IDENTITAS PASIEN
NAMA : Tn. S
UMUR : 62 tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki
ALAMAT : Desa Baji Pamai Maros Baru Kab. Maros
RM : 594129
MRS : 13 Februari 2013
KAMAR : Lontara 2 Bedah Urologi Kamar 1 Bed 2
TANGGAL DIPERIKSA : 18 Februari 2013
ANAMNESIS
Keluhan utama: Kencing bercampur darah
Anamnesis terpimpin:
Keluhan ini dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, terus-menerus
setiap pasien buang air kecil yang disertai gumpalan darah dan kadang-kadang
disertai rasa nyeri pada daerah perut bawah bagian tengah hingga ke daerah kemaluan
saat pasien ingin buang air kecil. Pasien mengalami buang air kecil bercampur darah
yang berwarna merah terang, mulai dari awal berkemih sampai akhir berkemih,
Riwayat sebelumnya pasien dengan kencing bercampur darah dialami sejak 1 bulan
yang lalu tetapi tidak terus menerus dan tidak disertai nyeri, sehingga pasien tidak
pernah berobat ke rumah sakit. Pasien sering merasakan ingin buang air kecil dan
tidak dapat menunda buang air kecilnya.
Pasien juga mengeluhkan kadang susah buang air kecil sejak satu tahun yang
lalu tetapi tidak terus-menerus dan terkadang pasien untuk memulai BAK harus
dengan mengedan kuat. Selain itu pancaran BAK dirasakan makin lemah dengan
kaliber yang makin kecil. Pasien juga merasakan rasa tidak puas setiap habis BAK.
Pada malam hari penderita harus sering terbangun karena rasa ingin BAK, biasanya
4 kali dalam semalam.
1
Riwayat trauma bagian pinggang dan panggul tidak ada. Riwayat nyeri pada
pinggang tidak ada. Riwayat BAK bercampur pasir atau batu tidak ada. Tidak ada
riwayat perdarahan spontan atau perdarahan yang sukar berhenti pada saat luka.
Riwayat merokok sejak umur 20 tahun. Riwayat minum alkohol tidak ada. Riwayat
minum kopi pasien sebanyak 3 gelas perhari sejak umur 20 tahun. Riwayat pekerjaan
sebagai petani dan terpapar dengan pestisida sejak pasien umur 15 tahun. Riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
Riwayat BAK mengandung nanah tidak ada. Riwayat demam tinggi tidak ada.
Riwayat sesak nafas tidak ada. Riwayat nyeri dada ada di sebelah kiri dan kanan yang
tidak terus menerus disertai batuk lama. Riwayat batuk bercampur darah tidak ada.
Riwayat nyeri pada tulang belakang tidak ada.
Riwayat berobat sebelumnya di RSUD Salewangang dipasang kateter dan
mendapat perawatan selama 1 hari kemudian di rujuk ke RSWS.
PEMERIKSAAN FISIS
Status generalis : Sakit sedang/ Gizi Cukup/ Sadar
(BB: 49 kg ; TB: 153 cm ; IMT: 21kg/m2)
Karnofsky Score 80 %
Status vitalis : TD :130/80 mmHg.
N :88x/menit,regular,kuat angkat.
P :22x/menit,spontan.
S :36,7°C.
Status regional:
1) Kepala
Rambut : warna putih, lurus, sukar dicabut.
Mata : konjungtiva tidak anemis. Sklera tidak ikterus.
Hidung : tidak ada rhinorrhea, tidak ada epistaksis, tidak ada deformitas
Bibir : tidak sianosis.
2
Submandibula :
i) Regio submandibula dextra:
I : Tidak tampak adanya massa tumor.
P : Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada.
ii) Regio submandibula sinistra:
I : Tidak tampak adanya massa tumor.
P : Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada.
Regio submentale:
I : Tidak tampak adanya massa tumor.
P : Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada.
Leher :
i) Regio colli anterior
I : Tidak tampak massa tumor.
P : Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada.
ii) Regio colli posterior
I : Tidak tampak massa tumor.
P : Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada
2) Thoraks
Pulmo:
I : bentuk dada simetris kanan dan kiri, gerakan dada simetris kanan dan
kiri, pernapasan tipe thoraco-abdominal.
P : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba, vocal fremitus kiri dan
kanan kesan normal.
P : Sonor kanan = kiri, batas paru hepar ICS VI
A : Bunyi pernafasan: Bronchovesikuler, Rhonki basah kasar pada kedua
lapangan paru, wheezing tidak ada.
Jantung:
I : Ictus cordis tidak tampak.
P : Ictus cordis tidak teraba.
3
P : Pekak, batas sebelah kanan jantung parasternalis dextra, batas sebelah
kiri jantung linea midklavikularis sinistra, batas sebelah atas jantung
pada ICS II kiri.
A : Bunyi jantung I/II, murni regular, murmur tidak ada.
3) Abdomen
I : datar, ikut gerak napas, tidak tampak adanya massa tumor, darm contour
dan darm steifung tidak ada
A : Peristaltik ada, kesan normal
P : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba.
P : Tympani, nyeri ketok tidak ada.
4) Ekstremitas :
Extremitas superior dextra et sinistra
I : Warna kulit sama dengan sekitarnya, udem tidak ada.
P : Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada.
ROM : Dalam batas normal.
NVD : Arteri radialis kanan dan kiri teraba, sensibilitas dalam batas normal,
dan CRT < 2 detik.
Extremitas inferior dextra et sinistra
I : Warna kulit sama dengan sekitarnya, udem tidak ada.
P : Nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada.
ROM : Dalam batas normal.
NVD : Arteri dorsalis pedis kanan dan kiri teraba, sensibilitas dalam batas
normal, dan CRT < 2 detik.
Status Urologi
Regio costovertebralis dextra:
4
I: Alignment tulang-tulang vertebra baik, warna kulit sama dengan sekitarnya,
gibbus tidak tampak, hematom tidak ada, udem tidak ada, massa tumor tidak
ada.
P: Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba, ballotement ginjal tidak
teraba.
P: Nyeri ketok sudut costovertebra dextra tidak ada.
Regio costovertebralis sinistra:
I: Alignment tulang-tulang vertebra baik, warna kulit sama dengan sekitarnya,
gibbus tidak tampak, hematom tidak ada, udem tidak ada, massa tumor tidak
ada.
P: Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba, ballotement ginjal tidak
teraba.
P: Nyeri ketok sudut costovertebra sinistra tidak ada.
Regio supra pubik:
I : Tampak datar, warna kulit sama dengan sekitarnya, massa tumor tidak
tampak, edema tidak ada, hematom tidak ada.
P : Massa tumor sulit dinilai, ada nyeri tekan suprapubis, buli-buli tidak teraba.
Regio genitalia eksterna
Penis
I: Tampak penis sudah disirkum, warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, tampak
OUE di ujung glans penis, terpasang kateter folley 24F tiga cabang (di selang
kateter tidak darah dan bekuan darah), hematom tidak ada, udem tidak ada.
P: Nyeri tekan tidak ada.
Skrotum
I: Tampak warna kulit skrotum lebih gelap dari sekitarnya, hematom tidak ada,
udem tidak ada, massa tumor tidak ada.
P: Nyeri tekan tidak ada, teraba testis dua buah kesan normal, konsistensi padat
kenyal, kesan normal.
Perineum
5
I: Warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, hematom tidak ada, udem tidak ada.
P: Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba.
Rectal touché: Sphincter ani mencekik, mukosa licin, massa tumor tidak ada.
Teraba prostat ukuran 1-2 cm ke arah rektum konsistensi padat kenyal,
permukaan kesan rata, nyeri tekan tidak ada. Pole atas sulit dinilai, teraba massa
disebelah kranial dari prostat dengan bimanual kesan pada buli-buli daerah
posterior ukuran 3x5 cm, terfiksir, konsistensi padat keras, permukaan berbenjol-
benjol, nyeri tekan ada, balon kateter teraba.
Hand schoen: Feses ada, darah tidak ada, lendir tidak ada
RESUME
Seorang laki-laki, 62 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama gross
hematuri yang berlangsung sejak ± 3 hari yang lalu, kadang-kadang nyeri pada regio
suprapubis dan keluar stolecele, bersifat total hematuria. Riwayat hematuria
sebelumnya sejak satu bulan yang lalu, intermitten dan painless. Pasien juga
mengeluhkan polakisuria dan urgency.
Pasien juga mengeluhkan hesitancy dan straining sejak 1 tahun lalu yang
bersifat intermiten. Selain itu pancaran miksi makin lemah dengan kaliber yang
makin kecil, sense of residual urin, juga disertai nokturi.
Riwayat trauma tidak ada. Riwayat nyeri pinggang tidak ada. Riwayat BAK
bercampur pasir atau batu tidak ada. Tidak ada riwayat hemofilia. Riwayat merokok
dan minum kopi sebanyak 3 gelas perhari sejak umur 20 tahun. Riwayat pekerjaan
sebagai petani dan terpapar dengan pestisida sejak umur 15 tahun. Riwayat keluarga
tidak ada. Riwayat chest pain ada disertai batuk kronik. Riwayat hemoptisis tidak ada.
Status vitalis dalam batas normal. Dari pemeriksaan fisik pada daerah kepala
leher tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan thorax, ditemukan ronkhi basah kasar,
abdomen dan ekstremitas tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksan di regio
costovertebralis, penis, scrotum dan perineum tidak ditemukan adanya kelainan.
6
Pada pemeriksaan suprapubik ditemukan nyeri tekan, massa tumor sulit
dinilai. Pada pemeriksaan Rectal Touche: Teraba prostat ukuran 1-2 cm ke arah
rektum konsistensi padat kenyal, permukaan kesan rata, nyeri tekan tidak ada. Pole
atas sulit dinilai, teraba massa disebelah kranial dari prostat dengan bimanual kesan
pada buli-buli daerah posterior ukuran 3x5 cm, terfiksir, konsistensi padat keras,
permukaan berbenjol-benjol, nyeri tekan ada, balon kateter teraba.
DISKUSI
Dari anamnesis diketahui bahwa keluhan utama pada pasien ini adalah
kencing bercampur darah atau gross hematuria. Hematuria berdasarkan asalnya
secara umum dapat disebabkan oleh kelainan pre-renal, renal, dan post renal. Pre-
renal biasanya pada gangguan sistemik berupa kelainan faktor pembekuan darah:
misalnya hemofilia, polycythemia, thrombocytopenia, penyakit sickle cell,
intoksikasi. Kelainan renal berasal dari ginjal misalnya pada glomerulo nephritis
acuta, carcinoma renis, trauma ginjal. Kelainan post-renal perdarahan yang berasal
dari traktus urinarius mulai dari calyx dan pelvis renis, ureter, buli-buli, dan urethra.
Bisa karena batu, infeksi, kanker, dan trauma.
Sedangkan hematuria berdasarkan waktu keluarnya dibagi atas: hematuria
initial (kencing bercampur darah pada permulaan kencing keluar dan sesudah itu
biasanya jernih. Biasa berasal pada lesi atau infeksi pada urethra anterior). Hematuria
terminalis (kencing bercampur darah pada akhir kencing. Biasa pada lesi atau infeksi
pada urethra posterior, bladder neck, trigonum vesicae atau prostat). Hematuria total
(kencing bercampur darah dari awal sampai akhir. Biasanya berasal dari perdarahan
traktus urinarius bagian tengah “buli-buli” atau bagian atas “ureter” dan ginjal).
Adapun hematuria berdasarkan symptom lain yang menyertainya terdiri atas:
hematuria tanpa gejala-gejala lainnya “silent hematuria“ biasa pada malignancy
seperti Ca. Buli-buli, Ca. Ginjal, dan TBC ginjal, terkadang juga terjadi pada batu
staghorn, hydronefrosis, glomerulonephritis. Hematuria bersifat “intermitency“.
Berikutnya hematuria yang disertai kolik yaitu suatu sensasi sakit yang hebat yang
7
bersifat serangan, biasanya pada batu ureter atau batu pyelum, ureteritis, atau bekuan
darah dari Ca. Ginjal serta TBC ginjal.Hematuria yang disertai sakit dan
perangsangan buli-buli terjadi pada cystitis yang hebat, batu buli-buli atau Ca. Buli-
buli yang disertai infeksi.
Pada pasien ini didapatkan gross hematuria yang bersifat total hematuria
karena miksi bercampur darah dari awal hingga akhir proses miksi. Hematuria ini
tidak disertai nyeri (painless). Hematuria didapatkan bersifat intermitency dalam 1
bulan terakhir. Trias simptom tumor buli-buli yaitu hematuria total, painless dan
hematuria intermitency didapatkan sesuai pada pasien ini.
Didapatkan pula faktor resiko terjadinya tumor buli-buli pada pasien ini yaitu
usia lebih dari 50 tahun, riwayat merokok dan minum kopi yang lama sejak berumur
20 tahun, serta riwayat bekerja sebagai petani yang terpapar pestisida sejak berumur
15 tahun.
Pada pasien ini ditemukan gross hematuri yang bersifat total hematuri tetapi
tidak disertai nyeri pinggang dan tidak ditemukan adanya massa pada daerah
pinggang kiri maupun kanan, sehingga menyingkirkan suatu tumor ginjal dan tumor
ureter.
Dari anamnesis lebih lanjut, kemungkinan adanya kelainan-kelainan pre-renal
berupa penyakit perdarahan atau pemakaian obat-obatan dapat kita singkirkan.
Kemungkinan untuk penyebab renal dan post renal seperti infeksi hebat misalnya
glomerulo nephritis akut, kita bisa singkirkan dari anamnesis, demikian pula dengan
trauma.
Adanya batu ginjal, ureter, atau buli-buli dapat kita singkirkan dari hal-hal
berikut ini:
1. Pada anamnesis didapatkan gross hematuri yang bersifat total hematuri tidak
disertai adanya nyeri hebat atau kolik sepanjang traktus urinarius (silent
hematuria), selain itu juga tidak ada riwayat kencing berpasir. Walaupun pada 3
hari terakhir didapatkan keluhan nyeri pada suprapubis, tapi tidak bersifat kolik,
dan kemungkinan adanya tanda-tanda retensi urin akibat stolecele.
8
2. Pada pemeriksaan fisis, tidak ditemukan nyeri ketok pada kedua region costo
vertebralis, yang biasanya ditemukan pada batu ginjal. Selain itu juga tidak
ditemukan adanya ballottement pada salah satu atau kedua ginjal. Batu yang
menyumbat sistem kalises ginjal akan menyebabkan hidronefrosis, demikian pula
bila terdapat batu pada ureter dengan lumen yang sempit sehingga gampang
terjadi obstruksi, lebih cepat terjadi hidronefrosis, yang pada pemeriksaan fisis
didapatkan sebagai ballottement ginjal.
Hal ini juga didukung oleh pemeriksaan Rectal Touche (RT) bimanual dimana
jari-jari kedua tangan tidak dapat saling bertemu dan kesan teraba massa dalam buli.
Walaupun ini belum sepenuhnya dapat memastikan, karena dalam buli-buli terdapat
balon catheter.
Pada pasien ini juga terdapat gejala-gejala lain yang dikeluhkan sejak ± 1
tahun terakhir yaitu susah buang air kecil. Keluhan seperti ini biasanya merupakan
tanda-tanda adanya hambatan yang terjadi pada traktus urinarius dibagian distal dari
buli-buli.Ada beberapa hal bisa menyebabkan, yaitu hipertropi prostat, batu atau
striktur urethra, stenosis meatus.
Untuk kemungkinan batu atau striktur urethra dapat kita singkirkan dari
anamnesis, yaitu tidak adanya riwayat kencing berpasir atau nyeri pada penis saat
kencing, juga tidak ada riwayat kencing nanah atau riwayat trauma. Striktur urethra
dapat terjadi setelah urethritis atau setelah trauma urethra. Stenosis meatus dapat kita
singkirkan dari pemeriksaan fisis penis.
Bila memperhatikan anamnesis lebih lanjut pada pasien ini, kita dapatkan
bahwa selain terdapat keluhan susah untuk memulai buang air kecil (hesitancy), yang
kemudian diikuti dengan harus mengedan kuat (straining), penderita juga mengalami
adanya pancaran kencing yang makin lemah dengan kaliber yang makin kecil.
Penderita juga mengalami rasa tidak puas (terasa masih ada urine sisa dalam buli-buli
atau residual urine). Keluhan-keluhan seperti ini merupakan gejala-gejala suatu
obstruksi akibat dari pembesaran (hipertropi) prostat.
9
Pada pasien ini juga terdapat keluhan sering-sering kencing (frequency), sulit
untuk menahan kencing (urgency) dan sering terbangun pada malam hari karena rasa
ingin kencing (noctury). Hal ini merupakan gejala-gejala iritatif yang biasanya
ditemukan pada hipertropi prostat.
Hipertropi prostat ini akhirnya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan Rectal
Touche (RT) dimana teraba massa prostat menonjol ke arah rectum ukuran 1-2 cm,
permukaan licin, konsistensi padat kenyal, simetris, pole atas sulit dinilai. Dengan
bimanual; pole atas tidak dapat dicapai. Dengan demikian pasien ini juga menderita
Hipertropi Prostat Gr. II (Rectal Grading).
Bila kita kaitkan dengan keluhan hematuri seperti yang dibahas pada diskusi
sebelumnya, maka kita bisa mempertimbangkan kemungkinan lain bahwa bisa saja
hematuri yang terjadi adalah akibat pecahnya varicosis pada trigonum vesicae pada
hipertropi prostat akibat mengedan kuat. Untuk memastikan, ditentukan oleh
pemeriksaan penunjang diagnostik yang dilakukan.
Dari uraian diskusi ini kita dapat membuat kemungkinan diagnosis yang
paling mendekati adalah: Hematuri et causa Tumor Buli-Buli + Hipertropi
Prostat Grade II. Untuk memastikan diagnosis, kita dapat melakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan pada pasien ini
adalah sebagai berikut:
1. Sitologi Urin : pada kecurigaan karsinoma buli-buli dapat menemukan sel-sel
maligna bila diperiksa oleh ahli patologi yang berpengalaman. Sensitifitas relatif
rendah, tidak rutin dilakukan.
2. USG Abdomen : Pemeriksaan USG dapat mendeteksi tumor buli-buli dan
kelainan pada traktus urinarius atas,walaupun dapat dikacaukan oleh adanya
bekuan darah yang bisa terlihat sebagai massa dalam buli-buli. Dengan USG
diharapkan tampak tumor di daerah buli-buli dengan batas tegas dan permukaan
rata, bisa juga terlihat adanya suatu massa kistik atau solid dengan echogenitas
yang heterogen.. Tidak adanya massa, tidak dapat menyingkirkan suatu
10
karsinoma buli-buli. USG juga dapat membantu untuk menentukan adanya
pembesaran (hipertropi) prostat serta ukurannya. Selain itu juga dapat membantu
menemukan atau menyingkirkan kemungkinan kelainan-kelainan lain misalnya
adanya batu ginjal/buli-buli (acoustic shadow), tumor ginjal, obstruksi di bagian
distal ginjal (pelviocalyectasis) atau adanya tanda-tanda metastasis jauh (misalnya
nodul pada hepar).
3. BNO-IVP; pada karsinoma buli-buli dapat ditemukan filling defect dengan tepi
irreguler, walaupun masih harus didifferential diagnosis dengan bekuan darah dan
bila negatif tidak dapat menyingkirkan adanya karsinoma buli-buli.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya
infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. Pada hipertropi prostat akan
ditemukan indentasi caudal, sekaligus grading. Selain itu kita dapat
menemukan/menyingkirkan kemungkinan adanya batu disepanjang traktus
urinarius. Hal paling penting yang bisa didapat pada BNO-IVP adalah dapat
menilai fungsi ekskresi dan sekresi kedua ginjal. Syarat pemeriksaan IVP yaitu
fungsi ginjal harus dalam keadaan baik, dimana ureum dan kreatinin dalam batas
normal.
4. Pemeriksaan CT-Scan diperlukan untuk dapat melihat ukuran, bentuk, dan lokasi
tumor lebih jelas. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal sehingga tidak dapat
dilakukan BNO-IVP, CT-Scan merupakan pilihan.
5. Cystoscopy : dapat dijadikan sebagai diagnosis pasti karsinoma buli-buli, dengan
melakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi.
6. PSA : suatu serum marker spesifik untuk kanker prostat, pemeriksaan yang secara
rutin mesti dilakukan. Normal < 4 ng/ml. Dipengaruhi adanya manipulasi, ukuran
prostat dan usia.
7. TRUS-TAUS : khusus untuk prostat, menentukan ukuran dan volume prostat.
Juga menentukan rencana tindakan.
Bila dari hasil pemeriksaan penunjang tersebut dapat memastikan diagnosis
Gross Hematuri et causa Carcinoma Buli-Buli + Hipertropi Prostat Grade II,
11
maka tindakan paling tepat pada pasien ini adalah TUR-BT (Transurethral Resection
of Bladder Tumor) diikuti dengan TUR-P (Transurethral Resection of Prostate).
Setelah TUR-BT diikuti dengan tindakan kemoterapi, radioterapi, dan intravesical
kemoterapi.
Karsinoma buli-buli mempunyai tingkat rekurensi dalam 12 bulan pertama
dikatakan bisa mencapai angka 50-80%, dipengaruhi jenis histopatologi dan derajat
keganasan (grading). Sehingga prognosis pasien ini sangat ditentukan oleh diagnosis
pasti dan pilihan tindakan.Pada tumor buli-buli, jika tumor berada di superfisial,
maka prognosisnya baik. Sebaliknya jika terjadi penyebaran diluar buli-buli, maka
prognosisnya akan menjadi sangat buruk.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang kita lakukan dalam rangka persiapan tindakan
atau pengobatan tersebut meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium berupa tes darah rutin termasuk faktor
pembekuan/perdarahan (CT, BT, PT, APTT), kimia darah, urinalisis, kultur dan
sensitivitas urin, elektrolit, serta protein/albumin.
2. Pemeriksaan foto thoraks unit menilai paru dan jantung secara umum.
3. Pada penderita ini dengan usia tua (62 thn) sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan
tes faal paru, EKG, atau echocardiography.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Berdasarkan hasil diskusi yang di atas, maka pada pasien ini diagnosis yang
paling mendekati kemungkinan adalah: Gross Hematuri et causa Tumor Buli-Buli
+ Hipertropi Prostat Grade II
PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa
a. Sitologi urin
b. USG
c. TRUS-TAUS
12
d. BNO-IVP
e. CT Scan
f. PSA
g. Cystoscopy
2. Pemeriksaan untuk toleransi operasi
a. Darah rutin+ CT/BT/PT/APTT
b. Kimia darah
c. Urinalisis + kultur/sensitifitas bila terdapat bakteri
d. Elektrolit
e. Protein total/albumin
f. Foto thorax
g. Tes faal paru
h. EKG
i. Echocardiography
PENANGANAN
Tergantung diagnosis pasti pada pemeriksaan penunjang, bila terbukti sesuai
diagnosis klinis yang ditemukan maka tindakan paling tepat adalah:
- TUR-BT + TUR-P
- Kemoterapi
- Radioterapi
- Intravesikal kemoterapi
I. PROGNOSIS
Dengan tingkat rekurensi karsinoma buli-buli yang tinggi, maka
prognosis pasien ini adalah DUBIA.
13
Recommended