ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI KAWASAN DIENG PLATEAU
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN LAJU EROSI DAN PRODUKTIVITAS
TANAM
Finishia Kusuma Putri1
Korespondensi: [email protected]‘Jurusan geografi ilmu lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan yang memiliki fungsi lindung.
Namun, eksploitasi lahan di daerah ini terjadi secara besar-besaran dan semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Penanaman kentang yang tidak memperhatikan
kaidah konservasi seperti pola penanaman searah kemiringan lereng dapat
mempercepat laju erosi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesesuaian
lahan untuk produktivitas tanam di kawasan Dataran Tinggi Dieng yang
dikorelasikan dengan laju erosi sehingga dapat meminimalisir kerugian yang
ditimbulkan akibat erosi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
adalah pengumpulan data sekunder, survey lapangan dan wawancara untuk
mendapatkan informasi tentang pergantian siklus tanam, serta analisis hasil dari data
dan sampel yang diperoleh.
Jenis tanaman yang dibudidayakan tidak memiliki akar yang mampu menahan
erosi dan longsor. Semakin tebal lapisan tanah atas yang tererosi maka semakin
rendah kemampuan lahan untuk dimanfaatkan sehingga sebagian besar tanah di
daerah Dieng di beri pupuk organik maupun kimia oleh petani untuk menambah
unsur hara yang akan mempengaruhi produktivitas tanam. Pemupukan intensif dapat
menimbulkan limpasan yang ditimbulkan karena curah hujan yang tinggi di Dataran
Tinggi Dieng. Dengan demikian, pembentukan agregat tanah semakin berkurang dan
menyebabkan tanah tererosi. Sikap yang cerdas diperlukan dalam pendayagunaan
sumberdaya alam kawasan Dieng dengan memperhatikan kesesuian lahan yang ada
supaya tercipta kawasan yang produktif dan lestari.
Kata Kunci: Dieng, kesesuaian lahan, erosi, produktivitas tanah
Page 1
PENDAHULUAN
1.1 Diskripsi Wilayah
Komplek Dieng terletak pada zona
Serayu Utara yang berumur Tersier,
dibatasi sebelah barat oleh daerah
Karangkobar dan sebelah timur oleh
daerah Ungaran. Material vulkanik yang
menutupi sebagian wilayahnya berasal
dari gunungapi dan letusan kawah yang
masih aktif sejak kala Holosen sampai
sekarang. Daerah Dieng termasuk ke
dalam cekungan Serayu Utara bagian
tengah, yang secara umum dapat dibagi
menjadi 3 yaitu, cekungan Serayu Utara
bagian barat, tengah dan bagian timur.
Cekungan serayu utara bagian tengah
memiliki stratigrafi dari tua ke muda
yaitu Lapisan Sigugur, Formasi Merawu,
Formasi Pengatan, Lapisan Batugamping
Dasar, Formasi Bodas, Formasi Ligung,
Formasi Jembangan, Endapan Aluvial
dan Vulkanik Dieng. Stratigrafi tersebut
terbagi menjadi 10 unit litologi yaitu
lava andesit Prau, lava andesit Nagasari,
lava andesit Bisma, lava andesit
Pagerkandang, lava andesit Merdada-
Pangonan, lava andesit Kendil, lava
andesit Pakuwaja, lava andesit Seroja,
endapan alluvial-koluvial, satuan
teralterasi.
Page 2
Satuan geomorfologi di komplek
Dieng terbagi menjadi dua yaitu satuan
pegunungan dan satuan dataran tinggi
(plato). Satuan pegunungan berupa
barisan Gunung Seroja : gunung Kunir,
gunung Prambanan, gunung Pakuwaja
dan barisan Dunung Kendil : gunung
Butak, gunung Petarangan, gunung Prau,
gunung Patakbanteng, gunung
Jurangrawah, gunung Blumbang, gunung
Bisma (kerucut soliter), gunung
Nagasari, semuanya adalah gunungapi
strato vulkanik. Satuan geomorfologi
berupa plato berada diantara barisan
gunungapi dan kerucut – kerucut soliter
yang sebagian besar ditempati oleh
material vulkanik.
Sesar dan kelurusan gunungapi pada
umumnya berarah Barat Laut–Tenggara
dan Barat-Timur.Sesar vulkanik terdapat
di sekitar erupsi.Sektor graben membuka
ke arah barat dan utara Kawah
Sileri.Pada sesar–sesar muncul
manifestasi solfatar dan air panas.Sesar
radial yang dijumpai di selatan
Pangoran, dan pada struktur ini muncul
kegiatan solfatar.
Di daerah penelitian ini memiliki
potensi erosi yang tinggi.Erosi yang
terjadi dikarenakan adanya dua faktor
yang berkembang, yaitu faktor alam dan
faktor manusia.Faktor utama yang dapat
menyebabkan terjadinya erosi adalah
faktor alam yang terdiri dari kemiringan
lereng, curah hujan yang ada, dan sifat
geologis dari batuannya.Sedangkan
faktor manusia sendiri merupakan
faktor-faktor yang sifatnya dapat
mempercepat terjadinya erosi seperti
penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kemampuan lahannya.
Batuan yang menyusun daerah
penelitian kali ini berbeda-beda, sesuai
dengan asal proses bentuklahan yang
terbentuk di daerah tersebut. Daerah
perbukitannya didominasi oleh batuan
andesit dari proses bentukan vulkanik.
Daerah dataran alluvial didominasi oleh
batuan sedimen yang terbawa oleh
proses sedimentasi dari perbukitan atau
yang berasal dari hulu.
Berdasarkan sedikit gambaran
mengenai Dataran Tinggi Dieng di atas,
sangat menarik untuk mengungkap
sejarah maupun genesis dengan
memanfaatkan segala kenampakan yang
ada sekarang untuk kemudian dikaitkan
dengan proses yang terjadi pada masa
Page 3
lampau. Dengan demikian, paling tidak
kita dapat mengenal apa yang
sebenarnya terjadi pada waktu lampau
hingga akhirnya membentuk dataran
tinggi ini. Langkah yang dilakukan
adalah membandingkan kenampakan di
citra dan peta dengan di lapangan,
sehingga sedikit banyak bisa ditentukan
beberapa perkiraan mengenai proses-
proses yang terjadi pada masa itu.
1.2 Latarbelakang
Setiap bentuklahan di permukaan
bumi memiliki sifat dan kriteria berbeda.
Sejalan dengan bertambahnya populasi,
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mausia telah memaksa tanah
untuk berproduksi pada tingkat
maksimum. Dalam usaha peningkatan
produksi biasanya manusia hanya
terpaku pada tingkat produksi yang ingin
dicapai tanpa memperhatikan bahwa
tanah sebagai sumberdaya alam yang
mempunyai sifat tidak mudah untuk
diperbaharui. Apabila tanah mengalami
kerusakan, diperlukan waktu yang sangat
lama untuk memperbaharuinya.
Peristiwa pengikisan tanah,
sedimen, batuan, dan partikel lain akibat
angin, air, atau es sering disebut dengan
erosi. Di daerah tropis basah seperti di
Indonesia ini penyebab erosi paling
dominan adalah air, terutama aktivitas
air hujan. Jenis erosi karena aktivitas air
hujan diantaranya adalah erosi percik,
erosi alur, erosi lembar, dan erosi parit.
Erosi alur terjadi jika air terkonsentrasi
dan mengalir pada tempat-tempat
tertentu di permukaan tanah sehingga
proses penggerusan tanah membentuk
alur-alur di tempat tersebut. Erosi percik
terjadi ketika partikel-partikel tanah
bagian atas terkelupas akibat tenaga
kinetik air hujan bebas atau sebagai air
lolos. Erosi lembar terjadi karena
pengangkutan lapisan tanah yang
tebalnya merata dari suatu permukaan
tanah. Sedangkan Erosi parit disebabkan
karena volume air yang lebih besar
terkonsentrasi pada satu cekungan
sehingga kemampuan menggores
menjadi lebih besar.
Tanah merupakan benda alami
yang menutupi permukaan bumi sebagai
media tumbuh tanaman dan terbentuk
oleh faktor iklim, organisme, batuan
induk, topografi, dan waktu. Tanah
mempunyai pengaruh yang besar bagi
kehidupan manusia sebagai tempat
Page 4
melakukan segala aktivitas maupun
media alami bagi pertumbuhan tanaman
sehingga tanah berpengaruh langsung
maupun tidak langsung bagi kehidupan.
Penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kemampuannya akan
menyebabkan tanah menjadi kritis
sehingga dapat menurunkan kualitas
sumberdaya alam yang ada. Penurunan
kualitas sumberdaya lahan tersebut
disebabkan karena kerusakan
lingkungan. Salah satu kerusakan
lingkungan yang banyak terjadi adalah
erosi.
Dataran tinggi Dieng terbentuk
akibat adanya aktivitas vulkanik.
Dataran Tinggi Dieng merupakan bagian
dari kawasan lindung yang seharusnya
dilindungi dari kegiatan produksi dan
kegiatan manusia yang dapat merusak
fungsi lindungnya. Namun pada
kenyataannya daerah ini dimanfaatkan
dengan mengeksploitasi lahan secara
besar-besaran untuk ditanami tanaman
semusim yang sebagian besar adalah
tanaman kentang. Budidaya tanaman
kentang yang tanpa memperhatikan
kaidah konservasi seperti pola
penanaman searah kemiringan lereng
merupakan tindakan yang dapat
mempercepat terjadinya erosi.
Eksploitasi lahan yang kurang
memperhatikan upaya konservasi
tersebut jelas akan merusak ekologi.
Luas lahan pertanian kentang semakin
bertambah dari tahun ke tahun. Di satu
sisi kondisi ini amat menguntungkan
bagi peningkatan taraf hidup petani
tetapi di sisi lain kerusakan lingkungan
yang ditimbulkan jauh lebih besar.
METODE
Secara garis besar penelitian ini
menggunakan 3 tahap, yaitu pertama
pengumpulan data sekunder (mengenai
kualitas dan karasteristik lahan di
Dataran Tinggi Dieng, tinjauan pustaka
yang di pakai sebagai acuan dalam
penelitian), kedua dilakukan survey
lapangan (pengumpulan data primer dan
pengambilan sampel tanah) sekaligus
wawancara dilapangan untuk
mendapatkan informasi tentang
pergantian siklus tanam dan yang ketiga
adalah analisis hasil dari data dan sampel
yang diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Page 5
Tanah merupakan tubuh alam
yang terbentuk dari faktor iklim,
organisme, batuan, topografi, dan waktu.
Dataran Tinggi Dieng berada di
ketinggian lebih dari 2000 mdpl. Tanah
di Dataran Tinggi Dieng masih tergolong
tanah muda dan labil. Tanah ini
termasuk dalam tanah Andisol, yakni
tanah yang berasal dari letusan gunung
api yang memiliki unsur hara tinggi
berwarna hitam sehingga tanah ini
sangat cocok di manfaatkan untuk
pertanian. Dataran Tinggi Dieng
memiliki kemiringan lereng antara 25-
40%. Kawasan ini memiliki curah hujan
yang cukup tinggi. Tanah tersebut sangat
peka terhadap erosi.
Seperti yang telah banyak
diketahui bahwa masalah erosi di
Dataran Tinggi Dieng bukan lagi
masalah baru. Namun semakin
bertambah parahnya keadaan tanah di
Dieng dengan teknis tanam yang tidak
mengikuti kaidah penyelamatan
lingkungan. Tanah ini memiliki drainase
berbeda pada topografi yang berbeda.
Drainase menggambarkan tata air atau
kemampuan tanah meloloskan air pada
suatu daerah tertentu. Pada umumnya
tanah yang memiliki permeabilitas dan
porositas baik, akan mempunyai drainase
baik, Namun pada kenyataannya
seringkali tidak demikian seperti yang
ditemui di daerah Dieng.
Uji Drainase di Daerah Desa
Tieng menggunakan Alpha-alpha
Dipyridyl menunjukkan pada lereng
datar memiliki drainase buruk sedangkan
pada lereng miring memiliki drainese
cukup baik. Teknis tanam pada lereng
yang miring mengikuti arah kemiringan
lereng banyak dilakukan oleh para
petani. Teknis tanam ini membuka
peluang terjadinya erosi hingga
menyebabkan longsor. Tanaman yang
dibudidayakan mayoritas adalah
tanaman kentang dan carica. Tanaman
kentang memang sangat cocok tumbuh
di lahan miring. Tanaman kentang tidak
dapat tumbuh baik pada permukaan
lahan yang tergenang. Sehingga pada
topografi miring di imbangi dengan jenis
tanah dengan unsur hara tinggi maka
tanaman kentang dapat tumbuh intensif.
Terlepas dari itu, para petani kentang
hanya memanfaatkan lahan untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan semata
tanpa melestarikan tanah atau
Page 6
pengendalian erosi. Pembukaan lahan
untuk pertanian semakin bertambah luas.
Walaupun pembukaan lahan bertujuan
untuk di tanami tanaman musiman
kentang, carica, cabe dieng, namun jenis
tanaman yang di budidayakan tidak
memiliki akar yang mampu menahan
erosi dan longsor.
Sesuai dengan pengelopokkan
kelas kemampuan lahan, daerah
penelitian ini termasuk pada kelas III.
Tanah tanah dalam kelas III masih dapat
digunakan untuk usaha pertanian
semusim, namun memerlukan perhatian
yang serius dalam arti dapat ditanami
secara terus menuerus tetapi dengan
syarat harus di sertai dengan perlakuan
pengawetan yang cocok sehingga
kesuburannya tetap terjaga. Sistem
penanaman yang dilakukan harus
mampu menutup tanah dengan sempurna
karena tanah akan menghadapi resiko
erosi cukup besar. Usaha pengawetan
tanah sangat diperlukan baik mekanis,
biologis, atau kombinasi antara
keduanya.
Tanah yang telah mengalami
pengolahan akan mengalami erosi mulai
dari tanah bagian atas yang banyak
mengandung unsur hara yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Horison tanah
yang terbentuk adalah horizon O dan
horizon C. Horison tanah O mengandung
unsur hara tinggi sedangkan horizon C
adalah material atau batuan induk yang
telah mengalami pelapukan. Beberapa
unsur hara yang diangkut oleh tanaman
tidak hanya unsur hara esensial tanaman
tetapi juga sebagai fungsi pengatur sifat
fisik tanah terutama kandungan Ca dan
Fe yang dibutuhkan tanah untuk
pembentukan agregat tanah. Semakin
tebal lapisan tanah atas yang tererosi
semakin rendah daya fungsi lahan untuk
dimanfaatkan karena tanah yang tersisa
adalah tanah keras yang tidak dapat
ditanami. Sehingga banyak dijumpai
sebagian besar tanah di daerah Dieng di
beri pupuk organik maupun kimia oleh
petani untuk menambah unsur hara demi
produktivitas tanam yang tinggi. Di satu
sisi pemupukan mempercepat tanaman
tumbuh dengan baik dengan hasil
optimal, namun di sisi lain pemupukan
yang intensif akan menimbulkan
limpasan yang dapat menurunkan
kualitas air tanah di daerah tersebut
mengingat daerah Dieng memiliki curah
Page 7
hujan tinggi dan berada pada dataran
tinggi dengan topografi miring.
Penggunaan lahan pertanian di sekitar
Telaga Merdada sudah sangat intensif.
Hal ini juga terjadi di lokasi Telaga
Warna, dan Telaga Cebong . Tekstur
tanahnya sedang hingga kasar. Bahan
kasar hingga >50% . Horison C
memiliki tekstur geluh berpasir hingga
remah. Horison menunjukkan lapisan
tanah yang terbentuk akibat proses
pelapukan batuan induk. Uji Ph aktual
menunjukkan 4 dan uji Ph potensial
menunjukkan 5. Pembentukan agregat
tanah yang semakin berkurang atau
bahkan tidak terbentuk lagi akan
menimbulkan tanah mudah tererosi
hingga menyebabkan longsor
Penanaman haruslah disesuaikan
dengan kesesuaian lahan dan penanaman
tanaman yang di usahakan. Erosi kuat
sangat terlihat ketika terjadi hujan yang
ditunjukkan oleh limpasan (runoff)
berwarna coklat keruh yang berarti
membawa material sedimen sangat
tinggi. Kualitas lahan tidak saja
berhubungan dengan erosi tetapi juga
faktor yang memperngaruhi
pertumbuhan tanaman. Lahan dapat
diusahakan jika dapat dikerjakan
(workable), yakni tidak terlalu curam,
tidak terlalu basah dan tidak banyak
faktor pembatasnya. Faktor pembatas
yang ada yaitu kemiringan lereng yang
curam. Tanah ini masuk dalam
klasifikasi kemampuan lahan pada kelas
ke III yaitu masih dapat digunakan untuk
tanaman semusim, tetapi sudah
memerlukan perhatian yang sangat
serius.
Tanah di Dieng baik untuk
ditanami tanaman musiman, namun
harus memerlukan perlakuan
pengawetan yang cocok. Seperti
misalnya dengan melakukan siklus
pergantian tanam dengan melibatkan
tanaman penahan erosi. Siklus
pergantian jenis tanaman ini dapat
menjaga komposisi unsur dalam tanah.
Karena apabila hanya mengusahakan
tanaman musiman dapat menimbulkan
proses pemiskinan unsur dalam tanah
dan perusakan pada tanah tersebut.
Adanya Faktor pembatas akan
memudahkan dalam pemilihan tanaman
yang dibudidayakan. Dengan demikian
jika penanaman di Dieng terus di
budidayakan hanya untuk kepentingan
Page 8
ekonomi semata tanpa upaya
pengendalian lahan maka kualitas lahan
akan terus menurun untuk pertanian dan
degradasi lahan semakin besar. Pada
keadaan ini, agar kita mendapatkan
manfaat yang optimal dari lahan untuk
jangka waktu yang lama kita harus
memperlakukan tanah tersebut sesuai
dengan kemampuan dan syarat
kesesuaian lahannya agar di satu pihak
tanah dapat memberikan hasil yang
maksimal untuk produktivitas tanam dan
di pihak lain tanah tidak menjadi cepat
rusak hingga mengalami erosi.
Kerusakan lingkungan hanya bisa di
perlambat karena sebagian besar tanah di
Dieng sudah tidak dapat lagi
dikembalikan fungsi lahannya sebagai
kawasan lindung.
Uraian tersebut cukup
menjelaskan bagaiman pola pertanian
semusim yang ada di daerah penelitian.
Tanaman semusim seperti kentang, cabe,
carica, tembakau, cocok bila di kaitkan
dengan keadaan suhu dan lokasi
penanman, namun keadaan tanah tidak
memiliki peranan besar mendukung
budidaya tersebut tanpa adanya
perlakuan konservasi.
KESIMPULAN
Penggunaan lahan yang baik
adalah penggunaan lahan yang sifatnya
mampu memberi keuntungan bagi
manusia dan tidak merusak lingkungan
sekitarnya. Kawasan Dieng merupakan
kawasan yang subur untuk budidaya
cocok tanam. Lahannya mampu
memperbaiki ekonomi penduduk di
sekitarnya, tetapi cara menggunakan
lahan yang salah menyebabkan
kerusakan ekosistem dan berpotensi
menimbulkan bencana.
Penanaman tanaman semusim
seperti Carica, Kentang, Tembakau,
Cabe cocok dibudidayakan di daerah
penelitian.
Erosi yang sering terjadi di
kawasan Dieng yang dipengaruhi oleh
curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan
lereng dapat menyebabkan kerugian bagi
hasil produksi cocok tanam. Hal ini
ditunjang pula dengan kesalahan dalam
penggunaaan lahan, yakni jenis tanaman
yang tidak memiliki akar kuat dan teknis
tanam yang justru mempercepat laju
erosi dan menimbulkan longsor. Oleh
karena itu, dibutuhkan sikap yang cerdas
dalam pendayagunaan sumberdaya alam
Page 9
kawasan Dieng dengan memperhatikan
kesesuian lahan yang ada supaya tercipta
kawasan yang produktif dan lestari.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 2000. Konservasi
Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Bradford, J. M., J. E. W. Ferris, and F.
A. Remley. 1987a. Interill Soil
Erosion Process: I. Effect of Soil
Sealing On Infiltration, Run-Off, and
Soil Splash Detachment. Soil Sci.Am.
J. 51: 1.566-1.570.
Hardjiwigebo, S. 1993. Klasifikasi
Tanah dan Pedogenesis. Edisi
Pertama. Jakarta: Akademi Pressindo.
Hudson, N. 1978. Soil Conservation.
London : Bastford.
Utomo, Wani Hadi. 1994. Erosi dan
Konservasi Tanah. Malang: IKIP
Malang.
LAMPIRAN
Gambar 1. Jenis tanaman musiman yang banyak dibudidayakan adalah tanaman
kentang
Page 10
Gambar 2. Budidaya tanaman musiman sudah merambah sampai pada topografi
miring.
Page 11
(a) (b)
Gambar 3. Tanah banyak mengalami erosi. Erosi lembar (a).Erosi parit pada bidang
longsor (b).
Page 12
Gambar 4. Longsor pada dinding bukit
Gambar 5. Air sungai berwarna keruh yang menandakan transport sedimen dan
material permukaan tanah secara intensif.
Page 13
Gambar 6. Pertanian di sekitar Telaga Merdada
Page 14