LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI VI DPR RI
KE SULAWESI SELATAN
Masa Persidangan I Tahun 2019-2020
18-22 Desember 2019
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
2019
I. Pendahuluan
A. Dasar Hukum
Pasal 98 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Daerah
(MD3), yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018. Dalam pasal 98
tersebut diatur bahwa Komisi melaksanakan tgas di bidang legislasi, anggaran, dan
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat
mengadakan kunjungan kerja. Dalam melaksanakan tugas sesuai bidangnya, Komisi
dapat mengadakan kunjungan kerja di dalam negeri maupun di luar negeri.
Keputusan Pimpinan DPR RI tentang Penugasan Anggota Komisi I s.d. XI DPR
RI untuk melaksanakan Kunjungan Kerja dalam Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019-
2020.
Keputusan Rapat Intern Komisi VI DPR RI mengenai Sasaran dan Objek
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI dalam Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019-2020.
B. Obyek Kunjungan Kerja
Obyek kunjungan kerja reses Komisi VI DPR RI adalah:
1. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
2. BUMN yang beroperasi di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan sekitarnya,
yang meliputi: PT. PLN (Persero), PT. Semen Indonesia (Persero), PT. Pupuk
Indonesia (Persero), PT. Bank Mandiri (Persero), PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), PT. BNI (Persero), PT. Bank Tabungan Negara (Persero), PT. PELNI
(Persero), PT. Pertamina (Persero), PT. Pelindo IV (Persero), Perum Bulog
(Persero), PT. Berdikari (Persero).
C. Maksud dan Tujuan Kunjungan Kerja
Kunjungan kerja ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja, pokok-pokok kebijakan,
tantangan dan permasalahan serta realisasi pelaksanaan program kegiatan khususnya
subsidi dan kewajiban pelayanan publik, yang menjadi tugas Komisi VI DPR RI berikut
kondisi aktual yang tengah dihadapi BUMN dan mitra di Provinsi Sulawesi Selatan
dengan tujuan menjadi bahan masukan kepada Pemerintah guna ditindaklanjuti sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
D. Agenda Kunjungan Kerja
Agenda pada kunjungan kerja spesifik ini adalah:
1. Pertemuan dan dialog dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu
Gubernur, DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dan Kepala Daerah tingkat Kota
dan Kabupaten serta Dinas Terkait di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan terakait
program subsidi pemerintah yang meliputi subsidi BBM, subsidi pupuk, subsidi
bunga KUR, dan pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) BUMN di
Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Pertemuan dan dialog bersama mitra kerja Komisi VI yang memiliki wilayah
operasional di Provinsi Sulawesi Selatan, dalam Kunjungan Reses Masa
Persidangan I Tahun 2019-2020, yaitu PT. Pertamina (Persero), PT. PLN
(Persero), PT. Pupuk Indonesia (Persero), PT. Semen Indonesia (Persero), PT.
Pelni (Persero), PT. BRI (Persero), PT. Bank Mandiri (Persero), PT BNI
(Persero), PT. (BTN (Persero), PT. Pelindo IV (Persero), PT. Angkasa Pura I
(Persero), PT. Kawasan Industri Makassar (Persero), Perum Bulog (Persero),
dan PT. Berdikiri (Persero).
3. Peninjauan Lapangan ke PT. Pelindo IV (Persero) terkait pengembangan
Makassar New Port (MNP) tahap I.
E. Anggota Tim Kunjungan Kerja
(Terlampir)
II. Hasil Pertemuan
A. Poin Pemaparan
1. Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan triwulan III tahun 2019 yaitu
sebesar 7,21%, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 3,19%. Target
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan sesuai RPJMN 8,5% di Tahun
2014.
Program perdagangan dengan direct call (ekspor langsung) ke negara tujuan
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memberi dampak positif bagi perekonomian
Provinsi Sulawesi Selatan, harga-harga barang ekspor komoditas ikut meningkat
seperti rumput laut yang meningkat menjadi Rp28 ribu/kg.
Di Tahun 2019, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki target kinerja
dengan mengupayakan mempersingkat jalur regulasi, dwelling time kurang dari dua
hari (<2 hari) dan proses izin tidak lebih dari 30 menit, serta kepastian dan
kemudahan bisnis bagi dunia usaha.
Segala potensi yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan diarahkan kepada
invasi-invasi baru untuk meningkatkan hilirisasi yang berdampak pada pertumbuhan
perekonomian wilayah. Konversi penggunaan BBM menjadi gas LPG tabung 3 Kg
pada pompa air petani telah menunjukkan peningkatan perekonomian masyarakat
di daerah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti wilayah lain di Pulau Jawa
(seperti Jawa Tengah dan DIY) yang menunjukkan pertumbuhan positif pula.
2. Bupati Kabupaten Wajo
Daerah di Kabupaten Wajo menghadapi permasalahan ketersediaan pupuk
yang tidak memadai. Hal ini telah berlangsung lama, terutama ketersediaan pupuk
pada tambak dan perkebunan. Padahal untuk dua hal tersebut potenis yang dimiliki
daerah di Kabupaten Wajo sangat besar. Permasalahan tersebut diketahui
disebabkan adanya kendala pada pengiriman dari kapal barang.
Selain itu, Kabupaten Wajo juga menghadapi permasalahan kurang sumber
daya manusia untuk mengelola koperasi. Terdapat 190 unit koperasi yang tidak aktif.
Oleh sebab itu dibutuhkan pembinaan SDM dan pembinaan pengelolaan UMKM.
Pembinaan SDM agar memiliki entrepreneurship juga sangat dibutuhkan Kabupaten
Wajo untuk menggerakkan industri UMKM di wilayah tersebut yang nantinya dapat
berkontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah.
Kabupaten Wajo merupakan daerah penghasil komoditas pertanian dan
perikakan, memiliki potensi besar bagi kedua komoditas tersebut. Namun saat ini
Kabupaten Wajo menghadapi permasalahan kelangkaan gas LPG bersubsidi pada
saat masa panen. Hal ini tentunya memberi dampak pada skala produksi yang dapat
dipanen oleh petani karena sebagian besar petani telah beralih pada pompanisasi di
pertanian.
Kelangkaan BBM juga terjadi di Kabupaten Wajo, sejak Oktober 2019 lalu.
Kabupaten Wajo yang awalnya mendapatkan 2 tangki BBM, sekarang hanya
memperoleh jatah 1 tangki BBM di SPBU.
3. Kabupaten Sidrap
Saat ini Kabupaten Sidrap mengalami kelangkaan pupuk, kebutuhan gas dan BBM
bagi pertanian dan transportasi. Kabupaten Palopo memiliki kebutuhan kendaraan
roda empat pada gudang untuk memudahkan mobilisasi barang, serta membutuhkan
dana rehabilitasi dan konstruksi bagi Pasar Rakyat yang mengalami bencana
kebakaran.
4. Kota Palopo
Di wilayah Kota Palopo terdapat PLTA yang telah dibangun 11 tahun yang lalu.
Namun, sejak 3 tahun terakhir sudah tidak mampu dikelola oleh Pemerintah Kota
yang disebabkan oleh ketidakmampuan sumber daya manusia atau tidak memiliki
kapabilitas dalam pengelolaan PLTA tersebut, sementara PLTA tersebut telah
menjadi aset Pemerintah Kota Palopo. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perhatian
Pemerintah Pusat dan BUMN terkait untuk memberi pelatihan SDM atau bantuan
pengelolaan baik teknologi maupun manajemen agar dapat beroperasi kembali
PLTA tersebut sehingga memberi kontribusi dan manfaat kelistrikan di wialyah Kota
Palopo.
5. Kota Pare-Pare
Ketersedian BBM menjadi sangat penting bagi Kota Pare-Pare karena kota ini
merupkan wilayah yang kegiatan ekonominya didorong oleh sektor jasa. Oleh sebab
itu, jaminan ketersediaan BBM harus didukung oleh dengan pengawasan dan
mekanisme penyaluran atau distribusi yang baik. Hal ini disebabkan oleh kondisi
ketersediaan BBM Solar dan Premium sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
wilayah kota tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan ketahanan pangan. Ketersediaan
BBM yang sesuai dengan kebutuhan Kota Pare-Pare masih menjadi kendala sampai
saat ini. Aktifnya jalur Trans Sulawesi diharapkan menjadi daya dukung bagi
percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah, namun kondisi di lapangan sampai saat
ini masih banyak truk yang mengangkut barang logistik terpaksa mengantri dalam
pengisian BBM karena ketersediaan BBM belum memadai di wilayah tersebut.
Hadirnya Pasar Induk Beras (PIB) di wilayah Kota Pare-Pare dapat menjadi
wilayah ekonomi baru bagi Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini cukup strategis karena
Kota Pare-Pare merupakan salah satu pintu keluar utama di Provinsi Sulawesi
Selatan karena memiliki pelabuhan yang kompatibel. Untuk mendorong kegiatan
ekonomi dari sektor tersebut, hadirnya PIB tersebut membutuhkan regulasi yang kuat
serta terintegrasi.
Ketersediaan pupuk subsidi bagi petani serta moda tani juga menjadi
pemasalahan yang dihadapi masyarakat di wilayah Kota Pare-Pare. Bagi pelaku
usaha kecil bunga yang dibebankan masih sangat tinggi yaitu 9% untuk UMI
sementara KUR 7 %.
Selanjutnya warga yang dapat menikmati listrik juga belum sepenuhnya
terlaksana. Meskipun data rasio elektrifikasi di Kota Pare-Pare mencapai 100%,
faktanya masih terdapat 6 (enam) dusun yang belum menikmati aliran listrik di
wilayah kota tersebut. Wilayah Kota Pare-pare juga meghadapi permasalahan tidak
terdapatnya kuota LPG bagi nelayan dan berharap adanya dana tanggung jawab
sosial atau CSR pada wilayah bencana.
6. DPRD Provinsi Sulawesi Selatan
Secara umum, permasalahan-permasalahan yang masih banyak dialami oleh
masyarakat di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan adalah kelangkaan BBM, Gas LPG
3 Kg, dan kekurangan kuota bagi petani yang beralih kepada pompanisasi serta bagi
nelayan. Selanjutnya program Kredit Usaha Rakyat juga mengalami permasalahan
terdapatnya indikasi belum tepat sasaran bagi masyarakat penerima manfaat
tersebut, serta belum tersedianya dana tanggung jawab sosial bagi wilayah
pascabencana.
7. Perum Bulog (Persero)
Tabel I Realisasi Pengadaan Dalam Negeri Kantor Wilayah Seluruh Indonesia
Januari – Desember Tahun 2019
No. Kanwil
Target 2019 (Str Beras) Oder
Total Realisasi % 1
Tahun
Jan-Des Jan-Des Str Gabah Str Beras
1 KALBAR 1.905 1.905 4.056 7.503 3.751 196,89
2 SULTRA 12.245 12.245 17.619 34.845 17.422 142,28
3 RIAU & KEPRI 4.416 4.416 6.862 11.802 5.901 133,63
4 NTT 6.246 6.246 8.459 16.238 8.119 130,00
5 MALUKU & MALUT 1.746 1.746 2.217 4.433 2.217 126,98
6 JABAR 202.429 202.429 226.189 445.192 222.596 109,96
7 SUMUT 20.433 20.433 21.474 41.931 20.966 102,61
8 KALTIM & KALTARA 5.000 5.000 4.988 9.354 4.677 93,54
9 PAPUA & PABAR 48.747 48.747 39.060 77.623 38.812 79,62
10 SULSELBAR 290.920 290.920 220.296 429.463 214.731 73,81
11 KALTENG 5.222 5.222 3.908 7.552 3.776 72,31
12 SUMSEL & BABEL 70.570 70.570 51.496 100.736 50.368 71,37
13 JATIM 351.215 351.215 244.213 477.376 238.688 67,96
14 SULTENG 32.673 32.673 19.104 37.764 18.882 57,79
15 SULUT & GORONTALO 4.252 2.304 4.603 2.302 54,14
16 NTB 141.654 77.114 150.773 75.386 53,22
17 BENGKULU 8.746 4.566 8.931 4.466 51,06
18 LAMPUNG 102.079 52.846 102.685 51.343 50,30
19 JAMBI 1.0245 5.390 10.151 5.075 49,54
20 SUMBAR 1.0245 4.757 9.475 4.737 46,24
21 JATENG 290.398 129.557 246.103 123.052 42,37
22 DKI JAKARTA & BANTEN 37.794 17.582 33.105 16.553 41,60
23 KALSEL 28.245 11.569 22.935 11.468 40,60
24 BALI 9.845 3.720 7.431 3.715 37,74
25 D.I. YOGYA 89.376 33.902 64.167 32.084 35,90
26 ACEH 38.828 7.084 13.651 6.826 17,58
JUMLAH 1.827.475 1.827.475 1.219.975 2.375.825 1.187.912 65,00
*Data per Tanggal 16 Desember 2019
Tabel 2 Pemanfaatn Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Kantor Wilayah Seluruh
Indonesia
No Kantor
Wilayah
2018 2019
Jumlah Jumlah
OP Bencana Total OP Bencana Total
1 ACEH 8.238.404,24 14.951,00 8.253.355,24 6.110.054,20 66.325,20 6.176.379,40
2 SUMUT 16.337.052,10 93.399,40 16.430.451,50 18.092.437,71 6.168,80 18.098.606,51
3 RIAU 6.256.342,00 - 6.256.342,00 22.201.236,20 9.270,00 22.210.506,20
4 SUMBAR 3.259.730,20 - 3.259.730,20 5.849.571,00 16.609,60 5.866.180,60
5 JAMBI 5.302.005,00 - 5.302.005,00 14.012.716,40 11.850,00 14.024.566,40
6 SUMSEL 5.580270,00 85.692,00 5.665.962,00 25.862.969,50 68.470,40 25.931.439,90
7 BENGKULU 2.006.325,00 - 2.006.325,00 4.461.718,00 108.068,00 4.569.786,00
8 LAMPUNG 7.161.972,87 174.553,40 7.336.526,27 21.945.732,00 57.632,60 22.003.364,60
9 DKI 46.084.611,00 50.000,00 46.134.611,00 60.034.495,00 45.000,00 60.079.495,00
10 JABAR 45.517.963,67 157.324,20 45.675.287,87 74.318.675,45 78.313,20 74.396.988,65
11 JATENG 33.327.867,50 156.617,00 33.484.484,50 41.328.010,82 186.267,20 41.514.278,02
12 DIY 2.517.510,00 - 2.517.510,00 17.263.892,75 - 17.263.892,75
13 JATIM 74.984.455,67 90.129,40 75.074.585,07 89.723.893,59 113.460,00 89.837.353,59
14 KALBAR 4.683.773,00 48.342,00 4.732.115,00 9.800.884,62 34.489,20 9.835.373.82
15 KALTIM 4.499.421,72 1.321,60 4.500.743,32 4.865.659,23 - 4.865.659,23
16 KALSEL 5.691.856,00 36.855,20 5.728.711,20 5.275.605,58 37.685,60 5.313.291,18
17 KALTENG 1.966.138,00 66.372,40 2.032.510,40 1.833.213,75 - 1.833.213,75
18 SULUT 1.867.469,00 305.135,00 2.172.604,00 4.135.956,20 554.158,60 4.690,114,80
19 SULTENG 3.965.924,87 9.016,00 3.974.940,87 4.662.607,78 - 4.662.607,78
20 SULTRA 3.680.372,29 310.598,80 3.990.971,09 7.487.557,45 396.708,00 7.884.265,45
21 SULSEL 4.746.350,72 95.560,40 4.841.911,12 50.936.863,01 111.437,60 51.048.300,61
22 BALI 971.470,00 307.616,80 1.279.086,80 1.543.475,00 - 1.543.475,00
23 NTB 10.031.883,80 25.872,00 10.057.755,80 16.962.237,48 56.506,80 17.018.881,28
24 NTT 10.788.942,00 400.429,60 11.189.371,60 14.240.042,00 1.315.801,00 15.555.843,00
25 MALUKU 3.378.945,22 108.000,80 3.486.946,02 6.656.056,92 632.379,20 7.288.436,12
26 PAPUA 6.065.481,94 38.724,00 6.104.205,94 10.817.032,51 461.850,00 11.278.882,51
JUMLAH 318.912.537.81 2.576.511 321.489.048,81 540.422.731,15 4.368.451 544.791.182,15
▪ Pencapaian Kinerja Operasional Perum Bulog per Desember 2019 (Wilayah
Sulawesi Selatan)
Tabel 3 Realisasi Pengadaan Kantor Wilayah Sulawesi Selatan
No
Kantor
Wilayah/Kantor
Cabang
2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi
1 Polmas 23.000 18.393 20.364 14.151
2 Pare-pare 72.000 37.316 40.729 51.818
3 Pinrang 50.000 32.081 29.092 36.407
4 Sidrap 78.000 51.492 52.365 41.699
5 Soppeng 15.000 6.403 14.546 6.988
6 Wajo 40.000 21.888 34.910 19.286
7 Bone 25.000 16.629 16.001 6.682
8 Bulukumba 30.000 24.237 27.637 15.126
9 Palopo 28.000 14.350 26.183 13.237
10 Makassar 35.000 23.553 23.274 13.237
11 Mamuju 4.000 3.166 5.818 632
Total 400.000 249.508 290.919 214.731
Tabel 4 Realiasi Ketersediaan Pasokan & Stabilisasi Harga (KPSH) Beras
Medium CBP Tahun 2019 (dalam Kg)
No. Kantor Wilayah Jumlah Realisasi
1 KC. POLMAS 1.296.900,00
2 KC. PARE-PARE 7.845.460,00
3 KCP. PINRANG 9.017.166,00
4 KC. SIDRAP 10.674.432.,05
5 KCP. SOPPENG 2.776.380,00
6 KC. WAJO 5.998.008,00
7 KCP. BONE 2.565.116,00
8 KC. BULUKUMBA 4.423.749,00
9 KCP. SELAYAR 4.000,00
10 KC. PALOPO 852.756,91
11 KC. MAKASSAR 4.993.095,05
12 KC. MAMUJU 489.800,00
JUMLAH 50.936.863
Tabel 5 Realisasi Penyaluran CBP Bencana Alam Tahun 2019 (dalam Kg)
No KANWIL Januari Februari Maret April Mei Juni Juli JUMLAH
1 KC. POLMAS 6.134 - 788 7.518 14.620,40
2 KC. SIDRAP 2.845 2.884,80
3 KC. WAJO 12.006 12.006,40
4 KC. BULUKUMBA 18.956 18.956,00
5 KC. MAKASSAR 50.000 13.010 63.010,00
JUMLAH 56.314 31.966 788,40 2.844,80 12.006,40 7.518,00 111.437,60
Tabel 6 Posisi Persediaan Beras 2019 Kanwil Sulawesi Selatan
8. PT. Pelindo IV
Terkait selesainya paket pembangunan Makassar New Port (MNP) tahap IA,
produktivitas bongkar muat di Pelabuhan Makassar mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, di mana petikemas tumbuh mencapai 20%, antrian kapal tidak terjadi
lagi serta Dwelling Time Pelabuhan Makassar mendapat predikat terbaik dengan 2,15
Hari (Pelindo I 2,53 Hari, Pelindo II 2,67 Hari, dan Pelindo III 3,42 Hari). Selain itu,
terjadi peningkatan GT kapal sebagai akibat kapal besar dengan draft lebih dari 13
meter disandarkan di Makassar New Port. Tabel 7 berikut menampilkan data aktivitas
bongkar-muat Petikemas di Pelabuhan Makassar.
Tabel 7 Aktivitas Bongkar Muat Petikemas di Pelabuhan Makassar
KEGIATAN Per 30 November 2018 Per 30 November 2018
TREND TPM MNP TPM MNP
KAPAL
CALL
GT
1207
13.739.705
6
28.786
1024
11.425.430
244
2.654.280
102%
PETIKEMAS
BOX
TEUs
493.047
591.745
1.189
1.261
509.491
622.377
84.884
92.864
120%
No Unit Kerja Beras CBP Beras
Komersial Total
1 Kanca Polmas 8.542 457 8.999
2 Kanca Pare-Pare 30.778 4.747 35.526
3 KCP Pinrang 20.697 1.730 22.426
4 Kanca Sidrap 17.793 1.687 19.480
5 KCP Soppeng 2.948 774 3.722
6 Kanca Wajo 8.257 1.322 9.579
7 KCP Bone 6.573 1.729 8.302
8 Kanca Bulukumba 11.183 2.706 13.890
9 KCP Selayar 397 86 482
10 Kanca Palopo 7.897 829 8.726
11 Kanca Makassar 28.310 486 28.796
12 Kanca Mamuju 426 22 448
JUMLAH 143.801 16.575 160.375
Pembangunan MNP yang dikelola oleh PT. Pelindo IV (Persero) memberi
dampak terhadap kegiatan ekonomi, konektivitas dan mobilitas barang serta logistik
di Sulawesi Selatan dan WTI. Hilirisasi produk manufaktur telah dapat dilakukan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di mana 30% merupakan ekspor barang
komoditas. BUMN tersebut telah turut memberikan nilai tambah dan peningkatan
penggunaan produk lokal (TKDN) peningkatan nilai tambah dapat dilakukan menjadi
10 sampai 30 kali. Produk yang memiliki nilai tambah saat ini di wilayah timur
khususnya seperti rumput laut yang dapat diolah menjadi jelly (mencapai 1200
kontainer) Produk ekspor lainnya saat ini yang diekspor dari terminal petikemas
Makassar (MCT) yaitu produk olahan ikan, udang beku, kacang mete, marmer,
semen, kayu lapis, dan coklat.
PT. Pelindo IV (Persero) melalui pengelolaan MNP telah berhasil melakukan
efisiensi biaya mencapai US$ 200/box ke Asia Timur dan US$ 500/box ke Eropa serta
ke Amerika efisien US$ 500/box. Hal ini disebabkan PT. Pelindo IV (Persero) telah
melakukan kegiatan ekspor langsung sehingaa terjadi peningkatan efisiensi waktu
pengiriman barang (ke China dari 24 hari menjadi 9 hari, Jepang dari 28 hari menjadi
15 hari, dan ke Korea dari 26 hari menjadi 17 hari, sementara ke Eropa dari 29 hari
menjadi 14 hari, dan ke Amerika dari 29 hari menjadi 14 hari).
Direct Call dan Direct Export atau ekspor langsung telah memberi dampak
positif bagi kegiatan produktivitas pelabuhan dan memberi dampak langsung bagi
daerah. Dampak positif tersebut adalah: (1) Efisiensi Biaya, (2) Efisiensi Waktu (3)
Peningkatan Penggunaan dan (4) Eskalasi Bisnis dan Pendapatan Wilayah karena
pendapatan pajak yang langsung masuk ke daerah. Neraca ekspor impor yang
duunya defisit sebesar (3,29%) sekarang menjadi 5,24% sejak dilakukannya direct
call dan direct export.
Dalam pengembangan paket kegiatan Makassar New Port PT. Pelindo IV
(Persero) mengalami kendala pada akses jalan pelabuhan, sehingga dilakukan jalan
keluar jangka pendek dengan membuat jalan sodetan atau pelebaran jalan eksisting
Sultan Abdullah Raya (milik Pemkot Makassar) 2@1,5 meter sepanjang 600 meter
(kiri dan kanan). Permasalahan dan solusi yang dihadapi PT. Pelindo IV (Persero)
sebagaimana ditampilkan pada tabel 8 berikut:
Tabel 8 Permasalahan dan Solusi Pengembangan MNP
No. Program Permasalahan Solusi
1 Konsesi IB dan IC Belum Terbit Percepatan Konsesi
Agar RIP Dapat
Diterbitkan
2 Penetapan Alur Baru
MNP
Pembersihan Ranjau Percepatan oleh
Angkatan Laut
3 Jalan Jangka Panjang Tol Eksisting tidak
mampu menampung
Penyiapan Program
dan Penganggaran
oleh PUPR
4 Jalan Sodetan Percepatan
Pembangunan dan
Penganggaran
Percepatan
Penganggaran dan
Pembangunan oleh
PUPR
Dalam mendorong pertumbuhan perekonomian daerah maupun nasional PT.
Pelindo IV (persero) melakukan bentuk sinergi dengan pemerintah daerah di
Provinsi Sulawesi Selatan, hal tersebut ditampilkan pada tabel berikut 9:
Tabel 9 Bentuk Sinergi PT. Pelindo IV (Persero) dan Pemerintah Daerah
No Bentuk Kerjasama atau MoU Tentang
1 Nota Kesepahaman antara PT.
Pelindo IV (Persero) dengan
Pemprov Sulawesi Selatan
Komitmen untuk menggerakkan
ekspor dan konektivitas Provinsi
Sulawesi Selatan dan Kawasan
Timur Indonesia (KTI)
2 Nota Kesepahaman antara PT.
Pelindo IV (Persero) dengan
Pemrpov Sulawesi Selatan
Rencan kerjasama pengembangan
pariwisata
3 Nota Kesepahaman antar PT.
Pelindo IV (Persero) dengan
Pemprov Sulawesi Utara
Komitmen untuk menggerakkan
ekspor dan konektivitas serta
pengembagan pariwisata Provinsi
Sulawesi Utara
Selain itu PT. Pelindo IV (Persero) bersama Kementerian Bidang Perekonomian
RI melakukan Perluasan Lingkup Proyek Strategis Nasional (PSN) yaitu
diproyeksikan sebagai Pelabuhan Modern yang terintegrasi dengan Kawasan Industri
dan pelabuhan eksisting, sehingga PSN untuk MNP tersebut diperluas dengan KI
yang mencakup pembangunan jalas akses penghubungnya.
9. PT. Kawasan Industri Makassar
PT. Kawasan Industri Makassar (KIMA) merupakan Kawasan Industri yang
dihuni oleh 431 perusahaan industri yang teridiri dari 12 perusahaan asing yaitu
Taiwan, Tiongkok (China), Malaysia, Thailand, Jepanga, Korea Australia, USA, dan
SIngapura dan sisanya 419 perusahaan nasional. Saat ini PT. Kawasan Industri
Makassar (Pesero) memperkerjakan sebanyak 30.000 tenaga kerja.
Infrastruktur yang telah tersedia pada PT. Kawasan Industri Makassar
meliputimeliputi infrastruktur industri dan infrastruktur penunjang. Infrastruktur Industri
PT. KIMA yaitu sebagai berikut:
• jaringan energi dan kelistrikan (berupa jaringan listrik dan gardu PLN
berkapasitas 165 MW) namun saat ini PT. KIMA masih membutuhkan
penyediaan gas industri.
• Jaringan sumber daya air, dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 142 Tahun
2015 yang melarang pengambilan air bawah tanah untuk setiap tenant, dan
hanya boleh dilakukan oleh perusahaan Kawasan Industri, maka menjadi peluang
PT. KIMA untuk membuka usaha pengelolaan air bersih untuk industri yang saat
ini sedang dibangun.
• Sanitasi, di dalam PT. KIMA telah tersedia saluran pembuangan berupa drainase
dan saluran iar limbah yang terhubung ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
• Jaringan Transportasi, lokasi PT. KIMA berda di jalan poros provinsi dan akses
tol, yang dilalui oleh trasnportasi umum.
Infrastruktur Penunjang bagi PT. KIMA meliputi:
• Perumahan, PT. KIMA memiliki 2 lokasi Rusunawa, yang masing-masing lokasi
meiliki 2 tower 4 lantai dengan masing-masing tower memiliki 96 kamar,
rusunawa tersebut diperuntukkan untuk para pekerja di KIMA yang mempunyai
surat rekomendasi dari perusahaan tempatnya bekerja.
• Pendidikan, di daerah sekitar PT. KIMA telah tersedia fasilitas pendidikan berupa
SD, SMP, dan SMA serta perguruan tinggi negeri (PTN).
• Kesehatan, PT. KIMA telah membuka klinik kesehata dan apotik (faskes pratama)
yang bekerja sama dengan Kimia Farma untuk karyawan dan masyarakat yang
berada di PT. KIMA, selain itu terdapat rumah sakit umum daerah (RSUD) yang
tidak jauh dari lokasi PT. KIMA.
• Pemadam Kebakaran, PT. KIMA telah memliki stasiun pemadam kebakaran yang
bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar.
• Pengelolaan Limbah dan Sampah, PT. KIMA memiliki instalasi Pengelolaan Air
Minum (IPAL) dan memiliki armada pengangkut sampah serta petugas
kebersihan.
Terkait rekomendasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk menjadikan
PT. KIMA 2 Maros sebagai wilayah pengembangan Kawasan Industri Baru dan
merupakan bagian dari konsep pengembangan Kawasan Strategis Provinsi
Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Gowa, dan Takalar), sampai saat
ini masih dalam proses pembebasa lahan. Pengembangan PT. KIMA 2 di Maros
mengalami kendala terkait dengan percepatan pembebasan dalam skala besar yaitu
Menapai 50 Ha sebagaimana yang dipersyaratkan untuk mendapatkan izin usaha
kawasan industri. Sehubungan dengan tidak disetujuinya rencana pembiayaan
pembebasan lahan tersebut melalui penerbitanMedium Term Note (MTN) KIMA
sebesar Rp300 Miliar (2 termin). Sehingga lahan yang saat ini dimiliki oleh PT. KIMA
Maros hanya seluas 2 Ha.
Dampak dari pengembangan PT. KIMA Maros bagi Sulawesi Selatan di
antaranya ialah meningkatnya investasi, penyerapan tenaga kerja, peluang usaha
untuk masyarakat di sekitar kawasan, serta pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan yang meningkat pula.
Sinergi antar shareholder terjalin di dalam memberikan arahan yang berupa
rencana kerja jangka pendek maupun rencana kerja jangka panjang dalam bentuk
RKAP dan RJPP. Saat ini arahan tersebut semakin terdefinisi dengan jelas melalui
keputusan Kementerian BUMN terkait dengan Visi Presiden Republik Indonesia
sebagai Visi Misi yang berlaku pada semua kementerian termasuk Kementerian
BUMN.
Saat ini PT. KIMa telah membangun fasilitas logistik untuk mendukung kegiatan
tenant PT. KIMA yaitu inevstor yang banyak bergerak di bidang processing industry
dan ekspor impor, yang dinamakan KIMA Logistics Park, dengan layanan meliputi:
• Depo Container Yard
• Pusat Loistik Berukat
• Gudang Konsolidasi
• Cold Storage
• Warehouse Storage
• KIMA Digitam Services
Saat ini PT. KIMA sangat membutuhkan dukungan dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah terkait dengan rencana pengembangan bisnis di bidang
penyempurnaan proses penangkapan ikan dan budidaya yang menuntut kepastian
terhadap tingkat kesegaran hasil tangkapan ikan tersebut, kepastian terhadap harga
dan keberlangsungan pemenuhan importir yang harus diayani oleh semua tenant PT.
KIMA di bidang tersebut.
Dalam pengembangan Kawasan Industri di Provinsi Sulawesi Sealtan, PT.
KIMA menghadapi beberapa kendala dan tantangan, yaitu sebagai berikut:
• Masalah Perizinan dan Legalitas, perlu adanya koordinasi terkait proses
perizinan dan aspek legalitas karena adanya ketidaksinkronan pemberlakuan
sistem Online Single Submision (OSS) antra pusat dan daerah, di mana di
tingkat daerah sistem OSS tersebut belum sepenuhnya dapat
diimplementasikan.
• Permasalahan Status Lahan, hal tersebut terkait penyelesaian Hak Atas Tanah,
seperti proses penyertifikatan menjadi Hak Pengelolaan (HPL) maupun
penerbitan Hak Guna Bangunan (HGB) yang membutuhkan jangka waktu yang
sangat lama.
• Masalah Pendanaan, Pembiayan dari perbankan untuk pembebasa lahan tidak
diperkenankan karena adanya peraturan dari Badan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) terkait hal tersebut yang berlaku sejak Tahun 1998 yaitu Pendanaan
melalui Penerbitan Surat Berhara (MTN), yang dimungkinkan penggunaan
dananya untuk membeli atau pembebasan lahan masih memungkinkan
persetujuan dari Pemengang Saham. Sementara Harga Perolehan Lahan
Kawasan Industri KIMA 2 Maros juga sudah sangat tinggi, sehingga memberi
dampak pada harga pokok penjuaalan menjadi tinggi.
• Masalah Infrastruktur, Dukungan pemegang saham, pemerintah pusat, dan
pemerintah daerah untuk tersedianya semua fasilitas yang dibutuhkan baik
dalam area kawasan industri maupun daerah penunjang dari dan menuju
kawasan serta pelabuhan laut dan udara.
Bentuk dukungan yang dibutuhkan PT. KIMA dalam pengembangan Kawasan
Industri sebagai kawasan strategis yang dapat mendukung kegiatan perekonomian
dan pertumbuhan ekonomi nasiona adalah peraturan yang terkait dengan
pembebasan lahan melalui fasilitas perbankan sebaiknya direvisi, karena peraturan
tersebut sejak tahu 1998 di mana saat itu terjadinya krisis ekonomi. Sementara untuk
saat ini peraturan tersebut menjadi tidak relevan lagi. Di samping itu, pembelian lahan
bagi PT. KIMA adalah sebagai persediaan (barnag dagangan) dan bukan sebagai
asset investasi.
10. PT. Semen Indonesia
Untuk memnuhi kebutuhan pasar di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar sekitar
2,5 juta ton/tahun tersedia pabrik Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep dengan
kapasitas sekitar 7,4 juta ton/tahun dan fasilitas pascker dengan kapasitas 7.000 ton
per hari. Sementara itu, dalam memenuhi kebutuhan di kepulauan sekitar yang ada
di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Semen Tonasa memiliki Packing Plant
Makassar & Packing Plant Biringkassi yang dilengkapi dengan fasilitas pelabuhan.
Sistem distribusi di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 17 distributor
Semen Tonasa yang meng-cover distribusi untuk sekitar 2.200 toko bangunan.
Masing-masing distributor tersebut rata-rata memiliki gudang dengan kapasitas
sekitar 10.000 ton serta memiliki total armada sekitar 90 truk dengan kapasitas 6
sampai dengan 24 ton untuk melayani kebutuhan 2.200 toko tersebut.
Jumlah permintaan semen di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan hingga Oktober
2019 sebesar 2,03 juta ton, sementara total supply hanya 1,2 juta ton atau sebesar
61,2%. Oleh sebab itu dilakukan beberapa upaya yaitu dengan digitalisasi sistem
informasi mulai proses order dan monitoring stok (SAP, FORCA, dan metode Akses
Toko), Peningkatan fasilitas distribusi, serta peningkatan kapasitas packer 7.000 tpd.
Terkiat data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang menunjukkan konsumsi
semen di Indonesia sampai dengan Oktober 2019 mengalami pelemahan sebesar
1,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kondisi yang
menyebabkan menurunnya permintaan semen domestik tersebut disebabkan oleh (1)
proyek infrastruktur yang mulai berakhir di tahun 2018 dan di awal tahun 2019, (2)
adanya agenda PEMILU 2019 yang membuat proyek baik nasional maupun swasta
menunda inisiasi proyeknya setelah PEMILU dan setelah terbentuknya kabinet baru,
serta (3) perlambatan pertumbuhan industri properti.
Sementara itu, tingkat permintaan dan konsumsi semen domestik sangat
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Daya beli yang baik dan didukung dengan
tingkat bunga pinjaman yang terjangkau akan dapat mendorong permintaan akan
perumahan, renovasi rumah, dan produk bahan bangunan turunan semen lainnya
(readymix, beton, precast, dll). Proyek infrastruktur juga pendorong terhadap
pertumbuhan permintaan semen domestik. Konsumsi semen mulai positif di bulan
Oktober sebesar 2% YoY degan telah dimulainya beberpa proyek infrastruktur.
Dalam menghadapi situasi konsumsi semen yang menurun PT. Semen
Indonesia (Persero) menerpakn beberapa strategi untuk tetap memiliki competitive
advantage, antara lain: (1) Optimalisasi jalur distribusi dengan adanya sinergi fasilitas
jaringan distribusi merek-merek di bawah Semen Indonesia Group, (2) Melakukan
efisinesi operasional, (3) Pengembangan produk turunan dan inovasi produk dan jasa,
(4) Melakukan optimalisasi ekspor ke pasar-pasar regional yang potensial.
Dalam memastikan kehandalan pasoka semen, PT. Semen Indonesia melalui
anak perusahaan termasuk PT. Semen Tonasa melakukan program preventive
maintainence. Bila terjadi kondisi kerusakan operasi mengalami kerusakan, PT.
Semen Indonesia (Persero) mengambil langkah-langkah pengamanan darurat, antara
lain prioritas pasokan dari Semen Tonasa ke Wilayah Selatan dan pasokan ke daerah
pascabencana seperti Palu dengan resourcing jalur distribusi yaitu mengalihkan
pasokan beberapa wilayah antar pulau. Di mana yang awalnya dipasok dari pabrik
Semen Tonasa dialhikan sumber pasok dari pabrik Tuban.
Volume produksi semen di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan periode Januari
hingga November 2019 cenderung fluktuatif. Hingga Bulan Juni 2019 produksi semen
cenderung turun (di bulan Juni produksi semen turun hingaa 344 ribu ton, sementara
Januari – Mei 2019 rata-rata produksi 400 hingga 500 ribu ton). Kondisi tersebut mulai
membaik pada bulan bulan berikutnya, yang ditandai dengan meningkatnya trend
produksi semen yang mencapai 619 ribu ton di Bulan November 2019, sebagaimana
yang terlihat pada grafik 1 berikut ini:
Gambar I Volume Produksi Semen (Ribu Ton)
Menghadapi hal tersebut, PT. Semen Indonesia Group (Persero) menempuh
beberapa upaya agar volume produksi semen berada pada posisi optimal, yaitu: (1)
Mengoptimalkan seluruh peralatan produksi dan distribusi, (2) Priority supply untuk
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, (3) Selama tahun 2019 pabrik diupayakan
525
410
531
404436
344
491 509
610639
619
Volume Produksi Semen
beroperasi dengan kapasitas optimal (tidak mengalam kerusakan) termasuk di bulan
Oktober. Adapun tren pasokan semen di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan selama
periode Januari – November 2019, dapat dilihat pada Grafik 2 berikut:
Gambar 2 Tren Pasokan Semen (Ribu Ton)
Selanjutnya, dalam menjaga distribusi semen agar sampai kepada
distributor/konsumen PT. Semen Indonesia Group (Persero) melakukan pengawasan
pasokan semen dengan 4 (empat) metode, yaitu melakukan hubungan dengan
konsumen pasca pembelian atau Customer Relationship Management (CRM),
FORCA Point of Sales, Akses order dari ditributor ke PT. Semen Tonasa melalui
metode SAP, serta menjalankan aplikasi pemensanan semen dari toko ke distributor
melalui aplikasi Akses Toko.
11. PT. Pupuk Indonesia
Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang mendapat penugasan dalam
menyelenggarakan kebijakan penyaluran pupuk bersubsidi, pada Tahun 2019 PT.
Pupuk Indonesia (Persero) melakukan kebijakan penyaluran pupuk bersubsidi
berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2018 tentang APBN Tahun 2019,
Peraturan Menteri Perdagangan No. 15/M-DAG/PER?4/2013 tentang Pengadaan
dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian, Peraturan Menteri
107 101 109 96 95 81
135 143174
202 189
7766
7555 45 56
102 101
91
120127
183167
184
151140 136
237 244266
322 315
0
50
100
150
200
250
300
350
0
50
100
150
200
250
300
350
Suplai Semen Tonasa Suplai Pabrikan Lain Demand
Pertanian Nomor 01/Kpts/SR.130/1/2012 tentang Komponen Harga Pokok Penjualan
Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
68/PMK.02/2016 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penyaluran, Pencairan, dan
Pertanggungjawaban Dana Subsidi Pupuk (Berita Negara Tahun 2016 No. 641),
Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara No. S-154/MBU/02/2016 tanggal 29
Februari 2016 hal Persetujuan Penugasan Subsidi Pupuk kepada BUMN Pelaksana,
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 281/Kpts/Sr.320/M/4/2019 tentang Penetapan
Harga Pokok Penjualan Sementara Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun
Anggaran 2019, Peraturan Menteri Pertanian No. 47/Permentan/SR.310/B/05/2019
Tentang Realokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun ANggaran 2019 juncto
SK Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian No. 30/Kpts/RC.210/b/10/2019 tentan
Realokasi Kedua Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2019, Surat
Pengesahan Datar Isian Pelaksanaan ANggaran Bendahara Umum Negara (SP DIPA
BUN) Nomor: DIPA-999.07.1.984149/2019, tanggal 28 Desember 2018, Perjanjian
Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tahun Anggaran 2019 Nomor:
05.1/SR.320/B.5.2/01/2019 dan Nomor: 27/SP/DIR-C10/2019 tanggal 04 Januari
2019 juncto Addendum Perjanjian Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi
Tahun Juni 2019 juncto Addendum II Perjanjian Pengadaan dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi Tahun Anggaran 2019 Nomor: 406/SR.320/B.5.2/08/2019 dan Nomor:
107/SP/DIR-C10/2019 tanggal 30.
Dalam penyaluran pupuk bersubsidi di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan PT.
Pupuk Indonesia (Persero) menghadapi permasalahan berupa adanya penurunan
alokasi pupuk bersubsidi secara nasioanl yang berdampak juga terhadap Provinsi
Sulawesi Selatan berupan penurunan berupa alokasi semula di Tahun 2018 sebesar
599.884 Ton menjadi sebesar 571.362 Ton di Tahun 2109 atau penurunan sebesar
28.522 Ton sehingga kebutuhan pupuk tidak bisa terpenuhi sebagaimana tahun-
tahun sebelumnya. Untuk mengatasi keterbatasan alokasi tersebut maka PT. Pupuk
Indonesia (Persero) telah menyiapkan stok pupuk non-subsidi di kios-kios. Selain itu
PT. Pupuk Indonesia (Persero) juga telah menyiapkan ususalan pembahasan alokasi
pupuk bersubsidi kepada Kementerian Pertanian.
Gd. Pengecer
(RDKK)
Gd.
Pengece
r (RDKK)
Alur Pengadaan dan Penyaluran:
• PT. Pupuk Indonesia (Persero) mengatur pengadaan dan perindustrian
pupuk bersubsidi di dalam negeri untuk sektor pertanian secara nasional mulai
dari Lini I s.d. Lini IV sesuai dengan prinsip 6 Tepat, yaitu Tepat Jenis, Tepat
Jumlah, Harga, Tempat, Waktu, dan Mutu.
• Produsen Wajib menjamin kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi
berdasarkan prinsip 6 (enam), Tepat dan memiliki/menguasai gudang di Lini III
pada wilayah tanggungjawabnya
• Distributor melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini III sampai ke
Lini IV
• Pengecer/Kios melaksanakan penyaluran pupu bersubsidi di Petani/Poktan
Pupuk bersubsidi di Provinsi Sulawesi Selatan dipasok dari PT. Pupuk Kaltim (Persero)
Bontang berupa pupuk urea dengan Lini 2 PKT dan dari PT. Petrokimia Gresik untuk
pupuk non-urea dengan Lini 2 PKG. Adapun tantangan penyaluran Pupuk Bersubsidi
sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 10 Tantangan dan Kendala dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi
TANTANGAN LANGKAH ANTISIPASI USULAN PERBAIKAN
Adanya kios illegal yang
menjual pupuk bersubsidi
• Produsen
menginstruksikan kepada
distributor agar
• Optimalisasi fungsi
pengawasan oleh Komisi
Pengawasan Pupuk dan
Lin
i I Pabrik
(Peraturan Menteri Pertanian)
Lin
i II
Lini II/UPP
(SK Dinas Pertanian Provinsi)
Lin
i III Gd. Lini III
Produsen
Gd. Lini III Distributor
Lin
i IV
mempertimbangkan kios
illegal tersebut untuk
dijaikan kios resmi pupuk
bersubsidi
• Mencirikan kios resmi
dengan identitas PI Mart
Pestisida (KP3) di tingkat
Provinsi dan Kabupaten
Beredarnya pupuk
bersubsidi palsu
• Pencirian pupuk
bersubsidi dengan warna
terttu: Urea (Pink) dan ZA
(Orange)
• Melengkapi kemasan
dengan persyaratan
legalitas produk pupuk
• Optimalisai fungsi
pengawasan oleh Komisi
Pengawasan Pupuk dan
Pestisidan (KP3) di
tingkat Provinsi dan
Kabupaten
Pelanggaran atas
penjualan kembali pupuk
bersubsidi oleh Petani
• Meminta kepada Komisi
Pengawas Pupuk dan
Pestisida (KP3) untuk
mengoptimalkan edukasi
dan pencegahan
penjualan kembali pupuk
bersubsidi oleh petani
• Optimalisasi fungsi
pengawasan oleh Komisi
Pengawasan Pupuk dan
Pestisida (KP3) di tingkat
Provinsi dan Kabupaten
Bentuk koordinasi antara PT. Pupuk Indonesia (Persero) dengan Pemerintah
Daerah yaitu ditempuh dengan beberapa metode, yaitu dengan melakukan produsen
melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian setempat dalam kaitannya dalam
penyediaan data, monitoring dan evaluasi penyaluran pupuk bersubsidi sehingga
Dinas Pertanian dapat mengusulkan realokasi anatr wilayah. PT. Pupuk Indonesia
(Persero) melalui produsen juga berkoordinasi dengan Dinas Pertanian setempat
maupun stakeholder lainnya selaku anggota KP3 (Komisi Pengawasan Pupuk dan
Pestisida) untuk melakukan pengawasan pupuk bersubsidi. Koordinasi tersebut juga
dilakukan untuk meningkatkan produktifitas pertanian dengan cara Dempot Area dan
Bantuan Langsung Pupuk. Selanjutnya PT. Pupuk Indonesia (Persero) juga
melakukan pembinaan Distributor dan Kios bersama-sama dengan Dinas Pertanian
setempat sesuai dengan jadual.
Tabel 11 Realisasi Penyaluran Pupuk PT. Pupuk Indonesia Group
Jenis
Pupuk
2018 2019 %
Alokasi Realisasi % Alokasi
1 2 3 = 2 :1 4 5 = 2 : 4
UREA 317.414 317.153 100% 297.572 107%
NPK 145.900 143.654 98% 135.150 106%
SP-36 49.370 49.007 99% 45.540 108%
ZA 69.700 69.779 100% 69.610 100%
ORGANIK 17.500 17.437 100% 23.490 74%
Total 599.884 597.030 100% 571.362 104%
Keterangan:
▪ Alokasi mengaci pada ketentuan SK Dirjen PSP nomor
30/Kpts/RC.210/B/10/2019.
▪ Terjadi penurunan alokasi dari 599.884 ton di tahun 2018 menjadi 571.362 ton di
tahun 2019 atau sebesar 28.522 ton dan akan terjadi penurunan kembali di tahun
2020 sehingga berpotensi kelangkaan pupuk bersubsidi.
▪ Dengan memperhatikan keterbatasan alokasi yang tersedia, Pupuk Indonesia
menyiapkan pupuk non-subsidi di masing-masing Kios untuk kebutuhan petani.
Sementara alokasi, realisasi dan stok pupuk di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
per Desember 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12 Realisasi dan stok pupuk di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan per
Desember 2019
No
Jensi
Pupuk Alokasi Realisasi % Salur
Stok Lini
III-IV
Stok
Minimum % Stok
1 2 3 4 = 3 : 2 5 6 7 = 5 : 6
1 UREA 297.572 295.289 99% 41.857 26.198 160%
2 NPK 135.150 131.646 97% 46.195 9.364 493%
3 SP36 45.540 46.070 101% 5.757 3.351 172%
4 ZA 69.610 66.864 96% 6.373 4.995 128%
5 ORGANIK 23.490 14.731 63% 2.431 1.484 164%
Total 571.362 554.600 97% 102.613 45.392 612%
▪ Isu Strategis Pupuk Bersubsidi
1. Potensi terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi yang disebabkan berkurangnya
alokasi pupuk bersubsidi yang semula 9,5 Juta Ton di Tahun 2018 menjadi
sebesar 8,8 Juta Ton di Tahun 2019. Potensi kelangkaan kemungkinan dapat
terjadi di Tahun 2020 karena alokasi yang ditetapkan pemerintah turun kembali
menjadi 7,9 Juta Ton.
2. Total kebutuhan pupuk bersubsidi yang tertuang dalam usulan RDKK oleh
kelompok tani jauh lebih besar dibandingkan dengan alokasi yang ditetapkan.
Usulan kebutuhan 2019 sebesar 23 Juta Ton namun alokasi yang ditetapkan
hanya 8,87 juta ton.
3. Penundaan pembayaran subsidi di wilayah (40 Kecamatan), yang memiliki
alokasi pupuk bersubsidi dikarenakan terdapat koreksi atas luas lahan oleh
ATR/BPN
4. Peningkatan anggaran subsidi disebabkan karena:
- Tingginya harga gas
- Gas dibayar dalam mata uang USD
- Piutang subsidi yang terlambat dibayar oleh Pemerintah yang berdampak
pada kenaikan biaya bunga yang menjadi beban subsidi.
- Harga Eceran Tertinggi (HET) yang tidak berubah sejak Tahun 2012.
12. PT. Pertamina (Persero)
▪ Profil PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Regional VII
Dalam menyalurkan BBM & LPG di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, PT.
Pertamina (Persero) didukung oleh 204 SPBU Reguler, 62 SPBU Non-Reguler,
157 Agen LPG, 19 SP(P)BE, serta 9.114 Pangkalan LPG.
▪ Realisasi penjualan Produk BBM dan LPG MOR VII (Sulawesi Selatan)
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 3 berikut ini
Tabel berikut menampilkan
progres penetapan BBM satu harga di Wilayah Operasi Pemasaran VII yang telah
beroperasi Tahun 2017 dan 2018.
1.212
1.231
1.218
1.331
2018 KUOTA 2019 YTD NOV 2019 PROG 2019
BBM PSO dan BBM Khusus Penugasan (Ribu K/L)
393
534
399
436
2018 TARGET 2019 YTD NOV 2019 PROG 2019
Total BBK dan BBM NPSO (Ribu K/L)
+35,77% 18,38%
249
260
235
256
2018 KUOTA 2019 YTD NOV 2019 PROG 2019
LPG PSO (Ribu MT)
+4,42% -1,54%
25 25
23
25
2018 TARGET 2019 YTD NOV 2019 PROG 2019
LPG NPSO (Ribu MT)
-0,90%+0,40%
+1,50%
+8,14%
Tabel 13 Daftar SPBU BBM 1 Harga MOR VII
No Kecamatan Kabupaten Status Provinsi
1 Liang Banggau Kepulauan Sudah Beroperasi 2018
Sulawesi
Tengah
2 Banggai Tengah Banggai laut Sudah Beroperasi 2018
3 Kulawi Sigi Sudah Beroperasi 2018
4 Una-una Tojo Una-Una Sudah beroperasi 2017
5 Buko Banggai Kepulauan Sudah Beroperasi 2019
6 Totikum Banggai Kepulauan Sudah Beroperasi 2019
7 Essang Kep. Talaud Sudah Beroperasi 2018
Sulawesi
Utara
8 Kabaruan Kep. Talaud Sudah Beroperasi 2017
9 Melonguane Kep. Talaud Sudah Beroperasi 2017
10 Miangas Kep. Talaud Sudah Beroperasi 2018
11 Nanusa Kep. Talaud Sudah Beroperasi 2018
12 Tagulandang Kep. Sitaro Sudah Beroperasi 2018
13 Wangi-Wangi
Selatan Wakatobi Sudah Beroperasi 2017
Sulawesi
Tenggara 14 Wawoni Barat Konawe Kepulauan Sudah Beroperasi 2018
15 Wangi-Wangi Wakatobi Sudah Beroperasi 2017
16 Desa Tolinggula Gorontalo Utara Sudah Beroperasi 2018 Gorontalo
17 Liukang Tangaya Pangkajene
Kepulauan Sudah Beroperasi 2019
Sulawesi
Selatan
Untuk tahun 2019 beoperasinya BBM 1 harga MOR VII ditargetkan di 3 titik wilayah dan
1 wilayah cadangan.
13. PT. PLN (Persero)
Kondisi kelistrikan di Provinsi Sulawesi Selatan saat ini dijelaskan bahwa sistem
Sulbagsel atau Sulawesi Bagian Selatan dan sistem Kendari telah terinterkoneksi sejak
tanggal 27 Oktober 2019, dengan demikian Transmisi 150 KV dari GI Malili (Sulbagsel)
dengan GI Lasusua (Kendari) serta denga beroperasinya Pembangkit IPP PLTU
Moramo kapasitas 2x50 MVA. Maka Daya Mampu Sistem Sulbagsel saat ini adalah
sebesar 2.008,2 MW; Beban Puncak Sistem tertinggi sebesar 1.351,9 MW; sehingga
masih terdapat cadangan sebesar 656,3 MW (RM 48,5%).
Dalam rangka pengamanan sistem kelistrikan dan mengantisipasi kondisi sat
kebutuhan lsitrik mengalam kenaikan bebab puncak, maka seluruh unit PT. PLN
(Persero) UIW Sulselrabar telah menyiagakan tim di masing-masing UP3, UP2D, dan
ULP (308 unit) untuk mengamankan tempat ibadah serta obyek vital dan tempat-tempat
keramaian lainnya. Dengan total jumlah personil 2.555 personil (Yantek, Jaskonhar, dan
PDKB), Genset Mobile 139 Unit, serta sarana pendukung berupa Kendaraan
Operasional sebanyak 394 unit.
Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara yang memiliki peran sebagai agen
pembangunan atau agent of development dan memiliki tugas pelayanan kepada negara
khususnya di bidang energi kelistrikan, PT. PLN (Persero) di wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan telah mampu memposisikan rumah tangga teraliri listrik atau rasio elektrifikasi
mencapai 99%. Namun, rasio elektrfikasi yang hampir mencapai angka sempurna
tersebut masih menyisakan pekerjaan bagi PT. PLN (Persero) wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan, dikarenakan 1 persen yang belum teraliri listrik merupakan rumah tangga yang
berada di pulau-pulau terpencil yang ada di kabupaten-kabupaten di provinsi tersebut.
oleh sebab itu, PT. PLN (Persero) menyisiri KK per kabupaten yang berlum berlistrik
yang diharapkan 17 Agustus 2020 sudah bisa menjadi 100%. Upaya pemerintah dalam
meningkatkan Rasio Elektrifikasi dan Rasio Desa berlistrik di wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan dengan tetap melaksanaka program LISDES dengan target melistriki Desa
Lama 87 des, Desa Baru 36 Dea, prgram percepatan pelayanan, bantuan sambungan
listrik murah.
Pertumbuhan konsumsi listrik per Kapita secara nasional adalah sebesar 1.064
kWh sementara konsumsi listrik per kapita di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 661
kWh. Dan pertambahan pelanggan s.d. November adalah sebesar 6,72% dan
pertumbuhan penjualan s.d. November 2019 sebesar 8,45%. Saat ini sistem kelistrikan
yang dilayani dengan interkoneksi sistem eksisting On Grid 20 kV dengan pembangunan
jaringan distribusi JTM, JTR, dan GD untuk sistem Isolated yang memerlukan
Pembangkit akan dibangun Pembangkit PLTS+Battery, PLTPichohydro dan PLTD.
Realisasi subsidi tarif listrik bagi golongan Rumah Tangga tidak Mampu (RTM) s.d
. bulan November 2019 adalah sebanyak 1.346.719 pelanggan, total daya tersambung
1.464,4 MVA dengan total subsidi s.d. November 2019 sebesar
Rp2.051.364.478.200.
▪ Perubahan kenaikan Biaya Listrik Pelanggan 900 VA di Lingkungan PLN
Wilayah Sulselbar:
- Dalam pelaksanaan subsidi listrik tepat sasaran, PLN mengacu kepada Basis
Data Terpadu (BDT) Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) Setwapres TNP2K dalam menentukan kebijakan subsidi listrik
pelanggan R1 900 VA penerima subsidi listrik.
- Dampak kenaikan tarif listrik tersebut terhadap kondisi ekonomi masyarakat di
wilayah Sulselrabar:
Tabel 14
No Golongan
Tarif Jumlah
Pelanggan kWh
Pemakaian kWh/plgn
Rp. Tarif
Biaya/plgn Pendapatan
PLN
1 564.313 53.647.682 53.647.682 95,07 605 57.516 32.456.847.610
2 1.103.625 104.702.120 104.702.120 94,87 1352 128.266 141.557.266.240
- Jumlah pelanggan 900 VA yang akan dicabut subsidina sebanyak 564.313
pelanggan
- Rata-rata pemakaian pelanggan R1 900 VA (Subsidi) lebih tinggi daripada
rata-rata pemakaian pelanggan R1 900 VA (Non Subsidi)
- Perkiraan kenaikan pendapatan PLN dari pelanggan R1 900 VA (Subsidi)
adlah sebesar Rp40,07 Miliar per bulan (3,73%)
Terkait upaya pengawasan dan evaluasi yang dilakukan PT. PLN (Persero)
wilayah Sulawesi Selatan agar pelaksanaan program pemerintah terkait subsisi
dan kewajiban pelayanan publik dapat berjalan sebagaimana mestinya,
perusahaan melaksanakan upaya berikut:
- Penetapan penggunaan golongan tarif listrik kepada pelanggan sesuai
peruntukannya
- Pengenaan tarif subsidi kepada pelanggan sesuai data yang terdapat pada
basis data terpadu TNP2K
- Pelaksanaan pemadanan data antara kondisi di lapangan dengan data
TNP2K melalui survey langsung ke pelanggan
- Memberikan sosialisasi tentang subsidi dan tarif
- Meningkatkan pelayanan sesuai Tingkat Mutu Layanan (TMP) dengan
transparan
14. Kinerja dan Realisasi Kredit Usaha Rakyat pada Empat Bank BUMN - PT. Bank
Mandiri Tbk. (Persero), PT. BNI Tbk. (Persero), PT. BRI (Persero), PT. BTN
(Persero)
▪ PT. Bank Mandiri, Tbk. (Persero)
Secara umum pertumbuhan kredit segmentasi mikro cukup tinggi pada tahun
2019, terlihat pada tabel 15 pertumbuhan kredit mikro yang dapat disalurkan
mencapai 24,1% dan Kredit Usaha Rakyat 48,7% sebagaimana di tampilkan
berikut:
Tabel 15
Indikator
Growth YoY
BM Sulsel
%
Dana Pihak Ketiga (Rp. M) 4,6%
Dana Murah 11,2%
- Tabungan 7,7%
- Giro (Rp. M) 30,4%
- Deposito (Rp. M) -12,3%
Kredit yang Disalurkan (Rp. M) 10.9%
NPL (%) -1,3%
- Kredit Mikro 24,1%
NPL -0,47%
- KUM -4,3%
NPL (%) -1,42%
- KUR (Rp. M) 48,7%
NPL (%) -0,69%
- KSM (Rp. M) 22,5%
NPL -0,07%
- Kredit SME (Rp. M) 7,2%
NPL (%) -3,05%
- Kredit KPR (Rp. M) -7,7%
NPL -0,33%
- Kartu Kredit (Rp. M) 22,1%
NPL (%) -0,26%
- Kredit Commercial (Rp. M) 14,8%
NPL (%) -1,00%
Penyaluran KUR hingga November 2019 mencapai Rp739 Miliar atau tumbuh
sebesar 53,6% YoY dengan jumlah debitur kumulatif mencapai lebih dari 7.823
debitur, dengan rincian sektor usaha meliuputi sektor pertanian dan perikanan
sebesar Rp110 M, sektor Industri pengolahan sebesar Rp29 M, sektor jasa produksi
sebesar Rp151 M, dan sektor perdagangan dan jasa sebesar Rp446 M.
Baki debet penyaluran KUR Bank Mandiri di Sulawesi Selatan posisi November
2019 sebesar Rp970 Miliar dengan NPL terjaga di 0,48%. Gambaran lebih rinci
periode 2015-2019 dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 4 Penyaluran KUR Bank Mandiri Wilayah Sulawesi Selatan
1,43%
0,74%
2,71%
1,07%
0,48%
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
3,00%
2015 2016 2017 2018 2019
0
200
400
600
800
1000
1200
Baki Debet NPL
Dalam pelaksanaa penyaluran KUR di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, PT. Bank
Mandiri, Tbk. (Persero) masih mengalam sejumlah tantangan dan hambatan serta
beberapa kendala pelaksanaan, sebagaimana yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 16 Hambatan dan Kendala pelaksanaan Penyaluran KUR di Provinsi
Sulawesi Selatan
Tantangan, Kendala, dan Hambatan Pelaksanaan Penyaluran KUR di Provinsi
Sulawesi Selatan
Masih terdapat persepsi di masyarakat bahwa KUR adalah hibah dari pemerintah
sehingaa pinjaman tidak perlu dikembalikan
Banyaknya calon debitur “baru akan berusaha”, padahal “pengusaha yang baru
akana berusaha” tidak layak (tidak feasible) serta tidak sesuai dengan ketentuan
KUR di mana usaha berjalan minimal 6 bulan
Terkait aturan BPN terbaru di mana jaminan KUR Kecil harus atas nama Debitur dan
tidak dapat dipasangkan lagi Hak Tanggungan terhadap pihak lain atas nama
debitur atau sederajat, walaupun pihak lain masih orang tua atau anak
Minimnya Notaris di daerah pelosok sehingga terkadang kesulitan pengikatan
agunan untuk KUR Kecil
Calon Debitur yang memiliki pembiayaan kendaraan pribadi terlapor di SLIK OJK
sebagai Kredit Investasi sehingga tidak sesuai syarat mendapat fasilitas KUR.
Bentuk dukungan yang dibutuhkan PT. Bank Mandiri Tbk. (Persero) dalam rangka
menyelesaikan permasalahan tersebut agar program subsidi bagi pelaku UKM,
adalag sebagai berikut:
• Mensinergikan program pemerintah dalam hal ini KUR dengan kebijakan instansi
terkait, misalnya BPN untuk Dokumen Kepemilikan Agunan.
• Selain pendanaan, tingkat keahlian atau sumber daya manusia (SDM) pelaku
UMKM yang terkadang masih kurang mumpuni dan manajerial usah yang masih
kurang diperlukan pembinaan dari instansi terkait.
▪ PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (Persero)
Secara umum kinerja Bank BR periode 2015-2018 di wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan untuk pinjaman tumbuh rata-rata 14,68% per tahun dan simpanan tumbuh
rata-rata 9,64% per tahun. Dari sisi kualitas pinjaman terjadi sedikit kenaikan NPL,
namun Bank BRI berupaya untuk terus melakukan proses perbaikan kualitas kredit.
Tabel 17 Kinerja Penyaluran KUR Bank BRI Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan Sektor Ekonomi
No Sektor Ekonomi
2015 s/d Nov 2019
Total
Plafond OS (dalam
Juta rupiah) Jumlah
Deb NPL (%)
1 Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 7.347.188 6.946.760 353.640 0,14
2 Perikanan 641.342 529.621 34.304 0,19
3 Pertambangan dan Penggalian 1.309 1.136 70 0,00
4 Industri Pengolahan 1.139.339 895.268 5.386 0,30
5 Listrik, Gas, dan Air 1.312 1.117 61 0,00
6 Konstruksi 4.669 4.151 184 0,00
7 Perdagangan Besar dan Eceran 11.856.194 8.787.648 540.577 0,41
8 Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
272.005 211.239 11.196 0,38
9 Transportasi Pergudangan dan Komunikasi
374.094 296.991 19.187 0,52
10 Peraturan Keuagan 6.771 6.412 314 0,00
11 Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan
155.036 101.538 6.620 0,61
12 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jasa Perusahaan
- - - 0,00
13 Jasa Pendidikan 8.325 5.364 322 1,18
14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Wajib
12.353 10.691 532 0,00
15 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, dan Perorangan Lainnya
1.472.711 1.185.256 71.275 0,30
16 Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga
3.654 2.851 184 0,73
17 Badan Internasioanl dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
- - - 0,00
18 Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya 352.665 343.072 16.585 0,01
19 Penerima Kredit bukan Lapangan Usaha 660 514 29 0,00
20 Lain-lain - - - 0,00
21 Penempatan TKI - - - 0,00
Total 23.604.628 19.329.630 1.109.466 0,29
Gambar 5 Kinerja Penyaluran KUR Bank BRI Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan Lokasi
Dalam pelaksanaan penyaluran subsidi KUR PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan menghadapi beberapa tantangan dan kendala,
antara lain:
- Banyaknya wilayah remote area menyebabkan terhambatnya KUR ke
beberapa wilayah tersebut faktor akses trasnportasi dan komunikasi yang
masih cukup sulit
- Secara umum tidak terdapat kendaa penyaluran KUR. Hanya saja kurangnya
sosialisasi tentang produk KUR kepada maysarakat menyebabkan
terdapatnya persepsi di masyarakat bahwa KUR merupakan program kredit
bantuan dari pemerintah dan tidak menjadi kewajiban untuk membayar
sampai pinjaman tersebut lunas.
▪ PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. (Persero)
❖ Penyaluran kredit UMKM di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan oleh PT. BNI Tbk.
(Persero) posisi September 2019:
- Sektor Dominan: Perdagangan, Restoran & Hotel 60,51%, Industri Pengolahan
13,72%, Sektor Pertanian 7,49%
- Baki debet sebesar Rp2.965 Miliar dengan 5.754 Debitur
- Komposisi kredit UMKM: 26,1% terhadap total kredit, 39,3% terhadap kredit
produktif, 20,2% terhadap total debitur, dan 97,1% terhadap total debitur produktif
- Kualitas NPL 2,51%
❖ Penyaluran KUR Baru
Tabel 18 Penyaluran KUR Baru PT. BNI di Provinsi Sulawesi Selatan
periode 2016 s.d. September 2019
Tahun Penyaluran KUR
2016 1.053 debitur
Rp288 Miliar
2017 1.201 debitur
Rp318 Miliar
2018 1.886 debitur
Rp420 Miliar
Sept 2019 1.747 debitur
Rp385 Miliar
Prognosa Desember 2019 2.060 debitur
Rp0,461 Miliar
❖ Penyaluran KUR di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada bagan
berikut:
❖ Kendala dan hambatan Penyaluran KUR oleh PT. BNI, Tbk. (Persero) di
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:
Tabel 19 Permasalahan serta Solusi bagi Penyaluran KUR di Provinsi
Sulawesi Selatan
No. Permasalahan/Kendala Solusi
1 Kelengkapan berkas legalitas usaha dan NPWP Kemudahan dalam penerbitan
Surat Keterangan Usaha
2 Pencatatan transaksi belum dilkaukan dengan
tertib
Memberikan Edukasi kepada
calon debitur
▪ PT. Bank Tabungan Negara, Tbk. (Persero)
Penyaluran KUR oleh Bank BTN di Provinsi Sulawesi Selatan posisi Desember
2017 sampai dengan November 2019 sebesar Rp6.665 Juta dengan jumlah debitur
20, rinciannya dapat dilihat pada tabel 20 berikut:
Penyaluran
Rp384,67 Miliar
Sktor Dominan
Perdagangan 67,5 %; Pertanian 14,0%; Dunia Jasa 4,6%
Daerah Dominan
Kota Makassar 19,2%; Kab. Wajo 10,9%; Kab. Bone 9,5%
Kualitas/NPL Rp10,237 Miliar 1,42%
Sektro Dominan NPL: Perdagangan, Industri Pengolahan, Pertanian
Pasar Unggulan
Pasar BUtung, Pasar Panakukkang, Pasar Daya, Pasar Maros
KUR Sektor Produksi
104 Miliar; 460 Deb; 22,93% thd total penyaluran KUR
Provinsi
Kecil Mikro Total
Plafond
(Rp Juta) Debitur
Plafond
(Rp Juta) Debitur
Plafond
(Rp Juta) Debitur
Sulawesi
Selatan 6.590 17 75 3 6.665 20
Keterangan:
Pada awalnya (periode t.m.t 1 januari 2015) Bank BTN tidak menyalurkan KUR Pada Desember 2017 s.d. saat ini, Bank BTN mneyalurkan KUR skema subsidi bunga (KUR gen 2)
Tabel 21 Realisasi Penyaluran KUR Bank BTN berdasarkan Sektor Usaha
Sektor
Kecil Mikro TOTAL
Plafond OS (Rp
Juta) Debitur Plafond
OS (Rp
Juta) Debitur Plafond
OS (Rp
Juta) Debitur
Industri Pengolahan 3.040 2.700 12 70 39 3 3.110 2.739 15
Jasa
Kemasyarakatan,
Sosial, Budaya, &
Hiburan Perorangan
9.170 7.417 48 186 140 8 9.356 7.557 56
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 300 264 2 300 264 2
Jasa Pendidikan 400 341 1 400 341 1
Konstruksi 12.640 8.177 30 12.640 8.177 30
Penyediaan
Akomodasi dan
Penyediaan Makanan
5.284 4.817 24 126 101 6 5.410 4.918 30
Perdagangan 32.998 25.694 163 628 499 29 33.626 26.194 192
Pertanian,
Perburuan, dan
Kehutana
1.190 1.004 7 1.190 1.004 7
Reasl Estate – Usaha
Persewaan – Jasa
Perusahaan
12.780 10.085 48 46 38 2 12.826 10.124 50
Trasnpotasi –
Pergudangan – Jasa
Komunikasi
2.050 1.72819 9 2.050 1.728 9
Grand Total 79.851 62.228 344 1.056 818 48 80.907 63.045 392
Pada tahun 2019, porsi penyaluran KUR pada sektor produksi (pertanian,
perikanan, dan kelautan, industri, konstruksi, dan jasa produksi) ditargetkan
minimum sebesar 60% dari total penyaluran (Surat Kemenko Perekenomian RI
No. S-312/D.I.M.EKON/12/2018 tanggal 27 Desember 2018).
Dalam penyaluran KUR BTN pada tahun 2020, Perusahaan telah merencanakan
strategi dan Action Plan sebagaimana yang ditampilkan pada gambar 6 berikut:
Adapun tantangan yang dihadapi Bank BTN dalam pelaksanaan penyaluran
subsidi KUR di wilayah Makassar yaitu di mana banyaknya pesaing yang juga turut
menyalurkan KUR dnegan kondisi di mana potensi KUR di Sulawesi Selatan cukup
besar sehingga Bank BTN wilauah Sulawesi Selatan harus lebih memaksimalkan dan
memanfaatkan potensi KUR yang ada di wilaya Sulawesi Selatan. Selain itu, calon
debitu mengalami kendala dengan adanya persyaratan agunan tambahan dan juga
beberapa dari debitur tidak mampu untuk melampirkan legalitas usaha.
Sementara itu, kebutuhan daerah terkat KUR yang terutama yaitu sarana dan
prasarana teknologi dari hulu sampai ke hilir. Bisnis UKM harus didukung oleh fasilitas
teknologi yang mendukung proses bisnis UKM mulai dari perencanaan modal hingga
Strategi I: realisasi Kredit yang Berkuaitas
• Action Plan
• mengoptimalkan SInergi BUMN dengan Segmentasi housing related (BUMN Karya) maupun non-housing related
• Mengoptimalkan Kerjasama dengan kementerian dna Dinas terkait yang membawahi sektor produksi
• Meningkatkan kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha
• Optimalisasi databese UMKM mitra LinkAja dan RUmah Kreatid BUMN (RKN)
Strategi II : Program Slaes dan Promosi
• Memperkuat aktivitas program marketing komunikasi (promosi) mealui: (1) Sponsorship, (2) Dveloper Gathering, (3) Pengadaan media promosi UMKM (brosur flyer, banner, video, souvenir, booth/backdrop, pameran, iklan di medsos (4) Marketing tools (e-book ketentuan produk & proses bisnis SME)
Stargei III: Penguatan Kapasitas dan
Kapabilitas
• Refreshment & Sosialisasi Produk KUR kepada seluruh Kantor Cabang
• Pelatihan SME Sales level basic & advanced dengan metode pembelajaran in house training and e-laerning
• Pelatihan UMKM sinergi: Komunitas pelaku UMKM dengan rumah Kreatif BUMN (RKB)
ke pemasaran produk UKM. Dalam hal perencanaan modal UKM, pelaku UKM
diharapkan mampu mengakses peminjaman modal KUR lewat lemabga keuangan
dengan lebih mudah dan real time misalnya mengadakan suatu aplikasi online yang
memudahkan par apelaku UKM dapat mengajukan pinjaman modal secara online
tanpa perlu datang dan bertatatp muka dengan petugas lembaga keuangan selaku
pemberi fasilitas pinjaman modal KUR. Dengan adanya kemudahan tersesbut
memberi stimulasi bagi para pelaku UKM untuk mengembangkan usahanya tanpa
perlu ribet dengan urusan waktu karena bisa diakses secara real time. Sama halnya
dengan pendistribusian produk UKM, para pelaku UKM membutuhkan suatu market
place yang bisa menjangkau calon pembeli dimanapun. Nilai tambah bagi UKM
adalah selain bisa memasarkan produknya secara offline juga online sehingga dapat
menjangkau calon pembeli produk UKM lebih luas lagi. Oleh sebab itu, program
subsidi bagi pelaku UKM membutuhkan bentuk dukungan baik dari pemerintah
maupun Komisi VI, adalah sebagai berikut:
• Pembinana pelaku UKM dalam pengelolaan usaha dan pengelolaan keuangan
berbasis digital
• Dukungan kebijakan untuk kemudahan mekanisme pengajuan KUR
(dibandingkan dengan pinjaman online)
• Dukungan kebijakan kemudahan distribusi dan pemasaran produk hasil UKM
• Seluruh stakeholder UMKM di daerah agar melakukan support untuk bersinergi
dengan perbankan seperti Suku DInas, Asosiasi berbasis UMKM, dan para
kelompok usaha di sektor yang UMKM tersebut termasuk dalam kriteria
tersebut.
15. PT. Berdikari (Persero)
Skema Pembangunan Peternakan Terintegrasi dan Berkelanjutan di Sulawesi
Selatan Berbasis Kearifan Lokal, dengan stakeholder yang terlibat PT. Berdikari
United Livestock, Kabupaten Sidrap, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan,
Kementerian Pertanian , Kementerian BUMN, BKPM, dan Bantuternak.com
Gambar 7 Skema Pembangunan Peternakan Terintegrasi dan Berkelanjutan
di Sulawesi Selatan Berbasis Kearifan Lokal
16. PT. Angkasa Pura I
Dalam upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas Bandar Udara
Internasional Hassanudin Makassar, diharapkan mampu mengembangkan 3 potensi
yang akan dicapai berdasrkan potensi daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu:
Tekologi Pengloahan
Hasil Ternak
SIPAKATAU
(Sistem Pertanian
Peternakan Terpadu)
Hijauan Pakan Lokal
Unggul: Indigofera, gamal,
dan Lamtoro
Teknologi Pengolahan
Limbah
SIPAKOT
ONG
(Sistem
Pemasar
an
SIPAKALEBBI
(Sentra Industri Pakan,
Limbah Pertanian dan Sumber
Energi Baru)
Senapan Tenun
(Sentra Industri Pangan
Ternak Unggul)
Sulawesi Selatan sebagai
Pusat Pakan Ruminansia
Nasional
Kelompok Tani ternak
(Peternak Rakyat)
SIPAKAINGE
(Strategi Pertanian
Agroindustri Ekowisata)
Agro-
Industri
Limbah
Bibit Unggul
Pembibitan
Hasil Samping: Jerami, Tongkol
Jagung
Distribusi
Bibit
Koordinasi
menuju Skala
Industri
Teknologi Pengolahan Pakan
Nutrionist Formulasi
Ransum
Seleksi Bibit
Ekowisata
Pupuk dan
Gas
Tourism, Trading, dan Investment (TTI). Competitive Advantage atau keunggulan
bersaing yang dimiliki oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) dalam mengelola dan
mengoperasikan bandar udara di wilayah timur Indonesia adalah dalam mensupport
dan mengembangkan 5 Bari Baru yang menjadi superprioritas dari program
pemerintah, di wilayah ini adalah Labuan Bajo, Manado, dan Borobudur. Bandar
Udara Internasional Hassanudin Makassar yang dikelola PT. Angkasa Pura I
(Persero) menjadi pintu masuk bagi wilayah timur Indonesia, sehingga membenahi
infrastruktur menjadi hal yang utama untuk dilakukan.
Rencana jangka panjang perusahaan dalam pengembangan bandar udara ini
dibagi ke dalam beberapa paket kegiatan pengembangan. Saat ini masih berada
pada Fase I di mana paket kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan kapasitas
bandara berupa kapasitsa tampung penumpang menjadi 15 juta penumpang,
penambahan garbarata menjadi 12 unit dari 6 unit, serta perluasan dari 51 ribu m2
menjadi 166 ribu m2, perlebaran wilayah parkir dan perpanjang landasan pacu
pesawat. Paket I ini dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya dan ditargetkan dapat
beroperasi pada tanggal 11 Mei 2021 mendatang, dengan nilai total proyek sebesar
Rp2,6 Triliun. Saat ini progress fisik pembangunan Paket I telah mencapai 28,33%.
Paket II peningkatan kapasitas bandara dikerjakan oleh PT. Waskita Karya (Persero)
untuk menambah lahan parkir dengan total nilai proyek Rp494 Miliar dan selesai
pada 10 Desember 2019.
Adapun permasalahan yang dihadapi oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) dan BUMN
Karya dalam kegiatan peningkatan kapasitas bandar udara Hassanudin Makassar ini
adalah mengalami kendala ketersediaan semen pada beberapa waktu lalu yang
dipasok dari pabrik semen di wilayah sekitar Sulawesi Selatan. Selanjutnya juga
terdapat kendala terhadap Peraturan Bupati setempat terhadap pembatasan
lalulintas truk di jalan raya, sehingga terjadi sedikit keterlambatan dalam
penyelesaian proyek kegiatan peningkatan kapasitas bandara.
Bentuk sinergi yang dilakukan antar BUMN dalam upaya peningkatan kapasitas
bandara Internasional Hassanudin Makassar yaitu berupa kerjasama pembangunan
seperti dengan PT. Wijaya Karya (Persero), PT. Waskita Karya (Persero), dan
kerjasama pendanaan seperti dengan Bank BCA. Sementara sinergi operasional
dilakukan dengan Perum DAMRI sebagai intermoda, PT. PLN (Persero) wilayah
Sulawesi Selatan, PT. Telkomsel untuk komunikasi dan internet.
B. Catatan dan Rekomendasi
Berdasarkan penjelasan materi dari pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, DPRD
Provinsi Sulawesi Selatan dan segenap jajarannya, beberapa perusahaan yang
menjadi mitra kerja dari Komisi VI DPR RI terkait Kunjungan Kerja Reses untuk
meninjau kinerja program subsidi dan PSO di Provinsi Sulawesi Selatan maka
memberi rekomendasi dan beberapa catatan penting sebagai berikut:
1. Ketersediaan BBM subsidi, LPG 3 Kg, dan kepastian pasokan pupuk dan semen
menjadi sangat penting di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan mengingat provinsi
ini merupakan wilayah penyangga bagi wilayah-wilayah lain di bagian timur
Indonesai, daerah lumbung padi serta wilayah yang pertumbuhan ekonominya
di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasioanl.
2. Harap dievaluasi kembali program KUR dan subsidi bunga karena terdapat
indikasi belum tepatnya sasaran bagi program ini, terdapat indikasi penyaluran
fiktif pada LPDB.
3. Bagi wilayah yang terdampak bencana diharapkan terdapat dana CSR bagi
wilayah terdampak agar daerah tersebut dapat mengembalikan kegiatan
ekonomi sebagaimana mestinya.
4. Terkait upaya menjaga ketersediaan pasokan pupuk, selain metode RDKK
sebaiknya ada pintu lain yang dibuka akses seperti koperasi. Koperas Unit Desa
dapat diaktifkan kembali agar masalah kelangkaan pupuk di daerah dapat di
atasi dengan alternatif yang paling memungkinkan.
5. Perusahaan yang melayani jasa perbankan atau BUMN yang memiliki
karakterristik khusus agar fokus pada kegiatan inti bisnis masing-masing
perusahaan, serta memperhatikan pada proyek-proyek infrastruktur strategis.
6. Saat ini terdapat 650 MW surplus, hal ini bukan merupakan keadaan yang baik
dan menjadikan upaya pengembangan energi terbarukan menjadi terabaikan.
7. Bagi perusahaan penerima PMN harus bergegas dalam membangun jaringan
distribusi dan pembangunan smelter menjadi suatu hal yang mendesak.
8. Dalam pengembangan Kawasan Industri untuk menjadi salah satu kawasan
strategis nasional dalam mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sebaiknya
memperhatikan investasi tenant perusahaan industri, tidak hanya pada usaha
pergudangan saja.
9. Pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi Selatan saat ini yang sebesar 7,2%
bukan merupakan hal yang dapat dijadikan untuk berpuas diri, karena
pertumbuhan ekonomi Provinsi Selatan dahulunya berada pada angka 9%.
Fenomena ini perlu menjadi bahan evaluasi bagi segenap jajaran pemerintah
daerah.
10. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah maka pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan juga harus mendorong skema kerjasama antara pemerintah
daerah dan pihak swasta agar tingkat investasi di daerah tumbuh lebih baik lagi.
Jakarta, Desember 2019
Ketua Tim Kunjungan Reses Komisi VI DPR RI
ke Bandar Udara Internasional Silangit
di Provinsi Sulawesi Selatan
TTD.
Martin Manurung
A-352