KONSULAT REPUBLIK INDONESIA
SONGKHLA
LAPORAN KINERJA
KONSULAT REPUBLIK INDONESIA
DI
SONGKHLA
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tugas dan Fungsi
C. Struktur Organisasi
D. Aspek Strategis Konsulat Republik Indonesia (KRI) di Songkhla
E. Tantangan dan Isu-isu Strategis Tahun 2017
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis KRI Songkhla 2015 - 2019
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
1. Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2017
Sasaran Strategis 1
Sasaran Strategis 2
Sasaran Strategis 3
Sasaran Strategis 4
Sasaran Strategis 5
2. Perbandingan antara Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Tahun
2017 dan Target Tahun Mendatang yang Terdapat pada Dokumen
Renstra 2015-2019
3. Analisis Penyebab Keberhasilan / Kegagalan atau Peningkatan /
Penurunan Kinerja
4. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
5. Analisis Program / Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan ataupun
Tantangan Pencapaian Kinerja
B. Realisasi Anggaran
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
BAB IV PENUTUP
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KRI Songkhla sebagai Perwakilan Republik Indonesia pada tingkatan
Konsulat didirikan di Songkhla pada tahun 1997. Wilayah kerja Konsulat RI di
Songkhla, sesuai Surat Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1995 tanggal 5 Juni
1995, meliputi keseluruhan 14 propinsi di kawasan Thailand Selatan, yaitu Krabi,
Chumpon, Trang, Nakhon Si Thamarat, Narathiwat, Pattani, Phangnga,
Phatthalung, Phuket, Yala, Ranong, Songkhla, Satun dan Surat Thani.
Penyusunan Laporan Kinerja ini juga dimaksudkan untuk menyampaikan
capaian, evaluasi dan analisis terhadap pengukuran kinerja untuk setiap sasaran
strategis atau hasil program/kegiatan dan langkah perbaikan ke depan. Selain itu,
laporan kinerja ini juga sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, fungsi,
dan peranannya dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan
kepada KRI Songkhla berdasarkan perencanaan strategis yang telah sebelumnya
ditetapkan dalam Renstra Konsulat RI Songkhla 2015 - 2019.
Penyusunan Laporan Kinerja (LKj) KRI Songkhla Tahun 2017 mengacu pada
Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah; dan mengacu kepada Sistematika Penulisan Laporan Kinerja (LKj)
sebagaimana yang disusun oleh Kementerian PAN dan RB.
Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) KRI Songkhla dilaksanakan
dengan mengacu pada Standard Operating Procedure (SOP) Mikro yang telah
ditetapkan sebelumnya, dan demikian pula halnya dengan penulisan LKj ini
khususnya dalam hal penghitungan capaian masing-masing telah dilakukan
berdasarkan SOP terkait. Dokumen SOP Mikro terdapat pada Lampiran I.
B. Tugas dan Fungsi
Landasan hukum yang mengatur tata kerja, tugas pokok, dan fungsi
Perwakilan RI di luar negeri, antara lain:
1. Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;
2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;
3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Peraturan Presiden RI No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara RI, yang menyebutkan bahwa Perwakilan RI
adalah Pelaksana Tugas Pokok Kementerian di Luar Negeri;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 2003 tentang
Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;
6. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri No. 06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan di Luar Negeri.
Dalam melaksanakan tugas sebagai Perwakilan Republik Indonesia pada tingkatan
Konsulat untuk wilayah yurisdiksi Thailand Selatan, KRI Songkhla
menyelenggarakan fungsi:
1. Perlindungan terhadap kepentingan Warga Negara Indonesia dan Badan
Hukum Indonesia di wilayah kerja Thailand Selatan dalam wilayah Kerajaan
Thailand.
2. Pemberian bimbingan dan pengayoman terhadap Warga Negara Indonesia
dan Badan Hukum Indonesia di wilayah kerja Thailand Selatan dalam
wilayah Kerajaan Thailand.
3. Peningkatan hubungan perekonomian, perdagangan, perhubungan,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan;
4. Pengamatan, penilaian, dan pelaporan mengenai kondisi dan perkembangan di
wilayah kerja Thailand Selatan dalam wilayah Kerajaan Thailand.
5. Kegiatan manajemen kepegawaian, keuangan, perlengkapan, pengamanan
internal komunikasi perwakilan.
6. Fungsi-fungsi lain sesuai dengan hukum dan praktek internasional.
C. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, sesuai Surat Keputusan Menlu
RI no 134/OT/IX/95/01 tanggal 18 September 1995, struktur organisasi Konsulat
RI di Songkhla terdiri dari unsur pimpinan (Kepala Perwakilan); unsur pelaksana
(Fungsi Protokol dan Konsuler, Fungsi Pensosbud, Fungsi Ekonomi); unsur
penunjang (Bendahara dan Penata Kerumah-Tanggaan Perwakilan / BPKRT dan
home staf Non-Diplomatik SK Menlu 111).
1. Fungsi Protokol dan Konsuler mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas KRI Songkhla di bidang protokol dan konsuler.
2. Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas KRI Songkhla di bidang informasi, sosial - budaya, dan
pembinaan WNI serta pemberdayaan diaspora khususnya warga Thailand
alumni Sekolah Indonesia.
3. Fungsi Ekonomi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas KRI
Songkhla di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi.
4. Bendahara dan Penata Kerumahtanggaan Perwakilan (BPKRT) membantu Kepala Perwakilan dan Kepala Kanselerai/HOC dalam
menyelenggarakan pengelolaan keuangan, barang milik negara dan kerumah-
tanggaan Perwakilan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPKRT dibantu oleh
seorang Pejabat Pengadaan.
D. Aspek Strategis Konsulat Republik Indonesia (KRI) di Songkhla
Dengan memperhatikan rumusan visi Kementerian Luar Negeri:
“Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai
Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat”, Konsulat RI di Songkhla telah
menetapkan pernyataan visi “Menjadi ujung tombak dalam mewujudkan wibawa
diplomasi Indonesia dalam bidang ekonomi, sosial budaya dan pendidikan, dan
bidang konsuler di Thailand Selatan”
Untuk merealisasikan visi tersebut, Konsulat RI di Songkhla telah menetapkan
2 (dua) misi yang akan dicapai selama kurun waktu 2015-2019, yaitu:
Misi Pertama
“Mewujudkan kapasitas Konsulat yang mumpuni untuk mendukung misi
diplomasi Indonesia di wilayah yurisdiksi Thailand Selatan”.
Misi Kedua
“Memantapkan peran Konsulat dalam memajukan kepentingan nasional Indonesia
di wilayah yurisdiksi Thailand Selatan.”
Berdasarkan dua misi tersebut, KRI Songkhla melaksanakan tugas pokok
dalam dua konteks hubungan kerja sama dengan wilayah kerja Konsulat, yaitu
(pertama) konteks hubungan bilateral, dan (kedua) konteks kerja sama sub
regional ASEAN.
Konteks Hubungan Bilateral
Mewakili dan memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah
Republik Indonesia serta melindungi kepentingan Warga Negara Indonesia (WNI)
dan Badan Hukum Indonesia (BHI) melalui pelaksanaan hubungan kekonsuleran
dengan otoritas Kerajaan Thailand di wilayah yurisdiksi Konsulat, termasuk
peningkatan hubungan ekonomi, sosial budaya dan pendidikan, serta perlindungan
WNI-BHI.
Konteks Kerja Sama Sub Regional ASEAN
Mendukung peningkatan kerjasama sub regional ASEAN, yaitu Indonesia-
Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), dimana keseluruhan 14 propinsi
Thailand Selatan dan keseluruhan 10 propinsi di Pulau Sumatra merupakan
anggota kerjasama sub-regional segitiga pertumbuhan ekonomi tersebut.
E. Tantangan dan Isu-isu Strategis Tahun 2017
Berbagai tantangan dalam pelaksanaan diplomasi Indonesia di Thailand
Selatan mencakup sejumlah isu, di antaranya yang paling menonjol sbb:
Insurjensi (separatism) di wilayah propinsi-propinsi Thailand Selatan yang
berdekatan dan berbatasan langsung dengan bagian utara Malaysia, yaitu
propinsi Narathiwat, Pattani, dan Yala, masih menjadi sumber utama ancaman
keamanan bagi pertumbuhan perekonomian Thailand Selatan dan
berkembangnya kerjasama segitiga pertumbuhan ekonomi kawasan. Perisitiwa
tindak kekerasan dari para insurjen di wilayah Thailand Selatran pada tahun
2017 masih tetap berlangsung. Namun demikian terdapat penurunan insiden
kekerasan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 di
wilayah Thailand Selatan terdapat 588 insiden kekerasan yang merupakan
penurunan sebesar 27,13% dari tahun 2016 yang terdapat 807 insiden
kekerasan. Dengan banyaknya jumlah mahasiswa Indonesia yang setiap
tahunnya melakukan PPL KKN di wilayah Thailand Selatan untuk mengajar di
berbagai sekolah di wilayah yang termasuk kedalam wilayah di mana insiden
insurjensi sering terjadi menjadikan perhatian bagi Konsulat RI Songkhla
untuk memastikan keamanan dan keselamatatan para mahasiswa Indonesia
selama berada di Thailand Selatan.
Keseriusan penegakan hukum terhadap penyelundupan manusia (Human
Trafficking) dan penertiban industri perikanan memerangi Ilegal, Unregulated
dan Unreported Fishing (IUU Fishing) di Thailand Selatan yang menjadikan
jumlah permasalahan terkait ABK WNI cenderung meningkat, khususnya
karena masih banyaknya ABK WNI yang bekerja di kapal ikan yang tidak
memenuhi standar. Namun di sisi lain, keseriusan pemerintah Thailand
tersebut menjadikan permasalahan terkait ABK WNI di Phuket yang bekerja
di perusahaan kapal ikan milik perusahaan non-Thailand, khususnya terkait
perselisihan masalah gaji, dapat dijangkau oleh hukum Thailand dengan
menggunakan ketentuan IUU Fishing.
Masih belum terdapatnya konektivitas laut dan udara antara kawasan Thailand
Selatan dan Pulau Sumatera secara langsung, dimana jalur logistik yang
menghubungkan kedua wilayah tersebut masih menggunakan established
shipping lane ke Bangkok terlebih dahulu. Aktifitas ekonomi antara Thailand
Selatan dan wilayah Sumatera harus dilakukan melalui Bangkok atau via
negara ketiga, dan hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kurang
kompetitifnya harga produk Indonesia di pasar Thailand Selatan dan harga
paket wisata destinasi Sumatera bagi pasar turis warga Thailand Selatan.
Bidang Konsuler: Penegakan Hukum terhadap Penyelundupan Manusia (Human
Trafficking) dan IUU Fishing
WNI yang berdomisili di Thailand Selatan berdasarkan data resmi per bulan
nya di tahun 2017 berjumlah rata-rata sekitar 850 orang. Jumlah total
sesungguhnya WNI yang berada di Thailand Selatan diperkirakan mencapai tiga
kali lipat dari data resmi. Terdapat tujuh pintu masuk ke Thailand Selatan, dimana
lima diantaranya melalui jalur darat dari Malaysia. Sesuai data Bank of Thailand
Souther Region Office berdasarkan statistik kantor-kantor imigrasi di wilayah
Thailand Selatan, jumlah WNI yang berkunjung ke Thailand Selatan per bulannya
sepanjang tahun 2017 melalui 7 pintu imigrasi internasional tersebut di atas rata-
rata mencapai 10.001 orang, dimana jumlah tertinggi tercatat pada bulan
Desember 2017 sejumlah 14.746 orang dan jumlah terendah tercatat pada bulan
September 2017 sejumlah 7.482 orang. Secara keseluruhan, jumlah WNI yang
berkunjung ke Thailand Selatan pada tahun 2017 adalah 120.010 orang. Namun,
data tersebut baru mencakup WNI yang masuk ke Thailand Selatan melalui pintu
imigrasi internasional yang berada di Thailand Selatan; jumlah WNI sebenarnya
yang berada di Thailand Selatan dapat dipastikan lebih banyak dari angka tersebut
sebab terdapat juga WNI yang masuk ke Thailand melalui pintu imigrasi
internasional di bandara di Bangkok dan selanjutnya melanjutkan perjalanan ke
destinasi di Thailand Selatan melalui jalur darat ataupun penerbangan domestik.
Pada tahun 2016 yang lalu, sesuai data Tourism Authority of Thailand (TAT),
terdapat tambahan sejumlah 62.000 WNI yang masuk dengan melalui jalur darat
dan penerbangan domestik dari Bangkok. Data TAT, yang didasarkan pada
statistik tamu hotel, mengenai jumlah WNI masuk ke Thailand Selatan dari
bandara Bangkok hingga tanggal 31 Januari 2018 masih belum tersedia.
WNI pada umumnya tidak melapor ke Konsulat bila mereka tidak memiliki
atau menghadapi suatu masalah selama di Thailand Selatan. Permasalahan-
permasalahan yang pada umumnya menimpa WNI di Thailand Selatan mencakup
masalah illegal entry – keimigrasian, kecelakaan kerja, kepemilikan / jaringan
pengedar narkoba dan masalah pidana kriminal lainnya, serta terkait human
trafficking dan IUU Fishing termasuk perselisihan kerja para ABK WNI di kapal-
kapal ikan asing milik warga / perusahaan non-Thailand yang bersandar di
pelabuhan di Phuket. Selain itu, terdapat pula WNI mahasiswa yang melaporkan
permasalahan yang dialami dalam studinya termasuk permasalahan biaya dan
masalah akademik.
Bidang Ekonomi: Trade, Tourism dan Investment
Kawasan Thailand Selatan dan kawasan Indonesia bagian barat memiliki
banyak kesamaan pandangan dan nilai budaya, juga besarnya sifat
komplementaris berbagai produk yang dihasilkan. Namun karena antara kedua
kawasan tersebut masih belum terdapat konektivitas transportasi langsung, baik
transportasi udara ataupun laut, tantangan yang harus diatasi adalah menjadikan
komoditi produk Indonesia dan destinasi wisata Indonesia tetap dapat kompetitif
di pasar Thailand Selatan. Tantangan lainnya adalah dalam mempromosikan dan
meyakinkan pengusaha dan investor di Thailand Selatan mengenai insentif dan
potensi investasi Indonesia, khususnya menghadapi destinasi investasi di negara
lain.
Bidang Pembinaan WNI, Pendidikan dan Sosial Budaya
Kerjasama di bidang pendidikan dan budaya antara Indonesia dan Thailand
Selatan telah berkembang dengan cukup pesat. Bagi para pemuda Thailand
Selatan, Indonesia merupakan tujuan favorit pendidikan; sedangkan wilayah
Thailand Selatan menjadi tujuan favorit untuk pelaksanaan kunjungan studi
banding, magang mahasiswa PPL dan KKN dan mitra exchange students serta
joint research bagi mayoritas institusi pendidikan tinggi Indonesia.
Konsulat akan senantiasa berusaha membantu memastikan kelancaraan dan
keselamatan para WNI mahasiswa peserta program PPL KKN dengan bekerja
sama dan berkoordinasi dengan semua stakeholders terkait; dan memaksimalkan
peran pelaksanaan program magang PPL dan KKN oleh WNI mahasiswa dimana
mereka berpraktek sebagai guru bahasa Indonesia sehingga mereka dapat
mendorong bertambahnya jumlah pelajar warga Thailand yang melanjutkan studi
di berbagai sekolah / universitas di Indonesia.
Saat ini, rata-rata dalam tiga tahun terakhir jumlah visa kunjungan sosial
budaya untuk maksud melanjutkan sekolah di Indonesia yang dikeluarkan oleh
Konsulat RI Songkhla setiap tahunnya adalah sebesar 1.230 visa. Jumlah tersebut,
berdasarkan data pengamatan lapangan, masih dapat ditingkatkan hingga ke angka
hingga sekitar 2.050 visa. Dalam upaya tercapainya angka tersebut, Konsulat juga
akan senantiasa melakukan promosi jasa pendidikan, khususnya pendidikan Islam,
dan promosi kebudayaan Indonesia di Thailand Selatan.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Konsulat RI di Songkhla sebagaimana
telah diuraikan dalam BAB I di atas, telah ditetapkan Rencana Strategis KRI
Songkhla 2015-2019 yang mencakup penetapan Sasaran, IKU dan Target per
tahunnya. Rencana strategis tersebut merupakan turunan dari pelaksanaan visi dan
misi Konsulat yang sebelumnya telah ditetapkan (tertera pada BAB I butir D).
A. Rencana Strategis KRI Songkhla 2015 - 2019
Dengan mengacu kepada visi, misi dan tujuan Konsulat RI di Songkhla dan
dengan memperhatikan Sasaran Strategis Kemenlu, Konsulat RI di Songkhla telah
menetapkan Sasaran-Sasaran Strategis untuk dicapai pada tahun 2017, yang
merupakan satu bagian periode dari rangkaian periode lima tahunan dalam Renstra
Konsulat RI Songkhla 2015 – 2019 (dokumen Renstra KRI Songkhla ini terdapat
pada Lampiran II), sebagai berikut:
Sasaran Strategis 1: Menguatnya peran Konsulat RI di Songkhla dalam
mendukung diplomasi maritim dan perbatasan / pengembangan infrastruktur poros
maritim Indonesia.
Sasaran Strategis 2: Peningkatan peran Konsulat RI di Songkhla dalam
menciptakan nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan bagi
kesejahteraan rakyat Indonesia.
Sasaran Strategis 3: Menguatnya peran soft power diplomasi yang dilakukan
oleh Konsulat RI di Songkhla di wilayah kerja.
Sasaran Strategis 4: Meningkatnya pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI,
serta pemberdayaan diaspora di Thailand Selatan.
Sasaran Strategis 5: Meningkatnya penerapan manajemen kinerja dan anggaran
yang akuntabel.
Besaran angka target dalam Renstra 2015-2019 mengalami beberapa kali
perubahan mengikuti dinamika yang berlangsung di wilayah yurisdiksi, capaian
kinerja Konsulat RI Songkhla tahun sebelumnya, dan sesuai masukan yang
diterima Konsulat dari Kemlu Pusat (c.q. Biro Perencanaan dan Organisasi).
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Komitmen untuk melaksanakan misi dengan sasaran strategis yang hendak
dicapai pada tahun 2017 tersebut telah dituangkan dalam dokumen Perjanjian
Kinerja antara Kepala Perwakilan RI di Songkhla dan Menteri Luar Negeri RI
yang memuat Indikator Kinerja Utama berikut angka target yang hendak dicapai
sebagaimana tertera pada dokumen di bawah ini. Perjanjian Kinerja KRI Songkhla
Tahun 2017 telah mengalami penyesuaian berdasarkan masukan Biro Perencanaan
dan Organisasi (BPO), Kemenlu serta adanya perubahan data dari sumber yang
digunakan dalam menentukan besaran target pada IKU di dalam Perjanjian
Kinerja.
Sesuai dengan masukan dari BPO, maka di dalam PK tahun 2017 IKU
persentase peningkatan TTI telah dipecah menjadi 3 (tiga) IKU terpisah yang
masing-masing menjadi Persentase Peningkatan Perdagangan (Trade), Persentase
Peningkatan Pariwisata (Tourism), dan Persentase Peningkatan Investasi
(Investment). Target pada ketiga IKU tersebut didasarkan pada realisasi capaian
tahun sebelumnya dan perkiraan pertumbuhan ekonomi Thailand.
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Untuk mewujudkan sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan tersebut
untuk periode 2015-2019, pada tahun 2017 telah disusun Rencana Aksi Konsulat
RI di Songkhla TA 2017 yang hasil pengukuran capaian kinerjanya menggunakan
sumber data yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu dari instansi Pemri terkait
(Kemendag, Kemenpar / Ditjen Imigrasi, dan BKPM) dan dari instansi wilayah
yurisdiksi (Bank of Thailand Southern Office, Immigration Office di propinsi
Thailand Selatan). Data-data dari instansi-instansi pemerintah tersebut dapat
ditelusuri atau trackable.
Rencana Aksi Tahun 2017
Rencana aksi KRI Songkhla TA 2017 disusun dengan memperhatikan Sasaran
dan Indikator Kinerja Utama pada Perjanjian Kinerja antara Kepala Perwakilan RI
dan Menteri Luar Negeri RI sebagaimana tersebut pada BAB II di atas. Rencana
Aksi TA 2017 dapat dilihat dalam Dokumen “Matriks Rencana Aksi Konsulat RI
di Songkhla Tahun 2017” sebagaimana terdapat pada Lampiran III.
Formulasi Pengukuran Kinerja
Pengukuran capaian kinerja organisasi dalam masing-masing IKU dalam
Perjanjian Kinerja KRI Songkhla TA 2017 dilakukan dengan menggunakan
rumusan sebagaimana dijelaskan dalam matriks di bawah ini. Secara terpisah
rumusan formulasi pengukuran kinerja juga terdapat dalam Manual IKU
(Lampiran IV)
NO
IKU
FORMULASI PENGUKURAN KINERJA
1. IKU 1:
Persentase rekomendasi hasil kajian
komprehensif Konsulat RI yang
ditindaklanjuti Stakeholders
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran:
(Jumlah Rekomendasi yang ditindaklanjuti stakeholders /
Jumlah Rekomendasi yang disampaikan selama satu tahun) x
100%.
Yang dimaksud dengan ‘Rekomendasi’ adalah usulan atau
saran strategis mengenai isu-isu tertentu yang menjadi
kepentingan nasional dan sejalan dengan sasaran strategis
Kemlu. Sedangkan Kajian Komprehensif adalah analisa
mendalam mengenai isu-isu tertentu terkait kepentingan
nasional dengan disertai dukungan data/informasi yang telah
ditelaah dengan baik.
Yang dimaksud ‘ditindaklanjuti’ adalah diproses lebih lanjut
rekomendasi yang disampaikan agar memiliki nilai manfaat
terhadap kepentingan Indonesia, baik dalam bentuk surat,
rencana aksi atau hasil/proyek konkrit.
Yang dimaksud ‘Stakeholders’ adalah Kemlu dan di luar
Kemlu (KADIN, K/L terkait, institusi pendidikan, komersial
dan lainnya)
Sumber Data: Brafaks/surat yang disampaikan Perwakilan,
Brafaks/surat tindak lanjut dari stakeholders
2. IKU 2:
Persentase peningkatan trade
Persentase peningkatan perdagangan: nilai ekspor Indonesia
ke Thailand Selatan tahun berjalan (atau nilai impor Thailand
Selatan dari Indonesia) / baseline nilai ekspor Indonesia ke
Thailand Selatan (atau nilai impor Thailand Selatan dari
Indonesia).
Data perdagangan yang digunakan adalah data perdagangan
antara Indonesia dan propinsi - propinsi Thailand Selatan
yang menjadi wilayah yurisdiksi Konsulat RI Songkhla yang
mencakup 14 propinsi Thailand Selatan. Mengingat statistik
perdagangan dari Kemendag RI hanya mencatat data
perdagangan secara keseluruhan antara Indonesia dan
Thailand, maka untuk mengetahui besaran volume nilai
perdagangan, dalam hal ini impor Thailand Selatan dari
Indonesia (atau dengan kata lain ekspor Indonesia khusus ke
Thailand Selatan) didasarkan pada statistik yang diolah oleh
Bank Sentral Thailand Southern Office dari data statistik
semua custom house yang berada di wilayah Thailand
Selatan.
Sumber data: Bank Sentral Thailand (Bank of Thailand
Southern Region Office)
3. IKU 3:
Persentase peningkatan tourism
Persentase peningkatan tourism: Jumlah wisatawan dari
Thailand Selatan yang berkunjung ke destinasi di Pulau
Sumatra tahun berjalan / baseline jumlah wisatawan
Tidak terdapat data spesifik yang hanya mencakup suatu
bagian wilayah Thailand, seperti misalnya wilayah Thailand
Selatan saja yang merupakan wilayah yurisdiksi KRI
Songkhla, dalam data statistik yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pariwisata RI. Konsulat RI Songkhla
mengasumsikan bahwa wisatawan mancanegara asal
Thailand yang memasuki destinasi wisata di pulau Sumatera
merupakan wisman dari propinsi-propinsi Thailand Selatan.
Disadari bahwa terdapat kemungkinan adanya wisman asal
propinsi-propinsi lainnya di luar wilayah yurisdiksi Konsulat
yang juga mengunjungi destinasi wisata pulau Sumatera;
namun hal tersebut dikompensasi dengan fakta bahwa juga
terdapat wisman asal propinsi-propinsi Thailand Selatan
yang mengunjungi destinasi wisata di pulau Jawa, Bali dan
lainnya selain pulau Sumatera yang tidak dihitung sebagai
wisman asal propinsi-propinsi Thailand Selatan.
Sumber data: Kemenpar RI; Statistik kunjungan wisman
Thailand melalui pintu imigrasi pulau Sumatera.
4. IKU 4:
Persentase peningkatan investment
Persentase peningkatan Investasi: Nilai Investasi keseluruhan
Thailand ke Indonesia tahun berjalan/ baseline nilai investasi
keseluruhan Thailand ke Indonesia
Tidak terdapat data spesifik yang hanya mencakup nilai
investasi yang ditanam di Indonesia oleh pengusaha /
investor yang berbasis di propinsi-propinsi Thailand Selatan
yang merupakan wilayah yurisdiksi KRI Songkhla. Oleh
karena itu, besaran angka investasi ke Indonesia yang berasal
dari propinsi-propinsi Thailand Selatan didasarkan pada
prosentase kontribusi propinsi-propinsi Thailand Selatan
terhadap GDP Thailand secara keseluruhan. Diketahui
prosentase kontribusi nya tersebut adalah 8%. Dengan
demikian diasumsikan bahwa pertumbuhan investasi
propinsi-propinsi Thailand Selatan ke Indonesia adalah hasil
perhitungan dari besaran angka pertumbuhan investasi
Thailand ke Indonesia secara keseluruhan dikalikan 8%
(yang merupakan prosentase kontribusi terhadap GDP).
Sumber data: Badan Koordinasi Penanaman RI.
5. IKU 5:
Persentase publik di wilayah
yurisdiksi yang berpandangan
positif terhadap Indonesia
Persentase hasil nilai rata-rata dari survey publik di wilayah
yurisdiksi KRI songkhla, dibandingkan dengan target nilai
IKU Kementerian Luar Negeri Tahun 2017 “Indeks Citra
Indonesia di Dunia Internasional”
Yang dimaksud ‘Publik’ adalah masyarakat (WNA) di
wilayah yurisdiksi baik yang bersifat perorangan maupun
organisasi
Yang dimaksud ‘Pandangan Positif’ adalah Pandangan
masyarakat yang memberikan nilai baik/mendukung terhadap
Indonesia.
Target capaian kinerja untuk IKU “Persentase publik di
negara akreditasi yang berpandangan positif terhadap
Indonesia” KRI Songkhla tersebut merujuk kepada IKU
Kementerian Luar Negeri yaitu “Indeks Citra Indonesia di
Dunia Internasional” dimana berdasarkan brafaks yang
disampaikan oleh Pusat kepada Perwakilan pada tahun 2017
target rata-rata jawaban responden adalah skala indeks 4,
dengan range skala yang ada 0 – 5 (sangat buruk – sangat
baik) yang dihitung berdasarkan hasil kuesioner pada
Triwulan III dan Triwulan IV Tahun 2017. Dengan demikian
perhitungan capaian IKU “Persentase publik di negara
akreditasi yang berpandangan positif terhadap Indonesia”
adalah berdasarkan standar formulasi yang ditetapkan oleh
Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar
Negeri. Penyebaran kuesioner dilaksanakan pada kegiatan-
kegiatan public outreach Konsulat termasuk pementasan
budaya dan pameran jasa pendidikan Indonesia, produk dan
destinasi wisata Indonesia.
Sepanjang tahun 2017, Konsulat RI telah berhasil
melanjutkan kerja sama kolaborasi dengan dua institusi
Pemda di wilayah Thailand Selatan, yaitu kota Yala dan kota
Kathu (propinsi Phuket) dalam penyelenggaraan pementasan
budaya dan pameran produk Indonesia masing-masing
melalui acara festival Melayu Day dan Kathu Street Festival
dimana sebelumnya sifatnya hanya domestik Thailand
menjadi memiliki cakupan regional dan yang untuk
seterusnya menjadi event tahunan dengan kolaborasi
penyelenggaraan bersama Konsulat RI Songkhla.
Sumber Data:Tabulasi data survei pandangan publik di
wilayah yurisdiksi
6. IKU 6:
Persentase permasalahan WNI dan
BHI di Thailand Selatan yang
diselesaikan
(Jumlah permasalahan/ kasus/ bantuan hukum WNI dan BHI
yang diselesaikan / Jumlah permasalahan/ kasus/ bantuan
hukum WNI dan BHI yang terjadi selama satu tahun) X
100%
Yang dimaksud ‘Permasalahan’ adalah kasus-kasus
WNI/BHI yang terjadi di Perwakilan yang mencakup kasus
pidana, kasus perdata, kasus ketenagakerjaan, kasus
keimigrasian, dan kasus-kasus khusus (high profile cases),
seperti misalnya kasus terorisme dan insurjensi.
Yang dimaksud ‘Diselesaikan’ adalah menindaklanjuti kasus
yang terjadi hingga WNI bisa direpatriasi dan hak hukumnya
terpenuhi atau terdapat keputusan pengadilan yang memiliki
kekuatan hukum tetap.
Pada tahun 2017, kasus-kasus yang menjadi perhatian dan
diselesaikan oleh Konsulat RI Songkhla tidak hanya
mencakup permasalahan hukum atau pun WNI bermasalah
karena sakit atau meninggal, melainkan juga mencakup
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh mahasiswa
Indonesia yang tengah menempuh pendidikan tinggi
(program S2 dan S3) di berbagai universitas di Thailand
Selatan. Fokus utama terkait penanganan terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa Indonesia ini
adalah pada upaya memastikan mahasiswa Indonesia dapat
menyelesaikan studi nya hingga tuntas mendapatkan gelar
akademik dan di wisuda.
Sumber Data: Brafaks/surat yang disampaikan Perwakilan
dan Brafaks/surat tindak lanjut dari instansi penegak hukum,
Pemda dan universitas serta stakeholders lainnya.
7. IKU 7:
Persentase responden atau
pengguna jasa yang menyatakan
puas atas pelayanan kekonsuleran
(Jumlah pernyataan puas/jumlah kuesioner yang
diterima) X 100%.
Kepuasan atas pelayanan Konsulaer didasarkan pada survey
melalui penyebaran kuesioner terhadap para pelanggan
(warga asing dan WNI yang mengurus dokumen
kekonsuleran di tahun 2017).
Sumber Data: Tabulasi data survei kepuasan.
8. IKU 8:
Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP) Perwakilan yang dilakukan
Itjen dan BPO
Nilai AKIP adalah hasil evaluasi yang dilakukan oleh Itjen
dan BPO Kemlu terhadap akuntabilitas kinerja Konsulat RI
Songkhla dengan menilai dokumen-dokumen perencanaan
termasuk Laporan Kinerja tahun berjalan.
Sumber data: Brafaks Inspektur Wilayah I, Itjen, Kemlu.
9. IKU 9:
Persentase realisasi Anggaran
(SP2D) terhadap Alokasi DIPA
Perwakilan
Persentase realisasi anggaran adalah besaran anggaran yang
terserap / besaran DIPA.
Penghitungan persentase realisasi SP2D terhadap
alokasi DIPA didasarkan atas status data aplikasi
Simkeu Konsulat RI di Songkhla pada tanggal 31
Desember 2017.
Sumber data: Aplikasi Simkeu
1. Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2017
Hasil perhitungan target, capaian dan realisasi kinerja tahun 2017 secara
keseluruhan dari masing-masing IKU Konsulat RI Songkhla dapat dilihat dalam
matriks di bawah ini. Mekanisme sistem pengumpulan dan pengukuran kinerja
dengan menggunakan SOP sebagaimana terdapat pada Lampiran I.
Data yang dijadikan dasar perhitungan capaian dan realisasi kinerja tahun
2017 dalam dokumen LKj ini adalah data statistik yang tersedia hingga 31 Januari
2018, yaitu untuk data perdagangan dengan merujuk kepada data dari Bank of
Thailand Southern Region Office (dimana tersedia data perdagangan spesifik
antara wilayah Thailand Selatan dan Indonesia); untuk data investasi dengan
merujuk pada data statistik BKPM (data investasi bilateral dari Thailand di
Indonesia); dan untuk jumlah wisman asing asal Thailand Selatan ke Indonesia
dengan merujuk langsung pada data Ditjen Imigrasi di semua pintu imigrasi di
Sumatera. Data statistik Kemenpar RI hingga 31 Januari 2018 masih belum
tersedia untuk keseluruhan periode Januari – Desember 2017. Data Kemenpar RI
didasarkan pada data statistik yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Pusat (BPS)
yang bersumber dari data Ditjen Imigrasi.
Konsulat RI Songkhla mengasumsikan bahwa wisatawan mancanegara
(wisman) asal Thailand yang memasuki destinasi di Pulau Sumatera merupakan
wisman asal Thailand Selatan. Walau disadari kemungkinan terdapat juga wisman
asal wilayah Thailand lainnya (misalkan dari wilayah Thailand tengah atau utara
dan lainnya) yang mengunjungi Pulau Sumatera, namun hal tersebut
dikompensasi dengan fakta bahwa juga terdapat wisman asal wilayah Thailand
Selatan yang menuju Jakarta, Jawa Tengah dan Bali (destinasi di luar Pulau
Sumatera) yang tidak dihitung sebagai wisman asal wilayah Thailand Selatan.
Matriks Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2017
No Sasaran IKU Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah Realisasi Data Dukung
1 Meningkatnya peran KRI
Songkhla dalam
mendukung
pengembangan
infrastruktur poros maritim Indonesia
Persentase rekomendasi hasil
kajian komprehensif KRI
Songkhla yang ditindaklanjuti
stakeholders 84% 100 %
Kajian peluang kerja-sama
pengembangan pelabuhan
dan peluang pembelian
pasokan Ikan untuk Industri
Perikanan Thailand Selatan
4
100%
Brafaks mengenai
rekomendasi yang
disampaikan KRI
Songkhla kepada
stakeholders
Kajian yang mendapatkan
tanggapan 4
2
Data Kemendag RI
(periode Jan – Nop 2017) mencakup keseluruhan
bilateral Indonesia -
Thailand
Persentase peningkatan trade
4,156%
84,65%
Total Ekspor Indonesia ke
Thailand Selatan 2016 USD
458,2 Juta
-15,35 %1
Data Bank Sentral
Thailand, Southern Region Office (periode
Jan – Des 2017) hanya
mencakup wilayah kerja Thailand Selatan -
Indonesia
Total Ekspor Indonesia ke Thailand Selatan 2017
USD
387,9 Juta
Persentase peningkatan
pariwisata
12,77%
107,24 %
Jumlah Wisman Thailand ke
Destinasi Wisata Sumatra (IMT-GT) 2016 (Data
Kemenpar)
10.498 orang
7,24 %2
Data Ditjen Imigrasi
(Jan - Des 2017) dari Pintu Imigrasi pulau
Sumatera
Jumlah Wisman Thailand ke Destinasi Wisata Sumatra
(IMT-GT) 2017 (Data Ditjen
Imigrasi)
11.258 orang
Persentase peningkatan
investasi 7,79%
97,2%
Investasi Thailand di
Indonesia 2016
US$
338,20 Juta
(Realisasi
investasi khusus
dari Thailand Selatan)
Data BKPM untuk
keseluruhan periode Jan
– Des 2017
1 Walaupun terjadi penurunan nilai ekspor Indonesia ke Thailand Selatan, namun secara total Indonesia mengalami surplus perdagangan, yaitu sebesar USD76.95 juta (ekspor RI ke Thailand Selatan sebesar
USD387,9 juta, sedangkan impor RI dari Thailand Selatan sebesar USD310,9 juta). Penurunan ekspor disebabkan utamanya terjadinya perubahan supply importir yang selama ini dari Indonesia berganti menjadi
dari negara lain, seperti misalnya industri perikanan impor berubah menjadi dari India, Sri Lanka, Myanmar, Vietnam, Pasifik Selatan karena harga yang lebih rendah; pada sisi sebaliknya, ekpsortir Indonesia cenderung tidak memiliki preferensi bertransaksi dengan perusahaan Thailand karena harga yang dikehendaki importir Thailand Selatan belum sesuai. Demikian pula halnya yang terjadi untuk sebagian besar
produk-produk Indonesia lainnya. 2 Terdapat peningkatan jumlah wisman asal Thailand Selatan ke Indonesia, namun belum melampaui target, utamanya kesulitan konektivitas udara ke Indonesia; dan pada saat yang sama kemudahan konektivitas
udara ke destinasi negara pesaing bertambah (pembukaan rute penerbangan baru dan penambahan frekuensi penerbangan yang sudah ada ke destinasi di negara India, Jepang, China, Korea Selatan, Vietnam dan
Timur Tengah). Wisman asal Thailand Selatan ke destinasi Indonesia (pintu imigrasi pulau Sumatera) datang melalui negara ketiga via Malaysia dan Singapura karena, masih belum ada konektivitas langsung.
Investasi Thailand di Indonesia 2017
US$ 220,2 Juta
-2,8%3
3 Menguatnya peran soft
power diplomasi yang
dilakukan oleh KRI
Songkhla di wilayah
kerja
Persentase publik di wilayah
kerja yang berpandangan
positif terhadap Indonesia
100% 97,25%
Target rata-rata jawaban
responden dari skala 0-5 4
97,25%4
Kuesioner pada
kegiatan-kegiatan
Konsulat di tahun 2017
sesuai stándar yang
digunakan dalam IKU
Ditjen IDP.
Hasil rata-rata jawaban
responden dari skala 0 -5
3,89
4 Meningkatnya pelayanan
dan perlindungan
WNI/BHI serta pemberdayaan diaspora
Persentase permasalahan
WNI/BHI di Thailand Selatan yang diselesaikan
96% 94,44%
Jumlah kasus WNI yang
ditangani 18
94,44%5
Data Fungsi Konsuler
Jumlah kasus WNI yang
berhasil selesai 17
Persentase responden atau
peng-guna jasa yang
menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran
100% 100%
Jumlah kuesioner yang
diedarkan 1262
100%
Rekapitulasi Hasil
Kuesioner Fungsi
Konsuler
Jumlah kuesioner yang
menyatakan puas 1262
5 Meningkatnya penerapan
manajemen kinerja dan
anggaran yang akuntabel
Nilai hasil evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah {AKIP} Perwakilan yang dilakukan
Itjen dan BPO
75
(BB) 96,01%
Angka Nilai AKIP hasil
evaluasi Itjen dan BPO
Kemlu Tahun 2016
66,48 (CC)
72,016
Brafaks Seketaris
Inspektorat Jenderal,
Itjen Kemlu.
Angka Nilai AKIP hasil 72,01
3 Data investasi Thailand di Indonesia disajikan oleh BKPM dalam bentuk total seluruh investasi yang dilakukan oleh investor warga negara Thailand. Tidak ada data yang dapat dirujuk spesifik untuk investor yang
berasal dari wilayah Thailand Selatan. Oleh karena itu dalam menentukan target IKU Thailand Selatan ke Indonesia, Konsulat RI Songkhla hanya akan mendasarkan pada cakupan wilayah yurisdiksinya yang
mencakup 14 propinsi di Thailand Selatan dari keseluruhan 77 provinsi di Thailand. Besaran proporsi nilai investasi dari 14 propinsi Thailand Selatan diasumsikan setara dengan besaran kontribusi keseluruhan 14
propinsi wilayah Thailand Selatan terhadap total GDP Thailand. Dari perhitungan kami, diperoleh angka besaran kontribusi sebesar 8%.
Dengan memperhatikan data investasi Thailand ke Indonesia pada tahun 2017 tercatat US$220,2 juta sedangkan pada tahun 2016 tercatat US$ 338,2 juta, maka perubahan persentase nilai investasi Thailand secara
keseluruhan di Indonesia pada tahun 2017 sebesar -34,89% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi investasi khusus dari Thailand Selatan ke Indonesia dengan demikian adalah 8% dari -34,89%
(persentase perubahan nilai investasi Thailand keseluruhan di Indonesia), yaitu sebesar -2,8%. 4 Teridentifikasi hambatan utama belum diperolehnya hasil maksimal 100% utamanya disebabkan oleh tidak adanya konektivitas transportasi langsung antara Indonesia-Thailand Selatan, baik transportasi laut
ataupun transportasi udara, menjadikan produk Indonesia tidak kompetitif sehingga tidak banyak terdapat di pasar Thailand Selatan, dan oleh karena itu publik Thailand Selatan kesulitan menemukan produk
Indonesia di pasar Thailand Selatan. Kesulitan memperoleh produk Indonesia menjadi salah satu faktor utama penyebab relative tidak populernya Indonesia secara keseluruhan di kalangan publik Thailand Selatan.
Selain itu, juga faktor masih relatif banyaknya pelajar-pelajar Thailand yang gagal meneruskan studinya di Indonesia dengan berbagai alasan khususnya terkait ijin keimigrasian, sehingga mereka terpaksa harus kembali pulang ke Thailand Selatan. Kegagalan mereka mengurus ijin keimigrasian berdasarkan penelusaran KRI Songkhla lebih disebabkan kendala internal international office dari sejumlah universitas di
Indonesia dalam hal penanganan ijin tinggal bagi mahasiswa asing, khususnya dari Thailand Selatan. 5 Permasalahan WNI / BHI yang belum terselesaikan disebabkan karena masih harus menunggu putusan sidang pengadilan pada tahun 2018. 6 Besaran nilai AKIP yang diperoleh sebesar 72,01 memang belum mencapai angka yang ditargetkan sebesar 75, namun dalam hal kategori apa yang telah berhasil dicapai tersebut telah memenuhi target, yaitu
berhasil mencapai kategori BB (sangat baik). Capaian nilai AKIP tersebut mencerminkan perbaikan AKIP dibandingkan dengan nilai AKIP tahun sebelumnya, yaitu sebesar 66,48 (B). Nilai tersebut juga
evaluasi Itjen dan BPO Kemlu Tahun 2017
(BB)
(BB)
Persentase realisasi Anggaran
(SP2D) terhadap Alokasi
DIPA Perwakilan
100% 88,34%
Persentase SP2D terhadap
alokasi DIPA Perwakilan
2017
88,34%
88,34%7
Status Aplikasi Simkue
KRI Songkhla per 31
Desember 2017
Total Capaian 865,13//9 =
96,13%
merupakan perbaikan dari nilai AKIP tahun sebelumnya yang sebesar 57 (CC); dan nilai ini juga merupakan perbaikan dari nilai AKIP tahun sebelumnya yang hanya sebesar 33 (C). Dengan demikian dalam 3
tahun terakhir berturut-turut terdapat perbaikan akuntabilitas Kinerja KRI Songkhla. 7 Dengan penyerapan sebesar 88,34%, maka angka persentase SIAR sebesar 11,66%. Persentase terbesar SIAR 2017 dikontribusi oleh belanja pegawai, yaitu sebesar 11,08% dari total SIAR sebesar total 11,66%
tersebut. Sehingga apabila tidak terdapat SIAR dalam belanja pegawai, angka penyerapan KRI Songkhla TA 2017 dapat mencapai angka 99,42%.
Berdasarkan matriks perbandingan target dan realisasi masing-masing IKU secara
keseluruhan TA 2017 tersebut di atas diketahui bahwa capaian kinerja organisasi
Konsulat RI Songkhla pada tahun anggaran 2017 adalah sebesar 96,13%.
Detail data dukung realisasi masing-masing IKU terdapat pada Lampiran V;
sedangkan detail penjelasan dasar hasil perhitungan realisasi dan capaian kinerja
dari masing-masing IKU (IKU 1-9) terdapat pada Lampiran VI.
2. Perbandingan antara Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Tahun 2017 dan
Target Tahun Mendatang yang Terdapat pada Dokumen Renstra 2015-2019
Capaian Kinerja Konsulat RI di Songkhla tahun 2017 sebagaimana telah
dijelaskan di atas berkontribusi secara langsung terhadap pencapaian Sasaran-
Sasaran Prioritas Renstra 2015-2019. Angka target sasaran IKU pada Renstra 2015-
2019 itu sendiri mengalami beberapa kali revisi mengikuti dinamika
perkembangan ekonomi Indonesia dan Thailand, dan saran masukan pusat.
Sasaran Strategis 1
Menguatnya peran Konsulat RI di Songkhla dalam mendukung diplomasi
maritim dan perbatasan/pengembangan infrastruktur poros maritim Indonesia,
dimana target angka persentase capaian kinerja pada tahun 2017 ditetapkan
sebesar 84%, dan rekomendasi yang dihasilkan sebanyak 4 kajian; dimana dalam
pelaksanaannya keseluruhan rencana output tersebut dapat terealisir, atau angka
realisasi mencapai 100%. Capaian sebesar 100% tersebut melampaui target tahun
2017 dan juga melampaui target akhir tahun dari Renstra 2015-2019.
Sasaran Strategis Indikator
Kinerja Utama
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya peran
Konsulat RI di
Songkhla dalam
mendukung diplomasi
maritim dan per-
batasan/pengembanga
n infrastruktur poros
mari-tim Indonesia.
Persentase
rekomendasi
hasil kajian
komprehensif
Konsulat RI
yang
ditindaklanjuti
Stakeholders.
80
82
84
86
88
Pada tahun 2018 dan tahun-tahun mendatang, masih perlu dilakukan
penajaman fokus pada kerjasama maritim baik dari aspek industri perikanan
maupun kerja sama di bidang konektivitas maritim antara Indonesia dengan
Thailand Selatan, khususnya antara pelabuhan Belawan Medan dengan pelabuhan
Tamalang Satun; dan juga pengembangan pelabuhan marina Sabang di Aceh agar
dapat menjadi mitra dengan counterparts sejenis di pelabuhan-pelabuhan marina
Phuket; sehingga diharapkan dapat terwujud jalur pelayaran yacht antara Phuket-
Langkawi-Sabang.
Sasaran Strategis 2
Peningkatan peran Konsulat RI di Songkhla dalam menciptakan nilai manfaat
ekonomi, keuangan dan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia, yang
diukur melalui realisasi IKU persentase peningkatan TTI secara keseluruhan pada
LKj TA 2017 ini. Sesuai Renstra 2015 -2019, jumlah total target persentase
peningkatan TTI pada TA 2017 adalah sebesar 8,24% dengan perincian masing-
masing trade sebesar 4,156%, tourism sebesar 12,77%, dan investment sebesar
7,79%. Berdasarkan data statistik sebagaimana telah tercantum pada “Matriks
Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2017”, realisasi dari
masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut: trade sebesar -15,35%,
tourism sebesar 7,24%, dan investment sebesar -2,8%. Dengan demikian total
realisasi persentase TTI TA 2017 tercatat sebesar -10,91%. Namun demikian,
walaupun total realisasi mencatatkan angka negatif akan tetapi hasil capaian TTI
sebesar masing-masing: untuk trade sebesar 84,65%, tourism sebesar 107,24%,
dan investment sebesar 97,2%.
Dari angka-angka persentase capaian peningkatan nilai TTI tahun 2017
tersebut di atas, maka apabila dibandingkan dengan angka baseline nilai TTI tahun
sebelumnya akan diperoleh rata-rata angka capaian TTI sebesar 96,36%, dengan
perincian sbb:
Persentase peningkatan trade 84,65%
Persentase peningkatan tourism
107,24 %
Persentase peningkatan investment 97,2%
Total Persentase peningkatan TTI
/ baseline
289,09 / 3 =
96,36%
Untuk keseluruhan target TTI dalam Renstra 2015 – 2019 perlu dilakukan
upaya-upaya khusus dimulai dari identifikasi permasalahan yang mengakibatkan
pertumbuhan negatif di bidang TTI hingga upaya mempertemukan pelaku bisnis
antara Indonesia dan Thailand Selatan ke arah terjadinya transaksi. Dalam tahun
2017 ini diketahui bahwa permasalahan utama selain tidak adanya konektivitas
antara Indonesia dan Thailand Selatan, juga masih terdapatnya tantangan yang
cukup besar dalam hal meyakinkan pelaku bisnis Indonesia untuk membuka akses
pasar dan melakukan ekspansi di pasar Thailand Selatan. Sehingga diharapkan
pada TA 2018 realisasi peningkatan TTI dapat mencapai angka yang ditargetkan
sebesar 5,5%.
Sasaran Strategis Indikator
Kinerja
Utama
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Peningkatan peran
Konsulat RI di
Songkhla dalam
mencipta-kan nilai
Persentase
peningkatan
trade,
tourism, and
25,6
3,5
8,24
5,5
6,5
manfaat ekonomi, dan
pembangunan bagi
kese-jahteraan rakyat
Indonesia
investment
(TTI)
Sasaran Strategis 3
Dalam upaya mencapai sasaran strategis menguatnya peran soft power
diplomasi yang dilakukan oleh Konsulat RI di Songkhla di wilayah yurisdiksi,
maka KRI Songkhla telah menggunakan pengukuran pencapaian IKU Persentase
publik di wilayah kerja yang berpandangan positif terhadap Indonesia pada tahun
2017 melalui kuesioner yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Informasi
dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri dan disebarkan kepada
masyarakat di wilayah yurisdiksi saat terdapat kegiatan dimana Konsulat
berpartisipasi. Berdasarkan pengumpulan kuesioner tersebut, maka pada tahun
2017 capaian IKU Persentase publik di wilayah kerja yang berpandangan positif
terhadap Indonesia ini mencapai angka 97,25%. Nilai capaian IKU tersebut
diperoleh dari capaian indeks citra positif di wilayah yurisdiksi Thailand Selatan
dengan indeks 3.89, sementara target capaian skala indeks yang ditetapkan oleh
Kementerian Luar Negeri cq. Ditjen IDP adalah indeks 4.0 untuk tahun 2017.
Konsulat RI Songkhla telah dinyatakan secara berturut-turut sebagai
perwakilan dengan ranking urutan pertama berdasarkan jumlah update berita di
website resmi Konsulat RI Songkhla dalam periode Januari – Juni 2017 dan
periode Juli – Desember 2017.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Utama
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya peran
soft power
diplomasi yang
dilakukan oleh
Konsulat RI di
Songkhla di
wilayah yurisdiksi.
Persentase publik di
wilayah yurisdiksi
yang berpandangan
positif terhadap
Indonesia.
100
100
100
100
100
Capaian IKU Persentase publik di wilayah kerja yang berpandangan positif
terhadap Indonesia tahun 2017 sebagaimana dijelaskan di atas didasarkan dari
hasil kuesioner. Aspek atau pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner mencakup
aspek kebudayaan, pariwisata, penduduk, pemerintahan, investasi dan imigrasi,
ekspor produk Indonesia.
Teridentifikasi hambatan utama belum diperolehnya hasil maksimal 100%
utamanya disebabkan oleh tidak adanya konektivitas transportasi langsung antara
Indonesia-Thailand Selatan, baik transportasi laut ataupun transportasi udara,
menjadikan produk Indonesia tidak kompetitif sehingga tidak banyak terdapat di
pasar Thailand Selatan, dan oleh karena itu publik Thailand Selatan kesulitan
menemukan produk Indonesia di pasar Thailand Selatan. Kesulitan memperoleh
produk Indonesia menjadi salah satu faktor utama penyebab relative tidak
populernya Indonesia secara keseluruhan di kalangan publik Thailand Selatan.
Selain itu, juga factor masih relative banyaknya pelajar-pelajar Thailand yang
gagal meneruskan studinya di Indonesia dengan berbagai alasan khususnya terkait
ijin keimigrasian, sehingga mereka terpaksa harus kembali pulang ke Thailand
Selatan. Kegagalan mereka mengurus ijin keimigrasian berdasarkan penelusaran
KRI Songkhla lebih disebabkan kendala internal international office dari sejumlah
universitas di Indonesia dalam hal penanganan ijin tinggal bagi mahasiswa asing,
khususnya dari Thailand Selatan.
Pada tahun 2018 dan tahun berikutnya yang tercakup dalam Renstra 2015 –
2019, perlu terus dilakukan berbagai kegiatan promosi di wilayah Thailand
Selatan yang akan dibarengi dengan peningkatan koordinasi dengan instansi-
instansi terkait di Indonesia yang memberikan pelayanan kepada warga negara
Thailand khususnya para pelajar Thailand Selatan, sehingga diharapkan citra
positif Indonesia di wilayah yurisdiksi akan dapat mencapai hasil maksimal 100%.
Selain citra positif tersebut, diharapkan juga akan dapat memberikan manfaat
ekonomi dan menunjang upaya pencapaian IKU 2-4 (persentase peningkatan TTI),
khususnya meningkatnya jumlah pelajar Thailand yang melanjutkan sekolah di
Indonesia dan meningkatnya jumlah kunjungan wisman asal Thailand Selatan ke
destinasi wisata di Indonesia yang berasal dari kalangan akademisi dan pelajar /
mahasiswa (studi tur), para pengusaha dan investor, tokok-tokoh organisasi
masyarakat dan keagamaan serta dari kalangan pejabat pemerintahan.
Sasaran Strategis 4
Meningkatnya pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI, serta pemberdayaan
diaspora di Thailand Selatan, dimana peningkatan tersebut diukur melalui capaian
dua IKU, yaitu :
a. IKU “Persentase Permasalahan WNI dan BHI di Thailand Selatan yang
diselesaikan” dengan capaian kinerja pada tahun 2017 sebesar 94,44%,
sementara target yang sebelumnya ditetapkan untuk tahun anggaran 2017,
yaitu 96%. Perolehan capian tahun 2017 tersebut berdasarkan penyelesaian
kasus WNI dan BHI yang dapat diselesaikan pada tahun 2017 sebanyak 17
(tujuh belas) kasus dari 18 (delapan belas) kasus yang ditangani, sementara 1
(satu) kasus masih belum selesai sebab dalam proses menunggu keputusan
pengadilan;
b. IKU “Persentase responden atau pengguna jasa yang menyatakan puas atas
pelayanan kekonsuleran” dengan capaian kinerja pada tahun 2017 sebesar
100%, telah sesuai target yang sebelumnya ditetapkan untuk tahun anggaran
2017. Capaian tersebut merupakan hasil kuesioner yang telah dibagikan
kepada para pengguna jasa layanan kekonsuleran di KRI Songkhla selama
kurun waktu Januari – Desember 2017.
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja Utama
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya
pelayanan dan
perlindungan
WNI dan BHI,
serta
Persentase
permasalahan
WNI dan BHI di
Thailand Selatan
yang diselesaikan.
90
95
96
97
98
pemberdayaan
diaspora di
Thailand
Selatan.
Persentase
responden atau
pengguna jasa
yang menyatakan
puas atas
pelayanan
kekonsuleran.
100
100
100
100
100
Persentase capaian IKU 6 dan 7 ini merupakan refleksi kinerja langsung yang
diperoleh atas perbaikan infrastruktur pelayanan termasuk mekanisme penanganan
dan pemberian pelayanan publik, dan dukungan penuh keseluruhan stakeholders,
meningkatnya kesadaran WNI, dan penegakan hukum di sisi otoritas
pemerintahan Thailand khususnya dalam industri perikanan memberantas praktek-
praktek illegal fishing yang berkontribusi positif terhadap kepastian hukum dan
dukungan sepenuhnya otoritas Thailand dalam penanganan permasalahan ABK
WNI yang bekerja di kapal-kapal ikan asing di pelabuhan Phuket. Selain itu,
terkait penyelesaian WNI mahasiswa bermasalah dalam penyelesaian studi
mereka, hasil positif dalam bentuk bisa diselesaikannya studi WNI mahasiswa
dengan sukses utamanya disebabkan oleh dukungan dan kerja sama dari pimpinan
universitas di Thailand Selatan. Pada tahun 2018 Konsulat RI Songkhla sudah
akan menerapkan SIMKIM dalam pelayanan pemberian passport menyusul telah
ditempatkannya seorang pejabat Staf Teknis Imigrasi di Konsulat RI Songkhla,
dan diharapkan pelayanan kekonsuleran oleh KRI Songkhla akan menjadi lebih
baik.
Sasaran Strategis 5
Meningkatnya penerapan manajemen kinerja dan anggaran yang akuntabel,
dimana peningkatan tersebut diukur melalui capaian dua IKU, yaitu :
a. IKU “Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
Perwakilan yang dilakukan Itjen dan BPO” dengan capaian kinerja untuk
tahun 2017 sebesar nilai 72,01. Besaran nilai AKIP yang diperoleh sebesar
72,01 tersebut memang belum mencapai angka yang ditargetkan sebesar 75,
namun dalam hal kategori apa yang telah berhasil dicapai tersebut telah
memenuhi target, yaitu berhasil mencapai kategori BB (sangat baik). Capaian
nilai AKIP tersebut mencerminkan perbaikan AKIP dibandingkan dengan nilai
AKIP tahun sebelumnya, yaitu sebesar 66,48 (B). Nilai tersebut juga
merupakan perbaikan dari nilai AKIP tahun sebelumnya yang sebesar 57
(CC); dan nilai ini juga merupakan perbaikan dari nilai AKIP tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 33 (C). Dengan demikian dalam 3 tahun
terakhir berturut-turut terdapat perbaikan akuntabilitas Kinerja KRI Songkhla,
dan diharapkan pada tahun 2018 dan tahun berikutnya yang tercakup dalam
Renstra 2015 – 2019 angka capaian dapat sesuai dengan yang ditargetkan.
Menlu RI pada bulan Agustus tahun 2017 dalam kapasitasnya selaku
Pengguna Barang Milik Negara telah memberikan Sertifikat Penghargaan
kepada Konsulat RI Songkhla sebagai perwakilan RI yang memiliki “kinerja
yang sangat baik di bidang Pengelolaan Barang Milik Negara Tahun 2016
untuk kelompok satuan kerja perwakilan”.
Sasaran
Strategis
Indikator Kinerja
Utama
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya
penerapan
manajemen
kinerja dan
anggaran
yang
akuntabel
Nilai hasil evaluasi
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)
Perwakilan yang
dilakukan Itjen dan
BPO.
55
(CC)
61
(B)
75
(BB)
76
(BB)
77
(BB)
Persentase Realisasi
Anggaran (SP2D)
terhadap Alokasi
DIPA Perwakilan.
90.27
95,00
100
100
100
b. IKU “Persentase Realisasi Anggaran (SP2D) terhadap Alokasi DIPA
Perwakilan” angka realisasi penyerapan anggaran (SP2D) belum mencapai
target karena baru terealisasikan sebesar 88,34% dari target 100%. Dengan
penyerapan sebesar 88,34%, maka angka persentase SIAR sebesar 11,66%.
Komponen SIAR tersebut terdiri dari SIAR dalam belanja pegawai sebesar
17,33% dimana DIPA belanja pegawai sebesar Rp13.186.372.000 sedangkan
yang terpakai hanya sebesar Rp10.901.281.744; SIAR dalam belanja barang
sebesar 0,70% dimana DIPA belanja barang sebesar Rp6.029.096.00
sedangkan yang terpakai sebesar Rp5.987.109.773; dan SIAR dalam belanja
modal sebesar 5,50% dimana DIPA belanja modal sebesar Rp1.408.235.00
sedangkan yang terpakai sebesar Rp1.330.846.309. Atau apabila SIAR belanja
pegawai dihitung terhadap keseluruhan total DIPA, maka SIAR belanja
pegawai mencapai sebesar 11,08%.
Berdasarkan data angka penyerapan di atas, apabila tidak terdapat SIAR
dalam belanja pegawai, maka secara keseluruhan angka penyerapan KRI
Songkhla TA 2017 bisa mencapai sebesar 99,42% atau hampir dapat mencapai
angka 100% yang ditargetkan.
Dengan demikian untuk target angka penyerapan di tahun 2018 dan tahun
berikutnya yang tercakup dalam Renstra 2015 – 2019 diharapkan tidak akan
menemui hambatan yang signifikan, khususnya apabila DIPA belanja pegawai
yang dialokasikan pada TA 2018 jumlahnya sesuai dengan kebutuhan nyata.
3. Analisis Penyebab Keberhasilan / Kegagalan atau Peningkatan /
Penurunan Kinerja
Sebagaimana dapat terlihat dalam Matriks Perbandingan antara Target dan
Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2017 pada butir a.1. di atas, terdapat realisasi
capaian IKU yang melampaui target yang sebelumnya ditetapkan, namun terdapat
juga realisasi capaian IKU yang belum sepenuhnya mencapai target untuk tahun
2017. Analisis mengenai penyebab keberhasilan / kegagalan atau peningkatan /
penurunan akan dijabarkan di bawah.
IKU yang angka realisasinya mencapai dan atau melebihi target mencakup 2
IKU, yaitu:
a. IKU 1 (Persentase rekomendasi hasil kajian komprehensif KRI
Songkhla yang ditindaklanjuti stakeholder),
b. IKU 7 (Persentase responden atau pengguna jasa yang menyatakan
puas atas pelayanan kekonsuleran),
IKU yang angka realisasi belum mencapai target mencakup 7 IKU, yaitu:
a. IKU 2 (Persentase peningkatan Trade),
b. IKU 3 (Persentase peningkatan Tourism),
c. IKU 4 (Persentase peningkatan Investment),
d. IKU 5 (Persentase publik di wilayah yurisdiksi yang berpandangan
positif terhadap Indonesia),
e. IKU 6 (Persentase permasalahan WNI dan BHI di Thailand Selatan
yang diselesaikan),
f. IKU 8 (Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP) Perwakilan yang dilakukan Itjen dan BPO)
g. IKU 9 (Persentase Realisasi Anggaran (SP2D) terhadap Alokasi DIPA
Perwakilan)
Khusus untuk IKU 3 (Persentase peningkatan Tourism), IKU 6 (Persentase
permasalahan WNI dan BHI di Thailand Selatan yang diselesaikan), dan IKU 8
(Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
Perwakilan yang dilakukan Itjen dan BPO) walaupun angka capaian tidak
mencapai yang ditargetkan, namun pada hakekatnya telah tercapai perbaikan yang
cukup signifikan: Jumlah wisman asal Thailand mengalami pertumbuhan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya; Konsulat RI Songkhla berhasil
menyelesaikan seluruh jumlah kasus WNI yang ada, hanya tersisa 1 kasus yang
masih menunggu putusan sidang pengadilan; dan Konsulat RI Songkhla berhasil
mencapai nilai AKIP kategori BB sesuai yang ditargetkan.
Sedangkan untuk IKU 5 (Persentase publik di wilayah yurisdiksi yang
berpandangan positif terhadap Indonesia) dan IKU 9 (Persentase Realisasi
Anggaran (SP2D) terhadap Alokasi DIPA Perwakilan), walaupun target belum
dapat dicapai namun faktor penyebabnya cenderung berada diluar kendali
Konsulat RI Songhla. Dalam IKU 5 (Persentase publik di wilayah yurisdiksi yang
berpandangan positif terhadap Indonesia) teridentifikasi penyebab utamanya
adalah tidak adanya konektivitas transportasi langsung antara Indonesia-Thailand
Selatan, baik transportasi laut ataupun transportasi udara, menjadikan produk
Indonesia tidak kompetitif sehingga tidak banyak terdapat di pasar Thailand
Selatan, dan oleh karena itu publik Thailand Selatan kesulitan menemukan produk
Indonesia di pasar Thailand Selatan. Kesulitan memperoleh produk Indonesia
menjadi salah satu faktor utama penyebab relative tidak populernya Indonesia
secara keseluruhan di kalangan publik Thailand Selatan. Selain itu, juga factor
masih relative banyaknya pelajar-pelajar Thailand yang gagal meneruskan
studinya di Indonesia dengan berbagai alasan khususnya terkait ijin keimigrasian,
sehingga mereka terpaksa harus kembali pulang ke Thailand Selatan. Kegagalan
mereka mengurus ijin keimigrasian berdasarkan penelusaran KRI Songkhla lebih
disebabkan kendala internal di international office dari sejumlah universitas di
Indonesia dalam hal penanganan ijin tinggal bagi mahasiswa asing, khususnya dari
Thailand Selatan.
Sementara itu untuk IKU 9 (Persentase Realisasi Anggaran (SP2D) terhadap
Alokasi DIPA Perwakilan), realisasi sebesar 88,34% dari target 100% tersebut
utamanya disebabkan karena tidak dapat terserapnya belanja pegawai yang
jumlahnya mencapai sebesar 17,33% terhadap DIPA belanja pegawai yang
dialokasikan. Sehingga apabila tidak terdapat SIAR dalam belanja pegawai, angka
penyerapan KRI Songkhla TA 2017 sebesar 99,42% atau hampir dapat mencapai
angka 100% yang ditargetkan.
Keberhasilan mencapai atau melebihi target untuk IKU 1 (Persentase
rekomendasi hasil kajian komprehensif KRI Songkhla yang ditindaklanjuti
stakeholder) dan IKU 7 (Persentase responden atau pengguna jasa yang
menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran) serta juga untuk IKU lainnya yang
capaian realisasinya mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya disebabkan
oleh beberapa faktor pendukung keberhasilan. Faktor yang secara umum
mendukung keberhasilan adalah adanya dukungan semua staf Konsulat dan sinergi
antar Fungsi yang telah dapat terwujud dengan lebih baik, dimana koordinasi
secara rutin dan intensif dilakukan melalui rapat staf, dan update rutin harian serta
mingguan sehingga masalah pending dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Selain itu, kecepatan respon Kemlu pusat terhadap klarifikasi dan instruksi yang
dimintakan oleh Konsulat RI Songkhla juga mendukung keberhasilan pencapaian
IKU-IKU dimaksud.
Faktor-faktor keberhasilan spesifik terkait IKU mencakup sebagai berikut:
IKU 1 : Pembinaan jejaring dengan pemangku kepentingan di Thailand Selatan
maupun di Indonesia telah dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan
Konsulat dalam upaya penyusunan rekomendasi kepada stakeholders. Pada tahun
2017, rekomendasi yang disampaikan Konsulat tidak terbatas pada bidang industri
perikanan saja tetapi juga mencakup bidang wisata bahari dan investasi
pengembangan infrastruktur poros maritim, sehingga dapat diarahkan kepada
pemangku kepentingan yang lebih beragam cakupan bidang kerjanya.
Keberhasilan Konsulat dalam mencapai target IKU 1, juga disebabkan karena
respon yang cepat dari berbagai pihak di dalam negeri yang dapat mendukung
pencapaian tindak lanjut dari rekomendasi yang disampaikan oleh Konsulat.
IKU 7 : Pencapaian IKU 7 mengenai kepuasan pelanggan kekonsularen di
Konsular RI Songkhla yang berhasil direalisasikan sesuai dengan target yang
ditetapkan untuk tahun 2017 utamanya disebabkan karena jelasnya aturan dan
layanan yang cepat, serta semangat berorientasi pelayanan prima dari semua staf
Konsulat RI Songkhla baik Home Staff ataupun Local Staff-nya.
Pada TA 2017 walaupun terdapat IKU yang angka capaian belum mencapai yang
ditargetkan, namun pada hakekatnya telah tercapai perbaikan yang cukup
signifikan diantaranya adalah untuk IKU 3 (Persentase peningkatan Tourism),
IKU 6 (Persentase permasalahan WNI dan BHI di Thailand Selatan yang
diselesaikan), dan IKU 8 (Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP) Perwakilan yang dilakukan Itjen dan BPO) sebagaimana
dijelaskan di atas.
IKU 2 : Sepanjang tahun 2017 Konsulat RI Songkhla telah melaksanakan rencana
program yang ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian IKU 2 (persentase
peningkatan trade). Hubungan kerja sama dengan pengusaha dan stakeholders
terkait di wilayah Thailand Selatan senantiasa dilaksanakan, dan berbagai kegiatan
promosi produk-produk Indonesia di wilayah Thailand Selatan turut
diselenggarakan antara lain melalui fasilitasi Konsulat RI Songkhla kepada para
pengusaha Indonesia dalam pameran produk Indonesia. Pada tahun 2017 terdapat
penurunan ekspor dari Indonesia ke Thailand Selatan sebesar 15,35 %
dibandingkan pada tahun 2016, sehingga capaian IKU 2 persentase peningkatan
trade berada di bawah target tahun 2017. Namun demikian secara keseluruhan
neraca perdagangan Indonesia terhadap Thailand Selatan berdasarkan data Bank of
Thailand Southern Region Office (Lampiran VII) masih menunjukkan surplus
dengan nilai US$ 76,95 juta bagi Indonesia.
Penurunan ekspor disebabkan utamanya terjadinya perubahan supply importir
yang selama ini dari Indonesia berganti menjadi dari negara lain, seperti misalnya
industri perikanan impor berubah menjadi dari India, Sri Lanka, Myanmar,
Vietnam, Pasifik Selatan karena harga yang lebih rendah; pada sisi sebaliknya,
ekpsortir Indonesia cenderung menahan diri untuk bertransaksi dengan perusahaan
Thailand karena harga yang dikehendaki importir Thailand Selatan belum sesuai.
Demikian pula halnya yang terjadi untuk sebagian besar produk-produk Indonesia
lainnya.
IKU 3 : Jumlah wisman asal Thailand mengalami pertumbuhan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, walaupun tidak sebesar yang semula ditargetkan. Pada
tahun 2016 tercatat jumlah wisman asal Thailand Selatan sebesar 10.498 orang,
sedangkan pada tahun 2017 tercatat 11.258 orang. Ini berarti sejumlah upaya
promosi yang dilakukan baik secara bersama dengan instansi terkait di Indonesia
ataupun secara mandiri oleh Konsulat RI Songkhla telah berpengaruh positif.
Upaya-upaya promosi produk dan destinasi wisata kepada publik akan terus
dilakukan termasuk promosi Bahasa Indonesia, kuliner dan budaya Indonesia
(pertunjukan tarian dan musik). Promosi Bahasa Indonesia di wilayah Thailand
Selatan telah memberikan kontribusi yang positif, sebab semakin banyak
masyarakat Thailand Selatan, khususnya usia muda yang mengetahui Bahasa
Indonesia dan budaya Indonesia dengan hadirnya guru BIPA (Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing) dan mahasiswa PPL KKN dari berbagai Universitas di
Indonesia yang mengajar di berbagai sekolah di Thailand Selatan. Konstribusi
positif dari promosi Bahasa Indonesia ini dapat terlihat dari relatif tetapnya jumlah
warga Thailand yang mengajukan visa untuk belajar ke Indonesia dalam 3 tahun
terakhir padahal kondisi ekonomi keluarga kelas menengah di Thailand Selatan
mengalami penurunan tajam akibat anjloknya harga komoditas karet dan lesunya
industri perikanan pasca diterapkannya moratorium penangkapan ikan di wilayah
RI. Di tahun mendatang Konsulat RI Songkhla juga akan terus memperkuat upaya
promosi dan upaya mempertemukan (business matching) pelaku usaha industri
wisata Indonesia dengan counterparts mereka di Thailand Selatan.
IKU 4 : Menjaga hubungan kerja sama dengan jaringan yang telah terjalin dari
tahun-tahun sebelumnya serta pembentukan jaringan baru dengan kalangan bisnis
di wilayah Thailand Selatan merupakan upaya yang terus dilakukan Konsulat RI
Songkla untuk mendukung tercapainya peningkatan investasi dari Thailand Selatan
ke Indonesia. Berbagai kegiatan promosi mengenai peluang investasi di Indonesia
kepada para pengusaha Thailand Selatan dilaksanakan secara kontinu, dan juga
upaya untuk menemukan pihak counterparts yang tepat di Indonesia dengan
pengusaha di Thailand Selatan dilaksanakan sepanjang tahun 2017. Selain itu,
pemberian informasi mengenai peluang dan peraturan untuk investasi kepada para
potential investor juga dilakukan melalui pembuatan booklet investasi di Indonesia
dengan menggunakan bahasa Thai sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh
pengusaha Thailand. Pada tahun-tahun mendatang upaya peningkatan investasi
dari Thailand Selatan ke Indonesia akan semakin didorong melalui kegiatan
business matching yang lebih intensif antara calon investor Thailand dengan para
pemangku kepentingan di Indonesia. Upaya meyakinkan stakeholders di Indonesia
untuk mau melakukan bisnis dengan pengusaha di Thailand Selatan juga perlu
terus dilakukan oleh pihak Konsulat RI Songkhla melalui koordinasi dengan
instansi terkait di Indonesia.
IKU 5: Dalam rangka mencapai target IKU 5 (Persentase publik di wilayah
yurisdiksi yang berpandangan positif terhadap Indonesia) Konsulat RI Songkhla
secara kontinu menjaga hubungan dengan jaringan yang dapat mendukung citra
positif Indonesia di Thailand Selatan, antara lain kepada masyarakat Thailand
Selatan, kalangan media, LSM, dan kelompok warga Thailand alumni sekolah
Indonesia. Upaya promosi Indonesia juga terus dilaksanakan melalui partisipasi
Konsulat RI pada berbagai kegiatan / pameran kebudayaan di berbagai wilayah di
Thailand Selatan, sebagai ilustrasi adalah partisipasi Indonesia pada kegiatan
Melayu Day sebagaimana dilaksanakan pada tahun – tahun sebelumnya. Dengan
partisipasi dalam Melayu day, promosi mengenai produk, budaya, kuliner, serta
jasa pendidan Indonesia dilaksanakan secara sinergi kepada masyarakat Thailand
Selatan. Selain itu, keterlibatan Konsulat untuk mempromosikan Indonesia pada
berbagai event lainnya sepanjang tahun 2017 juga turut dilaksanakan.
Pada tahun 2017, berdasarkan kuesioner yang ditetapkan oleh Ditjen IDP maka
IKU Persentase publik di wilayah yurisdiksi yang berpandangan positif terhadap
Indonesia pada KRI Songkhla adalah sebesar 97,2%, yang masih berada di bawah
target 100%. Faktor yang mempengaruhi hasil pencapaian IKU tersebut antara lain
bahwa masih terdapat 2 – 4 responden yang belum sepenuhnya memahami
mengenai sistem pemerintahan di Indonesia, kondisi perekonomian Indonesia, dan
masih terbatasnya produk Indonesia di Thailand Selatan. Oleh karena itu, upaya
promosi Konsulat pada tahun-tahun mendatang akan lebih memfokuskan kepada
isu-isu yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat Thailand di wilayah
yurisdiksi Konsulat mengenai Indonesia secara menyeluruh.
IKU 6: Dalam upaya mencapai IKU 6 (Persentase permasalahan WNI dan BHI
di Thailand Selatan yang diselesaikan), pembinaan jaringan yang secara intensif
terus dilakukan oleh Konsulat RI Songkhla terhadap keseluruhan pemangku
kepentingan di bidang hukum dan keamanan memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi penyelesaian penanganan permasalahan yang dihadapi oleh WNI di
wilayah Thailand Selatan. Selain itu, koordinasi yang baik dengan KBRI Bangkok
dan juga dengan Kemlu pusat yang at any time dapat memberikan arahan jelas
serta dukungan yang yang diperlukan sehingga penanganan masalah, khususnya
terkait perlindungan dan penanganan kasus WNI, dapat diselesaikan sesuai yang
diharapkan bersama.
Target penyelesaian kasus yang ditangani Konsulat RI Songkhla pada tahun 2017
adalah sebesar 96%, sementara capaian pada tahun 2017 adalah sebesar 94,44%.
Hasil capaian tersebut diperoleh berdasarkan 18 (delapan belas) kasus yang
ditangani Konsulat sepanjang tahun 2017, dan hanya 1 (satu) kasus yang belum
terselesaikan hingga akhir tahun 2017. Faktor yang mempengaruhi belum
tercapainya IKU 6 adalah proses hukum yang belum terselesaikan secara final
karena masih menunggu putusan pengadilan. Kasus hukum WNI/BHI yang
ditangani Konsulat RI Songkhla pada tahun 2017 (18 kasus) terdapat penurunan
dibandingkan dengan tahun 2016 (20 kasus), dan terdapat 1 (satu) kasus yang
sudah ditangani oleh KRI Songkhla sejak tahun 2016 dan kasus tersebut dapat
diselesaikan pada tahun 2017.
IKU 8: Konsulat RI Songkhla berupaya menyusun dan menyampaikan dokumen-
dokumen perencanaan yang disusun dengan ketelitian, kelengkapan data dukung
secara tepat waktu dan senantiasa mengikuti ketentuan yang berlaku pada setiap
tahapan, mulai dari perencanaan kinerja, pelaksanaan dan follow up nya, pelaporan
kinerja, evaluasi dan pengawasan kinerja serta pengukuran kinerja. Konsulat RI
Songkhla mencapai nilai AKIP 72,01 (BB) dari target nilai AKIP 75 (BB).
Walaupun nilai angka tidak terpenuhi, namun dalam hal kategori Konsulat RI
Songkhla telah berhasil mencapai target. Kedepannya Konsulat RI Songkhla akan
menjadikan evaluasi dari Itjen dan BPO untuk lebih meningkatkan kualitas
perencanaan, pengukuran dan pelaporan capaian kinerja perwakilan.
IKU 9: Realisasi IKU 9 yaitu penyerapan anggaran (SP2D) pada tahun 2017
adalah sebesar 88,34%, dimana nilai tersebut masih berada di bawah target
penyerapan anggaran sebesar 100%. Tidak terserapnya anggaran sesuai target
utamanya disebabkan karena tidak dapat terserapnya belanja pegawai yang
jumlahnya mencapai sebesar 17,33%. Sehingga apabila tidak terdapat SIAR
dalam belanja pegawai, angka penyerapan KRI Songkhla TA 2017 sebesar
99,42% atau hampir dapat mencapai angka 100% yang ditargetkan.
Dalam pencapaian keseluruhan IKU sebagaimana disebutkan di atas, Konsulat RI
Songkhla sepanjang TA 2017 juga telah menerima sejumlah apresiasi dalam
bentuk surat yang dikirimkan oleh stakeholders baik di Indonesia maupun di
wilayah kerja atas fasilitasi, dukungan, partisipasi aktif dan kolaborasi yang
dilakukan oleh Konsulat RI Songkhla terhadap mereka (Lampiran VIII).
4. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumber daya Konsulat RI baik sumber daya manusia, anggaran,
dan peralatan inventaris kantor telah dilakukan secara optimal dengan
memperhatikan situasi, kebutuhan nyata, dan kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia Konsulat RI mempelajari bahasa
Thailand juga senantiasa dilakukan khususnya mengingat stakeholders di wilayah
kerja Konsulat RI Songkhla di Thailand Selatan, khususnya pejabat otoritas
Thailand, pada umumya hanya berbicara dalam bahasa Thailand. Pada saat yang
sama, juga dilakukan kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perbaikan terhadap
aset-aset Konsulat, sehingga peralatan inventaris kantor dapat digunakan pada
saat diperlukan dan kondisinya terpelihara dengan baik.
Penggunaan anggaran BBNO untuk pelaksanaan promosi ekonomi dan
budaya dapat dilakukan dengan lebih efisien dimana anggaran yang semula
dialokasikan untuk membiayai penggunaan jasa Event Organizer (EO) tidak
dibelanjakan karena pada akhirnya kegiatan promosi ekonomi dan budaya
sepanjang tahun 2017 terselenggara melalui kolaborasi dengan instansi-instansi
pemerintah Thailand khususnya Pemda. Alasan utama bagi kolaborasi tersebut
adalah upaya Konsulat untuk menjalin hubungan yang saling memberikan
manfaat bagi Indonesia dan Thailand Selatan dan meningkatkan hubungan kerja
sama dengan instansi lokal di Thailand Selatan sehingga dapat mendukung upaya
dipomasi Konsulat di Thailand Selatan.
Hasil penghematan tidak digunakannya EO tersebut telah dapat dialokasikan
untuk membiayai kebutuhan belanja bahan tambahan bagi kegiatan BBNO
lainnya, khususnya seperti misalnya menambah jumlah barang promosi bahasa
dan budaya Indonesia serta promosi jasa pendidikan Islam Indonesia untuk
komunitas masyarakat berpenutur bahasa Melayu di Thailand Selatan. Upaya
promosi yang didukung dengan materi promosi tersebut akan menjadi platform
agar semakin bertambahnya jumlah pelajar Thailand yang akan melanjutkan studi
di berbagai universitas / sekolah tinggi di Indonesia, dimana selama 3 tahun
terakhir ini baru mencapai jumlah 1.230 orang per tahunnya dari angka maksimal
yang bisa diraih sejumlah 2.050 orang.
5. Analisis Program / Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan ataupun
Tantangan Pencapaian Kinerja
Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun tantangan pencapaian kinerja
mencakup sebagai berikut:
dukungan semua staf Konsulat dan sinergi antar Fungsi yang dapat terwujud
berkat adanya transparansi dan pola pengambilan keputusan yang dalam
prosesnya melibatkan semua Fungsi dan staf;
koordinasi secara rutin dan intensif dilakukan melalui rapat staf, dan update
rutin harian serta mingguan sehingga masalah pending dapat diselesaikan tepat
pada waktunya;
pembinaan jaringan dengan semua stakeholders terkait dilakukan secara
komprehensif dan berkelanjutan, sehingga dalam upaya penyelesaian terhadap
suatu permasalahan, dukungan otoritas pemerintah setempat dapat secepatnya
diperoleh.
Selain faktor-faktor terkait di wilayah kerja Konsulat RI Songkhla tersebut di
atas, faktor eksternal khususnya dukungan dari stakeholders di tanah air terhadap
keberhasilan pencapaian kinerja Konsulat RI Songkhla juga memberikan
kontribusi yang cukup signifikan. Koordinasi oleh stakeholders di tanah air
terhadap Konsulat sebelum mereka melakukan kegiatan di wilayah Thailand
Selatan pada tahun 2017 cukup baik dan dilakukan secara dini. Dukungan dan
kecepatan respon Kemlu pusat terhadap klarifikasi dan instruksi yang dimintakan
oleh Konsulat RI Songkhla pada tahun 2017 juga sangat membantu.
Tantangan yang dihadapi adalah dalam hal membina dan memperkuat jaringan
yang selama ini telah terbentuk baik dengan kalangan stakeholders di wilayah
kerja ataupun stakeholders di tanah air. Tantangan berat justru dalam meyakinkan
stakeholders di tanah air, khususnya para pengusaha, untuk memiliki kesungguhan
untuk membuka akses pasar dan melakukan ekspansi pasar bagi produk-produk
yang dihasilkannya di pasar Thailand Selatan.
B. Realisasi Anggaran
Konsulat RI di Songkhla untuk Tahun Anggaran 2017 mendapatkan alokasi
akhir DIPA sebesar Rp20.623.703.000. Dari jumlah tersebut, anggaran Konsulat
RI di Songkhla pada TA 2017 yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja
organisasi mencapai Rp18.219.237.826 atau penyerapan sebesar 88,34%. Dengan
penyerapan sebesar 88,34% tersebut, maka total persentase SIAR terhadap
keseluruhan DIPA Konsulat RI Songkhla pada TA 2017 tersebut adalah sebesar
11,66%.
Komponen SIAR itu sendiri terdiri dari SIAR dalam belanja pegawai sebesar
17,33% dimana DIPA belanja pegawai sebesar Rp13.186.372.000 sedangkan
yang terpakai hanya sebesar Rp10.901.281.744; SIAR dalam belanja barang
sebesar 0,70% dimana DIPA belanja barang sebesar Rp6.029.096.00 sedangkan
yang terpakai sebesar Rp5.987.109.773; dan SIAR dalam belanja modal sebesar
5,50% dimana DIPA belanja modal sebesar Rp1.408.235.00 sedangkan yang
terpakai sebesar Rp1.330.846.309. Atau apabila SIAR belanja pegawai dihitung
terhadap keseluruhan total DIPA, maka SIAR belanja pegawai mencapai sebesar
11,08%.
Berdasarkan data angka penyerapan di atas, apabila tidak terdapat SIAR
dalam belanja pegawai, maka secara keseluruhan angka penyerapan KRI
Songkhla TA 2017 bisa mencapai sebesar 99,42% atau hampir dapat mencapai
angka 100% yang ditargetkan.
Rincian alokasi anggaran dan realisasi belanja per 31 Desember 2017 adalah
sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Alokasi DIPA dan Realisasi Belanja TA 2017 (Rupiah)
Kode
Jenis
Uraian Jenis
Belanja
Anggaran
DIPA
Realisasi
Belanja
(%)
51 Belanja Pegawai 13.186.372.000 10.901.281.744 82,67
52 Belanja Barang 6.029.096.000 5.987.109.773 99,30
53 Belanja Modal 1.408.235.000 1.330.846.309 94,50
J U M L A H 20.623.703.000 18.219.237.826 88,34
Nilai realisasi belanja TA 2017 (Rp18.219.237.826) mengalami peningkatan
sebesar 26% dibandingkan nilai realisasi belanja TA 2016 (Rp14.442.961.903).
Selain itu, nilai realisasi belanja dari masing-masing kompenen jenis belanja
(belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal) mengalami peningkatan
pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Perbandingan Realisasi Belanja TA 2015 - 2017 (Rupiah)
Uraian Realisasi TA
2015
Realisasi TA
2016
Realisasi TA
2017
Naik
(Turun)%
(2016 - 2017)
Belanja Pegawai 9.388.643.846 9.479.015.297 10.901.281.744 15%
Belanja Barang 4.516.446.603 4.678.864.308 5.987.109.773 27,96%
Belanja Modal 995.399.140 285.082.298 1.330.846.309 366,83%
Jumlah 14.900.489.589 14.442.961.903 18.219.237.826 26,15%
1. Belanja Pegawai
Dari sisi realisasi anggaran belanja pegawai dibandingkan dengan tahun 2016
maka realisasi pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 15%. Kenaikan ini
diantaranya disebabkan oleh adanya penambahan formasi Home Staff yaitu
dengan adanya tambahan Staf Teknis Imigrasi yang tiba pada awal bulan Oktober
2017. Pada tahun 2017 terdapat pula penggantian Home Staff untuk menggantikan
Home Staff yang kembali penugasan di Jakarta pada bulan Juli 2017.
Perbandingan Belanja Pegawai TA 2017 dan 2016
URAIANREALISASI TA
2016REALISASI TA 2017
NAIK
(TURUN)
%
Belanja Tunj. Sewa Rumah PNS (Staff di LN) 742,299,553 924,444,757 24.54
Belanja Tunj. Restitusi Pengobatan PNS (Staff di
LN) 261,039,136 293,800,981 12.55
Belanja TPLN untuk Home Staff PNS (Staff di
LN) 5,405,097,532 6,489,860,342 20.07
Belanja Lokal Staff Lainnya 3,070,579,076 3,193,175,664 3.99
Jumlah Belanja Kotor 9,479,015,297 10,901,281,744 15.00
Pengembalian Belanja Pegawai - - -
Jumlah Belanja 9,479,015,297 10,901,281,744 15.00
Secara umum realisasi belanja pegawai TA 2017 untuk masing-masing
komponen belanja pegawai (Tunjangan Sewa Rumah, Restitusi Pengobatan,
TPLN untuk Home Staff, dan belanja Local Staff) mengalami peningkatan
dibandingkan dengan realisasi belanja pegawai pada masing-masing kompenen
belanja pegawai pada tahun 2016.
Beberapa faktor yang mempengaruhi belum sepenuhnya penyerapan belanja
pegawai pada tahun 2017 antara lain adalah sebagai berikut:
Adanya penurunan nilai Tunjangan Sewa Rumah untuk Home Staff
pengganti yang tiba pada tahun 2017. Selain itu, proyeksi kedatangan
Home Staff formasi baru (staf teknis imigrasi) yang diperhitungkan akan
tiba pada semester I, tiba di Perwakilan RI pada bulan Oktober 2017
karena membutuhkan proses permohonan visa cukup lama dari negara
penerima, mengingat staf teknis dimakud akan menambah jumlah formasi
Home Staff di Konsulat.
Pada tahun 2017 terdapat penambahan Home Staff yaitu Staf Teknis
Imigrasi, namun di sisi lain terdapat penurunan nilai TPLN untuk salah
satu home staff yang baru tiba di Perwakilan RI sehubungan dengan
komposisi tunjangan keluarga menjadi nol.
Pada tahun 2017 terdapat rencana untuk menambah jumlah Local Staff
sehubungan dengan penambahan formasi Home Staff di KRI Songkhla,
namun rencana penambahan tersebut belum dapat direalisasikan karena
penambahan formasi Local Staff harus melalui persetujuan dan keputusan
dari Kemenpan RI.
Fluktuasi nilai tukar mata uang Thailand Baht dan US Dollar juga
mempengaruhi penyerapan anggaran KRI Songkhla.
2. Belanja Barang
Belanja Barang KRI Songkhla terdiri dari Belanja Barang Operasional (BBO)
dan Belanja Barang Non Operasional (BBNO). Realisasi Belanja Barang TA 2017
dan TA 2016 adalah masing-masing sebesar Rp5.987.109.777 dan
Rp4.678.864.308. Realisasi Belanja Barang TA 2017 mengalami kenaikan sebesar
13,49% dibandingkan realisasi TA 2016. Adapun peningkatan tersebut antara lain:
1. Dari sisi BBO;
a. meningkatnya belanja keperluan perkantoran, yaitu diantaranya
Bertambahnya biaya jasa pengamanan kontrak / security yang semula
berjumlah dua orang dan bertugas di wisma, pada tahun 2017
menambah dua orang untuk bertugas di kantor. Penambahan petugas
security untuk pengamanan kantor ini dilakukan sebagai antisipasi
situasi keamanan umum yang cukup memburuk terkait dengan
meningkatnya frekuensi insiden pemboman dan meluasnya lokasi titik
ledakan yang tidak sebatas terjadi di wilayah insurjensi.
b. Meningkatnya belanja sewa, yaitu dengan meningkatnya nilai kontrak
sewa gedung kantor sebesar 15% seiring dengan pembaruan kontrak
untuk periode April 2017 sd April 2027. Nilai sewa kontrak baru
adalah Thb184.295/bulan dengan pembayaran per triwulan yaitu
Thb552.885,--.
c. Meningkatnya biaya sewa mesin fotocopy seiring dengan
meningkatnya kebutuhan cetak dokumen dan kualitasnya serta biaya
pemeliharaan mesin fotocopy. Biaya sewa foto copy meningkat dari
Thb10.000/bulan menjadi Thb15.000/bulan dengan sistem pembayaran
setiap bulan.
d. Biaya pemeliharaan baik untuk peralatan dan mesin maupun gedung
dan bangunan. Untuk peralatan dan mesin diantaranya biaya
pemeliharaan kendaraan dinas yang umur ekonomis kendaraan tersebut
telah lebih dari 10 tahun. Sehubungan dengan hal ini KRI Songkhla
telah merencanakan untuk mengajukan penghapusan atas kendaraan-
kendaraan dinas dimaksud. Sedangkan untuk gedung dan bangunan,
KRI Songkhla telah melakukan beberapa perbaikan dan pemeliharaan
diantaranya pemeliharaan saluran air, pemeliharaan halaman parkir,
pemeliharaan wisma, dan lain-lain.
2. Dari sisi BBNO, peningkatan belanja lebih tinggi seiring dengan
meningkatnya kegiatan-kegiatan diplomasi Perwakilan RI di Thailand
Selatan.
Tabel Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2017
Pagu awal blokir pagu akhir realisasi % Realisasi
Bantuan Delegasi 141,497,000 - 141,497,000 137,629,671 97.27%
Layanan Perkantoran 3,701,610,000 - 3,701,610,000 3,689,868,338 99.68%
Pameran/Promosi 751,864,000 - 751,864,000 743,230,857 98.85%
Kerjasama
Bilateral/Regional/M
ultilateral 434,386,000 - 434,386,000 429,439,123 98.86%
Pembinaan
Masyarakat
Indonesia di Wil.
Akreditasi 479,221,000 - 479,221,000 477,223,044 99.58%
Pelayanan/Perlindung
an WNI/BHI dan
Kekonsuleran 242,643,000 - 242,643,000 239,578,503 98.74%
Pelayanan
Kekonsuleran 208,201,000 - 208,201,000 204,869,764 98.40%
Ceramah/Diskusi/Dis
eminasi/Sarasehan/So
sialisasi 69,674,000 - 69,674,000 65,270,473 93.68%
6,029,096,000 - 6,029,096,000 5,987,109,773 99.30%
3. Belanja Modal
Anggaran Belanja Modal TA 2017 KRI Songkhla adalah sebesar
Rp1.408.235.000, dan pada tahun 2017 realisasi belanja modal yang terserap
adalah sebesar 94,5%. Apabila dibandingkan dengan realisasi belanja modal pada
tahun sebelumnya, maka pada tahun 2017 terdapat peningkatan sebesar 366,83%.
Peningkatan belanja modal pada tahun 2017 yang cukup signifikan disebabkan
telah selesainya proses pembelian kendaraan dinas pada tahun 2017 untuk
menggantikan kendaraan dinas yang telah dihapus pada tahun 2014. Penggantian
pembelian kendaraan dinas tersebut seyogyanya direncanakan untuk dilakukan
pada tahun 2016, namun alokasi anggaran pembelian kendaraan dinas pada tahun
2016 tersebut dimasukkan sebagai pemotongan anggaran.
Penggunaan anggaran secara keseluruhan telah diupayakan untuk bisa se-
efisien dan se-efektif mungkin, dimana perencanaan kinerja, pengukuran kinerja,
pelaporan kinerja, evaluasi internal senantiasa dilakukan dengan tepat waktu dan
senantiasa mengikuti ketentuan yang berlaku. Konsultasi dengan pusat juga secara
intensif dilakukan untuk memastikan dipenuhinya tingkat kepatuhan terhadap
ketentuan secara maksimal.
BAB IV
PENUTUP
Realisasi Capaian Kinerja Konsulat Songkhla tahun 2017 telah semaksimal
mungkin diupayakan ke arah target yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil
perhitungan sebagaimana telah dijelaskan di atas, capaian kinerja organisasi
Konsulat RI Songkhla pada tahun anggaran 2017 adalah sebesar total 96,13%.
Untuk kinerja di tahun 2017, Konsulat RI Songkhla telah dinyatakan secara
berturut-turut sebagai perwakilan dengan ranking urutan pertama berdasarkan
jumlah update berita di website resmi Konsulat RI Songkhla dalam periode
Januari – Juni 2017 dan periode Juli – Desember 2017.
Selain itu, Menlu RI pada bulan Agustus tahun 2017 dalam kapasitasnya
selaku Pengguna Barang Milik Negara telah memberikan Sertifikat Penghargaan
kepada Konsulat RI Songkhla sebagai perwakilan RI yang memiliki “kinerja yang
sangat baik di bidang Pengelolaan Barang Milik Negara Tahun 2016 untuk
kelompok satuan kerja perwakilan”. Konsulat RI Songkhla sepanjang TA 2017
juga telah menerima sejumlah apresiasi dalam bentuk surat yang dikirimkan oleh
stakeholders baik di Indonesia maupun di wilayah kerja atas fasilitasi, dukungan,
partisipasi aktif dan kolaborasi yang dilakukan oleh Konsulat RI Songkhla
terhadap mereka.
Hingga tahun 2017, target dari Rencana Strategis Konsulat RI di Songkhla
2015 – 2019 telah mengalami dua kali revisi yang didasarkan oleh dinamika
perkembangan, capaian yang telah diwujudkan dalam tahun 2015 dan tahun 2016,
serta mengikuti masukan saran Pusat (cq. BPO) mengikuti dengan angka target
IKU Kemlu. Selain itu, adanya perubahan data dari Bank of Thailand Southern
Region Office yang menjadi acuan bagi KRI Songkhla menentukan target salah
satu IKU, mengharuskan adanya perubahan pada besaran target IKU yang
ditetapkan untuk tahun 2017 tersebut.
Dalam perencanaan program kegiatan Konsulat RI Songkhla tahun 2017,
upaya perbaikan juga telah dilakukan melalui penajaman program kegiatan
memperhatikan capaian dan evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya, dimana tindak
lanjut terhadap kerja sama yang telah terjalin dengan pemangku kepentingan di
Thailand Selatan terus dilaksanakan dan utamanya untuk semakin mengarahkan
proses business matching pelaku bisnis Thailand Selatan dengan counterpartnya
di Indonesia. Upaya untuk mendorong investasi dari Thailand Selatan ke
Indonesia juga dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang dapat memberikan
informasi yang akurat mengenai peluang investasi di Indonesia dan kepastian
hukum bagi investor Thailand Selatan di Indonesia, sehingga dapat mendukung
keputusan pengusaha Thailand untuk berinvestasi di Indonesia.
Sinergi dan penguatan jaringan dengan kalangan warga Thailand alumni
sekolah Indonesia, khususnya untuk bisa memanfaatkan besarnya warga Thailand
alumni perguruan tinggi Indonesia yang jumlahnya sekitar 2500 orang, juga secara
kontinu dilakukan di tahun 2017 untuk kepentingan penetrasi dan perluasan pasar
bagi produk-produk Indonesia. Keterlibatan Konsulat RI Songkhla pada berbagai
event di wilayah Thailand Selatan yang memiliki peluang untuk mempromosikan
produk-produk Indonesia juga ditargetkan dapat mendorong semakin banyaknya
produk Indonesia yang dapat dipasarkan di Thailand Selatan. Selain itu,
pendekatan yang intensif turut dilakukan kepada otoritas pemerintah Thailand
Selatan di berbagai propinsi yang secara langsung menangani kebijakan impor dan
fasilitasi perdagangan luar negeri.
Selain itu, frekuensi promosi destinasi wisata Indonesia terus ditingkatkan
dari tahun ke tahun di berbagai propinsi di Thailand Selatan baik yang dilakukan
oleh Konsulat RI Songkhla bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan
pelaku industri wisata Indonesia seperti dari Pulau Sumatera untuk lebih intensif
memperkenalkan tujuan wisata Indonesia kepada masyarakat di Thailand Selatan.
Selain itu, kegiatan famtrip dengan tour operator asal Thailand Selatan ke berbagai
wilayah wisata di Indonesia juga telah meningkatkan jumlah paket wisata ke
Indonesia yang dimiliki oleh tour operator Thailand Selatan. Pada tahun-tahun
mendatang business matching antara pelaku bisnis wisata akan lebih sering
dilakukan dengan menggandeng Kemenpar RI maupun pemerintah daerah
sehingga sinergi antara promosi yang dilakukan oleh pemerintah di dalam negeri
dapat didukung dengan upaya promosi yang juga dilaksanakan di perwakilan.
Upaya pendekatan terhadap stakeholders di tanah air juga akan terus diperkuat,
khususnya agar para pengusaha produk dan jasa Indonesia memiliki minat yang
cukup tinggi untuk mau membuka akses pasar dan ataupun melakukan ekspansi di
pasar Thailand Selatan. Stakeholders di tanah air tersebut mencakup juga Pemda
Kota ataupun Propinsi khususnya di Pulau Sumatera yang merupakan anggota
dalam kerja sama sub regional IMT-GT.
Dalam rangka mendukung pencapaian pemberian layanan kekonsuleran
yang prima Konsulat RI Songkhla senantiasa mengupayakan peningkatan
kualitas pelayanan kepada para WNI maupaun WNA, sehingga dapat tercapai
kepuasan dari pengguna jasa kekonsuleran di Konsulat. Selain itu, berbagai
kegiatan untuk mensosialisasikan berbagai aturan dan kebijakan di bidang
kekonsuleran dan imigrasi telah menjadi agenda rutin dalam program kerja
Konsulat selama tahun 2017 dan untuk tahun-tahun mendatang untuk
memastikan bahwa para WNI termasuk para mahasiswa RI yang berada di
Thailand Selatan memiliki pemahaman dan kesadaran hukum WNI untuk
memperkuat upaya pencegahan dan antisipasi munculnya permasalahan
WNI di Thailand Selatan. Koordinasi antara Konsulat RI Songkhla dengan
otoritas di Thailand Selatan juga akan terus dilakukan.
Pencapaian target kinerja Konsulat RI di Songkhla dan keberhasilan
pelaksanaan diplomasi Indonesia di wilayah kerja Thailand Selatan secara
keseluruhan sangat dipengaruhi oleh kondisi internal, yaitu SDM Konsulat dan
aspek organisasi khususnya kualitas perencanaan kinerja dan dukungan anggaran,
dan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif, yaitu utamanya dukungan
stakeholders di tanah air termasuk kecepatan respon Kemlu pusat terhadap
klarifikasi dan instruksi yang dimintakan oleh Konsulat RI.
Kondisi-kondisi tersebut merupakan faktor kunci keberhasilan organisasi.
Fokus pembenahan dan penguatan akan dilakukan terhadap faktor-faktor kunci
yang berada dalam kontrol organisasi. Sedangkan terhadap faktor yang berada di
luar kontrol organisasi, langkah-langkah penyesuaian akan dilakukan agar
Konsulat agar dapat menarik manfaat sebesar-besarnya dari situasi lingkungan
yang ada untuk keberhasilan pelaksanaan misi diplomasi Indonesia di Thailand
Selatan.