LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PENEITIN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD
ANALISIS KEPUSAN KONSUMEN TERHADAP PELAKSANAAN
BAURAN PEMSARAN DESA WISATA TANAMAN HIAS
DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Oleh :
Ketu : Erna Rachmawati. SP., MSi
Anggota I : Tuti Karyani, Ir., MSP
Anggota II : Endah Djuwendah, SP., MSi
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran
Tahun Anggaran 2009
Nomor SPK : 259/H.6.26/LPPM/PL/2009
Tanggal 30 Maret 2009
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
NOVEMBER 2009
i
ABSTRAK
Erna Rachmawati, dkk, 2009. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap
Pelaksanaan Bauran Pemasaran Desa
Wisata Tanaman Hias di Kabupaten
Bandung Barat
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengidentifikasi faktor-faktor
bauran pemasaran yang paling mempengaruhi keputusan konsumen mengunjungi
desa wisata tanaman hias di Kabupaten Bandung Barat, (2) Menganalisis
penilaian pemasaran desa wisata tanaman hias di Kabupaten Bandung Barat dan
(3)menyusun strategi-strstegi pemasaran daam mempertahankan pelanggan dan
memberikan kepuasan konsumen desa wisata dimasa yang akan adatang
Penelitian ini menggunakan metode Importance Performance Analiyis
(IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepentingan
dan kepuasan konsumen di dalam mengunjungi desa wisata.
Hasil peneliting menunjukkan bahwa atribut potongan harga dan sarana
parkir adalah atribut yang dirasakan sangat penting oleh konsumen tetapi belum
dilaksanakan sepenuhnya oleh pengelola desa wisata. Keragaman dan kualitas
produk adalah atribut-atribut yang dinilai penting dan dirasakan sudah baik dalam
pelaksanaannya Atribut iklan dinilai tidak begitu penting oleh konsumen dan
pelaksanaannnya pun kurang baik Atribut mengeni kesesuaian harga dan akses
menuju lokasi dirasakan tidak penting oleh konsumen tetapi pihak pengelola
desa wisata telah melaksanakannya dengan baik. Hasil penelitian tingkat
kepuasan konsumen dalam mengunjungi desa wisata adalah sebesar 80 persen
Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsumen yang mengunjungi desa wisata
telah puas terhadap pelaksanaan bauran pemasan 4P yang diteliti.
Kata Kunci : Bauran pemasaran 4P, Importance Analyis (IPA) Customer
Satisfication Index (CSI)
1
BAB I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati
yang sangat beragam, yang jika dikelola dengan tepat kekayaan tersebut mampu
diandalkan menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di
wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan
sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas
permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan
keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang
sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai agrowisata.
Kegiatan agro - pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan merupakan
bagian tidak terlepaskan dari sejarah perkembangan budaya di Jawa Barat. Selain
dikembangkan dengan cara tradisional, pengembangan budi daya agro di Jawa
Barat juga mengadopsi teknologi masa kini untuk menghasilkan produk agro
unggulan. Oleh karena itu, agro wisata menjadi suatu wahana untuk
memperkenalkan Jawa Barat sebagai provinsi pertanian.
Di Jawa Barat, potensi pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, dan perikanan, dapat dikembangkan menjadi daya tarik
agrowisata. Saat ini, beberapa potensi pertanian di Jawa Barat sudah
dikembangkan ke arah agrowisata, seperti perkebunan teh Gunung Mas, Kawasan
Agropolitan Cianjur, Taman Buah Mekarsari, Taman Bunga Nusantara, Kawasan
Gunung Salak Endah, dan beberapa perkebunan teh lainnya di Cianjur, Subang,
2
Bandung Selatan, Kawasan Jaring Terapung Jangari, dan Balai Inseminasi Buatan
di Lembang. Berdasarkan potensi yang dimilikinya, agrowisata dapat menjadi
tujuan wisata utama di Jawa Barat pada masa yang akan datang (Rochajat Harun,
2008).
Terkait Jawa Barat sebagai daerah tujuan wisata, maka Pemerintah
Propinsi Jawa Barat berupaya terus untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang
berkunjung ke obyek wisata. Hal ini penting dilakukan karena salah satu indikator
keberhasilan dari pariwisata adalah meningkatnya jumlah pengunjung. Adapun
pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara yang
berkunjung ke obyek wisata di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Ke Obyek Wisata Di Propinsi Jawa
Barat Tahun 2004 - 2007
Wisatawan Tahun
2004 2005 2006 2007
Mancanegara 239.113 207.935 227.068 338.959
Nusantara 16.611.680 16.890316 23.859.547 23.782.302
Jumlah 16.850793 17.098.251 24.086615 24.121.261
Sumber : Disbudpar Kab/Kota di Jawa Barat, 2008
Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 sampai 2007 terjadi
peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke berbagai obyek wisata di
Jawa Barat. Peningkatan jumlah wisatawan ini dapat dikatakan sebagai bukti dari
pengembangan dan pengelolaan pariwisata di Jawa Barat sudah berjalan baik.
Selain itu, adanya keunikan tersendiri dari berbagai obyek wisata yang kemudian
menjadi daya tarik bagi para wisatawan menyebabkan para wisatawan ingin
mengunjungi obyek wisata tersebut karena ingin mengetahui lebih dalam.
Salah satu obyek pariwisata yang berupa kawasan agrowisata di Jawa
Barat khususnya di Kabupaten Bandung Barat yang memanfaatkan potensi
3
pertanian, pemandangan alam, kegiatan penduduk setempat dan budaya pertanian
masyarakat adalah desa wisata bunga hias Cihideung yang terletak di Kecamatan
Parongpong. Dengan luas lahan sekitar 50 hektar, desa wisata bunga hias
Cihideung merupakan kebun bunga raksasa yang sangat menarik untuk
dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun manca negara.
Menurut Rochajat Harun (2008), Taman Bunga Cihideung sudah ada sejak
jaman penjajahan Belanda, kemudian mulai dirintis kembali pada tahun 1983.
Kawasan ini kemudian semakin berkembang dan terkenal dan dijadikan salah satu
objek wisata di kota Bandung setelah dibangun jalan alternatif. Oleh karena itu,
sampai saat ini aksesibilitas untuk mencapai lokasi cukup baik karena dapat
ditempuh dengan angkutan umum dan angkutan pribadi, dan dengan kondisi jalan
yang cukup baik.
Pembangunan dan pengembangan kawasan agrowisata di desa wisata
bunga hias Cihideung adalah didasarkan pada visi dan misi dari Pemeritah
Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan visi dari Pemerintah Kabupaten Bandung
Barat yang berupaya bersama membangun masyarakat yang cerdas, rasional,
maju, agamis, dan sehat (Bandung Barat Cermat) berbasis pada pengembangan
kawasan agroindustri dan wisata ramah lingkungan, dapat dikatakan bahwa
kawasan desa wisata bunga hias Cihideung ini merupakan wujud dari visi
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat di dalam mengembangkan kawasan wisata
alam berdasarkan potensi dan kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan.
Sementara itu, jika ditinjau dari misi ketiga Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat khususnya mengenai pemberdayaan perekonomian daerah
berbasis ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada pengembangan sektor
4
agribisnis dan agrowisata dalam upaya pengentasan kemiskinan, maka keberadaan
kawasan desa wisata bunga hias Cihideung ini menunjukkan telah diupayakannya
pengentasan kemiskinan dari para penduduk sekitar dimana para penduduk
diberdayakan dalam kegiatan pengembangan kawasan wisata tersebut. Oleh
karena itu kawasan yang diresmikan sebagai desa wisata bunga hias sejak tahun
1992 ini perlu didukung pengembangannya sehingga daya tariknya sebagai
kawasan agrowisata dapat ditingkatkan. (Pemkab Bandung Barat, 2009).
Desa wisata bunga hias Cihideung yang terletak di bawah kaki Gunung
Tangkuban Perahu dengan ketinggian 1.000 meter dpl dengan suhu rata-rata 18-
22 derajat Celcius, kelembaban rata-rata 70-80 %, dan curah hujan rata-rata
sekitar 2.100 ml/tahun, didiami oleh sekitar 7.000 penduduk dimana lebih dari
80% warga desa Cihideung menjadi petani bunga, terdiri dari 30% petani bunga
potong, dan 50% petani bunga hias. Sementara jika dilihat dari jumlah pedagang
bunga, terdapat sekitar 2.000-2.500 pedagang di kawasan Cihideung. Para
pedagang ini rata-rata merangkap juga sebagai petani bunga. Selain berjualan di
kios, para pedagang memiliki lahan pembibitan dari mulai seluas 300 meter
persegi sampai 1.500 meter persegi (Siti Munaroh, 2008).
Di lokasi ini tersedia lebih dari 200 jenis bunga tanaman hias, dimana
sebanyak 50 % berupa tanaman hias subtropis. Diantara tanaman hias itu adalah
bunga mawar jenis kertas yang berwarna-warni, bunga bougenville, anggrek,
miyana, mawar, dahlia, yanto (cereme), lolipop, sutra bombay, dan asoka. Selain
itu terdapat bunga yang tidak ditemukan ditempat lain, yaitu bunga dahlia
berwarna merah dan jingga dan tanaman terang bulan atau lebih dikenal dengan
5
tanaman rambutan jenis terang bulan dimana tanaman ini termasuk tanaman
langka, oleh karena itu peminatnya sangat banyak.
Selain bunga, beberapa tanaman untuk kebutuhan konsumsi juga
dibudidayakan secara intensif di daerah ini. Beberapa diantaranya adalah cabai
paprika, kentang, buncis, kol, dan tomat. Khusus cabai paprika sudah di ekspor ke
Singapura dan Taiwan. Hal ini membuktikan bahwa sentra bunga Cihideung
sebenarnya memiliki potensi besar tidak hanya sekadar menjadi pasar bunga,
tetapi juga menjadi daerah wisata bunga dan tanaman terpadu.
Sebagai salah satu kawasan objek wisata, Taman Bunga Cihideung
memiliki persyaratan sebagai salah satu objek wisata (Rochajat Harun, 2008).
Dilihat dari aspek-aspek Pleasure, Excitement, Entertainment dan Adventurers,
maka Taman Bunga Cihideung dapat memenuhi persyaratan dilihat dari aspek-
aspek: (1) Something to see, kawasan Taman Bunga Cihideung adalah satu-
satunya daerah di Bandung yang berfungsi sebagai sentra penjualan tanaman
sekaligus juga pembibitannya, (2) Something to do, kawasan Taman Bunga
Cihideung memiliki fasilitas pendukung yaitu terdapat cafee-cafee, dan rumah
makan terkenal yang berada disekitar kawasan Taman Bunga Cihideung. Selain
kegiatan jual-beli tanaman, kawasan ini juga dapat berfungsi sebagai
laboratorium, yaitu tempat mempelajari dan mengamati tanaman, (3) Something to
know, kawasan Taman Bunga Cihideung telah memiliki Tourist Information
Center tempat bertanya banyak hal mengenai kawasan Taman Bunga Cihideung,
(4) Something to buy, kawasan Taman Bunga Cihideung ini adalah pusat jual-beli
tanaman hias di Bandung. Para pembeli selain dari daerah Bandung juga ada yang
dari luar kota Bandung, seperti Jakarta, Garut, Tasik, Subang dan sebagainya.
6
Terlepas daripada itu, jika dilihat dari sisi perkembangan masyarakat yang
semakin kompleks, maka dengan meningkatnya pendapatan, aspirasi dan
kesejahteraannya, masyarakat cenderung ingin menikmati waktu luangnya dengan
berbagai motivasi untuk mencari obyek wisata yang dapat memuaskan
kebutuhannya. Berdasarkan penelitian pendahuluan, diketahui bahwa pengunjung
yang datang ke desa wisata bunga hias Cihideung mempunyai motivasi yang
berbeda, ada yang datang untuk sekadar relax menikmati hawa pergunungan
sambil mengamati keindahan berbagai bunga dan ada juga yang bermaksud
membeli berbagai macam bunga. Data yang ada menunjukkan sekitar 60%
pengunjung datang ke desa wisata bunga hias Cihideung untuk membeli tanaman,
sedang 40% hanya sekedar berjalan-jalan. Dengan beragamnya motivasi dan
harapan dapat mencapai kepuasan dari pengunjung, maka penting bagi pihak
pengelola desa wisata untuk memperhatikan kebutuhan dan kepuasan pengunjung
/ pelanggan dalam menyediakan tempat yang diinginkan, seperti lokasi yang
strategis, harga yang terjangkau dan pelaksanaan pelayanan yang sesuai dengan
harapan pelanggan.
Terkait dengan itu, semakin kompetitifnya obyek wisata maka pihak
pengelola desa wisata bunga hias Cihideung, dalam hal ini Dinas Pertanian dan
juga Dinas Pariwisata, harus mampu mengelola dengan baik dan membuat strategi
untuk menarik pengunjung dan mempertahankan pelanggan agar tetap memilih
desa wisata bunga hias Cihideung sebagai daerah tujuan wisata. Pengelolaan
agrowisata yang kurang baik dapat mengakibatkan menurunnya jumlah
pengunjung yang akan melakukan perjalanan wisata.
7
Salah satu strategi mempertahankan pelanggan adalah dengan memberikan
kepuasan yang tinggi melalui pelaksanaan bauran pemasaran empat P. Bauran
pemasaran ini terdiri dari bauran produk, harga, tempat, dan promosi. Dalam
penerapan bauran pemasaran empat P, pihak pengelola desa wisata harus selalu
memonitor dan mengetahui apakah pelanggan telah memperoleh kesesuaian
antara harapan dan pelayanan yang diberikan. Apabila antara pelayanan yang
dijanjikan pihak pengelola desa wisata dengan kepuasan yang dirasakan
pelanggan tidak berkesesuaian maka timbul masalah bagi pihak desa wisata dalam
mencapai tujuan.
Berdasarkan kondisi tersebut, pihak pengelola desa wisata secara periodik
perlu menganalisis tingkat kepuasan pelanggan karena kegiatan ini sangat
membantu melaksanakan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kepuasan
pelanggan. Diharapkan, dengan tercapainya kepuasan pengunjung / pelanggan
maka akan meningkat pula jumlah kunjungan wisatawan ke desa wisata bunga
hias Cihideung sehingga semakin terbukalah peluang pasar, tidak hanya bagi
produk tanaman hias dan obyek agrowisata yang bersangkutan, namun pasar dan
segala kebutuhan masyarakat. Hal ini tentunya akan berdampak pada tingkat
perekonomian masyarakat sekitar dan pemerintah daerah yang semakin bertambah
baik.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
8
1. Faktor-faktor bauran pemasaran mana yang paling mempengaruhi keputusan
konsumen untuk mengunjungi desa wisata tanaman hias di Kabupaten
Bandung Barat.
2. Bagaimana penilaian konsumen dan tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelaksanaan bauran pemasaran desa wisata tanaman hias di Kabupaten
Bandung Barat.
3. Bagaimana alternatif strategi pemasaran untuk meningkatkan kinerja desa
wisata dalam memberikan kepuasan konsumen di masa mendatang.
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Agrowisata
Agrowisata, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri
Pertanian dengan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No.
204/KPTS/MK.050/4/1989, adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata dengan
tujuan untuk memperkuat pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan
usaha di bidang agro atau pertanian. Dalam arti luas, pengertian agrowisata yaitu
meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan (Reza
Tirtawinata dan Lisdiana Fachrudin, 1996).
Sementara menurut I Nyoman Sutjipta (2001), agrowisata adalah sebuah
sistem kegiatan terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata
sekaligus pertanian dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan
kesejahteraan masyarakat petani. Namun secara prinsip dapat dikatakan bahwa
agrowisata merupakan kegiatan industri wisata berbasis pertanian yang
mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang
diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah
keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor
kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada
wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari
pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut, petani/masyarakat setempat perlu
diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian lingkungan.
Tujuan umum agrowisata menurut Noor Aisyah Amini (2001) adalah
meningkatkan penerimaan devisa negara dari sektor ekspor non migas dan
10
menciptakan kesempatan berusaha / lapangan kerja melalui pemanfaatan potensi
agro secara optimal sebagai obyek kunjungan bagi para wisatawan. Tujuan
khususnya adalah : (1) menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para
wisatawan untuk berkunjung ke obyek agrowisata, (2) menciptakan iklim
berusaha yang baik kepada para pengusaha di bidang pertanian, (3) menciptakan
pola pemasaran terpadu agrowisata, (4) mengamankan dan melestarikan
keberadaan dan citra produk pertanian sebagai salah satu diversifikasi produk
wisata Indonesia.
Adapun manfaat agrowisata adalah : (1) meningkatkan konservasi
lingkungan, (2) meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, (3) memberikan
nilai rekreasi, (4) meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu
pengetahuan, (5) mendapatkan nilai ekonomi (Reza Tirtawinata dan Lisdiana
Fachrudin, 1996).
2.2. Sistem Agrowisata
Sistem agrowisata merupakan usaha transformasi input dari unsur
pertanian dan pariwisata dalam rangka menghasilkan nilai tambah. Oleh karena
itu sistem agrowisata masuk kelompok industri non migas dimana peningkatan
nilai tambah menjadi tolok ukur keberhasilan. Sementara pertanian sendiri
dipandang sebagai suatu kegiatan budidaya yang menarik meskipun pada
prakteknya pesona alamiah dari pemandangan lingkungan disekitarnya juga
bersifat dominan dalam hal upaya daya tarik agrowisata yang dihasilkan.
Secara struktural, agrowisata merupakan kegiatan dalam suatu sistem
pariwisata. Sistem tersebut terdiri dari sub-sub, yaitu : (1) wisatawan, (2)
11
transportasi, (3) promosi dan penerangan pariwisata, (4) prasarana pariwisata.
Kempat sub sistem tersebut dapat digambarkan sebagai siklus sistem agrowisata
(Gambar 1).
Transportasi
Wisatawan Agrowisata
Prasarana
Gambar 1. Siklus Sistem Agrowisata
Sumber : Hetty Sofiaty, 1992
Dengan adanya promosi dan penerangan membuat wisatawan
ingin mengunjungi obyek yang dipromosikan dan untuk itu diperlukan sarana dan
prasarana penunjang agar wisatawan dapat sampai ke obyek wisata yang
dimaksudkan. Promosi dan penerangan ini tidak hanya dilakukan pada daerah asal
wisatawan saja tetapi juga pada lokasi obyek wisata. Agrowisata sebagai obyek
wisata diharapkan menarik wisatawan yang mempunyai latar belakang sosial dan
budaya yang berbeda.
2.3. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut (Engel,
at all, 1994). Di sisi lain perilaku konsumen dapat berarti perilaku yang
diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi
dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan dalam memuaskan
kebutuhan mereka (Ujang Sumarwan, 2002).
12
Model perilaku konsumen merupakan penyederhanaan dari konsepsi
mengenai bagaimana perilaku konsumen terjadi dan dibentuk oleh variabel-
variabel yang mempengaruhinya. Menurut Engel, at all (1994) perilaku konsumen
dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor pengaruh ligkungan (budaya, kelas sosial,
pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi), perbedaan individu (sumberdaya
konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya
hidup, dan demografi) dan proses psikologis (pengolahan informasi,
pembelajaran, dan perubahan sikap/perilaku.
2.4. Proses Keputusan Memilih Tempat Obyek Wisata
Memilih tempat berbelanja/obyek wisata adalah proses interaksi antara
strategi pemasaran penjual/pengusaha dan karakteristik individual serta situasional
dari pembeli. Karakteristik individual menyebabkan pandangan umum tentang
aktivitas yang terlibat dalam perilaku belanja dan promosi. Karakteristik pembeli
juga mempengaruhi citra tempat berbelanja/obyek wisata dimana pada akhirnya
dapat mempengaruhi pilihan tempat tersebut. Jika pengalaman masa lalu
memuaskan maka pilihan akan bersifat kebiasaan, kecuali faktor-faktor lain telah
berubah sejak kunjungan berakhir.
Dalam proses pemilihan tempat berbelanja/obyek wisata, konsumen
membandingkan karakteristik tempat berbelanja/obyek wisata dengan kriteria
evaluasi konsumen. Apabila kriteria evaluasi dan karakteristik suatu tempat
berbelanja/obyek wisata banyak kesesuaian, maka konsumen akan memilih
tempat tersebut (Engel, at all, 1994). Pemilihan tempat berbelanja/obyek wisata
merupakan fungsi yang terdiri dari variabel kriteria evaluasi, variabel
13
karakterisitik atau atribut tempat, variabel proses perbandingan, dan variabel
tempat berbelaja/obyek wisata dipilih atau tidak dipilih.
2.5. Harapan dan Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu
alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan (Engel, at all,
1994). Di sisi lain kepuasan dapat diartikan juga sebagai tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan
harapannya. Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan akan kecewa. Jika kinerja
sesuai harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat
puas, senang, dan gembira (Kotler, 2000).
Harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan
tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu
produk. Harapan pelanggan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
pengalaman pembelian/kunjungan sebelumnya, nasihat teman dan kenalannya,
serta janji dan informasi pemasar dan para pesaingnya (Kotler, 2000).
2.6. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran
(Kotler, 2000). Disisi lain bauran pemasaran merupakan alat pemasaran yang
dikendalikan oleh perusahaan (controlable factor) untuk melayani target pasar.
Alat-alat pemasaran itu dikelompokan menjadi empat kelompok yang disebut
14
empat P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi
(promotion).
a. Bauran Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan pada suatu pasar untuk
mendapat perhatian, untuk dimiliki, penggunaan ataupun konsumsi yang bisa
memuaskan keinginan dan kebutuhan (Wilson Limbong, 1987). Sementara itu
yang dimaksud dengan bauran produk adalah rangkaian semua produk dan unit
produk yang ditawarkan suatu penjual tertentu pada pembeli (Kotler, 2000).
Pemasar akan memanfaatkan produk sebagai bagian dari variabel intern untuk
meningkatkan penjualan. Oleh sebab itu, strategi pemasaran terhadap sesuatu
produk dapat dimunculkan melalui identitas produk. Identitas produk dapat
diimplementasikan dalam wujud kualitas, ragam barang, merek, kemasan, atau
garansi produk. Dalam penelitian ini indikator bauran produk meliputi :
keragaman barang dan kualitas barang.
b. Bauran Harga
Harga merupakan bagian dari bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan. Jika harga dapat memberikan kontribusi pendapatan, maka hal ini
merupakan bagian keberhasilan dari kebijakan harga. Harga dapat diterjemahkan
sebagai jumlah uang yang ditagihkan untuk produk/jasa, jumlah nilai yang
dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk/jasa
(Kotler, 2000). Selain itu, harga dapat dinyatakan sebagai biaya atau pengorbanan
yang dibebankan produsen kepada konsumen. Bagi pihak produsen harga
merupakan sisi pendapatan atas produknya. Sebaliknya bagi pihak konsumen,
harga merupakan sisi pengeluaran atas produk.
15
Prinsip yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan harga
adalah menitikberatkan pada kemauan dan kemampuan pembeli pada harga yang
sudah ditentukan sehingga menutupi biaya produksi dan menghasilkan laba.
Penentuan harga yang tidak baik akan berdampak negatif, misalnya harga terlalu
tinggi, tidak disesuaikan dengan pendapatan konsumen atau segemen pasar.
Dengan demikian strategi pembentukan harga sangat penting bagi perusahan.
Indikator bauran harga dalam penelitian ini adalah harga yang ditawarkan dan
potongan harga.
c. Bauran Tempat
Bauran tempat ditikberatkan pada keputusan lokasi. Perusahaan harus
memilih lokasi secara cermat, mulai dari pemilihan wilayah dalam suatu negara,
lalu memilih kota tertentu dan kemudian tempat tertentu. Suatu tempat
berbelanja/obyek wisata mungkin berjalan buruk karena beberapa alasan seperti
tempat tersebut berada di lokasi yang lalu lintasnya sepi sehingga konsumen tidak
mudah menjangkau lokasi tersebut. Selain itu ketersedian sarana parkir juga
mempengaruhi keinginan konsumen dalam memilih tempat berbelanja/obyek
wisata yang dituju. Apabila tempat usaha didukung oleh sarana parkir yang
memadai maka konsumen akan lebih mudah memarkir kendaraan yang dibawa.
Indikator bauran tempat dalam penelitian ini adalah lokasi yang strategis dan
sarana parkir.
d. Bauran Promosi
Promosi adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk
meningkatkan volume penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen baik
secara langsung maupun tidak langsung. Mempengaruhi konsumen dapat
16
dilakukan dengan cara mengkomunikasikan keunggulan produknya untuk
membujuk konsumen sasaran agar mau membeli. Apabila perusahan berhasil
dalam mengkomunikasikan keunggulan produknya maka akan mendapat
perhatian dari konsumen terhadap produk yang dipasarkan.
Efektivitas promosi sangat tergantung dari pemilihan bentuk promosi yang
diberlakukan terhadap produk yang dipasarkan. Para pengusaha menggunakan
berbagai macam alat promosi seperti memasang iklan, mengadakan obral khusus,
mengeluarkan kupon potongan harga, dan lain-lain. Indikator bauran promosi
dalam penelitian ini adalah iklan yang menarik.
17
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor bauran pemasaran yang paling mempengaruhi
keputusan konsumen untuk mengunjungi desa wisata tanaman hias di
Kabupaten Bandung Barat.
2. Menganalisis penilaian konsumen dan tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelaksanaan bauran pemasaran desa wisata tanaman hias di Kabupaten
Bandung Barat.
3. Menyusun strategi-strategi pemasaran dalam mempertahankan pelanggan dan
memberikan kepuasan konsumen desa wisata di masa yang akan datang.
3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Pemerintah Daerah, sebagai masukan dalam menentukan kebijakan
pengembangan obyek wisata, khususnya desa wisata bunga hias di Kabupaten
Bandung Barat agar tetap diminati konsumen.
2. Para petani / produsen bunga hias, sebagai informasi dan masukan untuk dapat
meningkatkan inovasi tanaman hias yang dijual sehingga banyak wisatawan
yang tertarik dan mau mengunjungi desa wisata.
3. Peneliti, sebagai sumber informasi dalam penelitian lanjutan yang
berhubungan dengan agrowisata.
18
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak
desa wisata dan juga responden yang sedang berkunjung, sedangkan data
sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan informasi dari instansi terkait.
4.2.Teknik Penentuan Responden dan Tempat Penelitian
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah wisatawan yang
berkunjung pada desa wisata tanaman hias. Penentuan pemilihan responden
menggunakan metode Non Probability Sampling, dimana tidak semua populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Cara pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode Convinience Sampling yaitu sampel
diambil dari konsumen yang sedang berkunjung atau berbelanja di desa wisata
dan bersedia diwawancarai. Wawancara dengan konsumen dilakukan pada hari
Kamis sampai Minggu dimulai pukul 10.00 sampai pukul 15.00 WIB.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 orang
responden, dengan alasan tidak menentunya jumlah konsumen yang berkunjung
ke desa wisata dan dengan asumsi bahwa jumlah sampel sebanyak 30 dinyatakan
telah menyebar secara normal (Koentjaraningrat, 1977).
Pemilihan tempat/lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
yaitu desa wisata tanaman hias di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong
19
Kabupaten Bandung Barat dengan pertimbangan bahwa tempat tersebut sangat
diminati masyarakat dan mempunyai prospek cerah di masa mendatang.
4.3. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tabulasi deskriptif
kualitatif, metode Importance Performance Analysis (IPA), dan Customer
Satisfaction Index (CSI).
a. Analisis Deskriptif Kualitatif
Untuk mengetahui faktor-faktor bauran pemasaran yang mempengaruhi
keputusan konsumen mengunjungi desa wisata, dianalisis secara deskriptif
kualitatif berdasarkan karakteristik konsumen dan proses keputusan berkunjung
di desa wisata. Hasil dibuat tabulasi dan dikelompokkan berdasarkan jawaban
yang sama kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase
yang terbesar merupakan faktor yang dominan dari masing-masing variabel yang
diteliti.
b. Importance Performance Analysis (IPA)
Metode Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu teknik
yang digunakan untuk mengukur atribut-atribut atau dimensi-dimensi dari tingkat
kepentingan dengan tingkat kinerja yang diharapkan konsumen, dan sangat
berguna bagi pengembangan program strategi pemasaran yang efektif. Analisis
IPA atau analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja merupakan dasar bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus
dilakukan untuk memperbaki kinerja suatu usaha dan meningkatkan kepuasan
konsumen.
20
Analisis ini pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui keadaan
masing-masing variabel dari faktor-faktor kepuasan ditinjau dari segi kinerja dan
kepentingannya. Penilaian tingkat kinerja yang dapat mempengaruhi kepuasan
diwakili oleh huruf X, sedangkan untuk penilaian kepentingan ditunjukkan oleh
huruf Y. Untuk menilai kinerja dan kepentingan konsumen atau pelanggan
digunakan skor atau nilai dengan skala likert. Skala ini memungkinkan responden
untuk dapat mengekspresikan intensitas perasaan mereka terhadap karakteristik
suatu tempat.
Skala likert menunjukan tanggapan konsumen terhadap pilihan yang
dibuat berjenjang, mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi.
Informasi yang diperoleh dengan skala likert berupa skala pengukuran ordinal.
Dalam penelitian ini digunakan skala likert bertingkat tiga terhadap tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kepentingan dari dimensi-dimensi bauran
pemasaran adalah untuk mewakili tingkat kinerja yang diharapkan oleh
konsumen. Untuk tingkat kinerja dan tingkat kepentingan masing-masing diberi
skor (bobot) seperti yang tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan
Skor (Bobot) Kinerja (X) Kepentingan (Y)
1 Tidak puas Tidak penting
2 Kurang puas Kurang penting
3 Puas Penting
Menurut Martilla dan James (1977) dalam Sartika (2004), besar range untuk
tiap kelas adalah : 180-60 = 40
3
21
Pembagian kelas berdasar tingkat kepentingan adalah :
a. 60 – 100 = Tidak Penting (TP)
b. 101 – 140 = Kurang Penting (KP)
c. 141 – 180 = Penting (P)
Pembagian kelas yang berdasarkan tingkat pelaksanaan adalah :
a. 60 – 100 = Tidak Baik (TB)
b. 101 – 140 = Kurang Baik (KB)
c. 141 – 180 = Baik (B)
Total penilaian kinerja dan kepentingan diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor penilaian yang diberikan responden. Hasil perhitungan akan
digambarkan dalam diagram kartesius. Masing-masing atribut diposisikan dalam
diagram tersebut berdasarkan nilai rata-rata, dimana nilai rata-rata penilaian
kinerja (X) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sedangkan nilai rata-
rata tingkat kepentingan responden (Y) ditunjukkan pada posisi atribut sumbu Y.
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai rataan adalah :
X = Σ Xi Y = Σ Yi
n n
Keterangan : Xi = Total skor tingkat kinerja dari seluruh respon
Yi = Total skor tingkat kepentingan dari seluruh respon
Xi = Nilai rata-rata tingkat pelaksanaan/kinerja
Yi = Nilai rata-rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
22
Diagram kartesius merupakan suatu bangunan yang dibagi atas empat
bagian yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus pada titik (a,b).
Titik tersebut diperoleh dengan rumus :
Σ Xi Σ Yi
a = b =
k k
Selanjutnya setiap atribut dijabarkan dalam diagram kartesius seperti yang
terlihat pada Gambar 2.
Tingkat Kepentingan
Kuadaran I Kuadaran II
Prioritas Utama Pertahankan prestasi
Kuadaran III Kuadaran IV
Prioritas Rendah Berlebihan
Tingkat Kinerja
Gambar 2. Diagram Kartesius Kepuasan Konsumen
Sumber : Husein Umar, 2005
Masing-masing kuadran pada gambar tersebut menunjukkan keadaan yang
berbeda. Setiap hasil akan menempati salah satu kuadran dalam diagram kartesius
yang terdiri atas :
a. Kuadran Pertama (Prioritas utama) menggambarkan atribut-atribut yang
dianggap sangat penting oleh konsumen, tetapi pihak desa wisata belum
23
melaksanakannya sesuai dengan keinginan konsumen, sehingga konsumen
merasa tidak puas.
b. Kuadran Kedua (Pertahankan prestasi) menunjukkan atribut-atribut yang
dianggap penting oleh konsumen dan telah dilaksanakan dengan baik oleh
pihak desa wisata sehingga konsumen merasa puas. Oleh karena itu pihak desa
wisata harus mempertahankan kinerja terhadap atribut-atribut tersebut.
c. Kuadran Ketiga (Prioritas rendah) menunjukkan bahwa atribut-atribut yang
bersangkutan memang dianggap kurang penting, sehingga pelaksanaannya
juga kurang di perhatikan oleh pihak pengelola desa wisata. Dalam arti lain,
atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ketiga kurang berpengaruh
terhadap kepuasan konsumen.
d. Kuadran Keempat (Berlebihan) menunjukkan atribut-atribut yang dianggap
kurang penting oleh konsumen tetapi pihak desa wisata telah menjalankannya
dengan sangat baik atau memuaskan sehingga konsumen menilai kinerja pihak
desa wisata terlalu berlebihan.
c. Costumer Satisfaction Index (CSI)
Costumer Satisfaction Index atau Indeks Kepuasan Konsumen/Pelanggan
diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan responden secara menyeluruh
dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk bersangkutan.
Terdapat empat tahap perhitungan dalam melakukan pengukuran terhadap CSI
yaitu :
1. Weighting Factor (WF) adalah fungsi dari Mean Importance Score atau nilai
rata-rata tingkat kepentingan (MIS-i) masing-masing atribut yang dinyatakan
24
dalam bentuk persen terhadap total Mean Importance Score (MIS-t) untuk
seluruh atribut yang diuji.
WF = MIS – i / Total MSI-i
2. Weighted Score (WS) adalah fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS) dikali
dengan Weighting Factor (WF). Mean Satisfaction Score atau nilai rata-rata
tingkat kepuasan diperoleh dari nilai rata-rata tingkat performance atau nilai
rata-rata tingkat kinerja suatu atribut.
WS = MSS x WF
3. Weight Avarage Total (WAT) adalah fungsi dari total Weighted Score (WS)
atribut ke-1 (α1) hingga atribut ke-n (αn).
WAT = WS α1 + WS α2 + … + WS αn
4. Costumer Satisfaction Index (CSI) yaitu fungsi dari nilai Weighted Average
(WA) dibagi dengan Highest Scale (HS) yang dinyatakan dalam bentuk
persen. Skala maksimum diperoleh dari ukuran skala Likert ysang digunakan
dalam pembobotan tingkat kepentingan dan kinerja. Dalam penelitian ini skala
makismum yang digunakan yaitu lima.
CSI = WA/HS x 100 %.
Kriteria nilai CSI menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,00 (tidak puas
hingga puas). Kriteria ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Indeks Kepuasan Konsumen
Nilai Indeks Kriteria Indeks Kepuasan Konsumen
0,81 – 1,00 Sangat Puas
0,66 – 0,80 Puas
0,51 – 0,65 Cukup Puas
0,35 – 0,50 Kurang Puas
0,00 – 0,34 Tidak Puas
Sumber : Panduan Survei Kepuasan Konsumen PT.Sucofindo dalam Yaslinur, 2005
25
4.4. Variabel Atribut Penelitian
Penggunaan analisis multiatribut dalam mengukur perilaku konsumen
pada dasarnya akan memunculkan persoalan utama berupa atribut apa saja yang
dianggap relevan sebagai suatu objek perilaku konsumen. Atribut didefinisikan
sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki suatu produk yang akan
membentuk ciri-ciri, fungsi, serta manfaat (Bilson Simamora, 2001).
Variabel atribut desa wisata yang digunakan dalam penelitian ini
didasarkan pada atribut bauran pemasaran desa wisata. Atribut-atribut dalam
penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Atribut Bauran Pemasaran Desa Wisata Bunga Hias Cihideung
No. Variabel Indikator
1. Produk Keragaman produk
Kualitas produk
2. Harga Harga yang ditawarkan
Potongan harga
3. Lokasi Sarana parkir yang memadai
Kemudahan masuk menuju desa wisata
4. Promosi Iklan
4.5. Definisi Operasional
1. Agrowisata adalah bagian dari obyek wisata yang memanfaatkan usaha
pertanian (agro) sebagai obyek wisata.
2. Konsumen adalah orang yang sedang mengunjungi desa wisata dan pernah
mengunjungi lebih dari satu kali.
3. Responden adalah pengunjung desa wisata yang sedang melakukan pembelian
di lokasi pembelian dan bersedia mengisi kuesioner.
4. Kepuasan konsumen adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan, dan
kebutuhan konsumen dipenuhi.
26
5. Keluarga adalah orang-orang yang memiliki hubungan sedarah atau selokasi
dan tinggal serumah.
6. Pendidikan adalah pendidikan terakhir dicapai atau yang sedang ditempuh oleh
responden.
7. Tingkat pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima konsumen selama
satu bulan terakhir tidak termasuk untuk tabungan (diukur dalam rupiah) bagi
responden yang masih berprofesi pelajar tingkat pendapatan dalam hal ini
adalah jumlah uang saku yang diterima responden per bulan.
8. Atribut bauran pemasaran desa wisata adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan
desa wisata yaitu terdiri dari keragaman produk, kualitas produk, kesesuaian
harga, potongan harga, sarana parkir, akses menuju lokasi, dan iklan.
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Konsumen/Pengunjung Desa Wisata Tanaman Hias
Karakteristik konsumen/pengunjung desa wisata tanaman hias Cihideung
dapat diketahui dari pengukuran aspek demografi yang meliputi : jenis kelamin,
usia, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan,
dan asal daerah pengunjung. Sementara aspek perilaku pengunjung dilakukan
untuk mengetahui perilaku dan kebiasaan pengunjung di desa wisata tanaman
hias, meliputi : frekuensi, tujuan, informasi tentang desa wisata, dan keinginan
kembali berkunjung.
5.1.1. Faktor Demografi
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, ternyata desa wisata digemari baik oleh
perempuan maupun laki-laki dengan jumlah pengunjung yang hampir seimbang,
dimana pengunjung perempuan sebanyak 53,33 persen, sedangkan pengunjung
laki-laki sebanyak 46,67 persen. Sebaran jenis kelamin pengunjung dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin
Faktor Demografi Kategori Responden (orang) Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 28 46,67
Perempuan 32 53,33
Jumlah 60 100
Dilihat dari Tabel 5 pengunjung desa wisata didominasi oleh kaum
perempuan, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kepedulian serta rasa
keingintahuan kaum perempuan terhadap agrowisata khususnya bunga-bungaan
sangatlah besar dibanding dengan kaum lelaki.
28
b. Usia
Pengunjung desa wisata yang dijadikan responden hanyalah mereka yang
telah berusia 15 tahun ke atas. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa
usia 15 tahun telah memahami pertanyaan yang disajikan. Dari sebaran responden
menurut usia, Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden yaitu
sebanyak 33,33 persen berusia antara 31 – 40 tahun, sementara responden yang
berusia 41 – 50 tahun sebanyak 30 persen. Tingginya kunjungan dari golongan
yang berusia 31 – 40 tahun ini mengindikasikan bahwa desa wisata lebih diminati
oleh orang dewasa dan berusia produktif. Hal ini dapat dimungkinkan karena
pada usia produktif dimana banyak kegiatan pekerjaan yang dilakukan maka
untuk menghilangkan kejenuhan dari kesibukan pekerjaannya adalah dengan
berkunjung ke tempat wisata.
Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Usia
Faktor Demografi Kategori Responden (orang) Persentase (%)
Usia (tahun) 15-20 4 6,67
21-30 10 16,67
31-40 20 33,33
41-50 18 30
> 51 8 13,33
Jumlah 60 100
c. Status Perkawinan
Status perkawinan dipengaruhi oleh usia responden. Dengan usia
responden yang sebagian besar produktif, maka dapat dimengerti jika sebagian
besar responden desa wisata yang ditemui, yaitu 86,67 persen menyatakan telah
menikah (Tabel 7). Dengan status menikah, para pengunjung datang beserta
keluarga dengan alasan desa wisata merupakan tempat yang cocok untuk rekreasi
keluarga.
29
Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Status Perkawinan
Faktor Demografi Kategori Responden (orang) Persentase (%)
Status
Perkawinan
Menikah 52 86,67
Belum Menikah 8 13,33
Jumlah 60 100
d. Tingkat Pendidikan
Sebaran tingkat pendidikan terakhir menjelaskan bahwa sebagian besar
responden yang ditemui berpendidikan SMU sebanyak 66,67 persen,
berpendidikan D3 / Sarjana sebanyak 30 persen dan SLTP 3,33 persen (Tabel 8).
Tabel 8. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Akhir
Faktor Demografi Kategori Responden (orang) Persentase (%)
Pendidikan
Terakhir
SLTP 2 3,33
SMU 40 66,67
D3 / Sarjana 18 30
Jumlah 60 100
Meskipun responden yang berkunjung ke desa wisata sebagian besar
berpendidikan SMU namun sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan yang baik mengenai bunga, baik dari segi kualitas maupun
keragamana (jenis dan varietas) bunga.
e. Pekerjaan
Sangat beragam pekerjaan pengunjung desa wisata, dari mulai responden
yang terbanyak adalah ibu rumah tangga 46,67 persen, diikuti dengan responden
yang berprofesi sebagai pegawai negeri 20 persen, karyawan swata 20 persen, dan
pelajar sebanyak 13,33 persen (Tabel 9).
Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Pekerjaan
Faktor Demografi Kategori Responden (orang) Persentase (%)
Pekerjaan Pegawai Negeri 12 20
Karyawan Swasta 12 20
Ibu Rumah tangga 28 46,67
Pelajar 8 13,33
Jumlah 60 100
30
Tabel 9 memperlihatkan sebagian besar responden yang berkunjung ke
desa wisata bekerja sebagai ibu rumah tangga, hal ini menunjukkan bahwa ibu
rumah tangga lebih leluasa meluangkan waktunya untuk mengunjungi desa wisata
dibandingkan dengan pegawai negeri, karyawan swasta, dan pelajar.
f. Pendapatan Rata-rata Per Bulan
Tabel 10 memperlihatkan bahwa 60 persen pengunjung yang dominan
berkunjung ke desa wisata adalah mereka yang berpendapatan rata-rata per bulan
antara Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000. Hal ini terkait dengan pekerjaan sebagian
besar responden yaitu sebagai ibu rumah tangga dimana kebanyakan ibu rumah
tangga menyukai bunga dan hobi menanam bunga sehingga dengan pendapatan
sebesar Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 akan tetap mengunjungi desa wisata.
Tabel 10. Sebaran Responden Menurut Pendapatan Rata-rata Per Bulan
Faktor Demografi Kategori Responden (orang) Persentase (%)
Rata-rata
Pendapatan Per
Bulan
< 1 juta 8 13,33
1 – 5 juta 36 60
> 5 juta 16 26,67
Jumlah 60 100
g. Daerah Asal Pengunjung
Tabel 11 memperlihatkan bahwa daerah asal domisili responden umumnya
berasal dari daerah Kota/Kabupaten Bandung yaitu sebesar 66,67 persen dan luar
Kota/Kabupaten Bandung 33,33 persen. Besarnya kunjungan yang berasal dari
kawasan Bandung ini dipengaruhi oleh jarak yang dekat dan tingkat aksesibilitas
yang baik.
31
Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Daerah Asal Pengunjung
Faktor Demografi Kategori Responden (orang) Persentase (%)
Daerah Asal
Pengunjung
Kota/Kab
Bandung
40 66,67
Luar Kota/Kab
Bandung
20 33,33
Jumlah 60 100
5.1.2. Perilaku dan Preferensi Pengunjung
a. Frekuensi Pengunjung
Dari 60 orang responden yang diwawancarai, sebanyak 16,67 persen
menyatakan baru pertama kali berkunjung ke desa wisata, 33,33 persen
berkunjung setiap seminggu sekali, 40 persen setiap bulan sekali, dan 10 persen
menyatakan tidak tentu berkunjungnya (Tabel 12).
Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Berkunjung
No. Frekuensi Berkunjung Responden
(orang)
Persentase (%)
1. Pertama kali 10 16,67
2. Seminggu sekali 20 33,33
3. Sebulan sekali 24 40
4. Tidak tentu 6 10
Jumlah 60 100
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa sebanyak 40 persen responden
mengunjungi desa wisata setiap sebulan sekali, hal ini dapat dimengerti karena
frekuensi kunjungan terkait dengan pekerjaan dan pendapatan rata-rata per bulan.
Sebagai ibu rumah tangga, tentunya akan memberikan prioritas pada kebutuhan
pokok, sementara keperluan mengunjungi desa wisata untuk membeli bunga
adalah kebutuhan tersier dan cukup dilakukan sebulan sekali.
b. Tujuan Berkunjung
Tabel 13 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 60 persen
berkunjung ke desa wisata mempunyai tujuan hanya untuk membeli bunga saja,
32
13,33 persen menyatakan untuk rekreasi, dan 26,67 persen bertujuan untuk lain-
lain yaitu liburan, menambah pengetahuan, kesehatan dan sambil lewat.
Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Berkunjung
No. Tujuan Berkunjung Responden
(orang)
Persentase (%)
1. Membeli bunga 36 60
2. Rekreasi 8 13,33
3. Lain-lain (Sambil lewat, liburan,
tambah pengetahuan, kesehatan)
16 26,67
Jumlah 60 100
Sebagian besar responden datang berkunjung dengan tujuan untuk
membeli bunga. Hal ini beralasan karena desa wisata merupakan tempat penjualan
berbagai jenis bunga dan juga tempat pembibitan bunga. Selain itu, sebagai
“tempat yang penuh dengan bunga”, desa wisata dapat dikatakan sebagai tempat /
lokasi yang menghadirkan keindahan, kesejukan, dan ketenangan suasana,
sehingga dapat juga digunakan sebagai tempat rekreasi dan liburan.
c. Informasi Desa Wisata
Berkaitan dengan dari mana pengunjung mengetahui informasi tentang
desa wisata, sebanyak 86,67 persen responden mengetahuinya dari
teman/keluarga. Informasi ini sampai ke para pengunjung lewat pemberitahuan
dari mulut ke mulut. Kemudian, sebanyak 10 persen mengetahuinya dari media
dan 3,33 persen mengetahui dari biro perjalanan. Hasil yang lebih lengkap
mengenai responden mendapatkan informasi tentang desa wisata dapat dilihat
pada Tabel 14.
33
Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Desa
Wisata
No. Sumber Informasi
Tentang Desa Wisata
Responden
(orang)
Persentase (%)
1. Teman / keluarga 52 86,67
2. Media (koran/majalah, website,
iklan)
6 10
3. Biro perjalanan 2 3,33
Jumlah 60 100
Diterimanya informasi oleh responden tentang desa wisata sebagian besar
berasal dari teman/keluarga, mengindikasikan bahwa media/iklan mengenai desa
wisata masih belum optimal (kurang baik).
d. Keinginan Untuk Kembali Berkunjung
Adanya keinginan responden untuk kembali mengunjungi desa wisata,
pada umumnya dipicu oleh pengalaman / kesan yang baik dalam membeli bunga
dan juga daya tarik tempat tersebut. Berdasarkan keinginan untuk kembali
berkunjung ke desa wisata, seluruh responden (100 persen) menyatakan ingin
kembali mengunjungi desa wisata (Tabel 15).
Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan Keinginan Untuk Kembali Berkunjung
No. Keinginan untuk kembali
berkunjung
Responden
(orang)
Persentase (%)
1. Ya 60 100
2. Tidak 0 0
Jumlah 60 100
5.2. Faktor-faktor Bauran Pemasaran yang Paling Mempengaruhi
Keputusan Konsumen Mengunjungi Desa Wisata
Untuk mengetahui faktor-faktor bauran pemasaran yang mempunyai
pengaruh besar dalam pengambilan keputusan konsumen untuk mengunjungi
desa wisata, dapat dilihat dari 7 atribut yang ada dari bauran pemasaran 4 P (Tabel
16).
34
Tabel 16. Pengambilan Keputusan Responden Berdasarkan Bauran Pemasaran 4 P
a. Pengambilan Keputusan Responden Berdasarkan Faktor Produk
Persepsi Keragaman
Produk
Persentase
(%)
Kualitas
Produk
Persentase
(%)
Baik 56 93,33 46 76,67
Kurang baik 2 3,33 14 23,33
Tidak baik 2 3,33 0 0
Jumlah 60 100 60 100
Jumlah Skor 174 166
b. Pengambilan Keputusan Responden Berdasarkan Faktor Harga
Persepsi Kesesuaian
Harga
Persentase
(%)
Potongan
Harga
Persentase
(%)
Baik 45 75 15 25
Kurang baik 15 25 37 61,67
Tidak baik 0 0 8 13,33
Jumlah 60 100 60 100
Jumlah Skor 165 127
c. Pengambilan Keputusan Responden Berdasarkan Faktor Tempat
Persepsi Sarana Parkir Persentase
(%)
Akses
Menuju
Lokasi
Persentase
(%)
Baik 8 13,33 39 65
Kurang baik 27 45 21 35
Tidak baik 25 41,67 0 0
Jumlah 60 100 60 100
Jumlah Skor 103 159
d. Pengambilan Keputusan Responden Berdasarkan Faktor Promosi
Persepsi Iklan Persentase (%)
Baik 14 23,33
Kurang baik 23 38,33
Tidak baik 23 38,33
Jumlah 60 100
Jumlah Skor 111
Atribut yang memiliki skor yang paling tinggi merupakan atribut yang
paling besar / menentukan dalam proses pengambilan keputusan konsumen
berkunjung ke desa wisata.
Berdasarkan penilaian jawaban dari 60 responden terhadap 7 atribut dari
bauran pemasaran 4 P melalui perhitungan pembobotan skor pada masing-masing
jawaban dengan menggunakan skala likert, maka diperoleh atribut yang paling
35
mempengaruhi pengambilan keputusan untuk berkunjung ke desa wisata, secara
berurutan yaitu :
1. Keragaman Produk (174)
2. Kualitas Produk (166)
3. Akses Menuju Lokasi (159)
4. Kesesuaian Harga (154)
5. Potongan Harga (127)
6. Iklan (111)
7. Sarana Parkir (103)
5.3. Importance-Performance Analysis (IPA)
Penilaian pelaksanaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan
konsumen. Kepuasan konsumen tercapai apabila pelaksanaan atribut 4 P sesuai
dengan kepentingannya. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan atribut dari 4 P
sudah sesuai dengan kepentingan konsumen, maka dalam penelitian ini juga
dilakukan penilaian responden terhadap tingkat kepentingan pada atribut-atribut
yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Atribut yang dianalisis dalam
penelitian ini berjumlah 7 atribut dan dinilai oleh 60 responden. Adapun atribut-
atribut tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keragaman Produk
Penilaian responden mengenai atribut keragaman produk, dilihat dari
jumlah skor tingkat pelaksanaan adalah 174 masuk pada kriteria baik, sedangkan
tingkat kepentingan dengan jumlah skor sebesar 180 berada pada kriteria penting.
36
Tabel 17. Penilaian Responden Berdasarkan Pelaksanaan dan Kepentingan
Terhadap Keragaman Produk
Penilaian
Responden
Tingkat Pelaksanaan Penilaian
Responden
Tingkat Kepentingan
Jml % Bobot Jml % Bobot
Baik (3) 56 93,33 168 Penting (3) 60 100 180
Kurang baik
(2)
2 3,33 4 Kurang
Penting (2)
0 0 0
Tidak baik
(1)
2 3,33 2 Tidak
Penting (1)
0 0 0
Jumlah 60 100 174 60 100 180
2. Kualitas Produk
Penilaian responden mengenai atribut kualitas produk, dilihat dari jumlah
skor tingkat pelaksanaan adalah 166 masuk pada kriteria baik, sedangkan tingkat
kepentingan dengan jumlah skor sebesar 174 berada pada kriteria penting.
Tabel 18. Penilaian Responden Berdasarkan Pelaksanaan dan Kepentingan
Terhadap Kualitas Produk
Penilaian
Responden
Tingkat Pelaksanaan Penilaian
Responden
Tingkat Kepentingan
Jml % Bobot Jml % Bobot
Baik (3) 46 76,67 138 Penting (3) 54 90 162
Kurang baik
(2)
14 23,33 28 Kurang
Penting (2)
6 10 12
Tidak baik
(1)
0 0 0 Tidak
Penting (1)
0 0 0
Jumlah 60 100 166 60 100 174
3. Kesesuaian Harga
Penilaian responden mengenai atribut kesesuaian harga, dilihat dari jumlah
skor tingkat pelaksanaan adalah 154 masuk pada kriteria baik, sedangkan tingkat
kepentingan dengan jumlah skor sebesar 165 berada pada kriteria penting.
37
Tabel 19. Penilaian Responden Berdasarkan Pelaksanaan dan Kepentingan
Terhadap Kesesuaian Harga
Penilaian
Responden
Tingkat Pelaksanaan Penilaian
Responden
Tingkat Kepentingan
Jml % Bobot Jml % Bobot
Baik (3) 40 66,67 120 Penting (3) 45 75 135
Kurang baik
(2)
14 23,33 28 Kurang
Penting (2)
15 25 30
Tidak baik
(1)
6 10 6 Tidak
Penting (1)
0 0 0
Jumlah 60 100 154 60 100 165
4. Potongan Harga
Penilaian responden mengenai atribut potongan harga, dilihat dari jumlah
skor tingkat pelaksanaan adalah 127 masuk pada kriteria kurang baik, sedangkan
tingkat kepentingan dengan jumlah skor sebesar 175 berada pada kriteria penting.
Tabel 20. Penilaian Responden Berdasarkan Pelaksanaan dan Kepentingan
Terhadap Potongan Harga
Penilaian
Responden
Tingkat Pelaksanaan Penilaian
Responden
Tingkat Kepentingan
Jml % Bobot Jml % Bobot
Baik (3) 15 25 45 Penting (3) 55 91,67 165
Kurang baik
(2)
37 61,67 74 Kurang
Penting (2)
5 8,33 10
Tidak baik
(1)
8 13,33 8 Tidak
Penting (1)
0 0 0
Jumlah 60 100 127 60 100 175
5. Sarana Parkir
Penilaian responden mengenai atribut sarana parkir, dilihat dari jumlah skor
tingkat pelaksanaan adalah 103 masuk pada kriteria kurang baik, sedangkan
tingkat kepentingan dengan jumlah skor sebesar 180 berada pada kriteria penting.
38
Tabel 21. Penilaian Responden Berdasarkan Pelaksanaan dan Kepentingan
Terhadap Sarana Parkir
Penilaian
Responden
Tingkat Pelaksanaan Penilaian
Responden
Tingkat Kepentingan
Jml % Bobot Jml % Bobot
Baik (3) 8 13,33 24 Penting (3) 60 100 180
Kurang baik
(2)
27 45 54 Kurang
Penting (2)
0 0 0
Tidak baik
(1)
25 41,67 25 Tidak
Penting (1)
0 0 0
Jumlah 60 100 103 60 100 180
6. Akses Menuju Lokasi
Penilaian responden mengenai atribut akses menuju lokasi, dilihat dari
jumlah skor tingkat pelaksanaan adalah 159 masuk pada kriteria baik, sedangkan
tingkat kepentingan dengan jumlah skor sebesar 140 berada pada kriteria kurang
penting.
Tabel 22. Penilaian Responden Berdasarkan Pelaksanaan dan Kepentingan
Terhadap Akses Menuju Lokasi
Penilaian
Responden
Tingkat Pelaksanaan Penilaian
Responden
Tingkat Kepentingan
Jml % Bobot Jml % Bobot
Baik (3) 39 65 117 Penting (3) 20 33,33 60
Kurang baik
(2)
21 35 42 Kurang
Penting (2)
40 66,67 80
Tidak baik
(1)
0 0 0 Tidak
Penting (1)
0 0 0
Jumlah 60 100 159 60 100 140
7. Iklan
Penilaian responden mengenai atribut potongan harga, dilihat dari jumlah
skor tingkat pelaksanaan adalah 111masuk pada kriteria kurang baik, sedangkan
tingkat kepentingan dengan jumlah skor sebesar 149 berada pada kriteria penting.
39
Tabel 23. Penilaian Responden Berdasarkan Pelaksanaan dan Kepentingan
Terhadap Iklan
Penilaian
Responden
Tingkat Pelaksanaan Penilaian
Responden
Tingkat Kepentingan
Jml % Bobot Jml % Bobot
Baik (3) 14 23,33 42 Penting (3) 30 50 90
Kurang baik
(2)
23 38,33 46 Kurang
Penting (2)
27 45 54
Tidak baik
(1)
23 38,33 23 Tidak
Penting (1)
3 5 5
Jumlah 60 100 111 60 100 149
Tahap selanjutnya yang dilakukan dalam IPA, setelah menghitung penilaian
dari masing-masing atribut terhadap tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan
adalah perhitungan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan
yang diperoleh dengan cara membaginya dengan jumlah responden. Tahap
selanjutnya adalah menjumlahkan seluruh nilai rata-rata tingkat kepentingan dan
nilai rata-rata tingkat pelaksanaan, sehingga diperoleh masing-masing total nilai
rata-rata tingkat kepentingan dan total nilai rata-rata tingkat pelaksanaan dan
membaginya dengan jumlah atribut. Nilai rata-rata tingkat kepentingan dan nilai
rata-rata tingkat pelaksanaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Perhitungan Rata-rata Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan
Bauran Pemasaran 4 P
No Atribut Penilaian
Tingkat
Pelaksanaan
Penilaian
Tingkat
Kepentingan X Y
1 Keragaman Produk 174 180 2,9 3,0
2 Kualitas Produk 166 174 2,8 2,9
3 Kesesuaian Harga 154 165 2,6 2,7
4 Potongan Harga 127 175 2,1 2,9
5 Sarana Parkir 103 180 1,7 3,0
6 Akses Menuju Lokasi 159 140 2,6 2,3
7 Iklan 111 149 1,8 2,5
Total 16,5 19,3
Rata-rata 2,3 2,8
40
Berdasarkan data yang ada pada Tabel 24, langkah selanjutnya adalah
memasukkan setiap skor rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan ke
dalam diagram kartesius. Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi
menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak
lurus pada titik (A,B), dimana A adalah skor rata-rata tingkat pelaksanaan yaitu
sebesar 2,3 sedangkan B adalah skor rata-rata tingkat kepentingan yaitu sebesar
2,8. Secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Tingkat Kinerja/Pelaksanaan
Tin
gkat
Kep
en
tin
gan
Gambar 3. Diagram Kartesius Tingkat Pelaksanaan dan Tingkat Kepentingan dari
Pelaksanaan 4 P di Desa Wisata Bunga Cihideung
Keterangan :
1. Keragaman Produk
2. Kualitas Produk
3. Kesesuaian Harga
4. Potongan Harga
5. Sarana Parkir
6. Akses Menuju Lokasi
7. Iklan
41
Gambar 3 memperlihatkan bahwa letak atribut-atribut 4 P yang dianalisis
tersebar menjadi empat bagian, yaitu kuadran I (Prioritas Utama), kuadran II
(Pertahankan Prestasi), kuadran III (Prioritas Rendah), dan kuadran IV
(Berlebihan). Adapun interpretasi dari diagram kartesius di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
(1) Kuadran I (Prioritas Utama)
Atribut-atribut yang berada dalam kuadran I merupakan atribut yang dirasa
sangat penting oleh konsumen, namun pengelola desa wisata belum
melaksanakannya sesuai dengan harapan konsumen sehingga belum memuaskan
konsumen. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perbaikan pelaksanaan terhadap
atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini. Atribut-atribut yang termasuk
dalam kuadran I yaitu potongan harga dan sarana parkir.
Sebagian besar pengunjung yang datang ke desa wisata menilai penting
potongan harga bagi seorang konsumen karena pada umumnya konsumen
menginginkan harga yang rendah. Namun dalam kenyataannya, tidak ada
potongan harga, dan kalaupun ada tidak mencapai 50 persen. Di sisi lain, sarana
parkir juga di anggap penting oleh konsumen, karena banyak pengunjung yang
datang ke desa wisata menggunakan kendaraan pribadi yang memerlukan tempat
parkir yang memadai. Pada kenyataannya di desa wisata tidak ada tempat parkir
yang memadai, dan kalaupun tersedia, tempat parkirnya terbatas.
(2) Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran II menunjukkan bahwa tingkat kepentingan konsumen dan tingkat
pelaksanaannya sudah cukup baik. Oleh karena itu posisi ini harus dipertahankan
oleh pihak pengelola desa wisata agar tingkat kepuasan konsumen selalu
42
terpenuhi. Adapun atribut yang termasuk dalam kuadran II adalah keragaman
produk dan kualitas produk.
Keragaman produk dan kualitas produk dinilai penting oleh sebagian besar
pengunjung. Hal ini beralasan karena semakin beragamnya produk/bunga dengan
kualitas yang baik maka semakin banyak pilihan yang akan dibeli. Secara fakta
pun di desa wisata tersedia beraneka ragam jenis bunga dengan kualitas yang
bervariasi. Dengan demikian cukup beralasan jika sebagian besar pengunjung
desa wisata menilai baik keragaman dan kualitas produk.
(3). Kuadran III (Prioritas Rendah)
Atribut-atribut yang berada dalam kuadran ini merupakan atribut yang dirasa
kurang penting oleh konsumen dan pelaksanaannya masih kurang baik, atribut-
yang termasuk dalam kuadran III adalah iklan.
Iklan tentang desa wisata oleh sebagian besar responden dinilai kurang
penting dan kinerja pengelola desa wisata dalam meningkatkan iklan pun dinilai
konsumen masih belum baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa sebagian
besar responden yang mengunjungi desa wisata adalah berasal dari rekomendasi
teman/keluarga dan bukan dari iklan.
(4). Kuadran IV (Berlebihan)
Atribut-atribut yang berada dalam kuadran ini merupakan atribut yang
dirasakan tidak penting oleh konsumen, namun pengelola desa wisata telah
melaksanakannya dengan baik. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran IV
adalah kesesuaian harga dan akses menuju lokasi.
Harga produk / bunga merupakan salah satu faktor bagi konsumen dalam
memilih desa wisata sebagai tempat berbelanja / berwisata. Namun dalam hal ini
harga tidak dianggap penting karena sebagian besar responden sudah mengetahui
43
kualitas dari bunga yang di jual di desa wisata. Dalam pelaksanaannya, konsumen
menilai kesesuaian harga sudah yang diberlakukan di desa wisata sudah baik
dimana bunga dengan kualitas rendah harganya juga rendah, dan sebaliknya.
Untuk atribut akses menuju lokasi dalam penelitian ini dinilai tidak penting
juga oleh konsumen. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya konsumen tidak
menemui kesulitan yang berarti untuk mencapai desa wisata. Adanya akses jalan
yang baik memudahkan para pengunjung untuk mengunjungi desa wisata baik
dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Adanya jalan
yang baik dan tersedianya angkutan umum mencerminkan pelaksanaan akses
menuju lokasi sudah berjalan baik.
5.4. Customer Satisfaction Index (Indeks Kepuasan Konsumen)
CSI digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen secara
menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan
dari atribut-atribut yang diukur. Perhitungan indeks kepuasan konsumen
diperoleh melalui nilai rata-rata tingkat kepentingan dan nilai rata-rata tingkat
pelaksanaan. Keterangan lebih lanjut mengenai perhitungan CSI desa wisata
dapat dilihat pada Tabel 24.
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh nilai Customer Satisfaction
Index sebesar 80 persen atau 0,8. Berdasarkan range indeks kepuasan konsumen,
angka 0,8 berada pada range 0,66 – 0,80. Angka tersebut menunjukkan bahwa
indeks kepuasan konsumen berada pada kriteria puas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa secara umum / keseluruhan, konsumen desa wisata tanaman
hias Cihideung telah puas terhadap pelaksanaan atribut 4 P yang diteliti. Dengan
44
kata lain, desa wisata tanaman hias Cihideung telah mampu memuaskan
konsumennya sebesar 80 persen. Namun meskipun demikian pengelola desa
wisata tanaman hias Cihideung harus mampu mempertahankan dan terus
meningkatkan kinerjanya sampai pada taraf sangat puas yaitu pada range 0,80 –
1,00 atau mendekati 100 persen sehingga konsumen tetap setia memilih desa
wisata tanaman hias Cihideung sebagai tempat wisata utama.
Tabel 25. Perhitungan Customer Satisfaction Index Desa Wisata Tanaman Hias
Cihideung
No. Atribut
Tingkat
Kepenting
an
MIS
Weighted
Factors
(%)
Tingkat
Pelaksanaan MSS
Weighted
Score
1 Keragaman Produk 180 3 15,5 174 2,9 0,5
2 Kualitas Produk 174 2,9 15 166 2,8 0,4
3 Kesesuaian Produk 165 2,7 14 154 2,6 0,4
4 Potongan Harga 175 2,9 15 127 2,1 0,3
5 Sarana Parkir 180 3 15,5 103 1,7 0,3
6 Akses Menuju
Lokasi 140 2,3 12 159 2,6 0,3
7 Iklan 149 2,5 13 111 1,8 0,2
JUMLAH 19,3 100 16,5 2,4
RATA-RATA 2,8 2,3
CSI = 2,4 / 3 = 0,8 x 100 % = 80 %
5.5. Alternatif Strategi Pemasaran Desa Wisata Tanaman Hias Cihideung
Alternatif strategi yang diberikan adalah berdasarkan atribut yang telah
dinilai oleh konsumen, yaitu dengan melihat hasil dari analisis kuadran. Alternatif
strategi pemasaran desa wisata meliputi strategi produk, strategi harga, strategi
tempat dan strategi promosi.
Strategi produk yaitu dengan meningkatkan dan mempertahankan
keragaman dan kualitas produk.
45
Strategi harga yaitu dengan melakukan penyesuaian antara kualitas produk
dengan harga yang ditawarkan. Selain itu, memberlakukan potongan harga pada
saat hari-hari tertentu.
Strategi tempat yaitu dengan meningkatkan fasilitas berupa sarana dan
prasarana sehingga para pengunjung merasa nyaman dan aman ketika
mengunjungi desa wisata.
Strategi promosi yaitu dengan mengaktifkan keberadaan iklan melalui
media cetak atau media elektronik sehingga masyarakat dapat lebih mengenal dan
mengetahui lebih banyak mengenai desa wisata.
46
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap konsumen yang berkunjung ke desa
wisata tanaman hias Cihideung, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
1. Faktor-faktor bauran pemasaran yang mempunyai pengaruh paling besar
dalam pengambilan keputusan konsumen, secara berurutan adalah : (1)
keragaman produk, (2) kualitas produk, (3) akses menuju lokasi, (4) kesesuaian
harga, (5) potongan harga, (6) iklan, dan (7) sarana parkir.
2.A. Penilaian terhadap tingkat pelaksanaan dan tingkat kepentingan konsumen
di dalam mengunjungi desa wisata tanaman hias Cihideung dengan
menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dapat
dikelompokkan menjadi 4 kuadran yaitu :
a. Atribut-atribut yang berada di kuadran I yaitu potongan harga dan sarana
parkir, merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh pengelola
desa wisata, karena atribut-atribut tersebut dirasakan sangat penting oleh
konsumen, tetapi pengelola desa wisata belum melaksanakannya sesuai
dengan harapan konsumen.
b. Atribut-atribut yang berada di kuadran II yaitu keragaman produk dan
kualitas produk, merupakan atribut yang dirasakan sangat penting oleh
konsumen dan telah dilaksanakan dengan baik oleh pengelola desa wisata
sesuai dengan harapan konsumen.
47
c. Atribut yang berada dalam kuadran III yaitu iklan, merupakan atribut yang
dirasakan kurang penting oleh konsumen dan pelaksanaannya masih kurang
baik.
d. Atribut-atribut yang berada dalam kudran IV yaitu kesesuaian harga dan
akses menuju lokasi, merupakan atribut yang dirasakan tidak penting oleh
konsumen namun pengelola desa wisata telah melaksanakan dengan baik.
B. Berdasarkan indeks kepuasan konsumen (Customer Satisfaction Index),
diperoleh bahwa konsumen desa wisata telah puas terhadap atribut bauran
pemasaran 4 P di desa wisata, hal ini ditunjukkan dengan nilai Customer
Satisfaction Index (CSI) yaitu sebesar 80 persen.
3. Alternatif strategi pemasaran desa wisata meliputi strategi produk, harga,
tempat, dan promosi.
6.2. Saran
1. Perlu melakukan perbaikan peningkatan manajemen terhadap atribut-atribut
yang termasuk dalam prioritas utama, khususnya dalam hal potongan harga dan
sarana parkir, dan mempertahankan serta meningkatkan prestasi pelaksanaan
terhadap atribut yang unggul di mata konsumen.
2. Bagi yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kepuasan dan
kepentingan konsumen di desa wisata dapat dilakukan dengan melihat atribut-
atribut lain yang mempengaruhi kepuasan konsumen, diantaranya atribut
fasilitas dan pelayanan.
48
VII. DAFTAR PUSTAKA
Bilson Simamora, 2001. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Engel, at all, 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Edisi keenam. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Hetty Sofiaty, 1992. Model Wisata Agro di Wilayah Pembangunan Jawa Barat.
Makalah. Pemerintah Propinsi DATI I Jawa Barat.
Husein Umar, 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
I Nyoman Sutjipta, 2001. Agrowisata. Diktat Kuliah. Magister Manajemen
Agribisnis. Universitas Udayana.
Koentjaraningrat, 1977. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Kesepuluh. Jakarta :
Prehalindo.
___________, 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 11. Edisi Kesepuluh. Jakarta :
Prehalindo.
Noor Aisyah Amini, 2001. Strategi Pengembangan Potensi Wisata Agro Kebun
Ngromo, Kabupaten Pacitan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB.
Bogor.
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, 2009. Situs Resmi Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat. www.bandungbaratkab.go.id
Reza Tirtawinata dan Lisdiana Fachrudin, 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan
Agrowisata. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Rochajat Harun, 2008. Potensi Wisata Agro Jawa Barat.
www.kabarindonesia.com
_________, 2008. Obyek Wisata Taman Bunga Cihideung,
www.kabarindonesia.com
49
Siti Munaroh, 2008. Tourist Information Center Kawasan Wisata Bunga
Cihideung. Bandung.
Ujang Sumarwan, 2002. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia.
Wilson Limbong, 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
50
LAMPIRAN
51
Lampiran 1. Foto Desa Wisata Tanaman Hias Cihideung
52
Lampiran 2. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan
Analisis Tingkat Kepentingan
No Kepentingan
1 2 3 4 5 6 7
1 3 2 2 2 3 2 3
2 3 3 3 3 3 3 2
3 3 3 3 3 3 2 1
4 3 3 2 3 3 2 3
5 3 3 2 3 3 3 3
6 3 3 3 3 3 3 3
7 3 2 3 3 3 2 2
8 3 3 3 3 3 3 3
9 3 3 3 3 3 3 3
10 3 3 3 3 3 3 1
11 3 3 2 3 3 2 3
12 3 3 2 3 3 2 2
13 3 3 3 3 3 2 3
14 3 3 3 3 3 2 3
15 3 3 2 3 3 2 2
16 3 3 3 3 3 2 2
17 3 3 3 3 3 2 2
18 3 3 3 3 3 2 2
19 3 3 3 3 3 3 2
20 3 3 2 3 3 3 3
21 3 2 3 3 3 2 2
22 3 3 3 3 3 2 3
23 3 3 3 3 3 2 3
24 3 3 3 3 3 3 3
25 3 3 3 2 3 3 3
26 3 3 3 3 3 3 3
27 3 3 3 3 3 2 2
28 3 3 2 3 3 2 3
29 3 3 2 3 3 2 2
30 3 3 3 3 3 3 3
31 3 3 3 3 3 2 2
32 3 3 3 3 3 3 2
33 3 3 2 3 3 2 2
34 3 3 2 3 3 3 2
35 3 3 2 3 3 2 2
36 3 3 3 3 3 3 3
37 3 2 3 3 3 2 2
38 3 3 3 3 3 2 3
39 3 3 3 3 3 2 3
40 3 3 2 2 3 2 2
41 3 3 3 3 3 2 3
42 3 3 3 3 3 2 1
53
43 3 3 3 3 3 3 3
44 3 3 3 3 3 2 3
45 3 2 3 2 3 2 2
46 3 3 3 3 3 3 2
47 3 3 3 3 3 2 2
48 3 3 3 3 3 2 2
49 3 3 3 3 3 2 2
50 3 3 3 2 3 3 2
51 3 3 2 3 3 3 2
52 3 3 3 3 3 2 2
53 3 3 3 3 3 2 3
54 3 3 3 3 3 3 3
55 3 3 3 3 3 2 3
56 3 3 3 3 3 2 3
57 3 3 3 3 3 2 3
58 3 3 3 3 3 2 3
59 3 3 3 3 3 2 3
60 3 2 2 3 3 2 2
Total 180 174 165 175 180 140 147
Keterangan :
3 = penting
2 = kurang penting
1 = tidak penting
54
Analisis Tingkat Kepuasan
No Kepuasan
1 2 3 4 5 6 7
1 3 3 2 3 3 2 1
2 2 2 1 3 3 2 2
3 3 3 3 3 3 2 2
4 3 3 3 3 1 2 3
5 1 2 3 1 1 2 3
6 3 3 3 1 2 3 3
7 3 3 3 2 2 3 3
8 3 3 2 2 2 3 1
9 3 3 2 2 2 2 1
10 3 3 1 2 1 2 1
11 3 2 1 1 1 2 2
12 3 2 3 3 1 3 2
13 3 2 3 3 2 3 2
14 3 2 3 3 2 3 2
15 3 2 2 3 1 2 1
16 3 3 2 3 2 3 2
17 3 3 3 3 2 3 2
18 3 3 3 3 2 3 2
19 3 3 3 3 3 2 2
20 3 3 3 2 3 2 2
21 3 3 3 2 2 3 2
22 3 3 3 2 2 3 2
23 3 3 3 2 1 2 1
24 3 3 3 2 2 3 1
25 3 3 3 2 2 3 1
26 3 3 3 2 2 3 1
27 2 2 3 1 1 2 1
28 3 3 3 2 1 3 2
29 3 3 3 2 2 3 2
30 3 3 3 2 2 3 2
31 3 3 2 2 2 3 2
32 3 3 2 2 1 3 2
33 3 3 2 2 1 3 1
34 3 3 2 2 1 3 1
35 3 3 2 2 1 3 3
36 3 3 3 2 1 3 3
37 3 3 3 2 2 3 2
38 3 3 3 2 2 3 2
39 3 3 3 2 2 3 2
40 1 2 2 1 1 2 1
41 3 3 3 2 2 3 1
42 3 3 3 2 2 3 1
55
43 3 3 3 2 2 3 2
44 3 3 3 2 3 3 2
45 3 3 3 2 3 3 3
46 3 3 3 2 2 3 3
47 3 2 1 1 1 2 3
48 3 3 3 1 1 2 1
49 3 3 3 2 1 2 1
50 3 3 2 2 1 3 1
51 3 3 2 2 1 3 1
52 3 3 3 2 1 3 1
53 3 3 3 2 1 3 3
54 3 3 3 2 1 2 3
55 3 2 1 2 1 2 3
56 3 3 2 1 1 3 3
57 3 3 3 1 2 3 3
58 3 2 3 3 2 3 1
59 3 2 3 3 3 2 1
60 3 2 1 3 2 2 1
Total 174 166 154 127 103 159 111
Keterangan :
3 = puas
2 = kurang puas
1 = tidak puas