LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
LATIHAN IV
PENGARUH CAHAYA MATAHARI
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
Disusun oleh :
Nama : Anna Argiyanti
NIM : A420120039
Kelompok : 6
Korektor : Ina Noviyana
Nilai :
LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
BAB I
PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia adalah cahaya
matahari. Bagi tumbuhan khususnya tumbuhan yang memiliki zat klorofil daun, cahaya
matahari sangat menentukan proses fotosintesis, dimana cahaya matahari merupakan salah
satu faktor abiotik untuk tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Fotosintesis itu sendiri
merupakan proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Dimana makanan
yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Jadi cahaya merupakan salah faktor terpenting untuk tumbuhan
dalam proses fotosintesis.
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3, dan
CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan
lama penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009). Pada setiap tanaman memiliki sifat
yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang
diterima tanaman atau dapat disebut sebagai perbedaan respon tumbuhan terhadap lama
penyinaran. Sehingga tanaman dapat dikelompkan menjadi tanama hari netral, tanaman hari
panjang, dan tanaman hari pendek.
Kekurangan cahaya matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis dan
pertumbuhan. Etiolasi itu sendiri adalah pertumbuhan tumbuhan sangat cepat di tempat yang
gelap, namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan
tampak pucat. Hal ini dapat terjadi karena tanama kekurangan cahaya atau karena tanaman
berada di tempat yang gelap. Apabila dilihat dari proses metabolisme tanaman, etiolasi
berkaitan erat dengan kinerja hormon endogen (hormon yang diproduksi sendiri) hormone
yang berperan terjadinya etiolasi yaitu hormon auksin. Dimana hormon auksin sangat peka
terhadap cahaya matahari.
Untuk mengetahui dan membuktikan lebih lanjut tentang pengaruh cahaya matahari
terhadap pertumbuhan tanaman, maka dilakukan praktikum latihan V tentang “Pengaruh
Cahaya Matahari terhadap Pertumbuhan Tanaman.”
B. PERMASALAHAN
a. Apa pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan tanaman ?
b. Apa perbedaan tanaman yang diberi cahaya matahari dengan tanaman yang tidak diberi
cahaya matahari ?
C. TUJUAN
a. Praktikan mampu memahami pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan tanaman.
b. Praktikan mampu membedakan tanaman yang diberi cahaya matahari dengan tanaman
yang tidak diberi cahaya matahari.
D. MANFAAT
a. Praktikan dapat memahami pengaruh cahaya maahari terhadap pertumbuhan tanaman.
b. Praktikan mampu membedakan tanaman yang diberi cahaya matahari dengan tanaman
yang tidak diberi cahya matahari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suiatna (2010), menyatakan bahwa hormon yang dapat perangsang pertumbuhan
tanaman adalah : 1) Auksin, merupakan senyawa asam idol asetat (IAA/Indol-3-AceticAcid), 2)
Giberelin, merupakan jenis hormone tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh
Kurosawa pada tahun 1926, 3) Sitokinin, bentuk dasar dari sitokinin adalah adenine (6-amino
purine), 4) Etilen, merupakan hormone tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin,
giberelin, dan sitokinin. Dalam keadaan normal etilen akan berbentuk gas dan struktur kimia
sangat sederhana sekali, 5) Florigen, 6) Kalin, hormone pertumbuhan organ (rhizokalin,
kaulokalin, filokalin, dan antokalin), 7) Asam traumalin atau cambium luka, dapat merangsang
pembelahan sel di daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi luka.
Lakitan (2007), menyatakan bahwa fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti
cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu
penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya
alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan
bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum
mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga
berbeda. Untuk mengetahui ada atau tidaknya amilum yang terdapat dalam proses fotosintesis
dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan memberi perlakuan variasi
cahaya matahari yang berbeda pada daun tumbuhan dan mengujinya dengan larutan JKJ untuk
memperoleh hasil dan data yang bervariasi antara daun tumbuhan sampel. Organisasi dan fungsi
suatu sel hidup bergantung pada persediaan energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini
tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Organisme heterotrofik, seperti
ragi dan kita sendiri, hidup dan tumbuh dengan memasukan molekul-molekul organik ke dalam
sel-selnya.
Pertamawati (2010), menyatakan bahwa laju fotosintesis akan berjalan maksimum bila
terdapat banyak cahaya. Dalam percobaan terlihat bahwa eksplan (bahan tanam) yang
ditumbuhkan dalam intensitas cahaya yang tinggi daunnya berwarna lebih hijau daripada eksplan
yang ditumbuhkan dalam intensias cahaya yang rendah, selain itu daun eksplan yang
ditumbuhkan dalam intensitas cahaya tinggi lebih berat daripada daun eksplan (bahan tanam)
yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya rendah.
Onrizal (2009), menyatakan bahwa pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis
tanaman. Tanaman C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh
intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari.
Jumin (2008), menyatakan bahwa tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi
oleh tanaman. Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan
fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan
mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili mikron (Jumin, 2008:9).
Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang
dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran.
Craig (2006), said that any understory plants rely on diffuse light for photosynthesis
because direct light is usually scattered by upper canopy layers before it strikes the forest floor.
There is a considerable gap in the literature concerning the interaction of direct and diffuse light
with leaves. Some understory plants have well-developed lens-shaped epidermal cells, which
have long been thought to increase the absorption of diffuse light. To assess the role of epidermal
cell shape in capturing direct vs. diffuse light, we measured leaf reflectance and transmittance
with an integrating sphere system using leaves with flat (Begonia erythrophylla, Citrus reticulata,
and Ficus benjamina) and lens-shaped epidermal cells (B. bowerae, Colocasia esculenta, and
Impatiens velvetea). In all species examined, more light was absorbed when leaves were
irradiated with direct as opposed to diffuse light. When leaves were irradiated with diffuse light,
more light was transmitted and more was reflected in both leaf types, resulting in absorptance
values 2–3% lower than in leaves irradiated with direct light. These data suggest that lens-shaped
epidermal cells do not aid the capture of diffuse light. Palisade and mesophyll cell anatomy and
leaf thickness appear to have more influence in the capture and absorption of light than does
epidermal cell shape.
Malbeck (2005), said that auxin (indole-3-acetic acid, IAA) and abscisic acid (ABA) are
plant hormones with contrasting biological functions. Whereas IAA stimulates growing
processes such as cell elongation and division, ABA controls plant senescence and responses to
stress. However, IAA and ABA exhibit many similar chemical properties which can be exploited
for their chromatographic purification. Both IAA and ABA are relatively hydrophobic
compounds containing a carboxylic group. Therefore, when IAA and ABA are extracted and
purified from plant material by common chromatographic techniques they very often end up in
the same fraction.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1) 4 buah Polybag
2) 1 buah Cethok
3) 1 buah Gunting
4) 1 buah Pisau
5) 4 buah Kertas label
6) 1 set Alat tulis
7) 1 paket Tabel data pengamatan
b. Bahan
1) Tanah
2) Kompos
3) Pasir
4) Arang sekam
5) Air
6) Beberapa jenis biji yang mudah berkecambah
B. CARA KERJA
Pada praktikum latihan IV tentang “Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman”
dilaksanakan pada :
Hari dan Tanggal : Sabtu, 23 November 2013
Waktu : 10.20 - Selesai
Tempat : Green House UMS
1. Mengecambahkan biji yang akan diamati.
2. Menyiapkan polybag, kemudian mengisi polybag tersebut dengan media tanam
(campuran antara tanah, kompos, pasir dan arang sekam dengan perbandingan 3 : 1 : 1
:1).
3. Menanam kecambah dalam polybag.
4. Melakukan penyiraman setiap hari pada waktu pagi selama satu bulan.
5. Melakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dengan interval waktu 1 minggu selama
satu bulan.
6. Memasukan hasil pengamatan ke dalam tabel.
C. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA
Pada praktikum latihan IV tentang “Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” pengumpulan data dilakukan dengan metode eksperimen dan
metode observasi.
1. Metode eksperimen adalah cara memperoleh data dengan cara uji coba atau
melakukan percobaan langsung terhadap tanaman yang diujikan dengan begitu
akan adanya keakuratan penelitian. Kali ini dengan melakukan penanaman
langsung tanaman kacang tolo yang diberikan perlakukan yang berbeda-beda
pada setiap tanamannya.
2. Metode observasi adalah cara memperoleh data dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap objek percobaan. Kali ini dengan melakukan
pengamatan setiap seminggu sekali terhadap objek percobaan berupa kacang tolo
yang diberi perlakukan berbeda-beda pada setiap tanamannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tabel
Waktu
Pengamatan
(T)
Perlakuan
Indikator
Tinggi
Tanaman
Jumlah
Daun Warna Daun Batang
T0
Penyungkup 6 cm 9 cm 2 Hijau Tua Kokoh
Penyungkup 4 cm 14 cm 2 Hijau Tua Kokoh
Penyungkup 2 cm 14 cm 2 Hijau Tua Kokoh
Tertutup
sempurna
12 cm 2 Hijau Tua Kokoh
Kontrol 10 cm 2 Hijau Tua Kokoh
T1
Penyungkup 6 cm 12 cm 2 Menguning Kokoh
Sedang
Penyungkup 4 cm 15 cm 2 Coklat
Mengering
Lemah
Penyungkup 2 cm 14 cm 2 Coklat
Mengering
Lemah
Tertutup
sempurna
14 cm 2 Menguning Lemah
Kontrol 11,5 cm 2 Hijau Tua Kokoh
T2
Penyungkup 6 cm Mati Mati Mati Mati
Penyungkup 4 cm Mati Mati Mati Mati
Penyungkup 2 cm Mati Mati Mati Mati
Tertutup
sempurna
Mati Mati Mati Mati
Kontrol 15,3 cm 8 Hijau Muda Kokoh
2. Hasil Diskusi
a. Pengaruh tekanan cahaya terhadap tanaman
Tekanan cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, dimana saat
tekanan tinggi hormon auksin akan terhambat sehingga akan menghambat
pertumbuhan tanaman. Sebaliknya apabila tekanan cahaya rendah hormon auksin
akan aktif membelah, sehingga pertumbuhan tanaman akan sangat cepat, namun
batang yang dimiliki tanaman tidak kokoh, warna daun pucat, meskipun tinggi
tanaman tinggi dibandingkan tanaman yang mendapatkan tekanan tinggi atau
tekanan optimal, bisa dikatakan tanaman tersebut mengalami gejala etiolasi.
b. Dua macam respon morfologi yang terjadi pada tanaman dalam praktikum yang
dilakukan.
Dengan Penyungkup Tanpa Penyungkup
(Kontrol)
Batang Tinggi
Warna Pucat
Lemah
Lebih Pendek
Warna hijau segar
Kokoh
Daun Warna pucat
Jumlah daun sedikit
Warna hijau segar
Jumlah daun banyak
c. Pengaruh temperatur yang tinggi terhadap pertumbuhan tanaman.
Saat temperatur tinggi tanaman akan mengalami kekeringan pada
tanaman, sehingga air yang berada disekeliling tanaman akan mengalami evaporasi
yang menyebabkan lingkungan kehilangan air dimana air adalah salah satu faktor
abiotik dalam proses fotosintesis. Sehingga apabila lingkungan sekitar tanaman
kehilangan air (kekeringan) maka tanaman akan mengalami kematian karena tidak
bisa melakukan proses fotosintesis.
Sedangkan saat temperatur rendah akan mengalami pertumbuhan tanaman
menjadi lambat bahkan terhenti, karena kegiatan enzimatis dikendalikan oleh suhu.
Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara terganggu,
karena transpirasi meningkat. Di samping itu, suhu tanah yang rendah akan
berpengaruh langsung terhadap populasi mikroba tanah. Laju pertumbuhan
populasi mikroba menurun dengan menurunnya suhu sampai di bawah 0oC.
Sehingga banyak proses penguraian bahan organik dan mineral esensial dalam
tanah yang terhalang. Aktivitas nitrobakteria menurun dengan menurunnya suhu,
sehingga proses nitrifikasi berkurang. Suhu rendah pada kebanyakan tanaman
mengakibatkan rusaknya batang, daun muda, tunas, bunga dan buah. Tanaman pun
akan mengalami pembusukan dan akhirnya mengalami kematian.
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum IV Ekologi Tumbuhan tentang “Pengaruh Cahaya Matahari
Terhadap Pertumbuhan Tanaman” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh cahaya
matahari terhadap pertumbuhan tanaman yang sudah diberikan perlakukan yang berbeda
pada setiap tanaman. Pada dasarnya apabila tanaman kekurangan atau kelebihan cahaya
matahari akan berdampak negatif pada masing-masing tanaman, diantaranya kematian pada
tanaman itu sendiri.
Pada praktikum kali ini menggunakan objek percobaan berupa tanaman kacang tolo
yang ditanam pada setiap polybag yang sudah diberikan media tanam. Dan setiap kacang
tolo yang ditanam pada setiap polybag diberikan perlakuan yang berbeda-beda, yaitu dengan
menutupnya dengan sebuah penyungkup. Dimana penyungkup masing-masing diberikan
lubang yang berbeda-beda, berupa : 6 cm, 4 cm, 2 cm, dan tanpa lubang. Tanaman I ditutup
oleh penyungkup dengan lubang 6 cm, tanaman II ditutup oleh penyungkup dengan lubang 4
cm, tanaman III ditutup oleh penyungkup dengan lubang 2 cm, tanaman III ditutup dengan
penyungkup tanpa lubang dan tanaman V sebagai kontrol.
Setelah melakukan pengamatan pada minggu pertama tanaman yang ditutup
menggunakan penyungkup didapatkan hasil pertumbuhan tinggi tanaman cepat, namun
warna daun menguning dan batang tidak kokok (lemah) ini merupakan gejala etiolasi.
Dibandingkan dengan tanaman kontrol yang memiliki batang kuat dan warna daun hijau
cerah. Dimana etiolasi adalah pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap
namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak
pucat. Dimana dikarenakan ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena
matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan
menguning. Ada pula faktor yang mempengaruhi etiolasi yakni :
1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan
adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih
atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat
atau berhenti
2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan
tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada
pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya
matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan
(etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan
sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk
menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi
matang.
Pada tanaman memiliki hormon diantaranya hormon auksin yang berfungsi dalam
pemanjangan dan pembesaran sel pada tumbuhan. Hormon auksin sangat peka terhadap
cahaya. Jika hormon auksin terkena cahaya matahari, maka hormon auksin akan
terdegradasi (terurai) dan tidak aktif sehingga pemanjangan sel terhambat. Auksin adalah zat
hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang
berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah
belakang meristem ujung
Sedangkan hormon auksin pada tempat gelap tidak terurai dan akan terus melakukan
fungsinya dalam pembelahan sel. Peristiwa ini disebut dengan etiolasi. Etiolasi adalah
pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah,
batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat.
Setelah melakukan pengamatan pada minggu kedua, tanaman yang ditutup
menggunakan penyungkup mengalami kematian sedangkan tanaman kontrol tetap tumbuh.
Hal ini dikarekan tanaman yang ditutup dengan menyungkup tidak dapat melakukan proses
fotosintesis, dimana mereka hanya sedikit mendapatkan cahaya matahari bahkan tidak
mendapatkan cahaya matahari. Dimana cahaya matahari merupakan salah satu faktor
komponen abiotik yang mempengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan hijau. Tanaman
yang ditutup dengan menyungkup terus mengalami pertumbuhan sedangkan dia tidak bisa
melakukan proses fotosintesis untuk mendapatkan makanannya. Sehingga tanaman yang
ditutup dengan penyungkup pada minggu kedua mengalami kematian. Adapun peran cahaya
matahari terhadap tanaman berupa :
1. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar
matahari.
2. Fotoenergetic adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya energi yang diserap
dari sinar matahari oleh bagian tanaman.
3. Fotocybernetic adalah tingginnya itensitas cahaya yang menyebabkan fotosintesis. Cahaya
merah merupakan cahaya yang paling optimal yang bisa
4. Fotodestruktif merupakan tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan fotosintesis
semakin tidak bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas titik jenuh cahaya
sehingga bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak.
5. Fotomorfogenesis merupakan pengendalian morfogenesis oleh cahaya.
6. Fototropisme merupakan pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh
rangsangan cahaya.
7. Fotorespirasi adalah sejenis respirasi pada tumbuhan yang dibangkitkan oleh penerimaan
cahaya yang diterima oleh daun.
BAB V
KESIMPULAN
1. Etiolasi adalah pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi
tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat.
2. Terdapat faktor yang mempengaruhi etiolasi, yaitu : faktor suhu, faktor kelembaban, faktor
cahaya matahari, dan faktor hormon.
3. Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan
pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.
4. Hormon auksin sangat peka terhadap cahaya. Jika hormon auksin terkena cahaya matahari,
maka hormon auksin akan terdegradasi (terurai) dan tidak aktif sehingga pemanjangan sel
terhambat, sedangkan hormon auksin pada tempat gelap tidak terurai dan akan terus
melakukan fungsinya dalam pembelahan sel.
5. Perbedaan antara tanaman kacang tolo yang ditutup dengan penyungkup dengan kacang tolo
sebagai kontrol dapat terlihat dari warna daun, tinggi tanaman, dan batang. Pada kacang tolo
yang ditutup menggunakan penyungkup memiliki batang yang tidak kokoh, warna daun
pucat, namun memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dari tanaman kontrol. Sementara pada
tanaman kontrol memiliki batang yang kokoh, warna daun hijau cerah.
6. Pada praktikum pengaruh cahaya matahari terhadap tanaman, tanaman kacang tolo yang
ditutup dengan penyungkup mengalami etiolasi pada minggu pertama dan mengalami
keamatian pada minggu kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Craig, Brodersen. 2006. “Do Epidermal Lens Cells Facilitate The Absorptance of Diffuse Light.”
University of Vermont, Department of Plant Biology, 120 Marsh Life Science,
Burlington, Vermont 05405 USA.
J. Malbeck, 2005. “Purification and Determination of Plant Hormones Auxin and Abscisic Acid
Using Solid Phase Extraction and Two-Dimensional High Performance Liquid
Chromatography.” Institute of Experimental otany, Academy of ciences of the C ech
epublic, o ojo a 135, 16502 Praha 6, Czech Republic.
Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Onrizal. 2009. Bahan Ajar Silvika, Pertumbuhan Pohon Kaitannya dengan Tanah, Air, dan Iklim.
Sumatra Utara : Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Pertamawati. 2010. Pengaruh fotosintesis terhadap Pertumbuhan tanaman kentang
(solanum tuberosum l.) Dalam lingkungan Fotoautotrof secara invitro. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol. 12.
Suiatna, R. Utju. 2010. Bertani Padi Organik Pola Tanam Sri. Bandung : Pustaka Darul Ilmi
Bandung.
LAMPIRAN LATIHAN IV
PENGARUH CAHAYA TERHADAP
PERTUMBUHAN CAHAYA MATAHARI
Kelompok VI
1. Nurul Kqomariah A420120023
2. Dewi Dianing Tyas A420120024
3. Erviyan Tri Ambarwati A420120032
4. Ina Royani A420120038
5. Anna Argiyanti A420120039
a. Alat dan Bahan
Penyungup Tanaman Kacang Tolo
Media Tanam
b. Hasil Perlakuan
Hari Penanaman Tanaman ditutup dengan penyungkup
Minggu Ke-1
Tanaman E Tanaman A Tanaman D
Tanaman C Tanaman B
Minggu Ke-2
Tanaman E Tanaman A Tanaman B
Tanaman C Tanaman D