KOMPLIKASI KEHAMILAN AKHIR:
ASKEP IBU PADA PLASENTA PREVIA
A. DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan
jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa
ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di
bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan
perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
B. ETIOLOGI
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat
diterangkan , bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi
pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa ,
tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke
plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya
normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah:
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta:
a) Kehamilan kembar (gamelli).
b) Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium:
a) Malnutrisi ibu hamil.
b) Melebarnya plasenta karena gamelli.
c) Bekas seksio sesarea.
d) Sering dijumpai pada grandemultipara.
3. Terlambat implantasi:
a) Endometrium fundus kurang subur.
b) Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang
siap untuk nidasi.
D. PATOFISOLOGI
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis.
Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan
pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan
tak dapat dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
klasifikasi Plasenta Previa :
a. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
b. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus
servisis) tertutup oleh jaringan plasenta.
d. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan (ostium internus servisis).
e. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen
bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta
berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada
pembukaan jalan lahir.
E. GEJALA KLINIS
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada
mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina
setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa.
Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan
kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup
dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari
placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada
dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina
namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari
placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu.
Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan
fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam
(yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir
triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak
memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan
tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya
perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan
hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena
pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta
dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika
didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka
pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak
boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang
mungkin terjadi.
F. KOMPLIKASI
a. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan
histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
c. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
d. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
e. Kecacatan pada bayi
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium
c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat
menentukansumberperdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain
(servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma)
H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah
pasien, dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan
tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan
yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah
yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang
banyak memerlukan transfusi.Dilakukan palpasi abdomen untuk
menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk
mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada
perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat,
diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa
memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat,
perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari
36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat
di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin
darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga
36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah derajat
plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta
previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau
denganinduksi persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat
mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh
pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang
disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat
b. Penatalaksanaan keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan
menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan
tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal peroral,
pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit
untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan.
Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan
resusitasi cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan
optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS
dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjatan, usia
gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka
Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 3 7
m i n g g u , lalulakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari
selama 3hari.
Dan Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi
(PemeriksaanDalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani
seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji 37
minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila
ternyata plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan
usahakan partus pervaginam.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
i. Anamnesa
1. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
2. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu/trimester III.
a) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
b) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
c) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya
robekan pembuluh darah dan placenta.
3. Inspeksi
a) Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
b) Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
4. Palpasi abdomen
a) Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
b) Sering dijumpai kesalahan letak
c) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating
ii. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri
meliputi :
a) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,
dan penolong persalinan
d) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan
perdarahan.
f) Komplikasi pada bayi
g) Rencana menyusui bayi
2. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat
digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
3. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, a t au keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus
didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak
diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada
janin.
4. Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu,
adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus di dokumentasikan
b. Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1. Rambut dan kulit
a) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan
linea nigra.
b) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha.
c) Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
2. Mata : pucat, anemis
3. Hidung
4. Gigi dan mulut
5. Leher
6. Buah dada / payudara
a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu
b) Bertambahnya ukuran dan noduler
7. Jantung dan paru
a) Volume darah meningkat
b) Peningkatan frekuensi nadi
c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu
darah pulmonal.
d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
f) Diafragma meningga.
g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8. Abdomen
a) Menentukan letak janin
b) Menentukan tinggi fundus uteri
9. Vagina
a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (
tanda Chandwick)
b) Hipertropi epithelium
10. System musculoskeletal
a) Persendian tulang pinggul yang mengendur
b) Gaya berjalan yang canggung
c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
b) Khusus
1. Tinggi fundus uteri
2. Posisi dan persentasi janin
3. Panggul dan janin lahir
4. Denyut jantung janin
c. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah yang besar.
2. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
3. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil
darah abnormal, kerusakan system imun.
d. Rencana keperawatan
N
o
Diagnosa
KeperawatanTujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Penurunan kardiak
output
berhubungan
dengan perdarahan
dalam jumlah yang
besar
Setelah dilakukkanya
tindakan
keperawatan 2 X 24
jam diharapkan
penurunan kardiak
output tidak terjadi
atau teratasi dengan
kriteria hasil :
o Volume darah
intravaskuler dan
kardiak output dapat
diperbaiki sampai
nadi, tekanan darah,
nilai hemodinamik,
serta nilai
laboratorium
menunjukkan tanda
normal
1.Kaji dan catat
TTV, TD serta
jumlah perdarahan.
2.Bantu pemberian
pelayanan kesehatan
atau mulai sarankan
terapi cairan IV atau
terapi transfusi darah
sesuai kebutuhan.
Pengkajian yang akurat
mengenai status
hemodinamik
merupakan dasar untuk
perencanaan,
intervensi, evaluasi.
Memperbaiki volume
vaskuler membutuhkan
terapi IV dan intervensi
farmakologi.
Kehilangan volume
darah harus diperbaiki
untuk mencegah
komplikasi seperti
infeksi, gangguan janin
dan gangguan vital ibu
hamil.
2 Ansietas Setelah dilakukan 1.Terapi bersama Kehadiran perawat dan
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan efek
perdarahan dan
manejemennya.
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 diharapkan
ansietas dapat
berkurang dengan
kriteria hasil :
1. Pasangan dapat
mengungkapkan
harapannya dengan
kata-kata tentang
manajemen yang
sudah direncanakan,
sehingga dapat
mengurangi
kecemasan pasangan.
pasangan dan
menyatakan
perasaan.
2.Menentukan
tingkat pemahaman
pasangan tentang
situasi dan
manajemen yang
sudah direncanakan.
3.3.Berikan pasangan
informasi tentang
manajemen yang
sudah direncanakan.
pemahaman secara
empati merupakan alat
terapi yang potensial
untuk mempersiapkan
pasangan untuk
menanggulangi situasi
yang tidak diharapkan.
Pendidikan pasien yang
diberikan merupakan
cara yang efektif
mencegah dan
menurunkan rasa
cemas.
Pengetahuan akan
mengurangi ketakutan
akan ha-hal yang tidak
diketahui.
3. Resiko tinggi
cedera (janin) b/d
hipoksia jaringan/
organ,profil darah
abnormal,kerusaka
n system imun.
Kriteria evaluasi :
Menunjukkan profil
darah dengan hitung
SDP, Hb, dan
pemeriksaan
koagulasi DBN
normal.
1.Kaji jumlah darah
yang hilang. Pantau
tanda/gejala syok
Hemoragi berlebihan
dan menetap dapat
mengancam hidup
klien atau
mengakibatkan infeksi
pascapartum, anemia
pascapartum, KID,
gagal ginjal, atau
nekrosis hipofisis yang
disebabkan oleh
hipoksia jaringan dan
malnutrisi.
Kehilangan darah
berlebihan dengan
2.Catat suhu, hitung
SDP, dan bau serta
warna rabas vagina,
dapatkan kultur bila
dibutuhkan.
3.Catat
masukan/haluaran
urin. Catat berat
jenis urin.
4.Berikan heparin,
bila diindikasikan
5.Berikan antibiotic
secara parenteral
penurunan Hb
meningkatkan risiko
klien untuk terkena
infeksi.
Penurunan perfusi
ginjal mengakibatkan
penurunan haluaran
urin.
Heparin dapat
digunakan pada KID di
kasus kematian janin,
atau kematian satu
janin pada kehamilan
multiple, atau
untukmemblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-
faktor pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi
perbaikan pembedahan
Mungkin diindikasikan
untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien.
f. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.
g. Penkes
Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester ketiga dan jika tidak
mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa dikategorikan
pada asuhan keperawatan pada lingkup emergensi obstetri. Maka untuk
meminimalkan keterlambatan tahap III yaitu tidak adekuatnya penanganan di
fasilitas kesehatan diperlukan perawat yang sudah melalui pendidikan formal
seperti perawat spesialis keperawatan maternitas.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius
FKUI .Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.
Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.