Sono lu!
Glen : Iya, Bang. (sambil mengusap kupingnya)
Bang Jarot : Denger, Bang Muluk itu kesini mau ngatur kita. Supaya kita berenti jadi copet. Tapi duitnya tetep banyak. Siapa tau dia bener-bener hebat. Paham lu pade!?
Semua copet : (serempak) Paham!!
Bang Jarot : Yaudah ambil lagi nih. Ini nih itung,itung!! (memberikan uang kepada Mata Dewa)
**37**
(muluk berada di Bank sedang membuat rekening tabungan dari hasil usaha copet)
Muluk : (melihat ke buku tabungan) Terimakasih, Mba.
**38**
(Di Pasar)
(Copet pasar sedang menjalankan aksi pencopetan)
Komet : (memberikan isyarat pada bedil untuk mengambil dompet seorang ibu yang lewat)
Bedil : (mengikuti target pencopetan)
Komet : (berjalan menuju kerumunan dan mengambil dompet dari saku celana seorang pria dan melemparkan ke temannya yang susdah menunggu)
**39**
(Di Mall)
(para pencopet mall sedang menjalankan operasi mancopet)
Eros : (membuka retsleting tas seorang ibu yang sedang sibuk memlih baju)
Glen : (mengambil dompet dari dalam tas yang sudah terbuka kemudian memberikannya pada Ari Wibowo)
**40**
(Di angkot)
Ribut : (menerima dompet yang dioper oleh temannya)
**41**
(Di pasar)
(komet melemparkan dompet hasil copetannya ke udara yang sudah ditunggu oelh Bedil di tempat yang sudah ditentukan, namun lemparan Komet meleset, dan jatuh tepat di atas meja seorang peramal pasar)
Bedil : (garuk-garuk kepala)
Tukang ramal : nah, dompet. Apa ane bilang ente dapet rejeki. Tapi kita bagi dua. Ente 50, ane 50.
( Di Markas)
(mengumpulkan hasil copetan)
**42**
(muluk berada di mall untuk membeli sesuatu)
**43**
(Di rumah Muluk)
H. Makbul : Nih, sekotak anter ke Haji Sarbini! Siapa tau dia sadar kalo pendidikan itu penting. (sambil memberikan sekotak sosis pada Muluk)
Muluk : (hanya diam)
(di rumah H. Sarbini)
H. Sarbini : Bapak, lu pasti bangga sama lu. Eh, ngomong-ngomong lu kerja dibagian ape?
Muluk : Saya dibagian pengembangan sumber daya manusia.
h. Sarbini : oh, iya iya.
Muluk : (tersenyum kepada Rahma)
Rahma : (membalas senyum Muluk dengan malu-malu).
Nih, Beh. (Memberikan sebuah sosis pada H. Sarbini)
H. Sarbini : (memakan sosis yang diberikan Rahma sambil tersenyum)
(Rahma dan Muluk saling tersenyum)
**44**
(kegiatan Muluk mengelola uang hasil copetan berlangsung terus menerus setiap hari. Dan pencopet pun dengan teratur memberikan hasil copetan setiap hari pada Muluk)
(Muluk pergi ke Bank dan membuat kartu ATM)
Muluk : ( Sambil melihat kartu ATM) Sudah, Mbak.
Teller : Terimakasih, Pak Muluk. Assalamualaikum. (sambil tersenyum ramah)
Muluk : wa’alaikumussalam.
**45**
(Malam hari di rumah H. Rahmat)
H. Rahmat : Sebagai orang yang yakin akan pentingnya pendidikan, aku juga bangga.
Pipit : Hei, Bang!
Muluk : Hei!
H. Rahmat : Makan,makan! Dari Bang Muluk.
Pipit : Waaah, asik nih. (sambil mengambil sosis)
H. Rahmat : (memajan sosis) mmmm, terkabul juga doaku. Allah memberikanmu jalan, jadi kamu ga perlu berternak cacing.
Umi Pipit : Bah, yang nentuin halal haram itu siapa? (sambil mengisi TTS)
H. Rahmat : (berpikir) MUI
Umi Pipit : Lima kotak!
Pipit : Allah, Mi.
Umi pipit : Naaah, itu.
Pipit : (tersenyum)
**46**
(Di markas pencopet)
(para copet melihat-lihat motor yang dibawa oleh Muluk ke markas)
Glen : Ini motor pasti dibeli pake duit kita.
Komet : Motor dines. Dibeli pake duit kita. Dipake sama Bang Muluk buat dines.
Bedul : Dines apa si?
Glen : (sambil memukul kepala Bedul) Tugas, begok!
Komet : EH, Glen, Bedul anak buah gue. Cuma gue yang boleh ngemplang die.
Glen : Anak buah lu bego si, dines ga ngerti.
Komet : Biarin aja die bego. Dia kepengen bego.
Glen : Lu mau apa?
Komet : Bos bilang, urus anak buah masing-masing! Kalo lu pengen ngemplang, kemplang anak buah lu!
Glen : Kalo mau kepala lu bisa gue kemplang.
Komet : Coba aja!
Glen : (mendekati Komet sambil menarik baju Komet dan mengepalkan tangannya akan menghajar Komet) eeehhh.
**47**
Muluk : Ayo masuk! Masuk!
Glen : Nyari gara-gara si!
Komet : Elu ngemplang anak buah gua duluan!
Muluk : udah, udah, udah! Komet, ayo masuk!
Glen : (masuk dengan kesal sambil menunjuk ke arah Komet)
(semua pencopet masuk)
**48**
Muluk : Tabungan kalian sudah sembilan juta.
(para pencopet bersorak)
Glen : Bang, motor di luar punya siapa?
Muluk : Punya kalian. Saya yang pake biar gampang ngurus keperluan kalian kemana-mana.
Komet : (tersenyum sambil melihat ke arah Glen)
Muluk : Ini ada uang dua juta. (sambil menunjukan uang tersebut dan menaruhnya di atas meja). Sebagian dari kalian akan memulai hidup baru. Jadi pengasong.
Para pencopet : yaaaahhh (dengan nada kecewa)
Muluk : Kenapa?
Glen : Gak mau!!
Bedil : Saya juga, Bang! Saya nyopet aja!
Kampret : Ngasong cape, Bang!
Muluk : Kita kan baru belajar usaha.
Ongky : Masih lebih banyak hasil nyopet dari pada ngasong, Bang!
Muluk : Nama kamu Ongky, ya?
Komet : Cuplis alias Ongky. Bang, nama dia dia semua pada pake alias! Yang itu tuh, Bang, Tongkol alias Boy. Hahaha
Glen : (marah dan berjalan cepat ke arah Komet)
Muluk : Glen! Glen! Glen! Udah, udah, udah! Glen!
(Glen dan Komet sedang dalam posisi berkelahi)
Glen : Makanya jangan cari gara-gara!
Komet : Lu ngemplang anak buah gua duluan!
Muluk : Glen! Komet! (dengan nada tinggi)
(Glen dan Komet berhenti berkelahi dan kembali duduk ke tempat masing-masing)
**49**
Muluk : Oke! Saya jelaskan, ya. Ngasong adalah langkah awal, walaupun hasilnya sedikit, tapi nanti kalau usaha ini sudah berkembang, dari ngasong terus buka kios, dari buka kios terus buka toko, buka super market. Kalian akan jadi pengusaha besar. konglomerat.
(semua pencopet tertawa)
Muluk : Komet! Mau ngasong?
Komet : (sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya)
(semua pencopet kembali tertawa)
Muluk : (hanya diam dan terlihat kecewa)
**50**
(di warung kopi)
(bang Jarot bersama dua orang temannya)
Tukang kopi : Jangan lupa baca bismillah! (sambil memberikan kopi pada Bang Jarot)
(Komet dan Muluk datang. Dua orang teman Bang Jarot yang melihat kedatangan Muluk itu pergi)
**51**
(di jalan)
Bang Jarot : Biar saya hajar mereka!
Muluk : Jangan, Bang! Jangan, Bang!
Bang Jarot : Jadi mesti gimana dong?
Muluk : Ini bagian dari proses pendidikan dan pengajaran, jadi mungkin kita harus lebih sabar.
Bang Jarot : Met, lu duluan, Met!
Komet : Iya, Bang.
**52**
Bang Jarot : Saya terimakasih, Abang sudah mendidik mereka. Cuma, terus terang begini, Bang, yaaa pendapatan saya kan dari mereka nih, kalo mereka ngasong, pendapatan saya berkurang dong!?
Muluk : (diam dan bingung)
Bang Jarot : Hehehe. Udah, kita ngobrol di rumah, yuk!
**53**
(di rumah Bang Jarot)
Muluk : ( melihat-lihat isi ruang tamu rumah Bang Jarot)
Bang Jarot : Bang, duduk, Bang!
(mereka berdua duduk)
Bang Jarot : Bu, minta kopi, Bu!
Istri Bang Jarot: Kaya biasa kan, tiga!?
Bang Jarot : Engga, dua aja.
Bang jarot : Dia pikir tamu saya yang biasa dateng.
Muluk : Mereka itu siapa, Bang?
Bang Jarot : Begini, anak-anak butuh perlindungan, saya yang lindungin. Saya juga butuh perlindungan, mereka itulah yang melindungi saya. Yaa sama-sama cari makan, ngertilaaah.
Muluk : (hanya tersenyum tipis)
Bang Jarot : Gini, Bang. Saya ngeliat keseriusan abang ini jadi berpikir, engga apa-apalah pendapatan saya berkurang yang penting, masa depan anak-anak itu jadi lebih jelas.
Muluk : (mengangguk)
Bang Jarot : Itu lebih baik kayanya.
**54**
(Di pos ronda ada empat orang laki-laki sedang main kartu gaplek)
Muluk : (datang dengan tiba-tiba dan langsung menarik tangan Samsul)
Samsul : Eh, eh, gue lagi maen nih.
Muluk : gue ada proyek
Samsul : Proyek apa sih? Ternak gajah?
Muluk : Nih, lu liat! (sambil menunjukan sepeda motor barunya). Hahahaha
**55**
Pipit : Bang, Muluk! (memanggil dari jauh)
Rahma : (melihat Pipit dan Muluk dengan tatapan cemburu)
Pipit : (menghampiri) biasa, Bang, nitip. (memberikan amplop untuk diantarkan ke kantor pos dan memberikan uang). Waaaahh, motor baru yaa, Bang? (sambil memeriksa motor Muluk)
Muluk : Iyaaa
Pipit : (terkagum-kagum melihat motor Muluk). Wiihiiii mantaaapp. Coba, Bang ye? (menaiki motor dan bercermin di kaca spion motor)
Muluk : tsaaahhh
Pipit : tsaaahh mantaaapp
Rahma : (memandang dari jauh dengan tatapan cemburu dan marah)
**56**
Di markas Copet
Muluk : Ini Bang Samsul. Sarjana pendidikan. Kalian sebagai copet akan tetap jadi copet, tanpa pendidikan. Jadi pendidikanlah kuncinya.
Samsul : Maksud lu apa si, Mul?
Glen : Trus Abang ini minta 10% lagi?
Muluk : Engga, itu tanggungjawab saya, Glen. Hak saya yang 10% nanti saya bagi dengan Bang Samsul.
Samsul : Mul, 10% apa, Mul?
Ongky : Kalo sekolah males, Bang!
Muluk : Denger yah! Kalian ini menggaji saya. Kalo kalian engga mau, kalian yang rugi.
Bang Jarot : Ehm. (bersalaman dengan Samsul)
Muluk : Oke, sekarang, dengerin dulu penjelasan Bang Samsul. Bang, jelasin kalau pendidikan itu penting.
Samsul : Gua sendiri engga yakin. (berbisik)
Muluk : Yah, lu sarjana pendidikan.
Samsul : Brengsek, Lu. (berbisik)
Samsul : eeh, ehm. Begini, pendidikan itu... (berpikir)
Ribut : Adalah...
Samsul : Iya. Adalah suatu kebutuhan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan itu bertujuan untuk memuliakan manusia.
Muluk : Sul, lu pake istilah yang kira-kira mereka gampang ngerti. Lu lupain dulu skripsi lu!
Samsul : yaaahh mestinya gua main gaple, lu suru gua pidato. Aaahh brengsek lu!
Ribut : Cepet!! Pendidikan itu adalah apa?
Kampret : Iya tuh, Bang? Apa sih, Bang yang namanya pendidikan?
Muluk : Nah kan. Mereka pada semangat.
Samsul : eeemm, ya. Pendidikan itu adalah... ah begini saja, pendidikan itu adalah sebuah alat, alat untuk meloncat.
Muluk : ko alat untuk meloncat?
Samsul : Udah, lu diem aja. Gua lagi ngarang nih, ye! Orang yang tidak berpendidikan bisa ngumpulin duit 5juta setaun, orang berpendidikan bisa ngumpulin duit lebih 5juta dalam setahun. Nih, misalnya kalian copet nih. Ini kalian bener copet?
(semua copet mengangguk)
Samsul : (tersenyum heran). Gial lu, Mul, ye! Nah, kalo pencopet bisa ngumpulin duit 5juta setaun, orang berpendidikan bisa ngumpulin duit lebih dari 5juta dalam satu bulan, atau malah satu minggu.
Ari Wibowo : Orang berpendidikan, cara nyopetnya gimana?
Samsul : (menggaruk kepala karena bingung)
Bang Jarot : (tersenyum)
Samsul : Yaaahh, mereka engga nyopet. Kerja. Jadi pegawai, jadi dokter, jadi pilot, jadi....
Muluk : Sul, udah. Kita harus jujur. Oke, begini. Orang berpendidikan ada juga yang nyopet. Tapi mereka engga nyopet dari dompet orang yang isinya terbatas. Mereka nyopet dari lemari, dari brangkas, dari bank.
Ongky : Saya mau, Bang.
Subur : Iya, Bang. Kita mau.
Codot : Iya, mau, Bang.
Samsul : Oke, Oke. Orang yang berpendidikan, yang nyopet itu tidak disebut pencopet. Tapi koruptor.
Bedil : Iya, Bang. Kita pengen jadi koruptor. Hidup koruptor!!
Semua pencopet : Hiduuupp!!
Bang Jarot : Eh, Bedil, koruptor itu sekolah. Makanya kalo pengen jadi koruptor harus sekolah.
Samsul :eeemm, Bos maaf, Bos,
Bang jarot : Oh ya, terusin!
Samsul : maksud pendidikan itu bukan supaya orang jadi koruptor, ya. Maksud pendidikan itu adalah... eee.. ya.. ini... adalah... eee... yaaa.. (kebingungan dan menghadap ke arah Muluk). Gua sendiri engga yakin.
Muluk : Oke, begini. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Bang Samsul bahwa pendidikan itu penting. Sekarang tinggal kita atur jadwal, supaya engga bentrok antara pencopet sama belajar. Iya, kan, Bang?
Bang Jarot : (mengganguk)
**57**
Samsul : Lu nyuru gue ngejelasin pentingnya pendidikan, gue sendiri engga yakin pendidikan itu penting.
Muluk : Sejak kapan?
Samsul : Ya sejak gue lulus kuliah. Gue pengen cari duit, trus gue ngelamar jadi guru, eehh gue malah dimintain duit duluan. Percumakan pendidikan gue?
Muluk : Kalo sekarang lu berfikir kalo pendidikan itu engga penting sih udah terlambat, Sul. Lu udah rugi waktu, rugi biaya.
Samsul ; Waktu gue kuliah, gue pikir pendidikan itu penting. Tap[i setelah gue keluar kuliah gue baru ngerti ternyata pendidikan itu tidak penting.
Muluk : Nah, itu. Itu hasil pendidikan,Sul. Kalo lu engga berpendidikan, lu engga akan tau bahwa pendidikan itu engga penting. Makanya pendidikan itu penting.
Samsul : Gila lu, ye? Pusing gua. (menyerahkan helm kepada Muluk)
Muluk : (tertawa ringan)
**58**
H. Sarbini : Kalo lu udah ade penghasilan, nunggu ape lagi? Kalo kelamaan nanti si Rahma keburu diambil orang loh. Eh, asal lu tau aja ya, si Jupri yang lagi nyalonin anggota DPR tuh, ngincer si Rahma terus.
Rahma : Ah, Babeh (sambil memberikan sosis)
H. Sarbini : Bulak-balik nyariin si Rahme, sambil bawa itu tuh komputernye. Katanye harganye 15juta. Artinye, lebih mahal dari motor lu dong.
**59**
Penjual kopi : Jangan lupa baca--
Pembeli : bismillah.
**60**
Bang Jarot : Ada apa?
Glen : Bos, kenapa si mau-maunya nurut sama Bang muluk?
Bang Jarot : (memukul Glen dan anak buahnya dengan koran) Siapa lagi yang mau gua gampar, Hah?
Glen : Tapi kita engga mau sekolah.
Bang Jarot : Eh, Glen lu inget gak kejadian di Kalibata Mall? Waktu lu nyopet disana, lu dikejar-kejar masa. Itu karena lu engga bisa baca. Inget engga lu? Kalo lu bisa baca petunjuk jalan yang kaya begitu tuh, elu engga bakal kabur ketempat yang salah. Elu kabur ke kantor polisi, tolol. (memukul Glen). Pulang!
**61**
Samsul : Ini ada beberpa huruf. Engga usah banyak-banyak dulu, ntar lu pada mabok.
Para copet : hahaha
Samsul : Nah, sekarang gini, coba pegang pensil kalian, lalu tulis seperti ini! (menunjuk ke huruf A di papan tulis). Ya, tulis!
Samsul : (memperhatikan cara memegang pensil para pencopet kemudian mengambil pensil milik Ari Wibowo). Eh, sini. Ini pensil, ya! Ini pensil. Bukan golok, bukan pentungan, bukan piso, ya! Cara megangnya ini khusus. Nih gini, nih gini (sambil mempraktekan). Mirip-mirip megang sendok.
Para copet : (memperhatikan dan mencoba mempraktekan)
Samsul : Eh, itu bukan begitu nulisnya (menghampiri Glen). Begini cara megang pensilnya. Nih, begini coba, yaa begini.
Glen : (tidak bisa mempraktekan yang diajarkan oleh Samsul)
Samsul : (meraih tangan dan pensil yang dipegang Glen). Ya Ampun, susah banget. Begini.
Glen : (kesal dan menghempaskan buku tulisnya) aaaahhh!! Gua ga mau nulis! (pergi)
Samsul : (tercengang melihat reaksi Glen)
**62**
Samsul : Kalo sekolah beneran, udah gua gaplok tuh anak.
Muluk : Mestinya tadi lu gaplok aja.
Samsul : Gila, lu. Mana gua berani. Kalo dia nikang gua gimane?
Muluk : (tertawa). Itu tantangannya, Sul. Kalo lu sukses ngajar di sini, lu akan sukses ngajar dimana aja.
Samsul : (melihat Muluk sambil memakan maknanannya)
**63**
Samsul : Ini kelas sekolah bebas, kelas bebas, cara megang pensilnya pun bebas. Yang penting kalian bisa nulis
Kampret : Nah, gitu dong!
Komet : (menggigit pensil dan menyobek kertas)
Samsul : Nah, sekarang kita belajar huruf. (menuliskan huruf A di papan tulis). Ini huruf A. Huruf apa?
Paca copet : Aaaaaa
Komet : (memasukan kertas ke dalam mulut Kampret)
Kampret : (membuang kertas yang Komet masukan ke dalam mulutnya)
Samsul : Begini cara nulisnya. (memperagakan cara menuli huruf A)
Glen : Ini kelas bebas, ye. Jadi cara nulisnya juga bebas. Yang penting jadi huruf A.
Samsul : Ya, ya, ya. Boleh, boleh, boleh. Bebas, bebas, bebas. Ayo tulis!
Para copet : (menuli huruf A)
Samsul : (memperhatikan cara para pencopet menulis huruf A) (bingung melihatnya)
**64**
H. Rahmat : Coba kamu ajak si Pipit kerja. Siapa tau dia bisa bantu.
Muluk : Tapi mungkin ini bukan pekerjaan yang diharapkan Pipit, Pak Haji.
H. Rahmat : Kenapa? Kerja kasar? Engga apa-apa. Hmmmmm, kamu kira aku seneng, setiap hari ngeliat dia ngirim-ngirim SMS, mengharap dapet hadiah? (menggeleng)
Muluk : (tertegun)
**65**
Mata Dewa : (mengawasi keadaan sekitar dari markas) (melihat Muluk dan Pipit datang)
Muluk : Aaaahh. Sampe.
Pipit : (bingung sambil melihat sekitar). Sekolahnya mana?
Muluk : Ayo!
**66**
Para Copet : (mengintip)
Pipit : (kaget melihat kelakuan para pencopet) (memegang tangan Muluk karena takut)
Para Copet : (mengampiri dengan semangat)
Muluk : Yang tenang, yang tenang. Yang tertib, yang tertib.
Para copet : (bersalaman dengan Pipit). Woy gurunya cakep, woy!! Yang gini dong, Bang gurunya, segeeerrr!!
Pipit : Iiiihh, emangnya gue ikan!!
Muluk : Ayo tertib, tenang. Semua kebagian salaman.
Ari Wibowo : mmmmm, Mbaknya harum (sambil mencium tangan Pipit)
Pipit : eeehh, lunya aja yang bau. Lu engga mandi, ya?
Ari Wibowo : (mencium bajunya). Belum musim ujan, Mbak. (berlari)
Bedil : (menggosok-gosokan tangan Pipit di pipinya).
Pipit : iiiiihh, ngapa sih lu?
Ribut : (mengambil dompet dari saku celana Pipit)
**67**
Muluk : Mereka ini kekurangan kasih sayang. Ayo. Oke, semua duduk, tenang!
Pipit : Mereka ini siapa, Bang?
Muluk : Pencopet.
Pipit : (terkejut). Hah? Pipit engga mau!
Muluk : Lu yang minta kerjaan, babeh lu juga.
Pipit : Ya, tapi Pipit engga tau kalo bakal ngajarin copet.
Muluk : Lu ngeliat koruptor di TV biasa aja, kenapa sekarang liat copet jadi heran? Lu liat dong, tuh! Senyumnya, engga kalah manis sama koruptor di TV.
Para copet : (senyum manis)
Bedil : (bersiul menggoda sambil merapikan rambutnya)
Ribut : Mbak, kalo Mbak engga percaya kalo kita ini adalah pencopet, adalah ini buktinya, Mbak. (menunjukan dompet Pipit yang tadi diambil) (melemperkannya pada Pipit).
Pipit : (memeriksa dompetnya)
Ribut : Tenang aja, Mbak duitnya masih utuh, kok. Adalah 7ribu. Hahaha
Para copet : (tertawa) hahahaha
Kampret : 7ribu? Miskin amat!?
Para copet : (tertawa) hahahaha
Pipit : Biar gua miskin, ini duit halal, Tau!!
Muluk : Nah, itulah tugas, lu. Lu ajarin mereka cara membedakan, mana yang halal dan mana yang haram.
Glen : Kita belajar ngaji, Bang? Ngaji belom perlu, tadi kita kira mau nyanyi.
Para copet : hahahaha
Muluk : Glen, dan adik-adik para pencopet yang budiman, copet juga bakal mati. Kalo udah gitu pilihannya Cuma dua. Masuk neraka atau masuk surga. Di neraka engga enak, di Surga enak.
Pencopet : Kita mau masuk surga, Bang. – Iya, Bang.
Muluk : Makanya untuk itu, Abang datangkan ustadzah Laela Fitriani alias ustadzah Pipit yang cantik ini untuk mengajarkan kalian ilmu agama supaya masuk Syuuuurrr...
Para copet : Suurrrrgaaaaa..
Muluk : kalo lu ngajar orang bener, apa sitimewanya? Tapi kalo lu ngajarin mereka jauh lebih mulia.
Boy : Betul, Mbak. Mulia sekali. Setuju?!
Para copet : Setujuuu!!
Pipit : Oke, gua akan ngajarin kalian.
Para copet : (bertepuk tangan)
Pipit : Udah, udah, udah. Engga perlu pake tepuk tangan. Pertama-tama karena ini pelajaran agama, gua mau nanya dulu nih, agama kalian apa?
Ari Wibowo : Agama kita, apa yaaa?
Boy : Yang enak, apa ya?
Codot : Alaaaahh, agama apa ajalah, Mbak yang penting enak.
Pipit : Agama apa aja?
Bedil : Iya, Mbak. Agama apa aja yang penting anak.
Muluk : Agama apa yang lu bisa ajarin?
Pipit : Ya, cuma islam, Bang.
Muluk : Yaudah, itu aja yang lu ajarin!
Pipit : Oke. (mengenakan kerudung yang dililitkan di lehernya). Oke. Sudah diputuskan, agama yang akan diajarkan disini adalah agama Islam. Buat yang bukan beragama Islam, boleh meninggalkan tempat dan nanti akan dicarikan guru penggantinya. Silahkan! (sambil tersenyum)
Para copet : (hanya diam)
**68**
Pipit : Aduuuh, Bang. Saya engga kuat, Bang. Mati aja dah kalo begini.
Muluk : Eh, kalo lu mati, anak-anak gimana?
Pipit : Jadi honor Pipit, dibayar dari hasil mencopet, Bang?
Muluk : Iya. Lu mau terima honor atau pahala?
Pipit : (sambil tertawa) mau dua-duanya, Bang!
Muluk : (tertawa)
Pipit : Makasih, yak!
Muluk : (pergi)
**69**
Pipit : (mengajarkan ngaji) asyhadu an-laa ilaaha illallah. Wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.
Para copet : (mengikuti bacaan Pipit)
Glen : (duduk di pojok, tidak mengaji)
**70**
Pipit : Kebersihan adalah sebagian dari iman. Kita tidak dapat menunggu datangnya musim hujan. (sambil membagikan sabun colek ke tangan para copet)
Para copet : (antre sambil menengadahkan tangan untuk menerima sabun colek untuk mandi)
Pipit : Makanya, mari belajar mandi!
Komet : (disiram air oleh Samsul) Dingiiiinnn.
Glen : (lari karena takut mandi)
Pipit : Pake sabunnya!!
Komet : Ko sabun colek si Mba?
Pipit : Ini kan baru belajar, biar hemat. Air itu sejuk, air itu menyegarkan, air itu membersihkan.
Komet : Air itu dingin.
(para copet mandi bergantian)
**71**
Samsul : sepuluh tambah 10 sama dengan?
Para copet : Dua puluuuuhh
Samsul : Nah, gampang kan? Dengan begini, duit berapa aja bisa lu itung.
**72**
Pipit : Usholli fardu subhi rak’ataini mustakbilal kiblati ada’an lillahita’ala.
Para copet : Usholli fardu subhi rak’ataini mustakbilal kiblati ada’an lillahita’ala.
**73**
Muluk : Produktivitas copet dan nasional kalah sama produktivitas koruptor. Jadi kalian harus lebih giat. Supaya ada peningkatan.
Para copet : (memperhatikan)
**74**
Mata Dewa : “Gue” karya Mata Dewa. Gue ini binatang jalanan. Tiap hari mencopet aja kerja gua. Mencopet, mencopet, daaaann mencopet. Kalo sampe waktu gue, gue akan berenti nyopet. Ya, Tuhaaan, ampunilah dosa gue. Amiin.
Para copet : (bertepuk tangan)
**75**
Samsul : Itu, gedung DPR. Tempat wakil rakyat.
Muluk : Wakil kita, yang kita tugaskan untuk memperjuangkan nasib kita.
Bedul : Wakil copet, ada engga, Bang?
Pipit : Hus!
Kalong : Di dalem boleh nyopet engga, Bang?
Pipit : Hus!
Muluk : Di dalem itu tempat orang-orang terhormat dan berpendidikan.
Ribut : Adalah kita bisa disitu, dong? Kita kan udah sekolah.
Glen : Ngapain lu disitu engga bisa nyopet?!
Komet : Tapi korupsi boleh, Kan?!
Samsul : Esh, sudah dah, Ayo. (mengajak mereka kembali naik mobil untuk pulang)
**76**
(para copet sholat di Masjid)
Ribut : Allahu Akbar.
Para copet : (mengangkat tangan takbir dan rukuk)
Glen : (memperhatikan teman-teman sholat)
Ribut : Sami Allahuliman hamidah.
Para copet : (mengangkat tangan takbir)
Glen : (masih memperhatikan)
Ribut : Allahu Akbar
Para copet : (sujud)
Glen : (keluar)
**77**
Pipit : Glen! (menghampiri Glen). Engga ikut sholat??
Glen : Engga mau, si Ribut yang jadi imam. Ntar kalo kebanyakan nyebut adalah, adalah Allahu Akbar, adalah bismillah, adalah komat, ssss adalah.... (pergi)
Muluk dan Samsul: (senyum)
**78**
(di lapangan mereka melakukan lomba lari)
**79**
Muluk, Samsul, Pipit, dan para pencopet : (mengibarkan bendera merah putih di lapangan). Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku. Marilah kita berseru Indonesi bersatu. Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku. Bangsaku rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia raya. Indonesia raya, merdeka merdeka tanahku negeriku yang kucinta. Indonesia raya merdeka merdeka hiduplah Indonesia raya. Indonesia Raya merdeke merdeka tanahku negeriku yang kucinta. Indonesia raya merdeka merdeka hiduplah Indonesia Raya.
**80**
Mata Dewa : (baru tiba ketika lagu hampir selesai). Amiiin.
Para copet : (heran)
Ribut : Adalah amiin.
Para pencopet : Amiiin.
Komet : Amiiiin.
Glen : Amiiin.
**81**
H. Sarbini : Pagi-pagi udah nongol, lu!
Jupri : Beh, (mencium tangan H. Sarbini)
H. Sarbini : Ikan berenang lagi, ya?
Jupri : Bukan, Beh.
H. Sarbini : Geser-geser! (H. Sarbini duduk di samping Jupri). (melihat ke arah Rahma, dan memberikan kode untuk masuk ke dalam rumah).
Rahma : (tersenyum kemudian pergi)
H. Sarbini : Buat apaan nih?
Jupri : Iseng aja, Beh. Kalo kita anggota DPR udah cape mikirin rakyat, Beh, ya ini, buat ngilangin stresnye. Niiiih, kita makan, Beh. Kita makan. Makan semuanya, Beh.
H. Sarbini : Pri, makan mulu engga ada beraknye?
Jupri : (menghentikan permainan dan memperhatikan layar laptopnya) Iya, ya mana pantatnya?
H. Sarbini : Aaaaahh, lu begimane sih?
Jupri : (melanjutkan permainan)
**82**
Pipit : HAH? Ikut??
H. Rahmat : Iya. Abah sama Pak, Bul mau liat kantor kalian.
H. Makbul : Pengen tau, pengembangan sumber daya manusia itu kaya apa?
Pipit : Waduh! (masuk ke dalam rumah dan mencari Handphone di dalam tasnya)
H. Rahmat : itu H. Sarbini di ajak aja. Biar dia liat pentingnya pendidikan.
H. Makbul : Haji aja dah yang ngajak dia.
H. Rahmat : (tertawa)
**83**
Pipit : Waduuuhh, pulsa gua abis lagi, nih. Kiamat, nih. (mengambil telepon rumah)
Umi Pipit : (main game) iiiiiihhh matiii lagiiii.
Pipit : Mi, ini teleponnya kenapa?
Umi Pipit : Belum bayar.
Pipit : aaaahhh..
**84**
Muluk : Ayo silahkan! Adik-adik kami para pencopet yang budiman silahkan duduk!
Para copet : (masuk ruangan)
Muluk : Ayo, duduk, duduk!
Samsul : Gimana, kita engga nungguin Pipit?
Muluk : Engga usah, udah mulai aja.
Samsul : Oke. Ade-ade sekalian, meskipun menteri pendidikan nasional tidak hadir,
Sobrat : emang diundang, Bang?
Samsul : Engga. Hahaha
Para copet : (tertawa).
Samsul : Meskipun para menteri tidak hadir dan para duta besar negara sahabat tidak datang, karena memang tidak diundang jadi kita mulai saja acara kita ini.
Glen : Presiden juga engga dateng, Bang?
Samsul : Betul. Karena tidak diuuuunn...
Para copet : Daaaaaaaaang.
Ongky : Kenapa engga diundang, Bang?
Samsul : Ngundang presiden biayanya mahal, jadii..
Ribut : Adalah kita ngundang yang pasti bisa datang dan adalah tidak dibayar. Hahaha
Para copet : hahahahaha
Samsul : Kereeennn
**85**
H. Rahmat : Ji, engga ada niat mau nyari bini baru lagi?
H. Sarbini : Waduh, kayanya belom kepikiran saya. Saya nunggu Rahma punya laki. Hahaha
H. Rahmat : Kalo Pak, Bul?
H. Makbul : Sama kaya Haji Sarbini. Kalo Haji Rahmat engga pengen nambah bini lagi?
Pipit : (berbalik badan dan melihat ke arah Abahnya.)
H. Rahmat : Ya, mau sih. Belum berani aja.
H. Sarbini : Oh die takut.
**86**
Rampok1 : (berjalan ingin menodong pada H. Makbul, H. Sarbini, dan H. Rahmat)
Rampok2 : Ngapain lu rampok dia? Duitnye kecil, dosanya gede, begok. Ayo! (pergi)
**87**
H. Sarbini : (melihat ke jendela yang rusak)
H. Makbul : Ji, eeeh (mengajak H. Sarbini masuk)
**88**
Muluk : Keberadaan kami bersama kalian selama ini adalah untuk membantu dan membimbing kalian menuju lompatan bersejarah. Mulai hari ini, kita belajar bagaimana membedakan mana yang milik kita dan mana yang milik orang lain. Mulai hari ini kita belajar untuk mendapatkan apa yang ingin kita miliki degan cara yang halal. Stop mencopet!
Para copet : Stop mencopet!
Muluk : Mati berdagang!
Para Copet : Mari berdagang!
Bedil : Mari bergadang!
Kampret : Ber-da-gang
**89**
Pipit : Assalamualaikum
Para copet ; Wa’alaikumusalam
Pipit : Pada minta ikut nih.
Muluk : (kaget dan bingung)
H. Rahmat : Apa-apaan ini?
Pipit : Tidak boleh tanya! Tidak boleh protes!
**90**
Samsul : eemmm, ade-ade, beliau-beliau ini adalah... oya (mengusir copet yang duduk di atas kursi dan menyuruh ketiga orang tua). Silahkan duduk Ayahanda, Pak Makbul, dan Haji Sarbini. Nah ade-ade sekalian, baiklah Abang akan memperkenalkan beliau ini satu-satu, ya. Kalo yang ini, Ayahanda Haji Rahmat, beliau adalah..
Pipit : Abah gue.
Samsul : Nah, betul. Beliau ini adalah Ayahanda Mbak Pipit. Kalo yang ini, Ayahanda Pak Makbul. Beliau adalah Ayahanda Abang kita, Bang Muluk. Nah, yang ketiga Haji Sarbini.
Kampret : Ayahanda Bang Samsul, ya?
Samsul : Beliau ini adalah calon mertua dari Bang Muluk. Mereka bertiga ini teman seperguruan. Bukan begitu, Ayahanda?
Komet : Belajar silat dimana, Pak?
Para copet : hahahahaha
Samsul : Eh, Komet. Mereka bukan dari perguruan silat, tapi seperguruan mengaji.
Komet : Oooohh.
Glen : Begok! Lu liat dong, pecinya putih!
Samsul : Eh, udah, udah, udah. Nah, sekarang coba ayahanda saksikan! Ah, Glen coba, tarik, tarik! (menunjuk kain ya ng menutupi dinding belakang)
Glen : (membuka kain)
Samsul : Nah, mencopet adalah masa lalu, mengasong adalah masa depan.
Para copet : (tepuk tangan). (para copet tertawa karena spanduk di belakang copot). Aahhahahaha.
Samsul : Saya ulangi, saya ulangi. Mencopet adalah masa lalu. Mengasong adalah masa depan.
Para copet : (bertepuk tangan lagi dan bersiul)
**91**
Samsul : Ayahanda, kami bertiga putra putri ayahanda tidak membangun masjid tidak pula membangun madrasah. Tapi kami mengembangkan sumber daya manusia. Kami mencoba memberdayakan ade-ade kami para pencopet yang budiman.
Ketiga orang tua : (heran dan bingung)
H. Makbul : Copet?
Komet : Ya, kami pencopet.
Samsul : Maaf, sekarang mereka memang masih copet. Tapi sebentar lagi mereka tidak lagi mencopet. Karena kami akan mengantarkan ade-ade kami ini kesebuah profesi yang baru, profesi yang halal. Ngasong!
Semua : (tepuk tangan dengan semangat)
Samsul : Nah, ade-ade kami calon pengasong ini juga sudah mengalami kemajuan dalam pendidikannya. Glen, coba sebutkan sila ke lima dari pancasila!
Glen : (berdiri) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Samsul : Nah, ade Ribut coba sebutkan butir kesatu penjelasan dari sila pertama pancasila!
Ribut : (berdiri) adalah bangsa Indonesia menyatakan adalah kepercayaannya dan adalah ketakwaan kepada Tuhan Yang adalah Maha Esa.
Samsul : Bagus! (tepuk tangan). Nah itulah penjelasan dari butir kesatu sila pertama dari pancasila. Tapi, harap kata “adalah” itu dibuang karena memang ditambahkan sendiri oleh ade kami ini. Oke, next. Eh ganteng, Ari Wibowo, alinea ketiga pembukaan Undang-undang Dasar 1945!
Ari wibowo : (berdiri) Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
(semua bertepuk tangan)
Samsul : Bagus! Bagus! Saya yakin, pasti ayahanda bertiga tidak hapal, toh?
H. Rahmat : tunggu, tunggu! Semua ini tadikan masalah pengetahuan umum, terus pelajaran agamanya mana?
Pipit : Jangan khawatir, Bah. Itu bagian Pipit. Coba, Bedil, rukun Islam ke lima?
Bedil : (berdiri) Naik haji ke baitullah bagi yang mampu.
Pipit : Hebatkan, Bah!
(semua tepuk tangan)
Pipit : Kalong, Kalong, kapankah umat Islam berpuasa?
Kalong : bulan puasa.
Pipit : Yee, nama bulannya, Long?!
Kalong : mmmmm Ramdhan.
(bingung namun kemudian bertepuk tangan semuanya)
Pipit : Eros, coba deh kamu baca niat sholat shubuh!
Eros : Attahiyyatul mubarok..
Pipit : Bukan,bukan. Niat, niat. Yang waktu itu kita mau mulai sholat itu!
Eros : Usholi fardhu shubhi rak’ataini mustakbilal kiblati adaan lillahita’ala.
Samsul : Baguuuss!!
(semua tepuk tangan)
Pipit : Dan engga cuma niatnya aja, Bah. Sholatnya juga bisa.
Samsul : Sekarang, sudah ayahanda saksikan, ade-ade kami yang budiman ini sudah menjadi pencopet yang pancasilais serta religius. Maksudnya manusia yang pancasilais dan religius.
Bedul : (berjalan ke depan dan berdiri di atas kursi) Proklamasi. Kami, Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Samsul : Good! (bertepuk tangan). Sudah bisa proklamasi, sudah merdeka. Eh, Dul, lu udah merdeka kan?
Bedul : Iya, dong, Bang.
Samsul : Merdeka!
Para copet : Merdeka!
Samsul : Nah, sekarang saatnya kita melangkah kesebuah tahapan yang penting. Sebuah lompatan, sebuah kemajuan yang hebat. Dari copet menjadi pengasong.
(semua bertepuk tangan)
Samsul : Baiklah, kami persilahkan Ayahanda, Haji Rahmat atau Pak Makbul, atau Haji Sarbini, silahkan Pak Haji dibuka selubungnya. Iya, Pak Haji Rahmat, silahkan, silahkan!
H. Rahmat : (menghampiri meja) bismillahirrahmannirrohiim. (membuka selubung di atas meja)
(semua bertepuk tangan)
Samsul : Nah, dengan enam kotak asongan ini, maka hari ini enam pencopet berubah menjadi enam pengasong.
(semua bertepuk tangan)
Samsul : Oke, sepertinya kita perlu ada acara do’a, ya? Mumpung ayahanda bertiga hadir disini. ayahanda, do’akanlah kami anak-anak bangsa ini.
H. Rahmat : (melihat ke arah H. Sarbini dan Pak Makbul). (mengangkat kedua tangan untuk berdo’a). Marilah kita menengadahkan kedua tangan kita kehadirat Allah SWT, semoga do’a kita dikabulkan dan mendapat ridho Allah.
Bang Jarot : (berdiri di depan pintu)
H. Makbul dan H. Sarbini: (melihat ke arah Bang Jarot dengan tatapan takut, kemudian berdiri dan menghentikan doa yang akan dilakukan oleh H. Rahmat)
H. Rahmat : bismillahirrahmanirrohim. (heran karena tangannya di turunkan oleh pak makbul dan h. Sarbini)
(semua diam dan melihat ke arah pintu)
Bang Jarot : (memandang dengan tatapn serius).
**92**
H. Makbul : Haji, gimane sih, pake mau baca do’a segala?
H. Rahmat : emangnya engga boleh? Apanya yang salah?
H. Makbul : Ji, itu mereka pencopet. Si Muluk sama Si Pipit ngajarin mereka.
H. Sarbini : Lah, baguskan?
H. Makbul : Jiiii, gaji si Muluk sama si Pipit dari uang hasil nyopet.
H. Rahmat dan H. Sarbini: Astagfirullahal adzim.
H. Makbul : Di dalam tubuh kita mengalir darah dari barang haram, Ji.
H. Rahmat dan H. Sarbini: Astagfirullahal adzim.
H. Makbul : Soalnya kita makan makanan yang anak-anak kita bawa ke rumah.
H. Rahmat dan H. Sarbini: Astagfirullahal adzim
H. Makbul : Astagfirullahal adzim. Astagfirullahal adzim. Astagfirullahal adzim.
**93**
Jambret1 : Jangan deket-deket, ntar apes. Ayo cabut, yuk!
(pergi)
**94**
H. Makbul : Ini gula kamu, teh, kopi. Ini punya Bapak. Bapak engga mau makan dan minum dari barang dan uang haram. Mulai bulan depan listrik, air, Bapak yang bayar, gas juga Bapak yang beli.
Muluk : (hanya terdiam)
**95**
Pipit : Menurut Abah, Pipit engga perlu digaji?
H. Rahmat : Itu duit haram.
Pipit : Bah, kalo Pipit punya orangtua kaya, punya duit banyak, Pipit sanggup engga digaji buat ngajar para copet itu. Paling tidak, sekarang Abah engga perlu lagi ngasih Pipit uang jajan, iya kan? Paling tidak Pipit mau melakukan sesuatu yang berarti, ya kan? Bah, sekarang pipit udah dewasa, segala perbuatan Pipit menjadi tanggungjawab Pipit sendiri. Kalo Pipit dosa, Abah engga ikut dosa, Bah.
H. rahmat : Ya Allah, ampunilah kami. (pergi)
**96**
Pipit : (mengejar dan melihat dari jendela) Bah, kemana, Bah?
Umi Pipit : “sad” bahasa Indonesianya apa?
Pipit : Sedih. (pergi ke pintu gerbang dan melihat Abahnya dari gerbang rumah)
**97**
H. Makbul : Ji!
H. Rahmat : eh, Pak, Bul.
(bersalaman dan berpelukan)
H. Makbul : Kenapa begini jadinya anak-anak kita, Ji?
H. Rahmat : (menggeleng) kita pergi.
Pipit : (menyaksikan dengan sedih)
(bergandengan tangan dengan erat)
H. Makbul : Haji kan tau, saya Cuma bisa ngejait tapi Demi Allah, Ji, Demi Allah sisa-sisa kain jaitan selalu saya kembalikan kepada pemesan. Dengan hasil ngejait yang kaya gitu saya didik si Muluk, saya besarkan si Muluk, tapi kenapa begini hasilnya, Ji?
H. rahmat : Sama, Pak Bul. Saya didik, saya besarkan si Pipit semua itu dari hasil pensiunan saya di Departemen Agama. Tapi kenpa begini?
Pipit : (menangis dan memandang hingga kedua orangtua itu tidak terlihat)
**98**
Penjudi 1 : Kebanyakan kartunya nih maen bertiga nih.
Penjudi 2 : Pincang. Catur deh.
Penjudi 3 : Lu maen catur, gue maen apa?
Penjudi 2 : Lu maen yang jauh.
Penjudi 3 : Naaahh, udah masuk rumah, masuk, masuk,masuk. (sambil mengacak-ngajak anak caturnya)
Penjudi 2 : Waduuuh, cari masalah nih kayanya nih.
**99**
Samsul : (berjalan sendiri menuju pos ronda)
Muluk dan Pipit: (berjalan mencari orangtua mereka)
Samsul : Mul! Muluk! Gini Mul, soal bagian yang 10% buat kita bertiga itu gua rasa kurang.
Muluk : (diam)
Samsul : (melihat ke arah Pipit)
Pipit : (menangis)
Samsul : Ada apa nih?
Muluk : Itu duit hasil nyopet, Sul.
Pipit : Bang Samsul tega ngasih duit haram buat ibu Abang?
Samsul : Lu kenapa berubah jadi sok suci begitu, Pit? Lu juga, Mul! Lu yang ngajak gue, lu yang bujuk gue, lu yang ngomong. Eh, elu rela liat gue maen gaple lagi, hah? Lu rela? Lu rela liat gue frustasi? Eh, Mul Allah itu Maha Mengetahui apa yang kita lakukan, Mul. Allah juga taulah kita engga bakalan kaya lantaran kita itu ngurus copet. Allah itu Maha mengetahui dan dia itu Maha memaklumi.
Muluk : Tapi gua engga tau seberapa maklumnya Allah.
Samsul : Terus gimana?
(Muluk dan Pipit pergi)
**100**
Penjudi 2 : Sul!
Samsul : (pergi menyusul Pipit dan Muluk)
**101**
H. Makbul : Ampuni aku, Ya Allah.
H. rahmat : Amiin.
H. Makbul : Mungkin di luar kesadaran, aku telah memberi anakku makanan dari rezeki yang tidak halal. Ampuni aku ya Allah.
H. Rahmat : Amiin Ya Allah.
H. Makbul : Astagfirullahaladzim
H. Rahmat : Astagfirullahaladzim. Kami telah menganiaya diri kami sendiri. Ampuni kami yang tua ini, Ya Allah.
H. Makbul : Amiin
H. Rahmat : Ampuni anak-anak kami, ya Allah.
H. Makbul : Amiin
H. Rahmat : Astagfirullahaladzim
H. Makbul : Astagfirullahaladzim
H. Rahmat : Astagfirullahaladzim
H. Makbul : Astagfirullahaladzim
H. Rahmat : Astagfirullahaladzim
H. Makbul : Astagfirullahaladzim
H. Rahmat : Astagfirullahaladzim
H. Makbul : Astagfirullahaladzim
**102**
Muluk : Kita pikirin lagi.
Samsul : Maksudnya?
Muluk : Gua bilang kita pikirin lagi!
Pipit : Iya, Bang. Sebaiknya malam ini kita berfikir.
Samsul : Mul, gua merasa hidup gua sudah berharga, Mul. Gua merasa gua udah bisa bermanfaat untuk orang lain. Ini suatu hal yang luar biasa buat gue. Oke, lu sekarang engga usah bayar honor gua juga engga apa-apa tapi gua minta uang transport buat ongkos suapa gua engga jalan kaki, ya, Mul ya, Mul? Mul, gua serius, Mul. Gua engga becanda. Gua butuh uang transport, Mul. Itu juga engga terlalu besar ko dosanya, oke? Ya?
Muluk : Kita liat besok.
Samsul : Muluk, yang dosanya paling besar adalah mereka yang korupsi. Mereka yang ngabisin duit rakyat. Yang biarin rakyatnya melarat, yang biarin rakyatnya jadi tukang copet. Muluk, lu tega ngeliat gue jadi bangke lagi? lu tega ngeliat orang-orang ngehina gue lagi? Samsul, sarjana pendidikan tapi pengangguran yang tiap hari kerjaannya main gaple, gangguin orang? Muluuuuukk.
Muluk : (hanya melambaikan tangan dan terus berjalan)
Samsul : (menangis)
**103**
Jupri : Ini bocah-bocah banyak amat. Udah sono,sono! Hahaha, Sul hahaha naaahh nih kaos buat lu. Jangan lupa pilih gua nomor 212, dari partai asam lambung partai yang bikin repot rakyat. Oke Bro?! Hahahaha
Samsul : Kentut lu. (sambil menutup muka Jupri dengan kaos yang barusan diberikan).
Para penjudi : Ahahahaha
Muluk : (pergi)
Para penjudi : Sul, main yuk, Sul!
Samsul : (hanya melambaikan tangan dan terus berjalan)
**104**
Jupri : (membagikan kaos kepada warga yang berkumpul) Ini kaos gratis. Bu, gratis, gratis nomor 212 partai Asam Lambung, Jupri. Mas ini kaos gratis, ayo! Mba, Mba, Mba.
**105**
Komet : Yang lain udah pada pergi, Bang. Engga ada yang mau ngasong.
Muluk : Terus lu gimana?
Komet : Sama, Bang. Engga biasa, sih.
Muluk : Kalo lu mau coba, lu pasti bisa, Met.
Samsul : Dengan cara mencari rezeki yang halal, engga ada alesan polisi ngejar-ngejar kita.
Pipit : Engga ada alesan malaikat masukin lu ke Neraka. Met, lu masih inget caranya sholat, kan?
Komet : (mengangguk)
Pipit : (tersenyum)
Samsul : Met, lu masih apalkan pancasila yang Abang ajarin?
Komet : (mengangguk)
Samsul : (tersenyum)
Muluk : Oke, Met. Ini enam kotak asongan sama isinya lu jaga, ya! Mungkin nanti ada yang mau ngasong.
Komet : Iya, Bang.
**106**
Pipit : Bang Samsul pikir karena Abang udah ngajarin pancasila dan Undang-undang dasar 45 terus kelakuannya jadi baik?
Samsul : terus lu pikir, karena lu udah ngajarin ngaji, sholat, kelakuan mereka juga jadi baik?
Pipit : Eh, Pret dari mana lu?
Kampret : abis sholat di mushollah, Mba.
Pipit : Waaahh, ada juga hasil gua negdidik lu, Pret.
Kampret : (tersenyum)
Samsul : Eh, Pret sendal lu bagus tuh.
Kampret : (memamerkan sendalnya) Iya, Bang. Abis ngambil di mushollah tadi. (pergi)
Samsul : Sekarang gua makin ngerti kenapa ornag yang sholat dan hapal pancasila masih tetep aja korupsi.
(para copet mengintip di balik dinding)
**107**
Muluk : Terimakasih sudah memberi kami kesempatan dan sekarang sudah saatnya kami melakukan hal yang lain.
Bang Jarot : Saya terimakasih, Abang sudah mau berusaha.
Muluk : Ini motor, ini surat-suratnya, ini buku tabungan. Ada dua puluh satu juta dua ratus. Ini kartu ATM, PINnya ada disitu. Di Markas ada enam kotak asongan, Komet yang jaga.
Bang jarot : (mengangguk)
**108**
Bang Jarot : (memukul papan kayu). Dasar lu copet goblok. Lu tau engga isinya apa? Disini ada uang dua puluh satu juta dua ratus ribu. Sebelum Bang Muluk kesini lu engga pernah punya duit sebanyak itu, kan? Engga pernah, kan, hah? Bang Muluk kesini Cuma mau ngajarin lu jadi pengasong tapi lu semua kepinginnya jadi copet. Copet itu paling top masa depannya di penjara, Tau? Di dor, mampus, tua, dan tetep miskin. Tau engga lu? Kalo koruptor, korupsi duitnya banayk tetep keluar penjara juga masih tetep banyak. Kenapa? Karena mereka sekolah! Lu kan engga sekolah, lu kan Cuma copet. Lu engga punya harepan, tau lu? Lu engga punya harepan. Sekarang Bang Muluk sama temen-temennya udah engga ada di sini lagi. engga ada yang mau ngajarin lu macem-macem lagi. Eh, liat tuh! Itu ada enam kotak asongan, siapa yang mau ngasong boleh ngasong dan kotak ini milik mereka. Eh Glen, ini negara bebas, ya, yang mau ngasong, ngasong yang mau nyopet, nyopet. Tapi inget, kalo ada yang gangguin temennya ngasong bakal gua hajar.
(semua copet hanya diam)
**109**
H. Makbul : Kalo bisa nyetir kesempatan baut kerja banyak, engga bisa di sini berangkat ke Arab Saudi.
Muluk : (tertegun)
**110**
Pipit : (mengambil remot dan menyalakan televisi).
Pembawa acara: Ayo, ayo silahkan hubungi nomor di bawah ini. Pertanyaannya adalah orang yang mengambil uang rakyat untuk kepentingan dirinya sendiri disebut? A. Maling. B. Pencopet. Atau C. koruptor. Hadiahnya lima ratus ribu dipersembahkan oleh vatigon hydro minuman ion dari air kelapa.
H. Rahmat : (melihat ke arah Pipit)
Umi Pipit : (sibuk mengisi TTS)
**111**
Penjudi 3 : Ya Tuhan, terimakasi Kau telah bawa samsul kesini. Mantaaapp.
Penjudi 2 : Ahahahaha
Samsul : (memainkan kartunya) Jalan, jalan, jalan.
**112**
(para pencopet sedang tertidur lelap di markas kecuali Komet sedang menjaga kotak asongan)
**113**
Jupri : Yang rata nempelnya, yang banyak nempelnye, yang rata itu!
Ibu-ibu : Lu copotin tuh gambar, gua engga mau ditipu lagi!
Jupri : Waaahh, itu tuh. Yang raja jangan miring! Tuh kan bagus tuh. Ane menang, ente kenyang. Hahaha
Bapak-bapak : Ente serius, Jup?
Jupri : Seriuslah, Om. Jangan lupa pilih saya nomor 212 dari partai Asam Lambung.
Bapak bapak : Hahaha Emak Bapak lu aja engga percaya sama elu, apa lagi gue. Hehehe
Jupri : Cabut-cabut-cabut! Orang yang kaya begini nih, ujung-ujungnya minta duit. Cepetan!
**114**
Komet : (keluar bersama anak buahnya dari Markas dengan memabawa kotak asongan)
Boy : Met, gue ikut.
Komet : (mengangguk)
Boy : (berlari mengambil kotak asongan)
Glen : (memukul kepala Boy)
Komet : Glen, ini negara bebas. Yang mau nyopet, nyopet, yang ngasong, ngasong.
Glen : (memukul kepala Boy)
(Ribut dan anak buahnya pergi mencopet)
**115**
Muluk : (sedang kursus menyetir mobil)
**116**
(Glen di kejar oleh massa dan hampir tertabrak mobil yang dikendarai muluk)
Muluk : (kaget dan memperhatikan orang-orang yang berkejaran)
**117**
Ibu guru : Kalo ada Presiden lewat, kibarkan benderanya. Okeee?!
Murid-murid SD : Okeee
Ibu guru : Ayo semuaa!!
**118**
Komet : Permennya! Permen! Minum! Minum! Minum! Yang aus minum! Kacang, kacang, permen! Ini, Pak!
Muluk : komet! Komet! Komet!
Komet : Woy, Bang!
Muluk : (mengacungkan jempolnya)
Komet dan anak buahnya : (melambaikan tangan)
**119**
(SatPol PP datang)
Muluk : Komet, lari, Met! Met, Komet, Lari!
Komet : (membalik badan dan lari) Woy cepet! Woy!
Muluk : Lari!!
**120**
Boy : (hendak bersembunyi di tempat servis elektornik namun tertangkap). Pak, jangan, Pak!
Pemilik toko : Bawa! Bawa! Bawa!
Muluk : Woy, jangan tangkap! Lari! Lari! Lari!
**121**
(komet dan anak buah yang lainnya bersembunyi ditempat makan)
**122**
Muluk : Kalian tangkap saya! Saya yang suru mereka ngasong! Ayo tangkap saya!
Komandan : Eh eh eh, ada apa nih? Ada apa nih?
Muluk : Mereka hanya mencari rezeki yang halal. Dan hanya itu yang mereka bisa.
Anggota PP 1 : Ini aturan! Engga boleh ngemis dan mengasong! Mengganggu lalu lintas, tau?
Muluk : Kalian tergganggu dengan pengemis dan pengasong? Tapi engga terganggu dengan ulah para koruptor yang memiskinkan kalian!
Anggota PP 2 : Kan koruptor engga ganggu lalu lintas.
Muluk : Harusnya kalian tangkap para koruptor yang sudah memiskinkan negeri ini, memiskinkan kalian.
Anggota PP 2 : Bukan tugas kita.
Muluk : Memang bukan tugas kalian. Paling tidak punya rasa belas kasihan. Mereka hanya mencari rezeki yang halal. Biarin mereka yang miskin mencari rizki yang halal.
Komandan : Aduh, pusing gua! Udah kalo gitu dia aja yang kita tangkep. Ayo, bawa!
Anggota PP 1 & 2 : Ayo ikut!
**123**
(Boy menyusul Komet ke tempat bersembunyi)
Boy : Kalo kaya gini, gue nyopet lagi aja deh.
Komet : Kita jangan nyerah! Liat doang bang Muluk yang udah ngebela kita!
(mereka kembali mengasong)
**124**
(penertiban gembel, pengamen, dan pengasong)
**125**
Komet : Bang Muluk!! Bang Muluk!!
Muluk : (melihat ke arah Komet)
Komet : Bang Muluk!!
Bedil : Bang Muluk!!
Muluk : (melambaikan tangan dan mengacungkan kedua jempolnya ke arah Komet dan anak buahnya).
Komet : Bang Muluk!! Bang!! Bang Muluk!! (sambil berlari)
Bedil : Bang!!
Muluk : (mengacungkan kedua jempolnya)
(komet dan anak buahnya menangis)
Muluk : (mengacungkan jempolnya dan melambaikan tangan)
**126**
BIOGRAFI PENULIS
Astri Pertiwi lahir pada 20 Desember 1992 di Tangerang, Banten. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Umar dan Ibu Asnah. Pendidikan yang penulis tempuh pertama kali di SDN Pajajaran lulus pada tahun 2005. Melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Cisauk lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan sekolah tingkat atas di SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan lulus pada tahun 2011. Kemudian penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011. Penulis sangat suka menonton film. Baginya film tidak hanya sebagai hiburan
namun ada pelajaran di dalamnya. Pelajaran yang terdapat dalam film akan lebih mudah dingat penulis. Kegemarannya menonton film mendorongnya untuk memberikan apresiasi lebih terhadap film Indonesia dengan membuat skirpsi yang berjudul Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar dan Implikasinya terhadap Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dia SMA.
Penulis sudah mulai mengajar disebuah sekolah SMK swasta sejak semester 7 sebagai guru Bahasa Indonesia. Penulis masih aktif mengajar di sekolah SMK tersebut. Selain mengajar di SMK penulis sudah mengembangkan ilmu yang dimiliki dengan menjadi guru disebuah sekolah SMA Plus dan SMP sejak 2016.