5.1. Potensi Erosi dan Longsor
5.1.1. Erosi
Erosi yang terdapat di wilayah penelitian dapat dibagi menjadi 4
klasifikasi yaitu, sangat ringan, ringan, berat dan sangat berat. Hal ini
didasarkan pengolahan data dengan teknik USLE. Berikut merupakan
gambararan peta persebaran peta wilayah erosi di wilayah penelitian.
Gambar 5.1 Peta Prediksi Erosi
Jika diliihat dari peta, maka hampir seluruh wilayah penelitian
merupakan wilayah erosi sangat berat. Hal ini dikarenakan wilayah penelitian
memiliki kemiringan yang terjal dan curah hujan yang bersar yaitu 2500 –
3500 mm per tahunnya.
Selain itu, faktor penggunaan tanah di wilayah penelitian yang
mayoritas berupa tegalan juga mempercepat laju erosi. Hal ini dikarenakan
penggunaan tanah tegalan tidak menyebabkan tanah yang dijadikan media
tanamnya tidak mengalami kejenuhan akan air.
Untuk melihat ada erosi di wilayah penelitian, dapat ditinjau dari
keruhnya air yang tergenang di jalanan dan air yang berada di selokan. Jika air
yang tergenang di jalanan dan selekon terlihat keruh atau coklat tua maka itu
menandakan adanya tingkat erosi yang tinggi pada daerah yang lebih tinggi
dari daerah tersebut. Berikut merupakan hasil dokumentasi mengenai adanya
erosi.
Gambar 5.2 Endapan di sungai musiman Gambar 5.3 Genangan air saat hujan
Gambar 5.4 Air di Selokan
5.1.2. Potensi Longsor
Potengsi longsor yang terjadi di wilayah penelitian di dibagi kedalam 3
klasifikasi yaitu, kurang rawan, rawan dan sangat rawan. Hal ini didasarkan
kepada pengolahan sinmap, dalam hal ini menggunakan software GIS dengan
bantuan Tools SINMAP 2.0.
Gambar 5.7 Peta Potensi Longsor
Gambar 5.7 Peta Kerawanan Longsor
Berdasarkan peta tersebut dapat diamati bahwa daerah yang memiliki
kestabilan tanah yang rendah akan memiliki tingkat kerawanan yang tinggi pula.
Namun, dalam beberapa bagian wilayah yang memiliki meliki ke stabilan yang
tinggi belum tentu memiliki tinggkat kerawanan yang tinggi.
Hal ini lebih didasarkan kepada tingkat aktifitas manusia yang berlangsung
pada suatu daerah. Semakin tinggi tingkat aktifitas manusia di suatu daerah maka,
semakin berbahaya daerah tersebut bila merupakan wilayah rawan. Sebaliknya, apa
bila daerah tersebut memiliki aktifitas yang rendah meski memiliki aktifitas yang
tinggi, maka daerah tersebut tetap tergolong daerah kurang rawan longsor.
Berikut merupakan dokumentasi lapang kejadian longsor yang kami temukan
sepanjang waktu pengamatan di daerah pelelitian kami.
Gambar 5.8 Potensi Longsor di wilayah penelitian pada hari kerja pertama
Gambar 5.9 Potensi Longsor di wilayah penelitian pada hari kerja kedua
Gambar 5.10 Potensi Longsor di wilayah penelitian pada hari kerja kedua
Gambar 5.11 Potensi Longsor di wilayah penelitian pada hari kerja kedua
5.4. Analisis Kesesuaian Erosi dan Longsor
5.4.1. Kesesuaian Erosi
Berdasarkan data USLE di daerah kajian kami dapat dilihat bahwa
daerah kami merupakan daerah yang memiliki tingkat erosi yang tinggi. Hal di
buktikan dengan pengamatan dilapang saat lokasi sedang hujan terlihat aliran
air yang mengalir di jalan yang kami berwarna coklat keruh.
Di samping itu irigasi di daerah kami juga menunjukan kekeruhan
yang tinggi. Hal ini juga yang menandakan ada erosi bahkan di saat waktu
tidak hujan dan hanya dialiri oleh aliran air biasa. Berikut merupakan
gambaran dokumentasi yang mendukung argument bahwa daerah kami
memiliki tinggkat erosi yang tinggi.
Gambar 5.12 Genangan di Jalan Gambar 5.13 Endapan di sungai musiman
Disamping itu, cara penanaman di wilayah penelitian yang ditanam
melintang dengan garis kontur juga menyebabkan daerah penelitian
mengalami erosi yang lebih tinggi karena teknik tanam tersebut meningkatkan
laju erosi yang terjadi di wilayah penelitian dikarenakan air yang jatuh tidak
tertahan dan malah turun bersama dengan material tanah yang terbawa dengan
air.
Jika melihat dari kebisaan warga dan teknik tanam yang digunakan
oleh warga, dapat dilihat pula warga telah melukan tindakan antisipasi
terhadap kejadian erosi yang mungkin terjadi di lahan pertaniannya. Hal ini
juga membuktikan bahwa daerah tinjauan kami juga merupak daerha erosi.
Adapun teknik untuk pencegahan erosi yang dilakukan oleh masyarakt
lokal adalah terasering batu dan pemberian plastik pada bagian bawah
tanaman. Terasering batu digunakan untuk mengurangi kemiringan dari lahan,
sedangkan pemberian plastik pada bagian bawah tanaman untuk mengurangi
air limpasan yang jatuh tanah dan juga mengurangi air yang dapat
membusukkan akar dari tanaman..
Berikut merupakan gambaran dari dokumentasi lapang tentang
pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat local terhadap erosi yang terjadi.
Gambar 5.14 Terasering Batu Gambar 5.15 Penggunaan Plastik
5.4.1. Kesesuaian Longsor
Berdasarkan pengamatan dilapangan dapat dilihat daerah pengamatan
yang mengalami kejadian longsor di daerah kami ada terdapat 12 buah titik.
Dengan rincian yaitu 9 titik longsor berada pada wilayah dengan klasifikasi
kurang rawan dan 3 titik longsor lainnya pada wilayah dengan klasifikasi
rawan. Sedangkan untuk wilayah dengan klasifikasi sangat rawan, peneliti
tidak dapat melakukan pengamatan dikarenakan keadaan medan dan tidak
adanya akses jalan untuk mencapai ke lokasi tujuan.
Berikut merupakan gambaran dearah titik kejadian longsor jika
dimasukkan kedalama peta kerawanan longsor dan peta penggunaan tanah
yang kami gunakan dalam penelitian ini.
Gambar 5.17 Peta Prediksi Erosi
Gambar 5.17 Peta Landuse
Berdasarkan pengamatan yang kami coba lakukan maka dapat dilihat
bahwa daerah yang mengalami longsor seluruhnya merupakan dearah tegalan.
Hal ini dimungkinkan karena tegalan di daerah kami ditanami dengan jenis
tanaman pangan yang memiliki akar tunggang yang pendek sehingga
menyembabkan tanaman yang ditanam tidak dapat menahan laju erosi atau
mengikat tanah yang berada di atas atau di bagaian permukaan tanah.