Upload
khalidah-doang
View
113
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pak kundur dirujuk
Citation preview
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL
BLOK 1
SKENARIO 2
PAK KUNDUR DIRUJUK
Oleh
KELOMPOK 2 A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2012
Skenario 2
Pak Kundur Dirujuk
Pak Kundur 60 tahun seorang tuna rungu dirujuk ke rumah sakit dari Puskesmas, dengan
keluhan tidak bisa kencing sejak kemarin malam. Setelah mendapat keterangan dari keluarga
pasien, dokter melakukan pemeriksaan, pasien tampak kesakitan. Dokter menduga Pak Kundur
menderita prostatic hypertrophy. Dengan menunjukan sikap empati dokter meletakkan tangan di
punggung Pak Kundur dan berkata, “sabar ya pak, kami akan menolong bapak.” Kemudian dokter
meminta perawat untuk memasang keteter agar urin bisa keluar dan mengkonsultasikan ke Bagian
Bedah Urologi.
Di Bagian Bedah, Dokter melakukan pemeriksaan dan merencanakan tindakan operasi.
Dokter menerangkan penyakit yang diderita Pak Kundur kepada keluarganya serta menjelaskan
tindakan yang akan dilakukan, sehingga keluarga Pak Kundur merasa tenang. Setelah diadakan
rapat keluarga yang dihadiri ninik mamak, semua sepakat untuk menyetujui operasi yang akan
dilakukan pada Pak Kundur. Operasi akan dilaksanakan setelah istrinya menandatangani surat
persetujuan tindakan medis.
Bagaimana anda menjelaskan cara seorang dokter berkomunikasi dengan orang dan masyarakat
disekitar tempat kerja serta dengan profesi yang terkait?
I. Clarify unfamiliar terms (Terminology)
1. Prostatic hypertrophy: Pembesaran pada kelenjar prostat
2. Tuna rungu : kondisi fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang dalam
mendengarkan suara
3. Rujuk : pemindahan pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih baik untuk mendapatkan
pengobatan yang lebih baik
4. Empati : memposisikan diri dalam keadaan yang sama jika kita mengalami suatu peristiwa
5. Keteter : sebuah tabung yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk mengeluarkan atau
memasukkan cairan ke dalam tubuh
6. Urin : cairan sisa metabolisme yang dieksresikan oleh ginjal yang dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses urinasi
7. Bagian Bedah Urologi : bedah yang difokuskan pada kemih laki laki dan perempuan dan
ginjal serta salurannya
8. Surat persetujuan tindakan medis : pernyataan yang diberikan oleh keluarga pasien
mengenai tindakan medis selanjutnya yang akan dilakukan oleh dokter
9. Ninik mamak : orang yang dituakan dalam suatu kaum atau suku
10. Komunikasi : hubungan timbal balik antara komunikator dan komunikannya
11. Operasi : suatu tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh
II. Define problem
1. Mengapa Pak Kundur perlu dirujuk kerumah sakit?
2. Mengapa dokter harus bersikap empati kepada pasiennya?
3. Bagaimana cara seorang dokter menunjukkan sikap empatinya?
4. Mengapa dokter harus mengkonsultasikan penyakit ke bagian bedah urologi?
5. Apa dampak sikap empati dokter kepada pasiennya?
6. Mengapa sebelum operasi keluarga pasien harus menandatangani surat persetujuan
tindakan medis?
7. Apa penyebab dari penyakit prostatic hypertrophy?
8. Bagaimana cara komunikasi yang baik antara dokter dan keluarga Pak Kundur?
9. Bagaimana peran komunikasi dalam menangani suatu tindakan medis?
10. Mengapa harus dilakukan rapat persetujuan dengan keluarga?
III. Brainstorm possible hypothesis or explanation
1. Agar Pak Kundur bisa mendapatkan pelayanan yang maksimal sesuai masalah yang ia
derita
2. Agar dapat menimbulkan komunikasi yang baik antara pasien dan dokter sehingga dokter
dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pasien
3. Dengan berbaur bersama pasien dengan melakukan kontak dengan pasien agar pasien
merasa diperhatikan oleh dokter
Memberikan pertanyaan terbuka
Melakukan komunikasi dua arah
4. Karena prostatic hypertrophy adalah penyakit yang merupakan fokus dari bagian urologi
5. Pasien merasa nyaman sehingga pasien dan dokter dapat bekerja sama dalam
menindaklanjuti penyakit pasien
6. Agar keluarga pasien mengetahui resiko pada pasien, meminimalisisasi tuntutan dari
pasien dan keluarganya setelah persetujuan
7. Peningkatan hormon di kelenjar prostat karena proses penuaan
Menyerang pria >40 tahun
Peningkatan ukuran dan penambahan sel yang menyusun kelenjar prostat
8. Menerangkan bahwa penyakit tersebut dapat disembuhkan
Menunjukkan rasa empati kepada pasien
Menjelaskan secara rinci penyakit yang diderita pasien
Komunikasi dua arah antara pasien dan dokter
Melakukan anamnesis
9. Sangat penting dalam memberikan kejelasan kepada pasien tentang penyakitnya dan
bagaimana cara menanganinya
Mengurangi keraguan dari pasien agar pasien bisa menentukan tindakan medis selanjutnya
Agar didapatkan diagnosa yang benar
10. Jika mengalami kekurangan dana pasien dapat meminta bantuan kepada ninik mamak
Pasien dan keluarga membutuhkan dukungan moral dari keluarga besarnya
Karena pengambilan keputusan ataupun rapat dengan ninik mamak merupakan budaya
minangkabau
IV. Kajian sistematis
Puskesmas
Rumah sakit
dokter pasienPerawat Teman seprofesi
keluarga
Ninik mamak
musyawarah
Komunikasi
Hambatan
Budaya
Semantis
Sosio-antro-psiko
No feed back
Physical disatraction
Jenis
Verbal
Non - verbal
Bag. Bedah urologi
Surat persetujuan tindakan medis
operasi
konsultasi
V. Define learning objective
1. Mengetahui filosofi komunikasi efektif
2. Mengetahui cara komunikasi efektif dan orang orang terkait
-pasien
-masyarakat
-Perawat
-teman seprofesi
3. Mengetahui hambatan dalam komunikasi
4. Mengetahui pengertian, langkah langkah, dan manfaat dari rujukan
5. Mengetahui filosofi konsultasi
6. Mengetahui filosofi dari empati
7. Mengetahui jenis komunikasi
8. Mengetahui cara pengambilan keputusan di minangkabau
9. Mengetahui cara berkomunikasi dengan keluarga dan ninik mamak dalam budaya
minangkabau
VI. Share the results of information gathering and private study
VII. Discuss and clarifying the information
Learning Objective
LO.1 ( Komunikasi efektif)
Komunikasi efektif
Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang lain,yang bisa terlihat dalam
proses komunikasi.
Tujuan komunikasi efektif:
1. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).
2. Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk kepentingan
pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial.
3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien.
4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit/masalah
yang dihadapinya.
5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal hal yang
telah disetujui pasien.
Manfaat
Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di antaranya:
1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi
pelayanan medis.
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-
pasien yang baik.
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya.
Komunikasi dapat dikatakan efektif bila:
1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh
pengirimnya.
2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti
dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk
menindaklanjuti pesan yang dikirim.
5 pondasi yang membangun komunikasi efektif:
1. Berusaha benar-benar mengerti orang lain.
2. Memenuhi komitmen/janji.
3. Menjelaskan harapan.
4. Meminta maaf dengan tulus ketika membuat kesalahan.
5. Memperlihatkan integritas pribadi.
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:
1. - Disease centered communication style atau doctor centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk
penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
2. - Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu
merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya,
apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.
LO.2 (Komunikasi efektif antara dokter dengan pasien, teman sejawat, masyarakat,
perawat)
Dokter-pasien
1. Pengetahuan dan keterampilan mengenai komunikasi yang mengikuti langkah-langkah
komunikasi yaitu memberi perhatian, membuka dialog, mencari solusi atau alternatif
pemecahan masalah, dan menyimpulkan hasilnya
2. Dibangunnya hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan
pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing.
3. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior-inferior)
sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya
secara jujur dan jelas.
4. Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan sebagai
sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian.
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
o Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.
o Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
o Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
o menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
o Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis,
dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lainlain)
o Menilai suasana hati lawan bicara
o Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien
o Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna
o menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
o Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu.
o Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan
raut wajah dan sikap yang tenang.
o Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan
keputusan.
o Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.
o Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak.
o Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
Dokter – Perawat
Hubungan kerjaama anatara dokter perawat biasa disebutkan dengan kolaborasi. American
Medical Assosiation (AMA), 1994, mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi
adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi
nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk
merawat individu, keluarga dan masyarakat.
Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling
ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan
serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan
masyarakat.
Dokter – masyarakat
Dokter dapat melakukan promosi kesehatan seperti melakukan penuluhankkepada masyrakat.
Hal itu dapat diwujudkan dengan melakukan tigakegiatan, yaitu :
a. Preventif : pencegahan
b. Curative : penyembuhan
c. Rehabilitataif : rehabilitasi
Dokter - teman sejawat
Komunikasi efektif dengan teman sejawat dapat dilakukan dengan caraberbagi informasi,
saling bekerjasama seperti merujuk pasien kepada dokteryang lain
LO.3 (Hambatan dalam komunikasi)
Hambatan dalam komunikasi:
1. Bahasa
2. Budaya
3. Kebenaran yang semu
4. Penipuan
5. Tujuan yang tidak jelas
6. Salah paham
7. Sisi historis atau pengalaman
8. Menganggap enteng lawan bicara
9. Mendominasi pembicaraan
10. Hambatan sosio antro-psikologis
11. Hambatan semantis
12. Hambatan mekanis
13. Hambatan ekologis
LO.4 (Rujukan)
Rujukan
Upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang
ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.
Rujukan medis ada 2:
1. Rujukan medis
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran
Jenis-jenis rujukan medis:
a. Rujukan pasien
b. Rujukan ilmu pengetahuan
c. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
2. Rujukan kesehatan
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kesehatan masyarakat.
Jenis-jenis rujukan keseahatan:
a. Rujukan tenaga
b. Rujukan sarana
c. Rujukan operasional
Tata cara rujukan:
1. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja.
2. Komunikasi antara dokter konsultan dan dokter yang meminta rujukan.
3. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggung jawab masing-masing pihak.
Manfaat rujukan:
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi.
LO.5 (Konsultasi)
Konsultasi
Upaya meminta bantuan profesional mengenai penanganan suatu kasus penyakit yang sedang
ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnya yang lebih ahli.
Tata cara konsultasi:
1. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi.
2. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan.
3. Keterangan lengkap tentang pasien.
4. Konsultan bersedia memberikan konsultasi.
LO.6 (Empati)
Empati
Kemampuan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Memiliki empati untuk pasien
bukanlah sesuatu yang dokter harus lakukan hanya untuk menyenangkan.Sebuah studi
menunjukkan bahwa ia juga mengarah ke hasil yang lebih baik dan harus dilihat sebagai
komponen kunci dari kompetensi dokter.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in
Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan.
Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut:
1. kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician
cognitive capacity to understand patient’s needs),
2. menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective
sensitivity to patient’s feelings),
3. kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada
pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).
Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan
dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels).
Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:
1. Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien
Mengacuhkan pendapat pasien Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat
pasien seperti “Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik operasi
saja sekarang.”
2. Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat,
dan lain-lain
3. Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implicit
Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”. Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis
Anda akhir-akhir ini?
4. Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien
“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh
apa yang membuat Anda stres?”
5. Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk
menyempatkan berolah raga”
6. Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience)
dengan pasien.
“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah
mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamila
LO.7 (Jenis –jenis komunikasi)
1. Komunikasi verbal
Komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal (bahasa).
Setiap bahasa memiliki aturan-aturan:
a. Fonologi : cara bagaimana suara dikombinasikan dengan kata.
b. Semantik : cara bagaimana kata dikombinasikan membentuk kalimat.
c. Sintaksis : arti kata
d. Pragmatis : cara bagaimana bahasa digunakan.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi yang menggunakan simbol-simbol non verbal.
Fungsi komunikasi non verbal:
a. Mengapresiasikan perasaan dan emosi
b. Mengefisienkan pesan verbal
Bentuk komunikasi non verbal:
a. Paralanguage
b. Penampilan
c. Gesture
d. Sentuhan
LO.8 (Cara pengambilan keputusan di Minangkabau)
Proses pengambilan keputusan dilakukan secara bertahap:
1. Musyawarah orang seperut (saparuik).
2. Musyawarah orang sekaum.
3. Musyawarah orang sekampung.
4. Musyawarah orang senagari
Proses pengambilan keputusan dipimpin oleh anggota kerabat yang laki-laki:
1. Mamak
2. Mamak rumah tertua (tungganai)
3. Penghulu
Pertemuan dapat terjadi di:
1. Rumah gadang
2. Rumah gadang kaum/suku
3. Balai adat
LO. 9 (Cara berkomunikasi dalam budaya minangkabau)
Di ranah Minangkabau, ada empat macam kata-kata, atau cara menyampaikan perundingan, yaitu
KATO MANDAKI (Kato Mendaki),
dari bawah ke atas, artinya dari anak-anak ke orang tua, dari kemenakan ke mamak (paman), yang
musti memakai cara-cara yang sopan lagi santun. Terlebih kepada orang tua (Ibu dan Ayah), yang
telah melahirkan kita, membesarkan dan mendidik kita. Sesuai dengan ajaran agama Islam,
berbicara ke Ibu harus dengan "Qaulan Kariman"yang berarti kata-kata lemah lembut, kata-kata
kemuliaan.
KATO MALEREANG (Kata Melereng),
yang penuh dengan kiasan dan perbandingan, berisi petunjuk dan hikmah, biasanya dipakai dalam
pembicaraan antara orang yang arif dan bijaksana. Seperti dengan mertua. Ada pula tempat
meletakkannya. Tidak hanya sekedar mengucapkan apa yang terlihat saja. Tidak mengucap apa
yang dipikiran, yang muncul dalam hati, harus sejuk dan dikir-kira.
KATO MANDATA (Kato Mendatar),
Berisim canda dan tawa, bumbu dari pergaulan. Tidak menyinggung kanan dan kiri, penguat
kesetiakawanan anak muda, habis tingkah dalam tawa, yang elok untuk jadi bahan pembelajaran,
yang buruk sama sama ditinggalkan. Ingat-mengingatkan adat hidup oleh anak muda, tidak
menyusahkan kawan yang kesusahan, tidak menyikut kawan seiring, tidak menggunting dalam
lipatan.
KATO MANURUN (Kata Menurun).
Dari yang besar ke yang kecil, berisi nasihat dan petunjuk, untuk jadi pedoman untuk si kecil.
Penuh berisi kasih dan sayang, menjadi suri teladan. Jarang berisi kata-kata amarah, jauh dari
hardikan danbentakan, tidak pula menghentakkan kaki, jauh dari menepuk dada. Begitulah, kalau
kata yang empat ini menjadi perhatian kita semua, Insya Allah di dalam hidup di dunia yang fana
ini kita kan selamat, dan di kahirat tentu kan berbahagia pula.