LAPORAN “HOME VISITE” PSIKIATRI
Oleh:
Lili Suriani
07060018
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT JIWA RSJP NTB/FK UNIZAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2013
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. “S”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pekerjaan : -
Status Menikah : Menikah
Alamat :Dusun Eat Bengkoq, Desa Lendang Lonto, Kecamatan
Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah
Tanggal Home Visit : 06 Juni 2013
II. RIWAYAT PSIKIATRIK (Alloanamnesis dari istri pasien)
a. Keluhan utama
Sering keluyuran dan mengamuk
b. Riwayat gangguan sekarang
Autoanamnesa
Saat bertemu dengan pasien, pasien dalam keadaan tenang dan mau menjawab
salam serta mengulurkan tangan untuk mengajak bersalaman. Pasien bercerita kalau
pasien tidak sakit dan badannya terasa sehat, pasien merasa bingung kenapa dia
dipasung. Pasien juga bercerita kalau pasien mempunyai nyawa 9 dan sudah mati
beberapa kali. Namun saat mati ruh pasien bisa mengambil sendiri jasadnya dan
hidup kembali. Pasien bercerita kalau pasien pernah mati dikalimantan, pasien mati
di sana karena ditembak, pasien juga pernah mati karena lehernya di potong namun
karena pasien punya nyawa yang banyak akhirnya pasien hidup lagi.
Pasien bercerita kalau pasien mampu melihat bayangan-bayangan jin disekitar
rumahnya, namun pasien merasa tidak takut. Jin – jin itu juga kadang berbicara
kepada pasien, namun saat pasien ditanya apa yang dibicarakan dengan jin tersebut
pasien diam saja.
Pasien bercerita kalau saat itu pasien mempunyai kekuatan hingga bisa
menginjak-injak bumi dari atas sehingga bumi yang diinjak tersebut rusak dan
semakin kecil dari sebelumnya.
Alloanamnesis dari istri pasien
Saat ini pasien dipasung dengan batag kayu di dalam sebuah rumah kecil
berlantai tanah yang di buatkan khusus untuk pasien dikarenakan pasien sering
keluyuran, mengamuk, melempar rumah orang dengan batu, mengejar orang,
memaki orang yang lewat depan rumahnya dan tidak mau merawat diri. Selain itu
pasien juga memiliki emosi yang labil, cepat marah dan sering berbicara serta
tertawa-tawa sendiri. Ketika berbicara pasien sering membicarakan tentang tanah,
uang dan kudanya. Keluhan-keluhan seperti ini telah dialami sejak tahun 2003 dan
dari sana pasien dipasung.
Awal mula terjadi perubahan tingkah laku dari pasien adalah pada tahun 2000,
Istri pasien bercerita kalau pada tahun 2000 pasien punya tanah yang dibeli dari uang
pasien, namun karena keputusan ibunya sertifikat tanah tersebut dibuat atas nama
kakak pasien dengan alasan bahwa kakak tersebut adalah yang paling tua sehingga
bisa memikul tanggung jawab yang lebih besar, dan sekarang ini tanah tersebut
merupakan hak milik dari kakak pasien tersebut, dengan keputusan tersebut pasien
hanya diam dan menerima keputusan yang diambil oleh ibunya tersebut. Sejak saat
itu pasien lebih banyak diam namun karena pasien merupakan pribadi yang pendiam,
keluarga jadi tidak terlalu menghiraukan perubahan tersebut.
Saat itu pasien masih tetap menjalani aktivitas sehari-harinya sebagai tukang
kusir cidomo namun setiap hari pasien melihat tanah tersebut yang memang berada
tepat didepan rumahnya hanya di pisah oleh sungai, pasien melihat tanah tersebut
ditanami padi dan kacang pasien tidak pernah mendapat bagian, puncakna pada
tahun 2003, pasien jadi lebih murung dari biasanya, pekerjaannya sebagai kusir
cidomo juga hanya kadang-kadang saja dikerjakan, makan menjadi lebih sedikit dan
tidurnya juga kurang, pasien pernah meminta kepada istrinya untuk mencarikan obat
karena banyak pikiran, istri pasien menuruti keinginan pasien tersebut dengan
mencarikan obat-obat pada “belian” didaerah sana namuntidak membuahkan hasil,
keadaan pasien bertambah parah, ngomong menjadi melantur, cepat marah kalau
permintaannya tidak dituruti atau ada anggota keluarga yang menyanggah
omongannya, tidur semakin jarang dan makanpun sedikit. Pasien sering keluyuran,
mengamuk, melempar rumah orang dengan batu, mengejar orang, memaki orang
yang lewat depan rumahnya dan tidak mau merawat diri keluarga tidak punya pilihan
selain memasung sebelah kaki pasien dengan batang kayu agar keluarga bisa lebih
tenang dan pasien juga lebih terkendali.
Pada tahun 2007 pasien pernah membuka sendiri pasungannya, dan kembali
keluyuran, memaki setiap orang yang ditemuinya dan melempar-lempar rumah
orang, akhirnya keluarga membayar tetangga – tetangga untuk mengejar dan
menangkap pasien, saat itu pasien tidak terpasung ± 5 hari.
Pada tahun 2011 pasien membuka lagi pasungannya, namun karena tingkah
lakunya sama, 10 hari kemudian pasien di pasung lagi sampai sekarang.
Pasien diurus oleh istrinya, ketika pasien lapar pasien akan meminta makanan,
atau rokok dan terkadang meminta bajunya dicucikan oleh istrinya. Pasien tidak mau
dimandikan, namun ketika azan pasien akan mengambil air wudhu dari bak air yang
sudah disiapkan oleh istrinya, dan pasienpun akan solat, terkadang pasien akan
mengingatkan anggota keluarganya agar jangan terlambat ngerjakan solatnya kalau
keluarganya membantah pasien akan marah. Untuk BAB pasien akan menampung
sendiri kotorannya dengan plastik yang sengaja disiapkan oleh istrinya.
Selama ini pasien tidak pernah dibawa berobat baik ke Puskesmas maupun
Rumah Sakit, istri pasien bercerita kalau puskesmas tidak mengetahui kondisi
suaminya. Istri pasien merasa tidak punya biaya untuk membawa pasien berobat,
baru ± 2 bulan ini pasien mempunyai karti Jamkesmas.
c. Riwayat gangguan sebelumnya
- Riwayat trauma kepala (-), kejang (-), riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-).
- Riwayat penggunaan NAPZA dan minum minuman beralkohol tidak pernah,
riwayat merokok (+).
- Keluarga pasien bercerita kalau sebelumnya pasien tidak pernah mengeluh sakit
d. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal
Pasien merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara dan dikatakan lahir secara
normal di dukun. Istri pasien tidak tahu mengenai kondisi pasien saat dilahirkan
apakah terdapat riwayat biru atau kuning dan juga tidak ingat atau hingga umur
berapa pasien mendapatkan ASI
2. Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Pasien tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Riwayat
sakit yang berat disangkal.
3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien dikatakan merupakan anak yang penurut dan cukup pintar. Namun pasien
dikenal sebagai pribadi yang tertutup, pasien jarang berbicara tentang masalah
yang dihadapi baik dengan anggota keluarga maupun dengan teman.
4. Masa kanak-kanak akhir (11-18 tahun)
Pasien tidak bersekolah dan melewati masa remajanya dengan bekerja. Pasien
bekerja sebagai kusir cidomo
5. Dewasa
Pasien sudah menikah, mempunyai 4 orang anak, Pasien saat ini tidak bekerja.
e. Riwayat keluarga
Genogram keluarga pasien :
- Riwayat keluarga gangguan jiwa (-)
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
f. Situasi Sosial Sekarang
- Rumah keluarga pasien tembok dan beralaskan semen. Pasien tinggal bersama istri,
anak, menantu dan cucunya. Pasien ditempatkan disuatu tempat tersendiri disamping
rumahnya yang masih berada dalam satu areal pekarangan dengan rumah keluarga
pasien, tempat pasien berada kecil berlantai tanah, pasien menggunakan tikar sebagai
alasnya, dan atap dari genteng.
- Kebutuhan pasien dapat dipenuhi oleh keluarganya. Istri pasien berjualan di pasar.
Terkadang menantunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
- Pasien masih dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar meskipun dipasung.
- Pasien tidak suka dikerumuni oleh lebih dari 1 orang, terutama anak-anak kecil
disekitar tempat tinggalnya. Jika terjadi demikian pasien akan mudah marah.
+ +
+ ++
+ +
+++
+++ +
+
III. IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN
Keluarga pasien merupakan keluarga sederhana yang hidup sesuai masyarakat Sasak
Lombok pada umumnya.
IV. SOSIAL EKONOMI
Pasien tinggal bersama dengan istri, anak, menantu dan cucunya. Kebutuhan sehari-hari
dipenuhi oleh istri dan menantu pasien yang bekerja sebagai petani
V. DESKRIPSI PASIEN GANGGUAN JIWA YANG BERADA DALAM RADIUS 1
KM DARI DAERAH PASIEN
Di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien hanya pasien yang memiliki riwayat gangguan
jiwa Menurut tetangga pasien, orang-orang yang dianggap memiliki gangguan jiwa adalah :
1. Berbicara sendiri, tertawa sendiri, melamun dan marah-marah hingga mengamuk tanpa
sebab yang jelas.
2. Sering keluyuran sendirian tanpa tujuan yang jelas dan mengganggu orang yang
ditemui di jalan.
3. Sering mengamuk tanpa sebab yang jelas, memaki setiap orang yang ditemui
4. Bertingkah seperti orang kesurupan.
5. Telanjang di tempat umum.
VI. SIKAP KELUARGA TERHADAP ANGGOTA KELUARGANYA YANG
DIPERSEPSIKAN MENDERITA GANGGUAN JIWA
Keluarga menerima keadaan anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa.
Keluarga merasa tidak tega melihat pasien seperti itu dan memasung pasien demi
keamanan masyarakat sekitar, karena masyarakat takut dengan tingkah pasien yang sering
melempar batu, mengamuk, mengejar orang dan untuk mencegah agar tidak terjadi hal
yang lebih buruk. Pasien akhirnya dibiarkan hidup sendiri, pasien akan ketakutan dan
gelisah jika didekati oleh orang lain selain istri dan keluarga yang dikenalinya. BAK dan
BAB di tempat, jika pasien ingin BAB pasien akan menampung sendiri kotorannya dengan
plastik yang sudah disiapkan istrinya. Pasien dikurung dalam berpakaian lengkap,
beralaskan selembar tikar, kadang-kadang baju pasien diganti oleh istrinya. Pasien tetap
diantarkan makanan dan minuman oleh istri dan anaknya serta menantunya.
VII. TANGGAPAN KELUARGA SETELAH ADA ANGGOTA KELUARGA YANG
DIRAWAT RSJ
Keluarga pasien sebenarnya merasa malu mempunyai keluarga yang mempunya
keluarga sakit jiwa, namun karena sudah sangat lama akhirnya keluarga menerima keadaan
anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa. Menurut keluarga pasien, pasien
mengalami keluhan yang sudah cukup lama dan tidak ada kemungkinan untuk sembuh.
Namun, tetap harus diperhatikan mengenai pemberian makanan dan minumannya. Belum
ada usaha pengobatan terhadap pasien selain dari pengobatan oleh “belian”. namun tidak
memberikan hasil. Keluarga merasa keluhan yang dialami pasien tidak ada kemungkinan
untuk sembuh karena sudah berlangsung lama, namun keluarga pasien mengharapkan
adanya perbaikan jika nantinya diobati.
VIII.TANGGAPAN KELUARGA TERHADAP PASIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN JIWA DAN USAHA PENGOBATAN
Menurut keluarga pasien, penderita yang mengalami gangguan jiwa perlu
mendapatkan pengobatan namun karena keterbatasan dana dan dikhawatirkan apabila
pasien dibawa ke RSJ akan mengamuk akhirnya keluarga pasien hanya berusaha mengobati
pasien secara tradisional. Pasien baru ± 2 bulan ini mendapat karti JAMKESMAS.
IX. KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI KELUARGA TERKAIT
PENANGANAN ANGGOTA KELUARGANYA YANG DIPERSEPSIKAN
MENDERITA GANGGUAN JIWA
Kendala yang dihadapi keluarga adalah pasien yang suka mengamuk sehingga
keluarga enggan untuk melepas pasien dan kesulitan untuk membawa pasien berobat ke
rumah sakit jiwa. Masalah transportasi dan biaya juga merupakan kendala besar bagi
keluarga pasien, karena keterbatasan ini membuat keluarga pasien tidak bisa membesuk
dan mengetahui perkembangan pasien. Selain itu keluarga tidak yakin pasien bisa sembuh
karena gangguan jiwa tersebut sudah berlangsung sangat lama
DOKUMENTASI PASIEN
Recommended