LAPORAN KASUS
KEJANG DEMAM
DIAN FITRIANY SUHARDIEKA WIDIA
PEMBIMBING Dr. Nia Adriani, Sp.A, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANJAR
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RA No Rekam Medis : xxxxxx Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal lahir : 09 April 2012 Umur : 2 tahun 1 bulan 3 hari Tanggal Masuk RS : 5 Mei 2014 Agama : Islam Penjamin : SKTM Pekerjaan
Orang tua : Ibu : Buruh Pabrik
Ayah : Meninggalo Pendidikan Orang Tua : Ibu : SMP
Ayah : SMP Alamat : Parungsari, kecamatan Purwaharja, Kota Banjar
ALOANAMNESIS
KU : Kejang
RPS :
Kejang sejak kurang lebih tiga jam SMRS, kejang
berlangsung kurang dari lima menit, saat kejang mata mendelik
keatas, seluruh tubuh kaku, saat setelah kejang pasien menangis.
Kejang didahului oleh demam. Demam sejak kurang lebih
delapan jam SMRS, demam mendadak tinggi. Batuk&pilek
disangkal, mencret disangkal, bab&bak tidak ada keluhan, makan
kurang karena sulit menelan, minum baik.
Riwayat Penyakit Dahulu
Belum pernah sakit kejang demam sebelumnya, OS baru pertama kali
mengalami sakit kejang demam.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- kakak OS pada saat usia 4 bulan kejang, namun tidak berulang sampai
sekarang.
-Kakek OS waktu kecil ada riwayat kejang demam.
o Riwayat Pengobatan dan Alergi
- Belum pernah berobat sebelumnya
- Tidak ada riwayat alergi
o Riwayat Psikosial
- belum sekolah, makan tidak suka sayur, di rumah tidak ada yang merokok
Riwayat kelahiran : Lahir spontan cukup bulan di Bidan BBL 2500 gr
langsung menangis.
Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap di bidan
Pemeriksaan Fisik
BB = 11 kg TB = 79 cm
T = 37.5ºc Nadi = 80x/’ RR= 25 x/’ HR= 110x/’
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), sekret (-/-), pupil : isokor,
sekret (-/-)
Hidung : Normonasal, sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut dan :Mukosa lembab, tonsil T2/T2, faring hiperemis
Tenggorokan :lidah tidak kotor
Telinga : Normotia, Sekret (-/-), liang telinga : lapang
Leher : Pembesaran KGB (-/-), kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Leher KGB leher : tidak teraba
membesar Kelenjar tiroid: tidak teraba
membesar
Thorax Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan nafas simetris,
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua
paru Perkusi : sonor pada seluruh
lapangan paru Auskultasi : suara nafas
vesikuler, crackles -/-, wheezing -/-
Jantung Inspeksi: pulsasi, iktus cor
dis tidak terlihat Palpasi: thrill tidak teraba Perkusi: jantung dalam bat
as normal Auskultasi: Bunyi Jantung
I dan II regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Datar, BU (+/+), NT (-/-)
• Inspeksi : Permukaan abdomen datar
• Auskultasi : Bising usus dalam batas normal 10x/menit
• Palpasi: : Hepatomegali (-), splenomegali (-), turgor kembali cepat
• Perkusi :Bunyi timpani, shifting dullness (-)
Extremitas :Ex. Superior dan inferior hangat, CRT <2’’, edema (-)
Kulit : Anemis (-), sianosis (-), turgor kembali cepat
Anus : Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak ada kelainan kongenital
Riwayat tumbuh kembangUsia/ perkembangan
Motorik Kasar Bahasa Motorik Halus Personal sosial
2 bulan - Kepala terangkat
Ooo aaa Mengikuti lewat garis tengah
tersenyum
4 bulan Kepala tegak, membalik
Berteriak , menoleh ke bunyi-bunyian
Memegang icik2, tng mau menggenggam
Mengamati tanganya
6 bulan Dada terangkat Menoleh kearah suara, meniru kata2 (mama)
meraih Berusaha menggapai mainan
9 bulan Duduk tanpa pegangan
mengoceh menggaruk Tepuk tangan
12 bulan berdiri Papa, mama spesifik
Memegang jari, mainan kubus
Mainan
15 bulan Berdiri sendiri , berjalan,
3 kata Mencorat-coret Minum dgncangkir
18 bulan lari 8 kata Main dgn teman Menggunakan sendk dan garpu
24 bulan melompat Komunikasi di mengerti , menunjuk yg dinginkan
menggambar Memakai baju, cuci tgn, gosok gigi
45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
105
110
Bb= 11 kg tb=79 cm
Berdasarkan z-score hasilnya diatas SD 1 artinya OS berisiko gizi lebih
TB = 79 cm
Berdasarkan z-score hasilnya diantara 2 dan 0 artinya normal
BB = 11 kg
Berdasarkan z-score hasilnya diantara -2 dan +2 artinya gizi risiko lebih
Differential diagnose :
- KejangDemam
Kompleks+faringitis
- Meningitis+faringitis
Working diagnose :
- Kejang demam sederhana +
faringitis
Pemeriksan Penunjang
- DPL
Terapi IGD
Inf RL 10 gt/m/makro
Sanmol inf 3 x 120 mg iv (BP)
Cefotaxime 2 x 300 mg iv
Diazepam 5 mg iv (BK)
FOLLOW UP 05/05/2014 HR 1 , HS 1 Hasil lab :- Hemoglobin = 10.7 gr/dl- Trombosit = 227 ribu/mm³
- Hematokrit = 33.4 %- Leukosit =11 ribu/mm³- Eritrosit =4.89 juta/uL
BB=11kg T = 37.5ºc Nadi = 80x/’ RR= 25 x/’ HR= 110x/’
Kejang (+) ± 3 jam SMRS, kejang berlangsung < 5 menit, saat kejang mata mendelik
keatas, seluruh tubuh kaku saat setelah kejang pasien menangis. Kejang didahului oleh
demam. Demam ± 8 jam SMRS, demam mendadak tinggi. Batuk&pilek disangkal,
mencret disangkal, bab&bak tak, makan kurang karena sulit menelan, minum baik.
Th/
Inf RL 11 gtt/menit/makro
Diazepam 4 mg iv (bila kejang)
Diazepam 3x 3 mg p.o (bila panas)
Paracetamol syr 4 x 1 cth (bila panas)
Curcuma 1 x 1tab
06/05/14 HR 2 , HS 2
BB = 11 kg T= 37,4 ºc Nadi= 80x/’ HR=115x/’RR= 27 x/’
Demam (+), kejang (-), batuk & pilek (-/-), makan & minum (+/+), muntah (-), bak &
bab lancar dan tak. Nyeri menelan berkurang.
17.00 WIB
BB = 11 kg T=37,2 ºc Nadi= 80x/’ HR=112x/’RR= 25 x/’
Demam (-), kejang (-), batuk & pilek (-/-), makan & minum (+/+), muntah (-), bak &
bab lancar dan tak. Nyeri menelan berkurang.
21.00 WIB
BB = 11 kg T= 37,0 ºc Nadi= 80x/’ HR=110x/’RR= 25 x/’
Demam (-), kejang (-), batuk & pilek (-/-), makan & minum (+/+), muntah (-), bak &
bab lancar dan tak. Nyeri menelan berkurang.
07/05/14 HR 3 , HS 3
BB = 11 kg T= 36,8 ºc Nadi= 80x/’ HR=110x/’RR= 25 x/’
Demam (-), kejang (-), batuk & pilek (-/-), makan & minum (+/+),
muntah (-), bak & bab lancar dan tak. Nyeri menelan (-).
Th/
Diazepam 3x 3 mg p.o (bila panas)
Paracetamol syr 4 x 1 cth (bila panas)
Curcuma 1 x 1tab
BLPL
RESUME
Pasien perempuan 2 tahun 1 bulan 3 hari, datang dgn Kejang sejak
kurang lebih tiga jam SMRS, kejang berlangsung kurang dari lima
menit, saat kejang mata mendelik keatas, seluruh tubuh kaku saat
setelah kejang pasien menangis. Kejang didahului oleh demam.
Demam sejak kurang lebih delapan jam SMRS, demam mendadak
tinggi. Batuk&pilek disangkal, mencret disangkal, bab&bak tidak
ada keluhan, makan kurang karena sulit menelan, minum baik.
Pemeriksaan fisik : Faring hiperemis (+), tonsil T2/T2,
Hasil lab yang di dapatkan leukositosis
ANALISA MASALAH
Bagaimana mendiagnosis kejang demam pada kasus ini?
Mengapa mendiagnosis banding dengan kejang demam
kompleks+faringitis?
Bagaimana penatalaksanaan pasien dalam kasus ini?
Bagaimana prognosis pada pasien dalam kasus ini?
ANALISA KASUS
Diawali dengan demam
( Faringitis)
YAKejang < 15
menit
YA- Mata mendelik - Extremitas
superior dan inferior kaku
- Serangan kejang tidak lebih dari 2 x pada satu periode demam
- Tidak ada kelainan neurologi pasca kejang
YA
KEJANG DEMAM SEDERHANA +
FARINGITIS
Hasil lab :
- Hemoglobin = 10.7 gr/dl
- Trombosit = 227 ribu/mm³
- Hematokrit = 33.4 %
- Leukosit =11 ribu/mm³
- Eritrosit =4.89 juta/uL
Terapi yang sudah diberikan
Inf RL 11 gtt/menit/makro
Diazepam 4 mg iv (bila kejang)
Diazepam 3x 3 mg p.o (bila panas)
Paracetamol syr 4 x 1 cth (bila panas)
Leukositosis akibat infeksi pada faring. OS mengeluh susah makan karena sakit menelan, faring hiperemis, tosil
t2/t2
KEJANG DEMAM
Definisi : Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38ᵒ C)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
IDAI
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak. Tidak
ada batasan usia yang spesifik, sering terjadi pada usia 6
bl – 3 th dengan puncak usia 18 bl.
IDAI
FAKTOR RISIKO
Demam
Riwayat kejang demam pada keluarga kandung
Perkembangan terlambat , problem pada masa neonatus,
riwayat kehamilan dan kelahiran
Foktor risiko epilepsi : KD kompleks , riwayat epilepsi
di keluarga
KLASIFIKASI
Kejang Demam Sederhana (simple febrile seizure)
Kejang Demam Kompleks (complex febrile seizure)
KRITERIA DIAGNOSIS
Kejang Demam Sederhana :
o Lama kejang < 15 menit
o Kejang umum / kedua belah tubuh
o Serangan kejang < 2 x pada satu periode demam
o Tidak ada kelainan neurologi pasca kejang
Etiologi
Demam
Metabolisme basal meningkat
10-15%Perubahan difusi K ₊ &
Na ₊
Perubahan beda potensial membran sel neuron
Keb O2 meningkat
sampai 20%
Pelepasan muatan listrik neuron otak
Pelepasan muatan listriksemakin meluas ke seluruh sel maupun membran sel
sekitarnya dengan bantuan neurotransmiter
PATOFISIOLOGI
kejang
Risiko trauma
SINGKAT <15 MENIT
KONTRASI OTOT ↑
ASIDOSIS LAKTAT DJ ↑
> 15 MENIT
HIPERKAPNIA
HIPOKSEMIA
DEMAM↑ METABOLISME
OTAK ↑KERUSAKAN
NEURON OTAK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb, Leukosit, Hitung jenis, Trombosit, morfologi sel,Na,
K, Ca, glukosa darah sesuai indikasi.
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal harus dilakukan pada semua anak kejang
disertai demam dan memiliki gejala meningeal, atau
ditemukan tanda – tanda meningitis.
Anjuran mengenai pungsi lumbal pada kejang demam
sebagai berikut :
Harus dilakukan pada bayi usia < 12 bl yang mengalami
kejang demam pertama.
Dianjurkan pada bayi usia 12 – 18 bl
Tidak dilakukan secara rutin pada bayi berusia > 18 bl
Pungsi lumbal dilakukan bila secara klinis dicurigai
mengalami meningitis.
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG tidak dianjurkan dilakukan pada anak
kejang demam.
(Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang demam, ataupun memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi di kemudian hari pada penderita kejang demam.)
PENATALAKSANAAN
Tanda vital, ABC
Jalur intravena dengan Nacl 0,9 % Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB i.v
Diazepam 0,3 - 0,5 mg/kgBB i.v
Fenitoin 20-40 mg/kgBB dalam Nacl 0,9 % bolus i.v. lambat, kecepatan 1 mg/kgBB/mnt. Jika kejang masih
berlanjut dapat diulang 10 mg/kgBB
Fenobarbital 20-40 mg/kgBB kecepatan < 50 mg/menit
12 jam kemudian diberikan Fenitoin
rumatan 4-8 mg/kgBB/hr
dibagi 2 dosis
Kejang (-)
Midazolam 0,15 mg/kgBB bolus iv dilanjutkan dengan infus 1-2
mikrogram/kgBB/mnt, titrasi setiap 15 menit hingga kejang teratasi (SE)
Kejang (-)
12 jam kemudian diberikan
Fenobarbital rumatan 4-8 mg/kgBB/hr
dibagi 2 dosis
Pemberiaan Obat pada Saat Demam
o Antipiretik
o Antikonvulsan (pengobatan intermiten)
Pemberian diazepam dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB tiap 8 jam
pada saat demam ( dapat diberikan selama demam biasanya
2-3 hr) → dapat menurunkan risiko berulangnya kejang
demam.
Diazepam per rektal juga dapat digunakan, dosis 5 mg untuk
BB < 10 kg, 10 mg untuk BB > 10 kg.
Pengobatan Kejang (Anak datang dalam Keadaan
Kejang)
o Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif
untuk menghentikan kejang dan dapat diberikan oleh orang
tua dirumah. Apabila kejang masih berlangsung pemberian
diazepam bisa diulang 1x sebelum dibawa ke RS.
Pemberian antikonvulsan Terus-menerus (Rumat)
o Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
o Asam Valproat 20-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis.
Indikasi pemberian antikonvulsan rumat :
o Kejang > 15 menit
o Ditemukan kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang
o Kejang fokal atau parsial.
Kejang Demam Kompleks:
o Kejang berlangsung lama ( >15 menit)
o Kejang fokal/parsial, atau kejang umum lalu didahului
kejang fokal.
o Kejang berulang ( ≥ 2x dalam 24 jam)
o Ada kelainan neurologis pasca kejang
MENINGITISDefinisi Suatu infeksi/ peradangan dari
meningens disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia/ protozoa
Etiologi Neonatus : E.coli, Streptococcu, SalmonelaAnak < 4 th: Hemofilus influenza, meningococus, pneumococusAnak >4th dan orang dewasa: meningococus, pneumococus
Tipe meningitis Meningitis KriptikokusMeningits Tuberkulosis GeneralisataMeningitis Purulenta
Manifestasi Klinis Demam tinggi, sakit kepala, pilek, mual dan muntah, kejang, gangguan kesadaran, leher terasa pegal dan kaku.
Kejang demam kompleks dan meningitis disingkirkan karena hasil aloanamnesis mengarah pada kejang demam sederhana
KONSELING
Jelaskan pada orang tua bahwa kejang demam sebagian
besar tidak berbahaya
Jelaskan pada orang tua cara menangani kejang demam
di rumah.
Sediakan obat penurun panas , diazepam rektal dan
menyediakan termometer di rumah
PROGNOSIS
Risiko berulangnya kejang demam
Risiko terjadi epilepsi di kemudian hari. Sebagian besar
2-10% penderita kejang demam mengalami epilepsi di
kemudian hari.
Risiko mengalami kecacatan atau kematian.
Prognosis
Quo ad vitamQuo ad functionamQuo ad sanactionam
Dubia ad bonamDubia ad bonamDubia ad bonam
KESIMPULAN
Berdasarkan tanda dan gejala dari hasil aloanamnesis
pasien dapat disimpulkan kejang demam sederhana +
faringitis