i
SKRIPSI
KOORDINASI PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN
TAKALAR
Oleh:
IRMA SAFIRA
Nomor Induk Mahasiswa: 10564 11146 16
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
KOORDINASI PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN
TAKALAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Pemerintahan
Disusun dan diusulkan oleh
IRMA SAFIRA
Nomor Induk Mahasiswa: 10564 11146 16
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Irma Safira
Nomor Stambuk : 105641114616
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya tulis ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 24 November 2020
Yang Menyatakan,
IRMA SAFIRA
v
ABSTRAK
Irma Safira. Koordinasi Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan
Kemiskinan Di Kabupaten Takalar
(dibimbing oleh Bapak Abdul Kadir Adys dan Bapak Hardianto Hawing)
Koordinasi adalah penghubung antara organisasi satu dan yang lain yang
tidak dapat dipisahkan dan dapat dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.
Untuk mencapai tujuan ini, banyak organisasi saling bekoordinasi agar secara
efektif dan efisien mampu memberikan hasil yang maksimal dalam suatu
pelaksanaan tugas atau pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan
menganalisis koordinasi yang dilakukan antara Dinas Sosial dengan Bidang
Tenaga Kerja dalam penanggulangan kemiskinan di Kab. Takalar. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu, koordinasi yang dilakukan antara
Dinas Sosial dengan Bidang Tenaga Kerja sudah berjalan cukup baik. Koordinasi
harus tetap dijalankan agar tujuan yang hendak dicapai dapat lebih efektif dan
efisien. Kesatuan tindakan diperlukan terkait penyesuaian tugas sehingga tercipta
keserasian dalam pelaksanaan tugas. Komunikasi dilakukan agar tujuan yang akan
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar. Pembagian kerja dilakukan sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing anggota. Disiplin juga sangat diperlukan
agar tidak terjadi kekacauan dalam pelaksanaan tugas.
Kata kunci: Koordinasi, Penanggulangan Kemiskinan
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..!
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan judul “Koordinasi Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan
Kemiskinan Di Kabupaten Takalar”. Berbagai kendala yag dihadapi dalam
penyelesaian tugas akhir ini dapat menjadi proses pembelajaran dan pengalaman
bagi penulis.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang telah memberikan bantuan secara
moril dan materil, serta kepada Bapak Abdul Kadir Adys, SH., MM selaku
Pembimbing 1 dan Bapak Hardianto Hawing, ST., MA selaku Pembimbing 2
atas waktu luang yang telah diberikan kepada penulis disela-sela kesibukannya
untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan hingga
selesainya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis berkewajiban menyampaikan rasa terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Kepada kedua orang tua, kakak dan adik-adik tercinta yang telah membantu
dan mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini
vii
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala bimbingan
yang telah diberikan
5. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama dibangku perkuliahan
6. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar
7. Kepada seluruh informan penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi sekaligus pengetahuan kepada penulis
8. Kepada seluruh keluarga yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam penulisan skripsi ini
9. Teman-teman seangkatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sahabat-
sahabat kelas IP VIII-C yang selama ini menjadi teman seperjuangan dalam
menulis skripsi ini
10. Teman-teman posko KKP Tanete Rilau yang selalu menemani dan
memberikan dukungan serta canda tawa yang tiada hentinya untuk penulis
viii
Ucapan terima kasih kepada semua sahabat dan teman penulis yang selalu
memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis sehingga bisa sampai di tahap
ini. Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
guna menambah khasanah ilmu pengetahuan.
Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatu
Makassar, 24 November 2020
Penulis
IRMA SAFIRA
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENERIMA TIM ............................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 8
B. Konsep dan Teori ...................................................................................... 9
C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 20
D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 21
E. Deskripsi Fokus Penelitian ..................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 23
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 23
B. Tipe dan Jenis Penelitian ........................................................................ 23
C. Sumber Penelitian ................................................................................... 24
D. Informan Penelitian ................................................................................. 24
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 25
F. Teknik Analisis Data............................................................................... 26
G. Pengabsahan Data ................................................................................... 26
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 28
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 28
B. Koordinasi Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan di
Kabupaten Takalar .................................................................................. 42
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Koordinasi Pemerintah dalam
Penanggulangan Kemiskinan di Kab. Takalar ........................................ 57
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 59
A. Kesimpulan ............................................................................................. 59
B. Saran ....................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian........................................................... 24
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan
di Kab. Takalar ............................................................................................. 29
Tabel 4.2 Daftar Luas Wilayah Kecamatan di Kab. Takalar ....................... 30
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kab. Takalar ............. 32
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kota di Provinsi Sulawesi
Selatan (ribu) 2015/2019 .............................................................................. 37
Tabel 4.5 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) 2017-2019 di Kab. Takalar .................................................. 45
Tabel 4.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kab.
Takalar.......................................................................................................... 46
Tabel 4.7 Jumlah Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kecamatan di
Kab.Takalar ................................................................................................. 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum koordinasi merupakan tali penghubung dalam suatu
organisasi dan manajemen. Koordinasi ini menghubungkan peran antara para
anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi ini
tidak dapat dipisahkan dalam dan antar organisasi. Hal ini juga dapat membuat
organisasi satu dan organisasi lain untuk mencapai tujuan bersama. Tanpa
koordinasi, maka organisasi dan manajemen tersebut hanya bergerak sesuai
dengan kepentingan masing-masing.
Di Indonesia, koordinasi sendiri telah dilakukan oleh banyak organisasi.
Ada banyak organisasi pemerintah, organisasi swasta, serta organisasi masyarakat
yang melakukan koordinasi dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai hasil
yang maksimal. Diantara banyaknya instansi yang ada, yang memiliki kegiatan
serta tujuan sejenis namun ada banyak juga yang belum mampu terkoordinasi
secara baik. Hal ini tentu bisa terjadi pada hubungan antar bagian dalam suatu
organisasi. Ada beberapa bagian dalam suatu organisasi yang mempunyai
program yang sama dan hampir sama tetapi belum dapat diatur oleh
pemimpinnya. Situasi ini bisa menjadi rumit jika tidak terkoordinasi dengan baik
dari awal perencanaan, tahap pelaksanaannya hingga tahap evaluasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) koordinasi ialah mengatur
organisasi ataupun kegiatan yang ada agar aturan serta tindakan yang ingin
dijalankan tidak akan bertolak belakang. Koordinasi dalam organisasi sangat
2
diperlukan agar tidak terjadi kerancuan, dan pertentangan dalam organisasi
maupun antar organisasi. Hal ini dilakukan agar para anggota dan tugasnya
masing-masing dapat disinkronkan sehingga mampu untuk mencapai tujuan
bersama. Sarana serta prasarana yang ada harus dipergunakan sebaik mungkin
untuk mencapai tujuan. Semua anggota juga harus saling membantu agar tujuan
organisasi dapat tercapai serta semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Organisasi-organisasi ini jika tanpa adanya manajemen yang baik maka
akan menjadi kacau. Hal ini dapat dilihat pada kondisi yang tidak normal
misalnya saat terjadinya kekacauan saat organisasi dalam keadaan tidak teratur
atau tidak terkendali. Dalam hal ini maka manajemen akan dibutuhkan untuk
mengatur organisasi-organisasi tersebut agar lebih teratur. Organisasi yang baik
tidak terlepas dari manajemen yang kuat yang dibutuhkan oleh semua organisasi
agar bisa terus maju.
Tiap organisasi memiliki keterbatasan masing-masing akan sumber daya
manusianya. Keberhasilan dalam menggapai tujuan ada pada tujuan apa yang
hendak dicapai yaitu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada hingga
mencapai tujuan tersebut.. Hal ini karena manajemen yang baik dapat membuat
keefektifan serta efisiensi yang telah ditekankan dalam menjalankan pekerjaan.
Organisasi adalah sesuatu yang dibentuk agar kegiatan dapat dijalankan
secara efektif dan efisien. Dalam organisasi satu dan yang lain seringkali memiliki
kegiatan atau tujuan yang sama hingga terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaannya. Organisasi yang memiliki tujuan yang sama dengan organisasi
3
lain akan lebih baik jika saling melakukan koordinasi dalam pelaksanaannya. Hal
ini memungkinkan agar hasil yang akan dicapai dapat dimaksimalkan serta dapat
mengurangi biaya, waktu dan tenaga.
Koordinasi pemerintahan ialah kegiatan menyelenggarakan pemerintahan
yang dilakukan untuk tujuan bersama yang akan di raih yaitu untuk pembangunan
serta pelayanan kepada masyarakat ditingkat pusat hingga di tingkat daerah.
Target serta tujuan tersebut ialah kegiatan yang mesti ada pengendaliannya
sebagai alat ukur yang menjamin berlangsungnya aktifitas. Pengendalian tersebut
diantaranya aktifitas untuk menjamin sesuainya tujuan terhadap program, rencana
serta ketentuan atau aturan lain yang sudah ditetapkan hingga tindakan korektif
atas ketidakmampuan dan menyimpang. Proses ini akan menghasilkan data serta
fakta baru yang telah terjadi dalam pelaksanaan kegiatan dan semua ini berguna
untuk pemimpin perencanaan dan pelaksanaan.
Semua yang direncanakan dan di program biasanya tidak selalu sinkron
terhadap kenyataan pada pengaplikasiannya di lapangan. Dalam hal ini,
pengendalian akan berguna untuk rencana selanjutnya. Saat kegiatan berlangsung,
pengendalian ini dipakai sebagai penjaga dan pengamanan. Pada kondisi ini,
pengendalian akan berfungsi untuk keperluan koreksi pelaksanaan operasional,
agar tujuan yang telah ada tidak keluar dari rencana awal.
Koordinasi dalam melaksanakan kegiatan merupakan aspek dalam
pengendalian yang cukup penting. Koordinasi ini ialah proses dari rangkaian
akifitas yang berfungsi sebagai penghubung. Bertujuan untuk menyingkronkan
setiap tahap hingga aktifitas dalam organisasi agar tercipta gerakan yang sesuai
4
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan. Selain sebagai proses
koordinasi bisa juga dikatakan sebagai suatu aturan yang tertib dari semua usaha
untuk menciptakan kesatuan tindakan
Koordinasi pemerintahan termasuk pengaturan aktif. Koordinasi ini dapat
membuat aturan pada tiap gerak kegiatan juga hubungan kerja pada beberapa
organisasi pemerintah pusat dan daerah hingga lembaga pemerintahan yang
memilki tugas kewajiban dan wewenang yang saling terhubung. Pengaturan ini
digunakan agar tidak terjadi simpang siur dan tumpang tindih dalam suatu
aktifitas yang dapat memberikan dampak yang buruk pada semangat kerja dari
para anggota organisasi.
Dalam hal ini, kemiskinan menjadi salah satu masalah yang penanganannya
membutuhkan lebih banyak perhatian dari berbagai organisasi yang ada.
Kemiskinan merupakan persoalan sosial yang sifatnya global. Artinya kemiskinan
adalah masalah yang dialami oleh banyak orang dan terus menjadi perhatian
dunia. Dalam tingkatan yang berbeda, tak satupun negara di dunia lepas dari
kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah sosial ekonomi yang bahkan dialami
oleh negara-negara maju amerika serikat hingga inggris.
Kemiskinan adalah masalah besar yang dialami oleh banyak manusia.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang implikasinya melibatkan seluruh
aspek dari kehidupan manusia. Kemiskinan bukan sesuatu yang terjadi begitu saja
melainkan hasil dari interaksi manusia dengan dengan berbagai aspek yang ada,
seperti aspek sosial dan aspek ekonomi. Kemiskinan tersebut dapat dilihat sebagai
situasi dimana keluarga hingga kelompok masyarakat tidak mampu untuk
5
memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu sandang, pangan dan papan. Mereka juga
tidak bisa mendapatkan pendidikan hingga tidak mampu mencapai pelayanan
kesehatan sehingga angka sakit hingga angka kematian sangat tinggi. Banyak
masyarakat hingga keluarga miskin yang susah untuk memperbaiki taraf hidupnya
sampai bertahun-tahun hingga lama kelamaan kemiskinan tersebut diturunkan ke
anak cucunya. Situasi tersebut kemudian dikenal sebagai lingkaran setan
kemiskinan dimana kemiskinan tersebut diturunkan secara terus menerus.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan
Kabupaten/Kota terdapat organisasi-organisasi pemerintah yang memiliki satu
tujuan untuk menanggulangi kemiskinan. Permendagri ini dibentuk untuk
percepatan penanggulangan kemiskinan wilayah kabupaten/kota.
Di Indonesia, salah satu kabupaten yang memiliki angka kemiskinan cukup
tinggi ialah Kabupaten Takalar. Kabupaten Takalar terletak di Provinsi Sulawesi
Selatan yang terdiri dari 9 Kecamatan dan Memiliki luas wilayah ±566,51 km²
dengan jumlah penduduk 250.000 jiwa yang saat ini memiliki angka kemiskinan
yang mencapai hingga angka 42 ribu rumah tangga atau kurang lebih 124 ribu
jiwa. Dengan data ini, berarti jumlah penduduk miskin di Kabupaten Takalar
sekitar 65% dari total penduduk yang ada. Untuk itu koordinasi antar organisasi
sangat diperlukan dalam hal ini. Dinas Sosial dan Bidang Tenaga Kerja selaku
dinas yang mengatasi masalah kemiskinan melalui program-programnya
diharapkan dapat melakukan koordinasi secara optimal terkait penanggulangan
kemiskinan di Kab. Takalar.
6
Program padat karya merupakan sebuah program yang dibentuk oleh
pemerintah untuk masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau menganggur,
masyarakat yang berpenghasilan rendah serta masyarakat miskin. Tujuan dari
program ini yaitu untuk membuka lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga
manusia yang dimiliki suatu daerah untuk membangun daerahnya. Selain
memberikan pekerjaan kepada masyarakat, program ini juga sekaligus sebagai
bentuk pemberdayaan masyarakat untuk mengasah kemampuan dalam pekerjaan.
Program ini telah dilaksanakan pada akhir tahun 2019 lalu di Kecamatan
Polombangkeng Utara. Kecamatan ini merupakan salah satu yang memiliki
tingkat kemiskinan paling tinggi di Kab. Takalar. Melalui program padat karya,
pemerintah terkait diharapkan dapat saling berkoordinasi dengan baik dalam
pelaksanaan program agar tujuan dari proram tersebut dapat dicapai secara
optimal.
Dari penjelasan diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Koordinasi Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan
Kemiskinan di Kabupaten Takalar”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana koordinasi pemerintah daerah dalam penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Takalar?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam koordinasi pemerintah
daerah dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Takalar?
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui koordinasi pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Takalar
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam koordinasi
pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Takalar
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini ada 2, yaitu:
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat menjadi acuan untuk
kegiatan penelitian lainnya serta menjadi sumber informasi atau
referensi bagi para pembaca.
2. Bagi masyarakat, pelajar ataupun lainnya dapat menjadikan tulisan ini
sebagai rujukan dalam tugas-tugas sekolah ataupun kuliah serta menjadi
patokan bagi masyarakat yang ingin lebih mengetahui tentang
koordinasi dalam penanggulangan kemiskinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
No. Penelitian Terdahulu Hasil Penelitian
1.
Andi Fitrah P. Putra dkk
2014 Peran Pemerintah
Kota Makassar dalam
Pengentasan Kemiskinan
pada Program UEP dan
KUBE
(Putra et al., 2014)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis peran pemerintah kota Makassar
dalam pengentasan kemiskinan berupa program
serta mengetahui dan menganalisis faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan program tersebut.
UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dan KUBE
(Kelompok Usaha Bersama) adalah program
yang cukup efektif dalam pelaksanaannya
dilihat dari tersalurkannya bantuan untuk
program tersebut.
2.
Erna Setijaningrum, 2017
Program Terpadu
Penanggulangan
Kemiskinan di Kota
Surabaya
(Setijaningrum, 2017)
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui program-program terpadu dalam
penanggulangan kemiskinan yang paling sesuai
bagi masyarakat dan kelompok miskin di Kota
Surabaya berdasarkan prioritas
kebutuhan/basic need mereka untuk hidup yang
layak.
3.
Nia Juliawati, 2012
Koordinasi dan Usaha
Koordinasi dalam
Organisasi : Sebuah
Kerangka Studi
(Juliawati, 2012)
Koordinasi ditempatkan sebagai elemen yang
sangat penting bagi keefektifan operasi atau
proses yang dijalankan perusahaan. Koordinasi
adalah inti operasi organisasi, yang
memungkinkan tujuan organisasi tercapai.
Tujuan yang ingin dicapai tersebut biasanya
tidak dapat, atau kurang efisien bila dikerjakan
secara individu.
9
Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan
sekarang yaitu, sama-sama ingin mengetahui peran pemerintah dalam
penanggulangan kemiskinan melalui koordinasi. Perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu, penelitian terdahulu lebih
mengutamakan peran seluruh pemerintah daerah sedangkan penelitian sekarang
berfokus pada Dinas Sosial dan Dinas Tenaga Kerja sebagai pemerintah daerah
yang mempunyai wewenang menanggulangi kemiskinan.
B. Konsep dan Teori
1. Teori Manajemen
Menurut (George, 2003) manajemen yaitu suatu usaha untuk menentukan
target yang hendak dicapai dengan memanfaatkan sumber daya alam serta
sumber daya manusia mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, serta pengarahan yang dilakukan.
(Hasibuan, 2012) Manajemen ialah ilmu yang mengatur proses dan
memanfaatkan sdm dengan sumber-sumber yang lain agar secara efektif dan
efisien dapat mencapai tujuan bersama.
(Handoko, 2003) Manajemen yaitu mengerjakan pekerjaan secara bersama-
sama untuk menentukan, dan mencapai tujuan yang ada pada organisasi dan tetap
melihat pada pelaksanaan fungsi perencanaannya, pengorganisasian, personalia,
mengarahkan serta mengawasi.
Fungsi manajemen kemudian dikemukakan oleh beberapa ahli seperti
dibawah ini: Menurut G.R. Terry, manajemen memilki 4 fungsi yaitu:
10
1. Planning (Perencanaan)
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Actuating (Pelaksanaan)
4. Controlling (Pengendalian)
Kemudian menurut Luther Gullick ada 6 yaitu: Planning (Merencanakan),
Staffing (Menempatkan), Directing (Mengarahkan), Coordinating (Koordinasi),
Reporting (Laporan), dan Budgeting (Pembuatan Anggaran).
Menurut Lyndall F. Urwick, fungsi manajemen juga ada 6 yaitu: Staffing
(Menempatkan), Planning (Merencanakan), Organizing (Pengorganisasian),
Controling (Mengendalikan), Commanding (Mengarahkan), dan Coordinating
(Mengkoordinasikan).
2. Konsep Koordinasi
2.1 Pengertian Koordinasi
Benn (Sutarto, 2012) mengatakan bahwa koordinasi adalah suatu
keberlangsungan, dan keharmonisan untuk mencapai tujuan, yang bisa dicapai
dengan kepemimpinan, organisasi serta administrasi.
Koordinasi menurut Stoner dalam (Hartono, 2016) yaitu usaha untuk
menyatu-padukan kegiatan serta sasaran antar bagian atau bidang fungsional dal
am organisasi untuk mengarah pada tujuan bersama secara efisien.
Menurut (George, 2003) koordinasi ialah usaha yang teratur dan sinkron
untuk memberikan waktu yang dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan
agar dapat menciptakan tindakan yang sejalan serta harmonis pada sasaran dan
tujuan yang telah ditentukan.
11
2.2 Unsur-Unsur Koordinasi
Dann Suganda dalam (Hartono, 2016) mengatakan bahwa koordinasi ialah
menyatupadukan gerakan dengan semua potensi dari unit-unit organisasi yang
berbeda fungsi agar dapat menuju pada sasaran yang sama sehingga dapat dengan
mudah mencapainya dan juga efektif. Koordinasi juga bertujuan agar tercipta
efisiensi dalam melaksanakan tugas dan mencapai sasaran.
Unsur-unsur yang terkandung dalam koordinasi, yaitu:
a. Unit atau Organisasi
b. Potensi (sumber-sumber)
c. Gerak Kegiatan
d. Penyatupaduan
e. Keselarasan
f. Tujuan yang sama
Indikator koordinasi menurut (Hasibuan, 2006) dalam diantaranya:
a. Kesatuan Tindakan
Pada hakekatnya koordinasi memerlukan kesadaran setiap anggota
organisasi atau satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri atau
tugasnya dengan anggota atau satuan organisasi lainnya agar tidak berjalan
sendiri-sendiri.
b. Komunikasi
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena komunikasi,
sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan berdasarkan
rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya komunikasi.
12
c. Pembagian kerja
Secara teoritis tujuan dalam suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan
bersama dimana individu tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua
atau lebih orang yang bekerja bersama secara operatif dan dikoordinasikan
dapat mencapai hasil lebih dari pada dilakukan perseorangan. Dalam suatu
organisasi, tiang dasarnya adalah prinsip pembagian kerja (Division of
labor). Prinsip pembagian kerja ini maksudnya jika suatu organisasi
diharapkan untuk dapat berhasil dengan baik dalam usaha mencapai
tujuannya, maka hendaknya lakukan pembagian kerja.
d. Disiplin
Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja secara
terkoordinasi, agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang
diharapkan. Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian yang berbeda-
beda. Jadi jelasnya bahwa disiplin menyangkut pada suatu sikap dan tingkah
laku, apakah itu perorangan atau kelompok untuk tunduk dan patuh terhadap
peraturan suatu organisasi.
2.3 Jenis-Jenis Koordinasi
Menurut Dann Suganda dalam (Hartono, 2016) menyebutkan beberapa jenis
koordinasi sesuai dengan lingkup dan arahnya sebagai berikut:
Kordinasi menurut ruang lingkupnya, yaitu:
1. Koordinasi internal yaitu koordinasi antar anggota dan antar unit dalam
satu organisasi yang sama.
13
2. Koordinasi eksternal yaitu koordinasi antar anggota dari berbagai
organisasi atau antar organisasi yang ada.
Koordinasi menurut arahnya, yaitu:
1. Koordinasi horisontal ialah koordinasi antara anggota atau antara unit-
unit yang memilki hierarki yang setingkat atau sederajat dari berbagai
organisasi.
2. Koordinasi vertikal adalah koordinasi antar anggota dari unit tingkat
bawah oleh atasannya serta cabang dari suatu organisasi terhadap
organisasi induknya.
3. Koordinasi diagonal yaitu koordinasi antara anggota yang beda fungsi
dan tingkatan hierarkinya dalam suatu organisasi.
4. Koordinasi fungsional yaitu koordinasi antara anggota dan unit-unit
serta organisasi yang dilakukan atas dasar fungsi yang sama atau
koordinatornya memiliki fungsi tertentu.
2.4 Syarat-Syarat Koordinasi
Syarat-syarat koordinasi yang dikemukakan oleh Hasibuan dalam (Hartono,
2016) ialah:
a. Sense of cooperation (mampu untuk bekerjasama) : mampu
bekerjasama sesama anggota antar unit dan antar organisasi
b. Rivalry : yaitu pada suatu organisasi dapat dilakukan sebuah persaingan
pada bagian atau antar organisasi sehingga tercipta daya juang dan
mencapai kemajuan
14
c. Team spirit : memilki sikap saling menghargai dan menyemangati antar
anggota dan antar organisasi
d. Espirit de corps : menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat menambah
semangat dari para anggota organisasi
2.5 Sifat-Sifat Organisasi
Sifat Koordinasi menurut Hasibuan dalam (Hartono, 2016), yaitu:
a. Koordinasi itu dinamis dan tidak statis
b. Koordinasi menekankan seluruh pandangan pada seorang koordinator
untuk mencapai tujuan.
c. Koordinasi akan melihat dari keseluruhan pekerjaan
2.6 Manfaat Koordinasi
(Handoko, 2003) mengatakan kalau koordinasi memiliki beberapa manfaat
diantaranya:
a. Koordinasi dapat menghindarkan keretakan antar anggota organisasi
satu dan organisasi
b. Menghindarkan suatu organisasi pada perbedaan dan perasaan bahwa
organisasi lain lebih unggul daripada organisasi yang lainnya
c. Menghindar pada kemungkinan akan timbul pertentangan antarbagian
yang ada dalam organisasi
d. Menghindarkan suatu organisasi dari kekosongan pekerjaan antar
anggota organisasi
e. Menciptakan kesadaran antar para anggota agar saling membantu
15
3. Konsep Kemiskinan
3.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan dapat diartikan sebagai keadaan saat seseorang tidak mampu
memelihara dirinya dengan taraf hidup kelompok dan juga belum mampu
memanfaatkan tenaga yang ada baik mental maupun fisiknya pada kelompok
tersebut (Soekanto, 2009).
Suparlan dalam (Ahmadi, 2009) mengatakan kemiskinan sebagai suatu
standar pada tingkat kehidupan yang rendah. Artinya adanya tingkat kekurangan
materi terhadap sejumlah ataupun segolongan orang dibanding dengan standar
hidup yang berlaku umum didalam masyarakat yang bersangkutan. Emil Salim
dalam (Ahmadi, 2009) juga mengatakan, mereka dapat dikatakan berada dibawah
garis kemiskinan jika pendapatan tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan hidup
yang utama seperti, sandang, pangan dan papan.
Dalam UU Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin Pada
Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan fakir miskin yaitu mereka yang tidak
memiliki mata pencaharian apapun, atau memiliki mata pencaharian tapi tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya bagi dirinya ataupu keluarganya.
3.2 Bentuk dan Jenis Kemiskinan
Kemiskinan dilihat dari pandangan umum (Ahmadi, 2009) dikategorikan
dalam 3 unsur, diantaranya:
a. Kemiskinan yang disebabkan oleh aspek badaniah, yaitu secara fisik
seseorang tidak mampu untuk berbuat maksimal untuk dirinya seperti
orang lain yang memiliki kesehatan fisik. Sedangkan jika menyangkut
16
mental seseorang seperti sifat malas bekerja secara wajar, artinya
mereka akan bekerja sambilan jika ada yang memerlukannya.
b. Kemiskinan yang diakibatkan oleh bencana alam. Jika tidak diatasi
dengan cepat maka sama halnya menimbulkan beban bagi masyarakat
yang lain. Mereka yang terdampak bencana alam pastilah tidak lagi
memiliki tempat untuk tinggal, hingga sumber daya yang dimiliki
sebelumnya pun telah habis akibat pengikisan dari bencana alam
c. Kemiskinan buatan bisa disebut juga sebagai kemiskinan struktural
yang mana kemiskinan ini ditimbulkan akibat dari struktur sosial,
ekonomi, budaya serta politik.
(Supriadi, 2017) dalam skripsinya menyebutkan bentuk-bentuk dan jenis
kemiskinan berdasarkan sifatnya, diantaranya:
a. Kemiskinan absolut ialah suatu keadaan dimana pendapatan seorang
atau sekolompok orang ada dibawah garis kemiskinan. Dengan begitu
mereka belum bisa memenuhi kebutuhannya yang dasar seperti
sandang, pangan dan papan kesehatan serta pendidikan yang begitu
diperlukan untuk meningkatkan taraf kehidupan.
b. Kemiskinan relatif dikatakan sebagai bentuk dari kemiskinan yang
disebabkan oleh pengaruh dari kebijakan sebelumnya belum mampu
menjangkau seluruh lapisan masyarakat hingga mengakibatkan
ketimpangan pendapatan dan standar kesejahteraan diantara
masyarakat.
17
c. Kemiskinan kultural ialah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat dari
adanya kebiasaan masyarakat yang pada umumnya datang dari budaya
yang tidak ingin mengubah hidupnya dengan standar modern.
d. Kemiskinan struktural ialah bentuk kemiskinan yang diakibatkan
kurangnya akses pada sumber daya yang ada yang terjadi dalam
kehidupan sosial budaya hingga sosial politik yang tidak menggalakkan
pembebasan kemiskinan. Kemiskinan seperti ini terkadang memiliki
unsur diskriminatif.
Kemudian ada pula jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya (Supriadi, 2017)
seperti yang dijelaskan berikut ini:
a. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan ini diakibatkan karena sumber daya yang ada mengalami
kelangkaan sehingga tidak ada lagi tempat untuk melakukan pekerjaan.
b. Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan ini disebabkan oleh sistem modernisasi dimana
terjadi pembangunan besar-besaran sehingga mengikis sumber daya
yang ada yang merupakan mata pencaharian mereka sebelumnya.
3.3 Faktor Penyebab Kemiskinan
(Ahmadi, 2009) menyebutkan ada banyak faktor yang mengakibatkan
timbulnya kemiskinan diantaranya:
a. Pendidikan yang rendah
b. Malas dalam bekerja
c. Terbatasnya sumber daya alam
18
d. Terbatasnya modal untuk usaha
e. Keterbatasan lapangan pekerjaan
f. Tingginya beban keluarga
Suharto dalam (Yamin Sani, 2016) memiliki 9 faktor yang menandai
kemiskinan, yaitu:
a. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
b. Tidak mampu berusaha karena cacat fisik atau mental
c. Banyaknya anak yang terlantar, janda miskin, kelompok marjinal dan
masyarakat terpencil
d. Kualitas sumber daya yang rendah dan terbatas
e. Rendahnya pendapatan serta modal untuk memulai usaha
f. Tidak ada akses untuk mendapatkan pekerjaan
g. Tidak ada akses untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang lain
h. Tidak ada jaminan untuk masa depan
i. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat
4. Konsep Koordinasi Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa dan Dinas Penanaman Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Dalam Penanggulagan Kemiskinan
Dalam penanggulangan kemiskinan, dinas sosial dan dinas tenaga kerja
dapat saling berkoordinasi. Namun peraturan ataupun regulasi yang secara khusus
membahas tentang koordinasi antara dinas sosial dan dinas tenaga kerja masih
sangat kurang. Adapun regulasi yang dikeluarkan pemerintah terkait dengan
koordinasi penanggulangan kemiskinan secara rinci dibahas dalam Peraturan
19
Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
pada Pasal 4 yaitu terdapat program untuk penanggulangan kemiskinan yang di
bagi ke dalam tiga kelompok program diantaranya:
a. Kelompok program penanggulangan kemiskinan dengan pemberian
bantuan serta perlindungan sosial. Diantara bantuan itu ialah pemenuhan
hak dasar mengurangi beban hidup pada masyarakat miskin
b. Keelompok yang berbasis pemberdayaan. Program ini ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat miskin dan mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya yang nantinya bisa digunakan untuk membuka ataupun
mencari pekerjaan sendiri
c. Kelompok pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan menengah. Program
ini ditujukan untuk menguatkan ekonomi para pengusaha kecil.
Dengan melihat 3 program diatas, yang sejalan dengan dinas sosial yaitu poin
a dan b, sedangkan poin c lebih mengarah pada dinas koperasi dan umkm. Oleh
karenanya agar bisa mengetahui lebih dalam terkait koordinasi Dinas Sosial dan
Dinas Tenaga Kerja maka diperlukan penelitian mendalam dengan dinas-dinas
terkait.
Dalam Peraturan Bupati Takalar Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Dinas
Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi Kabupaten Takalar Pasal 17 Bidang Tenaga Kerja, terdapat
beberapa tugas pokok diantaranya, memberikan dan menyebarluaskan informasi
terkait pasar kerja antara para pencari kerja dengan pemberi kerja hingga
memperluas kesempatan kerja untuk masyarakat, serta melaksanakan pelayanan
20
mengenai pengelolaan informasi tentang pasar kerja di daerah. Hal ini sangat
besar pengaruhnya bagi para pencari kerja serta dapat mengurangi tingkat
kemiskinan.
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini akan mendeskripsikan koordinasi pemerintah daerah (Dinas
Sosial, PMD dengan Bidang Tenaga Kerja) di Kabupaten Takalar dengan
menggunakan unsur-unsur/indikator koordinasi yang dikemukakan oleh Hasibuan
agar tercipta koordinasi yang baik untuk penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Takalar.
21
BAGAN KERANGKA PIKIR
D. Fokus Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir terkait dengan penelitian koordinasi dinas sosial
dengan bidang tenaga kerja maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah
indikator yang mempengaruhi dalam proses koordinasi serta faktor yang
mendukung dan menghambat proses koordinasi.
Indikator koordinasi yaitu:
a. Kesatuan Tindakan
b. Komunikasi
c. Pembagian Kerja
d. Disiplin
Penanggulangan
Kemiskinan
Koordinasi Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa dengan Dinas Penanaman Modal, PTSP, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Dalam Penanggulangan
Kemiskinan
Faktor
Pendukung
Faktor
Penghambat
22
E. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir diatas, berikut adalah deskripsi dari fokus
penelitian tersebut, diantaranya:
1. Kesatuan Tindakan, yaitu penyesuaian tugas dengan anggota antara
Dinas Sosial, PMD dengan Bidang Tenaga Kerja pada Dinas
Penanaman Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar tercipta
keserasian dalam pelaksanaan tugas.
2. Komunikasi, yaitu penyampaian informasi atau saling bertukar ide dan
gagasan dengan anggota, antara Dinas Sosial, PMD dengan Bidang
Tenaga Kerja pada Dinas Penanaman Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
3. Pembagian Kerja, yaitu penempatan bagian kerja sesuai dengan bidang
keahlian dari masing-masing anggota, antara Dinas Sosial, PMD
dengan Bidang Tenaga Kerja pada Dinas Penanaman Modal, PTSP,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4. Disiplin, yaitu patuh terhadap setiap aturan yang ada agar pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar antara antara Dinas Sosial, PMD dengan
Bidang Tenaga Kerja pada Dinas Penanaman Modal, PTSP, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
5. Faktor pendukung dan penghambat dalam koordinasi yaitu faktor yang
mempengaruhi selama proses koordinasi yang dilakukan antara Dinas
Sosial dengan Bidang Tenaga Kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan. Penelitian
akan dilakukan di Kabupaten Takalar dengan dinas-dinas yang terkait. Peneliti
memilih lokasi ini karena belum adanya koordinasi yang efektif yang dilakukan
dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Takalar.
B. Tipe dan Jenis Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana peneliti turun
langsung kelapangan untuk melihat bentuk koordinasi yang akan dilakukan oleh
Dinas Sosial, Pembeerdayaan Masyarakat dan Desa dan Bidang Tenaga Kerja
pada Dinas Penanaman Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam hal
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Takalar. Selain itu peneliti juga akan
melihat masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan, sehingga dapat
dihasilkan data tertulis ataupun lisan dari kejadian yang diamati.
2. Tipe Penelitian
Tipe yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Deskriptif dimana peneliti
akan menggambarkan kejadian berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Sosial,
Pembeerdayaan Masyarakat dan Desa dan Bidang Tenaga Kerja pada Dinas
Penanaman Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta dalam lingkup
masyarakat miskin (Prof. Dr. Emzir, 2008).
24
C. Sumber Penelitian
1. Sumber Data Primer
Dalam melakukan penelitian ini, yang nantinya akan menjadi data primer
adalah Dinas Sosial dan Bidang Tenaga Kerja serta Masyarakat Miskin.
Narasumber ini nantinya akan mempermudah peneliti dalam menemukan data
yang sesuai dengan penelitian ini.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan artikel ilmiah, buku-buku
serta gambar. Sumber data ini akan menjadi pendukung dari pernyataan-
pernyataan yang akan dihasilkan dari narasumber pada data primer.
D. Informan Penelitian
Adapun informan pada penelitian ini sesuai dengan teknik purposive dimana
peneliti memilih informan yang dianggap paling mengerti dalam penelitian ini.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian
No. Nama Informan Inisial Jabatan
1. Drs. H. Muhammad
Arfah, M.A.P
M.A Kabid Pemberdayaan
Masyarakat dan Penanganan
Fakir Miskin
2. Arzad, S.SOS, M.Si A Staf Dinas Sosial, PMD
3. Drs. Muh. Bahri Ikbal,
MM
B.I Kabid Tenaga Kerja
4. M. Syahrir, S. S.SOS,
M. AP
M.S Kasi Pengembangan dan
Produktivitas Tenaga Kerja
5. Norma dg. Baji N.B Masyarakat Miskin
6. Ibu Muntu M Masyarakat Miskin
25
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati hal-hal yang terkait dengan
masalah koordinasi dalam penanggulangan kemiskinan di Kab. Takalar.
Observasi ini memungkinkan peneliti untuk melihat dan meninjau secara
langsung mengenai fakta yang ada dilapangan serta untuk mendapatkan informasi
lebih, yang dapat digunakan dalam peneltiian ini.
2. Wawancara
Peneliti nantinya akan melakukan wawancara terbuka dengan semua
narasumber yang terkait dengan penelitian ini, yaitu Dinas Sosial, Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa dan Bidang Tenaga Kerja pada Dinas Penanaman Modal,
PTSP, Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Masyarakat Miskin dengan cara
tanya-jawab.
3. Dokumentasi
Dokumentasi akan membuat data yang didapatkan tidak akan hilang dengan
mudah dan data yang diperoleh akan menjadi lebih akurat apabila peneliti
menyimpan data dalam bentuk hard copy.
4. Triangulasi
Triangulasi ini di gunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan seluruh
informasi yang didapatkan dari seluruh sumber data sampai pada teknik
pengumpulan data yang telah dilakukan.
26
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dengan
mengumpulkan dan menyusun semua data yang telah didapatkan dilapangan agar
memudahkan peneliti untuk mendapatkan kesimpulan. Adapun tahapan dalam
analisis ini yaitu:
1. Reduksi
Dalam reduksi data, peneliti akan mengumpulkan serta memilah hal-hal
penting dari data yang telah diperoleh dilapangan. Hal tersebut digunakan agar
mampu memberikan informasi yang jelas dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
2. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, peneliti kemudian akan menyajikan data berupa
bagan serta uraian singkat atau lainnya agar dapat lebih mengerti tentang apa yang
terjadi.
3. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari seluruh data
yang ada dan diperoleh berdasarkan pada bukti yang telah dikumpulkan selama
proses pengambilan data dilapangan.
G. Pengabsahan Data
Dalam pengabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
sebagai pengecekan dari seluruh sumber dengan berbagai teknik serta waktu
dengan menggunakan hasil observasi, wawancara serta dokumentasi sebagai
bahan untuk mendapatkan keabsahan data.
27
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi ini digunakan oleh peneliti untuk pengujian terhadap data yang
telah diperoleh dari beberapa sumber. Setelah mencapai pemahaman dengan
berbagai sumber maka data yang diperoleh terhitung valid.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik ini digunakan untuk menguji data dengan cara yang
berbeda. Saat data yang didapatkan berbeda, maka peneliti akan kembali
berdiskusi dengan sumber data agar mendapatkan data lebih valid.
3. Triangulasi Waktu
Dalam triangulasi ini, peneliti akan melakukan pengecekan data secara
berkala jika terdapat ketidaksesuaian selama waktu pengumpulan data (Sugiyono,
2017).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Kab. Takalar
Setelah Kab. Takalar terbentuk, Kecamatan Polombangkeng dibagi menjadi
2 yaitu Polombangkeng Selatan dan Polombangkeng Utara. Kecamatan Galesong
kemudian juga dibagi menjadi 2 yaitu Galesong Selatan dan Galesong Utara.
Kecamatan Topejawa, Takalar, Laikang serta Sanrobone menjadi kecamatan yang
dikenal dengan nama TOTALLASA (Topejawa, Takalar, Laikang, dan
Sanrobone) dimana hal ini kemudian diubah menjadi Kecamatan Mappakasunggu
dan Mangarabombang. Kecamatan baru kemudian kembali dibentuk yaitu
Kecamatan Sanrobone (hasil pemekaran dari kecamatan mappakasunggu) serta
Kecamatan Galesong yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galesong
Selatan dan Galesong Utara. Sehingga Kab. Takalar memiliki 9 (sembilan)
kecamatan yang menaungi 100 desa/kelurahan.
Maka dari itu, Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten yang ada di
Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki 9 kecamatan yaitu, Galesong,
Polombangkeng Selatan, Pattallassang, Sanrobone, Polombangeng Utara,
Galesong Selatan, Mangarabombang dan Galesong Utara dan Mappakasunggu.
Kab. Takalar memiliki 566,51 km² dengan penduduk sebanyak ±250.000 jiwa.
Adapun wilayah administratif di Kab. Takalar sebagai berikut:
29
Tabel 4.1
Daftar Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kab. Takalar
Kecamatan
Jumlah Desa/Kelurahan
Mangarabombang 12
Mappakasunggu 9
Sanrobone 6
Polombangkeng Selatan 10
Pattallassang 9
Polombangkeng Utara 18
Galesong Selatan 12
Galesong 14
Galesong Utara 10
Kab. Takalar 100
Sumber data: Takalar dalam Angka 2020
a. Aspek Astronomis dan Geografis
Kabupaten Takalar terletak antara 5º30´ sampai 5º038´ Lintang Selatan dan
199º22´ sampai 199º39´ Bujur Timur yang memiliki luas wilayah 566,51 km².
Untuk sampai di Kabupaten Takalar dengan menggunakan mobil atau motor harus
menempuh jarak sekitar 45 km dari Kota Makassar dan melewati Kabupaten
Gowa. Batas-batas wilayah Kab. Takalar adalah sebagai berikut:
1. Pada bagian Utara wilayah Kab. Takalar, berbatasan dengan Kabupaten
Gowa dan Kota Makassar
2. Pada bagian Timur wilayah Kab. Takalar, berbatasan dengan Kabupaten
Jeneponto dan Kabupaten Gowa
3. Pada bagian Selatan wilayah Kab. Takalar berbatasan dengan Laut Flores
4. Pada bagian Barat wilayah Kab. Takalar berbatasan dengan Selat
Makassar
30
Tabel 4.2
Daftar Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Takalar
Kecamatan Luas Wilayah
(km²)
Luas Wilayah
(%)
Mangarabombang 100,50 km² 17,74%
Mappakasunggu 45,27 km² 7,99%
Sanrobone 29,36 km² 5,18%
Polombangkeng Selatan 88,07 km² 15,55%
Pattallassang 25,31 km² 4,47%
Polombangkeng Utara 212,25 km² 37,47%
Galesong Selatan 24,71 km² 4,36%
Galesong 25,93 km² 4,58%
Galesong Utara 15,11 km² 2,67%
Kab. Takalar 566,51 km² 100,01 %
Sumber data: Takalar dalam Angka 2020
b. Aspek Topografi
Kabupaten Takalar terdiri atas pantainya yang beragam, daratan serta
perbukitan. Sebelah barat terdapat pantai dan dataran rendah yang punya
kemiringan sekitar 0-3 derajat sedangkan tinggi ruang yang beragam sekitar 0-25
m, diikuti dengan batuan dataran yang di dominasi oleh endapan alluvial, rawa,
batuan, terumbu hingga batuan lelehan basal. Sebagain wilayah di Kab. Takalar
terdiri dari daerah pantai sepanjang 74 km yang berada di kecamatan
Mangarabombang, Mappakasungu, Galesong, Galesong Utara dan Galesong
Selatan. Kab. Takalar sendiri dilalui oleh oleh 4 sungai besar yaitu sungai
jenetallasa, jeneberang, jenemarrung dan sungai pamakkulu. Empat sungai
31
tersebut kini telah diubah menjadi bendungan untuk irigasi sawah masyarakat
dengan luas sekitar 13.183 Ha
c. Aspek Demografis
Keadaan demografi adalah satu dari banyak indikator yang paling penting
terkait pada pelaksanaan pembangunan sosial ekonomi yang sangat
mempengaruhi proses dari mobilitas sosial masyarakat. Dalam kondisi ini
kependudukan berada pada posisi utama karena seperti yang diketahui
pembangunan merupakan salah satu usaha manusia untuk bisa mengubah pola dan
tingkat sosialnya agar bisa tetap mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
a) Kependudukan
Jumlah penduduk di Kab. Takalar sebanyak 298.688 jiwa yang tersebar
diseluruh kecamatan di Kab. Takalar. Kecamatan yang mempunyai jumlah
penduduk paling banyak yaitu Polombangkeng Utara sebanyak 50.762 jiwa,
Galesong sebanyak 41.865 jiwa, Galesong Utara sebanyak 40.701 jiwa,
Pattallassang sebanyak 40.119 jiwa dan Mangarabombang sebanyak 39.378
jiwa. Adapun jumlah penduduk yang relatif sedikit ada pada kecamatan
Polombangkeng Selatan sebanyak 28.871 jiwa, Galesong Selatan sebanyak
26.443 jiwa, Mappakasunggu sebanyak 16.343 jiwa, dan Sanrobone
sebanyak 14.206 jiwa.
32
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Takalar
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Jiwa
Mangarabombang 18.903 20.475 39.378
Mappakasunggu 7.694 8.649 16.343
Sanrobone 6.709 7.497 14.206
Polombangkeng Selatan 13.562 15.309 28.871
Pattallassang 18.944 21.175 40.119
Polombangkeng Utara 24.642 26.120 50.762
Galesong Selatan 12.585 13.858 26.443
Galesong 20.690 21.175 41.865
Galesong Utara 19.945 20.756 40.701
Kab. Takalar 143.674 155.014 298.688
Sumber data: Takalar dalam Angka 2020
Dari tabel diatas, bisa dilihat bahwasanya jumlah penduduk perempuan
lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Adapun kecamatan
yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak ada pada kecamatan
Polombangkeng Utara sebanyak 50.762 jiwa dan Kecamatan yang mempunyai
jumlah penduduk paling sedikit ada pada Kecamatan Sanrobone yaitu sebanyak
14.206 jiwa.
2. Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kab. Takalar
Dinas Sosial, PMD Kab. Takalar yang berlokasi di JL. Syech Yusuf ini
dulunya pernah bergabung dengan Dinas Tenaga Kerja menjadi Dinas Sosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Kemudian setelah adanya perubahan atas Perda
Kabupaten Takalar Nomor 07 Tahun 2016, Dinas Sosial kembali menjadi dinas
yang berfokus menjalankan urusan pemerintahan di bidang sosial. Setelah
beberapa tahun berjalan, kembali dibentuk Perda Kab. Takalar Nomor 02 Tahun
2019 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kab. Takalar Nomor 07 Tahun
33
2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dengan Dinas Sosial
bergabung bersama Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa menjadi Dinas
Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
a. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah penggambaran mengenai hubunga kerja yang ada
pada suatu organisasi dalam rangka menuju pada tujuan bersama yang kemudian
dilakukan dengan menetapkan hubungan antara anggota dalam melaksanakan
tugas, hingga memegang peran yang penting dalam pembagian wewenang, fungsi
dan tanggung jawab dalam hubungan kerjasama antar anggota.
Struktur organisasi Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
ditetapkan dalam Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial,
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diantaranya:
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
b. Sub-bagian Perencanaan
c. Sub-bagian Keuangan
d. Sub-bagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Rehabilitasi dan Perlindungan Jaminan Sosial
a. Seksi Rehabilitasi Sosial Anak dan Lansia
b. Seksi Rehabilitasi Sosial, Penyandang Disabilitas, Tuna Sosial dan Korban
Perdagangan Orang
c. Perlindungan dan Jamian Sosial
34
4. Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin
a. Seksi Identifikasi dan Penguatan Kapasitas
b. Seksi Pendampingan, Pemberdayaan Masyarakat, Penyaluran Bantuan
Stimulan dan Penataan Lingkungan
c. Seksi Kelembagaan, Kepahlawanan dan Restorasi Sosial
5. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
a. Seksi Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dan Adat
b. Seksi Pemberdayaan Sosial Dasar dan Usaha Ekonomi Masyarakat
c. Seksi Pendayagunaan SDA dan Teknologi Tepat Guna
6. Bidang Pembinaan Pemerintahan Desa
a. Seksi Penataan dan Kerjasama Desa
b. Seksi Pembinaan Administrasi Pemerintahan Desa
c. Seksi Pembinaan Keuangan dan Aset Desa
7. UPTD
8. Jabatan Fungsional
b. Tugas Pokok dan Fungsi:
1. Kepala Dinas
Untuk menjalankan tugasnya, kepala dinas melaksanakan fungsi:
a. Merumuskan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangnya
b. Melaksanakan kebijakan terkait urusan pemerintahan pada bidang
Sosial, PMD
c. Melaksanakan evaluasi dan laporan urusan pemerintahan pada bidang
sosial, PMD
35
d. Melaksanakan urusan administrasi
e. Menjalankan fungsi lain sesuai dengan bidangnya
2. Sekretariat
Untuk menjalankan seluruh tugas tersebut sekretaris menyelenggarakan
fungsi:
a. Koordinasi terkait pelaksanaan tugas antar anggota dinas
b. Koordinasi dalam menyusun rencana program, kegiatan, anggaran serta
laporan
c. Koordinasi terkait urusan umum dan kepegawaian
d. Koordinasi dalam mengelola administrasi keuangan
e. Melaksanakan tugas dinas yang lain sesuai dengan bidangnya
3. Bidang Rehabilitasi dan Jaminan Sosial
Kepala bidang dalam menjalankan tugasnya melakukan:
a. Merumuskan kebijakan terkait urusan pemerintahan pada bidang
rehabilitasi dan perlindungan jaminan sosial
b. Melaksanakan urusan pemerintahan terkait bidangnya
c. Melaksanakan evaluasi dan laporan urusan terkait bidangnya
d. Melaksanakan administrasi terkait bidangnya
e. Melaksanakan fungsi yang lain sesuai dengan bidangnya
4. Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin
Kepala bidang dalam menjalankan tugasnya, melaksanakan fungsi:
a. Merumuskan aturan terkait urusan pemerintahan yang sesuai dengan
bidangnya
36
b. Melaksanakan tugas pemerintah sesuai dengan bidangnya
c. melaksanakan evaluasi serta pelaporan urusan pemerintahan sesuai
dengan bidangnya
d. Melakukan urusan administrasi yang sesuai dengan bidangnya
e. Menjalankan tugas lain terkait tugas dan fungsinya
5. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Kepala bidang mempunyai fungsi:
a. Merumuskan kebijakan terkait urusan pemerintahan sesuai dengan
bidangnya
b. Melaksanakan urusab pemerintahan sesuai dengan bidangnya
c. Melaksanakan evaluasi serta pelaporan sesuai dengan bidangnya
d. Melaksanakan administrasi bidang pemberdayaan masyarakat
e. Melaksanakan tugas yang lain yang sesuai dengan bidangnya
6. Bidang Pembinaan Pemerintah Desa
Untuk menjalankan tugasnya, kepala bidang melaksanakan fungsi:
a. Merumuskan aturan terkait urusan pemerintahan sesuai bidangnya
b. Melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangnya
c. Melaksanakan evaluasi terkait dengan bidangnya
d. Melaksanakan administrasi sesuai bidangnya
e. Melaksanakan fungsi lain sesuai dengan bidangnya
7. UPTD
37
8. Jabatan Fungsional
Pengangkatan jabatan fungsional dilakukan berdasar pada hasil dari
analisis kebutuhan dan sesuai dengan aturan perundang-undangan.
Pada tabel dibawah ini akan diperlihatkan perbandingan mengenai jumlah
penduduk miskin menurut Kab/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan,
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kota di Provinsi Sul-Sel (ribu)
2015-2019
No. Kab/Kota 2015 2016 2017 2018 2019
1 Bone 75,01 75,05 77,13 79,57 76,25
2 Makassar 63,24 66,78 68,19 66,22 65,12
3 Gowa 59,47 61,52 62,77 59,34 57,99
4 Jeneponto 53,87 55,32 55,35 55,95 54,05
5 Pangkep 53,85 52,86 53,38 50,12 47,07
6 Luwu 48,64 50,58 49,80 47,91 46,18
7 Luwu Utara 41,89 43,75 44,04 42,43 42,48
8 Maros 40,08 39,02 38,50 35,97 34,85
9 Toraja Utara 34,37 33,02 32,85 30,68 28,64
10 Bulukumba 33,36 33,25 33,10 31,25 30,49
11 Pinrang 30,51 31,28 31,43 32,94 31,85
12 Wajo 30,08 29,46 29,19 29,73 27,48
13 Tana Toraja 28,59 28,42 29,18 29,65 28,87
14 Enrekang 27,60 26,98 26,71 25,53 25,40
15 Takalar 27,12 27,05 26,99 26,57 25,93
16 Sinjai 21,99 22,51 22,25 22,48 22,27
17 Luwu Timur 19,67 21,08 21,94 21,15 20,83
18 Soppeng 18,88 19,12 18,76 17,00 16,45
19 Bantaeng 17,55 17,53 17,91 17,20 16,91
20 Selayar 16,90 17,21 17,62 17,59 17,36
21 Barru 16,10 16,24 16,76 15,68 14,92
22 Sidrap 16,03 15,92 15,72 15,41 14,44
23 Palopo 14,51 15,02 15,44 14,27 14,37
24 Pare-pare 8,41 8,02 8,07 8,01 7,62
Sumber data: Takalar dalam Angka 2020
38
Data diatas menunjukkan bahwa Kab. Bone memiliki tingkat kemiskinan
paling tinggi di Provinsi Sulawesi Selata yaitu sebanyak 76,25 ribu pada tahun
2019. Kemudian Kota Makassar diperingkat kedua dengan jumlah sebanyak 65,
12 ribu dan Kab. Gowa sebanyak 57,99 ribu. Kab. Takalar sendiri berada diurutan
ke 15 pada tahun 2019 dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 25,93 ribu.
3. Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kab. Takalar
Sebelum bergabung dengan Dinas Penanaman Modal dan PTSP, Dinas
Tenaga kerja dan Transmigrasi pernah bergabung dengan Dinas Sosial. Dengan
dikeluarkannya Perda Kab. Takalar Nomor 07 Tahun 2016 Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi kemudian bergabung dengan Dinas Koperasi dan UKM dengan
nama Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Kemudian kembali dikeluarkan Perda Nomor 02 Tahun 2019 mengenai perubahan
atas Perda Nomor 07 Tahun 2016 dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
bergabung dengan Dinas Penanaman Modal dan PTSP menjadi Dinas Penanaman
Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Kantor dinas ini terletak di Jalan
Jenderal Sudirman No. 26 Kab. Takalar.
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Bidang Tenaga Kerja disusun dan diatur dalam
Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal,
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten
39
Takalar. Susunan organisasi Dinas Penanaman Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi diantaranya:
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
a. Sub-bagian Perencanaan
b. Sub-bagian Keuangan
c. Sub-bagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Penanaman Modal
a. Seksi Perencanaan, Promosi dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal
b. Seksi Pengendalian, Pembinaan dan Pelaksanaan Penanaman Modal
c. Seksi Pengolahan Data dan Sistem Penanaman Modal
4. Bidang Pelayanan Terpadu Satu Pintu
a. Seksi Administrasi Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan
b. Seksi Penerbitan Perizinan dan Nonperizinan
c. Seksi Pengaduan dan pelaporan
5. Bidang Tenaga Kerja
a. Seksi Pengembangan dan Produktivitas Tenaga Kerja
b. Seksi Penempatan Tenaga Kerja
c. Seksi Hubungan Industrial
6. Bidang Transmigrasi
a. Seksi Penyiapan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi
b. Seksi Pengembangan Ekonomi
c. Seksi Pengembangan Sosial Budaya
40
7. UPTD
8. Jabatan Fungsional
b. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Kepala Dinas
Kepala dinas dalam menjalankan tugasnya, melaksanakan fungsi:
a. Merumuskan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
b. Melaksanakan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
c. Melaksanakan evaluasi dan laporan sesuai bidangnya
d. Melaksanakan administrasi
e. Menjalankan fungsi lain sesuai dengan bidangnya
2. Sekretariat
Sekretaris dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi dalam pelaksanaan tugas pada lingkup sekretariat
b. mengkoordinasikan serta menyusun rencana program, kegiatan,
anggaran dan laporan
c. Koordinasi terkait urusan umum dan kepegawaian
d. Koordinasi dalam mengelola administrasi keuangan
e. Melaksanakan tugas kedinasan yang lain sesuai tugasnya
3. Bidang Penanaman Modal
Kepala bidang dalam melakukan tugas pokoknya melaksanakan fungsi:
a. Merumuskan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
b. Melaksanakan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
c. Melaksanakan evaluasi dan laporan sesuai bidangnya
41
d. Melaksanakan administrasi
e. Melaksanakan fungsi yang lain sesuai dengan bidangnya
4. Bidang Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kepala bidang dalam menjalankan tugasnya melaksanakan fungsi:
a. Merumuskan aturan pemerintahan sesuai bidangnya
b. Melaksanakan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
c. Melaksanakan evaluasi dan laporan sesuai bidangnya
d. Melaksanakan administrasi dinas
e. Menjalankan fungsi lain sesuai dengan bidangnya
5. Bidang Tenaga Kerja
Kepala bidang dalam menjalankan tugas pokoknya melaksanakan fungsi:
a. Merumuskan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
b. Melaksanakan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
c. Melaksanakan evaluasi dan laporan sesuai bidangnya
d. Melaksanakan administrasi dinas
e. Menjalankan fungsi lain sesuai dengan bidangnya
6. Bidang Tramsmigrasi
Kepala bidang dalam menjalankan tugas pokoknya melaksanakan fungsi:
a. Merumuskan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
b. Melaksanakan kebijakan pemerintahan sesuai bidangnya
c. Melaksanakan evaluasi dan laporan sesuai bidangnya
d. Melaksanakan administrasi dinas
e. Menjalankan tugas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya
42
7. UPTD
8. Jabatan Fungsional
Pengangkatan Jabatan Fungsional dilakukan berdasarkan atas hasil analisa
formasi dan kebutuhan, dan sesuai dengan ketentuan dari peraturan
perundang-undangan.
B. Koordinasi Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan di
Kabupaten Takalar
Melakukan koordinasi bukanlah hal yang mudah dan pasti ada hambatan
dalam pelaksanaannya. Hambatan yang bisa saja muncul yaitu kurang validnya
data yang akan digunakan dikarenakan pendataan yang tidak merata atau data
baru yang akan digunakan terlambat untuk di validasi. Koordinasi sering
digunakan antar organisasi ataupun antar anggota untuk mempermudah pekerjaan
yang biasanya sulit dilakukan. Koordinasi juga sering digunakan untuk
mengurangi kemiskinan serta pengangguran yang ada ditiap daerah yang
penanganannya tidak cukup jika hanya satu organisasi saja yang bergerak.
Melihat hal tersebut, kemiskinan adalah suatu hal yang kompleks yang
penanganannya harus secara serius dan membutuhkan kontribusi dari seluruh
kalangan pemerintahan baik itu Presiden, menteri-menteri, kepala daerah ataupun
SKPD dan UPTD. Masing-masing dari mereka telah memiliki bagiannya sendiri
untuk menurunkan angka kemiskinan. Suatu negara tidak ada yang bersih dari
kemiskinan, maka dari itu kemiskinan yang tidak bisa dihilangkan setidaknya bisa
dikurangi agar negara yang awalnya berkembang bisa menjadi negara maju.
43
Penelitian ini menggunakan indikator koordinasi yang dikemukakan oleh
Hasibuan (2006) sebagai berikut:
a. Kesatuan Tindakan
Kesatuan tindakan merupakan tahap awal yang mesti dilakukan saat
berkoordinasi. harus menyatukan pemikiran antara dua organisasi atau lebih agar
dapat mencapai titik awal mengenai rencana hingga kegiatan yang akan dilakukan
selama berkoordinasi. Kemiskinan erat kaitannya dengan pengangguran. Tingkat
pengangguran yang tinggi dapat menjadi penyebab tingginya tingkat kemiskinan
karena memiliki ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
kebutuhan pokoknya. Seperti yang disampaikan oleh Bapak B.I selaku Kabid
Tenaga Kerja pada wawancara tanggal 6 Juli 2020:
“Memang benar pengangguran merupakan masalah yang erat kaitannya
dengan kemiskinan. Kenapa orang miskin, karena mereka menganggur atau
tidak punya pekerjaan.”
Hal seperti diatas juga dijelaskan oleh Bapak A. selaku Staf Dinas Sosial,
PMD saat melakukan wawancara pada tanggal 16 Juli 2020:
“Salah satu faktor yang menjadi penyebab kemisinan sampai saat ini yaitu
pengangguran. Tidak bisa dipungkiri bahwa pengangguran memang faktor
yang tidak bisa dipisahkan sebagai penyebab kemiskinan dan tingginya
tingkat kemiskinan. Kurangnya pendidikan membuat masyarakat itu tidak
bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga kurang pemasukan untuk
memenuhi kebutuhannya.”
Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa pengangguran adalah hal yang
paling mempengaruhi tingkat kemiskinan. Kemiskinan dan penganguran adalah
dua hal yang saling berkaitan yang penanganannya harus secara serius untuk
mencegah bertambahnya angka kemiskinan. Pendidikan yang kurang juga
merupakan faktor yang menghambat masyarakat agar bisa mendapatkan
44
pekerjaan. Mengingat saat ini persaingan kerja sudah sangat tinggi dan dibutuhkan
kemampuan khusus agar bisa bersaing mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kemampuan akan teknologi menjadi syarat yang penting dalam melamar
pekerjaan. Hal ini dikarenakan banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan
menggunakan komputer, laptop hingga barang-barang elektronik yang
memungkinkan agar pekerjaan dapat selesai dengan cepat.
Dalam koordinasi, kesatuan tindakan adalah suatu hal yang harus dikerjakan
dan dilakukan oleh organisasi baik pemerintah ataupun swasta agar program,
kegiatan serta tujuan yang akan dijalankan dapat dicapai secara efektif dan efisien
hingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Kesatuan tindakan merupakan
penyesuaian tugas dengan anggota/staf instansi lain agar tercipta keserasian dalam
pelaksanaan tugas. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak B.I Selaku Kabid
Tenaga Kerja pada wawancara tanggal 6 Juli 2020:
“Terkait koordinasi mengenai penanggulangan kemiskinan tentu kita mulai
dulu dari pekerjaannya. Masalah pengangguran bukan hanya menjadi
wewenang dari tenaga kerja tapi ada juga pihak-pihak terkait yang bisa
membantu kami menyelesaikan masalah pengangguran ini. Dalam
koordinasi dengan Dinas Sosial dan PMD, kami selaku bidang yang
menaungi ketenagakerjaan memberikan perlindungan bagi tenaga kerja
yang bermasalah. Jika tenaga kerja ini pulang kekampung halamannya
otomatis dia sudah tidak bekerja atau menjadi pengangguran. Nah disinilah
peran dinas sosial untuk membantu selama mereka masih mencari pekerjaan
baru.”
Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa koordinasi dalam
penanggulangan kemiskinan tetap ada karena pengangguran membawa dampak
yang besar terhadap tingginya tingkat kemiskinan. Kedua dinas tersebut saling
melakukan tugasnya dengan berkoordinasi terkait permasalahan yang muncul
dalam masyarakat. Bukan hanya dinas sosial dan tenaga kerja yang saling
45
berkoordinasi tapi juga melibatkan instansi lain dalam penanggulangan
kemsikinan. Kesatuan tindakan ini perlu dilakukan agar organisasi atau anggota
yang akan melakukan koordinasi bisa mengetahui bagian yang akan dikerjakan
serta keserasian tindakan yang dilakukan.Ini juga membuat kegiatan menjadi
terarah terkait apa yang akan dilakukan nantinya.
Jumlah pengangguran di Kab. Takalar pada tahun 2017 mencapai angka
4,93%, 2018 3,88% dan pada tahun 2019 mencapai 4,13%. Pada tahun 2018
tingkat pengangguran mengalami penurunan sebesar 1,05% dari tahun 2017. Pada
tahun 2019, tingkat pengangguran kembali naik sebesar 0,25% menjadi 4,13%.
Hal ini dikarenakan para lulusan sekolah menengah yang tidak langsung bekerja
setelah menyelesaikan sekolahnya ataupun tidak melanjutkan pendidikannya ke
universitas. Berikut adalah tabel mengenai persentase jumlah pengangguran serta
pesrsentase dari partisipasi angkatan kerja di Kab. Takalar.
Tabel 4.5
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) 2017-2019 di Kab. Takalar
Tahun Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT)
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)
2017 4,93% 64,37%
2018 3,88% 65,39%
2019 4,13% 63,21%
Sumber data: Takalar dalam Angka 2020
Sementara itu pada tahun 2020, belum ada data mengenai tingkat
pengangguran maupun tingkat partisipasi angkatan kerja di Kab. Takalar karena
belum adanya data yang diterima oleh bidang tenaga kerja dari BPS Kab. Takalar.
46
Walau begitu, Bidang Tenaga Kerja memastikan tingkat pengangguran ini
mengalami kenaikan yang drastis. Hal ini diakibatkan banyaknya para pekerja
yang di PHK oleh tempat mereka bekerja.
Pada tahun 2016, tingkat kemiskinan di Kab. Takalar mencapai ± 27 ribu
KK atau sekitar 9,35%. Kemudian pada tahun 2017 hingga 2019 jumlah
penduduk miskin di Kab. Takalar terus mengalami penurunan hingga mencapai
angka ± 25 ribu KK atau sekitar 8,70% pada tahun 2019. Hal ini bisa dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.6
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten
Takalar, 2016-2019
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin (ribu)
Persentase Penduduk
Miskin
2016 27,05 9,35 %
2017 26,99 9,24 %
2018 26,57 9,00 %
2019 25,39 8,70 %
Sumber data: Takalar dalam Angka 2020
Selanjutnya pada tahun 2020, tingkat kemiskinan di Kab. Takalar naik
secara drastis yaitu sekitar 42.190 kk yang mana ini merupakan angka kemiskinan
yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah KK di Kab.
Takalar, kemudian ditambah lagi dengan adanya Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) yang baru betul-betul dilaksanakan di Kab. Takalar. DTKS ini
berisi data-data masyarakat miskin yang sebelumnya belum sempat terdata atau
47
tercatat sebagai masyarakat miskin pada tahun sebelumnya pada Dinas Sosial dan
Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Jumlah Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kecamatan di
Kabupaten Takalar 2020
Kecamatan Jumlah Penduduk
Miskin
Persentase
Penduduk Miskin
Mangarabombang 7231 17,14%
Mappakasunggu 2904 6,88%
Sanrobone 2064 4,89%
Polombangkeng Selatan 4483 10,63%
Pattallassang 3352 7,95%
Polombangkeng Utara 7738 18,34%
Galesong Selatan 3921 9,29%
Galesong 6014 14,25%
Galesong Utara 4483 10,63%
Kab. Takalar 42190 100%
Sumber data: Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa Kec. Polombangkeng Utara memiliki
tingkat kemiskinan yang paling tinggi yaitu sebanyak 7.738 KK atau sekitar
18,34%. Hal ini disebabkan karena Kec. Polombangkeng Selatan memiliki 18
desa dan menjadi kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak di Kab.
Takalar. Kemudian Kec. Sanrobone merupakan kecamatan dengan tingkat
kemiskinan terendah sebanyak 2.064 KK atau sekitar 4,89%. Kecamatan ini
memiliki 6 desa sekaligus menjadi kecamatan dengan jumlah paling sedikit di
Kab. Takalar.
48
Program padat karya dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat
kemiskinan dan pengangguran ditiap daerah kab/kota. Di Kabupaten Takalar,
program ini telah pernah dibahas dan dilaksanakan dikecamatan polombangkeng
Utara yang memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi di Kab. Takalar. Program
padat karya ada dua jenis yaitu program padat karya tunai dan program padat
karya produktif.
b. Komunikasi
Suatu instansi baik itu instansi pemerintah ataupun swasta pasti memiliki
tujuan serta program yang akan dicapai berkaitan dengan fungsi dan tugasnya.
Seringkali dalam pelaksanaannya, terdapat program yang memiliki tujuan yang
sama antara instansi satu dengan instansi lain. Memiliki tujuan yang sama dan
mendapatkan hasil akhir yang bagus ada baiknya jika instansi/organisasi ini saling
berkomunikasi agar rencana yang akan dibuat bisa berjalan dengan lancar. Hal ini
bisa dimulai pada tahap awal yaitu melakukan komunikasi dengan
instansi/organisasi lain terkait rencana program yang akan dibuat hingga akhirnya
program tersebut siap untuk diaplikasikan dilapangan.
Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam melakukan
koordinasi. Semua informasi serta data yang akan digunakan untuk menjalankan
program harus diselarasakan dulu dengan cara melakukan komunikasi.
Komunikasi yang baik akan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat
terselesaikan. Pentingnya komunikasi dalam hal ini agar tidak terjadi kesalahan
informasi serta data yang akan digunakan juga lebih valid sehingga tidak
menimbulkan masalah pada pelaksanannya.
49
Seringkali dalam membuat rencana awal atau perumusan program, ada
kendala yang dialami dalam perumusannya. Bahkan dalam pelaksanaannya pun
pasti ada kendala yang dihadapi. Seperti yang dipaparkan oleh Bapak B.I selaku
Kabid Tenaga Kerja pada wawancara tanggal 6 Juli 2020:
“Kendala yang kita hadapi itu yang pertama tentunya adalah anggaran.
Karena program baru akan berjalan jika anggarannya mencukupi. Jika satu
pihak tidak setuju maka kita akan perbaiki lagi sampai disetujui semua
pihak. Yang kedua adalah data yang akan kita gunakan itu biasanya belum
akurat dan belum valid. Biasanya itu kita sudah mau gunakan data yang ada
tapi kemudian ada laporan bahwa ada penambahan jumlah pada data.
Otomatis kita tunggu data itu diperbaharui dulu lalu kita bisa gunakan.”
Dari wawancara diatas, anggaran tentunya adalah hal yang paling sering
menghambat suatu pekerjaan. Anggaran yang kurang berarti pekerjaan tidak bisa
dijalankan. Hal ini sudah sangat jelas bahwa dalam dalam menjalankan suatu
program dibutuhkan anggaran yang besar karena sasarannya adalah masyarakat.
Keakuratan data juga sangat mempengaruhi suatu pekerjaan. Untuk program
pemberdayaan itu data yang akan diguakan adalah data yang betul-betul valid
sehingga program itu bisa rata pelaksanaannya untuk semua masyarakat.
Bapak M.A selaku Kabid Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir
Miskin juga mengungkapkan kendala yang dihadapi saat melakukan komunikasi
pada wawancara tanggal 28 Juli 2020:
“Kendala yang kami hadapi itu data yang akan kita gunakan biasanya tidak
akurat dan tidak valid. Sering terjadi masyarakat miskin didesa-desa itu dia
miskin tapi tidak terdaftar pada DTKS desanya. Nah ini yang sering jadi
kendala karena kita harus data lagi. Jadi kan ini bidang tenaga kerja itu
minta data kepada kami, tapi ternyata data yang kami berikan itu belum
valid karena masih ada penambahan. Jadi kami katakan untuk menunggu
sebentar sampai data baru selesai dibuat dan di validasi.”
50
Dari kedua wawancara diatas dapat dilihat bahwa untuk menjalankan suatu
program pemberdayaan itu, data mengenai tingkat kemiskinan harus betul-betul
valid sebelum digunakan karena itu sangat mempengaruhi hasil dari program yang
akan dijalankan. Pemerataan harus diutamakan dalam menjalankan program
pemberdayaan karena jika data tersebut tidak valid maka bisa saja daerah atau
masyarakat yang seharusnya lebih berhak mendapatkan program ini bisa
tergantikan dengan yang lain karena ketidak akuratan data. Itulah pentingnya
komunikasi agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan. Jika terjadi
masalah maka itu tetap bisa dikomunikasi dengan tetap memperhatikan bentuk
penyelesaian masalah yang tidak akan merugikan semua pihak.
Lantas bagaimana jika tidak terjadi komunikasi dalam koordinasi? Jika
pertanyaan seperti itu muncul maka jawabannya adalah tidak ada koordinasi.
Karena komunikasi merupakan hal yang paling utama dalam koordinasi. Antara
dinas sosial dan bidang tenaga kerja memang seharusnya saling berkoordinasi
terkait masalah pengentasan kemiskinan. Seperti yang disampaikan oleh Bapak A.
selaku Staf Dinas Sosial, PMD saat melakukan wawancara pada tanggal 16 Juli
2020:
“Memang harus ada komunikasi yang terjadi antara dinas sosial dan tenaga
kerja karena keduanya ini memiliki peran besar dalam menanggulangi
kemiskinan. Dinas Sosial itu fokusnya mengurangi masyarakat miskin salah
satunya dengan cara melakukan pemberdayaan. Kemudian Bidang Tenaga
Kerja mengurangi pengangguran dan secara tidak langsung juga mengurangi
kemiskinan dengan cara menyebarluaskan informasi kerja atau bisa juga
melakukan pemberdayaan kepada calon tenaga kerja. Hal seperti ini kan
bisa dikoordinasikan terkait pelaksanaannya.”
Dari wawancara diatas, dapat dilihat bahwa Dinas Sosial dan Bidang
Tenaga Kerja masing-masing memilki program pemberdayaan. Pada dinas sosial,
51
pemberdayaan yang dilakukan dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Masyarakat petani adalah salah satu sasaran dari pemberdayaan ini. Pada Bidang
Tenaga Kerja terdapat program pemberdayaan berupa pemberian pelatihan kerja
dan pemberian peralatan kerja untuk membuka usahanya sendiri. Kemudian bagi
yang ingin mendapatkan pelatihan kerja dari pelatih yang berpengalaman maka
bisa mendaftar pada Balai Latihan Kerja (BLK) yang juga bagian dari program
Bidang Tenaga Kerja. Bapak A. selaku Staf Dinas Sosial, PMD kembali
menambahkan mengenai kemiskinan:
“Kita ini di Kab. Takalar banyak sekali sawahnya. Nah disitu juga biasanya
masyarakat kita itu mencari tambahan uang untuk memenuhi
kekebutuhannya dengan cara berkebun ataupu menanam padi, jagung dan
cabai. Tapi biasanya juga itu hasil pertanian itu harganya tidak seperti yang
diharapkan karena pengumpul itu biasa membeli murah hasil tanaman para
petani jadi tidak cukup lagi untuk kebutuhan sehari-hari belum lagi
keperluan pupuk untuk tanaman pertanian itu.”
Terkait dengan program KUBE dari Dinas Sosial Kab. Takalar, memang
sebagian besar masyarakatnya merupakan petani. Hal ini bisa dilihat dengan
banyaknya area persawahan yang dapat dilihat saat kita melintas di Kab. Takalar.
Dengan bertani masyarakat bisa mendapatkan pemasukan untuk memenuhi
kebutuhannya. Meskipun hasilnya tidak selalu besar dan kadang-kadang tidak bisa
mencuckupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Seperti yang disampaikan oleh Ibu N.B yang tinggal di Kec.
Polombangkeng Utara saat wawancara pada tanggal 18 Juli 2020:
“Saya ini penerima pkh. Bantuan yang kudapat itu keluar tiap tiga bulan
sekali jadi kalo bantuan belum keluar kita pergi kesawah kumpul lombok
baru dijual. Karena kita ini punya sawah jadi biar belum waktu panen kita
pergi petik saja lomboknya baru kita jual. Sekarang ini lagi musim lombok
sama jagung baru harganya juga murah sekali tiga ribuji satu kilo nabelikan
52
orang bagaimana juga mau cukup itu untuk keperluan sehari-hari. Tapi tetap
jaki bersyukur karena masih adaji yang mau bantuki.”
Masyarakat petani memang tidak selalu merasakan manisnya harga dari
hasil pertanian mereka. Hasil yang bagus belum tentu memiliki harga jual yang
bagus juga. Hal serupa juga dirasakan oleh Ibu M. di Kec. Polombangkeng
Selatan saat wawancara pada tanggal 18 Juli 2020:
“Tidak pernahka saya dapat bantuan dek biar dari desa tidak ada. Ituji
bantuan BLT kemarin kudapat. Selesaika terima tiga bulan tidak adami lagi.
Adaji iya tambah-tambah uang didapat karena jual ayam potong jaki juga
jadi bisa mi menutupi. Hasil jual ayam juga dek tidak seberapaji karena
kecilji juga tempat jual ayamku ini. Barupi lagi rame pembeli kalo ada acara
hari-hari besar. Adaji juga sawah ditanami jagung tapi murah juga harga
jagung sekarang dek. Kalau disimpan dirumahji itu jagung biasa busuk sama
nanti namakan tikus jadi biar murah tetapji dijual kodong daripada disimpan
na tidak adaji juga didapat.”
Dari kedua wawancara diatas dapat dilihat bahwa harga-harga hasil
pertanian masyarakat itu tidak selalu menguntungkan para petani. Terkadang
harga jualnya itu sangat rendah seperti hasil tanaman cabai dan jagung. Meskipun
hasil panen bagus jika dipasaran sudah terlalu banyak atau tidak ada pengiriman
keluar daerah maka harga pun bisa menjadi murah. Berbeda dengan tanaman padi
yang harganya tidak pernah murah dan jika tidak ingin dijual bisa tetap disimpan
dalam waktu lama. Inilah kondisi yang dialami oleh masyarakat miskin yang ada
di Kab. Takalar. Terus berusaha agar bisa memenuhi kebutuhannya, serta
pengahasilan yang tidak menentu adalah kondisi yang sudah sering dirasakan oleh
masyarakat di Kab. Takalar.
c. Pembagian Kerja
Kemiskinan adalah masalah yang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas.
Kemiskinan ini butuh perhatian khusus dari semua pemerintah terkait
53
penanganannya. Seperti yang diketahui bahwa bahkan anak kecil pun yang
seharusnya masih bermain bersama temannya setelah pulang sekolah, harus
melakukan pekerjaan untuk membantu orang tuanya mencari uang. Dari anak-
anak ini ada yang mulai berjualan kue keliling dengan berjalan kaki atau
menggunakan sepeda hingga yang sering ditemui anak-anak yang pergi berjualan
kantong plastik di pasar-pasar tradisional. Ini semua untuk mencari uang dan
membantu orang tuanya. Orang tua juga kadang sulit untuk mendapatkan
pekerjaan. Apalagi dizaman sekarang yang semuanya serba menggunakan
teknologi untuk melakukan pekerjaan. Dengan begini maka kemampuan akan
teknologi (melek teknologi) sangat diperlukan agar memperoleh pekerjaan yang
baik serta upah yang layak. Bahkan usaha-usaha yang terbilang masih standar pun
memerlukan ijazah SMA/D3/S1 untuk bisa mendaftar. Karena itu adalah syarat
minimal yang dimiliki jika ingin mendaftar dan mendapatkan pekerjaan.
Oleh karena itu koordinasi antar organisasi sangatlah penting karena
semuanya memiliki perannya masing-masing, yang dapat saling membantu
organisasi lain dalam melakukan tugas dan fungsinya. Disamping itu, perlu
ditekankan juga bahwa koordinasi antar organisasi juga sangat penting terlebih
lagi dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini diperlukan mengingat bahwa
kemiskinan ini membutuhkan perhatian dari semua kalangan untuk mengatasinya.
Setelah kesatuan tindakan dan komunikasi dilakukan, langkah selanjutnya yaitu
pembagian kerja. Pembagian kerja yaitu penempatan bagian kerja sesuai dengan
bidang keahlian dari masing-masing anggota instansi/organisasi.
54
Koordinasi yang dilakukan Dinas Sosial dan Bidang Tenaga Kerja ada pada
program Padat Karya dari Bidang Tenaga Kerja. Program tersebut dibentuk oleh
ketenagakerjaan agar dapat memeberikan bantuan kepada masyarakat miskin dan
mereka yang tidak memilki pekerjaan. Seperti yang disampaikan oleh B.I selaku
Kabid Tenaga Kerja, pada wawancara tanggal 6 Juli 2020:
“Kami ini di tenaga kerja memiliki program yang namanya padat karya.
Program padat karya ini dibuat untuk masyarakat miskin dan masyarakat
yang tidak memiliki pekerjaan kemudian kita rekrut untuk sama-sama
bergotong royong membangun daerahnya.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak M.S selaku Kasi
Pengembangan dan Produktivitas Tenaga Kerja pada wawancara tanggal 17 juli
2020:
“Program padat karya ini memang sangat erat kaitannya dengan
pengentasan kemiskinan. Jadi sasaran program ini memang adalah
masyarakat yang kurang mampu. Karena program ini menyasar masyarakat
miskin maka tentu kita ada jalur koordinasi dengan dinas sosial. Ini kan
program pemberdayaan jadi kita juga butuh dinas sosial karena semua data
kemiskinan yang kita butuhkan itu ada disana. Hal ini juga agar kita mudah
mengetahui tempat pelaksanaan program ini karena menyasar masyarakat
miskin dan dinas sosial tau semua itu.”
Koordinasi yang dilakukan diatas hanya sekedar pemberian data yang valid
agar program dapat berjalan lancar. Meski demikian, tetap instansi itu tidak dapat
melakukan atau menjalankan tugasnya tanpa adanya campur tangan dari instansi
lain. Kembali lagi karena setiap instansi atau organisasi memiliki perannya
masing-masing yang dapat membantu instansi lain dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Bapak M.A selaku Kabid Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir
Miskin juga mengatakan hal yang sama pada wawancara tanggal 28 Juli 2020:
55
“Iya tentu kita ada jalur koordinasi dengan bidang tenaga kerja. Apalagi
sekarang ada yang namananya program padat karya dari bidang tenaga
kerja, itu kita sama-sama membuat agar bagaimana program itu bisa
dijalankan dengan tetap memperhatikan masyarakat miskin. Makanya kita
ini ikut dalam program itu dan kita berikan semua data yang dibutuhkan
terkait dengan kemiskinan karena kita yang lebih tau jadi kita saling
membantu dan berkoordinasi mengenai program tersebut.”
Hasil wawancara diatas memperlihatkan bahwa ada pembagian kerja yang
jelas antara dinas sosial dan bidang tenaga kerja. Dinas sosial bertanggung jawab
mengenai masalah data kemiskinan yang akan digunakan pada program
pemberdayaan padat karya tersebut. Kemudian bidang tenaga kerja melakukan
upaya bersama dengan anggotanya untuk menjalankan program ini. Dengan
adanya data kemiskinan dari dinas sosial maka sasaran dari program ini sudah
jelas diberikan kepada masyarakat yang paling membutuhkan.
Inilah fungsi dari koordinasi dan pembagian kerja. Pekerjaan yang tidak bisa
dikerjakan sendiri pada akhirnya bisa diselesaikan jika saling membantu.
Pembagian kerja ini dilakukan karena masing-masing organisasi dan anggota
punya keahlian dan wewenangnya masing-masing. Seperti halnya pada dinas
sosial yang menangani secara khusus mengenai permasalahan kemiskinan yang
ada yang kemudian menggunakan wewenangnya ini untuk membantu bidang
tenaga kerja dalam melakukan pemberdayaan serta membantu mengurangi
kemiskinan.
d. Disiplin
Disiplin perlu diterapkan dalam seluruh aspek dalam kehidupan ini. Seluruh
kegiatan yang dilakukan harus disinkronkan dengan sikap disiplin agar kegiatan
dapat berjalan dengan lancar. Patuh terhadap setiap aturan yang ada merupakan
56
sikap disiplin. Aturan dibuat berbeda-beda dan disesuaikan berdasarkan situasi
dan kondisi dari masing-masing tempat. Dalam organisasi, aturan dibuat untuk
dipatuhi tiap anggotanya agar organisasi itu dapat berjalan sesuai dengan tujuan
dan fungsinya. Jika tidak aturan yang diterapkan maka anggota hingga bahkan
pemimpin dapat melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya. Pemimpin harus
menunjukkan sikap disiplin yang baik agar bisa ditiru oleh para anggotanya. Hal
ini dilakukan agar kinerja yang telah diberikan mendapatkan hasil yang maksimal.
Disiplin kerja bisa dimulai dari manajemen waktu yaitu, kehadiran di kantor
tepat waktu sesuai aturan yang sudah ditetapkan. Aturan ini berlaku bagi semua
pegawai maupun pemimpin. Kemudian menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
tepat waktu juga merupakan sikap disiplin. Hal ini disampaikan oleh Bapak B.I
selaku Kabid Tenaga Kerja pada wawancara pada tanggal 6 Juli 2020:
“Terkait dengan kedisiplinan, kami tidak terlalu banyak mengalami kendala
karena masing-masing pegawai pada dinas bersangkutan sudah mengetahui
apa-apa saja yang perlu dilakukan saat terjalin koordinasi. Jadi kami kalau
minta data pada dinas sosial dan sementara kadisnya tidak ada atau kabid
yang menangani kemiskinan tidak ada, nah mereka itu akan melimpahkan
wewenang kepada pegawai yang lainnya untuk segera mengirimkan data
yang dibutuhkan agar pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak terhambat.”
Bapak M.A selaku Kabid Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir
Miskin juga memberikan tanggapannya menganai kedisiplinan seperti pada
wawancara tanggal 28 Juli 2020:
“Kami itu menekankan pada manajemen waktunya. Jadi kami itu
memberikan aturan waktu kepada pegawai agar bisa menyelesaikan
pekerjaan cepat dan tepat waktu. Karena kalau kita biarkan bekerja tanpa
ada batasan waktu, mereka itu biasanya menunda-nunda dan kalau terlalu
banyak waktu yang dibuang pekerjaaan juga otomatis terhambat.”
Dari kedua wawancara diatas, dapat dilihat bahwa sikap disiplin sudah ada
pada setiap pegawai karena memang itu sudah terus ditekankan agar sikap disiplin
57
terus dimunculkan. Memberikan aturan waktu kepada para pegawai juga
merupakan hal yang baik untuk meminimalkan waktu yang ada sehingga
pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan bisa melanjutkan dengan mengurus hal-hal
lain yang harus diselesaikan. Kesadaran akan sikap disiplin tentu sangat
diperlukan karena hal tersebut sangat mempengaruhi hasil kinerja nantinya.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Koordinasi Pemerintah
dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kab. Takalar
Dalam koordinasi antara Dinas Sosial dan Bidang Tenaga Kerja, ada
beberapa faktor yang mendukung dan menghambat selama pelaksanaan
koordinasi tersebut, diantaranya:
1. Faktor Pendukung
a. Mampu Bekerjasama
Para anggota antara dinas sosial dan bidang tenaga kerja memiliki semangat
dalam bekerjasama. Hal ini sempat disampaikan oleh Kepala bidang tenaga kerja
bahwa bekerjasama akan mampu memberikan hasil yang baik sebelum dan
selama pelaksanaan program. Dalam koodinasi kerjasama lebih meningkatkan
hubungan baik antar dinas terkait sehingga akan mudah untuk komunikasi
kedepannya.
2. Faktor Penghambat
a. Perbedaan Pendapat
Saat melakukan komunikasi, tentu akan ada pihak yang tidak setuju dengan
apa yang direncanakan. Perbedaan pendapat ini biasanya menghambat suatu
kegiatan yang awalnya sudah bisa ditargetkan pelaksanaannya, tapi dengan
58
adanya hal ini maka pekerjaan pun akan terlambat. dalam program padat
karyayang dilaksanakan pemerintah, ada beberapa pihak yang kurang setuju jika
kegiatan ini dilaksanakan di wilayah tertentu. Namun melihat dengan melihat
angka kemiskinan tertingi di kecamatan polombangkeng utara, maka kegiatan ini
dilaksanakan di kecamatan tersebut.
b. Keakuratan Data
Saat akan menjalankan kegiatan, data merupakan hal yang penting. Data ini
digunakan untuk mengetahui dimana dan siapa yang akan menjadi target dalam
pelaksanaan suatu program. Penggunaan data oleh Bidang Tenaga terkait
pelaksanaan program padat program haruslah benar-benar valid agar terjadi
pemerataan dalam masyarakat terkait pelaksanaan program.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan wawancara bersama
informan pada Dinas Sosial, PMD dengan Bidang Tenaga Kerja Kab. Takalar
mengenai koordinasi pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Koordinasi pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Takalar terbilang sudah cukup baik. Koordinasi masih
dijalankan demi mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Namun,
koordinasi disini hanya sekedar pemberian data antar instansi untuk
menjalankan suatu program. Program padat karya yang dilaksanakan di
Kabupaten Takalar merupakan program yang sangat bagus karena
menyasar masyarakat pengangguran dan masyarakat miskin.
2. Faktor pendukung dalam koordinasi antara Dinas sosial dengan Bidang
Tenaga Kerja yaitu, mampu bekerjasama dimana anggota saling
memberikan hal baik dalam pelaksanaan kegiatan. Faktor penghambat
dalam koordinasi diantaranya perbedaan pendapat yang tidak dapat
dihindarkan serta keakuratan data yang kadang belum valid dapat
menghambat jalannya kegiatan.
60
B. Saran
Setelah peneliti melihat langsung pada Dinas Sosial dengan Bidang Tenaga
Kerja terkait koordinasi yang dilakukan, maka ada beberapa saran dari peneliti
antara lain:
1. Koordinasi antara Dinas Sosial dan Bidang Tenaga Kerja harus lebih
ditingkatkan lagi dalam pelaksanaannya sehingga mampu mencapai hasil
yang maksimal dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Diharapkan
kedepannya program padat karya bisa kembali dilaksanakan dengan lebih
baik agar masyarakat miskin mampu memperbaiki kehidupannya
2. Dinas Sosial dan Bidang Tenaga Kerja diharapkan mampu menciptakan
suatu inovasi program yang akan membuat koordinasi menjadi kuat dan
terus berlanjut yang menyasar masyarakat miskin sehingga kemiskinan
dan pengangguran dapat diatasi.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2009). Ilmu Sosial Dasar. PT. Rineka Cipta.
George, R. T. (2003). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2003. PT. Bumi Aksara.
Handoko, H. (2003). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE-
Yogyakarta.
Hartono, A. (2016). Koordinasi Antar Lembaga dan Stakeholder Dalam
Pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (Studi Kasus: Taman Flora dan
Taman Ekpresi di Kota Surabaya. Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik.
Hasibuan, M. S. P. (2006). Manajemen: dasar, Pengertian, dan Masalah. PT.
Bumi Aksara.
Hasibuan, M. S. P. (2012). Manajemen Sumber Daya manusia. Bumi Aksara.
Juliawati, N. (2012). KOORDINASI DAN USAHA KOORDINASI DALAM
ORGANISASI : SEBUAH KERANGKA STUDI. Jurnal Administrasi Bisnis
Unpar.
Prof. Dr. Emzir, M. P. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. PT.
Rajagrafindo Persada.
Putra, A. F. P., Nawawi, J., & Rahmatullah. (2014). Peran Pemerintah Kota
Makassar dalam Pengentasan Kemiskinan pada program UEP dan KUBE.
Ilmu Pemerintahan, 7, 127–136.
Setijaningrum, E. (2017). Program terpadu penanggulangan kemiskinan di Kota
Surabaya Integrated program design to overcome poverty in Surabaya.
Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 30(8), 13–19.
Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Supriadi. (2017). Peran Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan
Melalui Program Khilan di Kota Palopo. 22–23.
Sutarto. (2012). Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Gajah Mada
University Press.
Yamin Sani, M. (2016). Kearifan Tradisi dan Pembangunan Berkelanjutan
(Dinamika Masyarakat dan Pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat).
Masagena Press.
62
Dokumen:
Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial,
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal,
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi
Kabupaten Takalar
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin
L
A
M
P
I
R
A
N
Kantor Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kab. Takalar
Kantor Dinas Penanaman Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kab. Takalar
Foto saat melakukan waancara
Bapak Drs. H. Muhammad Arfah, M.A.P
(Kabid Pemberdayaan dan Penanganan Fakir Miskin)
Foto saat melakukan wawancara
Bapak Arzad, S.SOS, M.Si
(Staf Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa)
Foto setelah sesi wawancara
Bapak Drs. Muh. Bahri Ikbal, MM
(Kabid Tenaga Kerja)
Foto saat melakukan wawancara
Bapak M. Syahrir, S. S.SOS, M. AP
(Kasi Pengembangan dan Produktivitas Tenaga Kerja)
Foto saat melakukan wawancara dengan masyarakat
Ibu Norma dg. Baji
Foto saat melakukan wawancara dengan masyarakat
Ibu Muntu
RIWAYAT HIDUP
IRMA SAFIRA, Lahir di Makassar pada tanggal 18
Juni 1998. Anak kedua dari 4 bersaudara, anak
pasangan dari ARIFIN dan RITHA. Penulis memulai
pendidikannya di SD Karuwisi Makassar Tahun 2004,
kemudian penulis pindah sekolah dan menyelesaikan
Pendidikan Sekolah Dasarnya di SD Negeri No. 025 Sanrobone dan selesai pada
tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SMP
Negeri 1 Mappakasunggu dan tamat pada tahun 2013, Kemudian penulis kembali
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Takalar pada tahun 2013
dan selesai pada tahun 2016. Pada tahun 2016 peneliti kemudian melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya yaitu di Perguruan Tinggi Universitas
Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Pemerintahan. Pada tahun 2020 ini, penulis akan meraih gelar
Sarjana Strata Satu (S1) dalam karya ilmiah dengan judul “Koordinasi
Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten
Takalar”