LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN
POST PARTUM FISIOLOGI
OLEH :
NAMA : PUTU EKA TRISNANDA OKTAPIANI
NIM : P07120013004
TINGKAT : 2.1 / DIII REGULER
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh
alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3
bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F.
Weller,2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat
kandung kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu
(Rustam,1991)
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa
setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali
seperti semula tanpa adanya komplikasi.
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Purperium Dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum.
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan jalan-
jalan.
2. Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post
partum. kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post
partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau
tahun.
(Yetti Anggraini, 2010)
B. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang terjadi pada masa post partum (nifas), antara lain:
1. Perubahan fisik
a. Sistem Reproduksi
1) Involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1
cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24
jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu
hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi
kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu
setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul.Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan
esterogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan
masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap.Inilah penyebab ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil.
Involusi pada alat kandungan meliputi :
a) Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan
membaik dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu
sendiri.
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan (Manuaba, 1999)
Involusi TFU (tinggi
Fundus)
Berat
Uteri
Diameter Bekas
Melekat
Plasenta
Keadaan Cervix
Plasenta
Lahir
Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembik
1 minggu Pertengahan
pusat simfisis
500 gr 7,5 cm dapat dilalui 2
jari
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dapat dimasuki 1
jari
6 minggu Sebesar hamil
2 minggu
50 gr 2,5 cm
8 minggu Normal 30 r
b) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan
dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan
juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka(Sulaiman S, 1983l: 121).
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas.
d) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui
oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari
saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix,
robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu
persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada
minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
2) Lochea (lochia)
Adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi plasenta (Manuaba, 1998).Lochia adalah cairan yang
dikeluarkan dari uterus dari darah menstruasi.Lochia ini berbau anyir
dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat
dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu :
a) Lochea rubra (kruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, vernik
kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa darah, terjadi selama
2 hari pasca persalinan
b) Lochea sanguinolenta : berwarna putih bercampur darah dan lendir,
terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c) Lochea serosa : keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning.
Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
f) Lacheostatis : Lochea tidak lancar keluarnya
3) After Pains
Rasa sakit (meriang atau mules-mules) yang disebabkan oleh
kontraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik(Cunningham, 430).
4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. Serviks mengalami involusi
bersama-sama uterus.Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu postnatal,
serviks menutup.
5) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan
volume intrauterine yang sangat besar.Hemostasis pascapartum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan
oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.Hormon oksigen
yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis.
Selama 1-2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk
mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan
oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular diberikan segera
setelah plasenta lahir.
6) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari
pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
7) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak
maju.Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.
8) Dinding Perut dan Peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang
begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir
berangsur angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-
latihan pasca persalinan (Rustam M, 1998: 130).
b. Sistem Perkemihan
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini
terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230). Buang air
kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme
(kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan) sfingter dan edema leher
buli–buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12–36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar
steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan
fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal
dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.Diperlukan kira–kira 2
sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta
pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk; 1993).
c. Sistem Hormonal
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-
hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen dan
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar
terendahnya tercapai kira–kira 1 minggu pascapartum. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu ke-2 setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
pascapartum hari ke-17 (bowes ,1991).
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil.
Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan
banyak makanan tambahan yang diberikan.Pada wanita yang menyusui
kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai
21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar
hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan
normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi(V Ruth B, 1996: 231)
Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan.
Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini membantu kelanjutan
involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi
HCG,estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat,
keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
Laktasi (pembentukan dan pengeluaran ASI). Air susu ibu ini
merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik, dan bersifat alamiah
bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan.Selama
kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran
kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka
LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.Lobus prosterior hypofise
mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air
susunya.Pada hari ke-3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae
dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.Air susu ibu kurang lebih
mengandung Protein 1-2%, lemak 3-5%, gula 6,5-8%.Hal yang
mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air
susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318).
d. Sistem Gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot
traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas keadaan normal.Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga
nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat
episiotomi, laserasi atau hemoroid.
e. Sistem Muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim.Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah
wanita melahirkan.
f. Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir.Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya.Kulit yang meregang pada payudara, abdomen,
paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
g. Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000
selama persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000- 30.000 tanpa
menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang
lama/panjang. Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal
masa nifas.
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995:). Sedangkan stres
emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang
berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan
dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues
dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
C. ETIOLOGI (PENYEBAB)
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan.
Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai
3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban
pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua
kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.
Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke
bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di
ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan
yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
D. PATOFISOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala. Adaptasi fisiologis dan adaptasi psikologis akan terjadi pada ibu post partum
dan nantinya akan berdampak kepada ibu itu sendiri, seperti yang teleh dijelaskan
dalam tanda dan gejala.
E. TANDA DAN BAHAYA POST PARTUM
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam
terjadinya robekan perineum antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada
mukosa vagina.
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum Ibu
Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg.Tekanan darah tersebut
bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum.Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah
sementara waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa
hari.Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan
post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa
nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
b. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38oC.Pada hari ke 4 setelah
persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari
aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 oC pada hari
kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau
sepsis nifas.
c. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut nadi ibu akan
melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan
karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama post partum.Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat,
kira-kira 110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi
khususnya bila disertai peningkatan
d. Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi
lambat atau bahkan normal.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30
x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
3. Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran
kelenjar,dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau
tidak,apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak
4. Uterus
a. Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri
b. Apakah kontraksi uterus baik atau tidak
c. Apakah konsistensinya lunak atau keras
d. Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi
tidak akan tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila
sebelumnya kontraksi uterus tidak baik dan konsistensinya lunak,palpasi
akan menyebabkan kontraksi yang akan mengeluarkan bekuan darah
yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan berkurang
dan uterus menjadi keras
e. Diastasis Rectie
Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya
yaitu dengan memasukkan kedua jari kita yaitu jari telunjuk dan jari
tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari kita masuk dua
jari berarti diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai berarti
abnormal.Cara penanganan diastasis rectie adalah dengan operasi ringan
(tometock)
f. Kandung Kemih
Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan
kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa
BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam post partum,bantu ibu
dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum
ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa
berkemih,maka mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah
kandung kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus agar
uterus berkontraksi dengan baik.
g. Ekstremitas Bawah
Pada pemeriksaan kaki apakah ada:varises,oedema,reflek patella,nyeri
tekan atau panas pada betis.
h. Genitalia
1) Periksa pengeluaran lochea, warna,bau dan jumlahnya
2) Hematom vulva (gumpalan darah)
Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi
vagina dan serviks dengan cermat
3) Lihat kebersihan pada genitalia ibu
Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada
maa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
i. Perineum
Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua
tungkai dilebarkan, saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah:
1) Oedema atau tidak
2) Hemoroid pada anus
3) Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
j. Lochea : Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina
pada masa nifas.
1) Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel
desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari
pascapersalinan.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari
ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.
4) Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap : Hb/Ht , WBC , PLT (jika hb <10 gr% di butuhkan fe)
2. Urinalisis; kadar urin, darah
3. Pemeriksaan post partum menurut (Siswosudarmo, 2008) :
a. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
b. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
c. Payudara: air susu, putting
d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
e. Sekres yang keluar atau lochea
f. Keadaan alat kandungan
4. Pemeriksaan penunjang post partum menurut (Manjoer arif dkk, 2001) :
a. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
b. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke-2 : mulai latihan duduk.
5. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.
I. PERAWATAN MASA NIFAS
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana
perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga
ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
d. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi.
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi
seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap,
sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa
pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat
buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam
uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah
belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK ,
setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral
atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995:
288)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat
berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya
menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.
( Mac. Donald, 1991: 430)
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6
bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti
hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2
bulan setelah melahirkan.
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.
J. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama
24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
a. Endometritis (radang endometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras
dan berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi,
pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya
meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke- , lamanya perkawinan dan alamat
2. Keluhan Utama
Yang dikaji adalah apakah ibu ada merasakan keluhan pada masa
nifas.Kaji adanya sakit perut, perdarahan, dan, ketakutan untuk bergerak
3. Riwayat kesehatan
Yang dikaji adalah :
a. Riwayat kesehatan yang lalu
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat Perkawinan
Yang dikaji adalah sejak umur berapa menikah,lama perkawinan,berapa
kali menikah, status pernikahan (karena status pernikahan sangat
mempengaruhuipsikologis ibu yang berhubungan dengan masa nifas.
5. Riwayat Obstetric
a. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, penolong persalianan, dimana ia
melahirkan,cara persalinan, jumlah anak, apakah pernah abortus dan
keadaan nifas yang lalu.
b. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan,jenis persalinan, lama persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi. Hal ini sangat penting dikaji untuk mengetahui apakah
proses persalinan mengalami kelainan atau tidak dan ini dapat berpengaruh
pada masa nifas.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan jenis kontrasepsi
apa,berapa lama ibu menggunakan kontrasepsi tersebut,apakah ibu mengalami
keluhan dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi tersebut dan setelah masa
nifas ini akan memakai kontrasepsi apa.
7. Kehidupan Social Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarganya yang menganut adat istiadat
tertentu denganbudaya yang akan menguntungkan atau merugikan ibu dalam
masa nifas.Hal pentingyang biasanya mereka anut kaitannya dengan masa
nifas adalah menu makan ibunifas,misalnya ibu nifas harus pantang makanan
yang berasal dari daging,ikan,telur dangoreng-gorengan karena dipercaya akan
menghambat pnyembuhan luka persalinan danmakan ini akan membuat ASI
menjadi lebih amis.Adat ini sangat merugikan sekali bagi ibu nifas karena
justru pemulihan kesehatannya akan terhambat.Dengan banyaknya jenis
makanan yang iapantang maka akan mengurangi juga nafsu makannya
sehingga asupan makanan yang seharusnya lebih banyak dari biasanya malah
semakin berkurang.Produksi ASI juga akan semakin berkurang karena volume
ASI sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang kualitas dan kuantitasnya
cukup baik.
8. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarganya terhadap bayinya
a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
Yang dikaji adalah bagaimana respon keluarga terhadap ibu dan
bayinya.Pengkajian respon keluarga terhadap ibu adalah untuk
kenyamanan psikologis ibu.Adanya respon positif dari keluarga
terhadap kelahiran bayi akan mempercepat proses adaptasi ibu
menerima perannya.Dalam mengkaji data ini bidan dapat menanyakan
langsung kepada pasien dan keluarga.Eksprei wajah yang mereka
tampilkan juga dapat memberikan petunjuk kepada perawat tentang
bagaimana respon mereka terhadap kelahiran ini.
b. Respon ibu terhadap dirinya sendiri
Yang dikaji adalah bagaimana respon ibu terhadap dirinya
sendiri,setelah ibu menjalani proses persalinan, apakah ibu telah siap
untuk menerima perannya menjadi seorang ibu yang siap untu merawat
dirinya.
c. Respon ibu terhadap bayinya
Dalam mengkaji data ini bidan dapat menanyakan langsung kepada
pasien mengenaibagaimana perasaannya terhadap kelahiran dari
bayinya.Apakah ibu merasa senang atau tidak atas kelahiran dari
bayinya.
9. Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan
setelah melahirkan.
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari Antara Lain
a. Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
b. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c. Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan
wajah
d. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-
kira 3 hari setelah melahirkan).
e. Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi
over distensi blass, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan
toilet.Diuresis biasanya terjadi diantara hari kedua dan kelima
f. Makanan/cairan
Yang dikaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack
(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga
g. Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan
pada perineum).Insomnia mungkin teramati.
h. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai
ke-5 pascapartum.
i. Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
11. Pengkajian Psikologis pada Ibu Nifas
Pada saat masa nifas ini,wanita banyak mengalami perubahan emosional/
psikologis, sementara itu ibu harus bisa menyesuaikan dirinya menjadi
seorang ibu.Penyebab salah satu dari perubahan emosional ibu adalah karna
perubahan hormonal yang cepat dan emosi yang labil yang disebabkan oleh
ketidaknyamanan fisik ibu seperti kurang tidur.
Adapun factor penyebab yang paling mempengaruhi perubahan emosi dan
psikososial ibu adalah :
a. Kekecewaan emosional
b. Rasa sakit pada tahap nifas awal
c. Kecemasan ibu dalam memberikan perawatan kepada bayinya
d. Ketakutan akan penampilan dari dirinya yang tidak menarik lagi bagi
suami
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Konstipasi behubungan dengan penurunan tonus otot abdomen, takut
mengejan.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tertahanya urin,kantong kemih
penuh
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses
persalinan dan proses melelahkan
5. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu.
6. Defisiensi pengetahuan: perawatan post partum berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penanganan post partum.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan post partum.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
9. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan pulva.
10. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi post partum.
11. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan/Kriteria
HasilIntervensi Rasional
1 Nyeri akut
berhubungan dengan
luka episiotomy.
NOC
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan nyeri
pasien berkurang,
dengan kriteria
hasil:
a. Pasien mampu
mengontrol
nyeri.
b. Pasien
melaporkan
NIC
Paint
Management
a. Kaji nyeri
secara
komprehensis
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan
factor
presipitasi.
b. Kurangi factor
presipitasi
a. Untuk
mengetahui
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan
factor
presipitasi.
b. Agar nyeri
berkurang
c. Untuk
mengontrol
nyeri
d. Untuk
mengurangi
nyeri berkurang
dengan skala
nyeri (0-10)
menggunakan
manajemen
nyeri.
c. Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang.
nyeri.
c. Ajarkan teknik
non
farmakologi
untuk
mengontrol
nyeri.
d. Berikan
analgesic
untuk
mengurangi
nyeri
nyeri
2. Konstipasi
berhubungan dengan
penurunan tonus otot
abdomen
NOC
a. Bowel
Elimination
b. Hydration
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan pasien
tidak konstipasi,
dengan kriteria
hasil:
a. Pasien
bebas.dari
konstipasi.
b. Feces lunak dan
berbentuk.
NIC
Constipation/
Impaction
Management
a. Monitoring
tranda dan
gejala
konstipasi.
b. Monitoring
bising usus.
c. Dukung intake
cairan.
d. Kolabotrasi
pemberian
laksatif.
e. Anjurkan
pasien diet
tinggi serat
a. Untuk
mengetahui
pasien
konstipasi atau
tidak.
b. Untuk
mengetahui
bising usus.
c. Menambah
intake cairan
sehingga feces
lebih lembek.
Untuk
mempermudah
BAB
3. Gangguan eliminasi
urine berhubungan
NOC
a. Urinary
NIC
Urinary
a. Untuk
mengetahui
dengan tertahanya
urin,kantong kemih
penuh
elimination
b. Urinary
Continuence
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan
elimanasi urine
pasien baik, dengan
kriteria hasil:
a. Kandung kemih
kosong secara
penuh.
b. Intake cairan
dalam rentang
normal.
c. Balance cairan
seimbang
Retention Care
a. Lakukan
penilain kemih
secara
komprehensif.
b. Pantau balance
cairan.
c. Pantau tingkat
distensi
kandung kemih
dengan palpasi
dan perkusi
output urine
dan pola
berkemih.
b. Untuk
mengetahui
keseimbangan
cairan.
c. Untuk
mengetahui
apakah
kandung kemih
penuh atau
tidak.
4. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan
respon hormonal
psikologis, proses
persalinan dan
proses melelahkan
.
NOC
a. Anxiety
Reduction
b. Comfort level
c. Pain level
d. Rest: Extent
and Pattern
e. Sleep: Extent
and Pattern
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan pola
tidur pasien cukup,
dengan kriteria
NIC
Sleep
Enhancement
a. Jelaskan
pentingnya
tidur yang
adekuat.
b. Berikan
lingkungan
yang nyaman.
c. Diskusikan
dengan pasien
dan keluarga
tentang teknik
tidur pasien.
a. Agar pasien
memahami
pentingnya
tidur.
b. Agar pasien
lebih nyaman
dan tidur lebih
optimal.
c. Agar pasien
dan keluarga
dapat
bekerjasama
dalam
memenuhi
kebutuhan
hasil:
a. Jumlah tidur
dalam batas
normal 6-8
jam/hari
b. Pola tidur,
kualitas dalam
batas normal.
c. Perasaan segar
sesudah tidur
atau istirahat.
tidur pasien.
5. Ketidak efektifan
pemberian ASI
berhubungan dengan
kurangya
pengetahuan ibu.
NOC
a. Breastfeding
ineffectictive
b. Breathing
Pattern
Ineffective.
c. Breasfeeding
interupted
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 1 x 24 jam,
diharapkan pasien
mampu:
a. Mampu
memahami
pentingnya
pemberian ASI.
b. Mampu
melakukan
teknik
menyusui yang
benar.
Breastfeding
Assistence
a. Pantau
ketrampilan
ibu dalam
menyusui
Breast
Examination
Lactation
Supresion
a. Fasilitasi
proses bantuan
interaktif untuk
membantu
mempertahan-
kan
keberhasilan
proses
pemberian ASI
b. Sediakan
informasi
tentang laktasi
Breastfeding
Assistence
a. Untuk
mengetahui
tingkat
pemahaman
ibu dalam
menyusui.
Breast
Examination
Lactation
Supresion
a. Untuk
membantu
mempertahank
an
keberhasilan
pemberian
ASI.
b. Untuk
menambah
pengetahuan
c. Ibu
mengindikasi
kepuasan
terhadap
pemberian ASI.
dan teknik
memompa
ASI, cara
mengumpul-
kan dan
menyimpan
ASI
Lactation
Counceling
a. Sediakan
informasi
tentang
keuntungan
dan kerugian
pemberian ASI
ibu dalam
menyimpan
ASI
Lactation
Counceling
a. Agar ibu tahu
manfaat
pemberian
ASI.
6 Defisiensi
pengetahuan:
perawatan post
partum berhubungan
dengan kurangnya
informasi tentang
penanganan post
partum
NOC
a. Knowledge:
disease process.
b. Knowledge:
Health
Behavior.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan pasien
mampu memahami
tindakan perawatan,
dengan kriteria
hasil:
a. Pasien dan
keluarga
menyatakan
NIC
Teaching: disease
process
a. Berikan
penilaian
tentang tingkat
pengetahuan
pasien dan
keluarga
tentang proses
penyakit.
b. Jelaskan
patofisiologi
dari penyakit
dan bagaimana
hal ini
berhubungan
a. Agar pasien
dan keluarga
mengetahui
tingkat
pengetahuanny
a.
b. Agar pasien
dan keluarga
memahami
penyakitnya.
c. Agar pasien
dan keluarga
mengetahui
tanda dan
gejala yang
mungkin
pemahaman
tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis dan
program
pengobatan.
b. Pasien dan
keluarga
mampu
menjelaskan
secara benar.
c. Pasien dan
keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya.
dengan
anatomi dan
fisiologi,
dengan cara
yang tepat.
c. Gambarkan
tanda dan
gejala yang
bisa muncul
dengan cara
yang tepat.
d. Beri
kesempatan
pasien dan
keluarga untuk
bertanya.
muncul.
d. Agar pasien
dapat
menanyakan
hal yang
mungkin
belum
dimengerti.
7. Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan kelelahan
post partum.
NOC
a. Urinary
elimination
b. Urinary
Continuence
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan pasien
mampu merawat
diri, dengan kriteria
NIC
Self Care
assistane : ADLs
a. Monitor
kemempuan
klien untuk
perawatan diri
yang mandiri.
b. Monitor
kebutuhan
klien untuk
a. Untuk
mengetahui
tingkat
kemampuan
pasien merawat
diri.
b. Untuk
mempermudahp
asien dalam
merawat diri.
c. Untuk
hasil:
a. Klien terbebas
dari bau badan
b. Menyatakan
kenyamanan
terhadap
kemampuan
untuk
melakukan
ADLs.
c. Dapat
melakukan
ADLS dengan
bantuan
seminimal
mungkin.
alat-alat bantu
untuk
kebersihan
diri,
berpakaian,
berhias,
toileting dan
makan.
c. Sediakan
bantuan
sampai klien
mampu secara
utuh untuk
melakukan
self-care.
d. Dorong klien
untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari
yang normal
sesuai
kemampuan
yang dimiliki.
e. Dorong untuk
melakukan
secara mandiri,
tapi beri
bantuan ketika
klien tidak
mampu
melakukannya.
f. Ajarkan klien/
keluarga untuk
membantu
pasien merawat
diri.
d. Agar pasien
terbiasa mandiri
dan melakukan
perawatan diri
semapunya.
e. Membiasakan
pasien untuk
mandiri.
f. Untuk
membantu
pasien dalam
perawatan diri.
g. Untuk
membiasakan
pasien dengan
aktifitas ruti
sesuai
kemampuan-
nya.
h. Untuk
memberikan
aktifitas sesuai
usia pasien,
sehingga pasien
mampu
melakukannya.
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan
bantuan hanya
jika pasien
tidak mampu
untuk
melakukannya.
g. Berikan
aktivitas rutin
sehari- hari
sesuai
kemampuan.
h. Pertimbangkan
usia klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas
sehari-hari.
8. Resiko infeksi
berhubungan dengan
kurangnya
pengetahuan tentang
perawatan pulva.
NOC
a. Immune status
b. Knowledge:
Infection
control
c. Risk control
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan pasien
bebas dari infeksi,
dengan kriteria
hasil:
NIC
Infection Control
a. Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai
pasien lain.
b. Pertahankan
teknik isolasi.
c. Batasi
pengunjung
bila perlu.
d. Cuci tangan
setiap sebelum
a. Agar tidak
menimbulkan
infeksi
b. Untuk
mencegah
penularan
infeksi.
c. Untuk
mengurangi
resiko infeksi.
d. Untuk
mengurangi
a. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi.
b. Menunjukan
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi.
c. Jumlah leukosit
dalam batas
normal.
dan sesudah
melakukan
tindakan.
e. Monitor tanda
dan gejala
infeksi.
f. Beri KIE
tentang cara
dan pentingnya
menjaga organ
reproduksi
resiko infeksi.
e. Untuk
memantau
tanda dan
gejala infeksi.
f. Agar pasien
mengetahui
cara dan
pentingya
membersihkan
organ
reproduksi.
9. Resiko gangguan
proses parenting
berhubungan dengan
kurangnya
pengetahuan tentang
cara merawat bayi.
Setelah dilakukan
askep selama 2x 24
jam, Gangguan
proses parenting
tidak ada.
Kriteria hasil: ibu
dapat merawat bayi
secara mandiri
(memandikan,
menyusui).
a. Beri
kesempatan
ibu untuk
melakuakn
perawatan bayi
secara mandiri.
b. Libatkan suami
dalam
perawatan
bayi.
c. Latih ibu untuk
perawatan
payudara
secara mandiri
dan teratur.
d. Motivasi ibu
untuk
meningkatkan
intake cairan
dan diet TKTP.
a. Meningkatkan
kemandirian
ibu dalam
perawatan
bayi.
b. Keterlibatan
bapak/suami
dalam
perawatan bayi
akan
membantu
meningkatkan
keterikatan
batih ibu
dengan bayi.
c. Perawatan
payudara
secara teratur
akan
e. Lakukan rawat
gabung
sesegera
mungkin bila
tidak terdapat
komplikasi
pada ibu atau
bayi.
mempertahank
an produksi
ASI secara
kontinyu
sehingga
kebutuhan bayi
akan ASI
tercukupi.
d. Mneingkatkan
produksi ASI.
e. Meningkatkan
hubungan ibu
dan bayi sedini
mungkin.
10. Resiko perdarahan
berhubungan dengan
komplikasi post
partum
NOC
a. Blood lose
severity.
b. Blood
Koagulation.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan tidak
terjadi perdrahan,
dengan kriteria
hasil:
a. Tekanan darah
dalam batas
normal
b. Tidak ada
kehilangan
darah yang
NIC
Bleeding
Precaution.
a. Monitor ketat
tanda-tanda
perdarahan.
b. Catat nilai Hb
dan HT
sebelum dan
sesudah
perdarahan.
c. Lindungi
pasien dari
trauma yang
dapat
menyebabkan
perdarahan.
d. Anjurkan asien
a. Untuk
mengetahui
adanya tanda-
tanda
perdarahan.
b. Untuk
memantau
nialai Hb dan
HT, melihat
kemungkinan
terjadi anemia.
c. Mengurangi
resiko
perdarahan.
d. Untuk
mempercepat
pembekuan
terlihat.
c. Tidak ada
distensi
abdominal
d. Tidak ada
hematuria dan
hematemesis.
e. Hemoglobin
dan hematocrit
dalam batas
normal.
untuk
meningkatkan
intake
makanan yang
mengandung
vitamin K.
e. Indikasi
penyebab
perdarahan.
darah.
e. Untuk
mengetahui
penyebab
perdarahan.
11. Resiko kekurangan
volume cairan
berhubungan dengan
perdarahan.
NOC
a. Fluid balance
b. Hydration
Setelah dilakukan
askep selama 2x 24
jam, pasien dapat
mendemostrasikan
status cairan
membaik.
Kriteria evaluasi:
a. tidak ada
manifestasi
dehidrasi,
b. resolusi oedema,
c. haluaran urine di
atas 30 ml/jam,
d. kulit
kenyal/turgor
kulit baik.
NIC
Fluid management
a. Obs Tanda-
tanda vital
setiap 4 jam.
b. Obs Warna
urine.
c. Status umum
setiap 8 jam.
d. Pertahankan
catatan intake
dan output
yang akurat
e. Monitor status
hidrasi
( kelembaban
membran
mukosa, nadi
adekuat,
tekanan darah
ortostatik ),
jika diperlukan
a. Mengidentifika
si
penyimpangan
indikasi
kemajuan atau
penyimpangan
dari hasil yang
diharapkan.
b. Mengidentifika
si
penyimpangan
indikasi
kemajuan atau
penyimpangan
dari hasil yang
diharapkan.
c. Memenuhi
kebutuhan
cairan tubuh
klien.
d. Menjaga status
f. Monitor
masukan
makanan /
cairan dan
hitung intake
kalori harian
g. Lakukan terapi
IV
h. Berikan cairan
i. Dorong
masukan oral
j. Beritahu
dokter bila:
haluaran urine
< 30 ml/jam,
haus,
takikardia,
gelisah, TD di
bawah rentang
normal, urine
gelap atau
encer gelap.
k. Konsultasi
dokter bila
manifestasi
kelebihan
cairan terjadi.
l. Pantau: cairan
masuk dan
cairan keluar
setiap 8 jam.
balance cairan
klien.
e. Memenuhi
kebutuhan
cairan tubuh
klien.
f. Memenuhi
kebutuhan
cairan tubuh
klien.
g. Memenuhi
kebutuhan
cairan tubuh
klien.
h. Memenuhi
kebutuhan
cairan tubuh
klien.
i. Memenuhi
kebutuhan
cairan tubuh
klien.
j. Temuan-
temuan ini
menandakan
hipovolemia
dan perlunya
peningkatan
cairan.
k. Mencegah
pasien jatuh ke
dalam kondisi
kelebihan
cairan yang
beresiko
terjadinya
oedem paru.
l. Mengidentifika
si
keseimbangan
cairan pasien
secara adekuat
dan teratur.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan (intervensi) keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya.
E. EVALUASI
Evaluasi berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing
Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.
Louis ,Missouri ; Mosby.
NANDA International. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Setiono, Wiwing.2013.Laporan Pendahuluan Masa Nifas.(Online),
(http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-pendahuluan-masa-nifas-
post.html#.VWwo0fDA-W4), diakses 1 Juni 2015
Yoga.2013.Askep Post Partum.(Online),(http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-
post-partum-nifas.html), diakses 1 Juni 2015
Mengetahui Denpasar, Juni 2015
Pembimbing Praktek Mahasiswa
NIP: NIM:
Mengetahui
Pembimbing Akademik
NIP: