Mampukah Pkn menjadi lokomotif yang tangguh untuk menarik
“Nation competition” yang tertinggal dari negara lain.Pentingnya pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter tertuang dalam
undang-undang yang dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.” 1[2]
Anak adalah warganegara hipotetik, yakni warganegara yang “belum jadi” karena
masih harus dididik menjadi warganegara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya.
Oleh karena itu masyarakat sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk
menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan
negaranya.
Seluruh rakyat hendaknya menyadari bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan demokrasi konstitusional. Sebagaimana
yang selama ini dipahami bahwa ethos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi
dipelajari dan dialami.
Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas
yang lebih penting dari pengembangan warga negara yang bertanggung jawab, efektif dan
terdidik. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan
dan karakter yang dibutuhkan.
Sampai saat ini Pendidikan Kewarganegaraan sudah menjadi bagian inheren dari
instrumentasi serta praksis pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistemik
Pendidikan Kewarganegaraan dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut:
1. Pendidikan kewarganegaraan secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia
yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab.
2. Pendidikan kewarganegaraan secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang
memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau
1
saling terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila,
kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.
3. Pendidikan kewarganegaraan secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran
yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai dan pengalaman belajar dalam bentuk
berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan
tuntunan hidup bagi warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Jadi dengan adanya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya dapat
mempersiapkan para peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik dan cakap karakter,
berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.
Selain itu adapun yang menjadi tujuan utama dari pendidikan kewarganegaraan itu
adalah sebagai berikut:2[3]
1) Menghasilkan mahasiswa yang berfikir analitis dan kritis terhadap setiap kebijakan dan
tindakan legislatif, yudikatif, dan eksekutif.
2) Membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan
politik di ingkat local, nasional, maupun lokal.
3) Menjadikan warga negara yang menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
4) Mengembangkan kultur demokrasi, dan
5) Membentuk warga Negara yang Pancasilais.
Dengan Karakter bangsa yang kuat dan berlandaskan kesatuan dalam keanekaragaman sangat
diperlukan untuk menghadapi tantangan dunia global tersebut. Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang terbentuk dari keanekaragaman budaya, karakter, ciri fisik dan nonfisik yang
memiliki keunikan masing-masing. Pembangunan nasional pun harus selalu
mempertimbangkan ciri khas bangsa yang memiliki keanekaragaman karakter tersebut. Hal
ini menjadi faktor kekuatan untuk membangun daya saing bangsa di tingkat global. Selain
karakter, Iptek berperan penting dan menentukan dalam kehidupan skala global sebagai daya
penggerak kehidupan manusia. Pada sisi lain, laju perkembangan iptek yang sangat pesat,
juga akan mempercepat pengusangan (obsolence) berbagai bidang kehidupan. Oleh karena
itu, tak dapat dielakkan lagi, setiap manusia dan masyarakat/bangsa, dan institusi lainnya
harus terus menerus menyesuaikan diri pada kondisi lingkungannya yang terus berubah
dengan cepat.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang cepat tersebut, setiap
2
manusia tidak dapat terlepas dari tuntutan profesionalisme dalam bidangnya masing-masing,
termasuk tenaga pendidik dan kependidikan sebagai ujung tombak dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang handal. Hal inilah yang akan menjadi titik penentu daya
saing masyarakat Indonesia, sehingga dapat memposisikan dirinya dengan dunia global.
Dengan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini, tentu saja
profesionalisme saja tidak cukup. Setiap manusia harus memiliki karakter yang kokoh dan
positif untuk menunjang profesionalisme sehingga mereka memiliki martabat yang baik pula
di kalangan masyarakat global.