Melatih Asertivitas Pada Anak Usia Dini
Mrrhlaarqtqtlmuthmainn ah@uny . ac.rd
PGPAUD Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak
Sikap asertif ditunjukkan dengan berani mengungkapkan pikiran dan perasaan,
mempertahankan hak atau kepentingannya, tanpa menyakiti atau merugikan orang lain'
Aserlif tidak hanya berlaku ketika seseorang menyatakan ketidaksukaan atau perbedaan
pendapat, tapi juga mengungkapkan pendapat yang sama atau yang menjadi kesukaannya.
Meskipun pada umumnya masalah yang muncul terkait dengan asertivitas adalah tentang
kemampuan seseorang untuk menyatakan ketidaksukaan atau perbedaan pendapat.
Asertivitas tidak hanya perlu dimiliki orang dewasa, tapi juga perlu dimiliki anak-anak. Agar
anak mampu memiliki sikap asertif, maka anak perlu dibekali dengan kemampuan
berkomunikasi yang baik. Anak-anak usia prasekolah perlu dikenalkan dengan sikap asertif
seiring dengan kemampuan bahasanyayang sudah berkembang dengan baik dan agar anak-
anak mampu bersikap tegas, mampu memilah saat yang tepat untuk bersikap aserlif dan non
asertif, tidak menjadi orang yang tertekan, dirugikan serta menjadi anak yang mandiri dan
percaya diri.
Kata kunci: latihan, asertivitas, anak usia dini
Abstract
Indicated assertiveness are express thoughts and feelings, to defend the rights or interests,
without hurting or harming others. Assertive does not only apply when a person expresses
displeasure or dissent, but also expressed the same opinion or that became his favorite.Although in general issues that arise related to assertiveness is about one's ability to express
displeasure or dissent. Assertiveness not only need as adults, but it also needs to have the
kids. So that children are able to have the assertiveness, the children need to be equipped
with good communication skills. Preschool children need to be introduced with qssertiveness
along with her language skills are already well developed and so the children are able to be
ossertive, able to soyt out the right time to be assertive and non-assertive, not a depressed
person, and a child injured independent and confident.
a
Keywords: exercise, assertiveness, early chilhood
PendahuluanAnak usia dini berkembang melalui
pengalaman yang diperoleh dalamkehidupan nyata, termasuk ketika bergauldengan teman sebaya. Dalam menjalinpertemanan, tak jarang anak mengalamiperistiwa dan kejadian yang membuat anak
perlu berpikir tentang bagaimana cata
menyikapinya. Anak merasa kecewa
ketika mainannya direbut, anak merasa
sedih ketika mainannya dirusakkantemannya, anak merasa takut ketikatemannya mencubit atau memukulnya,anak menangis ketika teman mengejeknya,dan anak tidak berani mengatakan sesuatu
untuk mengutarakan keinginannya. Anakcenderung memilih untuk diam, menangisatau mengadukan pada orang tua dangurunya. Kejadian tersebut menunjukkanbahwa anak belum memiliki sikap asertif
249
Jurnal Pendidikan Anak. Volume II. Edisi 1. Juni 2013
dalam menyikapi masalah. Akibatnya adaperasaan kecewa yang dipendam, merasaditekan, tidak berdaya dan dirugikan.Apabila anak-anak mengalami terlalubanyak emosi yang tidak menyenangkandan terlalu sedikit emosi yangmenyenangkan, maka dapat berdampakpada kehidupan yang menyimpang dan
dikhawatirkan selanjutnya anak akanmengembangkan "watak yang tidakmenyenangkan" (Hurlock, 1978: 23I).Oleh karena itu, anak perlu dibekalidengan keterampilan sosial (social skill)agar mampu menempatkan diri sesuaikondisi, mampu membedakan saat yangtepat untuk bersikap asertif dan saat yangbijak untuk bersikap non asertif(rnengalah).
Sikap mengalah tak sepenuhnyabernilai negatil-. Ada sisi positif yang bisadimaknai dari sikap mengalah, tapi tidaksepenuhnya seseorang harus "selalu"mengalah. Asertivitas diperlukan agar
anak mampu bersikap tegas dan tidakmenjadi pribadi yang dirugikan. Tentunyasikap asertif ini perlu dilatih pada anakagar anak dapat menempatkan sikap asertifdengan tepat. Artinya tepat dalampemilihan kata-kata agar tidakmenyinggung perasaan orang lain. Sikapasertif tidak muncul secara tiba-tiba,memerlukan proses dan pembiasaan. Perluarahan, bimbingan dan dukungan dariorang dewasa di sekitar anak. Dalam halini, orang tua perlu menjadi role modeldalam penanaman sikap asertif pada anak.Apabila orang tua mamptr menunjukkandan memberikan contoh aara bersikapasertif, maka akan berdampak pula pada
sikap anak yang mampu bersikap aserlif.
AsertivitasAsertif adalah kemampuan untuk
menyampaikan pendapat dan menyatakanperasaan terhadap suatu hal tanpamenyinggung orang lain. Pendapat lainmenyatakan bahwa asertif adalahkemampuan untuk mengkomunikasikankeinginan, perasaan, dan pikiran kepadaorang lain dengan tetap menjaga dan
2so
menghargai hak-hak sefta perasaan oranglain. Ketika anak bersikap asertif, makaanak dituntut untuk mampu jujur terhadapdiri dalam menyatakan keinginan,perasaan, dan pikiran secara proporsional,dengan kata-kata yang sopan dan tanpa adamaksud untuk memanfaatkan ataumerugikan orang lain. Asertif tidak hanyaberlaku ketika seseorang menyatakanketidaksukaan atau perbedaan pendapat,
tapi juga mengungkapkan pendapat yang
sama atau yang menjadi kesukaannya.Hamzah B Uno (2006: 77) juga
berpendapat bahwa sikap aserlifmerupakan kemampuan menyampaikanpikilan dan perasaan secara jelas, metnbeladiri, dan rnempertahankan pendapat. Sikapaserlif (ketegasan, keberanianmengungkapkan pendapat) meliputi tigakomponen, yaitu kemampuanmengungkapkan perasaan (menerima danmengungkapkan rasa marah); kemampuanmengungkapkan keyakinan dan pemikiransecara terbuka (mampu menyuarakanpendapat, menyatakan ketidaksetujuan);kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi (tidak membiarkan orang lainmengganggu dan memanf-aatkan dirinya).Orang aserlif bukanlah orang yang sukaterlalu menahan diri dan juga bukanpemalu, mereka mampu mengungkapkanperasaan secara langsung tanpa bertindakagresif atau melecehkan orang lain.
Sikap asertif mengajak anak untukbersikap tegas ketika dihadapkan pada
situasi yang tidak diinginkan dengan carayang diterima secara sosial. Sikap asertifterletak di antara dua sisi, yaitu pasif danagresif. Pasif arlinya anak lebih memilihuntuk diam dan membiarkan apa yangterjadi pada dirinya. Anak merasa tidakberani melawan saat orang lainmemperdayatnya. Sedangkan agresifartinya anak ingin melawan orang lainyang memperdayainya. Sikap asertifterletak di tengah-tengah kedua sikap ini.Sebaiknya anak tidak hanya berdiam dirisaat ditekan atau dirugikan, tapimenyatakan sesuatu kepada orang laindengan carayang baik, yaitu dengan kata-
,,.; f
Jurnal Pendidikan Anak, Volume II , Edisi 1. Juni 2013
kata dan sikap yang tidak menyakiti danmenyinggung perasaan orang lain. Sikapasertif memiliki dampak positif, yaituadanya perasaan bebas, tidak tertekan,memiliki power dalam hubungan,sehingga tidak dipandang remeh olehorang lain (bisa diperdayai) dan menjadipribadi yang perc aya diri dan mandiri.Dampak tersebut tentunya akanbermanfaat dalam proses pendewasaan dirianak kelak. Asertivitas merupakanketerampilan sosial (social skill) yangdapat mendorong perkembangan sosialanak. Perkembangan sosial merupakanperolehan kemampuan berperilaku yangsesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock,1978: 250). Anak yang mampumenyesuaikan diri diharapkan mampumenjadi pribadi yang bahagia.
Faktor-Faktor yang MempengaruhiSikap asertif yang dimiliki oleh
anak tidak terlepas dari faktor_faktor yangberasal dari lingkungan sekitar anak.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhisikap aserti f , antar a lain:a. Budaya
Nilai-nilai budaya yang dianutsuatu daerah misalnya bud,aya lawa,memiliki pandangan bahwa sikapmengalah dan lebih mementingkankepentingan orang lain adalah slkapyang mulia. Hal ini diperkuat denganfalsafah "wong ngalah dhuwurwekasene" yang artinya orang yangmengalah tinggi kemuliaannya. Nilaidan pandangan ini tampaknya berlolakbelakang dengan sikap asertif. pepatahyang mengatakan bahwa ,.diam ituemas" tampaknya juga berseberangandengan sikap asertif. Dalam pemyataantersebut, diam dapat dimaknai ,,lebih
baik mengalah agar tidak meniimbahrumit masalah".
b. KeluargaKeluarga khususnya orang tua
memberikan banyak kontribusiterhadap sikap asertif anak. Asertivitastidak tumbuh dengan baik karena gayapengasuhan yang bisa jadi jauh dari
sikap asertif. pada saat anak sedangasyik bermain dengan teman_temannya, tiba-tiba anak mendatangiorang tua dan mengadu kalau adatemannya yang mengganggu. Sebagianorang tua merespon kejadian inidengan mengatakan ,.ya sudah, di sinisaja, bermain dengan ibu,,. Bahkanbeberapa orang tua berpesan padaanaknya apabila di sekolah anakdiganggu oleh temannya, maka anakdiminta untuk mengadu ke guru danmeminta guru berperan sebagai hakim.
Kejadian lainnya adalah anakmelihat kejadian yang kontradiktif. Disatu sisi anak melihat bahwa ayah atauibunya dengan tersenyum danmengatakan ,.tidak apa_apa,, ketikadimintai tolong tetangga, tetapi di sisilain anak mendengar keluhan ataugrundelon orang tua yangmengisyaratkan bahwa ia seben arnyakeberatan jika dimintai tolong.Fenomena yang dilihat anakmenunjukkan adanya ketidakkonsistenan antata perkataan danperbuatan. Hal ini juga bisamenggambarkan betapa lemahnya dakmudahnya seseorang untuk memilikisikap asertif.
Mengapa Sulit Untuk Bersikap Asertif ?
_ Sebagian orang berpendapat bahwadengan bersikap asertif justiu dapatmemunculkan perasaan bersalah (guitt),takut mengecewakan orang lain, membuatorang lain sakit hati, dan merasa sedihapabila temannya tak lagi menerima ataumenyukainya. Pendapat ini diperkuat olehfalsafah budaya, khusunya budaya Jawayang lebih memilih untuk menyenangkanorang lain, sehingga jarung menyikapisuatu hal dengan sikap asertif. Namunperlu dipertimbangkan tentang dampaknon asertif, yaitu ketika seorang anak lebihmemilih diam atau pasif maka justru dapatmerugikan hubungan yalah, maka ng adakarena salah satu anak -.rurudimanfaatkan oleh anak lain. Selain itu,sikap non asertif yang tidak dikelola dapat
2s1
Jurnal Pendidikan Anak, Volume II, Edisi 1, Juni 2013
memunculkan Perasaan tefiekan,
merugikan diri dan menyalahkan diri' Oleh
karena itu, perlu adanya pemahaman pada
anak tentang pemilahan saat yang tepat
untuk bersikap asertif dan saat yang tepat
untuk mempeftahankan diri.
Asertivitas, Bagian Dari BentukKomunikasi
Komunikasi meruPakan jembatan
atau isyarat yang mewakili pendapat atau
perasaan seseorang. Secara teoritis,
terdapat tiga bentuk komunikasi yang
diimplementasikan dalam kehidupan
nyata, yaitu agresif, pasif atau submisif
dan asertif.a. Agresil
Sikap aglesif ditandai dengan sikap
yang lebih suka menyalahkan atau
mencari kesalahan, menuntut, tidak
mempertimbankan perasaan orang lain'
berkata peclas, membuat alasan yang
aneh cenderung sembarangan asal
beda, dan sikaPnYa cenderung
memancing emosi orang lain
(membuat orang sebal).
b. Pasif atau submisif.Sikap pasif atau submisif ditandai
dengan sikap yang lebih memilih diam,
lebih suka memendam Perasaan?
cenderung menjadi pengikut, sering
merasa dirugikan atau tidak berdaya,
dan tidak berani melawan.
c. AsertifSikap asertif ditandai dengan sikap
tegas dalam menYatakan keinginan,
p.iuruurr, Pikiran darr Pandangan,disertai alasan yang kuat, disampaikan
dengan sopan, dan tetaP
mempertimbangkan Perasaan orang
lain. Sikap asertif tumbuh dan berjalan
melalui Proses.Permasalahan yang muncul diharapkan
dapat diselesaikan dengan baik melalui
komunikasi positif, baik secara lisan
maupun non lisan. Komunikasi positif
,""uiu lisan dapat diungkapkan melalui
kata-kata, sedangkan komunikasi non lisan
dapat diungkapkan melalui ekspresi wajah
seperti tersenYum, acungan jemPol,
252
gelengan kepala, gerakan tangan Iangmengisyaratkan "tidak" dan sebagainya'
Asertif merupakan salah satu bagian dari
komunikasi yang perlu ditanamkan sejak
dini. Penanaman sikap asertif sejak dini
dapat melatih keberanian berkomunikasi
potiUf. Seringkali terjadi anak. hanya
memilih diam, atau mengadu pada orang
tua dan gurunya atau menangis ketika
disakiti timan. Dampak yang terjadi
adalah anak akan terus menjadi objek atau
sasaran empuk untuk disakiti' Tidak
adanya komunikasi positif seperti aserlif
menyebabkan Pelaku (teman Yang
menyakiti) berani untuk mengulangi
perbuatamrya kalena objek atau sasaran
yurrg disakiti tidak melawan meskipun
dengan lisan atau kata-kata. Oleh karena
itu, orang dewasa (orang tua, pendidik)
perlu membiasakan anak memiliki sikap
asertif.
Asertif, Solusi Alternatif Dalam
MenghadaPi Tantangan Sosial Pada
Anak Usia DiniDalam kehiduPan sosial, anak
belajar berinteraksi, berkomunikasi dan
menyelesaikan masalah. Pada umumnya
orang tua akan khawatir apabila anaknya
menghadapi tantangan sosial' Namun,
orung tua dan pendidik perlu memahami
bahwa pengalaman sosial yang diperoleh
anak dapat mempengaruhi self esteem
(harga diri). Dalam Santrock (2007: 68)
dijeLskan bahwa sef esrcem akan
mlningkat ketika anak mengalami masalah
dan mencoba mengatasinya ketimbang
menghindarinya (Compas, 2004; Folkman
& Moskowitz, 2004). Saat anak
mempunyai masalah dengan temannya
r.p..ti berselisih pendapat, bertengkar,
tidak mempunyai teman, menjadi korban
bully dan masalah lainnya, maka anak
akan merasa tefiantang dan memacu agar
belajar menyesuaikan diri, belajar untuk
menyelesaikan masalah agff daPat
mengatasi perselisihan dan akhirnya bisa
diterima secara sosial. Apabila anak
berhasil mengatasinya, maka hal ini dapat
memunculkan "rasa berhasil", kepuasan,
Jurnal Pendidikan Anak, Volume II , Edisi 1, Juni 2013
dan dapat meningkatkan self esteem.Sebaliknya, apabila anak hanya diam,tidak berani melawan dan akhirnyatertekan ketika disakiti dapat menyebabkananak merasa rendah diri atau minder,merasa bersalah, merasa tidak berguna dantidak berdaya. Pada dasarnya masalahyang dihadapi anak dapat menjembatanianak mencapai kematangan pribadi dansosial. Salah satu keterampilan yang perludilatih pada anak untuk menunjanghubungan personalnya adalahketerampilan asertif.
Asertif dan KemandirianSikap asertif berkaitan erat dengan
kemandirian. Anak yang asertif akan lebihmandiri untuk mengambil keputusan tanpaharus bergantung dengan orang lain, baikorang tuanya maupun temannya. Anakmampu menentukan sesuatu yang menjadipilihannya tanpa tergantung orang lain.Ketika anak ditanya "mau pake baju angrybird atau batman?, maka anak yangmemiliki sikap asertif akan bisamenentukan pilihan sesuai keinginan dankesukaannya. Gambaran lain dapat diamatipada sebuah lembaga PAUD yangmenanamkan sikap asertif pada anakdidiknya dengan membuat suatu aturan"tidak akan membantu apabila anak tidakmenyatakan minta tolong". Dengan asumsibahwa selama anak mencobamelakukannya sendiri dan belummenyatakan minta tolong, maka orangdewasa (guru di PAUD tersebut)menganggap bahwa anak tersebut mampu. ,
Yang Perlu DiperhatikanDalam memberikan pemahaman c.
dan pembiasaan agar anak mampubersikap asertif, ada beberapa hal yang.perlu diperhatikan, yaitu:a. Karakteristik anak
Ketika anak sudah siap, bisabersabar dan tidak menjadikan"mengalah" sebagai masalah, makaanak tersebut dinilai telah mampumengelola pikiran dan perasaan sertamemiliki kematangan sikap. Anak mau
mengalah bahkan adakalanyamengorbankan diri, tetapi anak tidakmerasa terbebani. Maka hal ini tidakmenyebabkan suatu masalah, justruanak sejak dini anak telah memilikialtruisme. Sikap ini terbentuk karcnabeberapa faktor, diantaranya modeldan pembiasaan orang tua. Selain itu,pada dasarnya, seorang anak akandapat mengontrol rangsangan emosi(emotional arousal) selnngkedewasaannya (Santrock, 2007: 9).Oleh karena itu, orang dewasa perlumengamati dengan cermat tentangragam karakteristik anak yangmemiliki keunikan masing-masing.Menanamkan kepercayaan diri GeAconfidence)
Salah satu alasan anak lebihmemilih untuk selalu mengalahterhadap anak lain karena anak tidakmemiliki keberanian menampilkandirinya sendiri, apalagi 'melawan'orang lain. Anak-anak perluditunjukkan dan diberikan keyakinanbahwa dirinya memiliki kemampuan(sef fficacy), sehingga tidak perlumerasa kurang dari teman-temannya.Keyakinan bahwa dirinya memilikikemampuan dapat mendorongmunculnya kepercayaan diri (sel./confidence), sehingga tidak ada rasaminder dan takut ketika berhadapandengan orang lain, termasuk orangyang memperdayai atau menindasnya.Anak diyakinkan bahwa ia juga kuat,berani, bisa berteman baik, pandai,punya hak yang sama dengan temanlainnya dan sebagainya.Memperluas j alinan peft emanan
Mengajak anak untuk memperluasjaringan sosialnya dengan semakinbanyak mengenal teman dapat menjadisalah satu alternatif agar anak semakinterasah perkembangan sosial. Anaktidak hanyasekedar memiliki teman-teman yang "baik", tapi juga perludihadapkan pada teman-teman yang"kurang baik", sehingga anak dpatmelajar menyikapi
b.
253
Jurnal Pendidikan Anak, Volume II, Edisi i' Juni 2013
d. Memberikan PemahamanOrang tua juga Perlu mengenalkan
anak agff mampu memilah dan
memilih saat Yang tePat anak harus
mengalah (non asertif) dan saat yang
tepat" untuk bersikaP asertif
(memPefiahankan diri)' Anak Yang
merasa tertekan ketika harus mengalah
terus dan dimanfaatkan temannYa'
akan berdamPak negatif bagi
perkembangurrrYu, maka anak .Perlu
iltutit untuk bersikap asertif' Anak-
anak yang mengatakan dirinya sebagai
korban ttittying mengaku lebih sering
merasa kesePian dan mengalami
kesulitan dalam befieman' Sedanghan
anak-anak yang rnelakukan hillying(pelaku) lebih cenderung menriliki
nilai rendah. Peneliti telah menernttkan
bahwa anak-akan yang cemas, menarik
diri secara sosial dan agresif seringkali
menjadi korban bt'llying (Flanish &
Gueia, 2OO4 dalam Santrock' 2001:
213)e. Menghindari pengasuhan yang- sarat
dengan ancaman, kriitik berlebihan'
sikaP mendikte, dan tertutuP
Agar anak berani mengungkaPkan
pikiran dan perasaannya, maka orang
iua perlu menghindari ancaman atau
intimidasi terhadap anak' Ancaman
atau intimidasi dapat menyebabkan
anak menjadi takut untuk
menyampaikan PendaPat, dan bahkan
dapat memicu agresivitas anak' Untuk
mengembangkan keterampilan sikap
asert]f pada anak, orang tua juga perlu
menciplakan komunikasi yang hangat
dan terbuka. Anak akan memahami
dan mampu mengaPlikasikan sikaP
asertif apabila memperoleh dukungan
positif dari orang tua' Melalui
tomunikasi yang hangat dan terbuka'
anak akan memiliki kemampuan untuk
menyatakan apa yang diinginkan pada
orang lain, namun tetaP menjaga dan
*"rr[hu.gui Perasaan orang. lain'
SebJiknYa, bentuk komunikasi Yang
tidak hangat (mendominasi' suka
mengkritik, tanPa komPromi'
754
menyalahkan) daPat menumbuhkan
rasa takut, cemas, ragu, dan akan selalu
menuruti kemauan orang lain tanPa
berani menYatakan PendaPatnYa'
Berbuat kesalahan adalah hal Yang
wajar terjadi pada anak' Apabila orang
dewasa tidak memberikan toleransi
pada kesalahan anak, maka anak akan
lebih memilih bersikaP tertutuP
daripada terbuka misalnYa dengan
bercerita atau menYuarakan
pendaPatnYa.
1. Role model dari orang tua
Orangtua Perlu menj adi role model
bagi unuk,rYu dengan memberikan
.oitoh. Orang tua daPat
men-vampaikan pendapatnya dengan
cara yang baik, sehingga anak secara
ticlak langsung belajar tentang
bagaimana bersikap asertif dengan
tepat. Olang tua daPat berkata
"Pendapatmu bagus, tapi bagaimatra
kalau besok liburannya dr ternpat yang
dekat saja dulu, karena bulan ini kita
harus berhemat" atau "Nak, ibu tahu
kamu masih ingin bermain, taPi
sepertinya kita hasrus segera pulang'
Bagaimana menurutmu?" atau
"Gambarmu sudah bagus, tapi bisakah
dibuat lebih raPi mewarnainYa?"'
Berkaitan dengan Peran orang tua'
Santrock (2007: 214), berPendaPat
bahwa orang tua Perlu mendorong
anak untuk menguatkan Perilakupositif dan meneladankan interaksi
interPersonal Yang semestinYa'
Mengenalkan Asertivitas Pada AnakAda beberaPa alternatif cara Yang
dapat dilakukan untuk mengenalkan sikap
asertif pada anak, Yaitu:a. Mengenalkan makna asertif
Anak Perlu diberikan Pemahaman
tentang ,rruknu asertivitas atau bersikap
asertif, sehingga anak daPat
mengetahui saat Yang tePat - untuk
bersikap asertif atau mempertahankan
diri dan saat yang tepat untuk bersikap
non asertif atau mengalah dalam
rangka menjaga perasaan orang lain'
Jurnal Pendidikan Anak, Volume
Orang dewasa (orang tua, pendidik,pengasuh) memberikan pemahamanpada anak bahwa sikap asertifdilakukan tanpa harus menyakiti atau
menyinggung perasaan orang lain.
Misalnya pada saat anak menerimapemberian atau hadiah dari orang lain,
tapi ternyata anak kurang menyukai,maka anak diajarkan untuk tetaP
menghargai pemberian orang lain.
Kata-kata seperti, "Aku tidak suka
hadiah ini" sebaiknya tidak diucapkan
anak. Kata-kata asertif sebaiknyadisampaikan dengan kata-kata yang
sopan, dan tidak memperlihatkan b.
kekecewaan atau ketidaksukaan anak.
Kata-kata yang kasar daPat
menyebabkan pemberi hadiah merasa
kecewa karena ternyata pemberiannyatidak disukai'anak. Anak dilatih untukdiam (non asertif) dariPada
mengucapkan kata-kata Yangmenyakiti atau menyinggung perasaan
orang lain. Apabila anak menerimasesuatu dari orang ttanya dan ternyataanak kurang menyukai Pemberiantersebut, maka latih anak untukmengatakan "Terimakasih bajunya,warna kuning itu bagus, tapi bolehkahlain waktu aku minta warana merah?".Dengan kata-kata yang sopan, orangyang memberikan tidak begitu kecewa
dan merasa bersalah dan akhirnya bisa
mengetahui selera atau kesukaan anak.
Nilai-nilai dan pandangan dalammasyarakat khususnya budaYa Jawa,
menganggap bahwa sikap rnengalahdan lebih mementingkan kepentinganorang lain adalah sikap mulia dan
utama. Nilai dan pandangan initentunya sangat tidak mendukungmunculnya sikap asertif pada anak.
Nilai-nilai tersebut memiliki sisipositif, namun juga negatif. Sisipositifnya adalah suatu kemuliaanketika anak bisa berpikir agar lebihbanyak memberi daripada menerima.Bisa jadi orang tua menanamkan nilaipada anak agar anak bisa mengassihi
dan memberikan manfaat Pada orang
II , Edisi 1, Juni 2013
lain yang berdampak pada kepuasaan
diri. Sedangkan sisi negatifnya adalah
anak akan merasa tertekan dan tidakberdaya karena merasa dirugikan. Suka
mengalah dan lebih mementingkanorang lain bukanlah masalah apabiladihadapi oleh anak-nak yang telahmencapai kematangan pribadi dan
sosial. Sebagai orang tua sebaiknyacetmat dalam mendamPingi anak-
anaknya, sehingga anak-anakny a dapat
memilah dan memilih sikaP dan
menyesuaikan dengan budaYa Yangada.Membiasakan berkomunikasi
Saat orang dewasa mengajak anak
berkomunikasi, maka secara tidaklangsung anak diarahkan untukmenyampaikan pendapatnya,
memberikan respon tentang ketidaksetujuan atau kesamaan PendaPatdengan cata yang memperlimbangkanperasaan orang lain dan diterima secara
sosial. Anak usia dini umunnyabersikap polos dan spontan dalammenyatakan pendapat. Hal inidilakukan karena anak belum mampumempertimbangkan tentang damPakperilakunya. Oleh karena itu, orangdewasa dapat memberikan pengarahan
agar sikap asertif yang dilakukan tidakmenyinggung perasaan orang lain.
Salah satu Yang Perludipertimbangkan adalah perlu adanya
kesepakatan bahwa orang dewasa
memperbolehkan anak untukmenyatakan ketidaksetujuan atau
ketidaksukaan asalkan dengan kata-
kata dan sikap yang sopan. Contoh
anak yang menyatakan pendapat pada
ibunya, "Ibu jangan masak kayak gini,nggak enak, aku nggak suka." Orangtua bisa menanggapi kejadian inidengan menanyakan alasannYa Padaanak," Memangnya kenapa, terlalu asin
atau kurang apa?. Dengan jawaban
anak, maka orang tua bisa mengetahuialasan anak dan berterimaksih atas
masukan yang diberikan. Orang tua
sebaiknya tetap harus mengajarkan
255
Jurnal Pendidikan Anak, Volume II, Edisi 1, Juni 2013
c.
anak-anak untuk menunjukkan sikap
asertif, tapi dengan kata-kata yang
sopan. Misalnya dengan berbisik dan
tersenyum, anak mengatakan pada ibu,
"Ibu, aku suka sayurannya, tapi terlalu
asin, besok jangan kebaYakan garam
ya". Pemilihan kata daPat
mempengaruhi nilai rasa kata dan
meminimalisir perasaan tersinggung
orang lain. Melalui percakapan antara
orang tua dan anak, sebenarnya dapat
menstimulasi dan mengajak anak untukberpendapat, mengungkapkanperasaan, menyatakan PikirannYa,sehingga anak tidak diam saja.
Latih anak untuk mengatakan "tidak"dengan kalimat yang tePat
Pada saat anak melihat temannYa
melakukan tindakan negatif, maka
doronglah anak untuk berani
memberikan teguran atau
rnengingatkan teman. Ketika anak
mendengar temannya mengucaPkan
kata-kata kasar atau jorok, maka
doronglah anak untuk mengatakan "Ituperkataan yang tidak baik, sebaiknyakalau bicara yang sopan", atau "Kalaukamu mau pinjam, bilang dong, jangan
asal ngrebut". Dengan melatih anak
bersikap asertif, diharapkan anak tidakterpengaruh dengan hal-hal negatifsekaligus sebagai kontrol dalampeftemanannya.Memberikan penguatan
Meminta anak untuk bersikaP
asertif dengan baik bukanlah perkara
mudah. Pada anak-anak tertentu, orang
dewasa merasa kesulitan ketikameminta anak untuk bercerita atau
bahkan menyatakan PendaPatDibutuhkan pemahaman dan
pembiasaan dari orang dewasa disekitarnya. Ketika anak mampu
menunjukkan sikap asertif, maka orang
dewasa (orang tua, guru, Pengasuh)perlu memberikan penguatan, palingtidak secara verbal misalnya "Ibusenang kamu mau mengingatkantemanmu yang merusak tanaman ibu"atau "Ayah bangga karena kamu berani
menegur teman yang mengganggumu"atau "Ibu senang kamu bisa
menyatakan ketidaksukaan kePada
temanmu yang merebut mainanmu".Adakalanya pada anak-anak
tertentu sulit untuk menYatakan
pendapat atau jarang bercerita. Apabilaorangtua meminta anak bercerita, atau
berpendapat dan anak mau
melakukannya, maka orangtua bisa
memberikan penguatan. ContohnYa:
ketika ibu membelikan kue. Selama inianak hanya diam, tapi suatu waktuanak mengatakan pada ibu, "Ibu, akn
bosan dengan kue seperti ini, aku mau
kue yang lain". Dengan keberanian
naknya menyatakan PendaPat, ibtldapat memberikan penguatan. Contoh."Ibu senang kalau kamu terus terang.
Nah, begitu dong. Kalau kakak bilang.ibu jadi tahu maunya kakak. Besok ibu
belika kue yang lain Ya".Meminta anak untuk memilih
Memilih dan mengambil keputr"rsan
berkaitan dengan kemandirian.Mintalah anak untuk memilih sendiri
sesuai keinginan dan kesukaannya-
tidak harus bergantung pada orang tua
atau temannya. Dengan melatih anak
untuk tidak terus menerus menjadi"pengikut", maka orang tua telah
melakukan suatu upaya untukmenumbuhkan sikap asertif pada anak'
Minta pendapat anak dalam setiaP
kesempatan. Ketika orangtua inginmembelikan sesuatu untuk anak-
misalnya membelikan baju, sebaiknya
minta anak untuk memilih. Cara inidapat digunakan untuk melatih sikap
asertif anak. Alangkah bijak apabila
kita menanyakan dan memintapendapat anak. Anak akan merasa
senang ketika diikutserlakan dalam
memutuskan sesuatu.
Mendorong anak untuk menYatakan
pendapatOrang tua daPat melatih asefiif
anak untuk menyatakan PendaPat.Contohnya ketika ibua membeli baju.
ibu dapat menanyakan pendapat anak
d.
f.
256
Jurnal Pendidikan Anak, Volume II , Edisi 1, .Iuni 2013
oE'
tentang baju yang dipakai. Selain itu,anak jrrga bisa diminta untukmenyatakan pendapatnya melaluicerita atau dongeng. Orang dewasadapat bercerita dan meminta pendapatanak dari cerita tersebut, "Kalau kamulihat kejadian seperti itu, apa yangakan kamu lakukan?', atau
menanyakan "Menurut pendapatmubagaimana?". Apapun jawaban yangdiberikan oleh anak tetap harusdihargai.Mengajarkan pada anak untuk memilihbertahan daripada menyerang
Pertengkaran dan perselisihanbukanlah hal asing bagi anak-anak.Apabila anak-anak mer:rgalamiperselisihan atau pertengkaran, makalatihlah anak untuk lebih baik bertahandaripada menyerang.
Contoh perselisihan verbal :
A : "E...bajunyajelek".B : "Daripada nggak pake baju".A : "Kayak orang gila".B : "Yang penting nggak gila".
Apabila anak mengalamipertengkaran fisik, maka orang tuaperlu menghindari kata-kata "balassaja" sebagai jurus ampuh yangpertama. Latlh anak untuk melawannyadengan kata-kata (verbal), contohnya"Kakiku sakit kalau kau injak". Apabilatidak mempan, maka mintalah anakuntuk memberikan peringatan,contohnya "Kalau kau ulang lagi kankubalas lo". Ketika peringatan anaktidak direspon oleh temannya dantemannya tetap mengganggu, makaanak diminta untuk mengalihkankegiatan di tempat yang lain. al pelakubully, namtn hal ini perlu diwaspadai.Anak perlu diberikan pemahaman
bahwa membalas atau menyerangbukanlah untuk ajang balas dendam,tapi pembelaan diri setelah perlawanandengan kata-kata (asertif) tidakmendapat respon.
Penutup
Sikap asertif merupakan bagian dariketerampilan hidup yang diperlukan anakdalam rangka mencapai kematangansosial. Asertivitas berkaitan erat denganbudaya dan kemandirian. Anak akanbelajar asertif melalui suatu proses yangmelibatkan peran orang dewasa disekitarnya. Apabila anak mampumenunjukkan sikap mengalah tanpamerasa bermasalah (merasa tertekan),maka anak tersebut dianggap telahmemiliki kematangan sikap. Orang tuaperlu mengenalkan anak agar dapatmemilah dan memilih saat yang tepat anakharus mengalah (non asertit) dan saat yangtepat untuk bersikap asertif(mempertahankan diri). Apabila anakmemilih bersikap asrtif, maka sebaiknyadilakukan dengan kata-kata dan cara yangsopan.
Daftar Rujukan
Hamzah B Uno. (2006). Orientasi BaruDallm Psikologi Pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara
Hurlock, E. B. (1978). PerkembangctnAnak Jilid 1. Jakarta: GeloraAksara Pratama
http :i/www. ayahbunda. co. idlArtikel/keluargalTips/6. kiat.tumbuhkan. sikap. as
ertif .anaV 00 1 I 00 5 I 7 09 I 1 I I .
diakses tanggal i0 Juni 2013
http:i/www.tabloid-nakita. c oml r e ad I I 2 42 I 3 -langkah-bersikap-asertif. diakses tanggal10 Juni 2013
http://salsabilaS3.blogspot.comock .
diakses tanggal 10 Juni 2013
Santrock, John W. (2007). PerkembanganAnak Jilid 2. Jakarta: Erlangga
257