MAKALAH AIR ASAM TAMBANG
YANG TERDAPAT DI TAMBANG TERBUKA
Disusun Oleh:
RADEN HABIBI INSANUL HAER
41302A0046
JURUSAN D3 TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Mineral sulfida berupa ikatan unsur belerang dengan logam, di alam dapat menjadi sumber daya
logam, yang dalam jumlah besar dapat berpotensi ekonomi untuk diusahakan. Selain menyusun tubuh
bijih logam, mineral sulfida dijumpai sebagai bagian dari penyusun endapan batubara. Mineral sulfida
dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal maupun sebagai hasil proses sedimentasi. Mineral
sulfida sering dijumpai berupa pirit, kalkopirit, spalerit dan galena.
Dari karakteristiknya mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri metalurgi maupun
kimia, namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan.
Air asam dapat terbentuk secara alami, sebagai akibat teroksidasi dan terlarutkannya sulfida ke
dalam sistem aliran air permukaan dan air tanah menyebabkan turunnya pH air. Kegiatan penambangan,
dengan membongkar endapan sulfida, berpotensi memperbesar dan mempercepat proses pembentukan air
asam. Pembentukan air asam akibat kegiatan penambangan atau sering disebut dengan air asam
tambang perlu dicegah. Air asam tambang yang tidak dapat terhindarkan terbentuk di wilayah
tambang, harus dinetralkan agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya.
Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid
Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida
tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan oksigen (sebagai
faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan
kondisi asam. Hasil reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari asalnya jika
terdapat air pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat
mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang lazim disebut dengan
istilah AAT.
AAT adalah air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan
dengan air asam yang timbul akibat kegiatan lain seperti penggalian untuk pembangunan fondasi
bangunan, pembuatan tambak dan sebagainya. Beberapa mineral sulfida yang ditemukan pada
proses AAT FeS2, Cu2S, CuS, CuFeS2, MoS2, NiS, PbS, ZnS and FeAsS. Pirit merupakan
mineral sulfida yang umum ditemukan pada kegiatan penambangan terutama batubara.
Terbentuknya AATditandai oleh pH yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi,
nilai acidity yang tinggi, nilai sulfat yang tinggi and konsentrasi O2 yang rendah. Jika AAT
keluar dari tempat terbentuknya dan keluar kelingkungan umum maka faktor lingkungan akan
terpengaruhi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pencegahan Terbentuk Air Asam Tambang
Sebelum melakukan operasi penambangan , sebuah perusahaan tambang wajib
melakukan analisis sumber-sumber yang dapat menyebabkan terbentuknya Air Asam Tambang
ini, terutama mengidentifikasi mana batuan yang mengandung mineral sulfida mana yang tidak.
Dalam industri pertambangan dikenal istilah PAF untuk lapisan batuan yang terindikasi
berpotensi membentuk Asam dan NAF untuk lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi
menyebabkan asam.
Dalam industri pertambangan khususnya konsentrasi lingkungan tambang, dikenal 2 uji yang
berkaitan dengan AAT, yakni : Uji Statik dan Uji Kinetik. Uji Statik adalah Uji yang digunakan
untuk mengidentifikasi mana unsur yang berpotensi membangkitkan asam atau menetralkan
asam. Beberapa Uji contoh Uji Statik adalah :
1. Paste PH
2. Total Sulfur
3. Acid Neutralizing Capacity (ANC)
4. Net Acid Generating (NAG)
Sementara Uji Kinetik adalah uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran laju reaksi
pembentukan asam, contoh uji Kinetik adalah column leach test.
Setelah memahami metode pencegahan, bagaimana langkah selanjutnya sehingga Air Asam
Tambang tidak terbentuk. Pada prinsipnya, Air Asam Tambang tidak akan terbentuk selama
Sulfida tidak berinteraksi dengan Air atau Oksigen, sehingga cara pencegahan dan
penanganannya berpatokan pada prinsip tersebut.
Dalam metode penanganan dikenal 2 istilah :
1. Metode Dry Cover
Metode Dry cover adalah metode mengisolasi atau menutupi batuan yang dinilai
berpotensi membentuk asam dengan lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi
membentuk asam atau dengan batuan NAF. Mengacu pada prinsip terbentuknya AAT
tadi, fungsi lapisan NAF ini adalah agar tidak terjadi interaksi batuan PAF dengan
oksigen ataupun air.
2. Metode Wet Cover
Sementara itu metode Wet Cover adalah mengisolasi batuan yang berpotensi membentuk
asam di dalam perairan, seperti danau, dasar laut atau di dalam kolam. Intinya bagaimana
memastikan tidak terjadi interkasi dengan Oksigen.
Batuan yang mengandung mineral Sulfida, pada indutri batubara biasanya terdapat pada
lapisan atas batubara (roof), lapisan bawah (floor) atau juga pada pengotor di lapisan batubara itu
sendiri, sehingga perlu sekali melakukan uji Statik terhadap tiap-tiap lapisan untuk meng-
kategorisasi mana batuan PAF mana NAF
2.2 Penanganan Air Asam Tambang
Pengolahan air asam harus dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan air, sehingga
nantinya tidak mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat
dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia
diantaranya seperti Limestone (Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic
Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous Ammoni.
· a. Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-
puluh tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam. Penggunaan
limestone merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua bahan-
bahan kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan karena kelarutan
yang rendah dan limestone terlapisi.
· b. Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk
menetralkan air asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan
keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu lama pencampuran
diperlukan untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air. Hydrated lime mempunyai
batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat tinggi diperlukan untuk
mengubah logam seperti mangan.
· c. Caustic Soda (Sodium Hydroxide)
Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh
(tidak mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah. Caustic menaikkan pH air
dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan mangan merupakan
suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan cara meneteskan cairan caustic ke
dalam air asam, karena kelarutannya akan menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari
penggunaan cairan caustic untuk penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam
penanganannya. Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada caustic cair.
·
d. Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang
rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar pemakaian sebuah
kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
· e. Anhydrous Ammonia
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan
untuk mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam
atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan pH.
Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi
dengan logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan dasar
kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik kepermukaan. Ammonia
efektif untuk membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.
· Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan
Air asam dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki kekeruhan
yang sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya dapat menggunakan bahan
kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus kimianya (Al2SO4)3. Tawas
merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis,
mudah diperoleh dipasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung
kepada turbidity (kekeruhan) air. Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar jumlah tawas
yang dibutuhkan. Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun,
karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4.
Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah ini adalah air asam tambang )"
terbentuk saat mineral sulfida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena
terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi
dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Agar air asam tidak terbentuk terdapat dua
metode yang akan di pakai yaitu Metode Dry Cover dan Metode Wet Cover. Sedangkan jika
air asam tambang sudah terbentuk maka penanganan yang dilakukan ada lima jenis bahan
kimia yang akan digunakan yaitu Limestone (Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium
Hydroxide, Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate),
Anhydrous Ammonia.
Recommended