1. Klorida (Cl-)
Kelarutan : kebanyakan klorida larut dalam air.
Merkurium (I) klorida, Hg2Cl, perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut dalam
sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida,
CuCl, bismuth oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium (II) oksiklorida,
Hg2OCl2, tak larut dalam air.
Untuk mempelajarai reaksi-reaksi ini, pakilah larutan natrium klorida, NaCl 0,1 M.
a. Asam sulfat pekat : klorida itu terurai banyak dalam keadaan dingin, penguraian adalah
sempurna pada pemanasan yang disertai dengan pelepasan hydrogen klorida,
Cl- + H2SO4 → HCl ↑ + HSO4-
Produk ini dapat dikenali
Dari baunya yang merangsang dan dihasilkannya asap putih, yang bterdiri dari
butiran halus asam klorida, ketika kita meniup melintasi mulut tabung
Dari pembentukan kabut putih ammonium klorida, bila sebatang kaca yang dibasahai
dengan larutan ammonia dipegang dekat mulut bejana, dan
Dari sifatnya yang mengubah kertas lakmus biru menjadi merah
b. Mangan dioksida dan asam sulfat pekat
Jika klorida padat dicampur dengan mangan dioksida produk pengendapan yang sma
banyaknya, lalu ditambah dengan asam sulfat pekat dan campuran dipanaskan perlahan –
lahan, klor akan dilepaskan yang dapat diidentifikasi dari baunya yang menyesakkan nafas,
warnanya yang hijau kekuningan, sifatnya yang bmemutihkan kertas basah, dan mengubah
kertas kalium iodide kanji menjadi biru. Hydrogen klorida yang mula-mula terbentuk
dioksidasikan menjadi klor.
MnO2 + 2 H2SO4 + 2 Cl- → Mn2+ + Cl2 ↑ + 2 SO4 2- + 2 H2O
c. Larutan perak nitrat
Endapan perak klorida, AgCl yang seperti didih dan putih. Ia tak larut dalam air san dalam
asam nitrat encer tetapi larut dalam larutan ammonia encer dan dalam larutan-larutan kalium
sianida dan tiosulfat
Cl- + Ag+ → AgCl ↓
AgCl ↓ + 2 NH3 → (Ag (NH3)2 )+ + Cl-
(Ag (NH3)2 )+ + Cl- + 2 H+ → AgCl ↓ + 2 NH4+
Jika endapan perak klorida ini disaring, dicuci dengan air suling dan lalu dikocok dengan
larutan natrium arsenit, endapan diubah menjadi perak arsenit yang kuning (perbedaan dari
perak bromide dan perak iodide yang tak dipengaruhi oleh pengolahan ini ). Reaksi ini boleh
dipakai sebagai uji pemastian terhadap klorida.
3 AgCl + AsO33- → Ag3AsO3 ↓ + 3 Cl-
d. Larutan timbel asetat
Endapan putih timbel klorida, PbCl2, dari larutan yang pekat
2 Cl- + 2 Pb2+ → PbCl2 ↓
e. Kalium dikromat dan asam sulfat (uji kromil klorida)
Klorida padat dicampurkan dengan sekasama dengan kalium dikromat yang telah dihaluskan
menjadi bubuk dan tiga kali lipat beratnya di dalam labu suling kecil ditambah asam sulfat
yang sama volumenya, dan campuran dipanaskan perlahan-lahan. Uap merah tua kromil
klorida, CrO2Cl2 yang dilepaskan dialirkan ke dalam larutan natrium hidroksida yang
terkandung dalm sebuah tabung uji. Larutan kuning yang dihasilkan dalam tabung ujiini
mengandung natrium kromat, ini dipastikan dengan mengasamkannya dengan asam sulfat
encer, menambahkan 1-2 mL amil alcohol diikuti dengan sedikit larutan hydrogen peroksida.
Lapisan organic itu akan berwarna biru. Lain dari pada ini uji difenilkarbazida juga boleh
dipakai. Pembentukan suatu kromat dalam destilat menunjukkan adanya suatu klorida dalam
zat padat itu, karena kromil klorida merupakan cairan yang mudah menguap (atsiri) (td.116,5 oC)
4 Cl- + Cr2O7-2 + 6 H+ → 2 CrO2Cl2 ↑ + 3 H2O
CrO2Cl2 ↑ + 4OH- → CrO42- + 2 Cl- + 2 H2O
Sedikit iod mungkin juga dibebaskan disebabkan oleh reaksi :
6 Cl- + Cr2O7-2 + 14 H+ → 3 Cl2 ↑ + 2 Cr3+ + 7 H2O
Dan ini mengurangi kepekaan uji ini .
Bromida dan iodida menimbulkan halogen bebas yang menghasilkan larutan yang tak
berwarna dengan larutan natrium hidroksida. Jika rasio iodida terhadap klorida melebihi 1 :
15 pembentukan kromil klorida sangat banyak tercegah dan klor dilepaskan. Fluorida
mengakibatkan timbulnya kromil fluoride CrOF2 yang mudah menguap, yang diuraiakn oleh
air dan makanya tak boleh ada atau harus dihilangkan. Nitrit dan nitrat mengganggu karena
bisa terbentuk nitrosil klorida. Klorat tentu saja tak boleh ada.
Klorida dari merkurium kareana ionisasinya sedikit tak berespons terhadap uji lain. Hanya
perubahan sebagian saja menjadi CrO2Cl2 terjadi dengan klorida dari timbel, perak, stibium,
dan timah.
Teknik uji bercaknya adalah seperti berikut. Kedalam tabung ditaruh beberapa milligram
cuplikan padat (atau uapkan satu dua teteas larutan uji di dalamnya ) tambahkan sedikit
kalium dikromat yang telah dijadikan bubuk dab setetes asam sulfat pekat. Taruh suatu kolom
yang kira-kira 1 mm panjangnya dari larutan difenilkarbizida 1% dalam alcohol ke dalam
tabung kapiler dari penyumbat dan panaskan peralatan selama beberapa menit. Kromil
klorida dilepaskan membuat reagensia itu berwarna lembayung.
Kepekaan : 1,5 μgCl- batas konsentrasi :1 dalam 30.000
Suatu cara lain, adalah dengan memakai jumlah-jumlah yang sama dari bahan-bahan dalam
peralatan dan sebagai ganti larutan difenilkarbizida dipakai setetes alkali encer di atas tombol
kaca. Panaskan selama beberapa menit dan setelah didinginkan celupkan tombol kaca ke
dalam beberapa tetes larutan difenilkarbizida dalam alcohol yang telah diolah dengan sedikit
asam sulfat encer yang ditaruh di atas lempeng bercak. Kita memperoleh pewarna lembayung
Kepekaan : 3 μgCl- batas konsentrasi : 1 dalam 150.000
Bromida dalam jumlah sedikit (5%) tidak mengganggu tetapi bromida dalam jumlah bayak
menimbulkan cukup brom untuk mengoksidasikan reagensia. Maka paling baik tambahkan
sedikit fenol kepada larutan reagensia, pada mana brom akan dihilangkan sebagai
tribromofenol. Nitrat mengganggu karena terbentuknya nitrosil klorida, tetapi nitrat ini boleh
direduksi menjadi garam ammonium.
2. Fluorida F-
Kelarutan : fluoride dari logam alkali yang umum dan perak dari perak, merkurium, aluminium,
dan nikel mudah larut dalam air sedang fluorida dari timbel, tembaga, besi (III), barium, dan
litium larut sedikit dan fluorida dari logam alkali tanah yang lainnya tidak larut dalam air. Untuk
mempelajari rekasi ini pakailah larutan natrium flourida NaF 0,1 M.
a. Asam sulfat pekat
Dengan fluorida padat, gas hidrogen fluorida H2F2 yang tak berwarna dan korosif
dilepaskan dengan memanaskan. Gas ini berasap dalam udara yang lembab dan tabung uji
jadi kelihatan seperti berlemak akibat korosi oleh uap itu terhadap silika dari kaca yang
membebaskan gas silikon tetraflourida, SiF4. Dengan memegang sebatang gelatin
didepositkan di atas batang itu, ini merupakan suatu produk penguraian silikon tetraflourida.
2F- + H2SO4 → H2F2 ↑+ SO42-
SiO2 + 2H2F2 → SiF4 ↑+ 2 H2O
SiF4 ↑ + 3 H2O → 2(SiF6)2- + H2SiO3 ↓ + 4 H+
Perhatikan bahwa pada suhu kamar gas hidrogen flourida hampir sempurna mengalami
dimerisasi, maka rumusnya telah ditulis sebagai H2F2. Pada suhu yang tinggi (misalnya 90oC),
gas ini sempurna menjadi hidrogen flourida monomer :
H2F2 ↔ 2 HF
Hasil yang sama dicapai lebih cepat dengan mencampurkan flourida padat dengan silika yang
sama volumenya (bulk), membuatnya menjadi pasta dengan asam sulfat pekat dan
memanaskannya dengan perlahan-lahan, silikon flourida dengan cepat dibebaskan.
Teknik uji bercak dari reaksi ini memanfaatkan pengubahan asam silikat dan fluorasilikat
dengan memakai ammonium molibdat menjadi asam silikomolibdat H4 (SiMo12O40). Zat yang
terakhir ini tidak seperti asam molobdat bebas, mengoksidasi benzidina dalam larutan asam
asetat menjadi suatu zat pewarna yang biru dan biru molibdenun berbarengan dihasilkan.
(bahaya : reagensia ini dapat menimbulkan kanker (karsenogenik)).
Campuran cuplikan zat yang uji padat dengan sedikit bubuk silika murni dalam tabung
dan basahi silika itu dengan 1-2 tetes asam sulfat pekat. Taruh setetes air diatas tombol kaca
dari penutup, sumbatkan pada tempatnya, dan panaskan alat dengan perlahan-perlahan
selama kira-kira 1 menit. Jauhkan sumber panas, danb iarkan diam selama 5 menit. Bilaskan
tetes air itu sehingga jatuh ke dalam sebuah krus mikro, tambahkan 1-2 tetes reagensia
ammonium molibdat dan panaskan campuran sampai tempat mulai bergelembung-
gelembung. Biarkan mendingin masukkan setetes larutan benzinida 0,05 persen dalam asam
asetat 2M dan beberapa tetes larutan natrium asetat jenuh. Diperoleh warna biru.
Kepekaan : 1 μgF
b. Uji etsa
Sebuah kaca arloji yang bersih dilapisi pada sisi cembungnya dengan lilin parafin dan
sebagian dari kaca dibiarkan terbuka dengan jalan menggoreskan suatu disain di atas lilin itu
memakai sebatang paku atau kawat. Suatu campuran dari kira-kira 0,3 g fluorida dan 1 ml
asam sulfat pekat ditaruh dalam krus timbel atau platinum yang kecil, dan krus ini segera
ditutup dengan kaca kaca arloji tersebut dengan sisi cembungnya disebelah bawah. Sedikit
air harus dituangkan ke dalam sisi atas (cekung) kaca arloji itu untuk mencegah lilin meleleh.
Krus dipanaskan dengansangat perlahan-lahan (paling baik di atas pemanas air). Setelah 5-10
menit hydrogen fluorida akan mengetsa kaca itu. Ini mudah dilihat setelah lilin paraffin
dihilangkan dengan memegangnya di atas nyala api atau dengan air panas, dan lalu
menghembuskan nafas di atas permukaan kaca.
Uji ini boleh juga dilakukan dalam kapsul timbel yang kecil yang diberi tutup yang
menutup rapat terbuat dari kertas timbel. Sebuah lubang kecil dengan diameter kira-kira 3
mm ditusukkan pada tutup ini. Kira-kira 0,1 g zat yang diduga adalah fluoride dan beberapa
tetes asam sulfat pekat ditaruh dalam kapsul bersih itu, dan sepotong kaca kecil (misalnya
lempeng (slide) mikroskop) ditaruh diatas lubang pada tutup. Setelah dipanaskan perlahan-
lahan (paling baik di atas penangas air) akan didapati sebuah bercak yang teretsa muncul di
atas kaca, di tempat di mana tadi kaca menutupi lubang itu.
c. …. Perak nitrat : tak ada endapan karena perak fluoride larut dalam air.
d. Larutan kalsium klorida : endapan kalsium fluoride CaF2 yang putih dan seperti lender yang
sdikit larut dalam asam asetat, tetapi sedikit lebih larut dalam asam klorida encer.
2F- + Ca2+ → CaF2 ↓
e. Larutan besi (III) klorida : endapan putih kristalin natrium heksafluoraferrat (III) dari larutan-
larutan fluoride yang pekat yang larut sangat sedikit dalam air. Endapan ini tak member
reaksi besi (mis. Dengan amonium tiosianat) kecuali setelah diasamkan.
6F- + Fe3+ + 3 Na+ → Na3 (FeF6) ↓
f. Uji bubuk pewarna zirconium – alizarin. Larutan garam zirconium dalam asam klorida
diwarnai lembayung kemerahan oleh alizarin – S atau oleh alizarin dengan menambahkan
larutan suatu fluoride, warna dari larutan demikian segera berubah menjadi kuning pucat
(warna dari asam alizarin sulfonat atau alizarin yang dibebaskan) karena pembentukan ion
heksafluorozirkonat (IV) yang tak berwarna (ZrF6)2-. Uji ini bias dikerjakan di atas lempeng
bercak.
Campurkan diatas lempeg bercak 2 tetes dari masing-masing (volume-volume yang
sama) yaitu dari larutan air 0,1 % alizarin-S (natrium alizarin sulfonat) dan dari larutan
zirkonil klorida (0,1 g zirkonil klorida padat dilarutkan dalam 20 ml asam klorida pekat dan
diencerkan menjadi 100 ml dengan air) setelah ditambahkan satu dua tetes larutan fluorida,
bubuk pewarna zirconium itu kehilangan warnanya sehingga menjadi larutan yang kuning
jernih.
Cara lain adalah, campurkan 2 tetes larutan alizarin-S dan 2 tetes larutan zirkonil klorida
dalam tabung uji semimikro, tambahkan setetes asam klorida encer atau asam asetat 1:1 (v/v)
diikuti oleh 2 tetes larutan uji. Warna merah jambu itu akan berubah menjadi kuning.
Metode yang paling peka untuk mengerjakan uji bercaknya adalah seperti berikut. Jenuhi
sedikit kertas saring kuantitatif atau kertas reaksi-tetes dengan reagensia zirconium-alizarin-S
keringkan dan basahi dengan setetes asam asetat 1:1 (v/v). taruh setetes larutan uji netral
diatas bercak merah yang basah itu, bercak akan berubah menjadi kuning.
Kepekaan : 1 μgF-. batas konsentrasi : 1 dalam 50.000
Sulfat, tiosulfat, nitrit, arsenat, fosfat, dan oksalat dalam jumlah – jumlah yang banyak
mengganggu uji ini.
Kertas zirkonium-alizarin-S dibuat seperti berikut. Celupkan kertas saring kuantitatif
(kertas reaksi-tetes) dalam larutan dari zirconium nitrat 10 % dalam asam klorida 2M, tiriskan
dan taruh dalam larutan alizarin-S 2 % dalam air. Cuci kertas itu yang diwarnai lembayung
merah oleh bubuk pewarna zirconium itu, sampai air cucian hamper tak berwarna lalu
keringkan di udara.
3. Perklorat, ClO4-
Kelarutan : perklorat umumnya larut dalam air. Kalium perklorat adalah salah satu dari yang
paling sedikit larut (7,5 g l-1 dan 218 g l-1, masing-masing pada 0o dan 100 o ) dan natrium
perklorat adalah salah satu dari yang paling banyak larut (2,096 g l-1 pada 25o).
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini pakailah larutan asam perklorat 2M atau natrium perklorat
NaClO4 padat.
a. Asam sulfat pekat : ak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dengan garam padat itu dalam
keadaan dingin dengan pemanasan yang kuat dihasilkan asap putih yaitu asam perklorat
monohidrat:
NaCrO4 + H2SO4 + H2O → HClO4H2O ↑ + HSO4- + Na+
b. …. Kalium klorida : endapan putih KClO4 yang tak larut dalam alkohol. Larutan amonium
klorida member aksi yang serupa :
ClO4- + K+ → KClO4 ↓
ClO4- + NH4
+ → NH4ClO4 ↓
c. Larutan barium klorida : tak ada endapan. Hasil yang serupa diperoleh dengan larutan perak
nitrat.
d. Uji indigo : tak terjadi penghilangan warna, bahkan dengan adanya asam (perbedaan dari
hipoklorit dan klorat).
e. Belerang dioksida, hydrogen sulfide, atau garam-garam besi (II): tak terjadi reduksi
(perbedaan dari klorat).
f. Larutan titanium (III) sulfat : jika ada serta asam sulfat, perklorat akan direduksi menjadi
klorida :
ClO4- + 8 Ti3+ + 8H+ → Cl- + 8Ti4+ + 4H2O
Ion-ion klorida yang dapat diidentifikasi dalam larutan dengan uji-uji yang biasa.
g. Uji tetraaminakadmium perklorat. Bila suatu larutan perklorat yang netral diolah dengan
suatu larutan jenuh cadmium sulfat dalam larutan ammonia pekat, kita memperoleh endapan
kristalin putih tetraaminakadmium perklorat.
2ClO4- + (Cd(NH3)4)2+ → (Cd(NH3)4)(ClO4)2 ↓
Sulfida mengganggu dengan mengendapkan cadmium sebagai cadmium sulfide maka tak
boleh ada.
h. Kerja oleh panas: oksigen dilepaskan dari perklorat padat, dan dalam residunya ion klorida
dapat diuji.
NaClO → NaCl + 2 O2 ↑
4. Heksafluorasilikat (silikofluorida), (SiF6)2-
Kelarutan : kebanyakan heksafluorosilikat dari logam-logam (kecuali garam-garam barium dan
kaliumnya, yang hanya sedikit larut ), larut dalam air. Larutan dari asamnya (asam
hidrofluorosilikat H2(SiF6)) merupakan salah satu produk dari oksi oleh air terhadap silikon
tetrafluorida dan akan terbentuk juga dengan melarutkan silika dalam asam fluorida.
SiO2 + 6HF → H2(SiF6) + 2 H2O
Untuk memperkaya reaksi-reaksi ini, pakailah larutan natrium heksafluorosilikat 0,1 M yang baru
saja dibuat.
a. Asam sulfat pekat: silikon tetrafluorida dan hidrogen fluorida dilepaskan pada pemanasan
reagensia dengan garam padat. Jika reaksi dilangsungkan dalam kapsul atau krus dari
platinum atau timbel gas yang keluar akan mengetsa kaca dan mengeruhkan suatu tetes air.
Na2(SiF6) + H2SO4 → SiF4 ↑ + H2F2 ↑ + 2 Na+ + SO42-
b. Larutan barium klorida ; endapan kristalin putih barium heksafluorosilikat, …(SiF6) yang
sangat sedikit larut dalam air (0,25 g l-1pada 25o) dan tak larut dalam asam klorida encer.
Endapan dapat dibedakan dari barium sulfat karena melepaskan hidrogen fluorida dan silikon
fluorida yang akan mengetsa kaca, ketika dipanaskan dengan asam sulfat pekat dalam sebuah
krus timbel.
(SiF6)2- + Ba2+ → Ba(SiF6)↓
c. Larutan kalium klorida : endapan seperti gelatin yang putih kalium heksafluorosilikat
K2(SiF6) dari larutan-larutan yang pekat. Endapan larut sedikit dalam air (1,77 g l -1 pada
25oC) larut lebih sedikit lagi dalam reagensia berlebihan dan dalam alcohol 50%
(SiF6)2- + 2K+ → K2(SiF6)↓
d. Larutan ammonia : terjadi penguraian disertai pemisahan asam silikat yang seperti gelatin :
(SiF6)2- + 4 NH3 + 3 H2O → H2SiO3 ↓ + 6 F- + 4 NH4+
e. Kerja oleh panas : terjadi penguraian mejadi silikon tetrafluorida yang membuat setetes air
menjadi keruh dan fluorida logamnya yang dapat diuji dengan cara yang biasa.
Na2(SiF6) → SiF4 ↑ + 2Na+ + 2F-
5. Format, HCOO-
Kelarutan : terkecuali garam-garam timbel, perak, dan merkurium (I), yang sangat sedikit larut,
kebanyakan format larut dalam air. Asam bebasnya, HCOOH adalah suatu cairan yang berbau
menyengat (100,5o titik lebur 8o), yang dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan
dan menimbulkan lepuh-lepuh bila mengenai kulit.
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, pakailah larutan natrium format HCOONa 1 M
a. Asam sulfat encer : asam format dibebaskan baunya yang menyengat dapat dideteksi dengan
memanasjan campuran.
HCOO- + H+ → HCOOH ↑
b. Asam sulfat pekat : karbon monoksida (sangat beracun) dilepaskan pada pemanasan gas ini
harus dupijarkan dan diperoleh nyala biru yang khas. Uji ini dapat dikerjakan dengan berhasil
dengan natrium format yang padat.
HCOONa + H2SO4 → CO ↑+ Na + + HSO4- + H2O
c. Etanol dan asam sulfat pekat : bau yang sedap, yang ditimbulkan oleh etil format muncul
pada pemanasan.
HCOONa + H2SO4 → HCOOH + Na+ + HSO4-
HCOOH + C2H5OH → HCOO.C2H5 ↑ + H2O
d. Larutan perak nitrat : endapan putih perak format dan larutan-larutan netral, yang dengan
perlahan-lahan direduksi pada suhu kamar dan lebih cepat dengan dipanaskan dengan
membentuk suatu endapan perak yang hitam (perbedaan dari asetat). Dengan larutan yang
sangat encer perak data … dalam bentuk cermin dinding tabung.
HCOO- + Ag+ → HCOOAg ↓
2 HCOOAg ↓→ 2 Ag ↓ + HCOOH + CO2 ↓
e. Larutan barium klorida atau kalsium klorida : tak ada perubahan (perbedaan dari oksalat).
f. Besi (III) klorida : pewarnaan merah, yang disebabkan oleh kompleks (Fe3(HCOO)6)3+
dihasilkan dalam larutan yang praktis netral, warna ini akan dihilangkan oleh asam klorida.
Jika larutan yang merah ini diencerkan dan dididihkan, suatu endapan coklat besi (III) format
basa terbentuk.
6HCOO- + 3Fe3+ → (Fe(HCOO)6)3+
(Fe(HCOO)6)3+ + 4H2O → 2Fe(OH)2HCOO ↓+ 4HCOOH ↑ + Fe3+
g. Larutan merkurium (II) klorida : endapan putih merkurium (I) klorida (kalomel) dihasilkan
dengan pemanasan, ini berubah menjadi merkurium logam yang abu-abu dengan adanya
larutan format yang berlebihan (perbedaan dari asetat).
2HCOO- + 2HgCl2 → Hg2Cl2 ↓ + 2Cl- + CO ↑+ CO2 ↑+H2O
2HCOO- + Hg2Cl2 ↓ → 2Hg ↓ + 2Cl- + CO ↑ + CO2 ↑ + H2O
h. Uji merkurium (II) format : asam format bebas diperlukan untuk uji ini. Larutan natrium
format itu harus diasamkan dengan asam sulfat encer, dan dikocok kuat-kuat dengan sedikit
merkurium (II) oksida. Lalu larutan harus disaring. Filtrat, bila dididihkan member untuk
sementara endapan putih merkurium (I) format, yang dengan cepat berubah menjadi endapan
merkurium logam abu-abu.
2HCOOH + HgO → (HCOO)2Hg + H2O
2(HCOO)2Hg2 → (HCOO)2Hg2 ↓ + HCOOH + CO2 ↑
(HCOO)2Hg2 ↓ → 2Hg ↓ + HCOOH + CO2 ↑
Asam format dan merkurium (II) format hamper sama sekali tak berdisosiasi pada keadaan-
keadaan ini.
i. Uji formaldehida-asam kromatropat : asam format, H.COOH direduksi menjadi
formaldehida H.CHO oleh magnesium dan asam klorida. Formaldehida ini diidentifikasi dari
reaksinya dengan asam kromotropat dalam asam sulfat kuat pada mana muncul pewarnaan
merah jambu-lembayung. Aldehida alifatik lainnya tak memberi pewarnaan lembayung ini.
Taruh satu dua tetes larutan uji dalam tabung uji semimikro, tambahkan satu dua tetes asam
klorida encer, diikuti oleh bubuk magnesium sampai pelepasan gas berhenti. Masukkan 3ml
asam sulfat (3 vol. asam + 2 vol.air) dan sedikit asam kromotropat padat, dan panaskan
sampai 60oC. Timbul pewarnaan merah jambu lembayung dalam beberapa menit.
Kepekaan : 1,5 µg H.COOH. batas konsentrasi : 1 dalam 20.000
j. Kerja oleh panas : pemijaran format logam-logam alkali dengan hati-hati, menghasilkan
oksalat-oksalat padanannya dan hydrogen.
2HCOONa → (COO)2Na2 + H2 ↑
6. Asetat , CH3COO-
Kelarutan : semua asetat normal, terkecuali perak dan merkurium (I) asetat yang sangat sedikit
larut dengan mudah larut dalam air. Beberapa asetat basa misalnya asetat basa dari besi,
aluminium, dan kromium tak larut dalam air. Asam bebasnya CH3COOH adalah cairan yang tak
berwarna dengan bau yang menusuk dengan titik didih 117o, titik lebur 17o dan dapat bercampur
dengan air dalam semua perbandingan, zat ini bersifat korosif terhadap kulit manusia.
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini pakailah larutan natrium asetat CH3COONa. 3H2O, 2M.
a. Asam sulfat encer : asam asetat, yang mudah dikenali dari baunya yang seperti cuka
dilepaskan pada pemanasan.
CH3COO- + H+ → CH3COOH ↑
b. Asam sulfat pekat : asam asetat dilepaskan pada pemanasan, bersama-sama belerang dioksida
yang terakhir ini cenderung menutupi bau menusuk dari uap asetat pekat itu. Karena itu, uji
dengan asam sulfat encer dimana uap asam asetat diencerkan dengan uap air, hendaknya
lebih dipilih sebagai uji terhadap asetat.
c. Etanol dan asam sulfat pekat : 1 g asetat padat itu diolah dengan 1 ml asam sulfat pekat dan
2-3 ml alcohol yang telah direktifikasi (disuling dengan kolom rektifikasi (fraksionasi))
dalam sebuah tabung uji dan keseluruhannya dipanaskan dengan perlahan-lahan selama
beberapa menit, terbentuk etil asetat CH3COO,C2H5 yang dapat dikenali dari baunya yang
segar dan seperti buah. Setelah didinginkan dan diencerkan dengan air di atas kaca arloji bau
harum itu akan lebih mudah dideteksi.
CH3COONa + H2SO4 → CH3COOH + Na+ + HSO4-
CH3COOH + C2H5OH → CH3COO.C2H5 ↑ + H2O
(pada reaksi yang kedua, asam sulfat itu bertindak sebagai zat pendehidrasi).
Lebih disukai untuk memakai iso-amil alcohol karena bau dari iso-amil asetat yang
dihasilkan lebih mudah dibedakan dari alkoholnya sendiri ketimbang halnya dengan etanol.
Sebaiknya lakukan suatu uji pararel dengan suatu asetat yang telah diketahui dan bandingkan
bau dari kedua produk tersebut.
d. Larutan perak nitrat : endapan perak asetat yang putih, kristalin, dihasilkan dalam larutan
pekat dalam keadaan dingin. Endapan lebih nudah larut dalam air mendidih (10,4 g l -1 pada
30o dan 2,5 g l-1 pada 80o) dan mudah larut dalam larutan ammonia encer.
CH3COO- + Ag+ ↔ CH3COOAg ↓
Bila campuran dipanaskan endapan melarut kembali tanpa terjadi pembentukan endapan
hitam perak logam (perbedaan dari ion format)
e. Larutan barium klorida, kalsium klorida atau merkurium (II) klorida : tak terjadi perubahan
dengan adanya asetat (perbedaan dari oksalat dan format).
f. Larutan besi (III) klorida : pewarna merah tua, disebabkan oleh pembentukan ion kompleks,
(Fe(OH)2(CH3COO)6)+. Dengan mendidihkan larutan yang merah itu, ia terurai dan endapan
besi (III) basa yang merah kecoklatan terbentuk:
6CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O → (Fe3(OH)2(CH3COO)6)+ + 2H+
(Fe3(OH)2(CH3COO)6)+ + 4H2O →
→ 3Fe(OH)2CH3COO ↓ + 3CH3COOH + H+
g. Reaksi kakodil oksida (cacodyl oxide). Jika suatu asetat kering, sebaiknya asetat dari natrium
atau kalium dipanaskan dalam sebuah tabung pemijar atau tabung uji dengan sedikit sekali
arsenic (III) oksida, dihasilkan bau dari kakodil oksida yang teramat busuk. Semua senyawa
kakodil sangat beracun maka eksperimen ini harus dilakukan dalam skala yang sangat kecil
sekali, dan sebaiknya dalam kamar asam. Campurkan tak lebih dari 0,2 g natrium asetat
dengan 0,2 g arsenic (III) oksida dalam sebuah tabung pemijar dan panaskan, perhatikan bau
yang teramat tak sedap yang dihasilkan.
h. Uji lantanum nitrat. Olah 0,5 l larutan asetat dengan 0,5 ml larutan lantanum nitrat 0,1M,
tambahkan 0,5 ml laruatan iod dan beberapa tetes larutan ammonia encer dan panaskan
dengan perlahan-lahan sampai titik didih. Dihasilkan warna biru, ini mungkin disebabkan
oleh adsorbsi iod tersebut oleh lantanum asetat basa. Reaksi ini merupakan uji yang sangat
peka terhadap asetat.
Sulfat dan fosfat mengganggu, tetapi bias dihilangkan dengan mengendapkannya dengan
larutan barium nitrat sebelum melakukan uji ini. Propionat memberi reaksi yang serupa.
Teknik uji bercaknya adalah sebagai berikut. Campurkan setetes larutan uji diatas lempeng
bercak dengan setetes larutan lanthanum nitrat 0,1 M dan setetes iod 0,005M. Tambahkan
setetes larutan ammonia. Dalam beberapa menit suatu cincin yang biru sampai coklat-biru
akan terbentuk sekitar tetesan larutan ammonia tersebut.
Kepekaan : 1,5 µg CH3COO- . batas konsentrasi : 1 dalam 2.000
i. Pembentukan uji indigo. Uji ini bergantung pada pengubahan aseton yang terbentuk dengan
penyulingan kering asetat-asetat menjadi indigo. Tak ada asam lemak lain yang member
hasil positif dengan uji ini, tetapi kepekaannya berkurang dengan adanya mereka.
Campurkan cuplikan uji padat dengan kalsium karbonat, atau suatu cara lain uapkan setetes
larutan uji sampai kering dengan kalsium karbonat, kedua pengolahan ini dapat dilakukan
dalam tabung dari kaca keras. Tutupi ujung tabung yang terbuka dengan selembar pita kertas
saring kuantitatif yang dibasahi larutan o-nitrobenzaldehida dalam natrium hidroksida 2M,
yang baru saja dibuat dan tahan kertas pada kedudukannya dengan sebuah tutup kaca yang
kecil atau sebuah kaca arloji yang kecil. Sisipkan tabung ke dalam sebuah lubang dalam
lembaran asbes atau uralit dan panaskan tabung dengan perlahan-lahan. Aseton dilepaskan
yang mewarnai kertas menjadi biru atau hijau kebiruan. Untuk asetat dalam jumlah-jumlah
yang sedikit sekali sebaiknya singkirkan kertas saring sehabis reaksi, dan kerjakan kertas
dengan setetes asam klorida encer, dengan ini warna kuning yang asli dari kertas diputihkan
dan warna biru dari indigo menjadi lebih mudah terlihat.
Kepekaan : 60 µg CH3COO-
j. Kerja oleh panas. Semua asetat terurai pada pemijaran yang kuat dengan menghasilkan
aseton CH3.CO.CH3 yang sangat mudah mneyala, dan suatu residu yang terdiri dari
karbonatnya untuk asetat logam alkali dari oksidanya, untuk asetat logam-logam alkali tanah
dan logam-logam berat, dan dari logamnya untuk asetat dari perakdan logam-logam mulia.
Lakulan ekperimen ini dalam sebuah tabung pemijar dengan natrium asetat dan timbel asetat.
2CH3COONa → CH3.CO.CH3↑ + Na2CO3
7. Oksalat, (COO)22-
Kelarutan : okslat dari logam-logam alkali dan besi (II), larut dalam air, semua oksalat lain tak
larut atau sangat sedikit larut dalam air. Mereka semuanya larut dalam asam-asam encer.
Beberapa oksalat larut dalam larutan pekat asam oksalat dengan jalan membentuk oksalat asam
atau oksalat kompleks yang larut. Asam oksalat (suatu asam dibasa) adalah zat padat kristalin, tak
berwarna, (COOH)2.2H2O, dan menjadi anhidrat dengan dipanaskan sampai 110o, zat ini mudah
larut dalam air (111 g l-1 pada 20o).
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, harus dipakai larutan 0,1 M natrium oksalat, (COONa)2 atau
amonium oksalat (COONH4)2.H2O.
a. Asam sulfat pekat : terjadi penguraian semua oksalat padat dengan disertai pelepasan karbon
monoksida dan karbon dioksida, zat yang terakhir ini dapat dideteksi dengan mengalirkan gas
yang keluar melalui kapur (perbedaan dari format) dan zat yang pertama dengan
membakarnya pada mulut tabung. Dengan asam sulfat encer tak terjadi kerja yang dapat
dilihat namun, dengan adanya mangan dioksida akan dilepaskan karbon dioksida.
(COOH)2 → H2O + CO ↑ + CO2 ↑
(COO)22- + MnO2 + 4H+ → Mn2+ + 2CO2↑ + 2H2O
(asam sulfat pekat itu bertindak sebagai zat pendehidrasi)
b. Larutan perak nitrat : endapan oksalat yang putih dan seperti dadih susu yang sangat sedikit
larut dalam air, larut dalam larutan ammonia dan dalam asam nitrat encer.
(COO)22- + 2 Ag+ → (COOAg)2 ↓
(COOAg)2 ↓ + 4 NH3 → 2(Ag(NH3)2)+ + (COO)22-
(COOAg)2 ↓ + 2H+ → Ag+ + (COO)22- + 2H+
c. Larutan kalsium klorida : endapan putih kristalin, kalsium oksalat, dari larutan-larutan netral
yang tak larut dalam asam asetat encer, asam oksalat dan dalam larutan amonium oksalat
tetapi larut dalam asam klorida encer dan dalam asam nitrat encer. Zat ini adalah yang paling
tidak larut dari semua oksalat (0,0067 g l-1 pada 13o) dan bahkan diendapkan oleh larutan
kalsium sulfat dan asam asetat. Larutan barium klorida serupa pula member endapan putih
barium oksalat yang sangat sedikit larut dalam air (0,016 g l -1 pada 8o) tetapi larut dalam
larutan asam asetat dan larutan asam oksalat.
(COO)22- + Ca2+ → (COO)2Ca ↓
(COO)22- + Ba2+ → (COO)2Ba ↓
d. Larutan kalium permanganat : warnanya menjadi hilang bila dipanaskan dalam larutan asam
sampai 60o-70o. Penghilangan warna larutan permanganat ini juga ditimbulkan oleh banyak
senyawa oganik lainnya, tetapi jika seterusnya karbon dioksida yang dilepaskan itu diuji
dengan reaksi air kapur, uji ini menjadi spesifik bagi oksalat.
5(COO)22- + 2 MnO4
- + 16 H+ → 10 CO2 ↑ + 2 Mn2+ + 8 H2O
e. Uji resorsinol : taruh beberapa tetes larutan uji dalam sebuah tabung uji. Tambahkan
beberapa tetes asam sulfat encer dan satu dua bintik bubuk magnesium. Bila logam ini telah
larut, tambahkan kira-kira 0,1 g resorsinol dan kocok sampai terlarut. Dinginkan. Dengan
hati-hati tuangkan sepanjang sisi tabung 3-4 ml asam sulfat pekat. Suatu cincin biru akan
terbentuk pada perbatasan antara kedua cairan. Setelah memanaskan lapisan asam sulfat pada
dasar tabung dengan perlahan-lahan (hati-hati), warna biru itu akan menyebar ke bawah dari
batas antar permukaan dan akhirnya mewarnai seluruh lapisan asam sulfat.
Sitrat tak mengganggu. Dengan adanya tartrat kita memperoleh suatu cincin biru dalam
keadaan dingin atau pada pemanasan dengan sangat perlahan-lahan.
f. Uji mangan (II) sulfat : suatu larutan mangan (II) sulfat diolah dengan natrium hidroksida dan
campuran yang dihasilkan dipanaskan perlahan-lahan untuk mengoksidasi endapan dengan
oksigen dari atmosfer menjadi mangan dioksida berhidrat. Setelah didinginkan ditambahkan
larutan oksalat yang telah dijadikan asam dengan asam sulfat encer. Endapan melarut, dan
terjadi warna merah yang mungkin disebabkan oleh pembentukan ion kompleks trioksalato-
manganat (III):
7(COO)22- + 2MnO(OH)2 ↓ + 8 H+ → 2 (Mn((COO)2)3)3- + 2 CO2↑ + 6 H2O
g. Kerja oleh panas. Semua oksalat terurai setelah dipijarkan. Oksalat dari logam-logam alkali
dan dari logam-logam alkali tanah menghasilkan terutama karbonat-karbonat dan karbon
monoksida, sedikit karbon juga terbentuk. Oksalat dari logam-logam yang karbonatnya
mudah diuraikan menjadi oksida yang stabil, diubah menjadi karbon monoksida, karbon
dioksida, dan oksidanya misalnya magnesium oksalat dan zink oksalat. Perak oksalat
menghasilkan perak dan karbon dioksida, perak oksida terurai pada pemanasan. Asam oksalat
terurai menjadi karbon dioksida dan asam format, zat yang terakhir ini selanjutnya terurai
sebagian (parsial) menjadi karbon monoksida dan air.
7(COONa)2 → 7Na2CO3 + 3CO ↑ + 2 CO2 ↑ + 2C
(COO)2Ba → BaCO3 + CO ↑
(COO)2Mg → MgO + CO ↑ + CO2 ↑
(COOAg)2 → 2Ag + 2 CO2 ↑
(COOH)2 → HCOOH + CO2 ↑
HCOOH → CO ↑ + H2O ↑
h. Pembentukan uji biru anilida. Pada pemanasan oksalat-oksalat yang tak larut dengan asam
fosfat pekat dan difenilamina, atua pada pemanasan asam oksalat bersama-sama difenilamina
terbentuklah zat pewarna biru anilina (biru difenilamina). Format, asetat, tartrat, sitrat,
suksinat, benzoate dan garam dari asam organic lainnya tidak bereaksi pada kondisi-kondisi
eksperimen ini. Jika ada serta anion lain yang dapat diendapkan oleh larutan kalsium klorida
misalnya tartrat, sulfat, sulfit, fosfat, dan fluoride paling baik panaskan endapan yang
dibentuk oleh kalsium klorida itu dengan asam fosfat seperti yang diuraikan dengan terperinci
di bawah ini.
Taruh beberapa milligram cuplikan uji (atau sebagai alternative pakai residu yang diperoleh
dengan menguapkan 2 tetes larutan uji sampai kering) dalam sebuah tabung uji-mikro,
tambahkan sedikit difenilamina murni dan lumerkan di atas nyala api bebas. Bila telah
menjadi dingin, angkat bahan yang lumer itu ke dalam satu dua tetes alcohol, pada mana zat
yang terakhir ini akan diwarnai biru.
Kepekaan : 5 µg (COOH)2. Batas konsentrasi : 1 dalam 10.000
Jika ada serta anion-anion yang dapat diendapkan oleh larutan kalsium klorida kerjakanlah
sebagai berikut :
Endapkan larutan uji dalam asam asetat itu dengan larutan kalsium klorida dan tamping
endapan di atas saringan atau dalam tabung pemusing. Hilangkan air dari endapan entah
dengan mengeringkan atau dengan mencuci dengan alcohol dan eter. Campurkan sejumlah
kecil endapan dengan difenilamina dalam tabung uji-mikro yang kering, tambahkan sedikit
asam fosfat pekat dan panaskan perlahan-lahan di atas nyala api bebas. Terbentuk kalsium
fosfat dan asam oksalat bebas dan zat yang terakhir ini berkondensasi dengan difenilamina
menjadi biru anilina dan mewarnai asam fosfat yang panas itu menjadi biru. Warna ini hilang
setelah didinginkan. Larutkan bahan yang telah lumer ini dalam alcohol pada mana muncul
pewarnaan biru. Tuangkan larutan dalam alcohol itu ke dalam air dengan demikian kita
mengendapkan kelebihan difenilamina yang diwarnai biru karena mengadsorbsi zat pewarna.
Zat pewarna ini dapat diekstraksi dengan eter dari larutan air.