LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK IPENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN
MASSA JENIS GAS
Nama : Vivi RuthmianingsihNIM : 131810301018Kelompok/Kelas : 1/AAsisten : Yuliana
LABORATORIUM KIMIA FISIKJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dan
mengaplikasikan persamaan gas ideal.
1.2 Latar Belakang
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap menjadi
gas apabila terjadi peningkatan temperatur. Partikel-partikel gas bergerak
secara acak. Jarak antara partikel-partikel gas relatif jauh lebih besar
daripada ukuran-ukuran partikel dan gaya tarik-menarik antar partikel
sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Laju suatu partikel dapat berubah-
ubah yang disebabkan adanya tumbukan antara partikel yang satu
dengan lainnya ataupun partikel dengan dinding wadah, sehingga laju
rata-rata partikel juga akan meningkat.
Benda memiliki massa jenis atau berat jenis yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Massa jenis suatu zat merupakan salah satu ciri yang
dapat digunakan untuk mengetahui kerapatan zat. Penentuan berat
molekul pada senyawa volatil dapat diukur berdasarkan pengukuran
massa jenis gas yang menguap. Massa jenis zat dapat dihitung dengan
membandingkan massa zat (benda) dengan volumenya, sedangkan untuk
menghitung berat molekul zat cair yang mudah menguap dapat
menggunakan cara Victor Meyer. Penentuan berat molekul dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan gas ideal, yaitu dimulai dengan
menghitung kerapatan dari zat yang akan dihitung massa molekulnya.
Berat molekul suatu zat merupakan jumlah massa atom unsur-unsur
penyusunnya, sehingga berat molekul zat tersebut dapat dihitung dengan
menjumlahkan massa atom relatif unsur-unsur penyusun molekul
tersebut. Pengukuran zat volatil dapat dilakukan dengan menurunkan
persamaan gas ideal dengan menentukan terlebih dahulu massa jenis,
tekanan, dan temperatur zatnya. Berdasarkan hal tersebut, maka
dilakukan percobaan penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran
massa jenis gas.
1.3 MSDS (Material Safety Data Sheet)
1.3.1 Akuades
Akuades merupakan air yang molekulnya tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen. Air memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lain seperti
garam, gula, asam, dan banyak macam molekul organik. Air merupakan jenis senyawa liquid
yang tidak berwarna, tidak berasa, bersifat tidak mudah menguap, dan tidak berbau pada
keadaan standar. Massa molar dari air adalah 18,01528 g/mol. Titik didih air 100°C
(373.15°C) dan titik lelehnya 0°C ( 273,15°C). Massa jenis air sebesar 1000 kg/cm3 dan
viskositasnya 0,001 Pa/s (20°C). Sifat dari air yaitu tidak korosif, tidak menyebabkan iritasi,
dan tidak berbahaya jika di konsumsi (Anonim, 2015).
1.3.2 Kloroform
Gambar 1.1 Struktur Kloroform
Kloroform dengan nama umum triklorometana mempunyai rumus molekul CHCl3.
Kloroform biasanya sering digunakan sebagai bahan pembius. Kloroform dalam temperatur
ruang berupa cairan yang mudah menguap. Kloroform dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
mata, dan saluran pernapasan. Hal ini disebabkan kloroform termasuk bahan yang berbahaya
dan berakibat fatal apabila tertelan, terhirup atau terjadi kontak dengan mata atau kulit.
Kloroform mempunyai berat molekul sebesar 119,38 g/mol, densitas sebesar 1,48 g/cm3, titik
leleh dan titik didih sebesar -63,5˚C dan 61,2˚C. Efek lain dari kloroform yaitu dapat
mempengaruhi sistem syaraf tengah. Konsentrasi tinggi pada obat bius dapat menyebabkan
ketidaksadaran dan bahkan kematian karena sifatnya yang mudah menguap, maka uapnya
dapat menyebabkan rasa sakit dan iritasi pada mata. Pertolongan pertama apabila terjadi
kontak dengan kloroform seperti terhirup, maka sebaiknya segera menghirup udara segar.
Pertolongan pertama apabila kloroform tertelan yaitu dengan meminum air sebanyak
mungkin, dan apabila terjadi kontak langsung pada kulit maka segera membasuh kulit dengan
air sebanyak mungkin (Anonim, 2015).
1.4 Dasar Teori
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekul penyusunnya sangat berjauhan satu sama
lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul-
molekul tersebut, sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang
ditempatinya sesuai dengan bentuknya. Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak lurus
ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas selalu
bertumbukan antara satu dengan yang lain atau dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap
dinding bejana ini yang menyebabkan adanya tekanan. Volume dari molekul-molekul gas
sangat kecil apabila dibandingkan dengan volume ruangan atau wadah yang ditempati oleh
gas tersebut, sehingga terdapat banyak ruang kosong antara molekul-molekulnya. Hal inilah
yang menyebabkan gas mempunyai massa jenis yang lebih kecil daripada cairan atau zat
padat (Sukardjo, 1997).
Gas dapat berekspansi ke dalam ruangan yang ada, sehingga akan mencapai tekanan yang
homogen terhadap dinding dari ruangan tempat gas itu berada. Gas dikatakan ideal apabila
partikel-partikel gas bergerak secara acak, jarak antara partikel-partikel relatif jauh lebih besar
daripada ukuran-ukuran partikelnya yang menyebabkan gaya tarik menarik antar partikel
sangat kecil sehingga dapat diabaikan, laju suatu partikel selalu berubah-ubah yang
disebabkan terjadinya tumbukan antara partikel yang satu dengan partikel lainnya ataupun
antara partikel dengan dinding wadah, memenuhi hukum-hukum yang berlaku pada gas ideal,
yaitu hukum Boyle, hukum Gay-Lussac, hukum Avogadro, dan hukum gas ideal (Bird, 1993).
Menurut Dalton, dua unsur atau lebih dapat bergabung membentuk senyawa dengan
perbandingan tertentu. Perbandingan massa molekul dengan massa standart disebut massa
molekul relatif yang dapat dicari menggunakan persamaan berikut:
Mr senyawa= massa 1molekul senyawa
112
massa 1 atomC 12 ................................ (1)
Berat molekul suatu senyawa dapat ditentukan dengan beberapa cara bergantung sifat dan
wujud senyawanya. Senyawa yang berwujud gas dapat ditentukan dengan cara rapat uap,
hukum difusi, dan cara regnault, sedangkan yang berwujud padat dapat ditentukan dengan
pengukuran sifat koligatif (Syukri, 1999).
Gas ideal dianggap bahwa molekul-molekulnya tidak saling tarik menarik dan volume
molekulnya dapat diabaikan terhadap volume gas itu sendiri atau ruang yang ditempati. Sifat
ideal ini hanya didekati oleh gas yang beratom satu pada tekanan rendah dan pada temperatur
yang relatif tinggi. Menurut Sukardjo (1997), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu
gas adalah sebagai berikut:
1. Tekanan
Tekanan merupakan gaya persatuan luas, apabila semakin besar gaya yang bekerja pada
suatu permukaan tertentu maka semakin besar gaya yang bekerja pada permukaan tersebut
dan semakin besar juga tekanannya. Tekanan 1 bar merupakan tekanan standar yang
digunakan untuk menyatakan data termodinamika. Tekanan atmosfer dapat diukur dengan
menggunakan alat barometer. Zat cair ataupun zat padat apabila ditempatkan dalam suatu
ruangan tertutup, maka akan membentuk suatu keseimbangan dengan bentuk uapnya.
Tekanan parsial uap ini dikenal sebagai tekanan uap jenuh bergantung pada temperatur.
2. Temperatur
Temperatur merupakan sifat yang menunjukkan arah aliran energi. Hukum-hukum yang
berhubungan dengan gas adalah sebagai berikut:
a. Hukum Boyle
Batas-batas kesalahan percobaan Robert Boyle pada tahun 1662 mendapatkan bahwa
“Volume dari jumlah tertentu gas pada temperatur tetap berbanding terbalik dengan
tekanannya”. Pernyataan tersebut jika diubah secara matematis dapat ditunjukkan seperti
berikut:
V ∞ 1/P (PV = konstan)..................(2)
b. Hukum Charles atau Gay Lussac
Tahun 1787, Charles mendapatkan bahwa gas-gs H2, udara, CO2, dan O2 berkembang
dengan jumlah volume yang sama pada pemanasan antara 0-80˚C pada tekanan tetap. Tahun
1802 Gay Lussac mendapatkan bahwa semua gas pada pemanasan dengan tekanan tetap,
volumenya akan bertambah. Tekanan konstan, sejumlah volume gas tertentu sebanding
dengan suhu absolutnya. Hukum ini dapat dituliskan sebagai berikut:
V = T (V/T = konstan)................................(3)
c. Hukum Avogadro
Sejumlah volume yang sama dari berbagai gas pada temperatur yang sama akan
mempunyai jumlah partikel yang sama banyaknya. Hukum Avogadro dinyatakan sebagai
berikut:
V = n (V/n = konstan).................................(4)
dimana n merupakan jumlah mol gas. Satu mol didefinisikan sebagai massa dari suatu
senyawa atau zat yang mengandung atom atau molekul sebanyak atom yang terdapat pada dua
belas gram karbon (C12). Satu mL dari suatu zat mengandung 6,023 x 1023 molekul.
Persamaan gas ideal dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat
molekul suatu senyawa volatil. Persamaan gas ideal atau hukum gas ideal didapat ditulis
sebagai berikut:
PV = nRT…………………………………...(5)
PV = (m/BM) RT…………………………...(6)
Persamaan di atas dapat diubah dan akan diperoleh persamaan seperti berikut:
P (BM) = (m/V) RT………………………...(7)
P (BM) = ρ RT……………………………..(8)
dimana,
BM : Berat Molekul (gram/mol)
P : Tekanan gas (atm)
V : Volume Gas (liter)
T : Suhu mutlak (K)
R : Konstanta gas = 0,08206 liter/mol.K
(Tim Kimia Fisik, 2015).
Senyawa volatil merupakan zat terlarut yang mudah menguap. Cairan volatil dengan titik
didih kurang dari 100˚C ditempatkan dalam erlenmeyer tertutup. Erlenmeyer ini mempunyai
lubang kecil pada bagian tutupnya yang kemudian labu erlenmeyer dipanaskan sampai 100˚C,
maka cairan tersebut akan menguap dan mendorong udara pada labu erlenmeyer tersebut
keluar melalui lubang kecil pada bagian tutup erlenmeyer. Setelah semua udara keluar maka
uap itu sendiri yang akan keluar sampai uap itu akan berhenti keluar ketika tekanannya sama
dengan tekanan udara luar. Kondisi kesetimbangan ini, labu erlenmeyer hanya berisi uap
cairan dengan tekanan sama dengan tekanan atmosfer, volumenya sama dengan volume labu
erlenmeyer dan temperaturnya sama dengan titik didih air dalam penangas air (kira-kira
100˚C). Labu erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air, didinginkan dan ditimbang
sehingga massa gas yang terdapat didalamnya dapat diketahui (Tim Kimia Fisik, 2015).
BAB 2. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
- Erlenmeyer 50 mL
- Alumunium foil
- Karet gelang
- Pembakar spiritus
- Kawat kasa
- Bunsen
- Ball pipet
- Pipet mohr 1 mL
- Jarum
- Gelas beaker 250 mL
- Neraca analitik
- Termometer
2.1.2 Bahan
- Kloroform
- Akuades
Kloroform
2.2 Skema Kerja
- dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam erlenmeyer 50 mL yang kemudian ditutup
dengan alumunium foil dan dikencangkan dengan karet gelang yang telah
ditimbang terlebih dahulu
- dilubangi tutup alumunium foil dengan jarum agar uap dapat keluar
- direndam erlenmeyer yang berisi kloroform di dalam gelas beaker yang berisi air
dan diletakkan di atas pembakar spiritus
- dibiarkan erlenmeyer dalam gelas beaker yang berisi air hingga semua cairan
volatil menguap dan dicatat suhu air pada gelas beaker
- diangkat erlenmeyer setelah semua cairan volatil menguap dan dikeringkan air
yang terdapat pada bagian luar yang kemudian didinginkan
- ditimbang erlenmeyer yang telah dingin menggunakan neraca (tutup alumunium
foil dan karet gelang tidak dilepaskan dahulu sebelum erlenmeyer ditimbang)
- ditentukan volume labu erlenmeyer dengan mengisi erlenmeyer dengan air
sampai penuh lalu ditimbang
- diukur suhu air yang ada di dalam erlenmeyer sehingga akan diketahui volum air
apabila massa jenis air pada suhu air dalam erlenmeyer diketahui
- diulangi sebanyak tiga kali
- diulangi dengan perlakuan yang sama untuk volume 2 mL
Hasil
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Data Percobaan
NoVolum sampel
Perlakuan Erlenmeyer
1 2 3
1 1 mL
Massa erlenmeyer + karet + alumunium foil
35,557 g 35,450 g 35,245
Massa erlenmeyer setelah didinginkan
36,111 g 35,810 g 35,700 g
Massa erlenmeyer + air 100,632 g 100,441 g 100,265 gMassa erlenmeyer 34,920 g 34,787 g 34,601 gSuhu air 82oC 82oC 82oCWaktu penguapan 2,19 menit 2,21 menit 2,20 menit
2 2 mL
Massa erlenmeyer + karet + alumunium foil
35,611 g 35,341 g 35,228 g
Massa erlenmeyer setelah didinginkan
36,113 g 35,866 g 35,603 g
Massa erlenmeyer + air 100,609 g 100,176 g 100,535 gMassa erlenmeyer 34,923 g 34,771 g 34,609 gSuhu air 82oC 82oC 82oCWaktu penguapan 2,35 menit 2,36 menit 2,36 menit
3.1.2 Pengolahan Data
No Volume
sampel
Erlenmeyer Massa gas
kloroform
Volume
Erlenmeyer
Waktu
penguapan
Volume
(L)
Berat
molekul
1. 1 0,554 g 65,712 g 2,19 menit 0,0657 245,567
grammol
2 0,360 g 65,654 g 2,21 menit 0,0656 159,818
grammol
1 mL 3 0,455 g 65,664 g 2,20 menit 0,0657 201,684
grammol
BM rata-rata 202, 356
grammol
Standar deviasi 42,88
2. 1 0,502 g 65,686 g 2,35 menit 0,0657 222,517
grammol
2 0,525 g 65,405 g 2,36 menit 0,0654 233,780
grammol
3 0,375 g 65,926 g 2,36 menit 0,0659 165,719
grammol
2 mL BM rata-rata 207,339
grammol
Standar deviasi 36,48
3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu tentang penentuan berat molekul senyawa
volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan
persamaan gas ideal. Berat molekul suatu senyawa merupakan banyaknya
massa suatu zat (senyawa) dalam sejumlah besar molnya. Senyawa volatil
sebagian besar berasal dari senyawa-senyawa organik seperti benzena,
kloroform, alkohol, eter dan senyawa organik lainnya. Senyawa volatil itu
sendiri merupakan senyawa yang mudah menguap menjadi gas apabila
terjadi peningkatan suhu karena titik didih dan titik lelehnya berada pada
range suhu dan tekanan ruangan. Tekanan uap suatu senyawa yang
semakin tinggi akan membuat senyawa tersebut mudah untuk menguap
dan begitu juga sebaliknya. Percobaan ini menggunakan sampel berupa
kloroform yang merupakan salah satu contoh senyawa volatil yang mudah
menguap pada suhu dan tekanan ruangan, sehingga apabila dibiarkan
dalam ruangan terbuka akan berubah menjadi fase gas atau uap.
Kloroform mempunyai interaksi dipol-dipol dan juga gaya Van der Waals
yang lemah sehingga akan mengakibatkan molekul-molekul pada
kloroform mudah terputus dan akhirnya senyawa kloroform tersebut
berubah fase menjadi gas.
Percobaan ini akan menentukan berat molekul dari senyawa kloroform
dengan variasi volume kloroform yaitu 1 mL dan 2 mL yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan untuk masing-masing volume kloroform.
Kloroform dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah ditimbang
massanya terlebih dahulu beserta tutup alumunium foil dan karet
pengikat. Kloroform yang telah dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian di tutup dengan alumunium foil dan diikat dengan karet. Hal ini
bertujuan agar kloroform dalam erlenmeyer tidak menguap dengan cepat
ketika pada suhu ruangan. Alumunium foil kemudian dilubangi
menggunakan jarum agar uap atau gas yang terbentuk mudah untuk
keluar dan untuk mempermudah terjadinya kesetimbangan antara sistem
dengan lingkungan. Erlenmeyer yang telah berisi kloroform kemudian
direndam dan dipanaskan di dalam gelas beaker yang berisi air di atas
pembakar bunsen. Suhu air dalam gelas beaker ketika pemanasan yaitu
82˚C. Erlenmeyer dibiarkan hingga semua kloroform menguap semua dan
mengisi seluruh volume labu erlenmeyer. Kloroform ketika menguap akan
mendorong udara yang berada di dalam erlenmeyer keluar melalui lubang
kecil yang telah dibuat dengan jarum sebelumnya karena tekanan uap di
dalam sistem lebih kecil dari pada tekanan uap di luar sistem. Setelah
semua uap keluar, maka akan terjadi kesetimbangan antara sistem
(erlenmeyer) dengan lingkungan (gelas beaker yang berisi air) dan
erlenmeyer hanya akan terisi oleh uap kloroform dengan tekanan yang
sama dengan tekanan udara luar. Volume uap kloroform akan sama
dengan volume erlenmeyer.
Erlenmeyer kemudian diangkat dari gelas beaker setelah semua
kloroform menguap. Waktu yang diperlukan untuk menguapkan 1 mL
kloroform rata-rata hampir sama untuk setiap pengulangan, yaitu 2,20
menit, sedangkan untuk menguapkan 2 mL kloroform rata-rata
membutuhkan waktu 2,36 menit. Waktu penguapan kloroform lebih lama
yang 2 mL daripada yang 1 mL, karena semakin banyak volume kloroform
maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan untuk menguapkan
semua cairannya. Erlenmeyer kemudian didinginkan agar uap kloroform
yang terdapat di dalam erlenmeyer kembali lagi dalam bentuk cair,
sehingga kloroform yang telah menguap dapat ditimbang massanya.
Massa kloroform yang telah menguap tersebut kemudian dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul dari kloroform dengan menggunakan
persamaan gas ideal.
Langkah selanjutnya yaitu menentukan volume erlenmeyer yang
dilakukan dengan cara mengisi erlenmeyer dengan air sampai penuh,
dimana volume erlenmeyer sama dengan volume air dalam erlenmeyer.
Erlenmeyer yang telah berisi air sampai penuh kemudian ditimbang
massanya, sehingga akan diketahui massa air yaitu dengan mengurangi
massa air dan erlenmeyer dengan massa erlenmeyer kosong. Volume
erlenmeyer dapat diketahui dengan cara massa air dibagi dengan massa
jenis (kerapatan) air pada suhu ruangan yaitu 28˚C. Volume erlenmeyer
ditentukan dengan menggunakan air karena massa jenis (kerapatan) air
telah diketahui, sehingga untuk mencari volumenya dapat menggunakan
persamaan massa jenis.
Berat molekul kloroform kemudian dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan gas ideal berdasarkan data yang telah
diperoleh dalam percobaan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakuan,
berat molekul kloroform yang diperoleh pada volume kloroform 1 mL
untuk pengulangan pertama sebesar 245,567 g/mol, untuk pengulangan kedua sebesar
159,818 g/mol, untuk pengulangan ketiga sebesar 201,684 g/mol, sehingga rata-rata berat
molekul kloroform pada volume 1 mL diperoleh sebesar 202,356 g/mol. Standar deviasi yang
diperoleh sangat besar yaitu 42,88. Berat molekul kloroform pada volume kloroform 2 mL
untuk pengulangan pertama diperoleh sebesar 222,517 g/mol, untuk pengulangan
kedua diperoleh sebesar 233,780 g/mol, untuk pengulangan ketiga diperoleh sebesar 165,719
g/mol, sehingga rata-rata berat molekul kloroform pada volume 2 mL diperoleh sebesar
207,339 g/mol. Standar deviasi yang diperoleh juga sangat besar yaitu 36,48. Nilai standar
deviasi yang sangat besar ini menunjukkan bahwa hasil percobaan yang dilakukan tidak
mempunyai presisi yang baik, dimana hasil yang diperoleh pada setiap pengulangan
mempunyai selisih nilai yang cukup jauh yang kemungkinan disebabkan oleh kurang telitinya
praktikan ketika menimbang massa erlenmeyer dengan uap kloroform yang telah berubah
menjadi cairan kembali.
Berat molekul kloroform berdasarkan literatur yaitu sebesar 119,5 g/mol.
Perbedaan hasil percobaan dengan literatur ini dikarenakan ketika
pemanasan, kloroform tidak menguap sempurna sehingga akan
mempengaruhi massa uap kloroform yang diperoleh. Selain itu,
kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu ketika pendinginan uap
kloroform menjadi cairan tidak sempurna sehingga masih terdapat uap
kloroform yang belum berubah menjadi cairan kembali.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan penentuan berat
molekul berdasarkan pengukuran massa jenis gas ini adalah:
1. Berat molekul senyawa volatil dapat ditentukan berdasarkan massa
jenis gas senyawa tersebut dengan menggunakan persamaan gas
ideal.
2. Berat molekul kloroform diperoleh rata-rata sebesar 202,356 g/mol pada volume 1 mL
dan sebesar 207,339 g/mol pada volume 2 mL.
4.2 Saran
Praktikan sebaiknya lebih teliti dan berhati-hati ketika proses
penguapan dan pendinginan kloroform, agar hasil yang diperoleh tidak
terjadi kesalahan dan sesuai dengan teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Akuades. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. [Serial
Online]. Diakses 12 April 2015.
Anonim. 2015. Kloroform. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=992 41 2 0 . [ Serial
Online]. Diakses 12 April 2015.
Bird, T.1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Syukri, S.1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB.
Tim Kimia Fisik. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jember: Universitas Jember.
LAMPIRAN
Perhitungan:
Masaa air = (massa erlenmeyer + air) – (massa erlenmeyer kosong)
Massa kloroform = (massa erlenmeyer + karet+alumunium foil + kloroform setelah
didinginkan) – (massa erlenmeyer + karet + alumunium foil)
1. Kloroform 1 mL
a. Perhitungan volume air dalam erlenmeyer
Volume air pada erlenmeyer 1
ρ=mV
V=mρ
V=65,712 gram1 gram /mL
V=65,712mL
V=0,0657 L
Volume air pada erlenmeyer 2
ρ=mV
V=mρ
V=65,654 gram1 gram /mL
V=65,654 mL
V=0,0656 L
Volume air pada erlenmeyer 3
ρ=mV
V=mρ
V=65,664 gram1 gram/mL
V=65,664 mL
V=0,0657 L
b. Perhitungan berat molekul
Berat molekul pada erlenmeyer 1
BM=m . R . TV . P
BM=0,554 gram ×0,082
L .atmmol . K
×355,15 K
0,0657 L ×1 atm
BM=245,567grammol
Berat molekul pada erlenmeyer 2
BM=mRTV . P
BM=0,360 gram ×0,082
L .atmmol . K
×355,15 K
0,0656 L ×1 atm
BM=159,818grammol
Berat molekul pada erlenmeyer 3
BM=mRTV . P
BM=0,455 gram ×0,082
L .atmmol . K
×355,15 K
0,0657 L ×1 atm
BM=201,684grammol
Berat molekul rata-rata
BM rata−rata=(245,567+159,818+201,684 ) gram /mol
3
BM rata−rata=202,356grammol
c. Perhitungan standar deviasi
SD= √ (x−x)2
n−1
SD= √ (43,211)2+(−42,538)2+(−0.672)2
2
SD= √ 1867,19+1809,48+0,45162
SD= 42,88
2. Kloroform 2 mL
a. Perhitungan volume air dalam erlenmeyer
Volume air pada erlenmeyer 1
ρ=mV
V=mρ
V=65,686 gram1 gram /mL
V=65,686 mL
V=0,0657 L
Volume air pada erlenmeyer 2
ρ=mV
V=mρ
V=65,405 gram1 gram /mL
V=65,405 mL V=0,0654 L
Volume air pada erlenmeyer 3
ρ=mV
V=mρ
V=65,926 gram1 gram /mL
V=65,926 mL
V=0,0659 L
b. Perhitungan berat molekul
Berat molekul pada erlenmeyer 1
BM=mRTVp
BM=0,502 gram× 0,082
L. atmmol . K
× 355,15 K
0,0657 L ×1 atm
BM=222,517grammol
Berat molekul pada erlenmeyer 2
BM=mRTVp
BM=0,525 gram ×0,082
L .atmmol . K
×355,15 K
0,0654 L ×1 atm
BM=233,780grammol
Berat molekul pada erlenmeyer 3
BM=mRTVp
BM=0,375 gram ×0,082
L .atmmol . K
×355,15 K
0,0659 L ×1 atm
BM=165,719grammol
Berat molekul rata-rata
BM rata−rata=(222,517+233,780+165,719 ) gram /mol
3
BM rata−rata=207,339grammol
c. Perhitungan standar deviasi
SD= √ (x−x)2
n−1
SD= √ (15,178)2+(26,441)2+(−41,62)2
2
SD= √ 2661,722
SD= 36,48