BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, ahedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh
diri. Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh
hilangnya perasan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah
keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi
emosional saat itu (Kaplan, 2010).
Amir (2005) mengatakan bahwa depresi bukanlah gangguan yang homogen, tetapi
merupakan fenomena yang kompleks. Bentuknya pun sangat bervariasi, sehingga kita mengenal
depresi dengan gejala yang ringan, sedang, berat, dengan atau tanpa cirri psikotik,
berkormobiditas dengan gangguan psikiatrik lain atau dengan gangguan fisik lain.
Keanekaragaman tersebut diduga karena adanya perbedaan etiologi yang mendasarinya.
Istilah depresi pertama kali dikenalkan oleh Meyer (1905) untuk menggambarkan suatu
penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang disertai gejala-gejala psikologis lainnya,
gangguan somatic (fisik) maupun gangguan psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan
digolongkan ke dalam gangguan afektif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1974) menyebutkan bahwa 17% pasien-pasien yang
berobat ke dokter adalah pasien dengan depresi. Diperkirakan prevalensi pada populasi
masyarakat dunia adalah 3%. Sementara Sartorius (1974) memperkirakan 100 juta penduduk di
dunia mengalami depresi.
Penelitian yang dilakukan di negara-negara Barat menunjukkan insidensi depresi yang
bervariasi antara 33 – 350 per 100.000 penduduk. Sedangkan di Asia insidensi depresi
menunjukkan angka 20 – 690 per 100.000 penduduk. Di Amerika Serikat 6 – 8 % pasien yang
datang berobat ke fasilitas kesehatan menderita depresi. Saat ini depresi memang masih
1
merupakan suatu fenomena gunung es, di mana hanya 12 –15 orang per 1000 pasien yang
mengeluh dengan keluhan depresi (Setyonegoro, 1981 cit., Hawari, 2002).
Rangkuman dari referensi utama psikiatri Kaplan dan Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry menyebutkan bahwa prevalensi seumur hidup dan sepanjang tahun dari depresi
unipolar adalah 20%-25% dan 10%-15% secara berturut-turut (Rihmer dan Angst, 2005).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1974) menyebutkan angka 17% pasien yang berobat ke
dokter adalah pasien dengan depresi dan selanjutnya diperkirakan prevalensi depresi pada
populasi masyarakat dunia adalah 3%. Angka-angka ini akan semakin bertambah untuk masa-
masa yang akan datang yang disebabkan karena beberapa hal, antara lain :
1. Usia harapan hidup semakin bertambah
2. Stressor biopsikososial semakin berat
3. Berbagai penyakit kronik semakin bertambah; dan
4. Kehidupan beragama yang semakin ditinggalkan.
Pengamatan dari waktu ke waktu kasus-kasus gangguan kejiwaan yang tergolong
kecemasan dan depresi semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan
pasien yang berobat di pusat-pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga yang berobat ke
dokter/psikiater. Kenaikan jumlah pasien dengan kecemasan dan/atau depresi dapat juga dilihat
dari kenaikan obat-obat psikofarmaka (obat anti cemas dan anti depresi) yang diresepkan oleh
para dokter (Hawari, 2002).
Menurut I Gusti Ayu Endah Ardjana (Menurut Soetjiningsih, 2004) depresi yang nyata
menunjukkan trias gejala yaitu :
a. Pertama, tertekannya perasaan. Tertekannya perasaan dapat dirasakan penderita, dapat
dilaporkan secara verbal, dapat pula diekspresikan dalam bentuk roman muka yang sedih,
tidak mengindahkan dirinya, mudah menangis dan lain sebagainya.
b. Kedua, kesulitan berpikir. Kesulitan berpikir Nampak dalam reaksi verbal yang lambat,
sedikit bicara dan menyatakan bahwa proses berpikir menjadi lambat.
2
c. Ketiga, keterlambatan psikomotor. Merupakan gejala yang dapat dinilai secara obyektif
oleh sekitar dan juga dirasakan oleh penderita. Misalnya, mudah lelah, kurang antusias,
kurang energy, ragu-ragu, dan keluhan lain sebagainya yang tidak menentu.
Depresi bisa melanda siapa saja, pada segala rentang usia, namun depresi pada kelompok
remaja ternyata relative lebih tinggi atau dengan kata lain remaja rentan terkena depresi. Masa
remaja sering dianggap sebagai masa yang rentan masalah, salah satu wujud dari masalah-
masalah tersebut dikenal sebagai perilaku antisosial. Walau depresi sudah dikenal sejak beberapa
abad yang lalu, namun penyebabnya belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan penelitian, semakin meningkat usia anak maka angka kejadian depresinya
makin meningkat. Dari data penelitian di Amerika, didapatkan gejala depresi pada remaja umur
11-13 tahun (remaja awal) lebih ringan dibandingkan dengan gejala depresi pada umur 14 tahun
(remaja menegah) dan umur 17-18 tahun (remaja akhir). Depresi merupakan gangguan jiwa
yang banyak dialami oleh orang antara umur 15-44 tahun. Prevalensi gangguan depresi pada
remaja dengan depresi berat 0,4-6,4%, gangguan distimik 1,6-8% dan gangguan bipolar 1%.
Sekitar 40-70% komorbiditas dengan gangguan jiwa lain (penyimpangan perilaku,
penyalahgunaan obat, penyimpangan seksual, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif,
anxietas, anoreksia nervosa, problem sekolah). 50% populasi memiliki 2 atau lebih dari dua
gangguan jiwa lain. Rasio remaja perempuan dibandingkan laki-laki adalah 2:1. Diperkirakan
pada wanita yang mengalami depresi antara 10%-15% dan pada pria antara 5% - 12% (Hawari,
2005). Semenjak 20 tahun terakhir ini banyak penelitian tentang depresi pada masa remaja,
karena gejala depresi sering terjadi pada masa remaja.
Remaja atau “adolessence”, berasal dari bahasa latin “Adolescare” yang berarti tumbuh
kearah kematangan. Kematangan dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi
juga kematangan social dan psikologi.
Masa remaja merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia. Pada masa ini
remaja akan mengalami berbagai macam proses-proses perubahan secara biologis dan juga
secara psikologis. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang
ditandai oleh perubahan fisik, emosi dan psikis. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12
3
tahun samapai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah 10-19 tahun dan belum kawin. Sedangkan
menurut BKKBN adalah 10-19 tahun (Widyastuti, 2008).
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kana-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini
menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan. Perubahan dari masa
kana-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah masa pubertas ditandai
dengan datangnya menstruasi pada perempuan (August, 2009).
Sejumlah problem yang dihadapi remaja tidak lepas dari kenyataan bahwa masa remaja
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Hal itu akan
menimbulkan sejumlah konsekuensi perubahan baik pada aspek fisik, seksual, emosi, religious,
moral, social, dan intelektual. Secara biologis masa remaja sudah tergolong dewasa, dalam arti
sudah cukup matang untuk memberikan keturunan. Namun secara psikologis, pemikiran, sikap,
perasaan, minat, dan kehendak masih sering berubah-ubah dan dianggap belum mencapai taraf
kestabilan, bahkan dalam hal keuangan para remaja masih banyak yang bergantung kepada orang
tua (Bastaman, 1995).
Menyerahkan pendidikan anak ke pondok pesantren yang pada umumnya mensyaratkan
para santrinya tinggal di asrama berarti memisahkan hubungan fisik antara anak dan orang tua
selama masa pendidikan. Perpisahan anak dengan orang tua mempunyai resiko terhadap
perkembangan mental di masa yang akan datang dengan berbagai macam konsekuensinya.
Pesantren merupakan sebuah pendidikan dan pengembangan islam yang diperkenalkan di
Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Pada zaman wali songo, pesantren memainkan peran penting
dalam penyebaran agama islam di pulau Jawa. Selanjutnya, pesantren berperan dalam era
kebangkitan islam di Indonesia (Hasbullah, 1999).
Dari hal-hal yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan
tingkat depresi yang terjadi pada remaja putri tingkat tsanawiyah di Madrasah Muallimaat
Muhammadiyah Yogyakarta yang berasal dari Yogyaarta dan dari luar Yogyakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan peneliti kemukakan adalah :
4
Apakah ada perbedaan tingkat depresi antara remaja putri yang berasal dari dalam dan luar
Yogyakarta pada tingkat tsanawiyah di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
1.3. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dirumuskan tersebut, tujuan penelitiannya adalah
sebagai berikut :
Untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi pada remaja putri yang berasal dari dalam
dan luar Yogyakarta pada tingkat tsanawiyah di Madrasah Muallimaat Yogyakarta.
1.4. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian ini belum pernah dilakukan. Namun
beberapa penelitian yang mirip adalah :
a. Penelitian yang berjudul “Hubungan Harga Diri dengan Tingkat Depresi Remaja Santri di
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta”, oleh Siti Cholifatun (2004). Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental dengan rancangan deskriptif analitik
menggunakan pendekatan cross sectional study. Sampel pada penelitian ini adalah remaja
santri berumur 15-24 tahun di Pesantren Krapyak Yogyakarta. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi harga diri maka semakin rendah tingkat depresi.
b. Penelitian yang berjudul “Tingkat Depresi Pada Mahasiswa Unversitas Islam Indonesia Yang
Tinggal Di Pondokan Dengan Induk Semang Dan Yang Tinggal di Pondokan Tanpa Induk
Semang”, oleh Eko Prayunanto Adhi N. (2007). Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif non-eksperimental dengan rancangan deskriptif analitik menggunakan pendekatan
cross sectional study. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
tingkat depresi yang signifikan pada mahasiswa UII yang tinggal di pondokan dengan induk
semang dan tanpa induk semang.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
5
Memperoleh pengalaman dalam hal melakukan riset, mengolah data, dan menyajikannya
sebagai sumber informasi yang baru, serta menambah wawasan bagi peneliti mengenai
depresi yang terjadi pada remaja putri.
b. Bagi profesi kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengatasi dan mengurangi kondisi
gangguan jiwa yang terjadi pada remaja putri.
c. Bagi masyarakat
Menambah informasi tentang gangguan jiwa yang terjadi pada mahasiswa terutama
mengenai depresi pada remaja putri.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEPRESI
2.1.1. Pengertian
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak
berdaya, serta bunuh diri. Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah
keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi
emosional saat itu (Kaplan & Sadock, 1997).
Menurut Kartono (2003) Depresi juga dapat diartikan sebagai kemuraman hati
(kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang bersifat patologis.
Menurut Maramis (2009) depresi adalah suatu jenis perasaan atau emosi dengan
komponen psikologik rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagia.
2.1.2. Faktor Penyebab Depresi
Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi
menjadi faktor biologi dan faktor psikososial.
1. Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5
HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-
hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan
mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin.
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien
memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin
berperan dalam patofisiologi depresi. Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah
menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin
seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson,
7
adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin,
amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan & Sadock, 1997).
2. Faktor psikososial
Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian
teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan
finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan & Sadock, 1997). Sedangkan menurut Kane
(1999), faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan
hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit
fisik.
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor
lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan
sosial (Kaplan & Sadock, 1997).
2.1.3. Faktor Resiko Depresi
Berikut adalah beberapa faktor resiko depresi (Amir, 2005) :
1. Jenis Kelamin
Depresi sering kali terjadi pada wanita. Ada dugaan bahwa wanita lebih sering mencari
pengobatan sehingga depresi lebih sering terdiagnosis. Selain itu ada pula yang menyatakan
bahwa wanita lebih sering terpajan stressor lingkungan dan ambangnya terhadap stressor
lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Adanya depresi berkaitan dengan
ketdakseimbangan hormon pada wanita yang menambah tingginya prevalensi depresi pada
wanita.
2. Usia
Depresi lebih sering terjadi pada usia muda. Umur rata-rata awitan 20-40 tahun.Faktor sosial
sering menempatkan seseorang yang berusia muda pada resiko tinggi. Walaupun demikian,
depresi juga dapat terjadi pada anak-anak dan lanjut usia.
3. Status perkawinan
Gangguan depresi lebih sering dialami oleh individu yang bercerai atau berpisah daripada
individu yang menikah atau lajang. Status perceraian menempatkan seseorang pada resiko
tinggi terkena depresi.
8
4. Geografis
Penduduk kota lebih sering terkena depresi dibandingkan dengan penduduk desa.
5. Kepribadian
Depresi lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kepribadian tertutup, mudah cemas,
hipersensitif, dan lebih bergantung kepada orang lain.
6. Stressor sosial, dukungan sosial, tidak bekerja.
7. Ketaatan beribadah.
2.1.4. Klasifikasi Depresi
Menurut White (1984) ada dua macam depresi, yaitu:
1. Retarded Depression (depresi lambat), gejala-gejala depresi lambat dapat dikelompokkan
menjadi kurang aktivitas dan suasana hati yang sedih. Timbul perasaan tidak ada harapan,
perasaan tidak berharga, dan menyalahkan diri sendiri.
2. Agitated Depression (depresi yang gelisah), merupakan depresi tanpa ada kelambatan
tingkah laku atau pikir. Mungkin ada perasaan tidak ada harapan, perasaan tidak berharga,
dan menyalahkan diri sendiri seperti pada depresi lambat, tetapi penderita depresi gelisah
sangat aktif dan banyak bicara, tidak dapat duduk diam, tidak dapat tidur, berjalan hilir
mudik, dan banyak berkeluh kesah. Mungkin juga muncul usaha untuk bunuh diri.
2.1.5. Gejala Depresi
Gejala utama depresi pada derajat ringan, sedang, berat (Maslim, 2001) :
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya yang terjadi pada depresi (Maslim, 2001) :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang ras abersalah dan tidak berguna
9
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Menurut Maramis (2009) gejala psikologis dari depresi adalah menjadi pendiam, rasa
sedih, pesimistik, putus asa, keinginan untuk bekerja dan bergaul kurang, tidak dapat mengambil
keputusan, mudah lupa, dan timbul pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Sedangkan gejala badaniah
dari depresi adalah penderita tampak tidak senang, lelah, tidak bersemangat, bicara dan gerak-
geriknya lambat, insomnia, konstipasi, dan anoreksia atau kadang-kadang makan terlalu banyak
sebagai pelarian.
Menurut PPDGJ-III (Maslim, 2001) gejala depresi dibagi dalam bentuk sebagai berikut:
1. Gejala utama
a. Afek depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah melakukan pekerjaan yang ringan) dan menurunnya aktivitas.
2. Gejala lainnya
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Menurut PPDGJ-III (Maslim, 2001) berdasarkan gejala diatas dapat dibagi dalam
beberapa tingkatan, antara lain:
1. Depresi ringan
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
c. Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
10
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
e. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya
2. Depresi sedang
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti depresi ringan
b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaliknya 4) dari gejala lainnya
c. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga
3. Depresi berat tanpa gejala psikotik
a. Semua gejala utama depresi harus ada
b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
c. Episode depresi harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi jika gejala
sangat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
d. Pasien sangat tidak mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah
tangga
4. Depresi berat dengan gejala psikotik
a. Episode depresi berat memenuhi kriteria depresi berat diatas
b. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresi
2.2. REMAJA
2.2.1. Pengertian
Istilah “Adolessence” atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif, demikian pula orang-orang zaman
purbakala, memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain
dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi.
11
Menurut Harlock (2002), masa remaja adalah masa yang penuh dengan goncangan, masa
untuk pencarian jati diri dan merupakan periode yang berat. Menurut Papalia et al (2001), masa
remaja adalah masa pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Monk & Knoers (2002) menerangkan bahwa dalam perkembangan kepribadian seseorang
maka remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang
tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasukdalam golongan
anak, tetapi ia tidak pula termasuk dalam golongan orang dewasa atau golongan orang tua. Masa
remaja berada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai
fisik maupun psikisnya.
Meskipun antara masa kanak-kanak dan masa remaja tidak terdapat batas-batas yang
jelas, namun nampak adanya suatu gejala yang tiba-tiba dalam permulaan masa remaja yaitu
timbulnya seksualitas (genital), hingga masa remaja ini atau setidak-tidaknya permulaan masa
tersebut juga disebut sebagai masa pubertas (Monks & Knoers, 2002).
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari
makhluk aseksual menjadi makluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata Latin yang berarti
“usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perilaku yang terjadi
pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan (Hurlock,
1990).
Monk mengemukakan bahwa pubertas datang dari kata puber (yaitu Pubescent). Kata
lain Pubescere yang berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda
kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Bila selanjutnya dipakai istilah
puber, maka yang dimaksudkan adalah remaja sekitar masa pemasakan seksual (Monks &
Knoers, 2002).
2.2.2. Batasan Usia Remaja
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksal menjadi matang dan
berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Menurut Hurlock (1990) secara umum
masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu remaja awal dan remaja akhir. Garis pemisah
antara awal masa remaja dan akhir masa remaja terleta kira-kira di sekitar usia tujuh belas tahun.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tia belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh
12
belas tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia enam belas atau tujuh belas tahun sampai
delapan belas tahun. Dengan demikian periode akhir masa remaja merupakan periode tersingkat.
Untuk batasan umur remaja, banyak pendapat yang berbeda-beda mengenai batasan umur
remaja ini. Menurut Papalia et al (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Monks (2002)
berpendapat bahwa secara global masa remaja berlangsung antara 12 – 21 tahun, dengan
pembagian: masa remaja awal (12 – 15 tahun), masa remaja pertengahan (15 – 18 tahun), dan
masa remaja akhir (18 – 21 tahun). Sedangkan WHO membagi masa remaja menjadi dua bagian,
yaitu remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15-20 tahun). PBB pun mempunyai batasan
sendiri tentang masa remaja ini, yaitu usia 15-24 tahun.
Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara
10-19 tahun dan belum kawin. Sedangkan menurut BKKBN adalah 10-19 tahun (Widiastuti,
2009)
2.2.3. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Petro Blos (1962) (cit. Sarwono, 2002) dalam proses penyesuaian diri menuju
kedewasaan ada 3 tahap perkembangan remaja, yaitu:
1. Remaja Awal (early adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan
tersebut.
2. Remaja Madya (middle adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawankawan.Ia akan merasa senang jika banyak
teman menyukainya.
3. Remaja Akhir (late adolescence)
Tahap ini merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa.
13
2.3. PESANTREN
Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang
menekankan pada pelajaran agama islam dan didukung dengan asrama sebagai tempat tinggal
santri yang bersifat permanen (Tuanaya et al, 2007). Istilah pesantren sering kali disebut dengan
pondok, atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren. Depag RI (2003)
mendefinisikan pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan keagamaan yang berperan besar
dalam pengembangan masyarakat yang meliput bidang peekonomian dan sosial budaya. Fungsi
pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan saja, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga
sosial dan penyiaran agama (Mastuhu, 1994).
Tipologi pesantren secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu pesantren salafi
(tradisional) dan pesantren khalafi (modern). Sistem pendidikan pesantren tradisional sering
disebut sistem salafi, yaitu sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam
klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem
pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah
formal (seperti madrasah). Selain penerapan pendidikan dan pengajaran kitab kuning dan sistem
persekolahan terus dikembangkan dengan mengaplikasikan sistem pendidikan keterampilan
(Depag RI, 2003).
2.4. Landasan Teori
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta
bunuh diri. Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan
kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional
internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu
(Kaplan & Sadock, 1997).
Menurut Harlock (2002), masa remaja adalah masa yang penuh dengan goncangan, masa
untuk pencarian jati diri dan merupakan periode yang berat. Menurut Papalia et al (2001), masa
remaja adalah masa pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
14
2.5. Kerangka Teori
FAKTOR RESIKO :
- Jenis kelamin
- Usia
- Status perkawinan REMAJA PUTRI
- Geografis TINGKAT TSANAWIYAH DEPRESI
- Riwayat keluarga MADRASAH
- Kepribadian MUALIMAAT
- Stressor sosial dan MUHAMMADIYAH
Dukungan sosial YOGYAKARTA
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas : Variabel Terikat :
Remaja Putri yang berasal Depresi
Dari dalam dan luar jogja
pada tingkat tsanawiyah
15
Variable Pengganggu Terkendali :
Remaja putri yang Tinggal di asrama dan tidak tinggal di asrama
2.7. Hipotesis
Hipotesis alternatif: terdapat perbedaan depresi antara remaja putri yang berasal dari dalam dan
luar jogja pada tingkat tsanawiyah di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional, dengan jenis penelitian
deskriptif analitik cross sectional. Peneliti mendeskripsikan dan menganaisis hubungan variabel
bebas yaitu remaja putri yang berasal dari dalam dan luar jogja pada tingkat tsanawiyah dengan
variabel terikat yaitu depresi.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang diteliti. Dalam
penelitian ini, populasinya yaitu semua remaja putri tingkat tsanawiyah Madrasah Muallimaat
Muhammadiyah Yogyakarta.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan
prosedur tertentu sehingga diharapkan mewakili populasi suatu penelitian. Sampel yang
ditentukan dalam penelitian ini adalah remaja putri tingkat tsanawiyah Madrasah Muallimaat
Muhammadiyah Yogyakarta. Digunakan teknik pengamblan totally sampling.
17
Kriteria inklusi yang harus dipenuhi oleh sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Remaja putri tingkat tsanawiyah Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bersedia menjadi responden.
3. Mengisi data kuesioner secara lengkap.
Kriteria eksklusi yang harus dipenuhi oleh sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Remaja putri bukan tingkat tsanawiyah Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Tidak bersedia menjadi responden.
3. Responden tidak mengisi data kuesioner secara lengkap.
3.3. Variabel Penelitian
1. Variable penelitian ini dibagi menjadi vaiabel bebas dan variabel terikat serta terdapat juga
variabel terganggun terkendali dan variabel terganggu tidak terkendali.
2. Variabel bebas pada penelitian ini adalah remaja putri yang berasal dari dalam dan luar jogja
pada tingkat tsanawiyah. Variabel terikatnya adalah depresi. Variabel terganggu terkendali
adalah remaja putri yang tinggal di asrama dan tidak tinggal di asrama Variabel terganggu
tidak terkendali dalam penelitian ini adalah usia.
3.4. Definisi Operasional
1. Remaja adalah masa pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
2. Masa remaja adalah masa perkembangan individu antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa, perkembangan tersebut meliputi dimensi biologik, psikologik dan sosiologik yang
saling terkait antara satu dengan lainnya.
3. Batasan usia remaja menurut PBB yaitu usia 15-24 tahun.
4. Tingkat depresi adalah kondisi individu yang abnormal dan termanifestasi sebagai tanda dan
gejala seperti menurunnya mood, sikap pesimis, kehilangan spontanitas, dan tanda-tanda 18
fisik lainnya, tingkat depresi diukur dengan menggunakan Woodworth’s Questioner.
Seseorang dikatakan depresi jika diperoleh skor pada angka 5 lebih dari sama dengan 120.
5. Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan
pada pelajaran agama islam dan didukung dengan asrama sebagai tempat tinggal santri yang
bersifat permanen.
6. Tipologi pesantren secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu pesantren salafi
(tradisional) dan pesantren khalafi (modern).
3.5. Cara Pengumpulan Data
Tiap subjek penelitian akan mengisi kuesioner yang didalamnya ditanyakan identitas dari
responden yang terdiri dari nama, umur, pekerjaan, dan alamat di Yogyakarta. Selanjutnya
kuesioner ini menggunakan Woodworth’s Questioner.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Woodworth’s Questioner
Yang bermaksud untuk mengetahui adanya gangguan seperti depresi, instabilitas emosi,
kepribadian antisosial, dan lain-lain. Skala ini terdiri dari 75 pertanyaan yang dijawab dengan
YA atau TIDAK. Jawaban YA atau TIDAK tersebut akan dicocokkan dengan kunci jawaban
yang memuat angka-angka dari angka satu sampai delapan, yang kemudian akan didapatkan
berapa jumlah tiap angka yang ada, selanjutnya akan dikalikan dengan konstanta tiap nomor.
Responden yang mencapai skor yang melampaui batas skala normal yaitu ≥ 120 pada
masing-masing nomor, maka dinyatakan mengalami gangguan. Dalam hal ini, jika jawaban
responden didapatkan angka 5 yang mencapai skor ≥ 120, maka dinyatakan depresi.
3.7. Tahap Penelitian
1. Pengurusan izin untuk melakukan penelitian kepada pihak Madrasah Muallimaat
Muhammadiyah Yogyakarta dan Fakultas Kedokteran UII.19
2. Penentuan subjek penelitian yaitu remaja putri tingkat tsanawiyah Madrasah Muallimaat
Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Pelaksanaan penelitian, yaitu penyebaran kuesioner penelitian kepada subjek penelitian.
4. Analisis data.
3.8. Rencana Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan program komputer
dengan menggunakan metode chi-square. Data akan disajikan dengan pie chart, tabel, dan
diagram batang.
3.9. Etika Penelitian
Dalam mengadakan penelitian, peneliti akan berusaha memperhatikan hak-hak responden
sebagai subyek penelitian yang meliputi :
1. Memberikan informasi tentang mekanisme atau proses penelitian sebagai calon responden
sehingga responden mampu memahami dan dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
2. Anonimity (tanpa nama); untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak mencantumkan
nama responden.
3. Confidentially (kerahasiaan); Peneliti akan menjamin rahasia responden sebagai subyek
penelitian.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, N. 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Bastaman, D. Hanna. 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Depag RI, 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta: Ditpekapontren Ditjen
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.
4. Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. ( Terjemahan Istiwidayanti ). Jakarta : Erlangga.
5. Hasbullah,1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Garfindo
Persada.
6. Hawari, Dadang, 2004. Al-Qur'an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
7. Kaplan, H.I. dan Sadock, B. J. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2, edisi VII. Jakarta:
Binarupa Aksara.
8. Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta:
Rajawali Pers.
9. Maramis, W.F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
10. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
21
11. Mastuhu, 1994. Dinamika Sistem pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS.
12. Moenks, F. J., Knoers, AMP & Haditono, S.R. 2004. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
13. Rihmer Z, Angst J (2005) Epidemiology of bipolar disorder. In: S Kasper, RMA
Hirschfeld (eds): Handbook of bipolar disorder. Taylor and Francis, New York.
14. Sarwono, S. W. 2002. psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.
15. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung
Seto.
16. Tuanaya et al, 2007. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Departemen Agama.
17. Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya.
22
Recommended