LAPORAN
PENELITIAN MANDIRI
INDUKSI KALUS JARINGAN ENDOSPERM JERUK KALAMANSI PADA BEBERAPA JENIS MEDIA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH UNTUK
MEMPEROLEH JERUK TRIPLOID TANPA BIJI
Tim Pengusul:
Dr. Ir. Reny Herawati, MP
Dr. Hesti Pujiwati, SP, M.Si
UNIVERSITAS BENGKULU
Desember 2016
MANDIRI
ii
iii
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAAN .................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
RINGKASAN ........................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 2
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 8
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 14
1. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti …................................................... 15
v
RINGKASAN
Jeruk Kalamansi (Citrus mitis) merupakan jenis buah jeruk yang berkembang
pesat di Bengkulu, berbau harum, dan memiliki rasa yang asam ketika sudah masak,
dan pahit ketika masih mentah. Jeruk Kalamansi dicanangkan sebagai produk
unggulan di Bengkulu karena tingginya daya jual dan cepatnya masa produksi buah,
yaitu enam bulan setelah masa tanam. Jeruk kalamansi banyak dibudidayakan di
Bengkulu, dan diproduksi secara besar-besaran untuk dijual dalam hasil olahan
bernama sirup kalamansi. Oleh karena itu, pemacuan produksi jeruk lokal akan
memiliki urgensi penting karena disamping untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, konsumsi buah dan juga meningkatkan pendapan
daerah setempat. Namun demikian jenis jeruk tersebut masih mempunyai biji yang
relatif banyak (6-13 biji per buah), sehingga menyulitkan dalam proses pengolahan
terutama sirup kalamansi sebagai salah satu produksi khas daerah Bengkulu. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah membuat tanaman triploid jeruk lokal tipe baru
tanpa biji (seedless) dengan warna yang menarik, dapat meningkatkan produktivitas,
mutu buah, dan daya saing di pasar global (Khan, 2008). Salah satu cara
pembentukan buah jeruk tanpa biji dapat dilakukan dengan kultur endosperm melalui
kalus (Gmitter et al., 1990; Raza et al., 2003).
Tanaman triploid akan menghasilkan buah tanpa biji karena
ketidakseimbangan perpasangan kromosom saat meiosis (Hoshino et al., 2011).
Keberhasilan embriogenesis somatik yang diinduksi dari jaringan endosperma
ditentukan oleh berbagai faktor (Hoshino et al., 2011). Faktor penentu
keberhasilannya antara lain tahap perkembangan jaringan endosperma dan formulasi
media. Embriogenesis somatik pada jaringan diploid jeruk Siam Simadu sudah
dikuasai dengan eksplan embrio nuselar pada media dengan penambahan BA dan
bahan organik (Husni et al., 2010), dan embriogenesis dari jaringan endosperma
triploid jeruk Siam Simadu juga telah dilaporkan oleh Kosmiatin et al. (2014), namun
embriogenesis somatik pada jeruk Kalamansi belum pernah dilaporkan, oleh karena
itu penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan formulasi media induksi kalus
embrionik jeruk Kalamansi menjadi tanaman baru triploid tanpa biji melalui metode
embriogenesis somatik pada jaringan endosperm. Jika protokol untuk induksi
embriogenesis somatik dapat diperoleh dari penelitian ini, maka pengembangan
planlet melalui bioreaktor dapat segera dikembangkan untuk menghasilkan planlet
dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat.
Percobaan telah dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu, mulai September 2016-Januari 2017. Media yang digunakan
dalam peneltian ini adalah media dasar MS dan MT (Murashige dan Tucker 1969)
dengan perlakuan berbagai jenis dan konsentrasi ZPT (GA dan BAP). Pengamatan
dilakukan terhadap jumlah dan persentase kultur yang steril, jumlah eksplan dan
persentase eksplan yang dapat membentuk kalus, dan tipe kalus yang dihasilkan.
Komposisi media MT yang diberi perlakuan 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP,
kemudian diikuti oleh media MT yang diberi perlakuan 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP merupakan formula terbaik untuk produksi kalus. Perlu dilakukan pelelitian
lanjutan untuk regenerasi kalus embrionik pada media tanpa zat pengatur tumbuh
(ZPT) dengan formulasi berbagai vitamin dan bahan organik.
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jeruk Kalamansi (Citrus mitis) merupakan jenis buah jeruk yang berkembang
pesat di Bengkulu, berbau harum, dan memiliki rasa yang asam ketika sudah masak,
dan pahit ketika masih mentah. Jeruk Kalamansi dicanangkan sebagai produk
unggulan di Bengkulu karena tingginya daya jual dan cepatnya masa produksi buah,
yaitu enam bulan setelah masa tanam. Jeruk kalamansi banyak dibudidayakan di
Bengkulu, dan diproduksi secara besar-besaran untuk dijual dalam hasil olahan
bernama sirup kalamansi. Oleh karena itu, pemacuan produksi jeruk lokal akan
memiliki urgensi penting karena disamping untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, konsumsi buah dan juga meningkatkan pendapan
daerah setempat. Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya
pendapatan, dan kesadaran kebutuhan gizi masyarakat, maka permintaan buah jeruk
yang kaya mineral dan vitamin ini akan terus meningkat. Pada tahun 2010, kebutuhan
produksi buah jeruk diprediksi sebesar 2.355.550 ton dan jika produktivitasnya 17 -
20 ton per ha, maka pada tahun tersebut diperlukan luas panen kurang lebih 127.327
ha dari 67.883 ha luas panen yang tersedia pada tahun 2005. Penambahan luas areal
untuk mencapai total produksi yang telah ditetapkan hingga tahun 2010 diprediksikan
minimal 27.327 ha di luar tanaman yang belum berproduksi saat itu. Hingga tahun
2010 diperkirakan kebutuhan pengembangan areal baru seluas 30.060 ha. Dari luasan
ini, maka keperluan bibit jeruk yang bebas penyakit diperkirakan sebanyak
15.030.000 (populasi 500 bibit/ha) (Litbang Pertanian, 2005).
Buah jeruk kalamansi dapat dibekukan secara keseluruhan dan digunakan
sebagai es batu dalam minuman seperti teh atau ginger ale. Jus diekstraksi dengan
menghancurkan buah utuh untuk membuat minuman beraroma mirip dengan limun.
Minuman keras juga bisa dibuat dari buah utuh, dalam kombinasi dengan vodka dan
gula. Selanjutnya FEI (Rahman Said, 2010) mengemukakan Kalamansi umumnya
digunakan sebagai bumbu untuk masakan seperti bihon. Namun demikian jenis jeruk
tersebut masih mempunyai biji yang relatif banyak (6-13 biji per buah), sehingga
menyulitkan ketika akan digunakan sebagai jeruk peras atau produksi sirup.
Perbaikan mutu secara teknologi perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
buah jeruk lokal sehingga dapat bersaing di pasar global. Salah satu cara yang dapat
2
2
dilakukan adalah membuat tanaman jeruk lokal tipe baru tanpa biji (seedless) dengan
warna yang menarik (pigmented). Tidak terbentuknya biji dalam buah dapat
meningkatkan produktivitas, mutu buah, dan daya saing di pasar global (Khan, 2008).
Pembentukan buah jeruk lokal tanpa biji dapat dilakukan dengan cara perlakuan suhu
dingin, suhu panas, kultur endosperm melalui kalus (Gmitter et al., 1990; Raza et al.,
2003), hibridisasi somatik (Spiegel-Roy, 1996; Grosser dan Gmitter, 2005), radiasi
sinar Gamma (Spiegel-Roy, 1996), hibridisasi antarploidi (Spiegel-Roy, 1996; Raza
et al., 2003), dan rekayasa genetik (Spiegel-Roy, 1996; Raza et al., 2003).
Aplikasi metode regenerasi dan mikropropagasi tanaman jeruk telah banyak
dilakukan untuk mendapatkan tanaman jeruk tanpa biji, bebas virus, penyelamatan
embrio (Grosser dan Gmitter, 2005; Ali dan Mirza, 2006). Embriogenesis somatik
merupakan salah satu proses regenerasi tanaman dari sel somatik melalui serangkaian
proses pertumbuhan dan perkembangan yang menyerupai embriogenesis zigotik
melalui pentahapan proembrio, embrio tahap globular, tahap hati, tahap torpedo, tahap
kotiledon, pematangan dan perkecambahan (Gray, 2005). Jenis eksplan, genotipe,
keadaan fisiologi, dan komposisi media merupakan faktor yang menentukan dalam
regenerasi tanaman melalui embriogenesis somatik (Ozcan et al., 2001). Media MS
dan MT merupakan media kultur yang banyak digunakan dalam induksi kalus dan
regenerasi kalus menjadi tunas pada tanaman jeruk dengan penambahan 2,4-D, BA,
NAA, GA3, atau kombinasinya (Ali dan Mirza, 2006).
Endosperma merupakan jaringan tanaman yang bersifat triploid, karena
berasal dari fertilisasi dua inti polar (♀) dan satu sperma (♂) (Berger, 2003).
Endosperma jeruk siam bertipe inti bebas (nuclear endosperm), dimana endosperma
primer hasil fertilisasi ganda melakukan pembelahan inti tetapi tidak langsung
membentuk dinding sel. Selulerisasi sel endosperma berlangsung bertahap sehingga
perkembangan sel-sel endosperma tidak seragam. Keberagaman ini juga terjadi
karena endosperma berfungsi sebagai nourishing cell dan pelindung kehidupan
embrio. Pada jeruk Siam Simadu, setelah fertilisasi ganda, sel-sel haploid antipodal
tidak terdegradasi dan perkembangan embrio nuselar yang tidak bersamaan dengan
embrio zigotik dapat mengkontaminasi jaringan triploid endosperma (Kosmiatin,
2013). Metode untuk meregenerasikan satu sel triploid menjadi tanaman triploid
diperlukan untuk menghindarkan terbentuknya regeneran yang miksoploid.
Tanaman triploid akan menghasilkan buah tanpa biji karena
ketidakseimbangan perpasangan kromosom saat meiosis (Hoshino et al., 2011).
3
3
Keberhasilan embriogenesis somatik yang diinduksi dari jaringan endosperma
ditentukan oleh berbagai faktor (Hoshino et al., 2011). Faktor penentu
keberhasilannya antara lain tahap perkembangan jaringan endosperma dan formulasi
media. Pada jeruk manis (C. sinensis) dan mandarin (C. reticulata), kultur
endosperma yang diisolasi dari buah umur 12 minggu setelah antesis berhasil
menginduksi pembentukan kalus, tetapi regenerasi tunas triploidnya belum dilaporkan
(Usman et al., 2008).
Embriogenesis somatik pada jaringan diploid jeruk Siam Simadu sudah
dikuasai dengan eksplan embrio nuselar pada media dengan penambahan BA dan
bahan organik (Husni et al., 2010), dan embriogenesis dari jaringan endosperma
triploid jeruk Siam Simadu telah dilaporkan oleh Kosmiatin et al. (2014). Embrio
genesis somatik pada jeruk Kalamansi belum pernah dilakukan, oleh karena itu
penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan formulasi media induksi kalus dan
regenerasi eksplan tanaman jeruk RGL menjadi tanaman baru triploid tanpa biji
melalui metode embriogenesis somatik pada jaringan endosperm. Metode tersebut
dapat diaplikasikan dalam perbaikan tanaman jeruk untuk merakit tanaman jeruk
unggul tanpa biji yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Penelitian
Mendapatkan tanaman baru triploid tanpa biji hasil induksi embriogenesis
somatik
Menghasilkan formula baru sebagai protokol untuk menginduksi kalus dan
regenerasi embrio somatik melalui kultur endosperm jeruk Kalamansi tanpa
biji
.
4
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk kalamansi berasal dari Republik Rakyat Tiongkok, kemudian menyebar
luas hingga ke wilayah Asia Tenggara, Malaysia, Indonesia, dan wilayah-wilayah lain
hingga ke Florida, Panama. Jeruk kalamansi memasuki wilayah Florida pada tahun
1900 atau akhir tahun 1800 melalui Chile. Negara yang paling besar memproduksi
jeruk kalamansi saat ini adalah Filipina (International Development And
Manufacturing, 2006). Para ahli tanaman holtikultura percaya bahwa jeruk kalamansi
adalah perpaduan (hibrida) dari jeruk keprok dan jeruk mandarin, atau jeruk keprok
dan kumquat, atau kumquat dan jeruk mandarin (International Development And
Manufacturing, 2006). Secara teknis, para ahli di Tiongkok pernah mengatakan
bahwa jeruk kalamansi adalah perpaduan antara Citrus reticulata dan Citrus japonica.
Namun, menurut penelitian, perpaduan antara sub-spesies sitrus (sitrat) itu telah
dibudidayakan begitu lama sehingga membuat asal-usul jeruk tersebut kabur. Nama
awal dari jeruk kalamansi ini adalah Citrus madurensis Loureiro, sebuah nama yang
diberikan oleh seorang pria bernama Loureiro yang menemukan buah ini di pulau
Madura, dekat Pulau Jawa. Namun ia mengklarifikasinya setelah diketahui asal-usul
aslinya di kemudian hari.
Gambar 1. Jeruk Kalamansi Bengkulu
Buah jeruk kalamansi memiliki kulit dengan permukaan halus dan berpori
minyak, berwarna kuning, atau berwarna hijau kekuning-kuningan. Besar jeruk
kalamansi berdiameter antara 3–4 cm. Buah tersebut sangat kaya akan bulir-bulir
sitrat yang mudah dipisahkan dan mengandung vitamin C. Satu buah jeruk kalamansi
memiliki kandungan karbohidrat 3%, mineral 1%, asam askorbat 0,1%, dan asam
sitrat 3%. Kulitnya kaya akan minyak esensial dan asam askorbat (0,15%)
5
5
(International Development And Manufacturing, 2006), namun kandungan biji dalam
buah masih cukup tinggi yaitu 6-13 butir.
Pembentukan tanaman triploid untuk produksi buah tanpa biji dapat dihasilkan
dari jaringan endosperma yang diregenerasi secara embriogenesis somatik.
Embriogenesis somatik adalah proses regenerasi tanaman melalui pembentukan
struktur seperti embrio yang diinduksi dari sel-sel somatik atau gamet (Dodeman et
al., 1997). Embrio somatik secara fisiologi dan morfologi memiliki tahapan
perkembangan embrio yang sama dengan embrio zigotik (Deo et al., 2010). Dalam
pemuliaan modern, embriogenesis somatik sangat penting karena dapat
meregenerasikan satu sel tanaman yang sudah dimanipulasi baik dengan transformasi
maupun mutasi menjadi tanaman lengkap, sehingga sel tanaman tersebut dapat
diregenerasikan menjadi tanaman lengkap (Manrique-Trujillo et al., 2013; Gray,
2005), dan mengekspresikan perubahannya. Hampir seluruh sel kompeten tanaman
dapat diinduksi menjadi sel embriogenik karena sel tanaman memiliki kemampuan
totipotensi sel (Mujib et al., 2005).
Endosperma merupakan jaringan tanaman yang bersifat triploid, karena berasal
dari fertilisasi dua inti polar (♀) dan satu sperma (♂) (Berger, 2003). Endosperma
jeruk siam bertipe inti bebas (nuclear endosperm), dimana endosperma primer hasil
fertilisasi ganda melakukan pembelahan inti tetapi tidak langsung membentuk dinding
sel. Selulerisasi sel endosperma berlangsung bertahap sehingga perkembangan sel-sel
endosperma tidak seragam.
Keberagaman ini juga terjadi karena endosperma berfungsi sebagai nourishing
cell dan pelindung kehidupan embrio. Pada jeruk Siam Simadu, setelah fertilisasi
ganda, sel-sel haploid antipodal tidak terdegradasi dan perkembangan embrio nuselar
yang tidak bersamaan dengan embrio zigoti dapat mengkontaminasi jaringan triploid
endosperma (Kosmiatin, 2013). Metode untuk meregenerasikan satu sel triploid
menjadi tanaman triploid diperlukan untuk menghindarkan terbentuknya regeneran
yang miksoploid. Tanaman triploid akan menghasilkan buah tanpa biji karena
ketidakseimbangan perpasangan kromosom saat meiosis (Hoshino et al., 2011;
Chaturvedi et al., 2008).
Keberhasilan embriogenesis somatik yang diinduksi dari jaringan endosperma
ditentukan oleh berbagai faktor (Hoshino et al., 2011). Faktor penentu
keberhasilannya antara lain tahap perkembangan jaringan endosperma dan formulasi
media. Pada jeruk manis (C. sinensis) dan mandarin (C. reticulata), kultur
6
6
endosperma yang diisolasi dari buah umur 12 minggu setelah antesis berhasil
menginduksi pembentukan kalus, tetapi regenerasi tunas triploidnya belum dilaporkan
(Usman et al., 2008). Embriogenesis somatik pada jaringan diploid jeruk Siam
Simadu sudah dikuasai dengan eksplan embrio nuselar pada media dengan
penambahan BA dan bahan organik (Husni et al., 2010), tetapi embriogenesis dari
jaringan endosperma triploid jeruk keprok Kalamansi belum pernah dilakukan. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi media untuk induksi
kalus embriogenik, pendewasaan dan perkecambahan serta pemanjangan planlet dari
jaringan endosperma jeruk Kalamansi.
BAB III. METODA PENELITIAN
Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu, mulai September 2016 - Januari 2017 (Tahun I). Bahan
tanaman yang digunakan sebagai sumber eksplan ialah endosperm jeruk Kalamansi
yang diambil dari buah jeruk muda berumur ± 4-6 minggu setelah anthesisi. Media
yang digunakan dalam peneltian ini adalah media dasar MS dan MT (Murashige dan
Tucker 1969) yang dimodifikasi dengan perlakuan berbagai jenis dan konsentrasi ZPT
(Husni et al., 2010; Sunyoto et al, 2010; Kosmiatin et al., 2014). Kombinasi
perlakuan disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan untuk induksi kalus embrionik
No Jenis Media ZPT
1 MS 2 mL-1
GA3
2 MS 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP
3 MS 2 mL-1
GA3 + 0,5 mL-1
BAP
4 MT 2 mL-1
GA3
5 MT 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP
6 MT 2 mL-1
GA3 + 0,5 mL-1
BAP
Buah jeruk muda yang berumur 6 minggu, 8 minggu, dan 12 minggu setelah
anthesis digunakan sebagai sumber eksplan endosperm. Sterilisasi bahan tanaman
dilakukan dengan cara mencelup dalam larutan alkohol 70% setelah dicuci bersih
menggunakan detergen. Kemudian dibakar dengan api bunsen sampai apinya mati.
Cara tersebut dilakukan sebanyak tiga kali dan diletakkan di cawan petri. Endosperm
diisolasi dari biji di bawah mikroskop untuk memisahkannya dari embrio zigotik dan
7
7
nuselar. Endosperm ditanam dalam botol, masing masing jenis jeruk yang digunakan
dikulturkan dalam 10 botol media, 3 endosperm setiap botol. Semua kultur disimpan
di ruang kultur dengan penyinaran 100 μmol/m2/s selama 16 jam dengan suhu 23-
27oC. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah dan persentase kultur yang steril,
jumlah eksplan dan persentase eksplan yang dapat membentuk kalus, dan tipe kalus
yang dihasilkan. Penentuan tipe kalus yang dihasilkan dilakukan dengan cara
mengamati kalus secara mikroskopik menggunakan mikroskop (zoom stereo),
sehingga struktur kalus yang dihasilkan dapat dibedakan yang bersifat embriogen.
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Induksi Pembentukan Kalus Embriogenik dari Jaringan Endosperma Jeruk
Kalamansi
Jaringan endosperma yang diisolasi dari buah jeruk Kalamansi adalah 12-14
minggu setelah antesis, sel-selnya sudah mulai membentuk dinding sel dan
membentuk jaringan endosperma yang kompak (Kosmiatin, 2013). Respon
endosperma pertama kali terlihat melalui perubahan warna eksplan dari bening
menjadi putih susu pada umur 8 minggu setelah dikulturkan. Sel-sel endosperma
kemudian membelah yang ditandai dengan bertambah besarnya volume eksplan,
kemudian membentuk kalus. Respon pembentukan kalus embriogenik pertama kali
pada umur 14 minggu setelah kultur ditampilkan pada gambar 2.
Gambar 2. Induksi kalus embrionik jaringan endosperm (A. Jaringan endosperm 8
minggu setelah dikultur; B. Inisiasi pembentukan kalus pada umur 14 minnggu
setelah kultur; C. Kalus embrionik telah berkembang; D. Beberapa kalus
embrionik telah berwarna hijau)
Komposisi media tumbuh terbaik untuk merangsang terjadinya pembentukan
kalus ialah media MT yang diberi perlakuan 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP,
kemudian diikuti oleh media MT yang diberi perlakuan 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP. Kalus yang terbentuk pada MT bersifat kompak dan berwarna putih kuning
muda (Tabel 1). Komposisi media MS dan MT yang hanya diberi GA tanpa
9
9
memberikan respons terendah. Eksplan yang dikulturkan pada media MT yang hanya
diperkaya GA membentuk kalus yang secara morfologi kelihatan kurang kompak,
tidak berwarna hijau, jumlahnya sedikit, dan hanya tumbuh dari jaringan di tepi
eksplan. Pada media yang diperkaya dengan BAP dan GA menunjukkan pertumbuhan
kalus lebih kompak dan berwarna hijau. George dan Sherrington (1984), Wang dan
Chang (1987), Sunyoto et al. (1997), dan Sunyoto et al. (2002) menyatakan bahwa
penggunaan ZPT dari golongan dan media yang sama berdampak lebih baik jika
dibandingkan dengan pemakaian ZPT secara tunggal. Bila konsentrasi antara auksin
dan sitokinin di dalam jaringan eksplan yang dikulturkan berada dalam keadaan
seimbang, maka kalus terbentuk lebih cepat. Hal ini terbukti pada perlakuan yang
diberi GA dan BAP, yang secara seimbang dapat menginduksi kalus lebih cepat.
Tabel 2. Kombinasi perlakuan untuk induksi kalus embrionik
No Jenis
Media ZPT
Waktu
terbemtuk
(MST*)
Warna
kalus
Struktur
Kalus
1 MS 2 mL-1
GA3 18 putih agak
kompak
2 MS 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP 13 kuning remah
3 MS 2 mL-1
GA3 + 0,5 mL-1
BAP 14 kuning remah
4 MT 2 mL-1
GA3 16 putih remah
5 MT 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP 13 Hijau
kuning
agak
kompak
6 MT 2 mL-1
GA3 + 0,5 mL-1
BAP 13 putih remah
Selama pembentukan kalus, sel-sel yang belum terdiferensiasi mengalami
pembelahan secara cepat hingga terbentuk kalus yang kompak dan berwarna kuning
kehijauan. Lamanya pembentukan kalus dan jumlah kalus yang terbentuk pada jeruk
kalamansi diduga karena pembentukan endosperm tidak sempurna atau endosperm
sudah tua sehingga kuran tidak dapat berdifrensiasi dengan baik. Menurut Mu dan
Liu (1979), endosperm tidak terbentuk secara utuh pada persilangan interspesies,
karena kuantitas dan atau kualitas DNA penyusun genotip kedua spesies yang
disilangkan pun berbeda.
Pertumbuhan dan perkembangan kalus endosperm diawali dengan
pemanjangan atau elongasi sel-sel endosperm yang secara berangsurangsur
membentuk klorofil pada umur 3 minggu setelah kultur (MSK). Proses tersebut
diduga disebabkan karena pengaruh laju serapan ZPT oleh kalus embrioid yang
bersentuhan dengan media. Zat pengatur tumbuh tersebut selanjutnya ditranslokasikan
10
10
ke seluruh jaringan eksplan untuk merangsang pertumbuhan kalus embrioid.
Memasuki minggu ke-4, sel-sel endosperm mulai berproliferasi di bagian pinggir
eksplan membentuk kalus dengan cepat. Semua sel-sel endosperm berubah menjadi
sel-sel kalus setelah umur 6 minggu. Perkembangan kalus ke arah pembentukan
embrio terjadi pada umur kultur 10 minggu. Sel-sel kalus yang kompak berubah
menjadi bulatan-bulatan yang bergerombol menyerupai telur ikan. Bhojwana dan
Razdana (1983) menyebutnya sebagai fase pembentukan embrio globular yang
selanjutnya berubah menjadi tonjolan-tonjolan yang menjulur ke berbagai arah, tetapi
dari tonjolan-tonjolan itu belum jelas apakah akan terbentuk tunas atau akar. Pada
endosperm yang berasal dari kalus spesies yang berbeda mulai terbentuk pada 5 MSK,
tetapi tidak semua endosperm yang dikulturkan membentuk kalus dan membentuk
globular dan embrio. Menurut Graitter et al. 1990, endosperm jeruk manis kurang
respons terhadap media dasar MT atau MS yang hanya ditambah BAP, tetapi sangat
respons terhadap kedua media dasar tersebut apabila ditambah dengan kinetin atau
GA3 dan ME. Kinetin berperan mendorong morfogenesis sel. Adanya kinetin yang
ditambahkan ke media tumbuh mengakibatkan fase transkripsi dan translasi RNA
berlangsung lebih cepat (Duncan dan Widhom 1990 dalamWijayani 2002).
Sepuluh MSK, kalus yang terbentuk semakin banyak terutama pada
endosperm yang terbentuk berwarna lebih hijau dan mampu memproduksi embrio.
Dengan berjalannya waktu, embrio yang terbentuk membesar yang diikuti dengan
tumbuhnya tunas dan akar (Gambar 2).
Berdasarkan Tabel 1, pembentukan kalus embriogenik yang diinduksi dari
jaringan endosperma cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman dalam
eksplan tinggi, karena endosperma merupakan jaringan yang mempunyai tahapan
perkembangan sel dan fungsi sel yang berbeda sehingga setiap sel memberikan respon
yang berbeda terhadap formulasi media. Perbedaan respon juga terjadi karena
keberadaan proembrio nuselar (diploid) dengan ukuran kurang dari 16 sel dan sel-sel
haploid antipodal yang ikut terkulturkan dengan jaringan endosperma yang diisolasi
dari buah yang berumur 11-13 minggu setelah antesis.
Ketersediaan bahan organik yang tinggi dalam medium dapat meningkatkan
akumulasi asam amino sebagai penyusun protein, sehingga akumulasi protein juga
turut meningkat. Pembentukan protein terutama protein simpanan dalam sel
dibutuhkan untuk membentuk ES (Deo et al., 2010). Penambahan bahan organik (CH
11
11
dan ME) pada tanaman Dianthusdapat meningkatkan 1.5 kali pembentukan embrio
somatik (Pareek dan Kothari, 2003).
Perbedaan respon juga terjadi karena keberadaan proembrio nuselar (diploid)
dengan ukuran kurang dari 16 sel dan sel-sel haploid antipodal yang ikut terkulturkan
dengan jaringan endosperma yang diisolasi dari buah yang berumur 11-13 minggu
setelah antesis. Keberadaan proembrio dan antipodal ini dapat diamati pada preparat
kering endosperma dengan bantuan mikroskop invertedperbesaran 200x, tetapi tidak
teramati dengan mikroskop binokular perbesaran 40x (Kosmiatin, 2013).
Kalus yang telah terbentuk perlu dipindahkan ke media regenerasi untuk
mengecambahkan dan mendewasakan sehingga terbentuk planlet.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Komposisi media MT yang diberi perlakuan 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP,
kemudian diikuti oleh media MT yang diberi perlakuan 2 mL-1
GA3 + 0,25 mL-1
BAP merupakan formula terbaik untuk produksi kalus. Formula media tersebut dapat
menginduksi saat pembentukan kalus lebih cepat, persentase pembentukan kalus lebih
banyak, struktur kalus kompak, dan kalus yang terbentuk berwarna hijau.
Kalus yang telah terbentuk perlu dipindahkan ke media regenerasi untuk
mengecambahkan dan mendewasakan kalus embrionik sehingga terbentuk planlet.
Perlu dilakukan pelelitian lanjutan untuk regenerasi kalus embrionik pada media tanpa
zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan formulasi berbagai vitamin dan bahan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. and B. Mirza. 2006. Micropropagation of rough lemon (Citrus jambhiriLush.):
Effect of explant type and hormone concentration. Acta Bot. Croat.
65(2):137-146.
Badan Litbang, 2005. Prospek dan arah pengembangan Agribisnis jeruk. Badan
Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
Berger, F. 2003. Endosperm: the crossroad of seed development. Curr. Opin. Plant
Biol, 6:45-50.
12
12
Chaturvedi, R., M.K. Razdan, S.S. Bhojwani. 2008. An efficient protocol for the
production of triploid plants from endosperm callus of neem,Azadirachta
indicaA. Juss. J. Plant Physiol. 160. 557–564.
Deo, P.C., A.P. Tyagi, M. Taylor, R. Harding, D. Becker. 2010. Factors affecting
somatic embryogenesis and transformation in modern plant Breeding. The
South Pacific J. Nat. Appl. Sci. 28:27-40.
Dodeman, V.L., G. Ducreux, M. Kreis. 1997. Zygotic embryogenesis versus somatic
embryogenesis. J. Exp. Bot. 48:1493-1509.
Gmitter, F.G., Jr., X.X. Deng, and C.J. Hearn. 1990. Induction of triploid citrus plants
from endosperm calli in vitro. Theor. Appl. Genet. 80:785-790.
Grosser, J.W. and F.G. Gmitter. 2005. Application of somatic hybridization and
cybridization in crop improvement, with citrus as a model. In Vitro Cell Dev.
Biol. Plant 39:360-364.
Gray, D.J. 2005. Propagation from nonmeristematic tissues: Nonzygotic
embryogenesis. p. 187-200. InR.N. Trigiano and D.J. Gray (eds.) Plant
Development and Biotechnology. CRC Press LLC.
Husni, A., M. Kosmiatin, I. Mariska, dan C. Martasari. 2008. Studi isolasi protoplas
pada jeruk siam. Prosiding Seminar Nasional Jeruk. Yogyakarta, 13-14 Juni
2007. 472 hlm.
Husni, A., A. Purwito, I. Mariska, Sudarsono. 2010. Regenerasi tanaman jeruk siam
melalui embryogenesis somatic. J. Agrobiogen 6:79-83.
Hoshino, Y., T. Miyashita, T.D. Thomas. 2011. In vitroculture of endosperm and its
application in plant breeding: Approaches to polyploidy breeding. Sci. Hort.
130:1-8.
International Development And Manufacturing. 2006. Kalamansi. http://www.in-
cosmetics.com/__novadocuments/2520.
Khan, S.R.A. 2008. Citrus quality to meet global demand (Agri Overview).
Website:http:www.pakissan.com. [7 Agustus 2008].
Kosmiatin, M. 2013. Pembentukan tanaman triploid jeruk siam simadu (Citrus
nobilisLour) melalui kultur endosperma. Disertasi. Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kosmiatin, M., A. Purwito., GA. Wattimena, I. Mariska. 2014. Induksi
Embriogenesis Somatik dari Jaringan Endosperma Jeruk Siam (Citrus
nobilisLour.) cv Simadu. J. Agron. Indonesia 42 (1) : 44 – 51.
Manrique-Trujillo, S., D. Díaz, R. Reano, M. Ghislain, J. Kreuze. 2013. Sweetpotato
plant regeneration via an improved somatic embryogenesis protocol. Sci.
Hort. 161:95-100.
13
13
Mujib, A., S. Banerjee, P.D. Ghosh. 2005. Origin, development and structure of
somatic embryos in selected bulbous ornamentals: BAP as inducer.p. 15-24.
InA. Mujib, J. Samac (Eds.). Somatic Embryogenesis, Plant Cell Monogr (2).
Springer, Verlag-Berlin Heidenbergh.
Ozcan, S., Babaoglu, and M. Sancak. 2001. Somatic embryogenesis, Bitki
Biyoteknoloji. Doku Kulturu ve Uygulamari, Selcuk Univ. 5:71-88.
Raza, H., M.M. Khan, and A.A. Khan. 2003. Sedlessness in citrus. Int. J. Agri. Biol.
5(3):388-391.
Spiegel-Roy, P. and E.E. Goldschmidt. 1996. Biology of Citrus. Cambridge
University Press. 221 p.
Sunyoto, S. Purnomo, dan Makful. 2010. Formula Media Kultur Endosperm Jeruk
Hasil Persilangan Antarklon Siem dengan Keprok dan Jeruk Besar. J.
Hort.20(4):332-34.
Usman, M., B. Fatima, K.A. Gillani, M.S. Khan, M.H. Khan. 2008. Exploitation of
potential target tissues to develop polyploids in citrus. Pak. J. Bot.40:1755-
1766.
14
14
LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
15
Lampiran 1. Biodata ketua dan anggota Tim Pengusul
1. Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap dan gelar Dr. Ir. Reny herawati, MP
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor/IVa
4 NIP 19650101 198903 2 002
5 NIDN 0001016527
6 Tempat dan tanggal lahir Peringsewu, 1 Januari 1965
7 email [email protected]
8 Nomor Telepon/Faks/HP 0811190863
9 Alamat Rumah Perum Unib Permai, Blok III No.30, Jl. WR.
Supratman, Bengkulu
10 Alamat Kantor Fakultas Pertanian UNIB
Jl. Raya Kandang Limun Bengkulu 38371
11 Nomor telepon/ Faks (0736) 21170-psw 216
12 Lulusan yang telah dihasilkan S1=27 orang
13 Mata Kuliah yang diampu 1. Kultur Jaringan Tanaman
2. Bioteknologi Tanaman
3. Fisiologi Pasca Panen
4. Pengendalian Gulma
5. Dasar-dasar Agronomi
6. Fisiologi Tanaman
B. Riwayat Pendidikan
Uraian S1 S2 S3
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Bengkulu Universitas
Padjadjaran
IPB
Bidang Ilmu Agronomi Ekofisiologi Bioteknologi
Tanaman
Tahun Masuk-
Lulus
1984-1988 1991-1994 2005 - 2010
Judul Skripsi/Tesis/
Disertasi
Pengaruh tingkat
kemasakan buah,
kadar air, dan
fungisida terhadap
viabilitas benih
kakao (Theobroma
cacao L.)
Pertumbuhan
gulma,
pertumbuhan
dan hasil
kedelai (Glycine
max L.) pada
tanah ultisol
yang diaplikasi
zeolit dan
Pembentukan
galur padi gogo
tipe baru toleran
Al dan tahan blas
melalui kultur
antera
16
16
Uraian S1 S2 S3
metolaklor
Nama
Pembimbing/
Promotor
1. Ir. Teddy Suparno,
M.Sc.
2. Ir. Puji Harsono
1. Dr. Ir. Oktap
Ramlan
Madkar, M.Sc
2.Dr. Ir. Amir
Hamzah S.
3.Prof. Dr. Ir.
Husen S, M.Sc
1. Prof.Dr.Ir. Bambang S.
Purwoko, M.Sc
2. Dr.Ir.Nurul Khumaida, MSi
3. Dr.Ir.Iswari S. Dewi
4. Dr.Ir. Buang Abdullah, M.Sc
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
No Thn Judul Penelitian PENDANAAN Jabatan
pada
penelitian Sumber Jumlah
2 2010 Perakitan galur padi gogo
toleran kekeringan dan tahan
blas berdaya hasil tinggi
varietas lokal Bengkulu
melalui kultur antera
Hibah
Bersaing I
DP2M
Rp 36.960.000,- Ketua
Peneliti
3 2011 Perakitan galur padi gogo
toleran kekeringan dan tahan
blas berdaya hasil tinggi
varietas lokal Bengkulu
melalui kultur antera
Hibah
Bersaing II
DP2M
Rp 38.000.000,- Ketua
Peneliti
4 2012 Perakitan galur padi gogo
toleran kekeringan dan tahan
blas berdaya hasil tinggi
varietas lokal Bengkulu
melalui kultur antera
Hibah
Bersaing III
DP2M
Rp 38.000.000,- Ketua
Peneliti
5 2012 Perakitan galur padi sawah
toleran tanah masam hasil
persilangan padi lokal
Bengkulu Pendek x IR 78581
Hibah
Bersaing I
DP2M
Rp 40.000.000,- Anggota
Peneliti
6 2013 Seleksi galur dari populasi
hasil persilangan Pendek x IR
78581 dalam rangka
perbaikan sifat padi gogo
adaptif lahan masam
Hibah
Bersaing II
DP2M
Rp 36.000.000,- Anggota
Peneliti
7 2014 Seleksi galur dari populasi
hasil persilangan Pendek x IR
78581 dalam rangka
perbaikan sifat padi gogo
adaptif lahan masam
Hibah
Bersaing III
DP2M
Rp 50.000.000,- Anggota
Peneliti
17
17
D. Pengalaman Pengabdian Masyarakat dalam 5 Tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian PENDANAAN
Sumber Jumlah
1. 2011 Pengembangan Varietas unggul
tahan untuk pengendalian penyakit
kresek (blas) pada pertanaman padi
sawah
Mandiri Rp.1.500.000,-
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun terakhir
NO JUDUL ARTIKEL ILMIAH NAMA
JURNAL
VOLUM
E,
NOMOR,
TAHUN
1. Pembentukan galur haploid ganda padi gogo dengan sifat-sifat tipe baru melalui kultur antera.
(Herawati, R., B.S. Purwoko, N. Khumaida, I. S.
Dewi, B. Abdullah)
Bulletin
Agronomi
(Terakreditas
i B)
Vol.36
No. 3
Th. 2008
2. Keragaman genetik dan karakterisasi morfologi galur haploid ganda padi gogo dengan sifat-sifat
tipe baru hasil kultur antera.
(Herawati, R., B.S. Purwoko, I. S. Dewi)
Jurnal
Agronomi
Indonesia
(Terakreditas
i B)
Vol.37
No. 2
Th. 2009
3. Characterization of Doubled Haploid Derived from Anther Culture for New Type Upland Rice
(Herawati, R., B.S. Purwoko, I. S. Dewi)
Jurnal
Agronomi
Indonesia
(Terakreditas
i B)
Vol. 38 No.3
Th. 2010
4. Penyaji Poster pada IPB-Ku Seminar on ”Food, Energy, and Water” 11 Februari 2011, by Director
International Studies Centre, Kasetsart University,
Bangkok, Thailand
Poster 2011
5. Poster 3rd International Seminar Regional Network on Poverty Eradication
Poster 2011
6. Induksi kalus dan Regenerasi Tanaman pada Kultur Antera Persilangan Padi Indica Varietas Lokal
Bengkulu. (Herawati, R, Rustikawati, Inoriyah, E)
Jurnal Akta
Agrosia
(ISSN)
Vol 18, N0.1
Th. 2015
7. Keragaman Genetik dan Karakter Agronomi Galur Haploid Ganda Hasil Kultur Antera untuk Padi
Sawah dengan Sifat-sifat Tipe Baru” (Reny
Herawati).
Jurnal Akta
Agrosia
(ISSN)
Vol 18, N0.2
Th. 2015
8. Development of New Type Upland Rice Lines for Resistance to Blast Desease through Anther
Culture” (Reny Herawati, Bambang S. Purwoko,
Iswari S. Dewi)
Proceeding
Internasional
Seminar and
Expo on
ISBN.978602
9071184
Th. 2016
18
18
NO JUDUL ARTIKEL ILMIAH NAMA
JURNAL
VOLUM
E,
NOMOR,
TAHUN
“Promoting
Local
Resources for
Food and
Health” 12-
13 October
2015
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1. Internasional Seminar and Expo on
“Promoting Local Resources for
Food and Health”
Development of New Type
Upland Rice Lines for
Resistance to Blast Desease
through Anther Culture”
12-13
October 2015
di Universitas
Bengkulu
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuain dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan
dalam pengajuan Penelitian Mandiri
Bengkulu, September 2016
Ketua Pengusul
(Dr. Ir. Reny Herawati, M.P)
NIP. 19650101 198903 2 002
19
19
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Hesti Pujiwati, SP. MSi
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional Lektor
4. NIP 1197711212006042001
5 NIDN 0021117703
6. Tempat dan Tanggal Lahir Magelang, 21 November 1977
7. E-mail [email protected]
8. Nomor Telepon/HP 085379043434
9. Alamat kantor Fakultas Pertanian UNIB
Jl WR Supratman, Bengkulu
10. Nomor Telepon/Faks 0736-21170/0736-21290
11. Lulusan yang telah dihasilkan S1=7 orang
12. Mata kuliah yang diampu 1. Dasar-dasar Agronomi
2. Ekologi Tanaman
3.Fisiologi dan Penanganan Pasca Panen
4. Produksi Tanaman Pangan
5. Budidaya Tanaman Pagan Alternatif
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Bengkulu Institut Pertanian
Bogor
-
Bidang Ilmu Agronomi Agronomi -
Tahun Masuk 1996 2001 -
Tahun lulus 2000 2004 -
Judul Skripsi/Tesis/
Disertasi
Pengaruh Pemberian Pupuk
Sulfomug dan Pupuk
Kandang Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil
Kedelai (Glycine max (L.)
Merril) pada Tanah Ultisol
Studi Penerapan Sistem
Budidaya dan Cara
Pengendalian Gulmab
pada Pola Pertanaman
Tumpangsari Kacang
Hijau (Vigna radiata)
dan Padi (Oryza sativa
L.)
-
Nama Pembimbing/
Promotor
Ir. Dotti Suryati, M.Sc
Ir. Kanang S Hindarto,
M.Sc
Dr. Munif Ghulamahdi
Dr. Sandra Arifin Aziz
Dr. Harris Burhan
-
C. Pengalaman Penelitian
Tahun Judul Penelitian
Ketua/
anggota
Tim
Sumber
Dana
Besarny
a Dana
2006 Jenis Bahan Tanam dan
Pemupukan P Pada
Anggota Dipa
Universitas
5 jt
mailto:[email protected]
20
20
Pertumbuhan dan Hasil Jarak
Pagar (Jatropa curcas L.)
Bengkulu
2007 Pertumbuhan dan Hasil Jarak
Pagar Pada Berbagai Pola
Tanam di Lahan Marginal
Anggota PHK A2 30
2009 Peningkatan Produktivitas
Genotipe Baru Kedelai Berbasis
Mekanisme Adaptasi
Mendapatkan hara Fosfor
Anggota Hibah
Kompetitif
Sesuai
Prioritas
Nasional
40 jt
2009 Pengembangan Galur Mandul
Jantan dalam Rangka
Mendukung Produksi Benih
Padi Hibrida Nasional
(Pemanfaatan Plasma Nutfah
Lokal dan Penggunaan Teknik
Iradiasi Sinar Gamma) Tahun I
Ketua Hibah
Bersaing
Dikti
44 jt
2009 Keragaan Pertumbuhan
Vegetatif dan Generatif Padi
Lokal di Propinsi Bengkulu
Ketua Dipa
Universitas
Bengkulu
7 jt
2010 Pengembangan Galur Mandul
Jantan dalam Rangka
Mendukung Produksi Benih
Padi Hibrida Nasional
(Pemanfaatan Plasma Nutfah
Lokal dan Penggunaan Teknik
Iradiasi Sinar Gamma) Tahun II
Ketua Hibah
Bersaing
Dikti
44 jt
2010 Pemurnian Padi Kultivar Lokal:
Pertumbuhan dan Hasil Padi
Lokal
Ketua Dipa
Universitas
Bengkulu
9 jt
2011 Pengembangan Galur Mandul
Jantan dalam Rangka
Mendukung Produksi Benih
Padi Hibrida Nasional
(Pemanfaatan Plasma Nutfah
Lokal dan Penggunaan Teknik
Iradiasi Sinar Gamma) Tahun
III
Ketua Hibah
Bersaing
Dikti
50 jt
2012 Seleksi galur dari populasi hasil
persilangan Pendek x IR 78581
dalam rangka perbaikan sifat
padi gogo adaptif lahan masam
Ketua Hibah
Bersaing
Dikti
46,5 jt
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat
Tahun Jenis/Nama Kegiatan Tempat
2010 Pemanfaatan Produk Pertanian Dengan
Pembuatan Kue-kue yang Bergizi dan
Sehat Guna Menunjang Pendapatan
Keluarga di Desa Harapan Makmur
Kabupaten Bengkulu Tengan
Desa Harapan Makmur
Kabupaten Bengkulu Tengah
2010 Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah Desa Tanjung Terdana Kec.
21
21
dengan Sistem Budidaya Padi Intensif di
Desa Tanjung Terdana Kec. Pondok
Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah
Pondok Kubang Kabupaten
Bengkulu Tengah
2009 IbM Kelompok Tani Jarak Pagar di Desa
Padang Serai Bengkulu
Desa Padang Serai, Bengkulu
2009 Pelatihan Pengolahan Ubi kayu pada
Petani di Desa Pekik Nyaring
Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten
Bengkulu Utara
Desa Pekik Nyaring Kecamatan
Pondok Kelapa Kabupaten
Bengkulu Utara
2009 Penerapan Aneka Olahan Beras Ketan
untuk Meningkatkan Keterampilan
Petani di Desa Rimbo Recap Kabupaten
Rejang Lebong
Desa Rimbo Recap Kabupaten
Rejang Lebong
2008 Teknologi Penyediaan Bibit Okulasi
Karet Untuk Meningkatkan Ketrampilan
dan Pengetahuan Petani di Desa
Kembang Seri, Kec. Talang Empat, Kab.
Bengkulu Utara
Desa Kembang Seri, Kec.
Talang Empat, Kab. Bengkulu
Utara
2007 Teknologi pengolahan cabe dan tomat
menjadi saos untuk meningkatkan nilai
ekonomi dan pendapatan petani di desa
sumber urip, kec. Selupu rejang
Desa Sumber Urip, kec. Selupu
rejang
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal
No Judul Artikel Ilmiah Volume, Nomor,
Tahun
Nama
Jurnal
1. Pertumbuhan dan Hasil Jarak Pagar
pada Berbagai Pola Tanam di Lahan
Marjinal
Edisi Khusus
Dies Natalis ke-
26 UNIB No. 3,
2007
Jurnal
Ilmu-ilmu
Pertanian
2. Produktivitas Lahan dan NKL pada
Tumpang Sari Jarak Pagar dengan
Tanaman Pangan
Vol. 12 No. 1
Januari-Juni 2009
Jurnal Akta
Agrosia
3. Studi Keragaan Padi Lokal di Propinsi
Bengkulu pada Vase Vegetatif dan
Generatif
Edisi September
2009-Februari
2010 Vol. VII
No.1
Jurnal
Saintifik
4 The Application of Peaty Mineral Soil
Water in Improving the Adaptability of
Black Soybean toward Aluminium
Stress on Tidal Mineral Soil with
Saturated Water Culture
Volume 17 No 3,
Oktober 2015
Journal
Agrivita ,
22
22
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikianlah biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penelitian Mandiri
Bengkulu, September 2016
Pengusul,
Hesti Pujiwati, SP.MSi
NIP. 197711212006042001
Laporan Cover_2016.pdf (p.1-5)Laporan Penelitian Mandiri 2016.pdf (p.6-27)