PEMBUKUAN DAN PENTERJEMAH AL-QUR’AN
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ ULUMMUL QUR’AN II ”
Dosen Pengampu:
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh:
Illa Lairinsky Nisa
2013.4.047.0001.1.001681
PAI – SMT 3
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
CABANG CAMPURDARAT
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MUHAMMADIYAH
OKTOBER 2014
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIM) Tulungagung Bapak
Nurul Amin M.Ag
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini Bapak Afiful Ikhwan M.Pd I
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
(PENYUSUN)
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
PEMBUKUAN DAN TERJEMAH AL-QUR’AN
A. Sejarah Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Modern Secara-
Global ................................................................................. 3
B. Pengertian Terjemah Al-Qur’an Secara Umum dan
Penerjemahan- Secara Khusus .......................................... 7
C. Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an .......................................... 9
D. Macam- macam Penerjemahan Al-Qur’an dan
Pengertian Masing-masing . ............................................ 10
E. Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an .................. 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an di anggap sebagai kitab suci yang lengkap dan sempurna oleh
umat Islam dalam peradaban Islam. Al-Qur’an adalah sebuah teks yang mengatasi
dan melampaui teks-teks yang lain dalam sejarah. Hal itu disebabkan Al-Qur’an
merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat jibril kepada umat
manusia. Ruh ke Ilahian Al-Qur’an lah yang membuatnya tahan dari berbagai
kritik dan gempuran. Sebagai sebuah teks, Al-Qur’an merupakan pedoman hidup
bagi umat Islam. Semua hal yang ada pada aspekk kehidupan telah diatur
didalamnya.
Walaupun begitu, disamping berbahasa arab tidak dipungkiri dari ayat-
ayatnya masih banyak yang besifat global. Sehingga tidak bisa dipahami secara
tekstual, untuk itu bagi orang awam untuk memahaminya perlu penerjemahan dan
penafsiran terlebih dahulu.Sudah menjadi keinginan setiap manusia baik muslim
ataupun non muslim untuk mengetahui apa yang terkandung dalam alquran,
sementara Al-Quran turun dalam bahasa Arab (Qur’anan ‘arobiyyan), padahal
tidak semua orang dapat mengerti apalagi menguasai Bahasa Arab, maka dengan
alasan itulah penerjemahan Al-Quran sangat dibutuhkan hingga ke dalam
berbagai bahasa di dunia.
Al-Quran dan terjemahanya telah menyebar keseluruh penjuru dunia,
berbagai bahasa telah diterjemahkan dari Al-Quran, keberadaan terjemahan itu
tidak lain adalah untuk menambah pemahaman pembaca pada kitab monumental
ini.. Agar tidak terjadi desakralisasi dalam terjemahan Al-Quran, diwajibkan
dalam kurung dianjurkan. Untuk mengetahui pembagian dan macam-macam
terjemahan. Sebab, akhir-akhir ini banyak terjadi penyelewengan terhadap arti Al-
Quranyangsakral.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Modern Secara
Global?
2. Apa Pengertian Terjemah Secara Umum dan Penerjemahan Al-Qur’an
Secara Khusus ?
3. Apa Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an ?
4. Apa Macam-macam Penerjemahan Al-Qur’an dan Pengertiannya masing-
masing ?
5. Bagaimana Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Sejarah Pembukuan Pada Masa Modern.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Terjemah Al-Qur’an Secara Umum dan
Khusus.
3. Untuk mengetahui Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an.
4. Untuk Menegatahui Macam-macam Penerjemahan Al-Qur’an dan
Pengertiannya.
5. Untuk Mengetahui Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pembukuan Al-Qur’an Pada Masa Modern Secara Global
Pada waktu Abu Bakar diangkat menjadi khalifah beliau segera
memerintahkan agar naskah yang tersimpan di rumah Rasulullah disalin dan
disusun kembali. Pekerjaan ini dilakukan setelah terjadi perang Yamamah yang
mengakibatkan meninggalnya 70 orang penghafal Al-Qur’an, dan setelah
musailamah Al-Kazzab sebagai Nabi palsu dihancurkan. Gagasan mengumpulkan
Al-Qur’an pada masa itu adalah dari sahabat Umar ibnu Khattab. Umar merasa
khawatir akan hilangnya sebagian Al-Qur’an dari penghafalnya yang telah gugur
dalam pertempuran.
Demikianlah khalifah Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit, penulis
suhuf-suhuf di zaman Rasulullah untuk mengumpulkan suhuf-suhuf Al-Qur'an
baik yang terdapat pada pelepah kurma, tulang hewan maupun dari para penghafal
Al-Qur'an yang masih hidup. Dengan demikian kaum muslimin pada saat itu
sepakat meyakini, bahwa mushaf Abu Bakar adalah mushaf Al-Qur'an yang sahih
yang diakui oleh semua sahabat tanpa ada yang membantah.
Pembukuan Al-Qur’an dilakukan secara tersusun berdasarkan Hadist Nabi
yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Utsman bin Affan bahwa apabila
diturunkan kepada Nabi suatu wahyu, ia memanggil sekretaris untuk
menuliskannya, kemudian bersabda “letakkanlah ayat ini dalam surat yang
menyebutkan begini atau begitu”1.
Pembukuan Al-Qur’an tersebut tidak disusun berdasarkan kronologis
turunnya wahyu.Upaya pembukuan Al-Qur’an melalui satu versi bacaan untuk
seluruh umat Islam dilatar belakangi oleh karena di setiap
wilayahterkenal qira’ah sahabat yang mengajarkan Alquran kepada setiap
penduduk di wilayah tersebut.
1Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Yogyakarta:Penerbit Forum Kajian
Budaya dan Agama, 2001), h. 132.
4
Penduduk Syam memakai qira’ah Ubay bin Ka‘b, yang lainnya lagi
memakai qira’ah Abu Musa al-Asy’ary. Maka tidak diragukan timbul perbedaan
bentuk qira’ah di kalangan mereka, sehingga membawa kepada pertentangan dan
perpecahan di antara mereka sendiri Bahkan terjadi sebagian mereka
mengkafirkan sebagian yang lain, disebabkan perbedaan qira’ah tersebut2.
Itulah sebabnya Khalifah ‘Utsman kemudian berpikir dan merencanakan
untuk mengambil langkah-langkah positif sebelum perbedaan-perbadaan bacaan
itu lebih meluas. Usaha awal yang dilakukannya adalah mengumpulkan para
sahabat yang alim dan jenius serta mereka yang terkenal pandai memadamkan
dan meredakan persengketaan itu. Mereka sepakat menerima instruksi ‘Utsman,
yakni membuat Mushaf yang banyak, lalu membagi-bagikannya ke setiap pelosok
dan kota, sekaligus memerintahkan pembakaran selainMushaf itu, sehingga tidak
ada lagi celah yang menjerumuskan mereka ke persengketaan dalam bentuk-
bentuk qira’ah.
Karena itulah pulalah, ‘Utsman mengirim utusan kepada Hafshah guna
meminjam Mushaf yang terwariskan dari ‘Umar. Dari Mushhaf tersebut, lalu
dipilihnya tokoh andal dari kalangan senior sahabat untuk memulai rencananya.
Pilihannya jatuh kepada Zayd bin Stabit, ‘Abdullah bin Zubayr, Sai‘id bin ‘Ash
dan ‘Abdurrahman bin Hisyam mereka dari suku Quraisy, golongan Muhajirin,
kecuali Zayd bin Tsabit, ia golongan Anshar. Usaha yang mulia ini berlangsung
pada tahun 24 H. Sebelum memulai tugas ini, ‘Utsman berpesan kepada mereka :
لفتم ان تم وزيد بن ثابت ف شيئ، فكتب وه بلسان ق ا ن زل بلسانم إذا اخت ريش، فإنه إن
Terjemahnya : Jika kalian berselisih pendapat dalam qira’ah dengan Zayd bin
Stabit, maka hendaklah kalian menuliskannya dengan lughat Quraisy, karena
sesungguhnya Alquran diturunkan dengan bahasa mereka3.
2M.Rusdi Khalid, Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Makassar:Alauddin Universiti Press,
2011),h. 55.
3Manna’ al-Qaththan, Mabahits Fiy ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Mansyurat al-‘Asr al-Hadits,
t.th.), h. 128.
5
Setelah memahami pesan di atas, bekerjalah tim ini dengan ekstra hati-hati,
dan meneliti mushaf-mushaf. yang kemudian melahirkan satu Mushaf yang satu
dan dianggap sempuna.
Mushhaf ini digandakan dan dikirim ke daerah-daerah untuk disosialsikan
kepada masyarakat demi meredam perbedaan bacaan di antara mereka.
Sedangkan Mushhaf yang lainnya dibakar, kecuali yang dimiliki Hafshah
dikembalikan kepadanya. Mengenai sistematika surat dalam Al-Qur’an, apakah
taqifi atau taufiqi menjadi perdebatan sejak dahulu dan perdebatan tersebut belum
berakhir pada saat ini.
Pendapat yang pertama, bahwa Al-Qur’an adalah hasil tauqif Nabi artinya
susunan atau ututan surat didapat melalui ajaran beliau. Pendapat yang
pertama ini berdasarkan ungkapan Ibnu Al-Hasshar yang dikutip dari buku
karya Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. mengatakan “urutan surat dan
letak ayat-ayat pada tempatnya itu berdasarkan wahyu”. Rasulullah saw.
Letakkan ayat ini pada tempat ini4.
Pendapat yang kedua yaitu pandangan yang mengatakan bahwa urutan
surat Al-Qur’an adalah berdasarkan Ijtihad sahabat. Pendapat ini
disandarkan pada banyaknya mushaf yang dimiliki oleh sahabat yang
berbeda, ada yang tertib urutannya seperti mushaf yang dikenal saat
sekarang ini, ada pula yang tertibnya berdasarkan kronologis turunnya
ayat. Pendapat yang kedua ini juga diperkuat oleh Teks Hadist Mutawatir
mengemukakan mengenai turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf.
Sebagai rujukan, Ibnu Abbas Radiallahu Anhuma berkata, sebagaimana
dikutif dari karya Syaikh Manna’ Al-Qaththan dengan Judul Pengatar Study Ilmu
Al-Qur’an bahwa, Rasulullah saw. Bersabda5:
“Jibril membacaka kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku
meminta agar huruf itu ditambah, iapun menambahkannya kepadaku hingga tujuh
huruf”.
4Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an( Jakarta:Al-Gazali Centre, Juli 2008),h.152.
5Manna’ Al-Qathnhan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,
Pebruari 2012),h.195.
6
Dalam riwayat lain, disebutkan Umar bin Al-Khattab , ia berkata, “Aku
mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al-Furqan dimasa hidup rasulullah.
Aku perhatikan bacaannya.
Tiba-tiba ia membacanya dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan
Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja saya melabraknya saat ia sholat tetapi
aku urungkan. Maka aku menunggunya hingga ia selesai sholat. Begitu selesai,
aku tarik pakaiannya dan aku katakan kepadanya, “siapakah yang mengajarkan
bacaan surat itu kepadamu?” ia menjawab: Rasulullah yang membacakannya
kepadaku. Lalu aku katakan kepadanya kamu dusta! Demi Allah, Rasulullah telah
membacakannya juga kepadaku surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu.
Namun ketika masalah ini diperhadapkan kepada Rasulullah saw. Rasulullah
membenarkan apa yang dibacakan oleh sahabat berdarakan qiraat yang paling
mudah dipahami. Rasulullah saw. Berkata “begitulah surat itu diturunkan.
Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah
dengan huruf yang mudah bagimu diantaranya”6.
Dapatlah dipahami bahwa penulisan teks-teks Alquran pada masa Utsman
merupakan masa pembentukan naskah resmi, yang dimaksudkan untuk meredam
berbagai kevariasian dalam pembacaannya. Berkat usaha Utsman inilah, Alquran
yang terwariskan sampai saat ini biasa pula disebut dengan Mushaf Utsmani.
Perkembangan Ulumul Qur’an pada Zaman Modern.
Bahwa setelah wafatnya As-Suyuthi tahun 911 H atau abad moderen itu
bangkit kembali penulisan Ulumul qur’an dan perkembangan kitab-kitabnya. Hal
itu ditengarai dengan banyaknya ulama yang mengarang ulumul Qur’an dan
menulis kitab-kitabnya , perkembangan Ulumul Qur’an pada Zaman Modern
sangat pesat karena ditengarai dengan banyaknya pengarang dan karya-karyanya
yang membahas Al-Qur’an sampai ilmu yang berkaitan Al-Qur’an.seperti7:
- Ad-dahlawi: Al-fauzul kabir fi Ushulul tafsir
- Thahir Al-Jazairi: At-tibyan Fi ulumil Qur’an
6Ibid,h.196. 7Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung:Pustaka Setia, 2008)
7
- Abu daqiqah: Ulumul Qur’an
- M. Ali salmah: Minhajil Furon Fi Ulumil Qur’an
B. Pengertian Terjemah Secara Umum dan Khusus
1. Terjemah secara umum
Terjemah secara umum adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain8.
Kata Tarjamah( ترجمة ) yang dalam bahasa Indonesianya biasa kita sebut
dengan terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti :
* Menyampaikan suatu ungkapan pada orang yang tidak tahu.
* Menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari bahasa yang sama.
* Menafsirkan ungkapan dengan bahasa lain.
* Memindah atau mengganti suatu ungkapan dalam suatu bahasa ke dalam
bahasa yang lain, dan pengertian yang keempat ini, yang akan kita bahas
lebih lanjut, mengingat pengertian inilah yang biasa dipahami oleh
banyak orang (‘Urf), dari kata Tarjamah.
Definisi Penerjemahan dalam pengertian yang luas,
Penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses
pengalihan buah pikiran dan gagasan dari satu bahasa (sumber) kedalam
bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua
bahasa tersebut telah mempunyai sistem penulisan yang telah baku
ataupun belum, baik salah atau keduanya didasarkan pada isyarat
sebagaimana bahasa isyarat orang tuna rungu.
8Kangsakha, Terjemahan Al-Qur’an, dalam
http://kangsakha.blogspot.com/2011/04/terjemah-al-quran.html,diakses pada tanggal 3 Oktober
2014, pukul 80.00 Wib.
8
2. Terjemah Secara khusus.
Terjemah secara khusus adalah mengungkapkan perkataan atau kalimat
dengan menggunakan bahasa lain9.
Sedangkan menurut terminologi seperti yang dikemukakan oleh Ash-
Shabuni: “Memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa
‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang
tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt,
dengan perantaraan terjemahan.”
Definisi terjemah dalam pengertian yang lebih sempit
Terjemah biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang
terdapat didalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (source
language) dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran
(target languge). Penerjemahan merupakan suatu tindakan komunikasi.
Sebagai tindakan komunikasi kegiatan tersebut tidak terlepas dari bahasa.
Dengan demikian, penerjemahan merupakan kegiatan yang melibatkan
bahasa, dan dalam pembahasannya tidak dapat mengabaikan pemahaman
tentang konsep-konsep kebahasaan itu sendiri. Mengalihkan bahasa atau
menyampaikan berita yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran, dilakukan untuk mengetahui makna yang digunakan oleh
bahasa sumber secara tepat agar isinya mendekati asli dan ketika membaca
seperti bukan hasil penerjemahan dan dapat dipahami oleh pembaca.10
Jadi terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal
teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh.
Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-
Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan
untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-
kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
9Ibid.
10B. Jassin, Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin (Jakarta: Harian Media Indonesia, 2003),
h. 20.
9
C. Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an
1. Memberi pengetahuan kepada manusia tentang ayat-ayat al-qur’an.
2. Membantu manusia dalam memahami makna Al-qur’an.
3. Menyelamatkan hati manusia.
4. Menegakkan logika akal sehat, pencerahan berpikir.
5. Menghilangkan sekat jarak yang menjauhkan antara Allah Swt dan
makhluknya, serta meratakan persamaan secara umum antara manusia
seluruhnya.
6. Mempersatukan semua golongan manusia dengan berpegang teguh
terhadap Kalimatullah al’Ulya(Kalimat Alloh yang tinggi).
7. Masuknya semua umat manusia ke dalam ajaran Islam dan perdamaian.
8. Membantu mewujudkan kegiatan keagamaan dengan menyebarluaskan
ajaran Al-Qur’an.11.
D. Macam-macam Penerjemahan Al-Qur’an:
1. Terjemah Harfiyah(حرفية (: Memindah perkataan atau ungkapan dari satu
bahasa ke bahasa yang lain,dengan menjaga tatanan dan susunan kosa kata
Al-Quran.
Terjemah Harfiyah memiliki dua bagian:
a) Terjemah Harfiyah bil-misli )حرفية بالمثل(: Menerjemah susunan Al-Quran
dengan bahasa lain, susunan dan kosa katanya menempati pada susunan
dan kosa kata Al-Quran. Dan terjemahan tersebut masih menyimpan nilai-
nalai yang dimiliki Al-Quran.
Terjemahan model seperti ini mustahil untuk dilakukan karena tidak
mungkin aturan bahasa yang lain mengikuti aturan bahasa Al-Quran yang
11Zulkarnain,Tarjamah Makna Al-Qur’an Antara Tarjamah Harfiyah dan Tarjamah
Tafsiriyah, dalam http://tarjamahtafsiriyah.com/article/read/33/Tarjamah-Makna-Al-Quran-
Antara-Tarjamah-Harfiyah-dan-Tarjamah-Tafsiriyah, diakses pada tanggal 7 Oktober 2014, pukul
06.42 Wib.
10
cukup rumit, dan perlu diketahui bahwa setiap bahasa memiliki spesifikasi,
dan aturan main masing-masing. Kalau memang hal tersebut terjadi
(terjemah Harfiyah bil-misli), maka terjemahan Harfiyan bil-misli secara
primer adalah Al-Quran, hanya saja konteks tulisannya berbeda (antara Al-
Quran dan bahasa yang dibuat terjemahan). Dalam terjemahan ini tidak
terdapat penjelasan dan keterangan tambahan, di sini hanya terjadi
pemindahan dari satu bahasa ke bahasa lain.
b) Terjemah Harfiah bi ghairi-misli)حرفية بغير مثل( : Menerjemah susunan Al-
Quran dengan bahasa lain, dengan meninjau kemampuan penerjemah dan
keluasan bahasa yang dimiliki penerjemah.
Terjemahan model seperti ini mungkin-mungkin saja secara adat, dan
hukumnya boleh, bila obyek sasarannya adalah perkataan manusia, dan
tidak boleh, apabila sasaran obyeknya adalah Kitabullah Al-Qur’an al-
Karim, karena akan merusak dan menggeser makna dari yang seharusnya.
2. Terjemah Tafsiriyah ( تقسرية ): Terjemahan yang dilakukan
penerjemah(mutarjim) dengan lebih mengedepankan maksud atau isi
kandungan yang terdapat dalam bahasa asal di terjemahkan. Terjemahan ini
tidak terikat dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang diterjemahkan
atau biasa disebut dengan penerjemahan bebas12
Cara praktek terjemahan semacam ini, dengan cara memahami Makna
yang dikehendaki dari naskah aslinya, kemudian kita mengungkapkan
pemahaman tersebut dengan gaya bahasa terjemah yang kita pakai, sesuai
dengan tujuan dari makna tersebut.
12Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1) (Jakarta:pustaka firdaus,2000), h.
131-132.
11
Perbedaan Harfiyah dan Tafsiriyah
Contoh ayat :
13 (QS:Al-Isra’[17]:29) “ بس ا ا بس ط .“وال تع يدك مغلوة إل عنقك وال ت
Jika diterjemahkan dengan terjemahan Harfiyah adalah :
“larangan menjadikan tangan terikat pada leher dan larangan mengenai
melebarkan tangan selebar-lebarnya”. Hal tersebut menyimpang dari
makna Al-Qur’an.
Jika diterjemahkan dengan terjemahan Tafsiriyah adalah :
“janganlah engkau menahan untuk bersodakoh (kikir), dan jangan pula
terlalu pemurah (royal)”14.
Perbedaan sangat kelihatan antara terjemahan Harfiyah yang mustahil dan
terjemahan Tafsiriyah yang Ulama sepakat akan kebolehannya.
Hukum terjemahan Harfiyah
Jadi mengenai hukum pembuatan terjemah Harfiyah, baik bil-misli atau
ghairi-misli. Ulama sepakat akan keharamannya. Sebab di sana terdapat
penyelewengan tujuan diturunkannya Al-Quran yang primer. Yakni:
1) Menunjukkan atas kebenaran Nabi SAW, terhabap apa yang disampaikan
Allah pada Nabi
2) Dan sebagai petunjuk bagi umat manusia, pada apa yang dilakukan
mereka baik di dunia maupun di akhirat.
Bila terjemah Harfiyah dilakukan maka kedua fungsi tersebut akan lenyap.
13Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya:Fajar mulya, 2012),
hlm.282.
14Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an, dalam
http://guesdur.wordpress.com/2012/05/04/desakralisasi-dalam-terjemahan-al-quran/ , diakses pada
tanggal 1 oktober 2014, pukul 07.30 Wib
12
Menurut jumhur ulama terjemah al-qur’an secara harfiyah adalah hal yang
mustahil, karena dalam metode menerjemahkan semacam ini ada beberapa syarat
yang tidak bisa terpenuhi, diantaranya;
a) Harus ada kesesuaian antara kosa kata bahasa asli dengan bahasa
terjemahan
b) Harus ada kesesuaian antar perangkat-perangkat makna antara bahasa asli
dengan bahasa terjemah.
c) Adanya kesamaan antara bahasa asli dengan bahasa terjemahan dalam hal
susunan kata dan kalimat, sifat dan idhofah (penyandaran).
Karena terjemah harfiah itu tidak mungkin dapat mengungkapkan
makna secara sempurna dan tidak bisa memberi pengaruh jiwa seperti
pengaruh Al-Qur’an yang berbahasa arab, dan tidak ada hal yang
mendesak untuk menggunakan terjemah secara harfiah, karena sudah
cukup dengan terjemah secara maknawiyah.
Hukum terjemah Tafsiriyah
Adapun menerjemahkan al-qur’an secara tafsiriah, maka hal itu
diperbolehkan, karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal tersebut. Dan
terkadang hal itu justru menjadi wajib ketika menjadi washilah (perantara) untuk
menyampaikan al-qur’an dan islam kepada orang-orang yang tidak bisa berbahasa
arab, karena menyampaikan hal itu adalah wajib, “segala sesuatu yang tidak akan
menjadi sempurna kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib hukumnya”.
Akan tetapi diperbolehkannya terjemah al-qur’an secara Tafsiriyah dengan
beberapa syarat berikut :
a) Tidak menjadikan terjemahan Tafsiriyah tersebut sebagai pengganti dari
al-qur’an. Oleh karena itu mesti menuliskan al-qur’an dengan bahasa arab,
kemudian meletakkan terjemahan tersebut di sampingnya, sehingga
kedudukannya seperti tafsir bagi ayat al-qur’an.
b) Orang yang menerjemahkan harus benar-benar menguasai kedua bahasa
tersebut dan mengetahui makna-makna lafadz syar’i dalam al-qur.an
13
c) Dan tidaklah diterima terjemah al-qur’an, kecuali dari orang-orang yang
dapat dipercaya untuk melakukannya, yaitu seorang muslim yang
istiqomah di dalam agamanya15
E. Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an
Dalam lintasan sejarah Islam dikatakan bahwa lima tahun setelah Nabi saw
menjadi rasul Allah, ia diperintahkan hijrah ke Ethiopia. Ethiopia adalah sebuah
empirium yang asing bagi kaum muslim, dan bahasa mereka berbeda dengan
bahasa orang Mekah. Berkenaan dengan itu, Raja Najasyi sebagai penguasa
Ethiopia meminta kepada Nabi saw agar mengutus juru bahasa untuk
mengajarkan risalahnya dengan bahasa mereka. Maka diadakanlah suatu
pertemuan, dan Ja’far bin Ali Thalib dalam pertemuan itu, pertemuan dengan raja
dan para pembesarnya, dibacakan beberapa ayat al-Quran dalam surah Maryam
setelah itu, Najasyi mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah beliau memperoleh
beberapa jawaban, dia lalu menghadapkan pandangannya kepada orang-orang
yang hadir dan berkata “Demi Allah, sesungguhnya ucapan Muhammad sama
sekali tidak bertentangan dengan ajaran dan aqidah orang-orang Masehi.
Sejarah diatas menjelaskan bahwa terjemahan al-Quran pertama kali
dilakukan adalah sejak zaman Nabi saw, ketika ja’far bin Abi Thalib diutus ke
Ethiopia, dan orang yang pertama kali menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa
Ethiopia tersebut. Bahasa Ethiopia dikenal dengan menggunakan bahasa Shindh
Pada masa pemerintahan Akbar Syah, kajian dan telaah al-Quran pun
tumbuh subur dan berkembang pesat di Agra dan Lahore. Kemudian Dinasti
Buwaih pernah berkuasa antara tahun 945 sampai 1055 M. Di bagian Barat Laut
Iran,mengalami kemajuan pada bidang-bidang ilmu pengetahuan dan pada masa
inilah muncunya tokoh-tokoh filosof muslim di antaranya al-Farabi (w.950 M).,
Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu Maskawaih (w. 1030 M), yang semuanya di
samping menterjemahkan filsafat dari bahasa Yunani, juga menterjemahkan
bahasa al-Quran ke dalam bahasa mereka. Secara singkat digambarkan Sukardi
15 Muhammad bin sholih al-utsaimin, ushul fi tafsir ( Daru ibnu jauzy, 1432 H),h. 35-37.
14
bahwa sejak abad ke-3 sampai 11 Hijriah adalah masa penterjemahan al-Quran
dengan keterangan sebagai berikut :
1. Penyampaian kandungan isi al-Quran kepada seluruh kaum muslim dalam
bahasa Persia dan bahasa Arab.
2. Penafsiran al-Quran dengan metodologi ilmiah yang disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan dan keyakinan masyarakat awam.
3. Pembahasan tentang bacaan, sharf, nahwu, dan keterangan ihwal
hubungan antara berbagai ayatdan surah al-Quran.
4. Metodologi khas yang ditempuh ialah pemakaian bahasa Arab dan Persia,
dan bahasa Persia lebih banyak digunakan ketimbang bahasa Arab.
Ada juga yang mengatakan bahwa Salman Alfarisi. Ia sebagai orang
pertama kali berhasil menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa asing.
Menurut Afnan Fatani dalam "Translation and the Qur'an". Upaya
menerjemahkan ayat-ayat Alquran boleh dibilang pertama kali dilakukan pada era
Rasulullah SAW. Suatu hari, Nabi Muhammad pernah berkirim surat kepada dua
penguasa, yakni Kaisar Negus dari Abysssinia dan Kaisar Heraclius dari
Bizantium.‘’Dalam surat itu, Rasulullah mencantumkan ayat-ayat dari Alquran.”
Dalam sebuah sarasehan ilmiah bertajuk ‘’Melacak Sejarah Penerjemahan
Alquran’’ yang diselenggarakan Universitas Islam Madinah Al Munawwarah
akhir 2007 lalu, terungkap bahwa pertama kali penerjemahan surah Alquran
dilakukan ke dalam bahasa Persia. Guru Besar Sastra Arab Universitas Islam
Madinah Al Munawwarah, Syekh Tamir Salum, mengungkapkan, berdasarkan
data sejarah disebutkan ia menerjemahkan surat Al-Fatihah secara lisan ke dalam
bahasa Persia atas permintaan orang-orang Muslim di Persia. Namun terjemahan
Al-Farisi ini belum mencakup keseluruhan surah dalam Alquran, hanya surah Al-
Fatihah.16
16Nzawix.heck.in, perintis penerjemahan al-quran, dalam http://nzawix.heck.in/tokoh-
perintis-penerjemahan-al-quran.xhtml diakses pada tanggal 2 Nopember 2014,pukul 10.30 wib.
15
Ayat-ayat Yang Memperkuat Bolehnya Penterjemahan Al-Qur’an
( هل من مدكر 71)القمر: ولقد يسرنا القرآن للذ كر ف
Artinya: ‘’Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran.’’( QS Al-Qomar:17) 17
( 2البقرة:ذلك الكتاب ل ريب فيه هدى للمتقني )
Artinya : ‘’Kitab Alquran ini tak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang beriman.’’(QS Al-Baqarah : 2)18
(9الجر : الذ كر وإنا له لافظون )إنا نن ن زلنا
Artinya :‘’Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya.’’ (QS Al-Hijr :9)19
فالا ) 22حممد : أفل ي تدب رون القرآن أم على ق لوب أق
Artinya : “ Maka tidaklah mereka menghayati Al-Qur’an, ataukah hati mereka
sudah terkunci ?”(QS Muhammad : 24 )20
17Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya:Fajar mulya, 2012),
hlm.529.
18 Ibid,h.2.
19 Ibid,h.262.
20 Ibid,h.507.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1 . Sejarah Pembukuan aL-Quran Pada Masa Modern
Pembukuan Al-Qur’an dilakukan secara tersusun berdasarkan Hadist
Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Utsman bin Affan bahwa apabila
diturunkan kepada Nabi suatu wahyu, ia memanggil sekretaris untuk
menuliskannya, kemudian bersabda “letakkanlah ayat ini dalam surat yang
menyebutkan begini atau begitu”. Pembukuan Al-Qur’an tersebut tidak
disusun berdasarkan kronologis turunnya wahyu. Usaha awal yang
dilakukannya adalah mengumpulkan para sahabat yang alim dan jenius serta
mereka yang terkenal pandai memadamkan dan meredakan persengketaan itu.
Mereka sepakat menerima instruksi ‘Utsman, yakni membuat Mushaf yang
banyak, lalu membagi-bagikannya ke setiap pelosok dan kota.
. Mengenai sistematika surat dalam Al-Qur’an, apakah taqifi atau taufiqi
menjadi perdebatan sejak dahulu dan perdebatan tersebut belum berakhir
pada saat ini.
- Pendapat yang pertama, bahwa Al-Qur’an adalah hasil tauqif Nabi
artinya susunan atau ututan surat didapat melalui ajaran beliau
- Pendapat yang kedua yaitu pandangan yang mengatakan bahwa
urutan surat Al-Qur’an adalah berdasarkan Ijtihad sahabat.
Dapatlah dipahami bahwa penulisan teks-teks Alquran pada masa
Utsman merupakan masa pembentukan naskah resmi, yang dimaksudkan
untuk meredam berbagai kevariasian dalam pembacaannya. Berkat usaha
Utsman inilah, Alquran yang terwariskan sampai saat ini biasa pula disebut
dengan Mushaf Utsmani.
17
2. Pengertian Terjemahan Secara Umum dan Khusus
Terjemah secara umum merupakan salinan dari satu bahasa ke bahasa
lain, atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke
bahasa lain.
Terjemah secara khusus merupakan mengungkapkan perkataan atau
kalimat dengan menggunakan bahasa lain.
3. Tujuan Penerjemahan Al-Qur’an
1. Memberi pengetahuan kepada manusia tentang ayat-ayat al-qur’an.
2. Membantu manusia dalam memahami makna Al-qur’an.
3. Menyelamatkan hati manusia.
4. Menegakkan logika akal sehat, pencerahan berpikir.
4. Macam-macam Penerjemahan Al-Qur’an
1. Terjemah Harfiyah(حرفية (: Memindah perkataan atau ungkapan dari satu
bahasa ke bahasa yang lain,dengan menjaga tatanan dan susunan kosa
kata Al-Quran.
2. Terjemah Tafsiriyah ( تقسرية ): Menerangkan sebuah kalimat dan
menjelaskan artinya dengan bahasa yang berbeda, tanpa mempertahankan
susunan dan urutan teks aslinya, dan juga tidak mempertahankan semua
Makna yang terkandung dan dikehendaki dari naskah aslinya.
5. Sejarah Pertama Kali Penerjemahan Al-Qur’an
Dalam lintasan sejarah Islam dikatakan bahwa lima tahun setelah Nabi
saw menjadi rasul Allah, ia diperintahkan hijrah ke Ethiopia. Ethiopia adalah
sebuah empirium yang asing bagi kaum muslim, dan bahasa mereka berbeda
dengan bahasa orang Mekah. Berkenaan dengan itu, Raja Najasyi sebagai
penguasa Ethiopia meminta kepada Nabi saw agar mengutus juru bahasa
untuk mengajarkan risalahnya dengan bahasa mereka. Maka diadakanlah
suatu pertemuan, dan Ja’far bin Ali Thalib dalam pertemuan itu, pertemuan
18
dengan raja dan para pembesarnya, dibacakan beberapa ayat al-Quran dalam
surah Maryam setelah itu, Najasyi mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah
beliau memperoleh beberapa jawaban, dia lalu menghadapkan pandangannya
kepada orang-orang yang hadir dan berkata “Demi Allah, sesungguhnya
ucapan Muhammad sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran dan aqidah
orang-orangMasehi.
Ada juga yang mengatakan Salah satu Sahabat Rasulullah SAW yaitu
Salman Al-farisi merupakan orang yang pertama kali menerjemahkan
Alquran ke dalam bahasa lain. Dalam sejarah disebutkan ia menerjemahkan
surat Al-Fatihah secara lisan ke dalam bahasa Persia atas permintaan orang-
orang Muslim di Persia. Namun terjemahan Al-Farisi ini belum mencakup
keseluruhan surah dalam Alquran, hanya surah Al-Fatihah.
Ayat-ayat Yang Memperkuat Bolehnya Penterjemahan Al-Qur’an
( هل من مدكر 71)القمر: ولقد يسرنا القرآن للذ كر ف
Artinya: ‘’Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.’’( QS Al-Qomar:17)
( 2البقرة:ذلك الكتاب ل ريب فيه هدى للمتقني )
Artinya : ‘’Kitab Alquran ini tak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang beriman.’’(QS Al-Baqarah : 2)
19
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Manna.’ Mabahits Fiy ‘Ulum al-Qur’an. Beirut: Mansyurat al-
‘Asr al-Hadits, t.th. Al-Qaththan, Manna’.2012. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta; Pustaka
Al-Kautsar. Amal ,Taufik Adnan. 2001.Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Cet. I; Penerbit
Forum Kajian Budaya dan Agama, Yogyakarta.
Amin Suma, Muhammad. 2000. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1), Jakarta: pustaka firdaus.
Anwar, Rosihon.2008.Ulumul Qur’an ,Bandung:Pustaka Setia. Departemen Agama RI.2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya:Fajar
mulya.
Guesdur, Desakralasi dalam Terjemahan Al-Qur’an, dalam http://guesdur.wordpress.com/2012/05/04/desakralisasi-dalam-
terjemahan-al-quran/ , diakses pada tanggal 1 oktober 2014, pukul 07.30 Wib.
Nzawix.heck.in, perintis penerjemahan al-quran, dalam
http://nzawix.heck.in/tokoh-perintis-penerjemahan-al-quran.xhtml diakses pada tanggal 2 Nopember 2014,pukul 10.30 wib
Kangsakha, Terjemahan Al-Qur’an, dalam http://kangsakha.blogspot.com/2011/04/terjemah-al-quran.html,diakses
pada tanggal 3 Oktober 2014, pukul 80.00 Wib
Khalid ,M. Rusdi. 2011. Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Cet I; Alauddin
Universiti Press, Makassar.
Umar,Nasaruddin. 2008. Ulumul Qur’an (mengungkap makna-makna tersembunyi Al-Qur’an), Jakarta, Al-Gazali Centre.
Sholih al-utsaimin,Muhammad bin.1432. ushul fi tafsir Daru ibnu jauzy. Zulkarnain,Tarjamah Makna Al-Qur’an Antara Tarjamah Harfiyah dan
Tarjamah Tafsiriyah, dalam
http://tarjamahtafsiriyah.com/article/read/33/Tarjamah-Makna-Al-Quran-Antara-Tarjamah-Harfiyah-dan-Tarjamah-Tafsiriyah, diakses pada
tanggal 7 Oktober 2014, pukul 06.42 Wib
Makalah ini untuk memenuhi MID SEMESTER
tugas mata kuliah ULUMMUL QUR’AN