7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
1/22
LI by san LBM 2 TUMBANG.......
1. Artinya Kramer I?
I: mengenai daerah kepala dan leher, jmlh bilirubin 5 mg/dl
Fisiologis
Kalo udh sampai abdomen > 15 mg/dl (Kramer III)
Kalo udh sampai kaki > 20 mg/dl (Kramer V)
Artinya Kramer I?
Menurut Kramer timbulnya ikterus ialah menurut aturan tertent zona sefalokaudal, karenaitu ia membagi-bagi tubuh manusia dalam zona2 tertentu dan menentukan kira2 kadar
bilirubinnya .Metode ini dapat memberi gambaran manakala fasilitas lain tidak ada.
2. Jelaskan metabolisme pembentukan Bilirubin neonatus!
metabolism bilirubin pada neonates
metabolism bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut:
a. produksi
sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin dalam system R.E.S.
tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi daripada bayi yang lebih
tua.
Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo, yang
bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak.
b. Transportasi
Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin ke hepar. uptake bilirubin oleh hepar
dilakukan oleh protein Y dan Z
c. Konjugasi
Di dalam hepar bilirubin ini mengalami proses konjugasi yang membutuhkan enersi dan
enzim glukoronil transferase. Sesudah mengalami proses ini bilirubin berubah menjadi
bilirubin direk.
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
2/22
Di dalam hepar bilirubin tidak langsung diubah menjadi bilirubin langsung., melalui rantai
reaksi di bawah ini:
Dalam rantai reaksi ini, yang terjadi di dalam sel-sel hepar, bilirubin yang larut dalam
lemak itu diubah menjadi bilirubin diglukoronida yang larut dalam air.
Glukoronil transferase memindahkan asam glukoronik dari asam uridin
difosfoglukoronik (UDPGA) ke bilirubin sehingga menjadi bilirubin diglukoronik
d. Ekskresi
Bilirubin direk kemudian diekskresi ke usus dan sebagian dikeluarkan dalam bentuk bilirubin
dan senagian lagi dalam bentuk sterkobilin. Bila terjadi hambatan pada peristalsis usus
misalnya pada pemberian makanan yang agak terlambat atau hal-hal lain maka oleh pengaruh
enzim -glukoronidase, bilirubin sebagian diubah menjadi bilirubin indirek yang kemudian
diserap ke sirkulasi darah.
Bilirubin ini kemudian diangkut ke hepar untuk diproses lagi sirkulasi enterohepatik.
Pada janin sebagian bilirubin yang diserap kembali itu diekskresi melaui plasenta. Pada BBl
ekskresi melaui plasenta terputus. Pada janin ekskresi melaui jalan inilah yang utama. Karena
itu bila fungsi hepar belum matang atau terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat
hipoksia, asidosis, atau bila terdapat kekurangan anzim glukoroniltransferase atau keurangan
glukosa, maka kadar bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi.
Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin dalam
serum. Pada bayi kurang bulan di mana kadar albumin biasanya rendah, dapat dimengerti bila
kadar bilirubin indirek yang bebas ini dapat berbahaya karena bilirubin bebas inilah yang
dapat melekat pada sel-sel otak. Inilah yang menjadi dasar pencegahan kern-ikterus dengan
pemberian albumin atau plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada
umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin oleh BBL yang mempunyai kadar
albumin normal telah tercapai.
(Wikjosastro, H,Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005)
3. Whats biliverdin??
Biliverdin
Senyawa pigmen empedu dari keluarga porporin hasil lintasan katabolik gugus heme dari
hemoglobin yang terdapat pada eritrosit, oleh enzim heme oksigenase.
Fungsi biliverdin
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
3/22
Bersama bilirubin biliverdin merupakan anti oksidan yang sanyat kuat merespon radikal
peroksil seperti hidrogen peroksida .dan menghambat efek mutagen seperti polycyclic
aromatik hydrocarbons dan heterocyclic amines
Yg beda Bilirubin indirect Bilirubin direct
larut Dalm lemak Dalam air
Belum terkonjugasi Sudah terkonjugasi
di Hepar Di hepar & kantung empedu
Warna ikterus
kulit
Kuning terang Kehijauan dan keruh
bersifat Toksik otak Tidak toksik tdk bs mnembus SSP
indikasi gangguan berat
4. Mengapa bisa terjadi hiperbilirubinemia??
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia,
memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau
terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
(Buku ajar ilmu kesehatan anak jilid 1 FK UI jakarta 1991)
5. Bayi kuning di hari ke-2 itu fisiologis atau tidak??Jelaskan!
Fisiologis donk..karena puncaknya..timbulnya di hari ke-2 dan ke 3, Bilirubin indirect
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
4/22
7. Sebutkan macam2 ikterus pada bayi berdasarkan waktu dan DD nya!!
2 minggu
Infeksi intrauterine Ikterus fisiologis Terkonjugasi
Infeksi congenital Ikterus karena ASI Atresia biliaris
Hemolitik: Infeksi Sindrom hepatitis neonatal
Penyakit RH Hemolitik Tak terkonjugasi-
Inkompabilitas Gol.darah Obstruksi gastrointestinal Hipertiroidisme
Eritroblastosis foetalis Polisitemia ASI
Penyakit inklusi sitomegali Sindrom Crigler-Najjar Infeksi
Defisiensi G6PD Sindrom Gilbert Galaktosemia
Gangguan metabolism
Kernikterus
IKTERUS NEONATORUM
1. Etiologi
Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi dapat disebabkan atau diperberat oleh setiap factor yang:
a. Menambah beban bilirubin untuk dimetabolisasi oleh hati
anemia hemolitik
waktu hidup sel darah menjadi pendek akibat imaturitas atau akibat sel yang
ditransfusikan infeksi
b. dapat mencederai atau mengurangi aktivitas enzim transferase
hipoksia
infeksi
kemungkinan hipotermia
defisiensi tiroid
c. dapat berkompetisi dengan atau memblokade enzim transferase
obat-obatan
bahan lain yang memerlukan konjugasi asam glukoronat untuk ekskresi
d. menyebabkan tidak adanya atau berkurangnya jumlah enzim yang diambil atau menyebabkan
pengurangan reduksi bilirubin oleh sel hepar
cacat genetic
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
5/22
prematuritas
risiko pengaruh toksik dari meningkatnya kadar bilirubin tak terkonjugasi dalam serum menjadi
bertambah dengan adanya factor-faktor yang mengurangi retensi bilirubin dalam sirkulasi
hipoproteinemia
perpindahan bilirubin dari tempat ikatannya pada albumin karena ikatan kompetitif obat-
obatan, seperti sulfisoksasol dan moksalaktam
asidosis
kenaikan sekunder kadar asam lemak bebas akibat hipoglikemia, kelaparan atau
hipotermia
Atau oleh factor-faktor yang meningkatkan permebilitas sawar arah otak atau membrane sel saraf
terhadap bilirubin atau kerentanan sel otak terhadap toksisitasnya seperti:
asfiksia
prematuritas
hiperosmolaritas
infeksi
Asi dan dehidrasi menaikkan kadar bilirubin serum.
Obat sepert oksitosin dan bahan kimia yang diberikan dalam ruang perawatan seperti deterjen
fenol dapat juga menimbulkan hiperbilirubinemia tak terkinjugasi.
Mekonium mengandung 1 mg bilirubin/dL dan dapat turut menyebabkan ikterus melalui sirkulasi
enterohepatik pasca-dekonjugasi oleh glukoronidase usus.
(Ilmu kesehatan anak Nelson Vol. 1/editor, Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M.
Arvin; editor edisi Indonesia: A. Samik Wahab-Ed. 15-Jakarta: EGC, 1999.)
etiologi iketrus pada BBL dapat berdiri sendiri ataupun disebabkan oleh beberapa factor. Secara
garis besar etiologi itu dapat dibagi sebagai berikut:
1. produksi yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk mengeluarkannya
misalnya pada: hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah
lain, defisiensi enzim G-6-PD, pituvat kinase, perdarahan tertutup, dan sepsis.
2. gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin,
gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim
glukoronil transferase.
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
6/22
Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam uptake
bilirubin ke sel-sel hepar.
3. gangguan dalam transportasi
bilirubin dalam darah terikat oleh albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin
dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-obatan, misalnya salisilat, sulfafurazole.
Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas
dalam darah yang kemudian melekat ke sel otak.
4. gangguan dalam ekskresi
dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan di luar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
(Wikjosastro, H,Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005)
2. Klasifikasi
a. Ikterus fisiologik
Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang tidak mempunyai dasar
patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi
menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan morbiditas pada bayi.
Dikatakan fisiologik bila:
Timbul pada hari kedua dan ketiga
Kadar bilirubin indirek sesudah 2x24 jam tidak melewati 15mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10mg% pada neonatus kurang bulan
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tak melebihi 5mg% per hari
Kadar biliruubin direk tidak melebihi 1mg%
Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik
b. Ikterus patologik
Adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar bilirubinnya mencapai nilai yang
disebut hiperbilirubinemia.
Klasifikasi ikterus patologik:
Ikterus hemolitik
Merupakan golongan penyakit yang disebut eritroblastosis fetalis atau morbus
hemolitikus neonatorum.
Etiologi:
1. Inkompatibilitas Rhesus
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
7/22
2. Inkompatibilitas ABO
3. Ikterus hemolitik karena inkompatibilitas golongan darah lainnyapenyakit
hemolitik karena kelainan eritrosit congenital
4. Hemolisis karena defisiensi enzim G6PD
Ikterus obstruktiva
Obstruksi dalam penyaluran empedu yang tejadi di dalam hepar ataupun di luar
hepar.
(Wikjosastro, H,Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005)
3. Penatalaksanaan
Cara-cara yang dipakai untuk mencegah dan mengobati hiperbilirubinemia, dibagi dalam 3 jenis
usaha:
a. Mempercepat metabolism dan pengeluaran bilirubin
Earlu feeding
Pemberian makanan dini pada neonatus dapat mengurangi terjadinya ikterus
fisiologik pada neonatus.
Disebabkan karena dengan pemberian makanan yang dini itu terjadi pendorongan
gerakan usus, dan mekonium lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran
enterohepatik bilirubin berkurang.
Pemberian agar-agar
Pemberian agar-agar per os dapat mengurangi ikterus fisiologik.
Mekanismenya adalah dengan menghalangi atau mengurangi peredaran bilirubin
enterohepatik.
Pemberian fenobarbital
Dapat menurunkan kadar bilirubin tidak langsung dalam serum bayi.
Khasiat fenobarbital adalah mengadakan induksi enzim mikrosomia, sehingga
konjugasi bilirubin berlangsung cepat.
b. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat dikeluarkan melalui
ginjal dan usus, misalnya dengan terapi sinar (phototerapy)
c. Mengeluarkan bilirubin dari peredaran darah, yaitu dengan transfuse tukar darah
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
8/22
(Wikjosastro, H,Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Penanganan ikterus neonatorum sangat tergantung pada saat terjadinya ikterus, intensitas ikterus
(kadar bilirubin serum), jenis bilirubin dan sebab terjadinya ikterus.
a. Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama
Pemeriksaan perlu dilakukan, baik pada bayi maupun pada ibu.
Bayi:
Kadar bilirubin serum dan kadar albumin
Pemeriksaan darah tepi lengkap
Golongan darah (ABO, Rh, dan lain-lain)
Coombs test (langsung dan tidak langsung dengan titernya)
Kadar G-6-PD (atau pemeriksaan terhadap defisiensi G-6-PD)
Biakan darah dan bopsi hepar bila perlu.
Ibu:
Golongan darah
Coombs test tidak langsung dengan titernya
Tindakan :
Transfuse tukar darah bila telah dipenuhi syarat-syaratnya.
Bila belum dipenuhi syarat-syaratnya, diberi terapi sinar. Bilirubin diperiksa setiap 8
jam. Kalau kenaikan kadar bilirubin tetap 0,3-1 mg% per jam sebaiknya dilakukan
transfuse tukar darah, apalagi kalau yang dihadapi inkompatibilitas golongan darah.
b. Ikterus yang timbul sesudah 24 jam pertama
Ikterus yang tibul sesudah hari pertama, tetapi masih pada hari kedua dan ketiga biasanya
merupakan ikterus fisiologik.
Walaupun demikian harus diawasi dengan teliti. Pemeriksaan bilirubin dilakukan hanya
sekali, selanjutnya pengawasan klinik. Dalam hal ini anamnesis kehamilan dan kelahiran
yang lalu sangat menentukan tindakan selanjutnya.
Bila bayi Nampak sakit dan ikterus dengan cepat menjadi berat, maka pemerikaan dan
tindakan harus dilakukan seperti pada ikterus pada hari pertama.
c. Ikterus yang timbul sesudah hari ke-empat
Pada umumya ikterus yang timbul pada hari ke-4 lebih bukan disebabkan oleh penyakit
hemolitik neonatus.
Kemungkinan besar itu disebabkan oleh
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
9/22
infeksi bakteri, virus, atau protozoa yang terjadi antenatal. Jadi pemeriksaan harus
ditujukan kearah sepsis neonatorum, pielonefritis, hepatitis neonatorum,
toksoplasmosis, dan lain-lain.
Pengaruh obat (sulfa atau novobosin)
Defisiensi enzim eritrosit, yaitu defisiensi G-6-PD
Pemeriksaan laboratoium yang perlu dilakukan ialah kadar bilirubin serum, jenis bilirubin
dalam serum biakan darah, biakan air kencing, dan kalau perlu dilakukan pemeriksaan
serologic terhadap virus dan toksoplasma. Pada persangkaan hepatitis neonatorum biopsy
hepar perlu dilakukan.
Pengobatan diarahkan pada penyakitnya, sekiranya hal itu mungkin.
Pada hiperbilirubinemia, kalau yang meningkat itu bilirubin tidak langsung maka sikap yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Kadar bilirubin > 20 mg% dilakukan transfuse tukar darah
Kadar bilirubin 10-15mg% diberi fenobarbital parenteral, 6 mg per kg BB/hari
Kadar bilirubin 15-20 mg% diberi terapi sinar
Kadar bilirubin diperiksa setiap 24 jam. Bila dalam pemeriksaan selanjutnya kadar bilirubin
tetap naik, maka pengobatan dengan fenobarbital dapat ditukar dengan terapi sinar. Demikian
pula kalau terapi sinar gagal, sehingga kadar bilirubin mencapai 20mg% dlakukan transfuse
tukar darah.
d. Ikterus yang menetap atau bertambah sesudah minggu pertama Kalau blirubin terutama dalam bentuk tidak langsung dan factor-faktor di atas telah
disingkirkan, maka harus dipikirkan breastmilk jaundice hipotireodismus,
galaktosemia, sindrom Criggle Najjar, dan lain-lain.
Kalau bilirubin terutama dalam bentuk bilirubin langsung, harus dipikirkan factor
obstruksi, misalnya hepatitis neonatorum dan obstruksi saluran empedu.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah
1) Kadar bilirubin darah (langsung dan tak langsung)
2) Biakan darah
3) Biopsy hepar
4) Pemeriksaan serologic terhadap virus, toksoplasma
(Wikjosastro, H,Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005)
4. Komplikasi
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
10/22
Krn ikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin tak terkonjugasi di dalam
sel-sel otak.
Manifestasi klinis:
Tanda-tanda dan gejala-gejala kern ikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi
cukup bulan dan paling lambat pada hari ke-7 pada bayi premature , tetapi hiperbilirubinemia
dapat menyebabkan sindrom setiap saat selama masa neonatus.
Tanda-tanda awal bisa tidak kentara dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis, asfiksia,
hipoglikemia, perdarahan intracranial, dan penyakit sistemik akut lainnya pada bayi
neonatus.
Lesu nafsu makan jelek, dan hilangnya reflex Moro merupakan tanda-tanda awal yang
lazim
Selanjutnya bayi dapat Nampak sangat sakit, tidak berdaya, disertai reflex tendo yang
menjadi negative dan kegawatan pernapasan
Opistotonus, dengan fontanela yang mencembung, muka dan tungkai berkedut, dan
tangisan melengking bernada tinggi
(Ilmu kesehatan anak Nelson Vol. 1/editor, Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M.
Arvin; editor edisi Indonesia: A. Samik Wahab-Ed. 15-Jakarta: EGC, 1999.)
Krn ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama
pada korpus striatum, thalamus, nucleus sub-talamus, hipokampus, nucleus merah, dan nucleus
dasar ventrikulus ke IV
Tanda-tanda klinik pada permulaan tidak jelas tetapi dapat disebutkan ialah:
Mata yang berputar
Letargi
Kejang
Tak mau menghisap
Tonus otot meninggi
Leher kaku dan akhirnya opistotonus
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi ini hidup dapat terjadi:
Spasme otot
Opistotonus
Kejang
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
11/22
Atetosis yang disertai ketegangan otot
Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan
Gangguan bicara
Retardasi mental
(Wikjosastro, H,Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005)
INFEKSI NEONATAL
Demografi
Infeksi Bakteriemia + gejala klinik :Sepsis Neonatal (pada 1 bulan kehidupan)
Masih jadi masalah utama dalam pelayanan & perawatan neonatus
Morbiditas dan Mortalitas tinggi
WHO (1999): 42% kematian neonatus disebabkan infeksi: sal. napas, tetanus, sepsis, sal. cerna.
American Academy of Pediatric (AAP): 2% bayi terinfeksi intra uterin
Insiden sepsis di negara berkembang cukup tinggi: 10-12/1000 (negara maju 1-5/1000 kelahiran).
Kematian : 13-50%
Insiden sepsis dari tahun ke tahun tak banyak alami perbaikan, sebaliknya kematian alami perbaikan
nyata.
1. Faktor Penyebab :
Diagnosis sulit: gejala tak spesifik
Baikan darah: hasil lama, CRP & Rasio I/T : tak spesifik
Sistem imun belum berkembang
Kuman penyebab : tak sama (antar waktu, klinik, negara)
Dilema dalam penanganan : terlambat : mortalitas tinggi, over treatment : merugikan
2. Mekanisme
a. Transplasenta
Viral: varicella, CMV, HIV
Treponema pallidum, Listeria moncytogenes
Bakteri : jarang
b. Asendering
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
12/22
Chorioamnionitis
c. Jalan lahir
GBS, herpes, hepatitis B
d. Lingkungan
lines, caregivers, intubation
3. Faktor yang mempengaruhi Kerentanan terhadap infeksi
Imunitas seluler & humoral blm empurna
Luka umbilikus
Kulit tipis , mudah lecet
Refleks menghisap & muntah blm sempurna
Faktor Predisposisi
a. F. Ibu:
Sos-ek rendah
Riwayat antenatal krg baik
Kesehatan & gizi krg baik
Penyakit Infeksi
Ketuban pecah dini
Kelahiran krg bulan
b. F. Persalinan
Pertolongan tdk higienis;
Partus tindakan;
Partus lama
c. F. Bayi:
Cacat bawaan;
BBLR;
Trauma;
Kurang bulan ;
Asfiksia
d. F. Perawatan
Tindakan invasif / resusitasi
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
13/22
Sarana
R. perawatan penuh (sesak)
Susu buatan
Kesadaran & sikap petugas
Rawat gabung (-)
4. FAKTOR RISIKO
a. Faktor Ibu
1) Infeksi ibu Intrapartum
Purulent / foul smelling liquor
Fever (>380C)
Leucytosis (WBC >18000 / mm3)
2) Premature rupture of membranes
3) Ketuban pecah dini > 12 hour
4) Persalinan Premature (
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
14/22
Pola kuman : tersering : streptokokus grup B (>>), E. coli, Hemofilus influenza, Listeria
monositogenes.
Sepsis awitan lambat : (Late onset) :
Terjadi setelah hari ke 7
Kuman berasal dari lingkungan sekitar (infeksi nosokomial)
Proses : transmisi horisontal
Pola kuman : streptokokus aureus, E. coli, Klebsiella, pseudomonas, enterobakter,
serratia, kuman anerob.
Sepsis Nosokomial :
Infeksi pada saat perawatan di RS / setelah pulang jika dapat dibuktikan kuman berasal
dari RS.
Pola kuman : penting penatalaksanaan sepsis
Pemilihan antibiotika
Penentuan prognosis / komplikasi
Pemilihan a.b. empirik: harus lihat jenis kuman yang paling sering di masing-masing tempat.
Streptokokus grup B : mortalitas < kuman gram (-)
6. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan klinis/fisik
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis:
Anamnesis Cari faktor-faktor resiko sepsis :
Keadaan sosial ekonomi ibu yang kurang
Pelayanan kesehatan antenatal yang tidak adekuat
Gizi dan kesehatan ibu yang tidak baik
Pertolongan persalinan yang tidak higienis
Kelahiran kurang bulan
Penyakit infeksi pada ibu
Ketuban pecah dini
Partus dengan tindakan
Partus lama
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
15/22
Cacat bawaan
Bayi berat lahir rendah
Bayi kurang bulan
Asfiksia neonatorum
Trauma lahir
Tanpa rawat gabung
Sarana perawatan bayi yang tidak baik
Kesadaran dan sikap petugas yang tidak baik
Bangsal penuh sesak
Tindakan invasif pada neonatus
Pemberian makanan bayi dengan susu buatan
Sumber: Monintja HE, 1997
Pemeriksaan Klinis/Fisik
Tidak spesifik
Malas minum sebelumnya minum dengan baik
Suhu tubuh tidak normal (hipo-hipertermi
Letargi atau lunglai, mengantuk, aktivitas berkurang
Iritabel atau rewel
Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
Gastro intestinal:
Muntah, diare, perut kembung, hepatomegali
Tanda mulai timbul hari ke empat
Kulit :
Perfusi kurang baik, sianosis, pucat, petekiae, ruam ,sklerem, ikterik
Kardiopulmoner :
Takipnea,gangguan napas (merintih, retraksi)
Neurologis :
Iritabel,penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun membonjol, kaku kuduk sesuai
dengan meningitis
LABORATORIUM
Pemeriksaan jumlah leukosit, trombosit dan
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
16/22
hitung jenis
Leukosit lekosit < 5.000/mm3 /> 30.000/mm3
Neutrofil netrofil < 1.500/mm3
Trombosit trombosit < 100.000/mm3
Ratio I:T > 0,2 sensitifitas : 60-90%
Darah hapus : bergeser kekiri, tanda hemolisis
Pemeriksaan penunjang
Darah :
CRP positip, kenaikan kadar IgM
Kultur positip, Pengecatan Gram positip
AGD : asidosis metabolik, hipoksia dan asidosis laktat
CSS (Cairan Serebrospinal ) :
> 20 /ml (umur < 7hari )
> 10 /ml ( umur > 7 hari)
Gangguan metabolik :
hipo/hiperglikemia, asidosis metabolik
Peningkatan Kadar bilirubin
Radiologik :
Foto dada
CT scan
Pemeriksaan lain sesuai dg peny. Penyerta
MANAJEMEN perawatan
1. Profilaksis GBS pd Ibu
2. Kewaspadaan Umum terhadap infeksi (Universal precaution)
3. Terapi awal
4. Terapi lanjutan
5. Terapi lanjutan dan terapi terhadap komplikasi
1. Profilaksis GBS pd Ibu
Skrining pra natal pd ibu dg risiko pd kehamilan 35 -37 minggu
Beri profilaksis dengan Penisilin G pd ibu yg positip
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
17/22
Perhatikan pengelolaan selanjutnya
2. Kewaspadaan Umum terhadap
infeksi (Universal precaution)
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Pakai masker, kacamata (gogle), jas luar
Pengelolaan cairan tubuh dg baik
Pengelolaan benda tajam yg digunakan
3. Terapi awal :
Dengan antibiotika
Sering dimulai sebelum kuman penyebab dapat diidentifikasi
Tergantung pd pola flora kuman setempat
4. Terapi lanjutan : Tergantung pd hasil kultur dan uji kepekaan
5. Terapi Penunjang dan terhadap komplikasi
Manajemen Respirasi
Manajemen Kardiovaskuler
Tunjangan nutrisi adekuat
Terapi Gangguan SSPManajemen Kejang
Gangguan Metabolik
Koreksi Bedah
Panduan Manajemen
Kemungkinan besar Sepsis Neonatal
Perhatikan :
1. Masa Gestasi Cukup bulan / Kurang Bulan
2. Gejala atau Tanda
3. Ibu mendapat terapi antibiotika antepartum/tidak
Bayi ckp bln, gejala (-), ibu (- )
Tidak diperiksa kultur
Tidak diberi pengobatan antibiotika
Pantau selama 24 jam bila ada faktor risiko ibu
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
18/22
Bayi Cukup bulan, gejala (+), ibu (+)
Periksa kultur
Beri pengobatan
48 jam kaji ulang :
Kultur (-), CSS normal, Ibu GBS ( - ), perjalanan penyakit tdk ke infeksi stop AB atau
teruskan sp 72 jam
Kultur (+) teruskan AB s/d 10 hr atau 14-21 hr bl CSS (+)
Bayi cukup bln, gejala (+), ibu (-)
Periksa kultur
Beri pengobatan
48 jam kaji ulang :
Kultur (-), CSS normal, Ibu GBS ( - ), perjalanan penyakit tdk ke infeksi stop AB atauteruskan sp 72 jam
Kultur (+) teruskan AB s/d 10 hr atau 14-21 hr bl CSS (+)
Bayi ckp bln, gejala(-) ibu (+)
Pantau ketat selama 48 jam.
Bila ada amnionitis pada ibu atau kolonisasi GBS atau gejala infeksi yang tidak mengarah ke
sepsis, maka :
Periksa kultur
Beri antibiotika selama 48 jam
Bayi Kurang Bulan (BKB), gejala (-), ibu (-)
BB > 1250 gram & gestasi 30 minggu
Tidak dilakukan septic work up /pengobatan
BB < 1250 gram &n gestasi 30 minggu :
Periksa kultur
Berikan pengobatan
Nilai ulang setelah 72 jam
Hentikan antibiotika bila bayi tanpa gejala atau gejala klinik tidak menuju ke arah infeksi
dan hasil kultur negatip
BKB , gejala (+), Ibu (+)
Periksa kultur
Beri penegobatan
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
19/22
Nilai ulang setelah 72 jam
Lanjutkan AB s/d 10 hari. AB dihentikan bl : kultur(- ) AB syop/ bayi dg gejala
klinis yg tidak mengarah ke infeksi
Lanjutkan AB
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
20/22
Bayi Kurang bulan : CSS ab normal atau LP tidak berhasil :
Ampisilin 150 mg/kgBB/ 12 jam
Sefotaksim 50 mg/kgBB/12 jam
Terapi tambahan
( Evidence Belum Kuat )
Tranfusi granulosit
Transfusi tukar
Terapi pengganti imunoglobulin IV
Sitokin rekombinan
Pemantauan Tumbuh Kembang
Komplikasi Gangguan Tumbuh Kembang
Defisit neurologis : Retardasi mental
Gangguan penglihatan
Kesulitan belajar
Kelainan tingkah laku
8. Pencegahan
Langkah promotif/preventif:
Cegah dan obati ibu dengan kecurigaan infeksi berat atau infeksi intra uterin.
Cegah dan obati ibu dengan ketuban pecah dini.
Perawatan antenatal yang baik
Cegah aborsi yang berulang, cacat bawaan.
Cegah persalinan prematur
Cegah asfiksia neonatorum
Lakukan resusitasi dengan benar
Pertolongan persalinan yang bersih dan aman
Lakukan tindakan pencegahan Infeksi
Lakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko sepsis dan pengelolaan yang efektif.
Sistem skoring faktor risiko sepsis neonatorum
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
21/22
Faktor Skor
Prematuritas
Cairan amnion yang berbau busuk
Ibu demam
Asfiksia (nilai apgar menit 1 < 6)
Partus lama
Pemeriksaan vagina yang tidak bersih
Ketuban pecah dini
3
2
2
2
1
2
1
Sumber: Gupte, 2003
Skrining sepsis dilakukan pada skor 3-5 namun jika skor lebih dari 5 pertimbangkan terapi
Sistem skor hematologis untuk prediksi sepsis neonatorum
Kriteria Skor
Peningkatan I/T rasio 1
Penurunan / peningkatan jumlah PMN total 1
I: M 0,3 1
Peningkatan jumlah PMN imatur 1
Peningkatan/penurunan jumlah lekosit total sesuai umur
Bayi baru lahir 25.000/ mm3 atau 5000 / mm3
Umur 12-24 jam 30.000/ mm3
Umur > 2 hr 21.000/ mm3
1
Perubahan PMN
3 vakuolisasi, toksik granular, Dohle bodies
1
Trombosit < 150.000/mm3 1
Sumber: Sales-santos M & Bunye MO, 1995
Kelompok temuan klinik sepsis
Kategori A. Kategori B
7/28/2019 Li by San Lbm 2 Tumbang
22/22
1. Kesulitan bernapas (misalnya :
apnea, napas > 30 x/, retraksi
dinding dada, grunting pada waktu
ekspirasi, sianosis sentral)
Kejang
Tidak sadar
Suhu tubuh tidak normal, (tidak normal
sejak lahir & tidak memberi respons
terhadap terapi atau suhu tidak stabil
sesudah pengukuran suhu normal selama
tiga kali atau lebih, menyokong ke arah
sepsis) Persalinan di lingkungan yang
kurang higienis (menyokong ke arah
sepsis)Kondisi memburuk secara cepat dan
dramatis (menyokong kearah sepsis)
1. Tremor
Letargi atau lunglai
Mengantuk atau aktivitas
berkurang
Iritabel atau rewel
Muntah (menyokong ke arah
sepsis)
Perut kembung (menyokong ke
arah sepsis)Tanda tanda mulai
muncul sesudah hari ke empat
(menyokong ke arah sepsis)
Air ketuban bercampur mekonium
Malas minum sebelumnya minum dengan
baik (menyokong ke arah sepsis)
Sumber: Kosim MS, Surjono A & Setyowireni D , 2003
Kriteria sesuai buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir
1.Dugaan sepsis:
Riwayat infeksi intra uteri (+), ditemukan 1 kategori A & satu
atau dua kategori B
2.Kecurigaan besar sepsis.
a.Pada bayi umur sampai dengan 3 hari.
Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat atau (KPD) atau bayi mempunyai
2 Kategori A, atau 3 Kategori B
b.Pada bayi umur lebih dari tiga hari
Bila mempunyai 2 Kategori A atau 3 Kategori B.
Recommended