LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK STERILISASI,
PEMBUATAN MEDIA, DAN TEKNIK ISOLASI
Disusun oleh :
1. Erlin Aprilia 13312241004
2. Wahyu Marliyani 13312241005
3. Endah Setyorini 13312241010
4. Sopa Saniah 13312241011
5. Lutfi Rahmawati Nurhadi 13312241028
6. Imamah 13312241040
Kelas: IPA A 2013
Kelompok V
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN
MEDIA, DAN TEKNIK ISOLASI
A. Tujuan
Sesudah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa agar dapat:
1. Mengenalkan alat-alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, dan
teknik sterilisasi.
2. Mengenalkkan cara isolasi mikroba.
3. Mengamati perbedaan morfologi bakteri dan jamur.
B. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba yang meliputi
bakteri, jamur benang, khamir, ganggang biru, protozoa, virus, mikoplasma, dan
pleuropneumonia (PPO), yang menyerupai Pleuropneumonia Like Organism
(PLO).
Mikrobiologi yang banyak diketahui orang memiliki dua arti, yaitu sebagai
ilmu dasar dan ilmu aplikasi. Sebagai ilmu dasar yaitu sebagai alat peneliitian,
mempelajari proses hidup (sel mikroba memiliki kesamaan karakter biokimia
dengan multisel). Sebagai ilmu aplikasi yaitu berperan pada bidang sains,
kedokteran, pertanian dan industri.
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam
populasi campuran. Dapat dikatakan sangat jarang apabila mikroba dijumpai
sebagai suatu spesies tunggal di alam. Semua metode mikrobiologi yang
digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk
penelaah ciri-ciri kultural, morfologis, maupun serologis, memerlukan suatu
populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Pengenalan alat dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang harus kita
ketahui karena penting dalam melaksanakan kegiatan mikrobiologi selanjutnya,
seperti teknik isolasi. Pengetahuan dari pengenalan alat sampai isolasi mikroba
sangat penting sehingga melalui percobaan ini praktikan melakukan percobaan
pengenalan alat dan teknik sterilisasi, pembuatan media dan teknik isolasi.
2
C. Dasar Teori
Alat-Alat Pada Percobaan Mikroorganisme
1. Alat-alat gelas/kaca
a. Gelas soda, alat-alat ini bersifat lunak sehingga sering dinamakan soft glass.
b. Tabung reaksi, digunakan untuk mereaksikan berbagai macam reaksi kimia,
namun dalam mikrobiologi digunakan untuk membuat biakan (kultur)
organisme.
c. Erlenmeyer, berfungsi untuk titrasi analisis kimia.
d. Labu ukur, berfungsi untuk membuat larutan baku.
e. Autoclave, merupakan salah satu jenis bejana tekan yang banyak digunakan
dalam bidang kimia dan alat-alat kedokteran. Dalam bidang kimia dan
piranti kedokteran, autoclave berfungsi untuk mensterilkan piranti dari
kuman / bakteri dengan menggunakan panas dan tekanan uap air dan
temperatur sterilisasi mencapai 121 0C (Neil A. Campbell, 2003 : 291).
f. Laminar air flow,digunakan untuk mensterilisasi udara dari pengganggu saat
memasukkan bakteri ke dalam media.
g. Inkubator, berfungsi untuk menginkubasi bakteri pada suhu tertentu.
h. Water bath, berfungsi untuk masa inkubasi saat reaksi aglutinnasi dan
menjaga media agar tetap cair sebelum dituang.
i. Sentrifuge, berfungsi untuk mengendapkan atau memekatkan sel
mikroorganisme sehingga dapat dipisahkan antara medium dan selnya yang
mengendap.
j. Thermal cycler, berfungsi untuk memperbanyak DNA
k. Mikroskop, merupakan alat bantu untuk melihat mikroorganisme yang
ukurannya tidak mampu dilihat dengan mata telanjang.
l. Freezer, untuk menyimpan bahan yang mudah rusak apabila diletakkan di
suhu ruangan.
m. Mikro pipet, digunakan untuk memindahkan cairan atau sampel dengan
volume yang sangat kecil.
n. Cawan petri, berfungsi sebagai tempat media perkembangbiakan bakteri
sehingga media (agar) dapat diletakkan dalam wadah ini juga.
3
o. Jarum inokulasi, igunakan untuk pemindahan bakteri dari satu media ke
media lain.
p. Pembakar bunsen.
Teknik Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi
dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan
setempat (in situ) oleh panas (kalor), gas – gas seperti formaldehide, etilenoksida,
atau betapriolakton oleh bermacam – macam larutan kimia, oleh sinar lembayung
ultra atau sinar gamma (Koes Irianto, 2007 : 83).
Bahan apapun peralatan yang dipergunakan di dalam bidang mikrobiologi
harus dalam keadaan steril. Artinya pada bahan atau peralatan tersebut tidak
didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang akan
mengganggu/merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang
sedang dikerjakan (Unus Suriawiria, 1986 : 65).
Steril akan didapatkan melalui sterilisasi, sedang cara strerilisasi yang
umum dilakukan adalah :
1. Sterilisasi Secara Fisik
Sterilisasi secara fisik, misal dengan pemanasan, penggunaan sinar
bergelombang pendek seperti sinar – x, sinar gamma, sinar ultra – violet, dan
sebagainya (Unus Suriawiria, 1986 : 65).
Sterilisasi secara fisik dengan menggunakan udara panas atau uap air
panas dengan tekanan tinggi, misalnya dengan penggunaan autoclave dengan
temperatur 121o C dengan tekanan 15 lbs. Waktu yang diperlukan tergantung
banyak sedikitnya bahan atau medium yang distreilkan, umumnya berkisar antara
15 sampai 20 menit (Ni Putu Ristiati, 2000: 104).
Sterilisasi secara fisik pada intinya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
secara kering dan secara basah. Sterilisasi secara kering dapat secara langsung
pemanasan dengan mempergunakan udara panas. Yang mempergunakan udara
panas alatnya disebut hot air sterilizer, dipergunakan untuk menyeterilkan alat-alat
4
yang tahan panas, misalnya alat-alat dari gelas, pipet, dan lain-lain. Dengan alat
ini, temperatur digunakan bersuhu 110o – 180o C, lamanya 2 jam (Jeneng Tarigan,
1988: 305).
a. Sterilisasi Kering
Sterilisasi kering dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut,
1) Pemijaran, diterapkan pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip (spatula)
logam.
2) Jilatan Api (Flaming), diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung
biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api
bunzen tanpa membiarkannya memijar. Dapat juga dilakukan dengan
mencelupkannya ke dalam spiritus bakar, kemudian dibakar. Tetapi cara
ini tidak menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk sterilisasi. Cara ini
sering diterapkan terhadap permukaan baskom dan mortir.
3) Tanur Uap Panas (Hot-Air Oven), digunakan suhu 160o- 165o selama 1
jam. Cara ini baik dilakukan terhadap alat-alat kering terbuat dari kaca
seperti tabung reaksi, pinggan petri, labu, pipet, pinset, skalpel, gunting,
kapas hapus tenggorok,, alat suntik dari kaca. Juga diterapkan terhadap
bahan-bahan kering dalam tempat-tempat tertutup, bahan serbuk (talk,
dermatol), lemak minyak. Penyusupan panas ke dalam bahan-bahan ini
berjalan lambat sekali karena itu harus disterikan dalam jumlah sedikit dan
dalam lapisan tipis tidak lebih dari 0,5 cm dalam pinggan petri. Kadang-
kadang dilakukan sterilisasi pada suhu 170oC selama 2 jam (Koes Irianto,
2007: 86).
b. Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah ada 2 macam yaitu yang menggunakan tekanan lebih
besar dan yang tidak menggunakan tekanan. Yang menggunakan tekanan alatnya
disebut autoclave dan alat-alat yang disterilkan dengan autoclave ialah media-
media, alat-alat, dari gelas dan untuk cairan yang tahan pada temperatur tinggi.
Untuk alat ini biasa digunakan tekanan 2 atmosfer dengan suhu 121,6o selama 25-
30 menit. Alat sterilisasi basah yang tidak menggunakan tekanan adalah Arnold
5
Steam Sterilizer digunakan untuk sterilisasi media-media atau cairan yang tidak
tahan panas (Jeneng Tarigan, 1988: 305-306).
Gambar 1. Autoclave
Sumber: http://www. slamsmart.blogdetik.com
2. Sterilisasi secara Kemis (Kimiawi)
Banyak bahan untuk pembuatan media biakan terlalu peka terhadap panas
untuk disterilisasi di dalam autoclave. Untuk bahan demikian, metode sterilisasi
kimiawi yang dapat diandalkan akan bermanfaat sekali. Syarat utama sebagai
bahan untuk sterilisasi ialah bahwa zat kimia itu harus mudah menguap dan
bersifat racun, sehingga dapat segera dihilangkan dari benda yang akan
disterilisasi setelah perlakuan (Roger Y. Strainer, 1982: 44).
Senyawa kimia yang banyak digunakan adalah larutan CuSO4, AgNO3,
HgCl2, dan ZnO serta alkohol dengan kadar antara 50-75% karena cepat
menyebabkan koagulasi protein mikroba. Larutan garam seperti NaCl (9%), KCl
(11%), dan KNO3 (10%) dapat dipergunakan karena tekanan osmotiknya yaitu
dehidrasi protein pada substrat. Sedang asam kuat dan basa kuat dapat digunakan
karena dapat menghidrolisis isi sel mikroba. Larutan KMnO4 (10%) dan HCl
(1,1%) dapat mengoksidasi substrat. Sedang larutan CuSO4 digunakan untuk
algisida. Khlor dan senyawa khlor digunakan sebagai desinfektan terutama pada
tempat penyimpanan air. Juga larutan formalin atau formaldehida dengan kadar
antara 4-20% (Ni Putu Ristiati, 2000: 104).
3. Sterilisasi secara Mekanik
6
Untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi maupun tekanan
tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, sterilisasinya harus dilakukan
secara mekanik, misalnya dengan saringan. Di dalam bidang mikroba,
penyaringan secara fisik yang paling banyak digunakan ialah dengan filter khusus,
misal filter Berkefeld, filter Chamberland, filter Seitz. Jenis filter mana yang mau
dipergunakan, tergantung kepada tujuan penyaringan dan benda yang akan
disaring. Pada saat ini yang paling banyak digunakan adalah filter Chamberland
dan Berkefeld yang mempunyai ukuran porositas filter V (viel atau kasar), N
(normal), dan W (weing atau halus).
Media
Media adalah pembenihan atau substrat atau makanan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakkan suatu mikroorganisme. Media yang
baik, dengan pemeliharaan mikroorganisme ialah yang mengandung unsure-unsur
makanan yang diperlukan. Bahan-bahan yang disediakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme disebut kultur media. Sedangkan mikroorganisme yang tumbuh
dan berkembang biak pada suatu kultur media disebut kultur (Suarsini,2000:14).
Media merupakan bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Selain digunakan untuk
menumbuhkan mikroba, media juga digunakan untuk isolasi, menguji sifat-sifat
fisiologi, perhitungan, dan perbanyakan mikroba. Pertumbuhan mikroorganisme
dapat tumbuh dengan baik apabila memenuhi persyaratan, antara lain :
a. Medium harus mengandung semua nutrien yang mudah digunakan oleh
mikroorganisme.
b. Medium harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH
yang sesuai dengan pertumbuhan mikroorganisme.
c. Medium tidak mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
d. Medium harus steril sebelum digunakan, supaya mikroorganisme dapat
tumbuh dengan baik.
e. Media pertumbuhan mikroorganisme harus diatur pH-nya.
7
(Suyitno, 2012 : 35-36)
Macam-macam media pertumbuhan berdasarkan sifat fisiknya antara lain:
1. Media padat, yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah
dingin media menjadi padat.
2. Media setengah padat, yaitu media yang mengandung agar 0,3%
sampai0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, dan tidak begitu
cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba
dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran
sempurna jika tergoyang.
3. Media cair, yaitu media yang tidak mengandung media agar.
Selain itu juga terdapat jenis media lain berdasarkan fungsinya diantaranya:
1. Media diperkaya, yaitu media yang ditambah zat-zat tertentu sehingga
dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme heterotrof tertentu.
2. Media selektif, yaitu media yang ditambah zat kimia tertentu yang bersifat
selekif untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain.
3. Media diferensial, yaitu media yang ditamabah reagensia atau zat kimia
tertentu yang menyebabkan suatu mikroorganisme membentuk
pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat
membedakan tipe-tipenya.
4. Media penguji, untuk menguji asam amino, antibiotika, dan sebagainya.
5. Media untuk perhitungan jumlah jamur.
(Suyitno,2010:36)
Banyak bahan-bahan atau benda-benda yang mengandung berbagai macam
bacteria, misalnya nanah (pus), dahak, urine, dan lain-lain. Suatu kultur yang
mengandung lebih dari satu jenis mikroba, disebut kultur campuran (mixed
culture). Apabila kultur ini ditumbuhkan pada media padat akan selalu
menunjukkan berjenis-jenis koloni dari mikrobia. Apabila kita ingin mempelajari
satu jenis mikrobia tertentu dari suatu kultur campuran, maka kita dapat
mengambilnya dengan sebuah jarum steril yang disentuhkan pada bagian koloni
yang akan diselidiki dan sampel tersebut dipindahkan ke suatu media yang steril
agar tidak kena kontaminasi dengan mikroba lain. Mikrobanya akan tumbuh
8
dengan baik pada kultur murni, yaitu suatu kultur yang hanya dapat ditumbuhi
oleh satu macam atau jenis mikroba saja (Jeneng Tarigan, 1988: 119).
Secara alami, mikroorganisme di alam ditemukan dalam populasi
campuran. Hanya dalam keadaan tertentu saja populasi ini ditemukan dalam
keadaan murni. Untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi, dan sifat faali,
maka mikroorganisme yang akan diteliti harus dapat dipisahkan. Hal ini berarti
bahwa harus diperoleh biakan murni yang hanya mengandung satu macam
mikroorganisme.
Untuk memperoleh biakan murni dapat dilakukan pengenceran dengan
menggunakan bahan cair atau bahan padat. Pada mulanya digunakan gelatin
sebagai bahan padat. Gelatin terdiri dari protein sehingga dapat dicerna atau
dicairkan oleh mikroorganisme. Bahan pemadat yang kemudian ditemukan adalah
agar, yang merupakan polisakarida dari rumput laut. Agar dapat mencair pada
suhu 1000C, sedangkan pada suhu 440C masih dalam bentuk cair. Suhu ini masih
memungkinkan mikroorganisme dapat tumbuh, sehingga prinsip ini dipakai untuk
mengisolasi bakteri dengan agar tuang. Pada umumnya mikroorganisme tidak
dapat mencerna atau mencairkan agar.
Teknik Isolasi
Isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain
yang berasal dari campuran berbagai mikroba. Mengisolasi mikroba dengan cara
menumbuhkan (menanam) dalam medium padat. Hal ini karena dalam medium
padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni yang tetap pada tempatnya. Sel
mikroba yang tertangkap pada mendium padat pada beberapa tempat yang
terpisah, maka sel atau kumpulan sel mikroba yang hidup akan berkembang
menjadi suatu koloni yang terpisah.
Bila kita menggunakan medium cair, maka sel-sel mikroba sulit
dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tempatnya tidak tetap. Tetapi
kita dapat mengisolasi mikroba dalam medium cair dengan cara pengenceran.
Kemudian kita tumbuhkan dalam medium padat dan dibiarkan membentuk koloni.
Selanjutnya sel-sel mikroba tersebut diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau
9
cawan Petri yang terpisah. Isolasi dapat dilakukan dengan cara penggoresan dan
cara penaburan. (Lud Waluyo, 2008: 177-178)
Pekerjaan memindahkan mikrobe dari medium lama ke medium yang baru
harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua
alat-alat yang sangkut paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi (penanaman)
itu benar-benar steril; hal ini untuk menghindarkan kontaminasi, yakni masuknya
mikroorganisme yang tidak kita inginkan.
Beberapa langkah pada pekerjaan inokulasi dan isolasi mikrobe adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan ruangan.
Ruangan tempat inokulasi hatus bersih dan bebas angina. Dinding ruangan
yang basah menyebabkan butir-butir debu menempel. Pada waktu mengadakan
inokulasi, baik sekali bila meja tempat inokulasi didasari dengan kain basah.
Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan dalam suatu kotak berkaca (ent-kas). Di
labolatorium untuk membuka vaksin, serum, dan sebagainya, udara yang masuk
ke dalam ruangan dilewatkan saringan yang disinari dengan sinar ultra-ungu.
2. Pemindahan dengan kawat inokulasi.
Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau nikrom; ujung kawat
boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1-3 mm. Lebih dahulu
ujung kawat ini dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala
api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut
tabung tempat pemiaraan itu dipanasi juga setelah sumbatnya diambil. Setelah
pengambilan inokulum (sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi
kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inokulum
tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau
tujuannya memang akan membuat suatu sediaan.
3. Pemindahan dengan pipet.
Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau
penyelidikan susu. Untuk itu diambillah 1 ml contoh (sampel) untuk diencerkan
dengan 99 ml air murni yang disterilkan. Dalam pengenceran ini tergantung dari
keadaan air atau susu yang diselidiki. Kemudian diambil 1 ml dari enceran ini
10
untuk dicampuradukkan dengan medium agar-agar yang masih dalam keadaan
cair. Lalu agar-agar yang masih encer ini dituangkan di cawan petri. Setelah agar-
agar membeku, maka cawan petri yang berisi piaraan baru itu disimpan dalam
tempat yang aman, misalnya di dalam inkubator. Penyimpanan cawan dilakukan
secara terbalik, yakni permukaan medium menghadap ke bawah, hal ini untuk
menghindari tetesnya air yang mungkin melekat pada dinding dalam tutup cawan.
Piaraan yang diperoleh dengan jalan seperti tersebut di atas, terkenal dengan nama
piaraan adukan. Dengan cara ini bakteri yang diinokulasi tadi dapat menyebar luas
keseluruh medium. Bakteri yang aerob maupun anaerob dapat tumbuh di situ, dan
banyaknya banyaknya koloni dapat dihitung dengan mudah. (Lud Waluyo, 2008:
178-180)
Di alam bebas tidak ada mikrobe yang hidup tersendiri terlepas dari
spesies yang lain. Sering kali mikrobe patogen kedapatan secara bersama-sama,
dengan mikrobe satroba (sakrobakteri). Dalam teknik biakan murni tidak saja
diperlukan bagaimana memperoleh suatu bakteri murni, tetapi juga bagaimana
memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Medium untuk membiakan
mikrobe haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran (kontaminasi) dari luar
terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme (Lud
Waluyo, 2008: 180)
Untuk mengadakan isolasi mikroba dari suatu media dapat digunakan
beberapa perangkat prosedur antara lain adalah :
Metode taburan (pour plate method)/cara penuangan
Metode sebaran (spread plate method)/ cara pengenceran
Metode goresan (streak plate method)/ cara penggesekan
(Jeneng Tarigan, 1988: 119)
1. Metode taburan (pour plate method)/cara penuangan
Penggunaan media padat dalam teknik isolasi bakteri dalam kultur murni,
merupakan suatu prosedur yang baik dan sederhana. Dalam metode taburan ini,
suspensi bakteri dalam cairan dicampur dengan “agar” yang sudah dileburkan
pada suhu kira-kira 500C. Kemudian agarnya dituangkan ke dalam piring petri,
dibiarkan mendingin supaya membeku dan diinkubasikan. Dalam metode ini
11
bakteri akan tumbuh membentuk koloni di bawah atau di atas permukaan agar.
Koloni ini diambil 1 ose (1 loop) dan disuspensikan lagi pada media dalam piring
petri yang steril dan cara ini dilakukan sampai beberapa kali, sehingga pada satu
piring petri hanya terdapat satu jenis mikroba (Jeneng Tarigan, 1988: 119).
Prinsip melakukan pengenceran adalah menurunkan jumlah
mikroorganisme sehingga suatu saat hanya ditemukan satu sel dalam suatu
tabung. (Lud Waluyo, 2008: 181)
Gambar 2. Metode cawan tuang
Sumber: http://www.suka-suka-surya.blogspot.com
2. Metode sebaran (spread plate method)/ cara pengenceran
Untuk anaerob yang lebih peka terhadap oksigen, lebih disukai modifikasi
metode biakan kocok pengenceran. Sebuah tabung berisi agar cair lagi dingin
diinokulasikan dan dicampurkan, dan kira-kira sepersepuluh dari isinya
dipindahkan ke tabung kedua, lalau dicampurkan dan digunakan untuk
menginokulasikan tabung ketiga dengan cara yang sama. Setelah 6-10 kali
dipersiapkan pengenceran yang berturut-turut, tabung itu dengan cepat
didinginkan dan ditutup rapat dengan menuangkan selapis minyak ter dan paraffin
yang steril pada permukaannya, jadi mencegah masuknya udara pada gumpalan
agar dank arena itu tidak mudah dicapai untuk dipindahkan. (Roger Y. Stainer,
1982: 36)
3. Metode goresan (streak plate method)/ cara penggesekan
Cara gores pada umumnya merupakan metode semai yang paling berguna.
Dawai bengkok yang steril dicelupkan ke dalam suspensi organisme yang
diencerkan, lalu dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di
atas permukaan agar yang telah padat inokulum menjadi makin encer dengan
setiap goresan yang berturut-turut, sehingga biarpun goresan pertama
12
menghasilkan pertumbuhan yang rapat, koloni yang terisolasi dengan baik tumbuh
di sepanjang garis yang lebih kemudian digoreskan (Roger Y. Stainer, 1982: 35).
Ada beberapa teknik penggesekan, yakni:
a. Goresan T
Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar
dasar cawan petri.
Inokulasi daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.
Panaskan ose dan biarkan dingin kembali.
Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II
Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali.
Prosedur di atas diulangi untuk daerah III.
b. Goresan kuadran, teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar
dibagi menjadi 4.
c. Goresan radian
Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.
Pijarkan sekelit dan dinginkan kembali.
Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus dimulai dari bagian
pinggir lempengan.
Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas goresan
sebelumnya.
Pijarkan ose
d. Goresan sinambung
Ambil satu masa ose suspensi dan goreskan setengah permukaan
lempengan agar.
Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang
sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar.
13
Gambar 3. Macam-macam Goresan
Sumber: http://www.belajarbiokimia.com
Bakteri
Bakteri berasal dari kata lain “bacterium” (jamak, bacteria) yang berarti
sekelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka sangat kecil dan kebanyakan
uni selluler. Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu
1. Kokus (coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
a. Micrococcus (kecil dan tunggal)
b. Diplococcus (berganda tunggal)
c. Tetracoccus (berganda empat dan membentuk bujur sangkar)
d. Sarcina (bergerombol membentuk kubus)
e. Staphylococcus (bergerombol)
f. Streptococcus (bergandengan membentuk rantai)
2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder
14
a. Diplobacillus (bergandengan dua-dua)
b. Streptobacillus (bergandengan membentuk rantai)
3. Spiril (Seirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung
a. Vibrio (bentuk koma/lengkung kurang dari setengah lingkaran)
b. Spiral (lengkung lebih dari setengah lingkaran)
Gambar 4. Macam-macam bakteri
Sumber: http://www.zonabiokita.blogspot.com
Secara harfiah, morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Morfologi makroskopik (collonial morphology). Karakteristik koloni :
pengamatan pada media agar.
2. Morfologi mikroskopis. Karakterisktik koloni : pengamatan dibawah
mikroskop.
Fungi (Kapang)
Pada umumnya fungi dibagi menjadi dua yaitu khamir dan kapang.
Kapang memiliki ciri-ciri tubuh berupa tallus dan terdiri dari dua bagian yakni
miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang
dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 µm. Bentuk umum jamur biasanya adalah
seperti paying. Kapang lendir (Mycomycetes) merupakan sekumpulan
15
mikroorganisme renik mempunyai ciri-ciri serta daur hidup morfogenetik
(berubah bentuk) seperti amoeba.
Gambar 5. Macam-macam jamur
Sumber: http://www.bectbexty.com
Perbedaan Morfologi Bakteri dan Jamur
Berikut ini merupakan tabel perbedaan baakteri dan jamur, yaitu sebagai
berikut:
Fungi/jamur Prokariota/bakteri
Eukariotik Prokariotik
Membran inti Tidak memiliki membran inti
Kromosom ganda Kromosom tunggal
Mitokondria, organelHanya sedikit memiliki struktur
internal
Tipe dinding sel (selulosa, kitin) Dinding sel: peptidoglikan
Dua tipe ribosom: 705 dan 805 Tipe ribosom hanya 705
Multiseluler Biasanya uniseluler
Reproduksi seksual Hampir semua reproduksi aseksual
Diameter sel > 5µm Diameter sel < 5µm
Structural diversity Metabolic diversity
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikrobia (bakteri dan jamur)
adalah sebagai berikut :
16
1. Substrat, yaitu merupakan sumber nutrient utama. Nutrient-nutrien baru dapat
dimanfaatkan sesudah mereka mengekskresikan enzim-enzim ektra seluler
yang dapat mengurai senyawa-senyawa konplek menjadi senyawa yang lebih
sederhana.
2. Kelembaban, factor ini penting untuk pentumbuhan mikrobia karena pada
umumnya mikrobia hidup pada lingkungan dengan kelembapah yang rendah.
3. Suhu, factor ini sangat penting untuk pertumbuhan mikrobia karena biasanya
pada suhu tinggi bakteri dan jamur akan sulit tumbuh karena enzim-enzim di
dalam tubuhnya mengalami kerusakan. Sehingga umumnya mereka hidup
pada suhu yang rendah.
4. Derajat keasaman lingkungan (pH), untuk mikrobia bakteri dan jamur biasa
tumbuh pada pH yang rendah, umumnya jamur dan bakteri tumbuh dengan
baik pada pH di bawah 7.
17
D. Alat dan Bahan
Alat
1. Autoclave
2. Petridish
3. Tabung reaksi
4. Erlenmeyer
5. Ose
6. Drigalisky
7. Pembakar bunsen
8. Tisu
9. Mikroskop
10. Object glass dan cover glass
11. Pipet tetes
12. Kamera
13. Bekerglass
Bahan-bahan :
1. Alkohol
2. Mikroba di tempat sampah
3. Media agar
4. Glukosa
5. MSG
E. Langkah Kerja
1. Pembuatan Media
Mensterilisasikan dengan autoklaf.
Setelah media memadat, menyimpan media dalam keadaan terbalik
Menuangkan media dalam petridis
Memasukkan air 1000 ml ke dalam panci dan menambahkan agar serta glukosa, kemudian dipanaskan dan diaduk sampai homogen
18
2. Teknik Sterilisasi
19
3. Teknik Isolasi dengan Mikroba Biakan
Membuka baut-baut dan mengeluarkan isi autoclave.
Menunggu sampai jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol, jika alarm tanda selesai berbunyi yang berarti menunjukkan bahwa tekanan dalam kompartemen turun hingga sama
dengan tekanan udara di lingkungan.
Menutup klep pengaman.
Menunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoclave dan terdesak keluar dari klep pengaman.
Menyalakan autoclave dan mengatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121˚C.
Menutup autoclave dengan rapat lalu mengencangkan baut pengaman dengan cara memutar baut yang berada di atas autoclave tersebut secara bersamaan pada masing-masing sisi agar
tidak ada uap yang keluar dari bibir autoclave.
Meletakkan petridish berisi media pada posisi terbalik yaitu sisi petridish yang ada medianya berada di atas.
Memasukkan alat-alat dan media kultur jaringan tumbuhan yang akan disterilkan ke dalam bejana autoclave
Memasukkan ansang ke dalam autoclave.
Memasukkan aquadest ke dalam bejana autoclave sampai batas yang ditentukan (tanda batas terdapat di dalam bejana autoclave).
Membungkus petridish yang berisi media dengan kertas payung. Untuk media miring dalam tabung reaksi, tabung reaksi yang berisi media sudah ditutup dengan kapas dan dibungkus
dengan kertas payung, kemudian beberapa tabung media ini diikat dijadikan satu.
Membungkus alat yang akan disterilisasi dengan kertas payung (petridish, tabung reaksi, scalpel, erlenmeyer). Untuk erlenmeyer bagian tutupnya dibungkus dengan alumunium foil
dan tabung reaksi dengan kapas.
20
4. Teknik Isolasi dengan Mikroba Alami
Setelah lebih dari 24 jam, mengeluarkan petridis dan mengamati hasilnya.
Menginkubasi secara terbalik pada suhu optimum selama 24-48 jam
Menutup petridis dengan cepat
Menempelkan dapat menggunakan teknik T streak, dan continous streak
Menempelkan jarum ose pada jamur lalu dengan cepat memasukkan pada petridis yang berisi media dan menempelkan jarum ose pada media tersebut
Membuka petridis yang berisi biakan mikroba
Membakar jarum ose hingga membara kemudian mendiamkan selama 30 detik
Meletakkan petridis, pembakar spiritus, dan petridis yang berisi biakan mikroba
Mensterilkan tempat yang akan digunakan untuk penanaman dengan alkohol, termasuk tangan praktikan
Menyiapkan petridis yang berisi media yang sudah disterilkan
Mengamati bakteri dan jamur yang tumbuh secara makroskopis
Menyimpan pada meja praktikum, melakukan pengamatan pertumbuhan bakteri dan jamur pada praktikum selanjutnya
Menginkubasikan secara terbalik pada temperatur optimum selama 24-48 jam
Meletakkan petridish di tempat sampah dan membukanya 15 menit lalu menutup kembali
Mengambil media dalam petridish yang telah dibuat
21
F. Data Hasil Pengamatan
No. Nama Alat Gambar Literatur Gambar Hasil
Pengamatan
Ini tabel hasil pengamatannya terserah kamu bentuknya
gimana....aku bingung
G. Pembahasan
Paraktikum pada percobaan yang berjudul “Pengenalan Alat dan Teknik
Sterilisasi, Pembuatan Media, dan Teknik Isolasi” yang telah dilakukan pada
tanggal 17 April 2014 sampai 26 April 2014, di Laboratorium Biologi Dasar
FMIPA UNY, memiliki tujuan agar setelah melakukan percobaan mahasiswa
dapat mengenalkan alat-alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi,
dan teknik sterilisasi., mengenalkkan cara isolasi mikroba serta mengamati
perbedaan morfologi bakteri dan jamur.
1. Pengenalan Alat dan Teknik sterilisasi
Pada percobaan tentang pengenalan alat-alat dalam laboratorium
mikrobiologi dan teknik sterilisasi. Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat mikroskopik. Yang disebut
mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang mempunyai ukuran sel
sangat kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan pertolongan
mikroskop.
Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan ini pun harus
disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada
mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut,
sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan
dalam media tersebut.
Alat-alat sterilisasi yang dikenalkan meliputi Autoclave, oven, petridisc,
bekerglass, tabung reaksi, erlenmeyer, ose, drigalsky, pipet tetes, dan lampu
22
spritus. Oven merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan udara panas kering,
dimana oven berfungsi mensterilisasi alat-alat gelas yang tidak bersekala. Prinsip
dari oven ini sendiri adalah menghancurkan lisis mikroba menggunakan udara
panas kering. Namun pada percobaan ini yang praktikan gunakan hanya autoclave
saja.
a. Autoclave
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan
yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan
suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda
adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi
yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC. Autoclave berfungsi
mensterilisasikan alat-alat bersekala menggunakan uap air panas. Dimana uap air
panas akan merusak protein mikroba hingga mengalami koogulasi, pada saat itu
protein akan mengendap (denaturasi) dan menyebabkan kematian pada mikroba.
Saat penggunaan autoclave penutupan harus benar-benar rapat agar uap air yang
bertekanan tinggi masuk kedalam atau bereduksi ke alat.
Bagian-bagian dari autoclave adalah sebagai berikut :
Sumber: Sumber: http://www. slamsmart.blogdetik.com
Keterangan :
1. Tombol pengatur waktu mundur
(timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. pengukur tekanan
4. kelep pengaman
5. Tombol on-off
23
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (H2O)
9. Sekrup pengaman
10. Batas penambahan air
Penggunaan autoclave, sebelum melakukan sterilisasi mengecek
dahulu banyaknya air dalam autoclave. Jika air kurang dari batas yang
ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Air yag
digunakanadalah air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak
dan karat.setelah itu memasukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi
botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan. Setelah semua alat
yang ingin disterilisasikan dimasukkan autoclave maka autoclave di tutup
dengan rapat lalu mengencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang
keluar dari bibir autoclave. Klep pengaman tidak dikencangkan terlebih
dahulu. Selanjutnya menyalakan autoclave, dan timer diatur dengan
waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC. Menunggu samapai air
mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoclave dan
terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Menarik supaya katup
pengeluaran uap tertutup dan uap yang ada pada autoclave tidak keluar.
Penghitungan waktu 15 menit dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm. Jika
alarm tanda selesai berbunyi, maka tekanan dalam kompartemen ditunggu
turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada
preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman
dibuka dan isi dalam autoclave dikeluarkan dengan hati-hati.
b. Cawan Petri (Petri Dish)
Sumber:
http://www.harpactirinae.blogspot.com
24
Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi)
mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan
cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai
macam ukuran, ada yang biasa dengan diameter 5 cm dan cawan tersebut
dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan yang
berdiameter 9 cm dapat menampung media sebanyak 10 ml.
c. Tabung Reaksi
Sumber:
http://
onelaboratorytaeching.blogspot.com
Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji
biokimiawi dan menumbuhkan mikroba. Selain itu tabung reaksi juga
dapat digunakan dalam bermacam-macam kegiatan seperti mencampur
atau memanaskan larutan dalam jumlah kecil. Tabung reaksi dapat diisi
media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup
metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke
tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu
media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Untuk
membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu
luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak
terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut
tabung karena memperbesar resiko kontaminasi.
d. Labu Erlenmeyer
25
Sumber:
http://sulaiman-analis.blogspot.com
Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Labu
Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-
bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam
kultur cair. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang
dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml,
dan 1000 ml. Untuk ukuran yang 50 – 2000 ml, digunakan untuk
menyimpan larutan atau zat kimia, memanaskan zat cair, untuk
menampung destilat dan sebagainya. Bila berisi larutan yang steril maka
labu harus ditutup.
Labu erlenmeyer berfungsi sebagai tempat penyimpanan medium,
memanaskan larutan, dan menampung hasil dari penyaringan. Alat ini
dapat disterilisasikan dengan ditutup terlebih dahulu bagian atas dengan
kapas, lalu disterilisasi dengan menggunakan autoclave.
e. Bunsen/ lampu spritus
Bunsen/ lampu spritus adalah untuk sterilisasi sistem panas yang
tinggi. Alat ini digunakan untuk memanaskan dan untuk mensterilisasikan
mikroba. Bunsen/ lampu spritus juga digunakan untuk, mengamankan
praktikan pada saat melakukan penanaman medium.
f. Inokulasi Ose
Inokulasi ose adalah alat untuk menyebarkan bakteri pada media
agar. Inokulasi Ose berfungsi untuk mengambil dan menggores,. Alat ini
terdiri dari ose lurus untuk menanam dan ose bulat untuk menggores yang
biasanya berbentuk zig-zag.
g. Beker gelas
26
Beker gelas merupakan alat yang memiliki banyak fungsi, salah
satunya adalah untuk menampung larutan atau dalam praktikum ini dapat
digunakan dalam perebusan agar, yang nantinya akan digunakan dalam
pembuatan media.
h. Gelas ukur
Gelas ukur berguna untuk mengukur banyaknya larutan yang akan
digunakan dalam praktikum ini. Misalnya dalam mengukur volume
akuades yang digunakan untuk melarutkan agar dalam praktek pembuatan
media. Fungsi dari beker gelas hampir sama dengan tabung erlenmeyer
tapi, beker gelas tidak dapat menghomogenkan larutan secara sempurna,
karena bentuk mulutnya tidak seperti pada mulut tabung erlenmeyer. Gelas
ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Gelas ukur
yang berukuran 5 – 2000 ml, digunakan untuk mengukur larutan atau zat
cair yang akan diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
i. Penyaring
Alat untuk menyaring bahan media, biasanya dikombinasikan dengan kapas.
j. Timbangan elektrik
Alat yang digunakan untuk menimbang bahan pembuatan ekstrak
k. Lup inokulasi
Alat terbuat dari kawat yang digunakan untuk pembuat goresan pada media.
l. Pipet
Alat yang digunakan untuk mengambil larutan atau untuk menambahkan larutan
dalam jumlah tetes atau sedikit.
Alat-alat lain yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi
misalnya: Drigalsky, Laminar flow, Oven, Tabung Durham, dan lain-lain.
Alat-alat diatas adalah alat yang akan digunakan dalam praktikum
pembuatan media dan penanaman bakteri dan jamur. Alat-alat tersebut jika
belum steril, maka tidak dapat digunakan dalam praktikum ini.
Tujuan dari sterilisasi adalah agar alat-alat terhindar dari
kontaminan yang tidak diinginkan dan agar tidak mengganggu
pertumbuhan mikroorganisme. Selain teknik sterilisasi dikenal juga teknik
27
aseptis yang sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang
memerlukan ketelitian dan keakuratan.
Sterilisasi merupakan hal yang penting dalam melakukan aktivitas
laboratorium. karena mikroba kontaminan akan tumbuh bila tidak
dilakukan sterilisasi. Dan hasil yang seharusnya diperoleh dari percobaan
menggunakan kultur murni akan menyimpang bila tidak dilakukan
sterilisasi. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; dan
penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan
glutaraldehida alkalin). Pada percobaan yang dilakukan, praktikan
menggunakan alat pemanas bertekanan tinggi yang disebut autoclave.
Dalam percobaan ini, hal-hal yang harus diperhatikan oleh
praktikan yaitu sebagai berikut:
Udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator karena sterilisasi
bergantung pada uap.
Tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak
terperangkap di dasarnya karena semua bagian bahan yang disterilkan harus
terkenai uap.
Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cair harus permeabel terhadap uap.
Suhu harus mencapai suhu 121 oC selama 15 menit agar panas dapat stabil.
2. Membuat Media
Dalam percobaan kedua ini yaitu bertopik pada pembuatan media
kultur. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang
terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya. Bahan bahan yang digunakan dalam pembuatan
media antara lain:
28
Bahan dasar
a. Air (H2O) sebagai pelarut
b. Pemadat media.
Untuk memadatkan media maka dapat menggunakan Agar, gelatin dan
silica gel. Namun dalam praktikum ini bahan yang digunakan adalah agar
karena agar sulit didegredasika oleh mikroorganisme pada umumnya dan
dapat mencair pada suhu > 45o.
Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk
metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur
mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium
dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa)
ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik
hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba non-target/kontaminan.
Media yang digunakan pada percobaan ini adalah MGA
(Monosodium Glutamat Agar) ini bener enggak singkatannya....aku lupa,
kalau salah tolong kebawahnya diedit namanya. Sebelum pembuatan
media, alat-alat yang akan digunakan dalam pembuatan media harus dalam
keadaan steril. Caranya, pertama, ujung Erlenmeyer ditutup menggunakan
kapas hingga rapat. Kemudian Erlenmeyer dan petridish dibungkus
menggunakan kertas payung dan pada labu Erlenmeyer yang dibungkus
mengunakan kertas payung hanyalah bagian tutupnya saja. Setelah
semuanya ditutup menggunakan kertas dengan rapat, kemudian semua
peralatan dimasukkan ke dalam autoclave (Automatic Steam Sterilisation).
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas
bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2
atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh
29
permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per
square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk
121oC.
Autoclave yang digunakan terbuat dari aluminium. Hal tersebut
dikarenakan aluminium tidak mudah berkarat dan dapat mempertahankan
panas secara stabil.
Pertama-tama autoclave diisi dengan air sampai batas, tetapi pada
waktu praktek air yang digunakan hanya sekitar ¼ dari volume autoclave,
lalu angsang diletakkan di dasar autoclave. Kemudian bejana dari
autoclave diletakkan di dalam autoclave. Setelah itu satu per satu tabung
reaksi, erlenmeyer, dan petridish yang telah dibungkus menggunakan
kertas payung dimasukkan ke dalam bejana.
Sembari menunggu suhu dari autoclave naik seperti yang
diinginkan, praktikan ditemani oleh laboran merebus agar yang telah
dilarutkan dengan air dan dicampur dengan ekstrak kentang. Hal tersebut
dilakukan dengan perebusan sampai mendidih supaya agar dapat benar-
benar larut dan homogen. Setelah agar-agar mendidih kemudian agar
dituang di dalam erlenmeyer, dan dimasukkan dalam autoclave.
Setelah semua tabung reaksi, erlenmeyer, petridish, dan agar
dimasukkan ke dalam autoclave, maka autoclave ditutup dengan tepat,
jangan sampai ada celah sedikitpun. Praktikan harus memastikan bahwa
semuanya sudah benar-benar tertutup dengan rapat. Kemudian autoclave
dikunci dengan cara memutar baut yang ada di samping atas autoclave.
Praktikan menunggu sampai suhu autoclave mencapai suhu 1210C, atau
sekitar 250o F. Kemudian alat pembuang uap yang berada di atas autoclave
dibuka dan dibiarkan terbuka sampai proses sterilisasi selesai. Tujuan dari
pembukaan ini yaitu agar uap pada autoclave hilang atau keluar.
Pemasangan autoclave harus benar agar pemanasan dapat berlangsung
dengan baik, karena apabila bocor sedikit pemanasan tidak akan dapat
berlangsung.
30
Berikut adalah cara pembuatan media MGA yang dilakukan dalam
percobaan:
Sebelum dilakukan sterilisasi, medium berawarna putih keruh,
setelah disterilisasi dalam autoclave medium berwarna. Setelah
didinginkan beberapa saat, medium dapat ditanami bakteri.
3. Teknik Isolasi
Kegiatan ketiga dari praktikum ini adalah melaksanakan isolasi
mikroorganisme. Mula-mula praktikan mengambil agar kaldu nutrien pada
petri dish yang telah dibuat. Dalam percobaan ini praktikan melakukan
isolasi dengan mikroba alami dan mikroba hasil biakan.
Pada percobaan dengan menggunakan mikroba alami, mula-mula
praktikan menentukan tempat untuk menangkap mikroba. Praktikan
memilih tempat sampah yang berada didepan Laboratorium Biologi Dasar,
dan kemudian memasukkan petri dish tersebut kedalam tempat sampah
selama 20 menit. Setelah 20 menit, praktikan menutup petridish dan
membawanya masuk ke laboratorium mikrobilogi. Petri dish kemudian
diletakkan dimeja laboratorium mikrobiologi yang telah dibersihkan
menggunakan alkohol. Petri dish kemudian didiamkan selama 24 jam atau
2x24 jam. Praktikan harus meletakkan petri dish dalam keadaan terbalik.
Dalam percobaan dengan menggunakan mikroba buatan, langkah
pertama yang dilakukan praktikan yaitu menyiapkan petridis yang berisi
media yang sudah disterilkan, kemudian mensterilkan tempat yang akan
digunakan untuk penanaman dengan alkohol, termasuk tangan praktikan.
Setelah itu, eletakkan petridis, pembakar spiritus, dan petridis yang berisi
biakan mikroba. Langkah selanjutnya praktikan membakar jarum ose
hingga membara kemudian mendiamkan selama 30 detik dan membuka
petridis yang berisi biakan mikroba kemudian menempelkan jarum ose
pada jamur lalu dengan cepat memasukkan pada petridis yang berisi media
dan menempelkan jarum ose pada media tersebut. Menempelkan dapat
menggunakan teknik T streak, dan continous streak. Setelah itu, menutup
31
petridis dengan cepat. Menginkubasi secara terbalik pada suhu optimum
selama 24-48 jam. Setelah lebih dari 24 jam, mengeluarkan petridis dan
mengamati hasilnya.
Hari kedua penanaman kultur, praktikan mengamti kembali media.
Hasilnya media agar mulai muncul bercak-bercak putih yang berukuran
kecil. Ukuran dan bentuk bercak-bercak putih tersebut masih hampir sama
dan belum tampak keberagamannya. Setelah praktikan mengamti
kemudian menggambar hasil pengamatan sebagai berikut:
Hasil percobaa:
Sumber Literatur:
www.mulyadiveterinary.blogspot.c
om
Kemudian hari berikutnya praktikan kembali mengamati media.
Hasilnya media yang semula berisi bercak-bercak putih berubah menjadi
banyak mikroba yang membentuk koloni beragam dan berwarna-warni.
Mikroba yang beragam inilah yang terdiri dari bakteri dan jamur (kapang).
Berikut ini gambar dari hasil pengamatan:
32
Hasil PercobaanSumber Literatur:
www.ekoyasinpm.com
Koloni dari mikrobia ini sulit dihitung karena perbedaan/ sekat
antar kooni sulit dibedakan. Secara morfologi, kamur (kapang) terlihat
bahwa membentuk koloni berwarna kehitaman, hijau, dan jingga. Selain
itu, jamur juga terlihat adanya serabut-serabut hifa berwarna putih dan
terdapat pula bercak-bercak hitam. Warna hitam pada jamur ini
disebabkan adanya spora dari jamur tersebut.
Pada media, kooni jamur (kapang) mendominasi dari pda bakteri
karena ukuran jamur yang lebih besar daripada bakteri, walaupun sama-
sama membentuk koloni. Selain itu jamur (kapang) lebih berwarna-warni
daripada bakteri. Namun, koloni jamur tidak terlihat mengkilap.
Secara morfologi bakteri terlihat sebagi bercak-bercak mengkilap
yang koloninya beragam warna dan bentuk, serta ukuran. Pada umumnya
bakteri pada kultur dapat diamati bahwa warna yang mendominasi adalah
kuning dan orange. Selain itu, ada yang berwarna putih.
Yang pembahasan bagian ini tolong ditambah ya, aku soalnya ga mengamti secara
jelas, jadi bingung mau membahas apa
33
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
praktikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi dan teknik
sterilisasi antara lain autoclave, petridish, tabung reaksi, erlenmeyer, ose,
drigalsky, pembakar bunsen, mikroskop, kaca preparat, pipet tetes, dan
bekerglass.
2. Cara isolasi mikrobia :
a. Mengambil media dalam petridish
b. Meletakkan petridish di tempat sampah dan membukanya 15 menit
lalu menutup kembali
c. Menginkubasikan secara terbalik pada temperatur optimum selama
24-48 jam
d. Mengamati bakteri dan jamur yang tumbuh secara makroskopis
e. Melakukan isolasi bakteri dengan teknik spread plate
3. Perbedaan morfologi bakteri dan jamur
Bakteri Jamur
Didominasi warna merah dan
mengkilap
Didominasi warna gelap dan tidak
mengkilap
Koloni sulit diamati Koloni mudah diamati
Tidak memiliki benang-benang
halus (hifa)
Terdapat benang-benang halus
(hifa)
Tidak memiliki spora Memiliki spora
I. Daftar Pustaka
Asri Widowati dan Ekosari R. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar 2.
Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Campbell, Neil A. et. al. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
34
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Jakarta: Gramedia.
Jeneng, Tarigan. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta : Ditjen Dikti.
Lim, D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. New York: McGrow-hill Book.
Lud Waluyo. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: UPT
UMM.
Ni Putu, Ristiati. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta : Ditjen Dikti.
Schegel, G.H. 1993. General Microbiologi seventh edition. USA: Cambrige
University
Press.
Staier, Roger Y. 1982. Dunia Mikrobe I. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti: Jakarta.
Suyitno, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar 2. Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Volk , W. A & Wheeler. M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5.
Jakarta:
Erlangga.
Sumber gambar:
Diakses dari http://www. slamsmart.blogdetik.com pada hari Rabu 30, April 2014
pukul 13.08 WIB.
Diakses dari http://www.suka-suka-surya.blogspot.com pada hari Rabu, 30 April
2014 pukul 13.13 WIB.
Diakses dari http://www.belajarbiokimia.com pada hari Rabu, 30 April 2014
pukul
13.15 WIB.
Diakses dari http://www.zonabiokita.blogspot.com diakses pada hari Rabu, 30
April 2014 pukul 18.00 WIB.
Diakses dari http://www.harpactirinae.blogspot.com diakses pada hari Rabu, 30
April 2014 pukul 18.10 WIB.
Diakses dari http://www. slamsmart.blogdetik.com diakses pada hari Rabu, 30
April 2014 pukul 12.00 WIB.
35
Diakses dari http://onelaboratorytaeching.blogspot.com diakses pada hari Rabu,
30
April 2014 pukul 12.08 WIB.
Diakses dari http://sulaiman-analis.blogspot.com diakses pada hari Rabu, 30 April
2014 pukul 13.30 WIB.
Diakses dari www.mulyadiveterinary.blogspot.com diakses pada hari Rabu, 30
April 2014 pukul 18.00 WIB.
Diakses dari www.ekoyasinpm.com diakses pada hari Rabu, 30 April 2014 pukul
18.20 WIB.
J. Jawaban Pertanyaan
1. Perbedaan morfologi bakteri dan jamur yang tumbuh secara makroskopis
Bakteri Jamur
Didominasi warna merah dan
mengkilap
Didominasi warna gelap dan tidak
mengkilap
Koloni sulit diamati Koloni mudah diamati
Tidak memiliki benang-benang
halus (hifa)
Terdapat benang-benang halus (hifa)
Tidak memiliki spora Memiliki spora
2. Tidak. Media dapat ditumbuhi bakteri dan jamur, hal ini dapat diakibatkan
keadaan praktikan atau alat yang kurang steril sehingga mengakibatkan
kontaminasi pada media.
K. Lampiran
36