LAPORAN DISKUSI TUTORIAL
BLOK IX NEOPLASMA
SKENARIO 1
Disusun Oleh :
Chendy Endriansa (G0011059)
Kelompok A3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
Skenario 1
Pertumbuhan Sel dan Neoplasma
Pertumbuhan Sel normal dapat dipengaruhi oleh berbagai stimulus dan injuri, baik
internal maupun eksternal, non lethal maupun lethal, yang direspons secara beragam oleh
individu. Respons individu dapat berupa adaptasi sel, perubahan sel yang reversible ataupun
irreversible, sampai dengan terjadinya kematian sel, bergantung kepada seberapa berat
stimulusnya dan juga kondisi individu itu sendiri. Beberapa faktor risiko dan kondisi genetik
individu tertentu dapat menimbulkan respons patologis terhadap stimulus dan injuri, berupa
lesi perubahan non neoplastik maupun neoplasma.
1. Pelajari bagian-bagian sel, pertumbuhan sel normal, serta keterkaitannya dengan
stimulus dan injuri pada sel.
2. Pelajari perubahan sel akibat adanya stimulus dan injuri yang non lethal maupun
lethal. Bagaimana patofisiologinya.
3. Sebutkan macam proses adaptasi sel. Bagaimana patofisiologinya
4. Sebutkan macam kematian sel. Jelaskan bagaimana patofisiologinya, serta apa
perbedaannya.
5. Sebutkan macam pertumbuhan non neoplastik, bagaimana patofisiologinya.
6. Pelajari mekanisme terjadinya neoplasma, faktor risiko, serta nomenklaturnya.
7. Pelajari tanda dan gejala neoplasma, baik gejala lokal, sistemik maupun
metastasisnya, dan bagaimana cara mengevaluasinya.
1. Pelajari bagian-bagian sel, pertumbuhan sel normal, serta
keterkaitannya dengan stimulus dan injuri pada sel.
A. PERTUMBUHAN SEL NORMAL SERTA STIMULUS DAN INJURI SEL
1. Bagian-bagian Sel
Sel memiliki tiga subdivisi utama: membran plasma, nukleus, dan sitoplasma.
Membran plasma membungkus sel dan memisahkan cairan intra dan ekstrasel. Nukleus
mengandung asam deoksiribonukleat (DNA), yang merupakan bahan genetik sel. Sitoplasma
terdiri dari sitosol, suatu massa kompleks berbentuk gel yang mengandung sitoskeleton, dan
organel, yaitu struktur terbungkus membran dan terorganisasi rapi serta tersebar dalam
sitosol. Ada enam jenis organel dalam sitoplasma. Organel-organel tersebut adalah Retikulum
Endoplasma, Kompleks Golgi, Lisosom, Peroksisom, Mitokondria, dan Vault.
Retikulum Endoplasma: adalah anaman membranosa kompleks, tunggal, yang
membungkus suatu lumen berisi cairan. Fungsi utamanya adalah sebagai pabrik untuk
membentuk protein dan lemak yang akan digunakan untuk mengeluarkan produk khusus
seperti enzim atau hormon ke eksterior sel dan menghasilkan komponen sel baru, terutama
membran sel. Ada 2 jenis RE yaitu RE kasar yang ditutuli oleh ribosom, dan RE halus yang
tidak mengandung ribosom. RE kasar membentuk protein yang dibebaskan dalam lumen RE
sehingga protein itu terpisah dari sitosol. RE halus memiliki Vesikel transpor yang
membentuk tunas dan kemudian terlepas. Vesikel ini mengandung kumpulan protein dan
lemak yang baru disintesis yang terbungkus dalam membran RE halus.
Kompleks Golgi: berfungsi sebagai pabrik "pemoles" yang memodifikasi molekul
yang baru dibentuk dan "mentah" dari pabrik di retikulum endoplasma menjadi produk jadi,
dan menyortir, mengemas, dan mengarahkan lalu lintas molekul ke tujuannya yang benar di
dalam atau luar sel. Kompleks Golgi di sel sekretorik mengemas protein yang akan
dikeluarkan dari sel melalui vesikel sekretorik yang mengeluarkan isinya dengan proses
eksositosis setelah mendapat rangsangan yang sesuai.
Lisosom: adalah kantung terbungkus membran yang mengandung enzim-enzim
hidrolitik (pencernaan) kuat. Lisosom, karena berfungsi sebagai sistem pencernaan intrasel,
menghancurkan benda asing misalnya bakteri yang telah diinternalisasi oleh sel dan
membersihkan bagian-bagian sel yang aus agar dapat dibentuk bagian pengganti yang baru.
Bahan ekstrasel dibawa masuk ke dalam sel melalui proses endositosis untuk diserang oleh
enzim-enzim lisosom. Ada 3 bentuk endositosis, yaitu pinositosis, endositosis yang
diperantarai oleh reseptor, dan fagositosis.
Peroksisom: adalah kantung kecil terbungkus membran yang mengandung enzim-
enzim-enzim oksidatif poten. Organel ini berfungsi khusus menjalankan reaksi oksidatif,
termasuk detoksifikasi berbagai zat sisa dan senyawa asing toksik yang masuk ke dalam sel.
Selama reaksi detoksifikasi, peroksisom membentuk hidrogen peroksida poten, yang terurai
oleh katalase yag dikandungnya menjadi zat yang tidak berbahaya yaitu air dan oksigen.
Mitokondria: adalah organel energi sel. Organel ini mengandung enzim-enzim
siklus asam sitrat dan ratnai transpor elektron. Bersama-sama, keduanya secara effisien
mengubah energi dalam molekul makanan menjadi energi yang dapat digunakan yang
tersimpan dalam molekul ATP. Selama proses ini yang dikenal sebagai fosforilasi oksidatif,
mitokondria menggunakan molekul O2 dan menghasilkan CO2 dan H2O sebagai produk
sampingan. ATP yang dihasilkan digunakan sel sebagai sumber energi untuk membentuk
senyawa kimia baru, untuk transpor membran, dan untuk kerja mekanis.
Vault: adalah struktur yang baru ditemukan dan berbentuk seperti tong oktagonal
berongga. Organel ini memiliki bentuk dan ukuran yang sama seperti pori inti. Para peneliti
berspekulasi bahwa vault adalah truk sel yang menempel di pori nukleus dan mengambil
muatannya untuk diangkut dari nukleus.
2. Pertumbuhan Sel
Pertumbuhan sel normal adalah proses fisiologis yang terjadi hampir pada semua jaringan
tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembangbiak dimana homeostatis antara prolifeasi
sel dan kematian sel yang terprogram (apoptosis) secara normal dipertahankan untuk menyediakan
integritas jaringan dan organ (Jessy Chrestella, 2009).
3. Stimulus dan Injuri Sel
Sel memepertahankan homeostatis normalnya. Ketika mengalami stres fisiologis
atau rangsang patologis, sel bisa beradaptasi, mencapai kondisi baru dan memepertahankan
kelangsungan hidupnya. Respon adaptasi utama adalah atrofu, hipertrofi, hiperplasia dan
metaplasia. Jika kemampuan adaptatif berlebih, sel mengalami jejas. Dalam batas waktu
tertentu, cedera bersifat reversibel, dan sel kembali ke kondisi stabil semula; namun dengan
stres berat atau menetap, terjadi cedera ireversibel dan sel yang terkena akan mati (Richard N.
Mitchell., et.al., 2002).
2. Pelajari perubahan sel akibat adanya stimulus dan injuri yang non
lethal maupun lethal. Bagaimana patofisiologinya."
Deprivasi Oksigen. Hipoksia, atau defisiensi oksigen, mengganggu respirasi oksidatif
aerobik dan merupakan penyebab cedera sel tersering dan terpenting, serta menyebabkan
kematian. defisiensi oksigen dapat juga disebabkan oleh oksigenasi darah yg tidak adekuat,
seperti pada pneumonia, atau berkurangnya kemampuan pengangkutan oksigen darah, seperti
pada anemia atau kercaunan karbon monoksida (CO).
Bahan Kimia. Semua bahan kimia dapat menyebabkan jejas, bahkan zat tak
berbahaya seperti glukosa atau garam, jika terkonsentrasi cukup banyak, akan merusak
keseimbangan lingkungan osmotik sehingga mencederai atau menyebabkan kematian sel.
Bahan yg sering dikenal sebagai racun menyebabkan kerusakan serius pada tingkat selular
dengan mengubah permeabilitas membran homeostasis osmotik, atau keutuhan enzim atau
kofaktor, dan dapat berakhir dengan kematian seluruh organ.
Agen Infeksius. Virus mikroskopik mempunyai perbedaan cara untuk menyebabkan
jejas sel seperti bakteri,fungi, dan protozoa.
Reaksi Imunologi. Reaksi imun yg disengaja maupun tidak disengaja dapat
menyebabkan jejas sel dan jaringan. Anafilaksis terhadap protein asing atau suatu obat
merupakan salah satu contohnya. Hilangnya toleransi dengan respons terhadap antigen
sendiri merupakan penyebab sejumlah penyakit autoimun.
Defek Genetik. Defek genetik dapat menyebabkan perubahan patologis yang
menyolok, seperti malformasi kongenital yang disebabkan oleh sindrom Down, seperti
substitusi asam amino tunggal pada hemoglobin S anemia sel sabit.
Ketidakseimbangan Nutrisi. Defisiensi nutrisi masih merupakan penyebab utama jejas
sel. Insufisiensi kalori protein pada masyarakat yg serba kekurangan merupakan contoh
nyata. Nutrisi yg berlebihan merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas,
misalnya obesitas jelas meningkatkan risiko penyakit diabetes melitus tipe 2.
Agen Fisik. Trauma, temperatur, radiasi mempunyai efek dengan kisaran luas pada sel
yg menyebabkan jejas
Penuaan. Penyembuhan jaringan cedera tidak selalu menghasilkan perbaikan struktur
atau fungsi yg sempurna. Penuaan sel intrinsik menimbulkan perubahan kemampuan
perbaikan dan replikasi sel dan jaringan.
Mekanisme Injuri Sel
a. Respon seluler terhadap stimulus yang berbahay bergantung pada tipe cedera, durasi, dan
keparahannya
b. Akibat suatu stimulus yang berbahaya bergantung pada tipe, status, kemampuan adaptasi,
dan susunan genetik sel yang mengalami jejas.
c. Empat sistem intraselular yang paling mudah terkena adalah:
Keutuhan membran sel, yang kritis terhadap homeostasis osmotik dan ionik selular.
Pembentukan adenosin trifosfat (ATP), paling besar melalui respirasi aerobik
mitokondria.
Sintesis protein
Ketuhan perlengkapan genetik
d. Komponen struktural dan biokimiawi suatu sel terhubung secara utuh tanpa memandang
lokus awal jejas, efek multipel sekunder yang terjadi sangat cepat.
e. Fungsi sel hilang jauh sebelum terjadi kematian sel, dan perubahan morfologi jejas sel
(atau mati).
Mekanisme Biokimia Umum
a. Deplesi ATP
b. Deprivasi oksigen atau pembentukan spesies oksigen reaktif
c. Hilangnya hemeostasis kalsium
d. Defek pada permeabilitas membran plasma
e. Kerusakan mitokondria. (Richard N. Mitchell., et.al., 2002).
3. Sebutkan macam proses adaptasi sel. Bagaimana patofisiologinya
Adaptasi selular merupakan keadaan yg berada di antara kondisi normal, sel yg tidak
stres dan sel cedera yang stres berlebihan. adaptasi melibatkan pertukaran dari menghasilkan
satu jenis protein menjadi yang lain, produksi berlebihan tertentu.
1. Atrofi, Atrofi adalah pengerutan ukuran sel dengan hilangnya substansi.
Walaupun dapat menurunkan fungsinya, sel atrofi tidak mati. Pada kondisi
berlawanan, kematian sel terprogram bisa juga diinduksi oleh sinyal yang
sama yang menyebabkan atrofi sehingga dapat menyebabkan hilangnya sel
pada atrofi seluruh organ.
Penyebab atrofi, antara lain berkurangnya beban kerja (misal, imobilisasi
anggota gerak yang memungkinkan proses penyembuhan fraktur), hilangnya
persarafan, berkurangnya suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya
rangsangan endokrin dan penuaan. Perubahan itu menggambarkan
kemunduran sel menjadi berukuran lebih kecil dan masih memungkinkan
berahan hidup, suatu keseimbangan baru dicapai antara ukuran sel dan
berkurangnya suplai darah, nutrisi, atau stimulasi trofik.
2. Hipertrofi, Hipertrofi merupakan penambahan ukuran sel dan
menyebabkan ukuran organ. Sedangkan hyperplasia ditandai dengan
penambahan jumlah sel. Dengan kata lain pada hipertrofi murni,
tidak ada sel baru hanya sel yang menjadi lebih besar, pembesarannya akibat
peningkatan sintesis organela dan protein structural. Hipertrofi dapat fisiologik
atau patologik dan disebabkan juga oleh peningkatan kebutuhan fungsional
atau rangsangan hormonal spesifik. Hipertrofi dan hyperplasia juga dapat
terjadi bersamaan dan jelas keduanya mengakibatkan pembesaran organ
(hipertrofik). Jadi, hipertrofi fisiologik massif pada uterus selama kehamilan
terjadi akibat rangsangan estrogen dari hipertrofi otot polos dan
hyperplasia otot polos. Contoh hipertrofi sel patologik mencakup pembesaran
jantung yang terjadi akibat hipertensi atau penyakit katup aorta.
3. Hiperplasia, Hyperplasia merupakan peningkatan jumlah sel dalam organ atau
jaringan. Hipertrofi dan hyperplasia terkait erat dan sering kali terjadi bersamaan
dalam jaringan sehingga keduanya berperan terhadap penambahan ukuran organ
secara menyeluruh (missal, uterus yang hamil).Hiperplasia dapat fisiologik atau
patologik. Hyperplasia fisiologik dibagi menjadi (1) hyperplasia
hormonal, ditunjukan dengan proliferasi epitel kelenjar payudara
perempuan saat masa pubertas dan selama kehamilan; (2) hyperplasia
kompensatoris yaitu hyperplasia yang terjadi saat sebagian jaringan dibuang
atau sakit. Missal saat hepar direseksi sebagian aktivitas
mitotic pada sel yang tersisa berlangsung paling cepat 12 jam berikutnya tetapi
akhirnya terjadi perbaikan hati ke berat normal.
Hiperplasia juga merupakan respons kritis sel jaringan ikat pada penyembuhan
luka; pada keadaan tersebut fibroblast yang distimulasi factor pertumbuhan
dan pembuluh darah berproliferasi untuk memepermudah perbaikan.
Sebagian besar bentuk hyperplasia patologi adalah contoh stimulasi factor
pertumbuhan atau hormonal yang berlebih. Misalnya, setelah periode
menstruasi normal, terjadi ledakan aktivitas endometrium proliferasi yang
secara esensial merupakan hyperplasia fisiologik. Proliferasi ini diatur oleh
rangsangan melalui hormone hipofisis dan estrogen ovarium serta oleh inhibisi
melalui progesterone.
4. Metaplasia, Metaplasia adalah perubahan reversible, pada perubahan tersebut
satu jenis sel dewasa digantikan oleh jenis sel dewasa lain. Metaplasia
merupakan adaptasi selular, yang selnya sensitive terhadap stress tertentu,
digantikan oleh jenis sel lain yan lebih mampu bertahan pada lingkungan
kebalikan. Metaplasia diperkirakan berasal dari “pemrograman kembali”
genetic sel stem epithelial atau mesenkial jaringan ikat yang tidak
terdiferensiasi.
Metaplasia epithelial ditunjukan dengan perubahan epitel gepeng yang terjadi
pada epitel saluran napas perokok kretek. Walaupun epitel metaplastik adaptif
mungkin mempunyai keuntungan dalam daya tahan hidup, mekanisme
perlindungan yang penting hilan, seperti sekresi mucus dan pembersihan silia
material berukuran partikel. Oleh karena itu metaplasia epitel merupakan
pedang bermata dua; selain itu pengaruh yang yang menginduksi transformasi
metaplastik jika menetap, dapat menginduksi transformasi kanker pada epitel
yang metaplastik.
1. Respon subselular terhadap jejas
Katabolisme lisosomal
Lisosom primer adalah organel intrasel yang dilapisi membrane mengandung enzim
hidrolitik. Lisosom terlibat dalam pemecahan material yang dicerna melalui satu dari
dua cara Heterofagi dan Autofagi.
Induksi (hipertrofi) reticulum endoplasma halus
Pemakaian barbiturate yang terus menerus menimbulkan penigkatan toleransi sehingga
dosis berulang menimbulkan pemendekan durasi tidur secara progresif oleh karena itu
pasien dikatakan mamapu beradaptasi oleh obat tersebut.
Perubahan mitokondrial
Seperti telah diuraikan disfungsi mitokondria jelas berperan penting pada sel akut dan
kematian sel. Namun pada beberapa kondisi ppatologik nonletal terjadi berbagai
perubahan jumlah, ukuran, bentuk, dan barangkali juga bisa terjadi perubahan fungsi
mitokondria. Misalnya, pada hipertrofi seluler terdapat penambahan jumlah
mitokondria dalam sel; sebaliknya, jumlah mitokondria berkurang selama atrofi sel.
Abnormalitas sitoskeletal
Hipertrofi dan atrofi selular mengharuskan tejadi penambahan atau pengurangan unsur
sitoskleletal. Sitoskleleton sendiri penting untuk transport intraseluler organel dan
molekul, mempertahankan arsitektur sel dasar, membawa sinyal-sinyal sel dan sel
matriks ekstrasel menuju nucleus, kekuatan mekanis untuk keutuhan jaringan,
mobilitas sel, dan fagositosis. Abnormalitas sitoskeleton dapat direfleksikan dengan
suatu gambaran dan fungsi sel abnormal, gerakan organel intrasel yang menyimpang,
defek gaya gerak sel, atau akumulasi intraseluler.
Protein syok panas
Salah satu respon biologik adaptif yang dijaga dalam hirarki filogenetik adalah induksi
protein stress setelah rangsang yang berpotensi berbahaya. Protein sel panas (HSP)
berperan pada perawatan protein intrasel normal, termasuk proses pelipatan protein,
disagregasi kompleks protein, dan transport protein menuju berbagai organle
intraseluler. Salah satu respons biologic adaptif yang dijaga dalam hirarki filogenetik
adalah induksi protein stress setelah rangsang yang berpotensi berbahaya.
2. Akumulasi intrasel
Perlemakan (steaosis). Perlemakan menunjukkan setiap akumulasi abnormal
trigliserida dalam sel parenkim. Walaupun perlemakan merupakan indicator jejas yang
reversible, kadang-kadang perlemakan ditemukan dalam sel yang berdekatan dengan
sel yang mengalami nekrosis.steatosis disebabakan oleh toksin, malnutrisi protein,
diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia.akumulasi trigliserida berlebihan dapat
disebabkan oleh defek pada tiap tahapan dari masuknya asam lemak sampai keluarnya
lipoprotein, sehinggan terjadi perlemakan hati.
Kolesterol dan ester kolesteril
Metabolisme kolesterol seluler diatur ketat untuk memastikan Metabolisme kolesterol
seluler diatur ketat untuk memastikan sintesis membran sel normal tanpa terakumulasi
intrasel yang berarti. Sehingga menyebabkan berbagai gangguan seperti aterosklerosis
yang terjadi karena sel otot polos dan mskrofag terisi dengan vakuola lipid yang terdiri
atas kolesterol dan ester kolesteril yang menimbulkan plak.
Protein
Akumulasi protein yang terjadi karena kelebihan protein disajikan pada sel atau karena
sel menyintesis berlebihan. Contoh, kekusutan neurofibrilyang terdapat pada penyakit
alzaimer; inklusi protein yang teragregasi tersebut mengandung protein yang
berhubungan dengan mikrotubulus dan neurofilamen, suatu refleksi gangguan
sitoskeleton neuronal.
3. Kalsifikasi patologik
Kalsifikasi patologik merupakan proses umum dalam berbagai ragam penyakit
kalsifikasi patologik secara langsung menunjukan deposisis abnormal garam kalsium
bersama dengan sejumlah kecil zat besi, magnesium dan mineral lain.
Kalsifikasi distrofik
Kalsifikasi distrofik ditemukan diberbagai area nekrosis jenis apapun. Kalsisfikasi
tersebut sebenarnya pasti terjadi pada ateroma aterosklerosis lanjut, area jejas intima di
aorta dan arteri besar yang ditandai dengan akumulasi lipid.
Kalsifikasi metastatic
Kalsifikasi metastaik dapat terjadi du jaringan normal setiap kali terdapat
hiperkalsemia. Hiperkalsemia juga membentuk kalsifikasi distrofik. Empat penyebab utama
hiperkalsemia (1) peningkatan sekresi hormone paratiroid (2) destruksi tulang akibat
pengaruh penggantian yang terkselerasi, imobilisasi, atau tumor (3) gangguan yang
berhubngan dengan vitamin D (4) gagal ginjal (Richard N. Mitchell., et.al., 2002).
4. Sebutkan macam kematian sel. Jelaskan bagaimana
patofisiologinya, serta apa perbedaannya.
KEMATIAN SEL
Sel merupakan partisipan aktif di lingkungannya, yang secara tetap menyesuaikan
struktur dan fungsinya untuk mengakomodasi tuntutan perubahan dan stress ekstrasel. Sel
cenderung mempertahankan lingkungan segera dan intraselnya dalam rentang parameter
fisiologis yang relative sempit dimana sel akan mempertahankan homeostatis normalnya.
Ketika mengalami stress fisiologis atau rangsang patologis sel bisa beradaptasi, mencapai
kondisi baru dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Respon adaptasi utama adalah
atrofi, hipertrofi, hyperplasia dan metaplasia. Jika kemampuan adaptatif berlebihan sel
mengalami jejas atau kerusakan.
Dalam batas tertentu cedera bersifat reversible dimana akan kembali ke kondisi stabil
semula namum bisa mengalami stress berat atau menetap akan terjadi stress irreversible dan
sel yang terkena akan mengalami kematian. Dua pola dasar kematian sel telah dikenalm
dimana pola tersebut mempunyai mekanisme yangh berbeda namun terdapat juga
pertimbangan yang tumpang tindih diantara duoa proses yakni apoptosis dan nekrosis.
APOPTOSIS
Setiap organisme yang hidup terdiri dari ratusan tipe sel , yang semuanya berasal dari
fertilisasi sel telur. Selama perkembangannya sejumlah sel bertambah secara dramatis yang
kemudian akan membentuk berbagai jenis jaringan dan organ. Seiring dengan pembentukan
sel yang baru tersebut, sel yang mati merupakan proses regulasi yang normal pada sejumlah
sel dari jaringan. Pengendalian terhadap eliminasi sel-sel yang mati ini disebut dengan
kematian sel yang terprogram atau apoptosis
Pada apoptosis sel-sel yang mati memberikan sinyal yang diperantarai oleh beberapa gen
yang mengkode protein untuk enzym pencernaan yang disebut dengan caspase. Gen caspase
ini merupakan bagian dari cystein protease yang akan aktif pada perkembangan sel maupun
merupakan sinyal untuk aktif pada destruksi sel tersebut
Fungsi Apoptosis
Kematian sel melalui apoptosis merupakan fenomena yang normal, yaitu terjadi eliminasi sel
yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara fisiologis diperlukan untuk :
1. Terminasi sel
Apoptosis dapat terjadi pada sel yang mengalami kerusakan yang tidak bisa di
repair,infeksi virus, keadaan yang mengakibatkan stress pada sel . Kerusakan DNA akibat
ionisasi radiasi maupun bahan kimia toxic juga dapat mencetuskan apoptosis melalui aktivasi
tumor supresor gen p53. Keputusan untuk apoptosis dapat berasal dari sel itu sendiri, dari
jaringan disekitarnya ataupun dari sel yang termasuk dalam immune system. Pada keadaan
ini fungsi apoptosis adalah untuk mengangkat sel yang rusak, mencegah sel menjadi lemah
oleh karena kurangnya nutrisi dan mencegah penyebaran infeksi virus.
2. Mempertahankan homeostasis
Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus berada
dalam keadaan yang relatif konstan. Proses keseimbangan ini termasuk dalam homeostasis
yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk mempertahankan lingkungan internalnya.
Keseimbangan (homeostasis) ini dapat tercapai bila kecepatan mitosis pada jaringan
seimbang dengan kematian sel. Bila keseimbangan ini terganggu, makaakan dapat
mengakibatkan :
• Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel
→ terbentuk tumor
• Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah dari kecepatan kematian sel →
jumlah sel menjadi berkurang.
3. Perkembangan embryonal
Kematian sel yang terprogram merupakan bagian dari perkembangan jaringan. Pada
masa embryo , perkembangan suatu jaringan atau organ didahului oleh pembelahan sel dan
diferensiasi sel yang besar-besaran dan kemudian dikoreksi melalui apoptosis.
Contoh: bila terjadi gangguan proses apoptosis , berupa diferensiasi inkomplit pada
pembelahan jari-jari akan mengakibatkan syndactyly.
4. Interaksi limfosit
Perkembangan limfosit B dan Limfosit T pada tubuh manusia merupakan suatu proses
yang kompleks , yang akan membuang sel-sel yang berpotensi menjadi rusak. Cytotoksik T
sel dapat secara langsung menginduksi apoptosis pada sel melalui terbukanya suatu celah
pada target membran dan pelepasan zat-zat kimia untuk mengawali proses apoptosis. Celah
ini dapat terjadi melalui adanya sekresi perforin, granul yang berisi granzyme B, serine
protease yang dapat mengaktivasi caspase melalui pemecahan residu aspartat.
5. Involusi hormonal pada usia dewasa.
Apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama siklus
menstruasi, regresi pada payudara setelah masa menyusui dan atresia folikel ovarium pada
menopause.
NECROSIS
Adalah suatu perubahan morfologis yang menunjukkan kematian sel dan disebabkan
oleh kerja degradatif enzim progresif; dapat mengenai kelompok sel atau organ. (Dorland,
2003)
Nekrosis disebabkan oleh faktor eksternal ke sel atau jaringan, seperti infeksi, racun,
atau trauma. Beda dengan apoptosis, yang penyebab kematian terjadi secara alami seluler.
Meskipun apoptosis sering memberikan efek menguntungkan bagi organisme, nekrosis
hampir selalu merugikan dan bisa berakibat fatal.
Penyebab Nekrosis
Nekrosis selular dapat dipicu oleh sejumlah sumber eksternal, termasuk cedera,
infeksi, kanker, infark, racun, dan peradangan. Sebagai contoh, suatu infark (penyumbatan
aliran darah ke jaringan otot) menyebabkan nekrosis jaringan otot karena kekurangan oksigen
(hipoksia) ke sel terpengaruh, seperti terjadi pada infark myokard – serangan jantung.
jaringan nekrotik tidak mengalami reaksi kimia yang sama bahwa “biasanya” tidak jaringan
apoptosis sekarat. Kegagalan tiba-tiba dari satu bagian dari sel memicu kaskade kejadian.
Selain kurangnya sinyal kimia ke sistem kekebalan tubuh, sel-sel mengalami nekrosis dapat
melepaskan bahan kimia yang berbahaya ke jaringan di sekitarnya. Secara khusus, sel-sel
mengandung organel kecil bernama lisosom, yang mampu mencerna bahan selular.
Kerusakan pada membran lisosom dapat memicu pelepasan enzim-enzim yang
terkandung, menghancurkan bagian-bagian lain dari sel. Lebih buruk lagi, ketika enzim ini
dilepaskan dari sel non-mati, mereka dapat memicu reaksi berantai kematian sel lebih lanjut.
Jika yang cukup necrotizes jaringan berdekatan, itu disebut gangren. perawatan yang tepat
dan perawatan luka atau gigitan binatang memainkan peran kunci dalam mencegah jenis
nekrosis luas. Selama biopsi bedah, rantai ini nekrosis-reaksi dihentikan oleh fiksasi atau
pembekuan.
Nekrosis biasanya dimulai dengan pembengkakan sel, kromatin pencernaan,
gangguan dari membran plasma dan membran organel. Akhir nekrosis ditandai oleh hidrolisis
DNA luas, vacuolation dari retikulum endoplasma, kerusakan organel, dan lisis sel.
Pelepasan konten intraselular setelah pecahnya membran plasma merupakan penyebab
peradangan di nekrosis
Pola Morfologi Nekrosis
Ada tujuh pola morfologi khas nekrosis:
1. Nekrosis Coagulative biasanya terlihat pada hipoksia (oksigen rendah) lingkungan,
seperti infark sebuah. Menguraikan sel tetap setelah kematian sel dan dapat diamati
dengan mikroskop cahaya.
2. Liquefactive nekrosis (atau nekrosis colliquative) biasanya berhubungan dengan
seluler penghancuran dan pembentukan nanah (radang paru-paru misalnya). Ini adalah
khas dari bakteri atau, kadang-kadang, infeksi jamur karena kemampuan mereka
untuk merangsang reaksi inflamasi. Anehnya, iskemia (pembatasan suplai darah) di
otak menghasilkan liquefactive, daripada coagulative, nekrosis, karena tidak adanya
stroma mendukung substansial.
3. Nekrosis Gummatous dibatasi untuk nekrosis yang melibatkan infeksi spirochaetal
(misalnya sifilis).
4. Nekrosis Berdarah disebabkan penyumbatan drainase vena dari suatu organ atau
jaringan (misalnya pada torsi testis).
5. Nekrosis Caseous adalah bentuk khusus dari koagulasi nekrosis biasanya disebabkan
oleh mikobakteri (TBC misalnya), jamur, dan beberapa zat asing. Hal ini dapat
dianggap sebagai kombinasi nekrosis coagulative dan liquefactive.
6. Nekrosis lemak hasil dari aksi lipase pada jaringan lemak (misalnya pankreas akut,
nekrosis jaringan payudara).
7. Nekrosis Fibrinoid disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal ini ditandai
oleh pengendapan fibrin-bahan protein seperti di dinding arteri, yang tampak kotor
dan eosinofilik pada mikroskop cahaya.
Nekrosis adalah jejas sel yang bersifat irreversible sehingga dapat berbahaya sebab
jaringan yang rusak tidak akan bisa kembali ke bentuk semula. Manifestasi yang paling
sering terjadi adalah nekrosis koagulatif, yang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi
protein sitoplasma, dan pemecahan organela sel.
Perbedaan Apoptosis Dengan Nekrosis
Proses apoptosis berbeda dengan nekrosis. Nekrosis merupakan kematian sel yang terjadi
pada organisme hidup yang dapat disebabkan oleh injury maupun infeksi. Pada nekrosis
terjadi perubahan pada inti yang pada akhirnya dapat menyebabkan inti menjadi lisis dan
membrane plasma menjadi rupture.
Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram dan membran inti tidak ruptur , dan inti
mengalami fragmentasi yang kemudian mengirimkan sinyal kepada sel yang berada
didekatnya untuk difagosit.
5. Sebutkan macam pertumbuhan non neoplastik, bagaimana
patofisiologinya
A. PERTUMBUHAN NON NEOPLASTIK
Proses pertumbuhan sel, jaringan dan alat tubuh dapat mengalami gangguan sehingga
kita kenal berbagai keadaan sebagai berikut :
1. Aplasia / Agenesis
Dalam perjalan perkembangan, organ embrional rudimenter dan tidak dapat
terbentuk. Fenomena ini disebut agenesis, akibatnya organ tertentu tidak terbentuk,
misalnya beberapa individu dapat dilahirkan hanya dengan satu satu ginjal. Suatu
keadaan lain yang berkaitan dengan keadaan diatas adalah aplasia, yaitu gagal
berkembangnya organ rudimen embrional yang sudah terbentuk.
2. Hipoplasia
Kadang-kadang, rudimen embrional terbentuk tetapi tidak pernah mencapai
ukuran definitif atau ukuran dewasa, akibatnya organ tersebut menjadi kerdil.
Fenomena ini disebut hipoplasia. Hipoplasia dapat mengenai semua bagian tubuh,
dapat mengenai salah satu dari sepasang organ, atau bahkan dapat mengenai kedua
organ yang berpasangan. Hipoplasia ringan yang terjadi pada beberapa organ dapat
dintoleransi untuk waktu yang cukup lama. Pengaruhnya berupa gangguan terhadap
tingkat cadangan organ tersebut.
3. Atrofi
Organ yang dalam perkembangannya mencapai ukuran definitif dan kemudian
secara sekunder menyusut disebut atrofi. Atrofi mempunyai banyak penyebab, dalam
beberpa keadaan atrofi sebetulnya normal atau fisiologis, misalnya atrofi bagian
tertentu dari embrio atau fetus selama perkembangannya. Beberapa bentuk atrofi tidak
dapat dielakkan pada usia lanjut, seperti atrofi endokrin yang terjadi jika pengaruh
hormonal terhadap jaringan seperti kelenjar mamae terhenti. Penyebab atrofi yang
sering dijumpai adalah iskemia kronik. Penyebab atrofi lain yang sering dijumpai,
terutama yang menyerang otot rangka disuse atrofi.
4. Hipertrofi
Hipertrofi didefinisikan sebagai pembesaran jaringan atau organ karena
pembesaran setiap sel. Hipertofi dapat terlihat pada berbagai jaringan, tetapi khususnya
terlihat mencolok pada berbagai jenis otot. Peningkatan beban pekerjaan pada otot
merupakan rangsang yang sangat kuat bagi otot untuk mengalami hipertrofi.
Penonjolan otot pada atlet angkat besi merupakan contoh hipertrofi otot yang nyata. Hal
yang sama terjadi akibat respons adaptasi yang penting pada miokardium. Jika
seseorang mempunyai katup jantung abnormal yang menyebabkan beban mekanik pada
ventrikel kiri, atau jika ventrikel memompa dan melawan tekanan darah sistemik yang
meninggi, akibatnya hipertrofi miokardium disertai penebalan dinding ventrikel.
5. Hiperplasia
Hiperplasia adalah kenaikan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang
mengakibatkan pembesaran jaringan atau organ tersebut. Hiperplasia hanya terjadi pada
jaringan yang mampu melakukan pembelahan sel. Keadaan ini dapat terjadi pada
berbagai jaringan dalam berbagai keadaan, beberapa diantanya bersifat fisiologis.
Misalnya, rangsangan hormon pada kehamilan dan laktasi menimbulkan proliferasi
yang luas pada unsur-unsur epitel kelenjar mamae disertai pembesaran kelenjar mamae
yang disebabkan oleh hiperplasia. Contoh hiperplasia non-fisiologis adalah pembesaran
kelenjar prostat pada pria lanjut usia dan kalus, yang merupakan penebalan kulit akibat
rangsangan mekanik. Banyak contoh hiperplasia menggambarkan “respons” yang
rasional dari tubuh terhadap beberapa permintaan yang ditanggungnya. Seperti pada
hipertrofi, jika keadaan yang abnormal hilang maka sinyal agar sel berproliferasi akan
terhenti dan akan terjadi regresi sehingga kembali ke kondisi yang lebih normal.
6. Metaplasia
Sifat diferensiasi sel pada jaringan tertentu dapat juga berubah pada keadaan
abnormal. Diferensiasi adalah proses mengkhususkan keturunan sel-sel induk yang
sedang membelah untuk melakukan tugas tertentu. Misalnya, sel-sel yang membelah
yang terdapat lapisan terdalam epidermis sedikit demi sedikit bermigrasi ke atas. Jika
sistem diferensiasi sel jenis ini berada dalam lingkungan yang tidak cocok, maka pola
diferensiasinya dapat berubah segingga yang membelah mulai melakukan diferensiasi
menjadi sel yang biasanya tidak ditemukan di daerah itu, tetapi dapat ditemukan di
bagian tubuh lain. Fenomena ini disebut metaplasia. Misalnya, jika lapisan serviks uteri
mengalami iritasi kronik, maka bagian epitel kolumnar diganti oleh epitel skuamosa
yang mirip epidermis.
7. Displasia
Displasia adalah kelainan diferensiasi sel-sel yang sedang berproliferasi, sehingga
ukuran, bentuk dan penampilan sel menjadi abnormal disertai gangguan pengaturan
dalam sel. Pada displasia terdapat kehilangan pengawasan pada populasi sel yang
terserang. Displasia ringan kemungkinan besar reversibel jika rangsang iritasi dapat
dihilangkan. Namun pada beberapa keadaan, rangsang yang mengakibatkan displasia
tidak dapat ditemukan dan perubahan menjadi lebih parah secara progresif, yang
akhirnya berkembang menjadi penyakit ganas
6. Pelajari mekanisme terjadinya neoplasma, faktor risiko, serta
nomenklaturnya
B. NEOPLASMA, FAKTOR RESIKO DAN NOMENKLATURNYA
1. Neoplasma
Neoplasia berarti pertumbuhan baru dan neoplasma (juga lazimnya dikenal
sebagai tumor) adalah suatu daerah pada jaringan yang pertumbuhannya melebihi dan
tidak tergantung kepada jaringan di dekatnya. Willis memberi definisikomprehensif
tumor sebagai ‘massa jaringan yang pertumbuhannya melebihi dan tak dikoordinasi
oleh jaringan normal serta tetap demikian dengan cara yang berlebihan sesudah
berhentinya rangsangan yang menimbulkan perubahan.
2. Faktor Resiko Neoplasma
Radiasi pengion
Radiasi ultraviolet akan menginduksi tumor pada hewan dan akan menyebabkan
mutasi pada berbagai bentuk kehidupan yang berbanding langsung dengan
kemampuannya menyebabkan tumor. Ini menimbulkan dugaan bahwa hal tersebut
menimbulkan serangan langsung pada aparat genetik dan radiasi tersebut membentuk
ikatan amntara pasangan basa yang berdekatan di dalam DNA sel dengan pembentukan
timin abnormal. Deformasi ini menimbulkan transformasi malignan (Spector, 1995).
Kanker Jabatan
Telah dibicarakan berbagai jabatan dengan peningkatan risiko bermacam -macam
neoplasia. Contoh lain termasuk angiosarkoma pada pekerja-pekerja yang terpapar
monomer vinil klorida dan adenokarsinoma sinus nasal dan pranasal pada pemnbuat
mebel. Pemaparan kepada sbes menimbulkan mesotelioma maligna dan juga kanker paru
berserabut. Dengan menigkatnya pemakaina banyak materi baru dalam industri modern,
penting untuk tetap membuka pikiran terhadap adanya kemungkinan zat penyebab
karsinogen baru (Spector, 1995).
Iritasi kronik
Merokok memakai pipa tanah liat de3ngan taqngkainya yang panas
mengakibatkan timbulnya karsinoma bibir dan telah dipersalahkan terhadap iritasi kron
ik. Kanker esofagus juga secara tentatif dikaitkan dengan m inum secara teratur minum-
minuman yang sangat panas. Keterangan yan g paling mungkin bagi kebanyakan hal ini
ialah bhwa tindakan-tindakantersebut bekerja sebagai promotor, menignkatkan peluang
sel somatik bertransformasi menjadi sel malignan (Spector, 1995).
Gen Supresor
Faktor pertumbuhan menyebabkan sel bertumbuh dan bila pertumbuhan dinilai
oleh badan sudah cukup, faktor supresi pertumbuhan diaktivasi sehingga terjadi
keseimbangan yang harmonis. Ada beberapa gen yang berperan dalam hal ini, antara lain
NB, P53, dan DRCA. Retinoblastoma mempunyai fungsi antara lain ikut mengatur
siklus sel. Ia tidak secara langsung menghambat transkipsi, tetapi berinteraksidengan
faktor transkripsi E2F dan Co Repressor sehingga transkripsi dapat dihambat. Selain itu,
RB juga berfungsi menginduksi apoptosos juga melibatkan E2F dan gwn supressor
lainnya P53 (Aziz MF., et.al., 2006).
TP53 (p53)
TP53 sefamili dengan p63 dan p73. Fungsinya cukup luas antara lain peran dalam
menghambat siklus sel, diferensiasi, apoptosis, senesense (penuaan), dan angiogenesis.
Efek utama p53 adalah mengeblok siklus sel sehingga DNA yang rusak dapat
beradaptasi. Beberapa gen yang menjadi sasaran p53 adalah gen-gen yang berperan pada
apoptosis, mengeblok siklus sel, angiogenesis, dan autoregulasi. Fungsi lain p53 adalah
mereparasi kerusakan DNA dan menstimulasi ekspresi gen yang dapat menghambat
angiogenesis (Aziz MF., et.al., 2006).
BRCA1 dan BRCA2
BRCA berkaitan dengan kanker payudara dan ovarium BRCA 1 penting dalam
proses reparasi kerusakan DNA, dan ini melibatkan juga BRCA 2. Bila didalam tidak
terdapat protein BRCA 1, sel tersebut peka terhadap radiasi yang menyebabkan
kerusakan DNA (double break) (Aziz MF., et.al., 2006).
3. Nomenkaltur Neoplasma
Keputusan taksonomi yang paling mendasar dan penting tentang suatu neoplasma
ialah apakah kelainan tersebut benigna (jinak) ataupun maligna (ganas). Umumnya
tumor benigna tumbuh lamban, berbatas nyata dari jaringan sekitarnya, terdiri atas sel-sel
yang tidak dapt dibedakan dari tempat asalnya, tidak menginfiltrasi jaringan di dekatnya
atau menyebar ke organ-organ jauh, dan tidak mengancam jiwa, kecuali jika
mengganggu fungsi yang dipeerlukan untuk kelangsungan hidup. Tumor benigna
berbahaya hanya jika melanggar struktur vital seperti otak atau jika menghasilkan
sesuatu yang merusak, seperti kelebihan hormon.
Tumor maligna mempunyai ciri yang berlawanan dengan tumor benigna. Kanker
adalah contoh yang khas (namun bukan satu-satunya) yang tumbuh cepat, batas dengan
jaringan sekitarnya tidk jelas, terdiri atas sel-sel yang berbeda secara nyata dari sel
asalnya, menginfiltrasi jaringan di dekatnya dan menyebar ke organ-organ jauh serta
lambat laun pasti berakhir dengan kematian jika tak diobati, tidak peduli di manapun
tumbuhnya.
Semua tumor, baik jinak maupun ganas mempunyai dua komponen dasar: (1)
parenkim, tersususn oleh sel-sel neoplastik yang berproliferasi, dan (2) stroma
penyangga, tersusun oleh jaringan ikat, pembuluh darah dan mungkin juga pembuluh
limfatik. Parenkim neoplasma adalah yang sebagian besar berperan dalam menentukan
perilaku biologi neoplasma dan merupakan komponen dari nama-nama tumor berasal.
Sebaliknya, stroma neoplasma berperan dalam membawa perbekalan darah dan
merupakan penyangga untuk pertumbuhan sel-sel parenkim.
Tata nama tumor didasarkan atas parenkimnya. Sebagian besar tumor jinak
tersusun oleh sel-sel parenkim yang sangat mirip dengan jaringan asalnya. Tumor
mesenkim dibuat klasifikasinya menurut histogenesisnya. Nama-namanya dibentuk
dengan menanbahkan akhiran ‘oma’ pada jenis sel dari mana tumor terswbut timbul.
Contoh : Tumor jinak yang timbul dari jaringan ikat disebut fibroma, tumor tulang rawan
disebut kondroma. Tumor jinak yang berasal dari epitel dibuat klasifikasinya kadang-
kadang berdasaran pola mikroskopik ataupun makroskopiknya. Yang lain menurut asal
sel-selnya. Adenoma ialah istilah yang digunakan untuk neoplasma jinak epitel yang
menghasilkan pola kelenjar dan juga untuk neoplasma epitel yang berasal dari kelenjar
tetapi tidak harus menghasilkan pola kelenjar yang sesungguhnya.
Tata nama tumor ganas secara langsung mengikuti tata nama tumor jinak denan
tambahan tertentu. Neoplasma ganas yang berasal dari jaringan mesenkim ataupun
turunannya, disebut sarkoma. Nama-nama sarkoma dibentuk dari histogenesisnya.
Contoh: Kanker yang berasal dari jaringan ikat disebut fibrosarkoma, dan neoplasma
ganas yang tersusun dari sel-sel kondrosit disebut kondrosarkoma. Sedangkan neoplasma
ganas yang berasal dari epitel disebut karsinoma (Spector, 1995).
Tabel. 1. Ciri khas tumor benigna dan maligna
Benigna Maligna
Tumbuh lamban
Diferensiasi baik
Tidak menginfiltrasi
Menyerupai jaringan asal
Sel-sel normal
Gambaran mitosis jarang dan normal
Tidak menyebar ke lokasi yang jauh
Biasanya membentuk simpai
Membunuh jika merusak fungsi vital
Tidak ada metastasis
Tumbuh cepat
Diferensiasi buruk
Menginfiltrasi
Berbeda dengan jaringan asal
Sel-sel abnormal
Gambaran mitosis banyak & abnormal
Menyebar ke lokasi yang jauh
Tidak membentuk simpai
Selalu membunuh jika tidak diobati
Serinkali ada metastasis
(Spector, 1995)
Tabel. 2. Nama tumor
Jaringan asal Benigna Maligna
Epitel
Mesenkim
a. Jaringan ikat
b. Otot polos
c. Otot skelet
d. Kartilago
e. Lemak
f. Tulang
g. Pembuluh darah
h. Jaringan limfoid
Adenoma
Papiloma
Naevus berpigmen
Fibroma
Leiomioma
Rabdomioma
Khondroma
Lipoma
Osteoma
Angioma
-
Karsinoma
Melanoma maligna
Fibrosarkoma
Leiomiosarkoma
Rabdomiosarkoma
Khondrosarkoma
Liposarkoma
Osteosarkoma
Angiosarkoma
Limfoma
i. Jaringan
hemopoetik
j. Mesotel
k. Mening
l. Sel glia SSP
m. Selubung syaraf
-
-
Meningioma
-
Neurofibroma
Leukimia
Mesotelioma
-
Glioma
Neurofibrosarkoma
(Spector, 1995)
7. Pelajari tanda dan gejala neoplasma baik gejala lokal, sistemik
maupun metastasisnya, dan bagaimana cara mengevaluasinya
Neoplasma terbentuk atau berasal dari sel normal yang mengalami displasia (kelainan
pertumbuhan). Neoplasma itu sendriri terbagi menjadi dua yaitu:
Neoplasma jinak (benigna)
Yaitu neoplasma yang hanya terjadi di daerah lokal semata. Proliferasi sel cenderung
kohesif, perluasan terjadi secara sentrifugal dengan batas yang nyata. Neoplasma jinak tidak
menyebar ke tempat yang jauh dan pertumbuhannya lamban, ukurannya kurang lebih tetap
pada ukuran yang stabil selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Ciri-ciri :
a. batas tegas
b. berkapsul
c. pertumbuhan lambat
d. tidak menimbulkan kematian
Neoplasma ganas (maligna)
Neoplasma ini tumbuh secara cepat dan sangat progresif jika tidak dibuang. Pola
penyebarannya menjadi tidak teratur. Neoplasma ganas tidak memiliki kapsul sehingga sulit
dipisahkan dari sekitarnya. Sel-sel ini menyerang daerah sekitarnya dengan masuk ke daerah
sekitarnya bukan mendesak. Sel-sel neoplasma ganas ini mampu memisahkan diri dari sel
induk dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke daerah lain. Jika sel ini menyangkut suatu
jaringan atau organ mampu menembus pembuluh darah dan membentuk tumor sekunder
(proliferasi baru).
Ciri-ciri :
a. batas tidak tegas
b. tidak berkapsul
c. pertumbuhan cepat
d. metastase
e. menimbulkan kematian
Pada akhirnya neoplasma ganas memilki kemampuan untuk bermetastatis (menyebar
ke daerah lain yang menjauhi sel induk) dan kemudian menimbulkan pertumbuhan sekunder
pada daerah yang jauh, Sedangkan pada Neoplasma jinak tidak bermetastatis. Metastase
dapat terjadi melalui 3 cara yaitu : metastase langsung, melalui aliran darah (hematogen) dan
melalui aliran limfe (limfogen). Pertumbuhan tumor dapat ditemukan baik pada tumor jinak
(meskipun dalam gradasi yang lebih rendah) maupun pada tumor-tumor ganas. Hal ini
biasanya baru diketahui bila proses tersebut berlangsung agak lanjut. Dalam keadaan normal
terdapat keseimbangan antara pembentukan dan hancurnya sel. Pertumbuhan tumor pada
umumnya bersifat balans positif, artinya lebih banyak sel yang terjadi daripada yang hilang.
Salah satu sifat karakteristik dari sel kanker adalah kemampuannya untuk menembus
jaringan normal dan penetrasi ke dalam pembuluh darah dan saluran limfe. Selain dari pada
itu sel kanker pun sering memanfaatkan struktur-struktur yang sudah ada untuk
mempermudah infiltrasi, misalnya rongga perineural. Di lain pihak infiltrasi dapat dipersulit
oleh struktur-struktur seperti fasia, simpai suatu organ, atau peristoneum. Faktor penambahan
volume tumor akan mengakibatkan kenaikan tekanan dalam tumor dan ini akan
mempermudah menembusnya sel tumor ke dalam jaringan normal. Dengan kemampuan
bermetastasis sel kanker untuk menembus jaringan normal, maka tumor ganas primer dapat
menyebarkan sel-sel kankernya ke seluruh tubuh.
Metastasis tumor ganas dapat melalui bermacam-macam, yaitu :
1. Infiltratif
Adalah penyebaran ke jaringan sekitarnya, terjadi secara perlahan-lahan, sel-sel
kanker menyebuk ke dalam jaringan sehat sekitarnya atau di dalam ruang antara sel.
2. Limfogen
Yaitu sel-sel kanker masuk ke dalam pembuluh limfe dan merupakan embolus masuk
ke dalam kelenjar getah bening regional dan melekat pada simpainya.
3. Hematogen
Yaitu lewat pembuluh darah. Masuknya sel-sel kanker ke dalam pembuluh darah.
4. Implantasi
Biasanya terjadi di meja operasi, misal : jika alat telah digunakan untuk operasi dan
dipakai untuk operasi lagi tanpa disterilkan terlebih dahulu.
5. Perkontinuitatum
Yaitu kontak langsung, misalnya tumor gaster menjalar ke ovarium.
Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan
Karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Sebagian besar
karsinogen sebenarnya tidak reaktif (prokarsinogen atau karsinogen proximate), namun di
dalam tubuh diubah menjadi karsinogen awal (primary) atau menjadi karsinogen akhir
(ultimate). SitokromP450 suatu mono-oksidase dependen retikulum endoplasmik sering
mengubah karsinogen proximate menjadi intermediatedefisienelektron yang reaktif
(electrophils).
Intermediate (zat perantara) yang reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di
DNA yang kaya elektron (nucleophilic) untuk menimbulkan mutasi. Interaksi antara
karsinogen akhir dengan DNA semacam ini dalam suatu sel diduga merupakan tahap awal
terjadinya karsinogenesis kimiawi. DNA sel dapat pulih kembali bila mekanisme
perbaikannya normal, namun bila tidak sel yang mengalami perubahan dapat tumbuh menjadi
tumor yang akhirnya nampak secara klinis. Ko-karsinogen (promoter) sendiri bukan
karsinogen. Promoter berperan mempermudah pertumbuhan dan perkembangan sel tumor
dormant atau latent. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya tumor dari fase awal tergantung
pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan tumor pada manusia periode laten
berkisar dari 15 sampai 45 tahun.
Proses transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui displasi terjadi melalui
mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme karninogenesis ini terjadi
melalui tiga tahap yaitu:
Inisiasi
Adalah proses yang melibatkan mutasi genetik yang menjadi permanen dalam DNA
sel. Dipicu oleh insiator (bahan yg mampu menyebabkan mutasi gen) à initiated cells
Promosi
Merupakan suatu tahap ketika sel mutan berproliferasi. Diakibatkan karena klon yang
tidak stabil dan mengalami inisiasi, dipaksa untuk berproliferasi dan menjalani mutasi
tambahan sehingga akahirnya berkembang menjadi tumaor ganas (neoplasma). Initiated cells
dipicu oleh promotor (terus menerus/berulang) à transformed cells. Perubahan informasi
genetik, sintesis DNA, replikasi meningkat à lesi insitu.
Hormon sering menjadi promotor yang merangsang pertumbuhan sel ganas.Misalnya
Esterogen dapat merangsang pertumbuhan kanker pada payudara dan ovarium.
Progresi
Suatu tahap ketika klon sel mutan mendapatkan satu atau lebih karakteristik
neoplasma ganas seiring berkembangnya tumor, sel menjadi lebih heterogen akibat mutasi
tambahan terhadap gen.
Perubahan Protoonkogen menjadi onkogen à onkoprotein
Perubahan fenotip: klinik terdpt benjolan (tumor). Contohnya Perubahan karyotip kromosom.
Beberapa subklon ini dapat memperlihatkan perilaku ganas yang lebih agresif atau
lebih mampu untuk menghindari seranganoleh sistem imun.
Selama stadium ini, massa tumor yang meluas mendapat lebih banyak perubahan
yang memungkinkan tumor menginvasi jaringan yang berdekatan, membentuk pasokan
darahnya sendiri(angigenesis), atau masuk melalui pembuluh darah dan bermigrasi ke bagian
tubuh lainnya yang letaknya berjauhan untuk membentuk tumor sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Ed,6. Jakarta:EGC.
Ganong, F.1997. Fisiologi Kedokteran. Eds 10. Jakarta: EGC
Price, A., Sylvia.(2006). PATOFISIOLOGI: Clinical Concepts Of Disease
Processes. Eds 6. Jakarta: EGC