MAKALAH INTEGUMEN
PADA PENYAKIT “HERPES”
Disusun Oleh :
1.Andika setiawan
2.Diah ayu nurvita
3.Devi mawarni p
4.Saiful arif
5.Sandi karuhai
6.Sri wijayanti
PRODI S1 KEPERAWATAN (5C)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA“
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya selaku
penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah Patofisiologi Keperawatan dengan tema
“Herpes” sebagai tugas keleompok dalam semester ini.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan, baik buku-buku diktat
kedokteran dan keperawatan, artikel-artikel nasional dan internasional dari internet dan lain
sebagainya. Semoga saja makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya
maupun bagi para pembaca pada umumnya.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan. Dan penulis
menyadari makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu penulis merasa perlu untuk
meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan demi perbaikan yang
selalu perlu untuk dilakukan agar kesalahan - kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan
datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penul is , desember 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas
ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang terbatas
pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensoris
dari nervus cranialis.
Herpes zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yang telah
menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varisela yang telah ada sebelumnya. Hubungan
varisela dan herpes zoster pertama kali ditemukan oleh Von Gokay pada tahun 1888. ia
menemukan penderita anak – anak yang dapat terkena varisela setelah mengalami kontak dengan
individu yang mengalami infeksi herpes zoster.
Implikasi neurologik dari distribusi lesi semental herpes zoster diperkenalkan oleh
Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan ganglion sensoris dan saraf spinal pertama
kali diuraikan oleh Von Bareusprung pada tahun 1862. herpes zoster dapat mengenai kedua jenis
kelamin dan semua ras dengan frekuensi yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan
sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian
dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus
yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar / chickenpox.
2. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsid
berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein –
virion yang lengkap dengan diameternya 150 – 200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang
bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic , deterjen,
enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14 – 21 hari.
3. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau
replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf
sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa
anak – anak. Sekitar 20 % orang yang menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya
dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area
dermatom.
4. Faktor Resiko
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
Factor pencetus kambuhnya herpes :
1. trauma / luka 6. kelelahan
2. demam 7. alkohol
3. gangguan pencernaan 8. obat - obatan
4. sinar ultraviolet 9. haid
5. stress
5. Tanda dan gejala
a. Gejala prodomal
1. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 – 4 hari.
2. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash,
kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk),
gatal dan kesemutan.
3. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus – menerus atau hilang timbul.
Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
4. Gejala yang mempengaruhi mata :
Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan
mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
b. Timbul erupsi kulit
1. Kadang terjadi limfadenopati regional
2. Erupsi kulit hampir selalu unilateraldan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh ,
yang tersering di daerah ganglion torakalis.
3. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul – papul dan
dalam waktu 12 – 24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7 – 10 hari. Krusta dapat
bertahan sampai 2 – 3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental
juga menghilang
4. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke – 4 dan kadang – kadang sampai hari ke
7
5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan
parut (pitted scar)
6. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive
terhadap nyeri yang dialami.
Perkembangan ruam herpes zoster
Hari 1 Hari 2 Hari 5 Hari 6
Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa sakit seperti terbakar dan
kulit menjadi sensitif selama beberapa hari hingga satu minggu. Penyebab terjadinya rasa sakit
yang akut tersebut sulit dideteksi apabila ruam (bintil merah pada kulit) belum muncul. Ruam
shingles mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar kulit merah dengan lepuhan
lainnya terus muncul dalam 3-5 hari. Lepuhan atau bintil merah akan timbul mengikuti saraf dari
sumsum tulang belakang dan membentuk pola seperti pita pada area kulit. Penyebaran bintil-
bintil tersebut menyerupai sinar (ray-like) yang disebut pola dermatomal. Bintil akan muncul di
seluruh atau hanya sebagian jalur saraf yang terkait. Biasanya, hanya satu saraf yang terlibat,
namun di beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf ikut terlibat. Bintil atau lepuh akan pecah
dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan mengeras dan mulai sembuh. Gejala tersebut akan
terjadi dalam selama 3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus, ruam tidak muncul tetapi hanya ada
rasa sakit.
6. Komplikasi
a. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic
(singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di
dermatom yang terkena setelah erupsi.
b. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan
setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan
setelah 1 – 6 bulan
c. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan
penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
d. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis,
korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
e. Herpes zoster diseminata / generalisata
f. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik,
progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa
disertai hemiplegi ( 2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).
7.Pemeriksaan
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes
zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis
herpes virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
1. Pengobatan topical
Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin /
polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
2. Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan
keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun
hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan
lewat infus intravena atau salep mata.
Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun
penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan
respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin
diberikan untuk menyembuhkan priritus.
b. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang
nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat
diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
c. Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat
diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan
Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak
teratasi.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Riwayat
Riwayat menderita penyakit cacar
Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, leukimia)
Riwayat terapi radiasi
b. Diet
c. Keluhan utama
Nyeri
Sensasi gatal
Lesi kulit
Kemerahan
Fatige
d. Riwayat psikososial
Kondisi psikologis pasien
Kecemasan
Respon pasien terhadap penyakit
e. Pemeriksaan fisik
Tanda vital
Tes diagnostik
B. Diagnosa
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang muncul adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya lesi kulit
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dari lesi herpes
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan fungsi barier kulit
C. Intervensi keperawatan
1. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri, demam, drainase yang berbau busuk dan
muncul pus
2. Jelaskan tentang kemungkinan neuralgia paska herpes dan tekankan bahwa anda
dapat menangani nyeri
3. Beritahu pasien bahwa mereka dapat menulari orang lain, oleh karena itu perlu
diperhatikan tindakan higienis rutin seperti pemakaian alat pribadi
4. Tidak melakukan kontak social hingga lesi mengering
5. Gunakan obat sesuai aturan, pakai pakian yang menyerap keringat, pertahankan
suhu udara tetap dingin / nyaman
6. Dapat digunakan sarung tangan katun pada malam hari saat muncul keinginan untuk
menggaruk
7. Lakukan tehnik relaksasi untuk menurunkan nyri dan batasi aktivitas yang
berlebihan
D. Evaluasi
1. Keluhan nyeri berkurang
2. Pasien memperoleh periode istirahat / tidur yang adekuat
3. Kondisi integritas kulit dapat dipertahankan
Tidak ada lesi yang pecah
Kulit terlindungi dari bahan iritan
4. Tidak ada tanda infeksi
5. Pasien dan keluarga mampu melakukan perawatan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/ Herpes
http://www.herpes.gov/cancertopics/pdq/treatmen/herpes
http://kidshealth.org/parent/medical/ virus / herpes .html
Carpenito, Linda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta :
EGC
Kusnanto, S.Kp., M.Kes. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : EGC
Recommended