KORELASI ANTARA LAFAZH DAN MAKNA
DALAM FAWÂSHIL QUR’ÂNIYYAH
(Studi Analisis Semantik – Fonologi terhadap Ayat-Ayat Di Juz Tabârak )
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Oleh :
Yogi Suparman
NIM: 218410846
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN (IIQ) JAKARTA
1441 H/2021 M
KORELASI ANTARA LAFAZH DAN MAKNA
DALAM FAWÂSHIL QUR’ÂNIYYAH
(Studi Analisis Semantik – Fonologi Terhadap Ayat-Ayat Di Juz Tabârak )
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Oleh :
Yogi Suparman
NIM: 218410846
Pembimbing :
Prof. Dr. H.D. Hidayat M.A
Ziyadul Haq, SQ.,MA.,Ph.D
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN (IIQ) JAKARTA
1441 H/2021 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis yang berjudul “ Korelasi Antara Lafazh dan Makna Dalam Fawâshil
Qur‟âniyyah (Studi Analisis Semantik – Fonologi Terhadap Ayat-Ayat Di
Juz Tabârak )” yang disusun oleh Yogi Suparman dengan nomor induk
mahasiswa 218410846 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan di
nilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di sidang
munaqasyah.
Pembimbing I,
Prof. Dr. H.D. Hidayat M.A
Tanggal : 21 Februari 2021
Pembimbing II,
Ziyadul Haq, SQ.,MA.,Ph.D Tanggal : 25 Februari 2021
ii
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yogi Suparman
NIM : 218410846
Tempat/ Tanggal Lahir : Tasikmalaya 10, April 1989
Program Studi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)
menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ Korelasi Antara Lafazh dan Makna
Dalam Fawâshil Qur‟âniyyah (Studi Analisis Semantik – Fonologi Terhadap
Ayat-Ayat Di Juz Tabârak)” adalah benar-benar asli karya saya, kecuali
kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan dalam
karya ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya.
Cianjur, 25 Februari 2021
(Yogi Suparman)
iv
صالبحثملخ ي القرآنفمتعددة أنواعها والمناسبات هذا البحث يتحدث عن المناسبات في القرآن الكريم.
حث في نوع واحد منها وهي المناسبة بين اللفظ والمعنى في فواصل االعظيم. فلذلك يركز البوأما المنهج المستخدم في هذا البحث فهو المنهج الوصفي عن طريقة آي جزء تبارك.
المصدر الأساسي هو الكتبعلوم اللغوية خاصة علم البلاغة والدلالة والأصوات. و دراسات الي ظلال القرآن فو ط مباشر بالموضوع ككتب التفاسير أهمها تفسير الكشاف التي لها ارتبا
. وأما المصدر الثنوي فهو جميع الكتب التي لها علاقة بالموضوع وغيرهاالتنوير والتحرير و وغيرها. ةالعلمي ثو والبح سواء كانت من كتب الدراسات العلمية والمجلة
تلاف أصوت الحروف الهجائية في فواصل الآيات إن اخوأما نتائج هذا البحث فهي أولا : يمعانغمة الألفاظ و القوية بين ن ثانيا: ثمة العلاقةالقرآنية يؤثر كثيرا في اختلاف معاني الآيات.
تالآيات القرآنية في جزء تبارك كما وردت في سورة الجن حيث إن الآيات مختتمة بنغمة صو صوت الدال يناسب مضمون الآيات في سورة الجن الجهر. فحرف الدل التي تدل على القوة و
الجادة و فإنه يتحدث عن التوحيد الخالص عن الشرك. فالتوحيد أمر عظيم يحتاج إلى القوة لمفخمة الحروف المجهورة والقوية و د من هذا البحث أن أصوات ااستفيفي تبليغه إلى الأمة. و
ي تتعلق بالعقيدة بالخاصة الآيات التو بترهيال ياتآتستخدم كثيرا في القرآن في تعبير معاني عذاب النار كما هو سائغ في محور والموت وتهديد الكفار و كالحديث عن قيام الساعة
بينية اللطيفة كحروف اللين والحروف الأصوات الحروف اللينة و السور المكية كجزء تبارك. وأما يث عن الجنة حدالك لترغيبا يفإنها تستعمل كثيرا في تعبير معان –مع كونها مجهورة -
الله عليه ول صلىكذلك تستعمل في خطاب الرسو الثواب العظيم للمؤمنين ونعيمها والوعد و .الإنسانفي سورة المزمل و تلطفا به كما وردتوسلم رحمة له و
،جزءتباركالقرآنيةالكلماتالمفتاحية:المناسبة،صوتالفاصلة
v
KORELASI ANTARA LAFAZH DAN MAKNA
DALAM FAWÂSHIL QUR’ÂNIYYAH
(Studi Analisis Semantik – Fonologi Terhadap Ayat-Ayat Di Juz Tabârak)
Yogi Suparman
ABSTRAK
Tulisan ini merupakan penelitian tentang munâsabah dalam Al-Qur’an.
Jenis-jenis munâsabah dalam Al-Qur’an sangatlah banyak. Sehingga
penelitian ini hanya fokus pada munâsabah (korelasi) antara lafazh (bunyi)
dengan maknanya, terutama dalam fâshilah ayat-ayat di juz Tabârak.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif
dengan pendekatan ilmu linguistik terutama ilmu balâghah, ilmu dalâlah dan
ilmu ashwât. Sumber data primernya adalah kitab-kitab yang berhubungan
langsung dengan tema pembahasan terutama kitab-kitab tafsir seperti, Tafsir
al-Kasysyaf, Fî Zhilâlil Qur’an dan at Taẖrîr wa at Tanwîr. Adapun sumber
data sekundernya adalah semua kitab atau tulisan yang berkaitan dengan tema,
baik berbentuk karya ilmiyah, majalah, jurnal atau yang lainnya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, pertama: Keberagaman dan
perbedaan bunyi huruf-huruf hijaiyah pada setiap fâshilah ayat Al-Qur’an
sangat berpengaruh pada makna kandungan suatu surat. Kedua, adanya
korelasi yang kuat antara bunyi akhir fâshilah dengan makna ayat yang
dikandung. Seperti dalam surat Al Jin, ayat-ayatnya diakhiri dengan huruf dal
yang memiliki sifat bunyi yang kuat (syiddah) dan jelas (jahr). Bunyi huruf ( د )
tersebut sangat cocok dengan kandungan surat tersebut yaitu penjelasan
tentang tauhid yang benar, tanpa dicampuri kesyirikan. Tauhid adalah perkara
yang sangat butuh ketegasan dan kejelasan dalam penyampainnya.
Sehingga dari penelitian ini dapat diambil faidah bahwa bunyi huruf
yang memiliki sifat jahr (nyaring, jelas), syiddah (kuat) dan isti’la (tebal)
sering digunakan untuk menjelaskan peristiwa yang menakutkan atau tentang
aqidah seperti hari kiamat, datangnya kematian, ancaman kepada orang kafir
dan azab neraka, dan ini merupakan pokok pembahasan pada surat atau ayat
makiyah seperti pada juz Tabârak. Adapun huruf-huruf yang memiliki sifat
bunyi yang lunak, lembut (huruf lîn dan bainiyyah) namun tetap jelas, sering
digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang menyenangkan seperti kenikmatan
surga, pahala bagi orang-orang mukmin atau digunakan untuk menasehati nabi
Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam seperti dalam surat Al-Muzzammil
dan Al-Insân.
Kata Kunci : Munâsabah, Korelasi, Bunyi Fâshilah Qur’an, Juz Tabârak
vi
ABSTRACT
This paper is a study of munâsabah in Al-Qur’an. There are many kinds
of munâsabah in Al-Qur’an. So that, this paper is focus on munâsabah that has
something to do with lafazh (sound) and meaning, especially in fâshilah of
every single verse in chapter Tabârak. Research method used in this paper is
qualitative description in approaching linguistic especially knowledge of
balaghah, dalâlah, and ashwât. The data sources are interpretation books
(tafsir books) such as Tafsir al-Kasysyaf, Fî Zhilâlil Qur’an, at Taẖrîr wa at
Tanwî, etc. Furthermore, secondary data sources are all written that has
something to do with theme, such as scientific paper, magazine, journal, etc.
The concluding of this research is, first: Existing munâsabah in every
surah and verse is very helful in interpreting Al-Qur’an and understanding the
meaning deeper contained in each surah and verse. So with this munâsabah
creates all surah and verse in Al-Qur’an one complete whole and indivinsible.
Second, existing of strong correlation between ending sound of fâshilah with
the meaning of verse contained. As in the surah Al-Jin that verses are ended
by letter dal ( د) that has strong sound characteristics (syiddah) and vivid (jahr).
The characteristics of sound letter are very appropriate in contained of surah
that illustrate the true unity of god (true tauhid), were not mixed-up. For the
cause of unity of god (tauhid) is one thing requires clarity and assertiveness in
conveying.
So that from this paper could be concluded that all sound of letters are
vivid (jahr), strong (syiddah), and bold (isti’la) is often used to illustrate the
terrifying event or have something to do with faith such as end of world, death,
threat to infidels and threat of hell fire. This one thing is actually the main topic
in surah or verses of makiyah existed in chapter Tabârak. As though the letters
that have weak sound, soft (the letters lîn and bainiyyah) often used to illustrate
pleasant conditions like enjoyment heaven, or reward for the mukmin in return.
This is used to give an advice to prophet Muhammad shallallâhu ‘alaihi
wasallam as contained in surah Al-Muzzammil and Al-Insân.
Keyword : Munâsabah, Correlation, Sound of Fâshilah Qur’an,
Chapter Tabârak
vii
MOTTO
Allah Tabâraka wa Ta’âla berfirman :
رأولوالألباب ب رواآياتهولي تذك كتابأن زلناهإليكمباركل يد“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shâd [38] :29).”
Dari Sahabat yang Mulia Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
ركممنت علمالقرآنوعلمه خي . “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
(H.R Bukhari)
Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, berkata:
وجلعزاللهكلاممنشبعتلماق لوب ناطهرتلو Utsman bin Affan pernah berkata, “Seandainya hati kita bersih, niscaya hati kita tidak akan pernah merasa kenyang (bosan) dari firman Allah
'Azza wa Jalla (Al-Qur'an).”
viii
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini dipersembahkan untuk orang-orang yang penulis cintai karena
Allah Ta’âla mereka itu adalah :
Ibunda tercinta Eti, yang selalu menyayangi penulis semenjak di alam
kandungan hingga penulis dewasa dan berumah tangga, linangan air mata
dan doa-doa beliau yang sangat tulus dan sepenuh hati di keheningan malam
menjadi keberkahan bagi hidup penulis.
Ayahanda tercinta Maman, yang menjadi sosok penguat dan teladan kepala
rumah tangga bagi penulis, kerja keras beliau dalam mencari nafkah untuk
keluarga siang-malam tak pernah lelah dan bosan.
Istri tercinta Arini Nurhanifah, sebagai sosok istri sekaligus pendamping
hidup yang selalu setia menemani penulis dikala suka maupun duka, curahan
perhatian, dukungan dan pengorbanan yang diberikan tak pernah berhenti
setiap detik dan waktu.
Kedua Mertua tercinta yang selalu memberikan pengertian, dukungan dan
doa-doa yang tulus dan ikhlas.
Ananda Maitsa Faihana dan Usaid Abdulllah Fadhil yang selalu menjadi
penyejuk mata dan penghibur jiwa di saat capek dan penat. Semoga Allah
menjadikan mereka anak-anak shalih ahlul Qur’an dan pejuang Islam.
Kakak-kakak penulis, Teh Yani Mulyani, A Hendrik, Teh Yuli dan adik-adik
penulis, Novi Nurfadilah, Anifa Andari, Sinta Desiana dan semua adik-adik
penulis dukungan moril dan materil yang mereka curahkan menjadi
penyemangat setiap saat dan begitu juga semua keluarga penulis semoga
Allah selalu memberkahi dan meridhai mereka semua.
Al Asatidah Al Afadhil, Ust. Syahidin rahimahullah, Ust. Ade Suryaman,
Ust. Dude Imaduddin, Ust. Luthfi ‘Abdul ‘Aziz, Ust. Ues, Syekh Abu Aiman
Al Qamari, Syekh Fu’ad, Ust. Arif Taufiqurahman, Ust. Fatkhurahman dan
semua guru-guru penulis yang telah membimbing dan mencurahkan ilmu dan
pengalamannya bagi penulis semoga Allah selalu merahmati dan meridhai
mereka semua serta membalasnya dengan surga Al Firdaus Al `A’la.
Semua sahabat seperjuangan penulis yang telah menemani penulis selama
menuntut ilmu, semoga Allah selalu menjaga ikatan ukhuwah ini hingga ke
surga-Nya.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tabâraka wa Ta’âla Dzat yang maha
memudahkan semua urusan hamba-hamba-Nya. Atas taufik dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Korelasi
Antara Lafazh dan Makna Dalam Fawâshil Qur’âniyyah (Studi Analisis
Semantik-Fonologi Terhadap Ayat-Ayat Di Juz Tabârak)”. Shalawat
teriring salam teruntuk insan mulia, pemuka para nabi dan rasul yaitu
Muhammad shallallâhu’alaihi wasallam, kepada keluarga, para sahabat dan
semua ummatnya yang istiqamah di atas jalannya sampai akhir zaman.
Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak
banyaknya kepada semua pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian tesis
ini. Karena penulis sadar bahwa selesainya karya tulis ini bukan semata-mata
hasil jerih payah penulis sendiri. Namun yang paling utama adalah atas taufik
dan pertolongan dari Allah ‘Azza wa Jalla kemudian atas bantuan, bimbingan
dan arahan dari para masyayikh dan guru-guru penulis, yang mudah-mudahan
Allah selalu merahmati, melindungi, meridhai dan memberikan balasan yang
sebesar-besarnya di dunia dan di akhirat. Dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan jazâkumullâhu khairâ kepada:
1. Prof. Dr. Khuzamah T. Yanggo, MA. selaku rektor Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta.
2. Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA. selaku direktur Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
3. Dr. H. Ahmad Syukran, MA. selaku kepala Prodi Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
x
4. Prof. Dr. H.D. Hidayat M.A selaku dosen pembimbing I dalam penelitian
tesis ini, yang telah bersabar membimbing penulis dan selalu memberikan
bimbingan terbaik.
5. Ziyadul Haq, SQ.,MA.,Ph.D selaku pembimbing II dalam penelitian tesis
ini, yang selalu meluangkan waktu untuk mengoreksi dan mengarahkan
penulis hingga detik-detik terakhir.
6. Para guru dan dosen program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah mendidik dan mencurahkan
ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh staf Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan administrasi penulisan tesis ini.
8. Para masyayikh, asatidz dan ustadzat yang pernah membina dan mendidik
penulis selama di bangku sekolah atau perguruan tinggi, baik di pondok
pesantren Nurul Iman, di Ma’had Aly Ar Rayah, di LIPIA Jakarta dan
dimana saja, semoga Allah selalu menjaga, melindungi, merahmati dan
memberikan pahala serta memberikan balasan surga.
9. Para sahabat tercinta, kawan-kawan seperjuangan di Program Pasca Sarjana
IIQ Jakarta yang selalu memotivasi, memberikan bantuan, semangat dan
do’a. Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik dan semoga Allah
selalu menjaga tali ukhuwah kita hingga mengantarkan kita ke jannah-Nya.
Selanjutnya, besar harapan penulis agar tulisan ini bermanfaat bagi
semua kalangan. Saran dan masukan dari para pembaca sangat penulis
harapkan, agar tesis ini semakin lebih baik. Terakhir, penulis berdoa kepada
Allah Tabâraka wa Ta’âla semoga tulisan ini menjadi timbangan amal
kebaikan bagi penulis di akhirat kelak. Âmin.
Cianjur, 22 Februari 2021
Yogi Suparman
xi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................i
PENGESAHAN PENGUJI ...........................................................................ii
PERNYATAAN PENULIS...........................................................................iii
ABSTRAK .....................................................................................................iv
MOTTO ........................................................................................................vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................ix
DAFTAR ISI .................................................................................................xi
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Permasalahan................................................................................... 16
1. Identifikasi Masalah ................................................................... 16
2. Pembatasan Masalah .................................................................. 17
3. Perumusan Masalah ................................................................... 18
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 18
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 19
E. Kajian Pustaka ................................................................................ 19
F. Metodologi Penelitian..................................................................... 23
1. Jenis Penelitian ........................................................................ 23
2. Sumber Data ............................................................................ 23
3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 24
xii
4. Metode Analisis Data .............................................................. 24
5. Pendekatan yang Digunakan.................................................... 25
G. Sistematika Penulisan .....................................................................26
BAB II ILMU MUNÂSABAH DAN FÂSHILAH AL-QUR’ÂN
A. Pengertian Ilmu Munâsabah ............................................................28
B. Asal Mula Ilmu Munâsabah .............................................................29
C. Urgensi dan Fungsi Ilmu Munâsabah ..............................................30
D. Pro Kontra Ilmu Munâsabah Di Kalangan Ulama ...........................34
E. Jenis-Jenis Munâsabah .................................................................... 37
F. Makna Fâshilah Menurut Bahasa dan Istilah ...................................40
G. Persamaan dan Perbedaan Antara Sajak, Fâshilah dan Qâfiyah......42
H. Pro Kontra Keberadaan Sajak Dalam Al-Qur’an..............................44
BAB III ANTARA ILMU DALÂLAH DAN ILMU ASHWÂT
(SEMANTIK-FONOLOGI )
A. Pengertian Ilmu Dalâlah...................................................................56
B. Macam- Macam Ilmu Dalâlah .........................................................57
C. Pengertian Ilmu Ashwât...................................................................62
D. Terbentuknya Bunyi Dalam B. Arab............................................... 68
E. Hubungan Antara Lafazh dan Makna.............................................70
F. Makhârij Al Hurûf dan Sifatnya.....................................................74
xiii
BAB IV ANALISIS PENDEKATAN SEMANTIK -FONOLOGI
TERHADAP FAWÂSHIL ÂY JUZ TABÂRAK
A. Keindahan dan Keselarasan Bunyi Dalam Fâshilah Qur’âniyyah
..........................................................................................................86
B. Munâsabah atau Korelasi Antara Lafazh (bunyi) dan Makna Dalam
Fawâshil Ây Surat Al-Mulk Sampai Al-Mursalât ..........................92
1. Surat Al-Mulk ...........................................................................92
2. Surat Al-Qalam ......................................................................109
3. Surat Al-Hâqqah .................................................................... 120
4. Surat Al-Ma’ârij .....................................................................133
5. Surat Nûh ................................................................................146
6. Surat Al-Jin ............................................................................ 153
7. Surat Al-Muzzammil ............................................................. 168
8. Surat Al-Muddatstsir .............................................................. 176
9. Surat Al-Qiyâmah ................................................................. 182
10. Surat Al-Insân ........................................................................191
11. Surat Al-Mursalât ...................................................................200
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 212
B. Saran- Saran ................................................................................... 213
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 215
GLOSARIUM ............................................................................................ 225
xiv
INDEKS ..................................................................................................... 231
CURRICULUM VITAE ........................................................................... 235
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin mengacu pada buku pedoman Penulisan
Proposal, Tesis dan Disertasi yang diberlakukan di Program Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
A. Konsonan
No. Huruf Arab Latin No. Huruf Arab Latin
th : ط a 16 : ا 1
zh : ظ b 17 : ب 2
` : ع t 18 : ت 3
gh : غ ts 19 : ث 4
f : ف j 20 : ج 5
q : ق h 21 : ح 6
k : ك kh 22 : خ 7
l : ل d 23 : د 8
m : م dz 24 : ذ 9
n : ن r 25 : ر 10
w : و z 25 : ز 11
h : ه s 27 : س 12
‘ : ء sy 28 : ش 13
y : ي sh 29 : ص 14
dh : ض 15
xvi
B. Vokal
Vokal Tunggal Vocal Panjang Vocal Rangkap
Fatẖah : a ي : آ :
Kasrah : i و : ي :
Dhammah : u و :
C. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال ) qamariyah.
Kata sandang yang diikuti oleh alif ( ال ) qamariyah ditranliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh : البقرة : al-Baqarah
b. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال ) syamsiyah.
Kata sandang yang diikuti alif lam ( ال ) syamsiyah, ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya. Contoh :
ar-rajul : الرجل
as-Sayyidah : السيدة
c. Syaddah (Tasydid)
Syaddah ( tasydid ) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ( ,( ـ
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid. Aturan ini berlaku
secara umum, baik tasydid yang berada ditengah kata, di akhir kata
ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyah. Contoh :
Âmanna billahi : آمنا بالله
ك ع والر : wa ar-rukka`i
d. Ta Marbûthah
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”.
xvii
Contoh :
الأف ئ دة : al-Af’idah
ية عة الإس لام al-Jami`ah al-Islamiyyah : الجام
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-washal)
dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”.
بة لة ناص Âmilatun Nâshibah` : عام
الآية الكب رى : al-Âyat al-Kubrâ
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama
tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada
EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak
tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali
dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,
bukan kata sandangnya. Contoh : `Ali Hasan al-Âridh, al-`Asqallânȋ, al-
Farmawȋ dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata dan nama-nama surat
suratnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-
Ikhlas, Al-Fâtihah dan seterusnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kitâbullâh yang merupakan mukjizat terbesar nabi
dan rasul yang mulia Muhammad shallallâhu ‘alihi wa sallam. Al-Qur’an
adalah mukjizat yang abadi yang akan selalu terjaga hingga hari kiamat. Allah
Subhânahû wa Ta’âla berfirman:
ن ر وا نا له لحف ظو ك ل نا الذ ن نز ا نا نح
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya.”(QS. Al-Hijr [15]:9)
Kemukjizatan Al-Qur’an dilihat dari semua aspeknya. Baik aspek
makna, bahasa, lafazh, kalimat atau yang lainnya. Jika ditinjau dari aspek
bahasa maka Al-Qur’an memiliki ketinggian sastra dan gaya bahasa yang tidak
tertandingi. Dari semenjak pertama kali turun ke bumi sampai sekarang tidak
ada satu pun baik dari golongan manusia atau jin yang bisa membuat dan
menyaingi sastra Al-Qur’an. Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman:
ث ل ه و ن ب م ان ل يأ تو ث ل هذا ال قر ا ب م تو ن على ان يأ ن س وال ج تمعت ال ان لو ك قل لىن اج
ي را بع ضهم ل بع ض ظه
“Katakanlah, “sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu
sama lain.”(QS. Al-Isrâ’ [17]: 88)
Dan diantara bentuk tantangan yang paling dahsyat sekaligus menjadi
kelebihan dan keunggulan yang hanya dimiliki Al-Qur’an adalah adanya
2
fâshilah1 atau sajak yang menghiasi akhir-akhir dari setiap ayat Al-Qur’an.
Keberadaan fâshilah atau sajak itu sendiri menjadi saksi dan sebagai bukti
bahwa Al-Qur’an itu berasal dari Allah Al Hakîm Al Khabîr dan bukan buatan
atau karangan nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Di sisi lain
adanya keindahan fâshilah atau sajak dalam Al-Qur’an menunjukkan
kebenaran risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa
sallam.2 Mushtafa Shadiq Ar Rafi’i dalam bukunya I’jâz Al-Qur’an wa al
Balâghah an Nabawiyyah menyatakan :
“Fâshilah-fâshilah yang mengakhiri setiap ayat-ayat Al-Qur’an tiada
lain merupakan sebuah gambaran yang utuh dan sempurna untuk sebuah
keseimbangan, yang mengakhiri kalimat-kalimat yang berirama (bersajak).
Fâshilah tersebut selalu selaras dengan ayat-ayatnya, dengan tingkat
keselarasan yang sangat menakjubkan. Baik keselarasan dalam segi bunyi,
konteks dan maknanya...”3
Al-Qur’an sejak pertama kali turun sungguh seakan-akan telah menyihir
bangsa Arab. Sebagian diantara mereka ada yang langsung mendapat hidayah
masuk Islam, sebagian yang lain tetap ingkar dan tidak mau beriman. Dan jika
dicermati tentang sekelompok kecil orang-orang yang pertama kali memeluk
1. Fâshilah menurut imam Az Zarkasyi dalam kitabnya al Burhân fî Ulûmil Qur’an
dan imam Assuyuthi dalam kitabnya Al Itqan fi Ulumil Qur’an adalah kalimat (kata) akhir
pada sebuah ayat seperti qâfiyah dalam sya’ir dan sajak. Dalam kitab al Burhan dibahas secara
detail mengenai fâshilah dan beliau membuat bab khusus yaitu Ma’rifatu Fawâshil wa
Ru’ûsul Ây. Begitu juga dalam kitab Al Itqan, imam as Suyuthi membuat bab khusus yaitu fî
Fawâshilil Ây. Lihat: Az Zarkasyi, al Burhân fî Ulûmil Qur’an, ( Beirut: Dar Al ma’rifah,
1990 ) Cet. Ke-1 Jilid 1 h. 149 dan Jalaluddin As Suyuthi, al Itqân fî ‘Ulûmil Qur’an, Tahqiq:
Ibrahim Makki Ath Thanthawi (Kairo: Dar Al Alamiyah, 2017) Cet.Ke-1 Jilid 3 h.242 2 Kamaluddin Abdul Ghaniy Al Mursi, Fawâsil al Âyât Al-Qur’aniyyah,
(Iskandariyah: al Maktab al Jami’iy Al Hadits, 1999), Cet. Ke-1 h. 45 3 Musthafa Shadiq Ar Rafi’i, I’jâz Al-Qur’an wa al Balâghah an Nabawiyyah,
(Beirut: Dar al Kitab al ‘Arabi, 1973), Cet. Ke-9 h. 216
3
agama Islam seperti Khadijah4, Abu Bakar5, Ali bin Abi Thalib6, Zaid bin
Haritsah7 radhiyallâhu ‘anhum maka diantara sebab masuknya mereka ke
dalam agama Islam adalah karena kemukjizatan Al-Qur’an.8
Kisah Islamnya Umar bin Khattab9 dan kisah kufurnya Al Walid bin Al
Mughirah10 adalah merupakan dua contoh kisah diantara sekian banyak kisah
tentang keimanan dan kekufuran. Kedua tokoh tersebut membuktikan tentang
dahsyatnya mukjizat qur’aniy (pengaruh Al-Qur’an) yang sudah sejak awal
4. Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul ‘Uza bin Qushay al Qurasyiyah Al
Asadiyah, dari suku Quraisy. Beliau adalah Istri Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam yang
pertama, darinya lahir Al Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.
Beliau wafat pada tahun ke 3 sebelum hijrah. Lihat : Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, al Ishâbah fî
Tamyîzi ash Shahâbah, ( Beirut: Dâr Kutub al ‘Ilmiyah, 1994) Cet. Ke-1, Jilid 8 h. 99 dan
Khairuddin Az Zarkali, al A’lam ( Beirut: Darul ‘Ilm lil Malayin, 2002) Cet. Ke-15 Jilid 2 h.
302 5.Abdullah bin Abu Quhafah Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab at Taimi Al Qurasyi.
Beliau adalah khalifah pertama dari Khulafa ar Rasyidin dan orang yang pertama kali beriman
kepada Rasulullah shallallâhu’alaihi wasallam dari golongan laki-laki dewasa dan salah satu
pemuka yang disegani dikalangan bangsa Arab, beliau sangat tahu dan paham tentang nasab-
nasab suku-suku Arab. Beliau wafat pada tahun 13 H. Lihat: Khairuddin Az Zarkali, al A’lam
Jilid 4 h. 102 6. Ali bin Abi Thalib bin ‘Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdil Manaf Al Hasyimi
Al Qurasyi, Abu Al Hasan, khalifah ke 4 dari Khulafa ar Rasyidin, salah satu dari sepuluh
orang yang dijamin masuk surga, beliau adalah anak dari paman Rasulullah shalallahu’alaihi
wasallam yaitu Abu Thalib, yang terkenal dengan keberanian yang kepandaiannya dalam
berpidato. Lihat: Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, al Ishâbah fî Tamyîzi ash Shahâbah, Jilid 4 h. 464
dan Khairuddin Az Zarkali, Al A’lam, Jilid 4 h. 295 7.Zaid bin Haritsah bin Syurahil ( Syurahbil) bin ‘Abdul Uza bin Zaid bin Umru’ul
Qa’is Al Kalbi ( Al Ka’biy) . Beliau adalah sahabat yang dijadikan anak angkat oleh Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam, sehingga pada waktu itu orang-orang memanggilnya Zaid bin
Muhammad hingga datang larangan dari Allah mengenai hal itu yaitu dalam surat Al Ahzab
[33] ayat 3. Beliau wafat pada tahun 8 H. Lihat: Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, al Ishâbah fî Tamyîzi
ash Shahâbah, Jilid 2 h.494 dan Khairuddin Az Zarkali, Al A’lam, Jilid 3 h.57 8. Sayyid Qutub, Tashwîr al Fanniy fil Qur’an,( Kairo : Dar Asyyuruq, 2004) Cet.
Ke-17 h. 11 9. Umar bin Al Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza Al Qurasyi Al ‘Adwi Abu Hafs.
Khalifah kedua dari Khulafa Ar Rasyidin, orang yang pertama kali digelari amirul mukminin,
yang terkenal dengan keberanian, keadilan dan banyaknya daerah yang ditaklukan. Lihat: Ibnu
Hajar Al ‘Asqalani, Al Ishâbah fi Tamyîzi ash Shahâbah, jilid 4 h. 484 dan Khairuddin Az
Zarkali, Al A’lam, jilid 5 h. 45 10. Al Walid bin Al Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum Al Qurasy Al
Makhzumi, beliau adalah salah satu pemuka Quraisy yang memusuhi Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam menguasai banyak sya’ir dan sastra bangsa Arab, beliau memiliki
anak yang bernama Khalid seorang sahabat yang mulia yang digelari saifullah (pedang Allah).
Lihat : Khairuddin Az Zarkali, Al A’lam, jilid 2, h. 300
4
mengemparkan bangsa Arab, sekaligus menjelaskan dari dua sisi yang berbeda
tentang pesona Al-Qur’an yang mendapat pengakuan yang sama, baik dari
orang-orang mukmin atau kafir.11
Adapun kisah Islamnya Umar bin Khatthab sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibn Ishaq12 dari Abdullah bin Abi Nujaih bahwasannya
Umar bin Khattab berkata : “Dahulu saya sangat membenci Islam. Saya adalah
peminum khamer di masa jahiliyah. Saya menyukai khamer dan selalu
meminumnya. Dahulu saya selalu berkumpul bersama para pemuda kaum
Quraisy. Pada suatu malam saya keluar untuk berkumpul bersama teman-
teman, namun saya tidak mendapati mereka. Kemudian saya pun berangkat
menuju teman lama, seorang pembuat khamer di Mekah, dengan harapan bisa
minum khamer darinya, namun ketika sampai saya pun tidak mendapatinya.
Akhirnya, saya pergi ke Ka’bah untuk melakukan thawaf sebanyak 7 putaran
atau 70 putaran. Dan ternyata di dekat Ka’bah saya mendapati Rasulullah
sedang berdiri melaksanakan shalat. Kebiasaan Rasulullah, apabila beliau
shalat adalah menghadap Syam dan menjadikan Ka’bah pada posisi antara
dirinya dan arah Syam. Dan beliau mengambil tempat shalat pada dua rukun
yaitu rukun hajar aswad dan rukun yamani.” Saya berkata kepada diri saya
ketika melihat beliau shalat: “Demi Allah, seandainya tadi malam saya
mendengarkan apa yang dibaca Muhammad.” Maka akhirnya saya
memutuskan untuk mendekati beliau dan mendengarkan apa yang ia baca.
Saya pun datang dari arah hajar, dan bersembunyi di balik kain ka’bah. Posisi
saya dengan Rasulullah adalah hanya terhalang kain Ka’bah. Ketika saya
mendengarkan Al-Qur’an, hati saya pun luluh, dan tersentuh karenanya dan
11. Sayyid Qutub, Tashwîr al Fanniy fil Qur’an, h.11 12. Ibnu Ishaq, Sîrah Nabawiyyah, (Beirut: Dâr Kutub Al ‘Ilmiyyah, 2004) Cet. Ke-
1 h. 220
5
saya pun menangis. Maka setelah itu saya pun masuk Islam karena
mendengarkannya13.”
Riwayat lain yang paling masyhur menyebutkan kisah Islamnya Umar
bin Khattab adalah bahwasannya ketika itu Umar keluar dengan membawa
pedang. Dia bermaksud untuk membunuh Rasulullah, yang pada waktu itu
Rasulullah bersama para sahabatnya sedang berkumpul di sebuah rumah di
Shafa. Jumlah mereka sekitar 40 orang dari kalangan laki-laki dan perempuan.
Di tengah perjalanan menuju rumah tersebut Umar bertemu dengan
Nu’aim bin ‘Abdullah yang menanyakan maksud dan tujuannya. Maka Umar
diperingatkan olehnya dan disuruh untuk segera pulang dan melihat sebagian
keluarganya, yaitu saudara iparnya Sa’id bin Zaid bin ‘Amr dan adik
perempuannya yaitu Fatimah binti Khattab, keduanya sudah masuk ke dalam
agama Islam dan meninggalkan agama nenek moyangnya. Maka seketika itu,
berangkatlah Umar menuju keduanya. Sesampainya di rumah mereka, Umar
mendengar Khabbab bin Arat membacakan kepada keduanya Al-Qur’an (yaitu
awal surat Thaha). Ketika Khabbab merasa Umar akan masuk, ia pun segera
bersembunyi. Kemudian Umar masuk rumah seraya bertanya: “ Suara bacaan
apa yang tadi saya dengar?” Keduanya menjawab: "Tidak, hanya sekadar
perbincangan di antara kami." Umar berkata lagi: "Tampaknya, kalian berdua
sudah menjadi penganut ash-Shâbiah.”14 Iparnya berkata: "Wahai Umar!
Bagaimana pendapatmu jika kebenaran itu berada pada selain agamamu?"
Mendengar itu, Umar langsung melompat ke arah iparnya itu lalu menginjak-
injaknya dengan keras. Lantas saudara perempuannya datang dan mengangkat
suaminya menjauh darinya, namun dia justru ditampar oleh Umar, sehingga
darah mengalir dari wajahnya.
13. Lihat : Ibnu Hisyam, Sîrah Nabawiyyah,( Thantha: Dâr Ashahabah, 1995) Cet.
Ke-1 Jilid 1 h. 329-334 14. sebutan terhadap pengikut Islam ketika itu.
6
Saudara perempuannya berkata dalam keadaan marah: “Wahai Umar ! Jika
kebenaran ada pada selain agamamu, maka bersaksilah bahwa tiada Tuhan
(Yang berhak disembah) selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad
adalah Rasulullah.” Ketika Umar merasa putus asa dan menyaksikan kondisi
saudaranya yang berdarah, dia menyesal dan merasa malu, lalu berkata,
"Berikan yang ada di tangan kalian ini kepadaku dan bacakan untukku!”
Saudara perempuannya itu berkata: "Sesungguhnya engkau itu najis, dan tidak
ada yang boleh menyentuhnya melainkan orang-orang yang suci; oleh karena
itu, berdiri dan mandilah!” Kemudian dia berdiri dan mandi, lalu mengambil
lembaran tersebut dan membaca: “Dengan nama Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.” Dia berkata pada dirinya: “Sungguh nama-nama yang
baik dan suci.” Kemudian dia melanjutkan dan membaca: “Sesungguhnya Aku
ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS.Thaha [20]: 14)
Dia (Umar) berkata: “Alangkah indah dan mulianya perkataan ini!
Kalau begitu, tolong bawa aku ke hadapan Muhammad!” Saat Khabbab
mendengar ucapan Umar, dia segera keluar dari persembunyiannya seraya
berkata : "Wahai Umar, bergembiralah karena sesungguhnya aku berharap
engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah pada malam Kamis: “Ya
Allah, kokohkanlah Islam ini dengan salah stu dua orang yaitu Al-Khaththab
atau Abu Jahal bin Hisyam.” Kemudian berangkatlah Umar menghadap
Rasulullah dan menyatakan masuk Islam. Kemudian tersiarlah berita
keislaman Umar.15
Semua riwayat tentang berita keislaman Umar menghimpun informasi
bahwa Umar mendengar atau membaca Al-Qur’an. Sehingga inilah salah satu
pendorong masuknya Umar ke dalam agama Islam. Dengan tetap tidak
15. Lihat : Ibnu Hisyam, Sîrah Nabawiyyah, h. 329-334 dan Ibnu Ishaq, Sîrah
Nabawiyah, 220
7
menafikan faktor-faktor lain dalam sejarah keislaman Umar. Walaupun begitu
faktor-faktor tersebut tidak bisa menafikan bahwa pengaruh kemukzijatan Al-
Qur’an sangat besar dalam sejarah keislaman Umar, yang mana membuatnya
bersegera untuk memeluk agama Islam.16
Itulah kisah nyata dalam sejarah, tentang keislaman Umar bin Khattab.
Adapun kisah kekufuran Al Walid bin Al Mughirah terdapat dalam riwayat-
riwayat yang sangat banyak di antaranya :
Diriwayatkan oleh sahabat mulia yaitu Abdullah bin Abbas beliau
menuturkan17 : Bahwasannya Al Walid bin Al Mughirah datang kepada
Rasulullah shallallâhu’alaihi wa sallam, maka Nabi pun membacakan
kepadanya Al-Qur’an dan sepertinya Al Walid tersentuh dengan ayat-ayat Al-
Qur’an. Kemudian sampailah kabar tentang ini kepada Abu Jahal. Maka Abu
Jahal langsung pergi menemui Al Walid dan berkata: “Hai Al Walid,
sesungguhnya kaummu bermaksud mengumpulkan harta untuk diberikan
kepadamu. Sungguh kamu telah mendatangi Muhammad dan kamu terpesona
terhadap apa yang dibawanya.” Kemudian Al Walid menimpal dan berkata:
“Kaum Quraisy sudah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling
banyak hartanya diantara mereka. Jadi untuk apa mereka mengumpulkan harta
16. Sayyid Qutub, Tashwîr al Fanniy fil Qur’an, h.13
Diantara sebab lain masuknya Umar kedalam agama Islam adalah doa Rasulullah
Shallahu’alaihi wasallam sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan dari
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdoa:
س لام ب أحب " ز الإ ل أو ب عمر ب ن ال خطاب اللهم أع جلي ن إ لي ك ب أب ى جه . قال وكان أحبهما إ لي ه عمر "هذي ن الر
“Ya Allah, muliakanlah agama Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari
diantarkedua laki-laki ini: Abu Jahal atau Umar Khaththab.”Perawi mengatakan bahwa yang
lebih dicintai oleh Allah adalah Umar. (HR. Tirmidzi, no. 3682)
Menurut Syekh Mahmud Al Mishry bahwa pendapat yang rajih tentang sebab Islamnya
Umar Bin Khattab adalah karena do’a Nabi ini. Adapun penyebab lain yang ada dalam riwayat-
riwayat yang masyhur, semuanya adalah riwayat yang dhaif. Lihat: Mahmud Al Mishry,
Asẖâbu ar Rasûl shallallâhu ‘alaihi wa sallam, (Syibrul Khoimah: Dar Attaqwa li an Nasyri
wa at Tauzi’, 2002) Cet. Ke-1 Jilid 1 h. 98 17 Ibnu Katsir, Tafsîr Al-Qur’an al Azhîm, ( Dar Attayibah li an Nasyri wa at Tauzi’,
1999), Cet. Ke-2 Jilid 8 h.267
8
untukku?” Abu Jahal pun berkata: “Katakanlah tentang Al-Qur’an dengan
sebuah perkataan yang menunjukkan bahwa kamu ingkar dan benci
terhadapnya hingga kaummu mengetahuinya.”
Kemudian Al Walid menjawab: “Apa yang harus aku katakan (tentang
Al-Qur’an)? Demi Allah, tidak seorang pun diantara kalian yang lebih
mengetahui tentang sya’ir-sya’ir, prosa, qashidah dan juga sya’ir-sya’ir jin
sebagaimana yang aku ketahui. Demi Allah apa yang disampaikan Muhammad
tidak serupa dengan itu sedikitpun. Demi Allah sesungguhnya perkataan yang
ia ucapkan sangat enak (didengar), nikmat (dirasakan jiwa) dan sungguh
bagian atasnya berbuah dan bagian bawahnya begitu subur. Perkataannya
begitu luhur dan tidak ada yang mengunggulinya serta menghantam apa yang
ada di bawahnya.” Kemudian Abu Jahal mengomentari: “Demi Allah kaummu
tidak akan ridha sampai kamu mencelanya.” Al Walid berkata: “Tinggalkanlah
aku, sehingga aku berfikir.” Maka berkatalah Al Walid (tentang Al-Qur’an ):
“Al-Qur’an ini adalah sihir yang memberikan pengaruh dan bisa
mempengaruhi yang lain.” Dalam riwayat lain ia berkata: “Sungguh Al-Qur’an
ini adalah sihir yang sangat berpengaruh. Tidaklah kalian melihat Al-Qur’an
ini bisa memisahkan antara seseorang dengan keluarganya, anak-anaknya dan
juga budak-budaknya!” Maka turunlah surat Al-Muddatstsir ayat 11.18
ي دا ن ي ومن خلق ت وح ذر
“Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri
telah menciptakannya.”(QS. Al-Muddatstsir [74]: 11)
Kisah diatas hanya salah satu contoh dari sekian banyak contoh sekaligus
menjadi saksi dan bukti bahwa manusia sangat lemah di hadapan sastra Al-
Qur’an yang merupakan kalâmullâh .19 Padahal Al Walid adalah seorang yang
18. Manna’ Al Qattan, Mabâhits fî ‘Ulûmil Qur’an, ( Kairo: Maktabah Wahbah,1995),
h. 259 19 Diantara contoh lain adalah kisah Islamnya sahabat yang mulia Usaid bin Al Khudair
oleh sahabat yang mulia Mus’ab Bin Umair. Sebagaimana dituturkan oleh Aisyah Binti Syathi’
9
paling senior dan paling faham terhadap sastra-sastra Arab bahkan sya’ir -
sya’ir jin. Namun walaupun begitu ia tak berdaya dan sangat lemah di hadapan
ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Dari dua kisah di atas semakin jelas dan teranglah bahwa Al-Qur’an
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan dan kebiasaan
bangsa Arab sehingga tidak sedikit di antara mereka yang tadinya gemar
menghafal dan mempelajari sya’ir-sya’ir, kemudian beralih kepada menghafal
dan mempelajari Al-Qur’an. 20
Para cendikiawan muslim telah berusaha meneliti dan mengkaji tentang
rahasia keajaiban pengaruh Al-Qur’an termasuk di dalamnya penelitian
tentang i’jâzul Qur’an. Mereka telah banyak membahas tentang berbagai sisi
kemukjizatan Al-Qur’an. Dan memang benar terbukti bahwa sisi kemukjizatan
Al-Qur’an sangatlah banyak sehingga tidak mungkin bisa dibahas seluruhnya.
dalam bukunya Al I’jâz Al Bayâni lil Qur’an yang dijadikan sebagai dalil kemukjizatan Al-
Qur’an. Karena dalam kisah tersebut dijelaskan bahwa Usaid Bin Khudoir tadinya hendak
mengusir Mus’ab bin Umair dari tempat tinggalnya karena telah mengajarkan sesuatu ajaran
yang aneh dan baru kepada penduduk yang ada disana, namun setelah Usaid Bin Khudoir
mendengarkan apa yang dibawa Mus’ab Bin Umair yaitu Al-Qur’an maka seketika itu pula
Usaid langsung menyatakan masuk Islam. Dan mengajak kaumnya untuk masuk Islam pula,
dan pada akhirnya semua kaumnya masuk Islam. Lihat: Aisyah Binti Syathi’, al I’jâz al Bayâni
lil Qur’an wa Masâil Ibn al Azraq, ( Kairo: Dar Al M’aarif, 1984) Cet. Ke-3 h. 41-42. Lihat
pula: Mahmud Al Misriy, Ashhabur Rasul,( Syibrul Khoimah: Dar Attaqwa, 2002) Cet. Ke-1
Jilid 2 h. 190-192 20. Seperti yang terjadi pada Labid bin Rabi’ah (534-644 M) salah seorang penyair
yang terkenal sejak zaman jahiliyah dan termasuk ke dalam jajaran penyair al mu’allaqât as
sab’ah (sya’ir-sya’irnya sangat fenomenal di kalangan bangsa Arab, sehingga memdapat
kemuliaan untuk ditempelkan di dinding atau di kain yang menutupi ka’bah). Pada awalnya ia
hendak membendung pengaruh Al-Qur’an yang sudah menyebar ke semua suku-suku Arab
dengan sya’ir-sya’irnya yang terkenal, namun setelah ia berusaha sekuat tenaga hasilnya sia-
sia dan percuma. Akhirnya ia pun terpesona dengan Al-Qur’an dan memutuskan untuk masuk
Islam kemudian ia pun beralih dari mempelajari sya’ir kepada mempelajari Al-Qur’an dan
menghafalkannya. Sehingga ketika di zaman kekhalifahan Umar, ia diminta oleh khalifah
untuk menuliskan sebuah sya’ir tentang Islam namun ia menolaknya dan menggantikannya
dengan tulisan surat Al-Baqarah. Kemudian ia menyodorkan lembaran tersebut kepada
khalifah Umar seraya berkata: “Allah telah menggantikan untukku dengan ini (ayat Al-Qur’an)
sebagai pengganti sya’ir-sya’ir.” Maka khalifah Umar pun memberi hadiah untuknya dan
menambahkannya. Lihat : Abu Abdullah Al Husain Az Zauzani, Syarh Al Mu’allaqât As
Sab’ah, ( Beirut: ad Dar Al ‘Alamiyah: 1992) h. 7 dan 87
10
Disamping, karena semakin hari ilmu pengetahuan semakin berkembang dan
pasti akan selalu ada hal-hal baru yang ditemukan oleh para ilmuan Islam
mengenai i’jaz dan pengaruh Al-Qur’an. 21
Oleh karena itu, siapa saja yang mengkaji dan menghayati Al-Qur’an
serta mentadaburi ayat demi ayatnya, maka pasti ia akan menemukan sisi
kemukjizatan Al-Qur’an dan ia pasti akan mendapati bahwa setiap susunan
huruf, kata, kalimat dan uslûb (gaya bahasa) Al-Qur’an serta bunyi-bunyi atau
irama ayat-ayatnya sangat menakjubkan, penuh dengan makna. Di antara
contohnya adalah sebagai berikut:
1. Surat As-Sajadah Ayat 26-27
ي أ م ا ن ف ي ذل ك ل ن ه ن ف ي مسك شو ن يم ن ال قرو م م ن قب ل ه نا م لك د لهم كم اه ت افلا ولم يه
ن معو ض (62) يس ر ق ال ماء ا لى ال ا انا نسو ن ه اولم يرو عا تأ كل م ج ب ه زر ر ال جرز فنخ
ن رو (67) ان عامهم وان فسهم افلا يب ص
“Dan tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka, betapa banyak umat-
umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, sedangkan mereka sendiri
berjalan di tempat-tempat kediaman mereka itu. Sungguh, pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah). Apakah mereka tidak
mendengarkan (memperhatikan)?Dan tidakkah mereka memperhatikan,
bahwa Kami mengarahkan (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus,
lalu Kami tumbuhkan (dengan air hujan itu) tanam-tanaman sehingga hewan-
hewan ternak mereka dan mereka sendiri dapat makan darinya. Maka
mengapa mereka tidak memperhatikan?”( QS. As-Sajadah [32]: 26-27)
Pada ayat ke 26 diakhiri dengan ن معو dan pada ayat ke 27 diakhiri افلا يس
dengan ن رو dan kedua ayat ini mempunyai kesamaan huruf akhir yaitu افلا يب ص
huruf wau dan nun sehingga menimbulkan bunyi yang selaras, seimbang dan
indah. Adapun hubungan antara akhir ayat beserta makna yang terkandung di
dalamnya adalah; pada ayat 26 berbicara tentang kondisi-kondisi ummat
terdahulu yang sudah Allah binasakan, sehingga yang menjadi fokus
21. Abdul Karim Haqah, al Fâshilah fîl Juz al Akhîr Min Al-Qur’an, h.8
11
pembicaraannya adalah tentang sejarah umat terdahulu. Maka akan sangat
cocok dan pas ayat tersebut diakhiri dengan kalimat ن معو karena افلا يس
peristiwa sejarah yang telah berlalu hanya bisa didengarkan saja. Adapun pada
ayat ke 27 fokus pembicaraannya adalah mengenai proses turunnya hujan dari
langit, yang mana peristiwa turunnya hujan bisa disaksikan langsung oleh mata
sehingga ayat tersebut sangat cocok dan pas diakhiri dengan kalimat افلا
ن رو 22.يب ص
2. Surat Al-Balad Ayat 1-7
بلد م ب هذا ال بلد (1) ل اق س ب هذا ال ل ما ولد ( 6)وان ت ح ن سان ف ( 3)ووال د و نا ال ي لقد خلق
ر علي ه احد ( 4)كبد سب ان لن يق د ت مال لبدا ( 5)ايح لك ل اه سب ان لم يره ( 2)يقو ايح
(7) احد
“Aku bersumpah dengan negeri ini (Mekah) dan engkau (Muhammad,
bertempat di negeri (Mekah) ini, dan demi (pertalian) bapak dan anaknya.
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa
atasnya? Dia mengatakan, “Aku telah menghabiskan harta yang banyak.”
Apakah dia mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang melihatnya?” (QS. Al-
Balad [90]: 1-7)
Pada ayat-ayat di atas semua fâshilah diakhiri dengan huruf yang sama
yaitu huruf dâl kecuali ayat ke 6 diakhiri dengan alif namun huruf sebelumnya
adalah huruf dâl. Pada surat ini Allah bersumpah dengan kota Mekah, dengan
keberadaan nabi Muhammad di kota Mekah, dan bersumpah dengan setiap
bapak (nabi Adam) beserta keturunannya, bahwasannya manusia diciptakan
dalam keadaan susah payah. Adapun hikmah dari keterkaitan antara fâshilah
ayat dengan isi kandunganya, terutama jika dilihat dari huruf akhirnya yaitu
huruf dâl, maka ia adalah huruf yang syiddah (kuat) dan jahr (nyaring, jelas
22. Muhammad As Shaghir Maisah, Jamâliyât al Ī’qo’ Shauti fil Qur’an al Karîm,
(Sukroh: Jami’ah Muhammad khudoir, 2012), h. 38-39
12
dan terang) dan huruf ini sangat cocok dengan makna yang terkandung dalam
ayat-ayatnya. Karena sumpah pada ayat-ayat di atas hakikatnya adalah sebagai
penguat dan penegas, juga sebagai bentuk ta’zhim atau pengagungan yang
ditujukan untuk kota Mekah, kedudukan Nabi Muhammad dan pengagungan
untuk yang menciptakan manusia dari ketiadaan yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan sebenarnya pengagungan tersebut hakikatnya adalah untuk Allah semata
yang menciptakan manusia dan segalanya. Selain itu huruf dâl sangat cocok
dengan kata كبد yang berarti hakikat keadaan manusia. Sebagaimana huruf dal
juga sangat cocok dengan makna yang terkandung dalam kata احد yaitu sebagai
jawaban dari pertanyaan yang ada dalam ayat yang ke 5 dan 7 yaitu bahwa
Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Allah Maha Melihat.23
Itulah dua diantara contoh dari sekian banyak contoh-contoh dalam Al-
Qur’an. Sehingga dari sinilah perhatian para ulama terhadap pembahasan i’jaz
bayâni24 dan i’jâz lughawi dalam Al-Qur’an sangat besar. Di antara karya-
karya ulama yang banyak memuat tentang pembahasan‘ijaz, baik yang
23. Abdul Karim Haqah, al Fâshilah fil Juz al Akhîr Min Al-Qur’an, (Sukroh: Jami’ah
Muhammad Khudair 2009), h. 114-115 24 I’jaz Bayâni atau disebut juga dengan i’jaz balâghi definisinya adalah :
و ة اد ب ع ه ع ي ر ش ت ان ي ي ب ف آن ر ق ال ل ث م ب ان ي ت لى الإ ع ي د ح الت ب م ه ت ر د ى ق ل ع ن الج و ان س ن الإ ز ج ع ات ب ث إ و ي ه ان ي الب از ج ع الإ
اه و ع ي د ف ل و س الر ق د ص ار ه ظ إ د ص ق ة ل ام ع م
Penetapan (pembuktian) akan kelemahan kemampuan manusia dan jin dengan cara
tahaddiy (tantangan) untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an dalam hal
penjelasan syari’at-syari’atnya yang berhubungan dengan ibadah atau muamalah. Dengan
tujuan untuk menampakkan (membuktikan) kebenaran (ajaran) Rasulullah shallallâhu’alaihi
wasallam sebagaimana pengakuan beliau.
Dari definisi tersebut ada beberapa poin penting yaitu:
- Al-Qur’an Al Karim adalah mu’jizat, tidak dilihat dari kuantitas dan ukurannya, baik
sedikit atau banyak semuanya adalah mu’jizat
- Kemu’jizatan Al-Qur’an ada pada semua aspeknya, aspek bayan (penjelasan isinya),
struktur bahasa, uslûb dll. Keunggulan dan kelebihan bahasa dan sastra Al-Qur’an diatas
semua bahasa manusia dan jin.
- Tantangan untuk menandingi Al-Qur’an terus berlaku bagi semua manusia dan jin, dan
tantangan ini akan terus berlaku sampai hari kiamat
- Al-Qur’an adalah haq dan bukti bahwa nabi Muhammad berada di atas yang haq sekaligus
menunjukan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang haq.
Lihat : Ammar Sâsi, Al I’jaz Al Bayâniy Fil Qur’an al Karîm, (AL Balidah: Dâr
Ma’ârif, 2003) Cet. Ke-1 h. 77
13
membahas secara langsung dan khusus seperti kitab an Nukat fî I’jâzil Qur’an
al Karîm karya Ali bin Isa Ar Rummani, I’jâzul Qur’an wal Balâghah an
Nabawiyyah karya syekh Musthafa Shadiq ar Rafi’i, at Tashwîr al Fanniy fil
Qur’an karya syekh Sayyid Qutub, atau yang membahas secara tidak langsung
seperti kitab-kitab tafsir yaitu Tafsir al Kasysyaf karya imam az Zamakhsyari,
Tafsir al Baẖr al Muẖith karya imam ar Razi, Nazhm ad Durar fî Tanâsub al
Âyât wa as Suwar karya imam Burhanuddin Al Biqa’i, Tafsir at Taẖrîr wa
Tanwîr karya imam Ibnu ‘Asyur, Tafsir Fi Zhilâlil Qur’an karya syekh Sayyid
Qutub, TafsîrAl Marâghi karya syekh Mushthafa Al Maraghi, dan lain-lain.
Dengan banyaknya karya ulama tersebut maka penulis sangat tertarik
untuk mengkaji salah satu dari bagian i’jazul Qur’an terkhusus mengenai i’jaz
bayâni dan i’jâz lughawi yaitu tentang al munâsabah. Mengingat jenis-jenis
munâsabah dalam Al-Qur’an sangat banyak, maka penelitian ini hanya akan
fokus membahas tentang munâsabah atau korelasi antara lafazh (bunyi) akhir
ayat (fâshilah) dengan makna yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an
khususnya dalam juz Tabârak atau juz 29. Adapun alasan penulis memilih
tema ini adalah sebagai berikut :
Pertama, pembahasan mengenai i’jazul Qur’an merupakan topik kajian
yang sangat penting untuk diteliti dan dipahami oleh setiap muslim. Karena
hal tersebut termasuk ke dalam bentuk pengamalan dari firman Allah
Subẖânahû wa Ta’ala yaitu:
ه إ ليك م ـ ب أنزلن ـ ت ب ك ـ لوا ٱلألب يتذكر أو ت ه ۦ ول ـ ا ءاي يدبرو ل رك ـ ب
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai akal pikiran.” (QS. Shâd
[38]: 29)
Dan mengkaji tentang i’jazul Qur’an (sisi kemukjizatan Al-Qur’an)
termasuk bagian dari taddabur Al-Qur’an. Bahkan dengan mengkaji dan
14
memahami sisi kemukjizatan Al-Qur’an, maka akan semakin menambah dan
memperkuat keimanan seseorang kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Kedua, pentingnya mempelajari dan memahami ilmu munâsabah Al-
Qur’an bagi setiap muslim terutama bagi seorang ulama dan da’i. Karena
dengan mempelajari ilmu ini, maka akan sangat membantu dalam memahami
lebih dalam setiap kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Adanya ilmu munâsabah
ini menjadikan setiap huruf, kata, kalimat, ayat dan surat yang ada dalam Al-
Qur’an seolah-olah sesuatu kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh imam Ibnu Al-‘Arabi25 bahwa munâsabah
adalah keterikatan ayat-ayat Al-Qur'an satu dengan yang lainnya sehingga
seolah-olah menjadi satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan
keteraturan redaksi. Oleh karena itu, ilmu munâsabah merupakan ilmu yang
sangat agung.26
Ketiga, pembahasan mengenai fawâshil Qur’aniyyah yang
dihubungkan dengan ilmu dalâlah (semantik) dan ilmu ashwât (fonologi)
belum mendapatkan perhatian yang banyak dari kalangan peneliti dan pengkaji
tafsir di Indonesia. Sehingga penulis merasa terpanggil sekaligus tertantang
untuk mengkaji dan meneliti tema ini. Dengan harapan, penelitian ini bisa
menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya.
Keempat, dalam penelitian ini penulis memilih fokus pada pembahasan
munâsabah dalam juz Tabarak, disebabkan beberapa pertimbangan, di
antaranya adalah :
25. Muhammad bin Abdullah bin muhammad bin Abdullah bin Ahmad yang terkenal
dengan sebutan Ibnul ‘Arabiy Al Qadhi Abu Bakar Al Ma’arifi al Isybili Al Andalusi Al
Maliki. Dilahirkan di Isybilia (sebuah daerah di Spayol) pada tahun 468 H. dan wafat pada
tahun 543 H. seorang mujtahid dan al hafidz fil hadits. Beliau sangat ahli dalam berbagai
bidang ilmu seperti usul fiqh, hadits, tafsir dll. Diantara karyanya dalam bidang tafsir adalah
At Tafsir dalam 5 jilid dan dalam bidang hadits adalah Kitab ‘Aridhah al Ahwadzi fi Syarh at
Tirmidzi. Lihat : Khairuddin Az Zarkali, al A’lam, Jilid 6 h. 230 dan Shalahuddin Khalil ash
Shafadi, Al Wâfî bil Wafâyât, (Beirut: Dar Ihya at Turats al ‘Arabiy, 2000), Jilid 3 Cet. Ke-1
h. 265-266 26. Jalaluddin As Suyuthi, Al Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, jilid 3, h. 268
15
1. Surat-surat yang ada dalam juz Tabarak memiliki ayat-ayat yang pendek
dan memiliki fawâshil yang beragam. Di antaranya adalah fâshilah yang
diakhiri huruf ra yang sebelumnya mad seperti dalam surat Al-Mulk, Nûh,
Al-Insân, fâshilah yang diakhiri huruf nun yang sebelumnya huruf wau dan
ya sukun seperti dalam surat Al-Qalam, fâshilah yang diakhiri huruf ta
marbûthah yang menghasilkan bunyi ha sukun seperti dalam surat, Al-
Hâqqah , Al-Qiyâmah, fâshilah yang diakhiri dengan huruf-huruf yang
dipanjangkan sebanyak 2 harakat, seperti huruf ra di surat Nûh, huruf dal
di surat Al-Jin, huruf lam di surat Al-Muzzammil, fâshilah yang di akhiri
dengan huruf ra yang disukunkan karena waqaf yaitu dalam surat Al-
Muddatstsir dan sebagainya.
2. Semua surat yang ada dalam juz 29 adalah termasuk surat-surat makiyah.27
Sebagaimana sudah diketahui bahwa tema dan kandungan surat-surat
makiyah28 adalah tentang perbaikan aqidah, menjauhi perkara syirik,
keimanan kepada Allah, hari kebangkitan dan lain-lain.29 Sehingga perkara
27 Lihat : Abdurahman bin Nasir As Sa’diy, Taisîr al Karîm ar Rahmân fî Tafsîr
Kalâmil Mannân,( Riyadh: Dar Assunnah, 2005) Cet. Ke-1 h. 875-903
Dalam kitab tafsir al Muẖarrar Al Wajîz fî Tafsîr Kitâb al ‘Azîz karya imam Ibn ‘Atihyah al
Andalusi disebutkan, sebagian ulama tafsir berpendapat surat Al-Insân termasuk Makiyah dan
sebagian yang lain mengatakan termasuk surat Madaniyah. Diantara yang berpendapat
Madaniyah adalah Qotadah dan Mujahid. Lihat: Abdul Haq bin Ghalib bin ‘Athiyah Al
Andalusiy, al Muẖarrar Al Wajîz fî Tafsîr Kitâab al ‘Azîz (Libanon: Dar al Kutub al ‘Ilmiyah,
1993) h. 380
28 Para ulama berbeda pendapat mengenai dhabith (ketentuan) pengertian Makiyah
dan Madaniyah. Pendapat pertama yaitu: Makiyah adalah semua ayat/surat yang turun sebelum
hijrah Rasul shallahu’alaihi wasallam, Madaniyah adalah semua ayat/surat setelah hijrah.Ini
adalah pendapat yang paling masyhur, karena pengertian ini adalah yang paling syumul (
lengkap dan menyeluruh) dan mencakup semua bagiannya.
Pendapat kedua yaitu: Makiyah adalah ayat atau surat yang turun di kota Mekah
walaupun setelah hijrah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat atau surat yang turun di kota
Madinah. Pendapat Ketiga: Makiyah adalah ayat atau surat yang khitabnya ditujukan kepada
Ahli Mekah dan Madaniyah adalah ayat atau surat yang khithabnya untuk ahli Madinah.
Diantara tiga pendapat ini menurut Nuruddin ‘Ithr pendapat yang paling banyak diterima oleh
para ulama adalah pendapat pertama. Lihat: Nuruddin ‘Ithr, ‘Ulûmul Qur’an al
Karim,(Damaskus: Mathba’atu Asshobah, 1993) Cet. Ke-1 h.55-56 29Lihat: Muhammad Faruq An Nabhan, Al Madkhal ilâ ‘Ulûmil Qur’an al Karim,
(Halab: Dar ‘Alamil Qur’an, 2005) h. 95
16
ini sangat penting dan harus selalu diperhatikan oleh seorang da’i dan setiap
muslim secara umum.
3. Dalam juz 29 terdapat banyak kisah yang bisa dijadikan pelajaran,
diantaranya kisah pemilik kebun dalam surat Al-Qalam, kisah nabi Nûh
bersama kaumnya, kisah golongan Jin yang menyimak Al-Qur’an dan kisah
Al Walid bin Al Mughirah dalam surat Al-Muddatstsir .30
4. Juz Tabârak31 adalah juz yang banyak dihafal di masyarakat Indonesia
selain juz ‘Amma atau juz 30. Diantara suratnya ada yang sangat populer
dan tidak asing di kalangan masyarakat Indonesia yaitu surat Al-Mulk.32
Karena surat Al-Mulk ini memiliki keutamaan khusus yang tidak dimiliki
oleh surat yang lain.33
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Kajian dan penelitian tentang korelasi antara lafazh (bunyi) dan makna
yang ada dalam ayat Al-Qur’an adalah pembahasan mengenai munâsabah
30.Lihat: Ibnu Katsir, Tafsîr Al-Qur’an al Azhîm, ( Dar Attayibah Linnasyri wa Tauzi’,
1999), Cet. Ke-2 Jilid 8 h.174-301 31. Diantara kitab yang membahas secara khusus tentang tafsir juz Tabârak adalah
kitab karya syekh Musthafa Al ‘Adawi dengan judul at Tashîl li Ta’wîl at Tanzîl Tafsîr Juz
Tabârak fi Su’âl wa al Jawâb, yang diterbitkan oleh Maktabah Makkah ; Tonto, Mesir tahun
2002 dan kitab Muqarrar Tafsîr Juz Tabârak yang disusun oleh 3 orang syekh yaitu syekh Dr.
Zhahir bin Fakhri az Zhahir, syekh Thalal bin ‘Isa al Fadhikh dan syekh Ibrahim bin
Muhammad as Sulthan. Kitab ini dijadikan buku panduan atau buku pembelajaran di Jami’ah
al Islamiyah ( Universitas Islam) pada Fakultas Syariah di Madinah, Saudi Arabia. 32. Lihat : https://id.wikipedia.org/wiki/Juz_29 diakses tanggal 05 Mei 2021 pukul
10: 22 WIB
33. Dalam sebuah hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
bahwasannya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, bersabda: “Ada suatu surat dari Al-Qur’an
yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai
dia diampuni, yaitu: “Tabârakalladzî Biyadihil Mulku.. (surat Al-Mulk)”(HR. At Tirmidzî)
Adapun teks lengkap hadits ini akan dipaparkan pada bab ke empat dalam pembahasan surat
Al-Mulk.
17
antara lafazh atau bunyi akhir yang digunakan Al-Qur’an untuk menjelaskan
makna yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut. Sehingga dalam
pembahasan ini secara tidak langsung meliputi beberapa hal penting yaitu:
ilmu munâsabah, ilmu dalâlah, ilmu ashwât dan fawâshil Al-Qur’an. Oleh
karena itu penulis melihat ada beberapa permasalahan penting yang menjadi
pembahasan dalam penelitian ini diantaranya:
a. Adanya pro kontra tentang hukum mengkaji dan mendalami ilmu
munâsabah dalam Al-Qur’an.
b. Adanya hubungan antara ilmu munâsabah dengan fawâshil ayat.
c. Adanya perbedaan ulama tentang pengertian fawâshil dan sajak.
d. Adanya pro kontra di kalangan ulama mengenai istilah yang pantas untuk
kata atau kalimat yang berada di ujung ayat dalam Al-Qur’an, ada yang
memilih istilah sajak dan ada yang lebih mengutamakan istilah fâshilah.
e. Adanya pengaruh yang sangat besar dari fâshilah terhadap bentuk kata dan
struktur kalimat dalam ayat Al-Qur’an.
f. Adanya pengaruh yang sangat besar dari keberagaman dan perbedaan bunyi
huruf-huruf hijaiyah pada fâshilah ayat terhadap kandungan makna suatu
surat.
g. Adanya korelasi antara ilmu dalâlah (semantik) dan ilmu ashwât (fonologi),
antara lafazh dan makna.
h. Adanya keterkaitan yang sangat kuat dan erat antara lafazh (bunyi) dan
makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an terutama dalam setiap
fâshilah surat yang ada pada juz Tabârak.
2. Pembatasan Masalah
Sebenarnya pembahasan mengenai ilmu munâsabah Al-Qur’an sangat
luas, mencakup semua munâsabah yang ada dalam Al-Qur’an. Baik
munâsabah khârijiyah yang meliputi : Munâsabah antara surat sebelumnya
18
dan sesudahnya, munâsabah penutup surat dengan permulaan surat setelahnya,
munâsabah permulaan surat dengan permulaan surat setelahnya atau
munâsabah dâkhiliyah yang meliputi : Munâsabah urutan ayat dalam satu
surat, munâsabah permulaan surat yang disesuaikan dengan tema kandungan
surat, munâsabah permulaan surat dengan penutup surat, munâsabah fâshilah
ayat dengan makna kandungan ayat atau munâsabah antara irama atau bunyi
dengan makna yang terkandung di dalamnya dll.
Oleh karena itu, agar pembahasan pada tesis ini tidak melebar kemana-
mana maka penulis hanya memfokuskan penelitiannya pada pembahasan
mengenai munâsabah antara lafazh (bunyi) akhir ayat (fâshilah) dengan makna
kandungan ayatnya terkhusus dalam surat- surat di juz Tabârak atau juz 29.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa dampak pendekatan semantik-fonologi dalam menganalisis korelasi
antara fâshilah ayat dan maknanya?
2. Bagaimana korelasi (munâsabah) antara lafazh (bunyi) dan makna yang
ada pada fâshilah ayat-ayat di juz Tabârak?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang disebutkan di atas maka tujuan
penelitian tesis ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak pendekatan semantik-
fonologi dalam menganalisis korelasi antara fâshilah ayat dan maknanya.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis korelasi atau munâsabah antara
lafazh (bunyi) dan makna yang ada dalam fâshilah ayat-ayat di juz
Tabârak.
19
D. Kegunaan Penelitian
Diantara kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmiyah
dalam kepustakaan Islam secara umum. Terkhusus dalam bidang ilmu Al-
Qur’an dan tafsir karena pembahasan dalam penelitian ini mengenai sisi
i’jaz bayâni, dan i’jâz shauti dalam Al-Qur’an. Terutama mengenai
munâsabah atau korelasi antara lafazh (bunyi) dan makna dalam fâshilah
surat-surat di juz Tabârak atau juz 29.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang adanya hubungan yang kuat antara
lafazh (bunyi) akhir yang digunakan dalam fâshilah ayat Al-Qur’an dengan
makna yang terkandung di dalamnya terutama dalam fâshilah ayat surat-
surat pada juz Tabârak atau juz 29. Selain itu, penelitian ini diharapkan
pula mampu menyumbangkan gagasan pikiran bagi peneliti selanjutnya
agar terus mengkaji Al-Qur’an dari berbagai aspeknya terutama aspek i’jâz
bayâni dan i’jâz shauti.
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi dan
referensi bagi para pecinta Al-Qur’an, pengkaji Al-Qur’an dan tafsir, dan
bagi seluruh kaum muslimin secara umum khususnya di negeri tercinta
Indonesia, dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap Al-Qur’an beserta tafsirnya terutama dari sisi kemukjizatannya.
E. Kajian Pustaka
Setelah penulis mencari dan meneliti beberapa tulisan-tulisan yang
membahas tentang tema ini, maka penulis menemukan beberapa kajian
ilmiyah, baik berbentuk buku, penelitian tesis atau lainnya. Di antaranya
adalah sebagai berikut:
20
Pertama : Tesis yang berjudul Al Fâsilah fî Juz Al Akhîr Min Al-Qur’an
Dirâsah Shautiyah Dalâliyah yang ditulis oleh Abdul Karim Haqah untuk
mendapatkan gelar Magister pada jurusan Bahasa dan Sastra di Universitas
Muhammad Khudhair, Sakrah, Al Jazair pada tahun 2009. Tesis ini sangat
bagus dan sangat berharga karena sangat membantu penulis. Terlebih tema
yang dibahas secara umum memiliki kesamaaan dengan tema yang akan
penulis kaji dan teliti yaitu seputar fâshilah. Tesis ini penelitiannya fokus pada
fâshilah yang ada pada juz 30 dari sisi dalâlah shautiyah yaitu indikasi bunyi
yang timbul dari setiap fâshilah surat-surat pada juz 30. Dari bunyi huruf-huruf
tersebut menghasilkan makna yang relevan dan sangat cocok dengan
kandungan ayat tersebut. Dengan kata lain penulisnya berusaha
mengkorelasikan antara makna ayat dengan bunyi fâshilah yang ada pada ayat
tersebut. Objek penelitian yang dibahas pada tesis tersebut adalah terfokus
pada juz 30 saja adapun juz 29 atau juz Tabârak tidak dibahas, sehingga objek
penelitiannya berbeda dengan yang akan dibahas oleh penulis pada tesis ini.
Selain itu, penulis melihat objek penelitian ini belum banyak disentuh oleh
para peneliti di Indonesia, bahkan sangat jarang dibahas dan diteliti. Oleh
karenanya mudah-mudahan tesis penulis nanti bisa menjadi bahan inspirasi
bagi para peneliti selanjutnya.
Kedua: Buku karya D.I Ansusa Putra dengan judul “Sajak Al-Qur’an;
Potret Dialektika Al-Qur’an dan Budaya Verbal Arab Pra Islam” yang
diterbitkan tahun 2011. Buku ini sebelumnya merupakan tesis yang berjudul
“Sajak Dalam Al-Qur’an, Analisa Linguistik Surat Ar Rahman” yang diajukan
oleh penulisnya untuk mendapatkan gelar Magister Agama bidang Humaniora
di Pascasarjan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diantara kesimpulan penelitian dalam buku ini adalah di dalam Al-
Qur’an terdapat sajak, dan sajak merupakan uslûb yang dipakai oleh Al-Qur’an
untuk menjelaskan tentang inti ajaran Islam yaitu tauhid. Dan kebanyakan
21
surat-surat yang bersajak adalah makiyah. Sedangkan kota Mekah adalah
tempat pertama kali Al-Qur’an diturunkan. Penggunaan sajak dalam Al-
Qur’an sangat relevan karena ditujukan kepada komunitas yang menjunjung
tinggi sastra yaitu bangsa Arab. Diantara kebiasaan mereka sebelum Al-Qur’an
turun dan sebelum Islam datang adalah bersajak, baik dalam bentuk natsr
(prosa), sya’ir-sya’ir atau bahkan dalam komunikasi sehari-hari. Karena
bahasa Arab sudah menjadi budaya bagi bangsa Arab.
Dalam penelitian buku ini penulisnya mengambil contoh surat Ar-
Rahman sekaligus menjadi pembahasan yang pokok dalam penelitiannya.
Karena surat Ar-Rahman termasuk kedalam golongan surat-surat makiyah.
Ayat-ayat yang ada di dalamnya seluruhnya bersajak. Dan pembahasannya pun
seputar tauhid, nikmat-nikmat Allah, gambaran surga dan neraka.
Oleh karena itu penulis sangat terbantu dengan adanya buku tersebut,
karena tema yang diangkat secara umum memiliki kesamaan dengan tema
yang akan diangkat oleh penulis yaitu tentang sajak atau fâshilah ayat dalam
Al-Qur’an. Namun surat yang menjadi objek penelitian penulis adalah surat-
surat yang ada dalam juz Tabârak atau juz 29. Selain itu penulis akan lebih
memfokuskan pada kajian munâsabah yaitu korelasi antara lafazh atau bunyi
dengan makna yang terkandung di dalamnya dan hal ini tidak dibahas dalam
buku tersebut.
Ketiga: Tesis berjudul “Munâsabah Surat-Surat Juz ‘Amma, Kajian
Terhadap Pemikiran Burhanuddin Al Biqa’i Dalam Kitab Nazhm ad Durar fî
Tanâsub al Ayât wa as Suwar” yang ditulis oleh Said Ali Setiyawan untuk
memperoleh gelar Magister di bidang Ilmu Agama Islam di Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga pada tahun 2015. Dalam kesimpulan tesis ini disebutkan bahwa
setidaknya ada sepuluh jenis munâsabah yang ada dalam juz ‘Amma.
Diantaranya adalah munâsabah antara kata atau kalimat dalam satu ayat. Dari
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa antara kata demi kata dalam
22
ayat-ayat Al-Qur’an saling berkaitan dan memiliki hubungan yang sangat kuat.
Sehingga menimbulkan efek i’jâz. Terlebih korelasi antara lafazh atau bunyi
fâshilah beserta maknanya sama sekali belum dibahas pada tesis ini. Oleh
karena itu penulis akan memfokuskan penelitian tesis ini pada sisi munâsabah
antara bunyi dan makna dalam fâshilah ayat Al-Qur’an.
Keempat: Karya ilmiyah berjudul, Dalâlatul Fâshilah fil Qur’an Al
Karim, Surah Al-Mulk Anmudzâjan. Penulisnya adalah dua orang mahasiswi
yaitu Nasyi’ Maryam dan Al-Mulky Ikram. Keduanya merupakan mahasiswi
di Center Univercity Ain Temounchent (C.U.A.T) Al Jazair pada tahun 2016.
Pembahasan dalam karya ilmiyah ini secara umum mirip dengan tema yang
akan penulis bahas yaitu tentang fâshilah. Hanya saja yang menjadi objek
kajiannya adalah surat Al-Mulk saja dan belum menyentuh aspek munâsabah
antara lafazh (bunyi) dengan makna yang dikandung dalam fâshilah ayat-
ayatnya. Sehingga objek penelitiannya berbeda dengan yang akan penulis
bahas pada tesis ini.
Dalam karya ilmiyah ini penulisnya berusaha menghubungkan antara
dalâlah fâshilah yang ada dalam surat Al-Mulk dengan makna yang tersirat
dalam ayat-ayatnya tersebut. Dan diantara kesimpulan yang ada dalam karya
ilmiyah ini adalah fâshilah merupakan ciri khas dari nazham Al-Qur’an.
Sekaligus merupakan uslûb Al-Qur’an sehingga istilah yang sangat layak dan
pantas untuk akhir ayat dalam Al-Qur’an adalah fâshilah bukan sajak. Maka
dari kesimpulan karya ilmiyah ini bisa dipahami bahwa penulisnya sangat
menolak istilah sajak untuk akhir ayat Al-Qur’an dan lebih memilih istilah
fâshilah.
Maka dari hasil kajian pustaka ini penulis menyimpulkan bahwasannya
pembahasan mengenai korelasi antara lafazh (bunyi) dan makna dalam
fâshilah ayat-ayat pada juz Tabârak atau juz 29 belum ada yang membahasnya.
Sehingga masih membutuhkan kajian dan penelitian.
23
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kualitatif atau deskriptif34 kualitatif.35 Karakteristik utama penelitian kualitatif
dalam paradigma postpositivisme36 adalah pencarian makna dibalik data.37
Adapun data utama yang menjadi objek penelitian dalam tesis ini adalah Al -
Qur’an dan kitab-kitab tafsir.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif mempunyai ciri-ciri atau
karakteristik diantaranya bersifat ilmiyah, deskriptif, dan membangun teori
dari dalam (grounded theory). Uraian hasil penelitian dengan pendekatan
kualitatif ini bersifat analitik berdasarkan hasil pengkajian terhadap objek
penelitian secara langsung sebagai sumber utama.38
2. Sumber Data
Dengan memperhatikan jenis penelitian di atas maka penulis membagi
sumber data menjadi dua bagian, yaitu sumber data primer dan sekunder.
Diantara sumber data primer adalah kitab-kitab tafsir yang banyak membahas
34. Penelitian Deskriptif menurut Suryabrata sebagaimana dikutip oleh Dadan
Rusmana adalah bertujuan untuk mendeskripsikan (sebuah penelitian) secara sistematis,
faktual dan akurat. Lihat : Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir
(Bandung: Pustaka Setia: 2015), cet.ke-1 h.25 35. Lihat :Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir h.25 36. Dalam filsafat postpositivisme kebenaran didasarkan pada esensi atau sesuai
dengan hakikat objek dan kebenaran bersifat holistic(menyeluruh) Lihat : Dadan Rusmana,
Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir cet.1 h.25 37. Dadan Rusmana,Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir h.24
Penelitian kualitatif dalam aliran postpositivisme dibedakan menjadi dua, yaitu
penelitian kualitatif dalam paradigma fenomologi dan penelitian kualitatif dalam paradigma
bahasa. Penelitian kualitatif dalam paradigma fenomologi bertujuan mencari esensi makna
dibalik fenomena, sedangkan dalam paradigma bahasa bertujuan mencari makna kata ataupun
makna kalimat serta makna tertentu yang terkandung dalam sebuah teks, termasuk teks tafsir
dan teks hasil penelitian. Maka dari penjelasan Dadan Rusmana tersebut. jenis penelitian ini
masuk kedalam jenis penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa. 38. Lihat : D.I Ansusa Putra, Sajak Al-Qur’an; Potret Dialektika Al-Qur’an dan
Budaya Verbal Arab Pra Islam, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2011), h.18
24
tentang munâsabah dan i’jâz bayâni atau i’jâz lughawi seperti Nazhmu ad
Durar karya imam Al Biqa’i, al Baẖru al Muẖith karya imam Abu Hayyan Al
Andalusi, Mafâtiẖ al Ghaib karya imam Ar Razi, Al Kasysyaf karya imam Az
Zamakhsyari, Fî Zhilâlil Qur’an karya syekh Sayyid Qutub, at Taẖrîr wa at
Tanwîr karya syekh Ibnu ‘Asyûr, Tafsîr al Marâghî karya syekh Musthafa Al
Maraghi, Shafwah at Tafâsîr karya syekh Muhammad Ali As Shabuni, dan
Tafsîr al Munîr karya Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili.
Adapun sumber data sekunder adalah semua buku atau karya ilmiyah
yang berhubungan langsung dengan tema penelitian ini, baik berbentuk
desertasi, tesis, jurnal atau lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.39Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian.40
Dalam penulisan tesis ini penulis menggunakan metode dokumentatif
yaitu dengan mengumpulkan, memeriksa dan mencatat apa saja yang relevan
dengan tema penelitian yang bersumber dari kitab-kitab, buku-buku, jurnal
majalah dan lainnya. Pengumpulan data ini diambil dari sumber data primer
dan sekunder.
4. Metode Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan, maka tahap
berikutnya adalah tahap analisis. Tahap ini merupakan tahap yang sangat
. 39. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : CV. Alfabeta, 2009), Cet
ke-7, h. 308 40. Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2013),h.61
25
penting dan menentukan. Pada tahap ini data diolah sedemikian rupa sehingga
berhasil disimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk
menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.41
Analisis data melibatkan pengerjaan data, organisasi data, pemilahan
menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-
hal penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada
orang lain.42
Pembahasan dan pemaparan dalam tesis ini bersifat deskriptif analitik.
Deskriptif adalah suatu metode yang bermaksud untuk menggambarkan data-
data dalam menguji atau menjelaskan sebuah tulisan, untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut dengan pokok masalah. Sedangkan
analitik adalah sebuah tahapan untuk menguraikan data-data yang terkumpul
dan tersusun secara sistematis.
5. Pendekatan yang Digunakan
Dalam menentukan suatu pendekatan dan metode yang relevan dengan
suatu penelitian, maka alangkah baiknya terlebih dahulu harus diketahui
tentang objek penelitian itu sendiri. Adapun objek penelitian pada tesis ini
adalah ayat-ayat suci Al-Qur’an pada surat-surat di juz Tabârak atau juz 29,
terutama mengenai lafazh (bunyi) dan maknanya. Oleh karena itu pada
penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan ilmu bahasa (linguistik)
terutama ilmu balâghah (ilmu stilistika), ilmu dalâlah (semantik) dan ilmu
ashwât (fonologi) dalam mengungkap adanya munâsabah atau korelasi antara
lafazh (bunyi) kata dengan makna yang tersembunyi yang ada pada setiap
ujung ayat-ayatnya (fawâshil).
41. HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2004), Cet Ke-1, h. 96
42. Nurul Zuriah, Metodologi, Penelitian Sosial dan Pendidikan, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2007) Cet. Ke-2, h.217
26
Menurut penulis menganalisa Al-Qur’an dengan pendekatan ilmu
linguistik (bahasa) terutama ilmu balâghah (stilistika), ilmu dalâlah
(semantik) dan ilmu ashwât (fonologi) adalah hal yang sangat menarik.
Karena Al-Qur’an itu sendiri merupakan sumber rujukan utama dalam ilmu
bahasa dan sastra Arab. Terlebih Al-Qur’an itu adalah kalam ilahi yang tidak
akan pernah habis keajaibannya. Oleh karenanya pendekatan ilmu linguistik
dalam objek kajian tesis ini sangat tepat, cocok dan relevan.
G. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan tesis ini merujuk pada buku pedoman penulisan tesis
dan disertasi terbaru yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta
Tahun 2020 edisi revisi. Adapun sistematika dalam penelitian tesis ini, maka
penulis membagi pembahasannya menjadi lima bab, setiap babnya terdiri dari
sub bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II Ilmu Munâsabah Dan Fawâshil Al-Qur’an
Bab ini meliputi; pengertian ilmu munâsabah menurut bahasa dan
istilah, asal mula ilmu munâsabah, urgensi dan fungsi ilmu munâsabah, pro
kontra ilmu munâsabah di kalangan ulama, jenis-jenis munâsabah, makna atau
pengertian fâshilah menurut bahasa dan istilah, persamaan dan perbedaan
antara sajak, fâshilah dan qâfiyah, pro kontra keberadaan sajak dalam Al-
Qur’an.
27
Bab III Antara Ilmu Dalâlah Dan Ilmu Ashwât (Semantik-Fonologi)
Bab ini meliputi; pengertian ilmu dalâlah, macam- macam ilmu
dalâlah, pengertian ilmu ashwât, terbentuknya bunyi dalam b. Arab,
hubungan antara lafazh dan makna dan makhârijul huruf dan sifatnya.
Bab IV Analisis Pendekatan Semantik -Fonologi Terhadap Fawâshil Ây
Juz Tabârak
Dalam bab ini akan dibahas mengenai keindahan dan keselarasan bunyi
dalam fâshilah Qur’âniyyah serta korelasi antara lafazh (bunyi) dan makna
dalam fâshilah setiap surat yang ada di juz Tabârak atau juz 29, dimulai dari
surat Al-Mulk sampai dengan surat Al-Mursalât.
212
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari bab-bab terdahulu maka penelitian tesis
tentang “ Korelasi Antara Lafazh dan Makna Dalam Fawâshil Qur’âniyyah
(Studi Analisis Semantik – Fonologi terhadap Ayat-Ayat Di Juz Tabârak )”
telah menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Keberagaman dan perbedaan bunyi huruf-huruf hijaiyah yang
mengakhiri setiap fâshilah ayat-ayat di juz Tabârak sangat berdampak
dan berpengaruh terhadap kandungan makna yang ada pada setiap
suratnya.
2. Adanya keterkaitan yang kuat antara lafazh (bunyi) dan makna dalam
setiap fâshilah ayat-ayat juz Tabârak. Diantara bukti adanya keterkaitan
tersebut adalah kebanyakan ayat-ayat yang menjelaskan tentang
peristiwa hari kiamat, kematian dan azab neraka seperti dalam surat Al-
Hâqqah, Al-Ma’ârij, Al-Muddatstsir, Al-Qiyâmah dan Al-Mursalât
seringkali diakhiri oleh bunyi-bunyi huruf yang memiliki sifat syiddah
(kuat) dan isti’la (terangkat) yang membuat suara tebal dan berat seperti
huruf ق (qaf) atau bunyi yang bersifat jahr (nyaring, jelas, kuat) seperti
huruf ع (‘ain) dan ب (ba) yang menghasilkan bunyi yang jelas dan kuat
serta menunjukan pada ketegasan dan kekuatan, atau bunyi yang bersifat
mufakhamah (tebal) seperti huruf ر yang berharakat fatẖah atau
dhammah atau dalam keadaan sukun yang didahului oleh huruf yang
berharakat fatẖah atau dhammah. Selain itu adalah bunyi yang bersifat
mendalam (‘amîq) seperti huruf هـ atau ة dalam keadaan sukun, yang
menghasilkan suara yang menggemuruh yang mengisyaratkan pada
gambaran kondisi yang sangat mencekam dan menyeramkan. Oleh
213
karena itu, bunyi- bunyi huruf tersebut sangat sesuai menggambarkan
keadaan peristiwa tersebut.
Adapun ketika ingin menjelaskan tentang petunjuk dan
nasehat untuk Rasulullah shallallâhu’alaihi wasallam maka Al-Qur’an
menggunakan bunyi huruf yang menunjukan pada kelembutan seperti
huruf ل, karena termasuk huruf yang lunak dan mudah ketika diucapkan.
Dan ketika Al-Qur’an ingin menjelaskan tentang kenikmatan yang
diperoleh oleh orang-orang yang beriman ketika di surga maka bunyi
huruf yang dipilih adalah huruf ن dan م yang didahului oleh huruf lîn
(lunak atau lembut) yaitu ي sukun dan و sukun, sehingga menyebabkan
bunyi menjadi panjang, seperti pada surat Al-Qalam , Al-Hâqqah dan
Al-Mursalât atau menggunakan bunyi huruf ر yang disertai alif seperti
yang ada pada surat Al-Mulk dan Al-Insân . Karena huruf ر merupakan
huruf yang memiliki sifat jahr (nyaring, jelas) dan tikrâr (pengulangan
bunyi) sehingga sangat cocok untuk menggambarkan kenikmatan yang
terus-menerus, kekal abadi selamanya.
Selain itu, ketika Al-Qur’an ingin menjelaskan tentang perkara
tauhid yang merupakan perkara yang sangat penting, karena
berhubungan dengan hak Allah Subhânahû wa Ta’âla maka bunyi huruf
yang dipilih adalah huruf yang menunjukan pada ketegasan dan kekuatan
yaitu huruf د, karena huruf ini memiliki sifat syiddah (kuat) sehingga
sangat sesuai dengan makna yang dimaksud, seperti dalam surat Al-Jin .
B. Saran -Saran
Al-Qur’an adalah kalâmullâh yang merupakan petunjuk bagi ummat
manusia. Ia adalah mukjizat abadi sepanjang zaman yang tidak akan pernah
berubah. Isinya selalu relevan dari masa ke masa, dari generasi ke generasi. Ia
adalah samudra yang tidak akan pernah habis ilmunya. Oleh karena itu, setelah
penulis meneliti bagian dari ilmu Al-Qur’an yaitu tentang ilmu munâsabah
214
ayat. Maka ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan kepada para
pembaca yaitu sebagai berikut:
1. Kajian tentang ilmu munâsabah sangat luas. Sehingga masih sangat
perlu untuk diteliti dan dikaji. Karena dalam hal ini penulis hanya
meneliti salah satu jenis dari ilmu munâsabah yaitu munâsabah antara
lafazh (bunyi) dengan makna pada fâshilah ayat-ayat juz Tabârak.
Adapun jenis yang lain masih sangat banyak, seperti munâsabah fâshilah
ayat dengan makna kandungan ayatnya, munâsabah bentuk kata
(shighah) dengan makna yang dikandung dalam sebuah ayat, munâsabah
fâshilah nama-nama Allah dengan makna ayatnya atau yang lainnya.
2. Dalam penelitian ini, penulis hanya berfokus pada korelasi antara lafazh
dan makna yang ada dalam juz Tabârak saja. Sedangkan pada juz yang
lainnya belum dibahas. Sehingga layak untuk dijadikan bahan penelitian
selanjutnya. Terutama yang belum banyak disentuh oleh para peneliti
adalah munâsabah yang ada pada juz-juz awal dan tengah. Selain itu
sepanjang pengetahuan penulis, untuk penelitian yang membahas
tentang munâsabah antara lafazh atau bunyi huruf sebuah kata dengan
makna ayatnya, masih jarang dibahas oleh peneliti ilmu Al-Qur’an dan
tafsir yang ada di Indonesia.
Akhir kata, penulis sampaikan bahwa tidak ada gading yang tak retak,
begitu pula dengan tesis ini. Jika masih banyak kekurangan di sana sini maka
itu dari kelemahan dan kejahilan penulis. Mudah-mudahan ke depannya bisa
dilengkapi oleh peneliti-peneliti yang lain. Semoga Allah Ta’âla mengampuni
segala kekhilafan dan dosa penulis, dan semoga penelitian ini bermanfaat dan
membawa keberkahan bagi penulis khususnya dan umumnya bagi semua kaum
muslimin.
215
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jalil, Manqur, ‘Ilmu ad Dalâlah Usûluhû wa Mabâhitsuhû fi Turats al-
Arabiy, Damaskus: Ittihad al Kuttab al ‘Arab, 2001.
Al Bukhari, Muhammad bin Isma’il, Shaẖiẖ Al Bukhâri, Beirut: Dar Ibn
Katsir, 2002.
Abu Zaid, Ahmad, at Tanâsub al Bayâniy fil Qur’an, Ribat: Ad Dar Baidha’:
1992.
Al ‘Alwi, Yahya bin Hamzah, ath Thirâz, Beirut: Al Maktabah Al Ashriyyah,
2002.
Al Amudi, Ibtisam Umar, al Mukhtârât min al Munâsabât Baina Suwar wa al
Âyât, Riyad: Maktabah Malik Fahd, 2015.
Al Andalusi, Abu Hayan, Tafsir al Baẖr al Muẖîth, Beirut: Dar al Kutub al
‘Ilmiyah, 1993
Al Andalusiy, Ibn ‘Athiyah, al Muẖarrar Al Wajîz fî Tafsîr Kitâb al ‘Azîz
Libanon: Dar al Kutub al ‘Ilmiyah, 1993.
Anis, Ibrahim, al Aswât al Lughawiyyah, Kairo: Maktabah al Ajlu, 1975.
___________, Dalâlatul Alfâzh , Kairo: Maktabah Al Ajlu, 1976.
Al ‘Askariy, Abu Hilal, Kitâb ash Shanâ’ataîn al Kitâbah wa Asy Syi’ir,
Beirut: Dar Maktabah Alamiyah.
Al ‘Asqalani, Ibnu Hajar, al Ishâbah fî Tamyîzi ash Shahâbah, Beirut: Dâr
Kutub al ‘Ilmiyah, 1994.
216
‘Asyûr, Ibnu, at Taẖrîr wa at Tanwîr, Tunisia: Dar at Tunisiyah li an Nasyr,
1984.
Al Bagdadi, Al Alusi, Rûẖul Ma’ânî, Beirut: Dâr Iẖya at Turats al ‘Arabiy.
Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2011.
Al Baghwi, Ma’âlim at Tanzîl, Riyadh: Dâr Tayyibah, 1992.
Al Baqilani, Abu Bakar, I’jâzul Qur’an, Mesir: Dâr Ma’ârif, 1971.
Basyar, Kamal, Ilmu al Ashwât, Kairo: Dar Gharib, 2000.
Bintu Syathi, Aisyah, Al I’jâz Al Bayâni lil Qur’an wa Masâil Ibn al Azraq,
Kairo: Dar Al Ma’ârif, 1984.
Al Biqa’i, Nazhmu ad Durar fî Tanâsub Âyât wa as Suwar, Beirut, Dâr Kutub
al ‘Ilmiyah:1995.
Ad Dâyah, Fâyiz, ‘Ilmu ad Dilâlah al ‘Arabiy Baina an Nazhariyyah wa at
Tathbîq, Damaskus : Dâr al Fikr 1996.
Dhiya Ad Din, Ibnu Atsir, al Matsal as Sâ’ir fî Adabil Kâtib wa Syâ’ir, Kaira:
Dâr An Nahdhah, t.t.
Adz Dzahabi, Siyar ‘Alâm an Nubalâ, Beirut: Muassasah Ar Risalah, 1985.
Faris, Ibnu, Mu’jam Maqâyîs al Lughah, Beirut, Dar Iẖya At Turats Al Arabiy
: 2001.
_________, as Shahibai, Beirut: Maktabatul Ma’ârif, 1993.
217
Al Fatali, Hamid ‘Abdul Hamzah Ubaid, Anwâ’u Ad Dalâlah wa Thuruqu
Isti’mâlihâ fî Kitâb Mafâhim Al-Qur’an li Subhâni, Iraq: Jami’ah Bagdad.
Fathoni, Ahmad, Metode Maisura, Jakarta: Yayasan Bengkel Metode Maisura
dan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta : 2007.
Ghalib, Normain, Atsaru al Mustawâ as Shauti fi Tasykîl ad Dalâlah, Irak :
Jami’atu Zakhu, 2016.
Al Hambali, Ibnu ‘Imad, Syadzarât adz Dzahab fî Akhbâr Man Dzahab,
Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1986.
Haqah, Abdul Karim, al Fâshilah fil Juz al Akhîr Min Al-Qur’an, Sukrah:
Jami’ah Muhammad Khudair, 2009.
Al Haritsi Ali, Uslûbul Qasam fî Al- Qur’an al Karîm, Mekah: Jami’ah Ummul
Qura’, 1991.
Hisyam, Ibnu, Sîrah Nabawiyyah, Thantha: Dâr Ashahabah, 1995.
Ichwan M. Nor., Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Rosai Media Group,
2008.
Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta: Erlangga, 2013.
Ishaq, Ibnu, Sîrah Nabawiyyah, Beirut: Dâr Kutub Al ‘Ilmiyyah, 2004.
‘Ithr, Nuruddin, ‘Ulûmul Qur’an al Karim, Damaskus: Mathba’atu Asshobah,
1993.
Al Jahizh, al Bayân wa at Tabyîn, Kairo: Maktabah Khaniji, 1998.
218
Jamilah, Bintu Yaminah, al Fâshilah Al-Qur’aniyah wa Jamâliyâtuhâ fî
Sûratai Thâha dan ar Rahmân, Al Jazair: 2012.
Al Jazairy, Abu Bakar, Aisar at Tafâsîr li Kalâm al‘Aliyy al Kabîr, Jeddah:
Rasim li ad Di’ayah wa al I’lan, 1990.
Jinni, Ibnu, Sir Shinâ’ât al I’râb, Libanon: Dâr Kutub al Ilmiyah, 2007.
Kadzim, Mirafat Yusuf, Dalâlah Fâshilah Qur’aniyyah fî Sûrah Al-Jin,
Bagdad: Universitas Bagdad, 2016.
Al Kafawi, Abul Baqa Al Husaini, al Kulliyât, Mu’jam fî al Musthalahât wa
al Furûq al Lughawiyyah, Beirut: Muassasah ar Risalah, 1998.
Katsir, Ibnu, Tafsîr Al-Qur’an al ‘Azhîm, Kairo: Maktabah Aulad As Syekh,
2000.
Al Khafaji, Ibn Sinan, Sirr al Fashâhah, Beirut: Darul Kutub Al Ilmiyyah,
1982.
Khalkan, Ibn, Abu Bakar, Wafâyât al ‘A’yân wa Anbâ’ Abnâ az Zamân, Beirut:
Dar Ash Shadir, 1900.
Kurnaedi, Abu Ya’la dan Nizar Sa’ad Jabal, Metode Asy Syafi’i Ilmu Tajwid
Praktis , Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’i, 2017.
Mahmud, Jamal, ad Dalâlât al Ma’nawiyyah li Fawâshil Âyât Al-Qur’aniyyah
Yordania: Dar Al Fath, 2010.
Mahmud, Abdul Fattah, al Fâshilah Al-Qur’aniyyah wa as Saja’ Saudi
Arabiya : Jazan Univercity, 2007.
219
Maisah, Muhammad As Shaghir, Jamâliyât al Ī’qo’ Shauti fil Qur’an al
Karîm, Sukroh: Jami’ah Muhammad Khudhair, 2012.
Makarim, Nasir, al Amtsal fî Tafsîr al Kitâb al Munazzal, Maktabah Sulaiman.
Mandur, Ibnu, Lisânul ‘Arab, Kairo: Darul Hadits, 2003.
Marlina, Lina, Pengantar Ilmu Ashwât , Bandung: Fajar Media, 2019.
Al Maraghi, Ahmad Mushtafa, Tafsîr al Marâghî, Mesir: Syarikah Maktabah
wa Mathba’ah Mushthofa Al Ba’bi al Halabi, 1946.
Mathlub, Ahmad, Mu’jam Mushthalahât an Naqd al ‘Arabi al Qadîm, Beirut:
Maktabah Lubnan Nasyirun, 1997.
Al Mishry, Mahmud, Asẖâbu ar Rasûl Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, Syibrul
Khoimah: Dar Attaqwa lin Nasyri wa at Tauzi’, 2002.
Muhammad, Hani, al Munâsabah Baina Fawâshil Qur’aniyyah wa Âyâtihâ,
Gazza: Al Jami’ah islamiyah: 2009.
Muslim, Mushtafa dkk, at Tafsîr al Maudû’i, Uni Emirat Arab: Jami’ah al
Syariqah, 2010.
Al Mursi, Kamaluddin Abdul Ghaniy, Fawâsil al Âyât Al-Qur’aniyyah,
Iskandariyah: al Maktab al Jami’iy al Hadits, 1999.
Mu’taqii, Nadiyah, Ishâmu Dârisin al ‘Arab al Muhadditsîn fi Irsâ’i Usus
‘Ilmi ad Dalâlah, Al Jaza’ir: Jami’ah Mu’ammari, 2015.
An Nabhan, Muhammad Faruq, al Madkhal ilâ ‘Ulûmil Qur’an al Karîm,
Halab: Dar ‘Alamil Qur’an, 2005.
220
An Nasafi, Madârik at Tanzîl wa Haqaiq at Ta’wîl, Tafsîr an Nasafî, Saudi
Arabia: Maktabah Nizar Mushthafa al Baz, 2009.
An Nasa’i, Ahmad bin Syu’aib bin Sinan, Sunan An Nasâ’i, Riyadh : Dar
Hadharah li an Nasyr wa at Tauzi’, 2015.
Nasution, Sahkhalid, Pengantar Linguistik Bahasa Arab, Sidoarjo: CV. Lisan
Arabi, 2017.
Nuruddin ‘Isham, al Ashwât al Lughawiyyah, Beirut: Dar Al Fikr Al Lubnani,
1992.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008.
Putra, D.I Ansusa, Sajak Al-Qur’an, Potret Dialektika Al-Qur’an dan Budaya
Verbal Arab Pra Islam, Jakarta, Gaung Persada Press: 2011.
Al Qattan, Manna’, Mabâhits fî ‘Ulûmil Qur’an, Kairo: Maktabah Wahbah,
1995.
Al Qurthubi, al Jâmi li Ahkâmil Qur’an, Beirut: Muassasah ar Risalah, 2006.
Qutub, Sayyid, Fî Zhilâlil Qur’an, Mesir : Dâr Asy Syuruq, 2003.
____________, Tashwîr al Fanniy fil Qur’an, Kairo : Dar asy Syuruq, 2004.
Ar Rafi’i, Musthafa Shadiq, I’jâzul Qur’an wal Balâghah Nabawiyah, Beirut:
Dar Al Kutub Al Arabiy,1973.
221
Rak’atiy, Danisy Muhammadiy dan Ali Ridha Ridhayi, Surah Nûh Dirâsah
Uslûbiyah Dalâliyah fi Mustawâ as Shaut wa as Sharf, Asfahan:
Kulliyah Al Lughah Al Ajnabiyah, 2013.
Ar Razi, Zainudin Al Hanafi, Mukhtâr as Shiẖâh, Kairo: Dâr I‘badu Ar
Rahman: 2014.
Ar Razi, Fakhru, Mafâtih al Ghaib, Beirut: Dâr Al Fikr, 1981.
Ar Rummani, Ali bin Isa, an Nukat fî I’jâzil Qur’an al Karîm, Dahla:
Maktabatul Jami’ah Al malayyah Al Islamiyah, 1994.
Rusmana, Dadan, Metode Penelitian Al-Qur’an dam Tafsir, Bandung: Pustaka
Setia: 2015.
As Sa’diy, Abdurahman bin Nasir, Taisîr al Karîm ar Rahmân fî Tafsîr
Kalâmil Mannân, Riyadh: Dar Assunnah, 2005.
Sasi, Ammar, al I’jâz al Bayâniy fil Qur’an al Karîm, Al Balidah: Dâr Ma’ârif,
2003.
As Sayyid, Muhammad Yusuf Hasyim, al Munâsabah Bainal Fâshilah wa
Âyâtihâ, Dirâsah Tathbîqiyyah li Sûratai al Ahzâb wa Saba’, Gaza: Al
Jami’ah Al Islamiyyah, 2009.
As Shabuni, Muhammad Ali, Shafwah at Tafâsîr, Beirut: Dar Al-Qur’an Al
Karim, 1981.
Shalahuddin Khalil ash Shafadi, al Wâfî bil Wafâyât, Beirut: Dar Ihya at Turats
Al ‘Arabiy, 2000.
222
As Shagir, Muhammad Ali Husain, as Shaut al Lughawi fî Al-Qur’an, Beirut:
Dar Al Mu’arrikh Al’Araby, 2000.
Sirajuddin, Ibnul Mulaqqin, at Taudhîẖ li Syarẖi al Jâmi’ ash Shaẖîh,
Damaskus: Dar An Nawadir, 2008.
Sonny, HM. Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, CV. Alfabeta, Bandung, 2009.
Suraij, Dalilah, dan Shabirîn Al Abbasi, Jamâliyât at Tanâsub as Shauti fîl
Qur’an al Karîm, Sûrah Al-Muddatstsir Anmûdzajan, Al Jaza’ir:
Wizaarah at Ta’lim Al ‘Ali wa Al Bahst Al Ilmi, 2018.
Suwaid, Aiman Rusydi, at Tajwîd al Mushawwar, Sukoharjo: Zamzam, 2018.
As Suyuthi, Jalaluddin, Asrâr Tarîib Al-Qur’an, Mesir: Darul I’tisham 1978.
_________________, al Itqân fî ‘Ulûmil Qur’an, Kairo: Dâr Alamiyah, 2017.
_________________, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani,
2016.
Asy Syaukani, Muhammad bin Ali, Fathul Qadîr, Riyadh: an Nasyr ad Dauli,
2010.
Thaba’, Abdul Jawad Muhammad, Dirâsât Balâghiyyah fî as Saja’ wal
Fâshilah al Qur’aniyyah, Mesir: Dar ar Raqm, 1993.
Ath Thabari, Jâmi’ al Bayân, Beirut: Muassasah ar Risalah, 1994.
223
At Tirmidzi, Muhammad bin ‘Isa, Sunan At Tirmidzî, Beirut: Dar at Ta’shil,
2014.
Umar, Ahmad Mukhtar, Ilm al-Dalâlah, Kairo: Alam al-Kutub, 1998.
Ya’kub, Emil Badi’, Misyal ‘Ashi, al Mu’jam al Mufasshal fî al Lughah wa al
Adab, Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayin, 1987.
Yasminah Malki, al Binâ as Shauti wa Tasykîli, Sûrah Al-Mulk, Tilmisan:
Jami’ah Abu Bakar, 2016.
Az Zamakhsyari, al Kasysyâf, Kairo: Syarikatul Quds, 2016.
Az Zarkali, Khairuddin, al A’lam, Beirut: Darul ‘Ilm Lil Malayin: 2002.
Az Zarkasyi, al Burhân fî Ulûmil Qur’an, Beirut: Dar Al Ma’rifah, 1990.
Az Zauzani, Abu Abdullah Al Husain, Syarh Al Mu’allaqât As Sab’ah, Beirut:
ad Dar Al ‘Alamiyah: 1992
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara, 2007.
Az Zuhaili, Wahbah, Tafsir al Munîr, Damaskus: Darul Fikr, 2009.
Zuhdi, Masjfuk, Pengantar ‘Ulûmul Qur’an, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993.
Majalah ‘Ulûm al Lughah al ‘Arabiyyah wa Âdâbuhâ, Vol. 3 No. 3 (t.t)
https://kbbi.web.id/ diakses tanggal 24 November 2020.
https://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Jones_(phonetician) diakses tanggal 26
November 2020
224
https://id.wikipedia.org/wiki/Ferdinand_de_Saussure diakses tanggal 26
November 2020
https://id.wikipedia.org/wiki/Juz_29 diakses tanggal 05 Mei 2021
235
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Yogi Suparman
Tempat / Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 10 April 1989
Agama : Islam
Status : Menikah
Anak Ke : 3 dari 6 bersaudara
Istri : Arini Nurhanifah
Jumlah Anak : 2 Orang ( Satu Perempuan, Satu Laki-Laki )
1. Maitsa Faihana
2. Usaid Abdullah Fadhil
Alamat Asal : Kp. Parakan Panjang RT/RW 02/02, Desa
Sukamanah, Kecamatan Cigalontang,
Kab.Tasikmalaya, Jawa Barat
Alamat Tinggal Sekarang : Kp. Panyaweuyan RT/RW 01/01, Desa
Ciherang, Kec. Pacet, Kab. Cianjur
No. Hp : 089629881918
Alamat Email : [email protected]
Aktivitas : Mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an
ZAD (STIQ) dan di SMP ZAD IQBS Cianjur –
Jawab Barat sampai s ekarang
Riwayat Pendidikan :
Sekolah Dasar 6 Tahun (SDN Sukamanah II Cigalontang Tasikmalaya)
Tahun 1996 - 2002
Madrasah Tsanawiyah 3 Tahun (Pondok Pesantren Nurul Iman Desa.
Sukamanah Kec. Cigalontang Tasikmalaya) Tahun 2002- 2005
Madrasah ‘Aliyah 3 Tahun (Pondok Pesantren Nurul Iman Desa.
Sukamanah Kec. Cigalontang Tasikmalaya) Tahun 2005 - 2008
236
Ma’had Aly Ar Rayah Sukabumi 3 Tahun atau setara dengan Diploma 3
Tahun 2008-2011
LIPIA Jakarta ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam Arab) 4 Tahun / S1
Jurusan Syari’ah tahun 2011-2015
Prestasi Akademik :
Pernah Peringkat 3 ditingkat SD Sukamanah II
Pernah Peringkat 2 ditingkat MTs Nurul Iman
Pernah Peringkat 1 ditingkat MA Nurul Iman
Pernah Peringkat 1 ditingkat Ma’had Aly Ar Rayah di semester 3 dan
semester akhir
Pernah Peringkat 3 ditingkat S1 LIPIA Jakarta di semester 1 dan semester
akhir
Pengalaman Bekerja :
Pernah mengajar ditingkat SD Annajah Jakarta selama 3 tahun Th. 2012-
2015
Pernah mengajar ditingkat SD/Kuttab Al Fatih Jakarta Timur Th. 2015-
2016
Pernah mengajar ditingkat SD Abu Hurairah Jakarta Barat Th. 2017-2018
Pernah mengajar ditingkat SMP, SMA, Program Tahfidz dan Program
Tadrib Ad-Du’at di Pondok Pesantren Madinatul Qur’an Jonggol-Bogor Th.
2018-2020
Pengalaman Organisasi :
Pernah menjadi Bagian Bahasa di Pondok Pesantren Nurul Iman
Tasikmalaya
Pernah menjadi Anggota PII Kabupaten Tasikmalaya
Pernah menjadi Bagian Dapur dan Kesehatan di Ma’had Aly Ar Rayah
Pernah menjadi Bagian Koordinator Kepesantrenan di Pon-Pes Madinatul
Qur’an
Pernah menjadi Ketua Bagian Akademik di Pon-Pes Madinatul Qur’an