BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 9
Grafik 1.22
Perkembangan Bongkar Barang
1.2 SISI PENAWARAN
Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan II-2011 menunjukkan arah yang
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong oleh beberapa
sektor yaitu pertanian, pengangkutan & komunikasi dan jasa-jasa. Sementara kinerja sektor
utama lainnya seperti bangunan dan perdagangan-hotel-restoran tumbuh lebih baik.
. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
I II III IV I II
1. PERTANIAN 202,910.92 211,788.25 222,714.91 196,262.44 223,179.82 224,787.49
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 7,961.24 8,142.31 8,682.90 8,359.94 8,257.09 8,584.55
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 55,015.76 55,404.57 58,447.51 58,625.45 57,776.66 59,257.96
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,955.07 4,057.15 4,179.22 4,325.13 4,384.61 4,478.28
5. BANGUNAN 61,704.57 62,974.76 67,440.50 67,803.09 66,678.94 69,915.64
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 97,125.44 100,459.16 106,849.22 107,653.33 109,420.78 113,410.97
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 74,180.78 76,493.14 79,482.14 80,207.80 81,140.56 83,224.36
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 60,803.88 62,593.54 65,824.82 66,410.89 66,363.76 68,321.45
9. JASA-JASA 137,724.96 142,740.17 146,291.19 141,895.20 143,204.96 148,143.80
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 701,382.61 724,653.05 759,912.40 731,543.26 760,407.19 780,124.51
I II III IV I II
1. PERTANIAN 1.52 1.35 1.22 14.10 9.99 6.14
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 20.65 13.07 7.52 3.20 3.72 5.43
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11.05 10.33 6.96 7.23 5.02 6.96
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.72 9.15 5.63 8.79 10.86 10.38
5. BANGUNAN 19.25 12.84 8.86 7.26 8.06 11.02
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.02 9.79 10.59 11.35 12.66 12.89
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11.81 9.17 9.10 9.52 9.38 8.80
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.36 9.50 9.08 8.88 9.14 9.15
9. JASA-JASA 10.92 9.34 4.18 3.84 3.98 3.79
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8.38 7.33 5.71 9.26 8.42 7.65
2011
2011
SEKTOR2010
SEKTOR2010
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Melambatnya kinerja pertanian di Gorontalo masih terus berlangsung hingga triwulan
laporan. Perlambatan itu terjadi pada sub sektor tabama, perikanan, kehutanan dan
peternakan sementara kinerja sub sektor perkebunan mampu memberikan efek redaman.
Jagung dan Padi yang menjadi komoditas unggulan Gorontalo menunjukkan perkembangan
yang menurun. Selain karena telah lewatnya musim panen, dampak banjir bandang yang
terjadi di tiga kabupaten (Bone Bolango, Boalemo dan Kab. Gorontalo) menjadi salah satu
faktor penyebab penurunan produksi panen di Gorontalo.
Dilihat dari pertumbuhannya, kinerja pertanian jagung tumbuh melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Produksi jagung pada triwulan II-2011
terkontraksi 13,75% (y.o.y) merosot dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
58,62% (y.o.y). Sementara produksi padi terkontraksi 26,10% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 53,33% (y.o.y). Selain karena puncak
panen telah dilaksanakan di triwulan I-2011 faktor cuaca turut mempengaruhi merosotnya
produksi tabama di Gorontalo :
- Sebanyak 3.500 ha sawah di kab. Gorontalo tidak mendapatkan pengairan
karena bendungan Alopohu rusak. Produktivitas pertanian menjadi menurun
hingga 75%. Hasil perhitungan sementara Distan Kab. Gorontalo produksi padi
hanya mencapai 18.000 ton dari target 75.000 ton.
- Lahan pertanian di tiga kecamatan di Pohuwato gagal panen karena meluapnya
sungai Randangan. Pemkab Pohuwato mulai membangun waduk darurat untuk
mengantisipasi hal tersebut.
- Banjir Bandang melanda tiga kecamatan di wilayah Bone Bolango
mengakibatkan lahan pertanian rusak.
Grafik 1.23 Grafik 1.24 Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertanian Realisasi Panen Pertanian Tabama
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 11
Grafik 1.25 Grafik 1.26 Perkembangan Luas Panen Jagung Perkembangan Luas Panen Padi
Sampai dengan akhir tahun 2011, secara tahunan perkembangan pertanian padi
diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2010. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM II-
2011 memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2011 tumbuh 13,31 % (y.oy) lebih rendah
dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 33,74 % (y.o.y) sementara produksi jagung
tahun 2011 hanya tumbuh 0,99% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan produksi jagung tahun
2010 yang tumbuh 6,69% (y.o.y). Semakin terbatasnya luas lahan menjadi kendala yang
signifikan mempengaruhi pertumbuhan produksi pertanian di Gorontalo.
Tabel 1.3 ARAM II Pertanian Padi
Tabel 1.4 ARAM IO Pertanian Jagung
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan II-2011 menunjukkan kondisi
yang melambat. Pada triwulan II-2011 sektor ini tumbuh 8,80% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 9,38% (y.o.y). Perlambatan hampir terjadi pada
seluruh sub sektor yaitu angkutan darat, laut dan ferry sementara kinerja angkutan udara
diperkirakan mampu meredam perlambatan yang terjadi.
Krisis BBM yang terjadi pada bulan Mei-Juni 2011 di Gorontalo menjadi salah satu
pemicu menurunnya kinerja sub sektor angkutan darat. Antrian yang terjadi hampir di
seluruh SPBU dan langkanya bahan bakar menjadikan proses operasional angkutan darat
terganggu. Pemerintah Daerah dan Pertamina telah menerbitkan aturan pelarangan
pengisian BBM untuk jerigen dan galon (pengisian ilegal). Pemprov Gorontalo juga
menerbitkan peraturan penggunaan Pertamax bagi kendaraan dinas operasional dan
peraturan penertiban bagi Pom Bensin yang menjual premium secara ilegal.
Disamping itu menurunnya kegiatan sub sektor angkutan darat juga disebabkan oleh
tingkat penjualan kendaraan di Gorontalo yang menurun. Hal tersebut dikonfirmasi oleh
tingkat penghimpunan pajak kendaraan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Hasil liason dengan beberapa perusahaan pembiayaan menyatakan bahwa peningkatan
angka penjualan kendaraan bermotor baru akan terjadi pada bulan Agustus 2011 menjelang
lebaran.
Grafik 1.27 Grafik 1.28 Perkembangan Pajak Kendaraan Realisasi Penjualan BBM Transportasi
Kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan II-2011 juga menunjukkan
penurunan. Selama triwulan laporan, jumlah penumpang ferry tercatat sebesar 16.708
penumpang atau menurun drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 21.674
penumpang. Sementara arus penumpang kapal laut juga menunjukkan kondisi yang serupa.
Pada musim liburan sekolah ini, diperkirakan warga masyarakat lebih memilih menggunakan
moda transportasi udara dibandingkan tarnsportasi laut dan ferry.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 13
Grafik 1.29 Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut
Disisi lain sub sektor angkutan udara mengalami pertumbuhan yang cukup baik.
Peningkatan arus penumpang udara selama triwulan laporan didorong oleh liburan sekolah,
pelaksanaan Jumbara Nasional ke VII serta persiapan kegiatan Pilkada 2011. Tercatat
selama triwulan II-2011 jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani sebanyak 82.143
penumpang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 77.809 penumpang.
Jumlah penerbangan yang tiba dan berangkat dari Gorontalo juga meningkat dari 755
penerbangan menjadi 796 penerbangan. Tren peningkatan kinerja sub sektor penerbangan
di Gorontalo direspon positif oleh maskapai penerbangan, Dinas Perhubungan dan
Pariwisata Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa Maskapai Lion Air merencanakan untuk
menambah jadwal penerbangan di Gorontalo diluar jadwal penerbangan yang telah ada
saat ini. Upaya peningkatan kualitas layanan udara juga direspon positif oleh Pemerintah
Daerah dengan pembangunan Instrument Light System (ILS) di Bandara Jalaluddin
sehingga operasional malam nantinya dapat dilaksanakan.
Grafik 1.31 Grafik 1.32 Perkembangan Penumpang Pesawat Perkembangan Bagasi Pesawat
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sektor PHR pada triwulan II-2011 tumbuh 12,89% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan I-2011 sebesar 12,66% (y.o.y). Membaiknya kinerja PHR didukung
oleh beberapa hal yaitu : musim liburan sekolah, penyelenggaraan beberapa ekspo
perdagangan di Bone Bolango dan Pohuwato, serta pasar lelang komoditas. Meningkatnya
kegiatan PHR juga didorong oleh realisasi rapel Gaji PNS pada bulan April 2011.
Membaiknya kinerja sektor PHR terutama didorong oleh peningkatan kinerja sub
sektor perdagangan, sektor ini tumbuh sebesar 14,02% (y.o.y) lebih baik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,90% (y.o.y). Indikator meningkatnya kinerja
sektor perdagangan dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan kredit, volume bongkar
muat barang di pelabuhan laut serta volume bongkar barang di pelabuhan udara.
Grafik 1.33 Grafik 1.34 Kredit Perdagangan Volume Muat Pelabuhan
Peningkatan penyerapan belanja barang dan jasa pemerintah menjadi salah satu
faktor pendorong meningkatnya kegiatan perdagangan di Gorontalo. Hal ini disebabkan
pemerintah daerah masih mendominasi kegiatan ekonomi di Gorontalo. Tercatat
penyerapan belanja barang dan jasa triwulan II-2011 telah mencapai 48%.
Grafik 1.35 Grafik 1.36 Kargo Pesawat Tingkat Penghunian Hotel
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 15
Sementara itu sub sektor perhotelan dan restoran turut mengalami peningkatan.
Kegiatan Jumbara Nasional ke VII di Gorontalo yang diikuti oleh 15 negara dan 1.024
peserta serta kampanye persiapan pelaksanaan Pilkada di Gorontalo menjadi faktor
pendorong utama. Peningkatan kinerja tersebut dikonfimasi oleh data tingkat penghunian
hotel (TPK) yang menunjukkan kondisi yang meningkat selama triwulan II-2011. TPK bulan
Juni mencapai 42,19% lebih tinggi dibandingkan kondisi Maret 2011 sebesar 35,63%.
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN
Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan pertumbuhan yang cukup
baik, pada triwulan II-2011 kinerja sektor ini tumbuh sebesar 11,02% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,06 % (y.o.y)
Grafik 1.37 Grafik 1.38 Penjualan Semen Kredit Konstruksi
Meningkatnya kegiatan konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh prompt indikator angka
penjualan semen dan pertumbuhan kredit konstruksi. Angka penjualan semen selama
triwulan II-2011 tercatat tumbuh 4,31% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi 3,44% (y.o.y). Kegiatan konstruksi swasta yang saat ini masih terus
berlangsung antara lain pembangunan Gorontalo Business Park (Kawasan Mall, pertokoan
dan hotel) dan Pengembangan Gorontalo Business Centre di Kota Gorontalo. Sementara
pengembang PT Mawar Sharon Property saat ini juga tengah mengembangkan
pembangunan kawasan perbelanjaan di wilayah Marisa-Pohuwato. Sementara itu beberapa
proyek infrastruktur Pemerintah Daerah juga terus dilaksanakan antara lain :
- Pembangunan tanggul banjir sungai Mebongo senilai Rp 1,5 M
- Pembangunan pengaman pantai Atingola senilai Rp 2,375 M
- Rehabilitasi bangunan pengaman pantai Monano senilai Rp1 M
- Pemeliharaan rutin jalan Molingkapato - Isimu 19 km senilai Rp 938,72 jt
- Penggantian Jembatan Atingola - Kwandang senilai Rp 6,393 M
- Penggantian Jembatan Tolango-Paguyaman senilai Rp 5,193 M
- Pelebaran Jalan Atingola-Kwandang senilai Rp 18,99 M
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
- Pelebaran Jalan Molingkapato - Tolango senilai Rp11,39 M
- Pelebaran Jalan Tolango-Bolontio senilai Rp14,39 M
- Pelebaran Jalan Pelabuhan Anggrek senilai Rp7,993 M
Disisi pembiayaan peningkatan kinerja sektor bangunan ditunjukkan oleh meningkatnya
penyaluran kredit konstruksi selama triwulan II-2011, sampai dengan Juni 2011 kredit
konstruksi tumbuh 10,08% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi 13,72% (y.o.y). Namun tidak demikian halnya dengan pembiayaan konstruksi
yang berasal dari pemerintah daerah. Tercatat realisasi APBD Pemprov Gorontalo untuk
kegiatan konstruksi tumbuh 89,55% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 206,36% (y.o.y)
1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 9,15% (y.o.y), relatif stabil
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,14% (y.o.y). Melemahnya kinerja
sub sektor keuangan mampu diredam sub sektor lainnya sehingga pertumbuhannya relatif
stabil.
Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang melambat
Sampai dengan bulan Juni 2011, NIM perbankan mencapai Rp 250 Miliar atau tumbuh
12,16% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan NIM periode Maret 2011 yang tumbuh 17,44%
(y.o.y). Kondisi ini didorong oleh menurunnya pendapatan bunga perbankan.
Grafik 1.39 Grafik 1.40
NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 17
1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Perkembangan sektor industri di Gorontalo menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan II-2011 tumbuh 6,96%
(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,02% (y.o.y). Meningkatnya kinerja
disektor ini ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu realisasi SKDU industri
pengolahan, penjualan BBM industri, penjualan listrik industri, dan survei industri
pengolahan besar-sedang.
Berdasarkan survei industri pengolahan besar-sedang, meningkatnya kinerja industri
tampak pada industri makanan jadi dan kayu. Peningkatan industri makanan jadi terkait
kebutuhan stok menghadapi lebaran pada bulan Agustus 2011. Sementara peningkatan
industri kayu nampak pada peningkatan kinerja ekspor luar negeri komoditas kayu selama
triwulan laporan.
Meningkatnya kinerja industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil survei kegiatan
dunia usaha Bank Indonesia pada triwulan laporan. Angka penjualan listrik dan BBM turut
mengkonfirmasi kenaikan kinerja sektor industri di Gorontalo. Konsumsi listrik industri
tumbuh 39,33 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 27,07% (y.o.y), sementara itu konsumsi BBM tumbuh 9,96% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,01% (y.o.y).
Grafik 1.41 Grafik 1.42 Konsumsi Listrik Industri Perkembangan Kredit Perdagangan
Grafik 1.43 Tabel 1.5 Konsumsi BBM Industri Survei Industri Pengolahan Besar/Sedang
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
1.2.7 SEKTOR LAINNYA
Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2011 tumbuh 10,38% (y.o.y)
relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya 10,86% (y.o.y). Daya tersambung sampai
dengan Juni 2011 mencapai 110..970 KVA atau meningkat dibandingkan posisi Maret 2011
yang mencapai 108.340 KVA.
.
Grafik 1.44 Grafik 1.45 Daya Listrik Tersambung PLN Realisasi Kredit Jasa-jasa
Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2011 meningkat
dibandingkan triwulan I-2011. Sektor ini tumbuh 5,43% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 3,72% (y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan
kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang menunjukkan perningkatan. Kinerja sektor jasa-
jasa pada triwulan II-2011 tumbuh 3,79% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 3,98% (y.o.y).
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 19
BOKS I : PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI GORONTALO
A. Perkembangan Makro Rumput Laut di Indonesia
Potensi pasar rumput laut sampai saat ini masih terbuka lebar mengingat permintaan
pasar dunia untuk hidrokoloid asal rumput laut sangat besar. Diantara jenis yang peluang
permintaannya cukup tinggi adalah Eucheuma cottonii untuk bahan baku karaginan. Aplikasi
pemanfaatan produk karaginan tidak terbatas pada industri makanan saja sebagai bahan
penstabil larutan atau emulsifier tetapi juga pada industri farmasi, kosmetik atau personal
care, bahkan hingga ke industri logam dan cat.
Perkembangan rumput laut di Indonesia nampak dari perkembangan kinerja ekspor luar
negeri. Sampai dengan tahun 2010 volume ekspor rumput laut telah mencapai 121 jutan ton
dengan nilai nominal mencapai US$ 133 juta. Ekspor sebagian besar ditujukan ke negara
Asia (89.10%) dengan pasokan utama untuk negara China dan ASEAN. Obsesi China untuk
mendominasi produk turunan karaginan dunia menjadikan China menyerap berapapun
produksi rumput laut dunia. Kondisi ini didukung pula oleh pemberlakuan perdagangan
bebas China-Indonesia sehingga menjadikan ekspor rumput laut Indonesia ke China
semakin meningkat. Sementara pesaing terberat rumput laut Indonesia yaitu Philipina,
produksinya tidak stabil karena faktor cuaca. (WPI KKP, Sept 2010)
Grafik 1.46 Grafik 1.47 Ekspor Rumput Laut Indonesia Komposisi Negara Tujuan Ekspor
Di dunia, industri pengolahan rumput laut
China secara perlahan menggantikan posisi Amerika
Serikat dan Eropa sebagai importir terbesar rumput
laut kering Philipina. Pada tahun 2009, impor rumput
laut kering China telah mencapai 101,3 ribu ton
senilai US$ 97 juta atau jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya meningkat 7,3% dalam volume
dan 16% dalam nilai. Lebih dari 50% impor rumput laut keringnya berasal dari Indonesia.
Upaya China untuk meningkatkan pasokan bahan baku kian gencar dilakukan. Pencarian
Grafik 1.48 Impor Rumput Laut China
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
rumput laut dilakukannya dengan mendatangi langsung ke negara-negara penghasil rumput
laut segar/kering, termasuk ke negara-negara Asia seperti Indonesia, Malaysia, dan
Philipina. Dengan memberi penawaran harga beli yang tinggi, China berusaha menyerap
produksi rumput laut di negara-negara tersebut. Banyak pemasok rumput laut tradisional di
sejumlah daerah di Philipina menjual rumput laut keringnya langsung ke China. Demikian
pula halnya yang terjadi di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan (WPI KKP, September
2010)
Produksi rumput laut Indonesia telah tersebar di hampir seluruh wilayah. Wilayah
Jawa dan Sulawesi merupakan pemasok 90% rumput laut ekspor. Sementara Sulawesi
sendiri memasok 41,42% ekspor rumput laut Indonesia. Namun produksi rumput laut di
Sulawesi masih terkonsentrasi di Provinsi Sulawesi Selatan (99%) sementara sisanya oleh
Provinsi Sulut (0,03%), Sultra (0,34%) dan Sulteng (0,45%) sedangkan untuk Gorontalo dan
Sulbar masih sangat kecil.
Grafik 1.49 Grafik 1.50 Komposisi Ekspor R/L Sulawesi Perkembangan Ekspor R/L Sulawesi
B. Rencana Pengembangan Rumput Laut di Gorontalo
Menyimak permintaan rumput laut dunia yang semakin meningkat terutama ditunjang
oleh keinginan China menjadi basis produksi rumput laut global, menjadikan rumput laut
sebagai salah satu komoditas yang layak dikembangkan di Gorontalo. Kondisi ini didukung
oleh beberapa faktor mendasar yaitu:
- Secara geografis Provinsi Gorontalo mempunyai panjang garis pantai sebesar 654 km,
yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dimana kecepatan arus dengan
kisaran 25-50 m/menit sehingga memungkinkan sirkulasi unsur hara yang mempercepat
pertumbuhan rumput laut di perairan Gorontalo. (DKP Prov Gorontalo)
- Provinsi Gorontalo telah memiliki pabrik pengolahan dasar rumput laut yang berlokasi di
Isimu yang saat ini dikelola oleh PT. Azwa Utama.
- Provinsi Gorontalo telah memiliki pelabuhan Internasional Anggrek yang memungkinkan
pengapalan produk rumput laut langsung ke luar negeri.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 21
- Beberapa Provinsi lain disekitar Gorontalo telah mengembangkan komoditas dimaksud
dan dinilai cukup berhasil yaitu Provinsi Sulteng, Provinsi Sulbar dan Provinsi Sultra.
Namun produksi rumput laut Gorontalo sampai dengan saat ini relatif belum maksimal.
Tercatat produksi tahun 2010 hanya berkisar 18.821 ton dengan luas areal budidaya
mencapai 441.908 ha yang diusahakan oleh sekitar 700 petani. Kondisi ini diyakini masih
sangat minimal. Hasil analisis Bank Indonesia menyebutkan bahwa lambatnya
pengembangan rumput laut di Gorontalo terkait kendala teknis maupun non teknis.
FAKTOR PERMASALAHAN
Teknis
Pemahaman masyarakat terkait budidaya rumput laut belum maksimal
Mutu produk rumput laut kurang diperhatikan.
Kemampuan petani dalam penanganan hama belum maksimal
Penanganan paska panen masih sangat tradisional, teknik penjemuran petani
yang dilakukan di atas pasir yang menyebabkan rumput laut kering banyak
tercampur dengan butiran pasir dan kotoran lain.
Non
Teknis
Harga panen rumput laut yang tidak stabil.
Harga bibit rumput laut yang masih tinggi.
Pola pengembangan rumput laut di
Gorontalo saat ini masih menggunakan metode
long line yaitu metode budidaya dengan
menggunakan tali panjang yang dibentangkan.
Metode budidaya ini banyak diminati oleh
masyarakat Gorontalo karena alat dan bahan yang
digunakan lebih tahan lama, dan mudah untuk
didapat. Teknik budidaya rumput laut dengan
metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 50
– 100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25
meter diberi pelampung utama yang terbuat dari drum plastik atau styrofoam. Pada setiap
jarak 5 meter diberi pelampung berupa potongan styrofoam/karet sandal atau botol aqua
bekas 500 ml. Namun disisi lain metode ini mempunyai banyak kelemahan terkait
resistansinya terhadap gangguan ombak serta hasil produksi yang terbatas. Untuk
membantu pengembangan produksi rumput laut di Gorontalo, Bank Indonesia Gorontalo
bekerjasama dengan Dinas Kelautan Pemkab. Gorontalo Utara pada 21 Juni 2011
melakukan ujicoba metode budidaya rumput laut baru yang dikenal dengan “JRL (Jaring
Rumput Laut)”. Metode jaring rumput laut menggunakan pipa paralon segi-empat yang
didalamnya dibuat jaring-jaring untuk menempatkan bibit rumput laut.
Gambar 1. Pemasangan JRL Oleh Petani R/L di
Gorut
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
Meski relatif lebih sulit dalam pembuatannya namun hasil ujicoba yang dilakukan di
beberapa daerah menunjukkan hasil produksi yang lebih baik dibandingkan metode longline
Tabel 1.6 Perbedaan Metode Pengembangan Rumput Laut
Metode Long Line
Gambar 2. Metode Long Line
Metode Jaring Rumput Laut
Gambar 3. Metode Jaring Rumput Laut
Membutuhkan lahan luas Tidak membutuhkan lahan yg luas
Pelampung tidak dapat diatur ketika musim hujan Pelampung dapat diatur
Susah untuk dipindah-pindah Lebih mudah dipindah-pindah
Ketika ada ombak tidak dapat mengimbangi Dapat mengimbangi ombak
Tidak tahan hama ais Tahan hama ais
Ketika kotor susah dibersihkan Mudah dibersihkan
Pertumbuhan kurang baik Perkembangan rumput lebih cepat
Bibit butuh banyak Bibit tidak butuh banyak
Upaya memacu produksi rumput laut di Gorontalo saat ini diupayakan oleh Bank
Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan Pemda dan Investor. Garis besar upaya
pengembangan rumput laut di Gorontalo adalah sebagai berikut :
KEGIATAN KETERANGAN
Ujicoba Demplot
JRL
Penanaman Demplot
Monitoring Ujicoba Demplot
Koordinasi dengan
para pihak terkait
Koordinasi intensif dengan SKPD dan para petani mengenai
penyusunan langkah aksi di lapangan.
Kegiatan yang melibatkan banyak UMKM dan memerlukan biaya,
perlu disepakati sharing dari masing-masing pihak.
Pelatihan teknis JRL Pelatihan bagi kelompok tani rumput laut. Materi pelatihan tidak
hanya pembuatan JRL, melainkan juga penanaman bibit,
penanganan kebersihan, pemindahan/pengaturan JRL saat hujan,
air menyusut.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011 23
Penanganan, penjemuran dan penyimpanan rumput laut yang baik.
Pengukuran kadar air, Sortasi dan penentuan level kualitas rumput
laut, dan materi lainnya yang terkait.
Pelatihan non teknis
JRL
Pemantauan perkembangan rumput laut, pengukuran bobot dan
pencatatannya.
Komunikasi (bisnis) yang efektif dengan pemasok bibit dan
pembeli.
Kewirausahaan dan motivasi usaha.
Etika bisnis, misalnya menanamkan sikap untuk selalu
memegang teguh isi perjanjian atau komitmen bisnis dan disiplin
memenuhinya.
Monitoring
kerjasama
Monitoring (business to business) antara UMKM petani rumput laut
dengan pemasok dan pembeli
Penyiapan passing
out phase
Jangka waktu keberadaan dan keterlibatan Bank Indonesia dalam
pemberdayaan UMKM komoditas rumput laut perlu dikomunikasikan
dan dipahami dengan baik oleh semua pihak terkait. Perlu ada
perencanaan yang jelas sampai kapan Bank Indonesia akan terlibat.
Dengan „keluarnya‟ Bank Indonesia, diharapkan proses (bisnis)
rumput laut tetap berjalan lancar dan para UMKM dapat naik tingkat
kemandiriannya dalam berusaha (bisnis).
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2011| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan