Laporan Kasus
EPISODE DEPRESI BERAT
TANPA GEJALA PSIKOTIK
(F.32.2)
Oleh :
Adisti Yuliandini
I1A008069
Pembimbing:
dr. H.Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM
UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unlam-RSUD Ulin
Banjarmasin
September, 2012
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AR
Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : MES BUMA KM7 Tanjung
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Operator alat berat
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Belum kawin
MRS Tanggal : 10 September 2012
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Diperoleh dari autoamnesis pada tanggal 10 September 2012 di Poli Jiwa
RSUD Ulin Banjarmasin pukul 10.00 WITA.
Alloanamnesis tidak didapatkan karena pasien tinggal seorang diri dan semua
keluarga semua berada di jombang, Jawa timur.
A. KELUHAN UTAMA
Sulit tidur
1
KELUHAN TAMBAHAN
Nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual, kurang nafsu makan dan lemas.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Kurang lebih 3 bulan yang lalu, Juni 2012 pasien menjalani
pengangkatan benjolan di leher berupa pembesaran kelenjar getah bening
dan merupakan keganasan. Sesudah menjalani operasi tersebut pasien
mengeluhkan adanya kesulitan tidur. Pasien mengeluhkan untuk memulai
tidur. Namun, pasien tidak mengeluhkan adanya sering terbangun saat
malam hari. Selain itu pasien mengeluhkan sakit kepala, sakit kepala
bersifat hilang timbul dan bersifat menyebar. Sakit kepala ini muncul
terutama ketika pasien memikirkan mengenai penyakit yang dideritanya.
Pasien khawatir karena setelah diperiksa ternyata benjolan tersebut
cenderung kearah keganasan. Setiap kali pasien mengeluhkan sakit kepala,
pasien meminum obat bodrex namun, sakit kepala yang dirasakan tidak
kunjung membaik. Pasien merasa setiap kali efek obatnya hilang keluhan
sakit kepala kembali muncul, karenanya pasien memeriksakan diri ke
dokter.
Selama 3 bulan ini, pasien juga mengeluh kurang nafsu makan dan
minum. Pasien juga tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas di
pekerjaan karena sakit kepalanya sering kali muncul. Pasien pun mengaku
konsentrasinya mulai terganggu.
2
Pasien kembali mengeluhkan sakit kepala yang semakin memberat
dalam 1 minggu ini. Sakit kepala hilang timbul dan dirasakan seperti
menusuk-nusuk, di bagian leher hingga puncak kepala. Ketika sakit
kepala, pasien mengeluh adanya perasaan mual tetapi tidak muntah. Pasien
juga merasakan nyeri di bagian ulu hati, tangan dan kakinya dingin serta
lemas seperti ingin pingsan. Pasien mengalami kesulitan untuk memulai
tidur ketika sakit kepala muncul. Bila gejala-gejala tersebut muncul, pasien
tidak bisa melakukan pekerjaannyasehari-hari dirumah dan bahkan pasien
tidak bekerja seperti biasanya karena pasien tidak dapat berkonsentrasi
secara optimal.
Pasien mengaku tidak pernah mendengar bisikan-bisikan atau
melihat bayangan-bayangan. Pasien juga masih ingat dengan identitas dan
orang-orang di sekelilingnya.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan
trauma kepala. Pasien memiliki riwayat demam tinggi dan kejang satu kali
saat pasien masih bayi.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal
Tidak didapatkan data yang cukup mendukung.
2. Riwayat Masa Bayi (0-1 Tahun)
3
Basic trust vs basic mistrust: tidak didapatkan data yang cukup
mendukung.
3. Riwayat masa Kanak-kanak (1-12 tahun)
Autonomy vs shame and doubt (1-3 tahun): tidak didapatkan data yang
cukup mendukung.
Initiative vs guilt (3-6 tahun): tidak didapatkan data yang cukup
mendukung.
Industry vs inferiority (6-11 tahun): tidak didapatkan data yang cukup
mendukung.
4. Riwayat Masa Remaja
Identity vs Role Diffusion (9 tahun-akhir). Pasien masih berusaha
memantapkan keputusannya dalam hal pekerjaan yang pasien pilih.
Pasien termasuk remaja yang pendiam, penyendiri, mempunyai sedikit
teman akrab. Pasien juga merasa mudah tegang dan takut.
5. Riwayat Pendidikan
Pasien mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun (tahun 1998). Pasien
melanjutkan ke SMP pada tahun 2004. Pasien kemudian melanjutkan
penididikan di SMK pada tahun 2007. Setelah pasien lulus pasien
tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena faktor ekonomi.
6. Riwayat Pekerjaan
Pasien saat ini bekerja sebagai operator alat berat disebuah
perusahaan tambang.
7. Riwayat Perkawinan
4
Pasien beum menikah.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Herediter (-)
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal :
Pasien adalah anak kedua dari 3 orang bersaudara. Tidak terdapat riwayat
gangguan jiwa dalam keluarga pasien.
5
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Saat ini pasien tinggal di Mes Perusahaan di kota Tanjung terpisah dari
keluarga yang seluruhnya tinggal di Jombang, Jawa Timur.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Pasien merasa bahwa dirinya sakit kepala, tetapi menyalahkan faktor
organik sebagai penyebabnya
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pada 10 September 2012, seorang laki-laki, umur 20 tahun,
berpakaian kaos warna hitam lengan pendek dan celana panjang
warna hitam , bertubuh tidak terlalu gemuk, tinggi sedang, kulit sawo
matang, rambut agak panjang berwarna hitam. Saat ditanya oleh
pemeriksa maka pasien segera menjawab dengan suara pelan,
menjawab lancar dan menceritakan tentang keluhan yang
dirasakannya. Pasien bersikap kooperatif, terdapat kontak antara
pasien dan pemeriksa yang wajar dan dapat dipertahankan. Selama
wawancara pasien terlihat lebih banyak diam, murung dan sedih.
Saat ditanya hari ini hari apa, tanggal berapa, siang atau malam,
pasien menjawab hari Senin, 10 September 2012 siang hari.
Pasien ditanya ini sedang berada dimana, dan menjawab ini di Rumah
Sakit.
6
Pasien ditanyakan diantar oleh siapa, pasien menjawab datang seorang
diri.
Pasien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang pasien dan
pemeriksa adalah tenaga kesehatan.
Kemudian pasien diminta untuk mengurangi 100-5, dijawab 95,
dikurangi 5 pasien menjawab 90, dikurangi 5 pasien menjawab 85,
dikurangi 5 menjadi 80, dan dikurangi 5 lagi 75. Ini menandakan
konsentrasi pasien baik.
Saat ditanya pasien kesini jam berapa dan diantar oleh siapa pasien
menjawab kesini jam 9 dan datang seorang diri.
Saat ditanya tempat tanggal lahir ibu, pasien menjawab Jombang, 4
April 1960.
Saat diminta menyebutkan kata meja, buku, kertas dan diminta
mengulang kemudian ditanyakan hal lain dan diminta mengulang,
pasien mampu mengulang kata-kata tersebut.
Saat ditanya arti meja hijau itu apa, pasien menjawab bahwa itu
maksudnya adalah persidangan.
Saat ditanyakan mengenai pernah mendengar bisikan, melihat
bayangan, merasa sesuatu atau tubuh pasien maupun lingkungan
pasien berubah, pasien menjawab tidak ada.
Saat ditanyakan apakah pasien pernah merasa dirinya Tuhan, nabi atau
orang lain, pasien menjawab tidak.
2. Kesadaran
7
Komposmentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Normoaktif
4. Pembicaraan
Koheren. Suara pelan, lancar menjawab dan menceritakan tentang
keluhan yang dirasakannya.
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Kontak ada, wajar, dan dapat dipertahankan.
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF
KESERASIAN SERTA HIDUP EMOSI
1. Afek (mood) : hipothym
2. Ekspresi afektif : murung, sedih
3. Keserasian : serasi
4. Hidup emosi
Stabilitas : stabil, pasien menunjukkan reaksi emosi
yang ada dalam hatinya
Pengendalian : terkendali
Sungguh-sunnguh/tidak : Sungguh-sungguh
Empati : dapat dirabarasakan
Dalam-dangkal : normal
8
Skala diferensiasi : luas
Arus emosi : cepat
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : komposmentis
2. Orientasi
- Waktu : baik
- Tempat : baik
- Orang : baik
- Situasi :baik
3. Konsentrasi : baik
4. Daya Ingat :
Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
Segera : baik
5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum : baik
6. Pikiran abstrak : baik
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi:
o Auditorik dan visual : tidak ada
o Ilusi : tidak ada
2. Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada
9
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : pasien menjawab pertanyaan dari
pemeriksa dan mampu menjelaskan keluhannya.
b. Kontinuitas : koheren dan berkesinambungan
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preocupasi : (-)
b. Gangguan pikiran : waham (-)
F. PENGENDALIAN IMPULS
Terkendali
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : baik
2. Uji Daya nilai : baik
3. Penilaian Realita : baik
H. TILIKAN
Derajat 3 : menyadari keadaan sakitnya tetapi menyalahkan orang
lain atau faktor luar lainnya atau faktor organik sebagai
penyebabnya.
10
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Gizi : baik
Tanda vital : TD = 140/90 mmHg
N = 84 x/m
RR = 20x/m
T = 36,4 C
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, refleks cahaya (+/+)
Telinga : Bentuk normal, sekret tidak ada
Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis
Mulut : Mukosa bibir tidak kering dan tidak pucat, lidah tidak
tremor
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar
Thoraks
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : fremitus raba simetris
11
Perkusi : Pulmo : sonor
Cor : batas jantung normal
Auskultasi : Pulmo : vesikuler, Rhonki/wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : hepar/lien/massa tidak teraba
Perkusi : timpani
Ekstremitas Superior : edema -/- parese -/- tremor -/-
Inferior : edema -/- parese -/- tremor -/-
2. STATUS NEUROLOGIKUS
N I – XII : Tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
Gejala TIK meningkat : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks patologis : Tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Autoanamnesa:
12
Stressor: Sesudah menjalani operasi pada bulan Juni 2012 dan
mengetahui bahwa benjolan yang ada di leher pasien merupakan
keganasan.
Cephalgia: sejak 3 bulan yang lalu (Juni 2012) bersifat hilang
timbul,sedikit berkurang jika pasien minum obat Bodrex.
Insomnia: sejak 3 bulan yang lalu (Juni 2012), muncul bersamaan
dengan sakit kepala. Pasien kesulitan untuk memulai tidur.
Penurunan nafsu makan: sejak sejak 3 bulan yang lalu (Juni 2012),
hilang timbul.
Cephalgia memberat 1 minggu ini, terasa seperti menusuk-nusuk di
bagian leher hingga puncak kepala.
Sindrom dispepsia: muncul sejak 1 minggu yang lalu, hilang timbul
disertai tangan dan kakinya dingin serta lemas seperti ingin pingsan.
Saat keluhan muncul, konsentrasi pasien terganggu sehingga tidak
beraktivitas seperti biasanya.
Afek : hipotym
Ekspresi afektif : murung, sedih
Tilikan : derajat 3
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. AKSIS I : Episode Depresi Sedang dengan Gejala Somatik (F 32.11)
2. AKSIS II : Gangguan Kepribadian Skizoid
13
3. AKSIS III : None
4. AKSIS IV : Neoplasma
5. AKSIS V : GAF scale 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll)
VII. DAFTAR MASALAH
1. ORGANOBIOLOGIK
Status interna : tidak ada gangguan
Status neurologik : tidak ada gangguan
2. PSIKOLOGIK
Afek hipothym, ekspresi afektif yang sedih dan murung, empati dapat
dirabarasakan, taraf dapat dipercaya, dan tilikan derajat 3.
3. SOSIAL/KELUARGA
Stressor dalam sosial dan keluarga tidak ada.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : dubia ad bonam
Perjalanan penyakit : dubia ad bonam
Ciri kepribadian : dubia ad bonam
Stressor psikososial : dubia ad bonam
Riwayat herediter : dubia ad bonam
14
Usia saat menderita : dubia ad malam
Pendidikan : dubia ad bonam
Perkawinan : dubia ad bonam
Ekonomi : dubia ad malam
Lingkungan sosial : dubia ad bonam
Organobiologi : dubia ad bonam
Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam
Ketaatan berobat : dubia ad bonam
Kesimpulan : dubia ad bonam
IX. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka : Kalxetin 10 mg 2x1
Clobazam 10 mg 2x1
Psikoterapi : Suportif terhadap penderita dan keluarga dengan cara
sugesti.
Laboratorium : Darah rutin dan kimia darah
X. DISKUSI
Depresi adalah suatu gangguan kedaan tonus perasaan yang secara umum
ditandai oleh rasa kesedihan, apati, pesimisme, dan kesepian. Keadaan ini sering
disebutkan dengan istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan.
Depresi merupakan salah satu gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak
berharga, merasa kosong, dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan
15
menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri, penderita tidak
berminat pada pemeliharaan diri dan aktivitas sehari-hari.
Menurut PPDGJ III depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik:
a. Gejala Utama
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktifitas.
b. Gejala lainnya
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang
Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat
(F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan
depresi berulang (F.33).
1. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan
16
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan
(g).
2. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaik-baiknya 4) dari gejala
lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
ataupun rumah tangga.
3. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
17
4. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas
(F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor
depresi.Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas
hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang
berat dapat menuju pada stupor.
Pada kasus ini, pasien masuk dalam kategori Episode depresi sedang
dengan gejala somatik karena didapatkannya 2 dari 3 gejala utama yaitu afek
depresif dan berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktifitas, dan 3 atau 4 dari gejala lainnya (tidur terganggu, nafsu dan makan
berkurang, konsentrasi dan perhatian berkurang). Pasien ini mengalami keluhan
ini sudah sejak 3 bulan yang lalu, sesuai dengan kriteria depresi sedang yaitu
lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu. Pasien tidak bisa
beraktivitas jika keluhan yang dirasakannya muncul, sesuai dengan kriteria
depresi sedang, yaitu yaitu menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga. Pasien mengeluhkan sakit
kepala yang terasa seperti menusuk-nusuk, hilang timbul disertai mual dan nyeri
ulu hati. Keluhan ini merupakan gejala gangguan somatik.
Etiologi depresi yang pasti belum diketahui. Beberapa faktor yang
diketahui berkaitan dengan terjadinya depresi:
18
1. Berbagai penyakit fisik
2. Faktor psikis
3. Faktor sosial dan lingkungan
4. Faktor obat
5. Faktor usia
6. Faktor genetik
Pada pasien ini faktor depresi yang berpengaruh adalah faktor psikis yaitu
sesudah menjalani operasi pada bulan Juni 2012 dan mengetahui bahwa benjolan
yang ada di leher pasien merupakan keganasan.
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksa pada saat wawancara diperoleh
perilaku dan aktifitas psikomotor hipoaktif, kontak psikis ada, wajar dan dapat
dipertahankan, afek hipotym, ekspresi afektif murung dan sedih, empati dapat
dirabarasakan, halusinasi tidak ada, waham tidak ada, daya ingat bagus, penialian
realitas baik, jadi pasien ini tidak ada mengarah ke diagnosis psikosis.
Obat depresi terbagi dalam golongan sebagai berikut:
1. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin (SSRI) : Citalopram,
Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine. Golongan obat depresi ini
lebih sedikit efek sampingnya dibanding yang lain. Efek samping dari obat ini
adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah seksual dan sakit
kepala.
2. Golongan Trisiklik : Amitriptyline, Imipramine, Nortriptyline, Clomitramine.
Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor
ringan, takikardi, konstipasi, mengantuk, dan bertambah berat badan.
19
Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat menyebabkan kebingungan,
menjadi lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila tekanan darah
rendah, dan koma.
3. Golongan Atypical: Trazodone, Mirtazapine,Venlafaxine
4. Golongan penghambat Monoamin oksidase: Moclobemide
Golongan ini sudah jarang diresepkan sekarang ini. Golongan ini memiliki
efek samping hipotensi ortostatik yang lebih sering.Jika anda setuju untuk
minum obat golongan obat ini dokter anda akan memberikan daftar makanan
yang harus dihindari.
5. Golongan Tetrasiklik
Amoxapine, Maprotiline.
Mengingat profil efek sampingnya pada penggunaan Sindrom Depresi
Ringan dan Sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan
umum, pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan
Step 1 : Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertraline)
Step 2 : Golongan Trisiklik (Amitriptiline)
Step 3 : Golongan Tetrasiklik (Maprotiline)
Golongan “Atypical” (Trazodone)
Golongan MAOI Reversibel ( Moclobemide)
Pasien ini mendapat pengobatan Kalxetin 10 mg 2x1 dan Clobazam 10 mg
2x1. Kalxetin merupakan obat antidepresan golongan SRRI (selective serotonin
reuptake inhibitor) dan Clobazam adalah antianxietas golongan benzodiazepin.
Mekanisme kerja Obat Anti-depresi, adalah menghambat “re-uptake aminergic
20
neurotransmitter”, menghambat penghancuran oleh enzirn “Monoamine Oxidase”
Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada sinaps
neuron di SSP. Efek samping Obal Anti-depresi dapat berupa :
Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif rnenurun)
Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur.,
konstipasi, sinus takikardia, dsb)
Efek Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
Efek Nuurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi,insomnia)
Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu.
SSRI dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan.
Contoh obat golongan ini adalah fluoxetine, sertraline, paroxetine, citalopram,
fluvoxamine.
Pada keadaan overodosis/intoksikasi trisilik dapat timbul “Atropine Toxic
Syndrome” dengan gejala : eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic
confusional state (confusion, delirium dan disorientasi).
Tindakan untuk keadaan tersebut :
1. Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat
trisiklik bersifat protein binding, forced diuresis juga tidak
bermanfaatoleh karena renal excretion of free drug rendah)
2. Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi
3. Prostigmine0,55-1,0 (im) untuk mengatasi efek anti kolinergik (dapat
diulangi setiap 30’-45’ sampai gejala mereda)
21
4. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung
Efek samping obat anti-anxietas dapat berupa :
Sedasi (Rasa mengantuk,kewaspadaan kurang,kinerja psikomotor yang
menurun, kemampuan kognitif melemah)
Relaksasi otot
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari Narkotika.
Penghentian obat mendadak akan menimbulkan gejala putus obat. Pasien menjadi
irritable, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin dan konvulsi. Hal ini
berkaitan dengan penurunan kadar benzodiazepin dalam plasma. Untukdi obat
benzodiazepin dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala putus
obatnya dibanding obat benzodiazepin dengan aktu parah panjang misalnya
Clobazam yangsangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat.
Psikoterapi juga perlu diberikan pada pasien ini.Semua terapi diatas
sangat menunjang kesembuhan pasien. Sedangkan pemeriksaan laboratorium
darah dimaksudkan untuk mengetahui fungsi hepar dan ginjal karena efek
samping dari terapi psikofarmaka adalah hepatotoksik dan nefrotoksik.
22
REFERENSI
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.
2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press, 2005.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.
23
Recommended